MEMOIRS = Memori / Kenangan / Ingatan
GEISHA = Pelacur Jepang
PRESENT DAY,
SATURDAY,
AT SCHOOL,
Di sebuah ruangan yang sunyi…
Di kala sekolah sudah sepi….
Di mana pintu gerbang telah terkunci…
Fantasy mereka terbang melayang,
Nafas mereka mendengus terangsang,
Suara mereka mengerang–erang,
Mereka,
Dua manusia yang berlainan jenis,
Berlainan warna kulit,
Berlainan strata,
Satu keturunan Adam dan satu keturunan Hawa,
Terpaut jauh usia diantaranya,
Keturunan Hawa itu berlutut di depannya,
Tunduk patuh dan takut terhadapnya,
Dia bernama Diny Yusvita, siswi kelas 2 SMU. Gadis remaja yang sangat
aktif di sekolahnya dengan segudang Ekskul seperti kegiatan OSIS,
Paskibraka dan juga Cheerleader. Salah satu dari sekian gadis yang
diincar oleh para lelaki, dari yang baik–baik sampai hidung belang, dari
yang berduit maupun yang tidak bermodal, dari kalangan guru hingga
siswa, sampai orang-orang di sekitar lingkungan hidupnya. Diny memiliki
darah Jepang, pada masa penjajahan Jepang…Ibunya yang juga cantik dan
berkulit putih dijadikan gundik oleh militer Jepang, jadilah Diny anak
tanpa kasih sayang seorang Ayah, seorang gadis tanpa naungan dan
bimbingan seorang Ayah…itulah yang membuatnya tegar dan berprestasi di
sekolahnya. Diny seorang remaja berkulit putih, rambut lurus hitam di
atas bahu sedikit dan tinggi 163. Lelah, pegal, sakit, dan terhina
sedang di deritanya saat ini…
“Mmmpph…..mmmph”gumam Diny.
Mulutnya tersumpal penuh dengan penis dan dipaksa oral sex oleh
seorang Bapak-bapak tua, kedua tangannya yang bersarung tangan putih
terangkat ke atas dan tersilang pada pergelangan tangan, Bapak tua
berperawakan bengis itu mencengkram kencang kedua tangan Diny dengan
tangan kirinya, sementara tangan kanan si Bapak menjambak rambut
belakang Diny. Bapak tua itu berumur antara 40–50an, giginya hitam agak
jarang, rambutnya ikal sedikit beruban, perut buncit namun badannya
tidak kurus dan berperawakan keras. Topi paskibraka Diny (seperti peci)
dengan bros bendera merah putihnya miring–miring hampir terjatuh akibat
guncangan di kepalanya, begitu nafsunya Bapak tua buruk rupa itu. Topi
paskibraka..? sarung tangan putih ?? Yap, Diny disekolah adalah salah
satu paskibraka pilihan. Jika ada upacara hari peringatan, maka sudah
dipastikan bahwa dia salah satu paskibraka pengibar benderanya, entah
para Guru pembimbing memilih Diny karena wajahnya yang Indo-Japan itu
atau gerakan baris berbarisnya yang baik dan benar.
Bertubi-tubi hidung mancung dan jidatnya menghantam perut hitam Bapak
tua itu yang sedikit buncit, berulang kali bibir tipis terhias
Lip-Gloss merah muda Diny “memoles” batang penisnya yang tegak
mengacung…menggesek, meliuri, menghisap, membasahi, menjilati batang
hitam keras berurat itu agar si “Empu”-nya cepat selesai. Karena tidak
dibantu dengan kocokan tangan, maka sudah barang tentu bahwa si gadis
berwajah cantik itu harus kerja extra keras, siswi pelajar itu hanya
bisa menjepit kencang penis Bapak tua itu yang tegak mengacung dengan
bibir tipis seksinya, sesekali dia menjilati kepala penisnya yang
seperti helm tentara itu, dan menjalar ke pinggiran penisnya sampai
pangkal, menyapu urat–urat penisnya yang berdenyut menonjol yang
menandakan bahwa Bapak tua itu sangat menikmati perlakuan Diny padanya.
“Oahhmmm…enyak enyak…terus nenggh..”suruhnya.
Lidah Diny menelusuri batang keras milik si Bapak dengan diselingi
gelitikan nakal dari pangkal penis hingga ujung kepala penisnya, saat di
ujung kepala penisnya Diny menowel kepala penis Bapak tua itu seperti
keadaan orang lapar saat menjilat habis piring dengan jilatan terakhir,
kemudian meludahi penisnya..lalu diakhiri dengan melahap kapala penis
Bapak tua itu dan menghisapnya kuat–kuat.
“Sruuupph…”
“Uwoookh…” lenguh Bapak itu keras, hingga memenuhi ruangan kelas dan
menggema, kepalanya mendongak keatas, penisnya mengacung tinggi,
tubuhnya bergetar nikmat, lalu mereka kembali bertatapan, mata bertemu
mata.
Mata Diny yang sayu seksi bertatapan dengan mata Bapak tua itu yang
melotot tajam, nafasnya kembang kempis penuh nafsu…puas sekali keadaan
Bapak tua itu tampaknya dengan service oral sex yang diberikan Diny,
bagaimana tidak, disepong oleh remaja SMU secantik Diny, bibir tipis nan
seksi serta permainan oral sex-nya. Tiba-tiba si Bapak menjambak rambut
Diny dengan kasar, kemudian memaju mundurkan kepalanya, Diny yang saat
itu tidak berdaya hanya bisa membiarkan “penjahat kelamin” yang sudah
berumur itu berlaku semaunya, dia mengayun tubuhnya maju mundur
seolah–olah menyetubuhi Diny, semakin lama semakin kasar.
Diny merasa bahwa tuannya itu sudah mendekati klimaks seksnya, penis
Bapak tua itu sudah amat sangat tegang di mulutnya, dia memakai bibir
Diny untuk oral sex dengan brutal, badannya maju mundur, penisnya
menyetubuhi bibir Diny seolah–olah bibir tipis nan mungil itu vagina
pelacur, vagina yang bisa dipakai seenaknya hingga robek-robek dan
hancur. Mulut monyong Bapak tua itu menceracau jorok tidak jelas, saat
itu juga Diny sedang berjuang menahan muntah karena bau penis dan
sodokannya yang terlalu dalam hingga masuk ke kerongkongan mulut Diny,
dia batuk tersedak berkali–kali namun sama sekali tidak dipedulikan oleh
Bapak tua itu. Hidung mancung Diny berbenturan dengan bagian bawah
perutnya yang dipenuhi bulu jembutnya yang lebat dan bau, gerakan si
Bapak semakin lama semakin cepat, dan tidak berapa lama,
“Aaaaghh…Lonte lu !!”erangnya.
Bapak tua melepas jambakan pada rambut Diny lalu mengocok–ngocok
penisnya didepan wajahnya sambil mendengus berat dan menatap wajah Diny
penuh nafsu, si cantik itu menatapnya balik seperti budak yang menghamba
pada tuannya, berharap Bapak tua itu akan mengampuni dan melepaskannya.
Tapi yang terjadi malah Bapak tua itu mengejan menahan nafas
seakan–akan ada sesuatu yang tertahan dan ingin ia lepaskan sekarang
seluruhnya membuang sampai habis tak tersisa, ibarat sebuah bendungan
yang jebol tak mampu menahan lagi laju air.
“Crooottt !!”
Blaaarrr…!! semprotan pertama sperma si Bapak yang kena telak hidung Diny.
“Croott…jruot…croott…crott !!”
Bapak tua itu mendapat ejakulasinya, penis hitamnya sukses menyirami
wajah Diny yang cantik dengan spermanya yang putih, kental, banyak dan
baunya yang sangat menyengat,
Diny hanya bisa menerima Cumshot Bapak itu sambil membuka mulutnya,
hingga yang mendarat di lidahnya pun terpaksa langsung ditelan agar
tidak terasa mual. Secara naluri dia mencoba menghindar, tetapi saat
Diny mencoba memalingkan wajah ke kiri…Bapak tua itu mengarahkan
penisnya ke kiri pula mengikuti wajah Diny dan menyemprotnya, saat Diny
mencoba menggeleng ke kanan pun sama hasilnya. Bapak tua itu dengan
geram dan bangga menyemproti wajah cantik Diny dengan spermanya hingga
belepotan tak karuan.
Semprotan spermanya kencang sekali, berkali–kali muncrat dan
menyirami sekujur wajah Diny…hidung, bibir, pipi, jidat sampai–sampai,
(Shiiiiiiiiitt……!!) gumam Diny dalam hati.
Mata kanan jelitanya yang terhias eye shadow birunya terciprat
sperma, topi paskibraka hingga syal merah putih (bendera Indonesia)
yang diikat di leher putih mulus Diny pun juga terkena cipratannya.
Bapak tua itu menghembuskan nafas seakan–akan lega karena semua hajat
yang ingin dituntaskannya kesampaian. Jari tangannya memijit batang
penisnya dari pangkal hingga ujung untuk mengeluarkan tetes mani
terakhir, lalu dikepretkannya ke wajah cantik Diny sambil tersenyum
melecehkan. Penis Bapak tua itu sangat banyak mengeluarkan spermanya,
walaupun Bapak itu mulai menginjak setengah abad, Diny juga tidak tahu
kenapa dia merasa bahwa penis orang–orang lama (tua) lebih berbobot
daripada anak-anak sekarang…juga daya tahan sex-nya, mungkin bisa kita
tarik kesimpulan bahwa kesempatan untuk mencicipi anak gadis jaman
sekarang dengan penampilan anggun dan seksi menggoda sangatlah langka
untuk orang sepertinya, harus mempunyai uang atau kekuasaan, tentu pada
jaman mereka belum ada gadis blasteran atau campuran, kulitnya pun hitam
legam sepertinya.
“Neng tambah cakep kalo belepotan peju gini hak..hak..hak”hinanya.
Bapak tua itu menampar–namparkan penisnya ke pipi Diny,
memutar-memutar sambil mengocok-ngocoknya lagi, lalu ditempelkan ke
wajah gadis cantik itu dan bergerak naik turun menggeseknya… seakan–akan
Bapak itu sedang “memakai” wajah Diny.
(Ooooohh….tidak..!!)keluh Diny dalam hati.
Bagaimana tidak?? Penis itu kembali ereksi di wajahnya. Diny langsung
lemas dengan wajah cantik memelas mengetahui itu, karena sudah barang
tentu si Bapak tua menagih ejakulasi berikutnya…dia menyeringai mesum
melihat wajah Diny yang seolah memohon ampun padanya, Bapak tua itu
langsung tertawa terbahak–bahak menyebalkan sambil berkacak pinggang
menang.
Beruntung sekali Bapak tua itu, sudah galak, berwajah seram, jelek, menyebalkan pula.
Siapa dia? Siapa Bapak tua itu? Siapa bapak tua yang beruntung itu?
Dia adalah Pak Suparno. Panggilannya Pak Parno (mungkin sang Ibu
menamainya melihat dari wajahnya yang berbakat dengan segala hal yang
berbau porno). Bapak tua itu bekerja sebagai seorang administrasi
sekolah atau TU yang menangani masalah penerimaan uang pembayaran iuran
bulanan sekolah, dia bertanggung jawab langsung ke Wakasek dan Kepsek,
lalu dari Wakasek dan Kepsek ke Pemilik Owner. Tiap–tiap SMP, SMU dan
SMEA ada Kepsek dan Wakasek masing–masing, jadi mereka bertanggung jawab
langsung ke Owner. Sekolah Diny menjadi satu dari SMP, SMU dan
SMEA…sekolah tersebut memang luas…salah satu sekolah swasta di Jakarta.
Untuk pembayaran uang sekolah SMU dan SMEA dijadikan satu tempat agar
lebih mudah disamping SMEA-nya hanya beberapa kelas tidak banyak,
pembayarannya ke Bandot tua Suparno yang pikirannya porno ini, namun
untuk pembayaran iuran sekolah SMPnya terpisah, karena bangunannya juga
terpisah tapi pintu gerbang sekolah hanya satu, jadi dari anak SMP, SMU
dan SMEA masuk melalui pintu yang sama dan bel sekolah yang sama, untuk
bagian SMP, petugasnya TU-nya bernama Pak Sami’un.
“Berdiri neng…!”suruhnya.
Dinypun bangun sementara bapak tua itu malah berjongkok berhadap–hadapan dengan bagian bawah perutnya.
(Ooooohhh…tidakk..!!) keluh Diny tahu apa yang diinginkan bapak tua itu dan apa yang akan dilakukannya.
“Ayo ca’em….angkat celana koe…. Bapak mau lihat pemandangan terindah di dunia hak hak hak…!!”perintahnya sambil mengejek.
Karena Diny tidak bisa berbuat apa–apa, dia terpaksa melakukan apa
yang diperintahkan-nya, dia menggerakkan kedua tangannya yang mengenakan
sarung tangan putih khas paskibraka itu, mendekati rok SMU putihnya dan
mengangkatnya.
“Tinggian lagi doong….gimana sih koe !!”protesnya dengan mata melotot karena Diny mengangkat roknya terlalu pendek.
Maka dengan ketakutan dan berat hati, Diny terpaksa mengangkat rok putih SMU-nya sampai di atas pinggang.
“Hihuuuy…nah gitu dong, baru lonte Bapak…”katanya norak.
“Kok pake malu–malu pisan…wong, dari kemaren memek koe udah ta’ peke’ juga hak hak hak” hinanya.
“Wuah…wuah…wah….edyaan…putih mulus rek !”pujinya sambil menggerayangi paha putih mulus Diny.
Pak Suparno menggerayangi paha Diny cukup lama karena senang akan
halus dan putih mulusnya, seolah–olah anak kecil yang baru mendapatkan
mainan baru yang dibelikan Ayah-nya sepulang kerja. Pak Parno
menggerayangi paha putih mulus itu senti demi senti, jengkal demi
jengkal, inchi demi inchi…tidak ada yang terlewati, mengelus–elus,
meraba sekujur pahanya berulang–ulang. Pokoknya habis–habisan paha Diny
di gerayangi oleh Bapak tua mesum itu, untung saja tidak lecet akibat
ulah tangan kasar itu terus terusan menelusuri paha putih mulus yang
sempurna itu. Pak Suparno lalu mengendus–endus paha mulus itu, kemudian
menjilatnya.
“Wuuuiiy…!! udah wangi manis lagi, kaya orangnya hak hak hak merdeka!!”ledeknya.
Bapak tua itu mulai bergerilya meraba–raba paha belakang Diny sambil
menjilati paha putih mulus bagian depannya, mau tidak mau dan lama–lama
Dinypun terangsang juga.
Jilatannya dari ujung paha hingga pangkal paha, dengan nafas
mendengus penuh nafsu dia menyuruh Diny berbalik…dan menjilati paha kiri
belakangnya dari ujung hingga pangkal body sexynya.
“Plaaakk……plak…plak…plak….plakk !!”
Disaat yang bersamaan,
“Aaaakhh…aaakh…ampun Tuan…aaaakkh !!”.
“Nakal…..nakal….cewe nakal koe yah…heh…dasar lonte!”
Dengan sintingnya Pak Suparno menampar keras pantat sekal Diny yang
terpampang menantang persis di depan wajahnya itu sambil melecehkannya,
seakan–akan pelanggan hidung belang yang memberi pelajaran pada
pelacurnya. Lalu dia meneruskan menjilati paha belakang sebelah kanan
Diny dari ujung sampai pangkal, dan berakhir di bongkahan pantat
montoknya, karena kemarin Diny sehabis digarap pertama kali oleh Pak
Suparno, diperintahkan untuk memakai celana dalam hitam super tipis,
yang hanya bisa menyembunyikan vagina serta belahan pantatnya, maka
dengan leluasa Pak Suparno bisa menjilati, menciumi, mengemut serta
menggigit-gigit kecil gemas bongkahan pantat Diny yang sekal, harun dan
putih mulus itu.
“Cuuuph…cuuph…cuph..cuph !!”
Pak Suparno tampak gemas sekali karena berkali–kali meremasnya dan
merasakan kehalusan serta kesekalan bongkahan pantat Diny dengan
lidahnya yang menyapu bagian sensitive Diny itu…salah satu kelemahan dan
tempat terangsang wanita, dia menowel–nowel gemas bongkahan pantat
montok Diny dengan lidah kasarnya..meremas sambil mencucupnya dan
sesekali menampar pantatnya dengan keras dan gemas, tentu saja Diny
mengaduh setiap kali Pak Suparno melayangkan tangan kasarnya menampar
keras pantat sekal itu.
Plaaak…plaak…plak…plaaak !!
“Aaakh…aaaw…aduh…sakit Tuan aaaw….ampun..!!” jerit Diny.
“Bikin gemes orang tua…bikin nafsu orang tua….rasain koe…hiih”gemasnya sambil menggampar kasar pantat putih sekal Diny.
Diny hanya bisa mengencangkan tangan kiri dan kanan meremas rok putih
SMU-nya yang sedang ditariknya keatas sejajar perut ratanya,
menyenderkan kepala dan badannya pada Whiteboard (papan tulis), menahan
sakit di pantatnya dan gejolak nafsu yang dari tadi sudah
terombang–ambing…yaph, perasaan Diny tentu terombang–ambing, karena dia
merasakan sakit saat Pak Suparno menampari pantatnya dengan sinting,
namun dia suka saat Pak Suparno menjilat serta meremas pantatnya yang
membuat dirinya seakan–akan seksi.
Peluhpun bercucuran hingga membasahi baju seragam SMU-nya hingga
aroma wangi dari parfumnya menebar dan menambah rangsangan terhadap
pemerkosanya.
“Anak gadis sekarang punya puaantat gede-gede banget…putih
sekel…mulus…suka dipamerin…pake celana ketat-ketat”komentarnya sambil
meremas dengan gemas.
Kemudian Pak Suparno kembali memutar badan Diny..dan bertanya,
“Neng Diny…apa perintah Bapak, sudah koe laksanakan ?”selidik-nya
“Su..su..sudah Tuan” jawab Diny.
“Yang beneer…bo’ong dosa lo neng” katanya sok mengenal dosa.
“Be..be..betul Tuan” jawab Diny lagi.
“Kalo gitu…Bapak boleh liat donk ?”celetuknya.
(Sialan, kalaupun gua larang elo juga pasti maksa liat)gerutu Diny dalam hati.
“Bo..bo..boleh tuan…silahkan”katanya diiringi senyum ayunya.
Pak Suparno seperti tak tahan melihat wajah manis itu tersenyum.
Dia tiba–tiba menangkup pantat Diny dengan kedua tangannya dan,
“Hhemmm…………..”
“Uuaaaahh……………”Desah Diny.
Si Tua gila itu menempelkan hidungnya ke vagina harum Diny yang masih
tertutup celana dalam hitam tipisnya, dan menghirup dalam–dalam sambil
menatap wajah cantik Diny.
Secara reflex Diny menjenggut rambutnya yang sudah mulai memutih itu
tetapi otomatis melepas pegangan pada roknya, sehingga rok itu menutupi
wajah Pak Suparno.
“Heh……lonte ! Siapa suruh koe lepas hah ?”bentaknya, Diny pun langsung ketakutan.
“Pegang….ngerti kagak !” katanya memegang rok Diny.
“Ma..maaf Pak, sa..saya kaget”
“Maap..maap, jadi ganggu tauk…gua gak peduli…pokoknya gua mau ngirup
bau memek koe.. lonte !! memek koe yang wangi…memek koe…memek koe..
ngarti…?!” omel Pak Suparno sinting.
“Nge..ngerti Pak, maaf!”
“Ngarti..ngarti…panggil Bapak lagi ! panggil Tuan lonte !!”
“Nge..ngerti Tuan”

Pak Suparno
Suparno sinting itu keras sekali memarahi Diny waktu itu, sehingga
air mata beningnya pun tak terbendung lagi dan mengalir membasahi pipi
yang mulus hingga menetes ke lantai. Si Tua bangka itu memang terkenal
sangat galak, jelek dan jutek pula tampangnya. Pak Kepala Sekolah memang
sengaja memasang Pak Suparno sebagai anjing galak di TU, untuk
mengantisipasi siswa/i menunggak bayaran…karena tentu pendapatan sekolah
dan gaji karyawan berasal dari sana.
“Eh..eh..eh…pake nangis segala lagi, dasar lonte munafik…entar juga koe ke-enakan hak hak hak”lecehnya.
“Udah jangan pura-pura…ayo angkat lagi celana koe !”sambungnya.
Diny mengangkat kembali rok putih-nya di atas pinggang, dan Pak
Suparno langsung to the point kembali menghirup aroma wangi Vagina Diny
yang selalu dirawat apik dengan sabun pembersih khusus wanita itu. Pak
Suparno menghirupnya dengan senyum kemenangan sambil menatap wajah
cantik Diny, kedua tangannya menangkup bongkahan pantat putihnya dan
meremas gemas.
“Hhmmm….hhhmm…..wangi tenaaan…hhhmm.” komentarnya.
Sesekali dia meraba–raba paha belakang putih mulus Diny sambil terus
menyedot–nyedot celana dalam hitam tipis yang menyembunyikan mahkota
Diny .
“Leeep….leeph..leph..leph”
Bapak tua itu menjilat-jilati Vagina Diny yang masih tertutup celana
dalam hitamnya itu, jilatannya berkali–kali dan sengaja diperlambat
sambil menatap tajam Diny…dia tampak menikmati penderitaan Diny, karena
dia tahu tadi Diny menangis tapi sekarang dia terlihat terangsang,
sebuah pro dan kontra yang berkecamuk di dasar hatinya..suka dan benci
menjadi satu, menjadikan dirinya seorang munafik. Mula–mula jilatan Pak
Suparno tipis menowel vaginanya, lalu lama–lama jilatannya
dalam..menyodok–nyodok vagina Diny yang tertutup celana dalam hitamnya
itu.
“Sial….tua bangka ini menang, aku terangsang hebat” keluh Diny dalam hati.
Ia merasakan vaginanya mulai lembab akibat mengeluarkan lendir / Nectar.
Celana dalam Diny mulai lepek pada bagian depan akibat kombinasi
lendir vaginanya dan air liur Pak Suparno, dengan pengalaman dan jam
terbangnya, dia pasti mengetahui hal itu…entah, sudah berapa gadis
menjadi korbannya…walaupun itu atas kemauan dan kebodohan mereka
sendiri, sudah berapa gadis dia jilati vaginanya untuk menutup rahasia
surat teguran tunggakan bayaran sekolah, sudah berapa vagina siswi dia
senggamai untuk pengganti iuran bulanan sekolah. Pak Suparno melepas
sejenak tanggkupan tanggannya pada bongkahan pantat sekal Diny. Dia
memegang pinggiran calana dalam pada bagian depan dengan jari-nya dan
menekan ke arah vagina Diny, sehingga terlihat ceplakan bentuk Mrs. V
itu di celana dalamnya. Dan Hap…..dia kembali menangkap bibir vagina
Diny dengan mulut doer-nya, kembali menguasai…daerah Vital itu.
“Nah neng, kalo gitu Bapak cek sekarang ya…jadi ketunda tadi eheheh”cengirnya.
“I..i..iya Tuan silahkan” kata Diny takut.
Pak Suparno memegang tali celana dalam di kiri dan kanannya,
Dengan gemasnya…dia langsung menarik kasar turun CD hitam seksi itu hingga lutut,
“Whuuua……ini baru namanya memek hak..hak..hak” ejeknya saat melihat
vagina Diny yang sudah dicukur bersih atas perintah mesumnya.
“Bagus–bagus…jadi koe udah cukur jembut toh…kalo begini pan Bapak jadi makin demen jilatinnya”komentarnya lagi.
Petugas TU berumur itu membuka kedua pasang bibir vagina Diny dan memandangnya dengan nanar penuh nafsu.
“Ja…jangan dilihat Tuan…”kata Diny malu.
Pipinya merona merah anggun sambil secara refleks menggerakkan tangan
menutupi vaginanya agar tidak dilihat lagi oleh Pak Suparno, sebuah
tindakan malu-malu kucing yang tidak pada tempatnya, karena Pak Suparno
malah cengengesan dan semakin nafsu saja ingin memperkosa Diny
habis-habisan.
“Kenopo neng ayu…Hhmmm…kok pake malu-malu pisan…pan memek koe udah
ta’ liat kemaren…Hhmmm…udah ta’ entot ampe jebol…Hhmmm…??”kata Suparno
tersenyum mesum, gemas dengan malu-malu kucing Diny.
“Aaaaaahhh…….”desah Diny horny.
Karena setelah berbicara tadi, tanpa membuang waktu sedetikpun dia
langsung melahap vagina Diny penuh nafsu, Pak Parno melumat vagina Diny
seperti pengemis yang sudah tidak makan beberapa hari. Dia melepas
emutannya sebentar untuk berkomentar,
“Weleh-weleh…memeknya manis loh kaya orangnya hak hak hak *itadakimas”ujarnya. *(selamat makan bahasa jepang).
Setelah mengucap itadakimas, Bapak tua itu langsung kembali menyedot vagina Diny.
Mengemut–emut vagina Diny penuh nafsu sambil memandang wajah
anggunnya, Pak Suparno amat sangat rakus melahap vagina Diny saat itu,
bibir vagina itu dikunyahnya seperti orang memakan daging ayam dengan
maruknya. Hidung besarnya sesekali ditempelkan ke vaginanya, kepalanya
bergerak ke kri dan ke kanan, mengacak-acak vagina Diny sambil menghirup
aromanya dalam–dalam, Diny merasakan dengus nafas Pak Suparno yang
sudah amat sangat nafsu itu …Pak Suparno menggeram–geram seperti kerbau
jantan yang sangat liar..dan selama semua prosesi jil-mek (jilat memek)
itu…Diny hanya bisa mendesah-desah keenakan dan menggeleng–gelengkan
kepala ke kiri dan ke kanan, mencoba membuang muka karena tidak ingin
Pak Suparno melihat rona pipinya akibat malu diperlakukan seperti itu
sekaligus terangsang. Mulutnya megap–megap, dengan lidah terjulur
mengambang…menandakan bahwa Diny horny dan sudah takluk saat itu. Pak
Suparno menyengir mesum melihat itu, Diny malu sekali….tapi dalam
keadaan horny pula. Suatu kontradiksi dalam dirinya yang tak dapat dia
pungkiri…bahwa tubuhnya menyerah. Saat itu, Diny menyerahkan tubuhnya
pada orang tua itu. Ia juga tidak tahu kenapa dia merasa seksi saat itu
Pak Suparno menatap nafsu vaginanya. Walaupun ada sedikit perasaan tak
setuju, ia merasa pantas dinodai Pak Suparno atas kesalahannya. Dia
menikmati saat Bapak tua itu menghinanya, ia horny saat dia di rendahkan
olehnya. Dia menerima Bapak berperawakan bengis itu menggagap dirinya
pelacur, ia terangsang ketika Bapak tua itu mencemoohkan dirinya. Dia
bimbang saat itu..goyah namun takluk jua olehnya. Walaupun dia tahu
bukan Cinta yang Bapak tua itu berikan padanya, melainkan nafsu
sepenuhnya. Diny sepertinya ikhlas…seakan–akan patuh, tidak bisa
berontak dan tidak akan pernah bisa melawan. Berontak pun hanya untuk
menaikkan harga diri yang sebenarnya sudah jatuh itu. Ia tidak tahu
kenapa dia merasakan perasaan gila ini, tetapi itulah yang terjadi.
Kepala Pak Suparno mendekati arah selangkangan Diny diiringi tatapan kemenangan.
Sambil menjulurkan lidahnya, wajah buruk seolah–olah (Hayo…gua
jilatin memek lo…lo ga bisa ngelarang gua kan) begitulah kira–kira arti
tatapannya. Kedua jempol tangannya ditempelkan di bibir vagina Diny,
melebarkan dan membuka liang kenikmatan itu, dia mengendus–endus wangi
pintu surga itu. Lidahnya menjilati daging vagina Diny yang sudah banjir
itu, menelusuri…menyeruak masuk bagian dalam dan menyentil–nyentil
klitorisnya. Pak Suparno seperti mengambil ancang–ancang saat ingin
menusukkan lidahnya ke liang vagina Diny. Petugas TU itu menarik
kepalanya menjauh dengan lidah terjulur ke depan sambil menatap Diny,
lalu menukik ke depan ke arah vaginanya yang dibentangkan oleh kedua
jari jempol orang tua itu. Erangan gadis anggun itu pun semakin
menjadi–jadi saat lidahnya mencolok bagian terdalam yang sangat sensitif
itu. Kepala Bapak tua pengurus TU itu maju mundur seolah bersetubuh,
saat lidahnya menusuk ke bagian terdalam dari vagina Diny, lidah Pak
Suparno sengaja menggelitik daging di dalamnya, sebuah tehnik jilat
memek yang tinggi, tentu pengalamannya sangat luas dalam hal
memanfaatkan “aib” para siswi sehingga bisa mendapatkan akses baik itu
lidah, mulut maupun penis ke vagina mereka, dan pada akhirnya patuh
menjadi budak seksnya, jilatan sekaligus tusukan lidah kasarnya membuat
liang vagina Diny yang sudah becek itu semakin berlendir saja dan
menimbulkan bunyi berulang-ulang,
“Clek..clek..clek..clek..”.
Diny hanya menggelengkan kepalanya sambil memejamkan mata, bibir
seksinya yang terbuka tanda horny mendesah setiap kali tusukan lidah Pak
Suparno sampai di bagian terdalam vaginanya,
“Aaah…aaahh…aah…ahh”desah Diny.
Keluh Diny dalam hati :
(Ooooohhh….tua bangka ini akan mengalahkan-ku).
(Aku sudah diambang klimax).
Tiba–tiba, mulut doer petugas TU itu menyiumi bibir vagina Diny.
Bapak tua mesum itu menyauk vagina Diny seperti sepasang kekasih yang
berciuman penuh nafsu, dengan ganas sambil mencengkram kencang bongkahan
pantat sekalnya, kemudian menyedotnya kuat–kuat.
Srruuuph…
“Aaaaaaahhh….ssshh!”Diny tidak bisa bertahan lagi,
Siswi berwajah oriental seperti pemain film JAV itu mendesah panjang
dalam orgasme pertama siang hari itu dengannya, tubuhnya mengejang hebat
dan jus cinta harumnya pun meluber dari liang vaginanya. Pak Suparno
menyeruputnya kuat–kuat sehingga tidak ada yang menetes keluar, semua
lendir vagina lezat itu ditenggaknya, seperti orang sedang dahaga di
gurun pasir menegak air minum sampai habis. Saat Diny mengalami
orgasmenya itu, dia tubuhnya mengejat–ngejat dan membenturkan badannya
sendiri ke papan tulis di belakangnya sambil menguatkan remasan pada
pegangan tangan di rok putih SMU-nya…saat selesai orgasme Diny sudah
lemas, hingga melepas remasan pada roknya hingga rok putih itu menutupi
wajah orang tua itu. Dia tidak peduli lagi jika Pak Suparno akan
membentaknya, karena tubuhnya serasa lemas sekali namun puas akan
orgasmenya. Terlihat gelembungan pada rok putih SMU Diny yang berarti
ada kepala seseorang di selangkangannya. Pak Suparno masih saja getol
menjilat–jilat di bawah sana…walaupun tidak melihat secara langsung
tetapi terasa jelas menggelitik, hangat basah serta kasar lidah pria tua
itu pada vaginanya. Diny meremas-remas kepala orang tua bejat itu di
balik rok putihnya. Karena takut nanti Pak Suparno akan memarahinya,
maka setelah Diny mendapat kekuatan, dia kembali mengangkat celana
SMU-nya itu dan ternyata…yang dilihat bukan raut wajah galaknya, malah
senyum mesum yang terukir pada wajah tuanya itu yang kini berada di
selangkangannya sambil mengemut–emut vagina manisnya, sepertinya Bapak
tua mesum itu senang sekali…senang karena bisa menguasai vagina wanginya
dengan mulutnya…senang karena berhasil menaklukkan Diny yang anggun
itu. Pak Suparno menarik kepalanya dari selangkangan Diny.
“Betul pan kata bapak, koe juga suka toh…hak..hak..hak..Bapak juga
demen banget sama memek koe neng…enak !”Pak Suparno mengakhiri
kata-katanya.
Tampaknya ia sudah tidak tahan lagi. Orang tua itu bangkit dan Diny
melihat ke arah penisnya. Ooooohh…..tidak !! Penisnya konak mengacung
menantang langit, tegak keras siap mengoyak–ngoyak vagina Diny sampai
hancur tak berbentuk. Pak Suparno betul–betul terangsang saat menjilat
dan menyedot vagina Diny tadi. Seperti hari sebelumnya, dia menginginkan
persetubuhan sekarang.
“Buka bajunya Neng…koe keliatan kegerahan ya..!”katanya sok baik,
melihat banyaknya peluh yang mengalir membasahi baju Diny, padahal
niatnya mesum.
“Si..si..siap Tuan”.
“Siap Tuan!…pake hormat donk…neng kan tau etika upacara” katanya menggurui.
“Si..si..siap tuan” kata Diny dengan mengangkat tangan hormat.
“Nah gitu donk, baru lonte bapak…kita-pan lagi upacara ngentot…koe
sebagai petugas dan bapak pemimpinnya…maka koe harus hormat dan patuh”
tambahnya.
Karena terlanjur sudah masuk dalam lingkaran setan ini, Diny pun
membuka kancing baju sekolahnya satu per satu. Pak Suparno juga
memelorotkan celananya yang sudah setengah terbuka itu berikut
pakaiannya. Pak Suparno melihat Diny yang bereaksi lambat pada
perintahnya karena membuka kancing saja belum selesai, mulut doernya
ngomel–ngomel tidak jelas karena tidak sabar menunggu gerakan Diny yang
disengaja lama.
“Koe tuh yah…enda usah sok suci…wong koe udah bapak pake’
berkali–kali juga” omelnya sinting sambil membuka paksa kancing baju
Diny.
Namun tidak semua kancing baju sekolah Diny dia lepaskan, dia
menyisakan bagian bawahnya agar tetap terkancing guna untuk menahannya,
karena berikutnya dia membelit dan menyangkutkan baju Diny di bagian
bawah dada persis di perutnya…begitu juga Bra hitamnya dia tarik kasar
turun hingga payudara montok Diny menyembul.
“Whuuuaa….anak sekarang…pada cepat berkembang yah hak hak hak hak” ledeknya sambil meremas–remas payudara Diny.
Rok putih SMU-nya juga dinaikkan oleh Pak Suparno dan dilepitkan di
sekitar pinggang Diny, celana dalam hitamnya masih menggantung di kaki
sejengkal di atas lutut…dimana kedua pahanya masih merapat. Pak Suparno
memegang paha bagian dalam Diny hendak membukanya meminta jalan lalu
melebarkannya bersiap menyetubuhinya. Diny menyenderkan tubuhnya dari
badan hingga kepala pada whiteboard di depan kelas, sementara bongkahan
pantat sekal Diny merasakan dinginnya dinding kelas. Agar tidak jatuh
akibat gerakan brutalnya nanti Diny berpegangan pada kedua pundak Bapak
tua mesum itu.
Jantung Diny berdebar–debar saat melihat kepala penis Pak Suparno
menyentuh bibir kewanitaannya, walaupun dia sudah pernah melakukan ini
berkali-kali dengannya, tetapi dirinya tetap tidak rela disenggamai
Bapak tua petugas TU yang sangat kasar itu. Pak Suparno memegang batang
penis hitamnya dengan sebelah tangan untuk menuntun, sementara sebelah
tangan kiri-nya membentangkan bibir vagina Diny selebar–lebarnya, sampai
terlihat daging-daging kecil merah muda yang berbentuk indah.
“Ja..jangan Tuan…ampun…”ibanya sambil menggelengkan kepala dan menangis.
Pak Parno menyeringai mesum dan,
“Hheeee….!”geram Pak Suparno menyentak penisnya.
Jleebh…bunyi kepala dan leher penis yang berhasil memasuki gerbang surga itu.
“Aaaawh….aaaahh”
“Eeeengh….gile seret Hhhggh”
Keduanya bereaksi menceracau nikmat atas pertemuan awal dua kelamin
itu, Diny melihat ke bawah begitu juga Pak Suparno, Diny menahan nafas
begitu juga Pak Suparno saat menyentakkan penisnya tadi hingga masuk ke
vaginanya baru pada bagian kepala dan lehernya saja karena masih
seret…mereka melihat begitu jelas prosesi kepala penis itu saat memasuki
liang kewanitaan dan terjepit ketat nikmat di dalamnya.
“Busyeeet….seret tenan memek koe…masih kaya perawan…Hheeenngh”komentar Bapak petugas TU itu.
“Ooooohh tidak….dia berhasil menyetubuhiku…kenapa aku merasakan
nikmat…padahal aku tidak mengijinkan si bandot tua bau ini…mana yang
masuk baru kepala penis dan lehernya saja..belum badan hingga
pangkalnya…Oooh..help me God !!” keluh Diny dalam hati.
Mereka sama–sama menghembuskan nafas sambil mengejan nikmat setelah
merasakan step awal prosesi persetubuhan mereka. Pak Suparno menatap
mata Diny tajam penuh nafsu, nafasnya mendengus berat…Diny balik
menatapnya dengan penuh kepasrahan dan mengeluarkan desahan seksi pada
Bapak tua yang sudah menguasai vaginanya itu.
“Ooohhh tidak…dia bersiap melanjutkan ke step berikutnya. Aku tahu
step itu…aku tidak menginginkan itu tapi aku juga menikmatinya” keluh
Diny dalam hati lagi,
Dalam kontradiksi itu Diny hanya bisa meremas–remas bagian pundak Pak
Sukarman, sambil menggeleng–gelengkan kepalanya dengan wajah memelas,
remaja SMU berwajah anggun itu memukul-mukul dada petugas TU itu yang
hendak memperkosanya habis-habisan.
“Sudah Tuan…jangan diteruskan…ampun Tuan…cukup!”iba Diny.
Bapak tua mesum itu menyeringai hingga memperlihatkan gigi hitamnya,
tangan kirinya menangkup pantat sekal sebelah kanan Diny sementara
tangan kanannya mengarahkan penisnya agar pasti pas masuk ke vagina
Diny.
“Nak ning..nik nang nik nung..nak ning”ejeknya, sambil menggoyang kepala berjoget.
“Modar koe”geramnya dengan bangga menyentak masuk penisnya.
Jreeeess………..
“Aaaaaaakhh….”
“Uwooooohh….”
Dua ekspresi kenikmatan yang bersamaan itu keluar dari mulut mereka
hingga menggema di ruangan kelas itu, saat kejantanan Pak Suparno
menyeruak masuk paksa ke liang vagina Diny betinanya, Diny mengembik
sambil mencakar kencang pundaknya, sementara Pak Suparno melenguh sambil
menganga tak percaya merasakan kenikmatan luar biasa berupa jepitan
vagina kencang di penis ereksinya. Batang penis Pak Suparno berhasil
menguasai mahkota kehormatan Diny, mendominasi kewanitaannya, merajai
liang surganya. Begitu mudah penisnya masuk dikarenakan liang senggama
Diny yang juga sudah sangat licin oleh lendir vaginanya sendiri. Mata
mereka berdua masih saling tatap, mata pemangsa dan mata buruan…cengiran
puas di wajah tuanya, Diny pasrah sepasrahnya menatap Bapak tua
penyetubuhnya itu. Nafas mereka kembali berhembus dengan cepatnya, naik
turun keluar masuk hidung. Diny merasa ada sesuatu yang besar mengganjal
di bagian bawahnya, sesak sekali tetapi nikmat. Air matapun mengalir,
bukan karena sakit…melainkan dalam kebimbangan yang tidak pernah
terselesaikan. Yaph, bimbang karena ini semua salah tetapi tidak bisa
dipungkiri bahwa semua ini nikmat.
“Eeennggh…legit pisan memek koe neng !”gumamnya nikmat.
Tanpa membuang waktu lagi, setelah sukses besar menancapkan
kejantanan hitamnya di liang vagina Diny…Pak Suparno langsung
menggenjotnya dengan ganas.
“Aaaahhh…ampun pak…ampun !!”Diny mengembik ampun.
Diny seperti berbicara dan memohon pada benda mati, tidak ada reaksi
balasan baik itu verbal maupun non verbal, baik itu lisan maupun
perbuatan, malahan Pak Suparno bertambah sinting menggenjotnya. Sebelah
tangan Diny mencoba mendorong orang tua bejat itu atas gerakannya yang
brutal itu, tetapi tangannya malah ditangkap Pak Suparno lalu ditekan
keras–keras ke papan whiteboard karena seolah–olah tangan Diny penggangu
bagi dirinya, penggangu untuk dirinya merasakan vaginanya, penggangu
batang penisnya untuk menikmati jepitan liang surgawinya. Penis Pak
Suparno maju mundur di vagina Diny, dia menodainya…siswi pelajar yang
seharusnya di bimbing dan dinasehati bukan di setubuhi. Mata pria tua
itu menatap nanar pada kedua payudara Diny yang terombang-ambing karena
genjotan kasarnya, melihat itu dia tidak bisa menahan dirinya untuk
menundukkan wajah dan mengemut payudara montok Diny dengan mulutnya,
mubazir katanya. Diny merasa emutan lahap Pak Suparno di payudaranya
merupakan rangsangan additional (tambahan) yang sangat manjur, dimana
payudara sensitive itu di tangkup mulut besar Pak Suparno, pentilnya
dijilat-jilat dan hembusan nafas penuh nafsu di area dadanya, dimana
kesemuanya itu membuat dirinya semakin terbang. Diny sudah sangat pasrah
terhadap Pak Suparno, penyerahan tubuhnya total, seandainya Pak Suparno
tidak menangkup pantatnya dengan kasar, menekan keras tangannya ke
whiteboard, dan menyetubuhi dirinya dengan brutal pun…Diny tidak akan
melawan. Payudara Diny memerah akibat cupangan-cupangan Pak Suparno dan
di penuhi liurnya, Pak Suparno menyenggamai Diny dengan
sentakan–sentakan kasar, tidak manusiawi penuh nafsu hewani, sodokannya
sesekali dan jarang tetapi kuat, kencang dan dalam.
Setiap sodokan penis di musiki oleh erangan dan lenguhan kenikmatan
mereka berdua, Diny tidak menangis lagi, malah keadaannya waktu itu
seperti wanita yang sedang horny berat. Senang disetubuhi, menerima
semua sodokan walaupun kasar sekalipun. Mulutnya terbuka, lidahnya
mengambang dan matanya sayu, melayani nafsu Pak Suparno dengan
sepasrah-pasrahnya, menunggu dengan sabar pejantannya itu mencapai
climax sex.Tidak lama Diny merasakan sodokan Pak Suparno terasa lebih
brutal dan lebih dalam, sampai–sampai ujung kepala penisnya terasa di
rahimnya. Tubuhnya lebih terguncang daripada sebelumnya, vaginanya
merasakan sedang mengatup sesuatu benda panjang berurat yang semakin
keras, membesar dan bergetar. Cengkraman tangan kanannya yang tadi
menangkap pergelangan tangan kiri Diny dan menekannya ke papan tulis
semakin kencang…tangan itu digerakkan mendekati rambut Diny, jari-jari
Pak Suparno yang kosong digunakan untuk menjambak rambut Diny, sementara
tangan kirinya semakin gemas dan kencang meremas pantat sekal Diny. Pak
Suparno menyentak–nyentak tubuh Diny dengan penuh nafsu, Bapak tua
mesum itu tampak sudah di ambang klimax, sebelah pantat putih Diny yang
tidak diremasnya menimbulkan suara saat bertepukan dengan dinding dan
badan yang terhempas akibat sentakan menghasilkan bunyi–bunyi gusrakan
di papan whiteboard kelas itu. Suasana perkosaan ditambah ramai dengan
desahan dan lenguhan mereka berdua, Petugas TU itu menggenjot Diny
semakin cepat dan cepat. Mulut Pak Suparno menceracau jorok saat
mendekati ejakulasinya,
“Gilee memek luu…gilee memek lu…legit banget…ngehek..Eeengh !!”
Tak lama Diny merasakan beberapa sentakan kasar Pak Suparno disertai
semburan cairan kental hangat yang membanjiri liang vaginanya.
Petugas TU yang sudah berumur itu mengerang nikmat, dia mengejan
menahan nafas dan menggemeratakan giginya yang hitam dan jarang itu.
Tubuhnya berkelojotan membabi buta tidak jelas arah, menyentak–nyentak
penuh nikmat dibarengi lenguhan nikmat, tangannya menekan kasar tangan
Diny di whiteboard, sebelahnya lagi meremas dengan kencang bongkahan
pantat Diny, matanya nanar memandang wajah cantik Diny, Mlutnya menganga
menjulurkan lidahnya hingga mengeluarkan liur, hidungnya beringus
sangat menjijikan, sehingga Diny betul-betul melihat dengan jarak yang
sangat dekat wajah tua jelek yang semakin jelek saja tidak tertolong,
penisnya berkedut–kedut nikmat, membanjiri liang kewanitaan Diny dengan
spermanya.
Berhasil sudah Pak Suparno mendapatkan apa yang diinginkannya,
berjuta–juta kepuasan terlihat dari cengiran di depan wajahnya persis.
Dia melepaskan pegangan tangannya, remasannya pada pantat Diny dan juga
penisnya ia tarik keluar dari liang senggama Diny, spermanya menjuntai
di antara penis dan vagina siswi anggun berwajah Indo-Japan itu.
Juntaian itu terlepas saat badan Diny ambruk karena kelelahan dan dia
juga tidak menahan tubuh dia, Diny terduduk dengan paha mengangkang…Pak
Suparno juga duduk berselonjor puas dengan nafas yang ngos-ngosan di
depan Diny. Bapak tua petugas TU sekolah itu tersenyum kemenangan saat
melihat hasil karyanya di vagina Diny, dengan kedua jarinya, Bapak
brengsek itu membuka liang senggama yang baru saja memberinya kepuasan
yang sekarang belepotan dipenuhi spermanya.
“Enak tenan memek koe neng heh..heh..heh puas Bapak heh..heh ngentot
cewe cakep kaya neng…”lecehnya puas dengan nafas terengah-engah.
Pak Suparno merubah posisi duduknya menjadi berhadap–hadapan dengan
Diny, dia mengganjal kaki Diny dengan kakinya agar tidak bisa mengatup
dan bunga sekolah itu hanya bisa pasrah. Bapak mesum berumur itu
memasukkan jarinya keluar masuk ke liang vagina Diny yang belepotan
spermanya…karena dia tahu bahwa Diny sedang dalam keadaan “tanggung
orgasme”.
Secara seks Diny menerima perlakuan Pak Suparno, tetapi secara hati
nurani dia masih tetap mempertahankan kehormatannya walaupun sudah
terkoyak–koyak tidak berbentuk.
Maka dengan sigap Diny menggerakkan tangan dengan sisa tenaga yang
ada, mencoba menghalangi jari-jari nakal Pak Suparno yang seperti
tentacle mengobok–obok vagina Diny, tetapi karena motivasinya
setengah–setengah diantara membiarkan tangan Pak Suparno yang bergerilya
di vaginanya karena nikmat yang malah membuatnya mendekati klimaks, dan
menahan jari-jemari setan itu untuk menjaga harga dirinya. Sperma
kental Pak Suparno yang memenuhi seluruh pelosok vagina Diny membludak
keluar.
“Pejuh siapa nih banyak tenan neng…Hak hak hak” ejeknya.
“Cukup pak…sudah…tolong berhenti…Heengh”lenguh Diny lemah diantara nikmat dan benci.
Bibir atas Diny berbeda pendapat dengan bibir bawahnya, vagina yang
tadi sudah becek saat disetubuhi dan sempat berhenti kini kembali
memproduksi lendir–lendir cinta yang menyatakan mutlak bahwa Diny amat
sangat terangsang dengan kobokan nakal tangan kasar Pak Suparno di liang
kewanitaannya. Tidak berapa lama Diny mendesah–desah seksi, tangannya
yang tadi berdiam diri lemas kini menuju ke payudaranya sendiri, lalu
meremas–remasnya seperti saat dia masturbasi. Melihat itu Pak Suparno
menyengir mesum dengan sejelek-jeleknya makhluk, dia senang ternyata
budak seksnya menyerah juga.
“Haaaaahhh….haaaahh….haaahh……”desah Diny berat diambang orgasmenya.
“Iyaaaaahh…Aaahh…iyaa..aaaaahhh”jerit Diny panjang saat orgasme.
Crrrrtttt….cret…seeerr…seerr…crrt !!
Diny mengerang sejadi–jadinya sambil mengejat-ngejat, melepas semua
kemunafikan dan birahi yang sedari tadi ditahannya demi harga
dirinya…kakinya yang ditahan Pak Suparno berkelojotan berontak
menendang-nendang, vagina itu mengeluarkan cairannya yang dari tadi
tertahan di vaginanya. Jus cinta itu memuncrati Pak Suparno yang berada
di depannya, Pak Suparno hanya tertawa sinting, Diny mengejan–ngejan
nikmat dengan desahan seksi dari mulutnya dan mata jelitanya sayu.
Lendir itu mendorong keluar onggokan sperma Pak Suparno, sehingga lantai
kelas itu banjir oleh cairan mereka berdua, setelah selesai Diny pun
langsung ambruk di dada kanan Tuannya Pak Suparno sang pejantan
sekaligus pemenang. Pak Suparno tertawa terbahak-bahak senang melihat
keadaan Diny yang sudah rapuh dan dikuasainya itu.
“Dasar lonte…bilang jangan tapi keluar juga hak…hak…hak”hinanya.
Nafas Diny memburu seperti orang sehabis berlari, mulutnya
megap–megap seperti ikan tidak bisa bernafas, mata jelitanya sayu seksi,
pikirannya kacau balau, karena dia harus mendapatkan orgasme dari orang
yang dibencinya. Pak Suparno menggenggam kedua lengan Diny yang putih
halus itu dengan kedua tangan kasarnya, lalu mengecup mesra bagian leher
kiri Diny, kecupan itu merambat sampai pundak Diny yang harum dan putih
mulus.
“Hhmmm….neng Diny, koe udah keringetan gini masih aja wangi yah…cocok
jadi lonte…bapak suka banget Neng…udah ayu wangi lagi”pujinya diselingi
lecehan.
Diny hanya bisa mendengarkan semua pujian dan lecehan brengsek pria berumur itu karena lemasnya.
Pak Suparno memegang pipi kiri dan kanan Diny lalu berkata di depan wajahnya.
“Neng Diny…koe itu lonte bapak…mulai sekarang…seluruh tubuh koe punya
bapak seorang…badan, rambut, muka, tangan, kaki, bokong, tetek,
memek…semua punya bapak…koe ndak boleh punya pacar…koe harus ngelayanin
bapak, apa yang bapak mau koe musti turutin…ngarti !”kata petugas TU
mesum itu mendoktrin Diny.
Diny memang tidak punya pilihan lain, daripada dia tersiksa mencoba
berontak dia tidak akan bisa, karena bukan saja tenaganya tidak cukup
melawan Pak Suparno yang sudah kesetanan seks itu, namun juga tubuhnya
menikmati pelecehan Pak Suparno, sehingga pro dan kontra perang dingin
di dalam dirinya sendiri. Ia menganggukkan kepala tanda setuju
sebagaimana persetujuan atas perjanjian kerja tanda tangan di atas
materai. Persetujuannya resmi sudah bahwa Diny akan dipekerjakan Pak
Suparno sebagai budak seksnya, seluruh aset dalam tubuh Diny akan
dipakainya dalam urusan seks. Yah, betapa beruntungnya Pak Suparno dan
betapa sialnya Diny. Setelah kira–kira beberapa menit dan tenaga sudah
kembali berkumpul Bapak tua bejat itu berdiri, dia menyeringai melihat
wajah Diny yang seolah takluk serta tunduk patuh padanya, tertawa dengan
sintingnya hingga membahana memenuhi ruangan kelas itu…tertawa
kemenangan dengan congkaknya sambil berkacak pinggang. Diny muak sekali
dengan Pak Suparno sebenarnya tapi juga tidak memungkiri bahwa dia tadi
merasakan nikmatnya orgasme oleh pria berumur itu.
“Ayoh Neng, udah mao sore nih…jangan buang waktu, pepatah mengatakan bahwa waktu adalah ngentot”karangnya.
Entah apa yang dia ingin lakukan lagi, Diny tidak tahu…dia takut,
benci namun juga horny. Sex dengan orang seperti Pak Suparno hanya
membuatnya tersiksa karena serba salah. Pria tua mesum itu nampak puas
sekali dengan tatapan takluk Diny ke arahnya, seperti Budak menatap
Tuannya.
Diny pun mencoba bangkit, namun alhasil dia malah terjatuh karena
lemas, melihat itu Pak Suparno bertindak, Pak Suparno menyuruh Diny
untuk berlutut dengan posisi anjing dia menurunkan celana dalam hitam
seksi Diny di lututnya agar budak seks kesayangan barunya itu tidak
lecet kakinya, lalu dia mengambil sesuatu di meja semacam gelang
berdiameter besar hitam dihiasi bintik-bintik logam bertali rantai
seperti yang dikenakan anjing, kemudian dia melingkarkan benda itu di
leher Diny.
(Oooohh…tidak..!! dia menganggapku seperti binatang piarannya)
Keluh Diny dalam hati.
“Plaaaaakk…”Pak Suparno menampar kasar pantat sekal Diny.
“Aaaauchh…”Jerit Diny kesakitan.
“Ayo…jalan lonte.!!”hinanya sambil memerintah.
“Ba..ba..baik tuan..”jawab Diny takut.
Sebuah potret yang mengerikan, Diny berjalan keluar ruangan dengan
pakaian sekolah seadanya dan acak–acakan sementara Pak Suparno
telanjang, Bapak-bapak berkulit hitam berwajah keras bertubuh pendek
berbadan kurus namun perut buncit, sedang menjinjing seorang gadis
remaja SMU berwajah cantik berbody seksi berkulit putih dan mulus yang
sedang menungging bertumpu pada kedua tangan dan lututnya seperti
anjing.
Tuan Suparno sedang berjalan–jalan dengan “binatang piaraan
kesayangannya” yang bernama Diny Yusvita budak seksnya. Diny berjalan
seperti anjing dengan di lututnya masih tersangkut celana dalam hitam,
baju dan juga Bra hitamnya masih terlipat di bawah payudaranya, sehingga
payudara putih dengan puting merah muda itu menyembul montok, ikat
pinggang kulit hitam lusuh Pak Parno melilit di lehernya, sepatu hak
hitam dan rok putih SMA yang masih terlipat di perut sehingga pantatnya
yang putih semok itu goyang bergelombang seksi saat berjalan merangkak
seperti anjing. Sebelah tangan Pak Suparno menjambak rambut Diny dan
sebelah tangannya lagi usil meraba, mencoel, meremas dan kadang–kadang
sengaja menampar pantat sekal Diny dengan keras hingga si cantik itu
mengaduh kesakitan. Mereka berjalan–jalan melintasi beberapa kelas,
hingga mereka mendekat di suatu kelas dan mendengar suara erangan gadis
yang tidak seorang tetapi banyak dan juga bunyi tamparan–tamparan yang
tidak asing serta suara tawa serak pria tua yang menjijikan.
Jantung Diny pun berdegup kencang, dia mulai menerka–nerka dalam hati suara siapakah gerangan.
(Siapakah mereka..?)
(Suaranya seperti aku kenal…?)
(Apa yang sedang mereka lakukan ?)
(Adakah yang bernasib sama denganku ?)
Akhirnya Diny dan Pak Parno sampai di depan pintu kelas, dan
terlihatlah pemandangan yang edan namun menggairahkan bagi keduanya. Pak
Suparno melihat pemandangan itu dengan penuh nafsu, sementara Diny
melihat itu dengan mata tidak percaya dan ketakutan hingga meneteskan
air matanya. Ada 3 Bapak–bapak tua mesum dan 3 orang siswi juga di kelas
itu yang dikenalnya, keadaan para gadis sudah setengah bugil sama
persis seperti dirinya dan ketiga pejantannya sudah memakai kaos singlet
yang sudah usang dan sudah melepas kolor mereka. Penis ketiga
Bapak-bapak itu mengacung tegak siap beraksi, gilanya lagi property yang
dikenakan para gadis sama seperti Diny, pakaian seragam
putih-putih..peci paskibraka berikut bros bendera indonesia..syal merah
putih di leher..pakaian dalam serba hitam tipis..dan sepatu hak hitam
seksi.
(Oooh Tuhan….tidak !! tidak mungkin !!)
(Dimarsasih…Abah Ro’un…mba Shinta…dan siapa itu…siapa orang di dalam
rok mba Shinta…Sabrina, si cantik Blasteran itu dan Babeh Ti’ung).
(A….a…a..ada apa ini ?)tanya Diny dalam hati tidak percaya.
(Ti..ti..tidak mungkin…apalagi…mba Shintaku…idolaku…dia adalah kakak
kelas idola sekolah…tidak mungkin…mu..mustahil dia seperti
ini…Di..di..dimar juga).
(Tidaaaaaaakk……….)jerit Diny dalam hati,
Gadis ABG cantik itu menggeleng-gelengkan kepalanya, air mata mengalir indah dari sudut mata jelitanya membasahi pipinya.
Apa yang terjadi dengan mereka…??
Kenapa mereka juga bisa seperti ini ??
Siapakah mereka…??
********************************
Pengenalan tokoh.
1st Couple

Dimar
Dimarsasih, fisikly wajahnya tidaklah
blasteran maupun oriental namun cantik, kulitnya putih mulus dan
benar–benar halus, teman–temannya sesama wanitapun banyak yang iri
padanya, tinggi berkisar 163, rambut lurus tetapi bergelombang di
ujungnya. Perangainya angkuh, pemilih dalam berteman (baik itu siswi
maupun siswa) dan terkenal jual mahal pada pria-pria yang isi kantungnya
pas–pasan. Perkataannya keji dan menyakitkan hati, terutama kepada para
siswa yang tidak masuk kriteria namun menyatakan Cinta padanya. Pasti
akan ditolaknya mentah-mentah bahkan ada yang dipermalukan dia di muka
umum. Kriterianya itu pria yang menaiki kendaraan roda empat, walaupun
tidak tampan asalkan berkendaraan, pasti bisa mobil goyang di Ancol, dia
pelacur angkuh berpakaian pelajar.

Abah Ro'un
Abah Ro’un, bekerja sebagai satpam sekolah
penjaga pintu gerbang, berumur sekitar 40–50an, tubuh gempal, perut
gembrot penuh lemak, mulut tebal, pendek, kepalanya gundul pada bagian
tengah, tapi di sisi kiri dan kanannya ada rambut tipis melingkar
kebelakang. Kebiasaan buruk Abah yaitu dia suka sekali mencolek dan
menepuk pantat siswi-siswi terutama yang datangnya telat atau ketika bel
sekolah berdentang, sudah banyak laporan pengaduan terhadapnya tetapi
semua mentah, entah kenapa.
Dimar sebagai salah satu siswi yang terkenal cantik di angkatannya,
dilengkapi dengan pantat semok, seringkali menjadi incaran empuk bagi
Abah, apalagi Dimar tidak jarang telat saat datang pagi ke sekolah,
satpam itu terkadang sengaja bahkan tidak segan-segan untuk meremasnya
sambil tersenyum mesum, Dimar hanya merengutkan wajah cantiknya menatap
Abah dengan galak.
2nd Couple

Sabrina
Sabrina Inggriani, Gadis berwajah blasteran
Indo–Europe Belanda, profilenya itu mirip artis Cornelia Agatha, disapa
Bule walaupun banyak di sekolah yang juga berwajah Indo, seangkatan
Diny, kulit putih, rambut panjang kemerahan dan berpostur tubuh tinggi.
Dia gadis pendiam, penyendiri dan penuh misteri. Kontradiksi dengan
profesi dirinya sebagai foto model majalah remaja, dimana seharusnya dia
memiliki banyak teman di sekolah.

Babeh Ti'ung
Babeh Ti’ung, Pria udzur ini adalah penjual
makanan di kantin sekolah, bisa dibilang dia yang pertama berdiri. Para
Guru-guru jika ingin makan siang pesannya juga biasa pada Babeh Ti’ung
ini. Kakek ini walaupun sudah bau tanah tetapi masih sehat karena sering
bergerak, tinggi kurus, rambut putih dan sering memakai topi koboi.
Mulutnya itu hitam menjijikkan karena hobby menghisap rokok murahan,
usia berkisar antara 55 – 65an.
3rd Couple

Shinta
Shinta Septianti adalah gadis
remaja kelahiran Bandung. Wajah Shinta cantik tulen khas gadis Jawa
Barat, kulit putih bak bangkuang, rambut pendek dan sering dikuncir
model buntut kuda.Wajah dan senyumannya itu luar biasa manis, semua
orang pasti suka jika bicara berhadap–hadapan dengannya meskipun wanita
juga. Dia kakak kelas idola Diny dan seluruh adik kelas baik itu siswa
maupun siswi. Seringkali mendapat juara umum di sekolah, saat ini dia
duduk di kelas 3.
Who’s the Male…?!.
<><><><><><><><><><><><><><><>
Pemandangan yang dilihat Diny di luar kelas ketika itu, Shinta sedang
mendesah–desah, wajah manisnya bertambah seksi saja dengan mata sayu
terangsang tidur terlentang di atas meja guru, rambutnya dikuncir kuda,
topi pakibraka sudah terlepas menggeletak di meja. Tangan kanannya
meremas-remas kepala orang yang ada di dalam rok, dan satunya meremas
payudaranya sendiri yang sudah menyembul keluar Bra berwarna hitam itu.
Kakinya menekuk seperti huruf V mengangkang di depan orang yang ada
di bangku guru itu, rok tersingkap sedikit sehingga terlihat ada sebuah
kepala disana. Betisnya yang putih padat itu disandarkan ke bahu pria
tersebut, tangan si pria mengelus-elus betis dan paha putih mulus
Shinta, sementara tangan satunya mengocok–ngocok penisnya sendiri.
Dari selangkangan yang masih tertutup rok itu terdengar suara,
“Shrrpph..Cep..Cep..Aaah !!” komentarnya. Sudah jelas apa yang dilakukan
pria mesum itu di selangkangan Shinta, apalagi celana dalam hitam
menggantung di pergelangan kaki kirinya, sepatu hak hitam masih
terpasang dan menambah indahnya pemandangan dari makhluk paling seksi
itu.
<><><><><><><><><><><><><><><>
Dua buah suara yang mengundang perhatian itu, rupanya terdengar dari
dua gadis yang juga terkenal diburu para makhluk ber’titit’, yaitu
Dimarsasih dan Sabrina. Dimana para pria berumur yang sedang
mengeksekusi korbannya itu sudah hampir bugil dengan penis mengacung.
Tentu mereka senang menyiksa budak seksnya yang cantik dan seksi dalam
keadaan tidak berdaya itu.
Dimar menelungkup di atas meja belajar pada bagian badan, pantat
menungging dan kaki membentang lebar di lantai kelas. Baju dan bra hitam
sudah tersingkap, maka payudara tertindih badannya sendiri di atas meja
itu. Rok juga tersingkap ke pinggang dan celana dalam hitamnya sendiri
disumpalkan ke mulutnya. Pergelangan tangan kanannya terikat dengan
seutas tali kebelakang dengan pangkal siku kiri, sedangkan pergelangan
tangan kirinya terikat dengan pangkal siku kanan, topi paskibrakanya
telah jatuh ke lantai, tetapi syal merah putih masih terlingkar di
lehernya. Di vaginanya menancap batangan karet panjang berbentuk penis,
benda itu sudah penuh diselimuti lendir surga. Pantat sekalnya berulang
kali menerima lecutan ikat pinggang pria tua itu, Ctaarrrr…!!
Ctaarrr…!!.
“Hhmmppph….Hhmmpph”jerit Dimar yang teredam oleh celana dalam.
“Gemes gue sama ini pantat…montok banget Beh !”komentar satpam
bernama Ro’un itu. Panggilan akrabnya di sekolah Abah Ro’un atau Abah
saja.
Sambil meremas gemas pantat Dimar, dengan menyebalkan tangan gemuknya
menampar pangkal Dildo dan menyebabkan rangsangan pada vagina Dimar
yang sudah lembab itu. Gilanya lagi, Abah sengaja menjilat pantatnya
yang bilur-bilur kemerahan bekas lecutan.
“Iya ‘Un sama, gua juga…putih mulus pula !!”sahut Kakek di
sebelahnya, yang bernama Ti’ung. Panggilan akrabnya di sekolah Babeh
Ti’ung atau Babeh saja. Babeh juga sedang beraktifitas melecuti pantat
gadis remaja berwajah Indo di depannya, dimana keadaannya juga sedang
terikat kebelakang oleh seutas tali namun tersilang pada bagian
pergelangan tangan. Posisinya sama menelungkup nungging di atas meja
belajar, hanya Sabrina ada di deret kedua setelah pintu masuk, Dimar di
deret ketiga persis disamping deret meja guru. Mulut gadis Indo itu
tidak disumpal seperti Dimar, tetapi celana dalam hitamnya sudah
menggantung di paha kirinya. Tentu menancap batang karet panjang juga di
vaginanya.
Tubuh Sabrina dan Dimar yang so pasti menggiurkan kaum lelaki itu
jadi bulan–bulanan para pria tua maniak seks yang tidak bertanggung
jawab, mereka melanjutkan lecutannya di pantat para gadis yang membuat
Diny miris menyaksikannya.
Ceplak..ceplak..ceplak !! Kaki jenjang bersepatu hak hitam mereka
menyentak-nyentak lantai kelas apabila kulit mulus mereka sudah mencapai
batas menahan sakitnya lecutan.
“Modar pantat koe…!! Bandel ya Neng ayu Hiih..!! Rasain koe Niih !!”katanya gemas.
Plaaakkk…!! Plakk…!! Plaakk…!!. “Aaaakh…ampun Beh Aaakh…Aaaaakh”.
Suara itu berasal dari Sabrina, siswi cantik berparas Indo-Euro itu
dan Babeh Ti’ung serta lecutan kain basah ke pantat putih sekal Sabrina
yang sedang menungging pasrah. Kain basah yang digunakan oleh Babeh
untuk melecut itu tidak lain adalah handuk putih kecil yang selalu di
kalungkan di belakang leher tuanya. Biasa dikenakan tukang-tukang becak,
dengan handuk basah itu kontan membuat pantat putih sekal Sabrina
menjadi kemerahan dan basah, hingga semakin seksi sempurna saja body
siswi SMU berwajah Indo Belanda itu, sangat mutlak dan pastinya menambah
nafsu birahi si Babeh.
“Beh…kesiniin dong kainnya…buat hukum si montok galak ini hihihi”kata Abah pada Babeh sambil tertawa sinting.
“Oh, ya wis dah…tukeran yak kalo gitu…”sahut Babeh Ti’ung mengambil
ikat pinggang Abah. Setelah menerima ikat pinggang, tangannya meremas
gemas habis-habisan pantat Sabrina.
“Body Neng Sabrina emang mantep…udah putih sekel lagi !! Babeh demen
banget Neng He’eh…!!”ujar Babeh. Ctarrrr…!! Ctaarrrr…!! Ctaarrrr…!!.
“Aaaakhh…sa..sakit Beh Aakh…ampun Aaakh..!!”iba Sabrina, saat Babeh
melayangkan ikat pinggang. Kakek itu terangsang dengan suara jerit dan
permohonan Sabrina, tangan sebelahnya mengocok-ngocok penisnya yang
mengacung.
“Hi hi hi hi….sakit yo Neng ayu…aduh kaciaaan deh…!”ujar Babeh kurang
ajar sambil mengusap-usap lembut pantat Sabrina lalu menjilat pantatnya
sambil mencucup dengan gemas, sehingga luka akibat lecutan itu terbasuh
dengan nikmatnya rangsangan. Namun tidak lama kembali terdengar jerit
derita Sabrina, begitu terus menerus, lagi dan lagi. Setiap kali pantat
putih Sabrina memar kemerahan, kembali diusap-usapnya dan dijilat, lalu
kembali dilecutkan lagi, sesekali pantatnya juga ditampar Babeh dengan
kasar hingga terdengar bunyi tepukan keras. Plaaakk…!! Plaaakk…!!
Plaaakk…!!.
Diny sempat bertanya-tanya dalam hati,
(Ada apa gerangan di balik kehidupan Sabrina, karena setahuku,
Sabrina adalah anak orang kaya bergelimang harta, tidak ada masalah
keuangan, lebih beruntung tidak seperti dirinya, pasti ada hal yang
sangat fatal sehingga gadis berwajah Indo cantik jelita dan bertubuh
seksi itu bisa dipermainkan sedemikian rupa oleh para Bandot, demikian
juga pada Dimar dan Shinta, ada apa di sekolah ini, memang banyak
keanehan yang terjadi).
Di tempat lain, terdengar lecutan dan erangan Dimar yang teredam oleh
celana dalamnya sendiri, mata jelitanya menajam, wajah cantiknya
meringis, giginya menggigit celana dalam hitamnya sendiri di mulutnya
dan kaki bersepatu hak hitamnya menghentak–hentak ke lantai saat Abah
Ro’un melecutkan handuk kecil basah itu ke pantatnya. Abah juga
bergairah mendengar suara geraman Dimar yang teredam itu semakin
melemah. Pria berperut buncit itu pun melepas sumpalan celana dalam di
mulutnya.
Abah Ro’un satpam tua itu menaruh kain basah itu di meja tempat Dimar
tertelungkup menungging seksi, begitu juga Babeh Ti’ung menaruh ikat
pinggangnya. Mereka kompak menjambak kedua budak seksnya, mengarahkan
wajah cantik jelita mereka ke penis yang sedang dikocok-kocoknya. Dan,
CROOOOOTTT !! BLAARRR !! CROOOTT !!. Dalam hitungan detik wajah yang
diakui kecantikannya satu komplek sekolah, belepotan sperma yang
disemburkan pria bersosok menjijikkan. Dimar danSabrina menjerit kecil
menerima tiap semburan itu. Wajah cantik Dimar dan blasteran Sabrina
dipenuhi cairan putih pekat, kental dan bau amis.
“Eeeengghh…Eeehhh enakk…hi hi hi kasian cantik-cantik belepotan peju
hak hak hak!” tawa mereka menyebalkan, dan meratakan sperma ke sekujur
wajah bidadari itu. Setelah itu pula, kedua bandot menutup paksa hidung
para gadis, sehingga otomatis mereka pun membuka mulut lebar-lebar.
Masuklah penis hitam kurus panjang milik Babeh ke dalam bibir tipis
Sabrina, dan penis gemuk Abah masuk ke bibir seksi Dimar, diiringi
lenguhan para bandot menikmati pergesekan itu.
“Hhmmppphh…Mmppphh !!”suara Sabrina dan Dimar yang teredam penis.
“Ayoo…bersihin perek !! jangan sampe ada peju yang nyisa…kalo masih
ada awas ya !! Abah pecut lagi nanti loh…!!”ancam Abah sambil menjambak
Dimar, wajah buruk muka yang penuh lemak itu melotot sangar di
hadapannya
“Iya Neng…ayoo, bersihin punya Babeh juga !!”perintah Kakek penjual
makanan kantin sekolah itu juga pada Gadis SMU foto model. Sabrina
menatap iba Babeh dengan mulut dipenuhi penisnya.
Bidadari berstatus pelajar itupun terpaksa mengulum dan menjilat sisa
sperma yang ada di penis menjijikkan mereka. Para bandot itu
melenguh-lenguh keenakan dengan kepala mendongak ke atas langit-langit
kelas. Terkadang para bandot itu terlalu dalam menekan masuk ke
kerongkongan, hingga mata Dimar dan Sabrina terbelalak dan
terbatuk-batuk setelahnya. Sekiranya cukup, Babeh dan Abah menarik
kuluman mulut di penis dengan menjambak kasar, lalu memposisikan dua
bidadari yang masih terikat di kedua tangannya itu pada meja kembali
menelungkup nungging. Mereka melepas Dildo yang menancap dan
mencampakkannya ke lantai bersamaan.
Abah yang berjari gemuk mengobok keluar masuk vagina Dimar, tangan
gempalnya itu meremas payudara sambil menjilati pantat sekalnya yang
masih memar merah. Pertama bersentuhan tubuh Dimar bergetar, karena
masih merasakan perih di permukaan kulitnya. Namun lama kelamaan, rasa
perih dan panas sirna dikit demi sedikit. Satpam itu terlihat getol
menjilati bongkahan pantat tersemok di sekolah, Dimar memang terkenal
salah satu gadis terseksi diantara yang paling seksi.
Abah merasakan vagina Dimar mulai banyak memproduksi lendir, tanda
dia sudah larut dalam nafsunya. Kakinya yang bersepatu hak hitam
menjinjit seksi, sehingga pantat putih sekal itu semakin menantang saja.
Melihat itu Abah menyambut baik dengan mengecup gemas pantat Dimar,
mulut berbibir tebal itu membuka seolah ingin menelan bulat-bulat.
Lidahnya disentil-sentilkan ke permukaan kulit pantatnya yang kemerahan
bekas lecutan, mengobati sejenak rasa perih disitu. Satpam sekolah itu
juga mengusap-usap kulit mulus bak sutra Dimar, serangan birahi itu
berhasil. Dimar merasakan sakit berbalut nikmat.
Dimar merasa perih di pantatnya sudah sirna, malah jilatan Abah di
pantatnya merupakan rangsangan manjur untuknya mencapai orgasme, bagian
tubuh yang sangat dibanggakan olehnya itu rupanya bagian yang sangat
sensitive, dan mudah untuk dirangsang. Abah langsung tersenyum mesum
mengetahui hal itu, dia semakin gemas melihat pantat Dimar bergelombang
seperti ombak di lautan saat lidah kasarnya menjilat daging montok itu.
Jari gemuk milik Abah yang keluar masuk vagina merasakan denyutan dan
jepitannya, satpam tua itu mengeluar-masukkan jari secara cepat, pro
dan kontra pun timbul di dalam hati maupun vagina. Setiap Abah
memasukkan jari tengahnya ke vagina Dimar, liang itu seperti merekah di
dalam memberikan petunjuk jalan, dan ketika Abah menarik jarinya vagina
Dimar menjepit, seakan-akan tidak rela kehilangan jari gemuk itu.
“Hak hak hak…gila nih memek…bisa begini…heh perek !!pelanggan lo kontolnya kecil-kecil kali ye…masih seret gini”hina Abah.
Dimar marah sekali dicemoohkan demikian, walaupun hatinya juga
mengakui dia jalang, yang jelas vaginanya memberontak membelot atas
dirinya, vaginanya lebih jujur daripada dirinya yang munafik itu. Abah
semakin gemas, dia dengan kasar mengobok-obok keluar masuk sangat kasar.
Alhasil, timing vagina itu tidak sama dengan jari Abah, saat vagina
membuka, jari Abah keluar. Dan saat liang vagina itu menutup, jari Abah
masuk. Hal itu membuahkan birahi extra bagi Dimar akibat ngilu nikmat di
liang surganya. Pantat seksi si cantik itu bergerak brutal menandakan
dia menggapai orgasmenya.
“Iyaaahh…Iyyaaaahh !!”.
Tubuh seksi itu mengejat–ngejat, kaki jenjang Dimar yang mengenakan
sepatu hak hitam menyentak–nyentak lantai. Lendir vagina itu membasahi
meja yang ditidurinya, pangkal paha, betis, hingga jari gempal Abah.
Abah menanamkan jarinya di vagina Dimar dalam-dalam mengikuti pergerakan
pantat Dimar yang bergerak tak menentu arah. Penjaga pintu gerbang
sekolah itu mencabut jarinya dan langsung menyeruput jus Cinta vagina
Dimar.
Dari mulai betis sampai pangkal paha mulusnya, lendir vagina yang ada
di tangannya pun juga tidak di sia-siakan, mubazir katanya. Abah
mencabut jari gemuknya yang belepotan lendir tersebut. Pria tua itu
mengendus-endusnya sebentar, lalu mengemut jarinya sendiri dengan rakus.
“Shhrrpp…cep..cep Aahhh…ramuan awet muda !”komentarnya.
<><><><><><><><><><><><><><><><><>
“Aaaahh…Sssst, Aaaahh…Ssstt, Aaaahhh !!, desah gadis SMU berparas Indo itu.
Kakek penjual makanan itu melakukan ‘kegiatan’ yang berbeda dalam
mengerjai Sabrina dalam derita birahi, kedua jari jempolnya membuka
bibir vagina Sabrina lebar-lebar, dan lidah kasarnya menggelitik daging
merah muda berlendir itu. Kakek yang kerap disapa Babeh Ti’ung terlihat
senang sekali menjilati bagian itu, apalagi sewaktu jarinya melepas
pembentangan vagina, sehingga merapat membentuk bibir yang menggemaskan.
Kontan mulut hitam Babeh pun akan langsung melahapnya secepat kilat.
Kaki jenjang Sabrina yang bersepatu hak hitam menyentak lantai kalau
sudah diperlakukan demikian.
Sabrina mendesah seksi tak berdaya, desahannya penuh kepasrahan
menikmati. Sabrina menggerakkan bola mata jelitanya memandang seksi
penuh gairah ke Babeh Ti’ung saat itu, Babeh hanya membalas dengan
menyeringai mesum. Namun sayang beberapa detik kemudian, Sabrina yang
malang itu membuang muka dengan wajah meringis dan mulut mendesis perih,
Plaaakk !! saat Babeh melayangkan sebuah tamparan telak tepat di bekas
lecutan sambil tertawa terbahak–bahak menyebalkan.
Babeh sebagai pria berumur yang penuh pengalaman dalam hal seks,
mengetahui budak seks cantiknya yang masih bau kencur ini mendekati
Orgasmenya, dia mengobok–obok vagina Sabrina dengan gencar, jari tengah
nakal itu beraksi keluar masuk. Lidah kasarnya mennyusuri sisi panjang
bibir vagina.
“Ehmm…Iyaahh..Iyyaaaaaahhh…Aaaaanghh !!”.
Sabrina menggapai orgasme melepas desahan penuh nikmat, pantatnya
bergoyang seksi seperti striper. Jari tengah Babeh masih menancap
seluruhnya di vagina. Jus vaginanya membludak keluar, mengucur deras
melalui pangkal pahanya sampai betis, lendir itu juga keluar seperti
cipratan–cipratan kecil. Babeh bukan main senangnya, dia masih menahan
jarinya di vagina. Meja yang ditidurinya borgoyang seperti terkena gempa
saja, gerakan tubuhnya saat orgasme sedikit brutal. Babeh merasa gagah
di depan budak seks cantiknya itu. Kekuatan tersembunyi di balik usianya
yang sudah senja, muncul karena dia berhasil menaklukan gadis secantik
si Bule Sabrina.
Babeh langsung menyeruput lendir vagina itu. Sluurrpp…Sshrrpphh !!.
Bagaikan orang kehausan di gurun pasir, Babeh menyeruput lendir
vagina gadis Indo itu yang meluber keluar seperti orang yang menyeruput
kopi pagi, lidah kasar Babeh sempat-sempatnya dengan nakal
menyentil–nyentil klitoris dan gemerintil daging di dalam liang vagina
yang sedang sensitif–sensitifnya itu, lendir vagina Sabrina
muncrat-muncrat kecil menyiprati wajah Babeh. Kakek itu malah tersenyum
mesum riang gembira, madu vagina yang melekat di wajah dia sapu dengan
tangan dan langsung menjilatnya sambil tertawa sinting. Hidungnya
menghirup aroma vagina sekuat tenaga, sehingga tawa Babeh yang lantang
itu sesekali teredam.
Lidahnya tak luput menjilati lendir yang mengalir di sekujur paha
Sabrina, dimulai dari pinggiran pangkal paha sampai betis. Semua disapu
Babeh hingga habis, sampai–sampai kaki itu menjadi semakin putih
mengkilat. Pokoknya semua lendir vagina Sabrina habis sudah
ditenggaknya, tapi Babeh masih saja terus menjilat dan menyedot sehingga
vagina Sabrina penuh dengan air liurnya dan gadis Indo itu kembali
Horny, dia bangkit sambil mengecup pantat Sabrina, seakan–akan berterima
kasih atas Jus Manis Cinta gratisnya.
“Hihuuy…Jamu awet muda …Enyaak…cep..cep !!”komentar Babeh norak.
“Hak hak hak…enak Beh..?!”tanya Abah.
“Enyak enyak…hi hi hi manis kaya orangnya !!”jawab Babeh.
“Nonok Neng Sabrina emang gurih…Babeh jadi seger…ngewe ah !!”.
Babeh Ti’ung berdiri dengan satu tangan memegangi pinggang Sabrina,
dan satunya lagi memegangi penisnya yang sudah dari tadi tegak mengacung
menahan nafsunya.
“Hoooiii…gua duluan nyoblos yak…’gak tahan lagi nih Titit…pengen ngewein si Neng cantik ini”kata Babeh edan.
“Woi tunggu Beh…bareng atuh..!!”sahut Abah.
“Olalah…ok dah…kita lomba yak…yang kalah nraktir rokok..!!”tawar Babeh.
“Okeh…kecil..paling Babeh moncor duluan eheheh”ejek Abah.
“Wuiy…boleh coba Tong…umur tua-an gua tapi kemampuan ngentot gua di
atas lu”kata si Babeh sambil merenggangkan kaki Sabrina, untuk memasuki
area persetubuhan, dan mengangkat sebelah kaki kirinya dan dipapah ke
bahu kanannya .
“Ok dah…ga usah banyak omong…kite buktiin !!”sela Abah yang juga bersiap-siap.
“Nah sekarang….”, Abah berdiri dan memegang senjatanya yang telah terkokang siap menembaki kewanitaan Dimar.
“Giliran kontol Abah nih ngerasain memek Neng Dimar yang ca’em hak
hak hak…!!”. Tubuh Dimar sudah terlalu lemas untuk berontak, ditambah
dengan keadaanya yang tidak memungkinkan karena tangannya diikat sana
sini, dia tidak bisa apa-apa selain pasrah.
“Bah…ampun bah…udahan yah…saya capek”iba Dimar pada satpam tua itu.
“Lah…Neng mah enak udah keluar atuh…Abah kan belom sayang…Abah mau
ngentotin Neng Dimar dulu dong bentaran !!”jawabnya ringan sambil
tersenyum mesum.
Mendengar permohonan itu, bukan membuatnya iba, tapi malah
menambahnya semakin nafsu. Abah mengocok-ngocok penisnya yang sudah
mengacung siap mengoyak-ngoyak vagina Dimar, tangannya yang satu membuka
bibir vagina dengan dua jari gemuknya, sehingga liang surgawi itu
menunjukkan celah jalan berwarna merah muda, siap untuk ditelusuri oleh
Abah Ro’un sang pejantan yang naksir berat padanya. Abah menekan paksa
masuk penisnya, sehingga kepala dan leher penis yang besar serta aneh
bentuknya itu berhasil terjepit di vagina Dimar, si cantik merasa penuh
sekali di vaginanya, berbeda sekali dengan yang sebelumnya, padahal
ukuran jari Abah termasuk besar karena gemuk, tetapi ini berbeda pikir
Dimar, baru kepala dan lehernya saja dia sudah merasa penuh.
(Gila…ini gilaaa…!!),pikir Dimar tak mau percaya dan berharap ini hanya mimpi.
“Ooookhh…Gileee…memek..Neng Dimar..seret banget… Eeenggh !!”lenguhnya.
Tubuh satpam sekolah itu bergetar nikmat, kepala dan leher penisnya
terjepit ketat oleh dinding vagina Dimar yang super peret, erat dan
sangat legit, berkali-kali Abah menahan nafas karena nikmat yang
mengalir di sekujur tubuhnya. Dimar yang memang sudah merasa terlalu
sering digauli oleh Abah, tetap saja merasa nyeri setiap kali
persetubuhan karena perbandingan yang tidak adil antara penis Abah dan
liang vaginanya yang kecil.
Dimar menahan nafas karena merasa penuh sesak di selangkangannya, si
cantik angkuh itu sedikit panik karena begitu besarnya benda di
vaginanya yang baru masuk kepalanya saja, maka dia menggerakkan
pantatnya mencoba melepaskan diri dari Abah dan kelamin gemuk yang
menyiksa vaginanya, mengetahui hal itu Abah langsung bertindak tegas.
Plaaakk !!. “Aaaaakh…sakit !”jerit Dimar atas reaksi tamparan keras Abah di pantatnya.
“Jangan bergerak…!! mau kemana lu ?? memek lu punya gua tau !!”omelnya sinting.
Melihat jika dia berontak atau melawan hanya menambah nafsu
pemerkosanya, maka dia memutuskan untuk pasrah dan melayani Abah,
sebagaimana sering dilakukannya. Dimar mengerahkan tenaga yang ada
karena setelah orgasme tadi tubuhnya lemas, untung saja wanita memiliki
daya tahan lebih jika dibanding pria saat bersetubuh. Dimar mengangkat
pantat lebih tinggi hingga semakin menantang pejantan bertubuh gempal di
belakangnya, tentu saja itu merupakan kabar gembira buat Abah yang
langsung tersenyum sinting.
Apa yang terjadi di luar prediksi Dimar, baru saja dia siap-siap
mengambil nafas. Abah langsung menyentak masuk penisnya dengan sangat
kasar hingga mendorong ke depan tubuh Dimar yang tertelungkup nungging.
Sampai-sampai meja yang ditidurinya terseret bergeser beberapa petak
lantai menabrak bangku meja di belakangnya hingga berdempet.
“Heeeeenggh….!!”geramnya. Zreeeekk…!!, penis Abah mendobrak masuk.
Gusraaaakkk…!!meja dan bangku yang porak poranda.
Gadis SMU cantik berbody bohai itu langsung meraung bagai serigala
terluka, serigala yang kena jebakan, serigala bodoh terkena jebakan yang
sudah diketahuinya. Sementara Abah merasakan hal yang sangat
berlawanan, yaitu berjuta kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan
kata-kata. Bibir tebalnya menganga dengan liur menetes tanda nikmat
dirasakan sekujur tubuh gemuknya, matanya semakin membesar, nafasnya
berat menahan nikmat. Dimar merasa kalah karena berhasil dipecundangi
oleh satpam sekolahannya itu, sedang Abah melenguh merasakan nikmat
kemenangannya menguasai Dimar.
“Eeengh…gilee..Neng Dimar..memeknyah…Hhegh…legit rek !!”lenguh Abah nikmat.
“Aaaakh…sakitt…memek gue…bandot…Aaanggh..Shiit !!”mulut jalangnya protes.
Dimar tidak lagi merasakan sekedar penuh, tetapi sekarang dia merasa
vaginanya hilang, sejenak yang ada hanya gumpalan besar daging di
selangkangannya yang sudah menyatu dengan vagina di tubuh moleknya,
mereka telah sempurna bersetubuh.
Yap, itulah makna persetubuhan…dimana wanita dan pria menyatukan
raga, keadaan itu yang melingkupi status Dimar dan Abah Ro’un, Beauty
and the Beast. Pasangan seks yang kontras dilihat dari segi manapun,
yang sangat tidak bisa dipercaya bisa saling kenal, bersentuhan bahkan
bisa bersenggama, namun semua kenyataan ini terjadi adanya, mereka sudah
sering melakukannya dimanapun dan kapanpun. Gadis SMU cantik semok ini
ternyata sering disenggamai oleh Abah satpam sekolahnya.
Abah sengaja mendiamkan penisnya beberapa saat merasakan jepitan
nikmat liang vagina Dimar. “Giliran Babeh…Eeenggh !!”kata Abah seraya
melenguh menahan nikmat.
“Ok !!”Babeh pun langsung menempelkan kepala penisnya di bibir vagina Sabrina.
“Ja…jangan…ampun Beh…udah cukup…!!”ibanya mustahil.
Babeh hanya menyeringai mesum mendengarkan itu, dia sudah terlalu
sering mendengar kata-kata itu dari mulut Sabrina, karena memang ini
sudah yang kesekian kali Sabrina disetubuhinya, Sabrina adalah hadiah
dari Pak Suparno sejak Pak Suparno mendapatkan pelacur barunya
kemarin…Diny, Sabrina adalah budak seks resmi milik Babeh Ti’ung.
“Opo Neng ayu…jangan opo…jangan diewe opo jangan berhenti..”ejeknya.
“Ja…jang..jangan die.WeAaaakhh”erangnya karena Babeh sudah tak tahan
dan langsung mencoblos vagina Sabrina, gadis SMU berwajah Indo itu. Kaki
sebelah kanan Sabrina yang bersepatu hak hitam berjinjit seksi,
tubuhnya terdorong dan terasa terbelah dua.
“Whuuaaa…maknyus Nono’e!!”reaksi Babeh, saat penis keriputnya
berhasil membelah bibir vagina Sabrina yang sudah berlendir dan
belepotan liur itu, hingga menancap masuk vagina dari kepala sampai
pangkal penis, di samping penis Babeh memang sudah sering keluar masuk,
seakan-akan vagina Sabrina sudah kenal baik dan lenguhan nikmat pun
terdengar dari dua insan berlainan jenis, umur dan warna kulit itu.
“Ooooghh…legit pisan..Nonok Neng ini…Eeennggh..!!”komentar Babeh.
“Aaanggh…Beh…Ekkghh..Heeeghh…!!”lenguh Sabrina nafsu berat.
Babeh sengaja mendiamkan penisnya beberapa saat merasakan jepitan
nikmat liang surga Sabrina. Keduanya sama, menahan nafas karena
nikmatnya yang luar biasa itu, yang satu karena ada sesuatu yang panjang
keras berurat mengganjal di liang vaginanya, yang satu karena terjepit
nikmat oleh sesuatu yang seret…erat dan ketat…berlendir namun hangat dan
legit…berdenyut-denyut…mengatup setiap inchi permukaan kulit
penisnya…setiap centi kulit penis berurat itu bergesekan dengan dinding
vagina…dimana pemilik vagina legit yang sedang dinikmatinya itu adalah
seorang gadis Indo cantik nan seksi…suatu keberuntungan yang luar
biasa…keberuntungan seorang kakek-kakek pula…surga yang nyata, kata-kata
saja tidak akan bisa untuk menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
Tanpa membuang waktu lagi, mereka langsung menggenjotnya seperti
orang kesurupan dengan style yang berbeda, Babeh dengan gaya gunting
sementara Abah dengan Doggy style pasti, mereka merasakan nikmat di
sekujur tubuhnya, yang bersumber dari penisnya yang terjepit liang
legit, karena itu para bandot menggenjot para gadis dengan ganas dan
kasar sampai tubuh mereka terhempas, akibat gerakan yang brutal dan
terlalu bernafsu. Abah Ro’un dan Babeh Ti’ung seperti berlomba di pacuan
kuda saja, buah zakar mereka bertepukan dengan pantat sekal dua gadis
itu, sesekali mereka melayangkan tamparan di pantatnya.
Abah memeluk Dimar dengan menindihnya sambil membetot syal merah
putih yang ada di lehernya, sehingga saat Dimar menolehkan mata ke
samping dia melihat jelas wajah buruk rupa Abah, satpam mesum
sekolahannya. Abah menghentikan sejenak genjotannya kemudian membisikkan
sesuatu ke telinga Dimar hingga membuat dirinya ketakutan.
“Neng Dimar…Eeenggh…siap-siap…pulang Uuggh…jalane ngesot!!”kata Abah di sela-sela lenguhan nikmatnya sambil menyeringai.
Abah menarik batang penisnya hingga tertinggal kepalanya saja,
“Sssshh…Shiitt!!” desis Dimar mengetahui apa yang akan dilakukan Abah,
karena vagina bodohnya melawan arus dengan menjepit penis gemuk milik
Abah, tidak sejalan dengan pemiliknya, tak rela kehilangan penis itu
mengisi kekosongan liangnya. Lalu tiba-tiba Abah menyentak kasar
penisnya ke vagina Dimar sekuat tenaga sehingga terdengar jeritan
memekakan telinga.
“Huungghh…!!”geram Abah sekuat tenaga. “Aaaaaakkhh….!!”erang Dimar kesakitan.
Sang Bidadari pun melolong bagai serigala yang terluka, sementara
sang Iblis mengerang begitu nikmat atas legitnya jepitan vagina. Vagina
Dimar sang bidadari itu dibuka paksa oleh penis Abah Ro’un sang Iblis,
dipaksa membuka dan menunjukkan jalan di liang kewanitaan itu, vagina
Dimar dipaksa kerjasama dengan membuka dan menjepit penis hitam berurat
Abah agar mendapat nikmat surgawi. Tanpa membuang waktu, si cantik judes
itu langsung disenggamai oleh satpam sekolahnya sendiri dengan sangat
brutal, tidak manusiawi dan penuh nafsu hewani, rasa kemenangan yang
menyelimuti Abah Ro’un membuatnya sangat bernafsu menggenjot si putih
montok Dimar, penis Abah yang hitam besar dan berurat itu menyodoki
vagina Dimar tanpa ampun, Dimar hanya bisa menjerit-jerit merasakan
vaginanya di obrak-abrik penis Abah dengan kasar.
“Abaah…pelan Bah..sakitt Aakh…ancur..memek..gue Sssthh”desis Dimar hopeless.
“Jebol memek lu…jebol memek luu…mampus luh…jebol memek luuu !!”.
Untuk posisi yang lebih sip-nya, Abah Ro’un menjambak Dimar dan
tangan satunya lagi mencengkram kencang lengan kanannya yang terikat,
pria setengah baya itu menyentak-nyentak Dimar dengan sangat kasar
hingga terpental-pental ke depan berlawanan dengan jambakan dan
cengkramannya di lengan Dimar yang membetot kebelakang, sodokannya cepat
tapi juga dalam hingga membuat tubuh Dimar terpental maju dan mendorong
meja yang ditidurinya, Dimar merasa vaginanya dikoyak-koyak oleh benda
besar dan aneh itu, dari pinggang ke bawah dia merasakan bagian tubuhnya
hilang walaupun juga merasakan nikmatnya persetubuhan, namun karena
terlalu kasar, perbandingan antara nikmat dan sakit tidaklah setara.
Dimar hanya mengerang-erang menerima setiap sodokan Abah yang terlalu
dalam dan kasar itu, lenguhannya sudah lemah, karena kelelahan melayani
nafsu hewani si Abah yang ganas. Suaranya yang melemah itu bagaikan
musik bagi Abah, dia malah semakin getol menunggangi si semok Dimar itu
dari belakang, mendengar jeritan tak berdaya dari gadis pelajar yang
cantik dan terkenal angkuh, sambil merasakan jepitan legit vagina di
penisnya, adalah sebuah kemenangan total persetubuhan. Pasangan yang
sangat kontras itu melenguh bersamaan, hanya saja yang satu dengan
perasaan benci dan yang satunya senang bukan main.
Babeh menyodok-nyodok vagina Sabrina dengan gaya gunting (Scissor
style) itu dengan nafsu besarnya, dia melupakan sejenak jati diri dan
jati diri yang diperkosanya, pelajar yang biasa membeli makanan dan
dilayani olehnya, sekarang harus membalik keadaan dengan melayaninya
dengan persetubuhan gila-gilaan.
“Iyaaahh…jangan kasar..kasar Beeh…Aaakh…sadar Beh sada.a.aarr !!”.
“Ngejengkang lu…Ngejengkang luu…Huuungghh…Ngejengkang luh !!”.
Sabrina merasa tubuhnya terbelah dua saat disenggamai Babeh dengan
gaya gunting itu, andaikata vaginanya terbuat dari kertas dan penis
Babeh gunting, tentu vaginanya sudah sobek-sobek oleh Babeh, sebelah
tangannya meremas payudara Sabrina yang menyembul montok, dan tangan
sebelahnya lagi memegangi kakinya yang terangkat dimana betisnya
dipanggul bahunya, tangan Babeh menggerayangi kaki jenjang Sabrina yang
menjulang ke atas itu dan menampar keras pantat sekalnya.
Babeh melenguh-lenguh kenikmatan, bibir hitamnya menganga lebar
meneteskan liur dan menceracau jorok tidak jelas, lidah kasarnya
sesekali menjilat paha mulus yang terangkat itu dan juga betis putih
bersepatu hak hitam seksinya, membuat libido Sabrina datang tak
terundang, vaginanya mengeluarkan lendir menyambut sodokan brutal dari
batang penis Kakek penjual makanan kantin itu, sodokan itu sangat kasar
sekali, jika saja tubuh si Indo cantik Sabrina tidak tergeletak di meja
tentu dia sudah jatuh karena kelelahan melayani nafsu sinting Babeh,
tangan kanannya menangkup bongkahan pantat sekal sebelah kiri Sabrina,
dan tangan satunya mengambil alih posisi kaki yang menjulang ke atas.
”Nonok Nengh..perett…liat Uuugh…Gile nonok lu…Gilee nonok luu !!”.
Ceracauan jorok itu mengiringi sodokan-sodokan maut Babeh Ti’ung yang
jarang namun dalam, bahkan dengan maniaknya, dia mencabut keluar masuk
penisnya berulang-ulang,
Ploooph…!! “Aawh…”jerit Sabrina kecil, karena terasa ngilu saat Babeh
mencabut penis keseluruhan dari vagina. Zleeebbh….!! “Aaaanghh…”erang
Sabrina saat Babeh kembali menusukkan kasar penisnya hingga mentok.
Jahil sekali Kakek penjual makanan kantin gendeng itu, Babeh nampak
senang sekali bisa seenaknya mempermainkan liang vagina Sabrina, bahkan
sewaktu menyodokkan penis, Babeh melakukannya dengan tersenyum mesum
penuh bangga dan tertawa sinting. Sabrina merasakan penis Kakek mesum
yang sedang getol-getolnya menyenggamainya mengeras, urat-urat di
penisnya yang menonjol terasa sekali di dinding vaginanya.
Benar saja, Babeh tidak bisa membohongi usia, ditambah lagi betinanya
sangat legit dan berwajah cantik. Beberapa menit kemudian penis itu pun
berkedut-kedut, tangan kanan Babeh meremas kencang bongkahan pantat
Sabrina, tangan kirinya menarik dengan kasar syal merah putih yang masih
melingkar seksi di lehernya. Sehingga Babeh di penghujung ejakulasinya
menatap wajah cantik Indo Sabrina, yang tentunya menambah nikmat.
“Beh…eling Beh…jangan di dalem…keluarnyaah !!”.
“Emangh…Eeenggh…Guah….”
Babeh menarik mundur penisnya hingga menyisakan kepalanya saja, Kakek
peot penjual makanan kantin itu mengambil ancang-ancang, lalu
menyentakkan penisnya dengan satu sentakan final yang sangat kasar dan
menyakitkan vagina Sabrina.
“Pikiriiiiiiiiin…Ohokh !!”kejan Babeh menyentak klimaks.
Crooootttt…!! Jruott..!! Croott..!! Crott !!
“Iyyaaaaaaahhh….”jerit Sabrina putus asa.
Meja yang ditiduri tubuh Sabrina hingga tergeser beberapa petak
lantai, sebelah kakinya yang bersepatu hak hitam menjinjit terseret,
meja itu terdorong ke belakang, dan menuju pojok ruangan kelas, bangku
dan meja itu acak-acakan berkat hasil karya nafsu Babeh pada Sabrina,
sebagaimana bangku dan meja, vagina Sabrina juga berhasil di acak-acak
penis Babeh melalui sodokan gaharnya.
Sperma Babeh Ti’ung dan lendir vagina Sabrina nampak sampai
menetes-netes ke lantai kelas, sperma itu sangatlah banyak dan kental,
setelah selesai membuang sperma hingga tetes terakhir, matanya memandang
ke arah penyatuan kelamin mereka. Babeh tertawa gila penuh kepuasan,
dia melihat vagina Sabrina terlihat seperti monyong terbuka lebar dan
dipenuhi spermanya, buah zakarnya tepat di depan bibir vagina Sabrina
yang memar kemerahan, berarti batang penisnya dari pangkal hingga kepala
ada di dalam liang vagina Sabrina, gadis remaja berparas Indo.
Beruntung sekali Kakek penjual makanan kantin itu.
Babeh menurunkan sebelah kaki jenjang Sabrina yang tadi dipapahnya,
dan menaruhnya kembali di lantai sehingga dia kembali tertelungkup di
meja sambil menungging seksi. Plaaakk !! Sebuah tamparan keras karena
gemas di pantat sekal Sabrina, sambil mencabut keluar batang penisnya
dengan kasar. Plooph !! “Aawh…”jerit Sabrina kecil. Saat penis itu
ditarik keluar, onggokan sperma yang menjijikkan pun langsung membludak
keluar.
“Hi..hi..hi..hi rasain Nonok lu gua ancurin…ngengkang-ngengkang lu
jalannya pulang hak..hak..hak..hak !!”komentar Babeh kurang ajar seraya
tertawa sinting.
Kakek tua itu ingin duduk istirahat di bangku belajar persis
disampingnya, Babeh Ti’ung mengangkat sesuatu seperti gumpalan kain
berisi barang dan menaruhnya di meja, lalu menyalakan sebatang rokok
khas Orang Tua sambil menyaksikan adegan sex yang tersisa dibintangi
Dimar dan rekan semesumnya Abah Ro’un.
.
Abah menyenggamai Dimar seperti orang kesurupan setan seks, kaki
bersepatu hak hitam Dimar semakin menjinjit, meja yang ditidurinya
semakin terdorong hingga dua meja dan bangku di belakangnya berdempet,
Abah mendekati klimaks seksnya, jambakan tangan kirinya di rambut
panjang indah Dimar semakin keras hingga wajah si cantik itu makin
terdongak, Abah melenguh dan menceracau seperti orang gila, kaki Dimar
semakin lebar merentang dan menjinjit tinggi, insting seksnya berjalan
menyambut penis pejantan yang menyodoknya dari belakang walaupun sakit
menderanya.
Abah mengejan kuat sambil menyentak masuk penisnya ke vagina Dimar,
dengan satu sentakan yang sangat kasar, sodokan final yang sangat
dahsyat hingga meja yang ditiduri Dimar mengacak-acak deretan meja dan
bangku di belakangnya itu, lebih kacau balau dibanding Babeh,
sebagaimana vagina Dimar juga berhasil diacak-acak penis hitam besar
milik Abah Ro’un, satpam tua mesum itu menggeratakan gigi berkelojotan,
menjambak kasar rambut Dimar dan menarik lengannya kebelakang, badan
Dimar sampai menekuk ke atas akibat dibetot kebelakang terlalu kasar
oleh Abah.
Badan Abah mengejang-ngejang bergetar nikmat, mulutnya melenguh
membentuk huruf U, mengeluarkan air liur dan hingus menjijikkan dari
hidung besarnya yang nongkrong, sambil menahan nafas penisnya
berkedut-kedut menyemburkan sperma yang banyak dan kental hingga vagina
Dimar tidak mampu untuk menampungnya semua, sampai-sampai meluber keluar
vagina, membanjiri meja yang ditidurinya, pangkal paha hingga betisnya.
“Gilaa ! enak bener ni memek…legit, anget, tapi basah…Gila !”katanya penuh rasa puas,
dan mencabut penisnya dengan kasar dari vagina Dimar. Plooph !!.
Dimar terpekik kecil seirama letupan. Nafas Abah Ro’un memburu, satpam
tua itu tersungkur di lantai. Wajah mesumnya tersenyum puas karena
sukses melampiaskan nafsu bejat. Abah meninggalkan Dimar dengan kondisi
badan menelungkup nungging di atas meja, kakinya mengangkang sedikit
menjinjit, sperma mengalir dari vaginanya yang memar karena nafsu brutal
Abah.
“Beh..lu utang rokok yak sama gua !!”kata Abah kurang ajar. Malah tidak mempedulikan keadaan Dimar yang terkapar.
“Iya iya gampang..nih uang mukanya !!”, kata Babeh seraya melempar sebatang rokok.
Abah menyalakan rokok khas Orang Tua pemberian Babeh, dia bangkit dan
menghampiri Sabrina yang juga terkapar menungging di atas meja belajar.
Babeh tampak mengambil bungkusan kain itu dan mengeluarkan sesuatu
sebuah benda terbuat dari logam berbentuk silinder panjang, dengan
diameter seukuran penis, yang ternyata adalah sebuah Vibrator. Vibrator
yang dapat dikendalikan dengan sebuah remote. Kakek itu mengambil dua
buah yang tentunya untuk Sabrina dan Dimar, saking asiknya dua bandot
itu, Babeh dan Abah tidak menyadari kehadiran Pak Suparno serta Diny di
dekat pintu kelas, dan meneruskan perbudakan seks tersebut.
Abah menjambak Sabrina agar sadar dari terkaparnya, lalu membuatnya
berlutut di depan penisnya yang masih lemas namun belepotan sperma amis.
Babeh memberikan Vibrator dan remotenya sepasang pada Abah, lalu
menghampiri Dimar. Cara membangunkannya pun sama, yaitu menjambaknya dan
memaksanya berlutut di hadapannya, lengkaplah dua pasang Beauty and the
Beast itu. Dua gadis cantik terpopuler di sekolah, dimana satunya
berwajah Indo cantik dan seorang foto model majalah remaja, sedang
berlutut di hadapan dua Bandot tua buruk rupa, berkulit hitam, bau badan
tak sedap, sedang menghembuskan rokok murahan khas Orang Tua pula.
Lengkap sekali siksa derita Dimar dan Sabrina.
Dimar dan Sabrina hanya bisa pasrah, ketika kedua bandot memasukkan
Dildo Vibrator itu ke vagina mereka, tentu tangan Dimar dan Sabrina
masih terikat kebelakang. Setelah menancap mantap, mereka menyeringai
mendekatkan penis mereka yang menjijikkan itu ke mulut para gadis. Dimar
dan Sabrina melengos dikarenakan penis penuh dengan aneka macam cairan,
pada dasarnya memang sudah berbau tak sedap. Babeh dan Abah menutup
lubang hidung mereka dengan memencetnya, dua bibir tipis nan seksi itu
terbuka paksa. Meluncurlah penis-penis hitam itu, para bandot bereaksi
menjambak dan memaju mundur kepala mereka. “Oooooookkhhh…enakk !! gak
kalah enak sama memek Uugghh !!”kata Abah kurang ajar.
Bibir Dimar dan Sabrina dipaksa menjepit erat, menggesek dan meliuri
penis Abah dan Babeh. Karena tidak ada pilihan lain, lidah mereka pun
aktif menjilat bagian penis yang masuk di dalam mulut, guna para bandot
lekas puas. Siaal !!, Penis para bandot itu ereksi. Mata jelita para
bidadari terbelalak dan panik, mulut mereka tiba-tiba terpaksa membuka
lebih lebar, otomatis kuluman mereka maju mundur perlahan. Sabrina
merasakan batang penis Abah yang gemuk itu mekar, mulutnya terpaksa
melebar. Sementara Dimar merasa batang penis Babeh memanjang hingga
mentok di tenggorokannya.
“Mmpphh…!!”reaksi Dimar, merasakan kepala penis Babeh di tenggorokannya.
Gilanya Babeh dan Abah menjambak lebih keras rambut mereka dan memaju
mundurkan dengan cepat dan kasar. Sabrina merasa mulutnya robek
kesamping, Dimar merasa mual ingin muntah karena tenggorokannya
disodok-sodok kepala penis Babeh yang bentuknya lonjong dan aneh itu.
Dimar dan Sabrina meneteskan air mata memandang ke pemerkosa. Tetapi
bukan rasa iba yang didapat, malah seringaian mesum bandot tua.
“Oookh…Oookh…Eeenggh…Haaahh !!”lenguh Abah dan Babeh bersamaan
keenakan, dengan kepala mendongak ke langit kelas, mulut terbuka dan
lidah menjulur. Jambakan Abah dan Babeh semakin keras, selain memaju
mundurkan kepala Dimar dan Sabrina, mereka juga memaju mundurkan pinggul
hitamnya berlawanan. Sehingga Sabrina makin merasa lebar mulutnya, dan
Dimar semakin merasa mual. Liur mereka semakin membuat banjir batang
penis itu.
Ketidak tahanan atas derita membuat Dimar dan Sabrina berusaha
melepas kuluman pada penis Abah dan Babeh. Dua bandot tahu, mereka
menekan remote di tangannya, “Klik !”.
“Wrrrr…Rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr !!”. Vibrator berputar-putar, bergoyang dan bergetar sekaligus.
“Mmmmmmmppppphhh…!!”, reaksi Dimar dan Sabrina merasakan Vibrator itu
beraksi. Pinggul seksi mereka bergoyang menerima rangsangan berlebihan
dari Vibrator.
“Hak hak hak hak…Rasaaiiiin !! Awas kalo kontol gua kegigit, gua
masukin ke pantat lu tahu rasa hak hak hak hak !!”kata Abah menyebalkan.
Babeh menyambut juga dengan tawa terbahak-bahaknya. Dimar dan Sabrina
malah menjadi lebih serba salah dan takut.
Pak Suparno yang masih menjinjing Diny seperti binatang piaraan di
depan pintu kelas, birahi dan terpana melihat adegan di depan matanya.
Selama itu dia mengocok-ngocok penisnya, Diny menyaksikannya dengan tak
percaya dan penuh rasa takut. TU mesum itu berniat jahil ingin
mengagetkan rekan–rekan semesumnya dengan menggedor keras pintu masuk
kelas, Dok…dok…dok !!.
“Woooii…pada enak ngentot…ikutan dong hak hak hak”goda Pak Suparno
iseng. Semua orang disitu otomatis kaget dan langsung menoleh ke
arahnya. Dildo Vibrator itu berhenti sejenak memberikan keringanan
birahi Dimar dan Sabrina, juga Babeh dan Abah menarik lepas penis
mereka. Dimar dan Sabrina langsung terbatuk-batuk, tapi bisa bernafas
lega. Wajah mereka merona, melihat Diny dan Pak Suparno di pintu yang
menyaksikan adegan pelecehan memalukan mereka. Diny sendiri juga malu
dengan keadaan merangkak, tanpa pakaian penutup yang layak, kalung budak
di leher dan rantainya dikuasai Pak Suparno.
“Aah….sialan lu No!! Gua kirain siape, ngagetin aje lu !!”kata Abah.
“Ehh elu Tong…ngagetin orang tua aje…kalo gua jantungan gimane
?!”kata Babeh. Pak Suparno hanya tertawa terbahak-bahak menjijikkan.
“Siapa sih..?? ganggu aja !!”tanya orang yang menarik keluar kepalanya dari rok Shinta.
(Damn…!! Tidak mungkin…!!Mang Engkos… Cleaning service sekolah
bergigi tonggos itu…diselangkangan Mba Shinta…kakak kelas idolaku),
dalam hati Diny tidak percaya.
========================
Pejantan
buruk rupa untuk betina yang cantik jelita, Engkos Sutisna untuk
Shinta. Mang Engkos begitu dia dipanggil, cleaning service sekolah.
Petugas kebersihan kamar mandi guru maupun siswa/i dalam lingkungan SMU
dan juga SMEA. Sementara di bagian SMP yang terpisah pagar kawat sudah
ada petugas sendiri. Mang Engkos, lelaki berambut tipis dengan sedikit
jambul Tintin, bibir tebal, mata belo dan yang khas darinya adalah gigi
tonggos tak merata. Diny menatap kosong tak percaya. Shinta, kakak kelas
yang menjadi idolanya beserta seluruh siswi baik seangkatan maupun di
bawahnya. Terkenal cantik, pintar dan selalu membuat diri bangga bisa
dekat apalagi bicara berdua dengannya. Kini sedang menikmati cumbuan
Mang Engkos school janitor. Apa-apaan…?. Pak Suparno menyeret Diny
masuk ke kelas untuk dipamerkan, mendekati Mang Engkos dan Shinta.
“Ya ampuun
Kos, kowe ini…saya aja udah nyoblos muncrat berkali-kali, eeh sampean
masiiiih aja ‘njilat memek kerjaannya” keluh Pak Suparno.
“Hehehe, habis enak pisan ini memek. Bos juga kemana aja, bulan madu sama lonte baru nih ?” sahut Mang Engkos kurang ajar.
“Biasa, musti diplonco dulu Huak hak hak hak”.
“Iya No,
si Engkos pan naksir berat sama Non Shinta…abis tuh memek, rakus bener
dia. Dikekepin seharian ini kagak dibagi-bagi gua” protes Abah.
“Ho-oh,
gua juga kaga dibagi-bagi acan tu nonok…padahal pan gua juga mau nyicip
Non Shinta yang kece entu…keburu doer dah kayak yang ngemut !” timpal
Babeh, membuat semua bandot disitu tertawa brengsek.
“Sialan si
Babeh…eh Beh, urusin Mpok Ipah bini di rumah. Malah ngewein daun muda,
udah bau tanah juga”, Mang Engkos balas menyahut, semakin keraslah tawa
itu.
“Gimana
barang barunya Bos ?, mantep Hm ?” tanya Abah seraya jalan menghampiri.
Pak Suparno mengacungkan jempol dimana yang lain paham akan kode
tersebut, dan lantas cengengesan.
“Kalo udah puas, gua jajal ya Bos hehehe”.
“Gua juga mao dong cicip-cicip yak” timpal Babeh meninggalkan Dimar, ikut mendekat.
“Tenang
aja…bisa diatur..” sahut Pak Suparno ringan, tanpa persetujuan Diny si
pemilik tubuh. “Tapi nanti ya, sebulan atau dua bulan gitu…sampe saya
bosen dulu” tambahnya.
“Yah, sama aje kayak si Engkos..keburu ringsek tu memek” celetuk Abah, semua bandot terbahak-bahak mendengarnya.
“Daripada ringsek sama kowe orang…wong, pada doyan meme’”.
“Si Engkos ‘gak kedengeran lagi suaranye ?” sindir Babeh.
“Biarin aja, dia lagi asyik… ‘gak usah diajak” ledek Abah.
“Enak Kos
?” ledek Abah lagi. Mang Engkos mengacungkan jari jempol terjepit jari
tengah dan telunjuk, lalu teriak di selangkangan Shinta. “Enak
gila…Sluurph, Ah !”, semua tertawa sinting karenanya.
Rok
Shinta disingkap, prosesi jilmek pun bisa terlihat dimana mulut
bertautan dengan vagina. Gigi tonggos Mang Engkos menceruk bibir
kemaluan Shinta secara perlahan namun pasti. Shinta mendesah dengan pipi
merah, malu adegannya ditonton khalayak umum, terutama Diny adik kelas
yang sangat meng-idolakan dirinya. Perasaan school idol tersebut
bercampur aduk antara pelecehan dan kenikmatan. Babeh mupeng menyaksikan
adegan jilmek Shinta,
“Rasa apaan Kos ?”, tanya Babeh penasaran.
“Rasa strooberi” sahut Mang Engkos ingin membuat Babeh iri.
Abah
kembali mendekati Sabrina, begitu juga Babeh balik ke Dimar yang masih
setia berlutut. “Kos, cepet selesain !, kita mau pindah ke sebelah” kata
Pak Suparno sambil berjalan menghampiri Babeh dan Abah.
Shinta
menatap sayu pria buruk rupa yang naksir berat padanya, sudah berjam-jam
vaginanya jadi mainan mulut pria tersebut. Bukan belas kasihan didapat,
malah moncong yang menyedot kuat. Betis Shinta mengayuh naik turun yang
berarti suka diperlakukan demikian. Mulut Mang Engkos seolah ingin
menarik lepas memek Shinta untuk ditelannya mentah-mentah. Entah apa
yang didapat suami Shinta kelak, karena pastinya Mang Engkos telah
mengacak-acak bagian paling pribadi Shinta. Diny pilu pada keadaan
idolanya tersebut. Ia melihat sekeliling dengan wajah tak percaya. Dimar
digeluti Babeh, Sabrina dikerjai Abah, Shinta digarap Mang Engkos dan
terakhir dirinya dengan Pak Suparno. (Gila, ini semua gila !), ia
menggeleng kepala. Begitu busuk isi sekolah, meski belum tahu persis
bagaimana duduk masalah masing-masing individu.
“Emang ‘da paan Bos di samping ?” tanya Babeh sebagai orang baru, Diny juga bertanya dalam hati, apa maksud TU bejat tersebut.
“Oo, nanti
Babeh juga taulah heh heh…udaah, terusin aja dulu !” sahut Pak Suparno
mudah, menganggap para gadis boneka yang bisa dimainkan sesuka hati.
Abah dan
Babeh kembali ke aktivitas awal, mempermainkan vagina lewat vibrator
yang masih setia menyumbat. Kedua bandot itu menakut-nakuti dengan
menggoyang remote dan berjingkrak persis orang tak waras.
“Jangan Beh, jangan !, ampun” iba Dimar, Sabrina ikut memohon.
“Huehehe, bisa sih bisa diampunin…tapiii, isep dulu ‘tul ga Beh ?”.
“Yak, sepong ampe keluar trus telen…baru kita ampunin” sahut Babeh seraya berkacak pinggang.
Dimar dan
Sabrina tak punya pilihan, terpaksa meraih penis di hadapannya dengan
mulut. Menelusuri batang dengan lidah dari pangkal hingga kepala. Karena
tidak dibantu tangan, tentu bibir tipis mereka harus kerja extra keras.
“Ooookh,
Engg…Haaaah !”, kedua bandot melenguh menikmati sepongan. Namun na’as
bagi kedua bunga sekolah itu, tiba-tiba..Wrrr…Rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr
!. “eMmmppfff !!!”, mata jelita mereka terbelalak.
“Eit, awas kegigit !” ancam Abah.
Pinggul
Dimar dan Sabrina bergoyang seksi, menikmati boran vibrator di vagina
dengan tangan terikat kebelakang. Kedua bandot itu menjambak dan memaju
mundurkan kepala mereka. Birahi Pak Suparno meninggi karenanya, wajah
Diny ditampar dengan penisnya, buat gadis itu sadar dari lamunan. Pak
Suparno memejet hidungnya untuk memaksa Oral juga. Diny menggumam tak
jelas saat mulutnya penuh terisi penis. Gerakan Pak Suparno tak kalah
buas sampai-sampai hidung Diny terbenam di kerimbunan bulu kemaluan.
Buah zakar menepuki dagu. Diny hanya bisa membuka rahang lebar-lebar,
liurnya tumpah buahkan bunyi kecipak.
<#><#><#>
“Aaahh…engh, Mang”, dengan gairah meninggi, Shinta meremas payudaranya sendiri sebagai ekspresi nikmat.
“Neng,
Mamang ewe aja ya kalau begitu sekarang” bisik Mang Engkos seraya
berdiri, “Jangan Mang jangan !, udah ya”, Shinta menggeleng. Tanggapan
tukang bersih kakus itu hanya seringai mesum dan mengocok penisnya.
Tangan Shinta ditepis berulang kali karena mencoba menghalangi.
“Hiyaa”, Jress !!”, dengan tiba-tiba Mang Engkos menyentak hingga batang penis masuk seluruhnya.
Shinta
memekik nikmat, liang vaginanya yang sudah banjir lendir dan air liur
buatnya mudah untuk dihuni. Mulut Mang Engkos meliur, naksir berat pada
liang memek gadis obsesinya yang basah namun liat itu, lantas dia
bergerak brutal maju mundur. Keduanya mendesah dan melenguh bagai paduan
suara, dua kelamin yang berlainan jenis itu bergesekan. Kulit kasar
penis dan dinding sutra vagina yang berdenyut hangat, buat persetubuhan
yang dirasa Mang Engkos enak berkali-kali lipat.
“Mang.Hgg…keraaashh…gede.Aaaahh,
Ssssh !”. Mang Engkos merem melek keenakan. Meski tidak beruntung dalam
hal materi maupun wajah, penisnya berbanding terbalik, dia nikmati
legit vagina sambil memandangi wajah anggun Shinta pemiliknya.
Shinta
merasa nikmat juga sedikit perih. Hal yang lumrah dirasa wanita saat
berhubungan dengan pria kasar, sakit berbalut nikmat. Gadis itu
mengeraskan pegangan di sisi meja yang ditidurinya, pasrah
terpental-pental dengan mulut megap-megap. Kakinya yang bersepatu selop
tebal hitam mengapit pinggang Mang Engkos.
“Memek Neng enak..pisan Ooh…” celoteh si tonggos itu, begitu keras ia menyodok sampai-sampai meja terseret mundur.
Taplak
meja yang tertindih tubuh, Shinta tarik untuk ia gigit. Menjerit
histeris nikmati sodokan demi sodokan yang dihantar tukang bersih kakus
sekolahnya. Tubuh school idol tersebut melengkung serasa dibelah dua,
tak tahan dengan sodokan yang terlalu dalam. Cairan orgasme tercurah
dari liang vaginanya, dimana penis masih keluar masuk. Mang Engkos pun
ejakulasi kemudian, menggeram bergetar penuh kenikmatan. Diny melihat
cairan putih kental menggelayut tumpah ke lantai dalam jumlah yang
banyak sewaktu Mang Engkos menarik keluar penis dari vagina Shinta
disela oralnya ke Pak Suparno. Penderitaan birahi Shinta belum berakhir
disitu, karena Mang Engkos membalik tubuhnya, diatur hingga kakinya
memijak lantai.
<#><#><#>
“Uuggh…enak Eenggh…terus..Ohook !” suruh para bandot. Dimar, Diny dan Sabrina bergumam dipaksa oral seks.
Abah dan Babeh memaju mundur pinggul berlawanan jambakan, sedang Pak Suparno dengan hentakannya di lengan Diny.
HHRNGGH !!, HHRNGGH !!, HHRNGGH !!, geram Pak Suparno, membetot tangan Diny yang dicengkramnya ke arahnya.
Memperlakukan bibir mungil yang tak bersalah itu seolah-olah vagina pelacur, hingga penisnya meluncur masuk tenggorokan Diny.
CROT CROTT
!, sperma Pak Suparno bermuncratan, membuat Diny mual namun tak
berdaya. “Teleen..telen lontee. Semuakh !!” bentak bandot TU itu. Selang
berapa detik, Abah Ro’un dan Babeh Ti’ung nyusul menggeram seram.
Keadaan memualkan itu sama dirasakan Dimar dan Sabrina, Babeh dan Abah
menekan kepala mereka hingga terbenam di kerimbunan bulu kemaluan.
Dimar
takut sekali melihat Babeh melotot ke arahnya. Begitu juga Sabrina,
melihat mata Abah yang belo itu semakin besar. Alhasil, para budak
terpaksa menelan sperma tuannya walaupun dirasa asin menjijikkan. Mata
mereka terpejam dengan air bening menetes dari sisi mata. Para bandot
merasa gagah dengan takluknya budak. Mereka mencabut penis seenaknya
setelah dirasa habis semburan. Para gadis pun langsung terbatuk-batuk
berusaha mencari udara dan menelan yang tersisa. Sperma yang belepotan
keluar mulut, disapu bandot dan menyuruh para gadis membersihkan di
tangannya.
“Fiuuh…enak betul ya. Coba istri saya kayak mereka hak hak hak” kata Pak Suparno.
“Iya, anak gadis sekarang kece-kece tapi pinter nyepong” ejek Babeh.
“Bukan cuman ‘ntu, doyan nenggak peju juga” sambung Abah yang disambut gelak tawa.
“Naah, saya punya usul !”, Pak Suparno bangkit setelah kembali bertenaga.
“Apa, apa
No ?”, Abah dan Babeh antusias. Sementara Diny, Dimar dan Sabrina
menanti usul yang pasti aneh itu dengan jantung berdetak kencang.
“Gini…”,
Pak Suparno menjinjing Diny yang masih berlutut, dan mendudukannya di
sisi Dimar, sehingga deretan gadis cantik itu bertambah. Para bandot
berdecak kagum merasa beruntung, koleksi ‘boneka sex’nya bertambah.
Antara
Diny, Sabrina dan Dimar bertukar pandang satu sama lain. Rasa malu,
penasaran dan iba melihat ke sesama. Namun mereka berpikir ulang, bahwa
ini bukan waktunya memikirkan nasib orang lain, tapi lebih baik
bagaimana harus bersiap diri terima siksaan birahi.
“Kos, kowe ikut ‘nda ?”.
“Enggalah Bos saya…lanjut aja sok”.
“Kos, sekali-kali bareng napah…jangan sendirian aja” keluh Abah.
“Iya lu Kos, gak kompak !” timpal Babeh.
“Bukan gitu..Neng Shinta pan udah kelas 3, sebentar lagi keluar…jadi harus puas saya” terang Mang Engkos.
“Ya
udah…yuk kita-kita saja lanjut” sela Pak Suparno bermaksud meredakan
suasana yang hampir tegang karena keegoisan Mang Engkos. Pria tonggos
itu asyik mendoggy Shinta yang desahan-nya sudah lemah, tanpa peduli
pandangan kesal Abah dan Babeh padanya.
Manusia-manusia
macam Mang Engkos, Babeh Ti’ung, Abah Ro’un dan Pak Suparno adalah
bandot yang mementingkan kepuasan diri. Membuat budaknya orgasme, hanya
sebatas pelecehan dan hanya ingin menertawakan.
<#><#><#>
Pak
Suparno berjalan ke arah meja yang terdapat bungkusan berisi Toy sex.
Diny dag dig dug, ternyata bandot itu mengambil benda yang sama.
Wajahnya langsung memelas, ia menggeleng takut. Bagaimanapun juga, ini
hal pertama bagi dirinya. Abah dan Babeh malah tertawa memuakan. Kaki
Diny yang berlutut merapat, disepak Pak Suparno, tapi hanya terbuka
sedikit.
“Heh, buka
lonte !” perintah bandot tersebut. Diny terus menggeleng. Dia tadi
melihat pemandangan yang membuat darah berdesir pada Dimar dan Sabrina
ketika vaginanya di’bor’ Dildo Vibrator yang dipegang tuannya itu.
Plaak !, tampar Pak Suparno, membuat pipi Diny memerah.
“BUKA !”
bentaknya Seerrr…meneteslah air mata dikarenakan rasa takut sekaligus
tertekan. Bandot itu membentang lebar pahanya, tangan Diny masih refleks
berusaha melindungi diri.
Deg !!, ia melihat mata Pak Suparno melotot ke arahnya.
“Iket aja tangannya No, biar ‘gak bandel” saran bejat Abah.
Pak
Suparno diam sejenak, yang kemudian berjalan ke bungkusan itu. Kembali
dengan seutas tali, Diny hendak bangun ingin melarikan diri dari siksa
birahi. Namun Abah dan Babeh langsung sigap menangkap, kedua tangannya
diluruskan kebelakang, pergelangan disilangkan lalu diikat simpul ketat.
Pak Suparno memerintah Abah dan Babeh untuk membuka lebar kedua belah
kaki Diny. Mereka dengan senang hati melakukan itu, menahan agar tidak
berontak sekalian mengelus kemulusannya. Petugas sekolah bagian penerima
uang SPP itu menempatkan vibrator di bibir vagina Diny.
“Jangan pak ampun Huu.hu.hu”. Pipi Diny pun basah, air matanya tumpah ruah.
“Tenang
Neng, nanti juga ketagihan kayak mereka”, tunjuk Abah pada Dimar dan
Sabrina, kedua gadis itu tertunduk malu meski hati mereka pastilah geram
dilecehkan seperti itu.
“Aaaggh…Aaggh…Aggh
!! erang Diny. Dia beserta vaginanya menolak keras kehadiran vibrator.
Pak Suparno terus memaksa, bajingan itu menekan dildo sambil melebarkan
bibir vagina Diny, namun terlalu besar untuk liang yang masih peret itu,
ia pun tak rela.
“Aduh, ko’ susah masuknya, udah dijebol masih juga bandel…memek sialan !”, makinya tak berotak.
“Wah, ini sih musti digelitik dulu No huehehe” usul Abah mesum.
“Iya nih…musti bikin nonok Neng Diny banjir dulu” tambah Babeh menyeringai.
“Hmm, bai’lah…sampeyan orang bantuin ya”.
“Boleh No ?” tanya Babeh dan Abah bersamaan tampak antusias.
“Boleh, asal jangan meme’nya saja sementara ini” jawab Pak Suparno ringan.
“Siap grak !, Huak hak hak, dicopy Bos” sahut Babeh riang gembira tertawa gila.
‘Wrrr…Rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr !!’. Dildo vibrator itu berputar dan bergetar sekaligus dengan maksimal.
‘wrrr…rrrrrrrrrr
!!’, volume vibarator dikecilkan hingga berotasi minim. Pak Suparno
menempelkannya di bibir vagina Diny kembali.
“Aaaaahhh
!”, Diny mendesah, ia merasakan nikmat yang belum pernah dirasakannya.
Batang berujung bundar itu menggelitik, sementara para bandot menyerang
dengan cumbuan.
Pak
Suparno meraih payudara kanan Diny dengan mulutnya, sebelah tangannya
meraba paha. Abah mencupang leher dengan kedua tangan menangkup bongkah
pantat. Babeh menjambak Diny hingga terdongak untuk dipaksa berpagutan,
sesekali lidahnya menjilat pipi Diny yang putih mulus.
“Nyam, nyaam…cup !, manyis kayak orangnya hihihi, Slurrph.Cuph !” celoteh Babeh.
“Emm..Aaaahh, Ssst Aaaaaahh..Sssst Aaaaaaaaaahhh !” desah Diny dirangsang Mandi Kucing oleh para bandot, buatnya merinding kenikmatan.
Pak
Suparno menggoyang berputar Dildo di bibir vagina Diny naik turun. Leher
Diny yang di cupang Abah memerah. Sementara Babeh, tak jemu menjilati
pipinya sambil berceloteh manis.
“Haaahh…Haaaahh…Hhaaaaaaahh…!”
nafas Diny berat diambang orgasme. “Iyaahh… IyYaaaaahHh !. Pak Suparno
mencampakan Dildo yang membuat Diny blingsatan, dan secepat kilat
membenamkan wajahnya ke memek Diny.
“Sshrrpph…Sssrrphh
cep cep enak, Sluuurrpph..Aah, Ee’!”, Pak Suparno bertahak, rasa dahaga
birahinya sirna berkat menenggak jus cinta Diny.
Abah
dan Babeh pun tertawa mendengar tahakan itu. Tubuh Diny ambruk, namun
ditahan para bandot, mereka mendiamkannya sesaat mencari tenaga. Tentu
tangan mereka tak berhenti menggerayang.
“Gimana No…gurih ?” tanya Abah cengengesan.
“Wuih,
manis ‘Un bukan gurih lagi, Brrr !”, Pak Suparno meniru orang
kedinginan. Abah dan Babeh menyambut kembali dengan gelak tawa.
“Pipinya aja manis…apalagi memeknya” ujar Babeh.
“Tolong dong”, Pak Suparno meraih Vibrator yang tadi dicampakkannya ke lantai.
Diny yang
masih berburu udara, hanya bisa pasrah memejamkan mata. Abah dan Babeh
memeganginya agar tidak melawan. Pak Suparno menekan masuk vibrator itu
ke vagina Diny, Bleess !!.
“Auhh…pak.Hggh…Angghh !” erang Diny karena belum terbiasa dengan benda aneh di vaginanya.
Mereka
melepaskan tubuh Diny yang kelojotan dari berlututnya untuk menyesuaikan
diri. Berhasil, wajah Diny yang tadi meringis, kini terlihat horny.
Para bandot yang sudah berpengalaman itu tahu benar, Abah dan Babeh
segera menjejer Sabrina dan Dimar berentet tiga. Mereka berjoget sambil
menggoyang remote siap untuk bermain. Ketiga gadis cantik jelita itu
menggeleng kepala sebagai ungkapan ‘jangan dilanjut !’.
“Gimana kalo kite tarohan ?” usul Abah, para gadis putus asa mendengar itu.
“Boleh…siapa takut” sahut Babeh seenaknya, seharusnya Sabrina yang ditanya.
“Gimana aturannya ?”, Pak Suparno bertanya.
“Gini,
yang kalah…cewenya boleh dientotin sama yang juara 1 & 2, yang juara
2 boleh ngentotin yang kalah, tapi gak boleh ngentotin yang menang…yang
menang berhak atas semua, bayarannya senin gimana ?”, ide cabul
brilliant Abah satpam sekolah.
“Boleh-boleh,
seru tuh huak hak hak”, tawa Babeh serasa pemenang saja. Pak Suparno
sedikit keberatan dengan pembagian jatah Diny, ia terdiam sejenak.
“Udahlah No, cepet ato lambat memek Diny bakal gua pake’ juga” hasut Abah agar Pak Suparno melunak, TU biadab itu berpikir lagi.
“Iya deh”, Pak Suparno terhasut.
Babeh dan Abah menyeringai, tentu Dimar dan Sabrina lebih berpengalaman dalam hal ini.
“Ok, kalo begitu semua siap…satu..dua..ti”. ‘Wrrrr…Rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr !!’. Dildo vibrator beraksi.
“Aaaahh…Aaaaaaaaaaaaahhhh !!”. Para gadis berkelojotan, pinggul mereka bergoyang seksi, lendir vagina mulai membanjiri lantai.
Vibrator
mengaduk-aduk isi liang yang renyah merah merekah. Getaran tubuh mereka
seirama dengan getar vibrator tersebut. Nikmat, nikmat sekali apa yang
dirasakan Diny. Ini hal pertama dalam hidupnya dipermainkan sedemikian
rupa, baru pernah vaginanya. Pak Suparno yang baru pertama kali
mempermainkan Diny seperti ini lupa mengecilkan volume. Sedangkan Abah
dan Babeh tangkas, curang lantas mengecilkan volume, jadi yang mengerang
paling keras disitu Diny. Meski baru saja orgasme, rasa seperti
diaduk-aduk buatnya cepat kembali menggapai klimaks. Diny pun
melejang-lejang kenikmatan, Pak Suparno mematikan alat itu agar budak
seksnya menikmati orgasmenya. Walaupun kesal berarti Senin harus gigit
jari menyerahkan budak barunya tersebut. Abah dan Babeh langsung Tos.
Diny ambruk karena ini sudah orgasme yang kesekian kalinya, Pak Suparno
menangkap dan merebahkannya di lantai. Sabrina menyusul, baru Dimar
setelahnya. Pekerjaan sampingan Dimar buat dia lebih bisa bertahan. Abah
sorak sorai gembira bukan main, hari Senin dia akan dapatkan memek Diny
dan Sabrina selain Dimar budaknya sendiri. Babeh setidaknya bisa
menggarap Diny dan Sabrina.
<#><#><#>
Mendekati
ejakulasi, mata Mang Engkos melotot menyeramkan. Bibir tebalnya
ternganga pamerkan ketonggosan gigi. Racauannya sangat kotor,
menunjukkan jati diri yang sebenarnya. Shinta pun di ambang orgasme, ia
lempar taplak meja yang digigitnya. Mang Engkos melesakkan dalam-dalam,
hingga meja terseret ke depan. Tukang bersih kakus itu kelojotan tak
tentu arah merasakan nikmat ejakulasi dari gadis obsesinya. Shinta
sendiri mengucurkan lendir hasil orgasmenya, tubuhnya bergetar. Mereka
berdua melepas lenguhan penuh kepuasan. Mang Engkos duduk di bangku guru
untuk istirahat sejenak sehabis memisahkan diri. Shinta berbalik rebah
di meja mencari oksigen. Gilanya, Babeh malah konak melihat Shinta meski
tubuhnya porak poranda. Sambil mengocok penisnya, Babeh mendatangi
Shinta. Shinta sudah tidak bertenaga, hanya mampu menangisi nasib dalam
hati, kepalanya bergeleng ke kanan dan kiri seolah-olah berkata tidak
pada pemerkosa yang menghampiri. Ia berusaha menahan niat kotor itu
dengan menggerakkan kedua tangan menutup daerah incaran, meki.
“Oi, oi…mau apa Beh ?!” tegur Mang Engkos, tahu maksud Babeh.
“Mau ngentotin Non Shinta-lah, emang ngapain lagi ?!” jawabnya ringan.
“Waduh…jangan
dong !. Neng Geulis saya ini”, Mang Engkos keberatan. Hati Shinta
sejenak terasa sejuk adem ayem mendengar kata-kata Mang Engkos, bagai
Pangeran kuda putih yang mencoba melindungi Tuan Putri.
“Alaah, dia tuh sama ama nyang laen…cuma perek” ujar Babeh.
“Biar perek ya perek saya, bukan perek Babeh…Babeh kan udah punya Neng Sabrina”.
“Jangan curang lu, emang gua kagak tau…Parno bilang lu semua juga pada tukeran pan, masa gua kagak boleh !” protes Babeh keras.
“Eeh,
udah-udah…edan sampeyan semua, gara-gara memek pada bertengkar…kita tuh
mustinya kerja sama bukan rebutan memek gini” sela Pak Suparno menengahi
keributan.
“Kos, udah…ngalah sama Babeh, dia kan orang tua disini” nasihat Abah.
“Iya tapi kan…Neng Dimar aja tuh, saya masih pengen”, Mang Engkos membela diri.
“Gua udah pernah ngentotin Non Dimar, Abah aja ngasih !” ucap Babeh keras sambil melotot.
Mang Engkos ciut melihatnya, ternyata ia hanya bertenaga besar terhadap gadis, giliran ditantang sesama lelaki kecut.
“Maang, tolongin Shinta Mang !” pinta Shinta pada Pangerannya yang bergigi tonggos.
“Neng Shinta, kasih Babeh kesempatan yah” kata si Pangeran yang ternyata pecundang.
Shinta
menitikkan air mata, baru saja dia senang dengan pembelaannya, tapi
harus kecewa. Shinta bagai Istri yang diminta Suami untuk pengganti
bayaran hutang saja.
“Non Shinta ayuu…punya kita musti kenalan nih hihihi”. Babeh tertawa cekikikan menggoda Shinta.
Sedikit
telat untuk berontak, tapi Shinta tetap mencoba melindungi
kewanitaannya. Walaupun sudah lemas, ia tidak mau mudah disetubuhi
begitu saja. Shinta bergerak mundur, sayang dia hanya gadis manis lemah
gemulai, tangannya ditangkap Babeh yang kemudian dicengkram sebelah
tangan. Babeh menuntun penisnya mendekati vagina, Shinta terus bergerak
melawan secara naluriah wanita. Babeh merasa kesulitan dan kesal.
“Hiih !!” geramnya, membalikan tubuh remaja Shinta hingga school idol itu mengaduh.
Tubuhnya
dipaksa tengkurap di meja oleh Babeh untuk dinikmati habis-habisan.
Tubuh itu miring kesamping, terlihat semakin menggiurkan di mata mesum
Babeh, karenanya ia makin bernafsu. Dengan satu gerakan lagi, Babeh
membalik Shinta hingga telungkup total. Babeh menarik kakinya agar
bagian pinggul ke kaki mengambang, sehingga Shinta tidak bisa berontak.
“Jangan Beh…Iyaaah !”. Cruukk !, jari Shinta mencakar meja, bertahan agar Babeh gagal menyenggamainya.
Tapi
apa mau dikata, kejahatan selalu menang melawan kebaikan di dunia
nyata. Babeh persis tukang minyak tanah yang mendorong gerobak di jalan,
nafsu besar buatnya kuat memanggul Shinta hanya dengan sebelah tangan,
sebelahnya mengarahkan penis. Babeh mendorong masuk penis sedalam
mungkin hingga amblas seluruhnya. Zlebb !.
“Bujug,
Nngh…pantes lu doyan ‘ma nonoknye Kos, Hnggh…liat beneeer !” oceh Babeh
dengan nafas sesak, lantaran penisnya terjepit vagina Shinta yang sempit
legit.
Tanpa
buang waktu lagi, Babeh langsung menggenjot penuh nafsu. Rekan-rekannya
yang sinting memberikan semangat seperti sedang nonton pertandingan bola
di Tv saja. Edan memang para binatang berwujud manusia itu, Babeh makin
bersemangat jadinya. Biar bagaimanapun, Shinta salah satu gadis remaja
yang pasti dipantau seluruh bandot di sekolah, termasuk Babeh. Mang
Engkos panas menyaksikan budak obsesinya disetubuhi gila-gilaan di depan
matanya, ia beranjak mendekati Sabrina yang duduk bersimpuh di lantai
terikat. Sabrina takut melihat mimik Mang Engkos yang terlihat garang,
kelihatan sekali ia ingin membalas perlakuan Babeh melalui dirinya. Mang
Engkos melewati Diny, Dimar, Abah dan Pak Suparno yang hanya menggeleng
kepala tahu apa yang akan dilakukan olehnya.
“Sakit Mang, aduuh !” keluh Sabrina, karena si tonggos itu menarik kasar lengannya.
“Berisik
lonte”, dengan sinting, Mang Engkos menjambak Sabrina dan menyeretnya ke
meja deret kedua dekat pintu. Gadis blasteran yang wajahnya mirip
Cornelia Agatha itu hanya bisa mengaduh, Gabruk !!.
Tubuh
seksi Sabrina dilempar dengan kasar ke meja bagai melempar barang yang
sudah usang, Sabrina nungging di pinggir meja. Mang Engkos tidak
mengindahkan permintaan ampunnya, dia gelap mata dan geram dengan
perlakuan Babeh ke Shinta. Babeh menoleh sejenak ke arah Sabrina karena
sedikit gaduh. Kakek itu lantas mengomel tak jelas lihat Mang Engkos
menampari pantat Sabrina hingga bilur kemerahan. Dia semakin gahar
menyodok, terlalu bernafsu, lupa betapa sempitnya vagina Shinta.
Alhasil, persetubuhan pun tak berlangsung lama. Mendekati klimaks, Babeh
melepas papahannya di paha Shinta, menyodok deras sambil meracau jorok.
“Gile
nonok lu…gile nonok luu…gile nonok lu.Hggh Hnggh !” geram Babeh
menjambak rambut terkuncir Shinta seraya melesakkan penis dalam-dalam,
hingga Shinta terpentok nungging di pinggir meja, CROTT !!.
Penis
Babeh berkedut-kedut, sperma menyemprot berkali-kali. Babeh menganga
dengan lidah terjulur dan keluar liur menikmati ejakulasi. Shinta harus
kembali pasrah vaginanya disembur lagi mani pria yang tak bertanggung
jawab.
“Ooh, Non
Shinta udah kece legit nonoknye”, celoteh Babeh penuh kepuasan sambil
menarik keluar penisnya dari memek Shinta, sperma tercecer di lantai.
Kakek penjual jajanan kantin itu mengistirahatkan tubuh tuanya di sebuah
kursi.
<#><#><#>
Babeh selesai, Mang Engkos baru saja mulai. Plaakk !!. tamparnya di dubur Sabrina, Sabrina mengaduh kesakitan.
“Diam lonte…berisik !” bentak Mang Engkos lagi. Sabrina takut melihatnya melotot sangar, ia membuang muka.
“Aawh, ampun Mang udah.Aawh !”. Mang Engkos dengan keras kembali menampar pantat Sabrina terus berulang-ulang.
Tukang
bersih kakus itu baru berhenti saat Babeh datang menghampiri, mereka
bertukar pandang dengan penuh kebencian satu sama lain. Para gadis
benar-benar diperlakukan seperti pelacur, setelah puas seenaknya
ditinggalkan. Mang Engkos tambah kesal melihat vagina Shinta memar tak
berbentuk. Begitu juga Babeh tak kalah kesalnya melihat pantat Sabrina
bilur merah tergores sedikit keluar darah.
“Eh,
tunggu dulu Kos” sergah Pak Suparno, melihat adanya perselisihan yang
tidak sehat bagi kerja sama mereka, sebagai sesama ‘Tuan’ tentu harus
kompak pikirnya.
“Ada apa Bos ?”.
“Gini…saya lihat sampeyan sama Babeh bersitegang”.
“Abis Babeh sih duluan…” keluh Mang Engkos.
“Udahlah
Kos…kan udah dibilang, kasih kesempatan orang tua…lagian dari awal saya
udah bilang sama kowe orang, musti siap bagi-bagi jatah”, nasihat cabul
Pak Supano.
“Betul itu” sela Babeh merasa dibela.
“Nah, buat
Babeh…kudu liat dulu situasinya, jangan main serobot depan mata. Minta
ijin dulu sama yang punya !” sela Pak Suparno mengenengahkan, seolah
tidak memihak salah seorang diantara mereka.
“Iya tuh…gitu dong, baru adil” ujar Mang Engkos merasa terbela juga.
“Nah,
berarti dua-duanya salahkan…ya udah, kowe orang kudu baikan. Kita kan
musti bersatu kalo mau nguasai lonte-lonte ini. Kalau kita kepecah
belah, mereka nanti pada lari” terangnya. Semua terdiam sejenak, Babeh
dan Mang Engkos saling tatap.
Keduanya pun damai bersalaman.
“Maaf ya Beh tadi…saya jadi emosi”, Mang Engkos meng-awali.
Ternyata
sebagai cleaning service, ilmu etikanya cukup baik dimana orang yang
lebih muda harus mengalah untuk minta maaf terlebih dahulu pada yang
lebih tua, meski yang muda bukan yang pertama salah.
“Iya, gua
juga maap yak…laen kali gua nunggu penawaran Non Shinta dari lu dulu,
baru gua sikat…kalo lu mau Non Sabrina bilang aja ya”.
“Sip deh…mulai sekarang, Babeh juga bilang aja kalo mau Neng Shinta Ok”.
Keduanya
lantas menyeringai, dua individu yang berkolaborasi dalam satu visi dan
misi, sayang dalam hal mesum. Sementara Shinta dan Sabrina makin putus
asa mendengarnya.
“Nah, gitu
dong…baru temen, jangan temen makan temen” ledek Pak Suparno, semua
bandot disitu tertawa kemenangan, sebaliknya para budak makin putus
harapan karena para tuannya semakin solid.
“Oh iya…kita ke sebelah yuk sekarang” ajak Pak Suparno.
“Emang ada
‘paan disane ?” sahut Babeh sebagai orang baru. Diny yang juga ‘barang’
baru ikut bertanya-tanya dalam hati, apa maksud TU biadab itu.
“Oh…itu, ada yang pesta ngewe juga kaya kita gini” jelas Mang Engkos.
“Bujug buneng, ada siape lagi…wah-wah, parah lu No…masa cuman gua yang kagak lu kasih tau” keluh Babeh.
“Eheheh, maaf deh Beh…ini dikasih tahu, mangap yak”, Pak Suparno cengengesan.
“Ada siape disane ?” tanya Babeh penasaran.
“Oh, ada Neng Anggi..Neng Lita..Neng Orin…”
“Anggita
Katalina, Shelita…Maureen ?, Ah nyang bener lu Kos…gua naksir banget ‘ma
tuh cewek tiga, anak SMEA pan ?” tandas Babeh antusias memotong bicara.
“Yee, Babeh sih semua ABG juga demen” ledek Mang Engkos disambut gelak tawa.
Dalam
kelelahan tubuh, Diny mencatat dalam hati karena ada hal baru lagi.
Nama-nama itu dikenalnya sebagai Genk Orin, tiga pelajar SMEA yang
terkenal cantik, bahkan membuat beberapa siswa SMA berlomba untuk
memilikinya.
“Heh heh heh sialan, gua serius juga…suer lu Kos ada tuh perek tiga ?” tanya Babeh lagi penasaran penuh kemesuman.
“Iya, makanya denger dulu saya ngomong…belum selesai juga”.
“Iye deh”.
“Neng Anggi…Neng Lita…Neng Orin…Neng Fisti…Neng Nancy…Pak De Us us… Me”.
“Us us tukang parkir ?” sela Babeh.
“Iya ah jangan dipotong dulu, nafsu bener”, Mang Engkos gemas, yang lain tertawa.
“Eeh iye ye gua lupa, terusin Tong !”.
“Pak De Us
us, Memet, Bari sama Pak Kasman…ada lagi saya nggak kenal”. Diny
terenyuh mendengar nama kedua sahabatnya, Fisti dan Nancy disangkanya
menjadi korban juga.
“Bujug,
parah lu semua..orang luar kayak Memet malah dikasih memek…si Bari juga
nih, dasar anak durhaka…Bapak sendiri gak dibagi jatah, gak
dikasih-kasih tau acan…Dedemit dasar” omel Babeh kesal.
“Bukan
gitu Beh, ada jalannya…kayak Babeh sama saya aja, prinsip kita kan kalau
bisa nambah lonte tapi jangan nambah pejantan. Soalnya ribet kayak
Babeh sama Engkos tadi, rebutan memek jadi berantem” terang Pak Supano
sok bijak.
“Yaah elu
No, sohib gua…kalo nyang laen sih masa bodo…tapi gua pan salah satu yang
dituain disini…kudu wajib dikasih jatah dulu, umur gua pan ‘gak lama
lagi” ujar Babeh.
“Nah,
justru karena enggak lama lagi itu…tobat Beh, malah mau nambah memek”,
ledek Mang Engkos lagi dan semua ketawa terbahak-bahak.
“Udah udah, ngalor ngidul aja sampeyan…yuk kesana” gagas Pak Suparno.
“Ho-oh deh nyok kesane !”, Babeh bersemangat, diikuti yang lain.
<#><#><#>
Pak
Suparno membentak keras Diny agar bangun, Mang Engkos membangukan Shinta
yang masih terkapar. Abah menyadarkan Dimar yang masih telungkup di
lantai dengan menampar pipi pantat dan menjambaknya. Babeh menepuk pipi
Sabrina kecil-kecil agar bangun bersiap diri. Tali yang masih mengikat
tangan di lepas.
“Semua
pada bawa ?” tanya Pak Suparno mengenai strap hitam berantai yang
dikenakan Diny untuk dilingkarkan di leher budak seks masing-masing.
“Bawa Bos” sahut yang lain. Pak Suparno mengangguk bagai Guru yang senang karena PR darinya dikerjakan semua anak didiknya.
Setelah
itu, semua bandot melepas pakaian mereka. Urutan dari kiri Sabrina,
Diny, Shinta dan Dimar, dipaksa merangkak bertumpu pada kedua telapak
tangan dan lutut. Pakaian yang masih melekat berikut sarung tangan putih
khas paskibraka ditanggalkan, celdam hitam yang masih tersangkut
diloloskan dan para bandot memakainya di kepala. Leher dikalungkan
gelang budak bertali rantai. Syal merah putih yang terkalung di leher,
dilepas dan diikat melingkar di lengan kanan, hingga warna putih
merahnya kontras, menambah ke-empat gadis itu semakin seksi dipandang.
Jadilah para bidadari didandani para iblis. Tali rantai dipegang
masing-masing ‘Tuan’. Puas sekali nampak para bandot, menatap budak
seksnya dandan ala pelacur berkali-kali. Tanpa bosan mereka berceloteh,
“Ck ck ck,
cantiknya…seksinya anak-anak sekarang ya” komentar mesum para penjahat
kelamin berumur tersebut, sambil mengocok penis dan menggerayangi penuh
nafsu.
Diny
sekilas menatap penuh kekecewaan pada Shinta, kakak kelas yang
di-idolakannya itu. Tadinya ia ingin mengutarakan masalah ini dan
meminta solusi, selain cantik Shinta memang dikenal sebagai gadis smart.
Tapi melihat dia sendiri dalam kesulitan, Diny pun berpaling kecewa.
Shinta membuang muka tak enak, mereka sudah seperti kakak beradik hingga
membuat iri beberapa teman Diny yang juga ingin dekat dengan Shinta.
Diny
berpikir ulang bahwa tak boleh dia bersikap seperti ini. Shinta pasti
sama seperti dirinya, tidak menginginkan aib menjadi runyam. Maka, Diny
pun kembali menatap Shinta dengan senyuman, Shinta balik membalas.
Disaat semangat hidup kembali berkobar, Pak Suparno tiba-tiba berteriak
sinting.
“Siap grak, Pereeek jalan !”. Plaak !, Diny mengaduh sakit pantatnya ditampar keras TU bejat itu.
Wajah
Shinta, Dimar dan Sabrina meringis. Pilu dan ngilu mendengar bunyi
tamparan berikut jerit derita teman sependeritaan mereka. Plaaak !
terdengarlah jerit susulan dari mereka. Rupa-rupanya Pak Suparno memberi
ispirasi bagi bandot lain untuk mengikuti. 4 pasang Beauty and the
Beast itupun berjalan menyusuri sekolah. Pemandangan ini lebih
mengenaskan dari yang pertama. Kali ini ada 4 gadis seksi merangkak
dengan 4 pria tua mesum dibelakangnya, mengenakan celdam para gadis itu
di kepala. Mereka tertawa budaknya yang seperti binatang piaraan saja.
Vagina memar belepotan sperma terlihat dari belakang, mengundang
olok-olok yang merendahkan. Para bandot itu bahkan
membanding-bandingkan, siapa diantara para budak yang paling belepotan.
Mereka terkadang gemas menampar pantat yang bergelombang seksi, karena
tubuh bergetar akibat rasa malu dipandangi dari belakang berposisi
merangkak nungging. Terutama Diny, ini hari pertama jalan seperti ini
bersama teman-temannya yang terkenal sangat cantik di sekolah.
“Stop !” teriak Abah menghentak tali rantai Dimar, hingga si cantik semok itu berhenti, yang lain otomatis mengikuti.
“Kenapa ‘Un ?” tanya Pak Suparno.
“Gua punya ide nih No, huehehe” seru Abah cengengesan, membisik sesuatu ke telinga Pak Suparno.
Para budak menanti dengan jantung berdegup kencang, Pak Suparno tersenyum cabul mendengar ide brilliant lagi dari Abah.
“Bagus, ya udah sana cepet !” kata Pak Suparno, Abah berlari kecil kembali ke kelas.
“Oi, ada
‘paan sih ?!” Babeh penasaran. Pak Suparno hanya menyeringai, Mang
Engkos garuk-garuk kepala karena ikut penasaran. Tak lama Abah pun
kembali dan para bandot semuanya cengengesan. Para bidadari yang
penasaran menoleh satu-persatu.
(Oh No),
batin Diny. Semua gadis kembali memalingkan wajah menggerutu yang dalam
keadaan tak berdaya karena penderitaan birahi akan bertambah.
“Saya kira ada apa hihihi boleh juga sih” komentar Mang Engkos.
“Nih satu-satu, biar pada punya buntut huehehe” gagas Abah cabul.
Segera,
para bandot menyepak lebar kaki gadis, memasukkan dildo penis ke vagina
masing-masing budak. Pak Suparno ke Diny, Abah ke Dimar, Mang Engkos ke
Shinta dan Babeh pada Sabrina. Para bandot tersenyum saat mendorong
dildo masuk. Blessh !, begitu mudah amblas karena vagina dipenuhi jus
cinta dan sperma. Tubuh ke-empat gadis itu mengejang. Lidah mereka
sedikit terjulur, gambaran betapa lezat moment tersebut. Satu sisi
merasa benci dibudaki secara tidak manusiawi, sisi lain menikmati
diperlakukan seperti ini. Kontradiksi hati yang takkan pernah
terampungi. Setelahnya, para bandot melumuri pelumas ke sekujur pantat,
lalu memasukkan rentetan bola karet yang semakin ujung semakin besar,
sebesar bola Pim-pong ke dalam pantat. Para gadis mengerang, Diny yang
bersuara paling lantang karena ini yang pertama kali baginya. Para
bandot terbahak-bahak melihatnya, Plaakk !!.
“Ayo
lonte, jalan lagi !. Ayooh !!” bentak para bandot, ke-empat gadis itupun
merangkak lebih lanjut. Namun baru
selangkah…“Aaaaaaahhh…Yahhhhhh..Sssshh !!”.
Para
gadis mendesah nikmat bersahut-sahutan, kepala tertunduk dan tubuh
bergetar. Para bandot tertawa brengsek, menampar pipi pantat dan juga
pangkal dildo, hingga membuat tubuh seksi para gadis semakin bergetar
hebat. Sungguh keadaan yang mengenaskan namun menggairahkan. Setelah
para gadis itu bisa menyesuaikan diri, barulah mereka kembali merangkak
menuju lokasi penyiksaan birahi berikutnya.
<#><#><#>
Baru
beberapa langkah, ada sesosok Aki-aki sedang menarik gerobak sampah
berwarna oranye persis gerobak SOR, menggenggam ikat pinggang hitam, tak
jauh dari tempat keempat pasang beauty and the beast. Gerobak itu
terlihat bersih karena bukan sampah yang ada di dalamnya. Melainkan lima
gadis cantik berpakaian basket dengan wajah serta tubuh kulit putih
salju bermandikan sperma. Pakaian basket itu berwarna merah menyala,
headband pink melingkar di-jidat, kunciran rambut hitam di-pergelangan
tangan kiri dan kalung budak bertali rantai. Rambut sebahu yang biasa
terkuncir sudah tergerai acak-acakan, di beberapa tempat ada bercak
sperma. Celana training hitam ketat tanpa celdam melorot ke lutut, dan
yang paling menjadi pusat perhatian walaupun dari kejauhan adalah
kewanitaan. Vagina para gadis itu diluberi sperma. Menggambarkan bahwa
Aki-aki itu pasti tadi menekan penisnya dalam-dalam, muncrat hingga tak
tertampung. Vagina tersebut hilang tak terlihat, hanya ada gumpalan
cairan kental putih pekat yang menggunung, berkumpul di satu titik. Para
bidadari berpakaian basket itu melempar pandang ke arah Diny Cs. Mereka
mencengkram gerobak sampah besi yang mengurungnya, menatap sendu tak
berdaya dari dalam bagai narapidana yang terkurung di balik jeruji. Angel in Cage
!, istilah yang tepat untuk mereka. Dimana si penarik gerobak seorang
Aki-aki tua renta bertubuh kurus, kulit hitam telanjang menjijikkan
dengan penis tertidur lemas puas, sepuas yang terlukis di wajah
pemiliknya. Puas dengan kemenangan, senang akan keberuntungan. Edan !
edan betul pemandangan tersebut, namun seksi sekali karena kontrasnya.
Membuat ke-empat pasang beauty and the beast terpana menghentikan
langkah. Diny menyebut sebuah nama dalam hatinya, (Ta..Tasya… M…), belum
selesai dengan ketidak percayaannya, sebuah suara menyela.

Vika-Stacy & Mbah Katim
“Ooi,
Mbah… Mbah Katim”, panggil Mang Engkos pada Aki-aki yang merupakan
tukang sampah komplek sekolah dari SMP-SMEA juga SMU, lebih tua dari
Babeh sekalipun kira-kira umur 70 thn-an, karena itu pula dipanggil
Mbah.
Si Aki mengenali suara yang memanggil namanya, dia menoleh dan menghentikan laju gerobak yang ditariknya.
“Dari mana mau kemana Mbah ?” teriak Mang Engkos.
“Mau ke
gudang dari belakang…sekali-kali mumpung sepi ganti suasana, masa di
gudang terus ngentotnya Hak hak hak hak” sahut Aki itu ringan sambil
ketawa terbahak-bahak.
Seolah
menyenggama basketball girl yang cantik-cantik itu seenak beruknya,
sembarang, sesuka hati memperlakukan vagina mereka layaknya Bank sperma.
Bebas menyetor kapanpun dan dimanapun. Kelima gadis itu terkenal di
sekolah dengan sebutan Tasya ‘n the genk, dengan Anastacia ketua mereka
sekaligus kapten basket.
“Gak ikut pesta sama kita-kita Mbah ?” tawar Abah berteriak.
“Enggalah..sampeyan
aja, malam minggu enak pesta nonok sendirian hak hak hak !”sahut Mbah
Katim tertawa jelek, jadilah dia sejelek-jeleknya makhluk.
Saat
sedang asyik berbincang, dua gadis yang dikenal bernama Stacy dan Vika
memanjat gerobak, hendak melarikan dari dari ‘tuannya’. Merasakan
gerobak bergoyang, Mbah Katim refleks melayangkan ikat pinggang ke
udara. Ctaaaarr !!!.
“Kyaaa !” jerit kedua dara jelita itu.
“Masuk !,
mau kemana ?!” bentak Mbah Katim sambil berkacak pinggang dengan gagah.
Stacy dan Vika langsung turun dari gerobak dengan wajah takut.
“Ta’
giniin memek sampeyan semalem suntuk sampe endak bisa pipis…MAU ?!”
bentak Mbah Katim melotot sambil menunjukkan jari jempol terjepit ke
arah kedua gadis itu.
Kelima
bidadari itu menggeleng dan menjerit bernada tinggi. Mereka berpeluk
erat di dalam gerobak, takut melihat kakek penguasa tubuh mereka marah
besar. Keadaan itu terlihat bagai Gajah yang dikendalikan Pawangnya
saja. Merasa budak seksnya sudah terkendali, Mbah Katim tertawa
menyebalkan sambil berkacak pinggang lagi. Kemudian dia menoleh ke arah
Diny dan bertanya dengan suara keras.
“No…itu baru ya ?” tanya Mbah Katim, melihat Diny langsung ‘on-line’, kejantanannya ingin segera mencicip ‘daging segar’.
“Iya Kang, nanti ya kalo mau coba…pasti ta’ kasih !” sahut Pak Suparno pada Kakaknya yang sama bejat itu.
“Ya wis ta’ tunggu, Hiya”, Mbah Katim menarik gerobak dan beranjak pergi.

Anggi-Maureen & Shelita
Pak
Suparno dan yang lain menatap penuh iri, sebab Mbah Katim jarang
berbagi. Giliran budak seks orang dia sikat, budak seksnya dikuasai
sendiri. Itulah yang membuat Mang Engkos ber-ego tinggi, dia lebih dekat
dari Pak Suparno, Adiknya sendiri. Penyakit egois tidak berbagi
budaknya menular ke Mang Engkos. Pak Suparno menampar pipi pantat Diny
lantas menghentak tali rantainya, aba-aba untuk kembali meneruskan
perjalanan. Tibalah mereka di penghujung jalan, tempat tujuan yang tak
lain adalah sebuah ruang luas terbuka tempat latihan cheers. Dikelilingi
bangku-bangku taman dan hijau tanaman. Cermin untuk melihat kesalahan
gerak cheers di dalam ruangan itu, memantulkan beberapa pasang
persetubuhan. Musik cheers ‘Magalena’ dari Sergio Mendez menambah hot
suasana. Diny serasa di sebuah theater, hanya saja theater penuh adegan
sex, ia berharap apa yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi. Ia melihat
pemilik warung rokok depan sekolah Memet, sedang asyik menggenjot
Shelita dari belakang, dimana disampingnya Bari dengan posisi sama pada
Maureen. Dilihat dari mimik Shelita dan Maureen yang meringis sakit,
tampaknya Bari dan Memet sedang berlomba, siapa yang lebih dulu Anal
klimax, dialah yang menang. Di dekat situ, Anggita Katalina menaik
turunkan tubuh-nya di atas penis Pak de Us-us tukang parkir sekolah
sambil disandwich Egi, siswa yang terkenal nakal.
Tak jauh
dari situ di bangku taman, terlontar sesaat pandangan licik dari Fisti
dan Nancy kedua sahabat ke arah Diny dimana mereka duduk mengangkang
berderet dengan vagina dilahap dan dijilati habis-habisan Pak Kasman
petugas perpustakaan. Mereka berdua toss, seakan senang melihat Diny
menjadi budak seks Pak Suparno. Kala itu, ia belum tahu apa kaitan kedua
sahabatnya itu dengan kehadiran Egi satu-satunya pelajar, orang baru
yang tidak dikenal Mang Engkos..Babeh dan Abah sekalipun, terkecuali Pak
Suparno. Sambil melihat adegan yang berlangsung, Pak Suparno memainkan
Dildo yang menyumbat vagina Diny maju mundur. Wajah gadis malang itu pun
makin sayu terangsang. Ketiga bandot lain mengikuti apa yang dilakoni
Pak Suparno ke masing-masing budaknya. Pak Suparno mengocok gencar
hingga jus cinta Diny meluber keluar, ia tertawa menang. Tata usaha
bejat moral itu mencampakkan Dildo dan mengganti dengan penisnya ke
liang cinta Diny. Mereka berdua kembali bersetubuh untuk yang kesekian
kali, yang tak dapat dihitung dengan jari. Pembantaian birahi
besar-besaran berlangsung hingga malam hari, diterima para bidadari
berstatus pelajar di sekolah itu. Hari terasa panjang, terutama bagi
Diny yang baru pernah mengalaminya. Sinar mata Diny perlahan redup,
seusai orgasme seiring muncratan sperma Pak Suparno di liang cintanya.
END