Recent Posts Widget

xXx STORY : Memoirs of Geisha : Cerita Bokep

http://cerita-porno.blogspot.com/2012/06/xxx-story-me-and-my-teacher-5-cerita.html

MEMOIRS = Memori / Kenangan / Ingatan
GEISHA = Pelacur Jepang

PRESENT DAY,
SATURDAY,
AT SCHOOL,

Di sebuah ruangan yang sunyi…
Di kala sekolah sudah sepi….
Di mana pintu gerbang telah terkunci…

Fantasy mereka terbang melayang,
Nafas mereka mendengus terangsang,
Suara mereka mengerang–erang,

Mereka,

Dua manusia yang berlainan jenis,
Berlainan warna kulit,
Berlainan strata,

Satu keturunan Adam dan satu keturunan Hawa,
Terpaut jauh usia diantaranya,
Keturunan Hawa itu berlutut di depannya,
Tunduk patuh dan takut terhadapnya,

Dia bernama Diny Yusvita, siswi kelas 2 SMU. Gadis remaja yang sangat aktif di sekolahnya dengan segudang Ekskul seperti kegiatan OSIS, Paskibraka dan juga Cheerleader. Salah satu dari sekian gadis yang diincar oleh para lelaki, dari yang baik–baik sampai hidung belang, dari yang berduit maupun yang tidak bermodal, dari kalangan guru hingga siswa, sampai orang-orang di sekitar lingkungan hidupnya. Diny memiliki darah Jepang, pada masa penjajahan Jepang…Ibunya yang juga cantik dan berkulit putih dijadikan gundik oleh militer Jepang, jadilah Diny anak tanpa kasih sayang seorang Ayah, seorang gadis tanpa naungan dan bimbingan seorang Ayah…itulah yang membuatnya tegar dan berprestasi di sekolahnya. Diny seorang remaja berkulit putih, rambut lurus hitam di atas bahu sedikit dan tinggi 163. Lelah, pegal, sakit, dan terhina sedang di deritanya saat ini…
 “Mmmpph…..mmmph”gumam Diny.
Mulutnya tersumpal penuh dengan penis dan dipaksa oral sex oleh seorang Bapak-bapak tua, kedua tangannya yang bersarung tangan putih terangkat ke atas dan tersilang pada pergelangan tangan, Bapak tua berperawakan bengis itu mencengkram kencang kedua tangan Diny dengan tangan kirinya, sementara tangan kanan si Bapak menjambak rambut belakang Diny. Bapak tua itu berumur antara 40–50an, giginya hitam agak jarang, rambutnya ikal sedikit beruban, perut buncit namun badannya tidak kurus dan berperawakan keras. Topi paskibraka Diny (seperti peci) dengan bros bendera merah putihnya miring–miring hampir terjatuh akibat guncangan di kepalanya, begitu nafsunya Bapak tua buruk rupa itu. Topi paskibraka..? sarung tangan putih ?? Yap, Diny disekolah adalah salah satu paskibraka pilihan. Jika ada upacara hari peringatan, maka sudah dipastikan bahwa dia salah satu paskibraka pengibar benderanya, entah para Guru pembimbing memilih Diny karena wajahnya yang Indo-Japan itu atau gerakan baris berbarisnya yang baik dan benar.

Bertubi-tubi hidung mancung dan jidatnya menghantam perut hitam Bapak tua itu yang sedikit buncit, berulang kali bibir tipis terhias Lip-Gloss merah muda Diny “memoles” batang penisnya yang tegak mengacung…menggesek, meliuri, menghisap, membasahi, menjilati batang hitam keras berurat itu agar si “Empu”-nya cepat selesai. Karena tidak dibantu dengan kocokan tangan, maka sudah barang tentu bahwa si gadis berwajah cantik itu harus kerja extra keras, siswi pelajar itu hanya bisa menjepit kencang penis Bapak tua itu yang tegak mengacung dengan bibir tipis seksinya, sesekali dia menjilati kepala penisnya yang seperti helm tentara itu, dan menjalar ke pinggiran penisnya sampai pangkal, menyapu urat–urat penisnya yang berdenyut menonjol yang menandakan bahwa Bapak tua itu sangat menikmati perlakuan Diny padanya.
“Oahhmmm…enyak enyak…terus nenggh..”suruhnya.
Lidah Diny menelusuri batang keras milik si Bapak dengan diselingi gelitikan nakal dari pangkal penis hingga ujung kepala penisnya, saat di ujung kepala penisnya Diny menowel kepala penis Bapak tua itu seperti keadaan orang lapar saat menjilat habis piring dengan jilatan terakhir, kemudian meludahi penisnya..lalu diakhiri dengan melahap kapala penis Bapak tua itu dan menghisapnya kuat–kuat.
“Sruuupph…”
“Uwoookh…” lenguh Bapak itu keras, hingga memenuhi ruangan kelas dan menggema, kepalanya mendongak keatas, penisnya mengacung tinggi, tubuhnya bergetar nikmat, lalu mereka kembali bertatapan, mata bertemu mata.
Mata Diny yang sayu seksi bertatapan dengan mata Bapak tua itu yang melotot tajam, nafasnya kembang kempis penuh nafsu…puas sekali keadaan Bapak tua itu tampaknya dengan service oral sex yang diberikan Diny, bagaimana tidak, disepong oleh remaja SMU secantik Diny, bibir tipis nan seksi serta permainan oral sex-nya. Tiba-tiba si Bapak menjambak rambut Diny dengan kasar, kemudian memaju mundurkan kepalanya, Diny yang saat itu tidak berdaya hanya bisa membiarkan “penjahat kelamin” yang sudah berumur itu berlaku semaunya, dia mengayun tubuhnya maju mundur seolah–olah menyetubuhi Diny, semakin lama semakin kasar.

Diny merasa bahwa tuannya itu sudah mendekati klimaks seksnya, penis Bapak tua itu sudah amat sangat tegang di mulutnya, dia memakai bibir Diny untuk oral sex dengan brutal, badannya maju mundur, penisnya menyetubuhi bibir Diny seolah–olah bibir tipis nan mungil itu vagina pelacur, vagina yang bisa dipakai seenaknya hingga robek-robek dan hancur. Mulut monyong Bapak tua itu menceracau jorok tidak jelas, saat itu juga Diny sedang berjuang menahan muntah karena bau penis dan sodokannya yang terlalu dalam hingga masuk ke kerongkongan mulut Diny, dia batuk tersedak berkali–kali namun sama sekali tidak dipedulikan oleh Bapak tua itu. Hidung mancung Diny berbenturan dengan bagian bawah perutnya yang dipenuhi bulu jembutnya yang lebat dan bau, gerakan si Bapak semakin lama semakin cepat, dan tidak berapa lama,
“Aaaaghh…Lonte lu !!”erangnya.
Bapak tua melepas jambakan pada rambut Diny lalu mengocok–ngocok penisnya didepan wajahnya sambil mendengus berat dan menatap wajah Diny penuh nafsu, si cantik itu menatapnya balik seperti budak yang menghamba pada tuannya, berharap Bapak tua itu akan mengampuni dan melepaskannya. Tapi yang terjadi malah Bapak tua itu mengejan menahan nafas seakan–akan ada sesuatu yang tertahan dan ingin ia lepaskan sekarang seluruhnya membuang sampai habis tak tersisa, ibarat sebuah bendungan yang jebol tak mampu menahan lagi laju air.
“Crooottt !!”
Blaaarrr…!! semprotan pertama sperma si Bapak yang kena telak hidung Diny.
“Croott…jruot…croott…crott !!”
Bapak tua itu mendapat ejakulasinya, penis hitamnya sukses menyirami wajah Diny yang cantik dengan spermanya yang putih, kental, banyak dan baunya yang sangat menyengat,
Diny hanya bisa menerima Cumshot Bapak itu sambil membuka mulutnya, hingga yang mendarat di lidahnya pun terpaksa langsung ditelan agar tidak terasa mual. Secara naluri dia mencoba menghindar, tetapi saat Diny mencoba memalingkan wajah ke kiri…Bapak tua itu mengarahkan penisnya ke kiri pula mengikuti wajah Diny dan menyemprotnya, saat Diny mencoba menggeleng ke kanan pun sama hasilnya. Bapak tua itu dengan geram dan bangga menyemproti wajah cantik Diny dengan spermanya hingga belepotan tak karuan.

Semprotan spermanya kencang sekali, berkali–kali muncrat dan menyirami sekujur wajah Diny…hidung, bibir, pipi, jidat sampai–sampai,
(Shiiiiiiiiitt……!!) gumam Diny dalam hati.
Mata kanan jelitanya yang terhias eye shadow birunya terciprat sperma, topi paskibraka  hingga syal merah putih (bendera Indonesia) yang diikat di leher putih mulus Diny pun juga terkena cipratannya. Bapak tua itu menghembuskan nafas seakan–akan lega karena semua hajat yang ingin dituntaskannya kesampaian. Jari tangannya memijit batang penisnya dari pangkal hingga ujung untuk mengeluarkan tetes mani terakhir, lalu dikepretkannya ke wajah cantik Diny sambil tersenyum melecehkan. Penis Bapak tua itu sangat banyak mengeluarkan spermanya, walaupun Bapak itu mulai  menginjak setengah abad, Diny juga tidak tahu kenapa dia merasa bahwa penis orang–orang lama (tua) lebih berbobot daripada anak-anak sekarang…juga daya tahan sex-nya, mungkin bisa kita tarik kesimpulan bahwa kesempatan untuk mencicipi anak gadis jaman sekarang dengan penampilan anggun dan seksi menggoda sangatlah langka untuk orang sepertinya, harus mempunyai uang atau kekuasaan, tentu pada jaman mereka belum ada gadis blasteran atau campuran, kulitnya pun hitam legam sepertinya.
“Neng tambah cakep kalo belepotan peju gini hak..hak..hak”hinanya.
Bapak tua itu menampar–namparkan penisnya ke pipi Diny, memutar-memutar sambil mengocok-ngocoknya lagi, lalu ditempelkan ke wajah gadis cantik itu dan bergerak naik turun menggeseknya… seakan–akan Bapak itu sedang “memakai” wajah Diny.
(Ooooohh….tidak..!!)keluh Diny dalam hati.
Bagaimana tidak?? Penis itu kembali ereksi di wajahnya. Diny langsung lemas dengan wajah cantik memelas mengetahui itu, karena sudah barang tentu si Bapak tua menagih ejakulasi berikutnya…dia menyeringai mesum melihat wajah Diny yang seolah memohon ampun padanya, Bapak tua itu langsung tertawa terbahak–bahak menyebalkan sambil berkacak pinggang menang.

Beruntung sekali Bapak tua itu, sudah galak, berwajah seram, jelek, menyebalkan pula.
Siapa dia? Siapa Bapak tua itu? Siapa bapak tua yang beruntung itu? Dia adalah Pak Suparno. Panggilannya Pak Parno (mungkin sang Ibu menamainya melihat dari wajahnya yang berbakat dengan segala hal yang berbau porno). Bapak tua itu bekerja sebagai seorang administrasi sekolah atau TU yang menangani masalah penerimaan uang pembayaran iuran bulanan sekolah, dia bertanggung jawab langsung ke Wakasek dan Kepsek, lalu dari Wakasek dan Kepsek ke Pemilik Owner. Tiap–tiap SMP, SMU dan SMEA ada Kepsek dan Wakasek masing–masing, jadi mereka bertanggung jawab langsung ke Owner. Sekolah Diny menjadi satu dari SMP, SMU dan SMEA…sekolah tersebut memang luas…salah satu sekolah swasta di Jakarta. Untuk pembayaran uang sekolah SMU dan SMEA dijadikan satu tempat agar lebih mudah disamping SMEA-nya hanya beberapa kelas tidak banyak, pembayarannya ke Bandot tua Suparno yang pikirannya porno ini, namun untuk pembayaran iuran sekolah SMPnya terpisah, karena bangunannya juga terpisah tapi pintu gerbang sekolah hanya satu, jadi dari anak SMP, SMU dan SMEA masuk melalui pintu yang sama dan bel sekolah yang sama, untuk bagian SMP, petugasnya TU-nya bernama Pak Sami’un.
“Berdiri neng…!”suruhnya.
Dinypun bangun sementara bapak tua itu malah berjongkok berhadap–hadapan dengan bagian bawah perutnya.
(Ooooohhh…tidakk..!!) keluh Diny tahu apa yang diinginkan bapak tua itu dan apa yang akan dilakukannya.
“Ayo ca’em….angkat celana koe…. Bapak mau lihat pemandangan terindah di dunia hak hak hak…!!”perintahnya sambil mengejek.
Karena Diny tidak bisa berbuat apa–apa, dia terpaksa melakukan apa yang diperintahkan-nya, dia menggerakkan kedua tangannya yang mengenakan sarung tangan putih khas paskibraka itu, mendekati rok SMU putihnya dan mengangkatnya.

“Tinggian lagi doong….gimana sih koe !!”protesnya dengan mata melotot karena Diny mengangkat roknya terlalu pendek.
Maka dengan ketakutan dan berat hati, Diny terpaksa mengangkat rok putih SMU-nya sampai di atas pinggang.
“Hihuuuy…nah gitu dong, baru lonte Bapak…”katanya norak.
“Kok pake malu–malu pisan…wong, dari kemaren memek koe udah ta’ peke’ juga hak hak hak” hinanya.
“Wuah…wuah…wah….edyaan…putih mulus rek !”pujinya sambil menggerayangi paha putih mulus Diny.
Pak Suparno menggerayangi paha Diny cukup lama karena senang akan halus dan putih mulusnya, seolah–olah anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru yang dibelikan Ayah-nya sepulang kerja. Pak Parno menggerayangi paha putih mulus itu senti demi senti, jengkal demi jengkal, inchi demi inchi…tidak ada yang terlewati, mengelus–elus, meraba sekujur pahanya berulang–ulang. Pokoknya habis–habisan paha Diny di gerayangi oleh Bapak tua mesum itu, untung saja tidak lecet akibat ulah tangan kasar itu terus terusan menelusuri paha putih mulus yang sempurna itu. Pak Suparno lalu mengendus–endus paha mulus itu, kemudian menjilatnya.
“Wuuuiiy…!! udah wangi manis lagi, kaya orangnya hak hak hak merdeka!!”ledeknya.
Bapak tua itu mulai bergerilya meraba–raba paha belakang Diny sambil menjilati paha putih mulus bagian depannya, mau tidak mau dan lama–lama Dinypun terangsang juga.
Jilatannya dari ujung paha hingga pangkal paha, dengan nafas mendengus penuh nafsu dia menyuruh Diny berbalik…dan menjilati paha kiri belakangnya dari ujung hingga pangkal body sexynya.
“Plaaakk……plak…plak…plak….plakk !!”
Disaat yang bersamaan,
“Aaaakhh…aaakh…ampun Tuan…aaaakkh !!”.
“Nakal…..nakal….cewe nakal koe yah…heh…dasar lonte!”

Dengan sintingnya Pak Suparno menampar keras pantat sekal Diny yang terpampang menantang persis di depan wajahnya itu sambil melecehkannya, seakan–akan pelanggan hidung belang yang memberi pelajaran pada pelacurnya. Lalu dia meneruskan menjilati paha belakang sebelah kanan Diny dari ujung sampai pangkal, dan berakhir di bongkahan pantat montoknya, karena kemarin Diny sehabis digarap pertama kali oleh Pak Suparno, diperintahkan untuk memakai celana dalam hitam super tipis, yang hanya bisa menyembunyikan vagina serta belahan pantatnya, maka dengan leluasa Pak Suparno bisa menjilati, menciumi, mengemut serta menggigit-gigit kecil gemas  bongkahan pantat Diny yang sekal, harun dan putih mulus itu.
“Cuuuph…cuuph…cuph..cuph !!”
Pak Suparno tampak gemas sekali karena berkali–kali meremasnya dan merasakan kehalusan serta kesekalan bongkahan pantat Diny dengan lidahnya yang menyapu bagian sensitive Diny itu…salah satu kelemahan dan tempat terangsang wanita, dia menowel–nowel gemas bongkahan pantat montok Diny dengan lidah kasarnya..meremas sambil mencucupnya dan sesekali menampar pantatnya dengan keras dan gemas, tentu saja Diny mengaduh setiap kali Pak Suparno melayangkan tangan kasarnya menampar keras pantat sekal itu.
Plaaak…plaak…plak…plaaak !!
“Aaakh…aaaw…aduh…sakit Tuan aaaw….ampun..!!” jerit Diny.
 “Bikin gemes orang tua…bikin nafsu orang tua….rasain koe…hiih”gemasnya sambil menggampar kasar pantat putih sekal Diny.
Diny hanya bisa mengencangkan tangan kiri dan kanan meremas rok putih SMU-nya yang sedang ditariknya keatas sejajar perut ratanya, menyenderkan kepala dan badannya pada Whiteboard (papan tulis), menahan sakit di pantatnya dan gejolak nafsu yang dari tadi sudah terombang–ambing…yaph, perasaan Diny tentu terombang–ambing, karena dia merasakan sakit saat Pak Suparno menampari pantatnya dengan sinting, namun dia suka saat Pak Suparno menjilat serta meremas pantatnya yang membuat dirinya seakan–akan seksi.

Peluhpun bercucuran hingga membasahi baju seragam SMU-nya hingga aroma wangi dari parfumnya menebar dan menambah rangsangan terhadap pemerkosanya.
“Anak gadis sekarang punya puaantat gede-gede banget…putih sekel…mulus…suka dipamerin…pake celana ketat-ketat”komentarnya sambil meremas dengan gemas.
Kemudian Pak Suparno kembali memutar badan Diny..dan bertanya,
“Neng Diny…apa perintah Bapak, sudah koe laksanakan ?”selidik-nya
“Su..su..sudah Tuan” jawab Diny.
“Yang beneer…bo’ong dosa lo neng” katanya sok mengenal dosa.
“Be..be..betul Tuan” jawab Diny lagi.
“Kalo gitu…Bapak boleh liat donk ?”celetuknya.
(Sialan, kalaupun  gua larang elo juga pasti maksa liat)gerutu Diny dalam hati.
“Bo..bo..boleh tuan…silahkan”katanya diiringi senyum ayunya.
Pak Suparno seperti tak tahan melihat wajah manis itu tersenyum.
Dia tiba–tiba menangkup pantat Diny dengan kedua tangannya dan,
“Hhemmm…………..”
“Uuaaaahh……………”Desah Diny.
Si Tua gila itu menempelkan hidungnya ke vagina harum Diny yang masih tertutup celana dalam hitam tipisnya, dan menghirup dalam–dalam sambil menatap wajah cantik Diny.
Secara reflex Diny menjenggut rambutnya yang sudah mulai memutih itu tetapi otomatis melepas pegangan pada roknya, sehingga rok itu menutupi wajah Pak Suparno.
“Heh……lonte ! Siapa suruh koe lepas hah ?”bentaknya, Diny pun langsung ketakutan.
“Pegang….ngerti kagak !” katanya memegang rok Diny.
“Ma..maaf Pak, sa..saya kaget”
“Maap..maap, jadi ganggu tauk…gua gak peduli…pokoknya gua mau ngirup bau memek koe.. lonte !! memek koe yang wangi…memek koe…memek koe.. ngarti…?!” omel Pak Suparno sinting.
“Nge..ngerti Pak, maaf!”
“Ngarti..ngarti…panggil Bapak lagi ! panggil Tuan lonte !!”
“Nge..ngerti Tuan”

Pak Suparno
Pak Suparno
Suparno sinting itu keras sekali memarahi Diny waktu itu, sehingga air mata beningnya pun tak terbendung lagi dan mengalir membasahi pipi yang mulus hingga menetes ke lantai. Si Tua bangka itu memang terkenal sangat galak, jelek dan jutek pula tampangnya. Pak Kepala Sekolah memang sengaja memasang Pak Suparno sebagai anjing galak di TU, untuk mengantisipasi siswa/i menunggak bayaran…karena tentu pendapatan sekolah dan gaji karyawan berasal dari sana.
“Eh..eh..eh…pake nangis segala lagi, dasar lonte munafik…entar juga koe ke-enakan hak hak hak”lecehnya.
“Udah jangan pura-pura…ayo angkat lagi celana koe !”sambungnya.
Diny mengangkat kembali rok putih-nya di atas pinggang, dan Pak Suparno langsung to the point kembali menghirup aroma wangi Vagina Diny yang selalu dirawat apik dengan sabun pembersih khusus wanita itu. Pak Suparno menghirupnya dengan senyum kemenangan sambil menatap wajah cantik Diny, kedua tangannya menangkup bongkahan pantat putihnya dan meremas gemas.
“Hhmmm….hhhmm…..wangi tenaaan…hhhmm.” komentarnya.
Sesekali dia meraba–raba paha belakang putih mulus Diny sambil terus menyedot–nyedot celana dalam hitam tipis yang menyembunyikan mahkota Diny .
“Leeep….leeph..leph..leph”
Bapak tua itu menjilat-jilati Vagina Diny yang masih tertutup celana dalam hitamnya itu, jilatannya berkali–kali dan sengaja diperlambat sambil menatap tajam Diny…dia tampak menikmati penderitaan Diny, karena dia tahu tadi Diny menangis tapi sekarang dia terlihat terangsang, sebuah pro dan kontra yang berkecamuk di dasar hatinya..suka dan benci menjadi satu, menjadikan dirinya seorang munafik. Mula–mula jilatan Pak Suparno tipis menowel vaginanya, lalu lama–lama jilatannya dalam..menyodok–nyodok vagina Diny yang tertutup celana dalam hitamnya itu.
“Sial….tua bangka ini menang, aku terangsang hebat” keluh Diny dalam hati.
Ia merasakan vaginanya mulai lembab akibat mengeluarkan lendir / Nectar.

Celana dalam Diny mulai lepek pada bagian depan akibat kombinasi lendir vaginanya dan air liur Pak Suparno, dengan pengalaman dan jam terbangnya, dia pasti mengetahui hal itu…entah, sudah berapa gadis menjadi korbannya…walaupun itu atas kemauan dan kebodohan mereka sendiri, sudah berapa gadis dia jilati vaginanya untuk menutup rahasia surat teguran tunggakan bayaran sekolah, sudah berapa vagina siswi dia senggamai untuk pengganti iuran bulanan sekolah. Pak Suparno melepas sejenak tanggkupan tanggannya pada bongkahan pantat sekal Diny. Dia memegang pinggiran calana dalam pada bagian depan dengan jari-nya dan menekan ke arah vagina Diny, sehingga terlihat ceplakan bentuk Mrs. V itu di celana dalamnya. Dan Hap…..dia kembali menangkap bibir vagina Diny dengan mulut doer-nya, kembali menguasai…daerah Vital itu.
“Nah neng, kalo gitu Bapak cek sekarang ya…jadi ketunda tadi eheheh”cengirnya.
“I..i..iya Tuan silahkan” kata Diny takut.
Pak Suparno memegang tali celana dalam di kiri dan kanannya,
Dengan gemasnya…dia langsung menarik kasar turun CD hitam seksi itu hingga lutut,
“Whuuua……ini baru namanya memek hak..hak..hak” ejeknya saat melihat vagina Diny yang sudah dicukur bersih atas perintah mesumnya.
“Bagus–bagus…jadi koe udah cukur jembut toh…kalo begini pan Bapak jadi makin demen jilatinnya”komentarnya lagi.
Petugas TU berumur itu membuka kedua pasang bibir vagina Diny dan memandangnya dengan nanar penuh nafsu.
“Ja…jangan dilihat Tuan…”kata Diny malu.
Pipinya merona merah anggun sambil secara refleks menggerakkan tangan menutupi vaginanya agar tidak dilihat lagi oleh Pak Suparno, sebuah tindakan malu-malu kucing yang tidak pada tempatnya, karena Pak Suparno malah cengengesan dan semakin nafsu saja ingin memperkosa Diny habis-habisan.
“Kenopo neng ayu…Hhmmm…kok pake malu-malu pisan…pan memek koe udah ta’ liat kemaren…Hhmmm…udah ta’ entot ampe jebol…Hhmmm…??”kata Suparno tersenyum mesum, gemas dengan malu-malu kucing Diny.

“Aaaaaahhh…….”desah Diny horny.
Karena setelah berbicara tadi, tanpa membuang waktu sedetikpun dia langsung melahap vagina Diny penuh nafsu, Pak Parno melumat vagina Diny seperti pengemis yang sudah tidak makan beberapa hari. Dia melepas emutannya sebentar untuk berkomentar,
“Weleh-weleh…memeknya manis loh kaya orangnya hak hak hak *itadakimas”ujarnya. *(selamat makan bahasa jepang).
Setelah mengucap itadakimas, Bapak tua itu langsung kembali menyedot vagina Diny.
Mengemut–emut vagina Diny penuh nafsu sambil memandang wajah anggunnya, Pak Suparno amat sangat rakus melahap vagina Diny saat itu, bibir vagina itu dikunyahnya seperti orang memakan daging ayam dengan maruknya. Hidung besarnya sesekali ditempelkan ke vaginanya, kepalanya bergerak ke kri dan ke kanan, mengacak-acak vagina Diny sambil menghirup aromanya dalam–dalam, Diny merasakan dengus nafas Pak Suparno yang sudah amat sangat nafsu itu …Pak Suparno menggeram–geram seperti kerbau jantan yang sangat liar..dan selama semua prosesi jil-mek (jilat memek) itu…Diny hanya bisa mendesah-desah keenakan dan menggeleng–gelengkan kepala ke kiri dan ke kanan, mencoba membuang muka karena tidak ingin Pak Suparno melihat rona pipinya akibat malu diperlakukan seperti itu sekaligus terangsang. Mulutnya megap–megap, dengan lidah terjulur mengambang…menandakan bahwa Diny horny dan sudah takluk saat itu. Pak Suparno menyengir mesum melihat itu, Diny malu sekali….tapi dalam keadaan horny pula. Suatu kontradiksi dalam dirinya yang tak dapat dia pungkiri…bahwa tubuhnya menyerah. Saat itu, Diny menyerahkan tubuhnya pada orang tua itu. Ia juga tidak tahu kenapa dia merasa seksi saat itu Pak Suparno menatap nafsu vaginanya. Walaupun ada sedikit perasaan tak setuju, ia merasa pantas dinodai Pak Suparno atas kesalahannya. Dia menikmati saat Bapak tua itu menghinanya, ia horny saat dia di rendahkan olehnya. Dia menerima Bapak berperawakan bengis itu menggagap dirinya pelacur, ia terangsang ketika Bapak tua itu mencemoohkan dirinya. Dia bimbang saat itu..goyah namun takluk jua olehnya. Walaupun dia tahu bukan Cinta yang Bapak tua itu berikan padanya, melainkan nafsu sepenuhnya. Diny sepertinya ikhlas…seakan–akan patuh, tidak bisa berontak dan tidak akan pernah bisa melawan. Berontak pun hanya untuk menaikkan harga diri yang sebenarnya sudah jatuh itu. Ia tidak tahu kenapa dia merasakan perasaan gila ini, tetapi itulah yang terjadi.

Kepala Pak Suparno mendekati arah selangkangan Diny diiringi tatapan kemenangan.
Sambil menjulurkan lidahnya, wajah buruk seolah–olah (Hayo…gua jilatin memek lo…lo ga bisa ngelarang gua kan) begitulah kira–kira arti tatapannya. Kedua jempol tangannya ditempelkan di bibir vagina Diny, melebarkan dan membuka liang kenikmatan itu, dia mengendus–endus wangi pintu surga itu. Lidahnya menjilati daging vagina Diny yang sudah banjir itu, menelusuri…menyeruak masuk bagian dalam dan menyentil–nyentil klitorisnya. Pak Suparno seperti mengambil ancang–ancang saat ingin menusukkan lidahnya ke liang vagina Diny. Petugas TU itu menarik kepalanya menjauh dengan lidah terjulur ke depan sambil menatap Diny, lalu menukik ke depan ke arah vaginanya yang dibentangkan oleh kedua jari jempol orang tua itu. Erangan gadis anggun itu pun semakin menjadi–jadi saat lidahnya mencolok bagian terdalam yang sangat sensitif itu. Kepala Bapak tua pengurus TU itu maju mundur seolah bersetubuh, saat lidahnya menusuk ke bagian terdalam dari vagina Diny, lidah Pak Suparno sengaja menggelitik daging di dalamnya, sebuah tehnik jilat memek yang tinggi, tentu pengalamannya sangat luas dalam hal memanfaatkan “aib” para siswi sehingga bisa mendapatkan akses baik itu lidah, mulut maupun penis ke vagina mereka, dan pada akhirnya patuh menjadi budak seksnya, jilatan sekaligus tusukan lidah kasarnya membuat liang vagina Diny yang sudah becek itu semakin berlendir saja dan menimbulkan bunyi berulang-ulang,
“Clek..clek..clek..clek..”.
Diny hanya menggelengkan kepalanya sambil memejamkan mata, bibir seksinya yang terbuka tanda horny mendesah setiap kali tusukan lidah Pak Suparno sampai di bagian terdalam vaginanya,
“Aaah…aaahh…aah…ahh”desah Diny.
Keluh Diny dalam hati :
(Ooooohhh….tua bangka ini akan mengalahkan-ku).
(Aku sudah diambang klimax).
Tiba–tiba, mulut doer petugas TU itu menyiumi bibir vagina Diny. Bapak tua mesum itu menyauk vagina Diny seperti sepasang kekasih yang berciuman penuh nafsu, dengan ganas sambil mencengkram kencang bongkahan pantat sekalnya, kemudian menyedotnya kuat–kuat.
Srruuuph…
 “Aaaaaaahhh….ssshh!”Diny tidak bisa bertahan lagi,

Siswi berwajah oriental seperti pemain film JAV itu mendesah panjang dalam orgasme pertama siang hari itu dengannya, tubuhnya mengejang hebat dan jus cinta harumnya pun meluber dari liang vaginanya. Pak Suparno menyeruputnya kuat–kuat sehingga tidak ada yang menetes keluar, semua lendir vagina lezat itu ditenggaknya, seperti orang sedang dahaga di gurun pasir menegak air minum sampai habis. Saat Diny mengalami orgasmenya itu, dia tubuhnya mengejat–ngejat dan membenturkan badannya sendiri ke papan tulis di belakangnya sambil menguatkan remasan pada pegangan tangan di rok putih SMU-nya…saat selesai orgasme Diny sudah lemas, hingga melepas remasan pada roknya hingga rok putih itu menutupi wajah orang tua itu. Dia tidak peduli lagi jika Pak Suparno akan membentaknya, karena tubuhnya serasa lemas sekali namun puas akan orgasmenya. Terlihat gelembungan pada rok putih SMU Diny yang berarti ada kepala seseorang di selangkangannya. Pak Suparno masih saja getol menjilat–jilat di bawah sana…walaupun tidak melihat secara langsung tetapi terasa jelas menggelitik, hangat basah serta kasar lidah pria tua itu pada vaginanya. Diny meremas-remas kepala orang tua bejat itu di balik rok putihnya. Karena takut nanti Pak Suparno akan memarahinya, maka setelah Diny mendapat kekuatan, dia kembali mengangkat celana SMU-nya itu dan ternyata…yang dilihat bukan raut wajah galaknya, malah senyum mesum yang terukir pada wajah tuanya itu yang kini berada di selangkangannya sambil mengemut–emut vagina manisnya, sepertinya Bapak tua mesum itu senang sekali…senang karena bisa menguasai vagina wanginya dengan mulutnya…senang karena berhasil menaklukkan Diny yang anggun itu. Pak Suparno menarik kepalanya dari selangkangan Diny.
“Betul pan kata bapak, koe juga suka toh…hak..hak..hak..Bapak juga demen banget sama memek koe neng…enak !”Pak Suparno mengakhiri kata-katanya.
Tampaknya ia sudah tidak tahan lagi. Orang tua itu bangkit dan Diny melihat ke arah penisnya. Ooooohh…..tidak !! Penisnya konak mengacung menantang langit, tegak keras siap mengoyak–ngoyak vagina Diny sampai hancur tak berbentuk. Pak Suparno betul–betul terangsang saat menjilat dan menyedot vagina Diny tadi. Seperti hari sebelumnya, dia menginginkan persetubuhan sekarang.

“Buka bajunya Neng…koe keliatan kegerahan ya..!”katanya sok baik, melihat banyaknya peluh yang mengalir membasahi baju Diny, padahal niatnya mesum.
“Si..si..siap Tuan”.
“Siap Tuan!…pake hormat donk…neng kan tau etika upacara” katanya menggurui.
“Si..si..siap tuan” kata Diny dengan mengangkat tangan hormat.
“Nah gitu donk, baru lonte bapak…kita-pan lagi upacara ngentot…koe sebagai petugas dan bapak pemimpinnya…maka koe harus hormat dan patuh” tambahnya.
Karena terlanjur sudah masuk dalam lingkaran setan ini, Diny pun membuka kancing baju sekolahnya satu per satu. Pak Suparno juga memelorotkan celananya yang sudah setengah terbuka itu berikut pakaiannya. Pak Suparno melihat Diny yang bereaksi lambat pada perintahnya karena membuka kancing saja belum selesai, mulut doernya ngomel–ngomel tidak jelas karena tidak sabar menunggu gerakan Diny yang disengaja lama.
“Koe tuh yah…enda usah sok suci…wong koe udah bapak pake’ berkali–kali juga” omelnya sinting sambil membuka paksa kancing baju Diny.
Namun tidak semua kancing baju sekolah Diny dia lepaskan, dia menyisakan bagian bawahnya agar tetap terkancing guna untuk menahannya, karena berikutnya dia membelit dan menyangkutkan baju Diny di bagian bawah dada persis di perutnya…begitu juga Bra hitamnya dia tarik kasar turun hingga payudara montok Diny menyembul.
“Whuuuaa….anak sekarang…pada cepat berkembang yah hak hak hak hak” ledeknya sambil meremas–remas payudara Diny.
Rok putih SMU-nya juga dinaikkan oleh Pak Suparno dan dilepitkan di sekitar pinggang Diny, celana dalam hitamnya masih menggantung di kaki sejengkal di atas lutut…dimana kedua pahanya masih merapat. Pak Suparno memegang paha bagian dalam Diny hendak membukanya meminta jalan lalu melebarkannya bersiap menyetubuhinya. Diny menyenderkan tubuhnya dari badan hingga kepala pada whiteboard di depan kelas, sementara bongkahan pantat sekal Diny merasakan dinginnya dinding kelas. Agar tidak jatuh akibat gerakan brutalnya nanti Diny berpegangan pada kedua pundak Bapak tua mesum itu.

Jantung Diny berdebar–debar saat melihat kepala penis Pak Suparno menyentuh bibir kewanitaannya, walaupun dia sudah pernah melakukan ini berkali-kali dengannya, tetapi dirinya tetap tidak rela disenggamai Bapak tua petugas TU yang sangat kasar itu. Pak Suparno memegang batang penis hitamnya dengan sebelah tangan untuk menuntun, sementara sebelah tangan kiri-nya membentangkan bibir vagina Diny selebar–lebarnya, sampai terlihat daging-daging kecil merah muda yang berbentuk indah.
“Ja..jangan Tuan…ampun…”ibanya sambil menggelengkan kepala dan menangis.
Pak Parno menyeringai mesum dan,
“Hheeee….!”geram Pak Suparno menyentak penisnya.
Jleebh…bunyi kepala dan leher penis yang berhasil memasuki gerbang surga itu.
“Aaaawh….aaaahh”
“Eeeengh….gile seret Hhhggh”
Keduanya bereaksi menceracau nikmat atas pertemuan awal dua kelamin itu, Diny melihat ke bawah begitu juga Pak Suparno, Diny menahan nafas begitu juga Pak Suparno saat menyentakkan penisnya tadi hingga masuk ke vaginanya baru pada bagian kepala dan lehernya saja karena masih seret…mereka melihat begitu jelas prosesi kepala penis itu saat memasuki liang kewanitaan dan terjepit ketat nikmat di dalamnya.
“Busyeeet….seret tenan memek koe…masih kaya perawan…Hheeenngh”komentar Bapak petugas TU itu.
“Ooooohh tidak….dia berhasil menyetubuhiku…kenapa aku merasakan nikmat…padahal aku tidak mengijinkan si bandot tua bau ini…mana yang masuk baru kepala penis dan lehernya saja..belum badan hingga pangkalnya…Oooh..help me God !!” keluh Diny dalam hati.
Mereka sama–sama menghembuskan nafas sambil mengejan nikmat setelah merasakan step awal prosesi persetubuhan mereka. Pak Suparno menatap mata Diny tajam penuh nafsu, nafasnya mendengus berat…Diny balik menatapnya dengan penuh kepasrahan dan mengeluarkan desahan seksi pada Bapak tua yang sudah menguasai vaginanya itu.

“Ooohhh tidak…dia bersiap melanjutkan ke step berikutnya. Aku tahu step itu…aku tidak menginginkan itu tapi aku juga menikmatinya” keluh Diny dalam hati lagi,
Dalam kontradiksi itu Diny hanya bisa meremas–remas bagian pundak Pak Sukarman, sambil menggeleng–gelengkan kepalanya dengan wajah memelas, remaja SMU berwajah anggun itu memukul-mukul dada petugas TU itu yang hendak memperkosanya habis-habisan.
“Sudah Tuan…jangan diteruskan…ampun Tuan…cukup!”iba Diny.
Bapak tua mesum itu menyeringai hingga memperlihatkan gigi hitamnya, tangan kirinya menangkup pantat sekal sebelah kanan Diny sementara tangan kanannya mengarahkan penisnya agar pasti pas masuk ke vagina Diny.
“Nak ning..nik nang nik nung..nak ning”ejeknya, sambil menggoyang kepala berjoget.
“Modar koe”geramnya dengan bangga menyentak masuk penisnya.
Jreeeess………..
“Aaaaaaakhh….”
“Uwooooohh….”
Dua ekspresi kenikmatan yang bersamaan itu keluar dari mulut mereka hingga menggema di ruangan kelas itu, saat kejantanan Pak Suparno menyeruak masuk paksa ke liang vagina Diny betinanya, Diny mengembik sambil mencakar kencang pundaknya, sementara Pak Suparno melenguh sambil menganga tak percaya merasakan kenikmatan luar biasa berupa jepitan vagina kencang di penis ereksinya. Batang penis Pak Suparno berhasil menguasai mahkota kehormatan Diny, mendominasi kewanitaannya, merajai liang surganya. Begitu mudah penisnya masuk dikarenakan liang senggama Diny yang juga sudah sangat licin oleh lendir vaginanya sendiri. Mata mereka berdua masih saling tatap, mata pemangsa dan mata buruan…cengiran puas di wajah tuanya, Diny pasrah sepasrahnya menatap Bapak tua penyetubuhnya itu. Nafas mereka kembali berhembus dengan cepatnya, naik turun keluar masuk hidung. Diny merasa ada sesuatu yang besar mengganjal di bagian bawahnya, sesak sekali tetapi nikmat. Air matapun mengalir, bukan karena sakit…melainkan dalam kebimbangan yang tidak pernah terselesaikan. Yaph, bimbang karena ini semua salah tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa semua ini nikmat.

“Eeennggh…legit pisan memek koe neng !”gumamnya nikmat.
Tanpa membuang waktu lagi, setelah sukses besar menancapkan kejantanan hitamnya di liang vagina Diny…Pak Suparno langsung menggenjotnya dengan ganas.
“Aaaahhh…ampun pak…ampun !!”Diny mengembik ampun.
Diny seperti berbicara dan memohon pada benda mati, tidak ada reaksi balasan baik itu verbal maupun non verbal, baik itu lisan maupun perbuatan, malahan Pak Suparno bertambah sinting menggenjotnya. Sebelah tangan Diny mencoba mendorong orang tua bejat itu atas gerakannya yang brutal itu, tetapi tangannya malah ditangkap Pak Suparno lalu ditekan keras–keras ke papan whiteboard karena seolah–olah tangan Diny penggangu bagi dirinya, penggangu untuk dirinya merasakan vaginanya, penggangu batang penisnya untuk menikmati jepitan liang surgawinya. Penis Pak Suparno maju mundur di vagina Diny, dia menodainya…siswi pelajar yang seharusnya di bimbing dan dinasehati bukan di setubuhi. Mata pria tua itu menatap nanar pada kedua payudara Diny yang terombang-ambing karena genjotan kasarnya, melihat itu dia tidak bisa menahan dirinya untuk menundukkan wajah dan mengemut payudara montok Diny dengan mulutnya, mubazir katanya. Diny merasa emutan lahap Pak Suparno di payudaranya merupakan rangsangan additional (tambahan) yang sangat manjur, dimana payudara sensitive itu di tangkup mulut besar Pak Suparno, pentilnya dijilat-jilat dan hembusan nafas penuh nafsu di area dadanya, dimana kesemuanya itu membuat dirinya semakin terbang. Diny sudah sangat pasrah terhadap Pak Suparno, penyerahan tubuhnya total, seandainya Pak Suparno tidak menangkup pantatnya dengan kasar, menekan keras tangannya ke whiteboard, dan menyetubuhi dirinya dengan brutal pun…Diny tidak akan melawan. Payudara Diny memerah akibat cupangan-cupangan Pak Suparno dan di penuhi liurnya, Pak Suparno menyenggamai Diny dengan sentakan–sentakan kasar, tidak manusiawi penuh nafsu hewani, sodokannya sesekali dan jarang tetapi kuat, kencang dan dalam. 

Setiap sodokan penis di musiki oleh erangan dan lenguhan kenikmatan mereka berdua, Diny tidak menangis lagi, malah keadaannya waktu itu seperti wanita yang sedang horny berat. Senang disetubuhi, menerima semua sodokan walaupun kasar sekalipun. Mulutnya terbuka, lidahnya mengambang dan matanya sayu, melayani nafsu Pak Suparno dengan sepasrah-pasrahnya, menunggu dengan sabar pejantannya itu mencapai climax sex.Tidak lama Diny merasakan sodokan Pak Suparno terasa lebih brutal dan lebih dalam, sampai–sampai ujung kepala penisnya terasa di rahimnya. Tubuhnya lebih terguncang daripada sebelumnya, vaginanya merasakan sedang mengatup sesuatu benda panjang berurat yang semakin keras, membesar dan bergetar. Cengkraman tangan kanannya yang tadi menangkap pergelangan tangan kiri Diny dan menekannya ke papan tulis semakin kencang…tangan itu digerakkan mendekati rambut Diny, jari-jari Pak Suparno yang kosong digunakan untuk menjambak rambut Diny, sementara tangan kirinya semakin gemas dan kencang meremas pantat sekal Diny. Pak Suparno menyentak–nyentak tubuh Diny dengan penuh nafsu, Bapak tua mesum itu tampak sudah di ambang klimax, sebelah pantat putih Diny yang tidak diremasnya menimbulkan suara saat bertepukan dengan dinding dan badan yang terhempas akibat sentakan menghasilkan bunyi–bunyi gusrakan di papan whiteboard kelas itu. Suasana perkosaan ditambah ramai dengan desahan dan lenguhan mereka berdua, Petugas TU itu menggenjot Diny semakin cepat dan cepat. Mulut Pak Suparno menceracau jorok saat mendekati ejakulasinya,
“Gilee memek luu…gilee memek lu…legit banget…ngehek..Eeengh !!”
Tak lama Diny merasakan beberapa sentakan kasar Pak Suparno disertai semburan cairan kental hangat yang membanjiri liang vaginanya.
Petugas TU yang sudah berumur itu mengerang nikmat, dia mengejan menahan nafas dan menggemeratakan giginya yang hitam dan jarang itu. Tubuhnya berkelojotan membabi buta tidak jelas arah, menyentak–nyentak penuh nikmat dibarengi lenguhan nikmat, tangannya menekan kasar tangan Diny di whiteboard, sebelahnya lagi meremas dengan kencang bongkahan pantat Diny, matanya nanar memandang wajah cantik Diny, Mlutnya menganga menjulurkan lidahnya hingga mengeluarkan liur, hidungnya beringus sangat menjijikan, sehingga Diny betul-betul melihat dengan jarak yang sangat dekat wajah tua jelek yang semakin jelek saja tidak tertolong, penisnya berkedut–kedut nikmat, membanjiri liang kewanitaan Diny dengan spermanya.

Berhasil sudah Pak Suparno mendapatkan apa yang diinginkannya, berjuta–juta kepuasan terlihat dari cengiran di depan wajahnya persis. Dia melepaskan pegangan tangannya, remasannya pada pantat Diny dan juga penisnya ia tarik keluar dari liang senggama Diny, spermanya menjuntai di antara penis dan vagina siswi anggun berwajah Indo-Japan itu. Juntaian itu terlepas saat badan Diny ambruk karena kelelahan dan dia juga tidak menahan tubuh dia, Diny terduduk dengan paha mengangkang…Pak Suparno juga duduk berselonjor puas dengan nafas yang ngos-ngosan di depan Diny. Bapak tua petugas TU sekolah itu tersenyum kemenangan saat melihat hasil karyanya di vagina Diny, dengan kedua jarinya, Bapak brengsek itu membuka liang senggama yang baru saja memberinya kepuasan yang sekarang belepotan dipenuhi spermanya.
“Enak tenan memek koe neng heh..heh..heh puas Bapak heh..heh ngentot cewe cakep kaya neng…”lecehnya puas dengan nafas terengah-engah.
Pak Suparno merubah posisi duduknya menjadi berhadap–hadapan dengan Diny, dia mengganjal kaki Diny dengan kakinya agar tidak bisa mengatup dan bunga sekolah itu hanya bisa pasrah. Bapak mesum berumur itu memasukkan jarinya keluar masuk ke liang vagina Diny yang belepotan spermanya…karena dia tahu bahwa Diny sedang dalam keadaan “tanggung orgasme”.
Secara seks Diny menerima perlakuan Pak Suparno, tetapi secara hati nurani dia masih tetap mempertahankan kehormatannya walaupun sudah terkoyak–koyak tidak berbentuk.
Maka dengan sigap Diny menggerakkan tangan dengan sisa tenaga yang ada, mencoba menghalangi jari-jari nakal Pak Suparno yang seperti tentacle mengobok–obok vagina Diny, tetapi karena motivasinya setengah–setengah diantara membiarkan tangan Pak Suparno yang bergerilya di vaginanya karena nikmat yang malah membuatnya mendekati klimaks, dan menahan jari-jemari setan itu untuk menjaga harga dirinya. Sperma kental Pak Suparno yang memenuhi seluruh pelosok vagina Diny membludak keluar.
“Pejuh siapa nih banyak tenan neng…Hak hak hak” ejeknya.
“Cukup pak…sudah…tolong berhenti…Heengh”lenguh Diny lemah diantara nikmat dan benci.

Bibir atas Diny berbeda pendapat dengan bibir bawahnya, vagina yang tadi sudah becek saat disetubuhi dan sempat berhenti kini kembali memproduksi lendir–lendir cinta yang menyatakan mutlak bahwa Diny amat sangat terangsang dengan kobokan nakal tangan kasar Pak Suparno di liang kewanitaannya. Tidak berapa lama Diny mendesah–desah seksi, tangannya yang tadi berdiam diri lemas kini menuju ke payudaranya sendiri, lalu meremas–remasnya seperti saat dia masturbasi. Melihat itu Pak Suparno menyengir mesum dengan sejelek-jeleknya makhluk, dia senang ternyata budak seksnya menyerah juga.
“Haaaaahhh….haaaahh….haaahh……”desah Diny berat diambang orgasmenya.
“Iyaaaaahh…Aaahh…iyaa..aaaaahhh”jerit Diny panjang saat orgasme.
Crrrrtttt….cret…seeerr…seerr…crrt !!
Diny mengerang sejadi–jadinya sambil mengejat-ngejat, melepas semua kemunafikan dan birahi yang sedari tadi ditahannya demi harga dirinya…kakinya yang ditahan Pak Suparno berkelojotan berontak menendang-nendang, vagina itu mengeluarkan cairannya yang dari tadi tertahan di vaginanya. Jus cinta itu memuncrati Pak Suparno yang berada di depannya, Pak Suparno hanya tertawa sinting, Diny mengejan–ngejan nikmat dengan desahan seksi dari mulutnya dan mata jelitanya sayu. Lendir itu mendorong keluar onggokan sperma Pak Suparno, sehingga lantai kelas itu banjir oleh cairan mereka berdua, setelah selesai Diny pun langsung ambruk di dada kanan Tuannya Pak Suparno sang pejantan sekaligus pemenang. Pak Suparno tertawa terbahak-bahak senang melihat keadaan Diny yang sudah rapuh dan dikuasainya itu.
“Dasar lonte…bilang jangan tapi keluar juga hak…hak…hak”hinanya.
Nafas Diny memburu seperti orang sehabis berlari, mulutnya megap–megap seperti ikan tidak bisa bernafas, mata jelitanya sayu seksi, pikirannya kacau balau, karena dia harus mendapatkan orgasme dari orang yang dibencinya. Pak Suparno menggenggam kedua lengan Diny yang putih halus itu dengan kedua tangan kasarnya, lalu mengecup mesra bagian leher kiri Diny, kecupan itu merambat sampai pundak Diny yang harum dan putih mulus.

“Hhmmm….neng Diny, koe udah keringetan gini masih aja wangi yah…cocok jadi lonte…bapak suka banget Neng…udah ayu wangi lagi”pujinya diselingi lecehan.
Diny hanya bisa mendengarkan semua pujian dan lecehan brengsek pria berumur itu karena lemasnya.
Pak Suparno memegang pipi kiri dan kanan Diny lalu berkata di depan wajahnya.
“Neng Diny…koe itu lonte bapak…mulai sekarang…seluruh tubuh koe punya bapak seorang…badan, rambut, muka, tangan, kaki, bokong, tetek, memek…semua punya bapak…koe ndak boleh punya pacar…koe harus ngelayanin bapak, apa yang bapak mau koe musti turutin…ngarti !”kata petugas TU mesum itu mendoktrin Diny.
Diny memang tidak punya pilihan lain, daripada dia tersiksa mencoba berontak dia tidak akan bisa, karena bukan saja tenaganya tidak cukup melawan Pak Suparno yang sudah kesetanan seks itu, namun juga tubuhnya menikmati pelecehan Pak Suparno, sehingga pro dan kontra perang dingin di dalam dirinya sendiri. Ia menganggukkan kepala tanda setuju sebagaimana persetujuan atas perjanjian kerja tanda tangan di atas materai. Persetujuannya resmi sudah bahwa Diny akan dipekerjakan Pak Suparno sebagai budak seksnya, seluruh aset dalam tubuh Diny akan dipakainya dalam urusan seks. Yah, betapa beruntungnya Pak Suparno dan betapa sialnya Diny. Setelah kira–kira beberapa menit dan tenaga sudah kembali berkumpul Bapak tua bejat itu berdiri, dia menyeringai melihat wajah Diny yang seolah takluk serta tunduk patuh padanya, tertawa dengan sintingnya hingga membahana memenuhi ruangan kelas itu…tertawa kemenangan dengan congkaknya sambil berkacak pinggang. Diny muak sekali dengan Pak Suparno sebenarnya tapi juga tidak memungkiri bahwa dia tadi merasakan nikmatnya orgasme oleh pria berumur itu.
“Ayoh Neng, udah mao sore nih…jangan buang waktu, pepatah mengatakan bahwa waktu adalah ngentot”karangnya.
Entah apa yang dia ingin lakukan lagi, Diny tidak tahu…dia takut, benci namun juga horny. Sex dengan orang seperti Pak Suparno hanya membuatnya tersiksa karena serba salah. Pria tua mesum itu nampak puas sekali dengan tatapan takluk Diny ke arahnya, seperti Budak menatap Tuannya.

Diny pun mencoba bangkit, namun alhasil dia malah terjatuh karena lemas, melihat itu Pak Suparno bertindak, Pak Suparno menyuruh Diny untuk berlutut dengan posisi anjing dia menurunkan celana dalam hitam seksi Diny di lututnya agar budak seks kesayangan barunya itu tidak lecet kakinya, lalu dia mengambil sesuatu di meja semacam gelang berdiameter besar hitam dihiasi bintik-bintik logam bertali rantai seperti yang dikenakan anjing, kemudian dia melingkarkan benda itu di leher Diny.
(Oooohh…tidak..!! dia menganggapku seperti binatang piarannya)
Keluh Diny dalam hati.
“Plaaaaakk…”Pak Suparno menampar kasar pantat sekal Diny.
“Aaaauchh…”Jerit Diny kesakitan.
“Ayo…jalan lonte.!!”hinanya sambil memerintah.
“Ba..ba..baik tuan..”jawab Diny takut.
Sebuah potret yang mengerikan, Diny berjalan keluar ruangan dengan pakaian sekolah seadanya dan acak–acakan sementara Pak Suparno telanjang, Bapak-bapak berkulit hitam berwajah keras bertubuh pendek berbadan kurus namun perut buncit, sedang menjinjing seorang gadis remaja SMU berwajah cantik berbody seksi berkulit putih dan mulus yang sedang menungging bertumpu pada kedua tangan dan lututnya seperti anjing.
Tuan Suparno sedang berjalan–jalan dengan “binatang piaraan kesayangannya” yang bernama Diny Yusvita budak seksnya. Diny berjalan seperti anjing dengan di lututnya masih tersangkut celana dalam hitam, baju dan juga Bra hitamnya masih terlipat di bawah payudaranya, sehingga payudara putih dengan puting merah muda itu menyembul montok, ikat pinggang kulit hitam lusuh Pak Parno melilit di lehernya, sepatu hak hitam dan rok putih SMA yang masih terlipat di perut sehingga pantatnya yang putih semok itu goyang bergelombang seksi saat berjalan merangkak seperti anjing. Sebelah tangan Pak Suparno menjambak rambut Diny dan sebelah tangannya lagi usil meraba, mencoel, meremas dan kadang–kadang sengaja menampar pantat sekal Diny dengan keras hingga si cantik itu mengaduh kesakitan. Mereka berjalan–jalan melintasi beberapa kelas, hingga mereka mendekat di suatu kelas dan mendengar suara erangan gadis yang tidak seorang tetapi banyak dan juga bunyi tamparan–tamparan yang tidak asing serta suara tawa serak pria tua yang menjijikan.

Jantung Diny pun berdegup kencang, dia mulai menerka–nerka dalam hati suara siapakah gerangan.
(Siapakah mereka..?)
(Suaranya seperti aku kenal…?)
(Apa yang sedang mereka lakukan ?)
(Adakah yang bernasib sama denganku ?)
Akhirnya Diny dan Pak Parno sampai di depan pintu kelas, dan terlihatlah pemandangan yang edan namun menggairahkan bagi keduanya. Pak Suparno melihat pemandangan itu dengan penuh nafsu, sementara Diny melihat itu dengan mata tidak percaya dan ketakutan hingga meneteskan air matanya. Ada 3 Bapak–bapak tua mesum dan 3 orang siswi juga di kelas itu yang dikenalnya, keadaan para gadis sudah setengah bugil sama persis seperti dirinya dan ketiga pejantannya sudah memakai kaos singlet yang sudah usang dan sudah melepas kolor mereka. Penis ketiga Bapak-bapak itu mengacung tegak siap beraksi, gilanya lagi property yang dikenakan para gadis sama seperti Diny, pakaian seragam putih-putih..peci paskibraka berikut bros bendera indonesia..syal merah putih di leher..pakaian dalam serba hitam tipis..dan sepatu hak hitam seksi.
(Oooh Tuhan….tidak !! tidak mungkin !!)
(Dimarsasih…Abah Ro’un…mba Shinta…dan siapa itu…siapa orang di dalam rok mba Shinta…Sabrina, si cantik Blasteran itu dan Babeh Ti’ung).
(A….a…a..ada apa ini ?)tanya Diny dalam hati tidak percaya.
(Ti..ti..tidak mungkin…apalagi…mba Shintaku…idolaku…dia adalah kakak kelas idola sekolah…tidak mungkin…mu..mustahil dia seperti ini…Di..di..dimar juga).
(Tidaaaaaaakk……….)jerit Diny dalam hati,
Gadis ABG cantik itu menggeleng-gelengkan kepalanya, air mata mengalir indah dari sudut mata jelitanya membasahi pipinya.
Apa yang terjadi dengan mereka…??
Kenapa mereka juga bisa seperti ini ??
Siapakah mereka…??
********************************
Pengenalan tokoh.
 1st Couple
Dimar
Dimar
Dimarsasih, fisikly wajahnya tidaklah blasteran maupun oriental namun cantik, kulitnya putih mulus dan benar–benar halus, teman–temannya sesama wanitapun banyak yang iri padanya, tinggi berkisar 163, rambut lurus tetapi bergelombang di ujungnya. Perangainya angkuh, pemilih dalam berteman (baik itu siswi maupun siswa) dan terkenal jual mahal pada pria-pria yang isi kantungnya pas–pasan. Perkataannya keji dan menyakitkan hati, terutama kepada para siswa yang tidak masuk kriteria namun menyatakan Cinta padanya. Pasti akan ditolaknya mentah-mentah bahkan ada yang dipermalukan dia di muka umum. Kriterianya itu pria yang menaiki kendaraan roda empat, walaupun tidak tampan asalkan berkendaraan, pasti bisa mobil goyang di Ancol, dia pelacur angkuh berpakaian pelajar.

Abah Ro'un
Abah Ro'un
Abah Ro’un, bekerja sebagai satpam sekolah penjaga pintu gerbang, berumur sekitar 40–50an, tubuh gempal, perut gembrot penuh lemak, mulut tebal, pendek, kepalanya gundul pada bagian tengah, tapi di sisi kiri dan kanannya ada rambut tipis melingkar kebelakang. Kebiasaan buruk Abah yaitu dia suka sekali mencolek dan menepuk pantat siswi-siswi terutama yang datangnya telat atau ketika bel sekolah berdentang, sudah banyak laporan pengaduan terhadapnya tetapi semua mentah, entah kenapa.

Dimar sebagai salah satu siswi yang terkenal cantik di angkatannya, dilengkapi dengan pantat semok, seringkali menjadi incaran empuk bagi Abah, apalagi Dimar tidak jarang telat saat datang pagi ke sekolah, satpam itu terkadang sengaja bahkan tidak segan-segan untuk meremasnya sambil tersenyum mesum, Dimar hanya merengutkan wajah cantiknya menatap Abah dengan galak.

2nd Couple
Sabrina
Sabrina
Sabrina Inggriani, Gadis berwajah blasteran Indo–Europe Belanda, profilenya itu mirip artis Cornelia Agatha, disapa Bule walaupun banyak di sekolah yang juga berwajah Indo, seangkatan Diny, kulit putih, rambut panjang kemerahan dan berpostur tubuh  tinggi. Dia gadis pendiam, penyendiri dan penuh misteri. Kontradiksi dengan profesi dirinya sebagai foto model majalah remaja, dimana seharusnya dia memiliki banyak teman di sekolah.

Babeh Ti'ung
Babeh Ti'ung
Babeh Ti’ung, Pria udzur ini adalah penjual makanan di kantin sekolah, bisa dibilang dia yang pertama berdiri. Para Guru-guru jika ingin makan siang pesannya juga biasa pada Babeh Ti’ung ini. Kakek ini walaupun sudah bau tanah tetapi masih sehat karena sering bergerak, tinggi kurus, rambut putih dan sering memakai topi koboi. Mulutnya itu hitam menjijikkan karena hobby menghisap rokok murahan, usia berkisar antara 55 – 65an.

3rd Couple

Shinta
Shinta
Shinta Septianti adalah gadis remaja kelahiran Bandung. Wajah Shinta cantik tulen khas gadis Jawa Barat, kulit putih bak bangkuang, rambut pendek dan sering dikuncir model buntut kuda.Wajah dan senyumannya itu luar biasa manis, semua orang pasti suka jika bicara berhadap–hadapan dengannya meskipun wanita juga. Dia kakak kelas idola Diny dan seluruh adik kelas baik itu siswa maupun siswi. Seringkali mendapat juara umum di sekolah, saat ini dia duduk di kelas 3.

Who’s the Male…?!.

<><><><><><><><><><><><><><><> 
Pemandangan yang dilihat Diny di luar kelas ketika itu, Shinta sedang mendesah–desah, wajah manisnya bertambah seksi saja dengan mata sayu terangsang tidur terlentang di atas meja guru, rambutnya dikuncir kuda, topi pakibraka sudah terlepas menggeletak di meja. Tangan kanannya meremas-remas kepala orang yang ada di dalam rok, dan satunya meremas payudaranya sendiri yang sudah menyembul keluar Bra berwarna hitam itu.

Kakinya menekuk seperti huruf V mengangkang di depan orang yang ada di bangku guru itu, rok tersingkap sedikit sehingga terlihat ada sebuah kepala disana. Betisnya yang putih padat itu disandarkan ke bahu pria tersebut, tangan si pria mengelus-elus betis dan paha putih mulus Shinta, sementara tangan satunya mengocok–ngocok penisnya sendiri.

Dari selangkangan yang masih tertutup rok itu terdengar suara, “Shrrpph..Cep..Cep..Aaah !!” komentarnya. Sudah jelas apa yang dilakukan pria mesum itu di selangkangan Shinta, apalagi celana dalam hitam menggantung di pergelangan kaki kirinya, sepatu hak hitam masih terpasang dan menambah indahnya pemandangan dari makhluk paling seksi itu.

<><><><><><><><><><><><><><><> 
Dua buah suara yang mengundang perhatian itu, rupanya terdengar dari dua gadis yang juga terkenal diburu para makhluk ber’titit’, yaitu Dimarsasih dan Sabrina. Dimana para pria berumur yang sedang mengeksekusi korbannya itu sudah hampir bugil dengan penis mengacung. Tentu mereka senang menyiksa budak seksnya yang cantik dan seksi dalam keadaan tidak berdaya itu.

Dimar menelungkup di atas meja belajar pada bagian badan, pantat menungging dan kaki membentang lebar di lantai kelas. Baju dan bra hitam sudah tersingkap, maka payudara tertindih badannya sendiri di atas meja itu. Rok juga tersingkap ke pinggang dan celana dalam hitamnya sendiri disumpalkan ke mulutnya. Pergelangan tangan kanannya terikat dengan seutas tali kebelakang dengan pangkal siku kiri, sedangkan pergelangan tangan kirinya terikat dengan pangkal siku kanan, topi paskibrakanya telah jatuh ke lantai, tetapi syal merah putih masih terlingkar di lehernya. Di vaginanya menancap batangan karet panjang berbentuk penis, benda itu sudah penuh diselimuti lendir surga. Pantat sekalnya berulang kali menerima lecutan ikat pinggang pria tua itu, Ctaarrrr…!! Ctaarrr…!!.

“Hhmmppph….Hhmmpph”jerit Dimar yang teredam oleh celana dalam.
“Gemes gue sama ini pantat…montok banget Beh !”komentar satpam bernama Ro’un itu. Panggilan akrabnya di sekolah Abah Ro’un atau Abah saja.

Sambil meremas gemas pantat Dimar, dengan menyebalkan tangan gemuknya menampar pangkal Dildo dan menyebabkan rangsangan pada vagina Dimar yang sudah lembab itu.  Gilanya lagi, Abah sengaja menjilat pantatnya yang bilur-bilur kemerahan bekas lecutan.

“Iya ‘Un sama, gua juga…putih mulus pula !!”sahut Kakek di sebelahnya, yang bernama Ti’ung. Panggilan akrabnya di sekolah Babeh Ti’ung atau Babeh saja. Babeh juga sedang beraktifitas melecuti pantat gadis remaja berwajah Indo di depannya, dimana keadaannya juga sedang terikat kebelakang oleh seutas tali namun tersilang pada bagian pergelangan tangan. Posisinya sama menelungkup nungging di atas meja belajar, hanya Sabrina ada di deret kedua setelah pintu masuk, Dimar di deret ketiga persis disamping deret meja guru. Mulut gadis Indo itu tidak disumpal seperti Dimar, tetapi celana dalam hitamnya sudah menggantung di paha kirinya. Tentu menancap batang karet panjang juga di vaginanya.

Tubuh Sabrina dan Dimar yang so pasti menggiurkan kaum lelaki itu jadi bulan–bulanan para pria tua maniak seks yang tidak bertanggung jawab, mereka melanjutkan lecutannya di pantat para gadis yang membuat Diny miris menyaksikannya.

Ceplak..ceplak..ceplak !! Kaki jenjang bersepatu hak hitam mereka menyentak-nyentak lantai kelas apabila kulit mulus mereka sudah mencapai batas menahan sakitnya lecutan.

“Modar pantat koe…!! Bandel ya Neng ayu Hiih..!! Rasain koe Niih !!”katanya gemas.
Plaaakkk…!! Plakk…!! Plaakk…!!. “Aaaakh…ampun Beh Aaakh…Aaaaakh”.

Suara itu berasal dari Sabrina, siswi cantik berparas Indo-Euro itu dan Babeh Ti’ung serta lecutan kain basah ke pantat putih sekal Sabrina yang sedang menungging pasrah. Kain basah yang digunakan oleh Babeh untuk melecut itu tidak lain adalah handuk putih kecil yang selalu di kalungkan di belakang leher tuanya. Biasa dikenakan tukang-tukang becak, dengan handuk basah itu kontan membuat pantat putih sekal Sabrina menjadi kemerahan dan basah, hingga semakin seksi sempurna saja body siswi SMU berwajah Indo Belanda itu, sangat mutlak dan pastinya menambah nafsu birahi si Babeh.

“Beh…kesiniin dong kainnya…buat hukum si montok galak ini hihihi”kata Abah pada Babeh sambil tertawa sinting.
“Oh, ya wis dah…tukeran yak kalo gitu…”sahut Babeh Ti’ung mengambil ikat pinggang Abah. Setelah menerima ikat pinggang, tangannya meremas gemas habis-habisan pantat Sabrina.
“Body Neng Sabrina emang mantep…udah putih sekel lagi !! Babeh demen banget Neng He’eh…!!”ujar Babeh. Ctarrrr…!! Ctaarrrr…!! Ctaarrrr…!!.
“Aaaakhh…sa..sakit Beh Aakh…ampun Aaakh..!!”iba Sabrina, saat Babeh melayangkan ikat pinggang. Kakek itu terangsang dengan suara jerit dan permohonan Sabrina, tangan sebelahnya mengocok-ngocok penisnya yang mengacung.
“Hi hi hi hi….sakit yo Neng ayu…aduh kaciaaan deh…!”ujar Babeh kurang ajar sambil mengusap-usap lembut pantat Sabrina lalu menjilat pantatnya sambil mencucup dengan gemas, sehingga luka akibat lecutan itu terbasuh dengan nikmatnya rangsangan. Namun tidak lama kembali terdengar jerit derita Sabrina, begitu terus menerus, lagi dan lagi. Setiap kali pantat putih Sabrina memar kemerahan, kembali diusap-usapnya dan dijilat, lalu kembali dilecutkan lagi, sesekali pantatnya juga ditampar Babeh dengan kasar hingga terdengar bunyi tepukan keras. Plaaakk…!! Plaaakk…!! Plaaakk…!!.

Diny sempat bertanya-tanya dalam hati,
(Ada apa gerangan di balik kehidupan Sabrina, karena setahuku, Sabrina adalah anak orang kaya bergelimang harta, tidak ada masalah keuangan, lebih beruntung tidak seperti dirinya, pasti ada hal yang sangat fatal sehingga gadis berwajah Indo cantik jelita dan bertubuh seksi itu bisa dipermainkan sedemikian rupa oleh para Bandot, demikian juga pada Dimar dan Shinta, ada apa di sekolah ini, memang banyak keanehan yang terjadi).

Di tempat lain, terdengar lecutan dan erangan Dimar yang teredam oleh celana dalamnya sendiri, mata jelitanya menajam, wajah cantiknya meringis, giginya menggigit celana dalam hitamnya sendiri di mulutnya dan kaki bersepatu hak hitamnya menghentak–hentak ke lantai saat Abah Ro’un melecutkan handuk kecil basah itu ke pantatnya. Abah juga bergairah mendengar suara geraman Dimar yang teredam itu semakin melemah. Pria berperut buncit itu pun melepas sumpalan celana dalam di mulutnya.

Abah Ro’un satpam tua itu menaruh kain basah itu di meja tempat Dimar tertelungkup menungging seksi, begitu juga Babeh Ti’ung menaruh ikat pinggangnya. Mereka kompak menjambak kedua budak seksnya, mengarahkan wajah cantik jelita mereka ke penis yang sedang dikocok-kocoknya. Dan, CROOOOOTTT !! BLAARRR !! CROOOTT !!. Dalam hitungan detik wajah yang diakui kecantikannya satu komplek sekolah, belepotan sperma yang disemburkan pria bersosok menjijikkan. Dimar danSabrina menjerit kecil menerima tiap semburan itu. Wajah cantik Dimar dan blasteran Sabrina dipenuhi cairan putih pekat, kental dan bau amis.

“Eeeengghh…Eeehhh enakk…hi hi hi kasian cantik-cantik belepotan peju hak hak hak!” tawa mereka menyebalkan, dan meratakan sperma ke sekujur wajah bidadari itu. Setelah itu pula, kedua bandot menutup paksa hidung para gadis, sehingga otomatis mereka pun membuka mulut lebar-lebar. Masuklah penis hitam kurus panjang milik Babeh ke dalam bibir tipis Sabrina, dan penis gemuk Abah masuk ke bibir seksi Dimar, diiringi lenguhan para bandot menikmati pergesekan itu.

“Hhmmppphh…Mmppphh !!”suara Sabrina dan Dimar yang teredam penis.
“Ayoo…bersihin perek !! jangan sampe ada peju yang nyisa…kalo masih ada awas ya !! Abah pecut lagi nanti loh…!!”ancam Abah sambil menjambak Dimar, wajah buruk muka yang penuh lemak itu melotot sangar di hadapannya
“Iya Neng…ayoo, bersihin punya Babeh juga !!”perintah Kakek penjual makanan kantin sekolah itu juga pada Gadis SMU foto model. Sabrina menatap iba Babeh dengan mulut dipenuhi penisnya.

Bidadari berstatus pelajar itupun terpaksa mengulum dan menjilat sisa sperma yang ada di penis menjijikkan mereka. Para bandot itu melenguh-lenguh keenakan dengan kepala mendongak ke atas langit-langit kelas. Terkadang para bandot itu terlalu dalam menekan masuk ke kerongkongan, hingga mata Dimar dan Sabrina terbelalak dan terbatuk-batuk setelahnya. Sekiranya cukup, Babeh dan Abah menarik kuluman mulut di penis dengan menjambak kasar, lalu memposisikan dua bidadari yang masih terikat di kedua tangannya itu pada meja kembali menelungkup nungging. Mereka melepas Dildo yang menancap dan mencampakkannya ke lantai bersamaan.

Abah yang berjari gemuk mengobok keluar masuk vagina Dimar, tangan gempalnya itu meremas payudara sambil menjilati pantat sekalnya yang masih memar merah. Pertama bersentuhan tubuh Dimar bergetar, karena masih merasakan perih di permukaan kulitnya. Namun lama kelamaan, rasa perih dan panas sirna dikit demi sedikit. Satpam itu terlihat getol menjilati bongkahan pantat tersemok di sekolah, Dimar memang terkenal salah satu gadis terseksi diantara yang paling seksi.

Abah merasakan vagina Dimar mulai banyak memproduksi lendir, tanda dia sudah larut dalam nafsunya. Kakinya yang bersepatu hak hitam menjinjit seksi, sehingga pantat putih sekal itu semakin menantang saja. Melihat itu Abah menyambut baik dengan mengecup gemas pantat Dimar, mulut berbibir tebal itu membuka seolah ingin menelan bulat-bulat. Lidahnya disentil-sentilkan ke permukaan kulit pantatnya yang kemerahan bekas lecutan, mengobati sejenak rasa perih disitu. Satpam sekolah itu juga mengusap-usap kulit mulus bak sutra Dimar, serangan birahi itu berhasil. Dimar merasakan sakit berbalut nikmat.

Dimar merasa perih di pantatnya sudah sirna, malah jilatan Abah di pantatnya merupakan rangsangan manjur untuknya mencapai orgasme, bagian tubuh yang sangat dibanggakan olehnya itu rupanya bagian yang sangat sensitive, dan mudah untuk dirangsang. Abah langsung tersenyum mesum mengetahui hal itu, dia semakin gemas melihat pantat Dimar bergelombang seperti ombak di lautan saat lidah kasarnya menjilat daging montok itu.

Jari gemuk milik Abah yang keluar masuk vagina merasakan denyutan dan jepitannya, satpam tua itu mengeluar-masukkan jari secara cepat, pro dan kontra pun timbul di dalam hati maupun vagina. Setiap Abah memasukkan jari tengahnya ke vagina Dimar, liang itu seperti merekah di dalam memberikan petunjuk jalan, dan ketika Abah menarik jarinya vagina Dimar menjepit, seakan-akan tidak rela kehilangan jari gemuk itu.

“Hak hak hak…gila nih memek…bisa begini…heh perek !!pelanggan lo kontolnya kecil-kecil kali ye…masih seret gini”hina Abah.

Dimar marah sekali dicemoohkan demikian, walaupun hatinya juga mengakui dia jalang, yang jelas vaginanya memberontak membelot atas dirinya, vaginanya lebih jujur daripada dirinya yang munafik itu. Abah semakin gemas, dia dengan kasar mengobok-obok keluar masuk sangat kasar. Alhasil, timing vagina itu tidak sama dengan jari Abah, saat vagina membuka, jari Abah keluar. Dan saat liang vagina itu menutup, jari Abah masuk. Hal itu membuahkan birahi extra bagi Dimar akibat ngilu nikmat di liang surganya. Pantat seksi si cantik itu bergerak brutal menandakan dia menggapai orgasmenya.

“Iyaaahh…Iyyaaaahh !!”.

Tubuh seksi itu mengejat–ngejat, kaki jenjang Dimar yang mengenakan sepatu hak hitam menyentak–nyentak lantai. Lendir vagina itu membasahi meja yang ditidurinya, pangkal paha, betis, hingga jari gempal Abah. Abah menanamkan jarinya di vagina Dimar dalam-dalam mengikuti pergerakan pantat Dimar yang bergerak tak menentu arah. Penjaga pintu gerbang sekolah itu mencabut jarinya dan langsung menyeruput jus Cinta vagina Dimar.

Dari mulai betis sampai pangkal paha mulusnya, lendir vagina yang ada di tangannya pun juga tidak di sia-siakan, mubazir katanya. Abah mencabut jari gemuknya yang belepotan lendir tersebut. Pria tua itu mengendus-endusnya sebentar, lalu mengemut jarinya sendiri dengan rakus. “Shhrrpp…cep..cep Aahhh…ramuan awet muda !”komentarnya.

<><><><><><><><><><><><><><><><><> 
“Aaaahh…Sssst, Aaaahh…Ssstt, Aaaahhh !!, desah gadis SMU berparas Indo itu.

Kakek penjual makanan itu melakukan ‘kegiatan’ yang berbeda dalam mengerjai Sabrina dalam derita birahi, kedua jari jempolnya membuka bibir vagina Sabrina lebar-lebar, dan lidah kasarnya menggelitik daging merah muda berlendir itu. Kakek yang kerap disapa Babeh Ti’ung terlihat senang sekali menjilati bagian itu, apalagi sewaktu jarinya melepas pembentangan vagina, sehingga merapat membentuk bibir yang menggemaskan. Kontan mulut hitam Babeh pun akan langsung melahapnya secepat kilat. Kaki jenjang Sabrina yang bersepatu hak hitam menyentak lantai kalau sudah diperlakukan demikian.

Sabrina mendesah seksi tak berdaya, desahannya penuh kepasrahan menikmati. Sabrina menggerakkan bola mata jelitanya memandang seksi penuh gairah ke Babeh Ti’ung saat itu, Babeh hanya membalas dengan menyeringai mesum. Namun sayang beberapa detik kemudian, Sabrina yang malang itu membuang muka dengan wajah meringis dan mulut mendesis perih, Plaaakk !! saat Babeh melayangkan sebuah tamparan telak tepat di bekas lecutan sambil tertawa terbahak–bahak menyebalkan.

Babeh sebagai pria berumur yang penuh pengalaman dalam hal seks, mengetahui budak seks cantiknya yang masih bau kencur ini mendekati Orgasmenya, dia mengobok–obok vagina Sabrina dengan gencar, jari tengah nakal itu beraksi keluar masuk. Lidah kasarnya mennyusuri sisi panjang bibir vagina.

“Ehmm…Iyaahh..Iyyaaaaaahhh…Aaaaanghh !!”.

Sabrina menggapai orgasme melepas desahan penuh nikmat, pantatnya bergoyang seksi seperti striper. Jari tengah Babeh masih menancap seluruhnya di vagina. Jus vaginanya membludak keluar, mengucur deras melalui pangkal pahanya sampai betis, lendir itu juga keluar seperti cipratan–cipratan kecil. Babeh bukan main senangnya, dia masih menahan jarinya di vagina. Meja yang ditidurinya borgoyang seperti terkena gempa saja, gerakan tubuhnya saat orgasme sedikit brutal. Babeh merasa gagah di depan budak seks cantiknya itu. Kekuatan tersembunyi di balik usianya yang sudah senja, muncul karena dia berhasil menaklukan gadis secantik si Bule Sabrina.

Babeh langsung menyeruput lendir vagina itu. Sluurrpp…Sshrrpphh !!.

Bagaikan orang kehausan di gurun pasir, Babeh menyeruput lendir vagina gadis Indo itu yang meluber keluar seperti orang yang menyeruput kopi pagi, lidah kasar Babeh sempat-sempatnya dengan nakal menyentil–nyentil klitoris dan gemerintil daging di dalam liang vagina yang sedang sensitif–sensitifnya itu, lendir vagina Sabrina muncrat-muncrat kecil menyiprati wajah Babeh. Kakek itu malah tersenyum mesum riang gembira, madu vagina yang melekat di wajah dia sapu dengan tangan dan langsung menjilatnya sambil tertawa sinting. Hidungnya menghirup aroma vagina sekuat tenaga, sehingga tawa Babeh yang lantang itu sesekali teredam.

Lidahnya tak luput menjilati lendir yang mengalir di sekujur paha Sabrina, dimulai dari pinggiran pangkal paha sampai betis. Semua disapu Babeh hingga habis, sampai–sampai kaki itu menjadi semakin putih mengkilat. Pokoknya semua lendir vagina Sabrina habis sudah ditenggaknya, tapi Babeh masih saja terus menjilat dan menyedot sehingga vagina Sabrina penuh dengan air liurnya dan gadis Indo itu kembali Horny, dia bangkit sambil mengecup pantat Sabrina, seakan–akan berterima kasih atas Jus Manis Cinta gratisnya.

“Hihuuy…Jamu awet muda …Enyaak…cep..cep !!”komentar Babeh norak.
“Hak hak hak…enak Beh..?!”tanya Abah.
“Enyak enyak…hi hi hi manis kaya orangnya !!”jawab Babeh.
“Nonok Neng Sabrina emang gurih…Babeh jadi seger…ngewe ah !!”.

Babeh Ti’ung berdiri dengan satu tangan memegangi pinggang Sabrina, dan satunya lagi memegangi penisnya yang sudah dari tadi tegak mengacung menahan nafsunya.

“Hoooiii…gua duluan nyoblos yak…’gak tahan lagi nih Titit…pengen ngewein si Neng cantik ini”kata Babeh edan.
“Woi tunggu Beh…bareng atuh..!!”sahut Abah.
“Olalah…ok dah…kita lomba yak…yang kalah nraktir rokok..!!”tawar Babeh.
“Okeh…kecil..paling Babeh moncor duluan eheheh”ejek Abah.
“Wuiy…boleh coba Tong…umur tua-an gua tapi kemampuan ngentot gua di atas lu”kata si Babeh sambil merenggangkan kaki Sabrina, untuk memasuki area persetubuhan, dan mengangkat sebelah kaki kirinya dan dipapah ke bahu kanannya .
“Ok dah…ga usah banyak omong…kite buktiin !!”sela Abah yang juga bersiap-siap.
“Nah sekarang….”, Abah berdiri dan memegang senjatanya yang telah terkokang siap menembaki kewanitaan Dimar.
“Giliran kontol Abah nih ngerasain memek Neng Dimar yang ca’em hak hak hak…!!”. Tubuh Dimar sudah terlalu lemas untuk berontak, ditambah dengan keadaanya yang tidak memungkinkan karena tangannya diikat sana sini, dia tidak bisa apa-apa selain pasrah.
“Bah…ampun bah…udahan yah…saya capek”iba Dimar pada satpam tua itu.
“Lah…Neng mah enak udah keluar atuh…Abah kan belom sayang…Abah mau ngentotin Neng Dimar dulu dong bentaran !!”jawabnya ringan sambil tersenyum mesum.

Mendengar permohonan itu, bukan membuatnya iba, tapi malah menambahnya semakin nafsu. Abah mengocok-ngocok penisnya yang sudah mengacung siap mengoyak-ngoyak vagina Dimar, tangannya yang satu membuka bibir vagina dengan dua jari gemuknya, sehingga liang surgawi itu menunjukkan celah jalan berwarna merah muda, siap untuk ditelusuri oleh Abah Ro’un sang pejantan yang naksir berat padanya. Abah menekan paksa masuk penisnya, sehingga kepala dan leher penis yang besar serta aneh bentuknya itu berhasil terjepit di vagina Dimar, si cantik merasa penuh sekali di vaginanya, berbeda sekali dengan yang sebelumnya, padahal ukuran jari Abah termasuk besar karena gemuk, tetapi ini berbeda pikir Dimar, baru kepala dan lehernya saja dia sudah merasa penuh.

(Gila…ini gilaaa…!!),pikir Dimar tak mau percaya dan berharap ini hanya mimpi.
“Ooookhh…Gileee…memek..Neng Dimar..seret banget… Eeenggh !!”lenguhnya.

Tubuh satpam sekolah itu bergetar nikmat, kepala dan leher penisnya terjepit ketat oleh dinding vagina Dimar yang super peret, erat dan sangat legit, berkali-kali Abah menahan nafas karena nikmat yang mengalir di sekujur tubuhnya. Dimar yang memang sudah merasa terlalu sering digauli oleh Abah, tetap saja merasa nyeri setiap kali persetubuhan karena perbandingan yang tidak adil antara penis Abah dan liang vaginanya yang kecil.

Dimar menahan nafas karena merasa penuh sesak di selangkangannya, si cantik angkuh itu sedikit panik karena begitu besarnya benda di vaginanya yang baru masuk kepalanya saja, maka dia menggerakkan pantatnya mencoba melepaskan diri dari Abah dan kelamin gemuk yang menyiksa vaginanya, mengetahui hal itu Abah langsung bertindak tegas.

Plaaakk !!. “Aaaaakh…sakit !”jerit Dimar atas reaksi tamparan keras Abah di pantatnya.
“Jangan bergerak…!! mau kemana lu ?? memek lu punya gua tau !!”omelnya sinting.

Melihat jika dia berontak atau melawan hanya menambah nafsu pemerkosanya, maka dia memutuskan untuk pasrah dan melayani Abah, sebagaimana sering dilakukannya. Dimar mengerahkan tenaga yang ada karena setelah orgasme tadi tubuhnya lemas, untung saja wanita memiliki daya tahan lebih jika dibanding pria saat bersetubuh. Dimar mengangkat pantat lebih tinggi hingga semakin menantang pejantan bertubuh gempal di belakangnya, tentu saja itu merupakan kabar gembira buat Abah yang langsung tersenyum sinting.

Apa yang terjadi di luar prediksi Dimar, baru saja dia siap-siap mengambil nafas. Abah langsung menyentak masuk penisnya dengan sangat kasar hingga mendorong ke depan tubuh Dimar yang tertelungkup nungging. Sampai-sampai meja yang ditidurinya terseret bergeser beberapa petak lantai menabrak bangku meja di belakangnya hingga berdempet.

“Heeeeenggh….!!”geramnya. Zreeeekk…!!, penis Abah mendobrak masuk.
Gusraaaakkk…!!meja dan bangku yang porak poranda.

Gadis SMU cantik berbody bohai itu langsung meraung bagai serigala terluka, serigala yang kena jebakan, serigala bodoh terkena jebakan yang sudah diketahuinya. Sementara Abah merasakan hal yang sangat berlawanan, yaitu berjuta kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Bibir tebalnya menganga dengan liur menetes tanda nikmat dirasakan sekujur tubuh gemuknya, matanya semakin membesar, nafasnya berat menahan nikmat. Dimar merasa kalah karena berhasil dipecundangi oleh satpam sekolahannya itu, sedang Abah melenguh merasakan nikmat kemenangannya menguasai Dimar.

“Eeengh…gilee..Neng Dimar..memeknyah…Hhegh…legit rek !!”lenguh Abah nikmat.
“Aaaakh…sakitt…memek gue…bandot…Aaanggh..Shiit !!”mulut jalangnya protes.

Dimar tidak lagi merasakan sekedar penuh, tetapi sekarang dia merasa vaginanya hilang, sejenak yang ada hanya gumpalan besar daging di selangkangannya yang sudah menyatu dengan vagina di tubuh moleknya, mereka telah sempurna bersetubuh.

Yap, itulah makna persetubuhan…dimana wanita dan pria menyatukan raga, keadaan itu yang melingkupi status Dimar dan Abah Ro’un, Beauty and the Beast. Pasangan seks yang kontras dilihat dari segi manapun, yang sangat tidak bisa dipercaya bisa saling kenal, bersentuhan bahkan bisa bersenggama, namun semua kenyataan ini terjadi adanya, mereka sudah sering melakukannya dimanapun dan kapanpun. Gadis SMU cantik semok ini ternyata sering disenggamai oleh Abah satpam sekolahnya.

Abah sengaja mendiamkan penisnya beberapa saat merasakan jepitan nikmat liang vagina Dimar. “Giliran Babeh…Eeenggh !!”kata Abah seraya melenguh menahan nikmat.
“Ok !!”Babeh pun langsung menempelkan kepala penisnya di bibir vagina Sabrina.
“Ja…jangan…ampun Beh…udah cukup…!!”ibanya mustahil.

Babeh hanya menyeringai mesum mendengarkan itu, dia sudah terlalu sering mendengar kata-kata itu dari mulut Sabrina, karena memang ini sudah yang kesekian kali Sabrina disetubuhinya, Sabrina adalah hadiah dari Pak Suparno sejak Pak Suparno mendapatkan pelacur barunya kemarin…Diny, Sabrina adalah budak seks resmi milik Babeh Ti’ung.

“Opo Neng ayu…jangan opo…jangan diewe opo jangan berhenti..”ejeknya.
“Ja…jang..jangan die.WeAaaakhh”erangnya karena Babeh sudah tak tahan dan langsung mencoblos vagina Sabrina, gadis SMU berwajah Indo itu. Kaki sebelah kanan Sabrina yang bersepatu hak hitam berjinjit seksi, tubuhnya terdorong dan terasa terbelah dua.
“Whuuaaa…maknyus Nono’e!!”reaksi Babeh, saat penis keriputnya berhasil membelah bibir vagina Sabrina yang sudah berlendir dan belepotan liur itu, hingga menancap masuk vagina dari kepala sampai pangkal penis, di samping penis Babeh memang sudah sering keluar masuk, seakan-akan vagina Sabrina sudah kenal baik dan lenguhan nikmat pun terdengar dari dua insan berlainan jenis, umur dan warna kulit itu.

“Ooooghh…legit pisan..Nonok Neng ini…Eeennggh..!!”komentar Babeh.
“Aaanggh…Beh…Ekkghh..Heeeghh…!!”lenguh Sabrina nafsu berat.

Babeh sengaja mendiamkan penisnya beberapa saat merasakan jepitan nikmat liang surga Sabrina. Keduanya sama, menahan nafas karena nikmatnya yang luar biasa itu, yang satu karena ada sesuatu yang panjang keras berurat mengganjal di liang vaginanya, yang satu karena terjepit nikmat oleh sesuatu yang seret…erat dan ketat…berlendir namun hangat dan legit…berdenyut-denyut…mengatup setiap inchi permukaan kulit penisnya…setiap centi kulit penis berurat itu bergesekan dengan dinding vagina…dimana pemilik vagina legit yang sedang dinikmatinya itu adalah seorang gadis Indo cantik nan seksi…suatu keberuntungan yang luar biasa…keberuntungan seorang kakek-kakek pula…surga yang nyata, kata-kata saja tidak akan bisa untuk menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

Tanpa membuang waktu lagi, mereka langsung menggenjotnya seperti orang kesurupan dengan style yang berbeda, Babeh dengan gaya gunting sementara Abah dengan Doggy style pasti, mereka merasakan nikmat di sekujur tubuhnya, yang bersumber dari penisnya yang terjepit liang legit, karena itu para bandot menggenjot para gadis dengan ganas dan kasar sampai tubuh mereka terhempas, akibat gerakan yang brutal dan terlalu bernafsu. Abah Ro’un dan Babeh Ti’ung seperti berlomba di pacuan kuda saja, buah zakar mereka bertepukan dengan pantat sekal dua gadis itu, sesekali mereka melayangkan tamparan di pantatnya.

Abah memeluk Dimar dengan menindihnya sambil membetot syal merah putih yang ada di lehernya, sehingga saat Dimar menolehkan mata ke samping dia melihat jelas wajah buruk rupa Abah, satpam mesum sekolahannya. Abah menghentikan sejenak genjotannya kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Dimar hingga membuat dirinya ketakutan.

“Neng Dimar…Eeenggh…siap-siap…pulang Uuggh…jalane ngesot!!”kata Abah di sela-sela lenguhan nikmatnya sambil menyeringai.

Abah menarik batang penisnya hingga tertinggal kepalanya saja, “Sssshh…Shiitt!!” desis Dimar mengetahui apa yang akan dilakukan Abah, karena vagina bodohnya melawan arus dengan menjepit penis gemuk milik Abah, tidak sejalan dengan pemiliknya, tak rela kehilangan penis itu mengisi kekosongan liangnya. Lalu tiba-tiba Abah menyentak kasar penisnya ke vagina Dimar sekuat tenaga sehingga terdengar jeritan memekakan telinga.

“Huungghh…!!”geram Abah sekuat tenaga. “Aaaaaakkhh….!!”erang Dimar kesakitan.

Sang Bidadari pun melolong bagai serigala yang terluka, sementara sang Iblis mengerang begitu nikmat atas legitnya jepitan vagina. Vagina Dimar sang bidadari itu dibuka paksa oleh penis Abah Ro’un sang Iblis, dipaksa membuka dan menunjukkan jalan di liang kewanitaan itu, vagina Dimar dipaksa kerjasama dengan membuka dan menjepit penis hitam berurat Abah agar mendapat nikmat surgawi. Tanpa membuang waktu, si cantik judes itu langsung disenggamai oleh satpam sekolahnya sendiri dengan sangat brutal, tidak manusiawi dan penuh nafsu hewani, rasa kemenangan yang menyelimuti Abah Ro’un membuatnya sangat bernafsu menggenjot si putih montok Dimar, penis Abah yang hitam besar dan berurat itu menyodoki vagina Dimar tanpa ampun, Dimar hanya bisa menjerit-jerit merasakan vaginanya di obrak-abrik penis Abah dengan kasar.

“Abaah…pelan Bah..sakitt Aakh…ancur..memek..gue Sssthh”desis Dimar hopeless.
“Jebol memek lu…jebol memek luu…mampus luh…jebol memek luuu !!”.

Untuk posisi yang lebih sip-nya, Abah Ro’un menjambak Dimar dan tangan satunya lagi mencengkram kencang lengan kanannya yang terikat, pria setengah baya itu menyentak-nyentak Dimar dengan sangat kasar hingga terpental-pental ke depan berlawanan dengan jambakan dan cengkramannya di lengan Dimar yang membetot kebelakang, sodokannya cepat tapi juga dalam hingga membuat tubuh Dimar terpental maju dan mendorong meja yang ditidurinya, Dimar merasa vaginanya dikoyak-koyak oleh benda besar dan aneh itu, dari pinggang ke bawah dia merasakan bagian tubuhnya hilang walaupun juga merasakan nikmatnya persetubuhan, namun karena terlalu kasar, perbandingan antara nikmat dan sakit tidaklah setara.

Dimar hanya mengerang-erang menerima setiap sodokan Abah yang terlalu dalam dan kasar itu, lenguhannya sudah lemah, karena kelelahan melayani nafsu hewani si Abah yang ganas. Suaranya yang melemah itu bagaikan musik bagi Abah, dia malah semakin getol menunggangi si semok Dimar itu dari belakang, mendengar jeritan tak berdaya dari gadis pelajar yang cantik dan terkenal angkuh, sambil merasakan jepitan legit vagina di penisnya, adalah sebuah kemenangan total persetubuhan. Pasangan yang sangat kontras itu melenguh bersamaan, hanya saja yang satu dengan perasaan benci dan yang satunya senang bukan main.

Babeh menyodok-nyodok vagina Sabrina dengan gaya gunting (Scissor style) itu dengan nafsu besarnya, dia melupakan sejenak jati diri dan jati diri yang diperkosanya, pelajar yang biasa membeli makanan dan dilayani olehnya, sekarang harus membalik keadaan dengan melayaninya dengan persetubuhan gila-gilaan.

“Iyaaahh…jangan kasar..kasar Beeh…Aaakh…sadar Beh sada.a.aarr !!”.
“Ngejengkang lu…Ngejengkang luu…Huuungghh…Ngejengkang luh !!”.

Sabrina merasa tubuhnya terbelah dua saat disenggamai Babeh dengan gaya gunting itu, andaikata vaginanya terbuat dari kertas dan penis Babeh gunting, tentu vaginanya sudah sobek-sobek oleh Babeh, sebelah tangannya meremas payudara Sabrina yang menyembul montok, dan tangan sebelahnya lagi memegangi kakinya yang terangkat dimana betisnya dipanggul bahunya, tangan Babeh menggerayangi kaki jenjang Sabrina yang menjulang ke atas itu dan menampar keras pantat sekalnya.

Babeh melenguh-lenguh kenikmatan, bibir hitamnya menganga lebar meneteskan liur dan menceracau jorok tidak jelas, lidah kasarnya sesekali menjilat paha mulus yang terangkat itu dan juga betis putih bersepatu hak hitam seksinya, membuat libido Sabrina datang tak terundang, vaginanya mengeluarkan lendir menyambut sodokan brutal dari batang penis Kakek penjual makanan kantin itu, sodokan itu sangat kasar sekali, jika saja tubuh si Indo cantik Sabrina tidak tergeletak di meja tentu dia sudah jatuh karena kelelahan melayani nafsu sinting Babeh, tangan kanannya menangkup bongkahan pantat sekal sebelah kiri Sabrina, dan tangan satunya mengambil alih posisi kaki yang menjulang ke atas.

”Nonok Nengh..perett…liat Uuugh…Gile nonok lu…Gilee nonok luu !!”.

Ceracauan jorok itu mengiringi sodokan-sodokan maut Babeh Ti’ung yang jarang namun dalam, bahkan dengan maniaknya, dia mencabut keluar masuk penisnya berulang-ulang,

Ploooph…!! “Aawh…”jerit Sabrina kecil, karena terasa ngilu saat Babeh mencabut penis keseluruhan dari vagina. Zleeebbh….!! “Aaaanghh…”erang Sabrina saat Babeh kembali menusukkan kasar penisnya hingga mentok. Jahil sekali Kakek penjual makanan kantin gendeng itu, Babeh nampak senang sekali bisa seenaknya mempermainkan liang vagina Sabrina, bahkan sewaktu menyodokkan penis, Babeh melakukannya dengan tersenyum mesum penuh bangga dan tertawa sinting. Sabrina merasakan penis Kakek mesum yang sedang getol-getolnya menyenggamainya mengeras, urat-urat di penisnya yang menonjol terasa sekali di dinding vaginanya.

Benar saja, Babeh tidak bisa membohongi usia, ditambah lagi betinanya sangat legit dan berwajah cantik. Beberapa menit kemudian penis itu pun berkedut-kedut, tangan kanan Babeh meremas kencang bongkahan pantat Sabrina, tangan kirinya menarik dengan kasar syal merah putih yang masih melingkar seksi di lehernya. Sehingga Babeh di penghujung ejakulasinya menatap wajah cantik Indo Sabrina, yang tentunya menambah nikmat.

“Beh…eling Beh…jangan di dalem…keluarnyaah !!”.
“Emangh…Eeenggh…Guah….”

Babeh menarik mundur penisnya hingga menyisakan kepalanya saja, Kakek peot penjual makanan kantin itu mengambil ancang-ancang, lalu menyentakkan penisnya dengan satu sentakan final yang sangat kasar dan menyakitkan vagina Sabrina.

“Pikiriiiiiiiiin…Ohokh !!”kejan Babeh menyentak klimaks.
Crooootttt…!! Jruott..!! Croott..!! Crott !!
“Iyyaaaaaaahhh….”jerit Sabrina putus asa.

Meja yang ditiduri tubuh Sabrina hingga tergeser beberapa petak lantai, sebelah kakinya yang bersepatu hak hitam menjinjit terseret, meja itu terdorong ke belakang, dan menuju pojok ruangan kelas, bangku dan meja itu acak-acakan berkat hasil karya nafsu Babeh pada Sabrina, sebagaimana bangku dan meja, vagina Sabrina juga berhasil di acak-acak penis Babeh melalui sodokan gaharnya.

Sperma Babeh Ti’ung dan lendir vagina Sabrina nampak sampai menetes-netes ke lantai kelas, sperma itu sangatlah banyak dan kental, setelah selesai membuang sperma hingga tetes terakhir, matanya memandang ke arah penyatuan kelamin mereka. Babeh tertawa gila penuh kepuasan, dia melihat vagina Sabrina terlihat seperti monyong terbuka lebar dan dipenuhi spermanya, buah zakarnya tepat di depan bibir vagina Sabrina yang memar kemerahan, berarti batang penisnya dari pangkal hingga kepala ada di dalam liang vagina Sabrina, gadis remaja berparas Indo. Beruntung sekali Kakek penjual makanan kantin itu.

Babeh menurunkan sebelah kaki jenjang Sabrina yang tadi dipapahnya, dan menaruhnya kembali di lantai sehingga dia kembali tertelungkup di meja sambil menungging seksi. Plaaakk !! Sebuah tamparan keras karena gemas di pantat sekal Sabrina, sambil mencabut keluar batang penisnya dengan kasar. Plooph !! “Aawh…”jerit Sabrina kecil. Saat penis itu ditarik keluar, onggokan sperma yang menjijikkan pun langsung membludak keluar.

“Hi..hi..hi..hi rasain Nonok lu gua ancurin…ngengkang-ngengkang lu jalannya pulang hak..hak..hak..hak !!”komentar Babeh kurang ajar seraya tertawa sinting.

Kakek tua itu ingin duduk istirahat di bangku belajar persis disampingnya, Babeh Ti’ung mengangkat sesuatu seperti gumpalan kain berisi barang dan menaruhnya di meja, lalu menyalakan sebatang rokok khas Orang Tua sambil menyaksikan adegan sex yang tersisa dibintangi Dimar dan rekan semesumnya Abah Ro’un.
.
Abah menyenggamai Dimar seperti orang kesurupan setan seks, kaki bersepatu hak hitam Dimar semakin menjinjit, meja yang ditidurinya semakin terdorong hingga dua meja dan bangku di belakangnya berdempet, Abah mendekati klimaks seksnya, jambakan tangan kirinya di rambut panjang indah Dimar semakin keras hingga wajah si cantik itu makin terdongak, Abah melenguh dan menceracau seperti orang gila, kaki Dimar semakin lebar merentang dan menjinjit tinggi, insting seksnya berjalan menyambut penis pejantan yang menyodoknya dari belakang walaupun sakit menderanya.

Abah mengejan kuat sambil menyentak masuk penisnya ke vagina Dimar, dengan satu sentakan yang sangat kasar, sodokan final yang sangat dahsyat hingga meja yang ditiduri Dimar mengacak-acak deretan meja dan bangku di belakangnya itu, lebih kacau balau dibanding Babeh, sebagaimana vagina Dimar juga berhasil diacak-acak penis hitam besar milik Abah Ro’un, satpam tua mesum itu menggeratakan gigi berkelojotan, menjambak kasar rambut Dimar dan menarik lengannya kebelakang, badan Dimar sampai menekuk ke atas akibat dibetot kebelakang terlalu kasar oleh Abah.

Badan Abah mengejang-ngejang bergetar nikmat, mulutnya melenguh membentuk huruf U, mengeluarkan air liur dan hingus menjijikkan dari hidung besarnya yang nongkrong, sambil menahan nafas penisnya berkedut-kedut menyemburkan sperma yang banyak dan kental hingga vagina Dimar tidak mampu untuk menampungnya semua, sampai-sampai meluber keluar vagina, membanjiri meja yang ditidurinya, pangkal paha hingga betisnya.

“Gilaa ! enak bener ni memek…legit, anget, tapi basah…Gila !”katanya penuh rasa puas,
dan mencabut penisnya dengan kasar dari vagina Dimar. Plooph !!. Dimar terpekik kecil seirama letupan. Nafas Abah Ro’un memburu, satpam tua itu tersungkur di lantai. Wajah mesumnya tersenyum puas karena sukses melampiaskan nafsu bejat. Abah meninggalkan Dimar dengan kondisi badan menelungkup nungging di atas meja, kakinya mengangkang sedikit menjinjit, sperma mengalir dari vaginanya yang memar karena nafsu brutal Abah.

“Beh..lu utang rokok yak sama gua !!”kata Abah kurang ajar. Malah tidak mempedulikan keadaan Dimar yang terkapar.
“Iya iya gampang..nih uang mukanya !!”, kata Babeh seraya melempar sebatang rokok.

Abah menyalakan rokok khas Orang Tua pemberian Babeh, dia bangkit dan menghampiri Sabrina yang juga terkapar menungging di atas meja belajar. Babeh tampak mengambil bungkusan kain itu dan mengeluarkan sesuatu sebuah benda terbuat dari logam berbentuk silinder panjang, dengan diameter seukuran penis, yang ternyata adalah sebuah Vibrator. Vibrator yang dapat dikendalikan dengan sebuah remote. Kakek itu mengambil dua buah yang tentunya untuk Sabrina dan Dimar, saking asiknya dua bandot itu, Babeh dan Abah tidak menyadari kehadiran Pak Suparno serta Diny di dekat pintu kelas, dan meneruskan perbudakan seks tersebut.

Abah menjambak Sabrina agar sadar dari terkaparnya, lalu membuatnya berlutut di depan penisnya yang masih lemas namun belepotan sperma amis. Babeh memberikan Vibrator dan remotenya sepasang pada Abah, lalu menghampiri Dimar. Cara membangunkannya pun sama, yaitu menjambaknya dan memaksanya berlutut di hadapannya, lengkaplah dua pasang Beauty and the Beast itu. Dua gadis cantik terpopuler di sekolah, dimana satunya berwajah Indo cantik dan seorang foto model majalah remaja, sedang berlutut di hadapan dua Bandot tua buruk rupa, berkulit hitam, bau badan tak sedap, sedang menghembuskan rokok murahan khas Orang Tua pula. Lengkap sekali siksa derita Dimar dan Sabrina.

Dimar dan Sabrina hanya bisa pasrah, ketika kedua bandot memasukkan Dildo Vibrator itu ke vagina mereka, tentu tangan Dimar dan Sabrina masih terikat kebelakang. Setelah menancap mantap, mereka menyeringai mendekatkan penis mereka yang menjijikkan itu ke mulut para gadis. Dimar dan Sabrina melengos dikarenakan penis penuh dengan aneka macam cairan, pada dasarnya memang sudah berbau tak sedap. Babeh dan Abah menutup lubang hidung mereka dengan memencetnya, dua bibir tipis nan seksi itu terbuka paksa. Meluncurlah penis-penis hitam itu, para bandot bereaksi menjambak dan memaju mundur kepala mereka. “Oooooookkhhh…enakk !! gak kalah enak sama memek Uugghh !!”kata Abah kurang ajar.

Bibir Dimar dan Sabrina dipaksa menjepit erat, menggesek dan meliuri penis Abah dan Babeh. Karena tidak ada pilihan lain, lidah mereka pun aktif menjilat bagian penis yang masuk di dalam mulut, guna para bandot lekas puas. Siaal !!, Penis para bandot itu ereksi. Mata jelita para bidadari terbelalak dan panik, mulut mereka tiba-tiba terpaksa membuka lebih lebar, otomatis kuluman mereka maju mundur perlahan. Sabrina merasakan batang penis Abah yang gemuk itu mekar, mulutnya terpaksa melebar. Sementara Dimar merasa batang penis Babeh memanjang hingga mentok di tenggorokannya.

“Mmpphh…!!”reaksi Dimar, merasakan kepala penis Babeh di tenggorokannya.

Gilanya Babeh dan Abah menjambak lebih keras rambut mereka dan memaju mundurkan dengan cepat dan kasar. Sabrina merasa mulutnya robek kesamping, Dimar merasa mual ingin muntah karena tenggorokannya disodok-sodok kepala penis Babeh yang bentuknya lonjong dan aneh itu. Dimar dan Sabrina meneteskan air mata memandang ke pemerkosa. Tetapi bukan rasa iba yang didapat, malah seringaian mesum bandot tua.

“Oookh…Oookh…Eeenggh…Haaahh !!”lenguh Abah dan Babeh bersamaan keenakan, dengan kepala mendongak ke langit kelas, mulut terbuka dan lidah menjulur. Jambakan Abah dan Babeh semakin keras, selain memaju mundurkan kepala Dimar dan Sabrina, mereka juga memaju mundurkan pinggul hitamnya berlawanan. Sehingga Sabrina makin merasa lebar mulutnya, dan Dimar semakin merasa mual. Liur mereka semakin membuat banjir batang penis itu.

Ketidak tahanan atas derita membuat Dimar dan Sabrina berusaha melepas kuluman pada penis Abah dan Babeh. Dua bandot tahu, mereka menekan remote di tangannya, “Klik !”.

“Wrrrr…Rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr !!”. Vibrator berputar-putar, bergoyang dan bergetar sekaligus.
“Mmmmmmmppppphhh…!!”, reaksi Dimar dan Sabrina merasakan Vibrator itu beraksi. Pinggul seksi mereka bergoyang menerima rangsangan berlebihan dari Vibrator.
“Hak hak hak hak…Rasaaiiiin !! Awas kalo kontol gua kegigit, gua masukin ke pantat lu tahu rasa hak hak hak hak !!”kata Abah menyebalkan. Babeh menyambut juga dengan tawa terbahak-bahaknya. Dimar dan Sabrina malah menjadi lebih serba salah dan takut.

Pak Suparno yang masih menjinjing Diny seperti binatang piaraan di depan pintu kelas, birahi dan terpana melihat adegan di depan matanya. Selama itu dia mengocok-ngocok penisnya, Diny menyaksikannya dengan tak percaya dan penuh rasa takut. TU mesum itu berniat jahil ingin mengagetkan rekan–rekan semesumnya dengan menggedor keras pintu masuk kelas, Dok…dok…dok !!.

“Woooii…pada enak ngentot…ikutan dong hak hak hak”goda Pak Suparno iseng. Semua orang disitu otomatis kaget dan langsung menoleh ke arahnya. Dildo Vibrator itu berhenti sejenak memberikan keringanan birahi Dimar dan Sabrina, juga Babeh dan Abah menarik lepas penis mereka. Dimar dan Sabrina langsung terbatuk-batuk, tapi bisa bernafas lega. Wajah mereka merona, melihat Diny dan Pak Suparno di pintu yang menyaksikan adegan pelecehan memalukan mereka. Diny sendiri juga malu dengan keadaan merangkak, tanpa pakaian penutup yang layak, kalung budak di leher dan rantainya dikuasai Pak Suparno.

“Aah….sialan lu No!! Gua kirain siape, ngagetin aje lu !!”kata Abah.
“Ehh elu Tong…ngagetin orang tua aje…kalo gua jantungan gimane ?!”kata Babeh. Pak Suparno hanya tertawa terbahak-bahak menjijikkan.
“Siapa sih..?? ganggu aja !!”tanya orang yang menarik keluar kepalanya dari rok Shinta.

(Damn…!! Tidak mungkin…!!Mang Engkos… Cleaning service sekolah  bergigi tonggos itu…diselangkangan Mba Shinta…kakak kelas idolaku), dalam hati Diny tidak percaya.
========================
Pejantan buruk rupa untuk betina yang cantik jelita, Engkos Sutisna untuk Shinta. Mang Engkos begitu dia dipanggil, cleaning service sekolah. Petugas kebersihan kamar mandi guru maupun siswa/i dalam lingkungan SMU dan juga SMEA. Sementara di bagian SMP yang terpisah pagar kawat sudah ada petugas sendiri. Mang Engkos, lelaki berambut tipis dengan sedikit jambul Tintin, bibir tebal, mata belo dan yang khas darinya adalah gigi tonggos tak merata. Diny menatap kosong tak percaya. Shinta, kakak kelas yang menjadi idolanya beserta seluruh siswi baik seangkatan maupun di bawahnya. Terkenal cantik, pintar dan selalu membuat diri bangga bisa dekat apalagi bicara berdua dengannya. Kini sedang menikmati cumbuan Mang Engkos school janitor. Apa-apaan…?.  Pak Suparno menyeret Diny masuk ke kelas untuk dipamerkan, mendekati Mang Engkos dan Shinta.
“Ya ampuun Kos, kowe ini…saya aja udah nyoblos muncrat berkali-kali, eeh sampean masiiiih aja ‘njilat memek kerjaannya” keluh Pak Suparno.
“Hehehe, habis enak pisan ini memek. Bos juga kemana aja, bulan madu sama lonte baru nih ?” sahut Mang Engkos kurang ajar.
“Biasa, musti diplonco dulu Huak hak hak hak”.
“Iya No, si Engkos pan naksir berat sama Non Shinta…abis tuh memek, rakus bener dia. Dikekepin seharian ini kagak dibagi-bagi gua” protes Abah.
“Ho-oh, gua juga kaga dibagi-bagi acan tu nonok…padahal pan gua juga mau nyicip Non Shinta yang kece entu…keburu doer dah kayak yang ngemut !” timpal Babeh, membuat semua bandot disitu tertawa brengsek.
“Sialan si Babeh…eh Beh, urusin Mpok Ipah bini di rumah. Malah ngewein daun muda, udah bau tanah juga”, Mang Engkos balas menyahut, semakin keraslah tawa itu.
“Gimana barang barunya Bos ?, mantep Hm ?” tanya Abah seraya jalan menghampiri. Pak Suparno mengacungkan jempol dimana yang lain paham akan kode tersebut, dan lantas cengengesan.
“Kalo udah puas, gua jajal ya Bos hehehe”.
“Gua juga mao dong cicip-cicip yak” timpal Babeh meninggalkan Dimar, ikut mendekat.
“Tenang aja…bisa diatur..” sahut Pak Suparno ringan, tanpa persetujuan Diny si pemilik tubuh. “Tapi nanti ya, sebulan atau dua bulan gitu…sampe saya bosen dulu” tambahnya.
“Yah, sama aje kayak si Engkos..keburu ringsek tu memek” celetuk Abah, semua bandot terbahak-bahak mendengarnya.

“Daripada ringsek sama kowe orang…wong, pada doyan meme’”.
“Si Engkos ‘gak kedengeran lagi suaranye ?” sindir Babeh.
“Biarin aja, dia lagi asyik… ‘gak usah diajak” ledek Abah.
“Enak Kos ?” ledek Abah lagi. Mang Engkos mengacungkan jari jempol terjepit jari tengah dan telunjuk, lalu teriak di selangkangan Shinta. “Enak gila…Sluurph, Ah !”, semua tertawa sinting karenanya.
Rok Shinta disingkap, prosesi jilmek pun bisa terlihat dimana mulut bertautan dengan vagina. Gigi tonggos Mang Engkos menceruk bibir kemaluan Shinta secara perlahan namun pasti. Shinta mendesah dengan pipi merah, malu adegannya ditonton khalayak umum, terutama Diny adik kelas yang sangat meng-idolakan dirinya. Perasaan school idol tersebut bercampur aduk antara pelecehan dan kenikmatan. Babeh mupeng menyaksikan adegan jilmek Shinta,
“Rasa apaan Kos ?”, tanya Babeh penasaran.
“Rasa strooberi” sahut Mang Engkos ingin membuat Babeh iri.
Abah kembali mendekati Sabrina, begitu juga Babeh balik ke Dimar yang masih setia berlutut. “Kos, cepet selesain !, kita mau pindah ke sebelah” kata Pak Suparno sambil berjalan menghampiri Babeh dan Abah. 
Shinta menatap sayu pria buruk rupa yang naksir berat padanya, sudah berjam-jam vaginanya jadi mainan mulut pria tersebut. Bukan belas kasihan didapat, malah moncong yang menyedot kuat. Betis Shinta mengayuh naik turun yang berarti suka diperlakukan demikian. Mulut Mang Engkos seolah ingin menarik lepas memek Shinta untuk ditelannya mentah-mentah. Entah apa yang didapat suami Shinta kelak, karena pastinya Mang Engkos telah mengacak-acak bagian paling pribadi Shinta. Diny pilu pada keadaan idolanya tersebut. Ia melihat sekeliling dengan wajah tak percaya. Dimar digeluti Babeh, Sabrina dikerjai Abah, Shinta digarap Mang Engkos dan terakhir dirinya dengan Pak Suparno. (Gila, ini semua gila !), ia menggeleng kepala. Begitu busuk isi sekolah, meski belum tahu persis bagaimana duduk masalah masing-masing individu.
“Emang ‘da paan Bos di samping ?” tanya Babeh sebagai orang baru, Diny juga bertanya dalam hati, apa maksud TU bejat tersebut.
“Oo, nanti Babeh juga taulah heh heh…udaah, terusin aja dulu !” sahut Pak Suparno mudah, menganggap para gadis boneka yang bisa dimainkan sesuka hati.

Abah dan Babeh kembali ke aktivitas awal, mempermainkan vagina lewat vibrator yang masih setia menyumbat. Kedua bandot itu menakut-nakuti dengan menggoyang remote dan berjingkrak persis orang tak waras.
“Jangan Beh, jangan !, ampun” iba Dimar, Sabrina ikut memohon.
“Huehehe, bisa sih bisa diampunin…tapiii, isep dulu ‘tul ga Beh ?”.
“Yak, sepong ampe keluar trus telen…baru kita ampunin” sahut Babeh seraya berkacak pinggang.
Dimar dan Sabrina tak punya pilihan, terpaksa meraih penis di hadapannya dengan mulut. Menelusuri batang dengan lidah dari pangkal hingga kepala. Karena tidak dibantu tangan, tentu bibir tipis mereka harus kerja extra keras.
“Ooookh, Engg…Haaaah !”, kedua bandot melenguh menikmati sepongan. Namun na’as bagi kedua bunga sekolah itu, tiba-tiba..Wrrr…Rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr !. “eMmmppfff !!!”, mata jelita mereka terbelalak.
“Eit, awas kegigit !” ancam Abah.
Pinggul Dimar dan Sabrina bergoyang seksi, menikmati boran vibrator di vagina dengan tangan terikat kebelakang. Kedua bandot itu menjambak dan memaju mundurkan kepala mereka. Birahi Pak Suparno meninggi karenanya, wajah Diny ditampar dengan penisnya, buat gadis itu sadar dari lamunan. Pak Suparno memejet hidungnya untuk memaksa Oral juga. Diny menggumam tak jelas saat mulutnya penuh terisi penis. Gerakan Pak Suparno tak kalah buas sampai-sampai hidung Diny terbenam di kerimbunan bulu kemaluan. Buah zakar menepuki dagu. Diny hanya bisa membuka rahang lebar-lebar, liurnya tumpah buahkan bunyi kecipak.

<#><#><#>
“Aaahh…engh, Mang”, dengan gairah meninggi, Shinta meremas payudaranya sendiri sebagai ekspresi nikmat.
“Neng, Mamang ewe aja ya kalau begitu sekarang” bisik Mang Engkos seraya berdiri, “Jangan Mang jangan !, udah ya”, Shinta menggeleng. Tanggapan tukang bersih kakus itu hanya seringai mesum dan mengocok penisnya. Tangan Shinta ditepis berulang kali karena mencoba menghalangi.
“Hiyaa”, Jress !!”, dengan tiba-tiba Mang Engkos menyentak hingga batang penis masuk seluruhnya.
Shinta memekik nikmat, liang vaginanya yang sudah banjir lendir dan air liur buatnya mudah untuk dihuni. Mulut Mang Engkos meliur, naksir berat pada liang memek gadis obsesinya yang basah namun liat itu, lantas dia bergerak brutal maju mundur. Keduanya mendesah dan melenguh bagai paduan suara, dua kelamin yang berlainan jenis itu bergesekan. Kulit kasar penis dan dinding sutra vagina yang berdenyut hangat, buat persetubuhan yang dirasa Mang Engkos enak berkali-kali lipat.
“Mang.Hgg…keraaashh…gede.Aaaahh, Ssssh !”. Mang Engkos merem melek keenakan. Meski tidak beruntung dalam hal materi maupun wajah, penisnya berbanding terbalik, dia nikmati legit vagina sambil memandangi wajah anggun Shinta pemiliknya.
Shinta merasa nikmat juga sedikit perih. Hal yang lumrah dirasa wanita saat berhubungan dengan pria kasar, sakit berbalut nikmat. Gadis itu mengeraskan pegangan di sisi meja yang ditidurinya, pasrah terpental-pental dengan mulut megap-megap. Kakinya yang bersepatu selop tebal hitam mengapit pinggang Mang Engkos.
“Memek Neng enak..pisan Ooh…” celoteh si tonggos itu, begitu keras ia menyodok sampai-sampai meja terseret mundur.
Taplak meja yang tertindih tubuh, Shinta tarik untuk ia gigit. Menjerit histeris nikmati sodokan demi sodokan yang dihantar tukang bersih kakus sekolahnya. Tubuh school idol tersebut melengkung serasa dibelah dua, tak tahan dengan sodokan yang terlalu dalam. Cairan orgasme tercurah dari liang vaginanya, dimana penis masih keluar masuk. Mang Engkos pun ejakulasi kemudian, menggeram bergetar penuh kenikmatan. Diny melihat cairan putih kental menggelayut tumpah ke lantai dalam jumlah yang banyak sewaktu Mang Engkos menarik keluar penis dari vagina Shinta disela oralnya ke Pak Suparno. Penderitaan birahi Shinta belum berakhir disitu, karena Mang Engkos membalik tubuhnya, diatur hingga kakinya memijak lantai.

<#><#><#>
“Uuggh…enak Eenggh…terus..Ohook !” suruh para bandot. Dimar, Diny dan Sabrina bergumam dipaksa oral seks.
Abah dan Babeh memaju mundur pinggul berlawanan jambakan, sedang Pak Suparno dengan hentakannya di lengan Diny.
HHRNGGH !!, HHRNGGH !!, HHRNGGH !!, geram Pak Suparno, membetot tangan Diny yang dicengkramnya ke arahnya.
Memperlakukan bibir mungil yang tak bersalah itu seolah-olah vagina pelacur, hingga penisnya meluncur masuk tenggorokan Diny.
CROT CROTT !, sperma Pak Suparno bermuncratan, membuat Diny mual namun tak berdaya. “Teleen..telen lontee. Semuakh !!” bentak bandot TU itu. Selang berapa detik, Abah Ro’un dan Babeh Ti’ung nyusul menggeram seram. Keadaan memualkan itu sama dirasakan Dimar dan Sabrina, Babeh dan Abah menekan kepala mereka hingga terbenam di kerimbunan bulu kemaluan.
Dimar takut sekali melihat Babeh melotot ke arahnya. Begitu juga Sabrina, melihat mata Abah yang belo itu semakin besar. Alhasil, para budak terpaksa menelan sperma tuannya walaupun dirasa asin menjijikkan. Mata mereka terpejam dengan air bening menetes dari sisi mata. Para bandot merasa gagah dengan takluknya budak. Mereka mencabut penis seenaknya setelah dirasa habis semburan. Para gadis pun langsung terbatuk-batuk berusaha mencari udara dan menelan yang tersisa. Sperma yang belepotan keluar mulut, disapu bandot dan menyuruh para gadis membersihkan di tangannya.
“Fiuuh…enak betul ya. Coba istri saya kayak mereka hak hak hak” kata Pak Suparno.
“Iya, anak gadis sekarang kece-kece tapi pinter nyepong” ejek Babeh.
“Bukan cuman ‘ntu, doyan nenggak peju juga” sambung Abah yang disambut gelak tawa.
“Naah, saya punya usul !”, Pak Suparno bangkit setelah kembali bertenaga.
“Apa, apa No ?”, Abah dan Babeh antusias. Sementara Diny, Dimar dan Sabrina menanti usul yang pasti aneh itu dengan jantung berdetak kencang.
“Gini…”, Pak Suparno menjinjing Diny yang masih berlutut, dan mendudukannya di sisi Dimar, sehingga deretan gadis cantik itu bertambah. Para bandot berdecak kagum merasa beruntung, koleksi ‘boneka sex’nya bertambah.

Antara Diny, Sabrina dan Dimar bertukar pandang satu sama lain. Rasa malu, penasaran dan iba melihat ke sesama. Namun mereka berpikir ulang, bahwa ini bukan waktunya memikirkan nasib orang lain, tapi lebih baik bagaimana harus bersiap diri terima siksaan birahi.
“Kos, kowe ikut ‘nda ?”.
“Enggalah Bos saya…lanjut aja sok”.
“Kos, sekali-kali bareng napah…jangan sendirian aja” keluh Abah.
“Iya lu Kos, gak kompak !” timpal Babeh.
“Bukan gitu..Neng Shinta pan udah kelas 3, sebentar lagi keluar…jadi harus puas saya” terang Mang Engkos.
“Ya udah…yuk kita-kita saja lanjut” sela Pak Suparno bermaksud meredakan suasana yang hampir tegang karena keegoisan Mang Engkos. Pria tonggos itu asyik mendoggy Shinta yang desahan-nya sudah lemah, tanpa peduli pandangan kesal Abah dan Babeh padanya.
Manusia-manusia macam Mang Engkos, Babeh Ti’ung, Abah Ro’un dan Pak Suparno adalah bandot yang mementingkan kepuasan diri. Membuat budaknya orgasme, hanya sebatas pelecehan dan hanya ingin menertawakan.

<#><#><#>
Pak Suparno berjalan ke arah meja yang terdapat bungkusan berisi Toy sex. Diny dag dig dug, ternyata bandot itu mengambil benda yang sama. Wajahnya langsung memelas, ia menggeleng takut. Bagaimanapun juga, ini hal pertama bagi dirinya. Abah dan Babeh malah tertawa memuakan. Kaki Diny yang berlutut merapat, disepak Pak Suparno, tapi hanya terbuka sedikit.
“Heh, buka lonte !” perintah bandot tersebut. Diny terus menggeleng. Dia tadi melihat pemandangan yang membuat darah berdesir pada Dimar dan Sabrina ketika vaginanya di’bor’ Dildo Vibrator yang dipegang tuannya itu.
Plaak !, tampar Pak Suparno, membuat pipi Diny memerah.
“BUKA !” bentaknya  Seerrr…meneteslah air mata dikarenakan rasa takut sekaligus tertekan. Bandot itu membentang lebar pahanya, tangan Diny masih refleks berusaha melindungi diri.
Deg !!, ia melihat mata Pak Suparno melotot ke arahnya.
“Iket aja tangannya No, biar ‘gak bandel” saran bejat Abah.
Pak Suparno diam sejenak, yang kemudian berjalan ke bungkusan itu. Kembali dengan seutas tali, Diny hendak bangun ingin melarikan diri dari siksa birahi. Namun Abah dan Babeh langsung sigap menangkap, kedua tangannya diluruskan kebelakang, pergelangan disilangkan lalu diikat simpul ketat. Pak Suparno memerintah Abah dan Babeh untuk membuka lebar kedua belah kaki Diny. Mereka dengan senang hati melakukan itu, menahan agar tidak berontak sekalian mengelus kemulusannya. Petugas sekolah bagian penerima uang SPP itu menempatkan vibrator di bibir vagina Diny.
“Jangan pak ampun Huu.hu.hu”. Pipi Diny pun basah, air matanya tumpah ruah.
“Tenang Neng, nanti juga ketagihan kayak mereka”, tunjuk Abah pada Dimar dan Sabrina, kedua gadis itu tertunduk malu meski hati mereka pastilah geram dilecehkan seperti itu.
“Aaaggh…Aaggh…Aggh !! erang Diny. Dia beserta vaginanya menolak keras kehadiran vibrator. Pak Suparno terus memaksa, bajingan itu menekan dildo sambil melebarkan bibir vagina Diny, namun terlalu besar untuk liang yang masih peret itu, ia pun tak rela.
“Aduh, ko’ susah masuknya, udah dijebol masih juga bandel…memek sialan !”, makinya tak berotak.

“Wah, ini sih musti digelitik dulu No huehehe” usul Abah mesum.
“Iya nih…musti bikin nonok Neng Diny banjir dulu” tambah Babeh menyeringai.
“Hmm, bai’lah…sampeyan orang bantuin ya”.
“Boleh No ?” tanya Babeh dan Abah bersamaan tampak antusias.
“Boleh, asal jangan meme’nya saja sementara ini” jawab Pak Suparno ringan.
“Siap grak !, Huak hak hak, dicopy Bos” sahut Babeh riang gembira tertawa gila.
‘Wrrr…Rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr !!’. Dildo vibrator itu berputar dan bergetar sekaligus dengan maksimal.
‘wrrr…rrrrrrrrrr !!’, volume vibarator dikecilkan hingga berotasi minim. Pak Suparno menempelkannya di bibir vagina Diny kembali.
“Aaaaahhh !”, Diny mendesah, ia merasakan nikmat yang belum pernah dirasakannya. Batang berujung bundar itu menggelitik, sementara para bandot menyerang dengan cumbuan.
Pak Suparno meraih payudara kanan Diny dengan mulutnya, sebelah tangannya meraba paha. Abah mencupang leher dengan kedua tangan menangkup bongkah pantat. Babeh menjambak Diny hingga terdongak untuk dipaksa berpagutan, sesekali lidahnya menjilat pipi Diny yang putih mulus.
“Nyam, nyaam…cup !, manyis kayak orangnya hihihi, Slurrph.Cuph !” celoteh Babeh.
“Emm..Aaaahh, Ssst Aaaaaahh..Sssst Aaaaaaaaaahhh !” desah Diny dirangsang Mandi Kucing oleh para bandot, buatnya merinding kenikmatan.
Pak Suparno menggoyang berputar Dildo di bibir vagina Diny naik turun. Leher Diny yang di cupang Abah memerah. Sementara Babeh, tak jemu menjilati pipinya sambil berceloteh manis.
 “Haaahh…Haaaahh…Hhaaaaaaahh…!” nafas Diny berat diambang orgasme. “Iyaahh… IyYaaaaahHh !. Pak Suparno mencampakan Dildo yang membuat Diny blingsatan, dan secepat kilat membenamkan wajahnya ke memek Diny.
“Sshrrpph…Sssrrphh cep cep enak, Sluuurrpph..Aah, Ee’!”, Pak Suparno bertahak, rasa dahaga birahinya sirna berkat menenggak jus cinta Diny.
Abah dan Babeh pun tertawa mendengar tahakan itu. Tubuh Diny ambruk, namun ditahan para bandot, mereka mendiamkannya sesaat mencari tenaga. Tentu tangan mereka tak berhenti menggerayang.

“Gimana No…gurih ?” tanya Abah cengengesan.
“Wuih, manis ‘Un bukan gurih lagi, Brrr !”, Pak Suparno meniru orang kedinginan. Abah dan Babeh menyambut kembali dengan gelak tawa.
“Pipinya aja manis…apalagi memeknya” ujar Babeh.
“Tolong dong”, Pak Suparno meraih Vibrator yang tadi dicampakkannya ke lantai.
Diny yang masih berburu udara, hanya bisa pasrah memejamkan mata. Abah dan Babeh memeganginya agar tidak melawan. Pak Suparno menekan masuk vibrator itu ke vagina Diny, Bleess !!.
“Auhh…pak.Hggh…Angghh !” erang Diny karena belum terbiasa dengan benda aneh di vaginanya.
Mereka melepaskan tubuh Diny yang kelojotan dari berlututnya untuk menyesuaikan diri. Berhasil, wajah Diny yang tadi meringis, kini terlihat horny. Para bandot yang sudah berpengalaman itu tahu benar, Abah dan Babeh segera menjejer Sabrina dan Dimar berentet tiga. Mereka berjoget sambil menggoyang remote siap untuk bermain. Ketiga gadis cantik jelita itu menggeleng kepala sebagai ungkapan ‘jangan dilanjut !’.
“Gimana kalo kite tarohan ?” usul Abah, para gadis putus asa mendengar itu.
“Boleh…siapa takut” sahut Babeh seenaknya, seharusnya Sabrina yang ditanya.
“Gimana aturannya ?”, Pak Suparno bertanya.
“Gini, yang kalah…cewenya boleh dientotin sama yang juara 1 & 2, yang juara 2 boleh ngentotin yang kalah, tapi gak boleh ngentotin yang menang…yang menang berhak atas semua, bayarannya senin gimana ?”, ide cabul brilliant Abah satpam sekolah.
“Boleh-boleh, seru tuh huak hak hak”, tawa Babeh serasa pemenang saja. Pak Suparno sedikit keberatan dengan pembagian jatah Diny, ia terdiam sejenak.
“Udahlah No, cepet ato lambat memek Diny bakal gua pake’ juga” hasut Abah agar Pak Suparno melunak, TU biadab itu berpikir lagi.
“Iya deh”, Pak Suparno terhasut.

Babeh dan Abah menyeringai, tentu Dimar dan Sabrina lebih berpengalaman dalam hal ini.
“Ok, kalo begitu semua siap…satu..dua..ti”. ‘Wrrrr…Rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr !!’. Dildo vibrator beraksi.
“Aaaahh…Aaaaaaaaaaaaahhhh !!”. Para gadis berkelojotan, pinggul mereka bergoyang seksi, lendir vagina mulai membanjiri lantai.
Vibrator mengaduk-aduk isi liang yang renyah merah merekah. Getaran tubuh mereka seirama dengan getar vibrator tersebut. Nikmat, nikmat sekali apa yang dirasakan Diny. Ini hal pertama dalam hidupnya dipermainkan sedemikian rupa, baru pernah vaginanya. Pak Suparno yang baru pertama kali mempermainkan Diny seperti ini lupa mengecilkan volume. Sedangkan Abah dan Babeh tangkas, curang lantas mengecilkan volume, jadi yang mengerang paling keras disitu Diny. Meski baru saja orgasme, rasa seperti diaduk-aduk buatnya cepat kembali menggapai klimaks. Diny pun melejang-lejang kenikmatan, Pak Suparno mematikan alat itu agar budak seksnya menikmati orgasmenya. Walaupun kesal berarti Senin harus gigit jari menyerahkan budak barunya tersebut. Abah dan Babeh langsung Tos. Diny ambruk karena ini sudah orgasme yang kesekian kalinya, Pak Suparno menangkap dan merebahkannya di lantai. Sabrina menyusul, baru Dimar setelahnya. Pekerjaan sampingan Dimar buat dia lebih bisa bertahan. Abah sorak sorai gembira bukan main, hari Senin dia akan dapatkan memek Diny dan Sabrina selain Dimar budaknya sendiri. Babeh setidaknya bisa menggarap Diny dan Sabrina.

<#><#><#>
Mendekati ejakulasi, mata Mang Engkos melotot menyeramkan. Bibir tebalnya ternganga pamerkan ketonggosan gigi. Racauannya sangat kotor, menunjukkan jati diri yang sebenarnya. Shinta pun di ambang orgasme, ia lempar taplak meja yang digigitnya. Mang Engkos melesakkan dalam-dalam, hingga meja terseret ke depan. Tukang bersih kakus itu kelojotan tak tentu arah merasakan nikmat ejakulasi dari gadis obsesinya. Shinta sendiri mengucurkan lendir hasil orgasmenya, tubuhnya bergetar. Mereka berdua melepas lenguhan penuh kepuasan. Mang Engkos duduk di bangku guru untuk istirahat sejenak sehabis memisahkan diri. Shinta berbalik rebah di meja mencari oksigen. Gilanya, Babeh malah konak melihat Shinta meski tubuhnya porak poranda. Sambil mengocok penisnya, Babeh mendatangi Shinta. Shinta sudah tidak bertenaga, hanya mampu menangisi nasib dalam hati, kepalanya bergeleng ke kanan dan kiri seolah-olah berkata tidak pada pemerkosa yang menghampiri. Ia berusaha menahan niat kotor itu dengan menggerakkan kedua tangan menutup daerah incaran, meki.
“Oi, oi…mau apa Beh ?!” tegur Mang Engkos, tahu maksud Babeh.
“Mau ngentotin Non Shinta-lah, emang ngapain lagi ?!” jawabnya ringan.
“Waduh…jangan dong !. Neng Geulis saya ini”, Mang Engkos keberatan. Hati Shinta sejenak terasa sejuk adem ayem mendengar kata-kata Mang Engkos, bagai Pangeran kuda putih yang mencoba melindungi Tuan Putri.
“Alaah, dia tuh sama ama nyang laen…cuma perek” ujar Babeh.
“Biar perek ya perek saya, bukan perek Babeh…Babeh kan udah punya Neng Sabrina”.
“Jangan curang lu, emang gua kagak tau…Parno bilang lu semua juga pada tukeran pan, masa gua kagak boleh !” protes Babeh keras.
“Eeh, udah-udah…edan sampeyan semua, gara-gara memek pada bertengkar…kita tuh mustinya kerja sama bukan rebutan memek gini” sela Pak Suparno menengahi keributan.
“Kos, udah…ngalah sama Babeh, dia kan orang tua disini” nasihat Abah.
“Iya tapi kan…Neng Dimar aja tuh, saya masih pengen”, Mang Engkos membela diri.
“Gua udah pernah ngentotin Non Dimar, Abah aja ngasih !” ucap Babeh keras sambil melotot.

Mang Engkos ciut melihatnya, ternyata ia hanya bertenaga besar terhadap gadis, giliran ditantang sesama lelaki kecut.
“Maang, tolongin Shinta Mang !” pinta Shinta pada Pangerannya yang bergigi tonggos.
“Neng Shinta, kasih Babeh kesempatan yah” kata si Pangeran yang ternyata pecundang.
Shinta menitikkan air mata, baru saja dia senang dengan pembelaannya, tapi harus kecewa. Shinta bagai Istri yang diminta Suami untuk pengganti bayaran hutang saja.
“Non Shinta ayuu…punya kita musti kenalan nih hihihi”. Babeh tertawa cekikikan menggoda Shinta.
Sedikit telat untuk berontak, tapi Shinta tetap mencoba melindungi kewanitaannya. Walaupun sudah lemas, ia tidak mau mudah disetubuhi begitu saja. Shinta bergerak mundur, sayang dia hanya gadis manis lemah gemulai, tangannya ditangkap Babeh yang kemudian dicengkram sebelah tangan. Babeh menuntun penisnya mendekati vagina, Shinta terus bergerak melawan secara naluriah wanita. Babeh merasa kesulitan dan kesal.
“Hiih !!” geramnya, membalikan tubuh remaja Shinta hingga school idol itu mengaduh.
Tubuhnya dipaksa tengkurap di meja oleh Babeh untuk dinikmati habis-habisan. Tubuh itu miring kesamping, terlihat semakin menggiurkan di mata mesum Babeh, karenanya ia makin bernafsu. Dengan satu gerakan lagi, Babeh membalik Shinta hingga telungkup total. Babeh menarik kakinya agar bagian pinggul ke kaki mengambang, sehingga Shinta tidak bisa berontak.
“Jangan Beh…Iyaaah !”. Cruukk !, jari Shinta mencakar meja, bertahan agar Babeh gagal menyenggamainya.
Tapi apa mau dikata, kejahatan selalu menang melawan kebaikan di dunia nyata. Babeh persis tukang minyak tanah yang mendorong gerobak di jalan, nafsu besar buatnya kuat memanggul Shinta hanya dengan sebelah tangan, sebelahnya mengarahkan penis. Babeh mendorong masuk penis sedalam mungkin hingga amblas seluruhnya. Zlebb !.
“Bujug, Nngh…pantes lu doyan ‘ma nonoknye Kos, Hnggh…liat beneeer !” oceh Babeh dengan nafas sesak, lantaran penisnya terjepit vagina Shinta yang sempit legit.

Tanpa buang waktu lagi, Babeh langsung menggenjot penuh nafsu. Rekan-rekannya yang sinting memberikan semangat seperti sedang nonton pertandingan bola di Tv saja. Edan memang para binatang berwujud manusia itu, Babeh makin bersemangat jadinya. Biar bagaimanapun, Shinta salah satu gadis remaja yang pasti dipantau seluruh bandot di sekolah, termasuk Babeh. Mang Engkos panas menyaksikan budak obsesinya disetubuhi gila-gilaan di depan matanya, ia beranjak mendekati Sabrina yang duduk bersimpuh di lantai terikat. Sabrina takut melihat mimik Mang Engkos yang terlihat garang, kelihatan sekali ia ingin membalas perlakuan Babeh melalui dirinya. Mang Engkos melewati Diny, Dimar, Abah dan Pak Suparno yang hanya menggeleng kepala tahu apa yang akan dilakukan olehnya.
“Sakit Mang, aduuh !” keluh Sabrina, karena si tonggos itu menarik kasar lengannya.
“Berisik lonte”, dengan sinting, Mang Engkos menjambak Sabrina dan menyeretnya ke meja deret kedua dekat pintu. Gadis blasteran yang wajahnya mirip Cornelia Agatha itu hanya bisa mengaduh, Gabruk !!.
Tubuh seksi Sabrina dilempar dengan kasar ke meja bagai melempar barang yang sudah usang, Sabrina nungging di pinggir meja. Mang Engkos tidak mengindahkan permintaan ampunnya, dia gelap mata dan geram dengan perlakuan Babeh ke Shinta. Babeh menoleh sejenak ke arah Sabrina karena sedikit gaduh. Kakek itu lantas mengomel tak jelas lihat Mang Engkos menampari pantat Sabrina hingga bilur kemerahan. Dia semakin gahar menyodok, terlalu bernafsu, lupa betapa sempitnya vagina Shinta. Alhasil, persetubuhan pun tak berlangsung lama. Mendekati klimaks, Babeh melepas papahannya di paha Shinta, menyodok deras sambil meracau jorok.
“Gile nonok lu…gile nonok luu…gile nonok lu.Hggh Hnggh !” geram Babeh menjambak rambut terkuncir Shinta seraya melesakkan penis dalam-dalam, hingga Shinta terpentok nungging di pinggir meja, CROTT !!.
Penis Babeh berkedut-kedut, sperma menyemprot berkali-kali. Babeh menganga dengan lidah terjulur dan keluar liur menikmati ejakulasi. Shinta harus kembali pasrah vaginanya disembur lagi mani pria yang tak bertanggung jawab.
“Ooh, Non Shinta udah kece legit nonoknye”, celoteh Babeh penuh kepuasan sambil menarik keluar penisnya dari memek Shinta, sperma tercecer di lantai. Kakek penjual jajanan kantin itu mengistirahatkan tubuh tuanya di sebuah kursi.

<#><#><#>
Babeh selesai, Mang Engkos baru saja mulai. Plaakk !!. tamparnya di dubur Sabrina, Sabrina mengaduh kesakitan.
“Diam lonte…berisik !” bentak Mang Engkos lagi. Sabrina takut melihatnya melotot sangar, ia membuang muka.
“Aawh, ampun Mang udah.Aawh !”. Mang Engkos dengan keras kembali menampar pantat Sabrina terus berulang-ulang.
Tukang bersih kakus itu baru berhenti saat Babeh datang menghampiri, mereka bertukar pandang dengan penuh kebencian satu sama lain. Para gadis benar-benar diperlakukan seperti pelacur, setelah puas seenaknya ditinggalkan. Mang Engkos tambah kesal melihat vagina Shinta memar tak berbentuk. Begitu juga Babeh tak kalah kesalnya melihat pantat Sabrina bilur merah tergores sedikit keluar darah.
“Eh, tunggu dulu Kos” sergah Pak Suparno, melihat adanya perselisihan yang tidak sehat bagi kerja sama mereka, sebagai sesama ‘Tuan’ tentu harus kompak pikirnya.
“Ada apa Bos ?”.
“Gini…saya lihat sampeyan sama Babeh bersitegang”.
“Abis Babeh sih duluan…” keluh Mang Engkos.
“Udahlah Kos…kan udah dibilang, kasih kesempatan orang tua…lagian dari awal saya udah bilang sama kowe orang, musti siap bagi-bagi jatah”, nasihat cabul Pak Supano.
“Betul itu” sela Babeh merasa dibela.
“Nah, buat Babeh…kudu liat dulu situasinya, jangan main serobot depan mata. Minta ijin dulu sama yang punya !” sela Pak Suparno mengenengahkan, seolah tidak memihak salah seorang diantara mereka.
“Iya tuh…gitu dong, baru adil” ujar Mang Engkos merasa terbela juga.
“Nah, berarti dua-duanya salahkan…ya udah, kowe orang kudu baikan. Kita kan musti bersatu kalo mau nguasai lonte-lonte ini. Kalau kita kepecah belah, mereka nanti pada lari” terangnya. Semua terdiam sejenak, Babeh dan Mang Engkos saling tatap.

Keduanya pun damai bersalaman.
“Maaf  ya Beh tadi…saya jadi emosi”, Mang Engkos meng-awali.
Ternyata sebagai cleaning service, ilmu etikanya cukup baik dimana orang yang lebih muda harus mengalah untuk minta maaf terlebih dahulu pada yang lebih tua, meski yang muda bukan yang pertama salah.
“Iya, gua juga maap yak…laen kali gua nunggu penawaran Non Shinta dari lu dulu, baru gua sikat…kalo lu mau Non Sabrina bilang aja ya”.
“Sip deh…mulai sekarang, Babeh juga bilang aja kalo mau Neng Shinta Ok”.
Keduanya lantas menyeringai, dua individu yang berkolaborasi dalam satu visi dan misi, sayang dalam hal mesum. Sementara Shinta dan Sabrina makin putus asa mendengarnya.
“Nah, gitu dong…baru temen, jangan temen makan temen” ledek Pak Suparno, semua bandot disitu tertawa kemenangan, sebaliknya para budak makin putus harapan karena para tuannya semakin solid.
“Oh iya…kita ke sebelah yuk sekarang” ajak Pak Suparno.
“Emang ada ‘paan disane ?” sahut Babeh sebagai orang baru. Diny yang juga ‘barang’ baru ikut bertanya-tanya dalam hati, apa maksud TU biadab itu.
“Oh…itu, ada yang pesta ngewe juga kaya kita gini” jelas Mang Engkos.
“Bujug buneng, ada siape lagi…wah-wah, parah lu No…masa cuman gua yang kagak lu kasih tau” keluh Babeh.
“Eheheh, maaf deh Beh…ini dikasih tahu, mangap yak”, Pak Suparno cengengesan.
“Ada siape disane ?” tanya Babeh penasaran.
“Oh, ada Neng Anggi..Neng Lita..Neng Orin…”
“Anggita Katalina, Shelita…Maureen ?, Ah nyang bener lu Kos…gua naksir banget ‘ma tuh cewek tiga, anak SMEA pan ?” tandas Babeh antusias memotong bicara.
“Yee, Babeh sih semua ABG juga demen” ledek Mang Engkos disambut gelak tawa.
Dalam kelelahan tubuh, Diny mencatat dalam hati karena ada hal baru lagi. Nama-nama itu dikenalnya sebagai Genk Orin, tiga pelajar SMEA yang terkenal cantik, bahkan membuat beberapa siswa SMA berlomba untuk memilikinya.

“Heh heh heh sialan, gua serius juga…suer lu Kos ada tuh perek tiga ?” tanya Babeh lagi penasaran penuh kemesuman.
“Iya, makanya denger dulu saya ngomong…belum selesai juga”.
“Iye deh”.
“Neng Anggi…Neng Lita…Neng Orin…Neng Fisti…Neng Nancy…Pak De Us us… Me”.
“Us us tukang parkir ?” sela Babeh.
“Iya ah jangan dipotong dulu, nafsu bener”, Mang Engkos gemas, yang lain tertawa.
“Eeh iye ye gua lupa, terusin Tong !”.
“Pak De Us us, Memet, Bari sama Pak Kasman…ada lagi saya nggak kenal”. Diny terenyuh mendengar nama kedua sahabatnya, Fisti dan Nancy disangkanya menjadi korban juga.
“Bujug, parah lu semua..orang luar kayak Memet malah dikasih memek…si Bari juga nih, dasar anak durhaka…Bapak sendiri gak dibagi jatah, gak dikasih-kasih tau acan…Dedemit dasar” omel Babeh kesal.
“Bukan gitu Beh, ada jalannya…kayak Babeh sama saya aja, prinsip kita kan kalau bisa nambah lonte tapi jangan nambah pejantan. Soalnya ribet kayak Babeh sama Engkos tadi, rebutan memek jadi berantem” terang Pak Supano sok bijak.
“Yaah elu No, sohib gua…kalo nyang laen sih masa bodo…tapi gua pan salah satu yang dituain disini…kudu wajib dikasih jatah dulu, umur gua pan ‘gak lama lagi” ujar Babeh.
“Nah, justru karena enggak lama lagi itu…tobat Beh, malah mau nambah memek”, ledek Mang Engkos lagi dan semua ketawa terbahak-bahak.
“Udah udah, ngalor ngidul aja sampeyan…yuk kesana” gagas Pak Suparno.
“Ho-oh deh nyok kesane !”, Babeh bersemangat, diikuti yang lain.

<#><#><#>
Pak Suparno membentak keras Diny agar bangun, Mang Engkos membangukan Shinta yang masih terkapar. Abah menyadarkan Dimar yang masih telungkup di lantai dengan menampar pipi pantat dan menjambaknya. Babeh menepuk pipi Sabrina kecil-kecil agar bangun bersiap diri. Tali yang masih mengikat tangan di lepas.
“Semua pada bawa ?” tanya Pak Suparno mengenai strap hitam berantai yang dikenakan Diny untuk dilingkarkan di leher budak seks masing-masing.
“Bawa Bos” sahut yang lain. Pak Suparno mengangguk bagai Guru yang senang karena PR darinya dikerjakan semua anak didiknya.
Setelah itu, semua bandot melepas pakaian mereka. Urutan dari kiri Sabrina, Diny, Shinta dan Dimar, dipaksa merangkak bertumpu pada kedua telapak tangan dan lutut. Pakaian yang masih melekat berikut sarung tangan putih khas paskibraka ditanggalkan, celdam hitam yang masih tersangkut diloloskan dan para bandot memakainya di kepala. Leher dikalungkan gelang budak bertali rantai. Syal merah putih yang terkalung di leher, dilepas dan diikat melingkar di lengan kanan, hingga warna putih merahnya kontras, menambah ke-empat gadis itu semakin seksi dipandang. Jadilah para bidadari didandani para iblis. Tali rantai dipegang masing-masing ‘Tuan’. Puas sekali nampak para bandot, menatap budak seksnya dandan ala pelacur berkali-kali. Tanpa bosan mereka berceloteh,
“Ck ck ck, cantiknya…seksinya anak-anak sekarang ya” komentar mesum para penjahat kelamin berumur tersebut, sambil mengocok penis dan menggerayangi penuh nafsu.
Diny sekilas menatap penuh kekecewaan pada Shinta, kakak kelas yang di-idolakannya itu. Tadinya ia ingin mengutarakan masalah ini dan meminta solusi, selain cantik Shinta memang dikenal sebagai gadis smart. Tapi melihat dia sendiri dalam kesulitan, Diny pun berpaling kecewa. Shinta membuang muka tak enak, mereka sudah seperti kakak beradik hingga membuat iri beberapa teman Diny yang juga ingin dekat dengan Shinta.

Diny berpikir ulang bahwa tak boleh dia bersikap seperti ini. Shinta pasti sama seperti dirinya, tidak menginginkan aib menjadi runyam. Maka, Diny pun kembali menatap Shinta dengan senyuman, Shinta balik membalas. Disaat semangat hidup kembali berkobar, Pak Suparno tiba-tiba berteriak sinting.
“Siap grak, Pereeek jalan !”. Plaak !, Diny mengaduh sakit pantatnya ditampar keras TU bejat itu.
Wajah Shinta, Dimar dan Sabrina meringis. Pilu dan ngilu mendengar bunyi tamparan berikut jerit derita teman sependeritaan mereka. Plaaak ! terdengarlah jerit susulan dari mereka. Rupa-rupanya Pak Suparno memberi ispirasi bagi bandot lain untuk mengikuti. 4 pasang Beauty and the Beast itupun berjalan menyusuri sekolah. Pemandangan ini lebih mengenaskan dari yang pertama. Kali ini ada 4 gadis seksi merangkak dengan 4 pria tua mesum dibelakangnya, mengenakan celdam para gadis itu di kepala. Mereka tertawa budaknya yang seperti binatang piaraan saja. Vagina memar belepotan sperma terlihat dari belakang, mengundang olok-olok yang merendahkan. Para bandot itu bahkan membanding-bandingkan, siapa diantara para budak yang paling belepotan. Mereka terkadang gemas menampar pantat yang bergelombang seksi, karena tubuh bergetar akibat rasa malu dipandangi dari belakang berposisi merangkak nungging. Terutama Diny, ini hari pertama jalan seperti ini bersama teman-temannya yang terkenal sangat cantik di sekolah.
“Stop !” teriak Abah menghentak tali rantai Dimar, hingga si cantik semok itu berhenti, yang lain otomatis mengikuti.
“Kenapa ‘Un ?” tanya Pak Suparno.
“Gua punya ide nih No, huehehe” seru Abah cengengesan, membisik sesuatu ke telinga Pak Suparno.
Para budak menanti dengan jantung berdegup kencang, Pak Suparno tersenyum cabul mendengar ide brilliant lagi dari Abah.
“Bagus, ya udah sana cepet !” kata Pak Suparno, Abah berlari kecil kembali ke kelas.
“Oi, ada ‘paan sih ?!” Babeh penasaran. Pak Suparno hanya menyeringai, Mang Engkos garuk-garuk kepala karena ikut penasaran. Tak lama Abah pun kembali dan para bandot semuanya cengengesan. Para bidadari yang penasaran menoleh satu-persatu.

(Oh No), batin Diny. Semua gadis kembali memalingkan wajah menggerutu yang dalam keadaan tak berdaya karena penderitaan birahi akan bertambah.
“Saya kira ada apa hihihi boleh juga sih” komentar Mang Engkos.
“Nih satu-satu, biar pada punya buntut huehehe” gagas Abah cabul.
Segera, para bandot menyepak lebar kaki gadis, memasukkan dildo penis ke vagina masing-masing budak. Pak Suparno ke Diny, Abah ke Dimar, Mang Engkos ke Shinta dan Babeh pada Sabrina. Para bandot tersenyum saat mendorong dildo masuk. Blessh !, begitu mudah amblas karena vagina dipenuhi jus cinta dan sperma. Tubuh ke-empat gadis itu mengejang. Lidah mereka sedikit terjulur, gambaran betapa lezat moment tersebut. Satu sisi merasa benci dibudaki secara tidak manusiawi, sisi lain menikmati diperlakukan seperti ini. Kontradiksi hati yang takkan pernah terampungi. Setelahnya, para bandot melumuri pelumas ke sekujur pantat, lalu memasukkan rentetan bola karet yang semakin ujung semakin besar, sebesar bola Pim-pong ke dalam pantat. Para gadis mengerang, Diny yang bersuara paling lantang karena ini yang pertama kali baginya. Para bandot terbahak-bahak melihatnya, Plaakk !!.
“Ayo lonte, jalan lagi !. Ayooh !!” bentak para bandot, ke-empat gadis itupun merangkak lebih lanjut. Namun baru selangkah…“Aaaaaaahhh…Yahhhhhh..Sssshh !!”.
Para gadis mendesah nikmat bersahut-sahutan, kepala tertunduk dan tubuh bergetar. Para bandot tertawa brengsek, menampar pipi pantat dan juga pangkal dildo, hingga membuat tubuh seksi para gadis semakin bergetar hebat. Sungguh keadaan yang mengenaskan namun menggairahkan. Setelah para gadis itu bisa menyesuaikan diri, barulah mereka kembali merangkak menuju lokasi penyiksaan birahi berikutnya.

<#><#><#>
Baru beberapa langkah, ada sesosok Aki-aki sedang menarik gerobak sampah berwarna oranye persis gerobak SOR, menggenggam ikat pinggang hitam, tak jauh dari tempat keempat pasang beauty and the beast. Gerobak itu terlihat bersih karena bukan sampah yang ada di dalamnya. Melainkan lima gadis cantik berpakaian basket dengan wajah serta tubuh kulit putih salju bermandikan sperma. Pakaian basket itu berwarna merah menyala, headband pink melingkar di-jidat, kunciran rambut hitam di-pergelangan tangan kiri dan kalung budak bertali rantai. Rambut sebahu yang biasa terkuncir sudah tergerai acak-acakan, di beberapa tempat ada bercak sperma. Celana training hitam ketat tanpa celdam melorot ke lutut, dan yang paling menjadi pusat perhatian walaupun dari kejauhan adalah kewanitaan. Vagina para gadis itu diluberi sperma. Menggambarkan bahwa Aki-aki itu pasti tadi menekan penisnya dalam-dalam, muncrat hingga tak tertampung. Vagina tersebut hilang tak terlihat, hanya ada gumpalan cairan kental putih pekat yang menggunung, berkumpul di satu titik. Para bidadari berpakaian basket itu melempar pandang ke arah Diny Cs. Mereka mencengkram gerobak sampah besi yang mengurungnya, menatap sendu tak berdaya dari dalam bagai narapidana yang terkurung di balik jeruji. Angel in Cage !, istilah yang tepat untuk mereka. Dimana si penarik gerobak seorang Aki-aki tua renta bertubuh kurus, kulit hitam telanjang menjijikkan dengan penis tertidur lemas puas, sepuas yang terlukis di wajah pemiliknya. Puas dengan kemenangan, senang akan keberuntungan. Edan ! edan betul pemandangan tersebut, namun seksi sekali karena kontrasnya. Membuat ke-empat pasang beauty and the beast terpana menghentikan langkah. Diny menyebut sebuah nama dalam hatinya, (Ta..Tasya… M…), belum selesai dengan ketidak percayaannya, sebuah suara menyela.
Vika-Stacy & Mbah Katim
Vika-Stacy & Mbah Katim
“Ooi, Mbah… Mbah Katim”, panggil Mang Engkos pada Aki-aki yang merupakan tukang sampah komplek sekolah dari SMP-SMEA juga SMU, lebih tua dari Babeh sekalipun kira-kira umur 70 thn-an, karena itu pula dipanggil Mbah.

Si Aki mengenali suara yang memanggil namanya, dia menoleh dan menghentikan laju gerobak yang ditariknya.
“Dari mana mau kemana Mbah ?” teriak Mang Engkos.
“Mau ke gudang dari belakang…sekali-kali mumpung sepi ganti suasana, masa di gudang terus ngentotnya Hak hak hak hak” sahut Aki itu ringan sambil ketawa terbahak-bahak.
Seolah menyenggama basketball girl yang cantik-cantik itu seenak beruknya, sembarang, sesuka hati memperlakukan vagina mereka layaknya Bank sperma. Bebas menyetor kapanpun dan dimanapun. Kelima gadis itu terkenal di sekolah dengan sebutan Tasya ‘n the genk, dengan Anastacia ketua mereka sekaligus kapten basket.
“Gak ikut pesta sama kita-kita Mbah ?” tawar Abah berteriak.
“Enggalah..sampeyan aja, malam minggu enak pesta nonok sendirian hak hak hak !”sahut Mbah Katim tertawa jelek, jadilah dia sejelek-jeleknya makhluk.
Saat sedang asyik berbincang, dua gadis yang dikenal bernama Stacy dan Vika memanjat gerobak, hendak melarikan dari dari ‘tuannya’. Merasakan gerobak bergoyang, Mbah Katim refleks melayangkan ikat pinggang ke udara. Ctaaaarr !!!.
“Kyaaa !” jerit kedua dara jelita itu.
“Masuk !, mau kemana ?!” bentak Mbah Katim sambil berkacak pinggang dengan gagah. Stacy dan Vika langsung turun dari gerobak dengan wajah takut.
“Ta’ giniin memek sampeyan semalem suntuk sampe endak bisa pipis…MAU ?!” bentak Mbah Katim melotot sambil menunjukkan jari jempol terjepit ke arah kedua gadis itu.
Kelima bidadari itu menggeleng dan menjerit bernada tinggi. Mereka berpeluk erat di dalam gerobak, takut melihat kakek penguasa tubuh mereka marah besar. Keadaan itu terlihat bagai Gajah yang dikendalikan Pawangnya saja. Merasa budak seksnya sudah terkendali, Mbah Katim tertawa menyebalkan sambil berkacak pinggang lagi. Kemudian dia menoleh ke arah Diny dan bertanya dengan suara keras.

“No…itu baru ya ?” tanya Mbah Katim, melihat Diny langsung ‘on-line’, kejantanannya ingin segera mencicip ‘daging segar’.
“Iya Kang, nanti ya kalo mau coba…pasti ta’ kasih !” sahut Pak Suparno pada Kakaknya yang sama bejat itu.
“Ya wis ta’ tunggu, Hiya”, Mbah Katim menarik gerobak dan beranjak pergi.
Anggi-Maureen & Shelita
Anggi-Maureen & Shelita
Pak Suparno dan yang lain menatap penuh iri, sebab Mbah Katim jarang berbagi. Giliran budak seks orang dia sikat, budak seksnya dikuasai sendiri. Itulah yang membuat Mang Engkos ber-ego tinggi, dia lebih dekat dari Pak Suparno, Adiknya sendiri. Penyakit egois tidak berbagi budaknya menular ke Mang Engkos. Pak Suparno menampar pipi pantat Diny lantas menghentak tali rantainya, aba-aba untuk kembali meneruskan perjalanan. Tibalah mereka di penghujung jalan, tempat tujuan yang tak lain adalah sebuah ruang luas terbuka tempat latihan cheers. Dikelilingi bangku-bangku taman dan hijau tanaman. Cermin untuk melihat kesalahan gerak cheers di dalam ruangan itu, memantulkan beberapa pasang persetubuhan. Musik cheers ‘Magalena’ dari Sergio Mendez menambah hot suasana. Diny serasa di sebuah theater, hanya saja theater penuh adegan sex, ia berharap apa yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi. Ia melihat pemilik warung rokok depan sekolah Memet, sedang asyik menggenjot Shelita dari belakang, dimana disampingnya Bari dengan posisi sama pada Maureen. Dilihat dari mimik Shelita dan Maureen yang meringis sakit, tampaknya Bari dan Memet sedang berlomba, siapa yang lebih dulu Anal klimax, dialah yang menang. Di dekat situ, Anggita Katalina menaik turunkan tubuh-nya di atas penis Pak de Us-us tukang parkir sekolah sambil disandwich Egi, siswa yang terkenal nakal.

Tak jauh dari situ di bangku taman, terlontar sesaat pandangan licik dari Fisti dan Nancy kedua sahabat ke arah Diny dimana mereka duduk mengangkang berderet dengan vagina dilahap dan dijilati habis-habisan Pak Kasman petugas perpustakaan. Mereka berdua toss, seakan senang melihat Diny menjadi budak seks Pak Suparno. Kala itu, ia belum tahu apa kaitan kedua sahabatnya itu dengan kehadiran Egi satu-satunya pelajar, orang baru yang tidak dikenal Mang Engkos..Babeh dan Abah sekalipun, terkecuali Pak Suparno. Sambil melihat adegan yang berlangsung, Pak Suparno memainkan Dildo yang menyumbat vagina Diny maju mundur. Wajah gadis malang itu pun makin sayu terangsang. Ketiga bandot lain mengikuti apa yang dilakoni Pak Suparno ke masing-masing budaknya. Pak Suparno mengocok gencar hingga jus cinta Diny meluber keluar, ia tertawa menang. Tata usaha bejat moral itu mencampakkan Dildo dan mengganti dengan penisnya ke liang cinta Diny. Mereka berdua kembali bersetubuh untuk yang kesekian kali, yang tak dapat dihitung dengan jari. Pembantaian birahi besar-besaran berlangsung hingga malam hari, diterima para bidadari berstatus pelajar di sekolah itu. Hari terasa panjang, terutama bagi Diny yang baru pernah mengalaminya. Sinar mata Diny perlahan redup, seusai orgasme seiring muncratan sperma Pak Suparno di liang cintanya. 
END


Copyright © 2015 CERITA DEWASA Design by bokep - All Rights Reserved