Recent Posts Widget

Citra Side Story Bagian 1

http://cerita-porno.blogspot.com/2015/07/citra-side-story-bagian-1.html

Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari.
Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu hewani mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.


"Slurrrpp... Gede banget kontolmu paah... " Desah Anissa Rumina (22), seorang wanita mungil berpantat semok sembari mengoral penis suaminya yang berukuran ekstra besar, "Gak pernah bisa muat dimulutku pah..." 
"SSSshhhh... Mulutmu memang paling nikmat mah..." Bisik Seto Maryadi (24) sambil terus memegang belakang kepala istrinya, berusaha memasukkan seluruh batang penisnya dalam-dalam. 
"Gaaagg gaaagg gaaaaggg..." Suara yang keluar setiap kali penis besar Seto keluar masuk tenggorokan Anissa.
"Oooh enak banget tenggorokanmu mah..."
"Ssshhh... Entot aku sekarang yuk pah..." Pinta Anissa sambil meremas lembut batang penis suaminya. Sepertinya ia sudah tak mampu gelombang menahan birahinya. 

"Hehehe... Sabar sayang..." Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat.
"Jembutmu Mah... Selalu bisa bikin aku sesak nafas..."
“Hihihi... Lebet banget ya Pah..."
"Habisan aku males nyukurnya sayang..."
"Hehehe gapapa mah... Lebet-lebet tapi enaaaakkk... Sluuurrrppp..."
Ohh... oooohh... Paaahh... Terus Ppaaah... Nniiiikmatnya jilatanmu sayang... Aaaahhhh...." Erang Anissa yang semakin merasa keenakan karena jilatan dan tusukan lidah suaminya. "Yuk Pahh... Eentttot aku sekarang..."

Seto lalu beranjak dari vagina istrinya, dan menempatkan penis besarnya dilubang kenikmatan Anissa.
"Iya pah... Cepet masukin... Entot istrimu Pah...." pinta Anissa tak sabar.
Namun Seto sepertinya ingin menggoda istrinya, melihat istrinya menggelijang-gelijang seperti cacing kepanasan, ia hanya tertawa kegirangan. Ia malah menggesek-gesekkan batang penisnya maju mundur ke lubang vagina istrinya. Membuat penis besarnya mengkilat karena lendir kenikmatan Anissa.
"Paaahhh... Kok malah main-main siiihhh... Ayooo sayang... Tusuk memek Mamah..." Raung Anissa sambil tak sabaran. 

Karena Seto belum juga mau menusuk vaginanya, Anissa lalu bangun dari posisi tidurnya dan mendorong tubuh Seto hingga telentang. Dengan sigap ia lalu membuka pahanya lebar-lebar, meraih batang penis suaminya dan menempatkan kearah lubang vaginanya. Pelan tapi pasti, Anissa mulai menduduki batang penis itu dan memasukkan batang penis Seto ke lubang vaginanya. Sedikit demi sedikit ia menurunkan pinggulnya. 

Walau sudah 2 tahun menikah dan hampir tiap hari Anissa melakukan seks dengan Seto, namun untuk hal penetrasi seks, vagina mungilnya masih saja merasa kesulitan untuk dapat menampung penis besar suaminya . Vaginanya terlihat penuh dan sesak.

Tak berapa lama, batang panjang milik seto penis itupun tertalan semua. Terlahap habis oleh vagina mungil Anissa. ” Ohh... Paaahh.... Dalem banget… !” Oceh Anissa mulai kesetanan, “Kontolmu berasa nembus mulut rahimku... "
"Hehehe... Goyang Maahhh..."

Tanpa dipinta dua kali, Anissa segera menggerakkan pinggul semoknya naik turun. 
"OOooohh... enak banget sayang..." Erang Anissa, "Tempikku terasa penuh bangeeeett..."
"Enaaak ya Maaahh... Terus sayaaanng...."

Bak penyanyi dangdut, Anissa menggoyang penis Seto dengan hebat. Tak puas bergerak naik turun, ia pun menggerakkannya maju-mundur dan berputar. Ia menggiling batang kenikmatan suaminya tanpa ampun. Tak mau kalah, Setopun meremas payudara Anissa dengan gemas sambil memainkan putingnya yang semakin keras.

"Paaahh... Aku mau keluar pah.." Erang Anissa sambil mempercepat gerakan pinggulnya.
"Cepet banget Mah...?"
"Ya kalo dientot ama kontol sebesar punyamu.. Aku pasti cepet keluarnya sayang... OOooohhh.... " Jelas Anissa, "Isep tetekku sayang..."
Melihat istrinya akan mendapatkan orgasmenya, Seto lalu menuruti permintaan Anissa. Dalam posisi duduk ia lalu menjilati payudara istrinya. 

"Paah.. paaahh.. Aku keluaaaarrrr..." Jerit Anissa histeris. Seolah seperti naik kuda, Anissa menghajar batang penis Seto keras-keras. Menghempas-hempaskan vaginanya kearah kemaluan suaminya, "Paaaahhh.... Enak baaaaaannngggeeeettttt..." 

Saking enaknya, mata Anissa sampai terbalik, mulutnya menganga dan tubuhnya melengkung kebelakang. Sejenak, Seto mendiamkan Anissa. Ia membiarkan istrinya untuk menikmati kedutan enak di vaginanya. 

"Hehehe... Enak banget ya Mah..." bisik Seto.
"Hiya Paaah... Nyut-nyutnya nyenengin..." Balas Anissa sambil tersenyum puas.
"Yuk lanjut sayang... "Ajak Seto. Tanpa melepas penisnya yang masih tertancap dalam vagina Anissa, ia lalu merebahkan istrinya.
"Kamu aja dl yang gerak ya pah... Aku capek... Hihihi..."

Melihat istrinya yang sudah siap kembali, Seto lalu mulai menggerakkan penisnya maju mundur.
"Sempitnya tempikmu maaah.... Wuuueeeenak banget sayang..." Desah Seto sambil mulai mempercepat sodokannya. Walau vagina Anissa baru saja orgasme dan mengeluarkan cairan kenikmatan yang licin, tetap saja penis Seto merasa kesulitan untuk keluar masuk dengan mudah. Vagina mungil Anissa benar-benar terasa menjepit.
"Kontolmu juga enak pah..." Balas Anissa, " Sodok yang kenceng... Entotin tempikku sayang... Oooohhh ennaaakkk... " 
"Kata-katamu membuatku semakin nafsu sayang..." Puji Seto sambil mengecupi bibir Anissa, "Mirip pelacur murahan... Tapi aku suka.."
"Hihihi... Kamu suka ya sayang..." Goda Anissa, "Entotin aku Pah... Entotin pelacur binalmu ini..."
"Kamu memang nakal mah... Nakal banget..." 

Dengan nafsu yang menggebu-gebu, Seto semakin mempercepat sodokan penisnya.

PLOK... PLOK... PLOK...
Suara tumbukan kelamin mereka berdua. 

"Aaaauuuuhhh.... Sodok yang keras pah.. Sodok terus..." Racau Anissa lantang, "Entotin lebih keras lagi sayang...."

PLOK... PLOK... PLOK...

Seto menggerakkan pinggulnya dengan brutal, tusukan demi tusukan penisnya terhujam ke vagina Anissa dalam-dalam. Membuat tubuh mungil wanita cantik itu terdorong kedepan, hingga menabrak sandaran tempat tidur.
"Ohhh Iya begitu sayang.... Terus... Entot yang keras...Ohhh... Ohhh Nikmatnya kontolmu Paaahh..."
"Balik badan mah... Aku ingin ngentotim tempikmu dari belakang..."

Dengan nafsu yang menggebu-gebu, Anissa segera bangun dan memposisikan dirinya seperti anjing. Istri Seto ini membuka lebar kedua pahanya dan menunggingkan pantatnya tinggi-tinggi. Dengan satu tangan, ia menyibakkan bibir vaginanya lebar-lebar, memamerkan lubang kenikmatannya yang sudah berwarna merah dan berlendir. 
"Entot tempikku pah..." pinta Anissa sambil mulai menusuk-tusukkan jemari tangannya ke dalam vagina.
"Woaahh... Seksi banget kamu sayang..." Puji Seto, "Benar-benar mirip pelacur... Aku suka istri lonteku..."

PLAK... PLAK.. Tangan Seto lalu menampar kedua pantat semok Anissa dengan keras.
"Aaahhh... Sakit pahhh...." Erang Anissa.

PLAK... PLAK.. PLAK... PLAK..
Bukannya menghentikan tamparan tangannya, Seto malah berulangkali menapari pantat putih itu hingga berubah menjadi merah.
"Paaaahh... Saaaakiiiittttt..."
"Nungging yang tinggi mah... Aku udah nggak tahan..
Dengan kecepatan tinggi, Seto lalu menusukkan penisnya dengan kuat. Saking kuatnya, tubuh Anissa sampai terhempas menabrak sandaran tempat tidur.
"Aauuwww... Pahh... Sakiittt... 

Mendengar rintihan istrinya, semakin membuat Seto kalap. Dengan sekuat tenaga Seto malah semakin menghajar vagina istrinya dengan lebih brutal lagi. Sekuat tenaga Seto menusukkan batang panjang penisnya dalam-dalam.

"Terima ini mah.... Lonte seperti dirimu memang pantasnya disiksa seperti ini.... " Teriak Seto sambil menarik rambut Anissa dari belakang, mirip seperti joki ketika memacu kudanya. "Lonte sepertimu pantasnya disodok keras-keras..".

DUK...DUK...DUK...
Suara yang ditimbulkan oleh persetubuhan Anissa dan Istrinya.

"Iyaaah.... iyaaahh... enak Paaah.... Enak banget" Anissa meracau tak karuan. "Siksa aku paaahh... Siksa terus lontemu ini..." Tambahnya mesum.

Anissa sebenarnya adalah wanita baik-baik, seorang istri penurut dan juga pendiam. Namun semenjak ia menikah dengan Seto, perubahan mulai terjadi padanya. Terlebih ketika ia sedang bercinta, sisi lain darinya pun muncul dan menguasai pribadi kalemnya. Ketika bercinta, Anissa berubah menjadi seperti seorang pelacur murahan.

"Teruss paaahh.... Entot tempikku teruss.." Desah Anissa yang mulai menikmati perannya sebagai pelacur. Tangannya pun mulai meremasi kedua payudaranya yang bergantungan secara bergantian.

Melihat Anissa merasa keenakan, Seto mendadak menarik batang penisnya hingga terlepas keluar. Mendiamkannya sesaat, lalu menusukkan kembali dalam-dalam
"AAARRRGGGGHHHH... Paaaahhh..." Jerit Anissa
"Rasakan ini mah... Rasakan kontol kerasku..." Lagi-lagi Seto mencabut batang penisnya, lalu menusukkannya dengan keras ke vagina Anissa.
"Oooohhh.... Iyaaa pah.... Terusss.... Lebih kenceng lagi nusuknya... Lebih kenceng lagi sayaaang..." Pinta Anissa, alih-alih merasa kesakitan, Istri Seto ini malah keenakan 

Tiba-tiba, ketika Anissa sedang merasakan kenikmatan, Seto memasukkan jempol tangannya ke dalam lubang anus istrinya.

"Woooohhh.... Paaah kamu ngapain... " Rintih Anissa sambil menengok kearah suaminya yang terus memompa penisnya, "Jangan kobel anusku sayaang... Joroookkk..." 
"Jorok apanya? Wong rasanya enak begini kok jorok..." Ucap Seto sambil menjilati jempol yang bekas ditusukkan ke anus Anissa, "Aku jadi pengen nyodok bo'olmu Mah..."
"Iya sayang... Sodok ajaaaahhh... OOoohhh..." Racau Anissa, terlena akan kenikmatan baru, "Aaarrhhhh... Sayaaangg....Ennaaaak baaangeeeettt..."
"Tapi nggak sekarang yaaaa... Besok-besok saja..."
"Hoo'ooh sayaaang...." Jerit Anissa yang menjadi semakin liar 
"Sempit banget tempikmu maaah...Legiitt..."

PLAAAK... PLAAAK... PLAAAKKK...
Lagi lagi Seto menampari pantat putih istrinya 

"OOOhhhhh paahh... Aampuuunnn..." rintih Anissa "Aku bener-bener mau keluar..."
"Tahan sayaaang... kita keluar bareeeng...."
"Ayooo paaahh Aku sudah nggak kuat lagi..." Erang Anissa yang tak kuat lagi gelombang orgasmenya yang akan datang. Dengan mencengkeram payudaranya keras-keras istri Seto itu pun akhirnya berteriak lantang 
" Aaku keeluuuar Paaahhh..."
"Kita keluar bareng sayang... " ucap seto tak kalah lantangnya "AARRRRGGGGHHHHH...."

Kelojotan. Tubuh mereka berdua seolah terkena arus listrik ribuan volt. Saking puasnya, mata nissa kembali terbalik-balik dengan mulutnya menganga. Orgasme yang ia rasakan kali ini lebih hebat dari sebelum-sebelumnya. Kali ini tubuh Anissa bergetar lebih hebat, sampai-sampai vaginanya menyemburkan lendir kewanitaannya.

Terengah-tengah sambil mengatur nafas, tubuh Seto ambruk menimpa Anissa. Mereka terdiam sembari menikmati pijatan kelamin masing-masing. Menikmati orgasme pagi.

Setelah itu, hening. 

***
Tak jauh dari tempat Anissa dan Seto melampiaskan nafsu birahi mereka, terdapat pula sepasang suami istri yang sepertinya tak mau kalah. 

"Memek kamu legit banget Dek..." Ujar Marwan Sudiro (32) merem melek, "Bikin aku cepet keluar..."
"Tahan maaasss.... Adek masih pengen disodok lebih lama lagi..." Jawab Citra Agustina (26) sambil terus menjilati puting payudaranya.
"Aku udah ga kuat lagi Dek... Mas mau keluar..."
"Tahan Mmasss... Sodok memek Adek Mas... Teruusss..." Rintih Citra, "Kamu harus bisa mengalahkan kehebatan Seto..."
"Husshh..." Sewot Marwan
"Hihihi... Maap..." Balas Citra sambil menutup mulutnya, seolah itu adalah sebuah keceplosan biasa.
"Kalo bahas-bahas dia, Aku nggak mau nerusin ah...." Ucap Marwan sambil mencabut penisnya dari vagina Citra..
"Iya... Iya... Maa'aaafff... Yuk terusin Mas..."

Memang, sejak kepindahan Anissa dan Seto beberapa tahun lalu, membuat kehidupan seksual sepasang suami istri ini berubah drastis. Citra dan Marwan menjadi sangat menyukai seks. Entah karena mereka terangsang karena teriakan-teriakan Anissa dan Seto yang selalu terdengar jelas setiap kali mereka bersetubuh, atau memang karena nafsu mereka yang sangat besar. Namun, satu hal yang tak disukai Marwan kepada Istrinya adalah ketika ia membanding-bandingkan dirinya dengan suami Anissa.

"Aku nungging ya Mas..." Ujar Citra sambil merubah posisinya, "Kamu sodok memek aku dari belakang..." 
"Janji yaa nggak bahas dia lagi ketika kita beginian..."
"Hhihihi... Iya masku sayaaaang... Ayo ah... Buruan.... Sodok memek Adek lagi Mas…” ucap Citra sambil mulai meliuk-liukan pinggulnya, mencoba menarik perhatian suaminya. "Ayo Mas.. Tancepin..." Katanya lagi sembari menjilati puting payudaranya yang menggantung indah.

Melihat godaan istrinya, Marwan pun luluh. Terlebih melihat pantat putih dan payudara super besar istrinya yang bergelantungan. Buru-buru ia segera memposisikan penisnya di mulut liang senggama istrinya

BLESSSS...

Penis kecil Marwan masuk dengan mudah.

"OOhhhhh... Massss... Iya begitu.... Sodok terus Masss.."

Namun karena di sesi sebelumnya Marwan sudah akan orgasme, tetap saja, kali ini pun sepertinya Marwan tak sanggup lagi menahan orgasmenya lebih lama. Karena tak beberapa lama kemudian, tubuhnya mulai bergetar dan meremas pantat Citra kuat-kuat.
“Aku nggak kuat lagi dek...” Bisiknya pelan " Aku mau keluar… " Ucap Marwan
"Looh Mmasss.. Jangan dulu... Adek belum ngerasain enaknyaaa..."
"Suudaaah Deeek... Aku udah nggak kuat... AKU KELUUAAARRR...." Teriak Marwan sambil ambruk kedepan menimpa tubuh Citra.

CROOT...CROOT...CROOT...

Enam semburan sperma hangat langsung menerobos liang vagina Citra. "Yaaahhh… Masss... Kok keluar duluuaaannn..." Ucap Citra kecewa, "Belum juga berasa Mas....Aku khan juga pengen ngerasain enak..."

Tak beberapa lama penis Marwan pun mengecil dan terlepas dari vagina Anissa. 

PLOP

Bersamaan itu pula, Marwan langsung menjatuhkan diri diri disamping tubuh istrinya, mencoba mengatur nafas sambil tidur terlentang. Dan seperti biasa, entah kenapa setiap selesai melakukan persetubuhan, Marwan selalu merasa sangat mengantuk. Perlahan, kelopak matanya mulai berat. 

Dilihatnya jam dinding masih menunjukkan pukul 5 pagi. "Capek sekali ya Dek... Sepertinya waktu masih cukup untuk istrirahat... Mas tidur sebentar ya Dek..." Bisik Marwan sambil mengecup pipi Anissa. "Ntar sebelum kamu berangkat kerja, bangunin Mas ya..."
“Yaaah... Mas… Kok malah tidur sih? Ayo lagi Mas…” pinta Citra “Aku khan masih belum dapet enak..." 
"Istriku sayaaaang.... Mas udah capek.... Ntar sore aja lagi ya disambung lagi..."
"Tapi adek masih pengen Mas...."

DUK DUK DUK
Tiba-tiba, terdengar suara dari sebelah rumah.

"Mas Seto sudah mulai lagi tuh..." Bisik citra "Yuk Mas... sodok memek adek lagi..."
"Bener deeeekk..... Aku sudah nggak kuat lagi..."
"Ah Mas ahh... Baru begitu aja udah lemes..." rengek Citra "Denger tuh... Tetangga sebelah saja sudah mulai lagi... "

DUK DUK DUK
"Paaahhh... Ooooohhh...." Desahan suara Anissa kembali terdengar sampai balik tembok tetangga. "Ngenttttooooott kamu Pah... Ngeeentooottt... Enak bener sayang.... Sodok tempikku Paaahhh... Sodok tempikku dengan kontol kerasmu...'

"Mas Marwaaaann... Ayo mas..." Merasa tak ada respon, Citra segera menjamah batang kejantanan suaminya. Perlahan, jemari lentiknya mulai mengocok penis suaminya yang sudah telah tergolek lunak supaya dapat bangun kembali.
"Aku kocokin ya mas... Adek masih pengen ditusuk ama titit mas yang perkasa ini..." Puji Citra sembari berharap penis suaminya segera bangun dan berdiri keras.

Namun apa daya, sudah hampir 5 menit Citra mengocok penis suaminya, tetap saja penis itu tak juga bereaksi. 
“Ayo Mas… Ayo bangunin tititnya… Sodok memek Adek lagi yaaa…” pinta Citra melas, sembari terus mengocok-kocok batang penis suaminya. "Nih Masss.... Biar tititmu cepet berdiri lagi... Isep tetek Adek mas..." Tambah Citra sambil menyodorkan payudaranya yang ekstra besar, berharap supaya suaminya dapat kembali ereksi.

Walau Citra sudah berusaha semaksimal mungkin, tetap saja penis Marwan ogah-ogahan.
“Udah ya dek.. Aku capek… Aku mau tidur dulu…”
“Aaah... Kamu selalu begitu Mas... Selalu aja menolak kalo Adek pengen lagi... Mas nggak pernah mikirin aku…” Gerutu wanita cantik itu, lalu ia berjalan kearah tepi tempat tidur " Selalu bikin Adek tanggung..."

DUK... DUK... DUK... DUK... DUK... DUK... 
Suara tembok sebelah, yang seolah menertawakan persetubuhan Citra dan Marwan. 

Sepertinya, pagi ini Citra harus melakukan kebiasaannya setiap kali ditinggal tidur Marwan. Masturbasi.

Buru-buru ia beranjak dari samping Marwan dan duduk di kursi rias yang ada di dekat tembok pemisah kamar rumahnya dan rumah Anissa. Tangan kirinya menjilat dan memilin putting payudara, dan tangan kanannya mulai menggelitik klitorisnya. 

DUK DUK DUK

"Teruuss Paaah... Teruuss... Lebih cepet lagi nyodoknya sayang... Lebih cepet lagi..." Pinta Anissa.
"Tempik istriku memang JUARAAA..." Teriak Seto kesetanan.
"OOhhh... Pah... Enaknya sodokanmu terasa sampai rahimku sayaaang..."

DUK... DUK... DUK... DUK... PLEK... PLEK... PLEK... PLEK... PLEK...
Semakin kencang suara hantaman sandaran tempat tidur ditambah suara tumbukan kelamin mereka semakin keras membahana, semakin membuat Citra iri.

"Nikmat banget maaahh... tempikmu hangat sekali... " Teriak Anissa
"Ohhh terus sayang...Aku mau keluar lagi..." Jawab Seto
"Kita keluar bareng lagi ya maaaahhh....
"PppPPaaahhhhh... Aku keluar lagggiiiii...." 

“Enak banget ya mas jadi Anissa…. Punya Seto “ ucap Citra lirih sambil terus menjilati dan memilin puting payudaranya, “Pasti memeknya selalu terpuaskan… Pasti ia bisa orgasme berulang kali...”
“Yaaahh...Mulai deh….” Sewot Marwan ketika Citra mulai kembali membanding-bandingkan dirinya dengan suami Anissa.
"Biarin... Kalo kamu ogah-ogahan kaya gini terus, bisa-bisa aku minta disodok titit besar Seto yang perkasa..."
"CITRA AGUSTINA...!"
"Kenapa mas...? Harusnya kamu sadar mas... Harusnya kamu malu.... Aku ga minta macem-macem kok Mas... Aku cuman pengen dimanjakan mas... Aku cuman pengen dipuaskan..." Kata Citra emosi,"Aku capek kalo kamu seperti itu terus Mas... Bentar-bentar keluar... Dikit-dikit muncrat..."

"........" Marwan hanya diam, tak sanggup berkata apa-apa. Citra memang tak salah, dirinyalah yang seharusnya disalahkan. Memang sudah cukup lama Marwan menderita ejakulasi dini, namun ia tak pernah mengakuinya. 

"Aku iri mas ama Anissa dan Seto, setiap pagi mereka bisa bersenang-senang. Mesra. Ngentot sana ngentot sini... Aku iri sama kehebatan kontol Seto"
"DEK... " bentak Marwan. 
"Kenapa mas? Kamu nggak suka kalo aku berkata seperti ini? NGENTOT...KONTOL..."
"CUKUP DEK... CUKUP... "

PLAK...

Tiba-tiba Marwan bangkit dari tempat tidurnya dan menampar Pipi Mulus Citra.

"KALO KAMU MEMANG MAUNYA SEPERTI ITU... SILAKAN... LAKUIN AJA YANG KAMU INGINKAN... SILAKAN SAJA KAMU CARI KONTOL-KONTOL YANG JAUH LEBIH BESAR... SILAKAN SAJA KAMU MINTA DIENTOT AMA KONTOL-KONTOL PRIA LAIN YANG LEBIH KUAT.. DASAR PELACUR TAK TAHU DIUNTUNG.." Raung Marwan Murka.
"Oke Mas... OKE... AKU BAKAL LAKUIN SEMUA ITU..." Jawab Citra dengan nada terisak sambil berjalan keluar dan membanting pintu kamar mandi

BRAK...

"Semua pasti akan baik-baik saja..." Ucap Marwan dalam hati, "Pasti dia akan baik-baik saja"

Sambil menghela nafas panjang, Marwan duduk termenung di tepi tempat tidur. Mencoba mengingat apa yang barus saja ia ucapkan kepada istri tercintanya.
" SILAKAN SAJA KAMU CARI KONTOL-KONTOL YANG JAUH LEBIH BESAR... SILAKAN SAJA KAMU MINTA DIENTOT AMA KONTOL-KONTOL PRIA LAIN YANG LEBIH KUAT..."

Seketika, rasa sesal muncul dihati. Konflik batin tiba-tiba muncul di hati Marwan. 
"Bagaimana seandainya jika istrinya akan melakukan semua itu? Bagaimana jika seandainya ia benar-benar mencari lelaki lain? Bagaimana jika seandainya ia minta ditidurin pria lain?"
"Ahhh.... Dia nggak bakalan berani......"
"Tapi... Kalo misalnya...."
"Ah... Nggak mungkin..."

Memang, bagi orang plin-plan seperti Marwan, membayangkan semua pemikiran itu, membuat dirinya bingung. Namun satu hal yang membuatnya tambah bingung adalah ketika melihat organ kelelakian yang tumbuh diantara selangkangannya.

Seiring pemikiran tentang kemungkinan Citra yang akan mencari lelaki lain untuk ia ajak menikmati keindahan tubuhnya, penis kecilnya mendadak bangun dan berdiri keras.

Hembusan semilir angin pagi meniup dedaunan yang lepas dari ranting, membawanya terbang terombang ambing ke segala penjuru arah. Sinar mentari berkilauan begitu indahnya, membawa kehangatan menembus awan. Menembus jauh ke bumi, hingga menyentuh kulit putih wanita jelita nan menawan bernama Citra Agustina.

Wajahnya yang cantik terlihat begitu muram. Sedari pagi, istri Marwan itu melamun sendirian di bangku teras rumah kontrakannya. Menatap kosong ke arah dedaunan yang beterbangan tertiup angin. Mata indahnya terlihat sedikit merona merah, sembab karena menangis.

"SILAKAN SAJA KAMU CARI KONTOL-KONTOL YANG JAUH LEBIH BESAR... SILAKAN SAJA KAMU MINTA DIENTOT AMA KONTOL-KONTOL PRIA LAIN YANG LEBIH KUAT..." 

Kembali ia teringat ucapan suaminya beberapa saat lalu. Ucapan yang benar-benar menyakiti hatinya. Sepanjang pagi, berbagai macam pikiran mulai bersliweran di benak wanita cantik itu.

"Tak usahlah kamu masukkan hati perkataan Mas Marwan tadi Citra.." Ucapnya dalam hati, "Kamu sendiri sih yang memulai... Khan tahu sendiri, suamimu itu tak suka jika dibanding-bandingkan dengan orang lain... Mungkin dia berkata seperti itu hanya karena kesal akan segala permintaan anehmu..." Tambahnya mencoba menenangkan diri. 

Disatu sisi Citra merasa bersalah kepada suaminya, namun disisi lain, ia merasa capek dengan segala kepribadian Marwan yang sering berubah-ubah.

"Sudahlah Citra, buat apa sih mempertahankan lelaki emosian seperti dia... Cari saja lelaki lain yang jauh lebih baik darinya... Lebih mapan... Dan yang paling penting, lebih perkasa... Hihihi..." Pikir Citra sambil membatin, "Ingat... Mas Marwan sudah memberi ijin..."

" TIIITT... TIIITT... TIIITT... TIIITT..." 
"Mbak Citra yang cantik, gimana mbak? Kapan bisa bayar tunggakan rumah? Mbak telat bayar hampir 1 bulan loh..."

Seketika lamunan Citra buyar, isi pesan barusan semakin merusak suasana pagi harinya. Buru-buru Citra masuk kedalam rumah dan membangunkan suaminya yang masih tidur nyenyak. 
“Mas... Bangun mas… Sepertinya kamu harus mencari pekerjaan baru. Semua perhiasanku sudah aku jual semua demi menutup kebutuhan hidup kita sehari-hari….” Omel Citra.
"Hooooaahhmmmm... Kenapa Dek?...." Tanya Marwan mencoba mencari tahu sebab istri cantiknya ngomel-ngomel di pagi hari.
"Pak Darjo minta duit kontrakan.."
“Sabar ya Dek... Mas masih belum ada duit... Kamu coba ulur lagi deh sampai minggu depan..." 
"Ulur... Ulur... Ulur... Selalu saja pakai alesan itu..."
"Sini sayang... Duduk dulu disini...." Ajak Marwan supaya Citra mendekat. "Kamu Tenang saja ya... Nanti siang mas ada janji ketemuan sama pemilik tanah... Semoga bisa dijadikan obyekan..." jawab Marwan sambil mengusap rambut panjang Citra, “Nah kalau proyeknya GOAL, mas bakal lunasin semuanya.... Dan mas bakal beliin kamu semua barang yang kamu minta..." tambahnya lagi mencoba menenangkan emosi istrinya
“Yah... Semoga saja Mas… Aku udah malu mas kalo ditagih teman-temen... Masih belum sanggup buat melunasi hutang…"
"Hehehehe... Tenang saja sayang... Sekarang kamu bikinin mas kopi dulu ya... Mas mau siap-siap..." 
"Bikin aja sendiri... "
"Looohh....? Emang kamu mau kemana dek...?"
"Kamu nggak liat apa... Aku sudah telat ke kantor..."
"Ciieeeee... Masih ngambek nih ceritanya... Hahahaha..."
"Bodo...."

***

Sudah lebih dari 30 menit, Citra duduk di halte, menunggu bis langganannya yang tak kunjung datang. Semenjak motor kesayangannya dijual Marwan untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya, hampir tiap pagi Citra harus berangkat dari rumah jam setengah 6 pagi supaya bisa tiba dikantor jam 8. Namun entah kenapa hari ini hampir semua kendaraan umum tak terlihat. Sekalipun terlihat, pasti sudah penuh terisi orang.

"Mungkin karena BBM naik kali ya mbak... " Ujar seorang lelaki tua yang sedari tadi mencoba mengajak Citra bercakap-cakap, "Jadi bisnya pada ngambek... Hehehe..." Tambahnya lagi. Dengan mata melotot kearah payudara Citra, lelaki tua membetulkan posisi selangkangannya.
"Iya kali pak..." Jawab Citra tak peduli dengan apa yang lelaki tua itu sedang lakukan, "Dasar kakek-kakek cabul...". Dengan cuek Citra terus menyantap sarapan paginya, sepotong lemper ayam yang baru saja ia beli di warung samping halte. 

"Mbak orang kantoran ya? Pantes bajunya seksi sekali..." Tanya lelaki tua itu pantang menyerah. Melihat Citra yang sama sekali tak menggubrisnya, mata lelaki tua itu kembali jelalatan, memandang tubuh Citra dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Pahamu bener-bener mulus mbak... " Bisik lelaki tua itu pelan sembari menggeser posisi duduknya kearah Citra. "Tetekmu juga besar sekali... Gimana kalau pagi ini kita jalan-jalan dulu? Yah sedikit bersenang-senang gitu..." Ucap lelaki tua itu sambil mencoba mengelus-elus paha putih Citra. "Aku bisa membayarmu kok... Kamu tinggal pilih aja cantik, mau dibayar pake uang atau pake kontolku ini..." Kata lelaki tua itu. Dengan santai lelaki tua itu mengambil tangan Citra yang bebas lalu mengarahkannya ke batang penisnya yang sudah menegang dari balik celananya.

Melihat ulah lelaki tua yang kurang ajar itu kemarahan Citra meledak-ledak. 
"Heeeeh... BANGSAT... Pak Tua... Anda jangan kurang ajar ya... " Bentak Citra keras sembari menarik tangannya dari genggaman lelaki tua itu. Saking kerasnya, orang-orang yang berada disekitaran halte seketika menengok kearahnya, "Saya bukan wanita murahan... Dan saya nggak tertarik dengan uang kotor atau titit busukmu itu.... PERGI...!"

Merasa mangsanya ternyata melawan dan merasa malu, lelaki tua itupun tak mau mengalah. Otak kotornya, segera memutar situasi. "Dasar LONTE... Wanita tak tahu diri... Semalam lo ngemis-ngemis minta dientot, minta kepuasan, minta uang... Eeehh... Begitu udah dikasih, sekarang malah belagak lupa. INGET... Semalam, lo ngentotin KONTOL ini, KONTOL ini yang muasin nafsu birahi lo... " Balas lelaki tua itu berusaha menjatuhkan harga diri Citra. "Kalo lo mau minta uang lagi, jangan minta ama gw... Minta aja ama mucikari lo..." Kata lelaki tua itu sambil melangkah pergi.
"HEEEEII... BANGSAT... " Teriak Citra makin marah, "SINI... KITA BELUM KELAR..."
"Gausah sok pura-pura deh mbak... Kalo jadi lonte ya lonte aja... Gausah jadi pembohong juga..." Teriak lelaki tua itu menutup pembicaraan dari kejauhan.

"Mimpi apa aku semalem... Sampe dikira pelacur gini... Ini pasti gara-gara baju sialan ini, orang jadi mengira aku wanita murahan." Gerutu Citra sambil berulang kali menurunkan bagian bawah roknya, supaya tak banyak memamerkan paha mulusnya. "Sejak kapan sih baju-baju ini sudah pada kecil... Begitu Mas Marwan dapet duit, aku harus beli banyak pakaian baru..." 

Sebenarnya, bukan baju Citra yang menjadi sempit, tapi tubuhnyalah yang semakin gemuk. Mungkin karena ia sering ngemil, tubuh yang dulunya kurus sekarang berubah menjadi semakin semok. Dan karena hal itu, terkadang ia merasa kesulitan untuk menutup semua aurat tubuhnya. 

Memang, di kantornya Citra dituntut untuk dapat selalu tampil mempesona. Blouse plus blazer serta rok pendek dan heels, menjadi pakaian sehari-harinya. Jadi tak heran, jika ketika Citra menunggu bis, ia selalu menjadi santapan mata-mata mesum setiap lelaki yang melewatinya. Rambut hitam panjang, wajah cantik menawan, bibir tipis yang selalu terlihat basah, serta kulit putih yang mulus, selalu dapat membuat Citra seperti bunga diantara lebah, dikerubutin banyak lelaki. Terlebih ukuran payudaranya yang besar, pinggulnya yang semok dan kakinya yang jenjang, mampu menjadi senjata mematikan bagi setiap lelaki yang mendekat.

"Pagi mbak Citraaaa... " Terdengar suara berat seorang lelaki dari arah belakang, " Pagi-pagi udah PANAS aja mbak..."

Merasa ada orang yang memanggil namanya, Citra segera mencari tahu siapa pemilik suara berat itu, berharap bukan pria iseng lagi. "Ee... Eeeh Mas Seto..." Jawab Citra begitu tahu si pemanggil itu adalah suami Anissa, tetangga satu kontrakannya.

Tampan, tegap, berkumis tipis dan memiliki senyum menawan. Seketika, Citra merasa terpana melihat ketampanan suami tetangganya itu. Walaupun mas Marwan tak kalah tampan namun entah kenapa pagi itu pesona seto mampu membuat Citra melupakan suaminya.

"Kok belum berangkat mbak...? Tanya Seto lagi.
Sejenak, Citra menatap Seto dari ujung rambut hingga ujung kaki. Rambut jabrik berjambang, jakun besar, berjaket kain tipis dilapis kemeja, celana kain dan sepatu kulit. "Jadi ini pria yang selalu membuat membuat berisik dirumah tetangga... Jadi seperti ini tampang lelaki yang selalu membuat puas Anissa...?"

Melihat Seto yang sedang berada didekatnya, tiba-tiba Citra teringat akan permainan cinta Seto dan Anissa tadi pagi yang begitu mengganggu, teringat desahan orgasme Seto dan Anissa yang dapat mereka raih berulang kali, teringat betapa Seto mampu membuat Marwan Emosi karena selalu dibanding-bandingkan.

"SILAKAN SAJA KAMU CARI KONTOL-KONTOL YANG JAUH LEBIH BESAR... SILAKAN SAJA KAMU MINTA DIENTOT AMA KONTOL-KONTOL PRIA LAIN YANG LEBIH KUAT

Sekilas Citra mengingat kalimat kasar suaminya tadi pagi. "Oke Mas... Adek bakal lakuin semua itu..." Ucap Citra dalam hati. "Jangan sampai kamu menyesal..."

Sakit memang hati Citra ketika tadi pagi Marwan membentaknya dengan kalimat kasar seperti itu. Tapi, setelah berulang kali dipikirkan, apa untungnya bersakit hati melulu, lebih baik jika Citra menyikapi sakit hati itu menjadi hal yang lebih menyenangkan untuk dirinya. "Okee... Adek bakal cari kontol pria lain yang lebih bisa MEMUASKAN dahaga birahi Adek...".

"Loh.. Kok malah senyum-senyum sendiri... " Kaget Seto, "Mbak... Jangan melamun mbak... Haloo..." Sapa Seto sambil melambai-lambaikan tangannya ke wajah Citra.
"Ee... Ehhh.. Iya... Kenapa mas...?" Jawab Citra kaget.
"Jangan melamun... Disini banyak copet... "
"Aaa... Apanya yang mau dicopet mas.... Wong aku orang yang nggak punya apa-apa..."
"Heeehh… Jangan gitu aah... Mbak masih punya banyak barang berharga loh..."
"Barang apaan mas...?"
"Itu..." Jawab Seto sambil menunjuk ke arah Citra dengan dagunya.
"Hayoooo... Matanya nakal yaaa..." Jawab Citra malu-malu, sambil berusaha menutup bagian payudaranya dengan blazer. 
"Hehehe.. Bukan tetek kamu mbaaak... Maksud aku, mbak khan masih punya kecantikan dan tubuh yang indah... Bagiku itu tak ternilai mahalnya loh..." Puji Seto tipu-tipu, sambil meneruskan melirik asset terbesar Citra yang membusung indah.
“Ooooo... Kirain kamu nunjuk-nunjuk tetek aku... Hihihi..." 
"Hmmm... Sebenernya iya juga sih... Hehehehe... " Canda Seto, " Habisan, cowok mana sih mbak yang ga tertarik kalau melihat tetek segede itu...? Apalagi yang punya cantiknya banget-banget-banget..." 
"Aaaaah Mas jago gombal juga..."
“Ya Ampun mbak... Jangan panggil aku mas dooonk.. Kaya udah tua aja... " Kata Seto basa-basi, "Panggil aku Seto atau Set aja..."
"Set...?"
"Iya, Set... Asal jangan panggil aku Setan aja..." 
Hihihihii... Ternyata kamu lucu juga yaa..." Tawa Citra cekikikan.
"Omong-omong kok belum berangkat mbak..?"
" Iya nih... Aku lagi nunggu bis..."
"Oalaaah.... Kirain tadi nungguin aku... Hehehe..." Jawab Seto sambil bercanda, "Nggak bakalan dateng mbak... Hari ini supir-supir bisnya pada demo..." Jelas Seto, "Kalo mau, mbak berangkat bareng ama aku aja... Kantor kita khan dekat..." 
"Hmmmm... Okedeh...." Merasa tak ada cara lain yang lebih cepat selain menerima tawaran Seto, akhirnya Citra menerima ajakan itu. 

Melihat tingkah Seto yang easy going, membuat Citra seketika itu langsung tertarik. "Ternyata... Seto playboy juga.... Kita lihat, sejauh apa kenakalannya..." 

"Bener nggak kenapa-napa nih kalo aku berangkat kerja bareng kamu gini...?" Tanya Citra basa-basi, "Ntar kalo Anissa cemburu atau marah, jangan salahin aku yaa..."
"Yeee... Dia Anissa nggak bakalan marah mbak.... Wong sekarang dia sedang diterminal, mau pulang kampung... Jadinya ya nggak bakalan tahu,,, Hehehehe" 
"Huuuuu... Dasar.... " Ucap Citra, "Aku duduknya sambil peluk badan kamu ya... Takut jatuh... " 
"Jangankan cuman minta meluk mbak... Mau minta yang lain juga pasti bakal aku kasih kok..Hehehe...
"Bener nih...? Nanti kalo tau aku mintanya apa... Bakal capek loh... Hihihi..."
" Enak kali mbak kalo capek-capek itu.... Bikin sehat... Hehehehe... Yuk naek.."

Dengan lincah, Citra segera menempatkan pantat semoknya diatas jok motor Seto. Kemudian ia segera memeluk pinggang Seto kuat-kuat, sengaja membiarkan payudara besarnya tergencet ke tubuh Seto.
"Waduh.... Empuk bener..." Celetuk Seto. 
"Eeehh... Empuk apanya Set...? "
"Ituloh mbak... Apem yang dijual deket kantor aku, pasti jam segini udah pada mateng...Hehehe.." Canda Seto berusaha mengalihkan percakapan. "Pegangan yang kenceng mbak... Aku mau jalan..."
"Yeeee... Ngeles nih yeee...Hihihi... Bilang aja yang empuk tetek aku... Hihihi..."

Meladeni cara becanda mesum Seto, entah kenapa Citra merasakan sebuah kesenangan tersendiri. Sebuah kesenangan yang pernah ia rasakan dulu, ketika ia dan Marwan masih pacaran.

***

Sepanjang perjalanan, senyum lebar selalu tersungging di wajah cantik Citra. Ia sama sekali tak pernah menyangka jika hari ini ia bisa berdekatan dengan Seto. Bahkan bukan hanya berdekatan, melainkan bisa memeluk tubuh suami tetangganya yang sering ia bayangkan ketika sedang bermasturbasi.

"Mbak... Kok senyum-senyum sendiri? Jangan jadi orang gila dulu ya mbak... Kita khan nggak kearah Rumah Sakit Jiwa." Kata Seto sembari melirik Citra dari kaca spion motornya.
"Hihihi.. Biarin... Mulut-mulut aku ini.... Weeeekk..." Jawab Citra sambil menjulurkan lidahnya.
"Hehehe... Eh mbak... Boleh jujur nggak..."
"Kenapa Set..?"
"Makasih ya mbak sudah mau berangkat bareng aku..."
"Loh kok...?"
"Iya mbak... Sebenernya aku mengagumi mbak loh... "
"Megagumi gimana??"
"Beneran.. Mbak itu cantik, pinter, jago masak, ngomongnya lembut... Beda banget ama Anissa..." Ujar Seto tiba-tiba membanding-bandingkan Citra dengan istrinya. "Mbak juga seksi, putih, semok trus...."
"Kok diem...? Teruuuussss...?"
"Teteknya geeddeeee baaangeeeet... Bikin aku selalu adem panas mbak... Hehehehe..." Asal tau aja ya mbak... Gara-gara sering mbayangin kamu... Anissa tuh yang aku jadikan pelampiasan... "
"Maksudnya? Pelampiasan gimana Set..."
"Hehehehe... Tapi mbak janji jangan marah ya... "
"Hmmmm... Iyadeh. Aku janji nggak bakal marah..."
"Jadi mbak... Karena keseringan ngeliat kecantikanmu, keseksianmu, kemolekanmu... Aku jadi sering ngebayangin kamu... Dan ujung-ujungnya, aku jadi sering deh, ngewein Anissa sambil ngebayangin Anisaa itu kamu... Hehehe..."
"Owalaaaaaahhh... Daaaasssaaaar geniiiiiitttttttttt...." Teriak Citra tiba tiba sambil memberi pelajaran ke Seto karena telah berbuat mesum. Dengan kekuatan penuh, Citra memberikan pelukan keras kepunggung Seto, ia menghukum lelaki cabul itu dengan memberinya sengatan birahi.

"Hehehe... Makasih ya mbak... "
"Idiihh.... Ada gitu ya orang mesum kaya kamu itu... "Ejek Citra. "Eh tapi-tapi... Gimana rasanya begituan sama istri sambil ngebayangin orang lain..pasti lebih enak ya? Hihihi..." Tanya Citra penasaran.
"Enak sih mbak... Cuman bakalan lebih enak kalo beneran bisa ngajak ngewe orang yang dibayangin itu...Hahaha... Pasti enaknya banget banget banget...
"Yeeeeeee.... Maunya.... Awas loh sampe ketahuan yang punya... Hihihi..."
"Yaaa... Khan mas Marwan nggak ada disini mbak... Hehehe..."

Berkali-kali mendengar Seto menyebut nama suaminya, membuat perasaan aneh yang sedari tadi ada dihati Citra menjadi semakin terasa. Perasaan dilecehkan oleh mas Marwan tadi subuh, seolah mengubah Citra yang biasanya tabu meladeni ucapan-ucapan mesum orang lain, menjadi sosok yang haus akan kenakalan. 

"Dasar cabul..." Kata Citra sambil kembali mencubit pinggang Seto.
"Addduhhh... Pedes bangeeeett.." Jerit Seto spontan.
"Sudah punya istri cantik, masih aja ngegodain istri orang..."
"Hehehe... Namanya juga usaha mbak..."
"Emang kamu kurang puas ama Anissa Set...?"
"Ya khan kalo punya dua istri bakalann lebih puas lagi mbak... Hahahaha...." 
"Hihihihi... Kaya kamu kuat aja ngehadepin dua istri Set...? Secara tiap pagi main mulu..."
"Loh... kok mbak bisa tahu...?"
"Hihihi... Sekomplek kontrakan juga tahu kali Set... Wong kalian kalo begituan berisiknya minta ampun... " 
"Hehehe... Habisan enak sih mbak..." Jawab Seto cengengesan. "Ga kebayang gimana rasanya punya dua istri... Apalagi kalo nambah istrinya kaya mbak... Biiiuuuhhh... Genjot teruuuusss..." 
"Meesssuuuummm..." Ucap Citra lagi-lagi mencubiti tubuh Seto. 
"Hahahaha... Ampun mbak ampun... Hahaha..." Kata Seto sambil tertawa-tawa kegelian. "Udah-udah Mbaaakk... Ampuuunnn"
"Bisa-bisanya ya kamu ngebayangin mbak jadi istri kamu..."
"Habisan salah mbak sendiri sih jadi orang kok cantik banget... Ya sudah tak ada jalan lain... Mbak harus terima saja resikonya..." gombal Seto, "Ga kebayang puasnya mas Marwan seperti apa... Pagi dikamar, siang diruang tamu, sore didapur, malem dihalaman belakang... Pasti dia puas banget ya mbak... Hehehe..."

"Hei hei hei... Nyetirnya tuh lihat jalan... Jangan merem-merem terus..." Tegur Citra.
"Hahaha... Ngobrol ama mbak tuh bikin adem panas... Bikin aku jadi..."
"Horny...?" Potong Citra, "Pantesan keras banget jendolan celananya....." Tambah Citra tanpa malu-malu lagi.
"Jendolan apaan mbak...?" Tanya Seto pura-pura nggak tahu.
"Jendolan yang ini niiiihhhh........" Jawab Citra sambil meremas selangkangan Seto.

Entah keberanian darimana, jemari lentik Citra tiba-tiba meremas batang penis lelaki yang bukan suaminya itu. Dan seketika itupula, Citra menyadari jika apa yang ia remas bukanlah batang biasa.

"Astaga besar sekali...." Batin Citra dalam hati

***

Dikantor, Citra sama sekali tak dapat berkonsentrasi dengan apa yang sudah menjadi kerjaannya. Beberapa kali ia salah menekan nomor telephon, salah mengetik proposal, salah memphotocopy dokumen, salah memasukkan garam kedalam teh, bahkan Citrapun salah memesan menu makan siang. Semua yang ada di otaknya hanyalah berisikan senyum Seto, sosok Seto dan penis Seto.

" TIIITT... TIIITT... TIIITT... TIIITT..." 
“Kalo kerja jangan ngelamun mulu - Seto" 

Mendadak Citra menerima sebuah pesan dari Seto, padahal sepertinya ia tak pernah memberikan nomor telephonnya ke Seto. "Aku dapet no.hapemu dari Anissa. Makasih ya mbak buat TETEK PAGInya, bikin aku jadi semangat" Ucap Seto ceplas-ceplos lagi.
"Dasar mesuuuuuummmm " Balas Citra "Semangat apa horny...?"
"Hahaha. Gimana nggak horny mbak, kalo sepanjang perjalanan tadi aku bisa ngerasain empuknya tetek kamu mbak" Balas Seto santai. "Kena pungung aja aku udah berasa enak, apalagi kalo kena remes?"
"Sakit dong kalo diremes.Hihihi... Sumpah.... Kamu bener-bener mesum Set...." Ledek Citra, "Heran. Kok Anissa bisa betah ya punya lelaki cabul kaya kamu. Isi otaknya begituan mulu. Kaya ga ada cowo lain aja. Hihihi..."
"Yaaah. Kamu juga kalo udah kena sengatanku, pasti bakal lupa ama suamimu mbak. Hahahaha..."
"Yeee. Emang kamu kalajengking. Pake nyengat-nyengat segala..."
"Hehehe.Eh iya mbak, bagi photomu donk" Pinta Seto, "Lagi semangat nih"
"Heeeehh. Buat apa? Nggak ah. Ntar malah dipake buat yang nggak-nggak2"
"Nggak-nggak gimana mbak?"
"Hihihi. Pake pura-pura nggak ngerti segala. Kamu minta photoku pasti mau dipake buat olahraga tangan khaaan"
"Owwww.Maksud kamu coli Mbak?Hahahaha.Tau aja"

Tiba-tiba, selintas pikiran nakal terbersit di benak Citra, dengan cepat Citra segera bersolek, lalu mengangkat handphonenya dan mengambil beberapa gambar dirinya. Ia sengaja mengambil gambar ketika sedang tersenyum manja, menggigit bibir, dan menjulurkan lidah nakal.. 

"CKLIK CKLIK CKLIK"
Sejenak, ia melihat beberapa hasil jepretan amatirnya. Lumayan bagus juga. Kirim

"Wuih. Cantik bener bidadariku.Bibirnya seksi abis" Kata Seto girang.
"Tuh, pelototin aja sampe puas. Anggep aja buat bayaran tadi pagi"
"Hehehe. Makasih ya Mbakku sayang. Langsung ngaceng nih."
"Udah sana buruan ngocok kekamar mandi.Puas-puasin deh...."
"Hehehe. Makasih ya mbakku saayaaanng"

Tahu jika photo dirinya ketika senyum saja bisa membuat orang lain bernafsu, membuat Citra semakin tenggelam dalam permainan mesumnya. Lagi-lagi Citra mempunyai pikiran nakal, jauh lebih nakal. Buru-buru ia melepas beberapa kancing atas kemejanya, lalu memamerkan sedikit kain beha beserta gundukan payudaranya . 

"CKLIK CKLIK CKLIK"

Tanpa merasa malu lagi, Citra segera mengirim lima photo seksiny.

"Ini sedikit bonus buat kamu Settt :* " Kirim Citra sambil menambahkan icon kiss dalam pesannya.
"WUAAHHH. Busyeeett. Gede banget tetek kamu mbak. Putih. Sampe uratnya keliatan" Ketik Seto kegirangan, "Kalo gini mah aku bisa langsung muncrat."
"Hihihi... Awas loh, ngocoknya jangan kenceng-kenceng. Nanti malah patah. Hihihihi."
"Hahaha. Sialan. Jadi pengen ngeremes tetek kamu mbak" Ketik Seto makin mesum.
"Remes aja. Itu khan udah ada di hape kamu"
"Sialan.... Maksud aku ngeremes punya kamu beneran."
"Hihihi... Sini aja kalo mau..." Godaku.

Tiba-tiba, sebuah gambar masuk kedalam handphone Citra. Sebuah gambar yang seketika itu juga, membuat jantung Citra berhenti berdetak.

"Titit Seto...." Ucap Citra dalam hati. "Besar banget...."

Dengan seksama, Citra mengamati gambar yang terpampang jelas di handphonenya. Berulangkali ia memperbesar gambar itu, menikmati setiap pixel penis Seto sepuas-puasnya. Penis itu begitu besar, dan panjang. Berwarna coklat tua dengan urat-urat yang bertonjolan di sekujur batangnya. Kepalanya begitu besar, berwarna merah kehitaman dengan kulit yang begitu mengkilap. Kantung zakarnya juga sangat besar, menggelantung panjang dan memperlihatkan dua buah telur yang begitu menggiurkan untuk diremas. 

Mendadak, puting payudara Citra mengeras dan vaginanya berdenyut. Sepertinya wanita cantik itu ingin melakukan masturbasi. Ia sudah tenggelam dalam imajinasinya, dan imajinasi itu butuh pelampiasan. Buru-buru, Citra beranjak keluar dari area meja kerjanya dan memeriksa seluruh teman kerjanya. 

"Bagus... Semua orang sepertinya sedang istirahat makan siang... Aman..." Ucapnya lega. Setelah itu ia kembali duduk dan mengamati layar handphonenya. Karena posisi meja Citra ada dibagian depan kantor, jadi ia bisa tahu jika seandainya ada orang yang mendekat.

Dengan cekatan, ia lalu menurunkan tangannya kebawah. Masuk kedalam rok dan mulai mengusap bibir vaginanya yang sudah membanjir basah dari luar celana dalam.
"Ooohhh... Enak bangeeeett.." Desah Citra sembari terus meremas puting payudaranya dari balik kemeja, "Sssssetoooo..... Andai kamu jadi suamiku..."

Karena kantor sepi dan nafsunya sudah memuncak, kenakalan Citra pun semakin menjadi-jadi. Buru-buru ia menaikkan Ujung rok pendeknya lalu memegang tepi celana dalamnya.

SET...SET...SET. 

Dalam satu gerakan cepat, ia segera menurunkan celana dalam itu dan meletakkannya di dalam laci meja kerjanya. Setelah itu, Citra pun melepas blazernya dan meraih kaitan branya dari belakang punggung. 

CTEK. 

Gerakan tangannya sungguh gemulai, ia melepas semua tali beha yang mengikat payudaranya, lalu menariknya keluar dari bawah kemeja. Dan seketika itu, payudaranya yang berukuran besar langsung jatuh kebawah, menggelantung manja dengan santainya. 

"Fiuuuh... LEGA..." Ucap Citra setelah berhasil melepas semua pakaian dalamnya. Sekarang, walaupun dari luar Citra terlihat masih menggunakan kemeja dan rok kerjanya, namun didalamnya, ia benar-benar telanjang.

"Mesum sekali kau Citra Agustina... " Batinnya sambil kembali mengelusi payudaranya dari luar kemeja kerjanya. "Sssshhhhh... Setoooo...isep tetek aku Sseeeet..." Perlahan tapi pasti, darah birahi Citra semakin panas, hingga desahan dan erangan pun mulai keluar manja dari bibir mungilnya. Membuat siapapun yang mendengarnya dijamin bakal bernafsu. "Ooouuuhhh...Gigit puting aku sayang..." 

Dan benar, tak jauh dari tempat Citra yang sedang asyik bermasturbasi, ada sesosok lelaki yang juga tak kalah mesumnya, sedang mengawasi istri Marwan itu dari balik persembunyiannya. Matanya sama sekali tak berkedip, mulutnya menganga dan tangannya mengocok batang penisnya yang telah tegak berdiri. 

Sepertinya nafsu yang melanda diri Citra sudah terlalu tinggi sehingga ia lupa, (atau tak peduli?) jika masih ada orang lain yang masih berada dikantor.

Pak Utet adalah seorang cleaning service yang sudah bekerja belasan tahun di kantor yang sama dengan Citra. Karena kantor itu adalah kantor kecil, disana ia juga bertugas sekaligus office boy yang membantu pekerjaan karyawan yang ada disitu. Pak Utet juga terkenal sebagai seseorang yang pendiam. Ia suka bekerja dalam diam dan tak ada yang mengetahui kapan ia bekerja, tahu-tahu lelaki tua itu sudah meyelesaikan apa yang semua karyawan minta. Selain itu, jarang sekali pak Utet terlihat mondar mandir, sehingga wajar jika Citra tak mengetahui pak Utet yang masih ada dikantor. 

Dimata Pak Utet, Citra adalah seorang wanita baik-baik. Seorang wanita profesional yang sama sekali tak mau terlihat nakal atau murahan. Wanita santun yang tak pernah bisa membuat dirinya berpikiran macam-macam. Namun, entah kenapa, beberapa waktu belakangan ini, Citra berubah menjadi seseorang yang baru. Seseorang yang suka menggoda, genit dan suka bercanda mesum. Ditambah lagi, akhir-akhir ini Citra juga sering bersolek dan berpakaian seksi sehingga semakin menambah daya tariknya dalam menjerat lelaki.

Sesekali, Citra ke kantor dengan memakai dress dengan bahan yang tipis tembus pandang, sehingga membuat kulit putihnya beserta bra dan celana dalamnya terlihat menerawang. Sesekali juga, Citra datang dengan rok mini atau blouse berbelahan dada rendah, memamerkan kaki mulus dan payudara besarnya. 

Melihat perubahan seperti itu, mau tak mau membuat Pak Utet menyerah juga. Ia mulai membayangkan segala hal mesum ketika Citra ada didekatnya. 

Hingga suatu hari dijam makan siang, terjadi hal yang cukup menegangkan. Ketika pak Utet sedang sibuk membesihkan ruang meeting yang baru tadi pagi dipakai direksi, ia mendapati Citra yang sedang mendesah-desah keenakan. Walau hanya dilihat dari belakang, Pak Utet tahu jika Citra sedang meremasi dadanya yang besar dan padat berisi. Bahkan sesekali, Pak Utet melihat Citra menjilati puting payudaranya dengan gemas. 

Kebetulan, ruang meeting yang ada di belakang meja kerja Citra menggunakan pembatas kaca yang dilapisi kaca filem satu sisi. Selama Pak Utet tak menyalakan lampu, orang dari luar ruangan tak akan dapat melihat ke arah dalam sama sekali.

"Ohh Seto... Isep tetekku Set.." Bisik Citra lirih sambil meremas dan mencubiti payudaranya. "Iseep... Terus sayang... Isep yang kenceng... Sluuurpp... Nyam... Nyammm.... "Suara lidah Citra begitu seksi. Ia terus menjilati kedua puting payudaranya yang besar secara bergantian. "Ssshhh... Terus sayang... Isep teruuusss.." Erang Citra keenakan, seolah sedang melakukan persetubuhan yang sebenarnya, "Ooohhh.., Iyak teruuussss..." 

"Buussseeeettt.... Mimpi apa aku semalam...?" Ujar Pak Utet sambil menelan liur birahinya. Ia tak mengira bakal bisa melihat wanita idolanya memamerkan tubuh telanjangnya. "Astagaaaa... Tetekmu besar sekali Neeengg.... Remes terus Neeng... Remes yang kenceng...." Kata pak Utet lirih sambil terus mengocok penisnya yang sudah keras menegang.

Panasnya gelombang birahi Citra benar-benar membuat wanita itu kehilangan akal sehatnya. Merasa kurang puas dengan apa yang ia lakukan, membuat dirinya semakin nekat. Tanpa rasa malu lagi, Citra membuka semua kancing kemejanya dan membiarkan payudaranya terbuka bebas. Lalu dengan gemas, ia meremasi kedua payudara besarnya kuat-kuat. "Setooooo... Remas tetek aku sayang... Remas yang kuat..." Jerit Citra keenakan sambil membayangkan jika remasan itu dilakukan oleh Seto.

Karena ingin segera mencapai orgasme, Citra terus menjilat dan meremasi payudaranya. Ia pun lalu mengangkat tepi bawah roknya, menaikkan hingga setinggi pusar lalu mengusap klitorisnya. " Iya sayang... Jilat memek aku..... Cucup lendir kewanitaanku.... Ohhhsss... Nikmat sekali..." tambah Citra lagi sambil mulai menusuk-nusuk vagina gundulnya dengan jemari lentiknya..."Ayo sayang.... Tusuk memekkuuu...Tusuk dengan titit besarmu..." Ucapnya berimajinasi.

Dengan cepat, jemari-Jemari itu mulai melakukan tugasnya. Masuk, keluar, masuk, keluar. Mengantarkan pemiliknya mendaki gunung kenikmatan yang mulai meninggi. Lendir kenikmatannya pun mulai membanjir basah, keluar tiada henti seiring kocokan jemari tangannya yang semakin cepat.

"CLOK...CLOK... CLOK..."
Suara tusukan jemari nakal Citra pada vaginanya mulai terdengar nyaring. 

"Sodok memek aku Seettt... Ayo sodok... Ooooggghhh.... Terus Setoooo...." Semakin lama kocokan jemari tangannya semakin cepat. 

"Terus Neeeng Citra... Kobel terus memek mulusmu Neeeng... "Erang pak Utet sambil membelalakkan matanya, "Puasin dirimu sayang... Ssshhh.... Kobel teruuuusss sampe moncoott... Dasar wanita nakaaalll..." Erang Pak Utet yang juga melakukan hal serupa, membetoti batang penis tuanya yang sudah semakin renta. Berusaha terus mengimbangi kenikmatan semu persetubuhan akibat terlalu lama tak merasakan kenikmatan vagina wanita. "Aku harus bisa mendapatkan kenikmatan tubuhnya... Aku harus bisa memasukkan kontol tuaku kedalam memek sempit itu... Aku harus bisa..." Kata pak Utet dalam hati. 

Merasa gelombang orgasmenya mulai datang membuat masturbasi Citra semakin dahsyat. Jilatan lidah ke payudaranya semakin buas dan kocokan jemari lentik di vaginanya juga semakin cepat. "Hooooohhh.... Sssshhhh.. Terus sayaaanng... Sodok terus memek aku dengan titit besarmu... Teruuuss... OOhhh... "

Ditusuk-tusuk sedemikian rupa, membuat vagina Citra terlihat semakin menggoda. Vagina yang semula putih gemuk itu sekarang sudah berwarna kemerahan dan tembem. Cairan kewanitaannya juga mengalir begitu hebat, hingga menetes-netes jatuh keatas kursi tempatnya duduk.

"CLOK... CLOK... CLOK..."

Perlahan tapi pasti, Citra merasakan ada sesuatu akan meledak keluar dari dalam tubuhnya. Desakannya terasa semakin lama semakin kuat, hingga membuat tubuh indahnya meliuk-liuk dan menggeliat tidak karuan. Bibir basahnya terus mendesah menceracau. Nafasnya semakin cepat dan badannya menghangat, seolah terserang demam tinggi. Hingga akhirnya ia merasa ingin ingin pipis.

"Ssshhh.. Aku nggak tahan lagi Set... "

"NENG CITRA...." Mendadak, sesosok pria muncul dari balik tembok dan memutuskan rentetan pra-orgasme Citra. "Lagi ngapain Neng...?" Tanyanya lagi dengan mata yang tak berkedip menatap ke arah Citra.
"Eee.. Eh Pak Utet..." Citra kaget sekaget-kagetnya. Saking kagetnya wajah Citra langsung memucat. Ia tak tahu harus berbuat apa. Buru-buru ia segera jongkok, berusaha menyembunyikan tubuh telanjangnya.

Sambil jongkok Citra buru-buru membetulkan semua pakaiannya yang berantakan. Menutup kancing kemejanya yang terbuka dan menurunkan rok pendeknya yang tersingkap sampai pusar.

"Udah Neng... Nggak usah dibenerin bajunya... Bapak sudah tahu kebiasaanmu kok..." Kata pak Utet lagi sembari mendekat kearah Citra. Mendadak, mata Citra seolah mau copot. Pak Utet mendekat ke arahnya dengan tanpa mengenakan celana sama sekali. Ia mendekat dengan penis yang sudah mengacung tinggi. "Bapak bisa membantumu menuntaskan nafsu birahimu Neng..." Ucap pak Utet dengan tatapan mata penuh nafsu..

Diraihnya lengan mulus Citra, dan diajaknya bangkit dari posisi jongkoknya. " Pak... Jangan Pak.." Pinta Citra seolah tau maksud pak Utet sambil berusaha melepaskan pegangan tangannya. 

"Berdiri Neng... Kamu nggak usah takut ya Cah Ayu..." Pinta Pak Utet tegas.
"Aku malu pak.. Jangan..."

Karena nafsu Pak Utet sudah sampai ubun-ubun, ia sama sekali tak menggubris larangan Citra. Dengan nafas mendengus-dengus, lelaki tua itu membalik tubuh Citra dan memeluknya dari belakang. Mulut tebalnya lalu menciumi leher jenjang Citra dan tangannya mulai meremasi payudara Citra dengan buas. 

Sadar jika ia terjebak dalam dekapan lelaki tua itu, Citra berusaha menjauh dari. Tapi karena tenaga wanitanya berbeda jauh, semua itu terasa sia-sia. Citra yang bertubuh jauh lebih kecil dari pak Utet merasa terkunci, sama sekali tak dapat melepaskan diri dari dekapan lelaki tua itu.
"To... Tolong ja... Jangan apa-apakan saya pak... Le-lepaskan saya Pak..." 
"Nggak apa-apa kok Neng... Kita sama-sama butuh kepuasan... Biarkan bapak membantumu melepaskan beban birahimu..." ujar Pak Utet yang terus meremasi payudara Citra dari belakang, dan mendesak tubuh rampingnya kedepan hingga ke menabrak meja kerjanya.

"Ahhh... Titit Pak Utet tepat di sela-sela pantatku... Dia akan memperkosaku..." Gelisah Citra ketika merasakan tonjolan hangat penis pak Utet yang mulai berdenyut di belahan pantatnya. "Tititnya besar sekali.... "
"Ayolah Neng... Mumpung kantor sepi..." ucap Pak Utet sembari terus meremasi payudaranya dan menciumi tengkuk leher Citra. "Yuk Neng... Sebelum orang-orang kantor pada balik... Bapak bantu muasin nafsu birahimu.... " Tambahnya lagi sambil meremas payudara Citra keras-keras. 
"Aduh pak... Sakit..."
"Bapak tahu semuanya kok Neng... Kamu sebenernya merasa kurang mendapatkan kepuasan dari suamimu khan? Mmppphhh...." Kata Pak Utet sambil menciumi tengkuk leher Citra. "Kontol kecil suamimu pasti nggak pernah bisa memberikanmu kenikmatan khan? "

Tak menjawab, Citra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, mencoba menolak semua doktrin yang diberikan oleh lelaki tua itu. 
"Bapak bisa tau Neng... Kontol kecil suamimu pasti tak pernah bisa bermain lama. Kontol suamimu pasti selalu moncrot dikala kamu sedang mencoba menikmatinya... " Bisik Pak Utet, "Ayolah Neng... Terima tawaran bapak... Selama ini kamu pasti sering membayangkan gimana rasanya ngentot dengan kontol yang jauh lebih besar dari kontol suamimu.... Kamu penasaran dengan kontol pria-pria lain... Percuma Neng punya suami tapi tak pernah bisa memberikan kenikmatan duniawi... Kalau dibiarkan, sampai kapan Neng bakal mengobok-obok memekmu terus..? "

Entah kenapa, kalimat-kalimat yang dikatakan oleh Pak Utet begitu mengena di hati Citra.

"Ayo Neng... Buruan... Bapak bisa memberimu kenikmatan, sebelum teman-teman kantormu balik... Hanya 10 menit Neng... Bapak bisa memberimu orgasme... Ayo Neng.. Terima tawaran Bapak.. ".

"Citra... Tak ada salahnya menuruti nasehat lelaki tua itu... " Pikir Citra galau. "Toh Mas Marwan sudah memintamu untuk mencari kontol-kontol pria lain... Jadi terima saja tawaran pak Utet ini..."

Entah karena nafsu birahinya yang sudah terlanjur tinggi atau terkena hipnotis lelaki tua itu, Citra tiba-tiba mengangguk setuju. Iapun lalu melemaskan pertahanan tubuhnya. Citra Agustina menerima tawaran mesum cleaning service itu. Terlebih, pelampiasan masturbasinya beberapa saat tadi perlu penuntasan secara cepat.

"Naaahh... Begitu khan enak Neeeng..." kata Pak Utet yang dengan nafas penuh nafsu terus-terusan menciumi tengkuk Citra sambil meremasi payudara indahnya. "Tetekmu benar-benar gede Neng... Montok... Sayang banget kalo nggak diapa-apain... Cuppp..cuuuppp" kata Pak Utet mesum sambil merabai perut dan vagina Citra dari belakang.
"Pak... Jangan keras-keras ya..."
"Hak... hak... hak.." Tawa Pak Utet keras-keras.

Karena nafsu setan pak Utet sudah begitu besar, ia segera mendekatkan pinggulnya ke pantat Citra dan mulai menempatkan kepala penisnya yang sudah berkedut di lubang vagina Citra.

"Maafkan adek Mas..." Kata Citra dalam hati. "Adek hanya mencari kepuasan birahi semata, cintaku masih tetap hanya untukmu..."

Dengan pasrah Citra segera menundukkan tubuhnya kedepan, dan membuka pahanya lebar-lebar, membiarkan penis lelaki tua itu masuk ke dalam tubuhnya.
"Ooohhh... Susah banget Neng... Kontolku sepertinya kesulitan menjebol memek sempitmu..." Ucap Pak Utet bingung.

Penasaran akan penis Pak Utet, Citra segera menengok ke belakang. Dan, seketika itu pula, Citra langsung tahu penyebab sulitnya penis Pak Utet untuk dapat masuk ke liang senggamanya.

"Pak... Tititmu besar sekali..." Jerit Citra panik. Ia buru-buru menjauh dari gesekan penis lelaki tua itu. 
"Titit...? Ini KONTOL Neng... KONTOL... hak hak hak.." Jawab Pak Utet sambil mencoba kembali menusukkan kepala penisnya ke vagina Citra dari belakang.
"Jangan Pak.... Sakit... Pasti sakiiitt..." Jerit Citra lagi. "Paaakkk... jangaaaannn.."
"Sttt.... Udah-udah... Kamu diam dan nikmatin saja ya Neng... " Erang Pak Utet yang kesulitan menusukkan batang penisnya ke liang kenikmatan Citra.
"Sakit paaaakk... Saaakiiitttt..." Jerit Citra begitu merasakan kepala kemaluan Pak Utet mulai memaksa masuk kedalam vaginanya, membuka lebar mulut celah kewanitaannya hingga batas terlebarnya.
"Sabar Neng... Bentar lagi pasti enak kok... Kamu kesakitan gara-gara kontol kecil suamimu tak pernah memberi kenikmatan... Kontol kecil suamimu mah apa enaknya... Enakan KONTOL BESARKU Neng..."

Mendengar Pak Utet menghina suaminya, Citra mendadak merasakan sensasi aneh. Sensasi nikmat antara sakit hati dan rasa gatal akan sodokan penis besar di vagina, membuatnya mulai merasa keenakan. Secara tiba-tiba Citra semakin membuka lebar-lebar pahanya, supaya mempermudah lelaki tua itu membongkar vaginanya. 

"Hak hak hak... Benar-benar istri yang pengertian..."
"Ssshh.... Pak... pelan-pelan..." Pinta Citra sambil terus merasakan dorongan kasar penis besar Pak Utet. Ia sadar jika dalam beberapa detik kedepan, vagina sempitnya akan menerima sodokan penis lelaki lain.

"Sesak banget memek aku Pak... Ssssakit..." jerit Citra lemah ketika ia merasakan kepala penis Pak Utet yang berukuran cukup besar itu mulai memasuki gerbang vaginanya. Citra menarik nafas panjang, sodokan penis besar itu membuat Citra ingin menangis. Namun beruntung, lendir yang keluar ketika ia bermastubasi beberapa saat tadi sedikit banyak agak membantu mengurangi peretnya persetubuhan terlarang mereka. Perlahan tapi pasti, penis Pak Utet yang besar itu mulai masuk perlahan ke dalam vagina Citra, dan menggesek semua syaraf kenikmatannya.

Pelan tapi pasti, vagina sempit Citra menelan penis panjang Pak Utet. Sedikit-demi sedikit mulut dan rongga vaginanya melar, berusaha menyesuaikan diri dengan bentuk penis pria lain ini. "Uuuuggghhh... Pak... Sakit... Ssshh... Ampun Paaakkk..." Desah Citra sambil mengigit bibir bawahnya. Antara bingung, takut dan takjub, Citra tak dapat berkata apa-apa. Ia hanya bisa merintih-rintih sambil terus berusaha menikmati batang panjang Pak Utet ketika merasuk kedalam vaginanya. "Sakit paaaakkk...." 

PLEK..

Akhirnya, tak beberapa lama kemudian, batang penis Pak Utet berhasil amblas seluruhnya ke dalam liang kenikmatan Citra. "Ooooohhhh.... Aastagaaa... Ppanjang banget titit lelaki tua ini...." kata Citra dalam hati.

Melihat tubuh Citra yang masih tegang karena dimasuki penis besarnya, Pak Utet tak buru-buru langsung menggoyangkannya. Ia membiarkan Citra untuk dapat menikmati kebesaran batang kelaminnya.
" Hak hak hak... Mentok banget Neng..." Tawa Pak Utet puas. "Goblok sekali suamimu ya Neng... Menyia-nyiakan memek selegit ini... Hak hak hak" 
"Ooohhhhmmmm.... " tak menjawab apapun, Citra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kenapa Neng...?" 
" Ssaakit Ppaaakk... Terasa penuh banget..."
"Masa sih? Sakit apa enak? Hak hak hak ..." Canda Pak utet, "Kalo sakit, memekmu nggak mungkin bakal memijat kontolku seperti ini Neng...Hak hak hak..."

Merasa kebohongannya diketahui Pak Utet, muka Citra seketika memerah. "Mulutmu mungkin bisa berbohong, tapi memekmu berkata sejujurnya... Kamu menikmati kontol besarku khaaaann? Hak hak hak...".

Tak sadar, Citra mengangguk. Ia mengakui kenikmatan yang sedang ia rasakan memang membuatnya seolah terbang. Meskipun pada awalnya ia tak menyukainya, namun entah kenapa, tiba-tiba ia merasakan kenikmatan yan sangat luar biasa.

"Gimana neng...? Mau diterusin apa nggak...?" Goda Pak Utet sambil perlahan mulai menarik batang penisnya keluar dari vagina Citra. 
"Oooohhh... Paaak...." geleng-geleng Citra. Ia menyadari jika penis lelaki tua itu mampu mengalahkan rasa malunya. "Jangan Paaak..."
"Jangannnn...? Bener nih...? Kalo nggak mau, kontolnya bapak cabut loh ya..?"
"Jangan Pak..." 
"Looohh.. Kok? Jangan gimana Neng? Bapak nggak ngerti... " tanya Pak Utet pura-pura.
"Jangan dicabut... Pak ... Masukin lagi... "
"Masukin? Masukin gimana Cah Ayuuuu... Masukin apanyaaa..?"
"Masukin tititmu Pak... Sodok memek aku..."
"Titit? Maksud Neng KONTOL? Neng mau bapak nyodokin KONTOL bapak ke memek kamu.... Gitu?" 
"Iya Pak... KONTOL... Sodok memek aku dengan KONTOLMU..."
"Naaah Gitu donk... Khan bapak jadi ngerti maksudnya... Hak hak hak.. " Goda Pak Utet puas. "Kamu benar-benar wanita nakal Neng... Ayo sebut... Aku memang wanita nakal..."
"Iya pak... Aku nakal... Oooohh... Aayo Pak... Buruan sodok memek akuuuu..." Jerit Citra yang sudah benar-benar tak mampu menahan gatal birahi di vaginanya. 
"Hak hak hak.... Iya Bapak sodok nih... Uhh... Uhhh..Uhhh..." Balas Pak Utet buru-buru memajukan pinggulnya. "Sumpah Neng... Memek kamu peret banget.... Pasti kontol suamimu kecil banget ya? Pasti kamu tak pernah terpuaskan olehnya ya? Hak hak hak..."
"OOoooohhh... Iya Pak.. Iyaaaaaa... KONTOL MAS MARWAN MEMANG TAK PERNAH MEMUASKAN AKU....SODOK TERUS PAK.... TERUUUUSSSS..."Jerit Citra tak tertahankan. Kenikmatan akan persetubuhan terlarang itu membuat dirinya benar-benar lupa daratan. 
"HAK HAK HAK.." Tawa Pak Utet puas.

Dengan kekuatan penuh, pak Utet segera menyodokkan penisnya kuat-kuat. Hingga membuat tubuh ramping Citra terdorong-dorong kedepan, menabrak meja. "Oooouuggghhh... Memekmu sempit sekali Neeeeng.. Pantatmu juga semoookk... Bikin bapak pengen nyodok lubang anusmu saja...Oooouuuhhh.. Neeeng ENAAK BANGEEEETTT..." jerit pak Utet.
"iya Paaakk ... oooohhh..." teriak Citra tak mau kalah. Dengan tubuh yang ditunggingkan, Citra membuka pahanya lebar-lebar supaya penis besar pak Utet dapat memompa vaginanya lebih cepat lagi. "Sodok yang keras Pak... Sodok memek aku paaaak.. " 
"Neng Citraaaa... Kamu benar-benar istri yang nakal.." Goda Pak Utet."Mirip pelacur murahan.... Hak hak hak.." Tawa pak Utet puas sambil menusuk lubang anus Citra dengan jemari gempalnya.

"Mmmppphhhhh.... Ooouuhh Paakk... Sodok yang kenceng Pak... Aku mau keluar... " 
"Kita keluar bareng ya Neeeng...." Tiba-tiba pak Utet mengerang dan menekan tubuh Citra keras-keras. Berkali-kali ia menghentakkan penisnya dalam-dalam hingga membuat Citra mengerang keenakan. Sepertinya, lelaki renta itu sudah tak mampu lagi menahan luapan orgasmenya. "Ooohhhhh.... Neeenng.. ENAAAKKK... "

CROT CROOT CROOOT..

Bertubi-tubi, penis Pak Utet itu menyemburkan sperma panasnya, memenuhi setiap rongga vagina Citra. Denyutan demi denyutan penis tua itu terasa begitu nyata, menghantarkan benih-benih kehidupan ke liang rahim Citra
"Neng ... Makasih ya suguhan memeknya.... Memang, tak ada yang lebih enak selain ngentotin memek istri orang lain... Hak hak hak..."
"Iiiihh Bapak... Kok ngomongnya mesum gitu.. Iya pak... Sama-sama... Hihihi..." jawab Citra spontan, rupanya ia masih tak sadar jika vaginanya baru saja disembur oleh jutaan sperma dari penis lelaki lain. Ia hanya berharap jika sperma panas pak Utep tak berhasil membuahi telur-telur dirahimnya.

"Neng Citra Agustina... Makasih ya Neng sudah memberi kenikmatan buat bapak..." Kata pak Utep sambil menciumi tengkuk leher Citra. "Sekali lagi makasih...." 

Tak beberapa lama, pak Utep pun segera mencabut penisnya yang telah lemas, lalu iapun menghilang ke balik tembok. Meninggalkan Citra yang masih terengah-engah keenakan di atas meja kerjanya, telungkup tak berdaya membiarkan sperma lelaki tua itu menetes-netes keluar dari vagina mulusnya.

Termenung, Citra berusaha memikirkan apa yang baru saja menimpa dirinya. Menarik nafas dalam-dalam, Citra mencoba menikmati sisa-sisa denyut orgasmenya. 

"Mas Marwan, terima kasih.... Berkat anjuran kalimat-kalimat kotormu tadi pagi, Adek jadi bisa merasakan apa itu namanya kenikmatan dalam persetubuhan... Nikmatnya ketika bercinta... Nikmatnya ketika orgasme... " Kata Citra dalam hati, "Adek sadar kalau Adek memintamu terlalu banyak, menuntutmu terlalu banyak... Oleh karena itu Mas, mulai saat ini, Adek tak akan meminta apapun darimu lagi Mas... Adek sudah menemukan apa yang adek cari... Adek sudah menemukan apa yang mas Marwan inginkan, sesuai anjuranmu tadi pagi..."

Setitik air mata tiba-tiba mengalir keluar dari mata indah Citra. Mengalir tanpa bisa ia bendung lagi. Terisak, wanita cantik itu terisak setelah sadar kenakalan yang telah ia perbuat dengan lelaki yang bukan suaminya. Dalam posisi yang masih belum berubah, Citra menangis tersedu-sedu. Semua perasaan bercampur menjadi satu. Antara menyesal, bingung, takut, dan senang, tak bisa ia gambarkan. Yang jelas, saat itu tubuhnya baru saja merasakan kenikmatan dalam persetubuhan.

Ditengah isak tangisnya, jemari Citra meraba vaginanya yang masih meneteskan sperma lelaki lain, ia masukkan perlahan kedalam vaginanya, lalu itu jilat. "Ini adalah sperma lelaki lain pertama yang tersembur di dalam rahimku... " Ucap Citra lagi dalam hati. "Mas... Adek telah memberikan mahkota kenikatan Adek yang harusnya buat mas semata kepada lelaki lain... Dan Adek ternyata menyukainya... Mungkin ini bukan persetubuhan terakhir Adek dengan lelaki lain Mas... Mungkin ini baru yang pertama...."

Sambil mulai merasakan kembali sisa-sisa kenikmatan orgasme yang masih ia rasakan, tersungging sebuah senyum kepuasan di wajah cantik Citra. "Terima kasih Mas Marwan... Maafkan Adek..."

JGREK JGREEK JGREK.... 
Dengan kekuatan penuh, Pak Utet berusaha menyalakan mesin motor tuanya. Kaki rentanya berulangkali menendang pedal starter motornya kuat-kuat, berharap mesin motor bututnya dapat segera menyala.

JGREK JGREEK JGREK.... 
BRUUUUMMMM BRUUUUMMMM...

"Semangat amat pak..?" Tanya Bu Ratmi, istri Pak Utet, "Nendangnya jangan kenceng-kenceng, eling encoknya, ntar malah kambuh lagi... hihihihi..."
"Hak hak hak...Bu'ne-bu'ne... Wong wes jelas keliatan sehat gini kok encok'an..."
"Hari ini berangkat kerja bareng Neng Citra lagi pak?" Tanya Bu Ratmi lagi sambil menunggingkan pantatnya, mencantelkan bekal Pak Utet, gorengan pisang di gantungan motornya. 
"Ho'oh Bu'ne..."
"Kok pagi-pagi kamu udah ngaceng aja pak'e?" 
"Hah...? Ngaceng...? Mana...?" Tanya Pak Utet pura-pura tak tahu.
"Niiiihhhh..." Jawab Bu Ratmi ketus sambil meremas penis besar suaminya dari luar celana, "Kamu ngaceng mbayangin Neng Citra ya...?"
"Hak hak hak ...Mbayangin Neng Citra piye toh? Aku itu ngaceng karena liat bokongmu kuwi loh Bu'ne... Nyangkutin makanan aja sampe nungging-nungging gitu... Semok montoknya pengen dicoblos... "
"Beneran pengen nyoblos...?" Tanya Bu Ratmi Manja, "Nih kalo mau nyoblos... " Goda Bu Ratmi sambil mengangkat belakang dasternya tinggi-tinggi sampai kebatas pinggul. Memamerkan kemulusan pantat bulatnya yang berwarna coklat menggoda.
"Heeeh.... Kok nggak pake kancut kowe bu.."
"Hihihi... Ben gampang kalo mau nyoblosnya pak... Yuk buruan..."
"Kowe iki loh.. Masih diteras kok malah buka-buka daster.. Ntar ada yang liat loh...."
"Haadeeehhh... Nggak bakalan ada kok.... Khan ini masih subuh... Wes ayo buruan dicoblos... Aku wes siap..." Kata Bu Ratmi yang semakin menaikkan dasternya sambil merentangkan pahanya lebar-lebar. Sengaja memamerkan lubang pantat dan vaginanya yang ditumbuhi rambut lebat.

Karena posisi garasi motor Pak Utet ada di halaman samping rumah, Bu Ratmi sama sekali tak merasa risih untuk membuka baju. Terlebih dihalaman itu juga terdapat toko kelontong yang berpagar spanduk, membuat mereka berdua merasa aman untuk melakukan persetubuhan diluar ruang.

"Hak hak hak.... Gatel banget kowe Bu'ne...?"
"Laaaah... Khan ama suami sendiri gatelnya....Weeeekkk" Ejek Bu Ratmi, "Wes pak... Ayooo.." Ajak Bu Ratmi menggandeng pergelangan tangan Pak Utet ke arah kursi bambu di samping pintu toko.

Tanpa basa-basi, Pak Utet langsung meladeni permintaan istrinya. Ia lalu mematikan mesin motornya dan menurunkan resleting celananya. Dengan nafas menggebu karena nafsu, Pak Utet segera mengeluarkan penisnya yang sudah mengacung keras dan meminta Bu Ratmi yang sudah duduk di kursi bambu untuk menghisapnya. 

Mengerti permintaan suaminya, Bu Ratmi segera membuka mulutnya dan mulai menghisapi penis Pak Utet. "Sluuurpp.. Kontolmu memang besar banget pak..." Puji Bu Ratmi. Walau sudah menikah lebih dari 10 tahun, Bu Ratmi tetap saja kagum akan kebesaran penis suaminya. Ia bahkan sering memamerkan kehebatan suaminya diranjang kepada rekan gosipnya.
"Kontol kaya gini nih yang selalu bikin wanita tergila-gila... Sluuurrpp..." Kata Bu Ratmi tante sambil terus menjilati dan mengocok penis Pak Utet
"Wuenak banget Bu'ne.."

Bu Ratmi lalu menurunkan tali dasternya dan mengeluarkan payudara besarnya yang berwarna sawo matang. Dengan ganas, Bu Ratmi lalu menggosok-gosokkan penis suaminya di payudaranya. Melumat lembut batang kebanggaan suaminya itu dengan daging bulatnya. 
"Ouuuugh.. Bu'neeeee.. Nikmat bangettt...." Desah Pak Utet sambil bersandar memegangi dinding toko. 

Tiba-tiba Bu Ratmi menghentikan kegiatannya, ia lalu merebahkan diri di atas kursi mambu lalu mengarahkan penis Pak Utet ke vaginanya.
"Wes... Ayo Pak....Cepet... Entotin aku pak..." Kata Bu Ratmi tak sabaran.

Tanpa diperintah lagi, Pak Utet langsung menancapkan kepala penisnya dibibir vagina Bu Ratmi.
“Oooughh..”, teriak Bu Ratmi.
“Kenapa Bu'ne..?”.
“Enak pak.... Penuh banget.... Wes... Ayo terusin..”

Melihat istriny merem melek keenakan, Pak Utet kembali menusukkan kepala penisnya. Perlahan, kepala penis itu mulai menyeruak masuk ke dalam vagina Bu Ratmi.
“Sakit nggak Bu'ne...? Sempit tenan tempikmu...”
“Nggak pak.. Terusin saja.... Oough..Terus pak..Ooughh...”.

Tak lama, batang penis Pak Utet akhirnya dapat terbenam seluruhnya, hanya menyisakan kumpulan rambut keriting kelamin mereka.
"Goyangin kontolmu pak... Ayo disodok-sodok..."

Perlahan tapi pasti, pak Utet mulai menggerakkan pinggulnya. Menarik dan mendorong penisnya ke dalam vagina Bu Ratmi yang berjembut lebat. Semakin lama, sodokan pinggul Pak Utet semakin cepat, menusuk dan mencabut vagina legit istrinya. 

“Oughh paak... Teruuusss..."
"Hoooohhh.... Wenak Bu'ne...?" 
"Wuenak banget paaakkk... " Kata Bu Ratmi sambil merem-melek.
"Hak hak hak.... "
"Ojo keluar duluan ya pak..." Tambah Bu Ratmi sembari meremasi payudaranya. 

Melihat Bu Ratmi meremasi payudaranya, membuat pak Utet tiba-tiba teringat kepada Citra Agustina, istri Marwan. Walau payudara 36B milik istrinya yang tak semulus dan sebesar payudara Citra yang 36D, tetap saja mampu membuat Pak Utet kesetanan. Setiap kali daging bulat itu bergoyang seiring sodokan batang penisnya, Pak Utet meremasnya keras-keras.

"Uuuuhhh.... Paaakk... Sakiittt... " Jerit Bu Ratmi.

Mendengar istrinya kesakitan, Pak Utet seperti semakin kesetanan. Ia semakin mempercepat gerakan badannya. Maju mundur maju mundur. Dengan buas, lelaki tua juga menciumi puting payudara istrinya yang berwarna coklat kehitaman itu.

“Ough... pak... " Tiba-tiba Bu Ratmi menarik tubuh Pak Utet supaya mendekat ke badannya, "Paaakk...aku mau muncrat pak.... 

Melihat istrinya kelojotan, Pak Utet semakin mempercepat gerakannya. 

CLOK CLOK CLOK CLOK
Suara persetubuhan kelamin mereka terdengar begitu basah dan nyaring.
CLOK CLOK CLOK CLOK

"OOOOooooohhhhhhggg paaaaakkkk.... Aku muncrat paaakk... Kontolmu bikin tempikku enaaaak banggetttt... Terus paaakk... Goyang teruuuss..." 

CREETT CRETTT CREEETT...

Tak perlu waktu lama, Bu Ratmi tenggelam di dalam orgasmenya. Meninggalkan Pak Utet jauh dibelakang.

"Hak hak hak.... Wes muncrat Bu'ne...? Wes puas...?"
"Hihihihi....Ho'oh pak... Nih coba kowe rasain pijetan tempikku...." 
"Hak hak hak... Hiya... Meres banget ngurutnya..."
"Hihihihi... Makasih yo pak... Kowe mesti iso bikin aku puas pak..."
"Yowes kalo gitu... aku berangkat kerja dulu yaaa.." tanya Pak Utet yang buru-buru mencabut penisnya yang masih keras dari vagina istrinya.

PLOOP

"Sssshh....... Looohhh.... Kowe nggak mau muncratin pejuhnya sekalian pak...?"
"Nggak ah Bu'ne... Ntar kalo aku muncrat, siangnya pasti ngantuk..." Kata Pak Utet beralasan.
"Ntar kentang looohhh....?"
"Hak hak hak... Khan bisa nanti sore lagi..."
"Yowes kalo gitu... Sini aku jilatin dulu deh... Biar bersih..." Kata Bu Ratmi yang tanpa membetukan dasternya yang terbuka dibagian dada, buru-buru duduk dan menjilati penis suaminya.
"Pak...."
"Hmmmm...."
"Bener tadi kowe ngaceng bukan gara-gara mbayangin Neng Citra...?
"Haaaah...? Kok kowe mikirnya gitu..?"
"Ya kali ajah kowe kepincut ama Neng Citra... Dia khan cantik, putih, seksi, mulus, semok... Pokoknya aku ngerti lah pak wanita kesukaanmu.."
"Owalah... Hak hak hak... Cuman lelaki HOMO Bu'ne, yang nggak ngaceng kalo mbayangin Neng Citra..."
"Paaak'eee..." Potong Bu Ratmi manja sambil menggigit batang penis Pak Utet.
"Iiii... iyaaa iyaaa ampuuunnnn.... Hak hak hak ..." 
"Awas yaaaa... Jangan main-main ama dia..."
"hak hak hak... Kowe ngomong opo toh Bu'ne....Kowe khan ngerti, tak ada wanita lain yang lebih cantik daripada dirimu...."
"Gombal.... Awas aja loh ya kalo macem-macem ama wanita lain. Aku bakal potong kontolmu ini loh, biar ga bisa ngaceng lagi... " Kata Bu Ratmi sambil meremas kantong pelir Pak Utet yang mengantung lemas itu keras-keras.
"Uuuugghh ngilu.. Yakin mau motong kontol aku...? Ntar memek gatelmu nggak ada yang nggarukin lagi loh...?"
"Hihihihi... Iya juga ya..."
"Hak hak hak... Kowe tuh ada-ada aja, wanita secantik Neng Citra, mana mau ama kakek-peyot renta kaya aku bu... Ngimpi... Hak hak hak...
"Ya intinya aku nggak mau pak'e jadi berpindah kelain hati.... " Kata Bu Ratmi manja.
"Hak hak hak... uwes-uwes, ojo guyon wae... Ntar malah aku jadi makin telat iki...".
"Ojo ngebut" Pesan Bu Ratmi.
"iyooo..."
"Ojo balapan"
"Ho'ooohh..."
"Ojo ngajak boncengannya mampir mampir..."
"Hehehe..."
"Laaah... Malah nyegir-nyengir... Beneran ini pak'e... Kamu jangan macam-macam ama istri Mas Marwan kuwi loh yaa..."
"Iyeeee... Bu'ne-ku saaaayaaaannggg...."
"Pokok'e.... Sing ati-ati dijalan ya Pak'e..." 

Dengan wajah ceria, Pak Utet memberikan kecupan sayang ke dahi istrinya. "Doain aku biar hari ini selamat sampe kantor ya Bu'ne... Aku jalan dulu..."

Secepat kilat, Pak Utet buru-buru memutar tuas gasnya dan memacu motor tuanya secepat mungkin ke rumah Citra. Bak pembalap profesional, semua tikungan jalan ia libas degan mudah. Sehingga tak lama kemudian, lelaki tua itu sudah berasa di rumah kontrakan Citra. 

Tanpa Bu Ratmi ketahui, sudah hampir seminggu ini Pak Utet bermain api dengan istri Marwan. Dan sudah selama itu pula penis besar suaminya sering bersarang dan memuntahkan benih cintanya kerahim Citra. Berangkat ke kantor bareng hanyalah sebuah kedok abal-abal yang digunakan pak Utet dan Citra untuk mengelabui orang-orang sekitar mengenai kedekatan hubungan kelamin mereka. 

Begitu pula dengan Marwan, selama ini ia tak mengetahui jika istri tercintanya telah bermain serong dengan seorang office boy kantor. Yang ia tahu hanyalah, demi menghemat pengeluaran bulanan, Citra merelakan dirinya berpanas-panas naik motor tua untuk bisa berangkat pulang bersama seorang lelaki tua. Marwan tak tahu jika selain itu, Citra juga merelakan tubuh dan aurat tubuhnya untuk dinikmati lelaki berpenis besar itu.

"Selamat pagi Mas Marwan... Neng Citranya ada?" Ucap Pak Utet sopan sambil memarkir motor tuanya dihalaman rumah Marwan..
"Ehh... Pak Utet... Pagi Pak... " Jawab Marwan, "Bentar ya pak... Sepertinya Citra baru mau mandi... Sayaaaanggg... Buruan mandinyaa... Pak Utet udah datang niihh..." Teriak Marwan lagi.
"Udah-udah nggak apa-apa mas... Santai saja..."
"Citra mah kalo mandi memang lama banget...."
"Hak hak hak... Biasa itu mas... Semua wanita memang seperti itu..." Kata Pak Utet,"Eh iya mas... Ini ada gorengan dari istri saya, lumayan buat sarapan..."
"Wuuuaaaah kebetulan pak ... Makasih banyak pak, udah mau repot-repot terus tiap pagi.... Hehehe..."
"Hakha hak... Ah, hanya pisang goreng aja kok mas.... Nggak usah terlalu dibesar-besarkan..
"Hehehe... Makasih banyak ya pak..... Yaudah... Masuk aja pak... Tunggu di dalam..." Kata Marwan mempersilakan tamunya masuk, "Saya mau beli rokok dulu diwarung depan..."

Melihat Marwan berjalan menjauh dari rumah dan meninggalkan istrinya mandi sendirian, tiba-tiba muncul pikiran iseng di otak Pak Utet. Alih-alih menunggu Citra selesai mandi, Pak Utet malah ingin ikut mandi bareng. Dan segera saja ia menuju kamar mandi, lalu mengetuk pintunya pelan.

TOK TOK TOK

"Yaaa masss... Masuk ajaa... Nggak dikunci kok..." Kata Citra lantang dari dalam kamar mandi. Tak lama, pintu kamar mandi terbuka dan memperlihatkan sesosok wanita yang sedang telanjang bulat dengan rambut penuh busa. 

Rupanya pagi itu Citra sedang keramas. Dan karena rambutnya penuh busa, Citra tak mampu melihat ke arah Pak Utet berdiri. 

Celingukan, Pak Utet memperhatikan kondisi sekitar. "Aman..." Buru-buru ia masuk ke dalam kamar mandi, melepas semua bajunya, dan menggantungkannya di pintu kamar mandi. 

"Kamu mau ikutan mandi mas...?" Tanya Citra. Rupanya ia masih belum sadar jika lelaki yang masuk kedalam kamar mandinya itu bukanlah suaminya " Pak Utet ditinggal diluar ya..?"

Tanpa menjawab apapun, Pak Utet langsung mendekat ke tubuh basah Citra, lalu meraih payudara Citra yang menggantung basah dari belakang. Dan dengan penis yang sudah mulai berdiri, Pak Utet menempelkannya ke belahan pantat Citra sambil menciumi tengkuk wanita cantik itu.

"Uuuhh... Mas.... Nafsu amat.... " Kata Citra yang merasa penis lelaki yang ada dibelakangnya mulai menyelip ke dekat bibir vaginanya.
"SLUURRPP... SLUUURRRPPPP" Jilat Pak Utet pada tengkuk leher Citra sambil sesekali menggigitnya pelan. 
"Ssshh... Tumben tititmu pagi-pagi udah keras dan gini mas... Uuuhh..." Desah Citra sambil mulai memaju mundurkan pinggulnya, "Jadi bikin adek sange mas..."

BYUUUURRR....
Dengan santai, Citra mengguyur rambut panjangnya, membuat busa-busa shampo terbilas habis. Lalu dengan sekali seka, ia singkirkan rambut-rambut yang menutup wajahnya, dan menengok kebelakang.

"Pak Utet...?" Ucap Citra kaget 
"Pagi Neeeng Citra Agustinaku sayaaang..." panggil Pak Utet dengan nada manja.
“Looohhh... Kok...?... Bapak ngapain masuk kesini? Mas Marwan,...?
"Hak hak hak... Santai saja Cah ayu.. Suamimu sedang ke warung depan buat beli rokok.."
"Tapi tapi... Bukan berarti bapak bisa masuk kekamar mandi seenaknya begini Paak..."
"Habisan ada yang kangen nih... Hak hak hak" Kata Pak Utet sambil kembali menggesek-gesekkan batang penisnya di belahan pantat Citra.
"Idihhh.... Pantesan kok aku ngerasa titit mas Marwan agak gedhean.... Eh ternyata itu tititnya Pak Utet..."
"Titit...? Titit mah punya laki kamu Neng... Kalo segede gini mah namanya KONTOL... Hak hak hak..." 
"Eh iya bener... Si KONTOL MESUM... hihihihi..." Ucap Citra sambil tertawa, segera saja, iapun langsung berjongkok dihadapan selangkangan Pak Utet dan mulai menciumi serta mengocok penis lelaki tua itu, "Khan kangen yang itu bisa dilakukan dikantor pak... . Tapi nggak apa-apa deh, mumpung pagi ini aku belum dapet enak dari suamiku...hihihi..."
"Dasar bini gatel... hak hak hak..."
"Gatel minta digaruk kontol lelaki lain ya pak... Hihihihi... Ya sudah... Sini masukin..."

Segera saja, Citra langsung berdiri dan membalikkan badan. Sambil berpegangan pada bibir bak mandi, ia menunggingkan pantatnya, menyajikan vaginanya untuk disetubuhi lelaki tua ini.

Tanpa basa-basi lagi, Pak Utet mendekat maju dan menyibakkan kedua belahan pantat Citra sambil mendekatkan kepala penisnya yang sudah menegang ke vagina Citra. Karena tubuh Citra sudah basah karena guyuran air, tak sulit bagi Pak Utet untuk dapat menyarangkan kepala penisnya masuk kedalam vagina Citra.

CLEEEEPP

"Uuuuhhh.. Enak banget pak..." Desah Citra keenakan, "Ayo masukin terus pak ... Sodok yang dalam..."
"Hak hak hak... Sabar Neng... Udah gatel banget yak memeknya..?"
"Hhhhssss.... Iya pak... Ayo buruan sodok memek aku..."
Hak hak hak...Yaudah... Bapak masukin semua yaaa.." Tanya Pak Utet basa-basi, "Niiihhh...."

SJLEBBB

Benar saja, tanpa menunggu lama, Pak Utet langsung melesakkan batang penisnya dalam-dalam. Membuat citra terhempas keras menabrak bibir bak mandi..

“Ooouugg... Pak... Sssshhhhh..... Besar banget... " Desah Citra.

Walau sudah hampir seminggu penuh, vagina Citra ini Pak Utet bongkar setiap hari, selalu saja ia mengalami kesulitan untuk dapat langsung memasukinya dalam-dalam. " AAaaaAhh pelan-pelan pak... Biarin memekku melar dikit...... Sakit..pak...
"Hak hak hak... Tadi katanya buruan masukin, sekarang minta pelan-pelan... "Goda Pak Utet, " Uuuuhhh... Uuuuhhh... Uuuuhhh..." Tambahnya sambil mendorong-dorongkan kepala penisnya dengan paksa. 
"Sssshhh... Pelan pak... Sakiitt...."
"Memek kamu memang hebat Neng.. Padahal udah tiap hari bapak sodok sodok... Eh masih saja peret gini.... Sempitnya memekmu kaya memek perawan ajah..." Heran Pak Utet, "Peret banget... Uuuuhhh... Uuuuhhh... Uuuuhhh..." Sodok Pak Utet keras.
"Ooohhh... Pak... Pelan pel.... laaannn....Ngiluuuu..."
"Hak hak hak... Baru masuk setengah nih Neng... Uuuuhhh... Uuuuhhh... Uuuuhhh..." Tak peduli omelan Citra, Pak Utet terus saja menyodokkan batang penisnya keras-keras. Bahkan saking kerasnya, terkadang batang penis itu terlepas keluar dan menjelepat kesana kemari.
"Peret banget neng... " Raung Pak Utet, "Bentar bapak punya ide... " Kata lelaki tua itu yang tiba-tiba menarik setengah penisnya yang baru saja masuk secara tiba-tiba.

PLOP
"Uhhh... Paaaakkk... Kok malah dicabut..." Desah Citra.

Buru-buru, Pak Utet berjongkok dibelakang pantat Citra, dan tanpa merasa jijik, ia segera menjilati vagina citra dari belakang.

"Ooohhh.... Paaak... Geliiii...."
"Juuuh... Sluuurpp... Juuuuh.... " Suara Pak Utet setiap kali ia menjilati vagina Citra, "Juuuhhh... Biar licin Neng..." Kata Pak Utet. 

Berulangkali, lidah Pak Utet menggelitik bibir vagina Citra, membuat istri Marwan ini menggelijang keenakan. 
"Ooohh.. Pak... Udah udah, ayo masukin pak..." pinta Citra sambil menarik-narik rambut Pak Utet supaya segera menyetubuhinya
"Slluuurrpp... Clep clep clep... Sluurp..." Tak menggubris, Pak Utet terus menjilat dan mencolok-colokkan lidahnya ke vagina Citra dalam-dalam. Membuat Citra semakin mengejan-ngejan tak karuan.
"Ohhh... Oohhh... Pak... Aku mau keluar, pak pak... Aku mau keluar..."

Dan tak lama kemudian tubuh Citra mulai bergetar, ia mulai dilanda gelombang orgasme.
"Paaaakk.... Aku keluaarrr... Paaakkk...."

CREEET CREEET CREEET 

Begitu melihat vagina Citra berkedut hebat dan mengeluarkan cairan kenikmatannya, buru-buru Pak Utet berdiri lalu langsung menyorongkan batang penisnya dalam-dalam. Citra yang tak siap akan sodokan batang penis Pak Utet ketika ia sedang orgasme langsung gelagapan. 

"Oooouuuuggghhh... Paaaaakkk... Ampuuuunnnn..." Teriaknya
"Hak hak hak... Naaahhh... Ini baru enak rasanya neng... Uuuhh... Uuuhh... Uuuhh..." Erang Pak Utet sambil terus melesakkan penisnya, ia sama sekali tak membiarkan Citra berlarut-larut terlena dalam gelombang orgasmenya.
"Sempit bangeeeet Neeeng..." raung lelaki tua itu sambil terus menerus menusukkan penisnya dalam-dalam.

Karena Pak Utet begitu keras memaksa penisnya untuk dapat terbenam seluruhnya kedalam liang vagina Citra, kepala wanita cantik itu sampai terlonjak-lonjak. Supaya tak jatuh, Citra berpegangan ke bibir bak mandi. Hingga akhirnya, 

SLEEEBB
Vagina mungil citra berhasil menelan batang penis Pak Utet. Dengan mata terpejam, dan menggigit bibir, citra berusaha menyuruh otot-otot vaginanya segera beradaptasi terhadap penis besar yang bersarang diliangnya. Karena ia tahu, sebentar lagi penis itu bakal mengaduk-aduk rongga vaginanya.

"Ooohhhsss.... Huenaknyaaaa Neeeeennggg..... Hangat banget"
"..." Citra tak mampu berkata apa-apa lagi. Ia hanya terdiam sambil berusaha menikmati sisa-sisa orgasmenya, sambil bersiap-siap menghadapi goyangan Pak Utet lebih lanjut.

Dan benar seperti apa yang ia kira, dengan kecepatan super cepat, Pak Utet mulai membombardir vagina montok citra.

CLOK CLOK CLOK

"Aah...Ahhh... Aaahhh.... Paaak... Ampuuunnn..." Jerit Citra tiba-tiba, "Sakiiittt..."
"Hak hak hak... "Tawa Pak Utet bangga, "Nikmatin aja Neeeng... Nggak usah dilawan..".
"Aaah... Aah.. Aah... Ampuuun paaakkk..."
"Huenaaak gini kok minta ampun Neng...?" Goda Pak Utet sambil mulai meraih payudara citra yang berguncang hebat "Bapak bakal sodok memek legitmu sampe abis Neng..."
"Aah.. Aah... AaaaAAAAaaah..." Jerit citra setiap kali pinggul lelaki tua itu berhasil menghantam pantat semoknya. 

Walau sakit, citra merasa sebuah kenikmatan yang agak berbeda pada persetubuhan terlarangnya pagi ini. Di tengah-tengah sisa kenikmatan orgasme yang baru saja ia rasakan, ia juga merasakan gelombang orgasmenya akan datang lagi. Dan ternyata, tanpa disadarinya, Citra ternyata mulai menyukai percintaan dengan cara kasar seperti ini. 

"Ssshh... Paaakk...."
"Ya Neenng...?"
"Terus pak... Sodok yang kenceng..."
"Bener....? Tadi katanya sakit...?"
"Hihihi... Habisan henaaaakk....." Pintanya manja. Sadar jika dirinya mulai menikmati perlakuan kasar Pak Utet, citra pun bertingkah semakin binal.
"Masukin terus pak... sodok terus sampe mentok abis... Sodok memekku yang kenceeeng pak.... Memek aku sudah gatel banget pengen dientot kontol besarmu pak."
"Hak hak hak.. dasar bini gatel..."goda Pak Utet, "NIHHH RASAAIINN..." Sentak Pak Utet.

CLOK CLOK CLOK

Sentakan demi sentakan pinggul tua Pak Utet begitu keras menghajar vagina citra, menghantarkan gelombang kenikmatan citra semakin mendekat. Namun, gelombang ini tak seperti yang citra rasakan sebelumnya, gelombang orgasme ini agak aneh, terasa lebih panas, lebih kuat dan lebih dahsyat. 

CLOK CLOK CLOK

"Nih.. Rasaain.... Mampus memekmu Neng... Mampus..." Kata Pak Utet menghajar vagina mungil citra keras-keras dengan penis besarnya.
"Oooohhh... Pak ... Entotin memek aku paaakk.... Teruuusss.... "
"Nih...Nih.... Rasain...." 
"Sssshhh paaaakkk... Teruuuusss paaaakkk... Aku mau keluuuuaaaarrrr...."
Menyambut orgasme barunya, otot-otot vagina citra terasa seperti ngilu, dan panasnya terasa hingga ke rahim. Gelinya menggelitik sampai ke sekujur badan, hingga membuat bulu-bulu tubuhnya merinding. Panas, panas dan semakin panas. Hingga akhirnya, vagina citra merasa ingin buang air kecil. 

"Oooohhh.... Paaaakkk stttoopppppp.... Aku mau piiipiiiiisssss....." Jerit Citra yang tiba-tiba kelojotan hebat. Tubuhnya mengejang dahsyat, hingga terlonjak-lonjak kedepan, menabrak dinding bak mandi.
Vaginanya berkedut dengan hebat, jauh lebih hebat dari sebelumnya. Sampai-sampai menyemburkan cairan bening ke segala arah.

CREEET CREEET CREEET CREEET CREEET CREEET 

"Hak hak hak... Ternyata kamu bisa muncrat juga Neng.... Hak hak hak... " Kata Pak Utet sambil terus menerus menggenjot vagina citra keras-keras. 
"Ampuuun paaaakkk... Stooooppp... aku nggak kuat lagi paaak... " pinta citra sambil mencoba menikmati orgasme barunya. 

Namun, Pak Utet sepertinya ingin menyiksa citra lebih jauh lagi. Melihat wanita yang ada didepannya udah menyerah tanpa syarat, Pak Utet menjadi semakin beringas. Ia semakin mempercepat sodokan penisnya ke vagina gundul itu. 

CLOK CLOK CLOK

Kocokan penis Pak Utet terlihat begitu cepat. Sangat cepat. Terlebih karena vagina citra baru saja orgasme, membuat penis Pak Utet semakin semena-mena, mengocok vagina mungil citra hingga berbusa. Tangan lelaki tua itupun semakin ganas, menarik-narik payudara citra kebelakang bak tali pelana, membuat citra seperti kuda balap yang sedang dipacu jokinya dalam kecepatan tinggi. 

"Ampun paaak.... Ampuuuunnn... Aku keluaaarrr laaaaggiiii..." Jerit citra dalam kenikmatan. 

CRET CREEET CRET CREEET CRET CREEET 

Lagi-lagi, vagina citra menyemburkan cairan kenikmatannya.

"Lelaki tua ini sungguh perkasa... " Kata Citra dalam hati, "Baru seminggu, Pak Utet mampu memberikan apa yang Mas Marwan tak mampu berikan selama 5 tahun....Dalam waktu tak kurang dari 5 menit, Pak Utet bisa menghadiahkan memekku orgasme berkali-kali..."

Lemas, tak berdaya, puas. Mendadak kaki citra tak mampu menahan berat tubuhnya. Dan seketika itu pula ia ambruk kedepan.
"Shhhh... Enak banget pak... Sampai lemes..."

Merasa kasihan akan apa yang citra rasakan, Pak Utet lalu mendiamkan sebentar penis besarnya. Ia membiarkan citra untuk beristirahat sejenak sambil merasakan kedutan kecil pada penisnya. "Memekmu jago mijit ya neng... Huenak......" Kata Pak Utet yang terus mengecupi tengkuk dan punggung citra.
"Bentar ya pak.... kontolnya jangan diCabut dulu.... Memek aku masih liinnnuu..” 

"Yaudah....Sekarang dari depan aja yuk Neng..." Pinta Pak Utet.
Citra lalu membalik tubuhnya, wajahnya terlihat lemas tapi puas.
"Rebahan di lantai aja Neng..."

Segera saja, Citra langsung meletakkan punggungnya dilantai kamar mandi. Karena birahinya begitu tinggi, ia sama sekali tak merasakannya. Alih-alih, citra langsung membuka pahanya lebar-lebar, menyuguhkan vagina merahnya yang sudah merekah kepada lelaki tua yang bukan suaminya itu.

"Citra Agustina... Memekmu memang mempesona neng..." Kata Pak Utet sambil mendekatkan mulutnya ke vagina citra. Lagi-lagi, ia menjilati vagina wanita cantik itu sebelum menusukkan penis besarnya.
"Yuk Pak... Buruan.... Sebelum Mas Marwan pulang..."

Melihat Citra sudah siap, Pak Utet buru-buru mendekatkan kepala penisnya ke bibir vagina citra. Sambil meremasi tetek besar Citra, lelaki tua itu lalu mendorongkan pinggulnya maju, dan melesakkan batang perkasanya.

“Ahh.. Ooohh...” Erang Citra, “Kocok yang cepat pak... Khawatir Mas Marwan balik..." Pinta Citra semakin melebarkan pahanya.
“Begini Neng...?" Kata Pak Utet sambil mengocokkan penisnya dengan cepat.

CLOK CLOK CLOK... 
Suara persetubuhan mereka terdengar begitu keras.

“Oooouuugghh... Paaakk... Gila... Kuaatt sekalii kontolmuuu"

"Deekk... kamu ngomong sama siapa?" Tanya Marwan dari luar kamar mandi.


***

Suara persetubuhan mereka terdengar begitu keras.

“Oooouuugghh... Paaakk... Gila... Kkuaatt sekalii kontolmuuu"

"Deekk... kamu ngomong sama siapa?" Tanya Marwan dari luar kamar mandi.

DEG...

Jantung Citra tiba-tiba terasa copot, ternyata mas Marwan sudah kembali dari belanjanya ke warung dan mendengar percakapan nikmatnya. Pak Utet pun seolah bingung, celingukan, ia berusaha mencabut penisnya yang masih menancap dalam di vagina Citra lalu berusaha bangkit dan menginggalkan Citra yang masih telentang di lantai kamar mandi. Namun sebelum Pak Utet melakukan itu semua, buru-buru Citra menahan pinggul lelaki tua itu supaya tetap diposisinya. Citra juga meletakkan jari telunjuk di depan mulut Pak Utet, menandakan supaya ia tenang dan tak bersuara sedikitpun. 

Citra tahu jika situasi saat ini sungguh kurang menguntungkan bagi mereka berdua, namun anehnya, disituasi genting seperti itu, otak mesumnya langsung berpikir secara cerdas. Sambil mengatur detak jantung dan nafasnya yang menggebu karena birahi, Citra berusaha terlihat biasa saja.

"Tusuk lagi pak.." Bisik Citra pelan, meminta Pak Utet mulai menggoyangkan lagi pinggulnya sambil mulai meremasi payudaranya sendiri.
"Beneran Neng...?" Tanya Pak Utet seolah tak percaya dengan kenekatan wanita selingkuhannya ini. 
"Iya.." Angguk Citra pelan

PLEP CLEP PLEK!... CLEP CLEP PLEK!...
Walau lirih, terdengar lagi hentakan pinggul Pak Utet pada vagina Citra. Dua sodokan pelan dan satu tusukan tajam, berulang kali Pak Utet lancarkan.

"Ehhmmm.... Anu mas... Aku nggak ngomong ama siapa-siapa kok.."
"Tadi kok kayanya kamu bilang-bilang kontol.."
"Oooouuuhhh.... Ini.. Shhh.... Badan adek bentol-bentol..."
"Oooohhh... Mas kira kamu sedang ngobrol..." Kata Marwan lagi, "Eeh iya... Pak Utet kemana ya? Kok dari tadi tuh bapak nggak keliatan..."

CLEP CLEP PLEK!...
"Eehmmm... Mungkin lagi jalan-jalan kali mas, cari keringet... Maklum sudah tua, jadi harus banyak gerak.." bohong Citra sambil mengedipkan mata kearah Pak Utet.
"Ooohh gitu.. Yaudah... Mas mau cuci motor ya... Mumpung cuacanya enak..." Kata Marwan mengakhiri perbincangannya.

"Sshh.... Fiiuuffhhh.. Aman pak... Ayo buruan sodok memek aku lagi...." Ucap Citra begitu mengetahui suaminya tak lagi berada di dekat mereka.
"Istri nakal.. " Bisik Pak Utet tiba-tiba menyodokkan penisnya kuat-kuat.
"Yang kenceng pak..."

CLOK CLOK CLOK

Selagi ada kesempatan dalam situasi mulai membahayakan, Pak Utet langsung menghajar vagina Citra dengan kecepatan tinggi. Rupanya ia ingin cepat-cepat selesai mencapai puncak kenikmatannya. Berkali-kali ia menghujamkan batang penisnya dalam-dalam, membuat tubuh semok Citra ikut-ikutan terguncang seiring sodokan pinggulnya. Tak lupa, ia juga berkali-kali mengecup puting payudara Citra yang sudah mengacung tinggi hingga meninggalkan banyak bekas merah di kedua payudaranya.

"Uhhh.. uhhh... uhhhh... Enak banget pak..." desah Citra terus, sambil mengusap kepala lelaki tua itu" yang keras pak... isep yang keras..."

Perlahan, gelombang kenikmatan Pak Utet itupun muncul. Rasa hangat nikmat yang selalu terasa ketika orgasme sudah mulai terkumpul di pangkal penisnya.
"Aku mau keluar neng.." Erang Pak Utet
"Aaku juga pak..." Balas Citra.
"Nggghhh.. Keluarin dimana?
"Terserah bapak... Didalam juga nggak apa-apa..."

Mendapat lampu hijau, Pak Utet langsung saja memacu gerakan pinggulnya. Menghujamkan batang penisnya dengan kecepatan tinggi.

CLOK CLOK CLOK CLOK CLOK CLOK

Namun sepertinya, rencana nikmat mereka tak berjalan mulus, karena tiba-tiba Marwan kembali lagi ke belakang rumah.

TOK TOK TOK

"Deeek... Buka pintu dong... Mas lupa mau ambil shampo buat cuci motor..." Kata Marwan yang tiba-tiba ingin masuk. "Deekk.. ayo buka pintunya..."
"Kampreeeetttt.... Neng... Gimana nih...?" Tanya Pak Utet panik sambil buru-buru mencabut penisnya yang masih mengaduk liang rahim Citra. Lagi-lagi lelaki tua itu panik.

PLOP

"Uuuuuhhh... Kok kontolnya dicabut pak...?" Bisik Citra yang masih meremas-remas payudara besarnya, "Nanggung bener nih...". 

Dengan santai bangun dan ia menangkap penis Pak Utet, lalu dengan tenang ia menuntun batang penis itu dan memasukkannya ke dalam vaginanya lagi. "Suamiku tak akan masuk kesini kok paaakk.. Tenang saja.." Bisik Citra santai, "Ayo tusuk lagi..."

Merasa ingin segera menuntaskan kenikmatan yang baru saja ia rasakan, Pak Utetpun nurut.

CLEP..
"Ooohh.. Enak bener paaaakk...." Desah Citra keenakan begitu penis besar pak Utet kembali bersarang di vaginanya. "Ayo goyang pak..."

TOK TOK TOK
"Deeek... Buka pintu dooong..." Pinta Marwan lagi.

"Iya Masss.. Bentaaarr..." Jawab Citra.
"Mati aku neng..." Bisik Pak Utet panik. Sekali lagi, Pak Utet bengun dan mencabut penisnya yang baru menusuk vagina Citra. 

PLOP

"Bisa dibakar orang sekampung aku Neng..." Bisik pak Utet begitu tahu suami selingkuhannya bersikeras ingin masuk kekamar mandi tempat mereka berdua memacu birahi. Buru-buru ia mengambil pakaiannya yang menggantung di balik pintu dan mulai mengenakannya.

"Hihihihi... Tadi berani masuk kedalam kamar mandi... Masa sekarang mati kutu gitu sih pak...?" Goda Citra santai. Lucu sekali melihat Pak Utet yang kebingungan seperti itu. Kembali Citra tersenyum dan meminta Pak Utet tenang. "Tanggung jawab donk..."

TOK TOK TOK
"Dek...? Lama bener sih...Ayo bukain pintunya..."

"Ampun Neng... Bapak nggak berani..." Bisik Pak Utet pasrah.
"Hihihi... Dasar CUPU..." Ejek Citra manja, "Yaudah, bapak sembunyi aja dibalik pintu... Diem ya... Jangan bergerak..."

TOK TOK TOK
"Deeekk Citraaaa.... Kamu sedang ngapain sih dek...? Kok berisik amat didalem..."

Dengan santai, Citra lalu bangun dari dari posisi rebahannya, meraih kunci pintu kamar mandi, lalu membuka pintu kamar mandi itu perlahan.

CKLEK
"Iya maskuuuuu... Niiihh shamponya..." Kata Citra sambil menyerahkan botol shampo kesuaminya. Sengaja Citra mengeluarkan bagian tubuh atasnya keluar pintu dan menyisakan tubuh bawahnya didalam kamar mandi.

"Kamu ngapain sih dikamar mandi? Kok kayaknya lama banget didalam....?" Tanya Marwan sambil mondar mandir menyiapkan segala kebutuhan mencuci motornya.
"Ya mandilah maass... Masa sedang tiduran..." Jawab Citra sambil terus berdiri di pintu kamar mandi.
"Kok dari tadi berisik amat...? Plak plok plak plek..." ujar Marwan menirukan suara Citra ketika didalam kamar mandi. Dibukanya lemari gudang, dan mencari peralatan cuci motornya.
"Abisan disini banyak nyamuk mas... Kamu sih males ngebersihin kamar mandi, jadi aku digigitin mulu..." Ucap Citra santai, sambil berpura-pura menepuki payudaranya. 
"Pantes tetek kamu merah-merah begitu ya..?" Tanya Marwan polos sambil menunjuk ke beberapa lokasi tanda merah di sekitar puting payudara Citra dari posisinya berada. 
"Hiya nih mas... gara-gara digigit 'Nyamuk Nakal' tetek aku sampe merah-merah gini..." Kata Citra santai. "Awas aja ya... Kalo sampe ketangkep, pengen aku pites aja tuh sengatnya 'nyamuk nakal' sampe muncrat..." tambahnya lagi.

Mendengar Citra menekankan kata nyamuk nakal, Pak Utet merasa jika sebutan itu ditujukan untuknya. Rupanya, ia baru sadar, jika Citra ternyata benar-benar nakal. Walau sedang bercakap dengan suaminya, tangannya masih sempat-sempatnya mencoba menggapai penis Pak Utet yang masih tegang di belakang pintu kamar mandi. Dan begitu penis itu tertangkap, Citra lalu mengocoknya perlahan.

Sambil menyiapkan peralatan cuci motornya, Marwan hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, sungguh lugu suami Citra ini. Dalam keremangan lampu kamar mandi, ia sama sekali tak bisa membedakan mana kulit yang merah karena gigitan serangga, dan mana kulit yang merah karena bekas cupangan.

"Ya aku khan sibuk dek... Banyak kerjaan..." Kata Marwan membela diri.
"Tapi kalo aku digigitin nyamuk gini, gimana? Jadi gatel tauuukkk..."
"Gatel... Mana-mana yang gatel...?" Goda Marwan sambil mendekat kearah posisi Citra berada, "Sini aku garukin..Hehehehe..." Kata Marwan menawarkan diri..
"Idih apaan sih... Enggak ahhh... Mas bauk.. Belom mandi..."
"Ya khan aku mau cuci motor dek... Sayang kalo udah mandi kena basah-basahan lagi.." kata Marwan yang sudah mondar-mandir lagi mencari sikat motor.
"Motor aja yang diurusin.. Sekali-kali bininya mbok ya juga dimandiin...." Goda Citra manja, "Ntar kalo ada orang lain yang mandiin aku, baru tau rasa loh..." 
"Hahahaha... Gapapa deh... Sekali-sekali mas relain adek dimandiin orang lain..." balas Marwan sambil bercanda.
"Bener ya... Jangan nyesel loh..."
"Iyaaah hahahaha..."

Tiba-tiba, tangan Citra yang sedang mengocok penis Pak Utet langsung menarik penis itu dan memposisikan di belakang pantatnya, dengan gerakan cepat Citra langsung menarik pinggul Pak Utet maju kearahnya.
"Tusuk memek aku pak..." Bisik Citra pelan diantara percakapannya dengan mas Marwan.

NEKAT. Benar-benar nekat. Citra seolah sudah tak peduli dengan keberadaan Marwan didekatnya. Nafsu birahi rupanya sudah menguasai pikirannya. Tak menyia-nyiakan permintaan Citra, Pak Utetpun meladeni permintaan Citra.

Sambil berjingkat, dan bersembunyi dibalik pintu kamar mandi, Pak Utet lalu menyorongkan kepala penisnya maju. Perlahan, ia mulai menggerakkan pinggulnya kedepan dan kebelakang. Membuat Citra bergidik keenakan, merasakan gesekan batang penis lelaki yua itu yang penuh dengan urat kejantanan.

"Naah... Ini dia spoonsnya... Heran... Kok bisa-bisanya ya semua barang-barang aku pada berceceran gini...?" tanya Marwan pada dirinya sendiri, "Kamu tahu dimana lap kain aku dek...?" tanya Marwan lagi.

Namun karena Citra sedang merasakan gesekan batang penis pak Marwan, tentu saja ia tak sadar dengan apa yang suaminya tanyakan. Yang bisa ia lakukan hanyalah tetap menjulurkan tubuh bagian atasnya sambil mulai mendesah pelan.

"Dek....?" tanya Marwan keheranan melihat istrinya mendesah sambil merem melek, "Kamu kenapa dek...?"
"Ehhh... Ssshh... Anu mas... aku baru saja.... Ehhhmmm... Kkentut... Enak banget mas...."
"Masa kentut sampai merwm melek gitu...?"
"Hihihi kamu belum ngerasain sih mas... Kentut yang ini beda mas... Besar bangeeet... Ssshhh..."
"Hahahaha. Mukamu lucu dek kalo kentut, mirip orang lagi dientot... Bikin aku sange aja..."

Andai Marwan tahu jika saat itu, istrinya memang sedang disetubuhi oleh lelaki lain dari balik pintu kamar mandi di rumahnya sendiri.

"Hmmmhhh.. Masa sih mas...? Abisan.... Perut aku mules mas... " Kata Citra sambil terus merem melek keenakan, "Kayaknya aku ssshh... Salah makan... Ooouuhh... Dah Ya mas.. Aku mau berak dulu..."

CKLEK...

"Kamu gila neng... " kata Pak Utet kagum, "ada suaminya tapi masih berani berbuat nakal..."
"hihihi... udah ah... terus sodok memek aku pak.."

CLOK CLOK CLOK PLEK 

"Ini dia lapnya ketemu...." Girang Marwan, "Deeek... Buruan ya mandinyaaa. Jangan lama-lama, ntar kamu telat ngantor loh..."
"Iya sayaa... aaannggghhh...." Jerit Citra kencang dari dalam kamar mandi lagi
"Sayaaang... Kamu beneran nggak kenapa-napa dek?" 
"I... Iya maaasss... "
”Kok kayaknya keenakan gitu...?"
"Pupnya keras... Hhhhggg..." balasnya Citra lagi sambil pura-pura mengejan, padahal jika Marwan tahu, Citra saat itu sedang meraung-raung merasakan kenikmatan sodokan batang penis dari pria lain.

"Aku udah nggak tahan lagi pak...ayo terus nyodoknya..." Bisik Citra pelan.
"Yaudah.. Keluarin aja Neng...." balas Pak Utet sambil kembali menjilati payudara montok Citra "Mmmpphhh..."
"Hooossshhhgg.... Eenak banget pak..." Desahnya tertahan.

Merasa kurang berekspresi karena adanya Marwan di ruangan sebelah, Citra tiba-tiba berteriak lantang.
“Maaasssshhh..."
"Iya Dek...?"
"Shhh... Tolong beliin sabun ke warung dong..."
"Yaaaah... Aku baru saja balik dari warung..." 
"Ehhmm...Ayo... lah mas..... Aku mau sabunan nih.... Shhh... Gatel banget nih badanku... Hhhggghh... "
Erang Citra lagi sambil terus berpura-pura mengejan. "Kamu nggak mau....A aku telat ngantor gara-gara mandinya makin lama kh... khaaannn...?"

Dengan berat hati akhirnya Marwan mengabulkan permintaan istrinya. "Iya iya, mas beliin..." Ucap Marwan dongkol sambil pergi keluar rumah.

"Sshhh... Hayo pak... Terusin lagi... Sodokin kontolmu yang kencang pak... aku udah mau keluar nih..." Raung Citra keras sambil meminta lelaki tua itu segera menggenjot tubuh indahnya.
"Hak hak hak.. Sumpah Neng.. Kamu bener-bener istri binal... Hak hak hak" 

Pinggul tua itu kemudian kembali menggenjot vagina Citra dengan penisnya, mengakibatkan tumbukan kulit keduanya kembali bertepukan keras,

CLOK CLOK CLOK CLOK... PLEK PLEK PLEK

"Paak, Aku udah nggak tahan lagi pak... aku mau keluar..."
"Hak hak hak... cepet aja Neng....?"
"Hooo'ooh pak... Habisan kontolmu bener-bener enak...” kata Citra dengan tubuh yang mulai bergetar.
"Hak hak hak... Gini nih kalo punya bini jarang dientot, dikit-dikit keluar. Dikit-dikit moncrot..."
"Iya nihhh Pak Ut....Tet... Makanya ini aku minta bantuin bapak buat ngentotin aku.. "Ucap Citra sambil menguatkan otot vaginanya, membuat penis besar Pak Utet seolah tercengkeram kuat.

NYOOOT... CLOK CLOK CLOK CLOK... PLEK PLEK PLEK

"Huwoyooohh Neeengg... Enak banget empootan memekmu." Erang pat Utet, “Kalo kaya gini terus, bisa-bisa aku juga mau kelaur neng... Hhuooohhh.... Oohh memekmu memang legit neng.....” Racau Pak Utet yang mulai kesulitan mengendalikan orgasmenya.
"Shhh.... Yaudah gih Paaaak.... Ayo keluar bareng..."
“Dikeluarin dimana neng..?” tanyalelaki tua itu minta ijin.
“Hihihi... Sok polos...Shhh... Ayoo teruss pak.... Didalemm jugaa nggakk apaapa... . Biar makin enaaak..." Rintih Citra keenakan..
“Goyang terus neng... Kita keluar bareng.. Oooooghh” desah Pak Utet yang merasa orgasmenya sudah berada diujung penis. 

CLOK CLOK CLOK CLOK... PLEK PLEK PLEK

Suara tumbukan basah batang penis Pak Utet ke vagina basah Citra terdengar begitu jelas dan keras. Keduanya sama sekali tak menghiraukan kegaduhan yang ditimbulkan oleh gerakan kelamin mereka. Yang pasti, Pak Utet dan Citra ingin segera mendapat orgasme secara bersamaan

"Akuu keluarr paak.. Ooooouuuuggggggghhhhh.." jereit Citra lantang sambil menarik-narik pantat Pak Utet, meminta batang penis besar itu segera menyodok vaginanya dalam-dalam.
“Bapak juga Neeeeng...Hooooughh.... Aaaaakhh.. Gilaa.. Wuuueenak tenan memekmu Neeeng...” erangnya Pak Utet sambil meremas payudara Citra keras-keras.

CROOT CROOOT CROOOOOT...

Akhirnya mereka berdua terkulai lemas. Dalam diam, Pak Utet mendiamkan dulu penisnya di vagina Citra. Menghantarkan jutaan benih kedalam rahim wanita cantik itu. Saking banyaknya, sampai-sampai ada banyak sekali lelehan air mani yang keluar dari vaginanya. 

"Fiuuuhhh... Lega banget bapak Neng..."

Mendengar suara kepuasan lelaki tua yang masih menindih tubuhnya, Citra seolah tersadar. Buru-buru, ia segera mendorong tubuh Pak Utet menjauh darinya.

“Kamu nakal sekali Pak... " Sungut Citra, "Berani-beraninya masuk kesini... Trus ngentotin istri orang..... " 
“Hak hak hak... Tapi Neng juga menikmatinya khan?” belagu lelaki tua mesum itu.
"Hihihi... Iya sih... Udah-udah, sana keluar, nanti suamiku curiga..."
"Sebentar ah... Bapak mau kasih tanda mata dulu..." buru-buru, Pak Utet memonyongkan bibir tebalnya, lalu menyedot payudara kanan kiri Citra, lagi-lagi ia meninggalkan bekas cupangan yang cukup besar.

"Shhhh.... Ooouuhhh... Udah-udah, buruan keluar pak... "pinta Citra sewot, "Kalo enggak , biar aku aja deh yang keluar duluan... Daripada lama-lama disini, nanti malah jadi pengen dienntot lagi... Hihihi..." Erang Citra genit sambil mendorong tubuh lelaki tua itu dari tubuhnya.

PLOOP...
Suara penis Pak Utet selepas dari cengkraman vagina Citra, meningalkan lubang berwarna merah yang menganga lebar. Seketika, lelehan penis lansung ikut mengalir keluar. 

"Uuuhhhh... Gila, enak banget kontolmu pak ..." kata Citra yang langsung beranjak bangun dan melilitkan handuk ke tubuh indahnya. "Aku kelur dulu ya pak.."

Sekeluarnya Citra dari kamar mandi, tiba-tiba ia mendapati mas Marwan yang baru saja pulang dari warung. "Loh dek... Kok udahan mandinya...?" 

"Waduh" batin Citra panik, ia tak memperkirakan jika suaminya datang tepat setelah mereka selesai bercinta habis-habisan., "Mana Pak Utet masih didalam kamar mandi..."

"I...Iyaaahh.... Mas kelamaan sssiiihh... Jadi adek udah kelar mandinya..."
"Hmmmm.... Yaudah deh, ini sabunnya aku taruh dikamar mandi, aja ya..."
"Jangan mas...." larang Citra menahan supaya suaminya tak masuk ke kamar mandi.
"Loh...? Kok....?"
"Maksudku... Biar aku aja yang naruh mas... Nah mas bantu aku masakin air donk buat bikin kopi..." Balas Citra sambil merebut sabun itu dari tangan Marwan dan kembali kedalam kamar mandi dan meninggalkan Marwan yang masih keheran-heranan.
"Looh.. Kok aku disuruh masak air sih...?" Omel Marwan.
"Yaelah mas... sekali-kali napa.. Khan aku harus buru-buru kekantor..." Kata Citra mengulur waktu
"Iye deh... Iye..."

"Ada mas Marwan...pak..." Bisik Citra pelan.
"Waaaduuuhhh....? Kita ketahuan Neng...?" Tanya Pak Utet panik. 
"Enggak sih pak... Belom... Hihihi..." Sekali lagi, Citra mengamati perubahan mimik muka lelaki tua yang baru saja menyetubuhinya itu. "Lucu sekali muka Pak Utet..." batinnya. 

"Halamaaak.. mati aku.." Panik Pak Utet.
"Udah udah tenang... Aku akan ajak mas Marwan ngobrol... nah nanti biar bapak langsung lari kedepan..."
"Hmmm oke deh neng..."
"Hati hati ya pak...Jangan sampai ketahuan...".

"Sekalian bikinin kopi deh mas... Hihihi..." kata Citra keluar kamar mandi sambil berpura-pura menyeka air mandinya.
"Tumben kamu minta kopi dek...?"
"Bukan buat aku mas... Buat Pak Utet... Kasihan dia nunggu lama..."
"Tapi orangya khan ngga ada dek... "

"Permisi... " Panggil Pak Utet dari pintu depan.

"Lincah juga tuh kakek..." Batin Citra yang tak mengetahui kapan Pak Utet keluar kamar mandi.
"Iya pak... Masuk saja..." Teriak Citra lantang dari arah dapur, "Panjang umur tuh bapak... Yaudah deh mas, biar aku aja yang bikinin kopinya... Kamu nemenin Pak Utet saja gih..."
"Heran deh... Pagi ini kamu bawel banget dek..." gerutu Marwan.
"Hihihi..."

Tiba-tiba, Citra memiliki ide gila, ia ingin menggoda suaminya. Dengan sengaja, istri Marwan itu mengendorkan handuk mandinya, lalu setelah selesai meracik kopi, ia pergi menemui suaminya yang sedang mengobrol dengan Pak Utet halaman depan rumah.

"Silakan diminum kopinya pak... " Kata Citra sambil meletakkan nampan berisi kopi dan piring untuk tempat cemilan pisang goreng Pak Utet dalam gerakan super lambat. Karena posisi meja yang lumayan rendah, membuat Citra sengaja jongkok. Handuk kecilnya terangkat, memamerkan paha mulusnya. 

"Loh dek... Kok kamu keluar ngak ganti baju sih... Malu tuh ada Pak Utet... "
"Yah mas, nanggung banget... Sekalian ngotorin handuk... Lagian Pak Utet juga ga komen... Iya khan pak..?"
"Hak hak hak... Iya neng... " jawab lelaki tua itu sambil cengngesan..
"Tuh... Khan Pak Utet aja nggak komen... Silakan diminum pak... Mas..." Suguh Citra.
"Hak hak hak.. Iya Neng makasih,... Sluuurrrppp... " Sruput Pak Utet, "Wuaaahh kopinya enak banget neng... Susunya berasa banget... " Kata Pak Utet sambil melirik gundukan payudara Citra yang masih terikat handuk.
"Ya sudah kalo enak... Saya balik dulu ya. Mau pake baju dulu... "

"Ini dia saatnya" batin Citra. Ketika Citra hendak berdiri dari posisi jongkok, ia sengaja menarik ujung handuknya supaya terlepas dari ikatannya. 

"Aaaawww...Handukkuu...." Jerit Citra ketika handuk kecil yang menutup tubuh telanjangnya tiba-tiba jatuh, merosot kelantai dan teronggok di kakinya. Pura-pura reflek, dengan kedua tangannya Citra buru-buru menutup payudara dan vaginanya. Namun, apalah arti, tangan mungil Citra sama sekali tak mampu menyembunyikan keindahan tubuh telanjangnya. Payudaranya masih terlihat tumpah ruah, memamerkan gundukan daging berukuran besar dengan aerola dan puting yang kemerahan. Vagina Citra yang gemuk tanpa rambut itu juga sekilas terlihat begitu putih, sangat menggoda.

"Masss Marwan.... Tolong mas..." pinta Citra pura-pura kaget. "Tolong ambilin handukku..."

Diam mematung, Marwan yang terkejut dengan apa yang sedang diperbuat istrinya, hanya melongo diam, tanpa bisa melakukan apa-apa. Matanya melotot tak berkedip. Bahkan ketika Pak Utet mulai bergerak mengambil handuk yang ada di dekat kaki mulus Citra, Marwan masih hanya diam tak tahu harus melakukan apa-apa.

"Ini neng handuknya.." kata Pak Utet yang dengan sigap mengambilkan handuk Citra 

Melihat mas Marwan masih tak bereaksi apapun, membuat Citra semakin nakal.
"To.. Tolong ikatin ke badan saya pak..."
"Coba angkat tangannya neng..." Kata Pak Utet yang sepertinya tahu maksud isi otak mesum Citra. 
"Yang kenceng ya pak..." kata Citra sambil mengangkat kedua tangannya kesamping, melepas tangkupan tangan pada payudaranya yang tergantung bebas. Tak lupa, Citra juga melepas tutupan tangan pada vaginanya.
"Iya Neng... Permisi ya..." Kata Pak Utet sambil melilitkan handuk. 

Tanpa merasa diperlakukan kurang ajar, Citra membiarkan tangan lelaki tua ketika ia sengaja menyentuh payudara Citra bergantian.

"Yes...." Kata Citra dalam hati ketika berhasil mempertontonkan kelakuan mesumnya didepan mata suami tercintanya. Marwan masih terdiam, ia masih melongo keheranan. Entah kenapa, Citra mendadak suka sekali melihat muka polos pria-pria yang ada didekatnya ketika melihat dirinya berbuat nakal.Seperti muka Pak Utet ketika takut kepergok tadi di kamar mandi, atau muka bengong suami tercintanya saat ini. Muka itu seolah menjadi muka penyemangat bagi Citra untuk berbuat semakin nakal lagi.

"Kurang kenceng pak..."Kata Citra merefisi lilitan handuk Pak Utet, "Buka lagi aja handuknya..."
"Buka lagi neng...?"
"Eeh iya pak... Kain di tetek aku masih kendor... Nanti malah merosot lagi handuknya..."

Sekali lagi, Marwan dibuat tercengang oleh permintaan istrinya yang tak masuk akal. Dengan sengaja, handuk yang sudah terlilit ditubuh indahnya diminta dibuka lagi, otomatis, Pak Utet mampu melihat ketelanjangan istrinya sekali lagi.
"Begini Neng...?" 
"Tetek aku kekencengan pak... Sakit...Kendorin dikit..." pinta Citra cuek, membiarkan tangan mesum Pak Utet berulang kali mengusel-usel payudaranya. "Iya bener... Bagus begitu pak..."
"Nah.. udah selesai neng... udah cantik... Hak hak hak..."
"Hihihi... makasih ya pak... Saya masuk kedalam dulu ya..." kata Citra genit

Seolah sedang bermimpi disiang bolong. Marwan masih hanya terdiam melihat semua kenakalan dan kegenitan istrinya. Padahal, sudah jelas sekali terlihat, Citra berulang kali sengaja menelanjangi dirinya sendiri di depan mata Marwan.

"Maaf ya mas... Bapak jadi ngelihat tubuh telanjang neng Citra." Basa-basi Pak Utet, "Ck ck ck...Montok bener istrimu mas.." Kagum Pak Utet.
"Eee... Ehh... I... Iya..." Jawa Marwan gagap.
"Beruntung banget kamu mas... Punya istri cantik kaya neng Citra... Pasti tiap hari minta jatah mulu yak? Hakhakhak.."
"Minta jatah mulu...?" tanya Marwan yang masih tak sadar dengan kejadian barusan
"Iya mas... pasti tiap hari mas minta ngentotin memek neng Citra mulu yak? Hah hak hak..."
"Pe.. Permisi bentar pak... Sa... Saya masuk dulu....Sebentar..."

Mendadak, Marwan bangkit dari duduknya dan mengejar Citra masuk dalam rumah. Melihat Citra telanjang bulat di depan lelaki yang bukan suaminya membuat nafsu birahi Marwan meninggi, terlebih ketika melihat tangan mesum Pak Utet itu berulang kali mengusel-usel payudara istrinya, membuat penisnya menegang.

"Dek.. " kata Marwan yang tiba-tiba menabrak tubuh Citra lalu menarik lepas handuk Citra dan merebahkan tubuhnya ke kasur "Mas pengen dek..." 
"Aaauuuhh...." Jerit Citra kaget " mas..? tumben..kamu pagi-pagi nafsu banget mas..."

Tanpa menjawab, Marwan langsung melilit lidah istrinya, memberikan gulat lidah pagi hari yang cukup seru. Ciumannya lalu turun ke leher, dan mendarat ke payudaranya.
"Shhh.. Maaasss...."
"Slluurrppp... Cup cup Sluuurp.... " Kecup Marwan berulang-ulang ke payudara Citra. 

Namun ketika ia ingin mencaplok puting payudara istrinya, tiba-tiba Marwan menghentikan jilatannya. Ia menatap heran kearah beberapa bekas cupangan merah yang ada di kedua puting payudara istrinya ".... kok tetek kamu merah-merah gitu...Dek?"
"Anu mas.. ini... Ini khan tadi bekas digigitin nyamuk.."
"Oohh nyamuk toh... Gapapa... masih tetep montok... Hehehe..." Cucup Marwan buas. "Ssluurrpp cup cup... Nyam...." 
"Shhh.... Kamu kok ganas gini mas...?"
"Nggak tahu Dek... melihat kamu abis mandi, keliatan seksi banget dek..." Kata Marwan sembari melahap payudara istrinya. "Liat tuh tetek kamu ini... amat sangat menggoda.. Sluuuuurrrpp cup cup cup..." Tambah Marwan melahapi payudara besar istrinya dengan rakus. "Eehhmm.. Empuk banget tetek kamu dek... "

Tak henti-hentinya kedua tangan Marwan pun meremasi kedua belah payudara besar istrinya. Membuat puting payudara itu keras menegang
"Aauuww...pelan-pelan masss... Sakit..." Jerit Citra spontan ketika merasakan puting payudaranya dicubit Marwan keras-keras.
"Sluurpp... Sumpah.. Hari ini... Kamu nafsuin banget dek..." kata Marwan yang kali ini mulai merabai vagina Citra.

"Oohhh.. masss... Enaaak..." Desah Citra ketika jemari Marwan mulai menggelitik lubang kenikmatannya.
"Loooh... Memek kamu kok udah basah banget dek? " Tanya Marwan heran. 

Lagi-lagi Marwan menghentikan jilatan lidahnya, mencabut jemari tangannya lalu memperhartikannya dengan seksama. Jemari itu ternyata sudah berlumuran cairan bening yang sangat kental.

"Ini lendir apa ya dek...? Kok baunya kaya pejuh...?" Tanya Marwan curiga 
"Aku... anu... Anu mas... Aku lagi keputihan mas.... " Bohong Citra. Ia tak mungkin mengatakan jika lendir yang keluar dari dalam liang vaginanya adalah sperma Pak Utet, "Iya.. Aku lagi keputihan mas...." 
"Ooohh... Keputihan... Minum jamu dek... Biar cepet hilang..." 
"Hihihi... Iya.."
"Udah yuk... Aku udah nggak tahan banget nih...."

Buru-buru, Marwan melepas semua pakaian yang melekat ditubuhnya, lalu dengan sigap, ia segera memposisikan kepala penisnya tepat di depan gerbang kenikmtan istrinya.

SLEEPP

"Oooohhh... " Erang Marwan ketika kepala penisnya berhasil masuk membelah bibir vagina istrinya dengan mudah.
"Ssshh... Enak sekali mas...." Desah Citra keenakan.
"Iya dekkk.. Eenaak..."

Perlahan, Marwan menekan pinggulnya kearah tubuh Citra dan mendorong penis kecilnya masuk ke dalam liang vagina istrinya. Lancar sekali seperti jalan tol, tanpa ada halangan apapun.

MPFFF... PFFF.... PFFF....
Suara vagina Citra setiap kali disodok penis Marwan.

"Memek kamu kok agak licin ya dek... Kurang keset..." Tanya Marwan heran.
"Masa sih mas...? Apa mungkin karena aku sedang kena keputihan kali mas...?" Elak Citra memberi alasan, "Tapi titit kamu tetep berasa enak banget kok sayang... Gedhe..." Puji Citra.
"Hehehe... Iya ya...?"

Walau sudah dipuji seperti itu, tetap saja Marwan masih merasa ada hal yang aneh pada vagina istrinya pagi itu. vagina Citra sama sekali tak memberikan perlawanan yang berarti, tak seperti waktu-waktu kemarin ketika mereka melakukan persetubuhan. Vagina itu terasa begitu licin dan longgar. Mirip seperti mencoblos tumpukan mentega, licin sekali. Dinding-dinding vaginanya benar-benar seperti lembut dan sangat berair, tak sedikitpun terasa menggigit. 

Sambil mencoba mengingat-ingat, Marwan terus menggenjot penisnya dalam-dalam ke vagina istrinya. 
"Kok memek istriku hari ini benar-benar berbeda ya...?" tanya Marwan dalam hati, "Sepertinya kemaren tak selonggar ini deh...?" Bingungnya. "Lalu lendir apa ini..? tak henti-hentinya keluar seiring sodokan kelaminku..."

Melihat Marwan yang selalu melihat kearah vagina istrinya, membuat Citra cukup was-was. Ia khawatir jika suaminya sadar jika yang keluar dari vagina istrinya itu memang adalah sperma.

"Terus maaass.... Tititmu enak bangeeettttt...." Jerit Citra lantang, sengaja merusak perhatian Marwan supaya tak melulu melihat kearah vaginanya.
"Isep tetek aku mas... enaaaakk...." Tambahnya lagi sambil menggelinjang manja.Persetubuhan pagi ini terdengar begitu berisik. Citra seolah sengaja lupa jika sedang ada tamu di rumahnya. "Sodok yang keeenceng maaass...." Raungnya lagi sambil terus mengoyang pinggulnya, berlagak seperti wanita yang sedang kesetanan karena birahi.

Mendapat goyangan eksotis istrinya, mau tak mau Marwan menimpali Citra juga. "Ooohhh sayaaang....Kamu liar banget deeeeekkk..."

Kembali, pikiran Marwan dirubung birahi, sesaat, ia sama sekali tak mempermasalahkan dan mencoba melupakan keanehan pada tubuh istrinya. Yang jelas, pagi itu ia ingin mencapai orgasmenya cepat-cepat.

"Haah Haah Haah.. Deeekkk... Memek mu basah bangeeettt..." Kata Marwan terengah-engah, sambil terus mencoba menikmati gesekan dinding vagina longgar istrinya. 
"Iya maaasss... Kamu bikin aku horny banget..." Desahnya berbohong.

Dan tak lama kemudian, tubuh Marwan mulai kelojotan

"Oooh... ohhh... Deeekkk... Aku mau kekuar dek... Ssshh...." Desah Marwan.
"Iyaaa maaasss... Aku juga... Kita keluar bareng maaass..." Balas Citra 
"Ooouuuuuuhhhh... Deeeeeekkkk.....Aaaku keluar deeeeekk..."
"Aku juga maaaas.... AKUUU KEEELUUUUAAAARRRR.." Jerit Citra keras-keras.

CREET CREEET CREET

Enam semburan dahsyat langsung memberondong liang vagina Citra, membuat rahimnya tak mampu menampung banyaknya cairan kejantanan kedua lelaki itu. Benih-benih panas suaminya langsung bergabung dengan benih Pak Utet yang sudah sedari awal bersarang di liang kenikmatan istrinya.

Dalam kelelahan, keduanya langsung ambruk dalam posisi bertumpukan.

"Makasih ya dek... Mas puas banget pagi ini..."
"Iya mas.. Aku juga... pagi ini kamu terlihat begitu perkasa..."
"hehehe... itu juga gara-gara kamu dek... Pagi-pagi udah ngegoda aku... Mana pake ngelepas handuk di depan Pak Utet segala..."
"Itu aku emang nggak sengaja mas.. Beneran lepas... Hihihi..."
"Nakal kamu sayang..." Kata Marwan manja, sambil mengecup keras leher Citra, meninggalkan beberapa bekas merah, "Ih mas... Kok leher adek dicupang sih... "
"Lah.. dikit aja kok..." Bela Marwan, " Lagian ini di tetek kamu juga banyak...."
"kalo di tetek mah nggak apa-apa mas.. khan nggak keliatan..."
"Hahahaha.... Biar semua orang pada tahuh kalo kamu abis ngelayanin suamimu..."
Khan malu mas kalo keliatan orang lain...
" Biarin dek... biar kamu makin keliatan cantik.
"Mana ada dicupang jadi tambah cantik... " kata Citra sambil terus menggosok area lehernya keras-keras, berharap cupangan Marwan dapat hilang dengan cepat. Namun apa daya, cupangan itu sudah benar-benar tercetak jelas di kulit lehernya yang putih mulus.

Udah udah.. jangan ngambek, ntar cakepnya hilang loh...
Huuuu... Auk Ahhh..."
A keluar aja dulu ya dek... temenin Pak Utet... kamu pakai baju dulu...."

PLOP

"Hssss.... pelan-pelan keleeess..." Gerutu Citra yang tak mengira suaminya langsung mencabut penisnya yang sudah lunglai dari vaginanya.
"Wow.. Banyak banget dek lendirnya..." Kagum Marwan, "Pasti langsung jadi tuh..."
"Bodo..."

Buru-buru Marwan langsung berpakaian lagi dan meninggalkan Citra yang masih tergeletak telentang diatas kasur. Sambil meremas dan menjilati teteknya yang berukuran jumbo Citra tenggelam dalam lamunan mesumnya.

"Gimana ya kira-kira jika mas Marwan tahu tentang apa yang telah aku perbuat dengan Pak Utet...?" tanya Citra dalam hati, "marah nggak ya...? Khan aku hanya melakukan seperti apa yang ia inginkan..." tambahnya lagi.

"SILAKAN SAJA KAMU CARI KONTOL-KONTOL YANG JAUH LEBIH BESAR... SILAKAN SAJA KAMU MINTA DIENTOT AMA KONTOL-KONTOL PRIA LAIN YANG LEBIH KUAT..." 

"Hihihi... aku sama sekali ga pernah menyangka kalo selingkuh itu begitu memabukkan..." Kata Citra lagi, sambil mengulik liang vaginanya yang masih terus mengeluarkan sperma. "Peju lelaki-lelakiku..."

"Maap ya pak... jadi lama menunggu...." Kata Marwan basa basi.

Mendengar sayup suara suaminya, Citra buru-buru tersadar dari lamunannya. Ia harus berangkat kerja. Tanpa membersihkan lendir sisa-sisa pertempurannya barusan, wanita cantik itu langsung mengenakan pakaiannya.

"Hak hak hak.. Gausah malu mas Marwan, bapak ngerti kok.... "Kekeh Pak Utet.
"Habisan... Citra hari ini keliatan seksi sih, apalagi ngeliat dia telanjang basah-basahan abis mandi tadi..." 
"Jadi naek deh ke ubun-ubun ya mas...? Hak hak hak..." 
"Iya pak... Tahu aja.... Hehehehe..."
"Ya gimana nggak tahu mas... Saya juga kalo liat dek Citra telanjang, langsung saja pengen ngegenjot dia terus mas... Liat tubuh telanjangnya aja sudah bikin kontol cenut-cenut mas.... Apalagi kalo bisa ngerasain jepitan memek dan ngisep tetek neng Citra yang tumpah tumpah gitu... Bisa jadi nggak berangkat kantor mulu saya.." Ceplos Pak Utet terlena
"Hah? Ngegenjot Citra...? Maksud bapak....?"
"Eeh Nganu mas... Maksud bapak... Kalo bapak ngeliat bini bapak telanjang, pasti langsung nafsu juga.. Gitu loh mas... Yaa walaupun badan istri saya nggak sebagus badan Neng Citra... Hak hak hak..."
"Oohhh gitu ya pak. Hehehe.. " Kata Marwan mencoba mengerti.
"Iya dong Mas.. Ya masa iya bapak mau ngajak gituan ama dek Citra..." bohong Pak Utet, "Kalaupun Neng Citra mau, pasti kontol bapak sudah langsung muncrat duluan... Hak hak hak..." 
"Hahahaha... Bapak bisa aja...."
"Hak hak hak... Beruntung banget tahu mas, punya istri secantik Neng Citra...." 

"Belom tau aja kamu Marwan, jika istri kebangganmu sudah sering aku jebolin gawang kenikmatannya dengan kontolku... Hakhakhak.." Tawa Pak Utet dalam hati.

"Yuk pak.. Kita jalan..." Ajak Citra yang tiba-tiba keluar dari dalam rumah, "Mas.. aku jalan dulu ya..." Ucap Citra sambil mencium tangan Marwan.
"Ehh.. sudah siap toh Neng...?"
"Iya Pak...Kita sudah lumayan telat nih... "
"Hak hak hak.. Gimana nggak telat kalo mau berangkat Neng Citra minta disodok-sodok dulu..." kata pak Marwan bercanda.
"Idih.. Apaan sih pak Utet... Hihihi..." Timpal Citra.
"Hahahaha.. Bapak bisa aja...." Balas Marwan, "Eh iya dek... Ntar aku mau pergi sama Pak Darijo ke kota, kayaknya ada pemborong yang nyari tanah. Jadi sepertinya mas malem ini nggak pulang. Yah moga-moga tembus..."
"Iya mas... Aku nggak apa-apa kok..." Jawab Citra.
"Hehehe. Okelah kalo begitu.... Titip istri saya ya pak... Tolong dijagain biar nggak digodain laki-laki mesum... Hehehe"
"Baik Mas... Mari... Bapak jalan dulu..." Pamit Pak Utet sopan.
"Aku jalan dulu ya Masss.."
"Ati-ati dijalan..."

***

Dari kejauhan, tampak sepasang mata yang menatap Citra dan Pak Utet dengan pandangan serius. Tubuhnya telanjang bulat dengan kulit yang basah karena keringat. Nafasnya menggebu-gebu, seolah baru saja lari marathon. 

"Ternyata... Dibalik sosok cantikmu yang anggun dan mempesona, kamu menyembunyikan sifat nakal yang sangat menggoda..." Bisik pemilik sepasang mata itu yang terus mengikuti semua gerak gerik Citra.

Sambil mengelap kaca nako dan tebok yang ada didepannya, sosok itu berusaha menghilangkan bekas pencapaian puncak kenikmatan dan nafsunya yang baru saja ia lampiaskan dengan cara membetot penis besarnya hingga ia orgasme. 

"Kamu benar-benar nakal ya Mbak... " Kata sosok itu lagi sambil terus membersihkan cipratan spermanya yang mengenai tembok dan kaca nako ruang tamunya.
"Amat sangat nakal..."


"Hai mbak...Gimana kabar...?" 

Sebuah pesan singkat tiba-tiba masuk ke inbox Citra. Pesan singkat dari Seto maryadi, suami dari Anissa Rumina.

"Eh Seto.. Aku baik-baik saja kok..." Balas Citra singkat.
"Maaf ya mbak tentang kejadian kemaren..." Pesan Seto lagi.
"Hihihi... Iyaa..."
"Sepertinya aku terlalu kelewatan mbak..."
"Halah... santai saja Set...Mbak nggak apa-apa kok..."

Sebenarnya Citralah yang harusnya berterima kasih pada Seto. Gara-gara melihat photo penisnya, Citra bisa mempunyai mainan baru yang bisa memuaskan dahaga birahinya setiap saat. Mainan itu adalah penis Pak Utet. Yah, walaupun kelihatannya penis Pak Utet tak sebesar penis Seto, tapi paling tidak, penis lelaki tua itu lebih besar dari milik mas Marwan.

"Enggak mbak... Aku harusnya minta maaf...."
"Haduuh...Apaan sih Set... Udah udah. Nggak usah dipikirin lagi kali... Hihihi...".
"Aku khawatir kamu marah mbak. Soalnya beberapa hari ini kamu sama sekali nggak ngabar-ngabarin aku..." Jelas Seto, "Apalagi sekarang kalo aku lihat... Kamu sudah punya gandengan baru.."
"Gandengan baru...?" Tanya Seto penasaran.
"Iya... Bapak-bapak tua yang setiap hari selalu datang kerumahmu pagi-pagi...."
"Owalaaaah.... Itu mah Pak Utet." Jelas Citra, "Dia cuma mbantuin aku nganter jemput ke kantor aja kok.... Nggak lebih" Bohong Citra. Tak mungkin ia menceritakan kenakalan dirinya dengan Pak Utet.
"Tukang ojek...?"
"Hihihi.. Iya deh... Tukang ojek.."
"Masa cuman tukan ojeh sih mbak...? Kok sepertinya kamu mesra sekali ama lelaki tua itu...?"
"Hihihi... Cembuuruuu nih yeee..." Goda Citra.

"Hmmm Enggak sih.. Belom..." Jawab Seto sok tak peduli.
"Hihihi... Beneran nih nggak cemburu...?"
"Hmmm. Dikit sih.... Hehehehe..." Kata Seto mengaku," Tapi walau cuman ojek, belakangan ini aku jadi nggak bisa nganter bidadariku mbak. Aku kangen ama bidadariku yang cantik..." Puji Seto mulai melancarkan jurus rayuan mautnya.
"Halaaaah... Mulai deh... Gombalnya keluar...."
"Beneran mbak. Aku kangen pelukanmu....."
"Hihihi... Bilang aja kamu pengen ngerasain empuknya tetek besarku... Iya khaaaaann..? Ngaku ajalaaah... Hihihi...." Celetuk Citra vulgar. 
"Hehehehe.... Iya sih.... Kangen empuknya...."
"Lagian... Kamu sendiri juga nggak pernah ngabarin aku.."
"Iya mbak maaf.... Khan udah aku bilang tadi... Aku pikir, aku agak keterlaluan ketika mengirim photo kontolku ke kamu.. " Jelas Seto lagi, "Karena setelah itu, mbak sama sekali tak pernah membalas pesan-pesanku lagi...".

"Kamu ternyata perhatian sekali ya Seto..." Batin Citra. Sebenarnya bukan Citra yang tak mau membalas. Melainkan ia benar-benar tak memiliki waktu untuk bisa bermesum ria dengan handphonenya lagi. Terlebih dengan adanya Pak Utet di sekitarnya yang selalu meminta jatah ketika mereka sedang sendiri di kantor.

"Mbak... " Panggil Seto lagi melalui pesan singkat.
"Yaaa...?" Jawab Citra.
"Boleh nggak...?" Tanya Seto, mencoba membuat Citra penasaran.
"Boleh apa....?" Balas Citra.
"Boleh nggak kalo nanti malam aku ajak kamu jalan...? Aku mau minta maaf..."
"Khan udah aku maafin Set..."
"Ayolah mbak... Aku mau bener-bener mau minta maaf..."
"Hmmm.. Gimana ya...? Sepertinya aku ada perlu deh....." Balas Citra mencoba menggoda Seto.
"Ayolah mbaaak... Pleeeaaaaseeeeee.... Ayo mbaaak...." 
"Hmmm... Okedeh... Tapi kamu jemput aku ke kantor ya..." 
"YEEESSSSS....Asyeeekk.. Makasih ya mbak..."
"Iyaaa..."
'"Aku sayang deh ama kamu mbak..."
"Gombaaaalll..."
Hehehe... Tunggu aku nanti malam ya mbakku sayaaangg..."

Melihat jawaban-jawaban Seto, seketika hati Citra menjadi berbunga-bunga. Ia seolah seperti kembal ke masa pacaran dulu.

***

"Hai mbak... Aku udah di depan kantormu nih... Yuk..." Tanya suara lelaki dari ujung telephon. 
"Itu suara Seto..." Batin Citra girang, "Enggak kok Set.... Ini juga baru kelar mberesin file... Tunggu bentar ya..."

KLIK.

Secepat kilat, Citra membereskan semua barang-barang yang masih berantakan di atas meja kerjanya, memasukkan semua handphone dan dompet ke dalam tasnya, mematikan komputer kerjanya dan langsung meninggalkan kantor.

"Nardi, Oji, Burhan, Ijul, Hendro, Minda aku pulang dulu yaaa... Udah dijemput..." Pamit Citra kepada semua teman kerjanya. 
"Iyaaa Citraaaaa...." jawab mereka serentak, 
"Eh Cit... Tunggu... " Panggil Minda, teman dekat Citra satu-satunya dikantor ini, "Aku juga mau pulang.... Bareng donk..." 
"Yaudah... Yuk..."
"Cie...Cie...Suami pergi, istri senang-senang nih ceritanya...Hihihi..." Celetuk Minda tiba-tiba ketika melihat Seto melambai kearah mereka dari kejauhan. 
"Hihihi. Kaya kamu enggak aja..." Balas Citra
"Yeee beda dooonk... Kalo mas Anwar khan emang pelaut cit, jadi aku sering ditinggal pergi..." Bela Minda, "Eh kenalin dong Cit..."

"Udah lama Set...?" Tanya Citra basa-basi, " Eh iya... Ini ada yang mau kenalan nih..."
"Minda Ratnawati..." Kata Minda yang langsung mengulurkan tangan mungilnya, memperkenalkan diri.
"Seto Maryadi..." balas Seto sambil menjabat tangan Minda.

Melihat Seto bersalaman dengan minda, entah kenapa tiba-tiba Citra merasa cemburu. Buru-buru ia melepas tangan mereka berdua.
"Udah-udah... Nanti malah kesetrum.... Hihihi.." Selak Citra.
"Hihihihi.... Ada yang posesif nih yee..." Celetuk Minda 
"Hahahaha... Apaan sih....?" Jawab Citra.
"Iye..Iye... Nggak bakalan gw ambil kok Cit... Hihihi..." 
"Udah ah... kalo ngobrol mulu kapan jalannya nih..."
"Hihihihi... Iyeeeeee.... Yauda gih, sana jalan...."

Ketika Citra akan naik keatas motor Seto, tiba-tiba, entah darimana Pak Utet muncul diantara mereka.
"Loh neng Citra ga pulang bareng bapak...?" Tanya Pak Utet mencari tahu.
"Eh iya pak.... Saya baru inget... Hari ini saya ada janji pergi kerumah temen pak..." Ucap Citra bohong, "Nanti bapak langsung pulang aja yaa..."
"Kalo mau, bapak bisa anterin kok Neng..." Ucap Pak Utet tak mau menyerah.
"Nggak apa-apa pak... Aku sudah ada yang anterin..." Tolak Citra halus.
"Beneran Neng... Bapak anterin aja ya..." 
Tak menjawab, Citra hanya tersenyum sambil menggeleng lembut. 
"Ooohh gitu... Yaudah Neng... Hati-hati di jalan ya..." Ucap Pak Utet sopan seraya berlalu meninggalkan mereka bertiga.

"Ngotot banget tuh bapak tua Cit... Kok sampe ngebet banget nganterin kamu pulang...?" Tanya Minda dengan nada dan pandangan curiga."Kamu pelet ya...?"
"Hihihii... Iya donk... Nih... Weeeee...." Jawab Citra santai sambil menjulurkan lidahnya.

Citra tahu mengapa Pak Utet ngotot banget untuk mengajak dirinya pulang bareng bersamanya. Karena seharian ini Citra sama sekali tak menggubris keinginan lelaki tua itu ketika ingin menyetubuhinya dikantor, otomatis nafsu birahinya pasti sudah melambung tinggi. 

Berulang kali Pak Utet mengirimkan kode-kode permintaan seks buat Citra, tapi ia tak membalas sedikitpun. "Hari ini aku mau jalan dengan Seto paaaak.." Ucap Citra dalam hati, sambil berusaha terlihat sibuk. "Lagian tadi pagi khan kontol gatelmu sudah dapet jatah...." 

Dan seolah tahu dengan maksud Citra, Pak Utet mencoba untuk mengerti, jika Citra sudah terlihat sibuk begitu itu artinya, ia menolak ajakan mesumnya dengan cara yang halus. 

"Hahahaha... Yaudah... Ati-ati dijalan ya... Seto..." Wanti Minda, buat Seto.
"Loh kok Seto yang diperhati'in..?"
"Aaahh... Khan kalo ama kamu bisa ketemu kapan aja... Hihihi.." Geli Minda
"Huuuuuu........" Balas Citra sambil melambaikan tangan. 

***

"Hari ini kamu cantik sekali mbak..." Rayu Seto. 
"Ooohhh jadi kemaren-kemaren aku biasa aja nih...?"
"Hahahaha.... Enggak mbak... Bukan begitu... Hari ini cantikmu melebihi hari-hari kemaren..." Canda Seto yang tiba-tiba memeluk rubuh ramping Citra.
"Iiiihhh... Genit ah... Baru juga jalan udah peluk-pelukan gini..." Kata Citra genit.
"Hehehe.... Jujur ya mbak... Akhir-akhir ini aku tuh kangen banget ama kamu.. Jadi pas malam ini aku bisa ajak kamu jalan, rasanya tuh.... Luuuar biasa senengnya..."
"Kangen apa nafsu? Sampe keras gitu... Hihihi.." Celetuk Citra.
"Loh... Kok kamu tau mbak...? Emangnya keliatan ya...?" Kata Seto yang buru-buru membetulkan posisi selangkangannya.
"Gimana nggak keliatan...? Wong ngejendol gitu... Hihihi.." Jawab Citra sambil menunjuk tonjolan penis di pangkal kaki Seto. 
"Waduh...."
"Emang kamu ga pernah pake celana dalem ya...?"
"Engga..." Jawab Seto singkat, "Habisan celana dalem biasanya bikin kontolku kesempitan. Jadi susah ngacengnya.... Hehehe..."
"Huuuu... Ngacengan...." Seloroh Citra, " Genit sih.... ".
"Nggak apa-apa kali mbak... Namanya juga lagi jalan ama bidadari, jadi kalo ngaceng ya wajar. Hehehe.."
"Idih... Malu-maluin deh..."
"Malu apa maauuu...?" Goda Seto, "Beneran nih mbak... Aku sepertinya sedang jatuh cinta ama dirimu..."
"Dasar playboy... Jatuh aja sendirian, biar sakit... " Gemas Citra sembari mencubit pinggang Seto.
"Wadooowww... Pedesnyaaaa... " Kata Seto yang akhirnya semakin mempererat lelukan tangannya ditubuh Citra, "Aku cinta kamu mbak.."
"Aku enggak... " jawab Citra judes.
"Hahahaha... Muuuuuaaaah... " 

Tiba-tiba, Seto mengecup pipi Citra mesra, "Aku sayang kamu... Mbak cantikku..."

Merasa pria yang sedari dulu ia kagumi berkata seperti itu, membuat Citra seolah dimabuk kepayang. Detak jantungnya memompa darah begitu cepat, membuat wajah cantik istri Marwan itu bersemu merah. 

Akhirnya pintu theater dibuka. Seto yang merasa mengajak Citra mencoba memberikan pelayanan ekstra kepada wanita pujaannya itu. Walau ia tak membawa banyak uang, paling tidak cukup untuk membeli minuman dan makanan kecil pelengkap nonton.

"Yuk mbak... Filmya sudah mau mulai...." Ajak Seto.

Di dalam bioskop, Seto sengaja memilih tempat duduk di bagian bawah, jauh dari penonton yang lain. Dalam gelap, mereka berdua mulai tenggelam dalam perselingkuhannya. Saling goda, saling raba, dan saling rayu. 

"Kamu cantik mbak... " Selah tak ada bosan-bosannya, Seto selalu mengucapkan kalimat itu, "Beruntung sekali lelaki yang bisa mendapatkanmu... Seperti diriku malam ini... Aku benar-benar beruntung...." Ucap Seto lagi sambil meremas tangan Citra, lalu mengecupnya pelan.

Sembari menunggu filmnya mulai, Seto mencoba mendekatkan diri. Berulang kali lelaki playboy itu memuja kecantikan Citra. 
"Akhirnya... Malam ini akhirnya aku bisa juga mengajak kencan dengan wanita impianku...." Batin Seto sambil berulang kali menciumi tangan mulus Citra. Tak henti-hentinya, Seto mengagumi kesempurnaan tubuh wanita yang ada disampingnya itu. Kulitnya putih, bersih, mulus. Wajahnya ayu, bibirnya tipis, rambutnya panjang. Dan yang paling membuatnya sering menelan ludah birahi adalah, payudara Citra. Payudara berukuran ekstra besar itu selalu berhasil membuat benih-benih suburnya terbuang percuma dikamar mandi. 

Tak lama, lampu bioskop pun meredup, tanda film mereka segera diputar.

"Aku sayang kamu mbak... " Kecup Seto dipipi Citra seraya mulai memeluknya erat. Sepertinya Citra dan Seto sudah mulai tak tertarik dengan apa yang sedang ditayangkan di layar lebar. Perlahan, pelukan Seto berubah menjadi usapan, rabaan, dan remasan. Perlakuan Seto yang benar-benar gentlemen bak pangeran, membuat Citra semakin terbang ke langit saking senangnya. Ia semakin terpesona. Dibiarkannya tangan Seto yang mulai merabai dirinya.

"Kecantikanmu membuatku bingung mbak..." Kata Seto yang terus menciumi tangan Citra, "Aku tak tahu harus melakukan apa supaya bisa mendapatkan hatimu mbak..." Tambahnya lagi sambil mengusap rambutnya.

Tiba-tiba Seto muncium bibir Citra. Melumat bibir tipis itu dengan basah.
"Aku sayang kamu mbak..." ucapnya lagi. Seraya sesekali memaksakan lidah basahnya masuk kedalam mulut Citra, mengajak wanita cantik itu untuk mengadu lidah. 

Melihat Seto yang sudah begitu bernafsu, mau tak mau membuat Citra ikut panas juga. Iapun mulai membuka katupan bibir tipisnya dan membalas gulat lidah Seto sambil meremas kepala belakangnya dengan gemas.Tak lama, kedua insan itupun mulai asyik saling cium, saling peluk, dan saling raba.

Tenggelam dalam nafsu, kedua insan yang sedang jatuh cinta ini seolah gak lagi peduli akan film yang sedang mereka tonton. Seto juga berulang kali menciumi leher jenjang Citra, mengirim setrum-setrum nikmatnya asmara terlarang ke wanita cantik disampingnya itu. Tangannya juga mulai meraba payudara besar Citra dari luar blouse tipisnya, membuat Citra semakin kegerahan karena birahi.

"Astaga... Kamu cantik sekali mbak... " Kata Seto lagi, " Dan tetekmu.... Tetekmu besar sekali mbak... Membuatku nafsu banget...."
"Hooohhmmm... Aku juga Set..."

Tiba-tiba Seto meraih tangan Citra, lalu meletakkan di selangkangannya. "Mainkan mbak, jangan diam saja... Kocokin kontolku...."

"Astaga Set... Besar sekali..." Pekik Citra kaget ketika tangan berjemari lentiknya menyentuh batang hangat yang begitu keras, keluar dari resleting celana Seto.

Entah sejak kapan Seto mengeluarkan batang penisnya dari dalam celana. Walau dalam kegelapan ruang bioskop, penis Seto masih terlihat begitu gagah, menjulang tinggi jauh melewati sabuk celananya. Tertimpa sinar temaram layar bioskop, kepala penis itu begitu mengkilap.

"Seto sudah benar-benar terangsang..." Girang Citra dalam hati sambil berulang kali mengusap precum yang terus menerus keluar dari ujung mulut penis lelaki pujaannya itu. Sekilas, saking besarnya diameter batang penis Seto, Citra seolah menggenggam pergelangan tangannya sendiri. 

"Besar Sekali kontolmu Set..." Puji Citra yang terus menerus membolak-balik batang penis yang ada di genggamannya. "Emang memek Anissa ga sakit ya kalo kamu sodok pake kontol segedhe ini...?" Tanya Citra lagi penasaran.
"Hehehehe.... Awal-awal dulu sih dia hampir seminggu nggak bisa jalan mbak...?"
"Maksudnya...?"
"Memeknya bengkak.."
"Serius...?"

Jika dibandingkan, Citra merasa minder dengan Anissa. Penis suami mereka berdua bak langit dan bumi. Penis Marwan yang mungil berasa tak ada paa-apanya jika dibandingkan penis besar Seto. Karena ukurannya tak ada setengahnya.

"Ayo mbak... Kocokin yang kenceng... " Pinta Seto singkat sambil buru-buru melepas ikatan sabuk celananya, lalu ia membebaskan seluruh organ kejantanannya keluar dari celananya, " Remasin telorku juga mbak..." 

"GILA... INI BENAR-BENAR GILA..." Ucap Citra dalam hati, "Aku sedang melakukan hal mesum ditempat umum dengan lelaki yang bukan suamiku... "
"Santai saja mbak... Mereka nggak bakalan mengganggu kok..." Ujar Seto, seolah tahu kekhawatiran Citra, "Mereka juga melakukan hal yang sama..."
"Benar juga..." Batin Citra setelah ia menengok ke sekeliling. 

Tak jauh dari tempatnya duduk, terlihat beberapa pasangan yang juga telah mulai melakukan hal mesum yang sama dengan yang Citra dan Seto lakukan. Seperti cewek gendut di samping Citra yang sudah mulai menaik turunkan kepalanya, mengoral penis pasangannya. Bapak tua di belakang Citra, sudah mulai menciumi payudara wanita muda dengan ganas. Dan tak jauh didekat bapak tua tadi ada pasangan muda yang juga sudah mulai berciuman hebat, bergulat dalam nafsu tanpa menghiraukan keadaan sekelilingnya. Walau di bioskop itu ada petugas yang menjaga, namun sepertinya ia tak mempedulikan dengan apa yang dilakukan para penonton. 

"Terus mbak... Kocok yang kenceng... Shhh...." Pinta Seto
Citra hanya tersenyum sambil mengangguk pasrah. Jari jemarinya menari-nari sepanjang penis Seto, mengikuti urat-uratnya yang bertonjolan, seraya sesekali meremas dan mencubit testis penuh rambut milik Seto. Dengan terus membisikkan rayuan-rayuan maut, Seto berinisiatif, ia mulai membuka kancing blouse Citra satu persatu, hingga menampakkan bulatan payudara Citra yang terperangkap tangkupan bra. 

"Kulit tetekmu putih banget mbak... Mulus..." Puji Seto sambil mengecupi bra dan payudara Citra. Dengan gemas, Seto meremasi payudara Citra dari luaran branya. 
"Aku buka bra mu ya mbak...?" 
Hanya anggukan pasrah yang dapat Citra berikan.

Dengan satu sentakan, Seto mengangkat bra Citra ke atas, membebaskan gundukan daging kebanggaan Citra. Seketika itu, kedua payudara Citra meloncat, turun kebawah dan menjuntai dengan indahnya.

"Cuuupp... Tetekmu indah sekali mbak... Besar... Empuk..." Kecup Seto berulang kali sambil mengusapi puting Citra yang sudang mengacung keras.
"Ohhh Seeetooo... Ssshhh... "Ujar Citra sambil meremas rambut suami temannya itu. 

Walau ini bukan perselingkuhan pertama Citra, namun perlakuan lembut Seto membuatnya berdebar tak karuan. Birahinya melambung begitu cepat, jauh lebih cepat daripada dibandingkan dengan perselingkuhan-perselingkuhan sebelumnya.

"Enak sekali Seeeet... Terusss..." Desah Citra keras tanpa malu, seolah mulai tenggelam dalam birahinya. 

Tiba-tiba Seto melahap seluruh payudara kiri Citra, lalu dengan kecepatan tinggi ia memasukkan tangan kikrinya kedalam rok pendek Citra. Dielusi paha dalam Citra sambil terus melumat payudaranya. Sembari mengelusi menikmati kehalusan paha dalam Citra, jemari Seto dengan lincah mulai menyelinap masuk semakin jauh kedalam celana dalam Citra. 

" Woow... Gundul..." Ujar Seto yang merasa jemarinya sama sekali tak menemukan sehelai rambutpun di kemaluan Citra, "Licin banget mbak.. Kaya memek anak SMP...."
"Eeehhmmm. Enak banget Set..." Desah Citra keenakan, "Terusin sayang... Mainin Itilku..." Lenguh Citra disela-sela aktifitas meremas dan mengocok penis Seto 
"Kamu udah horny ya mbak...?" Tanya Seto penasaran, "Memek kamu sudah basah banget..." Kata Seto lagi sembari mentowel-towel tonjolan klitoris wanita Citra yang mulai menegang keras. Membuat celah kewanitaan Citra semakin membanjir basah. 

Iseng, Seto sengaja menggesek-gesekkan jari tengahnya di sepanjang mulut vagina Citra, mengorek lelehan lendir yang keluar dari liang kenikmatannya. "Lendir kamu enak banget mbak..." Kata Seto sembari mengecapi lendir yang ada di jemari tangannya. "Wangi juga...."
"Ooohhh... Suka kamu Seet..? Oohhmm... Gosek terus Settt..."
"Suka banget mbak.... Pasti rasanya juga Eehhhmmmm.... Legit ya mbak...."

Tak mampu berkata apa apa, Citra hanya bisa menggigit bibir. Kepalanya mengangguk-angguk mengiyakan.
"Hehehe.... Nakal....Sluuurrrppp.... Ccup cuppp.... Sluuurrrpp..." Suara mulut Seto yang kembali sibuk menyeruput puting payudara Citra.
"Jilat terus set... Jilat sesukamu..." Desah Citra manja.

NCAK NCAK NCAK NCAK... Suara basah kemaluan Citra yang juga mulai dikobel jemari Seto.

"Seto....Oooohh... Terus Set..." Erang Citra sambil meremasi rambut Seto. Membenamkannya dalam-dalam kearah payudara empuknya.

Tiba-tiba, tubuh Citra menggeliat,dan mulai bergetar. Rupanya, gelombang orgasme Citra mulai menyapanya. 

"Entot aku Set.." Pinta Citra Tiba-tiba, "Aku udah nggak kuat lagi..."
"Beneran mbak....?"
"Ayo buruan... Aku udah bener-bener nggak tahan..."

Melihat penonton lain juga banyak yang tak konsen, membuat kenakalan Citra mulai tak terkendali. "Yuk Set... Entot aku sekarang...."


Akhirnya dengan gerakan cepat, Citra dan Seto segera melepasi bawahan mereka masing-masing. Seto menurunkan celana kainnya hingga sebatas paha, dan Citra buru-buru melepas celana dalamnya lalu menyimpannya ke dalam tasnya.

Dengan senyum birahi yang mengembang lebar, Seto lalu meminta Citra supaya berpindah untuk duduk diatas pangkuannya. Tanpa basa-basi Citrapun langsung mengiyakan. Dibantu jemari tangan lentik Citra, ia lalu menidurkan batang penis seto searah dengan lubang vaginanya lalu mendudukinya. Rupanya Citra ingin merasakan kenikmatan gesekan urat penis seto terlebih dahulu.

"Ohhh mbak... Enak bangeeet...." Ucap Seto yang mulai mencumbu leher jenjang Citra sembari memeluk wanita bertubuh ramping itu dari belakang. "Yuk mbak masukin... udah basah banget nih kontolku...." Kata Seto sembari terus meremasi kedua payudara Citra yang sudah terekspos jelas, sambil mempermainkan puting payudaranya.

Akhirnya, setelah merasa batang Seto sudah cukup basah oleh lendir kewanitaannya, dengan satu gerakan singkat, Citra mulai mengangkat pinggulnya dan mengarahkan kepala penis Seto kelubang vaginanya.. 
"Hmmmpppfff... Erang Citra ketika kepala penis Seto mulai membelah liang vaginanya lebar-lebar. "KONTOLMU BESAR SEKALI SEEETTT...." Raung Citra lagi.

Kelojotan tak karuan. Citra seolah sedang berusaha memasukkan botol minuman mineral ke dalam vaginanya. Besar sekali, sampai-sampai perlu beberapa kali tusukan hingga kepala penis Seto mulai bisa melewati gerbang kemaluan Citra. 
"Ooooogghhhh... Mbaaakkk... Sempit bangeeettt..." bisik Seto yang merasakan jika batang penisnya melengkung-lengkung ketika ingin memasuki lubang kenikmatan Citra yang berukuran kecil. 

Susah sekali. Walau vagina sempitnya sudah benar-benar basah, tetap saja kepala penis Seto tak dapat menerobos masuk. 
"Mungkin kontolku masih kurang basah kali mbak...." Bisik Seto mencoba mencari titik permasalahannya.

Tak ingin membuang banyak waktu, Citra segera mengulangi gerakan maju-mundur pinggulnya, mencoba membasahi kepala penis Seto dengan bibir vaginanya lagi. Dan setelah beberapa kali usapan basah itu melumuri penis Seto, dengan satu gerakan pinggul, Citra menaikkan lagi pinggulnya dan berusaha menancapkan penis Seto kedalam vaginanya lagi.
"Heeeeeekkkkhhh...?" Erang Citra terheran-heran, " Padahal sudah tiap hari kontol besar pak Utet membongkar vaginaku... Tapi kenapa kontol Seto tak juga bisa masuk..?"

Karena Citra tak juga berhasil memasukkan penisnya, mau tak mau membuat Seto gemas. Sembari terus mengecupi tengkuk Citra, Seto pun meraih pundak wanita cantik itu. Lalu dengan satu gerakan singkat, Seto menurunkan pundak Citra keras-keras kebawah, memaksa bibir vagina Citra yang masih sempit supaya menerima tusukan penis keras Seto lebar-lebar. 

"OOOHHHHH..... HHHHEEEEEEEEEGGGGGHHHHHH......" Erang Citra Spontan yang disusul dengan teriakan kesakitan, "AAAAARRRRRGGGGHHHHH....." Dengan keras, Citra membenamkan cakaran kuku tangannya ke paha Seto, menandakan jika sakit yang ia terima tidaklah main-main.

Karena merasa kesakitan, Citra berusaha bangkit dari pangkuan Seto, namun tak diperbolehkan. Tangan Seto tetap menahan Citra supaya tetap posisinya. Karena sudah kepalang tanggung, Seto kembali memaksakan kepala penisnya supaya dapat bisa segera bertamu ke liang vagina Citra.
"SSSSSHHH.... SEEEETTTT.... GA MUUUUAT SEEETT...." erang Citra kesakitan sambil terus mencengkeram paha Seto. Dengan satu tangan Citra mencoba menutup mulutnya, berusaha untuk menyamarkan erangan-erangannya. Beruntung, suara teriakannya agak teredam oleh suara bising film. Sehingga tak seberapa ketara oleh penonton bioskop lainnya.

"Sabar mbak... Tahan bentar yaa..." Kata Seto sembari kembali menurunkan pundak Citra kebawah.
"..... HHHHEEEEEEEEEGGGGGHHHHHH......" Sekali lagi Citra mengerang tertahan.

CLEEPPPP

Akhirnya, usaha Seto mulai membuahkan hasil, dengan usaha yang cukup keras kepala penis berhasil menerobos ketatnya gawang pertahanan vagina Citra.
"OOOuuuuuggghhh.... Legit banget memekmu mbak.." Ucap Seto agak lega.
"Saakiiiit..."
"Iya mbak... Tahan yaaaa.... " Ucap seto lagi sembari terus berupaya menurunkan pundak Citra supaya semakin turun kebawah. "Ayo renggangin tangannya mbak... Biarin memekmu menerima tusukan kontolku.
"Pelan-pelan Seeett... Saaakiiiiiittttt... Hhhh..Hhhh... " Bisik Citra berusaha tenang sambil mencoba menyesuaikan diri dengan penis besar Seto, "Bisa sobek deh memek aku..."
"Tahan ya mbaaakku sayaaanggg.... Bentar lagi pasti terasa enak..."
"Kena sodokan kontolmu, aku seperti berasa perawan lagi Set..." 

***

Sambil mengusap vaginanya yang semakin membasah, Citra mulai mendesah-desah keenakan. Mata indahnya menatap layar monitor, lalu membaca komentar yang tertuju padanya satu persatu. sebuah senyuman manis tersungging diwajahnya.
"Aduh-aduh.. Kasihan sekali deh mas.. Banyak yang kentang..." Kata Citra manja, sambil sesekali menjilati puting payudaranya yang sudah semakin mengeras, "Mereka butuh sambungan cerita tentangku.."
"Kasih nggak Cit...?" Tanya si penulis.
"Kasih aja mas... biar mereka bisa beronani ria membaca kisah cerita mesumku... Hihihi..."
"Okeh deh... Tapi ini aku lakuin buat kamu ya... bukan buat pembaca.. Hehehe..."
"Iya mas... kasih aja.... "
"Yaudah... Para pembaca... Biar nggak kentang lagi...Ini ane kasih obatnya... selamat membaca lanjutanya booss... "


***


Walau sudah bukan perawan lagi, namun bercinta dengan Seto kali ini, membuat dirinya merasa seperti gadis yang belum pernah melakukan persetubuhan. Ibarat lagu Cita Citata, "Sakitnya tuh disini..." (sembari menunjuk kearah vagina moleknya)

Besarnya penis Seto membuat Citra mengerang-erang kesakitan. Namun anehnya, sakit ini membuat dirinya penasaran. Citra merasa ingin lebih disakiti lagi dengan penis Seto. Entah karena cinta atau nafsu, sakit yang Citra rasakan ketika vaginanya dipaksa melar supaya dapat menampung ukuran penis Seto, membuat dirinya merasa ketagihan.

"Seperti ngentotin botol air mineral..." Kata Citra dalam hati sambil berusaha menikmati sakit di vaginanya.

Baru kali ini Citra merasakan kesulitan untuk bercinta. Dan ia sendiri tak mengerti kenapa sebabnya. Apakah karena vaginanya memang terlalu sempit, atau karena penis Seto yang memang benar-benar besar. Selain itu, Citra juga tak mengerti, kenapa nafsu birahinya kali ini terasa begitu menggebu, melebihi nafsu ketika bercinta dengan Marwan suaminya, atau dengan Pak Utet rekan kerjanya dikantor. Yang jelas, persetubuhan dengan lelaki yang bukan suaminya kali ini benar-benar membuat semua sensor birahi ditubuhnya melambung tinggi.

Terlebih mereka sedang melakukan persetubuhan itu ditempat umum.

Mencoba menyesuaikan diri, Citra meminta kepada otaknya supaya melemaskan semua otot vaginanya. Ia ingin cepat-cepat merasakan, sejauh mana vaginanya mampu menelan penis selingkuhannya itu. Karena sejauh ini, baru setengah panjang batang penis Seto saja yang sudah masuk ke dalam tubuhnya.

"Memek istri orang memang juara mbak.... Terlebih istri orang seperti dirimu.." Puji Seto disela-sela usahanya menyodokkan penisnya ke dalam vagina Citra. "Legit banget... Sempit.. "
"Eeehhmmmm..." Balas Citra tanpa mengucapkan sebuah kata apapun.
"Jepitan memekmu membuatku melayang mbak..."

Berpegangan tangan ke bangku bioskop yang ada di depannya, Citra berusaha menahan badannya supaya dapat terus menekan pinggulnya turun. Melahap penis besar Seto yang masih berupaya masuk lebih dalam ke tubuhnya. Berulang kali, Citra juga menocoba membantu usaha Seto dalam mengegolkan sodokannya dengan menggoyangkan pinggulnya naik turun. Ia harus mencoba beradaptasi dengan mainan barunya secepat mungkin.

Hingga akhirnya. 

CLEEEEPPPP

Penantian Citra pun membuahkan hasil. Walau terasa begitu menyakitkan, tapi akhirnya ia dapat merasakan titik terjauh dari penis suami Anissa itu menusuk dirinya.
"Sodokan kontolmu berasa sampai ulu hati Set..." Bisik Citra pelan. Ia menegok kebelakang dan berusaha melihat raut wajah mesum Seto yang sedang keenakan.
"Sakit mbak..?"

Tak menjawab, Citra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. 
"Enaaak..." Rintih Citra halus, berusaha tak memperlihatkan wajah kesakitannya.

Dengan bertumpu pada kursi bioskop didepannya, Citra mulai menggoyangkan pinggulnya. Maju mundur, maju mundur, dengan sesekali memutar. Walau pelan, Seto merasa jika gerakan Citra benar-benar meremas dan memijat batang penisnya kuat-kuat. Terlebih karena ketatnya jepitan otot vagina Citra, semakin membuat dirinya benar-benar merasa sedang bercinta dengan gadis remaja. Bedanya, gadis ini sudah mahir dalam memberikan kenikmatan kepada lelaki lain.

Tak mau tinggal diam, Seto pun membalas goyangan pinggul Citra dengan sodokan-sodokan kecil keatas. Membuat tubuh mungil Citra meloncat-loncat pelan. Terkadang, tangan Seto mengikuti gerakan tubuh Citra dengan memeluk pinggulnya, atau mencubit-cubit kecil puting payudaranya dari belakang.

"Enak banget mbak..." Desah Seto pelan. Digigitnya telinga Citra, lalu dikobelnya vagina wanita jelita itu.
"Eehhmmm...." Rintih Citra lagi.

Perlahan tapi pasti, persetubuhan Citra dan Seto semakin liar, namun hening. Walau tak sedikit penonton yang juga sedang melakukan persetubuhan seperti mereka saat ini, Citra dan Seto tahu, jika apa yang mereka lakukan adalah hal yang benar-benar terlarang. 

"Ini adalah perselingkuhan terliarku..." Batin Citra. "Ditempat umum pula..."
"Bagaimana jika ada orang yang kenal diriku...?"
"Bagaimana jika setelah ini kami ditangkap security bioskop karena telah melakukan tindakan tak senonoh ditempat umum..?"
"Bagaimana jika setelah itu aku dibawa ke kantor polisi atau dilaporkan ke Mas Marwan perihal perselingkuhanku ini....?"
"Bagaimana jika.........."

Beribu pikiran terbayang-bayang di benak Citra. Antara takut, khawatir, penasaran, sakit dan senang, semua menjadi satu. Berkumpul di dalam otaknya hingga ia tak mampu memikirkan apapun lagi. Yang pasti, saat ini, ia ingin segera mendapatkan hadiah orgasme terindah dari perselingkuhannya dengan Seto mariyadi

"Aku mau keluar Set..." Desah Citra yang tiba-tiba merasakan jika gelombang orgasmenya yang tadi sempat hilang, muncul kembali.

Seolah tenggelam dalam birahi, Citra tak lagi peduli dengan segala kemungkinan yang terjadi dari apa yang sedang ia lakukan saat itu. Menyambut orgasmenya, Citra segera memaju mundurkan gerakan pinggulnya dan menggeseki penis besar Seto dengan cepat. Sesekali, ia menaik turunkan serta memutar pinggulnya guna memberikan sensasi pelintiran vagina sempitnya sembari memerah batang penis Seto kuat-kuat.

Tak terasa, butiran keringat mulai basah menetes. Membasahi tubuh kedua insan itu. Udara dingin bioskop tak mampu meredam panasnya gejolak birahi mereka berdua. Saling gesek, saling genjot, saling pelintir. Posisi Citra yang duduk melayang setengah nungging itupun dirasanya begitu menguras stamina. Pahanya terasa begitu lemas, sehingga akhirnya, Citra tak kuat lagi menopang pantatnya dan akhirnya ia terduduk pasrah di pangkuan Seto. 

Ouuuhh... Aku mau keluar Set... " Jerit Citra pelan," Ayo Set... Remas tetekku kencang-kencang.... Remas yang kencang..."
"Aku juga mau keluar mbak... 
Kita keluar bareng Set... Ooohhh..
Iya mbak.... Shhh.... Mau aku keluarin dimana?

Tak peduli dengan kemungkinan hamil, Citra hanya menjawab, "Didalam aja set.... Semprotin yang banyak.... pejuhin memekku seeettoooo.."

Mendengar kalimat Citra, Seto semakin mempercepat sodokan penisnya. Menyorongkan pinggulnya kuat-kuat kearah depan, hingga membuat tubuh Citra terpental-pental. Begitu pula dengan Citra, demi mendapatkan kenikmatan orgasmenya, ia juga menekan-nekankan vaginanya kebawah supaya dapat menelan batang penis Seto lebih dalam, sambil terus berpegangan erat pada sandaran kursi didepannya.

NGIK NGIK NGIK.

Derik suara kursi terdengar dengan jelas. Semakin lama semakin cepat. Merasa sudah kepalang tanggung, mereka seperti sudah tak menghiraukan lagi keributan yang ditimbulkan dari persetubuhan mereka.

NGIK NGIK NGIKNGIK NGIK NGIK

Derik itu terdengar makin cepat, seiring Genjotan Seto ke vagina Citra.

"Oooohhh ohhh ohh... Terus Set... Teruuusss...." Jerit Citra yang benar-benar tak mempedulikan kesunyian bioskop tempat mereka menonton. "AKUUUU KEEELUUUUAAAAAR... OOOOUUUUHHHH AKU KELUUAAARRRRRR.... " Jerit Citra sambil mancengkeram paha Seto dengan kuku-kuku tajamnya. Tubuhnya menggelijang hebat. Menggelepar maju mundur disertai dengan suara desahan nafas kepuasan yang tak kunjung berhenti. 

Melihat gelagat tubuh Citra, Seto langsung tahu, jika wanita yang sedang berada di pangkuannya sedang mendapatkan gelombang multi orgasme. Dan buru-buru saja, ia mendekap tubuh Citra erat-erat, menjaga supaya ia tak terjatuh karena gelijang-gelijang hebat tubuhnya. Vagina Citra juga mendadak terasa lebih sempit, membuat Seto merasa jika batang penisnya dipijat dengan hebat.

Tak mampu lagi menahan rasa enak karena pijatan vagina Citra, Seto mulai merasakan luapan gelombang orgasmenya, dan beberapa detik kemudian suami Anissa itupun segera menyusul orgasme Citra.

RET CRETCET CET CET

Aku keluar mbaaaakkk.. AKU KELUAAARRRHHH..." Erang Seto sambil menghujamkan batang penisnya dalam-dalam ke depan. Menghantarkan jutaan benih-benih subur jauh kedalam rahim vagina Citra. tangannya meremas payudara Citra.

CROT CROOT CROCOOOTT...

Sejenak, mereka berdua terdiam. Suasana kembali hening. Hanya terdengar hembusan nafas mereka berdua. Terengah-engah nikmat.

"Kontolmu enak sekali Set.. " Kata Citra sembari mengatur nafasnya. Vaginanya terus berkedut, dan mengeluarkan lendir orgasmenya.
"Memekmu juga mbak... Pijatannya legit..." balas Seto dengan nada lelah.

Sambil dalam posisi yang masih berpakuan, mereka berdua berusaha memulihkan staminanya. Walau melakukan persetubuhan singkat, rasa capeknya yang mereka rasakan seperti habis melakukan lari 10 kilometer tanpa henti. 

BLLAAAP

Ketika sedang enak-enaknya menikmati sisa-sisa orgasmenya, mereka tiba-tiba dikagetkan oleh suasana terang benderangnya lampu bioskop. Citra dan Seto sama sekali tak menyadari jika film yang seharusnya mereka tonton itu ternyata telah usai.

"Yuk mbak... Pake baju dulu... Filmnya sudah selesai..." Pinta Seto sambil membantu Citra berdiri dari pangkuannya dan memindahkan ke sebelah kanan. ketempat duduknya semula.

PLOP

"Oohhh... Shhhhh.... Enak banget Set..." kata Citra yang merasakan penis besar Seto terlepas dengan cepat dari vaginanya. seketika itu, sperma subur Seto pun turut meleleh keluar dari dalam vagina Citra. saking banyaknya, sampai-sampai tak sedikit sperma itu mengalir keluar dan menetes ke kursi bioskop. menggenang di tempat duduk, diibawah selangkangan Citra. 

"Mbak... Buruan pakai bajumu mbak... Sebelum orang-orang turun... " Tambahnya lagi . Cepat-cepat Seto memasukkan penis tegangnya yang masih berlumuran sperma dan lendir kewanitaan Citra kedalaman celana panjangnya.

"Hhhh.... Hhhh....Iya... Bentaran....." Jawab Citra singkat sembari masih mengatur nafas orgasmenya yang masih terengah-engah.

Namun, walau sudah mendengar anjuran Seto, alih-alih membetulkan pakaiannya, ia malah memejamkan mata tanpa sedikitpun melakukan sesuatu. Rupanya, Citra masih dalam kondisi multi orgasme. Karena terlihat jelas, beberapa kali setelah ia orgasme, badan Citra yang semula tenang, tiba-tiba kelojotan sendiri, mirip orang yang terkena ayan. 

"Wooowwww... Enak banget nih..."Celetuk seorang pria yang lewat disamping tempat duduk Citra dan Seto.
"Mau dong diajak ngentot bareng..." Sahut temannya lagi.
"Iiihh.. nggak tahu malu ya pak..? Masa begituan ditempat umum..." Bisik ibu-ibu pada suaminya.
"Iya bu... Mana ga ditutup lagi tuh baju.." balas suami ibu itu tadi sambil terus menatap mesum ke arah payudara Citra yang masih keluar dari blousenya.

Rupanya, karena tempat duduk mereka dekat dengan akses jalan, membuat apa yang telah mereka perbuat dapat terlihat dengan mudah oleh orang yang berjalan turun. Apalagi ditambah Citra belum juga mau membetulkan pakaiannya, membuat banyak penonton bioskop itu yang melihat ketelanjangan dirinya. Dengan blouse yang terbuka, bra yang terangkat sampai keleher, membuat payudaranya terekspos dengan jelas. Selain itu, rok pendek Citra pun sepertinya belum tertutup rapat. Bawahan rok itu masih terangkat setinggi pinggang, membuat paha mulus dan vagina gundulnya dapat terlihat orang lain tanpa halangan sedikitpun. Benar-benar pemandangan yang merangsang konak.

Namun walau banyak yang mencemooh ke arah Citra dan Seto, tak sedikit pula yang memuji dan mengambil keuntungan dari kondisi Citra yang masih 'terbang' karena nikmat orgasmenya.

"Eh coy... Hebat juga lo berani ngewe disini...." Puji salah seorang pemuda sambil memberikan acunan jempol ke arah Seto. "Ayo nyet.. Photo gw..." Pinta pemuda itu pada temannya sambil berpose di sebelah Citra. "Pasti'in muka gw kelihatin bareng tetek besar mbak ini yak..."
"Busyet... tuh cewek lo kenapa bro...? Kok klejet-klejet gitu...?" Tanya pria yang lain lagi,"Wah parah... Lo pasti suka make cewe yang lagi sakau ya...?"
"Ceweknya cantik mas... Pasti sewanya mahal ya...?" tanya bapak-bapak yang ikuran memphoto tubuh telanjang Citra, "Bagi nomor telephonnya dong..."

Tak menghiraukan semua ucapan orang. Seto langsung berinisiatif untuk segera mengakhiri pertunjukan 'GRATIS' Citra. Buru-buru, ia menepuk-nepuk pipi mulus Citra, berharap supaya wanita itu dapat segera tersadar. 
"Mbak... Ayo bangun mbak... Sadar..." Kata Seto lirih "Ayo pakai bajunya...."
"Bentaran Set... Memek aku ngilu.... Oooohhh..." Ucapnya sebelum lagi-lagi kelojotan. "Ennnnaaakkk...."

"Haaaalaaaah... Parah juga nih cewe kalo lagi sange.... Benar-benar seperti kebo congek..." Batin Seto yang mau tak mau akhirnya membetulkan pakaian Citra seorang diri. Membiarkan wanita idolanya itu menyelesaikan gelombang orgasmenya. 

"Yuk mbak... Kita pulang..." Kata Seto sambil merangkul tubuh Citra, mengajaknya beridiri. 
"Aku nggak bisa gerak Settt.... Geli bangeett memek akuu...Ssshhh.... " bisik Citra yang tak mengerti kenapa tubuhnya bisa kacau seperti itu. Walau sekuat apapun dirinya mencoba melawan rasa nikmat itu, pada akhirnya masih tetap kalah juga. Berulang kali vagina Citra masih merasakan keenakan denyut orgasmenya, lututnya selalu terasa lemas, dan selalu jatuh ketika ia mencoba bangun dari duduknya.
"Hahaha... Sumpah mbak... Kamu lucu kalo abis ngecrot..." Kata Seto yang setelah menutup tubuh telanjang Citra sekadarnya, menggendong Citra keluar gedung bioskop
.
"Kamu capek nggak mbak... ?" Tanya Seto, "Kalo enggak, kita makan dulu yuk.... Aku lapar.... Setelah itu, baru kita pulang...
"Iya... aku juga lapar..."
"Kita makan di foodcourt atas aja ya...?"
"Oke... tapi kamu gendong aku terus ya..."

Melihat dua orang dewasa gendong-gendongan, membuat orang yang melintas disekitar Citra dan Seto seperti keheranan. Terlebih gendongan Citra terlihat begitu serampangan. Rambutnya kusut, bajunya compang-camping, dan roknya terangkat hingga setengah paha. Benar-benar bukan pemandangan yang sehari-harinya bisa dilihat di tengah keramaian mall. Melihat orang-orang sekitar memberi pandangan heran, entah kenapa membuat pikiran mesum di otak Citra semakin nakal. 

Tak lama, mereka tiba di foodcourt. Segera saja, Seto meletakkan Citra di sebuah sofa, lalu memesankan makanan dan beberapa camilan untuk memulihkan stamina Citra. 
"Kamu harus banyak makan ya mbak.. " Saran Seto,"Biar kuat..."
Tak menjawab, Citra hanya tersenyum simpul melihat betapa perhatiannya lelaki yang duduk diseberang mejanya. 
"Kamu kenapa mbak? Kok ngeliat akunya seperti itu...?"
"Hihihi... Nggak tahu Set... Suka aja aku ngelihat kamu..."
"Hahahaha... Kamu kesambit Setan Horny kali ya..? Sampai segitunya ngelihat aku..."
"Yeeee.. Yaudah kalo nggak mau diliatin...." Ucap Citra sambil mulai menyantap makanan yang sudah tersaji dihadapannya, "Enak set... Yuk coba cicipin..." ucap Citra lagi. 
"Kelaparan kamu mbak...? S kalap gitu makannya... Emang mau kejar Setoran yaaaa...?"
"Enak aja Setoran... Emangnya aku supir angkot...?"
"Habisan kamu makan seperti nggak bakal ada hari esok..."
"Hihihi... khan mumpung dibayarin..."
"Hahaha... dasar wanita ogah rugi..." Celetuk Seto, "Eh iya mbak... Emangnya tadi kamu kenapa...?"
"Nggak tahu Set... "
"Kok sampe kaya orang ayan gitu..?"
"Iya ya...? Aku lupa kenapa sebabnya... Pokoknya setelah orgasme tadi, nggak tahu kenapa, tubuhku kok tahu-tahunya lemas... Kelojotan-kelojotan aneh gitu..."
"Keenakan kali mbak...? Hehehehe...."
"Iya kali ya... Hihihihi..." Ucap Citra sambil tersipu-sipu, "Tapi itu tadi memang orgasme terdahsyat yang pernah aku rasakan selama aku pernah bersutubuh Set..."
"Kamu cantik mbak..." Kata Seto yang buru-buru mengamit tangan Citra dan mengecupnya perlahan, "Makasih mbak... "
"Iya Set.... Sama-sama..." Balas Citra sambil mengecup tangan Seto.. 

Dalam keramaian foodcourt, mereka hanya diam sambil saling berpandangan.
"Set... " Panggil Citra lirih. Ia beranjak dari kursinya dan berpindah duduk kesamping Seto.
"Ya mbak...."
"Akhirnya aku bisa merasakannya..."
"Merasakan apa mbak...?"
"Merasakan gimana rasanya jatuh cinta dengan suami temanku..." balas Citra dengan mata sayu, "Kamu membuatku jatuh cinta Seto..." Ucapnya lagi sambil mencium bibir Seto mesra, mendekap tubuh kurus lelaki itu kuat-kuat.

Citra Side Story Bagian 1, Pada: Jumat, Juli 31, 2015
Copyright © 2015 CERITA DEWASA Design by bokep - All Rights Reserved