Recent Posts Widget

Citra Side Story Bagian 3

http://cerita-porno.blogspot.com/2015/07/citra-side-story-bagian-3_31.html

"Yuk Papah saayaaang... Buruan masukin kontol besarmu ke bo'olku..." Pinta Anissa Rumina (22) kepada suami tercintanya. "Udah gatel banget nih bo'olkuuuu.... Aku udah nggak tahan pengen disodok-sodok..."
"Yaaah Mamah mah kebiasaan banget sih.... Bentaran lagi dooong, jangan ke bo'ol mulu aaah... " Tolak Seto Maryadi (24)
"Kenapa sih emangnya Paah....?"
"Kalo aku maen di bo’ol kamu....Kontolku cepet moncrotnya Maaahh..." Jelas Seto, "Khan aku pengen ngentotin kamu lam-lama Maaah...."
"Laah... Kontol Papah kalo lemes khan masih bisa ngaceng lagi…Iya khann…?"
"Hmmmm... Iya juga sih...."
"Lha yaudah.... Ayo gih… Buruan masukin kontolmu ke boolku..." Pinta Anissa sambil menunjukkan muka manyun andalannya.
"Hhhhh... " Jawab Sego sambil menghela nafas panjang. "Udahlah.... Suka-suka kamu aja mah..." ucap lelaki kurus itu sambil berdiam diri, membiarkan penisnya tertancap erat didalam vagina Anissa. Memang semenjak awal pernikahan mereka, Seto merasa susah sekali untuk menolak permintaan istrinya yang manja itu. Jikapun ia berhasil menolak, pasti Anissa bakal manyun lama.

"Hihihi... Gitu dong saaayaaang.... Dijamin enak deh... Hihihi.... " Ucap Anissa yang lalu mendorong tubuh Seto menjauh guna melepas tusukan penis besar suaminya dari vaginanya.

PLOP

"Uuuhhh... " Lenguh Anissa sambil merem melek, "Aku paling suka Pah sensasi kontolmu ketika tercabut dari memekku... Hihihi...". Kata Anissa, yang kemudian duduk dipaha suaminy, "Enaknya kontolmu... Selalu bisa bikin aku merinding Pahh.... Hihihi...."
"Merinding...? Emang aku setan....?"
"Hihihi... Iya.... Setan mesum...." Tawa Anissa ,"Eh Pah... Kayaknya kontolmu makin besar ya...?" Tanya Anissa yang kemudian menempelkan batang penis suaminya didepan perutnya, mengukur setinggi apa penis besar itu ke tubuh mungilnya.

"Hmmm... Masa sih...? Aku nggak pernah merhatiin...."
"Iya loh..... Nih lihat.... Ujungnya aja sampe melewati puserku..." Jelas Anissa, " Berarti kalo kontolmu nyodok memekku... Bisa tembus sampe ke lambungku kali ya....?"
"Enggak.... Nembus sampe ke mulut mungilmu...."
"Hihihi... Apaan sih....?" Tawa Anissa sambil mengurut-urut batang kebanggaan suaminya itu, "Udah ah... Mending sekarang kamu tiduran aja yaaa... Telentang... Biar aku sekarang yang menggoyang kontol jumbomu ini... Hihihi....."

Tanpa basa-basi lagi jemari kecil Anissa segera dan menuntun penis besar suaminya itu ke lubang anusnya. Dengan perlahan, wanita mungil itu mulai menurunkan pantatnya dan menduduki penis Seto. 

SLEEEEEPPPP

"Huuuooohhh... Sayaaaannnng... Pelan-pelan aaahhh... Bisa patah nanti batang kontolku..."Pekik Seto keras-keras ketika Anissa menurunkan pantat bulatnya terlalu cepat. Membuat penis kebanggaannya itu meliuk-liuk bengkok karena kesulitan menembus sempitnya liang anal istrinya.
"Habisan... Kontolmu gedhe banget sih sayang... Jadi susah masuknya...Hihihi..." Kata Anissa yang lalu melepas tusukan penis Seto dari pantatnya, lalu meludahi penis suaminya hingga licin basah, "Juuh Juuhh...Juuuhhh.... Biar gampang masuk Pah.. .. Hihihi... Juhh...."

Lagi-lagi, Anissa itu mencoba menjejalkan penis Seto kedalam liang anusnya. Berulangkali, wanita mungil itu mencoba membiasakan dirinya menghadapi besarnya penis suaminya. Walau ia sudah sering melakukan seks anal bersama Seto, tetap saja, lubang pantat semoknya itu selalu mengalami kesulitan setiap akan dimasuki penis besar suaminya.
"Uuuhhh...Uuhhh... Turunin teruuuss Mmaaahh... " Ucap Seto keenakan karena gerakan pantat Anissa..


Hingga akhirnya, Pantat semok Anissa mulai bisa beradaptasi dengan penis jumbo suaminya. 

“Uuuuhhhh... Kontolmu enak banget paaah... Boolku berasa penuh bangeeett.."
"Ooooouuuhhh Maaah.... Memekmu juga legiit... " Kata Seto sambil merem melek menikmati rasa hangat yang menyelubungi sekujur batang penisnya. Terlebih ketika lubang anus Anissa mulai mengempot batang kemaluannya, dan semakin membuat Seto kesulitan menahan gelombang birahinya. “Enak banget Maaahh....” 

"Hihihi... Makasih sayang...." Ucap Anissa, "Kamu memang suami idaman setiap wanita..."
"Halah.... Gombaaal...."
"Beneran kali Saaayaaang.... Kontolmu memang hebat..." Puji Anissa, " Udah ya Paaah.... Sekarang aku goyangin pantatku yaaah... Biar kamu bisa cepet moncrot... Hihihi..."
"Ooouuhhh... Maaah... Mantaap.... " Seru Seto ketika merasa batang penisnya merasakan sesuatu yang sangat rapat, lembut, hangat dan basah pada liang anus istrinya mulai mengurut-urut penisnya. "Boolmu emang juaraaaa Maah.... Bikin kontolku selalu aja senut-senut keenakan..."

"Kamu bisa aja Pah...Khan kamu juga udah sering aku kasih liang anusku buat kamu entotin... Hihihi.."
"Tapi kali ini beneran Maah.. Rasanya beda ... Sumpah... Kali ini boolmu lebih berasa empotannya... Enaak bingiits … " Tambah Seto sambil terus melenguh-lenguh keenakan ketika istri tercintanya itu menggesekkan seluruh pantat semoknya kebawah sehingga seluruh batang kemaluan Seto terhimpit dan tertanam masuk kedasar dubur Anissa.

"Hihihihi... Nikmatin aja Paaah.. Nikmatin goyangan pantatku istrimu ini... " seru Anissa lirih. 

Tak lama kemudian, wanita mungil itu mulai menaik turunkan pantatnya, keluar masuk menggasak batang penis suaminya yang tertancap erat di liang analnya itu. 
"Iiiyyaaa... Terus gitu Maaah... Goyangin pantat bulatmu sayaaang.... " Ucap Seto sambil menggigil keenakan karena kepala dan batang penisnya seolah dijepit dan diurut oleh sebuah lubang yang amat ketat.
“Ssshhh... Ehhmm... Ngentoooott... Enak bangeeet Maaahh... Enaaakk....” Racau Seto setiap kali Anissa menggerakkan pantatnya. "Terus Maah... Entot kontolku teruuuss... Yang kenceng Maahh...." 

Merasa ikut terhanyut dalam rasa enak, Anissa juga sepertinya tak mampu mengontrol dirinya. Wanita semok itu lalu mempercepat goyangan pantatnya, memilin dan meremas penis besar suaminya itu dengan dinding lembut anusnya.

Hingga pada akhirnya, Seto benar-benar tak mampu lagi menahan gelombang orgasmenya yang telah tiba dengan cepat. 

"Ehhh.... Maaah.. Aku nggak kuat lagi Maah.... Shhh... Oouuuhh... " Lenguh Seto
"Nggak kuat Paahh...?"
"Iya sayaaang... aku mau moncrooot niiihhh.... Ngeeentooootttt...."

CROT CROOT CROOOOOT

Semburan benih-benih panas Seto seketika meledak hebat dan menyembur-nyembur di dalam liang dubur Anissa. Saking banyaknya sperma itu sampai meluap keluar dan mengotori pangkal kemaluan Anissa.

"Enak ya Paaah...?" Tanya Anissa tersenyum sambil menatap suaminya yang sedang terengah-engah keenakan. "Sampe merem-melek gitu.. Hihihihi..."
"Huenak banget saaayaaang...." Jawab Seto
"Masih keras khan kontolnya...?"
"Hehehe.. MASIH dooong.... Kenapa....? Mau lanjut....?"
"Hihihi... Pastinya Paaahhh... " Canda Anissa manja sambil mencabut penis Seto dari anusnya, lalu dengan santai, wanita mungil itu melesakkan batang penis itu kedalam vaginanya.

SLEEEEPPP

"Sekarang giliran aku ya Paaah... Papah kudu puasin aku.... Aku juga pengen keluar..." kata Anissa yang tanpa menunggu jawaban suaminya, langsung menggoyang pinggulnya keras-keras.
"Hmmmpppffff.. Pelan-pelan sayaaang.... Masih ngilu niiihhh... Ssshhh...."
"Ngilu-ngilu enak ya Paah... Hihihi...." Canda Anissa yang tak mengacuhkan Seto.
"Ampuuunnn.... Pelan-pelan saaayaaaannggg... Huuuoooohhh....."
"Hihihi.... Biarin.... Anggep aja ini hukuman buat kontolmu yang tadi nggak langsung nyodomi boolku.... Hihihi....

"Ampun Maaahhh.... Ngiluu...."
"Huuu.... Ngilu-ngilu tipuuu...." Celetuk Anissa genit, " Kalo ngilu kenapa meringis-meringis keenakan gitu Pah...?"
"Hehehe... Abisan lucu melihat wajah cantik istriku kalo lagi sange.... "
"Kamu emang nggak pernah ada matinya pah... Apalagi kontolmu...Ngaceng terrruusss... Hihihi..."
"Ya kalo mati... Ntar nggak ada yang ngaduk memek istri aku lagi dong..."
"Hihihi... Iya ya... Udah ah...Ayo pah... Aku mau keluaar nihh....Buruan goyangin pinggulmu juga... Biar makin enaaak... " Pinta Anissa, "Nanti setelah aku keluar... Kamu harus entotin bo’ol aku lagi loh yaaa..."

"Bo’ol mulu Mah... Ntar boolnya ndower loh kalo terus-terusan aku entotin.." Kata Seto yang kemudian bangkit dari tidur telentangnya, "Ayo mah... Sandaran di tepi kepala dipan... Aku mau ngentotin memekmu dari belakang..."
"Hihihi... Pengen doggy ya sayang...?"
"Yukkk... Aku udah gatel nih... Pengen ngentotin istri lonteku kenceng-kenceng..."
"Hihihi... Kalo aku lonte kamu apanya dong...?"
"Aku germonya.... Hahahaha..." Kata Seto sambil memulai menyodokkan penis besarnya kevagina Anissa kuat-kuat. Membuat kepala dipan tempat mereka bercinta bergerak-gerak menabrak dinding

DUK DUK DUK DUK


Memang, wanita mungil perpantat semok itu lebih menyukai anal setiap kali ia bersetubuh dengan suaminya yang memiliki penis super besar itu. Pagi, siang, malam, tak henti-hentinya Anissa meminta suaminya untuk terus menyetubuhinya. Terlebih, Seto juga memiliki stamina yang sangat kuat, sehingga kapanpun istrinya minta untuk disetubuhi, ia sanggup meladeninya.

"Terus Paaaah.... Teruuussss... " Desah Anissa " Teruuusss...Entotin aku saayaaanggg... Entotin istri lontemu ini...." Lenguh Anissa tak henti-hentinya. "Aku mau keluar paaaah... Aku maaau keluaarrr.."

CREET CREET CREEETTT...

Pagi itu, entah berapa kali Anissa rumina mendapatkan orgasmenya. Mengejat-kejat keenakan sambil melenguh panjang. "Paaahh.... Enaaaak baaaangeeeet memekkuuu Paaaahhh...." Lenguh Anissa, "Rasanya seperti senut-senut kesemutan.... Tapi enaaaak baaangeeettt..."
"Hehehe... Puas-puasin deh sayang... Puas-puasin...."
"Abis gini entot boolku lagi ya paaaahh...."
"Hehehee.... Ga ada puasnya mah....Dasar tikus hutan..." 
"Biarin aja... Tikus hutan khan lucu..."

Tikus hutan. Sebutan yang selalu Seto panggil pada Anissa setiap kali mereka bersetubuh. Tikus hutan. adalah sejenis hewan pengerat yang ketika becinta, tak pernah merasa puas..

Tikus hutan, sejenak, ingatan Anissa kembali ke 9 tahun lalu, kepada orang yang pertama kalinya memberikan julukan tikus hutan padanya. Dan dari sebutan itu,Anissa juga teringat akan petualangan cinta birahinya yang sudah terjadi semenjak ia masih berumur 13 tahun. Masih duduk di bangku smp, masih berpakaian putih biru, bersama paman kandung tercintanya, Lik Leman.

Anissa, yang merupakan anak bontot dari 2 bersaudara. Kakaknya, Aminah Rumini yang berusia 15 sudah kelas 1 SMA. Sejak kecil Anissa adalah anak yang cukup dimanja oleh kedua orang tuanya. Pak Salim (32) dalah seorang pengusaha perkebunan yang cukup ternama dan Lestari (30) adalah seorang Ibu rumah tanga yang sekaligus merangkap sebagai pengusaha toko kelontong didepan rumah.

"Pagi Lik Leman.... "Sapa Anissa yang menenteng sepatu kemudian duduk di dekat bale-bale. “Serius amat baca korannya…?” Tambah gadis mungil itu sambil memakai sepatu berwarna putih kesukaannya. 
“Wwuidiiihhh... Ada sayangnya aku… “ Kata Lik Leman dengan nada sok unyu, “Makin ayu aja kamu Chaaa.... Segeeerrr... " Tambahnya ladi sambil becanda. " Mau berangkat sekolah yaaa...?" .

“Iya Lik... “ Kata Anissa singkat, "Agak kesiangan nih..." Katanya lagi sambil mengikat tali sepatunya.
“Ehhhh... Kamu mau Lik anterin ...?” 
“Ah nggak usah Lik... Icha berangkat bareng Menik kok.. Bentar lagi juga dia bakal datang...

KLONENG KLONENG KLONENG.
Suara lonceng sapi terdengar nyaring dari pintu belakang.

“Waah… Panjang umur tuh orang… “ Kata Anissa yang buru-buru membukakan pintu belakang rumahnya.
"Udah siap berangkat Cha…?” Tanya Menik.
“Bentar… masih ngiket tali sepatu…” Jawab Anissa, “Masuk aja dulu sini…”
“Oke…” Kata Menik singkat ambil melangkahkan kakinya masuk ke halaman belakang, “Eh… Ada Lik Leman Cha…?”
“Iya… Emang kenapa…?”
“Hai Liiikk Leeemaaan... " Sapa Menik genit sambil melambai-lambaikan tangannya kearah Lik Leman.

"Eh Menik.... Mau berangkat sekolah juga ya…?” Balas Paman Anissa sopan, “Duduk dulu dulu sini... Kita ngobrol-ngobrol bentar sembari nunggu Anissa siap-siap..... "
“Heeeh…. Udah-udah… Ga usah kesana… Aku udah siap kok…”
“Yaaah… Chaaa… Bentaran dikit napa… Aku pengen ngobrol ama Likmuu…”
“Udah ahh… Kapan-kapan aja ngobrolnya… Kita udah makin telat nih…
“Chaa… Kalo mau… Kita naek motor aja bertiga... Pasti lebih cepet sampe sekolahnya.... Yuk..." Kata Lik Leman kembali menawarkan.
“Hihihi... Iya Lik... Bener itu… Gimana Cha…? Mau ya dianter Lik Leman…?” Tanya Menik histeris.

“Nggak ahh.. Icha kayaknya naek angkot aja Lik... Lebih seru... Hihihi...” Tolak Anissa halus sambil mendorong tubuh Menik yang hendak masuk kedalam rumahnya.
"Yaaah… Chaaa… Bentar aaahh… Aku khan mau ngobrol-ngobrol bentar ama Likmu..."
“Udah-udah... Nanti aja ya... Daaah Liikkkk..
“Yaudah deh kalo gitu...” kata Lik Leman sambil melipat korannya dan mempersilakan keponakannya pergi sekolah. 

Namun begitu Anissa melangkah keluar rumah, tiba-tiba Paman Anissa itu memanggilnya keras. “Cha… Icha…. Tunggu sebentar….”
“Kenapa Lik…?”
“Ini… Buat kamu….” Kata Lik Leman sambil merogoh sesuatu dari kantong celana kolornya “.. Nih... Buat beli-beli es...” Tambahnya lagi sambil memasukkan tangannya kedalam saku baju seragam Anissa.
“Waaahh... Makasih ya Lik... Aku berangkat dulu…. Muuah….” Kata Anissa sambil mengecup kedua pipi pamannya lembut.

Leman (27), biasa dipanggil Lik Leman, adalah adik kandung ibu Anissa, single dan tinggal bareng bersama keluarga Anissa. Lebih tepatnya Lik Leman tinggal dirumah tambahan yang ada bagian belakang rumah Anissa. Kerja Lik Leman hanya sebagai mandor buruh tani, yang sering jual beli hasil panen dari para petani. Karena ikut tinggal dirumah Anissa, Lik Leman seringkali memberikan laba penjualan panennya kepada ibu Anissa untuk dijadikan tambahan modal jualan. Dan sebagian lagi ia gunakan untuk kebutuhan hidupnya setiap bulan.. Singkatnya, walau bukan keluarga inti, Lik Leman sudah dianggap sebagai keluarga sendiri oleh keluarga Anissa.

Lik Leman bekerja sebagai mandor buruh tani. Karena pekerjaannya yang selalu berhubungan dengan hasil bumi, membuat tubuhnya sedikit terbentuk. Dadanya bidang, lengannya berisi, perutnya ramping dan ototnya kekar, mirip seperti Ayah Anisssa. Dengan tinggi badan sekitar 160 cm dan kulit putih bersih, tak heran jika Menik tergila-gila dengan sosok Paman Anisa itu. 

"Ohhh.. Ichaaa…. Senyum Likmu memang menawan bangeeet..." Ucap Menik yang tak henti-hentinya tersenyum lebar, “Cakep banget Likmu Chaa… Pasti kamu sering mbayangin Likmu ya…?” Tambahnya lagi.
"Mbayangin gimana…?”
“Ya mbayangin lah… Tangannya yang kekar, dadanya yang bidang… Pasti enak tuh dipeluk-peluk…”
“Iiiidiiiiihhh…. Meniiikkk… Apaan sih... Biasa aja kaliii... "
“Aaaahhh… Nggak kenapa-napa kali Chaa… Ngaku aja …. Pasti kamu sering khan nghayalin Likmu kaya aku tadi… Ya khaaann….? ” Tanya Menik menyudutkan,
“Iiiihhh... Enggak….Kamu aja tuh yang mesum... Kebanyakan baca cerita-cerita stensilan sih... Hihihi..” Jawab Anissa
“Yeeee…Kaya kamu nggak pernah pinjem aja…. “

“Bedalah…. Kalo aku khan minjemnya cuman buat selingan aja… Sedang kamu… Pasti buat bahan ngusel-usel memekmu… Hihihi….” 
“Hehehe… Abisan enak sih… “ Jawab menik malu-malu, “Apalagi kalo ngusel-uselnya dibantuin ama Lik Lemanmu… Pasti makin uuuuhhhhh…. Ennaaakkk… Hehehehe…”
“Dasar cewe mesum…. Hihihi… ” Kata Anissa sambil tertawa lebar.

“Eh.. Eh… Cha… Jangan marah yaaa….” Ucap Menik dengan nada misterius.
“Hmmm…Marah kenapa Nik...?”
“Janji dulu jangan marah...”
“Iyaiya… Aku janji... Emang ada apa sih...?”
“Hmmmm…. Tentang Lik lemanmu itu.....”
“Emangnya kenapa ama Lik Leman...?”
“Eemmm…. Lik Lemanmu itu….” Tanya Menik sengaja memutuskan kalimatnya, ”Lik Lemanmu itu…. Nggak pernah pakai celana dalam ya…?”

Mendadak, jantung Anissa seperti berhenti berdetak. Ia menatap dalam-dalam mata Menik sambil mencoba mencerna pertanyaan teman dekatnya itu di dalam hati. “Lik Leman nggak pernah pake celana dalam...? Kok bisa..? “

“Nggak pake celana dalem gimana Nik...?” Tanya Anissa penasaran, “ Emang kamu tahu darimana...?”
“Yaelah…. Anissa... Kita udah temenan berapa lama sih…?” Balas Menik dengan pertanyaan.
“Dari kecil sih…”
“Trus sejak kapan aku udah sering maen kerumahmu... ?” Tanyanya lagi, “Daaaaan tiap pagi juga kamu berangkat bareng siapa…? Jadi… jangan tanyain aku tahu darimana…” Jawabnya ketus, “Karena aku udah sering kali melihat hal itu….”

“Lihat Lik Leman nggak pake celana dalem….?” Tanya Anissa dengan nada penasaran.

Sambil tersenyum, Menik hanya mengangguk angguk. “Kamu tahu nggak…?”
“Kenapa…?”
“Kontolnya besar juga loh Chaa… Hihihi...“
“Hush... Apaan sih...” Jawab Anissa kaget, “Kaya kamu pernah ngelihat kontol beneran aja…”
“Hihihi... Pernah dong... Aku bahkan pernah megang kontol asli….”
“Halaaahh… Kalo kontol Arman mah nggak masuk hitungan kali Nik... “Ejek Anissa, “Dia khan adikmu...”
“Bukan bukan... Kontol asli Chaaaa... Kontol lelaki seusia kita…”
“Haaa… Emang kontol siapa yang pernah kamu pegang Nik….?” Tanya Anissa dengan nada cukup keras.
“Sssssttt.. jangan keras-keras tanyanya cumii….”
“Hihihi Maaf… “ Jawab Anissa sambil nyengir kuda, “Emang kontol siapa yang pernah kamu pegang…?”

Segera saja, Menik mengeluarkan hapenya dari saku rok seragamnya. “Hihihi... Kontol Mas Japri...”
"Haaaah...? Dia khan cowo yan sering maen ama mas Ardhimu itu khan...?"
"Hehehehe... Yup... Betul sekali..."Sahut Menik sambil tersenyum senyum sendiri. "Tapi emang sih... Kontol Likmu kelihatannya jauh lebih besar dari kontol Mas Japri..."
"Tahunya...?" Tanya Anissa penasaran, " Emang kamu pernah liat dari deket...?"

"Hehehe... " Kekeh Menik menggoda, "Pernah dong... Malahan aku punya photonya..."

Segera saja Menik memperlihatkan beberapa foto selangkangan Lik Leman pada Anissa.
"Astaga...." Jerit Anissa tak percaya. 
"Tuh liat... Gedhe khaaan...? Ini kontol terbesar yang pernah aku liat seumur hidupku..." Jelas Menik sambil memperlihatkan photo-photo di hapenya dengan semangat. " Panjang banget khan Cha...? Lihat... Kepala kontolnya aja sampe sering keluar-keluar dari lubang celana kolornya..."
"Wuihh...."
"Kalo ditusuk ama kontol segedhe itu... Pasti rasanya.... Uuuuhhhh...."
"Masa itu photo kontol Likku Nik...? Bohong ahh..."
"Niiiihhh... Lihat aja kalo nggak percaya...." Kata Menik sambil menyodorkan hapenya.

Buru-buru, Anissa menyambar hape Menik dan mengamatinya lebih dekat.
"Benar... Ini rumah dan pekarangan belakangnya.... Ini bale-bale tempat Lik Leman sering duduk... Ini photo Lik Leman... Dan ini... Benar-benar photo batang kelamin Lik Leman...." Kaget Anissa setengah tak percaya. "Astaga Nik... "
"Hihihi... Benar khaaan.... Aku nggak bohong tauk..."

Mendadak, muka Anissa memerah. Mendengar apa yang dikatakan Menik, membuat dirinya merasa malu sekaligus penasaran. Malu karena teman dekatnya memiliki photo-photo mesum pamannya, dan penasaran karena seumur hidupnya Anissa belum pernah melihat kebiasaan pamannya ketika berpakaian dirumah.

"Mengapa aku tak pernah melihat kontol Lik Leman ya....?" Tanya Anissa dalam hati. "Kok malah Menik yang mengetahui semua hal mesum ini...?" Tambah Anissa menyadari semua ketertinggalannya.

"Eeeh...Eh Nik.... Sekolah kita kelewatan..."
"Waduh... Pak Supir.... Pak... Kiri paakk... Kiri...."


***

TENGTENGTENG
Suara bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Begitu nyaring, begitu merdu.

Hari ini, Anissa sama sekali tak mampu mencerna segala materi pelajaran yang diberi oleh guru-gurunya. Pikirannya melayang tak tentu arah. Memikirkan tentang apa yang ia dan Menik obrolkan tadi pagi. 

"Menik harus menceritakan secara detail tentang photo-photo tadi... " Kata Anissa sambil mencangklong tas sekolahnya, dan buru-buru keluar kelas. Dengan langkah cepat, gadis mungil itu segera bergegas ke gerbang sekolah, lokasi yang biasanya dijadikan tempat berkumpul sebelum ia dan Menik pulang. 
"Tuh dia... " Kata Anisa dalam hati setelah celingukan mencari dimana sohibnya berada.
"Niikk... Meniiiikkkk..." Panggil Anissa sambil melambaikan tangannya.

"Heeeeiii... Chaaa...." Sahut Menik sambil berjalan mendekat. "Tumben udah sampe duluan.... Biasanya aku yang nungguin.. "
"Menik... Kemana aja sih tadi jam istirahat ga keliatan....? Disamperin di kelas nggak ada... Dicari dikantin juga nggak nemu... Disms ga dibales....?" Berondong Anissa dengan berbagai pertanyaan.
"Ehh... Tadi ada kok... Cuman...."
"Cuman apa....?"
"Cumaaan... Tadi aku lagi ada perlu dengan mas Japri... Trus hapeku lowbat...Hehehehe...." 
"Huuuu... Yaudah yuk pulang... Ntar angkotnya keburu penuh loh..." Ajak Anissa pulang.

"Hmmm... Chaa... Kayanya kamu pulang sendirian deh... Gapopo yaa...?"
"Emangnya kenapa Nik....? Kamu ada janji....?"
"Eemmm.... Ini... Aku ada perlu ama Mas Japri....Dia ngajak pulang bareng..."
"Ooohhh... Gitu... Iyadeh gapopo..."

Tak lama, Mas Japri datang menghampiri. Dengan motor 2 tak kebanggaannya ia lalu menyerahkan helm untuk Menik pakai.
"Nik... Yuk...." Ajak Mas Japri.
"Eehh... Yaudah ya Chaaa.. Aku jalan dulu... Keburu ujan nih..."
"Iya deh Nik... Ati-ati di jalan..."

Dengan wajah lesu, Anissa segera beranjak keluar halaman sekolahnya, menuju halte yang tak jauh dari seolah guna mencegat angkot. 

Dan benar saja, tak lama kemudian, hujan mulai turun, membasahi bumi. Termasuk Anissa yang sedang menunggu angkot. Buru-buru gadis mungil itu mencari pohon guna berlindung, walau ia tahu jika hal itu tak banyak menolong. 

Biarpun hujan turun tak terlalu deras, namun tetap saja, mampu membasahi baju seragam putih biru Anissa sekuyup-kuyupnya.

***

"Loooh... Chaa... ? Kok bajumu basah gitu nduk...?" Tanya Ibu Anissa begitu melihat putri bungsunya masuk halaman rumah.
"Tadi disekolah ujan Bu... Trus aku lupa bawa payung..."
"Wealaaah.... Yaudah sana.. Buruan ganti baju trus makan ama istirahat... Makanannya udah ibu siapin di meja makan..."
"Iya Bu... Aku masuk dulu ya..."
"Eh iya Cha... Tolong nanti mintain uang recehan toko ama Likmu ya... Udah ditukerin apa belum... Uang recehan tokonya udah pada abis nih..." Pinta Ibu.
"Emang Lik Leman nggak kerja bu...?"
"Tadi sih Likmu bilang lagi meriang... Jadi ga berangkat ke koprasi.... Oh iya... Sekalian deh tolong kamu bawain makan siang buat Likmu juga yaaa..."
"Hmmm... Baik Buuu..."

Anissa segera masuk kerumah dan mengganti pakaiannya. Sebuah tanktop dan kolor pendek. Pakaian andalannya. Setelah itu, ia mengambil makanan dan meletakkan diatas nampan. Lalu ia pergi kekamar Lik Leman.

Kamar Lik Leman ada di bagian belakang rumah, didekat gudang sembako dan kamar mandi. Lik Leman memang sengaja memilih kamar di situ karena ia tak ingin mengganggu jika ingin keluar rumah. Dan lagi, di samping kamar Lik Leman, terdapat sebuah pintu belakang yang langsung tembus ke jalan raya.

Lewat pintu belakang itulah Anissa sering menggunakannya ketika akan berangkat sekolah.

"Liikk... Lik lemaan... " Panggil Anissa, "Lik... Icha mau ambil uang receh.... " Panggil Anissa lagi setibanya dihalaman kamar pamannya itu.

Hening. Tak ada jawaban,

"Lik...?" Panggil Anissa lagi yang langsung aja membuka pintu kamar pamannya dan melongokkan kepalanya kedalam. 

Gelap dan pengap. Itulah kesan pertama ketika Anissa memasuki kamar pamannya. Mungkin karena pamannya sedang sakit, jadi ia sengaja membiarkan tirai beserta jendela kamarnya tertutup rapat.
"Likk...Lik Leman... " Panggil Anissa sambil menyesuaikan matanya didalam keremangan kamar, "Liik... Kamu dimana Lik...?"

Setelah menyesuaikan diri, Anissa pun masuk kedalam kamar pamannya dan meletakkan nampan berisi makan siang di meja samping temoat tidurnya. Ternyata Lik Leman sedang tidur. Dari dengkurannya, Anissa dapat langsung mengetahui jika tidur paman tampannya begitu pulas. 

"Lik...?" Panggil Anissa lirih. "Nyenyak sekali tidurnya. Sampai ngorok gitu.... " Batin Anissa dalam hati sambil memperhatikan tubuh paman kesayangannya. 

Mendadak, pikiran Anissa kembali percakapan tadi pagi bersama Menik.
"Lik Leman punya kontol besar..."

Sambil memicing-micingkan mata, Anissa mencoba untuk dapat memperhatikan sosok tubuh pamannya itu. Dalam tidurnya, Lik Leman hanya mengenakan singlet dan sarung.
"Kira-kira... Lik Leman pake celana dalam nggak ya..?" Tanya otak ngeres Anissa.

Sambil bergerak ke bawah tempat tidur, Anissa berusaha melihat ke arah selangkangan pamannya lebih dalam lagi. Melihat betisnya yang ramping, lututnya yang mengotak, pahanya yang gempal, dan.....

ASTAGA... Ternyata benar apa yang ditanyakan Menik... Lik Leman nggak pake celana dalam... " Batin Anissa sambil mengamati sebuah tonjolan daging bulat yang terlihat mengintip dibalik kain sarung pamannya. "Itu pasti kepala kontol Lik Leman..." Tanya Anissa dalam hati sambil terus memperhatikan lebih dekat lagi kearah selangkangan pamannya. "Benar... Itu kepala kontolnya..."

Entah kenapa, seketika itu dada gadis muda itu berdebar begitu cepat. Memompa darah mudanya ke sekujur tubuh, membawa rasa hangat yang aneh ke seluruh pembuluh darah birahinya.

"Kepala kontol Lik Leman.... " Batin Anissa, "Mmm.... Kira-kira... Gimana ya bentuk keseluruhan batang kontolnya....?" Tambah Anissa penasaran.

Walau Anissa sudah sering melihat penis lelaki dewasa di buku-buku stensilan, namun tetap saja, penis pamannya itu adalah penis pertama yang ia lihat seumur hidupnya. Perlahan-lahan, Anissa mendekat kearah pamannya tidur dan melihat lebih dekat lagi kearah juntaian batang kelamin itu.
"Wwwwoo... Menik... Kamu benar lagi.... Kontol Lik Leman besar sekali..." Girang Anissa.

Dengan dada berdebar-debar, Anissa semakin maju dan mendekatkan tubuhnya. Lalu, entah mendapat keberanian darimana, gadis cantik itu kemudian menyingkap bagian bawah kain sarung penutup aurat pamannya dengan perlahan. 

"Oooohhh..." Jerit Anissa tertahan. Sambil mengucek-ucek matanya, gadis belia itu semakin menaikkan ujung bawah sarung Pamannya. "Tebal sekali batang kontolmu Lik.... " Kata Anissa sambil terus mengamati penis pamannya sambil mendekat dan duduk di tepian kasur.

Buru-buru, Anissa segera mengeluarkan hape dari saku celana kolornya, lalu mencoba mengambil gambar penis pamannya. 

CKRIK CKRIK CKRIK

Belasan photo tertangkap dan langsung tersimpan di hapenya. Semakin banyak photo yang ia ambil, semakin banyak pula rasa penasaran yang timbul dihatinya.

"Lik... Permisi yaaa.... Gara-gara tidurmu nggak rapi, aku jadi penasaran ama kontolmu nih.... " Kata Anissa lirih sambil kembali menyingkap kain sarung pamannya hingga setinggi pusar

"Wuuoohh Liiik.... Itu kontol apa ulaaar...?" Kata Anissa yang pada akhirnya dapat melihat penis panmannya secara penuh "Aastaagaaa Liiikkk.... Panjang banget..."

CKRIK CKRIK CKRIK

Lagi-lagi, Anissa mengambil photo-photo penis pamannya dari segala arah.

Tiba-tiba muncul sebuah ide gila di otak mesum Anissa. "Gimana ya rasanya kontolmu Lik ...?" Tanya gadis belia itu sambil lalu mengulurkan tangannya, mendekat kearah daging yang tumbuh diantara paha pamannya.

Pertama, Anissa menyentuh kepala penis Lik Leman dengan jari telunjuknya. "Hangat...." 

Lalu, ditambah dengan jari jempol dan jari tengahnya, gadis manis itu mencoba mengangkat ujung penisnya, "Hhmmm...Berat..."

Dan yang terakhir, Anissa coba menggenggam batang penis pamannya dengan sebelah tangannya. "Wow... Berdenyut-denyut..." Desah Anissa lirih sambil terus membolak-balik penis pamannya dengan gerakan super pelan.

Tiba-tiba, entah karena merasa keenakan atau memang penis pamannya terlalu sensitif, paman Anissa lalu menggeliat dan menggerakkan tubuhnya. Dan setelah itu, penis Lik Leman lama-lama membesar dan memanjang dengan denyut dibatang penis yang semakin keras terasa.

"Loh loh loh... Kok kontolnya jadi begini... ??" Heran Anissa yang buru-buru meletakkan kembali penis pamannya itu pada posisinya semula.

"Aaneh... Kok itu kontol bisa jadi besar dan panjang gitu ya...?" Tanya Anissa heran, "Besok aku tanyain Menik... Kali aja dia tahu... " Tambah gadis manis itu sambil meneruskan mengambil gambar penis pamannya.


CKRIK CKRIK CKRIK

"Hhmmm... Eeehhhh..... " Lagi-lagi Paman Anissa menggeliatkan badannya, lalu,

DUG 

Lik Leman menendang tubuh Anissa yang ada di ujung bawah kasur dengan tak sengaja

"Zzz...zzz.. Hmm... Ehh....eh. " Lik Leman terbangun, " Looh... Ada kamu toh Cha...??"
"Ehh...Ehh... Udah bangun Lik...??" Tanya Anissa sambil buru-buru memasukkan hapenya ke dalam kolornya lagi.
"Hoooaaahhhmmmm... Ono opo Chaaa..?" Tanya Lik Leman sambil menguap lebar.
"Eeehhhmmm... I... Ini Lik... " Jawab Anissa agak kelagepan, karena kaget mendapati paman kesayangannya itu yang mendadak bangun. " A... Aku bawain makan siang... Nih buat Lik..."
"Eeee.. Hoooooaaaaaaahhhmmmmm..... Makasih yaaa... " Sahut Lik Leman sambil lagi-lagi menguap dan meregangkan tubuhnya.

"Eh iya Lik... Tadi ibu nanya duit recehan toko... Ada dimana ya...?"
"Ooowww.. Recehannya ada di lemari baju... " Jawab paman Anissa sambil tiba-tiba ia menggaruk-garuk buah zakarnya dengan santai.

KRUK KRUK KRUK...

"Paman mungkin masih ngelindur... " Pikir Anissa pendek, "Jadi ia tak sadar jika batang kontolnya bisa terlihat jelas olehku,
"Ada nggak Cha duit recehannya...?" Tanya Lik Leman yang masih terus menggaruk kantung zakarnya.

KRUK KRUK KRUK...

"Ini masih dicari Lik... " Jawab Anissa yang terus berpura-pura mencari sambil tak henti-hentinya melirik kearah selangkangan pamannya.
"Yaudah... Kamu ambil aja sendiri yak... Lik masih lemes... Mau tidur dulu..."

"Chaaaaa..... Mana uang recehannya..." Tanya Ibu dengan suara super lantang, dari pintu dapur diseberang taman belakang.
"iya Buuu... Ini udah dapet kok... " Jawab Anissa sambil bergegas mengambil dompet uang receh dari lemari pamannya, lalu melangkah keluar kamar.

"Likkk...makannya jangan lupa dimakan... Biar cepet sembuh..." Saran Anissa.

"Zzzz... " Balas paman Anissa yang rupanya sudah tertidur kembali. Tertidur pulas dengan bawahan sarung yang masih tersingkap tinggi. Memamerkan batang penisnya ke keponakan tersayangnya.

Tiba-tiba, ide nakal muncul lagi di otak Anissa. Sambil mendekatkan diri, gadis manis itu lalu mencium Pamannya, "Icha pamit dulu ya Lik... " Bisik Anissa di telinga Lik Leman, "Dan... Makasih ya Lik.... Buat pemandangan kontolnya.... Besar banget..."


***.

"Kamu jadi masuk hari ini dek...? Sluurrpp... Cup cup..." Ucap Marwan sambil menjilat dan mengecupi payudara istrinya. 
"Ssss.... Iya mas... sshh...." Gelijang Citra manja.
"Emang memekmu udah mendingan...? "Tanya Marwan yang terus menjilati kulit tubuh mulus istrinya. Perlahan-lahan, ia bergerak turun, turun, dan turun menuju selangkangannya.

"Bukannya kata kamu kemaren, memek kamu masih perih...?" Katanya lagi sambil iseng, mengusap-usap klitoris lembut istrinya yang sudah membengkak merah.
"Sssshhh... Oooohhh... Udah agak mendingan sih mas... Walau kadang masih... Eehhhmmm... Anyang-anyanan..." Desah Citra keenakan sambil mengigit bibir, " Terus mas..."

"Makanya dek... Kamu kalo minum air putih jangan sedikit-sedikit...." Saran Marwan.
"Eehhhmmm... Ho'ooh.... Iya massss..."
"Biar kamu nggak gampang sakit kaya gini.... " Tambah Marwan lagi sambil menjilat vagina istrinya yang masih sedikit bengkak."Sluuurrpp...."
"Hooogggghhh... Masss.. pelan-pelan.." Erang Citra keenakan.

"Lagian aku heran deh... Kok tumben-tumbenan memek kamu sampe sakit dek...? Sampe-sampe jadi bengkak begini...?"
"Nggak tahu mas.... Wong namanya juga penyakit...."
"Iya sih .... Tapi nggak apa-apa dek... Itung-itung, kalo dilihat, lucu juga ya memek kamu .... Jadi gemuk begini.... Cupp cupp... Sluurrpp...."
"Wuuooh maaass... Geelliii...."
"Pasti makin sempit banget deh rasanya... Hehehe..."
"Iiiihhh... Mas Marwan.... Nggodain mulu deeeehh.. "
"Emang kenapa sih... Wong aku mau ngentotin istriku kok. Hehehe..."
"Udah ah.. Ayo buruan sodok memek aku sekarang mas... " Pinta Citra manja.
"Hehehe... udah nggak tahan yaaa...?" 
"Uuuuuhhh... Mas Marwaaannn... Ayo mas.... Kontolin memekkuu..."

Segera saja, Marwan buru-buru bangkit dari posisi rebahan diselangkangan istrinya. Ia lalu bersimpuh dan menatap tubuh Citra yang telanjang bulat itu dalam-dalam.
"Kok malah diliatin sih maaasss....? Ayooo... buruan masukin...." Pinta Citra memelas.
"Kamu cantik dek..." Puji Marwan.
"Udah ah mas... Ayo entotin aku... " Kata Citra sambil meremasi sendiri payudaranya yang besar.
"Hehehe... Aku paling suka dek liat kamu kegatelan seperti ini.... Benar-benar seksi..."
"Seksi gimana....? Ayo cepetan maasss... " Pinta Citra memelas sambil memperlebar bukaan pahanya yang putih mulus, memamerkan lubang vagina gundulnya yang sudah merekah basah," Ayo mas... Aku udah gatal..."

"Memekmu memang cantik dek.... Nggak ada puas-puasnya aku ngentotinnya...." Kata Marwan sambil mengusap dan menarik-narik lembut bibir kemaluan Citra, "Mungkin tahi lalat ini ya dek, yang bikin kamu selalu pengen dientotin...." Tambah Marwan yang kembali mencucupi titik berwarna hitam yang ada di sebelah kanan klitoris istrinya itu.
"Uuuuuhhhh Mas Maaarwaaannn.... Buruaannn...."
"hehehehe... Iya iya... ayo siap-siap, buka memekmu lebar-lebar dek... Aku mau masukin kontolku ...." Kata Marwan yang kemudian mengarahkan batang penis kecilnya kevagina Citra, lalu menyodokkannya kuat-kuat.

JLEEEPP
Dalam posisi diatas tubuh Citra, Marwan menusuk vagina dalam-dalam. Mendiamkan sejenak, lalu menariknya lepas.

"Looh mas... Kok ga dimasukkin...?"
"Pemanasan dek.... Hehehe...." Kata Marwan yang lagi-lagi menusukkan penisnya dalam-dalam ke vagina Citra lalu mencabutnya kembali hingga lepas.
"Maaaaasssss....."
"Hehehe... Reaksimu persis kaya artis cewe di film-film bokep itu loh dek.... Kegatelan...."
"Ayooo massss.... Buruan tusuk.... Memek aku emang udah kegatelan..."

Melihat Citra sudah benar-benar tak mampu menahan birahinya, Marwan segera menusukkan penisnya dalam-dalam ke vagina istrinya itu.
Dan karena vagina Citra sudah benar-benar basah, Marwan dapat langsung membenamkan seluruh batang penisnya tanpa hambatan yang berarti.

PLEK
Suara paha Marwan menabrak selangkangan Citra.

"Aaaawwww.... Pelan-pelan mas.... Masih sakit..." Jerit Citra kesakitan.
"Hehehehe... Maaf maaf.... Maklum.. Udah lama ga ngentotin istri...." Canda Marwan
"Ya tapi khan... Nggak perlu kenceng-kenceng gitu kali mas... Khan saaakiiitt.. "
"Hehehehe... Iya iyaaa... Abisan kamu sekarang makin semok sih dek... Jadinya aku makin nafsu... Uh uh uh... " Sodok Marwan tanpa mengurangi kecepatan goyang pinggulnya. 
"Iiiiihhh... Maaas... Kok bandel siiiihhh... Pelan-pelan maaass... Shhhh aaakiiitt..."
"Hehehe... Tahan bentar dek... Lama-lama juga nanti bakalan enak..."

"Sebentar lagi bakalan enak... " Mendengar ucapan suaminya barusan, entah kenapa Citra ingin tertawa. Bagaimana tidak, semenjak persetubuhannya dengan pak Utet, Seto, prawoto hingga Pak Darjo, penis Marwan dirasanya semakin tak menggugah selera sama sekali. Hambar dan hampir tak berasa. Seperti hanya menggelitik-gelitik dinding sempit vagina Citra saja.

Bukan karena vagina Citra sudah longgar, melainkan karena vaginanya sudah terbiasa menerima sodokan kasar penis-penis berukuran jumbo. Namun, supaya tak menyinggung perasaan suaminya, Citra sengaja berpura-pura setiap kali mereka bersetubuh. 

"Ohhh... Massss... Enaaaakkk.... " Bohong Citra
"Baru ditinggal seminggu aja memekmu uudah berasa enak banget gini ya dek....?"
"Uuhh.. Pelan maaasss.... Kontolmu berasa dalem bangeeettt...."
"Dalem ya dek.. Uh uh uh...." Ucap Marwan semakin mempercepat goyangan pinggulnya.

Melihat suaminya yang begitu bersemangat membombardir vaginanya, tiba-tiba membuat Citra menjadi berasa bersalah. "Maafkan aku mas.... Aku telah membohongimu selama ini... Aku telah mengkhianati cintamu padamu... Aku telah mengingkari ikatan pernikahan kita..." Batin Citra.

"Tapi.... Semua ini kulakukan juga gara-gara kesalahanmu mas..." Bela Citra dalam hati, "Andai kamu selalu bisa memuaskan dahaga birahiku mas..."
"Andai kamu bisa lebih kuat lagi..."
"Andai kamu punya kontol besar...."

Entah mengapa, tiba-tiba, Citra teringat persetubuhan pertamanya dengan Seto.

"Besar Sekali kontolmu Set..." Puji Citra yang terus menerus membolak-balik batang penis yang ada di genggamannya. "Emang memek Anissa ga sakit ya kalo kamu sodok pake kontol segedhe ini...?" Tanya Citra lagi penasaran.
"Hehehehe.... Awal-awal dulu sih dia hampir seminggu nggak bisa jalan mbak...?"
"Maksudnya...?"
"Memeknya bengkak.."
"Serius...?" 

"Iya... serius... " Jawab Citra dalam hati. 
Benar sekali apa yang telah dikatakan oleh lelaki playboy itu dulu. Setelah Citra merasakan sodokan-sodokan brutal Seto beberapa malam kemaren, vaginanya benar-benar bengkak.

"Bengkak tapi enak...." Batin Citra sambil tersenyum-senyum sendiri.

Terlebih setelah Prawoto juga ikut-ikutan menghajar kedua liang pembuangan Citra dengan penisnya yang tak kalah besar, membuat istri Marwan itu sampai-sampai tak bisa jalan selama lebih dari 5 hari. Susah jalan, susah duduk, susah kencing, susah BAB.

"Perih...."

Bahkan saking perihnya, sampai-sampai Citra sama sekali merasa tak nyaman jika harus mengenakan celana dalam. Walhasil, beberapa hari ini ia hanya menganakan daster tanpa apa-apa lagi dibaliknya. Mulai dari beraktifitas dirumah, menyapu halaman, belanja ke warung, hingga kepasar, semua dilakukan Citra dengan tanpa mengenakan pakaian dalam sama sekali.

"Benar-benar sebuah pengalaman nakal yang tak akan kulupakan seumur hidupku..."

Beruntung, seminggu kemaren Marwan sedang berada di luar kota, sehingga apa yang Citra rasakan dan alami, tak sampai diketahui oleh suaminya itu.

"Sayang...???" Panggil Marwan dengan nafas terengah-engah sambil terus menggenjot vagina istrinya, " Kamu kenapa...? Kok melamun sambil senyum-senyum sendiri gitu...?"
"Ehh... Kenapa mas...? Anuu... Enggak kok.... Ssshhh... Oooouuugghhhh..." Erang Citra yang kembali tersadar jika ia sedang bersetubuh dengan suaminya. "Enak baaaanngeeeet maaasss..." Ucapnya buru-buru mengalihkan pikirannya yang melantur jauh, dan kembali menikmati persetubuhannya.

"Uuh...Uuh... Uuh...Memek tembemmu berasa enak banget dek.... Legit..."
"Ssshh.... Nikmatin aja maaas... Aku suka kalo kamu juga berasa enak.."
"Hehehe... Beruntung banget aku punya istri kaya kamu dek..." Kata Marwan tiba-tiba menghentikan sodokan penisnya. Ia menatap dalam-dalam wanita yang sedang ia setubuhi itu.

"Ssshh... Kok berenti nyodoknya mas..?"
"Kamu ternyata cantik banget dek... Makin cantik..." Kata Marwan lembut sambil menggerakkan pinggulnya dengan gerakan super pelan. 
"Kamu kenapa Mas...? " Tanya Citra heran, " Kesambit ya...? Tumben romantis gini..? Hihihi..."
"Hehehe... Nggak kenapa-napa..." Ucap Marwan singkat," Aku baru sadar kalo kamu makin semok... Hahaha..." Kata Marwan yang tiba-tiba mempercepat tusukan penisnya ke dalam vagina Citra. Menghujamkan segenap kemampuannya.
"ihat nih tetekmu... Makin tumpah gini...." Kata Marwan sembari meremasi kedua payudara Citra, "Urat-uratnya sampe kelihatan semua.... Montok abis...."
"Ah masa sih mas...?"
"Iya... trus liat nih pinggul dan pantatmuu.. Makin bulet juga...."
"Hihihihi... Iya ya... Mungkin karena aku makin banyak makan kali ya...?"
"Hehehe.... Punya bini kaya kamu mah harus sering ditidurin ya dek... " Ucap Marwan yang langsung mengangkat kedua kaki Citra, dan meletakkan pergelangannya di pundak. Lalu, tanpa basa-basi, ia langsung menggempur vagina Citra kuat-kuat.

CLOK CLOK CLOK
Suara persetubuhan mereka mulai menggema ke seluruh penjuru kamar tidurnya.

"Uuuuhhh... Oooohhh... Oohhh.... Enaaak bangeet kontolmu maaasss..." Erang Citra, "Terrruusss..." Kata Citra keenakan. Melupakan aktingnya, dan mulai merasakan nikmatnya penis kecil suaminya.

Walau penis Marwan berukuran kecil, entah kenapa persetubuhan kali ini agak berasa agak berbeda dari biasanya. Marwan mulai bisa bersetubuh lebih lama. Sehingga perlahan, gelombang birahi Citra mulai berdatangan.

CLOK CLOK CLOK 

"Ssshh... Maaaassss.... Kamu hari ini kuat bangeeeet maaasss... Ennnaaaakkkk...." Erang Citra keenakan. "Eeentotin aku teruuusss maaassss.... Puasin akuuu....."
"Uh... Uhhh... Uhhh.... Iya dekk.... Mas pasti bikin kamu puuaasss...."
"Iya gitu mas... gitu... sodok memek adek kuat-kuat masss... Sodoook teruuusss...." Jerit Citra mulai mengimbangi goyangan pinggul Marwan. "Terus maaasss.. enaaaakk.... "
"Uh...uh...uh...." genjot Marwan kuat-kuat. Menghantamkan pahanya keras-keras ke selangkangan Citra

Mendadak, Citra merasakan akan orgasmenya. "Aku mau keluar maass... Sodokin kontolmu terus masss.. sodok teruuusss.... aku mau keluuuuaaarrr...."

Namun, entah apa yang terjadi, tiba-tiba goyangan Marwan berhenti sama sekali. Matanya terpejam, dan otot-otot pahanya mengeras. Tubuhnya bergetar hebat.

CREET CREEET CREECEEEET

Marwan orgasme. Penisnya memuntahkan lahar kenikmatannya kedalam vagina Citra. Dan seketika itupula, Marwan langsung ambruk. Menimpa tubuh Citra yang masih menggoyang-goyangkan pinggulnya, berharap dihadiahi orgasme dari suaminya. 

"Hhhh...hhhh....hhhh...." Suara nafas Marwan terengah-engah dan detak jantungnya terasa begitu cepat.

Melihat suaminya yang seperti habis melakukan marathon, sepertinya Citra harus membuang jauh-jauh harapan untuk mendapatkan orgasmenya. 

"Yah maaas... Kok udahan sih... Khan aku belum keluar...???!" Gerutu Citra ketus.
"Hhhh... Hhhh.... Aku nggak kuat lagi dek... Hhhhh...Hhhh...... Empotan memekmu bikin aku ga tahaaann... Hhhhh.. Hhhhhh...."
"Hadeeehh..... Maaasss Maaasss.... Makanyaaaa.... Punya kontol tuh dilatih.... Jangan bisanya cuman muntah-muntah melulu...." Ketus Citra sewot sambil mendorong tubuh Marwan kesamping. Membuat penis kecilnya langsung terlepas manja dari vaginanya.

PLOP

"Hhh...Hhhh...Tapi... Masih tetep cinta khaaan??? Hahahaha..." Canda Marwan sambil mentowel dagu Citra, mencoba mencairkan suasana hatinya.
"Huuuuuu.... Cinta sih.... Tapi terpaksa....." Jawab wanita cantik itu sambil beranjak pergi kekamar mandi, meninggalkan Marwan yang mulai tertidur nyenyak karena kelelahan. Sambil membawa handphone, Citra mulai mengetikkan pesan yang sempat tertunda.

"Seto, jadi jalan sekarang...?" Ketik Citra singkat. 
"Yaudah yuk, aku sudah ada didepan daritadi..." Balas Seto. 
"Kok ga ketuk pintu aja sih....?"
"Pengennya gitu, tapi ada yang sedang ehem-ehem, jadinya ditunda dulu..."
"Hihihi...Kedengeran ya...?"
"Pasti enak tuh..."
"Enak sih.... Tapi KURANG..." Ketik Citra gemes. 
"Mau aku tambahin...? hehehe..." Tanya Seto sangat berharap 
"MAU BANGEEETTTT...." 

***

Hari berganti hari, minggu terlewati tanpa terasa, dan bulan entah mengapa terasa begitu cepat merubah nama. Kebinalan Citra pun semakin menjadi-jadi dan susah untuk berhenti. Entah sudah ke berapa banyak pria, Citra meminta pelampiasan nafsu birahinya.

Seto tetangga samping rumah, Pak Darjo si pemilik rumah kontrakan , hingga Pak Utet si cleaning service, selalu rutin membantu wanita molek itu untuk memberinya jatah kenikmatan setiap kali Citra memintanya. Walau kadang Citra mengalami keterpaksaan ketika mereka meminta pelampiasan nafsu, namun itu bukanlah sebuah masalah yang cukup berarti. 

Sering kali, Citra juga sengaja mengunjungi Prawoto seorang diri. Sekedar untuk menginap atau rekreasi. Yang jelas, ketika ia kesana, istri Marwan itu minta tuk disajikan hidangan kenikmatan kepada pemilik warung sate itu dikala suaminya tak pulang beberapa hari. Bahkan, lebih jauh lagi, sekarang Citra sudah menjalin hubungan kerjasama dengan Pak Usep, Kepala Desa tempat Prawoto tinggal sehingga turut membantu perputaran ekonominya. Dengan alasan melebarkan bisnis pertanahan suaminya, Citra pun tak lupa melebarkan pahanya untuk sekalgus mendapatkan nikmat dari lelaki tua atau ketiga ajudannya itu.

"Toh aku ga rugi... Toh aku selalu mendapat bayaran... Toh aku bisa mendapatkan kenikmatan... Toh aku puas... " Dalih itulah yang selalu Citra jadikan sebagai dalih, setiap kali ia melakukan perselingkuhan, "Toh Mas Marwan hingga saat ini juga tak pernah sempat memberikan diriku pelampiasan nafsu yang maksimal..."


***

"Kenapa Mas...?" Tanya Citra ketika mendapati suaminya berkali-kali menatap tajam kearah dirinya.
"Ennnggg.... Nggak kenapa-napa kok..." Jawab Marwan sambil tersenyum.
"Iiihhh... Kenapa mas...?"
"Hmmm... Jangan marah yaa...?"
"Marah kenapa....? Emang kamu melakukan kesalahan...?" Tanya Citra ketus.
"Enggak... Salah apa..? Bukan itu... Sayang..." Jawab Marwan mengklarifikasi, "Kayaknya ada yang beda ama kamu deh Dek.....?"
"Beda...? Beda apanya ya...?"
"Hmmm.... Kayaknya.... Jangan marah ya... Kayaknya kamu .....keliatan agak gemuk...."
"Haaa... Agak gemuk....?" 
"Iya.... Lihat aja tuh.... Lenganmu makin padat... Pipimu tembem.... Tetek ama pantatmu... Makin, wah nggak perlu disebut...."

Sambil melihat kearah cermin yang ada di lemari baju, Citra memutar-mutar tubuh semoknya, mencari tahu sebab suaminya berkata seperti itu.
"Hmmm... Bener juga ya mas..." Jawab Citra, "Tetek aku makin tak tertampung..."

"Iya Dek.... Dan lagi.... Perut kamu tuh.... Mirip orang hamil...."
"Haa....? Haaaamiiilll...???"

Cukup lama Citra mematut diri di depan cermin lemari pakaianannya. Berputar putar dan melenggak lenggok samil memperhatikan beberapa bagian tubuhnya. 

"Hhhh... Perutku makin membuncit... " Kata Citra sambil mengudap-usap perutnya yang mulai terlihat membesar."Tetekku.... Juga makin turun...." Imbuhnya lagi sambil berulang kali meremasi payudaranya kiri dan kanan secara bergantian. "Putingnya juga makin berwarna gelap....."

"Mirip tubuh tukang sayur.... Tubuhku makin jelek... Tubuhku nggak seindah dulu..."

"Tak seindah dulu...." Ulang Citra. Sekilas, istri Marwan itu kembali teringat akan masa lalunya, teringat akan masa sebelum ia hamil, teringat akan masa malam pertamanya. "Dulu... tubuhku begitu menggoda... Tak ada seorangpun yang tak terpesona ketika menatap tubuhku...."

"Tubuhmu bagus banget Dek...." Kata Marwan sambil mengusapi payudaranya besar Citra. "Nafsuin..."
"Ah mas Marwan bisa aja.... SLUURP...." ucap Citra sambil menyelomot penis mungil suaminya.
"Uuuhh... Deeek.... Enak sekali isepanmu Deeekk...."

"8 cm..." Batin Citra, "Titit segitu... Tak terlalu kecil kali yaa...?" Tambah Citra lagi sambil terus meremasi kantung zakar suaminya.
"Ssshhh.... Deeek.... Uuuuhh... Enaaaknyaaaa..."

"Ahhhh.... Walaupun gak sebesar titit mantan-mantanku... Sepertinya ukuran titit segini masih bisalah memberikan diriku kenikmatan..." Batin Citra lagi sambil berulang kali membolak-balik batang kelamin suaminya.

"Kecil ya dek...?" Tanya Marwan yang sepertinya merasakan kegalauan istrinya. "Maaf ya Dek kalau bikin kamu kecewa..." Kata Marwan lagi sambil mengusapi rambut lembut Citra.
"Hmmm..... Enggak kok mas... Titit segini juga bisa memberi enak... " Kata Citra berusaha membesarkan hati suaminya. "Yang penting khan titit mas masih bisa bangun.... Hihihi...."
"Makasih ya Dek.... Kamu mau menerima kekurangan Mas..."
"Hihihi... Iya Mas....Yuk Mas.... Kita coba lagi.... Aku udah pengen lagi nih... "

Memang, Marwan bukanlah pacar pertama Citra. Ia adalah lelaki kesekian yang pada akhirnya bisa menikmati tubuh wanita molek itu. Karena sebelum berpacaran dengan Marwan, Citra telah menjalin hubungan dengan begitu banyak lelaki. 

"Om Fais 17 cm, pengusaha, sering ngajak keluar kota, sukanya main-main ayam SMA...."
"Martin 11 cm, pedagang, baru punya anak kedua, pengen maen bertiga mulu...."
"Bang Rustam 12 cm, PNS, susah berdiri kalo pagi hari... "
"Mas Budi 10 cm, mandor, mainnya selalu terburu-buru, tapi royal ama uang... "
"Ridwan13 cm, anak SMP, lumayanlah buat kelas perjaka, mainnya lama...."
"Om Tejo 17 cm, bos kayu, bapak-bapak beristri dua, suka pake obat kuat, minta keluar dimulut terus... "
"Sapto 12 cm, juragan roti, tititnya banyak panu, suka main di tempat umum... "
"Nardi 9 cm, CS, jembutnya bauk dan panjang banget, cuman orangnya setia... "

"Hmmm... Siapa lagi ya...?" Tanya Citra dalam hati sambil mengetuk-ketuk pipi mulusnya, mencoba mengingat nama-nama lelaki yang sudah pernah menikmati keindahan tubuhnya.
"Mas Rudi 14 cm, supir, punya tahi lalat di kantung telornya, suka gigit-gigit puting...."
"Mirza 16 cm, mahasiswa, berondong tajir, anak om Faiz... "
"Rian 11 cm, mahasiswa tingkat akhir yang nggak lulus-lulus... "
"Mas Puji 18 cm, olahragawan sejati..."

Karena jam terbangnya yang cukup tinggi , tak sulit bagi Citra untuk mengetahui ukuran kelamin beserta ciri khas dari masing-masing lelaki yang pernah tidur dengannya. 

***

"Sayang... Enak banget memekmu...." Ucap Puji yang tak henti-hentinya mencucupi vagina Citra dengan wajah penuh nafsu.
"Sshh.... Uuuoohhh... Enak banget masss..." Erang Citra sambil terus-terusan meremasi rambut ikal Puji.
"Pasti memek ini rasanya legit banget ini sayang....Aku suka... Sluurpp.... Nyam...."
"Iya mas... Legit.... Ooohh... Jilat terus mas... Jilaaaat..... Sshh..."
"Aku pengen ngentotin kamu sayang.... Kita ngentot yuk..."
"Sshhh....Ini juga kita lagi ngentot mas.... Uuuhhh..."
"Kali ini aku pengen masukin kontolku sayang.... Aku pengen ngontolin memek kamu..." Kata Puji yang tiba-tiba menghentikan jilatannya pada vagina Citra dan merangsek naik dan menempatkan penisnya di bagian bawah tubuh pacarnya.

"Looh... Mas... Kok berenti,,,,?"
"Aku pengen masukin kontolku sayang... Boleh yaaa..?"

"Enggak Mas... " Tolak Citra ketus, sambil menahan pinggul Puji menjauh dari celah selangkangannya 
"Ayolaaah.... Dikiiitt aja... Kepalanya aja deeehh...." Pinta Puji sambil mulai menyelip-nyelipkan batang beruratnya kecelah kenikmatan Citra.
"Ssshh.... Digesek-gesek aja mas... Gitu juga enak khan...? Eeehhhmmm...."
"Ayolah sayaang.... Dikiiiittt aja...." Kata Puji yang kemudian menggerak-gerakkan batang penisnya menggasak vagina Citra dari luar bibir kelaminnya.
"Kalo mau masukin tititmu.... Kita nikah dulu mas...."
"Pikiranmu kok kolot banget sih sayang... " Gerutu Puji, "Emang harus begitu ya...?"
"He'eeehhh.... " Jawab Citra sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, "Ssshh....Oooohh...."
"Aku pasti nikahin kamu kok sayang.... Tapi sebelumnya, kita coba yang enak-enak dulu yuk... Aku pengen ngontolin memek kamu....."
"Sssh... Nggak Mas....Enggak... " Jawab Citra meninggikan suaranya.
"Kamu nggak sayang aku yaaa...?"
"Bodo ah.... Kalo mas nggak mau nahan diri... Yaudah... Mending mas pulang aja deh... Kita gausah ngelakuin hal seperti ini lagi..." Kata Citra ketus sambil mendorong tubuh Puji menjauh.

"Pleeeeaaaseeee... Dikit aja sih... " Pinta Puji pantang menyerah, "Masa dari dulu cuman dikasih nggesek-gesek mmek mulu sihhh...?" 
"Enggak mas... Enggak...!" Ucap Citra mulai emosi. "Hormati prinsipku mas... Kalo mas nggak mau nurutin, silakan aja mas cari cewek lain yang mau muasin nafsu-nafsumu..."

Merasa tak dapat meminta persetujuan Citra, akhirnya Puji menyerah.
"Hehehe... Iya deh.. Iyaaa... Kita gesek-gesekkan aja yaaa...." Rayu Puji sambil terus menggoyang pinggulnya maju mundur." Begini juga enak kok sayang..." tambahnya lagi sambil meremas dan menyeruput payudara besar kekasihnya.

Itulah hebatnya Citra, walaupun ia adalah petualang cinta ,memiliki banyak pacar, dan seringkali melakukan persetubuhan, ia masih tetap ingin menjaga keperawanannya. Yah, walau hanya sekedar kissing, necking, grinding, dan petting, sedikit banyak Citra sudah bisa mendapat kepuasan dari mereka. 

Namun, berbeda dengan Puji. Lelaki bertubuh besar itu tak mampu menahan hasrat birahinya untuk melangkah lebih lanjut. Karena rasa penasaran dan nafsu Puji yang begitu besar, menggesek-gesekkan penis saja dirasanya sangat amat kurang. Terlebih persetubuhan ala Citra ini sudah sering mereka lakukan semenjak awal hubungan cinta mereka.

"Terus mas... Terus.... Gesek terus... Ooohhh... " Erang Citra keenakan.

"Aku harus mendapatkan keperawananmu Citra...." Pikir Puji sengit. "Harus bisa.."
Sambil terus berpura-pura menuruti permintaan Citra, Puji terus saja menekan pinggulnya ke selangkangan Citra, menggerakkan tubuhnya naik turun guna menggesek-gesekkan batang penisnya kuat-kuat ke vagina kekasihnya. 

"Sssh....Uuuhh... Enak sayang... Enak...." Erang Citra yang mulai terlena akan kenikmatan persetubuhannya. Walau penis Puji tak sampai masuk keliang kenikmatannya, namun urat-urat yang bertonjolan di batang kelamin kekasihnya itu mampu menggelitik klitorisnya secara maksimal. Sehingga membuat wanita bertubuh sintal itu menggelijang-gelijang keenakan.

"Ayo terus sayang... Aku mau sampe nih.... Ayo gesek terus... Teruuuss.. Uuuhh "

"Hehehe... Begitu orgasmemu datang... bakal aku sodok memek munafikmu ini dengan kontolku Citra.... Hehehe..." Pikir Puji licik. Sengaja, Puii bersiasat untuk menggiring Citra pada kenikmatan tertingginya guna bisa mencoblos gerbang kenikmatannya. "Ketika kamu orgasme... pasti pertahananmu bakal melemah..."
"Aku mu keluar mas... Aku mau keluaarr... Oooohhhh... Ooooohhhh...." Teriak Citra sambil membalas goyangan pinggul Puji. Kaki jenjang Citra pun langsung mengait ke paha Puji dan jemarinya mencengkeram kasur kuat-kuat.

"Ooooohhhh.....Aku keluuuuaar maaasss..... Aku keluuuaaarrr...." Erang Citra lantang.

"CREET CREEEET..... CRE....."

Tiba-tiba, ketika Citra sedang asyik-asyiknya merasakan kenikmatan tertingginya, Puji langsung membelokkan arah gesekan penisnya menjadi tusukan. Dan dengan kecepatan tinggi, kekasih Citra itu lalu menggenggam batang kelaminnya lalu mengarahkan kepala penisnya tepat kelubang vagina Citra.

"OOUUUGGHHH... AARRRGGGHHHH...." Teriak Citra keras sambil mengejat-kejat. "Aaaaarrrggg..... Maaas... Apa yang kamu lakukan....? Jangan Mas.... Jangan..." 
"Dikit aja sayang.... Dikiit ajaaa yaaa..." Pinta Puji sambil mencoba tanpa henti, menusukkan kepala penisnya ke vagina Citra. Dengan badannya yang berukuran besar, ia buru-buru mendekap tubuh mungil Citra dan terus menusukkan kepala penisnya maju. Berusaha mendobrak gerbang kewanitaan Citra.

"ENGGAK MAS... ENGGAAAK..." Ronta Citra sambil menahan sekuat tenaga, "Enggak Maaass... Aku nggak mau...!" teriak Citra lantang sambil mencoba mendorong tubuh kekasihnya itu. Walau kakinya masih lemas karena orgasmenya, Citra berusaha sekuat tenaga mendorong tubuh besar Puji menjauh.

"GUBRAK..."

Puji jatuh kebelakang, terjengkang dan terguling dari dipan membentur lemari pakaian. Kesempatan itu langsung Citra gunakan untuk melarikan diri. 

"BANGSAT...." Teriak Puji spontan. Dengan muka yang memerah, ia lalu buru-buru bangkit dari tempatnya terjatuh dan langsung melompat mendekat kearah Citra dan menangkap pergelangan tangannya. Sambil membalikkan tubuh kekasihnya, Puji mulai memberikan hukuman pada Citra. 

"PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK...." Lima tamparan hebat dari tangan besar Puji segera mendarat diwajah ayu Citra, membuat matanya seketika berkunang-kunang dan tubuhnya terhuyung lemas.

"KAMU.... CEWEK AKU.... JADI KAMU.... HARUS TURUTIN.... APA MAUKU...." Perintah Puji dengan nafas menderu-deru. "KALO KAMU MAU NAKAL.. SINI AKU AJARIN...." bentak Puji sambil meremas payudara Citra kuat-kuat dan menamparnya berkali-kali. Sehingga membuat kulit payudara yang semula putih mulus seketika menjadi merah lebam. 

"PLAK... PLAK... PLAK..."

"AAARRRGGGGHHH....." Rintih Citra kesakitan, " Aduh sayang... Sakit... Tetekku sakit sayang...."
"Sakit...? Hehehe.." Tanya Puji sambil tersenyum," LONTE... HARUS... TAHAN... SAKIT....!" Tambahnya lagi sambil menjorokkan tubuh ramping Citra kearah tempat tidurnya lagi. Membuat wanita bertubuh molek itu rebahan telentang tanpa daya.

Lalu, tanpa basa-basi, Puji pun lagi-lagi menubruk tubuh Citra dan terus meremas kuat-kuat kedua payudara besar Citra sambil menyelomot putingnya bergantian.

"Aku harus bisa ... PERAWAIN MEMEKMU... LONTE.... " Ancam Puji, "Aku bosen dengan semua larangan dan aturan-aturanmu... Aku pengen ngerasain nikmatnya NGENTOTIN MEMEKMU..."

Citra tahu dengan sifat jelek Puji dan ia pun sadar dengan konsekuensinya saat ini. Puji adalah seorang lelaki pemarah yang tak akan pernah bisa dilawan ketika sedang emosi. Ia adalah lelaki pemaksa dan pendek akal. Dan sepertinya, emosinya kali ini lebih hebat dari emosi-emosi sebelumnya.

"Ampun sayaaang... Ampunnn..." Erang Citra meminta belas kasihan, "Jangan ambil keperawanan aku..."
"Hehehe... LONTE... TAK... BOLEH.... MENOLAK... KONTOL...." Jawab Puji 
"Hik hik....Jangan sayaaang.... Hik hik hik... " Pinta Citra sambil mulai menitikkan air mata. Karena tak tahu harus melakukan apa, ia pun menangis.

Citra tahu, jika malam ini adalah malam tersialnya. Malam dimana nafsu birahinya merubah orang terkasihnya menjadi setan penuh amarah. Nafsu menjadi bencana. Di saat liburan weekend panjang seperti ini, pasti tak ada seorangpun penghuni kosan yang memilih tinggal disini. Apalagi, tanggal muda dan baru gajian, mereka pasti pulang kedaerahnya masing-masing.

"Ampun Maas... Ampuuunnn... Hik hik Hhuuuuu... "
"Gausah nangis sayang... Ngewe itu enak kok... Nggak sakit sama sekali... Malah... Rasanya eeenak banget..." Jelas Puji sambil kembali menjejalkan penisnya yang masih keras ke celah kenikmatan Citra.
"Hik....Hik... Jangan ambil perawan aku sayang.... Jangaan..." Teriak Citra keras sia-sia karena sekeras apapun ia berteriak, tak akan ada orang yang bisa mendengarnya. 

"Ssssttt... LONTE... HARUS.... NURUT...." Kata Puji yang kemudian melesakkan kepala penisnya maju. "Sumpah..... Memekmu susah sekali dijebolinnya sayang..." Heran Puji.

"AAARRRGGGHH..... Hik hik... Saaakitt... Sayaang... Hik...Hik... Hhhuuuuuu.... Saaakiittt... Jangan tusuk memek aku sayang... Jangaaan.... Ssssh... JAANGAAAANN...." Raung Citra sambil terus berusaha membebaskan diri. 
"Ssstt...DIEM...." Kata Puji yang merasa terganggu dengan erangan-erangan Citra. "Mpppfff...." Cium Puji berusaha membungkam mulut Citra dengan bibirnya, sambil menghentakkan pinggulnya kuat-kuat. Mungkin karena otot vagina Citra yang terlalu kuat, berkali-kali batang penis Puji membengkok. Bahkan sesekali, kepala penisnya menjelepat keluar seiring tusukan brutalnya.

Sambil terus berusaha menjebol gerbang pertahanan vagina Citra, Puji tak henti-hentinya meremas dan menciumi mulut mungil kekasihnya. Lidah basahnya yang panjang pun tak lupaIa sengajakan untuk terus-terusan menyelinap masuk kedalam mulut Citra. 

"Sluuurrp... Jangan tegang sayang... Rileks aja... Cup cup.., Muaah... " Rayu Puji.
"Jangan Maaas.... Jangaaann...."

Namun ketika Puji sedang asyik-asyiknya mencoba merenggut keperawanan kekasihnya, 
Entah mendapat keberanian darimana, Citra menggigit bibir Puji kuat-kuat. Membuat lelaki bertubuh gempal itu seketika berteriak-teriak kesakitan.

"AAAAARRRRGGGGHHH....." Teriak Puji kesakitan.

Merasa Puji lengah, Citra kembali meronta dan berusaha bangun untuk membebaskan diri. Tak lupa, Citra pun menendang-nendangkan kakinya sembari bangkit dari tempat tidurnya.

"ANJING...!..." Teriak Puji, "LONTE LAKNAT...!"

Tak menggubris, kekasih Puji itu buru-buru bergerak menjauh kearah pintu kamar kosan dan langsung membukanya lebar.

"HEH.... Mau kemana kau LONTE....?" Umpat Puji, yang tiba-tiba merasa gelap mata. Ia segera bangun, dan mengejar Citra.

Merasa keselamatannya agak terancam, Citra pun buru-buru berlari, menghambur keluar mencari tempat bersembunyi. 
"Kekamar mandi belakang..." Perintah otaknya, memberikan respon tercepatkepada kaki tubuhnya untuk egera berlari menuju kamar mandi paling ujung yangbada dirumah ini. Dan begitu sampai didalam kamar mandi, Citra segera mengunci pintu dan mencoba bersembunyi.

"KELUAR KAMU CITRA LONTE... KELUAR...." Teriak Puji yang ternyata tahutempat persembunyian kekasihnya. Karena mungkin kehabisan akal, Puji segera menendang pintu kamar mandi itu dan membuat pintu kayu itu bergetar hebat. 

"JDUK....JDUK.... " Saking kerasnya tendangan Puji, engsel pintu itu sampai bergetar. "JDUK....JDUK.... "
"AYO KELUAR KAMU LONTEKU SAYANG...." Teriak Puji dari luar kamar mandi sambil terus menendangi pintu itu.

"Mati aku...." Batin Citra. "Pintu ini tak bisa bertahan lama...." Tambahnya lagi sembari mencari cara supaya bisa keluar dari tempat ini. 

Matanya segera menyisir kamar mandi itu, "Sepertinya tubuhku muat kalo lewat jendela kamar mandi..." 

Tanpa berpikir panjang, Citra segera naik ke bak kamar mandi dan membuka jendela ventilasi. Beruntungnya, sisi luar kamar mandi adalah taman samping rumah kosan. Jadi, selepas ini, dia bisa kabur mencari pertolongan ke tetangga sekitar.

"HEH LONTE.... BUKA PINTU... " Teriak Pujij lantang sambil masih terus mendobrak pintu kamar mandinya.

JDUK... JDUK... KREK....

"Pintu itu hampir jebol....Engselnya hampir copot semua...." Batin Citra ketakutan. "Aku harus segera keluar dari sini...." 

Karena ketakutan yang amat sangat, Citra seperti mendapat tenaga tambahan. Ia dapat mengangkat tubuhnya naik dengan mudah dan segera menyelusup keluar melalui jendela itu. Beruntung, ternyata jendela kamar mandi itu berukuran cukup besar

"Wuihhh... Muat...." batin Citra bersyukur ketika setengah tubuhnya sudah keluar dari jendela kamar mandi.

"JDUK... JDUK... JBRAAAAK..."
Pintu kamar mandi jebol. Dan terlontar keras ke tembok.

"HEH... LONTE BANGSAT... MAU KABUR KAMU YA...." Teriak Puji ketika tahu jika setengah tubuh wanita buruannya sudah keluar dari jendela kamar mandi. Dengan gerakan supercepat, lelaki bertubuh besar itu segera menangkap kaki jenjang Citra dan menariknya masuk dengan paksa.

"AAARRRGGHHH...." Jerit Citra seketika ketika tubuhnya kembali merosot masuk kedalam kamar mandi.
"JANGAN KABUR LONTE...." Umpat Puji.
"LEPASKAN MAS... LEPAAASS...." Teriak Citra yang segera saja menendang-nendang Puji secara acak. "LEPAASKAAAN...."

JBLUG... JBLUG...DUK.... GUBRAK...

Tiba-tiba, tubuh besar Puji terjatuh dan terhempas menabrak dinding kamar mandi. Rupanya tendangan Citra berhasil mengenai wajah Puji dan membuat tubuh besar kekasihnya itu mundur. Buru-buru Citra segera mencoba melarikan diri lagi. Sekuat tenaga ia berusaha menarik tubuhnya keluar dari jendela, tanpa mempedulikan luka-luka yang ia dapati. 

BLUGH...

"Huhh... Berhasil...Hhhh...Hhhh Hhhh...." Desah Citra lega sambil menjatuhkan diri diatas rumput pekarangan belakang. Pagar yang cukup tinggi membuatnya sedikit bersyukur, karena tak ada seorangpun yang dapat melihat kedalam halaman rumah. Sambil rebahan telentang, Citra mencoba mengatur nafas. Sejenak, wanita cantik itu mencoba mengamati luka-luka tubuhnya. Hidungnya mengeluarkan darah, dan mulutnya terasa anyir. Payudaranya memerah memar, dan perutnya meruam perih.
"Ckckckck.... Hebat sekali kekasih cantikku ini...." Kata Puji yang tiba-tiba sudah berdiri disamping tubuh Citra sambil mengocok penisnya yang masih menegang keras.
"Astaga... Mas Puji...." Kaget Citra yang buru-buru mengambil ancang-ancang bersiap kabur. Rupanya ia terlalu lama berdiam diri sehingga tak menyadari jika kekasihnya sudah keluar rumah. 

"JBLUUUKK..."
Secepat kilat, Puji segera menendang perut Citra. Membuat gadis cantik itu terlempar kesamping sejauh beberapa puluh sentimeter. Terguling-guling hingga menabrak tembok pagar.
"AMPUN MAS... AMPUUUN... UHUK UHUK UHUK..." Jerit Citra sambil terbatuk-batuk hebat.
"LONTE LAKNAT.... TERIMA PEMBALASANKU...." Raung Puji sambil terus-terusan menendangi dan memukuli Citra tanpa henti.
"AAARRGGGHH....UHUK UHUK UHUK..." Rintih Citra sambil terus terbatuk-batuk. Sambil meringkuk, Citra berusaha melindungi tubuh lemahnya dari tendangan beruntun Puji. 

Karena berulang kali menerima pukulan dan tendangan tubuh Citra pun melemah. Hingga akhirnya, Citra menyerah, membiarkan dirinya tersakiti.

"Hhhh... Hhhh... Hhhh.... LONTE....? Kamu masih mau melawan lagi... ?" Tanya Puji dengan nafas tersengal-sengal. "Hhhh....Hhhh... Kalo mau melawan, ayo sini... Biar aku hajar tubuh seksimu..."

Tak menjawab, Citra hanya terdiam sambil menatap tajam kearah kekasihnya itu. Tubuhnya benar-benar lemas sehingga ia tak mampu lagi melakukan perlawanan sama sekali.

"Hahahaha.... Sekarang... Aku bakal ambil perawanmu sayang...." Kata Puji dengan nada penuh kemenangan, "Bakal aku gedel-gedel memek perawanmu dengan kontolku ini... LONTE.... Hahahaha...."

Tanpa membuang waktu, Puji segera meraih kedua kaki Citra lalu membukanya pahanya lebar-lebar. 
"Kalo kamu diem seperti ini khan enak sayang... Bisa dapet enak tanpa harus luka-luka gini... Hahahaha...." Tambahnya lagi sambil mulai mengarahkan penisnya yang masih berdiri tegang ke arah vagina Citra. 

Walau tubuh Citra sudah tak mulus lagi, Puji ternyata masih memiliki nafsu yang cukup besar. Nyatanya, ia masih saja penasaran untuk mengambil keperawanan kekasihnya itu. Tangannya segera meremasi payudara Citra yang memerah lebam, sambil sesekali mulutnya mengenyot puting payudara Citra yang sudah belepotan pasir. 

"SLEEEP...." 
Kepala penis Puji, pada akhirnya berhasil masuk kedalam vagina Citra.

"Ssssshhhh.....Uuuuuoooohhh... Sayaaang.... Akhiiirrrnyaaaa......" Erang Puji lega sambil terus menggoyangkan pinggulnya menekan vagina Citra, menusukkan penis beruratnya masuk semakin dalam.

"JUUUH...." Tiba-tiba, Citra meludahi wajah Puji, "LELAKI ANJING... BUNUH SAJA AKU SEKALIAN..." 

"BLETAK...." 
Sebuah benda tumpul, menghantam keras tepat di pelipis Puji. Membuat darah segar seketika mengucur menetes turun ke pipinya.

Kaget sekaget-kagetnya, Puji tak mengira jika Citra yang sudah lemas ini masih sanggup memberikan perlawanan. Sambil menarik nafas panjang, Puji yang sudah setengah jalan menusukkan penisnya kedalam vagina Citra, mau tak mau mencabutnya kembali. 

Matanya melotot, wajahnya memerah, dan tubuhnya bergetar. Rupanya emosi yang ada didalam diri Puji sudah tak mampu tertampung lagi. Siap untuk meledak hebat.

"Bunuh aja aku Mas...." Kata Citra pelan, "Bunuh aja aku.." 
"LOOONTEEEEE.... LAAAKNAAAATTTT......" Teriak Puji sambil mengepalkan tangannya dan menghantarkan kearah tubuh Citra.

Citra yang melihat emosi Puji, hanya memejamkan mata, sambil mencoba menyunggingkan bibirnya. Bersiap untuk menerima segala macam siksaan dari lelaki yang sempat singgah dihatinya. Kekasih tercintanya.

"BLETAAAAKKK... JBLUK....."

Tiba-tiba, sosok Puji yang semula ada di atas tubuh Citra terlontar jauh kebelakang, dan tergantikan dengan sesosok lelaki tinggi kurus.

"Kamu baik-baik aja mbak..?" Tanya sosok itu sambil melepas jaketnya dan membungkuskan ketubuh telanjang Citra. 
Tak menjawab, Citra hanya menganggukkan kepalanya.
"Kalo berani... Cari lawan yang seimbang.... Jangan bisanya nyakitin perempuan..." Bentak sosok itu kearah Puji.

"SIAPA KAU BANGSAT....?" Murka Puji," BERANI-BERANINYA KAU MENGGANGGU URUSAN ORANG LAIN..?" 

Tanpa menunggu jawaban, Puji segera membalas perlakuan sosok tadi tanpa ampun. Dengan ukuran tubuh yang berbeda begitu jauh, jelas saja, sosok itu merasa kerepotan menghadapi amukan Puji.

Citra yang sudah sangat lemas, hanya mampu melihat perkelahian kedua pria yang berbeda ukuran itu. Hingga akhirnya, kedua pelupuk matanya perlahan-lahan mulai berat. Dan akhirnya menutup rapat.


***

Aroma obat tercium begitu kuat di rongga hidung. Membuat Citra membuka mata.

"Terang benderang.... Ini sudah pagi ya....?" Tanya Citra dalam hati.

"Mbak.... Kamu sudah sadar....?" Tanya seorang wanita berseragam putih-putih yang berulang kali melambai-lambaikan tangannya didepan hidung Citra, "Mbakk...?"
"Aku dimana....?" Tanya Citra lirih sambil mengamati ruangan sekitar. "Kok aku bisa ada disini...?"

"Kamu di klinik mbak..." Ucap wanita berseragam tadi. "Mas itu yang mengantarkan mbak kesini...." Jelasnya lagi sambil menunjuk sesosok pria yang sedang duduk diranjang sebelahnya. Dengan kepala yang penuh perban, gips ditangan, mata yang lebam dan bibir yang membengkak, pria itu mencoba melambaikan tangannya, dan berusaha menyapa Citra dari tempatnya berada.

"Itu khan lelaki yang barusan menolongku..." Batin Citra.
"MAS PUJI...." Panik Citra yang tiba-tiba segera mencari dimana keberadaan kekasihnya itu.

"Tenang aja mbak... Pria yang tadi malam mau memperkosamu sudah berada di pihak yang berwenang... Jadi dia nggak akan bakal mengganggu-ganggu mbak lagi..." Jelas lelaki itu. "Sekarang... Mbak rileks saja...."
"Kamu siapa....?" Tanya Citra.
"Namaku Marwan...." Jawab lelaki itu sambil tersenyum manis dan buru-buru turun dari ranjang periksanya. Dengan langkah pincang, lelaki itu segera mengamit tangan Citra.

"ASTAGA..." Ucap Citra lirih, "Itu senyum terindah yang pernah aku lihat...."

Seketika, Citra merasa sakit yang ada ditubuhnya tiba-tiba terangkat, dan tergantikan dengan rasa nyaman serta hangat yang menyebar cepat dari tangan ke sekujur tubuhnya. Tak lagi ia merasakan nyeri, tak lagi ia merasakan ngilu. Yang ada, hanyalah perasaan bahagia dan hati yang berbunga-bunga.

Ingatan Citra kembali lagi ke beberapa tahun lalu. Saat dimana Marwan pada akhinya memberanikan diri untuk melamarnya.

Senyuman, tak henti-hentinya tersungging di bibir Citra muda. Terlebih setelah hubungan dengan Puji sudah putus beberapa lalu dan tergantikan oleh Marwan. Pemuda yang secara tak sengaja telah menyelamatkan Citra dari kekejaman kekasihnya.

"Maukah kamu menjadi istriku dek...?" Tanya Marwan sambil menyodorkan sebuah cincin emas dengan batu permata kepada Citra.
"Serius kamu Mas...? " Tanya Citra seolah tak percaya "Kamu beneran mau menikahiku...?"

Betapa tidak? Marwan adalah satu-satunya pria yang langsung mengajak Citra menikah tanpa harus berkenalan lebih jauh lagi. Tanpa harus mencicipi kemolekan tubuhnya terlebih dahulu. Tanpa mempertimbangkan jika sudah pernah ditiduri oleh banyal lelaki lain. Tanpa mempertimbangkan Citra sudah tak perawan lagi.

"Iya dek... Aku serius..."
Tapi aku khan....?"
"Kenapa...?"
"Aku khan sudah gak perawan mas...?
"Perawanmu hilang khan karena perkosaan dek.... " Jelas Marwan, "Bukan karena kehendak hatimu... Jadi bagiku, hilangnya keperawananmu itu... Bukanlah sebuah masalah...."

Mata Citra berkaca-kaca. Ia tak mengira jika lelaki yang baru saja ia kenal itu menerima dirinya yang sudah tak sempurna. 

"Jadi... Gimana dek...?" Tanya Marwan lagi, " Kamu mau ya jadi istriku...?"
"Iya mas... Iya... Aku mau..."

Akhirnya, di usia 22 tahun Citra menutup masa lajangnya bersama Marwan yang berusia 28. Acara pernikahan Citra dan Marwan cukup megah, 3 hari 3 malam. Banyak sekali keluarga dan undangan yang datang dan memberikan selamat. Dan semenjak itu, petualangan Citra dengan lelaki-lelaki lain resmi berhenti, walau untuk sesaat.

Walau masih menumpang di rumah keluarga Marwan, Citra mulai merajut lika-liku rumah tangganya. Bersama kedua orang tua Marwan, ketiga kakak, dan kedua adiknya, Citra mencoba membaur di kehidupan keluarga itu. Rumahnya yang cukup besar, membuat semua anak-anaknya bisa tinggal dengan cukup nyaman.

Ketiga kakak Marwan, Mas Meyda, Mbak Murni, Mbak Mirna sebenarnya sudah memiliki keluarga dan rumah sendiri, cuman terkadang mereka menyempatkan diri untuk menginap dan menempati rumah orang tuanya Marwan. Yang belum menikah hanyalah Maya dan Muklis. Jadi jika saudara mas Marwan sedang tak ada dirumah, otomatis rumah hanya berisikan empat orang saja, plus Citra dan Marwan.

Setelah menikah, Citra sengaja tak bekerja. Pekerjaannya sebagai staf admin di kantor lamanya, ia tinggalkan untuk sementara. Dan hasilnya, setiap hari Citra tak melakukan apa-apa dirumah selain nonton tivi dan menemani keluarga Marwan. Pekerjaan Marwan sebagai calo tanah saat itu masih dibilang cukup bagus. Penghasilannya tiap tembus proyek, bisa terbilang cukup melimpah. Sehingga walaupun Citra tak bekerja, Marwan masih sanggup memberinya banyak materi. 

Namun, karena gaya hidup Citra yang boros, materi dari Marwan sering kali tak cukup, dan hal itu yang seringkali membuat Citra merasa gamang dan bimbang.
"Apakah aku harus kembali menjadi Citra yang dulu lagi....?"
"Butuh apa-apa, tinggal minta kasih Mas A..."
"Pengen punya apa-apa, tinggal minta beli'in Mas B...."
"Pengen kemana-mana, tinggal minta anter Mas C...."
"Dulu.... Semuanya begitu mudah...."

Tumpukan pemikiran masa lalu, sedikit-sedikit membuat istri Marwan itu merasakan kebosanan yang amat sangat. Bagaimana tidak, Citra yang sebelumnya adalah seorang wanita petualang, wanita yang tak bisa diam, wanita sosial yang sering berganti-ganti lelaki, sekarang ia harus menjadi wanita rumahan yang tunduk dan patuh kepada satu orang lelaki. 

Jika dulu Citra sering bergonta-ganti pasangan, sekarang, setelah beberapa bulan disini ia harus bisa setia dengan satu orang. Jika dulu, Citra bisa pergi berlibur sesuka hati, sekarang ia harus menahan diri tak kemana-mana. Jika dulu, Citra selalu mendapat perhatian dari banyak lelaki yang ada disekitarnya, sekarang ia hanya bisa mendapat perhatian adik ipar lelakinya. Jika dulu Citra sering mendapatkan semua hal yang diminta, sekarang ia harus puas dengan apa yang diberi oleh suaminya.

"AKU BOSSAAAAAANNNN..." Jerit batin Citra, "Aku tak bisa hidup seperti ini.... Aku pengen keluar... Aku pengen jalan-jalan... Aku pengen belanja.... Aku pengen bercintaaaa...."

"Bercinta... Iya... aku butuh bercinta..." Kata Citra lagi dalam hati sambil merenung dalam-dalam. Walau ia dan Marwan sering sekali melakukan percintaan, akan tetapi, ia sama sekali tak merasakan nikmatnya orgasme yang dahulu sering kali Citra raih bersama mantan-mantannya. Bersama Marwan, alih-alih merasa puas, Citra malah sering merasa ditinggal begtu saja. 

"Mas Marwan bukan seorang yang ahli di bidang percintaan...." Renung Citra kembali, "Ia hanyalah lelaki biasa.... Lelaki normal yang tanpa memiliki kelebihan di bidang seks.... " Tambah istri Marwan itu sambil menarik nafas dalam-dalam. "Bahkan.. Alat kejantanannya yang mungil sama sekali tak sesuai seperti apa yang aku harapankan... Ternyata tak mampu meladeni besarnya kebutuhan birahiku yang sering kali meluap-luap.... Aku butuh seks... Aku butuh orgasme...."

Dilihatnya suami tercintanya sudah tertidur begitu lelap, dengan dengkuran halus yang perlahan semakin terdengar nyaring ditelinga. Citra beranjak dari tempat tidurnya, dan berjalan keluar menuju ruang tengah. Ruang yang selalu dijadikan tempat pelepas penat setiap kali Citra kurang puas dengan permainan cinta suaminya. Ruang dimana terdapat televisi yang sedikit banyak mampu mengurangi rasa penat dihati.

Dengan hanya mengenakan daster tipis tanpa mengenakan pakaian dalam, Citra berjalan ke ruang tamu. "Jam segini, pasti orang rumah sudah tidur..." tebak Citra yang sudah hafal dengan segala kebiasaan keluarga Marwan. "Pakne ama bukne pasti sudah pada tidur... Kakak-kakak mas Marwan juga pasti nggak bakal pulang kesini.... "

Berjalan santai, Citra menuju ruang tengah. Ia sudah tak mempedulikan bagaimana penampilannya saat itu. Rambut panjangnya kusut awut-awutan, puting payudaranya masih menonjol tercetak jelas dibagian dada, serta lelehan sperma Marwan yang mengalir turun di paha mulusnya hanya dilap ala kadarnya dengan kain daster yang ia kenakan. Citra benar-benar cuek.

"Palingan yang masih melek cuman Maya ama si mesum Muklis...." tebak Citra lagi.

Dan benar, sayup-sayup, terdengar suara gemuruh penonton dari ruang tengah. Dan begitu Citra tiba diruangan itu, nampak sosok pemuda seusianya yang sedang konsentrasi mengikuti acara di televisi.

"Eh.... Kamu belum tidur Klis..?" Tanya Citra yang mendapati adik kandung suaminya yang sedang asyik menonton tivi, "Tumben jam segini masih melek...?" Tambah Citra yang melirik kearah jam dinding diatas televisi.
"E... Ehh... mbak Citra..." balas Muklis Arianto (20 tahun) dengan wajah yang semula merengut menatap tivi, tiba-tiba sumringah ketika melihat kedatangan kakak iparnya. "Iya nih mbak.... Ada sepakbola.....Jam satu ini baru akan mulai..."

"Oh iya... Sekarng lagi musim piala dunia..... " Batin Citra sambil menatap wajah adik iparnya yang sedang melihat kearah Citra dengan pandangan aneh, "Kamu kenapa Klis....? Apa ada yang salah ama mbak....?" Tanya Citra heran, "Kok mukamu kaya melihat hantu gitu...?"
"Ehhh... nggak mbak.... nggak ada apa-apa..." jawab Muklis sambil kembali menatap layar televisi,

Walau tahu dengan ke-kikuk-an adik iparnya, Citra langsung duduk disofa samping Muklis, membuat lelaki muda itu blingsatan kebingungan. Ia tahu, jika sebenernya Muklis begitu mengaguminya, dan Citra juga tahu jika adik iparnya itu sangat terobsesi dengannya. Oleh karenanya, melihat tampang bego-bego tapi pengen milik Muklis, sedikit banyak mampu membuat Citra agak terhibur.
"Godain dikit aaahhh....." batin Citra iseng didalam hati sambil tersenyum-senyum sendiri.

"Jagoin siapa Klis...?" Tanya Citra basa-basi dengan tangan kiri Citra menepuk paha sebelah kanan Muklis.
"Uuhh.... " Desah Muklis kaget, "Ehh... Jagoin Belanda mbak..."
"Hihihi.... Muka kagetnya lucu sekali...." Ucap Citra dalam hati sambil terus memperhatikan wajah adik iparnya yang berulangkali melihat kearah tangan Citra yang ada dipaha kanannya. Tak jarang, jakun Muklis naik turun dengan sesekali memejamkan matanya.
"Kenapa Klis...?" Tanya Citra sambil terus mengusapi paha kanan Muklis. 
"Nggak apa-apa Mbak...." Jawab Muklis berusaha menjaga intonasi suaranya setenang mungkin dan mencoba terus konsentrasi kearah pertandingan bola.

"Busyeeet.... Tuh tangan mulai ngegodain lagi dah... Jangan ngaceng... Jangan ngaceng... Jangan ngaceng... " Batin Muklis sambil berusaha konsentrasi supaya otaknya tak berpikiran mesum terhadap kakak iparnya. "Mana aku lagi nggak pake sempak..."

Mati-matian, Muklis berusaha menahan diri supaya batang yang tumbuh diselangkangannya tak cepat-cepat mengeras dan menampakkan dirinya. Terlebih melihat tangan putih kakak iparnya yang sedang mengelus pahanya, membuat jantungnya berdetak lebih kencang. Otot-otot kakinya tegang, dan keringat dingin mulai mengucur perlahan.

Memang, sudah sejak lama adik Marwan ini seringkali mengkhayalkan tentang Citra. Wajahnya yang cantik ditunjang bentuk tubuh yang molek, membuat lelaki kurus itu tergila-gila dengannya. Dari awal perkenalannya beberapa bulan lalu ketika Marwan membawa Citra kerumah, Muklis seolah jatuh cinta pada pandangan pertama. Apalagi, semenjak Citra sudah resmi menjadi istri Marwan dan diajak tinggal serumah dengan orangtuanya, Muklis semakin tak mampu menahan hasrat dan cintanya kepada istri kakak kandungnya itu.

Saking terobsesinya, tak jarang Muklis sering kali memphoto Citra dengan segala macam aktifitasnya secara diam-diam. Citra yang sedang masak, mencuci, duduk-duduk, sedang mandi, bahkan ketika ia bersetubuh dengan kakak kandungnya, Muklis tak melewatkan semua kesempatan itu.

"Eh... Ehh..... Bapak tadi pagi beli koran ya Klis...?" Tanya Citra sambil membungkukkan tubuhnya maju
"Iya mbak..." Jawab Muklis singkat, "Astaga itu teteeeekkk...." Batin Muklis sambil melirik payudara kakak iparnya yang terlihat menggantung dari lubang lengan dasternya yang lebar.
"Ah enggak Klis... Ini koran lama...." Kata Citra seolah sengaja membungkuk lama, supaya adik iparnya itu bisa menikmati pemandangan mesumnya.

"Kampreeettt.... " Batin Muklis dalam hati sambil berusaha membetulkan batang selangkangannya diam-diam, "Bikin kentang aja sih..."
"Nggak ada Klis..." Tanya Citra sambil terus mencari-cari tumpukan koran dibawah meja.
"Hmmm... Mu... Mungkin disebelah sana kali Mbak...." Saran Muklis sambil menunjuk ke depan meja.

Mencoba menggoda adik iparnya lebih jauh, Citra segera beranjak kedepan meja lalu kembali membungkukkan badan. Dengan membelakangi televisi, Citra sengaja membungkuk-bungkukkan badannya. "Disini Klis...?"

"Aaaassstaaaaagaaaa..." Batin Muklis kegirangan ketika melihat payudara Citra yang berayun-ayun manja dari balik lubang leher dasternya.

"Hhmmm.. Iya mbak..." Jawab Muklis mulai masuk ke perangkap birahi Citra. 
"Kok nggak ada si Klis..?"
"Masa sih mbak...? Coba cari lagi deh..." Ucap Muklis singkat, "Byuh byuh byuuuuhhh.... Tetek istrimu maaaas...." Batin lelaki muda itu sambil terus mengamati pemandangan tubuh indah kakak iparnya ketika membungkukkan tubuhnya guna mengambil koran di kolong meja. "Udah gedhe.... putih pula..."

Mendadak, Muklis merasa kesulitan menelan ludah karena tatapan mata nafsunya. Karena meja didepannya adalah meja kaca otomatis ketika jongkok, paha jenjang Citrapun terlihat jelas dari belahan daster pendeknya, membuat semua perhatian Muklis seluruhnya tercurah ke tubuh wanita molek yang ada didepannya.

"Klis..." Kata Citra yang masih sibuk membolak-balik tumpukan koran dibawah meja kaca.
"I...Iya... Iya mbak..." Jawab Muklis.
"Pertandingan bolanya jelek ya....?" 
"Eeehh... Emang kenapa mbak..?"
"Kamu mau nonton tivi... Atau mau nonton tetek mbak ini....?" Tanya Citra sambil beranjak dari depan meja dan kembali duduk disamping adik iparnya. "Kalo kamu nggak mau nonton tivi, biar Mbak aja deh yang nonton..."
"Maa...Maaaf mbak...."
"Dasar... Cowok... Mesum.... " Kata Citra yang dengan santai mengetuk kepala Muklis dengan jarinya, "Udah... Sini'in remotenya...."

Mendengar ucapan Citra, seketika muka Muklis merah padam. Lelaki tanggung itu malu sejadi-jadinya karena kedapatan mengintip tubuh molek kakak iparnya. Buru-buru, ia segera kembali menatap tajam kearah televisi.

"Iya mbak... Maaf... " Jawab Muklis sambil menyerahkan remote tivi ke Citra
"Hihihihi... Biasa aja kali Klis,.. Gausah tegang gitu..."
"Maaf mbak...."
"Iyaaaa.... Udah sana.... tolong bikinin mbak mie instan... Mbak laper..... Pake telor ya Kliiiss..."

Entah apa yang ada diotak Citra ketika melihat kemesuman adik iparnya. Semenjak menikah dengan Marwan, ia seringkali menggoda lelaki berusia tanggung itu. Melihat mata jahilnya, melihat muka tegangnya, dan melihat tingkah kikuknya, membuat Citra seperti mendapat mainan baru yang lumayan bisa mengurangi rasa penatnya.

"Ini mbak mie instan pake telornya..." Kata Muklis sambil menyodorkan semangkuk mie yang masih mengepulkan asap.
"Makasih adikku yang paling messsuuummmm.." Jawab Citra tersenyum genit yang langsung menyeruput kuah mie itu panas-panas, "Huuuaaah... Ini enaaaaakkkk...."
"Syukur deh kalo mbak suka...."
"Yuk makan bareng Klis.... Biar otakmu nggak tegang mulu.... Biar ga ngeres.....Hihihihi.... "
"Ya khan.... Aku ngeres juga gara-gara kamu mbak..." Jawab Muklis ngeles.
"Yeee.... Nggak juga kaleeee..... Otak kamu tuh yang mesum, jadinya mikir ngeres mulu...."
"Habisan kalo deket mbak Citra.... Siapa sih yang nggak mikir ngeres....."
"Hihihi... Gitu ya Klis... " Tanya Citra lagi

Tak menjawab, Muklis hanya menganggukkan kepalanya. 

"Emang kamu suka ya melihat tubuh mbak....?"
Lagi-lagi, Muklis tak menjawab, ia hanya menganggukkan kepalanya. 
"Apanya yang kamu paling suka...?"
"Hhmmm.... Yang mana yaaa...?"
"Hihihi.... Nggak usah kamu jawab juga mbak udah tahu Klis.... Kamu suka ya ngeliatin tetek mbak...?" Tebak Citra.
"Besar banget ya mbak....?"
"Kamu mau tau....? Mau liat....?"

Mendengar tawaran yang tak mungkin Muklis tolak, lelaki kurus itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya setiap kali ada pertanyaan yang keluar dari mulut mungil Citra

"Yaudah... Kalo kamu mau... Sok ajah liatin tetek mbak..."
"Be...Bener mbak...?"
"Hiya... " Jawab Citra sambil tersenyum "Sok....Nih... Liat aja...."
"Waaahh... Makasih mbak.... " Jawab Muklis yang segera saja menarik kain lengan Citra dan berusaha mengintip payudara besar kakak iparnya itu.
"Iya sama-sama.... Tapi... Besok kelakuanmu ini mbak laporin ama suami mbak ya... Biar tititmu digoreng ama masmu..."
"Yaaaaaaaaahhh.... Mbaaakkk..... Sepet gitu akhir-akhirnya...."
"Hahahahaha....." Tawa Citra menggelegak. Cekikikan sambil terpingkal-pingkal melihat impian lelaki tanggung itu seketika pupus setelah mendengar kakak kandungnya disebut-sebut. "Hihihihihi... Mukliiisss.... Mukliiisss.... jadi orang kok ya mesum amat.... Hihihihihi....."

" Hihihihihi.....Maaf ya Klisss... Mbak becanda..."
Tak menjawab, Muklis hanya menyeruputi sisa-sisa kuah mie instan dimangkuk.

"Klis...?" Panggil Citra
"Hmmm....." Jawab adik iparnya singkat.
"Mukliiiissss...." Goda Citra lagi.
"Apa sih mbak...?"
"Kamuuuuu.... Pernah beginian nggak...?"
"Beginian gimana...?" tanya Muklis sok cuek sambil menjawab pertanyaan Citra tanpa melihat kearahnya.
"Ya beginian..." Tanya Citra sambil menunjukkan jempol yang diselipkan diantara jari telunjuk dan jari tengahnya kedepan muka adik iparnya.
"Haaah....? Be... Belum mbak... E..emangnya kenapa...?"
"Masa beginian kamu belum pernah Klis...? Ck ck ck... Sayang dong titit kamu cuman dipake kencing aja...?"
"Yeeeee..... Apaan sih mbak....?"
"Keburu tua loh Klis...."
"Hmmm.....Habisan... Belom ada yang mau ngajarin mbak... "
"Gitu ya...? Kalo misalnya ada cewe yang mau ngajarin gimana Klis...?"
"Hmmm... Mau sih mbak... Cuman siapa yang mau beginian ama aku...?"
"Kalo misal mbak yang ngajarin kamu beginian kamu mau nggak Klis...?"

"Haah... Serius mbak... ?" Tanya Muklis yang tiba-tiba kembali sumringah.
"Iya.. Yuk... "
Beneran mbak....? Kamu nggak becanda khan....?" 
"Hiyaaa...."
"Sekarang mbak...?"
Citra mengangguk

"Disini...?"
Lagi-lagi Citra mengangguk

Celingak celinguk, Muklis memperhatikan sekitar.
"Ga bakal ada yang ngeliat kita kok Klis... Semua sudah pada tidur...." Kata Citra santai, "Mau nggak....?"
"Mau mbak..."
"Yaudah... Ayo buruan..."

Tanpa menunggu waktu lama, Muklis langsung melanjangi dirinya. Secepat kilat ia membuka baju dan menurunkan celana kolornya. Sehingga dalam hitungan detik, adik ipar Citra itu sudah telanjang bulat dan memamerkan penisnya yang sudah menegang keras didepan hidung mancungnya.

"Loooh... Loh Klis... Kamu mau ngapain...? Kok sampe telanjang-telanjang segala....?"
"Laaah... Mbak... Katanya tadi mau ngajarin beginian...?" Tanya Muklis sambil menunjukkan susunan jemari jempol yang diapit jari telunjuk dan jari tengahnya.
"Naaaah itu kamu udah bisaaaaa....."
"Haaa.... Aku udah bisa....? Maksud mbak... cuman mau ngajarin susunan jari begini....?"

"Hahahahaha... Iyalaaaaah..... Emangnya kamu pikir mbak mau ngajarin kamu ngapaaaaain hayooo....? Hahahaha...." Lagi-lagi Citra tertawa ketika melihat wajah bingung dan lucu pada adik iparnya. Saking lucunya, wanita cantik itu sampai terguling-guling disofa. 

"Muklis Muklis.... Punya otak mesum amat sih...Hahahahahaha...."

"Kampreeet-kampreeeettt..." Dengan muka merah padam karena malu, Muklis segera memakai semua pakaiannya lagi dan kembali menonton tivi.

"Hahahahaha.... Sumpah... Kamu kocak banget Klis... Kooocaaaak bangettt.... Hahahahaha.... "
"Ssssttt.. Udah udah mbak.... Aku mau nonton tivi lagi.... Aku harus konsentrasi..."

" Hahahahaha.... Iya deeehh....." 

"Kliiss... "
"Hmmm..."
"Jangan marah ya...."

Muklis tak menjawab. 

"Kliiisss... "
"Hhhmmm..."

"Tititmu lucu Klis...." Kata Citra yang tiba-tiba menggeser posisi duduknya mendekat kearah adik iparnya. "Apalagi kalo ukurannya lebih gedhe lagi... Pasti mbak bakal ajarin yang enak-enak ama kamu...." Kata Citra tiba-tiba sambil membuka celana kolor adik iparnya dan memasukkan tangan mulusnya kedalam. Merogoh batang penis Muklis yang masih tegang sambil mengelusi batang keras itu dengan jemari lentiknya.

"Kalo udah gedhe, kabar-kabarin mbak ya Klis...." Tutup Citra sambil mengecup pipi Muklis manja, " Met bobo Muklis sayaaang..... Muaah....." 

Setelah itu, Citrapun melangkah pergi, meninggalkan Muklis yang masih terbengong-bengong tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dan rasakan.



Tak henti-hentinya Citra tersenyum melihat selembar kertas yang ada di tangannya. Kertas yang menampilkan gambar hitam putih, bergambar bulatan-bulatan kecil dan berisi angk-angka.

"Tak berasa... Usiamu sudah hampir 4 bulan nak... " kata Citra sambil terus menatap lembut kearah photo tersebut, sesekali, Citra mengecup kertas tersebut sambil mengusap perutnya yang semakin membesar.

"Ck ck ck ck... Citra Agustinaaaa. Jam berapa ini? Kok kamu belum juga pake baju sih...?" Tanya marwan ketika melihat istrinya masih bermalas-malasan setelah ia mandi pagi. "Udah siang loh... Apa kamu nggak masuk kerja..?"
"Hihihi... Ya masuk lah mas...."
"Lha terus...? Kok kamu belum pake baju,..?"
"Hihihi... Ntar aja deh mas... Aku masih pengen telanjang-telanjangan dulu.. Lagi males pake baju mas..."
"Heeeh... Jangan aneh-aneh ah... Ntar kamu malah masuk angin loh..."

Walau marwan sudah berusaha meminta Citra untuk segera berpakaian, namun tetap saja, Citra masih tidur-tiduran saja di tempat tidur sambil terus mengamati lembar kertas ditangannya.
"Ngapain kamu ketawa-ketawa gitu dek...?"
"Hihihi... Anak kita ganteng ya mas..."
"Ganteng? Emang kamu tau anak kita cowo apa cewe...?"
"Hihihihi... Gak tau... Tapi firasat aku sih anak kita cowo mas..."
"Apa aja deh dek... Yang penting anak kita sehat...."
"Hiya mas.."

"Udah-udah... Ayo buruan pake baju... " Pinta Marwan sambil melempar handuk basahnya kearah tubuh telanjang Citra.
"Kalo aku masih nggak mau ...?" Tantang Citra.
"Hmmmmm...... Ngelunjak.... Aku kontolin lagi loh...."
"Yuk mas... Haaayuuuuukkkk...." Balas Citra girang, "Kali ini nusukin kontolnya yang dalem ya mas.... Biar anak kita kenalan ama bapaknya....Yuk mas... " Tambahnya lagi sambil buru-buru melebarkan pahanya. 
"Haaa...??? Beneran kamu masih mau dek....? Khan kita barusan baru aja ngentot..."
"Iya mas... Yuk...Tusuk lagi... Mumpung aku masih ada cukup waktu sebelum berangkat kantor.
"Waduh waduh....Aku becanda dek.. Becanda... Bisa rontok nih lutut mas kamu mau diterusin lagi... Hehehe..."
"Yaaah... Masss.... Ayooo...Masa cuman segitu aja sih mas..? Ayo ah... Jangan becanda aja... Ayo mas... Sodok memek aku lagi...
"Beneran nih kamu mau lagi dek...?"
"Iya mas... Ayooo... Sini.... " Kata Citra yang sudah mulai mengobel klitorisnya sendiri sambil sesekali mencolok-colok liang vaginanya sendiri, "Aku udah pengen lagi mas..."
"Serius...? Kamu nggak capek...? Khan tadi kita baru saja ngentot dek....?"
"Yaah Maaas..... Kaya nggak pernah tahu nafsu wanita hamil aja...." Kata Citra mulai sewot.
"Emangnya kenapa ama nafsumu...?"
"Nafsu wanita hamil itu jauh lebih besar mas.... Kerjaannya ya kalo ga ngentotin cowo, ya dientotin mulu..."
"Tapi kalo cowoknya udah kecapekan gimana dek..? Beneran deh.... Mas udah capek...."

"Ya aku bakal cari kontol-kontol lelaki lain buat ngentotin memek istrimu ini mas..." Ucap Citra dalam hati, sambil menarik nafas dalam-dalam menahan emosinya." Aku bakal muasin nafsu memek aku dengan atau tanpamu mas...."

"Huuuu... Kontolmu masih aja gabuk mas... Nggak pernah ngertiin kebutuhan istrimu.... Obatin mas... Obatin... Sampe kapan kamu mau bikin aku tersiksa seperti ini...?" Omel Citra, 
"Hadeeee.....Mulai deh... Mulai deeeh...."

"Udah lah... Aku mau berangkat kerja aja deh..." Ucap Citra tak ingin dikecewakan lagi. Sambil beranjak dari tempat tidurnya Citra lalu segera berpakaian. 
"Iya deeeeh.... Mas ngaku salaaaah.... Tapi kamu jangan ngambek gini dong deeek...."
"Habisan.... Udah lama mas aku nggak pernah dapet enak dari kamu.... Dikit-dikit kontolmu nyemprot... Dikit-dikit kontolmu keluar... Dikit-dikit kontolmu lemes.... Capek aku mas kamu tinggal kentang terus seperti ini...."
"Iya istriku saayaaaang.... Mas bakal berusaha ngobatin penyakit mas ini..." Rayu Marwan, "Tapi kamu jangan ngambek gitu dong aahh.... Inget nggak kata dokter kemaren.... Kalo kamu ngambek, mood dedenya jadi ikut-ikutan jelek...."

Citra tak menjawab, ia hanya memonyongkan mulutnya sambil terus berpakaian.
"Dek.... Senyum dong.... " Sela Marwan, "Eh dek... Mas mau ngomong sebentaar...".
"Ngomong aja mas..." Jawab Citra yang sedang sibuk memoles wajahnya dengan bedak tipis.

"Gini dek... Proyek mas di kota tembus lagi loooh..." Ucap Marwan mencoba menyegarkan suasana hati Citra. "Hebat nggak....? Hehehe..."
"Trus...?"
"Jadi... Mas sepertinya bakal sering ninggalin kamu lagi nih..." 
"Ooohhh...." Jawab Citra cuek.
"Daaaan.... Ini nih... Mas ada kejutan buat kamu...."
"Hmmmm....?" Jawab Citra tanpa menggubris suaminya, ia masih terus sibuk mengenakan makeup.

BLUK... BLUK... BLUK....

Beberapa gepok uang kertas berwarna biru, Marwan lemparkan ke meja rias Citra. Membuat wanita cantik itu langsung menatap kearah marwan dengan wajah sumringah
"Ini semua buat aku mas....?" Tanya Citra sambil tersenyum lebar, "Iya.... Dan ini masih ada lagi ..."
"Wuidiiiihhh.... Banyak banget mas.... Makasih yaaa.... MUUAAAHH...." Kecup Citra sambil buru-buru bangkit dan bergelayutan manja dileher suaminya. "Tapi Maass... Kalo kamu pergi lama, yang jagain istri cantikmu ini siapa.....?"

"Naah... Makanya jangan keburu ngambek mulu....Ini yang mau aku omongin ama kamu Citrakuuu...."
"Hihihii...habisan aku sebel ama kamu mas...."
"Iya-iya... Maafin mas ya.... 
"Trus siapa yang bakal jagain aku mas...?"
"Hehehe.... Kamu pasti udah tahu kok dek... Mas bawain langsung dari kampung... Dia masih saudara kita dek..."
"Saudara...?"
"Iya... saudara.... Wong dulu kamu akrab banget ama ini orang..."
"Siapa ya....?"

"Kliiisss..." Panggil Marwan lirih ke arah pintu kamarnya, "MUKLISSS..."

"Iya mas...." Suara seorang pria, tiba-tiba terdengar dari balik pintu kamar tidur Citra. Tak lama, muncul sesosok lelaki dengan perawakan gempal dengan rambut botak plontos.

"Kamu masih ingat Muklis khan dek....?" Tanya Marwan kepada istrinya.
"Muklis...?" Jawab Citra seolah tak percaya.
"Hai mbaakku yang cantik jelitaaaa... " Sapa Muklis dari balik tembok sambil cengar cengir.

Gimana nggak ingat, Muklis adalah saudara Marwan. Saudara bontot suaminya yang paling mesum. 

"Looohh....? Kamu dateng mapan Klis...?" Tanya Citra heran.
"Dateng tadi malaem mbak..." Jawab adik iparnya singkat.
"Loh... Tapi tadi kok mbak nggak ngeliat kamu...?"
"Iya mbak... Tadi pas mbak mandi, aku ke pasar beli bahan makanan dulu..." 

"Naaah... Dek.... Jadi mulai sekarang hingga seterusnya, Muklis yang bakal ngejagain kamu dek. Dia yang bakal ngegantiin posisi mas selama mas pergi...."
"Oohhh gitu ya Mas.... Jadi mulai sekarang aku anggep Muklis ini sama seperti kamu ya.... ? Jadi suami aku gitu....? Hihihi...." Tanya Citra sambil becanda.
"Ya nggak gitu juga kali deeek....Huuuu...." Jawab Marwan sewot.

"Hehehehe..... Mbak masih lucu seperti dulu yaa... Nggak ada yang berubah...." Kata Muklis tiba-tiba ," Yaudah deh.... aku permisi dulu ya mbak... Mau berbenah-benah dulu..."

"Eh mas... Jadi sejak malam, adikmu itu udah ada dirumah...?" 
"Iya... emang kenapa dek...? Khan aku sendiri yang njemput dia dari terminal...."
"Jadi... Jadi dia tahu dong apa yang tadi pagi kita lakuin...?"
"Hehehe... Iya kali..."
"Waduh..."
"Kenapa dek...?"
"Ya malu laaaah Masss..."
"Ngapain malu dek...? Khan Muklis adek aku sendiri.... Lagian dulu juga kita sempet tinggal bareng ama dia satu rumah...."
"Ntar kalo dia ngintip gimana...?"
"Hahahaha.. Biarin ajalah dek.... Toh dia udah gedhe ini..."
"Haaahh.... Kamu kok kamu ketularan mesum gini sih mas....?"
"Lah trus mau gimana lagi coba....?" 
"Ntar kalo dia kepingin ngentotin aku gimana....?"

Mendengar pemikiran aneh istrinya Marwan tiba-tiba tertawa lebar, "Hahahaha.... Lucu banget kamu...? Yaudah.... Kasih aja sekali-sekali dek.... Hahahaha..."
"Ihhhh.... Bener ya.... Awas aja kalo ternyata aku khilaf trus minta adek kamu buat muasin nafsu aku..."
"Hahaha... Kamu lucu banget dek...." 
"Biarin... Ntar aku minta adek kamu buat ngentotin aku.... Jangan sampe kamu cemburu mas...."
"Iyeeee.... Nggak apa-apa deeeh...." Balas Marwan sambil terus meladeni candaan mesum istrinya, "Itung-itung Muklis dapet ilmu dari kamu ya dek.... Hahahaha...."

TOK TOK TOK
"Permisi...." Tiba-tiba terdengar suara dari pintu depan, "Mbak Citraaaa....? Permisi....?"

"Eh... Siapa ya...?? " Tanya Muklis yang sayup-sayup terdengar juga di depan sana.
"Saya Seto... Tetangga mbak Citra... Mbak Citranya udah siap belom ya....?" Tanya Seto.
"Eemmm... Mbak Citra masih ganti baju mas.. Tunggu sebentar ya..."

Mendengar suara lelaki idamannya, Citra buru-buru menyelesaikan berpakaiannya dan segera mempersiapkan diri.

"Dede bayi sayang... Yuk kita berangkat kerja yuk.... Tuh salah satu ayahmu udah nyusul... Mau nganter ibumu yang cantik nan seksi ini.... Hihihi.. " Kata Citra sambil mengusap-usap perut buncitnya.

"Ehh.. Deeek...." Panggil marwan tiba-tiba sesaat sebelum Citra keluar kamar.
"Eh iya Mas..... Ada apa....?"
"Hmmm..... Mulai sekarang, mendingan kamu dianter Muklis deh...."
"Loooh... Emang kenapa Mas...?"
"Ya nggak apa-apa... Kalo dipikir-pikir.... Kasian juga Seto tiap hari mboncengin kamu... Lama-lama nggak enak ah Dek......"
"Yaaaah Mas... Khan dia uda nyamperin .... Masa harus aku tolak...?"

Marwan tak menjawab, ia hanya tersenyum.

"Kenapa ini...?" Tanya Citra dalam hati, "Apakah Mas Marwan sudah tahu perselingkuhanku dengan Seto...?" Tanyanya lagi. "Wah... Bisa parah nih kalo Mas Marwan sampai tahu hubungan gelapku ini... Bisa-bisa, aku nggak bakalan dapet sodokan-sodokan maut dari kontol Seto lagi deh..."

"Nggak apa-apa ya Dek...? Kamu nggak berangkat ama Seto..."
"Trus...? Aku berangkat ke kantor naek apaan dong Mas...?"
"Didepan khan ada motor aku Dek..."
"Trus...?" Tanya Citra mulai ketus, "Aku harus naik motor sendiri...? Gitu...?"
"Hahaha....Ya enggak, bukan begitu sayangnya akuuuu.... Mulai sekarang... Mas sih maunya kamu dianter Muklis....."
"Dianter Muklis...?"

Dari dalam rumah, Marwan tampak sedang bercakap-cakap dengan Seto. Marwan berusaha meyakinkan Seto supaya ia tak perlu lagi mengantar Citra berangkat kerja. Dan sekilas, Citra dapat melihat kekecewaan dari raut wajah selingkuhannya. Dan tak lama kemudian, Seto langsung berbalik arah dan kembali ke halaman rumahnya.

Lalu ia pun pergi berangkat kantor, sendirian.

"Udah dek... Mas udah bilang ke Seto..." Kata Marwan.
"Ohhh...." Jawab Citra sekenanya.
"Looohh... Kok mukamu jadi sedih gitu siiihh....?" Tanya Marwan sambil menggenggam tangan Citra.
"Eh... Hmmmm enggak kok Mas.... Yaudah deh Mas.... Muklis udah siap nganterinnya belom ya...?"
"Bentar... Aku panggil dulu..." Kata Marwan sambil mengusap tangan istrinya, "MUKLIIIISSS....."
"Iya Maaas ... Bentaraaannn... Ini aku lagi siap-siap.... " Jawab Muklis dari arah belakang rumah, " Naahh... Ini helmnya mbak.... Kita berangkat sekarang yuk...."

Hari ini Citra berangkat ke kantor dengan mengenakan dress pendek berwarna hijau polos dengan bahan sendal bersol tipis berwarna kuning. Karena ia sudah terbiasa duduk ngangkang, ketika bersama Muklis pun ia masih sengaja duduk menghadap depan. Sehingga, mau tak mau Citra harus menaikkan bawahan dressnya guna bisa naek dan duduk di jok motor itu.

"Udah siap Mbak...?" Tanya Muklis dengan nada perhatian, "Pegangan ya..."
"Udah Klis.... Ayo kita jalan..."

Semula Citra benar-benar merasa risih untuk menerima bantuan Muklis, karena ia masih teringat akan kelakuan-kelakuan super mesum adik iparnya itu. Kelakuan yang sering membuatnya salah tingkah dibuatnya. Kelakuan tak tahu malu yang sering Citra alami setiap kali ia berduaan dengan adik iparnya. 

Citra khawatir jika sepanjang perjalanan ini Muklis berlaku kurang ajar. 

Namun setelah hampir setengah perjalanan, apa yang Citra takutkan ternyata tidak terjadi. Malahan yang ada, Muklis seringkali memperlakukan Citra dengan baik dan sopan. Walau masih saja bercanda-bercanda mesum, namun Muklis yang ini benar-benar berbeda dengan Muklis yang Citra kenal dulu. 

"Mbak laper nggak....? Kalo mbak laper... Kita mampir warung dulu gimana...?"
"Engak Klis... Makasih.... Mbak nggak laper...."
"Atau kalo cara nyetir aku agak kurang bener, jitak aja kepalaku ya Mbak... Kasih tahu aku..."
"Iya Baweeelll....Iya...."
"Hehehe.... Makasih ya mbak cantikku...."

***

DOK DOK DOK.... DOK DOK DOK.....

"Kliiis... Muklisss.. Buruan buka pintu Kliss..."
"Bentar mbak.... Aku masih kebelet...."
"Aduh buruan Kliiiisss...... Mbak juga udah mau keluar nih.... Kalo ga buka pintu, Mbak bisa pipis disini nih.... Ayo bukaaaa..."

Setelah beberapa kali menyiram lubang toilet, segera saja Muklis membuka pintu. Dengan hanya mengenakan handuk lusuh alakadarnya, adik ipar Citra itu berusaha tetap sopan.

"Huhhh... Baaauuukkkk...." Celetuk Citra pintu kamar mandinya terbuka. Sejenak, Citra terpana melihat tubuh Muklis. Tubuh itu benar-benar beda. Tak seperti dulu yang kurus kering, tubuh Muklis yang ini terlihat begitu berisi. Lebih berotot. 

Dadanya terlihat membusung, berbentuk kotak dengan puting berwarna kecoklatan. Lengannya besar dengan rambut ketiak yang panjang tak beraturan. Perutnya yang mengkotak-kotak simetris, pahanya yang gempal dan betisnya yang membulat. MACHO.

"Mbak...?" Panggil Muklis, "Jadi pake kamar mandi nggak..?" Tanya Muklis sambil melambai-lambaikan tangannya ke wajah Citra.
"Eh iya... Aku lupa..." Jawab Citra kaget sambil buru-buru melangkahkan kakinya masuk.

Namun, karena lantai licin, Citra kepleset. Kaki kanannya tergelincir maju, dan membuat tubuhnya seketika oleh ke kanan. Beruntungnya, reflek tubuh Citra bekerja dengan cepat. Karena tiba-tiba, Citra langsung saja menjulurkan tangannya kedepan, memegang handuk Muklis.

SREEET

Namun, ternyata handuk itu tak terlalu kuat mengikat ke tubuh adik iparnya. Karena seketika, handuk lusuh itu langsung terlepas, dan walhasil, Citra bisa melihat batang kejantanan Muklis yang menggelayut manja ditengah-tengah selangkangannya.

GEDEBUKH....

"Arrrgggghhhh..." Jerit Citra ketika pantatnya terjatuh menghantam lantai kamar mandi.
"Waduh Mbak.... Kamu nggak apa-apa...?" Tanya Muklis panik.
"Aduh Klis.... Kaki aku sakit..."
"Waduh.... Dedenya gimana mbak...? Perut kamu nggak apa-apa....?"
"Aduuhh Klissss.... Anter aku kekamar dong Klisss...."

Tanpa menunggu lama, Muklis lalu mengalungkan tangan kiri Citra ke pundaknya dan kemudian membopong tubung kakak iparnya itu tinggi-tinggi. Tak ingin terjatuh lagi Citra sengaja memeluk Muklis kuat-kuat, sehingga payudaranya yang tak terbungkus bra itu menempel manja di dada Muklis. 

"Hati-hati Klis.... Lantainya licin..." 
"Iya mbak... Pegangan yang kenceng...." Jawab Muklis sekenannya, tak peduli dengan handuknya yang sudah terlepas. Karena Muklis membopong Citra dalam kondisi telanjang bulat, perlahan penisnya bangun.Terlebih ia merasakan payudara Citra yang benar-benar empuk, membuat batang penisnya menegang dan menyenggol pantat kakak iparnya

"Apa ini... Ngejendol keras gini...?" Batin Citra, sambil meraba-raba kearah tonjokan benda keras yang menyenggol pantatnya. "ASTAGA....Ini kontol Muklis...." Jerit batin Citra ketika tangan kanannya yang bebas menyentuh batang penis adik iparnya.

"Maap mbak... Aku ngaceng...." Ucap Muklis dengan wajah merona merah.
"Iya... Nggak apa-apa Klis...." Jawab Citra berusaha santai, "Iya Klis.... Turunin mbak disini aja..." tambah istri Marwan itu sambil menunjuk kearah sisi tempat tidurnya. "Pelan-pelan Klis... "

"Tiduran disini bentar ya mbak.... Aku mau ambil minyak urut dulu..." Kata Muklis berusaha menenangkan 
"Eh iya Klis... Ini handukmu..." Kata Citra yang tak sadar jika sedari tadi ia masih memegang handuk lusuh adik iparnya.
"Oh iya... Makasih ya mbak..." Jawab adik ipar Citra itu sambil melilitkan handuk ketubuhnya. "Maaf ya mbak... Aku jadi nggak enak nih..." Tambah Muklis sambil menekan-nekan batang penisnya kebawah, berusaha menidurkan kejantanannya cepat-cepat. Namun karena tak kunjung tidur, akhirnya Muklis melilitkan saja handuk lusuhnya ke pinggang. Tak mempedulikan batang penisnya yang setengah menonjol keluar dari lilitan handuknya.

"Bururan balik ya Klis..."
"Iya mbak.... Bentar... Aku pake baju dulu...." 

Tak lama, Muklis kembali sambil membawa botol minyak berwarna merah.

"Masih sakit atau udah enakan mbak...?" Tanya Muklis 
"Sakit Klis..." Jawab Citra sambil meringis-ringis.
"Mau aku urut....?" 

Tanpa menjawab, Citra hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. 
"Yaudah... Mbak tiduran aja dulu... Biar aku urut ini kakimu....Permisi ya mbak...."

Sambil tiduran, Citra melihat Muklis mulai mengurut kakinya. Entah mengapa, dari tangan pemuda gempal itu, Citra merasakan sebuah kasih sayang yang hangat.

"Mbak... Beneran kamu nggak kenapa-napa....?" Tanya Muklis sambil terus mengurut mata kaki Citra.
"Iya Klis... Aku nggak apa-apa...Sssshh...." Jawab Citra.
"Waahh... Nggak berasa ya mbak.... " Ucap Muklis mencoba mencairkan suasana.
"Berasa apanya Klis....?"
"Kayaknya baru kemaren Mbak pergi meninggalkan rumah bapak... Eh sekarang tahu-tahu sudah hamil"

"Hihihi... Udah lebih 4 bulan Klis.... " Jawab Citra
"Tambah seksi aja mbak..." Canda Muklis.
"Hihihi.... Bisa aja kamu ini...."
"Ngomong-ngomong Mas Marwan kapan balik mbak....?"
"Hmmm... Biasanya sih Masmu ninggalin mbak semingguan.... "
"Oooohhh... Gitu...."
"Ssshh... Klissss... Jangan keras-keras mijitnyaaa..."
"Ehh. Iya Mbak ... Maaff... Hehehe..." 
"Mbak...?" 
"Ya Klisss...?"
"Mbak jangan sampe kenapa-napa ya Mbak.. Kalo Mbak butuh apa aja.... Mbak minta sama aku aja ya Mbak... Pokoknya Mbak jangan sampe kecapekan...."

Sambil terus mengamati pemuda yang sudah beberapa lama tinggal di rumahnya, Citra melihat banyak perubahan pada diri Muklis. Ia udah agak lebih sopan. Berisi. Ganteng. Dan setelah beberapa minggu berjalan, Citra mulai terbiasa dengan kehadiran Muklis. Bahkan ia mulai menyukain cowok bertubuh gempal itu.

"Gantengnya kamu Klis... " Ucap Citra dalam hati sambil terus mengamati wajah adik iparnya yang semakin dewasa. "Mirip Mas Marwan ketika muda dulu.... Ganteng.... Baik....Penuh perhatian...."
"Aaah.... Apa aku merasakan jatuh cinta lagi ama adik suamiku ini ya..? Perlakuannya benar-benar mirip Mas Marwan...Apa aku pacarin aja ya...? Toh sekarang Mas Marwan juga jarang memperhatikan aku... Dan lagi...... Mas Marwan khan nggak punya kontol segedhe punya Muklis...." 

Tiba-tiba, Citra teringat kejadian beberapa saat tadi, kejadian dimana ia melihat batang kejantanan Muklis yang menggantung manja. 
"Ah.... Citra Agustina...Tapi khan dia adik iparmu.... Masa kamu mau bermain api dirumah sendiri....?"
"Bermain api....? Khan sebelum ini, aku juga sudah bermain api dengan banyak lelaki.... Ini buktinya.... Aku bisa hamil..." Batin Citra sambil mengusap-usap perutnya yang membuncit. "Sepertinya... Nambah satu selingkuhan nggak apa-apa kali yaaa...? Hihihi...." 

Akhirnya, setelah pemikiran-pemikiran panjang, kata hati Citra pun luluh oleh hebatnya api birahi. 

"Klis...."
"Ya Mbak....."
"Mbak boleh tanya atau minta sesuatu nggak....?"
"Boleh kok.... Mbak mau nanya apa....?"

"Hhhmmmm.... Anu...."
"Tanya aja kali mbak... Tumben jadi malu-malu gini.... Wong nanya aja nggak mbayar kok mbak..."
"Hihihi... iya ya.... Hmmm.... Anu.... Kontolmu Klis....?"

"Hah...? Kontol....?" Kaget Muklis ketika mendengar kakak iparnya menyebut kata mesum itu dengan santai. "Hmmm... Kenapa emangnya mbak...?"
"Iya... kok sepertinya beda banget ama yang dulu ya..?"
"Ooohh... Itu..." Muklis tersenyum."Mbak lupa ya...?"
"Lupa...? Lupa gimana Klis..."
"Ini khan Mbak yang minta..."
"Minta...? Minta gimana....? Mbak nggak ngerti maksudmu Klis..?"

"Hehehe....Coba mbak ingat-ingat.... "

"Tititmu lucu Klis...." Kata Citra yang tiba-tiba menggeser posisi duduknya mendekat kearah adik iparnya. "Apalagi kalo ukurannya lebih gedhe lagi... Pasti mbak bakal ajarin yang enak-enak ama kamu...." Kata Citra tiba-tiba sambil membuka celana kolor adik iparnya dan memasukkan tangan mulusnya kedalam. Merogoh batang penis Muklis yang masih tegang sambil mengelusi batang keras itu dengan jemari lentiknya.

"Kalo udah gedhe, kabar-kabarin mbak ya Klis...." Tutup Citra sambil mengecup pipi Muklis manja, " Met bobo Muklis sayaaang..... Muaah....." 

"Astaga Klis.... Jadi kamu bener-bener melakukan hal itu...?"
"Muklis mengangguk..."
"Hmmm..... Boleh nggak mbak lihat...?"
"Lihat apa Mbak...?"
"Hmmm... Anu... Itu...." Jawab Citra sambil malu-malu menunjuk kearah selangkangan Muklis, "Pengen liat yang tadi ngejendol disitu....."
"Haahh....Tapi mbak....?"
"Udah sini... Anggep aja sekarang Mbakmu ini mau nyicil perkataan Mbak dulu... Hihihi...."
"Hmmm.... Gimana ya.. ..Aku malu mbak...."
"Malu kenapa....?"
"Malu kalo dilihat orang...." Kata Muklis polos.
"Hahaha.... Masmu khan lagi diluar kota Klis.... Jadi nggak bakal ada yang ngelihat kita kok..." Jawab Citra, "Udah... Ayo kesini mbak pengen liat... Ayo lepas celanamu..."

Dengan ragu-ragu, pemuda gempal itu lalu mendekat kearah Citra dan lalu menurunkan celana kolornya. Memamerkan batang penisnya yang masih menjuntai lemas kepada kakak iparnya.

"ASTAGA.... Klisss.... Bisa jadi GEDHE banget gini ya....?" Kaget Citra
"Gedhe...?" Tanya Muklis heran
"Iya... Kontolmu ini gedhe Klis... Masa kamu ngga pernah tahu...?" Jelas Citra yang buru-buru meraih penis Muklis.

Muklis menggeleng.

"Coba liat... Ck ck ck ck.... Kontolmu itu hampir sebesar pergelangan tangan mbak loh...." Kata Citra sambil membandingkan diameter penis adik suaminya itu dengan tangannya, "Ini masih tidur khan Klis....? Astaga besar banget Klis... Urat-uratnya juga kok bisa bertonjolan gini ya...?" Tambah Citra heran sembari terus membolak-balik penis adik iparnya.

"Ssshh.....Iya ya mbak...?" Tanya Muklis yang mulai merasa keenakan karena penis kebanggaannya itu pada akhirnya dipegang-pegang wanita yang sedari dulu ia idolakan.
"Kamu udah punya cewe belom...?"

Lagi-lagi Muklis menggeleng.

"Wah wah wah... Beruntung banget cewek yang bakal jadi pacarmu Klis.." 
"Ehhmmm.... Beruntung gimana mbak....?" 
"Ya beruntunglah... Pasti dia bakal puas sekali...." Jelas Citra sambil terus mempermainkan batang penis Muklis.
"Masa sih Mbak....? Ooohhhhgg... Pelan-pelan mbak... Ngilu.... Hehehe...." Kata Muklis keenakan.

"Andai Masmu punya kontol segedhe punyamu Klis..." Kata Citra lirih, seolah sedang berbicara dengan diri sendiri.

"Emang gimana caranya bisa sampe segedhe gini sih...?" Tanya Citra penasaran sambil mulai mengocok-kocok penis adik iparnya.
"Sshh... Caranya...Diurut pake minyak ini Mbak... " Kata Muklis mendesis-desis keenakan.
Diurut aja bisa gedhe gini...?"
"Hehehe... Ho'oh... Eehhmmm.... Ssshhh.. Terus mbak..."
"Kenapa Klis....? Matamu kok merem melek gitu...?"
"Hehehe... Kocokan tangan Mbak enak banget..."
"Hihihi... Suka kamu Klis...?"
"Suka banget mbak.."

Perlahan tapi pasti, gelombang orgasme Muklis mulai mengumpul di ujung kejantanannya. Membuat pinggul lelaki gempal itu reflek maju mundur seiring kocokan tangan Citra.
"Ooosshh.. Enak mbakkk... Terus...."

Melihat penis Muklis yang semakin menegang keras, mau tak mau membuat birahi Citra naik juga. Dan tiba-tiba, istri Marwan itu lalu menjulurkan lidahnya dan menggelitik lubang kencing adik iparnya.
"Huuuoooohh... Mbaaaakkk...."
"Hihihi....Kenapa Klis...?" Tanya Citra dengan nada menggoda
"Huuuuooooohhh.... Uuuuuhhhh.... Enak Mbaaak.... Aku nggak ngimpi khan mbak....?"
"Hihihi.. Mana ada ngimpi yang enaknya seperti ini Klis...? " Tambah Citra terus-terusan mengocok batang penis Muklis sambil mulai menyelomot kepala penis Muklis, "HAP.... Slluurruppp.... Cup cup..."

"HUUUOOOOHHHH..... kalo gini caranya, aku bisa cepet keluar mbak...."
"Yha uhah.... Kheluahin aha....Sluuurrpp.. Muuaahh..."
"Sumpah enak banget mbak.... Enaaak baaangeeeet...." Jerit Muklis ketika otot-otot penisnya mulai terasa geli-geli karena orgasmenya yang segera tiba. "Aku mau keluar Mbak... Aku mau keluar..."

"Sluurp... Muah.... Yaudah... Kalo mau keluar, keluarin aja sayang.... Di kamar mandi... Hhihihihi.... " Kata Citra yang tiba-tiba melepas penis Muklis dan beranjak bangkit dari tempat tidur. "Udah siang nih Klis... Mbak mau mandi dulu...." 
"Loohh... Mbak.... Kok....?" Kata Muklis bingung.
"Mbak mau kerja Klis... Ntar kamu anterin ya....?"
"Yaaaaah Mbak... ? Trus acara ngocok kontol aku ini gimana...?"
"Hihihi.... Emang kenapa...? Bukannya kamu udah biasa ngocok sendirian....? Hihihi...."
"Seriusan nih....? Ini kontolku kamu tinggalin gini aja Mbak....?"
"Yaudah... Kalo gitu terusin aja dikamar mandi aja yuk.... Atau kalo nggak? Gimana kalo kamu sekalian mandi bareng ajah...?"
"Haaa..? Serius mbak...?"
"Iya... tapi kamu masuk kamar mandinya setelah mbak kelar mandi ya..." 
"Sepeeet.. Aku kirain.... Mbak mau mandi bareng..."
"Hihihihi... Ngarep ya...? Weeeee...." Jawab Citra menjulurkan lidah sambil berlalu meninggalkan Muklis yang kentang sendirian didalam kamar tidurnya.
"Mbaaakk.... Ayo tanggung jawab ini ama kontolkuuuu...."

***

"Mbak aku nggak tahan nih... Seharian kontol aku ngaceng terus.." Kata Seto sewot yang tiba-tiba berkunjung ke rumah Citra, "Dirumah lagi ada pamannya Anissa yang rese nih... Kemana-mana ngintilin biniku mulu... Khan aku jadi ga bebas ngentotinnya puas-puas...."
"Yah.... Sama Set... Aku juga udah hampir seminggu ditinggal Mas Marwan.... Aku juga pengen dientot..." Ucap Citra yang sama-sama bernafsu,"Tapi dirumah ada Muklis Set... Gimana ya...?" 
"Hmmmm... Suruh aja si Muklis pergi kemana gitu Mbak..."
"Kemana ya....? Kalo kita kerumah Prawoto aja gimana...?" 
"Kejauhan sayang.... Lagian Si Woto juga ada acara diwarungnya.... "
"Gimana dong...? Udah ngebet aku nih.... Memek aku pengen disodok-sodok ama kontol besarmu... Hihihi...." Kata Citra tak sabar yang mulai mengelusi penis besar Seto dari balik kain kolornya.
" Hmmm....Yaudah... Ini aku ada duit Mbak.... Coba kamu bujuk si Muklis supaya belanja agak jauhan...".

Karena kehabisan akal, akhirnya Citra menyetujui ide Seto. 

"Muklis... Kliiisss... Siniii.." Panggil Citra dari ruang tamu.
"Iya mbakk...?" Jawab Muklis sigap.
"Mbak minta tolong beliin beberapa persediaan dapur dong... Udah mulai pada habis.... Cuman belinya di warung Wak Didin disamping pasar..."
'Hmmm... Kok tumben Mbak belinya disana..?"
"Emang kenapa Klis...?"
"Nggak apa-apa kok mbak.... Cuman tumben aja mbak pengen belanjanya agak jauhan gitu...."
"Iya Klis.. Soalnya disana agak murahanan.... Hihihi..... Mau nggak Klis....?"
"Hmmm.. Oke deh mbak...." kata Muklis yang buru-buru menyambar uang ditangan Citra dan segera pergi kepasar dengan sepeda motor.

Sepergian Muklis, Seto yang sudah bernafsu tinggi segera membuka resleting celananya, lalu ia mengangkat bawahan daster pendek Citra setinggi pinggang.

"Kamu nggak pake celana dalem Mbak..?" Tanya Seto sambil mulai mengobok vagina Citra dari arah belakang, "Nakal kamu ya..?" Tambah Seto sambil menyibakkan rambut panjang Citra dan kemudian menciumi punggung leher istri Marwan itu.

Dengan gerakan terburu-buru, Seto lalu menurunkan tali daster Citra dan lalu membebaskan payudaranya. Dengan gemas, tangan kasar Seto mulai meremasi kedua payudara Citra sambil sesekali memilin putingnya.

"Ayo kontolin memek aku sayang.... Tusuk memek aku...." Kata Citra sambil mengarahkan tangannya ke belakang dan menyelipkan kepala kemaluan Seto pada liang senggamanya.

Otot penis Seto terasa menggelembung ketika mulai mendobrak lubang vagina Citra. Maju perlahan dan mulai menguak bibir vagina tanpa rambut milik istri tetangganya itu. 
"Ssshh... Pelan-pelan Set.... Ngilu...." Desah Citra berusaha menikmati segala keindahan yang tercipta persetubuhan terlarangnya. "Uuughh ... Enak banget Set... Enaaaak...." 

Pelan-pelan Seto mulai memaju-mundurkan gerakan pinggangnya, menusuk-nusukkan batang penisnya kuat-kuat kedalam istri Marwan itu. Sodokan Seto yang begitu bernafsu itu terasa menyakitkan, sekaligus juga nikmat. Saking buasnya persetubuhan sore itu, Citra merasakan jika tubuhnya bergetar hebat. 

Sambil bertumpu pada jendela ruang tamu, Citra merasakan sensasi yang benar-benar berbeda. Terlebih ketika melihat beberapa tetangganya yang berlalu lalang di depan teras rumahnya. Membuat rasa perselingkuhan itu terasa begitu mendebarkan.

Dalam posisi menungging, Citra dapat merasakan kenikmatan yang sangat sempurna dan dahsyat. Apalagi ketika ia merasakan lubang vaginanya yang sempit diobrak-abrik oleh batang penis Seto yang berukuran besar. Membuat gatal vaginanya semakin menjadi-jadi, dan butuh pelampiasan. 

“Ayo genjot terus Seeet.. Teruuss genjoott....” Desah Citra keenakan dengan pantat yang maju mundur. Memperlihatkan lubang vaginanya yang melahap semua batang penis besar Seto
"Enak banget Mbaakkk.... Enaakk.... Memekmu emang legit...." Erang Seto sambil terus menjejalkan penis jumbonya sambil meremasi payudara Citra dari belakang.
"Ssshh....Sodok yang kenceng Set... Ayo.. Sodok yang kuaaat.... Uhhh.... Uhhh.... Uhhh...."

Tanpa diperintah lagi, Seto segera saja melesakkan penisnya yang sekeras besi itu kelubang vagina Citra. Membuat istri marwan itu mengangguk-angguk keenakan sambil terus bertumpu pada jendela ruang tamu. Saking nafsunya mereka berdua, tak terasa lantai tempat mereka bersetubuh sudah basah karena keringat mereka yang bercucuran 

"Memekmu wanita hamil memang beda ya Mbaaak.. Legit banget Mbbaaaakk...." Erang Seto sambil terus-terusan menghantamkan pahanya pada pantat semok Citra. Hingga menimbulkan suara tepukan-tepukan lantang.

PLAK PLAK PLAK

"Entot aku Seeeett.. Entok memekkuu... Siram rahimku dengan pejuh hangatmuuu...." Jerit Citra seolah tak sadar jika ia sedang bercinta dengan suami tetangganya. "Biarin anakku kenal dengan pejuh bapak-bapaknyaaa...."
"Hahahaha.... Pejuh Bapak-bapaknya....Memang dasar istri LONTE...."
" Uhhh.... Uhhh.... Uhhh.... Iya... Aku emang LONTE Seet... Aku emang LONTEEEEE......" Jerit Citra sambil terus mengimbangi goyangan penis Seto yang tak henti-hentinya bergerak maju mundur menghantarkan gelombang kenikmatan pada vaginanya.

PLAK PLAK PLAK

"Aku mau keluar mbak...." Desah Seto sambil semakin mempercepat goyangan pinggangnya, "Kita keluarin bareng yuk..."
"Oooosssshhhhh....Iya sayang.... Aku juga mau keluar.... Uhhh.... Uhhh....Ooouuugghh.. Ayo.. Kita keluar baraeeng Seeet...Aaiiaaogghh.." Jerit Citra heboh.

CRET CREET CRREEEECEEET.... 
"Uuuooooggghh.... Aku keluar Settt.. Aku keluaaarr... Aahh.... Aahh.... Aahh...."
"Aku juga mbaaaak.... Aku juga kelllluuuuaaarrr... Aaarrggghh...."
CROT CROOOT CRROOOCOOOTTT

Seketika, badan Citra dan Seto saling meregang, berpelukan erat seakan tak mau lepas. Dengan kuat, Seto menyemprotkan sperma hangatnya dalam-dalam ke liang rahim Citra.
"Lutut aku lemes Set.... Capek bangettt.... " kata Citra yang tiba-tiba mundur dan mendorong Seto kebelakang, "Tapi sumpaah... Kontolmuuuu......Ennaaaaak baaaangeeeetttt.... Hihihi...."
"Hehehehe.... Seto gitu looohhh..." Sombong suami Anissa itu sambil terus menggoyangkan otot penisnya, menggelitik vagina Citra pelan.
"Oooohh... Oooohh.. Seeet.... Enak baaangeeettt.... " Erang Citra yang merasakan sensasi baru ketika berjalan mundur. " Ssshh... Enaknya bikin aku mau keluar Seeet....Oooohhh.. Oooohh.. Yaahh Yaahh.... Aku keluar lagi yaaa Seeet....? Aku keluar laaagiii....."

CRET CREEETTT CREECEEETTT
Lagi-lagi, Citra mengalami orgasmenya. Tubuhnya kembali bergetar hebat sampai-sampai kakinya mengejang kuat. Mulutnya menganga dan matanya terpejam erat.

BLUGH...

Citra menjatuhkan diri di sofa ruang tamu, dengan penis Seto yang masih tertancap erat di vaginanya. 
" Ohh... Ohh... Ohh... Seeet... Geli bangeeeettt... Memek aku ngiiillluuuu.... Ohh... Ohh... Ohh..." Ucap Citra keenakan. Dinding vaginanya tak henti-hentinya memijat kuat, membuat penis Seto yang masih tertancap semakin tergelitik nikmat.

"Kamu dapet multi orgasme mbak.... Hehehe...."
"Iya yahhh...? Sssshh... Suumpaahhh.... Enak banget Seeet.... Hihihihi...."
"Enak sih enak... Tapi mbok ya pindah Mbak...." Canda Seto "Uuuhh.... Badan kamu makin.. Hahaha...." Ucap Seto ketika terduduki oleh Citra yang sudah berbadan dua sambil menggoyang-goyang payudaranya yang semakin besar. "Makin seksi... Makin ga nguatin buat dientotin.... Hehehe.."
"Aaah.... Setoo... Bisa aja deeeeh...."

Berdua, mereka berusaha mengatur nafas. Terkulai lemas diatas sofa sambil saling berpelukan hangat. Sesekali Seto sengaja menggerakkan otot-otot penisnya ke dalam vaginanya, mengisyaratkan kepada istri Marwan itu untuk segera bersiap-siap ronde kedua. 
"Uuuhhh... Kontolmu selalu bisa bikin memek aku ketagihan Set....Geliii... Hihihihi.. " Ucap Citra manja sambil menggelinjang geli. Dengan memejamkan mata, istri Marwan itu berusaha menikmati gelombang orgasmenya yang masih saja berkedut hebat.

JGREK
Terdengar suara pintu pagar tertutup kencang, menandakan ada seseorang yang sedang berada dihalaman rumah.

"Ehh... Mbak... Ada yang datang tuh...." Kata Seto panik sambil berusaha menyadarkan Citra dari lamunan pasca orgasmenya.
"Hhhhmmmm....? Kenapa Seeet...?" Tanya Citra yang seolah tak sadar dengan apa yang dikatakan Seto.
"Ada tamu mbak... Ayo buruan masuk kedalam...."

Alih-alih beranjak dari sofa ruang tamu dan masuk kedalam, Citra malah mengambil tangan kanan Seto dan menggesek-gesekkannya pada klitorisnya. "Ayo kobelin memek aku sayang.... kobelin teruuuusss... Ssshhh.... " 
"Mbak... Ayo masuk mbak... Ntar keliatan orang loh...."
"Sssssttt.... Diem aja kamu sayang...." Kata Citra cuek yang lalu menangkupkan tangan kiri Seto pada payudara besarnya, "Ayo remes tetek aku yang kenceng Set... Remeeess...." Pinta Citra manja sambil terus menggoyangkan pinggulnya, berusaha mengais kenikmatan multi orgasmenya. 

"Gila kamu mbak..." Ucap Seto panik," Ada tamu tuh...."
"Uuuuhhh... Biaaariiinnn.... Lagi enak nih.... "Kata Citra sambil menyandarkan kepalanya kebalakang, "Enaknya lagi bikin nangguuuuung Seeetttoooooooo.... Nangguuung bangeeettt...." Ucap Citra tak bergeming dari atas tubuh Seto.
"Mbaaakkk.... Ayo banguuunnn...." Erang Seto yang tanpa melepas penis tegangnya dari vagina Citra, mengangkat tubuh Citra yang masih lemas. 

"Looohhh....? Mas Muklis....? Mbak.....? Ka... Kaaliaan sedang aapp....?" Tanya Muklis kaget sekagetnya ketika melihat kakak iparnya sedang berada digendongan tetangganya dengan vagina yang masih tertusuk penis
"Eeeeh ssshh.... Mu....Klis... Kok kamu udah pulang sayang....?" Tanya Citra lemas.
"Iya.. Ini ba... Barang belanjaannya sudah dibeli semua Mbak...."
"Hhhmmmm... Yaudah taruh aja dulu Klis... Ssshh...... Sini... Mendekat sini...." Ajak Citra sambil melambaikan tangannya.

"Mbak Citra.... Ama mas Seto sedang apa... ? Itu kok memek....nya.... Nggg...."

Buru-buru, Citra meletakkan telunjuknya di depan mulut sambil memonyongkan bibirnya.
"Sssssttt... Jangan berisik ya Klis... Jangan bilang syapa-syapa...." Desah Citra, "Kalo kamu nurut, mbak bakal kasih kamu kado spesial...." Tambah Citra yang secara tiba-tiba bangkit dari pangkuan Seto.

PLOP

"Uhhh..... Lega banget memekku setelah lepas dari tusukan kontolmu Set... Hihihi...." Ucap Citra sambil berjalan kearah Muklis, "Rasanya PLOOONG.... banget Set...." Tambahnya lagi menelungkupkan tangan kearah lubang vaginanya yang menganga begitu lebar akibat persetubuhannya barusan.

Dengan gerakan cepat, Citra kemudian berjongkok didepan Muklis dan segera melepas kancing celana adik iparnya itu lalu membiarkannya melorot jatuh ke lantai. Dan dengan sekali tarik, Citra juga mempelorotkan celana dalam adik iparnya, membuat batang penis besarnya langsung melenting keatas, nyaris menghantam hidung mancung Citra.

"Hihihih.... Waw waw waw... Kontol kebanggaan adik ipar mbak... Ternyata.... Sudah ngaceng abis ya Klis...?" Tanya Citra sambil mengusap cairan precum dimulut penis Muklis dengan jempolnya, "Kamu ngaceng lihat apaan sih..?"
"Anu.... Nggg...."
"Hihihi.... Nggak apa-apa.... Santai aja Sayang... Jawab aja...." Goda Citra sambil mulai mengusapi penis besar Muklis. "Kamu ngaceng lihat tubuh telanjang mbak ya...? Atau kamu ngaceng lihat memek mbak yang sedang dientot ama Seto...? Hihihi..."
"Nggg..... Anu Mbak.... Nggg...."
" Atau.... Kamu ngaceng karena pengen ngentotin memek Mbakmu ini....? Hihihihi...."Tanya Citra sambil terus mengocok penis besar Muklis. " Hihihihi... Mukamu kalo bingung lucu deh Klis..... Ngegemesin... Sluuurrppp.... Muuahh.... Cup cup...." Tambah Citra yang tiba-tiba menjulurkan lidahnya lalu melahap kepala penis adik iparnya itu bak permen.

"Uuuoooggghh.... Mbbaaaakk...." Erang Muklis yang sama sekali tak menyangka keberuntungannya malam ini.
"Enak Klis....?"
"Ho'ohhh...." Jawab adik ipar Citra itu spontan.

"Set...."
"Hmmm....?"
"Kayaknya.... Dientot dua kontol mungkin bakal lebih seru nih Set..." Desah Citra manja dengan senyum lebar sambil terus mengocok penis Muklis yang tak kalah besar daripada Seto.
"Yakin...?" Tanya Seto berusaha meyakinkan Citra.

"Iya.." Jawab Citra yakin, "Kamu mau khan Klis...? Ngentotin memek istri kakakmu ini...?"

"Aku pengen ngerasain memekku diaduk-aduk oleh dua kontol jumbo kalian..

"Aku kebelakang dulu ya mbak... Perutku laper...." Kata Seto yang ketika melihat Citra sedang menggoda adik iparnya, beranjak bangkit dan melangkah kearah dapur. "Kamu punya makanan khan...?"
"Ada roti tuh dikulkas... Makan aja kalo mau...." Jawab Citra singkat.

Sejenak, suasana kembali hening. 

"Hihihi... Dasar tetangga mesum.... Kamu jangan berbuat seperti Seto ya Klis... 
"Berbuat gimana mbak...?"
"Ya berbuat seperti tadi... Masa istri tetangga diajak bermain mesum... Hihihi...."

"Hmmm... Klis..." Bisik Citra lirih.
"I...Iya mbak....?"
"Kamu mau mbantuin mbak khan..?" Tanya Citra santai sambil terus-terusan mengocok penis adik iparnya.
"Ngggg... Ssshh....Mbantuin ngapain mbak...?" Balas Muklis bingung sambil berusaha menahan nikmat pada penisnya.
"Mbantuin.... Hmmm... Gimana ngomongnya ya....? Hihihi..." Ucap Citra malu-malu,"Kamu bisa khan mbantuin mbak buat melampiaskan nafsu mbak...?"
"Waduh.....???" Bingung Muklis, "Maksud mbak.... Beginian...?" Tanya Muklis lagi sambil menunjukkan jempolnya yang diselipkan diantara jari telunjuk dan jari tengahnya.
"Hihihihi.... Hiya Klis.... Mungkin ini kepengenan si dede bayi...." Jawab Citra sambil mengusapi perutnya yang mulai membesar, "Mbak pengen kamu.... Entotin memek mbak... Hihihihi....."

Mendengar permintaan kakak iparnya, muka Muklis mendadak memerah. Ia sama sekali tak pernah menyangka akan keberuntungannya malam ini. Bagaimana tidak. Menyetubuhi kakak ipar yang sering kali ia bayangkan. 

"Ayo sini Klis... Jangan malu-malu... " Kata istri Marwan itu yang tiba-tiba mengamit kedua tangan mukis dan meletakkannya dikedua payudaranya.
"Mmm... Mbak... ?" Kata Muklis ragu sambil celingukan kesekelilingnya.

"Hihihi... Remes aja Klis... Nggak apa-apa kok..." Kata Citra yang berupaya membuat santai Muklis, "Nikmati aja kedua tetek mbak ini Klis... Remas yang kenceng... "ucap Citra bak guru yang sedang mengajari muridnya, "Pelintir puting mbak juga ya Klis... Iya gitu... Shhh... Ayo jangan malu-malu..."

Dengan kikuk, Muklis berupaya menuruti semua permintaan aneh kakak iparnya. Dalam keheningan malam ini, satu-satunya suara yang terdengar hanyalah suara detak jantung Muklis dan tegupan air liur nafsu pada tenggorokannya.

"Kok diem aja Klis...? Kamu ga suka ya ama tetek mbak...?" Bingung Citra.
"Ngggg... Anu mbak... Su... Suka banget... Cuman... Aku nggak ngira kalo akhirnya aku bisa megang tetek mbak... Besar banget mbak.... Empuk..."
"Hihihi... Syukur deh kalo kamu suka... Kalo kamu mau ngisep... Nggak apa apa juga kok Kliss... Cuman puting mbak belom bisa ngeluarin asi loh yaaa.... Hihihi...."
"Be... Bener boleh mbak...?" Tanya Muklis seolah tak percaya, "Bener aku boleh ngisep tetekmu...?"

Citra mengangguk sambil tersenyum, tangannya pun menuntun kepala Muklis supaya mendekat kepayudaranya. Alih-alih segera menyosorkan mulut, Muklis malah berubah menjadi patung. Adik Marwan itu hanya mengusapi payudara istri kakaknya itu pelan sambil sesekali mencium payudara besar Citra.

"Mmmmhhh,,,,Kok kamu malah diem aja Klis...? Ayo iseeep Kliss...."
"Nggg... Ini bukan mimpi khan mbak?...? Semua ini nyata khan mbak...?" 
"Mimpi...? Hihihi... Bukanlah Klis... Ini beneran..."

"Tetek putih nan besar ini mbak... Yang selalu ada di mimpiku... Tetek dengan urat-urat kehijauan milikmu ini juga selalu terbayang-bayang di pikiranku... Putingmu... Yang berwanra pink kecoklatan... Bikin aku selalu nggak bisa menahan hasrat untuk beronani..."
"Aaaahhhh.... Muklissss.... Sekarang kamu jago ngegombal deeeh..."
"Enggak mbak... Aku serius... Ini tetek impianku mbak... Tetek yang selalu membuat aku iri dengan mas Marwan.... " Puji Muklis, "Dan akhirnya... Aku bisa merasakannya..."
"Hihihi... Dan tahu nggak Klis...? Sekarang..... Tetek besar mbak ini... Boleh kok kamu apa-apain... Sepuasmu... Hihihi...." Canda Citra, "Tetek yang dulunya hanya milik masmu... Sekarang bisa juga kamu nikmati.... Hihihi..."

Muklis yang begitu girang mendengar ucapan wanita hamil yang ada dihadapannya, langsung saja menyedot puting Citra keras-keras, mengenyot seperti bayi yang kehausan. 

"Uuuhhss.. Pelan-pelan Klisss... Tetek mbak masih terasa ngilu karena tadi mbak baru dapet orgasme..."
"Hehehe.... Maap mbak.... Aku terlalu nafsu..."
"Hihihi... Iyaaa... Jadi....? Kamu mau khan Klis... Mbantuin kepengenan mbak....?" 
"Nggg....Buat aku entotin ya mbak....?"

"Iya Klis....Hihihi.... Kamu mau khan ngasih memek mbak kenikmatan dengan kontolmu yang besar itu..." 
"Ngggg..... Gimana ya....?"
"Ayolah Klis ini kepengenan dede bayi Klis.... " Jelas Citra mencoba meyakinkan Muklis, "Kamu nggak mau khan.... Ngelihat keponakanmu ini nantinya ngileran karena kepengenan mbak nggak kamu turutin.....?" 

Semesum-mesumnya Muklis, ia sama sekali tak pernah membayangkan kejadian langka ini sedikitpun.
"Nggg,,, Nggak mau sih mbak... Tapi...." Jawab adik ipar Citra itu galau.

"Emangnya kamu nggak sayang mbak ya Klis...?"
"Bukan gitu mbak... Kita khan saudara...."
"Emangnya saudara nggak boleh saling memberi kasih sayang....?"
"Nggg.... Boleh sih.... Tapi....Nggg....Anu mbak...."
"Gini aja.... Anggep aja kamu sekarang sedang mbantuin saudara Klis..." Jelas Citra, "Kamu nggak pengen khan ngelihat mbak sampe mengiba-iba ke orang lain buat minta dientotin....?"
"Nggg... Jangan ah mbak..."
"Kamu nggak pengen khan ngelihat mbak sampe terkena penyakit menular gara-gara mbak dientotin orang yang nggak mbak kenal...?" 
"Ngggg.... Amit-amit mbak...."

"Naaah... Yaudah.... Buruan kamu maju sini.... Mbak pengen ngerasain kehebatan kontol besarmu ini loh... Lihat deh kepala kontolmu yang mirip helm tentara ini... Pasti bisa ngaduk-aduk liang memek mbak... . Urat-urat yang melingkar-lingkar di batang kontolmu itu, pasti bisa menggelitik dinding memek mbak... "
"Gitu ya mbak....?"
"Hiya Klis....Dan lihat... Kantung peler ini... Pasti bisa menyemburkan banyak pejuh ke rahim mbak... " Kata Citra sambil meremas perlahan buah zakar Muklis pelan.

"Uuuhhh,... Mbak....Jangan remes kenceng-kenceng....Ngilu mbak..."
"Hihihi... Ayo Klis.... Kamu mau khan...?" Tanya Citra yang lalu mengajak Muklis mendekat kearah sofa ruang tamu. Dan dengan posisi rerebahan diatas sofa, Istri Marwan itu kemudian membuka kedua pahanya lebar-lebar, memamerkan celah surgawinya yang sudah menganga lebar akibat tusukan penis jumbo milik Seto beberapa saat lalu. 

"Yaudah... Ayo sini... Majuan dikit...Sini..." Kata Citra lagi sambil meraih kepala penis adik iparnya yang sudah mengeras kaku dan mendekatkannya ke mulut vaginanya.
"Shhh... Pelan-pelan ya mbak... " Pinta Muklis begitu tangan Citra menarik penisnya mendekat.
"Hihihi... Harusnya aku yang bilang gitu kali Klis... Secara memek sempitku ini mau disodok kontol super besarmu.... Hihihi.... Ayo sini majuan lagi....."

Dengan santai, jemari lentik Citra lalu mengajak kepala penis Muklis ke liang vaginanya. Dan begitu kepala penis itu menyentuh mulut vaginanya, Citra segera mengapit pantat Muklis dengan kedua kakinya.

"Hehehe.... Nggak usah malu kali Klis... Nikmati saja memek mbak iparmu ini.... " Kata Seto yang tiba-tiba keluar dari arah dapur sambil memakan roti untuk mengganjal perutnya yang kelaparan. Lalu dengan santai Seto duduk disofa. Disamping Muklis yang akan menyetubuhi kakak iparnya.

"Santai aja Klis... Malam ini kamu nikmati aja suguhan dari mbakmu yang seksi ini... Aku nggak bakalan laporin ke masmu kok..... Hehehe... " Kata Seto lagi sambil menghabiskan potongan roti yang ada ditangannya, "Sumpah mbak... Roti bikinanmu ini enak banget....."
"Hihihi... Citra gitu loh... " Sombong Citra sambil menepuk dadanya. "Eh bagi dong Set... Aku juga lapar..."
"Bentar.... " Kata Seto yang kemudian memotek potongan rotinya lalu mendekatkan ke mulut penisnya. Sambil megocok pelan, Seto memeras sisa sperma dari penisnya dan membubuhkan ke roti yang ada ditangannya."Nih mbak... Aaaaaaaa...." Suap Seto setelah melumuri roti itu.

"Iiiihh Seto mah... Itukhan jorok bangeeet...." Protes Citra yang walaupun agak geli melihat kelakuan tetangganya itu tetap saja membuka mulutnya lebar-lebar dan memakan roti yang belepotan sperma itu dengan lahap.
"Katanya jorok mbak...? Tapi kok dihabisin....?"
"Hihihi Habisan gurih Set..."
"Hahaha....Enak khaaan....? Yaudah Kliiss... Sok dilanjut..... Santai aja yaaak... Kalo kamu malu anggep aja kamu sekarang sedang ngentot ama pacarmu... Atau kalo nggak anggep aja sekarang kamu mau ngentot ama lonte..."

"Ihhh..... Seto... Tega deh ah... Masa nyamain aku seperti aku lonte? " Sungut Citra sewot.
"Laaah... Emangnya kalo bukan lonte, lalu kamu apaan mbak.... Hehehehe....." Goda Seto, "Suaminya kerja banting tulang peras keringat, bininya kerja keras peras pejuh dari kontol lekaki lain... Ya nggak Klis..? Hahaha....."
"Nggg.... Hiya mas..."
"Eeehhh... Klis.. Kok kamu malah manggut-manggut gitu sih....?" Protes Citra, " Tapi... Iya juga sih... Hihihi... " Tambah Citra sambil tertawa cekikikan. "Klis... Kamu jangan bilang-bilang masmu ya... Kalo mbak suka pake memek kesayangan dia ini buat peras-peras pejuh kontol lelaki lain.... Hihihi...."

"Kamu beruntung Klis... Punya mbak ipar seperti mbak Citra ini..." Celetuk Seto.
"Ngg.... Emangnya kenapa Mas...?" Tanya Muklis bingung.
"Mbakmu ini... Udah cantik, seksi, semok, baek, pintar, banyak duit... Dan murah hati loh...."
"Murah hati...?"
"Iyalah... Dimana lagi kamu bisa nemuin mbak ipar sekaligus LONTE seperti dia... Hahaha..." Tawa Seto kencang, "Khan jarang-jarang ada mbak ipar yang mau dientotin ama adik iparnya.... Hahaha..."

Muka Muklis memerah. Walau dia baru beberapa lama kenal dengan Seto, namun entah kenapa, perkataan mengenai kakak iparnya barusan membuat hatinya panas. 

"Sssttt... Setooo... Jangan bilang gitu aaaahhh... Aku khan jadi malu ama Muklis nih...Hihihi...." Kata Citra
"Hahahaha.. Ngapain malu mbak...? Bilang aja terus terang... Biar ga ada ganjalan dihati..." Jawab Seto.

"Hihihi... Yang ada... Ganjalan di memek ya Set....?... Hihihi... Ayo Klis, buruan masukin kontolmu... Mbak udah nggak tahan lagi nih... Memek mbak udah gatel pengen disodok-sodok kontol besarmu..." Kata Citra sembari menepuk tepukkan kepala penis Muklis ke liang kenikmatannya.

"Hahahaha... Dasar istri nakal kamu mbak...." Celetuk Seto, 
"Hihihi... Biarin... Yang penting aku puas... Hihihi... Ayo sayang buruan sodok memek mbak..." Pinta Citra manja.

Tanpa disuruh dua kali, Muklis segera mengambil posisi di sela-sela paha Citra dan mulai menggesek-gesekkan batang penisnya ke klitoris kakak iparnya

"Ayo Klis... Masukin.... Jangan digesek-gesek doang..." Pinta Citra.
"Nggg... Beneran nggak apa-apa mbak...? Mbak nggak bakalan laporin aku ke mas Marwan khan...?"

"Hahahaha... Ya enggak bakalan lah kliiiissss.... Kalo mbak Citra lapor... Siapa coba yang bakal muasin nafsu birahinya...?" Celetuk Seto sambil tiba-tiba menjejalkan kembali batang penisnya ke mulut Citra "Mbakmu ini liar Klis... Dia seperti kuda binal... Pengen dientotin mulu...."

Lagi-lagi, mendengar kata-kata vulgar Seto, muka Muklis memerah.

"Husss..... Seeetoooo... Enak aja... Aku tuh nggak binal... Cuma agak kegatelan... Hihihi.... "
"Hahaha... Sama aja kali sayaaang....." Jawab Seto sambil menjepit hidung Citra, membuat wanita cantik yang sedang rebahan di kursi sofa ruang tamunya itu megap-megap kehabisan nafas.
"Hudah ah Klis... Hayo bhuruan hodok mhemek mbhak... Hangan hihesek-hesekin mhulu.... Mhemek mbhak hudah hatel hanget nih...."
"Tuh Klis... Liat sendiri khan....? Betapa gatelnya istri masmu itu.....? Hahaha...." Celetuk Seto. "Ayo mbak... Jilatin biji pelerku juga... Huuuoooohhh..."
"Hihihi... Habis ghitu... Entotin mulutku huga yhaa hayang.... Hihihi....Sluurp... Sluuurrrppp....." Ucap Citra sambil mulai mencucupi lubang kencing Seto. Menyucup sisa sperma penis Seto sekuat-kuatnya.
"Sssshhh.. Enak banget mbak...." Jawab Seto sambil mulai mengerak-gerakkan pinggulnya guna menyetubuhi mulut Citra. "Liat khan Klis.... Mbakmu sendiri khan yang minta buat dientotin...."
"Hiya Mas...."
"Makanya ayo buruan kontolin memek mbakmu ini... Mumpung dia masih horny...."

"Tahan bentar ya mbak...." Ucap Muklis sambil cepat-cepat menyorongkan batang penisnya kemulut senggama Citra. Dan dengan sekali tusukan, penis Muklis mulai merangsek masuk.

CLEEEP

"Hhhhuuuuoooohhhh... Pelan-pelan Klisss... Ngiluuu.... Kontolmu besar bangeeett... Sssssshhhh....." Erang Citra yang tak mengira jika Muklis bakal menyodokkan penisnya secara mendadak seperti itu.
"Eeehh... Maaf mbak... Maaf...." Jawab Muklis sambil mencabut penisnya yang sudah terlanjur masuk.

PLOP

"Uuuuhhh... Kliiisss... Kok malah dicabut siiihhh.... " Erang Citra sewot. "Ayo masukin lagi Klis... Tapi pelan-pelan yaaa..."

"Udaaaah.... Hajar aja langsung Klis... Memek mbakmu ini hebat kok... Bisa nahan kontol sebesar apapun... Hahahah..." 
"Emang gitu ya mas...?" Tanya Muklis polos sembari kembali melesakkan kepala penisnya lagi.

CLEEP

"Uuuuuhhhh... Pelan-pelan Klis... Jangan buru-buru..."
"Hahahaha.... Gayamu mirip perawan aja mbak... Lucu.... " Canda Seto, "Nggak tau aja khan Klis... Selain dengan Masmu.... Memek mbakmu ini udah dientotin ama banyak kontol... Jadi bukan kontol kita berdua aja yang udah ngerasain empotan nikmatnya memek mbakmu..

"Se...serius mas...?" Tanya Muklis seolah tak percaya dengan apa yang Seto katakan. Berulang kali Muklis menatap heran kewajah sange Citra, mencari tahu kebenaran perkataan Seto. "Be.. Bener gitu mbak...?" Tanya Muklis yang tiba-tiba kembali mencabut batang penisnya.

PLOP

"Ini memek kok susah banget disodoknya sih mbak...?" Kata Muklis sambil kembali menepuk-tepukan batang penisnya ke vagina Citra, 
"Uuuh Masa sih Klis....? Wong udah becek gini kok dikata susah....?"
"Beneran mbak...." Kata Muklis kembali mencoba menusukkan batang penisnya," Nih liat... Kontolku aja sampe bengkok gini mbak..."
"Uuuuuhhhh.... Kontolmu kegedhean kali Klis.... Pelan-pelan kliiisss... Ngilu banget memek mbak....."

CLEEEP

Lagi-lagi Muklis menyodok vagina Citra keras-keras..
"Uuuuhhh...... Klisss..... Pelaaaann..... Memek mbak jadi berasa perawan nih... Ngilu.... Hihihi...."
"Hehehe... Maaf mbak...." Ucap Muklis. 

"Eh mbak..... Gimana rasanya punya bayi yang bukan dari benih suamimu...?" Tanya Seto tiba-tiba.
"Huuusssh.... Setoo....." Potong Citra

"Hehehe....Ngaku ajalah mbak... Khan kalo mbak nggak dientotin laki-laki lain gini... Mana bisa kamu hamil seperti sekarang..? Hayooo....?" Kata Seto.

"Hah...?" Kaget Muklis, " Jadi... Mbak...? Jadi dede yang ada di dalem perut mbak itu....?"
"Hahahaha.... Iyalah Klis... Masmu itu mandul... Hahahaha....." Tawa Seto puas. "Lagian punya bini secantik dan sesemok ini dianggurin mulu...."

"Ssssssttt... Seto.... Mas Marwan nggak nganggurin aku...." Bela Citra sambil melepas penis Seto dari mulutnya, "Dia cuman nggak bisa muasin nafsu aku... Hihihi...."

"Hehehehe... Tapi beneran khan Klis... Masmu itu nggak pernah bisa ngasih mak Citra anak. Buktinya setelah sekian lama mereka menikah, mbakmu ini baru bisa hamil... Ya itu juga karena gini... Karena pejuh-pejuh lelaki lain.. Hahaha...." Jelas Seto.

"Ssshh.. Udah udah... Jangan hiraukan omongan Seto ya Klis... " Kata Citra, "Lupakan aja semua itu dari otakmu... Sekarang ayo kita bersenang-senang dulu...Ayo Klis.... Cepetin lagi sodokan kontolmu.... sodok dalem-dalem kontolmu ke memek mbak.... " Pinta Citra sambil menarik maju pantat Muklis ke arah vaginanya dengan kedua kaki jenjangnya. 

Dengan mengambil ancang-ancang, Muklis pun mulai memajukan pinggulnya lagi, memasukkan kepala dan batang penisnya semakin dalam ke dalam vagina Citra. 

CLEEEP
"Uuuuhhh... Kontolmu Klisss.... Bikin memek mbak terasa sesak.....Gedhe bangeeett....." Lenguh Citra dengan membuka lebar-lebar pahanya "Oooosshh....Pelan Klis... Kontolmu agak terlalu besar buat memek mbak..."

"Kamu seksi sekali mbak... Melihat memekmu dientot adik iparmu, aku jadi horny lagi...." Kata Seto yang tiba-tiba mencabut penis besarnya dari mulut Citra lalu melahap payudara istri tetangganya itu.
"Ssshh.... Ayo Klis... Sodok terus...." Gelijang Citra.
"Nggg...Susah mbak... Sempit banget..."
"Sempit ya....? Hihihi.... Nggak apa-apa Klis.... Terus aja sodok, ntar juga kontolmu terbiasa...."

"Ludahin aja kontolmu Klis... biar agak licin...." Saran Seto

Muklis segera mencabut tusukan penisnya lalu meludahi kepala penisnya yang sudah berwarna merah kehitaman saking kerasnya, "JUUHH..." Tak lupa, ia juga meludahi vagina kakak iparnya. "JUUHH..."
"Naaah... Sekarang coba kamu tusuk lagi memek ipar lontemu itu.... Hehehehe..."

CLEEEP

"Ouuuuhhh... Kliiiissss.... Pelan-pelan Klisss..."
"Nggghhh.... Maaf mbak.... Habisan enak sih.... Hehehe...." Kata Muklis malu-malu " Aku dorong terus ya mbaaak..."
"Oooouuussshh.... Iya Klis.... Terus... Terus masukin...."

CLEEEP... PLEK

Tak lama, kepala penis Muklis berhasil menguak liang senggama kakak iparnya, dan mulai masuk, menusuk dengan perlahan. Hingga pada akhirnya, seluruh batang penis Muklis terbenam seluruhnya kedalam lubang kenikmatan Citra.
"Hhuuuooohh..... Memekmu enak sekali mbak... " Puji Muklis sambil mencoba mendiamkan sejenak sodokan pinggulnya dan menikmati sensasi denyut dinding vagina Citra. "Mbak.... Memek mbak kok sepertinya sedang memijat kontolku ya mbak...?"
"Hmmmmpppp.... Enak nggak Klis...? Sshhh....."
"Ennnaaaaak bangeeeeet mbaaakk..."
"Yaudah... Ayo sekarang kamu coba tarik pelan-pelan Klis... " Kata Citra berusaha mengajarkan apa yang harus adik iparnya lakukan pada penisnya yang sudah terbenam dalam ke vagina Citra. " Uuuhh.... Ssshhh....Terus dorong lagi Kliss.... Tariiiikkk.... Dorong lagi.... Uuuhh...." 
"Sumpah mbak... Ini enak bangeeeet mbaak..." Ucap Muklis berulang kali sambil merem-melek.
"Hihihi.... Syukur deh kalo kamu suka Klis...."

CLOK...CLOK...CLOK...

Perlahan, Muklis mulai mahir menggoyang-goyangkan pinggulnya maju mundur, membongkar vagina kakak iparnya dengan penis jumbonya. 
"Memekmu wuenak banget mbak.... Sumpah.... Sempit banget...." Tak henti-hentinya Muklis memuji kehebatan vagina kakak iparnya itu sambil terus memaju mundurkan pinggulnya, menikmati setiap mili tusukan penis besarnya pada vagina istri kakak kandungnya. Saking sempitnya vagina Citra, tak jarang bibir kemaluannya ikut terdorong dan tertarik keluar seiring tusukan penis Muklis.

CLOK...CLOK...CLOK...

"Enak mbak...? Dientot saudara suamimu....?" Tanya Seto
"Hooh Set... Kontolnya berasa banget... Mirip kontolmu... " Kata Citra yang mulai membalas goyangan tubuh Muklis.
"Ck...Ck...Ck... Pastilaah... Wong memekmu sampe berbuih gitu mbak.... Pasti rasanya enak banget tuuh...." 
"Oooohh.... Eeehhmm.... Remes tetekku Set... Remes yang kuat... Oooohh.... Ooohh... Ooohh..."

CLOK...CLOK...CLOK...

Suara hantaman penis Muklis makin lama makin terdengar keras. Membuat perut hamil Citra yang besar ikut bergoyang-goyang seiring hentakan pinggul Muklis pada vaginanya. Payudaranya pun demikian, ikut terguncang-guncang hebat, naik turun dengan dahsyat.

CLOK...CLOK...CLOK...

" Ooohh... Ooohh... Ayo terus sodok memekku Klis... Sodok memek istri masmu ini... Yang keras Klis... Yang keraaass.... Ooohh..." Rintih Citra tak henti-hentinya sambil terus mengusapi rambut Seto yang juga sibuk menjilat dan meremasi payudara besar Citra, "Ssshh.... Remes tetek aku Set... Remes yang kenceng.... Shhhh.... Enak banget... Oooouuuuhhh...."

SLUUURRRPP... SLURP.... SLUUURUUUURRPPP....

" Ahhh.... Ahhh.... Ahhh.... Ahhh.... Terus klisss... terusss.... mbak mau sampee..." Rintih Citra sembari terus mempelintir puting payudaranya, "Sodok terus memek mbak Klisss.... Ooohh... Ooohh... Ooohh..."

"Hhhh... Hhhh... Enak bangeet mbaaak... Hhhh... Hiya mbak... Ini juga lagi aku sodok-sodok... Hhhh... Hhhh... Hhhh..." Racau Mulis. "Aku juga mau keluar mbak... Aku mau ngecrot... Hhhh... Hhhh..."

" Ooohh... Ooohh... Tahan bentar Klis... Kita keluarin bareng-bareng... Oooohhhh... Ooohh... Ooohh... Aaakkhhh … Enak bener tusukan kontolmu Klis..... " Lenguh Citra keenakan.
"Memekmu juga enak mbak... sempit abis.... " Balas Muklis.
"Terus Klis... terus sodok yang kenceng..."
" Hhhh.... Hhhh.... Hhhh.... Memekmu jauh lebih nikmat dari yang aku bayangkan mbak... Jauh lebih ennnaaakkk...." Racau Muklis yang tak henti-hentinya menghentakkan pinggulnya kuat-kuat kevagina kakak iparnya. " Aku mau keluar mbak... Aku mau keluaaarr...."
"Aku juga Klis... Ayo sodok yang kenceng... sodok yang dalam ….. AAAARRRGGGGHH.... MUKLISSS MBAK KELUAR LAAAGGGIIIIIII...OOOUUUGGGHHH..." Rintih Citra tiba-tiba menjerit.

CREET... CREEET... CREEECEEETTT...

" AAAARRRGGGGHH.....KONTOLMU ENAK BANGET KLIIISSS.. AAAARRRGGGGHH..... ENAAAAK BAAA.... MMMMPPPFFFHHH...."

Suara jerit kenikmatan Citra terdengar begitu keras membahana, memenuhi ruang tamunya yang gelap. Saking kerasnya, sampai-sampai Seto harus berdiri dan langsung menjejalkan batang penisnya guna menyumpal mulut Citra kuat-kuat, khawatir jika ada tetangganya yang mendengar perselingkuhan mereka.

"Ssssttt... Mbaaak.... Jangan teriak-teriak... Ini masih sore...." Kata Seto sambil terus menjejalkan batang penisnya kuat-kuat ke tenggorokan Citra.
"MPPPPHFFFF.... MPPPPHHHFFFF..." Jerit Citra tertahan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Matanya melotot, dan mulutnya menganga lebar.

Tiba-tiba, tubuh hamil Citra bergetar hebat dan punggungnya melenting-lenting kebelakang. Sambil meremasi payudaranya yang besar, Citra berusaha melampiaskan kenikmatan yang ia rasakan seeksperif mungkin. 
"AAAARRRGGGGHH.... AAAAAAARRRRRRRGHHHGGGHHHHHH..... UUUOOOOOHHHHH....."

CREETT... CREEETT... CREEETTTT

"Mbaaak.... Kamu kenapa..?" Tanya Muklis bingung melihat istri kakaknya mendadak beringas seperti itu.
"Dia sedang multi orgasme Klis..." Jelas Seto sambil menjaga tubuh Citra yang terus menggeliat-geliat supaya tak terjatuh dari sofa. "Kontolmu pasti berasa diperas-peras tuh...."
"Hiya mas... Huuuooohhh....Enak banget...." Erang Muklis sambil menikmati pijatan vagina Citra yang terus-terusan mengeluarkan lendir bening. 

"Wuuooohhh.... Sekarang giliranku ya mbak... Aku juga mau keluaaaar... Hhhh.... Hhhh..." Ucap Muklis sambil terus mempercepat genjotan pinggannya. "Keluarin dimana mbak....?"
"Didalem aja Klis... Wong mbakmu udah hamil ini... Hehehe..." Kata Seto mewakili Citra.
"Hoooh...Hoohh... Aku keluarin ya mbaaak....NGENTOOOTTT... MEMEKMU ENAK BANGET MBAAK..."

CROT... CROOT... CRROOOCOOOTTT...

Dengan gerakan membabi buta, Muklis menghujamkan penisnya dengan hebat dan cepat, sembari memuntahkan benih kejantanannya kedalam liang rahim kakak iparnya. Saking kuatnya hentakan pinggul Muklis, membuat sofa tempat mereka bersetubuh ikut terdorong-dorong maju hingga menabrak tembok ruang tamu.

CROT... CROT... CROT....

"Mmmpppuuuaahhhh...." Erang Citra begitu Seto mencabut penisnya dari mulut mungil Citra
"Huuoohhh.... Memekmu juara mbaaak...." Erang Muklis sambil merangsek maju, memeluk tubuh kakak iparnya yang tergeletak lemas karena orgasmenya.
"Heeeeeehh Muklisssss... Jangan peluk mbaaakk.... Kasihan perut mbak kamu tindihin giniiiii...."
"Eh..Eh... Maaf mbak... Maaf..." Kata Muklis yang buru-buru duduk dengan penis yang masih menancap erat pada vagina Citra.

"Hhhhssss.... Banyak banget pejuhmu sayang.... Memek mbak sampe luber gini....Hihihi..." 
"Hehehehe.. Banyak ya mbak....?" Tawa Muklis sambil cengengesan, "Habisan mbak juga nafsuin banget sih.... Jadi aku nggak bisa nahan-nahan buat mejuhin memek mbak... Hehehe...."
"Hihihi... Nggak apa-apa Klis... Yang penting kamu puas..."
"Nggg.... "
"Kenapa Klis...? Kok kamu kliatan bingung gitu...? Jangan-jangan kamu belom puas...?"
"Nggg... Hehehe... Iya mbak... Aku masih pengen.... Boleh ya mbak....?"
"Wah wah wah.... Iya boleeeh.... Pantesan kontolmu masih berasa keras gitu ya... 
"Hehehe.... Memek kok bisa berasa mijitin kontolku mulu ya mbak.... Mijitin cenut-cenut..." Kata Muklis keheranan. "Memek mbak berasa jauh lebih enak dari yang aku bayangin... "

Melihat kakak beradik yang masih bercengkrama pasca orgasme, membuat Seto merasa tersisihkan. Oleh karenanya, dengan penis yang masih tegang mengeras, ia mendekati Muklis dan menyuruhnya menjauh.

"Klis... Udah ah... Ayo gantian.... Aku juga pengen ikut mejuhin mbak iparmu...." Pinta Seto kasar, "Ayo gantian mbak..." Tambah Seto yang buru-buru menggeser tubuh Muklis kepinggir, dan menggantikan posisi penis Muklis. 

PLOP....

Penis Muklis tercabut dengan paksa, membuat lendir-lendir kenikmatan Citra seketika membanjir keluar.
"Uuuuuuuuhhhhhhh... " Jerit Citra yang sedang merasakan sisa-sisa orgasmenya.
"Ayo gantian mbak...."
"Seeetooo... Bentaran napaaaa..." Protes Citra sewot. "Khan aku pengen ngerasain enak ama kontolnya Muklis dulu...."
"Hehehe.... Yaelah.. Mbakkk.... Aku khan juga pengen ngentotin bini tetanggaku yang mesum ini....Hehehe... " Kata Seto yang buru-buru mengambil kedua pergelangan kaki Citra dan membentangkannya lebar-lebar. 
"Kasihan Muklis kali Seeet.... Dia khan baru ngerasain enak...."
"Hehehe... Aku udah nggak tahan mbak...."
"Lagian kamu khan udah sering make memek aku Set...."
"Hehehe.... Klis... Memek mbakmu aku pake dulu nggak apa-apa khan Klis...?" Tanya Seto tanpa menghiraukan omelan Citra.

Muklis yang masih menikmatin sisa rasa enak pada selangkangannya, hanya bisa mengangguk pasrah ketika melihat tetangganya itu mulai menusukkan batang penisnya yang tegang itu kedalam liang vagina kakak iparnya.

"Heheheehe.... Benar-benar lelaki yang pengertian...." Ucap Seto.

CLEEEEP...

"Huuuoohhh....Uuuhhh... Seeet... Bentaran Seeet.." Pinta Citra mencoba menghentikan goyangan pinggul Seto, "Ngilu Seeet... Ngilu....Aku pengen ngerasain sisa-sisa orgasmeku...."
"Hehehe... Mbak bisa khan ngerasain sisa-sisa orgasmenya nanti saja... Aku udah sange ngeliat kebinalanmu tadi...." Ucap Seto sambil mulai menggenjot pinggulnya lagi.
"Huuuooohhh... Pelan pelan Set... Memek aku masih ngilu...."

"Hehehe... Udaahlaaah.... Nikmatin ajah mbak.... Pasti ngilu-ngilu enak.... Hehehe...." Canda Seto, "Eh Mbak.... Gimana supaya acara ngentot kita makin heboh... Kita pindah kekamar aja yuk....?" Kata Seto yang kemudian tanpa meminta persetujuan Citra segera melingkarkan tangannya kepunggung Citra. Lalu
Segera mengangkat tubuh hamil Citra dan menggendongnya didepan tubuhnya.

Tanpa mencabut penis yang masih erat tertancap di vagina Citra, Seto mulai melangkahkan kakinya satu-persatu hingga sampai ke kamar tidur Citra.
"Sumpah... badanmu sekarang berat banget mbak.... Hehehehe.."
"Huuuoooohhh... Seeett... Ngiluuu...Kontolmu bikin memek aku berasa geli bangettt...." Kata Citra begitu ia merasakan nikmatnya bercinta sambil berada digendongan. Terlebih gelombang orgasmenya yang masih terus-terusan berkedut pada vaginanya, membuat Citra seperti linglung karena nikmat.

"Sssttt...Klis... Mau ngerasain yang lebih enak lagi nggak....?" Tanya Seto pada Muklis ketika ia berjalan kearah kamar tidur.
"Ma... Mau mas...."
"Yowes... Sekarang kamu tutup semua pintu dan jendela... Kita lanjutkan ngentotin mbakmu di ranjang pengantinnya... Hehehe..." Ucap Seto kepada Muklis yang berdiri sambil mengurut-urut batang penisnya yang masih tegang.
"Ba...Baik...."
"Kita habisin tubuh hamil nan seksi ini sampe pagi.... Gimana...? Setuju khan...?"
"Hehehe....Setuju banget mas..."

Dengan iming-iming kenikmatan tubuh kakak iparnya, Muklis entah sejak kapan menjadi begitu akrab dengan Seto. 

Sesampainya di kamar, Seto segera meletakkan pantatnya di kasur dan merebahkan tubuh kurusnya. "Ayo Klis... Peluk tubuh mbakmu dari belakang.... Pegang yang kenceng ya... Jangan sampe lepas...."
"Begini mas...?"
"Hiyalah.... Bener begitu....."

"Hei...Hei.... Kalian mau ngapain...?" Tanya Citra panik karena melihat gelagat yang tidak benar pada kedua lelaki yang berada di kamarnya. Terlebih melihat adik iparnya yang ikut-ikutan dalam rencana Seto, mendekap tubuh hamil Citra erat-erat.

"Hehehe... Mbak diam aja ya.... Pasti bakal berasa enak kok...." Kata Seto berusaha menenangkan Citra.
"Tapi kenapa harus megangin badan aku seperti ini sih...?"
"Karena malam ini, aku ama Muklis mau nyiksa istri LONTE kaya kamu ini mbak... Hehehehe...."

"Klis... Ayo lepasin tangan mbak....!" Teriak Citra.
"Jangan turutin Klis... Pegang terus tangannya.... Atau kalo nggak... Remes teteknya keras-keras...." Kata Seto.

"Ba... Baik mas..." 
" Huuooohh.... Jangaaan..... Kliiisss... " Teriak Citra yang tiba-tiba berubah menjadi desahan ketika tangan kasar Muklis mulai meremasi payudara besarnya. Gejolak orgasmenya yang tak kunjung berhenti membuat tubuhnya begitu sensitif terhadap segala macam sentuhan. Termasuk sentuhan pada kedua payudaranya.

"Kalo mbakmu menolak semua perintah kita.... Kamu remes-remesin tetek mbakmu kuat-kuat Klis..."
"Hahh....Serius...? Beneran nggak apa-apa Mas...?" Tanya Muklis kaget sambil berulangkali menatap keseriusan di wajah Seto.
"Hehehe... Percaya deh ama aku Klis... Kalo teteknya udah kena remes, mbakmu nggak bakalan bisa nolak.... LONTE kaya mbakmu gini kadang harus dikerasin biar nafsu birahinya terpuaskan...."

Lalu, dengan satu sentakan kuat, Seto lalu mencengkeram kedua pantat bulat Citra, dan mulai menggerakkan kedua pantat itu maju mundur menghantam pinggangnya, membuat seolah-olah vagina basah Citra sedang menggiling penis Seto.

"Huuooh.... Seeet.... Berhenti...Berhenti....." Ucap Citra kaget. Ia sama sekali tak menyangka jika Seto bakal menstimulus vaginanya seperti itu. Walaupun ia menolak, tapi tetap saja, pinggulnya bergerak seperti sedang menyetubuhi Seto. Terlebih ditambah dengan remasan tangan adik iparnya, membuat Citra yang masih sedang menikmati sisa-sisa gelombang orgasmenya tak dapat menahan rasa ngilu yang amat sangat.

"Ooohh...Seet... Seeett.. tunggu bentaran seet... tunggu bentaraaaann... SETOOOO.... AAARRGGHHH... AAHHHH.....AAAAARRRGGHHH...." 

Namun, sepertinya permintaan Citra tak digurbis Seto sama sekali, karena nyatanya Seto malah semakin cepat menggerak-gerakkan pantat Citra maju mundur, membuat seolah vagina Citra sedang menggasak penis besar Seto kuat-kuat.

"SEETOOOO... BRENTI SEEEETTT....AKU MAU KELUAR LAGI INI.... NGEENTOOOT.... AKU MAAU KELUAAR...."

Tak menunggu lama, tiba-tiba, tubuh Citra yang indah kembali bergetar-getar. Punggungnya meliuk-liuk. Mulutnya menganga dan matanya terpejam erat. 

CRET... CRET... CREEECEEETTT...

"AAARRRGGGHHHH.. NGEEENTOT KAMU SEEETT.... KONTOLMU BIKIN MEMEKKU ENAAAK... KONTOLMU ENAK SEEETT... NGEEENTOOOOTTT..." Rangkaian ucapan mesum nan jorok terlontar dari bibir tipis Citra. Membuat Muklis yang ada dibelakangnya terpesona dengan kebinalan kakak iparnya.

"Hehehe... Rasain kontolku mbak.... Rasain...." Kata Seto yang tak mengentikan goyangan pantat Citra maju mundur kearah pinggulnya. "Ini hukumannya jadi istri nakal... Ini hukumannya jadi istri lonte...." Tambah Seto sambil kembali menggoyangkan pantat Citra kuat-kuat, membuat Citra megap-megap keenakan.

"Ooooohhhh.....Remes tetek mbak Klis... Remes tetek mbak kuat-kuuuaaaatttt... NGEEENTOOOOTTT..."

Menuruti permintaan kakak iparnya, segera saja Muklis memperkuat remasan tangannya sambil sesekali menarik keras kedua puting payudara Citra.
"Ooogghh... Yaahh Iya gitu Klis... Enak Klis... EEENNNAAAAKKKK... Sssh... Oooh..."

"Mbak... Lubang anusnya nganggur tuh... Muklis sodok pake kontol boleh ya...?" Celetuk Seto sambil terus-terusan menggoyang pantat Citra. 
"Hhooo'oohh... NGENTOOOTT... ENAK BANGEEET SEEEET..." Raung Citra tak sadar dengan apa yang Seto tanyakan. "TERUS SEEET... NGENTOT TERUUUUSSSS...."

"Bener yaa... Muklis bakal nyodok bo'ol sempitmu loh mbak...." Goda Seto, "Muklis bakal menyodomi liang analmu dengan kontol besarnya.... "
"Hiyaaah... Hiyaaaah.... Tusuk ajaaah... Ssshh.... Tusuk ajaaah bo'ooolkuuuu....." Racau Citra tak sadar karena masih tenggelam dalam kenikmatan orgasmenya.

Tiba-tiba, Seto mengedipkan sebelah matanya dan menganggukkan kepala kepada Muklis.


Perlahan, Seto memajukan tubuh hamil Citra. Membuat wanita cantik itu membungkuk kedepan dan memamerkan lubang anusnya yang berwarna coklat muda.

"Ayo tusukin kontolmu ke bo'ol mbakmu Klis... Buruan...." Ucap Seto sambil gantian meremasi payudara Citra. "Aayooo tusuk sekarang...."

Segera saja Mulis menempatkan kedua pahanya diantara paha Seto. Lalu sambil meludahi kepala penisnya, adik ipar Citra itu mulai memasukkan perlahan-lahan kepala penisnya ke dalam liang anal Citra. 

"HUOOOHHH.... KAMU NGAPAIN KLISSS....?" Tanya Citra panik. Seolah tiba-tiba tersadar akan apa yang sedang terjadi pada dirinya, Citra mulai menggeliat.
"AYO BURUAN KLIS... DORONG KONTOLMU.... DOROOONG...." Terak Seto lantang.

CLEEEPPPP....

"HUUUOOOOHHH.... SSSSSHHH... KLIIIISSSSS....." Erang Citra ketika ia merasakan kedua lobang tubuhnya dimasuki oleh dua batang berukuran ekstra besar dalam satu waktu.

Perlahan-lahan, Muklis terus menancapkan tusukan penisnya dalam-dalam ke vagina Citra. Terus, makin dalam hingga akhirnya, separuh batang kejantanannya tertanam diliang anus kakak iparnya itu.

PLEK

"Oooohhh...Ssshhh... Kliiiissss... Seeempiiittt....." Desah Citra, "Kontolmu kegedeeeaaannnn Kliiiisss....." Raung Citra, "KEGEDEAN KLIIIISSSS..... OOOOHHHH....." 
"Hhhoohh....? Aku... Aku cabut nih mbak...?" Tanya Muklis panik.
"Jaangaaan.... Kontolmu.... Gedddeeeee.... Taaapi... Ennnaaaaaaakkkkk......"

"Hayo Klis... Sikat...." Perintah Seto, "Hajar itu anus mbakmu dengan kontolmu...."

Tanpa menghiraukan erangan Citra, Muklis segera memegang pundak putih Citra dan menghentakkan batang penisnya keras-keras. Ia tanpa henti terus berusaha membenamkan batang penisnya dalam-dalam ke lubang anus Citra. Membuat wanita hamil itu menggeretakkan giginya sembari terus terusan menggeliat-geliat. 

"Sakit mbak...?" Tanya Muklis polos.
"Hoooohhhss... Ssshh....." Jawab Citra sambil menggelengkan kepala.
"Aku terusin ya mbak....Sumpah.... Lubang anusmu enak banget mbak... " Puji Muklis, "Nggak kalah enaknya dengan lubang memekmu... Legit... Sempit... menggigit...."

"AYO KLIS.... Terus kocok yang cepet Klis...." Pinta Seto.
"Hoooooohhh.... Kalian nakaaal baaangeeeettt..... Ooohh... Ooohh..." Kata Citra. "Beraninya maaaennn keroyokaaan.... Hhhmm....Ssshhh...."
"Hehehe... Tapi enak khan mbaaaakkk....?" Ucap Seto sambil meremasi payudara besar Citra yang bergoyang maju mundur seiring sodokan penis kedua lelaki itu pada kedua lubang senggama istri Marwan itu.

"Kontol kalian emang tiada duanya...." Puji Citra sambil memajukan tubuhnya, mengecup bibir Seto yang ada didepannya. Lalu dengan buas mengais-ngais lidah basah Seto dengan ganas, "Cuppp... Muaah.... Muuaaahh....Sluurp...."
"Mbak.. Jangan rebahan mulu.... Inget mbak.... Kamu sedang hamil..." Kata Seto memperingatkan.
"Eh iya.... Hehehe..."

Melihat kakak iparnya sama sekali tak memberikan penolakan, Muklis mulai sedikit memberanikan diri untuk mempercepat goyangan pinggulnya. Mengaduk liang anus Citra dengan lebih kuat lagi. 

"Kenapa Klis....? Enak ya....?" Tanya Seto disela-sela ciumannya dengan Citra.
"Sssshhh.... Hiya Mas...."

Muklis, Seto dan Citra, makin lama makin terlena dalam kenikmatan masing-masing.

Muklis yang ada diatas tubuh Citra terus tanpa henti menusuk dan mencabut batang penisnya ke dalam liang anal kakak iparnya. Sembari terus menecup punggung putih nan mulus Citra dengan penuh kasih sayang.

Seto yang ada bawah juga tak hentinya menggoyang-goyangkan pantat Citra cepat-cepat guna terus menstimulus vagina Citra yang sibuk menggilas batang penisnya. Sesekali, Seto juga menghentakkan pinggulnya, membuat batang penisnya terus keluar masuk di dalam celah vagina Citra hingga mulai membusa. 

Sedang Citra yang berada diantara tubuh Seto dan Muklis, terus-terusan menggeliat, melayani goyangan nafsu tetangga dan adik iparnya, sekaligus mengayuh biduk kenikmatan persetubuhannya.

"Ssssh.... Enak baaangeeet sayaaang...." Ucap Citra tak henti-hentinya mendesah sambil menggerakkan pinggul dan pinggangnya dengan liar. Terlebih karena ia merasakan kenikmatan hisapan mulut dan lidah Seto yang terus menyusu pada payudaranya secara bergantian. 

"Ngeeentoooottt... Enak baaangeeet....." Jerit Citra keras, "NGEEENT....OOOHHH... TOOOOTTTT..."
"Gimana Mbak...?" Tanya Muklis," Bo'olnya udah enakan...? Hehehehe...."
"Sssshhhh....Kamu nakal Klis... Nakaaal bangeeettt... Ssshh.... " erang Citra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku khan mbakmu Klis.... Aku istri masmu...."
"Habisan mbak juga sih yang minta.... Hehehe..."
"Hihihi... Ooohh... Ohh... Oh... Ssshhh.... Iya juga sih.... Nggak kebayang apa yang ada di otak masmu Klis... Ehhhmmm... Kalo.... Kalo dia tahu istrinya kamu entotin dengan brutal seperti ini... Ssshh...."

"Hehehe.... Mas pasti bangga mbak.... Bisa liat istrinya menjamu adik iparnya seenak ini..."
"Ihhh... Sumpah... Mesummu nggak ilang-ilang... Mmmmmhhh...."
"Hehehe... Habisan mbak seksi banget sih... Aku jadi nggak tahan buat nggak ngentotin mbak... Ini tuh seperti... Mimpi yang jadi kenyataan..."

"Ckckck.... Dasar keluarga mesum.... " Celetuk Seto melihat percakapan Citra dan Muklis, "Melihat kalian berdua...Bikin aku makin horny aja... Hehehe...."
"Kamu juga Set.... Udah tahu aku sedang hamil muda seperti ini... Masih aja dientotin....Ssshh... "
"Hahaha.... Kaya kamu nggak doyan aja mbak...."
" Habisan kontol-kontol kaian tuh enak sih... Hihihi.... "Tawa Citra manja, "Udah yuk... Cepetin goyangan kalian.. Aku mau keluar lagggi..... Ooohh... Oooh...Ohh...."

Seto dan Muklis secara cepat menyetubuhi tubuh hamil Citra dengan buas dan ganas. Mereka seolah tak menganggap jika wanita yang ada didepannya sedang hamil, terus-terusan menyetubuhi Citra tanpa ampun sedikitpun. Seto yang ada dibawah tak henti-hentinya menyodokkan batang penisnya keras-keras keatas, menumbuk vagina Citra yang semakin basah, sementara Muklis yang menyodok liang anus Citra juga tak mau kalah, menghajar lubang belakang tubuh kakak iparnya kuat-kuat.

Benar-benar persetubuhan yang amat dahsyat. Wanita hamil yang sedang digarap kedua lelaki berpenis besar tanpa henti, tanpa ampun.

"Oooh...Ohhh...Ohhh.... Setooo... Mukliiisss... Aku.... Aku keluar lagi.... Ouuugghhhhhhh … Ssshhh … Aakkkhh.... NGEEENNNTTTOOOOTTTT...." Jerit Citra. 

"Mbaaakk... Aku juga mau keluaaar.... " Teriak Seto dan Muklis hampir berbarengan.

Rupanya, Seto dan Muklis tak mampu menahan denyut kenikmatan yang mereka rasakan dari dinding vagina dan anus Citra. Karena tak lama kemudian, Seto dan Muklis mencabut batang-batang penis mereka secara tiba-tiba dan meminta Citra merebahkan badannya. 

"Buka mulutmu mbak...." Pinta Seto.
"Aku pengen mejuhim mulutmu...." Sahut Muklis.
"Aaaaaaaa......" Jawab Citra sambil membuka mulutnya lebar-lebar.

CROT... CROT... CROOCOOTT... CROT... CROT... CROCOOOTTT... 

Semburan demi semburan muncrat memenuhi rongga mulut Citra. Bukan main, walau tadi mereka berdua baru saja memuntahkan sperma, namun sepertinya bersetubuh dengan istri Marwan itu membuat persediaan sperma mereka tak habis-habis.

Dengan buas Citra lalu menangkap kedua penis jumbo yang berada di depan wajahnya, lalu segera mengenyotnya bergantian
"Wuuuooohh... Mbaaak.... Enak bangeeeet... "Kata Seto.
"Sedotan mulutmu bikin kontolku ngilu mbak... " Sahut Muklis.
"Mbakmu benar-benar lonte sejati ya Klis...?" Ucap Seto, 
"Hiya mas.... Lonte banget.... Hhehehe...."

Sambil tersenyum, Citra mempermainkan sperma yang ada didalam mulutnya. Sesekali ia memonyongkan mulutnya, mengeluarkan sedikit sperma hingga meleleh melalui bibir seksinya. Lalu tanpa rasa jijik sedikitpun, ia menelan semua benih kejantanan Seto dan Muklis itu hingga habis tak tersisa.

"Aaahh..... Nyap...Nyap...." Ucap Citra sambil menjilati sekitar bibir mungilnya, mengais semua sperma yang berceceran di wajah cantiknya. "Gurrriiiiihhhh...."

"Busssyeet daaah... Mbaaakkk.... Sumpaaaah... Kamu memang wanita idolaku....." Teriak Muklis yang tiba-tiba menghambur kearah Citra telentang dan menciuminya bertubi-tubi. "Jangan salahin aku ya kalo aku jadi pengen ngentotin mbak terus..."
"Hihihi... Gitu ya Klis...."
"Hiya mbak..... Kamu bikin aku selalu nafsu...."

"Kalo gitu.... Apa sekarang kamu masih pengen ngentotin memek ama anus mbak lagi nggak...?" Tanya Citra yang kembali memposisikan dirinya seperti anjing, bertumpu pada kedua tangan dan lututnya.

Mendengar pertanyaan Citra, Muklis segera meloncat naik dan menempatkan kepala penisnya yang sudah memerah kebiruan itu keselangkangan kakak iparnya, sembari mengelus-elus punggung, pinggul payudara dan perut Citra dari belakang tubuhnya.

"Dedenya....Udah berapa bulan mbak...? " Tanya Muklis.
"Kenapa Klis...?" Tanya Citra
"Udah gedhe ya mbak perutmu..." Jawab Muklis sambil terus mengelusi perut besar Citra.
"Hihihi.... Iya... Sebentar lagi... Kamu bakal jadi paman Klis..."
"Iya mbak... Aku harap anak mbak cewek..."
"Hmmm.... Emang kenapa kalo cewe...?"
"Ya biar kalo besok udah gedhe... Aku bisa ngentotin mbak sekaligus keponakanku sekalian...Hehehe...."
"Hihihi... Kamu paman yang mesum Klis..." Jawab Citra sambil mengarahkan kepala penis Muklis ke lubang anusnya, " Benar-benar mesum... Hihihi...." 

"Mbak masih mau dientot di bool lagii...?"
"Hiihihi... Hiya Klis... " Kata Citra genit sambil mulai menusukkan penis Muklis masuk kedalam anusnya, "Habisan... Enak banget kontolmu Klis..."

Tak lama, Penis Muklis kembali memasuki liang anus Citra dan segera menganalnya dalam posisi berlutut. 
"Eh Klis.... Kalo kamu capek.... Tiduran aja Klis... Biar mbak yang ngegoyang kontolmu dari atas...." Saran Citra singkat, "Kamu rebahan aja ya sayang...." Tambah Citra sambil mengisyaratkan supaya adik iparnya tiduran telentang dengan penis yang masih tetap berada di dalam lubang analnya.
"Mbak pengen maen diatas ya...?" 

Citra mengangguk, rupanya ia mengambil inisiatif untuk menggerakan pinggulnya naik-turun hingga penis Muklis bisa keluar masuk dengan bebasnya ke dalam liang analnya. 

Disela persetubuhan analnya, Citra memutar tubuhnya membelakangi Muklis. "Set.. Kamu masih kuat nggak....?"
"Emang kenapa mbak....?"
"Bisa sodok memek aku lagi...." Pinta Citra yang kemudian merebahkan punggungnya diatas dada Muklis.
"Hehehe... CITRA AGUSTINA.... LONTEKU TERCINTA.... Nggak pernah ada puas-puasnya...." Kata Seto menurutin permintaan Citra. 

"GILAAAA.... " Batin Muklis melihat kebinalan kakak iparnya. "Kami melakukan seks sandwich.... Aku dibawah, mbak Citra ditengah, dan mas Seto diatas..." Tambahnya sambil terus meremas kasar payudara Citra dari bawah.

Tak lama, mereka bertiga sudah kembali tenggelam dalam kenikmatan persetubuhan mereka. Lenguhan dan desahan Citra tak lagi Seto pedulikan. Ia membiarkan saja istri Marwan itu berteriak-teriak sesukanya. Sepuasnya.

"Kamu kenapa Klis....?" Tanya Seto yang melihat Muklis senyum-senyum sendiri dibawah sana, " Kamu masih kuat khan Klis...?".
"Hoo'ooh Massss... Masih Jooosss...." Jawab Muklis sambil terus merasakan kenikmatan jepitan liang dubur Citra dan sensasi berbeda ketika is sedang melakukan seks sandwich itu.

Penis Muklis yang sedang berada di lubang anus Citra sampai bisa merasakan gesekan penis Seto yang sedang mengobok-obok vagina Citra. Kedua penis yang hanya dipisahkan oleh dinding vagina Citra itu terus-terusan saling bersenggolan tanpa henti seiring tusukan dan sodokan kasar Seto dan Muklis.

Hingga tak beberapa lama kemudian, entah kenapa Seto tiba-tiba mencabut penisnya keluar dari vagina Citra lalu berpindah mendekat ke wajah Citra sambil terus mengocoknya dengan cepat. "Hhh... Hhhh... Mbak... Aku nggak kuat lagi mbak... "
“Looh Kok dicabut Set...?"
"Aku mau keluar... Mbak..." 
"Tunggu Set... Aku juga mau keluar lagi.... Ssshh.... ” Kata Citra yang tiba-tiba juga bangkit dari atas tubuh Muklis dan segera mengambil alih tangan Seto. Dengan sigap, istri Marwan itu menggenggam penis Seto dan mulai mengocoknya cepat. 

"Huuuooohhh.... Mbaaaakkk..." Erang Seto, "Aku nggak kuat lagi mbaaak.. Aku mau keluuuuaarrrr..."
"Keluarin di mulutku Set... Keluarin yang banyaaak... " Kata Citra sambil mencucup kepala penis tetangganya kuat-kuat ke dalam mulutnya. 

CROT CROT CRET

Cairan sperma Seto pun kembali muncrat untuk terakhir kalinya. Tak banyak, namun cukup kuat untuk meloncat mengenai wajah dan mulut Citra.
"Sluuurrrp....Pejuh favoritku... Sluurrppp...Muaaaahh..." Ucap Citra yang sama sekali tidak jijik menjilati cairan yang keluar dari penis Seto. 

"Adekku sayang... Kok kamu diem aja sih...?" Tanya Citra yang tiba-tiba bangkit dan menoleh kearah Muklis yang hanya terdiam dibelakang tubuh Citra, " Udah bosen ya ama tubuh mbak...?"

"Nggg... Nggaklah mbak.... " Jawab Muklis.
"Yaudah Yuk.... Ayo entotin mbak lagi..." Pinta Citra genit.
"Hehehe.. Siaaap mbaaak...." Kata Muklis yang segera saja menghentak-hentakkan pinggulnya dengan keras menghantam pantat Citra.
"Sssshhh.... Ooohhh... Kliisss... Cabut kontolmu dari bo'olku Klis.... Cabut bentaaar... "
"Looh..Kenapa mbak....?"
"Udah.. Cabut aja sayang...." 

PLOP

"Uuuuhhh.....Nikmaaattt..... " Ucap Citra spontan, "Naah.. Sekarang.... Kamu entotin memek aku Klis...."
"Hah....? Ngentotin memek mbak... Khann....Khan kontol aku habis dari boo...."
"Sssttt... Udah..." Potong Citra, "Ayo Klis.... Masukin kontolmu kesini...." Perintah Citra sambil menyibakkan liang vaginanya dengan satu tangan.
"Beneran mbak....? Ini kontolku masih belepotan lendir anusmu loh....."
"Sssshhhh...... Uddaaahhh.... Buruan masukin sini Klissss.... Buruaaannn....."

CLEP

"Huooohhh.... Enak bangeeet... Mbaaaak...." Gelijang Muklis ketika merasakan penisnya mendadak tercelup kedalam liang senggama Citra. Sejenak, adik ipar Citra mencoba merasakan pijatan lembut vagina Citra sebelum akhirnya mulai menggenjot batang penisnya lagi.
"Hihihi... Enak khaaan...." Tawa Citra, "Sekarang.... Gantian lagi Klis... Cabut kontolmu dari memek mbak... Lalu masukin ke bool mbak lagi...."
"Haaah....? Pindah lagi mbak....?"
"Ssssh..... Udaaahh... Nurut aja kamu sayang...."

PLOP
Suara penis Muklis ketika tercabut.

CLEEP

"Uuuhhhh.... Enak banget kontolmu Klisssss......" Erang Citra, "Sekarang cabut lagi Klis... Trus tusukin ke memek mbak...."

PLOP

CLEP

PLOP

CLEP

Berulang kali penis Muklis diminta Citra untuk menyodok kedua liang senggamanya secara bergantian. Sehingga membuat kedua lubang bawah Citra memerah dan menganga lebar. Lendir kenikmatan, bercampur sperma tak henti hentinya keluar seiring tusukan penis besar Muklis.

Setelah 7-8 kali Muklis menghujamankan batang penisnya divagina Citra, wanita hamil nan cantik menggoda itu memintanya untuk mencabut penisnya dan berpindah ke anus. Setelah 7-8 kali Muklis mengadukkan anus nan sempit itu, istri Marwan itu memintanya untuk berpindah kembali.

Begitu seterusnya, hingga akhirnya Citra kembali menjerit. Pertanda orgasmenya akan segera datang lagi. "Aaaaggghhh.. Mukliiisss... Mbak mau keluar laaagi.... Ooohhhsss.... Nikmatnyaaahhhhh kontolmu Klissss..... NGENTOOOOTTT.... Ooooogggghhhh ……..” Jerit Citra keras dengan badan yang mulai bergetar.

CRET CREET CREEET....

Sejenak, Citra berdiam diri. Nafasnya tersengal-sengal, dan tubuhnya kelojotan tanpa henti. Sepertinya orgasmenya terlalu hebat bagi dirinya.

"Memek mbak.... Bener-bener... Ngilu.... Klis.... " Kata Citra dengan nafas putus-putus, "Lutut mbak... Udah nggak kuat lagi... Buat berdiri...."
"Kita istirahat dulu aja kali ya mbak....?"
"Sssshhh....Tapi kamu khan... Belum keluar Klis...."
"Nggak apa-apa mbak... Aku mah bisa keluar kapan aja...."
"Yaudah... Kita istirahat bentaran ya.... " Kata Citra sambil melirik Seto yang sudah mendengkur karena kelelahan di sudut kasur, "Tapi Klis... Kamu masih kuat khan....?"
"Masih mbak...."
" Kamu masih mau khan ngentotin mbak sampai pagi....? Hihihi...."

"Gila... Wanita hamil ini memang tak pernah ada matinya...." Kata Muklis dalam hati. 


Semalam suntuk Citra dan Muklis mengaruhi lautan kenikmatan. Berulang kali Muklis diminta Citra untuk menyetubuhi lubang kenikmatannya secara bergantian, anus, vagina, anus vagina, anus, vagina.
dan sudah tak terhitung, sudah berapa puluh kali Citra Agustina ini mendapatkan orgasmenya dari Muklis. 

Hingga akhirnya, CROT CREET Crocot Crecet.
Penis muklis berejakulasi tanpa mengeluarkan sperma sama sekali. Yang ada hanya kedut kenikmatan tanpa henti akibat remasan vagina Citra ketika ia orgasme.

"Ampun mbaak.... Aku sudah nggak kuat lagi...." Keluh Muklis.
"Looohh... Tapi kok ini kontolmu masih berasa keras gini Klis....."
"Aaampuuunnnn.... Aku juga nggak ngerti mbak kenapa nih kontolku masih tegang aja...."
"Hihihi... Iya iya.... Kita udahan aja ya Klisss..." Kata Citra sambil mengecup salah satu tangan Muklis yang sedang tak meremasi payudaranya, "Mbak sayang kamu Klis... Cup Cup Cuppp..."

Kedua insan yang masih bersaudara itupun akhirnya tumbang karena kelelahan. Dengan masih terus memeluk tubuh hamil Citra dari belakang, Muklis membiarkan penisnya mengecil didalam vagina Citra.

"Benar malam yang melelahkan... " Kata Muklis sambil terus mengecupi pundak kakak iparnya. "Makasih ya mbak..."
"Hihihi.... Harusnya mbak Kali Klis yang bilang makasih sama kamu...."
"Eh mbak... Kira-kira...Mas Marwan tahu nggak ya kalo mbak ternyata sebinal ini...?"
"Hihihi... Kayaknya enggak deh...Emang kenapa Klis...?"
"Mbak liar banget... Mirip pemain bokep yang ada di film-film porno....."
"Aaaaaahhh kaaamuuuu..."
"Beneran mbak... Apalagi ketika mbak mengajak untuk maen anal... Sumpah... Aku sampe terkaget-kaget..."
"Hihihi... Iya ya...?"
"Iya mbak.... Aku aja nggak ngira mbak... Kalo wanita yang aku impikan selama ini... Ternyata sama dengan apa yang sering aku bayangin....."
"Emang kamu mbayangin apaan....? Waaaah... Jangan-jangan kamu sering ya mbayangin bo'ol mbak...? Atau malah.... Kamu sering ya ngarep buat maen anal ama istri masmu ini....? "
"Hehehe.... "
"Woalaaaahhh..... Kliiis Klisssss.... Dasar otak mesuuummmm.... Hihihihi....." 


TIIT TIIIT... TIIT TIIIT... TIIT TIIIT... TIIT TIIIT...

Suara handphone Seto terdengar begitu nyaring hingga membangunkan mereka bertiga. Dan tak terasa, hari ternyata sudah menjelang siang.

"Haaalooo....?" Suara Seto menyapa penelepon dengan malasnya, "Ada apa ya mah....?"
Terdengar suara sewot Anissa yang sedang marah-marah kepada Seto, suaminya.
"Iyaaaa.....Aku ini masih dikantor mah... Tadi malam khan aku udah pamit ama kamu..." Kata Seto.
"Iyaaa.. Beneran aku udah pamit mamah sayaaaang... Tapi kayanya aku nggak kamu gubris.... Wong pas aku pamit kamu sedang peluk-pelukan ama Lik Leman.... " Jelas Seto dengan wajah bete, "Mana seru pula.... sampe cium-ciuman segala.... Khan aku cemburu mah...." 

"Haaa...? Kenapa mah....? Mbak Citra teriak-teriak....? Masa sih dia selingkuh ....? Khan suaminya sedang keluar kota...." 

"Enggak kok... Aku nggak dirumah mbak Citra... Kamu salah denger kali... ?" Tambah Seto sambil meremasi payudara Citra yang mulai menegang, " Mana mungkin aku selingkuh ama dia mah....." Tawa Seto terkekeh-kekeh sambil menutup mulutnya, "Mana mungkin mbak Citra mau sama kontol aku mah...."

"Iya deh... Iya iya... Kamu pergi aja ama Lik kesayanganmu itu... Nanti mas pulang bawa makanan deh..."
"Iya maaah.... Sayang jugaaa...."

KLIK

"Mbak..." Panggil Seto sambil menggoyang-goyangkan payudara besar Citra.
"Hmmmm...." Jawab Citra sambil mencoba mengumpulkan semua kesadarannya.
"Aku pulang duluan ya mbak... Mumpung si Anissa sedang keluar ama pamannya...."
"Eeeh... Beneran kamu mau pulang Set....?" Tanya Citra dengan nada mengantuk, "Bukannya kalo bini kamu pergi... Kita jadi makin gampang seneng-senengnya.....?"
"Hehehe... Ntar lagi aja deh mbak....Aku bener-bener harus pulang dulu...."

Tanpa mengenakan pakaiannya secara lengkap, Seto segera berlari kebelakang rumah. Karena rumah kontrakan Seto dan Citra memiliki pintu koneksi di halaman belakang, Seto dapat dengan mudah berpindah rumah tanpa harus diketahui oleh tetangga sekitarnya.

Hingga akhirnya, kedua kakak beradik itu kembali ditinggalkan Seto dalam sunyi.

"Makasih ya Klis... Kamu Sudah mbantuin mbak...." Kata Citra membuka percakapan.
"Iya mbak..... Aku juga makasih mbak... Mbak sudah mau ngajarin hal yang sama sekali baru bagiku...."
"Hihihi... Iya Klis... Sama-sama.... " Jawab Citra, "Eh Klis....Mandi yuk Klis.... Badan mbak lengket banget ini abis kena pejuh-pejuh kalian berdua...."
"Be... Beneran boleh mbak...?"
"Hihihi...Iya beneran... Mbak kali ini ajak kamu mandi..."
"Hehehe..... Kirain mbak mau ngerjain aku lagi...."
"Hahahaha... Buat apaan Klis...? Khan kamu udah ngerasain tubuh mbak.... Jadi buat apa mbak ngerjain kamu lagi....?" 
"Hehehe.... Bener juga ya.... sekal lagi makasih ya mbak...."
"Iyeee baweeeeellll..... Udah-udah yuk kita mandi... Udah makin siang ini..."
"Tapi... Kalo misal ntar pas kita mandi tiba-tiba aku pengen..... Aku boleh minta lagi nggak mbak...?"
"Minta apaan Klis...?"
"Nggg....Minta.... Ngggg... Anu... Minta ngentotin memek mbak..." Ucap Muklis lirih.
"Hheeeeaaaalah... Yaudah yuk... Dikamar mandi aja yaaa... Ama skalian kita mandi bareng... Hihihi...."
"Beneran mbak....?
"Iyeeeee....Yuk ah...."
"Sodok bo'ol juga....?"
"Iiiiiiiyyyeeeeee.... Adik iparku yang paling mesum seeduuuniiiiiaaa.... Mulai saat ini... Kamu bisa deh puas-puasin buat nikmatin tubuh istri masmu iniii..... Dasar otak mesum.... Hihihi...."

Tak lama, kedua insan yang masih punya hubungan saudara inipun kembali meraih kenikmatan-kenikmatan birahinya. Sambil saling menyabuni tubuh lawan mainnya, mereka berdua kembali menyempatkan bermain beberapa ronde di bawah guyuran segarnya air. 

Sambil terus tersenyum, Citra merasa, keceriaannya yang telah lama hilang seakan kembali lagi.



"Mas... aku berangkat kantor dulu ya...." Pamit Citra sambil mencium tangan suaminya yang hendak melakukan mandi pagi, "Sarapannya udah aku siapin di meja makan ya Mas... Nanti setelah kamu selesai mandi, langsung aja dimakan.... Nggak enak kalo udah dingin...."

Sembari berpelukan, Marwan tak henti-hentinya menatap tajam kearah Citra, matanya seolah menyelidik setiap jengkal tubuhnya yang semakin hari semakin membulat.

"Nggg....Kenapa Mas...?" Tanya Citra.
"Hmmm....Kok sepertinya ada yang beda di kamu ya Dek....?" Tanya Marwan sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, "Tapi.... Apa ya...?"

Sekali lagi, Marwan menatap tubuh hamil istrinya. Dari ujung rambut hingga ujung kaki. 

Dalam balutan dress mini berwarna hijau tosca dengan motif batik, Citra pagi itu terlihat begitu menawan. Rambutnya yang panjang digelung keatas, menampakkan leher putihnya yang jenjang, membuat istri Marwan pagi itu terlihat begitu segar. Terlebih, model dress Citra adalah dress tanpa tali yang berbentuk kemben, membuat pundak istri Marwan yang putih bersih, sedikit terlihat begitu menggoda. Mengkilap terkena terpaan sinar matahari yang masuk menembus jendela kamar. 

Namun, semua itu seolah tak begitu diperhatikan oleh Marwan ketika mata jelinya berhenti di aset terindah di tubuh Citra. Kedua bongkahan payudara putih dengan tonjolan daging yang tampak begitu menantang.

"ASTAGA.... " Pekik Marwan, "Dek...? Kamu beneran pakai baju seperti ini....?" Tanya Marwan sambil meraba gumpalan daging di dada istrinya, " Kamu mau berangkat ke kantor ga pake beha gini Dek....?" Tambahnya lagi sambil meremas-remas payudara istrinya.
"I...Iya Mas.... Khan kamu tahu sendiri.... Beha aku pada abis Mas.... " Jelas Citra, "Semua beha aku udah mulai kekecilan.... Trus... Dada aku sesek Mas kalo aku paksain pake beha... Kadang malah sampe kliyengan Mas kepala aku... " 
"Lalu karena itu kamu mutusin pergi kekantor nggak pake beha...?" Tanya Marwan keheranan.
"Ya habis mau gimana lagi donk Mas...? Daripada aku pingsan karena sesak nafas... Mending aku gausah pake beha aja......" 
"Kamu yakin Dek...?" 
"Yaelah Mas... Aku khan dari dulu juga sering berangkat ke kantor kaya gini....?"
"ASTAGA.... Serius....?"
"Emangnya kenapa sih....? " Tanya Citra dengan nada yang mulai sewot, "Lagian khan ini dress pake kain lipit-lipit Maassss...... Jadinya pake atau nggak pake beha nggak bakalan keliatan dari luar Mas..."

"Ta... Tapi khan... Tetekmu udah semakin besar Deeek.. Lihat tuh... Kaya mau loncat keluar dari dress kamu....” Protes Marwan sambil membetulkan letak payudara Citra dibalik dress hijau mininya,” Tetekmu sekarang keliatan kaya nggak ketampung gitu...".
"Ya trus...? Mau gimana lagi Mas...? Beha aku udah pada kekecilan semua..." Jelas Citra lagi, "Mas mau aku nggak bisa nafas trus kesakitan gara-gara aku pake beha yang kecil seperti itu..?"

Tak mampu memberi jawaban, Marwan hanya bisa melihat pasrah kearah wajah sewot istrinya. Hatinya mendadak berdebar kencang ketika membayangkan istrinya berada ditengah keramaian tanpa mengenakan bra dibalik pakaian kerjanya.

"Tapi... Tapi...Kalau celana dalam....? Kamu pakai khan Dek...?" Tanya Marwan lagi sembari buru-buru menyelipkan kedua tangannya kebelakang pantat Citra, mencoba meraba lipatan celana pada pantat istrinya.

"Ya pakailah Mas.... Nih... " Jawab Citra sambil menaikkan roknya, memamerkan celana g-string kecilnya yang hanya menutupi sebagian pintu kewanitaannya.
"Busyet deeeeek.... Celana kamu kecil amat....
"Kenapa...? Kamu nggak suka lagi ngelihat aku pake celana seperti ini....?"
"Hehehe... Nggak.... bukan gitu Dek... Mas baru sadar aja kalo hari ini kamu seksi banget...." Ujar Marwan cengengesan lalu memeluk tubuh Citra dari belakang. " Aku jadi horny Dek...." Tambahnya sambil terus meremasi payudara besar Citra sembari mengusapi perut buntingnya yang mulai membesar. 

"Ihhh.....Mas ah.. khan geli.... " Ucap Citra menepisi tangan jahil suaminya.
"Kamu seksi banget Dek.... Cantik.... Dan menggoda..." Ujar Marwan sambil mengecupi tengkuk Citra.
"Sssh... udah ah Mas.. Geli...." Desah Citra lirih.

Secepat kilat Marwan lalu melepas handuk kucelnya, dan menyampirkan ke sandaran kursi makan. Ia tak jadi mandi pagi. Karena kemudian, dengan sigap ia meminta istrinya untuk segera nungging.
"Ssshh.... Kita olahraga pagi bentaran yuk Dek... Mas udah nggak tahan nih... " Ucap Marwan.
"Nggak tahan ngapain Mas...?" Tanya Citra, "Mau ngontolin memek aku...?"
"Hmmm... Ngontolin....?" Heran Marwan.
"Iya... Jatah pagi…. Mas pengen minta jatah khan....? Hihihi....."

"Hmmm... Kata-katamu nakal sekali Dek.... Hehehe...."
"Hihihi.... Sekali-sekali boleh dong Mas...?" Goda Citra sembari menggoyang pinggulnya, "Yaudah sini... tusukin kontolmu Mas.... Memek aku juga udah gatel...Udah nggak tahan..."
"Hehehe....Kayaknya... Mas baru ninggalin kamu keluar kota baru sebentar deh... Tapi kok kamu udah mulai nakal gini ya Dek... ? Kalimatmu saru…." Ucap Marwan sembari menyelipkan tangannya ke vagina Citra.
"Aaaahh... Maaasss.... Masa sih Mas....? Ssshhh... Biasa aja kok… Aaaahhh....."Jawab Citra kegelian.
"Kamu beneran nakal Dek.... Ke kantor ga pake beha... Lalu pakai celana sexy... " Jawab Marwan sambil menarik tangannya lalu meludah. Membasahi tangannya lalu kembali mengusapnya ke vagina Citra yang masih kering. "Kamu sebenernya mau kerja atau mau melacur Dek....??"

"Mas....?" Kaget Citra, "Kok Pelacur sih....? 
"Hehehe.. Habisan kamu nakal sih Dek...."
"Emang Mas pengen aku jadi pelacur....?" Goda Citra. 
"Hehehe…. Emang kamu sendiri gimana….? Mau….?” Balas Marwan.
:Hihihi….Eenggaklah Maasss... Aku begini khan gara-gara beha aku sudah pada sempit semua....."
"Ssshhhh... Diam.... Istri binal... Kamu harus mendapat hukumannya karena telah berbuat nakal..." Jawab Marwan sembari menampar pantat Citra keras.

PLAAAAAKKK...

"Awww Mas.... Sakit...." Jerit Citra tertahan.
"Hehehe.... Jeritannya aja bikin konak... Sumpah... Pagi ini aku bener-bener nafsu ama kamu Dek...."

Dengan sekali sentak, Marwan menurunkan atasan dress Citra dan membuat payudaranya yang besar meloncat keluar. Bergoyang dan menggantung indah. 
"Ini dia.... Tetek favoritku.... Empuk dan besaaaarrr....." Kata Marwan sembari terus meremasi payudara besar milik istrinya.
"Sssshhh... Maaaas.... Geliiii....." Desah Citra yang kemudian menggapai-gapai penis suaminya yang sudah sedari tadi terselip di belahan pantatnya.
"Putingmu keras banget Dek...Kamu udah sange banget ya...? Hehehe...." 
"Ssshh.... Eeehhmmm......Iya Mas...." Desah Citra, "Kita pindah kekamar yuk Mas....Jangan disini 
"Laaah... Emang napa Dek...?"
"Eenngak kenapa-napahh.... Ssshh.... Malu aja Mas... Kalo ntar si Muklis masuk trus ngelihat kita gimana...? Oooohhhmmm....."

"Ssssh.... Muklis masih sibuk nyuci motor didepan Dek.... Dia nggak bakalan masuk..." Jelas Marwan sambil mulai menggelitik vagina Citra yang mulai becek.
"Tapi khan.... Ssshh.... Kalo dia ngelihat kita trus kepingin gimana Mas....?"
"Hehehe... Nggak apa-apalah Dek... Kamu layanin aja sekalian... Anggep aja kamu sedang ngasih pelajaran orang dewasa buat buat dia... Hehehe..."
"Ihhhss... Kamu kok sekarang mesum gitu sih Mas....? Sssshhh....."
"Hehehe... Mesum membawa nikmat ya Deek....? Hahaha.... " Celetuk Marwan sambil tertawa geli.

"Ssshh.... Yaudah kalo gitu.... Aku sih nurut aja maass.... Ooohh... " Kata Citra yang akhirnya menuruti permintaan aneh suaminya, "Ayo Mas... Buruan sodok memek aku....Aku udah nggak tahan.......?"
"Hehehe.... Oke.... Ayo nungging yang tinggi Dek... Mas pengen nengokin dede yang ada di rahimmu… " Pinta Marwan sembari mendorong tubuh Citra maju.

"Mau nengokin dede pake gaya doggy ya Mas...? Hihihi...." Goda Citra sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Lalu dengan kedua tangan bersandar pada meja makan, Citra pun membungkukkan badannya kedepan, menuruti permintaan suaminya. Tak basa-basi, Marwan buru-buru menaikkan ujung bawah dress mini Citra hingga setinggi punggung dan menyampirkan lubang celana dalam Citra kesamping.

"Tubuhmu makin menggiurkan Dek..." Puji Marwan, "Pahamu putih mulus... Dan Pantatmu... Makin semooooggggh... Sluurrrpppp... " Puji Marwan sambil menjilati vagina dan lubang anus Citra dari belakang.
"Hoooohhhss... Maaasss.... Geli bangeeeettt... Sssshhh....."
"Sluuurrrppp.... Banjir banget Dek memekmu.... Kamu bener-bener gampang sange ya sekarang...?"
"Hihihi... Udah ah... Yuk buruan sodok memek aku Maaass....SODOKIN KONTOLMUUU..."
"Hahaha...Dasar istri Binal.... Nih… RASAIN SODOKAN KONTOLKU....." Dengus Marwan sembari menyelipkan batang penisnya yang sudah menegang sempurna pada vagina tanpa bulu milik istrinya.

SLEEEPP

“Sssshhhh…. Kontolmu Maaasss….” Lenguh Citra keenanakan sembari meremas pinggiran meja makan, “Bikin geli-geli enaaakkk….”
“Suka Deekk….?
“Ho’oh Mas… Kencengin Mas nyodoknya…. Shhh…”

Dan, tak lama kemudian, suara tepukan pantat Citra dan paha Marwan mulai terdengar nyaring. Membahana keseluruh penjuru dapur.

PLAK PLAK PLAK...

Pagi itu, Marwan dan Citra bercinta dengan penuh gelora. Dan herannya, pagi itu Citra merasa jika suaminya terasa begitu perkasa. Mampu membawa gejolak birahinya bermain lebih lama. Jauh lebih kuat dari sebelum-sebelumnya. Citra merasa jika penis mungil milik suaminya itu mampu memberikan kenikmatan yang sudah lama tak Citra rasakan lagi. 

PLAK PLAK PLAK...
Tak henti-hentinya, Marwan menggenjot vagina Citra dengan cepat. Bahkan lebih cepat dari biasanya. 

"Sumpah... Memek hamilmu terasa legit banget Deeek.....Empuk... Panaaass... Dan menggigit...." Puji Marwan lagi, "Mirip kaya memekmu ketika perawan dulu...."
"Hihihi.... Enak ya Mas...."
"Hiya... Huenaaak baaangeeett..." Jerit Marwan yang makin kesetanan menghajar vagina Citra dengan tusukan-tusukan tajamnya.
"Ooohh... Ohh...ohhh... Terus maaas....Terus sodok memekkuuuu...." Jerit Citra lirih.

PLAAAAAAAKKKK...

"Oooohhh... Ngeeentooottt.....Sakit Maaasss.... "Jerit Citra lagi sambil mulai mengeluarkan kata-kata kotor, "Tapi Enak... Hihihi..."
"Hehehe.....Saruuu…. Kalimatmu sekarang kasar banget Dek... Mirip Lonte...."
"Hihihi... Maaf Mas... Keceplosan..."

PLAAAAAAAKKKK...
"Dasar bini nakal.... 

PLAAAAAAAKKKK...
“Lonte….”

PLAAAAAAAKKKK...
"Oooohhhh..... Hiya maasss... Terus Pukul pantatku.... Teruuuss Maass...Teruuusss..."
"Hehehe....Kamu suka maen kasar ya Dek...?"
"Ooohhh..... Suka baaangeeettt...."

PLAAAAAAAKKKK...
"Uuuhhhh.....Ngentooottt.... Terus pukul pantat aku masss....Terus sodok memek aku...."
"ANJRIT.....Nakal banget kamu Deeek.. SUMPAH KAMU NAKAL BANGEEETTT...." Erang Marwan semakin memperkeras tamparan pada pantat Citra sambil mempertajam sodokan penisnya pada vagina istrinya. 

PLAK PLAK PLAK
PLAAAAAAAKKKK...

"Ooooohhh… Sakit… Ngentooott… “ Teriak Citra
“Sssshhh… Saaaruuuu…..” Balas Marwan sambil terus menampar pantat bulat Citra.

PLAK PLAK PLAK
PLAAAAAAAKKKK...
“Hihihihi….Hiyaaahh.... Gitu Masss... Terusss..." Jerit Citra lantang. Kali ini ia sama sekali tak memperdulikan lagi jika teriakannya dapat terdengar oleh orang lain, "Ooohh… Ngentooott….Terus masss… Teruuusss…. Sodok memek aku yang kencang Mas.... “
“Hooohhh… Mulut Lonteeee… Hhhh….Hhh… Enak ya Dek….?”
“Huenak Mas…. Hueenak bangeettt….” Erang Citra, “Sodok memek Lontemu ini Mas… Sodok memek aku…. Sodok bo'ol aku juga Mas...."
“Haaah… Bo’ol….?” Tanya Marwan kebingungan, namun masih terus menyetubuhi istrinya, “Emang dientot di bo’ol enak ya Dek…? Nggak sakit…?”
“Hiyaaahhh…. Enak banget Maaasss…. Aku aja sudah biasa kok….”

Mungkin karena Citra sudah benar-benar tenggelam dalam gelombang kenikmatannya, secara tak sengaja, ia mengucapkan hal yang seharusnya tak boleh diketahui Marwan. Dan benar saja, pada akhirnya Marwan menghentikan sodokan penisnya pada vagina Citra.

"Kamu sudah biasa dientot di bo’ol? Maksudmu gimana Dek...." Tanya Marwan dengan tatapan mata tajam mengintimidasi, "Kamu sudah sering main seks pake lubang anusmu Dek…? 

DEG

"Nggg... Anu.... Mas...." 
"Kamu ngentot di bo'ol sama siapa Dek...?"
" Ngg....Anu....Khan aku….Aku sedang akting jadi Lonte Mas...." Jawab Citra sekenanya. “Iya… Aku akting jadi Lonte Mas…. Kamu nggak suka ya…?” 

Seolah tak percaya, Marwan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebelum akhirnya, tangannya mencengkeram pantat Citra keras-keras, kemudian menghujamkan penisnya dalam-dalam kearah vaginanya.

"Hhhhhh.... DASAR ISTRI LONTE... " Lenguh Marwan yang tiba-tia kembali menggenjot pinggulnya. " Kamu sudah bener-bener berubah ya Dek... Berubah jadi LONTE.... RASAIN NIH... Rasain sodokan kontolku.... RASAAAAIIINNNN......" Jerit Marwan yang tiba-tiba dengan kecepatan super cepat menyetubuhi istri tercintanya dengan kasar. Seolah kehilangan akal sehatnya, suami Citra itu tak memperlakukan Citra seperti selayaknya wanita yang sedang hamil, melainkan ia memperlakukan Citra bagai pelacur murahan. 

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
PLAAAAAAAKKKK... PLAAAAAAAKKKK

"Aaaaarrgg.... Ampun Maaasss.. Ampuuunnn....Maaass.... Hooohhh.... Pelan-pelan maaas...." Desah Citra sambil terus berpegangan pada tepi meja. Berusaha sebisa mungkin tak banyak bergerak.
"Sssshhh... DIAM Dek... LONTE.... NAKAL sepertimu memang seharusnya… DIHUKUM..." Bentak Marwan sembari terus mempercepat tusukan penisnya.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
PLAAAAAAAKKKK... PLAAAAAAAKKKK

"MAAASSS...... OOHHHSSSS.... Pelan-pelan maaass...... Nanti Muklis beneran bisa dengar looohhh..." Erang Citra sambil menggigit bibir bawahnya, berusaha menikmati siksaan birahi suaminya. 
"SSSSHHH.... DIEEEEMMMM...." 

Sodokan dan tusukan penis kecil Marwan semakin lama semakin membabi buta. Semakin keras dan kuat. Dan anehnya, dengan cara seperti ini, Citra merasakan jika orgasmenya tiba-tiba datang mendekat.
Istri Marwan itu benar-benar tak bisa mempercayai apa yang ia rasakan pagi itu, setelah sekian lama tak pernah mendapatkan orgasme dari suaminya, pagi itu ia akan mendapatkan kenikmatan bersetubuhnya lagi. 

"Ooohh... Ooohh.. Maas.... TERUS MAASSS... Terusss....... Sodok yang kenceng masss... Sodokin kontolmu ke memekku kenceeeng-kenceeeengg....... Entotin memek istrimu ini maas....."

Dengan alis yang saling bertaut, Marwan bisa tahu jika istrinya sangat menikmati persetubuhan kasarnya dipagi hari ini. Dan untuk pertama kalinya, Marwan bisa melihat istrinya mendesah-desah tak terkendali, pertanda jika dirinya sudah tenggelam dalam kenikmatan orgasme.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
PLAAAAAAAKKKK... PLAAAAAAAKKKK

Tiba-tiba, tubuh Citra bergerak tak beraturan. Kepalanya menggeleng naik turun, punggungnya meliuk-liuk, dan pantatnya mengejan-ngejan. Rupanya wanita cantik itu telah siap untuk mendapatkan orgasme pertamanya.

"Huuuooohh Maaaasss.... ENAK BANGET MASS...AKU SUDAH NGGAK KUAAT LAGI MAAASS.... NGEEEENNTTOOOOOTT... AKU KELUAR MAAAS... AKU KEEELLUUUUUUAAARRR... NGEEENTOOOOTTT.... HOOOOOOOHHHHHHSSSS... HMMMPPPFFF....." Teriak Citra lantang. Keras sekali. Sampai-sampai Marwan harus mendekap mulut Citra guna meredam kalimat mesum istrinya.

"CREET... CREEET...CREEECEEETT..CREEETTT...."

Sambil berusaha untuk tetap dapat berdiri, tangan kanan Citra memegang bibir meja kuat-kuat, sementara tangan kirinya mencengkram paha Marwan hingga suaminya meringis kesakitan. Lutut, pantat dan vagina Citra tak henti-hentinya bergetar hebat, menandakan jika pagi itu orgasme Citra dirasanya cukup dahsyat. 

"Huuuooohhh.... Maaasss..... Kontolmu enak banget di memekku Masss.... Enaaak bangeeet...." Kata Citra disela-sela gelombang orgasmenya. "Beraaasaa bangeeet..."
"Hehehe.... Memek kamu juga ngempotnya enak banget Dek... CUUUPPP..." Balas Marwan sambil mengecup pundak istrinya dari belakang, " Kamu suka Dek...?" 
"Suka banget Mas... Aku sampe kelojotan keenakan gini.... Hihihihi...." Tawa Citra dengan wajah damai,
"Hehehe... Jadi sekarang gimana pelayanan kontolku Dek...? Sudah bisa membuatmu puas..?"
"Uuuuuhhhhh... Beeeloooom Maaass.... Aku masih pengen kamu entotin lagi...." Jawab Citra genit sambil memunyongkan mulutnya.
"Serius Dek.."
"Hiya dong Maasss... Punya suami dengan kontol seenak kamu, masa cuman maen sekali.... Rugi dong aku Maass.... hihihi...."
"Waduh... Waduh... Waduuuhh... hebat juga nafsu kamu Dek...?"
"Hihihi... Khan Istrimu ini Lonteee Maaass.... Hihihi..." Goda Citra sambil mengedipkan matanya.

Mendengar ucapan mesum Citra, raut wajah Marwan yang semula santai, mendadak jadi tegang. Tangannya langsung mencengkeram pantat Citra dan langsung memaju-mundurkan pinggulnya. Menghajar kemaluan Citra yang baru saja orgasme itu dengan batang penisnya.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
PLAAAAAAAKKKK... PLAAAAAAAKKKK

Suara pertempuran kelamin kembali terdengar dahsyat di seluruh penjuru dapur. Diselingi oleh tamparan-tamparan keras tangan Marwan pada pantat istrinya. Membuat daging bulat berwarna putih bersih itu semakin merah merona.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
PLAAAAAAAKKKK... PLAAAAAAAKKKK

"Huuuooohhh... Maaasss... Peelaaan-peelaaaaan Mas... Memek aku maasiiih ngiluuuu...." Rintih Citra

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
PLAAAAAAAKKKK... PLAAAAAAAKKKK
Marwan sama sekali tak menghiraukan rintihan Citra, karena semakin keras ia merintih semakin keras pula sodokan pernis Marwan pada vagina istri cantiknya yang sedang hamil muda itu. 

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
PLAAAAAAAKKKK... PLAAAAAAAKKKK

"Ampuuun Maaaasss... Ammmmmppppuuunnnn...."
"Sssshhh..... Istri Lonte sepertimu memang harusnya ga perlu dikasih ampun....." Ucap Marwan tiba-tiba dengan nada penuh nafsu birahi, "Istri Lonte sepertimu memang harusnya dihajar habis-habisan.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
PLAAAAAAAKKKK... PLAAAAAAAKKKK

"Mbaaak Citrraaaa.... Kain lap mot................ tornya dimana.....?" Ucap Muklis yang dengan tiba-tiba masuk kedapur. Mengagetkan Citra dan Marwan yang sedang asyik mengayuh kenikmatan duniawi, "WADUH.....Ngggg...."

"Eh Muk...Kklisss...." Jawab Marwan yang tiba-tiba kikuk. Mungkin karena malu, suami Citra itu segera menghentikan sodokan penisnya dan buru-buru mengambil handuk mandinya. Namun ketika Marwan hendak mencabut tusukan penisnya, buru-buru Citra menangkap paha suaminya, dan memintanya tetap berdiam diri.

"Ngg.... Maaf Mas... Mbak... Aku nggak tahu kalo... Kalian sedang.... Nggg....*GLUP" Ucap Muklis tersedak air ludahnya sendiri. Adik Marwan itu kebingungan melihat kedua kakaknya yang sedang asyik mengayuh kenikmatan birahi. 
"Ada apa Klis....?" Tanya Citra santai.
"Nggg.... Aku .... Mbaak....Mau ambil lap mot....tor...." Tanya Muklis lagi dengan tatapan mata yang tak berkedip sama sekali. Menatap tubuh Citra yang payudara dan belahan pantatnya dapat terlihat langsung. Menatap tubuh hamil kakak iparnya yang sedang dalam posisi membungkuk, bersandar di meja makan, dan sedang disetubuhi suaminya.

"Oooohh.... Disitu Klis...." Ucap Citra sembari menunjuk ke laci disamping meja makan tempatnya bersender. "Ayo Mas... Kok malah berenti...? Ayo goyang terusss Maaaasss... Ssshh... Ooohh..." Jawab Citra genit pada Marwan dengan tanpa mempedulikan keberadaan Muklis yang ada di dekatnya. "Ayo mass.. Goyang lagi.. Aku pengen keluar kaya tadi lagi....."
"Nggg... Bentar Dek...."
"Ayo Maaass...Sssshhh.... JANGAN BRENTI... Terus sodokin kontolmu Mas... Aku pengen cepet-cepet keluaar lagiii...." Pinta Cegah Citra lagi sambil mencengkram pantat Marwan yang ada dibelakangnya dan menggerakkannya maju mundur, " Ayo sodok memek adek lagi.."
"Tapi Dek....?" Bingung Marwan 
"Sssh.... Kenapa Mas....?" Heran Citra, "Tadi bilangnya nggak apa-apa kalo ada Muklis... Ssshh….."
"Hiya sih.... Tapi...."
"Udah ah....NANGGUNG Mas...." Celetuk Citra sambil mulai menggoyangkan pinggulnya, "Ayo Mas.... SODOK memek aku lagi... Terusin lagi Mas.... Aku pengen keluar lagi...."

Dengan perasaan bingung Marwan pun akhirnya menuruti permintaan istrinya, kembali menyetubuhi Citra di depan tatapan mata adik kandungnya. Pelan tapi pasti, Marwan kembali mengayuh goyangan pinggulnya dengan mantap. Menusuk dan mencabut batang penisnya dengan gerakan yang konstan. Menyetubuhi liang vagina istrinya dengan perasaan malu yang perlahan sirna.

“Ssshh…. Iya gitu Mas… terus… Sodok memek aku yang kenceeeeng… Aaahh… Ahhh….” Jerit Citra yang kali ini semakin kencang, 
“Ssshh…. Deeekkk…. Jangan berisik ahhh….“ 
“Ooohhh.. Ooohh…Emang Kenapa Mass….? Kamu malu ama Muklis yaaa….?” Goda Citra,"Muklis aja nggak malu kok ada kita-kita... Ya Khan Klis...? Hihihihi...." 
"Ehhng....I.. Iya mbak...." Jawab Muklis keheranan melihat kebinalan kakak iparnya.
"Naaah lihat khan Mas... Muklis aja santai.... Hihihi... Ayo terus Mas... Sodok memek aku keras-keras..."

"Hmmm....Masa Bodohlah.... Biarin aja Muklis ngelihat... Toh aku ngentotin istriku sendiri....." Mungkin itu yang ada di otak Marwan saat itu, karena tak lama kemudian, ia menjadi ikut-ikutan tak peduli dengan keberadaan Muklis. Bahkan ada sebuah perasaan aneh yang muncul dari dalam hatinya. Perasaan birahi aneh yang membuatnya semakin bernafsu untuk menyetubuhi Citra istrinya di hadapan orang lain. 

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
Suara persetubuhan Marwan dan Citra kembali terdengar. Lebih kencang-Lebih dasyat.

"Ooohhh… Oooohhh… Kliissssiss…. Masmu ini hebat banget ngentotnya…. Kontolnya kuat….Ssshh.... Enaaaakk...." Goda Citra dengan nada genit.
"Ngg... Iya ya mbak.... *GLUP " Jawab Muklis sekenanya.

Walau Muklis sebenarnya sudah tahu tentang kenakalan Citra, namun tetap saja, ia tak menyangka jika pagi itu kakak iparnya ini bakalan berani melakukan kenakalannya di depan suaminya. Begitu pula dengan Marwan, suami Citra itu juga sama sekali tak menyangka jika istrinya yang sedang hamil muda itu menjadi sedemikian binalnya. 

Dan anehnya, kebinalan Citra pagi itu membuat nafsu birahi Marwan semakin meluap-luap.

"Ooohh... Iya Mas... terus... terussss.... Sodok yang kenceng Maas... Sodoook yaaang kenceeeng... Oooh... Ooohhh..." Pinta Citra.
" Hhh…Hhhh… Enak Dek....?" 
“Ssshh.. Ssshhh… Ohhh... Enak banget Maaass...." Jawab Citra, " Eengghhh….Maaas…. “ Panggil Citra
“Hhh…Hhhh… Hhhh… kenapa Dek…? Hhh…Hhhh…” Jawab Marwan dengan nafas terengah-engah.
“Ssshhh… Aku boleh minta tolong Muklis nggak…?”
“Hmmm….Apaan…?”
"Aku pengen Muklis ngejilatin tetek aku Mas…. “ Tanya Citra, “Boleh ya Mas…?... Ehhmmmhhh…. Ooohhh... Ooohh...” Tambahnya lagi sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah mata pada Muklis.

“Aa…Apaa Deek….?” Marwan yang mendengar ucapan istrinya pun terkejut setengah mati. Ia tak pernah menyangka jika istri tercintanya memiliki keinginan yang cukup aneh seperti itu, "Kok pengennya gitu sih Dek....?"

“Sssshh… Boleh ya Masss….?” Tanya Citra lagi ,”Nggak tau Mas.. Tau-tau pengen aja.... Mungkin ini kayanya keinginan si jabang bayi deh Mas… Ooohh... Ooohhsss...” Celetuk Citra beralasan.
"Nggg.....Kamu ngidam...?"
"Nggak tahu.... Mungkin iya kali Mas...."
"Ngidam mbok ya yang lein gitu Dek... Masa ngidamnya begitu...?"
"Kamu nggak pengen khan Mas anak kamu ini ngileran...? Ooooohhhhmmmm....."

Pikiran Marwan mendadak bimbang, antara cemburu karena adik kandungnya bakal ikut merasakan kenikmatan payudara istrinya atau memenuhi nafsu barunya, menyetubuhi Citra dengan brutal di hadapan orang lain.

Begitu pun dengan Muklis. Walaupun ia sudah berulang kali menikmati keindahan tubuh Citra tanpa sepengetahuan Marwan, tetap saja ia tak pernah mengira jika kakak iparnya itu akan melakukan sebuah pertanyaan nekat seperti itu, meminta dirinya melakukan hal yang hanya boleh dilakukan oleh Marwan.

"Ayolah Maaas... Bentaran doang kok.... Boleh yaa...? Sejilat dua jilat...." Tanya Citra dengan nada semanja mungkin, membuat ketegaran hati pria manapun pasti bakalan luluh jika mendengar kalimatnya. "Boleh ya Maaasss....? Uuuhhhh...." Lenguhnya lirih sambil terus meliuk-liukkan pinggulnya menerima sodokan penis Marwan.

"Aaaarrrggghhh... NGEEENTOOTTT..... " Jawab Marwan lantang, "HIYA DEK.... HIYAAA...." Tambahnya lagi, tak mampu menahan birahinya yang semakin meluap-luap, "Suruh aja Muklis ngisepin tetekmu...."

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
Suara gempuran penis Marwan kembali beraksi. Mencucuki vagina istri hamilnya

"Ooohhh... Ooohhh... Makasih ya Maaas.... Kamu memang suami pengertian....Hihihi...." Ucap Citra genit, "Ayo Klis... Sini.... " Panggil Citra sambil melambai-lambaikan tangannya, "Klis.... Sini....Ayo isep tetek Mbaaakk....Ssshh.....Oooohhh....."

Mata Muklis melirik kearah kakak kandungnya, mencari tahu apa yang harus ia lakukan. Dan, tanpa mengucap apapun, Marwan pun menganggukkan kepalanya, menyetujui permintaan aneh istrinya. 

Mendapat lampu hijau, Muklis pun segera mendekat dan berjongkok di bawah tubuh Citra yang tak henti-hentinya meliuk-liuk karena sodokan penis suaminya. Buru-buru, Muklis segera meraih daging lembut yang bergoyang maju mundur milik Citra sembari memonyongkan bibirnya.

SLUURPPP...CUP... CUP... 
Suara mulut Muklis ketika sedang menghisapi kedua payudara Citra. Tak henti-hentinya, kedua tangannya pun meremasi pelan kedua daging kebanggan kakak iparnya itu dengan gemas, sambil sesekali mencubiti puting payudaranya yang begitu keras.

"OOOHHH... ENAK BANGET KLIIIISSS... HUUUUOOOOOHHHH...."Desah Citra keenakan. "Isep yang kenceng klis... ISEP YANG KENCENG..." Ucap Citra sambil mengusapi rambut Muklis.
"Kamu gila Mbak... Nekaaat...." Bisik Muklis pelan.
"Kamu suka khan sayang...?" Balasnya Citra pelan sambil tersenyum, "HIYA MASS... SODOK MEMEK AKU...OOOHHH..." Rintih Citra berusaha menyamarkan percakapannya dengan Muklis. "Nikmatin aja Klis.. Puas-puasin netek tetek Mbak..... Hihihi...."

Tak mau mensia-siakan kesempatan untuk dapat berbuat mesum dihadapan kakak kandungnya, Muklis pun segera menuruti kemauan Citra. Dihisapnya daging kenyal milik kakak iparnya itu kuat-kuat, hingga pipi lelaki kurus itu kempot. Tak hanya itu, adik Marwan pun juga menggigit dan menyupang setiap jengkal payudara Citra, sehingga sekujur payudara Citra menjadi berwarna putih kemerahan.

"OHH... OHH... OHH.. HOOOOHHH MUKLIIISSSS...." Rintih Citra keenakan setiap kali tubuhnya tersentak sentak akibat sodokan tajam penis Marwan ke vaginanya. 

Tiba-tiba, Citra bertindak semakin nekat lagi. Sambil terus menerima sodokan kasar Marwan, jemari lentik Citra merogoh kedalam celana kolor Muklis dan mengeluarkan batang penisnya yang sudah keras.
"Eh Mbak...." Kaget Muklis.
"Hihihi... Tenang aja Klis... Mas Marwanmu nggak bakalan ngelihat kok..." Jawab Citra gemas, sembari segera mengocok batang penis adik iparnya itu kuat-kuat. "Oooohh... MAAASSS.... Sodok yang kenceeeeng..... Maaasss.. Enaaakkk..." 
"Sumpah... Kamu nekat mbak...."
"Hihihi... Shhhh... Tenang aja Klis.... Sekarang... kamu juga kobelin itil aku ya...." Pinta Citra yang kemudian mengamit tangan Muklis dan menempelkan pada biji klitorisnya.

Melihat kenekatan kakak iparnya, mata Muklis pun langsung melotot. Ia benar-benar tak mengira jika Citra bisa bertindak senakal itu. Terlebih di saat yang sama, Marwan suaminya sedang menyetubuhi kakak iparnya dari belakang. 

Namun anehnya, Marwan sepertinya sama sekali tak menghiraukan tangan Muklis ketika sedang mengobel klitoris Citra. Bahkan tak jarang, jemari Muklis bersenggolan dengan sodokan penis kakaknya, Marwan terus saja menghajar vagina istrinya..

"Terus kobel memek Mbak Klis.... Mas Marwan nggak bakalan ngira itu tangan kamu kok... Hihihihi...." Jelas Citra sambil terus mengocok penis tegang adik iparnya.

"Heeekhhmmmm.... Ssshhh....." Desah Muklis keenakan. Merasakan jemari lentik kakak iparnya yang tak sanggup menggenggam penuh batang penisnya, mengocoki kelaminnya kuat-kuat. "Kamu gila Mbaaak... Nekaaatt..."

Sungguh pemandangan pagi hari yang cukup aneh. Sepasang suami istri dan adik iparnya terlihat begitu semangat dalam permainan terlarangnya. Dua pria dan satu wanita, sama-sama saling berkejaran untuk dapat memberikan kenikmatan kepada wanita hamil yang ada dihadapannya.

Marwan, yang dengan brutal, menusukkan penis kecilnya keras-keras kearah vagina Citra, membuat wanita hamil itu begitu menikmati keperkasaan suaminya. istrinya. Dan Muklis, yang juga tak henti-hentinya memberikan rangsangan kepada payudara Citra sembari terus mengobel klitoris kakak iparnya cepat-cepat. 

"Sodok yang kenceng maaas... Tusuk memekku keras-keras...." Jerit Citra seperti kesetanan. "Isep tetek mbaak Kliiisss.... Isep yang kuaaaatt...."

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
SLUURP SLUUUPPP...

Merasa takjub akan sensasi seks bertiga, tiba-tiba, gelombang orgasme Citra datang kembali. Dan seketika itu tubuh Citra lagi-lagi mengejang.

"Oooohh.. Maaas... Aku mau keluar Maaas... Aku mau keluaar..."
"Hiya Dek... Mas juga..."
"Kita keluar bareng Mass... Terus sodok Maas..."

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK

"Oooohhh.... NGEEENTOOOOOTTT......Maaaassss... Aku... Maaaauuu KELUAAARRR....AKU MAU KELUUAAAR MAAAS..." Ucap Citra tak percaya jika kobelan tangan Muklis dan sodokan penis suaminya akan membawa orgasmenya datang secepat itu. "AKU KELUUAAAR MAASS..... OOOHH..... AKU KELUUUAAAR.... NGEEENTTOOOOOTTTTT..... "
"OOOOHHHH.... AKU DULUAANNN DEEEEEKKK....."

"CROT... CROOOT... CROOOCOOOTTT....." Semburan lahar panas seketika terpancar dari ujung penis Marwan, memenuhi setiap rongga rahim Citra.

"OOOHH... NGEEEEEENNNTTOOOOT KAAAMUUUU MAAAASSSS... AKUUU JUUGAAA KELUUAAR MAAASS... AAKUU....KEEEELLLUUUAAARRR... OOOHHHH..... OOOOHHHHHH...."

"CREEE... CREEECEEET... CREEET... CREEETTT..."

Tubuh Citra bergetar hebat disertai dengan gelijangan kuat. Saking kuatnya, wanita hamil itu sampai tak mampu menahan berat tubuhnya. Kakinya mendadak lunglai, dan tubuhnya ambruk menimpa tubuh kurus Muklis yang ada dibawahnya. 

PLOOP
SEEEERRRRRRR...

Suara penis Marwan begitu terlepas dari vagina Citra sambil disertai dengan lelehan spermanya yang tak henti-hentinya menetes keluar.
"Uuuuhhh... Mas... oohh.. ooohh... Maasss..." lenguh Citra yang seolah tak mampu mengontrol semua otot ditubuhnya. Otot vaginanya tak henti-hentinya mengejang, dan kakinya pun bergetar-getar hebat, mirip orang ayan. Dengan terus kelojotan, Citra menelungkup diatas tubuh Muklis dengan posisi lutut tertekuk dan pantat yang menjulang tinggi, memamerkan liang vaginanya yang berwarna putih kemerahan.

"Kamu kenapa deekk..." Tanya Marwan sambil berusaha membangunkan tubuh setengah telanjang Citra dari atas tubuh adik kandungnya.
"Memek aku ngilu Mas.... Ooohhh.... Sssshhh..... Maass memek aku ngiluuuu... " Jawab Citra sambil terus mengejang-kejang, "Ooohh... Tapi ngilunya....Ngilu ngilu enaaak Maaas.....Ooohhhsss..."

Citra yang sedang mengalami orgasme hebatnya, sama sekali tak sadar dengan apa yang terjadi. Bahkan, ia juga tak sadar jika disaat yang sama, penis Muklis masih belum sempat ia masukkan kembali ke celana kolornya.
"Looohhh....Deeek.... ?" Kaget Marwan ketika melihat tangan istrinya sedang menggenggam erat batang penis adik kandungnya, "Tanganmu kok ada di kontol... Mu... Klis... ?" Tambahnya lagi. 
"Eeeeh.... Sssshhh... Nggg... Anu Maaasss..... Oooohhh...."

"Udah-udah... Ayo sekarang kamu ke kamar aja ya.... Istirahat dulu...." Kata Marwan sambil melilitkan handuk ketubuh telanjangnya kemudian membopong tubuh Citra, "Klis... Ayo bantu Mas...." 
"Ngggg...." Jawab Muklis bingung karena batang penisnya yang tegang masih berada didalam genggaman kakak iparnya.
"Klis... Ayo buruan bantuin Mas...." 
"Nggg.....Ba... Baik Mas...." Jawab Muklis yang secepat kilat segera memasukkan penisnya yang masih tegang dan segera membantu kakaknya mengangkat tubuh Citra yang masih kelojotan kearah kamar.

"Rebahin dikasur Klis..." 
"Baik Mas...."
"Nahhh... Sekarang kamu panggil Nyak Nunik dirumahnya... Suruh ia segera kesini.... "Pinta Marwan sambil melirik kearah tonjolan penis adiknya dibalik celana kolornya, "Buruan ya Klis..." 
"I.... Iya Mas...." Jawab Muklis yang segera berlari keluar kamar.


Setelah beberapa menit, kejang-kejang pada tubuh Citra pun mereda. Perlahan, otot-otot tubuhnya mulai kembali normal dan pada akhirnya wanita hamil itu mampu mengontrol kembali gerakan badannya. 
"Udah baikan Dek...?"
".... Udah Mas...." Jawab Citra, sambil mencoba mengatur nafas. 
"Kamu tadi kenapa Dekk...?"
"Nggak tau Mas... Tiba-tiba... Badan aku lemes..... Tapi enak...."
"Lemes enak gimana...?"
"Ya gitu.... Nggak tau aku harus njelasinnya gimana Mas... Yang jelas... Badan aku sehabis ngecrot tadi... Tau-tau langsung lemes... " Jawab Citra dengan mulut tak henti-hentinya tersenyum, "Kamu tuh yang nyebabin aku lemes.... Hihihihi....Sumpah Mas.... Pagi ini kamu perkasa banget... Beringas abis...."
"Hehehe... Kamu suka nggak Dek...?"
"Suka banget Mas... Kontolmu pagi ini berasa jauh lebih enak dari biasanya...." Ucap Citra genit.

"Syukurlah kalau kamu suka Dek..... Cuman.... " Tiba-tiba pikiran Marwan kembali kesaat dimana ia melihat tangan Citra menggenggam penis adik kandungnya. Buru-buru, mata Muklis melirik turun, kearah payudara Citra. "Eehh....Busyet.... Adik sialan... Kampret juga tuh Muklis... Berani-beraninya dia.... Tetek istriku jadi penuh dengan cupangannya... Merah semua..." Batin Marwan sebal.

"Kenapa Mas...?" Tanya Citra penasaran.

"Ngg... Nggak apa-apa Dek...." Jawab Marwan yang entah mengapa, ia buru-buru mengabaikan pikiran-pikiran aneh yang ada diotaknya itu. "Trus... Kira-kira.... Kandunganmu gimana ya Dek...?" Tanya Marwan sambil mengusapi perut Citra yang semakin besar.
"Nggak tau Mas... Kita periksain aja yuk....?"

Marwan terdiam, wajahnya bingung.
"Kenapa Mas...?" Tanya Citra lagi.
"Nggg....Nanti siang Mas ada ketemuan dengan juragan tanah Dek.... Mas bingung...."
"Mas bingung nggak bisa nganterin aku....?"
"Hiya... Gimana ya Dek...?"
"Yaudah..... Itumah masalah gampang Mas... Ntar khan aku bisa minta tolong anterin sama Muklis...."
"Hmmmm.... Gitu ya Dek....?"
"Hiya Mas... Nggak apa-apa kok.... Mas kerja aja...." 
"Hhmmm.... Yaudah deh...Nanti kamu kerja setengah hari aja ya Dek.... Minta ijin buat ke klinik..." Saran Marwan sambil mengecupi perut hamil istrinya, lalu beranjak kearah meja rias Citra. Tempat dimana tas kerjanya teronggok diatasnya. 

"Ini... Mas kemaren baru saja dapet obyekan besar... " kata Marwan sambil mengeluarkan segepok uang dari dalam tasnya, "Ini duit buat kamu periksa ke dokter Dek..... Dan ini.... Duit buat kamu belanja pakaian baru...."
"Wwaaah... Beneran Mas....?" Girang Citra, "Banyak banget Mas...." 
"Ini juga berkat doa kamu Dek..." Jawab Marwan sambil mengecup kening istrinya

"Hhhh....Hhhhh....Hhhh.... Mas.... Rumahnya kosong Mas...." Kata Muklis yang tiba-tiba sudah ada dipintu kamar, " Nyak Nunik sudah berangkat ke puskesmas...H hhh... Hhhh..." Tambahnya lagi sambil berusaha mengatur nafas.
"Yowes... Nggak apa-apa Klis... Mbak sudah agak mendingan kok...." Jawab Citra sambil membetulkan dress mininya yang masih compang-camping, "Udah yuk... Sekarang kamu anter mbak ke kantor aja.... Mbak udah kesiangan ini...."
"Kamu mau langsung ngantor Dek...?"
"Iya Mas.... Dikantor mau ada rapat penting.... Nggak enak aku kalo datenganya telat...." Jawab Citra sambil meraih tangan Marwan dan mengecupnya pelan. "Aku pamit dulu ya Mas..."

"Iya Dek... " Jawab Muklis sambil kembali mengecup kening Citra, "Yowes... Klis... Tolong kamu anter mbakmu ini... Inget ya.... Jangan ngebut... "
"I... Iya Masss...."
"Ohh iya.... Sama satu lagi... Tolong kamu jagain istri Mas selama Mas tinggal keluar kota nanti...." Pinta Marwan sambil kembali merogoh kedalam tas kerjanya, " Ini duit buat kamu Klis... Kalo mbakmu butuh apa-apa... Tolong beliin.... Dan kalo mbakmu minta apa-apa... Tolong turutin...." 
"Ngggg....Turutin....?" Tanya Muklis bingung.
"Hiya.... Turutin apa mau dia.... Semuanya...." Pinta Marwan dengan nada tegas, "Mas nggak mau anak Mas besok ngileran...." 
"Ooohh... Gitu...Baik Mas.... Siaaapp.... Hehehe...."

"Ayo Klis... Buruan kamu ganti baju... Mbak udah telat banget nih...." Jawab Citra sambil melangkah kearah teras rumah.
"Iya..... Iya Mbak... Tunggu sebentar...." Jawab Muklis sambil berlari kearah kamar tidurnya untuk berganti pakaian.

Tak lama, Muklis dan Citra pun siap untuk berangkat.

"Mas... Aku jalan dulu yaa...." Ucap Citra sambil melambaikan tangan kearah suaminya. "Kamu ati-ati dijalan.... Jangan bandel kalo diluar rumah....." Tambahnya lagi.
"Iya Dek... Kamu juga ati-ati dijalan.... Kabarin Mas kalo kamu sudah sampe kantor...." Balas Marwan.
"Yowes... Ayo Klis.. Kita jalan...." Ucap Citra sambil naik kejok motor dan memeluk tubuh kurus Muklis erat-erat. Membuat payudara besar Citra yang tak mampu tertutup oleh jaket tipisnya itu menempel erat di punggung Muklis hingga gepeng.

Melihat istrinya memeluk tubuh adik kandungnya, membuat pikiran Marwan kembali melayang ke beberapa saat lalu. Saat dimana tangan mungil Citra menggenggam penis besar Muklis. 
"Apakah ulah Citra tadi disengaja ya...?"
"Gimana caranya kok tiba-tiba kontol Muklis bisa ada di tangan Citra..?"
"Dan lagi.... Gimana caranya ya kontol Muklis bisa menjadi sebesar itu....?"

Puluhan pertanyaan mendadak memenuhi setiap sel yang ada di otak Marwan. Membuat pikirannya menerawang jauh mencari tahu segala kemungkinan yang ada. Semakin berpikir, semakin berdebar detak jantung Marwan. Semakin berpikir, semakin keruh otak Marwan. 

"Aneh.... Ini benar-benar aneh...." Ucap Marwan dalam hati sambil tak henti-hentinya memikirkan kejadian barusan, "Dan yang paling aneh....."

Tangan Marwan tiba-tiba meraih penis kecilnya yang tertutup handuk. Meraih penis kecilnya yang sudah begitu keras, dan mulai mengocoknya perlahan. 

"Kamu nakal sekali Dekkk.... Kamu benar-benar nakal sekali...."
"Klis... Kita hari ini nggak usah kekantor deh...." Kata Citra tiba-tiba ketika ia sedang melintas sebuah pusat perbelanjaan yang searah dengan tempat kerjanya.
"Loh kok...?" Bingung Muklis.
"Iya... Temenin Mbak yuk.... Mbak mau bolos.. Hihihiihi...."
"Yah Mbak... Beneran nih...? " Tanya Muklis mencoba meyakinkan, "Tinggal beberapa belokan lagi kita sudah sampe kantor Mbak loh..."
"Ihhh Muklisss.... Ayolah... Mbak pengen belanja nih Klis... Kali aja belanja di pagi gini berasa enak tuh sepi.... Jadi kita khan bisa bebas mau ngapa-ngapain...."

Mendengar kata 'sepi dan bebas ngapa-ngapain', Otak super mesum Muklis langsung saja merespon batang penisnya untuk segera menengang. 

"Heeeeeh... Ngapa kontolmu bangun Klis...?" Tanya Citra heran.
"Nggg.... Iseng aja Mbak..." Jawab Muklis.
"Iseng gimana...? Nggak mungkin deh kontol mesum gini iseng-iseng bangun.... Pasti ada sesuatu yang bikin dia keras seperti ini... Ya khaaann...? "Jelas Citra yang segera saja melakukan kebiasaannya ketika sedang menjadi boncengers. Melucuti resleting celana Muklis, mengeluarkan batang penisnya, dan mulai mengocokinya perlahan. Karena Muklis sengaja mengenakan jaket terbalik berukuran besar dengan resleting dibagian belakang, otomatis kegiatan mesum kedua saudara itu sama sekali tak terlihat oleh orang disekitarnya. " Kamu pasti sedang mbayangin mbak ya....?"

"Uhhhhh.... Mbak....Uuuuuhhh.... " Lenguh Muklis keenakan, " Uuuuuhhh.... Enak banget mbak..."
"Hayo ngakuuuu.... Bener khan Klis...? Kontolmu ini pasti sedang mbayangin mbak....?"
"Hehehe.... Mbak tuh ngerti banget ya tentang kontol aku.... Kaya udah lama aja jadi istriku... Hehehe..." 

Merasa sedang digoda Muklis, Citra tiba-tiba meremas kepala penis Muklis keras-keras.

"Aaaddduuuuhhhhh... Ampuuunnnn mbaak... Sakiiiitttt......" Teriak Muklis sambil meringis-meringis keenakan.
"Istri-istri... Enak aja jadi istrimu...." Gemas Citra sambil terus mempelintir kepala penis Muklis dengan jemari lentiknya, "Kalo mbak jadi istrimu... Emang kamu pernah ngasih mbak nafkah...?"
"Iyalah... Masa Mbak lupa sih...? Khan aku juga sering kasih mbak nafkah..." 
"Nafkah opo...?"
"Nafkah batiniyah.... Kaya semalem.... Khan aku mbak... Yang ngentotin memek ama anus mbak sampe pagi....Hehehe...."

Lagi-lagi Citra mempelintir-pelintir kepala penis Muklis bak memeras cucian basah. 
"Uuuuuhhh.... Aduuuhhh... Ampun mbaaak.... Aaaaammmmmpppppuuuuuuunnn.... "

"Hihihihihi... nafkah batiniyah....Bener juga kamu Klis.... "
"Aduh busyet dah Mbaaak... Untung aja kita nggak jatuh dari motor...."
"Hihihi... Habisan kontolmu ngegemesin sih Klis... Tapi untung aja ya Klis... Kita selesai ngentotnya pas sebelum mas Marwan pulang...." 
"Hehehe... Hiya mbak... Pas banget..." Jawab Muklis yang tiba-tiba menghentikan obrolannya.

"Kenapa Klis...?"
"Cieeee ciiieeeee......" Goda Muklis, "Yang tadi pagi abis dientot suaminya..... Cieeee cieee...."
"Iiiihhh.... apaan sih....?"
"Hehehe..... Gimana rasanya Mbak....? Cieee cieeee "
"Gimana apanya....? 
"Ya gitu.... Setelah lama ga disodok kontol Mas Marwan... Tadi pagi langsung kuplak kuplak kuplak...Hehehe..."
"Iiihhh..... apaan siiihh....? Biasa aja kali Kliiiss...." Jawab Citra genit sambil kembali memelintir kepala penis Muklis.
"Aduuuuhhhhh... Ampun mbaaak.... "
"Hihihi... Rasain...."

"Eh...Masa biasa aja sih Mmbaak ...? Emang ga kerasa bedanya ya....?"
"Ada deeeh... hihihi...."
"Kasih tahu-in dong Mbaaaak.... Enakan mana? Dientot ama kontol Mas Marwan atau dientot ama kontolku mbak...? Tadi pagi mbak puas nggak...? Emang mas Marwan nggak ngerasa ya memek mbak agak longgar ya...? Khan memek Mbak semalaman tadi abis aku sodok-sodok ama kontolku.... Khan kontolku jauh lebih besar dari punya mas Marwan Mbak... Pasti kontol kecil mas Marwan jadi ngerasa memek Mbak agak longgar tuh... Khan...." 
"Ihhh... Udah udah ah Klis... Nggak seru taauukk... Ngebahas tentang kontol Masmu mulu.... "
"Hehehe... Yaudah.... Hmmm.... Kalo gitu kita ngebahas tentang kontolku aja ya Mbak.... Hehehe....
"Hadeeeehhh.... Otakmu Kliiisss.... Mesum mulu...."

"Hehehe... Jadi gimana Mbak.... Nanti kita ngentot dimall yuk.... Aku jadi iri ngeliat memek kamu pagi-pagi udah disodok-sodok Mas Marwan.... 
"Laaah.... Mas Marwan khan suamiku Dek... Jadi dia berhak ngapa-ngapain tubuhku.... Hihihii.."
"Loohh... Aku khan juga adik suamimu mbak.... Kontolku khan juga pengen ngentotin memekmu...."
"Iiiihhh... Sumpaaaah deh.... Punya ipar kok cabulnya amit-amit gini...."
"Cabul tapi suka khaaannn...? Hahahaha...."
"Hihihihihi....Dasar otak mesuuummm...."

Sesampainya di mall Muklis segera memarkirkan motornya. Helm dan jaket segera mereka titipkan. 
"Mas... Ini helmnya..." Kata Muklis ketika menyerahkan helm dan jaket mereka ke petugas penitipan.

Alih-alih menerima helm dan jaket, petugas penitipan malah hanya melongo dengan mata tak berkedip. Rupanya ia sedang asyik mengamati tubuh molek Citra yang ada dibelakang Muklis. Dalam siraman sinar matahari pagi, tubuh hamil Citra memang terlihat begitu menawan. Walau masih dalam balutan kain dress hijau yang longgar, namun lekuk tubuhnya yang seksi dapat terlihat dengan jelas. Terutama perut dan payudaranya yang menonjol. 

"Hoi Mas...?" Panggil Muklis lagi sambil melambaikan tangan didepan muka si petugas.
"Ehh iya... Maaf" Kata petugas penitipan itu tersadar dalam lamunannya. "Mau nitip helm Mas....?"
"Nih.... Dua helm ya Mas...." Jawab Muklis.

Namun, lagi-lagi, petugas penitipan helm itu tak menghiraukan perkataan Muklis, ia kembali sibuk memperhatikan kecantikan dan kemolekan tubuh Citra.
"Mas... Woiy Mas... " Panggil Muklis
"Eh iya... Maaf Mas.... "
"Niat kerja nggak sih...? Ketus Muklis.... Saya mau nitip nih... Dilayanin dong... Bukannya kerja malah ngeliatin cewe mulu..."

"Ma.... Maaf Mas... Habisan cewe Mas cantik bener... Saya jarang liat cewe secantik cewe Mas... " Kata petugas penitipan itu sambil tak henti-hentinya melirik kearah Citra yang sedang sibuk mempercantik diri dengan makeup tipisnya.
"Dia bukan cewe aku... Dia Mbak ipar aku..." Jawab Muklis, "Emang kenapa Mas...?"
"Busyeeett... Cantik banget Mas.... "Puji petugas penitipn helm itu, "Dan juga MONTOK beneeerrr.... Hehehe...." Tambahnya lagi sambil berbisik
"Trus kenapa kalo Mbak iparku montok... ? Mas kepingin...?"
"Hehehe.... Dua helm ya mas.. Ini nomornya...." Kata petugas penitipan itu sambil menyerahkan bukti penitipan kepada Muklis.

"Klis...? Udahan....? Yuk ahh.. Mbak udah kepanasan nih...." kata Citra yang sudah selesai mengenakan makeup dan kemudian mendekat kearah Muklis berada.
"Kepanasan karena sange ama kontolku ya Mbak....?"
"Heeeh....?" Bingung Citra sambil melirik kearah petugas penitipan helm yang masih menatap lekat kearahnya, "Hush.... Kamu itu... Becanda mulu...."
"Hehehe.... Udah selesai mbak makeupannya?" 
"Iya... Udah selesai kok... Yuk..."

Melihat penampilan Citra yang apa adanya, serta lirikan mata petugas penitipan yang tak sedikitpun berhenti ketika menatap Citra, membuat Muklis tiba-tiba memiliki pemikiran iseng. Terlebih situasi parkiran yang masih sepi pengunjung, membuatnya nekat untuk menggoda kakak iparnya itu lebih jauh.
"Eh Mbak... Sebentar deh... " Panggil Muklis ketika Citra tiba di depan petugas penitipan helm.
"Yaa....? Kenapa Klis....?"
"Ini tetek Mbak... Putingnya masih kelihatan banget...." Kata Muklis spontan yang kemudian meremas dan mengatur gundukan payudara Citra, seolah membetulkan dress Citra.
"Eeeeehhh.... Kliiisss.... " jerit Citra reflek, sambil berusaha menghalangi tangan Muklis dari payudaranya.

"Ssssttt.. Mbaak diem dulu... Ini loohh.... Putingmu nonjol gini mbaaak... Malu ah... Kalo ntar ternyata banyak orang yang tahu mbak nggak pake beha..." Jawab Muklis enteng sambil menepis tangan Citra.
"Udah ah... Malu tuh diliatin ama mas-mas penjaga helm.... Hihiihi..." Kata Citra genit sambil menepisi tangan adik iparnya yang sibuk meremasi payudaranya
"Ssshhh.... Udah nggak apa-apa... Bentaran ini..." Ucap Muklis yang seolah sengaja memamerkan keberuntungannya menjadi adik ipar Citra kepada petugas penjaga helm.

Melihat ulah kedua kakak beradik itu, petugas penitipan helm haya bisa terdiam tegang sambil menatap kearah payudara Citra.

"Ah... sekalian deh... aku benerin putingmu mbak...." Jawab Muklis yang dengan tiba-tiba mempelorot atasan dress Citra dan kemudian mengenyot kedua puting payudara Citra secara bergantian, "Cup Cup... Sluuurrppp..... Cup cup....."
"Aaaaaawwww Mukliiiissssss..... Udah aaaahhhhh...." Jerit Citra spontan 
"Sluuurrppp... Cup cup.... Muah.... Bentaran mbak.... Ini loh... Aku benerin dulu putingmu... Sluuurppp..." 
"Aaawww... Muklisss... Udah udaaaah...." Lenguh Citra sambil bergerak menghindar. Menjauhkan puting payudaranya dari cucupan mulut Muklis. "Dasar adik ipar meeeesssuuummmm..." Tambah Citra yang kemudian membetulkan letak payudara besarnya pada dress hijau mininya.

"Hehehe.... Lumayaaaannn...." Kata Muklis sambil mengedipkan mata kearah petugas penjaga helm.
"Maafin adik iparku ya Mas... Dia orangnya emang mesum gitu...." kata Citra berusaha menjelaskan perbuatan tak senonoh Muklis pada petugas penjaga helm, "Mas...? Mas....?" Heran Citra sambil melambaikan tangannya kemuka petugas penjaga itu.
"Dia kenapa klis...?" Tanya Citra heran.
"Hehehe... Nggak tau.... Mungkin kena stroke kali mbak... Jadi dianya diem aja kaya patung"
"Hihihi... Lucu... Yaudah yuk tinggalin aja..." ajak Citra sambil mengamit lengan Muklis dan berjalan kearah mall. 

"Sumpah Mbak... Tubuhmu benar-benar seksi... " Puji Muklis sambil menggerayangi setiap lekuk tubuh istri Marwan yang tampak begitu semok menggoda.
"Trus kalo tubuhku seksi kamu mau apa klis...?" tanya Citra genit.
"Hehehe... Maaauu...... Itu tuuuhh... " jawab Muklis sambil memonyongkan bibirnya menunjuk kearah vagina Citra.
"Hihihiihi.. Dasar otak meeessuuummm..."
"Eh mbak... Gimana kalo kita nyobain seks di Mall yuk..... Pasti seru tuh Mbak...."
"Hmmm.. Nggak ahhhh.. Mbak takut...."
"Takut... Emang di Mall ada hantunya...?" Canda Muklis, "Seru kali Mbak...."
"Seru-seru gundulmu... Ntar kalo ketahuan gimana....?"
"Kalo ketahuan...? Yaudah... Diajak aja sekalian Mbak... Biar bisa ngentot bareng kaya kemaren..."

"Iiiihhh... Ssssuumpaaah... Mesummu tuh nggak hilang-hilang ya Klis... Hihihi...."

Sambil berjalan-jalan, Muklis tak henti-hentinya menggandeng tangan Citra seerat mungkin, bahkan ia sengaja memeluk pinggang Citra, seolah Citra adalah benar-benar istrinya. 

"Kamu mesra banget Klis nggandeng mbak...?" Celetuk Citra, "Nggak malu apa jalan ama wanita hamil kaya mbak gini...?"
"Hehehe... Ngapain malu mbak..... Punya Mbak yang cantik dan seksi kok malu... Justru aku malah pengen mamerin Mbak semokku ini ke orang-orang..." Jawab Muklis
"Hihihihi.... Iya deh klis.... Terserah kamu aja..."

Mendengar 'ijin' Citra, seolah membuat Muklis makin merasa jika Citra adalah istri tercintanya, sehingga ia pun semakin mendekap Citra erat-erat. Tak jarang, Muklis juga mengelus perut buncit Citra, seolah itu adalah anak kandungnya.

"Klis... Mbak nggak bakalan lari kok... Jadi nggak usah kamu rangkul Mbak kenceng-kenceng gini..."
"Hehehe... Ini tandanya Muklis sayang banget ama kamu mbak..."
"Sayang apa nafsu...? Wong ngerangkul kok tangannya disenggolin ke tetek mbak mulu..."
"Hehehe.... Berasa ya mbak....?"
"Iyalah... Dasar ipar mesum.... " Celetuk Citra, "Udah ah.. Kamu tunggu sini aja ya.... Mbak mau pilih-pilih beha dulu..."

Tak beberapa lama, Citra pun akhirnya sibuk memilih beha yang ia inginkan. Beberapa kali ia mencoba memasang dan melepas beha diluar dressnya, sekedar mencari tau, ukuran cup apa yang paling nyaman untuk payudaranya yang ekstra besar.

"Kalo yang ini....Cocok nggak Klis...?" Tanya Citra
"Mana coba... Mmmm... Tetekmu mbaaak.... Makin empuk aja...Hehehehe.... " Kata Muklis yang alih-alih mengomentari penampilan Citra, ia malah meremasi payudara Citra keras-keras.
"Iiiih... Muuklissss... Hihihii...." Jerit Citra yang sibuk menepisi tangan jahil Muklis dari payudaranya sambil tertawa geli, "Udah ahh... Makin lama kamu makin gila Klis.... Berani-beraninya kamu meremasi tetek mbak di tempat umum kaya gini..."
"Hehehe... Habisan aku selalu gemes Mbak liat tetek besarmu ini...." Jawab Muklis, "Kok sekarang jadi makin besar gitu ya mbak....? Jauh lebih besar daripada sebelum-sebelumnya....?"
"Hihihi... Khan aku lagi hamil Klis... Wanita... Kalo lagi hamil ya gini Klis... Teteknya membesar.... " Jelas Citra, " Khan isinya asi.... Buat persiapan besok kalo si dede bayi pengen netek..."

"Emang kalo asi khusus buat dede bayi ya mbak....?" Tanya Muklis
"Hiya lah..." Jawab Citra sambil mengelusi perutnya yang makin membulat, "Asi mah khusus buat dede bayi...."
"Kalo aku pengen asi gimana mbak...? Minta netek ama mbak boleh juga khan....?"
"Hush...pamali ah.... " Jawab Citra, "Kalo kamu mau netek....Minta noh ama sapi.... Hihihihi...." Jawab Citra sambil meninggalkan Muklis guna kembali memilah-milah beha yang ia suka.

Merasa agak dicuekin, Muklis pun memilih duduk di kursi tunggu dan memainkan handphonenya. Sambil melihat-lihat photo Citra yang ia ambil dalam berbagai kesempatan, Muklis pun mulai tenggelam dalam lamunan joroknya. 

"Itu istrinya ya Dek...?" Celetuk Yadi, penjaga counter berusia 32 tahunan, yang entah sejak kapan sudah berdiri di disamping Muklis.
"Eeeh.... Bukan... Itu Mbak ipar saya Mas... " Jawab Muklis enteng tanpa melihat kearah Yadi, ia masih sibuk melihat-lihat photo Citra.
"Cantik banget ya.... " Jawab Yadi spontan, "Beruntung banget ya Dek... Cowo yang jadi suaminya... Setiap hari bisa........." Kalimat penjaga counter itu sengaja tak diteruskan.
"Ngggg.... Beruntung setiap hari gimana Mas....?" Tanya Muklis sambil menghentikan lamunannya dan menatap kearah Yadi.
"Hehehe... Masa kamu nggak ngerti sih.... Ya beruntung bisa..... Kaya itu tuuuhh.... Hehehe...." Jawab Yadi sambil menunjuk kearah layar handphone Muklis yang sedang memperlihatkan gambar wanita hamil disetubuhi oleh seorang pria, "Hehehe... Kaya kamu nggak tau aja...."

"Hoalah... Ini toh.... Beruntung bisa ngentotin Mbak ipar saya...? Gitu Maksudnya...? Hahaha..." Kata Muklis vulgar sambil tertawa renyah. " Yaiyalah... Mas juga kalo punya istri pasti bakalan bisa ngentotin istri mas tiap hari...."
"Hehehe.... Tapi istri saya nggak secantik Mbak iparmu Dek..." Kata penjaga counter itu, "Enak banget kali ya Dek... Bisa tiap hari begituan ama Mbak iparmu...." 
"Hehehe Iyalah...." Jawab Muklis sambil menatap kearah Citra yang masih terlihat sibuk memilah-milah barang pilihannya. 
"Pasti.... Beruntung banget tuh suaminya....Punya istri secantik Mbak iparmu Dek..." Puji Yadi.
"Ngggg.....Tapi... Suaminya juga nggak seberuntung itu kok Mas... " Kata Muklis 
"Hah....? Maksudnya...? 
"Hehehehe......" Selain Masku... "Aku juga bisa kok ngentotin Mbak iparku setiap hari...."

Dengan tatapan heran, penjaga counter itu menatap kearah muklis dengan mulut yang menganga lebar.
"Serius.....? Kamu selingkuh dengan Mbak iparmu...?"
"Hehehehe.... Iya....Mas nggak percaya....? Mas mau bukti....?" 

Tak mampu menjawab, Yadi hanya bisa diam sambil menganggukkan kepalanya, 
"Hehehe... Kalo aku bisa kasih liat... Mas jangan sampe pengen ya....?" Goda Muklis ketika melihat Citra melangkah mendekat ke posisinya duduk.

"Eh klis... Beha yang kaya gini bagus nggak Kalo Mbak pake...?" Tanya Citra sambil menunjukkan beha pilihannya.
"Aaah.. Bagusan mah ga pake beha mbak..." Kata Muklis sambil berdiri dan mendekat kearah Citra.
"Iiihh.. Nakal kamu ya... genit...." Canda Citra sambil melirik ke arah Yadi, si penjaga counter, "Kalo yang ini Klis...?"
"Jelek mbak... Serius deh... Mbak nggak cocok kalo pake beha yang itu..."
"Iiiihh... Mukliiiisss... Kalo nggak ada yang cocok, trus Mbak cocoknya pake beha yang mana dong....?"
"Hehehe... Mbak Citraaa... Khan udah aku bilang daritadi... Bidadari kaya kamu mah harusnya nggak pake beha Mbaaak.... Cantiknya tuh telanjang.... "Goda Muklis, "Bener nggak mas....?" Tanya Muklis pada penjaga counter yang sedari tadi mengamati percakapan Muklis dan Citra.
"Eeeh.... Hiya Dek...."
"Tuuuuh... Khaaannn... Bener apa kataku Mbak.... Kamu memang lebih cakep kalo bugil..."
"Iiiihh... Apaan sih Klis...." Balas Citra genit, "Dasar otak mesuuuummm.... Awas ya... Ntar mbak gigit loh kontol kamu...." Bisik Citra sambil mencubit pinggang Muklis.
"Aaaawwww....Hehehe.... Kaya berani aja kamu mbaak.." Balas Muklis sambil berbisik ke telinga Citra.
"Iiiihh... Nantangin yaaa...."

"Iya dooong... Nih... Gigit aja kalo berani...." Kata Muklis yang tanpa malu karena masih ada Yadi disampingnya, tiba-tiba menurunkan resleting celananya dan mengeluarkan batang penis besarnya
"Heeeeehhhh.... Muklisss..." Bingung Citra panik.
"Ayoooo... Ini gigit... Katanya berani...." Goda Muklis sambil menepuk-tepukkan penisnya yang mulai ereksi kepaha kakak iparnya.
"Adek ipar gila... Ini khan ditempat umum Kliss...." Kata Citra yang buru-buru memeriksa kondisi sekitar.
"Hehehe... Ayolah Mbak... Kita ngentot ditempat umum yuuukkk... "

"Apaan sih...." Jawab Citra malu-malu karena tatapan Yadi yang sedari tadi tak henti-hentinya tertuju padanya.
"Ayolah Mbaaak.... Habisan daritadi aku dikasih liat tetek besarmu mulu.... Aku jadi pengen banget ngentotin kamu nih.... " Kata Muklis yang terus menepuk-tepukkan batang penisnya ke paha Citra.
"Hihihi... Iya iya... Nanti yaa... Sekarang kamu bantu mbak cari beha yang cocok buat mbak..."
"Nggak mau ah... Aku pengennya ngentotin memek sempitmu sekarang Mbak.... " Kata Muklis sambil merogoh kearah celana dalam kakak iparnya.
"Masa sekarang sih Klis...?" Bingung Citra.

"Eh Mas... Kamar ganti ada dimana sih....?" Tanya Muklis sengaja bertanya kepada Yadi.
"Nggg... Di pojokan sana Dek...." Jawab Yadi.
"Hehehe... Makasih Mas...." Jawab Muklis sambil mengedipkan matanya kearah Yadi.

"Yuk Mbak... Ikut aku..." Ucap Muklis sambil menggandeng tangan Citra dan menuju ke ruang ganti pakaian.

Tanpa memasukkan penisnya yang sudah menjulang tinggi, adik ipar Citra itu buru-buru bergegas menuju keruangan ganti dan itu segera masuk kedalam ruangan paling pojok. 

"Iihh... Muklis... Apa-apaan siiihhh....?"
"Ayolah Mbaaak... Aku pengen banget nih nyobain ngeseks di tepat umum..."
"Tapi aku khan malu Klisss.."

Mendadak, Muklis tersenyum. "Aahhh... Nggak mungkin... Mbak suka kok..."
"Yeee... Kata siapa....?"
"Kata Mas Seto.... Dia bilang mbak suka banget dientotin ditempat umum..."
"Hadeeeeh... Dasar tetangga comel...."
"Yaudah mbak... Ayo sekarang isep kontolku... Aku pengen ngentotin kamu niiiihhh..."

Sambil celingak-celinguk, Citra lalu mengintip keluar.
"Tapi nanti kalo disamping ada orang gimana Klis... Kalo dia denger gimana...?"
"Hehehe... Yaudah... Diajak aja sekalian mbak..." Jawab Muklis enteng sambil menekan pundak Citra turun, berusaha membuat Citra segera jongkok di depan selangkangannya.
"Iiihhh... Daaassssaaaar... Daritadi kok kamu maunya ngajakin orang buat ngentotin mbak sih...? Emang kamu suka ya kalo mbak dipake ama banyak orang...?"
"Hehehe... Yaaah... Namanya juga imajinasi mbak..."

"Emang kamu rela memek mbak dientotin banyak lelaki lain...?"
"Yaaa.. Kalo itu sih suka-sukanya Mbak aja... Kalo mbak mau... Kenapa harus ditolak... Hehehe..."
"Sumpah ya Klis.... Otak mesummu itu loh... Kok nggak pernah ada habisnyaaa..."
"Hehehe... Ayo mbak... Jongkok... Kontolku udah nggak tahan lagi nih... Udah senut senut..."
"Ye iyeee...."

Buru-buru Citra segera menarik penutup ruang ganti itu. Namun karena tarikannya terlalu keras, sisi kain diujung satunya jadi sedikit tertarik, dan membuat penutup kain itu terbuka sedikit. 
"Aaaaaa... Haaaeeemmm... Sluurp sluuurp.." Suara mulut Citra mulai beraksi.
"Huuoohh enak banget mbaaaaak..." Lenguh Muklis keenakan.

"Sluurp... Cup cup.... Puas Klis....?" Tanya Citra, "Haaaeeemmm... Sluuurrppp...."
"Huooohhh.. Puas Mbaaaak..... Uhhh...." Ucap Muklis, "Ini teteknya jangan ditutupin gini ya mbak.... Dressnya diturunin aja..." Tambah Muklis sambil mempelorotkan dress kemben Citra. "Naaah... Kalo gini khan makin seru... Bisa diremes-remes..."
"Ssssttt.... Klisss....Remes teteknya pelan-pelan.... Tetek mbak ngilu nih..."

"Hehehe... Ngilu apa pengeeenn... Eh Mbak... Udah ah isep-isepnya... Ayo bangun... Aku udah nggak tahan pengen cepet-cepet ngontolin memekmu nih..."

Buru-buru, Citra segera berdiri dan membalikkan badannya menghadap cermin. Dengan hanya menyampirkan sisi celana dalamnya kesamping, Muklis pun menempatkan kepala penisnya pada vagina kakak iparnya. Dan dalam hitungan detik, lelaki ceking yang masih berpakaian lengkap itu segera mendorong kepala daging kebanggaannya itu kuat-kuat ke vagina Citra.

SLLEEEEEEEEP..

"Uuuuhhhh.... Muukk.....Kliiisss.... Pelan-pelan sayang.... Ssshh... Oohh...." Lenguh Citra keenakan ketika kepala penis adik iparnya menyeruak masuk kedalam sempitnya liang senggamanya.
"Huoohh... Mbaaak... Banjir banget gini memekmu... Kamu udah sange juga ya ternyata...?"
"Hihihi... Kalo hamil ya gini Klis... Memek Mbak jadi gampang banget banjir.... Hihihi...."
"Aaah.... Tipu..... Bilang aja kalo memek nakalmu udah kangen banget ama sodokan kontol adik iparmu ini Mbak.... Hehehe..."

Dengan kasar, Muklis segera menyodokkan sisa batang penisnya dalam-dalam ke liang vagina kakak iparnya. Tusuk, cabut, tusuk, cabut, tusuk, cabut. Dan setelah dirasa batang penisnya cukup basah, ia pun mulai membombardir vagina sempit Citra dengan kuat. Saking kuatnya sodokan penis Muklis membuat dinding kamar ganti itu ikut-ikutan berderit berisik.

KRIET... KRIET... KRIET...
PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK

"Sssttt.... Klisss... Uhh... Uhhh...Nyodok memeknya jangan kenceng-kenceng Kliiiissss..." Tegur Citra sambil menggapai pinggang adik iparnya, "Nanti ada orang yang dengeeer looohh..... Uhh... Uhhh..."

Benar saja, dari pantulan cermin yang ada dihadapannya, Citra bisa melihat jika diluar kamar gantinya, ada orang yang mengintip melalui tirai yang tak tertutup itu. 
" Uhh... Uhh... Klisssss.... Pelan-pelan nyodoknya Klisss.... Diluar... Uhh... Uhh..... Ada orang...." Kata Citra berusaha mengingatkan adik iparnya.
"Nggak apa-apa mbak... Kamu santai aja...." Kata Muklis yang walaupun mendengar peringatan Citra, ia hanya tersenyum. Malahan tak jarang Muklis malah sengaja semakin memperkeras sodokan pinggulnya, seolah benar-benar ingin memperlihatkan persetubuhan kasarnya itu kepada si pengintip.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
KRIET... KRIET... KRIET...

"Ssssttt... Kliiisss.... Pelan-pelan Klissss... Ooohh... Ooohh... Ooohh..." Lenguh Citra yang biarpun ia tahu jika ada pengintip diluar kamar gantinya, ia tetap saja menikmati persetubuhannya. Malah anehnya, sensasi diintip itu membuat dirinya semakin bernafsu. Membuat dirinya entah kenapa ingin memamerkan kenakalan dirinya lebih jauh lagi. 

Dengan gerakan erotis, Citra berusaha menstimulus titik birahinya dengan kedua tangannya. Tangan kanan mengobel klitoris dan tangan kiri mencubit serta meremasi puting payudaranya.
"Ooohh... Klissss.... Terus sodok memek mbak sayang.. Terussss...." Pinta Citra manja. "Terus entot memek Mbakmu yang sedang hamil ini Klisss... Terus entooottt.... Oooh... Oooh..."

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
KRIET... KRIET... KRIET...

" Hhh.... Kamu suka ya mbak..? Dientotin adik iparmu....?"
"Ssssshh.....Suka Klis.... Ssuka bangeeet.... Oooh... Oooh..."
"Jadi.... Enak mana mbak...? Dientot kontol kecil Mas Marwan.....? Atau... Dientotin ama kontol besar adik iparmu...?"

"Uuuuhhhh... Muklis aaaahhhh....." Jawab Citra genit tanpa menyebutkan siapa yang lebih enak.
"Hehehe.... Ayolaaaah ..... Jawab aja mbaaakk..." Ujar Muklis yang tiba-tiba menghentikan sodokan penisnya, "Kalo kamu nggak jawab..... Aku ajak mas-mas yang ada diluar buat mbantuin aku ngentotin memek hamilmu loh.... Hehehehe...." 
"Uuuhhh... Apaaan sih Klisss....."
"Hehehe... Makanya... Buruan jawaab Mbak.... Enak mana...? Dientot kontol kecil suamimu.....? Atau... Dientotin ama kontol besarku...?" Tanya Muklis yang tiba-tiba, menjilat telunjuknya lalu menusukkannya kedalam anus Citra.

CLEP

"Uuuuuoooohhhh..... Kliiiisssss.... Ampuuuunnnn...... Jangan siksa Mbak kaya gini doooong...." Lenguh Citra yang merasakan gelijang nikmat ketika telunjuk Muklis mulai dimainkannya di lubang anusnya. Masuk, keluar, masuk, keluar, masuk, keluar, masuk...."

"Ampuuun Kliiiiissss... Ampuuunnnn..." Erang Citra yang merasakan orgasmenya akan segera tiba.
"Hehehe.....Makanya... Ayo buruan jawab Mbaaak...."

"Iyaaa... Enakan dientot ama kamu Klis...." Seru Citra sambil menggerak-gerakkan pinggulnya, berusaha mengais kenikmatan dari penis Muklis yang masih diam menyumpal mulut vaginanya.
"Enak ama aku gimana maksudnya Mbak....? Hehehe...." Goda Muklis makin mempercepat tusukan jari telunjuknya pada anus Citra.

"Oohh… Ooohhh... Ngentot kamu Klis.... Ngeeeentooooottt....Enakan kontolmu Klis…. Enakan dientot kontol besarmuuuuu..... Ngeeentott….” Jerit Citra yang dengan tubuh menggelijang tak beraturan. “Ayo entot memek Mbakmu lagi Kliissss….. Entot memek istri Masmu iniiii…. Mbak udah nggak kuat klis…. Mbak udah nggak kuat lagiiii…… “ Erang Citra keras, seolah tanpa malu lagi meminta Muklis untuk segera menyetubuhinya keras-keras.

“Naaaah…. Kalo ngaku gitu khan enak Mbaaaak…. Hehehehe…” Ucap Muklis yang dengan kecepatan tinggi, segera mengabulkan permintaan mesum Citra. “Rasain sodokanku kontol besarku ini Mbaaak…. Rasain tusukan kontol adik iparmu ini….”

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK 

Dengan geraskan kasar dan cepat, batang penis Muklis yang berukuran ekstra besar itu segera menyetubuhi vagina sempit kakak iparnya. Membuat vagina tanpa bulu Citra tak henti-hentinya mengeluarkan pelumas bening guna memperlancar persetubuhan mereka. Saking banyaknya, lendir bening itu berubah menjadi busa keputihan.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK 

"Sssshhh... Ngentot kamu Klisss… Kontolmu enak bangeeeettt….. Oooohh….. Ngentooottt….. Klisss.... Mbak mau keluar... Uhh... Uhhh... Uhh... Uhhh..." Jerit Citra dengan mata merem melek keenakan.
" Uhh... Uhhh..... iya mbak… Aku juggaaaahhh…. Memek lontemu yang sempit ini aku juga bikin aku mau keluar mbaaak... Pengen buru-buru ngecrotin memekmu Mbaaakkk…. " Kata Muklis yang disela-sela tusukan brutal penisnya, masih saja mempermainkan lubang anus Citra. “Aku mau keluar Mbaak…”

"Oohh ohhh ohhh... Keluarin di dalem bo'ol Mbak aja klis... Jangan dimemek…. Dibo'ol aja yaaaahhh...."
"Ooohhh... Nggak bisa Mbak…. Aku udah nggak tahan mbak... Aku mau keluaaarrr..."
"Yaaah….. Tahan bentaran Klis... Buang dibo’ol Mbak aja.... jangan di memek... Uuuh.... Uhh... Uhhh...."
"Aaahhh... Aaaahh.... Ngeeentooottt.....Aku nggak kuat lagi mbaaakk....Ngeeenttooooooottttt..... Mbaaaak Ciiitraaaa..... Aku keluar Mbaaakkk....."

CROOT... CROOOT....CROOOCOOOT....
Terlambat... Sperma hangat Muklis sudah terpancar deras menyerbu rahim Citra.

" Ooohh.... Ooohh.... Ngeentoottt kamu Kliiiiisssss…..Ngeeeentooooottt... “ Gerutu Citra sambil terus menggoyangkan pinggul semoknya. Berusaha menyusul Muklis yang sudah orgasme duluan.
“Maaa’aaaf Mbak… Memekmu bener-bener buat kontolku nggak tahaaan…. Hhhh…. Hhhh….” Erang Muklis sambil menghentak-hentakkan pinggulnya, menguras semua persediaan spermanya.

“Ssshh…. Ngeentoooott…. Yaudah… Goyang terus kontolmu Klissss.... Mbak juga mau keluaaaarr sekarang..... Ooohhh.... oohhh... Terus Klisss... Mbak mau keluaaar... Ooohh... Mbak mau keluaar .... Ooohhhh... Ngeeeeeenttttoooooooottt..... Oooh... Oohhh..."

CREEETT... CREEEEETTT....CRREEEEECEEEEEETTTT....

Mendadak. Tubuh hamil Citra pun bergetar hebat. Pantatnya bergoyang-goyang, kakinya menekuk-nekuk dan lututnya melemas. Tak lama, iapun ambruk kebelakang, menimpa tubuh Muklis yang juga ikutan terjatuh ke lantai kamar ganti. Sejenak. Mereka berdua diam bersimpuh, mencoba mengatur nafas dan menikmati sisa denyut orgasme yang baru saja mereka dapatkan.

"Ooohh… Ngentoott kamu Kliss... Pake keluar didalem memek Mbak.... “ Ucap Citra lirih dengan nafas putus-putus. Matanya terpejam dengan gigi menggigit bibir, “Mana banyak pula… Oooohhhhh.....".

"Hehehe…. Habisan kamu cantik banget sih Mbak... Juga seksi.... " Puji Muklis puas sambil mengusapi rambut panjang Citra dari belakang sembari terus meremasi payudara besar milik kakak iparnya itu.
“Ahhh…. Gombal….” Udah kena jepit memek aja langsung deh… Muji -muji…. “
“Iiiihhh… Enggak lah Mbak… aku mah kalo berkata selalu jujur… Kamu cantik….” Tambah Muklis lagi sambil mengecupi pundak Citra dan tersenyum yang melihat ekspresi kepuasan orgasme di wajah istri kakak kandungnya dari pantulan cermin, "Dan sumpaaah mbaaakkk.... Memekmu..... Enak baaangeeeetttt...." 
“Hihihi…. Enak ya Klis…?”
“Huenak banget Mbak…. Bikin nagih mulu…” Kata Muklis sambil mengejan-ngejankan otot penisnya, berusaha mengosongkan kantung zakarnya sampai habis.
"Oooohhh...... Kontolmu juga enak sayang..... Enak banget malah.... Hihihi...." 
“Hehehe…. Muklis gitu looh…. “ Sombong remaja tanggung itu sambil mencoba mengangkat pantat kakak iparnya itu untuk segera terlepas dari tusukan batang penisnya. “Busyeettt… Kamu sekarang berat juga ya Mbak…?”

PLOOOP...
Suara vagina Citra ketika tercabut dari tusukan penis Muklis, memperlihatkan lubang berwarna merah segar yang menganga lebar. Seketika, lelehan sperma langsung mengalir keluar dan menetes turun menggenangi lantai kamar ganti.

"Uuuuuhhhh... Ngeentoott... Pelan-pelan Klis... Memek Mbak masih Ngilu....Hihihi..." Lenguh Citra sambil berusaha menikmati sisa gelijang orgasmenya. “Sumpah… Pejuhmu banyak banget Klisss…”
"Hehehe... Enak khan mbaak seks kilat ama aku....?" Tanya Muklis sambil buru-buru berdiri dan menepuk-tepukkan penisnya ke pundak Citra yang masih duduk bersimpuh dilantai. Lalu dengan santai, ia memeperkan batang penisnya yang masih belepotan sperma dan lendir kewanitaan Citra ke belakang dress Citra.
"Iiiiihh... Muuuuuuklisss... Khan dress Mbak jadi kotor..." Protes Citra.
"Hehehe... Nggak apa-apalah Mbak... Khan jadi bisa skalian beli dress baru...." Canda Muklis sambil menjejalkan batang penisnya yang masih belepotan sperma ke mulut mungil Citra, "Sekarang… Ayo mangap mbak.... "

"Eeh... Ehh.... Bentaaran Klis..."
"Ayo isep.... Bersihin kontolku mbak..."
"Eeh... Aheemmm.... Haaaemmmm.... Sluuurp sluuurpppp...." 

Tanpa memperbolehkan Citra berkata apa-apa, Muklis berulang kali membenamkan batang penisnya yang masih meneteskan sperma kedalam mulut kakak Citra. Memperlakukan mulut mungil kakak iparnya itu seperti tempat pencuci penis besarnya.

"Sluuurp sluuurrrpp.... Cuuuppp.... Muaaah... Haaaah..... Udah nih Klis.. Udah bersih...." 
"Hehehe.... Makasih ya Mbakkuuu sayaaang..... Muuuaaaahh...." Kecup Muklis pada dahi Citra dan segera memasukkan penis besarnya kembali kedalam celananya.

Dengan santai, Muklis membuka tirai kamar ganti tempat mereka menuntaskan hasrat birahinya dan melangkah keluar, tanpa mempedulikan Citra yang masih setengah telanjang dibelakangnya.

"Gimana mas....? Puas khan ngeliat pertunjukan kami....?" Tanya Muklis pada Yadi yang sedari tadi mengintipp dari luar kamar ganti.
"Eeeh… I… Iya….Hebat kamu Dek.... " Puji Yadi, "Sumpah... Kamu bener-bener hebat...." Tambahnya lagi sambil terus-terusan mengatur posisi batang penisnya yang menegang keras.

"Klis.... " Panggil Citra manja dari dalam kamar ganti, "Tungguiinnn Mbak dooong...."
"Hehehe... yaudah buruan kesini Mbak...."

Buru-buru, Citra beranjak keluar. Meninggalkan kamar ganti dan menemui Muklis yang masih terlihat mengobrol dengan Yadi
"Permisi Mas... " Ucap Citra ketika berjalan melewati adik ipar dan petugas penjaga counter itu.

Mendadak, Citra merasakan ada perasaan aneh ketika dirinya berjalan melewati Yadi. Perasaan nakal yang entah kenapa ingin selalu ia pamerkan. Dan, entah mendapat keberanian darimana, Citra ingin menggoda petugas penjaga counter itu.

"Dasar adik ipar nakal…. Masa sama Istri Mas sendiri nafsu gini sih.... “ Kata Citra sembari mencubit perut kurus Muklis. " Sampe-sampe Mbak dikerjain habis-habisan dikamar ganti umum gini…."
“Aduh.... Salah Mbak sendiri punya body cantik nan seksi... Aaaawwww…. Aduuuhhh….. Hehehe…. " 
“Mbok ya kalo mau ngerjain tubuh Mbak.... Bawa ke hotel kek... Khan Mbak jadi malu kalo diintipin orang lain….” Tambah Citra sambil melirik kearah Yadi yang sedari tadi masih terdiam tegang,
"Hehehe... Habisan... Gara-gara memek Mbak juga sih... Kenapa juga rasanya enak banget.... Khan jadinya pengen ngentotin Mbak mulu…. Hehehe….”.
“Huuuu…. Tega… Tega… Tegaaa….” Goda Citra terus-terusan mencubit perut Muklis tanpa henti.
“Hahaha… Udah mbak… Ampun… Ampunnn….”

Tertawa dalam hati, Citra merasa geli melihat apa yang sedari tadi dilakukan Yadi. Terlebih ketika melihat tonjolan yang ada dibalik celana kerjanya. Tak henti-hentinya, petugas penjaga counter itu mengutak atik posisi penisnya supaya terasa nyaman didalam celana kerjanya. Matanya tak berkedip sedikitpun, menatap kearah payudara putih dan kaki jenjang Citra yang begitu mulus. Mulutnya berkali-kali berusaha keras menelan ludah, berusaha membasahi ternggorokan keringnya. 

“Eh Klis.... Mbak mau ke toilet dulu ya... Mau bersih-bersihin baju ama................ Peju kamu...." Goda Citra sambil melirik kearah Yadi lagi.
"Eeehh....Yaudah sana… Bersihin yang bener yak… Biar aku bisa buang pejuh dimemek Mbak lagi…Hehehe…" Jawab Muklis diselingi candaan mesumnya.

"Nggg…. Mas.... Toiletnya dimana ya....?" Tanya Citra dengan senyum genit kearah Yadi sambil mencoba membetulkan dressnya yang terkena cipratan sperma Muklis, "Aku mau cuci-cuci memek... Eeh... Muka dulu....." Tambah Citra dengan nada menggoda.
"Ngggg… GLUP.... Ehhh.... Di.... Di... Sebelah sana Neng...." Jawab Yadi dengan nada tercekat dan kalimat yang terbata-bata.
"Makasih yaaa Maaaaas...." Jawab Citra sambil melangkahkan kaki menjauh.

Dengan perasaan riang, Citra berjalan kearah kamar mandi. Langkah kakinya berasa begitu ringan, dan gerakan tubuhnya begitu bersemangat. Bahkan, ia ingin menari saking gembiranya.

“Memamerkan tubuh tuh ternyata seru juga ya….? Menegangkan… Juga sekaligus menyenangkan…” Batin Citra sambil terus melangkah kearah toilet.

Walau pagi itu Mall masih sepi, namun tetap saja, Citra menjadi idola di mata-mata mesum para lelaki yang ada disekitarnya. Dengan wajah cantik, perut hamil, payudara besar, kulit putih dan dress yang mini, tak sedikit lelaki yang menatapi kemolekan tubuh kakak ipar Muklis itu. 

Bahkan untuk semakin menggoda para lelaki-lelaki itu, Citra sengaja menurunkan dress mininya. Sengaja memamerkan gundukan payudara besar tanpa behanya yang seolah ingin meloncat keluar dari kurungan dressnya. Tak jarang, ia juga sering sekali berpura-pura menjatuhkan dompet atau jepit rambutnya, dan mengambil barang tersebut dengan cara menungging atau membungkuk. Sengaja memperlihatkan kemolekan kaki jenjang atau pantat bulatnya kepada orang yang ada dibelakangnya.

Dan ini yang aneh. Semakin jauh Citra melakukan kenakalan, semakin membuat darah birahinya meletup-letup hebat..

"Dek..." Tiba-tiba, terdengar suara seorang pria yang terasa begitu akrab ditelinganya. 

Dengan rasa penasaran Citrapun menengok kearah suara itu berasal.

"Eeeeh....? Mas Marwan.....?" Kaget Citra ketika mendapati suaminya bersama beberapa teman lelakinya yang tiba-tiba muncul dari sudut Mall.
"Kok... Kamu nggak ngantor...?" Tanya Marwan sembari mengamati penampilan istrinya yang terlihat berantakan. Rambutnya disanggul acak-acakan, dressnya miring miring, dan wajahnya penuh keringat. "Ehhh... Anu...."
"Kok... Penampilanmu berantakan gini Dek..?" Heran Marwan, "Mirip orang yang habis berolahraga...?"

"Wah runyam ini kalo aku sampe ketahuan habis dientotin adik kandungnya..." Kata Citra dalam hati

"Eh anu... Iya mas... Ini.... Aku tadi belanja baju dulu... " Jawab citra yang buru-buru berbalik badan guna menyembunyikan lelehan sperma muklos yang masih ada di belakang dressnya.
"Lha... Trus....? Bajunya mana....? Trus kamu ini mau kemana Dek....?" Tanya Marwan lagi penuh selidik.
"Anu Mas...Bajunya.... Ada sama Muklis...." Jelas Citra, "Ini aku mau ke toilet bentar Mas.... Aku udah kebelet banget ini..." Kata Citra yang terus bergerak menjauh dari posisi suaminya berdiri.

"Ooooh gitu ya Dek... ?" Ujar Marwan sambil menghela nafas, ia lalu menengok ke samping, kearah teman-teman prianya yang sedari tadi menyenggol-nyenggol sikut Marwan. 

Sepertinya teman pria suaminya ingin berkenalan dengan Citra. Karena sedari tadi, ia tak henti-hentinya tersenyum melihat kearah Citra. 

"Dek... Kenalin ini Pak Poniran...Beliau yang punya tanah proyek di kota...." Ucap Marwan yang akhirnya memperkenalkan istrinya kepada relasi bisnisnya, "Yang dibelakangnya itu ajudannya, Yongki dan Bolod..." 
"Poniran...." Kata pria bertubuh pendek tambun itu sambil menjulurkan tangan dan mengamit tangan Citra, "Panggil saja saya Mas Iran... Hekhekhek..."

"Waduh.... " Batin Citra bingung, karena ia merasa jika tangannya masih terkena belepotan sperma adik iparnya. Namun, demi menghormati teman suaminya, Citra buru-buru mengoser-oserkan telapak tangannya ke dress, mencoba membersihkan telapak tangannya sebelum menyambut jabatan tangan pak Poniran itu.

"Citra Agustina..." Ucap Citra.
"Waaahhh... Nama yang cantik... Secantik yang punya..." Rayu Pak Poniran
"Ngg.... Makasih pak..."
"Loooh... Marwan... Kamu kok nggak cerita sih kalo binimu hamil....?" Ucap Pak Poniran yang tanpa seijin Citra tiba-tiba mengusapi perut hamilnya. "Udah berapa bulan Neng...?"
"Eeh... Anu... Udah jalan empat bulan Pak..."
"Waaaahh... Hebaaat.... " Kata Pak Poniran yang terus mengusap perut Citra sambil sesekali melirik kearah payudara besarnya. "Tapi.... Kayaknya kamu sedang nggak enak badan ya neng...?" Tanya Pak Poniran lagi," Tangan kamu dingin banget..." Tambah Pak Poniran yang kembali menggenggam tangan Citra.
"Ehhh... Ngggg... Iya Pak... " Jawab Citra sekenanya.

"Istriku Ini bandel pak... Harusnya hari ini ia ke dokter... " Omel Marwan, "Eeeehhh.... Nggak tau kenapa... Dia malah jalan-jalan ke Mall...."
"Oooo... Istrinya bandel... Hekhekhekhek...." Kata Pak Poniran sambil terkekeh, "Nggak apa-apa ya Neng... Jaman sekarang.... Istri bandel khan udah biasa yaaa... Hekhekhek...."
"Eh... Iya pak...."

Mendadak, ditengah percakapan Citra, Marwan dan Pak Poniran, Citra dikejutkan oleh sesuatu yang mengalir turun ke kaki mulus Citra. Sesuatu keluar dari vaginanya. 

"Eh Neng... Apa itu...?" Celetuk Pak Poniran sambil menunjuk kearah kaki citra," Kok sepertinya ada yang mengkilat-kilat di kaki kamu...?"
"Eh iya Dek.... " Sahut Marwan, "Kamu kenapa.... ? Kamu nggak apa-apa Dek...? Itu lendir apaan...?"
"Eh apa ya mas...?" Tanya Citra ikut-ikutan melirik kearah kakinya.

"Itu pasti pejuh sih Muklis Kampreeeet... " Batin Citra sambil pura-pura tak menghiraukannya. Karena memang benar, sperma Muklis tak henti-hentinya mengalir turun dan merayap dari paha dalam Citra hingga ke betisnya.

"Eeeh anu Mas... Itu.... Anu.... Aku kebelet.... " Bohong Citra, "Iya.... Aku kebelet Mas.... Aku harus kekamar mandi dulu... " Ucap Citra sambil berjalan menjauh. Berharap Marwan tak mampu mengenali sperma adik kandungnya yang semakin banyak mengalir keluar dari dalam vagina istrinya. 
"Kebelet....?" Tanya Marwan heran, "Kok kental gitu Dek...? Trus warnanya juga keruh...?" Tambah Marwan sambil menjulurkan tangannya ke paha dalam Citra. 
"Eh... Ehh.... Kamu mau apa Mas...? Jangan ah.... Pamali Mas...." Cegah Citra yang menyadari jika Marwan penasaran akan lendir yang terus-terusan mengalir turun dikakinya itu.
"Enggak.... Mas penasaran aja.... Khawatir kamu kenapa-napa dek...." Jawab Marwan yang tanpa jijik sedikitpun, meraba lendir itu dan mengamatinya secara seksama.
"Bany anyir Dek..... Miriiiipp bau................." Selidik Marwan sambil mengendusi cairan lendir yang ada di tangannya, "Kamu habis ngapain sih Dek....?" 

"Mungkin Mbak Citra sedang keputihan kali Wan...." Celetuk Yongki, ajudan pak Poniran. "Dulu ketika istriku hamil muda, dia juga sering seperti itu...."

"Beeneerr.... Eeeeh... " Jawab Citra lega, "Iya Mas.... Aku... Aku memang sedang keputihan Mas.... Trus aku kebelet... Jadi mungkin karena tercampur air pipis... Jadinya ya gitu.... Bentar Mas.... Aku... Udah nggak tahan lagi Mas... " Jawab Citra tanpa menghiraukan pertanyaan suaminya, "Aku mau ke toilet dulu yaaah...."
"Ohh.... Oke deh.... " Jawab Marwan yang masih tetap penasaran menatapi lendir Citra yang ada ditangannya, "Eeeh.... Oh iya Dek... " Panggil Marwan yang tiba-tiba menampakkan wajah seriusnya. Seolah ia sadar akan sesuatu.
"I...Iya Mas...." Jawab Citra heran sambil menatap wajah suaminya. 

"Waduh... Ada apa ini...?" Tanya Citra dalam hati. Ia hafal, jika Marwan sudah menampakkan wajah seperti itu, berarti ada sesuatu hal penting yang akan dibicarakan.

"Nanti sehabis kamu dari toilet....Mas mau ngobrol... " Ucap Marwan singkat

"Benar khan....?" Gerutu kata hati Citra. 

"Ngobrol apa Mas...?" Tanya Citra.
"Nanti aja ngebahasnya... Sekarang kamu buruan gih ketoiletnya.... Itu lendir kamu udah makin banyak tuh keluarnya... Kamu beneran nggak kenapa-napa...?"
"Eeeemmm... Iya Mas..."
"Yaudah... Nanti Mas tunggu ya di Foodcourt lantai atas ya Dek..... Ajak Muklisnya sekalian..... Mas mau ngobrol dengan kalian berdua...."
"I... Iya Mas..." Jawab Citra panik sambil berjalan mundur meninggalkan Marwan dan ketiga orang temannya.

"Apa ya yang akan dibicarakan Mas Marwan....?" Tanya Citra dalam hari, 
"Kenapa pula dia ingin mengajak ngobrol dengan Muklis....?"
"Apa dia tahu lendir ini adalah sperma...?"
"Atau mungkin dia sudah tahu....?"
"Atau jangan-jangan.... Dia sudah tahu perselingkuhanku dengan adiknya...?" 

Puluhan pertanyaan, muncul dibenak Citra. 

Bingung. 

Khawatir. 

Panik

Setibanya di toilet, Citra segera masuk kesalah satu bilik kamar mandi dan kemudian melepas celana dalamnya. Dan ketika ia mengamati celana dalamnya, benar, celana dalam itu penuh dengan gumpalan-gumpalan sperma. 
"Pantes saja sperma Muklis tak tertampung di celana dalamku.... Wong banyak gini...." Batin Citra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Buru-buru, Citra lalu meraih semprotan toilet kemudian membasuh cipratan-cipratan sperma Muklis yang ada divagina dan punggung pantatnya.
"Fiiiiuuuhhh... Hampir aja ketahuan..... Dasar pejuh sialaaaan..... Nggak pejuhnya... Nggak kontolnya... Nggak yang punya kontol... Semua selalu bikin repot.... Menyebalkan...." Gerutu Citra sambil terus membasuh vaginanya. "Tapi....Sebel-sebel enak sih... Hihihi...." Tambah Citra sambil terus mengusapi vaginanya dengan semburan air dingin toilet.

BRAK...

Ketika Citra sedang asyik-asyiknya membasuh vaginanya, tiba-tiba bilik pintu kamar mandinya terbuka dari luar. Dan betapa terkejutnya Citra, yang menyadari jika orang yang membuka pintu bilik kamar mandinya adalah seorang pria, dan 3 orang temannya.

"Heeeeehhhh Mas.... Punya Mata nggak...? Ini toilet cewek... " Celetuk Citra ketus.
"Ehh.... Maaf mbak... Toilet cowoknya penuh... Jadi saya numpang kencing disini..." Kata salah satu pria yang didada seragam hitamnya ternyata bernama Rahman, seorang petugas keamanan Mall.

"Pssstttt.. Bener orangnya yang ini Yad...?" Tanya Rahman kepada Yadi, petugas penjaga counter yang ada di belakangnya dengan nada pelan.
"Iyak Man... Ini si Neng-Neng bunting... Yang tadi ngewe di kamar ganti ...." Bisik Yadi mengiyakan.
"Loohh... Kamu....?" Kaget Citra.
"Waaaaaah... Keliatannya.....Bakal seru nih... Hehehe...." Kekeh Usep, petugas kebersihan Mall.
"Yo'i cuuiiyyy.... Bakal ada yang kedapetan rejeki montok nih.... Hihihi..." Sahut Banu, yang dari pakaiannya terlihat seperti petugas penjaga parkiran.

"Heeeehh... Ngapain kalian bisik-bisik....?" Tanya Citra ketus, "KELUAR NGGAK....! Ini bukan toilet cowok...!" Bentak Citra lagi.
"Wooow.... Yad... Ternyata Neng ini ganas juga ya....?" Celetuk Rahman, "Sssssttt.... Nggak usah teriak- teriak Neng cantik... Nanti suaranya habis loh....hehehe...." Kata Rahman, "Bunting-bunting ternyata kamu nakal juga ya...?"
"KELUAARR... !" Teriak Citra lagi, "Atau kalau nggak... Aku bakal TERIAK....!" Gertak Citra.
"Hehehe.... Teriak aja Neng.... Toh percuma... Nggak ada juga yang bakal denger...."Jawab Rahman sambil mengamit tangan Citra dan mengajak wanita hamil yang belum berpakaian kembali itu keluar dari bilik kamar mandinya yang sempit.
"Udah Man.... Kita udah aman kok...." Kata Usep sambil mengunci pintu kamar mandi, "Nggak bakal ada yang ngeganggu kita... Hehehe...."

"Siiippp...." Kata Rahman sambil mengacungkan jempolnya pada Usep, "Aku sudah tahu kok Neng... Perbuatanmu mesummu barusan dikamar ganti tadi....." Tambah Rahman, "Sepertinya HOT banget...."
"Perbuatan apa...? Kamu salah orang Mas..." Jawab Citra acuh.
"Hahaha... Udaaaaah... Kamu nggak usah ngelak deh Neng... Mana ada orang bunting yang ngentotin adik iparnya dikamar ganti kalo bukan kamu Neng...? Hahaha..." Rahman tertawa sambil menunjukkan handphone Yadi yang terdapat banyak gambar-gambar dirinya sedang asyik menikmati persetubuhan kilatnya bersama Muklis.

"Nggg.... Itu...."
"Kenapa Neng....? Udah sadar....?" Tanya Rahman, "Bener khan itu kamu yang sedang dientotin ama adik iparmu...? Bener khan....?" Tambahnya lagi sambil mengusap janggut tipisnya.
"Waaaahhh... Ngentotin adik ipar...?" Celetuk Usep, "Laporin aja ke suaminya Man... Mumpung tadi masih ada suaminya.... "
"Iya.... Eh Neng... Tadi yang diluar barusan itu suamimu khan...?" Tanya Rahman lagi.
"Ehhh.... Jangan Mas...." Jawab Citra dengan wajah yang tiba-tiba panik.
"Hahaha... Makanya.... Turutin aja semua kemauan kami... " Omel Banu.
"Ehhh.... Maaf Mas... Aku harus buru-buru ini... Aku harus cepet-cepet masuk kantor...." Elak Citra sambil buru-buru membetulkan dressnya dan melangkah kearah pintu keluar toilet.

Namun, belum juga wanita hamil nan cantik itu sempat melangkah, Rahman buru-buru menarik lengannya kembali.

"Kalo mau cepet-cepet masuk kantor... Harusnya tadi nggak ngentot dulu Neng... " Kata Rahman yang terus memperlihatkan layar handphone milik Yadi yang berisikan gambar persetubuhan Citra dan Muklis beberapa saat lalu.
"Nggg..... " Jawab Citra seolah kehabisan alasan. 
"Emang dikantor ada apa sih...?" Tanya Banu, "Jangan-jangan... Bos kamu juga ngentotin kamu ya...?"
"Hahahaha... Perek juga ini cewe..." Kata Yadi.

"Udah Man... Sikat aja... " Kata Usep, yang dengan santai menurunkan resleting seragam kebersihannya hingga perut dan kemudian melucuti dirinya sendiri hingga telanjang. " Aku udah nggak kuat lagi nih Man... Aku udah sange banget ngeliat Neng hamil ini..." Tambahnya lagi sambil mulai mengocok penisnya yang perlahan bangun dan menggeliat membesar.

"Kalian mau apa....?" Tanya Citra panik sambil melirik kearah penis Usep yang makin terlihat begitu panjang dan keras. Penis itu begitu menyeramkan, potongan sunatnya terlihat tak beraturan, dengan urat-urat yang muncul secara acak disekujur batangnya. Rambut kemaluannya juga begitu panjang, tak beraturan, "Kalian mau memperkosaku ya...? Jangan Mas... Jangan...." 

"Hehehe....Tenang saja cantik… " Kata Usep mencoba menenangkan Citra sambil terus mengocoki penisnya yang sudah tegang sempurna, "Kami tidak akan memperkosamu kok... Cumaaan... Hehehe.... Taulah Neeeng... "

"Cumaan... Tolong bantu kita-kita donk Neng...." Jawab Rahman yang kemudian mengikuti apa yang Usep lakukan, membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang kelaminnya yang ternyata sudah begitu keras.

"Astaga Mas...." Kaget Citra sambil menutup mulutnya. "Besar banget...." Desah Citra ketika melihat pentungan hidup Rahman. Walau tak sepanjang penis Usep, namun penis satpam itu terlihat jauh lebih gemuk dan besar dari milik suaminya. Begitu panjang dan cantik dengan kulit yang berwarna putih kekuningan. Bersih, tanpa urat dan rambut sedikitpun. Benar-benar halus mulus, mirip pentungan. 

"Kenapa Neng....? Kaget ya ngeliat.......Kontol....? Hahaha...." Celetuk Rahman sambil menepuk-tepukkan batang penisnya ke tangannya, mirip seorang satpam yang sedang mempermainkan tongkat pentungannya.

"Kamu tinggal milih sih Neng... Mau aku bawa kekantor buat dijadikan berita...? Atau... Aku laporin ke suamimu.... Atau ... Aku kasih hukuman karena kamu sudah bertindak asusila di tempat umum...?" Tanya Rahman sambil terus menepuk-tepukkan batang penisnya yang besar ke tangannya.
"Jangan Mas.... Jangan laporin aku kesuamiku..."

"Loooh.... Kenapa Neng...? Khan biar suamimu tahu kalo istrinya tuh..... Sebenernya suka kontol orang lain... Hahahaha...." Goda Yadi yang juga ikut-ikutan kedua rekannya, membuka seragam penjaga counternya hingga telanjang bulat. Mungkin karena gemuk, penis Yadi tak sepanjang kedua rekannya tadi, namun, memiliki diameter terbesar diantara mereka berempat.
"Eennnggg..... Jangan Mas......"

"Jadi gimana nih Neng....? Neng mau dihukum....? Atau gimana....?" Tanya Banu, pria terakhir yang juga dengan PDnya, ternyata sudah melucuti seragam parkirnya hingga telanjang bulat. Dan tanpa malu-malu mengocok penisnya yang sudah tegang dengan santai. 
"Astaga......." Pekik Citra ketika melihat penis Banu. Penis Banu memiliki bentuk yang unik. Batangnya sedang, tak begitu panjang, namun ukuran kepala penisnya begitu besar, malah sepertinya itu adalah kepala penis terbesar yang pernah Citra lihat selama ini, "Nggg.... Jangan Mas...."
"Udaaah... Neng mau ya mbantuin kami-kami...." Rayu Banu, "Pasti puas kok Neng... Dijamin....Hehehehe..." Tambahnya lagi sambil meremasi testis besarnya.

"Jadi...? Mau ya Neng... Bantuin kita-kita....?" Tanya Rahman sambil mengamit tangan Citra dan meletakkannya pada batang penisnya. Tangan mungil Citra terlihat begitu kecil jika dibandingkan dengan penis besar Rahman. Perlahan, satpam itu membimbing tangan Citra untuk segera bergerak naik turun, mengocoki batang penisnya.

"Nngggg......" Citra tak mampu menjawab apapun, ia hanya berpikir cara terbaik untuk dapat menghindar dari serangan keempat pria mesum ini. Namun, sekeras apapun usaha Citra, sepertinya tak ada cara apapun untuk dapat menghindar "Kepalang tanggung... Kalo udah basah nyebur aja sekalian...." Batinnya. 

Dan tak lama kemudian citrapun menganggukkan kepalanya. 

"Hahahahaha...pilihan yang bagus Neng....." Ucap Rahman singkat sambil mendekatkan bibirnya kearah bibir Citra. "Cup..... Udaaaahhh.... Nikmatin aja ya Neng.... Cup...." Cium Rahman pada bibir mungil Citra, yang kemudian melumatnya dengan penuh nafsu. 

Tangan kanan Rahman kemudian merayap ke payudara kiri Citra dan menarik turun dressnya hingga sebatas perut.

SREEEETTT

"Wuuuiiidiiiihhhh.... Busyeeeetttt.... Tetekmu jumbo banget Neng....Kenyal dan anget...." Puji Rahman yang kemudian melucuti payudara kanan Citra. "Pasti ini tetek udah berisi asi ya Neng...?" Tanya satpam itu sambil mulai memilin-milin puting payudaranya.
"Ssshh...." Lenguh Citra karena merasakan salah satu titik kelemahannya dipermainkan oleh satpam mall ini. "Pelan-pelan Maass...."

Sambil terus melumat lidah Citra, Rahman pun mulai meremas dan memilin puting payudara wanita hamil itu dengan perlahan. 
"Eeehhmmm.... Pelan-pelan Mas....." Desah Citra ketika merasakan gejolak birahinya perlahan muncul akibat remasan dan pelintiran puting payudaranya.

Terlebih ketika Rahman mulai mengenyoti payudara Citra, membuat istri marwan itu semakin kelojotan.
"Ckckckck..... Adik iparmu ganas juga ya Neng.... Cupang tetekmu sampe banyak gini...." Kata Rahman sambil tak henti mengenyot payudara Citra, "Pasti dia puas banget tuh...."
"Ehhhmmmm.... Sssshhhh...." Lenguh Citra sambil mulai mengusap-usap kepala Rahman.

Rupanya, Citra mulai merasakan gairahnya kembali naik oleh remasan Rahman. Karena tanpa disarainya, istri Marwan itu mulai cuek ketika tangan Rahman mulai melucuti dressnya. Dan karena model dress Citra berbentuk kemben, tangan mesum Rahman sama sekali tak merasakan kesulitan yang berarti. 

SREEETTT
Dress mini itupun akhirnya melorot kebetis Citra dan jatuh kelantai. 

"Wwwuuuuuuiiiiihhhhhhhh.... " Sorak keempat pemuda mesum itu hampir berbarengan.

Walau keempat pria itu sudah sering melihat tubuh wanita telanjang, tapi baru pertama kali ini mereka ngeliat tubuh telanjang yang semulus milik Citra. Terlebih melihat perut hamil dan payudara Citra yang menggantung indah, keempat pria itu seketika bagaikan singa-singa lapar yang mendapatkan suguhan daging siap santap. 

Tanpa ada yang memberi aba-aba, mereka serempak mendadak maju mengerubungi Citra dan mulai menjamahi setiap lekuk tubuh wanita cantik itu. Dengan badan yang sudah bugil dan penis yang sudah berdiri tegak, keempat pria itu saling berpandangan dan menyeringai. Tak pernah sekalipun mereka membayangkan jika pagi itu mereka bak mendapatkan durian runtuh karena akan segera menikmati tubuh mulus Citra.

"Coba rebahan dilantai Neng... Trus buka kakimu...." Pinta Rahman sambil menidurkan tubuh telanjang Citra diatas lantai kamar mandi dan kemudian merentangkan paha Citra lebar-lebar, "Nikmatin aja ya Neeeng... Hehehe...." 

Dengan sigap, jemari Rahman pun mulai mengulik bibir vagina Citra sambil sesekali menguaknya lebar-lebar, membuat sisa sperma muklis yang masih ada didalamnya mengalir keluar. 

"Busyeet deeehh Man.... Si Neng ini udah bunting tapi kayaknya.... Lobang memeknya sempit banget yaa... Masih keliatan rapet banget.... " Kekeh Usep yang ternyata mengamati liang vagina Citra dari dekat, "Lubangnya..... Kecil bener.... "
"Mirip lobang perawan yak Sep...?" Tanya Banu... 
"Ah... kaya pernah main ama peraawan aja Nu...?" Goda Yadi, " Dia kan punya suami masa lobang memek masih keliatan rapet....?"
"Sini... Lihat aja sendiri kalo gak percaya Yad... " Kata Usep.

Buru-buru ketiga teman Rahman segera berjongkok didepan tubuh Citra. Dan dengan tanpa mengedipkan mata sama sekali mereka mengamati lubang kemaluan Citra yang masih mengeluarkan sperma muklis. 

"Ckckckckkckck... Iya.... Sempit bener ya...? Rapet banget kayanya....." ketiga orang itu berdecak kagum setelah menyaksikan lobang vagina milik Citra yang betul-betul kecil seperti ngga pernah di terobos penis sama sekali

"Ya khaaaan....? Betul khan apa yang aku bilang.... Sempit banget khaaaannn....?" Kata Usep
"Suami Neng impoten ya Neng...?" Tanya Banu.
"Nnnggggg......"
"Nggak apa-apa kok Neng... Ngaku aja... Khan kalo emang bener impoten, kita-kita mau bantuin..."
"Bener-bener-bener.... " Sahut Usep, "Masa punya istri semok nan menggoda gini gak pernah dipakai..."

"Ssssttt.... Dasar lelaki kampungan.... Kaya nggak pernah liat memek bagus aja... Udah-udah... Kalo kelamaan ngobrol gini... Bisa-bisa keburu tutup nih Mall... " Kata Rahman yang dengan sigap mulai bersimpuh di depan selangkangan Citra. "Sekarang, kalian maenin dulu aja tuh tetek.... Aku mau maenan dulu ama memek si Neng ini.... Kontolku udah nggak tahan lagi...." Kata Rahman sambil mengarahkan batang penisnya ke liang vagina Citra. 

Dan dengan sedikit tekanan, Rahman segera menyelipkan kepala penisnya yang besar ia kebelahan vagina Citra.

CLEEEEP,

"Ooohhh.... Ssssshhh... Aampuuuunnnn..... Pelan-pelan Mass... Sakiiittt..."
"Huuuoooohhhh... Sempit bener cuiiiyy..... Kok bisa gini ya Neng....?" Tanya Rahman iseng sambil meneruskan tusukan batang penisnya, "Padahal tadi khan Neng baru aja dientotin yaa... Tapi kok bisa memek Neng masih berasa seret gini sih.... Uuuuggghh.... Sumpah.... Gigitan memekmu masih berasa bangeeet....." Oceh Rahman yang walau hanya kepala penisnya baru saja masuk dan menghilang ditelan oleh jepitan vagina Citra, sudah dapat merasakan kenikmatan jepitan liang vagina tanpa bulu itu.

"Uuuhhhh... Pelan-pelan masss...." lenguh Citra sambiil mendorong tubuh gempal Rahman menjauh.
"Busyeeetttt..... Ooooogghhh.... Gilaa..... Memekmu bener-bener rapet Neeeng..." Lenguh Rahman ketika merasakan jepitan vagina Citra yang semakin ketat menjepit kepala penis besarnya.

"Ahhh.. ngentot kau Man... Bikin aku nggak kuat nahan sange aja...." Kata Usep yang kemudian berjongkok di dekat kepala Citra dan berusaha menjejalkan batang penisnya ke dalam mulut Citra.

"Ngggghhh... Jangan Maasss...." Tolak Citra begitu melihat batang penis yang tak beraturan milik Usep mulai menguak mulut mungilnya.
"Ssshh.... Udaaahh.... Neng diem aja.... " Goda Usep sambil terus menyodorkan batang penisnya yang berwarna hitam legam, "Ayo mangap... Aaaaaakkkkkkk...."

Citra yang tak berdaya, hanya bisa menggoyangkan kepalanya kekiri dan kekanan, berusaha menghindar dari penis Usep yang terlihat jorok itu. Namun, apa daya. Posisinya yang rebah pada punggung sama sekali tak menguntungkannya. Akhirnya, mau tak mau, penis Usep itupun akhirnya berhasil masuk juga kedalam mulut Citra.

"Gggggluupp.." Seketika, aroma memabukkan menyengat indra penciuman di hidung Citra. Membuat wanita cantik itu semakin gelagapan saat penis panjang Usep menerobos mulutnya.
"Ooohhh.... Ayolah Neng... Emut-emut dikit kontolku ini... Neng gak usah malu-malulah... Mumpung kita masih banyak waktu.... Hehehe..." Kekeh Usep saat berhasil memasukkan penis panjangnya ke dalam mulut Citra. "Ooohhh... Angeet...." 

"Enak ya sep....?" Tanya Rahman yang sedang sibuk memompa batang penisnya pada vagina Citra.
"Huuuoooohhh..... Enak banget Man.... "
"Sama nih... Memek Neng ini bener-bener rapet banget.... " Puji Rahman, "Eeeehh.. Bisa ngenyot pula... Hehehe... Lihat Sep... Kontolku seperti diremas-remas sama memek sempit ini..." 
"Hehehehe... Iparmu pasti beruntung banget ya Neng....? Punya kakak ipar seperti kamu..." Lenguh Rahman yang kemudian menghajar vagina Citra keras-keras dengan gempuran batang penis cantiknya.

Melihat kedua rekan kerjanya sudah mulai menikmati sajian tubuh wanita hamil yang ada dihadapannya, mmu tak mau membuat Banu dan Yadi mulai panas juga. tak lama, kedua lelaki itu pun mulai ikut-ikutan mengambil keuntungan.

Bergantian, Banu dan Yadi meremas dan menghisapi payudara besar Citra. Bahkan, kedua lelaki itu meminta Citra supaya segera mengocok penis mereka dengan kedua tangannya yang bebas.
"Iya gitu Neng... Ayo kocokin kontolku..... " Lenguh Banu yang disambung dengan desahan Yadi, "Kocok yang kenceng ya Neng...."

Diserang oleh keempat lelaki ini, entah mengapa, Citra sama sekali tak merasakan keberatan sedikitpun. Malahan ia berpikir jika hal itu bisa dijadikannya sebagai kesempatan untuk bisa mendapat kenikmatan dari empat batang penis mereka. 

Tapi, karena keempat orang itu bukanlah orang yang Citra kenal, maka dari itu, Citra tetap pura-pura berusaha menolak atas perlakuan kasar mereka berempat. 

"Hangaan Maas.... Hangaaann....." Lenguh Citra dengan mulut penuh penis, setiap kali ia merasakan keenakan yang amat sangat dari perkosaan kilat itu. 

Tak ingin terlihat ngarep. Mungkin hal itu yang ingin Citra perlihatkan kepada keempat pemerkosa itu. Oleh karenanya Citra tak henti-hentinya menggeleng-gelengkan kepalanya, seolah menolak perlakuan kasar mereka berempat.

"Man... Gantian dooong...." Pinta Banu kepada Rahman.
"Bentaran ah.... Masih nanggung banget ini...." Tolak Rahman.
"Sep.... Aku juga pengen diisep-isep gitu...." Pinta Yadi pada Usep.
"Yaelah.. Bentaran dikit napa sih....." Tolak Usep juga.

Karena berulang kali Yadi dan Banu mendapat penolakan dari kedua rekannya yang sedang asyik menikmati jatah tubuh Citra, mereka berdua pun mulai gemas. Walhasil, Yadi dan Banu memperlakukan kedua payudara besar Citra dengan sangat kasar.

Mereka seringkali meremas kuat-kuat daging yang tumbuh didada Citra sembari sesekali menampar-nampar. mirip seperti sedang membuat dodol. Sehingga tak lama kemudian, payudara Citra yang semual sudah merah akibat cupangan mulut Muklis, semakin berwarna lebih merah lagi.

Kedua puting payudara Citra pun tak luput dari perlakuan kasar mereka. Kedua puting payudara Citra itu terlihat makin mencuat keras akibat perlakuan Yadi dan Banu yang sering kali menarik-tarik puting itu dengan menggunakan gigi dan mulut mereka. 

"Aaaahhh... Haammmpuuunn Maaasss.... Haaampuuunnnn....." Jerit Citra sia-sia tanpa mendapat perhatian keempat pemerkosa itu.

Begitupun dengan Usep. Ia juga berulang kali memukul-mukulkan batang penisnya pada bibirnya Citra dengan kasar. Tak jarang ia juga menyodok-nyodokkan batang penisnya dalam-dalam hingga membuat wanita hamil itu gelagapan kehabisan nafas. 

Namun anehnya, Citra sama sekali tak keberatan, malahan ia semakin merasakan sebuah kenikmatan tersendiri ketika menerima perlakuan kasar Usep. 

Tak berbeda dengan Usep, Rahman yang melihat keberingasan ketiga teman kerjanya pun terlihat mulai sadis. Ia semakin mempercepat tusukan-tusukan penisnya yang berukuran besar itu pada vagina Citra, tanpa menyadari jika wanita yang sedang ia setubuhi itu sedang hamil. Rahman memperlakukan vagina Citra begitu kasar, bak memperlakukan vagina pelacur murahan.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK 

"Gggaaaaggg... Cuuiihhh.... Sssshh....Hudah Maaas.... Huudaaaahhh....." Lenguh Citra disela-sela tusukan penis Usep
"Sssshhh... Udaaah... Nikmati aja Neeeng...." Desah Rahman sambil tak hentinya membombardir vagina Citra yang semakin licin.
"Hentikaan Maasss...... Hangan...... memek aku sakiitt Masss.... Holoongg hentikan..... Hampuuuunnn.... " Lenguh Citra berpura-pura merintih kesakitan. 

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK 

"Ooohhh... Sssshhh... Nikmain aja Neng.... Nikmatin.... Hehehe" Kekeh Rahman sambil terus-terusan menabraki vagina Citra dengan pinggulnya. "Oooohhh.. Neeeenggg.... Memekmu benar-benar enak... Belum pernah aku nikmatin memek yang seenak punyamu ini Neng.." Dengus Rahman sambil merem melek keenakan

"Bener Man.... Kayaknya Neng ini lonte profesional... Mulutnya juga enak banget... " Ucap Usep sambil terus terusan menjejalkan seluruh batang penisnya ke mulut Citra. 

"Man.. Gantian yuk.... Kontolku juga pengen ngerasain jepitan memeknya nihhh...." Celetuk Usep.
"Iya Man.... Gantian doong... Emang kamu aja yang bisa enak ngerasain jepitan memeknya Neng ini....? Aku juga pengen...." Sambung Yadi 
"Hooh Maaan... Aku juga pengen niihh... .Kontol ku udah ngaceng banget.. Pengen masuk ke dalam memeknya... " Kata si Banu yang terus-terusan menyupangi puting payudara Citra, "Bosen nih ngisepin tetek mulu... " 

"Iye iyeee.... Sabar..." Gerutu Rahman, "Temen kok nggak pernah bisa ya ngelihat aku seneng...." Ucap Rahman yang kemudian menyetubuhi wanita hamil yang ada didepannya itu lebih kasar daripada sebelumnya.

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK 

"Ah ah ahhh... Aampun Mass.... Ampuuunnn...." Erang Citra, "Pelan-pelan nyodoknya Masss.... Memek aku..... Saaakiittt..."

"Sssshhhtt... Diem aja kamu Neng.... Dieeem.... Kalo sedang dientot tuh dirasaaainnn.... Dinikmatiiiinnn....." Saran Usep sambil menjejalkan batang penisnya dalam-dalam ke mulut Citra.
"Ssssshhh.... Tapi pelan-pelan Maaassss..... Aaaahhhh.... Gaaagg gaaagggg.." Lenguh Citra akibat sodokan penis Usep pada mulut dan tenggorokannya.

Akibat nafsu Usep yang sudah begitu tinggi, ditambah kuatnya cengkeraman otot tenggorokan Citra, membuat petugas kebersihan Mall itu tak mampu lagi menahan gelombang orgasmenya. Seketika tubuh kurus itu bergetar hebat. 

"Aaaahh... Ngentot ngentot ngentot.... Aku duluan Nennggg... Aku mau ngecrooottt duluan..." Jerit Usep sambil menghantamkan pinggulnya pada mulut Citra. Membenamkan batang penisnya yang panjang itu kedalam mulut istri Marwan. Sampai-sampai, pangkal penis Usep yang berambut itu menyentuh tepat pada bibir mungil Citra. "Ngeeentoooott.... Neengg.... Terima pejuhku Neeeng..... "

CROT CROOT CROOCOOOT...
Sperma panas Usep pun langung muncrat di dalam mulut Citra

"Huuoooohhh... enak banget Neng isepan mulutmu..." jerit Usep keenakan sambil menekan batang penisnya dalam-dalam kemulut Citra.
GAAAAGGG...., " Erang Citra gelagapan saat penis Usep itu masuk lebih dalam hingga menyentuh anak tekaknya, "Uhuk uhuk uhuuukk..."
"Nengg... Aku ngecrot Neeengg.... Uooooh.... Telen pejuhku Neng.... Telen seemuuaaanyaa.... Ooohh..... Ooohh...." Raung Usep sambil terus-terusan menekan batang penisnya untuk dapat merojok kerongkongan Citra lebih dalam.
.
"GAAAGG... Uuhuuk uhukk uhuk... GAAG... GAAAG.... Uhuuk...uuhk .." Citra berulang kali tersedak ketika kerongkongannya diterjang sperma dan batang penis Usep.

"Ooohh enak ya Seep...?" Celetuk Rahman begitu melihat rekan kerjanya mengejang-kejang keenakan.
"Hiya man... Sumpah... Mulut Neng ini kaya memek...." 
"Shhhh.... Kampret.... Ngeliat kontolmu ngecrot... Bikin aku pengen ngecrot juga.... " Erang Rahman, "Aku juga udah gak tahan lagi nih Sep... ..Oohh... Aku juga mau ngecroott di memek si Neng ini... Aaah.... Ngentoooot.... Neng... Aku maaau ngeeecrooootttt Neeeeng.... Aku mau NGECROOOT....." Teriak Rahman lantang sambil mempercepat sodokan penis gemuknya di vagina Citra..

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK

"Huuuoooohhh Neeeeng... Aku nggak tahaaaaannnn laaagiiii..... NGEEENTOOOOTTT..... "

PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLA

CROT CROT CROOOT...

Semburan lendir panas Rahman pun tak lama kemudian langsung memenuhi liang vagina Citra. Bahkan saking banyaknya, sampai-sampai tak sedikit lendir itu yang tak tertampung di dalamnya. Lendir-lendir itu membludak keluar seiring tusukan-tusukan terakhir penis cantik Rahman pada vagina Citra.

Dan setelah puas menyetorkan seluruh persediaan sperma yang ada di dalam kantung sperma mereka, Rahman dan Usep mencabut batang-batang penisnya dari mulut dan vagina Citra. 

PLOOOP

"Uhhh... pelan-pelan nyabutnya mas....memek aku ngilu...." sindir Citra sembari langsung mengusap bibir vaginanya yang seketika mengeluarkan sisa-sisa sperma yang tak tertampung di liang rahimnya.
"Hehehe.... memekmu memang enaaaakkk banget Neng.... " Sindir Rahman sambil mengamati ulah jemari Citra yang mengorek-korek spermanya keluar dari dalam lubang sempit vaginanya 

"Eh Man.... gantian dooonk.... kita juga pengen ngerasain jepitan memek si Neng dong," Kata Yadi tiba-tiba sambil menepuk pundak Rahman.
"Heeiiitt.... enak aja.... " Sergah Banu, "Aku duluan laah yang harusnya ngentotin memeknya si Neng ini... Kamu terakhir aja siiiihhh..... " Lanjut Banu sembari mendorong tubuh Rahman dari selangkangan Citra dan buru-buru memposisikan tubuhnya tepat di depan vagina Citra.
"Waah.... Masa aku harus yang terakhir siiihh.... " Gerutu Yadi
"Hehehe... Sekali-kali napa sih Yaad.... " Celetuk Banu, "Atau.... Gimana kalo kita garap aja kedua lubang si Neng ini bareng-bareng...?" 
"Baeng-bareng gimana....?"
"Aaaah cupu.... Ya bareng-bareng ngentotinnya... Kaya di filem-filem bokep itu looh.... Kontolku ngentot memeknya.... Trus kontolmu ngentot bo'olnya... aku yakin rapetnya bo'ol si Neng ini lebih menggigit daripada memeknya...." Jelas Banu 
"Wah....Tumben idemu boleh juga tuh.... Pasti bo'ol si Neng ini terasa rapet banget ya....?" Kata Yadi sumringah.

Tanpa basa-basi lagi, Banu dan Yadi segera memposisikan tubuh mereka menggantikan Usep dan Rahman. Banu yang bertubuh besar, mengamit tangan Citra supaya berdiri, dan dengan sigap iapun jongok didepan vagina legit yang terpampang di depan wajahnya.

"Eh Mas.... Mas mau apa...?" Sergah Citra ketika ia melihat wajah jelek Banu maju kearah vaginanya. Dan tanpa basa-basi lagi, Banu segera mengecupi vaginanya.
"Mau nyeruput memekmu Neng... Hehehehe...." Ucap Banu yang kemudian memonyongkan mulutnya dan mulai menjilati vagina Citra dengan buas, tak peduli jika vagina wanita berperut besar itu baru saja dimuntahi oleh sperma Rahman, "Sluuurrrppp.... Cup cup cuppp...."

."Hoooossshhh.... Ooohh... Maaasss.... Geliiii....." Erang Citra sambil meremasi rambut Banu.
"Wes wes wes.... Ayo buruan jongkok Neng.... Cepet dudukin kontol Banu...." Celetuk Yadi yang sepertinya tak tahan melihat tubuh Citra menggelijang-gelijang keenakan ketika menerima hisapan mulut Banu. 

Sembil memegang pundak Citra, Yadi segera memposisikan tubuh dan vagina sempit Citra diatas penis rekannya. Banu yang berada dibawah vagina Citra pun buru-buru merebahkan tubuhnya sambil mempersiapkan batang penisnya keatas.

Citra yang sudah merasa keenakan pada vaginanya, segera saja menurunkan tubuhnya dan meraih batang penis Banu. Kemudian dengan sigap, wanita hamil itu lalu mengarahkan kepala penis Banu ke lubang sempit vaginanya 

"Sekarang... Ayo Neng.... Lebarkan memekmu.... Lahap habis kontolku..." Ucap Banu dengan sembari mulai menekan tubuh hamil Citra kebawah

SLEP...
Segera saja, kepala penis gemuk itupun ambles. Terjepit oleh sempitnya vagina Citra yang duduk diatas selangkangannya. 

"Sssshhh.....Ehhhmmmm.... Maasssss...."
"Kenapa Neng...? Henak hyaaa?" Bisik Yadi ditelinga Citra.
Ehhhmmm... Sshhhh.... " jawab Citra sambil mengangguk pelan.
"Naaah... kalo kamu udah berasa enakan sekarang giliran aku yaaaaaa....? Aku juga udah gak tahan pengen ngerasain sempitnya liang anusmu.... Hehehe...." Kekeh Yadi sambil mendorong tubuh Citra yang sudah tertancap penis Banu untuk lebih condong kedepan.

"Busyet Yaaadd... Memek si Neng ini bener-bener rapet banget Yaad.... " Racau Banu ketika batang penisnya merasakan goyangan vagina Citra, "Iya Neeeng... Terus seperti itu... Ulek terus kontolku Neng... Pelintir-pelintir pake memek sempitmuuu.... Ooohh... Enaaakk..."

"Nu.... Aku mulai yak.... ?" ucap Yadi singkat "Neeng... rebahan maju dong.... "
"Eeeh... Mas mau apa Mas....?"
"Aku mau kobelin bo'olmu dulu Neng... Biar nanti liciiiinnnn... Hehehe....JUH....." Ucap Yadi yang segera meludai jemari tangannya dengan air liur kemudian mengoleskannya di lubang anus Citra yang masih mengkerut rapat. 
"Sshhh.... Masss..... Jangaaannn Mas.... Bo'olku kotor..." Rintih Citra sembari mencoba menjauhkan jemari Yadi dari liang anusnya.
"Sssttt... Uuudaaaah.... Ngga usah nolak Neng... Nanti pasti enak kok.... Hehehe...." rayu Banu sembari sesekali bertindak nakal. Menusukkan jemarinya ke lubang anus Citra.

"Uuuhh.... Jangan Mas... jangan...." Tolak Citra sembari berusaha bangkit dari posisi rebahannya, "Jangan tusuk bo'ol akuuu...."
"Ssssttt.... udah ah... jangan nolak mulu...." Ucap Yadi gemas "Banu.... Tolong pegangin badan si Neng biar nggak bangun-bangun yak... Aku udah nggak tahan lagi.... Hehehe...." Tambah Yadi yang dengan segera menyelipkan penis panjangnya lobang anus mungil Citra. 

"Jangan Masss.. Jangaaann....Sakiiittt...." Rintih Citra yang tak mampu berbuat apa-apa karena kedua tangannya digenggam Banu.. 
"Heeeggghh... Jangan dilawan Neng....." Rayu Yadi sembari terus menerjang maju, mencoba menyodokkan batang penis panjangnya kedalam liang anus Citra," Bentar lagi pasti enak kok Neng.... Jangan dilawan...." 
"Ampuuunnn.... Sakit Masss... Sakiiitttt.... " Jerit wanita hamil itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

CLEEEPPPP

"Ooohhh.... Yeeeeeeesss.... " Jerit Yadi ketika kepala penisnya berhasil menyeruak masuk, menembus pertahanan sempit otot anus Citra. "Bentar lagi pasti enak kok Neng..." tambahnya lagi sembari mulai menghentakkan pinggul kurusnya kuat-kuat

"Eeehh... Mmmmmhhh.... Cabut Mmaaasss.... Ssssakit...." Lenguh Citra sambil terus-terusan menggelengkan kepalanya. Walau Citra sudah terbiasa menerima tusukan batang penis yang jauh lebih besar daripada milik Yadi, namun tak mungkin jika ia harus menampilan wajah keenakannya didepan mereka.

"Aduuuhh.... Ampun maasss... Saakiiit.... Ssshhh.... Sakit masss...." Rintih Citra berpura-pura kesakitan, "Cabut Mmaass.... Cabuuuut.... Pantatku Sakit Maaass.... Ooohh.... Ampuuunnn...."

"Wuuih.... Banuuu.... Bener-bener enak ini bo'ol.... Asli... Bo'olnya... Rapetnya... Enaknya... Banget banget banget.... Hehehe...." Puji Yadi sambil merasakan nikmat yang teramat sangat pada batang penisnya, "Giiillaa Nuuuuu... Kayanya ini bo'ol bisa ngempot-empot juga niiiiihhh.... Ngempot kenceng kaya bo'ol ayam......Heheheheehe.... Ga rugi juga deh dapetin bo'ol rapet si Neng ini .... hehehehe...." Racau Yadi keenakan.

Dengan kedua tangan memegangi pinggang gemuk Citra, Yadi yang ada dibelakang tubuhnya segera memaju-mundurkan tubuhnya dengan cepat. Begitu pula dengan Banu yang ada dibawah, ia juga terus-terusan menghajar vagina Citra tanpa henti.

PLAK-PLAK PLAK-PLAK PLAK-PLAK PLAK-PLAK PLAK-PLAK PLAK-PLAK 

Kedua batang Banu dan Yadi keluar masuk di dalam lobang vagina dan anus Citra yang sempit. Menghajar kedua lubang bawah Citra habis-habisan. 

PLAK-PLAK PLAK-PLAK PLAK-PLAK PLAK-PLAK PLAK-PLAK PLAK-PLAK 

Bagaikan piston, kedua batang penis Yadi dan Banu keluar masuk di kedua lobang Citra dengan cepatnya.

"Memek Neng ini rasanya bener-bener enak banget Yaadd.... Wuueenaaaakkk.... Sluuurrpp... Sluuurrpp... Cuuuppp.... " Lenguh Banu sembari sibuk menyedot-sedot payudara besar Citra yang tepat bergelantungan di depan wajahnya. Tak lupa, kedua tangannya juga ikut meremas-remas kedua bulatan daging wanita hamil itu keras-keras.

Merasa perlakuan kasar Banu pada titik kelemahannya, Citra pun merasa keenakan. Dan pelan-pelan, ia merasakan jika gelombang orgasmenya mulai mendekat.

"Ssssshhh.... Oooohhh..... Mmaaassss..... Maasss.... Ooohh... Ooohh... Ooohh..."
"Gimana rasanya dientot oleh dua kontol Neng....? Enak banget ya....?" Tanya Banu.
"Ho'oh....." Jawab Citra keceplosan.
"Tuuuhhh khan.... Bener.... Enak khan Neeeng...."
"Eehh... Anu... Aampun Maaassss.....Sakit..... Aamppuuuunnnn..... " Rintih Citra yang masih berpura-pura kesakitan padahal dia merasakan enak yang luar biasa disetubuhi oleh dua batang penis yang kasar dan cepat.

"Katanya nggak mau disodok di bo'ol Neng...?" Celetuk Yadi yang masih menggempur liang anus Citra, "Tapi kok sekarang malah ikutan goyang...?"
"Ya pasti si Neng sedang keenakan Yad.... Neng binal ini pasti suka.... Bilangnya nggak mau diperkosa... Tapi nyatanya udah punya suami juga masih minta dientotin adik iparnya...." 
"Ssshh.... Ampuun baannggg.... .Ampuun... Jaangann perkosa saya Baaaang.....Sakit." Kata Citra yang masih tak mau mengakui kenikmatan ketika menerima perlakuan kasar Yadi dan Banu. 

"Iya deeehhh.... Kami nggak bakal perkosa lagi...." Kata Yadi yang tiba-tiba menghentikan sodokan kasar penisnya pada dubur Citra, diikuti oleh Banu yang juga menghentikan tusukan-tusukan brutal pada vaginanya.

Namun, walau tak melanjutkan tusukan-tusukan kasarnya, Banu dan Yadi tetap saja tak menghentikan godaan pada aurat tubuh Citra. Banu tetap mencucupi payudara dan puting Citra. Dan Yadi tetap menowel-towel klitoris Citra. Akibatnya, wanta hamil yang sedang dihimpit oleh kedua lelaki yang sama sekali tak ia kenal itu bimbang. Antara meneruskan akting pura-pura menolak atau mengakui kenikmatan yang ia terima. 

Akhirnya, Citra tak tahan lagi. Perlahan ia mulai menggoyang-goyangkan sendiri pantatnya, mencoba meraih kenikmatan dari dua batang penis yang masih menancap pada dua lubang bagian bawah tubuhnya.

"Looohh.... Neeeeng... Kalo minta jangan diperkosa.... Kok pinggul Neng goyang-goyang sendiri...?" Tanya Yadi
"Ehhh... Ennnggg.... Memek aku ngilu mas....Pengen lepas dari kontol-kontol mas...." Bohong Citra
"Hahahaha.. Nggak usah pura-pura lagi lah Neeeng.... Aku tahu kok kalo Neng suka ama kontol-kontol kita... Hahahaha...." Goda Banu sambil terus menggelitik puting payudara dengan lidahnya. 

"Hahaha... Yaudah Yad... Ayo kita kasih Neng ini pengalaman ngentot yang nggak bakalan dia lupain..Kita hajar lubang-lubang cantiknya dengan kontol kita.... Sampai mall tutup... hahaha...."
"Haaahh.... Jangan Masss.. Aampuuuunnnn.... Jangan perkosa aku laaagiii....."

"Hahahaha... Iya deh Nenng.... Iyaaa.... " Kata Yadi yang tiba-tiba menggerakkan tubuhnya maju mundur degnan kecepatan tinggi. Membuat batang penisnya menggempur lubang anus Citra dengan cepat. Bahkan saking cepatnya, muncul buih berwarna keputihan yang keluar seiring tusukan penisnya pada liang anus Citra.
"Kita nikmatin tubuh montok ini sampe besok yuk Yad.. Sampai kita puaaasss..." Ucap Banu.

"Aduh.. Baaang... Sudaahh... Ssuddahh....Aampuun.. Tolong hentikan Baang... Aaamppuunn." Citra merintih pura-pura kesakitan padahal sedang merasa keenakan di genjot oleh batang-batang penis Banu dan Yadi.
"Aaaaah... Neng... Kalo enak bilang aja enak Nenng.... " Celetuk Usep yang ternyata penisnya sudah kembali menegang, karena melihat kenakanal wanita hamil itu. 
"Sep... Biar mulut si Neng ga berisik... Masukin aja kontolmu kedalam mulutnya... Biar si Neng ini makin ngerasa keenakan.... Ya nggak Neng...?" Kata Banu sambil mengerang keenakan.

"Eh iya.. Bener juga...." Sadar Usep, "Ayo Neng... Buka mulutmu...."
Merasa tak mampu berbuat apa-apa, Citrapun membuka mulutnya. Membiarkan batang penis Usep untuk kembali menikmati salah satu lubang di tubuhnya.

"Aaaaaaa... "
"Wanita pintaaaar.... Kamu emang istri penurut...." Kata Usep yang buru-buru menjejalkan batang penisnya dalam-dalam ke mulut mungil Citra. "Nurut... Tapi mirip LONTE... Hahaha...."
"GAag Gaag Gaaag....." Suara mulut Citra ketika menerima sodokan kasar penis Usep. 

Disertai oleh ludah yang mengalir keluar, membuat Usep semakin membabi buta. Menyetubuhi mulut mungil Citra bak menyetubuhi vagina sempitnya. 
"Bussseeettt Yaaad.... Mulut Neng ini juga Enak.... Sempit abis..." Racau Usep sambil merem melek keenakan, " Gak mulut... Ga memek... Keduanya sama-sama legit.... Hahaha..."

"Oooh.. Anjriiiitttt.... Yaaad.... Aku nggak sanggup lagi.... Yaaad..." Seru Banu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Memek Neng ini bener-bener enaaak.. Aku nggak bisa nahan buat nggak ngecrot nihhh... Ooohh... Ooooohhhh.... Enaaaknyaaaa...."
"Sama Nuu... Ngeliat kebinalan Neng ini... Aku juga pengen... Oooohh... Ngecrrroooottt...."

Berdua, Banu dan Yadi segera mempercepat sodokan tubuhnya. Menyetubuhi wanita hamil yang ada dihadapannya bak pelacur murahan.

"Ooohh.. Ooh.. Gaag.. Gaag... Helan-helan Maas... Gaag... Gaag... " Potong Citra yang menerima perlakuan kasar Banu dan Yadi, "Helan-helaaan... Hadan haku hakit hemuaaa Mas... Haakiittt... Ooohh.... Ohhh..."
"Sakit apa enak Neng...?" Sahut Usep sembari terus menusukkan batang penisnya dalam-dalam di mulut Citra. Ikut-ikutan menyodokkan batang penisnya dengan brutal.
"Aku mau keluar Yaad...." Racau Banu, "Aku udah nggak sanggup laagii... Oooohh..."
"Aku juga... Sumpah... Bo'ol ini bikin kontolku cenut-cenut.... " Balas Yadi, "Kita keluar bareng aja Nuuu.... Anjriiiit... Enak sekali anusmu Neeeng... Enak baaangeeetttt.... Sssshhhh...."
"Aku juga... Aku juga pengen keluaaarr...." Sahut Usep yang kemudian memegang bagian belakang kepala Citra erat dan menusukkan batang penisnya dalam-dalam, "Aaahh... Nggeeeentoooott... Enak sekali mulutmu Neeeeng..."

Merasa gelombang orgasme ketiga pria yang sedang menyetubuhi ketiga lubang tubuhnya itu akan segera datang, membuat Citra juga tak ingin mensia-siakan kesempatan ini. Ia juga ingin segera orgasme. Ia juga ingin menikmati gelombang puncak birahinya. 

"GAAG GAAG... HAKU HUGA MAU HELUAAAR MASS..." Jerit Citra tiba-tiba dengan mulut yang masih penuh oleh tusukan brutal batang penis Usep. Sambil meliuk-liukkan pinggang hamilnya, orgasmenya pun datang. " NGHEENTOOOOTT... HAKU HELUAAAR... OOOHH... NGHEEEEEENTOOOOOOOOOTT... NGHEEEEEENTOOOOOOOOOOOOTTTTT..." 

"CROT CROOOT CROOTCOT.... CREET CREET CRECEEET.... CREET CREETCEEET...."

Sperma tiga batang penis, segera memenuhi ketiga liang tubuh Citra. Di mulut, di vagina, di anus. Keluar tanpa sanggup ditampung sama sekali. Begitupun dengan Citra, lendir vaginanya pun keluar, berbarengan dengan semburan sperma Banu di liang rahimnya.

"Huoooohhh... Enak baaangeeet memekmu Neeeeng...." Celetuk Banu sembari mengejang-ngejangkan batang penisnya. Berusaha mengeluarkan seluruh persediaan spermanya pada vagina istri Marwan itu.
"Iya Neeng... Bo'olmu juga enaaaaak.... Sempitnya..... Mirip memek perawan... " Sambung Yadi yang juga mengejang-ngejangkan pinggulnya. Membenamkan batang penisnya sedalam mungkin. Seolah meminta otot anus Citra untuk mengurut sisa sperma yang masih tersisa.
"Hehehe... Bener.... Neng ini benar-benar LONTE kelas kakap... " Sahut Usep, "Semua lobang bisa dipake... Hehehehe...." Tambahnya sambil meneupk tepukkan penisnya yang sudah lunglai ke mulut Citra.

"KKKKRRRKKKKK.... KKKRRRKKKRKK...." 
"Rahman... Monitor Man....Kamu dimana...?"

"Waduh Coiy... Kita udah dicariin Pak Bosss..." Celetuk Rahman yang sedari tadi hanya melihat kelakuan bejat ketiga temannya sambil merokok. Dengan cepat, ia lalu mengenakan kembali seragamnya, "Yuk... Kita cabut...."
"Udah dipanggil ya...?" Yadi yang buru menarik keluar batang penisnya dari jepitan anus Citra.

PLOP
"Uhhh...." Erang Citra menggigil, merinding keenakan."Pelan-pelan nyabut kontolnya Mas..."
"Hehehe..... Maap... Ngilu yah Neng...?"
"Hiya...."

"KKKKRRRKKKKK.... KKKRRRKKKRKK...." 
"Rahman... tahu Yadi, Usep dan Banu...? Mereka juga ngilang dari pos masing-masing.... Rahman monitor... Kamu dimana...?"

"Aaah.. Kampret nih.... Padahal baru aja kita pemanasan..." Sahut Banu yang juga buru-buru menyuruh Citra menggeser duduknya dari atas selangkangannya, dan mencabut penisnya.
PLOP

"Yaudah yukkk.. Kita balik dulu... " Kata Usep yang kemudian mengambil rambut Citra dan membersihkan batang penisnya.
"Ehh... Maaas... Jangan... Ih Jorook Deeh..."
"Hehehe... Buat kenang-kenangan Neeng..." Celetuk Usep cuek.

"Makasih ya Neeeng... Lain kali kita sambung lagi..." Ucap Rahman sambil mematikan rokoknya, "Seneng deh... Bisa dapet kenalan yang bisa mbantuin kita-kita muasin nafsu..."
"Hiya Neng... Makasih..." Sahut Banu dan Yadi hampir bersamaan sambil mengenakan kembali seragam mereka.


Setelah mereka selesai berpakaian, segera saja keempat orang itu keluar dari toilet. Tak peduli sama sekali dengan kondisi Citra yang masih duduk di lantai dingin toilet. Telanjang, dengan tubuh dan rambut yang belepotan oleh sperma.

Tak berasa, hampir 20 menit Citra disetubuhi oleh keempat pria yang sama sekali tak ia kenal. Tak berasa, jika Citra juga telah mendapatkan orgasme lebih dari 5-6 kali orgasme. 
Tak berasa, jika ternyata mulut Citra tersenyum karena menikmati perlakuan kasar barusan. 

"Seks GangBang...." Desah Citra dalam hati sambil terus mengorek sperma yang masih keluar dari dalam vagina dengan jemarinya.

"Ternyata seru juga...." 

"TULILILIIIIT.. TULILILIIITTT...."

Ditengah kesunyian kamar mandi Mall, terdengar lantunan suara handphone yang keluar dari tas Citra yang teronggok di sudut wastafel. Dengan malas, Citra mengangkat pantatnya, dan mencoba berdiri sambil berpegangan di bibir wastale. Karena denyut gelombang orgasmenya yang tak kunjung berhenti, membuat wanita hamil ini cukup merasa kesulitan ketika ia mencoba berdiri. Kedua kakinya gemetar dan lututnya begitu lemas. Namun pada akhirnya, Citra berhasil menggapai tasnya dan menjawab panggilan telephonenya.

"TULILILIIIIT.. TULILILIIITTT...."

“Ya haloo…?” Jawab Citra lirih. Dari intonasi suaranya, dapat diketahui jika Citra masih terdengar begitu lemah, "Kenapa Klis...?"
“Mbak Citra….? Mbaak… Kamu dimana…? Kok aku ditinggal sendirian gini sih…? Mana ditinggalnya lama pula…” Cerocos Muklis dari ujung telephon. 
“Ohh… Mbak masih ditoilet kok Klis… " Jawab Citra pelan sambil berkaca. Mengamati tubuh nistanya yang baru saja dinikmati oleh empat orang pria tak dikenal. Sekaligus mencoba untuk sekedar membersihkan bekas-bekas perkosaan yang baru saja ia alami.

"Kamu nggak apa-apa Mbak…?” Tanya Muklis yang tak berhenti-berhenti mengkhawatirkan dirinya.
“Hhhh…. " Citra menarik nafas panjang, "Iya Klis… Mbak ngga kenapa-napa… Mbak baik-baik saja…”
“Kalo baik-baik saja… Kok lama banget ke toiletnya Mbak…? Hampir setegah jam nih aku nungguin Mbak balik….”
“Hihihi... Yaudah… Kalo gitu kamu samperin Mbak aja ke toilet Klis… Badan Mbak lemes banget…”
"Hadeeehhh... Sekarang Mbak dimana....? Aku samperin deh.."

"Hihihi... Mbak masih ditoilet kok Klis… Toilet paling ujung yang dideket basement… " Jelas Citra, “Oh iya Klis… Kalau kamu kesini Mbak nitip sesuatu donk…”
“Apaan Mbak…?”
“Mbak nitip buat beliin dress donk… Yang biasa aja…Dress Mbak yang tadi basah Klis… Tolong yaa… “ 
“Hadeeeh... Mbaaak Mbaaak... Kok bisa siiihhh…?”
“Hihihi… Namanya juga kena air Klis… Lagian dress tadi juga penuh pejuh kamu…”
“Hehehe… Oiya ya… Oke deh… Tapi ntar duit belanja dressnya Mbak gantiin yak…”
“Iya iya….” Jawab Citra santai, “Oiya… Ama tissu basah sekalian ya Klisss... Yang banyak.. Hihihi…”


Tak lama, Muklis pun datang dan mengetuk pintu kamar mandi.
TOK TOK TOK

“Mbaak… Mbak Citra… Kamu ada didalam nggak…”?” Tanya Muklis dari luar kamar mandi.
“Masuk aja Klis.. Disini nggak ada orang kok...”
“Ini aku udah bawain titipannya Mbak... " Jawab Muklis sambil membuka pintu kamar mandi dan menjulurkan kepalanya, mencari tahu kondisi didalamnya.. 
“Udah buruan.. Masuk sini Klis… “

ASTAGA… Mbaaakk….?” Kaget Muklis begitu ia mendapati kondisi Citra yang berdiri dengan tanpa mengenakan selembar pakaian pun. Tubuhnya basah kuyup , dengan kulit payudara, vagina dan pantat yang penuh bercak-bercak kemerahan. Persis seperti bekas tanparan dan cupangan. Makeupnya belepotan dengan rambut yang acak-acakan. Bahkan, di paha dalamnya terlihat lelehan lendir yang mengalir turun dari lubang vagina dan anusnya.

“Mbak...? Kok...?” Heran Muklis.
“Stttt... Udah-udah... Jangan banyak tanya ya Klis... Sini... Mana dress dan tissu titipan Mbak...?”

Tanpa berkata apa-apa Muklis berjalan mendekat dan menyerahkan kantong belanjaan pesanan Citra.
“Nggg... Mbak… Kamu tadi habis ngapain sih...?” Tanya Muklis yang tak henti-hentinya memperhatikan setiap jengkal tubuh hamil kakak iparnya.
“Hihihi... Nggak kenapa-napa kok Klis…” Jawab Citra seolah menyembunyikan sesuatu
“Serius Mbak… Kalo nggak kenapa-napa... Kok sampe basah keringet gitu Mbak...?" Tanya Muklis lagi 

“Mbak tadi baru saja dientot habis-habisan oleh empat orang lelaki yang sebelumnya Mbak ga kenal sama sekali Klis… Dientot dengan brutal oleh keempat kontol mereka di semua lubang tubuh Mbak…” Batin Citra yang tak mungkin ia ceritakan ke Muklis.

“Hihihi… Mbak tadi mastrubasi Klis… Hihihi...." Jawab Citra sambil tertawa lirih.
“Haaahh… Serius Mbak…? Emang… Tadi aku entotin masih kurang ya Mbak...?”
“Hmmm… Nggak tau juga ya Klis... Yang jelas sesampainya Mbak disini... Mbak tau-tau pengen kobel-kobel memek Klis… “ Bohong Citra berusaha menyembunyikan cerita yang sebenarnya dari Muklis.
“Bener Mbak…?” Tanya Muklis sambil terus mengamati tubuh hamil Citra lekat-lekat, "Tadi Mbak lama cuman gara-gara masturbasi..?".
“Iya sayang.. Mbak cuman masturbasi kok... " Bohong Citra lagi, mencoba menenagkan Muklis yang sepertinya mulai terlihat emosi.

Memang, akhir-akhir ini Muklis terlihat begitu posesif terhadap Citra, bahkan ia jauh lebih posesif daripada Marwan, suami Citra dan kakak kandungnya sendiri. Oleh karenanya, Citra tak ingin jika adik iparnya sampai tahu jika kondisi tubuhnya yang acak-acakan itu akibat baru saja mendapat perkosaan dari Rahman, Banu, Usep dan Yadi. Biarlah cerita pemerkosaan itu hanya Citra dan mereka yang tahu. 

“Heeehhh... KOk malah bengong...." Celetuk Citra, "Kamu daripada bengong... Mending bantuin Mbak buat mbersihin badan Mbak deh…” Pinta Citra sembari menyodorkan kotak tissu pada Muklis.
“Emang Mbak masturbasinya gimana sih…? Kok badan Mbak bisa sampe berantakan seperti ini…?” Tanya Muklis yang seolah belum puas dengan segala jawaban Citra.

“Hihihi… Tadi Mbak ngobel memeknya dibantu ama semprot-semprotan pake keran air Klis… " Jelas Citra sembari menyisir rambut dengan jarinya.. "Eeh pas sedang asyik-asyiknya mainan memek... Mbak nggak tahunya kalo lantai toiletnya licin… Udah deh.... Mbak kepleset Klis…Hingga jadinya... Yya gini Klis… Baju dan badan Mbak basah kuyup kena semprotan air keran…"

Mendengar cerita Citra yang sepertinya mengada-ada, entah kenapa membuat dada Muklis menjadi berdebar-debar. Melihat lelehan lendir dari vagina dan anusnya juga membuat pembuluh darah penisnya semakin menggembung besar. Dan melihat cupangan di payudara Citra yang terlihat seperti baru, semakin membuat gejolak birahi Muklis semakin menjadi-jadi.

Dengan tiba-tiba, Muklis langsung merangsek tubuh Citra. Maju dan menubruk tubuh wanita hamil itu dari belakang. 
“Rebahin badanmu kedepan Mbak… Trus nungging.." Pinta Muklis sambil mendorong punggung Citra maju, lalu tanpa basa basi, adik ipar Citra itupun segera menurunkan resleting celananya dan menarik batang penisnya yang sudah menegang keras keluar dari celananya.

"Heeeii..... Kamu mau apa Klis...? " Tanya Citra bingung.
"Mau ngentotin kamu lagi Mbak... " Ucap Muklis sambil menempatkan kepala penisnya pada liang senggama Citra. "Masa ini memek Mbak kok keliatannya gatel banget ya...? Baru juga aku entotin... Eeh udah sange aja lagi..."

"Eeeeh.... Nanti dulu ah Klis... Memek Mbak masih ngilu... " Tolak Citra ketika kepala penis Muklis sudah mulai menyibak bibir vaginanya yang basah.
"Aku udah nggak tahan Mbak..... Kontolku udah pengen ngentotin memek gatelmu lagi..." Jawab Muklis tak menghiraukan penolakan Citra. Ia tetap merangsek maju dan membenamkan kepala penisnya dalam jepitan celah kenikmatan kakak iparnya.

CLEEEP.
“Oooh Klissss.. Pelan pelan...” Desah Citra sembari menggigit bibir bawahnya.
“Sumpah... Mbak... Walau tadi baru aja aku entotin… Memek gemukmu ini masih aja berasa mantap... “ Puji Muklis sambil meneruskan dorongan pinggulnya maju. Hingga separuh batang penisnya terbenam ke dalam liang vagina Citra.
“Sssshhh... Jangan dalem-dalem ya Klis...” Pinta Citra. “Memek Mbak masih ngilu banget…”
“Haaa... Jangan dalem-dalem...?” Heran Muklis ketika mendengar ucapan Citra. “Kok tumben Mbak... ? Biasanya kamu khan pengen cepet-cepet disodok batang kontolku sampe mentok...?"
"Nggg... Anu Klis... Tadi khan Mbak baru keluar... Jadi memek Mbak... Nggg masih agak ngilu... " Bohong Citra lagi, "Jadi kamu nyodokin kontolnya jangan dalem-dalem ya...."

Namun Muklis sama sekali tak mengindahkan larangan kakak iparnya. Buktinya, walaupun Citra udah melarang Muklis supaya jangan melesakkan batang penisnya lebih dalam lagi, remaja tanggung itu tetap saja memajukan pinggulnya. Walhasil, tak lama kemudian, seluruh penis berurat milik Muklis tertelan habis dalam vagina Citra.

"Ohhh... Mentok Mbak... Hehehe...." Tawa Muklis puas.
"Uuuuhhh... Kliiisss... buruan cabut Klisss.... Jangan dalam-dalam..." Erang Citra.

"Ehhmmmm.... Yaaah.... Udah terlanjur Mbak.... Aku nggak bisa nahan Mbak kalo cuman buat masukin kepala kontolku aja... " Erang Muklis sambil mendiamkan sejenak batang penisnya dalam vagina Citra, 
"Lagian khan sayang banget Mbak... Kalo memek sempitmu ini tidak disodok dalam-dalam... Hehehe...."

"Ooohh... Jangan klisss... Ayo sekarang kamu cabut ya sayang... Bener deh... Memek Mbak ngilu banget buat nerima kontol besarmu..."
"Hmmm... Masa sih Mbak....?" Tanya Muklis dengan nada menggoda, "Kalo ngilu... Kok memek Mbak makin banjir... ?" Heran Muklis yang menyadari kebasahan vagina kakak iparnya. Karena seiring dengan ditusuknya batang penis Muklis masuk ke rongga kenikmatan Citra, lendir-lendir kental berwarna putih keruh meluap keluar dari lubang vagina sempit Citra. Keluar dan melumuri batang kejantanan Muklis.

"Ooohh... Klisss... " Erang Citra yang ternyata masih menikmati persetubuhan terlarangnya.
"Kenapa Mbak... Enak ya...?" Goda Muklis sambil terus menggoyang penisnya di liang vagina Citra.
"Ehhhmmmhhh.... Iya.... Enak.... Tapi ngilu banget Klis.... " Desah Citra sambil kembali berpegangan pada bibir wastafel.
"Memekmu memang hebat ya Mbak... Walau sudah berkali kali aku entotin... Masih aja terasa begitu sempit.... Begitu legit.... " Puji Muklis sambil mulai merabai payudara Citra dari arah belakang, " Terasa peret banget lah Mbaaak... " Erang adik ipar Citra yang segera menggenjot batang penisnya.

PLAK PLAK PLAK
Suara persetubuhan kedua insan yang masih ada hubungan saudara ini pun mulai kembali terdengar. Begitu nyaring dengan disertai desahan-desahan kenikmatan mereka berdua.
PLAK PLAK PLAK

"Uuhh... Uhhh....Kontolmu berasa penuh banget Klis... Memek Mbak berasa penuuh bangeeet... " Desah Citra sembari menggigit bibir bawahnya.
"Iya ya Mbak... Memekmu juga berasa sempit banget Mbak... " Puji Muklis lagi, "Cuman Mbak... Ini lendir memek kamu kok sepertinya banyak banget ya....? Keluar mulu... " Heran Muklis yang kemudian memperlambat goyangan pinngulnya dan menatap heran kearah batang penisnya yang berlumuran lendir keputihan..

"Masa sih Klis...?" Tanya Citra yang pura-pura tak sadar dengan kebasahan barang sempitnya..
"Iya Mbak... Kaya nggak abis-abis keluarnya.... " Sahut Muklis lagi, "Dan lagi... Baunya Mbak.... Kok mirip... Mmmmm.... Mirip seperti bau pejuh aku ya Mbak...?"
"Hihihi.... Ya khan itu emang pejuh kamu Klis... Kau lupa ya... ? Kalo tadi pagi kamu khan ngentotin Mbak di kamar ganti...?" Ucap Citra mencoba mengingatkan, "Trus... Kamu juga buang pejuh kamu di memek Mbak... Masa lupa sih...?"
"Nggak lupa sih Mbak... Cuman aku sama sekali nggak nyangka kalo pejuh yang aku buang di rahimmu jadi bakal sebanyak ini ..." kejarnya. 

"Hihihi... Dasaar Muklis....Muklis... Kalo udah nafsu aja lupa deh ama pejuh sendiri... " Goda Citra sambil terus menggoyangkan pinggulnya, mengulek penis Muklis yang masih tertancap erat di vaginanya.
"Hmmm... Iya kali ya Mbak... " Jawab Muklis yang tiba-tiba mencabut batang penisnya keluar dari liang vagina Citra. Membuat celah kewanitaan istri kakak kandungnya itu menganga lebar dengan kulit bibir vagina yang merona merah. 

PLOOOP... 
Suara penis Muklis ketika tercabut dari jepitan vagina kakak iparnya. Dan seketika itu, sisa lendir kewanitaan Citra pun langsung merembes keluar. Mengalir deras menuruni paha dalamnya.

"Uuuuhhh.... Klis... Kok kontolnya dicabut...?" Heran Citra.
"Hehehe... Maaf ya Mbak... Bukannya aku nggak suka lagi dengan memekmu... " Kata Muklis sambil menepuk-tepukkan batang penisnya pada vagina Citra, "Cuman... Ini kok sepertinya lendir kamu terlalu banyak ya...? Jadinya kontol aku agak berasa kurang nyaman mbak... Berasa licin-licin gimanaaa gitu..." 
"Ooooohhh... Gitu....? Jadi...? Kamunya mau udahan nih…?” Tanya Citra.

"Hmmm… Belum juga sih… " Jawab Muklis singkat sambil mengarahkan kepala penisnya pada liang anus Citra.
"Loohhh....? Eh ehh.. Klis… ? Kamu mau ngapain…?” Jerit Citra panik.
"Aku mau make lubang tubuhmu yang lain Mbak...Aku pengen ngentotin lubang pantatmu… Sepertinya lubang ini bakal terasa lebih kering daripada lubang memekmu...”
"Waduh.... Ehh... Eeehh... Jangan Klis... Mbak belum siap...."

Namun, sepertinya teriakan Citra agak sedikit terlambat. Karena Muklis sudah terlanjur melesakkan kepala penisnya untuk membelah liang anus milik istri kakak kandungnya itu.

CLOOOOP

"Ooohh Mbaakkk… Ini baru namanya enaaaakkkk…” lenguh Muklis sambil meremas erat kedua bulatan pantat Citra. Menjauhkan kedua daging semok itu kekiri dan kekanan. Melebarkan sejauh mungkin lubang anus Citra supaya bisa menerima tusukan batang penis Muklis lebih dalam lagi.
"Ssshh.. Kliss.. Jangan Kliiiiss.. Jangaaan...Bo'ol Mbak.... Maasiiih sereeeet…" Erang Citra dengan tangan yang menahan tubuh Muklis supaya tak semakin maju.
"Hehehe... Udaaah Mbaaaak.... Nikmatin aja entotan kontolku ini.... Pasti enak kok... Hehehe...." Kekeh Muklis yang kemudian mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Menggempur celah anus kakak Iparnya itu keras-keras.

PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK

Namun setelah beberapa kali tusukan, lagi-lagi Muklis mendapati hal yang sama. Alih-alih mendapatkan jepitan lubang anus yang kering, adik ipar Citra ini malah mendapatkan lubang anus yang juga penuh dengan lendir kental berwarna putih keruh. Lendir yang sama dengan lendir yang keluar dari vagina kakak iparnya.

"Mbak....? " Tanya Muklis yang kemudian memperlambat goyangan pinggangnya.
"Ooohh.... Loohh... Kok berhenti Klis...? Kenapa....?"
"Nggg... Kok bo'ol kamu juga berlendir ya Mbak...?"
"Ehhh...? Berlendir...? Masa sih...?" Tanya Citra sambil menengok kearah Muklis.
"Iya Mbak... Nih lihat aja sendiri... " Jawab Muklis sambil mencabut penis besarnya dari lubang vagina Citra. 

PLOOPPP.

"Nih Mbak... Liat.... Kok kontolku berlumuran lendir yang sama dengan lendir yang ada di memekmu...?"
"Ooohh... Itu....? Anu.... Tadi Mbak... Mmmmm.... Tadi Mbak juga ngobel bo'ol Mbak Klis... " Bohong Citra lagi. Ia benar-benar tak ingin jika adik iparnya itu tahu jika tadi lubang anus favoritnya itu, baru distubuhi oleh Yadi. Si penjaga kounter.

"Ngobel bool....?"
"Iya... Mbak tadi juga ngobel bo'ol Mbak Klis... Karena seret.... Mbak lumurin aja lubang anus Mbak pake bekas pejuhmu... Biar gampang ngobelinnya Klis..."
"Hmmm.... Gitu ya Mbak...?"

"Udah yuk... Gausah bahas itu lagi.... Sekarang... Ayo kamu sodok-sodok memek Mbak lagi Klis... Mbak udah ngerasa enakan kok..." Hibur Citra demi supaya Muklis tak lagi memikirkan tentang sisa sperma Rahman, Banu, Yadi dan Usep yang masih tertinggal di dalam setiap lubang yang ada di tubuhnya. 
"Nggg... Oke deh Mbak..." Jawab Muklis yang kemudian menusukkan kembali batang penis besarnya pada lubang anus Citra

CLEP

"Uuuuuuhh... Klis.."
"Nggg... Tapi Mbak.. Masa lendir aku banyak begini sih Mbak...?" Tanya Muklis lagi. Rupanya pemuda satu ini masih saja sesulitan untuk menahan rasa penasarannya, "Kayanya... Aku cuman keluar sedikit deh Mbak... Jadi nggak bakal bisa bikin memek dan anusmu kebanjiran pejuh gini..."Jelas Muklis lagi penuh curiga.

"Mmmm.... Kalo tentang itu.... Nggg... Mbak ya nggak tahu juga ya sayang... Mbak juga heran..."
"Heran....?" Tanya Muklis, "Nnggg... Kamu tadi nggak selingkuh khan Mbak...?"
"Apa Klis... Se.... Selingkuh...?" Tanya Citra kaget ,"Selingkuh dengan siapa Klis...?"
"Ya nggak tahu Mbak... Khan bukan aku yang gejalaninnya...."

"Nggg.... Nggaklah Klis... Mana mungin Mbak berani selingkuh....?"
"Masa sih Mbak...?" Cecar Muklis lagi, "Kalo Mbak nggak berani selingkuh... Trus yang selalu kita lakuin selama ini apa...? Buktinya Mbak masih saja mau aku entotin..."
"Nnggg... Bukan gitu Klis..."
"Uudah Mbaak... Ngaku aja... Tadi Mbak selingkuh khan... ?" Cerocos Muklis, "Ini bukan pejuh aku khaan Mbaak...?

Merasa bingung, Citra tak mampu berpikir cepat untuk menjawab semua tuduhan Muklis, "Enngg... Sebenernya sih .... Tadi... Nngg.... Mbak cuman....." Kata Citra putus-putus.
"Dengan siapa Mbak....??" Tanya Muklis lagi, "Soalnya nggak mungin banget deh Mbak sperma aku bisa sebanyak ini kalo kamu nggak selingkuh...?"
"Nngggg..."
"Ini pasti sperma orang lain Mbak... Iya khan Mbak...? Dan ini sperma... Sepertinya dikeluarin oleh kontol yang pemiliknya lebih dari satu orang.... Bener khan Mbak...??" 
"Nggg.. Kok kamu mikirnya gitu sih Klis....? Emang Mbak wanita apaan...?"
"aaahh... Ngaku aja Mbak....? Dasar istri murahan....LONTE..."

Mendengar tuduhan-tuduhan Muklis, emosi Citra pun seketika meluap. Walau memang benar ia baru saja disetubuhi oleh Rahman, Yadi, Usep dan Banu, namun tetap saja, ia tak ingin persetubuhan tadi diketahui Muklis. Dan lagi, Muklis tak berhak menyebutnya sebagai wanita lonte.

"Kok kamu gitu sih Klis...??" Geram Citra, "Udah udah... Sekarang kamu maunya apa...? Kalo kamu nggak mau ngentotin Mbak... Nggak masalah kok ama Mbak... "Sewot Citra. 
"Toh Mbak bisa ngajak ngentot orang lain...."
"Banyak kok kontol-kontol lelaki lain yang bisa ngentotin Mbak tanpa harus banyak omong..."
"Tinggal ngentotin memek gratisan aja kok kebanyakan bacot...".

"Udah-udah... Kalo kamu nggak mau ngentotin Mbak... Mbak mau pake baju aja... " Sewot Citra sambil bergerak menjauh dari Muklis, "Mbak mau ketemu ama mas Marwan... Mbak udah ditungguin suami Mbak...."

Melihat kemarahan Citra, emosi Muklis pun meledak-ledak. Ditambah mendengar Citra menyebut nama suaminya, entah kenapa, birahi Muklis semakin tak terkontrol.

"Kamu nakal Mbak... Kamu bener-bener nakal...." Bentak Muklis yang kemudian mendorong pundak Citra supaya lebih rebah kedepan dengan kasar. "Bini lonte kaya kamu memang harusnya dikasih pelajaran... Biini nakal kaya kamu memang harusnya dihukum... " Tambah adik ipar Citra itu yang kemudian mencabut penisnya dari vagina Citra.

PLOOP
Dan cepat-cepat memasukkannya kedalam liang anus Citra.

CLEEP

"Ooooohh.. Kliss...." Desah Citra yang ternyata dalam kemarahannya, masih bisa merasakan kenikmatan yang tak terhingga. 
"Ngapa panggil-panggil....? Kakak ipar binal sepertimu.... Memang harus dihukum..." Bentak Muklis lagi sambil segera melesakkan batang penisnya dan mengaduk isi liang anus Citra.

PLAK PLAK PLAK....
Tanpa basa-basi lagi, Muklis segera membombardir lubang pantat Citra dengan kecepatan tinggi.
PLAK PLAK PLAK....

"Oooohhh.... Cabut Klis... Cabut.... Mbak udah nggak Moodd... " Erang Citra sambil berusaha mendorong tubuh Muklis yang bergoyang semakin cepat ketika menyetubuhi lubang pembuangannya, "Ooohh... Ohh... Mbak nggak mau Klis... Mbak udah nggak mood lagiiii..."

PLAK PLAK PLAK....
"Bodo amat.... Bini lonte sepertimu memang harus dihukum seperti ini Mbak..." Jawab Muklis yang kemudian kembali mencabut batang penisnya dari lubang anus Citra, lalu menghujamkan kuat-kuat ke dalam vaginanya.

PLOOOP.... SEECLEEEP....

"Wuuoohhh.... Uhhh.. Uhhh.. Uhhh.. enak banget Mbaaaak... " Ucap Muklis sembari terus menggempur lubang vagina Citra kuat kuat. Tanpa henti. Tanpa ampun.

PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK....PLAK PLAK PLAK....

"Rasain hukuman akibat kebohonganmu Mbak... Rasain hukuman akibat kenakalanmu...."
"Ohh... Uhh... Uhhh... Uuhh... Ngentot kamu Klis... Udah-udah... Mbak ngga mau kamu entotin seperti ini lagi.... Cabut kontolmu Klis... Cabuuut...." Erang Citra yang terus berusaha mendorong tubuh Muklis menjauh.

PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK.... PLAK....
PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK....
PLAK.... PLAK
PLAK.... 

"Sshhh.... Bener nih nggak mau aku entotin lagi...?" Goda Muklis yang kemudian menggoyangkan tusukan penisnya dengan gerakan super pelan. Sengaja menggoda syaraf sensitif bibir vagina Citra dengan urat batang penisnya. Menggelitik pelan hingga membuat Citra mendesah-desah keenakan.

"Bener nih Mbak...? Nggak mau dientotin kontol besarku lagi....?" Goda Muklis sambil menggelitik lubang anus Citra yang licin, "Nggak ada loh orang lain yang punya kontol seperti punyaku..."

'Oooohhh... Klisss... Ngentot kamu sayang... Jangan siksa Mbak seperti ini dooong..." 
"Hehehe... Yaudah... Kalo nggak mau disiksa... Jawab dulu pertanyaan aku Mbak... " Ucap Muklis sambil terus menggerakkan jemarinya, menggelitik liang anus Citra sembari menyodokkan batang penisnya perlahan. Masuk. Keluar. Masuk . Keluar
"Oooohhh... Jawab apaan Kliisss...?" 

"Tadi Mbak selingkuh khan...?" Tanya Muklis.sembari terus menggelitik kedua lubang tubuh bagian bawah milik Citra dengan gerakan super pelannya
"Nngg... Jangan siksa Mbak seperti ini Klis... Mbak nggak kuat kalo kamu perlakuin seperti ini..."
"Hehehe... Makanya.... Jawab dulu... " Pinta Muklis yang kali ini merabai titik kelemahan Citra yang super sensitif. Dengan tangan kirinya yang masih bebas, adik ipar Citra itupun mulai meremasi kedua puting payudaranya secara bergantian.
"Oooohh... Ngentttooot kamu Kliss... Ampuuunnn kliisss... Jangan siksa Mbak seperti ini... Udah dong sayang.... Goyangin kontolmu.. Memek aku udah nggak tahan niiih... Ayooo... Goyang yang cepeet..."
"Hehehe... Nggak mau sebelum kamu kasih jaawaaabannyaaa...."

Tak tahan dengan godaan Muklis. Citrapun akhirnya mengaku.
"Ooohhh... Iya Klis... Ssshh.... Mbak tadi selingkuh...?"
"Jadi bener Mbak...?"
"Ssshh.... Ooohh... Iiyaaaahhh... Mbak tadi ngentot dengan orang lain... Dan pejuh yang ada di memek Ssshh... Dan bool Mbak.... Itu milik orang lain....Ooohh.. Puuas Klis......?"

Mendengar pengakuan Citra, birahi Muklispun seketika meledak. Meluap-luap bak lahar panas. Matanya melotot dan mulutnya terkatup erat. Gigi-giginya gemeretak dan otot tubuhnya menegang.

"Aastaga Mbaaak... sempet-sempetnya ya...? Sumpah kamu nakal Mbak... Kamu nakal banget... " Ucap Muklis dengan nada berat. Seolah kesulitan menahan emosi. "Kamu memang istri lonte... Jadi bikin... Kontolku... Pengen ngentotin tubuh hamilmu.. Terus teruan... Ohh Mbaak Citraaaa Aguuustinaaaa....

Dengan kecepatan tinggi, Muklis lalu mencabut penisnya dari vagina Citra dan kembali menghujamkan kelubang anusnya.

PLOOOP CLEEECEEP..
Tanpa mengucap banyak kata, Muklis segera menggoyangkan pinggulnya. Bergerak dengan gerakan super cepat.

PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK....

"Ooohh.. Ooohh...Mukliiiissss... Pelan-pelan Kliiiisss...."
"Ngentot kamu Mbak... NGENTOOOT...."
"OOOHHH... Pelan Kliiss... Bo'ol Mbak NGILUUUUUU..."

PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK....

Tak peduli dengan desahan dan rintihan Citra, Muklis terus saja menggempur lubang pantat Citra keras-keras. Tanpa henti. Tanpa ampun.. 

PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK....
"Kamu memang harus dihukum Mbaak... Harus disiksa..." Geram Muklis yang kembali memindah tusukan penisnya dari anus ke vagina Citra.

PLOOPPPOP... CLLEEEEEPPP....

PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK....

"OHHHH... ANJRIIIITTTTT... Kliiisss.. pelan-peelaaannn.... " Erang Citra. "Jangan ngawur nyodokin kontolnya Kliiisss....Saaaakkkiiiiitttttt... Pelan-pelaaaann..."
"Huuuoooohh... Sakit apa enak Mbak...? Ohh..." Goda Muklis sambil terus meremas pantat Citra, "Kalo sakit kok memek Mbak bisa ngempot-ngempot gini... Ohh... Ohh... Ohh..."
"Ooooohhh..... Muuuukliiissss..... Saaakiiitttt.... Tapi sekaligus Eeeenaaaakkkk..."
"HAHAHAHA..... Dasar bini LOOONTEEEEE...."

PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK.... PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK

PLOOOPPPP CLLEEEEPPPP

berulang kali, Muklis menusukkan batang penis jumbonya ke vagina dan anus Citra secara bergantian. membuat kakak iparnya yang sedang hamil itu berteriak-teriak histeris. antara kesakitan, juga keenakan.

PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK... LAK PLAK... PLAK PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK.... PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK

PLAK.... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... 

PLOOOPPPP CLLEEEEPPPP

PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK... LAK PLAK... PLAK PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK.... PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK
PLAK PLAK PLAK.... PLAK... PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK....

Sakit, geli, enak dan super nikmat. Itulah yang dirasakan Citra pada kedua lubang tubuh bawahnya. Karena walaupun berkali-kali Muklis mengaduk vagina dan anusnya secara bergantian, pada akhirnya, Citra pun menyerah dalam kenikmatan. Perlahan-lahan, gelombang orgasme mulai kembali menyapa.

"Ooooh kliiiss... ENAK banget kliiiss... NGEEENTOOOTTT... Mbak mau keluar Muklis ngentooott..."
"Hiya Mbak... Aku juga mau keluar... Kita keluar bareng ya Mbaak... "
"Oooh... Terus Kliss.. Entot memek Mbak terus Kliiss... Entot dengan KONTOL BESARMUUUU... ENTOOOOT TERSU KLIIISSS.... Iya.... Iya Klis... Kita keluar bareng... NGENTOOOTT... Kita KELUAR BAAREEEEENG....
"Sekarang ya Mbak... AKU UDAH NGGAK KUAT LAGI...."
"IYA KLIS.... Sekarang... SEKARAAANG... OOOHH.. NGEEENTOOOOTT... NGEEENTOOOOOTTTT..

CREEET CREET CREECEEET CREEET...
CROOOT CROCOOOTTT CROOT CRROOOT...

Seketika, tubuh kedua manusian yang masih ada hubungan keluarga itu bergetar hebat. Keduanya mendapatkan orgasme yang begitu dahyat. Tubuh Citra melejit-lejit karena nikmat. Matanya melotot dan mulutnya menganga. Sepertinya hari itu ia mendapat orgasmenya yang paling hebat.

begitu pula dengan Muklis. Yang walaupun sudah mendapat orgasmenya, masih saja menghentak-hentakkan pinggulnya, guna menyemburkan persediaan spermanya hingga habis ke liang peranakan Citra.

"Oooohh... Ngeeentoooottttt.... Enak bangeeet Kliiiiisss..... Saaakittt... Ngiluuuu... Tapi... Enaaaaakkkk..."
"Hehehe... Iya Mbak... Aku juga ngerasain enaaak bangeeet..."
"Gila.. Kamu kuat ya Klis.... Bisa bikin Mbak sampe kelojotan gini.... Sumpah... Mbak sampe lemes..." 
"Mbak juga hebat kok.... Hamil hamil tapi masih bisa bikin kontolku sange terus...Hehehe...."
"Hhhh.. Hhh... Kamunya aja yang nafsuan Klis... Hhh..." Balas Citra. "Kliiis... Makasih ya.... Enak banget kontolmuuuu.... Bikin kaki Mbak lemes..." Lenguh Citra dengan vagina yang masih penuh oleh penis adik iparnya tiba-tiba kehilangan kekuatan pada lututnya. Dan seketika itu pula, tubuh wanita semok itu merosot kebawah. Muklis yang ada dibelakang Citrapun dengan sigap menangkap tubuh semok kakak iparnya dan ikut menurunkan tubuhnya.

"Loohh.. Mbaak... Bentar Mbak.. Jangan duduk dulu... Bisa patah kontolku kalo kamu dudukiinn Mbaak... " Protes Muklis yang buru-buru ikut menurunkan tubuhnya lalu merebahkan badannya diatas lantai kamar mandi yang dingin. 
"Mbak nggak kuat Klis... Kaki Mbak capek bangeet... " Jawab Citra sambil memutar posisi duduknya. Dari yang semula memunggungi Muklis, jadi menghadap kearah adik iparnya. Dan dengan hanya beralaskan tubuhnya adik iparnya, Citrapun duduk bersimpuh sambil mengatur nafas.

"Oooohh... Mbaak... Kontolku jangan dipelintir gittuuu... " Erang Muklis yang merasakan jepitan vagina Citra seolah memeras batang kejantanannya.
"Hihihihihi... Maaf Klis... Kaki Mbak masih lemes kalo harus bangun.... Dan juga memek Mbak masih ngilu banget kalo harus ngelepas batang kontolmu..." Ucap wanita hamil itu mencoba mengatur nafasnya.

"Hhhhhh.... Mbaak mbaak.... Kamu tuh ya... Cantik banget kalo udah keluar..." Goda Muklis sambil meremas kedua payudara Citra yang bergoyang didepan tubuhnya. "Yaudah... Kalo gitu... Kamu istriahat dulu deh Mbak... Nggak apa-apa deh kalo kamu mau terus dudukin kontolku..."

"Makasih ya Klis... Makasih banget... " ucap Citra yang kemudian memajukan tubuhnya dan mengecup bibir saudara iparnya itu, "Kontolmu memang jauh lebih hebat daripada kontol pria-pria tadi..." 
"Iya Mbak.. Sama-sama... " Jawab Muklis ,"Mbak udah puas khan...?"
"Hihihi.... Hiya Klis... Mbak selalu puas dengan pelayanan kontol besarmu..." Ucap Citra sambil mengejankan otot vaginanya, memberikan jepitan super ketat pada penis besar milik adik iparnya. 
"Uuhhh.... Mantaaap.. " Erang Muklis keenakan.

"Huuuooohh.... Badan Mbak sakit semua Klis... Apalagi memek Mbak... Ngilu banget..." Desah Citra sambil menggeliatkan tubuhnya. 
"Waduh... Tapi kira-kira kandunganmu nggak kenapa-napa khan Mbak...?" Tanya Muklis, "Khan dari pagi sampe barusan... Memek Mbak kayaknya nggak brenti-brenti muasiinnn kontolku.... Hebat bener Mbak... Jadi mirip Lonte beneran... Hehehe...."
"Iiihhh... Muklis.... Masa nyamain memek Mbak kaya memek Lonte siiihhh....?"
"Hehehe... Ya khan itu misal Mbak... Kalo misalnya Mbak lonte beneran... Kira-kira duit mbak udah dapet berapa ya....? Hehehe...."

Tak menjawab kalimat Muklis, Citra terlihat sedang menghitung sesuatu.

"Enam kontol.... " Bisik citra lirih pada dirinya sendiri
"Haaa....? Apanya yang enam kontol Mbak... ?" Kaget Muklis

"Eeh... Bukan... Anu... bukan Klis... Maksud Mbak...
"Enam... Memangnya Mbak tadi ngentot ama berapa cowok Mbak...?"

" Bukan Klis... Maksud Mbak bukan gitu..." 
"JadiHari ini Mbak habis muasin enam kontol...? Gitu Ya Mbak...?" Tebak Muklis, "Kontol siapa aja Mbak... Tadi pagi memek Mbak muasin kontol Mas Marwan... Trus kontolku... Trus siapa lagi mbak...?"

"Hihihi... Apaan sih Klis...? Mbak tadi khan cuman becanda... Hihihihi...." Jawab Citra sambil cekikikan, "Mbak pengen tahu aja... Gimana reaksi kamu kalo misalnya tahu seumpama Mbak dientot ama orang lain.... Hihihihi..."
"Aaahhh.. Aku nggak peraya Mbak... Kamu pasti bohong ya...? Kamu barusan beneran dientot ama cowo lain khan...?"
"Hihihihi... Emangnya kenapa sih Klis kalo Mbak abis dientot ama kontol cowo lain...?"
"Ya aku pengen tahu aja Mbak..."
"Iihh kepooo deh kamu... Hihihi..."

"Iiiihhh Mbak gitu yaaa.... Main rahasia-rahasiaan segala..."
"Hihihi... Udahan yuk Klis... Kita makan.... Mbak udah laper... Mbak udah ditungguin ama Mas Marwan... " Jawab Citra yang kemudian mengumpulkan tenaganya dan buru-buru bangkit. Menaikkan tubuhnya dan melepas cengkeraman vaginanya pada penis Muklis.

PLOOOPPP

"Uuuuhh... Klisss... Selalu aja ya... Kontolmu selalu bikin memek Mbak ngilu.... Bikin memek Mbak kalo habis kamu entotin jadi melompong lebar gini... Hihihihi..." Kata Citra 

SEEEERRR... Seketika lendir kenikmatan Muklis mengalir deras ke paha dalam Citra.

"Jadi Mbak... Kamu tadi dientotin berapa orang...?" Tanya Muklis lagi yang masih penasaran.
"Hihihihi... Apaan sih Klis...? Masih aja yaaaa....?" Jawab Citra yang kemudian menyeka lendir dan sperma yang mengalir turun di paha dalamnya. Kemudian segera mengenakan dres baru pembelian Muklis.

"Eh Klis.... Kamu nggak beli celana dalam ya....?"
"Emangnya kenapa mbak...?"
"Celana dalam Mbak khan basah kena pejuh kamu Klis... Masa mbak pakai lagi...?"
"Hehehe... Ya kalo nggak mau pakai... Gausa sekalian Mbak..."
"Iiiihh... Bisa masuk angin Klis...?"
"Hehehe... Yaudah.... Terserah Mbak aja kalo gitu...."

"Hmmm... Dipake aja kali ya Klis.... Sekalian buat nahan sisa pejuh cowo- cowo yang masih tersisa di rahim Mbak.... Biar ga keluar mulu Klis...?
"Cowo-cowo...?" Kaget Muklis, "Naaah khaaan.... Kamu tadi beneran habis dientot banak cowo khan Mbaak....?"
"Hihihi... K.... E.... P....O....."
"Ahhh... Mbak Citraa....Ayo Mbaak.... Jawab... Kamu tadi ngentot ama siap Mbakkk....?"
"Hihihi....Udah ah... Yuk kita makan.... Mbak udah laper banget..."
"Mbak Citraaaa... Jawab dulu Mbaakk...." 

"Hmmm... Kayanya tadi Mbak dientot ama..... Tukang sapu... Tukang baju.... Tukang pentung.... Ama Tukang parkir.... Jawab Citra sambil menggoyang-goyangkan pantatnya, "Gitu kali ya Klis...?" Tambahnya lagi tersenyum dan melangkah meninggalkan Muklis sendiri di dalam kamar mandi.
"Serius Mbak... Trus Ceritanya gimana...? Kok bisa seperti itu...?"
"Hihihi... Itu khan mungkin Klis... Mungkin....?"
"Haadeeeh... Mbaakk... Kamu bikin aku ngaceng lagi deeeeh...."
"Hihihi... Udah ah... Ayo makan..... Kamu tuh ya... Ngaceng mulu..."
"Mbak Citra Agustinaaa..... Ayo jawaaaab duluuu... Tadi ceritanya gimanaaaa....?"



Citra Side Story Bagian 3, Pada: Jumat, Juli 31, 2015
Copyright © 2015 CERITA DEWASA Design by bokep - All Rights Reserved