Recent Posts Widget

Citra Side Story Bagian 2

https://cerita-porno.blogspot.com/2015/07/citra-side-story-bagian-2.html

Para pemeran di serial ini :
1. Citra Agustina (26), Seorang wanita cantik berambut hitam panjang sepunggung, berkulit putih, tubuh kurus namun memiliki payudara ekstra besar berukuran 36 D 
2. Utet (52), Lelaki tua mesum yang sangat jatuh cinta kepada Citra. 
3. Darjo (46), Pemilik kontrakan mesum tempat Citra tinggal

Berulangkali Darjo menatap layar handphonenya, berharap ada balasan sms dari Citra Agustina, istri Marwan Sudiro, penghuni rumah kontrakannya. Namun, tetap saja NIHIL. Sama sekali tak ada respon darinya.
"Telatnya sudah mau dua bulan... " Ucap Darjo kesal, "Kalau tak segera ditagih, mau sampai kapan mereka akan menunggak...?" tambahnya lagi sambil berjalan menuju rumah Citra.

Darjo, adalah seorang pria tengah baya beristri 3. Berusia 46 tahun yang tak lain adalah pemilik komplek rumah kontrakan tempat Citra, Seto dan beberapa tetangganya tinggal saat ini. Tubuhnya gemuk, kulitnya hitam, dengan tinggi rata-rata kebanyakan orang pribumi. 

"Janjinya minggu depan... Preeeettt.... Ini sudah hampir lewat seminggu dari janjinya, eh belum juga memberi kabar...." Gerutunya di jalan, sambil berulang kali melihat layar handphonenya.

Memang, akhir-akhir ini sepertinya Marwan dan Citra sedang mengalami masalah ekonomi, namun bukan berarti hal itu bisa selalu dijadikan alasan buat menunggak bayar sewa kontrakan.

Kembali otak Pak Darjo mengingat-ingat sosok Citra. Dari awal kepindahannya, wanita gemulai itu memang langsung menyita tempat di hatinya. Wajah cantiknya, senyum manisnya, suaranya yang lemah lembut membuatnya selalu betah jika berlama-lama main kerumahnya. Tubuhnya yang ramping, kulitnya yang mulus, ketiaknya yang tak berbulu dan aroma tubuhnya yang wangi, juga membuat dirinya tak ingin cepat-cepat meninggalkan rumahnya. Terlebih, ketika melihat ukuran payudara besarnya, wah bakal membuat celana dalam lelaki manapun menyempit. TETEK ITU BESAR SEKALI.

Namun , sayang sekali, Citra telah menikah. Menikah dengan Marwan, lelaki bermasa depan suram yang memiliki banyak hutang disana-sini. Seorang calo tanah yang tak pernah tahu kapan ia akan mendapatkan penghasilannya. 

***

Sebenarnya, Citra tahu jika ia di sms oleh Pak Darjo. Namun, karena Marwan belum juga memberikan hasil dari pekerjaannya, Citra sengaja tak membalas semua sms dari Pak Darjo. "Toh, ujung-ujungnya, ntar juga ia bakal datang kerumah..." Batin Citra setiap kali Pak Darjo sms.

Citra dan Marwan sudah tinggal cukup lama dikontrakan Pak Darjo, dan selama itu pula ia jarang sekali telat. Entah kenapa, hanya akhir-akhir ini suaminya agak sedikit kesulitan untuk bisa menyediakan uang bayaran kontrakan tepat waktu. "Mungkin karena banyak sekali saingan sehingga mas Marwan sering kalah tender.." Pikir bijaknya lagi.

Dan memang benar, Pak Darjo juga mengakui hal itu. Citra dan Marwan adalah pasangan yang cukup kooperatif dalam hal pembayaran. Oleh karena itu, mereka agak dijadikan sebagai anak mas olehnya. Berbeda dengan tetangga lainnya yang harus membayar, buat Citra dan Marwan hampir bisa mendapatkan semua fasilitas perumahan dengan tanpa menambah bayaran sepeserpun. AC, TV, Kulkas, semuanya ditambahkan oleh Pak Darjo dengan gratis, walau pembayaran listriknya tetap diharuskan membayar. 

"Tapi kalo misalnya Marwan tetap tak bisa bayar... Apa aku harus mengusir neng Citra ya..?" bimbang Pak Darjo, "Istri Marwan itu terlalu cantik untuk dilewatkan begitu saja..."

Berulang kali, otak mesum Pak Darjo memikirkan segala kemungkinan yang terjadi jika Marwan tak mampu membayar uang kontrakan. Bingung dan galau. Pak Marwan, yang walaupun sudah memiliki 3 orang istri, tetap saja selalu tergiur setiap kali ia berkunjung ke rumah Citra. Tak jarang, ia mencuri-curi pandang untuk sekedar menikmati kemolekan tubuh istri Marwan itu. Dan Citrapun Citra pun seolah mengerti jika Pak Darjo sering melirik kepadanya, tetapi dia tidak begitu terlalu mempedulikan. 

Bahkan akhir-akhir ini, supaya berhasi merajuk mood lelaki gemuk itu supaya mau memperlunak tagihan rumahnya, Citra semakin berani memamerkan bagian-bagian tubuhnya yang dapat mengundang hasrat birahi lelaki gemuk itu. Tak jarang, ketika Pak Darjo melirik aurat-aurat tubuhnya, Citra balas menatap lirikan mesum Pak Darjo sehingga akhirnya mereka berdua saling bertatapan. 

"Cantik sekali tubuhmu Mbak... Andai aku bisa menjadi suamimu... " Kata Pak Darjo dalam hati sambil berulang kali menelan air ludah birahinya. Melihat tatapan matanya dibalas oleh Citra, Pak Darjo hanya bisa tersenyum kecut. 

***

Tak lama, Pak Darjo tiba di pekarangan kompleknya. Dengan santai, ia berjalan sambil melihat-lihat komplek perumahannya. "itu dia, rumah wanita idamanku... rumah nomor 2 dari ujung..."

TOK TOK TOK
"Mbak Citra...? Mmbakkk...?” panggil Pak Darjo.

Sepi. Tak terdengar kehidupan apapun. 
“Padahal ini hari sabtu, seharusnya mereka ada dirumah...” Batin lelaki tua itu yang tahu jika sabtu minggu adalah hari libur kantor Citra. Namun setelah beberapa kal mencoba mengetuk pintu rumah citra namun sama sekali tak ada respon, ia mulai merasa putus asa,"Wah sia sia nih aku datang kesini... "

TOK TOK TOK
"Mbaaaak....?" panggil Pak Darjo lagi.
"Apa mungkin neng Citra ada dibelakang ya...?" Dengan ragu-ragu Pak Darjo memutari rumah Citra, menuju pintu belakang dan mencoba mencoba mengetuk pintu lagi. 

TOK TOK TOK
Tetap saja hening. Namun tak lama kemudian, terdengar suara Maryati, istri Sunarto, penghuni sebelah rumah kontrakan Citra berteriak dari samping rumahnya 
"Eh Pak Darjo... Nyariin mbak Citra ya...?"
"Iya bu Mar... Tahu nggak Mbak Citra pergi kemana...?"
"Kayanya sih tadi sedang pergi makan siang bareng Pak Utet...."
"Pak Utet...?"
"Iya... Pak Utet.. Ojek pribadi Mbak Citra...”
”Masuk sini aja pak... Tunggu di dalam rumah saya... Mbak Citra mungkin sebentar lagi pulang” ajak Maryati.
”Nggak apa-apa bu... Saya tunggu didepan saja” jawab Pak Darjo kembali keteras rumah Citra. 

Benar, Tidak begitu lama terlihat sebuah sepeda motor butut muncul dari ujung komplek, seorang lelaki tua membonceng wanita jelita. 

“Busyet... Pakaiannya seksi sekali...” batin Pak Darjo. Sambil melihat ke arah wanita itu tanpa mengedipkan mata.

Siang itu, Citra hanya mengenakan sebuah daster bali berkain katun tipis warna warni yang pendek. Saking pendeknya, bawahan dasternya tak mampu menutupi paha mulusnya dengan sempurna. 

"Bentar ya pak saya mau turun... Tahan... Jangan digoyang-goyang motornya... Ntar saya jatuh..." Pinta Citra pada pak utet. 
"Hak hak hak .... Kalo digoyang mah yang ada mah moncrot keluar neng... Bukan jatuh..." Balas Pak Utet mesum.
"Idih... maunya tuh moncrot terus... Khan barusan juga udah dapet... Ntar abis tuh peju..."
"Yaaa.. Namanya juga nafsu Neng... Pasti minta dikeluarin terus... Apalagi kalo maennya ama Neng Citra... Sampe nginep-nginep juga bapak mau neng.."
"Bener yaaaa... Awas aja kalo nanti tau-tau minta pulang.... Hihihi..."
"Nggak bakalan neng... hak hak hak...."

Beruntung, karena melihat sosok Citra lekat-lekat, Pak Darjo tak mendengar perkataan mesum Citra dan Pak utet. Melihat Citra yang turun dari motor, Mata Pak Darjo seolah mau lepas dari tempatnya. Selain itu, karena Citra menurunkan beberapa macam belanjaan dari motor, membuat ia berulang kali harus menundukkan badannya. Dan dari depan jaket kain Citra yang tak tertutup rapat, Payudara besar Citra seolah turut menyapanya. Payudara tanpa bra itu kelihatan bergoyang-goyang seiring gerakan Citra.
"Busetttt tuuh teteeeekkk.... pasti enak tuh kalo dikenyot-kenyot...."

"Ehem.... Pak Darjo... " Kaget Citra yang sama sekali tak menyadari jika diteras rumahnya ada bapak pemilik kontrakan, "Tumben Pak dateng kesini..." Selah Citra membuyarkan lamunan lelaki gemuk itu ketika melihat kearah payudaranya.
"Eeh iya mbak..."
"Ada perlu apa ya...?” Sapa Citra berusaha sopan sambil melewati Pak Darjo yang sedang duduk di bangku teras rumahnya, membuka rumah lalu mengambil air putih, suguhan ala kadarnya buat Pak Darjo dan Pak Utet. Lagi-lagi, ketika Citra menyuguhkan air minum itu, Pak Darjo melihat payudara Citra yang bergelantungan manja dari luar dasternya yang berleher rendah.
"Uuuhhh... Jadi ngaceng aku melihat tubuh semok ini..." ujar Pak Darjo sambil membetulkan benda yang mulai mengeras diselakangannya.

Citra sebenarnya tahu jika maksud kedatangan Pak Darjo adalah untuk menagih rumah , cuman demi menjaga hubungan baik mereka, tetap saja ia harus menyembunyikan wajah kurang menyenangkannya. Dan dari ekor matanya, ia juga tahu jika sedari awal tadi, Pak Darjo tak henti-hentinya menatap mesum kearahnya.

"Silakan diminum pak... " Kata Citra mempersilakan tamu-tamunya menikmati suguhan air putih sambil duduk di kursi teras diseberang kursi Pak Darjo. Karena dasternya yang pendek, membuat paha putih mulus Citra kembali terlihat.

"Pak...?" Tanya Citra sambil melambai-lambaikan tangannya kewajah Pak Darjo. Membuyarkan lamunannya yang sudah mulai absurd.
"Ehh.. Eh iya mbak... Begini..." kembali Pak Darjo membetulkan selangkangannya. "Begini mbak Citra yang cantik... Maksud kedatangan saya kemari adalah... Sekedar Silaturahmi, sekaligus, ingin menagih janji mbak Citra....
"Oooo.. mau menagih duit kontrakan...?"
"Hehehe... Iya mbak... Berhubung si Srinah, tahu Srinah khan...?" Jelas Pak Darjo sok akrab.

Citra menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Si Srinah, istri ketiga saya akan melahirkan, otomatis saya harus menyiapkan segala macam kebutuhan buat biaya lahiran.... Nah oleh sebab itu saya kemari.... " Kata Pak Darjo menjelaskan dengan meta jelalatan menatap lawan bicaranya. ".... Mau minta bayaran sewa rumah dua bulan kemaren..."

Lagi-lagi mata mesumnya melirik tajam kearah selangkangan Citra yang sedikit terbuka. Mencoba merekam setiap jengkal paha mulus itu di dalam benaknya.

"Ooohhh gitu ya pak... Sebenernya sih saya mau bayar... Cuman kok ya, saya masih belum ada duit yang bisa dibayarkan... " Jelas Citra.
"Memangnya suami neng nggak pernah kasih duit...?"
"Ngasih sih pak... Cuman khan hanya buat hidup sehari-hari...."
"Lalu duit kontrakannya...?"
"Yaaah... boro-boro ngasih duit kontrakan pak... Wong buat makan aja kadang susah... Apalagi, akhir-akhir ini malah Mas Marwan juga jarang pulang.."
"Loooh...? Kok bisa jarang pulang....?"
"iya..."
"Berarti mbak Citra kesepian dong..." Celetuk Pak Darjo berusaha melucu.
"Enggak juga sih pak.. Khan masih ada Pak Utet yang menemani..." Jawab Citra lagi sambil menujuk ke arah Pak Utet yang sedari tadi sibuk mengelapi motor bututnya. Pak utet yang merasa namanya dipanggil Citra segera menengok sambil tersenyum kearah Pak Darjo.

"Mas Marwan masih sibuk dengan kerjaannya pak... jadi belum banyak bisa ngasih duit...."
"Masa kerja mulu tapi ga ngasih duit. Aneh..
"Ya gitu deh pak... Namanya juga pekerja lapangan.. Jadi ya jarang dirumah..."
"Lalu kira-kira kapan saya bisa dapet kepastian tanggal Mbak Citra bisa bayaran kontrakannya..?"

Tak menjawab, Citra hanya bisa menarik nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya.

"Waaduuuhhh... Ya ngak bisa gitu juga mbak... Saya udah tidak bisa memberikan toleransi lagi mbak.. Mbak sudah menunggak duit kontrakan lebih dari dua bulan.... Otomatis kalo mbak nggak bisa mbayar, mbak harus angkat kaki dari rumah ini secepatnya...." Ancam Pak Darjo.
"Ayolah pak...Saya mohon ya pak..."
"Nggak bisa Mbak... Orang yang mau nempatin rumah ini sudah banyak yang mengantri.."
"Janji deh pak... Beri saya waktu seminggu lagi....." 
"Hmmm... Gimana ya... Sebenarnya saya juga senang mbak... Rumah kontrakan saya ditempati oleh Mbak Citra yang cantik ini. Tapi kalo terus-terusan menunggak begini, bisa digoreng saya sama si Srinah dan istri-istri saya lainnya..."

"Saya bakal usahakan pak... Seminggu lagi mas Marwan pasti udah dapat duit buat bayar kontrakan kok... Percaya deh..."
"Kalo misalnya belum dapet duit juga...?"

Terdiam, citra tak mampu mengatakan apa-apa. Masalah ekonomi memang selalu menjadi masalah pelik buatnya. Terlebih saat ini, ia sudah tak memiliki barang berharga lagi. Dengan menarik nafas panjang, Citra menawarkan sebuah solusi yang tak mungkin dapat ditolak oleh Pak Darjo.

"Hhhmmm.. Kalo minggu depan saya masih belum bisa bayar duit kontrakan..." Citra menarik nafas lalu menghembuskan pelan, "Terserah bapak mau apakan saya..."
"Mau apakan gimana neng..?"
"Ya saya bersedia melakukan apapun pak... "
"Apapun...? Termasuk......."
Citra mengangguk. Mengiyakan. "Terserah bapak. Daripada saya harus tinggal dijalanan..."

Merasa percakapan antara pak Darjo dan Citra mulai mengarah ke arah yang kurang jelas, pak Utet langsung turun tangan. 

"Memangnya tagihan kontrakan Neng Citra berapa pak? " Tanya Pak Utet dengan nada cukup lantang.

Pak Darjo menatap tajam kearah Pak Utet dengan tatapan merendahkan. "Utangnya banyak pak... " Jawab Pak Darjo ketus.
"Sebanyak apa...?" Tanya Pak Utet lagi.
"Duit kontrakan rumah ini sebulannya 600 rebu... Ini mbak Citra sudah menunggak lebih dari dua bulan, dan sekarang mau masuk tagihan bulan ketiga.... " Jelas Pak Darjo, "Kenapa pak... Bapak mau bayarin...? Kaya sanggup saja...." Tambah Pak Darjo melecehkan.

Sambil tersenyum, Pak Utet mengeluarkan beberapa lembar uang dari kantongnya. "Ini saya ada duit 400 rebu, buat sekedar jaminan...." Kata lelaki tua itu sambil menyodorkan gepokan uang receh pada pa Darjo, "Santai saja pak... Neng Citra pasti bakal bayar kok...."
"Pak Utet... Gak usah repot repot pak..." cegah Citra sambil menahan tangan pak Utet mendekat ketubuh Pak Darjo.
"Nggak apa-apa neng... Santai saja..." Ucap Pak Utet sambil tersenyum, "Ini pak terima saja uangnya..."

Dengan perasaan malu, Pak Darjo segera menyembar semua uang receh dari tangan Pak Utet. Lalu, ia memperiksa lembara-lembaran uang itu sambil beberapa kali menerawang uang tersebut ke arah langit.

"Kampret... Gara-gara lelaki tua sialan, aku jadi gagal mendekati istri Marwan itu.." Gerutu Pak Darjo sambil beranjak pergi ," Okelah kalo begitu... Saya pergi dulu...." Tutup Pak Darjo sembari langsung beranjak pergi menginggalkan Citra dan Pak Utet.

"Pak... Makasih ya... " Ucap Citra sambil tak henti-hentinya tersenyum simpul.
"Makasih apaan neng...?"
"Makasih udah mbantuin aku.... Seharusnya bapak nggak perlu ngelakuin itu semua... Aku yakin kok bentar lagi mas Marwan pulang bawa banyak duit...."
"Hak hak hak... Halaaah...Gausah dipikirin Neng.."
"Kalo gitu saya balas dengan MPPPFFF...."

Kecup Citra melahap habis bibir tebal Pak Utet, sambil menggiringnya masuk kedalam rumah.

***

"Semprul...Kakek-kakek kampret....." Ucap Pak Darjo berulang kali sambil menyeruput secangkir kopi panasnya yang sudah mulai dingin. 
"Ada apa toh mas...? Kok mukanya kusut gitu...?" Tanya Limun, si pemilik warung kopi.
"Berantakan Munnn... Pokoknya... Berantakan..."
"Opone yang berantakan mas..?" tanya Limun lagi.
"Aku baru saja dipermalukan oleh tukang ojek jeleknya si Citra...?" Jelas Pak Darjo.
"Dipermalukan...? Maksudnya...?"
"Iya... Gara-gara lelaki kerempeng itu, aku tak bisa mendekati si Citra...."
"Owalaaahh... Emangnya bapak naksir istri Mas Marwan itu ya....?" Tebak Limun. 
"Kekekekekek.... Kenapa kamu...? Kaget...?" Tawa Pak Darjo lagi, "Boleh donk aku perlihara wanita jelita itu... Toh dia sering diterlantarkan oleh suaminya... Bayangin, punya bini secantik Citra, ga bakalan aku bolehin jalan kemana-mana... Sepanjang hari kerjanya cuman.... Kekekekekek ...." 
"Hahahaha... Ngimpi kowe mas...." 
"Wah.. gara-gara mbayangin si Citra, aku jadi ngaceng... Udah-udah Mun... Berapa totalannya... Aku mau pulang ke istri-istriku saja kalo gitu...."

Segera saja, Limun menghitung semua pesanan Pak Darjo, "Cuman lima belas ribu aja mas..."
"Eh... Mun... Sek sek... Handphone aku mana ya...?"

Sambil kebingungan, tiba-tiba ingatan Pak Darjo kembali ke rumah Citra. Sepertinya handphone itu tertinggal disana. Pak Darjo buru-buru membayar kopinya dan segera balik lagi kerumah Citra.

***

Tak berapa lama, Pak Darjo sudah sampai didepan pintu pagar rumah Citra.

"Kok sepi ya...?" Kata Pak Darjo sambil celingukan, "Tapi pintu depannya kok masih terbuka...?" Tambahnya lagi sambil celingukan. 
"Nah itu dia Handphone aku..." Girang Pak Darjo yang melihat telephon genggamnya masih berada di atas meja teras. 

Tanpa mengetuk pintu pagar, Pak Darjo masuk ke halaman rumah Citra, mengambil handphonenya lalu memasukkannya kedalam saku celana. Melihat pintu rumah yang melompong begitu saja, membuat keisengan pak Darjo muncul. Ia ingin mencari tahu, istri Marwan yang cantik jelita itu sedang apa di cuaca yang panas seperti ini. 

"Neng Cit...."

Tak sempt menyelesaikan panggilannya, mata Pak Darjo seketika itu langsung melotot. Terbelalak lebar menatap pemandangan dibalik pintu ruang tamu. Nampak, kedua insan yang bertelanjang bulat itu sedang melakukan sebuah permainan yang sangat melanggar norma-norma kesopanan. Tubuh Pak Utet rebahan di kursi sofa, sementara Citra duduk diatas selangkangannya. Pinggulnya dengan lincah bergerak maju mundur sambil kedua tangannya meremas-remas payudaranya yang menggelantung besar, mulutnya menceracau tak jelas sambil terus menjilati payudaranya yang besar.

Karena terlena melihat persetubuhan Citra dan Pak Utet, Pak darjo membuka pintu depan itu lebih lebar lagi. Namun tak dikira, ternyata pintu itu bersuara berisik sekali. 

KKKRRRRIIIEEETTTT....

Mendengar suara pintu rumahnya terbuka makin lebar, Citra buru-buru menengok ke arah suara itu berasal. Setelah tahu jika ada seseorang yang sedang mengintip perselingkuhannya, buru-buru ia meloncat, mencabut tusukan penis Pak utet yang masih bersarang di vaginanya, lalu berlari kedalam kamar. Begitu pula dengan Pak Utet. Sadar jika tunggangannya berlari panik, ia juga ikut-ikutan lari tunggang langgang menyusul Citra kedalam kamar.

"Mampus aku Neeeeng... Yang punya kontrakan dateng..." bingung Pak Utet.
"Tenang pak.... Tenang... Mungkin Pak Darjo tidak melihat kita..."
"Nggak mungkin Neng... Pasti bapak itu tadi melihat persetubuhan kita.... Bapak langsung pergi saja ya Neng... Khawatir bapak itu memanggil seluruh warga kampung..."

"Mbak...? Mbak Citra....? Permisi...." Suara panggilan Pak Darjo dari arah ruang tamu, "Mbak... Saya masuk ya... Ada yang ingin saya omongkan..." ucap Pak Darjo lagi. 

Dan beberapa saat kemudian, sosok lelaki itu sudah berada di depan pintu kamarnya. Perlahan, jemari gempal Pak Darjo menyibak horden.

Seketika, mata Pak Darjo kembali melotot ketika melihat pemandangan yang nampak di dalam kamar tidur Citra. Wanita seksi itu, hanya berdiri kaku sambil termenung bingung menatap sosok tua yang sedang tergesa-gesa mengenakan pakaian didepannya. Seumur-umur, Pak Darjo tak pernah melihat wanita dengan tubuh sesempurna Citra. 

Untuk sesaat, mereka bertiga hanya bisa saling memandang satu dengan yang lain. Saling terkesima. Pak Darjo terbelalak menyaksikan pemandangan Citra dan Pak Utet yang masih dalam keadaan telanjang, Pak utet masih kaget karena perselingkuhannya tertangkap basah, dan Citra hanya diam seribu bahasa karena tidak tau apa yang harus dilakukannya.

"HEH BANGSAT... SEDANG APA KAMU DISITU.." Teriak pak Darjo lantang sambil menyerbu masuk kekamar Citra. Dengan satu gerakan, Pak Darjo langsung membekuk Pak utet yang masih berusaha mengenakan pakaiannya. "KAMU SEDANG MEMPERKOSA ISTRI MARWAN YA...?"

"Memperkosa..?" Tanya Pak Utet bingung. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha melepas cengkraman tangan besar Pak Darjo sambil terus memakai semua pakaiannya. "Enak aja... Saya nggak memperkosa.. Neng Citra yang ngajak ngentot..."

Kaget sekaget-kagetnya, Pak Darjo sama sekali tak menyangka jika wanita secantik dan seanggun Citra, mau mengajak bercinta lelaki tua renta seperti Pak Utet. Seketika, Pak Darjo merasa kalah. Namun karena gengsi untuk meminta maaf, Pak Darjo tetap saja memelintir tangan lelaki tua itu.

"BANGSAT... NGGAK MUNGKIN... MBAK CITRA NGGAK MUNGKIN MINTA DITIDURIN OLEH LAKI-LAKI RENTA SEPERTIMU.... AYO... IKUT AKU KE KANTOR POLISI...."

"Jangan Pak... Jangan lapor ke kantor Polisi..." Tiba-tiba Citra mendekat dan menyentuh lengan tebalnya, ia seolah berusaha membebaskan Pak Utet dengan rayuannya. Luluh, Pak Darjo lalu melepaskan cengkeraman tangannya. Setelah bebas, buru-buru Pak Utet melanjutkan memakai pakaiannya lagi.
"Waduh, nggak bisa Mbak... Saya tak bisa membiarkan rumah kontrakan saya dijadikan sebagai tempat mesum oleh lelaki tua ini..." Jawab Pak Darjo dengan intonasi nada rendah.
Lagi-lagi, Citra menarik nafas panjang. " Maafin Pak Utet Pak.. Memang saya kok yang mengajak dia meniduri saya..."

Kembali, pak Darjo kaget. Ia benar-benar tak mengira jika wanita yang sedang bertelanjang bulat didepannya itu bakal senakal itu.

"Enggak Mbak. Saya tetap harus melaporkan kejadian ini.. Paling tidak, saya harus melaporkan kepada Pak RT atau Pak RW..."

".... Waduh Neng... Gimana nih...?" tanya Pak Utet bingung, "Kita bakal diarak warga keliling kampung..."
"Sebentar-sebentar... Nama anda siapa pak...? Anda sepertinya bukan warga sekitar sini khan...?"

Tak menjawab, pak utet terus saja mengenakan semua pakaiannya dengan buru-buru.
"Heh... Pak tua... JAWAB PERTANYAANKU..." hardik Pak Darjo sambil mendorong pak utet jatuh kearah kasur.
"Aku pulang saja ya Neng..." kata Pak Utet tak menggubris pertanyaan Pak darjo. Dengan batang penisnya yang masih berlumuran cairan vagina Citra, ia terus mengenakan pakaiannya. Dan setelah semuanya terpakai, dengan buru-buru Pak Utet pergi meninggalkan Citra. Dengan kecepatan super cepat, Pak Utet sudah bertengger di motor, siap-siap mengengkol mesin motor bututnya. 

Merasa tak digubris, Pak Darjo langsung naik pitam. Ia buru-buru menghambur keluar rumah dan menangkap Pak Utet yang hendak kabur. "HEH BANGSAT... SINI.. JANGAN KABUR...."

Tak ingin insiden ini semakin panas, Citra pun segera mengejar Pak Darjo keluar rumah dan memeluk tubuh lelaki gemuk itu. Dengan tak mempedulikan tubuh telanjangnya, ia menarik tangan Pak Darjo supaya melepas Pak Utet pergi.

"Pak... Jangan pak... Tolong biarin Pak Utet pergi...." Cegah Citra sambil memeluk tubuh pak Darjo dari belakang.
"Tidak bisa Mbak... Saya tetap harus melaporkan lelaki BANGSAT ini ke pihak berwajib...."

Pak Darjo heran dengan apa yang dilakukan Citra. Mengapa wanita cantik itu begitu ingin dirinya melepaskan lelaki tua ini.
"Pak jangan Pak.... "

Tanpa mendengar teriakan Citra, Pak Darjo terus saja mencekik leher pak Utet dan menyeret tubuh lelaki tua itu supaya turun dari motornya. Merasa usahanya sia-sia, Citra lalu melepaskan pelukannya lalu merentangkan tangannya lebar-lebar, mencegat kedua pria itu supaya tak bertengkar semakin panas.

"PAK DARJO... TOLONG LEPASIN PAK UTET...." teriak Citra lantang.
"Minggir Mbak..."
"Aku mohon pak... Lepaskan Pak Utet..."

Citra sadar jika usahanya sama sekali tak membuahkan hasil. Ia juga sadar, jika Pak Darjo tetap tak mau melepaskan selingkuhannya, keributan ini bakal menjadi lebih panjang, dan bisa menarik perhatian tetangga sekitarnya. Sehingga ujung-ujungnya, banyak orang yang tahu jika selama ini Citra sudah berbuat serong dengan lelaki lain.

Merasa tak ada jalan keluar, Citrapun akhirnya menggunakan jalan satu-satunya. "Jika bapak sudi melepaskan Pak Utet... Bapak boleh memilikiku jika bapak mau..."

Kalimat terakhir Citra sepertinya sangat ampuh meredam amarah Pak Darjo.
"Ke... Kenapa Mbak...?" Tanya lelaki gemuk itu seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar tadi.
"Barusan... Mbak bilang apa...?"

"Pak Darjo boleh memilikiku jika mau..."

Bak memenangkan undian togel, hati pak Darjo mendadak berbunga-bunga. Sebuah senyuman terukir di wajah gelap Pak Darjo. Lebar sekali, hingga ujung bibirnya bisa menyentuh telinga. "Mimpi apa ya aku semalam? Citra agustina akhirnya menyerahkan dirinya padaku.."

"Kamu sadar khan mbak maksud dari perkataanmu barusan....?"

Tak menjawab, Citra hanya menganggukkan kepala. 

Perlahan, ia melepas cengkraman tangannya pada leher Pak Utet, membiarkan lelaki tua itu kembali pergi. Tak ingin mensia-siakan kesempatan ini, Pak Utet buru-buru menstater motornya, lalu kabur meninggalkan komplek rumah kontrakan Citra.

"Sudah mbak.... Aku sudah melepaskan lelaki bajingan itu... " Kata pak Darjo sambil terus-terusan mengembangkan senyum liciknya, "Lalu.... Sekarang gimana...?"

Masih dengan diam, Citra buru-buru membalikkan badannya, lalu melangkah masuk kedalam rumahnya, dengan wajah kusut. Tampak kebingunan di wajah cantiknya. Ujung kedua alisnya bertaut. Dan kerut didahinya benar-benar terlihat jelas. Wanita jelita itu benar-benar bingung. Ia tak menyangka jika perselingkuhannya dengan Pak Utet bisa ketahuan karena ketelodarannya.

Mendadak, terlintas di benak Citra semua akibat dari perselingkuhan yang terlah ia lakukan. Mas Marwan murka, dan langsung menceraikan dirinya. Nama baiknya rusak. Tak ada kepercayaan lagi oleh orang sekitar terhadap dirinya. Dikucilkan dari masyarakat. 

Duduk di sofa ruang tamu, Citra hanya diam. Dewi keberuntungannya kali ini sama sekali tak bisa membantu masalahnya ini. 

Melihat Citra yang sedang bingung, Pak Darjo buru-buru mendekat kearah Citra. Ia lalu mengajak Citra pergi ke kamar tidurnya. Masih dalam kondisi bingung, Citra menuruti permintaan lelaki gemuk itu. Dan sesampainya di dalam kamar, Pak Darjo segera menubruk tubuh ramping Citra. Ia memeluk tubuh wanita cantik itu erat-erat, sambil mulai mengecupi kening dan pipi mulusnya.

Seketika, Citra tahu apa yang sedang pak Darjo mulai lakukan pada dirinya. Itu adalah konsekwensi dari kalimat terakhirnya. Iya, ia harus menyerahkan semua kehormatan dirinya kepada pemilik kontrakan bertubuh tambun ini. 

"Kehormatan....?" tanya citra dalam hati, "Memangnya aku masih punya kehormatan...?"
"Setelah bersetubuh dengan Pak Utet, Seto, dan sekarang Pak Darjo... Masih adakah kehormatan dari diriku yang masih tersisa...?"

Dalam menit-menit terakhir, akhirnya Citra menyerah. Setelah susah-susah berusaha mencari jalan keluar dari semua masalah yang menimpanya, mendadak Citra tersenyum.

"Tak apalah, jika aku harus melayani para lelaki-lelaki hidung belang itu... Karena paling tidak, aku tak harus pusing-pusing memikirkan beban ekonomi yang harus aku tanggung...."

Melihat wanita yang sedang dipeluknya mendadak senyum-senyum sendiri, Pak Darjo kembali menatap raut wajah dan tubuh telanjang Citra dalam-dalam. 
"Akhirnya aku bisa mendapatkan dirimu mbak..." Ucap Pak Darjo sebelum akhirnya ia memeluk kembali tubuh jelita Citra lagi. 

Citra dapat merasakan desah hembusan nafas birahi lelaki gemuk itu menerpa keningnya, matanya, pipinya, hingga lehernya. Tak ingin terlihat malu-malu, Citra lalu memejamkan mata , tak tau harus menolak atau menikmati kecupan mesra lelaki gemuk itu. Perlahan, birahi Citrapun mulai terusik kembali, apalagi setelah kecupan Pak Darjo mulai merambat sampai pada bibir tipisnya.

"Hangat sekali kecupanmu... Pak Darjo..." batin Citra sambil mulai mempersilakan lidah lelaki tua itu bermain dalam mulutnya. Tangan nakal Pak Darjo pun tak tinggal diam, mulai merayapi payudara, perut, pantat, vagina hingga paha Citra. Mencoba meresapi kehalusan kulit istri Marwan itu.

"Ehhhhmmm....." Desah Citra, menikmati usapan dan belaian serta kecupan bibir Pak Darjo. 

Melihat Citra hanya diam pasrah, Pak Darjo semakin bersemangat. Dari gerakan yang awalnya hanya mengusap dan membelai, hingga pada akhirnya ia mulai meremas, memilin dan mencubit. Apa saja ia remas, pantat, perut, pinggul hingga payudara Citra tidak luput dari remasannya. Hal ini semakin membuat Citra menjadi lemah tidak berdaya, nafsunya yang sempat padam karena ditinggal oleh lelaki pengecut seperti Pak Utet, perlahan mulai terbakar lagi. 

Sedikit demi sedikit Pak Darjo mendorong tubuh Citra ke arah kasur. 

Citra yang sudah dimabuk birahi itu hanya bisa menurut saja ketika ia diminta Pak Darjo untuk menurunkan tubuhnya dan duduk dikasur. Pak Darjo lalu mengikuti Citra duduk ditepi tempat tidur dan mulai memainkan lidahnya diseputar puting payudaranya.

Dengan sekali dorong, Pak Darjo merebahkan tubuh indah Citra kebelakang. Membuatnya telentang. Sekali lagi, lelaki tua itu mengamati keindahan tubuh Citra. Mengagumi setiap pori-pori kulitnya yang mulus tanpa luka. Mengagumi payudara besarnya yang membuncah indah. Mengagumi bibir vagina Citra yang gemuk seperti kue apem

Dalam diam, Citra mulai mengapai tubuh pak Darjo yang masih berdiri di samping tempat tidurnya. Berusaha meraih tonjolan daging yang tumbuh diselangkangan Pak Darjo. 

"Buka bajunya pak..." Ucap Citra lembut.
Melihat Citra mulai berinisiatif, Pak Darjo segera memelorotkan celana panjang beserta dalemannya. Tak lupa ia juga melucuti kemeja lusuhnya dan melemparnya ke sudur kamar. 

Pada akhirnya, tampaklah oleh Citra, tubuh hitam nan gemuk milik Pak Darjo. Walau penisnya tak terlalu panjang, tetap saja Citra merasa kagum akan kegemukannya. Irip ubi jalar. Kepalanya kecil, tapi batangnya benar-benar besar.

Perlahan, Pak Darjo mulai mengulik vagina Citra. Menggelitik mesra, sambil sesekali menjilat klitorisnya. Citra tak mengira jika gaya pemainan lelaki yang temperan itu benar-benar sopan. "Sepertinya, Pak Darjo bisa berlaku romantis juga... " Kata Citra dalam hati. Tak seperti permainan seks mas Marwan yang asal gabruk, tubruk, tusuk, dan akhirnya ambruk. Seruntulan.

Tidak puas hanya dengan hanya mengusap vaginanya, Pak Darjo mulai menusuk-nusukan jemarinya kevagina Citra yang telah basah oleh cairan birahinya. 

"Eeehhmmm....Pak..." Panggil Citra pelan
"Hmmmm...."
"Jangan laporin kejadian tadi ke Mas Marwan ya pak...."
"Kekekekek... Kita lihat saja nanti... " Kekeh lelaki gemuk itu.
"Tolong ya pak.... Jangan...."
"Trus kalo aku nggak lapor ke suamimu, aku dapet apa...?"
"Apa aja pak..."
"Apa saja itu gimana..? Aku nggak ngerti...." 

CLOK CLOK CLOK.
Rupanya vagina Citra sudah benar-benar basah, karena tak terasa, kocokan jemari Pak Darjo sudah diiringi oleh lendir-lendir liang vaginanya.

"Aku rela pak jadi MADUMU...."
"Kekekekekek .... Kalo aku nggak mau gimana...?"
"Kamu nggak mau pak...?"
"Buat apa wanita tukang selingkuh sepertimu dijadikan maduku...?" Ejek Pak Darjo.

Citra hanya diam.

"Kamu pasti wanita murahan.... Sama lelaki tua aja mau diajak ngentot.."
"Ayo coba ngaku, kamu sudah berselingkuh ama berapa orang..?"

Lagi-lagi Citra diam, tak menjawab,

"Kekekekekek.... Aku yakin kamu sudah dipake banyak orang..." Ejek Pak Darjo sambil terus mengocok vagina banjir Citra cepat-cepat.

CLOK CLOK CLOK

"Dasar LONTE.... "

Mendengar hinaan Pak Darjo, Citra buru-buru bangkit. Ia langsung berdiri dan meninggalkan pak Darjo. Walau ia sudah benar-benar bernafsu, namun panggilan Pak Darjo buat dirinya tadi membuatnya emosi.

"Heh... Lonte.. Mau kemana...?" Tanya Pak Darjo sambil mengamit tangan kecil Citra. Dengan sekali kibas, lelaki gemuk itu membanting tubuh kecil Citra keras-keras ke kasur.

"Aaaawww.... Pakk..." Rintih Citra begitu tubuhnya terhempas ke atas kasur, "Kasar banget kamu pak..."
"Jangan sok suci Mbak.... Lonte sepertimu harusnya tak aku perbolehkan tinggal di sini..."
"Lepasin...!" 
"Udahlah Mbak... Ga usah banyak bacot... "
"Aku bisa teriak pak..."
"Kekekekek... Teriak saja mbak... Biar sekalian orang kampung tahu, betapa binalnya dirimu... " Ujar Pak Darjo, "Udah nggak bisa bayar kontrakan, pamerin tubuh telanjang biar nggak jadi ditagih duit sewa.. Gitu ya...? Orang-orang pasti bakalnya berpikir seperti itu.. Kekekekekek...." 

"Sialan.... Apa yang dikatakan lelaki busuk ini ternyata cukup masuk akal..." Gerutu Citra.

"Ayo... Sekarang kamu nungging..." Pinta Pak Darjo kasar. "Kalo kamu mau jadi MADUKU.... Kamu harus layani aku dengan segenap hatimu.... LONTE MURAHAN...."

Tak pernah seumur-umur Citra dilecehkan seperti ini. Lonte. Dengan tatapan penuh amarah, Citra tak menjawab pertanyaan Pak Darjo, ia hanya terus menatap tajam kearah lelaki gemuk itu.

"Gimana...? Mbak Citra Agustina yang terhormat.... Apakah kamu mau kamu jadi lonteku...?" Goda Pak Darjo semakin mempercepat kocokan jemarinya ke liang kenikmatan Citra.

CLOK CLOK CLOK

"Jawab...!" Bentak Pak Darjo lagi. "Mau nggak kamu jadi lonteku...?"

Tanpa menunggu jawaban Citra, Pak Darjo segera membekuk tangan Citra kesamping tubuh rampingnya. Lalu dengan satu tangan lainnya, ia menindih dan memasukkan alat kelaminnya kedalam kemaluan istri Marwan itu dalam-dalam. Vagina Citra yang sudah benar-benar basah, segera saja menyambut penis gempal pak Darjo.

CLEP...

Tak mampu bergerak, Citra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya. Dalam penolakannya, ia berusaha merasakan kenikmatan tusukan kasar dari penis gemuk Pak Darjo. Walau penis itu tak sebesar dan sepanjang penis Pak Utet, tetap saja, mampu membuat birahinya kembali menggelegak.

Tak lama, kemaluan Pak Darjo berhasil melesak seluruhnya. Sejenak, mereka terdiam sambil saling merasakan kenikmatan persetubuhannya,

"Gimana mbak....? Kamu mau jadi LONTEKU...?"
Tak menjawab. Citra hanya diam sambil terus menatap tajam kearah Pak Darjo. Citra sama sekali tak mengira, jika lelaki yang dihormatinya itu bakal melakukan tindakan hina seperti ini. Pak Darjo tega memperkosa Citra di rumahnya sendiri, di atas kasur yang biasa ia gunakan untuk bersetubuh dengan suaminya.

"Nggak usah kamu jawab juga aku sudah tahu mbak..." Ucap Pak Darjo penuh keyakinan. "Liat aja memek kamu yang membanjir seperti ini, aku tahu jika kamu suka diperlakukan seperti ini ya...? Kekekekek...." 

Sekali lagi, Citra dibuat malu oleh lelaki gemuk itu. Apa yang dikatakan oleh lelaki gemuk itu benar. Walau wajahnya menunjukkan penolakan terhadap apa yang sedang dilakukan Pak Darjo pada dirinya, tubuhnya tidak sama sekali. Tubuh moleknya justru menikmatinya.

"Aku tahu... Kamu bakal bersedia Mbak... Kekekekek..." Tawa Pak Darjo. Dengan kecepatan tinggi, lelaki gemuk itu mulai menggenjot penisnya keliang vagina Citra. Menusuk dan mencabut batang gemuknya dengan kecepatan tinggi.

"Wuuuoooooo.... Sempit banget memekmu mbak... " puji Darjo, yang seumur-umur belum pernah merasakan vagina sesempit milik Citra. Walaupun ia telah sering menikah, tak satupun dari ketiga istrinya yang memiliki vagina seperet Citra. "Aku nggak ngira... Lonte Cantik sepertimu punya memek yang menggigit seperti ini...."

"Ehhmmm.. Ssshhshhhhsss...." 

Mendapat tusukan cepat seperti itu, mau tak mau membuat Citra akhirnya mulai mendesah keenakan. Rupanya ia tak kuat juga menahan gempuran birahi penis Pak Darjo. Perlahan, erangan dan desahan kenikmatan meluncur dari bibir tipis Citra.

"Kekekek.... Kenapa mbak...?" Goda Pak Darjo yang tiba-tiba mencabut penisnya dari vagina Citra.
"Ooohhh...." Erang Citra, " Paakk....."
"Kenapa mbak....? Pengen lagi..." 

CLOP. Pak Darjo kembali menusukkan penisnya lalu mencabut kembali. 

"Ooohhhmmm.... Ssshhh... Pak..."

"Kekekek... Mukamu lucu sekali mbak...."

CLOP. Lagi-lagi Pak Darjo menggoda Citra. Dengan santai ia menghujamkan penis gemuknya lalu mencabutnya kembali. "Kekekekekek...."

Merasa dipermainkan seperti itu, membuat Citra meronta-ronta nikmat.

"PAK DARJO... ENTOT AKU PAAKK... JANGAN PERMAINKAN NAFSUKU... " Jerit Citra.

"Kekekekekek.... Gimana Mbak...? Kamu bersedia jadi LONTEKU..?"
"Ooohh.... Iya pak... "
"Iya Apa...?"
"IYA PAAAKK.. AKU BERSEEEDDDIIIAAAAA...." Erang Citra lagi.
"Kekekekekek..."

Mendengar lawan bercintanya mulai mendesah-desah, Pak Darjo pun semakin cepat menggerakkan pinggulnua. Menghujamkan batang penisnya dalam-dalam ke vagina sempit Citra.
"Enak ya mbak...?"
"Ehhmmmm...."
"Kekekekek.... Dasar lonte..."

Suhu Sabtu siang yang sudah panas, semakin dibuat panas oleh kelakuan bejat mereka. Dan tak lama kemudian, desahan lantang pun mulai terdengar nyaring di komplek yang sedang sepi begini.

Mendengar panggilan kasar Pak Darjo kali ini, entah kenapa tak membuat Citra sakit hati. Malah, ia semakin bernafsu untuk dapat mengalahkan stamina lelaki gemuk yang sedang mencucuki vaginanya.

Namun apa daya, persetubuhan dengan Pak Utet sebelumnya, cukup membawa dampak besar bagi Citra. Terbukti, gelombang orgasmenya langsung menerpa. Dari pangkal pahanya, rasa panas mulai menjalar naik ke rahimnya, membawa sengatan-sengatan orgasme semakin mendekat.

Begitupun oleh Pak Darjo, gelijang tubuh Citra yang hendak orgasme sangat terasa olehnya. Istri Marwan itu lalu berulang kali mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi disertai gerakan kepanya yang tak terkontrol. Dan benar, beberapa detik kemudian, tubuh Citra bergetar hebat, disertai cengkraman kukunya pada punggung gemuk Pak Darjo.
"Pak... Aku keluar.... AKU KELUUUUAAAARRRR PAAAAKKKK.."

CREET CREET CREECETT.
Semprotan lendir birahi keluar dari vagina sempit Citra, diiringi oleh kedutan hebat dinding-dinding rahimnya.

Merasakan pijatan vagina yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, Pak Darjo pun tiba-tiba merasa ingin orgasme. Dengan kecepatan maksimal ia kemudian memacu gerakan pinggulnya naik turun, sembari menindih dan memainkan payudara Citra yang nampak tak berdaya sama sekali setelah ia mendapatkan orgasmenya. 
"Aku juga keluar Mbak... AAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRGGGGGGGGGGHHHHHHHHH...."

CROT CROT CROCOOOT....

Tak terbayangkan nikmat yang dirasakan Pak Darjo ketika menyemburkan benih-benih kejantanannya kedalam rahim Citra. Nikmat di ujung penisnya berasa langsung menyebar ke seluruh penjuru syaraf tubuhnya. Menghantarkan getaran-getaran enak yang tak mampu terlukiskan dengan kata-kata.

"Ini adalah orgasme terhebatku. Orgasme yang tak pernah aku dapatkan dari ketiga istriku..." Batin Pak darjo sembari menghempas-hempaskan pinggul gemuknya, memerah semua spermanya untuk masuk kedalam rahim Citra. Sejenak, Pak Darjo terdiam. Sambil terus menatap wajah ayu Citra yang damai karena baru mendapatkan orgasmenya, Pak Darjo pun tersenyum penuh arti.

Keduanya nampak begitu capai. Terkulai lemas. Hingga akhirnya Pak Darjo menghempaskan tubuh gemuknya disamping tubuh raming Citra. Tak lama kemudian, mereka berdua tertidur di bawah panasnya udara siang yang begitu menyengat. Tertidur dengan tanpa mengenakan selembar pakaianpun. Tertidur dengan pintu depan yang masih terbuka lebar.

Semenjak persetubuhan pertama Citra dan Seto di bioskop beberapa malam kemarin, hari-hari Citra seolah mendadak dipenuhi oleh sosok suami Anissa itu. Pagi, siang malam, Citra tak henti-hentinya selalu tersenyum bahagia. 

TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...
Suara dering SMS memecah sunyinya pagi.

"Hehehe..... Mbak liat nggak muka bapak yang sedang liat tetek besarmu kemaren, khan dijewer ama istrinya." Sms Seto.
"Masa sih..? 
"Iya Mbak, trus cowo sipit yang photo-photoin kamu juga gitu, matanya kaya mau copot pas liat kamu teler... Ga brenti-brenti selfie..."
"Iya ya..? Kok aku nggak tahu..."
"Gimana bisa tahu kalo kamu sedang merem-melek abis ngecrit keenakan gitu.hehehehe..."
"Huuuu.... Khan ngecritnya juga gara-gara kamu Set... Hihihihi..."
"Enak nggak ngentot ama aku...?"
"Nggak enak... "
"Loh kok....? Padahal Anissa selalu minta nambah loh..." 
"Iya bener, enggak enak.... Enggak enak kalo ngentotnya cuman sekali.... Hihihiihi...."

"Kok kamu ketawa-tawa sendiri dek...?" Tanya Marwan melihat istrinya kegelian sambil menatap layar handphonenya. 
"Eh mas... Ini loh... Aku sedang bercanda dengan Minda... " Bohong Citra yang sebenarnya sedang berSMS ria dengan Seto.
"Minda temen kantor kamu....?" 
"Ho'oh..."

"Hahahaha... Dasar istri binal... Harus dikasih pelajaran...." Sambung Seto
"Pelajaran...? Emangnya aku anak sekolahan...?"
"Iya... Kamu murid nakal yang harus dikasih banyak hukuman..."
"Hukuman apa...?" Tanya Citra
"Disodok-sodok ama kontol... Hehehehe..."
"Uuuuhh... Maaau dooonk... Pasti enak banget tuh..."
"Beneran nih...? Emang kapan bisanya lagi Mbak...?"
"Hmmm... Sekarang juga boleh... Yuk... Mumpung aku masih belom pake baju...."
"Hahahaha. Gila... Masih ada Mas Marwan kali mbak..."
"Nggak apa-apa, khan bisa main threesome..." Tantang Citra
"Bener yaaaa... Aku kesana sekarang nih..." Balas Seto lagi

"Seru amat SMSannya dek...?" Sindir Marwan yang masih terus memperhatikan istrinya, "Aku sampe nggak dibantuin..."

BRUK BRUK BRUK
Bunyi baju Marwan yang ditumpuk sekenanya didalam koper, sama sekali tak beraturan. Berantakan. Sengaja, Marwan berusaha membuat citra mengalihkan perhatiannya dari gadget yang ada ditangannya. Namun sia-sia, Citra masih saja berchit-chat seru dengan handphonenya 

"Iya nih mas... Si Minda lagi kasmaran nih.."
"Kasmaran...? Bukannya dia sudah bersuami..? Dan suaminya juga sedang berlayar khan..?"
"Iya ... Minda sedang naksir tetangganya... Lucu banget deh mas.. Hihihihi...."
"Naksir tetangga.? Kaya kamu naksir Seto gitu..?" 

Mendengar sindiran Marwan Citra buru-buru menghentikan chattingnya.

"Ehh.. Ka. Kamu jadi pergi lagi mas...?" Tanya Citra yang buru-buru membantu suaminya packing. Merapikan bajunya supaya muat kedalam koper.
"Iya Dek... Sepertinya proyek tanah aku yang di kota perlu penanganan serius... Jadi aku harus lebih banyak jaga disana... Yaaah... Moga-moga aja tembus deh..." Jelas Marwan.
"Moga-moga tembus ya Mas.. "
"Semoga aja begitu... Jadinya mas khan bisa segera panen..." 
"Panen....? Yeeeiy.. Itu artinya aku bisa belanja lagi donk mas..?" Celetuk Citra girang, " Beli perhiasan, perabotan, nambah baju, rok, tas, boleh ya mas...?"
"Iya.iya.... Boleh kok sayangnya akuuuu... Makanya doain aku terus..."

TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...
Suara dering handhone Citra berbunyi, tapi ia mengacuhkannya.

"Pasti mas... Jadi kira-kira berapa lama kamu bakal keluar kota mas...?"
"Yaaaahh... Mungkin semingguan dek... Emangnya kenapa...?"

TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...

"Nggak kenapa-napa mas... Cuman, kalo kamu lama dikota, khan aku jadi kesepian..."
"Kamu ajak aja si Anissa buat nginep bareng dek.... "
"Beneran mas..?"
"Iya... Khan sudah biasa kamu ajak Anissa nginep... Asal kamu nggak ngajak suaminya Anissa buat nginep aja..."
"Ih kamu mas... Ada-ada aja.... Hihihihi...." Geli Citra sambil terus membantu Marwan mengemasi pakaiannya, "Kamu belom tahu aja mas, kalau istri tercintamu ini malah sudah merasakan kenikmatan bersetubuh dengan Seto....Hihihi... " Batin Citra.

TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...

"Ya sudah, kamu beresin semua baju aku ya Dek... Aku mau mandi dulu..." Ucap Marwan sambil berlalu meninggalkan Citra sendiri di dalam kamar.

TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...
Suara dering SMS handhone Citra terus-terusan berbunyi. Berhubung marwan sedang ke kamar mandi, ia buru-buru mengambil handphonenya dan membaca semua pesan yang masuk. 

"Cantik..."
"Sayang..."
"Semok..."
"Memek pereeeettt..."
"Tetek bruuutaaaalll.."
"Istri binaaalll..."

Membaca berbagai macam sebutan cinta Seto untuknya, Citra hanya bisa tersenyum. 
"Iyaaaaa kontol peyooootttt.... Sabar napa... Tadi aku sedang ngobrol ama Mas Marwan..."
"Hehehe.. Gimana.? Jadi ngentot bertiga nggak...?"
"Hmmm.... Jadi nggak yaaa...?"
"Udah.. Jadi aja ya.... Aku sudah didepan nih... Gapapa deh, parohan badan ama suami kamu, yang penting aku dapet nyodok-nyodok kontolku ke memek kamu mbak... hehehe..."
"Hihihihi... Otak mesum.... Udah ah... Kita berangkat kantor aja dulu... Urusan nyodokin memek akunya, ntar malem aja..." 

Buru-buru, istri marwan segera berpakaian lalu berjalan kebelakang, pamit kepada suaminya.
"Mas... Aku jalan dulu yaaa...." Teriak Citra dari luar pintu kamar mandi.
"Udah mau jalan Dek...?" Jawab Marwan.
"Iya mas... Si Seto ngajakin berangkat bareng lagi..."
"Looohh.. Kok sama Seto... "
"Gapapa ya maaaasss...? Khan cuman nganterin doang...."
"Memangnya Pak Utet kemana sih...? Udah hampir seminggu ini dia ga pernah muncul...?"
"Pak Utet...? Hmmm Pak Utet sudah nggak bisa jemput aku lagi mas.... Dia sekarang tiap pagi harus nganter bininya belanja kepasar..." Bohong Citra.

***

Tragedi sabtu kelabu. Begitulah Citra menyebutnya. Saat dimana perselingkuhannya dengan Pak Utet diketahui oleh Pak Darjo, si pemilik kontrakan. Dan semenjak saat itu, Pak Utet menjadi jarang bermain ke rumah Citra. 

"Nggak boleh ketemu kamu dirumah khan bukan berarti nggak kita nggak bisa jalan lagi Neng. Bapak masih bisa melayani nafsu birahimu dikantor..." Ucap Pak Utet sembari menurunkan resleting celananya. Lalu mengeluarkan penis besarnyanya. Menyajikan kepada Citra yang sedang duduk di meja kerjanya. 

Tak perlu waktu lama, penis Pak Utet langsung menjulang tinggi. Menegang keras, disertai kedutan-kedutan birahinya. Seperti hari-hari sebelumnya yang sepi, siang itu Pak Utet kembali mengajak istri Marwan itu untuk memuaskan birahinya. 

"Yuk Neng.... Aku sudah siap nih...." Kata Pak Utet santai sambil menepuk-nepuk dan menggoser-goserkan batang penisnya yang sudah mengeras itu di lengan Citra. Sengaja memepperkan cairan birahinya ke kulit mulus wanita yan ada disampingnya, "Kita tuntasin persetubuhan kita yang tertunda kemaren..." Ucap Pak Utet sambil mulai meremasi payudara Citra dari luar blousenya.

"Nggak pak... Sepertinya kita jangan terusin hubungan ini lagi.. Aku takut..." Tolak Citra.
"Takut apaan...? Ngentot itu enak Neng.... Sama sekali nggak nakutin... Hakhakhak..." Kata Pak Utet yang mulai mengocoki penisnya perlahan.
"Nggak pak."
"Kok enggak sih neng....? Kenapa...?" 
"Aku takut kita ketahuan orang lain lagi Pak... "
"Ketahuan ama siapa....? Wong kantor ini sekarang sepi..." Kata Pak Utet sembari terus mengocok penisnya, "Ayolah Neng... Nih lihat kontol bapak.... Sudah siap nyodok-nyodokin memek kamu..."

Citra menggeleng. Berusaha tak melihat penis besar milik lelaki tua itu. Dirinya tahu, jika sekali saja ia menatap penis besar Pak utet, nafsu birahinya bisa langsung meledak-ledak. 

"Beneran Pak... Aku takut..." Kata Citra.
"Takut apaan sih Neng...? Bapak nggak ngerti...?" Tanya Pak Utet bingung.
"Inget nggak pak, ketika kemaren bapak maen kerumah.... Kita ngentot... Trus ketahuan ama Pak Darjo...?"

Pak Utet terdiam. Menyimak setiap perkataan Citra.

"Dia mengancam akan memberitahukan hubungan kita dengan Mas Marwan...."
"Trus... Si Gendut itu lapor suamimu nggak...?"

Citra menggeleng.

"Hakhakhak....Yaudah... Itu tandanya kamu nggak perlu takut Neng.."
"Tapi khan demi supaya Pak Darjo nggak laporin hubungan kita ke Mas Marwan, aku harus mau menjadi...."
"Iya bapak tahu...." Potong Pak Utet singkat. "Kamu harus jadi madunya khan...?"

Wanita cantik itu mengangguk.

"Ya nggak apa-apa kali Neng.... Toh dengan jadi madunya, kamu jadi nggak perlu bingung dengan uang kontrakan.... Udah ada yang nanggung...."

Pemikiran Pak Utet persis seperti apa yang Citra pikirkan kala itu.

"Lagian... Kalo dari yang bapak lihat dari kejadian kemaren, kayaknya kamu benar-benar menikmati jadi madu lelaki gendut itu..." 

Citra diam. Wajahnya memerah. Malu. Buru-buru, ia membereskan piring makan siangnya dan beranjak pergi. "Bener juga... Walau jadi madu...Paling tidak, aku tak perlu kebingungan lagi jika Pak Darjo menagih uang kontrakan..." batin Citra sambil berjalan menjauh, meninggalkan Pak Utet yang sedang asyik-asyiknya mengocok batang penisnya dibelakang.

"Loh Neng... Ini gimana...?" Tanya Pak Utet kebingungan.
"Lain kali aja deh pak... " Tolak Citra halus, "Aku sedang nggak mood... "


***

TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...
Suara dering SMS mengagetkan lamunan Citra.

"Memek Perawan... Kamu dimana..?" Pesan Seto lagi.
"Bentaaaarrr...Aku ijin suamiku dulu...."

"Maaaassss... Aku udah kesiangan nih... Aku boleh ya berangkat bareng Seto...?"

CKLEK
Marwan membuka pintu kamar mandinya, sekedar mengecek istrinya.

"Hmmm... Emang ya kamu harus berangkat ama dia...?" Tanya Marwan.
"Lalu...? Aku harus berangkat sama siapa mas...? Pak Utet...? Dia nggak bisa maaaasss.." Balas Citra Sewot, "...Ama kamu....? Kaya kamu bisa aja...."
"Khan masih ada angkot Deekk..."
"Yah mas... Udah siang inih... Kalo mau pake angkot, bisa makin telat aku masuk kantornya..."

Melihat kebawelan istrinya mulai muncul, Marwan buru-buru menyudahi perdebatan mereka. "Yauda deh... Terserah kamu aja...." Ijin Marwan.
"Naaahh.... Gitu doooong....Makasih suamiku sayaaanngg.... Hihihi..." Pamit Citra sambil buru-buru jongkok didepan tubuh telanjang suaminya, lalu mengecup dan menyelomoti penis Marwan yang menggantung manja itu dengan santai.
"Uuuuhhh.... Deeekk..." Desah Marwan keenakan. Merasakan jilatan dan sedotan bibir istrinya, penis basah Marwan yang semula tidur, seketika itu bangun. Tegang, mengeras.

Sengaja, Citra memberikan jamuan paginya sebelum suaminya berangkat keluar kota. Dengan kuat, Citra mencucupi penis suaminya. Berusaha memberikan kenikmatan buat suami tercintanya. "Cuup cupp... Slurrp...Biar kerja ke kotanya semangat ya mas.... Sluuurrppp...."

"Enak banget dekkk..." Desah Marwan sambil mulai memaju mundurkan pinggulnya, mencoba menyetubuhi mulut dan kerongkongan Citra yang menjepit batang kelaminnya lekat-lekat. "Hoooohhhsss.... Mulut kamu berasa kaya memek deeeek.. Enak baaaanggeeetttt...."
"Enyootin haja maaaahhss..." Ucap Citra dengan mulut penuh batang penis Marwan. "Pejuhin istlimu inyih....

"Aku mau keluar dek..." Erang Marwan kuat sambil memegang belakang kepala Citra. Dengan gerakan brutal ia menyodokkan batang penisnya dalam-dalam ke mulut Citra, seolah mulut itu adalah vagina istrinya.
"Ooooohhhh.... Aku nggak tahan lagi dek...Aku keluaaaaarrrr..."

CRET CREEET CREECEET

Penis Marwan meledak dengan nikmat, enam semburan hangat menyerbu kerongkongan Citra, menghantarkan jutaan benih kejantanannya masuk kedalam perut istrinya

"Banyak banget mas pejuhmu..." Ucap Citra genit sambil terus menjilati batang penis suaminya hingga bersih.
"Hooohhmm... Kamu binal banget sekarang dek.."
"Hehehe... Siapa dulu dong suaminya....?" Ucap Citra manja sambil mencium tangan Marwan. "Dah yaaa mas.. Aku berangkat kerja ama Seto dulu....."


***
“Kok Nasi gorengnya nggak dimakan Mbak…? Aku habisin yaa…Mubazir loh… Hehehe…”

Sambil tersenyum, Citra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku Seto. Lelaki yang akhir-akhir ini begitu menyita waktu dan ruang di hatinya. Suami Anissa itu terlihat begitu lucu, menyenangkan dan enak diajak menghabiskan waktu. 

Jarum jam di pergelangan tangan Citra sudah menunjukkan pukul 21.30, itu artinya malam sudah semakin larut. Mendadak, senyum diwajahnya menghilang, tergantikan dengan kerutan tipis didahinya. 

Citra sadar jika sebentar lagi, mereka harus mengakhiri pertemuan ini. Pertemuan sepulang kerja yang setidaknya sudah berjalan sekitar dua minggu. Pertemuan sayang sepasang lelaki dan perempuan yang masing-masing dari mereka sudah memiliki keluarga. 

Sekilas, Citra melirik layar di handphonenya. Sama sekali tak ada kabar dari Marwan, yang ada justru SMS mesum dari Pak Darjo, si pemilik rumah kontrakan. 
“Hallooo Mbak Citra cantik…. Sedang apa …?”
“Mbak Citra, kebetulan aku lewat depan rumahmu… Aku mampir yaaa…?”
“Mbak… Rumahnya kok kosong…? Kata ibu sebelah, suamimu sedang keluar kota ya…? Padahal aku sedang ada perlu ama Mas Marwan…” 
“Mbak Cantik… kok SMSku nggak dibales….?”
“Mbak Sayang… Berhubung suamimu nggak dirumah, ntar malem aku temenin yaaa.. Pasti kamu kesepian…”
“Mbaaaakkkk….Kamu pulang jam berapa…?”

Walau Pak Darjo berulang kali mengirimkan SMS, Citra sama sekali tak menghiraukannya. Pikirannya kalut. 

“Sialan…Tahu jika dirumah tak ada Mas Marwan…. Pak Darjo pasti ingin meminta jatah tutup mulutnya…” Batin Citra. “Lelaki gendut itu pasti ingin meniduriku…” Mendadak ada sebuah ketakutan dihati Citra. . 

“Kenapa mbak….? Kok mukanya pucet gitu…?” Tanya Seto lirih.
“Eee… Nggak ada apa-apa kok Set….” Jawab Citra sambil buru-buru mematikan handphonenya lalu memasukkannya ke dalam tas. 
“Bener nggak ada apa-apa…?”

Diam, Citra menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Aku malas pulang Set…” Kata Citra pelan.
“Loh kok….? Ntar dicariin suamimu loh…”

Citra diam lagi, menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya pelan.

“Mas Marwan malam ini nggak pulang….” Jelas Citra, “ Malam besok juga… Dan malam besoknya lagi.. Malam besoknya lagi… Dia kira-kira semingguan dikota….”
“Oooowww…” Ucap Seto sambil menenggak es teh disampingnya, “GLEG GLEG GLEG…”

“Set...”
“Iya mbak..”
“Kalo kita nggak usah pulang gimana?” Tanya Citra, “ Kamu mau nemenin aku nggak...?”
“Maksud Mbak nginep...?” Tanya Seto balik.

Citra tak menjawab, hanya mengangguk pelan. Berharap Seto menyetujui idenya.

“Beneran kamu mau nginep…?”“

Lagi- lagi Citra menganggukkan kepalanya.

“Hmmm... Aku sih bisa saja mbak... Kebetulan Anissa juga masih mudik kekampungnya… Jadi aku bebas malam ini...”
“Waahhh... Cocok donk....” Ucap Citra, “Jadi bisa dong kamu nemeni aku…?”
“Hehehe… Buat bidadari kaya kamu mah… Apa sih yang nggak…?”
“Hihihi… Gombal….” Canda Citra, “ Tapi....Tapi.... Aku nggak tahu harus nginep dimana Set... Aku khan belum pernah minggat....”
“Hehehe... Tenang saja mbak... Kalo urusan nginep, serahkan saja padaku mbak... Aku kenal banyak manager hotel....”
“Hihihihi... Iya percaya.... Secara cowok playboy kaya kamu nggak mungkin nggak punya banyak kenalan orang hotel..” Celetuk Citra.
“Hahahaha.... Ketahuan deh....”
“Dasar cabul... Tapi Set... Aku nggak mau kalo kita nginep dihotel... Aku takut... Akhir-akhir ini khan banyak penggerebekan....” 
“ Trus gimana mbak...?” Tanya Seto bingung. 
“Aku juga nggak ngerti.... Terserah kamu ajalah Set... Aku mah nurut saja...”
“ Hmmmm.... “ 

Sejenak, Seto terdiam. Matanya berputar-putar menatap plafon. Berusaha mengingat-ingat tempat yang paling pas untuk mereka singgahi malam ini.

“Tapi Set… Kalo kamu nggak punya kenalan tempat, gapapadeh... Kita pulang aja...” ucap Citra dengan nada sedikit putus asa.
“Ada sih Mbak…. Cuman lokasinya agak jauh...”
“Nggak apa-apa Set… Yang penting malam ini aku pengen seneng-seneng dulu… Hihihi…”
“Kamu kenapa sih mbak…? Kok tumben ngajak nginep-nginep gini…?”
“Hihihi… Aku lagi males pulang aja sih, sepi dirumah sendirian… Lagian, khan aku pengen makin deket ama kamu Setooo….” Goda Citra.
“Hahahahaha… Dasar Mbakku yang geniitt… Pinter banget dah ah ngegombalnya…”
“Yowes yuukkk… ”


Dengan hanya berbekal baju yang melekat ditubuhnya, mereka berdua nekat memutuskan untuk menghabiskan malam itu bersama. Dengan motor bebeknya Seto langsung memutar gas, mengajak istri Marwan itu melesat jauh menembus gelapnya malam. Sambil memeluk tubuh Seto kencang-kencang, Citra menempelkan payudaranya. Sengaja guna membuat kehangatan diantara mereka berdua semakin erat .

“Tempatnya masih jauh Set...?” Tanya Citra tak sabaran, “Udah mulai gerimis nih…”
“Sebentar lagi kok mbak....” Ucap Seto yang terus menerus menggeber motor bebeknya, naik ke jalanan pegunungan yang berliku-liku, “Beberapa tanjakan lagi kita bisa sampai di tujuan…”

Dan benar saja, setelah melewati beberapa tikungan dan tanjakan, akhirnya mereka berdua tiba di tujuan. Sebuah rumah mungil dua lantai yang berada di lereng bukit. Lantai dasar digunakan sebagai tempat rumah makan, dan lantai atasnya digunakan sebagai tempat tinggal.

“Kita udah sampai mbak… Yuk masuk…“ Kata Seto sambil mengamit tangan Citra, “Sebelum gerimisnya makin deras…”

“Hoi Woto...” Teriak Seto memanggil seorang lelaki kurus berambut gondrong, yang sedang mengipasi puluhan sate yang ada dihadapannya.
“Hoooiii Setooo....”. Balas lelaki itu. Buru-buru, ia mempercepat kipasan tangannya, “Masuk aja dulu... Aku masih melayani pembeli....” Ucapnya ramah sambil mempersilakan Citra dan Seto masuk ke dalam rumahnya.

Seolah menyambut kedatangan mereka, kebulan asap putih langsung mengepul pekat dari tempat pemanggangan, disertai oleh aroma harum kecap manis dan daging yang terbakar. Sedap. Cuaca dingin hawa pegunungan, ditambah beberapa tusuk sate hangat, memang selalu mampu menggugah selera siapa saja yang menciumnya. Tak heran, di malam yang semakin larut ini, masih banyak saja orang yang mengantri di rumah makan itu.

Begitu ia selesai, Seto buru-buru memperkenalkan Citra kepada Woto,” Woto.. kenalin.. Ini mbak Citra, saudara jauhku dari kota sebelah....”
“Citra...” sambut Citra sambil tersenyum ramah.
“Prawoto...” Jawab teman Seto itu tak kalah ramahnya, “Tumben nih sodara jauh maen sampe kesini-sini… Ada angin apa Set…?”
“Gini Wot… Ceritanya… Mbak Citra ini pengen maen kekotaku… Naaah… Berhubung perjalanan ke kota masih cukup jauh, dan diluar hujan mulai turun, aku pinjem kamarmu buat bermalam yak…”
“Owalaaaaaahhh… Iya iya… Sok aja sanah…
“Hehehehe... Berhubung kalian sudah saling kenal, aku tinggal naek keatas dulu ya... Mau nyiapin kamar tidur buatmu mbak...”

Sambil terus bersalaman, Prawoto tak henti-hentinya tersenyum kearah Citra.
“Kenapa mas...?” tanya Citra yang merasa risih dengan tatapan mata Prawoto.
“Eh... Anu... Enggak ada apa-apa kok mbak... Aku nggak pernah mengira aja kalo si Seto punya saudara secantik mbak... “ Jawab Prawoto, “Mbak apanya Seto…? Kok aku nggak pernah dikenalin yaa…?” Tanyanya lagi sambil terus menggenggam tangan mulus Citra.
“Anu… Aku Sodara dari kakek buyutnya Seto…” Jawab Citra berusaha berimprovisasi.
“Pantesan… Beda banget ama anak setan satu itu…” Canda Prawoto
“Beda ya… Hihihi… “
“Iya. Jauh banget bedanya…. Yang sono busuk, yang ini cantik banget….Mana semookkk pula… hahahaha…” Puji lelaki kurus itu sambil melirik kearah payudara Citra.

“Hoi hoi hoi...Sudah ah rayu merayunya... Ntar malah lo jadi lengket ama mbakku...”
“Emang aku prangko... Bukan khan Mbak...? Hehehehe...” Canda Prawoto garing sambil melepas jabatan genggaman tangannya.
“Mbaaak... Ayo Siniii.... “ Ajak Seto dari ujung anak tangga.
“Permisi dulu ya Tooo....” Kata Citra sopan, “Aku mau keatas dulu...”

Dengan langkah ringan, Citra segera menaiki tangga vertikal itu dengan santai, meninggalkan Prawoto yang di belakang. Prawoto yang masih terlena karena keseksian saudara Seto itu, hanya bisa menatap iri kearah pantat Citra yang bergerak naik turun seiring langkah kakinya ketika menaiki anak tangga.

“Bulet bener tuh pantat...” Batin Prawoto, “Beruntung banget tuh monyet...”

“Bang...Hoi bang… Pesen sate kambingnya bang.... 30 tusuk...” Ujar seorang lelaki tua, membuyarkan lamunannya.
“Eh iya pak.. Tunggu sebentar...” Jawab Prawoto sambil bergegas melayani pesanan lelaki tua itu.

***


“Romantis banget Set...” jawab Citra singkat setelah mengetahui keindahan pemandangan dari atas balkon. “Bener kata kamu…Romantis…”

Karena balkon rumah Prawoto berada diatas jurang yang menghadap kota,membuat kerlap-kerlip lampu kota dibawahnya terlihat bak bintang-bintang yang gemerlapan. Ditambah derasnya curahan hujan dari langit, membuat suasana menjadi dingi-dingin sejuk. Sambil terus berpegangan pada pagar kayu, Citra benar-benar mencoba menikmati pemandangan dari atas balkon rumah Prawoto.
“Bagus khan mbak..?” Tanya Seto mendekat. Dipeluknya tubuh Citra dari belakang, sambil menciumi tengkuk leher Citra.
Citrapun otomatis merinding. Segera saja ia membalikkan badan lalu Citra mencium bibir Seto, melumatnya habis tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Dalam sekejap, kedua insan yang sedang dilanda nafsu birahi itupun segera larut dalam percintaannya. Saling cium, saling hisap, dan saling gigit. Ditengah hujan yang semakin deras, mereka seolah tak peduli dengan hembusan-hembusan air yang menerpa tubuh. Membuat keduanya menjadi basah.

“Aku sayang kamu mbak…” ucap Seto ditengah-tengah jilatan lidahnya kedalam mulut Citra.
“Ehh… Aku juga Set…” Jawab Citra singkat.

Dengan menggendong Citra, Seto mengajak masuk Citra menuju kamar tidur yang baru saja ia siapkan. . Lantai kayunya berderik setiap kali mereka berjalan. Lalu tanpa menunggu waktu lama, mereka berdua pun segera melucuti pakaiannya masing-masing. Hingga tak sehelai benangpun yang menempel di tubuh mereka. Bugil. 

Sejenak, mereka berdua saling bertatapan. Saling mengagumi keindahan tubuh lawan jenisnya. 
“Akhirnya Mbak …. Aku bisa melihat dengan jelas…Tetekmu yang mempesona itu…” Bisik Seto.
“Nikmatin aja Set… malam ini aku milikmu…”

Segera saja, Seto merebahkan tubuh ramping Citra itu keatas kasur tipis yang ada di sudut kamar. Lalu ia kembali merangsek kebagian bawah tubuh Citra, menjilati vagina basahnya dengan buas sembari tak henti-hentinya meremas payudara wanita cantik itu. Sesekali jari-jari kasar Seto menyentil-sentil puting payudara Citra yang sudah mengeras hingga Citra melenguh-lenguh keenakan . 
“Ssssh…. Enak banget Seeettt….” Desah Citra

Berulangkali, Seto menyelipkan lidah basahnya ke vagina Citra, bergantian dengan jemarinya. Ia mengorek semua cairan birahi vagina gundul itu keluar dari celah kenikmatannya, lalu menyeruputnya dalam-dalam hingga habis.

“Ooohhh... Set.... Aku udah nggak tahan...” Desah Citra keenakan, “Ayo cepet.. Masukan kontolmu sayang...”
“Udah siap Mbak ...?”

Tanpa menjawab, Citra hanya melebarkan pahanya, membentangkannya sejauh mungkin. Memamerkan celah sempit yang berwarna merah muda.

Dari posisinya tiduran, Citra dapat melihat Seto yang sedang jongkok diantara selangkangannya. Penis raksasanya terlihat begitu jelas, berdiri tegang dengan gagahnya, siap menjebol semua pertahanan vagina sempitnya. 

“Ayo Set... Puaskan aku... “ Pinta Citra manja.

Melihat Seto yang masih terpana karena menikmati keindahan tubuh indah yang ada di depan selangkangannya, Citra pun segera berinisiatif. Ia segera menangkap batang penis Seto. Dan begitu ia menggenggamnya, tangannya gemetar. Seketika itu, Citra sadar jika batang penis lelaki yang siap menjebol gerbang vaginanya itu begitu besar.

Namun, walaupun ia bakal merasakan sakit, ia menginginkan penis seto untuk masuk kedalam tubuhnya lagi. perlahan, ia mulai meremas daging gemuk itu sembari mengocoknya perlahan.
“Kontol ini pasti akan berasa begitu enak ketika sudah masuk kedalam vaginaku…” Ucap Citra lirih sambil menatap mata Seto dalam-dalam. “Ayo sayang….Majukan pinggulmu, kontolin aku ….”


Mendengar ucapan Citra itu. Seto lalu mendorong sekeras yang dia bisa. Mendorong masuk batang penisnya dalam-dalam, memasuki tubuh Citra. Karena kerasnya hentakan pinggul Seto, Citra harus menggigit bibir bawahnya saat batang besar milik suami Anissa itu merangsek masuk ke dalam tubuhnya dengan cepat dan kasar. 

CLEP...
Kepala penis Seto menyeruak masuk.

“Oooooouhhh...” Rasa pedih itu itu langsung kembali. Tepat ketika baru kepala penis Seto mulai menyeruak masuk kedalam lubang kenikmatannya, “Tahan Set... Biarkan memekku beradaptasi dulu...”

CLEP...
Dorong Seto lagi dengan keras dan tajam.

Merasakan kuatnya tekanan batang penis selingkuhannya, Citra ingin teriak sekeras mungkin karena rasa sakit dan nikmat yang ia rasakan secara bersamaan. Bibir vaginanya terisi dan terkuak begitu lebar dengan sangat cepat.

“Penuh sekali saying….” Erang Citra.

Walaupun vagina Citra beberapa waktu lalu baru saja disodok-sodok oleh penis besar Seto, tetap saja, penis Seto itu masih terasa begitu menyiksa. Karena besarnya hampir sebesar botol minuman air mineral, begitu tebal dan panjang.

“Oh… Sakit Seeet... tapi enak sekaliiii...” jerit Citra. Sambil terus menahan sakit. Wanita cantik itu berusaha merasakan kenikmatan bercinta dengan pria berpenis besar itu. 
“Rasanya benar-benar berbeda...” ucap Citra dalam hati, wanita cantik itu merasakan jika seluruh lorong dan dinding vaginanya begitu penuh.

“Bentar Set... Jangan digerakkin dulu ya... “ucap Citra sambil mengatur nafasnya. Dan begitu ia telah merasa siap, “Ayo sayang... Gerakin pelan-pelan...”

Dengan posisi misionaris, Citra kembali melakukan persetubuhan telarangnya dengan suami tetangganya itu.

“Uuuuhhh... Sesak sekali memek aku....” desah Citra sambil meremasi sprei, menahan rasa sakit, “Tapi enaaakkk....”

Besarnya penis Seto membuat vagina Citra seperti vagina anak kecil, kulit labianya terdorong masuk dan tertarik keluar setiap kali penis Seto bergerak. Benar-benar penuh. Sambil terus mengecupi payudara Citra secara bergantian, Seto tak henti-hentinya mempercepat gerakan pinggulnya. Menyodok-nyodok setiap sudut vagina dan liang rahim istri tetangganya itu. Membuat istri Marwan itu benar-benar kelojotan karena merasakan nikmat yang amat sangat.

“Gimana mbak…? Kamu suka rasa kontolku dalam memekmu…?“ Tanya Seto sembari tangannya membelai payudara Citra. 

Vagina Citra mencengkeram batang penis Seto dengan sangat kuat. “Ooooooh… Enak banget Seet…” Jerit Citra keras, seiring seiring sodokan batang penis Seto yang menyodok vaginanya keluar masuk dengan cepat. 
“Enak banget Seeeeetoooohhh…. Teruuuusss… Entotin akuuuu….” Jerit Citra lagi, seolah tak memperdulikan lagi ia sedang berada dimana.

Kenikmatan yang Citra peroleh dari persetubuhan gelap itu mengoyak semua perasaannya. Seketika. tak ada lagi rasa takut, resah, atau pun malu jika ada orang yang melihatnya menggeliat-geliat keenakan menerima sodokan dan tusukan penis lelaki lain. Masa bodoh itu semua. Biar saja semua orang tahu semua kenakalannya. 

Mulutnya menganga, matanya merem melek merasakan persetubuhan nikmat itu. Suara rintihan serta erangannya membahana di seluruh penjuru rumah Prawoto. 

“Suka mbak…?” Geram Seto. 
“Iyaaahh… Suka bangeeett…. Uh uh uhhh….” Erang Citra
“Mau terus…?” Tanya Seto. 
“Teeerruuussss… Ooouughhh…. Uh uh uh…” Rintih citra.

Kenikmatan yang Citra rasakan membuat punggungnya meregang kencang, melengkung-lengkung keatas, memudahkan sodokan penis Seto dalam vaginanya yang sudah sangat kuyup. Tangannya mencengkeram sprei erat- erat menahan supaya tubuh mungilnya tak terguncang hebat oleh sodokan pinggl Seto yang penuh hasrat. 

Payudara Citra yang besar terayun naik turun, terguncang begitu hebat hingga menampar-nampar dagu mungilnya. Nikmat persetubuhan yang benar-benar terasa enak. Belum pernah Citra merasakan kenikmatan bercinta yang seperti ini dalam hidupnya. Vaginanya terisi dan terentang begitu lebar di luar nalar pikirannya. 

Melihat Citra yang merasakan keenakan, membuat tusukan penis Seto semakin dalam. 
“Goyanganmu benar-benar erotis mbak… Kamu jago banget ngentotnya…” Ucap Seto lirih sambil menjilati mulut Citra. 
“Eeehmmm…. Diam Seet…Diam dan terus entotin memekku dengan kontol besarmu… Entoott… “ Desah citra dengan ekspresi wajah yang sepenuhnya berselimutkan nafsu. “Sodok yang kenceng sayaaang… Entotin memekku keras-keras… ”

Tak henti-hentinya Citra meracau dan menjerit. Mengagumi kehebatan suami tetangganya itu dalam bercinta dan memohonnya agar tak berhenti menyetubuhinya

Mendengar kalimat-kalimat nakal Citra, membuat Seto menghujamkan batang penisnya ke dalam tubuh Citra keras-keras, hingga pada akhirnya tubuh istri Marwan itu menegang kaku dan berteriak lantang penuh kenikmatan 
“Setoo.....Sepertinya aku mau keluar Seeett... aku sudah tak tahan... Pengen keluar...” Ucap Citra sambil memeluk pantat Seto yang sedang dalam gerakan memompa, menuntun supaya bergerak lebih cepat lagi.
“Kita keluar bareng ya mbak... Aku juga sudah nggak tahan....” Erang Seto.
“Iya sayang... Yuuukk... Aku udah bener-bener nggak tahan lagi.....” Jerit Citra sabil mulai kelojotan, “Aku... Aku tidak tahan lagi… Aaaa..Aahh… Aaaahh.. Aku keluar sayang... AKU KELUAARRR...NGENTOT KAMU SEETT..... “ Jerit Citra yang seolah lupa jika ia sedang berada di rumah orang lain. “ENAK BANGET SAYAAANG..... TERUS.. TERUUUSSS... GENJOT KONTOLMU SAYAAANNGGG....AAAAARRRRRGGGGHHHH...........”
Seketika itu, tubuh mungil Citra menggigil hebat tertusuk-tusuk batang penis Seto yang terkubur dalam-dalam divaginanya, merasakan klimaks terbesar yang pernah dia rasakan sepanjang umurnya. Kenikmatan yang tak pernah ia dapatkan dari banyak lelaki sebelum Seto.

CRET CRET CREETT... 

Sambil mencengkeram punggung Seto keras-keras, tubuh Citra bergetar hebat. Kelojotan seperti orang yang tersengat arus listrik, ia menggelepar-gelepar dalam gelijang kenikmatan. 

Bersamaan dengan itu, Seto pun menghujamkan batang penisnya dalam-dalam, mengobrak-abrik vagina mungil Citra hingga berbusa. Dan akhirnya, “MBAAAAKK....AKU JUGA KELUAAAR MBAK....”

CROOT CROOOT CROOOTT...

Keduanya insan yang sedang dilanda kepuasan birahi itupun menjerit, saling cium dan mengerang secara bersamaan. Bersama-sama, tubuh mereka menggelepar-gelepar, mengejang tanpa henti hingga akhirnya, terkapar kelelahan. Tubuh Seto ambruk, menimpa tubuh Citra. Sama-sama puas.

Cairan hangat seketika itu muncrat dari dalam vagina Citra, menghantarkan lendir-lendir licin yang langsung melumuri penis Seto.

“Oohh Setooo... Rasanya kontolmu benar-benar enak.... Luar biasa enak...” Puji Citra sambil menciumi pipi dan bibir selingkuhannya.
“Iya mbak... Sama.... Memekmu juga terasa wuueenak sekali... “ Balas Seto sambil mengecupi wajah wanita idamannya itu.
“Tahu nggak Set...?”
“Kenapa mbak...?”
“Sekarang kita resmi berselingkuh... Hihihi....”
“Hehehe... Citra Agustina....Istri nakalku...”

Dengan senyum mengembang, Citra meminta Seto terus mendekap dirinya. Dengan posisi masih telentang di bawah, Citra mengaitkan kakinya di pinggang Seto, berusaha menikmati setiap kedut otot vaginanya dengan penis Seto yang masih erat tertancap.

“Aku pengen lagi Set... Beri aku kenikmatan lagi... Entot aku lagi...” Pinta Citra lirih.
“Pasti mbak... Tak akan kusia-siakan tubuh indahmu malam ini...”
“Iiihhh... Kok cuman malam ini aja siiiihhh... “ Ucap Citra manja, “... Aku mau kamu entotin aku setiap malam...”.
“Lhooo.....??? Kalo ada Mas Marwan gimana....?”
“Bodo... Aku nggak mau tau... Pokoknya kamu harus ngentotin aku teruuss....”
“Hmmm... Harus apa mbak....?” Tanya Seto dengan nada menggoda.
“Harus ngentotin aku terus...” Ulang Citra dengan nada genit, “NGENTOTIN MEMEK AKU… KONTOLIN AKU… PEJUHIN AKU TERUS...”
“Hehehehe... Kok sekarang kamu nakal banget sih mbak.... Benar benar istri yang nakal....”

Malam semakin larut, dan suasana semakin dingin. Namun, walaupun begitu Citra dan Seto sama sekali tak merasakan hal itu. Mereka terus bercinta sepanjang malam. Ronde demi ronde mereka lalui dengan nikmat. 

Benar benar buas. Malam yang buas..


***

Sekedar pelengkap suasana di malam yang dingin karena hujan.
teman buat olahraga lima jari.


"Wuih Wotooo.... Rasanya puas beeeeneeeer... " Ucap Seto dengan nada kecapekan.
"Ya iyalah... Dateng tengah malem, subuh gini baru kelar.... Bisa patah tuh kontol kalo dipake terus... Hahaha..." Balas Prawoto. 
"Habisan, tuh cewe enak banget dipakenya Wot.. Nagihin..."
"Hahahaha... Iyadah.... Nih makan dulu, udah aku bikinin sarapan...."
"Ntar ajalah, aku mau tidur dulu.... Aku pinjem kamar Suwanti yaaa... Pengen istirahat bentaran..."
"Bener nih nggak mau..?"
"Kamu kasih aja tuh nasi ke Mbak Citra... Kali aja dia laper..."

***

“Mbak... Bangun dulu mbak...” Panggil Prawoto sambil mengetuk pintu kamar tidurnya pelan, “Aku bawain sarapan nih... "

TOKTOKTOK

Tak ada jawaban. Berusaha sopan, Prawoto kembali mengetuk pintu kamar tidurnya. 

TOKTOKTOK

Tak ada jawaban. 
"Mbak.... Ayo sarapan dulu..." Kata Prawoto lagi. 

Tetap tak ada jawaban.

Karena penasaran, Prawoto akhirnya mengintip kedalam kamar, "Mbak Citra..." Panggilnya lagi, sambil mulai masuk dan mendekat kearah Citra tidur. Pelan-pelan, Prawoto melihat kearah sudut kamar tidurnya yang remang-remang. Melihat ke arah tempat Citra yang sedang tidur. Dan betapa terkejutnya tukang sate itu ketika ia mendapati sosok wanita yang sedang pulas tidur diatas kasurnya, telanjang tanpa tertutup selembar pakaianpun. 

" Zzzzzzz...... Zzzzzzz......" 

Nampaknya Citra sedang tertidur pulas. Dalam posisi terlentang, hembusan desah nafasnya terdengar begitu tenang, dadanya naik turun pelan, dan senyum tipisnya terlukis tipis di wajah imutnya.

"Zzzzzz.....zzzzzzzzz....."

"Mbak Citraaa..." Panggil Prawoto pelan. Berusaha membangunkan sosok yang tetap saja tak bergeming dari tidurnya.

Sejenak, Prawoto memandangi tubuh telanjang wanita itu dalam-dalam. Wajahnya yang putih bersih dengan rambut hitam panjang tergerai diatas bantal, tubuhnya yang indah dengan kulit yang mulus berkilauan, payudaranya yang besar mengantung manja diatas perut, dan vaginanya yang gundul licin tanpa sehelai rambut pun. Seketika membuat kelelakiannya mulai mengeras. 

“Ayu tenan kowe mbak...” Kagum Prawoto dalam hati.
Walau sebenarnya ia sudah sering melihat banyak teman wanita yang diajak Seto kerumahnya, namun baru kali ini ia mengakui kehebatan teman masa kecilnya itu dalam memilih wanita.
“Tubuhmu benar-benar sempurna....” Ucap Prawoto lagi.

Dalam semburan cahaya matahari pagi yang mulai masuk melalui jendela kamarnya, Prawoto merekam dengan mata mesumnya, setiap jengkal keindahan tubuh Citra yang masih nyenyak terlelap. Termasuk kearah beberapa aurat tubuhnya yang dapat terlihat jelas olehnya. Hingga akhirnya ia mencoba membangunkan Citra lagi. 

“Mbak... Yuk bangun mbak...” Bisik Prawoto lagi, “Ayo ini sarapannya udah aku siapin.... “ Ucap Prawoto sambil mencoba menggoyang pundak Citra. 

"Zzzzzz... Ehhhhmmm.... Zzzzz..." Akhirnya, Citra merespon panggilannya barusan. Namun ternyata ia salah, karena tak lama kemudian, wanita cantik itu tertidur lagi.
“Wooo... Gebluk.... Kebo juga nih cewe kalo tidur...” batin Prawoto.

Karena melihat betapa pulasnya Citra ketika tidur, mendadak timbul niatan iseng di benak Prawoto. “Kalo tidur mulu... Ntar aku kontolin loh kamu mbak...” Ucapnya pelan setengah berbisik tepat ditelinga Citra.
“Zzzzzz….. Ehhhmmmm....” Sahut Citra lirih sambil menggeliat, ia merubah posisi tidurnya dari yang semula telentang, menjadi meringkuk kearah Prawoto berdiri. Namun anehnya, senyum di wajahnya terlihat semakin lebar. Cantik sekali.
"Wah... wah... wah.... Nantangin bener nih cewe..." Kata Prawoto gemas.

Merasa wanita cantik yang ada di hadapannya sama sekali tak merespon panggilannya dan lebih memilih tidur, buru-buru Prawoto menurunkan celana kolor beserta CDnya, sengaja membebaskan batang kelaminnya yang sudah sedari tadi keras meronta-ronta.

Tanpa menunggu waktu lama, lelaki kurus itu segera mengocok penisnya cepat-cepat. Membetot batang yang tumbuh diselangkangannya itu dengan kuat. Sambil terus menatapi tubuh indah Citra. Terus, terus dan terus. Kocokan tangannya bergerak semakin cepat, cepat, dan cepat. Menghantarkan gelombang birahi hingga ke seluruh syaraf selangkangannya. 

"Enak bener tuh monyet sudah merasakan tubuh wanita ini...." Iri Prawoto kepada Seto sembari terus melihat tubuh telanjang Citra. Tangannya tetap tak henti-hentinya mengocok batang penisnya. "Pasti puas banget tuh kontol si kunyuk.."

Tiba-tiba, entah ide dari mana, Prawoto ingin menyentuh aurat tubuh Citra.
“Bantu aku ngecrot ya mbak....” Kata Prawoto lirih.

Dengan birahi yang sudah meninggi, tukang sate itu mulai meraba payudara Citra. Mencoba merasakan betapa lembutnya gundukan besar yang ada di tubuh Citra.

“Busyet dah... Pejuh si monyet itu masih belum kering... " Gerutu Prawoto begitu menyentuh payudara Citra yang masih basah oleh sperma Seto, buru-buru ia mengusapkan tangannya ke kain sprei, mencoba untuk membersihkan diri dari lendir kejantanan teman prianya itu.

"Busyet mbak... Badanmu kok penuh pejuh semua ya...?" Kata Prawoto begitu sadar dengan kondisi tubuh Citra yang berantakan. Setelah dilihat dengan seksama, rambut, muka, payudara, perut, hingga vagina Citra penuh dengan lelehan sperma Seto. Bahkan jika dilihat lebih dekat lagi vagina Citra masih mengeluarkan lendir kenikmatannya yang bercampur dengan sperma Seto. Mengalir turun hingga membentuk genangan-genangan di kasur Prawoto.

"Wah... wah... wah... Si kunyuk itu bener-bener kebangetan deh... Kalo gini caranya, nanti bakal aku suruh dia cuci sprei.." Gerutu Prawoto lagi.

Namun karena otak dan pikiran Prawoto sudah dilanda nafsu birahi yang sangat tinggi, akhirnya lelaki kurus itu mengesampingkan perasaan jijiknya. Perlahan, ia mulai meremasi lagi payudara Citra yang masih berlumuran sperma Seto itu dengan gemas. "Empuk bener tetekmu Mbak... Pantesan aja sampe dipejuhin semua kaya gini...." Kata Prawoto.

Melihat Citra yang tetap tak bergeming sedikitpun, membuat Prawoto semakin liar. Ia mulai meremasi kedua payudara Citra secara bergantian. “Ssshh... Mbak.. Tetekmu besar banget mbak... Bikin kontolku makin senut-senut...” ucap Prawoto sambil terus mengocok batang penisnya keras-keras sembari meremas, mengusap, hingga mencubit pelan. 

“Eeeehhmmmm… “ Ucap Citra tiba-tiba sambil menggeliat dalam tidur.

Melihat wanita yang sedang tidur didepannya bereaksi karena ulah tangannya, Prawoto agak sedikit panik. Buru-buru ia melepas payudara Citra dan sedikit bergerak menjauh.

Ternyata Citra hanya merubah posisi tidurnya, karena tak beberapa lama kemudian ia kembalil tertidur lagi…“ Zzzzzz…. Zzzzzz….” 

“Fiiiuuuh... Untung banget…” Kata Prawoto lirih. “Jangan-jangan Citra adalah wanita jika sudah tidur susah dibangunkan lagi….?” Sebuah pemikiran tiba-tiba muncul di benak lelaki kurus itu. “Gimana ya kalo memang benar seperti itu…? Dientotin enak tuh...”

“Mbak Citra…? Mbak… Bangun mbak…” Panggil Prawoto sambil menggoyang-goyangkan tubuh telanjang Citra, mencoba mengetes kesadaran wanita cantik itu lagi. Namun tetap saja sia-sia, saudara Seto itu masih saja mendengkur halus.
“Mbak…. Kalo nggak bangun… Teteknya aku makan loh….” Ucap Prawoto lagi dengan nada cukup keras.
“ZZZzzzzzz…. Zzzzzz….”

“HAP… SLUURRPPP…”
Entah kenekatan darimana, Prawoto langsung mencaplok payudara Citra. Menjilati gundukan daging yang masih belepotan sperma itu sambil meremasi bergantian.

“Eehhmmm.... Zzzzz…. Zzzzz….” Desah Citra dalam tidurnya. Dadanya masih bergerak naik turun dengan tempo yang sangat pelan.

“Buussssyyeeettttt.... Bener-bener gebluk dah nih cewe kalo tidur..… Susah banget dibanguninnya….” Girang Prawoto 
"Waaahh…Mbak.. Kalo kamu masih tidur gini... Bisa-bisa aku ikut ngentotin tubuh kamu loh..." Bisik Prawoto girang, "Mbaaak…. Bantu aku ngecrot ya….?” Tambahnya lagi, berharap bisikannya direspon oleh Citra. 
“Eehhmmm.... Zzzzz ….” Jawab Citra dengan dengkuran pelannya.

Merasa Citra memberi izin, segera saja tangan Prawoto mulai merabai bagian tubuh Citra lainnya. Mulai dari mengusap rambut, wajah, perut, paha, hingga vaginanya. Sementara tangan satunya terus mengocoki batang penisnya.

“Kamu cantik banget mbak…” Bisik Prawoto lagi memuji, “Tetek kamu ini loh… Ngegemesin…Trus…. Memekmu ini… Walau masih becek kena pejuhnya si anak monyet… Tapi kayaknya sempit banget yaaa…?”

Sambil mengusapi celah kewanitaan Citra, Prawoto menggeser duduknya, pindah ke kaki tempat tidur. Dalam keremangan cahaya pagi, ia kembali mengagumi sosok wanita yang masih tertidur pulas itu. Sambil mengusap pelan tubuh Citra, Prawoto tak henti-hentinya berdecak kagum. 

"Kakimu mulus banget mbak. Putih, licin, tak berbulu.... " Puji Prawoto sembari menciumi paha jenjang Citra. "Nggak heran... Dengan tubuh seperti ini, Seto ngentotin kamu sepanjang malam.... Ckckckck...... Beruntung banget tuh monyet.... "Gerutu Prawoto sembari terus mengusap dan membuka bibir vagina Citra, menyelipkan jemarinya pada vagina wanita cantik itu.

Langsung saja, tetesan sperma mengalir keluar dari vagina Citra. "Wuuuiiihhh... banyak juga pejuh si monyet itu masuk ke memekmu mbak...." Heran Prawoto sambil mulai mencucuki vagina Citra pelan.
"Memekmu pasti legit banget ya mbak....?" Tanya Prawoto dengan nada mesum, " Boleh nggak kalo memekmu aku jilat…?” 

"Eeeehmmmm...." Citra kembali menggeliat, lalu meneruskan tidurnya. " Zzzzzzz... Zzzzzzz..."
"Hehehehe... Kalo tetep tidur gitu... Aku anggap boleh loh.." 
" Zzzzzzz... Zzzzzzz..."

"Yessss... " Girang Prawoto. Segera saja ia memonyongkan mulutny, dan mulai mencucupi vagina Citra yang masih membasah itu. SLUUUURRP...CUP...CUP....SLUUURP...."
"Memekmu asin banget mbah.... Tapi gurih... " Kata Prawoto gemes.

Merasa ada yang mengusik tidurnya, tiba-tiba Citra mendesah, ".... Ehhhmmmm.... Kamu masih kurang ya Set...….Aku capek banget nih..... Pengen bobo..." Ucap Citra setengah sadar. 

Dalam racauannya, Citra mengira jika lelaki yang sedari tadi sedang berusaha membangunkan dirinya adalah Seto.

"....Kalo kamu masih pengen ngentotin aku... Yaudah... Niih... Maenin aja sendiri..." Igau Citra sambil menggeliatkan badannya. Memiringkan tubuhnya kekiri, meringkuk menghadap tembok dengan pantat menungging kearah Prawoto.

"Seto...?" Tanya Prawoto dalam hati, "Apa mungkin mbak Citra berpikir jika aku adalah Seto....?"

GLEK 

"Mbak Citra menyodorkan pantat bulatnya... Apa dia minta di sodimi ya...?" Girang Prawoto, " Mimpi apa aku semalam ya? Dapet cewe cakep yang mau bo'olnya disodok-sodok...."
"Ayo Sett... katanya mau nambah lagi... Nih... Buruan tusuk.." kata Citra dengan nada kecapekan."Kalo aku ketiduran, gausah bangunin dulu yaaa... aku ngantuk bangeet...".

Segera saja, Prawoto segera menjilati lubang anus Citra. Dengan semangat membara ia membasahi lubang anus itu sembari menyodok-sodokkan jemarinya. 

"Seeet... Nakal ya kamuu... Sekarang maunya maen bo'ol aku yaaa...?"

SLUUURRRPPP... CUP CUP CUP...

Jilatan lidah dan tusukan jari Prawoto tak henti-hentinya mengekplorasi anus Citra. Membawa sebuah sensasi persetubuhan yang berbeda pada saudara Seto itu. 

"Ssshhh... Udah ah.... jangan jilatin mulu..... Buruan kontolin aku Set..."

Tanpa menunggu waktu lama, Prawoto lalu membalikkan tubuh Citra yang semula meringkuk miring menjadi tengkurap, lalu ia posisikan pantat Citra agak sedikit menugging. Dengan penisnya yang sudah menegang keras, ia lalu mentowel-towel vagina, berusaha membasahi sekujur batang penisnya. Dan ketika dirasa cukup licin, Prawoto mulai mengusap-usap mulut anus Citra dengan penisnya.

"Uuuhhh... Sssshhh... Enak banget Seeet... Kamu suruh kontol besarmu buat mau ngegoda aku yaaa...? Hihihi.... Nakal banget sih kamuuuu.... "
"Hehehehe... Mbak Citra sepertinya tak tahu jika kontol ini bukan kontol Seto...." batin Prawoto girang. 
"Enak banget Set kontolmu.. Bikin memekku jadi geli-geli nikmat.."
"Hehehe... Iya... Mbak Citra tak merasakan perbedaannya.....Secara kontolku khan ukurannya sama dengan kontol Seto..." Bangga Prawoto.
"Udah ah... buruan tusuk aku Set..." Kata Citra lirih sambil menyorongkan pantatnya tinggi-tinggi kebelakang.

Merasa lubang anus Citra sudah cukup basah, tanpa aba-aba, Prawoto segera mengambil ancang-ancang. Tangannya memegang pinggul semok Citra erat-erat, lalu setelah dirasa pas, tukang sate itu mendorongkan kepala penisnya ke mulut anus saudara Seto itu dengan kekuatan penuh.

HEEEEGGGGHH.... 
Erang Prawoto berusaha membenamkan bonggol kepala penisnya kelubang pembuangan Citra. Saking sempitnya lubang itu, batang penisnya sampai berkali-kali bengkok. "Susah bangeeetttt..."

Namun, Citra merasa jika persetubuhannya kali ini ada yang salah. Alih-alih merasakan enak pada lubang vaginanya, wanita cantik itu malah merasakan kepedihan pada lubang anusnya. Seketika, Citra langsung meronta sambil berusaha menjatuhkan dirinya kedepan. Mencoba melepaskan diri dari tusukan penis Prawoto, "AAAARRRGGGHHHH... SEEETT.... SALAH LOBANG...!..." Jerit Citra ITU BUKAN LUBANG MEMEK AKUUU....!"

CLEEEPPP

Tapi sia-sia. Walau tubuh Citra sudah menelungkup kedepan, kepala penis Prawoto tetap saja menempel di lubang anusnya. Sepertinya kepala penis itu sudah sedikit masuk kedalam liang pembuangannya. Karena walaupun Citra sudah berusaha bergerak maju guna menjauhkan anusnya dari penis Prawoto, tetap saja, ia ikut maju dan semakin membenamkan batang penisnya dalam-dalam ke liang dubur Citra.

"UUUHHH....SETOOO.. LUBANGNYA SALAAAAHHH... ! KONTOLMU MASUK KE BO'OLKU....!" Erang Citra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menahan sakit.

"LEPASIN SEEET... TARIK KONTOLMUUU...!" Jerit Citra., "BO'OLKU SAAAKIIITTTTT...!" 

Sejenak Prawoto mendiamkan sodokan penisnya. Lelaki kurus yang masih berada diatas punggung Citra itu akhirnya mulai bersuara. "Sabar ya mbak... Bentar lagi juga enak kok... Tahan aja dikit...." Kata Prawoto sambil memijat pundak Citra. Berusaha membuat wanita yang ada dibawahnya itu untuk sedikit rileks, tak lupa ia juga menjilati lubang telinga Citra sambil mengecupi tengkuknya. 

"Tahan sebentar ya sayang... Kita coba permainan baru ini...." Tambah Prawoto.
Tak menjawab, Citra hanya mengangguk pelan.

Merasa Citra sudah cukup tenang, Prawoto kembali menggoyangkan pinggulnya. Menusuki anus Citra dalam-dalam dengan penisnya yang besar.

Kembali, Citra menjerit dengan keras ketika Prawoto berhasil memasukkan sebagian penisnya ke dalam duburnya. Citra merasakan sakit yang amat sangat ketika lubang anusnya membesar diterobos oleh batang penis penjual sate yang berukuran raksasa itu. 

"Jangan Seeettt.. Jangaaannn…. Aku mohon hentikan..." Erang Citra " Sakit bangeeet.... Aku ngga kuuuaaatttt….. Aaaaarrgghh…." Jerit Citra menjadi-jadi

Berbeda dengan apa yang sedang Citra rasakan, Prawoto justru merasakan nikmat yang amat sangat. Ia benar-benar menghayati rasa hangat akibat jepitan anus wanita cantik itu. "Mumpung mbak Citra masih mengira aku Seto, sekalian aja aku nikmatin tubuh indah ini... Hehehehe..."

"Tahan mbaaak... Tahaaannn...." Ucap Prawoto berusaha menenangkan.
Antara kecapekan atau mengantuk, entah apa yang ada dipikiran Citra saat itu. Walau sudah jelas-jelas suara yang ada diatas tubuhnya itu berbeda dengan suara Seto, namun tetap saja ia berpikiran jika orang itu adalah Seto. 

"Ampun Seeet... Ampuuunnn.... " Suara Citra memelas, "Pake memek aku aja lagi Seeett... Jangan di bo'ol... Saaakiiittt....." Kata citra lagi sambil meremasi sprei dengan kedua tangannya.
"Oooohhh… Mbaaaakkk… Sabar mbaaak.... Bentar lagi pasti bakalan enak kok... Bo'olmu pasti bakalan enaaaakk..... Shhhhh...." Desah Prawoto yang kali ini mulai lebih berani berucap kata.


Perlahan, Prawoto mulai menggoyangkan pantat putih Citra kekanan kiri, naik turun hingga penisnya masuk seluruhnya. Citra yang tak berdaya itu hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, berusaha menahan sakit semampunya, tangannya terus-terusan mencengkeram sprei hingga jari-jarinya memutih.

"Pasti rasanya sangat sakit ya mbak.... Tapi enak....Hehehehe...." kekeh Prawoto dalam hati

Citra merasa dirinya benar-benar penuh, berulang kali tubuhnya merinding geli, seperti sensasi ketika ingin buang air besar. Disodok, ditarik, geli, merinding - Disodok, ditarik, geli, merinding.

Berulang kali, Citra merasakan sensasi itu. Hingga akhirnya, rasa sakit yang ia rasakan diawal persetubuhan itu berangsur hilang, berkurang, hingga sirna. Tergantikan oleh rasa gatal, geli sekaligus nikmat.

"Hoooossshhh..... Oooohhh….. Sssshhhh...." Kepala Citra menengadah keatas, bibirnya membulat dan membentuk huruf O. Ia mulai mendesah.
"Ssshh.... Oooohhh.... Udah yaa main bo'olnya Seeett.... Masukin memek aku aja...." Desahnya lirih.
Walaupun Citra terlihat sudah mulai menikmati sodominya, tapi entah kenapa wanita itu menolak untuk mengakuinya.

"Masa bodoh..." erang Prawoto, "Aku lagi pengen ngentotin bo'olmu mbak..." 
"Udah doong Seeet... Udahhh...."

Tak mendengar desahan Citra, Prawoto semakin mempercepat sodokan-sodokan di pantat bulat Citra sambil meremas-remas payudara wanita cantik yang sangat putih dan mulus itu. Cairan bening kekuningan pun mulai merembes keluar, menyelimuti penis Prawoto setiap kali ia tarik keluar. 

Diiringi desah dan erangan suara Citra, lendir anus itu mulai mengalir turun, keluar bercampur dengan sperma Seto, mengalir terus ke pahanya yang putih mulus.

Dengan senyum kemenangan yang mengembang lebar, Prawoto sangat menikmati jepitan anus Citra yang sempit dan panas itu dipenisnya. Walau sebenarnya ada sedikit rasa sakit yang ia rasakan karena mungilnya liang anus Citra, tapi Prawoto sama sekali tak mempedulikannya. Terlebih, karena anus Citra yang mulai licin karena lendirnya, Prawoto pun menjadi semakin bersemangat terus menyodokkan pinggulnya keluar masuk dengan cepat.

"Bo'olmu enak sekali mbak.... Peret...." Ucap Prawoto yang begitu menikmati persetubuhan itu ketika otot-otot anus Citra seolah berdenyut memijati batang penisnya. 

Setelah kurang lebih 15 menit Prawoto menyodomi Citra, ia merasakan jika gelombang orgasmenya akan segera tiba. 

Tapi, bukan Prawoto namanya jika ia tak bisa mengajak teman tidurnya itu tak ikut merasakan nikmatnya orgasme. "Sekarang giliranmu untuk merasa enak mbak..." Kata Prawoto yang buru-buru mencabut batang penisnya lalu menusukkan dalam-dalam ke vagina Citra.

"AAAARRRRGGGHHH..... SEETOOOO... PELAN-PELAAAANNN....." Jerit Citra lagi. 

Ia benar-benar tak menyangka jika Seto yang baru saja menyodominya, tiba-tiba memasukkan penis besarnya kedalam vaginanya. Rasa sakit yang berubah menjadi enak.

Seketika itu, Citra mendesah-desah keenakan. Dengan posisi doggy, ia mulai menggoyangkan pantat semoknya. Membalas setiap sodokan dan tusukan penis Prawoto dengan goyangan remes asyik vaginanya. 
"Hooossshh.... Sempit banget mbaaakkk.... Nggak kalah dengan bo'olmu...." Erang Prawoto.
"Kontolmu juga berasa makin besar Seeett... beda banget dengan semaleemm..." balas Citra, "Terus entot aku Set.. Entot memek aku dengan kontol besarmu.... Sssshhhh...."

Citra buru-buru melebarkan kakinya dan menaikkan pantatnya, membuat batang penis Prawoto bisa masuk seluruhnya ke dalam lubang vaginanya. 

"Wuooohhh.... memekmu bisa memijat ya mbak...? Enak banget ngurutnya.." Girang Prawoto sambil menikmati jepiran vagina Citra. Baru kali ini, tukang sate itu bisa merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa seumur hidupnya.
"Hihihihi... Biar kamu puas Set..."

Tak ingin merasa dikalahkan, Prawoto segera meraih payudara Citra yang bergelantungan dengan tangan kiri, dan merogoh klitorisnya dengan tangan kanan. Berulang kali ia meremasi payudara Citra kuat-kuat sambil terus-terusan menarik payudara Citra kebelakang, seolah payudara yang berukuran besar itu adalah tali kekang tubuh Citra. Tak lupa ia pun mulai mengobel klitoris Citra yang sudah menegang keras, menghantarkan setrum-setrum birahi bertegangan tinggi yang membuat seluruh syaraf kenikmatan tubuh saudara Seto itu terangsang penuh.

CLOK CLOK CLOK CLOK 
Bunyi pompaan penis Prawoto pada vagina Citra.

"Oooohhhh... Kamu curaaaaannnggg Seeeetttt..... Curaaang bangeeet.. ooohhh..." Erang Citra yang tak bisa melakukan pembalasan apapun, yang bisa ia lakukan hanya meletakkan kepalanya dibantal dan menunggingkan pantatnya tinggi-tinggi.
"Hooohh... Aku sudah mau keluar Seeett... aku mau keluarrr...”

Tiba-tiba, Prawoto merasakan vagina Citra menyemburkan cairan hangat kepenisnya. Banyak sekali, hingga mengalir turun kepahanya. 
"Hooooohhhh.... Seeeetoooo..... Enaaak baaangeeettttt...." Ucap Citra yang mendadak lemas dengan desahan nafas yang menderu-deru. 

"Bentar Set... Tahan bentar... Memek aku ngilu..."

Tak mengindahkan permintaan Citra, Prawoto malah terus memompa. 

"Curaaaannnggg... " Jerit Citra lagi yang tak diberi kesempatan untuk menikmati orgasmenya.

Dengan terpaksa ia semakin melebarkan kakinya, supaya Prawoto bisa segera orgasme.

CLOK CLOK CLOK CLOK 
Lagi-lagi, suara persetubuhan mereka terdengar begitu nyaring. Membahana keseluruh penjuru kamar, menghajar vagina Citra yang benar-benar basah.

"Shhh... Uhh uhhh...Enak nggak Seeet...? Ssshhh.... " tanya Citra sambil mendesah-desah keenakan karena rasa ngilu vaginanya yang semakin menjadi-jadi.
"Pastinya mbak..."
"Terus sodok yang kenceng Set... aku mau keluar laagiii... Oooooouuuuhhhh...."
"Hah... keluar lagi mbak....?"
"Iya iya iyaaaa.... Aku keluaaar laaaagiiiii....."

Lagi-lagi, Prawoto merasakan denyutan hebat pada batang penisnya ketika vagina Citra berkontraksi karena orgasme. Hisapan, pijatan, dan urutan yang berulang kali diterima oleh penisnya. Mau tak mau membuat pertahanan tukang sate itu jebol juga. Ia merasakan penisnya sudah tak mampu lagi menahan rasa panas orgasme yang sudah menggumpal di ujung penisnya.


"Mbak... aku mau keluar...." Erang Prawoto yang kali ini berpegangan pada pinggang ramping Citra, dan menghantamkan pinggulnya keras-keras kedepan. Kearah vagina cita. "Aku mau sampe mbaaakkk..."

Dengan gerakan super cepat, Prawoto lalu mencabut batang penisnya dari anus Citra, lalu bergerak ke depan. Ke arah wajah Citra yang sedang merem melek keenakan. Merasakan sisa orgasmenya.

"Buka mulutmu mbakk... Aku mau ngentotin mulutmu..." Ucap Prawoto lantang.

Tanpa menyadari siapa yang memerintah, Citra segera membuka mulutnya lebar-lebar, dan membiarkan batang penis besar itu mulai memperkosa mulut dan tenggorokannya. 

GAAG...GAAG...GAAG...GAAG...GAAG...GAAG...
Suara yang muncul setiap kali Prawoto menusukkan penisnya dalam-dalam. 

Hingga akhirnya.

CROT CROOT CROOCOOOTTT..

Gumpalan hangat sperma langsung menyerbu rongga mulut Citra. Menghantarkan jutaan benih-benih lelaki masuk kedalam tenggorokannya.

"Huuuuooooohhhhh..... ENAAAAK BAAANGEEEET MBAAAAKKKKK...." Jerit Prawoto lantang sambil menghentak-hentakkan pinggulnya keras-keras kemulut Citra. "Ga heran kalo Seto bilang ngentotin cewe yang namanya Citra Agustina tuh enak banget.. Ternyata memang bener.... Hehehehe"

"Hihihi... Ngentotin aku enak yaaa...." Tawa Citra genit, "Looohhh....? Kenapa....? Seto bilang apa...?" 
Mendadak, Citra tersadar. Buru-buru jemari lentiknya melepas penis besar yang sedang ia jilati. Kepalanya mendongak keatas, melihat sosok lelaki kurus yang baru saja menyetubuhinya.

Ternyata bukan tetangganya, melainkan....

"Prawoto....?"

"PRAWOTO...???!" Kaget Citra histeris. Matanya melotot dan mulutnya menganga, “Jadi tadi tuh kamu yang menyetubuhiku….?” Tambahnya lagi seolah tak percaya jika lelaki yang sedari tadi menikmati tubuh moleknya dengan kasar adalah si tukang sate, teman Seto.

Sambil berkacak pinggang, Prawoto hanya bisa tersenyum sambil menganggukan kepala. Sama sekali tak merasa bersalah sedikitpun. “Enak khan mbak dientotin kontol besarku...?” Tanya Prawoto santai.

Sekilas, Citra melirik ke arah batang penis Prawoto yang masih setengah tegang.

"Wow.. Kontolnya besar sekali...." Kagum Citra sambil terus menatap batang yang ada di depan hidungnya. "Ga beda dengan kontol Seto..."

"Hehehehe.... Puas-puasin deh mbak liatin kontol yang baru saja menyetubuhimu ini.. Hehehe..?" Kata tukang sate itu seolah membaca apa yang ada diotak Citra.

Dengan sengaja, lelaki kurus itu lalu melakukan kegels dan mempermainkan otot kelaminnya. Membuat batang penisnya yang baru saja memuntahkan sperma ke mulut mungil Citra itu mengangguk-angguk lucu. Seolah menggoda, berulang kali kepala penis tukang sate itu mengetuk-ketuk dagu dan hidung Citra.

“Mau aku entotin lagi nggak mbak...? “ Tanya lelaki kurus itu lagi, yang kali ini ia mulai menepuk-tepukkan batang penisnya yang masih belepotan sperma itu ke mulut Citra.

PUK PUK PUK PUK 

“Buka mulutmu mbak…” Kata Prawoto yang tanpa meminta lebih jauh segera menjejalkan lagi batang penisnya dalam-dalam ke mulut Citra. Entah karena masih mengantuk atau belum berpikir apa-apa, Citra hanya membiarkan kepala penis Prawoto menyeruak masuk. Menerobos bibir dan deretan gigi putihnya. Tak lama kemudian Prawoto segera menggerakkan batang penis itu maju mundur, mirip seperti orang yang sedang menggosokkan sikat gigi ke mulut Citra.

Tiba-tiba, Citra tersadar dengan apa yang ada di dalam mulutnya. "Kontol Prawoto khan baru saja menyodomi anusku...?" Tanya Citra dalam hati sambil memundurkan kepalanya menjauh dari batang penis Prawoto. "Mmmmpppffff....." Ucap Citra berusaha menghindar.

"Eh eh eeehh... Jangan berhenti dulu mbak...Aku pengen ngerasain lagi enaknya ngentotin tenggorokanmu..." Cegah Prawoto yang dengan sigap segera memegang belakang kepala Citra. Membuat wanita cantik itu tak mampu menggerakkan kepalanya dari sodokan penis besar Prawoto.

Seketika, sebuah rasa yang tak pernah Citra kenal seumur hidupnya menjalar cepat di sekujur syaraf indera perasanya. Pahit, getir, asam, asin, semua menyatu menjadi satu. Belum lagi ditambah dengan aroma memabukkan yang berasal dari lubang pembuangan tubuhnya, membuat wanita cantik itu merasa begitu dipermalukan oleh Prawoto. 

"HOOEEEKK... " Erang Citra lagi, berusaha keras menolak sodokan penis Prawoto.
"Hehehehe... Gausah geli mbak... Khan ini lendir anusmu sendiri..." Kata Prawoto yang terus menyodokkan penisnya dalam-dalam ke mulut Citra.
“HUOOOKK…”
"Enak khan rasanya…? Nikmatin aja mbak.. Nggak usah dilawan... Hehehehe..."

"Baru juga semalam ketemu, dia sudah berani menyetubuhi diriku..." Batin Citra kesal.
"Baru juga salaman saling sapa, dia sudah berani menyodomi anusku... "
"Baru juga kenal semalaman, dia sudah meminta mulut dan lidahku menjilati lendir anusku yang menempel pada batang penisnya...."

“Kok kamu diem aja mbak…? Tanya Prawoto, 
"Kamu suka ya diperlakukan seperti ini…?” 
"Pasti kamu mulai menikmati ya mbak..? Hehehehe..."

Pikiran Citra semakin kacau. Tak tahu harus berbuat apa. Yang bisa ia lakukan saat itu hanyalah berdiam diri. Oleh karenanya Citra sengaja tak menjawab pertanyaan Prawoto sedikitpun.

Berulang kali tak menjawab pertanyaannya, membuat Prawoto gemas. Dengan cepat, lelaki kurus itu lalu menjulurkan tangannya kebawah, meraba payudara besar Citra lalu meremasnya kencang-kencang.

“Haaaaawwww…. Haaakiiiittttt….” Jerit Citra lantang dengan mulut yang masih tersumpal penis Prawoto.
“Hehehehe…. Akhirnya kamu bisa bersuara juga mbak….Hehehe….”
“Emhaang akhu pahung, diem haja halok dihapa-hapain…?” jawab Citra kesal 
“Hehehe… Bukan patung ya….? Abisan dari tadi aku tanya, mbak nggak jawab sama sekali…”

Walau kesal, entah kenapa wanita cantik itu sama sekali tak melarang Prawoto ketika ia dan batang penisnya mengobrak-abrik mulut dan tenggorokannya. Ia tetap duduk diam di tepi kasur sambil berpegangan pada paha kurus tukang sate itu. Citra sama sekali tak menolak menerima sodokan-sodokan kasar dari penis Prawoto yang semakin lama semakin masuk dalam-dalam.

GAG GAG GAG
“Kamu suka seks kasar ya mbak…?” Tanya Prawoto lagi
Citra tak menjawab, ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terus menerima perlakuan kasar Prawoto. Lagi-lagi Prawoto meremas payudara besar Citra keras-keras.
"AArrrggghh... Haaakiiittt..." Jerit Citra lagi.
"Hehehehe.... Jawab mbak.... Jawab kalo kamu suka diperlakukan kasar..." Kata Prawoto lagi sembari terus menyodokkan batang penisnya dalam-dalam ke mulut Citra.

GAG GAG GAG 

"Hehehe... Nggak usah malu mbak... Ngaku aja kalo suka...." Kata Prawoto, "Ayo buka mulutmu lebih lebar mbak… Rasain kepala kontolku…”

GAG GAG GAG GAG

"Enak ya mbak mulutnya aku entotin..?" Tanya Prawoto yang tiba-tiba mencabut penisnya lepas dari mulut Citra dan membiarkan wanita cantik itu mangap-mangap lebar menantikan siksaannya lagi. "Enak khan mbak..? Ayo ndongak mbak.... Buka mulutnya lebar-lebar...."
"Aaahhh...." Ucap Citra menurut sambil mendongak. Lalu ia membuka mulut.
"JUUUHHH...." Prawoto tiba-tiba meludahi mulut Citra. "Ayo jawab mbak... Kamu suka khan aku perlakukan seperti ini...?

Entah kenapa, Citra sama sekali tak tersinggung ketika menerima perlakuan kurang ajar Prawoto. Alih-alih marah kerena mulutnya baru diludahi Prawoto, ia malah menelan habis ludah tukang sate itu kemudian membuka mulutnya lagi. "Aaaaaaa....."

"Hehehehe... Kamu suka ya mbak...?" 

Dengan malu-malu, Citra lalu menganggukkan kepalanya pelan. Ini seperti bukan dirinya. Karena tak mungkin Citra yang ia kenal mau diperlakukan seperti wanita hina begini. Terlebih, diperlakukan semena-mena oleh lelaki yang baru saja ia kenal.

"Naaahhh.... Begitu doonk mbaaak.... Hehehe...." Ucap Prawoto girang. "JUUUHHH...." Lagi-lagi, lelaki kurus itu meludahi mulut Citra, "Telan mbak..."

GLEK.

"Hehehe.... Pinteeeerrr.... Kamu memang wanita penurut..... JUUUHHH...."
Melihat pria yang ada didepannya senang, Citra pun seolah menikmati perlakuan kurang ajarnya. 

"Sekarang isep kontolku lebih dalam lagi mbak....” Pinta Prawoto sambil cepat-cepat melesakkan batang penisnya dan memaju-mundurkan pinggulnya. ”Sedot yang dalem mbak… Rasain air ludahku... Rasain bekas pejuhku... Rasain bekas lendir anusmu...”

“Mppphhhfff…” Suara mulut Citra begitu tersumpal penis Prawoto lagi. 

GAG GAG GAG GAG 

Seolah terhipnotis dengan segala permintaan Prawoto, Citra membiarkan harga dirinya terinjak-injak oleh lelaki kurus itu. "Citra Agustina.... Kau wanita murahan... Sangat gampangan...."Kata batinnya ketika menerima semua perlakuan kasar tukang sate itu.

"Kalo aku boleh menebak... Kamu tuh wanita yang suka kontol-kontol besar ya mbak...?" Celetuk Prawoto, " Kamu lebih suka disetubuhi kontol pria lain yang ukurannya jauh lebih besar daripada kontol kecil suamimu....Ya khan mbak...?" 

"Hengak ahja....Hkata shiapha...? Nghaco hamu Hbang... "Citra menggeleng, sama sekali tak menyetujui pernyataan Prawoto barusan. 
"Hehehe kamu bohong mbak.... Aku tahu kamu suka...."

"Sialan.... Kok dia bisa tahu ya....?" Heran Citra dalam hati. 

"Ayo ngaku aja mbak.. Kalo nggak aku siksa loh..." Kata Prawoto yang tiba berhenti menyodok mulut Citra, dan melesakkan seluruh batang besar miliknya ke tenggorokan Citra.
"HOOOOEEEKK...." Erang Citra kesakitan. 

Seketika, Citra tak mampu bernafas. Mulut dan tenggorokannya tiba-tiba penuh sesak dijejali oleh batang besar Prawoto. Saking penuhnya, hampir separuh batang besar itu tertanam ke tenggorokannya. Sakit sekali. Citra yang panik karena tak bisa bernafas buru-buru memukul-mukul tubuh Prawoto, mencoba meronta untuk membebaskan mulut mungilnya dari tusukan penis besarnya. 

Namun, sepertinya percuma. 

Semakin Citra meronta, semakin dalam pula batang penis Prawoto melesak masuk kedalam. Membuat mulutnya semakin penuh, tenggorokannya semakin sesak, dan rahangnya semakin pegal..

"Huuooohh... Enak banget tenggorokanmu mbaaakk... Ssshhhh..... " Erang Prawoto yang menikmati sensasi tenggorokan Citra ketika tersiksa oleh batang penisnya. "Rasanya seperti berkedut-keduuuutt..."

Citra yang tak mampu melakukan apapun, hanya meronta-ronta sebisanya, mencoba membebaskan diri dari siksaan Prawoto."Hayo ngaku dulu ah... Bilang dulu kalo kamu lebih suka disiksa oleh kontol lelaki lain ketimbang kontol suamimu... Hehehe..."

Merasa tak ada jalan lain, Citra akhirnya mengakui pernyataan Prawoto. Daripada ia pingsan kehabisan nafas dan mati lemas karena tersedak batang penis besar milik si tukang sate, lebih baik ia mengakui semua pernyataan itu. 

Wanita cantik itu akhirnya menganggukkan kepala.
"Hehehehe.... Perempuan pintar..." Kata Prawoto yang kemudian mengendorkan tusukan penisnya dan mencabut batang kebanggaanya keluar dari mulut Citra. " Akhirnya ngaku... Hehehehe..." 

"PUAAAAHHH.... " Desah Citra lega. Seperti mendapatkan hidup baru, Citra buru-buru menghisap udara dalam-dalam. "HAAAAH..HAAAH....HAAH...HAH...HAH.... UHUK UHUK UHUK…" 

"Hehehe... Kalo panik... Wajahmu jadi keliatan lebih cantik deh..." Kata Prawoto santai sambil mengusap rambut halus Citra dan kemudian mengecup keningnya. "Aku jadi jatuh cinta ama kamu...."
"UHUK UHUK UHUK… Gila kamu Bang… Hah Hah Hah… Wong gendheng... Bisa mati keselek aku disodok kontolmu Bang... Hah Hah Hah..."
"Heehehe... Makanya ngaku aja mbaaak... Aku suka kok perempuan jujur... Cuppp.." Kata Prawoto yang kemudian mengecupi bibir tipis Citra.

Merasa gemes dengan perlakuan Prawoto, Citra mendorong tubuh tukang sate itu lalu menangkap batang penisnya. Dengan kecepatan tinggi, wanita cantik itu mulai mengocoknya dengan cepat. Tak lupa, Citra juga menyedot dalam-dalam sambil mengecupi lubang kencing Prawoto kuat-kuat. 

“Sluuurrpp… Cupcupcluurpp… Sluurp…”
"Eh eh eeeeehhh... Mbak.... Kamu mau apa mbaak...?" Tanya Prawoto yang kaget dengan perlakuan Citra. Ia tak mengira jika wanita yang sedari tadi diam menerima semua hinaanya, bisa menjadi sebuas ini. 

"HUOOOOHHHHH... ENAK BANGET MBAAAKKK..." Erang Prawoto keenakan, "Ampuuun mbaaak... Bisa keluar lagi pejuhku kalo sedotanmu kaya gini..."
"Yaudhah....Hkeluahin aha hlagi... Sluurrpp.... Sluurrpp..."

Dan benar saja, melihat tubuh Prawoto mulai bergetar, Citra buru-buru memuntir-muntir batang penis lelaki kurus itu dengan cepat, sambil terus menstimulus kepala penisnya yang besar dengan tenggorokannya yang lembut. 

Merasa akan segera orgasme, Prawoto segera menangkap kepala Citra dan menyodok-sodokkan penisnya ke mulut Citra cepat-cepat.

GAG GAG GAG GAG...

"Gila kamu mbak... Enak bangeeettt... Ga heran kalo si Monyet Seto itu menggenjotmu sampe pagi mbak... Essshhh... Shhhh... Mulutmu enak banget mbak... Mirip memekmu... Mirip anusmuuu.... Enak bangeeeeettt.....”

Buru-buru Prawoto lalu mencabut penisnya dan mengambil alih kuasa atas batang besarnya. Dengan kecepatan tinggi, lelaki kurus itu segera mengocok batang beruratnya kuat-kuat sembari mengarahkan kewajah Citra.
“Shhh…Buka mulutmu mbak… Aku mau siram muka genitmu…. AAAARRRRGGGHHHH......"
“Aaaaaaaaaaa” Ucap Citra menurut sambil membuka mulutnya lebar-lebar.

CROT CROT CROT CROT CROT...

Lima semburan sperma hangat segera meluncur deras keluar dari mulut penis tukang sate itu. Terbang bebas, dan mendarat ke permukaan wajah cantik Citra. Sebagian masuk kedalam mulut dan mengenai rambutnya.

"HOOOAAAHHH MBAAAAKKK.... ENAAAAK BANGGGEEEEEETTT..." Erang Prawoto lega, "... Baru kali ini ada wanita yang bisa bikin kontolku muncrat hanya dengan mulutnya.... "
"Hihihi... Muncrat sih muncrat.... Tapi ya masa harus di mukaku siiihhh.....?" Omel Citra kesal sambil menyeka sperma hangat dari wajahnya, "Kena mata niiiihh... Periiihhh...."
"Hehehe... Habis kamu cantik banget sih mbaak.. Jadi pengen mejuhin mukamu terus.... Hehehehe..."
"Aaahh... Tetep aja kamu nyebelin...."
"Itung-itung buat bikin awet muda mbak... hehehe... Hisep lagi donk mbak.... Bersihin kontolku sampe kinclong ya..."

Mendengar permintaan mesum Prawoto, entah kenapa Citra langsung melupakan rasa kesalnya dan segera mencaplok kepala penis lelaki kurus. Wanita cantik itu kemudian menjilatinya dengan buas. 

“Citra agustina… Kamu benar-benar murahan.... Tak pernah bisa menahan diri kalo melihat kontol besar…” Kata hati Citra berteriak lantang, “Apa yang bakal orang lain katakan jika melihat dirimu bisa ditidurin dengan mudah... Dasar wanita pezina…. Pelacur… Mbalon... Cabo.. Sundel….Jalang... Pengumbar memek gratisan…"

"Mas Marwan pasti kecewa memiliki istri sepertimu... LONTE”

Tiba-tiba, sebuah senyuman tersungging di wajah ayunya. “Hihihihi…. Biar aja orang tahu jika aku LONTE.... Yang penting aku tak merugikan orang lain…. “ Balas Citra dalam hati, “Yang penting aku senang.... Yang penting AKU PUAASSS...."

***

Tak terasa, jarum jam sudah menunjukkan jam 7 pagi dan matahari sudah muncul dari balik gunung. Ditemani suara kicau burung dan segarnya udara pagi, terlihat sepasang manusia yang sedang menikmati pagi diatas balkon. 

"Enak juga sarapan bikinanmu Bang.... " Kata Citra yang masih dalam keadaan telanjang bulat, memakan semua menu sarapan buatan Prawoto dengan lahap. Seolah tak lagi memiliki rasa malu, ia membiarkan tubuh telanjangnya dinikmati oleh mata mesum Prawoto, " Huuuaaahhh..... Jadi kenyang perutku Bang.... Makasih yaaaaa...." Tambah Citra lagi. 

"Syukurlah kalo kamu suka mbak.... Tuh jus buahnya sekalian dihabisin..."
"Glek glek glek... Aaahhhh...Semua bikinanmu enak banget Bang..... Mirip makanan hotel mahal...." kata Citra sambil mengusap-usap perut rampingnya.
"Hehehe. Bisa aja kamu mbak...." Balas Prawoto sambil membereskan piring-piring kotor.

"Eh iya Bang..... Aku boleh pinjem baju...? Ama handuk...?" Tanya Citra.
"Mau mandi ya mbak...?"
"Enggak... Mau macul... Hihihi....Iyalah aku mau mandi...." Canda Citra, "Badan aku lengket banget nih... Penuh pejuh-pejuh lelaki tak bertanggung jawab....hihihi..."
"Yaaaahhh... Percuma mbak... Ga ada gunanya bersih-bersihin badan..."
"Looh...Kenapa....?" 
"Yaaa Ntar juga bakal aku pejuhin lagi. Hehehehe....."
"Iiihhh... Enak aja... Nggak mau ahhh... Kamu mainnya kasar.... Badan aku sakit semua...." Jawab Citra santai, seolah mereka tak lagi memiliki rasa sungkan.

"Hahahaha....Kasar tapi suka khan...?"
"Idiiiiih... Nggak banget.... Masih enakan cara mainnya Seto...Weeee, "Canda Citra lagi sambil menjulurkan lidah 
"Hahahaha.... Tapi khan kontolnya gedean aku... Weeee..." Balas Prawoto mengolok Citra.
"Kontol gede tapi kalo maennya kasar juga percuma Bang...." 
"Habisan aku kasar juga gara-gara kamu mbak....." 
"Ngawur aja.... Mana bisa kasar gara-gara aku....?"
"Iyalah... Gara kecantikan dan kegenitanmu... Aku jadi gemes.... Trus ujung-ujungnya aku jadi pengen ngabisin semua kenikmatan tubuhmu..."
"Hihihi... Preeeeeeetttt.... Awas ketagihan loh...." Kata Citra sambil menjulurkan lidahnya lagi.
"Emang udah ketagihan kali mbak... Nih lihat kontolku udah bangun lagi...." Kata Prawoto yang buru-buru bangkit dari tempat duduknya dan lagi-lagi memamerkan batang penisnya yang sedang mengangguk-angguk naik turun .
"Haaaadeeehhhh.... Ngacengaaaan....Hihihi.... Nggak Seto, nggak kamu, semua otaknya pada mesum..."
"Ya kalo deket kamu... Cuman lelaki nggak normal mbak yang ga mesum...."
"Hihihi iya ya.... Benar juga..."
"Eh mbak, kamu mau mandi di pemandian air panas gak? Seger banget loh...."
"Oiyaa...? Ada yang kaya gituan disinii... Yuuukkk..."

***

Tak perlu menunggu waktu lama, Citra dan Prawoto segera bergegas ke mata air di kaki bukit. Dengan hanya mengenakan daster tipis hasil pinjaman dan sendal jepit, Citra mengikuti arah lelaki kurus itu melangkah. Keluar dari kawasan desa dan masuk jauh menembus hutan. Sekitar 20 menit perjalanan, kolam pemandian itupun segera terlihat. 

Kepulan kabut terlihat tipis, mengambang santai di permukaan tanah. Hangat, pengap dan tercium bau pekat yang seketika membuat dada Citra sedikit berat dan terasa sesak.
“Baunya menyengat banget ya Bang…”
“Ini pemandian air panas mbak… Karena mengandung belerang jadinya agak-agak pengap gini…” Jelas Prawoto sok pintar, “Kalo mbak sering mandi di air belerang gini, badan mbak bakal selalu sehat loh… Semua penyakit dijamin bakalan cepet minggat deh…”
“Wah… Cocok tuh buat kamu Bang…”
”Loh kok cocok…?”
“Iya… cocok buat ngobatin otakmu yang keseringan mesum… Hihihi….” Canda Citra.
“Siaaalaaannn….Berani ya nghina aku…Nih rasain kemesumanku… “ Balas Prawoto sambil meremas payudara citra keras-keras.
“Ampuun bang.. Ampuuunn… Hihihihi…”

Area pemandian itu terdiri dari banyak kolam alami berbagai ukuran. Dan kesemuanya merupakan sumber air panas. “Di kolam sebelah sana aja gimana Bang... ?" Usul Citra menunjuk ke sebuah kolam yang agak jauh namun agak lebih tertutup daripada kolam-kolam lainnya. “ Disana banyak bebatuan besarnya.. Jadi sepertinya lumayan aman…”
“Aman dari apaan… Emang disini kampung perampok….”
“Ya aman aja Bang… Aman kalo nanti tau-tau kamu minta aku buat ngelakuin hal yang mesum-mesum… Hihihihi…”
“Hmmm… Mancing-mancing yaaa…”
“Hihihi…

"Woiy Woto.. Siapa tuh...?" Celetuk salah seorang penduduk desa yang juga sedang berendam di kolam pemandian. 
"Kenalin dong..." Balas penduduk lainnya. " Bening bener..."
"Suuuit suiiiittt.... Ayu tenan Woto... "
"Badannya suuemooookk tenaaaann.... Hahahaha...."

Seketika pemandian kolam air panas itu langsung riuh renyah, membahas wanita yang diajak mandi oleh Prawoto.

"Bang... Kamu terkenal juga ya disini...." Tanya Citra. 
"Hehehe.. Maklum... Kalo orang ngganteng ya gini..."
"Iddiiiiihhhh..... Tapi kok disini banyak orang ya...?" Heran Citra."Trus mereka berendamnya campur gitu...?"
"Namanya juga pemandian umum mbak... Ya wajarlah rame gini..." Jelas Prawoto, "Memangnya kenapa mbak kalo campur....? Malu yaa...? Hehehe...."Goda Prawoto
"Hmmm.... Enggak malu sih.... Cuman nggak biasa aja mandi bareng orang laen..."
"Halah... Tenang aja mbak.... Mereka udah biasa kok mbak mandi bareng-bareng... Yah anggep aja saudara... Hehehe..." Jelas Prawoto, "Yuk mbak... Buruan kesana... Pengen cepet-cepet nyebur..." 

Cepat-cepat Prawoto lalu menggandeng tangan Citra, melewati beberapa kolam air panas yang sudah terisi. Dan setibanya di kolam tujuan, tanpa rasa malu sedikitpun, lelaki kurus itu segera melucuti semua pakaiannya dengan santai dan menggantikannya dengan sebuah celana kolor ketat yang terlihat kekecilan. Tak peduli dengan banyaknya orang yang bisa saja melihat ketelanjangan dirinya.

Benar juga. Di sekitar tempat Citra berada, banyak juga pasangan yang mandi secara berkelompok. Tua muda,anak-anak hingga dewasa, pria wanita, semua mandi dengan tenang. Seolah telah terbiasa, tak satupun dari mereka yang terlihat malu-malu untuk memperlihatkan tubuh mereka. Anak anak kecil berlarian kesana kemari dengan riangnya, para remaja saling becanda sambil melempar guyonan-guyonan segar, para orang tua yang sibuk menggosip atau mencuci pakaian. Semua terlihat begitu biasa, bercanda dan tertawa, tanpa memperdulikan rasa malu diantara mereka.

"Ayo sini... Nggak usah malu-malu... Aku kenal mereka semua kok mbak..." Ucap Prawoto meyakinkan. "Itu yang disana Pak Paul, Pak Usep, Pak Panjul ama Pak Yusup... Yang disana Diki, Sopran, Kirun, Projo ama Raden..." Absen Prawoto, " Trus yang disana Mbok Murti, ama anaknya Siti, Mbok Sari ama adiknya Neng Rosa... Trus itu Yuli, Mutya, Surti...."
"Iya iya.. Udah .... Stop absennya... Lama-lama kamu kaya petugas sensus penduduk aja.."
"Habisan kamu lama bener nyemplungnya... Udah nggak tahan nih...."
"Lah.. mau ngapain..?"
"Mau remes-remes tetekmu laaah.... Hahaha..." Canda Prawoto genit. 
"Hihihihi.... Dasar otak mesum..."
"Ayo mbak... Buruan nyemplung..." Ajak Prawoto sambil menciprat-cipratkan air kolam ke arah Citra.

"Hmmm… Sepertinya… Air kolamnya panas deh Bang.. "
"Hadeeehhh... Masih panasan tubuh kamu kok mbak... Yuk buruan masuk sini... Ntar keburu siang nih..."
"Emangnya kenapa sih kalo siang...."
"Khan aku mau buka warung cantiiiikk... Harus jualan buat menyambung hidup...."
"Oalaaahh... Hihihi...."
“Yaudah gih buruan ganti dasternya…”
“Iya deh…”

"Bang... Disini nggak ada kamar ganti ya...?" Tanya Citra malu-malu.
"Hahahahaha.... Ya nggak adalah Neng... Wong ini khan pemandian alami... " Jawab Prawoto sambil menjelaskan,"Kalo mau, Mbak bisa ganti dibalik batu besar itu….” 

Tak ada jalan lain, akhirnya Citra menuruti saran Prawoto. Ia segera berjalan ke balik batu yang ada di samping bibir kolam. Dengan perasaan kikuk, Citra celingak-celinguk memperhatikan situasi sekelilingnya. Namun tetap saja ia tak menemukan lokasi yang lebih baik untuk ia pakai sebagai tempat ganti. 

“Yaudahlah… terpaksa ganti disini…” Kata Citra sambil mulai melonggarkan ikatan kain dasternya dan menggantinya dengan kain sarung. 

Namun, begitu ia akan melepas kain daster yang ia kenakan, mendadak suasana pemandian yang semula hiruk pikuk menjadi hening. Sunyi karena tatapan hampir semua mata para pria yang ada disekitar Citra, menatap tajam kearahnya.

Ternyata, batu itu tak cukup besar. Walau tingginya sampai sepinggang orang dewasa, batu itu tetap saja tak mampu menyembunyikan tubuh Citra dengan sempurna. Mendadak sebuah perasaan aneh muncul dari dalam hatinya.

"Kok aku jadi pengen memperlihatkan keseksian tubuhku ke mereka ya...?" Batin Citra yang tiba-tiba merasakan sebuah sensasi aneh muncul dari dalam dirinya. Antara was-was, deg-degan, penasaran, hingga takjub, semua bercampur menjadi satu.

"Woto... Bantuin tuh... Si Neng kelihatannya malu-malu ganti bajunya... " Celetuk salah seorang bapak-bapak yang sedari tadi memperhatikan Citra. 
"Hehehehe... Biarin aja pak.. Dia udah gedhe ini... udah bisa ganti baju sendiri..." Jawab Prawoto santai. "Iya neng... Gausah malu... Anggep aja kita disini satu saudara... “Sahut salah satu dari mereka
“Betul sekali itu Neng… Lagian... Kami semua sudah biasa liat perempuan telanjang..." 

"Aaaah... Yaudahlah... Masa bodo kalo mereka melihat ketelanjanganku...." kata Citra lagi dalam hati sambil bergerak kesamping batu besar, sengaja menampakkan dirinya dihadapan mata-mata penuh rasa penasaran itu.

Dengan gerakan super lambat, Citra lalu menaikkan kain daster tipisnya. Sambil melirik kearah para lelaki disekelilingnya yang sangat berharap-harap cemas untuk dapat segera melihat ketelanjangan tubuhnya. "Bapak-bapak sekalian... Silakan nikmati keindahan tubuhku...." Ucap Citra dalam hati sambil tersenyum genit kearah mereka. 

Pelan-pelan, bawahan daster itu naik dari betis hingga setinggi lutut. Aksi nakalnya itu sontak membuat detak jantung Citra meningkat, berdetak lebih cepat dari biasanya. "Lucu sekali perasaan ini. Deg-degannya membuat geli di ulu hatiku...." Kata Citra yang merasa begitu takjub dengan niatan untuk menelanjangi dirinya sendiri.

Setelah itu, bawahan daster Citra naik lagi hingga setinggi paha, memamerkan kulitnya yang putih mulus. Membuat muka wanita cantik itu mulai bersemu merah. Detak jantungnya pun terasa jauh lebih cepat lagi. "Kulitku merinding.... Dan putingku mengeras..." Kata Citra yang perlahan mulai merasakan gelombang birahinya muncul ditengah-tengah ketelanjangan dirinya.

Semakin menggoda, Citra lalu menaikkan lagi bawahan kain dasternya hingga setinggi pusar, memamerkan vagina gundul dan pantat bulat indahnya. "Wuooohh.... Aku sudah mulai telanjang..." Kata Citra lagi dengan nafas mulai tak beraturan. Wajahnya mendadak terasa panas, dan detak jantungnya menjadi sangat tak beraturan. Vaginanya pun mulai membecek dan berdenyut-denyut.

"Tinggal satu gerakan lagi... Mata lelaki-lelaki mesum itu bisa menikmati ketelanjangan diriku..." Kata Citra dalam hati yang entah kenapa, tiba-tiba tersenyum sambil merasakan sensasi bertelanjang.

Sambil menghirup nafas dalam-dalam, Citra lalu menyelesaikan gerakan terakhirnya. Wanita cantik itu lalu mengangkat kain daster lusuhnya hingga melewati kepala. Membebaskan kain penutup tubuhnya yang terakhir, untuk memamerkan keindahan payudara besarnya. "Pasti wajahku sekarang seperti kepiting rebus saking malunya.." Tutup Citra sambil melipat daster itu dengan gerakan super lambat.

Tak disitu saja, Citra tiba-tiba ingin menggoda nafsu para lelaki itu lebih jauh lagi. Sambil membelakangi penduduk desa itu, ia sengaja menjatuhkan dasternya. 
“Yah jatuuuhh…” Kata Citra pura-pura kaget. Lalu tanpa menekuk lututnya ia membungkukkan badannya kedepan dan memamerkan celah vagina basahnya secara frontal kearah penduduk desa. 

"Suit suit... Seksinyaaaa.... "Celetuk salah seorang lelaki tak jauh dari tempat Citra berdiri.
"Cantik sekalo woooiyyy... Bikin kolam mandinya makin panas aja....! " Sahut bapak lainnya.

“Eh mbaak… Memekmu kelihatan tuuh…” Teriak Prawoto lantang, berusaha mengingatkan Citra tentang keteledorannya, ”Buruan pake sarungnya mbak…. Sebelum diterkam bandot-bandot tua disanaaa…!”

“Haaa? Kenapa Bang….?” Tanya Citra pura-pura tidak dengar. Alih-alih segera mengenakan kain sarungnya, wanita cantik itu malah berbalik arah dan menanyakan kembali apa yang baru saja dikatakan Prawoto.

“WUUUIIIIHHH…. Teteknya Wooot…. Menggairahkan…” Celetuk salah bapak-bapak yang masih mengawasi Citra dari kejauhan.
“Enak tuh diremes-remes…” Sahut bapak lainnya.

“Woiy-woiy… Sudah….Ayo sana lanjutin mandinya… Dasar wong gebleeek kabeh….” Celetuk Prawoto sambil buru-buru keluar dari kolam pemandian dan merentangkan tangan untuk menutup tubuh telanjang citra dengan tubuh kurusnya. 

“Hahaha… Woiy Woto… Masa sama saudara sendiri kontolnya ngaceng…?” Teriak salah seorang bapak sambil menunjuk arah selangkangannya. 

Benar saja. Ketika Prawoto keluar dari pemandian, bagian depan celana kolornya menjendol besar, terdorong maju oleh batang penisnya yang sudah keras menjulang.
"Hahaha… Bener… Woto ngaceng tuh.... Hahahaha " Sambung mereka lagi.
"Hahahaha.... " Tawa mereka hampir bersamaan

Lucu juga melihat mereka yang walau sudah konak, namun masih mau bercanda.

"Hush hush hush... Geblek kabeh...." Kata Prawoto menimpali, "Halaaah… Dasar Kutu kampret sok munafik… … Aku berani tarohan kalo kalian semua juga pasti pada ngaceng... HAHAHAHA...." Balas Prawoto sambil berusaha menurunkan penisnya yang sudah terlanjur tegang berdiri. Namun walau sudah berkali-kali ia mencoba menurunkan batang penisnya, tetap saja tonjolan di celana kolornya itu tak kunjung turun.

“Mbak buruan pake kain sarungnya… Nggak malu apa dilihatin ama penduduk kampung…?” Ucap Prawoto sambil terus merentangkan tangannya.
“Eh iya-iya… Bentar…. Aku mau melipat daster dulu….”
“Udaaahh… Nggak usah dilipat… taruh aja diatas batu… toh dasternya udah basah, nggak mungkin nanti bakal dipake lagi…” Saran Prawoto
“Iya bentaran….” Kata Citra yang masih sibuk saja melipat daster basahnya. Melenggak-lenggok seolah kebingungan, tanpa menghiraukan tatapan-tatapan mesum para penduduk desa.

"GILAAAAAA.... AKU TELANJANG BULAT DI TEMPAT UMUM.... "Kata Citra dalam hati seolah takjub akan keberanian dirinya. Betapa tidak, baru kali ini ia berada ditengah-tengah tempat umum dengan tanpa mengenakan sehelai pakaianpun. Terlebih hampir semua mata lelaki yang ada disini melihat langsung kearah dirinya berada.

“Mbak... Kok nggak cepet-cepet pake sarung sih...? Jangan-jangan….? Kamu memang suka memamerkan tubuh telanjangmu ke orang lain ya mbak…?”
“Iiiihhh.. ngaco deh….” Elak citra.
“Iya… Kamu suka memamerkan tubuh telanjangmu ya mbaaak.. ?” Kata Prawoto sambil menganalisa tubuh Citra.
“Apaan sih…?”
“Tuh lihat… Pentilmu mengeras… “ Ucap prawoto sambil mencubit kedua putting payudara Citra. 
“Ini khan gara-gara kedinginan Bang…” kata Citra membela diri.
“Masa…? Kalo kedinginan, lalu ini apa...?" Tanya Prawoto yang tiba-tiba mengusapkan telapak tangannya kearah vagina Citra. “Kedinginan mah nggak bakal bikin lendir memekmu keluar banyak begini mbak… Kamu horny ya…?“
“Ehh... Eee... Enggak kok…”
“Iya kamu horny ya mbak...? Hehehe… Ngaku aja mbak…. Kamu suka bertelanjang badan sambil dilihatin banyak orang..?”

Tanpa menunggu jawaban Citra, Prawoto buru-buru mengambil daster dan kain sarung Citra, lalu berlari menjauh. “Kalo nggak mau ngaku, mbak nggak bakalan pulang memakai baju…Hehehe…” Goda Prawoto.

”Baaang… Balikiiinnn…” Teriak Citra yang pura-pura panik. Sambil masih bertelanjang badan, Citra segera berlari-lari mengejar prawoto. Berusaha merebut daster dan kain sarungnya dari tangan tukang sate itu. 

Lucu sekali, mereka berdua bertingkah bak anak kecil, saling kejar dan saling tangkap. Prawoto dengan penis tegangnya berlarian kesana kemari, tak peduli jika tonjolan kelaminnya yang menjendol besar itu terlihat oleh penduduk desa. Begitupun dengan Citra, ia sama sekali tak mempedulikan ketelanjangan tubuh indahnya. 

Walau masih bersembunyi-sembunyi dibalik bongkahan-bongkahan batu besar, tetap saja tubuh bugil Citra masih dapat terlihat begitu jelas oleh para penduduk desa. Payudaranya yang menjuntai indah, bergoyang berlompatan kesana kemari seiring langkah kakinya. Vaginanya yang basah, terlihat mengkilap terkena pantulan sinar matahari. Dan pantatnya yang bulat mampu membuat semua mata lelaki yang ada disana menatap tajam tanpa berkedip sedikitpun. 

Hingga akhirnya, pengejaran Citra berakhir sebelum ia berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan. Telapak kakinya salah menapak di batu yang licin. sehingga mengakibatkan dirinya kehilangan keseimbangan.

GEDEBLUK.

"ADUUUHHH.... ! " Teriak Citra kesakitan. Tubuhnya berguling, jatuh kecebur ke kolam.

KCEEBBBUUURRR...

Buru-buru Prawoto segera beranjak mendekat kearah Citra jatuh, "Wah mbak.... Kamu nggak apa-apa...?" Tanya Prawoto panik. Ia tak mengira jika cara bercandanya berakibat fatal.
"Aduh Bang... Kakiku sakit.." Erang Citra sambil menyeka wajah cantiknya yang basah. Sambil meringis kesakitan, wanita cantuk itu terduduk diam di dalam kolam. 
"Maaf mbak... Aku nggak ada maksud mencelakai kakimu..." Ucap Prawoto yang buru-buru memeriksa kondisi tubuh Citra yang sudah basah kuyup tercebur ke kolam. Merabai seluruh permukaan tubuh wanita cantik itu.
"AAAAAWWWWW...." Teriak Citra tiba-tiba ketika tangan Prawoto menyentuh pergelangan kaki kanannya, "SAKIT BAAANG...."
"Sepertinya kaki kamu terkilir mbak.... Keseleo..."

Benar saja, ketika Prawoto mengangkat pergelangan kaki kanan Citra dari dalam air, kaki mulus itu terlihat agak bengkak, dengan kulit merona merah.

"Kenapa Wot..?" Tanya seorang lelaki setengah telanjang yang tiba-tiba muncul di samping kolam.
"Sepertinya barusan ada yang berteriak kesakitan..?" Tanya lelaki satunya. 

"Eh Pak Panjul, Pak Yusup... Kebetulan... Ini pak.... Kayaknya mbak Citra keseleo... " Kata prawoto mencoba menjelaskan. "Sepertinya harus cepat-cepat diurut ya Pak... ?" Tanya Prawoto.
"Coba lihat apa yang sakit..." Pinta Pak Panjul

Buru-buru Prawoto kemudian mengangkat pergelangan kaki Citra untuk diperlihatkan ke mereka.
"Ssshh... Pelan-pelan Bang.... Saaakittt..." Erang Citra.
"Wuuiiiihhh.... Udah bengkak itu Wot..." Ucap Pak Yusup.

"Jadi gimana pak..? Pak Pajul bisa mbantu ngurut kaki mbak Citra...?" Tanya Prawoto cemas.

Namun kecemasan Prawoto sama sekali tak didengar oleh Pak Panjul, karena ia sepertinya sedang asyik sendiri melihat ketelanjangan Citra yang ada didalam kolam. Lelaki tua itu berulang kali berusaha menelan ludah melihat payudara Citra yang mengambang bergoyang-goyang di permukaan air kolam.
"Gede tenan yo Sup.." Ceplos Pak Panjul reflek pada Pak Yusup yang ada disampingnya.
"Iyo Pak... gundal-gandul..." Kata Pak Yusup menimpali.
"Putih bener itu susunya Sup.... Uratnya aja sampe keliatan jelas..."
"Pentile yo imut banget Pak... Warnanya pink.. Wuenak banget itu kalo diisep-isep..."

Mendengar bisikan-bisikan mesum kedua bapak tua itu, membuat Citra buru-buru tersadar jika sedari tadi, tubuh indahnya masih telanjang. Segera saja, ia mencoba menutupi kedua bulatan payudara besarnya dengan tangan.
"Bang... Mana kain sarungnya.... Malu nihhh... tetekku diliatin bapak-bapak ini mulu..." Bisik Citra melas.
"Eh iya Neng... Bentar ya..." Kata Prawoto yang segera membungkus atasan tubuh Citra dengan kain sarung.

"Wooiy... Pak... Woiy..." Panggil Prawoto sambil melambai-lambaikan tangannya, berusaha menyadarkan kedua orang desa ini dari lamunan joroknya. "Piye iki....? Bisa nolongin nggak....?"
"Eeeh... Ehh... Iya iya... Bisa kok..." Jawab Pak Panjul terbata-bata, "Waduuuhh... Kok bisa jadi seperti itu Neng....?" Tanya Pak Panjul yang buru-buru jongkok ditepi kolam didepan Citra. 

"Kepleset pak... Ehhmmff...." Jawab Citra sambil terus meringis-meringis kesakitan. 
"Bengkaknya sih tak begitu besar sih mbak... Tapi bakal membuat susah ketika dipake berjalan..." Kata Pak Panjul, "Kalo mau... Saya bisa kok nyembuhin sakitnya...."

"Eh betul juga.... Mbak... Pak Panjul ini tukang urut handal... Dia pasti bisa nyembuhin kakimu...." Jelas Prawoto, "Gimana mbak...? Diurut aja ya...? Aku jadi merasa bersalah nih... Gara-gara aku, kakimu jadi kesakitan gini..."
"Ssshh.... Aadduuuhhh... Iya deh Bang... Yang penting kakiku nggak sakit lagi...."
"Pak Panjul... Tolong ya pak... " Pinta Prawoto yang kemudian menyerahkan kaki Citra kepada Pak Panjul
"Aduh aduh... Pelan pelan bang..."

"Permisi ya mbak..." Kata Pak Panjul berusaha sopan lalu memegang pergelangan kaki Citra. 
"I... Iya pak... Sshhh.... "
"Kakinya diselonjorin kesini neng... Kepaha bapak... " Pinta Pak Panjul lagi sambil menepuk-tepuk kearah pahanya.
"Permisi ya pak... " Ucap Citra berusaha sopan.

"Busyet nih kaki... Nggak ada bulunya... " batin Pak Panjul begitu menyentuh kulit halus Citra. "Ehhmmmfff.... Pelan-pelan paaakk..."

Dengan perasaan gemetar, lelaki tua itu mulai mengusap mata kaki Citra. "Ck ck ck Mulus beneeeer nih kaakiii.... Kaga ada bulunya sama sekali..... Belum lagi pahanya.... Bener-bener licin... !" Puji Pak Panjul dalam hati, "Kakinya aja semulus ini... Apalagi dalemannya..." pikir Pak Panjul mesum sambil mencoba melirik kearah selangkangan Citra.
"Ssshhh... Paaaak pelan pelan paaak... Ngiluuu... " Desah Citra sambil mengejang-kejang menahan sakit.

Mendengar erangan-erangan Citra, membuat lelaki-lelaki yang ada disekitarnya itu berpikiran kotor. Ketiga lelaki mesum itu tiba-tiba saling berpandangan antara satu dengan lainnya. Seolah mampu membaca isi yang ada diotak masing-masing, mereka bertiga lalu tersenyum lebar.
"Aaaauuw... Pelan paak..." 
"Tahan neng... Pak Panjul ini jago ngurut kok... Bentar lagi pasti kaki mulus neng bakalan sembuh..." Celetuk Pak Yusup sembari terus-terusan mengintip ke arah payudara besar Citra.
"Aduh paaak.... Sakiiittt.... Gelijang Citra lagi dengan tenaga lebih keras. Membuat tubuh rampingnya menggelepar-gelepar kesakitan. Menggeliat kekiri dan kekanan.

"Ssshh.. Pelan pak... Masih ngiluu... " Erang Citra.
"Sabar ya neng... Tahan bentar... Sedikit lagi pasti terasa enakan...." kata Pak Panjul. 
"Aduuuhhh...Sakit paaakk..." Erang citra lagi sambil menarik kakinya menjauh dari pijatan tangan Pak Panjul. "Udahan aja ya paak... Sakitnya nggak ketulungan..."

"Loooh kok udahan....?" Celetuk Prawoto, "Kaki Neng itu harus segera diurut cepet-cepet itu... Kalo nggak, ntar malah jadi makin bengkak lagi loh...."
"Tapi sakit banget Bang..." sedih Citra.
"Tahan aja bentaran Neng... Biar cepet sembuh..." Timpal Pak Panjul.
"Iya bener Neng... Ga lucu khan kalo wanita secantik Neng ini jalannya pincang..." Sahut Pak Yusup.

"Yaudah... Kita lanjutin lagi pak..." Kata Citra yang lagi-lagi Citra melonjorkan kakinya kearah Pak Panjul, "Tapi, pelan-pelan ya pak...."
"Hehehe... Iya Neeeng..." Jawab lelaki tua itu sambil memajukan duduknya lalu menekan keras pergelangan kaki kanan Citra..

"ADUUUUHHH... " Teriak Citra lagi sambil reflek menggeleparkan kakinya. " SAKIT BANGET PAK..!"

"Wah Neng... Bapak nggak bisa mbantu ngobatin kalo Neng sendiri nggak bisa rileks...." Ucap Pak Panjul dengan nada serius, " Neng mau sembuh nggak...?"
Citra tak menjawab, ia hanya berdiam diri sambil berulang kali menggigit bibir bawahnya. Seksi sekali.

"Sekarang... Terserah Neng sih... Mau diterusin apa nggak... Toh yang ngerasain sakit bukan saya..." Kata Pak Panjul berusaha memecah pikiran Citra. 

"Mau pak... Tapi sakitnya ituloh yang aku nggak kuat...." Rintih Citra, sambil mengelus-eles lututnya.

"Itu memang resikonya untuk bisa sembuh Neng..." Kata Pak Panjul dengan nada jual mahal. Tanpa sepengetahuan Citra, Pak Panjul tiba-tiba mengedipkan sebelah matanya, seolah memberi kode kepada Prawoto dan Pak Yusup.

Prawoto yang tiba-tiba bergeser ke belakang tubuh Citra lalu memijat-pijat pundak wanita cantik itu, "Tahan bentaran aja ya Mbak... Biar kakimu cepet sembuh..." 
"Yak bener begitu Woto... Bikin Neng ini supaya santai.. " Kata Pak Panjul ,"Yudah deh... Sup... Kamu bantu aku juga deh..." Kata Pak Panjul sambil menyuruh Pak Yusup masuk kedalam kolam, "Tolong kamu pikit juga kaki kiri Neng ini... Sekalian pegangin, biar badannya nggak goyang-goyang.. " Pinta Pak Panjul
"Siap bosss... Permisi ya neng..." Kata Pak Yusup yang segera ikutan nyemplung kedalam kolam dan langsung memegang pergelangan kaki kiri Citra.

Sejenak, Citra merasakan sedikit kejanggalan yang terjadi disini. Kaki kanan Dipegang Pak Panjul, kaki kiri dipegang Pak Yusup, dan tubuhnya didekap Prawoto erat-erat. 

"Sepertinya ini terlalu berlebihan deh.... Masa mau dipijat saja harus seperti ini...?" Tanya Citra dalam hati. Namun karena keinginannya untuk sembuh begitu besar, Citra akhirnya membebaskan rasa curiga itu.

"Rileks mbak...." Kata Pak Panjul sambil memajukan duduknya lagi hingga kaki hingga kaki Citra menyentuh perutnya yang keras. "Santai ajaa..." Kata Pak Panjul lagi sambil memulai pijatan tangannya. "Yusup... Kamu bantuin aku bikin Neng ini rileks.... Kaki yang ditanganmu dipijit-pijit juga ya..."

Perlahan, Citra mulai merasakan enaknya pijatan tangan lelaki tua itu. Dengan tekanan yang tak terlalu kuat, jemari Pak Panjul mampu membawa kenikmatan tersendiri, terlebih ketika tangannya mengusap lembut jempol dan telapak kakinya, membuat wanita cantik itu mulai terlena oleh sensasi geli-geli nikmat.

"Hmmm..Enak banget pak... " Desah Citra sambil menahan sakit pada kaki kanannya
"Rileks mbaak..." Pinta Pak Panjul lagi. 
"Sshhh... Mmmfff...." Erang Citra pelan.

Tiba-tiba, Pak Panjul mencengkram erat kaki Citra lalu memuntirnya keras-keras.

"KLETEK..."

"AAAWWW.... "Teriak Citra melengking keras. "SAKIT PAAAAKK....!"
"Hehehe.... Sakit ya...?" Kata Pak Panjul malah berganti nanya.
"Udah-udah pak...Sepertinya nggak usah pijit-pijit lagi.... " Erang Citra sambil menarik kakinya dari tangan Pak Panjul.

"Hehehe.... Iya-iya... Nggak dipijit lagi kok... Sekarang coba gerakkan kakinya mbak..."
"Loohh...?" Ucap Citra heran.
"Gimana...? Udah enakan...?" Tanya Pak Panjul.
"Eeeh iya loh... Kakiku udah enakan... Udah nggak sakit lagi...." Girang Citra. 
"Hebaaat khaaannn....? Pak Panjul emang jagonya mbenerin gitu-gituan...." Ucap Pak Yusup
"Hehehe.... Iya... Bapak Hebat.... "
"Yaudah kalo gitu... Sini kakinya lagi... Bapak mau nerusin ngurutnya..." 
"Loh...? Masih belum selesai Pak...?"
"Eehmm... Belum Neng... Ada syaraf-syaraf Neng yang sepertinya harus dibenerin sampe atas.." Jelas Pak Panjul mengada-ada. "Soalnya kalo nggak, besok-besok bakal bisa kambuh lagi...."
"Oooowww.. Gitu ya pak... Yaudah deh... Pijit lagi aja ya.... Hihihihi.." Tanpa rasa curiga, Citra kembali memejamkan matanya dan mencoba menikmati pijatan tangan lelaki renta itu.

"Enak sekali pak pijitanmu..." Desah Citra pelan, "Seperti pijat refleksi...."
"Hehehe... Nikmati aja ya Neng..." Kata Pak Panjul dengan senyum penuh arti.

Perlahan, tangan renta itu mulai mengusap-usap seluruh telapak kaki citra. Memijitnya satu persatu jari kaki wanita cantik itu dengan santai.

"Sekarang pasti lebih enak lagi Neng...." Kata Pak Panjul yang tiba-tiba memusatkan pijatannya di ibu jari dan telapak kaki Citra.
"Hmmmfff... Iya pak.... Enak banget... Sshhh..." Desah Citra pelan.

Perlahan, pijatan Pak Panjul itu berubah menjadi pijatan penuh birahi. Karena tak lama kemudian, entah kenapa, vagina citra menjadi lebih hangat dari biasanya. Lebih basah. Bukan karena ia sedang berendam di kolam air panas, namun basah karena gejolak birahinya mulai meluap.

"Ooohmm.... Enak banget paaakk..." Erang Citra tak henti-hentinya. Dari pijatan lelaki renta itu, ia merasa tubuhnya semakin lama semakin panas, detak jantungnya kembali berdetak cepat, dan nafasnya mulai memburu. 
"Enak khan Neng pijatan bapak...?" Tanya Pak Panjul
"Hiya paak... Eehhmm... terus paakk.... Enak banget...."
"Terus... Terus ngapain Neng...?" Tanya Pak Panjul lagi.
"Terus mijatnyalah paaak... " 
"Ooooww... Mijatnya.... Kirain Neng minta diapa-apain... Hehehehe..."
"Hihihihi....Emang bapak-bapak mau ngapain...?" Goda Citra.
"Pengen kenal lebih deket ama Neng...."
"Hihihihi.... bapak-bapak genit ah.... Aku udah punya suami loh...."
"Ya emang kalo udah punya suami si Neng nggak boleh diapa-apain...?"
"Idih... Bapak-bapak ini mesum banget dah ah... Hihihihi... Ooohhh..."

Berulang kali Pak Panjul mempermainkan pijatan tangannya pada titik erotis tubuh Citra. Membuat tubuh wanita cantik itu menggeliat-geliat keenakan. Sebagai seorang ahli pijat kawakan, melampiaskan birahi wanita melalui pijatan bukanlah sebuah perkara sulit baginya. Dan itulah yang sedang ia lakukan saat ini. Menggoda nafsu birahi Citra hingga ia mencapai orgasmenya. 

"Kamu horny mbak...?" Bisik Prawoto dari belakang tubuhnya.
"Eehhmm.. Iya bang.. Nggak tahu kenapa... Dipijit bapak ini memek aku basah..." Jawab Citra lirih.
"Hehehe.. Dasar bini nakal..." Kata Prawoto yang tiba-tiba memajukan tubuhnya hingga penisnya menempel di pantat Citra. "Aku tambahin deh... Biar makin horny lagi..." Kata Prawoto yang langsung menjauhkan kain sarung yang menutup payudara Citra dan menjulurkan kedua tangannya menjelajahi tubuh wanita cantik itu. Satu tangan meremas payudara Citra, dan satu tangan lagi mengkobel vaginanya.

Melihat tubuh Citra yang kembali telanjang, membuat mata kedua bapak-bapak itu seolah mau loncat keluar. Mulutnya menganga dan matanya tak berkedip sedikitpun.
"Looh.. Neng.. Ko...Kok malah bugil...?" Tanya Pak Panjul gagap.
"Iya pak.. Ini mbak Citra mau berterima kasih buat jasa urut kakinya yang tadi sakit...." Jawab Prawoto.
"Ooohhh.... BAAANG.... Apa yang kamu lakuin...?" Bisik Citra pelan sambil berusaha menutup kembali aurat-aurat tubuhnya dari jamahan tangan-tangan nakal Prawoto. Namun, karena prawoto semakin mempergencar pelintiran puting dan kilikan klitorisnya, perlawanan Citra menjadi tak berarti. 

"Oooohhwww...." Desah Citra kembali sambil memejamkan mata. Saking enaknya perlakuan mesum tukang sate itu pada tubuhnya, sampai-sampai membuat mulut mungil Citra megap-megap seperti ikan.

"Be... Bener tuh Neng...?" Tanya Pak Panjul yang juga ketularan gagap melihat gelijang-gelijang tubuh indah wanita cantik dihadapannya..

"Ayo jawab Mbak... Biar kamu makin puas memamerkan tubuh telanjangmu...."
"Apaan sih Bang... Siniin sarungnya... Aku malu nih...."
"Hehehe....Malu kok memeknya licin gini mbak...." Goda Prawoto, "Ayo jawab..." 
"Ssshh... Ampun Bannng.... Jangan siksa aku seperti ini... Aku maluuuu...."
"Makanya buruan mbakku yang cantiiiikkk... Jawab aja pertanyaan pak Panjul tadiiii..... "

Merasa tak mampu menahan gejolak orgasmenya yang keburu datang, Citra buru-buru mengangguk. Bahkan ia meng-iya-kan jika dirinya sangat menikmati ketelanjangannya ketika dilihat orang lain.

"Kenapa kamu ngangguk mbak...?" Goda Prawoto lagi, "Jelasin ke bapak-bapak ini donk..." Tambah lelaki kurus itu sambil mulai mencolok-colokkan jemarinya kedalam vagina Citra..
"Ooooohhh.... Iii... Iya pak... Bener... Nikmatin aja tubuh telanjangku pak.... Anggap aja ini bayaran dariku... " Erang Citra keenakan. "Sini pak....Liat lebih dekat lagi sini..." 

"Mereka masih malu-malu tuh mbak.... Ayo ngajaknya lebih seksi lagi.... Hehehe...."
"Oooohhh... Baaanggg.. Ammmpuuun baaang... Jangan bikin aku lebih malu lagiiii..."
"Hahahaha.. Udah ah mbak... Nggak usah pura-pura nolak... Aku ini malah mbantuin kamu supaya bisa mewujudkan keinginan mesummu loh..." Kata Prawoto yang tak henti-hentinya mengocok vagina Citra.

"Aaahhhh.... Ngentot ka....Kau Bang... Bikin aku ma... Maalu aja... Ooohhhhwww...." Racau Citra sambil mulai menggoyangkan-goyangkan pinggulnya keenakan.
"Hehehe... Ayo mbak... Ajak mereka supaya melihat tubuh indahmu ini lebih dekat lagi.... Eh kalo nggak... Gimana kalo kamu ajak mereka supaya bisa menikmati memek sempitmu ini.... Pasti seru banget tuh mbak..." Celetuk mesum Prawoto. "Gimana pak... Pada mau nggak...?"

"Boo...Boooleh Neng...?" Tanya Pak Yusup antusias.

"Jangan Baaang... Jangaaan... Aaammpuuun baaang.... " Jawab Citra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. " Ampuuunnn...."

"Yaaah.... Nggak bo... Boleh ya Neng...?" Ucap Pak Yusup kecewa.
"Kalo mbantu bapak coli aja gimana Neng...?" Tanya Pak Panjul mencoba mencari alternatif 
"Hehehehe... Boleh nggak mbak....?" Sahut Prawoto, "Kasihan tuh bapak-bapak ini mbak... Mereka pasti belum pernah dibantuin coli oleh wanita secantik kamu...."
"Iya Neenng... Boleh yaaa...?" Tanya Pak Panjul lagi. "Udah kemeng nih kontol bapak liat kecantikanmu Neng..."
"Ssshhhh.... Oooohhh...." Desah Citra tak menjawab, ia hanya melirik kearah selangkangan kedua lelaki desa yang ada didepannya.
"Mbak... Ditanyain tuh.... Jawab dooonk..." kata Prawoto yang buru-buru meremas payudara Citra kuat-kuat sembari semakin mempercepat kobelan tangannya pada lembah kenikmatan Citra.

CPAK CPAK CPAK
Suara cipratan air yang berulang kali terdengar seiring kocokan jemari Prawoto ke vagina Citra.

"Iyah iyah iyaaahhh...Ssshh.... Paaakk....Siniii...." Kata Citra yang sudah tak mau berpikir panjang karena terbakar birahi. "Lakuin apa aja yang kalian suka pak.... Aku sudah mau keluaar... Ssshh...."

"Tuh paaak... Denger nggak jawaban mbakku.... " Tanya Prawoto, "Sini mendekat... Sok liatin nih tubuh mbakku yang seksi ini..." Tambahnya lagi sambil terus-terusan mengobel vagina Citra.

CPAK CPAK CPAK

"Sssh... Baaang.... Ampun Baaang..." Erang Citra.

Mendengar lampu hijau dari Citra, buru-buru kedua lelaki desa ini melepaskan kolor bututnya dan mulai mengocok penis-penis hitamnya keras-keras.

"Bu... Buset Wot... Mbakmu seksi tenan..." Kata Pak Panjul sembari membetoti batang kejantanannya keras-keras. "Pasti enak bener ya jadi suaminya...."
"Ssshh... Iya loh Wot... Kayanya wuenak banget ya kalo bisa ngentotin perempuan seksi koyo mbakmu itu...." Sahut pak Yusup yang juga tak kalah serunya menarik urut batang di selangkangannya.

"Hehehe... Iyalah pak... Wuenak banget.... Hehehehe...." Jawab Prawoto bangga. "Teteknya aja lembut gini... Apalagi memeknya.... "
"Masa Wot...?" Tanya Pak Yusup penasaran."
"Yaah... Nggak percaya....Nih...Coba rasain aja nih teteknya..." Kata Prawoto santai sambil menyodorkan payudara Citra kepada Pak Yusup.

"Wuih... Iya loh Pak.... Susune lembut bener...." Kata Pak Yusup yang dengan gemes mulai merabai dan meremasi payudara kiri Citra.
"Serius Sup...?" Tanya Pak Panjul yang juga buru-buru meraih payudara kanan wanita cantik itu sambil mencubiti putingnya. "Busyeeet... Bener loh... Baru kali ini aku megang susu selembut ini..."
"Sssh.... Ampun paaak... Jangan mainin tetekku.... Ngilu.... Oooohhhh...."
"Ngilu apa doyan mbak..? Hehehe...."
"Oooooohhh... Ohhh ohh ohh...."

CPAK CPAK CPAK

Mendengarkan desahan Citra yang enak ditelinga itu, malah membuat kedua lelaki desa itu bertindak semakin jauh. Tak henti-hentinya mereka meremas payudara montok Citra sambil terus membetoti batang penisnya kuat-kuat.

"Nakal banget mbakmu iki Wot....Hehehehe..." Celetuk Pak Panjul.
"Wuaah... Ga ketulungan pak.... Makanya aku harus sering-sering ngajarin terus pak... Hehehe... "
"Ngajarin opo ngentotin...? Hahahaha..." 
"Pasti wenak banget yo tempik'e...?"
"Wuah.... Bukan cuman tempik'e aja yang enak pak... Tapi bo'olnya juga.... Sempitnya ngalah-ngalahin memek perawan... Lubang depan, lubang belakang, semuanya NGEMPRUT abisss....Hahahaha..."

CPAK CPAK CPAK

"Ahhh ah ah ah.... Tipuuu...." Ucap Pak Panjul tak percaya, " Nggak mungkin Neng ini pernah dientotin kamu... Ssshh....."
"Hehehehe... Mbak... Ayo bilang ke mereka tentang hubungan kita Mbak...." Kata Prawoto sambil mencolok-colokkan jemarinya ke vagina sempit Citra dengan kecepatan tinggi. "Bilang mbaaakk..."

CPAK CPAK CPAK

"SSSHHH...NGENNTTOOOTTTT.....Iya Pak... Iya.... Aku udah DIENTOTIN bang Woto.... Ooooohhh wueeenaknyaaa.... "Jerit Citra tanpa malu sedikitpun dengan diselingi tubuhnya yang menggelepar-gelepar. " Huuooohhh..... NGENTOOOOTTTT..... AKU UDAH NGGAK TAHAN LAGI BANG.... AKU MAU KELUAAAARRR.... AAAARRRRGGGHH..... "

CRET CRET CREETCEETT...

Tubuh Citra menggelijang-gelijang hebat. Matanya mendelik keatas, dan mulutnya megap-megap.

Melihat wanita cantik didepannya orgasme dengan hebatnya, membuat kedua lelaki desa itu ikut-ikutan orgasme. 

"Kampret kowe Wooott... Enak banget... Aku yo pengeeen Wooot..... Sesuk ajak-ajak yooooo..." Teriak Pak Panjul dan Pak Yusup bersahut-sahutan. Tubuh keduanya pun ikut-ikutan bergetar hingga akhirnya, 

CROT CROT CROOOCOT...

Lahar-lahar panas bermuncratan dengan deras dan kuat. Menyembur kencang dari mulut penis kedua lelaki desa itu dan mendarat di wajah, rambut dan payudara Citra. Tak menghindar, wanita cantik yang masih lemas karena orgasmenya itu hanya bisa bersandar diam di tubuh Prawoto sambil menerima tembakan-tembakan sperma hangat di tubuhnya.

"Wuuooooohhh... Wueeenaaaak beneeerr Neng..." Ucap Pak Panjul keenakan sambil merem melek.
"Makasih ya Neng...." Sahut Pak Panjul.

Tak menjawab, Citra hanya bisa tersenyum sambil mengangguk lembut. 

"Hahaha... Kalian pada cupuuuu... Baru megang teteknya aja udah moncrot.... Hahahaha...."

"Hehehe... Iya ya... Abisan mbakmu seksi banget Wot... Aku jadi nggak kuat..." Ucap Pak Yusup beralasan sambil mengibas-kibaskan penisnya yang sudah lunglai ke arah tubuh Citra.
"Iyo Wot.. Megang susunya mbakmu aja aku udah puas... Hahaha..." Tambah Pak Panjul. "Aku jadi penasaran... Gimana ya rasanya kalo kontolku ini sampe nyodok-nyodok tempik'e... Pasti rasanya kaya disurga... Hehehehe..."

"Mbakku ini memang surga dunia Pak..." Puji Prawoto sambil mengusap rambut hitam Citra. "Ya khan mbak.... Kamu emang surga duniaku...."
"Apaan sih bang.... Hihihi...." Jawab Citra malu-malu sambil membilas wajah dan rambutnya, sekedar membersihkan cipratan-cipratan sperma Pak Panjul dan Pak Yusup. "Bisa aja kamu...."
"Hehehe... Iya bener loh Neng... Bapak sampe penasaran gimana ya rasanya ngentoti saudara sendiri... Apalagi kalo saudara bapak bentuknya kaya kamu.. Pasti rasanya wuuuuuoooohhh...."
"Enak banget ya pak...?" Tambah Pak Yusup.

"Emang kalo mbakku mau ngasih, kalian mau nyicipin rasanya pak...?" Tanya Prawoto tiba-tiba.
"Nga... Ngasih opo Wot...?" Tanya Pak Panjul kaget.
"Mbak... Tolong dong mbak... Bantuin bapak-bapak ini buat mbersihin kontol-kontolnya.... " Pinta Prawoto dengan nada santai
"A... Apa Bang...?" Tanya Citra yang tak kalah kagetnya.
"Iya... Tolong kamu sepongin kontol-kontol mereka mbak...."

Dengan tatapan bingung, Citra berulang kali melihat kearah tukang sayur dan kedua lelaki desa itu. 

"Isep mbak... Isep kontol mereka...." Kata Prawoto sambil memperagakan tangannya seperti sedang menggosok gigi.

Heran namun menurut. Citra lalu beranjak mendekat kearah Pak Panjul dan Pak Yusup berada. Wanita cantik itu tak habis pikir dengan apa yang tubuhnya ini selalu lakukan setiap kali ia mendengar kalimat-kalimat mesum Prawoto. Seolah dihipnotis, tapi sadar. Seolah dipaksa, tapi sukarela. 

Dengan lihai, Citra meraih batang-batang hitam milik kedua lelaki desa itu. Lalu dengan jemari lentiknya ia mulai meremas-remas perlahan sambil sesekali mengocoknya. 

HAAAP

Balutan hangat dan basah segera terasa menyelimuti batang penis Pak Panjul.

"Wuoooohhhh... Wotoooo.... Beneeerrr... ENAK BENEEERRR...."

Tak disitu saja, Citra segera menjilati sambil menyucup pelan lubang penis Pak Panjul kuat-kuat, hingga membuat tubuh tukang pijat itu merinding kelojotan.

"Sumpah Sup... Rasa kenyotan mulutnya Neng ini enak bener... Rasanya kaya disurga..." Puji Pak Panjul sambil meringis-meringis keenakan.



"Apanya yang rasanya kaya disurga Pak...?" Kata Pak Usep yang tiba-tiba sudah muncul dari balik batu besar disamping kolam pemandian Citra dan Prawoto. Diikuti oleh Diki, Projo dan Kirun di belakangnya.

"Eh... Anu pak.... Itu..."


"Apanya yang rasanya kaya disurga Pak...?" Kata Pak Usep yang tiba-tiba sudah muncul dari balik batu besar disamping kolam pemandian Citra dan Prawoto. Diikuti oleh ketiga ajudannya. Diki, Projo dan Kirun.

"Eh... Anu pak.... Itu..." Ujar Pak Yusup gagap, seperti melihat hantu.
"Air kolamnya pak, rasa hangatnya enak.... Seperti di Surga...." Sahut Pak Panjul yang ikut-ikutan gagap.

Mendengar suara Pak Usep, buru-buru kedua lelaki paruh baya itu menarik mundur tubuhnya, melepaskan diri dan penisnya dari genggaman tangan Citra lalu cepat-cepat buru membenamkan dirinya kedalam air kolam. Begitupun Citra, wanita cantik yang wajah dan rambutnya masih belepotan sperma Pak Panjul dan Pak Yusup segera ikut membenamkan diri dan sedikit menjauh ketengah kolam. Sambil membelakangi Prawoto, Citra berusaha membasuh dan membersihkan tubuh sekenanya.

"Oooowww.. Ternyata ada Pak Panjul dan Pak Yusup... " Tanya Pak Usep begitu tiba dikolam tempat Citra dan Prawoto merendam diri. " Tumben Pak... Jam segini masih berendam dikolam...?"
"Hehehe... Anu pak... Habis ngobrol dengan Woto..." Jawab Pak Panjul sekenanya
"Eh iya ada Prawoto juga toh... " Sapa Pak Usep yang menyadari jika dikolam itu ada orang lain juga, 

Tiba-tiba, mulut Pak Usep seolah tercekat ketika melihat sosok cantik yang berada tak jauh dari Prawoto.

"Siapa itu Wot...? Kata Pak Usep yang tiba-tiba berjongkok dan berbisik ke dekat Prawoto. "Tadi sepertinya dia datang bareng kamu ya...?"
"Eeehmmm itu... " Jawab Prawoto kebingungan, "Itu anu Pak.... Itu mbakku... Iya... Mbakku... Dia baru datang dari kota semalam...." jawab Prawoto.
"Mbakmu...?" Tanya Pak Usep tak percaya. "Emang kamu punya mbak...?"
"Punya pak... Lhaitu opo coba...? Dia saudara jauhku..." Jawab Prawoto lagi
"Kok kayaknya cantik bener Wot mbakmu... " Kata Pak Usep sambil mengusap-usap janggut tipisnya. 
"Iya Pak.. Cantik bangetlah... Wong saudaranya juga ganteng gini.... Hahaha..."
"Ganteng opone...? Wong kurus item gitu kok dikata ganteng...? Hakhakhak..." Celetuk Pak Usep sambil tertawa keras.
"Eh kampret... Aku dikata-katain...." Celetuk Prawoto.

"Eh iya pak.. Saya pamit dulu ya... Udah siang.. Mau angon ternak dulu...." Potong Pak Yusup pada Pak Usep tiba-tiba, "Wot aku duluan ya... Khawatir si Bendot, Surpin dan si Markun kelaperan...." Tambah lelaki tua itu sambil buru-buru keluar dari kolam air panas.
"Saya juga pak... Pamit duluan.. Baru inget kalo masih ada pasien yang mau urut.... " Sambung pak Panjul yang juga buru-buru keluar keluar kolam dan beranjak menjauh menyusul Pak Yusup.
"Buru-buru amat pak mandinya... Disini ada cewe loh... Yakin mau ditinggalin....?"
"Nggak apa-apa pak.... Buat bapak aja deh..." Jawab Pak Panjul singkat.
"Hakhakhak... Ya weslah sana kerja.... Cari duit yang banyak supaya bisa makan... Hakhakhak.." Tawa Pak Usep melihat tingkah penduduk desanya begitu kikuk.

"Dasar penduduk bermasa depan suram...." Ucap Pak Usep sambil menggeleng-gelengkan kepala yang kemudian melirik kearah Prawoto, "Heh Woto...Buruan gih... Panggil mbakmu kesini... Aku pengen kenalan..."

Melihat gelagat Pak Usep, Prawoto tahu jika lelaki tua itu terlihat tertarik dengan Citra.. Pak Usep berusia sekitar 62 tahun. Tubuhnya tinggi kurus dengan postur agak bungkuk. Rambutnya yang panjang mulai beruban disana-sini, membuat dirinya terlihat jauh lebih tua. Sudah menjadi rahasia umum, jika Kepala Desa satu itu adalah kolektor istri. "Si Tukang Kawin". Istrinya banyak, dan jumlah anaknya juga sudah belasan. 

"Mbaaakk... Sini doonk.." Dengan malas-malasan, Prawoto memanggil Citra. 

Mendengar panggilan Prawoto, Citra yang masih sibuk membasuh dirinya, mau tak mau menengok dan melihat kearah Prawoto.

"Ehh Busyeeet. Wooot... Ayuneeee..." Bisik Pak Kades begitu melihat Citra dengan jelas. "Mirip Bidadari..."
"Ada apa Bang...?" Tanya Citra sambil membalikkan badan
"Wuih Wot... Badannya putih bener...." Bisik Pak Usep lagi, "Cepetan suruh kesini...."
"Weleh-weleh... Ngebet amat pak...?" Balas Prawoto, "Emang lima istri masih kurang ya...?" Tambahnya lagi sambil berucap dengan nada lebih keras.
"Huuussshh.... Ngawur aja... Nggaklah.... Cuman mau bagi-bagi tugas buat ngurusin selangkanganku aja... Hakhakhak..."
"Huuu... Kaya selangkangannya kuat aja pak... " celetuk Prawoto.
"Ya kuatlah.... Kalo lima orang aja mah masih Dikit Wot... Malah kalo bisa, semua wanita yang ada di desa ini aku kawinin semua. Hakhakhak..."
"Wooo.... Kades Gemblung..."
"Gemblung-gemblung juga masih keren.... Hakhakhak.... Hayo buruan suruh sini mbakmu..."

Sambil menggeleng-gelengkan kepala, Prawoto pun menuruti keinginan Kepala Desa kurus itu. "Mbak... Sini mbak... Ada yang mau kenalan nih...." Ucap Prawoto sambil lagi-lagi melambaikan tangannya kearah Citra.

Sembari melihat kearah lelaki tinggi kurus yang ada disisi Prawoto, membuat perasaan Citra sedikit waspada. Tatapan matanya benar-benar buas, seolah ingin menerkamnya bulat-bulat. 

"Mbak... Sini... " Panggil Prawoto lagi.

Dengan masih menyembunyikan tubuh telanjangnya dibawah permukaan air, Citra bergerak mendekat. 

"Ini mbakku pak... " Ucap Prawoto.
"Owalah.... Ternyata bidadari ini toh yang membuat si Yusup ama Panjul tadi jadi lama banget berendamnya...? Pasti mereka keblinger melihat kecantikanmu ya....? Hakhakhak..." Kata Pak Usep mencoba memecah suasana sembari menjulurkan tangan kearah Citra. "Usep Sumarno.... Saya orang paling kaya sekaligus Kepala Desa disini...."
"Citra...." Jawab Citra sambil meraih tangan Pak Usep, "Citra Agustina...."
"Ck ck ck... Woto... Ayu tenan iki mbakmu...." Puji Pak Usep seketika, "Kapan kamu dateng kedesa ini Neng Ayu..? Kok saya selaku Pemimpin Desa ini tidak tahu kedatanganmu....?"
"Eeehhhmmm... Anu pak... Saya baru datang tadi malam.... Niatnya hari ini saya mau lapor ke bapak..." Jawab Citra basa-basi.

Sembari menjabat tangan Citra, mata Pak Usep tak henti-hentinya menatap tubuh seksi Citra. Mata cekungnya langsung menerawang dalam-dalam kearah keruhnya air kolam yang bercampur belerang itu. Mencoba menembus jauh dan menelanjangi seluruh aurat tubuh seksi Citra.

"Neng Ayu ini saudara Prawoto dari mananya ya...?" Selidik Kepala Desa itu. 
"Hmmm.. Saudara...?" Bingung Citra
"Iya... Tadi si Woto bilang kalo Neng itu saudaranya..." 
"Ooohh... Itu..." Tiba-tiba Citra mengerti maksud Prawoto, "Hmmm... Gimana ya...? Jadi... Kakeknya Bang Woto itu punya nenek.... Trus suaminya itu punya saudara.... Nah saudaranya beliau adalah sepupu kelima belasnya dari istri kakeknya ibu suami aku.... Gitu pak...."
"Haaaaa...? Neng Citra udah bersuami....?" Kata Pak Usep yang buru-buru mengamati jemari putih yang masih ia genggam, "Aaahh.. Bohong.... Neng pasti belum punya suami.. 
"Iya bener pak... Suami saya masih di kota...."
"Kalo punya suami... Kok di jemari tanganmu nggak ada cincin kawinnya...?" 
"Eeehh... Anu... Itu..... ada di rumah pak... Takut hilang..." Ucap Citra berbohong. 

Mendengar perihal cincin kawin, sejenak pikiran Citra langsung mundur kebelakang. Ke saat dimana ia harus menggadaikan benda pengikat perkawinannya itu demi bisa menutup biaya hidup sehari-harinya. 
"Akhir-akhir ini, Mas Marwan masih belum juga bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga... " Batin Citra. "Ah... Mas Marwan... Kau begitu mengecewakanku... " 

Mendadak, Citra merasa begitu kesal dengan suaminya. Dan entah kenapa, setiap mengingat lelaki pendamping hidupnya itu, ia merasa emosi. Ujung-ujungnya, sebuah niatan nakal muncul di lubuk hatinya.

"Weleh weleh weleh.... Pantes kok kalian berdua nggak ada kemiripan ya...? Yang satu cantik, putih, semok menawan banget.... Yang satu ancur ga karu-karuan.... Hakhakhakhak...."
"Yeeee... Uancur tapi jos Pak... Hahaha..." Ucap Prawoto mencoba membela diri.
"Joss apanya....? Preketek.... " Kata Pak Usep tak percaya. "Pria macam dirimu.... Satu genjotan juga udah mrotol-mrotol Wot... Hakhakhak..." Tawa Pak Usep, diikuti oleh tawa ajudannya.
"Huuuu... Enak aja udah Mrotol.... Pak Usep jangan panggil aku Prawoto pak kalo aku nggak bisa bikin wanita megap-megap keenakan..."
"Hakhakhak... Megap-megap...?" Tanya Kirun, salah seorang ajudan Pak Usep sambil tertawa.
"Emang kamu ngentotin ikan Wot...?" Celetuk Diki.
"Hahaha... Iya bener, Woto mah jagonya kalo ngentotin ikan.... " Ucap Kirun lagi, "Nyatanya... Bininya ninggalin dia karena nggak pernah dikasih kepuasan... Hahahaha...." 
"Kontolmu kecil sih wot... Jadi binimu nyari kontol-kontol lain yang lebih besar...." Ucap Projo.

"Hah.. Kontol Prawoto kecil....? " Bingung Citra dalam hati. "Masa... Kontol sebesar botol gitu dikata kecil...? Ini pasti ada yang salah..." 

"Hakhakhak.... Wanita seperti Suwanti seharusnya mendapat kenikmatan Wot... Bukan penderitaan...." Ejek Pak Usep lagi., "Coba dia dulu mau aku nikahin... Pasti kehidupan seksualnya nggak bakal sengsara seperti ini...."
"Bener Pak... Dapet kenikmatan dari kontol-kontol besar... Hahaha...." Tambah Diki.

Melihat Prawoto berulang kali dihina seperti itu, membuat Citra bertanya-tanya. Ada apa gerangan dengan kisah rumah tangga si tukang sate itu.

"Em... Emang... Kontol yang besar itu kontol seperti apa... ? Pak...?" Tanya Citra penasaran.

Mendengar pertanyaan Citra, mendadak semua mata pria yang ada disekelilingnya menatap tajam kearahnya, termasuk Prawoto. Dengan mata melotot dan mulut melongo, mereka seolah tak mengira jika apa yang ia utarakan barusan keluar dari mulut cantiknya.

"Wah wah wah... Bener-bener tak disangka...Neng Citra ini....Cantik-cantik doyan kontol juga ya rupanya... Hakhakhak..." Cibir Pak Usep.
"Bu... Bukan begitu pak... Saya... Saya cuman penasaran aja..." Jawab Citra malu-malu.
"Penasaran apa pengen Neng...? Hakhakhak " Kata Pak Usep lirih sambil mengecup tangan Citra yang masih ada di genggamannya. "Nakal juga kamu ya Neng... Nanti saya laporin ke suaminya loh..."
"Ih.... Apaan sih..." jawab Citra risih ambil mencoba menarik lepas tangannya dari genggaman Pak Usep.
"Hakhakhak... Beneran kamu pengen tau kontol besar itu seperti apa Neng...?" tanya Pak Usep dengan senyum tipis jeleknya.

Citra menatap kearah prawoto, mencari pendapat lain. Namun prawoto hanya mengangkat bahu, menyerahkan seluruh keputusan pada Citra.
"Hakhakhak... Gausah tanya Prawoto Neng... Lelaki linglung seperti dia mah pasti nggak bisa njawab..." Ejek Pak Usep tak henti-hentinya.

"Ssssttt... Paak... Ga boleh gitu dong ah.... Ngata-ngatain orang kok seperti itu... " Bela Citra.
"Cieee...cieee.. Ngebelain nih yeee...."
"Enggak gitu pak.... Khan kasian ama Bang Woto.... Daritadi kok diledekin mulu..."
Hakhakhak.. Woto... Mbakmu ini bener-bener ngegemesin deh... Boleh ya aku kawinin....?"
"Yeee....Kawin-kawin.... Enak aja.... Aku udah punya suami pak..."
"Loooh.... Emang kenapa Neng kalo kita kawin....Gapapa kali Neng... Suami dua khan malah lebih enak.... Hakhakhak..."
"Enak apanya pak.... Yang ada malah makin ngerepotin...."
"Tapi khan paling tidak... Enak kalo diajak gituan... Pasti Neng jadi lebih puas... Hakhakhak...."

Mendengar Pak Usep, Citra jadi semakin kesal. "Puas apanya...? Mas marwan mah sama sekali tak pernah memberikan kepuasan..." Juteknya dalam hati.

"Loh... Kok mukamu begitu Neng...? Jangan jangan....Hakhakhak...." Tawa Pak Usep menjadi semakin keras. "Suaminya impoten yaaaa...? Hakhakhak..." tebaknya.

Sungguh, walau baru kenal beberapa saat lalu, namun telinga wanita cantik itu terasa begitu panas mendengar celoteh si Kepala Desa. Citra langsung merasa sebel dengan lelaki tinggi kurus itu. Ia heran, warga mana yang memilih lelaki seperti ini menjadi Kepala Desa mereka.

"Bang... Kita pulang aja yuk... " Pinta Citra sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Pak Usep.
"Loh loh loh... Kok cepet-cepet amat Neng...? Katanya pengen ngelihat kontol besar....? "Tanya Pak Usep sambil menahan tangan Citra. 

Tak menjawab, Citra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Yakiiiinnnn....?" Goda Pak Usep yang selanjutnya bertingkah sedikit kurang ajar. Lelaki kurus itu mulai mengelusi batang selangkangannya dari luar kolor. "Katanya penasaran..."

"Habis... Pak Kades ngegodain Citra mulu sih... " Jawab Citra yang mau tak mau melirik juga kearah tangan tak Usep berada. 
"Hakhakhak.... Sumpah deh Woto... Mbakmu ini ngegemesin banget.... Aku jadi pengen cepet-cepet bisa ngawinin dia...."
"Huuuu....Kawin kawin mulu... Kaya bisa ngasih nafkah aku aja Pak..."
"Hakhakhak... Hartaku banyak Neng... Neng minta apa aja bisa aku kasih... Betul nggak anak-anak....?" Kata Pak Usep yang meminta persetujuan kepada ajudan-ajudan yang berdiri disekelilingnya dengan sombong.
"Iiyaaaa...." Jawab mereka hampir bersamaan.
"Tuh.. Lihat.... Ajudanku saja bilang aku kaya... Masa Neng masih nggak percaya....? Hakhakhak..."

"Ahhh... Kalo cuman ngomong aja sih aku juga bisa pak... " Celetuk Citra, "Mana coba buktinya kalo bapak banyak harta...." 
"Wah...wah...wah.... Parjo, Diki, Kirun.... Tolong ambilin tas pinggang aku... Neng satu ini minta ditampol duit..." Ujar Pak Usep sambil menjentik-jentikkan jemari kepada ketiga ajudannya.

Buru-buru, Projo segera menyerahkan tas berwarna hijau kepada bosnya. Dengan hanya satu tangan, Pak Usep membuka mulut tasnya, lalu mengeluarkan sekepalan tangan penuh uang lembaran.

"Nih... Tiga ratus ribu...." Ucap Pak Usep sambil melemparkan sekepalan uang lembaran itu ketubuh Citra seolah-olah Citra wanita murahan, "Hakhakhak.... Gimana sekarang...? Udah percaya khan kalo aku banyak harta...?" 
"Iyadeeeh... Pak Kades emang kaya raya...." Jawab Citra sambil melirik uang yang mengapung disekitarnya baerada.
"Udaaaahhh... Nggak usah malu-malu Neng... Sok ajah ambil..."

Lagi-lagi, Citra melihat kearah prawoto. Namun tetap saja, Prawoto diam seribu bahasa.

"Masih malu...? Nih aku tambahin lagi..." Kata Pak Usep sambil melempar sekepalan uang kearah Citra. "Udah gih.... Buruan ambil... Ntar duitnya hanyut kebawa air loh..." 

"Ambil saja Citra... Kapan lagi ada orang yang bisa memberikan uang dengan mudah...." Ucap kata hati Citra yang kemudian disusul oleh raupan- raupan tangannya, menangkapi uang-uang kertas yang mengapung basah disekitarnya.
"Hakhakhak... Naaah... Gitu dooonk... Jadi gimana nih Neng....? Mau ya aku kawinin...?"
"Hhmmmmm... Gimana yaaa...?"

"Udah Neeeng... Mau aja yaa .... Selain dapet duit... Neng khan dapet enak..." Kata Diki dan Projo bersahutan sambil menunjukkan selangkangannya yang masih terbungkus celana kolor secara terang-terangan kepada Citra, "Secara bakal kena KOOOONTOOOOL BESAAAAR... Hahahaha...."

"Hush... Nggak sopan...." Potong Pak Usep. "Tapi mereka bener juga sih Neng... Penduduk di desa kami ini terkenal dengan kontol besarnya loh... Sekali liat pasti ketagihan pengen nyobain... Hakhakhak..."
"Ada gitu desa yang terkenal karena kontolnya...?" Tanya Citra tak percaya.
"Yaaah... Nggak percaya...." Lagi-lagi, Pak Usep menjentikkan tangannya. "Diki, Projo, Kirun.... Ayo buruan bugil.... Kasih lihat ke Neng Citra pengen lihat gimana bentuk kontol yang bakal ngasih wanita-wanita di desa ini kenikmatan...."
"Hahahaha.... Baik Pak... Jangan kaget ya Neeeeng...." Ucap Diki, Projo dan Kirun bersahutan. "Wah... kapan lagi bisa pamer-pamerin kontol ke cewe cakep..."

Perlahan, ketiga ajudan Kepala Desa itu segera melucuti pakaian-pakaian yang ada ditubuhnya. Walau mereka baru saja mandi, ketiga orang itu sama sekali tak keberatan untuk kembali berbasah-basah ria. 
Mereka seolah senang sekali untuk memperlihatkan ketelanjangan dirinya, karena tak lama kemudian, tiga tubuh telanjang sudah berada didalam kolam air panas. Berdiri mengelilingi tempat Citra berada. 

Sungguh aneh rasanya situasi dikolam tempat Citra berendam. Disitu ada 5 orang lelaki dan 1 orang wanita. Dimana 3 diantaranya sudah telanjang bulat sambil mulai mengurut penisnya dengan jelas kehadapan seorang wanita.

"Mungkin.. Ini adalah peringatan hari kontol sedunia...." batin Citra, "Baru beberapa menit lalu, aku disemprot banyak pejuh hangat oleh dua orang penduduk desa.... Sekarang.... Ada tiga orang lagi yang mulai mengocok kontolnya dihadapanku..."

"Hakhakhak.... Biasa aja Neng melihatnya.... " Goda Pak Usep yang masih berulangkali mengecup tangan Citra. " Emang Neng belum pernah lihat kontol-kontol besar ya...? Sampe melotot begitu melihatnya...? Hakhakhak..." Canda Pak Kades lagi ketika melihat Citra tak berkedip sedikitpun melihat batang-batang penis yang ada sekitarnya.

Seumur hidupnya, Citra tak pernah menyangka jika ia bakalan melihat keberanian penduduk desa yang sama sekali tak ia kenal. Dipameri oleh tiga orang lelaki dewasa tepat di depan wajahnya. Yah, walaupun kolam tempat Citra berada sekarang cukup jauh dan tersembunyi dari kolam-kolam lainnya, tetap saja jika ini adalah tempat umum.

"Gimana Neng....? Besar-besar khan kontol mereka...?" Tanya Pak Usep
"Hmmm.... I... Iya sih.. Cuman kok masih pada lemes ya...?" Jawab Citra heran.
"Ya kalo masih lemes... Bangunin dong Neng.... Yaaah... Kasih remes-remes Dikit tetek besarmu ke mereka bentaran juga boleh kok.... Hakhakhak...." Kata Pak Usep yang kali ini meremas payudara Citra secara terang-terangan.
"Eeehh... Pak...."
"Hakhakhak... Gausah malu lah Neng.... Toh aku udah tahu nakalnya Neng Citra seperti apa....?"
"Haaah...? Tahu darimana...?"
"Lah itu.... Dirambut kamu masih ada sisa-sisa pejuh... Hakhakhak...."

Buru-buru, Citra mengusap rambutnya. Dan benar, ia masih mendapati banyak sisa-sisa sperma pak Yusup dan Pak Panjul yang baru saja mereka keluarkan beberapa saat tadi. Seketika, muka Citra menjadi merah padam. 

"Sialan.... Pria kurus ini membuat diriku mati langkah..." Batin Citra.
"Hakhakhak.... Aku laporin suaminya aaaahhh...." goda Pak Usep 
"Ehh.... Ehh... Jangan pak... Ntar bisa dipecat jadi istri aku pak..." Jawab Citra panik yang langsung disambut mimik muka manyun.
"Hakhakhak.... Dipecat... Kaya karyawan aja kamu Neng..."
"Iya pak... Jangan... Suamiku nggak tahu kalo aku pergi dari rumah..."
"Hah...? Jadi kamu minggat...?"
"Hmmm... Enggak juga sih..."
"Suamimu tahu kamu pergi ama Prawoto.....?"
"Hmmmm....Eeee... Eng..." Jawab Citra bingung.

"Wakhakhak... Wah wah wah... Nggak dirumah, tapi nggak minggat.... Pergi ama lelaki lain tapi suaminya juga nggak tahu.... Kamu pasti berselingkuh sama Prawoto ya Neeeng...?" 

Lagi-lagi, wajah Citra memerah setelah mendengar tebakan Pak Usep. Sambil terus berusaha melepas tangannya dari genggaman tangan Pak Usep, Citra hanya bisa menunduk malu.

"Waaaah.... Nakal banget mbakmu ini Wot...Nakal tapi TOLOL... BEGO... Kok mau-maunya ia selingkuh ama saudaranya sendiri... Apalagi kalo saudaranya kaya prawotomu itu.... Lelaki berkontol kecil yang tanpa masa depan... Hakhakhak.... " Hina Pak Usep yang kemudian diikuti oleh tawa ketiga ajudannya.

"Itu bukan kontol pak... Tapi kintil, kontol mini... Hahaha..." Kata Projo
"Iya bener... Itu kintil... Kalo kontol tuh kaya punya kita-kita semua... Ucap Diki sombong sambil terus mengocok-kocok penisnya yang mulai membesar.
"Nih... Neng... Lihat aja... Kalo mau megang juga boleh kok..." Sambung Kirun yang dengan sengaja mendekatkan penisnya ke wajah Citra.

"Em... Emangnya kenapa sih kalo kontol Bang Woto kecil....?" Tanya Citra, " Toh kontol kecil juga masih bisa ngasih enak...."
" Iya sih bener.... Kontol kecil juga masih bisa ngasih enak.... Kalo yang diajak ngentot itu ayam... Hahahaha..." Sahut Projo yang kali ini ikut-ikutan menyuguhkan kocokan penisnya kewajah Citra.
"Mending kamu tanya sendiri ama orangnya Neng.... Yang jelas, nggak ada wanita yang bisa puas dengan lelaki berkontol mini seperti dia..." Tambah Kirun yang malah mengusel-uselkan kepala penisnya ke rambut basah Citra. 

"Iiihhh... Apaan sih kalian... Mesum banget sih..." Gerutu Citra sambil mencoba menghalau penis ketiga ajudan Pak Usep itu supaya menjauh dengan tangan kirinya.

Namun, bukannya menjauh, Projo malah mengangkap tangan kiri Citra dan mendekatkannya ke penisnya yang sudah menegang sempurna. Lalu dengan sedikit memaksa, ia meminta jemari lentik Citra untuk mulai mengurut dan mengocoki batang penisnya. 

"Uuuuhhh.... Enak sekali mbak...." Lenguh Projo keenakan. "Pinter banget kamu ngurutnya...."
"Gantian doonk Jooo.." Celetuk Diki yang ingin meminta giliran.
"Aku juga donk..." Tambah Kirun.

"Hakhakhak.... Bantuin mereka dong Neng.... Lihat tuh muka-muka mereka... Sepertinya butuh pelampiasan seperti Pak Yusup dan Pak Panjul tadi..."
"Pelampiasan apaan....?" Tanya Citra pura-pura bingung, "Aku tadi nggak ngapa-ngapain kok..." 

"Haalaaaahhh... Neeeeng.... Ngaku aja kali... " Kata Pak Usep, "Emangnya tadi aku buta.... Wong jelas-jelas kamu barusan ngebantu dua orang peyot itu ngocokin kontol-kontol mereka.... Malahan... Kamu juga ngebiarin tetek besarmu ini diremes-remes...." Tambah Pak Usep sambil meremasi payudara besar Citra keras-keras.

"Addduuhh.... Sakit paaak...." Erang Citra dengan muka Citra memerah. Ia tak sadar jika kelakuannya tadi bakal terlihat oleh orang lain.

"Hakhakhak.... Yaudalah.. Bantuin mereka sedikit laaah Neng... Buat melampiaskan nafsunyaa... Nanti aku kasih duit lagi deh... Hakhakhak...."
"Ssshh... Apaan sih pak... Aku bukan wanita murahan.... Eehhmmm.... "
"Bener bukan murahaaaannn.....? "Goda Pak Usep, "Kalo bukan murahan... Kenapa pentilmu jadi keras gini ya....?"

"Ah kampret...." Ujar Citra dalam hati. Lagi-lagi tubuhnya tak mampu melawan gejolak birahinya yang mulai muncul. Remasan kasar tangan Kepala Desa itu pada payudaranya membuat gelombang birahinya memanas. Dan entah mengapa, Citra pun semakin meladeni kenakalan lelaki tua itu.

"Lagian... Daripada kamu selingkuh ama Prawoto, mending kamu maen ama mereka Neng.... Udah puas, dapet duit banyak pula... Hakhakhak..."
"Iya Neng.... Mending maen ama kita-kita Neng.... Toh Neng udah melihat khan kebesaran kontol-kontol kami...?" Celetuk Projo menambahkan.
"Pasti puas deh Neeeeng... Hehehehe...." Sahut Diki.
"Iya Neng... Ketimbang maen ama kontol Prawoto.... Ngaceng aja nggak bisa Neeeng... Apalagi muasin...? Tambah Kirun.
"Hakhakhak.... Bener-bener..... Prawoto mah banci.... Saudaramu itu banci Neng.... Hakhakhak..."

"Sudah cukup.... Ini sudah terlalu jauh.... Keterlaluan..." Batin Citra bersungut-sungut.

Mendengar Pak Usep dan ketiga ajudannya terus-terusan menghina Prawoto, buru-buru Citra berdiri. Seolah tak terima dengan segala ucapan dan sindiran buat lelaki yang sudah berkali-kali memberinya kenikmatan birahi, Citra lalu memutar tubuhnya kearah ketiga ajudan Pak Usep. Lalu memberi mereka bertiga sesuatu yang tak pernah mereka rasakan seumur hidupnya.

HAAAP... 

Citra langsung mencaplok penis Diki dalam-dalam, sembari merebut penis lunglai Projo dan Kirun yang ada disamping kiri-kanannya. Secara bergantian, Citra menyelomoti ketiga penis-penis yang setengah tiegang itu dan membuatnya menegang sempurna dalam hitungan detik.

"Sluuurp.... Nylap... Nylap...Sluuurp..." Suara kecapan lidah mulai terdengar renyah seiring gulat lidah licin Citra di ketiga batang penis ajudan Pak Usep.
"Oooouuuggghhh... Astaga Paaak...Wuenak bener... " Ucap Diki sambil merem melek keenakan.
"Sluuurrrppp... Sluuurp... Nylap... Sekarang gantian " kata Citra yang kemudian berpindah menyelomoti penis Projo dan mengocok penis Diki dan Kirun.
"Loh Neeeng... Jangan gantian duluuu... " gerutu Diki, "Bentaran lagi dong Neng... Nih sepongin kontolku lagi...." Pintanya melas.
"Ehhhmmm... Hmmmm.. Sluuurppp... " Tolak Citra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Hahaha... Gantian Nyet... Masa kamu terus yang ngerasain enaknya... " Tawa Projo kegirangan ketika menerima hisapan mulut Citra, "Hhuuuoohhh... Uaaanget banget Neeeng.... " Tambahnya lagi sambil merem melek keenakan.
"Sluuurp hmmm... Nylap nyap... Hap..." Jilat lidah Citra menggelitik batang hingga kepala penis Projo. Bahkan tak jarang, wanita cantik itu juga menyelomot kantung zakar Projo dan mengunyahkan lembut. 
"Brrrr.... Wuenaaak'eeee Neeeng..... " Teriak Projo sambil memaju mundurkan pinggulnya pelan. 

Rupanya Projo mulai aktif menyambut kenakalan mulut saudara Prawoto itu. Maju mundur, maju mundur, maju mundur. Gerakan pinggulnya mulai kencang dan cepat. Bahkan sekali-sekali, Projo memegang belakang kepala Citra dan membenamkan batang penisnya dalam-dalam ke mulut Citra.

"SLuuurrrppp... Hmmmm... Sluuurp... Udah ya mas... Gantian lagi..." Kata Citra yang kali ini berpindah menghisap penis Kirun.
"Loh loh Neng... Masa gantian lagi... " Gerutu Projo, "Belum kelar nih....Ayo isep lagi..."
"Hahahaha... Rasain..." Ejek Diki kesenengan pada Projo.
"Huuhh.... Dasar wanita murahan... LONTE.... ! " Kata Projo yang sepertinya kesel dengan Citra yang sekarang sedang menghisapi penis Kirun.

Mendengar ucapan Projo, Citra sepertinya geram. Dengan tatapan mata yang tajam, wanita cantik itu mengamati sosok Projo dalam-dalam. 
"Kenapa mas....? Mas panggil aku apa...?" Tanya Citra
"Hehehehe... Marah nih yeee.... Kamu nggak terima aku panggil dengan sebutan itu ya Neng...? Neng LONTE-ku yang ayu...."

Projo. Lelaki 32 tahun itu terlihat begitu kurus. Potongan rambutnya keriting cepak, dengan hidung bengkok mirip orang timur tengah. Satu-satunya kelebihan yang ia miliki hanyalah ukuran penisnya yang cukup panjang dengan kantung zakar yang juga panjang menjuntai.

"Tiduran Mas... Di pinggir kolam aja... "Kata Citra sambil mendorong tubuh kerempeng Projo dan memintanya merebahkan tubuh di bebatuan samping kolam.

Tak disangka, setelah Projo merebahkan diri, Citra langsung beranjak keluar kolam dan merangkak keatas perutnya. Lalu tanpa disangka, wanita cantik itu menggenggam penis Projo dan mengarahkan ke lubang vaginanya. 

SLLEEEEB...

"Huuuooohhhh.... Enak banget Neng..." Erang Projo yang tak mengira jika wanita dihadapannya itu bakal memberikan sebuah kenikmatan yang tak pernah ia kira sebelumnya. Kenikmatan bersetubuh dengan wanita cantik nan seksi.

Seketika semua lelaki yang ada disekitar kolam, menatap tajam kearah persetubuhan Citra.

Entah keberanian darimana, Citra meladeni semua kenakalan ajudan Pak Usep. Bahkan lebih jauh lagi. Ia sekarang melayani nafsu lelaki-lelaki mesum itu.

SLLEEEEB...

"Heeeeggghhh... Ssssshhh...." Lenguh Projo lagi. "Seret banget memekmu Neng...." 


Cukup lama Citra menaik-turunkan pinggulnya dan bermain dengan batang Projo, berulang kali batang penis itu terlihat membengkok karena saking sempitnya vagina Citra. Walau sudah berulang kali di bombardir oleh penis raksasa Seto dan Prawoto, tetap saja liang senggama Citra masih sudah untuk dapat ditembus. 

Sambil menikmati suguhan goyangan erotis Citra, Diki Kirun dan Pak Usep tak henti-hentinya menatap keindahan tubuh wanita cantik itu. Walau sudah sering menyetubuhi banyak wanita, namun mereka semua tak pernah melihat tubuh seindah tubuh Citra.

Hingga pada akhirnya, penis Parjo sepenuhnya tertelan vagina mulus Citra dalam-dalam.

“Kok diem aja mas...?" Tanya Citra, " Ayo digoyang dong...."
“Sssshh.... Aaa... Aku pengen diam dulu sebentar Neng... Pengen ngerasain angetnya memek legit Neng..." Jawab Parjo.
“Gimana rasanya memek Lonteku mas....? Enak....?” Tanya Citra menggoda, dan dijawab dengan anggukan kepala Parjo.
“Mau kontolnya aku goyang sekarang...?" Tanya Citra ketus. Sepertinya wanita cantik itu ingin segera membuat Projo kewalahan.

Projo mengangguk, dan segera saja Citra menggerakkan pinggulnya maju mundur. Entah kenapa, menghadapi wanita secantik Citra lelaki krempeng itu terlihat begitu grogi. Walau Citra membantu menggoyangkan pinggulnya agar dorongan dan irama kocokan liang sempitnya seirama dengan goyangan batang penis Projo, tetap saja, ajudan pak Usep itu terlihat kaku. Walaupun membalas goyang kenikmatan Citra, gerakan ajudan Pak Usep itu seperti patah-atah kurang pengalaman.

"Jadi gini rasanya ngentot ama kontol besar ya mas...?" Tanya Citra datar.
"Hooohhhh.... Eeehhmmm.... " Jawab Projo sambil merem melek, "Hiya Neng.... Enak khaan...?"
"Hmmmm.... Kok rasanya hambar ya...? Biasa aja...."
"Haaambar gimana Neng....?"
"Ya Hambar aja.... Nggak ada enak-enaknya...." Ledek Citra sambil memainkan otot kegelsnya.
"Huuuoooohhh.... Nnnneeeeeennnngggg..... Seeemmpiiittt bangggeeettt...."
"Entot memek akunya yang bener dong mas.... Jangan diem aja kaya pohon pisang...." Tambah Citra lagi. "Digoyang mas.... Digoyaaanggg.... Ehhmmm....."
"Iya Neng… Ini juga lagi di... Eentotin Neeeenng....."
"Ngentotinnya yang enakan mas.... Yang kenceng...." Pinta Citra sambil terus-terusan memainkan otot kegelnya lagi, memberikan cengkraman sempit pada penis Projo yang sedang menyodok-sodok liang vaginanya, "Ayo mas... kasih memekku rasa enak.... Yang keras mas.... Yang keraaaassss..."
"Iya Neeeng... Ini juga pe... Pengen ngasih enak....Neeeengggg.... " Erang Projo.

Berulang kali Projo mencoba untuk mengerahkan seluruh kemampuannya untuk memberikan kenikmatan pada vagina Citra, namun sepertinya hal itu tak berhasil. Walau lelaki kerempeng itu mengiringi goyangan penisnya sembari menghisap dan meremasi payudara Citra, tetap saja, wajah Citra datar tanpa ekspresi.

"Gimana rasanya memek aku mas...? Enak...?" Tanya Citra.
"Ho'oh... Wuu... Wueenak banget Neeeeng...."
"Mas mau ngencrot ya...??"
"Be... Belum la...Laaah.... Se... Segini mah bi... Biasaaaa... Uooohhh...."
"Hmmm Gitu ya... Kalo gini....?" Tanya Citra yang sekarang mengganti goyangan pinggulnya dengan mulai melakukan gerakan berputar-putar. Membuat Projo semakin mengerang-erang keenakan. 
“Aaahh Aahhh... Neng.... Aaahh Ampuunnn... Aahhh… Aku mau ngecrot Neng..." 
Selang beberapa detik kemudian …
“Neeennggg.... Aku keluar Neeng… Aahhhh … Aahhhh …” Erang Projo sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sembari memuntahkan semua spermanya di dalam liang kenikmatan Citra.

CROT... CROOT... CROOOCOOT....

Lima semburan sperma panas langsung memenuhi rahim Citra. Membuat tubuh kerempeng Projo mengejat-kejat hebat. Matanya melotot sampai-sampai tak terlihat pupil matanya. Mulutnya menganga sambil terus meremas payudara besar Citra.
“Yaaaahh.... Kok udah keluar sih mas...." Kata Citra kecewa

Sambil menunduk malu, Projo hanya bisa terdiam.

"Udah nih....? Mau nambah lagi nggak mas...? Tanya Citra sambil menatap wajah kurus Projo.
Tak menjawab, Projo hanya menggelengkan kepalanya.
"Bener nih...?" Tanya Citra lagi, yang dijawab dengan anggukan pelan kepala Projo
"Yasudah...." Jawab Citra sambil beranjak dari pangkuan Projo.

PLOP

Suara vagina Citra ketika tercabut dari tusukan penis Projo, diiringi oleh lelehan sperma yang turut keluar dari vagina tanpa rambutnya. Turun mengalir membasahi paha mulusnya.

"Masa ga sampai lima menit udah lemes mas...? Katanya kontolnya jago ngasih kenikmatan ke memek cewe....? Nih ayoo... Tusuk lagi dong memek aku..." Sindir Citra sambil menggoyang-goyangkan penis Projo.

"Hahahahahaha.... " Tawa Diki dan Kirun bersamaan ketika melihat teman seperjuangannya diam tak bergerak. 
"Bego lu Jo... gitu aja kalah..." Ledek Kirun
"Hiya nih... Kontol menang panjang doang... Tapi nggak ada tenaganya... Hahaha..."

"Heh Lonte..." Teriak Diki, "Jangan belagu kamu ya.... Sini... Gantian aku aja yang muasin memek gatelmu...."
"Kita hajar berdua aja Dik..." Tambah Kirun, "Kita kasih pelajaran nih cewe kota...." 

Dengan perasaan kesal, Diki dan Kirun langsung menarik tubuh Citra dengan kasar. 

Diki yang berada di hadapan Citra langsung memegang kepala wanita cantik itu dan menurunkan hngga sejajar dengan selangkangannya. Lalu tanpa berkata apa-apa, ia pun mulai menjejalkan penisnya dalam-dalam ke mulut Citra. 
"Heh Lonte... Ayo isep kontolku dalem-dalem.... Jangan bisanya ngomong doang..." Teriak Diki sambil mulai menyetubuhi mulut mungil Citra dengan kasar.

Begitupun dengan Kirun, lelaki yang ada dibelakang Citra mulai meremasi pantat semok nan putih itu dengan gemas sambil sesekali menampar pantat Citra keras-keras.
"Neng Perek... Ayo dong nungging..." Tambah Kirun sambil mendorong tubuh Citra hingga menatap pada kedua tangan dan lututnya, mirip seperti anjing, "Aku mau ngentotin memekmu nih..." 

"Hehehehe... Heh woto... Aku numpang buang pejuh di memek sodaramu ya... hehehe..." Ledek Kirun.
"Iya nih Woto... Kamu lihat aja ya... Gimana kontol-kontol lelaki sejati memberi kenikmatan pada memek gatel sodaramu ini..." Tambah Diki

Sepertinya, pagi ini akan terasa lebih panjang dari pagi-pagi sebelumnya.

"Buseeettt Diiiikkk.... Memek gundul Neng ini rasanya sempit beeneeer... " Jerit Kirun ketika mencoba menjebol pertahanan vagina Citra, "Mirip memek perawan… Kontolku jadi susah nembusin memeknya cuiiiyy..."
"Alaaaahhh... Tipu-tipu kamu Run... Memek lonte mah mana ada yang sempit..." Ledek Diki, "Apalagi sampe ada yang mirip memek perawan…”
“Seriusss… Ini liat, kontolku sampe bengkok-bengkok gini nembusinnya…. Sempit abis…” Tambah Kirun lagi. “Memek lonte kelas super ini… Hahahaha…”
"Lonte...Lonte....Ngawur haja aja nyebhut horang seenaknya..." Protes Citra dengan mulut terisi penis Diki. “Aku bukan Lonte…!”
"Iyadeh... Pelacur... Hahahaha... Udaaah udah..... Diem aja kamu Lonte.... Isep aja terus kontolku...." Tambah Diki.
“Iya Neng… Nungging aja yang bener… Biar kontolku bisa ngentotin memekmu… !” Ucap Kirun tak mau kalah.

Merasa agak kesulitan memasukkan penis gemuknya, lelaki berusia 28 tahun itu tiba-tiba mencabut lepas kepala penisnya dan membungkukkan badan, lalu dengan lahap, ia mulai menjilati vagina Citra.
"Memekmu wangi banget Neng... Ada tahi lalatnya pula...." Kata Kirun sambil menciumi vagina Citra. Sesekali ia mengorek-korek lubang birahi Citra dan menjilati kelentitnya. "Pantes nafsunya Neng Lonte cantik ini gedhe banget yak..."

"Ouuuhhh... Sssss... Pelan-pelan mas...." Desah Citra.
"Sttt sttt... Ngapain Run..?" Tanya Projo yang melihat temannya mempermainkan vagina Citra.
"Memeknya Neng ini.... Sluuuppp... Kesempitan Jo... Sluurp… Jadi perlu dijilatin dulu biar kontolku gampang masuknya… Ssluurp… Sluurp… Juuhhh...."
"Lhaaahh…? Khan masih ada pejuhku disitu... Masa masih sempit juga....Harusnya khan udah licin....?"
"Eeeh iya yaaa...? Kampreeet pantesan rasanya agak asin... Puih... Puih...." Celetuk Kirun sambil membersihkan mulutnya dari sperma Projo.
“Hahaha… Gimana rasa pejuh Projo Run…? Pasti enak ya…?”
“Enak gundulmu.… Aku lupa kalo si Munyuk ini baru aja ngecrot di memek Neng ini… Puh Puh… Juih…”

"Uuuhh… Kok Brenti mas...? Ayo isep lagi memekku maaasss...." Pinta Citra sambil menggoyang-goyangkan pantat bulatnya yang semok.
"Hmmm.... Pengen dijilati lagi neng…? " Tanya Kirun.
“Hiyak Mas… Lidahmu enak bener… Khan biar kontolmu bisa cepet-cepet ngentotin memek aku…”

“Tapi khan masih ada pejuh si Projo Neng…”
“Udaah.. Anggep aja bonus Mas... Hihihi... Ayo Mas… Isep lagi… Isep yang kenceng…”

"Ahh peduli amat... Masa bodolah Jo... Yang penting aku pengen makan memek gundul milik Lonte ini….." Kata Kirun singkat.
"Hahahaha.... Yasudah... Isep aja pejuhku sekenyang-kenyangmu Run…Lanjutken ajalah... Aku mau istirahat dulu...." kata Projo sambil terus mengurut-urut penisnya., mencoba untuk cepat-cepat mengembalikan stamina tubuhnya. “Dasar lelaki pecinta memek… Hahahaha…”

"Emang rasa memeknya gimana Run…? Enak banget ya…?" Tanya Diki yang sedari tadi juga penasaran dengan apa yang Kirun lakukan dibelakang sana.
“Hmmmm.... Memeknya enak Dik.... Gurih banget loh.... Hhmmmmmm… Sssluurrpp !” Jawab Kirun.
“Masa sih... Gantian donk...Aku juga pengen nyoba nyicipin...." Kata Diki lagi.
"Ntar aja aahh... Aku lagi nanggung.." Tolak Kirun

“Uuhh sssshhhh.. Enak maaasss..... " Ucap Citra sambil terus mendesah, "Teruuus Maass..." 

Rupanya wanita cantik itu tak tahan juga untuk tidak mendesah ketika lidah Kirun menyapu bibir vaginanya. Terlebih ketika jari-jemari Kirunn yang terkadang ikut keluar masuk di lubang anus Citra. Membuat lubang pantatnya otomatis mengejan-kejan keenakan.

"Seksi banget memek ama bo'olmu Neng..." Kata Kirun sambil melumat bagian selangkangan Citra dengan penuh nafsu. Tak jarang, jemari Kirun menyibak pantat Citra lebar-lebar dan menusuk-tusuk lubang anus wanita cantik itu dengan lidahnya.

"Sssshhhh..... Bo'olku jadi gatel mas... Terus sodok Mas.... Sodok dan isep terus Maaas... Jilaaattt... Teruuusss... " Kata Citra yang tak henti-hentinya menengok kebelakang.
"Neng... Neng.... Jangan nengok-nengok mulu donk... Kontolku juga perlu pelampiasan mulutmu niihh..." Protes Diki.
"Eehh.. Ehh... Iya mas maaf... Abisan isepan mas itu enak banget sih.... Hihihi..." Elak Citra, "Sluuurrrpp... Nyap nyap... Cuuupppp...." Sedot Citra sambil mengenyot kepala penis Diki kuat-kuat. Membuat lelaki 30 tahun itu menggelijang keenakan.
"Huuuohhh.... Pelan-pelan Neeeng Lonteee... Jangan keras-keras gitu juga kali Neng ngenyotnya... Bisa cepet moncrot aku kalo dikenyot kaya gitu.... "

"Hahaha... Enak Diiik....?" Celoteh Kirun melihat temannya sampai membungkuk-bungkuk menahan nikmatnya nafsu. 
"Huo'ohh nih... Nikmatnya sampai ke ubun-ubun Run..... Kenyotannya mirip vacum cleaner... Kenceng bangeeett... Oooouuuhh.... " Erang diki sambil mengelusi kepala dan rambut panjang citra, " Isep terus kontolku yang kenceng Neng... Ehhmmm... Enaaaakkk..".

“Neng… Aku memeknya aku sodok sekarang yaaaa… “ Pinta Kirun sambil mengusap-usap kepala penisnya yang gemuk ke vagina Citra. “Uuuu….. Uuuuuuhhh….”
Tak menjawab, Citra hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju, sambil segera meninggikan posisi pantatnya.

SLEEEPPP

“Hoouuhh… Maass... Nikmaat….” Seru Citra ketika kepala penis Kirun menyeruak masuk kedalam liang senggamanya. 
“"Gimana rasanya mengenyot kontol gemukku Neng..?" Tanya Kirun.
"Hmmmm... Bhiasha haja Mas.... Mhirip kontol-kontol yang laen..." Jawab Citra
"Eh buset... Biasa aja tuh Run katanya... Hahahaha... " Ledek Diki, "Berarti enakan kontol bengkokku ya Neng...? Pasti bisa bikin memekmu jadi gatal-gatal asik… " 
"Sluuurp... Puah.... Enggak tau juga sih Mas... Khan kontolmu belum aku pake… Hihihi…" Canda Citra, "Sodok aja terus mas... Sodok yang dalem..." Pinta Citra pada Kirun.
"Eh Neng… Emang kamu udah nyicipin berapa banyak kontol...?” Tanya Diki penasaran.
"Hhhmmmm... Sluuurrrpp... Nylap nylap... Berapa yaaa...? Hmmm..... Kira-kira aja sendiri deh.... Hihihi..."

"Wah wah wah... Rupanya ga salah tebakanku tadi.... Kamu memang Lonte kelas kakap ya Neng... Istri yang nakal... Hakhakhak... " Kata pak usep yang tau-tau sudah berada disamping citra. "Jadi nggak sabar pengen cepet-cepet ngawinin kamu Neng... Hakhakhakhak...." Tambah Pak Usep lagi sambil meremasi payudara Citra yang bergoyang-goyang seiring sodokan penis Kirun ke vagina Citra.

"Hehehe....Si Bos mau maen keroyokan ya...? Sini’in kontolnya Bos.... Sekalian aja gabung...." Ajak Diki kepada Pak Usep, "Biar dikocokin Neng Citra..."
"Hakhakhak... Kalo dikocokin doang mah.. Nggak level.... "
"Hehehe… Apa si Bos mau make memek neng ini duluan…? Enak banget loh Boosss..." Tanya Kirun mempersilakan.

Sambil mengusap-usap janggutnya, tiba-tiba Pak Usep menyeringai licik. "Nggak apa-apa.... Kalian puas-puasin dulu aja ngentotinnya.....Hakhakhak....Santai saja.... Santaiii..... Yang penting.... Bikin tuh nafsu si Lonte ketagihan ama konyol-kontol kalian.... Hakhakhak.."

"Oke deh Boossss.... " Kata Diki, "Hayuk Run... Kita lanjutin.... Hehehe...."

Buru-buru Kirun langsung mempercepat sodokan penisnya diantara kedua paha Citra sembari meremasi buah pantat nan semok milik wanita cantik itu. 
"Wuuoooh Diiikk…. Sempitnyaaaa......" Jerit Kirun sembari mempergencar goyangan pinggulnya. 

"Pelan-pelan maaasss..." Erang Citra sambil menahan rasa pedih pada vaginanya. 
"Tahan bentar Neeeeng... Ini lagi enak-enaknya...." Kata lelaki gemuk itu sambil berulang kali mendorong dan mencabut kepala penisnya. Berusaha membenamkan penis gemuknya secepat mungkin.

Dengan kecepatan tinggi Kirun terus menghentakkan pinggulnya keras-keras, menghujamkan penis gemuknya sampai mentok, menabrak vagina Citra dalam-dalam.

PLOK

"Aaarrrhhh..." Jerit Citra spontan sambil mencoba merapatkan pahanya.
“Wuuuiiidddiiihhh Diiikk.... Enak baaaangeetttt Cuuiiiyyyy... " Kata Kirun girang.
"Uhhh... Uuuhhh.... Uhh... Uhh... Uhh..." Erang Citra sambil berusaha mengimbangi gerakan tubuh Kirun. 
"Enak nggak Nengg...?" Tanya kirun yang terus-terusan memompa vagina Citra dengan kecepatan tinggi.
"Ho'oh mas... Enaaak bangeeett.... Memek aku sekarang berasa penuh..."
"Hehehehe... Rasain nih Neeng.... Rasain..."
"Terus masss.. Sodok memekku yang keras masss... Sodok yang keraaas.."
"Begini Neeeng...? Beginiiii....?"
" Uhh... Uhh... Uhh... Terus maaaass... Kurang kerassss... Kerasin laggiiiii...... Oooouuuuggghh...."
"Ngentot.... Memek Lontemu bener-bener ngempoooot Neeeeng...." Puji Kirun sambil terus-terusan menghajar vagina Citra dengan penis gemuknya. Sodokan demi sodokan ia lakukan dengan brutal, hingga keringat tubuhnya mengucur dengan deras.

"Uhh... Uhh... Uhh... Enak ya maaasss....? Uhh... Uhh..."
"Ngeeeentoooooottttt..... Enak baaaangeeeettt...."

Namun, rupanya penis Kirun tak sehebat nafsu birahinya. Karena beberapa saat kemudian, tubuh lelaki tambun itu mulai gemetar dan kelojotan.
"Aku mau keluar Neng…” Jerit Kirun tiba-tiba
"Cepe amat Masss... Tunggu aku dooong.."
"Aku nggak kuat lagi Neng... Memekmu terlalu enak... Ayo jawab Neng... Keluarin dimana….?”
“Uuuhh… Ooohh… Ohh… Jangan keluar dulu dong Mass... Ayo sodok-sodok lagi… Yang keras Mass... Yang keeraaasss... ” Racau Citra keenakan.
“Huuuoooohhhh…. Lonte baweeelll... Ngentoooootttt.... Rasain nih... Semprotan pejuhku Neeeenggg..."

CROT CROOOT COOCOOOTTT... 

Jutaan benih hangat Kirun langsung menyerbu masuk kedalam rahim Citra. Saking banyaknya, benih-benih itu sampai tak tertampung didalam liang rahim Citra. Keluar bersama sodokan penis gemuk Kirun ke vagina Citra, dan mengucur membasahi paha putih mulusnya.

Sekali lagi, wanita cantik itu ditinggal orgasme oleh pasangannya. 

“Looh… Looh… Looohh… Kok udah keluar sih Mas… Ayo… Entotin memek aku lagi…” Pinta Citra dengan kecewa. Rupanya, rasa kentang karena berkali-kali ditinggal orgasme membuat wanita cantik ini tak mampu mengendalikan emosinya. “Aaarrghhh... Ngentot kamu mas... Ayo sodok memek aku lagi Maaass...Ayooo..."

"Hhhh... Hhhh… Iya-iya sek tho yaa.... Bentaran Nengg… Capek bener pinggangku.... Istirahat bentaran yaaa.… Hhhh... Hhhh....” Rintih Kirun sambi mengatur nafas.
“Yaaah… Kok malah istirahat sih… Aku khan belum keluar dari tadi… Sedih amat nasibku Mas... Dari tadi ditinggal nanggung mulu...."

"Sini-sini Run... Aku gantiin...." Kata Projo tiba-tiba, menggeser tubuh tamun Kirun, dan langsung melesakkan penis besarnya kedalam vagina Citra.

SLEEEPP

"Yah Jo.. Giliran aku dooong..." Protes Diki
"Hehehe... Kamu kelamaan Dik.... Memek seperti ini mah siapa cepet, dia yang dapet. Hahaha... " 
"Khan aku juga pengen.."
"Hehehe... Bentar yaaa... Uhh... Uhh... Uhh..." Kata Projo yang segera memaju goyangan pinggulnya cepat-cepat.

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

"Ssstt.... Udah-udah... Jangan berebut.. Ntar pasti kebagian jatah satu-satu... Hihihi...." Canda Citra sambil terus menerima sodokan kasar Projo, "Yaudah buruan Masss.. Aku udah nggak tahan nih... Ayo buruan entotin lagi..." Pinta Citra manja.
“Uhh... Uhh... Uhh... Heran deh Neng... Padahal memekmu khan udah disembur banyak pejuh yak...? Kok masih terasa seret aja sih...?" Tanya Projo
"Hehehe... Maklum mas... Memek kalo jarang digaruk ya gini, Orisinil... Hihihi...." Jawab Citra sekenanya.

"Uhh... Uhh... Beruntung banget ya suamimu... Pasti tiap hari minta jatah mulu... "
"Sssstt.... Jangan ngomongin orang ah... Ga baek... Khan kamu juga sekarang jadi seperti suamiku Mas... Lagi dapet jatah ngobok-obok memek aku.. Hihihi... "
"Wuuooohhh.... Omonganmu Neeeng.... Nakal banget... Naaakaaallll.... Uhh... Uhh... Uhh..." Kata Projo sembari meremas-remas pantat putih Citra dan menggerak-gerakkan pinggulnya lebih keras lagi. Maju mundur, maju mundur, maju mundur. Makin lama makin cepat.

“Ssh... Aahh... Ahhh... Ahhh... Naaahh… Gitu donk Mas... Shhhh..… Ayo Mas… sodok yang kenceng… Ayo puasin aku lagi Mas... Puasin aku lagiii...… Ahhh... Ahhh... “
“Hehehe…. Pastinya Neng… Pasti bakal aku buat kamu puaas…. Hehehe….”

PLOK PLOK PLOK PLOK.

PLOK PLOK PLOK PLOK

“Iyahhh.. Iyaah… Gitu mas… Terus… Teruuusss…” Kata Citra kesetanan. Sepertinya gelombang orgasmenya akan segera datang. “Ooooohhh… Enak beneeer mass… Enaaakk… Oh oh… Ngentoott..,”

Namun, ditengah pendakian birahinya, lagi-lagi Citra harus menelan pahitnya rasa keewa. Karena, tak menunggu waktu lama, tubuh Projo kembali bergetar hebat. Otot-otonya menegang, dan mulai mengejan-ejan keenakan. 

"Huuuooohhhh... Neeeeennngg...Aku mau keluar laagiiii.... " Teriak Projo lantang.
"Bentar Mas... Sodok dikit lagiii.... Aku juga mau keluar... "
"Aku nggak bisa nahan lagi Neeng... Aku keluaar.... Ooohh... "

CROOT CROOCOOOT CROOTTT

Semprot penis Projo tanpa henti, kembali memenuhi rahim wanita cantik yang ada didepannya.

"Ayo goyang bentar Maaass... Aku juga maaau keluaaarr... Oooohh...." Sahut Citra sambil terus menggoyangkan pinggul semoknya. "Ayo sodok dikit lagi masss.. Ayooo...."

" Hhhh... Hhhh... Udah Mbak.... Remek badanku.... Aku nggak kuat lagi... Remek..." Tolak Projo sambil mengambrukkan dirinya, menimpa tubuh langsing Citra.
"Yaelah Maaasss.... Masa aku nggak pernah dikasih enak sih... Dikasih tanggung mulu..." Omel Citra.
"Habisan.... Salah sendiri punya memek legit…” Kata Projo santai sambil menarik lepas penisnya yang mulai masih menyemburkan sperma.

PLOP… 

“Oouuuggghhtt… Kampret kamu Mas… Maunya enak sendiri,…” Ledek Citra.
“Hehehe… Emang enak banget Neeengg… Memekmu enak banget…. Hehehehe…” Tambah lelaki kerempeng itu sambil buru-buru beranjak kedepan, ketempat Diki berada. 

“Minggir Dik... Ayo gantian…” Kata Projo yang langsung merebut wajah Citra dari sodokan penis Diki, lalu menjejalkan penisnya dalam-dalam kemulut saudara Prawoto itu.
"Neng Lonte yang cantiknya seperti bidadariiii… Tolong dong bersihin kontolku…. Hehehe..." Kata Projo sambil mengurut-urut batang kebanggaannya. "Ini aku mau keluar lagi.... Hehehe..."

CROT CROOOT. 

Lagi-lagi, semburan sperma keluar dari lubang penis Projo. Walau tak sebanyak sebelumnya, namun tetap saja penis lelaki kerempeng itu cukup memberikan noda pada wajah dan leher Citra. 
"Hehehehe... Puuuaaasss...." Kekeh Projo keenakan.

"Hebat juga kontol lelaki krempeng ini... Masih bisa moncrotin pejuh..." Puji Citra sambil menyelomoti penis besar Projo. "Uhuk..uhukkk... Uhukk.... Juih.... Juuuih.... Moncrot mulu Mas.... Ga pernah ngasih enak... Uhuk...Uhuk..." 
"Hehehe... Yah... Namanya juga khilaf Neng... Jadinya ya gini... Monrot mulu... hehehe..." Elak Projo.
"Kenapa kamu Jo.... Kaya kesetanan gitu...?"
"Aku nggak bisa nahan Diik.... Memek Neng ini wueeenak bangeeet... " Puji Projo sambil mengelus rambut Citra. "Tolong sekalian isepin telornya ya Neng.... Hehehehe.... " 

Mendengar pujian Projo, segera saja Citra langsung menyedot kuat-kuat penis yang masih terus menyemburkan isinya itu tanpa memikirkan rasa jijik. 

“Hahahaha..... Projo payah.... Gitu aja udah moncrot....” Ledek Diki.
“Gapapa... Yang penting aku udah bisa ngecrotin nih memek dua kali... hahaha... "Balas Projo, "Habisan nih memeknya enak banget Nyet.... Ga tahan...” 

"Hakhakhak.... Dasar lelaki-lelaki editansil... Pada kurang pengalaman.... Hakhakhak..." Ejek Pak Usep, "Masa sama Lonte kaya gitu aja udah moncrot Jo...? Hakhakhak."
"Sumpah Bosss.... Memek yang ini bener-bener beda.... Kaya mijit-mijit gitu..."
"Hakhakhak.... Memek mah dimana-mana sama.... Apalagi memek Lonte seperti dia... palingan 15 menit juga dia udah bakal aku buat kelojotan keenakan.... Hakhakhak..."

" Masa sih paaaak...? Yakiiinn bisa bikin aku kelojotan...? " Tanya Citra sambil terus menyelomoti penis Projo yang sudah melemas..."
"Hakhakhak... Kamu nggak percaya Neng...?"
"Hhmmm.... Hihihi... Sepertinya sssiiihhh.... Engak percaya sama sekali..."
"Yaudah... Gini aja Neng... Gimana kalo kita taruhan..."
"Taruhan...? Sluurrp.... Nyap... Nyap..."
"Iya... Kita taruhan..... Kalau misalnya Neng bisa terpuaskan dalam waktu kurang dari 15 menit, aku kasih Neng... Semua uang yang ada didalam tasku..."

"Apa Boss...? Si Bos seriiuuus...?" Tanya Projo tiba-tiba dengan wajah kaget ketika mendengar ucapan Pak Usep. "Iii..itu khan ada 40 juta lebih Boss..."
"Hakhakhak... Orang kaya seperti aku mah biasa ngeluarin duit segitu Jo... Hakhakhak...."

"Hmmm... Gitu ya.... Trus kalau aku kalah gimana pak....?" Tanya Citra. 
"Ya jelas... Kamu bakalan aku nikahin hari ini juga... Hakhakhak....."

"Empat puluh juta... Duit segitu cukuplah buat memenuhi semua kebutuhan hidupku..." Batin Citra, "Toh dia cuman orang tua... Pasti tak akan mampu bertahan lama melawan keperetan memekku..."

"Gimana Neng...?" Kata Pak Usep yang mulai mengeluarkan gepokan-gepokan uang seratus ribuan dan mengipas-kipaskan didepan mukanya, "Apa kamu bersedia menerima tantanganku...?"

Sejenak, Citra terdiam lagi. Memikirkan segala macam resilo, "Empat puluh juta rupiah... Sebuah tawaran yang sangat menggiurkan... Kapan lagi bisa mendapat uang sebanyak itu dengan cara yang sangat mudah...? Apalagi melawan lelaki tua rental... Pasti benar-benar mudah... Hihihi...."

Dengan penuh percaya diri, Citra pun menganggukkan kepalanya
"Hakhakhak... Ayo deh kalau gitu.... Buruan balik badan Neng.. Jangan doggy mulu... Bosen..." Kata Pak Usep yang mulai melepas baju dan ikatan celana kolornya, lalu berjalan kedepan wajahnya. " Jangan nangis kalau kalah ya Neng... Hakhakhak...." Ejek Pak Usep sambil menurunkan penutup auratnya itu hingga mata kaki.

"Astaga... " Teriak Citra lirih sambil menutup mulutnya.

Ternyata Citra salah perhitungan, penis Kepala Desa itu ternyata berukuran cukup besar. Walau tak sebesar penis Prawoto, namun sepertinya penis itu cukup kuat untuk mengaduk-aduk vaginanya.

"Kok diem aja Neng...? Ayo buruan dikulum ini kontolku...." Pinta Pak Usep sambil menepuk-tepukkan penis tegangnya ke pipi Citra.

Dengan pandangan heran, Citra lalu menjulurkan tangannya dan meraih penis Pak Usep yang sudah menegang sempurna. 

"Ko... Kontolmu kenapa pak...? Kok bentuknya begitu...?" Tanya Citra sambil mengamati sekujur batang penis kepala desa yang terdapat tonjolan- tonjolan sebesar biji jagung.
"Kenapa emangnya...?"
"Serem amat pak.... Banyak bisulnya..." 
"Hakhakhak.... Gausah liat bentuknya Neng.. Yang penting sebentar lagi kamu bakal merasakan kenikmatan yang tak pernah kau rasakan seumur hidupmu..."
"Kontolmu...Mirip buah pare Pak..."
"Hakhakhak....Neng Citra Agustina... Kamu pasti jadi istriku Neng....Siap-siaplah kamu menulis surat gugatan cerai buat suamimu...Hakhakhak...."
"Hihihi... Ga baek Pak mimpi jorok di pagi hari seperti ini... Hihihi..."
"Hakhakhak... Kita lihat saja, siapa diantara kita yang sedang bermimpi.... "Kata Pak Usep sambil terus menepuk-tepukkan penisnya di pipi Citra, "Diki... Buruan genjot memek Neng ini...." 

"Ehh I... Baek Bos... " Ucap Diki, "Ayo Neng... Naek ke tepi kolam... Tiduran disitu... Buka pahamu lebar-lebar..." 

Setelah dirasa siap, segera saja lelaki bertubuh gempal itu membenamkan penisnya kedalam vagina Citra. Dan karena ukuran penis Diki yang tak sebesar Kirun membuat kepala penisnya dapat masuk dengan cukup mudah. 

Tusukan demi tusukan nikmat kembali Citra rasakan pada vaginanya. Dan benar seperti apa yang dikata lelaki gempal itu, penis bengkoknya terasa menusuk jauh lebih dalam. Terasa nikmat. 

"Udah udah... Ayo buka mulutmu Neng... Jilatin ini aku punya kontol...." Paksa Pak Usep sembari menjejalkan batang bertotolnya ke mulut mungil Citra. Posisi pinggir kolam yang setinggi paha, membuat mulut Citra sejajar dengan penis Pak Usep yang berdiri didalam kolam

"Eeehhmmm... " Erang Citra tanpa mengucapkan kata-kata apapun, yang keluar dari mulut Citra hanyalah desahan nafas yang semakin memburu tidak teratur, menandakan wanita cantik itu sangat terangsang.

"Gimana kontolku neng...? Enak....?" Tanya Diki mencoba mencari tahu apakah wanita cantik itu menikmati persetubuhannya atau tidak.
“Ehhh....Henyak...." Kata Citra dengan mulut penuh penis Pak Usep, "Memek haku tak phernah disodok khontol bhengkok sebelumnya Mas.... Kontolmu yang pertama kalinya...."
"Hehehe... Syukurlah kalau Neng suka..." Kata Diki yang segera saja melumat habis puting payudara Citra yang kian mengeras. 
"Sodok yang kenceng Mas...Oohhh.. Ohh....ohhhh… Nikmat Mas " 
"Memekmu juga nikmat Neng... "
"Hakhakhak... Enak ya Dik...?" Tanya Pak Usep.
"Iya Boss... Bener kata Projo dan Kirun... Memek Neng ini peret abisss... Kontolku berasa dipijit-pijit..." 

“Aaaahhhhkk…. Mas terus Mas …..” Erang Citra yang sepertinya sudah tidak bisa menguasai dirinya sampai teriak-teriak keenakan. 

"Hakhakhak.... Hebat juga kamu Diki... " Puji pak Usep tiba-tiba, "Hajar terus tuh memek...Biar cepet keluar..." Kata pak Usep sambil terus memilin-pilin puting payudara Citra, membuat wanita itu berulang kali menggeleng-gelengkan kepalanya menahan nikmat.
"Kalo enak... Teriak aja Neng.... Nggak bakal ada yang mengganggu kita kok..." Kata Diki.
"Hakhakhak.... Bener.... Teriak aja kalo kamu suka... Kalau ada aku... Penduduk desa nggak bakal mengganggu kita kok... Istriku sayang.... Hakhakhak...." Kata Pak Usep mesra.

Antara bingung dan malu mengakui kenikmatan yang mulai melanda dirinya, Citra pun melirik kearah Prawoto yang sedari tadi duduk mematung di pinggir kolam tak jauh dari tempat dirinya bersetubuh. 

"Kamu malu ama saudaramu Neng...? Dia bakalan ikhlas kok melihat saudaranya dientotin seperti ini... " Kata Pak Usep begitu percaya diri." Iya khan Woto... Kamu suka khan melihat mbakmu aku kontolin....? Hakhakhak...."

Prawoto tak menjawab, ia hanya menunduk malu menatap air kolam yang keruh.

"Hoi Woto....Jawab dooong... " Kata Pak Usep yang tiba-tiba mencipratkan air kearah Prawoto "Kamu suka khan kalo mbakmu aku kontolin...?"

Sekali lagi, tukang sate itu tak menjawab apapun. Ia hanya melirik sekilas lalu kembali melihat kearah pegunungan yang jauh disana.

" Woottoo... Kalo kamu nggak jawab, utang-utangmu bakal aku tambahin loh...." 

Merasa tak dapat berbuat apa-apa, Prawoto lalu menarik nafas panjang dan berteriak. "iya Pak... Aku suka...." Jawab Prawoto lantang sambil menatap Pak Usep dengan tatapan bingung.
"Hakhakhak.... Dasar lelaki mandul...." Ejek Pak Usep, "Kamu suka khan melihat saudaramu dientot banyak orang...? Lihat aja kontolmu.... Ngaceng gitu.... Hakhakhak..."

"Eh iya benar... Kontol Bang Woto ngaceng melihatku disetubuhi seperti ini....?" Batin Citra dalam hati.

"Eh Bang Woto... Aku boleh nggak buang pejuh di memek mbakmu..." Kata Diki tiba-tiba, "Sepertinya kontolku nggak kuat lagi nih... Memek mbakmu bener-bener wuuueennnaaaakkk..."
"Serius Dik udah mau moncor...?" Tanya Pak Usep seolah tak percaya.
"Beneran Pak... Lihat aja nih palkon saya.... " Kata Diki yang buru-buru mencabut penisnya dari vagina Citra lalu memperlihatkan kepala penisnya yang sudah memerah dan berkedut-kedut. "Goyangan memek Neng ini bener-bener hebat.."
"Hakhakhak... Dasar kutu kupret.... Begitu aja udah mau moncot...." Tawa Pak Usep, 
"Gimana Bang.... ? Mbakmu boleh aku pejuhin ya...?" Tanya Diki lagi.

"Udah udah... Pejuhin aja Dik.... Toh dia nggak bakalan melarang...." Kata Pak Usep santai sambil meneruskan menyetubuhi mulut Citra dalam-dalam.

" Uhh.... Uhh.... Uhh.... Memek enak seperti ini harusnya memang dinikmati banyak orang Neng... Jangan disimpan saja buat suamimu..... Uhh.... Uhh.... Uhh...." Kata Diki yang kemudian menyodok vagina Citra cepat-cepat. 
"Ehhmmm... Ehhm... Ohh... Ohhh.. Ooooohhh.. " Erang Citra keenakan.
"Enak khan Sayang...? Dientotin banyak orang seperti ini....? Hakhakhak..."
"Sssshhh.... Uuuoooggghhh.... Hhhh.... HHhmmmm.... " Jawab Citra sambil mendesah-desah keenakan.

"Neng Citraaaa saaayaaanggg....?" Tanya Pak Usep sambil meremas payudaranya keras-keras, membuat wanita cantik itu tiba-tiba berteriak lantang. 
"AAAAaaarrrggg.... Sakit paaaakk..."
"Hakhakhak... Makanya.. Jawab dooong..."
"Iya pak.. Iya... Eenak banget kontol-kontol kalian.... Aaku sukaaa.... Aku sukaaaa...."
"Naaah... Gitu khan enak....Hakhakhak...."
"Ngentot kamu Pak.... Ngenttooooottt..." Jerit Citra sambil terus menyelomoti penis Pak Usep sambil sesekali menggoyang pantat bulatnya.
"Hakhakhakkk.... Tinggal bilang enak aja pake malu-malu Sayang.... Hakhakhak..."
"Tua bangka ngentottt.... !" Ucap Citra yang kemudia menyelomoti penis Pak Usep dalam-dalam hingga pangkalnya."
"Wuuuuoooohhh.... Lonte sepertimu pasti bakal jadi Istri yang enak buatku sayang.... Bakal nggak aku bolehin keluar rumah..... "
"Sluuurrrppp.... Hmmm... Trus bolehnya diapain Pak...?" Tanya Diki iseng
"Bolehnya.... Aku entotin terruuusssss... hakhakhak...."

"Wuiiidiiiiihh.... Besok aku boleh minta jatah nggak Bosss...? Hehehe... " Sahut Kirun.
"Aku juga mau Booss..." Pinta Projo tak mau kalah.
"Boooleeeeh.... Atur aja nanti.... Hakhakhak.... "

Mendengar kalimat Pak Usep, Citra mendadak ingat dengan taruhannya barusan. Namun karena gelombang orgasmenya sudah datang mendekat, pikiran Citra menjadi gamang. 

"Enak sekali kontol bengkok lelaki satu ini... Garukannya benaaar-benar terasaaaa...." Batin Citra.
"Toh kalo aku orgasme... Tidak masuk hitungan ke taruhannya si Usep cungkring... Khan aku orgasme karena kontol bengkok Diki...Dan lagi... Kalopun sekarang aku orgasme.... Orgasme keduaku nanti pasti akan datang lebih lama.."

Belasan skenario, tersusun serampangan di pikiran Citra. "Yang jelas... Untuk waktu dekat ini aku ingin merasakan kenikmatan bersetubuh dengan lelaki gempal berpenis bengkok ini.... " Pikir Citra lagi sambil mempercepat goyangan pinggulnya.

"Wuih wuihhh Neeeng.. Pelan-pelan aja ngegoyang pantatnya Neng... Aku ga pengen cepet-cepet ngecrot duluan... Hahaha....” Kata Diki kaget.
"Ngenttooottt Mmaassss... Terus entoootin memek aku.... Eeennnnttoooottt Maaaasss.... " Jerit Citra keenakan.

Entah apa yang terjadi dengan Citra, ia terlihat begitu bernafsu untuk mendapatkan orgasmenya. Terlebih suasana pagi itu sudah semakin sepi membuat peri-peri birahi sudah begitu mendominasi pikiran Citra, teriakan demi teriakan kotor mulai terdengar lantang dari mulutnya. 

"Woowww... Kasar juga omonganmu Neng....?" Kaget Diki 
"Hakhakhak... Kalo Lonte sejati ya memang begitu Dik.... Ga kebayang kalo suamimu tahu kelakuan bejatmu sayang... Pasti dia bakalan syok... Hakhakhakhak..."

"Ohhhmmm... Ohhh.... Ngeeeentttooootttt.... Bhodho hamat.... Bhiahin aja Mas Mahwan tahu.... Yang phenting hekarang aku bisa hapet hennnnaaaakkk..." Erang Citra lagi dengan mulut yang masih penuh penis Pak Usep.. 
"Mahwan..? Marwan maksud kamu sayang... Itu nama suami kamu ya...? Hakhakhak...." Canda Kepala Desa itu sambil terus terusan menyodok Mulut Citra. "Mas Marwan.. Istrinya aku pinjem dulu yaaa... Mau aku entotin sampai sore... Eh enggak... Mau aku entotin sampai... Selamanya... Hakhakhakhakh..."

" Ohhh... Ohhh... Sssshhh.... Diaaam... Jangan sebut-sebut nama dia disiniii... Ooooohhh..." Teriak Citra hebat. Dengan goyangan pinggul yang henti-hentinya, wanita cantik itu terus-terusan memutar pinggulnya, mengejar gelombang orgasme yang akan segera datang. "Ayo mas... Entot memekku keras-kerassss.... Aku mau keluaaarrr... Aku maaau keluuuarrr... Uhhh.... Uhhh.... " Kata Citra lagi sambil memperkeras cengkraman vaginanya.

"Wih wih wihhh.... Bentaran dikit Neng... Bentaraann... Tahan goyanganmu Neeeng... Aku belum mau keluaaarrr...." Teriak Diki yang tiba-tiba meremas pantat Citra kuat-kuat. Dengan sekuat tenaga, lelaki gempal itu menahan pantat Citra supaya tak bergerak kesana-kemari diatas batang penisnya.

Namun, ternyata lagi-lagi penis ajudan Pak Usep itu tak sekuat omongannya. Karena ditengah-tengah remasan tangannya menahan goyangan pantat Citra, penis bengkoknya menyemburkan semprotan kenikmatannya.
"Aaanjjiiiiiiinnggg..... Aku keluaaar Nneeengg... Aku keluaarrr OOuuuuhh...." Kata Diki yang tiba-tiba menghujamkan pinggulnya keras-keras. Memompa seluruh persediaan benih kejantanannya masuk kedalam rahim istri Marwan itu.
"Tahan bentaraan maaas.... Kita keluar bareng...."
"Udah Neng... Aku nggak kuat lagggiiii....... " Jerit Diki putus asa, "Woto.... Mbakmu aku hamilin yaak.... Aku udah mau ngecrot niiiiiih..."
"Jangan keluar dulu maas... Aku belum mau sampeee..." 
" Uhhh.... Uhhh.... Uhhh.... Terima semprotan pejuh suburku Neng.... Biar kamu cepet hamil...."

COOOTTTT CCRRROOOOOOTT CCROOOOOCOOOOTTT....

"Looh Maass.. Jangan keluar dulu Maaass... Aku mau keluar nih... " Pinta Citra yang masih dalam posisi telentang sambil mengangkangkan kedua kakinya keatas, terus-terusan menggoyangkan pantatnya dengan gerakan maju mundur, " Ayo goyang lagi mas.... Kita keluar bareng... Ayo mas.. Aku mau keluar..."
"Hhh.... Hhh.... Hhhh.. Udah Neng... Udah.... Aku udah nggak kuat lagi...." Ucap Diki sambil terus menubrukkan pinggulnya ke tubuh Citra. 

"Aaah.. Ngentottt kamu Mas... Ayo dooong... Goyangin lagi kontolmu.. Dikit lagi aku keluar niiihh...." ucap Citra penuh nafsu sambil mulai menggelitik klitorisnya.
"Uhhh..Uhh... Empotanmu memekmu memang luar biasa Neeeng... Uhh...Uhhhh.." Ucap Diki sambil menyemprotkan sisa-sisa sperma yang masih tersisa di penisnya.
"Aaahkk.... Ngentot kamu Mas... Bisanya ngomong doang..."

"Hakhakhak... Dasar kontol-kontol letoy.. " Tawa Pak Usep kegelian, "Diki... Diki... Kasian dikit dong ama sayangku... Masa dia udah mau keluar, kamu tinggal moncrot duluan... 
"Sumpah boos... Tadi saya udah nggak kuat lagi..." kata Diki berusaha membela diri.
"Baru juga belum ada 5 menit Dik... Udah moncrot ajah....."
"Iya nih Bosss... Nggak tau kenapa..."

"Hakhakhak....Yaudahlah Dik kalau gitu, sekarang kamu minggir.... Aku mau nggedel-gedel memek Lonte ini... " Kata Pak Usep sambil memposisikan kepala penisnya tepat di liang vagina Citra

SLEEP...

"Uh.. Uh uh... Rasain kontolku Sayang... Uuuuhhhhhh..." Kata Pak Usep semasuknya kepala penis besarnya ke gerbang vagina Citra, langsung melesakkan kuat-kuat hingga mentok sampai ke pangkal, "Ayo kita lanjutkan pendakian birahimu Sayang... Hakhakhak...."
"Aaarrrggghhh.... Ayo Pak... Tusuuuk yang kencen Paaak... Yang kenceng... Anter aku orgasme... Buat aku ngecrit..."
"Hehehe... Pastinya Neng... Orgasme mah nggak usah ditahan-tahan Neng... Nggak baekk...." Kata Pak Usep sambil terus mempercepat goyangan penisnya yang sudah menancap didalam vagina citra. "Toh kalo kamu orgasme, aku bisa jadi suami syahmu... Hakhakhak..."

DEG. 

Tiba-tiba Citra tersadar. Apa yang dikatakan Kepala Desa itu ternyata sangat benar. Jika Citra orgasme, maka ia otomatis kalah taruhan. Dan itu artinya, Citra menjadi istri Kepala Desa mesum itu.

"Haaaaah... Aah ahhh... Curaaang...Ya nggak bisa gitu pak... " Omel Citra yang masih terus terombang-ambing karena tusukan tajam penis Pak Usep.
"Loooh... Kenapa enggak Sayang...? Khan kamu orgasme karena tusukan kontol besarku..."
"Enggak Pak... Enggak... Shhhmmm... Aku mau orgasme karena kontol bengkok tadi...."
"Heeehhh.. Lonte... Liat dong... Emang yang sekarang ada di memekmu kontol siapa....?" Protes Kepala Desa itu sambil mencaplok payudara Citra. Membuat wanita semok itu semakin mengelijang keenakan.
"Eeehhmmmm..... Huuuoohh.....Enggak pak.... Nggak masuk itungan kalo gitu caranya.... Ehhhmm..."
"Bodo amat Sayang.... Kalo kalah ya kalah.... Nggak pake syarat ini itu... Hakhakhak...." Tawa Pak Usep penuh kemenangan.

"Memekmu yang sempit ini... Tubuh yang seksi ini... Dan tetekmu yang super besar ini... Sebentar lagi bakal jadi milikku sepenuhnya Sayaaaang... Uh uh huh... Hakhakhak..."

"Curang kamu pak... Curaaang...." Jerit Citra sambil terus-terusan mencoba mendorong tubuh kurus pak Usep dengan tangannya. "Bang Woto... Tolong akuuu..."
"Hakhakhak... Percuma Sayang.... Dia nggak bakalan bisa mbantuin kamu... Sekalinya dia bergerak, aku bakal tambahin utang-utangnya.... Hakhakhak..."

Benar saja. Prawoto tak bergeming, tukang sate itu hanya menatap Citra yang sedang digumuli oleh empat orang lelaki mesum itu dari dekat. Tak mampu melakukan apa-apa.

"Ooohhh... Sshhh... Baaang... Toloooong aku Baang.... Ooouuhh...." Pinta Citra lagi sambil terus-terusan mendesah keenakan, "Tolong Baaang... Aku udah nggak kuat lagi Baaang.... Aku mau keluaar Baang.... Oouugghh...."
"Hakhakhak... Percuma Sayang... Percuma.... Dia ga bakal ngebantuin... Hakhakhak..."
"Sshh... Eehhmmmff.... Baaang... Sini Bang... Tolongin akuuu... Aku nggak mau jadi bini Kades mesum ini Baaang... Uuuhh.. Uhh... Uhh... Aku mau keluar Baang.... Aku mau ngecrooot...." 
"Hakhakhak.... Sayang.... Daripada kamu minta tolong ama Banci, mending kamu minta tolong ama Projo, Diki atau Kirun aja deh.... Pasti makin puas.... PLAK..." Saran Pak Usep sambil menampar keras payudara Citra. 
"Aaahh... Ngeeentooott... Kamu Paaakk... Ngeenttoooottt.." Jerit Citra sambil mulai menendangi tubuh Pak Usep supaya menjauh dari vagina Citra.
"Oooohhh... Kamu minta dientot ama mereka-mereka juga ya...? Hakhakhak.... Projo... Kirun... Diki.... Ayo bantu aku meganging ini Lonte... " Perintah Pak Usep kepada ajudannya sambil terus menggempur liang kenikmatan Citra, "Kalo mau ngentotin tubuh molek Neng Citra ini juga boleh kok.... "
"Waaaaaah... Siaaaap boooosss...." Teriak mereka bertiga hampir berbarengan. "Bang Woto... Permisi yang Bang... Kami mau ngentotin saudaramu lagi... Hehehehe..."

Segera saja, ketiga ajudan Kepala Desa itu menyerbu ke tubuh Citra. Diki dan Kirun memegangi kaki Citra, dan Projo memegangi kedua tangan Citra dari belakang tubuhnya.

"Ooohhh... Churhang hamu Paaakhh... Churhang ngentoooott..." Kata Citra sambil terus meronta-ronta, berusaha membebaskan diri dari cengkraman lelaki-lelaki mesum itu.

Namun sepertinya segala usaha Citra sia-sia. Sekeras apapun usahanya, ia tetaplah seorang wanita. Wanita lemah yang sedang diperkosa oleh empat orang lelaki. Terlebih, karena desahan dan teriakan Citra, ketiga orang ajudan Pak Usep itu sekarang jadi semakin bernafsu. 

"Kalo meronta... Neng jadi keliatan seksi loh.... Hahaha..." Kekeh Projo sambil kembali meremasi payudara besar Citra kuat-kuat.
"Aaarrggghh... Lepasin aku Bangsaaat... Lepasiinn... Ngentoooottt kalian semua...."
"Hehehe... Wuiihh... Woto... Ganas bener Mbakmu satu ini... Beringas.. Hahaha...." Kata Kirun yang kemudian melumat jemari kaki Citra. Membuat wanita cantik yang sedang disetubuhi bosnya semakin menggelijang kegelian.
"Wuuoohh... Bangsaaat kalian... Ngentoooottt.... Ooohh... Shhhh.. Ooouuuhhhh...."
"Hakhakhak.... Puas-puasin deh ngentotnya Sayang...... Sekalian kasih liat ke sodaramu itu gimana binalnya dirimu.." Kata Pak Usep yang semakin mempercepat goyangan pinggulnya.

CLOK CLOK CLOK

Suara persetubuhan Citra dan Pak Usep semakin nyaring. Terdengar begitu jelas.

"Diki... Kirun.. Coba lihat memek ini deh.. Ada tahi lalatnya...." Kata Pak Usep sambil memamerkan tahi lalat kecil berwarna hitam di samping kanan bibir vagina Citra kepada kedua ajudannya yang berada disampingnya. " Artinya... Calon istriku ini bener-bener suka dientotin.. Hakhakhak.."
"Hahaha... Bener Pak.. Lihat aja tuh lendir..." Celetuk Diki.
" Banyak beneeerrr.... Hahahaha..." Sahut Kirun.

"Hoo'ohhh....Benar-benar legit..." Kata Pak Usep lagi sambil terus menggenjot penisnya. Walau sudah disetubuhi oleh tiga orang pria, tetap saja vagina Citra terasa begitu sempit. Bibir vagina itu berulang kali tertarik keluar dan terdorong masuk seiring cabutan dan tusukan penis bertotol Pak Usep.
"Ngeeentooottt.... Lepasin aku Paaakk.. Kamu curaaaannngg.. Oooh... Ohh.. Ohh.." Erang Citra yang tak henti-hentinya meronta.

"Bang Wotoo...Aku mau keluar Baaaang..." Jerit Citra sekencang-kencangnya. Tak peduli jika mereka sedang berada di tempat umum. "Aku mau keluar Baaang.."
"Hakhakhak... Keluar aja Sayang... Keluar yaaang banyaaaakk... Kita keluar bareng yaaaa....." Kata Pak Usep yang mendengar kalimat Citra, segera saja menggenjot penisnya jauh lebih cepat dari sebelumnya, "Bakal aku puasin nafsu birahimu Sayaaang.... Uhh... Uhh... Uhh..."

CLOK CLOK CLOK CLOK CLOK

Suara persetubuhan Citra dan Pak Usep terdengar keras. Sekeras sodokan penis pak usep menggaruk-garuk vagina Citra.

CLOK CLOK CLOK CLOK

"Enak khan Sayang kontol pareku...? Tonjolannya pasti membuatmu mabuk birahi...." 
"Eemmpppfff...." Tak menjawab, Citra hanya meronta sejadi-jadinya. "Ngeeentoott... Ampuun Paaak... Ampuunn... Baang Wotooo... Aku mau keluar Baang...."
"Hakhakhak... Wong enak gini kok minta ampunn...?" Ledek Pak Usep, "Keluar bareng yuk Sayang... Aku udah mau dapet juga nih.."

Namun, karena saking bernafsunya Pak Usep menggedel vagina sempit sodara Prawoto itu, tiba-tiba penis bertotolnya terlepas dari jepitan liang senggama Citra. Menjelepat keatas.
"Uppss.. Lepas..." Kata Pak Usep singkat sambil buru-buru menusukkan kembali penisnya ke vagina Citra. "Maklum Sayang... Aku bernafsu sekali... Hakhakhak.... Uhhhhhhh...." Sambung Pak Usep sambil mendorong tubuh kurusnya maju, melesakkan penis gemuknya kuat-kuat.

"AAAAAAARRRRRRRGGGGGGHHHHHHHHH......" 

Tiba-tiba, Citra berteriak keras-keras. Saking kerasnya, tubuh jelita wanita cantik itu sampai mengejang keras. Matanya melotot, dan mulutnya menganga lebar. 
"Bangsaaat.....Saaaakittttt baangeeeettt Paaaak... Saaaakiiitttt...." Kata Citra sambil menitikkan air mata.

Rupanya, sewaktu Pak Usep kembali melesakkan penisnya ke tubuh Citra, ia memasuki lubang yang salah. Penis Pak Usep masuk kelubang anus Citra.

"Cabut Paaak... Cabuuuttt..." Jerit Citra sejadi-jadinya. 
"Wuuuoohhh.... Salah lobang kali boosss..." Tanya Projo yang terus terusan meremasi payudara besar Citra.
"HUUUOOOOOKKKK.... Pelan-pelaaan bangsaaaaattt..."
"Wuuih wuiiih... Binal bener nih cewe Booos..."
"Hakhakhak.. Pantesan rasanya kok beda... Aku pikir memek nih cewe terasa jauh lebih menggigit... Eh ternyata kontolku masuk ke lubang bo'olnya....Hakhakhak...." Kekeh Pak Usep sambil mulai menggoyang penis besarnya. "Tapi... Jujur Jo.... Rasanya jauh lebih wueenaaaaak looohhh..... Hakhakhak..."

CLEPEK CLPEK CLPEEK

"Ampun Paaak... Ampuuun.... Sakit bangeeet..." Erang Citra sambil terus meronta.
"Wuuoohh.. Sakit apanya Sayang.... Wong ini enak kok.. Enak banget malah... hakhakhak.."

Walau semalam tadi Citra baru merasakan nikmatnya senggama anal bersama Prawoto, entah kenapa kali ini ia sangat tak menyukainya. Alih-alih bisa mendapatkan orgasmenya, wanita cantik itu malah merasakan jijik yang amat sangat. Dan segera saja, gelombang orgasmenya berangsur-angsur hilang.

"Kok rasanya beda ya..?" Pikir Citra. "Walau kontol Pak Kades ini lebih geli, tapi rasanya aneh..."

"Kok diem aja Sayang...? " Tanya Pak Usep tiba-tiba. "Masih sakit apa udah enakan...?"
"Emmmppp.... Eeeehheeeeeehhmmm...." Jawab Citra sambil menggigit bibir bawahnya. Rahangnya mengeras dan alisnya bertautan.
“Neng…? Kamu kenapa…? Badanmu sampe gemeteran gini neng…?” Tanya Diki. “Kamu kesakitan atau keenakan…?”
“Hehehe… Jangan-jangan... Kamu udah ngecrit yak Neng…?” Tebak Projo penuh percaya diri. “Bilang aja kalo kamu sebenernya menikmati dientot di lubang bo'ol Neng… Hehehe…”
“Eeeehheeeeeehhmmm.... Emmmppp.... " Jawab Citra lagi sambil terus menggeleng-gelengkan kepalanya, “Sakiit….”

"Hakhakhak….Tahan bentar ya Neng cantikku Sayang... Bentar lagi juga garukan nikmat kontolku pasti bakal berasa... Uuuuhhhh... Wuuueeenaaaakkk..." Kata Pak Usep dengan mata merem melek menahan nikmat.
“Ngentot kamu Pak… Ngeeentooot…”
"Sumpah... Bo'olmu juga berasa enak Sayang... Ga beda jauh dari kenyotan memekmu.." Puji Pak Usep, 
"Emang lubang bo'ol si Neng ini bisa ngempot juga ya Bosss...?" Tanya Projo iseng sambil terus meremasi dan memelintir puting payudara Citra.
"Untungnya sih enggak...Kalo bisa ngempot, bisa-bisa aku moncrot duluan... Hakhakhak...."

Sebuah ide, tiba-tiba muncul di benak Citra. Dengan buru-buru, wanita cantik itu lalu melingkarkan kakinya ke pinggang kerempeng Pak Usep, lalu menguncinya erat-erat. Setelah itu Citra ia kembali menggerakkan otot selangkangannya dengan buas, membuat lubang anusnya menjepit penis Pak Usep kuat-kuat.

"Huuuooohhh... Eh.. eh.. eeehh…. Apa yang kau lakukan….? Kenapa kakimu melingkar gini Sayang…?”
“Aku mau keluaar Paakk… “ Erang Citra yang tiba-tiba menggoyangkan pinggulnya kuat-kuat, “Aku maaau keeluuaaarrr…. Bang Wotooo… Maafin aku ya Baang…” 
“Hakhakhaak… Serius sayang kamu mau keluar…?” Tanya Pak Usep dengan tampang gembira, “Kalo kamu keluar… Artinya kamu bakal jadi istriku loh…”
“Iyyaaa… Aku mau keluuaar Paaak…. Terus entotin Bo’olku…. Terus Pak… Teruuuss… Wuuoohhh… Ngeentoooott….” Jerit Citra

“Hakhakhakk… Akhirnya kamu menyerah juga Sayang… Okelah kalo begitu… kita keluar bareng yaaa…” Teriak Pak Usep yang turut mempercepat goyangan pinggulnya. Menyodok-nyodok lubang pembuangan Citra sekeras mungkin.

CLEPEK CLPEK CLPEEK

“Iya Pak… Iya… Terus seperti itu paaak… Sodok yang keraaas…. Sodok yang kenceeeng…!” Teriak Citra kesetanan, “Ayo kalian juga… Ayo kesiniin kontol-kontol kalian… Entotin memekku…entotin mulutku… Ayo semua…Sini…”Remas juga tetekku keras-keras… "

"Pesta ini kita Bos.... Hehehe..." Celetuk Projo yang dengan sigap menurunkan tubuuh Citra kebelakang, membuat tubuh wanita cantik itu telentang dihadapan penisnya yang mulai kembali tegang. Lalu tanpa basa-basi, ia mulai mengocok penisnya lagi.
"Aku pejuhin muka kamu ya Neng...?" Tanya Diki dan Kirun yang juga ada didekat kepala Citra. 

"Iya Mas... Kita keluar bareng..." Kata Citra kepada ketiga lelaki yang mengerubuti wajahnya. "Kita keluar bareng ya Pak... Pejuhin aku wajahku Mas... Pejuhin juga Bo'olku Pak..."

"Sumpah... Kamu adalah wanita ternakal dan terbinal yang pernah aku temuin Sayang.... Ga bakal aku melepasmu... aku sayang padamu Neng Citra Agustinaa.... Aku sayang padamuuu...." Teriak Pak Usep yang dengan membabi buta menyodok lubang anus Citra tanpa henti.
"Iya paaak... Aku juga suka dientotin olehmu.... "Kata Citra, "Kontol berasa nikmat banget... Enaknya tak terkiraaaaa..... Terus pak.. Terus entot akuuuuu...."
"Aku mau keluar nih sayang..... Aku udah mau sampeee..."
"Aku juga Paaakk Kadesku saaayaaang... Aku juga maaau keluuuaarr...... "
""Hooouuuuuuoooohhhh... Aku keluar Neeeeng.... " Teriak Diki, Kirun dan Projo hampir bersamaan.

"Hiyaahh... hiyaaa.. Hiyaaaahhh.... Kita keluaaar baareeengg.. Bang Wootoooo.... Maafin aku Baaang... Aku keluuaaar Baaaang... Aku keluuuaaar...."

CROT CROOCOOT CROT CROT CROOTT CROOCOOTTT CRROT CROT

Seketika cipratan-cipratan sperma menyembur tubuh Citra. Rambut, wajah, leher, payudara hingga perutnya, Habis terciprat oleh benih-benih hangat milik ketiga ajudan Pak Usep. Begitupun dengan anus Citra yang sekarang penuh terisi oleh benih milik si Kepala Desa.

CROT CROOCOOT CROT CROT CROOTT

Citra Agustina, tubuhmu bergelimang pejuh

"Uhhhh... Uuhhhhhh.... Sayangku.... Istriku.... Aku puaasss...." Bisik Pak Usep yang langsung ambruk menimpa tubuh putih Citra. "Aku benar-benar puuuaasss....." Tambahnya lagi sambil mengecupi manja payudara Citra.

"Kami juga Neng.... Kami semua terpuaskan olehmu..."

"HAHAHAHAHA....." Tiba-tiba Citra tertawa keras.

"Sayang...? Kamu kenapa..?" Tanya Pak Usep keheranan.

" HAHAHAHAHA..... HAHAHAHAHA....." Citra makin keras tertawa. "Kamu kalah pak....Kamu kalah... Hahahahaha...."

"Looh...? Kok bisa....?" Tanya Pak Usep bingung.
"Ya bisa donnng.... Khan aku belum keluar.... Hahahahaha... Tadi itu aku pura-pura aja..."
"Ah nggak mungkin.... Kamu udah keluar Sayang... Wong aku bisa tahu tanda-tanda wanita keluar itu seperti apa... Kamu nggak bisa bohongin aku...."
"Emang tanda-tandanya seperti apa...?"
"Ya gitu... Memeknya berkedut-kedut... " Jelas Pak Usep.

"Seperti ini Pak...?" Tanya Citra sambil memainkan otot kelaminnya, membuat vaginanya berkedut hebat.
"I....Iya..." Jawab Pak Usep.
"Kalo ngedutin seperti ini... Aku mah udah bisa dari kecil kali Pak... Hahahaha...."
"Tapi khan memek kamu ngecrit Sayaang...."
"Hehehe....Itu pejuh ajudan-ajudan kamu Paaak... Liat aja memek aku... Masih kenceng khan...? belum ada tanda-tanda lemes...?"

"KAAAAAMMMPPPPPRREEEEEETTTTTT...." 
Seketika, emosi Pak Usep meledak-ledak. 

DASAR LONTE LAKNAT.... LONTE TAK TAHU DIRI.... PELACUR MURAHAN.... BERANI-BERANINYA YA KAMU MENIPUKU..

"Habis Bapak maennya curang sih...."

"NGGAK PAKE ALESAN.... YANG JELAS KAMU UDAH MENIPUKU... LONTE SIALAN PEREK JAHANAM... SUNDEL MURAHAN...."

"Hehehe... Sekarang... Mana bayarannya pak.... Aku udah menang khaann..."

"NGGAK BAKALAN AKU MAU BAYAR LONTE SEPERTIMU... TARUHAN KITA TADI BAAATAAALL...."

"Yeee... Nggak bisa gitu dong Pak... Kalo kalah ya kalah... Jadi bapak harus bayar..."

"BERANI-BERANINYA KAMU MINTA UANG DARIKU LONTE LAKNAT... UDAH UNTUNG BISA NGERASAIN KONTOLKU.... TIDAK ADA... TAK ADA UANG SAMA SEKALI..." 

"Kontol nggak enak gitu dibanggain Pak... Ga enak sama sekali.." Kata Citra.

"BAAAANGGSSAAAAAATTTT...." Teriak Pak Usep dengan tangan mengepal, "DASAR SUUUNDELL.... LONTTTEEEE BAAAJINGAAANNNN....NNGEEENNNTOOOOTTT....." 

Dengan amarah super tinggi, Pak Usep langsung mengarahkan pukulan tangannya kearah wajah Citra.

HAP

"Bayar Pak...." Kata Prawoto sambil menangkap lengan Kepala Desa itu. "Kalo kalah ya kalah..." Tambah tukang sate itu dengan tatapan mata yang sangat dingin. Penuh amarah dan kebencian.

"APA MAUMU WOT.... MAU IKUT CAMPUR...?" Bentak Pak Usep. "DIKI... KIRUN PROJO... HAJAR TUKANG SATE INI... BERI DIA PELAJARAN SUPAYA JANGAN SUKA IKUT URUSAN ORANG LAEN...!" Tambahnya, "BIAR AKU HAJAR INI LONTE... BIAR NGENTOTNYA LEBIH BENER...." Kata Pak Usep yang buru-buru mencabut penisnya dari lubang anus Citra dan melesakkannya dalam-dalam ke vagina Citra.
"Aaaaahhh... Paaaaakkkk.... Pelan-pelan.."
"RASAAAIINN.... RAASAAAAIINN..." Genjot Pak Usep Kasar.

Sementara Pak Usep kembali sibuk memberi pelajaran pada vagina Citra, ketiga ajudannya pun sibuk menghabisi Prawoto.

BUK BAK BUKK DUG BUK....
Baku hantam pun terjadi di kolam pemandian itu. Air bergejolak, bercipratan kesana kemari karena pergulatan keempat orang lelaki itu demi mempertahankan harga dirinya.

BUK BAK BUKK DUG BUK....

Namun, tak seperti apa yang Pak Usep kira, ketiga ajudannya kalah telak menghadapi tukang sate itu. Mungkin karena sudah terlalu lelah menyetubuhi Citra, ketiga ajudan Pak Usep itupun sudah tak bertenaga lagi menghadapi Prawoto.

"Cabut kontol burikmu dari tubuh mbakku Pak..." Teriak Prawoto lantang, "CABUUUTT...."

"Ehh ehhh... Sabar dulu Wot... Sabar...." Kata Pak Usep ketakutan, "Ayo kita obrolin dulu.." Tambah Pak usep sambil mencabut penis bertotolnya dari vagina Citra.

PLOP

"Loohh Paak mau kemanaa…? Bapak mau ninggalin aku...?" Sela Citra yang masih telentang didepan tubuh Pak Usep, "Gimana ini... Masih mau terus ngentotin memek aku nggak....?"
“Bentar Neng… Sepertinya aku masih ada urusan…”
"Ayolah Paakk… ditunda dulu urusannya… Katanya mau muasin aku...? Kok cuman segitu aja sih kemampuannya....? Hihihi...?"

Tak menjawab, Pak Kades itu hanya terdiam sambil mulai mengenakan pakaiannya. 

"Eh Pak… Omong-omong… Bapak mau tahu nggak kontol yang besar itu seperti apa...?" Tanya Citra yang pelan-pelan mendekat kearah Prawoto berdiri.
“Seperti apa Neng…?” 
"Kontol besar itu… Seperti ini niiiihhh Paaakk…Gedhe... Panjang… Berotot daaan KUAAATT…. Hihihi... " Ucap Citra singkat sambil mempelorot celana kolor tukang sate itu. Dengan jemari lentiknya, wanita cantik itu kemudian mengocok-kocok batang penis Prawoto hingga semakin membesar.

“Masa kontol segedhe ini dikata kecil sih Paakk…” Tanya Citra, “Pak Kades salah dengar kali Paakk…”
Mata Pak Usep melotot. Ia sama sekali tak mengira jika lelaki yang sedari dulu ia hina karena penisnya yang kecil ternyata memiliki ukuran kelamin yang jauh lebih besar daripada miliknya.

“Nggak mungkin… Suwanti bilang sendiri kok… “ Kata Pak Usep bingung, “Suwanti bilang kalo kontol suaminya itu kecil… Impoten… Dan tak pernah bisa membuatnya hamil…”
“Hihihihi… Berarti… Ketahuan khaaan.. Siapa yang bohooong… “ Cibir Citra sambil terus mengocok penis Prawoto. 

“Maaf ya Pak Kades, Mas Diki, Mas Kirun dan Mas Projo.. " Kata Citra, "...Walau sedari tadi bapak dan Mas-mas bilang kontol Bang Woto kecil, tapi kontol seperti inilah yang bisa membuat nafau birahiku terpuaskan berkali-kali….” Jelas Citra.

“Yaaah… Biarpun aku baru disetubuhi Bang Woto tadi malam, ia sudah mampu memberikan kenikmatan orgasme puluhan kali lebih banyak daripada kontol besar bapak dan Mas-mas sekalian..." Tambahnya 

"Liat nih... Kontol 'kecil' begini nih yang sanggup menggelitik liang rahimku sampai mentok... Hihihi…" Kata Citra sambil mulai mengecupi penis tukang sate itu.
“Ehhmmm… Mbak… Kita lanjut dirumah aja yuk… Matahari udah mulai tinggi nih… “
“Hihihi… Iya bang… Yuk… “ Kata Citra yang kemudian beranjak mengambil kain sarungnya dan melilitkan ditubuh rampingnya. 

“Nah kalau bapak sudah tahu selra saya… Saya mohon pamit dulu ya pak… Saya pengen nerusin ngentotnya dirumah Abang saya aja… Hihihi… ” Ucap Citra sambil tertawa renyah, “Eh iya… Ini duitnya aku langsung bawa aja ya Paak… Makasih banyak looh… Suamiku pasti senang melihat uang sebanyak ini… Hihihi….” Tambah Citra sambil mengecup dahi Pak Usep.

“Sampai jumpa semuaaaa…. Hihihi…” Pamit Citra sambil kemudian mengecup pipi Diki, Kirun dan Projo bergantian

“Jangan sedih yaa… Kontol kalian tetap bakal aku ingat selalu kok… “ Ucap Citra genit, “Terutama kontol Bertotolmu Pak… Ini kontol yang akan selalu aku kangenin….Muuuaaahhh…” Tutup Citra sambil mengecup kepala penis Pak Usep yang sudah lemas tertidur.

“Yuk Mbak…” Ajak Prawoto yang juga telah berpakaian.
“Ayoo Bang… Ssshh… Jalannya pelan-pelan ya…” Jawab Citra.
“Kenapa Mbak…? Kakinya keseleo lagi…?”
“Enggak… Ini memekku… Enak-enak ngilu gitu… Hihihi… “

Sambil melenggang ringan, Prawoto lalu menggandeng lengan Citra. Memapahnya pelan sambil terus merangkul tubuh ramping Citra. Walau dengan jalan yang agak terseok-seok karena baru saja disetubuhi secara kasar oleh empat orang pria, wanita cantik itu merasa jika hari ini adalah hari terindah dalam hidupnya.

Citra Side Story Bagian 2, Pada: Jumat, Juli 31, 2015
Copyright © 2015 CERITA DEWASA Design by bokep - All Rights Reserved