Namaku Ujang, untuk mencukupi kebutuhan hidup yang semakin lama
semakin mencekik leher akhirnya aku memutuskan untuk mengadu nasibku,
melamar pekerjaan di sebuah perusahaan ternama yang bergerak di berbagai
bidang, dari sekian juta pelamar akhirnya aku diterima bekerja di
perusahaan itu, badanku yang kekar dengan wajah sangar tidak dapat
menutupi keramahanku, aku adalah tipe orang yang teliti, ulet, dan juga
cekatan dalam bekerja, ciehhhh, pokoknya dijamin Ujang yang paling
hebat..!!
Gantengkah aku?? tergantung dari sudut mana anda memandangku,
contohnya sebagai berikut :
Jika dilihat dari samping ??? – agak kurang jelas
Jika dilihat dari belakang ?? – jelas ngak kelihatan
Jika dilihat dari atas ??? - Sulit diprediksi
Jika dilihat dari depan ??? – yah jangan dibandingkan dengan bintang
film atuh !!!, nggak adil bangettt !!!, nyari-in lawan itu yang
seimbang, misalnya sama bokir tentu aku rada-rada menang sedikit.
bibirku yang tebal seksi, mataku yang indah besar bagaikan sepasang
combro.
“Ujanggg…..!!!” tiba-tiba terdengar suara teriakan keras dari ruangan
direktur utama, lamunanku langsung buyar seketika kemudian dengan
tergopoh-gopoh aku berlari menghampiri ruangan mengerikan itu, sebuah
ruangan paling menyeramkan bagi para office boy, ihh, aku sampai
bergidik.
“Iya…Bu…” Aku tertunduk tidak berani menatap wajah direktur utama
yang merah padam, penyihir tua yang ditakuti oleh kawan maupun lawan,
apalagi oleh para office boy. Bu Selmy menatapku dengan matanya yang
melotot, kalau saja seorang gadis cantik yang memelototiku pasti aku
langsung horny, tapi ini seekor srigala tua yang menyeramkan dengan
giginya yang runcing siap untuk melahapku hidup-hidup, dari yang aku
dengar sich Bu Selmy yang berdarah Sunda-Belanda ini terobsesi dengan
gadis-gadis keturunan Chinese, ada yang bilang Bu Selmy seorang sex
maniac, ada juga yang bilang Bu Selmy seorang lesbi, tapi yang pasti
sich staf-staf wanita di perusahaan tempatku bekerja, bermata sipit,
berwajah dan putih mulus, bodynya dijamin bikin SERRRRR….!!!
“Kamu tuh gimana sich, kayak baru kerja aja..!! Punya kuping itu
dipakai untuk mendengar…, coba sekarang kamu lihat, disuruh pesan jangan
pake sambal eh malah dibanyakin sambalnya, kalau BODO ITU JANGAN
DIPIARA DONG…!! ”
“COBA KAMU LIAT APA YANG KAMU PESAN…!! “
“Pakai kuping Bu ?? ” Aku gugup hingga menceracau tidak karuan.
“PAKE MATAAAAAA…..!!!BRAKKK!! ” Bu Selmy tambah sewot, ia membentakku sambil menggebrak meja.
“KAMU LIAT NGAK YANG MERAH-MERAH INI APAA-AN ???!! “
“Iy.., Iyaa Bu saya dengar, itu samballlll….” nafasku terengah-engah kecapaian ketika mencapai klimaks, walah !! makin ngaco…..!!
“MAKAN AJA GEDE…!! PERCUMA SAYA NGEGAJI KAMU..!! “Bu Selmy membentakku, sampai kemaluan-ku berkedut-kedut ketakutan..
“KELUAR….!!!! “.
Langkahku agak limbung ketika keluar dari ruangan penyiksaan yang
sudah terkenal sampai ke seantero jagat raya ini, aku merangkak berusaha
mencapai gudang, tempat persembunyian teraman bagi para OB
“UJANG….!! “
“MAMPUSSS….!! “Aku melompat karena kaget ketika seseorang memanggilku
dari belakang, aku menolehkan kepala ke belakang, sementara Basri
temanku sesame OB, cengar-cengir kemudian tertawa ngakak
terpingkal-pingkal.
“Diapain lu sama Bu Selmy…?? Sampe lemes begitu kaya abis muncrat HUA HA HA HA “
“Boro-boro, muncrat, yang ada jantung gua lepas!! ” aku menggerutu panjang lebar, Basri tambah cekakakan.
“BASRIIIIII……!!! ” kembali terdengar teriakan keras yang melengking,
wajah Basri langsung pucat, duh Basri mirip seperti tawanan yang hendak
dihukum mati, ia melangkah lemas masuk ke ruangan XXX. Itulah
sepenggalan mimpi buruk yang menjadi kenyataan dan selalu setia
menghantui kami para Office Boy di perusahaan besar itu.
“Ujang… sini….” seorang gadis cantik melambai-lambaikan tangannya ke
arahku, beruntung banget bagiku karena ternyata yang memanggilku kali
ini adalah Nona Shasha. Bu Selmy, sangat amat anti banget pada pria,
makanya staf-staf diperusahaan kami kebanyakan wanita. Jika ada staf
pria paling staf dengan jabatan kecil atau juga macam kami inilah.
“Iya Non… ?? ” Aku langsung stand-by, siap untuk menanti perintah.
“Tolong kamu fotocopy-in berkas-berkas ini, inget jangan salah lagi
yach” Non Shasa tersenyum ramah kemudian jari-jari lentiknya kembali
mengetik di atas keyboard, otak kotorku langsung bekerja, kuraih
tubuhnya yang sexy dan kupeluk dengan erat,
“OAHHH, AHHHH AHHHHHHH….!!!”
“Ahhhh Non Shasaaaa…, Oyeahhhhh…”
“Ujangggg, Euhhh, enakkk amat sichhhh…….”
“Memek Non Shasha juga enakkkk…., sempittt…..”
“Kayaknya sich bukan punyaku yang sempit, Titit kamu yang kegedean Owwwwwwwaaahhhhh…..”
“Jrebbb…, Jrebbbbb…, Jrebbbbbb…..”
“Owwww, Owwwww,,,, Ampun Janggg, Akhhh….”
“Jang ?? koq malah bengong sichh….”aku kembali tersentak tersadar
dari dunia khayalku ketika terdengar suara Nona Shasha yang menegurku,
si cantik itu menatapku dengan tatapan matanya yang menyelidik.
“Ooo, Iy.. Iyaa Nonn…..” aku menutupi selangkanganku yang menggembung
ke depan dengan setumpukan berkas-berkas yang harus difotocopy, celana
panjang ini terasa semakin sesak ketika senjata superku meronta liar,
panjang, dan keras, aku melirik ke kiri dan ke kanan, dengan pede
kutekan tombol-tombol yang ada, kemudian Ujang yang hebat ini berteriak
keras, gembira karena “keberhasilannya…”.
“MAMANNNN, TULUNGIN DONGGGG…..!! “
“WADUHH JANGGGG !!! Lu apain mesin fotocopynya??” Maman bengong
menatap mesin fotocopy yang sudah meringkuk tanpa daya tidak sanggup
ketika aku yang super hebat ini menurunkan titahnya, aku hanya tersenyum
pahit, kemudian memohon dengan memelas.
“Makanya Jang, jangan keseringan nonton film yang enggak-enggak, masa
mesin fotocopy lu sodok juga, jadi rusak-kan!!!” Maman menunjuk sesuatu
diselangkanganku, ia cengengesan menyindirku. Akhirnya dengan bantuan
Maman aku berhasil juga menyelesaikan tugas dari bidadariku yang cantik,
Nona Shasa. Duhhh, si putih yang sexy mulus pasti sudah tidak sabaran
menungguku, senyum di wajahku langsung lenyap ketika terdengar
teriakan-teriakan keras Bu Selmy di ruangan Shasha.
“Shasha, saya sudah nunggu dari tadi, mana copyannya ?? “
“Eee, itu, ituuuu, lagi difotocopy Buuuuu…” Shasha tertunduk tanpa berani memandang wajah Bu Selmy.
Dengan gagah berani aku membuka pintu dan maju ke hadapan Bu Selmy,
kutampar dan kujambak rambutnya , “DASAR PELACUR TUA, JANGAN GANGGU NON
SHASHA, JIKA BERANI HADAPI AKU…..” Ujang si pendekar sakti, mengeluarkan
jurus terhebatnya, kutampar lagi mulut Bu Selmy sampai ia terjengkang..
“UJANGGGG……,” Glekkkkk khayalanku berlari ketakutan, lidahku mendadak
kelu kemudian tubuhku kaku menengang, tengkukku terasa dingin ketika Bu
Selmy menatapku dengan beringas.
“Kamu fotocopy di mana ??? lamanya kebangetan !!, sampe setaun..!! “
“ENGGAK BU, cuma 2 jam Saja…..”Aku menjawab dengan polos.
“BELEGUGGG….SIAH..!!,” Bu Selmy bertambah murka, wajahnya semakin
kemerahan seperti istrinya Rahwana, dengan kasar ia merebut setumpukan
berkas yang sudah difotocopy dari tanganku, sementara Shasha mengambil
berkas asli dari tanganku.
“DASAR GOBLOKKKK…SEMUA!!!!.BLAMMM!!!.” sambil membentak dengan keras
Bu Selmy membanting pintu. Karena terkejut tubuh Nona Shasha sampai
terpelanting, berkas-berkas document berserakan di atas lantai, dengan
sigap aku meraih pinggangnya yang ramping, mana mungkin kubiarkan Nona
Shasha terjengkang tanpa daya, kedua tanganku membelit pinggangnya yang
ramping, secara otomatis wajah kami semakin mendekat.
Suasana berubah menjadi hening, ketika aku dan dia saling
berpandangan, Ohhhh, baru kali ini wajahku sedekat ini dengan wajahnya,
wajah cantiknya tampak tegang, entah karena baru dibentak oleh Bu Selmy
atau karena wajahku semakin mendekat ke wajahnya.
“Cuppphhh….” dengan memberanikan diri kukecup bibirnya yang sedikit
merekah, nafas Nona Shasha sesekali tertahan ketika tanganku merayapi
tubuhnya, sementara bibirku melumat bibirnya yang seksi, kukulum-kulum
dan kuemut bibir Non Shasha
“Emmm, Mmmmmmhh, Mmmmmhhh” dengan lincah tanganku melepaskan blazer
warna hitam yang menempel di tubuhnya yang seksi, tiba-tiba tubuhnya
tersentak ketika tanganku mulai berani melepaskan sebuah kancing baju
kemeja putihnya, ia berusaha berontak, kudesakkan tubuh mulusnya ke arah
dinding untuk meredam perlawanannya, sambil melumat-lumat bibirnya,
tanganku kembali bergerilya melepaskan kancing-kancing baju kemeja putih
Non Shasha, ia hanya mendesah panjang ketika aku melepaskan kemeja
putihnya.
“Uhhhh, Ujanggg…..” Nona Shasha menggeliat lembut ketika aku
membalikkan tubuhnya, kulepaskan pengait branya kemudian kuloloskan bra
Nona Shasha melalui kedua tangannya, kutekan-tekan bokongnya kemudian
kuremasi buah pantatnya yang bulat padat, tidak lupa aku juga melepaskan
rok mini ketat warna hitam yang membalut pinggangnya, tiba-tiba ia
membalikkan tubuhnya, kearahku..
“Wahhhhhh…….., Heuhhhhhh……” tubuhku terluka berat ketika terserempet
buah dadanya yang membuntal padat, Wuihhhhhhhh….., Buset dah, gundukan
payudara Nona Shasha menempel di dadaku ketika ia mengalungkan kedua
tangannya di leherku. Gundukan itu terasa kenyal, hangat dan lembut
ketika menggesek tubuhku, Ohh Beibei..!! I love you Shasha…!!
“Emmmhhh, Emmmmhhh. Ckkk Ckkk ” Bibirku kembali melumati bibirnya,
aku menjulurkan lidahku untuk bermain dirongga mulutnya, berusaha
mengajak lidah Nona Shasha untuk bermain – main dengan lidahku, semula
ia hanya diam, perlahan-lahan permainan lidahku membuatnya semakin
bernafsu, sedikit demi sedikit lidahnya semakin terjulur keluar, kuciumi
lidah itu dan kuhisap-hisap. Aku menundukkan kepalaku sedangkan Non
Shasha berjingjit ketika berciuman denganku maklumlah tubuhku tinggi
seperti pemain basket, tinggi Non Shasha hanya seulu hatiku saja.
Tiba-tiba Nona Shasha menarikku dan mendudukkanku di atas kursi
sementara ia bersujud di antara kedua kakiku, berkali-kali tangannya
hendak menarik resleting celanaku, tapi batal lagi, batal laggiiii….,
akhirnya dengan terpaksa aku membuka sendiri resleting celanaku dan
mengeluarkan benda besar panjang kehitaman
“Wowwww….????!! Ihhhh Ujanggggg ” Non Shasha melotot menatap batang
kemaluanku yang besar dan panjang, kubimbing tangannya ke arah batang
kemaluanku, jari-jari tangannya yang lentik kini mengusapi batang
kemaluanku, berkali-kali ia bergantian memandangi wajah dan batang
kemaluanku yang besar dan panjang.
“Shasha sayangg, ….Ouchhh ” Aku terperanjat ketika tangan Nona Shasha
menarik batang kemaluanku, aku memandanginya keheranan, kusangka Non
Shasha marah karena aku memanggil namanya langsung, tanpa embel-embel,
Shasha menelan ludah beberapa kali sambil mengelus benda panjang di
selangkanganku.
“kocokin dong…” Aku menjawil dagunya, aku semakin lebar
mengangkangkan kedua kakiku ketika Nona Shasha mulai mengocok-ngocok
batang kemaluanku.
“Non Shasha pernah ewean ?? ” aku bertanya padanya, aku tersenyum lebar ketika ia menggelengkan kepalanya.
“Kamu pernah ?? “
“Hhhhhhh, Dulu waktu kecil saya pernah diperkosa….” Aku menghela nafas panjang mengingat masa-masa kelabuku
“Gimana rasanya ?? enakkk ?? ” Non Shasha tambah penasaran.
“Kalau yang memperkosa saya secantik Non Shasha sich pasti enak…
“dalam hati aku menangis sesegukan ketika mengingat seorang tante
bertubuh gemuk menelanjangiku dan kemudian memperkosaku habis-habisan
(kisah sedih tempoe doeloe, ehek ehekkkk..).
“Ngomong-ngomong Non Shasha mau merkosa saya nich ?? “
“Enak aja…!!, ya enggak lahhh..!!, aku cuma pengen tau aja koqq…”
Nona Shasha mendekatkan kepalanya ke arah batang kemaluanku, ia segera
menarik kepalanya sambil menutup hidung dengan tangan kanannya.
“Ihhhh, koq bauuu yachh….”
“WADUH, itu mah udah dari sananya…,siniiii…. “tanganku menekan
belakang kepala Non Shasha agar ia terbiasa mencium wangi dan harumnya
batang kemaluanku, berulang kali aku membujuknya agar mau menjilati dan
menghisapi penisku, namun dengan tegas ia menolak keinginanku, akhirnya
aku hanya pasrah membiarkan tangannya mengelusi dan mengocok-ngocok
batang kemaluanku.
“Shasha, gantian donggg….” aku meraih tubuhnya dan mendudukkan Non
Shasha di atas kursi sedangkan aku berlutut di hadapannya, kuelus-elus
bulatan payudaranya sampai ia menggelinjang kegelian. Kuremas -remas
induk payudara Non Shasha seperti yang sering kulihat di film – film
porno yang sering kutonton, pantesan pemeran pria ketagihan
megang-megang susu pemeran wanita, ternyata rasanya aduhai banget,
hangat, lembut, kenyal rada-rada keras. Kedua tanganku membelit
melingkari pinggang Non Shasha, kuciumi bulatan buah dadanya yang
semakin menggembung padat seperti dua buah gunung yang hendak meletus.
“Ahhh, Ujangggg, kamu belajar dari mana sichhh….”Non Shasha
menggeliat kegelian ia berusaha meronta ,aku semakin erat membelit
pinggangnya yang ramping, kuciumi induk payudara Non Shasha yang sekal,
lidahku terjulur keluar seperti lidah seekor anjing yang sedang
kehausan, kujilati belahan dadanya yang lembut halus. Ujung lidahku
menari-nari memutari putting susunya, kujepit dengan bibir atas dan
bibir bawahku yang mengatup kemudian bibirku bergerak ke kiri dan ke
kanan seperti gerakan orang sedang membilas pakaian.
“Nguhhhh, Unnnhhhh.. Akkhhh Ujanggg… geliii, aduhhh, aduhhh!” Non
Shasha mendesah-desah kegelian, kedua tangannya berusaha mendorong
kepalaku.
“HHHHH..” Non Shasha menghela nafas ketika tiba-tiba aku mencaplok
puncak payudaranya, percuma saja ketika Non Shasha berusaha menarik
dadanya, karena kedua tanganku malah mendorong punggungnya ke depan
sehingga buah dadanya semakin membusung ke depan.
“Gila kamu, Ujang hentikan.!!, aduhh, Hssssshh Hhhhsssss…” Nona
Shasha semakin sering mendesis lirih ketika aku semakin rakus menciumi,
menjilati dan mengenyot-ngenyot payudaranya, sambil melakukan
kenyotan-kenyotan kedua tanganku bergerak cepat menarik kain segitiga
itu dari selangkangan Non Shasha, kutarik lepas kain segitiga putih itu.
“Ujanggg, Ohhh, Ujangggg…, ” kini kedua tangan Non Shasha malah memeluk kepalaku dan membelai-belai rambutku
Aku menatap wajahnya yang cantik kemudian bibirku kembali mengejar
bibirnya, kukecup-kecup dengan lembut sebelum akhirnya aku menjulurkan
lidahku. Lidah Non Shasha juga terjulur keluar menyambut lidahku,
akhirnya lidah kami saling mengelus, menjilat dan mengait, ciumanku
kembali turun mencumbui kedua payudaranya, terus semakin turun, turun ke
perut dan
“Ahmmmmm, Aaaa….” Non Shasha mengatupkan mulutnya rapat-rapat, ketika
aku mulai menciumi permukaan vaginanya, kubasuh dan kumandikan
rambut-rambut tipis yang menghiasi daerah intimnya, hidungku kembang
kempis ketika menghirup aroma vaginanya yang wangi menggodaku agar
segera melakukan penjelajahan lebih lanjut.
Aku menciumi bibir vaginanya kemudian kujilati belahannya yang mulai
dibasahi cairan-cairan kewanitaanya yang meleleh mirip seperti cairan
lilin yang meleleh, kubersihkan belahan vaginanya dari lelehan – lelehan
cairan nafsunya yang terasa gurih dimulutku.
“Ehhh, Nggakk…. Mauu, jangan Ujangg…!! ” Non Shasha panik ketika aku menggesek-gesekkan kepala penisku pada belahan vaginanya.
“Yaaa, terserah, silahkan aja non Shasha teriak makin keras, paling
juga kita digerebek terus dipaksa kawin… he he he…. ” Aku mengancamnya,
tapi terus terang dalam hati aku merasa was-was kalau Non Shasha beneran
teriak mampuslah aku..!!!
“Ujanggg, jangan Ujanggg, Aku nggak mauuu…! Tolong Ujang..!!” Nona
Shasha berbisik memelas ia memohon padaku, sementara aku semakin keras
berusaha membobol vaginanya, berkali-kali kujejal-jejalkan kepala
penisku sampai akhirnya perlahan-lahan kepala penisku mulai membelah
belahan vaginanya.
“Ujang aku mohonnn, Jangaaaahhhhhhh….!!!Ampunnn Ammmhhh, Hkkk Hkkkkk,
Hkkkk ” Nona Shasha tidak sanggup untuk meneruskan kata-katanya,
matanya mendelik , kemudian kepalanya tergolek ke samping kanan, ia
terisak berusaha menahan tangisannya..
“Krrrtt…, Brrrttt…..Ammmfffhhh, sakit… Ohhhhh” Non Shasha berusaha
keras menahan jeritannya ketika ada sesuatu yang berderak di dalam
vaginanya, rasanya enak sekali ketika kepala penisku merobek-robek
selaput kegadisannya, kutekankan batang kemaluanku semakin dalam. Batang
penisku yang besar dan panjang mengggeliat setengah mati berusaha
menjelajahi gua sempit yang selama ini belum pernah terjamah oleh
siapapun.
Kutarik kemudian kubenamkan batang kemaluanku sekaligus, ada
cairan-cairan merah bercampur cairan kewanitaan Non Shasha, yang
meleleh, ketika Aku berkali-kali menarik dan menjebloskan batang
penisku.
“Ohhhhh….” terdengar rintihan kecil Non Shasha, tubuhnya yang seksi
dan mulus menggeliat-geliat resah ketika aku mulai mengayun-ngayunkan
batang kemaluanku menyodok- nyodok lubang vaginanya, uhh, gila sempit
banget lubang vaginanya.
Batang kemaluanku begitu kesulitan ketika berusaha melakukan genjotan
– genjotan ala Ujang yang hebat, kucolok-colok belahan vaginanya dengan
batang besar di selangkanganku.
“Wahhh Shasha, memek lu enak banget sich” Aku semakin ngelunjak,
kugenjot-genjot lubang vaginanya, semakin lama semakin kuat kuayunkan
batang kemaluanku menyodok-nyodok belahan vagina Non Shasha yang
menggigit batang kemaluanku.
“UJANGG…., Oww..!! Crrr Crrrrttt…..”lubang vagina Non Shasha terasa
seperti sedang mengunyah batang kemaluanku, rasanya enak sekali ketika
lubang vaginanya berkedut-kedut mengenyot batang penisku.
“Cleppp, Cleppp, Cleppp, Clepppp” suara-suara becek terdengar semakin
nyaring ketika batang kemaluanku menyodoki belahan vaginanya yang sudah
banjir oleh cairan kenikmatannya, kutusuk-tusuk belahan vagina Non
Shasha dalam gerakan-gerakan lembut yang teratur untuk menikmati
kehangatan dan jepitan lubang vaginanya yang peret, kubelai rambutnya
dan ia menatapku dengan tatapan matanya yang sayu.
Kupandangi buah dadanya yang bergoyang-goyang dengan indah ketika
kusodokkan batang kemaluanku, kucubit dan kutarik-tarik putting susunya
sampai ia mendesis sambil menggeliatkan tubuhnya yang sudah basah,
bercucuran air keringat..
“Ohhh, Ujanggg….!! Enakkk…., Ujanggg…..!! ” kedua tangan Nona Shasha
berpegangan pada lengan kursi ketika aku berusaha setengah mati
menggerayangi dan meremas-remas buah dadanya sambil menyodok-nyodokkan
batang kemaluanku.
Aku semakin ketagihan untuk menggenjot-genjot vagina Non Shasha,
rasanya nikmat sekali ketika batang kemaluanku mengexplorasi lubang
vaginanya yang sempit dan seret, kubenamkan batang kemaluanku
dalam-dalam sambil meremas induk payudaranya. Ia menatapku seolah sedang
memohon agar aku kembali menggenjoti vaginanya, sementara aku malah
terkagum-kagum menatap lekuk liku tubuhnya sambil mengelusi kedua
pahanya yang sedang mengangkang, tubuhnya yang putih mulus kini terkulai
pasrah dihadapanku, ia tampak kecewa ketika aku mencabut kemaluanku,
kubersihkan selangkangannya dengan kertas tissue.
“Ahhhhhhhhhhhh…., ” Non Shasha mendesah panjang ketika aku menjilati
batang lebernya, kedua tangannya memeluk kepalaku, harum tubuh Nona
Shasha semakin membuatku terangsang, kugeluti dan kucumbui lehernya,
seperti film-film yang sering kutonton, hanya bedanya kini akulah aktor
utama yang terganteng di dalam ruangan ini, tiba-tiba aku melirik ke
kiri dan ke kanan, emang nggak ada laki-laki lagi selain diriku ini T_T
Jari tanganku mencubit dan menjepit putting susu Non Shasha, kemudian
kupelintir-pelintir putting yang keras meruncing itu, kuusap-usap
pangkal payudara Non Shasha bagian bawah, kubelai dan kemudian
kuremas-remas dengan lembut. Nona Shasha memberikan reaksi yang
membuatku semakin bersemangat untuk mengelus-ngelus dan meremasi
gundukan buah dadanya yang putih menggembung.
“Ujangg, kamu belajar dari mana sichhh, koq enak amattt….” Tanpa
sadar Nona Shasha merintih lirih ketika aku menjulurkan lidahku keluar
dan menggergaji putting susunya dengan lidahku, berkali-kali ujung
lidahku yang lancip memutari putting susunya, lidahku menarikan tarian
birahi untuk merangsang Non Shasha yang cantik.
“Cuppp Cuppppp, Hummmm.. Mummhhhh” kukecupi gundukan buah dada Non
Shasha sebelum akhirnya kukemut-kemut putingnya yang berwarna kemerahan,
kubenamkan kepalaku diantara kedua buah dadanya, dengan semakin rakus
kujilati belahan dada Nona Shasha, sesekali kuciumi dan kugigit-gigit
kecil induk pentil susunya yang semakin lancip.
Mataku sampai teler ketika ia mengangkangkan kedua pahanya
lebar-lebar, ia seperti menantangku untuk segera menikmati belahan
vaginanya, wajahnya yang cantik tertunduk malu, ia tidak berani
menatapku. Kutundukkan kepalaku sambil menjulurkan lidah keluar.
Perlahan-lahan lidahku menggelitiki belahan bibir vaginanya,
kukorek-korek lubang vaginanya yang menebarkan aroma yang membuatku
semakin gemas melumat-lumat vaginanya, kueemut-emut bibir vaginanya,
kuhisap-hisap lubang vagina Non Shasha yang bertambah basah karena
cairan nafsunya yang semakin banyak meleleh.
“Aaaaa…, Essshhh, Ouuhhhh… Ujangggg, Kamu nakallll Ekkhhh..”
Lidahku menggelitiki daging kecil mungil yang biasanya disebut
sebagai itil atau kelentit, sesekali tubuh Nona Shasha tersentak ketika
lidahku mengait daging itu.
Kugesek-gesek belahan vagina Nona Shasha dengan mengunakan kepala
penisku, kemudian kujejalkan kembali batang penisku membelah belahan
vagina Non Shasha, aku semakin bernafsu, ATAS NAMA CINTA, Emmmnh salah
ding.., ATAS NAMA NAFSU!!!!, kurojok-rojokkan batang kemaluan kuat-kuat
sampai Nona Shasha meringis kewalahan menerima sodokan-sodokanku.
“Ahhhhhhhhhhh…., ” Mata sipitnya terbelak lebar sementara mulutnya
terbuka lebar seperti hendak mengucapkan huruf “A”, berkali-kali tubuh
seksinya tersentak-sentak dengan kuat menerima jatah sodokan mautku yang
menghajar lubang vaginanya.
“Ennnhhh, Ennnhhh…, Assshhhh,, Hssshhhhh” berkali-kali Nona Shasha mendesis pelan, kepalanya terlempar ke kiri dan ke kanan.
Tampaknya ia semakin kewalahan menghadapi genjotan-genjotan penisku,
kuhajar belahan vaginanya sambil menatap dalam-dalam ekspresi wajahnya,
dari ekspresi wajahnya tampaknya ia sangat menikmati sodokan-sodokan
batang penisku. Aku semakin bernafsu menghantamkan penisku, kurojok dan
kusentakkan batang kemaluanku kuat-kuat, akhirnya dalam hitungan menit
Nona Shasha kembali menggelepar tanpa daya.
“Crrrr…, Crrrrtt Crrrrreettt….., Hssssshh, gila kamu.. Owww, pelannn Sssh”
kutarik dan kubetot batang kemaluanku kuat-kuat, kemudian
kuayun-ayunkan dengan sentakan-sentakan kuat yang berirama,
kusodok-sodok belahan vagina Non Shasha, Clepppp.. Clppppp… Clpppppp,
suara-suara aneh itu terdengar ketika aku membenam-benamkan batang
kemaluanku menyodok belahan vaginanya.
Aku menarik nafas panjang – panjang, kemudian kutarik tubuh Non
Shasha, kini ia nungging diatas lantai, kugesekkan kepala kemaluanku
pada belahan vaginanya kemudian kutekankan kepala penisku yang semakin
terbenam di belahan vaginanya, setelah membekap mulutnya dengan bibirku
kujebloskan benda panjang di selangkanganku menyodok vaginanya dari
belakang.
“Haemmmm… !!” Non Shasha menjerit keras dan kupompa vaginanya dengan
lembut, kedua tanganku meraih buah dadanya dari belakang, sambil
menyodok-nyodok vaginanya aku meremas-remas kedua gunung kenyalnya.
“Hhhhh Hhhhhhhhhh.. Hssshh Ujanggg Hssssss “terdengar suara Non
Shasha mendesis pelan ketika aku melepaskan kuluman bibirku , hembusan
nafasnya yang harum dan hangat menerpa wajahku, entah kenapa tiba-tiba
Non Shasha tiba-tiba terisak menangis, air matanya meleleh melalui
pipinya, aku hanya tersenyum sambil mengecup pipinya, kubelai rambutnya
yang dicat pirang, Shasha benar-benar cantik, pinggangnya ramping,
perutnya rata, kuremas pinggulnya dan kutepuk bokongnya.
Non Shasha semakin kuat terisak ketika tubuhnya terayun-ayun, sambil
mengayunkan batang kemaluanku aku memejamkan mataku untuk lebih meresapi
kenikmatan belahan vaginanya, kuaduk-aduk belahan vaginanya kuat-kuat
“Crrrrr Crrrrr…… Crrrrrrr…… Nhhhhh” tubuh Non Shasha mengejang
kemudian terkulai lemas, ia meringis ketika aku memompa dengan semakin
cepat dan dalam, menusuki belahan sempit vaginanya dari belakang, kedua
tanganku mengelus pinggangnya yang ramping, tubuhnya yang putih dan
mulus terdorong maju mundur dengan teratur ketika aku menjejalkan benda
besar di selangkanganku menyodok-nyodok vagina Shasha yang sedang
menungging, sesekali terdengar suara isak tangisnya, si cantik Shasha
menangis, tangisannya terdengar begitu merdu karena diiringi suara
rintihan-rintihan kecil yang membuatku semakin bernafsu merojok-rojok
liang vaginanya yang peret.
“UJANGGGG……!!! ” tiba-tiba terdengar suara jeritan keras memanggil
namaku, jeritan penyihir tua yang menakutkan, membuat konsentrasiku
buyar, pertahananku hancur berantakan.
“Huek…, ngahaaakkk Kecrotttt… Crrrotttttt….” jeritan keras itu
membuatku kehilangan kendali, berkali-kali penisku menyemburkan lahar
panas, padahal aku masih ingin menggarap tubuh mulus nona Shasha dengan
batang kemaluanku yang besar dan panjang, Non Shasha menahan nafas
ketika aku mencabut penisku. Aku segera bangkit dan memakai kembali
pakaianku, karena kembali terdengar jeritan keras menggelegar memanggil
namaku.
“UJANGGGGG……!! ” kembali terdengar jeritan pembawa nikmat melengking
tinggi memanggil namaku, (Ujang lagi..!, Ujang Lagii…!!sabar atuhh..!!
cape nihh abis ngentot tapi EUNAKKKKK )
Sebelum keluar dari ruangan itu aku masih sempat mengecup bibir Nona
Shasha yang seksi, ia hanya diam menatapku yang meremas payudaranya
kemudian menarik gemas putting susunya hingga ia mendesis lirih, sebelum
menutup pintu ruangan itu aku kembali mengintip kedalam, Shasha sedang
memakai celana dalamnya dengan terburu-buru, ia membalikkan tubuhnya
ketika menyadari ada sebuah kepala yang tersembul dari sela-sela pintu
yang hampir tertutup…., Kepalaku he he he…, ingatlah wajah burukku yang
dipenuhi bekas luka bopeng ini Shasha sayang, karena AKULAH PEJANTANMU…….!!
“UJANGGGGGG…..!! “
“IYA BUUUUUU…….!!”
Di sore hari aku menggaruk-garuk kepalaku sambil membersihkan WC
kantor, aku mengeluarkan dan memegang senjataku, kukocok benda di
selangkanganku hingga menegang maksimal……… aku tersenyum mengingat
kejadian tadi sore sepulang jam kantor, langkah Non Shasha agak
mengangkang, ia tertunduk malu ketika aku menatapnya.
===================
Setelah menjalankan tugasku sebagai pejantan tangguh, memuaskan Nona
Shasha, aku berjalan memutari kompleks perkantoran, kupandangi
perusahaan tempatku bekerja, begitu besar, luas dengan segudang
kemungkinan, mungkin lebih tepat disebut perusahaan multiusaha, dengan
reflek aku menengokkan wajahku ke arah seorang gadis cantik yang sedang
berjalan menuruni anak tangga, Whewww…!! Nona Vania, tubuhnya yang
seksi, rambutnya yang pendek sebatas leher dicat berwarna kecoklatan,
sepasang paha jenjangnya yang putih mulus selalu menggodaku, wajah yang
cantik jelita, Ohhh…!! benar-benar yahud….., LIAT NEH KALO UJANG UDAH
NAFSU…, GRRRRR..!! AIR LIURKU MENETES DARI PINGGIRAN BIBIRKU..!!,
rencananya sih kuturunkan resleting celanaku dan kukeluarkan batang
kemaluanku yang panjang dan besar, kuikuti Nona Vania dari belakang, di
tempat yang sepi aku berniat menerkam dan menggeluti tubuhnya yang
mulus.
“NGAHAKKKKK….. ?!” nafasku tertahan, mulutku terbuka lebar, kaki
kiriku gemetar kemudian melejang-lejang ke kiri dan kanan, mirip seperti
tendangan Michael Jackson ketika akan bersiap melakukan gerakan
Moonwalk, lidahku terjulur keluar kemudian aku menjerit bagaikan sang
SUPERSTAR ( HIHIWWWWW……!! )
“Ahhhhh….!! Ahhhhhh…….!!OAHHHHHHHH ” aku menjerit keras dan melolong,
aku terduduk di atas lantai mirip seperti seorang pendekar sakti yang
sedang bertapa, kedua tanganku mencekal pergelangan kaki kiriku,
ternyata SEBUAH PAKU KECIl MENCIUM TELAPAK KAKIKU!!
“Ehhhh, Ujanggg… ??!! ” Nona Vania membalikkan tubuhnya, ia tampak terkejut ketika menatapku yang sedang bersemedi.
“Kamu kenapa Jang ?? “
“Euhhhh, Euhhhhh…. ADOWWW…..!! ” aku menggigit bibir bawahku menahan
rasa sakit ketika berusaha melepaskan paku kecil yang menancap di
telapak kakiku, aku merintih menahan kenikmatan itu (mataku melirik
kearah sepasang paha putih mulus yang melangkah mendekatiku, kakiku
memang sakit, tetapi selangkanganku berdenyut semakin kuat…., Ohh betapa
putih dan mulusnya paha Vaniaku yang cantik…).
“Ujang.. kamu nggak apa-apa…?? “
“Ooo, nggak apa-apa koq Nonnnn, cuma paku kecillll…., ” aku langsung
bangkit berdiri untuk menunjukkan keperkasaanku, masa Ujang kalah sama
paku kecil ini gengsi donggggggg….!! Nona Vania tampak kagum ketika aku
langsung berdiri dan berjalan dengan gagah menghampirinya.
“Mari Nonnn, saya bantu…. ” aku menawarkan jasaku, biarkanlah aku
menikmati tubuh mulusmu, Vania sayang, aku akan membantumu menuju puncak
kenikmatan yang tiada taranya oh Vaniaku…
“Emmmmm? , Bantuin apa ya Jang…?? ” Nona Vania malah balik bertanya.
“Eeee, iniiii, ituuuuuu, maksud sayaaa itu…, Lhaaaa begituu
itu..Non.. ” Aku kini menjawab terbata-bata karena pada saat itu Non
Vania memang tidak membawa apa-apa kecuali segundukan payudara di
dadanya. Ia tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menatapku,
kemudian ia membalikkan tubuhnya dan berlalu dari hadapanku, setelah
yakin keadaan aman, aku melangkah dengan tertatih-tatih,
ADUHHHH…!ADUHHHH!! Sakitnya itu ngak ketulungannn…!!
“DARTOOOO…!! TULUNNNNNNGGGGIN EUYYY..!! ” aku berteriak keras memanggil ajudanku, dengan tergopoh-gopoh Darto menghampiriku.
“Kenapa lu Jangg ??” Darto memapahku, ia menengokkan kepalanya ke
arah telapak kakiku yang kubalikkan ke atas kemudian ia mengambil obat
merah.
“Hadohhhhh, mampus gua!!, Pelan-pelan dongggg….!!, Huu Huuu Hu “aku
menangis sesegukan sedangkan Darto garuk-garuk kepala, ia malah bengong
menatapku yang meringis – ringis kesakitan.
*************************
Sore hari….
“Ehhhhhhh ?? ” Aku menatap Darto, ia menyodorkan uang sepuluh ribuan
ke hadapan wajahku, aku tersenyum manis ketika mengingat di hari Selasa
ini memang giliran Darto meronda di 3 lantai paling atas, lumayan ceban,
dengan tertatih-tatih aku menuju lift dan menekan angka 13, Brrrrr,
konon di lantai ini sering terdengar suara rintihan, bahkan Darto sampai
lari terbirit-birit mendengarkan suara rintihan yang membuat bulu
kemaluannya berdiri ketakutan sampai jabrik. (Ngertikan uang sepuluh
ribuan itu untuk apa??)
“Tinggg…. ” pintu lift terbuka lebar, kulirikkan mataku ke kiri dan
kanan, glekkkk kutelan ludahku, demi membayar uang kost bulan ini yang
terlambat akhirnya aku rela menjadi tameng para sahabat Ob-ku yang
selalu menghindar untuk meronda dan sedikit bersih-bersih di tiga lantai
paling atas yang tidak berpenghuni ini. Rasanya agak aneh memang,
banyak ruangan-ruangan kosong yang tidak pernah dijamah, lantai 13, 14
dan 15 di perusahaan tempatku bekerja, LANTAI 13 BERESSSS,,,, LANTAI 14
SIAPPPPP….!! LANTAI 15 Hemmmmm ?? Aduhhh…!! Suasananya agak aneh,
rada-rada merinding gitu neh…..?? OHHH SUARA APA ITUUUUU ????
BRRRRRRRRR….!! SUARA TERISAK…..!! Nafasku sesak, keringat dingin meleleh
di keningku. Aku mendengar sebuah suara itu, mirip seperti suara orang
yang sedang terisak menangis tersiksa dari dalam sebuah ruangan, dengan
hati-hati aku melangkahkan kakiku menuju sebuah ruangan yang pintunya
sedikit terbuka, tidak lupa aku memasang gigi empat di kakiku agar bisa
langsung tancap gas jika ternyata…di dalam ruangan itu tidak ada
penghuninya. Aku yakin jutaan persen kalau ternyata ruangan itu kosong,
berarti yang merintih pasti bukan berasal dari dunia ini. Dengan
memberanikan diri aku mencoba mendorong pintu ruangan itu, pintu itu
berderit ketika terbuka lebar, mataku melotot menatap sosok putih duduk
di pinggiran meja.
Tubuhku bergetar hebat dan sukar untuk digerakkan, nafasku
terengah-engah, ada sesuatu yang meleleh dimata mahluk itu, membasahi
pipinya yang putih,
bibirnya merintih pilu, jantungku berdetak dengan lebih kencang
DUKKK….!! DUKKKKK….!! DUKKKKKK…!! Sosok putih itu memegang sesuatu di
tangannya, OHHH APA ITUUUUUU…..!!! LHAAAAA ?? SEBUAH HANDPHONE
“Non Vaniaaaaa…….?? ada apa?? Kenapa??” aku menelan ludahku, ceglukk,
ceglukkkkkk, sayangku Vania tengah menangis dan merintih, ia duduk di
pinggiran meja di ruangan itu, dengan tergopoh-gopoh aku menghampirinya,
dengan terbata-bata Nona Vania mencurahkan isi hatinya, ternyata
Vaniaku sedang putus cinta, pacarnya selingkuh, ia malah menunjukkan SMS
dari pacarnya. Laki-laki mana yang sudah kehilangan akal sehatnya
memutuskan cinta seorang gadis bertubuh bohay berwajah cantik jelita.
“Mulai sekarang kita putus dan tidak ada hubungan apa-apa lagi!!” aku
membaca isi SMS singkat itu, aku keluar dan mencari-cari peralatan yang
kuperlukan.
“Cklekkk…” aku mengunci pintu, kemudian mengambil tali kain dan segulung lakban berwarna hitam.
“Ehhhh, Ujanggg, kamu mau apa?? “Non Vania menghentikan tangisannya, ia menatapku dengan tatapan mata sipitnya yang menyelidik.
“Tenanggg….saya akan menyembuhkan Non Vania” aku mengejarnya yang
segera menghindar, aku menerkam dan ia meloloskan diri, ia semakin
ketakutan menatap wajahku yang berubah beringas.
“”Awwww, UJANGG! Jangan kurang ajar kamu!!” di suatu kesempatan aku
berhasil memiting kedua tangannya ke belakang, dengan cekatan aku
mengikat kedua lengannya, jeritan yang keluar dari mulutnya segera aku
atasi dengan selembar lakban hitam.
“Heeemmmfffff Hmmmmmmmffff….. “
“Walahhh, Ini masalah serius Nonnn…!! putus cinta itu sangat
berbahaya!! Tapi saya punya obat yang paling mujarab, dijamin Non Vania
bakalan segera sembuh ….!! ” aku membopong tubuh Vania yang bohay,
dengan sigap aku melepaskan dan melemparkan pakaiannya, tubuh putihnya
kini hanya memakai secarik kain segitiga dan sepasang stocking berwarna
coklat muda, kini si cantik Vania tambah ketakutan ketika aku memeluk
tubuhnya dari belakang, kupeluk erat tubuhnya yang mungil. Ia berontak
ketika aku memeluk pinggangnya, aku menundukkan kepalaku untuk mengecup
bahunya, kuciumi dan kujilat-jilat dengan lembut bahu Vania, lalu aku
membalikkan tubuhnya, mataku melotot menatap sepasang buah ranum di
dadanya
“HEmmmmff, Mmmmmhhhhffff….!!” mata Non Vania yang sipit mendelik,
kemudian keningnya berkerut hingga membentuk angka 11, rupanya ia marah
ketika aku menjamah buah dadanya, perlahan-lahan telapak tanganku
membelai-belai bulatan sebelah kiri. Payudara itu begitu halus dan
lembut, aku semakin gemas kini kuremas induk payudaranya kuat-kuat
hingga Vaniaku yang cantik melenguh keras, lumayan lama juga aku
melakukan terapi belaian dan remasan di gundukan buah dadanya yang
semakin membongkah keras dan kenyal.
“Gimana Non?? Asik nggak??” Aku mengusap puncak payudaranya kemudian
kucubit putingnya yang lancip kemerahan, kupilin dan kupelintir-pelintir
hingga nafasnya semakin berdengusan, aku tersenyum lebar , kutatap mata
sipitnya yang kini menatapku dengan tatapan matanya yang sayu, dengan
hati-hati aku melepaskan lakban hitam dibibirnya.
Kedua tanganku mencekal pinggangnya yang ramping, kemudian
kutundukkan wajahku. Vania menengadahkan kepalanya, bibirnya merekah,
dengan penuh nafsu yang liar kulumat bibirnya bagian bawah kemudian
kujilati dagunya dengan rakus.
“Uuuu.. Ujangggg Ahhhhhh….. ” mulutku mencaplok dagu Non Vania,
lidahku terjulur-julur keluar menjilati dagunya bagian bawah, air liurku
menetes ketika mengendus harum tubuhnya, dengan tangan kiri kupeluk
erat-erat tubuh mungil Non Vania sementara tangan kananku menyusup ke
balik celana dalamnya.
“HAAAAAAAAAAAAAAH?!!! ” hanya suara itulah yang terdengar dari bibir
Non Vania ketika tanganku menyusup masuk ke balik celana dalamnya,
wajahnya merona merah, berkali-kali ia menarik pinggulnya ketika
tanganku membelai selangkangannya, bibirnya merintih berusaha menolak
kemesuman dariku.
“Ujanggg, Jangannn… Uuu jjjjaaanggg… “dengan gemas jari-jari tanganku
terus menggerayangi selangkangan Nona Vania, kuelus dengan lembut
kemudian kuremas selangkangannya dengan mesra, sambil menarik pinggulnya
aku berlutut di hadapannya, mataku menatap tajam selangkangan Nona
Vania yang masih tertutup secarik kain berbentuk segitiga berwarna
coklat muda, kubetot dan kutarik turun kain segitiga itu. Ia memekik
kecil ketika kain segitiga itu kurobek lepas dari selangkangannya.
Whueisssshhhhh…!! Aku melotot menatap wilayah intim di selangkangan
Nona Vania, rambut-rambut halus menyemarakkan permukaan vaginanya,
Hhhhhhh, aku menghela nafas panjang, Nona Vania malah merapatkan kedua
kakinya rapat-rapat ketika aku hendak meremas selangkangannya, kucubiti
pahanya sampai ia mengaduh sambil mengangkangkan kedua kakinya melebar.
“Aduhhh, Ujangg ADUHHH…..!! ” Aku mencubit pahanya sebelah dalam
ketika ia hendak kembali merapatkan kedua pahanya, akhirnya ia berdiri
sambil mengangkangkan kedua kakinya dengan pasrah, kulepaskan sepasang
stocking yang masih menghalangi pemandanganku.
Kurayapkan telapak tanganku merayapi sepasang pahanya yang halus
mulus, sambil merasakan kehalusan dan kelembutan permukaannya, aku
menatap belahan tipis yang membelah selangkangannya, belahan vagina yang
masih suci. Tubuh Nona Vania bergetar hebat ketika aku menciumi
perutnya yang rata tanpa lemak, nafasnya berdesahan ketika
kecupan-kecupanku semakin turun ke wilayah vaginanya, dengan mesra
lidahkuku memandikan rambut-rambut halus di permukaan vaginanya, kubasuh
sampai jembutnya menjadi basah oleh air liurku.
“Uhhhh… ??!! “ Nona Vania menarik pinggulnya ketika lidahku mencokel
belahan vaginanya, aku tertawa sambil mengendus-ngendus
selangkangannya, kuciumi dan kucumbui daerah intimnya yang selama ini
belum pernah tersentuh, Nona Vania kembali terperanjat ketika lidahku
mencokeli belahan vaginanya, tubuhnya terperanjat lagi dan lagi….!!aku
sungguh merasa bangga dapat membuat Non Vania terperanjat keenakan,
berkali-kali bibirnya mendesah panjang ketika lidahku menggelitiki
belahan vaginanya. Bibirku yang tebal menciumi bibir vaginanya, kulumat
dan kukulumi bibir vaginanya yang semakin basah oleh cairan
kewanitaannya. Kutarik tubuhnya ke bawah, kini kami berlutut saling
berhadapan, tanganku membelai pipinya sambil bertanya….
“Vania Sayangg, pernah liat titit ngak ?? Vania menggelengkan kepalanya.
“WAhhh ?? Masa sihhh ?? Nihhh saya kasih liat….. ” aku menawarkan
jasa baikku memperlihatkan wilayah paling intim seorang laki-laki,
setelah menurunkan resleting celanaku, aku membetot ular besar itu
keluar.
“Aaaaaaaaaaa…., Awwww……!!” Nona Vania berseru kaget kemudian ia
menjerit sambil memalingkan wajahnya, waduhhh, aku jadi tambah nafsu
kurengut tubuhnya yang mungil dan kucumbui lehernya, kujilati dan
kuhisap-hisap lehernya hingga meninggalkan bekas kemerahan, setelah puas
mencumbui batang lehernya aku berdiri…
Sambil menjambak rambutnya, kutempelkan penisku di pipi Nona Vania,
Oh, hangat dan lembut sekali pipinya. Nafas Nona Vania tertahan-tahan,
wajahnya merona kemerahan, nafasnya yang berdengusan terasa hangat
menghembusi penisku.
“Ufffhh, Ohhh…!! ” Nona Vania berusaha memuntahkan kepala penisku,
ketika aku menjejalkan penisku dengan paksa kedalam rongga mulutnya, aku
semakin kuat menjambak rambutnya sambil kembali menjejalkan kepala
penisku. Akhirnya ia mau juga menelan penisku, rongga mulutnya yang
berair terasa hangat, sambil terus menjambak rambutnya aku memaju
mundurkan batang penisku. Vaniaku yang cantik harus belajar untuk
memuaskan keinginanku!! Mata Nona Vania semakin sayu ketika aku mulai
mendeepthroatnya, perlahan-lahan aku mendorongkan batang kemaluanku
sedalam mungkin ke dalam mulutnya sampai wajahnya mengernyit menerima
sodokan lembutku, berkali-kali ia terbatuk-batuk ketika kepala penisku
menyesaki kerongkongannya. Nona Vania menarik nafas lega ketika aku
menarik penisku dari dalam mulutnya, kubelai kepalanya kemudian aku
menunggingkannya di atas lantai dalam keadaan kedua tangannya yang masih
terikat.
“Unnnhhhh….!! ” Nona Vania melenguh ketika kepala penisku menusuk
lubang anusnya, kudesak kuat-kuat agar lubang anus itu melar dan mau
menerima batang penisku. Nona Vania seperti tersiksa berkali-kali ia
meringis, melenguh dan mengerang lirih ketika aku memaksa menjejalkan
batang penisku membongkar lubang anusnya
“Assshhhh….!! Hennngggggghhh…!! Arrrnnhhhhh” suara-suara itu
terdengar ketika aku menghantamkan penisku, tubuhnya tersungkur-sungkur
keras ketika batang penisku mencoba melakukan penetrasi.
“AWW….!! ” Satu pekikan pendek yang keras akhirnya membuatku
tersenyum, kepala penisku mencelat masuk menjebol lubang anusnya, ia
mengerang keras, aku tahu ia kesakitan ketika kepala penisku membongkar
lubang anusnya.
Sambil menarik pinggangnya ke belakang aku menusukkan batang penisku,
terdengar suara isakan tangis Vaniaku yang semakin keras, tubuh mulus
itu tampak lemah tidak bertenaga ketika batang penisku tertancap dengan
kuat dilubang anusnya. Tubuh Vaniaku menggeliat-geliat menahan derita
ketika penisku tertancap semakin dalam. Aku mendesah panjang ketika
merasakan buah pantatnya semakin mendekat keselangkanganku, jantungku
melompat ketika merasakan buah pantat Nona Vania akhirnya merapat dengan
sempurna menyatu dengan selangkanganku, buah pantat itu terasa padat
dan halus lembut.
“Ennhhhh….!! Ennnhhhh…… Ennnnhhhhh……!!! Ahhh Ahhhhh” Suara yang
keluar dari bibir Nona Vania terdengar begitu merdu, setiap sodokan
penisku seakan-akan mewakili suara-suara merdu yang keluar dengan
lantang dari mulutnya.
“Plokkk…!! Plokkkkk Plokkkkk….. !! PLOKKKKK ” Aku semakin kuat
memompakan penisku. Tubuh Vania mulai kuyup dibasahi oleh lelehan cairan
keringatnya yang mengucur dengan deras membasahi tubuhnya yang putih
mulus.
“Ahhhh, Ohhhhh!! Ahhhhhh… Ahhhhhhhhhhh…….Auhhh. ” Vaniaku yang cantik
mendesah-desah keras, tubuhnya terus tersungkur maju mundur ketika aku
menyodokkan batang penisku yang besar dan panjang, kuayunkan batang
penisku kuat-kuat menyodominya.
“Sssshhhhh, Esssshhhhhh…… ” Nona Vania mendesis ketika aku merubah
posisi permainan, sambil mendekap pinggulnya kuat-kuat, aku menjatuhkan
diriku duduk kebelakang, kini Nona Vania menduduki penisku dalam posisi
memunggungi tubuhku, tanganku merayap kedepan sambil menyodokkan batang
Penisku kuremas-remas dan kugerayangi buah dada Vania yang membongkah
padat.
Tubuhnya yang bohay melompat turun naik diatas penisku, rintihannya
semakin sering terdengar ketika sodokan-sodokanku semakin gencar
menyodok liang anusnya. Kupeluk tubuhnya erat-erat kemudian kusodoki
liang anusnya dengan kuat dan kencang, sampai ia memekik kecil, aku
mendesakkan wajahku pada tengkuknya kucumbui dan kujilati tengkuknya,
kukecupi lehernya dari belakang dan kuhisap-hisap. Sodokan-sodokanku
kini lebih lembut menelusuri liang anusnya, setiap aku merojokkan batang
penisku keatas nafasnya seperti tertahan-tahan kemudian ia mendesah
menghela nafas panjang ketika batang penisku mengaduki lubang anusnya,
cukup lama juga aku membenam-benamkan batang kemaluanku sambil
meremas-remas buah dadanya. Setelah mencabut batang kemaluanku dari
dalam liang anusnya, aku membaringkan tubuh Vania berbaring di
hadapanku, aku menatap kagum merayapi lekuk liku tubuh Vania, tanpa
merasa bosan aku memandangi wajahnya yang cantik jelita. Tubuh putih
mulus yang sudah basah kuyup itu tampak begitu menggairahkan. Tiba-tiba
Hp Nona Vania berbunyi, ia menatapku dengan tatapan mata memelas seolah
memohon agar aku mengizinkannya untuk menerima telepon. Aku mengambil
telepon genggam itu dan memberikannya pada Nona Vania, dengan fasilitas
loudspeaker aku dapat mendengar pembicaraan mereka dengan
sejelas-jelasnya.
“Van….maaff, aku menyesal…., aku akan menjemputmu, sekarang aku masih
sibuk, tunggu aku ya” suara laki-laki itu terdengar seperti sedang
merayu Nona Vania.
“Akuu… Akuuu…. Hhhh Ohhhhhhh….. ” kurebut telepon genggam dari tangan
Nona Vania kemudian kumatikan dan kutaruh disisi kepalanya, air matanya
semakin meleleh membasahi pipinya.
“Ujanggg, tolong jangannn…aku nggak mau, Ujanggg….” Nona Vania terus
memohon, kedua kakinya melejang-lejang ketika tanganku menangkap
pergelangan kaki kirinya dan meletakkannya di bahuku.
“Aduhh Non, Kalo Non Vania ngak mau, terus ntar saya ewean sama siapa
dongg…. He He He… He…” Aku hanya terkekeh, tangan kiriku menekan
bahunya, kemudian kugesekkan kepala penisku pada belahan vaginanya
sambil sesekali bergerak menekan dengan kuat berusaha membelah
selangkangannya dengan batang penisku.
“Hennnhh, Ahhh, Ujanggg ahhhh, sakittt….!! Awwwwwww…… ” tidak sia-sia
usaha kerasku batang penisku yang besar dan panjang kini mulai merobeki
selaput kegadisan Nona Vania
Nafas Nona Vania terdengar memburu semakin kencang ketika penisku
menekan semakin dalam. Tubuhnya melenting berkali-kali ketika aku
menyentak-nyentakkan batang kemaluanku. Batang penisku kini menancap di
belahan vagina Vaniaku yang cantik jelita. Mulutnya ternganga lebar
ketika batang penisku yang panjang dan besar semakin masuk membelah
selangkangannya, ia menggeliat-geliat kesakitan ketika kurengut
kegadisannya dengan paksa. Tubuh Vania yang cantik jelita mengejang
berulang kali ketika aku mendesak-desakkan batang penisku. Belahan
vaginanya melesak kedalam ketika batang penisku terus menekan semakin
dalam. Ia meringis, ekspresi wajahnya seperti orang ingin menangis,
kemudian ia merintih-rintih merasakan batang penisku yang tertancap
semakin dalam sampai selangkangan kami bersatu menjadi satu.
Perlahan-lahan kutarik penisku sampai sebatas leher penis kemudian
kujebloskan dengan sekali jeblosan yang kuat sampai ia melenguh dengan
keras, AUNNNNNNHHHHHH…….!! UNNNNNHHHHHHHHH>>!!!!, mendengar
lenguhannya aku semakin bernafsu merojok-rojok belahan vaginanya, ada
cairan berwarna kemerahan yang terpercik ketika aku menyodok belahan
sempit itu kuat-kuat. Tubuhnya semakin sering terdorong dan
tersentak-sentak ketika aku memulai untuk melakukan pompaan – pompaan
yang berirama, Jrossshhhh,,, Crebbbbb…. Crooosssssshhhh…
Plepppphhhhhhh……, aku semakin mempercepat irama sodokanku, mata Vania
yang sipit terpejam rapat, keningnya berkerut membentuk angka 11
sedangkan mulutnya ternganga-nganga lebar. Sodokan demi sodokanku
membuatnya semakin kehilangan kendali, ia menjerit kecil kemudian
menggelinjang keenakan….
“Crrreetttt…. Crrruuutttttt Crrrrrttttttttttttt……. ” aku tahu, cairan
kenikmatan Nona Vania meledak di dalam vaginanya karena aku merasakan
seperti ada cairan panas mengguyur batang penisku, rasanya enak sekali
ketika cairan panas itu membasuh batang penisku, kubenamkan batang
penisku dalam-dalam agar dapat lebih meresapi kenikmatan itu, kubiarkan
ia menikmati kenikmatan yang baru saja membuatnya kehilangan kendali
dalam sodokan-sodokanku, ia tampak berusaha merayap keluar dari kubangan
lumpur kenikmatan yang kuberikan. Tanganku merayap kebelakang
melepaskan ikatan pada tangannya, ia merentangkan kedua tangannya karena
merasa pegal. Kedua kakinya masih mengangkang dan batang penisku masih
tertancap kuat diselangkangannya. Matanya yang sayu menatapku ketika aku
mengelus-ngelus bulatan buah dadanya yang membuntal padat dan kenyal,
mata Vania mirip seperti orang yang sedang mengantuk ketika aku mencubit
dan memilin-milin pentil susunya yang meruncing.
Aku menatap batang kemaluanku yang tertancap di selangkangan Nona
Vania, cairan-cairan vagina yang bercampur dengan darah keperawanannya
mambasahi selangkangannya, sambil kembali memompakan batang penisku,
mataku menatap tajam pada payudaranya yang berguncang-guncang dengan
hebat. Ketika penisku mereguk kenikmatan dari selangkangannya yang
kewalahan menjepit batang kemaluanku yang besar dan panjang, belum
berapa lama kugasak dan kugergaji selangkangannya. Vagina Nona Vania
kembali memuntahkan cairan kenikmatan itu dalam sebuah denyutan-denyutan
yang berkedut dengan kuat.
“Ennnnhhhh ,, OHHHHH……!! Serrrrrrr….. Crettttttt Cretttttt……..”
Kutarik batang kemaluanku kemudian aku berdiri, aku menundukkan
tubuhku untuk meraih pinggangnya yang ramping, kutarik tubuhnya berdiri,
kuangkat tubuhnya menggantung di udara sampai wajahya sejajar dengan
wajahku, dengan lahap aku melumat-lumat bibirnya, aku berusaha
membangkitkan sisi liar Nona Vania dengan cumbuanku yang panas, sedikit
demi sedikit ia mulai berani membalas cumbuanku, bibir kami saling
melumat dalam gairah birahi yang semakin bergolak dengan liar.
“HEmmmm.. Ckkk Ckkkk Emmmm Mmm, Ammmmhhhhh… Ckkkk “Aku semakin hebat
melumat bibir Nona Vania ketika mendengarkan rengekan-rengekannya yang
manja dan nakal, bahkan kini tangannya bergelung di leherku, ciumannya
semakin berani, ia menarik kepalanya ketika lidahku menjilat bibirnya,
sejenak matanya yang sipit menatap mataku, ia mendekatkan kembali
wajahnya plus membuka mulutnya menerima kehadiran lidahku yang terjulur
masuk menggelitiki rongga mulutnya, nafasnya yang berdengusan menerpa
pipiku. Aku menurunkan tubuh Nona Vania ke arah batang penisku.
Pinggulnya bergerak berusaha menempatkan kepala penisku di tengah-tengah
belahan vaginanya setelah terasa pas barulah aku berusaha menusukkan
penisku ke selangkangannya.
“Nnnnnnnnhhhhhhhhh………., Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh….!!” kepala Nona
Vania terangkat keatas, bibirnya mendesah panjang ketika kepala
kemaluanku membelah kembali belahan mungil di selangkangannya, kedua
kakinya mengait pinggangku sedangkan kedua tangannya berkalung di
leherku, sementara kedua tanganku memegangi pinggangnya yang ramping.
“Ohhh ?! ” Vaniaku agak terperanjat, matanya tampak nanar ketika aku
mulai mengayun-ngayunkan batang penisku dengan lembut, tubuh mulusnya
terayun-ayun diudara dalam gerakan-gerakan yang lembut, aku benar-benar
menikmati jepitan vaginanya yang peret dan seret, benar-benar luar biasa
kenikmatan yang diberikan oleh sisipit bertubuh bohay dengan wajahnya
yang cantik jelita, kunikmati rasa nikmat dibatang penisku yang bergerak
lembut menyodoki selangkangan Vaniaku yang cantik, sesekali sengaja
kuhujamkan kuat-kuat batang penisku untuk mendengar pekikan manjanya.
“Ouhhhhhhh, Akhhhhhh.., Akhhhhhhhhh ” Nona Vania merengek-rengek dan
mendesah manja ketika aku semakin kuat dan kencang mengayun-ngayunkan
batang kemaluanku, kusodok dan kuhujamkan penisku yang besar dan panjang
membelah-belah selangkangannya yang sempit.
“Aduhhhh…..!! Uujhaaaanggggggg….!! Crrrr Crrrrrrrrrrrrrrrr…… ”
tubuhnya melenting ke belakang, matanya terpejam keenakan ketika batang
penisku kembali menghantam-hantam kuat-kuat vaginanya, aku bertambah
gemas menghantamkan batang kemaluanku membelah liang sempit itu,
kurojok-rojok dan kusodok-sodok tanpa henti liang kenikmatan di
selangkangannya. Aku memutar batang penisku mengaduk vaginanya, ia
meringis keenakan ketika aku mengaduk-ngaduk vaginanya, kukecup
keningnya sebelum kuturunkan tubuhnya. Kubimbing agar ia berdiri sambil
menungging, kutarik pinggulnya, kemudian kuselipkan batang penisku
menusuk belahan vaginanya dari belakang, tubuh Nona Vania tersentak
kedepan ketika aku menjejalkan kepala penisku dengan paksa membelah
kembali vaginanya yang nikmat, aku agak merendahkan selangkanganku agar
sejajar dengan lubang sempit di selangkangannya.
“Enakkkkk ?? ” Aku bertanya sambil mendesakkan batang penisku
dalam-dalam, Nona Vania mengangguk kecil, kemudian ia kembali merintih
dan mendesah pelan ketika penisku memacu belahan vaginanya dari
belakang,
Kusodok dan kuhujamkan kuat-kuat penisku yang besar dan panjang
menyodok-nyodok vagina Vania yang peret. Aku bagaikan seorang joki yang
tengah menunggangi tubuh Nona Vania dari belakang, kupacu dan kupacu ia
dengan lebih garang, kusodok-sodok dan kujejal-jejalkan batang penisku
hingga ia merengek-rengek keenakan, desahan-desahannya terdengar semakin
keras
“PLOKKK…!! PLOKKK…!! PLOKKKK….” suara selangkanganku yang beradu
dengan buah pantat Nona Vania, Uhhhhh….!! Belahan vagina Nona Vania yang
peret dan licin oleh cairan vaginanya semakin mengasikkan untuk dirojok
dan disodok-sodok, kumainkan irama sodokanku kucolok vaginanya dengan
lembut sampai ia menggeliat menikmati sodokan-sodokanku yang lembut,
sambil memaju mundurkan batang penisku kedua tanganku merayap pelan ke
depan dan mengusap-ngusap bulatan buah dadanya bagian bawah, kuremas
induk payudara Nona Vania yang membuntal padat, semakin lama Nona Vania
semakin gelisah ketika batang penisku bergerak dengan lembut dan
teratur. Kupeluk tubuhnya erat-erat ketika ia menggigil mencapai puncak
klimaks.
“Creettttt…. Crettttt….. Crrrrrrrrrrrrrr……. “
Sambil menarik pergelangan tangannya, aku duduk diatas sebuah kursi,
kunaikkan vaginanya ke atas penisku kemudian tanganku menekan pinggulnya
ke bawah. Vaniaku yang cantik mendesah panjang ketika penisku kembali
membongkar belahan vaginanya, aku merayunya agar mau bermain di atas
penisku. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, wajahnya merona merah ketika
aku membisikkan kata-kata mesum di telinganya, aku tersenyum, aku
mengerti ia masih malu untuk bermain di atas penisku.
Kedua tanganku menekan-nekan bokongnya agar vaginanya mendesak-desak
selangkanganku, sambil menekan-nekan bokongnya dengan santai aku
merojokkan batang penisku ke atas, rintihan-rintihan merdu kembali
terdengar dari bibir Vania, masuk-keluar, masuk-keluar, begitulah
gerakan-gerakan batang penisku yang membelah vaginanya.
“AHHHHHHHHH…..!! Crrrrr CRRRRRR……… “
“KECROTTTT…..!! KECROTTTTTTT…” batang penisku menyemburkan cairan
panas demikian juga vagina Nona Vania, aku bersandar ke belakang, duduk
mengangkang, kupeluk tubuhnya yang terengah-engah dalam kenikmatan,
tubuhku dan tubuhnya basah kuyup bersimbah keringat yang mengucur dengan
deras.
“TINGGGG……!! ” pintu lift terbuka lebar, aku melangkah mendampingi
Nona Vania, suasana kantor sudah sepi, Vania yang cantik menengokkan
wajahnya ketika mendengar suara seorang pria memanggil namanya,
“Vania….., Maafkan aku ya sayangggg” pria berwajah tampan itu merayu
Vaniaku yang cantik jelita, Vania tertunduk sambil menggelengkan
kepalanya….
Selingkuh ??
T’rus menyesal ??
mau minta maaf ??
HA HA HA TERLAMBAT….!!!!!
Pacarmu yang cantik baru saja kujebol, kusodomi dan kurampas
keperawanannya dengan paksa. Aku tertawa ngakak dalam hati, kini akulah
kekasih Nona Vania yang cantik. Aku menatap wajah anak orang kaya yang
sok hebat itu, ia melangkah dengan gontai ketika Nona Vania yang cantik
jelita menolak permintaan maafnya, mata Vania memandangi punggung si
anak orang kaya yang menjauh dan menghilang, kemudian ia tertunduk lesu.
Aku yakin kalau saja aku belum menancapkan tombak kenikmatanku di
selangkangannya, tentulah Nona Vania akan menerima permohonan maaf si
anak kaya itu. Aku menghampiri Nona Vania, aku bersanding di sisinya, di
saat berdiri tinggi tubuh Vaniaku hanya sebatas dadaku, kubelai
kepalanya bagian belakang, ia menatapku sebentar kemudian kembali
tertunduk ketika aku dengan mesum tersenyum sambil meremas buah
pantatnya.
=======================
Di pagi hari yang cerah ini, aku bersiul-siul dengan gembira,
kugiring dan kuparkirkan kendaraan mewahku, motor bebek dukun berwarna
merah keluaran berpuluh-puluh tahun yang silam. Di depan kaca spion,
kurapikan rambutku dan kusisir dengan rapi, Ck Ckk. Ckkk, betapa
tampannya aku ini, bibirku yang tebal selalu menebarkan senyuman yang
ramah, mataku yang bulat besar begitu indah mempesona, apalagi jika Aku
menatap bokong para gadis cantik yang berseliweran di hadapanku.
Ahhhh…ssshhh oohhh….my office, my playground, my PALACE!! Sebuah
senyuman mengembang di bibir seksiku, gimana rasanya jika aku menjadi
atasan disini, pasti asik…
“SELMYYY….kesini kamu!!“ aku berteriak memanggil seorang pegawai tua
yang tergopoh-gopoh menghampiriku, ia menunduk ketakutan menatap lantai,
kupandangi sosok kurus itu dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, ckk
ckkk.. ckkkk…, begitu kotor, dekil, tak terawat.
“KAMU TUH BEGO YA?? Muka saya ini ada di sini, bukan di bawah kaki
kamu, liat ke sini…! Coba kamu jawab yang benar, dimana muka saya??“
kubentak pegawai tuaku yang tidak berguna itu.
“Di pantat Pakkkkk….. !!!“ Selmy menatapku, ia menjawabku dengan mimik wajahnya yang meyakinkan.
“HAHHH………??? “ Aku tersentak panik ketika mendengar jawaban SELMY
pegawai tuaku, dengan reflek tanganku meraba-raba pantatku yang sekal,
tiba-tiba…
“BLETAKKKK ! HEU….DUHHHHHH……… Ehh Ibuu…??!! “ kepalaku terdorong
keras ke belakang ketika sebuah getokan keras yang berasal dari sebuah
payung mampir di jidatku. Aku gelagapan ketika khayalan tiba-tiba saja
berubah menjadi kenyataan, di hadapanku berdiri sesosok tubuh kurus
dengan wajahnya yang keriput, matanya mendelik tidak kalah besar dengan
mataku yang membeliak karena terkejut, sementara tangan kirinya
memegangi sebuah payung berwarna biru muda yang sebelumnya dipakai untuk
mengembalikan kesadaranku, dengan suara kerasnya. (BLETAKKKKK!!!)
“Kamu nggak denger saya teriak-teriak dari tadi HAHHH….!! Dipanggil-panggil MALAH CENGENGESAN NGGAK PUGUH!!“
Aku terbata-bata ketika seorang wanita tua keriput menimpukiku dengan
suaranya yang melengking-lengking, nafas Bu Selmy ngos-ngosan karena
nafsu amarah yang memuncak sampai keubun-ubun.
“Panggil Shasha sama Vania, suruh mereka keruangan saya, CEPATT…!! nggak pake lama….!! ”
“Saaa….saya Buuu?? (waduhhhh, apakah aku bakal di foursome bareng
sama bu Selmy ?? NGEHEKKKK…!!NOOOO….!!)“ Mata-ku membesar indah, aku
yang rajin dan teliti mencoba memastikan perintah bu Selmy, telingaku
kembali terasa sakit ketika mendengar suaranya yang melengking tinggi.
“YA IYA-LAH KAMUU….!! EMANGNYA SAYA YANG NAMANYA UJANGG…!!??
BLAMMMMM!!!!” Bu Selmy membanting pintu mobilnya kemudian dengan sigap
si penyihir tua memarkir mobil mewahnya. DIITTTT…. Diiiiittttt!! suara
klakson mobil Bu Selmy membuatku setengah berlari, aku segera
melaksanakan perintahnya menjemput Nona Shasha yang cantik.
“Tokkk.. Tokkkk… “
“Yaa, Masukkk….” terdengar suara merdu Non Shasha, aku segera
menerobos masuk, kututup pintu di belakangku, aku menatap wajahnya yang
cantik, tubuh mulusnya tampak begitu seksi, aku lupa diri menyaksikan
keindahan sepasang paha mulusnya. Kuraih tubuh mulus Non Shasha yang
kelabakan menahan nafsu birahiku, kulumat dan kukecupi bibirnya yang
mungil, kuemut dan terus kuemut hingga tubuh mulusnya. Ia gemetar
menahan nafsu birahi yang mulai membakarnya, Nona Shasha menarik
bibirnya untuk mengambil nafas, wajahnya merona merah ketika aku menatap
wajahnya, untuk sesaat kami hanya berdiri berpelukan, saling memandang
satu sama lain.
Kukecup lembut bibirnya kemudian kudorong tubuh mulusnya duduk di
pinggiran meja, kedua pahanya yang mulus mengangkang ketika kurogohkan
tanganku masuk kedalam rok mininya, aku tersenyum karena Non Shasha
mulai menuruti permintaanku, hari ini ia mulai tidak mengenakan celana
dalamnya, kucelupkan jari telunjukku hingga amblas terbenam, digigit
belahan vaginanya. Kutusuki belahan sempit di selangkangannya hingga ia
menggeliat keenakan, tengah asik-asiknya aku mengeluar-masukkan jariku
tiba-tiba aku mengingat perintah Bu Selmy….
“Non Ehmmmm…itu Nonnnnnn…, Euuuuuuu, tadi Bu Selmy manggil Non Shasha
sama Non Vania” aku berbisik di dekat telinganya tanpa menghentikan
gerakan jariku yang semakin aktif menusuk-nusuk belahan vaginanya.
“Ahhh Ahhhh.. Ahhhh… Hahhhh…?? !! Aduh ujang….!!, Kenapa nggak bilang
dari tadi, minggir ah..!! Duhhhh KAMU…!!” Non Shasha yang tengah sibuk
menikmati gerakan-gerakan jari telunjukku tiba-tiba tersentak kaget,
suara-suara ah dan ah-nya mendadak lenyap, dengan gemas dijewernya
kupingku hingga aku mengaduh kesakitan, ditepiskannya tanganku hingga
jariku terpelanting dari jepitan bibir vaginanya.
Nona Shasha segera merapikan roknya. Setelah menyambar sebuah map di
atas meja, ia meninggalkanku yang masih horny menatap punggungnya yang
menjauh, cegluk, cegluk, berkali-kali aku menelan ludahku, kuusap-usap
kupingku yang terasa sakit, biar sakit namun hatiku terasa begitu
gembira., seperti orang yang sedang jatuh cinta, I love U Non Shasha.
Cintaku, sarung penisku.
“Hnnnhhhhhhhhhhhhhhhh…“ Aku menghela nafas panjang-panjang untuk
meredakan nafsu birahiku, dengan langkah gontai aku mengekori langkah
Non Shasha
Aku menolehkan wajahku ketika mendengar suara langkah-langkah kecil
yang terburu-buru. Ahhhh, Vaniaku berlari-lari kecil , pikiran kotorku
tiba-tiba meledak dengan keras. Hmmmm, apakah Vaniaku yang cantik juga
tidak mengenakan celana dalam sesuai dengan permintaankuku??
Aku membalikkan tubuhku kemudian berbelok ke arah dapur, Lohhhh, ngapain si Sarif bengong di sisi tangga.
“Riiffff, Sariffff….,WOOOIIIII “ Aku berteriak keras untuk menyadarkannya
“HEUUUUUH….!! GELO SIAHHH!!“ Sarif tersentak kemudian mengumpat kesal.
“Lu kenapa Rifffff ?? “ Aku bertanya padanya.
“Jangggg, Sini…tadi gua ngeliat itunya Non Vania, pas dia turun
tangga, nggak sengaja gua nengok ke atas, gua ngeliat MEMEKNYA…, gila
Jangg, Gua sampe shock!!“ Sarif menarikku, kemudian berbisik di
telinggaku.
“Ssssttt…jangan bilang siapa-siapa Rifff, bahaya tau!!“ aku berusaha melindungi kehormatan Non Vania.
“Hahh ?? napa gitu ?? “
“Bisa dipecat lu nanti, disangkanya lu udah berani kurang ajar ,
bertingkah mesum…..! melakukan pelecehan seksual…tidak senonoh!“
“Oooooooo, Ehhh lu jangan bilang siapa-siapa ya Jang” bibir Sarif membentuk huruf O, kemudian ia berbisik dengan cemas
“Iya Riff, tapi traktir gue makan siang ya“
“Iya.., iya…., tapi awas lu…!! jaga bacot lu yang rada bawel itu.”
“Beres Rifff, tenang aja, rahasia lu aman bersama UJANG…, he he he.” Aku memberikan janjiku sambil menepuk dada..
*************************
Hari Jumat, jam 19.01
Aku menghampiri mobil Honda Jazz berwarna silver
metalik yang menjemputku di depan rumah kostku dan masuk ke dalamnya.
Aku duduk mengangkang di bangku belakang, permukaan celanaku
menggembung, membengkak tanpa dapat kukendalikan. Nona Shasha menyetir
di belakang kemudi sedangkan Nona Vania duduk di sebelahku, ekor mata
Vania sering melirik ke arah selangkanganku, aku membuka resleting
celanaku kemudian menarik batang penisku keluar, kuraih tubuh mungil
Vania dan kupangku di pangkuanku.
“Ihhhh., Ujangg norakk…!! ntar ada yang liat……., Ujangg”
“Ahhh kalemmm aja Nonn, sepi iniiii.”
“UJANGGG…ada pengamenn….!! Ada anak kecil!” Nona Vania tampak
khawatir ketika aku memamerkan batang penisku, seorang pengamen cilik
mendekati mobil kami, dengan liar kucumbui batang leher Non Vania hingga
ia merintih lirih.
“Hahhh??“ pengamen cilik itu terkejut setengah mati menyaksikan-ku
yang tengah memangku Nona Vania, tanganku masuk ke dalam rok mininya,
cup.., cupphhh, ciumanku mendarat di leher, rahang dan pipinya, kemudian
kulumat bibir mungilnya dengan bernafsu.
“Ehhhhh….,Emmm.., jangan bilang siapa-siapa ya…^_^ ” Non Shasha
tersenyum ramah sambil memberikan uang 10 ribuan, pengamen cilik itu
terus menengok ke belakang, sebentar menatap Nona Shasha yang tersenyum
ramah, kemudian kembali menengok lagi ke belakang.
“UJANGGG…!! Idihhhh….Euuuufffhhhh“ Nona Vania meronta dari pangkuanku
ketika aku hendak berbuat lebih jauh, aku membiarkannya meloloskan
diri, bukan karena aku rela melepaskan tubuh mungilnya yang mulus namun
karena mobil yang kami tumpangi mulai memasuki kawasan yang agak ramai,
jalanan mulai kembali sepi ketika mobil kami memasuki sebuah jalan
kecil, agak berlumpur di daerah pedesaan.
Sasha
“Di mana ini Nonnn ?? “ sambil menengok kesana kemari aku bertanya pada Non Shasha.
“Rumah ini baru disita sama bu Selmy karena pemiliknya nggak bisa
bayar hutang.. “ Nona Vania menjelaskan secara singkat sambil keluar
dari dalam mobil.
“Yaaaa…, sebenarnya sich kami takut….waktu bu Selmy meminta kami
untuk memeriksa rumah ini…, karena…itu kami ngajak kamu…Jang” Nona
Shasha menjelaskan dengan singkat, aku buru – buru membuka pintu mobil.
Setelah berada di luar kurenggangkang tubuhku kesana kemari untuk
mengusir rasa pegal yang menyiksa selama perjalanan, hemm, suasana yang
masih asri, masih banyak pohon-pohon besar ditepi jalan setapak menuju
rumah tua itu…
“Ujanggg.., Emmmm, kamu duluan gihhh….” Nona Vania dan Non Shasha mendorong punggungku,
“Lohhhh… kenapa ?? Ehhhh… Uhhh…“Entah kenapa Aku tiba-tiba bergidik
ngeri, mataku menelusuri jalan setapak menuju rumah tua besar yang
menyeramkan, berkali-kali kepalaku menengok ke kanan dan kiri, gelap,
seram, duh, batang penisku sampai berkedut karena ketakutan,akhirnya aku
sampai juga di depan pintu rumah itu itu dengan tangan kanan kudorong
pintu rumah tua itu, sementara tangan kiriku memegangi emergency lamp
yang diberikan oleh Nona Shasha.
“Krekeeettttt…..!!! “Bunyi pintu tua itu serasa menyayat telinggaku,
“Hiiii… Hiiii hiiii Hiiii Hiiiii….!! “
“ANJRITTT……!!“ aku berteriak keras, jantungku melompat keluar
mendengar suara cekikikan yang mengerikan, tepat disebelah batang
kemaluanku, sementara “Ujang junior” terjengkang tak sadarkan diri..
“Awwwww!!“ Nona Shasha dan Nona Vaniapun menjerit dan melompat
sangking kagetnya. Dengan terburu-buru tangan kananku merogoh Hpku yang
mendadak berbunyi dengan nada dering alarm yang membuat bulu kuduk kami
merinding.
“UJANGGG…ngapain sihh pake nada kaya gitu!!“ Nona Vania mencubit punggungku dengan gemas.
“Iya nihhhhhh…bikin kaget aja!!!” satu cubitan keras Non Shasha ikut mendarat di punggungku.
“BEUUUUU……!! Bukan non Shasha sama Non Vania aja yang kaget..!! Saya
juga kagettt!!” aku buru-buru mematikan suara Hp-ku yang membuat kami
bertiga hampir lari terbirit-birit ketakutan, sementara suara angin yang
berlari di antara pepohonan membuat suasana hatiku semakin tidak
menentu, akhirnya kami bertiga memberanikan diri masuk ke dalam rumah
tua itu (jangannnn dorong-doronggg Nonnn, aku juga tatut nehhhh, aku
berteriak didalam hati), sebuah rumah tua di tengah kawasan perkebunan
yang jauh dari keramaian, dengan korek api kunyalakan lampu cempor yang
tergantung disudut ruangan.
“WAhhhh…Nonnnn, koq kaya di warung remang-remang yahh suasananya, he
he he he he…” Aku terkekeh sambil mematikan emergency lamp di tangan
kiriku. Nona Vania dan Nona Shasha duduk saling bersebelahan di sebuah
kursi sofa tua panjang.
“kamu sering ya Jangg, ke tempat seperti itu ?? “ Nona Vania menatapku dengan tatapan mata curiga.
“Enggakkkk, kan ada Non Vania sama Non Shasha yang lebih cantik dan bohay…., ngapain saya ke tempat seperti itu ??”
“Dasarrr… , nggak usah ngerayu gitu dehhh, nggaku ajaa…, kamu sering
kan ke tempat seperti itu??” Nona Shasha ikut mendesakku sambil
menatapku dengan tatapan nakalnya.
Vania
“Enggak Nonnn, Suerrrr….. “ Aku mengacungkan kedua tanganku keatas
membentuk huruf V dan DHUARRRRR…..!!!, GLEKKK, CEGLUK!! aku segera
menarik tanganku turun ketika tiba-tiba terdengar bunyi geledek yang
memekakkan telinga (bibirku berkata tidak, tetapi hatiku menggakui
segalanya). Suara angin bergemuruh, berlari kencang diantara pohon-pohon
besar yang tumbuh dengan subur di sekeliling rumah tua itu.
“WAhhhh…sepertinya bakal turun hujan deras ya??“ Nona Shasha bangkit
dan melangkah ke dekat jendela, tangan mungilnya mendorong daun jendela
hingga terbuka merekah ke samping, ia hanya mendesah pelan ketika aku
memeluk tubuh seksinya dari belakang, satu persatu pakaian Nona Shasha
mulai berjatuhan ke lantai hingga tubuh seksinya telanjang bulat tanpa
selembar benangpun menutupi tubuhnya, kuremas induk payudaranya dengan
gemas, hingga ia mengaduh kesakitan.
“Ahhh… Ujangg pelan-pelan dong…..mmmhhh..mmmmnnn “ bibirnya yang
mungil agak manyun, aku hanya terkekeh sambil menggerayangi dua gundukan
bukit susunya yang semakin mengenyal, kusumpal bibirnya dengan bibirku
untuk meredakan keluh kesahnya. Kupeluk dan kubelit tubuh mulusnya
dengan erat, kudorong hingga ia duduk di tepian jendela, kedua kakinya
yang halus mulus mengangkang lebar, seolah-olah memperlihatkan keelokan
wilayah intimnya kepadaku yang sedang melotot sambil berlutut di antara
kedua kakinya yang terbuka lebar.
“WAHHH….Nonnn…segerrrrrr…mulussss, hehehe“ kedua tanganku merayapi
permukaan pahanya yang halus mulus, sementara kepalaku mulai terbenam
di selangkangannya.
“aaaaaaaaa…. Ahhhhhh, aaaaaaaaaahhsss!!“ nafas Nona Shasha
tersendat-sendat ketika aku mulai menarikan batang lidahku menggelitiki
bibir vaginanya yang merekah, aroma harumnya yang semerbak membuatku
semakin bergairah.
“Slllccckkkk…,, Ckkkkkk.. Ckkkk Cpphhhh… Sllllccckkkkk” dengan tekun
lidahku berkali-kali mengoreki belahan vaginanya yang mulai basah
dilelehi cairan kewanitaannya yang gurih dan lezat.
“uhhhh. ?!.. awwhhhhsss…. aaahhhh“ Nona Shasha semakin resah gelisah
ketika ujung lidahku menusuki clitorisnya, kukaiti daging mungil itu
hingga pemiliknya tersentak sambil mendesah dan merintih keenakan,
kuciumi belahan vaginanya dengan rakus sebelum kuemut kuat-kuat
bibirnya
“Aduhhh, jangannn… Nonnn saya maluu!!“ aku pura-pura malu ketika Non
Shasha dan Non Vania melepaskan pakaianku, mereka hanya tertawa kecil
ketika aku pura – pura ketakutan.
“Ihh, Ujang, jangan begitu ah.., sebell!!”
“Iya… Pura-pura nehhh, padahal aslinya nggak kaya gini…, buas dalam bercinta he he he he….”
“WAHHHH…belajar dari mana Nonn?? koqq jadi pada jago nyepong sihh?“
aku memuji ketangkasan lidah dan mulut mereka yang mempermainkan batang
kemaluanku.
Kusodorkan batang penisku ke depan masuk kedalam rongga mulut Nona
Shasha yang ternganga, HAPPPPPP….., mulutnya mencaplok kepala penisku,
kedua pipinya tampak kempot ketika mengemut-ngemut kepala penisku,
kutarik bahunya agar ia berdiri, kurendahkan batang penisku dan
kutempelkan kepala penisku hingga menggesek belahan vaginanya, desahanku
dan rintihan lirih Nona Shasha saling bersahutan ketika gesekan demi
gesekan yang nikmat itu membuat kami semakin terlena jauh kealam birahi
yang penuh dengan kenikmatan.
“aaaaaaaaaaaa…. Ahhhhhhhh…. Bllllsshhhh“ kukait belahan vaginanya
dengan batang penisku, dengan sedikit paksaan melesatlah penisku
mengarungi lorong sempitnya yang terasa hangat dan nikmat,
Lubang vagina Nona Shasha berdenyut – denyut, mengenyot dan memijati
batang kemaluanku yang sedang asik berendam semakin dalam menusuk liang
vaginanya yang peret. Dengan terengah Nona Shasha menengadahkan wajahnya
menatap wajahku, kupandangi wajahnya yang cantik dan sensual, matanya
tampak sayu, keringat-keringat lembut mulai membasuh tubuh mulusnya yang
mengkilap indah dibawah pancaran sinar lampu cempor.
“Ujanggggggghhhhhh…, enakkkkk…. Ohhhhhhhhh!!“ Nona Shasha menggeliat
resah ketika aku mulai mengayunkan batang kemaluanku, merojok-rojok
belahan nikmat di selangkangannya, sesekali penis besarku tertekuk ke
kiri dan kanan sangking sempitnya belahan vaginanya yang sedang
kusodok-sodok dengan penuh nafsu binatang yang semakin membara di
dadaku, kedua tanganku mencapit pinggangnya yang ramping, tubuh
mungilnya tampak kewalahan ketika aku semakin mempercepat irama
sodokanku, sesekali tubuhnya bergetar hebat menahan rasa nikmat yang
mendera vaginanya dan menyengat tubuh mungilnya yang putih mulus.
“Awwwwwwwww…. Crrrtttt… rrrtttt… Crrrrrr” tiba-tiba saja tubuh mungil
Non Shasha mengejang selama beberapa saat kemudian terkulai lemah
sambil bersandar pada tubuhku, kupeluk erat-erat tubuhnya, ia baru saja
dihajar rasa nikmat yang begitu kejam memeras tenaga dan keringatnya
yang mengucur dengan deras.
“Ujanggg…, jangan disitu.., aku nggak suka….” Nona Shasha protes
ketika aku membalikkan tubuhnya dan berusaha mengait liang anusnya yang
mengkerut ketakutan. Aku sama sekali tidak menghiraukan keluh kesahnya,
dengan paksa aku membongkar lubang duburnya.
“Auhhhhhh… Ngggghghhh…!! Pelannnhh.. Ohhhhh Pelannnnhhhh” tubuhnya
terperanjat ketika dengan kasar kepala penisku menyusup masuk ke dalam
jepitan lubang anusnya, ia kembali memekik keras ketika aku
menghentakkan batang penisku,
Aku tersenyum merasakan batang besar panjang di selangkanganku
tertancap kokoh di jepitan anus Non Shasha. Kutarik pinggulnya sambil
menyodok-nyodokkan penisku menyodomi liang anusnya yang mungil, aku
semakin bersemangat menyodomi Non Shasha ketika mendengar suara desahan
nafasnya yang tersendat disertai rengekan-rengekan kecilnya yang
terdengar semakin menggairahkan.
“Vaa.. Vaniaaa..?? Ohhhhhh…mmhhh, Vania, jangan ahh, aduhh mmmhh…
Vania sadarrr..Ohhhh Mmmmhh Mhhhhh“ Shasha tampak gugup ketika Vania
memeluk tubuhnya sambil menggerayangi bulatan susunya, bibir Vania
melumat dan mengulum bibirnya. Untuk beberapa saat Shasha berusaha
menolak perlakuan Vania, namun nikmatnya perlakuan Vania malah
membuatnya seperti kehilangan kendali, ia memeluk tubuh Vania dan
membalas melumat bibir mungil Vania, kuikuti tubuh Shasha yang merosot
turun hingga meringkuk menungging diatas lantai kayu, kutarik kedua
tangannya kebelakang, tubuhnya tersentak-sentak dengan kencang mengikuti
irama sodokan-sodokan batang penisku yang semakin cepat dan kuat.
“PLOKKK.. PLOKKK PLOKKKKK…..” terdengar suara persetubuhan yang
semakin memanas ketika aku menunggangi tubuh mungil Nona Shasha dengan
liar dan kasar, erangan dan rintihan kecilnya terdengar begitu merdu
menggairahkan ditelinggaku. Kutusuk dan terus kutusukkan batang penisku
menyodomi liang anusnya yang sempit dan kering.
“Ahhhh… aaaaaa… Aooowwwwwww!!“ Nona Shasha melolong keras ketika aku
menjejalkan seluruh batang kemaluanku ke dalam liang anusnya yang mulai
memar kemerahan akibat dihajar olehku.
“Ehmmm, Ujang…pelan-pelan dong, Oww…gggggakkkkkhhhaa….jangan kasar
gitu auhhhh“ Nona Shasha mencoba merayuku di tengah suara nafasnya yang
tersendat-sendat, aku terus menyodok-nyodokkan batang penisku merojoki
liang anusnya tanpa pernah menghentikan gerakanku sedetikpun. Semakin
keras ia mengeluh, semakin kuat pula kuhentakkan batang penisku
menyodominya, sementara jariku terus mengucek-ngucek klitorisnya, Non
Shasha hanya dapat meringis pasrah menghadapi serangan brutalku yang
sedang menyodomi liang anusnya.
“Awwww. Krrrttttt…….kkkkrrrtttttt… “kuku Nona Shasha mencakar-cakar
lantai kayu itu, punggungnya berkali melengkung terangkat ke atas, tubuh
mulusnya gemetar dengan hebat, ia seperti sedang menahan sesuatu yang
akan meledak dengan nikmat di dalam vaginanya, terdengar suara erangan
kerasnya yang menggairahkan, di sela-sela desah nafasnya yang
tersendat-sendat.
Cuurrrrttttttt crrrutttttt…….., tubuh Nona Shasha mengejang ketika
aku membenamkan batang penisku dalam-dalam, telapak tanganku segera
membuka ke atas menampung cairan vaginanya yang meleleh, kusekakan
cairan vaginanya merata pada buah pantat Nona Shasha yang bulat padat,
aroma cairan vagina non Shasha tercium yang kuat di udara membuatku
semakin terlena menusuki liang anusnya yang tersungkur-sungkur mengikuti
irama sodokan-sodokan kuatku, PLAKK..!! PLAKKK…!! PLAKKK…..!! buah
pantat Non Shasha yang bulat padat terguncang dihantam oleh
selangkanganku.
“Plophhhhh” terdengar suara letupan keras ketika aku mencabut penisku
dari jepitan anus Non Shasha kemudian kupukuli buah pantatnya seperti
sedang bermain drum. Non Shasha menarik pinggulnya ketika jari
telunjukku menyentuh lingkaran otot anusnya yang memar merekah,
kutundukkan kepalaku dan kuciumi dubur Non Shasha yang sudah teruji
kelayakannya dalam memberikan kenikmatan, liang anus yang mungil sempit.
“UJANG!“ aku menolehkan kepalaku ke arah suara Non Vania yang
mendesah memanggilku, ia duduk bersandar santai mengangkang di atas
kursi sofa tua itu, kemolekan selangkangan Non Vania seakan
menghipnotisku yang merangkak mengejar wilayah intimnya.
“ahhhhhh…., UJANGhhhhhhhnn!!” kedua tangan Non Vania mendekap dan
membelai kepalaku yang terbenam di selangkangannya, kuhirup aroma
vaginanya yang segar, kujulurkan lidahku mengulas-ngulas belahan
vaginanya yang berwarna pink.
“Eummm, slllccckkk.. ckkk mmm ckkk, itu Nonn,umm siapa nama pegawai
baru, yang bule itu nyammmm.. mmmmm.. yang baru lulus kuliah itu
lohhh…muahhh” sambil menikmati hidangan vagina Non Vania aku mencoba
mengumpulkan informasi “daging segar impor”..
“Hati-hati JANG, ituuu…, ohhhh…., bias habis nanti kaa..mhuuhh hhhsss, dia ahli bela dir” Non Vania berusaha mengingatkanku.
“Wahhh,kalau soal bela diri saya juga hebat loh Nonn…., pokoknya
Ujang mah nggak ada lawannya dehhhhh, He he he duhhhh memek!” kuemut
bibir vagina nona Vania dan kugigit kecil hingga ia terperanjat dan
menjewer kupingku, aku bangkit berdiri sambil menyodorkan permen loli
besar di selangkanganku.
“he he he.., ihhh Ujangggggg….. “
Non Vania menggeser posisinya diraihnya batang penisku, jemari
tangannya yang lentik mengelus-ngelus buah terong besar panjang yang
menghiasai selangkanganku kemudian cuppp.. cupppp.. cupppp..,
berkali-kali ciumannya mendarat di kantung pelir, batang dan dikepala
penisku, lidahnya yang basah dan hangat menari-nari melingkari permen
loli kesukaannya, dihisap dan diemutnya kuat-kuat kepala penisku hingga
bibirku yang tebal termanyun-manyun keenakan, bola mataku mendelik
ketika Non Shasha ikut mengeroyok batang penisku, kedua tanganku
membelai kepala dua orang gadis Chinese bertubuh mungil putih mulus
tengah asik menservice batang kontolku. Nona Vania mengangkangkan
sepasang paha mulusnya kesamping, kutatap dalam-dalam matanya yang sayu,
sepasang mata yang haus akan kenikmatan, sepasang mata sipit yang
mengharapkan kenikmatan dariku. Kuletakkan kepala penisku pada belahan
vaginanyakemudian kucokel-cokel belahan vaginanya dengan kepala penisku,
slopp…slopppp….slllloooppphh…
“Ujanggg.., jangan digituin ah….aaaa”
“Abis digimanain dong Non??“
“Ya, dimasukin dong ahh, pake nanya lagi he he he” Nona Vania mencubit lenganku yang sedang menggerayangi payudaranya.
“bener nihhh pengen dimasukin??“aku menggodanya
“He eh” ia menjawab sambil mengangguk kecil, Vaniaku yang cantik tersenyum manis menatapku.
“Yaa udahhh kalau Non Vania maksa, saya cuma bisa menuruti keinginan
Non Vania…tahan dikit nonnnn, titit saya juga pengen masuk ke dalam
liang memek Non Vania yang peret… he he he….”
“Nnnngggghhhhh…Nnnnnnhhh…ooohhhhhhh!!” berkali-kali tubuh mungil
Vaniaku yang cantik menggelinjang dan menggigil hebat menahan desakan
kepala penisku yang berusaha merojok vaginanya, mata sipitnya terpejam
rapat-rapat, keningnya mengkerut membentuk angka “11”,
sedangkan mulutnya membentuk angka O besar disertai desahan panjangnya
yang terhembus keluar ketika batang penisku menerobos membelah belahan
liang vaginanya yang mungil, nafasnya terengah-engah seperti sedang
berlari dipacu oleh nafsu birahi yang menggelora, butiran keringat mulai
mengucur dengan deras di lehernya.
“Uhhhhhh…. Hsssshhhhh… ujaann..nnnggghhhh “ tubuh mungil Vagina
menggeliat resah ketika batang penisku tertancap dengan semakin sempurna
di jepitan vaginanya.
“Gimana Nonnnn? nggak sakitkan?? rasanya cuma seperti digigit semut aja koqqq” kedua tanganku mencapit pinggangnya.
“semutnya.., ehhh semuttt ahhhhhhhhh“ Nona Vania gelagapan ketika aku
mulai mengayunkan batang penisku dengan gerakan yang liar dan brutal,
sementara Nona Shasha memeluk tubuhku dari belakang, sebuah
bisikan-bisikan mesum dibisikkannya ketelinggaku.
“Terus ujang, terussss, ewe Vania, iya betul, entot terus Jangg
sampai kamu puas, gimana rasanya jangggg, enak ya rasa memek Amoy…
hmmmmmm? ohhh UJANGGG… kamu kuat bangeeetttt..sichhhh cupp cuppp…,
cupph” Nona Shasha menciumi pundakku, aku semakin liar mengayunkan
batang penisku ketika mendengarkan desahan-desahan mesum Nona Shasha.
“Ahhhh… Aaaaaaaaaa…sebentarrrrhhh ahhhh Ujjnnanggghhhh” Nona Vania
kewalahan menerima sodokan-sodokan liarku, bibirnya menceracau tidak
karuan, aku bertambah nafsu merojoki vaginanya ketika mendengar
rengekan-rengekan kecilnya, kupompa hingga ia terguncang hebat dan
mengejang, Crrruuuu… crrrrrrrrrrttttt…penisku disiram oleh cairan
vaginanya yang terasa panas nikmat, kuaduki vaginanya perlahan-lahan,
kuusap keringat yang mengucur deras didahinya, kutundukkan wajahku
merapat kewajahnya, bibirku mengecupi bibir mungilnya yang termegap –
megap berusaha mengambil nafas-nafas panjang.
Kubalikkan tubuhnya menungging, kutekankan punggungnya hingga susunya
tertekan di bangku sofa, kutarik bokongnya ke atas, kutekan buah
pantatnya bagaikan seorang pedagang yang tengah membelah buah duren,
kutempelkan kepala penisku di pintu kenikmatan anal sex, terdengar
lenguhan panjang ketka perlahan-lahan kepala penisku mulai terbenam
kedalam anus Nona Vania.
“Unnnhhhhh…Ujangggggg… aaaaaaaaaaa!!“ Nona Vania mendorongkan tangan
kirinya kebelakang, berusaha menahan gerakan penisku, kutarik kedua
tangannya ke belakang sambil menghentakkan batang penisku dengan
sekuat-kuatnya.
“aaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrhhhhhhhhh…………………. “ gejolak nafsuku semakin
meledak-ledak ketika punggung Nona Vania melengkung ke atas disertai
suara erangan kerasnya yang merdu, jantungku serasa berhenti berdetak
ketika penisku melesat menyodomi duburnya.
“ahhhhh haaaahhhhkkkk…owwwww…owwwww…..awww…aaakkk” kutunggangi anus
Vania dengan penisku, kenikmatan itu seperti asik memeras keringat
ditubuhku dan tubuhnya yang semakin basah kuyup oleh butiran keringat
yang mengucur deras, mengguyur tubuhku dan tubuh mulusnya yang terayun
dan tersentak disodomi oleh batang penisku.
“he he he., gimana non.., asik nggak ?? “ aku bertanya sambil
menggenjot-genjotkan batang penisku merojok liang anus Vania, hanya
erangannyalah yang kudengar, ia terlalu sibuk menahan serangan liarku.
“ahhhhhhhh… aaaaaaaaaaa….Crrrrrrrr….” kujambak dan kutarik rambut Non
Vania ke belakang sambil menyentakkan penisku dalam-dalam, kujilati
belakang telinganya yang tengah menggigil mencapai puncak klimaks,
sementara batang penisku tetap terayun dengan kuat.
“DHUARRRr….!! EHAKKK CROOTTT.. KECROOTTTT…..” Suara geledek yang
sangat keras membuat-ku kehilangan kendali, mataku mendelik ketika
kepala penisku “mengucapkan sumpah serapah” disertai muncratnya spermaku menyiram liang anusnya, nafasku bersahutan dengan nafasnya.
“Sialan….bikin kaget aja! Tolong Non“ Aku menyodorkan batang penisku
yang sempat kaget dan pingsan kehadapan Nona Shasha, ia tertawa sambil
menarik batang penisku.
“He hehe. duhhh kaciannnn…kaget yaaaaa??“ dengan penuh kasih sayang
Nona Shasha membelai-belai batang penisku, dielus, dijilat dan
dibelainya hingga penisku kembali berdiri dengan tegak perkasa, cuphh,
satu kecupan kecilnya mampir di kepala penisku, lidahnya membelit
melingkari kepala kemaluanku, mulutnya terbuka lebar menganga kemudian
mencaplok kontolku, kubiarkan Nona Shasha bermain dengan batang
kemaluanku yang semakin mengeras.
“Ujanggggg…aku di atas ya??“ Nona Shasha meminta agar aku terlentang di atas lantai kayu.
“Hemmmm?? Tapiii harus yang liar ya Nonnnnn!!“ aku bernegosiasi dengannnya.
“yeeee…, pake nawa segala, emangnya dipasar ?? “ Nona Shasha
merangkak menaiki tubuhku yang tinggi besar seksi hitam legam, sungguh
cocok jika aku yang “ganteng” ini bersanding dengan Nona Shasha
yang cantik bertubuh mungil putih dan mulus, kedua tanganku mendekap
pinggulnya, aku tersenyum ketika ia menarik penisku, kemudian
diletakkannya kepala penisku di tengah-tengah rekahan bibir vaginanya,
ada rasa geli yang menggelitik ketika kepala penisku mengulas belahan
vaginanya, plesetttt…kepala penisku terpeleset ketika ia berusaha
memasukkan batang penisku.
“Mau dibantuin Nonnn ??”
“Nggak…nggakkk usahhh….hampir masukkk…emmmmhh!” mata sipit Non Shasha
membeliak lebar ketika aku menyentakkan batang penisku ke atas, tubuh
mungilnya menggeliat indah, kedua tangannya bertumpu di dadaku, nafasnya
tersendat-sendat ketika kedua tanganku menarik pinggulnya untuk turun
dan duduk di kursi kenikmatan di selangkanganku. Aku menatap wajahnya
yang merona merah, untuk beberapa saat kami berdua hanya diam saling
berpandangan, tanganku mengusap-ngusap pinggangnya yang ramping.
“Ayoo Nonnn…tolong perkosa saya…he he he”
“begini ya janggg…cara merkosa kamu ?? hemmm“ Nona Shasha tertawa
kecil sambil menekan kedua bahuku, kemudian ia mulai menaik turunkan
pinggulnya.
“Lebihh cepat Nonnnn!!”
“Ini juga udah cepat janggg….mmmhhh Hssshhhh…aaaahhhhh.. crrrr
crrrtttttt” belum begitu lama Nona Shasha menaik-turunkan pinggulnya
tiba-tiba ia menjerit kecil, Shashaku yang seksi mencapai klimaks, aku
mendekap tubuh mungilnya yang terkulai lemas, kupeluk erat tubuh
mungilnya yang mulus, basah dan hangat.
“waduhhhh, padahal memek Non Shasha baru turun naek sebentar, masa
udah meledak lagi he he he” aku mengusap punggungnya yang berkeringat.
“Titit kamu kegedean sich Janggg…enakkk” Nona Shasha menggakui
kekalahannya, telapak tangannya membelai pipiku dengan lembut, kuraih
tangannya yang sedang mengelus pipiku kemudian kekecup tangannya dengan
mesra, kedua tanganku merayap semakin turun, kutekan-tekan bokongnya
sambil menyentak-nyentakkan batang penisku keatas, kusodoki vaginanya
dengan gerakan-gerakan yang kuat dan teratur, kedua kakiku mengangkang
menerima kehadiran tubuh mungil Nona Shasha yang terlungkup tanpa daya
merintih diatas tubuh hitamku, hingga ia akhirnya kembali memekik kecil
ketika batang penisku membuat cairan vaginanya meledak – ledak dengan
nikmat. Vania merangkak dan berlutut di sisi kananku,
“Shaaaaa… geser dongggg…aku mauuuu!!” Nona Vania merengek agak Non Shasha turun dari atas tubuhku.
“Nggak bolehhhh…, he he he“ Nona Shasha menggoda Non Vania. Ia
mengeluh ketika Vania mencubit pinggulnya yang sedang bergeser dari atas
selangkanganku, Non Shasha memeluk tubuhku dari sebelah kiri, kepalanya
bersandar di dadaku, sementara tanganku membelit memeluk tubuhnya yang
mulus.
“nnnggggghhhhh.. mmmmppppphhhh…aaaaaaaaaaaahhhhhh!!” Nona Vania
menggigit bibir bawahnya ketika kepala penisku bersusah payah menyelam
ke dalam belahan vaginanya yang mungil sempit. Ia tampak menderita
ketika perlahan-lahan kepala penisku membongkar belahan sempit di
selangkangannya.
“Auhhhh.. uhhhhhhh……” tubuh Nona Vania tersentak-sentak ke atas
ketika aku menyentakkan batang penisku berkali-kali kusodokkan penisku
merojok-rojok belahan vaginanya. Nona Vania berusaha melawan sodokanku
dengan memutar dan menghempaskan vaginanya ke bawah.
“Clepppp… cleppppp…. Cleppppp…. Nahhh ini baru benarrrr, hehehe, Non
Shasha harus belajar dari Non Vania…Weissshhhtttt!“ aku kagum dengan
kelihaian Non Vania, ia begitu liar menaik turunkan pinggulnya,
jeritan-jeritan liarnya terdengar menggairahkan. Seiring dengan
hempasan-hempasan vaginanya mendesak selangkanganku.
“Ahhhhhh!! Ahhhhhhh!!, ewe akuuuu, ohhhh terusss, entotttt!! Terus
UJANGGG…terusssssss….yaaaaa…. UJANGG seperti ithuuu Ohhhh..,
nikmatnyaa!!” jeritan-jeritan Vania semakin keras, ia memekik histeris
ketika vaginanya disodoki oleh penisku.
“Woww!! Vania!“ Non Shasha berlutut di sisi Vania, ia bengong menatap Vania yang begitu liar dan binal.
“Shaaaa…peluk akuu Shaaaa… pelukkkk!!” Nona Vania berusaha memeluk
tubuh Non Shasha yang tampak risih ketika berpelukan dengan Nona Vania
yang tengah diamuk nafsu birahi.
“Ehhhh…, iniii…ehhh aduhhh mmmhppphhhh” bibir Nona Vania mengulum
bibir Non Shasha, tangan kirinya membelit tubuh mulus Non Shasha
sementara tangan kanan Vania menggerayangi lekuk liku tubuh Non Shasha
yang molek.
“Hmmmmm…Ckkkk…mmmmmhhh Vaniaaaa mmmmmpp.. ckk ckk “Non Shasha mulai
membalas melumat bibir Vania, suara decakan-decakan mulai berkumandang
dengan semakin keras ketika bibir mereka saling berpangutan.
“Jrebbb…Blessssshhh…bluesssshh jrebbbbb…cleppp” kuladeni
hempasan-hempasan vagina Vania dengan merojokkan batang penisku
kuat-kuat ke atas, kuhantam dan terus kuhantam liang sempit di
selangkangannya.
“Owwwww…..Crrrrtttt!!” gerakan-gerakan liar Vania tiba-tiba berhenti,
kepalanya bersandar di bahu Shasha, kedua gadis cantik bermata sipit
itu saling berpelukan dengan mesra, Shasha memeluk tubuh Vania yang
terkulai dan meringis lemah.
“UJANGG…pelan-pelann dong, kasihan Vania ihh!!” Nona Shasha memintaku memperlembut irama sodokan-sodokanku.
“Nnggg.. hakkss nggak apa Shaaaaa…nggak apa… ohhhh!!” Nona Vania
memberikan lampu hijau untukku, aku tersenyum sambil menghentakkan
penisku ke atas kuat-kuat.
“JROSSSHHHH….JREBBBBBB…JREBBBBBBBBBB….ooww!!” Nona Vania melolong
liar ketika penisku menyodoki vaginanya dengan kasar, kulesatkan dan
kupanah memek sempitnya dengan penisku yang masih mengacung perkasa
tanpa mempedulikan lolongan-lolongan liar Non Vania.
Bergantian mereka menunggangi batang penisku yang memacu mereka
hingga bergantian mencapai puncak klimaks, bahkan kini Nona Vania
menjejalkan vaginanya ke mulutku, kucaplok vaginanya dan kulahap
selangkangannya.
“Unnnhhhh…crrrr…crrrrr….” Nona Vania meledakkan cairan kewanitaannya
cairan gurih itu meleleh ke dalam mulutku, kuseruput dan kutelan cairan
gurih penambah tenaga itu, setelah berhasil menguasai diri Nona Vania
meggeser tubuhnya ia berbaring di pelukanku sebelah kanan, kedua matanya
terpejam rapat, bibir mungilnya tersenyum puas.
“aaaaaaaaa….crrrrrrrrr.. crrrrrrrrr” Nona Shasha ambruk menindihku,
cairan vaginanya menyiram batang penisku, kupacu dan kurojokkan penisku
kuat-kuat, kupacu vaginanya hingga tubuh mulusnya kelojotan menggeliat
gelisah di atas tubuhku.
“Crooottttt…kecrootttttt!!” spermaku meledak berkali-kali di dalam
vagina Shasha, kedua tanganku memeluk erat-erat tubuh mulus kedua gadis
cantik berwajah oriental itu yang sudah terlebih dahulu terkulai puas,
aku berbaring di atas lantai kayu sambil memeluk erat-erat tubuh mungil
mereka yang putih mulus tanpa cela, sesekali tangan kedua gadis bermata
sipit itu mengelus dan menarik-narik batang penisku sambil tertawa
nakal.
(Hmmmmmm…, jadi cewe bule itu namanya…. )“ dalam hati kuukir nama
seorang gadis cantik berambut pirang yang baru lulus kuliah dan bekerja
diperusahaan XXXX tempatku mencari nafkah dan mencari kenikmatan ^_^,
aku tersenyum sambil mengecupi kening Non Shasha dan Non Vania yang
sudah tertidur pulas, terlelap dalam pelukan nafsu liarku.
==========================
“HOAAAAAMMM!!“ aku membuka mulutku lebar-lebar,
Sretttt…kuturunkan resleting celanaku dan kutarik Ujang Junior keluar
dari dalam celana dalamku yang dekil, Serrrrrrrr…serrrrrrr
serrrrrrrr…kusirami sebuah pot keramik di dinding toilet yang sedang
menganggur, sebuah senyum mengembang di bibirku yang tebal, membayangkan
wajah seorang gadis cantik berwajah pirang berwajah sensual sensual
bertubuh seksi, si pirang baru saja lulus dan langsung diterima kerja di
perusahaanku (ehh salahh…, maksudku, perusahaan Bu SELMY) Ia sudah
bekerja selama seminggu dan sampai saat ini aku masih belum juga
berhasil menemukan kesempatan dalam kesempitan (vaginanya) EHEMMMM…..!!
aku berdehem keras ketika kata sempit secara otomatis mengarahkan otak
kotorku pada belahan di selangkangan si pirang. Aku mendesak-desakkan
tubuhku bagian bawah mendesak pot porcelain itu, batang penisku mendadak
tegang.
“Ujang sayangg…. “
“EeHHHHH“ aku menghentikan gerakan konyolku ketika sebuah suara
memanggil namaku dari belakang, dengan reflek aku menengok ke belakang
“PRRROOOOTTTT….Fuahhh…!! “
“AUHHHH…!! Beuuuuhhh… Monyong lu!!” telapak tanganku mengusap-ngusap
wajahku yang terkena semburan air dari mulut Darso, seorang sahabat
karibku yang berperawakan tinggi besar, gemuk berlemak.
“Paya otak-lu dinginnnnn…, lagi ngapain lu… Jang…!“ .
“He he he he……” aku terkekeh tanpa menjawab pertanyaam-nya, aku tahu
Darso hanya menyindirku, Darso berdiri di sampingku kemudian ikut
menyirami sebuah pot di sisi potku, wajahnya tertunduk sambil menghela
nafas panjang.
“Hhhhhhhhhhhh…. Jangg lu tau nggak, Non Ayhwa udah balik loh dari bulan madunya….. “
“WADUHHHH… GAWAT…!!!“
“Ehhh napa emang ?? Apanya yang GAWAT ??“
“Udah dijebol donggggg… “
“SOMPRETTT…..!! jangan bikin gua panas dong JANG!!“
“Panas di hati atau panas di bawah… he he he”
“Ya dua – duanya lah JANG……Hhhhhhhhhhhh” aku tidak melanjutkan
guyonanku menyaksikan wajah Darso yang hampir menangis, sahabat karibku
menghela nafas panjang untuk melepaskan beban berat di hatinya, aku tahu
sudah lama Darso naksir berat sama Non Ayhwa, tubuh si pengantin baru
ramping sexy mungil, kemolekan tubuhnya ditunjang oleh wajah orientalnya
yang jelita, sungguh beruntung pria yang kini menjadi suaminya. Setelah
memasukkan “barang” kami masing-masing, aku dan Darso mencuci
tangan di wastafel sambil mengobrol ke sana kemari, tiba-tiba muncul
sebuah ide gila di otakku.
“Psssttt… lu mau nggak begini sama Non Ayhwa?” aku berbisik sambil
menyelipkan jempolku di antara jari telunjuk dan jari tengahku, sebuah
senyuman mesum mengembang diwajahku..
“MONYONG LU JANGG,.!! “ Darso cemberut, bibirnya meruncing.
“hushhhh…, gua serius nihh….., yeee ditanya malah bengong…ya
sudah-lah” Aku hendak berlalu keluar dari dalam toilet namun tubuh Darso
yang berlemak menghadang langkah-ku.
“Gimana caranya Jang??“ Darso bertanya kepadaku, ia tampak antusias sekali dengan ide gilaku.
“Begini…he he he he“ kujejali Darso dengan segudang ilmu-ku yang
sudah kubuktikan dan kupraktekkan pada Non Shasha dan Non Vania., aku
terus berbisik-bisik di telinganya dan ia mengangguk-anggukkan
kepalanya, sebuah senyum mesum mengembang di wajahku dan sahabat
karibku, sebuah koalisi tercipta diantara kami berdua, koalisi untuk
berburu karyawati-karyawati cantik bermata sipit diperusahaan XXXX
tempat kami berdua mencari nafkah, sebuah perangkap sudah disiapkan
untuk menjebak dan memperdaya Non Ayhwa si pengantin baru yang cantik
jelita.
********************************
Hari Senin siang
Setelah menerima misscall dari Darso di hp-ku, dengan langkah
terburu-buru aku segera menuju ke toilet lantai tiga, letak toilet itu
berada di pojok kiri bersebelahan dengan toilet wanita, Darso sedang
menatap ke arah toilet pria, nafasnya turun naik dengan cepat, kutepuk
pundaknya dari belakang….
“Gimana ?? berhasil ???“
“Ituu.. ituuu masukkk JANGGG….!!Tapi…“ Darso tergagap menjawab
pertanyaanku, tanpa menunggu lebih lama aku melompat masuk mengejar
mangsa-ku, sebuah senyum mengembang di bibirku ketika telingaku
mendengar suara, serrrrrr…. serrrrrr…serrrrrr….dari balik sebuah pintu
yang masih menyembunyikan seorang mangsaku yang cantik, aku merasa yakin
Non Ayhwa tidak dapat bersembunyi dari keganasan-ku karena di dalam
toilet pria itu hanya ada sebuah wc tertutup dan lima buah pot keramik
yang tergantung di dinding dan tiga buah wastafel yang berjejer tertanam
pada sebuah meja batu panjang berlapiskan keramik berwarna putih di
bawah sebuah cermin berukuran besar yang terpasang di dinding.
“(???????????????………..)”aku terkejut ketika seseorang membekap
mulutku dan menyeret tubuhku dari belakang, keluar dari dalam toilet
pria dan terus menyeretku ke tempat yang tersembunyi, aku menolehkan
kepalaku kesamping belakang ketika orang itu melepaskanku, aku keheranan
menatap raut wajah Darso yang ketakutan, dasar kampungan, mau dikasih
yang enak-enak malah ketakutan seperti itu.
“Lhaa…gimana sihhh lu!! Belon apa – apa udah keok duluan, dasar
pengecut, BADAN AMA ISI SELANGKANGAN AJA YANG GEDE” aku mengumpat kesal
sambil menyikut perutnya yang buncit.
“Ssssttttt… janggg Ituuuu…..” Darso meletakkan jari telunjuknya pada
bibirnya yang meruncing kemudian menunjuk kedepan, JANTUNGKU berhenti
berdetak KARENA TERKEJUT, ALAMAAAAKKKK!!!
“HAHHHHHH……@#$%@@#$ ?? Goblokkk….!! Kenapa nggak ngomong dari tadi,
AMPIR AJA GUA MAMPUSSSS!!!“ aku mendesis keras mengumpat sambil
mendelikkan mataku.
“Lohhh ?? Koqq nyalahin gua sihh, kan elu sendiri yang nyelonong
masuk seenaknya..!!, makanya dengerin dulu…kata-kata gua sampe abis,
gua-kan belum selesai bicara..JANGGG…”
———————
Hari Selasa, jam 17.05….
“Jangggg… lu yakin nggak?? Ntar kaya kemaren!! Ampir aja lu ngembatttt…. Bu Selmy!! “
“Gua yakinn…, duh bawel amat sih lu, udahhhh cepetan-ah , ntar nggak
keburu dodol!!” aku mulai naik pitam ketika Darso meragukan keampuhan
tipu muslihatku.
Darso segera menyambar selembar kertas pengumuman yang kubuat dengan
bantuan Non Vania, si gemuk menempelkan kertas pengumuman itu tepat di
pintu toilet wanita, ”Maaf sedang dalam perbaikan”, isi kertas
pengumuman yang tertempel di depan pintu toilet wanita itu, kami bedua
segera bersembunyi ditempat persembunyian kami, aku dan sahabat karib-ku
menanti seseorang yang diharapkan akan datang. Tidak berapa lama aku
dan Darso tersenyum sambil saling berpandangan ketika seorang karyawati
cantik melangkah terburu-buru menuju toilet wanita yang letaknya
bersebelahan dengan toilet pria., tubuhnya elok molek, ramping seksi ,
wajahnya cantik jelita, kedua matanya sipit, bibirnya yang mungil tampak
segar menggoda.
“Aduuhhhhh, uuhhhh….Hssshhhhh.. nggak tahan… emmmhhh” si pengantin
baru tampak kebingungan, kedua kakinya yang mulus merapat seolah-olah
sedang menahan sesuatu, berkali-kali bibirnya yang mungil mendesis
pelan, setelah menengokkan kepalanya kesana-kemari, tubuh moleknya mulai
mendekati pintu toilet pria yang sengaja kubuka dengan lebar. Ia
tampaknya masih ragu-ragu untuk masuk ke dalam perangkap kenikmatan yang
sudah kami persiapkan di dalam toilet pria, dengan cepat tubuh molek
itu menyelinap masuk ke dalam perangkapku, aku dan Darso menahan tawa
ketika keragu-raguannya dihantam oleh “kebutuhan yang mendesak”.
Darso melangkah mendahului-ku, kami berdua masuk mengikuti si
pengantin baru yang cantik jelita dengan mengendap-ngendap tanpa
mengeluarkan suara kami menanti di depan pintu kenikmatan yang masih
tertutup rapat, Seeerrrrr……!! Serrrrrrrrr….!! aliran nafsu bejat membuat
sesuatu di permukaan celana kami menggembung, dengan sabar aku dan
Darso menunggu makan siang kami yang pasti lezat, krekettttt…. pintu itu
terbuka lebar, sesosok tubuh molek berwajah oriental menampakkan
dirinya.
“HAHHHHH….. ?? Nonn Ayhwaaa ?? “
“WADUHHHHHHH…. ?? “
“AWWWWWW………!!! “ia berteriak kecil.
Aku dan Darso berpura-pura terkejut, sementara ia tersentak karena
terkejut setengah mati, ia tidak menduga kalau aku dan Darso akan
memergokinya.
“Lagi ngapain di sini NON ?? HAYOH…., NGGAKU…..!!“ Darso mulai menginterogasi si pengantin baru bermata sipit.
“ehh Euuu.., ini…, aku salah masuk…..” si cantik berusaha mencari-cari alasan.
“NGGAK MUNGKIN NONNNN…., NGGAK LIAT ITU APAAN??” Dengan mudah Darso
mematahkan alasan si pengantin baru dengan menunjuk ke arah lima buah
pot keramik yang menggantung berjajar di dinding.
“Pasti Non Ayhwa pengen ngintipin titit, hayo NGGAKU!!!” aku
menuduhnya sambil menjulurkan tanganku ke arah dada si cantik yang
tengah tergagap, oleh tuduhan-tuduhanku dan si gemuk Darso.
“NGGAKKK…!! BUKANNN…!!, Akuuu, ituu… Heiiii, jangan kurang ajar kamu
UJANGGG…!!” Ayhwa menepiskan tanganku yang hendak menjamah susunya.
“SITU YANG JANGAN KURANG AJARRR…! MASUK ke dalam toilet pria buat
ngintipin titit saya dan UJANG!“ Darso mendorong bahu Non Ayhwa dan
mendesak tubuh karyawati cantik itu ke dinding dekat dudukan wastafel,
tas si pengantin baru terjatuh di bawah kedua kakinya yang gemetar
ketakutan.
“Lepaskannn,, heii, Darsoo…Lepaskannnn!! atau aku teriak nihh!!“ Non
Ayhwa mendorong tubuh Darso yang berusaha untuk memeluk tubuhnya yang
molek mungil, ia berusaha menggertakku dan Darso.
“Coba aja, kita lihat siapa nanti yang bakal-an menanggung malu…!!”
“TOLONGGG ADA TUKANG INTIPPPPP!!” aku berpura – pura mulai berteriak.
“Kurang keras Jangg teriak lagii… yang kerassss!!“
“Toolllooonnggg!!“ aku sedikit mengeraskan suaraku.
“Jangann Ujanggg…jangannnnnn!” si pengantin cantik bermata sipit memohon dengan suara memelas.
“Makanya nggak usah ngancam mau berteriak-teriak begituuuuuu…., n’tar
kalau ada yang datang gimana?? “ sikap Darso berubah menjadi lebih
lembut, aku tersenyum sambil menempelkan kertas pengumuman yang kedua
pada pintu toilet pria “maaf sedang dalam perbaikan“,
Clickkkkkkk…kututupkan pintu itu dan ku kunci dari dalam.
“Ujanggg…, Darsooooo…tolong lepaskan akuuuu, tolong…” Ayhwa memohon
sambil terisak ketika Darso memeluk tubuh mungilnya dan mendudukkannya
di atas dudukan meja wastafel, kedua kaki mulusnya yang terjuntai
merapat ketakutan.
“Non Ayhwa, saya tidak akan menyakiti-mu percaya-lah sayang.” Darso
membelai wajah Non Ayhwa kemudian dengan lembut mengusap airmata yang
meleleh di pipinya
Tangan Darso meloloskan blazer berwarna putih yang membalut tubuh
mungilnya dan memberikannya kepadaku, dengan rapi aku melipat jaz blazer
Non Ayhwa, baru saja aku selesai melipat baju blazer itu, Darso kembali
menyodorkan baju kemeja berwarna krem yang baru dirampasnya dari tubuh
mulus si pengantin baru.
“Sialannnnn…!! Lu pikir gua lemari baju hah??? bajunya doang yang lu
bagi ke-gue“ aku mendesis kesal, mataku melotot menatap gundukan putih
yang mengintip dari balik bra Non Ayhwa.
“He he he…, sekaliannnnn…., lipet yang rapi ya Jang…n’tar lu pasti
gua bagi, tapi gua lagi melepas rindu dulu nihhh sama Non Ayhwa…, jangan
ganggu yaaaaa…… he he he he… cupphhhh…..” Darso mengecup pipi Non Ayhwa
Si cantik melengoskan wajah-nya, ia berusaha menghindari sebuah
ciuman di bibir mungilnya. Darso tersenyum mesum tangannya
mengusap-ngusap lutut Non Ayhwa, usapannya terus merayap naik sambil
menarik rok mininya sedikit demi sedikit ke atas.
“Jangannn…! jangannn DARSO…jangannnn, toloongggg kasihanilah
suami-ku, kasihani-lah dia!” Non Ayhwa menepiskan tangan Darso yang
mengelus pahanya sebelah dalam, ia berusaha mempertahankan kesuciannya,
ia tidak rela tangan Darso menjamah tubuhnya dan tidak sudi ada tangan
lain yang membelai tubuhnya selain tangan suaminya tercinta.
“Nonnn Ayhwaaaaa…., saya ini lebih kasihan daripada suami Non Ayhwa,
siang-malam saya selalu mengimpi-impikan Non, saya tersiksa sekali
Nonnnnn, seminggu yang lalu cinta saya hancur di tengah jalan ketika
mendengar Non Ayhwa menikahi lelaki itu, panas rasanya hati saya ini
membayangkan tubuh molek Non dijamah oleh laki-laki lainnnnnn……” Darso
menumpahkan seluruh isi hatinya, hatiku ikut terenyuh mendengar
kata-kata Darso yang berlantunkan nada-nada sedih.
Mata Darso menatap wajah Non Ayhwa yang tertunduk sambil terisak,
tangan kanannya terjulur untuk mencubit lembut dagu si pengantin baru
kemudian mengangkat dagunya agar wajahnya yang cantik mendonggak ke
atas, dengan rakus bibir Darso mengecupi bibir Non Ayhwa yang berwarna
merah muda, air mata semakin deras meleleh dari sudut mata si pengantin
baru yang jelita. Ketika Darso melumat dan mengulum bibirnya yang
mungil, sesekali bibir tebalnya mengecupi kedua mata Nona Ayhwa,
lidahnya menjilati hidung si pengantin baru yang mancung, setelah itu
batang lidahnya bergerak mengulas-ngulas lelehan air mata Non Ayhwa yang
meleleh di pipinya yang lembut halus.
“AHHHHHH!!“ tubuh molek Non Ayhwa terperanjat ketika tangan Darso
merogoh payudaranya sebelah kanan, tangan itu meremas-remas sesuatu di
dalam bra Non Ayhwa sementara bibirnya terus mengecupi bibir si
pengantin baru yang sesekali mendesah pelan menggantikan suara isak
tangisnya yang mulai menghilang
Si cantik bertubuh molek terdiam ketika tangan si gemuk berlemak
merayapi belakang punggungnya untuk melepaskan kaitan branya, ia
tertunduk dengan wajah merona merah dadu ketika Darso menarik bra
putihnya hingga terlolos melalui kedua lengannya. Mata Darso dan mataku
mendelik melotot menatap dua buah bukit kembar yang putih ranum,
jemarinya tertekuk mirip seperti cakar kemudian mencengkram kedua gunung
indah di dada gadis itu, kedua jari jempolnya bergerak lembut memijiti
pentil Non Ayhwa yang tegak meruncing karena terangsang. Tangan si
pengantin baru berpegangan pada kedua lengan Darso yang sedang asik
mencengkram kedua bukit susu di dadanya, si cantik merintih dan mendesah
kecil, wajahnya yang cantik yang semula hanya menatap lantai kini mulai
terangkat menatap wajah Darso, bibirnya yang mungil merekah dan
mendesis sambil sesekali memanggil nama si gemuk itu.
“aaaaahhhh… Hsssshhh….Sssshhssssss.. Darsooooooo… Hssssssss… ahhhh”
“Cupphh.. Emmmmhhh Cpppp….mmmmmh” Ayhwa memejamkan matanya ketika
Darso kembali menundukkan wajah untuk melumat bibirnya yang mungil
Dengan rakus si gemuk mengulum bibir Non Ayhwa, cumbuan mereka
semakin memanas ketika si cantik bertubuh molek mulai berani membalas
lumatan-lumatan bibir Darso, sambil meremasi payudara Non Ayhwa Darso
mengecup, melumat dan mengulum bibir mungil itu sampai puas. Si gemuk
mengecup dahi Non Ayhwa kemudian menjulurkan batang lidahnya menjilati
sela-sela bibir mungilnya. Non Ayhwa menjulurkan batang lidahnya
menerima ajakan lidah mesum Darso yang terus menggeliat diantara
sela-sela bibirnya yang mungil, dua batang lidah yang tampak basah itu
bergerak saling menyapu dan mengelus, berkali-kali Darso menghisapi dan
mengulum batang lidah si pengantin baru yang jelita. Darso memposisikan
tubuh gadis itu untuk berlutut menghadap ke arah cermin besar yang
terpasang di dinding, kini melalui bayangan di cermin besar itu Nona
Ayhwa dapat menyaksikan dengan mata kepalanya sediri apa yang sedang
diperbuat oleh Darso, seorang office boy bertubuh gemuk berperut buncit
yang tengah menggerayangi kemolekan tubuhnya.
“Ehhssshhhhhhhhh… ahhhhhhhhhh…… “ tubuh mungil itu menggigil ketika
Darso melumati dan mencumbui batang lehernya yang putih jenjang, matanya
menatap sayu pada bayangan tubuhnya di cermin, ia mendesah ketika Darso
mengusap bulatan payudaranya bagian bawah kemudian meremas-remas
susunya yang semakin membongkah padat. Sementara bibir Darso mengecupi
dan membasuh kedua pundaknya bergantian sebelah kiri dan kanan.
“Ihhh…Geli……Hssshhhhhhh” tangan kiri Nona Ayhwa bergerak ke belakang
mendorong kepala Darso yang sedang menggeluti batang lehernya bagian
kiri, dengan lembut tangan Darso mencekal pergelangan tangan Non Ayhwa
dan menariknya ke belakang kemudian kembali melanjutkan aksinya
menggecupi dan mencumbui bahu, pundak, leher, dan telinga si pengantin
baru yang terus mendesah dan merintih pelan. Tubuh moleknya meliuk ke
sana kemari berusaha menghindari serangan-serangan Darso yang geli-geli
nikmat, sesekali wajahnya yang jelita mendongkak ke atas sambil mendesis
dan mendesah menahan cumbuan panas dari seorang office boy bertubuh
gemuk berlemak.
“Saya buka ya Nonnnn…paya lebih afdool” tangan Darso mencapit
resleting rok mini Non Ayhwa kemudian menarik resleting itu turun dengan
sekali sentakan yang kuat, setelah meloloskan rok mininya, tangan Darso
bergerak untuk meloloskan secarik celana dalam putih yang melindungi
wilayah suci Ayhwa.
“haaaaaaaaaaaa…??!!“ Ayhwa menarik nafas ketika tangan kanan si gemuk
meraih menangkup selangkangannya dari belakang, tangan kiri Darso
semakin aktif menggerayangi dan meremas-remas payudara-nya, mulut Darso
bergerak mengecupi dan menjilati punggungnya, entah kenapa ia merasakan
suatu sensasi yang merangsang gejolak birahinya ketika melalui pantulan
cermin besar itu. Ayhwa menyaksikan tubuh mungilnya tengah digeluti oleh
seorang pria gemuk.
“Slllssshhhhh ….ohhhhh!” bibir si cantik mendesah pelan ketika
merasakan jari tengah Darso bergerak menekan dan tercelup diantara
cepitan bibir vaginanya yang sudah becek sedari tadi.
“Nonn, memek Non sempit amat ya ? He he he, saya jadi kepingin tahu,
sebenarnya sudah berapa kali sih Non Ayhwa dicolok sama suami Non,
hemmmm?“
“sekahh…li….Hssshhhhss.”
“HAHHHH ?? Cuma sekaliii ?? “hampir bersamaan aku dan Darso berseru
kaget, gila..!! laki-laki sinting mana yang membiarkan santapan lezat
seperti Non Ayhwa yang bertubuh molek, berwajah cantik jelita ini
menganggur selama semingguan. Non Ayhwa menjelas-kan kalau sehari
setelah menjalani malam pertama, suaminya dipanggil oleh atasannya
karena keadaan yang cukup mendesak hingga batal mengambil cuti. Rupanya
sang suami lebih mementingkan karirnya daripada istrinya yang cantik
jelita.
“WADUHHHH Non, bukannya bilang sama saya, tau gitu saya yang nemenin
Non Ayhwa honeymoon selama seminggu“ berkali-kali Darso menarik dan
menekankan jari telunjuk-nya yang mulai tercelup-celup kedalam belahan
vagina si pengantin baru yang mendesah sambil menekuk wajahnya yang
cantik memperhatikan jari tengah darso yang tengah bekerja dengan giat
menusuki belahan vaginanya.
“Enakk Nonn ? “
“He ehh…” Non Ayhwa mengangguk kecil, sebuah anggukan dari si cantik
yang membuat nafsu binatang Darso semakin buas, jari tengahnya bergerak
semakin cepat
Batang lidah Darso terayun menjilati lelehan keringat yang mulai
mengucur di tengkuk dan leher si pengantin baru bermata sipit yang
cantik jelita, tubuh moleknya menggeliat indah dalam rengkuhan nafsunya
yang begitu buas dan liar. Satu demi satu pakaian si gemuk terlepas dari
tubuhnya, tubuh Darso kini telanjang bulat menyusul tubuh molek si
pengantin baru yang polos tanpa selembar benangpun menutupi tubuhnya
yang molek.
“Enhhhh…!! Crrruttt cruuuttt” si pengantin baru tiba-tiba mencekal
pergelangan tangan si gemuk sambil menarik pinggulnya ke belakang hingga
jari tengah Darso tergelincir dan terlepas dari cepitan vaginanya.
Dengus nafasnya tersenggal merasakan denyutan-denyutan kenikmatan di
wilayah intimnya seakan-akan sedang memeras cairan vaginanya hingga
meleleh ke atas meja batu berlapiskan keramik berwarna putih bersih,
tangan Darso meraup cairan vagina si pengantin baru kemudian membasuh
batang penisnya yang besar panjang dengan cairan kewanitaan Non Ayhwa
untuk menyamarkan bau penisnya yang tidak terawat.
“Nonnn, jilatin titit saya dong!”
Si gemuk tersenyum-senyum sambil membantu Non Ayhwa turun dari atas
dudukan wastafel, setelah menekan bahu si pengantin baru agar berlutut
di hadapan selangkangannya, Darso mengacungkan batang penisnya ke depan
sambil menarik tangan kiri Ayhwa dan meletakkan tangannya pada batang
penisnya yang besar dan panjang.
“ihhhh…. Darso, besar amat??!!“ mata sipit Ayhwa melotot menatap
batang penis berukuran jumbo milik Darso yang bulatannya jauh lebih
besar dari bulatan batang penisku, walaupun jika dibandingkan dari
panjangnya tidak jauh berbeda dengan panjang penisku.
“Gede mana sama punya suami Non Ayhwa ? “
“Yaaaaa, gede-an punya kamu sihhh“ wajah si cantik merona merah,
tangan kirinya mendorong penis Darso hingga menempel sejajar dengan
perutnya yang buncit, lama sekali tangan kanan Non Ayhwa mengelus-ngelus
batang besar panjang di selangkangan Darso yang bertubuh gemuk berlemak
mirip seperti sosok Rony Dozer di Extravaganza
“Nonnn, jangan cuma dielus-elus doang donggg….”
“emmm… Darso maunya diapain??“ Ayhwa bertanya menantang sambil
menengadahkan kepalanya ke atas, sebuah senyuman nakal mengembang di
wajahnya yang jelita.
“Dijilat terus diemut sama Non Ayhwa, ceilehhh nonnnnn, pake nanya lagi, Ayo Non, jangan malu-malu he he he he”
“Digini-in ? sllcccckkkk.. ckkk ckkk slllllccckkkkk… “
“Uhh – Ahhhhh…, iy iya Nonnn terusss, terusss” Darso menekuk wajahnya
ke bawah, bola matanya membeliak keenakan ketika batang lidah si
pengantin baru yang basah dan hangat memanjakan batang penisnya, kepala
Ayhwa terayun-ayun sepanjang kemaluan Darso, batang lidahnya
terjulur-julur dengan gerakan yang teratur menjilati buah pelir dan
batang penis si gemuk, sesekali lidahnya melingkari kepala penis Darso
yang berkali-kali melotot keenakan menikmati basuhan batang lidah itu
pada kepala kemaluannya.
“(Happppp….), HEUDEUHHH??!! Aduh Non, jangan digigit gitu dong!!“ si
gemuk protes, dengan reflek ia menarik penisnya ke belakang ketika gigi
Ayhwa terbenam di kepala kemaluannya..
“he he he he.” Ayhwa terkekeh nakal sambil menengadahkan kepalanya ke
atas, matanya yang sipit menatap wajah Darso yang merah padam karena
menahan nafsu..
“Duuu-uhhh… non Ayhwa gemes-in dechhh, sini Nonnn duduk,
heuppp…nahhhhh” Darso mendudukan si pengantin baru di pinggiran meja
wastafel, mata sipitnya menatap sayu ketika Darso berlutut di hadapan
kaki mulusnya, kedua tangan Non Ayhwa menyilang di dada, ia berusaha
melindungi kedua bukit indahnya yang semakin membuntal padat dengan
putingnya yang berwarna pink kemerahan dari tatapan mataku yang liar.
“Coba ngangkang Nonn…..,Yeeh malah tambah dirapet-in “
“Malu-ah…… “wajah sicantik bertubuh molek semakin merona karena
jengah, sementara Darso semakin ber-nafsu untuk mengangkangkan kaki
mulus sipengantin baru, dengan sedikit paksaan Darso mengangkangkan
sepasang kaki mulus sicantik bertubuh molek.
“Ohhhh… Darso hh….hhh.” nafas Non Ayhwa berdesahan ketika kepala si
gemuk terbenam di selangkangannya, jemari tangannya yang lentik
mengelus-ngelus kepala Darso yang tengah mengendusi wilayah intimnya.
DUGGG…!! DUGGGGG…!! DUKKKKK….!! Jantung Darso berdetak dengan keras,
bola matanya memincing menatap tajam kemolekan vagina si pengantin baru,
cuping hidungnya kembang kempis mengendusi aroma vagina si cantik yang
begitu harum merangsang sementara kedua tangannya mengusap dan
mengelus-ngelus permukaan paha Ayhwa yang putih mulus. Lidah Darso
terjulur memanjang dijilatnya belahan vagina si cantik yang terperanjat
ketika ujung lidahnya mengelus-ngelus lingkaran bibir vaginanya, tengah
asik-asiknya Darso menjilati vagina Ayhwa, tiba-tiba terdengar suara
nada dering MP 3 dari tas kecil Ayhwa yang kini tampak pasrah, aku
membantu mengambilkan telepon genggam milik si pengantin baru.
“Halooooo ? “
(Hai Sayanggg…, aku jemput ya…..)
“Ehhh… jangannn…., aku lembur, hari ini mungkin aku pulang agak malam”
(Wahhhh, gimana donggg… padahal aku sudah kebelet nihhh.., pengennnn)
“Yawdahhh…, kamu istirahat dulu di rumah.. kamu pasti cape setelah
bekerja seharian., tunggu aku pulang.”sambil menjawab telepon dari
seseorang wajah si pengantin baru terangkat keatas, ia menggigit bibir
bawahnya untuk menahan desisan kenikmatan yang hampir keluar dari
bibirnya ketika mulut Darso terbuka dan mencaplok vaginanya.
(Hhhhhh…. Kalau gitu aku tunggu kamu pulang ya sayanggg, jangan lama-lama yach lemburnya…)
“mmmmmmm… iyah aku usahakan dahhhhh…”
(Dahhh muacchhhhhh….!!)
Darso menengadahkan wajahnya memperhatikan wajah jelita si pengantin
baru yang mendadak murung, ada kebimbangan yang tersirat di wajahnya
setelah menerima telepon dari suaminya tercinta.
“ehhhh UJANG…. Ahhhhemmmppph!” aku memeluk tubuh mungilnya dari
samping untuk mengusir kebimbangannya, kutundukkan kepalaku untuk
melumat bibirnya yang mungil, kukecupi dan kulumat-lumat bibir mungilnya
dengan bernafsu hingga tubuh moleknya meronta dalam pelukanku karena
kehabisan nafas sementara Darso kembali melumati dan mengemut bibir
vagina Non Ayhwa yang semakin becek dilelehi oleh cairan kewanitaannya
yang gurih, gairah si pengantin baru semakin menggebu-gebu menyadari
tubuh mungilnya yang molek kini digeluti oleh dua orang office boy
sekaligus.
“AAAA…. Hhnnnnnhhhhh…. Srrrutttt… crrrutttt….” tubuh si pengantin
baru menggelepar dan menggigil nikmat ketika vaginanya kembali
berdenyutan dengan kuat memuntahkan cairan puncak klimaksnya sementara
butiran keringat semakin deras mengucur melelehi tubuhnya, kedua
tanganku meremas-remas lembut sepasang bukit payudaranya yang indah.
“Uhhh… Darso, pelan-pelan yachh.” Non Ayhwa tampak khawatir ketika
kepala penis jumbo milik Darso menempel di pintu vaginanya yang mungil
“HE Ehhhh…, tahan ya Nonnnn” Darso meraup lelehan cairan berwarna
putih kental yang meleleh dari sela–sela belahan vagina si pengantin
baru kemudian membasuh ujung batang penisnya dengan cairan kewanitaan
Non Ayhwa.
“Hssshhhh… Darso… Hsssss Hsssshhhhh…..Afffhhh” wajahnya yang cantik
tergolek lemas ke samping kanan, perutnya yang rata tanpa lemak tampak
kembang kempis menahan desakan-desakan kepala penis jumbo milik si gemuk
yang sedang berusaha menembus cepitan belahan mungil di
selangkangannya.
“BROSSSHHH….!! OWWWWW…..!!!“ mata si cantik membeliak menatap wajah
Darso ketika satu sentakan hebat akhirnya membongkar cepitan vaginanya
yang mungil, kepala penis berukuran jumbo milik seorang OB bertubuh
gemuk berlemak kini terbenam hingga sebatas leher penis tercepit di
antara sela bibir vagina si pengantin baru yang menggeliat-geliat resah
ketika Darso menekan-nekankan batang penisnya yang besar panjang. Centi
demi centi batang besar itu melesak semakin dalam mendesak liang vagina
mungil si pengantin baru yang tersiksa kewalahan menerima desakan batang
besar milik seorang OB yang terbenam semakin dalam.
“Urrrrhhhhh, aaaaa… Ahhhhhhh “ ayunan penis Darso mebuat tubuh si
pengantin baru yang molek mulai terguncang mengikuti helaan batang besar
yang bergerak menusuki vaginanya dengan lembut
Si gemuk membelai wajah Non Ayhwa yang jelita sambil terus berusaha
mengayunkan penis besarnya yang masih sulit untuk keluar masuk dalam
cepitan vaginanya.
“ohhhhhhhh…Darso…Ahhhhhh!!“ si pengantin baru mendesah panjang ketika
Darso meraih tubuh mungilnya yang bersandar pada cermin besar, tangan
si gemuk melingkari bokong Non Ayhwa sementara yang satu lagi membelit
dan mengusapi punggungnya yang basah berkeringat, belum begitu lama
Darso mendesak-desakkan penisnya tubuh si pengantin baru tampak
menggelinjang dalam pelukannya, wajahnya yang jelita terlihat renyak
ketika menikmati denyutan cairan puncak klimaksnya yang kembali tumpah
digenjot oleh seorang office boy segemuk Rony Dozer. Darso memeluk
erat-erat tubuh si pengantin baru tangannya membelai dan mengelus rambut
Non Ayhwa yang semakin basah, si gemuk membiarkan si pengantin baru
untuk beristirahat sejenak dalam pelukan kasih sayangnya. Aku terkekeh
menatap mata sipitnya yang terpejam ada sebuah senyum kepuasan di
bibirnya yang mungil.
“Nonnn, sini……sama UJANG he he he “ aku merebut tubuh mungilnya dari
pelukan Darso, kubalikkan tubuh mungil itu menghadap ke arah cermin
besar yang terpasang dinding toilet kemudian kutekankan punggungnya
hingga dadanya jatuh merata di atas meja keramik itu.
“AHHHHHH….!! “ seiring dengan tubuh moleknya yang tersentak aku
mendengar desahan keras dari bibir si pengantin baru ketika kepala
penisku mengait vaginanya dari belakang.
“Ah Aaaa Ah..Ahh..“ tubuh molek Ayhwa terayun tersentak-sentak tanpa
daya ketika aku mulai menembaki cepitan vaginanya yang mungil sementara
Darso mengusap-ngusap punggungnya yang basah dibanjiri oleh butiran
keringat, sesekali si gemuk menundukkan wajahnya untuk mencumbui dan
menjilati punggung, pundak, bahu dan telinga Ayhwa yang mendesah-desah
dengan nikmat.
“Uhhhhhh…, Ujanggg Janggg.. Ohh Darsoooo.. Aww Crettt serrrrrr!” Non
Ayhwa kewalahan menahan sodokan-sodokan kuat batang penisku dan cumbuan
Darso yang kembali menghempaskan tubuh moleknya terkulai di pantai
kenikmatan puncak klimaks yang nikmat dan indah, tubuh molek si
pengantin baru terus terayun-ayun dengan teratur, terdengar suara
hempasan-hempasan selangkanganku yang beradu dengan buah pantatnya.
“Jam berapa sekarang??“
“Jamm 6.11 JANG…..he he he, nggak kerasa udah satu jam-an yah”
“He he he… “ aku terkekeh sambil terus memacu batang penisku
menyodoki vagina si pengantin baru, berkali-kali aku memeras cairan
puncak klimaksnya hingga ia mengeluh kecapaian.
“Ennnhhh Hssshh Ujangg aku cape…, Uhh!!”
“Sabar ya Nonnn, soalnya hari ini Non Ayhwa bakal super cape” Darso
terkekeh sambil mengecup bahu si pengantin baru yang masih
tersentak-sentak akibat vaginanya disodoki oleh batangku dari sebelah
belakang.
Darso membuka ikatan tikar yang sebelumnya sudah kami persiapkan,
sigemuk menghamparkan tikar itu di atas lantai toilet kemudian
membaringkan tubuhnya yang gemuk berlemak terlentang dengan pasrah
Aku menoleh kearah Darso kemudian menggodanya.
“Mau ngapain lu pake ngangkang segala ? ”
“Sialan, udah cepetan….nggak usah cengengesan begitu!” Darso memakiku sambil mendelikkan matanya.
“He he he… Ploppfffhhh…, Non…, naek bom-bom car gihh!!” Aku terkekeh
sambil mencabut batang penisku kemudian menggiring tubuh molek si
pengantin baru untuk menaiki penis jumbo Darso.
“Haaa aaaaaa.. AHHHHHHHH!!” wajahnya yang cantik jelita terangkat ke
atas mengiringi masuknya sebatang penis jumbo ke dalam jepitan vaginanya
yang mungil, kedua tanganku memegangi pinggangnya yang ramping dari
arah samping kemudian kubantu si cantik untuk menaik turunkan
pinggulnya.
“Cleppp.. BLEPP.. BLEPPP.. BLEPPP… Clepphhh…” rambutnya yang indah
basah bergerak bergelombang ketika tubuh moleknya tersentak-sentak ke
atas dengan kuat saat sebatang penis berukuran jumbo disodokkan oleh
pemiliknya menyodoki belahan vaginanya yang mungil
“Dad Darrssoohh pelanhhh-plannhhh… Annnhhh.. Oww Owww!!”
Darso menghentak-hentakkan batang penisnya dengan sekuat tenaga,
kedua tanganku kini menarik kedua lengan Non Ayhwa ke belakang hingga
susunya membusung ke depan. Mata si gemuk mendelik menyaksikan payudara
Ayhwa yang terguncang hebat dengan gerakan yang indah, permainan Darso
semakin lama semakin kasar dan liar hingga tubuh molek itu
terlompat-lompat tersentak kuat tanpa daya di selangkangannya. Entah
berapa kali tusukan-tusukan kasar itu merobohkan si pengantin baru
dengan hantaman puncak klimaks.
“JREBBB… Nggeehhhhhhhhhh… Crrutttt.. crrrut!!“ Ayhwa merasakan
tubuhnya yang molek terkulai lemas dan roboh dalam pelukan Darso,
nafasnya tersenggal dan bibirnya yang mungil termegap-megap kehabisan
nafas, habis sudah tenaganya yang terakhir disedot oleh puncak
klimaksnya yang berdenyutan.
Aku menaiki buah pantat si pengantin baru yang sudah terkulai
menungging tanpa daya, kutempelkan kepala penisku pada belahan buah
pantatnya. Kedua tanganku mencengkram dan menekan buah pantatnya seperti
sedang membelah duren, kutatap lubang kecil yang masih perawan di
belahan pantatnya yang bulat padat, ia melenguh ketika kepala penisku
mulai menekan pintu anusnya yang mengkerut-kerut ketakutan, dengan kasar
kepala penisku menggedor pintu anus Non Ayhwa yang masih membandel.
“Ngeh.. Ngehh, Ngehhh nnnnnnngggeeeehhhhhhhhh “ Ayhwa merengek-rengek
ketika merasakan liang anusnya dipaksa semakin melar, anusnya terasa
sesak ketika batang besar seorang officeboy menyodominya,
“SAKITTTTTTT!! OAAWWWW…!!” tubuh moleknya terperanjat kesakitan
ketika batang penisku sukses melakukan tugasnya menyodomi liang anusnya.
“Haaaaaaaaaaaa!!“ hanya suara itulah yang kami dengar dari mulutnya
yang ternganga lebar matanya yang sipit membeliak-beliak ketika penisku
dan penis Darso bergerak teratur bersamaan menusuki vagina dan anusnya
sekaligus, dengan setia tusukan-tusukan penisku dan Darso
mengantarkannya berkali-kali menuju puncak klimaks.
“Cretttt… Cretttt… serrrrr…., Crettt Crettt Serrrrrrr…..”
:”KECROTTTT… CRRROTTTT ARGGGH….”
“URRRHHHHH…. CRRROOOOOOOOTTTTT……!!”
Aku dan Darso melilit tubuh moleknya yang terkulai lemas di antara
himpitan tubuh kami berdua. Si cantik molek termegap bercucuran keringat
seperti halnya keadaanku dan Darso yang basah kuyup sementara suara
desahan dan dengusan nafas kami bertiga terdengar keras saling
bersambutan. Ayhwa terdiam kecapaian tubuhnya yang molek terkulai lemas
tak berdaya di antara himpitan tubuh dua orang office boy berkulit
coklat kehitaman, kedua matanya yang sipit terpejam – pejam sementara
bibirnya yang mungil sesekali termegap berusaha untuk mengambil nafas.
****************************
Sekitar jam 10.30
Seorang karyawati cantik diantar pulang oleh seorang Office Boy
dengan menggunakan sebuah sepeda motor bebek dukun berwarna merah,
dengan lemas tubuhnya yang molek merosot turun kemudian melangkah
limbung ke dalam rumahnya di daerah perumahan XXXXX. Ia melangkah
mendekati sebuah pintu yang tertutup rapat perlahan-lahan tangannya
membuka dan mendorong pintu kamar di hadapannya, air mata meleleh jatuh
di pipinya menyaksikan seorang pria yang tengah tertidur dengan pulas di
atas sebuah ranjang yang kini telah ternoda. Sebuah penyesalan terucap
dari bibirnya yang mungil
“Maafkan Aku.. Hkk.. Maafkannn… Hhh Hkkk Hkkkkkk…”, setelah mengusap
airmata yang melelehi pipinya dengan perlahan ditutupnya kembali pintu
kamar itu
Ia mengambil handuk dan membersihkan dirinya dengan kucuran air
shower hangat, di bawah kucuran air shower hangat wajahnya kembali
merona merah bibirnya yang mungil mendesis memanggil nama dua orang
office boy di kantornya.
“UJANGGG… Darsooooo… Hssshssss… ah ahhhh“
===============================
Hari Senin yang sibuk dimana setiap orang terbebani oleh tugas yang
menumpuk, seorang office boy yang sudah mumpuni dalam bidang
pekerjaannya tersenyum lebar sambil mengetuk sebuah pintu, siapakah Obe
yang rajin dan baik hati itu ? he he he OBe itu ada-lah aku, UJANG si
ganteng ,baik hati ,ramah, berwibawa ,gagah ,pemberani ,dan cekatan!
Akulah Obe masa kini , Obe plus plus , he he he he…!!
“Tok.. Tokkk.. Tokkkk” tangan kiri-ku mengetuk sebuah pintu berwarna
coklat muda sementara tangan kananku membawa sepiring nasi goreng
seafood untuk kekasih baruku, si pengantin baru yang cantik jelita.
“Masukkk…..” sebuah suara merdu menyahut dari dalam ruangan itu.
Daguku terangkat ke atas mirip seperti seorang koki profesional
ketika memasuki ruangan Non Ayhwa sementara sesuatu mulai menggembung
menyesaki selangkanganku, sesak tapi terasa nikmat.
“Lagi ngapain sich Non??” mata-ku melotot memperhatikan Non Ayhwa
yang sedang serius bekerja. Buset dah tuh angka banyak amat, ck ck ck.
“Biasa…bikin laporan laba-rugi” si cantik sepertinya tidak mempedulikan kehadiranku ketika aku mendekatinya.
Ia tampak sibuk sesuai dengan bidangnya, per-Akuntansi-an he he he..
“Non.., sarapan dulu…, nanti sakit lohhh….”aku berdiri tepat di
samping kursinya, sesuatu di balik celana dalamku berontak, ber-kudeta
ria, kusodor-sodorkan tubuh bagian bawahku, maju-mundur untuk
menggodanya.
“Nich yang bikin sakit…..!! “
“UAADOWWHH……!! Sakit Nonnn….!!.uuHsssshhhh,” aku mengaduh, bibir
tebalku meruncing ketika Non Ayhwa menyikut selangkanganku yang sedang
bergoyang berusaha untuk menggodanya dengan ‘tarian Indiaku’ yang
terkenal, tubuhku tertekuk membungkuk kesakitan sambil memegangi
gembungan di selangkanganku.
“Biar bikin sakitttt. Tapi Non Ayhwa sekarang pasti suka kan sama
yang gede-gede…, Ketagihan ni yeeee….. he he he “ aku mencubit kecil
pipinya yang lembut.
“Sembarangan!“ dengan tegas Non Ayhwa menepiskan tuduhanku namun
wajahnya yang cantik merona merah karena malu, jemarinya yang lentik
bergerak dengan lincah menekan-nekan tuts keyboard.
Setelah menutup pintu rapat-rapat aku menghampirinya dan membuka
resleting celanaku kemudian membetot sebatang sosis besar milikku yang
berwarna hitam kecoklatan untuk segera keluar dari dalam sarangnya,
dengan rasa Pe-De yang tinggi kusodorkan batang penisku yang sudah
mengacung dengan gagah perkasa.
“UJANG…!! Apa-apaan sich kamu, …!!”
“He he he, Non Ayhwa-kan jago ngitung, nahhh tolong diitungin berapa
lembar bulu jembut diselangkangan saya, takut rugiii….kalau laba sich
nggak masalah kali yak? Non kok diem sichhh…??Ayo dong Nooonnn….dihitung
he he he he“ aku mengacung-ngacungkan batang penisku di samping
wajahnya, kuayunkan ke kiri dan kanan.
Buseeetttt….DAH!! Nona Ayhwa sama sekali tidak menggubris batang
penisku, jadi malu nehh ^_^, masa didiemin begini ??, aku
menggaruk-garuk kepalaku, agak serba salah juga rasanya ketika si
pengantin baru malah bersikap acuh tak acuh terhadap ujang junior yang
teracung-acung bengong mematung di selangkanganku
“Akhirnyaaaaa…. Beressssss….Emmmmppphhh“
Sebuah senyuman mengembang di wajahnya yang jelita, kesepuluh jari
Non Ayhwa saling terkait kemudian tangannya terentang ke atas, tubuhnya
menggeliat-geliat untuk mengusir rasa pegal di pagi hari yang indah ini,
aku semakin bernafsu, mataku berkeliaran merayapi tubuh Non Ayhwa.
“beres apanya Nonnnn?? Saya belum beres nich!! Ayo donggg Nonnn!”
Aku merengek–rengek agar si cantik ‘segera kembali bekerja’
membereskanku yang masih nggak puguh nasibnya ditengah jilatan-jilatan
hawa nafsu.
“Enak aja nyuruh-nyuruh…yang jadi Obe itu kamu atau saya??” ia
menyindirku, aku buru buru meliukkan pinggulku ketika sikutnya hendak
kembali mematil “The little Ujang.”.
“Yaaaa…, kalau di urusan kerjaan mah saya Obe-nya, tapi kalau urusan
ranjang sich, Non Ayhwa yang jadi office girl-nya, saya suruh ngangkang
nurut, saya suruh nungging juga nurut, disuruh nyepong juga nurut, iya
kan Non ??” aku menjawab sambil mencubit kecil hidungnya.
“Dasar, bisa aja kamu ini, yawdah, sini!!, duhhhh kacian sampe nangis
begini…“ telapak tangan kanan Non Ayhwa menggenggam batang penisku
sementara jemari kirinya mengelus-ngelus kepala penisku dengan lembut,
jari telunjuknya mengusap lelehan lendir nafsu di mulut kemaluanku,
mataku sampai merem-melek keenakan ketika tangan si pengantin baru
meremas dan mengocoki batang penisku.
“Enak ya Jang…..?”
“Enakk Nonn, enakkkk, terus Nonn, ,Uh-non, Uh..”
“Happpp….!! Slllcckk Ckk Sllccckkk… Happp..!!mum-hh”berkali-kali Non Ayhwa menjilati dan mencaploki penisku.
“Uh-uh, walahhh…..tobattttt….!!Urhh-hssshh” mataku mendelik saat
mulutnya menggigit-gigit nakal kepala penis-ku kemudian kepalanya
bergerak maju-mundur sambil melakukan hisapan-hisapan kuat setelah
meludahkan kepala penisku batang lidah Non Ayhwa yang basah dan hangat
terayun-ayun menggelitiki leher penisku, dengan gemas ia meremasi buah
zakarku hingga aku meringis antara ngilu dan nikmat.
“Ckk. Ckkk, umm-emh cuph, Darso kemana jang ??Ck mmh Ckk“ sambil
menjilati dan mengecupi penisku Non Ayhwa menanyakan keberadaan Darso.
“Dia lagi sibuk..”
“Sibuk ngapain ?? kerja ??“
“Nanti dech Non, saya jelasin, tapi sekarang ini dulu dong say,
konsentrasi….” aku terkekeh sambil menunjuk ke arah selangkanganku., Non
Ayhwa menarik-narik rambut jembutku kemudian, cuphh-cuphh-cuphh…,
diciuminya kemaluanku mulai dari buah zakarku terus merambat naik hingga
kekepala penis saat lidahnya membelit memutari kepala penisku tiba-tiba
sebuah sms mampir di handphoneku.
“janggg, jangan kasar-kasar sama Non Ayhwa, AWAS LU…!!” aku membaca sms yang berisi ancaman untukku, rupanya Darso mengkhawatirkan keadaan Non Ayhwa.
“Tenang , cuma nyicip dikit koqq…., gimana udah hasil sama Non Vania & Non Shasha…??” aku mencoba membalas sms dari Darso di tengah nikmatnya permainan Non Ayhwa pada bagian penisku.
Tak berapa lama, handphoneku kembali bergetar. Ternyata balasan dari Darso, “Belon Jang, gua rada grogi nihh…nggak berani ngedeketin mereka….”
“Waduhhh… Bilang aja ada kiriman hadiah dari gua, mereka pasti ngerti koq….” balasku lagi.
“Gua ngak berani Jang…..!!”
“parah LU…..!!ya udah ntar aja , lagi asik nih , tanggung, jangan ganggu dulu ah…” aku
mematikan handphoneku kemudian meletakkannya di pinggiran meja,
tanganku mengelus rambut hitam Non Ayhwa yang indah, kumasukkan penisku
kedalam mulutnya.
“Ummmhhh… mummmpphh, Ckk.. Ujaaanggg, gede amat sich, Emm-hhhmmm…,Mufffhhhhh…”
Non Ayhwa semakin aktif memaju-mundurkan kepalanya sambil melumat
Ujang junior habis-habisan, tangan Non Ayhwa yang lembut tak
henti-hentinya mengocoki batang penisku. Kutarik penisku dari
cengkramannya lalu kusuruh Non Ayhwa bersandar ke belakang, kedua
kakinya yang mulus mengangkang ketika aku bersujud di hadapannya, bola
mataku mendelik, menatap sesuatu yang indah, sesuatu yang tanpa penutup
lagi, vagina Non Ayhwa!!, ohhhh betapa indahnya belahan di selangkangan
Non Ayhwa. Belahan bibir vagina si pengantin baru sedikit merekah
hingga membuat aku terpana menatap kemolekan liang vaginanya.
“koq cuma diliatin sihh!?? Kalau nggak mau ya sudah ah” tiba-tiba Non
Ayhwa mendesis ketus, ia hendak merapatkan sepasang pahanya yang mulus,
dengan panik aku buru-buru menahan paha Non Ayhwa yang mulus.
“Duhh, Non, galak amat, udah ngak sabar ya…??celana dalamnya di
kemanain Non?? ketinggalan di rumah?? cuuphh cuphhhh cuphhhhhhh Cuphhh..
Muahh Cupphhhh….”
Sambil kutahan kedua kakinya yang hendak merapat kuciumi pahanya
bagian dalam kemudian setelah puas kutenggelamkan wajahku pada
selangkangan Non Ayhwa, kujilati belahan vagina Non Ayhwa yang harum
berkali-kali kucaplok vaginanya hingga si cantik menahan nafas keenakan,
ia berusaha menjawab pertanyaan isengku sambil memukul kecil pundakku
kemudian menyodorkan vaginanya.
“Nggak usah pura-pura ngak tahu githuu…dech,Hssshhh kan kamuhhh yang nyuruh aku ngak usah pakai celana dalam, Hssshhhhh”
Di sela suara desisan-desisannya, Non Ayhwa menjawab pertanyaan
isengku, ia meringis nikmat ketika jemariku menguruti dan menekan bibir
vaginanya, lidahku segera terjulur keluar menggapai klitorisnya, kusapu
dengan lembut, dengan lembut batang lidahku membasuh daging mungil itu
hingga ia mendesah pelan, kukait-kait dengan ujung lidahku dan
kuemut-emut daging kelentitnya, kulumat – lumat bibir vagina Non Ayhwa
dengan rakus, kulahap vaginanya hingga ia menggelinjang-gelinjang
kegelian, mengejang menahan rasa nikmat.
“Non, duduk disini Non, sekalian roknya naikin” aku menepuk-nepuk pinggir meja kerja Non Ayhwa.
Jantungku berdetak kencang ketika ia menuruti perintahku, ia duduk di
pinggiran meja sambil menaikkan rok mininya, sementara sepasang pahanya
mengangkang pasrah. Kutundukkan wajahku kemudian sambil melumat
bibirnya dengan lembut kugesekkan kepala kemaluanku pada belahan
vaginanya,
“Slethhh,Sletthhh… Slettthhhhhhhhh” beberapa kali kepala penisku
menggesek belahan vagina Non Ayhwa yang semakin licin, kepala penisku
yang besar tergelincir ketika berusaha menembus cepitan vaginanya.
Kugesek-gesek lagi, kemudian kutekan dengan lebih hati-hati, Non Ayhwa
membuka kedua kakinya selebar yang ia mampu sambil menyodorkan vaginanya
menyongsong tekanan kepala penisku, perlahan namun pasti dengan susah
payah kepala penisku yang besar mulai dapat membelah belahan liang
vagina Non Ayhwa.
“Hmphhh….” Ayhwa menggigit bibir bawahnya sendiri untuk menahan
jeritan yang hampir keluar ketika sesuatu menyeruak kasar memasuki
cepitan liang vaginanya, kedua tangannya berpegangan pada pundakku,
matanya yang sipit membeliak kemudian perlahan-lahan terpejam menikmati
sebatang penis besar yang tengah membelah vaginanya semakin dalam.
“Hhh.. Hhhhh… pelan-pelan Ujangg…pelannn, adu-duhduh, ngilu Jang, ngiluuu awwwwhhhh….!!”
“Ini udah pelan nonn…, pelannnnnn….banget kan ?? Pssssttt, jangan terlalu berisik sayanggg, ntar kalo ada yang denger gimana ?”
Kusentak-sentakkan batang penisku dengan lebih cepat untuk menggoda
Non Ayhwa yang terdesak-desak kewalahan, wajahnya merona merah, desah
nafasnya semakin memburu tertahan-tahan. Kuaduk-aduk liang vaginanya
hingga Non Ayhwa terperanjat dan mengeluh, kutusuk dan terus kutusukkan
batang penisku sekuat yang aku bisa, sambil memacu batang penisku
kuat-kuat, aku menatap tajam wajah Non Ayhwa yang cantik khas oriental,
wajahnya semakin cantik ketika ia terperanjat-peranjat keenakan,
mulutnya ternganga seperti hendak mengucapkan huruf “A”, tiba-tiba
tubuhnya mengejang-ngejang resah seperti menahan sesuatu, kupercepat
irama sodokan-sodokanku, sementara tanganku mencekal pinggulnya,
kugempur liang sempit Non Ayhwa dengan kecepatan penuh.
“Ah-crrttt… crrttttt……”
Tubuh molek Non Ayhwa menggeliat nikmat, aku terpana menatap wajahnya
yang renyah, butiran keringat meleleh di lehernya yang jenjang, matanya
yang sipit membeliak kemudian menatapku dengan sendu sambil tersenyum
manis, telapak tangannya mengusap rambutku. Aku tersenyum penuh
kemenangan kemudian dengan gerakan yang cepat penuh nafsu kedua tanganku
mencekal tungkai lutut kanan dan kirinya, kukangkangkan kedua kakinya
selebar mungkin ke atas hingga punggungnya jatuh ke atas meja kemudian
pinggulku kembali terayun maju-mundur dengan cepat dan kuat,
kusodok-sodokkan batang penisku menusuki liang Non Ayhwa yang becek
nikmat,lelehan cairan puncak klimaks Non Ayhwa membuat lubang sempit itu
banjir oleh lendir-lendir putih yang lengket-lengket licin
Suara becek terdengar semakin nyaring ketika aku memompa vaginanya,
kutusuki belahan vaginanya dengan liar dan kasar, kupompakan batang
besarku berselancar sepuas-puasnya di liang kenikmatan Non Ayhwa hingga
ia mendesis-desis tertahan
“Essshhhhh… UUj-JhanGGnnnggghh..crrrtt crrrrrr..urhh-hsshhh.” Ayhwa
mendesah dan mendesis panjang, matanya terpejam-pejam sesekali terdengar
rintihan lirihnya, vaginanya berdenyutan kuat menyemburkan
lendir-lendir kenikmatan.
Tanpa memberinya kesempatan untuk menyesuaikan diri, kedua tanganku
segera menyangga buah pantatnya yang bulat padat, kutatap wajah
cantiknya, kukecupi kedua mata sipitnya yang memandangiku dengan tatapan
mata yang sayu kemudiannn….kuhajar liang vaginanya dengan tusukan
tusukan batang penisku, berkali-kali wajah si pengantin baru terangkat
ke atas menahan rasa nikmat ketika penis besarku mengoyak-ngoyak liang
vaginanya yang peret. Kuaduki liang vaginanya hingga ia meronta
kenikmatan, kudesak – desakkan hingga selangkanganku mendesak
selangkangannya. Perlahan-lahan punggungku membungkuk lidahku terjulur
keluar kemudian terayun menjilati bibir Non Ayhwa yang sedikit merekah,
ia membuka mulutnya lidahnya keluar mengelus dan mengait batang lidahku,
kuhisapi lidahnya dengan mesra. Selama beberapa saat kami saling
berpandangan dengan tatapan mata sayu sambil menikmati denyutan-denyutan
nikmat pada wilayah kami yang terintim.
“Non, punyanya Non Ayhwa enak deh, bikin saya ketagihan…”
“punya kamu juga gede jang, bikin akuuu…..”
“Bikin apa Nonn…??Bilang Nonnn…..bikin apa ??” Aku penasaran.
“Bikin akuuuuuu, keenakan..!!,muachh…!!” Non Ayhwa mengecup pipi
kananku, aku membalas kebaikannya dengan mengecupi lalu mengulum
bibirnya dengan penuh nafsu , kami berdua saling berpandangan dengan
mesra kemudian kembali saling mengecup dan melumat dengan nafsu yang
menggebu.
“emh..! emh! Emh!” suara mulut si pengantin baru yang tersumpal
mulutku ketika kupacu liang sempitnya, kusodokan dan kuayunkan batang
penisku kuat-kuat dengan gerakan teratur, kunaikkan ritme sodokanku
ketika tubuh Non Ayhwa menggeliat resah diatas meja kerjanya, kusodok
dan kuhentakkan batang penisku kuat-kuat menghujami belahan vaginanya.
Tidak begitu lama kulontarkan tubuh mulusnya ke dalam jurang kenikmatan
yang berlumpur pekat, penuh desah dan rintihan nikmat yang tertahan.
“EMH…!! Crrrr crrrr….. crrrttttt….Ahssshhh UJANGG…”setelah bibirnya
terlepas dari bibirku,tubuh moleknya melenting dengan indah, kedua
tangan sicantik mengibaskan rambutnya ke belakang pada saat yang
bersamaan kupacu batang penisku hingga ia menggelinjang dan tersentak
menahan denyutan rasa nikmat., tubuh moleknya terus terdesak-desak
seirama dengan ayunan batang penisku yang memacu vaginanya dengan kuat.
“Clepp.. Slepphhh.. Plepppphhh…nnn-uhhnn..…..” Semakin kuat aku
menyodokkan penisku semakin kuat pula bunyi nyaring yang menggairahkan
itu terdengar dan semakin kuat pula Nona Ayhwa mengejang dan menggigil
nikmat, lenguhan tertahan terdengar dari bibirnya, tangan kanan
sipengantin baru membekap mulutnya sendiri berusaha agar lenguhan dan
rintihan kenikmatan itu sedikit teredam. Aku tersenyum mesum sambil
mengaduki belahan vagina Non Ayhwa., kukocek kuat liang vaginanya dengan
batang besar di selangkanganku.
“Adu-du-duh Ujanggghhh,, jangan digituinn…., akhu , akhhh seperti diborrrrrrrhhhh… hhssshhhhhh….akkhh Ujhangggg….”
Aku tidak mempedulikan ocehan si pengantin baru, dengan bersemangat
kuaduk liang vaginanya yang nikmat hangat. Jantungku berdesir merasakan
kedutan-kedutan kuat meremasi batang penisku, selangkanganku terasa
lengket oleh lendir-lendir kewanitaan Non Ayhwa.
“Drrrrttthhh… Drrrrrtthh…… Krrrkkk… Clepphh… Cleppphh.. Peeffhh.. Peeffhhhhh…Drrrkkkkkk…Krrrkkkk..Krakkk… Krrakkkkk”
Ada sesuatu yang berderak-derak nikmat ketika aku memutar batang
penisku mengaduki vaginanya sementara tubuh Non Ayhwa terperanjat
menahan rasa nikmat , bibirnya menyemburkan desis-desis kenikmatan
yang membuatku semakin bergairah mengaduki belahan vaginanya yang
sesekali kukombinasikan dengan menyentak-nyentakkan batang penisku
hingga nafasnya tertahan menahan seranganku yang bertubi-tubi menyodoki
liang vaginanya yang mungil, tubuh si pengantin baru turun dari atas
ketika aku melepaskan cengkramanku, tubuhnya berbalik kemudian bertumpu
pada pinggiran meja ketika aku menarik pinggulnya menungging keatas.
“Plekkk… Plekkk Plekkkkk….Plkkkk….” kupukul-pukul bongkahan buah
pantatnya yang bulat padat dengan batang penisku, kugesek-gesekkan
penisku pada buah pantatnya yang halus lembut kuremas buah pinggulnya
beberapakali kemudian kujejalkan kepala penisku membelah belahan
vaginanya yang mungil dari arah belakang.
“Plleepphhhhsshhhhh!!UNNHHHH. UJANGGGHH…!!…Akhhhh…!!”
“Psttttt… Nonnn, jangan keras-keras back soundnya.!!” dengan susah
payah batang penisku yang besar panjang kembali menyusup memasuki liang
vagina Non Ayhwa, Aku berbisik antara was-was dan horny ketika
mendengar lenguhan dan desahan kerasnya.
“ujanggg, pelan pelan dong ahh…, uhhh aduhh….mmmhh mhhhhhh…”
Dengan cekatan dari sebelah kanan belakang aku menyumpal bibir
mungilnya untuk meredam keluh kesah Non Ayhwa, sementara batang penisku
bergerak liar menyodok-nyodok vaginanya dari arah belakang dengan kuat.
Kedua tanganku merayap kedepan kemudian menggenggam payudaranya, kubelai
puncaknya hingga ia menggelinjang kegelian, kupeluk erat-erat tubuh
mulusnya yang gemetar menahan sesuatu…..
“Hmuuufffhhhh Crrettttt… Crrrrrrrrrrrrrtttt…..sudah Ujang, sudah, aku
sudahh hhh .. emmhh ohhh, Ujanggg…nanti saja yaaa, sudah dulu…ahhhh,
sudahhh…, sudahhhhhh”, tangannya yang mungil terayun ke belakang
berusaha menahan gerakan pinggulku, kemudian ia menarik pinggulnya
hingga penisku terlepas dari belahan vaginanya..
Non Ayhwa kewalahan ketika aku bertambah beringas, dengan mesra ia
merayuku berusaha meredakan nafsu birahiku yang masih bergejolak dengan
liar. Ia duduk kelelahan diatas kursinya, tangannya menarik beberapa
lembar tissu kemudian menyeka keringat di dahi, leher dan rahangnya,
nafasnya masih memburu keras.
“Tapi Nonnn, saya belum…”Aku mendesah kecewa.
“Iya-iya, sini…aku bantuin….”
Si pengantin baru berlutut di hadapan penisku dan melakukan aksi
deepthroat yang membuatku mengerang keenakan. Lumayan lama juga ia
melakukan servicenya hingga kepala penisku berkedut-kedut nikmat, dengan
cepat Nona Ayhwa meludahkan penisku dari mulutnya, penisku mengacung
kesuatu titik…., sementara Non Ayhwa membantu menjilati kepala penisku
dari arah samping, diciuminya batang penisku , lidahnya menjilat
menggelitiki leher penisku dari arah samping, jemarinya mengelusi buah
zakarku.
“Houfhh..hummphh eummmh Ujangghhmmmh..Ummmhhhh……”
Pipi Non Ayhwa mengempot ketika ia menghisapi penisku sesekali
lidahnya memutari kepala penisku dengan teratur tiba-tiba saja ia
memuntahkan penisku , telapak tangannya yang halus mengocok-ngocok
batang penisku dengan kuat hingga aku mendesis menahan rasa nikmat,
Jedutt.. Jedutttt…!! Telapak tangannya menyatu menjepit kepala penisku
kemudian bergerak cepat seperti gerakan orang yang tengah berusaha
membuat api dengan bantuan sebatang kayu dan daun-daun kering, hanya
bedanya ia menggunakan kemaluanku sebagai batang kayu.
“Ampunn Nonn, Amphuuunnn OwaHHHH…..!! Sruuuttt… Crooottt..
Croot-cothh…Choootthhhh” spermaku muncrat mengguyur sepiring nasi goreng
di atas meja dan sebagian kecil memercik di atas meja.
“Ih, ujang, gimana sihh ??aduh nasi gorengku..!!”
“Tenang Nonn… he he he, Non belum pernah nyobain nasi goreng super
spesial kan??” dengan sebuah sendok kuaduk-aduk hingga spermaku
tercampur merata.
“Yeee…, emang aku apaan, masa dikasih makan yang gituan,.. sono beliin..lagi gih!!”
Non Away merapikan pakaiannya kemudian memberikan uang 10.000-an
kepadaku yang tengah memakai celana dalam, tiba-tiba kami berdua panik
setengah mati ketika mendengar suara langkah-langkah kaki mendekati
ruang kerja Non Ayhwa, dengan cepat aku bersembunyi di kolong meja
kerjanya sementara ia menyambar celanaku yang belum sempat kupakai dan
melemparkannya ke arahku kemudian ia duduk di kursinya untuk
melindungiku.
“Brakkk….!!Ayhwaaa…!! Laporan rugi labanya sudah selesai ??Lho?? kamu koq keringatan begitu sih???”
“Ehh, emmhh Anu Buu, saya kurang enak badan….ini Bu laporannya,
Ss-sudah bu , sudah…selesai, ini.” Non Ayhwa berusaha mengalihkan topik
pembicaraan dengan menyodorkan laporan rugi-laba.
“Bagus…!! Eh beli nasi goreng dimana nih ??“
“Nggak tahu Bu dibeliin Ujang”
“Saya juga belum sarapan pagi..kelihatannya asik punya nih”
“Emm, ibu mau ?? kebetulan saya sudah sarapan roti tadi….”
“Bener kamu sudah sarapan ??”
“Bener Bu, bener….., bener….”
“Makasih ya , Hwaaaa, ibu bawa nih nasi gorengnya..“
“Silahkan bu, silahkan….”
Aku mendengar suara pintu ditutup dan langkah-langkah kaki menjauhi
ruangan kerja Non Ayhwa, wajahku tersembul dari kolong meja menatap
wajah Non Ayhwa masih shock, ia tidak menyadari jari telunjukku yang
sudah tiba dibelahan vaginanya, setelah kurasakan pas kutusukkan jari
telunjukku kuat-kuat, Clebbbb…..!!
“Ow-ow-ow…, Hssshhh UJANGG…!!” si pengantin baru menepiskan tanganku, sepasang kakinya yang mulus melejang-lejang.
“Tenang non, tenaaanggg, saya hanya menolong….”
“Nolong apanya, KAGET TAU!! udah ah, aku mau kerja dulu”
“Silahkan Nonn, Non Ayhwa kerja aja, saya juga mau kerja nih”
kepalaku menyelinap di antara pahanya. Bibirku menyusuri permukaan
pahanya sebelah dalam, terdengar suara lagu Mp3 dari komputer Non Ayhwa,
di tengah alunan lagu ia berusaha menyamarkan rintihan lirihnya ketika
ujung lidahku mulai menusuki klitorisnya. Kubasuh isi vaginanya dengan
batang lidahku, kumanjakan si cantik yang semakin mengangkangkan kakinya
yang mulus dengan pasrah. Kunaikkan kembali rok mininya ke atas,
lendir-lendir nafsu kembali membanjiri belahan liang vagina Non Ayhwa.
Aku melumat selangkangan Nona Ayhwa kujilat dan kuhisap habis
lendir-lendir nafsunya yang gurih dan harum, kuemuti bibir vagina Nona
Ayhwa hingga ia kelabakan menahan nafsu birahinya yang semakin membara,
kutepuk-tepuk vaginanya yang empuk kemudian kutarik dan kubuka bibir
vaginanya, kubenamkan wajahku sambil menghirup aroma vagina Non Ayhwa
yang harum.
“Shhh Hsssshh…ah-ah-aaaaah” desahan Non Ayhwa terdengar merdu ketika
batang lidahku terayun membelai dan menggelitiki kelentitnya, sesekali
kutusuk-tusuk kelentit Non Ayhwa dengan ujung lidahku hingga ia
terperanjat dalam gairah nafsu yang berkobar liar, wajahku terangkat
memperhatikan ekspresi wajah cantik Non Ayhwa yang tengah horny
sementara dua jariku bergerak menusuki belahan vaginanya sementara aku
menariki putting susunya yang meruncing dengan mulutku.
“Gimana Non?? “ aku bertanya padanya.
“Ujaannghhh, kamu belajar dari mana sich….,ihh enak bangetttt…. Jangg.. ow-ahhhhh-ahh”
“uhhh…! Creettt… crrrttttt…..u-u-janggg”
“Sllleeepphhh…. Srrrrrpphhhh…….”
Mulutku segera menunkik ke bawah mencucup vaginanya, kuseruput cairan
gurih penambah stamina alami yang meleleh dari belahan vagina Non
Ayhwa, saat sedang asik-asiknya menjilat dan menyeruput cairan gurih di
selangkangan si pengantin baru tiba-tiba telepon di meja Non Ayhwa
berbunyi.
“Ujang.. nanti dulu.., stophh ,ahh nakall…hsshh, uhh..hhhsshhhh”
Tanpa mempedulikan bunyi telepon di atas meja aku melanjutkan
kesibukanku membersihkan dan menghisap-hisap cairan gurih di
selangkangannya sementara tangannya terus menggapai-gapai berusaha
meraih gagang telepon dimejanya
“H-Halllooo….,ii,iya bu.., iyaaa.. baikk…”setelah menaruh gagang
telepon Non Ayhwa mendorong kepalaku, dengan bernafsu aku hendak kembali
menerkam selangkangannya dan…
“Bletakkkk…..!! HEUDEUHH, Non, masih pengennnn nihhh…, gurih amat
memeknyaa….” si cantik menjitak jidatku yang hendak meluncur di antara
sepasang pahanya yang mulus mengangkang. Aku memohon memelas sambil
mengelus-ngelus sepasang pahanya yang halus.
“Udahhh, nanti aja yachh, kamu dipanggil Bu Selmy tuch…”
“HAhh ?? mau ngapain Non ??”
“Jangan-jangan minta diservice sama kamu jang…he he he”
“Hush sembarangan!! jangan lupa nanti kita lembur lagi yach Nonnnn,
muachh.. cuphhh.” aku mengingatkannya agar berlembur ria sepulang jam
kantor.
Sambil memakai celanaku aku menundukkan wajahku dan mencium mesra
bibir si pengantin baru, kukecup keningnya beberapa kali sebagai tanda
terimakasih kemudian dengan sopan aku mengundurkan diri dari ruangan
akunting. Setelah menghela nafas panjang-panjang dengan malas
kulangkahkan kedua kakiku yang terasa berat menuju ke ruangan Bu Selmy,
kuhela kembali nafasku dalam-dalam sebelum kuputuskan untuk mengetuk
pintu itu.
“Tokkk.. Tokkk Tokkkk…!!.”
“Masukkk…!!”
“Permisi Buuu, ibu memanggil saya…??”
“Jang, besok kamu beliin nasi goreng yang kaya tadi ya…”
“Yang gini, gitu, gimana ya bu ??”
“ini lohh, yang kamu beliin buat Ayhwa itu”
DEGGGGG…..!!! BLEDAKKKK……!! Wajahku langsung pucat pasi sambil
menatap piring kosong diatas meja, sekujur tubuhku merinding hebat
rupanya nasi goreng sperma spesial ala Ujang membuat bu Selmy ketagihan.
“Anuu, itu buu, belinya agak susah…, agak lama”
“Oooo, nggak masalahhhhhh, pokoknya kamu aturin ajaaaaa yaaa! Yang
jelas saya mau sarapan nasi goreng seperti ini SETIAP PAGI….!!kalau
nggak , AWAS KAMU!!“
“baik bu.., baikk….”
Gendang telingaku serasa pecah mendengar ultimatum yang dikeluarkan
oleh Bu Selmy, di bawah todongan berisi ancaman aku terpaksa menyetujui
syarat yang berat ini daripada Bu Selmy meyedot langsung spermaku dari
sumbernya, BRRRHHHH…., merinding sekujur tubuhku membayangkan mulut
keriput itu menyedoti batang penisku, dengan tertunduk lesu aku mohon
diri keluar dari ruangan yang mengerikan itu untuk mengerjakan tugasku
sebagai Obe perusahaan sekaligus mengintai mangsa baru, Sipirang.
*****************************
Siang hari jam 12.30….
Beberapa saat setelah menyediakan sesajen untuk si penyihir berambut
putih, aku melangkahkan kakiku dan duduk di sebuah bangku panjang untuk
beristirahat. Beberapa orang karyawan dan karyawati lewat di hadapan
wajahku, Ting..!! mataku membeliak ketika seorang gadis berwajah cantik
nan rupawan berjalan ke arahku.
“G u t moning… “ aku berusaha untuk menyapanya dengan modal bahasa
Inggrisku yang di bawah standar, aku menggantungkan setitik harapan
untuk dapat mengenalnya lebih jauh..
“Selamat pagi!” si pirang balas menyapaku.
HAH ??!! U mai gut, si pirang yang cantik menyapaku dalam bahasa
Indonesia?? Wah-wah bidadariku tersenyum ramah, cantik, humm,
payudaranya montok amat khas cewe bule yang kebanyakan montok-montok di
bagian dada, sebuah senyum menyerigai di bibirku ketika mata superku
menatap buah pantatnya yang padat, duhhh pinggulnya oh pinggul..!!,
goyang kiri, goyang kanan, Olala…, Brrrrrr…… Uhhhhh… kuhilangkan
senyuman di wajahku yang penuh dengan cahaya kemaksiatan ketika tubuh si
pirang berbalik ke arahku.
“Ada apa Nonn ?? apakah ada yang dapat saya bantu ??eh iya, nama saya
UJANG……“ Aku bertanya dengan penuh perhatian dan kasih sayang khas
seorang Obe sambil memperkenalkan diri.
“Eummm, -Anu Pak Ujang- Tahu nggak, di
mana rumah makan yang murah meriah…tapi enak??“ si pirang bertanya
kepadaku, bleehhh, ngak salah denger nich ?? Anunya saya ??
——–
“-Anu pak Ujang- ?he he he,hush si Non gimana sich ? Saya jadi malu ditanya begitu, Anu-nya saya sih ngak tahu Nonnn, yang tau saya-nya ini loh Non, bukan anu
saya, Hua ha ha ha ha ha, ngaha, uhukkkk… ehemmmm ,sepertinya makan
murah plus menu dari Ujang Junior, Saya jamin pasti murah meriah terus
ada enak-enaknya kalau saya menyusu disusu-nya Non yang gede” dengan bersemangat otak-ku yang ngeres menjawab pertanyaan si pirang
——-
“Ooooo…, Mau makan siang ya Non? Sini saya belikan, Non mau pesan
apa??“ sebuah kepalsuan dari bibirku yang tebal menyembunyikan
kengeresan di otakku.
“Emmmhhh.. ? makan apa ya ?? masih bingung nihhh… “
“Gimana kalau makan rendang Padang aja”
——
“Ehmmm, jangan jauh-jauh Non, lebih baik beli nasi Padang aja di sebelah,n’tar sisa waktunya kita manfaatkan untuk ehem-ehem…, Ceka kak ka ka ka.” otak kotorku kembali bekerja,
——–
“WAhh boleh tuch,”
“Nah, Non tunggu di ruang makan atas aja ya…. “
“Lohhh ?? ngapain di atas…?? Kan ruangan makannya di situ ?“ telunjuk Non Michelle menunjukk kesuatu titik di seberang sana.
“Owwww… itu ruangan makan untuk karyawan lama, nah untuk karyawan
baru ruang makannya di atas sana Non….” aku menunjukkan jari telunjukku
ke atas, ke sebuah jendela yang terbuka.
“Ahh, masa sich? Aduh! kamu yakin di lantai atas sana??“ si pirang menengadahkan wajahnya ke atas,
“Emang begitu Nonnn, Eh, nama lengkapnya Non siapa ya??“ dengan
cerdik kualihkan bahan pembicaraan agar ia tidak bertanya lebih lanjut
mengenai letak ruangan makan yang sengaja kuatur untuknya.
“Michelle Spring” jantungku berdetak keras ketika si pirang
melemparkan sebuah senyuman manis-nya untuk-ku sebelum ia membalikkan
tubuhnya yang seksi. Mataku berkedip-kedip mirip lampu setopan. Whait
por me may lap…khayalan liarku berkobar bak si jago merah yang sedang
mengamuk. Akupun membalikkan tubuhku JEDAKKK….!! pecah nafsuku,
digantikan oleh rasa dongkol dan sakit di jidatku..
“Tembok sialan!! Udah tau orang mau lewat, masih juga diem disitu!!!
Brengsek!!” aku menggerutu panjang lebar sambil mengurut-ngurut jidatku
dengan berlari kecil aku menuju kerumah makan Padang di seberang jalan,
dengan bernafsu kubayar pesanan si pirang hingga kasir dirumah makan itu
bergidik ketakutan melihat ekspresi wajahku yang tengah horny.
Yuhuuuuu…., Honey, Im homee…, dengan mengendap-ngendap aku mendekati
seseorang yang tengah melamun di jendela. Kuperhatikan lekuk liku
tubuhnya yang menggoda, rambutnya yang pirang indah, mataku melirik
kebawah memperhatikan sepasang kakinya yang tersembul dari balik rok
mini berwarna biru tua, serrrr….serrrrr…., darah mudaku berdesir
mengobarkan api birahiku yang terpendam.
“Noonnn…., ini makan siangnyaaaa….”
“Ehhh Pak Ujang….makasihhhh.” si pirang membalikkan tubuhnya kemudian
meraih kantung plastik berwarna merah di tanganku. Gabrukkk….!!
kuterkam dan kupeluk tubuhnya.
“Heiiii….!! what the helll!!!” Michelle Spring mengumpat ketika aku menggerayangi tubuhnya.
“Jangan berisik Nonn, atau saya akann… NGAHAKKK…!!!”
Aku tidak sempat melanjutkan ancamanku ketika serangan lutut si
pirang mendarat telak di selangkanganku kemudian entah bagaimana caranya
ia membanting tubuhku hingga mendarat di atas lantai, BLUGGGGGG!!.
“SIALANNNN….!!, grrrhhh, Hupppp…!!” dengan segera aku bangkit sambil
memasang kuda-kudaku, inilah saatnya pencak silat beradu dengan karate,
aku melompat menerkam tubuh indah di hadapanku.
“Hungghhh….” tumit si pirang mampir diulu hatiku,
PLAKKKK….!!BUKKKKK…BUKKKK!! Jedakkk!!” selanjutnya terdengar
suara-suara keras yang membuatku limbung tersungkur jatuh ke depan,
pinggulku terangkat ke atas, nungging dengan gaya doggy style
“AMPUN .. AMPUNN HOAHHH….!!”
“I hate someone like you, MANIACCC!”
“Bukan Nonnn saya Ujanggg, bukan MANIACC…hadowww…!!”
HOAWWWWW….!!”dengan teknik memiting yang canggih ia mengunci kedua
tanganku hingga aku melolong kesakitan.
“AMPOONNN…AMPOOOONN>>!! WADOWWWWW….!!”
“Awas kalau kamu berani kurang ajar lagi….!!”
“Ngak Nonn…, Ampun, Ampunn HUaDduhhhhh-HuNgH!!”
“FUCK YOUUU….!!” sambil memaki Non Michelle menyambar sebungkus nasi padang yang sempat kaget menyaksikan kekalahanku,
Aku merangkak kemudian duduk bersandar lemah pada kaki meja,
kukeluarkan dan kunyalakan HPku, kuhubungi sebuah nomer emergency call,
help me Buddy!!
“Soo, Darsooo, tulungin gua… Hadohh…, mampus gua Soo…”
“Hahhh ?? Lu di mana Jangg…..??”
Tiga SMS tambahan kukirimkan pada Non Ayhwa, Non Vania dan Non
Shasha. Tidak berapa lama bersembulan wajah-wajah yang kukenal, pertama
wajah Non Vania kemudian Non Ayhwa lalu Non Sasha dan yang terakhir
wajah Darso, dasar geblek..!!, dihubungi paling awal, dateng paling
akhir!! sambil meringis menahan rasa sakit aku menceritakan kejadian
tragis beberapa saat yang lalu demi mencari secuil kenikmatan..
“HA HA HA HA HA HA….” Darso mentertawakanku ketika aku menceritakan
kejadian tragis yang kualami, sementara tiga gadis cantik bermata sipit
tertawa merdu sambil membantuku berdiri.
“Makanya Janggg, kamu jangan sembarangann…donggg”
“Iya nich, udah dibilangin nggak nurut….,”
“Sakit ya, kamu ngak apa-apa Jangg…” dengan tertatih aku dipapah oleh
Non Ayhwa, Non Vania dan Non Shasha sementara Darso melenggang kangkung
di depan memimpin rombongan.
===========================
“Ujang… bikinin teh pahit ya…” aku menolehkan wajahku ke belakang
kemudian tersenyum saat melihat wajah cantik Non Shasha, dengan sigap
aku membuatkan teh pahit untuk kekasihku dan mengantarkan ke ruangannya
setelah itu aku kembali meneruskan untuk mencuci piring.
“Ujangggg… , beliin nasi kuningg dongg, lapar nihhh…”aku menoleh lagi
ke belakang dan mengangguk ramah pada Non Ayhwa, kukedipkan mataku pada
pengantin cantikku yang membalikkan tubuh moleknya dengan senyum
dikulum, aku merapatkan tubuh mengejar pengantinku kemudian kuusap
bokongnya dengan lembut, Non Ayhwa mencubit pinggangku, kami berdua
buru-buru menjaga jarak saat mendengar suara langkah-langkah kaki dari
kejauhan.
“Ujangggg…., mau ice creammm……, ih sebel..” sekali lagi aku menoleh
saat mendengar suara manja Non Vania, rambutnya yang pendek kini terurai
panjang, bibir tebalku tersenyum lebar, jariku menunjuk ke arah
selangkanganku. Non Vania tertawa kecil, ia menungging berpura-pura
memungut selembar uang limapuluh ribuan yang sengaja dijatuhkan, aku
tahu ia sengaja memasang pose tubuhnya yang merangsang itu untuk
menggodaku, setelah memenuhi keinginan Non Vania, aku kembali
mengerjakan tugasku sambil berhayal dengan seru, semuanya tentang uh-oh
dan ah bersama “ketiga istriku.” yang cantik jelita.
“Ujang…, beliin roti gih….” Hmmmm,?? perasaan sih istriku baru tiga
orang, istri siapa nih yang pagi-pagi nyasar bermanja ria kepadaku,
dengan perasaan was-was aku menolehkan kembali wajahku untuk yang
keempat kalinya.
“Djelegerrrr….@_@!!”
Bagaikan terkena sambaran petir di atas kepala, aku terkejut
setengah mati melihat seraut wajah berlemak yang menatapku dengan
tatapan matanya yang sayu, aku gemetar ketakutan saat tubuh gemuk itu
melangkah mendekat. Kabarnya sih Non Nina bekerja di perusahaan ini
karena hasil koneksi, imajinasi indahku langsung konslet digantikan oleh
khayalan burukku, ia menggeram dan kemudian menerkamku, merobek-robek
bajuku kemudian membantingku ke lantai, dengan rakus Non Nina menggeluti
tubuhku dengan liar hingga aku termegap kehabisan nafas di bawah
tindihan tubuhnya.
“Jangannn, jangan perkosa sayahh.. ahhhh…!!JANGAN NONN…!!”
“Ujanggg., okhhh ujanggg, hamili aku jangg, hamiliiii…kuberikan
tubuhku dengan sukarela…,eh enggak ding, discount aja 80 % ya..”
“TIDAKKKKK….nggak mau, amphunnn, THOLOOOONGGGG…, AKHHHH..!! Sambadi
heleppppp…… EUYYY.!!! OAHHDOW…!!” aku menjerit saat Non Nina membetot
benda panjang yang tergantung di selangkanganku.
Aku menggapaikan tanganku ke atas berusaha menggapai kesadaranku yang
menolongku dari perkosaan yang dilakukan oleh Non Nina yang gembrot.
Dalam hati aku memaki kesal karena kehadirannya telah mengganggu
khalayanku yang super indah dan hot, dengan senyum yang dipaksakan aku
mengangguk kemudian melangkahkan kedua kakiku yang terasa berat untuk
dilangkahkan T_T.
“Lohh koq muka kamu pucet sih Jang ?? kamu sakit ya sayang ??!!
ia menegurku, aku merinding hebat saat ia menyebutkan kata sayang
“Ehh, enggak Nonn, saya ngak apa-apa, sehatttt..!! sehat banget..!!”
aku mempercepat langkah kakiku meninggalkannya.
——-
Sepulang Jam Kantor…
Aku dan Darso mengendap membuntuti seorang gadis berambut pirang, Non
Michelle seperti sedang menunggu seseorang, sesuai dengan sebuah
rencana yang telah kami susun dengan matang. Tidak beberapa lama
terlihatlah Non Shasha muncul menghampiri Non Michelle di tempat yang
sudah dijanjikan, sebuah senyum mengembang di wajah si pirang, dengan
lembut Non Michelle menggandeng pinggang Non Shasha masuk ke dalam
sebuah ruangan yang biasanya digunakan untuk rapat. Dengan sedikit akal
bulusku, ruangan itu segera beralih fungsi sebagai ruangan untuk
merapatkan kelamin. Shasha duduk di pinggiran meja besar berbentuk U
yang biasanya dipakai untuk berunding oleh para petinggi perusahaan.
Michelle merayapkan tangannya pada paha Shasha, dengan lembut jemari
Michelle merayap masuk kedalam rok mini Sasha dan menggelitiki pahanya
bagian dalam. Rasa geli memaksa Shasha untuk merenggangkan kedua
pahanya yang mulus, kedua tangannya bertumpu ke belakang pada meja saat
kepala Michelle mengejar selangkangannya. Michelle memandang kagum pada
belahan mungil yang merekah di selangkangan Shasha, jemarinya
mengeksplorasi kemolekan vagina Shasha.
“Koq nggak pakai celana dalam sihhh ?? “
Shasha tersenyum penuh arti, ia menjawab seadanya…
“Nanti juga kamu pasti tahu koq….”
Tampaknya Michelle tidak terlalu peduli pada jawaban Shasha, gadis
berambut pirang itu menjulurkan batang lidahnya, dengan lembut lidah
Michelle menjelajahi rekahan vagina Shasha. Shasha mendesah saat
Michelle menggigit-gigit lembut bibir vaginanya, sentuhan gigi dan
gelitikan lidah Michelle dengan efektif menaikkan birahi Shasha.
“Ooouhhh, Michellleeeeee…, ahhhhhh”
Shasha tidak pernah menduga perpaduan antara gigitan dan hisapan
dapat terasa senikmat ini, pahanya menjepit kepala Michelle kuat-kuat
saat gadis bule itu mengamuk melumati belahan bibir vaginanya,
berkali-kali bibir Shasha membentuk hurup “A” besar, serangan Michelle
yang ganas membuatnya kewalahan.
Tangan kiri Shasha mendorong kepala Michelle menjauh dari
selangkangannya karena tidak tahan lagi menahan rasa geli-geli nikmat
yang menyerang wilayah intimnya.
“Napa ?? hemmm “
“Nggak tahan Chel, gelii…”
“Geli ?? tapi enak kan…. he he he”
Michelle tersenyum sambil membuka blazer shasha, satu persatu pakaian
mereka terjatuh ke lantai. Shasha menatap kagum pada buntalan susu
Michelle yang padat, tangan Michelle menarik kemudian membenamkan wajah
Shasha diantara belahan payudaranya. Non Michelle mendesah pelan
merasakan hisapan-hisapan mulut Shasha pada puncak payudaranya, wajah
Michelle tampak renyah, kedua matanya semakin sayu saat wajah Shasha
mendekati wajahnya. Lidah Michelle terjulur menggapai batang lidah
Shasha, air liurnya bercampur dengan air liur Shasha. Bibir kedua
karyawati cantik itupun saling memangut, ciuman Michelle berubah liar
menjalajahi leher dan rahang Shasha. Wajah Shasha terangkat ke atas
memberikan ruang agar Michelle lebih leluasa menggeluti batang lehernya,
kedua matanya yang sipit terpejam-pejam saat jari telunjuk Michelle
menekan masuk ke dalam jepitan bibir vaginanya. Cairan vagina Shasha
menjadi pelumas bagi jari Michelle yang semakin aktif melakukan
tusukan-tusukan yang akurat, di tengah gelora yang semakin liar
tiba-tiba terdengar suara daun pintu yang dibuka dengan kasar hingga
membentur dinding di belakangnya dengan suara keras.
“Krettttt… Brakkkkkkk…..!! “
“ Owwww…!! “
“HAHHH….!! “
Aku dan Darso berpura-pura keget. Wajah Michelle pucat pasi, tanpa
dapat berkata apa-apa, ia berdiri mematung karena terkejut, Shasha
berpura-pura menghardikku dan Darso.
“JANGAN MAIN BENTAK BEGITU DONG…!! Saya laporin nih Sama Pak Satpam
di depan, biar diarak di jalan raya….!!Nggak bener nihh…berbuat mesum di
tempat kerja…!!DARSOOOO.., cepat laporkan kejadian ini kepada Pak
Satpam”
“Please Nooo…, Pleaseee….”
“Plas-Plis, Plas-Plis, nama saya Ujang bukannya Cuplis… sembarangan wae…!!”
“Jangan Ujanggg…jangannn” Non Michelle dan Non Sasha memohon kepadaku.
“Jangan?? Apanya yang jangan ?? Jangan dilaporkan atau jangan
terlambat dilaporkan hah?? Saya ini selalu jujur bekerja, setia sama
perusahaan kalau ada kejadian yang keluar dari jalurnya seperti ini,
saya tidak akan tinggal diam…., saya akan…..”
“WOIIIII…, diem lu Jang..! Bacot lu tuh kepanjangannn…NYAHOO!!”
Darso menyemprotku,
Si gemuk itu maju ke depan, matanya mendelik merayapi tubuh seksi Non
Michelle, dengan gagah Darso memasang kuda-kuda, kemudian mendekati
Michelle yang menyilangkan kedua tangannya di dada saat mata Darso
melotot memelototi buah dadanya yang buru-buru membalikkan tubuhnya
memunggungi Darso.
“Hua Ha HA HA Ha…mana Jangg , Manaaaa ?? Dasar lemah luu..!!
Selangkangan doang yang gede n panjang….!! masa kalah ama cewe..!!,
sampai dibikin jungkir balik pula Wa ka ka ka ka ka…..”
“Sialan lu…!!”
“Nihhh, ciatt.. Plakkk. Ciatttt… Plakkkk plakkk.., Mana ?? cewe
jagoan ?? nggak ada apa-apanya Koqqqq, nihh Plakkk Plakkk..!!.Hiatttt…!!
Plakk..”
Darso terkekeh-kekeh sambil menepuk-nepuk buah pinggul Michelle
bergantian yang kiri dan yang kanan sambil bergaya bak Jet Lee bertubuh
balon, wajah Darso maju ke depan kebagian Tengkuk Michelle, hidungnyaa
mengendusi leher belakang Michelle.
“Bukkkkk…..!!
“Hakkkkkkkhhhssss….!!”
Seiring dengan suara keluhan kerasnya tiba-tiba wajah Darso terangkat
ke atas saat sebuah uppercut mampir di dagunya, tubuhnya limbung ke
belakang kemudian dalam hitungan ala wasit “satuu, Duaaaa, Tigaaaa…
Gubrakkk..!!”, tubuh besar Darso jatuh berdebam, kedua matanya teler
tubuhnya tergeletak diatas lantai, sementara mulutnya merintih
kesakitan.
“Haaduh biyunggggg… , mampuss dahhh,.ngehhhh….”
“Rasain luhh, Wak ka ka ka ka ka”
Aku cekakakan, setelah puas menertawai Darso, aku mengeluarkan
sebotol Pulpy Orange, kubuka tutupnya kemudian menaruh minuman segar itu
diatas meja, dengan santai aku mundur dan membuka pintu ruangan
bersiap-siap untuk lari marathon.
“Sekarang tinggal dipilih..!! ,Non Michelle mau minum Pulpy
Orange..!! Atau saya teriak nih…!! Rohmannnn….!! SOLEHHHHH…..!!BURUAN
KADIEEEU……!! Eittt… jangan coba-coba mengejar Saya. , saya jamin jari
saya lebih cepat ketimbang Non Michelle…!!”
Aku langsung mengancamnya yang hendak melompat menerjangku, Non
Michelle buru-buru melintangkan kedua tangannya melindungi payudara dan
vaginanya dari kebuasan tatapan mataku yang mendelik dengan spontan Non
Michelle kembali membalikkan tubuhnya memunggungiku.
“Jangan Ujangg.. Jangann,!!Chell. Minum aja Chell..!! Cepetttt….”
Non Shasha berpura-pura panik, setegar-tegarnya Non Michelle tentu
saja ia ketakutan jika sampai digerebek oleh Pak Satpam apalagi disertai
ancaman serius, diarak di jalan raya. Di tengah kepanikannya dengan
cepat Michelle menyambar dan meneguk habis minuman pelepas dahaga yang
tentu saja isinya sudah kucampur dengan serbuk pelepas birahi super,
dalam waktu 15 menit efeknya segera bekerja dengan efektif sehingga
membuatku berani mendekatinya yang tampak gelisah.
“Berlutut Non…., Saya kasih kontol gratis…”
Kuletakkan dan kutekankan telapak tanganku di bahunya. Ia berlutut di
hadapanku, kubelai-belai kepalanya, kebaikanku dibalas olehnya, sebagai
gantinya kini telapak tangannya meremas celana panjang yang kukenakan
tepat di bagian selangkanganku yang menggembung, dengan terburu-buru
jemarinya membuka ikat pinggangku, kemudian melepaskan pengait celanaku
dan Srettttt…….!!
“AOHH..!! Makkkkk…!! Hati-hati Nonnnn, Nanti punya Saya kegigit resleting…….!! Wuuuuuakkkkhhhhh”
Dengan kasar Non Michelle mengodok dan merengut batang penisku,
waduhh, kasar sekali tangannya mengocok-ngocok batang penisku, batang
lidah Non Michelle menempel di buah zakarku kemudian happpp, Mulutnya
mencapluk buah zakarku, mengemuti sepasang buah zakarku.
“P-Pelan, Pelan-pelan Non..,”
Gila…!! Non Michelle begitu liar menyantap batang penisku, cium sana,
cium sini, jilat sana jilat sini,dalam waktu yang relatif singkat
batang penisku kuyup terbasuh oleh air liur Non Michelle. Aku menahan
nafas saat mulutnya terbuka lebar memayungi kepala penisku dan
Kreppppp….mulutnya mengatup menelan kepala penisku, kepala Non Michelle
bergerak maju mundur dengan teratur,nikmat sekali rasanya saat batang
lidahnya menggesek-gesek melingkari kepala penisku, ia begitu keasikan
mengoral batang penisku hingga tidak menyadari Darso mendekatinya,
dengan kasar Darso menjambak rambutnya yang pirang.
“Ahhhhh….!! “
“Sialan lu, maen uppercut seenaknya,Sini….!! “
Dengan kasar Darso menekankan punggung Michelle hingga buah dadanya
menempel di atas meja. Kaki Darso menyepak kaki kanan dan kaki kiri
Michelle agar merenggang, batang penisnya menggesek belahan pantat Non
Michelle sebelum akhirnya menekan kerutan dubur si pirang. Kedua mata
Non Michelle membeliak saat kerutan duburnya terasa merekah dirojok oleh
kepala penis Darso, wajahnya yang cantik mengernyit kesakitan, otot
dubur Michelle mengkerut berusaha menghalangi masuknya batang penis
Darso. Perlawanan otot dubur Michelle berakhir tragis saat Darso
menyentakkan batang penisnya kedepan membongkar paksa kerutan liang
anusnya.
“OAHHHHHHHHHH…..!! it’s HURTTTTT….! ARRRGGG..!!”
“Gimana rasanya kalau bool lu yang gua uppercut pake KONTOL gua HAH !! Sakit banget kan ?? JAWAB LU LONTE…!! “
Dengan beringas Darso menyodomi Non Michelle, yang ber-oh-ah-oh-ah tanpa daya saat penis besar Darso menyodominya dengan kasar.
“UNGGHH.. UNGGGHHH NGGUHHH, its too Hurrth-akhhh..!!”
Non Michelle melenguh-lenguh keras, jarinya mencakar-cakar meja untuk
melampiaskan rasa sakit yang begitu hebat mendera lubang duburnya,
dengan seenaknya Darso mengocek-ngocek liang anusnya. Tanpa melepaskan
Non Michelle ia duduk di atas meja. Posisi Michelle duduk dipangku oleh
Darso dengan kedua kakinya yang mengangkang, liang anusnya tersumbat
oleh batang penis Darso yang terbenam hingga ke pangkal penis, batang
penisku mendekati belahan vaginanya yang berwarna pink.
“kemon Jang, kita hajar bareng-bareng…”
Dengan satu tusukan yang kuat kubenamkan batang penisku ke dalam
rekahan vaginanya. Sempit, peret, namun sudah blong alias sudah nggak
perawan lagi, Non Michelle mendesah-desah menggairahkan saat batang
penisku bergerak keluar masuk menusuk-nusuk liang vaginanya.
“O la laaa, sudah pernah dirojok ya Non?? kapan sih saat pertama kali Non Michelle entotan…?? “
“six teenn y.o Unnnhhh…”
“Wahh,koq bisa pas banget sama standar KBB ya ??”
“What isssshh, Kha Bhe Bhe….??”
“Oooh itu tehh, Kisah Biuti en de Bis, emang Non Michelle nggak tahu
?? ntar deh saya ajak Non Michelle ke warnet biar tau apa itu KBB…”
“Ooo Yeahhh.. Yesssh, Yessshh Ahhh.., Emmmm YEAhhhh…”
Suara Non Michelle mirip seperti suara pemeran wanita difilm-film
porno. Non Shasha melangkah menghampiri dan memelukku dari samping
kanan, bibir Non Shasha mengejar memangut bibir Non Michelle sambil
menggenjoti belahan vagina si pirang aku bergantian berciuman dengan
Non Shasha dan Non Michelle.
“Ahhh.. Crrr Crrrrr Sruutttt.. cruutttt..ohhhhhhh…..”
Wajah Non Michelle terangkat ke atas, sekujur tubuhnya mengejang
kemudian sepasang kakinya terkulai lemah, selemah tubuhnya yang
terdesak-desak akibat belahan vaginanya kusodok dan liang anusnya
disodomi oleh Darso, untuk beberapa saat lamanya Non Michelle pasrah
disandwich olehku dan Darso.
“Emmmhhh, Darsoooo, akkkkhhhh Ujanggggg….ahhhhh, fuck me!!”
Kenikmatan mengupas wajah asli Non Michelle tiba-tiba ia menjerit
keras untuk melampiaskan nafsu birahinya, tubuhnya yang seksi
menggeliat-geliat liar. Keliaran Non Michelle dan jeritan-jeritannya
membuatku dan Darso semakin bergairah untuk menyetubuhinya, Non Shasha
menjulurkan lidahnya, dengan rakus ia menjilati rahang dan dagu Non
Michelle kemudian bibirnya membekap bibirnya. Pipi non Shasha mengempot
saat ia mengemut bibir Non Michelle.
“Ujanggg aku pengen dijilatinnnnn”
Aku mendelik saat Non Shasha mengangkangkan kedua kakinya, ia
bersandar santai di sebuah kursi, aku mencabut batang penisku dari
himpitan vagina Non Michelle kemudian aku merangkak di antara kaki Non
Shasha yang mulus, kubenamkan wajahku dalam-dalam sambil menghirup aroma
therapy di selangkangan kekasihku yang cantik jelita. Aroma vagina Non
Shasha menjadi obat yang mujarab meredakan rasa pusing yang menggeluti
kepalaku.
“Non suka pusing ngak ??”
“Pusing ?? pusing kenapa jang ??”
“Maksud Saya , kalau Non Shasha nggak beginian nih…”
Aku bertanya sambil menyelipkan jari jempol di antara jari telunjuk
dan jari tengahku kemudian memasangnya didepan wajah Non Shasha,
kekasihku yang cantik menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah
jengah..
“Kalau saya suka pusing Non…,”
“itu sih kamunya aja yang hipersex.., “
Non Shasha menjawab sambil mencubit hidungku yang pesek. Tangan
kanannya menekankan kepalaku tanpa membantah aku kembali menikmati
sajian nikmat di selangkangannya, dengan menggunakan dua buah jari aku
membuka bibir vaginanya. Sebuah kacang mungil terselip di belahan vagina
non Shasha bagian atas, kujilati clitoris Non Shasha hingga ia
mengejang saat mencapai klimaks. Non Michelle menggeliat turun dari
pangkuan Darso, ia merangkak menghampiri selangkangan Non Shasha, aku
memberikan jalan untuknya, kuremas-remas dan kuelusi buah pantatnya yang
empuk..
“Ahhhh Michelle……….”
Batang lidah Non Michelle menyapu permukaan vagina Non Shasha
kemudian ujung lidahnya menggelitiki rekahan vagina dan tonjolan
klitoris Shasha, tubuh Shasha menggeliat-geliat indah. Geliatan tubuh
Non Shasha memancing Darso untuk menghampiri dari arah samping, wajah
Darso memayungi buntalan dada Non Shasha sebelah kanan kemudian Nyammmm,
Nyammmm Nyammmm, bergantian Darso mengunyah-ngunyah, menggeluti susu
Non Shasha.
“Pesawat Stealth jenis Bomber B2 super” milikku melayang di
udara , dengan cepat pesawatku menungkik mendarat di hanggar sempit yang
nikmatnya bukan kepalang, kudesakkan batang penisku menggali liang
dubur Non Michelle.
“Gebb-BROSSSHHH…!! BLUPPHHH…!!”
“OOOOOO……!!”
Terdengarlah sebuah suara seruan keras seiring dengan tersungkurnya
tubuh Non Michelle saat kuhantamkan batang penisku membongkar kenikmatan
di liang duburnya. Kugerakkan batang penisku memutar, mengaduk-ngaduk
anusnya. Mulut Michelle mencucup dan menghisap kuat-kuat vagina Non
Shasha sementara tangannya menyambar batang penis Darso dan
mengocok-ngocok batang penis Si Obe berbody seperti layaknya Rony Dozer.
“Pofffhh Poffffhhh Pokkkk Pofffkk Pokkkk…” suara berkeceplokan
terdengar menggairahkan mirip seperti suara butir- butir telur yang
pecah saat berjatuhan dari sebuah keranjang
Kuayun-ayunkan batang penisku menyodoki liang anus Non Michelle dalam
ritme yang cepat kemudian melambat saat si pirang merintih antara sakit
dan nikmat.
Setelah suara rintihannya mereda aku kembali menyerang anusnya dengan
membabi buta hingga Non Michelle memekik keras, setelah puas
menyodominya , kucabut dan kujejalkan batang penisku kedalam himpitan
Liang Vaginanya, tubuh Non Michelle terdesak maju mundur dalam posisi
doggy style memgikuti ayunan penisku.
“Ohhhhh..!! Uhh YEAHHH…!! Pofh…N-Nooo.. Pleaseeee fuck me“
Non Michelle merangkak, ia mengejar batang penisku
“Kemon Nonn.., Kadieu….Eittthhh…!! ngak kena Nonnn”
Terjadilah pertempuran kecil antara Ujang the matador Vs seorang
gadis cantik berambut pirang, saat mulut Non Michelle hendak mencaplok
batang penisku kugerakkan ujang junior menghindar ke kanan hingga
terhindar dari caplokan mulut yang tentunya sangat berbahaya bagi orang
yang lemah jantung. Saat Non Michelle hendak mencaplok ke kanan sambil
melangkah mundur kugerakkan Ujang junior menghindar ke kiri,
berkali-kali aku mempermainkan Non Michelle kemudian pada suatu
kesempatan aku melangkah maju sambil membantingkan batang penisku
menampar pipi Non Michelle.
“PLAKKK…!! “
“Auhh..!! Ujangggg… Pleaseeeeee, I want it..”
“Pake bahasa Indonesia Nonnn, jangan pake Bahasa Inggris atuh..!! I’m kurang ngarti nih…. ”
“Ujangg, aku mau ngisepin kontol kamu, ayo Ujangggg….”
“Seneng nyepong ya Non….??”
“Seneng banget, mauuu…”
Aku berdiri sambil berkacak pinggang, kusodorkan batang penisku ke
dalam mulut Non Michelle yang ternganga, dengan rakus ia menghisap-hisap
batang penisku, Nyyooottt… Nyooootttt.. Nyotttt…bibir Non Michelle
yang monyong tersumbat oleh batang penisku bergerak maju mundur dengan
teratur.
“Gilaaa..!!“ aku berseru kagum, Non Michelle merendamkan batang
penisku ke dalam tenggorokannya sedalam yang ia sanggup, tanganku
mengelus rambutnya yang keemasan, ia menengadahkan wajahnya ke atas.
Kedua matanya bertatapan dengan mataku, kerongkongannya memeras-meras
kepala dan batang penisku.
“Sini Nonn, saya cape berdiri melulu, duhhh andai saja saya yang
menjadi direktur, semua karyawati disini ngak usah pake baju kalo lagi
kerja.., pasti asik ya……. “
Aku berangan-angan sambil duduk bersandar di kursi empuk, tepat
dimana si tua Selmi biasa duduk jika ia memimpin rapat penting, dengan
suka rela aku menerima hadirnya sesosok tubuh mulus yang mendudukiku
dalam posisi duduk saling berhadapan, kubenamkan wajahku di belahan dada
Non Michelle, kukecupi buntalan buah susunya tanpa terlewatkan satu
centipun, kugigit puting susunya yang mengeras kemudian aku menyusu
dipuncak payudara Non Michelle sebelah kiri sementara tangan kananku
meremas-remas payudaranya sebelah kanan.
“Aduh Nonnn, susu import-nya mantabbbbb…!!
“Uj-Ujanggg.., Auhhh, akhhh..”
“Nyummmm Muahh Nyemmmm Mmmhhh Hummmmhhhhh”
“ahhh, emmmhh – emmmmhhhh, ahhhh, hsssshh ahhhhhh”
Keluhan Non Michelle semakin melemah dan akhirnya bibirnya hanya
dapat mendesah dan merintih lirih saat aku bergantian mengunyahi
sepasang buah dadanya yang semakin membuntal. Wajahku terangkat ke atas
saat merasakan belaian pada kepalaku, kumonyongkan bibirku ke atas
menyambut bibir Non Michelle yang meluncur turun
Kecupan-kecupan ringan mulai saling berbalas, seiring dengan naiknya
nafsu birahiku dan Non Michelle, ciuman dan lumatan-lumatan liar mulai
bekerja dengan efektif memanjakan nafsuku dengannya, batang lidahku dan
batang lidah Non Michelle bergerak bergantian saling mendesak dan
mengocek-ngocek rongga mulut lawannya.
“Cupphhh Cuphhhh.. Cuphhhh….”
Kedua tanganku mencapit pinggang Non Michelle, kubandingkan kulitku
dengannya, kulitku begitu hitam kecoklatan mirip seperti kerupuk gosong,
sedangkan tubuh Non Michelle begitu putih bersih tanpa noda, entah
kenapa tiba-tiba aku kelepasan bertanya dari lubuk hatiku yang paling
dalam.
“Non Kalau mandi pake rinso anti noda ya ??
“Enak aja.., emangnya aku baju…!!.”
“Bukan baju Nonn, tapi sarunggg.. he he”
“Sarung ?? “
“Sarung kontol saya..ha ha ha ha, nah bicara tentang sarung kontol, masukin dong Nonnnn…., ”
“Eussshhh Owwww….”
Aku meringis merasakan cubitan pedas Non Michelle di dadaku.
“ehhh mau kemana Non ??!!!Sini Nonnn…!!”
Aku protes keras saat Non Michelle turun dari pangkuanku, ia hanya
tersenyum sambil menepiskan tanganku yang hendak meraih tubuhnya
kemudian mengibaskan rambut emasnya ke kiri dan kanan, tubuhnya yang
seksi melenggok gemulai, desahan-desahan manjanya begitu menggoda, Non
Michelle berstriptease ria untuk menaikkan nafsu birahiku, dan ia
berhasil dengan sesukses-suksesnya.
“Wahhhhh ?? !! Gileee…, Darso sini cepet…!! wuihhh, GELOO..!!“
“Enggak ah Jangg , gue lagi seru nihhh Emmmhhh kemon Non, terusss…,
goyanggg…, cie-ilehhh goyangan Shasha asik punya, CIHUYY..euy!!” Batang
penis Darso menghajar liang vagina Non Shasha dengan sekuat tenaga.
Detak jantungku semakin keras saat Non Michelle menggeliat di antara
kedua pahaku yang mengangkang, bibirnya menciumi pahaku bagian dalam dan
terus naik ke atas mengejar buah zakarku, batang lidahnya yang basah
dan hangat memainkan buah zakarku, jika diperhatikan lidah Non Michelle
seperti sedang menjilati s krim saat ia menjilat-jilat batang
kemaluanku.
“Ujang sayanggg, pinjem kontol kamu buat sikat gigi ya… Houuphhh”
Non Michelle tersenyum nakal, kemudian mulutnya menganga dan
tenggelamlah Ujang junior kedalam rongga mulutnya, dengan menggunakan
kepala Ujang Junior, Non Michelle melakukan gerakan seperti orang yang
sedang menggosok gigi. Hisapan dan juga gesekan-gesekan kepala penisku
pada giginya mengakibatkanku bergantian merasakan rasa sakit dan nikmat,
seenaknya Non Michelle mempermainkan penisku menganiaya Ujang Junior.
“J-jangan kena gigi Non , Ouwwww.., Akhhh Uhhh, HEUDEUHH…!! Sudah,
sudahh Nonnnn, Ehhh jangan Nonn.., dihisap, Hi Hi Hi dihisap Nonnnn,
digelitikin pake lidahhh Ahe he he, geli ehhhhssssshhhh Enakk Nonnn.
WeeeeHH-Ughhhhh…!!ihhh, Sini Nonn….jangan kena gigi Nonnnn, Ayo Dong
Ahh, Eowwwww, sakitttt Nonnn hakkkhhhss..”
Non Michelle menepiskan tanganku yang hendak meraih tubuhnya, aku
merengek agar ia segera menaikkan vaginanya pada batang penisku. Tubuh
Non Michelle yang seksi mulus melangkah mundur saat aku berdiri dan
mengejarnya, dengan gerakan meliuk yang indah ia menghindari terkamanku.
“Hupppp…, kena…!!“
“Aduhh…!! Awww,!! Ujangggg he he he he”
Pada suatu kesempatan aku menyambar pinggangnya. Non Michelle
terkekeh saat aku mendudukkannya di pinggiran meja, kedua kakinya
mengangkang mempertontonkan keindahan belahan vaginanya.
“Nonn, Inget Ya…, mulai besok jangan pernah sekali-kali memakai
celana dalam kalau Non Michelle berangkat kerja, pokoknya nggak boleh…!!
Jelas Non ?? “
Non Michelle terdiam, ia menatap Shasha yang tengah disetubuhi oleh
Darso, pertanyaannya kini terjawab sudah. Untuk sesaat ia terlihat
bimbang namun akhirnya ia mengangguk menyetujui permintaanku, aku
bersujud di hadapan selangkangannya, kutusukkan dua buah jariku menusuki
belahan vaginanya, ujung lidahku memijat-mijat klitoris Non Michelle,
sesekali kutengadahkan wajahku ke atas untuk melihat ekspresi wajahnya
sambil mempergencar tusukan-tusukan kedua jariku pada rekahan vaginanya.
“Ohhhhh… Crrruuuttt.. cRrrruuutttt….”
Lingkaran otot Vagina Non Michelle menggigit kuat kedua jariku, liang
sempitnya terasa berkedutan berkontraksi dengan kuat, seiring dengan
itu kedua jariku yang tengah berendam di dalam vaginanya seperti disiram
oleh cairan panas yang lengket perlahan kutarik kedua jariku keluar
dari dalam cepitan vaginanya, mulutku terbuka lebar-lebar menangkup
rekahan vagina Non Michelle, kuhisapi cairan vaginanya yang gurih.
“Auhhh..!! Ujangggg…, ohhh nikmatt…ahh, ahh OWWW…!!.”
Non Michelle menendang pundakku saat gigiku menggigit bibir
vaginanya, aku terkekeh sambil bangkit berdiri, kugesekkan kepala
penisku pada belahan vaginanya yang sedikit merekah menanti datangnya
batangku yang besar panjang.
“Nggghhhhhh…. Uj……aaaannn…ggggggg”
“Michelleeeeeeee…, Ohhh ampunn, !!nikmatnya memek import…!!”
Kedua tanganku mencengkram buah susunya kemudian meremas-remas
buntalan buah dadanya, kutarik-tarik pentilnya sambil menyodok-nyodokkan
batang penisku menghajar belahan vagina non Michelle, kuayunkan batang
penisku kuat-kuat menggedor-gedor belahan liang vaginanya yang mulai
cerewet mengeluarkan suara-suara becek.
“Plefffhh..!! Plefffhhh..!! Plefffffhh..!!!”
“Ngehhh, Akhhh Hegkkkk.. AWW, Hssshh “
Helaan nafas Non Michelle terputus-putus saat liang vaginanya
digempur hebat, dihajar dan dihantam oleh batang penisku, bibirnya terus
menerus mengeluarkan suara – suara menggairahkan yang memancing nafsu
birahi, kumainkan tempo tusukanku dari cepat ke lambat, kemudian saat ia
terlena , kuhajar liang vaginanya yang nikmat dengan brutal hingga
kedua mata Non Michelle membeliak-beliak merasakan kenikmatan yang
berlebih, tubuhnya yang seksi mulus terguncang hebat tanpa daya,
butir-butir keringat memandikan tubuhku dan tubuhnya. Kukalahkan Non
Michelle sebanyak dua kali hingga ia terkulai lemas. Aroma tubuh Non
Michelle berbaur dengan aroma alat kelamin kami berdua.
“Ujanggg.., Enakkhhh Hekkkkk, Ngeeeehhhhh…!!”
“Sama Non saya..h Jhuuuuuga ENAKKK…!!”
“Kocok yang kuat Janggg,, yang kuatttt….Akkhhhh..!!.”
“Kaya gini Non ??”
“Eggghhhhh… Akhhhhhhhhh Crruttt cruttttt…..”
“Muncrattt….lagi ?? he he he he, gimana nih Non ?? kalah melulu sampe memek Non Michelle banjirrrr, gimana Non ?? enak ya??. ”
“Ooo Ujanggggghh you’re so stronnggghhhh !!”
Aku berbangga diri saat mendengar pengakuan Non Michelle yang
mengakui keperkasaanku, rintihan dan rengekan Non Michelle membuatku
semakin tekun dan rajin memberinya sodokan-sodokan kenikmatan, wajah si
pirang yang seksi mengernyit hebat saat ia mencoba menahan nikmatnya
rojokan kerasku pada rekahan liang vaginanya.
“Lets try whomen ngon tophhhh…” di tengah dengus nafasnya yang
memburu Non Michelle mencoba untuk berkomunikasi denganku, dan tentu
saja terjadi miskomunikasi akibat ketidak jelasan suaranya yang meminta
sesuatu.
“Hahh ?? !! women ngentot ?? lah… inikan lagi…ngentot..”
“Bukan women ngentot ujang sayanggg, women on yop… Plophh”
Non Michelle menarik vaginanya hingga batang penisku terlepas dari
himpitan celah sempitnya, aku berbaring pasrah di atas lantai. Non
Michelle mengambil posisi jongkok menghadap padaku, mirip sekali seperti
sedang buang air kecil di atas batang penisku, bedanya kini ia akan
berusaha keras untuk membuang cairan kenikmatannya.
“oohhhhhh, hsssshhhhh, uhhhhhhh, ohhh-yeahhhhhh..!! yeahhhhh…!! “
Wajahnya terangkat ke atas seiring dengan masuknya batang penisku
membongkar liang sempitnya, wajah Non Michelle tampak renyah saat
menikmati gelusuran kepala penisku yang menggelosor masuk semakin dalam
hingga akhirnya vagina Non Michelle menduduki batang penisku dengan
sempurna, aku terlena oleh senyumannya saat ia memandangiku dan aku
semakin terlena saat otot vagina Non Michelle bergerak turun naik pada
batang penisku, dinding vaginanya meremas–remas dan memanjakan batang
penisku dengan kenikmatan yang dicari oleh setiap laki-laki. Kedua
tangannya menekan bahu kanan dan kiriku untuk menjaga keseimbangan
kemudian vaginanya bergerak liar turun naik menghempas-hempas dengan
dahsyat, sedahsyat amukan lautan birahi yang diarungi oleh kami berdua
saat alat kelamin kami berdua saling mendesak dan menyerang dengan
membabi buta.
“Ohh, Darsoo.. “ Michelle mengeluh saat selangkangan Darso menaiki
buah pantatnya, batang penis Darso menggesek belahan vaginanya kemudian
sibuk mencari jalan untuk memasuki liang anusnya,
Aku menolehkan wajahku kesebelah kanan memandangi Non Shasha yang terkulai.
“Waduhh…!! Lu apain sampe Non Shasha ampe babak belur begitu ??”
Aku menyindir Darso yang sudah sukses mempecundangi Non Shasha,
kekasihku yang jelita tertidur dengan kondisi rambut acak-acakan setelah
habis-habisan digenjot oleh batang penis Darso, tubuhnya yang putih
mulus bersimbah kucuran keringat.
“Owwww…!! Akhh Hekkkkhh ..!! Ouhhhhhh…!!!”
Non Michelle hampir menangis saat aku dan Darso menggempur lubang
anus dan lubang vaginanya, untuk sesaat aku dan Darso berhenti kemudian
merayunya untuk bertahan lebih lama lagi demi memuaskan nafsu birahiku
dan Darso.
“sebentar lagiii Nonnn, sebentar…” aku mencoba untuk menghiburnya.
“Dikit aja, sedikit….”Darso menimpali.
“Ujanggggg…, ngak kuattt ,aghhhhhhhhh.. crrr crrrr crrutttt…!!”
“Sedikit dan sebentar” datang silih berganti dan akhirnya melewati,
detik, menit dan jam, butir-butir keringat yang meleleh menjadi pemicu
dan bahan bakar bagi keliaranku dan darso untuk menyetubuhi tubuh Non
Michelle yang seksi mulus, rengekan-rengekan Non Michelle yang kewalahan
menjadi minyak alami bagi nyala api birahi yang semakin berkobar-kobar
dengan dahsyat, tidak terasa malampun semakin larut, gelapnya malam
menyembunyikan kenikmatan yang tengah dinikmati olehku. Darso dan Non
Michelle, gerakan kami bertiga semakin kacau, suara erangan dan rintihan
terus terdengar dari bibir Non Michelle.
Vagina import Non Michelle berkedut-kedut kuat demikian juga anus
importnya, dan akhirnya kami bertiga mengeluh bersama-sama disapu dengan
keras oleh gelombang kenikmatan yang begitu hebat menggulung tubuh kami
bertiga..
“ahhh Ujangg Ahhhhhh.. !! Darsohh-HHHeghh Crrrr crrutttttt…”
“NON MICHELLEEEEE…..!! CROTTTT CROTTTT…CROTTTT..!.”
Aku dan Darso berseru keras saat berlomba mengisi liang anus dan
liang vaginanya dengan sperma kami berdua, aku menggigit batang lehernya
sebelah kanan sedangkan Darso menggigit batang lehernya sebelah kiri,
dua buah bekas gigitan kemerahan menjadi stempel di leher Non Michelle
yang jenjang. Aku berbaring di sisi kanan dan darso berbaring di sisi
kanan tubuh Non Michelle yang terlentang lemas. Kami berdua mengobrol
sambil asik mengelus, meremas dan menghisap-hisap dada Non Michelle,
tidak berapa lama aku dan Darso bergantian menaiki “barang import” di
dalam ruangan rapat yang mengeluh kelelahan saat rekahan vaginanya
bergantian kembali dipacu, disodok dan dirojok oleh batang penis kami
berdua, ia bahkan meronta berusaha melepaskan diri saat vaginanya dan
anusnya disandwich dengan brutal. Aku mencengkram pinggulnya kuat-kuat
sambil memompa liang anusnya, sedangkan Darso mencekal pinggang Non
Michelle untuk mengatasi rontaannya, batang penis Darso merojok
kuat-kuat rekahan vaginanya yang memar.
“aduhh Ujanggg, Darssoooo, aku capek, pegel nihhhhh…”
“Dikit lagi…. dikit…..lagi..Nonnn”
“dari tadi dikit mulu…, udah donggg hik hikkk hikk…”
“Sebentar Sayanggg…, tahan sebentarrr aduhhh, enaknyaaa”
———–=================
Tangan kiriku memanggul segelas teh pahit kesukaan wanita penghisap
darah itu, “Tokk.. tokkk.. tokkkkk” aku mengetuk dengan sopan, hmmm,
ngak ada yang nyahut, mungkin kurang keras, kali ini kuperkeras
ketukanku, tokk.. TOK TOKKKK…!! masih juga tidak ada sahutan dari dalam
ruangan Bu Selmy. Kali ini kukerahkan seluruh tenaga yang kumiliki dan
kuketuk kuat-kuat pintu yang tertutup itu, tiba-tiba saja pintu itu
terbuka lebar dan ketukan kerasku mampir dijidat seseorang..
“Bletakkkkk !!!”
“Heiiii……!!”
Sebuah suara melengking terdengar menggetarkan jagat raya saat
ketukanku menempel di jidatnya. Matanya mendelik mirip seperti buto ijo
yang sedang terangsang. Mataku ikut mendelik, WADUH! makhluk apakah
gerangan yang begitu mengerikan di hadapanku ini?! Tunggu dulu!!
sepertinya aku mengenali si dia yang jidatnya kuketuk keras sampai
wajahnya yang keriput terangkat ke atas, EMAKKK..!!
“Aaaaaaaaaa…. uuuuuuuu… aaaaaaa…. uuuuuuuuu, anu ini, itu, dan yahh, begini buuu itu, ini, anu ibu keriput. Ee-ekkkhhhhh”
“APA KAMU BILANGGG !!
“B-bukan, bb-bukan itu maksud saya, ini anunya saya, silahkan bu..
silahkan, euhhh teh bu, dimakan bu, silahkan dimakan, anu
saya..itu..ambil silahkan di teh.”
“Dasar GOBLOKK…!! BRAKKKKK…!!.”
Pandangan mataku menatap kosong pada daun pintu di depan wajahku.
“UJANGGGGG…..!!” terdengar teriakan keras memanggil namaku
Tanpa banyak pikir panjang aku menerobos pintu itu sekuat tenaga,
jelas saja aku termental kebelakang saat beradu dengan sang pintu yang
begitu kokoh.
“BRAKKKKK..!! GEDEBUKKK….!!OOAAKKH…”
Aku jatuh duduk dengan posisi kedua kakiku yang agak mengangkang,
sementara kedua tanganku menahan kebelakang agar punggungku tidak roboh
kelantai, pintu itu kembali terbuka lebar-lebar, dan suara stereo full
power itu kembali melengking memanggil namaku.
“UJAAAAANGGGGG…..!!
“Disini Buuuuuuu…!! disini…!!” kuacungkan jari telunjukku ke atas sambil berusaha untuk bangkit berdiri.
“NGAPAIN KAMU DUDUK-DUDUK DISITU…HAH!! NIHH segera Fax dokumen ini
kenomor xxxxxxxxxxxx, awas kalau salah lagi , KAMU SAYA
PECATTTTTTT……NGARTIiiiii!!”
Tanpa banyak berkomentar aku menerima tugas penting yang diberikan
oleh Bu Selmy, kudaki anak tangga menuju ruangan perfax-an yang
ditunggui oleh seorang karyawati cantik bagian arsip yang bawelnya
minta ampun, namanya Non Sherina, biasa dipanggil Sherin. Tubuhnya yang
slim mungil selalu sukses membangunkan ujang junior di pagi hari, aku
melompat ke sisi kanan meja Non Sherina, kusodorkan dokumen penting di
tanganku.
“Nonn, ini di fax-in kenomor xxxxxxx…”
“Fax aja sendiri, kamu yang disuruh, koq malah nyuruh lagi sama
aku…sih!!” ia menjawab ketus sambil menatapku dengan tatapan juteknya,
kemudian kembali menatap ke monitor Lcd, tangannya begitu lincah
mengetik-ngetik tuts keyboard.
“tolong saya nonnnn, tolooongggg…, saya nggak bisa”
Aku hampir menangis mengingat nasibku berada pada keberhasilanku
menuntaskan tugas penting ini, jika aku sampai gagal, maka tuntaslah
sudah hidup ini.
“duhhhh…!! ngerepotin amat sih jadi orang..!! masa ngefax aja ngak bisa..!!”
Bukannya membantu, ia malah mengomeliku yang gaptek.
“Cepet masukin dulu…”
“masukin ?? apanya Nonn ?? “
“yang kamu mau disiapin, terus masukin dulu!” ia menjawab tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.
“Hahhhhh ?? !! beneran nih nonn ??“
Wahh, pucuk dicinta ulam tiba nih, dimasukin? hi hi hi, buset dah…!!,
yang saya mau?? jadi minta dicoblos nih ceritanya?? langsung aja?? gak
pake neko-neko?? Alamakkk, jarang-jarang ada cewe kaya gini mau
ngangkang tanpa syarat, non Sherin i lop u , muahh , muahh, beibeh ^_^
“ihh, gimana sih, kamu itu tuli apa ?? cepetan dong masukin…!!”
Aku tersenyum lebar sambil perlahan menurunkan resleting celanaku dan
menarik alat suntikku keluar dari sela resleting celanaku. Ia masih
sibuk merapikan dokumen-dokumen yang berserakan, entah dokumen apa itu,
aku tidak tahu , yang jelas ia tampak sibuk.
“srettttt…..!! ini nonn, udah siap dimasukin, tinggal disiapin lubangnya..”
“awwwwwwwwwww….!! gilaaaa!! apa-apaan kamu hahh??!! keluarrrr..!!
dasar brengsekkkk…..!! KEPARAT…kurang ajar….!! ke laut aja luu…!!
MAMPUSSS sana…!!“
Ia menoleh ke arahku kemudian membentak sambil memalingkan wajahnya
ke arah lain dan mencaci maki dimix dengan sumpah serapah. Aku gugup
memasukkan kembali senjataku yang mengacung siap untuk bertempur dengan
si jutek yang memiliki wajah jelita, non Sherina menggebrak meja dan
kembali mengusirku.
“brakkk…!!, Keluuuu….ARRRRRRR….!!”
“t-tapi nonn, saya jadi bingungg…kata non tadi cepet dimasukin,
begitu sudah dikeluarin, non malah marah-marah sama saya…,tolong saya
non, kalau saya tidak berhasil mem-fax dokumen penting ini, sa-saya
pasti dipecat oleh Bu Selmyy.. toloooonnnggg lah nonnnnn….”
“yang dimasukin itu kertasnya tolol…!! makanya punya otak jangan di
selangkangan melulu..!! nyebelinn…!!, ya udah mana sini yang harus
difax…., nihhh perhatiin caranya, supaya nanti kamu bisa n ngak bikin
susah orang….”
Sebuah senyuman melebar di wajahku saat dokumen itu berhasil difax.
“Nihhh!!, kamu kembalikan dokument ini beserta bukti faxnya buat Bu
Selmy…, emmmm, satu lagi…., kamu segera kembali lagi ke sini ya…”
“bb-baik nonnn, baikkkk…., terima kasih ya Nonnn…”
“sudah…sana, cepet nggak pake lama…!!”
Secepat kilat aku menuju ruangan Direktur Utama untuk mengembalikan
dokumen penting di tanganku kepada Bu Selmy. Aku menunduk sedalam
mungkin tidak berani berlama-lama menatap Bu Selmy yang sedang manyun
sambil mengurut-ngurut benjut di jidatnya. Aku mohon diri dengan sopan,
mata Bu Selmy menatapku dengan tajam. Selangkah demi selangkah aku
mundur dengan teratur ke arah pintu, setelah mengangguk sopan, aku
membalikkan tubuhku dan menyelinap keluar. Dengan lemas aku menepati
janjiku, kulangkahkan kakiku dengan berat menuju ruangan Non Sherina.
Hari ini terasa begitu berat, entah apa lagi yang akan menimpaku
sekarang ini hiks hiks, hiks.
“tokkk. Tokkkk.., tokkkkk..”
“masukk…”
“permisiiiiii….“
“Ujanggg….”
“Iy-iya Nonnn…”
Kuangkat wajahku, blehhhhhh ?? !! apa kata duniaaaaa….!!, Aku berseru
keras, menjerit di dalam hatiku, kedua mataku melotot, kemudian
mendadak tak dapat berkedip, maklum lah PLN(u) atawa Perusahaan Listrik
Negara Ujang lagi mengalami krisis. Ooo mi god bukankah pose itu
terlalu menantang untukku, alamak ampe nungging-nungging gitu,
cegluk..!!
“Ujang, Koq diem sihh, bantuin donggg….”
Non Sherin memunguti serakan lembaran dokumen di atas lantai.
“diapain non??” aku bertanya bodoh karena sibuk memunguti kesadaranku
yang jatuh berantakan, lirik sana lirik sini, cegluk-cegluk-glekkk,
kutelan liurku yang membanjir di mulut.
“ya dipungutin dong…, tutup dulu pintunya…!!”
“euu, ditutup atau dipungut non??“
“kamu tuh tuli atau apa sichh…!! TUTUP PINTUNYA..!!”
“Brakkk!” aku menutupkan pintu di belakangku kemudian berbalik ke arahnya.
“mmepp.. meppp.. meppp…” aku terbata, terhipnotis kemulusan sepasang kakinya yang jenjang.
“Ujang, ngapain sih mangap-mangap di situ…,cepet bantuin nih!”
“ohh.., i-iya Non, dibantu…non, saya bantu….”
Aku berjongkok, tanganku memungut dokumen yang berserakan dan mataku
sibuk merayapi pahanya. Tanpa kusadari tanganku memungut keindahan
betisnya, gerakan Non Sherin terhenti namun tidak dengan gerakanku.
Tanganku berkeliaran mengelus-ngelus betisnya naik kelutut dan merayap
mengusapi permukaan pahanya yang mulus kemudian mengejar
selangkangannya. Posisi Non Sherin berjongkok mirip seperti sedang buang
air kecil, telapak tanganku membuka ke atas dan merogoh masuk ke dalam
roknya, kuremas selangkangannya dengan gerakan lembut
“ahhh, emmmm…”.
“enak ya nonn…, he he”
Ia tidak menjawab namun pasrah menaruh selangkangannya pada telapak
tanganku. Dengan leluasa kuremas-remas selangkangannya, cdnya semakin
basah oleh cairan nafsu. Kuangkat tubuhnya yang mungil dan kududukkan di
atas meja. Kurogohkan kembali tanganku ke dalam roknya dan kutarik
celana dalamnya hingga terlolos melewati paha, lutut dan terus kutarik
hingga terlolos lepas dari kakinya.
“cuphhh. cuphh.. cuppphh..” kukecupi paha Non Sherina sambil
menaikkan rok mini berwarna hitam itu hingga tersangkut di pinggulnya,
kupanguti pahanya dengan bernafsu sementara telapak tanganku berkeliaran
merayapi kehalusan sepasang paha si jutek jelita.
“Ujang…!! geli tau…!! aduhh…!! gimana sihh..!! Ahhh..!!”
Ia tetap jutek, cerewet seperti biasanya, tapi kini kejutekan dan
kecerewetan-nya tidak membuat birahiku surut. Aku malah semakin bernafsu
meningkatkan seranganku, dengan membabi buta kucumbui pahanya bagian
dalam, kupangut, kugigit lembut dan kujilati dengan liar.
“Ohh, ujanggg, gila kamu, GILAAA.., Akhhhh, Gee..Liii, Aduhh..!!” Non
Sherin mendesah saat lidahku mengobel-ngobel belahan vaginanya
Hidungku kembang kempis membaui aroma yang menyegarkan itu, mataku
menatap nanar pada cairan yang meleleh dari belahan vaginanya yang masih
rapat, dari bentuknya yang masih bagus dapat dipastikan kalau ia masih
seorang perawan ting-ting.
“takkk…!!”
“adohhh…, nonn ??”
“jangan berhenti dong..!! Ji..laaatttt….!!” Non Sherin mengomel sambil menjitak kepalaku
Aku berdiri dan memelototinya, matanya beradu pandang dengan mataku,
now or neper kutunjukkan siapa yang berhak menjadi tuan dalam situasi
yang semakin menghangat ini, kuturunkan resleting celanaku dan kutarik
ujang junior dari sarangnya, eng ing eng, huhh ?? !!!
“adowww.. ado-dowww…!! hssshhhh sakit Nonnn, UOHH, T_T “
Tubuhku tertekuk kedepan saat tangannya menyambar ujang junior dan
memerasnya seperti sedang memeras buah jeruk, aku menahan jeritanku saat
ia membetot barang kebanggaanku.
“berani kamu ya…!!disuruh jilat ngak nurut, malah ngeluarin titit..!!”
“ampunn , ampun non, ampunn OOOO…, saya jilat non, jilatt…”
Mulutku membentuk huruf “O” besar bukan karena mencapai puncak klimaks.
“sakit nih adohh!” aku menatap Non Sherin dengan tatapan memelas, akhirnya setelah aku memelas-melas ia melepaskan ujang junior
Ia menatapku dengan senyum kemenangan dikulum saat kurendahkan
kepalaku mengejar selangkangannya yang mengangkang, aku hendak
menjulurkan lidahku menjilati belahan vaginanya,
weittt TIDAK…!! ini tidak boleh terjadi..!! i mus fa-it, aku harus
menunjukkan siapa master dan siapa slavenya, aku kembali berdiri. Kuraih
tubuh Non Sherin dan kududukkan ia di atas kursi, kuacungkan batang ku
ke depan mulutnya.
“JILAT NON…!!” kupasang wajah beringas untuk menakutinya
“NGGAKK…!!” Non Sherin membentakku.
“JILAT KATAKU…!!” kubalas bentakannya.
“NGGAK MA…UUU..!! apa-apaan sih kamu, merintah-merintah aku, mau juga
aku yang nyuruh-nyuruh kamu!! bauu tauu!! sana ah, jangan
deket-deket….idihhh..”
“hah @_@ bau ?? buka mulut non, bukaaaaa!!“
Aku naik pitam, dengan paksa kucekokkan kepala penisku ke dalam
mulutnya, tangannya mendorong-dorong pinggulku, kujejalkan batangku
dengan paksa.au unatan batangku am mulutnya.
“emmmhhh. cuhhh… mmmumm.. puhhhh….., bau gilaa, bauu, uhuekk”
Ujang junior berjuang keras,sungguh malang batangku, begitu berhasil
masuk ke dalam mulut Non Sherin. Ia selalu memuntahkan penisku,
masuk-dimuntahkan, masuk-dimuntahkan, begitulah nasib batangku
diludahkan dan dicaci maki oleh Non Sherin. Dengan rajin kucekok dan
terus kucekok, hingga akhirnya entah yang keberapa belas kali, ia tidak
lagi meludahkan dan memaki-maki batangku yang katanya sih bau, kotor,
menjijikkan dll, dsb.
“hummmmmmfffhh.., emmmmmmmhhhh..”
“makanya Nonnn, sebelum ngomel, cobain dulu, ini belum nyoba, udah
ngomel panjang lebar…buktinya karang non Sherin suka ama titit kan ??
suka sama batang saya kan ?? diemut atuh, dikenyot-kenyot biar tambah
asik. Aduhh noonnn, kurang maknyus sepongannya…, kenyot yang kuat, lebih
kuat lagii… belummmm!! Lebih KUATTTT….!!.”
Waduh, koq aku malah jadi ikut-ikutan senang ngomel, rupanya aku
ketularan Non Sherin, dengan ketus aku terus mengomeli Non Sherin yang
sedang menghisapi kepala penisku, kutarik batang penisku dari emutannya.
Ia mendesah kecewa dan menegadahkan wajahnya menatapku dengan tatapan
mata memohon. Dengan bernafsu tangan kiriku menarik kepalanya dan tangan
kananku menjejalkan kepala kemaluanku ke dalam mulutnya. Kutekankan
batang penisku berusaha mendeepthroatnya.
“MMMHHh..!! MMMHHHH…!!”
“Telen nonnn, ditelennn…!!”
Dengan paksa kusentakkan batangku sambil menekan belakang kepalanya.
“Heggghhh..!! hh-hhhmm-hhhmm…” kusumpal kerongkongannya dengan batangku. “auffhhh.. “
Non Sherin mendorong pinggulku. Setelah mencubit kecil hidungnya yang
mancung kutampar pipi kanannya dengan menggunakan batang penis. Aku
kembali berlutut di antara kedua pahanya, kucomot-comot selangkangannya
yang sudah becek.
“ennhhhh ??ohhhhh… ujangggg… enak…,aaa.aahh, diapain aja sih ??“
Aku tersenyum sambil mengelus-ngelus bibir vaginanya, jempolku
menekan-nekan dan menguruti daerah di sekitar bibir vaginanya, kugunakan
cairannya layaknya obat gosok untuk menguruti bibir vaginanya. Bukit
itu terbelah dengan indah di selangkangannya, keindahan yang
mengundangku untuk mencicipi miliknya.
“auhhh, u-ujanggg, ahhhhhhhhhhhh, jangan digituin dong geliii..aaa.”
“sllccckkk…,ckk sllcckkkk…”
Lidahku terjulur liar menjilati belahan bibir vaginanya yang masih
bagus, kutempelkan Ujang Jr pada vaginanya yang becek. Kini kugunakan
kepala penisku untuk mengulek-ngulek belahan bukit mungil di
selangkangan Non Sherin. Mulutnya semakin bawel dan rewel, kusumpalkan
celana dalamku pada mulutnya.
“mmmmmhhhh..!! ?? “
Kugesek dan kutekankan kepala penisku dengan perlahan kudesak agar
liang mungilnya menerima penisku, sedikit demi sedikit kepala penisku
mulai menguakkan sebuah misteri kenikmatan didalam himpitan otot vagina
Non Sherin. Dengan gerakan cepat kusuntikkan batangku menusuk liang itu.
Matanya yang sipit membeliak saat batangku melesak ke dalam belahan
vaginanya. Kucekal kedua pergelangan tangannya yang berusaha melawan.
Aku dapat menangkap sinar mata Non Sherin yang tengah menyesali
kebodohannya. Tubuhnya yang slim melenting mengejang saat batang penisku
menerobos liang vaginanya yang mungil.
“kkrrrtttt…brrtttt brrrttt.. HHHHMMMMMM ??? brrrrtttttt….”
Kuluncurkan rudal besar diselangkanganku, kurobek dan kurengut
kegadisannya. Si bawel yang cantik kini menangis dengan mulut yang
tersumpal oleh celana dalamku. Wajahnya yang cantik mengernyit kesakitan
saat kutekan-tekankan batangku, kuambil ancang-ancang dan kusodokkan
batangku kuat-kuat. Setelah batangku tertancap dengan sempurna barulah
kulepaskan pergelangan tangannya, tangan kanannya membetot ujung celana
dalamku yang menyumpal mulutnya. Ia termegap menahan rasa sakit yang
menyerang vaginanya.
“Hauffhhh, ufffhhh gila, akhh, sakit ujang, aduhh…, aduhh…”
“jangan bawel non..!!”
“t-tapii, sakit sekali ujangggghh, sudahh.., cabutt…, cabuttt…”
“susah nonn, punya saya kecepit di dalam memek non sih, E-uhhh seret amat non, enakk, tahan dikit non…”
“aduh-adu-duh, ujang..!! sakit gila..!! akhhh… “
“cleppphh clephhhh.. pleppphhh…!!”
Non Sherin memakiku saat kupompa belahan vaginanya, kuperhatikan
batangku yang keluar masuk menyodoki vaginanya ada bercak-bercak
kemerahan yang menodai cairan vagina yang membasuh batang penisku.
Semakin lama batangku semakin lancar menusuki liang vagina Non Sherin
yang peret, si bawel semakin gelisah saat tusukanku semakin gencar
mencecar liang vaginanya.
“Oooooooo….!! crrruttt crutttttt cruttttt….”
Dinding vaginanya berkontraksi dengan kuat meremas-remas batang
kemaluanku. Cairan puncak klimaksnya menyemburi penisku, liang vagina
Non Sherin terasa semakin hangat dan nikmat hingga membuatku betah
merendam ujang junior dalam belahan liang sempit miliknya.
“gimana non ?? “
“apanya jang ??”
“lha ?? ditanya koq malah balik nanya ??”
“abis kamu sih, nanya ngak pake judul dulu, aku kan jadi bingung”
“yaaa, masa mo nanya aja harus dijudulin sih nonnn, judul pertanyaan :
rasa kontol, kepada yang terhormat non Sherin bersama kontol ini saya
tanyakan….”
“idihh kamuu…nggak sampe segitunya kali.. he he he” Non Sherin
terkekeh, sepertinya ia mulai dapat menyesuaikan diri dengan sebatang
penis besar milikku yang tertancap di belahan vaginanya
Sepasang kakinya yang jenjang mulus melejang-lejang keenakan saat
batangku kembali memompai vaginanya. Tengah asik-asiknya kusodokkan
batangku, tiba-tiba saja telepon di atas meja berbunyi.
“H-haloo….”
Non Sherin memberi isyarat agar aku menghentikan tusukanku, aku hanya
tersenyum, kuayun-ayunkan batang penisku tanpa mempedulikan dirinya
yang kewalahan mengatur nafas dan suaranya.
“ihh, yahh Bhuuu.., emmm, bha-baikkhh…”
(“kamu kenapa sih, kaya orang yang kesakitan gitu ?? “)
“enghakk koq buuu.. aduh…, cuma ini , saya lagi ngangkat yang berat-berat…, jaddhi yaaa beginiiih, aaaaah….!!”
(“oooo, begitu…, ya sudah nanti tolong bawakan dokumen tentang pembelian gudang di jalan XXXXXX no. Xxxx)
“mungkhinn agak lama bu, saya cari dulu di brankas, emmmhh…,hiahh..!!s-sekarang bhuuu.. ?? hhhhh…”
(“siapkan untuk hari Jumat…!!jangan lupa lakukan survey untuk
mengetahui kondisi terkini gudang itu, saya berencana akan
merenovasinya…”)
“bhaik bhuu, b-baikk…hhh..,klek…”
“adu-duh Nonnnn… he he he…”
“iii-ihhhh, ujang..!! gimana sihhh..!!”
Dengan gemas Non Sherin mencubit dadaku, aku hanya terkekeh sambil
menangkap pergelangan kakinya. Kuletakkan kedua kakinya pada bahu
kananku, liang vagina Non Sherin terasa semakin sempit, batangku
terkadang tertekuk saat menusuki liang vaginanya yang mungil. Wajahnya
terlihat renyah saat kugempur belahan sempit di selangkangannya,
clokkk…clokkk…clokkk..clokkkk! suara hantaman penisku terdengar keras
mengisi ruang kerja Non Sherin.
“e-eh.., ujang aku maluuu…”
“nggak usah malu nonnn, nyantei ajaa”
Ia terlihat kikuk saat ku kangkangkan kedua kakinya keatas membentuk
huruf V, dengan bebas, berkali-kali kutembakkan batangku pada belahan
Vaginanya yang memar kemerahan, kupercepat sodokanku hingga payudaranya
berputar – putar dengan indah, keningnya berkerut membentuk angka 11
saat ujang junior meraih kemenangan atas celah sempit itu.
“ohhhhhhhhh, cruttttttttt…. cruttttttttttttttt….pofffhhhh…!!!”
Setelah mencabut penisku, dengan tissue kubersihkan selangkangannya
yang sudah babak belur, memar akibat sodokan-sodokan mautku. Kutarik dan
kuposisikan Non Sherin dalam posisi doggy style. Kuangkat pinggulnya
sampai belahan vaginanya naik ke ujung penisku dan Jrebhhhhh…kutusukkan
batangku kuat-kuat merojok liang vaginanya dari belakang.
“ahhhhhh…. ahhh aaaaaa….”
Kucengkram pinggulnya, saat kusodokkan batangku, kutarik pinggulnya
dengan kuat. Kontan saja batangku menusuk dalam-dalam liang vaginanya.
Tubuhnya terdesak maju-mundur, terayun mengikuti sodokan-sodokan batang
penisku.
“plakkk.. plakkk plakkk plakkkk…”
“nnnhh nnnnhhh.. aaaaa.. eengehhhhhh…!!eengeehhhh,akkhh”
“sssttttt… nonnn, jangan terlalu berisik…”
Suara rengekannya terdengar semakin keras, aku berbisik disisi
telinganya, mengingatkan agar Non Sherin menahan Volume suaranya, ia
merintih lirih.
“ujanggg, aku, akhuu ohhh cruuttttt.. cruuttttt..mmmh mmmhh.”
Kubekap bibirnya dari samping kanan untuk meredam suaranya, batangku
terus memacu dengan gencar, payudaranya yang indah semakin jatuh
mendekati lantai keramik, dengan sigap kuletakan telapak tanganku di
bawah payudaranya yang terjatuh. Ia mendesah saat kuremas-remas buntalan
susunya yang kenyal, berkali-kali ia kugiring dalam gelombang
kenikmatan puncak klimaks.
“Huuuuh-aahh , CROTTT.. Crooootttt….”
Kusemprotkan spermaku didalam liang vaginanya yang peret. Non Sherin
merayap naik dan duduk di atas kursi sambil memandangiku. Si cantik yang
jutek itu menghela nafasnya panjang-panjang, pandangan matanya menatap
kosong pada lelehan cairan spermaku yang meleleh dari sela bibir
vaginanya. Kutundukkan wajahku dan kugigit kecil daun telinganya untuk
mematenkan kepemilikanku atas tubuhnya yang indah.
*************************
Hari Kamis, Jam makan siang
“Ujanggg…”
“Ehhh, Non Sheriinnnn, ada apa non ?? he he he”
“nanti sore Temenin aku yukkk….”
“Kemana Non….”
“Survey gudang, dijalan xxxxx….”
“saya bawa temen ya nonnn, buat bantu bersih-bersih….”
“ngak usah ah jangg, kamu aja yaaa…”
“yeee , enak tau.., sini non saya bisikin…”
Aku berbisik di telinga Non Sherin, wajahnya merona merah karena
jengah. Aku kembali berbisik di telinganya, kuseret ia ke dalam fantasi
liarku. Ia menggelengkan kepala berusaha menolak keinginanku, aku
kembali berbisik untuk membujuknya. Ia terdiam dan tertunduk saat kuelus
bokongnya sambil kembali berbisik mesum, wajahnya merah padam saat
kembali kubisikkan rencana mesumku.
“gimana nonn ?? asik lohhhh, disandwich…”
“tapi jangan kasar-kasar ya jang…”
“ya enggak atuhhh, masa saya kasar , kadang cuma brutal dikit kalau
lagi ngentot… kan biar Non Sherin enakk ampe lidahnya melet-melet
keluar whua HA HA HA HA”
“Pssstttt. Jangan keras-kerasss ketawanya jang..!!”
“nungging nonnn….”
“jangan disini ujangg, jangan disini…..”
“nyelip bentar aja nonnn.., Nungging..!!.”
Dengan paksa kubalikkan dan kutunggingkan pinggul Non Sherin, kedua
tangannya bertumpu dipinggiran meja untuk menjaga keseimbangan, dapur
itu memang sepi, teman-temanku sesama obe sedang shift makan siang dan
sebagian lagi sedang sibuk disuruh kesana kemari.
“nonn, dibilangin jangan pake cd napa ??, kan susah.”
“iya jangg, iyaaa, aku lupa….”
Non Sherin mengangkat kaki kiri dan kaki kanannya saat kutarik turun
celana dalam putih itu hingga terlolos dari pergelangan kakinya,
kutampar pantatnya yang menungging keras-keras, Plakkk…!!
“aduh Ujang…..!!”
“awass ya kalau lupa lagi…., srettttt…!!”
Kutarik turun resleting celanaku, kusiapkan alat suntikku yang besar
panjang. Non Sherin menaikkan pinggulnya agar batangku lebih mudah
menggeseki belahan bibir vaginanya.
“nnnnnhhhhh……”
Ujang Junior mulai maju untuk mengintai liang vaginanya, kemudian
perlahan namun pasti batangku mulai melesak masuk ke dalam vagina Non
Sherin. Kutanduk dan kutancapkan batang penisku kuat-kuat hingga ia
meringis menahan nikmat, kutarik kedua tangannya ke belakang payudara
Non Sherin turun menempel pada meja, kuayun-ayunkan batang penisku
menyodok-nyodok belahan vaginanya.
“pleppp.. pleppp.. pleppp. Plepppp…” suara helaan-helaan nafas Non
Sherin mengiringi suara batang penisku yang tengah membelah liang
vaginanya. Semakin lama suara-suara becek itu terdengar semakin keras
diiringi gencarnya suara PLOK PLOKK PLOKK..!!!
“aa-ngehhhhhh uhjangggg.. crrutt crutttt… crutttt…, aduh.., akhh
enakk.., akhhhh ohh nikmatnyaaaa…, sudah ujanggg,sudahhhh, nanti kalau
ketahuan kan bahaya, sudahhhhhmmmhhh ?? akhh gilaaawwwwhhh
hmmmufffhhhh ??”
Nafsu birahiku semakin naik hingga meledak ke ubun-ubun. Setelah
kusumpal mulutnya yang bawel dengan sebatang ketimun, kuayun-ayunkan
batang penisku kuat-kuat menggempur liang mungilnya. Tusukan-tusukan
mautku membuatnya tubuh mungilnya kembali mengejang menahan getar-getar
puncak klimaks, kuperkuat sodokan-sodokanku, kuamblaskan batang penisku
merojoki liang vaginanya dari arah belakang.
“nnnnn, ennhhhh.. cruuttt cruttttt….”
Kami berdua dikejutkan oleh suara langkah-langkah kaki menaiki anak
tangga. Dengan sigap kucabut dan kumasukkan kembali alat suntikku yang
sudah basah kuyup oleh cairan vagina Non Sherin. Non Sherin tak kalah
sibuk membenahi pakaiannya, tidak lama setelah langkah-langkah kaki itu
menjauh, dengan hati-hati ia mengintip. Aku juga ikut mengintai sambil
meremas-remas buah pantatnya yang bulat padat. Setelah dirasakan aman
barulah ia menyelinap keluar.
“nonnn , jalannya jangan ngangkang atuh, tar orang-orang pada curiga..”
Non Sherin menoleh dan mengacungkan tinjunya ke depan wajahku yang
tersenyum-senyum geli memperhatikan cara berjalannya yang nggak bener
dengan langkahnya yang aneh, Non Sherin kembali ke ruangannya.
****************************
Sore jam 2.00
“dittt.. ditttt….” sebuah mobil berusaha menarik perhatianku dan
Darso. Dengan santai kami naik di kursi belakang. Non Sherin agak kikuk
saat kukenalkan Darso padanya, apalagi saat kupromosikan batang penis
Darso yang tak kalah besar dari batang penisku. Mobil panther berwarna
hitam itu meluncur membawa kami bertiga ke lokasi gudang di jalan
XxxXXX. Begitu mobil yang kami tumpangi berhenti, aku dan Darso langsung
turun dan beraksi membuka kunci gembok gerbang itu, krittt.. kritttt..
kritttt, buset dah, kayanya ada yang nahan dari dalem nih, berat amat ,
HEARRRHHHH…!!!!
“Soo, dorong yang kuat atuh, pake tangan!! bukan pake selangkangan!!”
Aku mengomel melihat tubuh bagian bawah Darso yang turut sibuk
mendorong gerbang itu. Darso mendelik ke arahku, suaranya meledak
seiring dengan emosinya yang muncrat nggak karuan.
“Kunyuk luh Janggg…, ini juga pake tangan dorongnya..!! Heuduhhhh..!!”
“Lha ?? !! itu yang nempel apaan ?? Heuuupppp..Hiaaaajjjhhh.!!!“
“Ini mah perut gua..!! Setan luhh..ahh.!! ”
Aku dan Darso mulai mengerahkan seluruh tenaga untuk mendorong
gerbang yang berkarat itu. Kedua kakiku sampai mengkais-kais demikian
juga kedua kaki Darso, suara nafasku dan Darso sudah seperti seekor
banteng yang mengamuk. Akhirnya gerbang keparat itu terkapar terbuka
mengangkang kesamping, diterobos oleh kami berdua.
“Kiri.. kiri.. kiriii.., Balas kanan Nonnn….!!”
“Se-TOPPPPHHHH….!! Euppppp…..!!SETOPHH NONNN..!!”
Aku dan Darso berteriak-teriak keras demi menyelamatkan Non Sherin ,
dengan sopan Darso membantunya turun dari dalam mobil. Aku memperhatikan
tembok tinggi yang membentengi gudang itu, suasana bertambah mesum saat
rintik-rintik gerimis membuat pikiran kotorku bekerja dengan efektif,
sex outdoor, sex outdoor..!!
Ujang junior berdemo di depan kedutaan birahi, jedut. Jedut..
jedut.., Batang penisku berkedut-kedut kemudian berdiri mengeras, Non
Sherin melongokkan kepalanya kesana kemari memeriksa dengan teliti, ia
tidak menyadari, aku dan Darso sudah telanjang bulat dan dua alat suntik
besar tengah mengintainya dari arah belakang.
“Nonnnn Sherinnnnnn…”
Aku dan Darso berduet memanggil namanya.
“Awwww ??!!, UJANG..!!Darsoo, Gila kaliann, Gilaaaaaa…!!”
Ia menghindar saat aku menerkamnya.
“Sini Nonnn, mau kemana sih…”
“Darsooo…!!apa-apaan sih.!! GILA…!!heiiii..!!”
Dengan cekatan Darso mencekal pergelangan tangannya kemudian dengan
seenaknya tangan Darso meremas payudara yang masih bersembunyi dibalik
pakaian Non Sherin. Mulut Darso mencecar mengejar bibir Non Sherin,
kutangkap dan kutarik kedua tangannya ke belakang agar Darso lebih mudah
melampiaskan nafsunya.
“Hmmm , Ouuhhh Akhhhhhmmmhhh…”
Makian demi makian Non Sherin tergerus oleh arus liar nafsu birahi,
bibirnya mulai memangut membalas pangutan-pangutan Darso, tubuhnya yang
mungil menggeliut – geliut diantara himpitan tubuh kami berdua. Satu
persatu pakaiannya terlepas dari tubuhnya yang putih mulus, Darso
merengut tubuh mungil Non Sherin dan mendudukkannya di atas kap mobil
kemudian ia berjongkok seperti sedang nonton layar tancap.
“Happp…, nyemmm, nyemmm ckk ckkk nyemmm “
Darso mencicipi belahan vagina Non Sherin yang mendesah-desah
keenakan, kuhampiri payudaranya dari arah samping kujilati puting
susunya yang mengeras karena terangsang, kuhisap dan kemut puncak
payudaranya yang membuntal.
“Ahhhssshhh.. creett cruttt crutttt..brukkk.”
Punggung Non Sherin jatuh ke belakang, tubuhnya kelojotan menahan
ledakan cairan puncak klimaks itu. Darso terlihat asik menyeruput
lelehan lendir-lendir kewanitaan Non Sherin. Aku duduk di ujung kanan
dan menarik kepala Non Sherin ke arah batangku, mulutnya bergerak dengan
lincah turun naik pada batangku, Darso terkekeh sambil meletakkan
batangnya di belahan vagina si jutek.
“OAHHHH…!! AAA Awwwwwwwww..!!Anjingg, Gila luhh..!! Ahh.. “
Dibarengi oleh tubuhnya yang tersentak , mulut Non Sherin terlepas
dari batangku dan ia menjerit keras-keras, sodokan-sodokan Darso
membuatnya menjerit bagaikan si jalang yang haus akan kenikmatan, Non
Sherin mengocok-ngocok batang penisku, mulutnya melumat-lumat dan
mengulum kepala penisku, berkali-kali Non Sherin menghentikan kulumannya
dan memaki Darso yang menyodok terlalu keras.
“Aduhh..!! Mampus gua..!! Pelan-pelannhh ! Awww…, Sialan lu, ahh”
“DIEM Lu LONTE…!!Nihh!!,dasar, bawel luh!!”
“Blepphhh!! Blephhh!! Blepphhh…!!!”
“Arhhhh..!! Creettt. Crettttt!! unggghhhh”
“Gimana Non ?? Enak kaga kontol saya??”
Kutarik Non Sherin dan kududukkan anusnya pada batang penisku
“U-ujangg, adawww..!! Hekkkk-awww…!!”
Kedua tangan Non Sherin menjambak rambutnya sendiri, nafasnya memburu
dengan kencang saat ujang junior berhasil menggali pintu lubang anusnya
yang kaya akan kenikmatan. Wajahnya terangkat ke atas, suara erangannya
membuatku terpanggang oleh bara api birahi yang membakar tubuhku.
Sambil menarik pinggulnya ke bawah, kuamblaskan batangku ke dalam
anusnya kemudian berdiri sambil mencapit pinggangnya yang ramping.
“JebROSSHHH…..!!”
“He-ggghhhhhh.!! Mammmphussss dahhhh.., Uhh-jhannngggg.”
Darso segera mengambil posisi, ia menangkap tungkai kaki Non Sherin,
batangnya maju dan mendesak belahan vaginannya yang mengejang tak
berdaya saat lubang anusnya dikait oleh batangku dan liang vaginanya
ditombak dari depan oleh batang penis Darso.
“unngggh, ngggghhh, auwhhhh..!!” suara lenguhan Non Sherin terdengar menggairahkan
Batangku dan batang Darso bergerak dan berlomba mengaduk-ngaduk dua
buah lubang kenikmatan milik sijutek jelita, pekikan kecil non Sherin
mengiringi rintik hujan lebat, suara jeritannya semakin sering
mengiringi suara hujan angin yang menderu.
“aWWWW. Cruttt crutttt.. cruttt…”
“Eihhh, Non Sherin, dapet lagi ya ??”
“ohhhh., kalian benar-benar ghilaaaa…”
“sama-sama Non, bool Non Sherin juga gila, peretttt..”
“pokoknya memek Non Sherin top dehh…”
“enak mana sama Non Ayhwa ??”
Darso mendelik saat kusebut nama kekasihnya, ia memakiku kemudian
untuk melampiaskan rasa kesalnya ia memacu liang vagina Non Sherin
sekuat yang ia bisa. Aku tidak mau kalah, kupercepat rojokanku hingga
suara jeritan non Sherin bertambah keras dan parau.
“UJANGGG..!! AGGGHH !! DARSHHHHHOOOO…!!”
Dengan menggunakan batang penis kami menyiksa tubuh mulusnya yang
menggigil hebat. Mata Non Sherin mendelik saat sodokan demi sodokan
menggiringnya menuju puncak kenikmatan. Dengan hati-hati kami menurunkan
tubuhnya. Ia bersujud, dua batang penis mengacung disisi kanan dan
kirinya, mulutnya mencapluk-capluk dengan liar.
“Whu-eahkkk.. Kecrotttt. Crotttt….”
“UEDANNN.. SROTTTTT… SROTTTT….”
Semprotan-semprotan spermaku dan Darso menembaki wajahnya yang
cantik, matanya yang sipit memperhatikan batangku dan Darso yang
mengkerut, tangannya menarik-narik batang penisku sementara mulutnya
menghisap-hisap batang Darso. Ia semakin nakal memainkan batang-batang
hitam yang sedang beristirahat.
“e-ehh berdiri lagi ?? !! “
“Wahhh, Non Sherin harus tanggung jawab nih… sini…”
“sudah Darso, aku capai..”
“udah Nonnn, turutin ajaaa.., makin cape makin enakkk…”
“G-gilaaa..!! kamu juga berdiri lagi jang ?? !!”
Non Sherin melotot saat kutempelkan batang penisku pada liang
anusnya, ia tengah menungging sambil bertanggung jawab atas
kenakalannya. Lidahnya menjilati buah zakar Darso, bibirnya
mengecup-ngecup kemudian mulutnya terbuka dan menelan kepala penis
Darso. Non Sherin menggoyangkan pantatnya saat kepala penisku berusaha
menerobos liang vaginanya.
“napa Non ?? geli yahh”
Dengan cekatan kutembak belahan vaginanya, jrooosssh..!!.
“Aaaaaaaa !!”
Non Sherin tersungkur, batangku tertancap kuat di liangnya dan
mulutnya penuh akibat disumpal oleh batang penis Darso. Si gemuk bangkit
duduk sambil menekankan kepala Non Sherin ke selangkangannya, batang
besarnya merayap perlahan memasuki mulutnya. Tangan kanannya meraih dan
meremas- remas payudara Non Sherin yang terayun – ayun saat kusodokkkan
batang penisku menyetubuhinya dari arah belakang, lumayan lama kami
bertahan dalam posisi ini.
“Gua menta memeknya jang…, gantian he he he”
Kudorong pantat Non Sherin agar vaginanya maju meneduhi batang penis
Darso. Ia mendesah keras saat Darso merojokkan batang besarnya dengan
kasar, wajah Non Sherin tampak renyah saat ia menaik turunkan pinggulnya
menikmati batang penis Darso. Mulutku mengecup-ngecup buah pinggulnya
dan merambat ke pinggang belakang kemudian naik terus merambati
punggungnya. Kumanjakan tubuhnya dengan kecupan-kecupan lembut, ciumanku
merambati buntalan payudaranya, dan jilatan lidahku memutari puting
susu miliknya, gerakan Non Sherin semakin liar saat aku menghisapi
puncak payudaranya, pinggulnya menghempas-hempas melawan sodokan-sodokan
Darso.
“Ouhhh cretttt. Cretttt…”
Non Sherin mengejang, matanya yang sipit terpejam rapat. Kunaiki buah
pantatnya sambil menyelipkan ujang junior mencari lubang anusnya.
Setelah kutemukan, kutekankan batangku mendesak masuk ke dalam liang
duburnya
ia merengek-rengek saat aku dan Darso menghajar liang anus dan
Vaginanya, entah berapa tusukan yang sudah kuhujamkan yang membuatnya
menjerit nikmat sampai akhirnya setelah kami bertiga berjuang
mati-matian berusaha menggapai puncak kenikmatan.
“OWWW Crrrutttt. Crutttt…”
“NON SHERINNNNN “
“Srrottt Kecrotttt.. crottttt…”
“Croooottttt….Croooootttthhh”
Non Sherin mengeluh karena tubuhnya dibelit olehku dan Darso. Kuusapi
bahunya dengan lembut, sedikit banyak tubuh mulusnya terlindungi dari
rintikan hujan deras. Beberapa lama kemudian setelah berhasil menguasai
diri. Aku dan Darso menggandeng tubuhnya yang kelelahan, kami bertiga
menunggu hujan reda di dalam mobil. Tanganku dan tangan Darso tidak
pernah berhenti merayapi tubuh mulusnya sementara ia bersandar pasrah
sambil memejamkan kedua matanya. Tangan kanannya merayap kemudian
memegangi batang penisku sementara tangan kirinya memegangi batang penis
Darso yang terkulai puas setelah menikmati liang-liang peret miliknya.
Dengan malas Non Sherin meraih Hp miliknya yang berbunyi.
“Hallo…”
(“Bagaimana Sherin ??”
“Ohh.., iya bu.., saya sedang bersama Darso dan Ujang ?”
(“Lohhhh ?? ngapain kamu bawa-bawa si Ujang sama si Darso?”)
“euhh, anu Bu, saya suruh mereka bersih-bersih…”
(ooo, begituuu…, terus keadaan di sana bagaimana ??”)
“Banjir.., banjir Buu, sampai basah keringetan…”
(“Hahhhhh ?? ?? !!!”)
“e-eh ,ituuuuu, maksudnya saya basah, kehujanan dan kebanjiran bu…”
(Oooo…….”)
----------------------------------------------
“Haiii, Ujanggg…mau ke mana nihhh?”seorang bidadari berambut emas
tersenyum kepadaku, rambut pirangnya berkilauan diterpa sinar mentari
pagi yang hangat
Saat aku tengah terpesona, Non Sherin muncul dari balik tikungan,
jantungku berdetak dengan keras oleh combo yang memikat antara keliaran
ala barat dan kejutekan ala asia yang ternyata sukses membuatku horny di
pagi hari. Degggg…!! sambil lewat disisi kiri dan kanan Non Michelle
dan Non Sherin mengelus singkat selangkanganku, tuinggggg…!! Ujang
junior langsung bereaksi hingga celanaku terasa sesak saat aku menengok
ke belakang untuk menatap indahnya goyangan bokong Non Michelle dan Non
Sherin hingga mereka berdua menghilang di belokan. Duh, kalau saja bukan
dijam-jam sibuk, ingin rasanya aku menerkam mereka berdua
“ufffhhhhhh…, hossshhhh hosssshhhhh…”
Setengah mati aku berusaha meredam gairah yang meledak akibat elusan
singkat Non Sherin dan Non Michelle yang dengan kurang ajarnya menggoda
Ujang Junior yang tengah bersemedi di dalam balutan celana dalamku.
Libidoku semakin meningkat saat melihat beberapa orang karyawati cantik
di kejauhan. Kulangkahkan kakiku menuju ruangan Non Shasha, dengan
perlahan dan hati-hati kudorong pintu hingga tidak menimbulkan suara dan
menyusup masuk. Kudekati Non Shasha yang sedang mengintip keluar dari
jendela, kubungkukkan tubuh dan bibirku monyong mendekatinya dari
belakang
“cupp…”
“PLAKKKK….!!”
“NGAHAK ?? !!!”
Mataku berkedip-kedip menatap langit-langit ruangan, perasaan sich
tadi aku masih berdiri kemudian membungkuk untuk mengecup pipi Non
Shasha dari belakang, tapi sekarang aku terkapar di atas lantai. Aku
meringis merasakan rasa panas dan pedih dipipi kananku, sepertinya di
situlah gamparan keras Non Shasha mendarat dengan refleknya.
Sasha
“hahhh ?? Ujangggg..?? kirain siapa, aduh maap ya…”
“Nonnn, koq saya digampar sich…??”
“maaf jangg, aku pikir siapa beraninya cium – cium dari belakang…”
Non Shasha memapahku berdiri, ia mengusap pipiku yang memar, kubalas
dengan mengusap pinggulnya. Seolah mengerti keinginanku, Non Shasha
duduk di pinggiran meja kedua kakinya terjuntai ke arah lantai, tanganku
mengusapi lututnya kemudian naik merayapi permukaan pahanya, kuraba
pahanya sebelah dalam yang mengangkang lebar. Kunikmati kemulusan dan
kehalusan permukaan pahanya, jariku naik perlahan kemudian menari
bermain di sekitar bibir vagina sebelum akhirnya kucoblos liangnya yang
mulai becek.
“crebbb….”
“uhhhhhh Ujangggg.. hhhhh nnhhhhh”
Shasha merintih dengan nafas tertahan tahan saat dua buah jariku
menusuki belahan vaginanya. Cairan vaginanya membuat jariku basah
berlendir, dapat kurasakan otot vaginanya yang mengkerut menggigit
jariku. Kupercepat ritme tusukan jariku hingga Non Shasha keenakan, ia
mencubit lenganku yang menusuk semakin cepat.
“Achhh auhhh Uhjangg Akhh…aaaaa! Uhhhh, hssshh.”
“ouwww…sakit Nonn..”
“biarin..!!”
“duhhh, judes amat, sini dibuka dulu blazernya.., ini juga kancing
kemejanya dibuka…, WAHHH SUSU…!! kesukaan saya ni mah non, kenyal kenyal
lembut…he he he”
“psssssttt. , jangan keras keras bicaranya jang…”
“Emangnya kenapa non ??”
“kamu tuch dibilangin malah pura-pura bodo, sebel tau…!”
“biar aja ah, kalo sama non Shasha mah, mo dibilang bloon keq, bego
keq, kaga apa-apa…saya mah terima ajaaa, duhhh Nonn susunya halus
bangett” kurayu Non Shasha dengan rayuan gombal sambil meremasi
payudaranya yang semakin mengenyal, rasanya seperti meremas bola karet
yang lembut dan hangat. Kujulurkan lidahku menggapai puting susunya yang
meruncing , kugelitiki puting yang berwarna pink yang kulanjutkan
dengan menghisap kuat-kuat puncak payudaranya.
“Ouhh Ujanggg, enakk , ahh trusss. Ujanggg…”
Non Shasha mendesis sambil membusungkan payudaranya ke depan. Dengan
rakus kucapluki puncak payudaranya dan terdengarlah suara rintihan
tertahan dari bibir Non Shasha. Puas menggeluti payudaranya, kusergap
bibir Non Shasha kulumat dan kukulum untuk melepaskan gairah yang
menggebu di dadaku. Sesekali aktifitas panas kami berhenti mendadak saat
mendengar suara langkah-langkah kaki di luar sana kemudian kembali
berlanjut saat langkah-langkah kaki itu menghilang. Jantungku dan
jantung Non Shasha berdetak keras, dimainkan oleh birahi dan suara
langkah yang lalu lalang yang membuat kami berdua deg-deg-an.
“Degg deggg deggg DEGG.. deggg DEGGG..!!”
“emmmhh Ckk Ckk Mmmh Mmmhhh…ssllcckkk mmmhhh”
Lumatan dan pangutan menambah tinggi gairahku dan gairah Non Shasha,
rasa takut ketahuan dan terangsang berbaur menjadi satu hingga
menimbulkan sebuah perasaan khusus yang sulit untuk diuraikan oleh
kata-kata. Kuhisap batang lidah Non Shasha, dua batang lidah saling
bergelut, saling meraih, menoel dan mengulas sementara tanganku semakin
aktif meremas-remas payudara Non Shasha kemudian kukeluarkan dan
kutekankan Ujang Junior ke sela bibir vaginanya. Perlahan liang
vaginanya yang becek mulai melar menerima kepala penisku. Dengan satu
sentakkan kumasukkan batangku ke dalam liangnya yang hangat berlendir.
“Hsssshh ahhh, nnnhh ujjjj..jangggghhhhhnnnggghhh”
“ssstttt…, nonnn,tahan dikit Non!”
“o… Ohhhh… hsssshhh hsssshhhh uh..jang..”
Aku mengingatkannya agar jangan terlalu berisik, kuelus kepala Non
Shasha yang jatuh di dadaku. Ia meringis saat batang besarku melesak
memasuki jepitan liang vaginanya yang basah hangat. Kubenamkan batang
penisku hingga selangkangan kami akhirnya menyatu, batangku terasa sulit
bergerak dijepit oleh vagina Non Shasha.
“cleppp cleppp cleppp..blepp blepppp.. sleppphhhhh” perlahan kutusuki
belahan vagina Non Shasha agar suara becek alat kelamin kami tidak
terlalu keras terdengar. Wajahnya yang cantik terangkat ke atas dengan
mata terpejam saat kubenamkan batangku dalam-dalam hingga selangkangan
kami terasa hangat berdesakan. Tusukan-tusukan lembut yang kupadu dengan
goyangan ke kiri kanan mengantarkannya menuju puncak klimaks. Kudekap
tubuhnya yang tersentak mengejang
“emmhhh.. cruttt crrrtttt…. ahhh enak”
“sini non berdiri, nungging dikittt aja..”
Matanya yang sipit terpejam saat kukecup keningnya, kutarik dan
kudesakkan tubuhnya menghadap ke arah dinding. Kutarik pinggulnya agar
menungging ke atas kemudian kucoba menjejalkan batangku untuk
menyodominya.
“nnnggg—ggghh.. akhhhh…”
belepotan di pahanya kemudian kuusapkan di sekitar kerutan anusnya
dan kembali aku berkutat. Perlu sedikit paksaan untuk menyuntikkan
batangku menyodominya, dengan giat kujejal-jejalkan penisku hingga otot
anus Non Shasha terpaksa menggigit leher penisku. Kucengkram pinggulnya
kuat-kuat sebelum akhirnya kusentakkan batangku ke dalam liang duburnya.
Blupphhhh…
“Hegghhhh…!! awwwkhh! J-jangan dalem dalem jang henggkk”
“gak apa-apa nonn,kan makin dalem makin enak,makin kerasa”
Kulumat bibirnya dari belakang untuk membekap keluh kesahnya yang
semakin keras, berkali-kali kuhempaskan batangku. Buah pantat Non Shasha
terasa empuk hangat saat kudesakkan selangkanganku, tangannya bertumpu
pada tembok dengan gaya standing doggy style. Tangan kiriku mengusapi
rambutnya, sedangkan tangan kananku meraih payudaranya yang menggantung.
Kuremas buntalan payudaranya yang keras kenyal, kuraih hp Non Shasha
dan kuputar sebuah lagu Mp3 untuk menyamarkan suara tumbukan penisku.
Berkali-kali kutarik pinggul Non Shasha agar ia tetap di posisi yang
kuinginkan, tubuhnya menggeliat resah saat jari kiriku mengurut tonjolan
klitorisnya.
“uhh crreetttt. Crettttt..crrrrr….Ouhhh..!! “
“wuih boolnya empot-empot,memeknya muncrat yah non ?? he he”
“Plepphh.. blepphhh beppphhhh…!!”
Non Shasha meronta saat anusnya kurojok-rojok dengan kuat. Dengan
paksa kudesakkan tubuhnya menempel di dinding. Kudongkrak liang anusnya
dengan menggunakan batang penisku, kucekal kedua pergelangan tangannya
ambil mengayun-ngayunkan batangku mengempur liang anus Non Shasha yang
mengerang pelan.
“Brakkkkk….!!“
“Hahhhh…… ? ? !! Plopppphhhh…!!“
“lagi pada ngapain sihh?? kerja-kerja…!!”
Tiba-tiba pintu terbuka dengan keras, kontan saja aku dan Non Shasha
gelagapan. Bibirku meruncing antara kesal dan lega, kesal karena
kenikmatanku terganggu namun lega karena yang berdiri di ambang pintu
ternyata adalah kedua istriku yang lain. Non Shasha mencibir pada Non
Ayhwa dan Non Sherin yang terkekeh dan menyindirku kemudian menutupkan
pintu itu kembali, di tengah nafas dan nafsu kami yang masih tak
beraturan, aku dan Non Shasha bergegas merapikan pakaian masing-masing
yang berantakan.
“muachhhh, se u darlennnnn…”
“udah, sana gih.. hi hi “
“srrrottttt… srootttthhh srrroooottthhh”
kusemprotkan Baygon untuk menyamarkan “aroma khas” yang tercium kuat
diruangan Non Shasha, saat aku tengah menyemprot ke arah daun pintu
atas. Tiba-tiba saja seseorang menerobos masuk, sebuah suara melengking
membuat ku tergagap, suara seekor nyamuk raksasa berdenging dengan
keras, nguunggggg, nguuuunggggg.. NGUUNGGG..!!!
“Heiiiiiii…………, apa-apaan ini??“
“maaf buu, maafff, saya lagi nyemprot nyamuk….”
“NYAMUK?? emangnya kamu pikir saya ini nyamuk Hah?? kalau nyemprot pake mata!”
“iy-iya BUUU, KE MATA, SEMPROT KE MATA…”
“PAKE, MATAAAAAAA…….!!!”
“Mata buuu, !! Mataaa…!!.”
“Shasha, panggil Sherin dan Ayhwa ke ruangan saya”
“baik bu, segera…”
“BRAKKK…”
Bu Selmy melotot kepadaku sebelum keluar dari ruangan dengan
membanting pintu. Mendadak aku dan Non Shasha merinding membayangkan apa
yang akan terjadi jika si penyihir tua datang sekitar 15 menit yang
lalu saat aku dan non Shasha sedang hot-hotnya berolah raga di pagi
hari. Gemas kuremas pinggul Non Shasha yang menepiskan tanganku, dengan
buru-buru aku meloloskan diri dari cubitannya.
“UJANG, awas kamu yahhh…” masih sempat kudengar desis ancaman Non
Shasha sebelum akhirnya kututupkan pintu yang sudah banyak berjasa
menyimpan rahasia belakangan ini.
“pagi Nonnnnnn…”
“pagii..”
Sebuah senyum dari seorang karyawati cantik membuatku sibuk
menidurkan Ujang Junior. Udara seakan mendadak menjadi panas dan tubuhku
menghangat, ingin rasanya kurengkuh tubuhnya yang putih mulus, mataku
melirik ke belakang , merayapi mulai dari sepasang kakinya yang indah,
buah pantatnya yang bulat padat, pinggangnya yang ramping. Oohh alangkah
indahnya goyangan pinggul si sexy, ingin kuterkam dia yang
menggairahkan, sungguh sayang aku harus bergegas membeli pesanan sarapan
istri-istriku. Jika tidak sudah pasti aku akan mencari cara jitu untuk
“menembaknya”.
“Brrmm brrmmmmm ckkkiittttt… brrrrmmmm” Sebuah kendaraan pribadi
milik Ujang berteriak dengan nyaring. Motor bebek berwarna merah tua
meluncur di jalan raya. Sebuah helm terpasang di kepalaku. Beberapa
lampu hijau kulewati. Dengan sopan aku mengangguk kepada seorang polisi
di pinggiran jalan. Tiba-tiba… Priiiitttttt….!! gila, apa-apaan ini ??
polisi gemuk itu menghentikanku.
“selamat siang, boleh saya lihat sim dan STNK-nya ??”
“boleh pakk, sapa takut… nihhh, lengkapkan pakkk ?? “
“lengkappppppp, tapi saudara tidak memakai helm SNI…”
“Es en i, apaan tuch pakk ??“
“Helm dengan Standar Nasional Indonesia…”
“Oooo, itu, Aduh pakk, kira-kira donnnng, kemaren katanya harus pake
yang model begini, masa sekarang diganti lagi…terus helm yang ini mo
dikemanain pak, please deh pakk, emang saya harus makan dulu helm yang
ada di kepala saya ini buat ganjel perut baru beli helm yang baru??
tolong pak, saya rakyat kecil….” aku mencoba memohon belas kasihan,
namun si penyakit berbaju coklat tetap bersikukuh ingin melahapku
Setelah berdebat panjang lebar sampai tenggorokanku teras kering akhirnya aku mengalah
“sudah deh pak, yang ini lebih aman dari helm, gimana pakkk..(Rp) ??”
“iya.., aman-aman…” si perut buncit pura-pura tidak melihat tapi tangannya seperti bermata menyambar lembaran di tanganku.
Kusela motor tuaku sambil menggerutu dan menyumpah dalam hati tanpa
melihat lagi wajah si polisi brengsek itu. Kulanjutkan perjalananku
dengan hati dongkol. Keesokan harinya saat aku kembali melintas sambil
membonceng Darso. Terdengar kembali suara prat-prit-prat-prit. Kali ini
kuhadapi teman polisi gemuk brengsek itu dengan muka masam. Aku dan
Darso sama-sama sewot, kali ini aku tidak memberikan Sim dan STNK kepada
si baju coklat. Setelah cukup lama beradu mulut dan beradu alasan ini
dan itu, akhirnya sebelum terjadi french kiss, kedua lintah jalan raya
berbaju coklat itu menyerah di bawah lembaran.
“Jang, gimana kalau kita kerjain mereka ??”
“kerjain ?? gimana caranya ??apa lu mau dibedil Soo ??”
“hussshhh, bukan gitu janggg, kita maenin., gini janggg..wa bisikin.”
“Hua ha ha ha ha ha ha….muka gileeee, bisa aja lu…”
“sapa duluuuu dong, DARSOOOOOO…., ”
“Nge he he he he….iya dahhh, kali ini gua kalah…“
Dikantor kurayu Non Shasha, Non Vania, Non Michelle, non Ay hwa dan
Non Sherin. Bukan hanya duet combo, namun kusuguhkan super combo yang
pasti akan membuat kalang kabut si baju coklat yang sering nangkring di
dekat lampu merah atau juga menanti “korban” daerah situ dengan cara
bersembunyi. Mulanya “kelima istriku” keberatan dengan rencana gilaku
dan Darso, namun setelah kuceritakan sedikit kisah sedih siang tadi,
mereka langsung berang dan berniat untuk membantuku dan Darso
membalaskan dendam kesumat ini. Selama beberapa hari aku dan Darso
mengintai jadwal si gembrot yang akhirnya kutahu bernama briptu Sobir
dan rekannya Briptu Anang.
Sherin
Sesuai dengan rencana, sepulang jam kantor aku dan Darso
mempersiapkan Non Shasha, Non Vania, Non michelle, Non Sherin dan Non
Ayhwa, kelima istriku ngomel panjang lebar saat aku dan Darso
mempersiapkan pertunjukan bagi 2 orang penyakit di sekitar setopan lampu
merah.
“Ujang..!! jangan dibuka terlalu banyak dong..!!”
“lhaa, katanya mau ngebantu, buka dikit lagi non…”
“bantu sich bantu.., tapi jangan dibuka sampe ke sini dong ah”
“iya, gimana sih nih!!”
“paya hot nonn, buka satu kancing lagi ya…”
“rok nya non, ditarik ke atas dikitttt lagi..”
“udah ah cukup, idih, pokoknya enggak, ihh Darso..!!”
Akhirnya setelah siap, sebuah mobil Panther berwarna silver meluncur
ke tujuan. Bom sex dengan daya ledak tinggi tersedia di dalamnya. Dengan
sengaja Non Michelle memarkir mobil di tempat dengan rambu dilarang
berhenti. Tak lama si baju coklat terlihat menghampiri dan mengetuk
kaca samping mobil yang berwarna hitam. Dua orang sekaligus, Briptu
Anang dan Briptu Sobir berjejer sambil memasang wajah seram, perlahan
kaca mobil bagian depan turun. Aku dan Darso berdiri pura-pura hendak
menyeberang jalan.
“selamat siangg… hahhhh ?? !!cegluk”mata Briptu Sobir melotot ke dalam mobil
Seraut wajah wild-wild west membuatnya tertegun dengan mulut
ternganga lebar, kumisnya hampir jatuh saat mata mupengnya melompat
keluar.
“siang pakk, ada apa ya ??”
“apakah saudari melihat rambu itu ?? disini dilarang berhenti…”
“lihat pakk, “
“lalu mengapa saudari berhenti disini ??”
“ya pengen aja” Non Michelle menjawab asbun.
“ya tapi itu berarti anda sudah melanggar peraturan lalu lintas dan lagi mengapa saudari tidak mengenakan sabuk pengaman ??”
“susah pakkk…”
“Susah ? susah kenapa ??”
“kalau pakai sabuk pengaman dada saya terasa sesak pak..”
“ceglukkk.. Uhhhh..!! @_@”
mata Briptu Anang tambah melotot ke arah dada Non Michelle yang
membusung saat kedua tangannya terangkat ke atas kepala seperti orang
yang sedang mengusir rasa pegal. Wibawa tetap berusaha dijaga oleh
Briptu Anang dan Briptu Sobir namun selangkangan mereka tidak dapat
berbohong. Sesuatu membuat bagian celana mereka menggembung sesak. Saat
paha-paha mulus sengaja menggoda mata si baju coklat yang terlihat
gelisah, keduanya larak-lirik kedalam mobil dengan tatapan mata
berbinar, aku dan Darso menahan tawa mendengar suara Briptu Anang yang
tergagap sambil berusaha menjawab
“wallpaper Hp saya bagus nggak pak.. ??”
“ehh, eeee. B-bag-Bagus… wahhhhh….mulus glekkkk…”
“ihh bapak liatin apaan sih pak.., masa wallpaper hp saya mulus…”
“ehhh.. bukan, ya, bagussss”
Dengan nakal Non Michelle menyodorkan Sim dan STNKnya ke arah
selangkangan Briptu Sobir. Gerakannya seperti dibuat tidak sengaja saat
mengelus gelembungan celana si polisi gemuk. Mata Briptu Sobir melirik
selangkangan Non Shasha yang duduk agak mengangkang sambil memainkan
Hp-nya.
“Perlu STNK dan Sim saya pak ??”
“ooo, nda usahhh.. nd-dah…., eheummm.. glekkkk, ngak usah”
“yawdah kalau gitu , dah bapakk, .muach”
“We luv u pakk, byeeee…, c u ^_^”
Briptu Anang dan Briptu Sobir memelototi bokong mobil Panther yang
menjauh dan menghilang di tikungan. Mereka sepertinya menyayangkan tak
sempat menahan mobil itu dengan lebih lama lagi karena masih shock
digoda oleh yang bening-bening,
Aku dan Darso berjalan santai menjauhi dua orang “penyakit berbaju
coklat”. Stik diselangkangan mereka masih menonjol saat meniup-niup
peluit “prittt.. pritttt pritttt” pengemudi sebuah mobil honda city
berwarna silver metalik kebingungan saat dua tangan si baju coklat
menunjuk ke atas langit.
“Pakkkk…., masa ke atasss ?? !!!” si pengemudi berteriak.
“Haepphh uhuk khekkk” hampir saja Sigemuk coklat menelan peluit-nya.
Aku dan Darso masuk ke dalam mobil yang menunggu di tikungan. Spontan
kami tertawa terpingkal melihat ekspresi wajah mupeng briptu Anang dan
Sobir di layar lebar Sony experia X10 milik Non Shasha. Rupanya di
tengah-tengah kesibukan, Non Shasha masih sempat-sempatnya mengabadikan
moment-moment khusus yang pasti tidak akan pernah dilupakan oleh “dua
orang preman berbaju coklat”.
“ii, Ujang jangan disini ah….”
“nggak apa nonnnn, tenang ajaaa rileksss he he”
Non Sherin terlihat was-was, dengan santai tanganku mengelus-ngelus
pahanya. Tangan mungilnya mencubit lenganku, saat tanganku mencari-cari
sesuatu di dalam rok mininya, ia mengapitkan kedua pahanya saat jariku
menoel belahan vaginanya.
“nahhh, ini baru bener non, kan gampang kalo saya mo colek-colek..”
Non Sherin pura-pura tidak mendengar, ia memalingkan wajahnya ke kiri
ke arah jendela yang berlapiskan kaca film hitam. Aku semakin berani
meraba-raba, kucium pipi Non Sherin yang sedang meringis. Tampaknya ia
menikmati permainan jariku yang menggesek-gesek belahan vaginanya
kemudian menekan lembut tonjolan klitorisnya. Aku menoleh ke kanan saat
merasakan remasan seseorang yang meremas gembungan yang masih rapih
menyimpan Ujang junior. Non shasha tersenyum malu-malu kucing dengan
wajah merona merah.
“ckiiieettt…!”
“Wadowwww MAMPUS dahhh…”
“oww maaf , aduh maaf Darso,kegigit yach… ”
Di jalan kecil yang sepi, dengan jahil Non Michelle menginjak rem
mendadak. Terdengarlah suara hiruk pikuk di dalam mobil, dan yang paling
keras suara jeritan Darso yang duduk di kursi belakang, rupanya tak
sengaja, Non Ayhwa yang sedang melakukan service menggigit baso Darso.
“Michelleeeeee…!!”
“ati-ati dong Chel…”
“abis kalian sih mau senang sendiri, aku kan jadi nggak bisa konsen,
pada sabar donggg, ntar kita kupas rame-rame diatas pesawat he he hehe”
“Yeeee, bilang aja lu ngiri….ha ha ha ha”
“ha ha ha ha.., “ Non Michelle tertawa lepas.
Dengan sengaja Non Michelle mendesah keras keras, tawa merdu yang
bersahutan membuatku semakin gelisah dan tak sabar ingin merasakan
seperti apa rasanya dikupas di atas pesawat. Selanjutnya… Deg deg deg
deg deg…. aku dapat mendengar detak jantungku sendiri, kursi penumpang
di dalam pesawat memang terasa nyaman kududuki, namun entah kenapa
hatiku tidak tenang.
“Ujang jangan tengang gitu dong, tumben nih masih layu he he he” Non
Vania terkekeh sambil mengecup pipiku, jarinya mengusap celanaku, namun
si Ujang junior masih gemetar ketakutan di dalam kurungannya.
“euhhh, non, yakin aman nih?? !!” aku bertanya panik saat merasakan
pesawat yang kami tumpangi mulai maju dan WAKKKK, sepertinya mulai
terbang nih, aku menutup kedua mataku serapat yang aku bisa.
“waduhhh, suami kita pada takut terbang yach…??” canda non Michelle.
“glekkk.. ceglukk, nggak , nggakk takut koqqqq… bener nggak Soo??”
“Hoo hoo-ohh, iya iya, b-bener jang kita mah nggak ada yang ditakutin…”
“kok pada merem sich?? udah ngaku aja, pada takut terbang kan ?”
“Maklum Non, saya sama Darso belum pernah terbang.., jadi yah agak merinding merinding gitu deh…yakin ini tehh aman non ??”
“amannnn, tapi nggak pake tehhhhhh….”
“tapi non, kapal segede gini koq nggak ada penumpang yang lain selain
kita?? kan mubazir tuch tempat duduknya banyak amat yang kosong”
“ada dechh, “
“Lagian agak aneh, koq kita-kita boleh cuti sih ?? bisa samaan lagi ngambil cutinya ?? “
“udah ah jangan banyak tanya , sretttt…” non Michelle menarik resleting celanaku ke bawah.
“Darso koq merem aja sich, sini dongggg…”
“e-ehh..nonn, mulus amat pahanya ?? aduh.”
“eit.!!, Darso hati-hati siniii…pelan – pelan…”
Ayhwa
Non Ay Hwa tersenyum menggoda. Darso melangkah dengan lutut
gemetaran, ia hampir saja keseleo, rupanya ketimbang jatuh Darso memilih
untuk merangkak. Si gemuk Darso mendekati paha mulus non Ay Hwa yang
semakin lebar mengangkang. Suara desahan kecil membuatku melirik ke
arah suara non Ay Hwa menggemaskan. Ay Hwa merinding merasakan
hembusan-hembusan nafas hangat Darso yang menerpa permukaan vaginanya.
Sepasang kakinya yang mulus semakin pasrah mengangkang dan tangan
kanannya mengusapi kepala Darso yang tengah asik menyantap
selangkangannya.
“emmmh Darsoo jangan digituin ah, aku geli, ihhhh”
Dengan bernafsu Darso menjilati vagina Non Ay Hwa yang menggeliat–
geliat resah di kursinya. Ujung lidah si Obe gemuk menyentil dan
mencokeli klitoris mungilnya yang menonjol. Terkadang Non Ay Hwa
mendorong kepala Darso sambil mengapitkan kedua kakinya rapat-rapat saat
Darso semakin garang dan galak melumati vaginanya yang berlendir.
Karena tidak tahan akhirnya non Ay Hwa mendorong pundak Darso. Sedikit
penolakan dari Non A Hwa membuat Darso berubah liar, si gemuk terlihat
tangkas memelucuti pakaian Non Ay Hwa, tubuhnya yang putih mulus tampak
kontras dengan tubuh Darso yang hitam gemuk. Dengan mata berbinar Darso
menjulurkan lidahnya untuk menjilat puting susu Non Ay Hwa yang
berwarna merah muda. Ujung lidahnya menggelitik hingga Non Ay Hwa
mendesah keenakan, payudaranya semakin indah membongkah dan putingnya
mengeras karena terangsang.
“enyak non, enyakk happp eummm..Nyoottt nyoooottt, memmm”
Mulut si obe gemuk tambah lengket mengemut ngemut puncak payudara
Non Ay Hwa. Tangannya berkeliaran menyusuri kemulusan dan kehangatan
tubuh seorang karyawati cantik sementara cuping hidungnya mengendusi
keharuman tubuh Non Ay Hwa yang menggairahkan. Endusannya semakin naik
ke atas keleher, ke rambut, tangan Darso membelit semakin kuat merengkuh
tubuh mulusnya yang pasrah dengan tatapan mata sayu.
“mmmhh mhhhhh.. ckk mmmmhhhhh…”
Suara keluh kenikmatan terdengar mengasikkan, pangutan–pangutan
semakin memanas seiring dengan semakin naiknya birahi Ay hwa dan Darso,
mulut Darso hinggap di leher jenjang non Ay Hwa. Dihisapnya leher
jenjang itu hingga meninggalkan bekas cupangan kemerahan. Sementara Non
Vania dan Non Shasha mulai melucuti pakaian Darso. Sebuah batang gemuk
berurat tercuat saat celana dalam itu terlepas, benda panjang milik
Darso menjadi rebutan Non Vania dan Non Shasha. Dengan sengaja Darso
memiringkan pinggulnya agar Non Vania dan Non Shasha dapat lebih leluasa
lagi memainkan benda kebanggaannya.
“Sha…, koq rasanya mirip bakso malang ya ?? “
“Ah masa sih, mana aku coba, emmmmmhh ckk..! enggak ah..gak sama“
“aku bilang mirip bukan sama..,”
“bakso malang asin he he he he…”
Darso junior sibuk menghadapi kuluman dan kecupan dua orang karyawati
cantik. Belaian lidah yang hangat membuat batang besar Darso tampak
semakin perkasa. Balutan air liur membuat batang Darso basah, kuluman
demi kuluman non Vania dan Non Shasha membuat kepala penisnya mengkilap.
Darso tersenyum sambil meletakkan batangnya di permukaan Vagina Non Ay
Hwa seakan sedang memamerkan sampai sejauh mana batang itu akan masuk.
Si cantik semakin gelisah saat kepala kemaluan Darso semakin betah
bermain di sela bibir vaginanya. Ia tahu sebentar lagi tubuhnya akan
melonjak kuat dalam kenikmatan, kepala penis Darso menggerus-gerus
belahan vagina Non Ay Hwa, si obe terus mempermainkan birahinya yang
menggebu.
“Akhhhhhhhh..!!” Ay Hwa memekik keras saat sesuatu merangsek kasar
menusuk belahan vaginanya, sekujur tubuhnya mengejang dan terasa lemas
saat batang besar Darso amblas semakin dalam, butir-butir keringat yang
mengucur deras memperindah lekuk liku tubuhnya yang terdesak oleh benda
panjang di selangkangan Darso
“ayo Hwaaa, lawannn…”
“Goyangg.. goyang terus hwaaa… jangan mau kalahh…”
“nnggghh, susah, besarrr Dar…sooo, pelannhh, aduhhh, owwww…”
Berkali-kali Ay Hwa memohon belas kasihan saat batang Darso menggasak
liang mungilnya namun batang besar itu terus menghujam tanpa ampun.
Dengan disemangati oleh Non Shasha dan Non Vania, Ay Hwa berusaha
bergoyang menyongsong sodokan sodokan kuat itu dipadu dengan sodokan
lembut yang dalam yang membuatnya semakin kewalahan. Nafasnya berhembus
tak beraturan dan benteng pertahanannya pun tak sanggup untuk bertahan
lebih lama lagi menghadapi enjotan lembut alat kelamin Darso yang
panjang gemuk.
“clepp cleppp cleppp Bleppppphhhhh…”
“cruttt cruttt unnnnhhh….”
“mau lagi non ?? nga ha ha ha ha..”
“nggak ahh, udah Darso, udahhhh.., cukup.”
“bohong, kemaren Ay Hwa pernah bilang pengen sepuluh kali…”
“pengen dianal juga katanya…”
“Oooo, gitu yahh, sini non, nungging..!!”
Non Shasha dan Non Vania memprovokasi Darso yang langsung bertindak
garang menarik dan menunggingkan Non Ay Hwa yang berontak. Non Vania
memegangi tangan Non Ay Hwa, sementara Non Shasha membimbing batang
Darso menuju liang anus Non Shasha.
“bohonggg, jangan Darsoo, jangan!!” Non Ay Hwa memohon.
“JREBBBBB… Breppphhhh….! JEBOL” Darso berteriak sambil merojok kuat anus non Ay Hwa.
“Heeeggghhhhh, mampus akhuuuu..” Non Ay Hwa mengerang keras saat Darso menusukkan batangnya,
Liang anusnya terasa panas dan sesak, dengan lembut Darso menunggangi
Non Ay Hwa. Setelah mengocok kuat, non Shasha membuka sebotol sampanye.
Disemprotkannya buih buih sampanye ke sekujur tubuh Non Ay Hwa, tubuh
Vania dan juga tubuh Darso, aroma persetubuhan bercampur dengan aroma
sampanye yang memabukkan.
“Spruttthhhh….”
“Awwww, gila kamu Sha, awas yach… aku balas…, pegangin Sher, Ujang bantuin dong pegangin si Shasha…..”
Vania
Non Michelle terkejut saat Non Shasha menyemprotkan sampanye ke
belahan pantatnya yang sedang menungging. Aksi kulumannya berhenti dan
Ujang junior terbebas dari emutannya yang asoy, emutan yang
membangkitkan rasa beraniku. Aku mendekapnya dari belakang dan Non
Sherin memaksa kedua kaki non Shasha untuk mengangkang, dengan dua jari
Non Michelle menguakkan bibir vagina Non Shasha.
“ehhh, kalian mau apa ?? sherina lepas….OWWWWWWW…., ampun-ampun AUCHHHH…”
Non Shasha menjerit saat isi vaginanya terkena semprotan buih
sampanye yang dingin. Non Michelle menembaki isi vagina non Shasha
dengan sampanye tanpa mempedulikan pemiliknya yang kelojotan. Si pirang
tampak ahli memainkan vagina Non Shasha, jarinya menekan hingga klitoris
non Shasha menonjol kemudian menggosoknya dengan botol sampanye. Kontan
saja tubuh non Shasha mengerjat – ngerjat hingga akhirnya menggelepar,
vaginanya berdenyut kuat menyemburkan lendir-lendir putih kental.
“Ousssshhhh,, akhhhh, crutt cruttt….”
Non Sherin menolak saat Non Michelle menyuruhnya untuk menjilati
lelehan lendir di selangkangan Non Shasha. Ia menolak dan menggerutu,
semakin keras Non Sherin menolak semakin hebat pula Non Michelle
merayunya.
“ayo Sher, enak loh,.”
“nggak ah aku ngak mau Chell…”
“udahhh, nyicip aja, dikit…”
Non Michelle menekan kepala Non Sherin ke arah selangkangan Non
Shasha sambil terus merayunya agar mau menjilat lelehan harum yang sudah
bercampur dengan aroma sampanye. Dengan ragu Sherin mencoba
mennjulurkan lidahnya, dan sllcckkkk, sambil terus menekan kepala Non
Sherin, Non Michelle mulai bergabung lidahnya saling berbagi mengecap
cairan gurih yang meleleh dari belahan bibir vagina Non Shasha yang
duduk bersandar sambil mengangkangkan kedua kakinya lebar lebar, ia
semakin keras merintih saat kedua tanganku meremasi induk payudaranya.
“owww..!! Michelle…., jangan, hsssshhh.. ja….ngannnnhhh”
“ohhh Sherinn, muachh muachhh…”
Non Sherin menjerit saat non michelle menerkamnya, mereka berdua
bergulingan, non Sherin mendorong Michelle saat sipirang bernafsu ingin
mengemut payudaranya. Non Sherin menyilangkan kedua tangannya di dada
berusaha melindungi payudaranya dari sergapan mulut Michelle. Sekali
lagi non Sherin mengeluh saat non Michelle mendorongnya hingga jatuh
terlungkup. Dengan liar Non Michelle menaiki punggung Sherin. Terdengar
penolakan bercampur dengan rintihan dari bibir Non Sherin saat non
Michelle menggeluti tengkuk dan pundaknya. Sambil menonton pergumulan
antara non Michelle dan non Sherin yang semakin seru kutarik non Shasha,
dalam posisi duduk saling berhadapan non Shasha menurunkan belahan
vaginanya. Dengan setia kepala kemaluanku menunggu belahan vaginanya,
kedua tanganku menarik pinggangnya untuk turun.
“Blesssssshhhhh, ouhh, ssshhhh…”
Non Shasha seperti tersiksa saat batangku amblas menyelami belahan
vaginanya yang peret. Butiran keringatnya mengucur deras, wajahnya
mendongkak ke atas seolah memberikan ruang untukku untuk mencumbui
batang lehernya. Naik turunnya vagina kusambut dengan menyentakkan
batangku ke atas kuat-kuat.
“nnnhhhh…!!”
“oughh, non Shasha….”
“Ujangggg… nnnggghhhhhh”
Shasha mengeluh, sodokan-sodokan Ujang jonior yang akurat dan liar
membuatnya melayang semakin tinggi, desahannya berbaur dengan desahan
Non Michelle, Non Ay hwa, non Sherin dan non Vania. Shasha menoleh ke
arah Sherin, ia tersenyum dikulum saat melihat Sherin terlentang pasrah
sementara Michelle terlihat asik asik menyusu di dadanya. Nafas Sherin
terlihat semakin memburu saat Michelle mengejar sesuatu di
selangkangannya. Tiba-tiba Shasha mengerjat dikejutkan oleh rasa nikmat
yang menyengat vaginanya. Tubuhnya menggeliat erotis dalam pelukan Ujang
yang nyengir bak arjuna menang perang. Sang Arjuna merobohkan dirinya
ke belakang, kemudian meluncurkan tombak di selangkangannya hingga tubuh
Shasha tersentak-sentak ke atas saat batang besar Ujang merojok kasar
dalam posisi woman on top. Berkali-kali liang mungilnya menyemburkan
cairan hangat kental.
“Akhhhh.. crrutt crutttt…” tubuh Shasha ambruk ke dada Ujang
Dirinya sudah tak sanggup lagi melayani nafsu seorang obe yang
nyengir keenakan sambil terus mengocoki belahan vaginanya. Robohnya
Shasha bukan berarti berhentinya Ujang junior yang semakin asik
menggempur liang mungilnya.
“auhhhh, gila kamu Chelll… gila ohhhhhhh ampunnn Chelll. Aaaa”
Mulut Michelle mengunyah kuat-kuat vagina Sherin. Omelan dan gerutu
terdengar di sela-sela desah kenikmatan Sherina. Rintihan Sherin semakin
keras saat Michelle membuka bibir vaginanya. Kulepaskan tubuh non
Shasha yang sudah tidak berdaya dan kuambil posisi di belakang non
Michelle yang tengah asik menikmati isi vagina Non Sherin. Kutempelkan
batangku pada belahan vaginanya dan kutusuk liang si pirang.
“Ouchhh…!!”
“Bleppp bleppphh clepppp….PLOK PLOKK PLOKKK”
Non Michelle menghempas-hempaskan buah pantatnya ke belakang.
Gerakannya sungguh liar, ia melawan gempuranku, kusodokkan batangku
dengan lebih kasar lagi hingga tubuhnya tersungkur-sungkur. Sebagai
pelampiasan Non Michelle bertambah kasar menggeluti isi vagina Non
Sherin yang mejerit bersahutan dengan si pirang dalam birahi yang
bergolak membakar sisi-sisi liar gairah kewanitaan mereka berdua. Aku
mengulum senyumanku saat mendengar Non Ay Hwa memohon pada Darso yang
begitu pandai menggempur lembut liang vaginanya dan berkali-kali
merobohkannya berkubang dalam lumpur yang paling nikmat.
“ohhh, Darso….cruttt cruttt, sudah Darso sudah, aku nggak kuat lagi”
“bolehh tapi syaratnya cerai-in suami non Ay Hwa, trus kita kawin yach..”
“emmmmh iya…., terserah kamu So, terserah, tapi sudah dong , aku capek”
Darso melepaskan tubuh Non Ay Hwa yang mengeluh kecapaian. Pinggul
Darso mundur ke belakang hingga Darso junior terlepas dari jepitan liang
vagina Non Ay Hwa, dengan wajah mesum Darso mengusap vagina Ay hwa yang
memar kemerahan akibat perbuatannya,
Si gemuk berdiri sambil menarik tubuh Vania yang mengalungkan kedua
tangannya ke leher Darso saat si obe gemuk mengait selangkangannya dalam
posisi berdiri. Posisi Non Vania mirip seperti sedang digendong tapi
dari arah depan dengan selangkangan yang saling merapat. Wajah Vania
terlihat renyah saat batang Darso membelah liang mungil di
selangkangannya.
“wowww ?? non Vania makin hebat aja dehh…”
Darso cukup terkesan dengan kemahiran Non Vania, tangan Darso
menopang buah pantat Non Vania. Sementara kaki mulus Vania berusaha
menjepit pinggang Darso, mata Vania melotot merasakan nikmatnya gerakan
batang besar yang begitu kuat menumbuki liang mungil miliknya.
“Ahhhhhhhhhh…!! crutttt crutttttt…..”
Sepasang kaki mulus Non Vania terjuntai tanpa daya saat tubuhnya
menggelepar dilanda rasa nikmat yang berlebih, lendir-lendir yang
membanjir membuat suara tumbukan semakin keras dan jelas. Mulut Darso
melumati bibir Vania yang tak henti hentinya merintih dan mendesah.
Setelah puas menggempur dalam posisi berdiri. Darso menurunkan tubuh
Non Vania yang bersimbah keringat. Si gemuk tersenyum melihat lendir
yang meleleh di paha Vania sebelah dalam. Vania mengusap batang panjang
di selangkangan Darso sebelum akhirnya ia berbaring dengan santai di
bawah kaki si gemuk. Kedua kakinya yang mulus tertekuk mengangkang
kemudian ia bertumpu pada ujung kaki mengangkat pinggulnya ke atas
setinggi yang ia mampu.
“anjrit, oh nonnn, indah nian “
Darso berlutut kepalanya mengejar selangkangan Vania yang terangkat.
Aroma vagina tercium kuat dicuping hidungnya, belahan mungil berlendir
di selangkangan gadis cantik itu yang merekah menyebarkan aroma harum
khas yang disukai oleh pencinta lendir.
“sllcckk nyottt mhemmm nyemmm..srrrpphhh…”
Darso membantu menopang pantat Vania sementara mulutnya sibuk
menghisap liang vagina gadis itu. Puas melumati liang vagina, Darso
kembali menempelkan batangnya pada belahan hangat yang kesulitan menelan
kepala kemaluannya. Wajah Vania memerah saat batang itu diamblaskan
oleh pemiliknya dengan paksa, saat Darso menghentakkan batangnya ke
bawah dengan kasar. Vania mengangkat pinggulnya ke atas kuat-kuat.
“Bhubbb.. bhubbb bhubbbb.. Jrebbb” terdengar suara keras tumbukan dua
alat kelamin yang saling beradu dihantamkan oleh pemiliknya. Nafas
keduanya berdengusan disiksa oleh sang nafsu, suara erangan kenikmatan
Vania disambut suara keluhan Darso,
Vania mencoba sekuat tenaga untuk mengimbangi gerakan Darso, tubuh
mungilnya menggigil, kedua lututnya semakin gemetar dan kakinya terasa
lemas namun ia tetap mengangkat pinggulnya sekuat tenaga hingga titik
pertahanan yang terakhir. Di saat batang itu meluncur dan beradu,
vaginanya kalah telak dan terhempas tanpa daya di bawah selangkangan si
Obe gemuk. Vania nyengir kucing saat merasakan kedut-kedut kenikmatan
yang membuat tubuhnya menggelepar dengan nafas memburu kencang, ia
terdiam saat Darso membalikkan tubuh mulusnya yang banjir keringat,
batang Darso menaiki buah pantatnya yang empuk. Ketidak berdayaan Vania
seperti mengundang binatang liar itu untuk membelah liang anusnya.
“AKHHHH…”
Tubuh Vania menggeliat dibawah tangan Darso yang mencengkram
pinggulnya kuat-kuat. Anusnya mengkerut saat benda asing besar itu
memaksa untuk masuk sementara anus yang mengkerut membuat Darso harus
mengeluarkan tenaga ekstra menjebloskan batang besarnya ke dalam anus
gadis itu.
“Arrrrhhhh errrrhhh hssssshh AWWWW..!!”
Erangan pertama terdengar saat kepala kemaluan Darso menjebol anus
Vania, erangan kedua menyusul saat Darso menekankan batangnya beberapa
kali dalam sentakan-sentakan kecil untuk memasuki liang anus Vania, dan
pekikan keras terdengar saat batang Darso amblas seluruhnya. Selanjutnya
suarapun silih berganti antara erang, rintih dan pekikan saat Darso
mulai menggenjotkan batangnya menikmati liang anus Vania.
“Darso haus ya ?? nih minum..”
“glukkk.. ceglukkk glukkkk,mkasih nonnn…”
Darso menghentikan genjotannya kemudian meminum segelas milo dingin
yang disodorkan oleh Non Ay Hwa kemudian kembali menggenjot anus Vania
yang tengah meneguk segelas milo dingin hingga gadis cantik itu
tersedak.
“uhukk uhukk.. “
“ihhh, Darso ntar dulu kali, orang lagi minum koq disodok sich, kacian kan Vania…”
Darso cuma terkekeh sambil menepak gemas buah pantat non Ay Hwa yang
berusaha berdiri sambil menjajakan minuman. Sambil menggenjoti anus
Vania tangan kiri Darso menggapai payudara gadis itu dan meremas-remas
dan memilin putingnya yang mengeras hingga Vania merintih hebat. Darso
protes saat mendengar suara pekikan non Ay Hwa.
“Oiiii… JANG, awas lu..!! jangan kasar-kasar sama calon bini gua…”
“pinjem bentar gua butuh liangnya so, he he he”
“sompret luh…”
Setelah meneguk minuman dingin kulepaskan tubuh si pirang yang sudah
terkapar lemas. Sebagai gantinya kurengkuh tubuh Non Ay Hwa, dengan
santai aku duduk bersandar di kursi. Non Ay Hwa duduk mengangkang di
perutku, kuelus buntalan payudaranya dan kuremasi keindahan sepasang
payudaranya yang putih. Payudara non Ay Hwa tidak begitu besar namun
terasa padat. Kutarik wajahnya dan kulumat bibirnya yang merekah, nafas
non Ay Hwa terdengar berat saat kubenamkan wajahku di belahan buah
dadanya, kuhirup dalam-dalam aroma harumnya payudara Non Ay Hwa sebelum
kuhisapi buah ranum di dadanya.
“Ujanggghh, nnnhhh , hsssshhh…”
“mummmmm.., nyottt nyottt, he he he, nyoooott muachh nyoot”
Kedua tangan non Ay Hwa mendekap kepalaku hingga wajahku semakin
dalam terbenam di belahan dadanya. Dengan ujung lidah kugelitiki belahan
buah dadanya dan kuciumi payudaranya yang indah, non Ay Hwa
menggesek-gesekkan vaginanya keperutku. Dapat kurasakan lendirnya yang
harum hangat dan lengket, buah dadanya yang indah mengundangku untuk
lebih menikmati buah itu. Kusentuh induk payudaranya dengan lembut dan
perlahan, tubuhnya menggeliat ketika aku membuat gerakan melingkar yang
menyempit hingga mendekati puting payudara. Rangsanganku membuat puting
payudaranya meruncing dan mengeras, kuremas dengan lembut dan
kuvariasikan dengan menyentuh putingnya. Saat ia merintih kucapit
putingnya dengan dua jari dan kuputar seperti sedang membuat bulatan.
Kusiapkan non Sherin menungging di sisi Non Ay Hwa yang juga
kutunggingkan. Kutekankan dan kukait vagina Non Ay Hwa, kusodok kuat
menggunakan seluruh kemampuan dan tenagaku, kutunggangi tubuhnya hingga
butiran keringat membasahi punggung dan pinggangnya. Kupacu dan terus
kupacu hingga terdengar suara rintihan lirihnya
“ohhhhhhhhhhhhhh cruttt cruttt crutttt…”
Kupindahkan batangku yang basah oleh cairan vagina Non Ay Hwa kerutan
anus Non Sherin, ia melenguh keras saat kubongkar paksa anusnya,
kucengkram pinggulnya kuat-kuat. Saat kusodokkan batangku kutarik
pinggangnya kevbelakang hingga tumbukanku semakin kuat.
“PLOKKK.. PLOKK PLOKKK”
“UNGGHH UNGGGG NGUUUUHHH….”
Non Sherin mengeluh dan terus mengeluh, ia merintih saat Ay Hwa
membantunya dengan melakukan remasan dan jilatan pada putingnya yang
mengeras. Cumbuan-cumbuan Ay Hwa yang hangat menghanyutkan membuat
Sherin menikmati keliaranku. Jari kanan Ay Hwa menggosoki belahan vagina
Sherin sementara tangan kirinya meremas-remas payudara Sherin yang
terayun bebas mengikuti sodokan batang penisku.
“ouuuhc.. srruttt crruttt…., aduh-aduduhh sakit Ujang sakittt…”
Kuhentikan gerakan kasarku menyodomi anus non Sherin sebagai gantinya
aku tidur terlentang dan kunaikkan vagina Non Sherin ke atas batang
kemaluanku. Crebbbb, raut wajah non Sherin terlihat mengenaskan saat
kubenamkan batang besarku, ia terlihat kewalahan, erangannya terdengar
keras saat tubuhnya tersentak-sentak ke atas. Seiring berjalannya waktu
entah sudah berapa kali tubuhnya mengejang keenakan dan vaginanya
berkedut kedut menyemburkan cairan kenikmatan.
“Ujang, emmhh ,ahhhh…mmm mmmmmhhh”
Non Ay Hwa memeluk dan mengulum bibir Non Sherin, mereka berdua
saling memangut dan bergantian menaiki batangku dan bergantian pula
batang penisku dimandikan oleh lelehan cairan vagina Ay Hwa dan Sherin.
Kini vagina Non Ay Hwa bermain naik turun pada batangku sementara Non
Sherin menyodorkan vaginanya ke mulutku. Kukunyah vaginanya yang legit
sambil terus menyentakkan batangku ke atas menyerbu kenikmatan di
selangkangan Non Ay Hwa
10 menit kemudian terdengar lenguhan dari bibir Sherin, Ay Hwa dan
Vania yang sedang dikerjai oleh Darso, dua batang yang haus akan
kenikmatan menyemburkan cairan klimas dalam tempo yang berbeda.
“Crotttt Crottt Crotttt…….”
“Heugghhh Kecrottt crottttt………..”
“hi hi, Ujang minum nihhh….”
“kamu juga Darsooo, ayo sayang…”
“Gluphh… Glukk Glukkk…”
“Ceglukkk, Burpphhh Glukkkkkk”
Aku dan Darso yang ambruk kecapaian dicekoki oleh non Michelle dan
Non Shasha. Entah berapa botol sampanye yang sudah habis akibat
kenakalan mereka mencekoki kami berdua. Dunia ini serasa oleng ke kiri
dan ke kanan kemudian “BYAR PET PYAR PETTTTTT….”semuanya tiba-tiba saja
menjadi gelap.
OUCCCHHHH….!! wer em ai ? , Kupincingkan mataku untuk memperjelas
pandanganku yang masih kabur. Kepalaku terasa pusing, setelah beberapa
kali berkedip yang cukup lama aku mulai tersadar. Sekuat tenaga aku
meronta, buset, aku terikat diatas ranjang besi, kupanggil nama istriku
satu persatu namun tidak ada satupun di antara mereka yang menyahut.
“non Shasha, !! Non Michelle, Non ..Vaniaaaa dll dst dsb…”
“Ujangggghh,sebentar dong, udah ngak sabar ya ? hi hi hi…”seseorang muncul dari balik pintu sambil menyahut memanggil namaku.
“WHUAAAAAAA…!! B-Buu Selmy ?? !!!”
(Yohana : Oye ^_^)
(All : AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA @_@…..!!!!!)
Tak terkira kengerian yang kuhadapi saat melihat sesosok kurus kering
melenggok genit berjalan ke arahku. Tubuhnya masih bersimbah keringat,
ia mengkikik hingga bulu kuduk-ku berdiri dan robohnya Ujang junior
tergeletak tanpa daya. Aku menjerit dan meronta sejadi-jadinya saat si
penyihir tua melompat menerkamku, tangannya menyambar kemudian meremas
dan mengocoki batangku, bibirnya monyong mengecupi pipi kiri dan pipi
kananku.
“AUHHH.. WHOAWWW, AMPUN BU, AMPPPUUUUNNNNN..!! ANJRIT MAMPUS DAHHHHH..!!.WHOADOOOOOOHHHH.”
“cup.. cupp muachh hi hi hi … hiii hiii.. muachhh..!!ayo Ujang,
berdiriin dongg tititmu, masa lemes gini, cmon beib, nih sedot susu
ibu.hi hi hi”
“JANGAN bu, jangannnn..!!KAGA MAU, susunya udah basi buuu..!! WHUAAAA…!!AMPOOOOONNN, Ehhhhh ??Lhaaaa ??ehh ituuu…….”
“Eihhh, cobain dulu.., belum dicoba koq udah nolak sich hik hik hik..”
Tiba-tiba mataku melotot kearah belahan dada bu Selmy, ada sesuatu
yang kukenali, itu..!! astaga..?? OMGGGG, di antara payudaranya aku
melihat sebuah tanda lahir , itu…!! tanda itu…!! aku tidak akan pernah
melupakan orang yang telah merengut keperjakaanku. Seorang wanita
bertubuh gemuk, hemmmm, koq sekarang jadi kurus kering begini ya ?? !!!
diet dan sedot lemak kali ?? ahhh..!! itu tidak penting.
“jalan xxxx rt xxx rw xxx….!! Adowwww….”Aku menjerit karena si peot terlalu kuat meremas batangku akibat terkejut.
“kam-kamu.., siapa kamu sebenarnya….”si putih peot mangap sambil bertanya.
“nama saya Ujang buu , UJANG…!! saya obe di kantor ibu…..!!”
“SAYA TAHU ITU…TOLOL….!!
Bu Selmy seperti melamun kemudian terdengar suara cemprengnya.
“mungkinkah kamu si anak kecil bertitit besar itu ?? jawab??“
“Nahhhh itu-kan INGET…!!begitu saya melihat tanda di susu ibu yang
peot saya yakin 1 juta persen orang itu pasti ibu, saya tidak akan
pernah melupakan tanda lahir di susu itu seumur hidup saya!! TIDAK
AKANNNN…PERNAHH!! pokoknya sekarang juga lepaskan saya buu.., kalau
enggak saya laporin ibu sama komnas ham, sama kak Seto dll ehh iya nggak
lupa saya laporkan sama pak polisi, kalo perlu saya laporkan juga sama
Bang Oma atas apa yang pernah ibu lakukan terhadap saya…..!!LEPASKAN..!!
LEPASKAN ENGGAK ?? !!!”
“iy-iya jang.., iya…, iya…”
Aku sedikit merasa lega saat dengan gemetar binatang tua itu menyahut
sambil melepaskan ikatan di kedua tangan dan kakiku yang terikat mirip
huruf x. Begitu semua ikatan sudah terbuka aku melompat sambil menyambar
sehelai selimut tanpa mempedulikan si tua yang memohon agar kusetubuhi.
@_@…% # !!, e-ehhh maksudku agar kuampuni….!! Dengan tegas kupaksa dia
untuk menunjukkan kamar tempat Darso disekap….! waduh ..!! sungguh
malang nasib Darso yang kutemukan dalam keadaan terikat. Abis diapain
sampe diiket iket segala , kulepaskan si gemuk DARSO.
“HU HU HU HU, gua diperkosa janggg… Huu huuuu”
“hah? diperkosa sama siapa ? terus gimana enak ??bagi-bagi dung”
“SETAN luh .JANG!Gua baru diperkosa ama bu Selmi NYOHO…!!hu hu”
“MAMPUS DAH!!! Kalo itu mah buat elu aja dah, btw lu ngak apa – apa Shooo…!!”
“HIDUP GUA ANCUR JANG,ANCURRRRR HU HU HUU HUUU….”
“tenang Sooo, gua bakal bikin bu Selmy membayar semuanya..!!” aku buru-buru menghibur Darso yang menangis sesegukan.
Kubalikkan tubuhku, kudekati bu Selmy yang mundur ketakutan
menghadapi kegaranganku. Aku terus merangsek sampai ia tersudut di pojok
kamar tempat Darso disekap dan diperkosa.
(yohana : ready sex scene 2, bu Selmy renyah kaya jamur crispy…, semuanya siap – siappppppp……, ACTIONNNNN….!!)
(all : waduh !! lagi ?? !! )
“tenang aja bu , saya ngak akan merkosa ibu….!!!”
(All : Fiuhhh, (bernafas lega)
“Tapi sebagai ganti atas apa yang ibu telah lakukan terhadap saya dan
Darso…. he he he he he…, begini buuuuuu” aku berbisik ditelinganya
“………………………..??? gila kamu…!! saya tidak mungkin melakukan itu….” tolak bu Selmy dengan mata melotot.
“terserah ibu…, pokoknya sekarang saya Cuma ngasih dua pilihan buat
itu, satu jalan ibu bisa bebassss…, tapi satu jalan lagi…., berakhir
dipenjara + kebangkrutan….., lagian kan ibu nggak punya keturunan….,
nggak ada yang akan dirugikan nantinya…!!”
“berikan saya sedikit waktu untuk memikirkannya…”
“enak aja…!! saya beri ibu waktu satu malam, besok pagi saya tunggu
ibu di depan kantor pengacara ibu…., ingat buu… satu malam saja, nggak
pake lama…!!kalau tidak AWASSS…!! dan satu lagi kembalikan saya dan
Darso kehabitatnya, e-ehh maksud saya ke rumah, NGARTI ??!!satu lagi bu,
saya minta dibeliin motor TIGER…” aku mengancamnya
Tanpa banyak cerita Bu Selmy mengangguk. Hari itu aku lolos dari
kebuasan bu Selmy. Hanya Darso yang cemberut sepanjang perjalanan,
sesekali ia terisak mengingat kemalangan yang harus dialami olehnya,
Di siang hari yang telah ditentukan, dengan wajah tertunduk sesosok
tua renta mengekori dua orang yang berjalan di depannya, bibirnya
meruncing. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh bu Selmy, seumur hidup,
baru kali ini ia merasa kalah telak dan tidak tanggung-tanggung, ia
dikalahkan oleh dua orang obe berwajah jauh dari kata tampan. Matanya
mendelik saat Ujang menoleh sambil tersenyum dan mengangguk ramah.
Dengan menggunakan motor baru kubonceng Darso kembali ke kantor kemudian
kukumpulkan para istriku di ruangan bu Selmy. Bibirku meruncing manyun
begitu pula bibir Darso, kelima istriku berjajar dengan wajah tertunduk
menatap lantai saat aku dan Darso mengomel panjang lebar tentang insiden
yang terjadi, wass wes wos wak wek wok..!! aku berkoar-koar.
“maaf janggg maaaaaffff…banget kami dipaksa…” Non Sherin terlihat
serba salah, demikian juga Non Michelle, Non Shasha , Non Vania dan Non
Ay Hwa, bibirku makin meruncing karena rasa kesal yang menggunung.
“maaf dong Darsooo, abis bu Selmy udah tau kita – kita sering
begituan sama kalian, jadi yaaaaa, bu Selmy ngancam, minta jatah.., maaf
yach maafff.” Non Ay Hwa berusaha meminta pengertian padaku dan Darso,
melihat wajah cantik non Ay Hwa murung dengan seketika hati Darso
mencair dan sikapnya melunak.
“Jang , jangan galak-galak donggg, Non Ay Hwa kan jadi ketakutan
tuch, sini sayanggg, Darso nggak marah koq sama non Ay Hwaaaa…, tapi
inget yah non.., sesuai dengan janji non Ay hwa di pesawat, ceraikan
suami non Ayhwa dan nikah sama saya..setuju non??.” Darso merayu sambil
merogoh selangkangan Non Ay hwa pasrah mendesah sambil mengangguk
kemudian Darso menarik Non Ay Hwa agar ia duduk di pangkuannya.
Aku cemberut memelototi Darso yang nggak konsisten, aku
menggaruk-garuk kepala sambil mendengarkan penjelasan dari para istriku.
Rayuan dari istri istriku yang cantik jelita akhirnya membuat rasa
kesalku minggat dari dalam hati ini. Aku berjongkok di hadapan non Vania
dan Non Shasha, tanganku mengusapi kaki jenjang mereka dan terus
merayap naik ke atas sambil menaikkan rok mini mereka. Mataku menatap
sayu pada belahan mungil di selangkangan Non Vania dan Non Shasha.
“Ujangg , jangan disini uh, ini kan ruangan bu Selmy ntar kalo dia dateng gimana ??”
“Oooo tenangggggg , sekarang sich direktur yang sebenarnya saya n Darso, bu Selmy cuma jadi puppet doll aja sslccckk ckkk”
“ihhh Darso ngak mauuu ahhh….”non Ay Hwa mendorong kepala Darso yang mengendus-ngendus lehernya.
“ha ha ha.. sini dong nonnnn muachhh mmmm”
bergantian aku menjilati vagina non Vania dan Non Shasha dan Darso
terkekeh sambil memperlihatkan isi dari sebuah map biru kepada Non Ay
hwa yang duduk di pangkuannya. Di dalamnya tertulis dengan jelas ahli
waris dari Bu Selmy “UJANG dan DARSO”.
TAMAT