Recent Posts Widget

xXx STORY : Schoolgirl’s Diary : Cerita Bokep

https://cerita-porno.blogspot.com/2012/06/xxx-story-misteri-suster-asti-3-terror.html

“Uhhhh…” aku mengeliatkan tubuhku dibalik selimbut hangat, hujan deras kemarin malam membuat pagi ini semakin dingin, untungnya hari ini hari minggu, aku memandangi langit-langit kamar kostku, setelah menggeliat malas  kesana kemari dengan mengumpulkan seluruh tenagaku aku berteriak keras.
“Hiaaaaa….tt !! Huupppp…!!” Aku melompat dari tempat tidurku menerjang dinginnya pagi hari ini, Huuuhhhhhh ? astaga dingin amattt… aku buru-buru kembali melompat keatas ranjang dan bersembunyi dibalik selimutku yang hangat.
Untuk beberapa saat aku kembali bermalas-malasan dibalik selimutku yang hangat, menggeliat-geliat dengan asik kesana kemari.
“Mayaaaa, Tok Tok Tokkk” terdengar suara temanku Farida berteriak-teriak memanggil namaku dari luar kamar,ketukan dipintu kamarku semakin keras
Duhhh, ngak mauuuu, masih ngantuk, aku mengeluh dalam hati
“Maya.. bangunnnn…, duh dasar si pemalasss…!” Vivi mengumpat dari luar kamar, berkali-kali tangannya ikut mengetuk-ngetuk.
“YA UDAH, KITA TINGGAL YUKK !!” suara Reina terdengar agak keras    
Suara – suara diluar kamarku mendadak menghilang,
Hah, ditinggal ? aduh teganya…!! Aku melompat dan dengan cekatan membuka kunci pintu kamarku “Klikkkkkk”

“Aku ikutttt !” Aku berteriak sambil membuka pintu kamarku dan berlari mengejar tiba-tiba dibelakangku terdengar suara tawa yang semakin keras.
“Ha Ha Ha Ha.. akhirnya bangun juga…” Reina cekakakan menertawaiku, tubuh mereka bertiga merapat didinding luar kamarku, mereka melangkah menghampiriku
“Dadanya kecil ya ?”Vivi tertawa cekikikan sambil menunjuk kearah baju piyamaku disebelah atas.
“Uhhh… , Yeee malah ngintip…!”aku buru-buru merapikan kancing baju piyama yang kukenakan.
“kayanya gedean yang aku deh” Vivi membusungkan dadanya, aku cemberut mengaku kalah, diantara kami berempat memang “perabotan” Vivi yang paling gede
“Biarin…, biar kecil tapi banyak yang suka”jawabku dengan pede karena kecantikan wajahku yang lebih menonjol.
Dengan jahil kuremas dada Vivi yang sedang membusung sambil berteriak keras “Jurusss Nagaaaaaaaaa….!!”
“Owwwww…!! ” tentu saja Vivi berteriak kaget sambil menarik dadanya, ia hendak membalasku namun aku dengan gesit menghindari remasan tangannya.
Vivi melotot, aku mencibirkan bibirku kemudian terdengar suara tawa canda memecah keheningan dipagi hari itu, sementara teman-temanku bercanda dipagi hari aku mengambil handuk dan masuk kekamar mandi yang ada dikamarku.

Kunyalakan kran shower, air hangat segera mengguyur tubuhku, duh asiknya, sabun kesana sabun kemari usap sana usap sini akhirnya selesai juga  acara bersih – bersihnya ^^. Sambil mengeringkan tubuhku aku memperhatikan diriku didepan cermin, wajah yang cantik, rambut yang indah sepunggung, tubuh yang halus mulus, pinggang yang rata dan ramping, aku menatap kebawah leherku sambil membusungkan dua buah gundukan payudara di dadaku .
 HHhhhhhhhhhhhh…., aku menghela nafas panjang, coba deh kalau dadaku seperti dada Vivi, dapet nilai 100 dah, karena dadaku rada-rada kecil turunlah nilaiku menjadi 100 kurang 0 hohohohoh, ngak  mau kalah Ehhmmmmmmm… ^^.
“Mayaaaaaa….., Mayyyyyyy!! ” kembali terdengar teriakan teriakan keras diluar kamarku.
“Iya bentarrrrr….” Aku buru-buru memakai pakaianku kemudian sambil cengengesan aku keluar kamar, tidak berapa lama sebuah mobil segera meluncur keluar dari rumah kostku.

***************************
Di tempat lain…

Di sebuah rumah seorang pria gemuk berperut buncit sedang sibuk berkhayal, tangannya tampak sedang sibuk menggosok-gosok benda miliknya, diselangkangannya.

****************************
Kamar ganti dikolam renang,

“Rei.., kamu duluan gih yang keluar…”Farida mendorong punggung Reina, sebelah tangan Farida menyilang didada melindungi buah dadanya yang tercetak dengan jelas dari balik pakaian renangnya.
“Ngak.. mau ahh kamu aja gihhh..”Reina malah balas mendorong punggung Farida, ia juga sama masih merasa risih untuk keluar dari dalam kamar ganti.  
“Minggir semua…, biar aku duluan, makanya kalau punya dada jangan terlalu kecil, harus gede kaya punya ku.. jadi ngak malu kalau sampe diliat orang he he he he”.
“Huuuuu!!” terdengar suara riuh dari mulut kami bertiga sementara Vivi melenggak lenggok keluar dari kamar mandi.
Aku, Reina dan Farida perlahan-lahan melangkah keluar mengikuti langkah Vivi. Tidak berapa lama terdengar suara “Byurrrr…” Byurrrr” Byurrrrrr” Byurrrrr”, satu persatu kami berempat berloncatan masuk kedalam kolam renang, setelah  kecapaian bolak balik berenang akhirnya kami berkumpul merapat  membuat lingkaran kecil mirip kayak “Knight Of The Round”

Beberapa lama kemudian secara tidak sengaja aku menatap ke sebuah pojok di bawah tempat yang teduh, sekumpulan om-om sedang bersantai sambil ngemil kue Butter Cookies, mata mereka yang nakal memandangi kami berempat, waduh, pada melotot deh, sambil sesekali berbisik-bisik, entah apa yang sedang mereka bisikkan, terus tertawa-tawa sambil memandang kearah kami, serem banget ih…
Secara tidak sadar aku merapatkan tubuhku kearah Farida,sambil berbisik
 ”Fa.. liat ngak Om om, diujung sono…” Aku mencolek pinggul Farida
 ”Hah ? napa emanggg ?” Farida melirik tempat berkumpulnya para om-om disudut itu.
“Mereka ngeliatin kita melulu…sebell.!”aku cemberut.
“Hmmm.. , Ehh kita kerjain yuk…”Reina tersenyum nakal sambil melirik kearah para om nakal yang sedang berkumpul ditempat yang teduh itu. Aku, Reina, Farida dan Vivi naik dari dalam kolam, dengan santai kami mendekati tempat para om-om yang sedang mangkal, dari tatapan mata mereka keliatan banget kalo lagi mikir yang ngeres-ngeres.

Huh dasar srigala berbulu domba, waktu dideketin malah pura pura baik memandang kearah lain, kami berempat berhenti tepat didepan mereka dalam posisi membelakangi mata-mata nakal yang selalu mecuri-curi pandang memperhatikan bagian-bagian tubuh kami yang sensitif
“Aduhhhh… Vi pegel amat ya.. Mmmmmm ” Reina menggeliatkan tubuhnya kesana kemari.
Aku mengibaskan rambutku yang terurai sambil memamerkan kecantikan dan keindahan tubuhku, demikian juga halnya dengan Farida sedikit menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan lembut sambil terkadang menunggingkan tubuhnya sedikit. Yang paling dahsyat serangan Vivi sibuah dada besar.
“Iya nihhh….Ennnghhhhhh” Vivi menyampingkan tubuhnya kemudian membusungkan dadanya kedepan, sedangkan kedua tangannya terentang keatas, sehingga terlihat jelas tojolan besar itu seolah-olah mendak melompat keluat dari baju renang yang dikenakannya.
“Uhukkk…!!” “Ehmmm” “Heeekkkk Khekkkk” terdengar suara terbatuk-batuk dari arah para om nakal yang tersedak dengan mata mereka yang melotot bulat.
Kemudian setelah menoleh sebentar kearah mereka yang terbatuk-batuk, kami berempat melangkah santai kearah kantin meninggalkan para om nakal yang masih terbatuk-batuk dengan keras.

“He he he… rasain…”aku dan teman-temanku tertawa kecil mendengar suara para om nakal yang masih terdengar ahak uhuk tersedak akibat serangan kami berempat.
“Vi.. tadi liat ngak, itunya pada berdiri he he he” kata Reina sambil melingkarkan tangannya kepinggang gadis itu, Vivi cuma cengengesan sambil mengangguk kecil wajahnya bersemu merah, entah apa yang dipikirkan oleh Vivi.
“He-ehhh, gila ya…, kaya mau nerkam gitu ihh, ekspresinya..Seyem!! ” Aku menyahut menimpali, aku agak merinding ketika mengingat ekspresi wajah para om nakal.
“Kalo nerkam sih, tar Kita kasihin si Maya aja, supaya digarap rame-rame….HE HE HE”Vivi terkekeh-kekeh  sambil melirik kearahku.
Kelihatannya Vivi masih dendam karena tadi pagi jurus nagaku berhasil mencengkram buah dadanya yang bongsor He he he…..^^
“Enak aja…, Loe aja kaliiii, Gua enggakkkk… “aku meniru kebiasaan Ruben & Eko Patrio ^^, sambil menggoyang-goyangkan pinggulku dengan nakal, kemudian mencibirkan bibirku kearah Vivi, aku buru-buru ngacir ketika Vivi mengejarku.

Kami berempat duduk mengelilingi sebuah meja, lama amat ngak nyampe-nyampe deh pesanan kami berempat.
“Kruuyuuuuuukkkk….. ” perutku berbunyi keras, aduh malu-maluin deh, aku memegangi perutku yang berbunyi keras..
“Ayam siapa tuhhhh yang lagi berkokok ? ” Farida menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan, aku menyikut buah dadanya.
“Aduhh.. duhhh” Farida meringis ,namun tidak berapa lama kemudian tangannya merayap kebawah meja merayapi pahaku.
“Farida…, Ahhh ” aku merapatkan kedua pahaku.
“Santei aja… kamu kan dipojok, ngak akan ada yang liat ini he he he” Farida merapatkan bangkunya kesisiku sedangkan Vivi dan Reina tersenyum sambil menggeser bangku mereka merapatkan barisan berusaha menjadi tembok pelindung. Aku mulai berani merenggangkan kedua pahaku sedikit, Farida tersenyum kemudian tangannya mengelus-ngelus bagian dalam pahaku, nafasku semakin terasa sesak. Aku sedikit tersentak ketika Farida menyusupkan tangannya kedalam pakaian renang yang kukenakan dari sebelah sisi selangkanganku, aku menolehkan wajahku kearah lain ketika Vivi dan Reina tersenyum senyum kecil menatapku.

Farida mendadak bangkit dari kursinya, tangannya dengan agak kasar menarik tanganku, aku ikut berdiri dan mengikuti langkah kakinya.
“Hajar Faaaa…! jangan dikasih ampunn He he he” Reina terkekeh-kekeh sedangkan Vivi mengerlingkan matanya dengan nakal kearahku.
“Cklekkkkk…” Farida mengunci pintu ruangan untuk ganti baju,
“Mayaaaaa.. Ohhh….” Farida memeluk tubuhku, Wajahnya semakin dekat dengan wajahku dan
“Hmmmm… Mmmmmmm” mulutku dikulum dengan lembut oleh Farida. Tubuhku sedikit meronta kehabisan nafas namun kedua tangan Farida membelit pinggangku kuat – kuat. Mulut Farida semakin kuat mengulum dan menghisap mulutku.
“Haa…Uffffff…. Ampunnn, aku nyerahh…”aku kehabisan nafas, aku menggeleng-gelengkan kepalaku kekiri dan kekanan menghindari mulut Farida yang merusaha menyumpal bibirku, kedua tangannya memegangi pipi kanan dan pipi kiriku.
 ”Heee… EMMMMMMMMHHH” bibirku kembali menjadi bulan-bulanan Farida, bibirku kembali disekap oleh bibirnya, Farida tampak rakus mengulum dan melumat-lumat bibirku, tangannya merayap mengelus-ngelus bongkahan buah pantatku.

Tangan Farida dengan tidak sabar menarik pakaian renangku sampai melorot sebatas dada, tersembullah payudaraku yang mungil dihiasi oleh puting susu yang sudah mengeras. Aku menelan ludah ketika merasakan jari telunjuk Farida melingkari puting susuku, rasa geli membuatku menggeliat resah sambil meringis-ringis.
“Ahmmmmmmhhhhh…. Mmmmmmmmhh” Aku berusaha menutup mulut rapat-rapat agar suaraku tidak terdengar terlalu keras ketika Farida merendahkan kepalanya dan menghisap kuat-kuat puncak payudaraku, mulut Farida bukan hanya sekedar menghisap, lidahnya menggeliat-geliat menggelitiki puting susuku.
Aku mendekap kepala Farida yang sedang asik mengemuti puncak buah Susuku. “Fa…… ” aku memanggil Nama Farida dengan lirih.
“Uhhhh….!! “aku agak kaget ketika Farida dengan kasar menyentakkan pakaian renangku semakin kebawah , ia berlutut dihadapanku.
Aku mengerti apa yang Farida inginkan, aku segera mempersembahkan bukit mungil diselangkanganku kehadapan kepalanya.
“Pelan pelan Fa… Ahhh…”Aku mengeluh ketika Farida mengecup-ngecup bibir Vaginaku dengan kasar, kasar sekali, nafasku semakin lama semakin tersendat-sendat,  

Aku bernafas sedikit lega ketika Farida menghentikan serangannya, Farida menengadahkan kepalanya , matanya memandangiku yang berusaha mengatur nafas, bibir Farida tersenyum nakal, tidak berapa lama kemudian tatapan mata Farida terfokus pada keindahan belahan mungil diselangkanganku. Jari telunjuknya mengulas-ngulas belahan mungil diselangkanganku, lendir-lendir nakal semakin banyak membanjiri belahan diselangkanganku.
“Utssssssshhhhh….!! ” kedua lututku serasa goyah ketika jari tangan Farida menekan pinggiran bibir vaginaku agar sedikit merekah. Jilatan-jilatan lidah Farida dengan kasar mengulas-ngulas klitorisku, sesekali diemutnya kuat-kuat “kacang mungil” diselangkanganku.
“Faaaa…, Shhhh… Ahhhh ” tanganku menggapai-gapai mencari pegangan, akhirnya aku berpegangan pada dinding kayu dikamar ganti itu.
“Haaa Ahhhhhh… Crrrrrr. Crrrrrrrr” aku semakin kuat berpegangan pada dinding Kayu dipinggirku, tubuhku mengejang ketika merasakan denyutan-denyutan nikmat itu menerpa bagian tubuhku diselangkangan yang sangat sensitif.
“He he he… Cruttttttt….dehhhh”kata Farida sambil menengadahkan kepalanya memandangiku,  sambil tersenyum kecil telapak tangan kiri Farida menyeka cairan lengket milikku yang tercecer disudut mulutnya.

Farida berdiri ia membalikkan tubuhku, kedua tangannya merayapi buah dadaku dari belakang, sesekali tangannya menggenggam induk buah dadaku sambil meremas-remas induk payudaraku. Jari telunjuk Farida mengulas-ngulas ujung puting susuku ia berbisik ditelingaku…..
“Kalau aku kaki-laki, langsung deh, kamu aku perkosa ditempat ini he he he” Farida mengigit lembut daun kupingku.
“Kalau kamu laki-laki juga, aku langsung ngacir, takut kamu perkosa he he he” Aku membalas candaan Farida, kemudian sambil tertawa kecil Farida memeluk tubuhku dengan erat.
“Udah yukk, makanan kita pasti udah datang…” Aku berusaha melepaskan tubuhku dari dekapan Farida.
“Ntar , santai aja” Tangan Farida merayap mengelus bukit mungil diselangkanganku, sesekali tangan itu meremas selangkanganku, kemudian Farida membalikkan tubuhku dan kemudian bibir kami kembali saling mengulum
“Cpppp… Cpppp.. Cppppp” Suara-suara berdecak-decak itu kembali terdengar. Aku membalas memeluk tubuhnya kali ini aku yang menciumi leher Farida kemudian ciumanku merambat kebahunya, kugigit bahu Farida dengan lembut.

Farida mendesah ketika aku mulai mempermainkan ujung puttingnya, kujepit puting susu Farida dengan jari jempol dan jari telunjukku kemudian kupelintir-pelintir sehingga pemiliknya mendesah-desah keenakan, sesekali kutarik-tarik puting susu Farida dengan lembut. Bongkahan payudara Farida semakin keras dan kenyal, aku menundukkan kepalaku dan kuciumi dengan lembut bulatan payudara Farida, sambil meremas-remas induk payudaranya. Farida tidak mau kalah ia mendorong tubuhku merapat kedinding kayu itu kedua tangannya balas mengelusi buah dadaku, lidah Farida terjulur keluar mengajakku untuk melakukan pertarungan, aku mengeluarkan lidahku kemudian lidah kami saling membelit dan saling kait, mulut Farida dengan rakus menghisapi lidahku. Kedua tangan Farida merayap kebelakang kepalaku dan menarik kepalaku agar semakin merapat kewajahnya, ia melumat bibirku kuat-kuat. Aku hendak melakukan perlawanan namun Farida dengan kasar merentangkan kedua tanganku keatas sambil berbisik”lebih baik kamu diam saja manis…, he he he” Ciuman Farida merambat turun, nafasku kembali sesak merasakan mulut Farida mengecupi buah dadaku, sesekali dijilatinya bulatan buah dadaku.
“Akkk…!”. Aku menjerit kecil ketika merasakan gigitan lembut diputing susuku, Aduh, enak amat sihhhhh…. ^^, mulut Farida mengenyot puncak payudaraku, kepalaku terkulai kekiri , kadang kadang terkulai kekanan sambil mendesis merasakan nikmatnya kemutan mulut Farida dibuah dadaku.

Ciuman Farida semakin lama semakin turun kearah selangkanganku dan aku merintih-rintih agak keras sambil memundurkan vaginaku agar terhindar dari cumbuan Farida,nafasku semakin tersendat-sendat menahan sesuatu yang sulit untuk dibendung lagi. Farida tambah liar mencumbui bibir vaginaku, lidahnya mengait-ngait kelentitku yang mungil , kemudian mulut Farida menghisap kuat-kuat lubang Vaginaku dan
“Akkkk… Ahhhhh CRRRTTTT… CRRRTTTT” aku memejamkan mataku rapat-rapat merasakan kenikmatan yang baru saja meluluhkan tubuhku. Terdengar suara menyeruput ketika mulut Farida menyedot cairan kenikmatan yang baru saja jebol dari lubang vaginaku.
Farida kembali berdiri dan memeluk tubuhku erat-erat, aku pun balas memeluknya dengan erat, untuk beberapa lama kami hanya berdiri sambil berpelukan satu sama lain. Beberapa saat kemudian pintu kamar ganti itu terbuka lebar-lebar, kami berdua melangkah keluar sambil tersenyum-senyum kecil. Aku melangkah disamping Farida, didepan sana Vivi dan Reina memandangi kami berdua sambil berbisik-bisik kemudian tertawa-tawa.
“Jadi…, Gimana Skornya ?” Reina bertanya ingin tahu.
“He he he… gua menang 2-0, nyam nyam ” Farida dengan bangga menjawab pertanyaan Reina, mulutnya penuh dengan sesendok nasi goreng seafood pesanannya.

“Yuk Rei…” Vivi berdiri sambil menarik tangan Reina.
“Lohhh… kalian mau kemana sih?” Aku bertanya pura-pura bodoh, Vivi dan Reina hanya tersenyum nakal dan melangkah menuju kamar ganti.
“Aku mo pipis dulu…” Aku bangkit sambil meneguk segelas air Jeruk..
Farida menggeser kursinya sambil memberi jalan padaku “Loh ? kan tadi udah pipis dua kali he he he” Farida cengengesan , aku mencubit pangkal lengannya sampai Farida mengaduh.
Aku melirik kekiri dan kekanan, duh sepi amat ya ? ngak kira-kira nih yang bikin WC, ngak kejauhan apa ?.
“Kree ketttttt” Suara pintu Wc yang jangan terpakai itu, hmm, lumayan bersih. 
Selesai buang air kecil aku membuka pintu WC….
“Deggggg….!! Jantungku melompat karena kaget, didepan pintu WC bergerombollah Para Om nakal lengkap dengan senyuman mesum menghiasi wajah mereka.
“Haii cantikkkk…..” salah seorang dari mereka meyapaku.
“Boleh dong kita kenalan…” salah seorang lagi menghadang jalanku
Aku tidak menjawab dan menghindar sampai….
“Awwww…!! Jangan kurang ajar yaa!! ” aku membentak sambil menepiskan tangan salah seorang dari mereka yang meremas buah pantatku.

Aku membalikan tubuhku sambil melayangkan tanganku hendak menampar orang brengsek itu namun dengan cekatan orang itu menangkap tanganku selanjutnya salah seorang dari mereka mengulurkan tangannya dari belakang dan meremas buah dadaku.
“Tolllllhhhmmmm….” Aku hendak berteriak minta tolong namun mulutku dibekap oleh tangan yang lain, semakin kuat aku meronta, semakin kuat juga mereka memegangi kedua tanganku sedangkan tangan-tangan yang lain meremas-remas buah Susuku dalam gerakan yang teratur, yang lainnya meremas dan mengelusi buah pantatku, dua pasang tangan lainnya asik merayapi kemulusan sepasang pahaku yang merapat ketakutan.
Wahhhh !!! gawattt…!! aku harus mengatur strategi melawan kekerasan dengan kelembutan, aku menjulurkan lidahku dan mengulas-ngulas telapak tangan orang yang sedang membekap mulutku.
“Ehhh…!! Wahh..! kayaknya dia mau nehhh…!” orang itu memandangiku dengan tatapan wajahnya yang mesum, aku pura-pura menatap orang dihadapanku dengan tatapan mata yang sayu.
Wajah-wajah itu tersenyum ceria ketika aku merenggangkan kedua pahaku melebar. Sebuah tangan segera mampir dan mengusap-ngusap selangkanganku, tangan itu sepertinya sangat ahli dalam memberikan rangsangan dan tahu sebelah mana bagian yang membuat tubuhku merinding dengan nikmat, entah siapa nama om Nakal yang cengengesan berjongkok dihadapanku.

Orang itu melepaskan bekapan tangannya dari mulutku, kini tangannya dipakai untuk menarik kepalaku dan kemudian “Hmmmm… Mmmmmhhh…” tubuhku bergetar dengan hebat ketika bibir orang itu mengulum bibirku dengan liar.
“MMMMM….HHH” sepasang telapak tangan kini menyusup masuk kedalam pakaian renangku disebelah dada dari belakang dan meremasi payudaraku, telapak tangan orang itu yang kasar mengelusi permukaan buah dadaku yang lembut, Kecupan-kecupan nakal Para Om nakal hinggap silih berganti, mereka begitu asiknya mempermainkan tubuhku.
Nafasku semakin tersendat-sendat ketika sebuah kepala mengendus-ngendus selangkanganku, lidahnya yang nakal menyelinap menggeliat dengan nakal dari sisi kanan pakaian renangku disebelah bawah, aku menolehkan kepalaku kebelakang ketika merasakan bokongku ditekan perlahan kedepan sehingga kini aku seolah-olah sedang menyodorkan bagian tubuhku yang paling sensitive untuk satu , ohhh tidak..!! bahkan sekarang tambah jadi dua lidah nakal yang menyelinap dari sisi kiri dan sisi kanan.pakaian renangku disebelah bawah. Dua orang dihadapanku menarik pakaian renangku sampai melorot turun sebatas dada, kemudian dua pasang tangan mereka yang kasar seolah berebutan mengelusi dan meremasi buah dadaku.
“Ohhhhhhhhhhhh…….” Aku hanya dapat mendesah ketika merasakan cubitan-cubitan kecil diputing susuku.
Sesekali tangan mereka memelintir-melintir puting payudaraku.

Mata mereka berbinar-binar menatap buah dadaku yang kecil namun indah dan mulus ini, wajah mereka semakin mendekati payudaraku dan
“Ahhhhh…. Nnnnnnnggg…. Ssssshhhhhh” aku mendesis-desis merasakan lidah mereka mengulas-ngulas putting susuku. “Slllccckkk… Slllllcccckkk” suara jilatan-jilatan itu terdengar dengan keras.
Aku menolehkan wajahku kearah belakang ketika merasakan seseorang yang mendorong bokongku dari belakan, menciumi telingaku, pada saat yang bersamaan, dua orang yang sedang menjilati buah dadaku melakukan kenyotan-kenyotan kasar.
“Awwwhmmmm Mmmmmmmh”   jeritan kecilku tengelam ketika mulut orang dibelakangku menyumpal bibirku dan mengemut-ngemut dengan kuat, tangan orang itu sedikit menjambak rambutku.
Dua orang laki-laki lain mengambil posisi berdiri disisi kanan dan kiriku kemudian mereka menarik merentangkan tanganku kearah selangkangan mereka.
WHAAAAAAAA…!!, dari sebelah atas celana renang mereka, kedua orang itu memasukkan tanganku kedalam celana renang masing-masing, ada benda keras kenyal yang berdenyut-denyut tersentuh oleh tanganku, dengan reflek aku hendak menarik tanganku namun kedua orang itu menahan gerakanku sambil memasukkan tanganku semakin dalam kedalam celana renang mereka, Aduh, ada cacing raksaksa yang mengeliut-geliut dan berdenyut-denyut tersentuh oleh telapak tanganku.  

Mereka terkekeh-kekeh sambil terus menggeluti tubuhku, salah seorang diantara mereka berkata
“Wahhhh… , asik nehhh, kita gilir gadis ini sampe puas…” sambil tangannya menarik tanganku kearah kamar mandi.
Aku bertahan agar tubuhku tidak terseret oleh orang itu, orang itu menolehkan kepalanya , wajahnya tampak beringas, aku tersenyum nakal kemudian aku mengalungkan kedua lenganku pada orang dihadapanku, aku melangkah mundur dengan perlahan-lahan menjauhi kamar mandi, sambil terkekeh-kekeh orang itu mengikuti tarikan kedua tanganku dilehernya, sedangkan kedua tangannya merayap sambil sesekali meremasi sepasang buah dadaku.
“Ahhhhh… Shhhhhh… Ahhhhh…”mulutku berusaha mendesah-desah menggoda , sambil membimbing orang dihadapanku agar terpisah dari gerombolan para om nakal yang terpaku dengan penuh nafsu memandangiku, rencananya sih aku bakal mengeluarkan Jurus tinju Bayanganku kedada orang itu , setelah pelukannya terlepas aku melakukan jurus hebat lainnya, Ehhhmmm,  jurus langkah seribu alias ngacir.  
Tiba-tiba si om nakal yang sedang kupeluk menerkam tubuhku, kedua tangannya membelit melingkari pinggulku, kemudian om nakal dengan tubuh yang kekar berisi itu mengangkat tubuhku.

“Awww…. Aduhh.. duhhhh….” Aku menjerit kecil ketika merasakan tubuhku terangkat dan melayang diudara dalam dekapan tangan orang itu, mulut si om nakal yang kini sejajar dengan buah dadaku menghisapi dan lidahnya yang kasar menjilati kesana kemari, mulutnya terus mencumbui payudaraku.
Ohh Tidak ! MAMPUS AKU..! RENCANAKU GAGAL TOTAL…!
orang itu melangkahkan kakinya kearah bangku panjang tanpa sandaran yang terlindung dibalik sebuah pohon rindang. Tampaknya situasi dan kondisi yang bergejolak semakin kurang menguntungkanku.
Setelah menurunkan tubuhku si om nakal menekan bahuku agar duduk diatas kursi panjang itu, kemudian ia berlutut sambil menangkap kedua kakiku, tangannya bergerak keatas mengangkat dan mengangkangkan kedua kakiku melebar, secara otomatis kedua tanganku bergerak kebelakang menopang berat tubuhku.
“WAhhh..! cetakan memek kamu bagus amat…He He He” Si Om berseru kagum sambil memandangi selangkanganku, ia menatap belahan vaginaku yang tercetak dengan jelas dari balik pakaian renang yang kukenakan.
“Haahhh ?..” Mataku melotot, sedangkan mulutku terbuka lebar ketika salah seorang diantara mereka merogoh sesuatu dari balik celana renangnya dan menarik benda panjang dan hitam itu keluar, tangannya menarik kepalaku dan menjejalkan kepala kemaluan itu kedalam mulutku, aku mencoba menahan rasa jijik dan membuka mulutku.

Ada rasa asin dan kesat ketika kepala penis itu masuk kedalam mulutku dan memenuhi rongga mulutku, Si Om terkekeh-kekeh sambil menyuruhku untuk menghisap kepala penisnya, Ihhhhhh…, ada sedikit lendir lengket yang tertelan olehku. Dua orang om lainnya berlutut dibelakang punggungku dan membantu menopang punggungku dengan tangan mereka  sedangkan tangan mereka yang satunya merayap dari belakang dan mengelusi buah dadaku yang mungil. Dua orang om yang lain duduk disamping kiri dan kananku, tangan mereka masing masing merebut kaki kanan dan kiriku kemudian menarik kedua kakiku mengangkang keatas. Telapak tangan mereka yang kasar mengelusi pangkal pahaku yang halus dan lembut, salah seorang dari mereka berkata padaku. “Rupanya kamu seorang gadis yang baik dan penurut… He he he”
“Om liat ya…!!, ngintip dikit ngak apa kan !!!!”Kata Si Om yang berlutut diantara kedua kakiku,ia merendahkan kepalanya , kedua tangannya menarik pinggiran pakaian renang diselangkanganku, matanya melirik dari samping dan…
“Wheeeewww…. Gila, Ck Ck Ckk ” mulutnya berdecak kagum.
aku hanya dapat mengumpat dalam hati dan menyumpahi, moga-moga bintit tu matanya !!!

Tangan si om perlahan-lahan menarik dan menyibakkan pinggiran pakaian renangku diselangkangan kearah tengah agar ia dapat lebih jelas melihat keindahan vaginaku. Terdengarlah seruan-seruan kagum ketika belahan diselangkanganku dengan terpaksa menampakkan segala  keindahannya.
“Essttt…, bibir memeknya…” tangan si om yang duduk disebelah kanan merayap dan menggesek-gesek belahan bibir vaginaku, kemudian tangannya kembali merayap naik merayapi pangkal pahaku.
“Ahhhhhh…. Ommmm…. Nnnnnhhhh…” Aku merintih-rintih ketika merasakan jilatan-jilatan kasar pada belahan vaginaku, lidah itu menggeliat-geliat dan terjepit dengan kuat oleh bibir bawahku, sesekali mulut si om menghisap kuat-kuat lubang vaginaku.
“Awwwkssss….. CRRRTTT… CRRRRTTTT” Aku menjerit kecil merasakan cairan kenikmatan itu berdenyut-denyut keluar , mulut Si Om dengan kasar menyeruput cairan kental yang meleleh disela-sela lubang vaginaku.
Mataku terpejam rapat merasakan belaian, remasan dan elusan dari telapak tangan mereka yang kasar namun memberikan sebuah sensasi yang berbeda jika dibandingkan dengan elusan tangan Vivi, Farida ataupun Reina.
“Ahhhhhh… !! ” Aku berontak sambil menyilangkan kedua tanganku berusaha melindungi kegadisanku ketika merasakan sebuah benda memaksa hendak menerobos memasuki diriku, suara terkekeh-kekeh terdengar disekelilingku.

“Diammm…!!” si om yang berlutut dihadapanku membentak dengan galak, tangan kanannya memegangi sebuah benda yang besar dan panjang, sedangkan tangan yang kiri menepiskan kedua tanganku dengan kasar, aku menarik pinggulku kebelakang menghindari kepala kemaluan si om yang bergerak-gerak hendak memangsa kegadisanku.
“Kayanya dia ngak mau sama elu deh…, gimana kalau sama om aja, mau yah manis…? ” si om yang disebelah kiri membelai-belai rambutku.
“Ngak bisa!!, sama Om aja yukkkk….! ” si om yang disebelah belakang kanan ikut protes.
“Jangannn mau sama mereka, Om yang paling hebat, dijamin kamu bakal puas… He eh he” seorang lagi ikut protes.
“Udahhh…LAHHH !!, gimana kalau dia aja yang pilih , mau sama siapa kamu Hahhh ? ” Si Om yang ada dihadapanku tampak sewot.
Aku berpikir dengan cepat, yang samping kanan gembrot dan besar, yang  samping kiri tampak berotot kekar, dua om-om yang menyangga punggungku tampak beringas…dan bertubuh tinggi tegap, Yang depan apa lagi, udah jelek, gembrot berlemak , sangar kasarrrrr bangetttttt !  Aku menoleh ke si om bertubuh kurus kerempeng yang tadi minta dioral, Hmmmmm…, kayaknya, ini deh yang cocok
“Sama Om Aja….” aku menatap dengan yakin kearah si om bertubuh kurus, si om yang berlutut dihadapanku berdiri dan mengomel panjang lebar, protes dan lain-lain….

Aku menolakkan tubuh si om kurus yang hendak merangkulku sambil mengarahkan kemaluannya kelubang vaginaku.
“Lohhh… kenapa ? katanya mau sama Ommm Hemmmm…?” Tangan si om kurus mengelus pahaku yang terjuntai dipinggiran bangku panjang itu.
“Malu Ommmm, Banyak Orangggg….” Jawabku sambil mendesah-desah , dengan manja.aku berpegangan pada bahunya.
“Udahh…, semuanya sana , ntar tunggu giliran… He he he” si om kurus terkekeh-kekeh, para om yang lain segera melangkahkan kakinya agak menjauh sambil terus melotot menatapi sekujur tubuhku.
Aku berdiri, mataku menatap kebawah kearah si om bertubuh kurus kerempeng yang lagi cengar-cengir menatap keatas kearah buah dadaku yang menggantung dengan indah. Si Om bertubuh kurus itu berdiri dan kemudian merendahkan kepalanya sedikit., lidahnya terjulur keluar dan menempel dipuncak buah Susuku, Lidah Si Om mengulas-ngulas bulatan payudaraku, sesekali mulutnya mampir kepuncak buah Susuku dan mengemut puncak Payudaraku kuat-kuat. Kaki Si Om sedikit mengangkang ketika tanganku merayap membelai kepala kemaluannya. HMMMMMM  

Aku rasa inilah saatnya yang paling tepat aku melepaskan…. keperawanku.
Ehhhh….bukan !! Maksudku melepaskan serangan perawan…..!!
“Hiattttt….!!!!” Dengan sekuat tenaga aku menghantamkan lututku kearah selangkangannya, mata orang itu mendelik dan….
“Plakkkkkkkkk…..!!!” setelah melakukan tamparan yang keras kewajah orang itu aku melompat kebelakang , korbanku terjengkang jatuh duduk kebelakang, Para Om Nakal yang sedang bergerombol berseru kaget….
“Heiii…!” seseorang dari mereka melompat hendak menyergapku,
“Awwwww…!! ” dengan gesit Aku buru-buru menghindar sergapan orang itu dan lari terbirit-birit ketakutan,
“Sialan luuuu…!Haaddduhhhhhh…!! Addddduhhhh “korbanku memegangi selangkangannya ,wajahnya mengernyit kesakitan, mulutnya terus mengaduh-ngaduh.
Salah seorang dari mereka menyelipkan jempolnya diantara Jari telunjuk dan jari tengah kemudian mengacungkannya “tanda maksiat” itu kearahku, matanya memandangiku dengan tatapan marah..

Setelah membenahi pakaian renangku yang sempat melorot, aku balas mencibirkan bibirku sambil mengacungkan jari tengahku kearah gerombolan para Om nakal yang menyebalkan itu.
Upssssss.. gawatttt!!! aku buru-buru ngacir ketika mereka tampak semakin marah dan bergegas hendak menghampiriku.
“Lama amat May…Ehhh ada apa ? “Vivi tampak kaget sambil menatap ekspresi wajahku yang ketakutan.
“ngak.., ngakkk apa koqq…”aku berusaha menenangkan diri, sambil menghabiskan air jeruk pesananku.
“Pulang yuk…cape mo bobo ” Reina bergelayut dengan manja ditangan Vivi, tidak berapa lama terdengar suara bangku yang digeser karena ditinggalkan oleh para gadis cantik yang mendudukinya.
Sebelum naik kemobil aku menolehkan kepalaku kebelakang,dari kejauhan segerombolan om nakal memandangiku dengan tatapan mata yang berkobar-kobar antara nafsu dan marah, aku buru-buru masuk kedalam kemobil dan duduk baik-baik disebelah Vivi.
“Mayyy, tadi kamu Onani dulu ya di WC?, Koq lama amat sihh…” Vivi mengerlingkan matanya kearahku, bibirnya tersenyum-senyum.

“Aku ngak semaniak kamu dehhhh, Cuphhhh.. “Aku menjawab sambil mencium pipi Vivi.
Wajahku merah padam membayangkan apa yang sebenarnya terjadi tadi.
“Ha Ha HA Mukanya merah, Jadi tadi keluar lagi yahhhh ?” Reina ikut nimbrung.
“Wahhhh… Si Maya sampe tiga kali, puas banget donggghh May…”Farida menyindirku.
“Glekkkkk…..” aku menelan ludah, kenikmatan yang ketiga hampir saja membuatku kehilangan kegadisanku, aku merinding ngeri membayangkan keberingasan om-om tua yang lebih pantas menjadi ayahku.
Tapi , Sebenarnya sih selain ada rasa takut dan kengerian yang menggedor-gedor dadaku, ada juga rasa nikmat yang sulit kuungkapkan dengan kata-kata, akibat elusan-elusan tangan – tangan kasar mereka  ditubuhku, ciuman mereka dileher, dibahuku, belum lagi hisapan-hisapan mulut yang rakus di lubang Vagina dan buah dadaku.

Aku menutup buku diaryku,
Kemudian menggeliatkan tubuhku karena pegal

Schollgirl's Diary 2: The Discovery

Ira
“Gimana? bisa nggak?” Reina bertanya pada Vivi, Vivi menggeleng-gelengkan kepalanya, wajahnya tampak kebingungan.
“Mayyyyy, bantuin mikir donggg, koq malah bengong” Farida menolehkan kepalanya kearahku.
Duh…,aku yang cantik dan tidak bersalah ini menjadi pelampiasan Farida.
“Yeee..!!, ini juga udah mikir keras, aku kan lagi berusaha supaya bisa connect, terus nanya sama komputernya” aku menjawab sambil memasang wajah serius.
“Huuuuuu….”Terdengar suara gaduh dari mulut Vivi, Reina dan Farida, mulut mereka meruncing sambil menolehkan wajah kearahku.
“Vi , gantian sini…” Reina menggantikan posisi Vivi, sudah dari siang tadi empat orang gadis cantik bergantian berusaha mengalahkan sang komputer yang masih bandel, nggak mau connect ke internet, maklumlah, empat-empatnya nggak tau cara setting modem dll dsb T_T Hiks hikkkk….

Aku bangkit dan berdiri di belakang bangku yang kini sedang diduduki oleh Reina, sambil membungkukkan tubuhku, aku merayapkan tanganku ke dada Reina.
“Maya.., Gelii.., aduhhh ni anak.!!.Emmmmhhhhhhh” Reina protes sambil menepiskan tanganku.
“He he he, supaya kamu tambah semangat…”tanganku kembali merayap meremas-remas dada Reina yang masih bersembunyi didalam baju seragamnya.
Vivi dan Farida tertawa kecil. Perlahan-lahan Tangan mereka mulai merayap dengan jahil, kemudian menyibakkan rok seragam Reina keatas, sesekali Reina mendesis sambil memejamkan matanya, kemudian kembali berusaha mengalahkan Mr. Computer. Tanganku beraksi dengan lincah melepaskan kancing baju seragam Reina, He he he duh terbuka deh…., mataku mengintip kebawah. Wow gundukan putih didada Reina tampak begitu menggoda. Hmm Ukuran dada Reina termasuk sedang, gede enggak, kecil juga enggak. Tanganku perlahan-lahan menyusup dari sebelah atas, mengusap lembut gumpalan buah dada Reina yang sedikit tersembul,
“Ahhhhhh…., Mayyyyy… Ohhhhh”He he he sepertinya Reina agak terlena nih, matanya terpejam-pejam , sesekali bibirnya mendesis-desis

Saatnya aku melakukan “Shock Therapy ala Maya”, “Hup!!!! dengan cepat kedua tanganku menyelinap kebalik bra Reina sambil menggenggam buah dadanya kuat-kuat. YESSSSS DAPET NEHHHHHHH !!!
“Aww….!!” Reina berseru kaget, namun ia tidak protes apalagi berdemo karena aku meremas-remas buah dadanya dengan lembut, kemudian mengusapi puncak buah dadanya sambil sesekali menarik-narik puting susu Reina yang mengeras.
“Hsssshhhh Mayyy, Ihhhh Faaa, Mmmhhh Viii” Reina meringis keenakan, sementara tangannya memencet-mencet tombol keyboard
Tangan Reina hendak meraih mouse namun tidak jadi, Reina merapatkan pahanya karena merasakan keenakan ketika tangan Farida mulai menggesek-gesek belahan bibir vaginanya, tangannya memegangi tanganku yang masih mempermainkan putting susunya, sementara tangan Vivi masih merayapi permukaan paha Reina yang mulus.
“Heennhhh, Ahhhhhh, Ohhhhhh” tangan Reina berjuang setengah mati berusaha meraih mouse dan “Clikkkkkk”
“Hah… ituu…!!” mulut Vivi setengah terbuka gerakannya mendadak berhenti, jari telunjukkan menunjuk kemonitor.

“Wahhhhhh… connect!!, kamu hebat deh Reiiiii!! Cuph” Farida memeluk Reina, kemudian menghadiahkan sebuah ciuman dipipi Reina.
 ”Whaduhhhhhh…, Maya jangan keras-keras.., Awwwww… aduhhh duhhhhh” Reina berteriak-teriak, kesakitan
“Eeehhh, Maap…., sangking kagetnya…, hehehe” aku tersentak sambil melepaskan buah dada Reina yang nggak sengaja kupencet dengan keras, Reina cemberut sambil mengusap-ngusap buah dadanya.
“Dasar penghianat nih computer  !! mempermalukan tuan rumah” Vivi menggerutu panjang lebar.
“Tapii…, tadi kann aku juga caranya sama , koq nggak nyambung ya ?” Vivi tambah melotot kearah Mr Komputer.
“Yaaa, beda lahh…” Reina cengengesan sambil mengibaskan rambutnya..
“Beda gimana ?” Vivi bertanya penasaran
“Vitamin kamu kan disebelah dada, bukan di otak!! HA HA HA”Farida tertawa terbahak-bahak, ia buru-buru menarik tangannya dari dalam rok Reina ketika tangan Vivi hendak mencubit lengannya.
 “Bahkan sangking gedenya, kemaren dadanya kejepit waktu mau menyelinap diantara dua orang cowok…” Aku ikut mengolok-ngolok Vivi, mataku sampai berair karena terlalu banyak tertawa.
“Yeeeee,  itu sih si Vivi aja pengen didempet !! buktinya dia malah cengengesan , biasalah tebar pesona!!!” Farida mencibirkan bibirnya kearah Vivi, Farida langsung menjatuhkan vonis untuk Vivi tanpa mempedulikan azas praduga tak bersalah.

Wajah Vivi merah padam mengingat kejadian kemarin pada saat jam istirahat,
“Faridaaaaa…!!!” Vivi bangkit dari kursinya dan mengejar Farida yang sudah berlari terlebih dahulu menyelamatkan dirinya, terdengar jeritan-jeritan kecil diiringi suara tawa Vivi dan Farida. Aku kembali duduk dikursi, disamping  Reina.
“Reiiii, kamu hebat,  cupphh… cuppphhh”dua kali kucium pipi Reina
“Berkat bantuanmu…”Tangan Reina dengan lincah melucuti kancing baju seragamku, kemudian tangannya menarik cup bra yang kukenakan sampai buah dadaku melompat keluar.
Tangan Reina bergerak membelai rambutku kemudian merayap ke belakang kepalaku, kepalaku didorong dari belakang, wajahku dan wajah Reina semakin dekat. Sebuah kecupan lembut mengecup bibirku, aku tidak mau kalah aku balas mengecup bibir Reina, selanjutnya terjadilah aksi saling cium dan saling melumat bibir. Lagi asik-asiknya berciuman tiba-tiba….
“Hemmmm Mmmmm!!” Mataku mendelik , sambil menarik dadaku aku menepiskan tangan Reina, Reina terkekeh-kekeh.
“Satu sama..!!!! Plakkk… He he he he he tambah bonusss!! “Reina berseru sambil menampar puncak buah dadaku.

“Reiiii, sakittt…” Aku mengelus-ngelus bukit ranum didadaku, duh sampai merah jambu deh gara-gara diremas terlalu kuat, belum lagi bonus tamparan tadi begitu telak menggampar buah dadaku, ternyata aku si pendekar wanita yang cantik ini kecolongan juga T_T.
“Sakit ya.., duh kacian, sini…”Reina mengelus bukit dadaku dengan lembut, aku menepiskan tangan Reina, aku harus lebih waspada. Tanganku bergerak menyilang melindungi payudaraku..
“Jangan Reiiiiii..”Aku sengaja mengerlingkan mataku sambil membuka mulutku sedikit supaya terlihat seksi, tangan Reina membelit pinggangku dan secepat kilat mulut Reina menyumpal mulutku.
“Awmmmhhh… Mmmmmm… Mmmmmhhh” Suara mulutku yang diterkam oleh keganasan Reina, Tangan Reina merayap kemudian menyibakkan rok seragamku keatas. Aku menggelinjang kegelian ketika merasakan remasan lembut diselangkanganku.
“Reiii, sebentar… reiii.. Hmmm..” Aku mendorong bahunya, akhirnya nafsu Reina berhasil kuredam.walaupun tangannya masih berkeliaran ditubuhku.
Aku membuka Google dan berpikir sejenak.
“Hmmm… Coba cari…” Aku mengetik tombol Keyboard ” S E K S” trus kutekan tombol enter.

“Kamu mau cari apaan ? “seks” Hahahaha”Reina tersenyum nakal
“Yaaa… mau tau aja sich…” Aku menepiskan tangannya yang jahil menekan-nekan belahan bibir vaginaku yang masih asik bersembunyi di balik celana dalam yang kukenakan.
“kata-katanya yang lebih spesifik… hmmm apa ya ? coba deh budak seks”Jari tangan Reina bergerak dengan lincah diatas keyboard,
“Koq kamu milih budak seks sihh ?” aku bertanya sambil bengong menatap monitor.
“Yaaa.. soalnya temanku menjadi salah seorang budak seks sichh..” Reina menjawab dengan santai.
“Hahhh…? Masa ? gadis seumuran kita ? ada yang jadi budak seks ? siapa dia Rei ?” Aku berseru kaget dan langsung bertanya dengan serius.
“Namanyaaaaa……. Mayaaaaaa HE HE HE..”Reina terkekeh-kekeh
“Reinaaaa…!” Aku mencubit pinggangnya sampai Reina memohon minta ampun.
Kemudian jari tangan Reina mengklik mouse “Click”

“Ehhhh….”
“Wowwwww”
“Kisah Beauty and The Beast…..Angie 3 ?”
“Wahhhhh…..” aku menelan ludah dan mulai membaca
“Sini may…” Reina bangkit dan mempersilahkanku untuk duduk di kursinya sehingga aku lebih leluasa membaca kisah Anggie 3, sedangkan Reina duduk disampingku, tangannya bergerak dan
“Hmmm.. Coba ini… deh Clickkk” tangan Reina dengan santai mengklik mouse
“Yahh… Reii….” Aku agak manyun kecewa , duh Reina gimana sih, lagi tanggung baca maen click aja, apa tadi yang diklik ? Hmm sepertinya kata awal deh
“Whowww… ceritanya banyak Rei….”aku menolehkan kepalaku sambil tersenyum
“He he he…makanya jangan manyun dulu..” tangan Reina memeluk dan melingkari pinggangku, kemudian tangannya mengklik mouse untuk memilih salah satu cerita yang ada.  
“Glekk…” Aku menelan ludah, celana dalamku terasa basah dibagian selangkangan, duh aku memang mudah terangsang T_T padahal baru baca dikit, apalagi tangan Reina mulai kembali bermain di permukaan pahaku,

Duh…!! kayaknya ini jebakan Reina deh, aku disuruh pindah kedepan computer dan membaca cerita panas supaya lebih terangsang, agar dia lebih leluasa mempermainkan tubuhku. Tangan Reina dengan tidak sabar mengangkangkan kedua pahaku, kepala Reina menunduk kearah selangkanganku, aku merasakan tangan Reina menarik celana dalamku sampai melorot dari tempatnya, aku menggerak-gerakkan kakiku sampai akhirnya Reina dengan sukses melepaskan celana dalamku. Berkali-kali tubuhku merinding, merasakan hembusan nafas Reina dipermukaan Vaginaku
“Uhhhh… Reiiii….” Aku berusaha merapatkan kedua pahaku namun tangan Reina menahan gerakanku, ada rasa hangat ketika bibir Reina mengecup-ngecup vaginaku, belum lagi lidah Reina yang mengulas-ngulas dengan lembut, sesekali gigitan kecil mampir di vaginaku.
Nafasku tertahan-tahan ketika merasakan kecupan-kecupan Reina di bibir vaginaku, seiring dengan semakin meningkatnya nafsu birahi kami berdua kecupan Reina semakin kasar dan liar, lidahnya menggeliat-geliat mengorek-ngorek sela-sela belahan vaginaku.
“Rei….” Aku berusaha mendorong kepalanya, ketika merasakan rasa geli yang semakin menyiksaku, Reina menarikku berdiri, kemudian ia menarik resleting rok seragam yang kukenakan,

“Aduh, kasar amat.sich Reiiiiii…” aku protes ketika Reina menelanjangiku dengan kasar, Reina hanya tersenyum nakal sambil mengacungkan bra milikku dan melemparkan bra warna putih itu jauh-jauh.
“Mayyyyy…. Kamu cantik bangettt…” Reina mendesah sambil membelai rambutku, tangan Reina mencengkram kedua bahuku, untuk beberapa saat aku dan Reina saling mengulum bibir dengan lembut. “Ckkk.. Ckkkk” suara decakan -decakan mulut kami berdua semakin sering terdengar, kedua tanganku melingkari pinggang Reina.
“Kretttt….” terdengar suara bangku bergeser, ketika Reina menaruh kaki kiriku keatas bangku yang tadinya kududuki, kemudian ia berjongkok dan mencumbui bibir vaginaku dengan semakin liar dan kasar, lidahnya menggeliat-geliat liar sesekali mengulum bibir vaginaku dengan kuat.
“Reiiiiiiiiiiii!! Ahhhhhh!! Crrrrttttttt…. Crrrrrtt” Reina menarik wajahnya dengan cepat.
“Eeee… Ehhhhh… Reiii…” Lututku mendadak lemas sesaat sampai aku agak kehilangan keseimbangan, untung Reina segera memelukku, kami berdua berpelukan sesaat sambil tertawa lepas, kini gentian aku yang menelanjangi Reina sampai tubuh Reina polos sama seperti tubuhku.
Reina naik keatas ranjang kemudian terlentang dengan kedua kakinya agak mengangkang, aku tersenyum menghampirinya kemudian
“Hiaaaa……Blukkkkk!!” Aku menerkamnya
“Aduhhh, Mayyyyyy….” Reina mengaduh ketika tubuhnya tertimpa oleh tubuhku, aku semakin nakal menekan-nekankan buah dadaku menekan buah dada Reina, Reina mendesah-desah sambil memejamkan matanya ketika buah dada kami yang halus dan lembut saling bergesekan.

“Kamu suka Reiiii ? ” Aku bertanya sambil membelai rambut Reina, Reina Hanya mengangguk sambil berkata “Puaskan aku mayyyy…”
Aku mengulum – ngulum bibir Reina dengan lembut, ciuman-ciumanku turun keleher Reina, kemudian turun kearah buah dada Reina, lidahku terjulur mengulasi bulatan payudara Reina sambil sesekali mengecup puncak payudaranya.
“Mayyyy, geliii, Mayyyyy !! ” Reina semakin keras merintih, tangannya berusaha mendorong kepalaku, dengan cepat aku mencekal pergelangan tangannya dan menekan tangan Reina kekasur, sementara mulutku menghisap dan menciumi bulatan buah dada Reina yang semakin menggembung, membuntal padat.
“Cuppphh… Cuphhhh, ” ciumanku semakin turun kearah perut, aku menggeser tubuhku ke bawah, kini wajahku berada tepat dihadapan vagina Reina, aku tersenyum melihat rambut-rambut halus yang menghiasi vaginanya, aku meraba rambut-rambut halus itu.
Setelah mengganjal pinggulnya dengan bantal , dengan lembut aku menekan pinggiran bibir vagina Reina
“Mayyyy…. , Ahhhhh…. Mayyyyy!!” Reina menggeliat resah ketika merasakan belahan bibir vaginanya mulai merekah, bibirnya mendesah-desah.

“Owww….” Reina menjerit kecil merasakan sapuan lidahku pada sela-sela lubang vaginanya. “Cupp… Cuphhhhhh” kuciumi clitoris Reina terkadang dengan kasar kukait daging clitoris Reina yang semakin mengkilap indah.
“Awww…!! Crrrtttt…. Crrrttttt” satu jeritan panjang terdengar dari mulut Reina ketika dirinya mencapai puncak klimaks, Wahh.. banjir dehhhhh…, sampai meleleh mebasahi seprei.
Aku menggeser tubuhku kembali keatas menindih tubuh Reina, kami berdua saling berpelukan sambil sesekali berciuman dengan lembut.
“Wahhhhhh…., selingkuh nihhhhhh !! ” Vivi berkacak pinggang
“Mayaaaa….!!, begitu teganya dirimu menghianati diriku…”Farida memasang wajah memelas
“Waduhhh…., Ranjangku.. Ohhhhh” wajah Vivi tampak  memelas, jari telunjuknya terangkat kearah lelehan cairan kenikmatan Reina yang membasahi ranjang Vivi. Suara tawa memecah keheningan sesaat, sebelum akhirnya terdengar suara desahan-desahan yang semakin menggebu-gebu.

*******************************
Keesokan harinya, pada saat pelajaran matematika

Dikelas aku duduk semeja bersama Vivi dimeja paling depan, sedangkan Farida semeja dengan Reina, dimeja sebelah kananku.
“Vi…, Vivi…” Aku menutup wajahku dengan buku sambil berbisik perlahan.
“Ada Apa Mayyy….? ” Vivi mengangkat bukunya menutupi wajah kemudian berbisik bertanya.
“Selangkangan…ingettt selangkangan….” sku berbisik mengingatkannya agar duduk Vivi jangan terlalu mengangkang, karena di depan Pak Djono tengah memandang kearah bawah meja.
“Enggak… ahhhh… Ehhh.. kayanya kamu deh Mayyyy”Vivi melirikkan ekormatanya kebawah.
“Hahhhhh ????? ” Aku menengok kebawah, waduh, dudukku sih sudah rapat tapi rok seragamku tersibak naik keatas memampakkan sepasang pahaku yang indah, dengan terburu-buru aku menarik rok seragamku turun, sialan rupanya pak Djono dari tadi mengintip sepasang pahaku, Vivi tersenyum kecil sambil sambil menekuk wajahnya.
“Mayaaa…!!coba kerjakan soal no 1 ” Pak Djono memanggilku untuk segera maju kepapan tulis, mengerjakan pr matematika  no. 1
Dengan sedikit cemberut aku maju kedepan, dari ekor mataku aku melirik kearah Pak Djono, duh…., sebellnya !! Matanya itu loh, nggak lepas-lepas memandangi tubuhku, jakunnya bergerak turun naik, pasti cegluk.. cegluk mikirin yang enggak-enggak.

Akhirnya pelajaran menyebalkan yang satu ini selesai juga, aku memandangi punggung pak Djono dengan emosi memuncak, dalam waktu singkat ruangan kelas menjadi kosong, para murid berhamburan keluar, ada yang langsung pulang, ada yang kekantin, dll, dsb.
“Dasar kunyuk! Bandot tua! ” Aku menggerutu panjang lebar
“Ingettt Mayyyy sabar, ntar darah tingginya kumat, hehehe” Vivi malah bergurau sambil mengelus buah dadaku yang mungil.
“Vivi ! jangan pegang-pegang ” aku menepiskan tangan Vivi,
“Emosi neh !! emosiiiiiiii !!” Suaraku melengking tinggi.
“Udah,  Udah, he he ” Reina dan Farida berusaha meredakan emosiku.
“Emangnya, sampe kemana tadi mayyy..? ” Vivi bertanya , sambil memasang wajah serius.
“Sampe sini…,” aku menunjukan jari telunjukku arah ke bawah, tepatnya 5 cm dibawah selangkanganku.
“Hah! Waduh! Pantesan mata Pak Djono sampe melotot… Cuph” Reina berseru sambil mengecup pipiku
Terdengar suara tawa berderai dari mulut Vivi, Farida dan Reina, aku berkacak pinggang ,tidak terima !! pokoknya tidak terimaaaaaa!!!!!!!!

“Udahhh… yukkkk..,” Vivi menarik tanganku untuk segera menuju tempat rahasia kami disekolah, kami berempat melangkahkan kaki kami, keluar dari dalam kelas.
“Tenanggggg Mayyyyy, Ntarr kalo si brengsek itu berani ngintipin kamu lagiii, aku hajar dia kayak giniii…. Hiatttttttttt “Pada saat hendak berbelok kearah tangga menuju kelantai atas, jari telunjuk dan jari tengah Vivi membentuk huruf V kemudian menusukkan jarinya kedepan dengan cepat..
“Croooossssshhh…!! Heuduhhhhhhhhhh….!! ” Seseorang mengaduh ketika matanya tertusuk jari Vivi
Kami bertiga berseru kaget, sementara Vivi hanya bengong, shock menatap orang yang baru ditusuk oleh jarinya.
“Maaf Pakkk, Maaffffff” Aku Reina dan Farida dengan gugup meminta maaf , kemudian menarik tangan Vivi yang masih bengong tanpa dapat berkata apapun, bahkan Farida sampai menurunkan tangan Vivi yang terus mengacung seperti kram.

———————————
Disebuah kelas yang terbengkalai persembunyian rahasia empat gadis cantik, gedung tua sekolah tempo dulu yang sampe kini belum juga direnovasi, terletak tepat dibelakang gedung sekolah yang baru… entah kemana dana untuk renovasinya ^^
———————————-

“Vii, sadar Viiiii…!!” Farida dan Reina berusaha menyadarkan Vivi yang masih terbengong-bengong, Hhhhhhhhh….(aku menghela nafas super panjang),  T_T wajar aja yang ditusuk matanya oleh Vivi adalah Pak Dion, Kepala sekolah yang terkenal karena kegalakannya, pokoknya super killer deh dan Vivi satu-satunya gadis disekolah ini yang berani menusuk mata kepala sekolah. Aku mengipas-ngipas wajah Vivi dengan sebuah buku. Hanya ada suara Aaaaaaaaa,,, Uuuuuuuu, Aaaaaaa,,, Uuuuuuuuu,,, yang terus keluar dari mulut Vivi, kedua jarinya masih membentuk huruf V. kadang – kadang mulutnya menganga lebar biarpun aku sudah berkali-kali berusaha mengatupkan mulutnya dengan tanganku. Farida mengeluarkan sebungkus coklat Diary Milk kemudian setelah membuka bungkusnya. Ia memasukkan sebatang coklat kedalam mulut Vivi yang sedang menganga.
“Nyamm… , Nyammmmm…” Vivi mengunyah coklat dimulutnya, kemudian mulut Vivi kembali menganga,
Ini anak dalam keadaan shock masih tau coklat enak, setelah menghabiskan sebungkus coklat Diary Milk barulah Vivi dapat berkata-kata kembali dan kata pertama yang diucapkan oleh Vivi adalah “Mampus dehh…”, kami bertiga hanya dapat tertawa kecil sambil menepuk-nepuk bahu Vivi.

Tiba-tiba Reina meletakkan jari telunjuknya dibibirnya yang meruncing, ketika mendengar suara langkah kaki diluar. Kami berempat saling berpandangan , tampaknya bukan hanya langkah kaki seorang saja, entah berapa banyak ?
“Cklekk, cklekkkkkk….” Pintu kelas tempat persembunyian kami terusik oleh kasar oleh seseorang, untung Reina sudah berinisiatif mengganti kunci yang rusak dengan yang baru, dan kami tidak pernah lupa untuk selalu mengunci pintu kelas. (Glekkkk….)
“Sialannnn…!!!ini juga dikunci…!! Blammm!! Aww!! ” terdengar suara tendangan dipintu kelas membuat kami berempat tambah menahan nafas, belum lagi ada suara seorang gadis yang memekik kecil, kami semakin keheranan, ada apa ini gerangan ???
Suara langkah-langkah itu dengan cepat menjauh, terdengar suara pintu yang tertutup dengan kasar , sepertinya tidak begitu jauh dari ruangan kami. Kadang-kadang terdengar suara memohon diiringi gelak tawa.
“Klik…” Reina membuka kunci pintu, kemmudian dengan mengendap-ngendap kami berempat mendekati kearah suara – suara gelak tawa yang semakin keras , dari ruangan praktikum yang sudah lama terbengkalai, kami mengintip. Hhhhhhhhhh, nafasku terasa sesak, demikian juga nafas Vivi, Farida dan Reina.

Seorang gadis cantik tengah dikerumuni oleh empat orang guru di sekolah kami, wajahnya cantik dengan rambut sebahu, belum lagi bodynya yang mulus dan seksi.
“Jangan pakkk, Jangannn….” gadis itu memohon.
Ira salah seorang anggota cheerleader disekolah kami sedang memohon pada seorang pria bertubuh tinggi, gemuk Ahhhhhh ?!!!!! Pak Dionnnnnn !!!!
Sementara dipinggirnya ada Pak Dede, guru fisika; Pak Ahmad, guru bahasa Jepang; Pak Djono, guru matematika.
Pak Dion menaikkan tubuh Ira duduk dipinggiran meja praktikum, kedua kaki Ira terjuntai, dengan kasar pak Dion mempreteli kancing baju seragam Ira, kemudian membuka Bra ira dan melemparkannya ke belakang.
“Whuesssshhh…, gila…, putih amat…”
“Udah lama banget, Bapak pengen ngentotin kamu”
“Ho hohhhh…, ngebayangin kamu pake baju seksi, nari…, bikin Bapak cepet bucat kalo lagi masturbasi di WC “
“Belon kalo duduk dikelas , wahhhh kayak lagi pameran paha.., Eh tau nggak tadi dikelas,si Maya, Wessst Gila , udah cantik duduknya seksi amat sampe selangkangannya hampir keliatan” Pak Djono cengengesan, Degggggggg !!! mendadak aku merinding mendengar kata-kata pak Djono, aduh, tadi…T_T!!!

“Tolonggg… pakkk, Jangannnnn…, itu bukan saya, sungguh pakkk…saya masih gadis, itu nggak mungkin saya pakkkk…. Tolong lepaskan saya…” Ira menepiskan tangan Pak Dion ketika tangan pak Dion semakin kurang ajar menyibakkan rok seragamnya keatas, seorang perjaka tua berwajah sangar, dengan tubuh tinggi dan gemuk, perutnya sudah membuncit seperti hendak melahirkan. Pak Dion mengeluarkan DVD player portable kemudian memutar sebuah piringan DVD. Terdengar suara seorang gadis sedang menjerit nikmat Ahhh, Ahhhhhhh, Ahhhhhhhhhh, pemeran wanita di DVD itu mirip sekali dengan Ira, gadis itu hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala sambil berkata “Tidakk, bukan saya, bukan saya, tidak mungkin..”
“Terserah kamu mau bilang apa…, kalau kamu nggak nurut… rekaman ini bakal tersebar hehehe”pak Dion terkekeh-kekeh sementara Ira hanya dapat menangis sambil memejamkan matanya ketika tangan Pak Dion merayap kebalik rok seragamnya.
“Awwwww….” Ira menjerit kecil ketika tangan pak Dion membetot celana dalamnya sampai robek “Brekkkkk”, suara Ira semakin keras terdengar, murid cantik itu terisak-isak menangis sambil menutupi buah dadanya, kedua tangannya bergerak menyilang melindungi payudaranya yang polos tanpa selembar benangpun.

“Emmmmmhh… Hemmmmmm” suara tangisan Ira tertelan oleh mulut Pak Dion yang mengulum bibirnya dengan kasar dan liar.
“Auhhhhhh…, Hkkk Hkkkk….” Ira terisak-isak, sambil mengambil nafas ketika pak Dion melepaskan lumatannya pada bibir gadis itu.
Kedua tangan Pak Dion mendekap tubuh Ira, kemudian tangannya mendekap bokong gadis itu.
Ahhhhhhh…! ” Ira terkejut ketika tubuhnya tiba-tiba terangkat dalam dekapan pak Dion,tubuhnya hampir terjengkang kebelakang, secara otomatis Ira melepaskan buah dadanya dan berpegangan pada bahu Pak Dion.
“Cuppp.. Cuppppp… ” Bibir Pak Dion kembali mengecupi bibir Ira kemudian menurunkan tubuh Ira, tangan Pak Dion melingkar kebelakang, melepaskan pengait rok seragam gadis itu dan menarik turun resleting rok seragam Ira. Tanpa ampun Rok seragam Ira melorot kebawah. Entah kenapa tangisan Ira kini berhenti, ia bahkan mendesah ketika telapak tangan pak Dion mengusap bulatan payudaranya sebelah kiri.
“Ira, bapak rela melepaskan keperjakaan bapak, hehehe” pak Dion cengengesan sambil menekan bahu Ira, kebawah. Ira berlutut dihadapan Pak Dion, matanya tidak pernah lepas memperhatikan bagian celana pak Dion yang menggembung.
Pak Dede berlutut dibelakang Ira, sementara pak Ahmad dan Pak Djono berlutut disamping gadis itu.

“Ayooo, Ira buka celana pak Dionnn…” Pak Dede berbisik di telinga gadis itu.
Tangan Ira bergetar berusaha meraba bagian celana yang menggembung, kemudian perlahan-lahan tangan Ira melepaskan ikat pinggang Pak Dion, nafas Ira sudah tidak beraturan. Ira seperti tersadar ketika hendak menurunkan resleting celana Pak Dion. Pak Djono membimbing Tangan Ira agar segera menurunkan resleting celana pak Dion.
“Ayoo, Ira… kita nikmati hari ini bersama….” Pak Ahmad mengelus bulatan buah dada Ira
Dengan memberanikan diri Ira menarik turun resleting celana pak Dion
“Ohhhhhh!!” Ira memalingkan wajahnya ketika  celana Pak Dion melorot.
Pak Dede dengan paksa mengarahkan kepala Ira kearah selangkangan Pak Dion ketika pak Dion mengeluarkan miliknya yang hitam, besar dan panjang, gila kayaknya sih ukurannya +/- 25 cm, Hm kalo nggak salah sih pak Dion keturunan Arab – India &.Ambon. Pak Dede menekan belakang kepala Ira, Pak Dion mengarahkan kepala Penisnya kearah mulut Ira, Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono memberikan arahan-arahan untuk Ira, sebuah mata pelajaran tambahan untuk Ira. Ira menjulurkan lidahnya hendak menjilat kepala penis Pak Dion namun dengan buru-buru Ira menarik kepalanya “Bauuuu, Pakkkkk….”
“Ira…, Iraaaa…., itu bau kontol…., nanti juga kamu pasti suka koq ” Pak Dede mendorong kepala Ira kedepan sambil memberikan perintah “Ayo dijilati !! jangan bandel gitu ahh..!! Bapak nggak suka murid yang bandel !! “

Ira kembali menjulurkan lidahnya, wajah Ira agak mengernyit karena bau yang sangat menyengat namun kemudian setelah melakukan beberapa kali jilatan, Ira semakin lahap menjilati kepala penis Pak Dion, bahkan kedua tangannya menggenggam batang penis Pak Dion mirip seperti orang yang sedang berkaraoke. Sementara Pak Ahmad dan Pak Djono mengusapi payudara Ira sesekali tangan mereka meremas-remas dalam gerakan yang teratur. Sementara Pak Dede sesekali menepuk-nepuk gumpalan buah pantat Ira, Ih merinding banget ketika mendengar suara mereka berempat yang terkekeh-kekeh.
“Awwww…, Adhuhhhhhh….” Ira menjerit kesakitan ketika rambutnya dijambak oleh Pak Dion, kasar sekali ketika Pak Dion menyeret Ira dan menaikkannya duduk keatas sebuah meja.
“Brukkk…..” lagi-lagi pak Dion mendorong kasar bahu Ira sampai punggungnya ambruk diatas meja.
Tangan kiri pak Dion mengangkat kaki Ira  sebelah kanan dan meletakkan kaki gadis itu di bahunya, sementara tangan kanannya menggesek-gesekkan kepala penisnya pada belahan bibir vagina Ira. Ira memejamkan matanya rapat-rapat, ia tidak sanggup menerima kenyataan pahit yang siap untuk menerkam tubuhnya yang mulus.
“Hekkk… Heggkkk… Enhhhhhh… Hissss” Tubuh Ira tampak kejang semetara Pak Dion tampak kasar menjejalkan kepala penisnya.

“AAAAHHHH…Ohhhhhh, aduhhhhhh…Awwwssshh” tubuh Ira tersentak dengan kuat seiring dengan tusukan kasar Pak Dion.
“Brrrrrtttt… Brrrttttt…. Krrrpp” Mata Ira melotot menahan rasa sakit yang mendera lubang vaginanya, matanya berlinangan air mata memandang dengan tatapan putus asa kearah Pak Dion yang tersenyum dengan sinis,
“Jrossssshhhhhhhhhh !! Awwwwwww” tubuh Ira semakin menggeliat-geliat kesakitan kemudian diam , terkulai tanpa daya, Pak Dion semakin dalam membenamkan batang kemaluannya kemudian setelah mentok sampai tidak dapat maju lebih lanjut lagi pak Dion menarik Batang kemaluannya perlahan-lahan.
Batang kemaluan Pak Dion yang tadinya hitam kini seperti berwarna kemerahan, seperti ada cairan-cairan merah yang membasuh Batang kemaluan Pak Dion. “Awwwwww……!! ” Ira kembali memekik kecil ketika Pak Dion membenamkan kembali Batang kemaluannya dengan kasar selanjutnya Tubuh Ira tersentak-sentak mengikuti helaan kemaluan Pak Dion.
“Ohhhhhhh, Aduhhhhhh pakkkk, Aduhhhhhhhhhh…!!” Ira meringis-ringis ketika Pak Dion mengocok vaginanya dengan kasar dan brutal
“Cleppp… Cleppppp… Cloooppp…. Cleeeppppp” suara lubang vagina Ira yang sedang digenjot oleh batang penis Pak Dion.
“Wahhh, Ira hebat dehhh….”
“Ayooo, merintih lagi… bapak senang mendengar rintihan kamu…”
“iya , jangan malu-malu , yang kerasss….”
Kata Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono, mereka cengengesan sambil berdiri mengelilingi meja.

“Ayo Pak Dionn… Entot…”
“Iya, Hajar terus Pak Dion…, Colokkkk”
“Ha Ha Ha…, Sodok yang kuat Pak Dion, Ayooo.. Terusss!!”
Merasa disemangati pak Dion semakin kuat dan keras menggenjot lubang Vagina Ira, sampai akhirnya “ahhhhhhhhhh… Crrrrtttt…. Crrrrrttttt…” Ira mengejang ketika mencapai puncak klimaksnya, keempat orang guru itu terkekeh-kekeh senang. Entah berapakali Ira mencapai puncak klimaks sampai akhirnya “Arrrrr….. Kecrrroootttt, Kecroooootttttt” Pak Dion membenamkan batang penisnya dengan kuat, Pak Dion memundurkan pinggulnya sampai penisnya terlepas dari lubang vagina Ira.
Tiga batang penis teracung-acung mengancam tubuh Ira yang sudah bercucuran keringat “Jangan.., Pakkk, nggak kuattt” tenaga Ira sudah terkuras oleh Pak Dion.
“Justru itu, kamu bapak ajarin supaya kuat…” Pak Djono menarik tangan Ira agar gadis itu berdiri.
“Nahhhh, nungging dikit…!” Pak Ahmad menarik pinggul Ira agar gadis itu agak menungging.
“Aehhhhh…, Jangan Pakkk, Jangannnn…” Ira menarik pinggulnya ketika merasakan penis pak Ahmad menyodok lubang anusnya.
“Ehhhhh, Diammm ! Ayo pak Ahmad sodomi dia !! “Pak Djono menjambak rambut Ira, sampai gadis itu meringis memegangi tangan pak Djono.

“Ahhhhhh….! Awwwwwwwwwwww” Tubuh Ira terlihat tersentak dengan kuat ketika Pak Ahmad menghentakkan batang penisnya.
“Hekkkkkkksss…..” Nafas Ira tertahan ditenggorokannya ketika merasakan sesuatu yang besar menjebol pintu lubang anusnya dan menekan semakin dalam. Ira seperti sedang merengek-rengek memohon, sedangkan ketiga Orang guru bejat yang sedang mengubutinya seolah-olah sedang membujuk gadis itu.
“Nanti juga enakk, nafasnya.. jangan ditahan, biasa aja….”
“Jangan dilawan, rileks, supaya nggak sakit..”
“Biarin aja masuk.., Biarin…”
Ketiga orang guru itu memberikan arahan khusus untuk Ira.
Pak Ahmad mulai memaju mundurkan batang penisnya menyodomi lubang dubur Ira.
“Sebentar, Pak Ahmad , Saya ikutan…” Pak Dede mengangkat kaki Ira sebelah kiri sambil menekankan batang penisnya kedalam vagina Ira.
“AAAAA…! Emmmmmmm” teriakan Ira tenggelam dalam mulut Pak Djono yang mengulum bibir gadis itu, sementara tubuhnya terjepit berkali-kali oleh Pak Ahmad dan Pak Dede yang semakin beringas memaju mundurkan batang penis mereka, menyodok lubang anus dan lubang vagina Ira.
“Arrrhhhh…, Gilaa, Crrrtttt… Crrttttt” Pak Ahmad merojokkan batang penisnya dalam-dalam sambil mengerang ketika merasakan lahar panasnya menyembur keluar.

“Permisi Pak Ahmad, saya juga kepengen…”Pak Djono mengambil alih posisi Pak Ahmad kemudian menjejalkan kepala penisnya kedalam lubang anus Ira.
“Wahhhhh, ini mah top punya nih…!!” Pak Djono berkutat dengan kuat dan kencang, Pak Dede juga tidak mau kalah, ia memperkuat genjotannya.
“Plepppppp…. Pleppppp… Plepppp” “Clepppp…. Clepppppp” Suara-suara itu terdengar dengan semakin nyaring diiringi rintihan dan erangan gadis itu.
Tiba-tiba Ira mengalungkan kedua tangannya keleher Pak Dede sambil mendesis keras.
“Hssshhhhhhh… Crrrrrr… Crrrrrrr” wajahnya yang cantik menengadah keatas, sedangkan kedua matanya terpejam dengan rapat menikmati gelombang Klimaks yang begitu dashyat menggulung tubuhnya yang mulus dan seksi.
“Sebentar Pak Djono…, kita ganti posisi….”  kata Pak Dede sambil menyeka keringat dilehernya.
“Iya…, iya…, saya mau coba memeknya ya..” Pak Djono menarik kemaluannya dari lubang anus Ira, demikian juga Pak Dede menarik batang penisnya dari lubang vagina gadis itu.

Setelah menghamparkan baju seragam Ira diatas lantai Pak Djono terlentang dengan santai, tangan kirinya memegangi batang penisnya yang masih mengeras, nafsu bejatnya sama sekali belum terpuaskan.
Pak Dede berbisik “Ira, Ayo,  kamu kangkangin kontol Pak Djono”
Karena gadis itu hanya diam berdiri mematung Pak Dede mengambil inisiatif sambil mengecupi leher gadis itu Pak Dede membimbing gadis itu kearah Pak Djono.
“Sini.., sini, nggak usah malu-malu…!!” Pak Djono meraih pinggul Ira dan menariknya agar gadis itu segera menduduki batang penisnya yang sudah dari tadi menanti datangnya vagina Ira yang seret dan peret.
“Sleppphhhh….” perlahan-lahan penis Pak Djono membelah bibir vagina Ira, Pak Dede menekan bokong Ira agar batang penis Pak Djono semakin dalam terbenam kedalam lubang vagina gadis itu.
 ”Ohhhhhhhhhhhh…” Ira merintih sambil menoleh kebelakang ketika merasakan Pak Dede merenggangkan belahan pantatnya, biarpun lubang anus Ira tampak seperti robek dan berdarah namun Pak Dede sama-sekali tidak mempedulikan keadaan gadis itu, dengan nafsu memuncak Pak Dede menjebloskan kepala penisnya dan menekankan batang penisnya sampai Ira memekik keras kesakitan. Pak Djono dan Pak Dede sampai merem melek merasakan jepitan lubang anus dan lubang vagina Ira, kemudian perlahan-lahan mereka mulai bergerak dan semakin-lama semakin cepat, nafas-nafas mereka berderu dengan semakin kencang.

“Ennnnggg… Nnnnnhhhhh… Nnnnnngggg….”Ira merengek – rengek seperti sedang tersiksa dalam himpitan dua orang guru bejat yang bergerak tanpa henti menyodok-nyodok lubang anus dan lubang vaginanya.
Pak Dion melangkahkan kakinya dan berdiri disamping kanan Ira kemudian dari samping diraihnya kepala Ira sambil menjejalkan kepala penisnya kemulut Ira. “Emmmmm, Emmmmmmm… Hemmmmmmm” Ira mengemut sambil memegangi batang penis Pak Dion, sesekali dijilatinya penis Pak Dion dengan lahap.
“Wahhh…!! murid kita emang pandai…He he he” Pak Dede membelai rambut Ira, guru bejat itu terkekeh-kekeh.
Pak Ahmad berlutut disamping kiri Ira , tangannya merayapi bagian bawah bulatan Payudara Ira , terkadang tangan Pak Ahmad meremasi gundukan payudara Ira yang bergoyang-goyang dengan indah.
“Ahhhhhh….!! Crrrrr… Crrrrrrr” Ira menggeliat erotis , seketika tubuhnya terasa kejang menahan sejuta kenikmatan.
Erangan dan rintihan Ira membuat penis Pak Dede dan Pak Djono semakin menegang dan
“Kecrrtttt…. Euhhh…!! “
“Haduhhhhhh…. Croottttt”
Hampir bersamaan dua orang guru bejat itu memuncratkan lahar panasnya kedalam lubang anus dan lubang vagina Ira.

“Nahhh, Ira Nungging disini….” Pak Dion menunjukkan keatas lantai
Tanpa Banyak berani membantah Ira merangkak dan menungging menuruti keinginan Pak Dion.
“Hemmmm…, ” Mata Pak Dion memandangi lubang anus Ira dengan tajam, digesek-gesekkannya kepala penisnya pada lubang anus Ira.
Cairan sperma masih meleleh dari dalam lubang anus gadis itu ketika Pak Dion menjebloskan kepala penisnya.
“Akkkkkkk…., Owwwwww…..” ukuran Penis Pak Dion yang besar membuat Ira meringis kesakitan ketika lubang anusnya diterobos dengan kasar oleh penis kepala sekolah bejat itu. Kedua tangan Ira bertumpu kuat-kuat pada lantai, tubuhnya tersentak-sentak ketika Pak Dion menyentak-nyentakkan kemaluannya sekuat tenaga.
“Klepokkkk….!! Keplokkkkkk…!! Keplokkkkkkkkk…!!” setiap suara-suara itu terdengar pada saat itu juga tubuh Ira terdorong-dorong kedepan.
“Aduhh… Aduhhhh…, sakit paakkk… sakittttt” Ira mengaduh ngaduh kesakitan.
“Sakit ?!! sama mereka kamu nggak teriak sakit !! Huhhh !! rasain ini Hihhhhh!!” Pak Dion memang nggak nyadar kalau batang penisnya yang 25 cm jauh lebih besar dari pada batang penis Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono yang panjangnya sekitar 14 – cm. Karena merasa dipilih kasihkan, pak Dion semakin kuat menghajar lubang anus Ira

 ”Ungghhhhhhh……” setelah melenguh panjang Ira terkulai tak sadarkan Diri.
Tangan Pak Dion mencengkram pinggul Ira , agar pinggul gadis yang sudah tergolek pingsan itu tidak turun. Batang kemaluan Pak Djono bergerak seperti sedang mengaduk-ngaduk “KBleppp.. KBleppppp… KBleppppp” Suara-suara itu terdengar mengerikan.
Pak Dion menggusur tubuh Ira tanpa melepaskan batang penisnya dari lubang anus gadis itu, Pak Dion bersandar pada dinding, sambil menarik pinggang Ira. Gadis itu terkulai duduk diatas penis Pak Dion, punggungnya yang bercucuran keringat menempel di dada Pak Dion. Tangan Pak Dion menyibakkan kedua kaki gadis itu mengangkan sambil berkata pada Pak Ahmad “Ayo Pak Ahmad, kita nikmati gadis ini bersama…”
“He he he… Tentu, Tentu, dengan senang hati…!! ” Pak Ahmad berseru , kemudian segera mengambil posisinya dan “Jrebbbbbbb….” Pak Ahmad tidak kalah kasar dengan pak Dion ketika menjebloskan batang kemaluannya kedalam jepitan lubang vagina Ira.
“Cresshh… Crebbbbb…. Crebbbbb” “Jrebbb… Jrebbbbb…” Suara-suara itu kembali terdengar , semakin lama semakin menakutkan. Pak Dion dan Pak Ahmad tampak asik melampiaskan nafsu mereka pada tubuh Ira yang sudah terkulai pingsan.

“Ennhhh… Ennnnhh” Ira mengerang, gadis cantik itu membuka matanya,tubuhnya sudah basah kuyup bercucuran keringat.
Ira menatap wajah Pak Ahmad, guru bejad itu tersenyum sambil mengorek-ngorek lubang vaginanya yang sempit
“Ohhhhhhhh…..” Ira hanya dapat mengeluh panjang, rasa pegal, sakit dan nikmat bercampur aduk merayapi tubuhnya yang halus dan seksi.
“Ennnhhh….. Crrrttt Crrrrrrrr” tubuh murid cantik dan seksi itu kembali mengejang mencapai klimaks sebelum terkulai kembali tanpa daya. Matanya terpejam-pejam, kadang-kadang membeliak ketika gerakan kedua guru itu berubah menjadi kasar dan liar.
Pak Dede dan Pak Djono terkekeh-kekeh memandangi persetubuhan liar antara seorang murid cantik dengan dua orang guru bertubuh gemuk besar berlemak. Pak Dede mengambil sebuah buku agenda, tampaknya mereka sedang sibuk membicarakan siapa nama-nama korban mereka berikutnya.

Tanganku ditarik oleh Farida, kemudian kami berempat segera mundur teratur tanpa mengeluarkan suara…..
Glekkkk…!!
Aku menelan ludah,
Mengingat kejadian tadi siang disekolah
Tubuhku merinding, ada rasa takut.., was-was dll T_T
Aku pun menutup buku harianku.

Schoolgirl’s Diary 3: Smart Girl Punishment

Feby
———————————
Jam istirahat, perpustakaan sekolah

“May….Titit Pak Dion gedeee ya?”Vivi berbisik pelan ditelingaku.
“Ehhhh, Iya…” Karena sedang melamun aku menjawab sepolosnya, namun kemudian dengan reflek aku menoleh kearah Vivi
“Lagi ngelamunin apa May…?” Vivi tersenyum lembut sambil membelai rambutku.
“Vi, aku takut…” aku menekuk wajahku.
“Jangan takut…,aku akan menjagamu…” Vivi menggenggam tanganku dan meremas tanganku dengan mesra seolah-olah ia mencoba memberikan rasa aman padaku.
Aku menatap wajah Vivi yang mencoba memaksakan diri tersenyum. Aku melihat wajahnya sama-sama cemas dan ketakutan. Reina dan Farida hanya saling berpandangan kemudian menghela nafas panjang.
“Uhuk, uhukkk….” Suara batuk mengejutkan kemi berempat
Mata Pak Romi melotot tidak berkedip melihat daun-daun muda yang segar dan cantik, Ih, tampangnya jelek, giginya ompong, serem amat.
“Koq tasnya dibawa-bawa sih?, kan baru jam istirahat…” Pak Romi bertanya keheranan, wajahnya tersenyum, matanya jelalatan, gatal tanganku ingin menggapar penjaga perpustaaan yang sudah berusia lanjut ini.

“Supaya ngak jajan…, ada coklat, kue.., trus.., kresek…, kresekkk.. snack” Reina menunjukkan isi tasnya. Walaupun alasan sebenarnya, kami takut tas kami disubsidi oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab,
“Oooo…, Begituuu….” Pak Romi tersenyum sambil berkali-kali menelan ludah mencuri-curi pandang kearah buah dada kami berempat.
“Teng… Tenggg… Tenggg” jam tanda Istirahat sudah usai berdentang dengan keras, berteriak-teriak dengan garang memerintahkan agar semua murid segera masuk kedalam kelas mereka masing-masing, termasuk kami berempat.
“Degggggg…..” jantungku melompat melihat wajah Pak Ahmad tersembul dari balik pintu, tubuhnya gemuk berlemak disana-sini, masih teringat dengan jelas dalam benakku bagaimana buasnya Pak Ahmad ketika menyetubuhi Ira, sampai-sampai gadis itu mengerang-ngerang tidak karuan.
“Ehmmmm, Ayo buka Halaman 41″ Pak Ahmad memerintahkan agar kami membuka lembar ke 41, matanya melirik kebawah meja, kemudian ia menghela nafas panjang karena tidak menemukan apa yang ingin dilihatnya, Aku, Reina, Farida dan Vivi sudah lebih berhati-hati menjaga posisi duduk kami agar tidak mengundang mata mesum yang tidak berkepentingan. Ruangan kelas semakin kosong karena ditinggalkan oleh para murid yang berebutan keluar kelas.
“Hhhhh……” Aku menghela nafas panjang sambil bersandar, bete banget hari ini, agak lama kami berempat berdiam diri didalam kelas dengan pikiran yang kacau balau.

“Udah…, kita cabut yuk…” Vivi menarik tanganku, sementara Reina dan Farida juga sudah bersiap-siap angkat kaki dari sekolahan yang mendadak menjadi tempat yang mengerikan bagi kami berempat.
Pada Saat kami hendak menuju tangga kelantai bawah tiba-tiba Vivi menoleh kearah kami sambil meruncingkan mulutnya dan menempelkan jari telunjuk dibibirnya
“Bagaimana pak Romi… ? He he he…” Pak Djono terkekeh-kekeh.
“Iyy. Iyaaa… Pak, Saya mau….” Pak Romi menjawab sambil menganggukkan kepalanya, kemudian ia memberikan kunci ruangan perpustakaan pada Pak Djono.
“Nahhh… Ira kamu temani Pak Romi….” Pak Djono mendorong punggung gadis itu.
“Ayoo…, pak Romi jangan bengong begitu…, langsung dinikmati…” Pak Djono cengengesan sambil berlalu naik menuju lantai 3.
Pak Romi menarik tangan Ira kedalam sebuah ruangan kelas yang sudah kosong, dengan sigap 4 orang gadis cantik segera menjauh dari tangga dan bersembunyi, ketika Pak Djono melangkahkan kakinya naik menuju kelantai tiga. Deggg.. Degggg… Degggg…. jantungku terasa berbunyi dengan lebih kencang sambil memandangi punggung Pak Djono, langkah kakinya terdengar menaiki anak tangga dan kemudian suasana kembali hening.
 ”Viii… Ennngghhhhh….” Aku mengeluh sesak nafas karena ditindih oleh tubuh Vivi dari atas.
“Maaf…Maaf, tadi emergency… nggak ada tempat lagi..”Vivi mengangkat buah dadanya yang besar dari punggungku. Duh dua buah gunung besar itu menindih punggungku, pantesan nafasku terasa sesak.

“Rei…., mau kemana ?” Farida keheranan karena Reina malah mengendap-ngendap menaiki anak tangga menuju perpustakaan.
“Sssstttt….!” mulut Reina meruncing sabil menunjukkan jari telunjuknya ke atas, kami segera mengikuti langkah Reina menuju ruangan perpustakaan yang berada dilantai 3, dengan hati-hati kami berusaha mengintai keadaan didalam ruang perpustakaan.
Terdengar suara memelas seorang gadis dari dalam perpustakaan.
“Jangan pak, saya mohon…, jangan” Feby, gadis cantik terpandai di sekolah kami sedang memohon, rambutnya panjang terurai, sebuah kaca mata yang menempel diwajah gadis itu tidak mengurangi kecantikannya.
“Tolong pakkkk,…. lepaskan saya… hkk hkk” Feby mulai terisak menangis, gadis itu merasa sangat menyesal karena telah melakukan onani di WC sekolah, dan semuanya terekam dalam sekeping DVD berdurasi 20 menit yang kini tengah tayang dilayar DVD portable, ya kenikmatan selama 20 menit itu kini akan mengubah kehidupan gadis itu dengan paksa.
“Feby, ketimbang kamu melakukan onani di WC, lebih baik kamu bapak ajari langsung enaknya yang sebenarnya itu seperti apa….” Pak Dion tersenyum mendekati gadis itu, kepala sekolah bejat itu membuka bajunya sendiri sambil memandangi gadis itu yang tengah duduk memunggungi dirinya. Nafsu yang menggelegak membuat batang penis pak Dion menegang maksimal.

“Bapak yakin kamu bakalan cepat mahir dalam urusan yang satu ini karena kamu adalah murid cantik terpandai disekolahan ini…” Pak Dede cengengesan dengan wajah mesumnya yang semakin menyebalkan.
“Awwww…!!” Feby memalingkan wajahnya ketika Pak Dion dengan sengaja memamerkan batang kemaluannya, gelak-tawa terdengar riuh rendah diruangan perpustakaan.
“Feby…, kamu liat…, nah ini yang namanya penis….” Pak Dion mengacung-ngacungkan penisnya kewajah Feby.
Feby memundurkan kepalanya ketika ada bau yang menyengat tercium oleh hidungnya. Mata gadis itu melirik ke arah benda hitam yang besar dan panjang diselangkangan Pak Dion. Seumur hidup baru kali ini dirinya melihat kemaluan milik seorang pria, bahkan kini ada 4 batang sekaligus terpampang dihadapan wajahnya dengan berbagai ukuran, rasa sesal perlahan-lahan berganti dengan sebuah perasaan lain, rasa ingin tahu, penasaran dan juga gelombang birahi yang semakin lama semakin menyeret gadis itu menuju sebuah dunia berbeda yang penuh dengan bujuk rayu kenikmatan. Tangan Pak Dede meraih tangan gadis itu dan meletakkannya pada batang kemaluan Pak Dion. Tangan Feby bergetar hebat ketika telapak tangannya mengelus batang kemaluan Pak Dion. Selama ini Feby menyalurkan nafsu birahinya dengan cara beronani atau dengan cara sembunyi-sembunyi menonton blue film dirumahnya.

Batang kemaluan Pak Dion terasa kasar, hangat dan semakin  mengeras dalam genggaman telapak tangannya. Tiba-tiba nafas Feby semakin mendengus, tampaknya nafsunya mendadak bergelora ketika dikelilingi oleh empat orang guru bejat yang sudah berbugil ria di hadapannya. Tangan Pak Dion mendekap kepala Feby, ditekannya kepala gadis itu ke arah selangkangannya. Perlahan-lahan bibir Feby terbuka dan mengecup batang penis Pak Dion. Pak Dede dan Pak Ahmad merayapkan tangan mereka menggerayangi buah dada Feby, sedangkan tangan Pak Djono menyelinap ke balik rok seragam gadis itu dan mengusap-ngusap pahanya.
“Hmmm, nafsu kamu memang tinggi rupanya…hahaha!” Pak Dion membelai-belai rambut Feby yang sedang menciumi batang kemaluannya dengan rakus sampai terdengar suara decakan yang semakin keras.
Kedua tangan Feby memegangi batang penis Pak Dion. Mulutnya terbuka lebar dan dengan perlahan-lahan Feby memasukkan kepala penis Pak Dion ke dalam mulutnya. Mendadak Feby seperti terkena sengatan listrik sambil menarik kepalanya, rasa kepala penis laki-laki yang baru pertama kali ini dirasakan oleh gadis cantik itu, asin dan disertai lendir yang meleleh dari lubang kemaluan Pak Dion. Setelah membiasakan diri dengan bau menyengat yang dikeluarkan kepala penis itu, Feby mengulurkan lidahnya dan mengulas-ngulas kepala penis kepala sekolah bejat itu, sesekali dikulumnya dan dihisapnya dengan kuat sampai kedua pipi gadis itu mengempot.

Mata Pak Dion menatap nanar kearah selangkangan gadis itu yang masih agak terhalangi oleh rok seragam sekolahnya yang sudah tersibak keatas akibat kejahilan tangan Pak Djono. Pak Dede, Pak Djono dan Pak Ahmad menarik tubuh gadis itu agar berdiri, seolah-olah sudah mengerti apa yang diinginkan oleh Pak Dion mereka menelanjangi gadis itu. Pak Dion melangkah mendekati Feby dan sambil meraih pinggang gadis itu mulut pak Dion melumat bibir Feby yang mungil.
“Emmm….Hesccckk… Hssscckk Emmmm” suara mulut gadis itu yang sedang dikulum dan dihisapi oleh Pak Dion.
Feby mengalungkan kedua tangannya keleher Pak Dion, kedua kakinya agak berjingjit menyambut kuluman Pak Dion.
“Ahhhh…!! Ahhhhhhhh…..” Feby memekik kemudian mendesah-desah kecil ketika Pak Dion mengecupi dan menghisap-hisap lehernya, rasa geli yang menggelitik membuat gadis itu merintih dengan lirih.
Pak Dion membopong kemudian membaringkan tubuh Feby di atas setumpukan kain berwarna putih bersih yang sengaja sudah disiapkan, dihamparkan diatas lantai perpustakaan.
“Ihhhhh…!! ” Feby menggeser-geserkan tubuhnya ketika pak Dion menerkam tubuhnya, mulut kepala sekolah bejat itu menjilati bulatan payudara Feby, kedua tangan pria itu membelit pinggangnya dan mendekap tubuhnya dengan kuat.

“Ennnnnnhhhh… nnnnnhhhhhh” tubuh Feby melenting keatas ketika kecupan-kecupan pak Dion turun semakin kebawah.
“Ahhhhh……!! Ohhhhhh…!! Pak… Ennnhhhh” Feby tidak kuasa lagi menahan jeritannya ketika mulut Pak Dion mengecup-ngecup bibir vaginanya dengan liar, jeritan gadis itu semakin liar ketika lidah Pak Dion yang kasar menyeruak masuk mengorek sela-sela lubang vagina gadis itu.
“Ha Ha Ha…, tidak disangka, murid kita yang pandai begitu liar…”
“Ini mungkin karena nafsu yang terlalu lama terpendam”
“Ooo… iyaaaa, bagaikan kuda lepas dari kandangnya.. he he he”
“Slllckkkk… slecccckkkkkk… Srrruupphhhhh….” suara mulut Pak Dion yang sedang asik mengulas-ngulas belahan vagina Feby, sesekali mulut Pak Dion mencucup bibir vagina gadis itu dan menghisapi lendir-lendir gurih yang semakin banyak meleleh dari vagina Feby.
“Awwww… Hssshhh Hssssshhh….. Crrrrrttt Crrrrr” kedua tangan Feby mendekap dan meremasi kepala Pak Dion, kedua kakinya tertekuk mengangkang seolah-olah sedang mempersilahkan pak Dion untuk menikmati vaginanya.
Lidah pak Dion mengulas-ngulas permukaan vagina Feby, gadis itu menggelinjang keenakan ketika lidah Pak Dion yang hangat dan basah mengusap-ngusap permukaan vaginanya.

Pak Dion menempelkan kepala penisnya pada belahan vagina Feby, dengan instensif Pak Dion menggesek-gesekkan kepala penisnya pada belahan vagina gadis itu. Cairan vagina Feby bercampur dengan lelehan air nafsu yang menetes dari kepala kemaluan Pak Dion, semakin lama kepala penis Pak Dion semakin mengkilap basah, demikian pula dengan bibir vagina Feby tampak berair dan sedikit merekah.
“Jangann Pakkk…!! Ahhhhh……!!!” Feby berontak namun Pak Dede dan Pak Ahmad dengan sigap menyergap tubuh gadis itu, mereka menekan kuat-kuat bahu bahunya, sedangkan Pak Djono melakukan remasan-remasan lembut pada buah dada gadis itu.
“Enngghh !! Hakkkshh” Feby meringis merasakan kepala penis pak Dion membelah belahan vaginanya, gadis itu semakin gelisah ketika batang kemaluan Pak Dion terbenam semakin dalam dan akhirnya…
“Aduhhh…., Enggghhhh…sakit…, sakittt!!!!”
Keempat orang guru bejat itu tertawa lepas melihat Feby mengaduh kesakitan.
“Colok terus Pak Dion , jangan diberi ampunn…”
“Ayoooo… Lebih dalam lagi Pak Dion….”
“Sudahh…, jangan nangis begitu ah…, kaya lagi diapain aja.. he he” kata Pak Djono sambil membelai-belai rambut gadis itu, Feby memalingkan wajahnya. Tubuhnya terasa lemas tidak bertenaga, isakan tangis gadis itu malah membuat nafsu birahi keempat guru bejat itu semakin bergelora.

Pak Dede dan Pak Amhad tersenyum kemudian melepaskan pegangannya pada bahu gadis itu. Batang kemaluan pak Dion yang besar, hitam dan panjang kini tertancap di lubang vaginanya. Gadis itu berulang kali mengeluh ketika Pak Dion berkutat kuat. Kepala sekolah bejat itu menekan batang kemaluannya semakin dalam, dengan tidak sabaran Pak Dion menghentakan batang kemaluannya kuat – kuat.
“Ahhhhhh….., nnggggghhhh, Ngghhh” gadis itu menjerit keras kesakitan kemudian mengerang-ngerang, suara erangannya justru membuat nafsu binatang Pak Dion semakin bergolak.
Tubuh Feby mulai terguncang-guncang perlahan-lahan kemudian semakin lama semakin cepat. Tusukan-tusukan kemaluan Pak Dion serta belaian dan usapan nakal tangan Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono akhirnya mengantarkan gadis itu mencapai puncak klimaksnya “Ahhhhh… Crrrrr… Crrrrr… Crrrrrr” Tanpa melepaskan batang kemaluannya, Pak Dion memutar tubuh gadis itu dan memposisikannya pada posisi dogy style,
“Emmmmmm……” tubuh Feby menggelinjang ketika merasakan putaran batang kemaluan Pak Dion di lubang vaginanya.
Pak Dion merapatkan selangkangannya mendesak buah pantat Feby, nafas Pak Dion semakin memburu merasakan kehalusan buah pantat Feby menggesek perutnya yang buncit.

“Plokkkk… Plokkkkk… Plokkk….” batang kemaluan Pak Dion bergerak maju mundur  menggempur lubang vagina Feby.
“Ahhhh… Ahhhhh…. Emmmm…” mulut Feby yang sedang mendesah-desah tiba-tiba disumpal oleh batang Penis Pak Djono.
Kedua tangan Pak Djono mendekap kepala Feby dan menggerakkan kepala gadis itu maju mundur untuk mengoral batang penisnya. Pak Dede dan Pak Ahmad menggerayangi buah dada gadis itu, terkadang tangan mereka meremas kuat-kuat induk payudara Feby yang dilanjutkan dengan memilin-milin putingnya.
“Ahhhh… Ohhhhhh….! Crrrrr… Crrrrr…..” Feby memuntahkan batang penis Pak Djono, matanya terpejam rapat merasakan puncak klimaks yang baru diraihnya.
Pak Dion tetap bersemangat memacu lubang vagina Feby walaupu gadis itu sudah kewalahan menghadapi nafsu dan tenaga Pak Dion yang besar. Setelah kembali mengantarkan Feby mencapai puncak kenikatannya yang keempat kali. Pertahan Pak Dion tampak goyah, mulutnya menggeram-geram “Arrrhhhh…. Urhhhhh… Euhhhhh”
“Arhhhhh… Croooottttt…….” tiba-tiba Pak Dion membenamkan batang kemaluannya dengan sekali sentakan yang kuat sampai gadis itu memekik kecil.
Setelah beberapa kali menghela nafas panjang Pak Dion menarik batang penisnya dari lubang Vagina Feby. Ia buru-buru mencengkram pinggul Feby agar posisi pantat gadis itu tidak turun. Pak Djono menelan ludah ketika kepala penisnya beradu dengan lubang anus gadis itu.

“Ekssssshhhhhh…. Heeeeennggkkkk” Feby hanya dapat membeliakkan matanya ketika merasakan lubang anusnya melebar dan terasa pedih bercampur ngilu, tenaga gadis itu sudah hilang entah kemana.
Batang penis Pak Djono dengan leluasa membantai lubang anus Feby. Tubuh Feby yang sudah basah bercucuran keringat terdorong-dorong dengan kuat ke depan ketika Pak Djono menyodomi gadis itu dengan kasar. Mata Feby terpejam rapat, wajahnya mengernyit kesakitan sedangkan mulutnya terbuka lebar “Hahhhhssss… Hashhhhhhhhh… Hahhhhhk” hanya Suara itu saja yang dapat keluar dari mulut gadis itu.
Tangan Pak Djono membelit pinggang Feby sebelum menjatuhkan dirinya kebelakang. “Unnngghhhhh……” gadis meringis kesakitan ketika lubang anusnya menduduki batang penis Pak Djono. Tangan guru bejat itu mendekap pinggul Feby dan dengan kuat menekan pinggul gadis itu kebawah. Sementara Pak Ahmad mencekal pergelangan kaki kanan Feby dan merentangkan kaki gadis itu melebar, sedangkan tangan kiri Pak Ahmad menjejalkan kepala penisnya membelah belahan vagina gadis itu.
“Jrebbb…. Jrebbb Jrebbb… Unnnnnhh” Feby kembali melenguh kemudian merintih-rintih merasakan tusukan penis Pak Ahmad yang menyentak-nyentak karena pemiliknya ingin membenamkan batang penisnya sampai mentok kedalam vagina gadis itu.

Tidak berapa lama tubuh Feby terguncang-guncang akibat serangan batang penis Pak Djono dan Pak Ahmad di lubang anus dan lubang vaginanya. Pak Dede memeluk pinggang gadis itu dari samping sementara mulutnya melumat buah dada Feby yang basah, hangat dan halus, Pak Dede dengan rakus mengulum puncak buah dada Feby, terkadang ia mengigit bulatannya dengan gemas.
“Ennhhhh…. Crrrrr… Crrrtttt…….” Feby hanya sanggup mendesah ketika tubuhnya kembali bergetar dengan hebat ketika mencapai puncak kenikmatan
“Nahhh…, Gimana rasanya, lebih enak ketimbang onani, betul ga?” Pak Dede menciumi bibir Feby dan mengulumnya dengan lembut.
“Hauhhhh…. Cretttt…. Crrrrrrr”
“Ngeheee… Kcrotttt”
Pak Ahmad dan Pak Djono menggeram kuat sambil meyentakkan batang penis mereka. Pak Dede segera merebut tubuh Feby dan membopong tubuh gadis itu, Pak Dede meletakkan Feby duduk dipinggiran meja, kedua kakinya terjuntai agak mengangkang. Kedua tangan Pak Dede bermain-main di permukaan Paha Feby, kemudian naik merayap kearah pinggang sambil merendahkan kepala jari telunjuk Pak Dede mengangkat dagu Feby.
“Hemmmm… Emmh…Ckkk Ckkkk” suara mulut seorang murid yang sedang dikulum oleh mulut gurunya.
Tangan sang guru menggerayangi kemulusan tubuh muridnya yang sudah basah bercucuran air keringat.

Pak Dede mengarahkan batang penisnya ke arah belahan vagina Feby, guru bejat itu menekankan penisnya, perlahan-lahan penis Pak Dede memasuki vagina gadis itu. Mata Pak Dede terpejam, ada kepuasan yang tersirat di ekspresi wajahnya, dengan perlahan-lahan Pak Dede memaju mundurkan batang penisnya seolah-olah ia sedang menikmati jepitan vagina gadis itu pada batang kemaluannya.
“Hssshhhhh….” sambil mendesis Feby mengibaskan rambutnya yang sudah basah dan acak-acakan. Pak Dede mengangkat paha gadis itu, secara otomatis kedua tangan Feby bertumpu ke belakang.
“Ennnnhhh… Cleppp…Kretttt Cleppppp…Krettttt Cleppp….” Pak Dede meningkatkan irama kocokannya, suara meja terdengar berderit-derit ketika guru bejat itu semakin kuat memacu tubuhnya.
“Ihhhh…Brukkkkk Crrrr….. Crrrttttt……..” punggung Feby terjatuh keatas meja , kedua tangannya serasa lemas tidak berdaya menahan beban tubuhnya ketika merasakan puncak klimaks yang berdenyut-denyut di lubang vaginanya. Pak Dede tersenyum kemudian mencabut batang kemaluannya.
Ditariknya tubuh Feby turun dari atas meja, kemudian Pak Dede duduk di atas sebuah kursi, tangannya menarik bokong gadis itu, perlahan-lahan pinggul Feby turun menduduki selangkangan Pak Dede.

“Ahhhhssssshhhhhh………” kepala Feby terangkat keatas, gadis itu mendesah panjang merasakan penis Pak Dede membelah kembali belahan vaginanya sampai akhirnya dengan sempurna Feby menduduki selangkangan guru bejat itu, kemaluan Pak Dede terbenam didalam lubang vagina Feby yang seret dan sempit. Dengan perlahan-lahan Pak Dede memacu penisnya, kedua tangan Pak Dede merayap kedepan menggerayangi buah dada Feby, dengan teratur telapak tangan pak Dede mengusapi bulatan payudara gadis itu dan meremasnya dengan lembut. Tusukan batang penis Pak dede yang lembut dan juga remasa-remasan lembut tangan pak Dede di buah dadanya membuat Feby semakin melayang nikmat. Perlahan namun pasti Feby menyandarkan punggungnya ke belakang. Ia memasrahkan dirinya dalam dekapan guru bejat itu.
Cuphhhh… Cupppp… Cupppp” Pak Dede menciumi leher gadis itu dari belakang, pak Dede tersenyum merasakan tubuh muridnya bergetar dengan hebat dalam dekapannya pertanda gadis itu sedang dilanda puncak kenikmatan “Ennnhhhhhh…… Crrrrrrr…. Crrrrrrr… Crrrrrrrr”

****************************
Sementara itu bagaimana nasib Ira ?
Di ruangan kelas lantai bawah…

Pak Romi melangkahkan kakinya mendekati Ira, gadis itu mundur ketakutan, Ira menatap wajah Pak Romi yang tersenyum-senyum dengan wajah mesumnya. Pak Romi membuka sabuknya dan melecutkan sabuk itu ke udara. Gadis itu memekik ketakutan.
“Nahh, Non Ira tinggal pilih…., mau saya  cambuk, terus diginiin….”Pak Romi menyelipkan jempolnya diantara jari telunjuk dan jari tengah kemudian mengacungkannya dihadapan wajah gadis itu.
“Atauuu….. “
“Non Ira melayani saya dengan sukarela… he he he” Pak Romi mulai memutar-mutarkan sabuknya di udara sambil menatap Ira dengan tatapan mata mengancam.
“Jangan Pakk, tolong jangan cambuk saya…..! ” Ira memohon pada Pak Romi
“Kalau gitu Non Ira harus nurut sama saya…., ngerti ?” Pak Romi menatap wajah gadis itu. Ira hanya dapat mengangguk sambil menundukkan wajahnya. Pak Romi melemparkan sabuknya keatas meja.
“Sini…, mendekat….!!” dengan tegas Pak Romi memberikan perintah, perlahan-lahan Ira mendekati Pak Romi, gadis itu memekik ketika Pak Romi meraih pinggangnya.
Hidung pak Romi mengendus-ngendus rambut Ira. Wangi harum tubuh gadis itu membuat Pak Romi kesulitan menahan Nafsu birahinya.
“Nahhh, sekarang Non Ira buka pakaian Saya….”

Tangan Ira bergetar ketika melepaskan kancing baju Pak Romi. Tangan Pak Romi menekan bahu gadis itu agar berlutur di hadapan permukaan celananya yang sudah menggembung. “Celana saya jugaaaa…. He he he”
“Ayooo…!! Tunggu apa lagii..!! Tarik celana kolor Saya….!!!” Pak Romi membentak karena Ira malah berdiam diri sambil memalingkan wajahnya kearah lain.
Dengan menekan perasaannya Ira menarik celana dalam Pak Romi.
“Nahhh, Non Ira Pasti sudah tahu harus ngapain…” Pak Romi menyodorkan batang kemaluannya. Mulut gadis itu meruncing kemudian mengecup batang penis Pak Romi
“Cuphhhhh…..”
“Yehhhh…!! masa cuma segitu doangggg….” Pak Romi protes
“Emangnya saya ini anak kecil.., cukup dicium sekali beres, .terusin dong…”
“Cuppphhh… Cuphhhh Cuppppp… Sllllckkk Sllllccckkk” Akhirnya Ira melakukan beberapa kali kecupan yang dikombinasikan dengan jilatan-jilatan lidahnya mengulas-ngulas batang penis Pak Romi.
“Ya.., bethulll begitu…, Aduhhh Non Ira pinter amattt…”
“Sudahh…, Sudahhh, Cukuppp….” Tangan Pak Romi mencengkram bahu Ira dan mengangkat tubuh gadis itu agar berdiri.

“Nahhh, sekarang buka bajunya Non…” Pak Romi cengengesan dengan pandangan matanya yang mesum terus melotot memandangi tubuh gadis itu.
Ekspresi wajah gadis itu tampak sangat tertekan, Ira menundukkan kepalanya, perlahan-lahan tangannya bergerak ke atas melepaskan kancing baju seragamnya paling atas, kemudian kancing kedua, ketiga dan sampai kancing baju terakhir, pria itu membantu melepaskan pakaian seragam Ira. Wajah Ira semakin kemerahan mendengar kata-kata panas Pak Romi yang bernada melecehkan dirinya “wahhh , ck ck ck, kalo ini sih, semalam bisa seharga sejutaan…”
Duhhh…, Ngak usah ditutupin begitu deh…” Pak Romi menarik kedua tangan Ira yang menyilang di dadanya berusaha melindungi payudaranya dari tatapan mesum Pak Romi.
Pak Romi membalikkan tubuh Ira, tangannya bergerak dengan gesit melepaskan pengait bra gadis itu. Tangannya menghempaskan bra Ira ke bawah kaki gadis itu, kemudian melepaskan pengait rok seragam Ira sambil berbisik ditelinga Ira “Nah.., Permisiiii, saya buka dulu ya Non…, kalo ngentot kan harus buka-bukaan dulu.. He he he”
Setelah rok Gadis itu melorot Pak Romi bersujud sambil melepaskan celana dalam Ira. “Glekkkk….” Pak Romi menelan ludah ketika wajahnya berhadapan dengan buah pantat gadis itu yang membulat padat, berkali-kali tangannya bergerak mengusapi bulatan buah pantat gadis itu yang halus dan lembut. Mulut Pak Romi mulai menciumi bulatan buah pantat Ira

“Cuphhh.. Cuppp.. Cuppppppp… Plakkk Plakkk Aduhhhh… , mimpi apa saya bisa menciumi pantat Non Ira, He he he”Sambil mengecup, berkali-kali Pak Romi menggampar buah pantat Ira, lidah Pak Romi terjulur menjilati belahan pantat Ira, kedua kaki gadis itu sampai bergetar hebat merasakan nikmatnya elusan-elusan lidah pak Romi.
“Ahhhhh… Esssshhhhhh, Ahhhhh” Ira memejamkan matanya, elusan-elusan lidah Pak Romi membuatnya terlarut dalam kenikmatan yang diberikan oleh penjaga perpustakaan sekolah itu.
“Nungging Nonnn…, Aduhhh, lebih nungging lagi dong saya pengen nyicipin memeknya Non Iraaa, Nihh Gini Atuh..!! ” Dengan tidak sabaran Pak Romi menunggingkan gadis itu, kedua tangan Ira bertumpu ketembok sementara kedua kakinya mengangkang melebar.
Lidah Pak Romi terjulur keluar menjilati belahan vagina Ira dari belakang sementara tangannya mengelus-ngelus paha gadis itu “Anjritt…, Gurih amat sih,  emmmslleccckkk.. sleckkkkkk… Sllrrrpppp…”
“Ahhhh… !! Ahhhh… Eehhhh…!” tiba – tiba Ira menarik pinggulnya ketika Pak Romi mengkombinasikan jilatan-jilatannya pada belahan vaginanya yang diselingi gigitan-gigitan lembut pada buah pantat gadis itu, tubuh gadis itu semakin menggeliat-geliat ketika lidah Pak Romi mengorek-ngorek lubang anusnya, “Fuhhhhhhh….” sesekali Pak Romi meniup lubang anus gadis itu dan kemudian melahap habis-habisan lubang anus Ira.
“Ennhh… Crrrrr Crrrrr… Crrrrrrr” Ira mengejang ketika mencapai klimaks, sementara Pak Romi berdiri sambil menepuk-nepuk pinggul Ira.

“Sllleeeeppp… Jrebbbb” kemaluan Pak Romi membelah vagina Ira, tubuh Ira terayun-ayun dengan kencang ketika Pak Romi mengayunkan batang kemaluannya. Kedua tangan Pak Romi mendekap bulatan payudara Ira sambil melakukan remasan-remasan kasar, pria itu berbisik ditelinga Ira
“Nonnnn…, Ehhh ntar malem minggu, saya boleh ngajak kencan nggak?” Pak Romi bertanya.
Penjaga perpustakaan itu semakin ngak tau diri, mengajak Ira untuk kencan di malam minggu, Ira tidak mempedulikan pertanyaan Pak Romi.
“Mau ya Nonnn…., temenin saya, kita entotan lagi…., Yeee jawab dongggg!!!” Pak Romi sewot sambil meremas kuat-kuat bulatan payudara Ira, “Ahhhh aduhhhh… Iy Iyaaa Pakkkk….” Ira meringis kesakitan.
“Nahhh…gitu donggggg, baru anak manis namanya, hehehe” Pak Romi senang karena gadis itu menyetujui ajakannya. “Cleppp Clepppp… Clepppp.. Clepppp” suara gesekan kemaluan mereka terdengar semakin menggairahkan.
“Aduhhhh… Pegel nih…!! Gantian dong…, Non Ira yang goyang…”setelah melepaskan batang penisnya dari jepitan vagina Ira, Pak Romi duduk di atas kursi. Ira Berpegangan pada bahu pria itu kemudian dengan hati-hati ia menurunkan pinggulnya. Pak Romi mengarahkan kepala penisnya pada lubang vagina Ira yang hendak menduduki selangkangannya.
“Ehhhhhhhssss.. Ssshhhhh….” Ira mendesis keenakan, tubuhnya berkali-kali menggelinjang kegelian merasakan batang Penis Pak Romi terbenam semakin dalam.
Sambil berpegangan pada bahu Pak Romi, gadis itu mulai menaik turunkan pinggulnya. Sesekali pinggul Ira bergoyang seperti orang yang sedang mengayak pasir. Pak Romi menjulurkan lidahnya, sementara kedua tangannya menekan belakang kepala gadis itu, lidah pria itu menggeliat-geliat di bibir

Ira, seolah-olah meminta jalan untuk memasuki rongga mulut gadis itu. Ira menggelengkan kepalanya menghindari lidah Pak Romi.
“Ngee…, dientot mau, tapi masa nggak mau ciuman sama saya…, kebangetan….!! ” tangan kiri Pak Romi menjambak rambut Ira dan menarik kepala gadis itu ke arah wajahnya.
“Ahhhhemmmmm…Emmm!” Pak Romi mengulum mulut Ira dengan rakus, sementara tangan kanan Pak Romi menekan-nekan bokong gadis itu dalam sebuah irama yang teratur sambil menyentakkan batang penisnya ke atas.
“Hmmmmm… Crrrr Crrrr Crrrrr” tubuh Ira bergetar seperti tersengat aliran listrik, mulut Pak Romi tampak mengenyot beberapa kali sebelum akhirnya melepaskan kulumannya dari mulut Ira.
Ira tidak berani lagi menolak ketika Pak Romi menjulurkan lidahnya, perlahan-lahan mulut Ira terbuka dan lidah gadis itu terjulur keluar menyongsong datangnya lidah Pak Romi, lidah mereka saling mengait dan membelit.
“Plakkkk… Plakkkkkkkk… Plakkkkk “Pak Romi menampar-nampar buah pantat Ira agar gadis itu lebih giat dalam “bekerja”. Ira segera menaik turunkan pinggulnya dengan lebih cepat. Tangan Pak Romi mencengkram pinggul gadis itu membantunya menaik turunkan pinggulnya.
“Ennnnh Annnhhh…. Crrrr Crrrrr…”
“Waduhhh… Duhhhh… Kecrottttt…. Croooooottttt”
Kedua insan berlainan jenis itu berpelukan dengan erat, tubuh Pak Romi yang hitam mendekap kuat-kuat tubuh Ira yang putih mulus. Tangan Pak Romi meremas-remas bulatan buah pantat Ira dengan lembut. Mulut Pak Romi mengecupi bibir Ira kemudian kecupan Pak Romi mampir ke pipi seolah-olah sedang berterimakasih pada gadis itu.

****************************

Aku, Reina, Farida dan Vivi melangkah menuju pintu gerbang sekolah. Pak Nanang memandangi kami berempat, entah kenapa pandangan Pak Nanang terasa sedikit berbeda. Atau ini hanya perasaan kami saja?? Setibanya di rumah Vivi membanting tasnya ke sofa. Nafas Vivi memburu, kedua tangannya berkacak pinggang. Waduh. Itu dadanya…! Dadanyaaaaaa !! aku menatap nakal gunung besar didada Vivi yang bergerak turun naik. Vivi melotot ke arah ku ketika menyadari aku sedang memandangi payudaranya.
“Maya…..!! Sini….!! ” Vivi menatapku dengan tajam kemudian ia berteriak memanggil namaku.
“Ehhh.., ada Apa Vi…” Aku memasang wajah serius, tangan Vivi menyambar
tanganku kemudian menarik diriku masuk ke kamar.
“Wahhhh… Habis sudah si Maya….” Reina terkekeh – kekeh.
“dan Kamu….. !! ” Farida memeluk pinggang Reina dari belakang.
Sudah beberapa hari ini gairah kami selalu berada di level terbawah, kini tiba-tiba segalanya meledak begitu saja. Farida membalikkan tubuh Reina, jari telunjuk Farida mengusap bibir Reina, mulut Reina terbuka , dengan nafsu mengelegak kedua tangan Farida mendekap kepala Reina dan menyumpal bibir gadis itu dengan bibirnya.
“Hesshh.. ckkkk… ckkkkkk….” Suara bibir kedua gadis itu berdecakan semakin keras, lumatan demi lumatan bibir dihiasi oleh lidah mereka yang saling membelit satu sama lain. Setelah melepaskan pakaian masing masing Farida menarik Reina kearah kursi sofa.

Reina menjatuhkan dirinya ke sofa, tubuh gadis itu meliuk-liuk dengan indah seolah-olah mengundang Farida untuk segera menggeluti tubuhnya. Farida menggerakkan jari telunjuknya di lutut Reina kemudian dengan perlahan terus naik ke atas, Reina mengangkangkan kedua pahanya ketika telunjuk Farida mulai nakal merayapi permukaan Vaginanya.
“Ahhhhh… Far…, enakkkk…” Reina mendesis keenakan ketika jari telunjuk Farida mengulas-ngulas belahan vaginanya.
Reina memekik kecil ketika mulut Farida mengecup bibir vaginanya dengan kasar.
“Ahhhh, Aduhhhh Far… aduhhhhhhhh… Hiiiiiiiii… Ahhhhh!! Creeeettt… Cretttttt” Reina mengangkat pinggulnya ke atas, Farida menyeruput cairan gurih itu dari vagina Reina.
Farida naik mengangkangi kepala Reina,
“Reiiiiiiii…., Ahhhhhhhhh…. Heeehhhhhhssssttttt…” Farida menekan-nekankan lubang vaginanya ke mulut Reina.
Reina terkadang menggigit bibir vagina Farida dengan lembut, lidah Reina mengait-ngait klitoris Farida
“Uhhhhhh…. Crrrtttt… Crrrrrrrr” Farida tiba-tiba terengah-engah, sesekali tubuhnya menggelinjang ketika Reina menghisapi cairan-cairan gurih dari lubang vaginanya.

Farida mensejajarkan posisi tubuhnya di atas Reina, kedua gadis itu saling berpelukan dengan mesra. Reina menengok kearah pintu kamar ketika mendengar suara teriakan dari dalam kamar.
“Uhhhh….sabar Viii…, sabar…..” aku agak miris melihat wajah Vivi yang merah padam.
“Awwwww……” Vivi melemparkan BHnya keatas lantai, tubuh Vivi yang sudah telanjang bulat dengan buah dadanya yang besar melangkah menghampiriku, kemudian ia mendorong tubuhku keatas ranjang. Aku menahan nafas ketika Vivi melompat menerkamku. Dengan bernafsu Vivi menggusur tubuhku ke tengah ranjang.
“Uhhhhh……” Akhirnya tangan Vivi merengut penutup tubuhku yang terakhir, kain segitiga itu tidak dapat lagi melaksanakan tugasnya, melindungi wilayahku yang paling sensitif dari kebuasan Vivi.
“Tenanggg… Viii tenang….waduhhh!!” kedua tangan Vivi mencekal pergelangan tanganku dan menekan kedua tanganku di samping kepalaku.
Buah dada Vivi yang bongsor namun kencang, menghimpit buah dadaku yang mungil, “Vivi Meeemmmm Emmmmmmm” Vivi mengulum bibirku dengan kuat, tubuhku yang semula berontak kini lemas kehabisan tenaga, dengan liar Vivi melampiaskan nafsunya menggeluti buah dadaku. Kecupan kecupan Vivi yang liar pada buah dadaku berubah menjadi kecupan-kecupan lembut, Vivi mengenyot puncak payudaraku dengan lembut, lidahnya bermain-main mengorek-ngorek puting susuku yang sudah mengeras. Ciuman Vivi kini turun ke bibir vaginaku, lidahnya mengulas-ngulas klitorisku dengan giat, sesekali diciuminya bibir vaginaku dengan rakus.
“Ehhh…Crrrrrrrrttt…..Crrrtttttttttt….” Aku mengejang kemudian mengeliat keenakan,
“Ha Ha Haaaa….” Vivi tertawa kecil kemudian kembali menindih tubuhku, ia membelai-belai rambutku, sambil sesekali mengecupi bibirku.

Mataku terasa berat.
Sudah dua murid cantik yang menjadi korban kebuasan para guru tak bermoral itu.
“Ehmmm” aku mendadak tersadar, entah kenapa tanganku menggambar sebuah penis yang sedang terikat tali simpul.
Setelah menutup buku harianku, kubaringkan tubuhku di atas ranjang.

Schoolgirl's Diary 4: Doni, The Spy Among Us

Seorang gadis tampak gelisah, berkali-kali ia menekan tombol play kemudian stop di Mp4 player mungil yang baru saja ia dapatkan, entah siapa yang menaruh Mp4 itu di tasnya,
“Nggak.., mungkin…, dari mana mereka mendapatkan ini ?” berkali-kali gadis itu memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pening, dunia terasa berputar dengan lebih cepat
Sebuah Sms masuk ke Hp di tangannya, wajahnya memerah membaca kata-kata mesum dilayar HPnya.
Gadis itu mebalas SMS itu “Siapa ini ? Jangan kurang ajar ya..!! “
Gadis itu menengokkan kepalanya pada langkah-langkah kaki yang menghampirinya.
“ahhh..! ” Seorang gadis yang baru datang berseru terkejut ketika melihat tayangan MP4 ditangan  temannya.


********************
Beberapa minggu yang lalu sebelum gadis itu menerima Mp4 gratis.

“Anita !”
“Veily!”
Anita dan Veily berlari kecil saling menghampiri, kedua gadis itu saling bergandengan tangan seolah-olah tidak ada yang dapat memisahkan mereka berdua.
“kamu mau minum apa? Veily sayang…” Anita berbisik nakal di telinga Veily.
“Mau nyusu di dada kamu boleh?” Veily membalas berbisik pelan di telinga Anita, Anita hanya tertawa sambil meremas tangan temannya itu.
Kedua gadis itu menunggu dengan sabar di depan pintu lift, tidak berapa lama pintu lift itu terbuka, beberapa orang keluar dari dalam lift sampai lift itu kosong, kedua gadis itu bergandengan tangan masuk kedalam lift. Dengan lembut tangan Veily mengusap peluh di kening Anita dengan tissue.
“Kamu ini.., coba kalau tadi aku jemput…,nggak akan keringatan gini..,”Veily bersungut-sungut, dikecupnya pipi Anita “Cuphhh”
“Yeee, kalo kamu musti jemput aku kan jalannya harus muter dulu…, jauh, tar cape” Anita tersenyum menatap Veily.
“cape gimana ? Kan aku naik mobil, lagian aku rela koq.., demi kamu…” Veily mengusap kemudian meremas lembut pinggul Anita. Veily buru-buru menarik tangannya ketika pintu lift terbuka, Anita tersenyum kecil kemudian mendahului Veily keluar dari dalam lift.
“Kita ketoilet dulu ya…” Veily menarik tangan Anita yang membalas dengan menganggukan kepalanya, wajah Anita memerah, ia tahu dengan jelas apa yang diinginkan oleh Veily.

Veily pura-pura mencuci tangan, berkali-kali dengan tidak sabaran Veily menengok ke arah Anita kemudian menengok ke arah seorang wanita setengah baya yang sedang membenahi make-upnya, akhirnya si wanita setengah baya melangkah keluar.
“Ehhhhhhhhh….! ” hanya suara itu yang keluar dari mulut Anita ketika merasakan pinggulnya ditarik dan diseret oleh seseorang, salah-satu pintu ruangan itu tertutup dengan rapat.
Veily mengecup lembut bibir Anita, bibirnya melekat kemudian memangutnya dengan lembut. Tubuh Anita merinding, kedua lututnya terasa goyah ketika Veily memangut-mangut bibirnya dengan lembut. Veily menjilati sudut bibir Anita sebelum kembali melumatnya. Nafas Anita berhembusan bercampur dengan nafas Veily yang memburu.
“AHhhhsssh…… ” Anita mendesah ketika ketika Veily berhenti melumat bibirnya, dada Anita bergerak seirama dengan helaan nafasnya,Veily berbisik di telinga Anita, entah Apa yang dibisikkan oleh Veily, Anita menggelengkan kepalanya sambil berkata “Jangan Ahhh…”, Anita menolak keinginan Veily.
Veily terus merengek memaksakan keinginannya, setelah menghela nafas panjang Akhirnya Anita meluluskan keinginan Veily, ada rasa cemas yang menggedor-gedor dadanya, ada sedikit rasa penasaran, namun juga ada rasa takut untuk melakukan sesuatu hal yang baru.

Anita membalikkan tubuhnya, kemudian sedikit menungingkan bokongnya, kedua tangan Anita bertumpu pada tembok. Veily berjongkok kemudian telapak tangannya mengelus lembut betis Anita. Usapan-usapannya semakin naik merayap ke atas, merayapi permukaan paha Anita sebelah dalam. Dengan sekali sentak tangan Veily menarik celana dalam Anita. Lidah Veily mengulas-ngulas lubang anus Anita, membasahinya dengan air liurnya sebagai pelumas dan ditusuknya lubang anus Anita dengan lembut.
“Uhhhh….” Anita menarik pinggulnya ketika jari Veily mengelus lembut lubang anusnya., perlahan-lahan jari Veily menekan-nekan berusaha melakukan penetrasi.
Nafas Anita kadang-kadang memburu, kadang tertahan, kadang menghela nafas panjang dengan tubuhnya yang mengejang ketika perlahan-lahan jari temannya memasuki lubang anusnya.
“Ahhhhhh…, Shhhhhhh, pelanh, pelannhhh….” Anita mengernyit ketika Veily mulai menarik dan menusukkan jari telunjuknya, Veily menghentikan gerakan jarinya, dengan lembut Veily mengecupi buah pantat Anita, Veily memberikan kesempatan pada Anita agar dapat membiasakan diri dengan sebuah jari yang tertancap dilubang anusnya, agak lama barulah Veily melanjutkan gerakan jarinya, ditariknya perlahan kemudian ditusukkannya dengan selembut mungkin.
Tangan Veily yang satunya lagi membelai-belai permukaan vagina Anita yang tanpa jembut, Veily tersenyum, Anita memang rajin mencukur bulu jembutnya, sama juga seperti dirinya, rajin merawat daerah intim di selangkangannya..

Jari Veily mulai melakukan gesekan pada belahan vagina Anita sekaligus menarik dan menusukkan jarinya pada lubang anus gadis itu. Mulut Anita ternganga-nganga tanpa dapat mengeluarkan suara, yang ada hanya desahan nafasnya yang tersendat-sendat.
“Sssshhhhhhh…..,” kepala Anita terangkat keatas, mulutnya sedikit ternganga, kemudian mendesah panjang “Ahhhhhhhhhhhh……..”
“Crrrrrrrrttt… Crrrrtttt….” tubuh Anita mengejang kemudian seperti terhempas dengan lembut, lubang vaginanya berdenyut-denyut membuahkan rasa nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya.
Mulut Veily buru-buru melumat lubang vagina Anita, diemutnya dengan lembut, dihisapinya cairan-cairan lengket itu sampai kering. Tiba-tiba Veily bangkit berdiri, tangannya bergerak liar menelanjangi Anita, kemudian ia membuka bajunya sendiri, dua gadis cantik itu sudah sama-sama polos tanpa selembar benangpun menutupi tubuh mereka. Veily memeluk erat-erat tubuh Anita, Anita mendesah sambil membalas pelukan Veily, untuk beberapa saat mereka berdua berdiri saling berpelukan, rasa hangat itu terasa menenangkan, perlahan membakar kemudian dengan lembut mengobarkan api birahi mereka. Veily merundukan kepalanya untuk mencium bahu Anita, kecupan ciuman Veily menjalar mengecupi leher Anita, sebelum akhirnya bibir keduanya menyatu, memangut-mangut, saling mengecup dan saling kulum.

Veily tersenyum kecil sambil menggesek-gesekkan susunya pada susu Anita, Anita juga menggerak-gerakkan susunya, sesekali desahan kecil bergantian keluar dari mulut kedua gadis itu, terkadang gerakan dan desahan kecil mereka berhenti karena terusik oleh seseorang yang memasuki toilet, untuk mencuci tangan, untuk membenahi make up, dan untuk buang air kecil dikamar sebelah mereka, setelah suasana mendukung barulah kedua gadis itu perlahan-lahan memulai kembali kegiatan mereka. Anita menundukkan kepalanya kearah payudara Veily, dikecupinya dengan lembut bulatan susu Veily yang menggembung semakin membuntal padat, sesekali mulut Anita memangut-mangut liar sampai Veily mendesah keenakan. Veily menyandarkan punggungnya pada dinding, sambil menyodorkan vaginanya kedepan dengan posisi kedua kakinya sedikit mengangkang, Anita berlutut di antara kedua kaki Veily, tangan Anita merayapi permukaan paha Veily, mata Anita menatap sayu pada belahan vagina Veily sebelum menjulurkan lidahnya keluar dan memoles belahan bibir vagina Veily, dikecupnya bibir vagina Veily dan dihirupnya aromanya yang sangat disukai oleh Anita. Bibir Anita dengan lembut memangut-mangut bibir vagina Veily, jarinya menekan sisi bibir vagina Veily agar belahan itu sedikit merekah. Anita menggerakkan lidahnya mirip seperti sedang mengait sesuatu, mengorek, dan mengulasi daging klitoris Veily yang semakin membengkak. Sesekali Veily menarik vaginanya ketika rasa geli itu semakin hebat menyerang daerah intimnya, namun kemudian menyodorkan kembali vaginanya kemulut Anita. Tangan Veily membelai – belai rambut Anita, sesekali kepalanya terangkat ke atas dengan mata terpejam-pejam menikmati ulasan-ulasan lidah Anita di selangkangannya.

Wajah Veily tampak semakin sensual ketika mendesah-desah, kadang mulutnya seperti hendak mengucapkan kata “A”, kadang meruncing tajam.
“Veilyyy….” Anita mendesah sambil merayapkan jari tengahnya pada belahan pantat Veily, Veily membalikkan tubuhnya, kemudian menungging, kedua telapak tangannya menempel pada dinding.
“Ennhh…, Nit, sakit nggak ?” kini giliran Veily yang merasa khawatir ketika mencoba hal yang benar-benar baru dalam hubungan mereka.
“Sedikit…, “Anita menjulurkan lidahnya, kemudian mengelitiki sela-sela pantat Veily, dikaitnya lubang anus Veily, dikecupinya buah pantat Veily yang bulat padat, setelah anus Veily agak basah terbasuh oleh air liurnya barulah Anita menempelkan jari tengahnya pada lubang anus Veily.
.”Annhhhhh….” Veily menggigit bibir bawahnya ketika merasakan jari tengah Anita mulai mengorek dan menusuk lubang anusnya, ada sedikit rasa pedih ketika jari tengah Anita perlahan-lahan memasuki duburnya.
“Aww….”
Anita menghentikan gerakan jari tengahnya ketika Veily meringis ,
“Terus ?” Anita berbisik, setelah Veily menganggukkan kepalanya barulah jari tengah Anita menekan lebih dalam..
“Cuppp.. Cupppp… Cuppp” Anita mengecupi pinggul, pinggang, punggung dan kemudian mengecupi tengkuk leher Veily. Tangan Anita yang satunya meremas-remas payudara Veily yang membuntal, semakin padat dan kenyal ketika tangan Anita mengelus dan meremasinya.

Veily menolehkan kepalanya kesamping kearah Anita, lidah Veily terjulur keluar menghampiri lidah Anita, mulut Anita terbuka lebar dan mencaplok lidah Veily kemudian dihisapinya lidah Veily dengan lembut, tangan Anita merayap kebawah dan mengelusi bibir vagina Veily, terkadang dengan remas Anita meremas-remas selangkangan Veily, sementara jari tengahnya yang masih mengait lubang anus Veily bergerak keluar masuk dengan lembut. Anita semakin giat merangsang Veily terus menaikkan nafsunya
“Aaaak…” Akhirnya Veily terpekik kecil ketika merasakan letusan nikmat yang diiringi dengan denyutan-denyutan kenikmatan di lubang vaginanya, hanya desahan-desahan kecil yang terdengar dari bibir Veily yang tersendat-sendat “Crrrrrrrrrrrrr… Crrrrrrrrr”
Anita berjongkok, mulutnya mengulum kuat-kuat lubang vagina Veily, kemudian lidahnya membersihkan sisa-sisa lendir kenikmatan di vagina Veily, juga sebagian yang melelehi paha Veily sebelah dalam dengan lidahnya, dihisap dan dijilati sampai bersih. Anita merapatkan buah dadanya pada punggung Veily, kedua tangan Anita menggenggam bongkahan payudara Veily, sesekali terdengar helaan – helanan nafas panjang diiringi oleh suara kecupan kecil. Beberapa saat kemudian setelah “Tuan Peluang memberikan kesempatan” pada Anita dan Veily, pintu yang tertutup itu perlahan-lahan terbuka, mereka keluar dari tempat “Persembunyiannya” , mencuci tangan mereka dan kemudian melap wajah mereka dengan tissue basah, kedua gadis itu berlalu seolah-olah tidak ada kejadian apapun di dalam toilet itu.

Tidak berapa lama, seorang wanita muda masuk ketepat persembunyian Veily dan Anita, keningnya berkerut, menatap dua helai kain segitiga berwarna putih yang tertinggal disudut WC. Kedua gadis itu bergandengan tangan melanjutkan perjalanan, shooping, beli baju, trus Disctara beli DVD, trus beli buku ke Gramedia, dan kini siap-siap naik ke elevator menuju foodcourt  untuk mengisi perut mereka. sambil tersenyum-senyum kecil Anita berbisik
“Pssstttt…..Ly…….”
“Hemmmm?” Veily menatap Anita kemudian melirikkan matanya mengikuti arah pandangan mata Anita.
Dengan sengaja Veily menumpangkan sebelah kakinya agar rok mininya tersibak menampakkan sepasang pangkal pahanya yang mulus, Anita tersenyum nakal kemudian melakukan hal yang sama. Berkali-kali laki-laki itu melirik kebawah meja, jakunnya bergerak turun naik, matanya melotot besar menyaksikan pemandangan syur, begitu gempal, mulus, putih dan tampak lembut halus, sepasang pangkal paha yang tersibak itu begitu menggodanya, kedua kaki laki-laki itu merapat berusaha menyembunyikan sesuatu yang mendadak tegang didalam celana dalamnya. Nafas laki-laki itu semakin berat ketika dengan sengaja Veily memiringkan posisi kedua kakinya kearah laki-laki itu dan dengan perlahan-lahan membuka kedua kakinya melebar, Veily pura-pura tidak tahu kalau laki-laki itu sedang mengintipnya. Mata laki-laki itu mendelik ketika menatap selangkangan Veily, dengan terburu-buru seperti teringat sesuatu laki-laki itu kemudian mengambil handphonenya, namun ia kecewa karena pertunjukan sudah usai kedua gadis cantik itu berdiri dan berlalu begitu saja.

Veily dan Anita masuk ke mobil  Hyundai Atoz,
“Ha Ha Ha Ha….. ” Veily tertawa lepas
“Napa ? ” Anita keheranan.
“Tadi itu loh, liat nggak mukanya gimana ?”
“Oo, ,Si Doni liatin kita kan he he he?”
“Kamu ngasih liat apa aja tadi ?” Veily tersenyum nakal
“Aku kasih liat paha…, yah dikit sih…?”
“Kalo kamu…..?” Anita balik bertanya.
“Aku kasih liat……  Ehhhhh…..!! Aduhhhhhhh “Veily berseru kaget sambil menunjuk ke arah selangkanganya.
“Eeng, kayaknya ketinggalan tadi ya ?” Anita mengingat sesuatu yang pasti tertinggal di toilet, kain segitiga putih yang seharusnya melindungi daerah intim mereka.
“Jangan-jangan tadi kamu ngasih lihat….” Anita tidak melanjutkan kata-katanya, Anita tertawa terpingkal-pingkal
Wajah Veily merah padam, untuk pertama kali didalam hidupnya seorang laki-laki melihat wilayah intimnya, maksud hati hendak menggoda apalah daya ternyata justru jadi kebablasan.
“Sudah.., Sudahhh, jangan terlalu dipikirkan Ha Ha Ha HA” Anita tertawa ngakak, sambil menyandarkan punggungnya kebelakang.
‘Pantesan tadi rasanya dingin gitu !, Full AC ” Veily menghela nafas panjang
Kemudian menyalakan mesin mobil, tidak berapa lama sebuah mobil Atoz meluncur meninggalkan gedung mall.

***********************
Keesokan harinya

Anita tersenyum-senyum ketika Doni berulang kali memandangi Veily, sedangkan Veily tampak cemberut bercampur jengah. Ya… pada Doni!! teman sekelas yang terkenal menyebalkan, bahkan sampai terkenal di seluruh sekolah, siapa sih yang nggak tahu Doni si rambut keriting, bandel, sok jago, tinggi hati,duh si hitam yang menyebalkan, pada laki-laki inilah Veily memperlihatkan miliknya dan laki-laki itu tengah memandangi dirinya dengan penuh nafsu. Doni si rambut keriting tengah terbuai dengan khayalannya, berselancar dengan pikiran mesumnya, masih teringat jelas pemandangan di foodcourt yang membuatnya tidak dapat tidur semalaman. Doni melangkahkan kakinya, pikirannya masih dirayapi nafsu yang membara akibat “pemandangan indah di foodcourt”, tiba-tiba ia menyaksikan peristiwa yang janggal, Pak Dion menuju gedung sekolah yang sudah lama tidak terpakai, Ira dan Feby mengikutinya dengan wajah tertunduk. Doni bertanya-tanya ngapain ketiga orang itu? Ia memutuskan untuk melakukan pengintaian. Begitu ketika orang itu menghilang dari pandangannya Doni langsung meluncur menuju TKP. Dengan mengendap-ngendap Doni mulai melakukan penyelidikan, langkah kakinya berhenti ketika mendengar suara mencurigakan disebuah kelas, perlahan-lahan Doni mendekati kaca jendela kelas, ia tercekat, nafasnya tertahan , dengan jelas matanya menyaksikan Ira dan Feby perlahan-lahan berlutut dihadapan Pak Dion yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang.

Perlahan-lahan tangan Ira dan Feby mengelusi permukaan celana Pak Dion yang menggembung, Doni tahu dengan jelas benda apa yang membuat permukaan celana itu menggembung. Tangan Ira membuka ikat pinggang Pak Dion, kemudian Feby menarik turun resleting Pak Dion, celana panjang Pak Dion pun melorot hingga celana dalamnya tersekspos, tampaknya celana dalam pak dion Hampir tidak dapat menampung penis besarnya yang over size. Perlahan-lahan Feby dan Ira menarik turun celana dalam Pak Dion,
“Cuphhh, Cuphhhh, Cuphhhhhh” Pak Dion terkekeh ketika merasakan kecupan-kecupan bibir kedua gadis itu dibatang kemaluannya menengokkan kepalanya kebawah, memperhatikan Ira dan Feby yang mulai menjilati batang penisnya dengan lidah mereka. Rasanya basah, hangat dan menyenangkan ketika merasakan lidah kedua muridnya menelusuri batang penisnya. Tidak percuma Pak Dion bersusah payah mengajari kedua muridnya yang cantik, bayangkan betapa menderitanya pak Dion ketika harus mengerahkan kemampuannya, mengarahkan kedua muridnya yang cantik, memberikan, saran, koment, kritikan, berjam-jam berteriak-teriak memberikan arahan, sampai bercucuran keringat. Pak Dion menekan belakang kepala Feby ketika gadis itu membuka muluat dan mengulum kepala penisnya. Nafas Feby terasa sesak ketika penis Pak Dion menusuk sampai kekerongkongannya. Feby hanya dapat memejamkan mata , wajahnya mengernyit ketika Penis pak Dion semakin dalam merojok kerongkongannya, kemudian penis yang besar itu bergerak maju mundur,setelah puas  Pak Dion menarik batang penisnya dari mulut Feby kemudian menyodorkannya kemulut Ira, Ira membuka mulutnya lebar-lebar, penis itu bergerak-menekan-nekan semakin dalam, ditarik sedikit kemudian ditekannya semakin dalam merojoki kerongkongan gadis itu. Pak Dion semakin kencang memacu Penisnya..
“Ahhhhh, Uhhhhhhh…..” Ira menarik kepalanya untuk mengambil nafas,
Dengan terburu-buru Ira memasukkan penis Pak Dion kedalam mulutnya ketika mendengar helaan nafas kekecewaan Pak Dion. Penis Pak Dion kembali bergerak keluar masuk merojoki kerongkongan Ira, berkali-kali wajah Ira mengernyit ketika penis Pak Dion merojok kerongkongannya.

Pak Dion mengambil sebuah kursi dan duduk dengan santai diatas kursi itu, Hmmmmm, untuk sesaat Pak Dion menimang-nimang, siapakah yang akan disantapnya terlebih dahulu, Ira atau Feby ?
“Ira…..,” Pak Dion memanggil nama gadis itu
Ira tertunduk, tanpa berani menatap wajah Pak Dion, perlahan-lahan Ira mendekati pak Dion,
“Nah, buka celana dalam kamu,…” Pak Dion tersenyum mesum.
Ira membuka celana dalamnya menuruti perintah Pak Dion. Kemudian dengan perlahan-lahan ia berusaha mengangkangi batang penis Pak Dion. Batang Penis itu bersembunyi kebalik rok Ira dan mendekati belahan vaginanya. Tangan Pak Dion mengangkat rok Ira agar dapat memastikan kepala penisnya berada di jalur yang benar. Ira menurunkan pinggulnya,
“Ohhhhhhhhhhhhh…………” Ira mendesah lirih ketika penis itu terbenam semakin dalam, entah kenapa Pak Dion lebih suka menyetubuhi ketika Feby dan Ira ketika mereka masih lengkap mengenakan pakaian seragam SMA, mungkin dengan begini image mereka sebagai gadis SMA dan muridnya terasa lebih kental, di benak dan nafsunya.
Doni tidak dapat melihat dengan jelas, namun Doni yakin kalau penis Pak Dion pasti sudah menembus vagina Ira. Buktinya Ira merintih setiap Pak Dion bergerak menyentak-nyentak dalam gerakan yang berirama.
“Krett… Kretttt. Krettttt”
“Ahhhhh, Ahhhhhhh, Ahhhhh Pakkkkk….”
Suara deritan kursi bercampur dengan rintihan dan desahan Ira
“Nhhhhhh…, Ahhhhhhhhhhhhhhhh, Ennnhhhhhhhhhhhhh”  Ira tampak giat menggerakkan pinggulnya naik turun, tangan Pak Dion bergerak membantu muridnya yang cantik sambil menyentak-nyentakkan penisnya ke atas ketika pinggul Ira bergerak turun.

“Aduhh… Pakkkk, Aduhhhhh, Crrrr Crrrrrrr….” Ira rubuh dalam pelukan Pak Dion, tangan Pak Dion memeluk erat-erat tubuh Ira, tangan kirinya merayap dan menekan bokong Ira dengan kuat, dilanjutkan dengan tangan kanannya yang membelai rambut Ira dengan lembut, hidungnya kembang kempis mengendusi harum rambut gadis itu, Pak Dion ingin menunjukkan sisi kelembutannya sebagai kepala sekolah yang selalu mengasihi murud-muridnya, tentu saja dengan “catatan khusus”, untuk murid-murid yang cantik. Setelah menunggu beberapa saat Pak Dion menepuk-nepuk pinggul Ira dengan lembut. Ira mengalungkan kedua lengannya pada leher Pak Dion, bibirnya mengecupi bibir kepala sekolah bejat itu seolah memohon agar ia dapat bersabar, pak Dion membelai wajah Ira, kemudian bibirnya melumat bibir gadis itu dengan lembut. Bibir Pak Dion berpangutan mesra dengan bibir muridnya yang cantik, lidah Pak Dion mengait dan membeliti lidah Ira  kemudian menghisapi lidah Ira yang terjulur keluar yang dilanjutkan dengan melumat dan mengulum bibir gadis itu. “Ckkk, Ckkkkk Ckkkkk…..”, suara mulut Pak Dion berdecakan dengan mulut Ira. Tangan Pak Dion kembali menepuk-nepuk lembut pinggul Ira, kali ini pinggul Ira bergoyang seperti bermain hula hop,  sebelum naik turun dalam gerakan-gerakan tubuhnya yang erotis. “Annnhhhh…, Annnnnnnnnnnnhhhhh,,, Annnnhhhh… “Suara tertahan dari mulut Ira terdengar berirama semakin panas dan panas. Tangan Pak Dion mengelusi pinggang Ira kemudian tangannya merayap mulai melepaskan kancing baju seragam Ira, nggak semua memang hanya sampai sebatas pusar, dan meninggalkan satu kancing baju terakhir tetap mengait di baju seragam Ira. Pak Dion menarik cup bra Ira sampai sepasang payudaranya tersembul dengan indah menantang mata Pak Dion.

Pak Dion menggerakkan punggungya ke depan, tubuhnya mirip seperti hendak membungkuk ke depan secara otomatis punggung Ira terdorong ke belakang mirip seperti orang hendak terjengkang kedua kakinya mengangkang tanpa daya di samping pinggang Pak Dion, namun Ira tidak jatuh karena tangan Pak Dion yang berbulu menopang pinggang dan punggungnya dan terus membungkuk sampai mulutnya sejajar dengan payudara Ira, dikecup-kecupnya bulatan payudara Ira yang putih, berkali-kali wajah Pak Dion terbenam ditengah-tengah payudara Ira, mengendusi dan mengecup, lidahnya terjulur menjilati bulatan susu Ira, mengemut puncak payudara gadis itu dan melumat kuat-kuat putingnya yang semakin mengeras.
“Ahhhhhhhhh…! ” Ira menjerit keras ketika tiba-tiba Pak Dion bergerak memacu penisnya kuat-kuat, sekaranglah waktunya Pak Dion membuka topeng kelembutannya sebagai kepala sekolah, dan mengganti topeng di wajahnya dengan topeng kebuasan berlapiskan nafsu binatang.
“Ha Ha Ha…, gua entot luh, Hih, gua ijut memek lu sampe bucat” Pak Dion memacu penisnya semakin kasar dan kuat. Ira merintih-rintih dan sesekali mengerang keras ketika penis Pak Dion yang over size itu mulai mengoboki vaginanya, Ira meringis merasakan gerakan-gerakan kasar di vaginanya.
Batang penis Pak Dion keluar masuk dengan semakin kasar, Pak Dion ingin mendengarkan rintihan Ira, jeritan-jeritan Ira, dan erangan Ira, sedangkan Ira berusaha bertahan , mempertahankan secuil kehormatannya yang tertinggal.
Pak Dion berusaha semakin gencar, lebih gencar dan lebih gencar lagi, namun Ira tetap bertahan dan hal ini membuat Pak Dion sangat kecewa.
“Hermmmh…, berdiri !!!! ” Tiba-tiba Pak Dion menggeram kesal, dengan tegas Pak Dion memerintahkan Ira untuk berdiri, Ira mendesah perlahan ketika kemaluan Pak Dion terlepas dari lubang vaginanya.

Ira menopangkan kedua tangannya pada meja, sesuai dengan perintah Pak Dion.”Plak.., Plakkkk… Plakkkkkkk…..” tangan Pak Dion memukuli Pantat Ira, tidak ada lagi kelembutan diwajahnya, yang ada hanyalah nafsu yang menggelegak, Ira menungging sambil melebarkan kedua kakinya.
Sambil menelan ludah Ira menolehkan kepalanya ke belakang ketika merasakan rok seragam sekolahnya disibakkan ke atas. Rok seragam abu-abu Ira sebagian menutupi pinggangnya dan sebagian lagi tergantung di hadapan pahanya. Pak Dion meremasi buah pantat Ira, kemudian ditempelkannya kepala penisnya pada lubang dubur Ira, dengan sekali sodok terbenamlah kepala penis Pak Dion ke dalam lubang anus Ira. Ira menggigit bibirnya sendiri, menahan agar teriakannya tidak keluar dari mulutnya. Mata Ira mendelik merasakan sodokan-sodokan kasar batang penis Pak Dion menggesek lubang anusnya yang kering. Tangan Pak Dion menjambak rambut Ira ke belakang, sambil memompakan penisnya dengan lebih cepat.
“Arhhhhhh, Arhhhhhhhh,,, Arhhhh, Awwwww, Ahhhhhhhhhh” Ira tidak sanggup lagi empertahankan jeritannya, siksaan itu terlalu berat bagi dirinya, gadis itu menjerit-jerit dan mengerang kesakitan ketika penis Pak Dion menyodomi lubang anusnya dengan kasar, belum lagi rasa sakit akibat jambakan tangan Pak Dion pada rambutnya. Ya, inilah yang ingin didengarkan oleh Pak Dion, jeritan-jeritan Ira, erangan-erangan muridnya yang cantik, Pak Dion semakin bersemangat untuk mengaduki lubang anus Ira dengan cara yang baik, benar, dan merata, sampai Ira semakin keras mengerang dan menjerit.kesakitan. Pak Dion menundukkan kepalanya dan berbisik ditelinga Ira
“Sudah berapa kali Bapak bilang, Bapak ingin mendengar jeritan kamu, erangan keras kamu, dan rintihan kamu, Bapak rasa permintaan Bapak nggak terlalu sulit bukan ???!!!! ” Pak Dion menggeram kemudian menampar pinggul Ira.

“Iy.. Iya.., Pak Iya….” Ira menganggukan kepalanya, Pak Dion melepaskan Jambakannya pada Rambut Ira, Kedua tangan Pak Dion mencengkram bahu Muridnya.
“Ahhhhhhh….!! Arhhhhhhhhhh…..!! Arhhhhhhhhh….!! ” Ira berusaha mengikuti keinginan Pak Dion, bibirnya mengerang dan merintih sekeras yang dapat ia lakukan, ketika Pak Dion membetot dan menjebloskan penisnya berkali-kali ke dalam anusnya.
“Gimana , semakin kerasakan enaknya dientot ???” Pak Dion bertanya dengan nada mengejek dan melecehkan.
 ”Emmmhhh,, Arrrrrrr…. Shhhhhh, Aaaaaaaa” Ira menganggukkan kepalanya tanpa berani berhenti meringis dan mengerang dengan kuat sambil menahan rasa panas, pedih dan sakit dilubang anusnya..
Pak Dion membelai-belai kepala Ira, kemudian mencabut batang penisnya dari lubang anus Ira, dilepaskannya pengait rok seragam Ira, kemudian tangannya menarik turun resleting rok Ira. Bibir Pak Dion tersenyum ketika rok seragam Ira terhampar di bawah kaki gadis itu.
“Nah, sekarang bapak kasih dua pilihan, mau pakai dubur kamu atau vagina kamu , terserahhh, self service aja deh,  he he he” Pak Dion berkacak pinggang.
Tanpa harus ditanya untuk yang kedua kali Ira membalikkan tubuhnya, tangannya menyambar batang penis Pak Dion kemudian berusaha menjejalkan, memasukkan kepala penis itu ke dalam lubang vaginanya, mulut Ira mendesis ketika kepala penis Pak Dion perlahan-lahan terbenam menancap di lubang vaginanya kemudian Ira mengalungkan kedua tangannya pada leher Pak Dion.
“Esshhh, Ahhh, Esshhhhhh, Ahhhhhhhhh,” Pinggul Ira bergerak dengan cepat sambil mendesis, mengerang dan menjerit dengan kuat, pinggulnya bergerak maju mundur, apakah karena dirinya suka melakukannya, menikmatinya ?? bukan, bukan karena suka, bukan karena senang, tapi takut.., takut untuk disakiti.
Tangan Pak Dion mengusapi pinggang Ira, sambil kemudian memacu batang kemaluannya kuat-kuat, Pak Dion semakin senang mendengar rintihan Ira karena pelajaran darinya dapat ditangkap dan diterima dengan baik oleh gadis itu. Semakin lama gerakan-gerakan Ira semakin goyah dan rapuh, apalagi ketika Pak Dion semakin memperkuat tempo serangannya “Akhhhhhhh Crrrr. Crrrrr” Ira memekik kecil, sebelum akhirnya mengerang keras “Ennnnnnnnggghhhhhh, Arrrhhhhhhhhh… “

Kedua tangan Pak Dion menopang pantat Ira agar tidak turun,
“Bagus, bagus, kamu tambah pandai, biarpun belum cukup pandai, nggak apa koq, perlahan-lahan bapak akan mengajari kamu,”
Pak Dion kembali memakai topeng kelembutannya, kemudian mendorong penisnya agar tenggelam sedalam-dalamnya. Rasanya enak banget ketika batang penisnya berendam didalam vagina Ira. Dinding vagina Ira melakukan massage pada penis Pak Dion. Pak Dion mendudukkan Ira di pinggiran meja, kemudian diletakkannya kedua kaki gadis itu pada pinggiran meja dalam posisi mengangkang, mirip banget seperti huruf “M” yang indah, kedua tangan Ira bertopang kebelakang, untuk menahan  tubuhnya
“Uhhhhh.., Ahhhhhhhhh, Ahhhhhhhhhhh…., Ahhhhhhhh” Ira menengadahkan kepalanya ke atas, matanya terpejam rapat ketika batang penis Pak Dion kembali menyumpal lubang vaginanya yang sudah kemerahan kemudian mengocoki lubang itu dengan lembut.
Ira mendesah dengan kuat, beban besar di pundaknya terangkat oleh rasa terangsang, rasa tertekan itu diusir jauh – jauh, kemudian ditiup terbang oleh rasa kenikmatan yang merayapi sekujur tubuhnya.
“Emmmrrrhhhhhh, Engggghhhhh, Errrhhhhhhhhhh” Ira menggeram dan mengerang liar, sesekali ia bergerak menyorongkan vaginanya menyongsong datangnya sodokan penis Pak Dion.
Pak Dion semakin kasar dan kuat menghujam-hujamkan batang penisnya, suara celupan-celupan batang penis kedalam vagina Ira terdengar dengan keras.
“Brukkkk…, Crrruttttt…. Cruuuutttttt” suara punggung gadis itu yang terjatuh ke atas meja, bibirnya tidak pernah henti mendesah dan mengerang, karena disuruhkah ? bukan , samasekali bukan karena perintah pak Dion, Ira merintih keras, sekeras dorongan nafsu birahinya yang meledak-ledak. Pak Dion menarik batang kemaluannya dengan kasar. Cairan kewanitaan Ira meleleh membasahi meja ketika Pak Dion mencabut batang kemaluannya.

“Feby…” Pak Dion memanggil Feby.
“Ehmmmm…!!!” Pak Dion mendehem dengan agak keras, karena Feby masih bengong, agak miris juga Feby ketika menyaksikan Ira disetubuhi dengan kasar.oleh kepala sekolahnya.
“Saya pak…, Iy Iya…” Feby tercekat dan buru-buru berlutut dihadapan pak Dion, mulut Feby membersihkan batang penis Pak Dion, air liurnya membasuhi penis itu, setelah bersih dari cairan-cairan lengket, Feby memasukkan penis itu ke dalam mulutnya, kemudian kepalanya bergerak maju mundur mengoral batang penis pak Dion.
Pak Dion mengangguk-angukan kepalanya sambil tersenyum lebar, Feby memang pandai, dan dapat mempelajari “hal baru” dengan cepat. Kerongkongan Feby bergerak seperti meremas-remas kepala kemaluan Pak Dion, ada sebuah sensasi nikmat yang berbeda yang membuat pria itu menggeram keenakan ketika Feby mengoral penisnya. Mata Doni melotot semakin lebar, batang kemaluannya sudah tegang sedari tadi, nafsu birahinya memuncak, wajahnya memerah dengan nafasnya yang tidak beraturan menyaksikan persetubuhan yang menggairahkan itu. Feby menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri dan kanan sehingga kepala penis Pak Dion bergesekan dengan rongga mulutnya, lidah Feby memutari kepala penis pak Dion dan mengoreki lubang mirip tanda “-” di kepala penis itu kemudian dilumatnya kuat-kuat. Feby mengeluarkan penis Pak Dion dari mulutnya, telapak tangan Feby menggenggam penis dan bergerak mengocok-ngocok batang penis Pak Dion, sedangkan telapak tangan Feby yang satunya lagi mengelusi dan meremasi kepala penis itu. Cukup lama Feby memainkan penis Pak Dion, kini pria itu meminta lebih dari sekedar dioral.

Feby langsung menungging diatas lantai, pasrah, pak Dion tersenyum sambil
Berlutut dibelakang pantat Feby, tangannya menarik Rok seragam Feby keatas agar tersibak , kemudian tanpa basa-basi pak Dion menarik celana Dalam Feby  hingga melorot sebatas dengkul kaki gadis itu.
“Ahhh, ennh, enhhh Enhhhhhh!!! ” Feby merengek dengan keras ketika kepala penis Pak Dion mulai melakukan penetrasi ke lubang duburnya.
“Arhhhhhhhhhhh…..!! “Feby menjerit keras-keras, Pak Dion gembira mendengar jeritan keras Feby ketika kepala penisnya menerobos lubang dubur Feby yang kering dan sempit. Feby mengerang keras, menjerit panjang dan merintih sekuat-kuatnya ketika penis Pak Dion semakin kasar merojoki lubang anusnya.
“Bagus, Bagus, Ha Ha Ha HA ” Pak Dion semakin bersemangat menggenjoti lubang dubur Feby , semakin keras Pak Dion menggenjot semakin keras pula Feby mengerang, merintih dan menjerit-jerit.
Pak Dion menggerakkan penisnya seperti sedang mengocek-ngocek sesuatu kemudian ditarik dan ditekankannya penisnya dalam-dalam kemudian dikocek-kocek lagi dan disentak-sentakkannya dengan kuat.
“Urhhhhh, Nnnnggghhhhh.., Errrhhhhhh, Emmmrrrrhhhhhhh” Feby mengerang, kedua tangannya ditarik oleh Pak Dion ke belakang, kemudian penisnya semakin kuat mengocoki lubang anus gadis itu. Erangan Feby semakin keras ketika Pak Dion mengkombinasikan gerakan penisnya seperti orang yang sedang mendongkrak sesuatu. Nafas Feby terengah-engah ketika Pak Dion menghentikan gerakannya yang brutal. Tangan Pak Dion mengusapi pinggul Feby, membiarkan gadis itu untuk mengambil nafas, setelah nafas Feby agak tenang Pak Dion kembali memainkan penisnya, kali ini dengan lebih lembut, ditariknya kemudian ditekankannya penisnya dengan lembut.

Mata Pak Dion terpejam-pejam menikmati remasan-remasan nikmat pada batang penisnya tanpa mempedulikan Feby yang terus mendesah-desah dengan  sesekali diselingi  erangan keras. Pak Dion kembali mempercepat pacuan penisnya, tangannya mendekap pinggul Feby dan menghantamkan penisnya sekuat-tenaga sampai Feby terdorong-dorong dengan keras.
“ekkkS… ekkkS, Henggghhhh, Errrhhhhh, Ahhh! Ahhhhhhh” suara itu berkali-kali terdengar dengan keras dari mulut Feby ketika penis Pak Dion menghantam keras lubang vaginanya “Plokkk, Plokkkkk… Plokkkkkk” suara benturan buah pantat Feby yang dihantam selangkangan Pak Dion. Dari iramanya dapat dipastikan Pak Dion sedang mempercepat pacuan batang penisnya. Setelah habis-habisan menyodomi muridnya yang pandai dan cantik barulah Pak Dion menarik penisnya keluar dari anus Feby. Tangan Pak Dion meraih pingang Feby dan menariknya berdiri, lalu mengusap keringat dikening Feby kemudian mengulum-ngulum bibir Feby yang terus berdesahan dengan keras, Feby berusaha mengangkangkan kedua kakinya ketika Pak Dion mengarahkan batang penisnya ke belahan vagina gadis itu. Tangan Pak Dion mendekap bokong Feby kuat-kuat dan mengangkat tubuh Feby, Kedua kaki Feby melingkar mengait pinggang Pak Dion sedangkan kedua tangannya melingkar, berkalung pada Pak Dion.
“Ahhh, Ahhhhh, Ahhhhh Ahhhhh….” Berkali-kali Feby merintih keenakan ketika tubuhnya mulai terayun-ayun semakin lama semakin cepat, rengekan manjanya terdengar menggairahkan.
Jeritan-jeritan Feby membuat jantung Doni berdebar-debar dengan keras, sungguh kontras tubuh Feby yang terayun-ayun ketika bersanding dengan tubuh Pak Dion, tubuh gadis itu tampak basah oleh cucuran keringat, rintihannya begitu renyah menggoda.

Pak Dion menurunkan tubuh Feby kemudian mendudukkan Feby di atas kursi. Mata Doni dapat melihat dengan jelas ketika Pak Dion menusukkan kedua jarinya kedalam lubang vagina Feby, kemudian tangan itu bergerak maju mundur sampai nafas Feby terdengar tersendat-sendat diiringi rengekan-rengekannya, kedua tangannya memegangi tangan pak Dion berusaha menghentikan gerakan tangan itu yang semakin kasar namun pak Dion menepiskan tangan Feby. Jempol tangan Pak Dion bergerak seperti sedang mengurut-ngurut sesuatu, Doni yakin jempol Pak Dion pasti sedang menguruti klitoris Feby. Mulut pak Dion memangut-mangut sepasang susu Feby yang sudah basah berceceran keringat. Air liur Pak Dion Membasuh bulatan payudara Feby, mulutnya meruncing ketika menyedoti putting gadis itu yang merah muda, sesekali Pak Dion mengigit gemas bulatan payudara Feby sampai meninggalkan bekas gigitan, tanpa mempedulikan Feby yang meringis kesakitan Pak Dion terus menggarap putting Feby dengan giginya yang tajam, digesek-gesekkannya giginya pada putting itu sebelum menggigit-gigit kecil putting Feby yang meruncing. Ciuman-ciuman Pak Dion semakin turun ke perut, dan terus menjalari permukaan vagina Feby, Pak Dion menggesek-gesek kuat klitoris Feby dengan jari jempolnyanya “Ennnhhhh…, Crrrttt.. Crrrr….”
Tangan Pak Dion mengangkat dan membuka kaki Feby mirip huruf “V”, Feby merengek kemudian terisak menagis, gadis itu merasa tidak berdaya dalam cengkraman Pak Dion yang terus menyetubuhinya dengan berbagai macam gaya dan posisi. Pak Dion terus mengenjot-genjot vagina Feby, semakin dalam dan kuat, ada rasa kepuasan tersendiri bagi Pak Dion ketika menatap Feby yang menangis sambil terus digenjoti olehnya, ada sesuatu yang berbeda yang membuatnya semakin bersemangat menggenjoti lubang vagina Feby, Pak Dion ingin agar Feby semakin keras menangis, semakin keras menjerit dalam keputusasaan , dalam cengkraman kekuasaannya. Penis Pak Dion terus merojok dalam-dalam lubang vagina Feby.

Tiba-tiba Pak Dion mencabut penisnya, karena sudah puas ? Belumm !! Pak Dion belum puas, ia hanya membiarkan Feby beristirahat sejenak, meninggalkannya menangis terisak-isak dalam ketidak berdayaannya. Pak Dion duduk kembali di atas kursi. Tanpa dapat menolak Ira bergerak turun ketika Pak Dion memerintahkannya turun, pria itu membalikkan tubuh Ira agar gadis itu memunggunginya kemudian menarik pinggul Ira.
“Ahhhh.. ! Ahhhh ! ” dengan keras Ira mendendangkan sebuah lagu kesukaan Pak Dion, Pak Dion memacu penisnya dengan kuat, kadang bergerak perlahan-lahan. Penis Pak Dion menggoda Ira yang memberikan respon yang menggembirakan dengan rintihan-rintihannya, rengekan-rengekan kecilnya dan jeritan-jeritan kerasnya ketika Pak Dion menyentak-nyentakkan batang penisnya dengan kasar menghujami vaginanya.
Lagi asik-asiknya Doni mengintip tiba-tiba ” Bukkkkk….” tengkuknya dihantam dengan keras, Doni kehilangan kesadarannya, dan ambruk tanpa daya.
“Huahhhhh….!! ” Doni membelakkan matanya, ada rasa nikmat yang mengeluti batang kemaluannya, dan menyadarkannya hingga akhirnya Doni terbangun dalam kenikmatan bercampur rasa pening di kepalanya yang berputar-putar.
“Ha Ha HA HA” terdengar suara beberapa orang , tertawa terbahak-bahak
Doni menggerak-gerakkan tangannya yang terikat, kedua kakinya mengangkang lebar-lebar, dengus nafasnya meburu ketika menengokkan kepalanya kearah batang penisnya, ternyata Ira dan Feby tengah asik melumat, menjilati dan mencumbui penisnya. Membutuhkan waktu yang lama ketika Feby dan Ira berusaha mengalahkan penis Doni, sampai akhirnya Doni harus menggakui kelihaian mulut mereka. “Ahhhhhhhhh….!! Crrrooot…, Croooottttt” Dengan jelas Doni dapat melihat batang penisnya menyemburkan cairan sprema seperti air mancur.

“Hemmmm, cukup lama juga ternyata….” Pak Dion tersenyum menatap Doni, kalau dari ukuran, batang Doni lebih kecil dari milik pak Dion, sekitar 17 cm namun daya tahannya tidak kalah dari Pak Dion.
Pak Dion cs menawarkan sesuatu yang tidak mungkin dapat ditolak oleh Doni, sebuah kenikmatan yang selama ini selalu dirindukannya, dicari setengah mati dengan susah payah, belum lagi termasuk patah hati berkali-kali yang harus dialaminya ketika menjajakan gerbang cinta dihatinya, wajah Doni tersenyum lebar dan mengangguk.

************************
Keesokan harinya

Dari kejauhan mata Pak Dion mengawasi Veily dan Anita, bibirnya tersenyum-senyum, ” Bagaimana hasil penyelidikan kamu?” Pak Dion menghubungi seseorang dengan Hpnya.
“Bagus, bagussss, Ha ha ha ha ha ha ha,” Pak Dion tertawa senang, tinggal menghitung hari sebelum kedua gadis cantik itu jatuh dalam genggaman kekuasaaannya, untuk sementara Pak Dion Hanya mengetahui kalau Veily dan Anita adalah pasangan lesbi, tapi yang paling penting kini Pak Dion mempunyai seorang mata-mata yang dapat berbaur di antara para murid untuk mencari informasi penting yang ia butuhkan. Doni, nama mata-mata Pak Dion, si kepala sekolah bejat, yang kini menyusup  diantara para murid, menguping setiap pembicaraan mereka, menyampaikan gosip-gosip yang beredar di kalangan para murid, dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan oleh Pak Dion cs.
“Pak Dion, kalau bisa sih.., Maya, Reina, Farida, juga dimasukkan dalam daftar kemarin, he he he ” Doni tersenyum-senyum mesum.
“Trussss, Feifei, Cheria,Cindy, Mia, “
“Ooo.., jangan lupa, Vivi si toket gede, wah pasti asik loh Pak, susunya itu, terus… ” Doni mulai memberikan masukan-masukan untuk pak Dion.
“Nanti saya coba cari tahu dehhh…, mungkin saya dapat menemukan informasi yang berguna tentang mereka. bagi Pak Dion” Doni kemudian menggakhiri pembicaraannya.
Doni menengokkan kepalanya ke kiri dan kanan kemudian berlalu sambil bersiul-siul senang.

Aku menutup buku harianku
Keadaan semakin tidak menguntungkan,
Penjaga perpustakaan sih sudah pasti,
Setali tiga uang dengan Pak Dion
Aku, Vivi, Farida dan Reina terus memantau
Setiap situasi dan kondisi yang mungkin berubah sewaktu-waktu.
Tampaknya Pak Dion semakin melebarkan sayapnya.

Schoolgirl's Diary 5: Two Virgins Collapse

Anita & Veily
Dua orang muridnya yang cantik datang menyerahkan diri, cukup lama Pak Dion mengintai mangsanya dan akhirnya kerja kerasnya berhasil dengan gemilang, bayangkan betapa berat ia mencurahkan seluruh pikiran dan tenaganya siang dan malam demi dapat menikmati santapannya yang lezat dan nikmat. Pak Dion tidak pernah merasa memaksa mereka, ia memberikan dua pilihan sebagai bentuk “demokrasi” ciptaannya, serahkan keperawanan kalian atau….. rekaman kalian akan segera beredar luas. Pak Dion mengunci pintu kantornya, kemudian segera menarik pergelangan tangan kedua gadis itu, dengan santai  ia menyuruh keduanya agar duduk di atas meja, sedangkan ia sendiri duduk di atas  kursi empuknya tepat di hadapan mereka.
Anita dan Veily saling memandang kemudian tertunduk lesu tanpa daya.
“Kalian kenapa sichhh….??? Koq lemas gitu, padahalkan kalian ini biasanya hot banget……, sampe ngecrot barengan..He he he” Pak Dion terkekeh-kekeh, tangannya menyibakkan rok seragam Veily.
“Ehhhh….!! ” Pak Dion merasa tersinggung ketika Veily menepiskan tangannya, senyuman mesum mendadak hilang dari wajahnya, sambil menggeram  ia bangkit dari kursinya dan
 ”Plakkkkkk!!! “
“Dengar baik-baik, bapak bisa melakukannya dengan kasar kalau kalian terus seperti ini, dasar murid tidak tahu diuntung, disuruh belajar yang enak-enak malah ngak mau, jarang bapak memberikan kesempatan seperti ini…!!”

“Jangan pakkk, jangan, tolong….jangan” Anita menahan tangan pak Dion yang melayang hendak kembali menampar wajah Veily.
“Hmmmmmhhh…….” Pak Dion mencoba meredakan emosinya.
“Baiklah, nama kamu Anita ya ??” Pak Dion membelai kepala gadis itu, Anita mengangguk kecil.
“Sekarang coba kamu ciuman dengan Veily, Bapak pengen lihat langsung, pengen nonton lesbian live show, hehehe….”
Anita menekan perasaannya, kemudian bibirnya mengejar bibir Veily, nafas Veily memburu antara marah dan nafsu yang perlahan-lahan mulai menggoyahkan, menghancurkan rasa marah dan kebencian dihatinya. Sang nafsu mengupas kemudian membasuh rasa marah di hati Veily, perlahan-lahan sang nafsu melemparkan jauh-jauh rasa risih yang mengganjal di dalam hati kedua pasangan lesbi itu, Pak Dion tersenyum kemudian duduk kembali di atas kursinya, berkali-kali kepala sekolah bejat itu menelan ludah ketika menyaksikan Anita dan Veily saling melumat dengan mesra
“Ckkk Ckkkk.. Ckkkkk…..” suara bibir kedua muridnya yang cantik terdengar saling berdecakan ketika mereka saling melumat dan mengulum.

Veily merapatkan kedua kakinya ketika merasakan rok seragamnya disibakkan ke atas oleh Pak Dion, pria itu tersenyum sambil menyibakkan rok seragam Anita.
“Ha Ha Ha.., wahh,!!, Ck ck Ck ” Pak Dion berdecak kagum sambil menatap tajam dua pasang paha kedua muridnya yang putih dan mulus, tangan kirinya bermain dipermukaan paha Anita sedangkan tangan kanannya bermain di permukaan paha Veily. Posisi kedua kaki yang merapat itulah yang sengaja dimanfaatkan oleh Pak Dion untuk meloloskan celana dalam kedua muridnya.
Tangan Pak Dion memaksa kedua paha Veily untuk mengangkang, ia menatap wajah Veily dengan tatapan sinisnya, kepala sekolah bejat itu merasa di atas angin karena Veily hanya terdiam pasrah tanpa daya, menatapnya dengan tatapan putus asa.

“Awwww…..!! ” Veily memekik kaget ketika jari tangan Pak Dion mengusap selangkangannya yang mengangkang, tubuhnya tersentak seperti tersengat listrik merasakan usapan kurang ajar itu.
Wajah Veily merah padam, baru pertama kali ini selangkangannya dielus oleh jari tangan laki-laki, bahkan kini jari-jari itu mulai menghampiri selangkangannya kembali, nafas Veily semakin berat, berkali-kali Veily merasakan tubuhnya menggigil , dan merinding hebat.
“Nah Veily, coba sekarang kamu buka bajunya Anita…” Pak Dion memerintahkan Veily, perlahan-lahan ia melaksanakan perintah Pak Dion, tangannya mulai melepaskan kancing baju seragam Anita kemudian menarik lepas baju seragam temannya.
“Sekarang buka BH-nya….” Pak Dion memberikan instruksi lebih lanjut dan Veily melaksanakan instruksi Pak Dion, Anita merapatkan kedua kakinya sambil menyilangkan tangankirinya di depan dada berusaha menyembunyikan buah dadanya yang terekspose dengan bebas, sedangkan telapak tangannya yang satunya lagi berusaha menutupi wilayah intimnya.”bagus.., bagus.. Ha Ha Ha” Pak Dion tertawa senang.
“Nah, Sekarang giliran Anita….., Buka baju ama BH-nya Veily…” Pak Dion meleletkan lidahnya ketika Anita mulai melaksanakan instruksinya.
“Luar biasa….!!” mata Pak Dion berbinar-binar menatap keindahan tubuh Veily dan Anita.
Tangan Pak Dion mencekal pergelangan tangan Veily dan Anita kemudian menyuruh mereka untuk berlutut di sisi kanan dan kirinya.
“Oke.., sekarang biar bapak ajarkan, mata pelajaran pertama yang sangat penting bagi kalian berdua, yaitu belajar menservice penis laki-laki, ” Pak Dion cengengesan dengan wajahnya yang menyebalkan.

“Seperti biasa dan pada umumnya sebelum belajar kita harus membuka buku terlebih dahulu, sebab bagaimana kita mau belajar kalau bukunya tidak kita buka, iya tohh…, nah, karena ini tentang penis, maka bapak sarankan kalian mulai membuka celana bapak… ayooo tunggu apa lagi sih!!! “Pak Dion membentak karena Anita dan Veily tidak menyimak pelajaran darinya.
Mereka saling berpandangan kemudian perlahan-lahan mereka mulai membagi tugas, Veily membuka ikat pinggang Pak Dion sedangkan Anita menarik resleting celananya “Srerrtttt…..!! ” , bersamaan mereka menarik celana panjang Pak Dion sampai terlepas, kini hanya celana dalam itu sajalah yang menutupi selangkangan Pak Dion. Veily dan Anita memalingkan wajah mereka ketika Pak Dion meraih sesuatu dari balik celana dalamnya. “Sekarang kita mulai pelajaran kedua dengan topik, tanpa keberanian maka semuanya sia-sia, oleh karena itu dalam pelajaran kedua ini kalian harus berani mempergunakan mata kalian, coba lihat benda Bapak yang hebat ini HE HE HE”
“Ayo Anita jangan malu gitu dong ahh, harus berani kaya Veily…” Pak Dion membujuk Anita agar mau menatap batang kemaluannya.
“Ihhhh…gede amat….” Anita tanpa sadar mengungkapkan isihatinya.
“Nah sekarang , selain sebagai alat perasa lidah juga mempunyai fungsi lain, demikian pula dengan fungsi mulut kalian selain untuk makan tentu ada gunanya….juga dalam pelajaran yang satu ini,, julurkan lidah kalian…” Pak Dion  tersenyum sambil menekankan kepala Veily dan Anita kearah batang kemaluannya.

“Nahhh…, Ayo belajar baik-baik, dijilat, dihisap…, diciumin….” Pak Dion menyandarkan punggunya bersandar pada kursi empuknya. Sesekali terdengar suara Anita dan Veily yang terbatuk-batuk, mereka belum terbiasa menghirup aroma kemaluan pria yang menyengat.
“Bagus, cukup pandai.., ” Pak Dion mengelus-ngelus kepala Veily dan Anita, bergantian mereka mengecup-ngecupi buah zakar Pak Dion, lidah mereka terjulur-julur keluar menjilati permukaan batang kemaluan Pak Dion yang berwarna hitam kecoklatan.
“Nahh, ini juga dicobain.., kamu pasti suka…” Pak Dion menekan kepala Anita sambil menjejalkan kepala kemaluannya, sementara Veily menatap Anita yang sedang menghisap-hisap kepala kemaluan Pak Dion, mulut Anita bedecakan ketika melumat-lumat puncak kepala kemaluan Pak Dion, sementara kedua tangan Anita menggenggam penis Pak Dion yang besar.
“Anitaaaaa, jangan serakah gitu dong, ayo biar sekarang Veily yang nyicipin kontol Bapak…..”
Anita melepaskan kemaluan Pak dion kemudian menyodorkannya pada Veily, sebentar Veily menatap kepala kemaluan Pak Dion sebentar kemudian menolehkan wajahnya menatap Anita seolah-olah bertanya seperti apa rasanya. Anita menganggukkan kepalanya seolah meyakinkan Veily kalau mainan baru yang satu ini ternyata sangat mengasikkan. Perlahan lidah Veily terjulur keluar dan memijati kepala kemaluan Pak Dion sebelum memasukkannya ke mulut, Hmmmmm ternyata seperti inilah rasanya kepala penis laki-laki, asin, kenyal,dan gurih. Bergantian Anita dan Veily menservice kemaluan Pak Dion, mulai dari buah zakar, batang kemaluan dan juga kepala kemaluan Pak Dion. Pak Dion menarik tubuh Anita kemudian membaringkannya kembali di atas meja, tangannya mendekap pinggul Anita dan menggusup pinggul gadis itu sampai posisi vagina gadis itu pas untuk disodok oleh batang kemaluannya, kepala sekolah bejat itu kemudian sibuk berusaha melakukan penetrasi pada lubang vagina Anita yang masih rapat.

“Aaaakkhhh……!! ” Anita membeliakkan matanya ketika merasakan batang kemaluan Pak Dion mulai terbenam, membelah jepitan vaginanya dengan perlahan-lahan.
“Arhhhhh………, Owwwww….. Hkk Hkkkk” Anita menolehkan kepalanya kesamping ketika merasakan seseorang menggenggam lembut tangannya.
“Veilyyyyy….,Ahhhh.., “Anita memekik sambil menggenggam erat tangan Veily ketika merasakan kepala kemaluan Pak Dion merobek-robek selaput perawannya, Veily membelai-belai kepala Anita, berusaha menenangkan Anita yang sedang diperawani oleh Pak Dion.
Pak Dion terkekeh-kekeh sambil semakin dalam membenamkan batang kemaluannya sampai mentok kemudian ditariknya perlahan-lahan kemudian disodokkannya masuk sekaligus kedalam jepitan vagina Anita.
“Pelan-pelan Pakkk, ” Veily memohon memelas pada Pak Dion, agar Pak Dion menyetubuhi Anita dengan lebih lembut.
“Boleh, tentu boleh…!! Tapi… syaratnya kamu juga harus ikut ngegarap Anita…., kalo nggak Bapak sodok dia kayak gini !! Hihhhhh…..!! ” Pak Dion menggenjot vagina Anita dengan kasar sampai Anita memekik – mekik kesakitan.
“Jangan…!!, Jangannnn Pakkkk!!, Saya lakukan…..” Tangan  Veily menahan gerakan pinggul Pak Dion yang sedang menggenjot-genjot vagina Anita.
Pak Dion tersenyum-senyum ketika Veily mulai duduk di pinggiran meja menghadap ke Anita yang terlentang pasrah, tangan Veily mengelus-ngelus payudara Anita, diusapnya payudara Anita sampai gadis itu menggeliatkan tubuhnya karena kegelian.
“Veil…” gadis itu merintih lirih ketika merasakan remasan-remasan lembut pada gundukan buah dadanya,

 ”Ahhhh…………… ” Anita mendesah ketika merasakan tangan Veily mencubit putting susunya kemudian mulai menarik-nariknya dengan lembut, sementara Pak Dion mulai mengayunkan batang kemaluannya dengan lembut. Ditekankannya batang kemaluannya yang besar dan panjang itu dalam dalam kemudian perlahan-lahan kembali ditariknya sampai sebatas leher penis kemudian ia kembali menekankan batang kemaluannya dalam-dalam sampai mentok.
“Ahhh…, Ahhhhhhh, Veily” Anita merintih sambil mendekap kepala Veily yang sedang mencumbui puncak payudaranya.
Mulut Veily mengecupi buntalan payudara Anita yang padat dan kenyal, lidahnya terjulur keluar menjalari permukaan payudaranya kemudian menjilati puttingnya sebelum melumat dan mengenyot-ngenyot puncak payudara Anita dengan kuat. Serangan Veily di buah dadanya dan juga genjotan-genjotan lembut Pak Dion akhirnya meruntuhkan dinding pertahanan Anita, dinding itu jebol ketika denyutan-denyutan kenikmatan menerjang tanpa ampun.
“Ahhh… Crrr Crrrrr.. Crrrr…..” Anita memejamkan matanya, Veily agak tercekat ketika menatap Anita, bibirnya agak terbuka sambil mendesis pelan “Ohhhhhhh, nikmatnya……….”
Anita tidak lagi merintih kesakitan ketika Pak Dion mulai melakukan genjotan-genjotan yang agak kuat dan kencang, “Crepppp… Crepppp… Creppppp…” Benda besar dan panjang itu keluar masuk membelah vagina Anita
“Ahhhh Ahhhh Ahhhhh Awwwww….” Anita memekik – mekik kecil keenakan, tusukan-tusukan pak Dion terasa semakin nikmat, terkadang ia menjerit keras dengan liarnya.

“Anitaa ??!! ” Veily tercengang , Anita yang ia kenal tidak seperti ini, Ohh, kenapa ? apakah tusukan-tusukan batang kemaluan Pak Dion yang membuat Anita berubah menjadi liar seperti ini ???
“Ennnhh Ennnnh Ennnhh… Aaaaaaa” Anita semakin keras merengek ketika Pak Dion semakin kuat menggenjot-genjotkan penisnya.
“Arhhhhh….!! “Anita mengerang keras ketika penis Pak Dion mengaduk-ngaduk vaginanya, pria itu tampak semakin bernafsu menyodok-nyodokkan batang kemaluannya.
“Oahhhhhhh…., Hshhhhhhhh……Hshhhhhh” Anita mendesis-desis, sungguh sulit menahan nikmatnya sodokan-sodokan penis Pak Dion yang membuat Anita berkali-kali terperanjat seperti terkena sengatan listrik tegangan tinggi, dan pada sentakan terakhir ia memekik kecil
“Ahhhhh…, Pak Dionnnn, Crrr Crrrrr…….” tubuh Anita mengejang beberapa detik sebelum akhirnya terkulai dengan lemas, Pak Dion menghela nafas panjang sambil meremas-remas buah dadanya, kepala sekolah bejat itu menarik batang kemaluannya dari dalam jepitan vagina Anita. “Plophhhh”
“Veily.., sekarang giliran kamu he he he” Pak Dion memerintahkan Veily agar duduk di atas kursi empuknya.
“Ayooo…, ngak apa-apa koqq…” Pak Dion membimbing Veily dengan paksaan, dibukanya kedua lutut Veily agar mengangkang ke samping, gadis itu berusaha mengumpulkan keberaniannya ketika kepala Pak Dion menunduk dan mendekati wilayah intimnya, Veily merasa risih ketika merasakan hembusan-hembusan nafas pak Dion yang memburu menerpa permukaan vaginanya.
“AHHHHH…!! ” Veily tersentak ketika merasakan sebuah jilatan dibibir vaginanya, tubuhnya menggigil hebat ketika merasakan ulasan-ulasan lidah Pak Dion menjilati dan mengorek-ngorek belahan vaginanya. “Slllcckkkk….Sllllcccckkkkk… Slllccckkkkk!! “
.
“Ennnhhhhhh……” Tubuh Veily kelojotan ketika mulut Pak Dion tiba-tiba mengenyot-ngenyot bibir vaginanya “Uhhhhh!! Crrrr Crrrr Crrrrr” Cairan kenikmatan itu berdenyut berkali-kali dan semuanya habis dikenyot dan ditelan oleh Pak Dion.
“He he he…, Nyamm, Gurih…, Ehmmm” Pak Dion mengangkat kepalanya ,
Veily terdiam dengan wajah merah padam, ketika si kepala sekolah bejat itu berhasil membuatnya mencapai puncak klimaks.
Veily menolehkan kepalanya ke kiri ketika Pak Dion mulai mengarahkan batang kemaluannya pada bibir vaginanya, Veily merintih ketika merasakan gesekan-gesekan kepala kemaluan Pak Dion yang menggeseki belahan vaginanya.
“AHHHHH………!! ” gadis itu memejamkan matanya rapat-rapat ketika merasakan belahan vaginanya dipaksa melar pada saat kepala kemaluan Pak Dion mulai melakukan penetrasi, tubuhnya melenting kemudian terhempas begitu saja.
“Hsssshhhhh…… Awwww…..!! “Veily menatap Wajah Pak Dion sambil berusaha menahan gerakan pinggul Pak Dion, Pak Dion tertawa senang sambil menikmati jepitan vagina Veily pada leher penisnya.
“Uuuuhhhh……” bibir Veily meruncing ketika merasakan penis Pak Dion mulai menekan untuk masuk lebih dalam, Veily menggeliat-geliat resah, bibirnya terus mendesis-desis tanpa henti.
“Awwww…., Aduhhhhh……” Veily mengernyit kesakitan ketika kepala kemaluan Pak Dion bersuka ria merobek-robek selaput daranya,
Sambil meremas induk payudara Veily, Pak Dion menyentakkan batang kemaluan kuat-kuat.”Owwwww……!! “Veily terkulai lemas di atas kursi empuk dengan sebatang penis Pak Dion yang besar dan panjang tertancap dalam-dalam di lubang vaginanya. Air mata meleleh dari sudut matanya, gadis itu terisak menangis sambil menatap wajah Pak Dion, betapa menyebalkannya wajah pria itu, dasar bajingan!! keparat!! Veily mengumpat dalam hati.

Pak Dion menarik penisnya perlahan-lahan kemudian kembali disodokkannya sekaligus, bibir vagina Veily sampai terlipat kedalam ketika batang kemaluan yang besar dan panjang itu menyodok masuk dengan paksa.
“Hemmmppphhh…..” Veily bertahan agar dirinya tidak berteriak, ia tidak ingin si keparat ini terkekeh senang mendengarnya memekik-mekik tanpa daya dalam genjotan-genjotan batang kemaluannya.
Pak Dion menggeram kemudian semakin kasar dan liar menarik dan membenamkan batang kemaluannya, begitu kasar, liar dan brutal,
“Clepp.. Cleppp Cleppp….”
“Oawwwww….!! Ampunnn… Pakkkk!! Ampunnnn Ohhhhh” Veily tidak sanggup lagi menahan genjotan-genjotan kasar Pak Dion, Pak Dion malah semakin mempercepat genjotannya, sambil sesekali tertawa senang mendengarkan jeritan-jeritan kecil Veily.
“HHhhsshhh…..” Veily berusaha mengambil nafas sebanyak mungkin ketika Pak Dion membenamkan batang kemaluannya dalam-dalam dan berhenti bergerak, kedua tangan Pak Dion meremasi induk payudara Veily yang sudah basah oleh lelehan cairan keringat, dijepitnya putting susu gadis itu kemudian dipilin-pilinnya putingnya yang sudah meruncing keras. Pak Dion mencekal tungkai lutut Veily sebelah bawah dan mendorong sambil mengangkangkan kedua kaki gadis itu. Posisi kaki Veily mirip huruf “M” yang sangat indah. Veily meringis ketika Pak Dion menarik kembali batang kemaluannya, gadis itu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Ahhh, AHHHH, Owwww…! Owwwww!” Tubuh Veily tersentak-sentak dengan kuat ketika Pak Dion kembali menggenjot-genjot kasar lubang vagina Veily yang seret dan sempit.

“Ahhhh, kenapa ini ??, Ohh, Ampun,  enak bangetttt…..” Veily membatin ketika merasakan genjotan-genjotan Pak Dion yang kasar dan brutal terasa semakin enak. Apa ini yang dirasakan oleh Anita, Hmm, pantesan Anita malah mendesah-desah keenakan ketika digenjot-genjot oleh batang kemaluan Pak Dion.
“Ahhhh… Pak Dionnnn, Ahhhhhh….” Veily menatap sayu wajah Pak Dion, menatap laki-laki gemuk itu mengayunkan batang kemaluannya yang besar dan panjang.
“He He He, Gimana pelajaran khusus dari bapak ?? rasanya enak bukan ?? Kamu harus bersyukur dan berterimakasih sama Bapak, nggak semua murid perempuan mendapatkan kesempatan emas ini !!!, Cuma yang cantik-cantik aja, HA HA HA HA” Pak Dion mencekal pinggang Veily kuat-kuat kemudian menghentak-hentakkan batang kemaluannya dengan liar dan brutal sampai Veily melolong panjang “Owwwwww…………hhhhhh”
“Hemmmmmffffff… Ucchhhhh….?” Veily mendesah-desah ketika tiba-tiba lubang vaginanya berkedut-kedut dengan nikmat, ada sesuatu yang keluar tanpa dapat ditahan atau dicegah, semuanya terjadi begitu saja, begitu lega, nyaman, kenikmatan itu membuat Veily merinding.”OHHH…, nikmat banget sichhh……” tanpa sadar Veily mendesis lirih.
Pak Dion meraih pundak Veily kemudian menarik tubuh gadis itu ke arahnya sambil melakukan kocokan-kocokan lembut. Kepala sekolah bejat itu menciumi bibir Veily yang terus mendesah-desah, sesekali dilumatnya bibir gadis itu. “ckkkk… Ckkkk… Cllllkkkkk, Ohhh,, Hsshhh Ahhh Ckkkk..”Suara decakan-decakan itu bercampur dengan desahan dan rintihan Veily yang semakin manja dan menggairahkan.Pak Dion menolehkan kepalanya pada Anita yang sedang duduk di pinggiran meja sambil menonton perbuatan mesum antara Pak Dion dan Veily.

“Anita sini…” Pak Dion memanggil Anita, perlahan-lahan Anita mendekati pak Dion.
Kepala sekolah bejat itu menarik pergelangan tangan Anita agar gadis itu ikut berlutut disamping tubuhnya yang gembrot, dengan santai lengan Pak Dion melingkari pinggang Anita, setelah mengecup pipi Anita, Pak Dion kembali menggenjotkan batang kemaluannya menerjang lubang vagina Veily. Veily menatap Anita dengan tatapan matanya yang sayu, berkali-kali bibirnya mendesah-desah lembut, terkadang mengerang lirih, nafas Anita semakin memburu, gadis itu menundukkan tubuhnya dan mengalungkan kedua tangannya pada leher Veily. Dengan lembut Anita melumat bibir Veily.
“Ha Ha HA…, Bagus, Bagus….! ” Pak Dion tertawa senang, sambil menatap kedua muridnya yang lesbi saling berpelukan dan berciuman dengan mesra, kepala sekolah bejat itu menatap pantat Anita yang agak menungging di sisinya, sambil mengocok vagina Veily Pak Dion mencari cari kelentit Anita.
“Offffffhhh…, Ahhhh, Ahhhh Ckk Ckkk….” Anita mendesah-desah ketika merasakan kelentitnya diurut-urut oleh Pak Dion, sementara Veily mendesah resah karena lubang vaginanya terus digenjoti oleh si keparat Dion.
“Ahhhh Ahhhhh… Pak Dionnn…..”
“Aduhhh… duhhhh Ahhhhhh… Awwww”
Rintihan-rintihan kedua murid yang cantik itu terkadang disela oleh suara tawa pak Dion yang terkekeh-kekeh keenakan, erangan dan desahan-desahan manja semakin sering terdengar dari bibir mereka.
“Aaaaa…. Hemmmm CRRTTT CRRRRTTT”
“Aduhhhh… AAAAAAA…. Crrr Crrrrr…….”
Pak Dion semakin pede ketika berhasil merobohkan kedua muridnya yang cantik sekaligus. Ia lalu mencabut batang kemaluannya.

“Ehmmm, He he he…..kalian haus??” Pak Dion bertanya pada kedua muridnya, Anita dan Veily menganggukkan kepala sambil menatap dengan pandangan memohon.
“Ayo kalian bersujud di depan kontol Bapak….” tangan kanan Pak Dion berkacak pinggang sedang kan tangan kirinya memegang sebotol teh botol yang sudah dibuka, perlahan-lahan Anita dan Veily berlutut di hadapan penis Pak Dion.
“Kalian boleh minum tapi harus lewat kontol Bapak, ya itung-itung ngerasain teh botol rasa baru,” Pak Dion memiringkan teh botol ditangannya tepat pada Batang Penisnya yang sengaja diarahkan pada wajah kedua muridnya yang cantik.
Anita dan Veily terdiam sambil menatap sedikit air teh yang mengucur di ujung kemaluan Pak Dion, antara rasa haus dan harga diri, itulah yang harus dipilih oleh mereka.
“Gluk… Ceglukk…” berkali-kali Veily dan Anita menelan ludah berusaha membasahi kerongkongan mereka yang terasa kering dan panas sedangkan sedikit air teh yang mengucur di ujung penis Pak Dion begitu menggoda mereka.
“Slccckkk… Slllccckkkk,, Glekkk,,, Srrrrrrpppp… Srrrpppp” Veily langsung menyeruput air teh yang mengucur di ujung penis Pak Dion, untuk mengghilangkan rasa dahaga yang menyiksanya.
“HA HA HA HA HA HA…..” Pak Dion tertawa senang, suara tawanya semakin keras ketika Anita mengikuti jejak Veily.
“Buka mulut kalian lebar-lebar….” Pak Dion memerintahkan agar Veily dan Anita membuka mulut mereka, ia mengarahkan kepala kemaluannya pada mulut Anita yang ternganga, kemudian menuangkan air teh melalui batang kemaluannya

“Cerrrrrrr………” terdengar suara air teh yang sedang mengisi rongga mulut Anita, selesai mengisi mulut Anita, Pak Dion mengarah kepala kemaluannya untuk mengisi rongga mulut Veily.
“Glukkk… Glukk”
“Ceglukk…. Gluk”
Anita dan Veily yang kehausan menelan air teh di rongga mulut mereka, pak Dion berulang kali mengisi mulut kedua muridnya yang terus menganga kehausan.
“Nahhh, gimana rasanya ?? teh botol rasa kontol , HA HA HA” Pak Dion tertawa terbahak-bahak, ada sensasi tersendiri ketika melecehkan kedua muridnya yang cantik.
Pak Dion mencekal pergelangan tangan kedua muridnya dan menarik mereka berdua berdiri, “Nahhhh , kalian sudah belajar dientot dan terus terang, Bapak sangat salut pada kalian berdua, memek kalian rasanya enakk banget…, seret, peret pisannn…, top abis dahhhh….!! TWO THUMB UP BUAT MEMEK KALIAN !! ” (Hemmmmm??? Waduh….kayaknya istilahnya familiar amat ^^ )
“Setelah pelajaran dientot, kurang sreg rasanya jika kalian tidak belajar untuk melakukan pembalasan…., nah ini dia pelajaran selanjutnya, kalianlah yang harus belajar ngentotin Bapak…. He he he…..” Pak Dion menarik Veily dan Anita ke arah kursi sofa panjang di ruangan kepala sekolah yang biasanya dipakai untuk menjamu tamu.
Tubuh Pak Dion duduk santai di atas kursi sofa, Veily dan Anita saling berpandangan. Harap-harap cemas, berharap untuk kembali menggapai puncak kenikmatan namun cemas menghadapi sodokan-sodokan maut pak Dion.

“Nah, Anita…, Coba kamu naik kemari,”
Anita menaiki tubuh Pak Dion, kedua tangannya berpegangan pada bahu pak Dion untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, Posisi Anita Mirip seperti Orang yang sedang berjongkok untuk buang air kecil.
“Oke, sekarang kamu dudukin kepala kontol Bapak Pakai memek Kamu…, Ayooo…, jangan ragu-ragu….”Pak Dion membantu dengan menarik pinggang Anita untuk turun.
“Sllllleeeeeppppphhhhh ” Perlahan-lahan kepala kemaluan Pak Dion kembali membelah vagina Anita. “Aaakkhhh….” kepala Anita terangkat keatas sambil mendesah panjang merasakan batang kemaluan Pak Dion kembali tertancap di lubang vaginanya, Anita berusaha menekankan vaginanya ke bawah, lelehan keringat kembali bercucuran membasahi tubuh gadis itu.
“Sekarang kamu ayun-ayunkan pinggul kamu… Ayoo…” Pak Dion menanti aksi Anita selanjutnya, sambil menggigit bibir Anita mulai bergerak mengayun-ngayunkan pinggulnya.
“Lebih cepat !!.. Lebihhh kuatttt….!! ” Pak Dion menyemangati Anita agar lebih aktif lagi melakukan Pr-nya.
“Ayoo,,, terusss,,!! perkosa Bapak, Anita…,!!” Pak Dion membantu Anita dengan menarik-narik pinggulnya untuk turun dengan lebih cepat dan kuat.
“Pakkk… Dionnnn!! Enakkkk…, Pakkkkkk….” Anita menjerit liar, sambil menghempas-hempaskan pinggulnya dengan lebih cepat.
Payudara Anita yang membuntal padat bergerak-gerak dengan indah di dadanya, Pak Dion Langsung mencaplokinya bergantian dari yang kiri dan yang kanan.
“Utsssss….!! Crr Crrr Crrrr…..” gerakan Anita tiba-tiba terhenti, tubuhnya mengejang , Anita merintih lirih dan terkulai lemas dalam dekapan Pak Dion.
Pak Dion mendorong tubuh Anita kesamping kanan, gadis itu bersandar lemas dengan posisi kedua kakinya sedikit  mengangkang.

“Ayo.., Veily sekarang kamu yang berlatih….”
Pak Dion terkekeh-kekeh sambil membantu memegangi pinggang Veily yang berusaha menaiki tubuh Pak Dion yang gembrot.
Nafas Veily memburu kencang ketika merasakan kepala kemaluan Pak Dion yang tidak tahu malu itu kembali menerobos Belahan Vagina gadis itu.
“Ahhhh…. Hsssshhhhhhh…..” Veily mendesis, tubuhnya melenting ke belakang sehingga buah dadanya semakin menonjol, sebuah kesalahan fatal karena Pak Dion justru memanfaatkan moment tersebut untuk mencaploknya, rakus sekali pria itu melumat-lumat payudara Veily yang segar sampai itu sepuas-puasnya.
“Nahhh, ayoo, mulai berlatih…!! ” Pak Dion sudah tidak sabaran ingin mewariskan pelajaran penting untuk Veily.
“Susah Pakkk, susahhhhh…..” Veily tampak kesulitan
“Makanya jangan terlalu tegang begitu santai saja…. Ayo coba lagi…Bapak yakin kamu bisa melakukannya !! “
“Hsssshhh… Ahhhhh Haaaaasssshhhh….” Veily mulai dapat melakukan tugasnya dengan baik, bahkan lebih pandai dari Anita karena Veily tampak lihai menggoyang-goyangkan pinggulnya seperti orang main hulahop.
“Wahhhhh…, rupanya kamu punya bakat terpendam!! ” Pak Dion tersenyum sambil meremas buah dada Veily.
“Ahh Ahhh Ahhh….” Veily mulai belajar untuk menghempas-hempaskan pinggulnya, gadis itu menjerit-jerit liar sambil merengek-rengek manja
“Wahhh…, kamu nangtang Bapak rupanya..,,, Baik bapak layani…!!” Pak Dion menyodokkan batang kemaluannya ke atas ketika Veily menghempas-hempaskan vaginanya kebawah.
“Ohhhh…., Pakkkk!!, Lebih kerassss….!! Ahhhhh terusss Pakkk…” Veily sudah kehilangan jati dirinya, yang ada hanyalah kenikmatan demi kenikmatan yang terasa ketika vaginanya disodok-sodok oleh batang kemaluan Pak Dion.

“AHHHHH……!! Crrr Crrrr” Veily mengalungkan kedua tangannya pada leher Pak Dion sambil menghempaskan vaginanya kebawah kuat-kuat, nafasnya tersendat-sendat ketika cairan-cairan kenikmatan itu berdenyut keluar.
Veily menolehkan kepalanya ke belakang ketika merasakan pinggulnya di dorong ke samping oleh seseorang, rupanya Anita ingin melanjutkan permainan barunya. Veily sedang asik-asiknya menonton Anita yang sedang menghempas-hempaskan pinggulnya dengan liar ketika terdengar bunyi “Cklekkk…..!!”
“Owww….!! ” Veily dan Anita berseru terkejut ketika seseorang menerobos masuk diikuti beberapa orang guru di sekolah itu.
“Ohhhh…, Pak Agunggg….!! Silahkan….” Pak Dion mempersilahkan Pak Agung untuk masuk.
“Wahhhh…, lagi asik rupanya, Maaf nih saya jadi menggangu Pak Dion ” Pak Agung menutup kembali pintu ruangan itu.
“Ohhh, Tidak apa…, saya justru senang Pak Agung mau ikut bergabung, dan memberikan informasi penting tentang korban kita berikutnya… he he he” Pak Dion terkekeh-kekeh sambil meremas-remas buah pantat Anita.
Tampaknya akan segera terjadi pertempuran tidak seimbang, antara Anita dan Veily melawan Pak Dion cs. Setelah mengunci pintu Pak Dede, Pak Ahmad, Pak Djono dan Pak Agung mulai melepaskan pakaian mereka masing-masing, Empat batang kemaluan teracung-acung mendekati mangsa mereka. Pak Djono menggesek-gesekkan kepala penisnya pada belahan pantat Anita yang halus lembut. Pak Dion terkekeh – kekeh sambil mendekap punggung Anita kuat-kuat agar posisi Anita lebih menungging. Pak Djono menekankan kepala kemaluannya kuat-kuat pada lubang anus Anita. Gadis itu mengerang, lubang anusnya mengkerut ketakutan sehingga kepala kemaluan Pak Djono sulit melakukan penetrasi.

“Hemmmm,masih susah…He he” ujung jempol kanan Pak Djono menekan kuat-kuat pinggiran anus Anita berusaha agar lingkaran anus gadis itu sedikit melar dan merekah, kemudian tangan kiri Pak Dion mengarahkan ujung kemaluannya pada lubang anus Anita dan menekan lubang yang sedikit merekah itu kuat-kuat.
“AWWWWWW….!” Anita menjerit keras kesakitan ketika dengan satu sentakan yang kuat kepala kemaluan Pak Djono menjebol  lubang duburnya,
“Arrrhhhhh… Arhhhhhhh…. Errrrhhhhhh” Anita berulangkali ketika Pak Djono menekankan batang kemaluannya lebih dalam menyodomi lubang anus Anita.
“Hegghhhhh…..” Mata Anita membeliak kemudian terpejam rapat disertai rintihan-rintihan kecil ketika merasakan batang kemaluan Pak Djono memasuki lubang anusnya lebih dalam dan lebih dalam lagi, sampai akhirnya pantat Anita bergesekan dengan perut Pak Djono.
“Ahhh Ahhh Ahhhh Ahhhh….” Terdengar suara-suara menggairahkan dari bibir Anita ketika dua batang kemaluan itu berlomba menyodok-nyodok lubang vagina dan lubang anusnya.
“Creppp Creppp Crepppp….”
“Plokkk… plokkkk… Plokkkk” Suara lubang vagina dan lubang anus Anita yang sedang dikocok habis-habisan oleh batang kemaluan Pak Dion dan Pak Djono.
Pak Agung mencekal pergelangan tangan Veily dan menarik gadis itu untuk berdiri, kedua tangan Pak Agung membelit pinggangnya kemudian dengan nafsu yang menggelegak bibir Pak Agung mencaplok bibir gadis itu, tubuh Veily melenting-lenting ke belakang ketika Pak Agung melumat dan mengulum-ngulum bibirnya, Veily mendorongkan kedua tangannya pada bahu Pak Agung, murid cantik itu berusaha melepaskan lumatan Pak Agung dari bibirnya, setelah berusaha beberapa saat…..

“Auhhhh… Ohhhh… Hmmmm Hmmmmm” bibir Veily akhirnya terlepas dari lumatan Pak Agung yang ganas dan liar, namun hanya sesaat sebelum akhirnya bibir Veily kembali menjadi bulan-bulanan Pak Agung.
“Hemmm… Mhhh… Mmmmmhhhhh” kali ini Veily lebih sulit untuk melepaskan bibirnya karena tangan kiri Pak Agung menekan belakang kepala gadis itu kuat-kuat, Pak Agung  yang atletis, berotot, dengan kulitnya yang kecoklatan mendekap erat-erat tubuh Veily, sambil terus melakukan lumatan-lumatan dan kuluman kuluman mautnya, sampai hati Pak Agung puas.
“Uhhhh….” Veily pasrah ketika tangan Pak Agung yang kekar mendekap pinggulnya kemudian mengangkatnya keatas, Pak Agung yang berotot mirip Ade Rai mendesakkan tubuh Veily kesudut ruangan. Tubuh Veily tergantung di udara, posisi buah dada Veily pas banget di hadapan wajahnya.
Perlahan-lahan Pak Agung menjulurkan lidahnya dan menjilat lembut putting susu Veily yang berwarna pink kecoklatan. Nafas Veily semakin tidak beraturan ketika merasakan jilatan-jilatan Pak Agung yang lembut bergantian di kedua puncak payudaranya, mengulas-ngulas putting susunya dan sesekali memutarinya
“Ohhh, Pakkk… Ahhhh!!” Veily mendesah ketika merasakan mulut Pak Agung mencaplok kemudian menghisap lembut puncak payudaranya sebelah kanan mulut, gerakan mulut Pak Agung tampak seperti sedang mengunyah payudara Veily bergantian dari yang kanan ke yang kiri.
Sambil tersenyum pak Agung merebahkan tubuh Veily di meja, disibakkannya kedua kaki gadis itu agar mengangkang.

“OHHHHH…!!!….” Veily bergidik ngeri menatap kemaluan Pak Agung, kalau soal panjang sih kurang lebih sama dengan panjang kemaluan Pak Dion namun yang mebuat Veily bergidik ngeri adalah bulatan batang kemaluan Pak Agung yang hampir dua kali lipat bulatan kemaluan Pak Dion,
“Ahhhh….” punggung Veily sampai terangkat kemudian terhempas kembali ketika merasakan kepala penis Pak Agung mulai menekan berusaha membongkar jepitan vaginanya, agak lama juga Pak Agung berusaha
“EENNNNHHHHH… AWWWWW….!! ” nafas Veily tertahan-tahan ketika kepala kemaluan Pak Agung tiba-tiba mencelat masuk.
“Ha HA Ha, Akhirnya masuk juga, hajar langsung..!! “
“Ayo Pak Agung sodok yang kuat…!!”
Pak Dede dan Pak Ahmad menyemangati Pak Agung. Pak Agung menatap Veily yang tergolek tanpa daya sambil menatap padanya dengan pandangan mata yang memelas.
“Aduhh….Awwwww, Essshhhhhhhh, Owwwww.” Veily mengaduh ketika Pak Dede dan Pak Ahmad meremas-remas buah dadanya dengan kasar, kemudian mencubit kuat-kuat putting Veily sampai ia merintih-rintih kesakitan.
“Hmmmmm… ” kening pak Agung berkerut setelah mencabut batang kemaluannya, Pak Agung meraih tubuh gadis itu kemudian diangkatnya tubuh Veily dengan hati-hati sambil melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.
“Yahhh, koq dibawa sihh…!!”
“Lohhh mau ke mana Pak Agung…!!”

“Mau keluar” Pak Agung menjawab singkat kemudian melangkahkan kakinya menjauhi ruangan kantor Pak Dion,
“Nahhh…” Pak Agung mendudukkan Veily disalah satu bangku panjang yang terbuat dari kayu, gadis itu menundukkan kepalanya ketika Pak Agung duduk di sebelahnya.
“Cuphhhh….” dengan lembut Pak Agung mengecup pipi Veily, tangannya merayap ke arah selangkangan Veily kemudian berbisik di telinga gadis itu “Masih sakit ya ??”
“Atau kamu cape?? ” dengan mesra Pak Agung memeluk tubuh Veily, entah kenapa Veily merasa mendapat perlindungan dari Pak Agung, kalau tidak dirinya pasti sudah dikerjai habis-habisan oleh Pak Dede dan Pak Ahmad, Veily terisak menangis dalam pelukan Pak Agung.
“Sudah.. , sudahh, cupphh, cuphhh…” Pak Agung menciumi kening Veily sambil membelai-belai punggung gadis itu dengan penuh perasaan, Veily memasrahkan dirinya dalam pelukan Pak Agung, ada rasa aman ketika Pak Agung yang tinggi dan berotot seperti Ade Rai itu memeluk mesra dirinya, tanpa terasa Veily tertidur dalam pelukan mesra Pak Agung, dengan lembut Pak Agung mengusap-ngusap rambut gadis itu.

Berbeda dengan Veily nasib Anita lebih mengenaskan, dua batang penis berkali-kali ditancapkan dengan kasar oleh pemiliknya ke dalam lubang vagina dan lubang anus gadis itu, sementara buah dadanya menjadi mainan Pak Dede dan Pak Ahmad.
“Ahhhh…, Ohhhhh, ampun Pak Aduhh Awwww…., jangan…!!” Anita meringis-ringis sambil berusaha menepiskan tangan Pak Dede dan Pak Ahmad yang menggerayangi payudaranya.
“Ennnngghhh… Aduhhh…!! Crrrtt.. Crrrttttt….!! ” Anita merintih lirih.
Tubuh gadis itu berkelojotan beberapa saat.
“HA HA HA, Aduh !!! enak katanya …..” Pak Dede mengolok-olok Anita.
“Iya…, pengen terus dirojok…!! “Pak Ahmad ikut meledek sambil meremas induk payudara Anita kuat-kuat.
“Ooo, begitu ya…, kayak gini? Hihhh….!! ” Pak Dion berkali-kali menyodokkan batang kemaluannya ke atas.
“Bukan seperti itu Pak Dion, kayak gini baru benar…!! ” Pak Djono tidak mau kalah menggenjot kuat-kuat lubang anus Anita.
Dua batang kemaluan milik Pak Dion dan Pak Djono berlomba-lomba menusuk, menyodok dan menghajar lubang anus dan vagina gadis itu tanpa mempedulikan Anita yang mengerang-ngerang kesakitan, kedua lubangnya terasa panas akibat dikocok-kocok dengan kasar.
“Aowwwhhhh… Hekkkk….!!” kepala Anita terangkat ke atas ketika Pak Dion dan Pak Dede bersama-sama membenamkan batang kemaluannya,
“Croooorrrrrttt….!! “
“Kecroooottttt……”
Gerakan-gerakan brutal itu mendadak berhenti,

“Wahhh, sepertinya giliran kita nih…! ” Pak Dede menarik Anita, Pak Ahmad cuma tersenyum kemudian langsung bergabung dengan Pak Dede.
Anita dipaksa menungging di atas lantai,
“Emmmmm, Hemmmmhhh….” mulut Anita terisi penuh oleh batang kemaluan Pak Ahmad sementara Pak Dede tersenyum sambil menimbang-nimbang, lubang manakah yang sebaiknya disodok, anus atau vagina.
“Lohhh, Pak Dede koq malah diam?? hemmp, Ahhhh, sedappnya…!!” tangan Pak Ahmad mendekap kepala Anita sambil memaju mundurkan batang penisnya keluar masuk kedalam mulut gadis itu.
“Ha Ha Ha, habis saya bingung mau yang mana?? soalnya dua-duanya tampak menggiurkan….tapi ya sudah saya pilih yang ini aja dechhh buat pemanasan” Pak Dede menggesekkan kepala kemaluannya pada belahan lubang vagina Anita kemudian dengan gerakan-gerakan menyentak ia membenamkan batang kemaluannya, kedua tangannya mencekal kedua pergelangan tangan Anita kemudian menarik tangan Anita kebelakang “Ayo, Pak Ahmad, biar saya bantu… biar Pak Ahmad lebih enak…”
“Hemmmppphh Hemmmmhhh, Emmmmmm” Anita mendelikkan matanya ketika lubang vaginanya disodok kuat-kuat oleh batang kemaluan Pak Dede, sedangkan kerongkongannya dirojok oleh batang kemaluan Pak Ahmad.
Wajah Anita mengernyit-ngernyit, tampaknya ia sangat menderita, sementara kedua guru bejat itu malah terkekeh-kekeh keenakan.

“Anjinggg…!! Whuaduhhhhh….!! ” Pak Ahmad memaki sambil menarik batang kemaluannya darid alam mulut Anita, kemudian
“Plakkkkkk…..” Pak Ahmad menampar wajah Anita kemudian menjambak rambutnya, Anita hanya mengerang tak berdaya,
“Lohhh ?? ada Apa Pak Ahmad ?? ” Pak Dede bertanya keheranan.
“Dia ngigit kontol saya…!! Sialan.. Plakkkk…!!!” Pak Ahmad kembali menampar wajah gadis itu kemudian menjambak-jambak rambut Anita.
“Kurang ajar..!! Berdiri..!! ” Pak Dede mencabut batang kemaluannya kemudian memaksa Anita untuk berdiri.
Pak Ahmad mencekal dan mengangkat tungkai lutut kanan Anita sebelah bawah, kemudian “Jrebbbb Jrebbbb.. Jrebbbbbb…, berani kamu ya, Hihhh!! “
Disodok-sodoknya lubang vagina Anita sekuat tenaga..
“AWWWW….. AWWWWW…..” Anita menjerit panjang ketika merasakan lubang anusnya dipaksa menerima kehadiran batang kemaluan Pak Dede. Setelah membantu menopang tungkai lutut kanan Anita, pak Dede dan Pak Ahmad berlomba marathon merojok-rojokkan batang kemaluan mereka dengan kasar.
“Murid seperti ini yang harus diajar adat, tidak menuruti nasehat gurunya !!”
Sesekali Pak Dede menjambak rambut Anita sambil menggecakkan batang kemaluannya kuat-kuat.
“Betul Pak Dede.., Ayo kita kasih pelajaran murid sialan ini !! “Pak Ahmad menghantamkan batang kemaluannya kuat-kuat.
“Ayo Pak Ahmad kita kocok yang kuat…” Pak Dede tambah liar.
“Aduhhh… Ahhhhh… Awwwww, ampun Pakkk ampunnnnn….” Anita mejerit-jerit kewalahan, tubuhnya terjepit tanpa daya di antara tubuh Pak Dede dan Pak Ahmad, Anita mengerang panjang kemudian terkulai jatuh tidak sadarkan diri.

Sementara di sebuah bangku kayu panjang, Veily membuka matanya ketika merasakan rasa geli di bibir vaginanya,
“Emmmm…….” Tubuh gadis itu menggeliat lemah, setelah terbangun dari tidurnya tubuhnya terasa segar. Tangan Veily terjulur membelai lembut kepala Pak Agung yang sedang menjilati bibir vaginanya
“Ehhh…, Maaf .., tidur kamu jadi terganggu ya ?? ” Pak Agung menengadahkan kepalanya ketika merasakan belaian Veily.
Veily menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar
“Ceglukk..! “Pak Agung menelan ludah, matanya menatap tajam pada belahan vagina Veily yang sedikit merekah, perlahan-lahan Pak Agung kembali menundukkan kepalanya dan mengencup belahan vagina Veily yang merekah.
“Ahhhhhh……… Pakkk, “Veily mendesah panjang ketika merasakan bibir vaginanya diemut oleh Pak Agung, berkali-kali tubuhnya menggelepar ketika mulut Pak Agung mencaploki vaginanya dengan lembut.
Tangan Pak Agung menarik bibir vagina Veily kemudian melumat isinya. Cairan kewanitaan Veily semakin banyak meleleh membasahi lubang vaginanya, pak Agung mulai mengambil posisi sambil mengarahkan batang kemaluannya dan menggesek – gesek lubang vagina Veily yang sudah basah. Veily menahan nafas ketika merasakan kepala kemaluan Pak Agung mulai menekan dan berusaha membelah jepitan lubang vaginanya. Kepala Veily terangkat keatas, matanya mengerjap-ngerjap, bibir gadis itu sedikit terbuka merekah ketika perlahan-lahan kepala kemaluan Pak Agung mulai membelah dan menancap di vaginanya. “Haa, Emmmfffhhhh….” Tiba-tiba tubuh Veily mengejang dan terkulai dengan nafasnya yang tersendat-sendat.

“Sakit ?? ” Pak Agung bertanya, ia membelai rambut Veily
Sambil tersenyum Veily menggelengkan kepalanya, walaupun vaginanya terasa seperti kram dan ngilu menerima kehadiran batang kemaluan Pak Agung, Veily ingin memberikan yang terbaik untuk Pak Agung. Tubuhnya menggeliat-geliat ketika Pak Agung membenamkan batang kemaluannya, sesekali Pak Agung menahan batang kemaluannya ketika Veily meringis, kemudian pelan-pelan ia kembali melanjutkan membenamkan batang kemaluannya sampai mentok, perlahan-lahan Pak Agung mengaduk-ngaduk vagina Veily dan menggecakkan batang kemaluannya mendesak-desak lubang vagina Veily yang sempit. Perlahan-lahan Pak Agung mulai menarik dan membenamkan batang kemaluannya, berkali-kali Veily terperangah dan terperanjat keenakan ketika Pak Agung mulai menaikkan tempo genjotannya.
“Aaaahhhh….!! ” Veily menjerit keras kemudian
“Crrr.. Crrrrrr.. Crrrrrr, Ennhhh Pakkk…!!”
Pak Agung menghentikan gerakannya membiarkan Veily meresapi kenikmatan puncak klimaks yang baru saja diraihnya, setelah itu barulah Pak Agung kembali menarik dan membenamkan penisnya berulang kali.
“Cleppp.., Clepppp, Clepppp, Clepppp ” suara vagina Veily berdecakan menikmati sodokan-sodokan batang kemaluan Pak Agung yang semakin kuat menggenjot-genjot vaginanya.
“Auhhhhh….!! Aaaaa…..Ennnakkkkk, Ahhhhhhhh, terus Pakkk” Veily kehilangan kendali dibawah genjotan-genjotan batang kemaluan Pak Agung.
“AHHHH, AHHHHHHHHHHH…!! Pak Agunggggg….. Ohhhhhh” Veily menggoyangkan pinggulnya menyambut datangnya klimaks.

“Wahh…!? Veilyyyyyy, Ya Ampunnnn,!! enak banget….!! Aohhhhh!!” Pak Agung memanas-manasi Veily agar gadis itu lebih rajin menggoyangkan pinggulnya.
Pak Agung mendekap pinggul Veily sambil menjatuhkan tubuhnya ke belakang, kini Veilylah yang memegang peranan penting dalam persetubuhan itu. Nafas Pak Agung terasa sesak ketika Veily mengibaskan rambutnya ke belakang, cantik sekali ketika gadis itu menatapnya sambil tersenyum malu. Pak Agung tambah sesak nafas ketika Veily menundukkan wajahnya, tangan Pak Agung mengelus-ngelus pinggang dan pinggul Veily sambil membalas lumatan Veily dengan lembut. Veily menumpukan tangannya pada dada Pak Agung yang berotot kemudian sambil tersenyum ia menghempas-hempaskan vaginanya.
“Ahhhh.. Ahhhhh…. AHHHHH” desahan-desahan Veily terkadang terdengar keras ketika Pak Agung sesekali menghentakkan batang penisnya ke atas kuat-kuat menyambut hempasan vaginanya.
Mata Pak Agung menatap payudara Veily yang melompat-lompat dengan indah, kedua tangannya meremas payudara itu, kemudian mengelusi putingnya.
“Hssshhh Hsssssshhh Ahhhh Pakkk, Ohhhh enak sekali!! pakkk…Awwww… Awwwwwkkkssshh.” tangan Veily kini berpegangan pada tangan Pak Agung yang sedang meremasi induk payudaranya, hempasan vaginanya semakin lama semakin kuat dan cepat, berkali-kali Veily menjerit liar melampiaskan nafsu birahi yang meledak-ledak dengan hebat.

“Unnnnhhhh….!! Blukkkkkk…..” tubuh Veily tiba-tiba roboh sambil menggeliat-geliat “Crrrr Crrr….” Veily tersenyum puas, kedua matanya terpejam-pejam, vaginanya terasa berkedut-kedut memuntahkan cairan klimaksnya.
Pak Agung berbisik lembut “Kita coba sambil berdiri ya….”
Veily mengangguk, gadis itu bangkit dari atas tubuh Pak Agung. Pak Agung memeluknya dari belakang, gadis itu kegelian ketika Pak Agung mencumbui tengkuknya, kemudian melakukan hisapan-hisapan lembut di lehernya. Veily membusungkan susunya ke depan sambil mengalungkan kedua tangannya ke belakang leher Pak Agung ketika merasakan telapak tangan pria itu mengusapi bulatan susunya sebelah bawah.
“Lembut sekali…indah, Hemmmmm…” Pak Agung menggerayangi buah dada Veily sambil berkali-kali memuji keindahan dan kemulusan payudaranya yang sedang kenyal-kenyalnya akibat dirangsang oleh Pak Agung. Dijepitnya putting Veily kemudian dipilin-pilinnya dengan lembut, terkadang tangannya menggoyang-goyangkan bongkahan dada Veily.
“Veily, Bapak pengen nyodomi kamu ya..” Pak Agung meminta dengan sopan
Veily terdiam agaknya ia ragu-ragu, namun kemudian mengangguk pasrah.
“Nungging sayang, nahhhh….” Pak Agung meminta agar Veily bersedia menunggingkan bokongnya, tangan Pak Agung menekan buah pantat Veily sampai anus gadis itu terekspose dengan jelas.
“Haaaaaaaa…..” Veily menarik nafas panjang merasakan desakan kuat di lubang anusnya, kening gadis itu berkerut sedangkan mulutnya membentuk huruf “O”, tubuhnya berkali-kali terdorong ketika Pak Agung menghentakkan kepala kemaluannya berusaha melakukan penetrasi.

“ARRRRRWWWHHHHH……!! “gadis itu menjerit keras ketika satu tusukan yang kuat tiba-tiba memaksa lubang anusnya untuk merekah, kemudian kemaluan Pak Agung menyodok pintu duburnya dengan sentakan-sentakan yang kuat.
Pak Agung menahan pinggul Veily yang hendak melarikan diri, leher penisnya tertancap mengait lubang anus Veily yang merekah dan berkedut-kedut kuat mencengkram leher kemaluan Pak Agung. Lutut Veily goyah, perlahan-lahan, tubuh gadis itu melorot turun dan bersujud dengan posisi kedua lututnya yang sedikit mengangkang, Pak Agung ikut turun bersujud di belakang tubuhnya. Tangan Pak Agung yang kekar dan berotot membelit tubuh Veily dan memeluk erat-erat tubuh gadis itu, Pak Agung mendesakkan batang kemaluannya, sampai selangkangannya menyatu erat dengan buah pantat Veily yang bulat padat dan terasa halus ketika bergesekan dengan selangkangan dan perut Pak Agung yang berotot. Veily menolehkan kepalanya menyambut datangnya bibir Pak Agung yang melumat bibirnya. “Hmmmfffhhhh… Mmmmmmhhhh…., Mmmm” bibir Pak Agung melumat-lumat bibirnya sementara kedua tangan Pak Agung merayap ke depan mengelus lembut puncak payudaranya kemudian meremas-remas gundukan buah dadanya. Pada saat yang bersamaan Pak Agung memompakan batang kemaluannya keluar masuk menyodok-nyodok lubang anusnya.

“Unngghh, Unnnggghhh, Unnnnnnnhhhh….!! ” berulang kali Veily mengeluh ketika merasakan sodokan-sodokan Pak Agung yang semakin lama semakin keras dan kencang merojok-rojok lubang anusnya.
“Plokkk.. Plokkkk… Plokkkkk.. Plokkkk……”
Suara hantaman selangkangan Pak Agung ketika membentur pantat gadis itu, Entah kenapa Veily malah rela biarpun lubang anusnya terasa sakit ketika disodok-sodok kuat oleh Pak Agung, sambil menggeliat-geliat perlahan-lahan Veily mengalungkan kedua tangannya ke belakang.
“Hemmmm, He he he he….” Pak Agung semakin betah meremas-remas buah dada yang sengaja dibusungkan oleh pemiliknya, begitu kenyal, halus, putih dan lembut. Sesekali Pak Agung mencium gemas pipi Veily kemudian mengecupi dan mencumbui lehernya.
“Enn Ngaaahhhhhhhhhhh…..!! Crrr Crrrr Crrrrr”
“WHOWWW… Kecroootttt… Crooootttttt…..”
Gadis itu menyandarkan kepalanya ke belakang, entah kenapa Veily tidak merasa seperti sedang diperkosa oleh Pak Agung. Mungkin karena Pak Agung begitu baik dan perhatian??? Tubuh Pak Agung yang tinggi besar dan berotot seperti Ade Rai tidak dapat menyembunyikan hati Pak Agung yang lembut.
Pak Dion mengangkat Hpnya
“Haloo, Oohhh kamu ?? gimana ??”
“Ha Ha Ha…bagus-bagus…., rencana yang bagus ” Pak Dion terkekeh sambil membayangkan santapan lezat selanjutnya.

******************************
Setelah selesai merangkaikan kata-kata di dalam buku harianku
Aku termenung,
aku tidak sabar menanti datangnya hari esok.
Empat orang gadis cantik
akan mengadakan rapat penting,
di markas besar mereka.
****************

Schoolgirl’s Diary 6: Shock

Nia
“MAYAAAAA….., UDAH JAM BERAPA INI…, ????UDAH BERJUTA-JUTA KALI AKU TELEPON, Nggak DIANGKAT!!! , PASTI MASIH TIDUR YA!!!!!” terdengar suara Vivi menggelegar sampai kupingku terasa sakit.
“Iy..Iya..Vi, aku segera datang….” aku langsung menutup dan melemparkan Hp jadulku, Hp tahan banting yang selalu setia melayani diriku, aku bergerak secepat kilat masuk kekamar mandi “Byurrrr… Byurrrr…..”, setelah memakai baju,aku berlari-lari kecil, ngejar-ngejar angkot dan akhirnyaaaa….!! Mampus aku !! Macetttt…..!!! Hasilnya…, jam 12 lebih dikit aku baru sampai divdepan pintu rumah Vivi,
“Ting…, Tonggg, Ting Tongggg…..” dengan was-was aku menekan bel
“Cklekkk…..” pintu itu langsung dibuka, Reinalah yang membukakan pintu untukku, menyambut tamu pentingnya yang datang sedikit terlambat.
“Hai, Reiii…” Aku mencoba memasang senyuman manis, aduhh!!, Reina malah cemberut, membuang muka, kemudian melangkah menjauhiku, setelah menutup pintu Aku menghampiri teman-temanku, Ihhh….!!, Pandangan mereka dingin banget.

“Maya.., kamu tahu nggak, sudah jam berapa ini ?? ” Reina menegurku.
“Jam 12 lebih dikit Reiiii….” Aku menjawab pelan, sambil menundukkan kepalaku.
“Coba liat baik-baik ke jam dinding…., jamnya bukan di lantai !! di atas!!” Farida yang biasanya memanjakanku kini menatapku dengan tatapan juteknya, aku menengokkan kepalaku ke arah jam dinding yang cengar-cengir menertawakanku.
“Sekarang bilang jam berapa…?? kamu kan tahu,  kalau hari ini kita  kumpul jam 9.30 , Ayo jawab! jam berapa???!!! ” mulut Vivi meruncing seperti nyamuk raksaksa, ngunngggggg,,,! nguuuunnggggg….!
“Jam 12 lebih….dikit….,”Aku menjawab sambil kembali menundukkan wajahku..
“JAM SATU KURANGGGGGGGG SEMENIT!!!” hampir bersamaan Vivi, Farida dan Reina berteriak keras, wajah mereka merah padam menahan nafsu birahi yang memuncak sampai keubun-ubun, ehhhhh, menahan emosi maksud-ku T_T. Aku langsung mengambil posisi duduk di kursiku menyusul teman-temanku yang sudah mengambil posisi duduk di kursi masing-masing.
“KITA NGGAK BISA TERUS SEPERTI INI, MENUNGGU NASIB…,PASRAH TANPA DAYA, KITA HARUS MELAWAN, DLL, DSB… DST……….” Vivi langsung membuka rapat penting dengan pidatonya yang berkobar-kobar.
“Gimana kalau kita laporkan saja peristiwa ini…??” aku mulai antusias mengikuti jalannya konfrensi penting ini.
“Hmmmm, kurasa bukan langkah yang tepat, kalau nggak salah Pak Dion itu banyak koneksinya…loh” Reina mengerlingkan matanya padaku.
“Betul” kata Reina, “kita nggak bisa sembarangan, jangan terpancing emosi, pikirkan dulu baik-baik sebelum mengambil tindakan lebih lanjut” Farida berkata bijak sambil mulai menggeserkan kursinya ke sebelahku.

“Tapi yang pertama sich kita harus mengumpulkan bukti-bukti terlebih dahulu….” aku mengepalkan tanganku karena gemas pada Pak Dion?? Yap… betul..!! tapi aku juga gemas menatap pisang goreng gratis di atas meja, tanganku bergerak menyambar pisang goreng di atas meja dan happpppp…., langsung kucaplok pisang goreng gratisan itu ^^, Reina , Farida dan Vivi tidak mau kalah, Nyam, Nyam, Nyammmm….
“Ntar kalau sudah terkumpul bukti-bukti itu kita pakai untuk menekan mereka” aku berceloteh panjang lebar.
“Hemmmmm, ” Vivi menganguk-anggukkan kepalanya, demikian juga halnya Reina dan Farida,
“Plakkkkk…..!! “, Vivi menggampar tanganku yang hendak menyambar pisang goreng terakhir, aku hanya dapat menatap lemas,  pisang goreng terakhir itu masuk ke dalam mulut Vivi.
“Tapiii…., gimana caranya kita mengumpulkan dan menggunakan bukti-bukti itu untuk menekan mereka ?? ” Farida bertanya sambil memandang padaku, maklum biasanya aku ini memang paling encer, mungkin karena aku ini reinkarnasi detektif terhebat di dunia.
“Gimana kalau kita foto, kalau perlu kita rekam…., terus kita pakai itu semua untuk mengancam mereka…”Wah….aku memang hebat, nggak percuma kan,  teman-temanku menunggu kedatangan detektif cantik Maya, yang sudah terkenal sampai ke seluruh pelosok negri ini, cantik, baik hati, pintar, gesit, selalu tepat waktu nggak pernah telat sedikitpun (Karena telatnya banyak dan sering banget…..Ho Ho Ho)

Vivi mengeluarkan HP-nya dengan kamera 1.3 mega pixel, Farida, Reina juga mengeluarkan Hp terbaru mereka, Hp3.5 G dengan kamera 3.2 mega pixel, kabarnya mereka menguras hasil tabungan mereka demi HP baru merk Sony Ericson dengan cybershoot, kemudian mereka menatap Hp di genggaman tanganku. Kali ini detektif cantik Maya tertunduk lesu, maklum kekurangan modal, sisa uang bulanan habis buat beli baju baru dan koleksi buku komik dan menabung tentunya (70 % Shoping beli baju & 25 % Dana untuk mengoleksi buku komik, 5%-nya nabung…waduhhh…!!) Sambil mencoba tersenyum, aku menyembunyikan Hp kesayanganku yang “menangis” karena kalah telak oleh Hp di tangan teman-temanku. Langsung deh topik pembicaraan segera beralih,  Vivi, Farida dan Reina sibuk membahas tentang fitur Hp di tangan Reina dan Farida, maklum baru beli, belum bisa menggunakan fungsi-fungsi yang terlalu tinggi, aku menggeleng-gelengkan kepala, punya Hp mahal tapi nggak tau menggunakan kelebihan fiturnya, lebih baik Hp kesayanganku yang sudah kuketahui dengan baik kegunaannya misalnya untuk SMS dan untuk nelepon. Itulah sepenggalan rapat penting empat gadis cantik di rumah Vivi.

*******************************
Pagi hari…tepatnya Hari Senin pagi.

Aku berlari-lari kecil dengan sekantung buah-buahan, mangga, kedongdong, jambu, bangkoang lengkap dengan garam dan serbuk cabe, cemilan favourit empat gadis cantik, bayangkan betapa baiknya aku, di pagi hari berlari-lari membawakan buah-buahan untuk teman-temanku. Sebelumnya (T_T), tiga Sms masuk hampir berbarengan keHP-ku, isinya sbb
- Maya kamu kan datengnya paling telat, titippp…Mangga
- Aku juga mayyy,,,, Tolong Ya…Kedongdongnya
- Maya jangan telat lagi loh, jambunya jangan lupa.
Tiba-tiba seseorang melompat dari tempat tersembunyi
“Awwwww….!! ” Aku berteriak kaget….
“Vivi…, jangan bikin kaget gitu Ahhhh….!!”
Sementara murid laki-laki yang sedang nongkrong tersenyum-senyum memandang kami dengan penuh arti, hemm, kalau nggak salah gengnya Si Doni deh, murid kelas 2-A yang terkenal bengal, kakak kelas yang nyebelin.
Sekilas Aku dan Vivi memandang mereka kemudian berlalu entah apa yang sedang dibisikkan Doni ditelinga salah seorang temannya itu. Sementara para murid sibuk belajar di kelas mereka masing-masing, Pak Dion juga sibuk di dalam mobilnya. Hujan deras seakan-akan berpihak dan membantu menyembunyikan kebejatannya di dalam mobilnya. Seorang murid cantik kembali menjadi korban kebuasan Pak Dion. Dengan kesal siswi cantik itu menepiskan tangan Pak Dion yang merayap-rayap di dadanya, matanya menatap tajam pada pria itu, ada rasa benci, sebel, dan juga ada rasa tidak berdaya dalam sorot sinar matanya.

Murid cantik itu berontak ketika Pak Dion menariknya ke bangku belakang. Dengan kasar Pak Dion menekan bahu muridnya yang cantik agar berbaring terlentang. Nia Andini, murid cantik kelas 1-A, ia kini terlentang tanpa daya, sementara tangan Pak Dion kembali merayap ke arah dadanya yang cantik. Nia mendengus kesal sambil memalingkan wajahnya, ia tidak sudi menatap wajah mesum Pak Dion yang tersenyum-senyum senang, kedua tangannya terkepal rapat ketika merasakan remasan-remasan tangan Pak Dion. Pak Dion hanya tersenyum ia memaklumi, Nia memang masih kekanak-kanakan, masih polos, belum mengenal arti dari kenikmatan. Tangan Pak Dion mulai melepaskan kancing baju seragam Nia, satu demi satu, tanpa mempedulikan Nia yang terisak menangis, Pak Dion berbisik di telinga muridnya “Nia, sebenarnya nilai kamu itu jauh dari cukup untuk dapat masuk ke SMA ini, sangat kurang malah!!!, tapi kecantikan kamulah yang membuat kamu dapat lolos diterima disini he he he”
Pak Dion mencumbui leher Nia Andini, isakan gadis itu terdengar semakin keras ketika cumbuan Pak Dion semakin turun ke arah dadanya.
“Jangan Pakkkk….., ” Nia memohon terisak sambil berusaha menepiskan tangan Pak Dion yang hendak menyusup kebalik branya.
Pak Dion menggeram kemudian menyusupkan tangannya dengan paksa kebalik bra Nia, tubuh Nia tersentak merasakan telapak tangan Pak Dion yang kasar bergesekan dengan permukaan payudaranya yang lembut dan halus.
“He he he, Ayolah Nia nggak usah nangis gitu dong, bapak cuma ingin memberikan kenikmatan untuk kamu, apa itu salah ?? ” Pak Dion semakin aktif meremas-remas payudara Nia, Nia berusaha bertahan dengan sekuat tenaga, ia mengenyahkan jauh-jauh rangsangan yang semakin kuat berusaha menyeretnya menerima perlakuan Pak Dion,

Tidak….!!
“Enakkkk…, Ahhh, Enakkkk!!
Bandot tua sialan…..!!
“Terusin Pakk , Nikmatt, Hssshhh…”
Seperti itulah isi pikiran Nia yang sedang berkecamuk, berbagai perasaan saling bertabrakan, ia menghela nafas lega ketika Pak Dion menarik kedua tangannya, untuk sesaat ia berusaha menguasai diri.
“Haaaahhhhh……,” Nia terperanjat ketika tangan Pak Dion menyusup masuk ke dalam rok seragamnya dan membelai pahanya sebelah dalam, baru kali ini Nia merasakan tangan laki-laki mengelus – ngelus pahanya, permukaan telapak tangan itu begitu kasar tapi enak sekali rasanya ketika mengelus-ngelus permukaan pahanya, nafas Nia tertahan di dadanya ketika merasakan telapak tangan Pak Dion tiba-tiba meremas selangkangannya. Tangan Pak Dion yang satunya lagi menyibakkan rok seragamnya ke atas, jari tangan Pak Dion menekan-nekan permukaan celana dalamnya di bagian bibir vaginanya , terkadang jari Pak Dion bergerak menggesek-gesek belahan vagina Nia yang semakin basah. Tangan Nia bergerak secara reflek mencekal tangan Pak Dion yang hendak menarik celana dalamnya turun, terjadilah pertarungan kecil, Nia berusaha mempertahankan celana dalamnya sedangkan Pak Dion si kepala sekolah bejat itu berusaha melepaskan celana dalam Nia muridnya yang cantik, dengan sekali sentak Pak Dion menarik lepas celana dalam Nia.
“OWwww…!! ” Nia menarik tubuhnya , punggungnya bersandar pada kaca mobil sedangkan kedua kakinya tertekuk merapat berusaha menyembunyikan daerah intimnya, nafasnya terengah ketakutan.
“Ahhhh…, Jangannnn…., Lepasssskannnn….” Nia berontak ketika Pak Dion yang besar dan gemuk itu berusaha memeluknya, Nia berusaha sekuat tenaga untuk mendorong bahu Pak Dion yang menghimpit tubuhnya.

” OwwwwwhhhHemmmm… Mmmmmmhhhh…..” jeritan Nia lenyap ketika mulut Pak Dion mencaplok bibirnya, tubuh murid cantik itu menggeliut-geliut berusaha melepaskan diri ketika tangan Pak Dion membelit tubuhnya.
“Haaa.. Uhhh..hhhmmmhh…”Sambil terus mengulum bibir Nia, tangan Pak Dion merayapi pangkal pahanya yang tertekuk, berkali-kali tangan Nia berusaha menepiskan tangan Pak Dion yang bermain-main merayapi pangkal pahanya.
“Ehhhh!!!!, Shaaahhhhh,,, Hhhhhaaaaa……”gadis itu terkejut ketika tiba-tiba tangan Pak Dion mencekal kedua pergelangan kakiya dan mengangkatnya tinggi-tinggi ke atas hampir sejajar dengan mulutnya, dengan paksa pria itu mereggangkan kaki Nia.
“OUHHHH…!! ” tubuh Nia kelojotan ketika mulut Pak Dion mencium bibir vaginanya, seumur hidup belum pernah ada seorang laki-lakipun yang menjamah wilayah intimnya, namun kini dengan bebas, mulut Pak Dion berkeliaran menciumi bibir vaginanya.
Tubuh Nia tersentak-sentak, murid cantik itu berkali-kali menggeliat-geliat, mulutnya terbuka membentuk huruf “O” disertai erangan dan rengekannya yang merdu.
“Hsssshhh… Hhhssshhhhh…..” berkali-kali Nia mendesis keras ketika merasakan mulut Pak Dion mencaploki bibir vaginanya.
“AHHHHHH….! AHHHHHHHHHH……! ” suara Nia tertelan oleh suara hujan yang semakin lebat, lidah Pak Dion terjulur keluar kemudian menjilat belahan vagina Nia, satu jilatan lembut dan pelan itu membuatnya menggeliat resah.
“OWWWW…,, Ahhhhhh…., Pakkk…..” tubuh Nia menggelepar ketika merasakan lidah Pak Dion memijit-mijit tonjolan klitorisnya, mendengar desahan-desahan muridnya yang cantik Pak Dion semakin bersemangat memainkan lidahnya, mengorek, menjilat, memijit dan mencokel daging klitoris Nia.

Nia memejamkan matanya ketika Pak Dion mulai membuka sabuknya, menarik turun resleting celana itu dan mengeluarkan sebuah benda panjang besar yang sudah ereksi, murid cantik itu tidak kuasa menatap wajah mesum Pak Dion yang akan menggagahi dirinya. Berkali-kali tubuhnya mengejang menahan desakan kepala kemaluan Pak Dion yang siap untuk menyantap selaput keperawanannya. Tubuh Nia menggigil merasakan gesekan-gesekan yang diiringi oleh desakan-desakan kuat pada belahan bibir vaginanya yang mulai terasa dipaksa merekah sedikit demi sedikit oleh kepala kemaluan Pak Dion.
“Arrrhhhhhh….., Hennnggghhhh Ahhhhhhhh…..” sentakan-sentakan kuat itu datang bertubi-tubi, Nia mulai merasakan pedih, panas dan sakit mendera lubang vaginanya yang disesaki oleh batang kemaluan Pak Dion yang kini tertancap dengan kuat dan menekan semakin dalam. Sesuatu di dalam vaginanya terobek-robek oleh batang kemaluan kepala sekolah bejat itu.
“Ouhhhhh…., Ennnnggghhhh…..AAAAFHHH…!” ada rasa nikmat yang mulai menyelingi rasa sakit, jantungnya terasa berdetak dengan lebih cepat ketika merasakan kedutan-kedutan aneh yang baru pertama kali ini dirasakannya. Pandangan matanya terasa lebih jernih, nafasnya memburu dengan lebih kencang, begitu lepas, dan liar berdengusan.
Entah apa yang berkedut-kedut dengan nikmat diselangkangannya, kontraksi dinding kemaluannyakah ?? ataukah kedutan batang kemaluan Pak Dion ??
Sulit sekali untuk dibedakan. Yang jelas Nia merasakan nafasnya berkali-kali terhembus keras ketika Pak Dion menjejalkan batang kemaluannya kuat-kuat. Tubuhnya terguncang dengan hebat ketika Pak Dion semakin cepat memacu batang kemaluannya keluar masuk mengocok-ngocok jepitan lubang vagina muridnya yang cantik itu.

“ARHHHHH… Crrrr Crrrrrr……..” Nia merasakan seluruh tenaganya serasa meleleh terbawa cucuran air keringat yang mendadak mengucur deras.
Pak Dion terkekeh sambil menggecakkan batang kemaluannya, ia menggerakkan batang kemaluannya mirip seperti sedang mendongkrak ke atas ke bawah, kemudian bergerak memutar seperti sedang mengocek-ngocek sesuatu.
“Heeennnnnhhh,,, Ennnnnnhhhhhh, Unnnnhhhhh….” Nia merengek-rengek , matanya terpejam-pejam, meresapi gerakan liar batang kemaluan Pak Dion di dalam jepitan lubang vaginanya.
Pak Dion duduk dengan santai, tangannya menarik tubuh Nia agar menduduki batang kemaluannya yang terhunus siap untuk kembali menusuk lubang vagina Nia.
“Ahhkkkkkkkssshhhh……” kedua kaki Nia melejang-lejang ketika merasakan batang kemaluan Pak Dion kembali memasuki lubang vaginanya.
Sambil menyodokkan batang kemaluannya tangan Pak Dion kembali menyusup masuk kedalam bra Nia kemudian meremas-remas buah dadanya. Nia melenguh panjang merasakan sodokan-sodokan kuat Pak Dion, si kepala sekolah bejat yang keenakan menyodok-nyodok lubang vagina muridnya yang cantik sambil meremas-remas payudaranya yang mengenyal semakin padat.
“Ingat Nia, ini hanyalah permulaan, Bapak akan mengajari kamu agar lebih pandai dalam bercinta, seperti juga halnya dengan Feby, Ira, Anita dan Veily, HA HA HA HA…..” Pak Dion menyebutkan nama-nama korbannya.
Tubuh Nia semakin sering tersentak-sentak keatas, malang sekali nasib murid cantik yang sedang disodok oleh kepala sekolahnya, Nia hanya dapat mendesah-desah dan mendesis, terkadang mengerang lemah..

“OHHHHH,, AHHHHHHHH, Amphunn Pakkk aduhhhh…, akkssshh” Nia menggigit bibirnya ketika Pak Dion semakin kasar dan brutal menyodok-nyodok lubang vaginanya.
“Wahhhh saya tidak mengerti !!! Ampun gimana ?? Ampun enak banget maksudnya?? ” Pak Dion semakin hebat menghantamkan batang kemaluannya
“Awwww.., “Nia memekik kecil, lubang vaginanya berdenyut kuat “Crrrrrr….. Crrrrrrr……” nafasnya terasa putus, angannya melayang ke sebuah dunia khayalan yang dipenuhi oleh bisikan-bisikan kenikmatan.
Kini Pak Dion menghempaskan tubuh muridnya agar kembali terlentang di atas kursi jok, sebelah kaki Nia tertekuk bersandar pada sandaran kursi jok sedangkan yang satunya lagi terjuntai ke bawah.
“Unnnhhhh…..! ” Hanya suara itu yang keluar dari mulut Nia ketika Pak Dion menerkamnya dan menggeluti tubuhnya, dengan kasar tangan Pak Dion menarik cup branya dan mengecupi buntalan buah dada muridnya yang putih, kenyal dan halus itu.
“Ohhhh….! Ahhhh….! awwwhhhhssshh” Nia meringis-ringis merasakan kenyotan-kenyotan mulut Pak Dion di puncak payudaranya, liar dan buas sekali pria itu menggeluti payudaranya, dijilat, dihisap, dikenyot-kenyot, diremas-remasnya bukit payudara Nia sambil menciumi buntalannya dengan kasar.
“Heeennnggg,, Emmh,, eennngggghhhhhhh….” Nia merengek-rengek ketika merasakan batang kemaluan Pak Dion kembali menyentak-nyentak memasuki jepitan lubang vaginanya, Pak Dion menghempas-hempas batang kemaluannya dengan semakin kuat dan kencang “Cleppp.., Clepppp, Cleppppp, Clepppppp!! “
Tubuh Nia yang putih mulus hampir tidak kelihatan karena ditindih oleh Pak Dion yang besar dan gemuk, kepala sekolah bejat itu tampaknya tidak peduli pada muridnya yang cantik, Nia mengerang lemah, terkadang meringis pelan ketika kepala sekolahnya menggenjot-genjot lubang vaginanya dengan kasar.

“Awwwhhhh, ssshhhhhh……Crrr Crrrr… Crrrrr…” Nia kembali terkulai, sesekali tubuhnya tersentak ketika Pak Dion menyodokkan batang kemaluannya kuat-kuat, Pak Dion menjilat pipi gadis itu sambil menjebloskan batang kemaluannya dalam-dalam. Pak Dion tersenyum lebar, benar-benar sebuah pemandangan yang mengasikkan ketika menyaksikan wajah muridnya yang cantik itu mengernyit antara sakit dan nikmat ketika lubang vaginanya disodok dengan kuat dan kasar. Ia pun melumat bibir Nia yang merekah, mendesah-desah dengan penuh nafsu
“Emmmmhh, Ckkk.., Ckkkk, Mmmmmmhh, Mmmmmm…Ckk”berkali-kali lidah Pak Dion terjulur keluar masuk ke dalam mulut muridnya yang cantik, mengajak lidah Nia untuk berperang, tapi tidak digubris olehnya.
“Hemmm, Keluarin lidah kamu..cepat..!! “dengan tegas Pak Dion memerintahkan Nia untuk menjulurkan lidahnya keluar, dengan ragu Nia menjulurkan lidahnya keluar.
“Ihhhh…,” Nia buru-buru menarik lidahnya masuk ketika lidah Pak Dion terjulur membelai lidahnya.
“ADUHHHH…, Gimana sihh, julurin nggak !!! ” Pak Dion meremas kuat-kuat induk payudara Nia.
“Ammpunn, Pakkk, Ampunn, “Nia kesakitan, ketika Pak Dion meremas Susunya kuat-kuat, dengan terpaksa ia menuruti keinginan Pak Dion, lidahnya terjulur keluar, setelah lidah muridnya yang cantik terjulur keluar barulah pak Dion melepaskan remasannya.
Dengan nafsu memuncak Pak Dion mencapluk dan mengenyot-ngenyot lidah Nia, rasanya manis seperti madu, sambil melakukan perang lidah Pak Dion kembali menarik dan menyodokkan Batang kemaluannya, kali ini lebih lembut dan mesra, kepala sekolah bejat itu tampak sangat meresapi jepitan lubang vagina Nia yang mencekik batang kemaluannya yang besar dan panjang itu.

“Aduhhh, Pak Aduhhhh… Hsshhh Hssshhhhhh Ahhhh” Nia mendesah, genjotan Pak Dion  membuat tubuhnya berkali-kali menggelepar, desisan-desisan kecil berulang kali terdengar dari mulutnya.
“AHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……. Crrrr… Crrrrr……” Nia mengalungkan kedua tangannya pada leher Pak Dion, kini ia mulai membalas lumatan-lumatan Pak Dion,
“Nah, gitu dong, beri respon yang positif, Bapak-kan cuma ingin mengajari kamu seperti gimana rasanya berhubungan intim, masak murid perempuan Pak Dion nggak tau yang namanya ngentot…., malu-maluin aja HE HE HE” Pak Dion terkekeh sambil melumat-lumat bibir Nia.
Nia tidak menjawab, ia sibuk membalas lumatan Pak Dion, tubuhnya kembali terguncang dengan hebat ketika Pak Dion menusuk-nusukkan batang kemaluannya sedalam dan sekuat mungkin. Bibir vagina Nia terdesak dan terlipat keluar mengikuti gerakan batang kemaluan Pak Dion yang berkali-kali menghantam lubang vaginanya, semakin lama semakin kuat dan kencang Pak Dion menghentakkan batang kemaluannya, dann
“Awwww…. Essshhh Pakkkk… Crrr Crrrr….” tubuh Nia kelojotan menahan kenikmatan yang berdenyut di lubang vaginanya.
“Ehhh!! Oufffhhh!!! Crrottt Crotttt…….” Pak Dion membenamkan batang kemaluannya dalam-dalam
Hujan yang lebat itu kini berubah menjadi hujan gerimis kecil, Pak Dion duduk santai sambil memangku tubuh Nia dalam posisi saling berhadapan, berkali-kali Tangan Pak Dion merayapi tubuh muridnya yang cantik, hidungnya sengaja dibenamkan pada belahan dada Nia sambil mengendus-ngendus harum tubuh gadis itu, Pak Dion tersenyum lebar sambil menatap wajah Nia yang sedang melamun, kedua kaki Nia tertekuk mengangkang dengan sebatang penis yang masih tertancap di lubang vaginanya. Beberapa saat kemudian Pak Dion mengecup pipi Nia kemudian berkata
“Sudah, sekarang kamu masuk kembali kekelas belajar yang baik dan benar, kalau ditanya bilang saja kamu habis menghadap saya… He he he”

***********************
Pada jam istirahat

Vivi tersenyum ,ia menarik dan menuntun tanganku, Wah…!! Masuk toilet nih…!! Aku tertunduk malu sambil tersenyum kecil, pasti Vivi mau minta sesuatu, aku hanya dapat memandangi punggung Reina dan Farida yang menjauh,
“Ohh.., Tolong aku….Faa, Rei, jangan tinggalkan Aku T_T”Aku berteriak dalam hati,Vivi Pasti akan melahapku habis-habisan. “Clikk…” Setelah mengunci pintu Vivi menghampiri-ku yang tersudut tanpa daya, jari telunjuk Vivi menekan puncak payudaraku yang masih terbungkus rapi oleh bra dan baju seragamku,  kemudian kurasakan tangan Vivi meremas buah dadaku. Bibirnya mengejar bibirku, melumatnya sebelah bawah kemudian melumat yang sebelah atas, aku membalas memangut bibir Vivi,
“Emmmhhh…, Mayyy… Ckkk.. Emmm”
“Viii…. Ahhhhhhhh….Ckkk Ckk Mmmmmhh”
Ciuman dan lumatan Vivi merambat turun kearah leherku. Kedua tanganku memeluk pinggang Vivi sambil menengadahkan kepalaku keatas, memberikan ruang agar ia dapat lebih leluasa untuk mencumbui leherku. Aku pasrah ketika tangan Vivi mulai melepaskan kancing baju seragamku satu-demi satu sampai kancing baju terakhir. Aku menelan ludah ketika merasakan cup bra-ku ditarik turun, yang kiri dan yang kanan.
“HUUHHH….!! ” Tubuhku melenting-lenting ketika Vivi mencaplok puncak buah dadaku dan mengenyotnya kuat-kuat, nafasku terengah, Vivi memang paling liar di antara kami berempat, aku meringis-ringis merasakan serangan Vivi yang liar dan kasar menggeluti buah dadaku.
“Aduhhh…, sabar Viiii, sabarrrr…..!!”
“Auhhhh….!! ” Aku menepuk-nepuk punggung Vivi, berusaha meredakan nafsu birahinya, Aduh, geli amat!!, Yeowwww….!!. Ampun, Nikmatnya!!, aku hanya dapat mendesah-desah pelan, Aww, Ohhhh, sedotan-sedotan itu terasa sangat nikmat.

Secara tidak sengaja mataku terarah ke sudut atas ruangan toilet
“Ehhh, Vii, Itu apa yahhh ?? “
“Vivi menolehkan kepalanya ke belakang atas dan “Hahhh…??”
Aku dan Vivi berpandangan kemudian melangkah ke arah dinding dan menatap ke atas tepat kesudut ruangan toilet. Vivi mengambil gantar panjang dengan kemoceng di ujungnya yang biasa dipakai untuk membersihkan sudut-sudut ruangan bagian atas, Vivi garuk-garuk kepala, kemudian mengeluarkan Hp-nya dari saku seragamnya, rupanya sang Hp membuat Vivi tidak leluasa bergerak, atau lebih tepatnya sich ketidak leluasaan memiliki buah dada yang besar Ho Ho ho ^^
“Mayyy, pegang ini….!!” Vivi menyerahkan Hp kesayangannya.
“Pegang Mayy!! itunya….” Vivi menggerakkan ujung gantar untuk menjatuhkan handycam mungil merek Jvc.
Itunya ?? Maksudnya ?? Apa yang ini kali ya ??
Aku yang panik langsung menjulurkan kedua tanganku dan memegangi buah dada Vivi yang besar, khawatir kalau Vivi keberatan membawa buah dadanya yang membusung ketika mengarahkan ujung gantar di tangannya.
“Maya…!! Ngapain Sihh!! Handycamnya…. !!Awasssss!! “Vivi berseru kaget.aku dengan sigap menangkap handycam yang terjatuh dari tempatnya dan…”Heuuuuppppp….!! Prakkkkk…..”
“Dapet Viiiii…….!!” Aku tersenyum sambil menolehkan kepalaku ke arah Vivi, lohhhh??  Hemmm, Aku mendadak tersadar bunyi apa itu ya ?? Ada bunyi Prakkk!!, handycam itu sih aman di tanganku, Owwww, Celaka…, Hp Vivi!!!

“Maya…., mana Hp-ku ?? ” Vivi bertanya sambil memandangku dengan tatapan matanya yang tajam. Aku menekuk kepalaku dan menatap ke bawah, kugeserkan kakiku dengan ujungnya yang berjingjit berusaha menyembunyikan Hp Vivi yang “mengerang kesakitan” dari tatapan pemiliknya, waduh kayanya sich HP Vivi harus masuk ICU, luka berat.
“Nggakkk ada Viiii….! kemana ya ????” Aku menelan ludah sambil buru – buru menekuk kepalaku ketika Vivi tambah melotot mendengar jawabanku.
Setelah menyembunyikan handycam kecil merek JVC kedalam tas Vivi, kami segera menyusul Reina dan Farida ke kantin sekolah, sambil berbisik-bisik kami menyantap nasi bungkus itu dengan lahap,
“Kali ini kita punya bukti kuat, Pak Dion Cs pasti bakal kelabakan..” Vivi tersenyum, rasa pedenya meningkat 1001 %
tanpa terasa bel tanda Istirahat sudah usai berteriak-teriak dengan nyaring, waktunya belajar lagi T_T, apalagi ketika menginjak mata pelajaran matematikanya Pak Djono, mata pelajaran terakhir yang menyebalkan.

************************
Siang hari di kantor Pak Dion

Pak Dion tersenyum lebar ketika sebuah SMS masuk dari muridnya Doni
Isi SMS itu “Pak dion, ada makanan lezat lagi tuh…., Vivi dan Maya, tampaknya mereka sudah menggigit umpan kita, nanti saya pinjem ya Pak, biasa buat dipake, He he he, mereka cantik-cantik loh, Wah makan besar kita hari ini……”

——–
Kami berempat siap-siap menutup buku ketika tiba-tiba….
“Perhatian….!! Semua murid harap berdiri didepan kelas…!!” Pak Dion memimpin langsung pemeriksaan hari ini, ia tersenyum kemudian mengedipkan matanya pada Pa Djono.
Koq Pak Djono dan Pak Dion saling tersenyum-senyum ya ?
Dheggggg…..!!  Aku dan Vivi saling berpandangan….,
Ya Ampunnnn…., Kamera itu…..!!
Ohhhh Tidakkkkkkk…!!!! Jangan-jangannn…!!
Kami berdua masuk kedalam perangkap mereka..!!
Setelah memeriksa tas para murid Pak Dion melangkah dengan Pasti kearah mejaku dan Vivi, kemudian memeriksa tas-ku dengan teliti, Pak Dion tampak kecewa karena tidak menemukan apa yang diinginkannya didalam tas-ku kemudian ia mulai beralih hendak memeriksa tas Vivi…Tamat sudah riwayatku dan Vivi, aku bergidik ngeri membayangkan nasib yang menanti kami berdua. Sementara Pak Djono menatapku dan Vivi, pandangan matanya terlihat liar dan  buas, bibirnya menyerigai mengerikan, tersenyum penuh dengan kemenangan. Reina memegang erat-erat tangan-ku, sedangkan Farida memegang erat-erat  tangan Vivi, mereka menatap Pak Dion dengan geram. Pak Dion membuka tas Vivi dannnn……!!

Schoolgirl's Diary 7: New Friends

Maya
 ”Degg..!, Deggg…! Deggg…! ” detak jantungku berdebar-debar dengan kencang, keringat dingin mengucur di dahiku, berkali-kali aku menelan ludah membasahi tenggorokanku yang terasa kering, sementara Pak Dion tersenyum kecil sambil sekilas menatapku dan Vivi yang berdiri ketakutan di depan kelas, tangannya mulai membuka resleting tas Vivi.
“Sretttt……!!”  suara itu terdengar memecah keheningan kelas

Perasaan takut, bingung, salah tingkah, marah dalam ketidak berdayaan, semuanya bercampur menjadi satu, habis-lah sudah nasibku dan Vivi.
“Hemmm…!?? ” kening Pak Dion mendadak berkerut membentuk angka 11, berulang kali tangan kepala sekolah bejat itu mengaduk, memeriksa isi tas Vivi, wajahnya yang menyebalkan tampak kecewa, sementara Pak Djono menatap Pak Dion dengan penuh harap, Duh pengen banget menampar Wajah mereka berdua.
“Tenggg… Tengggg… Tenggggg”,
Suara dentang bel sekolah seolah-olah menyadarkan Pak Dion. Kali ini Sang Waktu kembali berjalan dengan normal ketika Pak Dion menghela nafas panjang kemudian melangkah-kan kakinya keluar kelas. Para siswa kembali duduk di bangkunya masing-masing.
“Siap…, beri hormat….”
“T’rimakasih Pakkk….”
“Jangan lupa kerjakan PR kalian…”

Pak Djono mengingatkan para murid untuk mengerjakan PR di rumah, sebelum akhirnya si keparat itu buru-buru melangkahkan kakinya keluar kelas mengejar Pak Dion. Para murid sibuk membereskan tas mereka kemudian berhamburan keluar kelas. Vivi  memeriksa tasnya dengan teliti, kemudian menengokkan kepalanya kearah-ku.
“May, hilanggggg….”
Kata-kata Vivi bagaikan petir di siang bolong, gimana nggak ngeper ??!!, didalam handycam itu ada adegan syur antara aku dan Vivi yang belum sempat dibersihkan. Reina dan Farida sibuk menghiburku dan Vivi yang sudah down banget, lesu dan ketakutan.
“Tenang…tenang, jangan panik dulu , kita harus berpikir dengan jernih”
“Hai…! ” tiba-tiba terdengar suara serak dan berat dari arah pintu, Serentak kami berempat menjerit kaget, dan menengok kearah datangnya suara itu.
“Ehhh, maaf, maaafff….., kaget ya..?”
Seorang murid laki-laki bertubuh gemuk berusaha menenangkan kami berempat. Si gemuk menghampiri kami berempat setelah menutup pintu kelas.
“Begini…, namaku Andra, aku dan temanku menunggu kalian di gudang tua di samping sekolah, cepat datang yah, penting banget nihhhh…, Hati-hati jangan ada yang tahuu….” Andra berbisik pelan kemudian meninggalkan kami berempat yang memandanginya dari belakang dengan penuh rasa curiga,
“Kreketttt….Kretttt….”
Farida mendorong pintu gudang tua di samping sekolah. Perlahan-lahan kami berempat masuk kedalam gudang tua yang sudah tidak terpakai lagi, kami berempat sudah bertekad untuk melakukan perlawanan.

“Masuk aja nggak usah takut…, walah koq pake bawa-bawa sapu segala” terdengar suara Andra dari sebelah pojok gudang yang gelap
Si gemuk Andra cengengesan sambil melangkah mendekati kami berempat, sosok besar itu begitu menakutkan kami.
“SERANGGG…..!! ” tiba-tiba Vivi memberikan komando
“Ciattttt……!! Plakkkk…..!! “
“Bukkkkk…….!!”
“Buggggg….. !!”
Andra terkesiap ketika aku, Vivi, Farida dan Reina tiba-tiba menyerangnya, Aku mengeluarkan jurus tamparan telapak tangan besi Maya yang terkenal sampai kepala Andra terpelanting ke kiri, sedangkan Farida menyabetkan gagang sapu di tangannya ke bahu dan Reina menyabetkan gagang sapu di tangannya ke tulang kering Andra.
“WADOWWWW…..Ampun, Ampunnnnn, MAMPUS AKUUU…..!! “Andra tambah kewalahan ketika Vivi menerkam kemudian menjambak rambutnya yang tebal, Reina, Farida dan Aku berebutan memiting kedua tangan Andra ke belakang kemudian mengikat kedua tangannya sampai dia tidak berkutik lagi. Dengan paksa kami mendudukkan Andra di sebuah bangku tua.
“BLETAKK……, Adowww….!!”
Andra berteriak kesakitan ketika Vivi mengetuk jidatnya dengan gagang sapu, matanya melotot dengan mulut ternganga lebar, karena kesakitan ????
“Sekarang NGGAKU….!! Pasti kamu anteknya Pak Dion, di mana handycam-nya…” Vivi berkacak pinggang sambil sekali lagi mengetuk jidat Andra dengan gagang sapu.
“Bletakkkk…..!! HADUHHHHH….”Andra kembali mengaduh kesakitan ketika Vivi kembali mengetuk jidatnya dengan gagang sapu.

Hehhh ?? ekspresi kesakitan yang aneh, aku tiba-tiba menyadari kalau sepasang mata Andra tidak pernah lepas dari dada Vivi, wajahnya merah padam dengan mulut ternganga lebar , dengan reflek aku menengok ke arah yang sama. WHOOOA……!!!!!!!!!!!
“Viiii, dada-nya” aku berseru sambil menahan nafas, jari telunjukku menunjuk ke arah dada Vivi rupanya akibat pertarungan sengit itu, secara tidak sengaja kancing baju seragam Vivi terlepas beberapa buah,
Dua buah gunung besar putih terekspose dengan jelas di balik bra Vivi yang transparan. Pantesan mata Andra sampai berbinar-binar dengan mulut ternganga lebar menyaksikan gundukan buah dada Vivi.
“Uhhhh….Eittt…, Hehh…!! Matanya dijaga….!! “
Vivi buru-buru membalikkan tubuhnya kemudian dengan cekatan kedua tangannya mengancingkan kembali kancing baju seragam sekolahnya yang sempat terlepas.
“Hehhh, Gembrot…, JAWAB yang benar!! Di mana handycam-nya?” Reina menarik daun kuping Andra, sedangkan Farida mencubit pipinya, sampai Andra meringis meminta ampun.
“Kreketttt…. , Ehhhh, Lohhhhh”
tiba-tiba seorang gadis cantik menyelinap masuk, ia tercengang menatap Andra yang sudah terikat tanpa daya, sementara kami tercengang menatap seseorang yang baru tadi pagi kami kenal.

“Riskaaa…!! Tolong aku Riss….” tampaknya Andra mengenal murid cantik itu yang bernama Riska Amelia, murid pindahan dari kota lain, bertubuh seksi, cantik jelita, juga murid baru di kelas kami.
“Sabar…,aku jelaskan…” Riska berusaha menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya.
“Begini ceritanya, tadi pada saat jam istirahat, Andra secara nggak sengaja mendengar percakapan antara Doni dengan Pak Djono, mereka mempunyai rencana jahat terhadap kalian….. ” Riska menjelaskan dengan panjang lebar, sementara Aku, Reina, Vivi dan Farida mendengarkan dengan jantung berdebar-debar, ternyata kini bertambah lagi seorang musuh, Doni, kakak kelas kami yang terkenal bengal.
Riska mendekati sebuah bangku kemudian menaikkan ia kaki kirinya ke atas bangku itu, tangannya menyibakkan rok seragam sekolahnya ke atas, WAHHHH..!! Handycam mungil merek Sony terikat di paha kirinya sebelah dalam.
“Ini… ” sambil tersenyum-senyum Riska memberikan handycam mungil merek Sony itu kepada Farida.
Aku agak jengah ketika Riska menatapku dengan tatapan matanya yang nakal sambil tersenyum-senyum kecil.
“HA HA HA HA, Koq kamu bisa kalah sih, Andra si pegulat tangguh” Riska terpingkal-pingkal kemudian membuka ikatan di kedua tangan Andra, Andra cuma tersenyum pahit, sesekali ia mengaduh sambil mengusap-ngusap jidatnya.
“Maaf, Maaffff, si Maya tuh, maen gampar…” Reina menyalahkanku
“Yeeee, si Vivi kali, masak maen jambak begitu…!!” Aku melempar kesalahan kepada Vivi

“Lohhh, koq aku sich, si Farida tuh, digebuk pake gagang sapu segala…..” Vivi menunjuk Farida yang langsung melepaskan gagang sapu di tangannya.
“Ehhhh…akukan pelan mukul-nya, pukulan Reina tuh yang paling keras” Farida melirikkan matanya ke arah Reina, sementara Riska tersenyum-senyum kemudian tertawa terpingkal-pingkal sambil menepuk-nepuk punggung Andra.
“WADUHHHHH…., malang banget nasib Andra si pegulat…HA HA HA HA HA HA”
Kami saling berpandangan satu sama lain, aku, Farida, Reina dan Vivi menyadari kesalahpahaman terhadap Andra yang ternyata telah menyelamatkan aku dan Vivi dari kebuasan Pak Dion cs.
“Maaaffff…….”
Hampir bersamaan kami meminta maaf, nyesel banget dech, ternyata serangan 4 pendekar cantik kali ini benar-benar salah sasaran, tuan penolong kami sampai babak belur.
“Ennngg, iyaaaa, nggak apa-apa koq…” Andra menggaruk-garuk kepalanya, ternyata Riska dan Andra ramah banget, arah pembicaraan mulai serius ketika menyinggung-nyinggung Pak Dion cs, akhirnya kami sepakat akan saling bahu-membahu menghadapi kebuasan mereka.

************************
Doni terlihat tersenyum senang sambil menuju gedung sekolah yang sudah tidak terpakai lagi, tangannya menarik tangan seorang gadis cantik, teman sekelasnya. Langkah Anita terseret-seret ketika pergelangan tangannya ditarik oleh Doni, terus naik, kelantai 2 terus kelantai 3. Di lantai tiga inilah Doni berhenti, kemudian ia membalikkan tubuhnya ke arah Anita, Anita tertunduk lesu ketika tangan Doni mengelus rambutnya kemudian dengan lincah mempreteli kancing baju seragamnya satu demi satu, dibukanya bra Anita dengan kasar. Nafas Doni tertahan, matanya melotot lebar menatap payudara Anita yang putih dihiasi puttingnya yang kemerahan, Nafas Doni menggebu-gebu ketika tangannya merayapi permukaan bulatan payudara Anita, Anita memalingkan wajahnya ke arah lain, ia muak melihat wajah Doni yang mesum..
“Koq kamu diem aja sichh, ayo dong, kita nikmati hari yang indah ini bersama-sama… he he he….” hidung Doni mengendus-ngendus rambut Anita yang harum kemudian diciumnya pipi Anita, sambil terkekeh-kekeh Doni bersujud di hadapan Anita, diremasnya pinggul gadis itu.
Sambil menengokkan wajahnya keatas Doni mulai menyusupkan tangannya ke balik rok seragam Anita. Anita mengepalkan kedua telapak tangannya ketika tangan Doni merayap, menyusup masuk ke dalam rok seragam sekolahnya kemudian dengan kurang ajar tangan Doni mengelusi sepasang paha Anita yang mulus. Anita menggigit bibirnya ketika merasakan celana dalamnya perlahan-lahan ditarik turun sampai tergeletak di pergelangan kakinya sambil menjilati perut Anita kedua tangan Doni melingkar ke belakang melepaskan pengait rok seragam gadis itu, dengan nafsu yang semakin memuncak Doni menarik rok Anita turun.

“Wahhhh, Gilaaa….!! ” Doni si pesek mendelik, matanya melotot ketika menyaksikan wilayah vagina Anita yang botak, bersih terawat, Gluk, Gluk…, berkali-kali ia menelan ludah ketika menatap belahan vagina Anita yang mungil, dirabanya belahan itu. Mata Doni menatap tajam wilayah tersebut sambil mengelus-ngelusnya.
“Wah, Anita…, Cuphh, Cuppphhh Hmmm, memek kamu wangi.., he he he”
Berkali-kali Doni mengendus-ngendus permukaan vagina Anita, kedua tangannya mendekap pinggul Anita sambil mendesakkan wajahnya dalam-dalam pada vagina Anita, kedua tangannya melingkar memeluk erat-erat pinggul gadis itu, nafasnya semakin sesak karena tekanan nafsu birahi yang sudah meledak sampai ke ubun-ubun, bibirnya mengecup-ngecup wilayah terlarang yang seharusnya belum waktunya untuk dijamah oleh seorang-laki-laki-pun, Anita menggigit bibir bawahnya berusaha mati-matian untuk menahan desahan nafasnya yang semakin sulit untuk ditahan.
“Ahhhh,, ” Anita mendesah kuat, ia tidak sanggup lagi menahan siksaan kenikmatan dari Doni ketika merasakan bibir vaginanya dicaplok oleh mulut Doni, mulut Doni mengemut dan melumat-lumat bibir vaginanya. Kedua tangannya berusaha mendorong kepala Doni, gerakan Anita malah membuat Doni semakin bernafsu mengulum-ngulum bibir vaginanya yang menebarkan wangi yang khas.
“Ahhhhhh., Doniiii……” Anita akhirnya pasrah, tubuhnya terasa semakin hangat, rayuan birahi itu semakin sulit untuk dilawan, sulit sekali…
Lidah Doni terjulur keluar kemudian perlahan-lahan menjilat belahan bibir vagina Anita diciuminya sela-sela vagina Anita yang semakin becek. Doni tidak merasa jijik ketika membersihkan cairan-cairan vagina Anita yang  lengket dengan lidahnya.

Doni kembali bangkit berdiri, wajah mesumnya tampak semakin menjijikkan , setelah mengecup bibir Anita, dengan santai ia melepaskan pakaian seragamnya sendiri sampai ia sama-sama bugil tanpa selembar benangpun menutupi tubuhnya, Anita memejamkan matanya ketika sesuatu di selangkangan Doni terangguk-angguk kemudian teracung keras bagaikan sebatang tombak yang siap memberinya kenikmatan dengan paksa..
“Ha Ha Ha, koq merem sih ?? Lo kan udah pernah dientot ama pak Dion, masak masih malu liat yang ginian…, aya-aya wae…. He he he, duduk disini…, Nahhh sekaranggg… loe emut kontol gua “Doni cengengesan sambil menarik pergelangan tangan Anita dan mendudukkan gadis itu di  atas sebuah bangku panjang yang terbuat dari kayu. Anita menarik kepalanya mundur ketika Doni menyodorkan batang kemaluannya.
“Bau Don, ” Anita mengeluh kerena kemaluan Doni berbau menyengat, tampaknya ia jarang merawat kemaluannya.
“Yeee, dimana-mana juga yang namanya kontol pasti bau atuh, tapi seperti kata pepatah makin bau, makin enak…., ayoooo isepp….!!” Doni menyodorkan kepala penisnya sambil menekan belakang kepala Anita.
Kepala Anita terasa pening ketika cuping hidungnya mengendus bau kemaluan Doni yang tidak terawat, dengan terpaksa Anita membuka mulutnya ketika Doni menjejalkan kepala penisnya dengan paksa kedalam mulutnya.
“Ihhh…, uhuk, uhukkkk…” Anita melepaskan kulumannya
“Nggak mau, Donn, jangannnn….”
“Hehhh….!!, gimana sich, koq jadi elu yang ngatur-ngatur gua !! sekarang lo tinggal pilih, mau ngelayani gua atau perlu gua panggil temen-temen gua kesini biar mereka merkosa loe sampe puas ?? ” Doni mengancam kemudian berlalu hendak mengambil Hp-nya.

“Jangan, Donn!! Jangannn….!! Aku lakukan….” Anita mencekal pergelangan tangan Doni mencegah tangan Doni agar tidak mengambil Hp untuk memanggil serigala-serigala lain yang sudah pasti akan bersuka ria menyantap tubuhnya yang putih mulus.
Bibir Doni tersenyum penuh kemenangan, kedua tangannya memeluk pinggang Anita yang ramping, kemudian bibirnya mengejar bibir Anita, dengan terpaksa Anita menyambut bibir Doni, ia berusaha melayani pemuda itu.
“Ckkkk, Ckkkkkk…Chkkkkkkk…Hmmmm, Emmhhh,, Emmmmmm, Hhhh” Doni mencaplok bibir Anita kemudian mengulum-ngulumnya dengan rakus bagaikan seekor binatang buas yang sedang menyantap mangsanya, sambil mengemut dan mengulumi bibir Anita tangannya menggerayangi tubuh yang putih mulus itu, dijelajahinya lekuk-liku tubuh Anita yang membuatnya semakin bergairah.
“Aaaa.. Aduhh,, Donnn Aduhhhh….” Anita memalingkan kepalanya ke kiri ketika Doni menyerang liar batang lehernya sebelah kanan, sesekali Anita merintih pelan ketika Doni menjilati dan menghisap-hisap lehernya sangat kasar dan liar, belum lagi remasan-remasan liar tangan Doni yang meremasi induk payudaranya
Doni menjilat pipi Anita kemudian berbisik di telinga gadis itu
“Katanya lo mau nyervis kontol gua, he he he” Doni menangih janji Anita kemudian menarik pergelangan tangannya, kali ini Donilah yang duduk di atas bangku panjang itu.
“Ayooo, cepet, udah kebelet nih…..” Doni bersandar sambil mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, dengan menahan rasa malu dan risih Anita bersujud diantara selangkangan Doni. Tangan kanannya memegangi pangkal kemaluan Doni kemudian dikocok-kocoknya benda itu.

“Aduhh, masa cuma dikocokin sich, diservice dong pake mulut…!! ” Doni terkekeh sambil menekan kepala Anita ke arah  kemaluannya, dengan terpaksa Anita menjulurkan lidahnya keluar kemudian menjilati kepala kemaluan Doni, lidahnya terjulur keluar membersihkan leher penis Doni, berulang-kali dikulumnya kepala kemaluan Doni dan diemut-emutnya kedua biji pelir diselangkangannya, kepala Anita bergerak maju mundur mengoral kemaluan Doni yang cengengesan sambil membelai-belai kepalanya.
“Sudah…, sudahh, cukupppp…”
Doni mendudukkan Anita di atas kursi panjang itu, ia mulai mengambil posisi di antara kedua kaki Anita, berkali-kali ia menelan ludah ketika merasakan kepala kemaluannya bergesekan dengan belahan vagina Anita, digesek-gesek kepala penisnya pada belahan vagina Anita yang mungil kemudian ia menjejalkan kepala penisnya berusaha memasuki jepitan belahan vagina Anita.
“Awwwwwwww…….” tubuh Anita tersentak ketika Doni menembakkan batang penisnya merojok lubang vaginanya, ia mengeliat resah, tubuhnya menggigil hebat ketika merasakan batang kemaluan Doni mulai tenggelam membelah belahan vaginanya dengan paksa.
“Eiisshhhh, Gila!! Wah baru kali ini gua ngerasain enaknya ngentot!!, makasih ya Nit, tar jangan lupa, malem minggu kita kencan.. he he he ” Doni menceracau tidak karuan matanya melotot merasakan jepitan vagina Anita. Baru pertama kali ini Doni merasakan berhubungan intim, biasanya sih Doni selalu self service.
“Heeffhh,, Ennnnhhh, Nnnnnhhhh….” wajah Anita merah padam ketika Doni semakin dalam menekan batang kemaluannya, ia merintih pelan ketika perlahan-lahan Doni menarik batang kemaluannya, tiba-tiba ia seperti terperanjat ketika Doni menjebloskan batang kemaluannya dengan satu sentakan yang kuat.

“Ahhhh, Ahhhhh, Ahhhhhh, Owwwhhhh…” tubuh Anita terguncang-guncang ketika batang kemaluan Doni mulai menggenjot-genjot lubang vaginanya, gerakan-gerakan Doni begitu liar dan kasar ketika menyodoki lubang vaginanya, dengan gemas Doni menyodok-nyodokkan penisnya.
“Awwwhhh, aduhhhh, pelan-pelan Donnn….eesshhhh, accchhhhhh, aduh pelan-pelan Donnnn… Awww…!Jangannn…Ahhhh” Anita meringis-ringis sambil  memohon agar Doni berbaik hati memperlambat serangannya, tapi Doni malah tersenyum senang ketika Anita kewalahan menerima sodokan-sodokan batang kemaluannya yang merojok – rojok lubang vaginanya yang peret dan nikmat.
“Herrrhhh, Unnnnnnh!! ” Doni menggeram gemas sambil terus mengayunkan batang kemaluannya meyodok-nyodok lubang vagina Anita tanpa mempedulikan ringisan dan rintihan gadis itu.
“Crrr Crrrrrr…..Affffhhh ” tubuh Anita melenting kemudian terkulai lemas ketika cairan kenikmatan itu berdenyut-denyut menyemburkan cairan kewanitaannya..
“Ha Ha Ha, akhirnya lu bucat juga-kan ? makanya nggak usah sok jaim dech, di mulut doang bilang jangan, tapi sebenernya lo seneng banget-kan gua entot..?? nihhh gua tambahin biar loe makin enak he he he ” Doni tambah liar menggenjot-genjotkan batang kemaluannya.
Anita terisak, hatinya terasa pedih mendengarkan kata-kata Doni yang sudah merendahkannya, melecehkannya seenak hati. Doni tersenyum sinis, hati nurani Anita telah habis dimakan oleh sang kenikmatan yang tersenyum puas ketika Doni semakin gencar menggenjot-genjotkan batang kemaluannya tanpa mempedulikan isak tangisnya, sambil menggenjot lubang vaginanya kedua tangan Doni menggerayangi permukaan dua buah gunung putih yang lembut, kenyal dan halus, diremasnya kuat-kuat buah dada Anita sampai gadis itu merintih kecil di sela-sela isak tangisnya.

“Unnnhh.., Unnhhhhh,,Ennnhhh” Anita melenguh ketika Doni menyodok-nyodokkan batang kemaluannya, kucuran cairan kewanitaan Anita membuat pergesekan kelamin itu terasa semakin enak, licin, geli, gatal, sulit sekali untuk diungkapkan dengan kata-kata.
“Pleppp, Plepppp., Plepppp…., Pleppp…”
Suara lubang vagina Anita ketika batang kemaluan Doni merojok-rojok belahan vagina gadis itu yang sempit dan peret, tangan Anita mendorong bahu Doni kuat-kuat ketika merasakan rojokan-rojokan Doni semakin liar dan brutal.
“Ploppp…. Waduhhhhh, lepas euyyy”
Doni terjengkang ke belakang, ia tersenyum merasa menang di atas angin, ditariknya pinggang Anita untuk berdiri. Bibir Doni melumat bibir Anita sambil menggigit kecil bibir gadis itu, lidah Doni menggeliat-geliat mencoba memancing lidah Anita untuk berperang dengan lidahnya. Kegigihan Doni akhirnya berhasil menundukkan Anita. Anita mengalungkan kedua tangannya ke leher Doni, ia mendesah panjang ketika Doni merundukkan kepalanya untuk mencumbui belahan payudara Anita yang putih  dan lembut.
“Ohhhhh… Doniiiii… Ahhhhhh….”
Kedua tangan Anita menekan belakang kepala Doni sehingga wajah Doni yang berhidung pesek itu semakin tenggelam di antara belahan payudaranyanya. Anita mendesis ketika merasakan putting susunya dijilat dan diemut-emut Doni, si mata-mata berhidung pesek. Setelah puas menggeluti payudara Anita, tangan Doni menarik pergelangan tangan Anita kemudian mendorong tubuh Anita ke jendela kaca besar di  dekat pojok lantai 3, kedua tangan Doni mengusapi pinggul Anita. Dari jendela itu Anita dapat melihat beberapa orang murid-murid sekolah itu sedang asik bersenda gurau. Tampaknya mereka tidak menyadari apa yang tengah terjadi di lantai tiga gedung sekolah lama itu.

“Doni, jangan disini Donn, takut. ketahuan….” Anita berontak ketika Doni memeluk tubuhnya dari belakang, hidung Doni mengendusi rambut Anita sambil berbisik pelan.
“Santai aja, rileks, gak usah tegang he he he”
Tangan Doni merayap, mengusap-ngusap payudara Anita, nafas gadis itu tersendat-sendat ketika merasakan telapak tangan Doni mengelusi dan menggerayangi payudaranya. Anita menolehkan kepalanya ke samping ketika Doni mulai mengecup-ngecup dengan liar. Bibirnya tampak merekah seolah-olah sedang mengundang Doni untuk melumat bibir mungilnya.
“Heemmmm…Cppkk, Mmmmm..,,Ckk Ckkk “
Mulut Doni langsung mencaplok bibir Anita dan Anita membalas lumatan-lumatannya, lidah Doni mengejar lidah Anita ketika mulut Anita terbuka dengan pasrah, decakan-decakan mulut mereka yang saling melumat terdengar semakin keras, sesekali Anita merintih lirih ketika tangan Doni mencubit-cubit putting susunya. Anita mulai terangsang ia menjulurkan lidahnya keluar, Doni mengigit ujung lidah Anita dengan lembut kemudian menghisap-hisap lidah Anita yang terasa manis dan basah, sambil mendesah panjang Anita semakin membusungkan dadanya ke depan ketika merasakan tangan Doni semakin aktif meremas-remas buah dadanya, memilin-milin putingnya yang berwarna pink kemerahan, tubuh Anita semakin basah oleh cucuran air keringatnya.

“Aihhhh, lembut-nya, Esshhhh….” Doni mendesis ketika telapak tangannya mengusapi bulatan buah dada Anita yang semakin menggembung,  disibakkannya rambut Anita yang tergerai kemudian dikecupinya tengkuk gadis itu. Ciuman Doni yang lembut kini menjalar ke bahu Anita, ciuman yang dikombinasikan dengan jilatan dan hisapan-hisapan mesra membuat Anita semakin sering merintih lirih dengan tubuhnya yang merinding keenakan.
“Ennnhhh, Hnnnggghhh…, Don…, aduh, enakk”
Anita memejamkan matanya, perlahan namun pasti Doni semakin menyeretnya memasuki lautan kenikmatan yang membuat Anita serasa diombang-ambingkan dalam sebuah desah irama birahi yang berpacu dengan nafasnya yang memburu semakin kencang tak beraturan. Anita kembali memekik kecil ketika merasakan Doni menggigit kecil lehernya, tangan Doni menarik pinggulnya agar lebih menungging ke atas kemudian diarahkannya batang kemaluannya pada lubang vagina Anita.
“Jrebbb…! AHHHnnnnhhhhh…..”
Anita mengerang keras  ketika merasakan kepala kemaluan Doni menyodok lubang vaginanya dari belakang, tubuhnya tersungkur-sungkur ke depan ketika Doni berulang kali menyodoki vaginanya. Kedua tangan Doni mencekal pinggang Anita yang ramping ketika tubuh gadis itu tersentak-sentak keras akibat lubang vaginanya disodok dan dirojoki oleh batang kemaluan Doni.
“Plokkk, Plokkk Plokkkk, Plokkkk.. Keplokkk… ” terdengar suara yang khas ketika buah pantat Anita ditampar oleh selangkangan Doni ketika ia berkali-kali mendesakkan dan menghujamkan batang kemaluannya, tubuh Anita semakin cepat terdorong-dorong, tersentak-sentak kuat mengikuti helaan batang penis Doni yang keluar masuk menyodoki vaginanya.

Siang itu sinar matahari terasa panas menyengat, namun tidak sepanas api birahi yang membakar tubuh dua orang murid yang sedang asik melakukan hubungan terlarang, tubuh keduanya semakin basah dengan deru nafas yang berdesahan semakin keras.
“Ennnnhhhh…. Ahhhhh,, Crrr Crrrrr…..” Anita hanya dapat memejamkan matanya rapat-rapat, ketika cairan kenikmatan itu kembali berdenyutan tanpa dapat ditahan lagi, sementara Doni malah semakin bernafsu menyodok-nyodok lubang vagina Anita. Disodok-sodoknya lubang vagina Anita sampai gadis itu memekik-mekik kecil.
“Plokkkk… Plokkkk.. Plokkkkk, Clebbb, Plakkkk”
“Ahhhh, Ahhhh, Ahhhh Awwww….” Anita semakin keras memekik ketika gerakan-gerakan Doni semakin liar.
Ia hanya dapat melenguh kecil merasakan sodokan-sodokan batang kemaluan Doni yang terus menerus merojoki belahan vaginanya, sampai akhirnya Doni memeluk kuat-kuat tubuh Anita sambil mendesakkan batang kemaluannya dalam-dalam kedalam jepitan memek Anita. Anita mengalungkan kedua tangannya pada leher Doni ketika tangan Doni membalikkan tubuhnya. Doni membelai rambut Anita yang lembab, terdengar suara desahan panjang Anita ketika menyambut datangnya bibir Doni yang mengecupi bibirnya, kedua kaki gadis itu berjingjit-jingjit ketika berciuman dengan Doni.

Doni kembali menyelipkan batang kontolnya ke belahan vagina Anita, kemudian tangan Doni melilit membelit tubuh Anita yang mungil sambil mulai memompa lubang vaginanya.
“Aduh Donnnii, aduhhhhh….. Ahhh…..! “
Doni semakin bernafsu ketika mendengarkan rintihan lirih Anita, disentak-sentakkannya kuat-kuat penisnya mengocoki vagina Anita yang mungil, tangan kanan Doni menekan-nekan bokong Anita sambil terus menghentakan batang kemaluannya, nafas keduanya semakin menggebu-gebu.
“Ahhhh… Crrr Crrrrr…Crrrrr…..” Anita memekik kecil
“Uts…!! Kecrottt.. Crooooottttt….” Doni mendekap kuat-kuat tubuh Anita sambil membenamkan batang kontolnya dalam-dalam.
Kenikmatan itu menjalari tubuh keduanya yang masih berdiri saling berpelukan, kedua tangan Doni merayap meremas-remas bongkahan pantat Anita yang bulat dan padat, kedua tangan Anita berpegangan pada bahu Doni, sementara kepalanya bersandar di dada pemuda itu yang tersenyum puas sambil menggerayangi lekuk liku tubuhnya.

**************************
 Pada suatu hari Minggu…

“Maya…sini-in Hpnya “
Vivi menjulurkan tangannya untuk merebut Hp mungilku, aku berusaha menahan tangan Vivi yang hendak merebut Hp Mungil-ku yang gemetar ketakutan. Gimana nggak ketakutan, Hp mungilku akan dijual sebagai untuk ongkos memperbaiki Hp Vivi.
“Viii, aku ganti bulan depan yach… “
Aku berusaha menawar, namun Vivi cuma menggelengkan kepalanya, Duh kejam amat sich..T_T, Aku hanya menatap lemas ketika Vivi keluar dari dalam mobil sambil menyeret Hp mungilku yang selama ini selalu setia menemaniku, sementara Farida mengikuti langkah Vivi.
“Hkk.. Hkkk… ” Aku terisak , sementara Reina memeluk pundakku
“Rei…., Vivi jahat dechhhh….. “
Aku terisak dalam pelukan Reina, Reina hanya mengecupku kemudian memelukku erat-erat, ia menepuk-nepuk punggungku, hatiku rasanya sakit ketika mengingat sikap Vivi yang berubah dingin. Beberapa saat kemudian Vivi yang jahat masuk kembali ke dalam mobil sambil tersenyum-senyum senang, aku memalingkan wajahku ke arah lain, pokoknya aku marah, sebelllll…. Huhhhh..!! Aku tetap diam ketika Farida bertanya padaku,
“Mayyy, kamu mau makan apa ?? “Aku cuma menggelengkan kepalaku, sambil menahan air mataku, sedih banget rasanya hari ini, kebayang deh nasib Hp mungil-ku dipajang dietalase, ia pasti berteriak-teriak keras di balik etalase kaca Tolooonnnnggg..!! Tolongggg aku Mayyyy…!!
“Brrrmmmm…Brrrmmmm” Farida memarkir mobilnya di depan rumah Vivi, wajahku terus tertunduk dengan hati yang sedih dan sakit.

“Mayyy…, Ayooo…., ” Farida mencekal pergelangan tanganku dan menuntunku dengan lembut, sementara Vivi dan Reina berlari-lari kecil masuk ke dalam rumah mendahuluiku, langkahku agak terseret-seret ketika Farida menuntunku masuk kedalam rumah..
“HAAAHHHHH…..!! “
Aku berseru terkejut sementara sebuah lagu mulai berkumandang dengan merdu dari bibir Vivi, Farida, Reina, Andra dan Riska. Sebuah lagu ulang tahun mengalun diakhiri dengan tepuk tangan yang meriah ketika aku yang masih bengong meniup lilin ulang tahun di atas kue tart.
“Met Ultah ya Mayy….”
Satu persatu Farida, Reina, Andra dan Riska menyalamiku mengucapkan selamat ulang tahun padaku, yang terakhir Vivi, ia tersenyum kemudian duduk di sampingku yang masih cemberut, tangannya menyodorkan salah satu diantara dua buah kotak, yang dibungkus kertas kado.
“Nich buka…he he” Vivi menyodorkan kotak pertama, aku membuka kado pemberian Vivi, Ohhhhhhhh…..!!!, HP mungilku, ia sedang tersenyum gembira dengan casing baru yang membungkus tubuhnya, ada sebuah tulisan disampingnya “PENSIUN..^^.”
Vivi menyodorkan kotak kedua, aku membuka bungkus kado kotak kedua, Whowwwww, Hp baru dengan kamera 3.2 megapixel autofocus, HSDPA, radio, waaah, kerennn. Tiba-tiba aku menengokkan kepalaku ke arah Vivi, Aku menyesal sudah berburuk sangka terhadapnya, sementara Vivi hanya tersenyum sambil membelai kepalaku, tatapan mata Vivi begitu lembut ketika menatapku.

“Viviiiiiiiiii…..Hkk Hkkk”Aku memeluk Vivi, Vivi menepuk-nepuk punggungku ketika aku terisak menangis dalam pelukannya, duh, ternyata tadi Vivi cuma bersandiwara, pura-pura jahat terhadapku.
Keadaan mulai berubah serius ketika siang hari itu Andra sibuk mengotak-atik laptopnya, sepertinya Andra sedang berusaha memindahkan photo dari handphone ke dalam laptop, dengan semangat Andra berusaha mengajari Aku, Reina, Farida, Riska dan Vivi, yang terbengong-bengong sambil berulang kali saling berpandangan satu-sama lain.
“NAHHH, begitu caranya, mudah banget kan…, apalagi dengan teknologi cybershot, LHOOO…!!! “
Andra menatap Maya, Riska, Reina, Vivi dan Farida yang sudah terkapar bersandar di kursi masing-masing. Matanya menatap nakal pada paha mulus lima gadis cantik yang tertidur dalam berbagai posisi dengan rok mini mereka yang tersibak sampai ke pangkal paha. Mata Andra sedikit juling ketika matanya menatap nanar lima pasang paha yang putih dan mulus.
“Waduh, mulusnyaaaaaa, “
Tangan Andra mengelus dada dan sesuatu di selangkangannya yang berontak sehingga membuat permukaan celananya semakin menggembung
“Nggak apalah bintit dikit, ketimbang mubazir…, BUSET DAH….!!!!”
mata Andra semakin juling ketika Maya menggeliat dengan kedua kakinya yang sedikit mengangkang. Rok mini Maya tersibak ke atas, Andra menudukkan kepalanya agar dapat menatap dengan lebih jelas. Mulutnya ternganga menatap selangkangan Maya yang tertutup secarik kain segitiga tipis berwarna pink, pikiran kotor Andra langsung bergolak seperti air yang sedang mendidih. Ia berlutut di sisi Maya, perlahan-lahan tangannya mengelus pangkal paha Maya yang putih mulus, begitu hangat dan mulus.

Glekkkkk…!!Ceglukkkk….!! berkali-kali Andra menelah ludah ketika telapak tangannya merasakan kemulusan paha Maya.
Ia menundukkan kepalanya, kemudian hidungnya mengendus permukaan celana dalam Maya yang masih tertidur pulas. Sedikit demi sedikit tangan Andra menarik pinggiran celana dalam Maya yang tipis berwarna pink, dengan hati-hati digeser-gesernya pinggiran celana dalam itu. Mata Andra mendelik menatap belahan vagina Maya yang kini terexpose dihadapan wajahnya. Sambil menundukkan kepala, Andra menjulurkan lidahnya, berkali-kali dijilatinya belahan vagina Maya, diciumi, diendus-endus dan dilumat-lumat dengan mesra, cukup lama juga ia dengan sukses menikmati belahan vagina Maya yang tampak semakin pulas sampai kemudian ia buru-buru menghentikan aksinya ketika gadis itu menggeliat kegelian kemudian membalikkan tubuhnya ke samping kiri, posisi tubuh Maya miring ke kiri membelakangi Andra.,
“DUGGG…!! DUGGG…!! DUGGG….!! “
Andra merasakan jantungnya berdetak dengan keras, ia ketakutan setengah mati jika Maya tiba-tiba terbangun, namun dorongan untuk menggerayangi tubuh Maya yang molek begitu kuat, mengalahkan ketakutan di hati Andra, dengan hati-hati ia merayapkan tangan kanannya dan kembali menggerayangi tubuh Maya yang semakin pulas, diraba-rabanya dan pelan-pelan diremasnya buah dada Maya yang mungil, namun terasa padat, keras dan  kenyal di balik baju kaos ketatnya.

——————
Detik demi detik membawa malam ini semakin larut
Aku membuka jendela kamarku
Kemudian menghela nafas panjang-panjang.
Mulai besok kami akan berusaha….
Mengumpulkan bukti-bukti kebejatan Pak Dion cs.
****************

Schoolgirl’s Diary 8: Ruined Little Plan

Rina
 ”Pak, tolong saya pakk…!! “, Rina sangat mengharapkan pertolongan dari Pak Dion, pria itu tersenyum ramah kemudian bertanya dengan lembut, matanya berbinar-binar ketika menyaksikan ekspresi wajah Rina yang ketakutan.
“Ohh, Rina ya ?, ada apa ?? ” Pak Dion pura-pura bloon
“Ada yang mengancam saya, katanya…..”
Rina tidak melanjutkan kata-katanya, matanya memandang berkeliling, tidak ada siapa-siapa lagi disini, jalanan tampak sepi, Rina tersurut mundur ketika menatap wajah pak Dion yang berubah mesum, mata pak Dion yang liar berulang kali menatap tajam-tajam lekuk liku tubuh Rina yang seksi.
“Ohhhh……..???!!!”
Rina tersurut ketakutan ketika Pak Dion turun dari mobil kemudian melangkah menghampiri dirinya ,sambil meremas buah pantat Rina , dengan paksa Pak Dion mendorong tubuh muridnya masuk kedalam mobil,
Brakkkk…!! Pintu mobil itu tertutup dengan kasar, Rina tertunduk lemas sambil menangis, betapa bodoh dirinya memohon pertolongan dari seekor serigala buas berbulu domba. Mobil Pak Dion berhenti di sebuah hotel kecil, seorang tukang parkir tersenyum cengengesan menghampiri mobil pak Dion
“Biasa ya pakk….”
“Udah, nggak usah banyak tanya…!! Kaya baru kenal aja….” Pak Dion tersenyum lebar ketika tukang parkir itu membimbing mobilnya ke arah belakang hotel itu.

Pak Dion memarkir mobilnya di halaman belakang, kemudian menarik lengan Rina kesebuah kamar khusus yang terpisah, sebuah ruangan kedap suara VVIP. Rina mendelik ketika di dalam kamar ternyata sudah ada 4 orang gurunya, Pak Djono, Pak Ahmad, Pak Dede yang menatapnya dengan liar namun Pak Agung tampak gugup, ada rasa miris ketika menatap wajah Rina yang ketakutan.
“Lohhh…?? Pak Agung mau ke mana?? ” Pak Dion memandang keheranan ketika Pak Agung malah melangkah keluar kamar.
“Saya mau merokok dulu…,” Pak Agung menjawab singkat.
Dengan gemetar tangan Pak Agung menyalakan sebatang rokok, ia menghela nafas panjang untuk meredakan pergulatan didalam hati kecilnya. Antara nafsu birahi dan kelembutan hatinya. Ya sebenarnya Pak Agung tidak suka jika harus melakukan hubungan seksual yang dipaksakan, ia lebih enjoy jika seorang gadis menyerahkan dirinya secara total tanpa paksaan. Rina semakin ketakutan ketika Pak Ahmad, Pak Dede, Pak Djono dan Pak Dion terkekeh-kekeh, mengelilinginya, berulang-kali tangan Rina berusaha menepiskan tangan-tangan para guru bejat yang berusaha menjamah tubuhnya, dengan gemas Pak Dede mencekal dan memiting kedua tangan Rina kebelakang, sementara Pak Dion bersujud di hadapan gadis itu,
“Jangannnnn…..!!,  jangannn…PAKK ! “
Pak Dede dan Pak Djono berebutan melepaskan kancing baju seragam Rina, satu demi satu. Tubuh Rina tersentak ketika merasakan tangan Pak Dede dan Pak Djono menyusup ke balik bra dan meremas-remas gundukan buah dadanya.

“Ahhhhhhh….!! ” sekali lagi tubuh Rina tersentak ketika tangan Pak Dion tiba-tiba menyusup masuk kebalik rok seragam sekolahnya dan mengelus-ngelus kedua pahanya, gadis itu melenguh perlahan ketika merasakan tangan Pak Dion meremas selangkangannya dan Pak Dede mengikat kencang-kencang kedua tangannya dengan ikat pinggang.
“Ohhhhhh……..” Rina mengigit bibirnya ketika merasakan tangan Pak Dede merayap melepaskan pengait roknya lalu menarik resleting seragamnya turun Srettttt…….!! Dengan kasar tangan Pak Dede manarik turun resleting rok seragam berwarna abu-abunya. Dengan leluasa tangan Pak Dede meloloskan rok seragam Rina melalui kedua kaki-nya yang mulus, Rina semakin keras terisak menangis ketika merasakan tubuhnya melayang kemudian di lemparkan keatas ranjang.
“BLUKKK….”
Suara tubuh mungil murid cantik itu ketika terhempas ke atas ranjang empuk, ia tergeletak terlentang tanpa daya. Rina merinding ketika Pak Dion menatapnya dengan beringas. Kepala sekolah bejat itu menghampiri dirinya, disertai geraman gemas ia menerkam tubuh mungil Rina yang putih mulus.
“Awwwwww……!! Tidakkkk, Jangannnn Aooommmmmhhh, Mhhh” jeritan-jeritan Rina lenyap ketika mulut Pak Dion mencaplok bibirnya yang mungil.
Tangan Pak Dion menggerayangi buah dada Rina, sungguh malang nasibnya yang sedang dinikmati oleh Pak Dion dalam keadaan kedua tangannya yang terikat ke belakang, tubuh Rina yang mungil ditindih oleh tubuh Pak Dion yang besar dan gemuk. Sambil mengelusi puting Rina sesekali tangan Pak Dion meremas-remas induk payudaranya yang membongkah padat. Bibir Pak Dion menyerigai ketika merasakan payudara gadis itu semakin keras dan kenyal ketika berkali-kali telapak tangannya meremasnya, sementara mulut pria itu menempel Erat di bibir Rina, dilumat dan dikulumnya bibir murid cantik itu sampai gadis itu terengah kehabisan nafas.

“Auhhh, Ooooo, Ahhhhhhh, Aauhhh…!! Jangan.. Pakkk, tolongg.. Jangannn” bibir Rina sedikit merekah ketika Pak Dion menggeluti buah dadanya, mulut kepala sekolah bejat itu berdecakan ketika melumat-lumat susu Rina, lidah Pak Dion menyentil-nyentil putingnya yang berwarna merah muda. Dengan rakus mulut Pak Dion melumat-lumat putting yang semakin runcing itu.
“Ennnhhh, Ennnnnnnhh, Hsssshhhh….”terdengar suara Rina merintih-rintih kecil ketika mulut Pak Dion berulang kali mencaploki puncak payudaranya, kepala sekolah bejat itu tampak bernafsu ketika mengenyot-ngenyot dan melumati bongkahan payudaranya sementara Pak Djono, Ahmad dan Dede sibuk berkomentar.
“Wahhh, liat pentil susunya… “
“Owww, lihat juga memeknya, makin basah….”
“He he he, ya iyalah pasti keenakan, digerayangi sama Pak Dion, ayo Pak Dion teruskannn…!!”
“Awwwww, ” Rina memekik kecil ketika merasakan putingnya dihisap kuat-kuat, tubuhnya melenting-lenting, tangannya yang mungil berusaha mendorong kepala Pak Dion yang menempel di puncak payudaranya, berkali-kali ia terperanjat merasakan mulut Pak Dion semakin buas menyerbu payudaranya.
“Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh….” Rina mendesah-desah, nafasnya terasa semakin sesak, ketika lidah Pak Dion menggelitiki putingnya.
Kepala sekolah bejat itu tersenyum ketika mendengarkan desahan-desahan Rina, mulutnya semakin buah melumat-lumat payudaranya yang empuk dan ranum. Kedua tangan Pak Dion mencekal induk buah dada Rina, matanya menatap tajam payudara putih yang dihiasi pentil berwarna merah jambu itu, diremas-remasnya benda itu yang terasa kenyal kemudian diciuminya bulatannya yang putih menggumpal padat, semakin keras rintihan Rina semakin bernafsu pulalah Pak Dion menjilati dan mencumbuiya.

Perlahan-lahan Pak Dion menggeser kepalanya kebawah, sejajar dengan Vagina Rina, jari telunjuknya menyentuh belahan Tipis diselangkangan muridnya yang cantik kemudian dielus-elusnya belahan Vagina yang sebentar lagi akan masuk dalam  “daftar koleksinya”. Diendus-endusnya keharuman wilayah yang selama ini belum pernah terendus oleh siapapun, Pak Dion merasa bangga karena dirinya adalah orang pertama yang dapat menghirup wangi Vagina yang belum terjamah oleh Siapapun.
Tubuh Rina menggeliat resah merasakan lidah Pak Dion mengulas-ngulas belahan Vaginanya, murid cantik itu mendesis lirih ketika merasakan nafas Pak Dion yang berhembusan saat Pak Dion menciumi selangkangannya yang semakin dikangkangkan oleh kepala sekolah bejat itu. Murid cantik itu terperangah merasakan rasa nikmat ketika Batang lidah Pak Dion mulai menyentuh daging Clitorisnya, tubuh Rina mengejang merasakan jilatan-jilatan lidah Pak Dion yang begitu taktis memainkan daging clitorisnya, menyentil, mengait, memijat-mijati dan menusuki Clitoris Rina.
“Ahhhhh….!! Crrrttt Crrrrtttt “
Rina menjerit kecil ketika Vaginanya berdenyut-denyut, Jantungnya berdetak kencang merasakan rasa nikmat yang baru pertama kali ini dirasakan olehnya, ada sesuatu yang tiba-tiba terasa berdenyut-denyut menyembur keluar dari dalam vaginanya, rasa nikmat itu membuat Rina Seolah melayang kelangit ketujuh.
“He he he, enak ya ?? sebentar lagi kamu akan merasakan yang lebih enak, tubuhmu akan tersentak-sentak dalam kenikmatannn “Pak Dion mulai mengambil posisi siap tempur, kedua tangannya mencekal pergelangan Kaki Rina kemudian merentangkan kedua kaki muridnya dalam posisi mengangkang keatas dan….
“Jrebbbb…!! Awww, Jrebbbbb… Jrebbbb” Rina menjerit kaget ketika merasakan sodokan-sodokan kepala penis Pak Dion yang sedang berusaha keras melakukan penetrasi, perlahan tapi pasti kepala penis itu mulai membelah belahan vaginanya.

“TIDAKKKK…!!TOLONGGGG, Arrrhhhhhhhh…….” Rina mengerang keras, tubuhnya menegang kemudian melenting-lenting menahan rasa sakit ketika kepala penis Pak dion menjebol kegadisannya.
Erangan-erangan keras terdengar dari bibir Rina mengiringi masuknya batang kemaluan Pak Dion yang besar dan panjang. Mata Rina yang berlinangan air mata menatap Pak Dion, ada rasa benci, marah , dan sakit yang terpancar dari sinar mata Rina ketika Pak Dion mulai melakukan genjotan-genjotan liarnya, berkali-kali matanya melotot sementara mulutnya mengaduh dan menjerit kecil kesakitan ketika batang penis Pak Dion keluar masuk menyodok-nyodok dengan kasar.
“Aduhhh, Aduhhhhh..!!Aaaaaaaw, ADUHHHHH”
Pak Dion terkekeh senang, ia memperhatikan bibir vagina gadis itu yang melesak tertekan ke dalam dan kemudian terpelanting keluar ketika berulang kali batang penisnya keluar masuk menyodoki liang kenikmatannya. Pak Djono naik ke atas ranjang kemudian mengangkangi wajah Rina, disumpalnya mulut gadis itu dengan penisnya. Pak Dede dan Pak Ahmad merangkak di sisi kanan dan kiri, tangan mereka yang kotor penuh dengan dosa mengelus-ngelus buah dada Rina yang membuntal padat, dicubit-cubitnya pentil Rina yang semakin lancip. Sungguh ironis memang, para guru yang seharusnya melindungi dan mengayomi murid-muridnya kini justru menjadi predator yang memangsa murid-murid cantik di sekolahan itu.
“Wahhh.!!, kontol saya mulai dihisap….” Pak Djono berseru senang merasakan hisapan-hisapan mulut Rina, sementara Pak Dede dan Pak Ahmad tidak menjawab mereka sibuk enjilati dan mengenyot-ngenyot buah dada Rina. Mata Rina nampak semakin sayu ketika mulutnya menghisap-hisap batang kemaluan Pak Djono, sesekali tubuhnya yang tersentak-sentak karena disodok oleh Pak Dion menggelinjang keenakan merasakan emutan-emutan mulut Pak Dede dan Pak Ahmad yang terus menghisap-hisap puncak payudaranya.

“Cleppp…, Clepppp,,, Cleppppp….” suara penis Pak Dion yang sedang keasikan menggepur lubang vagina Rina.
Cairan-cairan putih bercampur dengan cairan kemerahan meleleh di selangkangan Rina dan sebagian terpercik menodai seprai putih itu ketika Pak Dion menyodokkan dan menggecak-gecakkan batang kemaluannya sekuat tenaga..
“Emmmhhh.., Mmmmmm….Owww, Ahhhhh, enakkkk……, Ennnhh”
Mata Rina berkunang-kunang, rasa pedih dan sakit perlahan-lahan berganti dengan rasa geli dan nikmat ketika Pak Dion semakin kuat menggenjoti lubang vaginanya, sudah tiga kali Rina menggelinjang ketika dipaksa memuntahkan cairan kenikmatannya. Pak Ahmad melepaskan sabuk yang mengikat tangan Rina,
“Ayo dikocok…, nahhhh….”
“Sip-lah…..”
Pak Ahmad dan Pak Dede mulai mengajari Rina untuk mengocok-ngocok penis mereka. Rina tampak bernafsu ketika mengocoki penis kedua orang gurunya yang bejat, sementara mulutnya sibuk menciumi dan menghisapi penis Pak Djono. Empat orang guru bejat itu semakin asik menikmati tubuh muridnya yang cantik, Rina mendesah keras ketika merasakan tangan Pak Ahmad dan Pak Dede mencubit puting susunya yang berwarna pink kemerahan, kemudian menarik-nariknya.
“EARGGHHHHH…!! CROOTTT… CROTTTTT……… CROT “
Pak Dion menggeram kemudian menyodokkan batang kemaluannya kuat-kuat, tubuhnya yang gemuk berlemak ambruk ke belakang. Batang penisnya yang besar terkulai setelah puas menggenjoti lubang vagina Rina yang peret. Pak Ahmad menarik tubuh Rina yang masih terengah-engah, ia menyeret Rina ke kamar mandi dan kemudian memandikan gadis itu, setelah bersih ditariknya kembali murid cantik itu keluar dari dalam kamar mandi, tubuh Rina menggigil, kedinginan berdiri ditengah ruangan ber-AC.

“He he he, dingin ya ?? Butuh kehangatan??” tanya Pak Ahmad mengejek sambil menciumi leher Rina dari belakang, tangan Pak Ahmad mengelus-ngelus pinggang Rina yang ramping sambil mengendus-ngendus tengkuk gadis itu.
Pak Ahmad, Pak Dede dan Pak Djono mengelilingi tubuh Rina, mata gadis itu terpejam ketika merasakan tangan-tangan jahil mulai menggerayangi tubuhnya. Payudaranya semakin menggembung ketika telapak tangan Pak Dede dan Pak Djono yang kasar dan hangat mengusapi bulatannya
“Ohhhhhhhh, Pakkkkk……Ennnnhhh” murid cantik itu menggeliat resah, wajahnya terangkat menatap langit-langit ketika merasakan buah dadanya diremas-remas dengan teratur, telapak tangan mereka yang kasar merayapi gundukan buah dadanya yang halus,
Bujuk rayu dan bisikan-bisikan kotor akhirnya menaklukkan segalanya dan mengikat murid cantik itu dalam kekangan rantai birahi yang panas dan ikatan nafsu birahi yang semakin menggelegak. Rina menurut ketika Pak Ahmad menyuruhnya menungging sambil berdiri, berkali-kali tubuhnya tersungkur ke depan ketika Pak Ahmad berusaha keras menyodominya..
“Aaaa…., Ahhhhh…, Essshhh Akkhhhhh…..Aoooww…!! ” Rina menolehkan kepalanya ke belakang ketika merasakan rasa pedih dan panas mendera lubang anusnya, berkali-kali wajahnya yang cantik mengernyit kesakitan.
“Aduhhh, Duhhhh, Sakitttt Pakkkkk…. Aaaaaaa”
Rina menjerit kesakitan ketika Pak Ahmad menyodok keras lubang anusnya., guru bejat itu hanya tertawa. Guru bejat itu malah bernafsu untuk menekankan batang kemaluannya semakin dalam, tanpa mempedulikan Rina yang menjerit keras sambil menggeliat-geliat kesakitan.

Pak Ahmad menjambak rambut Rina dan kemudian mengocok-ngocokkan batang kemaluannya dengan kuat, berulang kali disodokinya lubang anus gadis itu tanpa belas kasihan walaupun ia mendengar dengan jelas muridnya itu menjerit-jerit kesakitan.
“Hajar Pak Ahmad !!, Euuuhhhh…, gila, hardcore euy HA HA HA…”
“Wah.. wahhhh, terus sodok yang keras JANGAN DIKASIH AMPUN!!! “
Berkali-kali Pak Dede dan Pak Djono menundukkan kepala mereka, Pak Dede menciumi buntalan buah dada Rina, dihisap dan dikecupinya payudara Rina yang putih menggoda pandangan mata mereka, dicubitinya putingnya sambil mengusapi bulatannya. Pak Djono tidak mau kalah, lidahnya terjulur melingkari puting Rina kemudian melumat puncaknya itu kuat-kuat.
“Ohhhh, Pakkkk, Uhhhh, AWWW…” Rina meronta ketika merasakan Pak Djono menggigit puncak payudaranya, sementara tubuhnya tersentak-sentak kedepan dengan kuat karena Pak Ahmad masih menyodominya dalam posisi berdiri sambil menungging.
Pak Ahmad seperti kesetanan, dicekalnya kedua pergelangan tangan Rina kemudian ditariknya ke belakang, Pak Dede dan Pak Djono terkekeh sambil menekan bahu Rina.
“Heeekkk, Aeeehhhh, OWWW….” mata Rina yang sipit terpejam rapat, nafasnya terhembus-hembus dengan kuat setiap sodokan-sodokan kasar Pak Ahmad menyodok lubang anusnya, Rina memekik kecil merasakan semburan sperma Pak Ahmad di dalam lubang anusnya.
“Ayo Pak Dede, kita garap barengan…”
“Iya Pak Djono, saya juga udah ngak sabar..!!” Pak Dede dan Pak Djono terkekeh sambil meremas buah dada Rina, sementara Rina menatap tidak mengerti maksud Pak Dede dan Pak Djono.

“Ayo sayang, jangan malu-malu, duduk disini….”
Pak Djono menunjuk penisnya, sementara Pak Dede mendorong punggung Rina agar menghampiri tubuh Pak Djono yang sedang tidur terlentang di atas kain permadani warna merah. Rina berdiri disamping tubuh Pak Djono yang terlentang, mata sipitnya menatap Pak Djono, ia masih bingung tidak mengerti permintaan Pak Djono.
“Sini manis, Bapak ajarin… HE HE HE”
Pak Dede mengelus-ngelus bongkahan pantat Rina kemudian meremasnya, dibimbingnya tubuh Rina agar mengangkangi batang penis Pak Djono.
“Iya, ayo sayang, masukin kontol Bapak ke dalam memek kamu..” Pak Djono, tersenyum lebar ketika Rina mulai berjongkok mengangkangi penisnya.
Tangan Pak Djono mengelusi pinggang Rina yang ramping sementara Pak Dede menekan bokong gadis itu agar semakin turun. Rina mendesis lirih ketika kepala penis Pak Djono menyentuh belahan vaginanya, Rina mendesah sambil mengangkat wajahnya keatas ketika merasakan batang penis Pak Djono membelah belahan vaginanya.
“Sekarang kamu belajar yach, diangkat, diturunin.., diputarrrrr…!! ” Pak Dede mengajari Rina, dibisikkannya kata-kata mesum ditelinga Rina,
“Rina memek kamu seret.. dech..”
“Gimana enak ngak ngentot sama Pak Djono??”
“Plakk..!! Plakkk…!! Ayo terus jangan berhenti..”
Pak Dede menampar-nampar bongkahan buah pantat Rina ketika murid cantik itu berhenti menaik turunkan pinggulnya, dengan nafsu Pak Dede meremas buah dadanya.
“Cape Pakkk…” Rina merasa pinggangnya seperti hampir patah.
“Makanya kamu harus latihan supaya kuat!!, Sini biar Bapak bantuin supaya kamu belajaar…NAIK..!! TURUNN !! NAIKKK!! TURUNN!!” Pak Dede membantu mendekap pinggul Rina kemudian menarik dan menekankan pinggul muridnya itu kuat-kuat.

Rina merintih-rintih ketika Pak Djono mulai menyodokkan batang penisnya ke atas ketika ia berusaha menghempas-hempaskan vaginanya ke bawah dibantu oleh Pak Dede yang bernafsu menekan-nekan bokong murid cantik itu, semakin lama tusukan-tusukan Pak Djono semakin kuat dan cepat, Rina menjerit lirih keenakan, Pak Dede dan Pak Djono saling berpandangan kemudian terkekeh-kekeh senang.
“AHH, AHHH.. OAAHHHHH…!! ” mulut Rina ternganga lebar, tubuhnya basah kuyup oleh kucuran air keringatnya yang meleleh semakin lama semakin banyak mengucur dengan deras, matanya mengerjap-ngerjap keenakan, bibirnya semakin keras mendesah-desah, Pak Dede berdiri, kemudian menyodorkan batang penisnya.
Lidah Rina keluar kemudian menjilat penis Pak Dede yang teracung di hadapan wajahnya, kedua tangan Rina yang mungil berpegangan pada pinggul Pak Dede, dengan demikian ia dapat lebih leluasa menghempas-hempaskan vaginanya.
“Buka mulut kamu sayang…” Pak Dede membelai-belai kepala Rina, guru bejat itu mendesah keras sambil membenamkan penisnya ke dalam mulut muridnya yang cantik, mata Rina terpejam rapat-rapat ketika Pak Dede menekankan batang penisnya semakin dalam.
“Nah, ini yang namanya DEEPTHROAT…, ” Pak Dede mengajari Rina yang kewalahan ketika tangan Pak Dede menekan belakang kepala kuat-kuat, berulang kali Rina mengerang pelan ketika penis gurunya yang bejat menekan masuk ke kerongkongannya, Rina menarik kepalanya agar penis itu terlepas dari mulutnya, ia mengeleng-gelengkan kepalanya ketika Pak Dede mengacung-ngacungkan benda itu di hadapan bibirnya.

“BUKA MULUT!” Pak Dede membentak kemudian menjambak rambut Rina, dengan kasar dijejalkannya penisnya ke dalam mulut gadis itu yang ternganga.
“Hennnhh, Ennhhh, Heennnhhh…”
Nafas Rina tersenggal-senggal ketika Pak Dede mulai memaju mundurkan batang penisnya dengan teratur, Pak Dede menekuk wajahnya ke bawah memperhatikan ekspresi wajah Rina yang mengernyit-ngernyit dengan matanya yang terpejam rapat, air mata keputusasaan kembali mengalir deras dari mata-nya.
“Emmmm, Emmmmmhhhh……”
Pak Djono semakin liar menyodok-nyodokkan penisnya, tubuh Rina berkali-kali tersentak keatas ketika penis Pak Djono merojok lubang vaginanya dengan kasar.
“WUAHH, Eunakk..!! Crrrotttt… Crrrotttt” Pak Dede menekan kuat-kuat belakang kepala Rina sambil menyodokkan penisnya ke depan kuat-kuat.
“Plukk..!! Plukkk..” berulang kali Pak Dede menampari pipi Rina dengan batang penisnya yang sudah terkulai, ia puas mendeep throat murid cantik itu..
Rina yang masih terisak menangis menolehkan kepalanya ke belakang ketika merasakan bongkahan pantatnya diremas seseorang, Pak Dion tampak asik meremasi bongkahan pantat Rina yang bulat dan padat, kedua tangannya mengelus dan meremas pantat yang membulat indah itu. Bibirnya tersenyum kecil menatap lubang dubur Rina, dipukul-pukulkannya batang penisnya yang sudah tegang itu pada lubang anus Rina. Dengan paksa Pak Dion menjejalkan penisnya kuat-kuat,
“Ngahaaaaduhhhhhh, sakit Pakkkk, SAKITTT…., AWWWWW”
Pak Dede menekan punggung Rina, sementara Pak Djono mencekal pinggul gadis itu.
“OAWWWWWW……….!!! ” terdengar jeritan melengking panjang dari mulut  Rina ketika batang Penis Pak Dion yang besar itu menghujam keras, menyodomi lubang anusnya.
“Earrrhhhhhhhhhh, Arrrrhhhhhhhhhhh….” berulang kali Rina mengerang keras ketika penis pak Dion yang oversize itu semakin dalam mengebor lubang anusnya, setiap detik terasa menyiksa ketika batang besar itu menusuk semakin dalam sampai akhirnya buah pantat Rina bergesekan dengan selangkangan Pak Dion.

“Auungghhhhh…. ” mata Rina yang sipit membeliak ketika merasakan dua batang penis itu bergerak dalam waktu yang hampir bersamaan, mulutnya ternganga lebar terkadang lidahnya sedikit terjulur keluar, ketika sodokan-sodokan Pak Dion dan Pak Djono menggempur dengan semakin kuat.
“Plepppp… Plepppp… Cleppp Blepppp…..”
“Plakkk, Plokkkkkk, Plakkkk Plokkkkk”
“Ennnhhhh, Enhhhhh, Enhhhhh….”suara desah nafas Rina yang tertahan-tahan ketika batang penis Pak Dion dan Pak Djono keluar masuk dengan cepat menyodok-nyodok lubang anus dan vaginanya.
Tangan Pak Djono mencekal pinggang Rina yang ramping sedangkan tangan Pak Dion mencengkram bahu gadis itu. Pak Dede dan Pak Ahmad mulai mengepung dari sisi kiri dan kanan, tangan mereka mengusapi susu Rina yang melompat-lompat dengan indah, tangan mereka meremas kuat-kuat payudara gadis itu sampai memar kemerahan.
“Sayang mangsa kita yang kemarin lolos ya….” Pak Dede menghela nafas panjang, sambil menarik-narik putting Rina yang meruncing.
“Ho oh, mana handycam saya juga hilang lagi…!!” Pak Ahmad mengeluh.
“Iya, saya juga heran, padahal kata Si Doni handycam kita ada di tas Vivi”
“Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akhirnya jatuh juga, yang jelas si cantik ini akan menambah koleksi kita” Pak Dion terkekeh-kekeh senang sambil mengayun-ngayunkan batang penisnya kuat-kuat.
“Ennnhhhh,, Crrrtttt, Crrrrrrrr……”
Keempat guru bejat itu tertawa lepas, mereka menertawakan Rina yang  terkulai ketika kembali mencapai klimaksnya, gerakan Pak Dion dan Pak Djono semakin kasar dan brutal, menyodok-nyodok lubang vagina dan lubang anus murid cantik itu.
“Cleppp.. Cleppp. Cleppp…”
“PLefff Plefffff.., Plefff…Plepppp.”
Bergantian keempat orang guru bejat itu menggarap tubuh Rina yang putih mulus, berkali-kali Rina memekik kemudian terkulai lemas ketika batang-batang penis itu menggilir tubuh mulusnya.

************************
Sementara itu…

Lima orang gadis cantik plus teman mereka yang gemuk tengah sibuk memasang alat pengintai terakhir. Andra sedang membantu lima orang gadis cantik yang tampak was-was ketika ia mulai berusaha memanjat untuk memasangkan alat pengintai. Wah, agak mirip kaya film KINGKONG Nih…He He He. Aku memandang ngeri, wajah Andra memerah dengan nafas yang memburu kencang, sedikit lagiiiiiii…..!! akhirnya ia menolehkan wajahnya sambil tersenyum lebar “HA HA HA…, berhasillll !!! WWUAHH….!!!”
“Krakkkkkk…. Buuummmmm”
Aku, Reina, Vivi, Riska dan Farida mendadak menahan nafas ketika tubuh besar Andra terpelanting dan jatuh dengan bunyi berdebum keras mirip seperti bom atom yang dijatuhkan diatas kota Hiroshima dan Nagasaki, tapi bom atomnya kali ini berbentuk huruf X, seperti posisi tangan dan kaki Andra, wajah Andra yang tersenyum mulai mengernyit kesakitan kemudian dengan gagah berani ia berseru keras sambil mengerang.
“HADOOOOOHHHH…, PINGGANGKU…, HEEEEUGGHHH….”
Dengan terburu – buru kami berlima berusaha membantu Andra berdiri, susah juga membantu Andra yang bertubuh gemuk untuk berdiri, seperti kata pepatah, semakin tinggi manjatnya semakin sakit pula jatuhnya X_X
“Aduhhh, Andra ada yang patah nggak….??” Reina bertanya dengan khawatir.
“ENNNHHHH….., Aduhhh, Aduh, sakitttt…. “
 Riska dan Farida memapah Andra sementara Aku, Reina dan Vivi membersihkan jejak-jejak keberadaan kami di ruangan itu.
“Eitttt….., biar sakit tapi jangan pegang-pegang pinggul dongg….” Farida protes, cemberut, sambil menepiskan tangan Andra yang melingkari pinggulnya, Riska melotot sambil mencibirkan bibirnya pada Andra yang mencari-cari kesempatan dalam kesempitan.
“Ihhh, ANDRA…!! “
Farida kembali menepiskan tangan Andra yang merayap di pinggulnya.

*********************
Di markas besar

Lima gadis cantik dan seorang pegulat bertubuh gemuk tengah kebingungan, ternyata hasil jerih payah mereka masih jauh dari yang diharapkan
“Euhhh ??!!! ” Andra menggaruk-garuk kepalanya, sesekali ia meringis sambil sesekali mengusap-ngusap pinggangnya yang terasa sakit akibat terjatuh tadi.
“Gimana ?? Bisa ngga?? ” aku bertanya dengan was-was.
“Emmmhh, koq gambarnya buram yah ?? “Riska menyikut pinggang Andra.
“Waduh, banyak semutnya, Hhhhhhhh” Vivi berkacak pinggang kemudian menghela nafas panjang untuk melepaskan kekecewaaan
Andra mengotak-atik laptopnya sambil sesekali mencuri pandang melirik ke arah dada Vivi yang membusung, berkali-kali Andra menelan ludah sambil menahan nafsu.
“Tenang, tenang, kalau gitu kita harus kembali ke rencana semula ” Vivi menenangkan situasi yang mulai tidak terkendali karena rasa panik dan stress. Akhirnya kelima gadis cantik terpaksa memilih plan B, meliput kejadian secara langsung karena plan A tidak berjalan dengan mulus.
“Dalam hal meliput langsung kebejatan Pak Dion cs minimal ada 2 orang, untuk saling melindungi, sangat dilarang untuk beraksi sendirian karena sangat riskan dan beresiko tinggi ” Andra mulai mengambil alih posisi sebagai pimpinan yang memberikan instruksi kepada para anak buahnya yang cantik dan mulus, kadang-kadang Andra salah tingkah jika tatapan matanya beradu pandang dengan tatapan mata Maya.
“Nah yang pertama, ayo berlatih menggunakan shortcuts HP yang pasti akan sangat membantu kita dalam melaksanakan misi penting ini…!! Dimulai dari Riska, Vivi, Maya, Reina, Farida…..ayo mulaiiiii…, Ehhhh mau pada kemana !!?, latihannnn..!! ” Andra berteriak stress karena kelima anak buahnya yang cantik malah berhamburan ke depan ketika mendengar suara tukang bakso tahu menjajakan jajanannya.
“Kruyukkkkk…”
Andra memegangi perutnya, sebenarnya Andra hendak ikut berlari ke depan tapi tidak jadi, ia tersenyum ketika Reina malah menghampiri sambil membawakan sepiring baso tahu kesukaannya, tidak berapa lama Vivi, Farida, Riska dan Maya sibuk bergabung untuk mengisi perut di depot rumah Vivi.

———-
Aku memainkan Hp-ku,
Dengan lincah jari tanganku menekan tombol diHpku
mengambil foto, merekam audio dan video
Ciehh, ternyata hebat juga detektif Maya dengan peralatan barunya.
Target pertama kami, adalah Doni
Si mata-mata bejat yang selalu memberikan informasi kepada Pak Dion Cs
****************

Schoolgirl’s Diary 9: Burning Passion

“HMMMMFFFF…., ” Vivi mendelik ketika merasakan tangan seseorang membekap mulutnya dari belakang, kemudian dengan mudahnya orang itu menggusur tubuhnya ke dalam sebuah ruangan yang pintunya terbuka, sebuah kelas tua yang sudah tidak terpakai.
“Pstttt…. ini aku Viii” Vivi menolehkan kepalanya ke belakang ketika orang itu berbisik dan melepaskan bekapan pada mulutnya, suara yang tidak asing lagi, bahkan wajah yang sudah sangat dikenalnya.
“Andra ??!! koq…” Vivi tidak melanjutkan kata-katanya karena telinganya mendengar suara langkah kaki yang terburu-buru mendekati Kelas di gedung tua itu, dengan sigap Vivi membuka sebuah lemari tua yang sudah tidak terpakai kemudian masuk ke dalamnya.
“WADUHHH,…” Andra kebingungan, mau di mana lagi ia menyembunyikan tubuhnya yang kelewat besar ini, mau jadi Spiderman?? nggak mungkin!!, jaring labah-labah tidak akan sanggup menahan beban tubuhnya yang overweight, , akhirnya Andra memilih bersetubuh dengan Vivi (Hemmm ?? )
“Aduhh…, Andra…!! sempittt….!! “
“Aduh, Viii, Aduhhhhh…..Esshhh” Andra mendesah pelan, tubuhnya mendesak tubuh Vivi dalam posisi tubuh Vivi memunggungi tubuh Andra, nafas Andra terasa sesak apalagi ketika merasakan bongkahan buah pantat Vivi berdesakan dengan selangkangannya, kemudian pintu lemari tua itu tertutup menyembunyikan tubuh mereka berdua. Cuping hidung andra kembang kempis menghirup dalam-dalam keharuman tubuh Vivi si buah dada besar.

Ada sebuah lubang di lemari tua itu yang memungkinkan keduanya untuk mengintip keluar, Andra dan Vivi menahan nafas ketika pintu kelas itu terbuka, Ahh…!! Ternyata bukan Doni, Pak Romi si penjaga perpustakaan, “DASAR KEPARAT..!!” tangannya menjambak rambut dua orang gadis cantik yang mengaduh-ngaduh kesakitan, tua bangka itu menyeret kasar kedua gadis bermata sipit itu.
“Vii, Rekammm, cepet rekammmm….” Andra berbisik di telinga Vivi, Vivi mulai mengarahkan Hpnya untuk merekam kebejatan Pak Romi, sementara sesuatu diselangkangan Andra berdenyut-denyut semakin lama semakin keras dan tegang, Vivi menolehkan wajahnya kearah Andra ia mendelik marah ketika merasakan sesuatu di selangkangan Andra mengganjal buah pantatnya, sementara Andra tampak serba salah., Vivi bertambah marah ketika merasakan tangan Andra merayapi pinggul dan pinggangnya.
“Rekam terus Viiii…, Ceglukkkkk…… ” Andra berbisik di telinga Vivi, tangan Andra semakin aktif menjelajahi lekuk liku tubuh Vivi, sesuatu di selangkangan Andra semakin membengkak dan mengeras.
“He he he he…” Pak Romi terkekeh-kekeh, si tua bangka yang menyebalkan, itu melangkahkan kakinya mendekati kedua orang murid cantik yang tersurut mundur ketakutan, Tania dan Cheria, cheerleder sekolah kami yang terkenal jutek, namun kejutekan mereka tidak dapat membohongi kecantikan wajah mereka berdua.
“Bapak mau apa sihh…!! “
Tania menepiskan tangan Pak Romi yang hendak menjamah buah dadanya, gadis cantik itu melotot dengan galak menatap Pak Romi, ia tidak sudi kalau tubuhnya disentuh oleh manusia rendahan seperti Pak Romi, walaupun sebenarnya  Pak Romi sudah memegang kartu AS.
“Ha Ha Ha, biasanya sih amoy-amoy jutek macam kalian lebih panas dan hot kalo lagi dientot, lebih liar…..!!” Pak Romi

Cheria
“JANGAN KURANG AJAR YA…!! ” Cheria mencaci Pak Romi, dengan berani ia melayangkan telapak tangannya ke wajah Pak Romi, namun dengan sigap Pak Romi memiting tangannya ke belakang, Cheria mengeluh ketika Pak Romi dengan cekatan mengikat kedua tangannya, kemudian mendorong tubuhnya hingga ia rubuh terjengkang ke belakang.
“CHERIA…..!! Heiii lepaskannn,….!!” Tania memekik
“Brengsekkkk….., Ahhhhhhhhhhh..!!” Tania tampak kesakitan ketika Pak Romi mengikat kedua tangannya kuat-kuat.
Tania yang hendak menolong Cheria malah mengalami nasib yang sama dengan Cheria, Pak Romi mengikat kedua tangan Tania kebelakang, dengan kasar Pak Romi membalikkan tubuh Tania dan memeluk pinggang gadis itu.
“Bajingannn, Keparatttt, manusia rendahh..!!” Tania memaki Pak Romi ketika tangan lelaki tua itu menggerayangi tubuhnya, Tania menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menghindar mulut Pak Romi yang hendak menyumpal bibirnya, gadis itu bergidik karena merasa jijik ketika lidah Pak Romi yang basah sesekali menjilat batang lehernya.
“ffmmmmhh.., Mmmmmhh….” harimau tua itu akhirnya berhasil melaksanakan niatnya, dengan beringas mulutnya mencaplok bibir murid cantik itu, dengan rakus bibirnya mengenyot-ngenyot dan melumat bibir Tania, kedua tangan Pak Romi mulai  meremas-remas pinggul Tania
“Aufhhh, tolonggg, jangannnn……lepaskan  !!” Tania merintih putus asa ketika Pak Romi melepaskan kulumannya, gadis itu memalingkan wajahnya ke arah lain, ia muak menatap wajah Pak Romi yang cengengesan sambil memeluk tubuhnya dengan erat, kalau saja kedua tangannya tidak dalam keadaan terikat Tania pasti menampar wajah si keparat itu, mahluk bangkotan dan kurang ajar, OHHH…!! lidah si bajingan Romi terasa hangat ketika kembali menjilati permukaan lehernya, terasa basah menjijikkan…!!

“Bajingannn…, Awwww…..” Pak Romi menatap wajah Tania yang cantik, diciumnya pipi Tania yang lembut halus, kemudian kembali menjulurkan lidahnya untuk menjilati leher gadis itu, ia tidak mempedulikan Tania yang membentak dan mencacinya, mulut Pak Romi terus mengecupi dan menghisap-hisap leher gadis itu, Pak Romi mendesakkan tubuh Tania ke dinding, tangannya mengelus-ngelus lekuk liku tubuh Tania, hidungnya mengendus-ngendus menghirup harum tubuh mangsanya yang cantik yang terikat tanpa daya, diremasnya buah dada Tania dengan gemas sebelum menyeret tubuh Tania mendekati tubuh Cheria, kemudian Pak Romi mendudukkan tubuh Tania dan Cheria di atas meja tua itu sementara dirinya bersujud di hadapan kedua gadis cantik itu, mata Pak Romi melotot liar, menjilati lekuk-liku tubuh Cheria dan Tania, wajah yang cantik, tubuh yang seksi, kulit yang putih dan mulus.
“BINATANGGG….!! “
Cheria memaki Pak Romi ketika penjaga perpustakaan itu menyibakkan rok seragamnya ke atas kemudian dengan kasar menarik lepas celana dalam gadis itu hingga terlolos melalui kedua kakinya yang mulus. Kedua kaki Cheria yang mulus tertutup merapat, mata gadis itu menatap benci pada laki-laki tua yang tidak tahu diri itu.
“Saya memang binatang, tapi saya adalah binatang yang baik..!! saya tidak akan membocorkan rahasia orang tua kalian yang sudah bekerja sama menyelewengkan dana perusahaan…! Dan yang paling penting saya akan memberikan kalian kepuasan he he he he…, coba kalian pikir kurang apa saya ini ??masa sebentar-sebentar Pak Dion lagi, pak Dion lagi yang dapat perawan…..!!! ” Pak Romi menggerutu menelan ludah sambil terkekeh-kekeh ketika telapak tangannya merayapi permukaan paha Cheria, nafasnya semakin memburu kencang ketika telapak tangannya merayap semakin ke atas,

Selama ini memang Pak Romi belum pernah mendapatkan mangsa yang masih perawan, semuanya sudah disikat terlebih dahulu oleh para guru bejat itu, tapi kali ini…, Pak Romi menyabotase laporan dari Doni dan mengambil kesempatan dalam kesempitan. (Hemmmm, bibit-bibit perpecahan akibat keserakahan dan hawa nafsu tampaknya mulai menggerogoti mahluk-mahluk buas itu )
“Halussnyaaaa….kulit amoy memang halus dan lembut, apalagi anak sekolahan macam kalian, putih terawat… he he he…mulus sekali..salut…!! salutttt…!!” tangan Pak Romi merayap kearah selangkangan Cheria, jari jempol Pak Romi mengurut-ngurut bagian belahan vagina Cheria yang mulai basah, nafas Cheria tersendat-sendat tertahan ketika merasakan jari-jari Pak Romi semakin aktif menggerayangi wilayah intimnya.
“Hhhhhhhhhhh…..Hhhhhhhhhh “
Terdengar suara desahan-desahan nafas tertahan gadis itu ketika Pak Romi menarik pinggiran bibir vaginanya, desahan-desahan dan  suara nafas tertahan semakin sering terdengar ketika Pak Romi mengendusi isi vagina Cheria yang berwarna pink, nafas laki-laki itu terasa hangat menerpa isi vaginanya sebelah dalam.
“Ohhhhhh…..!!Jan…,,,Jangannnnn…Ahhhhhhhhsshh “
Cheria mendesah keras ketika merasakan lidah si tua bangka menjilati klitorisnya, marah?? benci dan jijik? nikmat? Cheria berusaha menyadarkan dirinya, namun betapapun kerasnya dirinya berusaha, rasa nikmat itu terus menerus menggerogoti kesadarannya, berkali-kali tubuhnya tersentak keenakan ketika lidah si tua bangka itu menggelitiki dan mengait-gait daging kelentitnya, lidah Pak Romi yang sudah berpengalaman begitu ahli mempermainkan daging klitoris Cheria, gadis itu merintih kecil ketika mulut Pak Romi mengenyot-ngenyot vaginanya, agar lebih leluasa Pak Romi membaringkan tubuh Cheria di atas meja lain, tepat di hadapan meja di mana Tania duduk dengan kedua tangannya yang terikat ke belakang. Cheria memejamkan matanya, nafasnya terdengar berdengusan ketika Tangan Pak Romi mulai mempereteli kancing baju seragam sekolahnya, Pak Romi tersenyum sinis, perlahan-lahan dipretelinya kancing baju Cheria yang terkenal karena kecantikan dan kejutekannya, dilepaskannya baju seragam Cheria berikut dengan bra berwarna putih itu.

“CHERIAA…!! Cheriaaa…, ” Tania berteriak mamanggil-manggil nama temannya, ia berusaha menyadarkan Cheria namun tampaknya kenikmatan itu sudah menenggelamkan kesadaran Cheria ke dalam lautan birahi, ia malah membalas melayani cumbuah Pak Romi, gadis itu merintih – rintih kecil ketika Pak Romi menunduk untuk mencumbui lehernya, berulang kali ia mendesah-desah ketika merasakan deru napas Pak Romi yang berdengusan menerpa lehernya. Si bandot tua bertambah nafsu, mencumbui batang lehernya.
“Ckkkk… Ckkkkk, Emmmm Ckkkkk…Hmmmmhhh.” mulut Pak Romi mencaplok kemudian melumat bibir Cheria, pipi gadis itu terkempot-kempot ketika membalas hisapan-hisapan mulut si bandot tua, sementara tangan pria itu bergerak bebas mengelus-ngelus tubuhnya sebebas tangan Andra yang merayapi buah dada Vivi yang besar di dalam lemari tua itu.
Nafas Vivi tertahan ketika menyaksikan Pak Romi menarik pinggul Cheria ke pinggiran meja, kedua kakinya mengangkang menggantung tanpa daya, nafas Vivi bertambah sesak ketika Andra semakin berani meremas-remas buah dadanya. Pak Romi menempelkan kepala penisnya di belahan vagina Cheria, belahan vagina itu masih tertutup rapat, mirip seperti garis tipis yang membelah selangkangannya, dengan mulut penis digeseknya dengan perlahan-lahan garis tipis itu, cairan vagina Cheria membuat kepala penis Pak Romi semakin basah mengkilap.
“HOSHHHH…!! HOSHHHHH… HOSSSSSHHHH…. ” Nafas Pak Romi semakin berat , tangan kanan Pak Romi yang memegangi batang  penis gemetar hebat ketika membantu untuk menjejalkan kepala penisnya ke belahan vagina Cheria. Mata pak Romi melotot ketika tubuh Cheria menggelinjang, rupanya ia kegelian ketika kepala penis Pak Romi mulai membelah belahan vaginanya.

“AHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……!! Aduhhhhh, Sakitttt….!! Ahhhhh” Cheria menjerit kemudian mengaduh kesakitan, tubuhnya bagaikan orang yang sedang demam, menggigil disertai cairan keringatnya yang mengucur semakin deras.
“Owwwwwwwwwww…..!! ” Cheria melolong keras ketika Pak Romi menancapkan batang penisnya semakin dalam, wajah Pak Romi tampak beringas ketika menjejalkan batang kemaluannya menyodok belahan vagina Cheria, dirobek-robeknya keperawanan Cheria dengan sodokan-sodokannya yang brutal.
“Weleh-  weleh…,PERAWAN ting-ting !! ” Pak Romi menatap tajam pada cairan merah yang membasuh batang penisnya, si bandot tua tersenyum sambil menatap wajah Cheria yang mengernyit kesakitan.
Air mata mulai berlinang dan membasahi pipinya, isakannya bertambah keras ketika Pak Romi mulai mengayunkan batang kemaluannya menyodok-nyodok belahan vagina Cheria hingga tubuhnya terdorong dan tersentak-sentak dalam sebuah irama nafsu Pak Romi si penjaga perpustakaan.
“Ahhhh….!! Ahhhhhh!! Ahhhhhhhh…!! ” Cheria tampak tersiksa di atas meja ketika penis Pak Romi menggergaji belahan vaginanya, rintihan-rintihannya semakin keras terdengar, sesekali suara terkekeh menyela rintihan-rintihan Cheria, suara terkekeh yang membuat bulu kuduk  merinding.
“Nnnnggghhh Crrrrr. Crrrrrrrrrrrrrrr… Crettt…. ” Tubuh Cheria melenting kemudian terhempas tanpa daya disertai nafasnya yang tersenggal-senggal, buah dadanya turun naik dengan cepat ketika Cheria berusaha mengambil nafas.

“Udah ngerti lu yang namanya enak?? ” kata Pak Romi sambil tersenyum sinis menyindir Cheria yang terisak menangis.
Tangannya menjamah buah dada Cheria kemudian mengelusinya, kemudian Pak Romi kembali menyodokkan batang penisnya menyetubuhi kembali gadis itu yang kembali merintih-rintih ketika selangkangannya disodok-sodok dengan liar olehnya. Cheria memalingkan wajahnya kearah lain, Airmata semakin deras meleleh dari matanya yang sipit, isak tangisnya kembali mengeras ketika tubuhnya tersentak dan terguncang semakin kuat diatas meja diruangan itu. Tangan Pak Romi meraih pinggang Cheria kemudian sambil menyodok diangkat dan ditarik-tariknya pinggang gadis itu hingga Cheria melenguh keras, sesekali Cheria meringis ketika penis Pak Romi mengocek-ngocek belahan vaginanya, berkali-kali Cheria menelan ludah membasahi tenggorokannya yang terasa kering, matanya yang sipit terpejam rapat. Cheria kembali membuka matanya ketika merasakan tangan pak Romi mencengkram buah pantatnya, tubuhnya melayang kemudian tahu-tahu ia sudah duduk saling berhadapan dengan Pak Romi, atau lebih tepatnya Cheria menduduki penis Pak Romi, ia tertunduk malu ketika Pak Romi mengajarkannya untuk bermain dalam posisinya yang sekarang.
“Ayo lakukan… ” Pak Romi memegangi pinggang Cheria, entah kenapa Cheria melakukan perintah Pak Romi, ia mulai mendesak-desakkan vaginanya mendesak-desak batang penis yang tertancap dibelahan vaginanya, kepalanya terangkat-angkat keatas, bibirnya mendesah dan mendesis keenakan, bisikan-bisikan setan dari neraka terus membisiki telinga Cheria agar ia bermain lebih liar dan binal…!!
“Aaaaa…!! Aaaaaaahhh…!! Ennnnggghhh..!! Ahhhhhh…..!! ” Cheria mengeliat-geliat liar sambil mendesak-desakan vaginanya dengan kuat, tubuhnya melompat-lompat turun naik di atas pangkuan Pak Romi yang melotot terkagum-kagum memandangi buah dadanya yang melompat-lompat dengan indah di hadapan wajahnya.
Penjaga perpustakaan itu tersenyum mesum sambil memegangi pinggang Cheria yang sedang menjerit dan menggeliat dengan binal.

“aHhhh… Ahhh…. Enakkkk Ahhhhhh… Crrr Crrrrr…. ” Cheria menjerit liar gerakan-gerakan binal Cheria perlahan-lahan terhenti ia terkulai lemah dalam pelukan Pak Romi yang memeluk erat-erat tubuhnya
Setelah mengecup bibir Cheria, Pak Romi melinkarkan tangannya kebelakang untuk melepaskan ikatan pada tangannya. Cheria menekuk wajahnya ia tidak berani memandang wajah Pak Romi yang cengengesan, ia tampak risih dan salah tingkah ketika tangan si penjaga perpustakaan berkeliaran merayapi tubuhnya. Tangan Cheria memang telah bebas tapi untuk apa?? Pak Romi sudah membelengu gadis itu dengan sebuah kenikmatan yang terlarang, Cheria turun dari pangkuan Pak Romi ketika ia menyuruhnya. Pak Romi berdiri di hadapan Cheria kedua tangannya menekan bahu Cheria untuk bersujud di hadapan selangkangannya, kemudian Pak Romi menyodorkan batang penisnya. Mata Cheria terpejam-pejam ketika mulutnya terbuka lebar dan menerima kehadiran kepala Penis Pak Romi, lidahnya terjulur keluar kemudian kepala penis Pak Romi berbaring di atas lidah Cheria, kepala Cheria maju ke depan, mulutnya mencaplok kepala penis si bandot tua yang mengeluh keenakan. Mulut gadis itu tampak mengempot ketika melakukan hisapan-hisapan kuat.
“Uehhhhh, geloo siah!! “
Kedua tangan Pak Romi mendekap kepala Cheria, nafasnya terengah-engah keenakan ketika lidah Cheria bergerak liar memutari kepala penisnya, mulut Pak Romi termonyong-monyong sambil sesekali berkata Uhhh, Uhhhh, Uhhh Aaaaaaaaaaaaaahhhh…!! Tiba-tiba tangannya menjambak rambut gadis itu kemudian menariknya agar berdiri, Cheria mengaduh kesakitan ketika mendapat perlakuan kasar dari Pak Romi.

“Ahhhh Aduhhhh…..” Cheria kembali mengaduh ketika Pak Romi membalikkan tubuhnya, mendorongnya dan menekankan punggung gadis itu agar menungging , kedua tangannya bertumpu pada sebuah meja sementara Pak Romi mengambil posisi di belakang tubuh gadis itu.
“Hssshhh, Ohhhhhhhhhhhhhhh, Ahhhhhhhh”
Cheria mendesah panjang ketika merasakan kepala penis Pak Romi mencolek-colek belahan vaginanya kemudian naik sedikit keatas untuk mencolek-colek lubang anusnya, entah lubang mana yang akan dirojok oleh Pak Romi, tampaknya Pak Romi sengaja mempermainkan Cheria yang jutek. Kepala Penisnya mencolek-colek lubang anus dan lubang vagina Cheria sampai gadis itu menggelinjang kegelian..
“AHHHHH…!! Nnhhhhhhhhh…. Awww…Aduhh..!! Sakit ..!!”
 Nafas Cheria terputus di tengah jalan kemudian memekik kecil ketika kepala penis Pak Romi merojok-rojok lubang anusnya dengan kasar, Pak Romi semakin bernafsu menjejalkan batang kemaluanya ketika mendengarkan pekikan Cheria. Dijambakknya rambut gadis itu kemudian disodokkannya kuat-kuat batang kemaluanya menghujam lubang lubang anus Cheria sedalam-dalamnya. Pak Romi terus mendesak-desakkan kemaluannya walaupun batang kemaluannya tidak mungkin lagi untuk bergerak masuk lebih dalam karena selangkangannya sudah membentur bongkahan buah pantat Cheria.
“Ahhhh, Ahhhhh, Aduhhh, sakit, sakittt….aahhhh” Cheria mengaduh ketika Pak Romi menyodominya dengan kasar, belum lagi rasa sakit akibat jambakan tangan Pak Romi di rambutnya, tubuhnya terdorong maju mundur dengan kuat, terdengar suara meja yang berderit ikut terdorong-dorong akibat persetubuhan liar antara Pak Romi dan Cheria, gadis itu meringis kesakitan merasakan sodokan-sodokan Pak Romi, keringat dingin mengucur dengan deras menahan sodokan-sodokan batang kemaluan Pak Romi yang menyakitkan.

“Blephhh, Plokkk, Plokkkk, Plokkkk..waduhh, boolny enak amat sih, saya jadi gemes nih……” Pak Romi semakin kuat memompakan batang penisnya menyodomi lubang anus Cheria tanpa mempedulikan gadis itu yang memekik kesakitan, lubang anusnya terasa ngilu ketika penis pria itu bergerak semakin cepat dan kasar menyodok-nyodok anusnya. Tangan kiri Pak Romi menarik pinggang Cheria yang ramping sedangkan tangan kanannya merayap kedepan menggerayangi buntalan buah Susu Cheria.
“Ennnhh, Ennnhhh, Ennnhhhh…..Heennhh Ahhhhh” Cheria merengek-rengek, wajahnya mengernit – ngernyit kesakitan ketika merasakan sodokan-sodokan kuat kemaluan Pak Romi, nafasnya seolah sedang dipacu kencang ketika penis Pak Romi menyodoki lubang anusnya.
Kedua tangan Cheria bertumpu kuat-kuat pada meja tua itu, butiran keringat mengucur dengan semakin deras membasahi tubuhnya yang putih mulus, kedua lututnya terasa semakin lemas, berulang kali Pak Romi menaikkan posisi pinggul Cheria yang sering turun ketika sedang disodok-sodok oleh batang kemaluannya.
“Aduhhh, gimana sihh, Non Cheria dijaga dong posisinya pinggulnya, jangan turun melulu, cape-kan saya benerinnya…..” Pak Romi protes ketika pinggul Cheria kembali turun, dengan kasar ditariknya pinggul gadis itu agar kembali menungging.
“Essshh, Ahhh, Essshhhh Aduhhhh, aduhhhhh….!! ” Cheria kembali mengaduh ketika pak Romi kembali menggenjotkan batang kemaluannya, lubang anusnya terasa panas ketika batang penis Pak Romi keluar masuk dengan semakin kencang dan kuat menyodok-nyodok lubang anusnya kembali.

“Duhhh turun melulu, ya udahhhlah, ngangkang gihhh…..” Pak Romi menyuruh cheria duduk dipinggiran meja sambil mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, Cheria terpaksa berpegangan pada kedua bahu pak Romi ketika si bandot tua mesum itu mendesakkan batang kemaluannya pada belahan vaginanya.
“Jrebbbbb,,, Jrebbb Bluesshhhhh…..Ouhhh” Cheria kembali mengeluh ketika penis Pak Romi mengoyak belahan vaginanya kemudian merojok lubang itu dengan kuat. Penjaga perpustakaan itu tampak asik merojok-rojok belahan vagina Cheria yang peret..
“Cleppp, Clepppp Cleppppp, Clepppp….” suara-suara becek terdengar dengan keras ketika batang kemaluan Pak Romi merojok-rojok belahan vagina Cheria, digenjotnya kuat-kuat sampai sesekali cheria memekik kecil ketika menahan sodokan-sodokan kasar batang penis si bandot tua itu.
“Ahhhhh, Aaaa Crrrtt Crrrtttt  ” Cheria mencengkramkan kuku-kukunya pada bahu pak Romi ketika lubang vaginanya berdenyut-denyut dengan nikmat, Pak Romi terkekeh, ia merasa bangga ketika dengan mudahnya  mengalahkan si jutek yang cantik, gadis itu terkulai lemah dalam pelukannnya, Dilepaskannya tubuh Cheria yang masih terengah-engah kecapaian, Cheria berbaring lemas diatas meja dengan posisi kedua kakinya yang terjuntai mengangkang dipinggiran meja, cairan vaginanya meleleh membasahi meja dan sebagian meleleh menetes di pinggiran meja, lelehan cairan kental berwarna putih.



Tania


“TIDAKKKK…. BAJINGANNN…!! LEPASKANNNN….” Tania meronta-ronta ketika Pak Romi menekan tubuhnya untuk berbaring terlentang dengan kedua kakinya terjuntai di pinggiran meja.
“Plakkkkk….., Awwww..!!” Pak Romi menampar wajah Tania karena merasa terganggu oleh jeritan-jeritan keras gadis cantik itu, mata pak Romi menatap wajahnya, tatapan matanya  sangat beringas ketika merayapi lekuk-liku tubuh gadis itu, tangannya merayap menggerayangi tubuhnya.
“Hkkk. Hkkkkk… Hhhhkk….” Tania mulai terisak menangis ketika tangan Pak Romi mulai melepaskan kancing baju seragamnya satu demi satu, Tania mengepalkan kedua tangannya ketika perlahan-lahan tangan Pak Romi menarik kedua cup penutup dadanya kebawah hingga kedua buah dadanya tersembul, murid cantik itu memejamkan kedua matanya rapat-rapat ketika merasakan tangan Pak Romi mulai meremas-remas bukit  buah dadanya.
“Kpp.. Keparatttttt….. Hkk Hkkk…” tubuh Tania gemetar hebat, ia semakin keras terisak ketika tangan Pak Romi menyibakkan rok seragamnya ke atas, kemudian dengan leluasa Pak Romi mengelus-ngelus pahanya yang halus mulus. Tania merapatkan kedua pahanya ketika tangan Pak Romi merayap semakin ke atas.
“OHHHHH…..!!jangan Hkkk Hkkkk Ennnhh Tidakkk..Heekks ” tubuh Tania tersentak, tangisnnya semakin keras ketika tangan si bandot tua itu menyelinap masuk ke celana dalamnya, tangan Pak Romi mengelus-ngelus permukaan vaginanya yang berjembut tipis, Tania merasakan ada rasa hangat yang menggelitiki sekujur tubuhnya, rasa hangat yang nikmat, perasaan itulah yang membuatnya perlahan-lahan mengangkangkan kedua kakinya melebar.

Tania menatap wajah Pak Romi yang tersenyum senang, wajah tua itu begitu menyebalkan…!! Ohhh tidakkkk ??!! Bukannn ?? Ahhhhhhh…!! Kenapa ini ?? kenapa dirinya malah semakin bergairah ketika menatap wajah mesum yang sedang terkekeh-kekeh senang sambil mengelus-ngelus belahan vaginanya ?? KENAPAAA…..?? Tania menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha mengembalikan kesadaran dan kewarasannya. Ohhhh…!! Toloonggggg…!! Sulit sekali menolak gairahnya yang meletup-letup ketika tangan sipenjaga perpustakaan itu meremas lembut selangkangannya.
“Coba maenin titit Saya.” Pak Romi menarik kepala Tania dan menekankan wajah gadis itu kearah batang penisnya yang megacung,  Tania menurut ia membuka mulutnya lebar-lebar kemudian menciumi kepala penis Pak Romi sebelum akhirnya menjulurkan lidahnya dan mengulas-ngulas ” helm ” pak Romi yang dijamin tidak akan pernah ada di jual ditoko helm manapun.
“Hooommmhhh, Ummmmmmhhh Mmmmmmhhhh” suara mulut Tania ketika Pak Romi menjejalkan kepala penisnya kedalam mulutnya, mulut Tania tampak monyong seperti sedang menyedot sedotan besar, sedotan besar yang berwarna kecoklatan dan selalu menempel dengan setia diselangkangan setiap laki-laki.
“He he he, sepongan amoy emang yahud….!!,Uhhh gelo, enakkk pisan” Pak Romi membelai-belai kepala Tania, sesekali ia mendesah panjang sambil menekankan batang kemaluannya dalam-dalam, sementara jari telunjuk dan jari tengahnya mengejar pentil susu Tania.
Jarinya menjepit dan memilin-milin putting Tania yang kemerahan, setelah puas dioral oleh Tania, pak Romi mengangkangkan kedua kaki gadis itu lebar-lebar kemudian batang kemaluannya menekan belahan vagina Tania yang sudah basah oleh cairan vaginanya.

“Hhhhhhhhhhhhhhh…………..” terdengar helaan nafas panjang Tania ketika kepala penis Pak Romi mulai melesak ke dalam jepitan vagina gadis itu. Nafas Pak Romi memburu kencang ketika merasakan batang kemaluannya digigit oleh belahan vagina Tania. Vagina gadis itu seperti sedang meremas-remas batang kemaluannya, semakin dalam rasanya semakin enak dan peret dan BREEEKKKK BrrrttTTTTTT…..,Drrrrttttt…!! Ujung penisnya merobek sesuatu yang mengganjal di dalam belahan sempit itu, kemudian kembali melanjutkan perjalanannya merojok lebih ke dalam.
“Wahhhh..maaf ya, kontol saya tidak sengaja nyolok memek Non Tania…!!aduhh jebol dah keperawanannya…. Hehehe” Pak Romi cengengesan kemudian membenamkan batang penisnya semakin dalam lagi….
“Ohhh, Aaa Aaaahhh Ahhhhhhhh….sakitt..!! Sakitt hentikann AHHH” Tubuh Tania berguncang dengan hebat ketika Pak Romi mulai menggenjotkan batang kemaluannya, disodok-sodoknya vagina Tania sampai gadis itu menjerit kesakitan, suara meja yang berderit mengiringi setiap jeritan Tania yang sedang disodok-sodok oleh Pak Romi.
“Cleepffhhhh Clsshhhhheeepppp .. Plllleeepppphhhh” Tania termegap-megap ketika sodokan demi sodokan Romi semakin menenggelamkannya ke dalam neraka dipenuhi oleh siksaan nafsu yang liar, genjotan demi genjotan pak Romi membuatnya menjerit keras ,tubuhnya terasa panas terbakar oleh nafsu  birahi  yang semakin liar, lelehan demi lelehan keringat yang membasahi tubuhnya bagaikan tetesan minyak yang semakin mengobarkan api nafsu birahinya yang semakin binar, tiba-tiba saja Tania tersadar ia menyilangkan kedua tangannya di dada ketika mata laki-laki itu menatap buah dadanya yang terguncang hebat, secara tidak sengaja gerakan Tania justru semakin memancing nafsu Pak Romi, dengan cepat batang kemaluan Pak Romi bergerak mengocok-ngocok belahan vagina Tania.
“Annnhh… Hemmpphhh Crrr Crrrr…… ” tiba-tiba Tania menggeliat hebat tubuhnya menggelepar, kedua kakinya menjepit kuat-kuat pinggang pak Romi, kemudian ia merasakan pandangan matanya menjadi kabur ketika kenikmatan itu meraih tubuhnya dalam denyutan-denyutan nikmat yang tiada taranya di dunia ini.

“Ahhhhhhh….. ” Tania mendesah ketika Pak Roni membenamkan batang kemaluannya sampai mentok, kemudian kedua tangan pak Romi mencengkram buah pantat gadis itu, dengan sekali sentak diangkatnya tubuh Tania.
“Awww…..” secara reflek Tania berusaha menjepit pinggang si bandot tua, nafasnya kembali berdengusan ketika tubuhnya tiba-tiba terayun-ayun di udara, dengan sebatang penis yang tertancap keluar masuk di lubang vaginanya, sementara kedua tangannya terikat kuat ke belakang, cairan vagina Tania yang tercampur dengan darah keperawanannya membasahi batang penis Pak Romi si penjaga perpustakaan.
Bibir Pak Romi mengejar bibir Tania yang mendesah-desah keenakan, kemudian berkali-kali bibir si penjaga perpustakaan itu menciumi bibirnya, dilumat dan dikulumnya bibir gadis itu, kemudian berkali-kali Pak Romi membisikkan kata-kata mesum di telinganya sambil mengayunkan kemaluannya merojok-rojok belahan vaginanya.
“Untung ada Non Tania jadi saya nggak usah repot-repot nyewa bondon, lagian Non Tania lebih cantik loh dibandingin para bondon di jalanan…., memeknya Non juga jauh lebih peret dan seret hehehe” Pak Romi semakin rajin mengayunkan kemaluannya, Tania memekik kecil ketika Pak Romi mengayunkan kemaluannya dengan kuat menyodok belahan vaginanya, sodokan -sodokan pak Romi semakin lembut kemudian berhenti, ia menurunkan Tubuh Tania, kemudian ia menarik sebuah kursi dan meletakkan kaki kanan Tania disana, tangan kirinya menarik pinggul Tania sementara tangan kanannya menjejalkan kepala penisnya menyodok belahan vagina Tania dari belakang.

Tangan Pak Romi mencekal lengan Tania yang masih terikat, kemudian disentak-sentakkannya batang kemaluannya hingga tubuh Tania yang sedang berdiri di atas kaki kanannya yang sedang menginjak kursi terdorong-dorong dengan keras, ditusuknya dalam-dalam belahan vagina Tania hingga gadis itu mendesah keras kemudian dikocok-kocoknya vagina Tania yang peret.
“Plokkk. Plokkkk…!! PLOKKKK….. ” terdengar suara benturan-benturan selangkangan Pak Romi yang sedang menggampar buah pantat Tania, cairan vagina gadis itu meleleh membasahi pahanya sebelah dalam, sesekali kepala Tania tertekuk menatap lantai namun kemudian terangkat menatap langit-langit sambil memekik keras ketika sodokan-sodokan Pak Romi merojok – rojok belahan vaginanya dengan brutal.
Tania berusaha meronta, isak tangisnya kembali terdengar, apalagi ketika tangan kiri Pak Romi membelit dan memeluk tubuhnya erat-erat sambil terus menusuk – nusuk vaginanya dari belakang. Pak Romi menurunkan kaki kanan Tania dari atas kursi setelah menarik pinggulnya, Pak Romi kembali mendesak-desakkan batang kemaluannya menikmati belahan vagina Tania yang seret.
“Unnnhhh Crrrr Crrrrrrrrrrr…. “
“Duhhh…pake nangis segala, bikin saya makin nafsu aja he he he ” Pak Romi berbisik di telinga Tania sambil meremas kuat induk payudaranya, setelah mencabut batang penisnya Pak Romi membalikkan tubuh Tania menghadap ke arahnya, dibelainya bulatan dada Tania dan diremas-remasnya, Tania menatap wajah Pak Romi, nafasnya berdengusan. Ia ingin kembali menikmati penis Pak Romi, tangannya meremas kemaluan Pak Romi kemudian ia mengalungkan kedua tangannya pada leher pria itu, lidahnya terjulur keluar, mulut Pak Romi langsung mencaplok lidah Tania dan menghisapi lidah gadis itu.

“Eommmmhh, Ckkk Mmmmmm Slllcckk Ckkk… ” suara berdecakan terdengar dengan meriah ketika Pak Romi menghisap-hisap dan menjilati lidah Tania, Pak Romi tampak semakin rakus mengenyot-ngenyot lidah Tania.
Pak Romi mendudukkannya di pinggiran meja, Tania merintih tubuhnya menggelinjang ketika penis Pak Romi menggesek-gesek belahan vaginanya, ia terperanjat ketika Pak Romi menjejalkan kepala penisnya kemudian selangkangan mereka menyatu erat. Tania balas memeluk Pak Romi yang mendekap tubuhnya yang putih mulus, Tania menjerit liar ketika penis pria itu mulai menggenjot-genjot belahan vaginanya, Tania sangat menikmati setiap tusukan-tusukan kasar pak Romi.
“Brukkkk…!! “terdengar bunyi keras ketika dengan kasar Pak Romi mendorong tubuh Tania hingga punggungnya terhempas membentur meja, kedua tangan Pak Romi mencekal pergelangan kakinya, dikangkangkannya kedua kaki gadis cantik itu selebar-lebarnya kemudian digenjotnya kuat-kuat vaginanya.
“Ahhhh….!! Ahhhh… !! Ahhhhh….. ” Tania mengangkat-angkat pinggulnya ketika Pak Romi menghantamkan batang penisnya, gerakan gerakan Tania semakin binal, tubuhnya sudah basah oleh keringat, mata Pak Romi melotot lebar menatap buah dada Tania yang terguncang dengan hebat, semakin kuat menyodokkan kemaluannya semakin kuat pula buah ranum itu terguncang. Pak Romi semakin kuat menggenjotkan kemaluannya ketika mulai merasakan kedutan-kedutan yang semakin kuat dan…
“Aduhhh gelo.!!ARGGGHHH…!!KECROTTTT…. KECROTTT “
“Owwwww.. Crrrr Crrrrrrrrrrrrrrrr…… ” Tania menggeliat-geliat liar, siraman sperma yang meletus panas di dalam vaginanya membuatnya semakin terangsang dan mencapai puncak klimaks, Pak Romi melepaskan cekalannya pada kedua kaki gadis itu, ia tersenyum lebar menyaksikan cairan lengket berwarna putih pekat meleleh dari sela-sela bibir vagina gadis itu yang memar kemerahan. Pak Romi terengah-engah mengambil nafas,  ia limbung dan jatuh terduduk di atas kursi, matanya nanar menatap tubuh Tania dan Cheria yang telanjang bulat tanpa selembar benangpun menutupi tubuh mereka,setelah beristirahat sampai keringat ditubuhnya mongering,  beberapa lama kemudian Pak Romi memakai pakaiannya, kemudian ia memunguti pakaian mereka, Si penjaga perpustakaan memakaikan pakaian mereka yang menatap wajahnya dengan tatapan yang kosong, tangan Pak Romi membelai wajah Tania dan Cheria, dikecupnya kening kedua gadis itu kemudian tangannya melingkar, menggandeng pinggang mereka sementara ia terkekeh di antara tubuh kedua gadis itu yang berjalan sambil menundukkan wajah mereka.

Vivi menekan tombol di HPnya ketika pemerkosaan yang dilakukan oleh Pak Romi telah usai, ruangan kelas itu kembali hening sementara Andra merayapkan tangannya dengan hati-hati mengelus-ngelus pinggul dan pinggang Vivi, nafas mereka berdua semakin memburu kencang, merasa diberi lampu hijau sesuatu diselangkangan Andra bertambah tegang, Andra semakin sering mendesak-desakkan benda sebesar pentungan itu pada buah pantat Vivi yang mendesah pelan.
“Andraaa… Hhhhh….”
Vivi semakin gelisah ketika tangan Andra merayap melepaskan kancing baju seragamnya, satu demi satu kancing baju seragam Vivi terlepas dan tangan andrapun semakin naik keatas, dengan berani tangan Andra menyusup kebalik cup bra Vivi, Andra menelan ludah membasahi tenggorokannya yang terasa kering, mata Andra semakin sayu ketika telapak tangannya bergerak mengelus dan meremas-remasi buntalan buah dada Vivi yang membuntal padat, payudara besar itu semakin mengenyal dan semakin mengasikkan untuk diremas-remas, sementara Vivi mendesah-desah pelan menikmati remasan-remasan tangan Andra pada buah dadanya yang berukuran bongsor. Perlahan-lahan pintu lemari tua itu terbuka lebar, andra mencekal pergelangan tangan Vivi dan menarik gadis cantik itu keluar.
“Jangann Andraaa, jangannnn…. Hhhhhhhmmh….” Vivi berusaha menepiskan tangan Andra yang bergerak hendak melepaskan satu kancing baju terakhir. Bibir Andra langsung menyumpal bibir Vivi untuk menghentikan protesnya dan meredam keraguan gadis itu, sementara tangannya merayap perlahan untuk melepaskan satu kancing baju yang terakhir, Andra mendesakkan tubuh Vivi merapat kedinding, dibelainya pipi Vivi kemudian dengan mesra dikecupinya bibir Vivi yang semakin sering  mendesah-desah pelan.

Tangan andra melingkari pinggang Vivi kemudian mengangkat tubuh gadis itu hingga tergantung diudara dalam pelukkannya, dalam posisi kepala Andra sejajar dengan buah dada Vivi yang membuntal padat. Nafas Vivi semakin berat ketika merasakan jilatan-jilatan lidah Andra yang basah dan terasa semakin kasar menjilati belahan dadanya. Tubuh Vivi menggelinjang ketika Andra mengecupi permukaan payudaranya. Getaran kenikmatan yang diberikan oleh Andra sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan getaran kenikmatan yang diberikan oleh Reina, Farida ataupun Maya, masing-masing getaran kenikmatan itu memiliki sensasi tersendiri. Antara sadar dan tidak, perlahan Vivi mendekap belakang kepala Andra ketika merasakan emutan-emutan Andra yang rakus pada puncak payudaranya, Ohhhh, Vivi merasa seekor kingkong bertubuh besar tengah rakus menyusu dibuah dadanya, lidahnya bergerak membelit-belit putting susunya yang semakin meruncing, mulut Andra kembali mencaplok puncak payudara Vivi kemudian mengenyot-ngenyot puncak payudara Vivi kuat-kuat, kedua kaki Vivi yang tergantung diudara melejang-lejang ketika Andra melumat pentil susunya yang meruncing karena terangsang. Andra menurunkan dan melepaskan tubuh Vivi ketika gadis itu semakin kuat berontak, dengan cekatan andra mencekal bahu Vivi ketika gadis itu hendak meloloskan dirinya, kemudian Andra menundukkan wajahnya, bibirnya kembali menyatu erat dengan bibir Vivi, mereka semakin asik berciuman.
“Andra…!! ” Vivi mendorong kuat-kuat tubuh Andra ketika tangan Andra berani menyelinap kebalik rok seragamnya, Vivi tampak marah, dengan tergesa-gesa ia berusaha merapikan baju seragamnya, sementara Andra tercekat bengong, antara ingin dan takut. Pandangan mata Andra yang tajam beradu pandang dengan tatapan mata Vivi, dipeluknya tubuh Vivi yang meronta-ronta, bibir Andra kembali menyumpal bibir Vivi, si buah dada besar. Tangan Vivi mencubit tubuh Andra ia berusaha melawan, ingin  melepaskan diri, cubitan Vivi begitu sakit, pedih namun bibir Vivi terlalu manis untuk dilepaskan begitu saja.

Andra menatap kebawah, kearah Vivi yang bersujud di hadapan selangkangannya, nafas Andra terpatah-patah ketika Vivi membuka ikat pinggangnya, kemudian tangan Vivi melepaskan pengait celana panjang Andra, Srettttttt……, permukaan celana panjang andra terbuka mirip huruf “V” yang terbelah ketika tangan Vivi menarik resleting celana Andra, Vivi menatap celana dalam Andra, ada sesuatu yang menggembung dibaliknya., OHHH…!! Bergerak!!!, Apakah sesuatu diselangkangan Andra itu hidup????!!!
“Ahhhhh…..” Vivi membuang muka ketika Andra mengeluarkan sesuatu dari balik celana dalamnya.
Pentungan hitam besar itu kini teracung dengan bebas dihadapan wajah Vivi, sesekali Vivi mencuri-curi pandang menatap pentungan di selangkangan Andra. Andra mendekap kepala Vivi, kemudian mengarahkan wajah gadis itu ke arah selangkangannya, perlahan-lahan Andra menyodorkan batang kemaluannya, Vivi sedikit ragu ketika hendak membuka mulutnya, akhirnya dengan memejamkan mata Vivi mencoba menganggakan mulutnya, Andra menahan kepala Vivi kemudian menjejalkan kepala kemaluannya ke dalam rongga mulut Vivi, perlahan-lahan Vivi membuka matanya, sebatang penis kini menyumpal mulutnya, ada sesuatu seperti lendir yang meleleh dan rasanya asin. Oh.. jadi seperti inikah rasanya mengemut-ngemut kemaluan pria, berbagai macam pertanyaan berkecamuk didalam benak Vivi, tangan Vivi mulai berani mengocok-ngocok batang kemaluan Andra sementara mulutnya tampak kempot kembang kempis ketika melakukan hisapan-hisapan kuat. Andra tersenyum sambil menarik bahu Vivi, ia membalikkan tubuh Vivi kemudian memeluknya dari belakang, Andra berbisik pelan di telinga Vivi
“Vii tolong jepit tititku ya…..” Vivi mengangguk dan menjepit batang kemaluan Andra di antara kedua pahanya, tubuh Vivi terdorong-dorong ketika Andra menarik dan mendorongkan batang kemaluannya, kemulusan dan kehangatan paha Vivi membuat birahi Andra semakin mendidih dan
“Ufffhhhh… Crooooottttttt…..”
“Ihhhh. Andraaa….” Vivi mengangkangkan kedua kakinya , sesuatu berwarna putih dan terasa lengket meleleh di permukaan pahanya sebelah dalam, Andra memeluk tubuh Vivi dari belakang dengan lebih erat kemudian mengecupi leher si payudara besar yang mendesis-desis keenakan, sementara tangan Andra merayap meremasi buntalan buah dada Vivi.

“Andra…, Hssshh Ihhhh…” Vivi mendesis kegelian ketika Andra mmengecup-ngecup batang lehernya dari belakang, sementara jari jempol dan jari telunjuk Andra menjepit putingnya, ditarik – tariknya kedua putting itu dengan lembut, dipilin-pilinnya hingga ia meringis-ringis.
“Vii, susu kamu gede amat ya…,?? ” Andra membalikkan tubuh Vivi, matanya menatap tajam pada buntalan buah dada Vivi yang berukuran C+, tangan Andra merayap mengusapi permukaan payudara Vivi.
“Duduk Vii, sini aku bantuin….” dengan paksa Andra mendudukan Vivi di atas sebuah kursi, tangan Andra berusaha merenggangkan kedua paha Vivi yang mulus.
“Andra…, kamu mau ngapain sich, udah ahhh, jangannn, nggak mau..”
“Nggak apa koq aku rela bantuin kamu….” Andra memaksa dengan dalih membantu,  padahal sebenarnya ia tidak rela melepaskan Vivi si buah dada besar, apalagi kini Andra menyadari dan yakin kalau Vivi termasuk dalam kategori gadis yang rapuh menghadapi godaan seksual, hanya galak dimulut namun hatinya sangat rapuh, kedua tangan Andra membelit pinggang Vivi, kemudian mulutnya mengecupi payudara Vivi yang montok..
“Uhhhh, Aduhhh, sudahh, Andra aduhhh….!!.” Vivi bersandar pada punggung kursi sementara kedua tangannya menjambak rambut Andra, tangan Vivi berusaha menjauhkan kepala Andra dari buah dadanya, sedikit demi sedikit jambakan Vivi berubah menjadi elusan, Vivi hanya dapat melenguh pelan ketika merasakan mulut Andra kembali mengenyot puncak buah dadanya, lidah Andra begitu ahli memainkan puting Vivi yang meruncing karena terus dirangsang olehnya. Tangan kanan Andra merayap di antara kedua kaki Vivi, disibakkannya rok seragam Vivi kemudian, dibetotnya celana dalam gadis itu, Vivi hanya melotot kaget ketika celana dalamnya ditarik turun oleh Andra.
“Uhhhhh…, Shhhh…..” Vivi mendesis sambil menarik pinggulnya ketika merasakan hembusan-hebusan nafas Andra
Hembusan nafas laki-laki pertama yang mengendus wilayahnya yang paling sensitif, tangan Vivi gemetar ketika membelai kepala Andra yang berada di selangkangannya, kecupan-kecupan mesra Andra membuat Vivi terlena dan merasa nyaman keenakan, kedua kakinya mengangkang dengan pasrah, lidah Andra mengulas-ngulas belahan vaginanya. Batang lidahnya bergerak liar mengait-ngait daging mungil diselangkangannya.

Klitoris Vivi begitu nikmat untuk dijilat dan diemut, mulut Andra berdecakan melumat-lumatnya, nafsu birahinya naik sampai ke ubun-ubun, sambil menjilati belahan selangkangan Vivi, tangan Andra merayapi paha Vivi yang mengangkang dengan pasrah. Tiba-tiba Vivi menarik pinggulnya sambil mendorong kepala Andra ketika sesuatu berdenyut dan menyemprot dengan hebat,
“Cerrrrrrrrrrrrrrrr…. Crettttt Cretttt…..!!” Andra buru-buru menepiskan tangan Vivi dan menerkam kembali belahan vaginanya, dikenyotnya cairan gurih itu hingga Vivi merintih keenakan. Vivi hanya diam ketika Andra mengelus-ngelus buah dadanya, sesekali Vivi mendesah panjang ketika Andra menunduk dan menciumi puncak payudaranya, mulut Andra termonyong-monyong ketika mengenyot-ngenyot puncak susu Vivi.
“Ahhhhh… Andraaa… Ahhhhhhhhh…. ” bibir Vivi mendesah-desah pelan ketika Andra kembali menundukkan kepalanya diantara selangkangan Vivi, diciuminya bibir vagina Vivi, Andra bagaikan sedang menciumi sesuatu yang sangat berharga, tangan Vivi mengelus belakang kepala Andra yang sedang melumati-lumat selangkangannya, Vivi mendesah keenakan ketika lidah Andra kembali menyapui belahan vaginanya dan melumat-lumat selangkangannya. Tiba-tiba Vivi tersentak tersadar ia bangkit sambil mendorong tubuh Andra dengan terburu-buru ia memakai kembali pakaian dalamnya, dengan tergesa Vivi merapikan rok abu-abunya dan memungut baju seragamnya, Vivi membalikkan tubuhnya ketika mengaitkan kembali kancing seragamnya, tanpa berkata apa-apa ia meninggalkan Andra yang terlena dengan segudang nafsu liarnya. Mata Andra menatap punggung Vivi yang menghilang di balik pintu, masih terasa betapa gurihnya cairan kewanitaan Vivi. Betapa Asiknya ketika tangannya mengelus-ngelus bulatan susunya yang putih dan bongsor, Andra juga masih ingin mengenyot-ngenyot puting Vivi yang meruncing, dan merayapi sepasang pahanya yang putih mulus, yang jelas Andra ingin menikmati kembali kehangatan tubuhnya.

——————————————–
Dimarkas besar…

Andra sibuk memindahkan hasil rekaman diponsel Vivi, entah lagi diapain deh, kalo nggak salah katanya, diconvert trus diburn ke piringan DVD supaya bisa distel di DVD player or something like that lah, aku menatap wajah Andra, wajahnya yang bulat, pandangan matanya yang polos, tubuh yang tinggi besar dan gemuk. Bayi sehat bertubuh raksasa, entah kenapa Andra selalu salah tingkah ketika aku memandanginya ??
“Nahhh, Beresss….”Andra merentangkan kedua tangannya ke atas, aku, Farida, Riska, Reina, dan Riska langsung berebutan ingin melihat hasil jerih payah pertama kami, kami berlima menahan nafas ketika memutar ulang adengan di kelas tua.
“Ihhh, Andraaa….” Farida menepiskan tangan Andra yang merayap dilututnya, Andra tertawa kecil sambil menggaruk-garuk kepalanya
“Reiii, aku pegang dikit yahh……Asikkkkk”
“Andra..!! nggak mau ahhh…, jangan pegang-pegang…!!”
Reina berontak ketika tangan andra memeluk pinggangnya dari belakang, wah kayanya Andra makin nakal deh. Aku buru-buru mencubit lengannya yang hendak melingkari pinggangku. Andra meringis kesakitan ketika aku menambahkan dua cubitan di perut dan pinggangnya sampai Andra berteriak keras.
“Amp, Ampunnn Mayy, Auhhhhh..!!!” Andra kembali meminta ampun ketika cubitanku kembali mampir di pangkal lengannya, ia menjerit kemudian lari terbirit-birit ketika aku, Farida, Reina dan Vivi bersatu padu untuk mengejar-tubuhnya yang gembrot. Suara tawa canda semakin sering terdengar dari dalam markas kami, makin lama Andra semakin nakal, colek sana colek sini, (duhh dasar Andra… T_T.), Wajah Vivi memerah ketika tangan Andra melingkari pinggangnya, dengan berani Andra mengelus bokong Vivi, Anehnya Vivi nggak marah ??!!, kemudian Vivi mendorong tubuh Andra, sambil menepiskan tangan si pegulat tangguh semakin berani merayap.
“WHUUAAAAA……!!” kami berempat berseru kaget sambil menunjuk kearah selangkangan Andra yang menggembung, sementara Andra berusaha menutupi bagian XXXnya dengan melintangkan kedua tangannya dibagian yang menggembung itu, aku menolehkan wajahku ke arah Riska yang masih tegang menatap adengan XXX di layar laptop, kemudian menatap Andra dengan tatapan mata menyelidik….

Aku menghela nafas panjang,
Secara tidak sengaja
kami mendapatkan bukti kebejatan Pak Romi
Walaupun sebenarnya target utama kami sekarang
Adalah Doni si mata-mata
perjuangan kami masih panjang
Untuk membongkar kebejatan Pak Dion cs
Aku memikirkan kejadian tadi siang entah kenapa
Andra samasekali tidak berani mencolek-colek Riska
Hemm tampaknya Andra menyembunyikan sesuatu!!
Kayanya Crayon Sinchan kalo dah gede kaya Andra dech…
**************** 

SCHOOLGIRL 17
“Aaaahhh!! Hoaaaaaammm!” sambil menguap lebar, aku buru-buru membuka mataku kemudian aku melirik ke arah jam dinding, waduhh, sudah jam 07.00,
Upssssshhhhh….!! Kali ini detektif Maya yang cantik jelita tidak boleh datang terlambat lagi, dengan sigap aku merayap keluar dari balik selimut tebal hangat yang dengan setia menemaniku semalaman, hari minggu ini aku harus datang lebih pagi dari Riska, Vivi, Reina, Tarida, dan Andra, dengan segera kubersihkan tubuhku dibawah kucuran air shower yang hangat. Setelah mengeringkan tubuhku dengan selembar handuk, aku segera berpakaian, kukenakan baju kaos ketat dan rok mini sebatas lutut untuk menutupi tubuhku yang mungil dan mulus, setelah itu aku melangkahkan kakiku ke arah cermin,  aku memiringkan kepalaku ke kiri dan kanan sambil memasang senyuman yang menggoda di wajahku.
Di hari Minggu pagi, aku berlari-lari kecil untuk mengejar kendaraan umum demi melaksanakan misi pentingku. Aku duduk dengan santai di belakang pak sopir, sudut mataku menangkap gelagat yang yang mencurigakan dari seorang kakek tua yang cengengesan nggak puguh. Hup…!!!, dengan cekatan aku mengatupkan kedua kakiku ketika menyadari sang kakek tengah melirik ke arah selangkanganku, GRRRRRHHHH, si tua yang tidak tahu diri, berani melirik sesuatu yang tidak seharusnya dilirik. Si tua itu rupanya nggak ngerti maksud kata private only, aku cemberut sambil menatap wajah si tua bangka itu yang tersenyum nakal menatapku, Hiksss , Hikssss…..T_T.
“Pakkk, Kiriiii!!” aku berseru dengan keras
“WHUADUHHHH…..!!!” Si kakek menjerit kesakitan kerena jempol kakinya sengaja kuinjak, he he he he he, rasainnnnn…!! La La la la la…  ^^

Akhirnya sampai juga aku di depan sebuah mall, dengan tergesa-gesa kulangkahkan kakiku masuk ke dalam, di sinilah kami akan berkumpul di pagi hari yang cerah ini, aku melayangkan pandanganku, menanti para sahabatku, sambil sesekali menatap jam tangan di tangan kiriku, payah nih, jam karet semua. Aku menghela nafas panjang untuk meredakan kekesalanku. Gimana sich mereka semua?! tampaknya cuma aku yang begitu rajin di pagi hari yang indah ini, begitu teladan, begitu tepat waktu., pokoknya detektif Maya yang cantik jelita benar-benar hebat, beberapa lama  kemudian (sangking lamanya mereka muncul), satu persatu wajah para sahabatku mulai bermunculan, mereka melambai-lambaikan tangannya ke arahku.
“Gimana sihh, aku kan sudah nungguin dari jam 09.30 nihhhh.” aku protes, bibirku meruncing sambil melayangkan pandanganku menatap wajah sahabat-sahabat karibku, sementara kedua tanganku berkacak pinggang. aku harus menasehati sahabat-sahabat karibku agar mereka datang tepat waktu.
“Lohhh ?? kitakan janjian jam 12″ kata Andra sambil menggaruk-garuk kepalanya yang mendadak gatal,  Reina dan Riska mencocokkan jam di tangan mereka, sementara Andra, Farida dan Vivi malah bengong sambil menatapku, kemudian sahabat karibku saling berpandangan satu sama lain, hampir bersamaan Farida, Vivi dan Reina berseru keras……
“HUUUU…..PAYAH NIH ANAK, KALAU URUSAN MAKAN, BARU DATANGNYA TEPAT WAKTU……!!! “
“Datang paling pagiii…!!., kelewat pagi malah…. ” Farida mencibir sambil menyindirku, terbongkarlah sudah motivasi utamaku yang bergerak begitu gesit di hari Minggu ini (Wakssssss….)

Tingggggggggg……! Aku langsung memasang senyum manisku, sambil menatap Andra kemudian tertunduk malu ketika Andra berkata dengan penuh pengertian.
“Sudahhh, sudah, mungkin Maya sudah lapar ya ?? yukkk..” Andra langsung menggiring kelima anak buahnya yang cantik jelita untuk menunggu dengan sabar di depan pintu lift,
Hari Minggu ini Andra memang berjanji mentraktir kami berlima untuk merayakan keberhasilan kami dalam mendapatkan bukti pertama kami, bukti kebejatan Pak Romi. Begitu makanan disajikan, aku langsung mengunyah sepotong daging ayam bakar di tanganku, Lezattttt………Nyammmm… Nyammmmm… Nyammmmm, Kriukkkk… Kriukkkkk…. Kusantap dengan lahap jamur crispy kesukaanku hehehe ^ ^, sehabis makan Andra mengeluarkan laptopnya,  kami memanfaatkan fasilitas hotspot, surfing & jalan-jalan di internet. Kami tercengang ketika Riska mulai membuka jati diri Andra yang ternyata sepupu jauhnya, sementara Andra hanya tersenyum-senyum sambil terus berselancar di internet. Aku mengangguk-anggukkan kepalaku, pantesan Andra nggak berani menyentuh Riska…. Hmmmmm…. Hemmm, Andra tertunduk ketika mataku menatapnya dengan pandangan menyelidik.

***************************
Hari Senin Siang, sepulang sekolah….

Hari itu, aku dan Reina tengah mengekori Doni si mata-mata, kakak kelas yang jahat dan bengal itu tampak seperti sedang menunggu seseorang. Ia kemudian masuk ke salah satu ruangan kelas di gedung tua. Aku mencolek pinggul Reina, bibirnya meruncing sambil menepiskan tanganku. yang nakal hendak menyibakkan rok seragam abu-abunya ke atas. Kubisikkan sesuatu di telinganya, kemudian kami berdua mengendap-ngendap menghampiri jendela di ruangan kelas itu, dari luar jendela itu, aku dan Reina dapat mengintip ke arah pintu kelas, kami juga dapat mengintip Doni yang sedang kesal, berkali-kali ia menarik nafas panjang untuk meredakan kekesalannya. Tidak berapa lama pintu kelas itu terbuka lebar, seseorang masuk ke dalam kelas itu. Doni langsung sewot dan menghampiri orang yang baru datang itu…..
“PAK ROMI GIMANA SIHHH…!! KAN JANJINYA KEMARIN MASING-MASING DAPAT SEORANG SATU, EHH INI MALAH DIEMBAT DUA_DUANYA….! ” Doni mendengus kesal karena Pak Romi ternyata menghianatinya, kami merekam perseteruan antara Pak Romi dan Doni, dengan sebuah handycam.
“Lohhhhh, saya kan cuma bilang akan saling berbagi, tapi bukan berarti kamu yang mendapatkan keperawanan Cheria dan Tania, nanti kalau saya sudah puas menikmati mereka, barulah kamu saya bagi…!! Gitu aja koq repot!!” sifat serakah Pak Romi langsung muncul ke permukaan, wajah si tua bangka yang biasanya tampak memelas itu kini tampak beringas.
“AHHHH… SUDAHLAH.., SAYA NGGAK AKAN PERNAH PERCAYA SAMA BAPAK LAGI…!!! ” Doni naik pitam karena Pak Romi ternyata tidak mau kalah, apalagi mengaku salah.
“Terserah kamu mau percaya atau tidak, tapi yang penting saya minta data-data mengenai para murid cantik yang sudah kamu dapatkan termasuk rahasia-rahasia mereka agar saya dapat kembali merasakan daun-daun muda yang mulus dan segar, ingat nanti saya yang pilih duluan, setelah saya baru buat Pak Dion…!!” Pak Romi tersenyum dengan licik. Doni bertambah geram ketika menatap wajah Pak Romi yang semakin menyebalkan.

“Kalau tidak saya akan membeberkan penghianatan yang kamu lakukan terhadap Pak Dion, hehehe….” Pak Romi terkekeh-kekeh sambil mengancam Doni.
“Dan saya akan membeberkan semua kejadian ini kepada polisi, biar Pak Romi mampus, Pak Dion dan para guru lainnya juga pada mampus, BIAR KITA SEMUA MAMPUS….!!! ” Doni malah balas mengancam hingga Pak Romi tercekat karena Doni ternyata senekat itu.
“sebentar…, sebentarrr…. ” Pak Romi buru-buru mencegat langkah Doni, ia membisikkan sesuatu di telinga Doni, DEGGG…!! Jantung Doni berdebar-debar, ketika Pak Romi membisikkan sebuah nama, nama seorang murid cantik di sekolah itu, Novita, mendengar nama itu disebut saja sesuatu diselangkangan Doni langsung menggeliat resah, Pak Romi sengaja menyuguhkan Cheria kepada ayah Novita yang senang menikmati daun muda, kemudian mempergunakan kecerobohan ayah Novita untuk menjaring Novita si murid cantik itu.
“Pak Romi tidak mempermainkan saya bukan ?? “
“Ohhhh, jangan kuatir kali ini saya bersungguh-sunguh, anggap saja ini permintaan maaf saya, selanjutnya kita bekerja sama, gimana ?? ” Pak Romi mengulurkan tangannya, sambil tersenyum Doni menjabat tangan Pak Romi
“Oke, Kalau begitu biar saja Pak Dion dan guru-guru bejat itu yang masuk penjara, Ohh iya, jangan lupa kita pilih dulu yang paling cantik, biar  Pak Dion nomor dua….. hehehehehe” kata Doni sambil tersenyum lebar, Pak Romi tertawa senang kemudian mengirimkan SMS untuk seseorang. sebuah SMS untuk Novita.

“Tok Tok Tok….,” beberapa saat kemudian terdengar suara pintu kelas itu diketuk oleh seseorang dari luar, mata Doni melotot lebar ketika Pak Romi menarik seorang murid cantik masuk ke dalam ruangan kelas itu. Bagaikan terhipnotis Doni mendekati Novita yang tertunduk tanpa daya, wajahnya tampak murung dengan seribu masalah yang membebani pundaknya. Doni mengangkat dagu Novita agar mata gadis itu menatapnya, pandangan mata Novita tampak kosong tanpa gairah, air matanya meleleh membasahi pipinya  ketika bibir Doni mengecup dan melumat bibirnya. Novita tidak menyangka kalau dirinya akan mengalami kejadian setragis ini, jatuh tanpa daya dalam genggaman nafsu Doni. Siapa yang tidak kenal dengan Doni, wajahnya culun  menyebalkan, rambutnya yang kini agak dikeriting, hitam dan dekil, Novita juga tidak menyangka kalau Pak Romi yang tampak lemah dan tidak berdaya tiba-tiba dapat berubah menjadi seorang pemangsa yang ulung.
“Ckkk.., Ckkkkk.., Ckkkkkk… ” Doni semakin bernafsu mengecupi dan melumat-lumat bibir gadis itu.
Lidah Doni menjilati pinggiran bibir Novita yang sedikit merekah,  dipeluknya tubuh gadis itu sambil mengulum bibir mungilnya. Sementara Pak Romi semakin kurang ajar, ia melepaskan pengait rok seragam Novita, ia bersujud sambil menarik turun celana dalam murid cantik itu. Lidah Pak Romi menjilati buah pantat Novita, digelitikinya belahan pantatnya hingga gadis itu menggelinjang sambil menarik pantatnya menjauhi batang lidah Pak Romi yang basah. Sambil tersenyum Pak Romi menarik sebuah kursi kemudian meminta agar Doni segera duduk bertelanjang bulat di hadapan Novita, tanpa disuruh dua kali Doni melepaskan pakaian seragam SMAnya kemudian duduk dengan santai dikursi yang disediakan oleh Pak Romi.

“BERLUTUT….!!” Pak Romi memerintahkan agar Novita berlutut di hadapan Doni yang mengangkangkan kedua kakinya semakin lebar, ketika perlahan-lahan Novita berlutut diantara kedua kaki Doni, ia memalingkan wajahnya ke kanan ketika matanya beradu pandang dengan penis Doni yang mengacung dengan keras, Pak Romi memaksa agar Novita mau menatap batang kemaluan Romi.
“Jilattt… ” Pak Romi memberikan instruksi lebih lanjut
“Nggakkk mauuuu, Hkkkk Hkkkkkks… ” Novita malah menangis terisak – isak, Pak Romi dan Doni tertawa terkekeh-kekeh ketika mendengarkan suara isak tangisnya, Novita semakin terisak ketika Pak Romi menekankan belakang kepalanya ke arah selangkangan Doni yang terkekeh sambil menjejalkan kepala penisnya pada mulut gadis itu, namun Novita tetap membandel mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Pak Romi mengambil sabuknya kemudian menghajar pantat Novita keras keras sambil berteriak-teriak…
“BUKA MULUTTTT…!!! BUKAAAAA…!!! CTARRRR… CTARRR…!! ” dengan bengis Pak Romi melecutkan sabuknya menghajar buah pantat Novita
“Aduhhhh, sakittttt, Ampunnnnn Pakkkk, Aduhhhh… “
“MAKANYA NURUT…!” Pak Romi mendengus kesal,
Doni terkekeh-kekeh ketika Pak Romi kembali memerintahkan Novita untuk membuka mulut lebar-lebar, dan kali ini ia menuruti keinginan Pak Romi. Si penjaga perpustakaan mesum itu kembali menekankan belakang kepala Novita kearah selangkangan Doni. Doni menyambut niat baik Pak Romi dengan mengarahkan batang kemaluannya ke arah mulut Novita yang ternganga lebar. Nafas Doni memburu kencang ketika merasakan kepala penisnya mulai memasuki rongga mulut Novita yang basah dan hangat, kedua kaki Doni semakin  mengangkang, kedua tangannya kini ikut menekan belakang kepala Novita. Doni semakin senang ketika Novita mulai melakukan sedotan-sedotan kuatnya, sesuai dengan perintah Pak Romi.

Doni menekuk wajahnya, ia menatap wajah Novita yang cantik khas oriental dengan matanya yang sipit, kulit yang putih mulus, buah dada yang berukuran sedang kini tersembul ketika Pak Romi mulai melepaskan pakaian seragam dan bra Novita. Doni tersenyum senang, dibelainya kepala Novita yang masih melakukan sedotan-sedotan kuat sambil terus menaik turunkan kepalanya dengan teratur untuk mengoral batang kemaluannya, sesekali wajah cantik itu mengernyit ketika Pak Romi menekan kuat-kuat belakang kepalanya hingga penis Doni menusuk dan menyesaki kerongkongannya.
“Ahhhhhhhh, Hhhhhh Hhhhhh…… ” Novita tiba-tiba meludahkan penis Doni untuk mengambil nafas mengisi dadanya yang terasa sesak, sementara Pak Romi membimbing Novita duduk di pangkuan Doni dalam posisi melintang, Doni meraih tubuh Novita sambil merayapkan tangannya ke arah buah dada Novita sebelah kanan sedangkan Pak Romi mengelusi yang sebelah kiri.
“Esssshhhh, Ohhhhhhhhhh,….” mata Novita terpejam-pejam merasakan elusan dan remasan-remasan di buah dadanya, Pak Romi dan Doni saling berpandangan ketika mendengarkan rintihan lirih Novita kemudian hampir besamaan mereka tersenyum kecil.
“Yang kaya gini yang susah kita dapetin di luar….Pak Romi”
“Iya, beruntung banget kita ya,bisa ngerasain Amoy yang masih anak sekolahan , duh kencengnyaaaa….He he he” Pak Romi terkekeh sambil meremas kuat-kuat induk payudara Novita hingga gadis itu melenguh keras, Doni menambahkan dengan menjepit dan memilin-milin pentil Susu Novita.

“Ihhhhh… ” tubuh Novita semakin sering berkelojotan, ketika Pak Romi dan Doni semakin aktif mempermainkan payudaranya., dicubit, dielus, dan diremas, bulatan buah dada Novita semakin membengkak karena mereka terus menerus merangsangnya, Doni merayapkan tangannya ke arah perut dan menainkan jari telunjuknya di permukaan perut Novita bagaikan sedang melukis, matanya menatap tajam permukaan vagina Novita yang botak….
“Koq memeknya masih botak ya pak ?? “
“Waa.. ha…hahaha, saya yang nyuruh supaya jembutnya dibersihkan, supaya lebih afdol, gitu lohhhh…. ” Pak Romi menjawab sementara jari telunjuk dan jari jempolnya mencubit keras dan menarik-narik puting Novita hingga ia meringis-ringis antara sakit dan nikmat.
“Cupppp, Cuphhhhh, Emmmhhh.. Mmmmmm ” bibir Doni kembali mengecupi kemudian melumat-lumat bibir Novita sementara tangannya menggerayangi selangkangan Novita yang mulai basah oleh cairan kewanitaanya.
Tubuh Novita mulai menggigil ketika merasakan jilatan-jilatan lidah Pak Romi mengulas-ngulas buah dadanya, kemudian tubuh gadis itu mengejang hebat ketika merasakan mulut Pak Romi melumat-lumat puncak payudaranya.
“Cpokkk..!! Auhhhhhhhhh…!! Sakitttt, Sakittttt…… ” Novita menarik bibirnya dari bibir Doni, ia merintih keras ketika jari telunjuk Doni terbenam di antara belahan bibir vaginanya, Doni menggerakkan jarinya semakin dalam, kemudian mencabut jari telunjuknya sekaligus, ada cairan kemerahan di ujung jari telunjuknya. Doni menjilati cairan kemerahan itu, mulutnya berdecakan merasai darah keperawanan Novita.
“Gimana rasanya….?? ” Pak Romi bertanya kepada Doni
“He he he.., lezat….. ” Doni menjawab pertanyaan Pak Romi, Pak Romi ikut mencobloskan jari telunjuknya pada belahan Vagina Novita hingga murid cantik itu kembali meringis merasakan rasa pedih akibat tusukan jari Pak Romi, mata Pak Romi berbinar-binar ketika menatap jari telunjuknya yang berbasuhkan cairan kemerahan bercampur dengan cairan kewanitaan Novita, setelah mengendus-ngendus cairan di telunjuknya pak Romi menghisap cairan itu….
“Hemmm ?! Ckk Ckk, wangiii, lezat dan gurihhh hehehe” Pak Romi membopong dan melemparkan tubuh Novita ke atas sebuah matras yang sengaja sudah disiapkan sebelumnya, Novita tampak ketakutan ketika Pak Romi dan Doni berdiri sambil mengacung-acungkan penis mereka, hampir bersamaan mereka menggeram dashyat, mereka berdua menerkam tubuh Novita yang mulus.

“Ahhhhhhhh, tidakk, Owwww!!! ” Novita mulai berontak ketika Pak Romi dan Doni mulai menggeluti tubuhnya, ia semakin ketakutan ketika kedua laki-laki itu menggeram gemas, kedua tangannya berusaha mendorongkan tubuh Pak Romi dan Doni yang berebutan memeluki tubuhnya.
Tangan kiri Pak Romi mencekal pergelangan tangan kanannya sedangkan tangan kanan Doni mencekal pergelangan tangan kirinya, dengan kasar mereka merentangkan tangannya ke atas, bagaikan dikomando Pak Romi dan Doni menerkam buah dadanya yang membusung tanpa daya.
“Owwwww, Akhhhh, lepaskannn, JANGANNNN…. ” tubuh mulus Novita melenting-lenting di antara tubuh Pak Romi dan Doni yang tengah mengapitnya dari sisi kiri dan kanan, ia memekik kecil ketika Doni dan Pak Romi saling berlomba untuk menjilati dan mengenyot-ngenyot buah dadanya.
Lidah Doni memutari puttingnya yang berwarna merah muda, ujung lidah Doni menari untuk menggelitik benda bulat mungit itu. Pak Romi tidak mau kalah, lidahnya membelai putting Novita sebelum akhirnya mengenyot-ngenyot puncak payudaranya.
“Ahhhh, jangaaaaaannnnn!” Novita menggeser – geserkan pinggulnya ketika Doni mulai membenamkan kepalanya diselangkangan gadis itu, sementara kedua tangan Pak Romi menekankan bahu Novita kuat-kuat sambil membenamkan kepalanya di belahan dadanya.
“Ahhh, Ahhhhh, Emmmmfffhhhh…. ” tubuh Novita merinding merasakan rasa enak ketika mulut Doni mengunyah bibir vaginanya, sementara buah dadanya terasa semakin geli karena Pak Romi semakin rakus menyusu disana, bibir Pak Romi mengecup-ngecup dan melumat-lumat bulatan buah dada Novita tanpa terlewatkan secenti-pun, mulutnya menerkami puncak payudaranya, kemudian mengenyot kuat-kuat puncak payudara gadis itu hingga tubuh gadis itu berkelojotan.
“Cupphhh, Cupppp, Emmmmmhh, wangi amat sihhh, Slllccck Sllccck ” Doni mengecupi daerah vagina Novita, diendusinya aroma vagina gadis itu yang harum merangsang, dijilatinya belahan bibir vagina itu, dikenyot-kenyotnya cairan kewanitaan Novita yang meleleh di selangkangannya.

“Ahhhh…!! ” Novita menjerit keras ketika Doni menggigit gemas bibir vaginanya, Doni terus menyerang belahan daerah sensitif itu bagaikan seorang pengelana yang kehausan, cairan vagina Novita bagaikan setetes air di padang pasir yang gersang,
“Auuhhhh…., Crrrr Crrrrr, Crrrrrrrrrrrettt… ” tubuh Novita terperanjat keenakan, tubuhnya menggeliat-geliat dengan lemah ketika Doni menyeruput cairan vaginanya yang tiba-tiba muncrat berdenyutan.
Doni mulai mengarahkan kepala penisnya pada belahan vagina Novita, kini kepala penisnya turut andil dalam merangsang murid cantik itu, dengan sabar kepala penis Doni menjilati vagina Novita seolah-olah sedang mencumbuinya, dikucek, digesek dan sedikit ditekan-tekan, semakin lama Doni semakin keranjingan untuk menekan-nekankan kepala penisnya hingga terbenam membelah jepitan vagina gadis itu. Seluruh tubuh Novita tampak menegang ketika merasakan penis Doni masuk terbenam semakin dalam.
“Jangan Doniiii, Ampunnn, jangan perkosa sayaaaaaa…., Hkk Hkkkk… Ahhhhhhhhh !!! “satu pekikan keras akhirnya terdengar dari bibir Novita, tubuhnya yang putih mulus kelojotan ke sana kemari, erangan – erangan kecil semakin sering terdengar dari bibirnya, isak tangisnya terdengar semakin keras dan memilukan.
“Anjingggg…Siah!! Akhirnya jebol juga memek loe….Bangsattt..!!”Doni menyentakkan batang penisnya berkali-kali kemudian ia mulai memaju mundurkan batang kemaluannya tanpa mempedulikan isak tangis gadis itu.
“Aduhhh, Ampuunnn Doniiii, Sakitttt… Sakittttt……” Tubuh mulus Novita terguncang dengan keras ketika Doni mulai menghentak-hentakkan batang penisnya, Doni semakin asik menusuk-nusukkan batang penisnya, ditusukinya belahan vagina yang seret dan peret itu.

Selangkangan Pak Romi menaiki wajah Novita. Si penjaga perpustakaan tersenyum mesum sambil menjejalkan penisnya kedalam mulut Novita yang sedang terengah- engah dipacu oleh batang penis Doni.
“Hommmfffhhhhhhh, Mmmmmm… Mmmmffffhhh,,, ” mulut Novita terisi penuh oleh batang penis Pak Romi, wajahnya yang cantik mengernyit penuh dengan penderitaan ketika Pak Romi mendeepthroatnya, berulang kali penis pria itu menusuk-nusuk kerongkongannya.
“Tolonggg pakkkkk, tolongg jangannnn!” Novita memohon dengan memelas, kedua tangannya menahan penis Pak Romi yang hendak dijejalkan kedalam mulutnya.
“Kalo gitu, sekarang jilatin kontol saya, kaya Non Cheria ngejilatin kontol papanya Non Novita.” Pak Romi menunjukkan layar HP bututnya yang ternyata berguna untuk mempertontonkan persetubuhan antara ayah Novita dengan Cheria, Pak Romi membimbing kedua tangan Novita agar mau memegangi batang kemaluannya, dengan jijik Novita berusaha memegangi batang penis Pak Romi, lidahnya terjulur keluar berusaha menjilat-jilat batang penis Pak Romi yang terkekeh keenakan, berkali-kali bibirnya menciumi sepanjang batang penis Pak Romi sampai ke daerah kepalanya, diemutnya kepala penis Pak Romi, sementara tubuh mulusnya terus terguncang dengan kuat disodok-sodok oleh Doni.
“Ahhhhhhhh….. Crrrrrrrrrr Crrrrrrrrrrrrrrrr….. ” Novita megejang kuat kemudian tubuh mulusnya terkulai dengan lemah, Novita merasakan tubuhnya lemah tidak bertenaga ketika cairan itu muncrat berdenyut dengan nikmat, walaupun tubuh Novita yang mulus sudah terkulai lemah hal itu tidak menjadi halangan bagi Doni untuk menikmati kehangatan dan kenikmatan tubuh Novita, demikian juga bagi Pak Romi ia malah semakin bernafsu begitu menyaksikan tubuh mulus itu terkulai dengan lemah, digelutinya kembali tubuh Novita dari samping dijilatinya bibir Novita yang mendesah-desah lirih, dihisap-hisapnya leher Novita yang sudah basah bersimbah cairan keringat hingga meninggalkan bekas cupang kemerahan, dijilatinya leher gadis itu yang putih jenjang.

“Pak Romi, mau nyobain memeknya nggak??” Doni bertanya kepada Pak Romi sambil melepaskan batang penisnya yang masih tegang.
Tanpa membuang-buang waktu Pak Romi segera membalikkan Novita dalam posisi menungging, Doni duduk dengan santai di hadapan kepala Novita.
“Novita.., sekarang juga kamu harus menservice kontol Doni, Awass, kalau dia sampai ngak puassss….., Cepattttt…. Plakkkkk….!! ” Pak Romi menampar buah pantat Novita kuat-kuat.
“Aduhhhh…!! Iya pakkkk, Iyaaaa…. ” Novita merangkak, menggeser tubuhnya yang sedang menungging hingga kepalanya berada di atas penis Doni yang sedang duduk mengangkang dengan santai, kedua tangan Doni bertumpu ke belakang.
“WOWWWW….???!!” Doni menekuk kepalanya, perlahan-lahan ia membaringkan tubuhnya sementara kedua kakinya tertekuk dan menjepit kepala Novita yang sedang bergerak turun naik di selangkangannya, lidah Novita berkali-kali terjulur untuk menggelitiki leher penis Doni yang mendesah keenakan, jilatan lidah Novita tiba-tiba berhenti, murid cantik itu menolehkan wajahnya ke belakang ketika merasakan sesuatu yang kenyal dan keras menggesek belahan vaginanya kemudian….
“Jrebbbbb…! Ahhhhhhhhhhh… ” tubuh Novita tersungkur hingga wajahnya mencium selangkangan Doni pada saat Pak Romi nyentakkan batang kemaluannya dengan kuat.
Kini sebatang penis tertancap di belahan vagina Novita yang sedang menungging dengan posisi doggy style, sebelum Pak Romi menyodokkan penisnya dengan terburu-buru Doni menjejalkan batang penisnya ke dalam rongga mulut Novita, kedua tangan Doni memegangi kepala Novita. Pada saat Pak Romi memacu batang penisnya menyodok-nyodok vagina Novita dengan otomatis batang kemaluan Doni teroral oleh Novita yang tersungkur-sungkur dihantam oleh penis Pak Romi, Doni menyodor-nyodorkan penisnya ketika merasakan sedotan-sedotan kuat mulut Novita., kedua tangan Doni merayap menggapai buah dada Novita yang terayun-ayun tanpa daya, diraih dan diremas-remasnya benda itu, berkali-kali jari tengah dan jempolnya menjepit puting Novita dan memelintir-melintirnya, sesekali ditarik-tariknya putting susunya yang semakin keras meruncing. Sesekali terdengar suara isak tangis Novita di sela-sela geraman-geraman gemas yang keluar dari mulut Pak Romi dan Doni.

Novita semakin sering merintih, bahkan suara rintihannya semakin keras. Pak Romi yang sudah banyak makan asam garam tahu apa yang akan dialami olehnya, dengan semakin gencar ia menghujam-hujamkan batang kemaluannya.
“Plakkk, Plakkk, Plakkkk, Plakkkkkk… Crrrrrrrrr Crrrrrrrrrreett ” setelah beberapa hantaman yang super  keras dan kuat menghajar vagina Novita dari belakang, tubuhnya yang sedang menungging menggelinjang dengan indah, vaginanya berdenyut-denyut dengan nikmat.
Doni mengacungkan jempolnya ke arah Pak Romi yang kembali mengayun-ngayunkan batang penisnya. Novita mengangakan mulutnya ketika Doni kembali menjejalkan batang penisnya ke mulutnya. Benar-benar suatu pemandangan yang mengerikan ketika menyaksikan seorang murid cantik bertubuh putih mulus sedang disetubuhi oleh Pak Romi dalam posisi doggy style, sementara murid cantik itu dipaksa menghisap-hisap sebatang penis milik seorang murid laki-laki dengan wajahnya yang culun dan menyebalkan, Pak Romi kembali terkekeh-kekeh ketika berhasil mempecundangi Novita, tubuh Novita kembali mengejang ketika merasakan sebuah badai kenikmatan yang dashyat berdenyutan menghantam vaginanya, cairan vaginanya muncrat dalam kenikmatan yang menyiksanya hingga gadis itu merintih-rintih keenakan. Akhirnya Pak Romi menyoruh Doni agar tidur terlentang, kemudian Doni menarik pinggang Novita ketika Pak Romi menempatkan gadis itu menduduki benda yang masih mengacung tegak perkasa di selangkangan Doni. Pak Romi mengajari Novita bermain dalam posisi women on top, tangan Novita bertumpu pada bahu Doni untuk menjaga keseimbangan, sementara pinggulnya bergerak turun naik di atas penis Doni, Pak Romi membantu menarik dan menekankan pinggul Novita agar gadis itu dapat belajar dan semakin pandai menghempas-hempaskan vaginanya untuk memuaskan nafsu birahi mereka.

Tiba-tiba Pak Romi menekan kuat-kuat buah pantat Novita, Doni tersenyum sambil menyodokkan penisnya keatas hingga terbenam sedalam-dalamnya di jepitan vagina Novita. Dengan bernafsu Pak Romi menaiki buah pantat Novita, ditekannya buah pantat Novita bagaikan sedang membelah duren hingga anus Novita menampakkan dirinya. Anus itu semakin mengkerut ketakutan ketika kepala Pak Romi menyentuh anusnya.
“Debbbb.., debbbb,,, debbbb “Pak Romi menusukkan penisnya kuat-kuat sambil menggeram-geram dengan gemas berusaha menghancurkan kekuatan anus Novita yang berusaha bertahan mati-matian menghadapi serangan penis Pak Romi.
“JROSSSS….!!Aaaaaaaaaaaaaaa!!! ” Novita menjerit keras ketika merasakan batang penis Pak Romi membelah lubang anusnya, penis itu menyentak-nyentak dengan kasar dan memaksa lubang anusnya untuk melar dan menerima penis yang haus akan kenikmatan.
Pak Romi menekankan penisnya sampai selangkangannya beradu dengan buah pantat Novita yang halus mulus. Tubuh mulus Novita ambruk tanpa daya, murid cantik itu mengerang keras kesakitan ketika Pak Romi semakin dalam menekankan batang kemaluannya, Novita merintih keras karena kesakitan ketika batang penis pak Romi mulai bergerak dengan liar menyodominya, Doni masih diam sambil  memeluk erat-erat tubuh mulus Novita yang ambruk menindih tubuhnya.
“Grrrrrhhh, Eaarrrhhhhh….. ” Pak Romi menggeram dengan dashyat , sambil menyodomi Novita dengan brutal, batang penisnya terus merojok-rojok lubang anus Novita dengan liar, erangan Novita semakin keras terdengar, sementara Pak Romi semakin kasar menyodomi lubang anusnya
“Pokkkkkk.. Pokkkkkk… pokkkkkkkk…..”
“Cleppppp… Cleppppp.   Cleppppppppp “

Doni mulai bergerak melakukan serangannya, dua batang penis yang tertancap dianus dan vagina Novita kini bergerak – gerak dengan liar menusuk dan terus menusuk-nusuk lubang anus dan vagina Novita yang menangis kesakitan, tubuh mulusnya digarap dan  dihimpit oleh Pak Romi dan Doni yang tengah menikmati kedua lubangnya yang hangat dan nikmat, berkali-kali terdengar pekikan-pekikan Novita disertai rengekan-rengekannya ketika tubuh mulusnya terguncang dengan semakin hebat dihantam oleh dua batang penis yang asik menyodok-nyodok anus dan vaginanya,
“Ahhhh….. Aaaaaa… Crrrrrr Keccrrttttttttttt………… ” Novita menggigil hebat , Pak Romi dan Doni tahu apa yang tengah dialami oleh Novita, mereka membenamkan penisnya dalam dalam, dibiarkannya Novita mengambil nafas, keringat membanjiri tubuh ketiga orang itu yang terengah-engah dengan desah nafas mereka yang berdengusan dengan keras.
Novita menggeliat lemah, tubuhnya terasa remuk, sesekali tubuh mulusnya tersentak kuat ketika Doni atau Pak Romi bergantian menghentakkan batang penis mereka dengan gemas.
“Ampunnn Doni, Ahhh ampunnn Pak Romiiiii, cape, aduhhhhh “
Doni malah tertawa senang mendengarkan rengekan-rengekan Novita, murid cantik itu mengaduh kesakitan ketika tangan Pak Romi menjambak rambutnya hingga kepala Novita tertarik ke belakang, tubuhnya kembali terguncang, tersentak-sentak dihantami oleh penis Pak Romi dan Doni.
“Ohhhhhh, Aduhhhh Doniii, Awwwww, Pak Romiiii Akkkkk “benar-benar tragis nasib murid cantik itu yang sedang dimangsa oleh Doni dan dilahap habis-habisan oleh Pak Romi, tubuhnya tersentak-sentak kuat di antara himpitan tubuh dua orang laki-laki yang sedang keasikan menusuk-nusukkan penis mereka menyodok vagina dan menyodomi anusnya.
“Uhhhhh……. Cretttt…. Cretttttt ” Novita kembali mengeluh keenakan tubuhnya bergetar hebat merasakan denyutan-denyutan puncak klimaks mendera vaginanya yang masih ditusuk-tusuk penis  Doni. Mereka tertawa sinis ketika Novita merengek-rengeik memohon ampun, ketika vagina dan anusnya kembali dihajar habis-habisan oleh mereka

************************
Sementara itu..

“Andra, ngapain sihhhh… aduhhhh….. !!” Vivi memukul-mukul tangan Andra yang begitu kuat mencekal pergelangan tangannya. Si pegulat tangguh menyeret Vivi ke dalam sebuah gudang tua di belakang sekolah., Vivi mencubit-cubit lengan Andra hingga memar kemerahan, namun Andra
“Utsssss….!!” Vivi Buru-buru menghindar ketika Andra menerkamnya, Andra dengan mudah mencegat langkah Vivi yang hendak melarikan diri, sementara Vivi tersurut mundur, ia tidak menyangka tubuh sebesar Andra dapat bergerak secepat itu. Vivi terus mundur hingga punggungnya tertahan oleh dinding gudang tua itu, ia berusaha melemparkan tas sekolahnya tapi dengan mudah Andra menangkap tas sekolah Vivi dan meletakkannya di samping kaki Vivi. Vivi merinding ketika Andra tiba-tiba mendekap pinggulnya, dengan berani Andra mengelus-ngelus pinggang Vivi yang ramping, kedua tangannya terjulur meraih kancing baju sekolah Vivi. Vivi hanya membelakkan matanya ketika dengan lincah tangan Andra mempreteli kancing baju seragam sekolahnya, hingga kancing bajunya yang terakhir, dengan lembut tangan Andra menyibakkan baju seragam Vivi terlepas dari bahunya dan lepas ke belakang melalui kedua tangan Vivi yang gemetar tanpa daya, mata Andra menatap nanar buah dada Vivi yang bongsor, ditariknya turun cup bra sebelah kiri hingga payudara kirinya melompat keluar, sementara yang kanan masih tetap aman bersembunyi di balik cup bra kanannya. Vivi tampak semakin seksi ketika ia memejamkan matanya, bibirnya sedikit merekah ketika telapak tangan Andra mengelus bulatan dadanya yang bongsor.
“Andraaaa…., kamu mau apa….?? ” Vivi bertanya lirih ketika Andra membalikkan tubuhnya ke dinding dan memeluknya dari belakang, Andra menarik nafas panjang-panjang sambil membenamkan hidungnya ke arah leher Vivi.

“Unnnhhhhh….. ” Vivi mengeluh ketika Andra menggigit lembut lehernya dari belakang, nafasnya semakin tidak beraturan ketika merasakan tangan Andra melepaskan branya kemudian merasakan bibirnya mengecup-ngecup batang lehernya sebelah kiri terus mengecupi tengkuk lehernya dan menjalar bergilir mengecup-ngecup leher kanan, sementara kedua tangan Andra mendekap gundukan buah dadanya. Vivi mendesah-desah lirih ketika merasakan Andra mulai meremas-remas payudaranya yang semakin keras mengenyal.
“Viviiiiiiiiiii ” Andra mendesis sambil  melepaskan pengait rok seragam Vivi, kemudian membiarkan rok abu-abu itu melorot turun terlepas dari pinggul Vivi dan terjatuh di bawah kakinya. Andra bersujud kedua tangannya mengelusi sepasang paha Vivi, sesekali kaki Vivi yang mulus melejang karena kegelian ketika jari-jemari Andra menggerayangi kemulusan kedua pahanya, Andra berusaha menenangkan Vivi ketika Andra menarik turun celana dalam Vivi yang berwarna violet.
Mata Andra melotot ketika telapak tangannya mengusap-ngusap bulatan buah pantat Vivi yang padat dan keras, untuk beberapa saat Andra terus mengecupinya sampai akhirnya ia kembali berdiri dan menyelipkan batang penisnya kesela-sela pantat Vivi. Andra mengesek-gesekkan kepala penisnya di belahan buah pantat Vivi yang hangat dan lembut, sesekali ia menekan-nekankan batang penisnya dengan kuat hingga tubuh Vivi tersungkur-sungkur, kedua tangan Vivi bertumpu kuat-kuat pada tembok untuk menahan serangan-serangan penis andra yang semakin kuat menekan lubang anusnya dan menggesek-gesek belahan buah pantatnya. Andra semakin kuat mendesak-desakkan selangkangannya hingga tubuh Vivi semakin tertekan merapat dan merapat ke tembok gudang tua itu.

“Viiii, tolongg aku Viiii, aku nggak kuat, aku ingin..akuu…tolonggg!!” Andra memohon lirih di telinga Vivi, si pegulat tangguh tidak sanggup lagi untuk menahan beban api birahi di dadanya yang terus menerus dipendam semenjak kejadian syur beberapa hari yang lalu ketika keduanya mengintai Pak Romi. Andra membalikkan tubuh Vivi kehadapannya, tangannya merayapi induk buah dada Vivi sebelah atas, putih dan lembut sekali kulit buah dada Vivi yang bongsor, Vivi melenguh pelan ketika Andra meremas-remas buah dadanya.
Vivi berdiri sambil menyodorkan vaginanya ke depan wajah Andra yang kini tengah bersujud di hadapan vaginanya, tanpa menolak ataupun jijik Andra membenamkan wajahnya di vagina Vivi, Vivi mendesah-desah lembut ketika merasakan hembusan-hembusan nafas Andra yang hangat memburu, menggelitiki permukaan vaginanya.
“Ahhhhh, Andraaaaaa…enakkkkk…. ” Vivi menekuk wajahnya menatap Andra, bibirnya mendesah-desah keenakan ketika merasakan jilatan jilatan lidah Andra yang semakin nakal menggelitiki selangkangannya.
“Aaaaaaa….. ” hanya sebuah huruf vocal yang pendek melompat dari bibir Vivi ketika Andra melumat belahan bibir vaginanya, tangan Vivi membelai-belai kepala Andra yang sedang rakus melumat-lumat selangkangannya, wajahnya memerah karena menahan rasa malu, risih dan nikmat. Vivi merasakan tubuhnya semakin hangat dan kenikmatan itu semakin hebat menggelitiki vaginanya.
“Ahhhhhh…, Crrrr Crrotttttt…..” Vivi menekankan kepala Andra, terdengar suara hisapan-hisapan rakus yang justru membuat Vivi semakin kelojotan tersiksa dalam kenikmatan.
Andra bediri dan kemudian memeluk tubuh Vivi dengan lembut, Vivi balas memeluk tubuh Andra , kedua matanya yang sipit terpejam rapat, sementara bibirnya tersenyum ketika merasakan kedua tangan Andra merayapi gumpalan buah pantatnya, yang bulat dan padat. Andra tampaknya masih belum merasa puas, sambil menjengkingkan pinggang Vivi ke belakang mulutnya menciumi buah dada Vivi yang besar dan putih. Vivi mendesah panjang sambil membusungkan dadanya menyongsong kerakusan Andra si pegulat yang terus menggeluti buah susnya dengan rakus, bergantian dari yang kiri dan yang kanan.

“Ohhhh, Andraaaaa, Awww….gelii!” Vivi merintih-rintih kegelian ketika merasakan lidah Andra menggelitiki putting susunya, kemudian mulut Andra menyusu diputing susunya yang semakin mengeras,
Vivi menggapai batang penis Andra, tangannya mengocok-ngocok penis itu, ia berusaha melakukan perlawanan untuk memuaskan nafsu birahi Andra si pegulat yang semakin liar mengecupi bongkahan buah dadanya yang bongsor. Vivi membalas mendorong tubuh Andra hingga si pegulat bersandar pada dinding gudang tua itu, kemudian ia bersujud di hadapan penis Andra, tangannya bergerak dengan lincah mengocok-ngocok dan meremas-remas batang penis Andra, ia terus mengocok-ngocok penis itu hingga kedua tangannya terasa pegal….
“Andraaaa, cape ahhhh…. ” Vivi mengeluh
“Pake mulut aja Viiii….. ” Andra menyodorkan penisnya kearah mulut Vivi, Vivi mengangguk kemudian mengangakan mulutnya lebar-lebar menerima batang penis Andra , imajinasi liar Andra melambung setinggi langit ketika merasakan hisapan-hisapan mulut Vivi, sambil menghisap-hisap kepala penis Andra, lidah Vivi memutari kepala penis Andra si pegulat tangguh dan mengait-ngait leher penis bagian bawah.
“Ahhhhh, Hhhh Hhhhhhh!!” Vivi melepaskan penis Andra dari dalam mulutnya, nafasnya berhembusan panjang, Andra menarik tubuh Vivi untuk berdiri, kemudian Andra menundukkan kepalanya untuk mengejar bibir Vivi dan.., Emmmmhhh, Mmmmmmmmm, Vivi mengalungkan kedua tangannya ke leher Andra. Tangan kanan Andra merayapi perut Vivi dan terus turun ke bawah, tangan Andra mengucek-ngucek bibir vagina Vivi dengan penuh nafsu, lelehan cairan vagina Vivi membuat Andra semakin betah memainkan selangkangannya, dikucek-kuceknya bibir vagina Vivi dan diremasnya selangkangannya dengan lembut.

*************************
Seseorang tampak sedang mengintip adegan panas antara Andra dan Vivi, siapakah orang itu? orang itu adalah aku, Maya, si detektif yang cantik jelita, Ceglukkkk, Ceglukkkk, aku berkali-kali menelan ludah, mengintip adegan panas antara Vivi dan Andra, jantungku berdebar-debar kencang, telingaku mendengar rintihan lirih Vivi , tubuhnya meliuk-liuk dengan indah sementara Andra tampak semakin asik meremas-remas buah dada Vivi dari belakang.

Aku menutup buku harianku
Kutatap sebuah Hp milik Doni yang sempat tertinggal tadi siang.
Di dalamnya ada nomor – nomor telepon Hp Pak Dion cs
Perpecahan semakin menggerogoti  mahluk-mahluk bejat itu..
Aku berpikir dengan keras sesuai dengan tugas hari ini
Berusaha mencari jalan untuk menghancurkan penjahat kelamin
Yang menghantui murid-murid cantik di sekolah kami.
Tubuhku terasa hangat ketika mengingat-ngingat
adegan panas yang terjadi tadi siang… WAKKKKSSS…!!
Aku buru-buru menyadarkan diriku yang terbawa dalam khayal
Ikut bermain ditengah-tengah adegan panas yang semakin membara.
**************** 

SCOOLGIRL 11

Dengan mengendap-ngendap Andra menghampiri Reina dan Farida, tampaknya mereka berdua sedang merekam aksi seorang guru bejat yang sedang bersiap menggeluti dua orang murid cantik di dalam ruangan olah raga indoor, perlahan-lahan Andra menghampiri mereka, tangannya bergerak dengan cekatan menekan-nekan tombol Hpnya, kemudian si pegulat tangguh menekan tombol send, Hp di tangan Reina bergetar ketika SMS singkat  itu masuk. Reina membuka Sms dari Andra, kemudian menyenggol Farida yang tengah merekam adegan XXX di dalam ruangan itu dengan sebuah handycam. Farida mengikuti arah pandangan mata Reina, Farida meruncingkan mulutnya sambil meletakkan jari telunjuk di hadapan bibirnya yang meruncing. Andra mengangguk kemudian mengendap-ngendap menghampiri Reina dan Farida. Setelah berlangsung cukup lama, adegan XXX yang terjadi di sana pasti  turut membakar nafsu Farida dan Reina, Andra merasa yakin 100 %, posisinya berada di belakang tubuh Farida dan Reina, ia menekuk wajahnya menatap bokong mereka bergantian. Ia memberanikan diri mengelus bokong mereka
“Glekkkk,Ceglukkk… Ceglukkkkkkk…..” Andra menelan ludah, kedua gadis cantik itu diam tidak bergerak, mereka seakan-akan membiarkan tangan Andra untuk mengelus dan bermain dengan sesuka hati. Andra merapatkan tubuhnya, Reina dan Farida menyandarkan punggung mereka ke dada Andra, Andra bergegas menggiring keduanya ke dalam salah satu ruangan kelas yang kosong di sekolahan itu, setelah mengunci pintu kelas Andra membalikkan tubuh, WHOAAAAAAAAAAAAAA !!
Mata Andra melotot menyaksikan Reina dan Farida yang tengah berpelukan. Bibir mereka saling melumat, dengan terburu-buru si pegulat tangguh menghampiri mereka. Andra berdiri di belakang tubuh Reina, tangannya gemetar ketika merayap meraba-raba bokong Reina, Uhh, begitu bulat dan terasa padat, dengan tergesa – gesa Andra menarik turun resleting rok seragam Reina, Sretttttt…..

“Ohhhhh ?? !! Cpokkkk Emmmhhhh Mmmmmmm…..” Reina terkejut dan menarik bibirnya dari bibir Farida, ia hendak memalingkan wajahnya kebelakang namun Farida yang membutuhkan pelampiasan kembali menyumpal bibir Reina. Andra tersenyum lebar, sambil berlutut ia menarik turun rok seragam Reina. Matanya membeliak, tangannya merayapi sepasang paha Reina yang putih mulus. Tangan Andra bergerak membetot celana dalam Reina..
“Ckkk… Mmmhh Ckkkk….. “ Reina masih asik berciuman dengan Farida sementara celana dalamnya mulai merosot turun ditarik oleh Andra, terdengar suara kecupan keras ketika bibir Andra mengecupi buntalan buah pantat Reina, lidahnya terjulur keluar kemudian bergerak lembut mengulas dan membasuh buah pantat Reina yang bulat padat, diremas-remasnya bongkahan pantat Reina dengan lembut, Reina menggoyangkan pinggulnya karena kegelian ketika jemari Andra mengusap-ngusap dan mengelusi belahan vaginanya, gerakan-gerakan jemari Andra mirip seperti sedang menggaruki belahan vagina Reina dari belakang. Si pegulat tangguh menarik pinggul Reina agar menungging, tubuh Reina mengggigil hebat ketika lidah Andra mengelus dan merayapi otot vaginanya, dengan gemas ia mengecup dan melumat-lumat belahan vagina Reina sebelum berpindah ke belakang bokong Farida.
“Aku liat ya Faaaaaa…he he he “ Andra mulai melepaskan pengait rok seragam Farida, kemudian  menarik turun resleting rok Farida Sretttt… kembali terdengar suara turunnya resleting rok seragam sekolah akibat perbuatan Andra, sebuah senyuman kembali mengembang di wajahnya. Bibir Andra memanguti buah pantat Farida, lidahnya mulai mengecap lelehan-lelehan lendir di belahan vagina Farida, kemudian mulai mengecupi belahan pantat gadis itu, dikaitnya anus Farida kemudian digigitnya buah pantatnya dengan gemas..
“Auhhh…, Andraaa…..!! “ Farida menarik pinggulnya, tangannya bergerak ke belakang mendorong kepala Andra ketika merasakan gigitan Andra. Andra terjatuh kebelakang, Huppp…, tubuh gemuk dan besar itu begitu  sigap bangkit dan menerkam tubuh Farida dan Reina.

“Reiiiii… Cupppp.. Mmmmmhhh…, Faaaa… Hummmmppphhh….” Andra begitu rakus melumat-lumat dan mengecupi bibir Farida dan Reina bergantian, sementara tangan kanan dan kirinya merayap menggerayangi lekuk liku tubuh mereka. Andra menekan bahu Farida dan Reina agar berlutut di hadapan permukaan celananya yang menggebung,
“Faaaa….buka gihhh!!“ kata Reina sambil menolehkan kepalanya pada Farida yang tengah menatap sesuatu yang masih bersembunyi di balik celana panjang abu-abu yang dikenakan oleh Andra.
“Yaaaaaa…., Ehhhh…, kamu aja Ahhh…, seremmmm “ Farida menolak, akhirnya Andra terpaksa membuka celananya sendiri, Farida dan Reina membelakkan mata, terpana menatap benda di selangkangan Andra “WADUHHH…, Koq cuma diliat sihhh?” Andra membatin dalam hati sambil menggaruk-garuk kepalanya, di saat inilah Andra harus tampil menjadi seorang pemimpin mengajari Farida dan Reina seperti halnya Andra mengajari Vivi si susu besar.
“Buka mulut Reiiii….. “ Andra meminta dengan tegas, Reina menurut dan membuka mulutnya. Si pegulat tangguh mengarahkan kepala penisnya ke rongga mulut Reina yang ternganga.

“Ehhh…mau apa??“ Reina buru-buru menutup mulut ketika penis Andra mendekati mulutnya yang ternganga, ia bertanya sambil menengadahkan kepalanya menatap Andra.
“Udahh nurut aja, nanti juga tahu, kalau kamu takut sih meremm aja..” Tangan Andra mengelus kepala Reina, ia tampak berpikir sesaat kemudian kembali membuka mulutnya lebar-lebar sambil memejamkan matanya rapat-rapat. Andra mendesah sambil memasukkan kepala penisnya kedalam rongga mulut Reina yang basah dan berair.
“Ihhhhhh…., Andra… nggak mau ahhh….”Reina buru-buru meludahkan kepala penis Andra, dengan sabar Andra membujuk Reina agar mau menuruti kemauannya, cukup lama Andra membujuk dan merayunya agar mau kembali menuruti keinginannya., sambil menghela nafas panjang akhirnya Reina menuruti keinginan Andra.

“Ahhhh… Reiiii, “Andra Mendesah pelan, sambil menekan-nekan belakang kepala Reina, Andra mulai memaju mundurkan batang penisnya dengan perlahan, si pegulat tangguh tambah keenakan ketika merasakan sedotan-sedotan mulut Reina, sementara Farida terkesima menyaksikan Reina semakin asik memainkan dan memanguti penis Andra, dengan lembut Reina mengecupi kepala penis Andra yang semakin membengkak dan mengkilat.
“Ehhhh, enggak Reina aja…“ Farida menolak ketika Andra menyodorkan penisnya , Reina berbisik di telinga Farida
“Masa sihhh??“ tanya Farida, Reina tersenyum kecil sambil menganggukkan kepala, Akhirnya setelah mengumpulkan keberaniannya Farida mendekatkan wajahnya pada penis Andra, lidahnya terjulur keluar berusaha menjilat cairan bening dimulut penis si pegulat tangguh.
“Eummm, ckkk…,aduh Reiii, baunya anehhh…amatt.” Farida menarik kepalanya, sementara Reina menahan belakang kepala Farida sambil meminta agar Farida bersedia membuka mulutnya.
“Nanti juga baunya nggak kerasa koq, rasanya mirip kaya waktu kita belajar ngoral pake sosissss…..“ Reina berusaha meyakinkan Farida sambil mengarahkan kepala penis Andra pada mulut Farida, dengan ragu-ragu Farida kembali membuka mulutnya, Andra mendesah ketika kepala penisnya kembali terbenam ke dalam rongga mulut yang hangat dan basah. Tubuhnya bergetar keenakan merasakan sedotan-sedotan mulut Farida, apalagi Reina kini mulai menyerang dengan melumat-lumat dan mencumbui batang penisnya. Andra mulai mengayunkan batang penisnya, sementara Farida semakin lahap menyedot-nyedot penisnya, demikian pula dengan Reina yang mengendusi dan menghisapi batangnya, Emmmhh… Cupp,,, Mmmmhhhhh…, Ahh Mmpph.

“Uhhhhhhhhh…, Reiiii, enak bangettt…, Huuhh ?? Terus Faaa sedot yang kuat…, WAduhhhh….. Euhhhh….” Reina dan Farida benar-benar memanjakan penis Andra, cukup lama Andra membiarkan mereka bermain-main dengan batang penisnya, kini ia mengambil dua buah kursi, kemudian mendudukkan Farida dan Reina berdampingan. Andra tersenyum ketika mereka merapatkan paha mulus mereka, kedua tangan mereka menyilang berusaha menyembunyikan wilayah intim yang selama ini belum pernah dilihat oleh seorang lelaki manapun, Reina dan Farida tampak risih ketika Andra mulai berlutut dengan perlahan di hadapan mereka.
“Aduhh mulusnyaaaaa…… “ dengan spontan Andra memuji kemulusan paha Reina dan Farida sementara kedua tangannya bergerak mengelus dan merayapi permukaan paha kedua gadis itu yang halus mulus.
“Jangan Ahhh…. “ Farida menepiskan tangan Andra yang hendak menarik pergelangan tangannya, Andra mencekal pergelangan tangan Farida dan menariknya. Farida tampak jengah ketika Andra menatap tajam selangkangannya, Andra mendorong bahu Farida agar bersandar ke belakang, nafas Farida tertahan di dadanya ketika Andra merenggangkan kedua paha mulusnya, tubuh Farida merinding hebat ketika merasakan hembusan-hembusan nafas hangat Andra menerpa permukaan vaginanya.
“Ahhhhhhhhhhh… Aaaaaaa……. “ Farida menekuk wajahnya menatap kepala Andra yang terbenam di selangkangannya, berkali-kali tubuh Farida terperanjat ketika lidah Andra yang basah hangat terjulur keluar dan bermain di lingkaran otot vaginanya, lidah Andra begitu taktis dalam memberikan kenikmatan, terkadang Andra melumat bibir vagina Farida, kemudian mengecupi selangkangan dan permukaan vaginanya.

“Andra Ahhh…crrrrrttttt…” tanpa disengaja Farida membelai lembut kepala Andra, sementara Andra menyeruput cairan gurih yang tiba-tiba  membanjiri belahan vagina Farida, Srrrrppppp Sllllrrrpppphhhhh….., diemutnya vagina Farida dan ditelannya cairan lengket berwarna putih yang beraroma mirip daun pandan, dengan lembut Andra mengecup vagina Farida kemudian beralih untuk melakukan penyerangan terhadap Reina.
“Eeeee.., Ehhhh…, Ehhhhhhhh…..” Reina sibuk menepiskan tangan Andra, sementara Andra juga sibuk berusaha menaklukkan tangan Reina, begitu berhasil menaklukkan kedua tangan Reina, si pegulat tangguh segera membenamkan kepalanya pada wilayah segitiga di selangkangan Reina, percuma saja walaupun Reina merapatkan kedua kakinya dan kedua tangannya berusaha mendorong-dorong kepalanya, dengan liar Andra mengendusi permukaan vagina Reina, sementara tangannya merayapi sepasang paha Reina yang merapat ketakutan.
“Tenang Reiiii…, tenangggg…..he he he, anggap aja lagi dijilatin sama aku, Vivi atau sama Maya“ Farida terkekeh, ia berusaha menenangkan Reina, dengan lembut Farida memeluk tubuh Reina dari samping lidahnya terjulur keluar menghampiri bibir Reina yang mendesis-desis nikmat, Reina menjulurkan lidahnya menyambut lidah Farida, kedua siswi cantik itu semakin asik berperang lidah dan saling melumat dengan penuh gairah. Andra meletakkan sepasang kaki kiri dan kanan Reina yang mulus mengangkang di kedua bahunya, sementara kepala Andra merosot mengejar selangkangan Reina.
“Ohhhhh ?? !! “ Reina terperangah merasakan hembusan – hembusan nafas dan jilatan-jilatan Andra yang bernafsu, ia merintih-rintih lirih merasakan hisapan-hisapan kuat Andra yang mengenyot-ngenyot liang vaginanya yang masih perawan ting-ting. Tubuh mulus Reina gemetaran merasakan hisapan dan jilatan-jilatan lidah si pegulat tangguh, kedua kakinya yang mulus semakin mengangkang keenakan. Terkadang Reina mengatupkan kedua kakinya karena merasa geli sekaligus merasa nikmat yang tidak terhingga..
“Auhhhhh…, mampus aku…nnngggghhhhh…. “ Reina kelabakan ketika Andra mencekal pergelangan kakinya. Si pegulat tangguh mengangkangkan kakinya mengangkang ke atas kemudian menghujani belahan vaginanya dengan ciuman-ciuman yang liar dan kasar, sementara Farida memeluk tubuh Andra dari samping, tangan kanan Farida meremas dan mengocok-ngocok batang penisnya.

“Annn… Andraaa, Aaandraaaaa Crrrrrrr Crrrrrrrrr“ Reina semakin gelisah ketika cumbuan Andra semakin liar, vaginanya tiba-tiba berdenyutan dengan nikmat
Tubuh Reina mengejang selama beberapa detik kemudian terkulai lemas sambil menyandarkan punggungnya ke belakang, dibiarkannya si pegulat tangguh yang masih menggeluti vaginanya dengan liar, Andra terkekeh ketika Reina mendorong kepalanya, sesekali bibir Andra mengejar bibir vagina Reina dan mencumbuinya yang kini semakin rileks mengangkangkan kedua kaki mulusnya. Tiba-tiba ia melepaskan Reina, lalu menarik Farida agar berdiri, kemudian dengan bernafsu ia menggosok-gosokkan kepala penisnya pada selangkangan Farida, licin, nikmat dan geli rasanya ketika alat kelaminnya beradu dengan alat kelamin Farida, cukup lama Andra menggesek-gesekkan kepala penisnya pada vagina Farida
“KECROOOOTTTTT….. CROOOOOOO…TTTTT “  dengan reflek Farida menarik vaginanya ketika merasakan tembakan cairan panas yang lengket, sperma Andra belepotan dari vagina hingga paha Farida, Andra memeluk tubuh mulus Farida, tangannya merayap dan mengelusi tubuh mulus Farida yang terdiam, pasrah ketika Andra menggerayanginya.
“Liattt donngggg Faaaaaa……. , liat bawah bolehhh ,, masa liat atasnya nggak bolehhhh“ Andra mengeluh kecewa ketika tangan ditepiskan oleh Farida, Andra meringis ketika Farida mencubit perutnya yang berlemak,  ia bertambah kecewa menyaksikan Reina dan Farida yang tengah memakai celana dalam dan juga rok seragam mereka kembali, si pegulat tangguh segera mengejar dan memeluk tubuh Reina dan Farida dari belakang, kemudian bertanya penuh harap
“ Reiiii…, Faaaa…, lain kali aku mau lagi ya….bolehkan??“ Reina dan Farida tidak menjawab namun juga tidak menolak ketika ketika Andra merayapi lekuk liku tubuh mulus mereka, mereka hanya termenung kemudian saling berpandangan satu sama lain, keduanya menepiskan tangan Andra yang merayapi pinggul mereka kemudian tanpa banyak bicara Reina dan Farida meninggalkan Andra..

**********************
Sementara itu...


Angela
Sambil sesekali bersenandung kecil, lidahku terjulur-julur keluar menjilati sebatang ice cream, Nyummm… Nyummmmmmm…..,Hmmmmmm…., lama kelamaan, koq?? Waduhhh malah mikirin yang enggak-enggak , entah kenapa tiba-tiba terbayang Vivi yang tengah menjilati sebatangggggg….. WAKSSSS…, aku menggeleng-gelengkan kepalaku berusaha mengembalikan kesadaranku.
“(tenang Maya ini hanya ice cream….,SADAR…..SADARRRR…!!! SADARRRRRRRR….!!!)” Aku berkata dalam hati berusaha mengingatkan dan  menenangkan diriku
“Eittttt……??!!Heuupppp…..Dukkk……..!!“ aku segera melompat, bersembunyi di balik sebuah pilar beton sambil mengusap-ngusap jidatku yang sempat menyeruduk tembok beton
Detektif Maya mengintip sesosok tubuh gemuk yang tengah menarik pergelangan tangan seorang siswi cantik. Akhirnya kepala sekolah bejat itu kembali beraksi. Setelah membuang ice cream di tanganku aku segera meluncur ke TKP.(sebenarnya sihhhh…, ice creamnya tadi jatuhhh, hu hu huuuuu…T_T) Dengan mengendap-ngendap aku mengekori Pak Dion, aku berusaha mengatur nafasku dan mengatasi ketakutanku, kukerahkan keberanianku dan kuikuti si kepala sekolah bejat naik ke gedung sekolah tua tepat di belakang sekolah kami. Kuintai dan kuekori Pak Dion dari jarak yang aman, telingaku mendengar suara pintu kelas tua yang terbuka dan kemudian tertutup kembali, tampaknya berasal dari ruangan kelas, tepat disamping tangga. Hmmmmmmm ?? karena bekerja sendirian aku membutuhkan motion sensor, otakku berpikir dengan cepat, kuloloskan celana dalamku dan kutaruh di kaki sebuah anak tangga, setelah itu aku kembali mengejar Pak Dion, dengan hati-hati aku mendekati kaca jendela yang sudah pecah , aku mengintip kedalam, kutekan tombol shortcut dihp-ku untuk merekam kebejatan Pak Dion.

“Ayolah Angela sayang, jangan malu-malu begitu… he he…”
“Jangan Pakkkk…sadar…Pakkkk..sadarrr!!” Angela berusaha mengingatkan Pak Dion
“Sadarrr…?? Ha Ha Ha…, Nihhh liattt…., mama kamu begitu liar bercinta dengan Pak Djono, harusnya kamu yang lebih muda lebih liar lagi doonggg, masa kalahhhhh sihhh he he he “ Pak Dion memperlihatkan rekaman di kamera Hpnya, Angela menundukkan kepalanya, ia terisak-isak menangis, kecewa, marah, sedih dan takut bercampur menjadi satu..
“Tidakkk….!! “ Angela menepiskan tangan Pak Dion, Pak Dion terkekeh-kekeh dan menerkam tubuh mulus Angela, nafsu binatangnya memuncak ketika Angela meronta berusaha melepaskan diri.
“PLAKKKKK……. “ dengan berani Angela menampar wajah Pak Dion hingga kepala sekolah bejat itu terhunyung ke belakang, Angela tercekat ketika Pak dion berubah beringas, dan balas menampar wajahnya PLAKKKKKK…satu tamparan keras membuatnya terjatuh ke belakang, pandangannya berkunang-kunang.
“Ahhhh……… Hmmmmppphhhh…“ Pak Dion membungkuk dan merengut pinggang Angela, bibirnya menyekap bibir gadis itu, sudah lama Pak Dion tidak mendapatkan mangsa secantik Angela.
“WHEUUWWWWW!! Brengsek…….PLAKKKK…PLAKKKK..=>>” Pak Dion menjambak rambut Angela dan menamparnya sekali lagi ketika Angela menggigit bibirnya. Pak Dion tampak marah, ditamparnya lagi, lagi dan lagi sampai Angela limbung, tubuh gadis itu merosot lemas. Kepala sekolah bejat itu merengut tubuh Angela yang sudah terkapar tanpa daya.

“Blukkkkk…… “ Pak Dion melemparkan tubuh Angela ke atas kasur busa di sudut ruangan kelas, kepala sekolah bejat itu merangkak bagaikan seekor harimau buas, tubuh gemuk itu meneduhi tubuh Angela yang menangis terisak.
“Ahhhh, Angela, akhirnya Bapak dapat menikmati tubuhmu.. Cupphh Cuuuuuuuppppp….., wangi sekali mmhhh cuppp“ Pak Dion mengendus leher dan mengecupi bibir Angela, kedua tangan si kepala sekolah bejat itu membelit melingkari tubuh muridnya yang cantik. Angela memejamkan matanya rapat-rapat ketika Pak Dion mencumbui batang lehernya sebelah kiri dan sebelah kanan, terkadang murid cantik itu mengerjap-ngerjapkan matanya, sedikit namun pasti Angela mulai menikmati cumbuan-cumbuan Pak Dion yang sudah sangat banyak makan asam garam, Pak Dion begitu Ahli memberikan kenikmatan bagi Angela yang masih hijau, belum berpengalaman dalam bercinta.
“Ohhhhhh…………. “ Angela menatap sayu ketika tangan Pak Dion merayap dan melepaskan kancing baju seragam sekolahnya sebelah atas, kemudian satu lagi…., satu lagii, hingga akhirnya Pak Dion menyibakkan baju seragamnya, ditariknya kedua cup branya hingga gundukan payudara gadis itu melompat keluar dari balik branya, nafas Pak Dion berdengusan keras sebelum akhirnya membenamkan wajahnya pada belahan dada murid cantik itu.
“Aaaaaaaaa….., Pp Pakkkk…., Ohhhhhhh….. “
Pak Dion mengendus-ngendus belahan dada Angela, tangan kepala sekolah bejat itu merayap, menggerayangi bulatan dadanya, diremas-remasnya induk payudara Angela dan dielusnya puncak payudara murid cantik itu yang mendesah-desah menahan rasa nikmat.
“Ha Ha Ha…, Duhhhhh Indahnya, he he he, halussss “

Mata Pak Dion menatap puting Angela yang meruncing, lidahnya terjulur keluar dan slapp..slapppp…slllllppppp…., lidahnya membasuhi puncak payudara Angela, sesekali diemutnya puncak payudara murid cantik itu. Angela mendesah dan merintih, tubuhnya menggelinjang ketika permainan Pak Dion semakin memanas, kepala sekolah bejat itu semakin aktif meremas-remas dan menghisapi payudara Angela, tampaknya Pak Dion benar-benar kehausan, sebenarnya Pak Dion cs merasa agak curiga, belakangan ini pekerjaan Doni sangatlah mengecewakan. Dengan rakus Pak Dion melumati kedua puncak payudara Angela. Angela menahan nafas ketika Pak Dion mengangkangkan kedua kakinya dalam posisi tertekuk mengangkang, murid cantik itu menatap wajah pak Dion yang tersenyum mesum, tangan kepala sekolah bejat itu merayapi pangkal paha Angela yang halus mulus, Angela mendesah-desah pelan ketika tangan Pak Dion menyelinap ke balik celana dalamnya.
“He he he, enak ya??“ Pak Dion terkekeh-kekeh sementara tangannya menggaruki selangkangan Angela, terkadang Pak Dion meremas gemas selangkangan murid cantik itu yang terpejam-pejam keenakan. Angela pasrah ketika Pak Dion menjambret celana dalamnya hingga terobek Bretttt…. Bretttttt……., nafas Pak Dion semakin keras memburu, matanya menatap tajam vagina Angela yang molek..
“Ohhhhhh…….. “ murid cantik itu mendesah panjang ketika Pak Dion mengelus selangkangannya, ada rasa hangat yang menggelitik ketika si kepala sekolah bejat itu mengelusi dan menggerayangi vaginanya, ada rasa geli dan nikmat yang menyiksa ketika jari Pak Dion mengurut-ngurut belahan vaginanya yang semakin becek. Mata Pak Dion merayapi tubuh mulus Angela, murid cantik itu terlihat sensual dengan pakaian dan rok seragamnya yang tersibak menampakkan kemulusan tubuhnya.

“Auhhhhh… Ohhhhhhhhhhhhh!!” tubuh Angela tersentak bagaikan terkena sengatan listrik ketika kepala pak Dion terbenam di selangkangannya, nafas murid cantik itu berdengusan dengan keras, sekeras hembusan-hembusan nafas Pak Dion yang semakin bernafsu mencumbui permukaan vaginanya. Jari Pak Dion menekan belahan vagina Angela hingga merekah, si kepala sekolah bejat tersenyum lebar ketika vagina gadis itu mulai menampakkan keindahan isinya, diendusinya isi vagina Angela yang berwarna merah muda, dihirupnya dalam-dalam aromanya, ada cairan lengket yang semakin banyak membanjiri belahan indah di selangkangan Angela dan Pak Dion menyukai cairan itu.
“Sllllllllcckkk. Ckkkk Slllllllccckkk….. Ck Ckkkk “ mulut Pak Dion berdecakan , batang lidahnya meraih cairan-cairan lengket di selangkangan Angela, sesekali diemut-emutnya belahan vagina Angela untuk mengenyot cairan gurih lengket itu hingga kering, kedua kaki Angela melejang-lejang ketika si kepala sekolah bejat menyantap belahan vaginanya dengan rakus. Lidah Pak Dion terayun menampar-nampar klitoris Angela hingga murid cantik itu tersentak-sentak mengejang didera rasa nikmat. Ujung lidah Pak Dion semakin giat menusuki kelentit Angela. Lidah pak Dion menyapu-nyapu belahan vagina Angela yang masih suci, si kepala sekolah bejat mengecupi vagina itu sebelum disapunya belahannya dengan batang lidahnya yang basah.
“Unnnhhhh…..Crrrr Crrrrrrrrrrr…….ttt….. “ Angela melenguh, nafasnya terputus-putus, Ohhhh, enakkkkkk, begitulah pikiran murid cantik itu, tubuh mulusnya menggelinjang dan menggelepar. Angela merasakan vaginanya berdenyutan ,menyemburkan cairan kenikmatan, yang langsung diseruput hingga habis oleh Pak Dion, si kepala sekolah bejat mengecup kelentitnya. Dengan batang lidah lidah dibilas-bilasnya kelentit Angela, diciumi dan dimainkannya hingga gadis itu puas. Kepala sekolah bejat itu mulai melepaskan pakaiannya sendiri, mulai dari kemeja, kaos oblong, celana panjang dan yang terakhir celana dalamnya yang dekil.

“Ihhhhhhhhh…….. “ Angela buru-buru memalingkan wajahnya ketika sesuatu yang besar dan panjang muncul menampakkan dirinya di selangkangan Pak Dion. Si kepala sekolah bejat hanya tersenyum sambil mengangkangi wajah Angela, kedua tangannya mendekap kepala gadis itu, dipaksanya murid cantik itu untuk menatap batang penisnya. Mata Angela terpejam rapat ketakutan namun di antara rasa takut ada rasa penasaran yang menggedor setiap detak jantungnya, rasa penasaran yang meronta semakin keras dan keras.
Akhirnya Angela memberanikan diri membuka matanya, murid cantik itu terpana menatap penis Pak Dion yang besar dan panjang. Angela membuka mulutnya ketika Pak Dion menjejalkan kepala penisnya dengan paksa  ke dalam rongga mulutnya.
“Ayoo Angela, hisapp…, Ayoooo…. Ahhhhhh… kamu hebat sekali sayang….. terusss , lebih kuat…. Nahhhhhhh….begituu“ Pak Dion mengajari Angela untuk memainkan batang penisnya, pelajaran special dari Pak Dion untuk Angela, muridnya yang cantik jelita. Pelajaran yang berguna di masa depan untuk memuaskan nafsu si kepala sekolah bejat, nafsu akan kenikmatan yang membuat Pak Dion selalu kelaparan dan ketagihan untuk menikmati tubuh mulus murid-muridnya yang cantik.
Pak Dion meletakkan kaki Angela di bahunya, murid cantik itu menggeliat resah ketika merasakan desakan–desakan kuat penis Pak Dion pada belahan vaginanya, sekujur tubuhnya merinding, tubuhnya mengejang merasakan lingkaran otot vaginanya semakin melar dan benda asing yang disebut dengan penis itu mulai masuk perlahan-lahan membelah vaginanya. Pak Dion mengambil ancang-ancang ketika merasakan sesuatu menghalangi penisnya untuk masuk lebih dalam, ia tahu selaput kegadisan Angela-lah yang menahan penisnya untuk masuk lebih dalam…..

“Oawhhhhhhhhhh…………………… ???!!!!!!! “ Angela menjerit keras ketika sesuatu melesat bagaikan anak panah menembus kegadisannya, rasa perih, pedih, dan ngilu terasa begitu menyiksa, nafasnya memburu tidak beraturan, siswi cantik itu mengerang menahan rasa sakit yang tidak terhingga ketika penis Pak Dion merengut keperawanannya, ia merintih-rintih dengan nada memelas, memohon agar pak Dion  menghentikan tusukan-tusukan liarnya.
“Aduhhh.., sakittt…..tt…, sakitttt Pakkkk…, Hentikannnn, aduhhhhh…, tolongggg pakkkkk, HENTIKANNN.. Awwwwwww…sakiiiit” Pak Dion terus menjejalkan batang penisnya dengan susah payah pak Dion menyentak-nyentakkan batang penisnya hingga sesekali penisnya tertekuk ketika berusaha menyelami vagina murid cantik itu. Lingkaran otot Angela tertekan ketika Pak Dion menekankan batang penisnya kuat-kuat, jerih payah pak Dion tidak sia-sia, si kepala sekolah bejat itu tersenyum sambil menekuk wajahnya menatap penisnya yang tertancap sempurna di belahan vagina Angela. Sambil mengelus-ngelus paha Angela Pak Dion mulai memompa belahan vagina muridnya yang cantik.
“ennnhhh.. Ennnhhhhh…. Ennnnhhhhhh….. “ nafas Angela berhembusan ketika penis Pak Dion menusuk-nusuk vaginanya, sakit dan perih menyertai setiap tusukan-tusukan penis Pak Dion yang terlalu besar dan panjang untuk dinikmati oleh Angela, tusukan-tusukan itu terlalu sakit, sakit sekali…
Berkali-kali Pak Dion menusuki belahan vagina Angela yang masih kesulitan menerima tusukan-tusukan penisnya yang besar dan panjang, setelah beberapa saat akhirnya penis Pak Dion agak leluasa memompa vagina Angela karena semakin banyaknya cairan yang bergotong royong melumasi batang penisnya.

“Hssshhhh Emmmhh Ahhhhhh… Ahhhh “ Angela mulai mendesah-desah keenakan ketika rasa pedih dan perih perlahan-lahan memudar, rasa nikmat mulai memanjakan vaginanya yang sedang ditusuk-tusuk oleh penis Pak Dion, murid cantik itu merintih lirih tanpa dapat berbuat banyak, keringatnya mengucur deras ketika penis itu semakin cepat dan kuat memacu vaginanya.
“Ohhhh… Paakkk…, Pakkk Dionnnnn Ahhhhh Crrrrrrrrrr Crrrrrrrr…..”
Pak Dion menghentikan tusukannya agar Angela dapat lebih berkonsentrasi menikmati puncak klimaksnya, cairan vaginanya muncrat berdenyutan, Crut… Cruutttt…., tubuh mulus murid cantik itu menggelinjang keenakan. Pak Dion tersenyum menyaksikan tubuh Angela yang menggeliat menikmati puncak klimaksnya.
“ENAK BUKANNNN ??? NIHHHH…. !!! NIIHHHH…..!! BAPAK TAMBAHINNN…, BIAR ENAKKKK…!!! Pak Dion mencekal pergelangan kaki Angela kemudian mengangkangkannya terbuka mirip huruf “V” yang indah kemudian merojok-rojokkan  batang penisnya dengan kasar, cepat dan kuat.
“Clepppp… Cleppppp… Cleppppppp…..”
Suara terbenamnya Penis pak Dion terdengar semakin keras ketika memacu batang penisnya menyodoki vagina muridnya yang cantik, terkadang pinggul Pak Dion bergerak seperti bermain hulahop, kemudian kembali menyodok-nyodok vagina Angela kembali. Pak Dion terus menggenjot vagina Angela dengan perpaduan antara permainan penis hulahop dan juga sodokan-sodokan kasarnya.
“Ahhhhh… Ahhhhh Aaaaa Aaaaaaaa…. Aaaaaaaaahhhh” Pak Dion tersenyum mesum mendengarkan suara desahan-desahan dan rintihan lirih Angela, kepala sekolah bejat itu semakin rajin menggenjotkan penisnya menyodok-nyodok belahan vagina muridnya yang cantik jelita, terdengar rengekan-rengekan Angela yang mengairahkan ketika ia menyodok-nyodok vaginanya dengan kasar dan liar.

Pak Dion merebahkan tubuhnya yang gemuk itu meneduhi tubuh mulus Angela, kemudian ia menghempas-hempaskan penisnya dan berkutat dengan gaya missionary. Pak Dion terkekeh-kekeh merasakan tubuh mulus Angela yang menggigil di bawah tindihan tubuh gemuknya. Suara kekehan Pak Dion terdengar semakin menjijikkan, di sela suara rintihan-rintihan Angela yang menggairahkan. Nafsunya semakin beringas dan liar, tubuh mulus Angela tampak menggoda, mengintip malu dari pakaian dan rok seragamnya yang tersibak, Pak Dion ingin lebih leluasa menikmati tubuh muridnya yang cantik, dilucutinya pakaian gadis itu hingga tubuh Angela bugil 100%, kini tubuh Angela telanjang bulat dengan sempurna, kepala sekolah bejat itu menarik tubuh Angela untuk berdiri.
“Henhhhhhhh….. “ Angela mendesah ketika Pak Dion memeluk tubuhnya dari belakang, ia mengelus pinggul Angela, kemudian kedua tangannya merayap, mengejar dan mencapit induk susu Angela. Angela merintih nikmat ketika merasakan pak Dion mengecupi bahu dan pundaknya kemudian menggeluti batang lehernya dari samping kiri dan kanan, Pak Dion sangat ahli memilin dan memelintir-melintir puting Angela yang runcing, rasa nikmat semakin hebat merayapi dan menyiksa tubuh mulus gadis itu.
Tangan Pak Dion menarik pinggul Angela hingga berdiri menungging, tubuh mulusnya tersentak ketika Pak Dion menjebloskan batang penisnya menusuk belahan vaginanya dari belakang. Pak Dion membenamkan penisnya hingga selangkangannya beradu dengan buah pantat Angela yang terasa lembut padat.
“Aduhhhh.. Duhhhh.. Ahhhhhhh!!“ tubuh Angela tersungkur-sungkur ketika Pak Dion mulai melakukan gerakan-gerakan memompa yang semakin lama semakin cepat dan kuat.

“Plokkkk… Plokkkk Plokkkkkkk…….”
Sambil menarik-narik pinggul Angela, Pak Dion menusukkan batang penisnya dengan nafsu yang meledak-ledak sampai ke ubun-ubun. Angela mengerang dan merengek keenakan ketika Pak Dion memompa vaginanya, rintihan-rintihan lirihnya semakin lancar terdengar dari bibir murid cantik yang tengah disodok oleh kepala sekolah bejat itu dari belakang. Ia mendesah keras ketika Pak Dion bergerak semakin cepat memompakan batang penisnya menjejali belahan sempit vaginany. Tubuh mulus Angela tersentak maju mundur mengikuti irama tusukan-tusukan Pak dion yang semakin liar, ia meraih kenikmatan demi kenikmatan, penis Pak Dion terus memeras cairan vaginany. Ia merasa setiap tusukan penis itu terasa semakin nikmat dan membuatnya lemas hingga pada suatu saat ketika kenikmatan itu melandanya kembali, kedua lututnya tertekuk lemas, tubuhnya merosot turun…..
“AHHHHHHHHH…. Crrrr Crrrrrrrrrrrrrrrr…… Cruuuutttt…..” Pak Dion mengimbangi tubuh Angela yang merosot turun hingga menungging dengan lemas , Ploooppphh…, suara penis besar itu ketika dibetot dengan kasar oleh pemiliknya keluar dari jepitan vaginanya.
“Ja.. Jaaa. Ngannn… Ohhh Jangannnn Pakkkkk…..”Angela menolak ketika Pak Dion berusaha menyodominya, dengan kasar pria itu mengikat kedua tangan Angela dengan sabuknya yang berwarna hitam, kemudian Pak Dion kembali sibuk berkutat berusaha menyodomi anusnya.
“Owww.., Jangann pakkk…, saya mohonnn, tidakkkk.. Ngheheksss… Heggggggghhhhhhhhh……” Angela mendelik kesakitan ketika kepala penis pak Dion melesat dan menembak lubang anusnya, tubuh mulusnya menggeliat-geliat menahan rasa sakit akibat perbuatan Pak Dion.

“Jaa JAngannnnnnn…..”Angela menjerit ketika merasakan penis Pak Dion semakin menekan dan terus menekan dengan kuat, anusnya serasa melar, panas dan ngilu ketika penis besar itu membongkar otot anusnya dengan paksa.
“Jangan ?? Jangan lupa ditusuk maksudnya ha ha ha ha” Angela memekik keras ketika Pak Dion menghantam-hantamkan batang penisnya, Pak Dion tidak peduli dengan keadaan Angela yang mengerang keras kesakitan, jepitan liang anus gadis itu terlalu nikmat hingga ia merasa sayang jika harus menghentikan perbuatan bejatnya, penisnya yang besar dan panjang menyelami anus Angela sedalam mungkin. Pak Dion terus mendesak-desakkan penisnya walaupun penis besarnya sudah mentok dan masuk seluruhnya terjepit oleh anus gadis itu, buah pantat Angela yang berdesakan dengan selangkangannya rupanya menjadi sensasi tersendiri bagi pak Dion, buah pantat murid cantik itu yang bulat padat terasa begitu lembut dan halus, sedangkan anusnya menggigit kuat-kuat batang penis Pak Dion yang tertancap di duburnya.
“SAkittt… SAkittt Pakkkkk……Arrrrhhh “ Anggela mengerang kesakitan ketika Pak Dion mulai memompa liang anusnya, perih, pedih dan ngilu rasanya ketika penis besar itu menggaruk – garuk dinding anusnya yang kesat kering., sambil membelit pinggang Angela, Pak Dion menjatuhkan dirinya terlentang ke belakang, dengan otomatis Angela harus rela menduduki batang penis Pak Dion..
“OAAAAHHHHH……………….. “Angela membeliak, mulutnya ternganga lebar menahan rasa sakit , batang penis pak Dion yang besar dan panjang terasa menombak liang anusnya yang terasa sesak dipenuhi batang penis si kepala sekolah bejat yang keenakan menyodokkan penisnya ke atas, tubuh mulusnya tersentak dan terlompat – lompat diterjang oleh penis Pak Dion. Gerakan-gerakan penis Pak Dion begitu brutal menyodoki liang  anusnya.

“Ampunnnn Pakkkkk Auhhhhhh!!!“ Angela meringis
Pak Dion menggeliat, bangkit duduk sambil memeluk tubuh Angela dari belakang. Murid cantik itu menduduki penis guru bejatnya, ia berusaha mengatur nafasnya, tubuhnya yang mulus basah tampak indah dilelehi oleh butiran keringat yang melelehi tubuhnya, sambil melepaskan ikatan tangan Angela , Pak Dion berbisik di telinga si cantik itu
”Cobalah untuk menaik turunkan pinggulmu Angela, LAKUKANLAH…, atau bapak akan berbuat lebiiiih kasarr..!! “ ancam pak Dion, kemudian kepala sekolah bejat itu kembali membentaknya…,
“AYO CEPAT LAKUKAN…!!” bentak pak Dion lagi sambil kembali menjatuhkan punggungnya ke belakang..
“Baikk.. ba baikk Pakkk…..” sambil menahan rasa pedih Angela berusaha menaik turunkan anusnya, berkali-kali angela meringis ketika merasakan gesekan yang menyakitkan, sekujur tubuhnya mengejang menahan rasa sakit dan ngilu.
“AYOO… ANGELA…, LEBIH CEPATTT……!!
Angela berusaha setengah mati menahan rasa sakit di anusnya, sementara pinggulnya berusaha naik turun dengan lebih cepat mengikuti perintah pak Dion. Butiran-butiran keringatnya mengucur dengan deras, ia tampak sangat menderita sambil menangis kesakitannya berusaha menaik turunkan pinggulnya, ia mengeluh ketika Pak Dion menyambut gerakan-gerakan pinggul Angela dengan  menghujamkan batang penisnya ke atas, setiap kali pinggul Angela turun ia menyambut dengan menghantamkan penis besarnya ke atas hingga Angela meringis keras kesakitan di sela-sela isak tangisnya., tubuh mulusnya semakin sering terlompat-lompat di atas penis besar Pak Dion yang menghujam, menyodok dengan kuat dan cepat.

Pak Dion tersenyum lebar tubuhnya bangkit duduk, tangan kirinya membelit tubuh mulus Angela sedangkan tangan kanannya bertumpu ke belakang untuk menjaga keseimbangan, isak tangis Angela menjadi bumbu yang lezat ketika kepala sekolah itu menyantap bulat-bulat kehangatan dan kenikmatan tubuh mulusnya. Lelehan cairan kewanitaan Angela bercampur dengan darah keperawanannya meleleh dari belahan vaginanya membasahi penis Pak Dion yang sedang asik menyodomi liang anusnya. Angela meringis dan terisak menangis ketika penis Pak Dion bergerak dengan teratur, ia  merasakan lubang anusnya semakin panas dan perih.
“Ploppppppssshhh….heiiii!!!! “ Pak Dion tampak murka ketika tiba-tiba Angela berontak hingga batang penisnya terlepas dari gigitan liang anus murid cantik itu, Angela buru-buru menerkam Pak Dion dan menyumpal bibir Pak Dion dengan bibirnya. Pak Dion membalas lumatan-lumatan bibir Angela, sementara kedua tangan kepala sekolah bejat itu menggerayangi tubuh mulusnya yang basah dan hangat. Angela naik duduk saling berhadapan wajah dengan Pak Dion, kedua kakinya menjepit tubuh gemuk kepala sekolah bejat itu.
“Emmmhhh… Mmmmmmhhhh… Hhhhhh hhhhhhmmmm “ dari menyumpal kini keadaan mulai berbalik, bibir Pak Dionlah yang menyumpal dan melumati bibir Angela, Angela memeluk kepala Pak Dion yang terbenam di antara belahan payudaranya, terdengar suara kecupan-kecupan keras penuh nafsu ketika Pak Dion mencumbui payudara muridnya yang cantik.
“Ahhhhhh… Aaaaa…….. Aaaaaaa…..aahhhhh” Angela mendesah-desah panjang merasakan jilatan – jilatan lidah, hisapan dan gigitan-gigitan gemas Pak Dion menggeluti payudaranya bergantian, terdengar geraman-geraman gemas Pak Dion yang sedang melampiaskan nafsu bejatnya.
“Ohhhhhhhhhhhhh…. Pakkkkkk…….. “ Angela menekuk wajahnya, ketika Pak Dion menempelkan kepala penisnya pada belahan vaginanya yang merekah menerima batang penis kepala sekolah bejat, Angela merintih sambil menurunkan pinggulnya perlahan-lahan, terus turun dan turun hingga akhirnya penis Pak Dion masuk dengan sempurna membelah vaginanya,

Tidak berapa lama terdengarlah rintihan dan desisan liar Angela ketika hempasan-hempasan vaginanya yang bergerak turun naik disambut oleh sentakan-sentakan penis besar Pak Dion, desah nafas Angela berdengusan semakin keras, demikian juga deru nafas Pak Dion. Tubuh guru bejat dan muridnya yang cantik tampak semakin basah menggairahkan, gerakan-gerakan Angela semakin tidak beraturan, tubuhnya sering menggigil seperti sedang menahan sesuatu. Pak Dion yang sudah berpengalaman tentu sudah sangat mengenal gejala-gejala seperti ini, dirojoknya vagina Angela dengan lebih cepat dan kuat. CLEPP CLEPP CLEPPPP CLEPPPPPP… CLEPPPP.
“Ahhhhh.., Pakkkk… Ahhh Aaa… Crrrrrr Cretttt Creeeetttt….” Tubuh mulus Angela mengejang, cairan vaginanya meledak berdenyutan, tenaganya seolah mengucur habis keluar seiring dengan denyutan puncak klimaksnya. Angela merintih lirih ketika Pak Dion terus menghujani vaginanya dengan sodokan-sodokan penis besarnya yang nikmat.
“Eaahhh…. Ehhhsssshhhhh.. Nnnngggghhhh…” Angela merengek-rengek, nafasnya terengah-engah, sementara tubuh mulusnya tersentak dan terlompat-lompat kuat akibat belahan vaginanya disodok-sodok oleh penis Pak Dion yang besar dan panjang, sambil memeluk tubuh mulusnya, Pak Dion bangkit berdiri.
“Ohhhhh… Ahhhhhhhhhhhhh….. Hsssshhhhhh” Angela mengalungkan kedua tangannya pada leher Pak Dion, sementara kedua kakinya berusaha berkalung di pinggang si kepala sekolah bejat, tubuh mulusnya terayun-ayun, diayunkan oleh penis Pak Dion, semakin keras Angela meringis dan merintih maka semakin kuat dan cepat pula Pak Dion menghujamkan batang penisnya, Angela semakin lama semakin liar, ia menghempaskan vaginanya menyambut tusukan-tusukan Pak dion yang kuat dan cepat, terdengar jeritan-jeritan kecilnya yang semakin liar dan binal.

“Ha Ha Ha…apa Bapak bilanggg, kamu pasti lebih liar dari mamamu…, makin muda makin liarrrrr… nihhhh… bapak kasiiiihhhhh..” ucap Pak Dion melecehkannya namun rupanya Angela sudah dibutakan oleh hawa nafsu sehingga tidak lagi mempedulikan ucapan pak Dion yang merendahkannya. Cukup lama Pak Dion memanjakannya dengan batang penisnya hingga akhirnya ia kembali mengeluh merasakan puncak klimaksnya., belum juga Angela selesai menikmati puncak klimaks, Pak Dion sudah mengaturnya untuk menungging. Pak Dion kembali menjejalkan penisnya kedalam vaginanya dari belakang Plokkkk… plokkkkk… plokkkkk… plokkkkkk….!!!
“AHHHH…!! AHHHHH….!! Aaaaaa!! “
Pak Dion tersenyum mesum mendengar suara merdu dari bibir Angela yang sedang disodok-sodok oleh penisnya dalam posisi doggy style, tubuh mulusnya tersungkur-sungkur dengan hebat ketika si kepala sekolah bejat itu menunggangi bokongnya dan menghantamkan batang penisnya dengan kuat dan cepat, entah kenapa tiba-tiba Pak Dion menghentikan tusukannya kemudian mencabut penisnya. Angela mendesah kecewa, dengan cepat ia mendorong tubuh Pak Dion yang terkekeh keenakan ketika Angela menaiki tubuhnya dan….
“Hmmmpppphhhh…. Akkhhhh Owwwww….., Ahhh PAKKK…” kini Angela tampak rajin menaik turunkan pinggulnya, vaginanya menunggangi penis Pak Dion yang tenggelam keluar masuk jepitan otot vagina murid cantik itu yang memekik keenakan ketika memacu penisnya dengan kencang dan kuat.
“Ouuhhhhh Ahhhhhhh…., Pak Dionnnnn Awwwww…..” Angela menjerit liar sambil menunggangi si kepala sekolah bejat yang berulang kali menyodok-nyodokkan batang penisnya ke atas, tusukan-tusukan Pak Dion begitu prima dan kuat, berkali-kali penis besarnya yang panjang melesat bagaikan anak panah menusuk belahan vaginanya. Kedua tangan Pak Dion mencekal pinggangnya, membantu agar ia bergerak naik-turun dengan lebih cepat.

“Nnggghhh, Ahhh Aduhh Pakkk Ehhhhssshhh…Huunnnhh Ahhh“ wajah Angela terangkat keatas, matanya terpejam-pejam keenakan, desisan-desisan dan erangan kenikmatan terdengar semakin keras dari bibirnya, tubuh mulusnya semakin basah bercucuran keringat, Clepppp…, Clepppp.., Clepppppp, suara terbenamnya batang penis Pak Dion terdengar semakin keras, wajah si kepala sekolah bejat tampak bengis dan gemas ketika menyodokkan batang penisnya, Jrebbb…Jrebbbbb… Jrebbbbbbb, ditusuk-tusuknya belahan vagina Angela yang sempit peret.
“Ha Haaa. ayo Angela.., lebih cepat lagi, HA HA HA HA….” Pak Dion menyemangati Angela.
“Aduhhh.., Aduhhh PAKKK Ohhhhhhhhhh… OHHHHH….”Angela menghempas-hempaskan vaginanya dengan lebih cepat dan kuat, begitu pula Pak Dion yang bersemangat menghentakkan penisnya berulang-ulang menyambut hempasan vaginanya. Payudara Angela yang membuntal melompat-lompat dengan semakin indah, dengan gemas Pak Dion meremasinya.
“Uhhhhhhhhhh…… “ Angela mengeluh ketika Pak Dion membantingkan tubuh mulusnya, Pak Dion menerkam tubuh mulus Angela yang terlentang pasrah, dengan bernafsu Pak Dion mencumbui betang lehernya bagian kiri dan kanan, hingga meninggalkan bekas – bekas kemerahan.
“Unhhhhhh….. “ Angela melenguh ketika Pak Dion meremas kuat induk payudaranya , terdengar desahan Angela ketika lidah Pak Dion melingkari putingnya yang keras meruncing, si kepala sekolah bejat  terkekeh mesum sambil meremasi kedua payudaranya, mulutnya sibuk mengemut-ngemut puncak payudaranya murid cantik itu, yang semakin membuntal padat..
“He he he.., Bleeessshhhhh…. “ Pak Dion mengangkangkan kedua kaki Angela dengan satu tusukan yang kuat pak Dion membenamkan batang penisnya pada belahan vaginanya yang sudah becek dan memar kemerahan, tubuh mulus Angela kembali terguncang dengan hebat disodok-sodok batang penis Pak Dion.

“Ennnnnhhh… Ouhhhh Pakkkk… Hssshhhh Ahhhh, unnnhhhh “ Angela mengangkat-angkat  pinggulnya keatas  menyambut tusukan-tusukan batang penis Pak Dion. JREBBB… JREBBBBB.., batang penis Pak Dion menghantam belahan vagina Angela..
“Sini Angela, Bapak ajarkan gaya standing doggy style….” Pak Dion membalikkan tubuh Angela, kedua tangan Angela bertumpu pada sudut ruangan, sementara punggungnya merendah dan pinggulnya terangkat naik sesuai dengan perintah Pak Dion.
“Ahhhhhhhhhhhh…….. “ Angela mendesah panjang ketika tangan Pak Dion menekan buah pantatnya, sikepala sekolah bejat menempelkan kepala penisnya tepat di depan pintu masuk anusnya.
“Accchhhh…, Pedih pakkk, sakit…. ahhh….”
“Rileks Angela, semakin ditahan semakin sakit rasanya karena otot anus kamu menyempit” Pak Dion mengajari Angela, Angela mengatur nafas sambil berusaha merilekskan anusnya, wajahnya semakin merah padam ketika penis besar pak Dion meluncur semakin dalam berkelana ke dalam duburnya.
“Nahhhh…, masuk semuanya, Ohhhhh, susu kamu halus sekali Angela” tangan Pak Dion mendekap gundukan susu Angela, kemudian sambil memompakan batang penisnya si kepala sekolah bejat itu mencubit dan menarik-narik puting Angela yang semakin keras meruncing..
“Auhhhh Plokkkk… Plokkkkk Aaaaa…Plokkkkkkkk“ suara Angela yang menggairahkan terdengar disela-sela suara selangkangan dan penis Pak Dion yang sedang bergerak dengan cepat menumbuki buah pantat Angela yang bulat padat. Angela merintih kecil ketika merasakan remasan-remasan tangan Pak Dion yang sedang meremas-remas payudaranya, cukup lama pria itu menusuki anus dan kemudian beralih pada liang vaginanya.

“Ohhhhh…. Pak Dionnnnn……” Angela mengalungkan kedua tangannya pada leher Pak Dion sambil mengangkangkan kedua kakinya ketika penis pak Dion menusuki vaginanya, kini ia bergerak seirama dengan penis pak Dion, jika pak Dion menarik penisnya maka ia juga menarik vaginanya, jika Pak Dion menusukkan batang penisnya maka Angela juga menghempaskan vaginanya sehingga alat kelamin guru dan murid itu beradu dengan keras.
“Ohhhh Pakkk Dionnnnn…, Emmmmhhh Heennkkkkss Ahhhh”
“Ohhh Angela, kamu pintar sekali manis…. He he he”
Tengah sibuk-sibuknya aku merekam kebejatan Pak Dion….., telinggaku mendengar suara gelak tawa…seseorang, suara Pak Dede….,rupanya motion sensor ala MAYA membuahkan hasil yang gemilang (MAYA underwear powerrr!!)
“HA HA HA………. …snifffhhh.. snifffff” suara kekehan mesum Pak Dede terdengar menjijikkan
Kulepaskan sepatuku dan kujinjing, dengan mengerahkan kemampuanku dalam meringankan tubuh, aku menghindar, berjingjit menjauhi arena TKP (he he he he he he…, aku berhasil merekam aksi sikepala sekolah bejat, lariiiiiiii dulu Ahh….ngacirrr……,^_^), Eiiitttt Ckkkkiiiiieetttttttt! aku mengerem langkah kakiku.
Glekkkkkkk ?? Celaka……, Ohhhhh, Aku mendengar suara langkah-langkah kaki yang terburu-buru, menaiki sisi anak tangga yang lain. Aku terkepung…. Whuaaaaaaa..!!!!, aku melangkah mundur ketakutan.
“BUKKKKKK…..??!!” tiba-tiba seseorang memukul tengkukku dari arah belakang, pandanganku mendadak gelap, seseorang memanggul tubuh Maya yang terkulai lemas, masuk ke dalam sebuah ruangan, pintu kelas itu tertutup dengan perlahan, terdengar suara clik tanda pintu itu dikunci dari dalam.

WADUHHHH…..
Siapakan orang itu ??
Friend or foe……???
Karena Maya-nya dibuat pingsan oleh seseorang
**************** 

SCHOOLGIRL 12
**************************************
“Ohhhhhhh!!!“ aku mendesah panjang sambil menggeleng-gelengkan kepalaku, uh, tengkuk-ku rasanya nyeri dan pegal, pandanganku masih agak kabur disertai kerlip-kerlip bintang yang mengelilingi kepalaku, kukedip-kedipkan mataku, HAAAA?? siapa tuchhh?? WHUAAAAA?? Pak Dionnnnn ???!! Waaakkkkssss…..!! ada Pak Djono Juga….!! Pak Djono tengah mengotak-atik Hp-ku, kemudian ia memperlihatkan sebuah rekaman di-hape-ku kepada Pak Dion.
“Hmmmmm….pantas!! pantas saja kerja Doni belakangan ini sangat tidak memuaskan…rupa-rupanya ia berkolaborasi dengan Pak Romi merebut jatah kita…” kening Pak Dion berkerut membentuk angka 11, wajahnya tampak masam.
“Kita harus memberi mereka pelajaran….., HARUS Pak HARUSSSS…!! “ Pak Djono mengepalkan tangannya karena merasa kesal setelah melihat video tersebut.
“Oooo pasti Pak Djono…, saya akan mengambil tindakan tegas atas perbuatan mereka yang sudah berani melanggar wilayah kita berempat…, SAYA AKAN MENGHUKUM MEREKA..BERDUA..!!! Pak Djono sudah memanggil mereka berdua bukan?? “wajah Pak Dion tampak semakin beringas mimik wajahnya amat menakutkan.
“Oooo…sudah Pak Dion, sudah saya sms…….!saya sudah suruh mereka kemari..! Nah, sepertinya itu mereka datang!!“ Pak Djono berkata setengah berbisik ketika mendengar suara pintu diketuk oleh seseorang.
“MASUKKK!!! “Pak Dion berteriak keras.
“Selamat siang Pak Dion., wahhh, asikk punya nehh” Doni mendelikkan matanya menatapku dan ketiga teman-temanku yang tengah terikat tak berdaya.

“WAduhhhhh…, pantesan Bapak mengundang saya, ternyata Pak Dion mendapatkan mangsa baru ya….Ck Ck Ckkkk, pesta besar kita hari ini” mata Pak Romi berbinar-binar bergantian merayapi tubuh kami berempat.
“He he he, begini, saya ingin meminta meminta bantuan kalian berdua, tolong saya untuk mengambil paket kiriman di jalan XXX, hati-hati jangan sampai ketahuan siapa-siapa, paket ini amat penting bagi saya!” Pak Dion tersenyum sambil bergantian menatap Doni dan Pak Romi, dua orang yang berdiri dihadapannya ternyata musuh dalam selimut, duri dalam daging yang harus segera dicabut dan dimusnahkan, begitulah pikiran Pak Dion.

“Baikk. Pakkkk….pokoknya pasti beressssss, tapi jangan lupa ya pakkkkk…, bagi-bagiii“ Doni tersenyum dengan polos, sementara Pak Romi tersenyum dengan bangga , ia merasa hanya dirinya dan Doni-lah yang dipercaya oleh Pak Dion,
Pak Dion mendengus sambil memandangi punggung Pak Romi dan Doni yang menjauh darinya, setelah Pak Romi dan Doni menghilang dari pandangannya, si kepala sekolah bejat menghubungi seseorang dengan telepon genggamnya.
“Haloooo…., tolong bantu saya untuk mengurus Pak Romi dan Doni…, ya mereka sedang menuju ke jalan XXX“ Pak Dion menghubungi salah seorang koleganya,
Aku yakin sesuatu yang buruk akan menimpa diri Pak Romi dan Doni, sementara Pak Djono tersenyum-senyum senang sambil menatapku dengan tatapan matanya yang mesum. Kurapatkan kedua kakiku ketika mata Pak Djono melirik ke bagian bawah tubuhku.


Farida
Eee.. Ehhhh, suara-suara apa itu ya? aku memasang kedua telingaku baik-baik ketika mendengar suara bentakan Pak Dede dan Pak Ahmad dari arah luar kelas, tampaknya mereka berdua tengah menghardik seseorang yang menjerit kecil ketakutan.
“Brakkkkk…Awww!!“ Pak Dede dan Pak Ahmad mendorong tiga orang siswi berseragam putih abu-abu yang sudah sangat kukenal..
“Mayaaaa?!” ketiga sahabatku berseru terkejut setengah mati, menyaksikan aku yang sudah terikat tanpa daya di sebuah kursi.
“Farida ?? REiiii ? Viiii?“ Aku juga ikut terkejut setengah mati, waduhhhh…tamat sudah nasib kami berempat. Pak Dede, Pak Ahmad, dan Pak Djono mengikat Vivi, Reina dan Farida masing-masing pada tiga buah bangku yang dijajarkan di samping kiriku.
Setelah mengikat ketiga sahabatku mereka menghampiri Pak Dion yang tengah bersandar di dekat jendela, mereka berempat tampaknya tengah membahas sesuatu. Tampaknya mereka tengah membahas penghianatan yang dilakukan oleh Pak Romi dan Doni.
“Brengsek Si-Doni kalau saja Pak Agung tidak dipindah tugaskan ke sekolah lain, saya akan minta agar Pak Agung mencekik si-Doni sampai mampus!!” Pak Dede mengutuk penghianatan yang dilakukan oleh Pak Romi dan Doni.
“Emang betul itu Pak Ahmad..!! apalagi Pak Romi, tua-tua keladi, makin tua makin menjadi” Pak Ahmad ikut mengumpat kesal.
“Ho-oh, ngak tau diri…, dasar bejat!!” Pak Djono mengumpat.
“REiiii , Vivi, Faaaaa… ? kalian koq bisa ketangkap sich??“ aku menolehkan wajahku ke kiri sambil menatap ketiga sahabatku.

“Iya nich Mayyyy…kami bertiga kepergok sedang umhh, emmm Andraaaa….. ehhhh “ Reina tampak kesal, bibirnya meruncing, ia tidak jadi untuk melanjutkan kata-katanya, ia terlihat serba salah ketika hendak menjelaskan sesuatu.
“Hahh ? kepergok ? emang kalian lagi ngapain?“ aku bertanya dengan nada menyelidik, Reina hanya tersenyum pahit sambil menekuk wajahnya yang bersemu merah.
“kalau saja Riska nggak keburu pindah ke kota lain karena ikut dengan kedua orang tuanya yang dipindah tugaskan, aku adu-in dia sama Riska biar si-Andra dihajar…., huuuhh…sebelll” Vivi tampak kecewa dengan sikap Andra yang tidak setia kawan, si pegulat tangguh meninggalkan teman-temannya disaat – saat yang paling kritis.
“Iya nihhhh…badan doang yang gede….pengecut“ Farida menggerutu panjang lebar,ia mengumpat karena kesal,
“Ha ha ha ha, jadi berdasarkan hasil undian, saya yang berhak untuk memilih terlebih dahulu…Emmm siapa yaaa, ahhh kamu saja yaaaa he he he he he“ aku menolehkan wajahku ke arah gerobolan Pak Dion cs ketika mendengar suara tawa Pak Djono yang tertawa senang, ia memilihku, aku bergidik ngeri ketika Pak Djono menghampiriku  ia tersenyum-senyum mesum sambil berlutut di hadapanku, kedua tangannya menyambar pergelangan kedua kakiku..
“Ehhh.. Ehhhh… “Aku melejang-lejangkan kedua kakiku, aduh… Pak Djono berlutut sambil menangkap kedua pergelangan kakiku. Kusentakkan kaki kiriku hingga terlepas dari cekalan tangannya, Hiattttt…… Bukkkk…dengan secepat kilat kutendang dada Pak Djono hingga ia terpelanting kebelakang.

“He he he… tenagamu kuat juga manisss… “sambil mengusap-ngusap dadanya yang kutendang, aku merinding mendengar suara kekehan Pak Djono yang menghampiriku dari arah samping, aku berusaha untuk kembali menendangnya namun sulit karena posisinya kini berada di samping tubuhku., sementara Vivi, Farida dan Reina memaki-maki Pak Djono yang tengah memeluk tubuhku.
“Ihhhhhhhh…..Cuppphhh.. cupphhh “ Aku memalingkan wajahku ketika ia berusaha untuk mencium bibirku, ahhhh…, ternyata Pak Djono malah mengalihkan serangannya menggeluti batang leherku, hsshhhhh, aku sedikit mendesis menahan rasa geli ketika bibir Pak Djono melumati batang leherku, batang lidahnya yang hangat menggelitik  dan mengulas-ngulas rahang dan daguku, sementara tangan kanannya menjambak rambutku hingga wajahku terangkat ke atas.
“Hemmmmm Mmmhhhhppppp…mmmmmphhh” Pak Djono mencaplok bibirku, ia tampak begitu lahap melumat dan terus melumat bibirku yang terkatup rapat, batang lidahnya terjulur keluar kemudian menjilati sela-sela bibirku, tangan kirinya meremas buah susuku seolah-olah ia ingin memecahkan buah apel,
“sakitt!! Sakittttt.!!Awwwww..,Ahhhhhhhhh…Emhhhh Mmmmhhhh….” mulutku yang ternganga kesakitan dimanfaatkan Pak Djono dengan mencelupkan batang lidahnya kedalam mulutku, nafasku terasa sesak ketika ia semakin bernafsu menghisap-hisap bibirku.
Unnnhhhhh….!!Breeekkk Awwww… Awwwwww…Brekkkkk…!!“ kedua tangan Pak Djono mencekal kerah bajuku di sebelah depan  kemudian tangannya bergerak kasar menghentak-hentak ke arah yang berlawanan, hingga satu persatu kancing bajuku seragamku berhamburan.

Kedua mataku terasa panas, air mataku meleleh ketika tangan Pak Djono merogoh buah dadaku, dengan kasar tangannya meremas-remas susu kiriku.
“uhh” aku mengeluh ketika tangan Pak Djono menarik cup bra kiriku ke bawah, kemudian tangan guru bejat itu mengusap bulatan payudaraku
“Aduhhhh….. mulusnya, lembuttt…lembut sekali” Pak Djono menundukkan kepalanya, sementara Pak Dion,  Pak Dede dan Pak Ahmad mulai mengelilingku, mereka memberikan semangat pada Pak Djono sambil menontonku yang tengah mendesis menahan rasa geli di puncak payudaraku sebelah kiri.
“Ayooo…, Pak Djono terusssss….hisappp!” Pak Dede melolot menatap susuku yang tengah dihisap-hisap oleh Pak Djono.
“Wahhh ,Gileeee!!Pak Djono…, saya ikutan ya…, sampe ngiler nich “ Pak Ahmad menyeka air liurnya yang menetes dari sudut bibirnya.
“Ohhh bolehhh silahkan Pak Ahmad, silahkan, kita nyusu bareng disusu-nya Maya he he he he” Pak Djono menarik cup braku sebelah kanan, kini payudaraku dihisapi oleh Pak Djono dan Pak Ahmad, sementara tangan mereka bermain-main mengelus – ngelus permukaan pahaku.
“Ahhh ahhhhhhhh… aaaaaaaa…….”aku mendesah keras kegelian ketika hampir bersamaan mulut Pak Djono dan Pak Ahmad mencapluk puncak payudaraku, tubuhku sampai bergetar hebat merasakan kemutan-kemutan mulut mereka yang sedang menghisap puting susu-ku.
Setelah melepaskan pakaian yang membalut tubuh gembrotnya, dengan hanya mengenakan celana dalam Pak Dion menghampiriku, si keparat itu bersujud kemudian menyibakkan rok seragamku ke atas, kurapatkan kedua kakiku rapat-rapat ketika tangan si kepala sekolah bejat mengelusi permukaan pahaku,

“aduhhh” aku menjerit kecil ketika kedua tangannya mengangkangkan kedua pahaku dengan paksa, belum juga hilang rasa takutku, kepala pak Dion menungkik sehingga ia mencaplok bibir vaginaku, mulutnya menciumi dan melumat-lumat vaginaku dengan bernafsu, kulejang-lejangkan kedua kakiku agar tungkai kaki-ku terlepas dari cekalan tangan Pak Dion.
“AWWWW….. aduh-duh AMPUN PAK AMPUNN…” aku menjerit-jerit kesakitan merasakan gigitan-gigitan pak Dion di selangkanganku.
“MAKA-NYA, DIAM..KAMU!! NGGAK USAH MERONTA-RONTA BEGITU..! KAYA MAU DIAPA-IN AJA!!“
Aku terpaksa mengangkang pasrah ketika jemari Pak Dion menjamah bukit mungil yang terbelah di selangkanganku, jemari kepala sekolah bejat itu bergerak-gerak seperti gelombang menguruti dan mengelus-ngelus permukaan vaginaku, sesekali jari tengahnya bermain menggesek-gesek belahan vaginaku hingga tubuhku menggelinjang dan tersentak kegelian.
“Ahhhh!” mataku melotot menatap sebatang penis milik Pak Dion ketika kepala sekolah bejat ini menarik benda terlarang itu keluar dari “sarang-nya”, jantungku berdetak keras ketika benda panjang itu ditempelkan oleh Pak Dion di permukaan vaginaku, ia seolah sedang mengukur sampai dimana benda itu akan masuk jika dicelupkan ke dalam jepitan vaginaku, aku menggeser-geserkan pinggulku berusaha agar benda itu kesulitan menerobos cepitan vaginaku. Pada saat-saat yang kritis pintu kelas itu mendadak terbuka dari luar kemudian beberapa buah kaleng dilemparkan dari luar, terdengar bunyi berkelontrangan disertai mengepulnya asap tipis yang memabukkan.

“uhukksss, uhukkk.. uhukkk ngehhhhhh…brukk.. Brukk.. Bukkk.. Bukk Bukkk…”setelah terbatuk-batuk beberapa saat, tanpa sempat ber-ba-bi-bu satu persatu Pak Dion, Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono  roboh tak sadarkan diri, aku mencoba mengangkat wajahku pandangan mataku semakin kabur, aku mencoba melirikkan ekor mataku ketika mendengar suara keluhan dari bibir Vivi, Farida dan Reina, kedua mataku terasa semakin berat, pusing bercampur ngantuk, Zzzzzz…Zzzzzz…ZZZzz.
Beberapa saat kemudian seorang berpakaian seragam putih abu-abu menerobos ruangan itu, ia memunguti kaleng-kaleng yang masih mengeluarkan asap itu dan memasukkannya kedalam kantung plastik sementara yang seorang lainnya membuka jendela kelas lebar-lebar. Wajah mereka masing-masing tertutup oleh sebuah masker gas, setelah asap yang memabukkan itu menghilang, seseorang bertubuh gemuk membuka masker wajahnya dan orang itu adalah…..ANDRA…!
Seseorang yang bertubuh kekar berotot melangkah santai menghampiri Andra dan menepuk bahu si pegulat tangguh dari samping, sebuah senyuman penuh arti mengembang di wajahnya, seseorang yang sempat menghilang beberapa saat yang lalu, siapakah orang itu ?
ASTAGA…!! Orang itu  adalah Pak Agung, sinar matanya kini tampak buas, liar, berbeda sekali dengan tatapan matanya yang dulu, si guru tua berotot kekar mengatur posisi seorang kepala sekolah dan ketiga orang guru mesum yang kini terkulai tanpa daya. Andra segera bergerak , ikut membantu pak Agung untuk mengatur posisi Pak Dion, Pak Djono, Pak Dede dan Pak Ahmad seolah-olah mereka sedang mengadakan pesta gay di ruangan kelas itu, berbagai macam pose XXX pun diambil, ada yang saling berpelukan, menungging, ditindih dari belakang, posisi 6-9.  Wah…pokoknya habis-lah sudah keempat guru bejat itu dijepret dari berbagai sudut oleh sebuah kamera merek Sony ditangan Andra.

“Andra!“ Pak Agung memanggil si pegulat tangguh yang tengah terbengong-bengong.sambil memegang camera-nya.
“Eh-uh, Iya Pak….. “sambil menyahut Andra menolehkan wajahnya kearah sang guru yang tersenyum sambil bertanya dengan santai.
“Gimana ujian-nya sukses ??“
“Sukses Pakk…., makasih…..”
“Sesukses hasil kita hari ini…?? Ha Ha Ha Ha”
“Ah. Bapak bisa ajah deh…, he he he he he….”
“Mari kita pindahkan teman-teman kamu yang cantik ini….”
Tanpa banyak bertanya Andra mengikuti jejak Pak Agung memanggul tubuh kedua orang temannya yang cantik dibahu kanan dan kiri, Andra dan Pak Agung memindahkan Maya, Vivi, Reina dan Farida ke dalam sebuah mobil Toyota Avanza berwarna silver metalik, lapisan kaca film berwarna hitam yang melapisi kaca mobil menyamarkan keadaan di dalam mobil yang sudah terisi oleh empat orang gadis cantik berseragam putih abu-abu, tidak berapa lama sebuah mobil meluncur keluar melewati gerbang sekolahan itu. Andra tersenyum senang sambil sesekali menolehkan kepalanya ke arah belakang, Andra mengirimkan ams kepada orang tua Reina, Vivi, Farida dan Maya, masing-masing satu dari HaPe keempat orang teman-temanna yang cantik..
“Mah, Reina  jadi jalan-jalan ke Bali ya, mumpung liburan sekolah, he he”
“Mah, Vivi jadi jalan-jalan ke Bali ya, mumpung liburan sekolah, he he he, ”
“Mah, Maya jadi jalan-jalan ke Bali ya, mumpung liburan sekolah, he he
“Mah, Farida jadi jalan-jalan ke Bali ya, mumpung liburan sekolah, he he”
 Si pegulat tangguh menyabotase rencana 4 sekawan yang hendak berlibur. Sebuah senyuman membentang di wajahnya ketika mendapatkan empat buah SMS balasan yang mengijinkan keempat siswi cantik itu untuk berlibur sesuai dengan rencana mereka di bulan Juli 2009.
“Gimana?? “Pak Agung bertanya sambil mengusap  air liurnya yang membasahi sudut bibirnya (Re: Wadowwhhhhhhhhhhh…Pak Agung ngecesssss…)
“beressss…hehehehe” Andra menjawab dengan singkat sambil menyandarkan punggungnya ke belakang. Ia membuka lembaran raport-nya, sebuah senyum mengembang di wajahnya.
“Masih lama nih Pak??“ Andra bertanya dengan tidak sabaran setelah mobil yang ditumpanginya melaju selama kurang lebih 1.5 jam lamanya, dari balik kaca mobil ia melayangkan pandangannya memperhatikan jalanan sepi yang tampak panjang berkerikil.
“Tuchhh he he he…… “ jari telunjuk PakAgung mengarah ke suatu titik.
“Hmmmmmm he he he he he “ Andra memincingkan matanya kemudian terkekeh senang, mobil yang ditumpanginya terus merayap naik melaju menuju ke sebuah bungalow mewah di kejauhan. Jantung Andra berdetak semakin kencang ketika mobil Avanza milik Pak Agung berhenti di depan halaman bungalow berlapiskan tanaman rumput yang hijau segar, Brrrmmm Brrmmmmmm….., rrrmmmmmmmm, Pak Agung dan Andra memandang dan memperhatikan keadaan sekeliling yang sepi, kondisi yang cocok untuk menjalan-kan nafsu bejat mereka terhadap keempat orang siswi cantik keturunan Chinese yang kini tengah terbius tanpa daya.

“Nahh Andra sekarang kita bawa mereka masuk ke dalam untuk beristirahat, tampaknya teman-teman kamu yang cantik jelita sudah kelelahan sehabis menempuh perjalanan yang cukup panjang ini”
“he he he he he….” Si guru bejat terkekeh-kekek ketika Andra berkelakar pak Agung yang tengah berusaha memanggul tubuh Reina dan Vivi di bahu kanan dan bahu kirinya, tanpa membuang –buang waktu Andra segera memanggul tubuh Maya dan Farida. Ia mengikuti Pak Agung ke dalam sebuah kamar dan membaringkan tubuh Maya dan Farida di samping tubuh Reina dan Vivi, kedua tangan Vivi, Farida, Maya dan Reina terikat ke belakang, dengan santai Pak Agung dan Andra masuk ke kamar mandi yang letaknya bersebelahan di luar kamar itu, tidak berapa lama terdengarlah suara kucuran air shower membersihkan dan menyegarkan tubuh seorang guru tua cerdik dan seorang penghianat bertubuh tambun.

**************************
15 menit kemudian…
The Resort


Pak Agung dan Andra keluar dari dalam kamar mandi dan melangkah menuju kamar dengan hanya berbalutkan selembar kain handuk yang melilit dipinggang mereka masing-masing, sesuatu membuat kain handuk itu menggembung ke depan. Andra mendekati Pak Agung yang tengah menulis nama keempat siswi cantik yang tengah terkulai lemas tanpa daya, kening Andra berkerut ketika Pak Agung melinting nama keempat orang temannya yang cantik dan memasukkan nama mereka ke dalam sebuah gelas.
“Kita undi, siapa-kah di antara Vivi, Maya, Farida dan Reina yang lebih beruntung malam ini” tangan Pak Agung mengocok-ngocok gelas di tangannya hingga sebuah lintingan kertas terlempar keluar dari dalam gelas itu.
“Hemmmmmm ??!! wah-wah, Pak Agung mirip God of Gambler dech” Andra memungut sebuah lintingan kertas yang terlempar keluar dari dalam gelas ketika Pak Agung mengocok-ngocok gelas di tangannya, dengan berdebar-debar Pak Agung dan Andra membuka lintingan kertas bertuliskan nama seseorang.
“Weeehhh…. Farida PAkkkkk….!! “Andra berteriak keras
“Ha HA HA HA, kita bawa keluar, kita nikmati bareng-bareng…, kamu belum pernah merasakan sensasi seks outdoor bukan??“ Pak Agung tertawa senang sambil membopong tubuh Farida keluar dari dalam kamar, setelah mengikat kaki ketiga orang temannya si penghianat berlari kecil  mengejar pak guru tua mesum yang berotot kekar.

Sore hari itu bukan  main indahnya, matahari memuntahkan sinar-nya yang berwarna kuning keemasan kepermukaan bumi. Cahaya matahari sore terkikis oleh daun dan ranting pepohonan yang rimbun, suasana sore hari yang tenang tiba-tiba terusik oleh gerak-gerik seorang guru tua dan seorang muridnya, sang guru mendudukkan Farida di atas sebuah kursi yang terbuat dari rotan, dengan bantuan Andra, si penghianat, Pak Agung mengikat kedua tangan gadis itu pada lengan kursi dan mengikat kedua kaki mulus Farida mengangkang pada kaki kursi rotan itu. Cuping hidung Andra dan cuping  hidung Pak Agung kembang kempis mengendus aroma harum tubuh seorang perawan cantik keturunan Chinese yang terikat tanpa daya, satu persatu kancing baju seragam Farida terlepas dipreteli bergantian oleh tangan jahil seorang guru tua dan seorang muridnya yang bertubuh gembrot. Hampir bersamaan Pak Agung dan Andra menyibakkan baju seragam Farida dan hampir bersamaan pula mata mereka membelak menyaksikan kemolekan tubuh Farida., dengan gemas Pak Agung menciumi dan mengulum bibir siswi cantik itu, sementara tangan Andra menyelinap masuk kebalik bra putih Farida, tangannya bergerilya di balik bra Farida, meremas, mengelus dan memilin-milin putting Farida.
“Emmmhhhhh…“ lama-kelamaan Farida mulai terusik dari tidurnya, kepalanya masih terasa pusing, matanya masih terasa berat terpejam rapat, rasa geli semakin lama semakin mengganggu-nya dan merangsang kesadarannya agar segera kembali pulih.
“Uh-emh, Haaahhhh.. Owwwww…..!!! “ Farida terkejut setengah mati menyadari keadaan dirinya, tangan-tangan nakal merayapi bebukitan dadanya hingga menimbulkan rasa geli-geli nikmat yang merangsang.

“Ah??! Andra  Eh-eh Pakkkk….., apa-apaan ini..!!!, lepaskan aku, Andra lepaskannnn…Mmmmhhhh…Mmmhhhhh…LEPASKANNN!! Hemhhhh…mmmhhh“ bergantian Andra dan Pak Agung menyumpal bibir mungil Farida yang tengah berteriak-teriak antara takut dan marah, semakin keras Farida berteriak-teriak maka semakin rakus pula Pak Agung dan Andra mengulum dan melumat bibir gadis itu hingga Farida akhirnya terengah kehabisan nafas dan berhenti berteriak-teriak, perasaan terangsang mulai menundukkan kemarahan dan rasa takut Farida. Matanya yang sipit tampak sayu ketika Pak Agung menarik kedua cup branya ke bawah, sepasang bukit kembar yang putih dan indah membongkah padat dihiasi sepasang putik yang mengeras berwarna pink kemerahan.
“Oh-Ahhhhhhhh…….hssshhh… ahhhhhhh “ terdengar suara desahan dan desisan yang saling menyahut dari bibir Farida ketika Pak Agung dan Andra meremasi buah susunya , tubuh moleknya menggeliat-geliat kegelian menerima rangsangan dari si pegulat tangguh dan si guru mesum yang tersenyum mesum sambil terus mempermainkan buah susu dan pentil susu Farida.
“Oh-Ohhhhhh… Enh-enh, “ tubuh molek Farida tersentak ketika kepala pak Agung mendarat dan mencaplok puncak buah dadanya sebelah kanan, belum sempat Farida mengendalikan dirinya tiba-tiba Andra turut mencaplok puncak payudaranya sebelah kiri. Nyoot…. Nyoottt… Cpokk. Nyootttttt……… Cpokk NYOOTT….!!
“Hnnnhhh…ahhhh, ennnhhhh…owwwww, Hssshhh Hssshhh!” suara rintihan-rintihan kecil mulai menghiasi desahan dan desisan Farida, entah yang mana di antara suara-suara itu yang lebih indah dan menggairahkan, kesemuanya memiliki kemerduan khas tersendiri.

“Haaaa-AHHHHHH…?? !! Bretttt!!!“ Farida terkejut setengah mati ketika Pak Agung menjambret celana dalamnya sampai sobek, sebuah senyuman mengembang dibibir Pak Agung, tangannya terulur merayapi permukaan vagina Farida, sesekali si guru mesum mencubit bibir vagina muridnya yang terikat terkangkang tanpa daya.
Desahan demi desahan terdengar dari bibir Farida ketika tangan si guru mesum meremasi wilayahnya yang paling intim, ia menolehkan wajahnya kearah Andra ketika merasakan seseorang membelai rambutnya yang indah, bibirnya yang mungil menyambut ciuman-ciuman si pegulat tangguh. Andra semakin lahap menyantap bibir Farida, sementara tangannya mengelus dan meremas bongkahan buah dada sahabatnya yang cantik.
“Aww..!! “ satu pekikan keras mengusik keheningan di sore hari yang indah itu ketika seorang guru dengan tega menyantap dan melahap vagina muridnya yang cantik, mata sipit Farida terpejam-pejam keenakan merasakan jilatan-jilatan lidah Pak Agung yang begitu rakus menjilati bibir vaginanya, sesekali batang lidah pak agung menekan menyelinap diantara cepitan vagina Farida kemudian menggeliat-geliat menggaruki liang kewanitaannya yang harum.
“Slccckk.. Ckkk… Sllllcckkkk… Ck Ckkk….” suara jilatan dan berdecakan terdengar  semakin keras ketika si guru mesum semakin rakus dan bernafsu menjilati belahan vagina Farida yang basah becek.
“Emmmmuuuhhh Cpokkk…Crrrr…” Farida menarik bibirnya dari bibir Andra, wajahnya yang cantik tampak renyah, tubuhnya yang putih mulus mengejang sesaat kemudian tergolek dengan desahan-desahan nafasnya yang memburu kencang, butiran-butiran keringat melelehi tubuhnya yang mulus.

“Ihhhhh…..!! “ Sepasang mata Farida yang sipit tiba-tiba membeliak ketika Pak Agung melepaskan kain handuk yang melilit ditubuhnya yang kekar dan berotot, sebuah benda yang panjang besar teracung dengan mengerikan diselangkangan Pak Agung, Farida meringis ngeri menatap ukuran dan panjang batang penis si guru bejat.
“Hssshhh.. uhhhh…. Mmmmhhhh….. “ kedua mata Farida yang sipit terpejam-pejam ketika kepala penis Pak Agung mengucek-ngucek dan mencongkel-congkel belahan bibir vaginanya, kepala penis si guru bejat tampak mengkilap dibasuh oleh cairan kewanitaan Farida., sesekali tubuh mulusnya menggigil nikmat merasakan pergesekan-pergesekan nikmat yang terlarang, pergesekan taboo antara belahan vagina seorang perawan dengan penis seorang guru bejat yang haus akan kenikmatan.
“Jjj…JANGANN…aaaaaaaaa….Oh tidak, auhhh” FArida menggeserkan pinggulnya hingga kepala penis pak Agung terpeleset, dengan memelas ia memohon kepada Andra dan Pak Agung.
“toolooong Pakkk lepaskan saya…nggak mauuuu…!! Andraaaa!! Lepas-innnn…!!!” Farida menangis ketakutan sementara Pak Agung dan Andra malah tertawa-tawa senang, malah mereka semakin terangsang ketika mendengar isak tangis Farida yang putus asa dan ketakutan.
Kedua tangan Pak Agung mencekal pinggul Farida hingga gerakan pinggul siswi cantik itu semakin terbatas sementara kepala penisnya kembali bergerak menekan-nekan belahan bibir vagina Farida, kepala penis Pak Agung berjuang setengah mati berusaha membongkar cepitan vagina Farida yang sempit mungil, butir-butir keringat semakin banyak mengucuri tubuh Farida yang sedang direjang oleh Andra agar tidak terlalu banyak bergerak.

“Hmmmmppphhh.. Arrrrhh… aaaaaaaaa…!! Ah-aaaa….!!“ Mata sipit Farida membeliak ketika kepala penis Pak Agung mulai membongkar vaginanya, selangkangannya terasa sesak dipenuhi kepala penis Pak Agung yang kelewat besar untuk ukuran liang vaginanya yang mungil, Pak Agung terus menekankan batang penisnya semakin dalam hingga ia merasakan ada sesuatu yang menghalangi kepala penisnya untuk masuk lebih dalam
“OAWWWWWW…..!! Heeksssss!“ keheningan disore hari itu  tiba-tiba terusik oleh pekik kesakitan seorang gadis yang tengah direngut keperawannnya, Farida mengerang menahan rasa sakit yang   menyiksa selangkangannya, tubuh mulusnya gemetar mengejang-ngejang menahan desakan-desakan penis si guru bejat yang terbenam semakin dalam, butiran-butiran keringat mengucur deras membalut tubuh Farida yang mengkilap indah dibawah sinar mentari sore.
“Enak ya Faaa?? he he he “ Andra, si penghianat bertanya sambil meremas-remas susu Farida, sesekali jemarinya mencubit-cubit pentil Farida yang sudah mengeras.
“Un-hhh…., sheeesssshhhh, aa-aahh, aaa…“ wajah Farida tampak renyah ketika bibir Andra menjepit dan memilin-milin pentil susu gadis cantik itu yang memejamkan kedua matanya yang sipit seolah-olah ia ingin lari dari kenyataan yang begitu pahit.
“aaa-aaa, ahh-aaaa, ahh-owwwhh… “ kedua matanya yang sipit tiba-tiba  membeliak-beliak seiring dengan tubuh mulusnya yang mulai terdesak dan tersentak-sentak ketika Pak Agung  mulai menarik dan menjebloskan batang penisnya menusuki cepitan belahan vaginanya yang mungil dan peret.

“Sakit.. Pak , sakittt, nngg ngggiluuu…saa..kk sakittt”
Sesekali Pak Agung menghentikan tusukan penisnya ketika mendengar keluhan Farida yang kesakitan dan mulai melanjutkan tusukannya kembali setelah gadis itu dapat menyesuaikan diri.
“Slofffhhh,, Plooofffhhh… Cleppp… Sllleeeppp…Jrebb.. Peefppphh”
Desah dan dengus nafas Farida terdengar semakin keras ketika Pak Agung mulai memompakan penisnya dengan RPM tinggi terhadap vagina Farida sehingga menimbulkan suara seperti orang yang bertepuk tangan. Tumbukan penis pak Agung yang semakin menjadi pada vagina Farida membuat gadis cantik itu yang telah di regut keperawanannya semakin terlihat cantik dan menggairahkan. Hal ini membuat pak Agung menjadi semakin semangat lagi memompa penisnya di dalam vagina Farida.
“aaa-hmmmh… crrrrr… crrrrrrr……” Andra menyumpal bibir mungil Farida saat badai kenikmatan meluluh-lantakkan pertahanan-nya, untuk sesaat mata sipit Farida beradu pandang dengan tatapan mata Andra kemudian Farida menjulurkan lidahnya untuk menjilati bibir Andra.
“Ckkk. Sllccckk.. Ckkkkk.. Ckkkkk….” Andra membalas dengan mencaplok dan menghisap-hisap batang lidah Farida, suara berdecakan mulai terdengar ketika bibir Andra melumat-lumat bibir Farida, lama sekali Andra melumat dan mengulum bibir Farida, sementara tubuh Farida mulai tersentak dan terguncang ketika cepitan vaginanya kembali dipacu dan dihantam oleh batang penis Pak Agung, cairan vagina Farida membuat pegesekan penis dan vagina itu semakin nikmat, desahan dan rintihan Farida disambut oleh geraman-geraman gemas Pak Agung.

“Pegel ya Faaaa, sini aku lepasin ikatan-nya….” Andra si penghianat melepaskan ikatan yang membelengu tangan dan kaki Farida, setelah berdiri dan melepaskan kain handuk yang melilit ditubuhnya yang gembrot, ia menyodorkan batang penisnya ke mulut Farida, sebuah senyum mengembang di bibir si pegulat tangguh ketika merasakan jilatan-jilatan batang lidah Farida yang terayun mengulas-ngulas kepala penisnya, jilatan-jilatan yang hangat basah, geli-geli nikmat, senyuman Andra semakin mengembang ketika Farida membuka mulutnya, tanpa membuang waktu Andra segera memasukkan penisnya ke dalam mulut Farida.
“Hummmmm-hummm, emmm-emmm, mmm-mmm“ kedua tangan Andra mencengkram kepala Farida kemudian si pegulat tangguh mendeepthroat Farida, mata Andra sipenghianat tampak sayu menatap ke bawah, enak sekali rasanya ketika kerongkongan Farida berkontraksi meremas-remas kepala penisnya.
CROTTTT…CROTTTTTT…., Farida berontak ia memuntahkan penis Andra dan menarik kepalanya ketika merasakan cairan sperma si gemuk meledak dalam mulutnya, tangan kirinya terangkat ke atas melindungi wajahnya dari semburan sperma sipegulat tangguh, pada saat yang hampir bersamaan tubuh Farida melenting indah.
“Aemmmmmhhh… Crrruuuuttt… Cruuutttt……” dengan sukses tusukan-tusukan penis pak Agung yang besar panjang  mengantarkan tubuh mulus Farida tenggelam dalam lumpur kenikmatan. Siswi cantik itu menggelinjang ketika tangan si guru bejat mengelus dan meremasi payudaranya kemudian kembali mengayun-ngayunkan batang penisnya merojok-rojok vagina muridnya yang cantik.

“Kamu hebat sekali Farida, “ Pak Agung tersenyum sambil menatap Farida, ia memuji Farida walaupun sebenarnya siswi cantik itu telah kalah sebanyak dua kali dengan telak. Di bawah ayunan dan pacuan batang penis pak Agung si guru bejat, Farida kembali merintih dan merengek-rengek keenakan. Hosh.. Hoshh.. Huffhhh.., Hoshhhh…, Ploooffhhhh, tiba-tiba Pak Agung mencabut batang penisnya dan berdiri kemudian diraihnya tubuh mungil Farida dengan lembut Pak Agung membalikkan tubuhnya dan menunggingkan pinggul Farida ke arah Andra. Si pegulat tangguh menempelkan penisnya pada belahan pantat Farida kemudian mulai menekan untuk membongkar sebuah lubang yang lain, sebuah lubang yang berada di atas belahan vagina ketika seorang gadis menunggingkan pinggulnya.
“Ah-Andra, ja-jangan disitu…”
“Jangan melawan Faaa, atau aku akan memperkosa anus-mu dengan cara yang kasar dan menyakitkan…“Andra berbisik ditelinga Farida dengan nada ancaman.,tangan Andra mendorong punggung  Farida hingga siswi cantik itu kembali membungkukkan tubuhnya, kedua tangannya bertumpu pada bahu kiri dan bahu kanan Pak Agung yang tengah berlutut di hadapannya, kedua kakinya yang mulus gemetar menahan desakan penis si pegulat tangguh yang tengah memaksa membongkar liang duburnya.
“Hennggkkkkk ?????? “ mata sipit Farida membeliak sementara mulutnya ternganga membentuk huruf “A” besar, duburnya terasa panas perih ketika penis Andra menjebol pintu anusnya, sementara dari arah bawah depan tangan Pak Agung menahan pinggul Farida yang hendak bergerak turun.

“Sakit, Andraaaa, Sakitttt…….!! AWWWW, Sudahhh, cabut..!! CABUTT..NGEHHHH-AWWWWWW….!!” Farida menjerit – jerit kesakitan ketika Andra menyodominya.
“sabar ya Faaaa, setelah ini kamu bakal ngerasain enaknya disandwich… he he he he he…” kekehan Andra disambut oleh pekikan-pekikan keras Farida ketika si pegulat tangguh menghujam-hujamkankan batang penisnya kuat-kuat, tubuh mulus Farida terdesak maju-mundur, terdorong oleh hempasan-hempasan penis Andra, sementara pak Agung menjilati susu Farida yang terguncang hebat. Di sebelah bawah depan, tangan si guru bejat tak pernah merasa lelah mengucek-ngucek selangkangan Farida dan memainkan klitoris siswi cantik itu.
“uh-uh, aa-auh, sebentar ANDRA…!! Aku mohon sebentar…!! “ Farida memohon memelas, tangan kanannya bergerak ke belakang berusaha menahan gerakan-gerakan pinggul si gemuk yang memanfaatkan moment ini dengan menarik kedua pergelangan tangan Farida ke belakang, sementara Pak Agung menarik dan menahan bahu Farida sambil mencaplok dan mengenyot-ngenyot puncak payudaranya bergantian yang kiri dan yang kanan.
Lenguhan demi lenguhan terdengar semakin keras ketika Andra menyodomi anus Farida dengan kasar, butir-butir keringat Farida menetes dan terus menetes, seluruh tubuh siswi cantik itu basah bermandikan keringat dan peluh yang mengucur deras.
“Andra, pelanhh-pelannnnnhhh, Sakiii….ttt..!! Sakhittt sekaliii AOWWW……!! “
“Bolehhhh….aku akan melakukannya dengan lembut, tapi kamu minta Pak Agung untuk mensandwich kamu gimana, double penetration, minta di-DP…ayo cepat…. Hihhhh….” Andra menghentakkan penisnya dengan kasar hingga Farida memekik keras.

“Pakkk…, tolong Pakkkk, minta di-DP“ rasa sakit akibat disodomi membuat Farida harus rela  melepaskan harga dirinya dan memohon pada Pak Agung yang segera mengangkat kaki mulus Farida hingga tubuh mulus Farida melayang diantara jepitan tubuh pak Agung yang berotot dan tubuh Andra yang gemuk berlemak, wajah Farida terangkat ke atas ketika merasakan desakan kuat pada belahan vaginanya dan croossshhh, Farida kembali berteriak kecil ketika penis Pak Agung membelah vaginanya..
“Nggggu-uuuunhhhhhhhhhh ??!! akh-ahh, ahhh-ahhh , aaaaah “ mata sipitnya membeliak-beliak ketika kedua benda itu bergerak secara bersamaan, semakin lama bergerak semakin cepat.
“Andra, kamu janji, pelan-pelannhh, AWWWW, Aduh-duh, AWWWW……..”, nggakk mau…!! Andra jangannn!! Aduhhh BAPAKKKKKK!!“ sungguh malang nasib Farida tubuh mungilnya terkulai tanpa daya, berkali-kali ia meringis merasakan sodokan-sodokan yang kuat menerjang cepitan vagina dan liang anusnya, sementara sinar mentari semakin meredup
“crruuttt… cruuttttt……..ohhhhhhhhhhhhhhhhh” kepala Farida terkulai dibahu kanan pak Agung, kedua tangannya berkalung dileher si guru bejat, sementara liang anus dan vaginanya terus dipaksa mengendarai dua batang penis milik Andra dan Pak Agung.
“Hssshhh. Oh-ah, andra-BAPAKK.., Ouuh, Ihhhhhh ??Hemmm Mmmmmphhh, Oww Crrruuttt currrttttt“ gairah Farida meledak-ledak, nafasnya terengah-engah dan tertahan-tahan ketika vaginanya kembali berdenyutan memuntahkan ledakan cairan nafsu yang terasa nikmat.luar biasa

Tubuh mulus Farida masih terangkat–angkat tanpa daya di antara himpitan tubuh Andra dan Pak Agung, tusukan-tusukan penis mereka semakin gencar menghajar vagina dan anusnya yang sudah terkulai lemas.
“Kecrotttt….!!HUNGHHHHH “
“WAAA, KECROTTTT… CROTTTT….”
Andra dan Pak Agung mendesak dan memeluk tubuh mulus Farida seolah-olah mereka hendak meremukkan tubuh gadis itu, dengan hati-hati mereka berdua menurunkan tubuh Farida dan mendudukkan gadis itu di atas kursi rotan itu kembali, Andra masuk ke dalam dan kemudian kembali dengan membawa tiga gelas coca-cola dingin.
“Glukkkk… GLukkkk… GLukkk….” Farida meneguk minuman yang diberikan oleh Andra sampai habis, Andra tersenyum sambil membelai rambut Farida yang basah..
“Faaaaa, nungging sayanggg, Bapak masih pengen…“
Setelah meletakkan gelas itu diatas sebuah meja Farida menungging menuruti perintah Pak Agung, si guru mesum menempelkan penisnya pada belahan vagina Farida, JREBBBBBB…!! Dengan sekali tusuk dijebloskannya batang penisnya membelah kembali cepitan vagina muridnya yang cantik.
“PLOKKK… PLOKKKK… PLOKKKK….Cepphlokkk”
“wa-ahh, uhh,.! “tubuh Farida tersungkur – sungkur ketika selangkangan Pak Agung mendesak dan membentur buah pantatnya, dengan teratur penis besar pak agung menggasak vaginanya.
“ck.. ck ck , Pak Agung kuat amat ya ?? gimana caranya supaya saya bisa sekuat pak Agung ?? “ Andra duduk dengan santai di atas kursi rotan yang berderit menahan beban tubuhnya yang over weight sambil bertanya pada sang guru yang tengah menunggangi Farida.
“kuncinya adalah menjaga stamina, rajin berolah raga, kurangi lemak di tubuh kamu HA HA HA HA”
“Yeeeee Bapak, ditanya malah ngeledek…”

Pak Agung tersenyum, sementara kedua tangannya mengusap-ngusap butiran keringat yang membasahi punggung Farida, dibelainya rambut Farida yang indah, sesekali digodanya siswi cantik itu dengan sentakan-sentakan batang penisnya yang menyentak-nyentak dengan kuat. Dirayunya agar Farida mau bergoyang.
“Pefffhhh.. Pefffhhh Plokkkk… Plokkkk…..Pefffhhhh….” suara-suara menggairahkan terdengar merdu ketika Farida mulai berani menghempas-hempaskan pinggulnya ke belakang, sesekali wajahnya terangkat ke atas menahan rasa nikmat yang tak tertahankan, pak Agung menyambut hempasan pinggul Farida dengan sodokan batang penisnya.
“Arh-aaaa.., cerrrrrrrrrrrttttt.. cretttttt…..” tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Pak Agung untuk menundukkan Farida, dengan mudah si guru bejat membimbing Farida berkali-kali menuju puncak klimaksnya., gerakan-gerakan pak Agung kini begitu lembut hingga membuat FArida serasa melayang-layang dalam dunia nafsu yang penuh kenikmatan, setelah kalah beberapa ronde, pada ronde terakhir Farida merasakan semburan sperma Pak Agung meledak di dalam liang vaginanya..
Nafsu birahi Andra kembali naik sampai ke ubun-ubun ketika Farida dan Pak Agung mencapai puncak klimaks bersama-sama, si pegulat tangguh segera meraih tubuh mulus Farida, dibaringkannya tubuh mulus yang sudah kelelahan itu di atas lantai kemudian ia menindih Farida, Cleppppppp,
“emhh…”Farida merintih ketika penis Andra kembali menusuk vaginanya, kedua kakinya melingkari pinggul Andra yang bergerak dengan giat menghempas-hempas mendesaki selangkangannya, batang penisnya memompa dan memacu vagina gadis itu yang merintih di bawah tindihan tubuhnya yang gemuk, malam yang panjang dihiasi oleh suara rintihan dan desahan-desahan seorang siswi cantik yang menggairahkan, berulang-kali Pak Agung dan Andra bergantian menaiki dan menindih tubuh Farida yang molek..

******************************
Pagi hari

Tangan Seorang penghianat menyambar sebuah gelas berisi lintingan nama tiga orang sahabatnya yang masih perawan, sementara di atas ranjang Pak Agung masih asik menggeluti tubuh mulus Farida, sebuah senyuman mengembang di bibir Andra, terbayang sebuah persekongkolan yang menguntungkan antara Pak Agung dan dirinya beberapa minggu yang lalu. Persekongkolan untuk menjebak Pak Dion CS, memperawani keempat sahabatnya yang cantik, dan merebut hasil jarahan Pak Dion CS.
“Sekarang giliran Andra ya Pak, Andra juga pengen belah duren”
“Yawdah, semoga beruntung…!! Bapak masih sibuk nihhh” Pak Agung semakin keasikan menusuk-nusuki belahan vagina Farida, gadis cantik keturunan Chinese itu merintih-rintih lirih, kedua matanya yang sipit merem–melek menikmati genjotan gurunya, dengan kuat Andra mengocok-ngocok gelas di tangannya  hingga sebuah lintingan kertas terlempar keluar!! Mata Andra mendelik membaca sebuah nama yang tertulis diatas lintingan kertas itu.
“YA AMPUNNN, ANDRA DAPET (blank…he he he la la la la) PAKKKKKK…..!! WUIHH…!! Asik punya nichhhh.. Cihuiii…!“ si pegulat tangguh berseru gembira, sementara Pak Agung memeluk tubuh mulus Farida erat-erat JREBB… JREBBBB.. JREBBBB….!! Batang penisnya semakin kuat merojok-rojok vagina si gadis.

“Ah-ah BAPAKKK…!! Crrruttt Cruuttttt…….”Farida membalas memeluk tubuh Pak Agung, kaki mulusnya membelit pinggul si guru bejat, desah nafasnya bersambutan saling menyambung dengan desah nafas Pak Agung.
“Enak sayang ?? hemmmm ?? Cupphhh.. Cupphhhh…,kamu cantik sekali sayang,  memek kamu legit banget, perettt!!” si guru bejat begitu pandai merayu dan memuji Farida hingga gadis itu terbuai, terlena oleh bujuk rayu sang guru, sepasang kakinya yang mulus mengangkang pasrah ketika dengan lembut penis Pak Agung yang besar panjang menusuki belahan vaginanya. Andra si pegulat tangguh tersenyum kemudian tertawa kecil sambil menutup pintu kamar itu, membiarkan Pak Agung yang tengah asik mengeluti Farida.

Nama siapa-kah yang tertulis diatas lintingan kertas itu ??
hingga membuat jantung Andra , sipegulat tangguh
berdetak lebih kencang…..DUGGG.. DUGGG.. DUKK..!!
seperti genderang mau perang…!! (Singging Mode – On)

==============================

SHOOLGIRL 13
“Mayy.., Maya…!!“ sayup-sayup aku mendengar suara berbisik namun rasa kantuk menarik kembali kesadaranku,
“Aduh apaan sich nihh??” telingaku kembali mendengar suara berbisik yang agak keras, “hmm ??” sepertinya suara Reina dan suara Vivi.
“Humm..? emmm…?? Emhh Reiii…,Viiii, Ho-ammmh, Ha-ahh ??“ aku terkejut setengah mati ketika berusaha menggerakkan tubuhku, kedua tanganku terikat ke belakang, sementara kedua kakiku juga terikat tanpa daya, Hohoho, rupa-rupanya Vivi dan Reina sedang menggodaku, dibondage!!, begitulah pemikiranku saat ini, Hiaaattttt…, kukerahkan tenagaku, GRRRHHHH…HIAAAATTT…!!Whewwww…., kuat amat ikatannya, tenang, masih ada cara lain untuk melepaskan diri….
“Rei…, Viii, lepasin akuuuu, nggak lucu ah becanda kaya gini…., ngapain sih main ikat-ikatan begini…, HOaaahhhmmm” Aku merajuk sambil kembali menguap lebar, mataku terpejam-pejam karena masih mengantuk.
“Mayy.., bangun mayyy….!! MAYA..!!!duh nih anak gimana sihh!!“
Vivi berbisik keras di sisi kananku,
‘Tinggg’ aku membuka mataku lebar-lebar, ufh-ohh, dimana ini? aku menolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri, Reina dan Vivi juga sama-sama terikat tanpa daya., Eh koq Farida nggak ada??
“Viiii…!! Reii..!! Di mana ini…!! Farida di mana?? “
“Nggak tau May…, nggak tau…” Reina menggeleng-gelengkan kepalanya, tubuhnya mencoba menggeliat untuk mengusir rasa pegal yang menyiksa.
“Saat aku bangun Farida sudah nggak ada di dalam kamar” Vivi menatapku, ia berusaha menenangkanku yang mulai terisak menangis.
“Vii, Reiii, aku taku-utttt…..” aku, Vivi dan Reina saling berpandangan dengan gelisah.

———
Sementara di luar kamar,

Seorang bertubuh gemuk duduk dengan santai di atas kursi di hadapan sebuah meja makan, terkadang bibirnya meruncing untuk menyeruput mie panas yang baru dimasaknya beberapa saat yang lalu. Sesekali Andra menolehkan wajahnya ke arah pintu kamar yang tertutup ketika sayup-sayup telinganya mendengar suara pekikan keras Farida dari dalam kamar. Andra tahu dengan pasti apa yang tengah dilakukan oleh Pak Agung terhadap Farida. Si pegulat tangguh mengusap-ngusap perutnya kemudian melangkah menuju dapur. Setelah selesai menggoreng beberapa potong daging ayam, sambil bersiul-siul ia melangkah menuju ke sebuah kamar yang terkunci di samping tangga. Perlahan-lahan tangannya membuka kunci dan mendorong pintu kamar itu.
“Klekkkk… “
“Andraaa….!!“ hampir bersamaan kami berseru terkejut
Harapann…..oh syukurlah….Andra pasti menyelamatkan kami, ohh, Andra penolong kami yang bertubuh gemuk akhirnya menampakkan batang hidungnya yang pesek mirip seperti jambu air itu.
“Andra tolongggg…. “
Aku segera memohon kepada Andra yang menyelinap masuk ke dalam kamar, duh pegal amat tubuhku, entah berapa lama aku jatuh tak sadarkan diri dalam keadaan terikat seperti ini.
“Haiii…, apa kabar ?? kalian baik-baik saja ??gimana tidur kalian semalam apakah…“ Andra duduk di pinggiran ranjang, wajahnya tampak polos seperti biasa.
“Andra…, bukain dongg, cepettt…” Reina buru-buru memotong pembicaraan Andra.
“Iya , cepet buka-in…, cepetann…” Vivi tampak gembira ketika Andra membalikkan tubuhnya.
“Ee-eh…?? Andraaa…!! HEiiiii….!!” Vivi terkejut setengah mati, demikian juga halnya dengan aku dan Reina, setelah melepaskan ikatan di kaki Vivi, Andra menaiki tubuh ‘si susu besar’ dan menindihnya dari belakang.

“ANDRA!! Kamu apa-apaan sihhh…!! Gila kamu.!! Lepasin Vivi…!! Jangan ganggu diaaaa….!! “ aku membentak Andra dengan  kesal.
“ANDRA!! JANGAN MAIN-MAIN….!!SEKARANG BUKAN WAKTU-NYA UNTUK BERMAIN-MAIN….ANDRAA!!“ Reina mulai naik darah, sementara Vivi memaki sambil meronta sekuat tenaga ketika tangan Andra merayap meremas-remas payudaranya dari arah belakang,
Aku menekuk lututku kemudian Ciaaattttttttt….. BUKKKKK…..!!
“Brukkkk….!! WHADOWWWW…“ tubuh Andra yang berlemak terjungkal dari atas ranjang akibat kehilangan keseimbangan, ia meringis kesakitan sambil mengusap-ngusap pinggulnya. Firasat buruk Vivi berdentang dengan kuat ketika ia mengingat Farida.
“Andra !! Farida Dimana ?? Dimana Dia ?? AWAS kalau kamu berani menyakiti Farida….!!” Vivi mendesis keras mengancam Andra, aku kembali berusaha menendang Andra ketika ia kembali mendekati tubuh Vivi yang terlungkup tanpa daya, namun dengan mudah kali ini Andra menepiskan kakiku dan menggusur tubuh Vivi.
“He he he, kamu ingin tahu keadaan Farida ?? yuk ikut denganku biar kamu ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Farida…”
“Lepaskan Vivi…!! Andra….!!” Reina membentak.
“Andra, Vivi Mau dibawa kemana ?? Viviiiiiii….!! “Aku menjerit kesal ditengah-tengah ketidak berdayaanku.
“Mayyyy…..!! Reiiiiiii……!!“ suara Vivi menghilang dibalik pintu kamar yang kembali dikunci.dari luar, suara makian Vivi yang sedang memaki Andra terdengar semakin menjauh, Aku dan Reina saling menatap dengan tatapan putus asa. Apa-apaan ini ?? apa yang sebenarnya tengah terjadi??


Vivi
“Lepaskan aku, lepaskan!!”
“Udah.., ngak usah rewel, he he he”
Andra menyeret Vivi ke sebuah ruangan di basement bungalow mewah itu, si pegulat tangguh melayangkan pandangannya berkeliling, sebuah bar kecil, meja billiard dan darts.
“Viii, kamu lapar nggak ?? tunggu sebentar ya, aku ambilkan sedikit makanan buat kamu….”
Andra mencoba meluluhkan hati Vivi, setelah mendudukkan Vivi di sebuah kursi, ia berlari kecil menaiki anak tangga. Vivi mendengus kesal sambil memalingkan wajahnya ke arah lain. Tidak berapa lama terdengar suara langkah kaki Andra kembali menuruni anak tangga. Cuping hidung Vivi kembang kempis mengendus aroma daging ayam goreng di sebuah piring yang dibawa Andra. Mau tidak mau ekor mata Vivi melirik sambil menelan ludah berkali-kali karena merasa lapar dan haus.
“Minum dulu Viii….” Andra menyodorkan segelas minuman dingin kehadapan Vivi, bagaikan seorang pelayan Andra melayani Vivi dengan baik dan sopan.
“Glukkk.. Glukkk… Glukkkk…..” dengan bantuan Andra Vivi meneguk habis segelas minuman dingin untuk meredakan rasa dahaganya.
“Lapar ??” Andra bertanya sambil mencabik sepotong daging ayam goreng dan menjejalkannya ke mulut Vivi.
“HAPPPPP!!” Vivi membuka mulutnya lebar-lebar kemudian mengunyah dengan lahap, beberapa potong daging ayam goreng pemberian Andra habis disantap oleh Vivi.
“Viiii, Kamu nggak kepanasan ?? Andra buka yachhh…biar sejuk”Andra meloloskan sebuah kancing baju seragam Vivi bagian atas.
“Jangan sentuh aku BRENGSEK…!!” Vivi menghardik si pegulat tangguh, rupanya semakin dimaki birahi Andra malah semakin naik hingga ke ubun-ubun, tangannya kembali beraksi.

Vivi memaki kesal ketika jemari Andra mempreteli kacing baju seragam sekolahnya, satu persatu kancing baju si susu besar terlepas dari sarangnya. Nafas Andra memburu kencang, kedua tangannya menyibakkan baju seragam Vivi kemudian menarik cup branya ke bawah, kini giliran Andra yang berkali-kali menelan ludah matanya mendelik menyaksikan gundukan buah dada Vivi yang montok, kencang, dan indah. Perlahan-lahan tangan Andra merayap, mengusap–ngusap buah dada sebelah kiri. Andra mendekatkan wajahnya ke wajah Vivi. Bibir si pegulat tangguh meruncing seperti ikan gurame. Tanpa diduga Vivi membenturkan keningnya ke bibir Andra.
“JEDAGGGG….!!
“NGUHAAK., HADONGH, VIGGGH…!!.”
Kepala Andra terpental ke belakang, ia terhunyung dan tangan kanannya menangkup hidung dan bibirnya, lumayan lama Andra terbungkuk bungkuk kesakitan.
“Viiii, jangan gitu dooongggg, kitakan teman baikkkk….”
“Temannn ?? emang pernah kenalan ??“
“Vii, ini aku Vii, Andra…masa nggak kenal ??”
“NGGAKKK KE….NAAALLL…!!” Vivi menjawab dengan ketus.
“beneran nihhh nggak kenal?? jangan salahkan aku ya!!” Andra mengancam Vivi.
Andra mulai melepaskan pakaiannya sendiri, si pegulat tangguh mendengus panjang. Tangannya bergerak lincah membongkar sebuah electric lighter,  sebuah benda berbentuk tabung mengeluarkan percikan-percikan listrik dari sebuah kabel kecil berwarna biru tua ketika Andra menekan-nekan knop tabung kecil itu, C-TEKKKK…!! C-TEKKKK….!!C-TEkkkk…!!

“Awwww.. Awwwwww!!” tubuh Vivi terperanjat tersengat aliran listrik yang dikeluarkan oleh tabung kecil di tangan Andra. Andra tertawa sambil mengelus rambut Vivi ia kembali bertanya.
“Gimana Vi ? mau nurut sama aku  ??”
“Nggak sudii!”
Mendengar penolakan Vivi, Andra berkali-kali menyengati bahu Vivi. Gadis itu tetap bertahan mati-matian kemudian pada suatu kesempatan Vivi berusaha menyabetkan kakinya ke selangkangan Andra, Whuuuttt….!!
“Weeiiittt….!! Anjrittt….!! Viii, kira-kira doongg..!!, bahaya tauu…”
Andra melompat kebelakang menghindari sabetan kaki Vivi, ia protes keras sambil mendelikkan matanya, nafasnya memburu, amarahnya bercampur aduk dengan nafsu. Kali ini Andra tidak mau berbuat gegabah. Ia mengikat kedua kaki Vivi mengangkang pada kaki kursi kemudian diikatnya punggung Vivi menyatu dengan sandaran kursi. Andra bersujud di antara paha Vivi yang mengangkang. Tangan Andra merayap liar mengelusi permukaan paha Vivi yang mulus tanpa cela. Si pegulat tangguh membalikkan telapak tangannya ke atas kemudian mengusapi selangkangan Vivi yang terkangkang tanpa daya, mulut Andra begitu sibuk menghisap dan melumati leher si dada besar, sesekali dengan gemas Andra menggigit leher Vivi hingga meninggalkan bekas-bekas gigitan.
“Ha Ha HA, Muachh Grrrhhh, Muachh.. Mmmmm.. Muahhh He he he”
“Auhhh…!! Aggghhh…dasar bajingan!!”
“Biarin, emang gue pikirin, biar bajingan tapi yang pentingkan bias ngentotin kamu…nih aku remas Vii, Remassss, duhh gemas aku. REMASSSSS….!! REMASSSS…!! Ha HA…..”
“AWWWW… aduh-duhh.. Ahhhhhhhhhhhh…..!!”
Andra meremas-remas payudara Vivi, sesekali mulutnya mengenyot-ngenyot puting susu gadis yang sudah tak berdaya itu.

Berkali-kali jemari Andra mencubit dan memilin-milin puting Vivi yang coklat kemerahan. Kemudian kedua tangannya kembali meremasi susu Vivi, lidahnya menyentil dan menggelitiki putting susu si susu besar. Dengan lahap Andra mengenyot-ngenyot buntalan payudara Vivi bergantian yang kiri dan kanan hingga payudara Vivi menjadi basah terbasuh oleh air liurnya.
“Auhh… Awww… !! Akkhhhh…..!!”
Tiba-tiba tubuh Vivi terperanjat, Andra terkekeh sambil menyengati ujung putting susu Vivi yang mengeras. Gadis itu masih juga tetap bertahan. Ia tidak sudi menyerah dihadapan Andra.
“Ampun ngak Vi ??”
“Ctekkk…!”
“Aauhhh…!!.Keparat kau Andra !! aduhhhh…!!”
Butiran keringat membanjiri tubuh gadis cantik itu pertanda ia berusaha bertahan mati-matian. Tubuhnya menggeliat-geliat menahan sengatan-sengatan arus listrik dari tabung kecil ditangan Andra,
“Ctekkk..!! Ctekkk…!!CTEKKK…!!!”
“aduhh… awww…., awww…, aduhhhh….”
Setiap kali bunyi itu terdengar pada saat yang bersamaan terdengar pula suara pekikan-pekikan dan keluh kesah Vivi yang semakin membuat Andra bergairah, wajah Andra merah pada menahan nafsu yang berkobar.
“hemmmm, masih bandellll, gimana kalau yang ini ?? he he he he”
Andra mengarahkan tabung kecil itu ke ujung kaki Vivi. .
“Ctekkkk….!!”
“AWWWWWWWWWW!!”
Vivi menjerit keras ketika Andra menyengat jemari kakinya. Vivi masih juga berusaha bertahan, dengus nafas Vivi terputus-putus, pandangan matanya agak nanar akibat siksaan Andra yang bersifat melecehkan dirinya.

Kini dengan mengenakan sarung tangan karet jemari Andra menyibakkan bibir vagina Vivi. Ia tersenyum mesum pada secuil daging mungil yang terselip diantara belahan vagina Vivi kemudian ditempelkannya ujung kabel kecil itu pada klitoris Vivi.
“Nah sekarang kamu pikir baik – baik, bagaimana rasanya jika sampai daging kecil ini yang kena…, ampun NGGAKK…!!!.HAYO JAWABBB…!JAWAB VIII….!!!” terdengar teriakan keras Andra yang membentaki Vivi dengan kasar ia berusaha mengikis keteguhan hati si susu besar
Sambil mengancam jari Andra menekan knop tabung kecil itu, mau tidak mau Vivi memohon sebelum tabung kecil itu memercikkan sengatan listriknya, tidak terbayangkan rasa sakit yang akan dideritanya jika sampai daging kecil itu tersengat sengatan listrik dari tabung kecil ditangan Andra.
“Ampun Andra, ampun, jangan..”
“Bener ampun..!!Ayo JAWABB…!!JAWAB Viiii!!”
“Iy-iya.., ammmpphhunnn.., ammpphunn Andraaaaa…., Ampunn” suara Vivi bergetar karena ketakutan, ia tertunduk tidak sanggup menatap wajah Andra yang beringas..
“mulai detik ini kamu harus nurut sama aku ngertiiii…!!”
Andra kembali membentak ia berusaha mematenkan kemenangannya. Air mata Vivi meleleh ketika ia mengangguk kecil. Si pegulat tangguh melemparkan tabung kecil ditangannya kemudian membuka ikatan pada tubuh dan tangan Vivi sementara kedua kaki Vivi dibiarkan terikat mengangkang pada kaki kursi.
“buka mulut kamu Vii…” Andra berdiri di hadapan Vivi, dengan seenaknya Andra memerintah Vivi agar gadis itu membuka mulutnya.
“bagussss…, sekarang kamu emut titit Andra yak..^_^ ”

Si pegulat tangguh tersenyum, tangannya menarik kepala Vivi ke arah selangkangannya. Andra menyodorkan penisnya masuk ke dalam mulut Vivi yang ternganga. Centi demi centi Andra mendesakan batang penisnya semakin dalam. Ia mengajari Vivi agar si cantik bersusu besar terbiasa untuk di deepthoath. Mata Andra terpejam keenakan ketika ujung penisnya diremas oleh kerongkongan Vivi.
“..uhumm…mnhhhhhhmmmm. emmmhh”
Wajah Vivi mengernyit ketika ujung penis Andra terselip dalam kerongkongannya. Tangan Andra semakin kuat menekankan belakang kepala Vivi hingga wajah si susu besar semakin merapat pada selangkangannya. Dengus nafas Vivi terasa hangat menghembusi bulu jembut Andra yang rimbun.
“Ufhhh, nghossshh.., nghossshhhh”
Vivi berusaha mengambil nafas ketika Andra menarik penisnya. Payudaranya bergerak cepat saat gadis itu mengambil nafas. Andra segera mengelusi sepasang bukit indah didada Vivi, tangannya meremasi payudara Vivi yang putih besar.
“Emmhhh.. ahh..  Ahhhhhh……emmhhh Mhhhhhhh….”
Vivi mendesah ketika Andra bersujud dan menjilati putting susunya, tangan Andra menarik leher Vivi, bibir si pegulat tangguh mencaplok dan mengemut bibir Vivi. Pagutan-pagutan Andra bertambah liar sementara kedua tangannya tak pernah berhenti meremas-remas payudara si susu besar. Setelah mengikat kembali kedua tangan Vivi ke belakang, Andra melepaskan ikatan pada kakinya, kemudian membaringkan si susu besar di atas lantai karpet, batang penis Andra meneduhi wajah Vivi.
“Dijilat Viii, DIJILATTT…”
“Sllkkkkkk… slllppphhh… ckk slllkkkkk….He-mummmh”
Lidah Vivi terjulur menjilati batang penis Andra, sesekali Andra mencelupkan batang penisnya ke dalam mulut si susu besar. Selangkangan Andra mendesaki wajah Vivi yang kewalahan. Tubuh mulusnya menggejang terkadang menggeliat lemah ketika sebatang penis mendeepthoatnya habis-habisan.

“Uhh. Uhukk.. hukkk….”
Setelah Vivi selesai berbatuk ria, Andra memperbaiki posisi selangkangannya agar lebih leluasa mendeepthroat si susu besar. Sambil tersenyum lebar tangan kiri Andra menjejalkan batang penisnya ke dalam mulut Vivi. Batang penis Andra bergerak turun menusuki kerongkongan Vivi sedalam mungkin hingga gadis cantik berdada besar itu kembali terbatuk.
“Nggak mau Andra, uhuk Nggak mau, uhuk-uhukkk” Vivi menolak ketika Andra berusaha menjejalkan kembali batang penisnya. Bibir Vivi mengatup rapat menahan desakan kepala penis Andra, ia memaling-malingkan wajahnya menghindari penis Andra.
“Ya sudah, kalau nggak mau juga nggak apa-apa, Andra nggak maksa koq, permisi ya Viiii…, Andra mau nindih kamu nihhh, maaf agak beratttt…..he he he“
Si pegulat tangguh menggeser tubuhnya hingga meneduhi tubuh Vivi. Tubuh Andra gemetar saat tubuhnya bergesekan dengan tubuh Vivi yang mulus halus. Kedua tangan si pegulat tangguh membelit tubuh Vivi, suara geraman Andra membuat bulu kuduk gadis cantik itu merinding, Vivi memejamkan kedua matanya rapat-rapat saat wajah Andra yang mesum memayungi wajahnya.
“cupphh.. cupphhh.. cuppp.. Viii,Ck ckk. ckkkk “
Berkali-kali kecupan-kecupan Andra mampir dibibirnya, menciuminya dan mengulum bibirnya dengan penuh nafsu, Vivi berusaha merapatkan kedua kakinya untuk menghalangi kebejatan Andra. Sementara Andra menyusupkan kepalanya kesela-sela leher Vivi kemudian dijilatinya batang leher Vivi yang jenjang, dihisapinya leher jenjang gadis cantik itu hingga meninggalkan bekas-bekas cupang kemerahan.

Payudara Vivi yang besar menempel erat di dada Andra hingga dengan jelas Andra dapat merasakan detak jantung gadis itu yang ketakutan. Dugg, dug,dug,dug…,untuk berapa saat lamanya Andra menatap dalam-dalam mata Vivi yang sipit kemudian mulai menciumi dagu dan rahang Vivi dengan gemas. Cumbuannya yang panas perlahan merambat turun ke arah dada, nafas si susu besar berdengusan keras ketika jemari tangan Andra menggerayangi buntalan payudaranya yang putih besar.
“aw-ah..!aduh-duh..” Vivi mengaduh kesakitan ketika Andra meremas induk payudaranya dengan kuat, sorot mata Andra begitu liar, berbinar penuh dengan hawa nafsu, sungguh berbeda dengan tatapan mata Vivi yang ketakutan.
“E-eh, maaf Viiiii, abis gemes sich, montok euy, kenceng, duhhhh,nyomh-nyoomh, nyooott-nyoott, Hummhh…muaaumhh-nyoot-hummmmmmmp“
Andra tampak bernafsu mencumbui payudara Vivi yang putih besar. Tubuh Vivi mengelinjang kegelian ketika mulut Andra memanguti sepasang buah dadanya yang membuntal padat sambil sesekali jari Andra mencapit puting susu gadis itu kemudian memilin dan melinting pentilnya yang mengeras, berulang kali mulut Andra mencapluk-capluk puncak payudara Vivi, dikemutinya puncak dada Vivi yang semakin membuntal.
“Ah-ah, eshh-emh, owhhhhhh-hssssshhhh”
Vivi mendesis keras saat mulut Andra menghisapi puncak payudaranya. Ada semburan-semburan hawa panas-nikmat dari dengusan hidung dan mulut Andra, Vivi semakin kesulitan untuk mengendalikan diri apalagi ketika cumbuan Andra mulai merambat turun, ke perut, pinggul dan menuju ke……ahhhhhh, Vivi tidak sanggup lagi untuk berpikir lebih jauh, ketika semburan-semburan hawa hangat yang nikmat itu menerpa permukaan vaginanya, pangutan bibir dan jilatan – jilatan batang lidah Andra membuat angan Vivi melayang-layang jauh ke angkasa, lama kelamaan cumbuan liar si pegulat tangguh ternyata berhasil merobohkan benteng kemarahan Vivi si cantik berdada bongsor.

“ohhhhhhhhhhhhhhh………” si susu besar mendesah panjang saat jemari Andra merekahkan bibir vaginanya perlahan namun pasti Vivi semakin pasrah merenggangkan kedua pahanya melebar, ia merintih merasakan jilatan-jilatan lidah Andra menyapu pahanya sebelah dalam. Andra seolah terbius oleh aroma vagina Vivi, matanya menatap tajam pada belahan vagina Vivi yang becek oleh cairan kewanitaan yang beraroma khas, hidungnya mengendus rekahannya yang berwarna merah muda.
“Sniiiffffffhhhhh, Viii, harum bangetttt…..snifffhh.., sniffffhh…wuihhh, gurih amattt… he he he, Andra udah nggak sabar nich, pengen ngerasain belah duren…”
Andra menarik nafas dalam-dalam mengendusi aroma vagina si susu besar. Lidahnya terjulur keluar untuk membasuh selangkangan Vivi, detak jantung Andra bertambah keras ketika selangkangannya mengangkangi selangkangan Vivi, seumur hidup baru pertama kali ini Andra mencoba memperawani seorang gadis, kepala penisnya bergerak menekan-nekan ia berusaha membelah belahan bibir vagina Vivi yang masih suci.
“Achh-Aa…, Ouhhhhhhh, j-jangan Andra, Jj-jangan”
“Diam Vii, jangan bergerak-gerak terusssshh, Hihhh! Grrrrhhhh..!! Rhhhhh… Heii!! Diam katakuu….!!aduhhh, jadi kepeleset kan…, diem dong, diemmm Viiii, dieeeeemmmm….!!”
Andra semakin bernafsu, kanan tangan Andra mencengkram pinggul Vivi, sementara tangan kirinya menjejal-jejalkan kepala penisnya. Penis Andra  terus mendesaki belahan bibir vagina gadis itu, sedikit demi sedikit ujung kepala penis Andra mulai membelah belahan vagina si susu besar. Andra menggeram-geram keenakan merasakan ujung kepala penisnya mulai terselip pada cepitan liang vagina Vivi yang hangat-hangat-basah.
“AKHHHH…aduhh” air mata mulai berlinang di mata Vivi saat kepala penis Andra mulai terbenam di celah vaginanya, Vivi mengaduh saat Andra menekankan kepala penisnya dengan hentakan yang agak keras..

“Anjinggg….! Viiiii…Enakkk..!!”
Tubuh Andra dan Vivi mengejang berbarengan, Andra mengumpat ketika kepala penisnya mencelat masuk ke wilayah intim Vivi, lingkaran otot vagina Vivi mengigit leher penis Andra. Vivi semakin gelisah saat penis Andra terus mendesaki belahan vaginanya sementara Andra keenakan saat menekan-nekankan batang penisnya pada cepitan liang vagina Vivi yang mungil.
“emmm, hhsshh.., ahhh,aaa….hh”
Terdengar desahan-desahan Vivi ketika centi demi centi penis Andra membelah vaginanya, gerakan Andra tertahan oleh sesuatu yang menghalangi laju kepala penisnya. Vivi menatap Andra dengan tatapan mata memelas seolah memohon agar Andra jangan melakukan perbuatan terkutuk itu. Andra tersenyum kemudian pinggulnya menggenjot berkali-kali.
“drrttt… drrtttt.. rrttttt….aje gileeee!!” mata Andra membeliak saat batang penisnya merobek-robek selaput perawan Vivi.
“AUhhhhhhhh….!! Arhhhhhhhh…..!!sakit..!SAKiIIT-OW-OWWh!!”
Vivi membeliak seolah tidak percaya, sebatang benda asing terkutuk di selangkangan Andra merobek-robek selaput daranya dengan kasar, sekujur tubuh Vivi mengejang hebat, perutnya terasa kram ketika benda terkutuk di selangkangan Andra terus menyodok berusaha masuk dengan gerakan kasar membelah vaginanya, begitu pedih  rasanya ketika benda itu menusuk menancap semakin dalam, tenaganya laksana dibetot keluar dari tubuhnya.
“Oahhh, enakk banget Viiiii, Urhhhh…hihhhhh…!!Hihh!!”Andra keranjingan, ia menyentakkan batang penisnya dengan kuat, batang penis Andra bergerak keluar masuk, menyodoki belahan liang vagina Vivi..
“Aduh, ADUH.., Sakitttt., Andraaa… Saki…..ttttt…Awww..Aduh”
Tanpa mempedulikan jeritan Vivi yang kesakitan Andra terus menjejalkan batang penisnya semakin dalam. Si pegulat tangguh baru menghentikan tusukan-tusukan liarnya ketika selangkangannya mendesak selangkangan Vivi. Isak tangis Vivi ternyata tidak mampu untuk meredam nafsu liar Andra.

Dengan bernafsu Andra mulai menarik dan membenamkan batang kemaluannya, memompai vagina Vivi hingga ia menjerit dan menangis di bawah tindihan tubuh Andra. Tubuh Vivi terguncang dalam isak tangis dan rintihan kesakitan yang memilukan.
“Adddduhhhh… aduhhhh, aduh Andra, Aduhhhh…Ahhhhh, sakittt…, sak….hiiiiitttt…OWWWW…!!”
Suara erangan dan rintih kesakitan Vivi berbaur dengan dengus – dengus nafas Andra. Andra menghempas-hempaskan batang penisnya dalam ritme hentakan yang teratur, sesekali andra menggoyang-goyangkan penisnya kekiri dan kekanan kemudian membenamkan batang penisnya sedalam mungkin hingga tubuh Vivi mengejang hebat.
“Ohhhh, aduh Andraaa, Aduhhhh…awww”
Sebuah senyum kemenangan mengembang semakin lebar di wajah si pegulat tangguh, ia menekuk wajahnya ke arah selangkangan. Mata Andra menatap tajam pada batang penisnya yang menancap di vagina Vivi. Perlahan-lahan Andra menarik batang penisnya hingga sebatas leher penisnya saja yang mengait vagina gadis itu. Selain cairan kewanitaan Vivi ada cairan kemerahan yang membasuh batang penisnya, darah perawan dari gadis cantik yang ia perkosa, Vivi menjerit keras saat penis Andra kembali bergerak menggenjoti vaginanya.
“Jrossshhh,Jrosssshhhh.. Blussshhhhhh, Jrebb-Blussshh…”
Seiring dengan naiknya libido si pegulat tangguh, batang penis Andra bergerak semakin dan lebih cepat lagi,   menumbuki vagina Vivi dengan kuat. Tubuh gadis cantik itu terguncang hebat seirama dengan sodokan-sodokan batang penis Andra yang menusuki belahan kewanitaannya.
“hkkk.. hkkk hkkkkk….”
“Clep.. pepphhh.., clepppppphhh…”
Suara Isak tangis Vivi bagaikan bumbu penyedap di tengah suara tumbukan-tumbukan becek batang penis Andra yang semakin lancar menikmati kenikmatan liang vagina gadis cantik itu.

“Cleeeppp.. clepppphhh.. Cleppppp…pephhhhh. Cleppp…”
“Aduh-duh- aduhhhhh…!!Akhhhhh…., ennnhhhhhhhh….add-huhhhh”
Vivi mengaduh saat Andra meraih pinggangnya, tanpa melepaskan batang penisnya Andra dari belahan vagina Vivi, ia mengubah posisinya menjadi duduk saling berhadapan dengan gadis cantik itu. Vivi merasakan penis Andra bergerak seperti sebuah dongkrak yang tengah mendongkrak liang vaginanya ketika Andra berusaha untuk merubah posisinya, disertai suara rintihan Vivi yang menggairahkan akhirnya Andra berhasil untuk melaksanakan niatnya.
“Nahh gimana rasanya duduk diatas titit Andra ?? enak ya Vi, Andra juga enak koq didudukin sama memek kamu he he he he“
Vivi si susu besar kini menduduki batang penisnya, kedua kaki Vivi yang halus mulus mengangkang pasrah seperti huruf “U” mencapit pinggang Andra, tangan Andra membelai wajah Vivi yang tengah meringis antara sakit dan nikmat, dengan mesra Andra melumat-lumat bibir Vivi sebelah bawah kemudian melumat bibir Vivi sebelah atas. Setelah puas barulah Andra melumat bibir Vivi, dikulumnya bibir si susu besar kemudian dipangutinya dengan liar. Andra bersandar santat pada dinding di pojok basement.
“Hemmmmm, Mmmmmm Ckkk.. Ehemmmmhh… Mmmmmm”
Terdengar suara mulut Vivi yang tengah diemut, dicaplok dan dilumat dengan paksa oleh Andra. Si pegulat tangguh memerintahkan Vivi agar menjulurkan lidahnya keluar, Nyoott..! Nyooooooottt… Nyooooootttt….nyoootttttt Andra menghisapi lidah Vivi. Vivi yang mulai terlena oleh bujuk rayu birahi   membalas pangutan-pangutan bibir Andra.
“Ungh-Uh, owh-ow-ah…ahhhh, Andraa-hhhhh……”
“Sleppphhh.. Bleshhhh…, Bleppphhh… Slepppphhh…”
Tubuh Vivi terlonjak-lonjak saat batang penis Andra menusuk ke atas menghujami vagina gadis cantik itu, kedua tangan Andra mencapit pinggang Vivi kemudian disertai geraman keras si pegulat tangguh mempercepat tusukan-tusukan mautnya. Sungguh malang nasib Vivi, tubuhnya terlompat tanpa daya diatas batang penis Andra yang melesat kuat  menggempur belahan bibir vaginanya.

“Aduh Vi, Aduh, Enak amat…, Ngahh, Oo-uuhhh…!!”
“oh-ohh-aaaggghhhh…auhhhh, Andraaa, affffhh, nnnggghhh…nnnnhhh, emmmmhhh”
Keluh kesah Vivi berbaur menyatu dengan geraman dan desahan-desahan Andra. Si pegulat tangguh bekerja  dengan giat menghentak-hentakkan batang penisnya keatas dengan ketukan ½ ketuk, Mata Vivi yang sipit terpejam – pejam menikmati batang penis Andra yang mengocoki cepitan vaginanya, cairan kewanitaan Vivi meleleh membasuh batang penis Andra yang berkilat seperti  sebatang kayu yang dipernis.
“OUGGHHH…., Viviiii…!! Enak Vi!!, umh-munhh,Enakkhh..!! Nyot-nyottt-nyott” sambil mengangkat angkat dan menariki pinggang Vivi ke bawah. Andra menyusu dengan rakus bergantian di kedua payudara Vivi yang montok. Lidahnya berkali-kali terjulur mengulas-ngulas melingkari puting susu gadis itu yang keras meruncing.  Mulut Andra tampak kempot saat ia mengenyot-ngenyot kuat putik susu Vivi hingga gadis itu merintih hebat dalam dekapan nafsu birahi Andra.
“unh-unnhHHHHHH,,,, crrrrr… crrrr creeeetttthhh”
Andra terpana ketika tubuh Vivi tiba-tiba mengejang kemudian menggeliat dengan indah. Liang vagina Vivi terasa semakin nikmat ketika vaginanya berkontraksi menyemburkan cairan-cairan kenikmatan. Dengus nafas Vivi disertai rintihan-rintihan kecilnya membuat Andra semakin bergairah Ia menggigit leher Vivi hingga si susu besar mengeluh keras.
“Auhh….!!!”
Gadis cantik bermata sipit itu hanya dapat mendesah pasrah ketika tumbukan demi tumbukan batang penis Andra meluluh lantakkan kembali pertahanannya, lagi..lagi dan lagii hingga ia terkulai lemas kehabisan tenaga.

“Cleppp.. Cleppppp.. CLEPP…!! CLEPPPHHH… CLEEEPPPHHHH..!!”
“Ahhhh.. Ahhh Ahhhh aaaaaaaahhhhhh.. crrrrr.. creettttthhhh…”
Dengan rajin dan giat Andra terus memacu batang penisnya sambil mendekap tubuh Vivi yang sudah dibanjiri keringat dalam pelukan nafsunya. Andra menggeram–geram hebat bagaikan seekor binatang yang sedang terluka, irama tusukannya semakin kuat-kencang tak beraturan. Jemari Andra mencengkram buah pantat Vivi kemudian menekan bokong gadis cantik itu hingga kemaluan mereka bertaut erat, batang penis Andra terbenam sedalam-dalamnya ke dalam liang vagina Vivi.
“HUNGH-ARRGGGHH…!! CROTTT… CROTTTT….”
Terdengar suara Andra mengejang keras. Sperma si pegulat tangguh menyembur dari lubang penisnya mengisi liang vagina Vivi. Blukkk…punggung Andra terhempas ke belakang pada dinding, ia mendekap tubuh mulus Vivi yang terkulai lemah dalam pelukannya, sesekali telapak tangan Andra mengusapi punggung Vivi yang basah. Butiran-butiran keringat mengguyur tubuh Vivi dan si pegulat tangguh, dengus nafas gadis cantik itu terdengar keras, sekeras dengus nafas Andra.
“Vii, memek kamu nikmat banget… he he he”
Andra mengusap-ngusap rambut Vivi. Setelah beristirahat beberapa saat lamanya, Andra membopong tubuh Vivi dan membaringkan gadis itu di atas sebuah kursi sofa panjang berwarna coklat tua. Andra berdiri menyaksikan lekuk liku tubuh mulus Vivi yang molek, lelehan peluh membuat tubuh mulus gadis cantik itu mengkilap indah. Sebuah senyum mesum mengiringi kebangkitan batang terkutuk di selangkangan si pegulat tangguh. Mata Andra berbinar-binar menyaksikan payudara Vivi bergerak turun naik seirama dengan helaan nafas gadis cantik itu sementara batang penis Andra mengangguk-angguk mengeras.

“Awwww., akkhhhhsss…unnnhh!” Vivi memekik kecil ketika Andra melompat dan menerkamnya.
Dengan liar Andra  menggeluti tubuh si susu besar yang menggeliat lemah, terdengar suara lenguhan kecil Vivi ketika Andra membalikkan tubuh mulusnya. Dengan paksa ia menarik pinggul vivi menungging. Vivi hanya dapat kembali menangis ketika selangkangan Andra menaiki dan meneduhi buah pantatnya. Vivi tahu apa yang hendak dilakukan oleh Andra. Air matanya semakin deras meleleh saat sebuah benda menggeseki belahan pantatnya kemudian menekan-nekan liang duburnya. Benda keparat itu bergerak kasar menekan dan terus mendesak dengan kuat, lingkaran otot dubur Vivi dipaksa merekah dan terus direkahkan oleh kepala benda keparat di selangkangan Andra. Satu lesatan yang kasar merobek liang anus gadis itu hingga Vivi menjerit, melolong  kesakitan.
“AOWWWWWWW, NGHHH…!! Sakittt.. Andraaa… , AMPHUNNH OWWWWWWW .!! AWWWWWW… Aduhh AMPUNNNN…,AKH”
Mendengar jerit dan rintihan Vivi, Andra malah semakin bernafsu membenamkan batang penisnya membongkar paksa liang anus Vivi. Tubuh Vivi menggigil hebat menahan rasa sakit ketika batang penis Andra menghentak-hentak menyelinap memasuki liang duburnya.
“AJE-GILE, ENAK TENANNNN.! Viiiii…! Liang sesempit dan senikmat ini kan mubazir kalau sampe ngak dipake, buset dahhhh…. he he he he he….”
Seorang siswi cantik berdada bongsor menjerit-jerit dan menangis keras kesakitan dalam keadaan kedua tangannya terikat ke belakang sementara seorang sahabatnya yang berdarah Jawa-Ambon menggeram keras keenakan menunggangi buah pantatnya yang bulat padat. Mata Andra mendelik-delik nikmat ketika batang penisnya terbenam semakin dalam menyelami liang  anus Vivi.

“Arrrhhh,Uh-Awhh…AWWWW…!!hsh-hsh-awh, SAKITTTT..ARH.!”
Vivi mengerang keras saat batang penis Andra  menusuki liang anusnya yang peret-sempit, jerit kesakitan dan erangan Vivi terdengar semakin memilukan ketika Andra memompakan batang penisnya bergerak lebih cepat dan kuat menggedor-gedor liang anus gadis itu, tubuh Vivi tersungkur-sungkur dengan sebatang penis tertancap mengait di lubang duburnya.
“Pokkhh… Pokkkhh… Pokkhhhh… POKHHHHH…!!”
“Viiiii….!! Urrrhhhh….!! OUGGHH…., EDUANNNN….!!”
“Aduhhh, aduhhh, Akkhhh Aduhhhhhh…!!”
“Plofhh…plofhhh..plofhh..plofff…PLAKKK…PLAAKKK…PLAKKK…PLAKK!!”
Andra semakin ganas mengayunkan batang penisnya memompa liang anus Vivi dengan gerakan yang kasar. Tubuh Vivi terdesak maju-mundur mengikuti helaan batang penis Andra. Terdengar suara benturan- benturan keras yang khas pada saat selangkangan Andra beradu dengan buah pantat Vivi yang empuk.
“Enh-enh-enhhh…!, awwwww….!!, ssudah-Andra sshudahhh…Awh-Ahh, perih-perihhhh-sakiiiiittttt-ahhh” Vivi merengek kesakitan.
“D-jrebb—Jrebb-Dreppphh..Slpphh-ook.!!. Seph-phokk-Seph-phokkk..!!”
seolah tidak mendengar jerit kesakitan Vivi, batang penis Andra bergerak liar.
Si pegulat tangguh memejamkan matanya ia terlena dibuai oleh kenikmatan. Dengan gencar Andra terus menusukkan batang penisnya memompa liang anus Vivi. Kedua tangannya mencengkram pinggang Vivi kuat-kuat, serentetan tusukan batang penis Andra membuat Vivi kembali memohon belas kasihan Andra, liang anusnya terasa pedih dan panas, sakit sekali rasanya.
“Pelan-pelanh, Andra-Oww, Pelannnhhhh…., sakit sekali andraaaaa.., SAKIT.. aaa-aaduhhhh… Achhhhhhh…sudahh.. hentikann…”

“Bolehhh, aku akan berhenti.., tapi sebagai gantinya kamu harus menserviceku, gimana Vi??”Andra bertanya sambil menghujamkan batang penisnya dalam-dalam.
“Iy-iya, …Iyaaaaa-ahhhh…., adu-duhh, perih.., Aouwwhh”
Sebuah senyuman melebar di wajah Andra, kedua tangannya melepaskan ikatan tangan Vivi. Gadis cantik itu mendesah lega saat Andra mencabut batang penisnya, namun sayangnya rasa lega itu hangus dalam waktu sekejapan mata ketika Andra menempelkan ujung penisnya kembali pada otot anus Vivi.
“Andra, jangan di situ Andrahh..pedihh!!”
“Pelan koq Vii… he he he…”
Andra terkekeh sambil menggesek-gesekkan kepala penisnya pada belahan buah pantat Vivi, ujung penis Andra mencolek-colek dubur Vivi yang kini sedikit merekah, diulek-uleknya otot dubur Vivi yang terasa hangat nikmat. Dengan desah nafas nafsu yang memburu Andra mendesakkan kepala penisnya memasuki jepitan otot anus Vivi yang nikmat. Senti demi senti penis Andra merayap masuk semakin dalam membelah anus Vivi yang kembali merintih-rintih kecil. Andra menjambak rambut Vivi hingga kepala Vivi terangkat, jemari Andra mengurut-ngurut clitoris Vivi, mengucek-ngucek belahan bibir vagina Vivi sementara penisnya kembali memompa menikmati liang anus gadis cantik itu.
“aaahhhh…., crrrrr… srrrrrrrr……”nafas Vivi tertahan batang penis Andra bersorak menang, saat Vivi mendesah mencapai puncak klimaks.
“Unnnnnnnggggghhhhhh…!!” Vivi melenguh saat Andra mendesakkan batang penisnya dalam-dalam, selangkangannya mendesak buah pantat Vivi yang empuk lembut.

“Kecrotttt…croootttt…” tubuh Andra rubuh menindih punggung Vivi, beberapa saat kemudian dengan nafas yang masih terengah sipegulat tangguh mencabut penisnya dari anus Vivi, tubuh Andra berjalan limbung. Ia duduk bersandar sambil mengangkang di atas sofa, sementara Vivi terdiam, ia meringis sambil memegangi bokongnya. Telapak tangan Vivi menyusut air liur Andra yang tertinggal di bongkahan payudaranya yang putih besar menggairahkan, wajah Vivi yang cantik tampak semakin sensual ketika ia meringis, tubuh moleknya yang seksi ditunjang sepasang buah dada yang ranum besar membuat nafsu Andra kembali bangkit, batang penisnya menggeliat dan teracung bagaikan sebatang tombak yang siap untuk kembali ditusukkan pada belahan kenikmatan di selangkangan Vivi.
“Vii..koq malah diem sich…naek sini…kita ngentot lagi”
Si susu besar menghampiri Andra, tangan si pegulat tangguh meraih pinggang Vivi. Dengan menahan rasa malu Vivi naik ke pangkuan Andra dalam posisi FACE-To-FACE-SITTING, dengan reflek Vivi menarik buah dadanya ketika lidah Andra terjulur keluar hendak menjilat putting susunya. Vivi berhasil menghindari satu jilatan-nakal Andra namun tidak dengan jilatan susulan si pegulat tangguh. Tangan kanan Andra menekan punggung Vivi hingga buah dadanya membusung ke depan
“Slllphhhhhh… slllppphhhh… ckkk..slllphhhh” lidah Andra menjilati puting susu Vivi kemudian mulutnya memangut bulatan susu Vivi yang putih besar tanpa terlewatkan satu centi-pun, dengan lembut Andra mengusap-ngusap bongkahan payudara Vivi, mata Andra menatap nanar sambil meremas-remas buah dada Vivi yang montok, mulut Andra mencucup putting susu Vivi kemudian menghisap dengan kuat.

“Hssh..uh-uh…, Andraaaaa…ouhhh!! Sssss, Andra… aku.. aku..ohhhhh..!! Andra …ahhhhh…hisapp, hisappppp aaa-ahhhhhh”
Vivi mendekap kuat kepala Andra yang kini tengah asik menyusu di dadanya. Mulut Andra memangut-mangut di beberapa tempat sehingga Vivi mendesah dalam rintihan memanjang, sentuhan hangat bibir dan lidah Andra semakin menggila sehingga membuat gairah Vivi melonjak-lonjak tanpa dapat ditahan-tahan. Vivi sempat menjerit keras beberapa kali untuk melepaskan birahi jalang yang semakin menguasai gerakan-gerakan tubuhnya yang liar.
“Hmuufffhhh, Amfunnn.. Viimmh.. Amffuhn…!! MAMFUSH  AHFUUU… Huffhh… Hufffffffhhhh….!!HUFHHH…!!”Suara Jeritan Andra Teredam  diantara belahan payudara Vivi, tubuh Andra menggelepar-gelepar kehabisan nafas, Andra berusaha mendorong tubuh Vivi, namun kini Vivi melawan, dipitingnya leher Andra kuat-kuat hingga Andra mengeluh tak berdaya.
“AmHpHuM ViiiMMHH.. ERMMHH….!!.”
“Beneran ampunn ??”
Andra mengangkat dua jarinya keatas membentuk huruf V, Vivi melongkarkan pitingannya, ia tersenyum manis, mengusapi rambut Andra kemudian menjewer kuping si pegulat tangguh. Merasa diberi angin, Andra sesuka hati meremasi induk payudara Vivi, mulutnya kembali beraksi mengenyot-ngenyot puncak payudara Vivi, digelitikinya puting susu Vivi yang meruncing dengan ujung lidahnya,. Setelah puas menjilat dan mencumbui buntalan susu Vivi yang montok, Andra meminta sesuatu yang lebih…….
“Viiii…,kita ngewe sambil berdiri…yuk, pasti lebih nikmat…..”

Vivi melepaskan diri dari dekapan Andra. Si Pegulat Tangguh ikut bangkit kemudian memeluk pinggang Vivi. Gairah kewanitaan Vivi kembali timbul, dengan jalang dan liar Vivi menyerang Andra dengan ciuman-ciumannya, lidahnya terjulur-julur mengulas bibir dan lidah Andra. Andrapun tak mau kalah, dengan liar dan ganas Andra balas melumat, mengulum dan mengemut-ngemut bibir dan lidah Vivi. Tangan Vivi meraih penis Andra kemudian ia mengocok-ngocok penis Andra, sementara kedua tangan Andra sibuk menggerayangi lekuk liku tubuh Vivi. Bibir Andra Dan Vivi semakin seru berperang, mereka saling memangut dengan gairah yang menggebu-gebu, lelehan peluh semakin deras membasuh tubuh dua insan yang asik melampiaskan nafsu terlarang.
“ooohhhhhhhhh.. nnnnnhhhh… nnnnhhhhh”
Vivi menyodorkan vaginanya menyambut desakan penis Andra. Batang penis si pegulat tangguh mengait vagina Vivi, suara pekikan kecil Vivi yang menggairahkan membuat Andra semakin bernafsu menyodoki belahan bibir vagina gadis itu. Terkadang Vivi mengeluh saat penis Andra mengaduh-ngaduk liang vaginanya. Andra menggeram nikmat saat Vivi membalas dengan menggoyangkan pinggulnya mirip seperti goyangan penari Hawai.
“Andraaa.., andrahhhh, ahhhh… Ohhhh”
“Terus Viiiii, terusssss….”
“WAhh Bapak ketinggalan nihhh….”
“Ohhh…” Vivi menolehkan wajahnya ke belakang ketika mendengar suara pak Agung dibelakang tubuhnya, gerakan pinggul Vivi mendadak terhenti.
“WA-ha ha ha, ngak ketinggalan-ketinggalan amat koq Pakkk…, Viiii, pak Agung pengen tuchhhh……Pluppphhh…” terdengar suara letupan lepasnya alat kelamin ketika Andra mencabut batang penisnya dari vagina Vivi.

Si gemuk mendorong Vivi ke arah pak Agung, dengan cepat Pak Agung meraih tubuh molek si susu besar, dengan mesra ia mencumbui leher Vivi dari belakang. Dipangutinya pundak dan bahu gadis itu. Kedua tangan pak Agung menangkap dan meremasi payudara Vivi dari belakang. Vivi terdiam saat Pak Agung membimbingnya ke arah meja billiard, tangan Vivi bertumpu pada pinggiran meja billiard untuk menjaga keseimbangan ketika Pak Agung menarik pinggulnya ke atas. Sementara Andra berjongkok di samping tubuh Vivi, ia membelai-belai payudara Vivi yang terayun dengan indah ketika Pak Agung mulai menjejalkan kepala penisnya mendesak lingkaran otot vagina Vivi yang mungil, Pak Agung memaksa agar batang besarnya masuk ke dalam belahan vagina Vivi.
“Aa-eunhh…!! Sssss.. sssssss….. OAWWWW….!!”
Vivi menjerit keras ketika kepala penis pak Agung mencelat memasuki liang vaginanya yang sempit mungil, tubuhnya mengejang menahan hentakan batang penis besar panjang yang semakin dalam menyelami belahan liang vaginanya.
“Aduh-duh, ngilu pak, ngiluu…cabuth, AWWW…. BhaPAKKKKKK….!!”
Vivi menjerit melengking, nafas pak Agung memburu, ia terangsang mendengar suara jeritan Vivi, Broossshh..!! dengan kasar sang guru malah menyodokkan batang penisnya. Batang besar di selangkangan pak Agung melesak kasar membelah belahan vagina Vivi. Pak Agung terus menjejalkan batang besarnya hingga mentok.
“ADUH-DUH…!! ADUHHH-AWWWW…., Owahh, bbebb-besarrr amathh AGGGGGHHHH….!!” Vivi mengeluh, gadis cantik itu menceracau tidak karuan.

“C-gluk… CEglukkkk….,Glukk” berkali-kali pak Agung menelan ludah menikmati kelembutan buah pantat Vivi yang bergesekan dengan selangkangannya, untuk beberapa saat pak Agung merendam batang penisnya di dalam cepitan vagina Vivi yang sempit. Andra menggeser posisinya, si pegulat tangguh berjongkok  tepat di bawah susu Vivi yang menggantung indah, kedua tangannya membelit pinggang Vivi, wajahnya terangkat ke atas menciumi payudara Vivi yang menggantung.
“HAPPPP….!! HAPPPP!!nyot-nyott-nyott-NYOTT…!!”, Andra mengenyot-ngenyot putting susu Vivi.
Pak Agung mulai membetot dan menjebloskan batang penisnya. Tubuh mulus Vivi mulai terdesak-desak maju-mundur. Mulanya perlahan namun semakin lama semakin cepat.
“Slephhh… Slebbbhhhhh..!! Dheppphh.. Blepphhhh….Drreepphh”
Mata Vivi membeliak-beliak saat penis pak Agung berkali-kali melesat-kuat, menghajar liang vaginanya. Tangan pak Agung menarik-narik pinggul Vivi pada saat yang bersamaan guru bejat itu berkali-kali menyodok-nyodokkan batang penisnya hingga terdengar suara tumbukan-tumbukan keras, sesekali pak Agung memperlembut kocokan penisnya kemudian tiba-tiba menyerang dengan brutal.
“OWW..! Owwwwhhh…!! Ah-ah-ahh….BAPAKK…., AUHH…!!”
“PLAKKK…!! PLAKKK…!! PLAKKKK !!!!”.
“S-rrruuuchhhh… Crrruuttttt… crrrrrrrrrrt…….”
Tubuh Vivi gemetar hebat, vaginanya berkedutan, cairan vaginanya membanjir dengan nikmat, serangan Andra yang terus mengemut-ngemut putting susunya dan juga serangan serangan pak Agung yang prima membuat Vivi merintih tanpa daya. Sesekali pak Agung menarik keatas pinggul Vivi yang turun agar lebih leluasa menyodoki liang vagina gadis bersusu besar itu dari arah belakang.

“J-jangan..!! JANGAN DISITU PAKKKK….!!”
Entah mendapatkan tenaga dari mana Vivi meronta sekuat tenaga ketika kepala penis pak Agung mendesak kuat liang duburnya. Saat cengkraman pak Agung terlepas Vivi membalikkan tubuh dan mendorong pak Agung kuat-kuat.
“E-ehh… Viii…jangan lari gitu dong ahh…hiaatt…, Blukk!!”
Andra mengejar Vivi yang berusaha meloloskan diri, tangan Andra bergerak menyambar mencekal kuat-kuat pergelangan tangan si susu besar. Dengan paksa Andra merobohkan Vivi dalam keadaan terlungkup kemudian  memiting tangan Vivi ke belakang sementara pak Agung menerkam buah pantat Vivi, diremasinya buah pantat gadis cantik itu.
“Rileks Viiii…, rilekssss… he he he he”
“Andraaa, Aku nggak mau disituuu, jangan, Andra, lepaskan aku…, PAKK.., nggak mauuuuu, jangannn….!!”
Andra merejang Vivi yang meronta-ronta, sementara pak Agung menaiki bokong Vivi, beberapa kali batang penisnya mengusap belahan buah pantat si susu besar, kemudian dengan liar pak Agung menjejal-jejalkan batang penisnya berusaha menjebol dubur Vivi, batang besar pak agung tampak kesulitan saat berusaha menyelinap masuk kedalam dubur gadis cantik itu.
“JANGAN PAKK…!! BAPAKKKKKKKKK..!! HEGKHHHH….!! NNGG-AKKHHH , aaaaaaa-aaaaaWW!!”
Suara jeritan Vivi melengking semakin keras, kemudian lenyap menghilang, digantikan oleh dengusan nafas dan erangan – erangannya, kepala penis pak Agung yang besar mendesak kasar membongkar otot duburnya.  Tubuh mulus Vivi mengejang hebat ketika pak Agung menyentakkan batangnya berkali-kali penis besar pak agung merobek-robek liang anusnya.

“Unnnhhhh…, Nikmatttt…”  pak Agung membatin keenakan, sementara batang penisnya terus mendesak membongkar liang anus Vivi, sesekali Pak Agung menghentikan desakan penisnya ketika mendengar Vivi merintih kesakitan, setelah agak lama pak Agung kembali melanjutkan gerakannya menyodomi anus Vivi.
“Buka mulut Viii…., yaphhh….gitu…” Andra menjejalkan penisnya kedalam mulut Vivi, sementara pak Agung menarik pergelangan tangan Vivi ke belakang, hingga wajah Vivi sejajar dengan penis Andra.
“Houfffhh…fuffhhhh…Heu-mmhh, ngakk.. Hufff-emmmhh…!!” mulut Vivi disumpal oleh batang penis Andra.
“Farida lagi ngapain Pak ?? “
“Lagi tidurann, sepertinya dia masih kecapaian….”
“Ha Ha Ha.., bapak sih, ngak kira-kira…”
“O, iya menurut kamu siapa sih yang paling cantik diantara keempat temanmu?” pak Agung meminta pendapat Andra sambil terus menyodokkan batang penisnya keluar-masuk, menyodomi anus Vivi.
“Hemmm ?? susah pak, mereka semuanya CUAN-TIKKKKK……”
“Dasar PLAYBOY Ha ha ha ha…..”
“Tapi bapak setuju sama Andra kan ?? HA ha ha ha, Ayo Pak terus…!!Rojok yang kuat….., HARDCORE PAK, HARDCOREEE…!!”
Sambil mendesakkan penisnya ke dalam mulut Vivi, Andra menyemangati pak Agung untuk memompakan penisnya, tanpa diminta dua kali pak Agung segera bekerja keras mengayunkan penis besarnya kuat-kuat. Andra menarik penisnya dari mulut Vivi ketika gadis bersusu besar itu terbatuk-batuk, kemudian kembali menyumpal mulut Vivi dengan penisnya setelah batuk Vivi agak reda. Pak Agung menyodomi Vivi dengan kasar begitu pula dengan Andra yang begitu liar mendeepthroat si cantik berdada bongsor.
“Ah-ah-ahhhh, Sudah-pak uhukk.., uhukkkkk, sudah-sudah-awwww….”

Pak Agung menjatuhkan tubuhnya kebelakang sambil menarik pinggul Vivi, kini dubur Vivi menduduki penis Pak Agung yang berbaring dilantai. Pak Agung menarik tungkai kaki Vivi mengangkang. Andra mendorong bahu Vivi hingga punggung si susu besar menimpa tubuh Pak Agung. Si pegulat tangguh menggesekkan ujung penisnya pada belahan vagina Vivi yang merekah.
“Andra ?? kamu mau ngapain, Ee-ekhhh…,”
“Ouhhhhh……JREB-BLuSSSHH…!! AKH..!UNGG- HHHH” Vivi melenguh keras, liang anus dan liang vaginanya terasa sesak diisi oleh penis Andra dan pak Agung, tubuh Vivi menggigil hebat.
“Gimana Viii ?? enak ngak…??”
Pak Agung dan Andra terkekeh mesum mendengar suara rintihan lirih Vivi, tubuh Vivi menggeliat keenakan diantara jepitan tubuh Andra dan Pak Agung, sisusu besar merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakan seumur hidupnya. Birahi Vivi bergolak hebat, gairah kewanitaanya berontak, begitu jalang, liar dan ganas. Pak Agung dan Andra saling berlomba menghujam-hujamkan batang penis mereka, rintihan-rintihan dan jeritan liar Vivi membuat mereka berdua semakin bergairah, semakin terlarut dalam kenikmatan birahi yang ganas dan liar.
“Ahhh-ahh BAPAKK…Owww-ANDRAAA….Ahhhhh.. AWW..!!” terdengar suara seorang gadis cantik berdada besar yang menjerit-jerit didera oleh nafsu birahi ditengah suara – suara kekehan dua orang penjahat kelamin yang terus berlomba memacu batang penis mereka menusuki anus dan vagina gadis itu
Gerakan-gerakan ketiganya tampak indah menggairahkan, panas sekali rasanya menyaksikan tubuh seorang gadis cantik bersusu besar  yang tengah terjepit  diantara tubuh  dua orang pria bejat.
“En-ngghh Crrutttt.. Cruuttttt……” entah berapa kali Vivi dipaksa meledakkan puncak klimaksnya, pandangan matanya semakin kabur kemudian disertai rintihan panjang Vivi jatuh tak sadarkan diri,

Entah apa yang merasuki Andra dan pak Agung mereka bedua masih asik memacu batang penis mereka masing-masing sambil sibuk menggerayangi lekuk liku tubuh Vivi. Andra dan Pak Agung bagaikan sedang berlomba mereguk kenikmatan sepuas-puasnya dari tubuh molek si susu besar yang seksi tanpa mempedulikan keadaan siswi cantik itu.
 “KECROOTTT…. CROTTTTT….”
“CROOOTTT……!!”
Andra dan pak Agung memeluk erat-erat tubuh Vivi sekuat yang mereka mampu, sementara kepala penis mereka memuntahkan cairan panas mengisi liang anus dan vaginanya, setelah agak  lama Andra dan Pak Agung bangkit berdiri, mereka tersenyum puas menyaksikan tubuh mulus Vivi yang  tergeletak tak sadarkan diri. Lelehan sperma Pak Agung dan Andra meleleh dari belahan vagina dan liang anus gadis itu. Mata pak Agung menatap tajam belahan bibir vagina Vivi yang merekah, sang guru kembali terangsang, libidonya berontak, benda diselangkangan kembali mengeras bagaikan  sebuah pasak bambu yang panjang  besar. Pak Agung meraih tubuh Vivi yang menggairahkan.
“Lohh?? Mau dibawa ke mana Pak ?? “
“Ehh, anuuu, Vivi pasti cape, pegel, BAPAK MAU mijitin dia, kasihan kan..”
“he he he he, mijit apa “mijittttt” ???” Andra menyindir pak Agung saat ia membopong tubuh Vivi menaiki anak tangga, guru bejat itu mengacuhkan sindiran Andra.
Pak Agung membopong tubuh Vivi yang masih pingsan , mata Pak Agung tak henti-henti merayapi tubuh Vivi yang molek, dibaringkannya tubuh mulus si susu besar di pinggiran kolam renang kemudian dibasuhnya wajah Vivi dengan air kolam itu.
“Viiii, bangun sayaaaang, bangunnnn!!” Pak Agung menepuk-nepuk pipi gadis itu berusaha untuk menyadarkan Vivi.

“Emmmhhh… ” Vivi mengerjap-ngerjapkan matanya, buah dadanya bergerak menggairahkan seirama dengan helaan-helaan nafasnya, gadis cantik itu menahan nafas saat Pak Agung mengelusi payudaranya yang membuntal padat.
“Kamu ngak apa-apa kan??” Pak Agung tersenyum lembut.
Byurrrrr…..sang guru masuk kedalam kolam ,setelah agak lama barulah kemudian pak Agung menarik tubuh Vivi, Byurrrr…. terdengar kembali suara ceburan yang mengusik keheningan kolam. Vivi terdiam, pandangan matanya tampak kosong ketika tangan Pak Agung meremas-remas pinggulnya, kemudian meluncur ke bawah mengusap-ngusap belahan di selangkangannya, Pak Agung menarik Vivi kebagian kolam itu yang lebih dalam hingga tubuh Vivi terendam sampai sebatas leher. Ia mengangkat pinggul Vivi sementara Vivi berpegangan pada bahu kanan dan kiri guru bejat itu, mata Vivi beradu pandang dengan  mata sang guru.
“DEGGG.. DEGGGG..DEGGG…”
Pak Agung terpesona oleh tatapan mata Vivi, wajah oriental yang sensual ditunjang tubuh molek dengan payudara besar putih montok. Sementara di dalam air, ujung penis pak Agung semakin aktif mencari-cari liang kenikmatan di selangkangan Vivi. Guru bejat itu tersenyum ketika sepasang kaki Vivi berkalung di pinggangnya, tangan Pak Agung menyangga buah pantat Vivi,
“O-ohhhhh…..Baa-PAKK, Ahhhhhhhhhhhh…..” wajah Vivi terangkat ke atas ketika sesuatu mendesak kuat belahan bibir vaginanya, penis besar pak Agung merayap masuk diiringi suara rintihan lirih dan desahan panjang gadis itu.
Air kolam beriakan ketika Vivi mencoba untuk mengayun-ngayunkan pinggulnya, sementara Pak Agung menyentakkan batang penisnya menyambut hempasan-hempasan vagina si susu besar. Sesekali pinggul Vivi bergoyang liar, mirip seperti sedang bermain hulahop, Pak Agung berdecak kagum sambil mengayunkan batang penisnya.

“OUGH..!! memek kamu legit sekali sayang, terus goyang manis, teruss..!!, bagusss….,!! kamu pintar sekali sayangggg, TERUS..!!“
Pak Agung memberi semangat, memuji kelihaian Vivi, pinggul Vivi bergoyang dengan efektif mengimbangi batang penis pak Agung yang terayun cepat memanahi belahan bibir vagina Vivi yang mungil. Bibir Pak Agung dan Vivi saling memangut lama sekali bibir Pak agung dan Vivi saling mengulum, hingga akhirnya Vivi menarik bibirnya. Ia berdesahan berusaha mengambil nafas mengisi dadanya yang terasa sesak. Rintik-rintik air hujan mengguyur tubuh dua orang anak manusia yang tengah asik bercinta. Lidah Vivi terjulur-julur keluar, menjilat-jilat bibir pak agung dan Happp…!! Mulut guru bejat itu mencapluk, menghisapi lidah Vivi. Vivi tak mau kalah ia balas melumat dan menghisapi lidah pak Agung. Vivi memalingkan wajahnya ke arah lain menghindari tatapan mesum sang guru, nafasnya berdengusan dengan keras saat batang penis Pak Agung mengocok-ngocok liang vaginanya..
“Ohhhh, Bapakkk, Bapakkkkk… Akkkhhh Baaapakkkk…”
Pak Agung tersenyum sambil menjilati dan mencumbui leher Vivi, sesekali sang guru menggigit kecil leher siswi cantik bermata sipit itu yang jenjang hingga meninggalkan bekas-bekas gigitan kemerahan, tubuh Vivi meronta lembut seperti gelisah, sesuatu membuatnya resah. Pak Agung yang sudah banyak makan asam garam langsung mencerna gejala ini, di tusukinya Vagina Vivi dengan lebih cepat dan kuat hingga gadis bersusu besar itu memekik kecil.
“Ah-sss-ah-sssss….Aw..!!owahh-oww, nikmatt hssshhh…, baaa-pakk, aduhh…,ahhhhhh…”
Tidak terdengar lagi jeritan kesakitan dari bibir sisusu besar, yang ada hanya desahan dan rintihan kenikmatan saat tubuhnya bagian bawah terdesak-desak mundur akibat sodokan-sodokan batang penis pak Agung yang besar panjang.

Tangan pak Agung yang asik menyangga buah pantat Vivi menjaga agar tubuh sebelah bawah gadis itu tidak mundur terlalu jauh.
“Dhubb…dhubbb..dhubbbbb..dhubbb” tumbukan-tumbukan penis pak Agung yang kuat dan cepat berkali-kali membuat wajah Vivi mengernyit nikmat, tubuh mulusnya menggeliat-geliat resah, suara rintik hujan terdengar merdu diantara suara rintihan – rintihan kecil vivi.
“Uh-uhhhh, BAPAKKK…!! Ennhh.. Crrutttt… Crrrrrrtttt….”
Pak Agung semakin erat memeluk tubuh Vivi ketika gadis itu mengejang hebat, kuku Vivi  terbenam pada bahu Pak Agung. Sang guru tersenyum, Dikecupinya kening dan mata gadis itu yang terpejam rapat tengah menikmati puncak klimaksnya. Telapak tangan kanannya menopang buah pantat Vivi yang bulat empuk, tangan kirinya memeluk tubuh mulus Vivi yang merintih hebat saat sang guru membenamkan batang besarnya sedalam mungkin kemudian mengaduk-ngaduk lembut liang vagina siswi cantik itu.
“Enak manis. ?? gimana rasanya kontol bapak..??hemmm ??“
Wajah Vivi merona merah saat pak Agung berbisik mesum di telinganya. Pak Agung membawa tubuh Vivi ke daerah yang lebih dalam lagi, hingga dagu pak Agung terendam air kemudian ia mengangkat pinggul Vivi dan mendudukkannya dipinggiran kolam. Kaki mulusnya tertekuk mengangkang membentuk huruf M di tepian kolam renang. Sang guru membasuh selangkangan Vivi dengan air kolam dengan telaten Pak Agung membersihkan wilayah intim gadis itu, kedua tangan Vivi bertumpu ke belakang untuk menjaga keseimbangan ketika kedua kakinya semakin lebar dikangkangkan oleh pak Agung. Tubuh Vivi menggeliat kegelian ketika bibir Pak Agung mengecup mesra bibir vaginanya.
“Ahhhhhhhhhh…. “ Vivi mendesah keras, tubuhnya terperanjat keenakan menerima jilatan–jilatan dan cumbuan mesum sang guru yang begitu rakus melahap dan melumat-lumat belahan bibir vaginanya.

“Buset dahh…,” sang guru bejat melotot menatap belahan bibir vagina Vivi yang sedikit merekah, dengan lembut ditariknya bibir vagina gadis itu. Cuping hidung pak Agung kembang-kempis mengendusi aroma kewanitaan Vivi. Lidahnya terjulur keluar untuk meraih daging kecil mungil yang agak menonjol itu. Terdengar suara rintihan-rintihan Vivi ketika ujung lidah pak Agung menyapu clitorisnya, lidah pak Agung bergerak taktis mempermainkan kelentit si susu besar.
“PAKKkk…!!, ough-aaah-aaaaaa, adu-duh, duhhh, nhhh-nhhh, akhhh”
Keluh kesah Vivi membuat nafsu birahi pak Agung menggebu-gebu liar, diemutnya bibir vagina Vivi. Tubuh si cantik bersusu besar itu tersentak bagaikan tersengat alirin listrik yang sangat nikmat.
“Srrrrppp.., srrrrpphhhh srrrrhhhh”
Mulut pak Agung menghisap lelehan cairan gurih diselangkangan Vivi. Cairan lengket bak madu kegemaran para pria pencari kenikmatan, telapak tangan Pak Agung merayapi sepasang kaki mulus gadis itu yang jenjang mengangkang indah, pak guru membenamkan wajahnya dalam-dalam di wilayah intim Vivi, sesekali lidah pak Agung membelit-belit rambut jembut Vivi., saat Vivi terlena mulut Pak Agung mencucup liang vaginanya.
“Ah-ah-awww…!!”
Vivi menarik pinggulnya, pak Agung menarik pinggul Vivi yang hendak melarikan diri dan HAPPPPPP…..!! mulut pak Agung mencapluk selangkangannya, mengenyot ngenyot vaginanya dengan kuat, tubuh Vivi menggeliat indah kemudian blukkk, punggungnya terjatuh ke belakang, rintik-rintik hujan deras bagaikan ribuan paku kenikmatan yang memaku tubuh molek si cantik berdada bongsor.
“uuu-uhhh.. Srrutttt-cruutt-crutt-cruttttt….”

“Srrrr-phhh.. slllrrr-ruuuupppphhhhh.., nyooottt…, nyemm nyooottthh”
Vivi menatap pak Agung yang tengah menyedot cairan gurih dari wilayah tubuhnya yang terintim, kedua kaki Vivi melejang-lejang dengan indah saat lidah pak Agung membasuh vaginanya, jemari sang guru mengelus-ngelus selangkangannya dengan lembut dipijatinya bibir vagina gadis itu yang memar kemerahan. Vivi menggeser tubuhnya, pak Agung keluar dari dalam air, merangkak dan duduk disisinya, dengan lembut pak Agung memeluk tubuh Vivi, ia mengajaknya berbincang-bincang di tengah-tengah guyuran hujan deras. Vivi hanya menjawab ala kadarnya, rayuan-rayuan pak agung dan usapan-usapan lembut sang guru yang menggerayangi lekuk liku tubuhnya membuatnya kembali terangsang.
“ck-ck-ck…,wah-wah besarnyaaa…!!” Pak Agung membatin di dalam hati sambil melirikkan ekor matanya pada dada Vivi.
Nafas Vivi tertahan, telapak tangan kanan Pak Agung menangkup bulatan payudaranya yang membusung kemudian meremas-remas induk susu Vivi bergantian yang kiri dan yang kanan, bibirnya melumati bibir Vivi.
“Ayo sayang…, naik manis…”
Sambil membaringkan tubuh dipinggiran kolam renang pak Agung menarik tubuh si susu besar agar menaiki tubuhnya yang kekar berotot, sebelum naik si susu besar mengerlingkan ekor matanya pada sesuatu di selangkangan sang guru, kedua tangannya bertumpu pada dada pak Agung. Vagina Vivi memayungi batang besar di selangkangan Sang Guru, hingga selamat dari guyuran hujan deras, Vivi terdiam dalam posisi woman on top.
“Ayo sayanggg, masukin, bapak sudah ngak tahannnn”
“susah pakkkk…., terlalu besar.. emph-auhh…”Vivi mencoba menurunkan belahan vaginanya, agar penis pak agung segera mamasuki dirinya.

“coba terus Viiii, nanti juga masukk, ayoo terus sayang.. tadi juga kan bisa masuk…!! ayooo-terus…tekan..!! tekan terus sayanggg masukin kontol bapakkkk” tangan kanan pak Agung membantu menarik pinggul Vivi ke bawah, sementara tangan kirinya menjejal-jejalkan penisnya pada belahan vagina si susu besar.
“Emphh-mphhh…  aaa-ahhhhh…!!!!”
Nafas Vivi terputus-putus, otot vaginanya yang mungil merekah berusaha menggigit kepala penis sang guru yang mulai tak sabaran menyodokkan batang penisnya ke atas kuat-kuat ingin segera berendam dalam liang sempit si susu besar yang nikmatnya bukan kepalang.
“ssh-seb-sebenthar PAKK…., aaauh-AWWWWWWWWW…..!!”
Vivi membeliak menatap pak Agung, mulutnya ternganga lebar ketika batang besar itu melesat disentakkan oleh pemiliknya. Wajah Vivi tertekuk berusaha mengintip kearah selangkangannya yang terasa sesak. Bibir vaginanya terdesak-desak kedalam ketika ‘helm’ besar itu memaksa untuk masuk.
“Blubbbbb,AUHHHH….!!” kepala penis Pak Agung mencelat masuk dan terjepit hingga sebatas leher penis, belum juga hilang suara keluhan keras gadis cantik itu……., pak Agung mencoblos belahan  bibir vagina Vivi kuat-kuat
“He-enghh-OWWW…!! OWWW-Ahhhhhhhhh, aaaaaaaaaa..,,”
Tubuh gadis bersusu besar tersentak-sentak ke atas ketika Pak Agung menyodok-nyodokkan batang penisnya, gerakan-gerakan Pak Agung baru berhenti ketika selangkangannya beradu rapat dengan selangkanganVivi. Matanya berbinar-binar merayapi keelokan tubuh Vivi, tangannya mengusap-ngusap sepasang buntalan payudara Vivi yang bongsor, diremas-remasnya hingga muridnya yang cantik merintih pelan.

Perlahan-lahan Vivi mencoba untuk menaik-turunkan pinggulnya, sesekali ia mendesis kecil ketika mencoba  untuk menghempaskan vaginanya ke bawah dengan gerakan yang agak kuat. Terkadang tubuh Vivi seperti terperanjat kemudian menggigil hebat dengan desah nafas yang tertahan, setelah dapat menguasai diri, si susu besar kembali melanjutkan gerakannya, menaik-turunkan vaginanya pada batang penis pak Agung, cairan vagina Vivi yang membanjir membuat pergesekan terlarang itu semakin mengasikkan. Vivi merintih merasakan desakan-desakan batang penis pak Agung, dengan sabar pak Agung membantu menaik turunkan pinggul si cantik bersusu besar. Butiran-butiran keringat Vivi meleleh dengan indah, seindah desisan dan desahannya yang merdu. Hujan deras berganti dengan rintik-rintik gerimis-lembut yang mengasikkan seolah-olah sedang menyemangati perbuatan terlarang antara seorang guru dengan seorang muridnya.
“Em-ennhhhh , srrruch-crut-cruttt…Eshh-hssshh baPAKK…!!oohhhhh, Bluk”
tubuh Vivi roboh menimpa tubuh pak Agung yang tersenyum sambil memeluk erat-erat tubuh wanita bersusu besar yang tengah menggelepar menikmati puncak klimaksnya.
Sang guru menekuk kedua kakinya mengangkang, kemudian sambil mencengkram pinggang si susu besar pak Agung mengangkat-angkat pinggulnya, secara otomatis batang penisnya menyodok ke atas dengan kuat. Vivi bagaikan sedang menaiki seekor banteng yang mengamuk liar. Vagina Vivi dihantam hebat oleh batang besar di selangkangan sang guru.
“Emmmh-pelan-pelan Pak.. BAPAKKK.. auhhh-uh…”
“Memek kamu enak banget Vii, Bapak suka, oohh Sayangggg….nikmat sekali….”

Gerakan-gerakan liar Pak Agung membuat Vivi kelojotan, rintihan, desahan, rengekan, bahkan jeritan keras terdengar bersahutan dari bibir si cantik bermata sipit. Buah dadanya yang besar menempel di dada gurunya. Pak Agung semakin bersemangat menyodokkan batang penisnya ke atas. Ia berguling untuk membalikkan posisi, kini Vivilah yang berada di bawah tindihan tubuh Pak Agung dalam posisi missionary.
“O-ohh, Owwww. Oww….akkkssshh.. adu-du-duhhhh.. ahhhhh…”
Vivi tidak sanggup lagi untuk menguasai diri, ia menjerit liar menikmati setiap sodokan-sodokan batang penis pak Agung, terkadang Vivi berusaha menahan gerakan pinggul pak Agung yang menyodok terlalu kasar, dengan gemas pak Agung menepiskan tangan Vivi kemudian dipompanya lagi belahan vagina Vivi hingga gadis itu terengah-engah dan memekik keras. Sang guru menekuk wajah kearah selangkangan Vivi, bibirnya tersenyum menyaksikan penis besarnya yang tengah mendesaki vagina Vivi. Bibir vagina gadis Chinese itu sampai terdesak melesak kemudian termonyong keluar ketika Pak Agung menarik penisnya.
“nnn-nhhhhh…. Ahhhhhhhhhhhh… kecrut-kecrutt-crutttttt..-crutt”
Desak-desakan batang penis pak Agung yang besar-panjang kembali menenggelamkan Vivi ke dalam palung kenikmatan yang paling dalam. Kedua matanya mengerjap-ngerjap sementara mulutnya ternganga lebar membentuk huruf O besar, Vivi merasakan hantaman gelombang kenikmatan. yang membuat cairan vaginanya kembali menyembur-nyembur dalam denyutan-denyutan yang nikmat.
“Emmhhh… crrrrut-crut-cruttt…”
Bersamaan dengan meledaknya puncak klimaks Vivi, pak Agung semakin kasar menjeblos-jebloskan batang penisnya, didesaknya kuat-kuat liang nikmat di selangkangan si susu besar, dirojok-rojoknya dengan kuat, dihantam dan ditusukinya belahan liang mungil nikmat diselangkangan Vivi dengan gerakan-gerakan yang liar.

“ARGGGHHH…!!!KECROOOOOOOTTTT”
Pak Agung membelit tubuh mulus Vivi kemudian ia menghujamkan batang penisnya dengan kuat. Suara rintihan-rintihan lirih bercampur dengan deru desah nafas sang guru yang tengah menindih muridnya. Berkali-kali Pak Agung berbisik mesra di telinga Vivi, memuji kemolekan tubuhnya, memuji kenikmatan vaginanya hingga Vivi merasa jengah di bawah rayuan-rayuan manis pak Agung. Penis pak Agung terkulai dalam cepitan Vagina Vivi, tubuh Pak Agung meneduhi tubuh Vivi. 10 menit kemudian Vivi terlihat seperti gelisah, sesuatu membesar didalam cepitan liang vaginanya, rasanya semakin sesak dan sesak.
“Vii, lagi yuk!” Pak Agung kembali mengajak Vivi untuk bertarung.
“Eh, nggak pak, sudah, am-ampun Pak” Vivi kewalahan menghadapi nafsu Pak Agung.
“Ayo sayangggg…..” sang guru mulai memaksakan kehendaknya.
“Jangan pakkk.. jangannnn…” Vivi memohon memelas, pak Agung mencabut penisnya dari vagina Vivi, ia membalikkan tubuh Vivi dengan paksa kemudian menarik pinggulnya, dijebloskannya kembali penis besar di selangkangannya, menyodomi anus muridnya yang cantik seksi.
“AHHHHHHHHHH……!!BAPAKKKKKK…..!!“
“S-plakk..! S-plakk…!!plakkk-plak…S-plakkk”
Terdengar suara yang khas ketika buah pantat Vivi beradu keras dengan selangkangan pak Agung yang tengah sibuk menggenjoti liang anus si cantik bersusu besar. Tubuh mulus Vivi tersungkur-sungkur dalam sentakan-sentakan yang kuat saat pak Agung mengayunkan batang penisnya. Mata Vivi terpejam-pejam, sesekali wajahnya terangkat ke atas kemudian tertunduk kemudian terangkat lagi ke atas, bibirnya tak henti mendesis dan mengeluh.

Setelah puas menyodomi anus Vivi, sang guru menjebloskan batang penis besarnya membelah belahan Vagina Vivi dari arah belakang, tubuh Vivi tersungkur keras kedepan dirojok oleh penis pak Agung yang besar dan panjang. Dengan brutal pak Agung menyetubuhi siswi cantik berdada besar itu yang kewalahan menghadapi gaya bercinta sang guru yang liar dan ganas, kekuatan  Pak Agung meluluh lantakkan tubuh moleknya yang seksi.
“Ah-ah-ah, PAKK… BAPAKKKK……”
“Vi,  oughh…, peret bangettttt….”
Byur… terdengar suara ceburan keras ketika pak Agung membelit Vivi kemudian menjatuhkan diri ke dalam kolam, Vivi menggapai pinggiran kolam kemudian tangannya bertumpu pada pinggiran kolam. Si susu besar dalam posisi berenang gaya katak dengan sebatang penis yang tertancap di selangkangannya, tangan Pak Agung mencapit pinggul Vivi, serentetan tusukan yang cepat kuat membuat kedua mata Vivi semakin sayu.
“Ouh-ohhhh, ampun PAKKKK, Auhhhh OWWW AWWhhsK.”
Pak Agung menghentikan tembakan liarnya, ditariknya tubuh siswi cantik itu ke bagian yang agak rendah hingga Vivi dapat bertumpu pada dasar kolam dengan tangan dan kakinya, tinggi air kolam itu hanya sebatas lutut Vivi. Bagaikan seorang joki Pak Agung menggenjoti liang vagina Vivi dari belakang dengan posisi doggy style.
“Cleppp.. Cleppppp Clepppppp.. Cleppppphhh…”
Sang joki menggenjot vagina siswi cantik berdada besar itu dengan kecepatan maksimum, kedua tangan Pak Agung mencapit dan menarik-narik pinggang Vivi. Semakin cepat Pak Agung memacu batang penisnya semakin cepat pula tubuh Vivi tersentak-sentak maju-mundur, rintihan-rintihannya semakin keras menggairahkan, rengekan-rengekan Vivi menyelingi suara dengus nafas sang guru yang memburu dikejar nafsu birahi. Air kolam beriak dan berteriak dengan keras menambah semarak persetubuhan antara seorang guru bertubuh kekar berotot dan seorang muridnya yang cantik seksi berwajah oriental.

“Amh-AWWW ??!! Crrtttt Crrrrrr..ttt….”
Wajah oriental si susu besar tampak renyah di tengah gelombang puncak klimaksnya. Pak Agung menunduk kemudian memanguti pundak Vivi, sementara penisnya berhenti sesaat kemudian kembali menyentak-nyentak dengan liar hingga gadis cantik itu memekik keras menahan rasa nikmat yang mendera vaginanya. Vivi menghempas-hempaskan pinggulnya ke belakang sambil berteriak liar bagaikan seorang gadis hiper sex. Keliaran Vivi disambut dengan gembira oleh Pak Agung. Sang guru semakin kuat dan cepat mengayunkan batang penisnya, batang besar itu terayun kuat menggempur belahan bibir vagina Vivi.
“Enak Pakkk, enakkk Ah-ahh AWWWW…., aaaaaaaaaahhhh”
“ARGHH… Viii, BAPAK MAU KELUARRRR…!!! Plofffhh,Ehh?? ”
Vivi buru-buru menarik pinggulnya hingga penis Pak Agung terlepas dari cepitan vaginanya. Ia mengocok-ngocok penis pak Agung, mulutnya terbuka lebar tepat diatas lubang kemaluan sang guru dan kemudian mulut Vivi menerkam kepala penis pak Agung yang berkedutan memuntahkan cairan sperma mengisi rongga mulutnya, tanpa merasa ragu gadis itu menelan sperma pak Agung, lidahnya terjulur keluar terayun mengulas-ngulas lubang penis sang guru, sesekali mulutnya menghisapi sisa sperma pak Agung, hingga pria itu mengeluh keenakan.
“Kamu suka sperma bapak rupanya, Uhhh…WAHH…!!“
Tanpa terduga Vivi menjepit batang penis Pak Agung di antara payudaranya yang besar. Pak Agung melotot seakan tidak percaya ketika Vivi menggunakan buah dadanya untuk memijati batang penisnya, nikmat sekali ketika payudara gadis cantik itu memijiti kemaluannya, hangat, lembut, halus bak sutra ketika payudara Vivi menghimpit dan memijit-mijit batang penisnya, Jreng…!! penis besar Pak Agung langsung bereaksi.

“Kamu cantik sekali sayang, Urrhhh, bapak gregetan banget sama susu kamu yang montok, sini..!!!Hupppp!!”
Tangan kekar sang guru mengangkat si susu besar hingga payudara Vivi sejajar dengan wajahnya. Tubuh mulus Vivi tergantung dalam cengkraman pak Agung, terdengar suara pekikan kecil ketika mulut sang guru mencapluk-capluk dan menghisapi putting susu Vivi yang meruncing. Sepasang kaki mulus Vivi melejang-lejang tergantung di udara. Jeritan liar Vivi mengiringi suara geraman-geraman gemas sang guru, setelah merasa puas menggeluti payudara Vivi hingga meninggalkan bekas-bekas hisapan kemerahan, pak Agung menurunkan liang vagina Vivi ke arah batang penisnya yang mengacung keras, disodoknya liang vagina gadis cantik itu.
“Hmm-nggaahhh…!! Ah-ahh, OWWWW…..!!”
sekujur tubuh Vivi mengejang hebat ketika belahan liang vaginanya kembali direkahkan oleh batang penis sang guru. Perlahan-lahan batang besar itu menggeliat memasuki cepitan vagina Vivi yang mungil. Vivi mengeluh keras, tubuhnya laksana dipanggang diatas nyala api yang berkobar-kobar dengan dashyat.
“Jebb-BROSSS…!!OAWHHHH….!!unh-ah-ah Owww….!!”
Terdengar jeritan parau Vivi ketika dengan gerakan yang kasar pak Agung menjebloskan batang penisnya. Sepasang kaki Vivi membelit pinggang pak Agung, kedua tangannya berkalung di leher sang guru. Gerakan keduanya terlihat liar penuh nafsu, Vivi menghempas-hempaskan pinggulnya sementara pak Agung menyangga buah pantat gadis itu sambil menyentak-nyentakkan batang penisnya menyodoki liang peret di selangkangan gadis cantik itu.
“WHUD.. WHUDDD…Whuudd!!BLEP..BLEPP,BLUB..!!”

“Baaaa..PHAKKK….!! enh-eshhhhahh…Empphh-C-rruutt… Crrrttt…,ahhh, nikmat… emmmpphhh” Vivi merintih lirih, tubuhnya melenting, kedua matanya terpejam rapat menikmati denyutan puncak klimaksnya. Lidah pak agung menjilat-jilat leher Vivi kemudian mengecupi merayap hingga ke ujung dagu Vivi yang tengah menggelepar didera rasa nikmat. Dengan santai sang guru membopong tubuh Vivi yang basah kuyup bersimbah keringat, ia mendudukkan si susu besar di kursi untuk berjemur.
“Sudah Pakkk… Vivi nggak kuattt…..Sud.. dhahh.. Ohhhh…BAPAKK…”
“Sudah ??HA Ha HA..Bapak belum puas sayang”
Jemari sang guru kembali merayap nakal menggerayangi lekuk liku tubuh Vivi, mulutnya mencumbui buah dada Vivi yang membengkak bagaikan sepasang gunung kembar yang hendak meletus, dikenyot-kenyotnya puting susu Vivi yang meruncing pertanda gadis itu kembali terangsang hebat. Sang guru menekukkan, mendorong kaki Vivi mengangkang lebar, si susu besar memekik keras ketika sesuatu di selangkangan pak Agung melesat kasar membelah belahan bibir vaginanya yang sudah memar kemerahan. Sesaat kemudian tubuh Vivi kembali terguncang-guncang  hebat, payudaranya yang putih besar melompat berputar-putar indah. Jemari pak Agung meremasi payudara Vivi bergantian yang kiri dan kanan, dengan tekun penis besar sang guru mengelola liang vagina Vivi yang kewalahan disodoki oleh penis besar pak Agung yang masih juga belum puas menikmati belahan vagina siswi cantik berdada besar itu.

———
“Waduh…, abis deh si Vivi “ Farida mengeluh dalam hati.
Farida merinding, mendengar teriakan minta ampun Vivi, ia sudah merasakan sendiri kekuatan sang guru yang membuatnya tergolek lemah tanpa daya. Farida menolehkan wajahnya ke belakang, ia menatap Andra yang asik menyiapkan sesuatu kemudian kembali menonton pertarungan sengit antara Vivi dan pak Agung dari balik kaca jendela, nafasnya semakin berat berhembusan.
=========
SHOOLGIRL 14
Pak Agung tersenyum sambil memapah Vivi masuk ke dalam rumah. Batang penisnya yang besar panjang bergelantungan dengan puas. Langkah Vivi agak tertatih mengangkang, seolah-olah ia masih merasakan ada sesuatu yang mengganjal di selangkangannya walaupun sebenarnya batang kemaluan Pak Agung sudah terlepas dari belahan bibir vaginanya..

“Vii….!! LEPASKAN Vivi PAkk..!!”

Farida melepaskan diri dari pelukan Andra yang tengah asik menggelutinya kemudian. Ia merebut tubuh Vivi dari Pak Agung dan menatap pria itu dengan tatapan mata mengancam. Vivi mengeluh dalam pelukan Farida. Sang guru tersenyum bijak, ia mengerti Farida ingin melindungi Vivi. Dengan hati-hati Farida memapah tubuh Vivi masuk ke dalam kamar, pintu kamar itu tertutup dari dalam seolah ingin menyembunyikan Farida dan Vivi dari kebuasan Pak Agung dan Andra. Jam dinding menunjukkan pukul 6.30 sore hari, itu berarti sudah berjam-jam lamanya Pak Agung melahap kehangatan dan kemulusan tubuh Vivi dengan berbagai macam gaya bercinta. Dengan santai pak Agung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya, lumayan lama juga pak Agung membersihkan diri. Setelah selesai, Pak Agung mengenakan pakaian tidur dan keluar dari dalam kamar mandi kemudian duduk di hadapan Andra yang menyalakan laptopnya dan men-double-klik mouse di tangan untuk masuk ke sebuah folder yang dihidden.

“Sekarang, tinggal pasang, connect, terus kita upload foto mereka, dan kita kirimkan email untuk Pak Dion…, beres dehh… he he he he”

Dengan santai Andra memasang sebuah modem external, ia mengklik tombol connect, diuploadnya foto-foto Pak Dion CS pada sebuah blog yang sudah disiapkan olehnya saat menyusun rencana kudeta terhadap Pak Dion cs. Gerombolan binatang buas pemangsa gadis kini terancam oleh binatang buas lain yang lebih cerdik, setelah mengupload foto-foto XXX Pak Dion Cs, Andra mengirimkan sebuah email untuk Pak Dion dan tak lupa ia membubuhkan alamat Blog xxx-nya.

(Red : wah wah wahhh…. rupanya dari tempat yang tersembunyi, Pak Agung dan Andra mendesak Pak Dion Cs untuk lengser dari kursi mereka di sekolah, ini lah saatnya The Beast memeras The Beast ^_^ )

---

Silahkan, berkunjung kealamat yang tertera…

Mungkin isinya menarik bagi bapak..

Login : xxxxx

Password : xxxxxxxxx

---

“Ayo Pak…, Kita bertarung…”

“Hem…., maksud kamu ??”

Andra mengocok-ngocok gelas di tangannya, ada dua lintingan kertas yang tersisa. Pak Agung mengodokkan tangannya berusaha meraih salah satu lentingan kertas yang tergulung. Si pegulat tangguh mencegah tangan pak Agung yang hendak membuka lintingan kertas di tangannya.

“Jangan dibuka pak….ikatkan lintingan kertas itu pada biji catur, pada raja”

Pak Agung tersenyum, ia mengangguk-ngangguk, sepertinya sang guru mulai mengerti apa yang ada di benak Andra. Si pegulat tangguh juga mengikat sebuah lentingan kertas miliknya pada biji raja di papan catur.

“Nah…siapa yang keluar sebagai pemenang maka…”

“Akan mendapatkan nama yang terikat pada biji raja lawannya ha ha ha ah, bagus-bagus, anak jaman sekarang tambah kreatif, hebat…, Bapak suka cara berpikir kamu yang kreatif!!”

Pak Agung semakin antusias, mereka saling memeras otak berusaha untuk merobohkan biji-biji catur lawannya. Pion demi pion hitam dan putih saling berguguran, demikian pula mentri dan kuda saling menyusul, kuda dan benteng saling beradu, cukup lama biji-biji hitam dan putih saling bertarung diatas sebuah papan besar kotak-kotak hitam dan putih yang menentukan nasib Reina dan Maya, sebuah seruan keras mengakhiri jalannya pertarungan yang cukup alot.

“SKAKKKK….!!”

Andra berseru keras.

“NGAHHHHH….”

Pak Agung menepuk jidatnya, sang guru berbuat kesalahan fatal dan Andra segera mengakhiri perjuangan Pak Agung..

“He he he he he…, maaf ya Pakkkk.., ini milik Andraaaa”

Andra mencabut lintingan kertas yang menjadi “haknya”

“Yawdah, emang dah rejeki kamu…” Pak Agung menggaruk-garuk kepala,

“Tapi Ingat, lintingan yang terakhir buat Bapak ya.., supaya adil”

“Beres deh Pakkk, nihh, buat bapak, kita istirahat dulu pak, pinggang Andra sampe pegel-pegel nih……..”

“Pegel tapi enak ?? ha ha ha ha…“ Andra terkekeh mesum

Dengan menggunakan sebuah remote Pak Agung menyalakan LCD di ruangan itu kemudian ia duduk diatas kursi sofa empuk. Andra duduk di sebelah pak Agung, mata mereka melotot kemudian berbinar mesum menonton rekaman aksi Anita dan Veily yang tengah asik saling memadu kasih. Pikiran Andra menerawang kesaat-saat ia masih menjadi seorang pengintai. Kali ini, beberapa hari setelah kepindahan Riska ke kota lain, ia terpaksa bersolo karir dengan pertimbangan matang kalaupun dirinya sampai kepergok, sangatlah mustahil pak Dion Cs akan memperkosanya. Dengan berjingjit-jingjit Andra mendekati sebuah ruangan, sayup-sayup telinganya mendengar suara desah dan rintihan tertahan yang terdengar dari dalam ruangan itu. Dengan rasa penasaran Andra menunduk untuk mengintip dari lubang kunci.

“uhhh ?? Wowww!” Andra membatin dalam hati, sesuatu di selangkangannya langsung berontak, matanya terasa nanar, dua sosok tubuh mulus tengah asik saling menyerang,

Sretttt… Andra menurunkan resleting celananya kemudian sambil menonton aksi di ruangan itu, ia sibuk bercoli ria, tanpa ia sadari sesosok tubuh kekar berotot menghampirinya dari belakang kemudian menepuk punggungnya.

“Huh..!! ehhh…., anu.., pak itu, nahh, kan itu ya pak…, ??Sretttt……… HWADOW…..!!” sangking kagetnya Andra Junior hampir saja terjepit saat Andra menarik resleting celananya ke atas, mata Pak Agung menatap Andra dengan tajam, ia sedang menimang-nimang sesuatu, akhirnya Pak Agung mengambil sebuah keputusan.

Anita & Veily

“HEmm..!! Siapa nama kamu ??”

“Andra, ehh bukan-bukan Roby.., roby Pakk…, D-Dayat, Saya Dayat Pak..!!”

“Jangan BOHONG..!!”

“A-A-Andra Pak…., Andraaaa…”

“Ayo masuk…, bapak kenalkan kamu sama mereka..”

Andra tersudut, mulutnya menceracau tidak karuan, pak Agung tersenyum kemudian dengan ramah mengajak Andra masuk ke dalam. Andra terpaku saat ia mendapat perlakuan ramah dari Pak Agung. Pak Agung memperkenalkannya kepada kedua orang siswi cantik itu. Andra seperti terhipnotis saat Veily dan Anita melenggok santai tanpa selembar benangpun menutupi tubuh mereka. Ia menurut saat Pak Agung menyuruhnya untuk melepaskan pakaian dan duduk di atas sebuah kursi. Nafas Andra berdengusan saat Veily dan Anita berlutut di samping kiri dan samping kanannya, telapak tangan Anita dan Veily mengusap-ngusap lutut Andra dan terus merayap naik keatas, sentuhan-sentuhan telapak tangan Veily dan Anita memberikan sebuah sensasi kenikmatan yang merayapi sekujur Andra.

“uhhhh…”

Andra mengeluh keenakan saat Anita dan Veily menarik-narik batang penisnya, tanpa merasa jijik mereka berdua menjilati batang penis Andra, kedua mata Andra melotot saat vagina Veily menaiki batang penisnya. Cegluk, Andra menelan ludah saat kepala penisnya bersentuhan dengan belahan vagina Veily yang hangat dan lembab.

“Andra, kamu pernah bersetubuh?? “

“Huhh ?? b-belum sichh , “

“rasanya enak banget loh, coba kamu masukin , biar tahu seperti apa nikmatnya bercinta….”

“Beneran boleh nih ?? “

“he-eh, he he he” Veily Mengangguk kemudian terkekeh sambil mengelus rambut Andra.

Disertai rasa penasaran dan ingin tahu, Andra berusaha memasukkan ujung penisnya. Selama ini Andra bagaikan seseorang yang tersesat di padang pasir yang kering dan gersang. Kelembaban dan kehangatan rekahan vagina Veily yang berdenyut bagaikan sebuah oasis bagi batang penis Andra yang haus akan kenikmatan, terdengar suara desahan tertahan dari mulut Andra dan Veily saat kemaluan mereka menyatu.

“pelan-pelan sayangg,UTSHHHH…!.” Veily mengeluh panjang saat batang penis Andra menyodok-nyodok kasar memasuki celah vaginanya,

Kegelapan menyelami relung hati kecil Andra, wajahnya berubah drastis saat Veily menawarkan secangkir cawan kenikmatan. Desah dan rintihan gadis itu yang menggairahkan membuat Andra semakin jauh melangkah untuk mengenali sisi-sisi liar dari dirinya sendiri.

“Cleppp.. bleppppp. bleppppp….Clepppphhhh…!!” terdengar suara berdecakan becek saat Veily semakin aktif menaik turunkan vaginanya

Semula Andra merasa canggung, namun seiring dengan nafsu birahi yang semakin meningkat perlahan-lahan ia membelit dan mendekap tubuh Veily. Saat siswi cantik itu menurunkan vaginanya, Andra segera menyambut dengan menyentakkan batang penisnya ke atas kuat-kuat.

“ahhhh, aaa, Owww,”

“Krettt.. Cleppphhh. cLeppppp.. Kreeettttt… Clepphhh”

Suara derit kursi bersahutan dengan suara desah dan rintihan Veily. Veily tersenyum kemudian kedua tangan gadis itu memeluk kepala Andra dan membenamkan wajah sipegulat tangguh pada belahan dadanya.

“eeenn, nnnhhhh…. Crrr crrrrr crrrrr….ahhhhhh”

Tubuh Veily mengejang, kedua matanya yang sipit terpejam rapat diiringi suara desahan panjang yang terdengar dari mulutnya yang ternganga, tubuhnya yang mulus tanpa cela terkulai dalam pelukan Andra. Tangan Andra bergerak lembut merayapi lekuk liku tubuh siswi cantik itu yang baru saja terhempas oleh badai kenikmatan. Dengan mesra Andra memeluk tubuh Veily yang hangat dan basah oleh lelehan keringat, +/- 5 menit kemudian pak Agung menarik tubuh Veily dan membantu menaikkan vagina Anita ke atas batang penis Andra yang masih perkasa.

“Aduhhh…., P-pelan-pelannn Owwww…Nnnnnnggghhhh”

Andra mengamblas-amblaskan batang penisnya dengan kasar hingga Anita terperanjat, gadis itu menekuk wajahnya, kedua matanya yang sayu bertatapan dengan mata Andra yang liar, ia meringis saat batang penis Andra bergerak kasar mengobrak-abrik kenikmatan didalam cepitan liang vaginanya yang peret.

Tangan Andra mencapit pinggang Anita yang ramping dan membantunya untuk menaik turunkan vaginanya pada penisnya yang tertancap di selangkangan siswi cantik itu. Andra mengaitkan tungkai lutut Anita pada lengannya, sementara kedua tangannya memangku buah pantat siswi cantik itu. Hup, Andra berdiri sambil menopang buah pantat gadis itu, mau tak mau Anita terpaksa mengalungkan kedua lengannya ke leher Andra untuk menjaga keseimbangan. Dalam posisi inilah vagina Anita menjadi bulan-bulanan batang penis Andra.

“OHHHH…, aduhh.. duhhhh AkhhhhEssshhhhh..!!AA.. AWW..!!” Anita meringis keras

Ia agak meronta karena merasa kurang nyaman dengan tusukan-tusukan kasar Andra sebelum akhirnya memilih memasrahkan tubuhnya terayun-ayun mengikuti helaan batang penis Andra yang terjepit di belahan vaginanya, pak Agung merendahkan batang penisnya, ia mengincar liang anusnya, Andra menghentikan tusukannya, ia menatap dalam-dalam wajah Anita yang begitu renyah saat batang penis Pak Agung yang besar menembus liang anusnya, lelehan keringat mengucur di dahi, rahang dan leher gadis itu. Kedua tangan Andra menopang pangkal paha Anita sedangkan tangan Pak Agung mencapit pinggang gadis itu.

“Veily, nah coba kamu pijati punggung Andra, seperti tempo hari kamu memijati punggung bapak…”

“iya pak, kasihan Andra pasti pegel ya ?? hemmm ?? “ Veily merapatkan tubuhnya pada punggung Andra.

“Ehh enggak koq, ngak apa, nggak pegel.. ehemm, Waduh ??”

Andra menahan nafas saat merasakan sesuatu yang lembut dan kenyal menempel di punggungnya, dugg.. duggggg duggggg…, jantung andra berpacu dengan cepat, payudara Veily memijati punggung Andra.

“Gimana ndra ?? Enak ya aku pijat… “ Veily berbisik ditelingga Andra, lidah Veily menjilati daun telinga Andra dan tangan gadis itu membantu menekan-nekan bokong Andra dengan kuat agar batang milik Andra bertubrukan hebat dengan belahan vagina Anita.

“Aaaa..!! Aaaaa.. Aaaaaaaaa..!!oouuuuu, Aaaaaa…!!” hanya suara-suara vokal itu sajalah yang sering keluar dari bibir Anita saat dua batang penis jumbo bergerak bersamaan menikmati belahan vagina dan lubang anusnya yang sempit, ringisan

Rintihan dan pekikan Anita membuat Andra dan Pak Agung semakin gencar mengayunkan batang penis mereka.

“Owwwwhh,, Crrrruttt Crutttt….”

Mata sipit Anita membeliak, serangan gabungan Andra dan Pak Agung memaksanya untuk menyerah, liang anus dan liang vaginanya berkontraksi dengan kuat, dua lubang kecil itu mencoba memeras dua batang penis yang masih asik berselancar diatas ombak kenikmatan yang bergulung-gulung. Lelehan peluh Anita membanjir hingga menetes ke lantai, sesekali batang lidahnya terjulur keluar saat batang penis Andra dan Pak Agung menusuk dalam-dalam liang vagina dan liang anusnya sekaligus. Setelah memijati punggung Andra dan mencupangi lehernya bagian samping kanan dan kiri, Veily memindahkan payudaranya ke punggung Pak Agung. Sambil menggesek-gesekkan buntalan payudaranya, Veily mencupangi leher Pak Agung.

“S-sudah, sudahhnnnnhhhh, Veily saja Pak, Aduh Andraaaa…, , Akhhhh Owwwww…Creeeeeeett Crrrr” Anita memohon agar Andra dan Pak Agung menghentikan serangan mereka, rengekan Anita membuat Pak Agung dan Andra semakin ganas dan liar mengamblas-amblaskan batang penis mereka masing-masing untuk meraih secuil rasa nikmat yang tiada duanya. Dua batang penis berukuran jumbo itu seakan sedang bekerja sama memeras kembali cairan vagina Anita yang merengek-rengek kecil agar Pak Agung dan Andra melepaskan dirinya.

“Pakkk, sama Veily aja yuk…. Plopppphhh“ Veily menarik lengan kanan pak Agung, dengan otomatis penis besar itu tertarik lepas dari liang anus Anita saat Pak Agung membalikkan tubuh

Veily duduk di pinggiran meja, kedua kakinya mengangkang membentuk sebuah huruf “M” yang indah, untuk beberapa saat lamanya pak Agung mengelus-ngelus pangkal pahanya kemudian tangannya merambat naik meraih sepasang payudara gadis cantik itu dielusinya pinggiran payudara Veily dengan lembut diremasnya bongkahan susu gadis itu.

“ihhhh, geli pakkk, ehe he he he” Veily terkekeh saat mulut Pak Agung menempel di dadanya

Lidah Pak Agung terjulur menggapai putting susu siswi cantik itu yang mengeras, batang lidah pak Agung bergerak searah jarum jam mengitari putting susu Veily. Gadis itu mendesah saat Pak Agung menjepit putting susunya di antara kedua bibirnya kemudian bibir Pak Agung bergeser ke kiri dan ke kanan membilas puttingnya yang semakin keras meruncing.

“Owww, Akhhh Bapakkkk… emmmhhh hisap , terus pak akhhhh”

Pipi Pak Agung mengempot saat ia mengemut puncak payudara Veily, sambil melakukan hisapan, batang lidahnya tak pernah berhenti untuk menggelitiki puting payudara gadis itu. Veily mendorong wajah Pak Agung saat merasakan gigitan kuat pada puncak payudaranya. Sambil tersenyum nakal Veily turun dari pinggiran meja dan bersujud di hadapan batang penis Pak Agung, tangannya meraih batang besar di selangkangan gurunya. Hidung Veily mengendus-ngendus aroma batang penis Pak Agung, sesekali siswi cantik itu mengangkat wajahnya ke atas, memperhatikan wajah Pak Agung yang juga tengah memperhatikannya. Jantung pak Agung berdetak keras saat mulut Veily ternganga, lidahnya terjulur keluar, kemudian gadis itu meletakkan kepala penisnya agar berbaring di batang lidahnya yang hangat dan basah oleh air liur.

“Happppp…..!! OAKKKHHH….” Pak Agung mengeluh keras saat mulut Veily mengatup menelan kepala penisnya.

Veily menggerakkan kepalanya maju mundur mulutnya begitu efektif melakukan hisapan-hisapan kuat. Setelah memuntahkan kepala penis pak Agung dari dalam mulutnya, ia menggigit kecil leher penis sang guru kemudian menciumi batang besar panjang yang teracung di selangkangan Pak Agung, dicumbuinya kepala penis yang semakin membengkak itu. Dengan lembut disentil-sentilnya bulatan kepala penis Pak Agung yang bentuknya mirip seperti ubur-ubur.

“Auhhh…, Errrrrrrhh !! kamu nakal sekali sayang,euhhhh “

Pak Agung mengelus kepala Veily, ia menarik batangnya saat merasakan gigitan di puncak kepala penisnya dan menggeram keenakan saat mulut Veily mengejar dan kemudian mencapluk kepala penisnya. Batang lidah siswi cantik itu bergerak dengan taktis menggelitiki kepala penis Pak Agung yang tertancap di dalam mulutnya, kenikmatan pak Agung semakin bertambah saat jemari Veily mengusap-ngusap buah zakarnya. Veily berdiri kemudian melangkah menghampiri dinding, kedua tangannya bertumpu pada dinding berwarna putih. Ia menunggingkan bokongnya, sementara sepasang kakinya merenggang. Pak Agung mendekati bokong Veily, kepala penisnya menggesek-gesek celah vaginanay dari arah belakang.

“Pakk, kabarnya bapak dipindah tugaskan ke sekolah lain ya?” Veily bertanya pada pak Agung.

“Iya ,emang Kenapa ?? “

“Nanti gimana donggg, nggak asik ah nggak ada pak Agung…”

“Ha Ha Ha, dasar manja, kalau kamu lagi pengenkan bisa sms ama Bapak, janjian…. ngentot…, uh peret banget sih”

“Aaaa, Uuuuuhhhh…,OUUHHHH….!!ad-duhhhh… “ suara rintihan lirih Veily terdengar menggairahkan saat liang vaginanya terdesak oleh sesuatu, matanya membeliak menerima amblasnya batang besar Pak Agung ke dalam rekahan liang Vaginanya

Pak Agung terus mendesakkan batang besarnya hingga selangkangannya mendesak buah pantat Veily yang bulat padat. Tubuh gadis itu terdesak mengikuti irama sodokan penis pria itu. Wajahnya yang cantik menunduk kemudian terangkat keatas sambil mendesah keras, kedua matanya yang sipit terpejam-pejam saat batang penis Pak Agung mulai bergerak cepat mengocok-ngocok belahan belahan vaginanya dari belakang.

“Wowwww ?? !! “ Pak Agung berseru kagum dengan goyangan pinggul Veily yang semakin liar.

“enak Pak ??”

“Enak…terus sayang…digoyang, aduhh kamu hebat sekali…!!”

Pak Agung dan Veily menoleh ke arah suara pekikan Anita. Mereka berdua tersenyum sambil menonton Andra yang begitu liar menggeluti tubuh Anita di atas tiga buah meja yang berjajar disatukan. Andra berusaha menyetubuhi Anita sedangkan gadis cantik itu berusaha menghindari kebuasan Andra.

“Andra,, sudah Andraa…, owwwww..!! mampus aku.., Uhh “

“Eitthhh, he he he ”

Andra menarik tubuh Anita, gadis itu membalikkan tubuhnya dalam keadaan terlungkup, ia berusaha menyembunyikan vaginanya dari tusukan batang penis Andra. Anita baru menyadari kesalahan fatal yang diperbuat olehnya saat selangkangan Andra menaiki buah pantatnya, kepala penis Andra menggesek liang anusnya dengan nafsu yang semakin menggelegak Andra menekankan kepala penisnya kuat-kuat.

“Andraa, jangan OO-OOOUUUWWWW…!! Hekkkhhhhh….!!”

Tangan Andra mencengkram buah pinggul Anita, batang penisnya bergerak kasar menekan liang anus Anita, dijebolnya liang anus Anita tanpa kompromi, mata Anita membeliak saat batang penis Andra melesat bak anak panah yang membelah liang anusnya.

“AHAKKSSSS…!!“

“AKHHHHH…”

Terdengar dua buah suara yang cukup keras, suara pertama adalah suara seruan Andra yang merasakan rasa nikmat, sedangkan suara kedua adalah seruan kesakitan Anita saat Andra menyodominya dengan kasar. Andra mengamblaskan batang penisnya sedalam mungkin. Si pegulat tangguh berusaha mereguk habis kenikmatan yang tersedia di dalam jepitan liang dubur Anita.

“Andraaa, aduhh akhh, jangan kasar begitu dongg.. akhhh”

“aduhh enak amat sichh..Nita, uhhh, Hemmphhh Hiatttt….!!” mulut Andra menceracau bagaikan seorang pendekar mabuk yang tengah bersilat, berkali-kali pedang kenikmatan di selangkangannya membelah kasar liang anus Anita yang mengeluh merasakan besetan-besetan pedang jumbo di selangkanganya.

Setelah puas menyodomi Anita, Andra membalikkan dan menaiki tubuhnya. Wajahnya meneduhi wajah Anita, matanya bertatapan dengan mata gadis itu yang sayu.

“Ahh.. emmhh mmmhhh… hemmnnnnnhhhh” bibir Andra membekap bibir Anita

Tubuh mungil gadis itu menggeliat resah di bawah tindihan tubuh Andra, pipinya terkempot-kempot saat berkuluman dengan Andra. Setelah puas, Andra melepaskan kulumannya, lama sekali ia menatap dan menikmati kecantikan wajah Anita sambil mengecupi bibirnya yang terus mendesah resah.

“Andra pelan-pelan ya…”

Anita menahan pinggul Andra, ia tersenyum saat Andra mengangguk , dengan pasrah ia mengangkangkan kedua kakinya. Terdengar suara rintihan lirih siswi cantik itu saat batang penis Andra memasuki celah vaginanya. Andra mengayunkan batang penisnya, kali ini dengan lembut, mata Andra tak pernah lepas dari wajah cantik Anita yang meringis menggairahkan saat batang penisnya memompa liangi vagina gadis itu.

“Essshhhhh Hsssssshhhhhhh….crrrrruuttt crrrrr crrrr”

Wajah Anita mengernyit hebat saat liang vaginanya ditumbuki oleh batang penis Andra. Ringisannya terdengar kuat, wajahnya yang cantik terangkat ke atas, kedua tangannya memeluk kuat-kuat punggung Andra. Selama beberapa detik tubuh mulusnya mengejang disertai helaan nafasnya yang bertahan, Andra tahu dengan pasti apa yang tengah dialami oleh Anita. Batang penisnya terasa nikmat diguyur oleh cairan vagina Anita, gadis itu mendesis saat Andra semakin asik merojokkan batang besarnya. Tangan Anita mendorong tubuh Andra, kini Andra duduk mengangkang di atas meja itu. Anita berniat mengistirahatkan vaginanya, bibirnya mengecupi dada Andra dan terus merambat turun kebawah.

“HUAAAAAK….. Akhhhh“

Andra mengelus rambut anita, wajahnya tertekuk ke bawah, nafasnya semakin berat saat batang penisnya semakin dalam terselip di kerongkongan Anita, kepala penisnya serasa diremas-remas oleh tenggorokan gadis itu.

“Aje gile, Nitaaaaa, Akhhhh…OAKKKHHH..!!” Andra meraung menikmati aksi oral yang dilakukan oleh Anita

Mulut siswi cantik itu begitu ahli memanjakan batang penis Andra, cukup lama Anita mengoral Andra hingga ia merasakan batang di dalam mulutnya berkedutan kuat dengan cepat Anita segera memuntahkannya.

“Srooottthhh Kecrottttt Crottttt……” lubang jamur Andra menyemprotkan cairan putih kental. Anita menjilati ceceran sperma Andra. Andra tersenyum, jilatan lidah dan kocokan-kocokan tangan Anita membangkitkan kembali batang penisnya yang hampir loyo.

“Andra aku di atas ya….”

“Oce-oce…, terserah deh, he he he”

Andra kagum saat tubuh Anita bergerak gemulai menaiki tubuhnya. Belahan vagina Anita memayungi kepala penis Andra kemudian dengan perlahan gadis itu mengamblaskan batang penis Andra ke dalam belahan vaginanya. Tangan Andra mengusap-ngusap pinggang gadis itu yang ramping. Anita mengibaskan rambutnya ke belakang kemudian ia mulai menaik turunkan vaginanya dalam gerakan – gerakan erotis.

“Wahhh…Anita makin pintar ya….”

Pak Agung dan Veily menghampiri arena pertempuran yang masih berlangsung dengan sengit. Veily terkekeh kemudian memberi semangat pada Anita agar ia jangan sampai kalah oleh Andra, sementara Pak Agung memberikan semangat pada Andra.

“Andra kamu h-harus menyerahh ohhhh….Haruss mmmhh, akhhh”

“Nggak mungkin..!! aku masih kuat koq, he he he he”

Andra merojokkan batang penisnya ke atas saat belahan vagina Anita merosot turun pada batang penisnya. Tubuh Anita tersentak-sentak turun naik di atas batang penis Andra. Anita berusaha melakukan perlawanan dengan menggoyangkan pinggulnya seperti sedang mengayak batang penis Andra. Andra mengerang keenakan, Anita berbangga diri dan menggoyang pinggulnya dengan lebih liar lagi.

“Gimana Ndra ?? enak bukan he he he…, ayo nyerah say.. hi hi..”

“Ouhhh, Ouhhh Ad-duhhhhhhh….. akhhhhh”

Andra tertawa kecil dalam hati, ia sengaja berpura-pura kewalahan agar Anita senang, dibiarkannya gadis cantik itu berbangga diri sambil menaik turunkan vagina pada batang penisnya. Lelehan peluh mengalir membasahi tubuh mulus Anita, lama kelamaan Anita mulai curiga, dengan agak ragu ia bertanya pada Andra.

“ennnggg…, Ndraa, kamu hampir keluar kan ??”

“belum tuchhh he he he…”

“auhhhhh….” Anita mengeluh saat Andra mulai membalas menyerang

Saat vagina Anita bergoyang ke kiri, Andra menggocek-ngocekkan batangnya memutar ke kanan, saat vagina Anita bergoyang ke kanan, Andra mengocekkan batangnya memutar ke kiri. Tangan Andra turut menambahkan kenikmatan dengan mengelusi induk payudara Anita bagian bawah sebelum meremas-remas lembut sepasang payudaranya yang ranum sambil menyodokkan batang penisnya ke atas hingga amblas sedalam-dalamnya kedalam cepitan liang vagina Anita.

“Ihhh…, addra-ndrahhh.., kamu licikkhh.. akhhh…crrrcrrrttt aduhhh”

Tubuh Anita ambruk dalam dekapan Andra. Andra membalikkan posisi kemudian ia kembali menggenjot vagina Anita, suara decakan alat kelamin Andra dan Anita terdengar keras saat saling beradu. Rintihan-rintihan Anita diselingi suara pekikan kerasnya saat batang penis Andra bergerak liar menyodok-nyodok belahan vaginanya.

“Clepp Cleppp Clepppphh…!!”

“Ennhh Ahh-duhh Ahhhh,AWWWW..!! heee-ennnhhh… akhhh..!! “

Tubuh Anita menggelepar dibawah pompaan batang penis Andra. Tangan mungilnya menahan gerakan pinggul Andra namun itu semua tidak dapat menghentikan terjangan batang penis si pegulat tangguh. Akhirnya Anita mengalungkan kedua kakinya ke bokong Andra.

“Ehhh…nakal ya… “ Anita mendesah lega

dengan cara seperti ini ia dapat beristirahat sejenak, sedangkan Andra mendelik nikmat saat seluruh batang penisnya berendam di dalam celah sempit vagina gadis itu yang berkontraksi meremas-remas batang penisnya. Anita berusaha untuk memulihkan tenaga di tengah cumbuan-cumbuan Andra pada batang lehernya yang berpeluh. Andra menarik batang penisnya lepas dari jepitan vagina gadis itu kemudian menggeser wajahnya meneduhi buah dada Anita. Andra meletakkan batang lidahnya pada putting susu Anita, diremasnya payudara yang basah dilelehi peluh gadis cantik itu, dijilatinya buntalan payudara Anita hingga lelehan peluh gadis itu kini bercampur dengan air liurnya, diemutinya puncak payudaranya bergantian yang kiri dan yang kanan. Anita merengek dan merintih saat Andra kembali mengamblaskan batang penisnya. Andra menggarap liang vagina Anita hingga ia menjerit dan merintih keras. Gerakan batang penis Andra bagaikan sebuah pacul yang sedang memaculi belahan vagina gadis itu, menggaruk dinding-dinding vaginanya yang seret.

“Aduh, andraaaa, aduhhh akhhhh…!emmmhh mmmhhhh..!!”

Mulut Andra menyumpal bibir Anita untuk meredam keluh kesah gadis itu, Lidah Andra mengaduk-ngaduk lidah Anita, dengan malas lidah Anita membalas belitan lidah Andra. Gairah Anita terpancing saat lidah Andra membelit batang lidahnya, dua batang lidah yang basah dan hangat saling bergelut dengan nikmat, senikmat alat kelamin Andra dan Anita yang saling mendesak.

“Pefffhh.. Phefffhhh Phefffhhhh…”

“Ahh, ahhh ahhh.. awww…, uhhh---ahhh”

Semakin keras Anita merintih dan mendesah, semakin kuat pula Andra menyodokkan batang penisnya. Tubuh mulus Anita terguncang hebat di bawah tindihan tubuh Andra, wajah orientalnya yang cantik terbanting ke kiri dan kanan sebelum akhirnya mata sipit Anita membeliak disertai suara lenguhan kerasnya, kakinya menjepit kuat-kuat pinggang Andra.

“UNGGGGHHHHH, Crettttttttt Creeetttt…. Crrrrrrrr”

“Aduh BAPAKKKK….!!!AWWW..!”

Andra menolehkan wajahnya saat mendengar jeritan Veily. Sambil terus menyetubuhi Anita, ia menonton Pak Agung yang sedang mengayunkan batangnya menyodomi anus Veily. Siswi cantik itu menjerit liar saat batang penis Pak Agung yang besar panjang menghujami liang anusnya sementara tangan Pak Agung terus memijati kelentitnya. Sodokan demi sodokan Pak Agung membuat wajah cantik Veily berulang kali mengernyit. Hampir bersamaan Veily dan Anita menjerit mencapai klimaks. Pak Agung mengambil posisi tidur terlentang. Veily menaikkan liang anusnya menduduki batang pak Agung dengan posisi tubuh memunggungi sang guru. Andra turun dari atas meja ia menyodorkan batang penisnya ke mulut gadis itu. Veily memejamkan kedua matanya sambil menghisapi batang penis Andra. Gadis cantik itu menaik turunkan anusnya pada batang penis Pak Agung. Setelah agak lama Andra menarik batangnya dari mulut Veily dan meremas susunya. Sebelum ia menggesekkan kepala penisnya pada belahan vagina si cantik, tangannya menangkap pergelangan kaki Veily dan merenggangkannya selebar mungkin membentuk huruf V yang mulus dan indah, Gejrossshhhh…!!

“Uhhhh, Ngggeeehkksss..?? !!”

Nafas Veily tertahan di dada saat Andra membenamkan batang penisnya. Liang vagina dan liang anusnya kini disesaki oleh dua batang penis berukuran jumbo, baik dari diukur dari segi panjang maupun diukur dari segi diameter.

“OUHHHH…!! AHHHHHH.. AHHHHHHH …AWWWW” Veily menjerit liar

Tubuh mulus siswi cantik itu terdesak-desak hebat di antara tubuh Pak Agung dan Andra. Desir-desir kenikmatan membuat Veily lupa diri, erangannya terdengar keras, rintihan dan jeritannya semakin keras saat dua batang penis itu bergerak cepat menyodok-nyodok anus dan vaginanya. Berkali-kali Pak Agung dan Andra bekerja sama meledakkan cairan vagina Veily dalam ledakan-ledakan puncak klimaks hingga akhirnya mereka mengeluh bersamaan.

“Oughhh Crruttt Crutttttt…emmmmmmhhhh” Veily mengejang, wajahnya yang cantik menyiratkan kenikmatan yang luar biasa..

“CROTTTT… Crrrrrrootthhhh”

Pak Agung meremas payudara Veily, Spermanya mengisi Anus Sicantik

“UHH CRooTT Crrroot,crottttt….”

Andra membenamkan batang penisnya sedalam mungkin, Penisnya berkedutan dengan nikmat didalam himpitan liang Vagina Siswi cantik itu, Veily merintih lirih, rupa-rupanya rintihan kecil gadis itu membangkitkan kembali gairah Pak Agung dan Andra.

“ohhhhhh ?? “

Veily tersenyum merasakan dua batang penis milik Andra dan Pak Agung yang memanjang dan membesar di dalam liang vagina dan anusnya. Ia mengibaskan rambutnya ke belakang sambil menggeliatkan tubuhnya untuk mengusir rasa pegal. Veily mulai bergerak dengan liar, saat vaginanya mendesak ke depan, batang penis Andra menyodok dengan kuat hingga terdengar suara tumbukan keras yang menggairahkan. Saat ia mendesakkan buah pantatnya ke belakang, batang penis Pak Agung melabrak liang anusnya. Gerakan ketiganya yang berkesinambungan terlihat begitu menggairahkan, apalagi disertai bunyi-bunyi aneh saat liang vagina dan liang anus Veily digempur oleh dua batang penis yang besar dan keras.

“OHHHHH…!! Crrrettt crettttt…..”

Tiba-tiba gerakan Veily tertahan, tubuhnya mengejang, helaan nafasnya tertahan di dadanya yang membusung dengan indah. Dinding liang vaginanya berdenyut-denyut memuncratkan cairan-cairan kenikmatan. Mata sipitnya terpejam saat kedua tangan pak Agung mencapit susunya dari belakang. Ia mengusapi buntalan payudara Veily yang membusung dan meremas-remas sepasang buntalan kenyal padat itu.

Sambil meremas payudara Veily pak Agung menoleh ke arah Anita yang sedang duduk di pinggiran meja. Kedua kaki gadis itu terjuntai terayun-ayun dengan santai di pinggiran meja.

“Anitaaa…, sini sayanggg…,”

Anita turun dari atas meja dan mendekati Veily. Mata Andra melotot lebar-lebar merayapi kemulusan tubuhnya, gadis itu berlutut disisi Veily, bibirnya tersenyum nakal sementara kedua tangannya mengusap-ngusap payudara Veily. Jemari Anita memutari putting Veily yang mengeras, Veily mendesis keras saat Anita mencubit dan menarik-narik putting susunya.

“aggghhh…., ann-anitaaaa… emmmhhhhh hsssshhhhhh”

Anita melumat puncak payudara Veily. Seiring dengan itu, tubuh Veily kembali terguncang didesak oleh rojokan Pak Agung dan sodokan batang penis Andra. Tangan Andra menarik pinggang Anita, kemudian ia meminta agar gadis itu memberikan payudaranya. Anita menurut, ia berpegangan pada bahu Andra untuk menjaga keseimbangan kemudian menempatkan payudaranya yang ranum di hadapan mulut Andra yang langsung mengejar dan mengenyot-ngenyot payudara Anita yang segar ranum.

“ahhhh.. aaaaa crrretttttt cretttt…..”

Veily terkulai lemas, matanya yang sipit terpejam dan bibirnya tersenyum puas. Pak Agung membopong dan membaringkan tubuhnya di atas sebuah meja kemudian mengamblaskan batang penisnya ke dalam vagina siswi cantik itu yang kembali mendesah-desah dalam kenikmatan. Andra duduk di sebuah kursi dan menarik pinggul Anita. Dalam posisi saling berhadapan Anita mendudukkan liang vaginanya dengan pasrah di atas batang penis Andra. Anita meringis saat berusaha menekankan vaginanya ke bawah, gadis itu terpekik saat kepala penis Andra terpeleset dan menyeruduk tonjolan clitorisnya.

“he he he, direm dong“ Andra berkelakar sambil mengecup bibir Anita.

“emangnya kamu kira aku ini mobil ya?? Nihh…”

Anita mencubit dada Andra hingga ia mengaduh kesakitan.

“aduu-duhhh…, heitttt…..!!, Eitttt…!!”

Andra menangkap dan menahan kedua tangan Anita yang hendak memberikan cubitan susulan. Matanya bertatapan dengan mata Anita yang sipit, bibirnya manyun kemudian mengapit bibir Anita. Bukan main senangnya hati Andra saat Anita membalas pangutan bibirnya. Ia memegangi pinggang Anita saat gadis itu mengangkat kedua tangannya ke atas kepala sambil membusungkan payudaranya. Andra tahu apa yang diinginkan oleh Anita. Mulutnya terbuka lebar dan mencapluki payudara gadis itu, memangut – mangut liar dengan gairah yang menggebu.

“ahhh, Andraaa.. ahhhhhh.. hisappphh.. ennnh ennhhh…”

Anita memeluk kuat-kuat kepala Andra yang tengah asik menyusu di puncak payudaranya sebelah kanan. Andra mendekap tubuh Anita, butiran keringat Anita menyatu dengan butiran keringat Andra. Keadaan kedua pelajar itu kini seperti sedang mandi di bawah kucuran keringat yang semakin deras. Kuku Anita mencakar punggung Andra hingga membekaskan gurat kemerahan saat mulut Andra mengenyot kuat-kuat puncak payudara siswi cantik itu dan tangannya meremas kuat-kuat induk payudara anita yang tengah dihisapnya.

“Ohh.., Andraaaaa….” Anita menekuk wajahnya memperhatikan Andra yang tengah menjilati putingnya

Ujung lidah Andra terayun lembut menjilat putting susu Anita yang runcing, Anita merintih saat mulut Andra menelan puncak payudaranya, pentil susunya yang mengeras berenang di dalam balutan air liur Andra yang hangat. Rasa nikmat semakin terasa saat Andra melanjutkan serangan dengan mengemuti puncak payudaranya.

“ihh, gemes…he he he” Andra terkekeh sambil meremas payudara Anita

Beberapakali ciuman Andra mengecupi buntalan payudara Anita sebelum akhirnya Andra menggesekkan kepala penisnya ke belahan vagina gadis itu.

Anita menekankan rekahan liang vaginanya pada ujung penis Andra. Tubuhnya terperanjat saat penis Andra merekahkan otot vaginanya, tanpa ampun lagi batang besar milik Andra menerobos memasuki liang sempit Anita. Andra mengelus bahu Anita sambil mengecup-ngecup pundak gadis itu yang tengah berusaha menguasai diri dari sensasi sebatang penis besar yang tertancap semakin dalam pada belahan sempit di selangkangannya. Penis Andra saling mendesak dengan vagina Anita, keduanya mendesah menikmati rasa nikmat saat kemaluan mereka saling bergesekan satu sama lain. Gerakan keduanya semakin liar, suara rintihan gadis itu pun semakin sering terdengar dibarengi suara geraman gemas Andra.

“nnnhhhh… crrutttt….”

“Ouugghhh Kecroottttt……”

“aaaaaa.. cretttt.. cretttt….”

“Hihhhhh.!!! KECROTTTTT……”

Terdengarlah suara – suara desah dan rintihan bersahutan dari mulut keempat orang di dalam ruangan itu yang tengah menikmati puncak klimaks. Setelah mencabut batang penisnya Andra membopong dan meletakkan tubuh Anita di sisi tubuh Veily. Siswi cantik itu terkulai lemas dengan batang pak Agung yang masih tertancap dalam himpitan liang vaginanya. Tampaknya Pak Agung enggan mencabut batangnya dari dalam himpitan goa sempit Veily. Kedua gadis itu saling berpandangan dan kemudian tersenyum sambil memejamkan mata mereka yang sipit. Pak Agung berdecak kagum saat Andra memperlihatkan sebuah rekaman di layar handycam. Semuanya tentang Maya, Vivi, Reina dan Farida. Tentu saja Andra merekamnya dengan diam-diam tanpa diketahui oleh mereka berempat.

“ckk ckk ckkk…, WAhhh asik punya nih, ternyata mereka itu Lesbi yah, eh iya, apa kamu pernah merasakan seorang gadis yang masih perawan?? ”

“B-belum pak…, emang rasanya kaya gimana sih…pak ??”

“OWW, sayang sekali kalau kamu belum pernah merasakan seorang perawan, rasanya sangat nikmat sekali, sehingga sangatlah sulit untuk dibayangkan Hemmm, bagaimana kalau kita bekerjasama…??”

“Maksud Bapak….?? “

“Begini, kebetulan bapak mempunyai sebuah rencana…Bapak sudah capai mengikuti langkah Pak Dion. Kini saatnya Bapak unjuk gigi, dan yahh katakanlah bapak membutuhkan seorang rekan kerja yang dapat bapak percaya. Kita juga dapat bekerja sama untuk memburu dan mencicipi keperawanan Vivi, Farida, Reina dan Maya. Apa kamu tidak merasa penasaran seperti apa rasanya membelah vagina seorang gadis yang masih perawan?”

Dengan panjang lebar Pak Agung menjelaskan rencananya untuk mengkudeta Pak Dion cs. Andra terdiam seribu bahasa, pikiran kotornya bekerja dengan efektif. Ia sangat ingin tahu seperti apa rasanya menikmati keperawanan seorang gadis. Ia terlihat gelisah dan bimbang. Suara kenikmatan terus mendayu-dayu merayu Andra yang selama ini tetap setia melangkah berjalan di atas karang-karang godaan yang tajam. Suara dentang lonceng hati kecilnya semakin melemah dan akhirnya meninggalkan Andra yang kini dibutakan oleh hasrat yang menggebu dan kenikmatan duniawi. Sebuah senyum penuh arti mengembang di wajahnya saat tangan Andra menjabat tangan Pak Agung, Batang penis Andra kembali menegang, ia kembali mencoblos vagina Anita yang sudah becek dan lembab itu. Batang penis Pak Agung pun kembali mengeras, bagaikan kerbau gila mereka berlomba memacu batang penis masing-masing menyodoki liang vagina kedua siswi cantik itu yang merintih-rintih dengan kedua kaki mereka yang mengangkang pasrah, terjuntai di pinggiran meja. Berkali-kali Andra dan Pak Agung bertag-team, mempecundangi Anita dan Veily.

~~~The New Beast’s is Born~~~

“Lohh Koq malah melamun ??“

Teguran Pak Agung menyadarkan Andra dari lamunannya.

“Eh nggak koq, Sudah ah pak Andra tidur dulu.., ngantuk nihhh…”

Pak Agung tertawa sambil menekan remote ditangannya, ia memindahkan tayangan LCD kechannel Tv-one. Malam ini Pak Agung dan Andra beristirahat untuk memulihkan stamina mereka. Di tempat lain, dikemudian hari…, setelah mengalami pemotretan illegal…., yang entah dilakukan oleh siapa, beberapa jam setelah Andra mengirimkan sebuah Email untuk Pak Dion.

-----

“HAHHH …!! “ mata seorang kepala sekolah beserta tiga orang guru bejat membeliak lebar , mereka berempat berseru terkejut setengah mati setelah membuka sebuah alamat yang tercantum di email Pak Dion.

“bb-Bagaimana mungkin ini dapat terjadi…”

Pak Djono duduk lemas di atas kursi.

“Bagaimana ini Pak Dion ..!! Apa yang harus kita lakukan..!!”

“WAduhhh, bisa gawat ini…saya tidak habis pikir, sebenarnya siapa yang tega mengerjai kita seperti ini….”

Pak Dion hanya terdiam, jika masalah ini sampai mencuat entah mau ditaruh dimana mukanya. Liburan kali ini terasa panjang dan mencekam bagi Pak Dion Cs,

“tik tok tik tok,tik,tok”

Pak Dion mengusap keringat dingin yang mengucur di keningnya. Ia merasa seperti sedang duduk di atas tumpukan bom waktu berdaya ledak tinggi. Keadaan Pak Dion jauh berbeda dengan keadaan Pak Agung yang sedang duduk bersantai sambil meneguk segelas anggur merah.

-----

SCHOOLGIRL 15


Vivi
“Vii, Viviii bangun oii, Faaa, Faridaaa..!!”

Dengan tak sabaran Andra membangunkan Vivi dan Farida, digiringnya kedua gadis cantik bermata sipit yang masih mengantuk itu ke kamar mandi. Ia menyiapkan tubuh mereka yang putih mulus sebagai santapan yang menyenangkan di pagi hari. Vivi dan Farida merasa risih saat Pak Agung dan Andra menonton mereka yang sedang mandi di bawah kucuran air shower yang hangat. Setelah kedua siswi cantik itu selesai membersihkan diri, Pak Agung dan Andra menarik tubuh mulus kedua gadis itu ke ruangan tamu. Vivi dan Farida berseru keras saat melihat seseorang terikat tak berdaya di atas sebuah meja bundar berdiameter kurang lebih 1 meter.

“hahhh ??!! Reiiiii….!!”

“HAHH !!?? Vivi ?? Farida..??!! ”

Reina tak kalah kaget melihat tubuh Vivi dan Farida yang berada dalam keadaan telanjang bulat, demikian pula keadaan Pak Agung dan Andra telanjang dengan dua batang penis yang mengeras di bagian tubuh mereka bagian bawah.

“Reiiii….!!”

Vivi dan Farida berhamburan hendak menolong Reina yang bersujud di atas meja dalam keadaan kedua tangannya yang terikat kebelakang, Pak Agung dan Andra menarik lengan Vivi dan Farida,kedua makhluk bejat itu berbisik-bisik ditelinga Vivi dan Farida, entah apa yang dibisikkan oleh Pak Agung dan Andra yang jelas kedua gadis cantik itu menggeleng-gelengkan kepala menolak keinginan Pak Agung dengan wajah merona karena jengah atas permintaan kedua pejantan tangguh itu.

“Ayo sayangg, lakukan, bapak ingin lihat, buat pemanasan” Pak Agung membujuk Vivi dan Farida sambil menggerayangi tubuh kedua siswi cantik itu

Andra memeluk Vivi dari arah belakang, tangannya mencapit payudara Vivi yang montok, cumbuannya merayap dari tengkuk ke sisi leher sebelah kanan kemudian merambat kebahu Vivi. Sesekali Andra memangut dengan kasar sambil meremas-remas induk payudara Vivi yang bongsor.

“Ahhh, Andraaaa….”

Vivi menarik dadanya saat tangan Andra mengusapi bagian bawah payudaranya, wajah Vivi merona merah, ia semakin kesulitan menepiskan hawa nafsu yang berusaha mengaburkan rasa canggungnya. Pak Agung mendesakkan tubuh Farida ke hadapan Vivi. Kini kedua orang siswi cantik keturunan Chinese itu kini saling berpelukan dengan mesra.

“Emmmmm, Faridaahh, ckk emmmmhh..”

“Viiii, auhh emmmhhh.., mmmhhhh akhhhh”

Suara desahan dan rintihan lirih mulai terdengar dari bibir Farida dan Vivi yang saling memangut. Andra mengambil posisi berdiri di belakang tubuh Vivi, sedangkan pak Agung berdiri di belakang tubuh Farida, mereka berdua masing-masing berjongkok sambil menarik pinggul kedua siswi itu agar menungging.

“Slllcckkk.. ckk ckk Sllccckkk ckkk sllllppphhhhh”

“Ahhh.. Andraaa… ahhh!!!”

“cupphh, mmmm ssssslllllllccckk ckk ckkkkk…”

“aaa-aah, ahhhh, Bapakkk… essshhhhhhh, hhssssshhhh”

Pak Agung mengecupi pinggul dan memainkan lidahnya pada belahan vagina Farida sedangkan Andra memainkan batang lidahnya pada belahan vagina Vivi. Suara desah dan rintihan kedua gadis cantik itu terdengar menggairahkan membangkitkan nafsu liar yang menggeliat dari tidurnya. Sang hawa nafsu segera bangkit ia mengubur kecanggungan di dada kedua siswi cantik itu. Tanpa merasa segan Vivi merintih keenakan dan Farida mendesah keras merasakan cumbuan dan jilatan-jilatan lidah nakal yang menggelitiki bagian tubuh mereka masing-masing. Pak Agung membaringkan Vivi dan Farida di atas sebuah kasur busa yang sudah sengaja disiapkan di tengah-tengah ruangan. Dengan sebuah gerakan yang indah dan erotis Farida naik ke atas tubuh Vivi. Ia mendesakkan payudaranya ke bawah sedangkan Vivi mendesakkan payudaranya ke atas. Jika Farida mendesakkan batang lidahnya ke dalam mulut Vivi, dengan mesra Vivi menghisapi batang lidah Farida demikian pula sebaliknya jika Vivi menjulurkan batang lidahnya keluar dengan mesra Farida menghisapi batang lidah Vivi. Cumbuan-cumbuan Farida merambat kebawah mengejar payudara Vivi.

“Wahh, gila..!! ini baru asik…,ehemm,woowww..!! “

Pak Agung berdehem dengan nafas tertahan. Andra mengusapi buah pantat Farida saat gadis cantik itu menungging dengan wajah terbenam di antara payudara Vivi yang montok sambil meremas lembut Farida menciumi buntalan payudara Vivi.

“Ahhh, Faaaa, Faa… riii.. daahhhh, ohhh nikmatnyaa…”.

Telapak tangan Farida mengusap bulatan payudara Vivi sebelah kiri, ujung lidah Farida terayun menjilati puting susu Vivi yang mengeras. Vivi memejamkan matanya menikmati remasan – remasan Farida pada payudaranya. Perlahan-lahan Vivi membuka kedua matanya saat ia mengendus aroma yang tidak asing lagi, sebuah penis besar panjang melintang di wajahnya, penis milik Pak Agung. Tangan Vivi meraih batang besar itu dan menggenggam batang penis Pak Agung, ditariknya penis Pak Agung kemudian Nyummmmm, Nyummmm, Vivi menghisap-hisap permen loli asin di selangkangan Pak Agung, nafas Vivi terdengar memburu saat cumbuan Farida merambat turun ke arah selangkangannya yang terkangkang. Jemari Farida mengelus belahan bibir vagina Vivi, jari telunjuk nya bergerak lincah mencelup-celup kedalam belahan vagina Vivi. Bagaikan seorang yang kehausan Farida menghisapi vagina Vivi, kontan saja tubuh Vivi menggelepar keenakan kedua kakinya yang mulus tertekuk mengangkang.

“Ahhh….!! ?? UNNNN---NGGGHHHH…!!!OWWW…!! “

Tiba-tiba saja tubuh Farida tersungkur, sebatang penis menerjang liang anus Farida. Terdengar suara keluhan keras Farida saat Andra menyodokkan batang penisnya hingga amblas sekaligus di lubang dubur siswi cantik itu. Dalam posisi seperti ini, keempat orang yang sedang bertarung dapat saling memberi kenikmatan. Vivi menservice penis Pak Agung, Farida menggeluti vagina Vivi, sementara Andra menyodok-nyodokkan batang penisnya menyodomi Farida. Jemari Andra mengucek-ngucek vagina Farida dan memainkan kelentitnya. Suara rintihan kedua siswi cantik itu disambut oleh suara geraman – geraman Andra dan Pak Agung

Sang guru menggeram semakin keras saat Vivi mengocoki batang penisnya..

“Urrrhhh, kocok sayanggg, KOCOKKK..!! arrrrrgh…” Pak Agung mengerang saat Vivi melumat kuat kepala penisnya.

“pokk pokk pokk pokkk” terdengar suara benturan antara selangkangan Andra dengan buah pantat Farida.

“Essshhh ooowww, Faaaaa….”

Jari tengah pak Agung mencari-cari kelentit Vivi, diurutnya tonjolan clitoris siswi cantik berdada besar itu. Vivi semakin gelisah, belahan vaginanya dimainkan oleh pak Agung dan Farida, ia merintih tertahan.

“ad-aduhh, Bapakkk, ahh Faaa..!!”

“pokk pokk pokkk plokkk.. pelann-pelanhh Andraa…hhh.. plokkkk..”

Farida meringis saat Andra menyodoknya dengan kasar, sesekali Farida berusaha menepiskan tangan Andra yang tengah menguceki kelentitnya, terdengar suara desahan tertahan Vivi dan Farida, saat kedua gadis cantik itu mengejang hampir bersamaan mencapai puncak klimaks.

”nnhhhh Cruttt… crutttt…”

“aaaa… crutttt.. cretttt…..crrrrtt”

Pak Agung menarik batang penisnya dari genggaman Vivi, ia mengambil sebuah gunting, diguntingnya rok seragam Reina hingga terbelah mulai dari lutut hingga kepinggang, disibakkannya robekan itu ke kiri dan ke kanan. Sang guru bersujud, jarinya menekan bagian-bagian celana dalam Reina. Reina menatap pak Agung dengan tatapan antara marah dan gairah.

“Brekkk.. Brrttt…., Breeetttt, !!awwwww..!KEPARATTT..! brETT..!!”

Jerit dan makian Reina mengiringi suara robekan kain celana dalamnya saat Pak Agung merobek dengan kasar di bagian belahan bibir vagina siswi cantik itu. Belahan bibir vagina Reina terekspos di antara robekan celana dalamnya. Pak Agung menarik Vivi dari bawah tindihan tubuh Farida kemudian menekankan wajahnya pada bagian celana dalam Reina yang tersobek. Kedua tangan Vivi melingkari pinggul Reina, ia mengendus dan menghirup dalam-dalam aroma kewanitaan Reina, bibir Vivi meruncing mencoba mengecup wilayah intim Reina melalui sela-sela celana dalamnya yang robek tepat di bagian bibir vagina. Andra menggiring Farida agar memeluk Reina dari arah samping kiri.

“Reiii,emmmh ck ckk ckkk”

“Akhhh, hhh, mmmmmh, Viii,uhhhhh…j-jangan Viii, ahhhh”

Tubuh Reina tersentak ketika batang lidah Vivi menyeruak melalui robekan celana dalamnya. Lidah Vivi bekerja secara efektif mengulas-ngulas belahan bibir vagina Reina yang mengeluarkan cairan gurih. Bibir Farida melumat-lumat Bibir Reina. Desah dan rintihan ketiga siswi cantik itu membuat darah Pak Agung dan Andra berdesir dengan lebih cepat. Pak Agung merengut tubuh Farida, Andra terkekeh sambil mengelus bokong Vivi kemudian meremas-remas bongkahan buah pantat Vivi yang bulat padat sebelum akhirnya menyelipkan batang besarnya ke belahan vagina Vivi.

“Auhhhh…!! “ terdengar seruan Farida ketika Pak Agung melemparkan tubuh Farida hingga punggung siswi cantik itu terhempas bersandar di atas kursi sofa panjang

Pak Agung berlutut sambil menyelipkan dua jarinya ke dalam cepitan vagina Farida. Jari tengah dan jari telunjuk Pak Agung berputar menghadap ke arah perut mencoba meraih G-Spot Farida. G-Spot adalah daerah kecil pada area kemaluan wanita yang terletak di belakang tulang kemaluan dan mengelilingi uretra.

“Ahhhh Ahhhh, Ahhhhhhh…, aduh-aduhh, ahhhh.”.

Tubuh Farida bergerak tidak karuan saat jari tengah Pak Agung menstimulasi G-spotnya. Farida merasa seperti ingin mengeluarkan air seni saat pertama kali titik G-spotnya dirangsang kemudian tubuhnya mengejang-ngejang menahan rasa nikmat yang melebihi rasa nikmat ketika clitorisnya sedang dimainkan. Rasa nikmat yang dirasakan oleh Farida begitu hebat hingga ia merasa sedang berada dalam kurungan tabung kenikmatan yang membungkus sekujur tubuhnya mulai dari ujung kaki sampai keujung rambut.

Farida
“Pakk, Farida diapain sampe kelojotan begitu, ajarin Andra doong, Vii sini Viii, ngangkang…. He he he, ayo Pak digimanain nih..memeknya??”

Andra meminta Vivi agar berbaring di atas lantai marmer sambil mengangkangkan kedua kakinya yang mulus. Fengan mengikuti instruksi dari Pak Agung, Andra mulai memasukkan dua jarinya sekaligus menghadap ke atas ke arah perut, andra mencari-cari sesuatu yang rasanya mirip seperti busa,

Tubuh Vivi bergerak liar tidak beraturan seperti gerakan-gerakan liar Farida, ia memekik nikmat saat jari Andra mengusapi G-spotnya. G-spot Vivi dan Farida berdenyut sedikit ketika disentuh dengan jari dan usapan pada area tersebut menghasilkan sensasi dan perasaan seperti keluarnya orgasme. Kontan saja Vivi dan Farida berbarengan merintih dan menggeliat liar menghadapi debur-debur ombak kenikmatan yang liar, sementara Pak Agung dan Andra semakin aktif mengusap-ngusap G-spot kedua siswi cantik itu yang berkelojotan dengan tubuh bersimbah keringat, dengan lembut Pak Agung dan Andra terus mengekslorasi G-Spot kedua siswi cantik itu dengan jari nakal mereka, gerakan pak Agung dan Andra berhenti saat tubuh kedua siswi cantik itu mengejang mencapai puncak klimaks, kemudian tanpa menunggu kedua siswi cantik itu berhasil menguasai diri, mereka melanjutkan memainkan jari mereka di dalam vagina Farida dan Vivi.

“PAKKK.., AWWW, AKHHH BAPAKKK, Crrruttt.. CRUTTT..!!”

“AHH-AH , AHHH CReettt Kecruttttt OHH, ANDRAA !!“

“crruttt.. cruttttt…”

“Cruttttttt…….”

“Crruttttttttttttttttttttttt……”

Denyutan puncak klimaks datang saling menyambung dalam waktu yang relatif singkat mendera tubuh mulus kedua siswi cantik itu. Tubuh Farida meliuk-liuk liar, seliar liukan tubuh Vivi, gelombang multiorgasme begitu hebat memecut tubuh-tubuh mulus yang tersiksa, hembusan nafas mereka tertahan selama beberapa detik menahan rasa nikmat di vagina yang menyebar hebat ke daerah panggul. Andra mencabut jarinya dari cepitan vagina Vivi, tubuh gadis cantik berdada bongsor itu masih kejang menahan rasa nikmat yang berlebihan.

“Waduh,..!! Wuish…!! Gelo..!! sepertinyaVivi ke enakan banget ya Pak” Andra berseru keras menyaksikan Vivi yang terengah-engah, tangan Andra mengelus-ngelus buntalan payudara Vivi kemudian menghisap-hisap putting susunya. Dengan gemas Andra menggigit buntalan susu Vivi hingga ia mengeluh kesakitan.

“Tentu…!! Orgasme akibat rangsangan di G-spot jauh lebih nikmat daripada Orgasme akibat rangsangan di clitoris,bahkan kerap kali membuat seorang wanita multiorgasme loh, seperti yang barusan dialami oleh Farida dan Vivi” Pak Agung mulai menurunkan ilmunya, Andra mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian mulutnya kembali mengejar dan menggeluti buntalan payudara Vivi, dielus, diremas kemudian dikenyot-kenyot dengan rakus.

“Apalagi kalau sambil memainkan G-spotnya, lidah kita memainkan klitoris mereka, bapak jamin mereka berdua pasti gelepek-gelepek, kelojotan”

“gimana Vi ?? apa bener kata pak Agung?? tadi kamu mengalami multiorgasme ya??” Andra bertanya pada Vivi yang masih menggelinjang keenakan menikmati hisapan-hisapan mulutny

Vivi mengangguk kecil, jari Andra menyibakkan bibir vagina Vivi. Ia berdecak kagum saat cairan vagina Vivi meluap, cairan itu berwarna putih kental dan begitu harum, aromanya semerbaknya tercium kuat di udara. Andra mencelupkan jarinya kembali kedalam vagina Vivi, dengan sedikit latihan dan bakat, jemari Andra semakin ahli memainkan G-spot Vivi..

“An-Andraaa, ah-ah owww,”

Andra mencoba tehnik baru yang diajarkan oleh Pak Agung, sambil mengusap lembut G-spot Vivi, lidah Andra terjulur memainkan tonjolan klitorisnya. Pak Agung menyodorkan batang penisnya ke dalam rongga mulut Vivi yang ternganga., Happp, Vivi mencapluk batang penis Pak Agung.

“HOUHHHH…!! EDANNN…!!”

Pak Agung mengeluh keras, mulut Vivi mengenyoti batang penisnya dengan kuat, terlalu kuat malah hingga menimbulkan rasa ngilu disela-sela rasa nikmat yang menggila. Farida merangkak mendekati Andra yang tengah asik memainkan jari dan lidahnya untuk menyiksa Vivi, dengan lembut Farida mengosok-gosokkan payudaranya ke punggung Andra. Tangan Farida meraih penis Andra dari belakang kemudian mengocok-ngocoknya.

“humm hummmh…” suara mulut Vivi yang tersumpal penis Pak Agung.

“UAHHH, Huu-H-UrrrHHH”

Suara pak Agung yang keenakan penisnya diemut-emut oleh si susu besar, nafasnya tertahan-tahan merasakan rasa nikmat yang bukan kepalang.

“ssslcck ckk llllcckkkkkk.. sllleckkkkkkk.Cpphhh, Ckkk”

Suara decakan mulut andra yang tengah menjilati kelentit Vivi.

“Plekffhh.. plekk plekk plekkk” suara gangan Farida mengocok-ngocok batang penis Andra yang semakin menegang

Sesekali Mulut Farida mengejar penis Andra kemudian mengulum-ngulumnya dengan penuh nafsu, suara rintihan – rintihan lirih Farida dan Vivi terdengar menggairahkan. Terdengar suara pekikan kecil Vivi, tubuhnya melenting saat gelombang kenikmatan membawanya terangkat setinggi langit biru dan kemudian menghempaskannya ke dasar lembah samudra puncak klimaks, dengan berbekal ilmu baru dari pak Agung. Tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk membimbing Vivi berkali-kali menuju puncak kenikmatan. Andra melepaskan Vivi, ia merangkak menghampiri Reina yang masih berlutut di atas sebuah meja dengan kedua tangan terikat ke belakang. Reina bergidik saat matanya menatap sinar mata Andra yang berbinar, kalau saja tangan Reina tidak terikat ingin rasanya ia menampar wajar Andra.

“Reii, seksi amat sih, ada apa sih di dalam sini?? Aku liat ya…“

Andra menyibakkan sela robekan celana dalam Reina untuk mengintip isinya.

“AnDRA..!! Jangan kurang ajar…!!” Reina memaki Andra.

“Waaah kirain apaan ??, ternyata isinya memek kamu tohh,,”

Andra pura-pura bodoh, dari bagian celana dalam yang terobek jemari Andra menyelinap mengelus – ngelus bibir vagina Reina. Reina mendesah pelan nafsu birahinya mulai terpancing oleh elusan-elusan tangan Andra. Luapan nafsu birahi menenggelamkan kemarahan Reina, ada sesuatu di dalam dirinya yang terusik menahan sensasi jari andra.

“ihh ?? !! “ Reina terpaku saat ia melihat ke arah Pak Agung yang sedang duduk santai di atas sofa

Pak Agung mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, Farida dan Vivi berebutan menjilat dan menciumi penis Pak Agung, mencumbu dan mengulum-ngulum penis sang guru yang besar dan panjang. Pak Agung membelai-belai kepala Vivi dan Farida, guru bejat itu keenakan saat batang penisnya dimanjakan oleh cumbuan – cumbuan kedua muridnya yang cantik.

“Reiii…, sekali ngerasain dientot, kamu pasti ketagihan, ingin lagi dan lagi…, tuh kamu liat si Vivi sama Farida udah ketagihan kontol he he he he”

Andra berbisik di telinga Reina, bibir Andra mencumbui rahang Reina

Reina menjerit kesal karena tidak berdaya menolak perlakuan mesum Andra. Saat Reina menoleh ke arahnya untuk memaki, bibir Andra langsung menyergap dan melumat bibirnya. Suara decakan-decakan terdengar menggairahkan dari bibir yang memanguti bibir Reina, Andra menyusupkan tangannya masuk kedalam celana dalam Reina, ia menggaruk-garuk bulu-bulu jembut Reina kemudian memijat-mijat vaginanya seperti sedang melakukan terapi pijatan mesum yang menggairahkan, lelehan cairan Vagina Reina membuat pijatan Andra terasa semakin mengasikkan , lengket, licin geli-geli nikmat.

“Annd-Andraaa, Ennhh, ahhhhhhh, hsssshhh..”

Andra menatap wajah Reina, ia menikmati setiap ekspresi wajah Reina yang tengah menikmati pijatan. Elusan dan garukan – garukan di wilayahnya yang paling intim. Lidah Andra terjulur menekan sela bibir Reina, Reina menyambut dengan membuka mulut dan menjulurkan batang lidahnya keluar, batang – batang lidah yang basah dan hangat saling bergelut, lumatan dan Andra membuat Reina bertekuk lutut, Reina menarik pinggulnya ke belakang saat jari tengah Andra mendesak belahan vaginanya, Slephhh..!!

“aaa, , perih, sakittt, awww..!!.AKHHHHH…!!”

wajah Reina tampak renyah saat Andra mengamblaskan jari tengahnya pada belahan Vagina gadis itu,tubuh Reina tersentak mengejang, ia merintih lirih saat jari tengah Andra melukai sesuatu miliknya yang sangat berharga, perlahan Andra menarik kembali jari tengahnya keluar kemudian kembali menusukkan jarinya kuat-kuat kedalam liang perawan sebelum akhirnya andra menarik jari tengahnya dari jepitan vagina gadis itu

Mata Andra berkilat saat memperhatikan cairan merah membasuh ujung jari tengahnya. Reina melengoskan wajahnya memandang ke arah lain saat Andra berjongkok di hadapan vaginanya.

“wuihhh, lezatnya darah perawann he he he, Slllccckkk, slccckkk”

Lidah Andra terjulur menjilati darah perawan Reina kemudian ia menyelinapkan batangnya melalui robekan celana dalam Reina. Ada sensasi yang berbeda saat Andra menggerak-gerakkan batang penisnya berusaha mencari-cari sesuatu dibalik celana dalam Reina yang menjanjikan sejuta kenikmatan, saat dirasakan pas, Andra berkutat berusaha mengamblaskan batang penisnya kedalam cepitan vagina gadis itu.

“Ahh, ini dia, permisi ya Reiii, numpang nyoblos dikit ajaa, hi hi hi”

“Unnh, nhhhhhhh…!! Afffhh Uhhhh ??.”

Tubuh Reina mengejang merasakan penis Andra mendesaki belahan Vaginanya, dengan tekun dan giat Andra terus berjuang mendesakkan batang penisnya, Andra menggeram-geram gemas, dengan satu sentakan yang kasar dibongkarnya otot Vagina Reina yang membandel, JROSSSHH..!!

“brrrttt brrrttt krrrtttttttt…”

“AHHHHHHH…..!! awwwwhhhhh, Hee-ennhhs, AKKHHH..!!“

Reina mengeluh keras saat kepala penis Andra menguakkan selaput misteri liang kenikmatannya yang selama ini dijaga dengan hati-hati olehnya. Batang penis Andra menekan memasuki belahan vaginanya, tangan Andra mendekap bokong Reina. Sambil menarik pinggul Reina, Andra mendesakkan batang penisnya jauh kedalam. Penis Andra merangsek selaput dara gadis cantik itu, menjebol keperawanan Reina. Kini milik Reina yang paling berharga bukan hanya terluka namun hancur robek ditembus oleh batang penis Andra.

“Aduhhhh, saaa…kiiiiiitttt…, nnnnhhh, sudah.., akkhh, sudah,,!! Jangann..!!”

“Aje Gileee..!! Ohhh Reiiiii…!! UENAKK…GETHO LOHHH..!!”

Andra memeluk erat-erat tubuh Reina yang gemetar hebat, ia membetot batang penisnya perlahan hingga sebatas leher penisnya tertancap pada vagina Reina kemudian dengan satu sodokan yang kuat Andra mnjebloskan seluruh batang penisnya kedalam liang kenikmatan di selangkangan Reina yang menangis terisak.

“Unnnggghhhh…!! Aduhhh…, aduhhhhhhh” disertai suara lenguhan panjang, kepala Reina terkulai lemas dibahu Andra,

Reina
Tangan kiri Andra mengelus-ngelus punggung Reina yang berkeringat, sedangkan tangan kanannya mengusapi bokong dan sesekali meremas-remas buah pantatnya. Penis Andra menusuk-nusuk dengan kasar, isak tangis Reina membuat Andra semakin bersemangat merojoki liang vaginanya.yang peret.

“Ohhh, Ampun, Andraa, sakkiii……tttt!!AWWW, Emmmh Emmhhh..!!”

suara Reina teredam oleh Mulut Andra yang begitu rakus melumati bibirnya yang mungil. Andra semakin ganas dan rakus mengulum bibir Reina sementara batang penisnya bergerak maju mundur dengan lebih kasar menyodoki liang vagina Reina yang hangat nikmat. Reina menarik bibirnya dari bibir Andra ia kembali mengeluh kesakitan, pinggangnya melenting – lenting ke belakang, kedua tangannya mencengkram pinggang Reina yang ramping. Andra beraksi dengan prima mengayun-ngayunkan batangnya, menyodoki belahan di selangkangan Reina..

“Andraaa, !! sakitt, SAkiiittttt…..” jeritan Reina melengking, isak tangisnya semakin keras,

Batang penis Andra menusuk tanpa mempedulikan jeritan dan isak tangis Reina, menggali liang vaginanya, mengais kenikmatan di dalam celah sempit diselangkangannya.

“Clepp.. Cleppp.. CLeppp.. Cleppp!!” suara gecakan-gecakan becek terdengar keras saat batang penis Andra menumbuki belahan vagina Reina. Sesekali Andra menggoyangkan penisnya ke kiri dan ke kanan kemudian memutar-mutar melakukan gerakan mengaduk yang membuat Reina merintih-rintih keenakan, rasa sakit mulai memudar digantikan oleh rasa nikmat, setiap sodokan Andra membuatReina semakin dekat menuju pintu puncak klimaks.

“Aaa-euhhhh…??!! Crrrr Crrrrrrhhhhh….huuhhh ?? Huuhhh ??!!”

“Gimana Reii ?? Enak banget kann ??”

Wajah Reina mengernyit menahan rasa nikmat, ia tidak dapat mengontrol vaginanya yang berdenyutan. Cairan vaginanya meledak tak berdaya, batang penis Andra begitu rajin menyodok-nyodok celah kenikmatannya yang semakin banjir oleh lelehan lendir-lendir vagina. Nafas Reina berdengusan di sela isak tangisnya.

“Sudah Andraaa, nggak mauuu, sudahh hkkk hkkkksss..”

“belum Reii, belumm aku masih pengenn he he he”

Andra mulai mempersiapkan serangan berikutnya, ia mengaitkan tungkai kaki Reina pada tungkai lengannya, jemarinya membentuk cakar, kedua tangannya menopang mencengkram buah pantat gadis cantik bermata sipit itu yang masih terisak. Posisi Andra mirip seperti sedang menggendong Reina dari depan, batang penisnya menancap di cepitan liang vagina Reina. Andra mengayunkan batang kemaluannya dengan teratur, dibetot dan dibenamkannya berkali-kali pada belahan vagina Reina yang hangat nikmat..

“Ouhhh, ahhhhh, ahhhh..!!ahhhhh….”

Tubuh Reina terayun mengikuti irama sodokan-sodokan batang penis Andra. Ayunan tubuh Reina semakin cepat seiring dengan semakin naiknya nafsu Andra. Andra mendesakkan tubuh molek Reina ke sudut ruangan, batang penisnya bergerak memompa dengan cepat, Reina meringis – ringis rasa geli bercampur dengan rasa nikmat mengiringi gesekan-gesekan batang penis Andra dengan dinding vaginanya.

“CLEPP.. CLEPPP BLEPP CLEPPP…!!…”

“Ahh, ahhh-ah, awwww, aduhh akkhhh And-drah!!, Ahhhh!!”

Kedua mata Reina yang sipit merem melek keenakan, Andra tersenyum mendengar suara desah dan rintihan lirih gadis itu. Ia menurunkan tubuh Reina, kemudian dibalikkannya tubuhnya ke arah dinding, ditariknya celana dalamnya ke bawah hingga tersangkut di kedua lututnya, ditariknya pinggul gadis itu, batang terkutuk milik Andra mendesak dubur Reina dengan kasar Andra memaksa Reina menyerahkan kenikmatan yang tersembunyi di dalam liang anusnya..

“Jangan..!!, Jangan disitu, aku mohon Andraaa, toloongg..!! Akkkhhh”

“Diam kamu Reiii, diammmm…!! Hihhhhh….” Andra menjambak dan menarik rambut Reina ke belakang, batang penis Andra menusuk-nusuk kasar berusaha membobol dubur Reina..

“awww..!!Tii.. Tidakkk OWW..! BLesshhhhhh….ARHHH….!!!”

Gerakan kasar penis Andra menyobek otot anus Reina. Reina menjerit keras saat batang penis sipegulat tangguh merayap masuk menyodominya, air matanya kembali berderai , berulang kali terdengar suara jerit kesakitannya.

“He he he, Whuiihhh…!! Anjrittt Reiiiiiii…!!”

Andra berseru keenakan sambil mengamblaskan batang penisnya lebih dalam lagi menyodomi Reina. Kedua tangan Andra mencekal pinggang Reina, dengan bebas batang penis Andra mengaduk-ngaduk liang anus Reina. Ia tidak mempedulikan jerit kesakitan gadis cantik itu

“Pokkk.. Pokkkk.. Pokkkk…”.

“ANDRAAA.. ANDRAAAAAA…!! Ngeee-enhhhhHHHH”

“Reiii, lubang kamu , dua, duannyaaahh, enakkk… urrrhh”

“Sudah, Andraaa, Sakittt, Aduhhh Owwww…, sakit sekaliii..!!cabuttthhhh”

“tapi Aku enak bangett Reiii, Hiihhh…, Tahan Reii , TAHANN..!!”

“Aduhhh..!! OWW…, ADU-DUHH, AWWWW…!!”

Andra seperti sengaja mempermainkan Reina, batang penisnya menyentak-nyentak dengan kasar, mata Andra membeliak merasakan rasa nikmat saat batang penisnya bergesekan dengan dinding anus Reina. Liang anus Reina terasa panas dan nikmat, tubuh mereka basah kuyup dilelehi peluh. Siswi cantik itu mengeluh panjang saat Andra membenamkan seluruh batang penisnya beristirahat di dalam liang anusnya, buah pantatnya yang empuk bergesekan dengan selangkangan Andra. Ia menggesek dan mendesakkan selangkangannya pada buah pantat Reina yang bulat padat.

Setelah berhasil memulihkan tenaga Andra kembali memacu batangnya menyodomi Reina dengan lebih liar dan ganas. Reina meringis merasakan rasa ngilu yang menggigit anusnya saat batang penis Andra bergerak kasar menyodominya.

“Pokk Pokk Pokk Pokk Pokk Pokkk..!!”

“Andraa, cabutt, Aduh aduhh, OWW, Ngehhh, ngiluuu, aduuuhh…”

Setelah puas menyodomi Reina Andra menghentikan tusukannya kemudian ia berbisik ditelinga Reina. Gadis itu mengangguk, perlahan-lahan Andra mencabut batang penisnya dari dalam lubang anus Reina. Setelah melepaskan ikatan ditangan Reina, Andra membalikkan tubuhnya menghadap ke arahnya, tangan Andra mengusapi lekukan pinggang Reina. Mulut Andra melumat bibir mungil itu, kemudian mengajaknya untuk ber French kiss.

“Masukin Rei, ayoo, kalau tidak, aku sodomi lagi ..” Andra mengancam.,

“Iy-ya, Andra, Iya, aaaahhhhh…., slllepphhhh…”

Karena ketakutan Reina buru-buru menyambar dan menjejal-jejalkan penis Andra ke dalam vaginanya. Reina mendesah saat ia berhasil menyelipkan batang Andra ke dalam belahan vaginanya. Rasa nikmat mengiringi masuknya penis Andra, kini kemaluan Andra tertancap sebatas leher penis.

“Bagus Reii, gitu dongg, masa titit aku dibiarin kedinginan di luar memek kamu, enakan didalam, anget, ada empot-empotnya gitu…”

jantung Andra berdetak kencang merasakan kedutan-kedutan otot vagina Reina yang menggigit kuat batang penisnya, dinding vagina Reina berkontraksi meremas-remas kepala penis Andra. Sambil berkacak pinggang Andra mendesakkan batang penisnya agar masuk lebih dalam, ia menoleh ke arah Pak Agung yang membimbing Farida dan Vivi mendekati arena pertempuran. Pak Agung memasangkan STRAP-ON pada Farida.

“Buset dah?? Mau diapain pak ??HA Ha Ha “ Andra mendelik kemudian tertawa ngakak melihat sebuah benda dari karet yang menggantung di selangkangan Farida

Pak Agung hanya tersenyum penuh arti, Andra menonton suguhan gratis sambil kembali mengancam Reina agar bergoyang.

“REiiii !!! Goyang oiiiiii….!!”.

“Viii, nungging sayanggg…”

Pak Agung menyuruh Vivi menungging. Vivi menurut ia menungging di atas lantai. Pak Agung meremas-remas buah pantat Vivi kemudian ia mengarahkan bokong gadis itu ke arah Farida. Pak Agung meminta Farida bersujud tepat di belakang bokong Vivi. Pria itu lalu mengarahkan ujung STRAP-ON pada liang anus Vivi. Farida menuruti instruksi Pak Agung untuk menyodomi Vivi dengan STRAP-ON, dengan lembut Farida mendesakkan straponnya untuk menyodomi Vivi, sesekali ia menghentikan tusukan straponnya saat Vivi mengeluh., setelah STRAP-ON itu terbenam seluruhnya Pak Agung mengambil posisi berlutut di belakang bokong Farida. Sang guru menusukkan batang penisnya mendesak liang anus Farida melalui celah latex yang sepertinya memang disediakan untuk aksi sodomi.

“nah, Faaa, seperti inilah yang dirasakan oleh Vivi sekarang, gimana rasanya?? enak bukan ??Ayoo kamu juga goyang biar Vivi juga merasa enak..”

Pak Agung mulai mengayunkan penis besarnya mengolah liang anus Farida, Farida mencoba untuk mengayunkan STRAP-ON yang terpasang di selangkangannya. Saat Farida terdesak ke depan disodomi oleh Pak Agung, STRAP-ON itu juga ikut terdorong maju membelah anus Vivi.

“Ahhh…BAPAKK, Ahhhhh-ahhh”

“Plakk Plakk Plakkk..!!!” Farida mendesah saat Pak Agung semakin kasar menyodominya.

“Auhh, Ehssshhhh, Faaaa, pelan-pelannhhh uhhhhh..” Vivi merintih saat strapon di selangkangan Farida menusuk kasar liang duburnya.

“b-bukan aku Viii, Pak Agung nihh.., akhhhh…”

Dengan cara demikian, Pak Agung dapat membuat kedua muridnya yang cantik merintih disaat yang bersamaan, jika pak Agung menyodomi Farida dengan lembut, maka STRAP-ON diselangkangan Farida membelah Liang anus Vivi dengan lembut, jika pak Agung menyodomi Farida dengan kasar maka STRAP-ON itu membelah dubur Vivi dengan kasar.

“Edannn…!! Bapak bener-bener kreatif dahh, Rei jangan berhenti dong, digoyang Reiii, digoyangggg… aduhhhh, gimana sih, bandel amat…”

Andra masih juga protes karena Reina menggoyangkan pinggulnya dengan ogah-ogahan. Andra yang cerewet membuat Reina naik darah, sambil memeluk Andra, Reina menghempas-hempaskan vaginanya dengan liar, digoyang ke kiri, digoyang ke kanan, kemudian dihempas-hempaskannya lagi. Reina mendesah-desah keras saat menghempaskan vaginanya. Batang penis Andra keluar masuk di belahan vagina gadis itu.

“Anjrittt..!! Wadowww, Reiii, Heuh, UHH ?? Reiii Akhhh..!!”.

Tangan Andra membelit pinggang Reina, kali ini Andralah yang kewalahan, Reina begitu cantik dan liar, rintihan-rintihannya membuat angan Andra melayang tinggi ke udara. Andra mengeluh saat Reina menggoyang pinggulnya seperti sedang mengayak beras kemudian kembali menggoyangkan vaginanya dengan liar. Reina mendorong tubuh Andra hingga ia jatuh terjengkang ke belakang. Andra terlentang dengan posisi kedua kakinya mengangkang. Reina menerkam sesuatu selangkangan Andra.

“WHOAAHHHH, WAduhhhh…..!!,UAHHH”

Reina membetot Penis Andra dengan bernafsu dikocok-kocoknya batang penis yang telah merampas kehormatannya itu. Ada sedikit dendam, marah di antara nafsu liar Reina. Happp, dengan kasar Reina mencapluk kepala penis Andra, tubuh Andra mengejang, menggelepar menahan rasa nikmat, matanya mendelik-delik merasakan nikmatnya hisapan-hisapan mulut Reina yang begitu rakus mengemuti kepala penisnya.

“Jangan digigit Reiii, aduh, AWWW…!!WOAHH..!!”

Reina menggigit-gigit kepala penis andra , kemudian mengunyah penis Andra seperti sedang mengunyah sosis, lidahnya terjulur-julur menggelitiki memutari kepala penis yang bentuknya mirip sebuah helm kemaksiatan itu. Lalu ujung lidah Reina meruncing menggelitiki lubang penis Andra, pipi Reina mengempot-ngempot saat ia mengemuti biji kemaluan Andra. Tangannya terus mengocok-ngocok batang penis Andra dengan cepat dan kuat. Penis itu pun makin memar kemerahan akibat kocokan yang terlalu kuat.

“Hoahhhh…REiii!! Sprutttt.. Spruutttt… Croottt..!!”

“Slllrrrpp, slllrrrpp,, Nyummmmm, Nyott Slllrrrrrrpp Nyotttt”

Sperma Andra meledak, mirip seperti air mancur ditaman, mulut Reina membekap lubang penis Andra dan menyedot habis sperma Andra, bahkan dengan rakus lidah Reina membersihkan percikan sperma di selangkangan Andra hingga bersih. Reina naik ke atas tubuh Andra ia menggesek-gesekkan vaginanya yang becek oleh cairan vagina pada perut si gentut itu, kemudian ia merayap naik meneduhi wajah Andra.

“wahhh, makasih Reiii, kamu koq tau sich, aku paling demen ngisepin memek. Hemmm Mhhhh Ckkk.. Ceeekkhh,, Sleckkkkhh, Nyammm, lezatt Reiii, duhhhh, sedapppphhmmmmm”

Disertai nafas yang berdengusan, mulut Andra mencapluk, mengunyah belahan bibir vagina Reina yang terasa asin, gurih, beraroma khas. Reina mendesak-desakkan vaginanya pada mulut Andra yang ternganga lebar. Si pegulat tangguh mencapluk selangkangan Reina, lidahnya bergerak liar ke kiri dan ke kanan menampari bibir vagina Reina. Hidung Andra mengendusi jembut Reina yang harum, batang lidahnya menari membelai belahan bibir vagina gadis itu, tangannya menarik pinggang Reina ke bawah agar vagina Reina mendesak wajahnya. Mulut Andra semakin hebat melumat-lumat bibir vagina gadis itu dan batang penisnya kembali bangkit.

“Geser Reiii, aku pengen lagi nih….”

Andra mendorong pinggul Reina, Reina mendesah gelisah saat penis Andra menempel di pintu duburnya. Batang Andra mengetuk – ngetuk, meminta izin untuk dapat berselancar, menyodomi anus Reina. Tubuh molek Reina mengejang hebat menahan sesuatu yang mendesak otot anusnya, nafasnya terputus-putus saat merasakan liang anusnya direkahkan paksa oleh batang panas di selangkangan Andra.

“Awwwhhhhhhhhhh……!!! “

Tubuh Reina terdesak keatas saat Andra menghujamkan kepala penisnya ke atas menyodok liang anus siswi cantik itu. Bibir Reina meruncing, lidahnya sedikit terjulur keluar dari bibir mungilnya yang merekah saat penis Andra mendesak masuk semakin dalam menyodomi liang anusnya..

“Slepppp,, Sleppppp Pefffhhhh, befffh befffhhh”

Reina menaik turunkan anusnya pada kaitan batang penis Andra, si pegulat tangguh membantu dengan mengangkat-angkat pinggang Reina. Payudara gadis itu bergerak indah saat ia berusaha mengamblas-amblaskan batang penis Andra kedalam liang duburnya. Tangan Andra meraih dan meremasi payudaranya yang membuntal padat.

“PAKK, BAPAKKKK…!! Minta Dildo Pakkk…”

Andra berteriak meminta dildo pada pak Agung

“Nihhh, Tangkepp…!! “ Pak Agung melemparkan dildo ke arah Andra, saat dildo itu melayang di udara pinggul Reina bergoyang-goyang dengan dahsyat hingga konsentrasi Andra menjadi kacau.

“SPLAAKKKKK…!!, WADUHHHH….!! Mampus dahh…!!”

Dildo itu menempel di jidat Andra sehingga ia mengaduh sambil mengusap – ngusap jidatnya sebelum menyambar dildo yang terjatuh di samping tubuhnya, lalu diarahkannya ujung dildo berbentuk kepala penis itu ke belahan vagina Reina.

“Bleessshhhhh…!!akkkhhhhh” Andra menusuk belahan vagina Reina dengan dildo. Ia terkekeh saat tubuh mulus Reina menggeliat-geliat menahan rasa nikmat ketika dildo itu merayap memasuki belahan bibir vaginanya

“Nahh, Ayo Reiii, terus…terusssshh“

“Ahhh, Ussshhhhh, ah-ah, ohhhhh Andraaaa…!!”

Dengan sebatang dildo yang tertancap di vaginanya, Reina berusaha menaik turunkan anusnya pada batang penis Andra, ekspresi wajahnya seperti menahan rasa sakit yang sangat nikmat. Andra semakin aktif menghentak-hentakkan batang penisnya ke atas. Kedua tangan Andra kembali meremasi sepasang payudara Reina dengan penuh nafsu, butiran keringat mengucur deras membasuh dua sosok tubuh berbeda kelamin yang tengah berjuang menggapai secuil kenikmatan.

“ahh,aahhh, ahhh, aaaaaaa” Reina merintih keras sambil menghempas-hempaskan duburnya kuat-kuat

Gerakan-gerakan Reina mirip seperti artis-artis film porno. Jeritan – jeritan liar Reina bercampur dengan desahan-desahan kerasnya yang menggairahkan. Butir-butir keringatnya mengucur deras membasahi tubuhnya yang molek membuat kulit mulusnya berkilat-kilat indah.

“OOOOO…… hhhhhh…, crrutttttt.. crrrtt crrttt….”

Bibir Reina membentuk huruf O besar, kedua matanya yang sipit terpejam rapat, wajahnya mengernyit menahan denyutan-denyutan puncak klimaks, Andra semakin garang menyentak-nyentakkan penisnya ke atas, ia menggeram dan mengejan dengan kuat berusaha menembak liang anus Reina dengan semburan spermanya.

“Srooottt… crrotttt crooootttt…., HUakkHHH”

Mata Andra mendelik, spermanya muncrat di dalam liang anus Reina. Pak Agung tersenyum, ia berbisik ditelinga Vivi dan Farida, mereka mengangguk kemudian menghampiri Reina yang terlungkup memeluk tubuh Andra yang berada di bawah tindihan tubuhnya yang putih mulus. Reina mendesah saat Vivi mencabut dildo yang tertancap di vaginanya, setelah itu, Farida dan Vivi membantu Reina untuk berdiri. Farida tersenyum nakal, ekor matanya mengerling ke selangkangan Andra, benda terkutuk itu kini terkulai tanpa daya, mengkerut dan mengecil. Andra tergeletak dengan tubuh bersimbah keringat, kedua matanya terpejam rapat, dengus nafasnya berhembusan dengan kuat bagai hendak dicabut nyawa.

Vivi dan Farida menggandeng Reina masuk ke kamar mandi, terdengar suara kucuran air shower ketika ketiga siswi cantik itu saling membasuh tubuh masing-masing, +/- 25 menit kemudian mereka keluar dari dalam kamar mandi dengan tubuh terbalut selembar handuk masing-masing melilit ditubuh mereka yang mulus. Ketiga siswi cantik itu berdiri di hadapan pak Agung dalam jarak ½ langkah saja. Nafas Pak Agung tertahan saat tiga handuk berlainan warna itu terlepas dari tubuh pemiliknya, lekuk tubuh yang menggairahkan, mulus, indah tanpa cela kini tersaji di hadapannya. Reina diapit oleh Vivi di kiri dan Farida di sebelah kanan.

“Nahh, kalian berdua ajari Reina untuk mendeepthroat penis Bapak..”

Pak Agung mengangkangkang kakinya melebar, mereka bersujud seperti menyembah sesuatu di selangkangannya. Vivi menekan belakang kepala Reina ke selangkangan Pak Agung, sementara Farida mengusap-ngusap buntalan payudara Reina dari arah samping. Reina menggengam batang kemaluan pak Agung yang besar panjang, detak jantungnya semakin tidak beraturan ketika benda ditangannya berdenyut-denyut kemudian berdiri bagaikan sebuah tiang raksasa.

“Happp.., Hmuuffhhhh…”

Reina mencapluk kepala penis Pak Agung, centi demi centi Penis Pak Agung merayap ke dalam mulut Reina. Wajahnya mengernyit ketika kepala penis Pak Agung menyesaki kerongkongannya, ia buru-buru memuntahkan penis itu dari dalam mulutnya sebelum merayap lebih dalam lagi.

“Uhukk.. uhukkk.. ehmmm uhukkk…” Reina terbatuk, Farida menepuk-nepuk punggung Reina, Vivi tertawa nakal kemudian mencium pipi Reina, bibir Vivi mencumbui leher Reina, Farida tidak mau kalah ia menggeluti lehernya, suara rintihan Reina diiringi suara desahan Vivi, juga disambut oleh tawa kecil Farida.

“Reiii, kamu belajar ya, perhatikan caraku mendeepthroat penis Pak Agung”

Vivi mencoba mengajari Reina, Reina mengangguk pelan

Mulut Vivi meneduhi kepala penis Pak Agung, lidah Vivi bergerak lembut melingkari kepala penis Pak Agung. Setelah mengulas beberapa kali kemudian Vivi mengamblaskan penis Pak Agung ke dalam mulutnya, kerongkongan Vivi menerima penis Pak Agung, memanjakan batang penis Pak Agung yang besar panjang.

“Viii ?? !!ASTAGA…!!” Reina terkejut, mulut Vivi seperti menelan batang besar itu,

Farida memeluk Reina dari belakang, tangannya menangkup induk payudara Reina sebelah bawah. Pak Agung membelai-belai kepala Vivi, bahkan sesekali menekannya kuat-kuat hingga terdengar suara lenguhan dari mulutnya yang tersumpal penuh oleh penis pak Agung. Perlahan Vivi menarik mulutnya sambil menghisap kuat-kuat batang penis milik si guru bejat.

“Ehhh, Ehemmm, hemmm, yeee ini anak, disuruh belajar malah asik sendiri” Vivi berdehem beberapakali, ia menolehkan wajahnya ke arah Reina yang sedang asik-asiknya saling memangut dan melumat dengan Farida. Farida terus mengecupi bibir Reina, Vivi memisahkan mereka, kemudian menekankan kepala Reina kembali kepenis Pak Agung.

“Ayo Rei, jangan malu-malu, telan gih.. he he he” Farida berbisik nakal di telinga Reina, wajah Reina merona merah, mulutnya mencoba untuk menelan batang penis milik gurunya. Ccenti demi centi batang penis yang besar panjang mulai merayap memasuki kerongkongan Reina. Vivi membantu menaik dan menekankan kepala Reina, dengan lembut ia mengajari Reina untuk melakukan deepthroat sedalam mungkin. Pak Agung tersenyum, telapak tangannya membelai-belai kepala Reina, tampaknya Reina semakin pandai mendeepthroat sebatang penis besar di dalam mulutnya. Sesekali ia menarik kepalanya hingga penis pak Agung terlepas dari mulutnya untuk mengambil nafas kemudian kembali melanjutkan pelajaran sextrakulikulernya.

“Sini Vi, aku bantu!” Farida membantu memasangkan strapon pada Vivi,

Vivi berlutut dibelakang pinggul Reina, ia menggesek-gesekkan penis karet bergerigi itu pada belahan vagina Reina, perlahan-lahan Vivi mendesakkan pinggulnya, benda berbentuk penis itu merayap memasuki belahan Vagina Reina, pak Agung semakin kuat menekan belakang kepala Reina, batang penisnya mendeepthroat kerongkongannya lebih dalam lagi

“emmmhh.. emmmhhh mmhhh Faaa Emmmhhh”

Sambil mengayunkan pinggulnya Vivi berciuman dengan Farida. Ciuman Farida merayap ke leher, pundak, bahu, punggung, tanganya mengelus-ngelus bokong Vivi kemudian menarik buah pantatnya agar menungging. Farida menyelipkan dildo di tangannya melalui celah latex, ditusuknya vagina Vivi dengan sebatang dildo berulir, mirip seperti ulir sebuah sekrup.

“Sprepphh,, sprepphhhh.. spreppphhh…”

Farida tersenyum mendengar suara becek bibir vagina Vivi yang bergesekan dengan ulir-ulir dildo. Dengan teratur Farida menusuk-nusuk vagina Vivi dengan dildo, Vivi merintih dan mendesah keras menikmati setiap gesekan antara ulir-ulir dildo dengan bibir vaginanya. Pak Agung menghela nafas dengan keras. Sang guru mulai beraksi, setelah melepaskan strapon dari tubuh Vivi dan Farida. Pak Agung mendudukkan ketiga orang muridnya duduk bersandar berdampingan, kini Pak Agunglah yang berlutut sambil menggerayangi lekuk liku tubuh-tubuh molek putih mulus yang menggeliat kegelian.

“Ee-ehh, PAKK..!!” Reina menepiskan kepala penis Pak Agung yang menggesek belahan vaginanya, Reina ketakutan berdasar pada diameter dan panjang batang Pak Agung yang lebih besar dari milik Andra..

“Lhoo ?? kenapa ??”

“Takut PAkk…”

Reina menatap benda mengerikan diselangkangan Pak Agung, Vivi menggigit bibir dengan wajah merona merah, ia mengerti perasaan Reina, Farida berdehem, ia berpura-pura tidak mendengar kata-kata Reina.

“HA HA Ha HA, nyatei aja lagi, titit bapak ngak akan ngigit kamu koq “ Pak Agung hanya tertawa sambil meremas dan mengelus-ngelus buntalan susu Reina, dipilin-pilinnya puting susu Reina yang mengeras, dicubit dan ditariknya pentil meruncing di puncak susu siswi cantik itu yang berwarna merah muda.

“Emang nggak akan ngigit, tapi bisa jebol aku ditusuk barang sebesar itu” Reina mengeluh dalam hati,

Pak Agung menghadapkan dua jarinya yang merapat ke arah langit-langit ruangan itu, sambil tersenyum bijak pak Agung mengamblaskan kedua jarinya dengan perlahan, menggapai G-spot Reina. Vivi menahan kaki kanan dan Farida menahan kaki kiri Reina, nafas Reina mulai memburu saat Pak Agung mengusap-ngusap G-spotnya, sepasang kakinya yang halus mulus mengejang-ngejang, tubuhnya bergerak tak beraturan..

“Nahh Reii, ini yang namanya sensasi Gspot, gimana??”

“Nnkhh, nkkkhhh enkkhh. PAAAKKKK”

Usapan-usapan pak Agung pada G-spotnya membuat Reina semakin gelisah, resah. Pak Agung menikmati setiap ekspresi wajah Reina yang meringis-ringis menahan rasa nikmat. Vivi menambah kenikmatan itu dengan menjilat-jilat putting susu Reina yang mengeras, sedangkan Farida mengecupi bibir Reina, butir-butir keringat lembut kembali membalut tubuh mulus Reina yang berkilap indah dibawah rambasan sinar mentari, sambil mengusap-ngusap G-spot Reina, lidah Pak Agung terayun menjilat-jilat tonjolan kelentitnya.

“ah-ah! Ahhhh ahhhh!! Aduhhh, akhhhh”

Tubuh Reina menggelepar hebat , semakin hebat tubuh Reina menggelepar, semakin hebat pula lidah Pak Agung melindas-lindas tonjolan daging kelentitnya, dua Jari Pak Agung pun semakin aktif mengelus-ngelus G-spot Reina. Rintihan Reina semakin keras, dengus nafasnya semakin cepat tertahan-tahan. Kedua matanya yang sipit terpejam-pejam keenakan.

“Errrhhh, akhhhhh Crrr Crrrr Crrrrrrrrrrrr….”

Mulut Rena terbuka seperti akan mengucapkan huruf “A” besar, sekujur tubuhnya yang molek gemetar, butiran keringatnya mengucur dengan deras, entah sudah berapa kali rasa nikmat itu berulang dan berdenyutan diliang vaginanya,

Saat Pak Agung menarik jarinya, cairan vagina Reina meluap meleleh, aroma khas vaginanya tercium harum semerbak. Sang guru melumasi batang penisnya dengan cairan tersebut. Penis pak Agung berkilap seperti sebatang kayu besar yang dipernis. Reina memejamkan matanya rapat-rapat saat batang penis pak Agung menyentuh belahan vaginanya.

“Uw-WaaAHHHHH…!! NNN..KHHHHH…!!! OWWWW…!!” mata Reina membeliak, tubuhnya yang putih mulus mengejang saat batang Pak Agung melakukan penetrasi,

Bibir vagina Reina melesak-lesak saat Pak Agung mengamblas-amblaskan batang besarnya pada celah sempit di selangkangannya. Mendengar suara rintihan Reina, Pak Agung semakin bernafsu menggenjotkan penis besarnya , tubuh molek Reina melenting – lenting, menggelepar, kelojotan tanpa daya, Reina mengerang dan meringis saat penis besar pak Agung memasuki dirinya, tubuh Reina terguncang, terdesak-desak hebat oleh benda besar panjang di selangkangan Pak Agung.

“Emmh, emm-mmhh..Ohh BAPAKKK..!!”

Reina merengek saat Pak Agung menarik batang besarnya, bibir vagina Reina tertarik monyong, kemudian terlipat kedalam saat Pak Agung menusukkan batang besarnya dalam-dalam. Sang guru bekerja dengan giat membetot dan menjebloskan batang besarnya kedalam cepitan liang vagina Reina yang sempit peret.

“Dufffhhhh…!! Duffffhhh.., Duffffhhhh.. Peffhh. Depfffhhhhhh”

“ah-ah, ahhhhhhh, Bappp PHAKKKK…!! Owwwhhh” Reina menjerit, memekik dan melolong saat penis besar pak Agung menumbuk-numbuk belahan vaginanya,

Reina benar-benar merasa tak berdaya, ia bagaikan tengah menghadapi seekor banteng besar yang begitu gagah perkasa, tubuhnya terguncang-guncang semakin hebat saat liang vaginanya yang mungil dihantam semakin kuat oleh batang penis Pak Agung yang besar panjang.

“uuh-aah Phakk, Owww, OWWWW..!! UOWWWWW…KHEKKHH!!” Reina merengek-rengek menahan rasa nikmat luar biasa ,

Bibir Reina sering meruncing seperti hendak mengucapkan huruf “u”, wajahnya yang cantik semakin renyah ketika ia meringis nyengir kuda menahan nikmatnya sodokan-sodokan penis sang guru yang mengaduk-ngaduk liang vaginanya yang memar kemerahan.

“enhh, enhh ennhh enhhh, “

Sang Guru begitu pandai memainkan batang penisnya, saat Reina merengek kecil pak Agung mempercepat kocokan-kocokannya hingga suara rengekan Reina semakin keras menggairahkan. Saat ia merintih pak Agung memperlembut tusukannya hingga suara rintihan-rintihan Reina terdengar semakin lirih.

“Hek-shhhhhh, crrrr.., cretttt….” tiba-tba Reina menahan nafas, mata sipitnya terpejam rapat saat vaginanya berdenyutan,

pak Agung begitu bijak, ia menghentikan sodokan mautnya, membiarkan Reina menikmati kenikmatan puncak klimaksnya. Vagina Reina terasa lebih hangat saat cairannya muncrat, dinding vaginanya bergerinjal-gerinjal berkontraksi kuat meremas-remas batang penis Pak Agung.

“Enak ya Rei, he he he “ Pak Agung terkekeh telapak tangannya membelai wajah Reina kemudian mengusap cucuran keringat di leher dan dada Reina,

diusap-usapnya buntalan payudara, dengan aktif diremas-remasnya susu Reina yang kenyal. Sesekali Pak Agung mencubit putting susu Reina dan menarik-narik pentil susunya dengan gerakan yang lembut. Pak Agung mencabut batang penisnya dari vagina gadis itu.

“Nahh, siapa yang pengen disodok sama Bapak ?? “

“pakkk, mauuu…” Farida mengangkangkan kedua kakinya.

“Vivi juga mau pakkk….” Vivi merengek pada pak Agung.

Pak Agung mengatur Farida agar tidur terlentang sementara Vivi menaiki tubuh Farida, ia menungging sambil memeluk tubuh Farida yang berada di bawahnya. Payudara Vivi bergesekan mendesak payudara Farida, Farida balas memeluk tubuh Vivi.

“Ouhhh, ehhh Pakkk, Ohhhh-emmhhh-mffffhhhh, ummhh BAPAKK..! Ooh!”

Tubuh Farida mengejang, penis pak Agung menguakkan belahan vaginanya, bibir Vivi melumat dan mengecupi bibir Farida, tubuh Farida terguncang hebat saat batang penis Pak Agung menyerang belahan vaginanya. Pak Agung memacu batang penisnya dengan kuat dan cepat, dipacunya hingga vagina Farida memar kemerahan, setelah mengocok +/- 30 kocokan pak Agung memindahkan batang besarnya menusuk vagina Vivi yang sedang menungging. Kini giliran Vivi yang tersungkur-sungkur saat vaginanya disodok oleh Pak Agung.

“Plefffhh, Plefff, Plakk Plakk Plakk Pefffh Plakkk…”

“Slepp.. Sleppp… Peeepphhh…”

Bergantian Pak Agung menusuki liang vagina Vivi dan Farida. Guru bejat itu begitu lihai menggiring kedua sisiwinya yang cantik merangkak menuju pintu gerbang kenikmatan. Rintihan dan desahan terdengar serasi dengan geraman – geraman gemas Pak Agung yang menggecak-gecakkan batang besarnya pada liang-liang sempit nan nikmat. Reina ikut bergabung menyodorkan susunya kemulut Pak Agung, NYOT, NYOTTT, NYOTTTT, sang guru mengenyot-ngenyot puncak susu Reina, jari tangannya menyelinap mengaduk-ngaduk liang vaginanya. Suara rintihan dan desahan mewarnai pertarungan tiga lawan satu yang semakin memanas.

“eemmh Akhhhh srrr Srrr Crruttttt…”

“ohhhhhh, aaaaa Crrr Crruutttt..”

“Uhhhh Crettttttttttt.. Crettttttttttttt…”

Pak Agung menelentangkan tubuh mereka, berbaring berjajar agar siap untuk digarap lebih lanjut. Ia memeluk erat-erat tubuh ketiga siswi cantik yang bercucuran keringat, kemulusan dan kehangatan tubuh Vivi, Reina dan Farida membuat jantungnya berdetak dengan keras. Suara rintihan dan desahan diselingi suara helaan-helaan nafas keras, Pak Agung menggeser posisi penisnya kekanan menusuk vagina Reina.

“PAKKK, AWWWW…” Reina menjerit saat penis Pak Agung menusuk belahan vaginanya dengan kasar

Sang Guru memompai vagina Reina, sementara mulutnya mencumbui buntalan susu Vivi, tangan kirinya memainkan payudara Farida. Reina mencoba melakukan perlawanan dengan mengangkat-angkat pinggulnya menyambut tusukan batang penis Pak Agung, gerakan Reina disambut pak Agung dengan menghentak-hentakkan batang penisnya sekuat tenaga.

“clepp Blessk, Cfeeeepphhh, Pefffhhhh!!”

“Oww, Pakk, AUHHHH…UNNGGHHH” Reina melenguh keras,

Batang penis pak Agung menyerang dengan liar dan buas, menggecak-gecak liang vaginanya yang mungil. Mulut Pak Agung menggerayangi payudara Vivi dan Farida, , Reina memekik kecil saat ia mencapai puncak klimaks

“Bleppp, OWWWW…!!ADUHHH, AKHHHH” Vivi menjerit menerima sodokan maut pak Agung, tubuhnya terguncang hebat, sambil memompai vaginanya

Leher Pak Agung melenggok kekanan mengulum bibir Reina dan melenggok kekiri melumat bibir Farida, jeritan Vivi terdengar keras saat penis besar pak Agung menumbuki celah vaginanya dengan kekuatan penuh. Vivi menjerit liar bagaikan seorang wanita yang haus akan kenikmatan.

“Dhefffhh. Dhefffhhh!!! Dhufffhhh…Cleefffhh Dhuffhhh”

“Aaaa-aaaaaahhhhhh cretttttttttttt.. crerrtttttttt…”

Vivi menggigil hebat, cairan madunya meledak-ledak tanpa daya, bobol sudah pertahanannya, cairan vaginanya meledak dalam denyut kenikmatan. Pak Agung memindahkan batang penisnya bersiap melakukan pengeboran kembali pada sebuah lubang kenikmatan, lubang kenikmatan Farida…..

“HU-WAWWWWW ?? Ouchhh, PAKKK…!! OUKKKHHHH”

Wajah Farida mengernyit saat belahan vaginanya merekah dibongkar oleh batang penis Pak Agung,.Farida merengek keras, ia meringis saat benda besar itu menerobos menusukii celah vaginanya. Pak Agung menghentak-hentakkan penisnya, tubuh mungil Farida tersentak-sentak didesak oleh penisnya yang mencecar selangkangan gadis itu. Liang sempit di selangkangan Farida dihabisi oleh batang penis pak agung yang besar panjang, mulut Pak Agung menghisap-hisap puncak susu Vivi dengan rakus sementara tangan kanannya meremas-remas induk payudara Reina.

“Clepp Clepp Blepphh..!!”

Tubuh Farida menggelepar, nafasnya tersendat-sendat saat batang penis Pak Agung masih bergerak cepat menyodoki celah vaginanya. Pak Agung begitu bernafsu menggenjot-genjot liang vaginnya, dihajarnya sekuat tenaga, digecak, disodok sedalam mungkin hingga Farida mengeluh keras menahan sodokan-sodokan liar Pak Agung. Sang Guru terus berkutat hebat, memacu penisnya menusuki celah sempit Farida yang mengeluh resah menikmati setiap sodokan-sodokan batang penisnya.

“Heeenngggghhhhhh. Akhhhhsssshh Cretttt Crrrrrr….”

Setelah selesai mempecundangi Farida, Pak Agung memindahkan kembali penisnya mengebor vagina Reina hingga ia menggelepar mencapai puncak klimaks. Batang penis Pak Agung begitu rakus menggenjoti celah-celah sempit diselangkangan Vivi, Reina dan Farida. Sang Guru begitu gagah menggagahi dan menggiring tubuh-tubuh lemah ketiga siswinya bergantian mengapai puncak klimaks. Batang penis Pak Agung mengait belahan vagina Vivi, ia meminta Reina dan Farida untuk menungging.

“Angkat pinggul kalian setinggi mungkin, belum, terusss, lebih tinggi lagii, terusss, Yakkk, TAHANN…”

Jari tengah dan jari telunjuk Pak Agung sebelah kiri mencoblos celah vagina Farida, sedangkan jari kanannya mencoblos celah vagina Reina, sambil menyodokkkan batang penisnya menusuki liang vagina Vivi, dua jari kanan dan jari kiri Pak Agung mengais-ngais G-spot Reina dan Farida. Pak Agung menggeram gemas sambil mempergencar serangannya, Vivi, Reina dan Farida menceracau hebat, pak Agung benar-benar luar biasa!! Sang Guru mengerjai ketiga muridnya yang cantik sekaligus, dengan penis, dan juga dengan jarinya yang begitu ahli memainkan Gspot di dalam alat kelamin Reina dan Farida.,

“Oooo..!!!Srreettttt, kecrutttt. Cruutttt”

“Ooooo !!crrrttt Crrrtttt Crrruttt….”

“Oooo !!Serrrrrr, Crutt, cruttttt…”

Pada saat yang hampir bersamaan terdengar suara “O” keras dari bibir Vivi, Reina dan Farida., mendengar suara “O” keras itu Pak Agung semakin bernafsu menggecak-gecakkan batang penisnya, dihantamnya celah vagina Vivi hingga payudara Vivi terguncang-guncang dengan hebat, tubuh mulusnya yang terguncang, terdesak-desak oleh batang penis Pak Agung yang merangsek menyodoki vagina gadis itu.

“OAHHHHH, CRRRROOOOOOOOOOOTTT.. CRROTTT, BLuk..!!”

Tubuh Pak Agung ambruk menindih tubuh basah ketiga muridnya yang mulus, desah nafasnya bercampur dengan desah nafas Vivi, Reina dan Farida, sesekali ia melumat mesra Bibir Reina, Vivi, dan Farida yang termegap berusaha mengambil nafas. Cup, Cup , Cup, Pak Agung memberikan hadiah kecupan di kening masing-masing kepada Vivi, Farida dan Reina yang sudah memberikan sebuah sensasi kenikmatan yang luar biasa. Setelah berhasil menguasai diri Pak Agung bangkit dari atas tubuh ketiga siswinya yang cantik, matanya berbinar merayapi kemolekan lekuk liku tubuh mereka. Butiran keringat masih mengucur deras dari tubuh putih mulus ketiga siswi cantik keturunan Chinese yang tergeletak lemas setelah mereka menjadi korban pelampiasan nafsu bejat Pak Agung.

“Tiga lubang kecil yang nikmat….”

Pak Agung membatin dalam hati kemudian menyambar sekaleng Pocari Sweat diatas meja GLUK.. GLukk GLukkk, jakun di leher pak Agung bergerak turun naik. Batang penisnya kembali mengangguk – angguk kemudian mengeras, terdengar suara-suara pekikan ketika sang guru menerkam kembali tubuh-tubuh mulus yang mengeluh kewalahan menghadapi nafsu liarnya.

“Sudah pakkk cape…”

“Aduhh pak Aduhhh….”

“Owww Bapakkkk…!!”

Pertarungan 3 lawan satu kembali berlangsung dengan sengit, Pak Agung mengeluarkan seluruh kemampuannya, hingga akhirnya hampir bersamaan mereka berempat mencapai puncak klimaks, tubuh Vivi, Farida dan Reina tergeletak tak berdaya dengan rambut acak-acakan, belahan liang kecil di selangkangan mereka tampak memar kemerahan dihiasi lelehan lendir berwarna putih pekat. Butiran keringat memandikan tubuh mereka yang polos, Pak Agung berbaring dengan nafas termegap-megap setelah benar-benar puas melampiaskan nafsu bejatnya. Beberapa saat kemudian terdengar lah suara dengkuran pak Agung.

“Krokkk.. Krokkkkk…. Krokkkkk….” (Red : Weks…!!, mirip suara kodok…..he he he)

Sementara di dalam sebuah kamar yang terkunci dari luar….

“srekkk.. srekkkk.. srekkkk…” suara itu terus terdengar saat aku menggesek-gesekkan tali yang mengikat kedua tanganku pada siku lemari, dengan sekuat tenaga aku mencoba untuk melepaskan diri, “Hiattttt…!!Yiatttt….. Hathhhhhhh….!!tassshhhhhh…!!”

===========

SCHOOLGIRL 16
Dengan sekuat tenaga kutarik kedua tanganku ke arah yang berlawanan dan tasshhhhhhhh...aku terbebas!! Kuurut-urut tanganku, kugeliatkan tubuh ini kesana kemari untuk mengusir rasa pegal. Perlahan aku berjingjit mendekati pintu yang tertutup dan mencoba untuk membuka pintu itu…

“klekk klekkk.. cklekkkk., Hhhhhhh…..”

Aku menghela nafas panjang karena kecewa, pintu itu terkunci. Kupasang telingaku menempel pada daun pintu untuk mencoba menangkap apa yang tengah terjadi diluar sana, sepi dan hening, ee-ehh, tunggu dulu..!! sepertinya telingaku menangkap suara langkah-langkah kaki yang mendekat.

“Huh…, gimana nih, gimana ??!!” Aku panik.

Ahaaa…!! Mendadak sebuah ide melintas dengan cepat di kepalaku. Dengan terburu aku naik dan berbaring kembali ke atas ranjang, kusimpan kedua tanganku ke belakang pungung. Aku pura-pura terikat tak berdaya, kupejamkan kedua mataku rapat-rapat saat mendengar suara klekk.. klekkk , seseorang memutar kunci untuk membuka kamar itu. Suara langkah kaki semakin mendekat dan ranjangpun terasa bergoyang, sepertinya ia duduk di pinggiran ranjang, kubiarkan tangan orang itu mengusap-ngusap betisku. Uhhh, makin naik brengsek @_@, usapannya merayap ke atas semakin nakal.

“ahhhh…, Andraa ?? !e-ehhh!”

Aku pura-pura terbangun dan terkejut, kurapatkan kedua pahaku sebelum tangannya merayap lebih jauh. Tangan kanan Andra terjepit di antara pahaku, wajahnya tersenyum mesum dan matanya berbinar menakutkan dengan mimik seakan ingin melahapku.

“pules amat tidurnya May?? wah paha kamu mulus amat...halusss bikin Andra deg-deg-an niy”

“sebenarnya ini dimana Ndra??” aku mencoba untuk mengorek keterangan darinya karena tangan kirinya terjepit di antara kedua pahaku.

Andra menggunakan tangan kanannya untuk mengusapi lutut dan terus naik masuk ke dalam rok dan mengusapi pahaku sebelah luar.

“ada dechhh.., he he he”

“Terus ada berapa orang disini Ndra?? Siapa aja ??” aku kembali bertanya dan berusaha mengumpulkan informasi sebanyak mungkin darinya, tangan Andra mulai merayapi pinggulku, nafasnya pun semakin berdengusan, dengus nafasnya membuatku merinding ketakutan.

“aku, kamu, Vivi, Reina Farida dannn.. Pak Agung..,Hhhhhhh, sayang sekali kamu sudah ditentukan menjadi milik pak Agung May, tapi bolehkan Andra icip-icip dikit, hoplaa..^_^. ”

Aku menahan amarahku saat Andra menyibakkan rok seragamku ke atas. Tangan kanannya semakin menggila merayap dengan kurang ajar mengelus-ngelus pahaku. Aku pura-pura menggeser tubuhku ke atas dan sesuai dengan yang kuharapkan ia mengejarku. Ia menyergap kedua kakiku dan memaksa merenggangkan kedua kakiku kemudian mengecupi pahaku. Jilatan-jilatan batang lidahnya terasa basah dan hangat menggelitiki pahaku bagian dalam. Aku menahan diri dan membiarkan ia mencumbu, menciumi dan menjilati pahaku. Wajahnya semakin naik ke atas mengendus dengan nafas panjang dapat kurasakan hembusan nafasnya menerpa celana dalamku.

“ada sesuatu yang sangat nikmat di sini, tepat disini, di dalam celana dalam kamu..Mayy, yang ini ehe he he he he”

Tubuhku seperti tersengat oleh aliran listrik saat jari telunjuknya mencolek-colek selangkanganku. Jika saja aku tidak mengingat rencana besarku tentu wajahnya sudah menjadi bahan untuk mengasah kuku-kuku jariku ini. Aku menahan nafas saat merasakan kecupan kecupan bibirnya yang ternyata membuat detak jantungku menjadi tak beraturan.

“snifffhhh,sniffhhhh, uhhh, wangiiiiinyaaaa”

Andra semakin liar mengendus kesana kemari kemudian menggigit kecil permukaan pahaku, keliarannya membuatku semakin sulit menggendalikan detak jantungku. Ada sedikit perasaan yang menghangatkan tubuhku, rasa itu sedikit berbeda jika aku sedang bermain-main dengan Reina, Farida ataupun dengan Vivi. Rasanya seperti sedang terangsang dengan rasa yang berbeda, nafasku tertahan saat Andra menggeser tubuhnya ke atas dan ia menindihku dengan sempurna. Dalam waktu singkat kedua tangannya melilitku, kedua matanya menatap tajam mataku. Aku diam, belum saatnya untuk melawan, aku harus dapat membuatnya terlena dan lengah.

“mmmhhhhuhhh. Uhhhhh, j-jangan tidak emmmppphh”

“cupp cupp cuphhh muahhh.., luv u may muachhh cupp…”

“brengsek kamu dra,mmmhhhh. Mmmpphhhhh”

Seenaknya Andra menciumiku, ia terus mengecupi dan memanguti bibirku, mengulum dan melumat dengan kasar hingga aku kehabisan nafas. Kutarik bibirku hingga Andra melepaskan kulumannya dan membiarkanku untuk mengambil nafas.

Saat aku termegap berusaha mengambil nafas, ia mengecupi bibir bawah dan bibirku bagian atas. Berkali-kali kurasa gigitan kecilnya pada bibirku, kugeleng-gelengkan kepalaku ke kiri dan ke kanan untuk menghindari cumbuan Andra yang rakus mencumbuku.

“asik May, amboiiii happpp emmmmm.”

“…emmm..mmmmmmhh..!!”

Akhirnya mulut Andra berhasil kembali membekap bibirku, tubuhnya yang gemuk mendesak-desak tubuhku dan tangannya menggerayang kesana kemari. Aduh gepeng deh, berat bangettt… nih, gepeng dah @_@ akhhhhh, kuatur tubuhku agar lebih mudah melakukan serangan mendadak, kulumat dan kuemut bibirnya untuk meredam suara yang pasti akan keluar, kusentakkan lututku keatas sekuat tenaga menembak selangkangannya, HIAHHHHH…!!!

“Dhugggggggggggggg….!!HENG-NGUUHHHHH.!! OOOO..UGGGH“

Tubuhnya melengkung ke atas mirip seperti seekor udang goreng. Inilah saatnya kukeluarkan jurus terhebatku, jurus kucing berlari sambil tidur, miauw..!!miauwww..!!MIAUWWWW..!!bakkk...bukkk bakk bukkk bukkk…!! cakarku mencakari wajahnya kedua kakiku menendang – nendang seperti orang yang sedang mengayuh sepeda. Berkali-kali Andra mengeluh tertahan, ia berguling kesamping untuk menghindari seranganku kemudian berteriak keras hingga telingaku terasa sakit mendengar teriakannya.

“PAKKKK… BUAPAAK…!! Maya Lepas PAKKKK…!!BAPAAAKKK”

“Hiatttt…..!! Bukkkkk…..!!”

“Unggghhhhhh…! Hadooowwwwwww…”

Dengan sigap kutembakkan sikutku kuat-kuat ke dagunya, kutarik kupingnya dan kutampar selangkangannya untuk menyegel mulutnya yang hendak kembali berteriak. Aku menoleh saat mendengar suara pintu kamar dibuka oleh seseorang. Mampus aku, itu pak Agung…!!

“G-PLAKKKK…., PENGHIANAT..!!”

“WHUADOWWW, PECAHHHHH!!”

Sebelum melompat turun dari atas ranjang kuhadiahkan tamparan tambahan ke selangkangan Andra yang berteriak keras setinggi langit. Aduh sebel banget, gara-gara dia rencanaku berantakan, aku ketahuan! Sebelum Pak Agung menyelinap masuk ke dalam kamar, dengan cepat aku melompat turun dari atas ranjang. Aku semakin waspada saat tubuh kekar berotot itu mendekatiku. Idih seremmmm, pak Agung begitu kekar, ia mendekat, lebih deket dan lebih deket lagi, semakin deket ….!!

“tenang Maya, bapak ngak akan menyakiti kamu, huppp…e-ehh”

“awww…..!!hiiiiahhhhh, “

“aduhhh…..”

Aku menjerit sambil menghindar ke samping saat pak Agung menerkamku, kukait kakinya dengan kakiku dan kudorong dengan keras. Tubuhnya oleng karena hilang keseimbangan, kutendang bokongnya hingga ia tersungkur. Aku berlari keluar kamar dan berteriak memanggil teman-temanku. Aku mendengar teriakan Vivi, Farida dan Reina dari dalam sebuah kamar dengan pintu yang tertutup.

“Viii, Reiii, Faridaaa…!!”

“Maya, Lari Mayyy…cepat lariiii…”

Kugedor-gedor pintu kamar sambil berusaha membuka pintu yang terkunci itu, aku menoleh kearah suara langkah-langkah kaki yang mendekati. Pak Agung dan Andra memburuku, kali ini aku benar-benar terpojok, wajah mereka yang mesum membuatku tersurut ketakutan.

“lepaskan mereka…!!LEPASKANN!!berikan kuncinya..!!”

“nggak boleh May, kalau dilepas, nanti kami berdua ngentot sama siapa dong??” Andra tersenyum sambil meleletkan lidah

“Ayo Maya, bapak yakin, bapak pasti dapat memuaskan kamu, kemarilah sayaang, kita nikmati hari yang indah ini bersama-sama”sambil berkata begitu pak Agung menyodorkan gembungan di selangkangannya.

“Ia May, kita threesome yuk, pasti kamu keenakan diginiin depan belakang” Andra menunjukkan jempolnya yang diselipkan di antara jari tengah dan jari telunjuk.

“BAJINGAN, jangan kurang ajar yak, heii…!!.” aku memaki dengan kasar

Pak Agung dan Andra hanya tersenyum sambil merangsekku yang terus mundur ketakutan. Aku menepiskan tangan-tangan nakal yang berusaha mencolek-colekku, berkali-kali aku mencakar lengan mereka namun sepertinya Pak Agung dan Andra tidak juga merasa jera merasakan cakaran-cakaranku, mereka terus mengurung semakin dekat.

“e-ahhh, nakalnya, awas ya may…“

“arrhh, waduh dia nyakar!!”

“serbu pakkk serbuuuu….”

“owww, lepass, tidakk.. j-jangannn awww..”

“buka bajunya Ndaa…, cepet buka.. he he”

“Siapp pakkk.. hiahhhh.hi hi hi”

Aku naik pitam sekaligus ketakutan mendengar kata-kata kotor yang keluar dari mulut Andra dan Pak Agung, hampir bersamaan Pak Agung dan Andra menerkamku, jeritan dan makianku semakin keras saat mereka bekerja sama untuk melolosi pakaian yang melekat ditubuhku, pak Agung memegangi kedua tanganku ke belakang dan Andra mempreteli kancing bajuku, dengan kasar Andra membetot tali braku hingga putus. Tangan kekar pak Agung semakin kuat memegangiku yang meronta semakin kuat, matanya begitu liar dipenuhi oleh nafsu kotor yang membara, mata Andra melotot saat kedua tangannya menarik cup bra ku ke bawah.

“Wuoowww, susunya pakkk, susuuu hi hi hi…”

“Sekarang lepasin roknya ndra, lepasinnnn., bapak pengen liat”

“Awww…!!, jangannnnn..!!lepaskannn”

“Iya mayy sabar, ini juga lagi dilepasin roknya, terus pegangin tangannya pak..!!wowww mulusnyaaa…., wah ha ha ha ha, asik euyy He he he”

“sekarang cdnya draaa, tariikkkk cdnya…”

“Lepassss…..brettt”Andra menjambret celana dalamku hingga robek

Awwwww….”aku memekik saat celana dalamku direngut paksa oleh Andra

“Wuowww , seger pakkk….,segerrrrr”

Andra dan Pak Agung terkekeh tanpa mempedulikanku yang meronta-ronta berusaha melepaskan diri, suara kekehan mesum diiringi decak kagum mengiringi setiap keberhasilan mereka melucuti pakaianku mulai dari baju, rok, bra dan cd yang kukenakan. Akhirnya aku hanya dapat meringkuk menangis ketakutan di sudut ruangan sambil memeluk kedua lututku. Sementara pak Agung dan Andra tertawa gila sambil menendang-nendang seragam, rok, cd dan braku. Aku hanya dapat memekik saat pak Agung mendekati dan membopongku.

“awwww…, nggakkk…, nggak mauuuu….”

“Tenangg sayang, tenannnnngggg, santai ajaaa ^_^ ”

Pak Agung membopongku ke dalam sebuah ruangan di mana salah satu dindingnya dilapisi oleh kaca. Ia membaringkanku di atas sebuah matras kemudian ia bersujud di samping dan memperhatikan kemolekan tubuhku dengan mata berbinar. Dengan sedapatnya kulintangkan tangan di dada dan tangan kanan menutupi wilayah intimku dari tatapannya. Tidak berapa lama Andra menyusul masuk dengan membawa seperangkat pakaian dan meletakkannya di sampingku.

“ini, silahkan dicoba May, monggo….”

“Tunggu bentar, bapak mau mandi dulu biar wangi he he he”

Pak Agung dan Andra meninggalkanku, mereka mengunciku diruangan itu, perlahan aku duduk sambil menekuk lutut dan melintangkan kedua tanganku di dada. Ruangan ini terasa lebih dingin karena Ac yang menyala, aku buru-buru menyambar pakaian di sampingku, seperangkat pakaian? lhaaa apaan nih?? Weksss. Bodystocking berwarna hitam @_@ Keterlaluan !! masa aku harus mengenakan pakaian seperti ini sih, tubuhku menggigil menahan rasa dingin, hmmmmm, gimana yah ?? nggak dipakai aku kedinginan, kalau dipakai rasanya malu bukan main. Seumur-umur belum pernah aku memakai jenis pakaian yang tidak senonoh seperti ini, lagi pula apakah pakaian seperti ini dapat menahan udara dingin yang menyengat tubuhku?? Aku kembali bergidik kedinginan, akhirnya kuputuskan untuk memakai pakaian tak senonoh itu untuk menutupi tubuhku yang telanjang bulat, kepaksa nih.., kepaksa bangetttt…hu hu hu, akhhh tubuhku masih saja tetap terasa dingin nih.., hatshiii…, hatsshiii, berulang kali aku bersin kedinginan. Uhhh, untungnya pak Agung nggak balik-balik. Semoga dia disihir ama Harry Potter supaya dia lupa akan keberadaanku di sini, ihikk, ihikk, gawat, aku dikurung niy…T_T.

“ihhhhh.. “

Astaga apakah itu aku?? Aku tertegun melihat pantulan tubuhku di dalam cermin, glek, sepertinya pakaian jenis ini terlalu seksi untukku. Balutan bodystocking yang membungkus tidak dapat menyembunyikan lekukan dan kemolekan tubuhku. Aku menekuk wajahku ke daerah selangkanganku yang terasa lebih dingin. Oooooupsssh….dengan cepat kupalangkan telapak tanganku di daerah bawah yang terbuka mirip seperti model pintu rumah tikus di film-film karton, brengsek ada lubang-nya.

“CEgluk Glukkk”

Berkali-kali kutelan ludah untuk membasahi tenggorokanku yang terasa kering dan panas, tiba-tiba ekor mataku melirik kearah sebotol teeh botol Sosro di pojok ruangan. Tepat di tengah-tengah sebuah meja kecil, aku melangkah dan menyambar botol dingin dan kuseruput untuk meredakan rasa panas dan dahagaku, hemm gluk gluk gluk, GLUKK GLUKK GLUKKK Srrruuuuppphhh. Glukkk, ahhh segarrrrrnya.

Aku berpikir sejenak, hilangnya rasa haus membuat kecerdikanku kembali pulih. Kugeser-geserkan meja kecil kebawah ac yang menyala, kulipat kursi lipat itu. Dengan perlahan aku naik ke atas meja, dengan ujung kaki kursi kutekan ac itu untuk mematikannya secara manual dan aku kembali turun dari atas meja dengan hati-hati, ngak lucu kan kalau aku sampai jatuh nyungsep dari atas meja, dengan matinya ac diruangan itu, perlahan-lahan udara dingin mulai memudar

“Wuoww, ck ck ck “

“owwwww..!!”

Tiba-tiba terdengar suara di belakangku. Aku berbalik dan berseru terkejut, dengan reflek kusilangkan tanganku di dada dan pintu kecil di selangkanganku. Entah kapan Pak Agung masuk, ia berdiri sambil memandang tubuhku dengan tatapan kagum nan mesum. Whoaaaaw gila apaan tuch??!! Kupalingkan wajahku ke arah lain saat ia seenaknya melepaskan pakaian di hadapanku. Dengan santai ia mengaitkan kunci ruangan itu di tempat yang sulit kujangkau, ia memburu dan aku mundur dengan ngeri. Tak dapat kubayangkan apa jadinya jika batang besarnya sampai menerjang wilayah tubuhku yang paling intim, ia mengejar lalu menerkam bak harimau besar yang kelaparan dan aku semakin kepepet kewalahan menghindari terkaman-terkaman-nya yang bernafsu.

“Kenaaa..!! aha ha ha ha ha ha”

“UHHH….,-t-tidakkk. auhhhh “

Sepandai – pandainya aku menghindar akhirnya tertangkap juga, seperti itulah nasibku, aku berseru panik saat di suatu kesempatan ia berhasil memelukku dari arah belakang. Kulawan Pak Agung sekuat tenaga, aku meronta dan terus meronta agar dapat terlepas darinya, aku menjerit kesal karena kedua tangannya semakin erat memeluk tubuhku. Dengus nafasnya menerpa sisi leherku dan ujung lidahnya yang basah dan hangat menjilat leherku, liurnya yang basah terasa sangat menjijikkan saat lidahnya menjilati leherku.

“LepaskanLEP—AAASSSHH…KANN..!! LePAssshhh….BAJINGANNN.. Ohhhhh…”

Aku menggigil saat merasakan kecupan-kecupannya merambati pundak kiriku. Pak Agung begitu lembut memperlakukanku namun kelembutannya terasa sangat menakutkan, rasanya seperti seekor binatang buas yang sedang menyeretku dengan perlahan-lahan untuk kemudian ia pasti akan memangsaku dengan buas. Aku terus berontak dan melawan, aku tidak ingin tubuhku semakin terlena dalam gairah yang disodorkan Pak Agung, kucekal dan kutahan kedua pergelangan tangannya yang hendak menangkup gundukan buah dadaku yang semakin membuntal kenyal. Dengus nafasnya yang menderu seperti sedang mengundangku untuk menyerahkan diri kepadanya.

“emm-mmhhhh…j-jangannnn…pak, ngak mau,lepas..kannn, ahhhh”

“aih hangatnya..”

Pangutannya yang berpengalaman dengan cepat membuatku bergairah. Ada suatu rasa aneh yang terus tumbuh menggangguku, cekalan tanganku semakin longgar diguncang gairah yang menghebat hingga suatu saat kubiarkan sepasang telapak tangannya menopang induk buah dadaku, sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua tanganku mencekal lemas pergelangan tangannya saat tangan pak Agung mengelus-ngelus buntalan buah dadaku. Tubuhku seperti menggigil yang enak dan aku kesulitan mengendalikan desah nafasku.

“gimana ?? enak ya May diginiin.., gimana rasanya remasan bapak ??”

“Pak Agunggg…, nnn-hhhhh.., Bapakkkkkk…. “

Aku menahan nafas saat tangan Pak Agung mulai meremasi buah dadaku. Tubuhku terasa hangat menggelenyar dan dialiri oleh sesuatu yang berdesir-desir nikmat, nafasku memburu bersahutan dengan dengus nafas Pak Agung. Kedua tangannya turun merayapi perutku dan terus merayap semakin ke bawah , tubuhku tersentak saat jarinya menoel sesuatu.

“auhhh !!! Plakkkkk….!!”

Sentuhan nakalnya membuatku tersadar, dengan reflek aku membalikkan tubuh dan menamparnya saat jari tengah pak Agung menoel selangkanganku. Ia hanya tersenyum sambil mengusap-ngusap pipinya yang kutampar, matanya begitu tajam menatap mataku. Kemudian telapak tangannya mengusapi rambutku, kupejamkan kedua mataku rapat-rapat. Aneh, kenapa rasa aneh itu semakin sering menggangguku, jantungku semakin berdebar-debar. Sekujur tubuhku seakan meminta untuk disentuh, kepalaku dan nafasku terasa berat. Kugeleng-gelengkan kepalaku untuk mengusir perasaan aneh yang semakin menggila, kedua lututku terasa lemas tidak bertenaga saat pak Agung meraih tubuhku.

“mmmhhh.. mmmmmm-emmh…”

Bibirku terasa lengket saat bersentuhan dengan bibir Pak Agung, kutarik kepalaku kebelakang saat merasakan lidahnya berusaha menyelami mulutku, dikulumnya bibirku dengan lembut, tubuhku semakin hebat gemetar menahan sebuah sensasi saat bibirnya mengulum lembut bibirku,

“ck ck ck tubuhmu benar benar molek May…”

dengan mata berbinar Pak Agung memperhatikan tubuhku yang bersembunyi dibalik body stocking berjala rapat menggoda lalu tangan kirinya menjengkingkan pinggangku ke belakang. Mulutnya mencumbui bagian bawah daguku, gairahku semakin hebat meledak-ledak oleh permainannya yang panas menggebu.

“cuph cupphh cupphhh…cphh sllllckkk ckkk m-mmhh”

“ohhh, Bapakkkk.. ahhhh, ge….li hhhhh hsssshhh”

kecupan-kecupan bibir pak Agung dan jilatan jilatan batang lidahnya membuatku seakan terbang, terbang dan terbangggg semakin tinggi melayang di atas awan-awan putih. Khayalanku bercampur dengan gairah yang semakin meninggi. Pak Agung membalikkan tubuhku kearah kaca-kaca besar yang melapisi salah satu dinding di ruangan itu. Dari bayangan kaca aku dapat melihat apa yang tengah dilakukan oleh pak Agung kepadaku. Kedua tangannya meremasi buah susuku dan mulutnya mencium dan memangut leher dan pundakku dari belakang.

“ahhhhh, jangan pakkk…., jangannn”

“kemarilah Maya, ayo sayaang…”

“nggakkk mau !!”

Aku terperanjat dan meronta melepaskan diriku dari pelukannya, aku berbalik mendorong tubuhnya saat merasakan sebuah benda berbentuk batang mengelus belahan buah pantatku. Aku tersurut mundur saat pak Agung mendekatiku, ia menghindar saat hendak kutampar kembali wajahnya saat ia mendekat, cakar cakar, tampar tamparrr, tendanggggggggg hiatt, weksss @_@, kalah niy. Pak Agung mengikat tangan dan kakiku, tubuhku terlentang di atas lantai.

#######################

Maya terdiam dan membuang wajahnya ke arah lain saat mata guru bejat itu merayapi tubuh moleknya yang masih dalam balutan bodystocking di bawah sinar matahari yang hangat. Perlahan jari tengah pak Agung memainkan putting susu Maya dalam gerakan memutar.

“putting susu kamu mengeras May, bapak tahu kamu sedang terangsang, bapak dapat melihat dengan jelas cetakan putting kamu yang begitu indah, bagaimana ? apakah kamu dapat merasakan putting susu kamu yang mengeras dan terasanya nikmat saat disentuh seperti ini hemm”

“ohhhh-hhhhhhhhhhhhhhhhh”

Pak Agung tersenyum lebar saat mendengar helaan nafas Maya yang semakin berat. Jemari pak Agung semakin aktif menoel noel cetakan putting susu Maya, sambil terus memainkan putting susu gadis itu pak Agung membungkuk, mulutnya mengejar bibir Maya. Ciuman pak Agung memang tidak dibalas oleh muridnya yang cantik namun juga tak ada penolakan dari gadis itu, yang terdengar hanyalah suara helaan nafasnya yang tak beraturan saat sang guru menjeratnya dalam jaring-jaring kenikmatan. Seolah tak sadar Maya merintih dengan mata terpejam, wajahnya yang cantik imut terlihat renyah dalam buaian dan cumbuan pak Agung, bibir mungilnya yang merekah menjadi bulan-bulanan lumatan sang guru yang semakin buas melumat dan mengulum bibir Maya. Batang lidah pak Agung terjulur dan menekan masuk ke dalam mulut Maya, dalam keadaan bibir yang saling bertaut rapat, dua batang lidah saling bergelut dengan lembut dan mesra. Liur Maya dan Pak Agung bercampur menjadi satu dan sekitar bibir mereka belepotan oleh air liur yang sudah bercampur, tatapan mata Maya yang sayu beradu dengan tatapan mata pak Agung yang liar sebelum akhirnya pak Agung melumat kembali bibirnya dengan rakus. Kecupan bernafsu begitu gencar menyerang daerah bawah dagu Maya dan hisapan-hisapan kuat pak Agung meninggalkan bekas-bekas kemerahan di lehernya.

“sssshhhhh, ahhhhhhh hssssssshhhh Ba-phakkk”

Maya mendesis dan merintih merasakan hisapan-hisapan kuat pak Agung yang semakin hebat menggeluti lehernya. Sesekali Pak Agung memangut bibir kemudian kembali menghisap-hisap batang lehernya yang jenjang, nafsu setan pak Agung kian memuncak dan pada akhirnya dengan kasar tangan kekar sang guru merobek body stocking di bagian dada.

“Brrrrrrrt Bretttt Brrtt Brettttt…

Kedua Mata pak Agung melotot saat sepasang buah ranum yang putih dihiasi putting susu pink yang meruncing menyembul menonjol.

“nnyoooottt.. nyootttt NYOTTTTT…unnnnnnhhhhhh”

Keindahan buah dada Maya mengundang mulut Pak Agung untuk menempel di puncak payudara si gadis. Mulut pak Agung mengemut dalam ritme yang teratur, hisapan pertama ia menghisap lembut puncak payudara Maya, kemudian pada hisapan berikutnya Pak Agung menambah kuat daya hisapnya dan terus ditambah hingga akhirnya Maya melenguh merasakan kenyotan kuat mulut Pak Agung. Puas mencumbu dan mengemut-ngemut buah dada Maya yang semakin sekal dan padat kini cumbuannya turun. Sepasang tangannya merobek kesana kemari sementara hidungnya mengendus perut dan mulutnya menciumi perut Maya yang rata tanpa lemak.

“jangan pakkk.. jang.. ahhhhhh….ufffhhhh..ohhhhhhh”

Tubuh Maya mengejang saat mulut pak Agung hinggap di selangkangannya. Rasa itu semakin kuat, vaginanya terasa seperti sebuah bendungan yang berusaha untuk dapat menampung cairan yang semakin melimpah. Hembusan nafas memburu pak Agung yang menerpa jembut-jembut tipis merintis di wilayah tubuhnya yang terintim dan juga mulut sang guru yang hangat mencumbui vaginanya membuat bendungan itu terisi semakin penuh oleh cairan gairah perawan dan akhirnya

“cruttttt… Cruttttt Auhhhhh Srrrruttt Cretttttttttt….”

“srrruppppp srrrrrpppphhh srrrruuuppphhhhhh….”

Cairan kenikmatan itu meledak dalam denyut-denyut yang membuat Maya merintih keenakan dengan tubuh menggigil. Buah dadanya bergerak turun naik dengan cepat mengikuti helaan nafas pemiliknya saat ia merasakan tangan Pak Agung mengusap lembut gundukan mungil yang terbelah di selangkangan. Dengan hati-hati pak Agung mencoba membuka belahan vagina yang bentuknya masih bagus, tak pernah terjamah oleh lelaki manapun. Maya merintih saat bibir vaginanya dicubit ditarik perlahan oleh pak Agung. Cubitan pak Agung terlepas karena licinnya bibir vagina Maya yang becek oleh lendirr-lendir harumnya yang meleleh. Dengan lembut pak Agung kembali mencubit dan menarik bibir vagina Maya untuk melihat isinya.

“Hossshhh Hosssshhhh Hossshhhh”

Nafas Pak Agung terdengar keras, sang guru kesulitan mengendalikan nafasnya saat melihat liang mungil yang masih suci di selangkangan Maya, kepala pak Agung turun mendekati harumnya aroma Vagina muridnya yang cantik imut kemudian ia menarik nafas panjang untuk menghirup aroma yang membuatnya semakin bergairah.

“auhhh, hssshhhh ahhhh Bapakkk. ennnnnnhhh.”

Maya menggeliat dalam ketidakberdayaannya saat mulut pak Agung mengemut dan mengunyah vaginanya. Sang guru begitu lihai memainkan gairah Maya, mulutnya mengemut lembut kemudian saat Maya terlena Pak Agung mengunyah belahan asin itu dengan rakusnya hingga tubuh Maya mengejang hebat. Suara rintihanpun tak dapat ditahan lagi oleh Maya yang vaginanya tengah disantap oleh sang guru hingga Maya merasakan kembali tekanan kuat yang mengedut-ngedut di dalam vaginanya. Terdengar suaranya yang menggairahkan yang seperti suara orang sedang mengejang.

“Nnnnngehhhhh crrrutttt crutttt…”

“kamu muncrat lagi ya May ?? wuihhh sampe luber gini ?? enak memeknya diisep bapak yach ??, nah sekarang giliran kamu nyobain kontol bapak.., toh bapak sudah bikin kamu keenakan, anggap saja sebagai rasa terimakasih kamu sama bapak, nge he he he he!!” kata pak Agung sambil melepaskan ikatan ditangan dan kakinya kemudian membantu Maya untuk berdiri

Mereka berdiri saling berhadapan dalam jarak hanya dua langkah kaki saja, seorang murid dengan wajah cantik menggemaskan dan tubuh mungilnya tampak kontras dengan tubuh pak Agung yang tinggi besar dan berotot. Aku diam tanpa berani membalas lama tatapan mata pak Agung, kusilangkan kedua tangan di dada dan kubalikkan tubuhku untuk menghindari tatapan mata pak Agung yang merayap semakin ke bawah. Seiring dengan suara dengusan yang terdengar dapat kurasakan Tubuh besarnya menerkamku dari belakang hingga kami berdua jatuh bergulingan, dengan kasar tangan kekar pak Agung merobek dan merengut sisa bodystocking yang melekat di tubuhku. Aku hanya dapat mengeluh dan mengaduh, ia mencumbuiku tengkukku, tangannya merayap kesana kemari menggerayangi lekuk liku tubuhku. Kini yang ada adalah tenagaku VS tenaganya, ia semakin kuat membelit tubuhku hingga nafasku sesak, Pak Agung seolah sedang memamerkan tenaganya yang begitu kuat, tubuh besarnya yang sedang menindihku dari belakang menghangatiku, rasa hangat yang terus membuatku ketakutan diantara desir gairah , kurasakan tubuhku yang terlungkup dibalikkan oleh pak Agung.

“nih May,sekarang kamu cobain kontol bapak..”

“ihhh, nggak mau pakk, ngakk…uhh..”

“yeee, cobain dulu napa?? Vivi, Rei, Farida seneng jilatin kontol bapak koq, masa kamu ngak suka kontol sih?? udah coba aja dulu, buka mulutnya sayaang, mangap yang gede, ammmmm..”

Batang besar itu bergerak sejajar dengan wajahku kemudian merosot turun. Aroma aneh semakin kuat tercium oleh hidungku, saat batang miliknya semakin turun mendekati wajahku, aroma ini berbeda dengan aroma vagina. Apakah seperti ini aroma kemaluan pria?? kupalingkan wajahku kesamping dan batang besar itu terasa hangat menggesek-gesek pipiku. Pak Agung sibuk memberikan instruksi, ujung penisnya menggesek-gesek sisi bibirku, seakan sedang menggodaku untuk melahap benda besar itu. Perlahan aku mulai membuka mulutku dan pak Agung menyuapkan kepala kemaluannya ke dalam mulutku.

“happp mmmmmehhh, Hummmmmhh, uhhh puhhhh”

“wah, malah dimuntahin,yawdah, sekarang kamu jilatin biji bapak dulu aja dah, tar kalo kamu udah biasa baru nyepong kontol bapak lagi”

“ssckkkk sllccckkk ckk sllllllccckkkk”

Kucoba menjilati buah zakar Pak Agung, sesekali tanganku mendorong benda di selangkangannya. Lumayan lama aku bekerja menjilati buah pelir pak Agung sampai akhirnya kedua tanganku mencoba memegangi batangnya. Iihhh,besar sekali ya ? hingga telapak tanganku tidak dapat menggenggam penuh batang besarnya. Kutarik-tarik batang pak Agung yang semakin mengeras dalam genggaman tanganku. Duh, keras amat batangnya, tak sadar aku berguman. Kekehan pak Agung membuatku jengah dan melepaskan batangnya.

“besar sekali pak…”

“he he he he, besar ya ?? batang besar ini akan memberikan kenikmatan untuk kamu may, buka mulut kamu yang gede may, kurang , mangap lebih gede lagi, ammmm, nahhh….”

“emmmhhh.. ?? He—ummmhh…!!AMMMH-NYUMMMHH”

Aku harus membuka mulutku lebar-lebar saat pak Agung kembali menjejalkan kepala kemaluannya ke dalam mulutku. Ada rasa asin yang kembali terasa saat aku mengecap kepala kemaluannya, kedua tanganku menahan gerakan pinggulnya agar benda itu tidak masuk terlalu dalam. Cukup sebatas leher penisnya saja yang tertancap di dalam mulutku.

“Nyummm.. He-emmmhhh.. Nyoottttt.. Nyootttttt….”

Kucoba untuk menyedot – nyedot kepala penis Pak Agung yang tertancap di dalam mulutku. Bagian benda itu yang berbentuk seperti ujung kapsul terasa kenyal di dalam mulutku, rasanya mirip seperti sedang mengemut-ngemut baso besar, kumainkan lidahku memutari kepala penisnya.

“Auhhh…!! ,Maya.., terushh, terushkannn..agghgaga gahhh.”

Pak Agung menceracau tak karuan saat kuemut dan kugelitiki lubang penisnya dengan ujung lidahku. Kutoel-toel lubang pipisnya yang sensitif, kukeluarkan kepala penisnya dari dalam mulutku, kujilati dan kuciumi lubang kemaluan Pak Agung. Tanganku mengelus-ngelus batang penisnya yang berurat sebelum akhirnya kukulum kembali bagian berbentuk dot raksasa di selangkangannya yang membuat pak Agung mengeluh nikmat, aku menyusu pada kepala penis pak Agung yang menyesaki mulutku. Sedikit demi sedikit pak Agung menarik penisnya dan aku mengikuti benda itu, aku bertumpu diatas tangan dan kakiku sementara mulutku terkait oleh kail penisnya yang besar, posisi pak Agung mirip dengan pesumo yang hendak bertarung, dan, selangkah demi selangkah ia mundur kebelakang dan aku merangkak maju dengan sebatang penis besar yang tersumpal dimulutku., ia terus mengailku keatas atas hamparan kain tebal berwarna putih bersih yang terbuat dari bahan berbulu, pak Agung menarik penisnya hingga terlepas dari emutan mulutku.

“pofffhhh, HAppppp…!!Emmh.. mmmhhh.. mmmhhhh…”

“OUGHH,Mayaaa , kamu mulai suka kontol bapak ya ??”

“Hmmuufffhh.. emmmmh mmmuuuhhhh”

Aku langsung menerkam dan mencengkramkan pinggulnya. Ia mengaduh saat kulumat penis besarnya yang mengacung keras, dengan gemas kuemut-emut kepala kemaluannya seperti mengemut-ngemut permen loli yang terasa manis dalam angan-anganku. Kutengadahkan wajahku ke atas saat mendengar suara keluhan pak Agung. Ia balas menatapku, memperhatikanku yang tengah mengelus-ngelus batang besarnya, kukocok-kocok batangnya dengan kuat dan ia mengeluh, sepertinya ada hubungan yang kuat antara batang itu dengan suara keluhan pak Agung.

“sllccckk.. ckkkkk ckk slllccckkkk…”

Kembali kujulurkan batang lidahku, dan kuulas-ulaskan di antara rimbunnya bulu-bulu jembut pak Agung, kumandikan bulu jembut pak Agung hingga basah oleh liurku. Ia tertawa mengekeh sambil berkacak pinggang dan menyodorkan tubuhnya bagian bawah ke depan seolah sedang menghidangkan benda kebanggaannya untukku. Kuciumi batang besarnya tanpa terlewatkan secenti pun, kugelitiki leher penisnya dan batang besarnya yang terangguk–angguk saat batang lidahku mengulas-ngulas baso dagingnya yang semakin mengkilap terbasuh oleh air liurku. Dengan gemas aku menggigit kepala penis pak Agung yang mengaduh keras kesakitan.

“AUHH, Maya sayang, jangan digigit manis, aduh, dasar nakal, sini, ngeh he he, huppp…, duh gemesnyaaa…”

Ia kembali mengaduh saat Aku kembali menggigit kepala penisnya yang kekenyalannya mirip seperti cilok. Dot besar itu ditarik oleh pemiliknya yang terkekeh sambil meraih tubuhku, kedua tangannya menjepit pinggangku, dengan mudah tubuhku terangkat olehnya. Wajahnya terselip di leherku, ia tampak gembira saat kuangkat wajahku ke atas memberikan ruang untuknya.

“auhhh…!!hssss hsssshhh aaaaa.auhhhhh “

Aku mengeluh keras saat merasakan hisapan kuat pada batang leherku, mulutnya menggerogoti dan menghisap kuat seperti seekor lintah raksasa yang kehausan. Batang lidahnya mengulas menjilati rahangku mulai dari sebelah kiri melintasi dagu dan terus berjalan merambati rahang kananku. Dapat kurasakan cairan liurnya membasahi leher dan rahangku, kutarik-tarik wajahku saat ia melumati bibirku, sesak sekali rasanya saat ia melumatku seakan nafasku habis disedot oleh mulut pak Agung.

“Ha-uhh, emmmhh.. mmmhhhhh…”

Setelah menurunkanku, tangan kiri pak Agung menekan belakang kepalaku, tangan kanannya mengelusi bokongku. Mulutnya kembali mengejar bibirku, ia melumat dan mengulum bibirku dengan rakus hingga aku kewalahan. Pangutan-pangutannya membuatku kelabakan menahan gelora nafsu yang menggebu, dengus nafasku bersahutan dengan dengus nafas pak Agung saat bibir kami saling menyatu dan melumat. Kukalungkan kedua tanganku pada lehernya. Desakan bibir pak Agung membuat pinggangku melenting ke belakang dan tangan kanannya menopang punggungku untuk membantu menjaga keseimbangan. Tangan kirinya menggerayangi pinggul dan mengelus-ngelus pinggangku lalu merayap ke bawah meremas buah pantatku dan menoel-noel bibir vaginaku yang sudah becek. Lumayan lama aku dan pak Agung berciuman sampai akhirnya ia bersujud di hadapan vaginaku. Kedua matanya begitu tajam memperhatikan selangkanganku.

“hmmm, pasti peret nih, tampaknya bapak harus kerja extra keras hari ini“

Pak Agung berdesis sambil mencolek-colek selangkanganku dan ia membenamkan wajahnya pada vaginaku. Ia tertawa mesum saat aku mendesah keenakan, rasanya begitu nyaman saat bibirnya mengecupi permukaan vaginaku. Kudesakkan vaginaku mendesak wajahnya. Kedua tanganku membelai-belai rambutnya. Aku semakin kuat menekan belakang kepalanya sambil menyodorkan vagina mendesak wajahnya saat merasakan ada tekanan kuat yang mengganggu wilayah tubuhku yang terintim.

“aa.-ahhhh Cruttt crutttt…hsssshhh enakkkk, ihhh bapak , ohhhhhh.”

Tangan Pak Agung begitu cekatan menahan buah pantatku yang bergerak mundur saat cairan kenikmatan itu meledak-ledak dengan hebat. Lendir-lendir kenikmatan meleleh dari belahan vaginaku dan mulut pak Agung mengejar, menghisapi lalu mengunyah lembut belahan vaginaku hingga sekujur tubuhku bergetar hebat saat mulutnya menyedot kuat – kuat vaginaku, menghisap cairan yang meleleh di vaginaku. Kedua tanganku mencoba bertumpu pada kepala pak Agung yang sedang asik mengemut-ngemut dan menjilati wilayah tubuhku yang paling intim. Tak bosan bosannya ia mencumbui bagian tubuhku yang paling sensitif.

“sini sayaang, berbaring disini, sebentar lagi kontol bapak akan membuatmu tersentak-sentak keenakan…”

“ahhhhhh… bapakkk…”

Aku mendesah saat pak Agung membaringkan tubuhku tangannya mengusap selangkanganku sebelum akhirnya ia mulai menindihku. Aku merinding hebat saat tubuh besar pak Agung menaiki tubuhku,tubuhku yang mungil tertindih di bawah tubuhnya yang kekar berotot. Ia menatapku, berkali-kali mulutnya mengeluarkan pujian yang berbisa. Kecupan-kecupannya mulai turun ke arah dada. Bibirnya bermain mengecup-ngecup induk payudaraku hingga aku tak tahan dan menggeliat resah dibawah tindihan tubuhnya

“nyemmm, empuk-empuk kenyall…happpp happp NYOTTT..NYOTTT”

“Owwwww…!!ahhhsss hhhsss gel…liiiiii ahhhh, aduh-ad-duhh “

Aku menjerit dan menggelepar, tiba-tiba saja mulutnya memangut-mangut rakus buah susuku, batang lidah pak Agung memutari dan menggelitiki putting susuku yang meruncing keras. Ujung lidahnya bergerak lembut memutari putingku dan tangannya meremasi indukku. Bibirnya mengecup kesana kemari menjelajahi buntalan buah ranum dadaku,

“Happp..! Nyummmm.., Happ Happp Nyooottttt…. Nyoottttt”

berkali-kali mulut Pak Agung memangut buah ranum di dadaku. Lumayan lama ia menyusu di buah dadaku sementara butir-butir keringat mulai membanjir meleleh di tubuhku. Sesekali batang lidahnya menyapu keringat di leherku kemudian kembali lidahnya bermain mengulas buah dadaku yang dimulai dari induk payudara kemudian memutar semakin naik kepuncak dan hap..!! mulutnya mengenyoti kuat puncak payudaraku, kurasakan lidahnya menggelitik belahan dadaku dan naik ke leher dan daguku.

“sslccck ckk sssllccckkk…, mmhhh mhhhhhh mmmmmm”

Kubuka mulutku menerima kehadiran batang lidah pak Agung, dengan tekun ia mengaduk-ngaduk mulutku. Ujung lidahnya menari menggelitiki langit-langit mulutku kemudian melumatku dengan bernafsu. Kubalas lumatan dan pangutan-pangutannya, gairah kewanitaanku ikut bergelora dalam pangutan-pangutan dan cumbuan-cumbuan pak Agung. Cumbuannya kembali merambat turun, cumbuan-cumbuan panas yang dibumbui oleh nafsu birahi yang liar membuatku merintih dan memekik menahan segala rasa nikmat dan geli yang meluap.

“ennnhh , BAPAKKKK, akhhh,.hhhhh…”

Pak Agung meremas-remas buah dadaku dan mulutnya kembali mengenyot-ngenyot puncak payudaraku namun kali ini remasannya terasa lembut dan teratur. Jarinya begitu lihai memilin dan mencubiti pentil susuku hingga nafasku berdengusan dengan keras. Kedua kakiku tertekuk kemudian mengangkang lebar ke samping memberi jalan bagi mulut Pak Agung yang mengejar sesuatu di selangkanganku. Cumbuannya semakin turun ke perut pinggul kemudian….

“ahhhhh…”

Tubuhku melenting ke atas saat mulutnya mencucup belahan vaginaku. Dapat kurasakan batang lidah pak Agung yang menggeliat dan menekan memasuki belahan liang vaginaku. Aku memekik keras untuk melampiaskan gairah liar yang meyesaki dadaku. Aku merengek saat batang lidah pak Agung mengorek-ngorek liangku yang masih suci, tangan pak Agung menekan belahan bibir vaginaku dan matanya menyorot tajam pada daging mungil yang terselip di vaginaku. Lidahnya terjulur panjang dan lepphhhh, sleppphh, sllckkk..

“Owwww…?? Aa-aahhh, ahhhh, ad-duhhh….awww..”

batang lidah pak Agung begitu lihai memainkan tonjolan clitorisku, slapphhh.. slaphhhh.. slappppp…, berkali-kali lidah pak Agung menampar-nampar daging kelentitku, dan cebbb.. cebbb. Cebbbb.., ujung lidahnya yang runcing menusuk-nusuk daging mungil itu hingga aku kelojotan dan kedua kakiku melejang-lejang menahan rasa nikmat, lendir-lendir Vaginaku yang membanjir bercampur dengan air liur pak Agung, dapat kulihat sebuah senyum melebar diwajah pak Agung saat ia menempelkan sosis besar miliknya keselangkanganku.

“Auhhhhh… hssshhh, aaaaa…”

“tahan sedikit may..”

“AUHHHH… PAKKK…!!”

Perutku mengejang saat benda besar itu berusaha memasuki diriku. Otot vaginaku mengkerut-kerut menahan serangan batang besar panjang di selangkangan pak Agung. Aku mengeluh dan mendesis keras merasakan desakan-desakan kepala penisnya yang memaksa memasuki liangku. Aku berseru terkejut saat kepala penis pak Agung menerjang otot vaginaku. Kepala penisnya tertancap pada belahan liang vaginaku, pandangan mataku serasa nanar, butir-butir keringat mengucur semakin deras.

Pak Agung menangkap pergelangan kakiku dan mengangkangkan kakiku lebar-lebar.

“Jrebbb, Blessspphhh… hihhhhhhh!!BRUSSSHHH…”

“ENGAHHH-AHHHH, ARRHHH….!!aWWWW drrrttt.. brrrttt drrrrrtttt….!! T_T, HAKKKHHHH @_@....!! AWWWW…AMPUN PAKKK..!! AMPUNN, ADUHHHHH…!! Hikkk Hikk hkkkkkh, AOWWWWWh”

Kedua tanganku menekan perutku yang mendadak terasa seperti kejang, kedua mataku membeliak lebar, rasa sakit dan perih menghebat mendera liang vaginaku. Aku menjerit sekeras-kerasnya saat batang besar itu merengut kesucianku. Rasa sakit seperti menyadarkanku dari pengaruh aneh yang merangsang tubuhku. Aku tersadar namun semuanya sudah terlambat, batang penis pak Agung tertancap semakin dalam. Aku hanya dapat menangis terisak dan mengaduh di sela-sela isakan tangisku yang semakin keras

“hhkk.. hkkk.., hhhkk hkkkk…adu-duhh, sakit pak, sakittt AWWW”

.“Ouhh..!! Maya, tahann, bapak pengen masuk lebih dalam lagi”

“J-jangan Pakkkkk…”

“JREBBBBB…..”

“OUWWWWW…..hkk ihikkk hkkkkk aduhh, sakit sekali pakkk, saaa—kitt”

“aduh, susah amat sih masuknya, hihhh,!! Hihhhh, Hearhh…JREB..!JREB..!”

Aku menggeliat kesakitan saat Pak Agung berusaha mengamblaskan batang penisnya lebih dalam lagi. Liang vaginaku terasa sesak disumpal oleh batang besar itu. Rasa perih semakin terasa saat batang besar pak Agung merangsek masuk semakin dalam. Gerakan pak Agung yang semula lembut kini mendadak berubah liar. Dengan kasar ia menjejal-jejalkan batang besarnya, tangan kiri pak Agung menahan bahu kananku, sementara tangan kanannnya bertumpu di sebelah bahu kiriku. Ia mengambil ancang-ancang kemudian pinggulnya kembali menekan dengan kuat bagaikan kesetanan ia berkutat menjejal-jejalkan batang besarnya sekuat tenaga.

“cleppphh.. clepphhhhh.. BLEPPHHHH…!!Jreb-Blushhh…!!”

“s-shhhhh.. akhhh sakitt.., awwwww…!! Sakit pakkkk…!!Akkhhhh..!!”

Aku kembali menjerit batang besarnya masuk amblas dalam gerakan-gerakan menyentak yang kasar dan selangkangan pak Agung semakin merapat ke selangkanganku. Centi demi centi batang besarnya terbenam terus terbenam semakin dalam di liang vaginaku hingga akhirnya selangkangan pak Agung saling berdesakan dengan selangkanganku. Aku meringis saat pak Agung menarik batang miliknya hingga sebatas leher penisnya saja yang terjepit oleh liangkaran otot vaginaku. Aku memekik saat ia menjebloskan batang besarnya hingga penisnya amblas sekaligus ke dalam liang vaginaku. BOOM, jantungku serasa meledak saat benda itu menyodok kuat vaginaku..

“BLEPPPHHH…!!Blepp.. Bluppphhh”

“AWWW…!! AKHHH…, Ngggghhh, arrrrhhh, #_#..!!”

Tubuhku terguncang disodok oleh batangnya, kusilangkan kedua tanganku melintang di dadaku saat mata pak Agung menikmati gerakan buah dadaku yang terguncang hebat akibat tumbukan-tumbukan batang penisnya yang menghempas keras sementara bibirku tak henti merintih dan mengerang.

“BLEPP..!! BLEPPHH..!! Bhupppp…BHEPHHH….!!”

“S-sakit pakkk, ngilu sekali, hsssshhh ooowWWW…!!”

Batang besar miliknya tidak juga berhenti bergerak, benda sialan itu malah semakin kuat menumbuki belahan vaginaku. Suara rintihan–rintihanku disambut oleh dengus nafas -nya yang memburu berdengusan keras. Aku mencoba menahan gerakan pinggulnya saat merasakan ada rasa ngilu yang semakin menyengat saat benda panjang itu menggasak kasar vaginaku. Aku berteriak keras memohon agar pak Agung menghentikan sodokan-sodokan kasarnya.

“ampunnhh !! aduhh OWWW…, sudah pakkk, sudahhhh..!!”

“kamu harus belajar menikmati kontol bapak, jangan ditahan , pasrah saja dan nikmati..!!, tambah ditahan kamu akan merasa tambah sakit loh, rileks aja.. he he he”

“aduhh, ADUHHH…!! Ngilu pakk..!! NGILUUU.., Oo-awww.T_T !! ”

“Nahhh kan, apa kata bapak, terasa sakit kan ?? ayo lemesinn, jangan tegang, ngangkang aja yang pasrah.., lama-lama juga pasti enak koq, rileks Mayaaa, rileksss, santai aja santaiii”

Aku mencoba untuk pasrah menerima setiap sodokan-sodokannya, rasa sakit yang tadinya menggigit dengan hebat kini mulai diselingi rasa-rasa nikmat saat batang penis pak Agung semakin lancar bergerak keluar masuk menusuki liang vaginaku. Posisi pak Agung mirip seperti orang yang sedang melakukan push-up dengan batang besarnya yang tertancap di vaginaku. Tanganku mengelus-ngelus dadanya yang berotot, tess tess tess.., butir-butir keringat pak Agung menetesi tubuhku, ia meremas buah dadaku sebelah kanan sambil menggoyang batangnya ke kiri dan kanan sebelum akhirnya kembali mengambil posisi seperti orang yang akan melakukan push-up kemudian dengan cepat ia berpush-up ria menghempas-hempaskan batang penisnya dengan sekuat tenaga.

“Jrebbb-befffhhh Befffhh,, Jrebbbbbb… Blusshhh”

“nah ini yang namanya sambil ngentot sambil olah raga.., gimana Maya, kamu mau belajar ?? asik lohhhh “

“En-gaak ahhh., Bapak aja.. aa-ahh..”

“Tu, wa, ga, pat, ma , nem, juh, pan, lan , luh, sebelahsssshh ”

“Haaa-uhhh ??..??!! cruuttt crutttt….”

Nafasku tertahan selama beberapa detik, ada rasa nikmat yang berdenyutan menyiksa Vaginaku, rasa nikmat itu mengaliri tubuhku hingga aku menggelepar, pak Agung hanya tertawa sambil mengelus-ngelus bahuku

“Pofffhhhh….”

Terdengar suara keras saat batang besar itu disentakkan ditarik keluar oleh pemiliknya kemudian melepaskanku. Aku berguling menjauhinya, kutarik nafasku panjang-panjang untuk mengisi rongga dadaku yang terasa sesak. Kuperhatikan sebotol Aqua besar di tangan pak Agung, ia meminumnya untuk melepaskan dahaga.

“nih kamu pasti haus..”

Pak Agung menoleh ke arahku yang masih berbaring lemas sambil memperhatikannya. Ia menghampiriku dan memberikan botol itu, aku duduk bersimpuh. Glukkk.., Glukkk.. Glukkkk.. Ceglukkkk, kuteguk air didalam botol itu hingga kering. Tidak sengaja kulihat bercak-bercak darah keperawananku bercampur lelehan lendir putih pekat yang menodai wilayah sekitar bibir vaginaku. Masih dalam posisi duduk, kutekuk dan kupeluk kedua lututku, sementara pak Agung menyeka keringat di tubuhku yang membanjir dengan sebuah handuk kecil. Aku terdiam saat pak Agung menggeser tubuhnya ke belakang dan menempelkan batang penisnya ke punggungku. Kedua kakinya mengangkang kemudian menjepit tubuhku, tatapan mataku terfokus pada bayangan di dalam cermin. Tangannya bergerak bebas menggerayangi tubuhku yang polos sebelum akhirnya menangkap buah ranum di dadaku. Sesekali jarinya menoel nakal putting ku yang meruncing. Ia seperti sedang memberikan waktu istirahat untukku yang masih termegap berusaha mengendalikan nafas dan emosiku.

“gimana masih cape hemmm??”

Pak Agung bertanya di samping telingaku. Aku tahu tak usah menjawab pertanyaannya, apakah aku capai atau tidak, ia sudah mulai bergerak mencumbuiku dari belakang. Bibirnya mengecupi daun telingaku, duk.., dukk, DUKK…!!, detak jantungku kembali berpacu berlombaan dengan dengus nafasku. Perlahan kemesumannya membuatku kembali bergairah. Dengan malas kutolehkan wajahku ke samping untuk membalas pangutan-pangutan bibir pak Agung. Dengan malu kujulurkan lidahku keluar menggapai batang lidahnya. Tarian lidah pun dimulai, begitu lembut dan menghanyutkan, saling mengulas, mengait dan membelit. Dengan mesranya Pak Agung menghisap batang lidahku yang terjulur

Kedua tangannya semakin aktif meremasi payudaraku dari arah belakang. Kusandarkan punggungku bersandar padanya, dapat kurasakan batang besarnya mengganjal saat aku bersandar. Kukalungkan kedua tanganku ke belakang menangkap leher pak Agung, ciuman dan pangutan semakin mengganas, buah dadaku semakin membuntal padat dalam remasan-remasan kedua tangan pak Agung, terkadang remasan tangannya terlalu kuat hingga membuatku melenguh pelan.

“Unnggghhhhpelan-pelan pakkk, auhhhhh, pelannhh, ahhhh, bapakk”

Pak Agung mendesakkan pinggulnya dan akupun terdorong ke depan. Ia terus mendorong-dorongku dengan mendesakkan pinggulnya pada bokongku. Posisi kami semakin mendekati cermin besar itu dan aku semakin jelas menyaksikan kemesumannya. Kedua tangan pak Agung bergerak lembut mengelus-ngelus puncak payudaraku, dari bayangan cermin dapat kulihat ekspresi wajah mesumnya yang tengah menikmati kehangatan tubuhku.

“ah, aahhhhh…ahhhhhh hsssshh ahhhhhh”

Aku yang mulai keenakan terus mendesah dan mendesah. Remasan-remasan tangan pak Agung, jarinya yang nakal mencubit dan menarik – narik putting susuku yang mengeras, membuat tubuhku panas dingin sementara rintihan-rintihan kecilku disambut oleh suara kekehan mesum pak Agung yang dibarengi dengan remasan-remasan kuat tangannya pada dadaku. Rasanya begitu nyaman dan nikmat sekali saat ia memainkan buah ranum yang memadat. Kedua tangannya mencapit pinggangku kemudian membimbingku untuk menduduki batang penisnya dalam posisi duduk memunggunginya.

“aaaaa…hhhhee-engh…unnggghhhhh…”

Ujung benda besar itu mendesak kuat berusaha memasuki belahan vaginaku. Beberapakali batangnya terpeleset, aku melenguh dan meringis saat benda besar itu berhasil memaksa dan menguakkan belahan bibir vaginaku untuk menerima kehadiran benda panjang dan keras kebanggan pak Agung.

“Akkkhhhhhh…..!!blusssssshhhh.!! “

Tubuhku yang terasa panas mengejang hebat saat ujung benda panjang itu kembali berhasil menyumbat vaginaku. Lingkaran otot vaginaku mengkerut mengigit-gigit leher penis pak Agung. Dapat kurasakan butiran keringat kembali membalutku.

“aduh-awwww…, Pakk, Owwww…”

Pak Agung tidak mengindahkan keluh-kesahku, kedua tangannya menarik-narik pinggulku, sementara batangnya merayap semakin dalam. Centi demi centi batang panjang itu menggelusur memasuki liang vaginaku dalam sentakan-sentakan lembut yang membuat tubuhku terdesak-desak ke atas. Aku menjerit keras saat batang itu tiba-tiba menghentak-hentak dengan kasar, hentakan-hentakan kasar pak Agung baru berhenti setelah batang yang berurat itu terbenam dengan sempurna di vaginaku. Melalui cermin kuperhatikan batang besarnya tertancap di selangkanganku. Kugeliatkan tubuhku. sambil kutepiskan tangan nakal pak Agung yang hendak mencubit putting susuku.

“Hssshhh, hssshhh. Ahhh, aa-ahhh…Baphakkk, Baphakkkk ahhhhhh”

Tubuhku terlompat-lompat tanpa daya, sementara seiring dengan gerakan tubuhku. Vaginaku bergerak turun naik pada batang penis pak Agung yang menggeram keenakan. Membanjirnya cairan vaginaku membuat batang besar pak Agung bergerak semakin lancar keluar masuk menusuki belahan liang sempitku. Rasa sakit dan ngilu yang semula terasa menggigit kabur dikejar oleh rasa nikmat yang membuatku berdesahan. Tanpa kusadari pinggulku ikut bergoyang.

“ha ha ha, gimana Maya ?? enak bukan?? Ayo sayang, goyang.., kita nikmati kenikmatan ini bersama-sama.., ayo manis, ayoooo…, nahh benar itu digoyang, digoyang yang he he he”

Aku tidak tahu kenapa, yang jelas aku semakin lincah menaik turunkan pinggulku, bergoyang, memutar-mutar vaginaku dan mendesakkannya pada tusukan-tusukan liar batang penis pak Agung yang merojoki belahan vaginaku. Gairahku memuncak semakin tinggi dan vaginaku disengat oleh kenikmatan yang membuat tubuhku mengerjat dengan spontan.

“aaaaaaaaaaaah !! Crettt.. cretttt.. crettt..“

Aku mendesah keras sambil mendesah dan mengangkat wajahku ke atas karena tak sanggup menahan rasa nikmat yang berlebih. Batang besar milik pak Agung yang menyangkut di dalam vaginaku terasa semakin mengasikkan. Tanganku mencoba menggapai kebawah, kuraba benda besar yang mengait vaginaku. Pak Agung semakin erat memeluk tubuhku yang menggelepar lemah dalam dekapannya. Beberapa saat kemudian ia mencabut batangnya dan memposisikanku menungging kemudian mengambil tali plastic dan berbisik di telingaku.

“Mayaa, bapak minta anal , boleh ya ?? “

“Hahh ?? t.tunggu, tunggu dulu pakk…!!j-jangannnnn…auhhh, lepaskan pak LEPASSS.. KANN, nggakkk mauu, akhhhhh”

Aku protes keras saat ia tiba-tiba mengikat kedua tanganku ke belakang. Kugoyangkan pinggulku ke kiri dan kanan berusaha menghindari ujung benda besar itu, tapi pak Agung hanya tertawa sambil terus mengincar lubang anusku, tangan pak Agung merekahkan buah pantatku.

“Cebbbb…, OWWWW….!! “

Benda tumpul itu menusuk kasar. Kurebahkan pinggulku dengan harapan dapat mempersulit benda panjang itu. Waduhh, koq pak Agung malah menaiki bokongku ya? Telapak tangannya mengusap-ngusap punggungku, auhhh..!!, ia menyelipkan ujung penisnya menyentuh kerutan otot anusku. Kurapatkan kedua kakiku sambil menggeser-geserkan pinggulku menghindari serangannya dan ia mendesah kecewa lalu pak Agung mengambil sebuah alat aneh dengan panjang sekitar 30 inci.

“nakal amat sich, terpaksa bapak pake legs spreader, klikk… klikkkkk….”

Pak Agung membelengu pergelangan kakiku dengan legs spreader bar, percuma saja aku meronta berusaha melepaskan diri. Kedua tangannya mengelus-ngelus bongkahan buah pantatku. Kemudian menekan dan merekahkan buah pantatku, sebuah benda mendesak belahan pantatku.

“ck ck ck, anget, apa lagi kalau sudah masuk ya”

“j-jangan pakk…, lepas, lepas….kannn…aduh.!!”

Pak Agung terkekeh sambil menekankan ujung penisnya, batang besar itu mengorek-ngorek dan mengkais-kais lubang duburku, hup…, hupp.., kugerakkan pinggulku keatas kebawah hingga batang pak Agung terpeleset.

“E-ihh…, nakalnya ha ha ha ha”

Tangan kanannya menekan bokongku kuat-kuat hingga aku tidak dapat bergerak lagi dan kini ujung penisnya kembali mendesak-desak liang anusku, sesekali ujung penis Pak Agung mencoblos belahan vaginaku dan kemudian ia kembali menusuk-nusukkan batang besar itu berusaha menjebol liang duburku. Lumayan lama Pak Agung berkutat, berjuang menjejal-jejalkan batang besarnya , lama kelamaan otot anusku terasa merekah dan panas

“JEBOLLL…!! BLUESSSHHHH..“

“aaaaAAWWW !! Hengggehh…!!.ADOWWWWW… @_@”

Nafasku tertahan merasakan rasa sakit yang begitu hebat mendera liang anusku, rasa perih, panas dan nyeri bercampur menjadi satu menyiksaku. Aku kembali memekik keras saat benda itu diamblaskan oleh pemiliknya dengan kasar.

“Ampun pakkk, Awww…, adu-duhh. Ahhhhhhh…!!AWWWW”

“oughhh…!! Gila..!!aduh-aduduh Mayy, AWW, kontol bapak kejepit nih, Wuahhh enak nian bool mu May…uhhh..”

Terdengar suara Pak Agung seperti sedang meledekku. Ia terus menekan-nekankan batangnya ke dalam liang anusku. Centi demi centi batang besar itu amblas ke dalam anusku. Mataku mulai berkunang-kunang, berkali-kali tubuhku mengejang menahan rasa sakit yang mendera hebat saat benda besar itu menyelam semakin dalam, benda itu seperti mengambil ancang-ancang dan kemudian menerjang anusku.

=========================

Schoolgirl’s Diary 17: Finale

Maya
“ARGGGHHH…ADUHHH!! Hkk hk hkk..”

Pak Agung merebahkan tubuhnya menindih tubuhku dari belakang. Selangkangannya mendesak kuat gundukan buah pantatku, ia membujukku agar berhenti menangis.

“s-sudah pakk.., dicabuthh ajaa.., sakit pak, sa..kiiitttt.. aww.”

“waduhhh, jangannnn dong , dengan susah payah bapak akhirnya berhasil menyodomi kamu, masa sekarang harus dikeluarin sih”

“Ahhhh, Ahhhh, awwhhhhh…!!” aku menjerit sejadi-jadinya saat benda besar itu mulai bergerak menumbuk-numbuk liang anusku

Aku mengerang, merintih dan memekik kesakitan, tubuhku terguncang dan terdesak-desak dengan hebat oleh benda besar diselangkangan pak Agung yang memompa kuat liang duburku.

“Plakkk.. plakkk plakkk plakkkkk…”

Tubuhku terasa lemas tak bertenaga. Gempuran demi gempuran batang penis pak Agung seolah menguras habis tenagaku, tumbukan-tumbukan batang penisnya semakin kuat dan cepat. Aku mengerang dan merintih kesakitan disodomi olehnya. Akhirnya aku tidak tahan dan mulai merengek memohon agar pak Agung mau meperlembut tempo sodokannya.


“Sudah pakkkk, aduhh, sakit pakk..! sudah, nnnggeehh, akkhh”

“sudah ??, enak aja !! kalau pelan pelan sih boleh , tapi syaratnya kamu harus nurut mengikuti pelajaran anal dari bapak, gimana heemm ??”

Dengan terpaksa aku mengangguk menuruti keinginan pak Agung, dengan perlahan pak Agung mencabut batang penisnya dari dalam liang anusku, kemudian ia melepaskan legs spreader yang belengu kakiku. Aku menurut saat ia memintaku untuk menaiki tubuhnya yang terlentang.

“sekarang kamu masukin kontol bapak ke dalam anus kamu…”

“tapi pak…”

“loh tadikan kamu sudah setuju..!!, AWAS YA JANGAN MEMAKSA BAPAK UNTUK MENGASARI KAMU,KAMU MENGERTI.MAYA…!!!”

“iya pak, i-iya..”

“aduh susah pak, nggak muat..”

“pelan-pelan aja, terus dicoba ntar juga masuk…”

Bentakan pak Agung membuatku miris dengan terpaksa kutempelkan ujung penisnya dipintu duburku. Dengan hati-hati kuturunkan duburku yang masih kesakitan saat bersentuhan dengan batang besar di selangkangan pak Agung yang terus memberikan instruksi dan bimbingan.

“BAGUS..!! terus Maya, TERUSS…!!”

“He-ekhhhh,”

“nah itu ujungnya mulai kerasa masuk..ke bool kamu.. terusss, tekan yang kuat, lebih kuat lagi Maya..!!”

“Heeenggggghhh, akhhhhhh…”

“Blepppphhh…”

“Yie hehe he nahhh kan akhirnya masuk juga, anget may, enak”

“hsssshhh aduh pak, aduhhhh.. j-jangan goyang-goyang pakk…”

Setelah menarik nafas beberapa kali, kutahan nafasku untuk mengurangi rasa sakit dan kuturunkan pinggulku. Aku mengeluh keras saat ujung benda besar itu menguakkan kerutan anusku yang kewalahan menerima sedikit kehadiran dari batang besar di selangkangan pak Agung. Aku mengerang keras sambil terus menekan duburku pada batang besarnya yang keras. Dengan susah payah akhirnya aku berhasil menenggelamkan kepala penisnya ke dalam lubang anusku. Kutatap pak Agung dengan tatapan memelas sambil berusaha untuk menawar.

“sudah ya pakkkkk.., kan sudah masuk”

“yah, masa cuma sebatas leher penis, terus masukin…, lebih dalam lagi”

“masuknya dikit aja ya pak, jangan dalem-dalem…”

“koq nawar melulu, memangnya lagi belanja di pasar apa ?? Hihhhh…!!”

“OWWWWW….!! Hikk hkkk hkkk”

Tubuhku langsung ambruk dengan nafas tertahan di dadanya saat pak Agung mengangkat pinggul sambil menyentakkan batang penisnya ke atas. Aku melolong keras saat batang besar itu amblas hingga sebatas pangkal penis. Tangan kiri pak Agung mengelus-ngelus punggungku yang basah berkeringat sedangkan tangan kanannya mengelusi rambutku. Auh, tiba-tiba saja kurasakan kedua tangannya mencengkram buah pantatku dan meremas kuat, aku hanya dapat menangis merasakan rasa pedih dan ngilu disodomi olehnya.

“duh asiknya , he he padet , empuk..”

“Blepppphh. Blepppphhh.. Blepppphhh….”

“awhh, akhhhh…ahh hssshhh awwwwww…Pakk Agung, BAPAKK, Auhhh”

Aku menggeliat dan mengaduh kesakitan saat batang besar itu mulai bergerak dengan teratur menyentak-nyentak menyodomiku. Aku meringis saat pak Agung berusaha duduk sambil memelukku, dengan otomatis liang anusku merosot ke bawah pada batang besarnya. Sambil terus menyodokkan batangnya pak Agung mengecupi bibirku, di antara suara kecupan bibir, aku terus memohon agar pak Agung mau menghentikan tusukan-tusukannya yang liarnya.

“Emmhh Bapakkk, mmmhh cupphh cuphhh, sakit pakk emmm cuphhhh…, auhhh, akhhh ngilu pak , sudah pakkk, sudah, OWWW…”

Di saat aku tengah melolong keras, kurasakan seseorang mengelus buah pantatku. Dengan reflek aku menoleh ke belakang, aku tidak menyadari kehadiran Andra yang muncul di belakangku. Kedua tangannya mencapit pinggang dan giat membantu untuk menaik turunkan pinggulku, sesekali ia menekan bokongku kuat-kuat hingga aku menjerit keras.

“ihhhh, hsssshhh aaaaa, ahhhhhh, jangan ditekan , andra jangann, ADUHH!!”

Andra meraih dan meremasi buntalan buah dadaku dari arah belakang. Tubuhku semakin kuat tersentak-sentak keatas dihantam batang penis pak Agung yang bergerak kasar merojoki liang anusku. Aku menjerit merasa sakit dan ngilu akibat sodokan-sodokan batang besar pak Agung yang tengah menyodomiku dan sesekali aku merintih lirih menikmati kepandaian Andra. Ia begitu pandai memainkan sepasang buah dadaku, tangannya meremas induk payudaraku dan jemarinya mencubit menarik-narik putik susuku yang mengeras. Mulut Andra semakin aktif memangut mengecup-ngecup bahu, pundak dan menghisap-hisap leherku, batang lidahnya ikut bermain untuk menggelitik daun telingaku bagian belakang dan menjilati batang leherku. Bibirku menjadi piala bergilir bagi mulutnya dan pak Agung yang bergantian melumat, memangut dan mengulum sementara tangan mereka tak pernah berhenti bermain di tubuhku yang basah berpeluh.

“ahhhhhh…” aku mendesah saat pak Agung merubah posisi

Tanpa melepaskan batang penisnya dari anusku, ia memutar tubuhku dan memposisikanku tidur menyamping. Tangannya menarik tungkai kakiku keatas, kemudian ia menyodok-nyodokan batang penisnya dengan kuat. Andra menaruh wajahnya tepat di depan buah dadaku yang terguncang.

“Pefffhhh Peffffhhhh Peffffhhhh..!!”

“aaahh, ahhh Owwwww….!!”

“Wuih, gila!! susunya sampe muter-muter!!, terus pakk..!!HAJAR..!!”

“sudah pakkk, sudahhhh, aduh-aduhhhh, ahhhhh…”

Andra terkekeh sambil meremasi buah dadaku, ia berteriak menyemangati Pak Agung agar menyodomiku seliar mungkin dan aku terus merengek agar pak Agung menghentikan keliarannya. Namun semua rengekanku hanyalah sia-sia belaka, batang besar pak Agung malah bergerak lebih kasar dan lebih kuat lagi menghantami liang anusku. Semakin dalam batang itu merojok semakin panjang lidahku terjulur-julur keluar.

“j-jangann, Akhhhh…, owhh..!!awww, aduh pakkk, akhhh, Andraa ohhh”

Jempol Andra mengurut-ngurut tonjolan klitorisku dan tangannya mengucek-ngucek belahan vaginaku hingga kedua mataku merem-melek keenakan. Entah dari mana ia mempelajari keahliannya yang mampu untuk menghanyutkanku ke dalam lautan gairah yang menggebu. Aku mendesis keras saat vaginaku berdenyutan menyemburkan cairan hangat berwarna putih pekat.

“Ahhhesssshhhhhh…. Creetttt. Cretttt….. cretttt…..”

“pak , andra pengen dong, ikutan yak pak..”

“Boleh , Plofffh….., kita suruh nyepongin kontol kita berdua..”

“Wa ha ha ha, boleh juga idenya pak..”.

Pak Agung menghentikan sodokannya kemudian mencabut batang penisnya dari dalam anusku, sementara Andra membersihkan wilayah intimku dengan menggunakan sebotol Pocari lalu ia mendudukkanku di sebuah kursi. Aku hanya bisa pasrah kelelahan saat Andra dan Pak Agung menggerayangi kemolekan tubuhku hingga akhirnya mereka berdiri. Kini dua batang penis tersaji di sebelah kiri dan kanan, kuperhatikan penis milik pak Agung, besar, berurat, kutengok batang penis milik Andra, besar dan gemuk seperti juga tubuhnya, panjangnya hampir mirip.

“ihhh….”

Kutepiskan ujung penis Andra yang menoel pipi kiriku, kutarik wajahku untuk menghindari kemesuman Pak Agung yang ikut-ikutan menempelkan batangnya di pipi kananku. Aku dikepung oleh dua batang penis besar yang dipaksakan oleh pemiliknya untuk kukulum dan kukocok. Bergantian mulutku dijejali penis pak Agung dan Andra yang akhirnya menarik batangnya dari dalam mulutku kemudian berlutut sambil mengelus-ngelus pahaku. Dengan kasar jarinya menarik bibir vaginaku, ia membenamkan wajahnya di selangkanganku. Beberapa kali ia mengecup kemudian bibirnya mengemuti bibir vaginaku..

“cuphhh cuphhhh mmuahh cupphhhWuihhhh, wanginya memek kamu may, slepphh. Ckk sllcckk, asikk, memek rasa pocari, nyoottt nyottttt...”

“hhssshhh ahhh , auwwww…, emmmhh hssshhhh”

Kedua tanganku berusaha mendorong-dorong kepala Andra. Kecupan mulutnya, emutannya dan jilatannya yang liar membuatku menggelepar menahan rasa nikmat yang menggelitik

Karena merasa terganggu Andra memborgol kedua tanganku ke belakang kemudian ia kembali melumat-lumat vaginaku. Habis sudah vaginaku jadi santapan mulutnya, berkali-kali ia mengecap mencicipi rasanya

“May, memek kamu imut kaya orangnya may, ck ck, nyam, ckkk, gurih.”

“Ketimbang kamu mangap nggak puguh gitu, mendingan ngemut kontol Bapak”

“Houfff Mmmmmhhh.. Mhhhhhh..”

Pak Agung menarik kepalaku dan menjejalkan batangnya ke dalam mulutku. Ia terus menjejalkan batangnya hingga ujung penisnya merojok kerongkonganku. Semakin dalam dan lebih dalam lagi menusuk tenggorokanku hingga aku terbatuk saat batangnya masuk semakin dalm.

“uhukkk.. uhk.., uhukk, UHUKK”

Kutarik kepalaku hingga batangnya lepas dari mulutku dan menggeleng-gelengkan kepala menolak masuknya batang besar pak Agung ke dalam mulutku. Dia tertawa sambil memukul-mukulkan batangnya ke wajahku. Andra mengambil posisi tidur terlentang, Pak Agung memberi perintah agar aku segera naik keatas tubuh andra.

“jrebbb jrebbb , Hihhhh..!! JREBBBBB…BLESSSHHH…Hiahhh..!!”

“uhhh, Pelan pelan draaa, aaah- ANDRAA..!!”

Batang Andra yang gemuk panjang mendesak sela bibir vaginaku. Tangan Andra mencapit pinggangku, ia menyentakkan batangnya berkali-kali, menjejal-jejalkan dengan kasar hingga batang gemuknya terbenam kedalam kepitan liang vaginaku.

“Oughhh, gila, perettt.,. ayo belajar ngentot bareng andra, naikk, turun.., naikkk, turunnn… siiippp, terus Mayyy…TERUSSS…”

“Clepp clepppp.cleppp cleppppp…, aduhh-duhh.. awwww.. hhssshhhh”

Pak Agung dan Andra bekerja sama menaik turunkan pinggulku dengan paksa. Dengan lincah Tangan Andra mengangkat dan menarik pinggangku turun sedangkan pak Agung menekan buah pantatku hingga batang gemuk milik Andra semakin dalam terbenam menyodok liang vaginaku. Sodokan kuat batang penis Andra membuatku kewalahan dan mendesis tak berdaya saat tubuhku tersentak-sentak ke atas.

“Nyummm Nyoottt Nyotttt Nyottttt….cuphhh cupphhh Nyoootttttthhh..”

Dari samping mulut Pak Agung menyerang buah dadaku, mulutnya menghisapi puncak payudaraku yang membuntal, batang lidahnya mengulasi putting susuku kemudian mulutnya naik mencumbui batang leherku lalu kecupan kecupannya merambat turun ke arah dada dan happ..,!! ia mencaplok menyusu di puncak payudaraku.

“ahhh, andrahhh. Cruttt cruuttt cruttttt…”

Dengan bernafsu kini Pak Agung mulai menaiki bokongku, ia menyelipkan batangnya mencari-cari liang anusku. Tubuhku terhimpit di antara tubuh pak Agung yang berotot dan tubuh Andra yang berlemak.

“ohhhhhhhh…, UuuNGUHHH…”

“Blessshh—hhh Jrebbbbb…. Blusssshhhh”

Sekujur tubuhku mengejang hebat saat batang besar Pak Agung melakukan penetrasi. Vagina dan anusku ditancap oleh penis Pak Agung dan Andra, terasa sodokan-sodokan lembut yang menghantarkan rasa nikmat ke seluruh tubuhku. Lama kedua batang yang besar itu menusukiku dengan lembut, rasa nikmat semakin bertambah saat Pak Agung dan Andra berlomba menusukkan batang mereka masing-masing menghajar liang vagina dan anusku.

“Plakk plakk plakkkk…”

“Clepppeffffhhh Clepppppphhhh”

“Aduhh aduh PAkk, BAPAKKK..!! Ahhhh nnnhhh ANDRAAA nnn.. ddrah”

Tubuhku tak berkutik, semakin kuat terjepit di antara tubuh Andra dan Pak Agung. Tusukan-tusukan batang penis semakin menggila, semakin cepat dan liar. Mereka berdua tertawa senang saat aku terkulai dihempaskan oleh kenikmatan puncak klimaks. Ungggghhhhh….Crruttt cruttttt…seiring dengan muncratnya cairan vaginaku, gaya persetubuhanpun mulai berubah. Tubuhku terlentang dengan kedua kaki yang dikangkangkan ke atas oleh Andra, batangnya menggesek-gesek vaginaku. Batang besarnya terbenam diamblaskan oleh pemiliknya kedalam belahan vaginaku yang sudah memar kemerahan.

“Slllleppphhh.. jebrussshhh..!!”

“Unggghhh, ssshhh….Hhhhhhhh”

Kupalingkan wajahku ke arah lain. Sungguh sebal melihat wajah mesum Andra yang tersungging puas mendengar suara lenguhan kerasku saat batang besarnya menusuk vaginaku. Kutepiskan tangan pak Agung yang meremas induk payudaraku.

“Cleppp Cleppp cleppp clepp CLEPPPP…” suara becek yang khas terdengar keras saat Andra menyentak-nyentakkan batang penisnya menusuki liang vaginaku, batang gemuknya bergerak keluar masuk dengan tersendat-sendat..

“Edan may…!!, Hiihhh, Hearhh..!blussshhh Bluessshhh”

“Afffhhh, hssshhh ssshhhh, Andra pelannnhhhhh…”

Pak Agung menindih tubuhku yang terlentang dari arah samping. Batang lidahnya terayun menjilati bibirku, sementara kedua tangannya mencekal pergelangan tanganku yang berusaha melawan. Dengan paksa ia mendesakkan batang lidahnya masuk ke dalam mulutku, menoel-noel batang lidahku, mengusap dan membeliti lidahku, menggoda bibirku dengan gigitan-gigitan dan pangutan kecilnya.

“Jrebbbb……”

“Awwww… heemmm mmmhhh hemmm”

Tiba-tiba kurasakan sodokan yang kuat, sekuat tenaga Andra menyodokkan batang penisnya hingga lidahku melompat keluar. Mulut pak Agung mencaplok kemudian menghisap-hisap lidahku yang berkali-kali melompat keluar sangking kasarnya sodokan batang penis Andra.

“awww, crruttt cruttt crutttt…, oww, sudah, c-cukup.. cukupp..”

“belum mayyy he he he…, ngangkang yang lebar ya.., bapak mo maenin G-spot kamu.., tapi sebelumnya bapak mau nyukur jembut kamu , biar rapi he he he…”

Andra menahan kedua kakiku menggantung di udara sementara pak Agung mengelus-ngelus rambut-rambut halus yang menghiasi vaginaku. Dengan reflek aku mengeluh saat pak Agung menyemprotkan foam untuk bercukur, rasa dingin membuatku terkejut.

“jangan bergerak may, kalau nggak mau terluka…”

“krrrttt krrrttt krrrutttt…”

Aku menahan nafas saat pisau cukur di tangan pak Agung membersihkan rambut jembutku hingga botak. Mata Andra dan pak Agung melototi vaginaku yang kini bersih tanpa jembut sehelaipun. Pak Agung menusukkan dua jarinya ke dalam vaginaku. Jarinya seperti sedang menggapai, mengais-ngais mencari sesuatu di dalam sana.

“ahhh., ah AHHHHHHHHHHH”

“ha ha ha, kena..!!”

Yang kutahu jari pak Agung mengarah ke atas seperti kait yang sedang mengodok sesuatu di dalam belahan vaginaku. Tubuhku mengejang nikmat. Andra memaksaku duduk mengangkang sementara ia mengambil posisi merapat di belakangku. Jari tengahnya memutari putting susuku yang mengeras, tanpa dapat tertahan lagi semburan-semburan hangat yang terasa nikmat membuatku merintih lirih. Belum begitu lama tubuhku kembali menggelepar hebat, vaginaku kembali berkedutan, kali ini rasa nikmat semakin hebat mendera vaginaku dan menyebar pada panggul. Usapan-usapan jari Pak Agung menghasilkan sensasi dan perasaan seperti keluarnya orgasme. Aku semakin kewalahan, lidah pak Agung memainkan tonjolan klitorisku dan tangan Andra meremas-remas sepasang buntalan buah dadaku yang membuntal. Vaginaku berdenyut cepat dan kemudian berdenyut melambat, mungkin sekitar 10 sampai 15 kali denyutan yang membuatku merasa melayang ke atas awan.

“sssruuupphhh.. ckk gluukkkk. Srreepphhhh…sipp juice memek”

Pak Agung menyeruput lelehan cairan kewanitaanku jarinya kembali memainkan titik ternikmat di dalam vaginaku. Tanpa sadar aku merengek dan meringis yang rupanya menyenangkan hati Andra dan Pak Agung, hingga akhirnya pandanganku kembali nanar dan klitorisku menghilang karena tertarik akibat kontraksi orgasme klitoral. Otot-otot di seluruh tubuhku mengejang selama berkontraksi, nafas dan denyut jantungku menjadi lebih cepat .

“Crrutttttt… crruttt crutttt.crutttt….”

“sslcccckk duhhh, ampe luber,NYOOT..NYOTTTT, nyemm NYOOTT..!! ck ssllrrrppp, glekk glekkk, ah segarrrr, siap-siap may, bapak pengen ngentot lagi nih.”

Berkali-kali mulut pak Agung mengenyot vaginaku. Dengan pandangan berbinar ia mengambil posisi menyerang sambil mengangkangkan kedua kakiku keatas mirip seperti huruf V. Jakunnya bergerak turun naik tanda ia sedang menelan cairan vaginaku, kepala penisnya mengucek-ngucek bibir vaginaku yang becek oleh lendir-lendir licin yang lengket sebelum akhirnya menekan kuat hingga kepala penis pak Agung amblas dengan susah payah ke dalam belahan bibir vaginaku. Dapat kurasakan kedutan-kedutan alat kelamin kami yang menyatu, sesak sekali saat batang itu bergerak, sesak yang terasa nikmat saat centi demi centi pak Agung memaksa mengamblaskan batangnya dengan sentakan-sentakan kuat hingga batang besarnya amblas semakin dalam dan selangkangan kami saling mendesak. Berkali-kali tubuhku mengerjat keenakan saat pak Agung mulai menggenjotku. Genjotan-genjotan kasarnya dipadu dengan goyangan penis yang nakal ke kiri dan kanan. Batang penisnya menumbuk kasar kemudian tiba-tiba memutar hingga ku tak sanggup lagi mempertahankan benteng pertahananku dan tubuhku mengejang menggelepar. Dua kali pak Agung mempecundangiku dengan genjotan-genjotan kasarnya.

“aduhhh, adu-duhh akhhhhh… hsshhhh OWWWW….crrutt curtttt”

“Blessshh.. Jrebbb JRebbb JREBBB…”

“Ahhh owwwwww….”

Beberapa kali batang besarnya menyodok kasar vaginaku hingga tubuhku terguncang keras kemudian sambil terkekeh kedua tangannya mencengkram buah pantatku dan ia berusaha untuk berdiri. Karena beban tubuh, vaginaku merosot hingga mentok pada pangkal batang besarnya. Aku berusaha berpegangan pada bahu pak Agung untuk menjaga keseimbangan sementara Andra mengambil posisi berdiri di belakang tubuhku. Ia membantu mencapit pinggangku untuk menjaga agar aku tetap pada posisi yang diinginkan oleh pak Agung.

“aduh-aduh bapakkk, BAPAKKKK, Akhhhh…”

Tubuhku terayun-ayun di udara saat batang penis pak Agung mengayun dengan kuat, tumbukan-tumbukannya kasarnya membuatku menjerit keras, dengan wajah memelas aku menatap pak Agung, sorot matanya terlihat liar, nafasnya memburu seperti gemuruh badai ditengah-tengah suara desahan dan rintihan lirihku yang membuatnya semakin cepat mengayunkan batang penisnya yang besar dan panjang.

“owwwwwhhh akhhh aduhhduhh crrrcrruttt cruuttt cruttt.”

“PErmisi yach mayy, Andra mo ikutan , he he he…”

“Ohhhhhh…, AWWWW…!”

“JRrebbbbbhhh….. jrebbbb brusssshhhhh…ouggghh, uenak mayy”

Belum juga selesai aku merasakan puncak kenikmatan terasa Andra menyelipkan batangnya di antara bongkahan buah pantatku. Penisnya menyodok kuat dan mengoyak liang anusku, rasa ngilu terasa hingga ke ulu hati saat batang gemuknya menggelusur masuk, rasa nikmat bercampur aduk dengan rasa ngilu.

“Tess, tesss tesss teshhh” butiran peluh menetes deras, keringatku bercampur dengan keringat Andra dan pak Agung saat tubuh mereka mendesakku, dengan gaya disandwich sambil berdiri mereka menghajar liang vagina dan liang anusku. Kocokan-demi kocokan kasar menyerang saling berlomba, tumbukan-tumbukan bersuara becek dan suara pekik rintihanku bercampur baur menjadi satu. Tumbukan Andra dan Pak Agung semakin liar dan kasar, desahan panjangku disambung keluhan keras mereka berdua saat kami bertiga bersambungan mencapai puncak klimaks, berkali-kali batang mereka berkedutan menyemburkan sperma panas didalam liang vagina dan liang anusku yang memar, perutku terasa hangat saat sperma mereka menyemprot berkali-kali mengisi dua liang tubuhku.

“Crrruccc krcreettt cuurrrrrrr….oowwhhh”

“HAUHH Crooooooootttt. Croooottttt…”

“OAGGGHH.. Crrrottt crottttt…..”

Pak Agung melepaskan tubuhku yang merosot lemas di bawah kaki kedua lelaki itu, dengan santai pak Agung keluar dari dalam ruangan sementara Andra berdiri memperhatikan tubuhku yang berpeluh. Batang gemuk di selangkangannya mulai terangguk-angguk kembali dan berdiri. Masih dalam keadaan nafas yang tersenggal-senggal. Andra menarikku berdiri, dengan langkah tertatih aku berusaha berjalan. Di atas sebuah sofa empuk pak Agung duduk mengangkang sambil tersenyum ke arahku yang digiring oleh Andra ke arah sebuah pintu dan ia berbisik pelan di telingaku. Tangan Andra memutar kunci yang tertancap di lubangnya dan mendorong sedikit pintu itu hingga aku dapat melihat ke dalam

“waktu kamu diperawani sama pak Agung andra juga lagi maen may, kita intip dikit keadaan Farida, Rei, sama Vivi, kamu liat may, mereka kecapaian abis dientot sama Andra, aku hebat kan maaay he he he he”

Rei, Farida dan Vivi terkulai dalam keadaan telanjang bulat dengan rambut yang acak-acakan, mata mereka terpejam kecapaian. Andra menahanku yang hendak menghambur ke dalam, kemudian mengunci pintu itu kembali.

“belum saatnya Maya, sekarang sich kita private dulu aja, biar asik he he”

Andra kembali menarikku ke kebun belakang. Rumput hijau tertata dengan rapih dan sinar matahari terasa hangat. Aku masih melihat jam di dinding sebelum keluar jam 10.30 sian hari, ia membalikkanku ke arahnya kemudian mendorong bahuku hingga aku terjatuh ke atas water bed yang hangat karena terjemur di bawah sinar matahari. Tubuh gemuknya merangkak dan berbaring di sisiku.

“gimana may ?? udah siap digenjot kan ??”

“Andra aku cape, tolong jangan lakukan itu lagi”

Mata Andra bersinar liar, dengan liar ia mendekapku. Si gemuk mulai menggelutiku, air mataku kembali berderai saat batangnya mendesak kembali menyodok liang vaginaku dan tubuhku terdesak-desak di bawah tindihan tubuhnya yang besar gemuk. Aku kesal karena ketidak berdayaanku, jatuhnya air mataku ternyata tidak membuat Andra berhenti, ia malah semakin kuat menggenjotiku. Berkali-kali aku mengalami kekalahan telak di bawah tindihan tubuhnya yang gemuk dan kembali menangis sambil memohon kepadanya yang liar dan sangar.

“Andra, aku sudah ngak kuat lagi, sudah Ndra, aku mohon hentikan.hk hkk.”

“ntarr mayy, kalo Andra udah puas hi hi hi”

Aku memohon kepadanya saat ia memaksaku untuk menungging. Batangnya seperti sedang memilih, lubang manakan yang akan ia tusuk. Mataku membeliak merasakan batang andra menekan liang anusku dan JREBBB, tubuhku tersungkur disertai rasa pedih saat batang besar milik seorang laki-laki gemuk menjebol kerutan anusku dan batang panjang ituu terus menggali semakin dalam. Wajahku roboh ke atas water bed hingga dapat kudengar dengan jelas guncangan air di dalamnya.

“PLAKK BLUBB. BLUBB PLAKKK PLAKKK BLUBBBBLUBB”

Suara keras guncangan air berbaur dengan suara benturan selangkangan Andra dengan buah pantatku yang bersuara seperti sedang ditampar keras. Suara desahan dan rintihanku juga geraman gemas Andra turut menyemaraki suara batang gemuknya yang menyodok dengan kasar,

Cukup lama tubuhku yang berpeluh tersungkur-sungkur dalam posisi Doggy Style dan anusku terasa semakin panas bergesekan dengan batang Andra hingga akhirnya ia mencabut batangnya dari dalam liang anusku. Batangnya ganti menggesek-gesek belahan vaginaku, gerakannya mirip seperti sedang mengiris belahan vagina dengan menggunakan batang gemuknya yang panjang.

“hi hi, colokkk, Bleppppp, cabutttt..Pofffh, Jlebbb colok, pfffh cabut.”

dengan jahil kepala penis Andra mencolek-colek vagina Maya kemudian mencelupkannya terbenam sebatas leher penis dan dengan sekali sentakan Andra mencabut batangnya hingga terdengar seperti suara orang membuka tutup botol. Berkali-kali ia mempermainkan dan menggoda Maya dengan aksi colok – cabut.

“nnhhhh, hsssshhh, nnnnhhhh,jangan digituin Ndra, jangan digituin a-nnhhh ”

Andra dapat merasakan jantungnya sendiri berdetak dan berdebar dengan keras. Harum tubuh Maya dan aroma lendir di selangkangan Maya memacu libido si gemuk mendidih sepanas-panasnya. Suara rintihan dan desahan gadis itu seperti tengah mengundang laki-laki bertubuh besar itu untuk semakin rakus menikmati kehangatan tubuhnya. Andra menempelkan batang penisnya kembali pada vagina Maya, sambil menarik pinggul gadis itu ia mengamblaskan kepala penisnya. Celah sempit di selangkangan menggigit kuat-kuat kepala pelir Andra hingga ia menggeram merasakan nikmatnya belahan bibir vagina Maya yang mungil menggigit batang gemuknya. Rasa nikmat semakin terasa saat ia membenamkan batangnya lebih dalam menusuk liang kenikmatan Maya hingga akhirnya selangkangannya mendesak buah pantat gadis itu yang bulat dan padat.

“uhhh, uhhh seeeppp, he he he”

Andra semakin betah mendesakkan selangkangannya pada buah pantat Maya, selain rasa nikmat yang menggigit batangnya. Andra juga merasakan nikmat saat selangkangannya bergesekan dan mendesak buah pantat Maya yang halus dan padat kenyal, liang mungil Maya terasa menyedot saat Andra menarik batangnya. Setelah mencapat leher penis, Andra mencoba ngayunkan batangnya dengan kuat menerobos liang kenikmatan itu kembali namun Maya malah tersungkur ke depan dan batang besar Andra terpeleset dari jepitan belahan vagina gadis itu.

“,peffff pofffh, yiahhh, titit Andra kepeleset nih..,hemmm,btw gimana kalau kita maen 6-9 aja may, yukkk, pasti asoy deh….”

Andra membalikkan posisi tubuh dan mencubit kedua paha Maya agar mengangkang. Matanya melotot menatap tajam pada belahan vagina Maya, dengan cepat Andra menerkam vaginanya yang belepotan lender. Mulutnya mereguk lelehan cairan vagina yang harum dan lengket. Dengan gencar Andra mengecupi bibir vagina Maya, dilumatnya liang Maya yang terasa gurih dan lezat. Semakin hebat melumati vagina Maya, semakin keras terdengar suara desahan dan rintihan lirihnya yang membangkitkan birahi.

“eithhh, may ?? uhhh,i-iya may, betul begitu, terus may, emut titit Andra oughh..hisap may “

“sslllppphh sllllcckkk, mmn nyumm ammmmhhh, nyoottt nyotttt NYOTT..”

Andra terdiam menikmati sesuatu, ia merasakan jilatan jilatan lidah Maya yang mulai menari menjilati batang penisnya. Rupanya aksi Andra mulai membuat Maya terangsang hingga gadis itu menjilati batang penis si gemuk. Andra menggoyangkan pinggul ke kiri ke kanan karena geli kembali kembali asik menjilati belahan vagina Maya sementara Maya menjilat dan menghisapi batang penis Andra yang menggantung tepat di atas wajahnya yang imut menggemaskan, cukup lama mereka saling melumat dan menjilat kemaluan lawannya masing-masing hingga akhirnya Maya mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi, dan mulut andra menghisap Vaginanya dengan buas dan rakus.

“Nyrmmhh Hemmmm NYOOOOOOTTT..”

“crutt cruttt. Cruttt..”

“Mhummm, Glukk ceglukkk Glukkkk.., guriihhhhhh”

Andra menghisap dan menampung vairan vagina Maya di dalam mulutnya, mengulum cairan kemaluannya kemudian meneguk habis lendir yang kaya akan nutrisi itu sampai habis sementara batangnya masih cukup tangguh bertahan di dalam kuluman mulut Maya hingga akhirnya Maya menyerah dan melepaskan batang gemuk itu dari dalam mulutnya. Tampaknya pertarungan antara si gemuk dan si cantik berjalan tidak seimbang. Lelehan peluh yang mengucur menguras tenaga tubuh molek Maya yang menggeliat lemah dimana menambah gairah Andra dengan batang gemuknya yang semakin keras ereksi. Posisi pertarungan mulai berubah, dari arah belakang Andra merapatkan tubuh pada Maya yang sedang bersujud, kedua tangannya merengkuh tubuh mungil yang bersimbah keringat dan batangnya mencari kemudian mendesak vagina Maya dari arah belakang,

Wajah Maya terangkat ke atas dengan ekspresi yang renyah saat liang Vaginanya terasa sesak diiisi kembali oleh batang gemuk Andra yang panjang. Suara rintihan lirihnya terdengar menggairahkan saat batang Andra mendesak masuk semakin dalam, suara desah dan rintihan lirih Maya membuat Andra bergerak cepat penuh semangat menusukkan batangnya. Dengan teratur Andra menusuk-nusukkan batang penisnya yang membuat tubuh Maya terdesak oleh batang di selangkangan Andra yang bergerak maju mundur. Tubuh Maya menggeliat erotis saat buah dadanya diremas oleh Andra, ia mendesah keras disiksa oleh rasa nikmat yang berlebih.

“M-may enak mayy, Ouhh.., URRRHHH..”

“nnnhh Andraaaa.. Ohhh hsssshhh, adu-du-duhhhh ahhhh”

Andra menggeram keenakan merasakan empuknya buah dada Maya yang sedang diremas dan dielus olehnya. Sesekali jari jempol dan jari telunjuknya mencapit putting susu Maya dan memilinnya dengan lembut. Terkadang jari tengahnya masing-masing menekan-nekan dan memainkan kedua putting susunya yang mengeras dalam gerakan melingkar. Sementara batangnya bergerak mengocok semakin cepat saat merasakan Maya yang semakin gelisah.

“nnhhh crruttt cruttttt.. crutttt…ohhhhhh…..”

“oufffhh,,rupanya kamu crut-crut ya may hi hi hi..”

Andra memeluk tubuh Maya kuat-kuat merasa nikmat saat liang vagina Maya berkontraksi meremas-remas batangnya yang terbenam. Lendir kenikmatan Maya menyemprot dan memandikan batang gemuk Andra yang menggasak vaginanya. Tangan Andra menarik rambut Maya ke belakang hingga wajahnya yang cantik imut terangkat keatas kemudian batang lidah Andra menjilati lelehan peluh yang mengucur di leher dan rahang Maya dan batang besarnya terayun cepat lancar menyodok-nyodok vagina Maya yang berlendir. Banjirnya cairan vagina akibat mencapai puncak klimaks seolah menjadi bahan pelumas bagi batang besar Andra yang bergerak lancar menikmati liang mungil Maya yang berdecakan keras disodoki oleh batang kemaluannya.

“CLEPPP CLEPPP CLEPPP.. Pefffh PLAKK CEFFF PLAKKK…”

“nnhh ennngeeehhhh, An-Andrahhh, uhhhh, hhhhhhssshhh auuwww..kkhh” suara rintihan dan keluhan Maya terdengar keras saat gadis itu merasakan sodokan-sodokan batang yang semakin liar dan kasar menghentaki liang vaginanya sementara kedua tangan Andra mencengkram pinggulnya

Berkali-kali keperkasaan Andra menundukkan Maya yang berpeluh dan merintih kelelahan dan tiba-tiba mengerjat saat puncak klimaks menyerang vaginanya yang sesak ditancap oleh batang Andra.

“ouhhh, hss - ahh Andraaa, ANDRAAA Akhhhhh hsss Auhhhh…crrut cruttt, ouhhhh, Sudah and..drahhh, ooohhhhhhhh”

“nungging yang bener mayyy, nungginggg plakk plakkkk

“iya-iy-yah draaa…”

“hihhhh, BLESSSHHHH”

“OWWWWW… Arrrkkhhhh”

Andra menampari buah pantat Maya agar si pemilik mau berusaha terangkat pantatnya ke atas. Setelah posisinya dirasakan pas Andra menusuk keras belahan vagina Maya kemudian dengan sigap tangan kirinya mencekal dan menarik tungkai tangan kiri Maya ke belakang dan memacu dengan segala kekuatannya. Sungguh malang nasib Maya yang tersungkur-sungkur maju mundur dengan hanya pertumpu pada tangan kanan dan kedua lututnya yang gemetar lemas menahan serangan liar seorang joki gemuk yang menunggangi vaginanya dari arah belakang. Suara tumbukan alat kelamin terdengar keras dan berhenti sesaat saat Andra membalikkan tubuh Maya, dengan cepat dan bernafsu Andra menangkap pergelangan kaki Maya dan mengangkangkan kedua kakinya mengangkang ke atas. Terdengar suara erang dan rintihan Maya yang mulai serak saat batang Andra kembali menusuki liangnya yang becek.

“Bleessshhhhhh”

“JREBBB.. Heggghhhh akhhhhNDRA… OWW…, ahh ahhh”

“Pefffhh clepppp clepp bllluessshhh creppppphh clepppppphhh…”

Kedua Mata andra berbinar-binar melihat buah dada Maya yang terguncang akibat sodokan-sodokannya. Semakin kuat batangnya menyodok, semakin indah pula buah ranum di dada Maya terguncang –guncang yang diperindah dengan ekspresi wajahnya yang terlihat renyah dengan kedua matanya yang terpejam-pejam dan bibirnya yang berkali-kali nyengir saat batang Andra menghentak dengan kasar menusuk belahan vaginanya. Bagaikan seorang petarung yang hebat, Andra meraih kemenangan yang geMilang atas kemolekan dan kehangatan tubuh Maya sebelum akhirnya mereka berdua mengejang bersamaan.

“Engahhh ahhh crrutt srrrtt srrrrtttt…,ohhhhhhhhhhhhhhhh”

“OUWAHH Crrottt croottt crotttttt….Maaa..yaaaaaa”

Tubuh gemuk itu roboh menindih tubuh mungil yang termegap kehabisan nafas, peluh dan keringat mereka yang mengucur menjadi satu memandikan tubuh keduanya yang polos tanpa selembar benangpun menutupi tubuh mereka. Andra menggeser tubuh besarnya dari tubuh mungil yang menggeliat dibawah tubuhnya, sebuah senyum lebar tak pernah lepas menghiasi wajah Andra, tangannya mengusap kemudian meremas selangkangan Maya yang terkulai lemas.

###########################

End Of Holiday, hari kesepuluh, sepulang sekolah…

Aku duduk di kursiku dengan bibir meruncing tak kalah dengan runcingnya bibir Vivi, Reina dan Farida, ting tong, terdengar suara bel rumah yang ditekan oleh seseorang, dengan bergegas Farida membukakan pintu bagi tamu yang dating. Sebuah rapat rahasia diadakan dimarkas empat gadis cantik bersama-sama dengan korban-korban pak Dion cs untuk mencari solusi atas permasalahan yang ada, begini, begitu dll dsb, dst, akhirnya Vivi mengambil solusi yang tepat.

“hhmm, baiklah, begitu saja, kita tunggu keberhasilan Andra dan Pak Agung untuk memaksa Pak Dion Cs lengser dari kursi mereka…, setelah itu barulah kita jalankan rencana kita..”

“sepertinya sih serangan Andra dan Pak Agung dari tempat yang tersembunyi mulai kelihatan dampaknya, kemarin Pak Djono sampe salah rumus loh, entah rumusan apa yang ditulisnya di papan tulis, kayaknya ngajarnya ngak konsen…”

“eh iya, udah denger blum ?? kabarnya pak Dede berniat mengundurkan diri”

“Ah masa sihhh??”

“yeee, ketinggalan berita nih…, iya betul..”

“bagus-bagus, semakin cepat semakin baik, itu artinya Kita akan segera dapat merasakan segarnya udara kebebasan lagi, setuju…!!”

“SETUJUU….!!”

“ehh, koq pisang gorengnya ?? !!yah, tinggal combro ama gehu..MAYAAA ”

Aku menghentikan kunyahanku, dengan cepat Reina menyambar sepotong pisang goreng yang masih terisa ditanganku. Aku menepiskan tangannya yang hendak mencubit pinggangku dan melompat berlindung di balik tubuh Vivi. Dari belakang kupeluk pinggang Vivi yang berusaha melerai, dari balik punggung Vivi kucibirkan bibir ke arah Reina yang mendelik sambil mengunyah sepotong pisang goreeng hasil rampasannya, hap, hap, abis dah pisangnya. Hmmm gehu sama kecap cabainya boleh juga tuch, weks, ada penjaganya, Reina menghadangku, ihik ihikk…T_T.

“sini mayy…”

“Faaa kamu emang baik dehh…makacihhh.. he he he”

Aku melompat-lompat kecil kesenangan dan duduk di sebelah Farida sambil mencomot gehu di piringnya. Kucelupkan ke dalam kecap yang pedasnya bukan main, hosssh hossshhh, pedessss, airrrr…!!, aku berlari kecil membuka kulkas dan gluk gluk gluk gluk, kutenguk air dingin langsung dari botolnya. Hari demi hari yang berlalu menjadi minggu dan kemudian menjadi bulan dan satu demi satu guru bejat dan kepala sekolah itu mengundurkan diri karena tidak tahan lagi menghadapi terror dan tekanan berat yang mereka alami, sekarang saatnya kami bertindak.

##############################

Rabu Sore hari.

Sebuah mobil berhenti disebuah cafe, Andra turun terlebih dahulu disusul oleh pak Agung yang duduk di belakang kemudi. Sementara tanpa mereka sadari sebuah mobil turut berhenti, di dalamnya ada tujuh orang gadis cantik berkulit putih mulus yang tengah mengintai.

“nah, itu mereka, gimana Anita “paketnya” udah siap ?”

“udah …”

“tinggal nunggu pak Agung sama Andra menggigit umpan kita…”

“bagus, bagus..”

“ehhh, udah ditanyain blom lokasi x nya dimana ??”

“dijalan xxx, ntar kita tinggal tunggu aja di seberang jalan”

“btw paketnya safe kan ?? ”

“tenangg, nggak lama lagi dia bakal ikut bonyok-nya menetap di Australia, artinya safe banget buat kita”

“kenal dimana sih??”

“Di Fb, trus chat deh, curhatan, ia pernah mengalami nasib yang sama dengan kita, diperkosa di bawah pengaruh obat bius entah oleh siapa, makanya Mila bersedia membantu kita agar terlepas dari belenggu ini, malahan scenenya dan segalanya dia yang atur koq ”

“hmmm gitu yah,

Tak terasa menunggu sambil bergosip sang waktupun berlalu dengan cepat, Andra dan Pak Agung keluar dari cafĂ© itu bersama dengan seorang gadis cantik. Terlihat dari wajah sumringah Pak Agung dan Andra kalau mereka berdua sudah tidak sabar untuk segera melahap daun muda yang bersikap jinak-jinak merpati, dengan gairah yang meledak-ledak pak Agung dan Andra mengantarkan si gadis pulang. Dengan santai mereka bertiga mengobrol dan wajah si gadis merona merah saat pembicaraan mulai menyerempet sesuatu yang “nakal”. Dengan berani Andra pindah ke sebelah kiri dan Pak Agung pindah ke sebelah kanan gadis cantik itu.

“wahh, selain cantik kamu juga supel ya.. bapak suka itu..”

“Andra juga suka, ehh siapa tadi namanya..”

“Mila…”

“Ohh iya Mila nama yang bagus he he he, wahhh…halusnyaa”

“E-ehh, jangan gitu dong…”

“emang kenapa ?? kamu cantik sekali Mila, “

“sekali ngerasain disodok sama Andra kamu pasti ketagihan deh..”

“Jangan Ndra, jangan Pakkk, jangann, jangannn…TOlll Hmmmmmpppp”

Mila
Mila pura-pura menepiskan tangan Andra dan Pak Agung yang mulai merayap menjelajah dengan nakal mencoba menyetuh lekukan tubuh gadis itu yang meronta. Tangan kiri Andra memegangi tangan kanan Mila sedangkan tangan kanan Pak Agung memegangi tangan kirinya. Dengan sigap pak Agung membekap mulut Mila yang hendak berteriak dan menyeret tubuh moleknya ke dalam kamar. Kamera CCTV tersembunyi dengan model yang bentuknya mirip pewangi ruangan merekam setiap adegan panas yang terjadi. Setiap perlawanan Mila dipatahkan dengan sangat mudah oleh Andra dan Pak Agung dan akhirnya tubuh mulusnya yang telanjang bulat mengejang saat sebuah benda panjang gemuk milik Andra terselip di selangkangannya. Sementara pak Agung membekap mulut Mila yang tubuhnya terguncang oleh sodokan-sodokan Andra yang semakin cepat mengocoki liang vaginanya.

“yachhh, udah nggak perawan rupanya…”

Andra seperti kecewa namun tersenyum mesum sambil menghentak-entakkan batangnya dengan irama 4/4 yang kemudian mempercepat sodokan penisnya dengan irama ¾ yang membuat tubuh Mila menggelinjang. Melihat gelinjangan tubuh molek gadis itu Andra semakin konak dan mempercepat kocokan mautnya dengan irama 2/4. Kontan saja tubuh Mila terguncang hebat saat batang andra keluar masuk dengan cepat dan melenting ke atas saat Andra membenamkan batang panjangnya sedalam mungkin bersembunyi di dalam liang vagina Mila yang mungil.

“Hmm Mmmmhhh Mmmpphh Mmmmm…crrrutt cruttt crutttt”

Saat Mila mencapai puncak klimaks Pak Agung melonggarkan bekapannya, membiarkan gadis cantik itu termegap-megap dalam surga dunia yang membuat tubuhnya yang putih mulus terkulai lemah. Ia hanya dapat merintih merasakan sodokan-sodokan batang penis Andra yang kuat dan cepat, Mila nyengir menahan nikmat saat batang Andra kembali memaksa vaginanya menyemburkan cairan-cairan lengket yang harum.

“makin kecium wangi memeknya ya pak “

“Iya, harummm he he he, gantian Dra, bapak pengen nyoba.”

Mila memejamkan matanya saat batang pak Agung yang berurat menempel menggesek belahan bibir vaginanya. Sialnya batang pak Agung tidak langsung masuk malah menggoda belahan bibir vaginanya dengan colekan-colekan kepala penisnya yang nakal. Di saat yang tak terduga pak Agung menjebloskan batang besarnya hingga tubuh Mila mengerjat.

“ngehhh, ahhhh.. hssshhhh…Mhuummm..”

Andra menyumpal mulut Mila dengan batangnya, tangan Andra menjambaki rambut Mila yang hitam indah saat gadis itu mulai bekerja menghisap hisap batang kemaluan yang terbenam di dalam mulutnya. Tanpa merasa jijik Mila menjilati batang andra dan biji kemaluannya kemudian kembali mengulum kepala penis Andra. Dengan lemas Mila menungging di atas kedua tangan dan kakinya kemudian tubuhnya terdorong kedepan dengan kuat. Ia mengerang merasakan batang pak Agung hendak menembus paksa liang anusnya, seumur hidup Mila belum pernah merasakan dianal. Dengan cepat Andra meringkus Mila yang hendak berontak.

“arhhh, sakit pakkk SAKI..TTT ADUHH.. Awwwww..hhkk hkk”

“Hmmm, rupanya anus kamu masih perawan ya ??masih susah..

”JREBBB….”

“AOWWWWWW… Heeeenngggghhh”

Tangisan Mila membuat pak Agung semakin bersemangat membongkar paksa kerutan liang anus si gadis. Mata Mila mendelik dan bibirnya meruncing saat batang besar pak Agung semakin dalam menyula keperawanan duburnya, nafasnya tertahan dan buah dadanya turun dan jatuh tertekan pada ranjang. Mila mengerang dan mengeluh saat Pak Agung mengasah batangnya di dalam liang anusnya yang buah pantatnya terdesak oleh selangkangan si pemilik batang besar yang tengah menyodominya. Sesekali terdengar suara pekik kecil Mila saat batang itu menyentak kasar menyakiti liang duburnya dan mengerang keras saat batang pak Agung bergerak keluar masuk dengan teratur yang membuat anusnya terasa panas dan pedih. Setelah puas menyodomi Mila, pak Agung menarik pinggul Mila sambil merebahkan punggung ke belakang. Andra yang sudah hafal langsung menangkap dan mengangkangkan kedua kaki sigadis selebar-lebarnya dan Jrebbb. Kini Mila disandwich oleh Andra dan pa Agung. Rasa sakit di anus yang berbaur dengan rasa nikmat d ivagina yang membuat perasaan Mila campur aduk, liang vaginanya terasa sesak digenjot oleh batang Andra sementara batang pak Agung bergerak dengan lebih lembut, terkadang batang itu bergerak sama liarnya, terkadang juga penis andra bergerak lembut dan batang pak Agung melesat – lesat dengan kasar. Hampir dua jam Mila disandwich oleh dua orang laki-laki yang baru dikenalnya dan juga berkali-kali tubuhnya yang putih mulus mengejang nikmat merasakan puncak klimaks hingga akhirnya terdengar keluhan keras dari mulut ketiganya yang roboh menggelepar saat alat kelamin masing masing menyemburkan lendir-lendir licin berwarna putih pekat.

Beberapa lama kemudian Mila terbangun, ia tersenyum dan berusaha untuk duduk di atas ranjang, ia meringis merasakan sakit pada anusnya. Sementara pak Agung dan Andra sudah tidak nampak lagi batang hidungnya, dengan berjingjit menahan pedih Mila menuju kamar mandi. Tak berapa lama terdengar suara shower yang membasuh tubuhnya.

“tok tok tok..”

Seorang gadis dengan rambut yang tampak basah seperti habis keramas mengetuk jendela mobil yang sedang parkir di seberang jalan. Mila tersenyum dikulum penuh arti saat menyerahkan rekaman pertarungan seru di rumah kontrakannya. Anita tersenyum sambil menukar rekaman di tangan Mila dengan sebuah amplop putih.

“ini, sesuai dengan perjanjian kita.., makasih banget ya..”

“sama-sama.. ^_^.., thaaaa…Veily, Anita…”

“thaa Milaa, sekali lagi , makasih yaaa…^_^, tha thaaaa “

“Thaaaa…”

##################################

The Base…

Dengan senyum menghiasi wajah, Reina memback-up rekaman panas itu ke dalam sebuah piringan DVD. Melalui koneksi kabel data dan bluetooth rekamanpun pindah bergantian ke hape masing-masing, kini 4 gadis cantik + korban pak Dion cs mempunyai rekaman panas itu, sebuah sms nakal masuk ke hape Vivi.

“Vii, Andra pengen ngenyot susu kamu yang gede lagi nihh, ditunggu tar senin yak, jangan lupa ajakin Rei, Farida ama Maya, soalnya pak Agung juga rencananya mo bawa Anita, Veil, ira Dkk, biar rame ah-eh-oh nya he he”

“brengsek“vivi mengumpat kesal membaca sms dari Andra

“Sabar Vii, Sabarrrr, kalau gunungnya sampe meletus gimana hayo…KABOOOMM” kuelus gunung besar nya yang bergerak naik turun.

“Mayaaa…!!c-tutttt”

“Auwwww @_@, sakit Vii…”

“Biar.., rasainn…!!”

“T_T”

#######################################

end of slavery

Andra senyum sambil melangkah dengan lebih cepat demikian juga halnya dengan pak Agung, sesuatu menyesaki celana dalam mereka. Aula olah raga indoor telah terpilih menjadi arena untuk melampiaskan nafsu binatang mereka yang tersenyum lebar mengembang dan sinar mata yang berbinar menyorot kesana kemari

“Eittt tunggu dulu, kabarnya bapak sama Andra dicari sama seseorang loh”

“hahh? sama sapa, sama fan bapak kali yahh he he he”Pak Agung cengengesan

“kalau Andra ada yang nyari ngak ya Rei ??”

“adaaaaa, malahan diface book sudah tersebar lohh, kalau nggak salah oleh seorang gadis bernamaaaa Mila..!!”

“yuppp, anak pejabat…, dan ayahnya marah besar saat mengetahui anak gadisnya yang semata wayang diperkosa oleh dua orang bejat melalui rekaman cctv!! dan ini photonya sebelum gadis itu diperkosa saat di rumah bersama dua orang itu, memang tidak begitu jelas gambarnya tapi itu tidak penting. Segalanya pasti jelas kalau Mila sudah bertemu muka dengan kalian berdua di kantor polisi”seketika wajah Andra dan Pak Agung pucat saat mendengar ancaman yang saling menyambung dari sekelompok gadis cantik yang kini lebih berani dalam aliansi yang kuat.

“gimana Ndra?? masih mau?? hemmmm” Vivi menantang Andra yang tertunduk

“udah nggak usah banyak omong dah, kita serahkan saja pelakunya kepada pihak yang berwenang”

“Aduhh, jangan viii, jangan donggg…”

“masa sih kalian setega itu sama bapak, jangan dong, jangannnn”

“Ira, cepat telepon kantor polisi , biar mereka berdua dijemput saat ini juga”

“beres mayyyyy…, “

“Ampun , Ira, jangan, tobatttt…, Mayaaa ampuuunnnn”

Cukup lama Andra dan Pak Agung memohon-mohon, keringat dingin mengucur membasahi dahi dan punggung mereka berdua yang tidak menyangka kalau situasinya akan tiba-tiba berbalik menjadi seperti ini. Kini mereka tidak ubahnya bagaikan binatang buas yang terkurung di dalam sangkar perbuatan mereka sendiri.

“Huuu, udah terdesak aja baru mau tobat..!!, pokoknya mulai sekarang awas aja kalau kalian berdua berani berbuat macam-macam lagi mengerti…!!”

“sekarang tugas kalian beliin makan siang, cepatt, udah pada laper nihh…”

“i-iya Vi, iya…”

Tanpa berani banyak membantah pak Agung dan Andra membelikan makan siang pesanan 4 gadis cantik dan pasukan aliansi berwajah cantik dan bertubuh putih mulus yang kini memegang kendali atas kedua binatang buas itu. Senyum kemenangan menghiasi wajah-wajah cantik jelita yang kini kembali menghirup udara kebebasan dengan leluasa.

################################

Here I’m Y ^_^ Y

Aku duduk dengan santai di kursi panjang di depan kelas. Kurangkaikan kata demi kata di dalam buku harianku. Lagi asik-asiknya, tiba-tiba kurasakan angin yang menyambar dari arah kiri. Dengan cepat kutarik buku harianku dan kututup rapat.

“he he he ngak kena yeeeee…” kucibirkan bibirku pada Reina yang tampak kesal karena tidak berhasil merampas buku harianku.

“lagi nulis apaan sih, serius amat…” Farida duduk disamping dan bertanya dengan tatapan menyelidik.

“ada dehhh”buru-buru kumasukkan buku harianku kedalam tas.

“hmmm, gimana kalau kita ambil buku hariannya Maya, lumayan kan nggak usah nyewa novel he he he”

“wahhh boleh juga tuch, jadi pengen tau selama ini si Maya nulis apa aja he he”

“YEEE NGAK BOLEH DONG RAHASIAA, E-ehh mo pada ngapain nihh?”

Vivi mendekati dengan senyum jahatnya, mendadak Reina dan Farida tersenyum senyum jahat, bersanding dikanan dan kiri Vivi si susu bongsor, mereka mencoba mengurung dan meringkusku.

“Tangkepppp,”

“Yiaahhh lolos “

“weksssss ? larinya cepet amat…!!”

“KEJARRRRRR……!!”

“MAYAAA, b’rentiiiiii “

“HUAAAAAAaaaaAAAAA….”

Aku berlari pontang panting ketakutan, di belakangku terdengar suara Vivi, Farida dan Reina yang mengejar membuat gaduh dan berteriak kesal karena tidak sanggup mengejarku yang lari terbirit-birit.
Diary

Di dalamnya teruntai kata-kata yang sangat berarti bagi pemiliknya

Di dalamnya tersimpan juga kenangan perjalanan hidup pemiliknya

Di dalamnya mungkin juga tersimpan khayalan liar dari pemiliknya

NYATA ataukah KHAYALAN semata ??

FANTASI LIAR ataukah KISAH HIDUPKU ??

Biarlah Semuanya tetap menjadi rahasia yang tersimpan dengan rapi

Di dalam Buku Harianku

Maya & Friend – School Girl’s Diary
====END===










Copyright © 2015 CERITA DEWASA Design by bokep - All Rights Reserved