“nah, itu, Pak, villanya di depan..”.
“yang itu, non ?”, tanya Malih sambil menunjuk ke sebuah villa yang cukup megah.
“iya, Pak”. Mobil Riri berhenti di depan gerbang villa.
“kayaknya di kunci, non ?”.
“ini, Pak kuncinya…”.
“lho ? katanya ini villa temennya non Riri ? kok non Riri punya kuncinya ?”.
“iyaa, namanya juga temen akrab..jadi Riri dikasih kunci duplikatnya deh..”.
“yaudah, sini non kuncinya…”. Malih membuka gerbang dan kembali masuk
ke dalam mobil. Perlahan, Malih mengendarai mobil masuk ke dalam. Sudah
ada 3 mobil yang terparkir.
“Pak Malih tunggu di sini sebentar yaa..”, ujar Riri sambil cipika
cipiki ke Malih. Dari dalam mobil, Malih memandangi Riri yang berjalan
ke pintu depan villa. Malih menggeleng-gelengkan kepalanya, nasibnya
benar-benar berubah 180 derajat. Tak pernah terbayangkan, di umurnya
yang sudah lanjut malah bisa kenal dengan cewek cantik seperti Riri,
bahkan bisa digauli seperti istri sendiri.
“tok ! tok !”.
“eh Riri..akhirnya dateng juga lo…”. Lina pun mengajak Riri masuk ke dalam.
“mana si Intan ama Moniq ?”.
“lagi beli makanan di luar..”.
“oh…Lin, gue bawa seseorang nih..boleh di ajak masuk nggak ?”.
“siapa ?”.
“itu..bapak yang gue repotin..”.
“oh si bapak tukang sampah ?”.
“iyaa, tapi sekarang dia udah jadi supir gue..abisnya kasihan gue…”.
“kasihan kenapa ?”.
“ya kasihan, tinggal di gubuk sendirian..”.
“emang dia nggak punya istri ?”.
“istrinya udah meninggal 3 tahun lalu..kasihan…yaudah gue jadiin dia supir terus gue ajak tinggal di rumah gue deh..”.
“terus jangan-jangan lo ama bapak itu…?”.
“iyaa..hehe..”, jawab Riri tersenyum.
“berarti tiap hari dong lo begituan sama bapak itu ?”.
“iyaa..hehe..”.
“terus sekarang dia ada di luar ?”.
“iya..di dalem mobil gue..”.
“yaudah, gue yang panggilin deh..”. Lina sempat keluar tapi masuk lagi.
“namanya siapa, Ri ?”.
“Pak Malih”.
“ok !”.
“tok tok tok !!”, Malih agak kaget ketika ada seseorang yang mengetuk kaca jendela mobil.
“iya, ada apa ?”. Malih terbengong saat melihat seorang gadis cantik yang mengetuk kaca mobil.
“Bapak, Pak Malih kan ?”.
“sebentar, neng..”. Merasa tak sopan, Malih keluar dari mobil. Malih
agak terkejut saat bisa melihat gadis cantik yang mengetok kaca jendela
mobil. Jelas, dari kepala hingga kaki. Terkejut karena dia hanya memakai
tanktop untuk bagian atasnya dan hotpants mini untuk menutupi bagian
bawah tubuhnya. Gila, pahanya putih mulus banget, ucap Malih dalam hati.
“kenalin, nama saya Lina..”.
“saya Malih..kok eneng bisa tau nama saya ?”.
“saya temennya Riri..saya yang punya villa ini…”.
“jadi villa ini punya eneng ?”.
“iyaa, Pak..emangnya kenapa ?”.
“nggak, neng…villanya bagus banget..”.
“hehe..makasih, Pak..oh iya, Pak…kita ngobrolnya di dalem ajaa yuuk..”.
“ah nggak usah, neng…saya di sini aja…”, Malih merasa tidak enak.
“ya ampun, Pak..santai aja…ayuuk..”.
“i..iya deh, neng…”. Setelah mengunci mobil, Malih pun mengikuti Lina
dari belakang. Malih menelan ludahnya sendiri melihat Lina dari
belakang. Tubuh Lina benar-benar indah, lekuk-lekuk tubuhnya sangat
sempurna, mungkin ini yang namanya body gitar Spanyol, pikir Malih.
Kulitnya pun begitu putih, halus, mulus, tak ada cacat sedikit pun.
Ingin sekali menggenggam dan meremasi pantat yang montok itu, pikiran
yang ada di benak Malih. Kedua bola matanya tak pernah teralihkan dari
bongkahan pantat Lina yang ada di depannya.
“mari masuk, Pak”. Malih membuka sepatunya sebelum masuk ke dalam. Malih terkesima dengan bagian dalam villa.
“Pak Malih !! sini, bengong aja…”, panggil Riri yang sedang duduk di
depan tv. Malih duduk di samping Riri, tiba-tiba Riri langsung
merebahkan kepalanya ke pangkuan Malih seperti seorang istri yang ingin
menghabiskan waktu bersama suaminya di depan televisi. Malih merasa tak
enak dengan adanya orang lain, Lina. Malih sih enak-enak saja, tapi
Malih malah mengkhawatirkan Riri yang nanti di anggap cewek murahan oleh
sahabatnya, Lina.
“non Riri…wcnya dimana ?”.
“disana, Pak”, tunjuk Riri sambil mengangkat kepalanya dari pangkuan Malih.
“bentar ya non..”. Riri tersenyum.
“eh, Pak Malih, mau ke mana ?”, tanya Lina yang berpapasan dengan Malih.
“mau ke kamar kecil, neng”.
“oh, di sana Pak, yang di ujung sana..”.
“iya, neng, makasih..”. Malih menggeleng-gelengkan kepala sambil
menuju ke kamar mandi. Dia mengeluarkan ‘junior’nya dari dalam
celananya. Kejantanannya sudah semi ereksi.
“huft…”. Malih melepaskan ‘tensi’ dari fantasinya. Tentu saja ia
berfantasi. Melihat 2 orang gadis muda yang cantik dan aduhai seperti
Riri dan Lina dalam 1 rumah pastilah membuat semua pria berimajinasi
yang tidak-tidak. Apalagi Riri memang sudah biasa disenggamainya. Muncul
fantasi di otak Malih. Mulai dari 3some dengan 2 gadis cantik itu
sampai membayangkan Riri dan Lina beradegan lesbian. Semakin mengeras
alat kelamin Malih itu. Usai menyiram toilet, Malih keluar kamar mandi.
Kenapa suasananya lebih berisik dari sebelumnya. Malih langsung diam dan
terbengong-bengong melihat 2 orang baru yang sedang ketawa-ketawa
dengan Riri.
“Pak Malih, sini !”, teriak Lina. Melihat ada 4 orang sosok wanita di
depan tv, Malih benar-benar merasa minder, namun tetap mendekat, dia
penasaran juga dengan 2 orang baru itu. Ingin melihat mukanya.
“ini, Pak, kenalin, ini teman-temannya Riri..”. Riri menarik tangan Malih.
“saya Intan, Pak…”, Intan memperkenalkan diri sambil tersenyum.
“kalau aku, Moniiq…”.
“saya Ma..lih…”. Pria tua itu merasa grogi dikelilingi 4 gadis cantik
yang masih muda-muda. Bukan grogi dalam arti sebenarnya, tapi grogi
karena takut Lina, Moniq, atau Intan menyadari ada tonjolan yang semakin
membesar di celananya. Serasa seperti berada dalam surga, 1 rumah
dengan 4 orang ABG cantik.
“ayo, Pak, sini nonton bareng kita-kita”, ajak Intan yang ikut duduk lesehan di karpet bersama Lina.
“makasih, non…saya di luar aja…”. Malih harus benar-benar keluar dari
dalam rumah. Tonjolan yang nampak di celananya sudah terlalu besar
untuk bisa disembunyikan dari keempat ABG cantik itu, termasuk Riri
karena Malih takut Riri cemburu.
“haah ! untung nggak ketauan !”, ucap Malih lepas setelah duduk di
bangku teras. Malih tak habis pikir, dia bisa berkenalan dengan 3 orang
gadis muda yang tak kalah cantik dari Riri. Bisa bersama Riri saja,
Malih sudah merasa begitu beruntung, sekarang dia bisa berkenalan dengan
Lina, Moniq, dan Intan yang juga berwajah cantik dan manis. Tak lama
kemudian, Riri muncul.
“Pak Malih kenapa ?”, tanya Riri lembut dan duduk di pangkuan Malih, berhadap-hadapan.
“ng..nggak kenapa-kenapa, non..”.
“kalau nggak kenapa-kenapa, kok Pak Malih keluar ?”, tanya Riri
begitu mesra sambil mengalungkan kedua tangannya ke leher Malih. Sama
sekali tak terlihat seperti majikan dan supirnya.
“Pak Malih lagi mau nyari angin segar aja, non..”, elak Malih, tapi tangannya memegang pinggang Riri.
“mm…”, Riri merasakan ada yang menyundul-nyundul tepat di belahan
vaginanya yang masih tertutup cd dan hotpants. Aroma tubuh Riri
benar-benar sangat memancing nafsu Malih. Malih sudah tak bisa menahan
nafsunya lagi.
Kedua tangannya langsung menyusup ke dalam kaos Riri, terus mendaki ke atas dan berhenti tepat di gundukan kembar yang kenyal.
“hemmmmhh”. Riri meresapi genggaman dan remasan Malih pada payudaranya sambil menggerakkan pantatnya maju-mundur.
“Pak…kita ke kamar yuk..”, bisik Riri ke telinga Malih dengan suara
yang sensual. Riri mengecup bibir Malih sebelum turun dari pangkuan
Malih. Sebuah sinyal yang sangat jelas, Riri mengajak Malih untuk
bercinta. Tapi Malih malah berpikir-pikir terlebih dahulu. Kalau dia
bersenggama dengan Riri, pasti Lina, Moniq, dan Intan akan mendengar
mereka. Apa non Riri stres ?, pikir Malih. Wajar jika Malih berpikir
seperti itu. Mana ada seorang gadis muda secantik Riri tak malu ketahuan
teman-temannya sedang bersenggama dengan supirnya sendiri. Tapi
nafsulah yang menang. Kemauan si otong milik Malih susah untuk dilawan.
‘Otong’ Malih itu rasanya sudah tak sabar ingin mengobrak-abrik dan
memberi pelajaran pada Riri, si gadis cantik yang sudah berani
mengundang nafsu birahinya.
Riri
Malih langsung masuk ke dalam rumah tapi tidak tahu Riri ada di mana.
Mau bertanya ke Lina dan Intan yang sedang serius menonton film dvd
tentu Malih enggan. Enggan karena takut ditanya “ada apa nyari Riri”.
“Pak Malih kenapa ?”, tanya Moniq yang tiba-tiba muncul dari arah dapur.
“ah..ng..nggak, neng Moniq…”
“kalau gitu, nonton bareng Moniq yuuk, sama Lina, sama Intan juga. ayuu, Pak ?”.
“nggak usah, neng..saya lagi nyari non Riri..”, jawab Malih terpaksa.
Daripada sama 3 gadis cantik yang bisa memancing nafsu tapi tak bisa
melampiaskan nafsu, mendingan sama Riri, cantik dan bisa melampiaskan
nafsu padanya, pikir Malih.
“emang kenapa, Pak. nyari Riri ?”.
“i..ini, neng…”, Malih gagap seketika, pertanyaan menakutkan itu
akhirnya harus dihadapinya. Tak mungkin dia menjawab “pengen ngentot
sama non Riri”. Malih gelagapan, otaknya sedang bekerja keras mencari
alasan. Ide cemerlang langsung mencuat ke pikirannya saat merogoh
kantong celananya dan menemukan jam.
“ini, neng, saya disuruh ambil jamnya. tadi ketinggalan di mobil”.
“oh, yaudah Pak Malih naik ke atas aja, terus ke kamar paling ujung, biasanya sih Riri milih kamarnya yang paling ujung..”.
“oh iya, neng Moniq. makasih, kalau gitu saya permisi dulu..mari..”.
“iya, Pak. sama-sama..”. Langkah Malih cepat menaiki tangga dan menuju kamar paling ujung.
“tok ! tok ! tok ! non Riri…”, panggil Malih pelan.
“sebentar, Pak !”, jawaban dari dalam kamar. Wajah Malih langsung
sumringah ketika pintu kamar terbuka. Riri membukakan pintu kamar tanpa
mengenakan busana. Tubuh mulusnya terpampang jelas di depan Malih.
Payudara bulatnya dan daerah V Riri yang polos, tanpa bulu kemaluan.
“non…”. Malih langsung mendekap Riri sambil berjalan masuk ke dalam kamar.
“aah..Pak Malih…bentar dong…”, desah Riri manja.
“kenapa, non ?”.
“Riri mau mandi dulu..biar seger..”.
“oh iya, non..Pak Malih tunggu deh..hehe..”. Malih duduk di tepi
ranjang memperhatikan ABG itu berjalan ke pintu kamar mandi. Tapi, Riri
berhenti di depan pintu dan menengok ke belakang, sepertinya sengaja
ingin menggoda Malih.
Malih tahu ABG cantik itu sedang ‘memancing’ dirinya, dia langsung
mendekap Riri yang sudah telanjang bulat dari belakang. Meremasi
payudara Riri.
“Pak Malih..”, lirih Riri dengan nada manja. Riri tahu benar kalau
pria tua itu sedang menginginkan tubuhnya. Dan dia pun juga sedang ingin
bermesraan dengan supirnya itu. Malih menciumi tengkuk leher dan pundak
Riri. Tangannya pun melingkar di pinggang Riri.
“emmmm…”, gumam Riri. Sungguh tubuh yang indah dan harum. Tubuh putih
mulus dari seorang gadis muda berparas cantik seperti Riri tentu akan
memancing hawa nafsu pria manapun. Tapi, tak sembarang pria bisa
menyentuhnya, hanya satu pria beruntung, yaitu Malih. Pria tua itu bisa
meletakkan tangannya di tubuh indah itu, mendekapnya, bahkan bisa
mendapatkan kehangatan dari tubuh menggiurkan tersebut. Gadis cantik
yang sudah telanjang bulat yang sedang dipeluk Malih memang majikannya,
namun tak ayal mereka adalah sepasang kekasih yang saling memuja satu
sama lain. Itu semua karena Riri telah memutuskan kalau tubuhnya
sepenuhnya milik Malih seolah dia sudah menjadi istri pria tua itu.
Tapi memang begitulah keadaan bidadari dan pria tua. Riri tak pernah
berkata tidak jika Malih sedang ingin menggumulinya. Dia selalu siap
melayani nafsu Malih kapanpun.
“Pak Malih belum mandi kan ?”, ujar Riri.
“belum non…”.
“mandi bareng yuk ?”.
“ayok ayok !”, jawab Malih penuh semangat. Riri menarik tangan Malih.
Gadis cantik itu sudah telanjang bulat sementara Malih masih berpakaian
lengkap. Riri dan Malih sudah sering mandi bersama, tak heran kalau
mereka berdua tak canggung lagi. Seakan tak ada jurang umur antara
seorang gadis muda dan pria tua. Mereka layaknya suami istri yang akan
mandi bersama.
“mmmhhh emmm”. Malih langsung memeluk Riri dan melumat bibirnya
habis-habisan. Malih gemas sekali dengan gadis cantik yang sudah
telanjang bulat di depannya itu. Tak pernah terbayangkan oleh Malih, dia
bisa mencumbu gadis muda yang sangat cantik seperti Riri. Sebelum
bertemu Riri, Malih tak bisa melampiaskan nafsunya karena istrinya sudah
meninggal. Tapi, sekarang lihat saja, pria tua itu tengah asik memeluk
dan mencumbu gadis muda berparas cantik dan berkulit putih mulus yang
sudah tak mengenakan apapun.
“pok pok pok !!”. Malih menabuh-nabuh kedua bongkahan pantat Riri.
Terbentuk benang air liur di antara mulut mereka berdua saat mereka
menyudahi ciuman mereka. Usai ciuman, mereka berdua saling menjilati
wajah. Riri tersenyum setelah wajahnya basah kuyup dengan air liur
Malih, begitu juga sebaliknya Malih. Biasanya, cowok yang menelanjangi
cewek, tapi ini kebalikannya, malah Riri yang menelanjangi Malih. Riri
tersenyum sambil terus melucuti pakaian Malih.
“kenapa, non ?”.
“ah, nggak, Pak..”. Riri sebenarnya teringat saat dia masih SMP dulu,
saat kakek tirinya masih hidup. Riri dan kakeknya tak pernah melewatkan
mandi bersama biarpun cuma sekali. Mandi pagi maupun mandi sore, Riri
selalu mandi bersama kakeknya. Kadang kakeknya yang sudah telanjang
duluan dan menelanjangi Riri di kamar mandi, tapi lebih sering lagi,
Riri yang sudah telanjang duluan, dan mengajak kakeknya mandi bersama.
Dia dan kakeknya begitu leluasa menjalani hubungan terlarang itu.
Semua itu karena orang tuanya yang sibuk. Bahkan, setiap pulang
sekolah, Riri selalu langsung masuk ke dalam kamar kakeknya dan langsung
bertelanjang ria yang biasanya dilanjutkan dengan persetubuhan yang
panas. Begitu leluasa tangan Malih menggerayangi tubuh Riri. Riri pun
mendesis dan mendesah dengan manja saat supirnya yang sudah tua itu
mengelus-elus daerah pribadi miliknya. Daerah yang seharusnya hanya bisa
disentuh olehnya dan calon suaminya saja, tapi lihat saja sekarang,
seorang pria tua kurus sedang menggerayangi daerah itu.
“emmhh mmmhh”, lirih Riri lembut saat vaginanya mulai dikobel-kobel
Malih. ABG cantik itu juga mulai menggerayangi dan mengocok kemaluan
‘lawan’nya. Kedua insan yang sudah bugil itu terlihat begitu kontras. Si
pria, tua, jelek, hitam, kurus, dan keriput sementara si wanita, muda,
cantik, putih mulus, dan tubuhnya kencang dan padat berisi, pemandangan
aneh yang justru begitu sensual dan erotis bagi siapa saja yang
melihatnya.
Keduanya asik saling menggoda satu sama lain dengan saling memainkan
alat kelamin. Malih dengan semangatnya, mengobel-ngobel liang kewanitaan
Riri, sementara Riri mengelus-elus batang kejantanan Malih dengan halus
sambil mendesah keenakan. Malih tak mau berhenti merangsang ABG cantik
yang ada di depannya itu. Sambil terus mengorek-ngorek kemaluan Riri
dengan tangan kirinya, Malih mencumbui sekujur batang leher Riri dan
juga mengilik-ngilik lubang pantat ABG cantik itu dengan 2 jari tangan
kirinya. Setiap hari Malih bisa menikmati tubuh indah itu sendirian
saja, tak heran kalau Malih merasa berkuasa atas tubuh si gadis tomboi
namun cantik dan semok itu.
“cllk cllkk”, semakin becek liang kewanitaan Riri.
“emmmhhh !!”, Riri mendekap Malih erat, tubuhnya menegang, cairan
mengucur dari celah sempitnya dan membasahi tangan Malih. Riri mengatur
nafasnya sambil tersenyum ke Malih. Meski sudah berkali-kali mereka
bersenggama, Malih masih tetap tak percaya kalau ada gadis muda yang
begitu cantik seperti Riri mau melayani nafsunya.
Ah sungguh beruntung dirinya. Dengan perlahan, Riri jongkok.
“emmm”. Riri mengelus-eluskan batang kejantanan Malih ke pipinya
sendiri. Gadis cantik itu terlihat begitu ‘menyayangi’ kemaluan Malih,
bagai anak kecil yang sedang bermanjaan dengan marmut peliharaannya.
“ccpphh cupphhh”. Riri mulai mengecupi batang kebanggaan milik Malih.
“hmm enaaakkhh…ccpphhh ccpphh”, lirih Riri di sela-sela kecupan-kecupannya pada penis Malih.
“non suka yaa ?”, goda Malih.
“suka…bangeeetthh…”, lirih Riri sebelum mulai menjilati batang
kejantanan Malih. Lidah Riri menjelajahi selangkangan Malih tanpa
terkecuali. Gadis cantik itu begitu menikmatinya.
“oohh enaak noonnhhh”, Malih merem melek merasakan nikmatnya jilatan-jilatan majikannya itu.
Lidah Riri sudah sangat terampil menyapu selangkangan pria tua itu
karena memang sudah puluhan kali Riri mengulum benda tumpul milik Malih.
Lagipula, Riri memang ketagihan mengulum kejantanan supirnya itu.
“ccphh cpphh”. Tangan kiri Riri mengurut-urut batang penis Malih,
tangan kanannya memijati kantung buah pelir Malih, dan mulut Riri sibuk
mengecupi dan mengemuti topi baja Malih.
“emmmhhh aahhh”, Malih merinding keenakan, lubang kencingnya sedang
dikilik-kilik oleh lidah Riri. Benar-benar ‘service’ sepenuh hati dari
seorang gadis muda dan cantik. Benar-benar sungguh nikmat, Malih pun
membelai kepala Riri untuk memuji kelihaian lidahnya. Riri tersenyum
sambil terus mengulum kemaluan Malih. Sesekali, Riri membenamkan
wajahnya di selangkangan Malih seakan ingin menunjukkan kalau dia merasa
nyaman di selangkangan pria tua itu. Malih tak berani menghentikan
kegiatan Riri karena dia kelihatan begitu asik dan sangat menikmatinya,
padahal Malih sudah ingin menyarangkan penisnya ke dalam liang
kewanitaan Riri yang sudah pasti hangat dan rapat.
Riri memberikan kecupan terakhir pada batang Malih, benda yang
menjadi ‘temannya’ di rumah sehari-hari. Rasanya sudah cukup membasahi
selangkangan supirnya. Riri kembali berdiri sambil tersenyum. Dia
menghadap ke dinding dan merentangkan tangan serta kakinya seperti
penjahat yang akan diperiksa polisi.
“Pak…”, lirih Riri dengan tatapan menggodanya, memanggil Malih.
Posisi Riri yang sudah siap untuk ‘diperiksa’ benar-benar sangat
mengundang nafsu birahi. Tentu Malih langsung maju dan menancapkan
‘jarum sakti’nya ke dalam lembah kenikmatan milik Riri sampai
benar-benar masuk seluruhnya.
“aaahhhh !!”, pekik Riri saat benda tumpul yang besar dan keras itu
menyeruak masuk secara kasar ke dalam liang kewanitaannya tanpa permisi
terlebih dulu.
“sekarang giliran Bapak yang bersihin memek non Riri…”, bisik Malih
dengan kedua tangannya sudah mencengkram kedua buah payudara Riri.
“iyaa, Pak…sikat sampehh bersiiihh…”, lirih Riri dengan suara ‘basah’, khas wanita yang sedang terangsang berat.
“beress non hemmngghhh !!”, Malih menarik penisnya lalu mendorong kencang sampai tubuh Riri terdorong ke tembok.
“awwwhhh !!”.
“plookk plokk plookk plaakhh ! plaakkhh !!”, sesekali Malih menampari kedua bongkahan pantat Riri yang sekal itu.
“owwhh yeesshh !! aahhh teeruusshhh Paaakkhhh !!”, Riri menggoyang-goyangkan pantatnya dengan liar.
“aawwhhh !!”, jerit Riri kecil saat rambutnya dijambak dari belakang.
Dulu Riri tak mengerti kenapa Moniq malah suka kalau dikasari oleh pria
yang menyenggamainya, namun akhirnya Riri mengerti apa yang dirasakan
Moniq. Perlakuan kasar yang sering didapatkan Riri dari Malih saat
berhubungan intim malah melecut gairahnya dan membuat pergumulan semakin
hot. Secara teknis, bolehlah Riri adalah majikan Malih, orang yang
menggaji Malih dan bisa menyuruh-nyuruhnya, namun untuk urusan sex,
Malih lah yang berkuasa. Dengan ‘tongkat kuasa’nya itu, Malih bisa
merajai tubuh indah Riri. Bisa menyenggamai, menyetubuhi, mengintimi,
menggagahi, atau lebih tepatnya mempecundangi Riri setiap hari.
Apapun sebutannya, yang pasti, Malih adalah rajanya, sedangkan Riri
adalah budaknya. Selalu melayani Malih di atas ranjang, tentu Riri
seperti budak Malih, budak seks pria tua itu. Sejak bersama Malih, Riri
merasa semua sifat 3 temannya sekarang dimilikinya. Selain merasa
semakin disiksa semakin bergairah, sifat milik Moniq. Riri juga merasa
lebih agresif dan lebih ketagihan sex, sama seperti Lina. Dan terakhir,
Riri kini semakin gemar tak mengenakan apapun jika di dalam rumah.
Awalnya, Riri hanya berniat untuk menggoda Malih saja, tapi lama
kelamaan, Riri merasa begitu bebas dan lepas saat tak mengenakan apapun.
Lagipula, dengan ia selalu bertelanjang ria, Malih bisa mengakses
tubuhnya lebih mudah. Riri tak pernah menyesal hidup bersama Malih.
Meski kini ia jadi ‘paket’ lengkap dari sifat seorang gadis nakal, namun
ia merasa kakek tirinya hidup kembali. Riri merasa mendapatkan kembali
kasih sayang kakek tirinya yang ia rindukan dari Malih.
Dengan leluasa, tangan Malih menggerayangi kedua susu Riri dan
memilin-milin kedua putingnya bagai mainan empuk saja. Malih juga bisa
seenaknya mencelup-celupkan penisnya ke 2 lubang Riri yang memang
tersedia untuknya.
“mmmhhh ccpphh ccmmhhh”. Malih tengah asik menggenjot sambil mencumbu
ABG cantik itu dari belakang. Puas menyodomi majikannya yang cantik itu
dari belakang, Malih mencabut penisnya dan membalikkan tubuh Riri.
“hhh..hhh”, kedua gumpalan daging kembar Riri bergerak naik turun
seirama dengan nafasnya yang cukup tersengal-sengal karena telah orgasme
saat digenjot dari belakang tadi.
“mau lagi, non ?”, goda Malih sambil mengarahkan penisnya yang habis
dimandikan vagina Riri ke belahan indah itu lagi. Sambil menggigit bibir
bawahnya, Riri mengangguk dengan tatapan nakal. Malih langsung
mengangkat kaki kiri Riri dan meletakkan betis Riri di pundak kanannya.
‘si botak’ itu pun kembali menyelip masuk ke dalam celah sempit yang ada
di tengah selangkangan Riri.
“aahhmmm…”, Riri memang selalu menyukai proses penetrasi penis Malih ke dalam vaginanya.
Bukan hal sulit bagi mereka berdua untuk bersenggama dalam posisi
seperti ini karena mereka sudah cukup sering melakukannya. Kenikmatan
yang sangat memabukkan bagi keduanya. Tanpa berhenti, Malih ‘mementungi’
liang kewanitaan Riri yang membuat gadis muda itu benar-benar keenakan.
Malih menuntun kedua tangan Riri ke lehernya dan menurunkan kaki kiri
Riri. Riri yang sudah mengerti langsung mengalungkan kedua tangannya ke
leher Malih lalu loncat dan langsung memeluk pinggang Malih dengan kedua
kakinya. Malih pun sigap menangkap bidadarinya itu dengan menampung
bongkahan pantat Riri menggunakan kedua tangannya. Penis Malih
seakan-akan ‘memaku’ tubuh Riri ke tembok kamar mandi. Hanya penis Malih
yang menyangga tubuh Riri.
“aahh ahh aahh”, tubuh Riri berguncang naik-turun. Posisi itu membuat
Malih merasa sangat jantan dan kembali muda. Merasa muda karena dia
masih bisa mengangkat tubuh wanita muda dengan mudah.
Dan merasa sangat jantan karena dia merasa benar-benar menguasai
Riri, gadis cantik itu memang bergantung pada batang kejantanan Malih
agar tidak terjatuh ke bawah. Pasangan itu bercinta dengan sangat
bergairah, penuh nafsu seakan tak ada lagi hari esok untuk mereka.
Kekhawatiran Malih akan suara Riri yang bisa saja terdengar oleh Lina,
Moniq, dan Intan sudah hilang karena Malih tengah keranjingan merojoki
vagina gadis cantik yang tak lain adalah majikannya sendiri.
“oookhhh nonnnhhh !!!”.
“Paaakkhhh !!”. Keduanya mengerang, sedang menuju puncak kenikmatan dari persetubuhan mereka.
“crootthh !! crrootthh !”, senapan Malih akhirnya menembaki
sasarannya yaitu rahim Riri. Riri bisa merasakan semprotan demi
semprotan yang sangat kencang mengenai pangkal rahimnya berkali-kali.
Untuk lebih meresapi ‘tembakan’ Malih, Riri menutup matanya dan mendekap
kepala Malih. Dia merasakan sepenuh hati setiap semburan hangat yang
mengenai rahimnya.
Semburan sperma dari seorang pria tua bisa membuat gadis secantik
Riri merasa nyaman sekaligus bahagia. Ya, Riri memang suka sekali saat
rahimnya disiram air mani oleh ‘lelaki’nya. Bahkan Riri tak takut
akibatnya seandainya dia mengandung anak dari seorang pria tua. Tubuhnya
adalah ‘kuil’ bagi Malih, jadi sudah sepantasnya kalau dia memberikan
keturunan untuk pria tua itu, pikir Riri. Riri pun turun dari
‘sanggahan’nya yang tak lain adalah penis Malih. Mereka berdua pun
mandi. Pria tua yang sungguh beruntung. Bisa mendapatkan gadis secantik
Riri.
“haaah segeeerrr !!”, ujar Riri keluar dari kamar mandi diikuti Malih.
“Pak Malih mau makan apa ntar ?”, tanya Riri dengan santai sambil
memilih-milih baju. Dia tak perlu canggung lagi bertelanjang bulat di
depan Malih.
“apa aja deh non..”.
“kalau ayam goreng mentega mau kan ?”.
“ya mau non, masa Bapak nolak makan ayam. hehe”.
“yaudah, Pak Malih tunggu dulu yaa, Riri sama yang lain mau masak dulu..”.
“iya, non. maaf jadi ngerepotin…”. Riri hanya tersenyum manis sebelum keluar kamar.
Malih bersantai tiduran di ranjang empuk nan mewah itu sambil
memandangi foto Riri yang ada di dompetnya. Tentu Malih bangga menaruh
foto Riri di dompetnya. Kehidupan Malih yang sekarang terasa begitu
indah. Menjadi supir dari seorang ABG cantik yang malah lebih suka
melayaninya (Malih). Tugasnya hanyalah mengantar bidadari cantik itu
kemana saja, namun bayarannya sangat bagus. Selain uang, bunga kampus
itu memberikan bayaran yang tak main-main, yaitu tubuhnya sendiri.
Selain bisa meniduri majikannya semaunya, Malih juga mendapatkan
perhatian lebih dari Riri. Tak jarang Riri membuatkan dan membawakan
makanan untuk Malih, seperti sekarang ini. Benar-benar hidup bagai di
surga.
“Pak Malih. udah mateng tuh. ayo kita makan bareng-bareng…”.
“iya, non..”. Mereka berdua pun duduk di kursi meja makan. Malih
bingung, kenapa Lina, Moniq, dan Intan terlihat biasa-biasa saja. Apa
mereka tak curiga kalau ada seorang supir yang cukup lama di kamar
bersama majikannya, dan apa mereka tak mendengar desahan-desahan Riri,
aneh, pikir Malih.
Lina waktu di dapur
Usai makan, Malih membantu membereskan piring dan menyerahkan ke Lina
yang bertugas mencuci piring. Tentu Lina yang harus mencuci piring
karena ia tak ikut membantu saat memasak.
“Lin, kita-kita mau jalan-jalan nih..”, gagas Intan.
“iyaa, pengeen liat air terjuuun…”, ucap Moniq menggemaskan.
“yaudah, lo pake mobil gue aja..”.
“lho ? lo nggak ikut ?”.
“nggak ah, lagi pengen ngerem di vila, malees kemana-mana…”.
“dasar lo ah, payah, yaudah, kuncinya mana ?”.
“di sana, meja deket tv…”. Malih pun bersiap-siap.
“Pak Malih di sini aja…”, ucap Riri tersenyum.
“tapi, non kan mau jalan-jalan…”, ujar Malih heran, bukankah sudah tugasnya ?.
“nggak apa-apa, Pak. biar Moniq yang bawa, sekalian dia latihan bawa mobil di jalan kelok-kelok biar makin jago”, jawab Intan.
“iya, Pak Malih istirahat aja, pasti capek, sekalian nemenin Lina…”, hatur Riri lembut.
“bener non, gak apa-apa ?”.
“iya, nggak apa-apa, yaudah kita berangkat yaa !”.
“ati-ati lo !”, teriak Lina.
Moniq, Intan, dan Riri pun naik ke mobil dan pergi. Malih baru sadar,
berarti hanya tinggal dia dan Lina saja di dalam vila. Lina, seorang
bidadari lainnya yang berwajah sangat cantik dengan tubuh begitu sexy
bagai seorang dewi. Kelihatan jelas kalau Malih meneguk ludahnya melihat
keseksian tubuh Lina dari belakang. Lina mengenakan tanktop hitam dan
super mini hotpants, tentu membuat Malih berdiri terpaku dan matanya
melotot tak berkedip sedikitpun. Biasanya Malih berduaan dengan Riri
yang bisa di dekap, di peluk, dan di grepe-grepe sesukanya, tapi kini
dia bersama Lina, sama cantiknya, namun tak mungkin dia memperlakukan
Lina sama seperti Riri. Malih benar-benar terpana dengan sepasang kaki
Lina yang begitu jenjang dan mulus. Dengan kaki seperti itu, tentu Lina
bisa membuat pria manapun berimajinasi liar tentang dirinya.
“aah selesai juga”. Malih langsung menyadarkan lamunannya dan sedikit
merapikan celananya, siapa tahu ada ‘tonjolan’ di celananya.
“paling enak, nyantai sambil nonton tv. ya kan, Pak ?”.
“i, iya, neng…”.
“ayo, Pak. temenin Lina nonton tv…”. Lina langsung ngejoprak di depan
tv, ditemani Malih. Lina menonton dengan serius sambil ngemil.
“neng Lina..u..udah lama temenan sama non Riri ?”, Malih berusaha memecah kekakuan.
“ya nggak terlalu lama juga, kenal sama Riri pas jadi MABA..”.
“apa tuh MABA, neng ?”.
“Mahasiswa Baru, Pak..”.
“oh, maaf neng, namanya juga nggak pernah kuliah…”. Lina pun tersenyum.
“emang kenapa, Pak ?”.
“ah nggak, neng. ngeliat neng Lina sama non Riri akrab banget, kayak kakak adek. hehe..”.
“emang iya yaa, Pak ?”, tanya Lina sambil tertawa kecil.
“iyaa, neng…”. Senang sekali Malih bisa mengakrabkan diri dengan bidadari cantik selain Riri.
“kalau Bapak, udah berapa lama jadi supirnya Riri ?”.
“5 bulan, neng”. Mereka berdua mengobrol dengan asiknya, sesekali Malih curi-curi pandang ke belahan dada dan paha Lina.
“…ya gitu jadinya, Pak. temen akrab Lina cuma Intan, Moniq, sama
Riri. abisnya kapok, temen-temen SMA Lina dulu pada morotin Lina jadinya
Lina hati-hati banget kalau milih temen…”.
“oh gitu ya, neng…oh iyaa, neng, saya boleh nanya agak pribadi nggak ?”.
“boleh, asal Lina juga boleh tanya agak pribadi ke Bapak..”.
“oke, neng”.
“yaudah, Bapak mau nanya apa ?”.
“neng Lina, punya pacar ?”.
“ya ampun Bapak. kirain mau nanya apa. hahaha. nggak, Pak. Lina nggak punya pacar”.
“neng Lina boong. masa cewek cakep kayak neng Lina nggak punya pacar ?”.
“makasih, Pak. tapi Lina emang nggak punya pacar, males, lagi pengen bebas. hehe”.
“oh..”.
“emang kenapa, Pak ? Bapak mau jadi pacar Lina ?”, goda Lina sambil tertawa.
“a..aa..ngg..”.
“nah sekarang giliran Lina..emang bener istri Bapak udah lama meninggal ?”.
“iya, neng. udah lama..”.
“terus Bapak nggak nikah lagi ?”.
“udah umur segini, neng..nggak ada yang mau…”, jawab Malih. Malih
merasa geli dalam hati. Saat waktu itu Riri bertanya pertanyaan yang
sama, keadaannya memang seperti yang dikatakan Malih, tak ada wanita
yang mau didekatinya.
Namun saat Lina bertanya sekarang, Malih sudah menemukan pasangan
baru. Meskipun tidak/belum menikah dengan Riri, tapi kan setidaknya,
Malih bisa ‘menyatroni’ dan menikmati hangatnya tubuh Riri setiap hari
seperti istrinya sendiri.
“kasihan Bapak. pasti Bapak kesepian yaa…”.
“ya gitu deh neng…”.
“untung ketemu sama Riri ya, Pak ?”, tutur Lina sambil tersenyum.
“iya, neng, untung aja..”. Wajah Lina begitu dekat dengan wajah
Malih. Dengan mata indahnya, Lina memandang Malih. Inilah momen yang
tepat. Malih langsung menyosor bibir Lina yang memang menggugah selera.
Tak ada respon atau tanda-tanda penolakan dari bidadari cantik itu,
Malih semakin memperhebat pagutannya, tapi Lina hanya diam saja.
“hemmhh ccpphh emmm ccpphhh ccpphhh”. Lina seperti membiarkan saja
pria tua itu melumat bibirnya habis-habisan. Sementara Malih begitu asik
terus mengulum bibir atas dan bawah Lina. Bibir Lina sama lembutnya
seperti bibir Riri namun rasanya, rasa anggur.
“cccpphhh”, Lina mulai membalas pagutan Malih. Keduanya saling memagut dan melumat bibir, tak ada yang mau mengalah.
Ciuman yang begitu bergairah, sangat bernafsu, lidah mereka pun juga
sudah saling belit. Malih melihat Lina menutup matanya, kelihatannya dia
begitu menikmati ciuman ini. Malih tentu semakin mengganas. Pria tua
itu semakin serakah mengemuti bibir Lina sambil mendekat ke gadis cantik
itu. Satu tangan Malih meraih ke belakang tubuh Lina. Dia mendekap Lina
agar bibir mereka berdua semakin menempel erat. Malih bisa merasakan
kaitan bh pada punggung Lina. Benda yang sudah lama tak ia temukan pada
tubuh Riri karena Riri memang sudah jarang mengenakan ‘penampung’
payudara. Alasan Riri tak pernah memakai bh lagi tentu saja karena si
pria tua mesum itu alias Malih. Malih gemar sekali ‘meniupi’ kedua
‘balon’ kembar Riri. Tak hanya di dalam rumah Riri harus ‘menyusui’
Malih, di dalam mobil pun juga begitu. Tak jarang, Riri membuka kaosnya,
bertelanjang dada, begitu masuk mobil hanya agar Malih bisa menyusu
padanya saat menunggu lampu merah. Tak heran kalau buntalan daging
kembar Riri semakin membesar serta membusung ke depan.
Maklum saja, pria tua yang sudah 3 tahun lebih tak menyalurkan hawa
nafsunya seperti Malih, bertemu dengan ABG cantik yang dengan senang
hati mau ditidurinya seperti Riri, membuat Malih bagai anak kecil yang
mendapatkan ‘mainan’ baru. Ternyata, ABG cantik memang wanginya enak,
pikir Malih yang sedang menikmati aroma tubuh Lina yang harum, sama
seperti tubuh Riri.
“ccuupphhh”, bibir Lina menguncup sebelum benar-benar lepas dari mulut Malih.
“ma..maaf, neng…sa..saya kurang ajar…”. Lina tersenyum dan meletakkan
telunjuk kanannya di mulut Malih. Lina merebahkan tubuhnya ke belakang
secara perlahan. Lalu Lina menarik kedua tangan Malih setelah sudah
tidur terlentang. Malih kini yakin bidadari cantik itu sama sekali tidak
marah, malah ‘mengundang’nya untuk lebih jauh lagi.
“cccpphh ccpphh ccppphhh”, mereka berciuman lagi, tapi kali ini,
lebih intens dan lebih lembut. Tetap bergairah namun keduanya lebih
meresapi dari sebelumnya.
Tangan Malih pun mulai menjelajahi tubuh harum yang sedang
ditindihnya itu. Dia langsung menggenggam payudara kanan Lina. Walau
masih terbungkus bra, Malih bisa merasakan betapa empuknya buah dada
Lina. Buah dada ABG memang sangat empuk dan kenyal. Membuat siapa saja
yang meremasnya menjadi ketagihan.
“uummm ooohhhh eemmmm”. Lina menikmati cumbuan-cumbuan dan cupangan
Malih pada lehernya. Pria tua itu leluasa menikmati leher Lina yang
jenjang. Gadis berkulit putih mulus itu benar-benar bergairah. Yap, Lina
memang ingin merasakan keperkasaan Malih, pria tua yang merupakan
pejantan sahabatnya, Riri. Malih mencengkram kasar kedua buah payudara
Lina. Lina tersenyum manis sambil mengangkat tangan Malih dari
payudaranya. Lina menarik tanktopnya ke atas, tubuhnya sedikit
diangkatnya. Malih langsung mengerti, dia segera membantu Lina. Tanktop
pun terlepas dari tubuh Lina dan dilempar sejauh-jauhnya oleh Malih,
antisipasi kalau gadis cantik itu berubah pikiran. Tangan Malih meraih
ke belakang tubuh Lina, Lina pun mengangkat tubuhnya lagi agar Malih
bisa membuka kaitan bhnya.
Malih menyingkirkan satu-satunya penghalang antara dia dengan kedua
buah ‘kelapa’ milik Lina. Malih langsung terdiam membisu. Kini, tepat di
depan matanya, 2 buah gunung kembar yang sungguh sangat indah. Putih,
bulat, dan kelihatan sangat padat berisi. Tangan Malih langsung otomatis
mencengkram kedua payudara Lina dan meremas-remasnya dengan kasar.
Kasar sekali Malih memainkan payudara Lina, tapi gadis kaya nan cantik
itu malah kelihatan keenakan apalagi saat Malih memilin dan mencubit
kencang kedua putingnya. Malih ‘menjatuhkan’ wajahnya ke payudara Lina,
dan merapatkan kedua susu Lina seolah-olah ingin menguburkan wajahnya di
belahan payudara Lina. Begitu hangat, persis seperti yang dibayangkan
Malih.
“aaahhhmmm….enaakhh, Paaakkhh teruussshhh”, desis Lina merasakan
sensasi geli-geli nikmat saat kedua putingnya diemut-emut oleh Malih
secara bergantian. Malih mengenyot-enyot kedua payudara Lina dengan
sangat kuat, sampai pipinya kempot.
Lina pun menekan kepala Malih. Disedot, dikenyot, diemut-emut kedua
puting Lina oleh Malih. Bahkan ‘dikunyah’ gemas oleh pria tua itu.
“emmmmhhh…”, gumam Lina pelan mendapatkan ciuman dan cupangan pada
permukaan kedua buah payudaranya. Malih benar-benar menggandrungi buah
dada wanita semenjak bisa ‘menyusu’ semaunya pada Riri, dia merasa
kembali menjadi bayi lagi. Benar-benar bagai lintah yang tak mau lepas
dari ‘makanannya’. Puas bermain dengan kemasan susu Lina yang satu,
Malih pindah ke yang satunya, lalu kembali lagi, dan seterusnya. Tapi,
tangan Malih juga tidak tinggal diam, tangan kanannya mulai
mengusap-usap perut Lina, dan tentu bisa diduga, tangannya mulai
menjalar ke bawah. Terus merayap ke bawah sampai akhirnya menyelip ke
dalam hotpants Lina.
“uuuhhhmmmm”, Lina merasakan elusan-elusan lembut tepat di
tengah-tengah daerah sensitifnya. Elusan-elusan tangan Malih benar-benar
sangat tepat menyentuh bagian-bagian tertentu di alat kelamin Lina yang
masih tertutup cd.
“aahh mmm”, Malih menekan-nekan celana dalam Lina dengan jarinya,
membuat bidadari nan cantik jelita itu sedikit menggelinjang-gelinjang.
Malih merogoh ke dalam cd Lina. Selangkangan Lina sudah terasa sangat
lembap dan ‘panas’. Tanpa ragu-ragu lagi, Malih mulai mengobel-ngobel
selangkangan Lina sambil terus mengenyoti ABG putih mulus itu.
Kelihatannya memang seperti Malih sedang memperkosa Lina, memaksakan
nafsunya pada gadis cantik itu, tapi kenyataannya, Lina juga menikmati
perbuatan Malih. Lina merapatkan kedua pahanya, tangan Malih jadi
terjepit di daerah pribadi Lina, namun pria tua itu tak berhenti, justru
semakin bernafsu mengorek-ngorek kemaluan Lina.
“aaahh aahhh !! EMMHHHH !!!”, tubuh Lina menegang, kedua pahanya
semakin rapat, dan perutnya agak melengkung ke atas. Cairan hangat
membasahi tangan Malih. Lina tersenyum sambil membelai kepala Malih
seakan memuji pria tua itu karena sudah melakukan ‘pekerjaan’ dengan
baik. Malih mengangkat tangannya dari ‘sumur’ Lina.
Malih membaui tangannya yang berlumuran ‘sari’ vagina Lina. Aroma
yang benar-benar khas. Aromanya segar dan manis seperti roti yang baru
selesai dipanggang. Tanpa ragu-ragu, Malih menjilati tangannya. Hmm,
lezat dan gurih, pikir Malih. Merasa sudah puas mengenyoti ‘kantung’
susu milik Lina, Malih pun bersiap melucuti hotpants dan celana dalam
Lina agar makhluk cantik dan sexy itu telanjang bulat, sekaligus agar
bisa mencicipi kemaluannya secara langsung. Lina mengangkat pantatnya
berbarengan dengan tarikan Malih. Hotpants dan cd Lina langsung terbang
ke samping, dibuang Malih. Oh, sungguh tubuh yang paling indah, lebih
indah dari yang dibayangkan Malih. Tubuh Lina pastilah bisa memberikan
kenikmatan seksual yang sungguh luar dan membuat pria manapun ketagihan,
pikir Malih. Tapi, kedua paha Lina masih menutup rapat, sengaja
menghalangi pandangan Malih agar pria tua itu semakin penasaran. Malih
berusaha menyingkirkan lutut Lina, tapi bagai pintu baja, susah untuk
digeser.
Tiba-tiba Lina tersenyum dan dengan senang hati merenggangkan kedua
kakinya. Bagai pemburu yang melihat mangsanya, mata Malih tertuju pada
selangkangan Lina. Luar biasa indah dan mengagumkan. Tanpa basa-basi
lagi, Malih langsung menyerbu celah sempit Lina dengan lidahnya.
“aahhmmm uuhhhh mmm ooooohhhh !!!!”, Lina langsung menggeliat-geliat
tak karuan menerima serangan lidah Malih di alat kelaminnya. Begitu
gencar dan sangat penuh nafsu. Benar-benar ganas sekali serbuan Malih
pada vaginanya dan Lina benar-benar sangat menyukainya. Tanda kalau pria
tua itu sangat ‘menyukai’ vaginanya. Lina menjambak rambut Malih sambil
terus mendesah keenakan. Lidah Malih tak henti-hentinya menggelitik di
dalam rongga vagina Lina. Nikmat sekali bisa melahap vagina indah nan
wangi seperti vagina Lina. ABG emang nggak ada duanya, simpul Malih
dalam hati bagai pria yang sudah sangat sering meniduri ABG, padahal
baru 2 ABG yang ‘dicoba’nya. Pertama, tentu saja Riri, dan kedua, ABG
yang vaginanya sedang ia gerogoti sekarang ini yaitu Lina.
Namun, meski baru 2 ABG yang Malih ‘icip-icip’, 2 ABG itu jempolan.
Dua-duanya sama-sama cantik, sama-sama mempunyai tubuh yang indah dan
putih mulus, idaman para lelaki lah pokoknya.
“OOOHHHH !!!”, erang Lina lepas. Cairan vagina Lina diseruput habis
oleh Malih. Cairan yang Malih sebut sebagai cairan awet muda. Dia merasa
muda dan segar setiap habis menyeruput ‘kuah’ vagina.
“mmhh…enaak neng !! maniiss !!!”. Lina cuma tersenyum saja. Malih tak
terburu-buru, dia punya banyak waktu untuk menikmati selangkangan Lina.
Dia membenamkan wajahnya di tengah-tengah jepitan kedua paha Lina dan
menghirup nafas dalam-dalam, menikmati aroma vagina Lina. Sesekali,
Malih mengecupi belahan bibir vagina Lina dengan mesra. Tapi, Malih
menemukan ‘mainan’ baru yaitu klitoris Lina.
“aahh aahhh emmm uummhhh”, Lina menggelinjang hebat saat klitorisnya
mulai digilas-gilas lidah Malih. Inilah pejantan sahabatnya. Pejantan
tua yang gemar sekali ‘mengenyoti’ susu dan melahap vagina gadis muda.
Jadilah, kemaluan Lina disosor lagi oleh Malih sampai Lina menyiram
lidah Malih dengan ‘kuah’ vaginanya untuk yang kedua kali. Bidadari
cantik itu seolah sedang menunjukkan kepada Malih, keramahan dari
seorang tuan rumah kepada tamu dengan tetap membiarkan Malih berdiam di
selangkangannya. Malih mengangkat kepalanya, lidahnya sudah selesai
‘berurusan’ dengan celah sempit Lina. Disuguhi pemandangan dari seorang
gadis cantik nan putih mulus yang tak mengenakan apapun, terlentang
sambil mengangkang dengan pasrah, tentu membuat Malih semangat melucuti
pakaiannya sendiri. Kini, dua insan manusia itu telah telanjang bulat,
sama-sama bisa saling melihat tubuh mereka satu sama lain. Sama seperti
Malih, kini Lina bisa melihat alat kelamin pejantan tua itu. Sebuah
benda tumpul yang mengacung ke arahnya dengan gagah. Benda yang
kelihatannya akan mengaduk-aduk vagina Lina dengan hebat. Lina langsung
bangun dan merangkak mendekati batang kejantanan Malih. Dia duduk
bersimpuh di depan Malih.
Tangan halus Lina mulai menyentuh ‘perangkat’ kawin Malih. Mengurut,
membetot, dan mengocok-ngocok batang keperkasaan Malih. Jemari Lina juga
bermain-main dengan ‘kantung kresek’ Malih.
“iya neng. di situ, neng. oohh !! enaakkhh !!”, Malih merem melek saat Lina mulai menjilati perkakasnya.
“ccpphh emmm mmhhh uummhh”, Lina kelihatan begitu asik memainkan
lidahnya di sekitar alat kelamin Malih. Bagai eskrim batangan yang
sangat lezat, Lina menjilatinya dengan begitu seksama. Kedua buah zakar
Malih dikulum bergantian, batang penisnya dijilati terus menerus, dan
kepala penisnya diemut-emut sambil sesekali digigit gemas oleh Lina.
Tapi, yang paling membuat Malih ‘merinding’ adalah saat lubang
kencingnya dicolok-colok oleh Lina dengan ujung lidahnya. Pasti neng
Lina udah sering nyepongin cowok, pikir Malih.
“iseep teruss kontol Bapaakhh, nenngg !! OOOHHH ! MANTAAPPHHH !!!”,
erang Malih keenakan. Malih bertolak pinggang, benar-benar merasa
seperti pria sejati karena ada seorang gadis cantik yang bersimpuh di
hadapannya dan sedang membersihkan selangkangannya dengan senang hati.
Malih pun membayangkan jika Riri dan Lina ‘menyergap’
selangkangannya. Pasti dia tak bisa bertahan lama-lama karena keduanya
sama-sama piawai memainkan lidah mereka masing-masing, tapi pasti
rasanya SUNGGUH NIKMAT.
“ccpphh”, bibir Lina lepas dari pucuk penis Malih, sepertinya dia
sudah selesai balas ‘budi’. Lina merasa berhutang, hutang memberikan
nikmatnya oral seks. Dan rasanya Lina sudah melunasi hutangnya. Namun,
lebih tepat kalau dikatakan jika Lina tak mau Malih sampai ‘keluar’
karena bidadari hyper sex itu memang menginginkan otong Malih menggesek
rahimnya dan juga mau sekali merasakan sodokan tongkat milik pria tua
itu. Lina pun berdiri, pandangan matanya manja, senyumannya nakal, kedua
tangannya melingkar di leher Malih. Malih juga tersenyum, kedua
tangannya mengenggam, menampari, dan meremasi kedua bongkahan pantat
Lina dengan gemas. Kini, sepasang manusia berbeda jenis kelamin, status
sosial, dan terutama wajah dan umur itu sudah sama-sama siap untuk
melakukan reproduksi seksual.
Meski secara agama dan hukum, persetubuhan mereka tidak sah, namun
keduanya sangat ingin bercinta. Tak ada yang bisa mengubah pikiran
mereka. Sang wanita muda ingin merasakan kejantanan dari sang pria,
sementara sang pria tentu ingin mendapat kenikmatan dan kehangatan dari
tubuh si wanita muda yang cantik itu. Lagipula, tadi kan mereka berdua
sudah saling men-sterilkan alat kelamin mereka satu sama lain, sayang
kalau tidak digunakan. Lina duduk di sofa, mengangkat kedua kakinya dan
melebarkannya selebar mungkin sampai vaginanya terekspos
sejelas-jelasnya ke Malih. Belahan vagina Lina merekah, memperlihatkan
bagian dalamnya yang berwarna kemerah-merahan. Merasa mendapat
‘undangan’, Malih pun langsung maju, memegangi batang kebanggaannya
sambil mendekatkannya ke kemaluan Lina.
“ummmhh…”, gumam Lina, benda tumpul sedang memaksa masuk ke dalam
liang kewanitaannya. Malih menikmati setiap senti batangnya yang masuk
semakin dalam ke vagina Lina.
Sungguh nikmat, hangat, peret, dan sangat sempit. Tak ada bandingannya.
“mmmm”, Lina mengulum bibir bawahnya sambil terus merasakan sensasi
penetrasi ‘jarum’ besar milik Malih. ‘Burung’ milik Malih kini sudah
sepenuhnya masuk ke dalam ‘sangkar’ milik Lina. Kedua kaki Lina langsung
melingkar erat di pinggang Malih agar alat kelamin mereka berdua tetap
‘terikat’.
“eehhmmmm mmmhhh ooohhh !!!”, lirih Lina, vaginanya mulai digenjot
oleh pria tua nan kurus itu. Bagian bawah tubuh Lina terasa luar biasa,
‘tusukan’ penis Malih benar-benar terasa mengenai pangkal liang vagina
Lina.
“ckck ckck ckkckk !!”, bunyi kecipak air mengiringi pompaan penis
Malih ke lembah kenikmatan Lina. Sodokan-sodokan Malih benar-benar
bertenaga, terlihat dari ekspresi Lina yang kelihatan sangat keenakan.
“oohh ! oohhh ! aahhmm !! mmhhh !! eeehhhh !!! yeeesshhh !!!!”, racau
Lina merasakan sensasi nikmat luar biasa pada vaginanya yang sedang
dirojok-rojokki oleh Malih.
Malih mendekap Lina dan melumat bibir lembutnya habis-habisan.
Hantaman demi hantaman penis Malih terhadap rahim Lina semakin brutal,
semakin bertenaga dan semakin cepat. Lina pun semakin keblingsatan
merasakan vaginanya ditumbuk dengan sangat brutal.
“EENNNGGGHHHH !!!!”, 10 kuku Lina menancap di punggung Malih, pelampiasan dari pelepasan gelombang puncak kenikmatannya.
“ccllkk cllkk cllkk”, ‘pelumas’ alami Lina membuat gerakan penis
Malih semakin lancar. Memang paling nikmat menyenggamai gadis cantik.
Desahan-desahan Lina terus mengalun di dalam vilanya sendiri. Malih
merasa capek juga. Dengan sekali angkat, tubuh Lina terangkut. Takut
terjatuh, Lina memeluk Malih erat. Tanpa mencabut penisnya, Malih
bertukar posisi. Kini dia yang duduk, sementara Lina duduk di
pangkuannya dengan vagina yang masih ‘terkait’ dengan penisnya. Sekarang
giliran si wanita yang ‘bekerja’.
“emmmhhh mmm”. Lina mulai menggerakkan pinggulnya naik-turun, liang
vaginanya yang masih mencengkram kuat membuat penis Malih terasa seperti
dikocok-kocok.
Sesekali Lina berhenti dan membiarkan Malih mengenyoti kedua buah
payudaranya. Malih memegangi pinggang Lina dan menyaksikan bidadari
cantik itu terus bergoyang dengan asiknya. Mata malih dimanjakan oleh
pemandangan wajah cantik dan tubuh mulus Lina, mulut Malih dimanjakan
dengan kedua buah payudara yang bisa disedot sesukanya, dan penis Malih
dimanjakan dengan liang vagina Lina yang cengkramannya begitu kuat.
Sungguh nikmat rasanya. Apalagi Malih hanya tinggal duduk diam dan
menikmati pemandangan indah yang ada di depannya sebab si gadis
cantiklah yang ‘bekerja’ agar alat kelamin mereka terus bergesekkan.
Sesekali, Malih menahan gerakan pinggang Lina dan menghujam vagina Lina
dengan kasar sampai bidadari cantik itu melengkung ke belakang sambil
mengerang keenakan. Kadang, mereka juga diam sejenak hanya untuk
bercumbu sambil menikmati keintiman antara mereka berdua dan menghayati
alat kelamin mereka yang saling mengikat.
Jelas sekali, baik Lina ataupun Malih sama-sama tidak mau sesi sex
mereka berakhir dengan cepat. Mungkin kalau bisa, sampai malam. Sambil
merasakan nikmatnya goyangan Lina, Malih membanding-bandingkan Lina
dengan majikan tercintanya, Riri, di dalam hati. Untuk wajah dan tubuh,
meski Riri cantik, namun harus diakui kalau Lina-lah yang menang. Wajah
Lina sangat cantik ditunjang dengan kulit yang putih seperti susu serta
leher dan kedua kakinya yang jenjang, benar-benar mampu membuat fantasi
laki-laki terbang kemana-mana. Tapi, untuk kemampuan lidah, Lina tak ada
apa-apanya dibandingkan Riri. Kalau dengan Riri, Malih merasa
‘dimandikan’ dengan air liur Riri. Apalagi selangkangannya, pasti basah
kuyup oleh air liur Riri. Dan untuk goyangan, Lina dan Riri sama-sama
lihai menggerakkan pinggulnya. Keduanya memang punya kelebihan
masing-masing, tapi yang pasti, Malih beruntung bisa menikmati tubuh
kedua gadis muda nan sempurna itu. Kedua tangan Malih mengelus-elus
pinggang Lina sambil terus menikmati goyangan liar Lina.
Malih sama sekali tak pernah membayangkan kalau dia akan bisa
menikmati tubuh ABG cantik selain Riri. Lina mendekat ke kuping Malih.
“Pak Maliih…kontol Bapaakh kerass banget…enaaakhhh…”, bisik Lina
dengan suara mendesah dan begitu bergairah. Lina pun menatap Malih,
menggigit bibir bawahnya sendiri sambil terus ‘menggilas’ penis Malih
dengan vaginanya, matanya pun sayup-sayup, benar-benar terlihat sangat
nakal dan bitchy. Sementara Malih masih tak percaya apa yang barusan ia
dengar. Kata-kata cabul yang tak diduga-duga Malih akan keluar dari
mulut ABG cantik seperti Lina. Nafsu Malih pun langsung terpancing, dia
mengangkat Lina dan menaruhnya di lantai. Bagai kesetanan, Malih
langsung merojoki vagina Lina dengan kecepatan penuh.
“aaah ooohh mmmm aaahh aaahhh !!!”, gempuran Malih benar-benar hebat, Lina sampai kewalahan.
“jbbhh jbbhh jbbb !!”, tusukan Malih semakin cepat, dia sudah hampir mencapai puncaknya. Sebentar lagi ‘hajat’nya akan tuntas.
Jepitan kedua kaki Lina di pinggang Malih mengencang.
“neeenngghh !! Bapaakk gaak tahaannhh !!!!!”, keluh Malih dengan
mengerang, pria tua itu memang rasanya sudah tak mampu lagi menahan
gejolak orgasmenya. Memang dengan Riri, Malih bisa membuang air maninya
sesukanya, baik di wajah, payudara, anus, ataupun rahim Riri karena Riri
sendiri yang membolehkan Malih. Tapi, sekarang kan, dia sedang
bersetubuh dengan Lina, jadi Malih agak ‘tahu diri’.
“nggaak apa-apa, Paakh !! di daleemm ajaaa !”, erang Lina.
“jleeebbhhh !!”, hantaman terakhir penis Malih benar-benar sampai ke pangkal rahim Lina.
“OOOKKKHHHH !!!”.
“croothhh !! crrootthhh !!”. Tembakan demi tembakan sperma dari penis
Malih terus keluar, tepat sasaran, terus mengenai pangkal rahim Lina.
Tubuh Lina berkedut-kedut seperti terkejut, semprotan penis Malih cukup
kencang bagai pompa air. Akhirnya berhenti juga. Lina pun menutup mata,
meresapi sensasi hangat dan nyaman pada liang kewanitaannya.
“emmmmhhh ccpphhh”. Masih enggan memisahkan organ intim mereka berdua, mereka pun berciuman, saling memagut bibir dengan lembut.
Sungguh puas dan nikmat rasanya mencicipi tubuh indah dari ABG cantik
seperti Lina. Lama-lama, penis Malih mengecil dan meloncat keluar dari
celah sempit Lina dengan sendirinya. Lina dan Malih masih asik
berciuman. Mereka berdua bertatapan.
“cuup cuph cuph”, Malih mengecupi sekujur wajah Lina.
“hh..hh..hh”. Lina tersenyum sambil mengatur irama nafasnya. Lina
sepertinya tidak khawatir rahimnya dibanjiri sperma, pikir Malih melihat
wajah Lina yang kelihatan puas dan senang. Pasangan yang baru saja
melepaskan hasratnya satu sama lain itu sedang beristirahat. Enak sekali
Malih, dia beristirahat di atas tubuh Lina yang hangat. Lina tetap
harum meski berkeringat. Kepala Malih beristirahat di payudara Lina yang
empuk. Pokoknya tubuh Lina menjadi ‘kasur’ untuk Malih beristirahat.
“Pak Malih ?! Lina ?!”. Malih menengok ke belakang. Riri, Moniq, dan
Intan berdiri terpaku melihat ke arah mereka berdua. Riri pun hanya
menatap ‘kekasih’nya dan teman baiknya itu berada di lantai, berpelukan
tanpa mengenakan apapun.
“no….no…non Riri ??”. Malih berdiri, dia gagap. Tak mungkin dia
mengelak lagi. Dia benar-benar tertangkap basah oleh Riri habis
berselingkuh dengan Lina. Barang bukti pun sangat kuat. Malih dan Lina
sama-sama telanjang bulat dan tengah berpelukan, ditambah penis Malih
yang lunglai sementara ada cairan putih meleleh keluar dari belahan
vagina Lina. Pastilah Riri akan memecatnya, dia harus kembali menjadi
tukang sampah, dan yang paling buruk, dia tak akan bisa menemui Riri
lagi, pikir Malih ketakutan. Malih keringat dingin. Burungnya semakin
masuk, mengecil karena ketakutan. Riri mendekat, Moniq dan Intan juga.
“Pak Malih..”.
“no..non Riri…Ba..Bapak…”.
“hmmmhh ccpphh eemmmm”. Riri malah mencium Malih dan mengalungkan kedua tangannya ke leher supirnya itu.
“Pak Malih bandel…nggak ada Riri..langsung selingkuh sama Lina…”, keluh Riri, namun manja.
“Ba…Bapak…”. Riri mengajak Malih berputar, Intan dan Moniq tengah asik mengenyoti kedua buah payudara Lina. And….
Terasa hangat, harum, dan empuk. Malih membuka matanya.
“pagi, Pak…”, sapa Riri dengan senyuman manis.
“eh non Riri..”, ujar Malih pelan sambil mengucek-ngucek matanya.
Rupanya, ia tidur sambil memeluk tubuh Riri, pantas terasa hangat,
harum, dan empuk. Riri bagaikan guling untuk Malih. Lihat saja, posisi
kaki kiri Malih ada di atas tubuh Riri, persis seperti sedang mengkekep
guling. Rupanya, Malih hanya bermimpi saja. Mimpi menyetubuhi Lina lalu
tertangkap basah oleh Intan, Moniq, dan juga Riri ternyata hanyalah
mimpi belaka. Padahal terasa begitu nyata, kenikmatannya benar-benar
terasa nyata. Sepertinya, Malih tertidur setelah bercinta penuh gairah
dengan Riri. Kaki Malih pun turun dari paha Riri.
“Pak Malih. Riri mau mandi ya..”.
“oh iya, non…”. Malih mengangkat tangannya dari tubuh Riri. Gadis
cantik itu turun dari ranjang. Sungguh pemandangan yang indah di pagi
hari. Riri membuka hordeng dan juga jendela, membiarkan sinar dan udara
pagi masuk ke dalam kamar.
“Pak Malih mau ikut mandi sama Riri nggak ?”.
“nggak, non. Bapak masih lemes..”.
“oh, yaudah. Riri mandi dulu yaa…”.
“iya, non…”. Benar-benar terasa seperti di surga bagi Malih, melihat
seorang gadis muda yang cantik bak bidadari berlenggak-lenggok di depan
mata tanpa mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya. Riri masuk ke dalam
kamar mandi, tapi dia membiarkan pintu kamar mandi tetap terbuka.
Seolah-olah memberikan kemudahan bagi supir tuanya itu jikalau ingin
menyelinap dan ‘menyergap’nya di kamar mandi seperti yang biasa terjadi
di rumah Riri sehari-hari. Berbarengan dengan keluarnya Riri dari kamar
mandi, aroma harum nan segar pun menyebar keluar dari kamar mandi. Riri
tersenyum ke Malih sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk sementara
keseluruhan tubuhnya tak tertutup apapun. Acara tv sama sekali tak ada
apa-apanya jika dibandingkan pemandangan yang sedang disaksikan Malih
yaitu Riri mengenakan pakaian satu per satu.
“ayo Pak, mandi, udah siang tuh…”, ujar Riri duduk di tepi tempat tidur.
“mm…iya, non. ntar aja”.
“dasar bandel…”, ucap Riri gemas.
“ya udah kalau gitu, Riri turun yaa. mau buat sarapan. Pak Malih mau sarapan apa ?”.
“apa aja deh, non…”.
“oke, Pak. ntar Riri panggil kalau udah jadi yaa..”.
“makasih, non…”.
“hmm hmm hmm”,
Riri menuruni tangga sambil bersenandung senang. Mahasiswi cantik itu
kelihatan senang sekali. Tadi malam dia habis bercinta penuh gairah
dengan supirnya yang sudah tua itu. Rahimnya menjadi sasaran tembak bagi
Malih tadi malam. Mungkin berjuta-juta sperma Malih kini masih berusaha
membuahi sel telur Riri sejak persenggamaan mereka berdua tadi malam.
Sementara Malih masih diam di tempat tidur, memikirkan mimpinya.
Sayang cuma mimpi, padahal, pasti rasanya nikmat bisa ‘mempecundangi’
Lina. ABG yang cantik, berkulit putih mulus dan mempunyai leher serta
sepasang kaki yang jenjang. Merasa sudah segar, Malih mandi dan
mengenakan kemeja dan celana panjangnya yang kemarin.
“Pak ! sarapannya udah jadi !”.
“iya, non !”. Malih bergegas turun ke bawah.
Terkejut sekali Malih ketika di bawah. Intan, Moniq, Lina, dan Riri,
semuanya hanya mengenakan tanktop dan hotpants saja. Seketika burung
Malih langsung bangun dari tidurnya melihat pemandangan indah itu. Pria
mana yang tidak ereksi melihat 4 gadis muda belia yang semuanya cantik
dan memiliki tubuh seksi mengenakan tanktop ketat dan hotpants.
Keseksian tubuh 4 gadis belia itu benar-benar memanjakan mata Malih.
“eh, Pak Malih udah bangun…”, sapa Moniq.
“iya, neng Moniq..”. Malih buru-buru duduk agar tonjolan di celananya tidak terlihat siapapun.
“ini, Pak makanannya…”, Lina menyerahkan makanan ke Malih. Harum
seperti dalam mimpi, pikir Malih saat tubuh Lina cukup dekat dengannya.
Mereka pun sarapan bersama di meja makan. 4 mahasiswi itu bercanda-canda
sambil sarapan seakan tak ada Malih. Malih pun merasa bingung. Dengan
mengesampingkan Riri, apa Intan, Lina, dan Moniq tidak risih hanya
mengenakan tanktop dan hotpants, padahal ada dia, pikir Malih. Usai
sarapan yang penuh ‘godaan’, Malih izin ke kamar mandi. Seperti kemarin,
dia melepaskan ‘ketegangan’nya dengan buang air seni. Keempat bidadari
sedang duduk-duduk di depan tv.
“tok tok tok !!”.
“iyaa sebentar !!”, teriak Lina yang bergegas ke arah pintu.
“Mang Asep !”. Lina langsung memeluk pria tua itu. Asep dengan
enaknya mencengkram dan meremas-remas kedua bongkahan pantat Lina.
“maaf non, baru bisa balik sekarang…”.
“iya, Mang..”. Asep adalah penjaga villa Lina sejak pertama kali ia
beli villa itu. Sebagai penjaga villa Lina, tentu saja pria tua itu
sudah sering menikmati tubuh majikannya itu. Mungkin, bahkan sudah
berpuluh-puluh kali Asep menggagahi majikannya yang sangat menggairahkan
itu. Tak heran, tadi dia enak saja langsung meremasi pantat Lina.
“non Lina..”.
“eh ada Mang Karjo juga…”. Lina langsung berpindah memeluk Karjo sampai kedua payudaranya yang besar menempel ke dada Karjo.
“non Lina makin semok aja…”, hatur Karjo nakal sambil menepok kencang pantat Lina.
“ah Mang Karjo. Mang Karjo ke mana aja sih ?”.
“non Lina yang kemana aja. ditungguin juga dari kemaren-kemaren, baru
keliatan sekarang…”, Karjo mencubit pipi Lina, gemas dengan gadis
cantik itu.
“maaf, Mang..namanya kuliah sibuk..hehe..”.
“iya, deh..”.
Karjo, teman Asep, sama-sama penjaga villa, namun dia menjaga villa
yang jauh dari villa. Karjo hanya beruntung, temannya Asep, memilik
majikan seperti Lina, cantik, bahenol, sensual, dan hyper-sex. Saat
pertama kali diajak Asep untuk 3-some dengan majikannya, Karjo mengira
temannya itu hanya bercanda. Tapi Karjo tak menolak. Di pikirannya,
lumayanlah ngentot ama tante-tante daripada nggak ada. Tak tahunya,
majikan temannya itu, Asep, adalah Lina yang saat itu masih kelas 3 SMA,
cantik, putih mulus, dan sangat montok. Awalnya, Karjo tak percaya
perkataan Asep. Namun waktu itu Asep langsung membuktikan dengan
menelanjangi Lina dan tak mendapatkan perlawanan sedikit pun. Sejak saat
itu, Karjo pun ikut terlibat dalam persenggamaan antara pria tua dengan
seorang gadis cantik sampai sekarang.
Lina
Setiap kali Lina akan datang dan berlibur ke villanya, pasti Karjo
langsung datang ke villa Lina, baik itu diberi kabar oleh Asep ataupun
dari Lina sendiri. Pria mana yang tidak ‘rutin’ bercinta kalau
pasangannya, ABG cantik seperti Lina, tak heran Karjo dan Asep sangat
rajin ‘menemani’ Lina di villanya.
“kita kangen nih, non…”. Asep menyingkirkan tangan Karjo dari pantat
Lina karena dia ingin menggesek-gesekkan kemaluannya ke pantat Lina.
“hmmmm….kangen yaa…”, gerakan dan suara Lina begitu sensual, apalagi
ia menggerakkan pantatnya, merespon aktivitas Asep. Karjo tak mau kalah,
dia juga menggesekkan kemaluannya ke V-zone Lina. Bidadari bertubuh
indah itu pun merasa begitu sensual dan erotis, membiarkan 2 pria
menggesek-gesekkan kemaluan mereka masing-masing ke bagian bawah
tubuhnya. Malih yang tadi penasaran siapa yang datang, tak percaya apa
yang ia saksikan di ambang pintu. Bidadari ‘fantasi’nya berada di
himpitan 2 pria tua yang jelek. Lina terlihat terangsang dan bergairah
menikmati pantat dan daerah Vnya yang masih terlindungi hotpants
digesek-gesek oleh 2 pria tua dengan kemaluan mereka yang juga masih
tertutup celana.
“aw”, Malih berteriak dalam hatinya seketika ia mencubit kencang
tangannya sendiri, memastikan ini bukan mimpi. Pemandangan Lina
terhimpit dan digesek-gesek oleh 2 pria paruh-baya nan jelek, kontan
membuat ‘telunjuk’ Malih tegak mengacung. Padahal, dia hanya dapat
menggagahi Lina dalam mimpi. Tapi kenapa 2 pria itu terlihat mudah
sekali meletakkan tangan mereka di tubuh indah Lina. Malih merasa kesal
sekaligus cemburu.
“udah ah, mending masuk dulu…”.
“hehe..oke, non…”. Lina cukup terkejut, ternyata ada Malih yang memperhatikannya.
“eh Pak Malih…”.
“e eh non Lina…”, Malih salah tingkah dan membereskan tonjolan di celananya.
“siapa non ?”.
“oh iyaa, kenalin, ini namanya Pak Malih, supirnya Riri..”, Lina
memperkenalkan Malih. Dia terlihat biasa saja, kejadian gesek-menggesek
di depan pintu tadi seperti tak pernah terjadi.
“Malih..”.
“Asep….”.
“Karjo…”.
“semuanya, ada Mang Asep sama Mang Karjo nih…”.
“Mang Asep !!”, teriak Intan, dia langsung bangun dan mendekap Asep.
“Maaang Karjooo !!”, teriak Moniq yang juga langsung memeluk Karjo.
Apa-apaan nih ?, pikir Malih bingung. Tak masuk akal, bidadari cantik
seperti Intan dan Moniq langsung memeluk 2 pria tua jelek seperti Asep
dan Karjo begitu saja bagaikan kekasih mereka saja. Yap, bukan hanya
tubuh Lina yang pernah dinikmati Asep dan Karjo, tapi juga Intan dan
Moniq.
“eh, non Riri…”.
“eh Mang Asep, Mang Karjo…”, sapa Riri biasa saja. Hanya Riri yang
tak pernah di icip kedua pria penjaga villa itu, Lina sendiri yang
melarangnya.
“huft…”, Malih agak merasa lega, majikannya sekaligus
‘istri-istrian’nya itu kelihatan biasa saja, tak ada reaksi spesial.
Tapi, tetap saja Malih merasa sangat cemburu, Lina, Intan, dan Moniq
menyambut Asep dan Karjo dengan ‘hangat’ bagai superstar padahal wajah
mereka tak lebih tampan darinya. Asep dan Karjo pun nimbrung nonton
televisi.
“non, ke dapur sebentar deh”, isi sms Malih ke nomor Riri. Riri yang
selalu memegang hpnya langsung ke dapur setelah membaca sms dari Malih.
“ada apa, Pak ?”.
“itu Asep dan Karjo..siapa sih, non ?”.
“kalau Asep, penjaga villa ini. kalau Karjo temennya Asep…”.
“oh gitu. tapi kok, non, kayaknya neng Intan sama neng Moniq keliatan
deket banget sama Asep sama Karjo, langsung peluk terus cipika cipiki
gitu ? udah gitu tadi di depan pintu, neng Lina digrepe-grepe sama
mereka ?”,
Malih benar-benar penasaran karena rasa cemburu ke Asep dan Karjo
yang baru datang tapi langsung bisa menyentuh ketiga dara cantik itu
dengan mudah. Sedangkan, ia dari kemarin hanya bisa membayangkannya.
“emm….sini Riri bisikkin…”.
Wajah Malih menunjukkan ekspresi terkejut mendengar jawaban dari Riri.
“ah yang bener, non ?!”.
“iya, bener, Pak…”.
“jadi neng Intan, neng Moniq, sama neng Lina itu doyan ngesex ? terus
Asep ama Karjo itu udah sering ngesex sama neng Intan, Moniq, sama neng
Lina ?”.
“iya, Lina malah udah dari SMA, gituan sama Asep n’ Karjo…”.
“tapi non Riri belum pernah kan ngesex sama mereka berdua ?”.
“belum, Pak. tapi kayaknya Riri juga mau nyoba deh..”, goda Riri.
“e e eh jangan, non…”.
“loh ? kenapa, Pak ?”.
“non Riri cuma punya Pak Malih…”, pernyataan jantan keluar dari mulut Malih.
“hmm. Riri cuma bercanda kok…”, Riri manja sambil tersenyum “Riri
cuma mau gituan sama Pak Malih, nggak mau sama orang lain…”, pernyataan
balasan Riri.
Kata-kata itu terdengar indah sekali di telinga Malih sekaligus
membangkitkan gairah. Tentu saja membangkitkan gairah, ucapan Riri tadi
jelas sekali mengatakan kalau dirinya adalah milik Malih. ABG cantik itu
sendiri yang secara langsung menyatakan kalau tubuhnya adalah tempat
pelampiasan nafsu hanya untuk Malih.
“bener nih, non ?”.
“bener, Pak. mmm, kecuali…”.
“kecuali apa, non ?”.
“kecuali Pak Malih nyuruh Riri ngesex sama orang lain…”, jawab Riri
untuk menggoda supirnya itu. Ugh, Malih benar-benar ‘gemas’ sekali
dengan majikannya itu yang sedari tadi menggodanya dengan ucapan-ucapan
yang nakal, membangkitkan gairah, dan tingkah manjanya.
Andai saja di rumah, mungkin Malih sudah memojokkan Riri ke sudut
ruangan lalu melucuti atau bahkan merobek pakaian Riri dan langsung
menggagahi majikan cantiknya itu saat itu juga karena Malih sudah
benar-benar ‘gemas’, burungnya juga sudah tegangan tinggi. Riri yang
sudah sering melayani nafsu Malih tentu tahu kalau supirnya itu sudah
terangsang.
“kok di sini, Pak Malih jadi cepet bangun yaa ?”, goda Riri.
“dingin sih non..hehe”.
“mmm…Riri juga kedinginan, Pak”, gerakan-gerakan dan ucapan Riri
benar-benar sensual. ABG cantik bertubuh sekal itu tahu benar caranya
menggoda Malih. Apalagi, saat Riri pura-pura akan menarik turun
hotpantsnya. Rasanya, Malih ingin sekali menghujamkan batang
kejantanannya ke dalam tubuh ‘setan’ cantik yang sedari tadi menggodanya
dengan sekuat-kuatnya.
“nggak apa-apa, non. non Riri nonton aja. Pak Malih nggak apa-apa,
non”. Malih tahu kalau Riri siap untuk melayani nafsunya, tapi kasihan
juga.
Tadi malam kan, Malih sudah ‘menyetrum’ majikannya yang cantik itu
sampai benar-benar puas, masa sudah meminta jatah di pagi hari. Malih
cukup memikirkan Riri juga. Riri kan ke villa Lina karena ingin liburan,
masa dia harus tetap terus menghabiskan waktu dengan otongnya, pikir
Malih.
“yang bener, Pak ?”.
“iya, non…”.
“bener nih ?”, goda Riri lebih lanjut lagi dengan menurunkan hotpantsnya sampai setengah belahan pantatnya terlihat.
“iya, non…”. Riri benar-benar agresif, nakal, dan sangat menggoda.
“apa, Pak Malih mau…. ?”, Riri mendemonstrasikan seperti orang yang sedang menyepong.
“bener, non. nggak apa-apa, kasian non Riri. mau liburan di sini tapi malah sama Pak Malih terus…”.
“ya nggak apa-apa, Pak. kan Riri nggak kepaksa, berduaan sama Pak Malih…”.
“ya, tapi, Pak Malih pengen ngeliat non Riri seneng-seneng juga”.
“makasih yaa, Pak…”, Riri tersenyum, memberikan kecupan mesra ke kedua pipi Malih.
“yaudah, Pak. kalau gitu, kita nonton bareng-bareng aja yuk…”.
“ayoo, non..”.
Mereka bertujuh pun menonton bersama sampai sore. Asep, Karjo, dan
Malih mulai dekat. Sesekali, Malih curi-curi pandang ke Lina, Intan,
atau Moniq. Dia iri melihat Asep dan Karjo bisa dekat sekali dengan
ketiga dara belia itu. Sementara Asep dan Karjo malah kebalikannya,
ingin menjadi Malih karena Riri kelihatan manja sekali dengannya, maklum
sampai sekarang, mereka berdua masih penasaran ingin mencicipi tubuh
Riri.
“Pak..”, sapa Asep yang bertemu Malih di dapur saat dia mau mengambil minuman.
“eh Mas…”, bingung juga Malih memanggil apa ke Asep.
“Bapak, supirnya non Riri ya ?”.
“iya, Mas. saya supirnya..”.
“sudah berapa lama, Pak ?”.
“belum lama, Mas. baru beberapa minggu..”.
“oh. baru..”.
“Mas Asep udah berapa lama jadi penjaga villa neng Lina ?”.
“sudah lama, Pak. kira-kira 7 tahunan lah…”.
“oh lama banget ya…”.
“Bapak, kayaknya umurnya 40an ya ?”.
“ah nggak, Mas. saya 58 tahun..”.
“berarti saya kalah dong, saya baru 52…”.
“oh..”.
“kalau si Karjo baru 49..”.
“oh…”.
“berarti Bapak paling sesepuh di sini. hahaha !!”, Asep berusaha mengakrabkan diri dengan Malih.
Seperti ungkapan orang-orang, “selalu ada maksud tersembunyi”. Asep
berusaha akrab dengan Malih karena siapa tahu saja, jika Malih yang
menyuruh, Riri bisa disenggamainya. Sama halnya seperti Malih yang tahu
hubungan Asep dan Karjo dengan Lina, Intan, dan Moniq, Asep dan Karjo
juga tahu hubungan Riri dengan Malih. Kedua penjaga villa itu diberi
tahu Lina tentang hubungan Riri dengan Malih, setiap harinya mereka
selalu bersenggama seperti pasangan suami istri. Asep dan Karjo merasa
menemukan jalan agar mereka bisa menikmati tubuh Riri yang sedari dulu
mereka incar karena penasaran sekali. Jalannya adalah melalui Malih
karena kata Lina, Riri sangat mencintai Malih, tentu dia akan mematuhi
perintah Malih.
Malih,si tukang sampah
“oh iya, Pak Malih. saya denger dari non Lina, katanya Pak Malih sama non Riri bukan cuma supir sama majikan. bener, Pak ?”.
“maksud Mas Asep ?”.
“ya Pak Malih sering ngentot sama non Riri kan ?”.
Deg, seketika Malih terdiam.
“kok Mas bisa tau ?”.
“non Lina cerita ke saya…”.
“…”.
“Pak Malih benar-benar beruntung…”.
“kenapa emangnya, Mas ?”.
“ya bisa ngentot sama non Riri padahal baru kenal beberapa minggu aja…”.
“saya malah ngiri sama Mas Asep. bisa deket banget sama neng Lina,
neng Intan, n’ neng Moniq…”. Yap ! Malih sudah terpancing oleh Asep.
Pikiran kedua pria tua itu kini sudah selaras, sudah sama-sama mesum.
Terbesit sebuah ide brilian di otak Asep dan Malih, sebuah ‘pertukaran’.
“saya punya ide, Pak..”.
“apa, Mas ?”.
“gimana kalau Pak Malih nyuruh non Riri ngentot sama saya n’ Karjo.
nanti saya bilang ke non Lina, supaya ngentot sama Pak Malih…”.
Mendengar itu, Malih langsung bersemangat.
“oke oke ! deal !”. Sudah terbayang kemulusan tubuh Lina di otak
Malih. Asep dan Malih sudah sepakat, menukar ‘milik’nya yaitu Riri dan
Lina. Enak sekali kedua pria tua itu membuat perjanjian untuk bertukar
pasangan begitu saja tanpa bertanya ke kedua gadis belia nan cantik
jelita tersebut, seperti Riri dan Lina cuma ‘barang’ pribadi milik
mereka saja.
Asep dan Malih pun kembali ke ruang tengah.
“kok minumnya lama banget, Pak ?”, tanya Riri manja dan langsung ngegelendot ke bahu Malih.
“iya, non. aus banget…”. Malih bingung mau bilang apa ke Riri. Tak
mungkin dia bilang ke Riri kalau dia ‘menukar’nya dengan Lina. Sampai
menjelang malam, Malih masih tak tahu harus bilang apa ke Riri. Asep
sudah cerita ke Karjo. Dan kelihatan mereka berdua tidak sabar. Malih
juga sudah membayangkan mimpinya kemarin malam akan terwujud.
“non, ikut Bapak ke dapur sebentar yuk…”. Riri mengangguk dan mengikuti Malih ke dapur.
“ada apa, Pak ?”.
“mm..soal yang tadi pagi..non Riri serius ?”.
“yang mana, Pak ?”.
“yang tadi…”.
“yang mana ?”, Riri bingung.
“yang soal ngesex sama orang lain…”.
“oh itu. emang kenapa, Pak ?”.
“non Riri serius nggak ?”.
“mm. iya, emang kenapa sih, Pak ?”.
“kalau Bapak nyuruh non Riri gituan sama Mas Asep n’ Mas Karjo. non Riri mau ?”.
“ha ? kok…? kenapa tiba-tiba Pak Malih nyuruh Riri gituan sama Mang Asep n’ Mang Karjo?”.
“aa ngg mm nngg…..gini, non…”. Malih merasa tak bisa bohong ke Riri, dia pun mengatakan yang sebenarnya.
“oh, itu alasannya. yaudah, Pak. oke deh, Riri nggak keberatan kok”, jawab Riri dengan respon yang baik.
“ha ? yang bener, non ? non Riri nggak marah ?”, tanya Malih
keheranan yang sebenarnya sudah mempersiapkan diri kalau-kalau Riri
marah dan ngambek.
“nggak, Pak. Riri tahu kok kalau Pak Malih naksir Lina pas ngeliat Lina…”.
“jadi non Riri udah tahu ?”.
“iya, Pak. Riri tahu, emangnya Riri nggak sadar..”, jawab Riri tersenyum manis dan mengelus pipi Malih.
“tapi, kenapa non Riri nggak marah ?”.
“kalau bisa bikin Pak Malih seneng, Riri nggak akan marah…”, ucap Riri penuh perasaan sebelum memeluk Malih.
“makasih banget, non. Bapak bener-bener beruntung dapet majikan kayak non Riri…”.
“ah, Bapak…”. Malih memang beruntung bisa mendapatkan hati Riri karena Riri akan baik sekali ke orang yang dicintainya.
“tapi, Pak…”.
“tapi apa, non ?”.
“jangan kecantol sama Lina ya ?”.
“nggak, non. tenang aja, udah ada non Riri, bapak nggak bakal bener-bener naksir ke neng Lina. hehehe…”.
“uh, dasar gombal…”, ledek Riri manja.
“yaudah, Riri mau ngomong dulu sama Lina ya”.
“iya, non..”. Huft, lega sekali Malih. Tak disangka, majikan yang
sudah seperti istrinya itu setuju dan sama sekali tidak marah kalau dia
ingin bersetubuh dengan Lina. Tak lama, Riri kembali ke dapur.
“Lina juga setuju, Pak..”. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Malih tak
menyangka kalau ini akan berjalan sangat sangat lancar, seperti dalam
mimpi saja.
“beneran, non ?”.
“hm mh. Pak Malih duduk dulu di ruang tengah yuk…”. Dengan ditarik
oleh Riri, Malih pun kembali ke ruang tengah dan duduk di sofa lagi.
Lina melemparkan senyuman ke Malih, seperti bahasa tubuh yang memberi
tahu Malih kalau dia juga ingin diintimi olehnya.
“bapak-bapak sekalian, ditutup dulu ya matanya sebentar…”, ucap Lina manja di depan ketiga pria tua itu.
Riri, Intan, dan Moniq pun langsung menutup mata Asep, Karjo, dan Malih dengan kain.
“emang mau apa sih, non ?”, Karjo ingin tahu.
“udah, diem aja dulu, Mang. jangan ngintip yaa…”. Tidak beberapa lama.
“nah, sekarang boleh buka…”. Asep, Malih, dan Karjo langsung cepat
membuka kain penutup mata mereka. Mereka bertiga terkejut, tercengang,
dan terbengong-bengong melihat apa yang ada di depan mereka. Intan,
Lina, dan Moniq telanjang bulat !. Tak ada sehelai benang pun menempel
di tubuh seksi mereka bertiga.
“wah, nona-nona cantik ini mau show kayaknya nih…”, ucap Asep. Bagi
Asep dan Karjo, melihat Lina, Intan, dan Moniq bugil sudah biasa. Tapi,
beda dengan Malih. Supir Riri itu terbengong-bengong melihat ketiga dara
itu telanjang bulat. Tubuh mereka bertiga benar-benar sangat indah.
Bagai sedang mimpi, ada 3 orang ABG cantik telanjang bulat di depannya.
Payudara dan selangkangan 3 dara cantik itu terlihat jelas dan tidak
ditutupi sedikitpun oleh si masing-masing empunya ‘barang’.
“atas permintaan Pak Malih, sekarang Mang Asep sama Mang Karjo boleh ngesex sama Riri…”.
Lina dan Moniq pun menyingkir. Riri keluar dari belakang mereka.
Kedua tangan Riri berada di belakang. Riri kelihatan benar-benar
menggemaskan dengan pose seperti itu. Kali ini, giliran Asep dan Karjo
yang tercengang melihat kemulusan tubuh Riri tanpa dihalangi apapun.
Melihat ekspresi mupeng pada wajah Asep dan Karjo, Malih merasa bangga.
Bangga karena wanita yang selama ini disenggamainya memang benar-benar
cantik dan menggiurkan tak hanya baginya, tapi bagi laki-laki lain.
“bener nih, non ?”.
“kok nanya Lina. tanya sama Pak Malih dong…”.
“bener nih, Pak ? boleh ?”. Malih mengangguk. Kedua pria tua mesum
itu langsung maju, mendekati ‘hadiah’ persahabatan dari Malih untuk
mereka. Riri langsung diapit oleh Asep dan Karjo.
“non Riri. kita bedua udah kebelet banget pengen ngentotin non Riri…”, ucap Asep lancang.
“iya, non. penasaran banget. akhirnya kesampean juga. hehehe !”. Riri hanya tersenyum.
Asep menuntun tangan kanan Riri ke selangkangannya, sementara tangan kiri Riri sudah ada di selangkangan Karjo.
“aa aahhmm eemmm eemmm”, Riri menggeliat-geliat manja kegelian. Kedua
daun telinganya sedang digeluti dan dikelitik oleh Asep dan Karjo
dengan lidah mereka. Tanpa disuruh, kedua tangan Riri mengusap-usap
burung kedua penjaga villa itu yang masih terbungkus celana dan kolor.
Basah dan geli, itu yang sedang dirasakan Riri. Dia mengulum bibir
bawahnya menahan rasa geli. Asep dan Karjo senang sekali akhirnya mereka
bisa menyentuh tubuh Riri. Payudara dan pantat Riri seempuk yang mereka
bayangkan.
“hemmh hemmhhh emmm”, Riri merasakan setiap remasan-remasan kasar
pada kedua buntalan daging kembarnya secara terus menerus. Kedua
bongkahan pantatnya juga ditabuh-tabuh oleh Asep dan Karjo seperti
gendang. Ditambah lidah 2 pria tua itu yang semakin lincah menggelitik
daun telinga Riri. Sungguh rangsangan yang hebat. Namanya orang sudah
ingin dari dulu, Asep dan Parjo begitu semangat merangsang gairah Riri.
“uummmm”, Riri terus menggumam manja. Dia belum pernah merasakan rangsangan dari 2 orang pria secara bersamaan.
“emmm emm uuhhmm hheemmhhh”, Riri mengangkat kepalanya, memberikan
keleluasaan bagi Asep dan Karjo untuk mencupangi lehernya. Riri merasa
begitu seksi dan sensual diciumi 2 pria sekaligus.
“ccpphh ccpphh”. Kedua pria penjaga villa itu mencumbui setiap
jengkal leher Riri, tak ada yang terlewat sambil asik memainkan kedua
daging kembar Riri. Mencengkram dan meremas-remasnya dengan kasar serta
mencubit-cubit, memencet-memencet, dan memilin kedua puting Riri.
“ccpphhh hmmhhh cccpphhh”, sesekali Asep dan Karjo bergantian melumat
bibir Riri. Lidah Riri terus melayani serangan demi serangan dari lidah
Asep dan Karjo yang tak ada jedanya. Sekitar mulut Riri pun sampai
basah karena air liur 2 pria tua itu. Kedua tangan Riri dinaikkan ke
atas oleh Asep dan Karjo. Riri yang sudah sering ‘menyusui’ Malih tahu
apa yang akan dilakukan Asep dan Karjo, pasti kemasan susunya yang akan
menjadi sasaran berikutnya.
Karjo
Riri pun bekerja sama, dia meletakkan kedua tangannya di belakang
kepala, seperti penjahat yang menyerah pada polisi. Bedanya, Riri
‘menyerah’ bukan pada polisi tapi pada 2 penjahat tua yang akan banyak
melakukan hal-hal mesum padanya.
“happh nyyemm”, kedua puting Riri langsung dicaplok Asep dan Karjo.
“aahhmmm hhemmmhhh uummmm emmmhhh !!! terusshhh Maaanggghhhh !!!
oooohhmmm”, erang Riri. Nikmatnya sungguh luar biasa, Riri belum pernah
merasakan sensasi seperti ini. Puting kanannya diemut-emut Asep
sementara puting kirinya dikenyot-kenyot Karjo dalam waktu yang
bersamaan. Sensasi yang benar-benar luar biasa dan tak pernah dirasakan
Riri.
“pook ! pook ! pook !”, Karjo menampari pantat Riri beberapa kali
sampai cukup berbekas di pantat Riri. Tangan Asep mulai menuju sasaran
utamanya.
“emmm…”. Benar, tangan Asep mulai mengusik daerah pribadi Riri. Asep
mengelus-elus dan mengucek-ngucek belahan bibir kemaluan Riri.
“aaahhhh uummmm eemmmm !!”, desah Riri dengan suara yang seksi.
Karjo juga sedang asik mengulas klitoris Riri. Riri benar-benar dirangsang habis-habisan oleh kedua pria tua itu.
“aah jangaan Maangghhh udaahh udaaahh !!”, Riri berusaha menutup
kedua tangannya, tapi Asep dan Karjo menahan kedua tangan Riri dan terus
menjilati ketiak Riri sampai majikan Malih itu menggeliat kegelian.
Geli dan nikmat, sungguh campuran rasa yang benar-benar tiada duanya
bagi seorang perempuan. Asep semakin bersemangat, yang tadinya dia
membelai dan mengusap-usap vagina Riri dengan pelan dan lembut, kini dia
seperti menggosok-gosok vagina Riri dengan tangannya. Sementara Karjo
mengusap-usap klitoris Riri sambil ‘mengebor’ liang anus ABG cantik itu
dengan jari tengah tangan kanannya.
“aaahh aahhh uuunnhhh !!”, desahan Riri semakin mengencang sebagai pelampiasan kenikmatan yang tengah ia rasakan sekarang.
“emmmmmm….”, gumam Riri merasa sesuatu sedang berusaha menyelip masuk
ke dalam celah sempit miliknya. Jari telunjuk Asep masuk ke dalam
vagina Riri dan mulai menggelitiki liang kewanitaan Riri.
“aaahh hhemmm uummhhh”, satu jari lagi masuk ke dalam ‘gua’ milik
Riri, tapi bukan jari Asep melainkan jari telunjuk Karjo. Kedua pria tua
nan jelek itu bekerja sama mengorek-ngorek kemaluan Riri.
Desahan-desahan kenikmatan terus keluar dari mulut Riri, kedua tangannya
pun memegangi bahkan menekan kepala Asep dan Karjo supaya mereka
menyedot susunya itu lebih kuat lagi. Asep dan Karjo kelihatan kompak
sekali ‘mengerjai’ Riri. Mereka kompak karena sudah biasa bekerja sama
mengerjai Lina. Sedangkan Riri, baru kali ini ia merasakan kenikmatan
ganda seperti ini. Sudah kedua susunya dikenyot-kenyot, lubang pantatnya
dicolok-colok, vaginanya pun dikorek-korek, benar-benar suatu
kenikmatan yang takkan bisa ditahan lama-lama oleh Riri. Malih terpaku
pada pemandangan yang ada di depannya. Batangnya sudah sekeras kayu,
membuat tonjolan besar di celananya. Tidak mungkin kalau dia tidak
terangsang melihat adegan yang tepat ada di kedua matanya.
Malih tak pernah melihat orang lain berhubungan intim secara langsung sebelumnya.
“Pak Maliiihhh…..”, Riri tetap mendesahkan nama supirnya itu,
meskipun bukan Malih yang tengah menggerayangi tubuhnya melainkan 2
penjaga villa yang memang selama ini mengincarnya. Sambil mendesahkan
nama Malih, Riri juga menatap Malih dengan kedua matanya yang sebentar
merem sebentar melek karena keenakan, dan dia juga sempat tersenyum
sebelum mengeluarkan desahan lagi. Seolah-olah Riri ingin mengatakan
kalau dia membiarkan pria lain menyentuh tubuhnya karena permintaan
Malih, dan Riri seperti ingin memberi tahu, walaupun pria lain yang
tengah memberinya kenikmatan, namun Riri tetap memikirkan pria tua yang
dicintainya yang tak lain adalah supirnya sendiri, Malih. Menyaksikan
gadis cantik yang biasa disenggamainya sedang telanjang bulat di antara 2
pria tua berpakaian lengkap dan digerayangi oleh kedua pria tua itu,
membuat Malih horny berat. Bahkan bukan hanya sekedar digerayangi saja,
namun juga dirangsang. Payudara yang biasa ia kenyot setiap hari
sekarang sedang disedot-sedot oleh Asep dan Karjo. Lubang pantat yang
biasa ia kilik-kilik, kini sedang dicolok-colok oleh Karjo. Dan vagina
yang biasa ia kobel-kobel setiap hari, sekarang Asep dan Karjo yang
sedang mengorek-ngoreknya. Benar-benar pemandangan yang membuat Malih
menjadi ‘panas’. Pandangan Malih pun teralihkan pada gerakan. Lina dan
Intan sedang berjalan ke arahnya. Seperti film porno, dimana ada 2 gadis
muda nan cantik yang telanjang bulat sedang berjalan ke arahnya dengan
gerakan yang begitu menggoda. Sedangkan Moniq, malah merangkak perlahan
mendekati Malih. Intan dan Lina duduk mengapit Malih di tengah-tengah.
Mereka berdua duduk menyamping.
“gimana, Pak ? ngeliat Riri digrepe-grepe Mang Asep sama Mang Karjo
?”, bisik Lina. Malih tak menjawab, dia begitu ‘tegang’. Sudah disuguhi
pemandangan yang sangat menegangkan, kini ditambah ada 2 gadis cantik
yang tak mengenakan apapun duduk di samping kanan dan kirinya. Belum
lagi, Moniq yang semakin dekat dengan selangkangannya. Merasa
selangkangannya terus diperhatikan Moniq yang terus merangkak, membuat
Malih merasa tongkatnya menjadi ‘buruan’ gadis imut itu.
“tenang aja, Pak. kalau Pak Malih cemburu, kita bantuin bapak supaya
Riri cemburu juga…”, bisik Intan begitu menggoda sebelum mulai mengemut
daun telinga kiri Malih. Lina pun menjilati telinga kanan Malih. Malih
merinding merasakan betapa gelinya saat kedua telinganya digeluti oleh
Intan dan Lina. Moniq pun sampai, dia langsung membenamkan wajahnya ke
selangkangan Malih. Tubuh Malih sedikit berkedut karena wajah Moniq
mengenai penisnya.
“cupp cuuphh cuupphh”, Moniq menciumi tonjolan di celana Malih dengan
seksama. Gadis imut terlihat sangat menikmatinya. Malih memang bermimpi
bisa menggagahi Lina, tapi sekarang malah melebihi mimpinya. Sekarang
dia sedang ‘digoda’ oleh 3 gadis cantik sekaligus dan semuanya telanjang
bulat. Sambil terus menggelitiki daun telinga Malih, Lina menarik
tangan kanan Malih dan menjepitnya dengan kedua pahanya. Intan pun
melakukan hal yang sama.
Intan
Malih bisa merasakan betapa hangatnya selangkangan 2 bidadari cantik itu.
“cupphh cuphh”, Intan mulai menciumi pipi Malih. Sementara Lina masih asik menggelitik telinga kanan Malih.
“malam ini, kita bertiga akan muasin bapak…”, desah Lina di telinga Malih.
Malih tak percaya, 3 ABG cantik itu benar-benar sangat agresif dan
nakal kepadanya, benar-benar seperti dalam mimpi saja. Tapi, kali ini
Malih yakin kalau sekarang bukan cuma mimpi, karena dia merasa sedikit
nyeri saat Intan menggigit telinganya agak kencang beberapa saat yang
lalu. Lina dan Intan pun menggunakan lidah mereka untuk menjilati wajah
Malih. Aroma harum dari tubuh Intan, Lina, dan Moniq yang sedari tadi
tercium oleh Malih kini tertutup oleh bau air liur Intan dan Lina. Kedua
gadis cantik itu pun menjilati bibir Malih. Secara refleks, Malih
membuka mulutnya. Lidah Intan dan Lina berebutan masuk ke dalam rongga
mulut Malih. Biasanya Malih yang mengisap-isap lidah Riri, tapi sekarang
lidahnya yang sedang diisap-isap oleh Lina dan Intan. Kedua gadis itu
bergantian menjulurkan lidah mereka ke dalam rongga mulut Malih.
Sementara Moniq mulai membuat celana Malih basah dengan lidahnya. Gadis
imut itu tengah menjilati tonjolan pada celana Malih. Intan dan Lina
terus mengobok-obok rongga mulut Malih. Malih baru ingat, kedua
tangannya ada di daerah ‘panas’ dari kedua gadis muda itu. Malih pun
langsung mencolok masing-masing vagina Lina dan Intan.
“uuummmmm”.
“emmm”. Keduanya pun spontan melirih pelan dan berhenti menjulurkan
lidah mereka ke dalam mulut Malih. Lina tersenyum dan perlahan
mengangkat kaos Malih. Dan di bawah sana, Moniq mulai membuka kancing
dan resleting celana Malih. Malih pun menyenderkan kepalanya ke sofa
sambil terus mengobel-ngobel kemaluan Intan dan Lina. Enak sekali
menjadi Malih saat ini, menengok ke kanan ada gadis cantik nan mulus,
menengok ke kiri ada gadis manis nan semok, melihat ke bawah pun ada
gadis imut nan menggemaskan, dan yang paling asik adalah ketiga gadis
itu bugil, tak mengenakan sehelai benang pun. Malih tak menduga dia akan
menjadi seperti sekarang. Dari pria tua yang hanya berprofesi sebagai
tukang sampah dan tinggal sendirian, kini menjadi pejantan dengan batang
kejantanan yang mampu menarik perhatian ‘kupu-kupu’ cantik dan indah
seperti Riri dan 3 bidadari yang sekarang sedang ada di dekatnya. Andai
saja teman-temannya yang dulu sering mengejek wajahnya kini melihatnya,
pasti tak akan percaya, pikir Malih. Meski sedang dilayani 3 bidadari
yang sekarang sedang berusaha menelanjanginya, Malih masih tetap ingat
dengan Riri, majikan tersayangnya yang sering menemaninya di atas
ranjang. Mata Malih terpaku pada tubuh Riri yang sedang dinikmati oleh
Asep dan Karjo.
“aahhh aaahhh hhemmmhhh ooohhh OOOHHHH UUNNNGGGHHHH !!!!!”, erang
Riri, tubuhnya mengejang, dia melepaskan puncak kenikmatannya karena
sudah tak tahan lagi merasakan nikmatnya korekan-korekan di kemaluannya.
Malih tak menduga, melihat Riri orgasme di tangan pria lain ternyata
menimbulkan nafsu tersendiri baginya.
“hhh hhh hhuffhh”, Riri mengatur irama nafasnya setelah orgasme,
namun vaginanya masih tersumbat dengan jari telunjuk Asep dan Karjo.
Permukaan payudara Riri basah dengan air liur dan juga banyak
bekas-bekas merah, akibat cupangan-cupangan 2 penjaga villa itu.
“emmm mmmhhh uummmm”, Asep dan Karjo memasukkan jari telunjuknya ke
dalam mulut Riri. Tanpa disuruh, Riri mengulumnya dan mencicipi cairan
vaginanya sendiri.
“gimana, non ? enak kan kita kobel-kobel memeknya ?”, Karjo melecehkan Riri.
“emm….”, Riri hanya menggumam dan sedikit mengangguk.
“HAHAHAHA !! coba dari dulu non Riri mau di entot sama kita bedua,
pasti non Riri bakal ketagihan kayak non Lina. GAHAHA !!!”, ledek Asep
menambahkan sambil tertawa keras, merasa menang karena telah berhasil
‘mempecundangi’ Riri. Tentu saja Asep dan Karjo merasa menang. Dari
pertama bertemu, Riri selalu menolak bahkan menjauh dari Asep dan Karjo,
tapi tadi Riri sendiri yang mengakui kalau vaginanya terasa enak saat
dikobel-kobel oleh mereka berdua.
“ayo, Sep. angkat kakinya non Riri. gue pengen ngejilat memeknya non Riri, penasaran gue dari dulu”.
“enak aje lo ! gue dulu !”.
“kagak, gue dulu !”. Riri tersipu malu, wajahnya agak memerah. Riri
mungkin bukan gadis baik-baik, namun dia merasa malu, belum pernah ia
diperebutkan 2 lelaki. Well, secara teknis, Riri memang sering
diperebutkan lelaki, namun dia belum pernah mendengarkan 2 pria
bertengkar untuk ‘memperebutkan’ vaginanya. Itu yang membuat Riri merasa
malu.
“Mang Karjo aja dulu….”, ucap Riri tertunduk malu.
“tuh kan gue dulu. udeh, mendingan lo pegangin kakinya non Riri, Sep.
KEKEKE !!”, ujar Karjo merasa menang. Tentu Asep kelihatan tak senang.
Malih melihat Riri yang berbeda. Kalau dengannya, Riri begitu agresif
dan nakal, tapi kenapa sekarang majikannya itu terlihat pemalu sekaligus
tersiksa. Dengan wajah cemberut, Asep mendekap tubuh Riri dari
belakang, menahan pinggang Riri saat dia mengangkat kaki kanan Riri
setinggi-tingginya. Karjo langsung mengambil posisi di depan daerah
pribadi Riri. Kaki kiri Riri yang masih menapak sementara kaki kanannya
terangkat tinggi sekali, membuat kedua kaki Riri seperti membentuk jarum
jam saat pukul 16.45. Karjo memandangi bukit indah nan menggiurkan
milik Riri. Hidung Karjo pun dipenuhi aroma yang begitu harum dari
selangkangan Riri. Emang udah hukum alam kali, cewek cakep pasti
memeknya wangi, pikir Karjo yang sudah sering menikmati ‘surga dunia’
milik gadis-gadis cantik lainnya yakni Lina, Intan, dan Moniq.
“aaaahhhhmmm…”, lirih Riri pelan saat merasakan ada ‘kontak’ di celah
sempit miliknya. Cairan vagina Riri yang masih sedikit ada di
kemaluannya setelah orgasme sebelumnya tentu langsung dijilat habis oleh
Karjo. Gurih, asin, dan cukup manis, perpaduan rasa yang asik, membuat
Karjo ingin lebih banyak mendapatkannya.
“aahh hhemmm uumm oohhh”, desahan Riri terdengar begitu keenakan.
Bagaimana tidak, Karjo sungguh lihai menggunakan lidahnya baik untuk
membelai vagina Riri maupun mengorek-ngorek dalamnya.
Tidak mungkin kalau Karjo tidak piawai menjilati alat kelamin seorang
wanita. Pria tua itu setidaknya sudah 15 kali ‘menyantap’ vagina Lina,
tak heran kalau lidahnya sudah sangat terlatih. Riri tak bisa
menyembunyikan ekspresi wajahnya yang sedang keenakan. Asep membuat Riri
menengok dan langsung menyambar bibir mungil nan lembut bidadari cantik
itu. Sementara tangan satunya yang tidak memegangi kaki Riri, sibuk
meremasi atau mungkin lebih tepatnya menikmati betapa empuk dan
kenyalnya payudara Riri.
“hhemmmhhh”, Riri menggumam agak kencang,
Asep iseng memelintir puting kirinya. Karjo terlalu hebat memainkan
lidahnya, Riri sampai tak tahan lagi menahan terpaan rasa nikmat yang
berasal dari kemaluannya. Ditambah kedua putingnya yang mengeras karena
terangsang, senantiasa dipilin-pilin oleh Asep secara bergantian.
“UUUUMMMHHHHH !!!!”, erang Riri lepas dan menekan kepala Karjo ke
‘curug’ miliknya. Curug atau air terjun yang sebentar lagi akan
mengucurkan sumber mata air yang nikmat dan ‘menyegarkan’.
“OOOUUHHHHHH !!!!”, lenguh Riri. Karjo langsung menyeruput ‘sirup’
yang berasal dari vagina Riri dengan rakus. Tak hanya sekedar
menyeruput, Karjo juga menyedot kuat bagai lintah yang sedang menghisap
darah. Tubuh Riri berkedut-kedut merasa sisa-sisa kenikmatan.
“gimane rasanya, Jo ?”.
“beuh. MAKNYUUS ! LAAZIISS !!!”, ekspresi Karjo yang menunjukkan
kalau rasa ‘alat kawin’ milik Riri benar-benar lezat. Asep pun
menurunkan kaki Riri. Akhirnya Riri bisa berdiri dengan kedua kaki.
Pegal sekali menahan tubuh dengan satu kaki. Selangkangan Riri
benar-benar basah kuyup, banjir air liur Karjo.
“ayo non. sini memeknya, giliran Mang Asep yang jilatin !”, seru Asep
yang sudah tidur terlentang. Seperti budak, Riri pun menuruti, dia
sudah mengambil ancang-ancang akan jongkok tepat di atas wajah Asep.
Istilah ‘ketiban memek’ yang sering diucapkan Asep benar-benar sangat
tepat untuk sekarang. Riri semakin rendah, vaginanya akan tepat jatuh ke
wajah Asep.
“aaaahhhh !!!”, pekik Riri agak terkejut ketika Asep menarik pinggulnya ke bawah dan langsung menyerbu vagina Riri dengan ganas.
“emmmm…”, Riri mengulum bibir bawahnya sambil melirih pelan, dia
merapatkan kedua kakinya menjepit kepala Asep yang sedang didudukinya
agar tak ‘longgar’. Posisi ini adalah posisi paling familiar bagi Riri
dalam menerima ‘serangan’ pada vaginanya. Familiar karena ini posisi
menjilat vagina yang paling disukai Malih. Malih suka sensasi saat
wajahnya dikangkangi oleh Riri sebab posisi ini membuat Malih merasa
begitu berkuasa atas vagina Riri dan vagina Riri hanya untuknya,
ditambah wangi dan harum daerah kewanitaan Riri sangat tajam tercium
dalam posisi ini. Saking sukanya, Malih betah dikangkangi Riri lebih
dari 15 menit, bahkan pernah sampai 1 jam penuh Malih menikmati
‘kolong’nya Riri karena Riri juga tak mengangkat-angkat vaginanya dari
wajah Malih waktu itu.
“ooohhhmmm uummmhhh iyaaaa Maaanggghhh teeruuussshhh di siituuuhhhh”, desah Riri begitu liar.
Saking keenakannya, Riri berputar dan berpegangan pada dada Asep agar
bisa menggerakkan vaginanya yang terasa semakin gatal ke wajah Asep.
Tak hanya maju-mundur, Riri pun menggoyang-goyangkan pinggulnya, sengaja
ingin menggilas wajah Asep dengan vaginanya. Pemandangan yang sensual
dan erotis ketika Riri terlihat begitu menikmati dan terus menggerakkan
pinggulnya, ‘memarut’ vaginanya di wajah Asep.
“ooohhh ooohhh uuummmhhh”, desah Riri semakin liar menggesek-gesekkan
vaginanya dengan wajah Asep. Sementara Riri sedang menikmati service
Asep di kolongnya, Malih kini sudah sama dengan 3 ‘setan’ cantik yang
sedang bersamanya, sama-sama telanjang bulat. Cuma ada 1 tongkat sakti,
namun ada 3 ‘penyihir’ yang ingin memakai tongkat tersebut, cukup
merepotkan. Intan, Moniq, apalagi Lina, tak bisa mengalihkan
pandangannya pada benda tegak yang berdiri di selangkangan Malih.
Ketiganya berebutan ingin menyentuh dan membelainya. Ketiga dara cantik
itu tak menyangka, Malih yang umurnya sudah tua punya batang kejantanan
yang sangat ‘jantan’.
Diameternya besar, panjangnya mungkin 1 jengkal, belum lagi banyak
urat di batangnya. Baik Moniq, Intan, ataupun Lina, ketiganya merasa
kagum dengan senjata Malih yang kelihatan masih dalam keadaan prima.
Pantas saja, Riri sampai klepek-klepek, pikir Lina sambil tersenyum.
Ngomong-ngomong soal Riri, Lina lupa dengan sahabatnya. Lina kembali
tersenyum melihat Riri yang kelihatan sangat seksi dengan
menggesek-gesekkan kemaluannya sendiri di atas wajah Asep. Malih merasa
bangga, penisnya kelihatan sangat menarik perhatian ketiga gadis muda
yang sedang mengerubutinya.
“buka lebih lebar dong, Pak…”, pinta Moniq.
Malih membuka pahanya lebih lebar dan memajukan pantatnya sehingga
benar-benar di ujung sofa. Pria tua itu sudah tak sabar ingin merasakan
alat kawinnya dijilati 3 ABG yang semuanya cantik secara bersamaan.
Intan langsung menggenggam batang kejantanan Malih. Tentu dengan panjang
seperti itu, satu tangan Intan saja tak cukup untuk menggenggam senjata
Malih. Tangan Lina lah yang memegang sisa panjang batang Malih sampai
ke pucuk penisnya. Sementara Moniq menampung kantung buah zakar Malih
dengan tangan kanannya, dan menggunakan telunjuknya untuk mengusap-usap
kedua biji kemaluan Malih seperti orang yang mengelus-elus hewan kecil.
Intan dan Lina yang memegangi batang Malih cukup terkejut. Ternyata
penis pria tua itu begitu kekar, kokoh, dan juga keras, hampir mirip
sebatang kayu. Benar-benar tak diduga-duga. Dengan kompak, tangan Lina
dan Intan bergerak ke atas dan ke bawah secara bersamaan.
“oooh”, Malih merasa keenakan, tangan ketiga dara cantik itu terasa halus dan lembut, sangat mengenakkan.
Sambil mengocok perlahan, Intan dan Lina bergantian mencumbu bibir
Malih. Melihat Malih sekarang seperti melihat seorang raja yang sedang
dilayani oleh ketiga selirnya. Malih tinggal duduk menikmati permainan
ketiga selirnya yang sangat agresif dan aktif merangsangnya. Tak lupa
Malih menggerakkan jarinya untuk mengorek-ngorek vagina Intan dan Lina.
Intan dan Lina bisa merasakan betapa ‘panas’nya tongkat sodok milik
Malih. Begitu juga Malih, dia bisa merasakan betapa hangat dan lembabnya
alat kelamin Lina dan Intan.
“cuupphh ccpphh”, di bawah sana, Moniq mulai menciumi kantung pelir
Malih. Seperti tak mau kalah, Intan dan Lina pun mengambil posisi untuk
mendekatkan wajah mereka ke batang Malih. Terpaksa jari Malih harus
keluar dari ‘mainan’nya. Sofanya ada 3 dudukan, dan Malih duduk di
tengah-tengah, jadi memudahkan Lina dan Intan untuk mengambil posisi
sedemikian rupa.
“ccupp cuuphh cupphh”. Sekujur batang kejantanan Malih dikecup
bertubi-tubi oleh Lina dan Intan, dan Moniq juga asik mengecupi kantung
biji kemaluan Malih.
Sambil menikmati onderdilnya yang sedang diciumi oleh ketiga gadis
cantik, Malih pun mendapatkan tontonan yang sangat sensual. Benar-benar
sore yang sangat ‘panas’ bagi Malih. Namun, Malih berpikir juga. Mengapa
ABG-ABG cantik dan sexy seperti Intan, Lina, Moniq, dan Riri mau-maunya
melayani nafsu lelaki tua seperti Asep, Karjo, dan dirinya. Padahal,
dengan wajah dan tubuh aduhai, mereka berempat tentu bisa menggaet
lelaki tampan dan kaya dengan mudah seperti membalikkan telapak tangan.
Pasti ada yang salah dengan keempat bidadari tersebut, pikir Malih.
Apakah terjadi sesuatu pada mereka di masa kecilnya sampai punya
kelainan, suka ngesex sama pria yang jauh lebih tua dari mereka, sebab
gadis normal tentu lebih suka berhubungan intim dengan pria sebaya,
mungkin ada juga yang suka bersetubuh dengan pria tua, namun sepertinya
tak sampai dengan pria yang hampir kakek-kakek, pikir Malih lagi.
“ooohhhh”, desah Malih tersadar dari lamunannya. Dia merasa gelitikan
nan hangat pada batang dan pelirnya. Memang benar, ketiga dara cantik
itu sudah mulai menggunakan lidahnya. Intan, Lina, dan Moniq yang sudah
biasa berhadapan dengan penis laki-laki tentu tahu benar cara memanjakan
kemaluan Malih dengan lidah mereka.
“ooohh oohhh”, Malih merem-melek keenakan, mendapatkan belaian dari 3
lidah sekaligus tentu memberikan kenikmatan luar biasa untuk Malih.
Kemaluan Malih seperti sedang ‘dimandikan’ oleh Moniq, Lina, dan
Intan. Hanya ada 2 lidah yang pernah menyentuh alat kawin Malih, pertama
lidah almarhum istrinya, dan kedua, lidah Riri. Tapi lihat sekarang,
ada 3 batang lidah yang sedang melata di sekitar kemaluan Malih, 3 lidah
dari 3 orang gadis muda nan cantik yang baru saja ia kenal kemarin.
Kehidupan Malih benar-benar berubah 180 derajat semenjak bertemu. Sudah
bisa menyenggamai Riri setiap hari bagai istri sendiri, sekarang Malih
malah sedang dilayani 3 sahabat majikannya. Malih sungguh merasa sangat
beruntung karena hidupnya yang sekarang adalah mimpi setiap pria tua
sepertinya, yakni bisa menikmati tubuh ABG cantik semaunya. Rasa nikmat
semakin dirasakan Malih saat kepala penisnya mulai diemut-emut Intan,
sedangkan batang sampai pangkalnya sedang dijilati Lina, dan buah
pelirnya sedang di’makan’ oleh Moniq. Kemaluannya benar-benar di’santap’
habis-habisan oleh ketiga ABG itu.
Lina dan Intan bergantian mengemuti kepala penis Malih dan menjilati
batang kejantanan Malih. Sementara Moniq yang hanya kebagian
‘sarang’nya, melakukan yang biasa ia lakukan.
“aahhh”, tubuh Malih bergetar, merinding saat merasa nikmat tapi aneh di anusnya.
Ternyata lubang pantatnya sedang dijilati Moniq. Meski hanya
kelihatan matanya, tapi Malih tahu kalau Moniq tersenyum, seakan dia
ingin menunjukkan kalau dia menjilati lubang anus pria tua itu dengan
senang hati dan dengan kemauan sendiri. Rasanya nikmat sekali, apalagi
saat lidah Moniq terasa keluar masuk lubang anusnya. Tak disangka, ABG
yang mukanya paling imut malah lebih nakal dan lebih berani main ‘kotor’
dibandingkan yang lainnya, pikir Malih. Sementara itu, Riri masih
menggoyangkan pinggulnya di atas wajah Asep. Asep pun ‘gemas’, dia
memegang dan menahan pinggang Riri. Otomatis vagina Riri pun jadi diam
di tempat, memudahkan Asep untuk mengubek-ubek kemaluan indah nan wangi
itu dengan semaunya.
“aaahhh aaahhh aaahhhh hhummmm emmmmhhh”, desah Riri merasakan nikmatnya lidah Asep yang mengorek-ngorek bagian dalam vaginanya.
Karjo yang sedari tadi hanya meremasi payudara Riri dari belakang dan
sesekali melumat bibir Riri, mengambil inisiatif. Karjo meletakkan
kepalanya di perut Asep dengan muka menghadap ke atas. Dia menarik Riri
ke bawah sehingga kedua buah payudara Riri menggantung indah tepat di
depan wajahnya. Tentu Karjo langsung menggenggam satu buah payudara Riri
dan menyambar buah payudara Riri yang satunya lagi dengan mulutnya, dia
mulai mengenyot kemasan susu Riri bagai bayi yang sedang ngepeng.
“aaahh aahhh ooohhh uummhhh mmmhhh”, desahan Riri semakin
menjadi-jadi. Belum pernah ia merasa sensasi nikmat seperti ini karena
memang dia belum pernah dikeroyok seperti sekarang. Kedua tangan Riri
yang menahan tubuhnya sendiri seakan tidak kuat menahan berat badannya
sendiri sehingga Riri terjatuh. Karena Riri jatuh, tentu kedua
payudaranya menimpa Karjo dan seperti ‘menimbun’ wajah Karjo. Karjo
malah suka sensasi itu, dia merasa seperti sedang di’bekap’ dengan
payudara Riri. Tapi, tetap saja, Karjo bisa kehabisan nafas. Riri pun
mengangkat payudaranya kalau punggungnya sudah ditepuk-tepuk Karjo yang
menandakan kalau dia kekurangan udara. Tubuh Riri seperti mobil yang
sedang diservice oleh 2 montir saja. Asep seperti montir yang sedang
menguras ‘oli’, sedangkan Karjo seperti montir yang sedang mengecas
‘aki’.
“AAAHHH OOOOHHH !!!! ENNNGGGHHHH !!!!!”, erang Riri sambil menekan
vaginanya ke bawah. Vagina Riri mulai mengucurkan sari patinya. Tentu
Asep sudah siap meminumnya dan merasakan betapa segar dan enaknya ‘sari’
rasa vagina Riri.
“ssllrrppp !! emmm..enaakk !!! srruuupphhhh !!”, komentar Asep di
sela-sela aktivitasnya menyeruput ‘kuah’ vagina Riri. Lidah Asep terus
mengorek-ngorek sisa cairan vagina yang mungkin masih tertinggal di
liang kewanitaan Riri. Riri hanya bisa diam dan tetap dalam posisi.
“aah ahh”, desah Riri kecil merasakan lidah Asep terus mengorek kemaluannya.
“aahh ! non Riri punya memek enak gini. kenapa gak bilang sama Mamang sih, non ? HAHAHA !!”, ejek Asep.
“iye ye, Sep. non Riri pelit”, timpal Karjo seraya bangun setelah puas mencicipi kedua buah payudara Riri.
“ayo non, bangun. pokk pokk !”, Asep menepuk pantat Riri agar segera
bangun. Dengan perlahan, Riri berdiri, mengangkat vaginanya yang basah
kuyup karena air liur, dari wajah Asep. Karjo yang sudah telanjang bulat
langsung mendekap tubuh Riri dari belakang.
“noon….otong Mang Karjo udah pengen masuk ke dalem niiih….”, bisik
Karjo di telinga Riri dari belakang untuk memancing gairah dara cantik
itu. Karjo pun iseng menggesek-gesekkan penisnya ke belahan pantat Riri.
“gimana, non ? otong Mang Karjo anget kan ? gede kan ?”.
“emmmm….”, jawab Riri.
“non Riri udah nggak sabar kan pengen disodok sama Mang Karjo ??”, leceh Karjo sambil asik menciumi pundak kanan Riri.
“hee emmmhhhh”, lirih Riri.
Tak mungkin kalau Riri menolak. Dia sudah dalam keadaan terangsang
dan sudah 3x orgasme, tak mungkin kalau bidadari cantik itu tak mau
digagahi. Lagipula, Malih yang menyuruhnya untuk melayani kedua pria tua
itu, tak mungkin Riri membantahnya. Saat Riri sedang menikmati belaian
penis Karjo pada pantatnya, Asep sudah berdiri di depannya, dan sudah
telanjang dengan batang kejantanan yang sudah mengacung tegak, siap
untuk ‘mengaduk’. Asep membelai belahan vagina Riri dengan kepala
penisnya.
“pokoknya sekali kita tojos, non Riri pasti ketagihan. HEHEHEHE !!!!”, ejek Asep begitu melecehkan Riri.
“ehhmm mmmhhh”, Riri hanya mendesah pelan.
Benar-benar pemandangan yang terlihat begitu menggairahkan. Seorang
gadis cantik yang masih muda, berkulit putih mulus, dan bertubuh padat
berisi seperti Riri, sedang terjepit di antara 2 pria tua yang tengah
asik merangsangnya. Riri kelihatan begitu tak berdaya, terjepit di
antara Asep dan Karjo. Dia pasrah, namun menikmati vagina dan pantatnya
digesek-gesek kedua penjaga villa yang sudah tua itu seakan-akan Riri
suka dirangsang sekaligus di’goda’ seperti ini.
“tapi sebelum kita tuncep, non harus kenalan dulu sama otong kita berdua. hehehe !”.
“iya non. tak kenal maka tak sayang, non. KEKEKE !!”.
“emmm”. Riri mengangguk dan mulai turun, bersimpuh, bertumpu pada
kedua lututnya di tengah-tengah Asep dan Karjo. Riri yang sudah biasa
melayani nafsu Malih tentu tahu apa yang diinginkan pria sebelum mulai
‘perang’. Kuluman pada kemaluan adalah foreplay yang banyak diinginkan
para pria.
“ayo non. seponginnya yang enak yaa. hehehe…”, pesan Karjo. Riri
tersenyum sambil mengangguk. Dalam posisi bersimpuh seperti itu, Riri
terlihat seperti ‘menyerah’ ditodong senjata milik Asep dan Karjo. Riri
pun langsung menggenggam batang ‘pisang’ yang ada di kanan dan kirinya
dengan kedua tangannya.
“cuupp cuupp cuuppphh”, secara bergantian, Riri mengecupi kedua penis itu. Sebentar penis Asep, sebentar penis Karjo.
“hemm mmm”, lidah Riri menjulur keluar membelit batang penis Asep dan Karjo bergantian.
“ooh enaaakk non, teruusshhh”, erang Asep. Karjo dan Asep merem-melek
keenakan, Riri memang benar-benar piawai dalam hal ‘mengkaraoke’
kemaluan pria.
Riri pun mengilik-ngilik lubang kencing kedua pria tua itu. Buah
pelir Asep dan Karjo pun tak luput dari belaian lidah Riri. 2 ‘pisang’
dan 4 ‘telur puyuh’ itu sangat dinikmati oleh Riri. Seolah-olah Riri
ingin membalas budi akan kenikmatan yang mereka berikan kepadanya tadi.
Riri kelihatan sibuk sekali, apalagi saat dia menggerakkan kepalanya
maju mundur untuk mengocok penis Asep dengan mulutnya dan tak lama
kemudian berpindah ke penis Karjo, dan begitu seterusnya sementara kedua
tangan Riri juga sibuk memijati kantung zakar Asep dan Karjo. Malih
sedang memegangi batangnya yang sebentar lagi akan dijepit kemaluan
Intan. Ya, Moniq dan Lina yang sekarang ada di samping Malih, menghimpit
kepala Malih dengan payudara mereka. Sementara Intan sedang
memposisikan vaginanya tepat di atas penis Malih.
“emmmmm”, lirih Intan saat merasa ‘tiang’ Malih menusuk masuk.
Intan bisa merasakan tiap senti dari batang Malih yang kekar. Nikmat
dan hangat liang kewanitaan Intan. Malih tak bisa melihat batangnya lagi
karena sudah di’sembunyi’kan oleh vagina Intan.
“emmm…”, Intan mulai menggerakkan pinggulnya. Malih hanya tinggal
diam, duduk manis, dan membiarkan 3 ABG itu yang bekerja. Benar-benar
seperti raja yang sedang dilayani 3 selirnya. Malih mengelus-elus
pinggang Intan yang ramping dan sesekali meremas kedua buah payudara
gadis manis itu. Sementara itu, Lina dan Moniq senantiasa menyuguhkan
kedua ‘susu’ mereka untuk dikenyot-kenyot oleh Malih. Malih hanya
tinggal menengok ke kiri jika mau menyusu pada Moniq dan tinggal
menengok ke kanan jika mau menyedot payudara Lina sambil terus menikmati
vagina Intan yang sedang mengocok penisnya.
“mmm eemmm oooh oohhh oohhhh”, semakin digoyang, Intan merasa semakin
nikmat. Liang kewanitaanya seolah-olah sedang disikat-sikat oleh batang
kebanggaan Malih. Melihat ekspresi wajah Intan dan goyangannya yang
semakin bersemangat juga desahannya membuat Lina jadi penasaran dengan
kejantanan milik Malih. Kedua tangan Malih kembali bergerilya seperti
sebelumnya.
“ummm”.
“emmmm..Paaak…”. Moniq dan Lina mendesah manja saat merasa 2 jari
menusuk masuk ke liang vagina mereka. Dua-duanya terasa hangat,
cenderung ‘panas’ dan juga sangat lembap.
“ck ck ck ck”, bunyi kecipak air pelan. Vagina Lina dan Moniq sudah becek.
“emmm umm mmhhh hmmmhh oohhh”, gumaman, lirihan, desahan ketiga bidadari itu mengalun indah di telinga Malih.
Dengan kedua tangan dan ‘toya sakti’nya, pria tua itu mampu
memberikan kenikmatan ke 3 gadis belia sekaligus. Lina, Intan, dan Moniq
pun menunjukkan ‘lesbian triangle sex live show’ milik mereka untuk
memanjakan mata Malih. Ketiganya menjulurkan lidah dan saling membelit,
menyangkut, dan mengulum seolah sedang membagi air liur satu sama lain.
Melihat 3 gadis secantik Intan, Moniq, dan Lina menjilati lidah satu
sama lain benar-benar pemandangan yang sungguh menggairahkan, membuat
Malih semakin ‘keras’ yang tentu memberikan tambahan kenikmatan ke Intan
yang sedang ‘menjepit’ penis Malih dengan vaginanya.
“aah aahh aahh aahh”, desahan Intan semakin pendek, goyangan pinggulnya semakin cepat dan seperti tak sabar.
“AAAHHH AAAAHHHHH OOOUUHHH !!!!!”, erang Intan menekan vaginanya ke
bawah sehingga kepala penis Malih yang sudah mentok semakin memberikan
sensasi nikmat luar biasa.
Malih merasa burungnya disiram dengan cairan yang begitu hangat.
Intan mengatur nafasnya dengan penis Malih masih mengait vaginanya.
“emm mmhh”, desah Intan manja sambil tersenyum nakal saat Malih
sengaja menggerakkan pinggangnya beberapa kali untuk ‘menggoda’ Intan.
Intan mengangkat vaginanya melepaskan jepitan pada penis Malih.
Terlihat penis Malih yang berkemilauan karena bermandikan cairan vagina
Intan. Tanpa diminta, Moniq, si gadis imut, langsung mengangkangi penis
Malih. Tubuh mungilnya menegang, namun vaginanya langsung menelan penis
Malih dengan 1 kali telan. Moniq memang merasa ngilu namun dia malah
suka. Malih merasa liang vagina Moniq sempit luar biasa. Penisnya
benar-benar terjepit kencang.
“ooohh”, kali ini Malih yang mendesah. Nikmat sekali goyangan Moniq.
Gadis mungil itu tersenyum. Bertubuh mungil memang sangat menguntungkan
Moniq karena artinya anus dan liang vaginanya juga lebih ‘minimalis’
sehingga lelaki ketagihan menyenggamainya. Tubuh mungil dan wajah imut
tentu membuat lelaki gemas padanya dan akan mengasarinya yang mana Moniq
sangat suka hal itu. Malih juga sama, dia gemas dengan payudara mungil
namun membulat sempurna milik Moniq. Malih pun memilin pelan kedua
puting Moniq.
“aaahhhmmm”, desah Moniq manja dan mempercepat goyangannya. Malih
semakin gemas, dia memelintir lebih kencang lagi. Moniq malah semakin
cepat menggerakkan pinggulnya. Malih bingung, padahal kedua putingnya
sudah dipelintir sampai 360 derajat, tapi sama sekali tak terlihat,
malah gadis imut itu terlihat semakin bergairah. Malih tak tahu kalau
birahi gadis imut bertubuh mungil itu semakin terbakar jika dikasari.
Tangan Intan dan Lina merayapi tubuh Malih. Mengusap-ngusap perut dan
dada Malih yang sudah keriput bagaikan 2 betina yang sedang merayu
pejantannya untuk memberikan benihnya.
“emm emmm emmm”, gumam Moniq. Gadis imut itu terus menggoyang dan
mulai mempercepat goyangannya. Moniq ‘membekap’ wajah Malih dengan
payudaranya. Tentu pria tua itu langsung menyantap ‘bakpau’ Moniq dengan
lahap. Gerakan Moniq semakin cepat seiring nafasnya yang semakin
memburu.
“aah aahh aaahh aaahh EMMMMHHH !!!”. Sekali lagi, penis Malih diguyur
cairan vagina. Padahal Malih cuma duduk diam, tapi senjatanya mampu
memberikan nikmat kepada 2 gadis muda bahkan sampai mereka orgasme.
Moniq pun mundur, menjauhkan payudaranya dari jangkauan mulut Malih yang
‘lapar’.
“mmmhhh cccpphh ccpphhh”, Intan berciuman dengan Malih. Lidah mereka
saling belit dengan asiknya. Sementara Lina sedang mengemut-emut
payudara Moniq. Moniq pun turun dari tongkat Malih. Kini giliran si
bidadari impian Malih yang ‘mengendarai’ tongkat perkasanya. Lina pun
tersenyum nakal. Dia mengangkat kaki kirinya perlahan. Lina memposisikan
vaginanya dengan gerakan yang sensual, dia sengaja ingin merangsang
birahi Malih dengan gerakan tubuhnya yang sensual. Lina sangat mahir
dalam menggoda pria dengan gerakan tubuhnya. Karjo dan Asep pun pernah
menggempur Lina dari pagi sampai malam karena ‘gemas’ dengan godaan
Lina.
“emmm….”, suara desahan Lina dengan suara manja menggoda seraya
menurunkan tubuhnya perlahan. Lina terlihat begitu menikmati setiap
jengkal penis Malih yang ditelan vaginanya.
“hemmmmhhh”, Lina tersenyum kembali tapi kedua matanya setengah
merem. Kelihatan sangat meresapi betapa ‘panas’ dan kerasnya tongkat
Malih. Malih juga demikian, pria tua itu nampak begitu meresapi
kehangatan liang vagina Lina dan cengkraman dinding kewanitaan Lina pada
batang kejantanannya. Burung Malih sudah bersarang pada ‘sarang’ milik
Lina. Kini, pria tua nan kurus kering itu ‘terhubung’ dengan bidadari
muda nan montok. 2 insan manusia beda generasi itu terhubung karena alat
reproduksi mereka yang menyatu.