Namaku Dhani Anwar, aku bekerja sebagai sopir sekaligus tukang kebun
dikeluarga Chinese yang tergolong kaya raya, kerjaku tergolong mudah
yaitu mengantar putri tunggal mereka, Feilin, ke sekolah. Feilin
memiliki wajah yang cantik, agak nakal, genit dan galak, ia mempunyai
dua orang teman akrab yang satu bernama Nia, ia bertubuh langsing dan
pemalu dan yang satunya bernama Tarida yang sifatnya periang dan suka
bercanda. Mereka juga cantik-cantik, putih dan mulus. Tadinya aku
bersikap acuh terhadap kegiatan mereka bertiga namun lama kelamaan aku
menjadi penasaran apa saja yang mereka bertiga lakukan di halaman
belakang yang dengan kerasnya dilarang dimasuki olehku, rasa penasaran
setiap hari semakin membesar dan aku berniat mengintip apa saja yang
mereka bertiga lakukan. Pada Tanggal 2 Februari Nia dan Tarida bermain
kerumah dan seperti biasanya mereka bermain dihalaman belakang rumah.
Dengan hati-hati aku membuka pintu menuju halaman belakang dan melihat
sesuatu yang menggetarkan kalbu.
Bagaikan tersambar petir disiang hari aku melihat Feilin, Nia dan
Tarida sedang asik saling meraba dan berciuman satu sama lain, pakaian
renang melekat ditubuh mereka. Otakku langsung menyala membara dengan
nafsu yang bergejolak, rupanya ini yang selalu disembunyikan oleh mereka
bertiga, entah sudah berapa lama mereka berdua menyimpan rahasia besar
dihadapanku, namun dilihat dari cara mereka berciuman dan meraba
sepertinya masih amatiran, pikiran kotorku langsung bekerja.
“Ehmmmm-ehem!” dengan sengaja aku muncul dan mengagetkan mereka bertiga.
“Awwww!!” ketiganya sangat terkejut, “Mang Dhani ngapain sihhhh… kan udah dibilang ngak boleh masuk!” Feilin tampak kesal dan cemberut.
“Gimana non enak yahhhh???”Aku dengan santai menghampiri mereka.
Feilin sepertinya akan membentakku lagi namun Tarida tiba-tiba menarik Feilin dan berbisik sesuatu ditelinga Feilin, “ihhhhhh ngakkk ahhh…” Feilin sepertinya keberatan entah apa yang dibisikkan ditelinganya. Tarida berbisik sesuatu lagi ditelinga Feilin. Kemarahan Feilin tiba-tiba seperti menghilang kini ia memandangiku dengan tatapan yang nakal. “Iya juga…. Hmmmm” Feilin seperti menimbang-nimbang sesuatu, kemudian ia mengangguk pada Tarida yang tersenyum dengan ceria. Tarida menghampiriku dan kemudian ia berkata “Karena mang Dhani sudah mengintip maka mang Dhani harus dihukum…” Tarida terkekeh-kekeh. “Dihukumm ?” Aku bertanya tidak mengerti. “Iya.. mulai sekarang Mang Dhani harus mau jadi boneka.. buat kami…”jawab Feilin.
“Ehmmmm-ehem!” dengan sengaja aku muncul dan mengagetkan mereka bertiga.
“Awwww!!” ketiganya sangat terkejut, “Mang Dhani ngapain sihhhh… kan udah dibilang ngak boleh masuk!” Feilin tampak kesal dan cemberut.
“Gimana non enak yahhhh???”Aku dengan santai menghampiri mereka.
Feilin sepertinya akan membentakku lagi namun Tarida tiba-tiba menarik Feilin dan berbisik sesuatu ditelinga Feilin, “ihhhhhh ngakkk ahhh…” Feilin sepertinya keberatan entah apa yang dibisikkan ditelinganya. Tarida berbisik sesuatu lagi ditelinga Feilin. Kemarahan Feilin tiba-tiba seperti menghilang kini ia memandangiku dengan tatapan yang nakal. “Iya juga…. Hmmmm” Feilin seperti menimbang-nimbang sesuatu, kemudian ia mengangguk pada Tarida yang tersenyum dengan ceria. Tarida menghampiriku dan kemudian ia berkata “Karena mang Dhani sudah mengintip maka mang Dhani harus dihukum…” Tarida terkekeh-kekeh. “Dihukumm ?” Aku bertanya tidak mengerti. “Iya.. mulai sekarang Mang Dhani harus mau jadi boneka.. buat kami…”jawab Feilin.
Aku memandang tidak mengerti namun dengan memberanikan diri Tarida
menjelaskan kepadaku tentang keingintahuan mereka terhadap anatomi
laki-laki, sekata demi sekata diucapkan dengan terbata-bata.
“Hmmm maksudnya ingin lihat kemaluan pria begitu…?”Aku tersenyum , melihat wajah ketiga gadis Chinese dihadapanku merona merah.
Tanpa banyak berkata-kata aku segera mebuka baju dan celanaku dan terakhir kulepaskan celana dalamku dan kata-kata seperti “Wahh…..,Uhhhhh….dan Ihhhh” terdengar dari mulut ketia gadis Chinese dihadapanku yang memandangi kemaluanku sambil melotot. Oh iya aku lupa menyebutkan jati diriku , aku asli orang Irian, Usiaku 54 tahun, tinggi tubuhku 1,87 meter dan tubuhku gemuk dan besar, kulitku hitam legam dan rambutku ikal dan beruban, wajahku tadinya rada ganteng namun menjadi rusak tidak karuan karena terbakar demikian juga bagian tubuhku yang lain penuh dengan bekas luka bakar, Untungnya kemaluanku tidak ikut terbakar. Panjang kemaluanku 19.4 cm dengan dihiasi oleh otot-otot yang melingkar, makanya para amoy dihadapanku melotot melihat kemaluanku yang besar dan panjang.
“Mmmhhh Mang Dhani sekarang harus duduk disono…” Feilin mundur dan tampak gugup ketika kuhampiri.
Aku tersenyum , aku menuruti kemauannya dan duduk dikursi sofa. “Nahhh… sekarang terserah kalian ingin ngapain saya terima”Aku mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar. Tarida mendorong Feilin sambil berkata “Feilin maju gihhhh !! kan sopir kamu tuh….”, Feilin bertahan tidak mau maju sambil memandangi risih kemaluanku
“Hmmm maksudnya ingin lihat kemaluan pria begitu…?”Aku tersenyum , melihat wajah ketiga gadis Chinese dihadapanku merona merah.
Tanpa banyak berkata-kata aku segera mebuka baju dan celanaku dan terakhir kulepaskan celana dalamku dan kata-kata seperti “Wahh…..,Uhhhhh….dan Ihhhh” terdengar dari mulut ketia gadis Chinese dihadapanku yang memandangi kemaluanku sambil melotot. Oh iya aku lupa menyebutkan jati diriku , aku asli orang Irian, Usiaku 54 tahun, tinggi tubuhku 1,87 meter dan tubuhku gemuk dan besar, kulitku hitam legam dan rambutku ikal dan beruban, wajahku tadinya rada ganteng namun menjadi rusak tidak karuan karena terbakar demikian juga bagian tubuhku yang lain penuh dengan bekas luka bakar, Untungnya kemaluanku tidak ikut terbakar. Panjang kemaluanku 19.4 cm dengan dihiasi oleh otot-otot yang melingkar, makanya para amoy dihadapanku melotot melihat kemaluanku yang besar dan panjang.
“Mmmhhh Mang Dhani sekarang harus duduk disono…” Feilin mundur dan tampak gugup ketika kuhampiri.
Aku tersenyum , aku menuruti kemauannya dan duduk dikursi sofa. “Nahhh… sekarang terserah kalian ingin ngapain saya terima”Aku mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar. Tarida mendorong Feilin sambil berkata “Feilin maju gihhhh !! kan sopir kamu tuh….”, Feilin bertahan tidak mau maju sambil memandangi risih kemaluanku
“Ehhh ngakkk ahhh kamu dulu gihhh….” Feilin malah mandorong tubuh
Tarida. Kedua gadis itu sibuk saling mendorong sambil tertawa-tawa
kecil, namun kemudian mereka terdiam sambil memandangi Nia. “Kalo gitu
si nia aja duluan… serbuuuuuuu” Feilin memberikan perintah dan mereka
berdua mendorong Nia yang tampak gugup dan terkejut. “Ehhhhh lohhhh ???
ngakkk akkhhhh duhhhh Feilinnnn… Taridaaaaaa” Nia Protes, ia tampak
ketakutan dan menghindar dari kedua temannnya. Kini Aku mengocok-ngocok
kemaluanku sambil memandangi wilayah terpenting Tarida. “Ngapain
sihhhh….” Tarida memandangiku dengan curiga, aku hanya tersenyum-senyum.
“Yang ini lebih enak ketimbang ciuman.. he he he” Aku terus
mengocok-ngocok kemaluanku. Feilin kini berusaha mendekatiku dan ia
duduk bersujud sambil memperhatikanku yang sedang asik mengocok-ngocok
kemaluanku. Tarida ikut bersujud didekat Feilin sedangkan Nia dengan
malu-malu hanya berdiri disamping kedua temannya. “Emangnya
dikocok-kocok gitu kayak apa enaknya sih?” Feilin bertanya sambil
memperhatikan tanganku yang sedang mengocok-ngocok kemaluanku. “Wah yang
pasti asik banget non… pokoknya sulit deh ngejelasinnya tapi kalo
Feilin mau nyoba ngocok-ngocok kontol pasti ketagihan….soalnya asik
berat deh”Aku mulai memasang jaring beracunku agar ketiga gadis
dihadapanku mau mencoba memainkan kemaluanku.
“Nihhhh cobainn….”Aku menggeser tubuhku sambil menyodorkan kemaluanku. “Eehhhh ngak… ngakkkk……” Feilin malah mundur, aku jadi kecewa namun…
“Nihhhh cobainn….”Aku menggeser tubuhku sambil menyodorkan kemaluanku. “Eehhhh ngak… ngakkkk……” Feilin malah mundur, aku jadi kecewa namun…
“Ehhh……”Aku sempat tersentak ternyata Nia yang tadinya pendiam kini
ikut bersujud dan tanpa ragu-ragu berani mengelus batang kemaluanku
bahkan ia berani menggenggamnya. Ternyata….hmmm…entah apa yang dikatakan
Nia, tapi yang pasti ia meremas-remas batang kemaluanku.
“Efuhh…. Niaaaaa….”Tarida tampak kaget dengan keberanian Nia, sedangkan Feilin malah bertanya penuh selidik “Gimana ??”tampaknya Feilin penasaran. “Hangat…. Trusss kadang-kadang berdenyut-denyut… kayak hidup….” Nia menjelaskan.
Kini Tarida mulai mengelus-ngelus batang kemaluanku “Besar amattttt…. Ihh urat-uratnya gede…” Tarida mengomentari kemaluanku. Jari telunjuk Feilin kini menekan-nekan mulut kemaluanku sehingga kemaluanku berdenyut kencang, terlebih ketika Feilin menarik-narik kepala kemaluanku sambil berkata “hehehe kayak helm, cuma yang ini gak bisa dilepas”. Aku semakin mengangkangkan kedua kakiku agar tiga gadis Chinese yang bersujud dihadapanku dapat lebih leluasa memainkan kemaluanku. Hampir selama dua jam mereka bertiga mempermainkan kemaluanku , dan aku mulai merasakan tekanan yang besar di kepala kemaluanku dan ‘Crettt… Croottt’. Sesuatu tiba-tiba menyembur dengan kuat dari kepala kemaluanku.
“Aww…. Ikkkh…aduhhhhh apaaan nihhhh” Feilin yang berada ditengah-tengah memekik karena bahunya tersemprot air maniku. “Uhhh…. Lengkettt……bauuu” Tangannya berusaha membasuh air maniku yang sangat banyak berceceran dibahunya. Sementara Tarida cekikikan mentertawakan Feilin, Nia tersenyum-senyum kemudian menyusul tertawa terbahak-bahak. Semenjak hari itu aku memasuki sebuah masa yang sangat menyenangkan, aku menjadi mainan tiga orang gadis Chinese yang cantik dan mulus.
“Efuhh…. Niaaaaa….”Tarida tampak kaget dengan keberanian Nia, sedangkan Feilin malah bertanya penuh selidik “Gimana ??”tampaknya Feilin penasaran. “Hangat…. Trusss kadang-kadang berdenyut-denyut… kayak hidup….” Nia menjelaskan.
Kini Tarida mulai mengelus-ngelus batang kemaluanku “Besar amattttt…. Ihh urat-uratnya gede…” Tarida mengomentari kemaluanku. Jari telunjuk Feilin kini menekan-nekan mulut kemaluanku sehingga kemaluanku berdenyut kencang, terlebih ketika Feilin menarik-narik kepala kemaluanku sambil berkata “hehehe kayak helm, cuma yang ini gak bisa dilepas”. Aku semakin mengangkangkan kedua kakiku agar tiga gadis Chinese yang bersujud dihadapanku dapat lebih leluasa memainkan kemaluanku. Hampir selama dua jam mereka bertiga mempermainkan kemaluanku , dan aku mulai merasakan tekanan yang besar di kepala kemaluanku dan ‘Crettt… Croottt’. Sesuatu tiba-tiba menyembur dengan kuat dari kepala kemaluanku.
“Aww…. Ikkkh…aduhhhhh apaaan nihhhh” Feilin yang berada ditengah-tengah memekik karena bahunya tersemprot air maniku. “Uhhh…. Lengkettt……bauuu” Tangannya berusaha membasuh air maniku yang sangat banyak berceceran dibahunya. Sementara Tarida cekikikan mentertawakan Feilin, Nia tersenyum-senyum kemudian menyusul tertawa terbahak-bahak. Semenjak hari itu aku memasuki sebuah masa yang sangat menyenangkan, aku menjadi mainan tiga orang gadis Chinese yang cantik dan mulus.
########################
Pada hari itu seperti biasa aku menunggu Feilin dan teman-temannya
ditempat parkir sekolah yang sepi, mataku sudah lima watt karena
mengantuk tiba-tiba…. “Tok-tok-tokkkk…”Aku mendengar suara kaca mobil
diketuk seseorang. Segera kubuka kunci pintu mobil dan Feilin segera
masuk kedalam.
“Mang buka cepet!” ia menyuruhku membuka celanaku.
“Hahhhh… nanti gimana kalau ketauan?” aku agak tidak leluasa bermain didalam mobil kijang.
“Ngak akan…. yang laen kan lagi jam isitirahat…ayo manggg buruan!” Feilin tidak sabaran mengulurkan tangannya dan memaksa membuka resleting celanaku.
Aku membiarkannya melakukan keinginannya dan mengeluarkan kemaluanku.
“Ayooo manggg keluarin yang putihnya….aku pengen liat lagi” tangan Feilin mengocok-ngocok kemaluanku, aku mengerti rupanya ia ingin agar aku mengeluarkan air maniku, otakku berpikir dengan cepat.
“Aduh… susahh Non, kecuali kalau mau membantu dengan….”aku tidak melanjutkan kata-kataku
“Dengan apa mang?” Feilin tidak mengerti dengan maksudku.
“Diisep Nonn… pake mulut.” aku memandanginya dengan tatapan meyakinkan.
Feilin menghentikan kegiatan mengocok-ngocok kemaluanku wajahnya merah padam namun bukan marah tapi malu. Aku mencoba mengambil inisiatif, tanganku bergerak kebelakang kepalanya dan aku menarik dan menekan kepala Feilin kearah kemaluanku,
“buka mulutnya Non!” aku memerintahkan Feilin, entah kenapa Feilin yang biasanya agak nakal dan galak ini tiba-tiba berubah menjadi penurut.
“Mang buka cepet!” ia menyuruhku membuka celanaku.
“Hahhhh… nanti gimana kalau ketauan?” aku agak tidak leluasa bermain didalam mobil kijang.
“Ngak akan…. yang laen kan lagi jam isitirahat…ayo manggg buruan!” Feilin tidak sabaran mengulurkan tangannya dan memaksa membuka resleting celanaku.
Aku membiarkannya melakukan keinginannya dan mengeluarkan kemaluanku.
“Ayooo manggg keluarin yang putihnya….aku pengen liat lagi” tangan Feilin mengocok-ngocok kemaluanku, aku mengerti rupanya ia ingin agar aku mengeluarkan air maniku, otakku berpikir dengan cepat.
“Aduh… susahh Non, kecuali kalau mau membantu dengan….”aku tidak melanjutkan kata-kataku
“Dengan apa mang?” Feilin tidak mengerti dengan maksudku.
“Diisep Nonn… pake mulut.” aku memandanginya dengan tatapan meyakinkan.
Feilin menghentikan kegiatan mengocok-ngocok kemaluanku wajahnya merah padam namun bukan marah tapi malu. Aku mencoba mengambil inisiatif, tanganku bergerak kebelakang kepalanya dan aku menarik dan menekan kepala Feilin kearah kemaluanku,
“buka mulutnya Non!” aku memerintahkan Feilin, entah kenapa Feilin yang biasanya agak nakal dan galak ini tiba-tiba berubah menjadi penurut.
“Hhmmmm…” Feilin hendak menarik mulutnya ketika kepala kemaluanku
mulai masuk kedalam mulutnya tapi aku menekan kepalanya lebih keras
sehingga kemaluanku masuk lebih dalam kedalam mulut Feilin.
“Sedot Non… Ayoooo!” aku membujuk Feilin agar mau menyedot kemaluanku. “Mmmmmmhhh… Mmmmmmmm” Feilin mulai melakukan sedotan-sedotannya. Aku membelai-belai rambutnya kemudian belaianku turun kepundaknya Feilin dan perlahan-lahan turun mengelus-ngelus pinggul Feilin, aku tersenyum senang karena biasanya Feilin tidak mengizinkan Aku untuk menyentuh tubuhnya namun kini tanganku merayap perlahan-lahan ditubuhnya. Feilin mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya, matanya memandangi kepala kemaluanku dan “Ihhhh asinnn…”namun kemudian dengan lahapnya Feilin mengemut kepala kemaluanku, dikeluarkan dan kemudian diemutnya lagi berkali-kali.
“Tenggg… tenggg… tenggg!!” tiba-tiba bel berdentang sangat keras tanda jam istirahat sudah usai. Feilin mendesah panjang sepertinya ia kecewa
“Sudah nanti kita lanjutkan di rumah…. Pasti lebih asoyyy… dan kalau mau nanti mang ajarkan yang lebih seru.”Aku menarik pinggangnya dan “Hmmmm… mhhh” Feilin sedikit berontak ketika aku tiba-tiba mengulum bibirnya namun perlawanannya perlahan-lahan sirna dan “Auffff…. Sudah manggg aku sudah terlambatt…” Feilin mendorong bahuku kuat-kuat, kemudian ia keluar dari mobil dan berlari kecil menuju kelasnya. Aku tersenyum senang , dengan bersemangat aku menunggu Feilin dan teman-temannya sampai mereka selesai sekolah dan kemudian dengan mengebut aku menuju rumah Feilin.
“Sedot Non… Ayoooo!” aku membujuk Feilin agar mau menyedot kemaluanku. “Mmmmmmhhh… Mmmmmmmm” Feilin mulai melakukan sedotan-sedotannya. Aku membelai-belai rambutnya kemudian belaianku turun kepundaknya Feilin dan perlahan-lahan turun mengelus-ngelus pinggul Feilin, aku tersenyum senang karena biasanya Feilin tidak mengizinkan Aku untuk menyentuh tubuhnya namun kini tanganku merayap perlahan-lahan ditubuhnya. Feilin mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya, matanya memandangi kepala kemaluanku dan “Ihhhh asinnn…”namun kemudian dengan lahapnya Feilin mengemut kepala kemaluanku, dikeluarkan dan kemudian diemutnya lagi berkali-kali.
“Tenggg… tenggg… tenggg!!” tiba-tiba bel berdentang sangat keras tanda jam istirahat sudah usai. Feilin mendesah panjang sepertinya ia kecewa
“Sudah nanti kita lanjutkan di rumah…. Pasti lebih asoyyy… dan kalau mau nanti mang ajarkan yang lebih seru.”Aku menarik pinggangnya dan “Hmmmm… mhhh” Feilin sedikit berontak ketika aku tiba-tiba mengulum bibirnya namun perlawanannya perlahan-lahan sirna dan “Auffff…. Sudah manggg aku sudah terlambatt…” Feilin mendorong bahuku kuat-kuat, kemudian ia keluar dari mobil dan berlari kecil menuju kelasnya. Aku tersenyum senang , dengan bersemangat aku menunggu Feilin dan teman-temannya sampai mereka selesai sekolah dan kemudian dengan mengebut aku menuju rumah Feilin.
Para gadis itu masuk kedalam, sedangkan aku buru-buru memarkir mobil
kemudian menyusul masuk kedalam rumah dan menuju halaman belakang tempat
dimana ketiganya sudah menungguku. Tanpa basa-basi aku melepaskan
pakaian dan celana panjangku, kemudian duduk dibangku favoritku
sedangkan mereka duduk bersujud dihadapanku, seperti biasa mereka
berebutan mengelus-ngelus dan mengocok-ngocok kemaluanku.
“Feilin mau ngemut lagi kayak di lapangan parkir tadi nggak?” aku mulai memasang siasat baru.
“Ehhhh…. ” Feilin tampak terkejut dan terpaku diam sedangkan Tarida malah bertanya dengan polos, “Ngemut apaan Fei?” sedangkan Nia memandangi temannya, sepertinya ia masih tidak mengerti.
“Tadi Non Feilin di lapangan parkir ngemutin kontol Mang Dhani” aku menjelaskan.pada kedua temannya apa yang terjadi tadi sewaktu jam istirahat dilapangan parkirr.
“Haaahhh!” suara itu keluar hampir bersamaan dari mulut Nia dan Tarida. “Gilaaaa… lo Feii…. Ehhh rasanya gimana…..” Tarida bertanya pada temannya. “Ehhhh… it-ituu….” Feilin kesulitan menjawab.
Aku langsung memanas-manasi, “Kata Feilin siang tadi sih, rasanya enak bangett… trusss katanya mau dilanjutkan dirumah, malahan minta diajari berciuman dll…dan juga minta dijilati dirumah, terus diremas dan dielus juga teteknya” kusebutkan semua jenis pelajaran ngeres yang ada diotakku.
Feilin hanya menatapku, dia tidak tahu harus berkata apa tapi dia juga tidak membantah perkataanku.
“Feilin mau ngemut lagi kayak di lapangan parkir tadi nggak?” aku mulai memasang siasat baru.
“Ehhhh…. ” Feilin tampak terkejut dan terpaku diam sedangkan Tarida malah bertanya dengan polos, “Ngemut apaan Fei?” sedangkan Nia memandangi temannya, sepertinya ia masih tidak mengerti.
“Tadi Non Feilin di lapangan parkir ngemutin kontol Mang Dhani” aku menjelaskan.pada kedua temannya apa yang terjadi tadi sewaktu jam istirahat dilapangan parkirr.
“Haaahhh!” suara itu keluar hampir bersamaan dari mulut Nia dan Tarida. “Gilaaaa… lo Feii…. Ehhh rasanya gimana…..” Tarida bertanya pada temannya. “Ehhhh… it-ituu….” Feilin kesulitan menjawab.
Aku langsung memanas-manasi, “Kata Feilin siang tadi sih, rasanya enak bangett… trusss katanya mau dilanjutkan dirumah, malahan minta diajari berciuman dll…dan juga minta dijilati dirumah, terus diremas dan dielus juga teteknya” kusebutkan semua jenis pelajaran ngeres yang ada diotakku.
Feilin hanya menatapku, dia tidak tahu harus berkata apa tapi dia juga tidak membantah perkataanku.
“Ihhhh…Mang Dhani curang!” Tarida tiba-tiba ngambek.
“Lohhhh curang bagaimana Non?” aku tidak mengerti.
“Iyalah curang masak Feilin doing yang diajarin?” Nia yang agak pemalu membuka suara.
“Jadi…. Non Tarida dan Non Nia juga mau diajari sama mang Dhani?” aku tersenyum lebar.
“Tapi apa beneran enak?” Nia bertanya dengan ragu-ragu.
“Sini…. Huppppp!” kuraih tubuh Nia dan mendudukkannya dipahaku.
Nia berontak namun kutahan, kupeluk pinggangnya dan kusergap buah dadanya. “Ahhhh… ehhhhhh….. Mangggg” Nia merapatkan kedua kakinya ketika tanganku menyusup masuk kebalik rok seragam sekolahnya, namun itu semua tidak menjadi halangan bagiku untuk dapat menikmati kehalusan paha Nia. Ciuman-ciumanku mendarat dilehernya, pipinya dan juga dibibirnya yang lembut.
“Hmm…mhhh” kukulum bibir Nia sedangkan kedua tanganku kini dengan aktif meremas-remas lembut kedua buah dadanya yang masih ketakutan bersembunyi dibalik baju seragam sekolahnya.
“Whowwwww……. Wahhhh” Tarida memandangi temannya yang merem melek karena kuremas-remas buah dadanya.
“Jangannn ahhhh….” Nia mencegah tanganku yang hendak membuka kancing baju seragamnya
“Nggak apa-apa Non, lagian Non Feilin juga tadi kubuka baju seragamnya…..betul nggak Non Feilin? hehehe” aku berusaha menenangkan Nia.
Nia memandangi Feilin seolah-olah menanti jawaban, namun Feilin malah memandangi dengan tatapan kebingungan, pada saat itulah aku mengambil kesempatan emas, dengan cekatan aku membukai kancing baju seragam Nia kemudian bra putihnya juga aku lepaskan.
“Lohhhh curang bagaimana Non?” aku tidak mengerti.
“Iyalah curang masak Feilin doing yang diajarin?” Nia yang agak pemalu membuka suara.
“Jadi…. Non Tarida dan Non Nia juga mau diajari sama mang Dhani?” aku tersenyum lebar.
“Tapi apa beneran enak?” Nia bertanya dengan ragu-ragu.
“Sini…. Huppppp!” kuraih tubuh Nia dan mendudukkannya dipahaku.
Nia berontak namun kutahan, kupeluk pinggangnya dan kusergap buah dadanya. “Ahhhh… ehhhhhh….. Mangggg” Nia merapatkan kedua kakinya ketika tanganku menyusup masuk kebalik rok seragam sekolahnya, namun itu semua tidak menjadi halangan bagiku untuk dapat menikmati kehalusan paha Nia. Ciuman-ciumanku mendarat dilehernya, pipinya dan juga dibibirnya yang lembut.
“Hmm…mhhh” kukulum bibir Nia sedangkan kedua tanganku kini dengan aktif meremas-remas lembut kedua buah dadanya yang masih ketakutan bersembunyi dibalik baju seragam sekolahnya.
“Whowwwww……. Wahhhh” Tarida memandangi temannya yang merem melek karena kuremas-remas buah dadanya.
“Jangannn ahhhh….” Nia mencegah tanganku yang hendak membuka kancing baju seragamnya
“Nggak apa-apa Non, lagian Non Feilin juga tadi kubuka baju seragamnya…..betul nggak Non Feilin? hehehe” aku berusaha menenangkan Nia.
Nia memandangi Feilin seolah-olah menanti jawaban, namun Feilin malah memandangi dengan tatapan kebingungan, pada saat itulah aku mengambil kesempatan emas, dengan cekatan aku membukai kancing baju seragam Nia kemudian bra putihnya juga aku lepaskan.
“Mang Dhani….aahhh!” Nia agak protes ketika aku dengan kasar meloloskan bra putihnya.
Kedua tangan Nia berusaha menutupi kedua buah dadanya dari tatapan mataku, ambil mengelus-ngelus pahanya aku melanjutkan permainanku, kujilati lehernya yang jenjang. Aku menarik tubuh Nia sehingga buah dadanya sejajar dengan mulutku kemudian kusibakkan rok seragamnya, jari tanganku mulai berkeliaran didaerah seputar selangkangannya.
“Uhhhh……” ia tersentak secara reflek kedua tangannya memegangi tangan kananku yang menyusup masuk kedalam celana dalamnya.
“Sssshhh…aahh….” Nia mendesah ketika tanganku menggesek-gesek bibir vaginanya.
Perlahan-halan kedua kakinya semakin mengangkang ketika aku semakin aktif menggesek-gesek bibir vaginanya dengan lembut.
“Aowww…akhh…Mang Dhani!” mata Nia sampai terpejam-pejam ketika aku memadukan seranganku dengan jilatan dan emutan dibuah dadanya yang ranum.
“Achhhh Crrrt…cccrrrttt!” tubuh Nia mengejang, kemudian tanganku yang masih asik menggesek-gesek bibir vaginanya merasakan ada sesuatu yang meleleh dan terasa sangat hangat membasahi tanganku.
“Basahhh non… dibuka aja yahh….”Aku berusaha menarik celana dalam itu agar terlepas namun kedua tangan Nia mempertahankan celana dalamnya, wajahnya seperti ketakutan, kukecup bibirnya yang setengah terbuka.
“Gimana Nia enak?” Feilin bertanya pada temannya, sedangkan Tarida yang tadinya ceria kini tertegun memandangiku.
Aku bangkit berdiri dan kemudian menarik tubuh Feilin agar duduk diatas sofa disebelah Nia dan berkata “lebih baik Non Feilin merasakannya sendiri daripada harus bertanya-tanya” Akupun berjongkok dihadapan nona majikanku itu.
Kedua tangan Nia berusaha menutupi kedua buah dadanya dari tatapan mataku, ambil mengelus-ngelus pahanya aku melanjutkan permainanku, kujilati lehernya yang jenjang. Aku menarik tubuh Nia sehingga buah dadanya sejajar dengan mulutku kemudian kusibakkan rok seragamnya, jari tanganku mulai berkeliaran didaerah seputar selangkangannya.
“Uhhhh……” ia tersentak secara reflek kedua tangannya memegangi tangan kananku yang menyusup masuk kedalam celana dalamnya.
“Sssshhh…aahh….” Nia mendesah ketika tanganku menggesek-gesek bibir vaginanya.
Perlahan-halan kedua kakinya semakin mengangkang ketika aku semakin aktif menggesek-gesek bibir vaginanya dengan lembut.
“Aowww…akhh…Mang Dhani!” mata Nia sampai terpejam-pejam ketika aku memadukan seranganku dengan jilatan dan emutan dibuah dadanya yang ranum.
“Achhhh Crrrt…cccrrrttt!” tubuh Nia mengejang, kemudian tanganku yang masih asik menggesek-gesek bibir vaginanya merasakan ada sesuatu yang meleleh dan terasa sangat hangat membasahi tanganku.
“Basahhh non… dibuka aja yahh….”Aku berusaha menarik celana dalam itu agar terlepas namun kedua tangan Nia mempertahankan celana dalamnya, wajahnya seperti ketakutan, kukecup bibirnya yang setengah terbuka.
“Gimana Nia enak?” Feilin bertanya pada temannya, sedangkan Tarida yang tadinya ceria kini tertegun memandangiku.
Aku bangkit berdiri dan kemudian menarik tubuh Feilin agar duduk diatas sofa disebelah Nia dan berkata “lebih baik Non Feilin merasakannya sendiri daripada harus bertanya-tanya” Akupun berjongkok dihadapan nona majikanku itu.
Tanganku berusaha menyentuh bagian dada Feilin yang masih tertutup
rapi oleh seragam sekolahnya namun kedua tangannya berkali-kali
menepiskan kedua tanganku. Aku tersenyum kini wajahku yang mendekat
kewajah Feilin.
“Kalau ciuman kayak tadi siang boleh kan Non?” aku berusaha mengingatkan Feilin pada kejadian tadi dilapangan parkir.
Dari tatapan matanya sepertinya ia sedang bimbang, dalam kamusku kebimbangan berarti kesempatan emas. Aku langsung mengulum bibirnya yang tipis itu.
“Hmmmm… Mmmmm” suara erangan tertahan Feilin, kedua tangannya kini melingkar ke leherku.
Tanganku bergerak perlahan-lahan, menyusup mengelus paha mulusnya, perlahan-lahan sambil terus berciuman aku menyibakkan seragam sekolahnya keatas sehingga kini kedua tanganku dapat bergerak lebih leluasa menikmati kemulusan dan kehangatan pahanya. Kedua tanganku bergerak dan kini sedikit demi sedikit celana dalam Feilin kutarik turun, dengan sekali sentakan kutarik celana dalam itu sampai merosot turun.
“Ihhhh!” kedua tangannya serentak mendorong bahuku sehingga ciuman kami lepas.
Feilin hendak mempertahankan celana dalamnya namun nafsuku sudah meledak-ledak, dengan kasar kutekan bahunya sedangkan tangan yang satunya menyentakkan celana dalam Feilin sampai robek
“Brtttt…. Owww…. Plak!” Feilin kaget setengah mati ketika celana dalamnya kurengut dengan paksa sehingga ia menamparku dengan keras.
Aku hanya tertawa kecil, kedua tanganku kini menangkap kaki kanan dan kaki kirinya, kuangkat dan kudorong kedua kaki mulus itu sampai tertekuk mengangkang, kemudian mulutku segera menciumi selangkangannya.
“Uhhhhh… heiiii Mang akkkhhh! ” Feilin menjambak rambutku dan mencakar-cakar namun itu semua tidak kupedulikan, lidahku bergerak liar menjilati bibir vagina yang merekah itu. Kedua temannya seperti terhipnotis hanya melihat saja, mereka tertegun kaget.
“Kalau ciuman kayak tadi siang boleh kan Non?” aku berusaha mengingatkan Feilin pada kejadian tadi dilapangan parkir.
Dari tatapan matanya sepertinya ia sedang bimbang, dalam kamusku kebimbangan berarti kesempatan emas. Aku langsung mengulum bibirnya yang tipis itu.
“Hmmmm… Mmmmm” suara erangan tertahan Feilin, kedua tangannya kini melingkar ke leherku.
Tanganku bergerak perlahan-lahan, menyusup mengelus paha mulusnya, perlahan-lahan sambil terus berciuman aku menyibakkan seragam sekolahnya keatas sehingga kini kedua tanganku dapat bergerak lebih leluasa menikmati kemulusan dan kehangatan pahanya. Kedua tanganku bergerak dan kini sedikit demi sedikit celana dalam Feilin kutarik turun, dengan sekali sentakan kutarik celana dalam itu sampai merosot turun.
“Ihhhh!” kedua tangannya serentak mendorong bahuku sehingga ciuman kami lepas.
Feilin hendak mempertahankan celana dalamnya namun nafsuku sudah meledak-ledak, dengan kasar kutekan bahunya sedangkan tangan yang satunya menyentakkan celana dalam Feilin sampai robek
“Brtttt…. Owww…. Plak!” Feilin kaget setengah mati ketika celana dalamnya kurengut dengan paksa sehingga ia menamparku dengan keras.
Aku hanya tertawa kecil, kedua tanganku kini menangkap kaki kanan dan kaki kirinya, kuangkat dan kudorong kedua kaki mulus itu sampai tertekuk mengangkang, kemudian mulutku segera menciumi selangkangannya.
“Uhhhhh… heiiii Mang akkkhhh! ” Feilin menjambak rambutku dan mencakar-cakar namun itu semua tidak kupedulikan, lidahku bergerak liar menjilati bibir vagina yang merekah itu. Kedua temannya seperti terhipnotis hanya melihat saja, mereka tertegun kaget.
“Rida… Nia…to…tolong…aww!” Feilin memekik kecil ketika aku mengecup-necup kasar bibir vaginanya.
Kedua temannya seperti tersadar kemudian mereka berdua berusaha membantunya.
“Manggg Dhani sadarrr…mangggg! ” Tarida berusaha menarik bahuku.
“Feilinnnn… aduhhhhh….. gimana ini?” Nia kebingungan karena keganasanku.
Walaupun Nia dan Tarida berusaha keras namun apalah artinya tenaga dua orang gadis muda dalam melawan nafsuku, perlawanan Feilin yang terus menjambak dan mencakariku walaupun terasa sakit namun terobati karena aku dapat melampiaskan keinginanku. Aku melumat kuat-kuat bibir vagina nona majikanku, lidahku bergerak liar mengorek-ngorek sela-sela diantara bibir vaginanya, kemudian kujulurkan lidahku semakin dalam berusaha menerobos celah-celah diantara bibir vagina dan kukait-kait daging yang ada didalamnya.
“Achhhh… Mangggg Dhaniiii…jangan!” Feilin kini bersandar pasrah, kedua tangannya tidak lagi menjambak dan mencakariku.
Kedua tangan itu kini meremas-remas kepalaku, ia tampak pasrah.
Nia kini tidak menarik-narik bahuku lagi, demikian juga Tarida, keduanya saling bengong kebingungan. Aku melepaskan kedua kaki Feilin, kini tanganku terjulur, satu persatu kulepaskan kancing baju seragamnya, kedua matanya hanya dapat terpejam rapat ketika aku menarik cup branya sebelah kini dan mulutku mendekati buah dadanya yang kini terpampang begitu ranum dan segar dihadapan mulutku.
“Slllppppp…slllpphh…” kujilati bulatan buah dada Feilin.
Ia merintih kecil ketika lidahku menjilati puting susunya yang mulai mengeras. Kini cup bra sebelah kanan kutarik turun sehingga tersembullah buah dada sebelah kanannya. Dengan rakus kuhisapi buah dada itu sambil meremas-remas yang satunya secara bergantian. Setelah puas menciumi buah dadanya, ciumanku merambat turun, keperut dan kemudian sambil menghirup dalam-dalam aroma vagina Feilin aku menjilati vaginanya kembali.
Kedua temannya seperti tersadar kemudian mereka berdua berusaha membantunya.
“Manggg Dhani sadarrr…mangggg! ” Tarida berusaha menarik bahuku.
“Feilinnnn… aduhhhhh….. gimana ini?” Nia kebingungan karena keganasanku.
Walaupun Nia dan Tarida berusaha keras namun apalah artinya tenaga dua orang gadis muda dalam melawan nafsuku, perlawanan Feilin yang terus menjambak dan mencakariku walaupun terasa sakit namun terobati karena aku dapat melampiaskan keinginanku. Aku melumat kuat-kuat bibir vagina nona majikanku, lidahku bergerak liar mengorek-ngorek sela-sela diantara bibir vaginanya, kemudian kujulurkan lidahku semakin dalam berusaha menerobos celah-celah diantara bibir vagina dan kukait-kait daging yang ada didalamnya.
“Achhhh… Mangggg Dhaniiii…jangan!” Feilin kini bersandar pasrah, kedua tangannya tidak lagi menjambak dan mencakariku.
Kedua tangan itu kini meremas-remas kepalaku, ia tampak pasrah.
Nia kini tidak menarik-narik bahuku lagi, demikian juga Tarida, keduanya saling bengong kebingungan. Aku melepaskan kedua kaki Feilin, kini tanganku terjulur, satu persatu kulepaskan kancing baju seragamnya, kedua matanya hanya dapat terpejam rapat ketika aku menarik cup branya sebelah kini dan mulutku mendekati buah dadanya yang kini terpampang begitu ranum dan segar dihadapan mulutku.
“Slllppppp…slllpphh…” kujilati bulatan buah dada Feilin.
Ia merintih kecil ketika lidahku menjilati puting susunya yang mulai mengeras. Kini cup bra sebelah kanan kutarik turun sehingga tersembullah buah dada sebelah kanannya. Dengan rakus kuhisapi buah dada itu sambil meremas-remas yang satunya secara bergantian. Setelah puas menciumi buah dadanya, ciumanku merambat turun, keperut dan kemudian sambil menghirup dalam-dalam aroma vagina Feilin aku menjilati vaginanya kembali.
Kedua tanganku bagaikan capit kepiting meremas-remas buah dada
Feilin, sedangkan mulutku melumat dan lidahku menjilati lubang
vaginanya.
“Akhhh…mmhh…nggghhh!” Feilin mengejang dan tubuhnya bergetar hebat, aku yang sudah tahu gejala ini menhisap kuat-kuat lubang vaginanya dan “Awww!!” SSrrrrrrr…cairan orgasme Feilin yang gurih tumpah kedalam mulutku, tanpa merasa jijik kutelan cairan bening itu, bahkan sisa dari cairan gurih itu aku jilati dan aku telan dengan rakus. Mataku memandangi Tarida, satu-satunya dari ketiga gadis itu yang masih berpakaian utuh.
“Ehhh… Oww!!” Tarida menghindar ketika aku akan menangkapnya, ia berlari ketakutan, kukejar dia. Tarida mencapai pintu dan akan keluar dari halaman belakang namun sayang sekali
“Aduhh lepasss…. Tidak!!” tangan kirinya berhasil kutangkap dan segera kupinting dan kutarik kembali ke halaman belakang, kuseret ia kehadapan Feilin dan Nia yang memandangi Tarida tanpa mampu berbuat apapun, rupanya mereka masih shock dengan apa yang kulakukan terhadap diri mereka. Kutekan bahu Tarida sambil terus memiting tangan kirinya, ia bersujud dengan gaya doggy style, tangannya yang satu menempel dilantai untuk menopang berat tubuhnya.
“Aduhhh mangg Dhani sakittt!” Tarida mengaduh, tapi aku tidak mempedulikannya.
Tangan kananku bergerak menyibakkan rok seragamnya dan kutarik turun celana dalam putih Tarida sampai sebatas lutut, tangan kananku meremas-remas dan mengelus-ngelus buah pantatnya dengan lembut. Tangan kananku kini bergerak melucuti kancing baju seragam Tarida. Dalam posisi dipiting tangannya Tarida tidak dapat berbuat apa-apa, ia hanya dapat memohon kepadaku agar melepaskannya.
“unngghhh!” mulutnya melenguh ketika tangan kananku menysup masuk kebalik branya.
“Akhhh…mmhh…nggghhh!” Feilin mengejang dan tubuhnya bergetar hebat, aku yang sudah tahu gejala ini menhisap kuat-kuat lubang vaginanya dan “Awww!!” SSrrrrrrr…cairan orgasme Feilin yang gurih tumpah kedalam mulutku, tanpa merasa jijik kutelan cairan bening itu, bahkan sisa dari cairan gurih itu aku jilati dan aku telan dengan rakus. Mataku memandangi Tarida, satu-satunya dari ketiga gadis itu yang masih berpakaian utuh.
“Ehhh… Oww!!” Tarida menghindar ketika aku akan menangkapnya, ia berlari ketakutan, kukejar dia. Tarida mencapai pintu dan akan keluar dari halaman belakang namun sayang sekali
“Aduhh lepasss…. Tidak!!” tangan kirinya berhasil kutangkap dan segera kupinting dan kutarik kembali ke halaman belakang, kuseret ia kehadapan Feilin dan Nia yang memandangi Tarida tanpa mampu berbuat apapun, rupanya mereka masih shock dengan apa yang kulakukan terhadap diri mereka. Kutekan bahu Tarida sambil terus memiting tangan kirinya, ia bersujud dengan gaya doggy style, tangannya yang satu menempel dilantai untuk menopang berat tubuhnya.
“Aduhhh mangg Dhani sakittt!” Tarida mengaduh, tapi aku tidak mempedulikannya.
Tangan kananku bergerak menyibakkan rok seragamnya dan kutarik turun celana dalam putih Tarida sampai sebatas lutut, tangan kananku meremas-remas dan mengelus-ngelus buah pantatnya dengan lembut. Tangan kananku kini bergerak melucuti kancing baju seragam Tarida. Dalam posisi dipiting tangannya Tarida tidak dapat berbuat apa-apa, ia hanya dapat memohon kepadaku agar melepaskannya.
“unngghhh!” mulutnya melenguh ketika tangan kananku menysup masuk kebalik branya.
Aku memiting tangannya lebih kuat dan “Aduhh ampunnn manggg! Aahhh!” Tarida kesakitan.
“Asal Non janji tidak lari aku akan melepaskan Non…gimana?” aku berbisik ditelinganya.
Tarida mengangguk, kemudian kulepaskan tangan kiri Tarida kini kedua tangan Tarida bertumpu dilantai, ia masih tidak berani bergerak, aku bergerak dibelakangnya , kugesek-gesekkan kemaluanku diantara sela-sela pantatnya yang terasa lembut dan hangat, masih dalam posisi doggy style kutarik pinggangnya sehingga posisinya lebih dekat dengan tubuhku, tanganku bergerak menelanjangi pakaian seragamnya dan juga melepaskan branya, dari belakang aku meraih kedua payudara montok itu. Tarida kemudian sambil bergerak maju mundur menggesek-gesekkan kemaluanku pada sela-sela pantatnya, aku meremas-remas lembut buah dadanya.
“Hhhhssshhh… Hhhhh….” nafas Tarida terdengar memburu.
Cukup lama aku memperlakukan Tarida seperti itu, kemudian kepalaku mendekati buah pantatnya yang sedang menungging, kuciumi pahanya dan terus naik keselangkangannya dari belakang mulutku menjilati vagina Tarida yang sesekali kulanjutkan dengan menjilati lubang anusnya, bahkan sesekali lubang anus Tarida aku emut-emut.
“Ahhhh manggg….”rintihan demi rintihan keluar dari dalam mulutnya.
Tarida tersungkur lemas ketika kenikmatan itu melanda dirinya. Telapak tangan kiriku bersiap-siap tepat dibawah vagina Tarida menerima lelehan air lengket yang hangat, dengan tangan kananku kukorek sisa-sisa air yang meleleh itu kemudian aku menumpahkan cairan lengket dan licin itu tepat disela-sela pantat Tarida.
“Asal Non janji tidak lari aku akan melepaskan Non…gimana?” aku berbisik ditelinganya.
Tarida mengangguk, kemudian kulepaskan tangan kiri Tarida kini kedua tangan Tarida bertumpu dilantai, ia masih tidak berani bergerak, aku bergerak dibelakangnya , kugesek-gesekkan kemaluanku diantara sela-sela pantatnya yang terasa lembut dan hangat, masih dalam posisi doggy style kutarik pinggangnya sehingga posisinya lebih dekat dengan tubuhku, tanganku bergerak menelanjangi pakaian seragamnya dan juga melepaskan branya, dari belakang aku meraih kedua payudara montok itu. Tarida kemudian sambil bergerak maju mundur menggesek-gesekkan kemaluanku pada sela-sela pantatnya, aku meremas-remas lembut buah dadanya.
“Hhhhssshhh… Hhhhh….” nafas Tarida terdengar memburu.
Cukup lama aku memperlakukan Tarida seperti itu, kemudian kepalaku mendekati buah pantatnya yang sedang menungging, kuciumi pahanya dan terus naik keselangkangannya dari belakang mulutku menjilati vagina Tarida yang sesekali kulanjutkan dengan menjilati lubang anusnya, bahkan sesekali lubang anus Tarida aku emut-emut.
“Ahhhh manggg….”rintihan demi rintihan keluar dari dalam mulutnya.
Tarida tersungkur lemas ketika kenikmatan itu melanda dirinya. Telapak tangan kiriku bersiap-siap tepat dibawah vagina Tarida menerima lelehan air lengket yang hangat, dengan tangan kananku kukorek sisa-sisa air yang meleleh itu kemudian aku menumpahkan cairan lengket dan licin itu tepat disela-sela pantat Tarida.
“Ehhhhh…Mang!” Tarida yang masih menungging menengok kebelakang.
Aku tersenyum kemudian kuletakkan kepala kemaluanku diantara sela-sela pantat Tarida dan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku diantara sela-sela pantat Tarida yang sudah banjir oleh cairan orgasmenya sendiri, sesekali kutekankan kuat-kuat kepala kemaluanku disela-sela pantat Tarida. Sehingga dirinya tersungkur,
“Owwww duhhhhh…apa ituuuu kecrotttttt crooooootttt” Tarida merangkak menjauh kemudian ia membalikkan tubuhnya sambil duduk agak mengangkang diatas lantai, ia memandangi diriku, tangannya berusaha melap sesuatu milikku yang kini meleleh sangat banyak dari sela-sela pantatnya, kemudian Tarida merangkak lagi dan naik keatas sofa, ia duduk disebelah Feilin. Ketiga gadis Chinese itu kini memandangiku, aku balas memandangi mereka, entah berapa lama kami saling berpandangan tanpa bicara satu sama lain. Entah apa yang dipikirkan oleh ketiga gadis Chinese yang kini sudah bugil dihadapanku, sedangkan aku sudah pasti menikmati indahnya lekuk liku tubuh ketiganya. Aku kini bangkit dan menghampiri mereka.
“Mangg Dhaniii….diam ahh!!” Tarida menepiskan tanganku yang akan meraih buah dadanya. Aku kini bersujud dihadapan mereka
Aku tersenyum kemudian kuletakkan kepala kemaluanku diantara sela-sela pantat Tarida dan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku diantara sela-sela pantat Tarida yang sudah banjir oleh cairan orgasmenya sendiri, sesekali kutekankan kuat-kuat kepala kemaluanku disela-sela pantat Tarida. Sehingga dirinya tersungkur,
“Owwww duhhhhh…apa ituuuu kecrotttttt crooooootttt” Tarida merangkak menjauh kemudian ia membalikkan tubuhnya sambil duduk agak mengangkang diatas lantai, ia memandangi diriku, tangannya berusaha melap sesuatu milikku yang kini meleleh sangat banyak dari sela-sela pantatnya, kemudian Tarida merangkak lagi dan naik keatas sofa, ia duduk disebelah Feilin. Ketiga gadis Chinese itu kini memandangiku, aku balas memandangi mereka, entah berapa lama kami saling berpandangan tanpa bicara satu sama lain. Entah apa yang dipikirkan oleh ketiga gadis Chinese yang kini sudah bugil dihadapanku, sedangkan aku sudah pasti menikmati indahnya lekuk liku tubuh ketiganya. Aku kini bangkit dan menghampiri mereka.
“Mangg Dhaniii….diam ahh!!” Tarida menepiskan tanganku yang akan meraih buah dadanya. Aku kini bersujud dihadapan mereka
“Gimana…. Pelajaran dari mang Dhani? Asik kan.?” aku tersenyum.
“nanti kita belajar lagiii… mang Dhani jamin bakal lebih asikkk!” aku
memutuskan secara sepihak.
“Tapiii…jangan kayak tadi ahhhh….Kan takuttt” Nia protes
“Iya tanganku juga sakitkan manggg….dipelintir kaya gitu!” Tarida ikut protes, yang tidak protes Cuma Feilin.
“Iyaaa… nanti caranya agak beda… asal nurut… jangan lari.. apalagi melawan…he he” kupandangi ketiga pasang buah dada yang ranum dan segar dihadapanku.
“Plakkkkk!” aku tersentak ketika tiba-tiba Feilin menamparku, aku tidak mengerti megapa tiba-tiba ia melakukannya.
“Dasar brengsek!! Jangan kurang ngajar maen paksa segala….keluar sana!!” sumpah serapah keluar dari mulutnya.
Dengan hati yang pedih aku keluar dari halaman belakang
“Feilinn udah dong ahh… koq kasar gitu sih!!” terdengar suara Tarida dan Nia yang mengasihani diriku.
Hari itu merupakan sebuah kebahagiaan sekaligus sebuah kepedihan yang mendalam dihatiku. Harga diriku sebagai laki-laki sudah dicoreng oleh Feilin, namun ada kebahagiaan diantara kepedihan karena aku dapat menikmati kehangatan dan kemulusan tubuh ketiga gadis Chinese walaupun tidak sampai melakukan persetubuhan.
“Tapiii…jangan kayak tadi ahhhh….Kan takuttt” Nia protes
“Iya tanganku juga sakitkan manggg….dipelintir kaya gitu!” Tarida ikut protes, yang tidak protes Cuma Feilin.
“Iyaaa… nanti caranya agak beda… asal nurut… jangan lari.. apalagi melawan…he he” kupandangi ketiga pasang buah dada yang ranum dan segar dihadapanku.
“Plakkkkk!” aku tersentak ketika tiba-tiba Feilin menamparku, aku tidak mengerti megapa tiba-tiba ia melakukannya.
“Dasar brengsek!! Jangan kurang ngajar maen paksa segala….keluar sana!!” sumpah serapah keluar dari mulutnya.
Dengan hati yang pedih aku keluar dari halaman belakang
“Feilinn udah dong ahh… koq kasar gitu sih!!” terdengar suara Tarida dan Nia yang mengasihani diriku.
Hari itu merupakan sebuah kebahagiaan sekaligus sebuah kepedihan yang mendalam dihatiku. Harga diriku sebagai laki-laki sudah dicoreng oleh Feilin, namun ada kebahagiaan diantara kepedihan karena aku dapat menikmati kehangatan dan kemulusan tubuh ketiga gadis Chinese walaupun tidak sampai melakukan persetubuhan.
Eps. 2: Feilin, Si Kucing Liar
Kali ini Aku dan tiga gadis Chinese berada diruangan keluarga,
“Cuppp…. Cupp Cuppp”aku sedang asik menciumi Tarida, mereka bertiga
masih berpakaian lengkap duduk dihadapanku, sedangkan aku bersujud
dibawah kaki mereka. Tarida menggelinjang dan merintih lirih ketika
ciumanku semakin turun kebawah dan mengendus-ngendus juga mengigit-gigit
kecil bagian dadanya ang masih rapi terbungkus seragam sekolahnya,
lidahku menyelinap liar dari sela-sela seragam sekolah Tarida . “hmmm
errrhh… Tarida semakin legit deh..”Aku memujinya. “Legitt ? emangnya
ketan… he he he”Tarida terkekeh-kekeh, tangannya membelai kepalaku yang
masih asik menggeluti bagian dada Tarida dengan lembut. “Feilin… titit
mang Dhani berdiri tuhhh…. Kasiann sendirian berdirinya kayak lagi
nunggu Angkot”Tarida tersenyum genit. Feilin cekikikan sedangkan Nia
tertunduk malu dan pura-pura tidak melihat kemaluanku. Aku
berdiri dihadapan Tiga Gadis Chinese, tanpa harus diperintah Tarida
yang berada ditengah langsung menjilati kepala kemaluanku, Feilin dan
Nina menciumi batang kemaluanku, Batang kemaluanku seperti piala
bergilir , sebentar ditarik oleh Tarida, sebentar kemudian sudah ditarik
kekanan Oleh Feilin dan sebentar lagi ditarik kekiri dibelai-belai
oleh Nia, Sambil menciumi dan menjilati Kemaluanku ketiga Gadis
Chinese sesekali bercanda , tawa mereka berderai merdu, semakin lama
nafsuku semakin naik keubun-ubun, aku kembali bersujud dihadapan ketiga
Chinese , kudorong bahu Feilin agar ia bersandar kebelakang, Tanganku
kini menyibakkan rok seragam Feilin sehingga pahanya yang kuning
langsat kini terpampang dihadapanku.
Aku memandangi wajah Feilin, aku berusaha menarik turun celana dalam
putihnya, Feilin hanya tertawa lepas sambil menepiskan kedua
tanganku. “Mau ngapain hayooo… he he he” Tarida tertawa , suaranya
terdengar begitu merdu dan menggoda. “Ngak boleh ahhh… Sono gih berobah
dulu jadi siBleki…..Ayo menggongong….” Feilin menyuruhku. Terus terang
aku sering tersinggung dengan permintaan Feilin yang aneh-aneh dan
berulang kali menyakiti perasaanku sebagai laki-laki, namun demi sedikit
kenikmatan aku terpaksa mengorbankan harga diriku. Dengan menahan rasa
sakit hati aku berusaha mengikuti permintaannya , aku merangkak dan
menggongong “Guk… Gukkkk Grrrhh…..”Aku menggeram-geram dan menggongong
layaknya seekor Anjing, Feilin tertawa terbahak-bahak , Sedangkan
kedua Chinese Lainnya tampak prihatin dengan keadaanku.”Heh… sini…
jilati nih!!!” Feilin memerintahku Sambil merangkak aku menghampiri
kaki Feilin aku menciumi dan menjilati betisnya , jilatanku terus
naik-naik dan naik , Feilin mengangkangkan kedua kakinya seolah – olah
memberi jalan bagiku. Tanpa membuang banyak waktu aku mengendus-ngendus
selangkangan Feilin. “Good Boyyy…. “tangan Feilin menepuk-nepuk
kepalaku, kedua kakinya naik kebahuku namun kemudian dengan kasar
menendang bahuku sehingga aku terjengkang “Aduh…” Aku terjengkang
kebelakang, aku semakin geram dengan perlakuan Feilin yang semena-mena .
“Feilin jangan gitu donggg kan kasihan Mang Dhani….” Nia membelaku.
“Iya ihhh… koqq kamu tega… sihhh…” Tarida juga ikut membelaku, Tarida
dan Nia memang baik hati berbeda sekali dengan Feilin, Gadis Chinese
yang satu ini memang bandel, genit, nakal, dan galak.
“Biar aja!!!! ” Feilin mendengus kesal kemudian ia duduk bersandar
disofa. Tarida dan Nia membantuku berdiri “Mang Dhani ngak apa-apa kan
?” Nia bertanya dengan lembut. “Jangan dimasukkan dihati mang, Feilin
memang seperti itu orangnya…. Nanti aku kasih yang lebih asik yah…”
Tarida berbisik ditelingaku. Aku menelan ludahku ketika Tarida
menyuruhku agar menelanjanginya, namun aku ragu, aku hanya berdiri
mematung menatap mata Tarida. “Waduhhh tititnya Mang Dhani Koqq kempes
kayak balon panjang aja….. kena paku ya mang….? Kudu ditambal donggg
supaya he he he he” Tarida mengodaku, terus terang aku masih geram
dengan perlakuan Feilin sehingga nafsu seksku turun. Tarida meraih
tanganku dan meletakkan tanganku pada buah dadanya “Terserah mang Dhani
mau ngapain…..” Tarida memandangiku dengan tatapan matanya yang
menggoda, aku seperti api yang hampir padam terkena guyuran minyak ,
kedua tanganku kini meremas-remas buah dada Tarida, aku membalikkan
tubuh Tarida dan memeluknya dari belakang ” Tarida… “aku meremas-remas
kedua dada Tarida, sambil melakukan remasan-remasan tanganku melepaskan
kancing baju seragam Tarida, setelah selesai melepaskan pakaian
seragam Tarida , aku melepaskan pengait bra dan kemudian kuloloskan bra
putih Tarida. Kedua tanganku kini mengusap-ngusap dan meremas lembut
buah dada bagian bawah yang sangat halus dan lembut.. Aku melirik Nia,
hatiku merasa tersentuh karena Nia yang baik seperti kebingungan , aku
menarik tangannya dan juga membalikkan tubuhnya kemudian melepaskan
pakaian seragam sekolah Nia dan juga Bra warna pink yang dikenakannya.
“Ihhhhhh mang Dhani serakah amattt he he he Hmm Mmmmm” Tarida
berkomentar, namun mulutnya kusekap dengan bibirku. Tanganku yang satu
bergerilya meremas-remas buah dada Nia sedangkan yang satunya asik
meremas-remas buah dada Tarida. Tarida menarik wajahnya sehingga
ciumanku terlepas, kedua tangannya kini menarik kepala kemaluanku,
diselipkannya kepala kemaluanku pada sela-sela pantatnya yang hangat,
kemudian Tarida menggoyang-goyangkan pantatnya. “Uhhhh… belajar dari
mana Non ? ” Aku bertanya pada Tarida. Tarida tidak menjawabku ia
hanya tersenyum, kadang-kadang aku meringis kegelian karena himpitan
buah pantat Tarida. “Mang Dhani sendiri belajar dari mana ?” Tarida
malah balik bertanya padaku.
***************
Lima belas tahun yang lalu
“Diam kau gadis tengik…..ha ha ha” Aku menodongkan pisau pada
seorang gadis cantik, si cantik ketakutan, tanganku bergerak menjamahi
buah dadanya dan kemudian..
“Jangan Bang ampunnn….”Sicantik memelas memohon kepadaku ketika
aku meremas-remas buah dadanya, airmata mulai meleleh dari matanya yang
indah
“Brak…… hajar…. Siram!!!! Bakar…”Aku dikejutkan ketika pintu
tiba-tiba didobrak dari luar , segerombolan orang menyerbu masuk, mereka
menghajarku, menyeretku kesuatu tempat, beberapa temanku sudah banjir
darah babak-belur dihajar massa . Seseorang mengguyurku dengan bensin….
Dan…
**************
“Lohhh….ditanya koq bengong sih mang ? “suara Tarida tiba-tiba
menyadarkan lamunanku. Aku mengecup bibir Tarida, Nia menggeliat
melepaskan tubuhnya dari pelukanku, kemudian Nia bersujud dihadapan
Tarida dan… “Uchhhh Niaaa….. enakk…”tubuh Tarida menggelepar hebat
ketika Nia menjilati bibir Vagina Tarida. Kedua tanganku mencengkram
pinggul Tarida kemudian aku menekan-nekankan kemaluanku dengan lembut,
tubuh Tarida bergerak terdorong perlahan kadang-kadang ia terdorong
dengan kuat ketika aku melakukan tekanan yang kuat pada belahan
pantatnya. Serangan Nia dan seranganku membuat Tarida meringis-ringis
dan “Aaaa Ahh… Crrrr” tubuh Tarida mengeliat indah dan terkulai lemas
dalam pelukanku, setelah menciuminya dengan lembut Aku melepaskan
Tarida. Aku tidak dapat menahan nafsuku ketika melihat Nia yang masih
asik menjilati vagina Tarida, Aku mengangkat tubuh Nia, kudorong
tubuhnya agar berpelukan dengan Tarida dan mereka berciuman dengan
lembut. Aku bersujud dihadapan buah pantat Nia, tanganku meremas-remas
buah pantatnya yang padat dan kencang kemudian lidahku terjulur
memoles-moles sela-sela pantat Nia, Nia menggoyang-goyangkan pantatnya
, rupanya dia kegelian. Aku menekan buah pantat Nia dan kemudian
lidahku menggeliat-geliat, lidahku semakin kuat menggeliat kedalam anus
Nia. “Auhhhh…. Mang Dhanii….” Nia menarik pantatnya dan menepiskan
tanganku yang mencengkram pinggulnya. “Ehhhh kenapa ?” Tarida bertanya
karena tiba-tiba ciumannya yang lagi hot-hotnya dengan Nia jadi
terganggu. “Lidah mang Dhani… Euh.. “ Nia tidak melanjutkan
kata-katanya, wajahnya merah padam. Aku merangkak dan menghampiri Nia,
lidahku terjulur menjilati Vagina Nia, tubuh Nia bergetar hebat,
rintihan-rintihan Nia. Membuatku ingin melakukan aktivitas yang lebih
mengasikkan
“Non.. kalau dicelup gimana…? Mau ?” Aku bertanya pada Nia. Nia
memandangiku tidak mengerti. “Maksud mang Dhani……….” Nia tidak
melanjutkan kata-katanya sepertinya dia baru tersadar maksudku. “Tapi…
aku masih perawan manggg..” Nia tampak keberatan. “Ya ngak masalah… kan
Cuma maen diluar aja…. Tapi nikmatnya wahhhh… 1000 x lebih nikmat
ketimbang dijilat…..”kataku ambil mengusap-ngusap kedua pahanya, tanpa
menunggu jawabannya aku menidurkan Nia diatas permadani bermotif bunga
matahari . “Tapi…. Mang dhani yakin… ngak akan sampai itu…” Nia
menggeser pantatnya ketika aku mencoba menggesekkan kepala kemaluanku
menjilati Bagian bibir vaginanya .”Saya yakin Non… keperawanan letaknya
kan didalam… jadi kalo sebatas kepala kemaluan sih masih aman-aman saja
koqq”Aku menjawab keraguannya. “Hmmm berarti.. beneran yah yang ada
dibuku pelajaran biologi….” Tarida memandangiku, aku hanya tersenyum
sambil menangkap kedua kaki Nia. Nafas Nia terdengar sangat berat
ketika aku mulai menggesek-gesekkan kepala kemaluanku pada gundukan
mungilnya. “Hmmhh… “pinggangnya melenting keatas ketika aku berusaha
mencelupkan kepala kemaluanku pada belahan diantara bibir Vaginanya. Aku
menekan berkali-kali berusaha memelarkan bibir Vagina yang masih peret
akhirnya menekan sekali lagi kali ini dengan disertai sentakan yang kuat
dan “Crebbbb Slepppsss” kepala kemaluanku seperti melesat dan dijepit
oleh bibir Vagina Nia. “Akssssshhhh….. ” Nia terkejut dan mulutnya
terbuka seperti huruf O, tubuhnya melenting-lenting berusaha melepaskan
diri namun aku mencengkram pinggulnya kuat-kuat. “Hahhhhh gilaaa… Nia..
Mang Dhani aduhhhh….!!!” Tarida terkejut, sementara nafas Nia yang
tadinya tersenggal-senggal kini mulai dapat mengatur nafasnya , keringat
– keringat nakal mulai membasahi tubuhnya yang putih dan mulus. Tangan
kirinya meraba-raba gundukan Vaginanya , matanya mulai berair “Mang
Dhani… Hhhh… Hhhhhh” Nia agak terisak, aku kebingungan, Nia
menjelaskan sambil terisak rupanya ia takut keperawanannya terrengut
olehku.
”Tenang…kan ngak ngerasain sakit…itu artinya keperawanan masih
aman…”Aku menjelaskan padanya, setelah kujelaskan secara rinci dan
teliti Nia berhenti terisak-isak. Aku memegang Batang kemaluanku,
sesekali kugerakkan kemaluanku berputar dan sesekali kugoyangkan ke
kanan dan ke kini, Bibir Vagina Nia yang masih mengemut kepala
kemaluanku juga ikut monyong keana kemari mengikuti gerakanku. Mata Nia
terpejam-pejam, bibirnya mendesah-desah ketika aku menggoyang kepala
kemaluanku kekiri dan kekanan. “Achhhh… Unghh……..Crrrrrrttt ” Nia
melenguh panjang, tubuhnya menggeliat dalam gerakan yang fantastis dan
gemulai, keringat nakal tambah banyak dan kini menetes deras membasahi
tubuhnya yang menggairahkan. “Aku mangg….” Tarida berbaring disisi Nia
dan ia mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar. Aku meneduhi tubuhnya
dan menciumi buah dada Tarida, aku senang banget sama Dada Tarida
karena dadanya lebih gede dibandingkan kedua temannya, ciumanku merambat
turun, turun dan turun sampai hinggap digundukan mungil diantara
selangkangannya, lidahku menggeliat-geliat liar , menyelinap diantara
belahan bibir vagina Tarida, Tarida menekan-nekan kepalaku sambil
sesekali mengangkat-angkat pinggulnya.
Aku mulai mengambil posisi, kutempelkan kepala kemaluanku pada Bibir
Vaginanya, terus aku mulai mencongkel-congkel sampai Tarida
mendesis-desis dan merintih panjang. “Manggg…..” Tarida menarik
pinggulnya sambil menutupi bagian Vaginanya dengan kedua belah
tangannya, ia menarik pinggulnya kebelakang ketika kepala kemaluanku
mulai mendesak bibir vaginanya rupanya ia ragu-ragu. Aku menyingkirkan
kedua tangan Tarida, dan sekali lagi kembali kutempelkan kepala
kemaluanku pada bibir Vaginanya, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku lalu
ku tekan kepala kemaluanku perlahan-lahan dan “Akhhhhhh Mangg…!!! ”
Tarida menjerit kaget ketika kepala kemaluanku melesat masuk, Tarida
terkulai lemas, nafasnya memburu kencang, sesekali ia merintih keras
ketika aku menggoyang kepala kemaluanku dengan liar. “Owww rrcckkk
Crrrrr” Tarida memejamkan matanya rapat-rapat menikmati kenikmatan yang
datang menerpanya. Feilin menghampiriku namun aku tidak mempedulikannya
, aku malahan asik memainkan buah dada Nia yang kini kembali
mendesah-desah, sambil mendengus kesal Feilin meninggalkan kami
bertiga. “Sudah- sudah…. Sudah sore…..udah mau hujan…..” Feilin
cemberut, Nia dan Tarida terkekeh-kekeh kemudian mereka berdua menolak
keinginanku untuk melanjutkan permainan lebih lama lagi, aku kemudian
mengantarkan Nia dan Tarida pulang.
************************
Seminggu Setelah aku menaklukkan “sikucing liar Feilin”
“Tolong jangan…. Kasihan mereka….”Feilin memohon belas kasihanku.
“Jangan banyak bacott!!! Lakukan perintahku ngertii!!!!”Aku
membentak Feilin, Feilin ketakutan dan ia segera menjalankan perintahku.
“Slllllrrrppppphhhhh…. Sllllllrrrrrrpppphhhh………..”
*************************
Setelah mengantarkan Tarida dan Nia, aku dipanggil oleh Feilin
kedalam kamarnya kemudian “Buka seluruh pakaianmu mang..” Feilin
menatapku liar, dengan ogah-ogahan aku membuka seluruh pakaianku.
“Auhhhh…”Aku agak terkejut ketika Feilin menyambar kemaluanku, sambil
bersujud dia mengocok-ngocok kemaluanku, aku meringis ketika merasakan
sedotan yang kuat dikepala kemaluanku, mau tidak mau perlahan-lahan aku
melirik kebawah, mulut Feilin yang biasa dipakai untuk menyinggung
perasaanku kini sedang sibuk mengemut-ngemut kemaluanku (ini adalah pertama kalinya aku berduaan dengan Feilin, biasanya mereka selalu bertiga , menjadikanku objek seks mereka), diluar hujan mulai turun , mula-mula rintik-rintik namun semakin lama semakin lebat.
Selintas pikiran yang teramat jahat melintas dikepalaku, ekspresi
wajahku semakin dingin, apalagi ketika Feilin membuka pakaian
seragamnya. “Tadi gimana mang… supaya.. itu….” Feilin rupana ingin
merasakan hal yang sama, Feilin menjerit kecil ketika aku menarik
tubuhnya dan menidurkannya diatas ranjang. “Cuma kepalanya doang…. Inget
baik-baik….”ia mengingatkanku. Aku tidak menggubris perkataannya
kemudian aku mulai menekan-nekankan kepala kemaluanku. “Sebentarr… kamu
yang dibawah…..” Feilin tampak tidak percaya kepadaku , aku hanya
tersenyum sinis kemudian aku tidur terlentang mengangkang. “Kalau
beginikan kamu… ngak akan bisa macam-macam…..!!”sambil berkata begitu
Feilin naik keatas tubuhku. Buah pantatnya bergerak mencari posisi yang
baik kemudian ia menekan pinggulnya turun, namun kemaluanku terpeleset
kekiri dan kekanan ketika akan masuk kedalam lubang Vagina Feilin , aku
memegangi batang kemaluanku agar tidak terpeleset kesana-kemari,
Feilin menekan kembali pinggulnya dan “Ssssllllleepppp….
Akkkkkk”Diiringi jeritan kecil kepala kemaluanku akhirnya berhasil juga
masuk dalam jepitan bibir Vaginanya yang sempit, nafas Feilin
terengah-engah seperti kecapaian, pinggul Feilin mulai bergerak
memutar. “Ohhhhh… ternyata enak…”matanya berbinar-binar dan
terpejam-pejam. Kedua tanganku kini bergerak-meremas-remas pinggulnya,
tidak ada lagi senyuman diwajahku dan…
“Heiiiii….Ngapain Akksss……… mampusss aku…….aduhh Akkkk!!!”Mata Feilin
melotot seakan-akan tidak percaya, ketika aku menarik pinggulnya sambil
menyentakkan kemaluanku keatas, sesuatu yang besar dan panjang
menerobos semakin dalam dan akhirnya merobek-robek selaput
daranya,Feilin mendadak lemas tubuhnya terjatuh diatas tubuhku nafasnya
tersengal-senggal. Tanganku yang satu menekan buahpantatnya sedangkan
yang satu menekan punggungnya erat-erat. Aku tertawa sinis “He he he
segitu sih blon mampussss…. Tapi yang ini pasti bikin lo mampussssssss
ha ha ha hihhhhh!!!!!!!!” Dengan sekuat tenaga aku menyentakkan
kemaluanku sehingga kemaluanku amblas semakin dalam “Awwww
sakittttt…..Ouggggg… Akkkss Ampunnnn….Owwww perihhhhh
sakittttt”begitulah erangan dan jeritan Feilin, ia menangis terisak-isak
tanpa daya sedikitpun. Aku bangkit dari posisi ku yang terlentang kini
Feilin dan Aku dalam posisi duduk saling berhadapan dengan kemaluanku
menancap dalam-dalam dilubang vaginanya, kusentak-sentakkan kemaluanku
mengebor lubang yang masih seret dan sempit, mulut Feilin terbuka
seperti huruf “A” dan matanya mendelik-delik kesakitan ketika aku
mengeluar masukkan kemaluanku.
Wajahnya yang menyebalkan mendadak menjadi begitu mengasikkan untuk
dipandang, biarpun feilin masih menangis ekspresi wajahnya sangat
sensual dan seksi, mulutnya meringis-ringis ketika kukocok-kocok liang
vaginanya yang sempit, kedua tangannya mencengkram bahuku kuat-kuat
karena menahan sakit diliang vaginanya yang sedang kuaduk-aduk dengan
kemaluanku yang besar dan panjang, sudah sangat lama sekali aku tidak
merasakan hangatnya lubang Vagina, sambil mengajaknya berciuman aku
terus memompa lubang Vagina Feilin, kedua tanganku meremas-remas buah
pantatnya yang bulat dan kencang “Akhhh Crrrttt… crrrr” kedua tangannya
semakin kuat mencengkram bahuku, air keringat mulai mengalir dari
pori-porinya, lubang sempitnya . Aku mencopot kemaluanku dari lubang
Vagina Feilin, kemudian kutidurkan tubuhnya yang lemas tidak berdaya
diatas ranjang, air mata masih meleleh dari matanya yang kadang-kadang
terpejam, untuk beberapa saat aku aku berbaring disisinya , tanganku
menarik-narik putting susunya yang semakin lama semakin mengeras,
beberapakali aku mengulum bibirnya dengan sangat kasar sampai terdengar
bunyi berdecak-decak yang semakin keras, tangisannya mulai berhenti.
Pada saat aku menempelkan kepala kemaluanku pada bibir vaginanya
Feilin memandangiku dengan tatapan mata yang kosong, tatapan matanya
penuh keputusasaan. Sambil membelai-belai paha Feilin aku kembali
menekankan kepala kemaluanku dengan kasar, sampai tubuhnya tersentak
dengan kuat ketika aku menjebloskan kepala kemaluanku memasuki lubang
Vaginanya yang kini terasa licin akibat air maninya yang menjadi
pelumas, kemaluanku semula keluar masuk perlahan-lahan namun semakin
lama gerakanku semakin liar, kupercepat kocokan-kocokanku mengocok
lubang Vagina Feilin, tubuhnya terguncang-guncang akibat sodokanku,
kuputar-putar gerakan pinggulku seolah-olah sedang mengaduk-ngaduk isi
Vagina Feilin. Feilin memalingkan wajahnya kekanan, mulutnya terbuka
disertai erangan tertahan “Ennghhh….” Tubuh nya meliuk dalam gerakan
yang erotis, kemudian air panas itu kembali menyempot dari dalam Vagina
Feilin, denyutan-denyutan yang kuat memberikan sensasi tersendiri pada
kemaluanku yang masih asik berendam dan menjulur kelar masuk dengan
kasar didalam lubang Vagina Feilin, Malam hari itu kulahap kenikmatan
dari tubuh Feilin sepuas-puasnya, karena aku tahu orang tua Feilin tidak
pulang selama seminggu.
Keesokan paginya selesai mandi pagi , aku menuju kamar Feilin, pada
saat itu jam didinding masih menunjukkan pukul 07.00, kubuka pintu kamar
dengan perlahan, Feilin ternyata sudah sadar(kemarin malam Feilin
sempat pingsan beberapakali) dan terbangun, ia sedang berusaha memakai
bra, posisinya yang membelakangiku membuat kehadiranku tidak diketahui
olehnya. “Oww…. “Feilin terkejut ketika aku memeluknya dari belakang, ia
membalikkan tubuhnya , wajahnya menahan marah yang bergejolak penuh
dendan membara. “Mahluk rendahh… apa lagi sih yang kamu mauu!!!” ia
membentakku dengan kasar. “Plakkkkkk……!!!” dengan keras aku menamparnya
hingga dia terhunyung kebelakang, tanganku menjambak rambutnya dan
kemudian “plakkkkk… plakkkkkkkkk… Awwwww” Feilin meringis. “berani lu
ngebentak-bentak gua hahhh!!! Plakkkkk….”Kudorong tubuhnya hingga dia
tersungkur. Kakiku terangkat dan hendak menendangnya wajahnya “Am
Ampunn… Manggggg” Wajah Feilin pucat pasi kedua tangannya berusaha
melindungi wajahnya. “Berani lagi lu ngebentak-bentak gua ?” aku
bertanya dengan beringas, Feilin menggelengkan kepalanya. Aku duduk
disisi ranjang “Sini lu…!!!” Feilin berdiri dan menghampiriku, tubuhnya
bergetar ketakutan, “Buka tuh beha…. Gua mau nyusu” pikirku pagi-pagi
begini pasti enak netek disusu Feilin. “Ouchhh…. ” tubuh Feilin seera
kuraih dan dengan rakus aku menyusu didadanya, kedua tangannya bahkan
tidak berani mencegahku bahkan ketika aku mengigit-gigit kecil buah
dadanya yang ranum ia hanya mengerang ketika aku mengigit putting
susunya keras – keras, aku tersenyum penuh kemenangan, kucing liar yang
genit dan nakal ini telah sepenuhnya berhasil kutaklukkan, aku tahu
Feilin masih ketakutan , aku berusaha bersifat lunak.
“Sekarang lu jilatin kontol gua….”tanpa banyak bicara Feilin menuruti
keinginanku, aku menekan kepalanya sampai terdengar suara ingin muntah
dari mulut Feilin ketika kemaluanku masuk mendera tenggorokannya.
“Uhukkk… uhukkk… “Feilin terbatuk-batuk karena tersedak. Aku ingin
menjejalkan kemaluanku kembali kedalam mulut Feilin, namun tanpa
kusangka Feilin malah menarik batang kemaluanku dan menghisapi kepala
kemaluanku dan mengocok-ngocok batang kemaluanku, aku tersenyum mengerti
rupanya Feilin berusaha memberikan servicenya agar tidak di Deep Throat
olehku. “Bagus…bagus…Feilin memang pandai hehehe”Aku menepuk-nepuk
kepalanya. “Hhmmmm Emmmm…..”Suara mulut Feilin yang sedang sibuk
mengemut-ngemut kontolku. “karena kamu pintar… jadi kamu boleh pilih….
Mau diperkosa terus disodomi atau lu mau masukkin sendiri kontol gua ke
bool lu…. He he he”, mendengar perkataanku Feilin memohon , wajahnya
tampak pucat, ia terus memohon , aku menampar mulutnya agar ia diam. Aku
menyuruhnya berdiri membelakangiku kemudian Tanganku menarik
pinggulnya, kemudian aku selipkan telunjukku dibelahan pantatnya,
telunjukku mencari – cari lubang Anus Feilin, setelah kurasakan pas aku
menekan jari telunjukku berusaha memekarkan lubang anus Feilin dan
“Oooohhh!!” Mulut Feilin terbuka seperti huruf O , kepalanya terangkat
keatas , menahan rasa sakit dianusnya, aku terus menekan jari telunjukku
sedalam-dalamnya , sesekali kugerakkan jari telunjukku memutar-mutar
didalam lubang anus Feilin, Feilin meringis-ringis, agak lama juga aku
memainkan lubang Anus Feilin.
Setelah melumasi kemaluanku dengan Baby Oil ,”Ayo kita masukkan” Aku
menariknya naik keatas ranjang, tubuhku sudah siap terlentang
mengangkang, kuperintahkan Feilin agar naik mengangkangi tubuhku,
wajahnya tampak kuatir ketika aku menyuruhnya memasukkan kemaluanku pada
lubang anusnya. ”Hehhhh !!! koq diam sihh!!! Aku membentaknya, Feilin
sampai tersentak kaget, perlahan-lahan pinggul Feilin turun , posisi
Feilin seperti lagi jongkok mau buang air kecil, ditekankannya kepala
kemaluanku pada lubang anusnya. Berkali-kali Feilin Gagal, sepertinya ia
sengaja , lama-kelamaan aku mulai geram “Awas kalau sampe ngak
masuk!!!”Aku mulai tidak sabaran, kali ini Feilin sepertinya mulai
berusaha bersungguh-sungguh berkali-kali tubuhnya bergetar hebat ketika
melakukan usaha keras yang mulai membuahkan hasil, Feilin menggigit
bibirnya ketika kepala kemaluanku mulai melesak masuk kedalam lubang
anusnya, Nafasnya terengah-engah, keringat mengucur dari lubang
pori-porinya, membuat tubuhnya berkilauan dengan indah. Dengan sekali
sentakan kuat kusodokkan kemaluanku keatas membobol lubang anusnya,
akhirnya masuk juga biarpun baru ujungnya. “Hekkkkk… “Nafas Feilin
tertahan, matanya mendelik, mulutnya terbuka lebar dan kemudian ia mulai
terisak menangis menahan rasa sakit dianusnya,tangisan Feilin semakin
keras ketika kusodok-sodokkan kemaluanku dengan kuat berusaha memasuki
lubang anus Feilin yang terasa hangat dan seret. “Sakit… manggg
pelan-pelan… okkkkhhh aduuw..owwhh”Feilin merintih, Aku tersenyum “Boleh
saja… tapi kamu musti belajar….ngentot.. He he he.. Gimana ??” kusuruh
Feilin menaik turunkan pinggulnya dan kuajarkan cara bermain diatas
tubuhku, Feilin mengangguk pasrah.
Setelah beberapa saat, susu Feilin bergerak dalam irama yang teratur
ketika ia berusaha untuk menaik-turunkan pinggulnya, gerakannya memang
masih perlahan dan amatir namun cukup enak kurasakan ketika kemaluanku
keluar masuk lubang anusnya yang seret namun sepertinya Feilin takut
untuk memasukkan kemaluanku lebih dalam lagi kedalam anusnya, kedua
tanganku bergerak memelintir-melintir dan menarik-narik putting Susu
Feilin yang kini mengeras, sambil kukombinasikan permainanku,
menggesek-gesek clitorisnya dengan jempolku, Aku meraih pinggulnya dan
kutarik pinggulnya lebih turun lagi sehingga kemaluanku semakin dalam
memasuki lubang anus Feilin, kepala Feilin terangkat keatas, matanya
terpejam rapat, kedua tangannya bertumpu didadaku, tubuhnya berkali –
kali merinding seperti terkena sengatan listrik ketika kemaluanku
semakin dalam terus masuk dan amblas dengan sempurna kedalam lubang anus
Feilin .Feilin kini duduk dengan leluasa diatas kemaluanku kedua buah
pantatnya yang empuk terasa Hangat menggesek-gesek tubuhku, pinggulnya
berputar perlahan-lahan, jika ia memutarkan pinggulnya ke kanan maka aku
memutar kemaluanku kearah kiri sehingga lubang anus Feilin seperti
diaduk-aduk oleh kemaluanku.
Seranganku pada anusnya dan juga Serbuan jempolku yang semakin kuat
menggesek-gesek Clitorisnya mulai membuat Feilin Gelisah “Akhhhhh…
Crrrtttt.. Crrrrrrrr”Ekspresi Wajah Feilin tampak begitu renyah ketika
badai kenikmatan menghantam dirinya, tubuhnya meliuk erotis diatas
tubuhku. Aku menyuruhnya menungging diatas ranjang, dan aku menggeser
posisiku mendekati buah pantat Feilin yang menungging, Dalam posisi
menungging seperti itu aku dapat melihat dua buah lubang, lubang anus
Feilin yang merekah dan memar akibat kusodomi, kusentuh lingkaran
anusnya perlahan. “Enhhh…”Feilin menarik pantatnya, sepertinya ia masih
merasakan perih. Yang Satunya lubang Vagina yang baru kemarin malam
kuperkosa, Tanganku mempermainkan lubang Vagina Feilin, kucari-cari
daging kecil kesukaanku dan dengan lembut kusentil-sentil daging kecil
itu yang membuat pemiliknya berkali-kali merintih tersentak keenakan.
Aku mulai mempersiapkan serangan , kutempelkan kepala kemaluanku pada
belahan bibir Vagina Feilindan dengan satu sentakan kuat melesatlah
kemaluanku menjelajahi dunia kenikmatan dilubang Vagina Feilin, tidak
ada lagi erangan dan keluhan kesakitan yang keluar dari mulut Feilin,
yang ada hanya rintihan manja dan jeritan-jeritan kenikmatan yang
terdengar liar namun mengasikkan “Akkkkkhhhh mangggg enakhh…. Mmm
Akkhhh…. Ooow”. Semakin liar Feilin menjerit semakin liar pula aku
menyetubuhi tubuhnya yang mulus.
Berkali-kali Feilin meraih kenikmatan setelah kupacu lubang Vaginanya
yang seret dalam posisi doggie style, akhirnya kutarik pinggulnya
sambil kutusukkan kemaluanku kuat-kuat.
“Brrrccctt…brrcoott” sambil memeluk Feilin dari belakang kujatuhkan
tubuhku menindihnya. Suasana hangar-bingar yang tadi terdengar kini
mendadak hilang, yang ada hanya suara desahan nafas memburu yang semakin
lama semakin perlahan – lahan terdengar teratur. Kucabut kemaluanku
yang sudah bersenang-senang didalam lubang Vagina Feilin. Aku bangkit
melangkahkan kakiku dengan gembira keluar dari kamar tidur Feilin,
setelah kuambil segelas air dan sebutir pil pencegah kehamilan aku baru
kembali kekamar Feilin.
Didalam kamar kulihat Feilin masih tidur dalam posisi terlentang
mengangkang, kuciumi kupingnya dan kugigit-gigit kecil daun telinganya,
matanya terbuka sedikit, mata sayunya memandangiku, kekecup keningnya
sambil berkata dengan lembut “Bangunlah kucing kecilku… minum ini dulu….”Aku
membantunya untuk duduk, kusodorkan segelas air dan kumasukkan pil
pencegah kehamilan kedalam mulutnya, dengan lahap Feilin menghabiskan
air yang kubawa, sepertinya ia sangat kehausan,Aku memperhatikan jam
didinding sudah pukul 10.30 berarti selama tiga setengah jam aku melahap
kenikmatan dan kehangatan tubuh Feilin. Aku memperhatikan Feilin yang
tertunduk memandangi lantai dengan tatapan kosong, Aku tidak tahu apa
yang sedang dipikirkan olehnya, yang aku tahu betapa nikmatnya tubuh
dihadapanku , tubuh Feilin yang mungil dan mulus. “Kringg…. Kring!!” Aku
mendengar bunyi telepon diluar kamar, aku bergegas untuk mengangkat
telepon.
“Halooo…”
************************
Malam Harinya
Sambil memeluk dan mengelus-ngelus tubuh mulus sikucing liar
Feilin, ia tertidur kelelahan setelah bergoyang dengan liarnya, tubuh
Feilin yang mulus dan halus terkulai lemas diatas tubuhku yang cacat
penuh luka bakar, Aku gelisah……
Terjadi pertentangan Batin yang hebat didalam hatiku, Nia dan
Tarida merekalah yang aku pikirkan, apakah aku harus memperkosa mereka
?. Disatu sisi aku merasa tidak tega pada Nia dan Tarida karena mereka
selama ini begitu baik padaku, yang satu cantik periang dan baik hati,
yang satunya seksi , lembut, biarpun agak pendiam dan pemalu tapi
kadang-kadang keberaniannya bisa meledak-ledak dan membuatku kagum.
Disisi lain……………. Binatang buas didalam diriku yang selama ini
terkurung selama 15 tahun terus meronta-ronta…. Ingin memangsa Nia dan
Tarida, Nafsu binatangku sebagai penjahat dan pemerkosa yang sadis.
**************************
Eps. 3: The Fall of Three Virgins
Sudah seminggu berjalan semenjak aku dengan sukses merengut kegadisan
Feilin, Tarida dan Nia masih belum tahu kalau temannya sudah bukan
perawan lagi, dihadapan mereka berdua aku hanya main luarnya saja namun
jika mereka berdua sudah pulang langsung kulahap habis-habisan
kenikmatan dan kehangatan dari tubuh Feilin sampai ia terengah-engah
dalam rintihan dan jeritan-jeritan birahi yang binal, dunia seks yang
kukenalkan pada Si kucing liar Feilin rupanya membongkar sisi lain dari
jati dirinya, keliaran dan kebinalan dalam bercinta. Malam itu udara
terasa dingin , diluar hujan turun dengan begitu deras, disebuah rumah
kontrakan inilah aku tinggal, dan selama seminggu ini pertarungan yang
hebat selalu terjadi didalam hatiku, namun lama-kelamaan sisi baik
didalam diriku semakin kabur , seperti matahari pagi yang hangat ditelan
oleh gelapnya malam yang pekat , dingin tanpa sinar sedikitpun. Aku
tersenyum dingin menanti datangnya hari esok, yang ada dalam pikiranku
hanya kenikmatan, kenikmatan, dan kenikmatan. Pikiran-pikiran kotor dan
mesum sudah memakan habis hati nuraniku, sambil menghela nafas aku
membaringkan tubuhku, tanganku tidak henti-hentinya mengocok-ngocok
batang kemaluanku, kesadaranku mulai hilang dan akupun jatuh dalam
gelapnya malam.
Mataku mendadak terbuka, ada senyuman dibibirku, akhirnya hari yang
kunantikan sudah tiba, dengan terburu-buru aku mandi, suasana hari itu
mendung seperti mau hujan, sudah selama seminggu Aku selalu menjemput
Feilin lebih awal, dengan mengendap-ngendap kubawa santapan pagiku
kedalam mobil agar tidak ketahuan oleh orang rumah, santapan pagi yang
mulus dan hangat.
“Jreng…jrengg…jrennggg….ada yang….benci dirinya ada yang….”seorang
pengamen mendekati mobilku, ia bernyanyi sebuah lagu sikupu-kupu malam,
“Ini hidup wanita sikupu-kupu mallllaa Uhukkk… uhukkkk…..”Sang pengamen
terbatuk-batuk ketika tanganku menyibakkan rok seragam Feilin keatas,
petikan gitarnya mendadak berhenti, mulutnya terbuka lebar, matanya
melotot melihat kemulusan paha Feilin.
Feilin tercengang kaget dengan aksiku sampai-sampai ia lupa kalau rok
seragamnya tetap tersibak memperlihatkan sepasang pahanya yang mulus ,
sementara lampu setopan berganti warna hijau, Aku segera menginjak gas
meninggalkan sang pengamen yang masih bengong. “Ditttttt…Dittttt…
Ditttt!!!” Bunyi klakson terdengar dibelakangku, lewat kaca mobil
kulihat rupanya sang pengamen masih bengong ditengah jalan, sementara
Feilin buru-buru merapihkan Rok seragamnya, ia mencubit lenganku. Aku
melihat jam tanganku, masih menunjukkan jam 6.05 menit, seorang satpam
tua memperhatikan kami dengan mata yang masih mengantuk disekolah,ia
sepertinya tidak curiga dengan kedatangan kami yang terlalu pagi. Aku
segera memarkir mobil dilapangan parkir yang masih sepi, baru juga aku
mematikan mesin mobil sikucing liar Feilin menerkamku, mulutnya mengulum
bibirku, aku membalas mengulum bibirnya yang mungil.
Feilin membuka kancing baju seragam sekolahnya, tersembullah sepasang
buah dada yang ranum dihadapanku, sudah seminggu ini Feilin tidak
memakai Beha dan juga celana dalam, Feilin menyodorkan buah dadanya yang
ranum kewajahku, aku langsung melahap buah dadanya , kuhisap dan
kujilati bulatan buah dadanya, tidak lupa aku emut-emut putting susunya
yang semakin runcing. “Ahhhhh… Ahhhhhhh Manggggg Dhaniiii…. Ouhhhh
manggggg”Feilin menjerit-jerit liat karena desakan birahi.
“Sssssssttttt…. Jangan terlalu keras manissss… nanti kedengeran orang
gimana….???” Kataku mengingatkan sambil menciumi bibir dan lehernya.
Feilin tidak menjawab ia hanya mendesah-desah dengan nafas yang semakin
memburu keras. Tangan Feilin memaksa membuka seleting celanaku dan
menarik keluar isi celana dalamku, Feilin naik keatas tubuhku yang masih
duduk dengan santai , dipagi hari yang dingin , kepala kemaluanku masuk
kedalam lubang yang hangat dan seret, lubang Vagina Feilin, pinggulnya
naik turun dengan liar, kepalanya terangkat-angkat keatas, jeritan kecil
kadang-kadang terdengar dari mulutnya, aku tidak mau diam lagi kini
kusentak-sentakkan kemaluanku dengan kuat kedalam lubang mungil dan
seret, berulang kali tanganku meremas – remas buah pantatnya yang padat ,
“Akhhhhh Crrrrr… Crrrr”gerakan-gerakan Feilin yang liar berhenti ,
kedua tangannya memelukku kuat-kuat, sesekali kusentakkan kemaluanku
untuk mengantar mengiringi badai dahsyat yang baru saja melemparkan
Feilin kejurang kenikmatan, ciuman-ciuman kasarku berkali-kali hinggap
didadanya yang turun naik seiring dengan desah nafasnya. Feilin turun
dari tubuhku dan duduk dikursi sebelahku, setelah membersihkan cairan
yang meleleh di pahanya Feilin merapihkan pakaiannya, aku menerkamnya
“Sudah manggg…. Hampir jam 07.00 kurang”
Aku tidak mempedulikan kata-kata Feilin , kusibakkan rok seragamnya
sampai aku bisa melihat kembali gundukan mungil diselangkangannya, bibir
Vagina Feilin masih terlihat basah, lidahku langsung menari-nari,
kukait-kait clitoris Feilin sampai Feilin tersentak-sentak dan
merintih-rintih, aku tidak peduli lidahku semakin liar memainkan daging
kecil didalam lubang Vaginanya. “Auh… Crrrr….. Crrrrrr”Feilin merintih
untuk kedua kalinya, mulutku dengan lahap menyedot cairan putih yang
terasa asin dan gurih sampai habis. “Mangg…Manggg Dhani…”Feilin
mendorong kepalaku keluar dari selangkangannya. Mataku melihat keadaan
disekeliling rupanya satpam tua itu mulai mendekati mobil kami. Situa
mendekati pintu mobil dan “tok… tokkk….”Pintu mobil diketuk, Feilin
membuka jendela mobil dan “koq ngak turun Non?” Si tua Bangka bertanya,
matanya memandangi kami berdua dengan tatapan matanya yang penuh
selidik. “Koq baunya gini…”Hidungnya mengendus-ngendus, Wangi cairan
yang keluar dari lubang Vagina Feilin menimbulkan Aroma yang tidak
asing lagi bagi penggemar seks. “Psstttt… Psttttt…….” Feilin
menyemprotkan parfum , si tua bangka tampak kecewa sekaligus curiga,
Feilin tertunduk ia seperti takut ketahuan oleh Situa bangka. “Hehhhh
ngapain loh…. Minggir….”Aku turun dari mobil dan menghardiknya agar
segera pergi menjauh dari Feilin, Si tua bangka segera ngacir pergi
menjauh. Aku menenangkan Feilin yang masih ketakutan, sebelum ia keluar
dari mobil aku masih sempat meremas buah dadanya, Feilin menatapku
dengan manja dan kemudian sambil tertawa kecil ia menuju ruangan
kelasnya, aku dengan tidak sabar menunggu ketiga gadis Chinese itu
selesai sekolah, sang waktu berjalan lambat seolah-olah berusaha
menyelamatkan Tarida dan Nia dari nafsu binatangku, dengan kelelahan
sang waktu mengakhiri perlawanannya ketika bel sekolah berdentang dengan
nyaring tanda jam sekolah telah usai, akhirnya penantian di hari Sabtu
yang kutunggu berakhir juga.
“Feilin Haus nihh…” Tarida menatap Feilin dengan tatapan manja. “Ya…
ambil sana dikulkas……..” Feilin menyahut “Minta Fantaaaaaaaaaaa”Tarida
tambah manja , sambil sebelah tangannya menyusup kebalik rok seragam
sekolah Feilin. Nina juga mulai ikut-ikutan ia merangkul Feilin dari
belakang dan meremas-remas bagian buah dadana yang masih bersembunyi
dibalik seragam sekolahnya, “Aku minta coca-cola yahhh… cuppp..
cupppp”Dikecupnya leher Feilin sampai Feilin keenakan. “Ya sudah kalian
tunggu disini… aku ambilkan…..”Feilin membalas dengan meremas Susu
Tarida dan Nia dengan lembut. “Awww…enak” “aduhhhhhhh… jangannnnnnnn”
Tarida dan Nia menjerit manja, kemudian sambil tertawa lepas Feilin
keluar dari kamar , Feilin mengambilkan minuman untuk kedua orang
temannya. Aku mengikuti Feilin kedapur, Aku tersenyum ketika Feilin
mulai mengisi Gelas-gelas kenikmatan itu dengan Fanta dan Coca Cola
kesukaan Tarida dan Nia. Kupeluk Feilin dari belakang, kukeluarkan obat
perangsang dosis tinggi,ambil menciumi dan menggigit-gigit kecil daun
telinga Feilin aku berbisik “Masukkan ini sekalian manisku…”. Feilin
menoleh menatapku , ia bertanya keheranan “Apa… ini manggg”. Aku
tersenyum memeluk Feilin sambil melepaskan kancing baju sekolah dan beha
Feilin dari belakang ” Itu Obat perangsang “
“Tolong jangan…. Kasihan mereka….”Feilin memohon belas
kasihanku.”Jangan banyak bacott!!! Lakukan perintahku ngertii!!!!”Aku
membentak Feilin, Feilin ketakutan dan ia segera menjalankan perintahku,
dimasukkannya obat perangsang pemberianku kedalam gelas kenikmatan rasa
Fanta dan Coca Cola, Sambil bersujud kulepaskan rok seragam Feilin dan
kutarik celana dalam Feilin. “Slllllrrrppppphhhhh….
Sllllllrrrrrrpppphhhh………..” kujilati belahan pantatnya yang lembut dan
halus, kupeluk erat-erat pinggul Feilin sambil mencari-cari daging kecil
didalam lubang Vaginanya, kutelan-tekan perlahan daging kecil itu dalam
gerakan memutar, Feilin merintih kecil, Api birahi semakin besar
menyala dalam dirinya, sambil merendahkan posisiku dari belakang
kutusukkan kemaluanku pada lubang Vaginanya, kupacu Vagina Feilin
kuat-kuat dan iapun bergoyang dengan binal, kedua tangannya bertumpu
pada pinggir meja.
“Kamu jangan nakal manisku…Ayo berikan minuman ini pada Tarida dan
Nia….agar aku dapat segera menikmati mereka!!” perintahku kepada Feilin.
Feilin melangkah dengan pasti , sepertinya Api birahi yang berkobar
dengan dashyat sudah membakar habis akal sehatnya. Sambil tertawa senang
aku mengikuti langkah Feilin yang sudah lebih dulu sampai kedalam
kamar, Hmm dikamar hanya ada Feilin yang terdiam memegang dua buah gelas
ditangannya, diletakkannya gelas itu diatas meja belajarnya, Feilin
menoleh kearahku, dilantai kulihat Pakaian seragam milik tarida,
sedangkan dalam jarak yang agak jauh lagi kulihat pakaian seragam milik
Nia, sambil memunguti Attribute ditubuh Tarida dan Nia yang tercecer
,aku mengikuti jejak yang sengaja ditinggalkan oleh santapanku yang
pasti lezat dan mengenyangkan nafsu birahiku, Rok seragam, kemudian Beha
dan yang terakhir celana dalam, semuanya kutemukan, sambil membungkuk
kuambil celana dalam terakhir berwarna coklat muda
dan…”Dharrrrrrr……..!!!!!!!” Sesuatu melompat dari tempat yang
tersembunyi ,Mataku hampir melompat keluar dari tempatnya ketika melihat
dua pasang buah dada yang segar dan ranum melompat kehadapanku. Dua
sosok tubuh mulus yang kukenal tertawa lepas tanpa beban, sepertinya
mereka tidak tahu kalau hari ini mereka wajib melepaskan dan dan
menghidangkan keperawanan mereka untukku Aku menerkam mereka berdua dan
kuciumi mereka berdua, tanganku merayap. “Ihhhh mang Dhani… ihhhhhh”
“Ahhhh geli mang!” Kata – kata seperti itulah yang keluar dari mulut
tarida dan Nia. Kugiring Tarida dan Nia menuju kamar Feilin , kamar
tempat aku akan menyantap keperawanan mereka. Didalam kamar tanpa
basa-basi Tarida dan Nia meminum minuman yang sudah disediakan oleh
Feilin, Feilin tertunduk, sepertinya ia merasa serba salah, aku
memeluknya dari belakang sambil berbisik “Jangan kuatir… mereka berdua
akan baik-baik saja…… hari ini kita berempat pasti akan bersenang-senang
sampai puas….. apa kamu sudah melaksanakan perintahku…?” sambil meremas
kedua susunya dalam gerakan memutar aku bertanya pada Feilin, Feilin
mengangguk sambil mendesah resah. “Bagussss… ha ha ha ha…..” aku tertawa
senang.
15 menit yang lalu
“Haloooo…. Siapa ini…?” suara yang terdengar dari gagang telepon
bertanya. “Ini Feilin tante…. Tarida nginap dirumahku tante….”Feilin
berusaha agar tidak gugup. “Ooooo Tarida mana ?”suara itu bertanya lagi.
“Lagi…. Dikamar kecil tante, jadi aku bantuin ngasih tau supaya tante
ngak kuatir…?”Feilin berbohong. “Ooo ya sudah kalau begitu….”Suara itu
tampak lebih tenang. “Mari tante dha”Feilin kemudian menutup gagang
telepon. Kemudian ia juga menghubungi orang tua Nia dan melakukan hal
yang sama
Baru 10 menit aku meremas – remas Susu Felin, dihadapanku Tarida dan
Nia mulai terlihat resah dan gelisah, aku tersenyum karena tahu kalau
pengaruh dari obat perangsang pasti mulai bekerja, kubalikkan tubuh
Feilin, kemudian aku masukkan kemaluanku ke lubang Vaginanya
kutusuk-tusukkan dengan cepat dan kuat sampai terdengar bunyi “Clepp..
Cleppp.. Clepppp” bunyi itu semakin kuat terdengar dan
“Akhhhhhh…..Crrrrrrrrr” satu pekikan manja terdengar dari mulut Feilin.
Kucopot kemaluanku dengan kasar, kemudian sambil menggoyang-goyangkan
kemaluanku aku mendekati Tarida dan Nia, kedua gadis itu kini menggigil
hebat karena berada dibawah pengaruh obat perangsang. Kudorong tubuh
keduanya keatas ranjang yang empuk. Aku menerkam Tarida dan Nia kemudian
menciumi mereka, ciumanku semakin liar dan kasar ketika aku menggeluti
buah dada mereka. Tarida dan Nia menggelepar-gelepa, rintihan mereka
semakin keras, kulepaskan tubuh Tarida kini aku mulai berkonsentrasi
pada tubuh Nia, kulumat lembut putting susunya, Nia memekik kecil ketika
aku merubah gaya bercintaku menjadi liar dan kasar, dengan rakus
kulumat-lumat buah dadanya bergantian yang kiri dan yang kanan. Nia
seperti merengek-rengek menahan nafsu birahi yang semakin tinggi,
kugigit – gigit dengan gemas putting susunya yang semakin mengeras,
rakus sekali mulutku ketika menjilati, mengemut, dan mengigit – gigit
buah dadanya yang semakin mengeras. Ciumanku yang liar dan brutal
semakin turun, keperut, dan…hinggaplah aku disebuah gundukan mungil yang
aromanya sudah sangat kukenal.
”nggghh…ahhhh!!” tubuh Nia mengejang ketika aku melumat-lumat bibir
Vaginanya dengan kasar, kutekan dan kubuka bibir Vagina Nia dengan jari
jempolku, tersembullah daging kecil dambaan setiap laki-laki ,
kukait-kait daging kecil mungil yang menggemaskan itu dengan lidahku
sampai pemiliknya tersentak-sentak kenikmatan. Aku mulai
menggesek-gesekan kepala kemaluanku pada lubang Vagina Nia, kutekan dan
kucoblos lubang Vagina Nia dengan satu sentakan yang kuat “clepppppppp”
bunyi lubang kecil itu ketika kepala kemaluanku merangkak masuk. Kutekan
kemaluanku agar lebih dalam lagi memasuki lubang sempit yang
berdenyut-denyut meremas-remas kemaluanku dengan kuat, untuk sesaat aku
tersentak…kuhentikan gerakanku, api kecil menyala didalam hati
nuraniku,haruskan aku merampas kegadisan Nia yang baik hati dan pemaaf?
Pada saat-saat yang kritis ini Nia menekuk dan mengangkangkan kedua
kakinya lebar-lebar, kemudian mengangkat-angkat pinggulnya keatas, api
kecil itu mendadak padam bagaikan tertiup oleh angin badai yang dasyat,
kusentakkan kemaluanku berkali-kali merobek-robek kegadisan Nia.
“Aaaaahhh!! ” jeritan Nia terdengar menggema didalam kamar itu ketika
aku dengan buas melahap keperawanannya, aku terus berkutat
merojok-rojok lubang Vagina Nia sampai kemaluanku tenggelam secara
sempurna, kutarik dan kutekankan kemaluanku berkali-kali.
Si kucing Liar Feilin kini naik keranjang dan menghampiri Tarida yang
mendesah-desah tidak karuan, Feilin memeluk Tarida dan mengulum bibir
Tarida dengan rakus, kedua gadis itu saling melumat dan saling
berpelukan, ciuman Feilin kini turun kebuah dada Tarida, mulut Feilin
begitu rakus menggeluti buah dada Tarida, setelah puas menggeluti buah
dada Tarida Feilin menarik tubuh Tarida agar bangkit duduk diatas
ranjang, sedangkan Feilin duduk dibelakang Tarida, sambil memandangiku
dengan tatapan matanya yang nakal Feilin meremas bagian bawah buah dada
Tarida , kemudian dengan gerakan memutar kedua tangannya meremas-remas
sepasang susu yang segar dan ranum, Tangan Feilin yang sebelah kiri
dengan perlahan merayap semakin turun dan kini hinggap digundukan mungil
milik Tarida, jari tangannya menggesek-gesek bibir Vagina Tarida
sehingga Tarida semakin sering merintih lirih, sambil terus memacu
kemaluanku menikmati Vagina Nia aku menonton “Live Show” yang semakin
liar, mata ku merayapi tubuh Tarida, Feilin seperti mengerti keinginanku
didorongnya tubuh Tarida kearahku, kurengut dan kutarik tubuh Tarida
agar posisi susunya pas dimulutku dan kulahap buah susu Tarida,
sipemilik buah susu merintih-rintih ketika aku semakin liar melampiaskan
nafsuku pada buah dadanya,lidahku mengait-ngait putting susu Tarida
yang semakin keras, kuemut pentilnya dan kuhisap-hisap. Feilin menarik
kepalaku sambil menyodorkan buah dadanya , aku tersenyum senang sambil
menerima pemberian Feilin, kepala kemaluanku sibuk merojok-rojok lubang
Vagina Nia, sedangkan kepalaku sibuk mengemut-ngemut empat buah susu
ranum yang terhidang dihadapan wajahku,kupercepat kocokan-kocokan
kemaluanku pada lubang Vagina Nia yang mulai terasa lancar karena
membanjirnya cairan pelumas dari lubang kewanitaannya,sepertinya inilah
yang disebut dengan istilah empat sehat lima sempurna.
“Eeengghhh Achhh!!” Nia menjerit kecil, tubuhnya bergetar hebat dan
Srrrr…crrrttt, semburan-semburan cairan hangat terasa menyemprot
kemaluanku. Aku meneruskan acaraku “berpacu dalam melody” birahi.
“Crep….crepp…plepp…slepp!”Entah apa judul lagu ini, kadang-kadang slow,
kadang kadang nge-rock, kadang-kadang agak metal tergantung bagaimana
cara aku mengayunkan kemaluanku. Feilin menerkam Tarida sehingga tubuh
tarida yang mulus terlepas dari kekuasaanku, Sikucing liar Feilin
menggeluti tubuh Tarida, seperti binatang buas yang kelaparan,
kubiarkan Feilin bermain dengan Tarida, kutarik pinggul Nia kemudian aku
meneduhi tubuhnya dan memompa lubang Vaginanya dengan lebih kuat lagi,
kupeluk erat-erat tubuh ramping Nia yang seksi, keringat sudah membanjir
ditubuh kami berdua, permainan semakin basah, hangat dan mengasikkan,
Nia yang sexy sudah tiga kali menyemprotkan air maninya dalam posisi
ditindih oleh tubuhku dan ini yang keempat kali… “Akkhhh…crrrtttt” Nia
kembali terhempas dalam kenikmatan, Nia yang sexy dan cantik terkulai
tanpa daya setelah kukalahkan dengan telak, Aku bangkit dan mencabut
kemaluanku “Plooopppp” aku memperhatikan lubang Vagina Nia yang memar
kemerahan, cairan putih kental meleleh keluar dari sela-sela Vaginanya
bercampur dengan cairan berwarna merah, darah perawan, Nia
terengah-engah kecapaian, matanya terpejam rapat-rapat, mulutnya sedikit
terbuka. Aku merangkak mendekati Tarida dan Feilin, bersama-sama dengan
Feilin Aku mengemuti Susu Tarida, Feilin mengemut Susu kanan dan Aku
mengemut susu sebelah kiri, lumayan lama juga kami berdua menyusu
didada Tarida, Feilin mendorong tubuhku sampai aku terlentang diatas
ranjang dengan posisi mengangkang, kemudian Feilin menaikkan Tarida
keatas tubuhku,Feilin menekan pinggul Tarida turun, aku tidak
menyia-nyiakan maksud baiknya, kuarahkan kepala kemaluanku pada lubang
vagina Tarida yang mendekati kemaluanku, beberapa kali kepala kemaluanku
terpeleset ketika akan masuk kedalam lubang Vagina Tarida yang licin,
seret dan hangat, setelah kurasakan pas kali ini dengan satu sentakan
keras kuhentakkan kemaluanku keatas “Cleppp…”suara itu begitu keras
terdengar.terdengar, Feilin menekan pinggul Tarida , kurasakan
kemaluanku semakin dalam terbenam menusuk Vagina Tarida. “Brettt…
drrrrrrrrrtttt prrrrrrrrrttt……”terasa sekali enaknya ketika kepala
kemaluanku merobek-robek keperawanan Tarida, sedangkan pemilik
keperawanan meringis-ringis ketika aku merobek-robek miliknya yang
berharga, sesuatu yang tidak akan pernah mungkin dapat kembali lagi,
kucengkram pinggul Tarida sambil berkali-kali menghentakkan kemaluanku
keatas, sedangkan Feilin mengangkangi wajahku, SiKucing liar
menghidangkan Vaginanya yang beraroma harum menggairahkan. Aku langsung
menjulurkan lidahku mencari-cari daging mungil kesukaanku , pinggul
Feilin berulang kali menekan-nekan kebawah, sehingga lidahku semakin
tenggelam ke dalam lubang Vaginanya, kukorek lubang Vagina Feilin,
kuemut-emut Vagina Feilin dengan rakus.
“Akh….Hnngghh!!” Tarida memuntahkan cairan kenikmatannya, Tarida yang
mulus memang lebih cepat mencapai kenikmatan jika dibandingkan kedua
temannya. Feilin menekan-nekankan Vaginanya kemulutku, pinggulnya
bergoyang kesana kemari “Aww…Crrrr” Feilin semakin kuat menekan
pinggulnya kewajahku ketika aku dengan lahap menjilati cairan gurih yang
meleleh dari selangkangannya. Feilin hendak mengangkat Vaginanya namun
kutahan buah pantatnya dengan kedua tanganku, aku tidak akan membiarkan
santapan yang lezat ini ,seenaknya berlalu dihadapanku, sambil terus
menghentak-hentakkan kemaluanku merojok-rojok Tarida, aku melumat-lumat
selangkangan Feilin, kadang-kadang Feilin memekik ketika aku
mengigit-gigit kecil bibir Vaginanya dengan gemas. “Unghhh…crrrrrrr…”
Tarida kembali mengeluh dan cairan hangat terasa menyemprot kemaluanku
berkali-kali. Aku merasakan Tarida turun dari tubuhku
“ploppppppppp….”Kemaluanku terlepas dari Vaginanya, Kuterkam sikucing
liar Feilin dan kugeluti tubuhnya, tembakan-tembakan gencar berulang
kali kuarahkan untuk menghantarkannya berkali-kali kejurang
kenikmatan,setelah itu sasaranku alihkan pada Tarida yang terkulai lemas
diatas ranjang, kubalikkan tubuhnya kini Tarida dalam posisi
menungging,bibir Vaginanya kini merekah dan agak terbuka, aku kembali
menjejalkan kemaluanku kedalam lubang Vaginanya yang seret , kutekan
kemaluanku sedalam mungkin, sampai buah pantatnya menggesek perutku,
halus, begitu lembut, hangat dan ada perasaan serrrrr di jantungku.
Kukocokan kuat-kuat kemaluanku sampai terdengar bunyi “Plokkk…”
“Plokkk….” “Plokkk!” yang semakin lama semakin keras terdengar. Tubuh
Tarida terdorong maju mundur, semakin cepat aku mengayuhkan kemaluanku
semakin cepat pula tubuhnya terayun-ayun dalam posisi menungging,
kemaluanku keluar masuk menelusuri lubang kenikmatan yang seret dan
sempit, pada saat aku mendorongkan kemaluanku bibir vagina Tarida
bagaikan amblas tertekan masuk, dan pada saat aku menarik kemaluanku
bibir Vagina Tarida bagaikan tertarik keluar.
“Engggg Ahhhhh… Akh…ssshhttt!” Tarida menjerit tertahan ketika
dirinya kembali tenggelam kedalam lautan kenikmatan. Tanpa melepaskan
pinggul Tarida aku menjatuhkan diriku kebelakang, kini aku duduk diatas
ranjang sedangkan Tarida menduduki kemaluanku, tanganku meremas-remas
Susunya , kocokan-kocokan kemaluanku semakin kuat menghujami lubang
Vagina Tarida. “Uhhhhh…” Aku menghentikan gerakanku, Tubuh Tarida dan
tubuhku sudah basah bagaikan habis kehujanan , keringat mengalir dengan
deras dari tubuh Tarida dan tubuhku, sesekali kuayunkan kemaluanku
keatas dengan gerakan yang santai sambil mengumpulkan kembali tenagaku
yang terkuras,punggung Tarida bersandar didadaku kepalanya terkulai
lemah kecapaian, gesekan buah pantat Tarida yang halus mulus menimbulkan
sensasi yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata “Utssss…Crrrott”
tanpa kuduga sesuatu yang sangat nikmat keluar dari dalam tubuhku
,nafasku seperti tertahan, kuremas lembut Susu Tarida dari belakang,
tenggorokanku terasa panas, kulepaskan tubuh Tarida , aku berlalu keluar
untuk mengambil minuman dingin dari kulkas, Kemaluanku yang besar kini
terkulai, kubuka pintu kulkas dan kuraih sebotol Sprite untuk melepaskan
dahagaku, , kugerakkan tubuhku untuk menghilangkan rasa pegal, beberapa
saat kemudian tenagaku mulai pulih, ulat-ulat porno mulai menggeliat
diotakku, kulangkahkan kakiku menuju kamar Feilin dan kubuka pintu kamar
itu perlahan, diatas ranjang terbaring tiga sosok tubuh mulus yang
terkulai lemah, kuhampiri tubuh mereka dan kini kubalikkan kembali tubuh
Tarida dan tubuh Nia ,kujilati lubang anus Tarida kemudian lubang Anus
Nia, perjalanan Tarida dan Nia masih panjang, kuarahkan kepala
kemaluanku pada lubang anus Tarida dan…jeritan kesakitan Tarida kembali
terdengar menggema didalam kamar…..setelah aku selesai kulepaskan tubuh
Tarida tidak berapa lama kemudian terdengarlah jeritan kesakitan Nia,
mereka berdua menangis terisak-isak , sepertinya pengaruh obat
perangsang yang kuberikan mulai hilang, kesadaran mereka perlahan-lahan
mulai pulih namun segalanya sudah terlambat, aku kembali menikmati
kemulusan dan kehangatan tubuh mereka bertiga.
Beberapa bulan kemudian
Dari dalam sel disebuah penjara, tepatnya diblok D terdengar
suara gelak tawa para napi, mereka sedang mengerubuti tiga orang gadis
yang seksi, cantik dan mulus, para napi itu seperti kesetanan tidak
mempedulikan jeritan ketakutan yang keluar dari mulut ketiga gadis
dihadapan mereka.
“Jangannnnn…. Ampunnnnn…… akkkkkkkkkkkkk” , “Aduhhhhhhhhhhh…
Owwwwwwww…..” “ngakkkkkk….. uhhhhhhhhhhhhhhh” suara – suara yang keluar
dari mulut ketiga gadis itu.
Tarida ?…. Nia ?………… Feilin ?…………… Huhh ????? Mau Ngapain mereka didalam sana ?
Eps. 4: The Gangbang
Hari demi hari berlalu , kemudian minggu demi minggu berlalu semenjak
aku memperawani Tarida, Nia dan Feilin. Sikucing liar Feilin yang sudah
terbius oleh nafsu birahi selalu memberikan servicenya yang selama ini
belum pernah membuatku kecewa, Namun semenjak peristiwa pemerkosaan yang
terjadi atas diri Tarida dan Nia, mereka berdua selalu menolak jika
Feilin mengajak Tarida dan Nia untuk pulang besama-sama, tampaknya
mereka berdua berusaha menjauhiku, padahal dimana salahku!! aku hanya
mengajak mereka berkelana dilautan birahi, itu saja tidak lebih dan
tidak juga kurang, hasratku untuk kembali menikmati tubuh Tarida dan Nia
semakin menggebu-gebu, halusnya kulit mereka, mulusnya body mereka yang
kencang, dan peretnya lubang Vagina mereka membuatku selalu tersiksa
dalam khayalan yang semakin lama semakin berontak memintaku untuk segera
mencetuskan dan merealisaskian “undang-undang” bercinta dalam kobaran
nafsu.
Dengan langkah yang pasti aku menaiki anak tangga disekolahan itu,
pada saat itu hanya ada beberapa anak sekolahan yang dengan terburu-buru
ngacir pulang kerumah masing-masing, tujuanku adalah kelantai empat
tempat dimana Tarida , Nia dan Feilin menuntaskan mata pelajaran
praktikum fisika. semakin lama aku semakin mendekati lantai empat,
suasana disana sepi dan hening, dari kejauhan aku melihat tiga sosok
gadis cantik yang sudah sangat kukenal, perlahan-lahan aku mendekati
mereka, baru saja aku hendak menampakkan diri tiba-tiba, pintu ruangan
disisi mereka terbuka “Ehh… kalian belum pulang ?” Sosok pria itu
menegur para gadisku, “Belum pak…. Lagi beres-beres dulu….” Tarida
menjawab. “Ya sudah kalau begitu bapak pulang dulu….”sahut sipria yang
sepertinya bertitel pak guru. Sebelum pak Guru melanjutkan langkahnya,
mata Guru yang nakal melirik paha Nia yang pada saat itu duduknya
sembarangan… kemudian pura-pura memandang kearah lain. “huh menyebalkan
dasar kadal…” makiku dalam hati, kalau aku sih sudah kelas buaya, sukses
memperawani ketiga siswi Chinese yang cantik dan mulus.
Setelah yakin keadaan aman aku menampakkan diriku “Halo manissku!”
Tarida dan Nia melotot kaget sedangkan Feilin tersenyum ketika aku
melangkah menghampiri mereka. “Tarida…Mang Dhani.. mau ewean lagi sama
kamu”Aku menghampiri Tarida, tarida melangkah mundur , ia tampak was-was
dengan nasibnya. Tarida mundur sampai punggungnya menempel ketembok,
aku segera menerkamnya “Aww….jangannn…. Tidakkk… ohhh!”Tarida berusaha
melepaskan dirinya ketika tanganku menahan bahunya. “Ssssssssstttt…
jangan keras-keras.. manisssku…? ” Aku berbisik ditelinganya. Tarida
terus berontak tanganku segera bergerak kini aku meraih pinggangnya yang
ramping, ciumanku mendarat bertubi-tubi dipipi, dileher dan dibibir
Tarida. Kukulum kuat-kuat bibirnya yang mungil, tanganku berkeliaran
mengerayangi tubuhnya, kini tanganku hinggap diSusu Tarida, Tarida
berusaha mendorong tubuhku, kutampar Tarida “Plakkkkk……” ia terdiam
Shock melihatku yang beringas ,kemudian sambil terus mengulum bibirnya
tanganku semakin aktif meremas-remas Susu Tarida yang masih rapih
tersimpan dibalik pakaian seragam sekolahnya.
Aku menarik turun resletingku dan kusibakkan rok seragam Tarida
keatas , dari sela-sela celana dalamnya yang berwarna biru muda
kemaluanku menyelinap berusaha mencari-cari lubang hangat yang nikmat
dan seret. “Jlepppp….. “Suara itu terdengar dengan jelas ketika aku
menjebloskan kepala kemaluanku, berkali-kali sentakan-sentakan
kemaluanku menghujam lubang Tarida. Tarida merintih lirih mulutnya
sedikit terbuka,air mata mulai menetes dari matanya yang indah,
desahan-desahan nafasnya tiba-tiba memburu tubuhnya mengejang dan
“Mmm…nhh…crrrrttt.. crrttt”mata Tarida terpejam rapat ketika cairan
kenikmatannya muncrat tanpa dapat dikendalikan, wajah Tarida merona
merah, ia hanya memandangiku tanpa berkata apapun,sesekali ia
terisak-isak ketika aku kembali menggenjot lubang Vaginanya,
keputusasaan, dan juga ketidakberdayaan akhirnya membuat Tarida pasrah
dalam ganasnya sodokan-sodokan kemaluanku sampai akhirnya ia kembali
terkulai dalam terkaman gelombang kenikmatan yang dahsyat.
Kini aku beralih mendekati Nia, Nia terlihat panik ia membalikkan
tubuhnya hendak menghindariku namun Feilin malah menghadang Nia dan
dengan lembut dipeluknya tubuh Nia, kedua tangan Feilin merangkul
pinggang Nia dalam posisi saling berhadapan, kutarik pinggulnya agar Nia
berdiri dengan posisi sedikit menungging , kusibakkan rok seragam Nia
dan kuturunkan celana dalamnya, “Tidakk…tidakk…okhhh, blepp…aahhh!” Nia
tersentak ketika merasakan kemaluanku yang besar dan panjang memasuki
dirinya. Kucengkram pinggulnya kuat-kuat sambil kusentak-sentakkan
kemaluanku lebih dalam. “Ehhhh…akkk…Feiii…. Feiliinn……Ngggghh” Nia
meronta-ronta dalam pelukan Feilin. “Kenapa Nia… enak yah?”Feilin
mencium lembut pipi Nia, Nia hanya mengangguk perlahan,
tusukan-tusukanku semakin kuat. “Pelann.. pelannn Ohhhhh manggggggg” Nia
mengajukan permintaan. Aku menurutinya karena aku tahu kalau Nia adalah
tipe seorang gadis yang lembut, kutarik perlahan kemudian kudorongkan
lagi kemaluanku memasuki lubang Vaginanya dari belakang. Tarida
mendekati kami bertiga. Aku meraih pinggang Tarida dan berbisik “Sini…
kamu Bantu pegangi Nia…” dan Tarida menuruti perintahku, tangannya
membantu tapi bukan untuk memegangi Nia, kedua tangan Tarida kini
terjulur menggenggam kedua Susu Nia dari samping dan tangannya
meremas-remas Susu Nia, Nia semakin kuat merintih lirih dan
“Akhhh…crrttt”tampaknya Nia pun tidak berdaya menahan keluarnya cairan
kenikmatan dari dalam lubang Vaginanya, kucabut kemaluanku dan kemudian
kugiring Para Siswi yang mulus kedalam mobil , tanpa buang waktu aku
segera menuju rumah Feilin, sebuah rumah dimana api birahi dan nafsu
selalu berkobar dengan dahsyatnya
Sementara itu dari lantai empat
——————————————————————————
Sepasang mata memandangi kepergian Dhani Anwar dan ketiga
gadis bertubuh mulus itu, jakun ditenggorokannya turun naik, senyuman
licik dan culas menghiasi wajahnya. Hmmmmmm…. Siapakah itu….? Apa yang
dilakukannya disana…….Dan Apa yang hendak dilakukan oleh sosok misterius
itu? Sesosok tubuh yang kurus dan tua renta itu kini perlahan-lahan
menuju pintu gerbang sekolah ditangannya tergenggam sebuah Kamera
murahan
——————————————————————————
“Mmmmmmmmmmmpppp……” dengan malas aku membuka mataku, tidurku
terganggu oleh rasa menggelitik dikemaluanku, kesadaranku mulai memasuki
tubuhku, perlahan-lahan dengan masih mengantuk aku membuka mataku, aku
tersenyum ketika melihat ketiga gadis cantik mulus itu kini sedang asik
menjilati kemaluanku, masih terasa olehku kenikmatan yang kuarungi
semalam dan tampaknya dipagi hari yang indah ini akan dimulai sebuah
perjalanan menjelajahi lautan api kenikmatan yang berkobar-kobar. Aku
merasakan kemaluanku semakin tegang dan mengeras, Feilin sedang
mengajarkan kedua temannya bagaimana cara memainkan kemaluanku, bagaikan
seorang instruktur yang sedang memberikan instruksi kepada bawahannya,
“Bukan begitu… begini….” “Nahhh betul ayoooo terusss kocokk” “Salahhh….
Agak di…” begitulah suara – suara yang keluar dari mulut si kucing liar
Feilin. Aku merasakan kemaluanku semakin keras dan membengkak, mungkin
karena sangking berkonsentrasi mereka bertiga tidak menyadari kalau
mereka sudah membangunkanku dari tidurku dan itu artinya mereka harus
siap menjadi santapanku dipagi hari ini.
Jilatan-jilatan lidah terasa mengelus-ngelus kepala kemaluanku
dengan perlahan-lahan, hisapan-hisapan lembut itu membawa sebuah sensasi
tersendiri , kupejamkan mataku dan menikmati hisapan Nia yang sedang
menungging kearah wajahku, Aku menatap nanar melihat buah pantat Nia
yang menungging kearahku “Aww…..”Nia terkejut ketika aku menyambar
pinggulnya dan menarik pinggulnya dengan kasar agar ia menduduki wajahku
, mulutku langsung mencecar buah pantat Nia yang terasa lezat dan
manis, lidahku menjilati sela-sela pantat Nia , kugelitiki lubang
anusnya dengan lidahku yang terjulur menggeliat-geliat liar.
“Hehehe….”Feilin terkekeh-kekeh melihat Nia yang keenakan. Uhh enak
sekali emutan dan jilatan liar dikemaluanku, sepertinya ini jilatan khas
Feilin, kudorong sedikit pinggul Nia keatas agar aku bisa melihat siapa
yang menjilati kemaluanku, keningku berkerut ternyata Taridalah yang
sedang asik menikmati kemaluanku, dalam hati aku memuji kelihaian
Tarida, sepertinya ia memiliki bakat alami apalagi setelah diajarkan
oleh sikucing liar Feilin.
Nia berontak dan melepaskan dirinya dari cengkramanku, aku hanya
tersenyum memandangi Nia yang duduk dengan posisi kaki agak mengangkang,
mataku merayapi lubang kecil elastis yang dapat menelan besarnya
kemaluanku, Nia rupanya menyadari aku sedang asik memandangi lubang
vaginanya, ia mengatupkan kedua kakinya, Tarida dan Nia bersujud disisi
kanan dan disisi kiriku. Aku kini bangkit dari posisiku, aku pindah
kebelakang Tarida , kupeluk erat-erat tubuh Tarida yang hangat dan
mulus, hidungku mengendus-ngendus dan menghisap dalam-dalam aroma tubuh
Tarida yang membuat api birahiku semakin membara., kedua tanganku
merayap dan meremas-remas buah susu Tarida, Tarida mendesah-desah lirih,
mulutku menyumpal bibirnya yang mungil “Hmm…Mmhhhhh….” hisapanku yang
liar dan buas membuat Tarida kewalahan , “Ha uuhhh”Tarida menarik
wajahnya, nafasnya terengah-engah, buah dadanya turun naik,
kuremas-remas dan kutarik-tarik pentil susu Tarida, sesekali
kupelintir-pelintir pentil Susunya yang semakin runcing mengeras.
Kuselipkan kemaluanku kesela-sela pantat Tarida, perlahan namun pasti
aku mulai menyodomi Tarida, ketika aku menyodominya dengan kasar Tarida
meringis-ringis,wajahnya terlihat seperti minta dikasihani, aku tidak
peduli apakah ia kesakitan atau tidak , yang pasti aku sangat keenakan,
Feilin kini menyusu di buah dada Tarida sebelah kiri, Nia mulai
merangkak dan kini ikut menyusu dibuah dada sebelah kanan., Nia menciumi
bulatan buah dada Tarida , ciuman Nia semakin turun dan terus turun
sampai akhirnya lidahnya terjulur-julur menjilati selangkangan Tarida
yang masih dalam posisi bersujud “Aaaannnghhhhh… Crrrr” satu lenguhan
panjang menghempaskan Tarida tanpa ampun kedalam lautan kenikmatan.
Kuterkam Nia yang sedang memandangi Vagina Tarida, “Ahhhhh…
Uffffff!”Nia mengeliat-geliat kegelian ketika aku menggeluti buah
dadanya yang putih dan mulus, mata Nia terpejam rapat ketika aku
menjebloskan kemaluanku memaksa memasuki lubang Vaginanya yang masih
peret dan sempit, kupompa lubang Vagina Nia dengan lembut karena aku
tahu kalau Si Sexy Nia kurang bisa menikmati permainanku jika aku
memompanya dengan kasar, beda banget dengan Feilin dan Tarida, mereka
berdua sepertinya menyukai tipe hardcore. Perlahan-lahan aku memasuki
lubang sempit lembut yang berdenyut-denyut , Vagina Nia seperti sedang
mengurut-ngurut kemaluanku, perlahan-lahan kuaduk-aduk lubang mungil
itu. “Ahhhh… Crrrrr ” Nia menjerit kecil, ketika sesuatu menyemprot
batang kemaluanku, Feilin yang sudah tidak sabaran menarik tubuhku dan
memintaku tidur terlentang diatas ranjang empuk, perasaan seperti sedang
bernyanyi lagu “Medley” tapi Medley yang ini lebih asik didengarkan
karena suara – suara “Pleppp… Plepppp… Plepppp…” “Ahhhhh….” “Uhhhhhhhh”
yang dikeluarkan oleh Tarida, Nia dan Feilin. Feilin mengangkangi
Kemaluanku, pinggulnya menekan turun dan “Sleppppppppp…….” Tenggelamlah
kemaluanku berenang-renang ria didalam lubang sempit dan berdenyut milik
Feilin, Goyangan Feilin Liar dan memukau seperti goyangan dewi persik,
buah dadanya yang bulat dan keras seperti sedang meloncat-loncat,
tanganku terjulur meremas-remas buah dada Feilin, berkali-kali Susu yang
mengeras itu aku remas-remas, aku pilin-pilin putting susunya, kukocok
kuat-kuat sampai Feilin tersentak-sentak keatas
“ahhhh… Ahhh… Ahh Ouhh manggg Dhaniii!!”Feilin histeris dalam amukan
nafsu birahi, Tarida memeluk Feilin dari sebelah kiri sedangkan Nia
memeluk Feilin dari sebelah kanan, mereka memberi semangat pada Feilin
yang mengarungi lautan kenikmatan “Feilinnnn Ayoooo terussss… goyanggg”
“Ayooo Feilinnn jangan kalah… hebat!!! Terusss… Wowww Goyangan kamuuu
itu lohhh he he he” Tarida dan Nia memberikan semangat kepada Feilin
yang sibuk menaik turunkan pinggulnya, kedua tanganku mencengkram
pinggul Feilin, aku lebih kuat lagi menghujam-hujamkan kemaluanku pada
lubang Vaginanya, Tarida dan Nia kini asik meremas-remas buah dada
Feilin,bahkan berkali-kali Tarida dan Nia mengemut-ngemut Susu Feilin
“Ahhh.. aduhhh Taridaaaa… Akkk Niaaa kalian koq bantuin mang Dhani Sihhh
akhhhhh… mhalah ngeroyok akkkhuu Oww Crrrrrttt…..”Goyangan maut Feilin
tiba-tiba berhenti , cairan panasnya bucatt !! muncrat… nafasnya
terengah-engah, kupilin-pilin putting susu Feilin dengan gemas.
Feilin menaikkan Nia keatas tubuhku “Ehhh Feilinnn… ngakkk ahhh aku
ngak bisaaa…”Nia menolak ketika ia disuruh Feilin untuk “bermain” diatas
tubuhku. “Makanya kamu belajar.. jadi bisaa… nihhh pegangin senjata
mang Dhani terus kamu masukin… ngak susah koqq” Feilin memberikan
instruksi dengan serius pada Nia, Nia terlihat “malu-malu mau”
tangan kanannya memegangi batang kemaluanku, diarahkannya kepala
kemaluanku pada lubang Vaginanya , Nia meringis ketika ia menurunkan
pinggulnya,bibir Vaginanya sedikit demi sedikit mulai terbuka berusaha
menerima kepala kemaluanku yang extra big, sungguh tidak sebanding
dengan lubang Vaginanya yang kecil mungil, perlahan – lahan Nia
memasukkan kepala kemaluanku, pinggulnya menekan semakin kuat
“Sssslllleeeeshh….” Kedua tangannya bertumpu pada bahuku, posisinya agak
menungging ketika kemaluanku semakin dalam tertancap dilubang
Vaginanya,sebentar pinggulnya menekan turun namun tiba-tiba tidak jadi
trus terangkat lagi, wajah Nia penuh dengan keragu-raguan. Tanpa diduga
Tarida menduduki pinggul Nia kuat-kuat “Hiaaaatttt…he he he “Tarida
terkekeh-kekeh ,kemaluanku melesat tanpa ampun merojok kemaluan Nia
sedangkan Nia menjerit kecil “Ouuuuuw… Hekkkkk” Nafasnya seperti
tertahan, matanya melotot kemudian terpejam rapat
“Auhhhh Tarr… Taridaa Hhhhh”Nia terkulai dalam pelukanku, kedua
tanganku menyambut tubuhnya yang terkulai lemah, nafasnya seperti sesak
dan terdengar berat, kupeluk erat-erat tubuh Nia, Kemaluanku terbenam
dengan sempurna, Nia perlahan-lahan mengeliat dalam pelukanku, ia mulai
dapat menguasai dirinya kembali, Nia melirik Tarida kemudian ia
mencibirkan bibirnya , duh lucu banget wajah sisexy Nia pada saat itu.
“Ha ha ha ha…. Kalo ngak dipaksa gitu… bisa setaun baru masuk…”Tarida
sigadis periang tertawa lepas. Tangan Nia kanan bertumpu dibahuku,
sedangkan tangan kirinya diletakkan menyilang didepan dada , sisexy Nia
berusaha menyembunyikan buah Susunya dari tatapan mataku, kepalanya
tertunduk kebawah, sepertinya ia sedang memeriksa kemaluanku yang kini
tertancap dengan sempurna, kemaluan kami berdua bertaut dengan erat,
kuhentakkan kemaluanku kuat-kuat menusuk-nusuk Vagina Nia dari bawah,
“Ahhhh aduhhh pelhann… akk pelllaannnnhhh manggg…”Nia menahan gerakanku
yang liar dan brutal, “Suda.. hhhh mangg akhuu Saja…Nnnnnnhh”sambil
merengek-rengek Nia menahan gerakan-gerakan liarku, aku mengikuti
keinginannya.
Nia menggerakkan pinggulnya Naik turun, wajah seksinya bertambah
seksi ketika meringis-ringis , desahan dan juga rintihan silih berganti ,
sebuah irama baru tercipta disertai rengekan-rengekan manja Nia ketika
Tarida menjulurkan lidahnya menjilati belahan pantat Nia, Feilin memeluk
Nia dan memainkan buah dadanya, Nia menahan nafasnya ketika cairan
kewanitaannya meledak tanpa ampun “brrrrrr… Kecrotttt…. Cruttt..
Uffff”Nia berusaha mengambil nafas , butiran-butiran keringat meleleh
dari kulitnya yang putih mulus, Aku mencabut kemaluanku kemudian aku
mengambil posisi dibelakang tubuh Nia yang masih menungging kecapaian,
kuselipkan kepala kemaluanku pada sela-sela pantatnya dan satu sentakan
kuat membuat tubuh Nia terdorong dan tersungkur, ia merintih-rintih ,
aku memakluminya Nia pasti belum terbiasa disodomi, begitu juga Tarida,
beda banget dengan Feilin yang binal, ia sudah terbukti dapat kuandalkan
dalam memuaskan nafsuku, depan oke belakang oke. Kutusukkan dan kutekan
kemaluanku masuk lebih kedalam menelusuri Anus Nia yang
berdenyut-denyut “Enhhh Owww sakit… mangg sakitttt….”Nia kesakitan
ketika aku memompa anusnya kuat-kuat, Tarida dan Feilin menghibur Nia,
mereka berdua membelai-belai rambut Nia yang meringis-ringis kesakitan,
tubuh Nia terdorong-dorong maju-mundur, nafsu yang meledak-ledak didalam
diriku membuat aku lupa diri, aku tidak mempedulikan Nia yang berulang
kali mengeluh kesakitan , didalam kepalaku hanya ada keinginan untuk
menikmati kehangatan dan kenikmatan tubuh Nia yang mungil dan mulus.
Lumayan lama kugenjot lubang anus Nia dan “Arggggg…. Gejroott….
Krrootttttt”Air Maniku meledak didalam lubang Anus Nia, Kutarik
kemaluanku dengan kasar , Nia langsung merangkak menjauhiku Wajahnya
terlihat menahan sakit, kemudian Nia tersungkur diatas ranjang, dari
lubang anusna meleleh cairan putih dan kental, Sperma milikku,
perlahan-lahan Nia membalikkan tubuhnya, Nia terlentang diatas ranjang,
Aku kembali menerkamnya , Nia memohon supaya aku melepaskan dirinya , Ha
ha ha mustahil aku melepaskan santapanku, aku semakin asik menggeluti
buah dadanya yang putih dan kencang. Kumiringkan posisi Nia dan kuangkat
kaki kanannya keatas,wajah Nia terlihat seperti kuatir ketika aku
hendak menusukkan kemaluanku,Jleb…kutusukkan kemaluanku dengan lembut
dan kemudian dengan hati-hati aku memompa Nia, sepertinya Nia sangat
menikmati tusukan-tusukanku yang lembut, matanya yang sipit
terpejam-pejam, bibirnya sedikit terbuka mendesah-desah “Nnnn Hhhhhhhh…
Crrr Crrrr” belum begitu lama aku melakukan gerakan memompa Nia mengejan
dan semprotan-semprotan cairan hangat mengguyur kemaluanku, kukalahkan
Nia berjali-kali sampai ia terengah-engah tanpa daya, kuremas buah
pantatnya dengan lembut kemudian kucabut kemaluanku dari lubang yang
sudah banjir, cairan kenikmatan Nia meleleh sampai membasahi seprai
bermotif Donald duck, Feilin mendorong tubuh tarida terlentang diatas
ranjang
“Ayooo Manggg, kocok memeknya sampe lecetttt…. He he he” kemudian
Feilin memaksa mengangkangkan kedua kaki Tarida lebar-lebar “Auhhhh
tidakkk ehhh Feiiii ” Tarida ketakutan melihat wajahku yang beringas,
Tarida hampir berhasil melepaskan kakinya namun “akkkk Niaaa!”Tarida
gugup ketika Nia menangkap kaki kanannya sedangkan Feilin menangkap kaki
kirinya, secara serentak Nia dan Feilin menarik kedua kaki Tarida
keatas, sehingga kini Tarida dalam posisi mengangkang , tubuhnya
menggeliat-geliat tidak berdaya, mulutnya terus memohon agar Feilin dan
Nia melepaskan kedua kakinya. “Hekkkkkkkkkk….Ohhhhhhhhhhh” mata Tarida
melotot ketika aku dengan kasar menjejalkan kemaluanku memasuki lubang
Vaginanya yang sempit, mulutnya menceracau seperti orang yang sedang
mengingau, kemudian Tarida seperti merengek-rengek ketika aku menggasak
lubang Vaginanya kuat-kuat, kemudian tubuhnya menggeliat dalam liukan
yang menggetarkan jantungku “Srrrr…Crrrrttt…crrrrrttt… Emmmmhhh”
Tarida tergeletak diatas ranjang, tubuhnya masih terguncang-guncang
dengan kuat mengikuti sodokan-sodokanku yang semakin liar, Nia dan
Tarida terkekeh- kekeh menertawakan temannya yang tergolek lemah.
“Wooowww gilaaaaaa… Mang Dhani memek Tarida sampe merah gitu he he
he…kayak punyaku waktu diperkosaaa”Feilin terkekeh-kekeh, Nia mengelusi
paha Tarida , Feilin juga mengelus-ngelus paha Tarida, Tarida terdiam
seribu bahasa terkadang memekik kecil, kemudian merintih-rintih dan
“Auuffff…. Ssssshh Nggggg Crrrrr…. Crrrrrr” Tarida meregang ketika
kenikmatan menghinggapi dirinya. Kuambil guling dan kuganjal pinggul
Tarida dengan Guling, kusuruh Feilin dan Nia agar mereka menarik kaki
tarida lebih keatas sehingga lubang anusnya ikut terangkat naik dan
“Jrebbbbb akkhh” Tarida meringis menahan sodokanku “Owww!” satu jeritan
panjang mengiringi melesatnya kemaluanku memasuki lubang anus Tarida.
“Akkk Oww mangg Ammm phunnn achhhhhhhh”Tarida menggeleng-gelengkan
kepalanya, rambutnya acak-acakan, jeritan-jeritan kecilnya sering
terdengar diiringi oleh senandung rengekan-rengekan yang terdengar
semakin manja, aku harus sering melatih Nia dan Tarida agar mereka dapat
“Allll In” seperti teman mereka Si kucing liar Feilin, tusukan-tusukan
yang cepat dan prima kutembakkan sedalam-dalamnya pada lubang Anus
Tarida yang sempit, lubang anus Tarida tampak kewalahan menghadapi
tusukan-tusukanku, lingkaran disekitar anus Tarida yang seperti cincin
terlihat tertekan masuk kedalam ketika aku menusukkan kemaluanku
kuat-kuat dan melejit tertarik keluar ketika aku menarik kemaluanku,
mata Tarida mendelik-delik ketika aku semakin liar dan semakin kuat
memompa anusnya, tiba-tiba tarida terisak-isak sepertinya ia kesal
karena ketidak berdayaannya menghentikan aksiku yang brutal.
Tarida memang paling cengeng diantara tiga gadisku yang cantik,
melihat Tarida yang menangis Feilin melepaskan sebelah kaki Tarida,
kemudian ia menggeser posisinya dan membelai-belai rambut Tarida, bibir
Feilin menyumpal bibir Tarida, hingga Tangisan Tarida agak teredam, Nia
memeluk diriku dari belakang dan berbisik perlahan”Terusss manggg
colokkk yang kuat…lampiaskanlah nafsu mang Dhani pada Tarida tapi kalau
sama aku pelan-pelan aja, jangan keras gitu yah mang Dhani
sayang”dikecupnya pipiku, aku tersenyum padanya kemudian mengangguk, Nia
tampak tenang ia semakin erat memelukku. “Mmmm Mmmmm.. Hmmmm”Suara
suara itulah yang selanjutnya terdengar dari mulut Tarida dan Feilin,
bibir Feilin melumat-lumat bibir tarida dengan buas, tubuh Tarida
tiba-tiba mengejang dan “Hnnnhhhh crrrr… crrrrrrrrrrrr” muncratlah
cairan kewanitaan Tarida , cairan putih lengket yang beraroma harum itu
seperti es yang mencair meleleh dari sela-sela bibir Vagina Tarida,
kutarik kemaluanku lepas dari dalam anus Tarida, Nia dan Feilin
menghampiri kemaluanku , lidah mereka membersihkan kemaluanku yang sudah
basah kuyup , diemut-emutnya kepala kemaluanku, denyutan-denyutan kuat
mulai terasa diujung kemaluanku dan “Keccrooootttt…. Krrrrrooooootttt…
Srrrreeppphh… “
Bendungan Spermaku akhirnya jebol juga, Nia dan Feilin saling
berebutan membersihkan Air maniku yang meleleh, setelah selesai dan puas
Feilin dan Nia membaringkan tubuh mereka disamping Tarida yang sedang
tertidur, ketiga gadisku yang cantik dan mulus menggeliat dengan malas
ketika aku merangkul tubuh mereka, ciuman-ciumanku mampir dibibir
mereka, kulumat lembut bibir-bibir mereka yang terasa manis,
desahan-desahan nafas yang memburu perlahan-lahan mulai sirna ,
kehangatan dan kemulusan tubuh mereka bagaikan selimut terenak dipagi
hari yang indah ini, mulutku masih belum puas , kuemut-emut enam pasang
payudara dibawah pelukanku, ketiga gadisku yang cantik menggeliat-geliat
kegelian, mata mereka terpejam kecapaian.
Setiap hari kulewatkan dengan hati senang, gembira dan puassssssss
lahir batin, sampai pada suatu hari ketenanganku terganggu ketika aku
sedang menunggu para gadisku yang hangat dan mulus. “duh lama amat
padahal seharusnya mereka sudah keluar” kataku dalam hati,aku tersenyum
lebar ketika dari kejauhan kulihat Tarida . Feilin dan Nia
menghampiriku, namun bagaikan tersambar petir disiang hari aku
dikagetkan oleh pengaduan Tarida, Feilin dan Nia. Dengan api kemarahan
yang makin berkobar aku mendengarkan cerita mereka bertiga, kemudian aku
mencari sibrengsek itu, pantesan aja mereka lama. Dari belakang
perlahan-lahan kuhampiri sipeot yang kelihatannya tidak sabaran menunggu
sesuatu, kujambak rambutnya “Wadowww… akkkk!” Sipeot kesakitan,
kubanting dan kuinjak mahluk tidak tahu diri itu. “Hehhhh jangan kurang
ajar lu… mana keluarin….”aku membentaknya. Dari dalam saku celananya ia
mengeluarkan sesuatu… ternyata sebuah foto yang diprint diatas kertas
HVS waduhhhh dasar amatirannn…!!!!!
Setelah selesai melampiaskan amarahku kutinggalkan tubuh peot
menyebalkan itu. Sipeot tertatih-tatih matanya memandang geram “Awassss
looooeee!!!!!!!!!! Bangsattttt… dasar Monster “sipeot hanya berani
bersumpah-serapah ria didalam hati. Huuhh… ada-ada saja, untung
gadis-gadisku pandai dan cerdik, mereka menjanjikan sipeot bermain
dibelakang sekolah.. kalau tidak entah apa yang akan terjadi..? kini aku
tinggal pulang dan menikmati hidangan hangat diatas tempat tidur.
Hari-hari selanjutnya kujalani dengan normal sampai pada suatu saat
ketika aku sedang menunggu Tarida , Feilin dan Nia “Tok… Tokkk…
tokkkkk”Aku membuka kaca mobil, tiga orang polisi berpakaian preman
mengepung mobilku, mereka tampak sangar, setelah meminta KTP-ku, aku
disuruh keluar dari mobil dan diangkut kemarkas mereka, aku dituduh
memperkosa tiga orang gadis Chinese, dikantor ada sesosok tua renta yang
sangat kukenali, keterangannya dan juga alat bukti yang dikeluarkan
oleh sipeot Parto membuatku tak berdaya, rekaman pemerkosaan di lantai
IV!!!!!!!!!!! Aku tidak dapat mengelak lagi, dengan lesu akhirnya aku
digiring masuk sel tahanan, sipeot tersenyum senang melihat nasibku yang
sudah tidak tertolong
========The End======
——————————————————————————————-
Tuamaaaaaaaaaaaaatttttttttttt!!!
Saddd Endingggg Storiessss!!!!!!!!!! Wakakakakakakaka……..2000X.
Waduhhh para mupengers jangan langsung loyo begitu duongg, he he he….
Sementara kita tinggalkan dulu si Dhani Anwar yang lagi ngeringkuk
dibalik sel penjara. Nah…. Sepeninggalan si Dhani, Tarida&Feilin dan
juga Nia kini terancam bagaikan binatang langka, tanpa ada yang
melindungi sama sekali, tanpa ada yang Ehmmm… uhukkk… uhukkk bla… bla…
Blaaaa. Trus Gimana dong nasib mereka…menghadapi sipeot Parto Satpam
ngak tau diri disekolah itu yang sudah bersiap-siap menjalankan aksi
bejatnya…. Selamatkah mereka dari cengkraman Parto ??????????? And
Gimana nih Nasib si Dhani selanjutnya ? selanjutna dikupas tuntas di liputan 6 petang ,
yang tajam, actual dan terpercaya. Ngomong-ngomong karena ceritanya
rada-rada panjang dikit udah beli cemilan blonnnnn….. beli dulu
gih…mupeng boleh lanjottt tapi perut jangan lupa pada diisi oceh ?, euhhhh….stoppppp… !!!!! Sebelon berdiri beli cemilan, yang bawah jangan lupa diturn off dulu…^^ ntar yang liat pada kaget….. !!
——————————————————————————————-
Sepeninggalan Dhani Anwar, Parto situa renta merasa dirinya bebas
untuk melampiaskan hasrat bejatnya. Disuatu hari yang sepi karena para
murid dan guru disekolah itu sudah berlarian pulang “He he he….” Sosok
tua renta mencegat langkah Tarida, Feilin dan Nia, Ketiga gadis itu
memandangi sesosok tua renta yang terkekeh-kekeh dihadapan mereka, mau
ngapain lagi sih manusia peot bau tanah ini “Sudah ketemu tasnya ya ? wa
ha ha ha” Situa bangka terbahak-bahak, rupanya mahluk peot inilah yang
menyembunyikan tas Nia sampai-sampai ketiga gadis itu sibuk mencari-cari
tas yang mendadak menghilang. Tanpa terlalu banyak basa-basi , siParto
mengeluarkan beberapa lembar Foto yang kali ini tercetak diatas photo
paper… lumayan mulai tau teknologi juga akhirnya…
Sipeot menghampiri Feilin dan dengan nafsu yang berkobar ia hendak
menjamah buah dada Feilin. “Heeeiii…. Jangan kurang ajar pak..
parto….Nanti saya bilangin sama mang Dhani!!!!”Feilin membentak siParto.
“Eee Ehhhh… jangan sok kalian ini….i Dhani mah udah tamat… udah
dikurung kayaknya ngak akan keluar lagi….he he Nanti saya sebarkan
foto-foto ini baru tahu.. rasaaa!!!! Ayo masuk kedalam……..He he he”
sipeot tambah ngelunjak, matanya berkedip-kedip dengan genit menatap
bagian-bagian terpenting ketiga gadis Chinese yang masih terhalang oleh
pakaian seragam mereka. Wajah Tarida, Feilin dan Nia mendadak pucat
mereka tidak menduga akan mengalami kejadian seperti ini apalagi tanpa
ada seorangpun yang dapat melindungi mereka, Dhani Anwar kini mati kutu
didalam sel penjara, ketiga gadis Chinese yang cantik memandangi Parto
dengan tatapan geram,pasti siParto inilah yang punya kerjaan, pantasan
saja mang Dhani menghilang tanpa meninggalkan kabar berita ,Dengan mudah
Parto menggiring ketiga gadis Chinese kedalam kelas, pintu kelas itu
tertutup rapat namun didalam.
Situa bangka Parto terkekeh-kekeh menghampiri Nia, Nia terlihat serba
– salah ketika tangan yang kurus kering itu terjulur dan mulai membuka
kancing baju seragamnya satu persatu, Parto tersenyum ditariknya cup Bra
Nia sebelah kiri dan kanan sekaligus, Boinnnnnkk… mata situa bangka
melotot ketika buah dada Nia seperti melompat keluar dari sarangnya.
Mulut parto dengan rakusnya menjilati buah Susu Nia, mulutnya yang sudah
ompong mengigit-gigit buah dada Nia, Nia menatap Feilin dan Tarida,
tatapannya seperti minta tolong pada kedua temannya , sungguh
mengenaskan nasib Nia, Feilin dan Tarida hanya dapat memandangi teman
mereka yang sedang dilahap susunya habis-habisan oleh situa bangka. Nia
menolak ketika parto mengajaknya berciuman, ia jijik berciuman dengan
siParto, dengan kasar situa bangka menjambak rambutnya dan “Hmmm…
mmm”bibir parto mengulum bibir Nia dengan rakus, suara berdecak-decak
keras mulai menghiasi ruangan kelas yang menjadi saksi bisu kebejatan
Parto seorang satpam tua disekolahan itu, Mata nia terpejam rapat-rapat,
ia tidak rela menjadi santapan situa bangka yang lebih pantas menjadi
kakeknya, biarpun Parto sudah berupaya maksimal tetap saja nia tidak
bergairah menghadapi mahluk kurus kering dihadapannya, Parto
mengeluarkan sesuatu, Dhuennnnn !!!!!!! senjata pamungkas superrrrrrr
wakkkkkkk!!!!!! , beda banget kemaluan Parto sama kemaluan Dhani anwar,
duhhh paling Cuma 10 cm, ….. Nia merasa was-was, apalagi ketika Parto
menekan bahunya agar dirinya bersujud dihadapan kemaluan Parto yang
sudah tegang , “Setiap ada kamu….. mengapa jantungku…… berdetak lebih
kencang……. seperti genderang mau perang…..” Senandung Lagu itu menghiasi
kepala parto yang pening karena sudah lama menahan nafsu birahi.
Parto memaksa Nia menjilati kemaluannya, Lidah Nia terpaksa terjulur
keluar menjilati kemaluan Parto, mata parto melotot ketika lidah Nia
mengulas-ngulas batang kemaluannya. “uuuhhhhh… asiiikkkkkk….
Sedappppp….Auuhhhhh ayo hisappp!!!”mulut ompong itu menceracau tidak
karuan. “Huaaa duhhhhh… Uhhhhh” Mata si parjo melotot ketika kepala
kemaluannya diemut oleh Nia. Parto sudah tidak sabar ditariknya tubuh
Nia dan dibaringkannya diatas meja dikelas itu,Nia mulai terisak-isak ia
merasa tidak berdaya menghadapi kebejatan Parto, baru saja Parto
menyibakkan rok seragam Nia, Parto dan ketiga gadis cantik mulus
tersentak kaget, mereka mendengar suara langkah kaki mendekati ruangan
kelas, dengan terburu-buru Nia merapikan pakain seragamnya begitu juga
parto ia merapikan seragam satpam yang lusuh dan dekil.
Pintu kelas dibuka seseorang “Lohhhhh ?? kalian belum pulang….” Pak
Diro bertanya keheranan, ternyata guru disekolah itu, “Ehhh eeee itu…
tas sekolah Non Nia hilangg pak jadi saya membantu mencariii….” Parto
dengan sedikit akal bulus mengakali pak Diro. “Ooooo…. Sekarang Tasnya
sudah ketemu ?”Pak Diro bertanya tanpa merasa curiga. “Sud.. Sudahh
pak”Nia menjawab dengan Gugup, Pak Diro memang terkenal sebagai guru
paling galak disekolah itu. “Yaaa kalau sudah ketemu mau ngapain kalian
disini… koq ngak pulang…Oo iya Pak Parto tolong bawakan tas saya yang
tertinggal kemobil!! “dengan tegas Pak Diro memerintah Parto, kemudian
Pak Diro melangkah keluar diikuti oleh Parto, mulut parto tampak monyong
karena niat bejatnya terganggu. Tarida, Nia dan Feilin segera kabur
meninggalkan parto yang memandangi ketiga Siswi yang hampir saja menjadi
korbannya. Nia yang terus terisak-isak menangis dihibur oleh
kedua temannya. “Fei… kita ngak bisa begini teruss…”Tarida
termanyun-manyun, namun wajahnya tetap saja cantik. “Iya… aku pikir juga
begitu… huhhhh… untung saja kita selamat… kalo ngak entah gimana nasib
kita”Nia cemberut. “Hmmmm gimana kalau…….” Si kucing liar Feilin
tiba-tiba mempunyai sebuah akal bulus, sebuah akal bulus yang tanpa
disadari oleh ketiga gadis itu akan membuat mereka semakin terperosok
jatuh kedalam jurang keangkaramurkaan birahi. “Wahhhhh kamu cerdik
sekali Feiiii…” Tarida dan Nia memeluk Feilin, mereka bertiga
bersiap-siap menjalankan siasatnya menghadapi situa bangka Parto
sekaligus mencari tahu dimana keberadaan Dhani Anwar..
Parto situa bangka melintas melewati kantin, matanya menatap Feilin,
Tarida dan Nia yang sedang duduk-duduk dikantin, mereka tersenyum manis
kepadanya, jantung Parto mendadak berhenti ketika ketiga gadis Chinese
dihadapannya seperti sengaja menggoda Parto, mereka sedikit
mengangkangkan kaki mereka, glek… Parto menelan ludah melihat kemulusan
paha Tarida,Feilin dan Nia. Siang itu, Tarida, Feilin dan Nia seperti
sengaja menunggu sekolah menjadi sepi, para murid dan para guru sudah
pulang sedari tadi,Parto seperti seekor macan buas yang sedang mengincar
mangsanya,ia berjalan mengendap-ngendap dari belakang mendekati ketiga
gadis Chinese incarannya. “Hupppppp…. Nahhhhhh!!! Mau kemana kalian
sekaranggg….” Tangannya menyambar pinggang Tarida. “Oww.. “Tarida
menjerit kaget namun ia kemudian membalikkan tubuhnya dan tersenyum
manis , kini Parto yang tersentak kaget, ketiga gadis dihadapannya
tampak jinak, hal ini benar-benar diluar dugaannya. Feilin meraih dan
meletakkan tangan parto pada buah dadanya, tangan kurus kering itu
sampai gemetar ketika meremas buah susu Feilin. “Mang Parto mau liat
susu ?” Feilin menjajakan buah dadanya yang sedang diremas-remas Parto,
tanpa menunggu jawaban dari Parto Feilin membuka baju seragamnya, Feilin
menarik Cup Bhnya kebawah sehingga kedua buah dadanya tersembul keluar,
Lidah Parto terjulur-julur seperti seekor ular tua , kedua tangannya
membelit pinggang Feilin , rakus sekali Parto ketika menikmati buah dada
Feilin yang putih dan ranum, Feilin mendorong kepala yang sedang
rakus-rakusnya menikmati kenikmatan buahsusu.
“Jangan disini pak… lebih baik kita kerumah pak parto aja..” Feilin
tersenyum menggoda si tua Parto. Parto menelan ludahnya “Ngak usah… kita
disini aja… kita terusin dikelas… kemarenkan sempet… kepotong he he
he”Parto terkekeh-kekeh kemudian menggiring Tarida , Feilin dan Nia
kedalam kelas. Feilin garuk-garuk kepala karena siasatnya gagal atau
mungkin juga perlu pengorbanan terlebih dahulu untuk menjalankan siasat
yang sudah tersusun dengan rapi ??, mereka berniat mendapatkan semua
bukti-bukti yang digunakan Parto untuk menjalankan aksi bejatnya,
berhasilkah mereka bertiga? tapi yang pasti kini…tangan parto
meremas-remas susu Tarida, Tarida merasa serba salah, mau lari sudah
tidak mungkin, agar tidak terlalu menderita dirinya pasrah mencoba
menikmati permainan lidah Parto yang mulai menjilati buah susunya yang
lembut. Parto menarik Tarida dan membalikkan tubuh mulusnya, kedua
tangannya meremas-remas pinggul Tarida , tangan keriput itu menurunkan
resleting rok seragam sekolah Tarida, kemudian sambil berjongkok
ditariknya kain segitiga berwarna putih sampai terlepas dari tubuh
Tarida. Parto menarik kursi , diletakkannya kaki sebelah kiri Tarida
keatas kursi,tubuh Tarida sedikit menungging, kedua tangan Tarida
bertumpu pada tembok dihadapannya, sedangkan ia berjongkok dan
mengendus-ngendus selangkangan Tarida. Tarida menahan nafas merasakan
lidah Parto menjelajahi Vaginanya dari belakang, rasanya basah, hangat
dan menjijikkan apalagi ketika mulut Parto dengan rakus mulai melahap
kenikmatan dilubang Vaginanya.
Semakin lama Perasaan jijik semakin sirna, tubuh Tarida tidak dapat
menyembunyikan cairan-cairan yang semakin lama semakin berontak ingin
keluar “akkkk… Crrrrrr”nafas Tarida memburu , sesekali tubuhnya
tersentak-sentak ketika merasakan mulut Parto yang menyedot-nyedot
cairan gurih diselangkangannya. Parto duduk diatas kursi sambil menarik
turun pinggul Tarida namun Tarida berontak melepaskan dirinya, Feilin
dan Nia menghampiri parto, mereka berdua membujuk parto agar bersabar,
buaian dan juga rayuan mulai membuat Parto lunak, apalagi ketika Feilin
dan Nia menyodorkan buah dada mereka agar dihisap-hisap oleh mulut situa
yang sudah keriput, Parto tambah terlena, Feilin bersujud dihadapan
Parto, dengan menahan rasa jijik ia meraih kemaluan parto yang kecil,
dijilatinya kemaluan Parto dan dihisap-hisapnya kepala kemaluan Parto.
Detik demi detik merayap perlahan, menit-demi menit berlalu, jam demi
jam melangkah menuju sore hari ,salah satu pintu kelas disekolah
mendadak terbuka , dari dalamnya keluar tiga orang gadis Chinese yang
cantik dan mulus diikuti oleh Parto, wajah situa bangka terlihat puas.
“Heee heee heeee… lain kali kita maen lagiii…”Tangannya dengan kurang
ajar meremas buah pantat Nia. “Supaya lebih asik gimana kalau kita main
dirumah mang Partoo ?”Feilin merengek manja. “Iya manggg… supaya lebih
leluasa…..”Tarida dan juga Nia ikut merengek manja, Parto terkekeh-kekeh
kemudian ia mengangguk tanda setuju. “Tapi ingettt janji kalian
bertiga…. Kalau dirumah boleh ngewee…kalo enggak awas!!! “Parto
mengeluarkan ultimatumnya., Feilin berusaha tersenyum manis dan
mengangguk.
Hari demi hari berlalu semenjak parto hampir berhasil memangsa tiga
siswi disekolahan itu yang super cute dan mulus, jika diperhatikan
seolah-olah tidak ada kejadian yang ganjil dan aneh namun pada suatu
Siang ,wajah parto tampak ceria ketika pintu rumahnya yang terletak
ditempat terpencil diketuk seseorang, dengan terburu-buru parto membuka
pintu rumahnya, senyum diwajahnya tambah lebar ketika matanya melihat
siapa yang datang…. ”masuk cepat !!!!” Parto buru-buru menggiring
ketiga tamunya kedalam kamar, tangannya yang keriput menelanjangi
Tarida, Nia dan Feilin, kemudian Parto melepaskan kain sarung yang
dikenakan olehnya, dan Jrengggg kemaluannya yang pendek dan tidak tahu
diri itu mulai unjuk gigi. “Eiiiittt ntar dulu manggg…”Nia menolak
ketika Parto hendak memeluknya, “Lohhhh…. Kannn udah janjii !!! gimana
sihhh….!!!”Parto tampak sewot karena keinginannya terbendung untuk yang
kesekian kali. Feilin dan Tarida memeluk Parto kemudian berbisik “Mang
Parto sayangg… sebelumnya… kami penasaran ingin tahu sejak kapan sih
mang Parto mengetahui rahasia kami…trus dimana mang Dhani??”Feilin
membelai – belai ujung kemaluan Parto yang bentuknya seperti helm,
Tangan Tarida mengusap-ngusap buah pelir Situa Bangka.
“Wadhhh kalo itu mah gampangggg…Si Dhani dipenjara di…… dan soal
itu….. ntar aja, kita entotan dulu…”Parto melepaskan diri dari pelukan
Tarida dan Feilin , ia menerkam Nia yang berdiri gemetar ketakutan
menghadapi monster tua dihadapannya, tangan Parto membelit pinggang Nia ,
kedua tangannya memeluk erat-erat tubuh Nia, mulutnya sudah sedari tadi
menciumi Nia dengan nafas tuanya yang memburu. “Owww…. Blukkk…”Nia
kaget ketika Parto mendorong tubuhnya jatuh keatas ranjang, belum juga
hilang rasa kaget Nia, Parto menggeram dan menerkam tubuh Nia, Parto
menggesek-gesekkan kemaluan kecilnya, pada belahan bibir Vagina Nia,
tubuh Nia merinding ketika Parto hendak menyodok Vaginanya.
“Outssss….ouuuhh” Parto mengeluh keenakan ketika tiba-tiba Tarida
menyambar kemaluannya dan “Sllllrppp… Sllllppppppp”Tarida menjilati
kemaluan Parto. “Aduhh gimana sihhh !! baru juga mau masukk…. Duhhh
Hmmmmmmm Mmmmm”Parto bersungut-sungut namun mulutnya segera disumpal
oleh mulut Feilin, Tangan Parto bergerak liar mengusap-ngusap dan
memeluki tubuh Feilin, bahkan tangan Parto yang keriput berulang kali
meremas-remas Buah Susu Feilin. Nia menghela nafas panjang-panjang….
Untung saja Tarida dan Feilin bertindak menyelamatkannya, kalau tidak
sudah pasti kenikmatan dan kemulusan tubuhnya akan menjadi santapan
empuk Parto. “Hee ekkkkkkhhh… Kecrott… Kecrotttttt.. Blukk”Parto sampai
terjengkang dan jatuh duduk diatas ranjang tuanya yang dekil, kemaluan
Parto kian menciut. Feilin mendekap tubuh kering Parto dari belakang,
Jantung Parto sampai loncat ketika merasakan buah Susu Feilin menempel
dipungungnya, gesekan-gesekan halus membuai Parto, Feilin berbisik manja
ditelinganya
“Ayoo Mangggg.. liatttt… jangan biarkan kami penasaran…sejak kapan
mangggg…”Feilin tambah erat memeluk tubuh kering yang terkekeh-kekeh,
kemudian Parto bercerita panjang lebar tentang kapan dan bagaimana
caranya Parto mengabadikan rahasia ketiga gadis Chinese bersama Dhani
Anwar. “Terusss ditaro dimana ? kita nongton yukkkkk” Tarida bergelayut
dengan manja. “Ayooo manggggg…..”Nia ikut merengek. Jakun Parto turun
naik, kemudian tubuhnya berdiri dan dari sebuah laci dikeluarkannya
setumpukan Cd berisi rekaman persetubuhan Tarida, Nia dan Feilin,
kemudian digiringnya tubuh bugil ketiga gadis Chinese itu menuju ruang
tamu, diputarnya satu persatu sampai kelima CD itu selesai ditonton.
“Nahh sekarang… “Parto mendesakkan tubuh Tarida kesudut dinding, ia
mengarahkan kemaluannya pada lubang Vagina Tarida. “Ahhh… mangg Partooo…
ngak seru ahhh!!!! masak rekamannya Cuma segini… tadi katanya
banyak….”Tarida menolakkan tubuh kurus kering yang hendak menikmati
lubang Vaginanya. Parto menarik nafas panjang akhirnya ia menuju sebuah
lemari diruangan itu, dibukanya pintu lemari “Krettttt….”Suara pintu
lemari yang sepertinya menyimpan banyak rahasia didalamnya. Feilin,
Tarida dan Nia tersenyum ketika Parto mengeluarkan sebungkus Cd termasuk
Kamera murahannya. “Ya sudahhh ini dikeluarkan semuanya!!!! tapi Ayoooo
Dooooooonnnnnggg….”Parto merengek ingin segera mencicipi lubang
kenikmatan para gadis Chinese dihadapannya. “Kalau gitu mang Partoo
mandi dulu gihhhhh…”Tarida mengecup pipi Parto yang keriput.
“Asiiiiikkkk……he he he”Parto terkekeh-kekeh senang, ia menuju kamar
mandi yang terletak dibelakang rumah, baru saja ia menutup pintu kamar
mandi tiba-tiba ia teringat , ia lupa mengambil handuk, Parto keluar
lagi dan menuju kamarnya………………………
“Heiiiiii…. Kalian mau apa… lohhhh ???” Parto memergoki Tarida , Nia
dan Feilin sedang terburu-buru memakai baju seragam mereka kembali,
melihat mangsanya berusaha melarikan diri Parto bergerak secepat kilat
menghadang mereka, Parto benar-benar gelap mata, kini seorang kakek Tua
keriput dengan tubuh telanjang bulat tengah berusaha menangkap mangsanya
yang mulus dan segar. Huppp… mangsanya yang pertama Tarida meloloskan
diri disusul oleh Feilin mangsanya yang kedua, Parto mengamuk bagaikan
macan tua yang terluka dan kini diterkamnya mangsanya yang ketiga Nia,
waduhhhhh mampusssss dahhhhhhh ! ternyata mangsanya yang ketiga lolos
juga… bahkan Nia masih sempat melempar kain segitiga ajaib kearah
wajahnya, Kain ajaib itu menutupi pandangan mata Parto… raungan
terdengar mengerikan dari mulut Parto yang hanya tinggal geraham.
”Owww…….Gubrakkk” Ternyata keberuntungan berpihak pada Parto,
mangsanya yang ketiga Nia, kurang hati-hati, ia terpeleset jatuh keatas
lantai, belum juga hilang rasa sakit akibat terjatuh, parto menindih
tubuh mulus Nia , Nia menjerit kecil… ia berusaha melepaskan diri dari
Parto yang begitu buas menindihnya. “Sialannn luuu… Grrrrr… gua
entot….lu Hiattttttt”Parto bagaikan seorang pendekar mesum berusaha
menaklukkan Nia. “Ohhhhhh tidakkkk lepass…Tidakkkk…Nnnnnnnnhhhh”Nia
melawan mati-matian ketika Parto menyibakkan rok seragam sekolahnya
keatas, Tangan Parto mencekik batang leher Nia sampai Nia terkulai lemas
kehabisan nafas, pandangan matanya agak gelap seperti mau pingsan. “He
he he……Cd yang kalian bawa Cuma backup-an , semuanya ada didalam
computer…kali ini lu yang gua sikat dulu, temen lu yang dua ntar pasti
nyusul he he he ” Parto menggesek-gesekkan kemaluannya pada Vagina Nia,
sepertinya kali ini ia bakal berhasil menyetubuhi Nia yang sexy,
kemaluanya bergerak menekan dan perlahan namun pasti kepala kemaluan
Parto mulai merasakan jepitan dilubang Vagina Nia yang seret, Parto
tersenyum merasakan kepala kemaluannya mulai tengelam dilubang sempit
yang hangat dan nikmat, ia hendak menjebloskan kemaluannya , Nia hanya
dapat memandangi Parto yang terkekeh-kekeh diatas tubuhnya, pandangan
matanya masih nanar akibat dicekik oleh Parto ,tubuh tua Parto mulai
bergerak mengambil ancang-ancang untuk melakukan “peluncuran roketnya” dan…!!”Jrebbbbbb…Wuadowww!!!!!!!”
Mata Parto melotot, Parto melolong kesakitan setengah mati ketika
merasakan sesuatu menyerang tubuhnya dari belakang, bahkan bukan hanya
itu serangan benda itu berlanjut dan menekan kedalam tubuhnya, sebatang
bolpen kini tertancap dilubang anusnya, tubuhnya menggelepar-gelepar.
Feilin dan Tarida menyingkirkan tubuh tua Parto dari atas tubuh Nia, Nia
yang ketakutan dibantu berdiri oleh kedua temannya, “Niaaa cepet….mau
ngapain ?” Tarida keheranan melihat Nia dengan terburu-buru membuka
casing computer diruangan itu, Nia mencari-cari obeng kecil dilaci meja
dan kemudian dengan terampil Nia membongkar Harddisk bermerek Seagate,
Feilin menarik tangan Nia dan kabur dari rumah Parto, Parto mengerang
kesakitan, menungging tanpa daya dengan sebatang bolpen tertancap
dianusnya, matanya terpejam rapat……. Kayaknya sih kelenger deh macan tua
kita yang hebat.
Sudah berhari-hari Parto tidak masuk kerja, sampai akhirnya simacan
tua muncul kembali digerbang sekolah namun langkahnya masih agak….aneh.
Feilin, Tarida dan Nia tersenyum – senyum kecil ketika melihat Parto
berjalan dengan langkah yang agak mengangkang, akhirnya ketiga gadis
super Cute dan mulus itu tidak dapat lagi menahan tawa mereka
membayangkan sebuah bolpen yang menusuk Parto, tepat dilubang anusnya.
Siang hari itu parto kembali mencegat Feilin, Tarida dan Nia, Parto
mengertak mereka. “Saya berikan kesempatan terakhir…. Sebaiknya kalian
menyerahkan diri…kalau tidakk!!! Saya akann…. “Pidato Parto mendadak
terhenti ketika…….. “Pletak….” Feilin menjitak jidat Parto, “Ihhh
Dasar…” Tarida mencibir kemudian berlalu meninggalkan parto “Tarida…
Feiiii Tunggu” Nia berlari kecil mengikuti langkah kedua temannya, Nia
menengok kebelakang, tubuhnya bergidik melihat mulut ompong Parto yang
pernah melahap buah dadanya dengan rakus. Parto mengusap-ngusap jidatnya
, Mulutnya yang ompong termanyun-manyun.
Siang Hari disebuah rumah mewah, Para Siswi Chinese yang mulus tengah
mengadakan rapat penting, Tarida, Feilin dan juga Nia berniat
membebaskan Dhani Anwar, mereka dengan sukarela menguras tabungan di
Bank BCA demi membebaskan Dhani. Pada Hari Sabtu………… , disebuah Lembaga
permasyarakatan, tiga gadis Chinese tampak gelisah menunggu seseorang,
mendadak pintu ruangan itu terbuka dan masuklah seorang Pria bertubuh
gemuk berlemak, dan berwajah garang, , mata sigemuk memandang Tarida,
Nia dan Feilin dengan Tatapan menyelidik. “Ehmmmm nahhh adik-adik ada
keperluan apa mencari saya ?” Sigemuk membuka pembicaraan. “Mmmm begini
pakkk.. apa benar Dhani ditahan disini….?” Feilin memberanikan diri
bertanya pada Sigemuk ”Betul… ada keperluan apa adik-adik menanyakan
Dhani Anwar…?”dengan tanpa ekspresi sigemuk balik bertanya. “Begini
Pakk… kami ingin menjamin Mang Dhani , ini uang jaminan sejumlah 50 juta
rupiah….”Tarida mengeluarkan amplop coklat berisi uang sejumlah 50 juta
rupiah. “Brakkk…!!!! Kalian pikir… saya ini seorang koruptor yang bisa
disogok !!!! Selama 20 tahun lebih saya bekerja… saya belum pernah
menerima uang haramm !!!!… Sebaiknya adik-adik pulang kerumah…
belajarlah baik-baik agar berguna bagi masa depan adik-adik semua….nah
silahkan….. saya masih banyak urusan”Sigemuk menasihati Tarida, Feilin
dan Nia, mereka sangat kecewa mendengar kata-kata yang keluar dari mulut
sigemuk, apalagi si gemuk sudah mempersilahkan mereka keluar dari
ruangannya.
Tiba-tiba Tarida berbalik dan berkata “Kalau kurang…. Saya bisa
memberikan lebih koqq pack”Tarida melangkah mendekati sigemuk. “Sayakan
sudah bilang kalau saya tidak menerima sogokan dalam bentuk
apapun….sebaiknya kalian… Glekkkkk”kata-kata sigemuk mendadak berhenti
ketika Tarida duduk diatas meja dihadapan sigemuk, dengan sengaja
tangannya menyibakkan rok seragamnya keatas, kurang lebih 5 cm diatas
lutut. “Bukan pakai uang koq pakkk…”Feilin berbisik ditelinga sigemuk,
dengan menahan rasa jijik Nia mencium pipi Sigemuk. “Ehmmmm Glekkk…
Glekkk” Sigemuk kehabisan kata-kata, pikiran-pikiran kotor mulai
memenuhi benaknya, selama ini ia sering mendengar cerita dari
teman-teman sejawatnya tentang gadis-gadis sekolahan yang bisa
dibooking, namun hanya sebatas mendengarkan saja. Mata sigemuk
memandangi Paha tarida yang tampak mulus, Feilin tersenyum kecil
kemudian ia membimbing Tangan sigemuk agar hinggap dipaha Tarida. Tangan
sigemuk merayap dan mulai menikmati permukaan Paha Tarida, sigemuk
menggeser kursi yang didudukinya agar lebih dekat kemeja, tangannya
terus merayap-rayap, mulus dan halus, tangannya bergerak hendak
menyibakkan rok seragam Tarida, Tarida menahan rok seragamnya “Gimana
Pakkk… boleh ?”senyumannya menggoda sigemuk. “Ehmm… begini…. Mmm.. saya
mungkin dapat membantu membebaskan karena berkelakuan baik… ya seperti
pemotongan masa tahanan… itu saja….katakanlah 3 bulan saja didalam
penjara….. Bagaimana ?”sigemuk mengajukan penawaran. Tarida Nia dan
Feilin saling pandang kemudian mereka mengangguk tanda setuju. “Tapi….
Kalian harus janji dulu….. sering kemari…untuk he he he”
Sigemuk tidak melanjutkan kata-katanya, baginya aksi lebih penting
daripada kata-kata, disibakkannya rok seragam Tarida keatas, Tarida diam
kali ini ia membiarkan kemauan sigemuk,merasa diberi angin sigemuk
semakin berani, ditariknya turun celana dalam tarida. Tarida
mengangkangkan kedua belah pahanya lebar-lebar, sigemuk meleletkan
lidahnya,matanya berbinar-binar menatap selangkangan Tarida, sambil
meletakkan kedua kaki Tarida pada bahunya ,kini kepala sigemuk bergerak
mendekati selangkangan Tarida yang terbuka lebar. “Sllllppp… Slllpppppp…
Sllllllll”lidahnya bermain , rakus dan garang bermain digundukan mungil
beraroma khas Vagina. Tubuh Tarida tersentak – sentak ketika sigemuk
semakin garang , tubuh tarida agak miring kebelakang, kedua tangan
Tarida bertumpu pada meja diruangan itu. “Esttt ouhhhh….”Kadang-kadang
tangan Tarida menahan kepala sigemuk yang terlalu garang menikmati
vaginanya, lidah sigemuk menggeliat liar mengait-ngait clitoris Tarida ,
sigemuk tidak menyia-nyiakan cairan – cairan yang semakin banyak
meleleh membasahi Lubang Vagina Tarida, mulutnya berkali-kali
menghisap-hisap cairan-cairan yang rasanya gurih dan lezat.
Tiba-tiba sigemuk berdiri dan melepaskan Celana dinasnya. Senjata
sigemuk +/- 12 cm , hmm ukuran standar , Sigemuk tersenyum lebar ketika
Feilin bersujud dan meraih kemaluannya,lidah Feilin menyapu kesana
kemari, bahkan dengan berani dikulumnya kepala kemaluan sigemuk yang
bentuknya seperti helm, service Feilin yang liar menyenangkan hatinya,
kedua tangan sigemuk bergerak lincah melepaskan kancing baju seragam
sekolah yang dikenakan oleh Tarida, kemudian Bra Tarida dilucuti dan
dilempar oleh segemuk, sepasang bra Tarida harus rela meninggalkan Buas
Susu majikannya kini diremas-remas oleh siGemuk, beberapa saat kemudian
Sigemuk menarik kemaluannya dari mulut Feilin, tanpa permisi sigemuk
menjebloskan kemaluannya kedalam lubang Vagina Tarida,tusukan sigemuk
yang kasar membuat tubuh Tarida tersentak, tubuh Tarida
terguncang-guncang ketika sigemuk mulai memacu kemaluannya dengan cepat,
Mata sigemuk melotot melihat buah Susu Tarida yang bergerak-gerak
terombang-ambing tanpa daya, Sssssshhh sigemuk harus mengakui memang
benar kata-teman – temannya, lubang Vagina gadis sekolahan lebih seret
dan lebih enak, begitu muda dan mulus.
Kalau soal ukuran penis jelas saja sigemuk kalah dengan Dhani Anwar,
tapi soal ketahanan boleh juga rupanya, Tarida sampai kewalahan
dibuatnya, besar tenaga besar pula nafsunya, sudah dua kali Tarida
terkulai lemas, dikalahkan oleh segemuk, sigemuk mencabut kemaluannya,
kini giliran Feilin yang maju, dijilatinya kemaluan sigemuk yang sudah
basah kuyup, Feilin mendorong tubuh sigemuk agar ia duduk disofa ,
Feilin menurunkan pinggulnya perlahan-lahan, sigemuk yang sudah tidak
sabaran menarik pinggul Feilin dan menyentakkan kemaluannya keatas,
amblaslah kemaluan sigemuk memasuki lubang Feilin yang sempit, Feilin
tersenyum kemudian menarik kepala sigemuk kearah buah dadanya , sigemuk
tampak jinak dan kini mengemut-ngemut buah Susu Feilin, mendadak mata
sigemuk melotot ketika Feilin memulai permainannya yang liar, pinggulnya
bergerak-gerak liar, bahkan berkali-kali Feilin memutar pinggulnya,
gerakan-gerakan Feilin yang binal membuat sigemuk sering terperangah dan
meringis keenakan, setelah beberapa saat sigemuk mulai dapat menguasai
diri kembali, kemaluannya menyerang Vagina Feilin dengan garang dan
sangar, ciumannya kasar dan rakus, “Plefff.. plepppp.. pppppeepphh…..
pppppfff”
Suara-suara becek terdengar keras , sekeras Feilin dan sigemuk
beraksi, Sigemuk tidak mau kalah begitu saja, jarinya merayap
kebelakang, mencari-cari celah diantara himpitan buah pantat dan
“Achhhh….” Tiba-tiba gerakan Feilin tertahan, jari segemuk menusuk
lubang anusnya, sigemuk menikmati ekspresi Feilin yang tampak
sensual,sigemuk kini kembali melakukan serangan yang kasar dan
bertubi-tubi, karena lubang anusnya sudah dikuasai oleh sigemuk, gerakan
Feilin menjadi terbatas, serangan demi serangan semakin membuatnya
melayang-layang tinggi dan semakin tinggi , akhirnya disertai satu
pekikan kecil Feilin seolah-olah dicampakkan kejurang yang paling dalam,
keringat Feilin yang harum bercampur dengan keringat sigemuk, tangan
sigemuk meremas dan mengelus kesana kemari seolah-olah sedang melukis
ditubuh Feilin yang basah. Feilin turun dari tubuh sigemuk, Feilin
manarik Nia yang sedang asik melakukan onani, “Masih sanggup pak ?”
Feilin tersenyum seolah-olah menantang sigemuk.
Sigemuk tersenyum tanpa banyak bicara sigemuk menarik tubuh Nia
kepangkuannya, kemudian tubuh berlemak itu menjatuhkan dirinya
kebelakang, kini sigemuk bersandar santai sambil memeluk Nia. Nia
terlihat risih karena tubuh sigemuk sudah basah banjir keringat, tangan
sigemuk mengelus-ngelus paha Nia, kini jari sigemuk hinggap
diselangkangan Nia, mulut Nia terbuka seperti mau mengucapkan huruf A,
matanya terpejam-pejam ketika Clitorisnya digesek-gesek oleh sigemuk,
kasar sekali sigemuk memainkan tubuh Nia. “Pelan-pelan pak Ahhhh”Nia
kewalahan, sigemuk malah semakin garang dan galak, Nia tidak tahu apa
dan bagaimana tapi permainan kasar sigemuk agak berbeda, bahkan bibir
sigemuk menciumi bibirnya dengan liar , perlahan namun pasti Nia mulai
terpengaruhi oleh permainan seks si gemuk, ternyata lebih enak yang
hardcore pikir Nia.
Nia berusaha menyambut ciuman sigemuk, kini bibir Nia dan sigemuk
bersatu erat, saling hisap dan saling mengulum. Tarida dan Feilin saling
berpandangan, mereka mendekati Nia yang sedang sibuk melayani sigemuk
“Hmmm Hmmmmm…”bibir Nia diemut-emut oleh sigemuk, tangan sigemuk meremas
selangkangan Nia, sigemuk kini mendorong pinggul Nia keatas, ia hendak
mengarahkan kemaluannya pada lubang Vagina Nia, namun Tarida malah
mengarahkan kemaluan sigemuk pada lubang anus Nia, sigemuk menatap Nia
dari belakang dengan tatapan mesum, selama ini sigemuk belum pernah
melakukan sodomi, dengan penasaran sigemuk menarik pinggul Nia
dan……….
“Urrhhh…..Arrrrrrrggghhhhhh” Sigemuk, mengeluh merasakan kemaluannya
memasuki lubang anus Nia, rasa nikmat terasa semakin menggerogoti
kemaluannya, tangannya semakin kuat menekan pinggul Nia kebawah sampai
akhirnya Nia dengan sempurna menduduki kemaluan sigemuk, kedua tangan
bergerak menggerayangi Buah Susu Nia dari belakang, nafasnya
mengeram-geram,gerakan-gerakan kemaluan sigemuk yang kasar
menyentak-nyentakkan tubuh Nia keatas.”Ohhhhhhhhh……..” Nia membelakkan
matanya yang sipit ketika jari tangan sigemuk kini mengait-ngait
clitorisnya, sigemuk semakin barbar, Nia sampai menjerit-jerit kecil ,
Nia benar-benar tidak tahan ketika sigemuk melahap kehangatan dan
kenikmatan dari tubuhnya yang mulus, feilin menutup mulut Nia dengan
telapak tangannya agar suara Nia tidak terlalu keras, Tarida
membelai-belai Nia, Tarida dan Feilin tersenyum kecil melihat sigemuk,
tubuh besarnya bergerak liar, menikmati kehangatan dan mulusnya tubuh
mereka “Aahhhhh….Crrrr… Crrrrrrrr”
“Arrgghhhhhhhh… kecrotttt… kecrotttttt” Nia dan sigemuk seperti
berduet menyanyikan lagu kenikmatan, namun rupanya sigemuk belum puas ia
masih ingin terus bertualang didunia barunya, dunia yang penuh
kenikmatan, desahan dan juga rintihan yang membangkitkan birahi.
Beberapa lama kemudian pintu kantor sigemuk baru terbuka, dari dalamnya
keluar tiga orang gadis Chinese, perjalanan didepan mereka masih jauh
dan panjang.
Didalam ruangan sigemuk memandangi kepergian Tarida, Feilin dan Nia,
bibirnya tersenyum puas, dimasukkannya surat pembebasan Dhani Anwar
karena berkelakuan baik kedalam laci dimeja dinasnya, ha ha ha tiga
bulan yang menyenangkan… begitulah pikiran sigemuk, ide-ide porno mulai
bermunculan dikepalanya. Hari demi hari terus berlanjut, semakin lama
permintaan sigemuk semakin aneh, nari Striptease,belly dance, trus mulai
permintaan yang tidak senonoh,pamer paha didepan anak buah sigemuk,
pamer dada… telanjang bulat dan yang paling gila adalah permintaan
dihari minggu (untuk saat ini), telanjang dilorong sel penjara. Tarida,
Nia dan Feilin protes, mereka menolak untuk melakukan hal-hal aneh yang
semakin melecehkan mereka. Sigemuk hanya tersenyum sinis “Terserah
kalian… tapi he he he surat ini ada ditangan saya” sigemuk mengacungkan
surat pembebasan Dhani Anwar. Pada Hari minggu Tarida, Feilin dan Nia
pulang agak larut, setelah selesai memuaskan nafsu sigemuk……, namun kali
ini wajah mereka tampak kusut memikirkan permintaan sigemuk yang
semakin tidak masuk akal, Hari senin yang mengerikan tengah menanti
tubuh mulus mereka bertiga, sesuai dengan semboyan sejati “I don’t like
Monday”.
Senin siang, Tarida , Feilin dan Nia digiring oleh sigemuk, baru kali
ini mereka masuk kedalam sel penjara, lorong yang panjang, jeruji besi
yang kokoh Ohh..!! Entah apa yang menanti mereka disana. Sigemuk
terkekeh-kekeh membuka pintu berjeruji didepannya, suara berderit
terdengar memekakkan telinga, kini disebelah kiri dan kanan terpampang
wajah-wajah sangar, manusia yang tampak liar, kulit mereka hitam karena
terlalu sering dijemur , buas, bersorak-sorak nakal,kata-kata jorok dan
kasar teerdengar riuh rendah. Sigemuk menyuruh Tarida, Nia dan Feilin
agar segera melepaskan pakaian mereka, namun mana mau mereka melakukan
hal segila itu, sigemuk terkekeh-kekeh dipeluknya tubuh Feilin dari
belakang, Feilin meronta , “Ingat… kamu ingin membebaskan Dhani bukan…?
He he he” sigemuk berbisik ditelinganya, Feilin terdiam, perasaan tidak
berdaya , malu, dilecehkan bercampur didadanya, tangan sigemuk bergerak
mulai melepaskan kancing baju seragam Feilin, satu-persatu kancing baju
seragam Feilin terlepas tanpa daya, bahkan Bra Feilinpun dilucuti tanpa
ampun oleh Sigemuk, buah Susu Feilin menjadi tontonan mahluk-mahluk
kelaparan ,yang berteriak-teriak liar dari balik balik jeruji.
Pelecehan yang dilakukan sigemuk masih terus berlanjut. Tangan
sigemuk menarik turun resleting rok seragam yang dikenakan
Feilin,kemudian siemuk bersujud sambil menarik turun celana dalam
Feilin, mata -mata haus seks, berbinar-binar menyaksikan tubuh Mulus
dihadapan mereka, decak kekaguman berkumandang bersahutan, kini sigemuk
mengeluarkan kemaluannya, ditariknya pinggul Feilin agar ia berdiri
dalam posisi agak menungging, Feilin tergagap-gagap memohon, menolak
pelecehan yang dilakukan oleh sigemuk, sesuatu yang hangat, dan keras
mulai memasuki lubang anusnya, selanjutnya tubuhnya terayun mengikuti
helaan kemaluan sigemuk yang semakin liar,entah kenapa Feilin merasakan
suatu sensasi tersendiri ketika menyadari dirinya sedang ditonton oleh
berpuluh-puluh napi yang kini sedang memandangi sekujur tubuhnya,
tatapan mata mereka seolah-olah berteriak-teriak “We want sex” “We want sex”,
atau mungkin juga ini akibat perasaan tidak berdaya yang semakin hebat
melanda akal sehatnya ?, apakah karena perasaan dilecehkan yang
akhirnya justru berbuah kenikmatan ? , Feilin tidak sempat berpikir
lebih jauh karena rasa nikmat yang tadi terbendung seakan – akan meledak
dari dalam lubang Vaginanya. Kini pada saat sigemuk meremas-remas buah
susunya , tanpa disadari kedua tangan Feilin terangkat kebelakang
berkalung pada leher sigemuk, pinggulnya mulai bergerak-gerak menikmati
permainan sigemuk yang semakin garang. Rintihan demi rintihan kini
terdengar mengiringi teriakan-teriakan liar , kotor dan mesum, sigemuk
tersenyum merasakan Feilin mulai menikmati permainan gilanya. Sigemuk
membalikkan tubuh Feilin kini lidahnya terjulur keluar mengajak Feilin
untuk berciuman
“‘Hmmm….mmmmmhhhh” suara Mulut Feilin tersumpal oleh mulut sigemuk
yang mengemut-ngemut dengan kasar. “Nnnggghhh” Feilin meregangkan kedua
kakinya agar kemaluan sigemuk dapat lebih mudah menusuk lubang
Vaginanya, selanjutnya mereka berdua asik melakukan gerakan-gerakan liar
yang membangkitkan birahi. Sigemuk mencabut kemaluannya kemudian
mendorong tubuh Feilin kearah jeruji besi, entah berapa pasang tangan
terjulur keluar dari sela-sela jeruji besi ,berebut mengelus dan
membelai tubuh Feilin yang mulus dari belakang, sigemuk tertawa dan
semakin menempelkan tubuh Feilin bersandar kearah jeruji besi, Feilin
meronta merasakan tubuhnya mulai dinikmati oleh tangan-tangan nakal,
membelai, mengelus dan meremasi buah pantat , dan juga ada yang
menyelinap meremas-remas buah Susunya, seperti scenario dewi persik…
percuma saja Feilin berusaha menepiskan tangan-tangan nakal yang bermain
disekujur tubuhnya “Jangan…. Ohhh Tidakkk Achhhh” Feilin terus memohon,
kedua tangannya kini dipegangi terentang kesamping, entah siapa yang
melakukannya, Feilin menolehkan wajahnya ketika merasakan
jilatan-jilatan ditelapak tangannya, sang pelaku balas menatap feilin
dengan tatapan mesumnya.
Sigemuk menghampiri Nia , Nia tampak ketakutan ketika sigemuk
mendorongnya, Tangan-tangan kelaparan segera menarik tubuh Nia, Nia
meronta-ronta berusaha menarik tubuhnya yang semakin terseret merapat
kejeruji besi yang dingin, kedua tangan Nia dipegangi kesamping, Mata
Nia mendelik ketika merasakan beberapa tangan menyelinap kebalik rok
seragam sekolahnya, mengelus paha Nia, membelai bahkan berani menarik
celana dalam Nia. Sigemuk terkekeh-kekeh , ia menekan bahu tarida agar
Tarida bersujud dihadapannya kemudian sigemuk menjejalkan kemaluannya ke
mulut Tarida. Mata Sigemuk berbinar-binar menyaksikan Feilin yang
sedang meronta-ronta, tangan-tangan jahil berebutan merayap
diselangkangannya , Nia tak berdaya ditelanjangi oleh Tangan-tangan
Nakal, Sigemuk menarik bahu tarida kemudian dengan kasar didorongnya
Tarida kearah jeruji besi, dimana telah menanti tangan-tangan yang
menggapai-gapai berusaha meraih tubuh Tarida “Aww…” Tarida panic ketika
menyadari dirinya sudah dipegangi oleh tangan-tangan liar yang merejang
kedua tangan Tarida. Tangan – tangan liar itu berusaha menelanjanginya
dengan kasar, Tarida merintih lirih ketika sebuah tangan merayap ,
mengobel-ngobel bibir Vagina Tarida. “Ha ha ha ha ha…” sigemuk tertawa ,
ia mencelupkan kemaluannya pada lubang Vagina Nia, tersorot kegilaan
disinar matanya, sinar mata manusia abnormal………
Tanpa Terasa waktu sudah memasuki bulan kedua, masa perjanjian dengan
sigemuk hampir berakhir, Pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh
sigemuk selama ini semakin membuat Tarida, Feilin dan Nia terperosok
kedalam sebuah dunia baru, tanpa mereka sadari prilaku seks mereka
semakin menyimpang, kini tanpa rasa malu mereka berani menarikan tarian
Striptease dihadapan para napi yang haus seks, sorak-sorai para lelaki
dibalik jeruji seolah-olah merupakan pujian bagi tarian mereka yang
menggairahkan dan membangkitkan birahi., Feilin yang binal semakin liar,
demikian pula prilaku Tarida semakin nakal dan menggoda, Nia yang
tadinya pemalu kini berubah total, keinginan untuk memamerkan kemolekan
dan kemulusan tubuhnya selalu menggebu-gebu tanpa akhir, haus ingin
melihat kemaluan-kemaluan berbagai ukuran yang masih terpenjara dibalik
jeruji besi. Hari minggu siang, ruangan kantor sigemuk tampak sepi,
“Kringgg….. Kringggg… Kringgggg…. Kringggg” bunyi suara telepon dari
dalam ruangan yang selama 2 bulan ini sudah banyak menyimpan berbagai
macam rahasia, terdengar langkah-langkah berat melangkah terburu-buru,
“Hallo… Ya.. pak … sudah siapp… yaaa… sudah… sudahhh semuanya”sigemuk
menjawab serius, rupanya ada telopon dari orang penting, sigemuk
menghela nafas panjang-panjang. Tarida, Nia dan Feilin tidak ada didalam
ruangan itu, apakah mereka cuti…?………………… Hmmmmm sepertinya enggak
mungkin dehhh…. Liat aja muka sigemuk yang cengengesan ngak puguh itu ,
dengan santai sigemuk melangkah menuju Blok F, tempat sigemuk memuaskan
Fantasi seksnya yang paling liar.
Telinga sigemuk mulai mendengar, desahan nafas tertahan, dan juga
bisikan-bisikan kotor, Feilin tengah bersujud didepan jeruji besi,
mulutnya sibuk mengemut-ngemut kemaluan para pria yang tersembul dari
sela-sela jeruji besi, kedua tangannya sibuk mengocok-ngocok kesana
kemari, Nia yang pemalu semakin pandai, lidahnya terjulur liar menjilat
kesana kemari, “Kecrooottt…” Nia buru-buru menghisap cairan sperma yang
muncrat dari kemaluan disamping kepalanya, kemaluan yang baru terpuaskan
itu terkulai dan mengecil, namun segera digantikan oleh kemaluan baru
yang masih fresh milik napi lain, Tarida lagi asik menyusui para Napi,
Susu Tarida menyelinap diantara sela-sela jeruji besi, dan langsung
menjadi santapan mahluk-mahluk buas didalam sana.
“Utsss…..”Tangan Tarida menahan sebuah kemaluan nakal yang mencoba
menusuk Vaginanya dari sela-sela jeruji besi, Tarida memundurkan
pinggulnya kebelakang sehingga pemilik kemaluan itu menghela nafas
kecewa. Tarida tersenyum menggoda kemudian menarik kemaluan nakal yang
sedang kecewa itu, diremas dan dikocok-kocoknya, Tarida bersujud
dihadapan pemilik kemaluan yang malang… lidahnya keluar terjulur
menjilati dan mengelitik lubang dikepala kemaluan sang Napi malang,
diemut, dikulum dan dihisapnya kuat-kuat, cukup lama Tarida berusaha
menaklukkan ular besar didalam mulutnya dan “Srrrppp.. srrrppppp…….”
Tarida menelan cairan yang menyemprot didalam mulutnya, semua itu
disaksikan oleh sigemuk, “He he he… sekarang kita bermain yang
lain…..” sigemuk mengacung-ngacungkan kunci ditangannya, “Gimana kalau
kalian sekalian masuk kedalam dan memuaskan mereka semua ha ha ha ha….
Gue pengen liat lu semua dientot rame-rame!!!!!! Diperkosaaaa rame-rame
ha ha haha”Perutnya yang gemuk terguncang-guncang karena tertawa.
“Setuju…!!! Masukin aja pak” “Asikkk……Amoy geulis” “Pakkkk ngak
sabarrrr… pengen ngewe nihh!!!!!!” Para Napi berteriak riuh rendah.
Feilin, Nia dan Tarida sampai pucat pasi ketika mendengar keinginan aneh
sigemuk. Mereka memohon memelas, tampaknya biarpun Tarida, Nia dan
Feilin sudah ketagihan kemaluan Pria, mereka masih mempunyai harga
diri, “diperkosa beramai-ramai……..” kata-kata itu bagaikan petir disiang
bolong, sigemuk terkekeh-kekeh , mereka memohon agar sigemuk mau
mengurungkan niatnya. “Ya udah gini aja…!!!! Gua udah sumputin I buah
kunci disepanjang lorong sana… terserah nasib kalian… bisa lolos apa
ngak!!!… nah 15 menit dari sekarang Saya buka semua pintu sel disini…!!!!!“
Sigemuk memainkan sebuah permainan gila. “Jangan… pakkk” Nia
ketakutan memohon pada sigemuk, Tarida dan Feilin merayu sigemuk, namun
sigemuk malah membentak mereka “Gua udah baek ngasih lu semua
kesempatan!!! Apa perlu gua buka sekarang hahhh!!!!!!!! ” sigemuk
mendekati pintu sel berlagak hendak membuka pintu berjeruji besi
dihadapannya. Nia, Tarida dan Feilin berlari tanpa selembar benangpun
menutupi tubuh mereka yang mulus…. Mereka berusaha meloloskan diri dari
permainan gila sigemuk, diiringi jeritan – jeritan penuh nafsu birahi
dibelakang mereka. Sang waktu seolah melangkah cepat mengejar ,
bergelora bagaikan amukan waktu ………………………., mahluk-mahluk dibelakang
mereka berteriak-teriak , tidak sabar ingin segera menerkam dan
menikmati tubuh-tubuh mulus yang berusaha melarikan diri.
**************************
Fiuhhhh … Hossshhh Hooosssshhhhhh !!!!!, ceritanya…. Sampe disini
dulu yah…….. gimanakah kelanjutan nasib Tarida, Nia dan Feilin ?…. akan
berakhirkah penderitaan mereka ? selanjutnya di Ivestigasi….. Enggg…!!! Ingggggg….!!! Engggggg….!!!!! The GangBang Continued…. sekilas beritanya dibawah ini…. ^^
Aku menoleh ketika seseorang menepuk pundakku, tanpa banyak bicara aku mengikuti orang itu,
“Rhon… biar bagaimanapun caranya aku harus berhasil…. Aku harus
menyelamatkan mereka!!!!!” Dhani tampak panik, menyadari Tiga gadisnya
dalam bahaya besar…. “Bagaimana…. Perintahku sudah kamu jalankan ?”
Dhani Anwar menatap Rhoni, Ia terlihat gelisah. “Jangan kuatir ….
Semuanya beres…. Pssstttt… Psssttttttt”Rhoni berbisik-bisik ditelinga
Dhani, Dhani mengangguk-angguk, wajahnya berseri-seri, Dhani memandangi
para sahabat lamanya , walaupun mereka sudah sulit dikenali dengan wajah
dan fisik yang hancur tapi mereka tetap sahabat Dhani yang paling setia
. Berhasilkah rencana Dhani& The Gang dalam menyelamatkan Tarida
Nia dan Feilin dari kegilaan Sigemuk ? Jawabnya setelah pesan-pesan
berikut….!!!!
---------------------------
Eps 5: The Prince of Freedom
Aku berjalan hilir mudik didalam jeruji besi, sudah berminggu-minggu
aku susah tidur, isu-isu miring menyebar dari mulut para napi, tentang
tiga orang gadis Chinese yang cantik, cute dan mulus, semula aku ikut
bernafsu mendengarkan isu-isu miring ber-rated XXX, namun begitu aku
mengetahui nama-nama ketiga gadis Chinese tersebut, kontan kemaluanku
menciut lemas, selemas jantung dan tubuhku, waduh…!!! Apa yang dilakukan
oleh ketiga gadisku didalam sini… kemarahanku membara ketika
mendengarkan pelecehan-pelecehan seksual terhadap mereka, dasar gila !!!
pamer paha , pamer dada, memangnya lagi musim pameran !!!!. Belum lagi
ada isu panas terbaru , sigemuk merencanakan sebuah scenario kejam, para
gadisku akan disuguhkan sebagai santapan empuk para napi yang kelaparan
di Blok D. Aku tidak bisa tinggal diam, aku harus menghalangi rencana
busuk sigemuk.
Oo iya, didalam penjara aku bertemu kembali dengan bekas
gang-ku,walaupun secara fisik mereka sudah berbeda akibat penganiayaan
yang dilakukan oleh warga sekampung waktu kami tertangkap dulu namun,
mereka masih tetap sahabatku yang paling setia, mereka begitu kaget
ketika melihat Aku masih hidup, karena pada saat kami ditangkap, aku
dibakar massa ,kemudian diceburkan ke dalam sungai yang sedang mengamuk
karena hujan deras. sekilas inilah Profile Para sahabatku:
1.) Rhoni (bertubuh gemuk berlemak, tinggi, sekujur tubuhnya penuh
bekas luka, karena dianggap tidak membahayakan Rhoni kini diangkat
sebagai asisten tukang sapu diLP, duh kasian amat sih..)
2.)Amin (wajahnya yang dulu ganteng , suka bermain wanita kini berwajah hancur mengerikan akibat dibakar warga) ,
3.) Sam (bermata picak, hanya memiliki satu kuping, kayaknya sih
kuping yang satu lagi udah Alm. Waktu digerebek dan dianiaya oleh
warga).
4.) Fadil (tubuhnya berotot mirip hulk, bibirnya kini dipenuhi bekas jahitan).
5.) Jo ( wajahnya tetap Jo,tapi Cuma setengah, setengah lagi hancur tersiram air keras ,)
6.) Nick (Botak, Brewokan, tubuhnya bertato.. berperut buncit kayak orang cacingan).
7.)Shad (Ahli kunci, tubuhnya penuh bekas jahitan disana-sini, mirip Frankenstein).
8.) Barli sibawel, bibirnya sumbing.
9.) Agato, Tangannya kini Cuma sebelah kanan.
Para sahabatku bertubuh tinggi besar , Kuat, apalagi kalau sudah urusan sex…
Aku menoleh ketika seseorang menepuk pundakku, tanpa banyak bicara
aku mengikuti orang itu, “Rhon…biar bagaimanapun caranya aku harus
berhasil…Aku harus menyelamatkan mereka!!!!!” Dhani tampak panik,
menyadari Tiga gadisnya dalam bahaya besar…. “Bagaimana…. Perintahku
sudah kamu jalankan ?” Dhani Anwar menatap Rhoni, Ia terlihat gelisah.
“Jangan kuatir …. Semuanya beres…. Pssstttt… Psssttttttt”Rhoni
berbisik-bisik ditelinga Dhani, Dhani mengangguk-angguk, wajahnya
berseri-seri, Dhani memandangi para sahabat lamanya, Shad terkekeh-kekeh
kemudian tangannya mengacung-ngacungkan sesuatu dihadapan Dhani, mata
Dhani berbinar-binar, “Shad.. bener-bener hebat lu…” Dhani langsung
merebut kunci palsu dari tangan sahabatnya.
Aku mengikuti Rhoni dari belakang, Hmm petugas jaga sedang tertidur
pulas, Rhoni Cengengesan “Tenang… udah gua beresin… he he he… sementara
mereka ngak akan bangun”, perjalanan berlangsung mulus, tanpa halangan
sedikitpun. Tepat dibawah tembok yang memisahkan antara Blok D dan Blok F
Rhoni berjongkok, posisinya seperti orang mau buang air besar, “Hahhh….
Rhon ngapain lu… kita kan mau ke Blok D…Apa lu sakit perut? “aku
kebingungan dengan kelakuan Rhoni. “Guobbbblokkkkk !!! Naek kepundak gua
dodolllll….Gua angkat lu supaya nyampe..ha ha ha”Rhoni ngakak tertawa.
“Abisnya, koq lu sampe ngeden segala…kaya mau ngelahirin”Jawabku sambil
naik kepundaknya. “Heugggg…. Mampus gua. Cepetan !!!!, Dhan… berat amat
sih lu…!!! makanya ilangin dikit tuh lemak dibadan lu ” Rhoni sekuat
tenaga mengangkat tubuhku. Tanpa banyak kesulitan aku melompat dari atas
tembok “Huppppp…..”.
******************
Sementara itu Tarida, Nia dan Feilin masih berusaha melarikan diri,
nafas mereka terengah-engah kecapaian menyusuri lorong-lorong didalam
penjara, mata mereka bersinar ketika melihat ada pintu jeruji besi yang
sudah terbuka lebar , mendadak seperti ada semangat baru ditubuh mereka
yang sudah keletihan, mereka segera bergegas berlarian keluar.
********************
Mataku melotot melihat tiga sosok telanjang yang berlari keluar dari
jeruji besi yang sudah kubukakan, “Feilin..!! Tarida… Nia”pundakku
terasa dingin, sangat dingin ketika melihat ekspresi wajah mereka yang
ketakutan, kelelahan, tanpa selembar benangpun menutupi tubuh mereka
yang halus dan mulus, “Mang Dhaniiii….” Hampir berbarengan mereka
berteriak memanggil namaku, serentak mereka berlarian kearahku, memeluk
erat-erat tubuhku, akupun balas memeluk mereka bertiga, ada sesuatu yang
rasanya seperti tersayat-sayat didalam hatiku ketika mereka menangis
terisak-isak dalam pelukanku. “Dhani… ngapain sih lo lama amat… Hahhhh”
Rhoni tercekat melihat aku sedang memeluk tiga orang gadis Chinese,
matanya melotot dan mulutnya terbuka lebar. “Lohhh koqqq lu bisa
nangkring disitu…”Aku keheranan ketika melihat Rhoni yang tiba-tiba
tersembul dari atas tembok. “Euhhhh.. Mmmmm ggu.. Ggua lupa,
dipinggirkan udah gua sediain tangga… cepetan udah ngak ada waktu lagi…
tutup pintunya dulu…”Rhoni mengingatkanku, Aku buru-buru mengunci pintu
besi tua yang sudah agak berkarat, para gadisku menutupi bagian-bangian
terpenting ditubuh mereka dari tatapan Rhoni. Hatiku sedih melihat para
gadisku yang kini terisak-isak menangis, dari tatapan mata mereka aku
bisa membaca betapa mengerikannya kejadian-demi kejadian yang telah
mereka alami. “Lebih baik kalian pulang, jangan kembali lagi kesini…”Aku
menasihati mereka bertiga, namun mereka tidak menjawabku.
“Dhani ayo cepattt….!!!” Rhoni kembali mengingatkanku, Sang waktu
dengan kejam memisahkan Aku dengan ketiga gadisku, aku kembali melompati
tembok pemisah antara Blok D dan Blok E. Sambil menghela nafas aku
berjalan kembali ketempatku, Ehh.. mana si Rhoni , aku menoleh
kebelakang. “Rhon… ngapain lu disitu.. buruan turun…!!!”kini aku balik
mengingatkannya. “Iya.. ya … iyyy Whuaaaa” aneh banget siRhoni, ia
membalikkan tubuhnya kemudian melangkah kedepan , tubuhnya yang gemuk
dan berlemak meluncur deras dan “Gubrakkkkk !!!!!!!” terdengar bunyi
yang sangat keras ketika Rhoni mendarat. “Gila lu Rhon.. emangnya lu
superman…!!… jalan tu ditanah bukan diudara gitu” Aku buru – buru
menghampirinya dan membantunya berdiri. “Aduh… duhhhh sakittt..!! Susu…
ehh”Rhoni cengengesan , Aku pura-pura tidak mendengar kata terakhirnya,
kayaknya Rhoni terkesima melihat kecantikan dan kemulusan para gadisku …
apalagi tanpa selembar benangpun menutupi tubuh mereka.
Tarida, Feilin dan Nia masih terisak-isak menangis, mereka tampak
kuatir dengan nasib Dhani, tapi mereka tidak dapat berpikir lebih lanjut
karena dari kejauhan terdengar suara bergemuruh, disertai
teriakan-teriakan penuh nafsu, mereka bertiga mundur ketakutan melihat
tingkah laku para napi yang liar , tangan-tangan mereka terjulur keluar
dari sela-sela jeruji besi berusaha menggapai Tarida, Nia dan Feilin,
untung saja teralis besi itu cukup kuat menghadapi kekuatan para napi
yang berubah liar dan sangar. “WAduhhh goblok… masa kalian kalah…. Sudah
!! kembali ke sel masing-masing…”Sigemuk tampak geram karena rencananya
gagal total. Para binatang buas telah kehilangan kesempatan untuk
melampiaskan nafsu birahi mereka, sambil bersungut-sungut mereka kembali
ketempat mereka masing-masing, sel yang dingin..!!, setelah selesai
mengkandangkan para binatang buas itu kembali keselnya, Sigemuk
melangkah dengan geram menuju pintu jeruji yang terkunci, kemudian
sigemuk membuka pintu jeruji dihadapannya, dihampirinya Nia , kedua
tangannya membalikkan tubuh Nia, ditariknya pinggul nia kemudian
“Jrebbbbb…Jrebbb..” disentakkannya kemaluannya menusuk lubang anus Nia,
kedua tangannya meremas-remas kedua buah susu nia kuat-kuat. “Aduhh…
duhhh sakit pak…” Nia mengeluh kesakitan ketika sigemuk meremas buah
Susunya dengan kasar, (red: duh gimana sih sigemuk masa kaya lagi meres
buah apel.. biar sama-sama buah tapikan beda cara meresnya..!!), sigemuk
tidak mempedulikan Nia, malah kini ia semakin kasar, dijambaknya rambut
nia, hingga wajahnya terangkat menatap langit-langit.
Feilin dan Tarida memeluk sigemuk dari kiri dan kanan, mereka berdua
berusaha meredakan kemarahan sigemuk dengan belaian dan rayuan..
akhirnya reda juga kemarahan sigemuk, dilepaskannya jambakannya pada
rambut Nia, remasannya mulai berubah, biarpun tusukan-tusukannya pada
lubang anus Nia tetap kasar. Feilin dan Tarida menghela nafas lega
ketika mendengar rintihan Nia yang kesakitan berubah menjadi rintihan
kenikmatan, apalagi ketika tangan sigemuk kini merayap kearah
selangkangan Nia dan mempermainkan daging kecil yang bentuknya seperti
kacang tanah, tubuh Nia akhirnya bergetar hebat dan “Crrrrrrr..
Crrrrrrrrrr……” Air mani Nia muncrat dan meleleh dari selangkangannya.
Sigemuk membalikkan tubuh Nia , kini keduanya berdiri berhadap-hadapan,
sigemuk merendahkan tubuhnya dan “Crebbb… Crepppppppphhhh….” Kali ini
disodoknya lubang Vagina Nia , tusukan-tusukan sigemuk semakin gencar
dan kuat , bunyi-bunyi becek seperti Lumpur yang terijak-injak semakin
kuat terdengar , berirama sesuai dengan irama kemaluan sigemuk memasuki
lubang Vagina Nia yang seret dan sempit. “Ahhhh Ouuhhh….”Nia kewalahan
menghadapi gaya bertempur sigemuk yang kasar bahkan cenderung brutal.
Sigemuk tambah erat memeluk tubuh Nia seakan akan hendak
menghancurkan tubuh mulus dipelukannya, kemaluannya semakin kuat
menghentak-hentak menyerang lubang Vagina Nia. “Auchh…Mmmhh Crrrrrr”Nia
terkulai pasrah, kedua tangan sigemuk bergerak mencengkram buah pantat
Nia agar pantat gadis yang sedang disetubuhinya tidak turun. ”Pakkk…
sama Fei aja yuk..” Feilin merasa kasihan melihat Nia yang sedang
disetubuhi dengan brutal. “Udah… Berisik amat sih lu.. Gua pengen
ngentot Nia… nihhh Hihhhh” Sigemuk malah membentak Feilin, sigemuk
semakin kasar memompa kemaluannya, setelah Nia megap-megap kehabisan
nafas barulah sigemuk melepaskan tubuh Nia. Feilin ketakutan ketika
sigemuk menghampirinya, Feilin memandangi sigemuk tanpa diduga sigemuk
menggerakkan tangannya dengan kasar sigemuk menekan kepala Feilin kearah
kemaluannya. “Ketimbang lu banyak bacot ngatur-ngatur segala rupa,
lebih baik lu telen kontol gua…he he he” Feilin membuka mulutnya dan
diemutnya kemaluan sigemuk. Sigemuk menarik Tarida dan dikulumnya bibir
Tarida “Mmmrrrrrhhh.. hua ha ha ha ha…uhh asikkk he he he “sigemuk
senang ketika Feilin bersujud dan menservice kemaluannya.
Tangan Sigemuk membalikkan tubuh Tarida kemudian dari belakang
diremas-remasnya buah susu Tarida, digoyang-goyangkan buah dada Tarida
kemudian dipilin-pilinnya putting susu Tarida yang lancip dan berwarna
pink, ciuman liar sigemuk mendarat dipundak, dileher, habis-habisan
sigemuk menciumi Tarida. Sigemuk duduk ngangkang diatas lantai kemudian
“sini… nahhhh betull masukin… yak goyang.. goyangghh terussss ha ha ha
Feilin emang hebat” Sigemuk meremas-remas buah Susu Feilin yang sedang
bergoyang diatas setumpukan lemak. “Owwww akkkkhhhh.. aduhh” Feilin
mengaduh ketika tiba-tiba kepala sigemuk menyeruduk buah dadanya,
gigitan sigemuk pada putting susu Feilin terasa menyakitkan, kedua
tangan Feilin berusaha mendorong kepala sigemuk namun sigemuk semakin
erat menekan punggung Feilin sehingga kini buah Susu Feilin menjadi
bulan-bulanan sigemuk, diemut, diciumi, bahkan sekali-kali digigitnya
dengan gemas gundukan buah dada Feilin yang mulus dan halus.
Dengan kasar Sigemuk mendorong tubuh Feilin yang sedang turun naik
diatas tumpukan lemak sehingga Feilin terjengkang kebelakang, sebelum
sigemuk memberikan perintah lebih lanjut dengan ketakutan Tarida
mengangkangi sigemuk, dan berusaha memasukkan kemaluan sigemuk pada
lubang Vaginanya. “Eittt… gua pengen lubang anus he he he” kata sigemuk
sambil terkekeh-kekeh mesum, Tarida membalikkan tubuhnya agar sigemuk
lebih leluasa, pinggul Tarida bergerak turun mendekati kemaluan sigemuk
yang teracung seperti sebuah tombak tumpul. “Aaaaaaa!!” Tarida meringis
ketika sigemuk menghentakkan kemaluannya dengan kasar, kedua tangan
sigemuk manarik pinggul Tarida sehingga mau tidak mau lubang anus Tarida
harus menerima kedatangan kemaluan sigemuk yang liar memasuki dirinya.
Mata Tarida mendelik ketika sigemuk dengan paksa menarik bibir Vaginanya
kekiri dan kekanan kemudian jari tangan sigemuk mengobel-ngobel “Kacang
mungil”dilubang Vagina Tarida, sigemuk menggeram-geram keenakan, tubuh
Tarida sampai tersentak-sentak keatas seperti bola basket, buah Susu
Tarida bergoyang-goyang berirama dengan indahnya.
Setelah sore mulai menjelang barulah sigemuk selesai memuaskan nafsu
bejatnya, sigemuk menyeka keringat yang masih asik berselancar
dilehernya yang berlemak, matanya memperhatikan Tarida, Feilin dan nia
mengenakan kembali pakaian seragam sekolahnya. Tanpa banyak bicara
Tarida, Feilin dan nia mengikuti langkah sigemuk, sebelum sigemuk
melepaskan mereka bertiga sigemuk berkata “Tar kita ewean lagi ” sambil
cengengesan cengar-cengir , duh mimik wajah Sigemuk mesum amat. Dengan
wajah lesu Tarida, Feilin dan Nia meninggalkan tempat mengerikan itu,
sebuah penjara tempat mereka berkali-kali dilecehkan oleh sigemuk, namun
ada sedikit rasa senang dihati mereka, Dua bulan lagi Dhani akan
dibebaskan dengan surat berkelakuan baik dari sigemuk. Sepeninggalan
Tarida , Nia dan Feilin Sigemuk kembali ketempat durjana itu, matanya
mencari-cari kunci cadangan yang sengaja disembunyikannya, keningnya
berkerut , kunci cadangan itu masih rapi berada ditempat
persembunyiannya, mendadak amarahnya meledak-ledak “Sialannnn…
kerjaan siapa nihhh ?!!!Ganggu rencana Gua…..Huhhh..!! tapi ngak
apa-apa… gua udah siapin kejutan… buat mereka he he he he”, entah apa lagi keinginan manusia bejat bertubuh gembrot ini.
Hari ini Sigemuk terkekeh-kekeh senang, matanya memandangi Feilin,
Tarida dan Nia dengan tatapan mata nakal, penuh misteri yang sulit
ditebak, Sigemuk mengumpulkan bawahannya , sepertinya ada sebuah
upacara, entah upacara apa ?. 7 orang kini berhadapan dengan Tarida ,
Feilin dan Nia, dengan suara yang lantang Sigemuk memberi komando kepada
para bawahannya agar segera melakukan aksi pelepasan pakaian, Feilin
Nia dan Tarida tercengang melihat kemaluan-kemaluan para pria yang
mengacung-ngacung dihadapan mereka, Sigemuk terkekeh-kekeh melihat para
gadis cantik dan mulus yang tampaknya masih kebingungan, bahkan bisa
dibilang salah tingkah dihadapan 7 tombak yang teracung – acung dan siap
untuk melakukan penyerangan. Hmm ternyata sebuah upacara mesum akan
digelar hari ini.
Sepertinya para oknum kita bakalan senang hari ini, siapa sajakah para oknum kita?
- 1. ) Anto petugas kantin dipenjara
- 2. ) Karyo petugas bertubuh ceking.
- 3. ) Ijon doctor jaga dipenjara
- 4. ) Nono Asisten dokter jaga.
- 5. ) Muklis situa peot.
- 6. ) Darwin, berambut cepak, sok ganteng.
- 7. ) Rana , bertubuh tegap sayang wajahnya ngak menunjang.
”Siappppppp Grakkkkkkk…..” “Istirahat ditempat Grakkkkkkkk” Sigemuk
mengistirahatkan bawahannya , kini 7 orang dengan kemaluan mengacung
berdiri dalam posisi mengangkang dihadapan Tarida, Feilin dan Nia.
Sigemuk menarik Feilin dan memperkenalkan Feilin kepada para bawahannya
“Nahhhhh…. Yanggg ini Tarida…… he he he… lawannya adalah anto… Ijon….
Toni dannnnn Darwin…….”tanpa banyak bicara keempat orang yang sudah
disebut namanya oleh sigemuk mengelilingi Tarida, Tarida tampak gugup,
seumur hidup baru kali ini dirinya dikelilingi oleh laki-laki dalam
keadaan telanjang bulat, Tangan ijon terjulur, diremasnya Buah susu yang
masih tersimpan rapi dibalik seragam sekolah Tarida, Tarida menepiskan
tangan-tangan yang berulang kali mencolek, meremas, dan
membelai-belainya namun tangan-tangan itu tidak pernah kapok berusaha
menjamah tubuhnya. Bahkan kini kedua tangannya dipegangi “Ohhhhh…
jangannn… “Tarida tampak panic ketika tangan-tangan itu berusaha
menelanjanginya, satu persatu pakaian Tarida terlepas dari tubuhnya.
“Ohhhhhh….” Tarida menarik pingulnya kebelakang ketika merasakan
jilatan kasar pada bibir Vaginanya. Darwin tengah asik menjilati bibir
Vagina TArida, lidahnya mengait – ngait daging mungil berwarna pink,
diemut-emutnya bibir Vagina Tarida , Tangan-tangan yang lain kini
meremas-remas kedua buah Susunya, berkali-kali putting susu Tarida
dipelintir-pelintir, Tarida menoleh kebelakang ketika merasakan daging
Kenyal keras berusaha menyelinap disela-sela pantatnya, Toni tengah
berusaha menyodomi Tarida. “Hennhhhh… Ennnnggghhhhhh….. ” Tarida
menggelinjang, rintihan-rintihan kecil mulai terdengar merdu dari
bibirnya yang mungil, Kedua tangan Tarida kini memegangi kemaluan Anto
dan Ijon, sedangkan Anto dan Ijon membalas dengan meremas dan
mengusap-ngusap bulatan buah Susu Tarida. Darwin manarik kepala tarida
dan mengulum bibir Tarida, Toni menarik pinggul Tarida kini Tarida
dalam posisi berdiri menungging , Toni tersenyum ketika merasakan kepala
kemaluannya sedikit demi sedikit mulai tenggelam kedalam anus Tarida,
dengan satu sentakan yang kuat , kemaluan Toni melesat kedalam lubang
sempit yang berdenyut-denyut kuat meremas-remas batang kemaluannya.
“Ufffhhhhhhhh….. nnnnnnnnhh…” Tarida merintih ketika Toni mulai memaju
mundurkan batang kemaluannya., hasilnya tentu sudah dapat ditebak
“Pertempuran tidak seimbang 4 lawan satu” membuat Tarida berkali-kali
merintih kecil dan akhirnya “Akhhhhhhh…. Crrrrrrrrrr ” Tarida merasakan
ada sesuatu meluncur keluar dari dalam dirinya, kedua lututnya terasa
lemas.
“Uhhhh…….” Tarida meringis-ringis keenakan ketika Anto menjilati dan
menghisap-hisap vaginanya, rupanya anto tidak rela membiarkan cairan
gurih itu terbuang percuma. Ijon menarik dan menekan kepala Tarida
kebawah, Ijon memaksa Tarida mengoral kemaluannya. “Mmmmm… Mmmmmmm ”
Suara mulut Tarida yang tersumpal kemaluan Ijon. Sigemukduduk diatas
kursi Sofanya, ia tersenyum memandangi Feilin, Nia berdiri ketakutan
dibelakang Feilin. “Niaaa !!!! sini…. ” entah kenapa sigemuk seperti
terobsesi oleh siputih Nia, ia ingin agar Nia dapat sepandai Feilin dan
Tarida. Sigemuk memerintahkan Nia agar bersujud diselangkangannya,
sigemuk terkekeh-kekeh “kamu harus banyak belajar supaya semakin
pintar.. kaya Tarida…. Sama Feilin….. ayo jilattt…” Nia mengenggam
batang kemaluan sigemuk, lidah Nia terjulur keluar dan menjilati batang
kemaluan sigemuk. Nia memang belum semahir Tarida atau Feilin namun
jilatan-jilatannya membuat sigemuk merinding panas dingin, Sigemuk
memaksa menjejalkan kemaluannya kemulut Nia, Tangannya memaksa kepala
Nia untuk bergerak maju mundur, “Mmmhhh Huhh”
Nia menarik kepalanya ketika kemaluan sigemuk masuk terlalu dalam,
sigemuk melotot sambil kembali menyodorkan kemaluannya kemulut Nia,
melihat sorot mata sigemuk yang berubah galak Nia memaksakan diri untuk
menuruti kemauan mahluk berlemak yang terkekeh-kekeh keenakan, mulut Nia
kini tersumpal oleh kepala kemaluan sigemuk. Nia mulai melakukan
hisapan-hisapan sambil memaju-mundurkan kepalanya, mata sigemuk
berbinar-binar. “Ya… betulll he he he baguss..!! bagussss !!!” sigemuk
memuji kemajuan Nia yang cukup menggembirakan. “Nono… Muklis dan Rana…
lawannya adalah Feilin… he he he ” Sigemuk mulai memberikan perintah
lebih lanjut, maka meloncatlah ketiga orang yang disebut oleh sigemuk
mengurung Feilin. “Owwwww….Brengsek Plakkkkkkk ” Feilin menampar Rana
yang berusaha memeluknya, biarpun ditampar tapi Rana tidak marah ia
terkekeh-kekeh, tangannnya bergerak cepat mencomot buah dada Feilin,
belum juga habis rasa marah Feilin karena buah keramatnya dicomot Rana,
Nono dari belakang meremas buah pantatnya yang bulat dan padat. Mulut
muklis hinggap dipipi Feilin “Cuppp…. Sialan…. Awwww” Feilin mendorong
tubuh muklis, Feilin terus berusaha melakukan perlawanan, sementara
Rana, Nono dan Muklis terus berusaha meremas, mencomot, dan mengelus
tubuh sikucing liar Feilin Lama kelamaan aksi Rana , Nono dan Muklis
membuat dua buah gunung didada Feilin semakin membuntal padat, mengeras (
red : Whoaaa!!! Kayak gunung mau meletus deh… ^^ ).
Tangan Muklis merangkul pinggangnya dari belakang dan
“Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh………………..” Punggung Feilin kini bersandar pada
muklis , nafasnya semakin memburu, apalagi ketika Muklis menciumi
lehernya dari belakang, Mata Feilin menatap dengan tatapan sayu ketika
sepasang tangan Rana kini meraih dan meremas buah dadanya. Feilin
mengerang lirih ketika rok seragam sekolahnya disibakkan keatas, Tangan
Nono mengelusi sepasang pahanya yang polos, kepala Nono menyusup kedalam
rok seragam sekolah Feilin “Wuihhh… wangi amatttt… he he he” Nono
memberikan komentar mengenai aroma yang tercium didalam rok seragam
sekolah Feilin, ciuman-ciumannnya pun mulai gencar menciumi permukaan
paha Feilin yang halus dan harum. Nono mulai giat mempereteli kancing
baju seragam sekolah yang dikenakan Feilin, kemudian kedua tangannya
menarik dua cup Bra Feilin, Nono menelan ludah melihat dua buah ranum
tersembul keluar, Nono merendahkan kepalanya dan diemut-emutnya putting
susu Feilin, sipemilik buah susu meringis dan menggeliat-geliat
kegelian. “Ha ha ha ha ha….” Sigemuk tertawa ngakak, sinar matanya
seperti orang tidak waras, penuh dengan kegilaan.
Tangannya meraih tubuh Nia, didudukkan Nia dipangkuannya “Kamu liat
Feilin dan Tarida… he he he… Cantik… mulus.. pinter ngentot… kamu juga
harus belajar kayak mereka… hmmm” Sigemuk merayapkan tangannya kedalam
rok seragam Nia, rok seragam Nia semakin tersibak keatas , tangan
sigemuk mengelus dan merayapi paha Nia yang mulus, kini jari telunjuk
sigemuk menyelinap kedalam celana dalam nia yang tipis, tepat dibagian
selangkangannya, tangannya menggesek-gesek dalam gerakan yang teratur,
Tangan Nia memegangi dan menahan Tangan sigemuk ketika gerakan-gerakan
sigemuk menjadi kasar. “Nakal !!! Saya sudah bilang kamu harus
belajar…!!! ” sigemuk menarik tangan Nia kebelakang dan mengikat kedua
tangannya dengan ikat pinggang. Jari tangan sigemuk kembali menyelinap
kedalam celana dalam Nia, untuk sesaat sigemuk mencari-cari daging kecil
penghuni lubang Vagina Nia, “Sippp ketemu…he he he” bibir Sigemuk
tersenyum sinis dan “Ahhhh… Ahhhhh.. ” Nia tidak kuasa lagi menahan
jeritannya ketika sigemuk menggesek dan menekan-nekan Clitoris Nia
dengan kasar. Kedua kaki Nia melejang-lejang , matanya terpejam rapat
“Sudahh akhhh owwwwwwwwwwwww… mmmmmhhh.. pelannnn Hhhhhhh”Nia memohon
sigemuk agar tidak mengucek-ngucek Vaginanya dengan kasar, namun sigemuk
malah semakin kasar mempermainkan Vagina Nia “Cppp… Kkpppppphhhh…
Sssppphhhhh….”
Vagina Nia semakin sering berteriak nyaring, suara lubang Vagina Nia
yang sedang diobok-obok oleh jari-jari sigemuk. “Akhhhh..” Tiba-tiba
mata Nia mendelik, “Crrrrrtt…. Sruuuuuttttthhh” Air Mani Nia menyembur ,
kepala Nia terkulai kesebelah kiri, sesekali tubuhnya mengejang,ketika
sigemuk menekan-nekan clitoris Nia. Satu demi satu kancing baju seragam
Nia dipreteli oleh sigemuk, Tangan sigemuk menyelinap kebalik Bra dan
meremas -remas buah Susu Nia. “Ahhhh.. sudahh pakkk jangann…” Nia merasa
kesakitan ketika Sigemuk meremas buah susunya kuat-kuat. Sigemuk
memaksa Nia menungging, beberapa kali ditamparnya buah pantat Nia sampai
kedua buah pantat gadis itu memar kemerahan, “Gadis nakal… berani kamu
melarang keinginanku..!! he he he.. plakk.. plakkk”Sigemuk mengekeh
sedangkan Nia hanya meringis-ringis, ia tidak berani membuka mulutnya,
Nia mulai belajar untuk memuaskan keinginan sigemuk,Nia menungging tanpa
daya, kedua tangannya terikat kebelakang. Sigemuk mengarahkan
kemaluannya kelubang Vagina Nia dan “Jrebbbb… Cllpppp… Plepp.. Pfffhhh”
Tubuh Nia tersentak maju mundur , terdorong-dorong oleh tubuh sigemuk.
“Heiii… Darwinnn !!! sini lu…”Sigemuk memanggil Darwin, Darwin berlari
kecil menghampiri tempat pertarungan, kini Darwin menjejalkan
kemaluannya kemulut Nia “Hmmm.. Mhhhhhhh….. Mhhhhhh” mulut Nia kini
diisumpal oleh kemaluan Darwin,
Tangan Darwin meraih kepala Nia kemudian Darwin menggerakkan
kemaluannnya maju mundur dengan kasar. “Uhuk… uhukkk… uhukkkk ” Nia
terbatuk-batuk ketika kemaluan Darwin menusuk terlalu dalam, “Uhhh Akkk…
Kecrotttt…. Crottttt…..” Sigemuk menggeram sambil menekankan
kemaluannya sedalam-dalamnya, kemaluan sigemuk terlepas dari lubang
Vagina Nia, Sigemuk bangkit berdiri, posisi sigemuk segera digantikan
oleh Darwin dan “Ohhhhhh… Mmmmmm…” Nia merintih, ketika merasakan
kemaluan Darwin memasuki lubang Vaginanya. “Wah.. sempit amat… he he he
asssiikkkkkkk…”Darwin memacu kemaluannya sampai Nia terdorong-dorong
maju-mundur. Darwin melepaskan ikatan pada tangan Nia, kemudian
ditariknya nia berdiri dan kini sambil merendahkan posisi tubuhnya
Darwin kembali menyentakkan kemaluannya , kedua tangan Nia berpegangan
pada bahu Darwin, Sigemuk mulai mendekati Nia dari belakang dan kini
kemaluan sigemuk menusuk Anus Nia. Nia kini terjepit ditengah-tengah,
Tanpa ampun sigemuk dan Darwin menggempur lubang anus dan lubang Vagina
Nia.
“Akhhhhh…. ” Tarida meringis ketika kemaluan Toni dengan kasar
menusuk lubang Anusnya, posisi Tarida kini menduduki penis Toni yang
terlentang dilantai, Anto kemaluannya kewajah Tarida, Tarida dipaksa
mengoral kemaluan Anto dan Ijon dengan asik menyusu dibuah susu Tarida,
sementara tubuhnya tersentak-sentak keatas ditusuk oleh Toni. Ijon kini
mengangkangkan kedua kaki Tarida, ditusukkannya kemaluannya kelubang
Tarida yang seret dan nikmat, Anto menyumpal mulut Tarida dengan
kemaluannya, sedangkan Toni dan Ijon asik menggenjot lubang Anus dan
lubang Vagina Tarida. “Hmmmm… Mmmmmhhhhh” Tarida kelelahan menghadapi
nafsu ketiga orang laki-laki yang menyetubuhinya, tubuh Tarida sudah
basah oleh keringatnya yang terus menetes. “Auhhh Owww Crrrrrr…
kccppprtttt” Tubuh Tarida kembali terkulai lemas, namun tusukan-tusukan
dilubang Vagina dan anusnya malah semakin gencar, Tarida
merintih-rintih, kelelahan, ketiga orang yang mereguk kenikmatan dari
tubuhnya malah tertawa lepas mendengar rintihan-rintihan Tarida yang
terdengar manja.
Pesta seks terus berlanjut didalam kantor sigemuk sampai akhirnya
pintu kantor itu terbuka lebar, dari dalamnya keluar 7 orang laki-laki,
ada kepuasan yang tersirat dari wajah mereka yang tersenyum-senyum.
Sementara didalam ruangan kantor itu segemuk terkekeh-kekeh, menyaksikan
Tarida, Nia dan Feilin yang terkapar kelelahan, mata mereka terpejam
rapat, Sigemuk duduk dikursi dan menyalakan sebatang rokok, matanya
merayapi tubuh ketiga gadis Chinese yang mulus dan halus.
Tanpa terasa masa 3 bulan yang dijanjikan sudah tiba, berbagai macam
penderitaan dan pelecehan sudah dialami oleh Tarida, Feilin dan Nia,
termasuk digangbang habis-habisan oleh sigemuk dan 7 orang bawahannya,
Ketiga gadis Chinese menagih janji sigemuk, sigemuk tersenyum sinis,
dikeluarkannya sebuah document dari laci kerjanya, diberinya cap dan
kemudian ditandatanganinya document itu, sigemuk melemparkan document
itu kelantai sampai bersebaran, dengan hati yang pedih Tarida , Nia dan
Feilin memunguti kertas document yang berceceran dilantai. “Ha ha ha…
kalian ikut aku….”Sigemuk keluar dan memberikan perintah kepada
bawahanya agar segera membebaskan Dhani Anwar.
“15009″ Seorang petugas menanggil nomorku, Aku berdiri dari tempatku,
“Kamu boleh keluar…heran ? demi orang jelek kaya kamu ha ha ha ?”
Sipetugas cengengesan, aku heran mengapa wajahnya cengengesan begitu,
aku juga tidak mengerti arti ejekannya. “Mang Dhani….” Aku mendengar
suara yang tidak asing lagi ditelingaku, para gadisku menyambut
kedatanganku dengan wajah gembira, mereka tampaknya sangat
menrindukanku, kemudian setelah segala macam urusan administrasi aku
dinyatakan bebas. “Kalian.. ikut aku… he he he”Sigemuk berwajah mesum
sepertinya memberi perintah kepada Tarida, nia dan Feilin, Sigemuk
hendak menghampiri Feilin namun aku menghadangnya. “Bapak mau apa ?!!”
Aku menbentaknya, sigemuk terkesiap, beberapa petugas disana siap-siap
mengurung posisiku. “Mangg ngak apa koqqq… Cuma.. Mmm Cuma urusan
administrasi aja” Tarida berusaha menenangkanku. “Iya Mangg… mang Dhani
tunggu diluar aja ya…”Nia menarik tanganku. “Ngak akan lama koq manggg
he he he”Feilin berusaha tersenyum. Aku menghela kesal aku diantar
keluar.
Sigemuk segera menggiring Tarida , Nia dan Feilin keblok D, disini
tempat para napi yang sudah bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun
mendekam, dan sudah dapat dipastikan, tidak akan pernah memperoleh
kebebasan lagi, hukuman penjara seumur hidup. “Kita teruskan permainan
kita yang sempat tertunda ha ha ha ha” Sigemuk membuka pintu sel disana
satu persatu, wajah-wajah mengerikan menyerigai buas, Tarida Nia dan
Feilin terkesiap melihat wajah-wajah mereka yang liar dan garang.
“Pakkk… jangan ” “Ampunn pakkkk….” “Tolong lepaskan kami ” ketiga gadis
cantik dan mulus itu memohon pada sigemuk, sigemuk hanya terkekeh-kekeh,
melihat Tarida , Nia dan Feilin mulai menangis, mereka berlari
ketakutan berusaha menjauhi para mahluk berwajah liar dan garang yang
mulai keluar semakin banyak dari selnya mengejar mereka. Teriakan –
teriakan liar mengiringi derap kaki para mahluk liar itu yang semakin
lama semakin mendekati Tarida , Nia dan Feilin yang sudah terpojok,
terdengar suara gelak tawa para napi, mereka sedang mengerubuti tiga
orang gadis yang seksi, cantik dan mulus, para napi itu seperti
kesetanan tidak mempedulikan jeritan ketakutan yang keluar dari mulut
ketiga gadis dihadapan mereka.”Jangannn…. Ampunnnnn…akkkkk”,
“Aduhhhh…Owww…”"ngakkk… uhhhhhh” suara – suara yang keluar dari mulut
ketiga gadis itu, Tarida ditidurkan diatas lantai kedua tangannya
dipegangi terentang kesamping, begitu pula kedua kakinya, Sesosok agak
tua namun kekar mendekati selangkangannya, tanpa permisi situa
menusukkan senjatanya kedalam lubang Vagina Tarida
“Ahhhh…”tubuh Tarida terguncang-guncang akibat tusukan-tusukan kasar
dilubang Vaginanya, sementara itu beberapa tangan berebut mengelusi buah
dadanya, pahanya bahkan menyelinap meremas buah pantat Tarida. Tidak
begitu jauh dari tempat Tarida diperkosa Feilin dipaksa menunggging,
kedua tangannya dipegangi kebelakang, tusukan kasar menghujam lubang
anusnya sampai Feilin tersentak, kemudian yang seorang lagi duduk
mengangkang dihadapan Feilin, sepasang tangan meraih dan menekan kepala
Feilin “Mmmm… Mmmm”mulutnya tersumpal oleh kemaluan orang itu, buah
dadanya jadi rebutan dielus dan kemudian diremas-remas oleh beberapa
orang laki-laki yang mengerubutinya. Keadaan Nia tidak jauh berbeda dari
kedua temannya, dalam posisi berdiri Nia dicumbu dan dijilati
habis-habisan oleh para lelaki yang asik menyantap kehangatan dan
kenikmatan dari tubuhnya yang mulus.
“Awwww…” Nia menjerit kesakitan ketika merasakan ada yang mengigit
buah dadanya. “Aduhhh Aowwwwwwww… “tidak begitu lama terdengar jeritan
kesakitan Feilin ketika seseorang meremas bukit kemaluannya dengan
kasar, Feilin memekik ketika merasakan seseorang menarik bibir Vaginanya
dengan kasar “Slllpp Slpppp Slppppppp” rakus sekali orang itu meneguk
cairan-cairan lengket beraroma khas yang rasanya asin. Dua buah Susu
Feilin digeluti oleh dua orang Pria sekaligus. Mulutnya di deep Throat
sampai ia kehabisan nafas. Salah seorang dari mereka tidur terlentang,
beramai-ramai mereka mendudukkan Nia diatas kemaluan Pria itu dan
“Jrebbbb.. Jebbbbb…. Akhhhhh” kasar sekali kemaluan pria itu ketika
menghantam Vagina Nia, Entah kemaluan Siapa mulai berusaha menyelinap
diantara buah pantat Nia dan langsung menyodok anus gadis itu
“Aaahh Awww Crrrrrrr” Nia memekik ketika merasakan cairan
kenikmatannya meledak dari dalam lubang Vaginanya , gelak tawa terdengar
riuh rendah seolah-olah mengejek Nia yang mendadak terkulai. Feilin
meronta-ronta ketika mereka merentangkan kedua tangan dan kakinya
lebar-lebar, ciuman dan jilatan mendarat disekujur tubuhnya , Jeritannya
yang malang tersumpal oleh mulut yang begitu rakus mengulum bibirnya,
empat orang laki-laki seakan-akan sedang berbagi mengemut dan menjilati
buah susunya. Beberapa pasang tangan berlomba menjamahi bukit mungil
diselangkangannya. Nasib Tarida tidak kalah malang kedua kakinya
dikangkangkan lebar-lebar dan sebatang kemaluan yang keras menghujami
lubang Vaginanya, buah dadanya sudah memar kemerahan karena
tangan-tangan liar yang kasar dan brutal meremas-remas buah Susunya.
Semuanya itu disaksikan oleh sigemuk “Ayooo… hua ha ha ha ha terusss….
Lebih liar….”
Nia menangis memohon agar lelaki itu mau melepaskan dirinya namun
sambil terkekeh-kekeh orang itu menerkam dan menggumulinya dengan liar,
sosok-sosok lain bertepuk tangan menyaksikan pertarungan 1 Vs 1, “Hmmm…
Mmmmmhhhh” mulut Nia yang sedang menangis tersumpal oleh orang itu,
ciumannya turun keleher, kedada. “Ahhhhhhhhhhh…..” Nia memekik merasakan
putting susunya terasa sakit, dan perih ketika gigi orang itu mengigit
putting susunya. Tubuh Nia menggeliat-geliat ketika putting susunya
terasa diemut oleh orang itu, dengan sebuah perlawanan yang kuat Nia
mendorong tubuh orang itu, Nia meronta-ronta merasakan seseorang
memeluknya dari belakang dan meremas-remas buah Susunya. Orang itu
dengan paksa membalikkan tubuh Nia agar tengkurap dilantai, “Hekkkkkggg…
Aaaa” kasar sekali orang itu menyodomi Nia.
Tubuh Feilin terguncang-guncang dengan kuat ketika seseorang
menyetubuhinya dengan brutal, buah Susunya bergerak memutar – mutar ,
sesekali beberapa pasang tangan meremas dan mengelusi buah Susu yang
bergerak dengan indah. “Hmmm.. Hmmmmmmm” Suara bibir Feilin yang sedang
asik diemut dan dikulum oleh seorang napi bertubuh cebol. “Crrrrrrrrrr….
Kecrottt Plopppp….” Kemaluan orang itu terlepas setelah puas
memperkosa Feilin. Sicebol duduk santai, seorang napi lain memaksa
Feilin mengangkang dan menduduki kemaluan sicebol yang terkekeh-kekeh
keenakan, tangan sicebol memeluk erat-erat tubuh Feilin, mereka berdua
duduk saling behadapan dengan kemaluan saling bertaut erat, Feilin
dipaksa bergoyang untuk memuaskan sicebol , tidak berapa lama sicebol
menggelepar dalam pelukan Feilin, Seseorang menarik Feilin dari pelukan
sicebol, kedua kakinya diangkat keatas kemudian ditarik kekiri dan
kekanan.
“Ahhhhhhhh…. ” Feilin menggeliat-geliat ketika kemaluan napi yang
lain memasuki lubang Vaginanya. Tiga Orang Napi menyodorkan kemaluan
mereka dihadapan Wajah Tarida, gadis itu kewalahan menjilati, menghisap
dan mengemut kemaluan ketiga orang napi itu, sementara dua orang napi
mengelus-ngelus buah pantatnya yang sedang menungging, dua orang lagi
meremas dan menarik-narik buah Susu Tarida yang bergelantungan
didadanya. “Ahhhh… aduh.. duh….. mmh”Seseorang menjambak rambut Feilin
dan menjejalkan kemaluannya kemulut Feilin, putting susunya
dipelintir-pelintir , beberapa orang asik mengelusi tubuh Feilin yang
halus dan mulus, berkali-kali tubuh Feilin bergetar hebat dan “Mmmm..
Keccrrtttt… Crrtttt” akhirnya bobol juga pertahanannya. Nia memejamkan
matanya ketika Orang yang menindihnya bangkit setelah puas menggenjot
Nia, kini berganti wajah-wajah lain mulai meneduhi tubuh Nia, dua orang
sekaligus berbaring disisi kanan dan kiri gadis itu, mulut mereka
langsung menyedot-nyedot putting Susu Nia, seorang napi yang lain
menyusupkan kepalanya diantara paha Nia, sambil mengelusi paha Nia mulut
sang Napi mengemut-ngemut lubang Vagina Nia, berkali-kali lidahnya
mengait daging kecil yang bentuknya mirip “kacang”.
“Akkhhhh ahhh” Tarida memekik-mekik , napi yang satu ini begitu
kasar, rasa sakit mendera lubang anusnya yang dirojok-rojok oleh jari
sang napi. “Aduhhhh aduhhhhhhh awwwww” Tarida semakin menderita ,
sedangkan napi yang mengorek-ngorek lubang anus Tarida malah tertawa
lepas, dibaringkannya tubuh Tarida dan dengan sekali sentakan kasar
dijebloskannya kemaluan hitam itu kelubang Vagina Tarida, selanjutnya
tubuh Tarida terguncang guncang dengan kuat. “Ayo sini he he he” Sang
Napi menyukai goyangan Feilin, kini Feilin dipaksa berdiri sementara
beberapa orang memegangu tubuh Feilin, sebatang kemaluan mulai mendesak
memasuki lubang Vagina Feilin, sambil berdiri Feilin dipaksa bergoyang,
air mata mulai mengalir dimata Feilin.Tarida, Nia dan Feilin menangis
dalam dekapan para Napi , Para lelaki liar itu seakan-akan tidak pernah
habis, wajah-wajah baru selalu meneduhi tubuh mereka yang mulus, rasa
putus asa, ketidak berdayaan semakin lama semakin terasa menyesakkan
dada mereka, sedikitpun tidak pernah terpikirkan kalau mereka akan
mengalami “Pemerkosaan Masal”
Aku menunggu diluar, detik demi detik terasa lama, menit demi menit
seakan akan tidak pernah mau berlalu dariku, berkali-kali aku menanyakan
pada petugas jaga didepan “Dimanakah para gadisku” namun mereka hanya
cengengesan, beberapa orang petugas disana tersenyum mesum. Sinar
matahari yang hangat kini berganti dengan gelapnya malah yang dingin,
sesekali bunyi geledek terdengar seperti akan hujan lebat. Aku menunggu
kedatangan seseorang , akhirnya kudengar suara mesin mobil, buru-buru
kucegat “Rhoni….” Aku memanggil sahabatku.
Rhoni turun dari mobil Mitsubishi T120SS tahun1990 berwarna Biru
Tua,ia baru disuruh belanja oleh tukang masak di LP itu, terburu-buru
Rhoni menghampiriku, aku menjelaskan duduk permasalahannya, Rhoni
mengangguk-anggguk, entah kenapa wajahnya juga terlihat cemas. “Bantu
aku Rhon, cari mereka…!!!”Aku sangat mengharapkan bantuannya. “Tenang
Sobat.. Aku pasti membantumu!!” Rhoni menatapkuku dengan yakin.
Kini aku hanya dapat menunggu, dinginnya malam menusuk tubuhku namun
itu semua tidak kupedulikan, yang ada hanya rasa kuatir, dan rasa cemas.
Akhirnya aku melihat Rhoni dari kejauhan, ia agak berlari-lari kecil,
aku berlari menghampirinya. “Bagaimana Rhon… dimana mereka!!!” Aku
mengguncang-guncangkan tubuh sahabatku, Rhoni hanya menundukkan
kepalanya ia menggeleng-gelengkan kepala “Habiss… para napi diblok D
memperkosa mereka seharian, mereka kini dibawa keruangan doctor ijon..
entah masih hidup atau tidak…….”Rhoni tidak berani memandangiku.
“Hahhhh….!!!!!” Mendadak tubuhku lemas, “Dimana ruangannya!! Dimana…!!!!
Bajingan!!!! aku bunuhhh merekaaa semuaaaa!!!!!” Aku histeris dan
hendak menerobos penjara terkutuk itu, namun Rhoni memegangi tubuhku.
“Dhani… sabar!!!!… Dhani…. Jangan sia-siakan pengorbanan mereka…Bukkk”
Dhani meninju wajahku, Aku tercekat, tersadar.
Aku mengikuti langkah Rhoni Dari belakang, Rhoni menarik kereta
Dorong sedangkan aku membantu mendorong kereta dorong itu dari belakang.
“Siapa dia ?” petugas jaga disana bertanya menyelidik. “Ohhh.. ini yang
sekarang disuruh Bantu-bantu saya… pakaian kotornya mana pak ?” Rhoni
mengalihkan topic pembicaraan. “Nihhh… “Sipetugas jaga melemparkan
pakaian kotor dengan kasar. Tanpa banyak bicara Rhoni dan aku melewati
petugas jaga disana. “Ingat Dhani…jangan gegabah…, yang itu ruangan
Doktor Ijon…”Rhoni mengingatkanku sekaligus memberitahuku. Aku
mengangguk kemudian dengan mengendap-ngendap kami mendekati pintu yang
sedikit terbuka, aku mendorong pintu ruangan itu. “Keparat….” Aku memaki
dalam hati, aku melihat Doktor Ijon dan 2 orang petugas disana tengah
mengangkangi Tarida , Nia dan Feilin, tidak ada rintihan yang keluar
dari mulut para gadisku, tubuh mereka diam tidak bergerak. Aku dan Rhoni
berpandangan, kemudian mengangguk , Rhoni memadamkan lampu diruangan
itu , terdengar bunyi Buk..!!! Bukkkkk… Bukkk!!! Didalam ruangan yang
kini pencahayaannya sangat minim, hanya mendapat sedikit cahaya dari
lampu diluar ruangan.
“Brukkkk….” Terdengar bunyi tiga sosok tubuh yang terjatuh keatas
lantai, Rhoni menyalakan kembali lampu diruangan Doktor ijon. Tubuh
bugil doctor ijon dan 2 orang petugas di LP itu roboh , “Rhoni
Cepat..!!!” Aku memanggul Feilin dan Nia dibahuku, Rhoni seperti
tersadar ia memanggul tubuh Nia , kami masukkan tubuh mereka bertiga
kedalam kereta dorong, dengan rapi Rhoni menumpukkan baju-baju kotor ,
untuk menutupi Tarida , Nia dan Rhoni. Rhoni menarik kereta dorong itu
dan aku membantu mendorong dari belakang, sepertinya situasi berjalan
sukses sampai…deg… deggg deggggg…. Seorang petugas menghampiri kami ia
hendak membuang kopi panas kedalam kereta dorong “Untuk saya saja pak..”
aku maju menghadang sambil mengulurkan tanganku. “Mau Nihhh!!”
“Byur..Arggghhhh”rasa panas menyengat dikulitku, kemudian petugas itu
meludah dilantai dan berlalu dari hadapan kami. Rhoni memandangi petugas
itu dengan geram, ia tidak terima aku diperlakukan seperti itu. “Ayo
terus.. Rhon…”Aku mendorong kereta itu kembali.
Aku dan Roni mengangkat baju-baju kotor dari dalam kereta, kemudian
aku masukkan Tarida dan Feilin kedalam Mobil Tua yang biasa dipakai
Rhoni untuk membeli sayur mayor pesanan situkang masak didalam penjara
itu, Loh……….. koq Nia ngakkk ada !!!!!!!!!!! apa ketinggalan ya??????!!!
Aku panic dan bengong. “Rhoniiii… Nia ketinggalan….”
“Hahhh dimana ?” emangg ada empat ?” Rhoni ikut gugup. Aku menoleh
kearah Suara Rhoni yang gugup , wajahku mendadak berseri-seri, aku
melihat Rhoni tengah membopong tubuh Nia. “Ngak Cuma tiga he he he”Aku
tertawa gembira.
Rhoni yang kebingungan meletakkan Nia disamping kedua temannya,
kemudian Rhoni duduk didepan untuk segera mengemudikan mobil tua itu
sedangkan aku masuk kebelakang.”Tarida.. Niaaa… Feilin” Aku
mengguncang-guncangkan tubuh mereka, wajahku mendadak pucat, tubuh
mereka semakin dingin, nafas mereka bertiga semakin lama semakin lemah.
“Arggggg! Tidak!!” Jeritanku mengguncang malam dan rintik hujan
semakin lama semakin lebat disertai bunyi geledek yang memekakkan
telinga.
***************************
Aku memandangi rumah kosong itu, gelap, tidak ada canda tawa lagi
didalamnya, tidak ada desahan – desahan manja Nia, ataupun jeritan
Feilin yang liar, ataupun guyonan Tarida yang nakal. Dinginnya angin
malam menerpa tubuhku. Rintik-rintik gerimis.. membuat hatiku pilu.
Eps 6 (Final): After School & Happy Holiday Bang.
“Tarida” ” Nia” Feilin” aku terus menguncang-guncangkan
tubuh mereka, aku panic karena mereka tidak bereaksi, tubuh mereka
semakin dingin, bibir mereka tampak pucat, nafas mereka lama semakin
lemah…
“Rhoni.. cepat… Rhonn!!!” Aku menyuruh Rhoni menginjak gas mobil yang kami tumpangi.
Hujan semakin deras, disertai ledakan-ledakan bunyi geledek yang
menggelegar. Rhoni dengan gugup mengemudikan mobil menuju Rumah Doktor
Wahidin , salah seorang kolega kami , satu-satunya tempat yang dapat
dijadikan tempat berlindung dan berobat jika aku dan kawan-kawanku
tertembak atau terluka berat , tertolongkah mereka bertiga ????.
(Red : karena ini eps terakhir jawabnya langsung dibawah ini… hiks… hikss)
Aku mengintai dari kejauhan, disebuah pemakaman umum, tangisan
keluarga yang sedang berduka cita terdengar begitu menyayat hati, tanah
kuburanpun masih tampak merah, semerah dendamku yang membara.
Tidak ada lagi yang dapat kulakukan, semuanya sudah terlambat.
Perlahan-lahan sang waktu merayap dengan malas , siang hari yang panas
berganti dengan dinginnya malam, aku melangkahkan kakiku, menuju sebuah
rumah mewah dikawasan elite tersebut, dari kejauhan mataku memandangi
rumah mewah itu, rumah itu kini gelap tanpa cahaya yang menerangi. Masih
terbayang olehku betapa nikmatnya ketika dahulu aku merengut
keperawanan Tarida, Feilin dan Nia, menikmati tubuh mereka yang hangat
dan mulus.
*******************************
Tujuh minggu yang lalu
“Hallo…..” Aku mencoba menghubungi nomor telepon Nyonya Fonny , orang tua Feilin.
“Ya… Haloo……..” suara itu menyahut.
“Eee… itu nyonya… Feilin ehhhh Non Feilin sakit… beratt!!” Aku ingin menjelaskan sesuatu tapi entah bagaimana menjelaskannya.
“Lohhhhh koqqqq malah telepon ke saya… , saya tuh sibukkk
bisnisss… suami saya juga… kalo sakit telepon doctor dong…. masa telepon
kesaya sih..!!!Lagian Feilin kan udah gede… masa ngak bisa jaga diri
sihh!!!… urusan sepele gini ngapain sih kamu interlokal ke Amrik
segala.. mahallll” Nyonya Fonny malah ngomel panjang lebar.
“Hallo… Halllo…,Bego… Gebleggg.”Aku sewot naik darah karena
Nyonya Fonny mendadak memutuskan telepon, udah mahal-mahal interlokal
malah kena damprat.
Aku hanya dapat menghela nafas panjang, aku mulai dapat mengerti
mengapa sifat Feilin nakal, galak, agak liar, rupanya selama ini ia
kekurangan kasih sayang, orang tuanya hanya sibuk mengurus urusan bisnis
tanpa memperhatikan anak mereka. Rumah yang sebesar ini, hanya ada
seorang pembantu tua part-time, nyuci , masak terus pulang deh ke
rumahnya di RT tetangga. Nyonya Fonny dan Tuan Richard kadang-kadang
pulang 3 minggu sekali, kadang sebulan sekali, itupun hanya dua atau
tiga hari saja mereka ada dirumah megah dan besar ini.
“mamah pulang… papahhh…”Feilin mengigau, dengan telaten Aku
merawat Feilin, sudah dua hari ia menderita demam akibat perkosaan masal
yang dialaminya, demikian juga dengan Tarida dan Nia, hanya bedanya mereka berdua dirawat dengan penuh kasih sayang oleh orang tua mereka masing-masing.
*****************************
Dirumah Tarida
“Tarida kamu kenapa…?” mamah Tarida terkejut melihat keadaan anaknya
“Tarida ketularan feilin deh.. mahhh.. kan kemaren sabtu ama
minggu jagain dia yang lagi sakit.. demamm.. hhhh” Tarida berbohong
padahal dua hari yang lalu ia dan Feilin sama- sama terkapar tanpa daya.
*****************************
Dirumah Nia
“Mamahhh…. Hkkk Hkkkk”begitu pulang Nia menangis sambil memeluk mamahnya
“Hahhh… badan kamu koqq panass sayangg…” Mamah Nia memegang kening Nia dengan telapak Tangannnya.
“Duhhhh… anakk mamah sakittt… kita ke doctor ya..”mamah Nia memapah tubuh Nia.
“Sudahhh… sudahhhh… cuppp… anak mamah kalo sakit jadi manja dehh”dengan penuh kasih sayang mamah Nia mengecup kening Nia.
******************************************
Kini didalam rumah itu tidak ada lagi rengekan manja Nia,
Tidak ada lagi jeritan kecil Feilin yang liar dan binal, Tidak ada Lagi
Guyonan Tarida yang nakal. tidak ada lagi canda tawa diselingi oleh
rengekan-rengekan manja.
Rintik-rintik gerimis semakin membuat hati pilu, air mataku
mengalir deras membasahi pipiku, mengingat betapa malangnya nasib ketiga
gadisku.
****************************************
Sebuah teriakan manja menghentikan lamunanku………..
”Mang Dhani… bawain donggg berat nehhhhh” aku menoleh kebelakang ,
kearah suara itu, Tarida protes.Aku tersenyum melihat mimik wajahnya
yang imut rada cemberut, aku habis menemani ketiga gadisku Shoping
diMall.
———————-
Bikin kaget ya ? maap dehh ho ho ho, mo godain para mupenger…^^ (Red : Makanya rumahnya gelap , penghuninya lagi pada keluar semua, tuch mereka dah pada balik he he he….)
———————–
Sambil mengambil barang bawaan Tarida aku sempat mencomot buah dadanya.
“Mang.. nanti diliat orang..” Tarida buru-buru menepiskan tanganku.
“Feilinnnn…. Niaaaaa… Ayo cepat.. gerimisnya makin gede” Aku memanggil
Feilin dan Nia.
Feilin dan Nia berlari kecil menghampiriku “Hu.. uh.. Mang Dhani,
masa Tarida doang yang dibawain…” Feilin dan Nia merengut manja.
“Ya sudah, ayo sini biar mang Dhani yang bawain…” Aku mengulurkan tanganku mengambil barang bawaan Mereka.
“Tapiii…, kalian juga tolong bawain yang mang Dhani ya.”
“Bawain apa mang ?” Feilin kebingungan, Nia dan Tarida saling berpandangan kemudian menatapku keheranan.
“Ini yang diselangkangan berat bawanya he he he” aku terkekeh-kekeh.
“Abisnya kegedean sihhhhhh…..” Tarida seperti sengaja merapatkan
pantatnya keselangkanganku.
Sontak saja kemaluanku membesar tanpa dapat dibendung,
“Ha ha ha.. duhhh kasian.. masih dikurung ya.? Dasar !!! Sosis
Raksasa he he he” Nia dan Feilin tertawa lepas kemudian membelai-belai
bagian celanaku yang menggembung.
Dari kejauhan terdengar suara mesin mobil yang semakin mendekat,
ketiga gadisku menghentikan aksinya,aku mengikuti langkah mereka dari
belakang sambil menatap buah pantat mereka yang bergoyang-goyang,
menggodaku dari balik seragam sekolah yang mereka kenakan. Sudah 7
minggu lebih aku puasa lahir & batin, menunggu dan menunggu sampai
ketiga gadisku pulih, tampaknya kondisi mereka kini sudah fit, aku
menelan ludah membayangkan persetubuhan yang nikmat, lubang Vagina yang
seret dan sempit, tubuh yang halus dan mulus !! OO YEAHHH!!!!
“Mangggg Dhani kesini…mau kemana he he he?”
“Lohhhhhhh koqqqqqq, malah lurus sih… ?”
Aku tersentak celingukan sambil menolehkan kepalaku kebelakang ,
Aduh !! malu rasanya ketika mereka menatapku dengan tatapan mata yang nakal
“Mmmm Abiss gelappp sih rumahnya…. ” aku mencari-cari alasan.
Tapi sepertinya mereka tahu apa yang kupikirkan, pikiran-pikiranku yang ngeres.
“Emm itu…nya kalian, sudah baik-baik saja kan?” Aku kesulitan mengemukakan isi hatiku.
“He he he… pasti mang Dhani udah kepengen ya ?masak rumah feilin
sampe kelewat sih ? pasti gara-gara Mang Dhani mikirin yang
ngeres-ngeres he he he” Feilin tersenyum kecil, sikucing liar Feilin
menebak pikiranku.dengan tepat.
“Lohhhh ? koq tahu..?”Aku balik bertanya.
“Tuhhhh ! yang dibawah udah teriak-teriak…” Tarida menunjuk kearah celanaku yang menggembung.
“Sebenarnya, dari kemaren-kemaren juga udah ngak apa-apa sih…. Kami
Cuma pengen godain mang Dhani” Nia akhirnya membuka rahasia mereka
bertiga.
Aku buru-buru menggiring Tarida, Nia, dan Feilin. “Uhhh… Achhhh manggg” “Jangan ahhh, manggg akhhh” “Enakkkkkk Ouchhh”
Ketiga gadisku mendesah manja menggodaku kemudian setelah membuka
pintu pagar, mereka berlari-lari kecil kedalam rumah. Aku buru – buru
mengikuti ketiga gadisku, , setengah berlari aku mengejar mereka
bertiga.
“Tunggu.. he he he”.
Dihadapanku, berdiri tiga gadis Chinese yang cantik, mulus dan
mungil, mereka menggerak-gerakkan tubuh mereka dengan manja, kupeluk
mereka bertiga , ciumanku mendarat kesana kemari.
“Hii… hii hii geli mangg stoppp” “Ahhhh… manggggg” “Awww… ha ha ha ha”para gadisku terkekeh-kekeh kegelian.
Lagi asik-asiknya aku menciumi mereka, tubuhku didorong dengan lembut. “Bentar mang, kami mandi dulu ya…” Nia mendorong dadaku.
“Ngak usah… kalian udah wangi koq..” Aku menelan ludah tidak sabaran.
“Sabar mang Dhani sayanggg…, mang Dhani juga harus mandi ya.., supaya
bersih” Feilin menuntunku kekamar mandi, Tarida mengambilkan handuk
untukku. Dengan terburu-buru aku mandi, setelah mengeringkan rambut dan
tubuhku, aku keluar dari kamar mandi tanpa selembar benangpun yang
menutupi tubuhku. Aku keluar mencari-cari makananku yang hangat dan
nikmat. Telingaku mendengar bunyi – bunyi aneh dari kamar mandi lain
tidak jauh dari tempatku, bunyi airkah itu ? sepertinya bukan…. Aku
mendekati kamar mandi yang mengeluarkan suara aneh itu, Terdengar suara –
suara rintihan kecil didalamnya.
“Tarida… Niaaaa… Feilinnnn… ayo buka manis…Tok… Tokkkk Tokkkkk”aku
mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi. Berkali-kali aku mengetuk pintu itu ,
berulang kali aku memohon agar mereka yang didalam mau membukakan pintu
untukku, sebuah pintu menuju kenikmatan.
Akhirnya terdengar bunyi “Klikk” kemudian pintu kamar mandi itu
terbuka lebar, wajah Nia terlihat sexy dengan rambutnya yang basah.
Feilin sedang duduk dipinggiran bak mandi dan Tarida sedang asik memeluk
tubuh Feilin. Mereka bertiga terkekeh-kekeh nakal, memandangi
selangkanganku. Aku menyergap dan mengangkat tubuh Nia sampai ia
terpekik kaget, bibirku menyumpal bibirnya, Nia mengalungkan kedua
kakinya kepinggangku, sedangkan aku mencengkram buah pantatnnya agar
tubuh Nia tidak terjatuh. “Mmmm… Mmmmmmm” Bibirku dan bibir Nia Saling
melumat, Aku menarik wajahku, kupandangi wajah Nia yang berada dekat
sekali dengan wajahku. Nia membuka mulutnya, lidahnya terjulur keluar,
aku tersenyum, kuemut-emut lidah Nia , lidahku dan lidah Nia terjulur
saling mengait dan saling menghisap lidah. Bibir kami kembali bertautan,
lidahku terjulur kedalam mulutnya, hisapan dan emutan mulutku semakin
kuat “Hmmm Mhhhhhhh… Mhhhhh…nnnnnnhhhhh..”aku meremas buah pantatnya,
aku berusaha memasukkan kemaluanku dalam posisi berdiri, Nia
menggerak-gerakkan pinggulnya berusaha membantuku.
“Ahhhh Susahhh manggg….” Nia mendesah, ketika kemaluanku terpeleset untuk yang kesekiankalinya.
Feilin dan Tarida menghampiriku yang sedang asik berusaha memasukkan
kemaluanku dalam posisi berdiri. Tarida membantu mengangkat pantat Nia
sedangkan Feilin membimbing kemaluanku menuju lubang Vagina Nia yang
kecil dan sempit. “Henngghhhh………… ” wajah Nia terangkat menatap
langit-langit, ketika kepala kemaluanku mendesak lubang Vaginanya.
“Slepppp……….Ouchhhh”
Dengan susah payah kepala kemaluanku menggeliat memasuki lubang
sempit diselangkangan Nia, semakin dalam dan dalam. Aku mulai
mengayunkan kemaluanku, kedua paha Nia semakin kuat menjepit pinggangku.
“Ahhhh…oww, manggg enakkkk…mmmmhh mmhh” kuciumi bibir Nia dan kulumat
-lumat dengan kasar, aku semakin kuat dan cepat menusuk-nusukkan
kemaluanku.
“Whowwwww….” “Uchhhhhh….” hampir bersamaan suara itu terdengar dari mulut Feilin dan Tarida.
“Cleppp… cleppppp Pleppppp… clopppppp…” Suara-suara becek semakin
keras terdengar, wangi sabun mulai tercampur dengan harumnya cairan
vagina Nia.
“Ahhhhhh… Akkkkkk Crrrtttt.. Crttttttt” Kedua kaki Nia menjepit
pinggangku dengan kuat, pinggangnya melenting kebelakang,
denyutan-denyutan kuat seakan – akan sedang memeras Cairan Nia yang
harumnya mirip wangi daun pandan.
Perlahan-lahan aku menurunkan tubuh Nia, Feilin mengambil posisi
berdiri menungging disisi bak mandi, kedua tangannya bertumpu pada
pinggiran bak mandi, aku mendekati buah pantat Feilin, kuarahkan kepala
kemaluanku menekan-nekan lubang anus Feilin, berkali-kali
kusentak-sentakkan kepala kemaluanku untuk memaksa memasuki lubang anus
Feilin yang mulai melebar dan…
“Ha akkkkkhhh… Uhhhh Mang Dhani…., aw!!!”Feilin terdorong kedepan, ia
menjerit keras ketika aku berhasil menjebloskan kepala kemaluanku
dengan satu sentakan yang sangat kuat, untuk beberapa saat aku
membiarkan Feilin membiasakan diri.
Tarida mengambil posisi Duduk dipinggiran Bak Mandi, tepat disebelah
Feilin yang sedang berdiri dengan sedikit menungging, Nia perlahan-lahan
berlutut diantara selangkangan Tarida. “Ohhhh Nia… Enakk Banget……
akhssss kamu tambah pinter dehhhh… “Tarida memuji Nia yang asik
mengemut-ngemut dan menjilati selangkangannya.
Tarida merintih manja, ketika Feilin mengelus payudaranya
“Ihhhh Susunya tambah bulet….hi hi hi” Feilin cekikikan, Pinggulnya
bergoyang-goyang sehingga membuat tensi birahiku naik dan dengan satu
sentakan kuat aku menjebloskan kemaluanku kelubang anusnya.
“Achhhh owwwwww…. Mmmm Mmmmhhhh” kini giliran Feilin yang
merintih-rintih ketika aku memacu kemaluanku merojok-rojok lubang
anusnya. “Plkkkk… Plllkkkkk… plokkkkk….” Terdengar bunyi mesra buah
pantat Feilin beradu dengan daerah selangkanganku.
Tubuhnya tersentak-sentak dengan kuat dan semakin kuat seiring dengan
semakin tingginya tensi birahiku, tanganku merayap keselangkangan
Feilin mencari-cari daging kecil sebesar “kacang tanah yang mungil”
jariku bergerak dengan lincah menggesek dan menekan-nekan daging mungil
diselangkangannya. Setelah melalui sebuah perjalanan yang menyenangkan
tiba-tiba “Aaaaa… Aaaaaaa Aaaaannhhhhh…Enggghhh Owww Ccrrtttt Crrtttttt”
semburan hangat menyembur dari lubang Vagina Feilin, tubuhnya meliuk dalam satu gerakan indah , sensual dan erotic.
“Manggg Dhani, aku mauuuuu….” Tarida merengek manja, ia hendak turun dari bak mandi namun………………………..
“Awwwww…..Plesetttt Byurrrrrrrrr Haeeeepppp.. Glk.. Uhukk Uhukk”
Tarida terpeleset dan terjungkal kedalam bak mandi.. Feilin dan Nia
saling berpandangan kemudian terkekeh-kekeh , menertawakan Tarida yang
terjungkal kedalam bak mandi.
“Ha ha ha ha ha…. Sini… manisssss” Aku mengangkat tubuhnya yang
mungil dari dalam bak mandi. “Uhhh Dinginnnn… “Tubuh Tarida menggigil
kedinginan, aku segera memeluk tubuhnya dari belakang sambil berbisik
dibelakang telingannya
“Gimana, sudah hangat ?” dengan erat aku memeluk tubuhnya dan mengusap-ngusap buah dada Tarida.
Tarida tersenyum malu , ia mengangguk pelan ketika aku tambah erat
memeluk tubuhnya. Aku menciumi lehernya terus merayap kepundaknya, kedua
tanganku terus meremas-remas payudaranya yang semakin kenyal dan keras.
Berkali-kali tubuh Tarida menggelinjang -gelinjang kegelian, desahan
dan rintihannya bertambah manja, kemudian Tarida menggeliat berusaha
melepaskan tubuhnya dari pelukanku, tapi mana mau aku melepaskan tubuh
mungilnya yang halus dan mulus.
“He he he mangg dhani.. ha ha ha ha ha.. geli, Haa kkhh Sssstttttt
uhhhhhh ” Tarida kegelian ketika aku memelintir-melintir putting
susunya. Aku semakin rakus menciumi Tarida dan mengendus-ngendus
tubuhnya yang harum. Nia bersujud disebelah kanan dan menarik
kemaluanku, lidah Nia menari-nari melingkari kepala kemaluanku,
diciuminya kemudian diemut-emutnya kepala kemaluanku yang bentuknya
seperti Helm, Feilin bersujud disebelah kiri dan mengelus-ngelus buah
pelirku, Tangannnya yang halus sesekali meremas buah pelirku. Tarida
membalikkan tubuhnya kemudian menarik kepalaku kearah buah dadanya, aku
menyusu didada Tarida, mulutku melahap buah dadanya yang ranum dengan
rakus.
Mulutku mengemut payudara Tarida Bagaikan bayi raksasa kelaparan yang sedang menyusu
“Mang Dhani aku mau coba yang seperti Nia tadi… Ayooo manggg..
Dhaniiiiii….” Tarida merengek manja, ia mengalungkan kedua tangannya
keleherku.
Aku merendahkan kemaluanku, Tarida membantu dengan mengangkangkan
kedua kakinya kemudian dengan susah payah kemaluanku menerobos lubang
Tarida yang sempit, kutenggelamkan kemaluanku sampai amblas secara
sempurna. Tanganku meraih kedua buah pantat Tarida, kuangkat tubuh
mungil Tarida, kedua kaki Tarida langsung mengait pinggangku, jepitan
pahanya yang mulus terasa sangat halus ketika bergesekan dengan
pinggangku, kedua tangannya melingkar dileherku. Aku mulai
menyentak-nyentakkan kemaluanku dengan lembut, perlahan-lahan kupercepat
dan semakin cepat. ” Ahhhh… Mmmhnn Nnngggggg… “Tarida merintih-rintih,
terkadang-kadang matanya terpejam rapat-rapat menikmati
sodokan-sodokanku yang liar.
“Ahhh Aaaaa Awwww.. Crrrtttt.. Crrrttttt” Tarida merangkulku
erat-erat ketika menahan badai kenikmatan yang melanda lubang vaginanya,
tubuhnya menggelepar ketika berkali-kali vaginanya menyemprotkan cairan
kental yang terasa hangat, sangat hangat !!
“Hatt-chii!” Feilin tiba-tiba bersin,aku tersenyum,
Setelah aku menurunkan tubuh Tarida aku menggiring ketiga gadisku
kedalam kamar. Aku tidak mau mereka sampai masuk angin, kedinginan,
lebih baik aku menggarap mereka didalam kamar, sungguh tidak kusangka
kalau ketiga gadisku semakin nakal, liar, manja dan menggemaskan,
kuambil handuk berwarna Coklat muda dan kukeringkan tubuh mereka dengan
handuk.
“Nahhhh sudah….” aku menepuk pantat Nia dengan lembut.
Feilin dan Tarida mendorong dan mendudukkanku diranjang, aku duduk
sambil mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar seakan-akan sedang
memamerkan kemaluanku yang panjangnya 19,4 cm. Nia, Tarida dan Feilin
berjajar dihadapanku, tubuh mereka meliuk-liuk dengan indahnya, mataku
melotot melihat mereka sedang menari erotis. Ahhh sulit untuk
kuungkapkan dengan kata-kata, tubuh mereka yang mulus dan halus,
bergerak dengan indahnya, tarian erotis yang disuguhkan oleh ketiga
gadisku membuat kemaluanku semakin keras dan tegang. Aku bangkit berdiri
Feilin kusuruh menungging ditengah ranjang, Nia kusuruh menungging
diatas Feilin dan Tarida menungging diatas Nia. Kini dihadapanku
tersusun buah pantat bertingkat tiga, mulus, halus bulat dan padat.
Hotel tiga tingkat bertingkat berbintang lima…!! Ehh? Hmmm kayanya sih,
lebih cocok tiga tingkat buah Pantat berbintang lima..ya ? ^^
Kutusukkan jari kiriku kelubang vagina Feilin, kemudian Jari kananku
perlahan-lahan memasuki lubang vagina Nia, kujulurkan lidahku menjilati
vagina Tarida dari belakang sambil menggerak-gerakan jari-jari tanganku
keluar masuk vagina Feilin dan Nia. Kini didalam ruangan kamar itu
terdengar paduan suara dari tiga orang gadis Chinese yang cantik dan
mulus, rintihan-rintihan kecil saling menyambung menciptakan sebuah
melody birahi yang terdengar merdu bak buluh perindu. Cukup lama juga
aku memainkan lubang-lubang sempit mereka bertiga, kugeser posisiku,
kuarahkan kemaluanku pada tingkat pertama, vagina Feilin yang berwarna
merah muda.
Satu tusukan yang kuat membuat Feilin menjerit kecil, selanjutnya
tubuh Feilin terdorong maju mundur dengan kuat, tanganku sibuk memainkan
Buah pantat Tarida ditingkat tiga dan mengelus-ngelus Paha Nia di
tingkat dua, aku terus melakukan tusukan-tusukan gencar dilubang Vagina
Feilin sampai pada satu waktu
“Achhhh Crrrrr… Crrrrrrrrrr” Feilin terengah-engah , cairan vaginanya
menyemprot bagaikan gelombang disamudra birahi. Kuarahkan kemaluanku
kini ketingkat dua, vagina Nia, Nia merintih lirih ketika tusukanku
membuat tubuhnya terguncang-guncang, hmm biasanya sih Nia cepat keluar
tapi kali ini tidak, rupanya Nia sudah banyak kemajuan, kupercepat irama
sodokanku.
“Ahhhh.. Aaaaaaa… Aaaaaaaaaacchhhhh” lumayan lama juga aku berusaha
menundukkan Nia, sampai akhirnya tubuh Nia mengejang “Akhhh..Aaaaaaaa…
Crrrrr Kecrrrtt ” tertumpahlah cairan hangat dari dalam vagina Nia.
Kucabut kemaluanku dan kulanjutkan ketingkat tiga , lubang vagina
Tarida.
Karena terlalu bernafsu beberapa kali kemaluanku terpeleset ketika
berusaha memasuki lubang kecil diselangkangan Tarida. “He enngggg… ahhh
ahhhhhhh” tubuh Tarida terdorong kedepan ketika satu tusukan yang kuat
menghantam lubang vaginanya, Tarida menoleh kebelakang, kuemut bibirnya
dari belakang, jempolku menekan-nekan lubang anusnya ,Tarida tampak
resah rupanya nafsu birahinya sudah memuncak, tidak membutuhkan waktu
yang lama untuk merobohkannya.
“Crrrrr… Crrrrrrrr Oahhhhhhhh” Tarida menggelepar-gelepar ,
tusukan-tusukanku semakin gencar “Argggggg….. Kecrotttt….. Kecrotttt…
Crootttttttttttttttt” Air maniku muncrat, aku ambruk menindih tubuh
Tarida.
“Mampus aku, manggg Dhani heggkhhhh….” Feilin yang berada dibawah
mengeluh menahan berat badan kami bertiga, aku buru-buru bangkit, Tarida
dan Nia segera menggeser tubuh mereka.
Feilin membalikkan tubuhnya, Tarida dan Nia berbaring kelelahan
disisi sahabatnya. Mata ketiga gadisku terpejam rapat, mereka kecapaian
setelah kugenjot dengan liar dan brutal, kuselimbuti tubuh mereka
bertiga , kukecup lembut bibir ketiga gadisku yang kini tertidur pulas.,
kubaringkan tubuhku, tidak berapa lama akupun jatuh tertidur.
Pada pagi hari jam 6.11, aku sedang duduk-duduk santai diruang tamu,
aku menoleh mendengar suara pintu kamar terbuka, Nia keluar dari dalam
kamar.
“Hoaammm… manggg Dhani…lagi ngapain ” Nia merentangkan kedua
tangannya keatas. Tampaknya Nia masih mengantuk, ia berjalan
menghampiriku. Putting susu Nia tercetak jelas dari balik piyama tipis
,berwarna biru muda yang dikenakannya. Kutarik tubuh Nia agar duduk
dipangkuanku, ia menggeliat kegelian ketika aku menciumi lehernya.
“Hi hi hi.. mang dhani, aduhhh, ihhhh tititnya nusuk…” Nia
terkekeh-kekeh merasakan kemaluanku bangkit begitu bersentuhan dengan
pahanya. Tanganku bergerak dengan lincah , kulepaskan baju piyama
berwarna biru muda, kubuang jauh-jauh.
“Nia kamu ngak pake bh…”kataku sambil mengelus bagian bawah payudara Nia.
“Emang enggak.. pake , kan aku mau nyusuin mang Dhani supaya sehat,
sini mang Minum Susu dulu he he he” Nia menarik kepalaku sambil
menyodorkan buah dadanya. Nia memekik kecil ketika aku dengan rakus
menetek disusunya. Tanganku menarik celana piyama Nia, Nia tersenyum
duduk dipangkuanku. Kutusukkan jari telunjukku kelubang Nia, bibir
Vagina Nia menjepit kuat-kuat jari telunjukku, rasanya sempit banget,
hangat dan basah. Nia Turun dari pangkuanku, ditariknya turun
resleting celanaku, kemudian Nia menarik celana panjang yang kukenakan,
aku membantunya dengan menggeser-geserkan pinggulku.
Mata Nia berbinar-binar melihat sesuatu yang menggembung dibalik
celana dalam yang kukenakan, dielusnya permukaan celana dalamku kemudian
diremasnya dengan lembut, Nia tersenyum sambil terus menggoda isi
celana dalamku. Tangan Nia menyelinap kebalik celana dalamku dan menarik
keluar kemaluanku, lidah Nia menggelitik kepala kemaluanku. , lidahnya
bergerak melingkar-lingkar dikepala kemaluanku. Nia membuka mulutnya
lebar-lebar kemudian dimasukkannya kepala kemaluanku kedalam mulutnya.
“Mmmm… Mmm” suara mulutnya yang sedang asik mengemut kepala kemaluanku,
“Auhh..!!!” Aku tersentak kaget merasakan gigitan-gigitan kecil dikepala
kemaluanku. Kedua tangannya dengan lincah mengocok-ngocok kemaluanku,
sesekali mulutnya menciumi batang kemaluanku.
Ahh !!! aku kembali tersentak kaget ketika Nia dengan nakalnya
menggigit batang kemaluanku, “he he he “Nia terkekeh-kekeh, Nia
memasukkan kepala kemaluanku kedalam Mulutnya, lidahnya bergerak
memutari kepala kemaluanku, Aku tersenyum sambil membelai-belai kepala
Nia, Nia-ku yang sexy semakin pandai, sesekali aku meringis ketika Nia
menggigit-gigit kepala kemaluanku dengan gemas.
“Ahhhhh… ja.. jangannn digigit gitu sayanggg Ouhhhhh… waduhhhh” Aku
menahan kepalanya, Nia menengok keatas memandangi wajahku, aku
menundukkan wajahku, sambil menarik wajah Nia, kulumat bibirnya yang
mungil.
Nia menarik bibirnya dari bibirku, ia tertawa kecil dan memandangiku
dengan tatapan matanya yang nakal. Nia menekan bahuku agar aku bersandar
kebelakang, ia berusaha menunggangiku. Pinggulnya menekan turun ,
sedangkan tangan kanannya mengarahkan kepala kemaluanku ke lubang
vaginanya. “Ennhh…sllleepphhh” perlahan-lahan kepala kemaluanku mulai
memasuki lubang vagina Nia, aku membantu menekan pingul Nia agar
kemaluanku semakin dalam memasuki lorong sempit diselangkangannya, untuk
sesaat Nia berusaha mengendalikan diri menerima kemaluanku yang besar
diselangkangannya, wajahnya bersemu merah ketika tatapan mata kami
saling beradu pandang. Nia mencoba mengangkat pinggulnya kemudian
digerakkannya pinggulnya turun , gerakan itu dilakukan berulang kali,
Nia mendesah dan merintih-rintih sambil terus memainkan pinggulnya Naik
turun. Aku menggeser pinggulku agar dapat bergerak dengan lebih leluasa,
kini aku mulai memacu kemaluanku keatas, kusentakkan berkali-kali
sampai bunyi-bunyi becek terdengar dari kemaluan kami yang sedang
berjuang meraih kenikmatan.
“Clepp Cleppp cllppp Cleppp Cleppp… Clepppp” , dipagi hari yang indah
ini kembali terjadi saling serang menyerang antara kemaluanku dengan
vagina Nia, jika aku menusukkan kemaluanku keatas Nia segera
menyambutnya dengan goyangan pinggulnya,tubuhnya meliuk-liuk dengan
indah sehingga tensi birahiku semakin tinggi, lumayan lama kami
bertarung
“Uhhhhh mang Dhani!!” Nia roboh dalam pelukanku, lubang vaginanya
memuntahkan cairan kental berwarna bening. Aku memeluk dan
mengusap-ngusap punggungnya, aku belum merasa puas, kemudian sambil
menyentak-nyentakkan kemaluanku keatas, kuremas dan kubelai lembut buah
pantat Nia yang bulat dan padat, kupercepat irama tusukanku, Nia
meringis-ringis keenakan, tubuhnya menggelepar-gelepar lembut dalam
pelukanku.
Satu perjalanan yang panjang, akhirnya kembali membuahkan hasil yang
memuaskan “Annnhhh Srrrtttttt… Rrrrtttt” Nia kembali terkulai untuk yang
kedua kalinya, empat kali aku merobohkan Nia , tubuhnya bersimbah
keringat ,pertarungan sengit selama 1 jam 45 menit membuat Nia terkulai
kecapaian, ia beristirahat diatas tubuhku.
“Nia lapar manggg….kita beli nasi padang yukk..”Nia mengalungkan
kedua tangannya keleherku dengan manja, kemudian Nia turun dari tubuhku,
tangannya membasuh lelehan air mani yang meleleh kesela-sela pahanya.
Aku bangkit dan kembali berpakaian, Nia masuk kedalam kamar , tidak
berapa lama ia sudah berpakaian, seksi banget, baju kaos ketat warna abu
muda dan celana jeans pendek menutupi tubuhnya.
“Feilin sama Tarida sudah bangun ?” aku bertanya.
“Ngak, belum, he he he kecapaian, habisnya kemaren malam terus digenjot mang Dhani Sihhhh….” Nia terkekeh-kekeh menyindirku.
Aku tersenyum , mengakui, karena kemarin malam Feilin dan Tarida
minta tambah beberapa ronde lagi, aku menggarap Tarida dan Feilin sampai
mereka terkulai tanpa daya. Aku mencoba menyalakan mobil yang biasa
kugunakan untuk mengantar ketiga gadisku kesekolah, waduh kenapa nih ,
sepertinya mogok deh..!!!
Nia menyarankan agar kami berjalan kaki saja. Sinar matahari pagi
terasa hangat menerpa tubuh kami berdua, aku menuruti keinginan Nia yang
katanya sambil berolah raga jalan pagi, aku berjalan agak jauh
dibelakang Nia , agar orang-orang tidak curiga, kami menunggu angkutan
kota setelah kelelahan berjalan kaki.
Akhirnya sampai juga kami kewarung nasi favorite ketiga gadisku yang
letaknya agak jauh dari kompleks perumahan elite itu (+/- 40 menitan ,
naik angkot), Nia memesan empat bungkus nasi padang lengkap dengan lauk
pauknya, wajah Nia tampak berseri-seri ketika menerima pesanannya. Pada
saat perjalanan pulang, disebuah tempat yang sepi, sebuah mobil BMW
meluncur melewati kami, wajah Nia mendadak pucat, mulutnya menceracau
tidak karuan, jari telunjuknya menunjuk mobil BMW itu.
“Nia…!! Kamu kenapa ? Heiii” Aku menggguncang-guncangkan tubuhnya.
Nia seperti tersentak kaget, Nia menjelaskan secara singkat apa saja
yang harus mereka alami demi membebaskanku, Pelecehan, dan akhirnya
pemerkosaan – pemerkosaan yang sangat brutal,dan kini otak pelakunya
tengah menuju rumah Feilin.
”Manggg Ayoo!!! Kita harus menolong Tarida sama Feilin mangggg… hhk
hhhkk”mata Nia berlinangan air mata, aku buru-buru mengikuti Nia yang
berlari-lari sekuat tenaga. “Hosssshhh. Hossshhhh aduhhh mangg… hhhh
hhh”Nia kecapaian, sepertinya olah raga kecil yang kami lakukan dirumah
sudah terlalu banyak menyita tenaganya.
“Nia.. Aku duluan..”
Nia mengangguk. “Iya manggg cepat selamatkan Tarida dan Feilin Hosh Hhh”
***************************
Feilin dan Tarida baru saja selesai mandi, mereka mengeluarkan sebuah
kotak kardus yang nampaknya masih baru, dibukanya kardus itu dari
dalamnya dikeluarkan beberapa pasang celana dalam model G-String yang
sengaja mereka pesan lengkap dengan stocking berwarna lembut. Tarida dan
Feilin memakai accesoris baru mereka untuk menggoda Dhani. Mereka
tersenyum begitu mendengar suara pintu rumah dibuka seseorang, sambil
mengendap-ngendap mereka menuju pintu kamar dan “Hiattttttt….aww” Tarida
dan Feilin melompat dari dalam pintu kamar yang tiba-tiba terbuka,
wajah mereka mendadak pucat pasi melihat sesosok tubuh berlemak yang
sudah sangat mereka kenal
“Ha ha ha ha ternyata kalian sudah bersiap-siap menyambutku.. he he
he” Sigemuk mengacung-ngacungkan sebuah dompet dan kunci milik Feilin
yang dahulu sempat tertinggal.
Feilin dan Tarida ketakutan, bagaikan dikomado mereka segera meloncat
masuk kembali kedalam kamar. Namun sebelum mereka berdua hendak menutup
pintu kamar tangan Si gemuk dengan tangkas menahan pintu itu,
terjadilah aksi dorong mendorong yang cukup seru, namun apalah artinya
tenaga dua orang gadis mungil seperti mereka dibandingkan dengan tenaga
sigemuk. “Brakkkk…!!!”
“Owww” “Aduhhhh” Satu terjangan yang kuat dari luar membuat Feilin
dan Tarida terjengkang. Sosok gemuk berlemak dan bertampang sangar itu
melangkah masuk kekamar, ditutupnya pintu kamar itu.
Sementara itu….
——————————————————————————–
Didalam angkutan kota aku gelisah, belum lagi jurus sakti angkot yang
membuat aku dan para penumpang mati kutu ( red : jurus ngetem !!!
mampus dah !!) , sebuah semboyan tertulis dikaca “Anda butuh waktu, kami butuh uang”. Aku semakin stress dan gelisah, ditambah lagi suasana kendaraan dijalanan yang mulai ramai berdesakan, sepertinya mulai macet total.
Sigemuk menutup pintu dibelakang tubuhnya, matanya memandangi Tarida
dan Feilin yang hanya mengenakan celana dalam model Gstring, Stocking,
dan kaos seksi yang minim dan ketat, bulatan buah dada kedua gadis itu
tergambar dengan jelas, begitu menggoda dari balik kain kaos yang ketat
dan tipis.
“Ha ha ha seksi.!!. cantik..!! cantik sekali!!! he he he”Sigemuk
memuji Tarida dan Feilin, kedua gadis itu menyilangkan tangannya
dibagian-bagian tubuh mereka yang sensitive. “Awww…. Lepasss… tidakkk”
Tarida meronta-ronta ketika sigemuk menerkamnya, bibir sigemuk menciumi
leher Tarida, Feilin berusaha menolong Tarida,
Sigemuk mengeram merasa terganggu, satu dorongan yang kuat membuat Feilin terpental dan terpelanting
“Dukkkkk… Aaaduhh… Ohhhhhhhhhhhh” kepala Feilin terbentur tembok, tubuhnya mendadak lemas, pandangan matanya berkunang-kunang.
“Fei… Feilinnn…”Tarida mengkhawatirkan kondisi Feilin yang terkapar
dilantai. Sigemuk mendorong tubuh Tarida keatas ranjang, kemudian tubuh
gemuk dan berlemak itu menindih tubuhnya.
“Hm..eeemm..mmm” bibir Tarida dilumat oleh sigemuk, air mata mulai
mengalir dari sudut mata Tarida. Si gemuk terkekeh-kekeh. Tangannya
menarik kaos minim yang dikenakan Tarida keatas, tersembullah buah dada
Tarida. Tarida memekik kecil ketika sigemuk melahap payudaranya. Lidah
sigemuk mengait-ngait putting susu Tarida, dijilati dan diemut-emutnya
puncak bukit milik gadis itu. Tangan sigemuk menarik simpul celana dalam
Tarida, Tubuh Tarida yang mungil diteduhi oleh tubuh gemuk berlemak ,
sigemuk menyentakkan kemaluannya dan ”Ahhhh.. Ahhhhh… “tubuh Tarida
tertekan-tekan dengan kuat ketika sigemuk memperkosanya dengan liar dan
brutal.
Kedua tangan Tarida berusaha menahan gerakan pinggul sigemuk, segemuk
mendengus kesal, dengan kasar sigemuk menepiskan kedua tangan Tarida
dipinggulnya, diremas-remasnya payudara Tarida kuat-kuat
“Ahh auhhh….sakittt aowwww”Tarida kesakitan, air mata mengalir
semakin deras dari mata Tarida yang sipit, buah dada Tarida tampak memar
kemerahan ketika tangan sigemuk melepaskan buah dada Tarida, jari
tangan sigemuk memelintir-melintir dan menarik-narik putting susu
Tarida, sesekali dengan gemas sigemuk mencubit payudara Tarida sehingga
Tarida memekik kesakitan, tangannya yang mungil berusaha
mendorong-dorong tubuh gembrot yang terkekeh-kekeh keenakan, tangan
mungil Tarida berkali-kali menepiskan tangan sigemuk, tubuhnya
meronta-ronta.
“Duh Tarida, gemes gua ama susu lu… gimana ? enak ngak gua entot…He
He He… pasti lu rindu ama gua”sigemuk semakin kasar menghujamkan batang
kemaluannya. “Aaaa Ouhhhhh… Crrrt… Crrrrrrr” tangisan Tarida tertahan
ketika cairan kenikmatan itu tiba-tiba saja meledak tanpa kompromi.
“He he he… bucat juga lu akhirnya…”sigemuk cengengesan. Ditariknya
tubuh Tarida agar berdiri, tangan mungil Tarida memukul-mukul sigemuk
yang terkekeh-kekeh.
Si gemuk tibat-tiba mengigit bahu Tarida sampai Tarida memekik kesakitan
dengan kasar dibalikkannya tubuh Tarida, diciuminya Tarida dari
belakang , tangan sigemuk merayap menggenggam payudara Tarida, Tarida
terus melakukan perlawanan berusaha melepaskan diri dari pelukan si
gemuk, dari belakang sigemuk kembali meremas kuat-kuat payudara Tarida
sampai Tarida memekik kesakitan.
“kalo lu ngak nurut gua bisa bikin lebih sakit!!!”si gemuk menjambak
rambut Tarida dari belakang, sebuah ancaman dari sigemuk membuat
perlawanan Tarida surut.
Kedua Tangan sigemuk mencengkram pinggul Tarida, sebuah tusukan kasar sigemuk membuat tubuh Tarida tersentak kedepan.
“Plookkk plokkkk plokkkk” suara itu terdengar semakin nyaring ketika sigemuk mulai memaju mundurkan batang kemaluannya.
Isakan tangis terdengar Tarida tersendat-sendat, sigemuk tampak asik
terus memompa sambil sesekali memutar-mutarkan batang kemaluannya dengan
liar didalam vagina gadis itu, isakan Tarida bagaikan sebuah harmony
yang menambah tinggi nafsu birahi sigemuk.
“Nnnnggg…hhnnhhh…aaakkhh!” Tarida menjerit kecil merasakan kenikmatan
itu melanda tubuhnya sekali lagi. Si gemuk mendudukkan Tarida
dipinggiran ranjang, kedua tangannya mengangkangkan kaki Tarida
lebar-lebar dan “Jrebbb… Awww… Ahhhh” kedua tangan Tarida bertumpu ke
belakang, sigemuk menggenjot lubang vagina Tarida sekuat tenaga sehingga
tubuh Tarida tersentak-sentak mengikuti irama sodokan sigemuk. “Aduhh
Ahhhhhhhhhh crrrr.. Kcccrrtt….” Tubuh Tarida ambruk kebelakang, sigemuk
mencabut kemaluannya.
Puas memperkosa Tarida sigemuk menghampiri Feilin yang masih terkapar
diatas lantai, diraihnya tubuh Feilin, Feilin melawan, beberapa cakaran
mendarat di pipinya, sikucing liar Feilin tidak mempedulikan ancaman
sigemuk. Si gemuk memiting kedua tangan Feilin kebelakang dan dengan
ikat pinggang diikatnya kuat-kuat kedua tangan Feilin sampai Feilin
kesakitan.
“Achhh…Awwww” Feilin menjerit kesakitan ketika sigemuk meremas buah
pantatnya kuat-kuat, kemudian dengan kasar sigemuk menyodomi Feilin.
Tangan kanan sigemuk menjambak rambut Feilin sampai wajahnya terangkat
keatas, sedangkan tangan kiri si gemuk meremas-remas buah dada Feilin
dengan kasar dan brutal.
“Ahhhh… Tol Toloonggg.. awww sakittttt” Feilin tidak sanggup menahan
rasa sakit didadanya, Feilin semakin keras terisak-isak menangis. Dengan
kasar dibalikkannya tubuh Feilin kemudian sigemuk menjejalkan
kemaluannya kelubang vagina Feilin, Satu tusukan yang kuat dari sigemuk
terpeleset dan menggesek clitoris Feilin, tubuh Feilin menggelinjang
kegelian, sigemuk kembali menusuk kemaluan Feilin dan “Akhhhh… Crepppp”
selanjutnya tubuh Feiiln terguncang-guncang dengan kuat. Sigemuk tidak
mempedulikan Feilin yang meringis dan terisak-isak ketika kemaluan
sigemuk mengocok lubang Vaginanya dengan kuat.
Sigemuk kembali menunggingkan tubuh Feilin dan “Aaaaaaaaa!!!” Jeritan
Feilin membuat sigemuk semakin bersemangat menyodomi lubang anusnya.
*****************************
Nafasku terengah-engah ketika sampai didepan rumah Feilin yang
letaknya agak terpisah dari rumah-rumah mewah lainnya, sebuah mobil BMW
terparkir didepan pintu rumah. Aku masuk dan mencari-cari Tarida dan
Feilin. Sayup-sayup aku mendengar suara-suara isakan tangis dan suara
tawa terkekeh-kekeh, perlahan-lahan kubuka pintu kamar. Darahku mendidih
menyaksikan Tarida sambil menangis, duduk dipinggiran ranjang,
sedangkan Feilin menangis dalam keadaan terikat sedang disodomi oleh
seseorang bertubuh gemuk berlemak.
“Bangsattt!!” Aku menerjang kedalam. Sigemuk kaget dan melepaskan
tubuh Feilin. Terjadilah pertarungan sengit didalam kamar, saling pukul ,
saling dorong, dan saling menerjang. Tinju kananku melayang dalam
gerakan yang tidak diduga oleh si gemuk.
“Unnngghhhh… Huaakkkkk Bukkk Bukkkk.. Bukkkkk” beberapakali tinjuku
menghantam wajah dan perutnya dengan telak. “Gubrakkkkk…….” Sigemuk
terjengkang, “Uuuuhhh Hhhhhhh” Sigemuk hendak bangkit namun tubuhnya
segera limbung dan roboh kelantai.
“Sialan.. cuihhh!! gua masukin lagi kepenjara lu!!!”sigemuk meludah kelantai, ludahnya bercampur darah, ia mengancamku
“Bapak yang saya masukin kepenjara!!, karena Bapak sudah memperkosa mereka!!”
“Enak aja…. Mana buktinya !!!”sigemuk ngak mau kalah
“Mereka korban dan saya saksinya !!!”
“Anjing lu…!!!” sigemuk memakiku, dengan tangkas ia menyambar pakaian dinasnya dan melompat keluar kamar.
Aku hendak mengejarnya, namun erangan Feilin membuatku menahan diri,
dengan hati-hati aku melepaskan ikatan ditangannya, terlihat memar
dipergelangan Tangan Feilin akibat ikatan yang terlalu kuat. Kududukkan
tubuh Feilin disebelah tubuh Tarida. Mereka berdua menangis dalam
pelukanku, tidak berapa lama Nia datang, ia tampak panik sampai aku
menenangkannya, Nia membantu memandikan kedua sahabatnya yang masih
shock, habis diperkosa dengan brutal dan liar oleh sigemuk, selama
berhari-hari Feilin dan Tarida berdiam diri. Setiap hari aku hanya dapat
menghela nafas panjang, aku mengerti bagaimana perasaan mereka ,
berbagai cara sudah aku lakukan untuk menghibur mereka berdua, namun
tampaknya tidak ada satupun yang berhasil.
“Tarida.. Feii, aku mandi dulu ya…”Nia berusaha memecah keheningan. disore hari itu, Tarida dan Feilin hanya mengangguk lemah.
Tidak berapa lama terdengar suara bunyi shower dari kamar mandi, aku
menelan ludah membayangkan Nia yang sedang mandi, agak lama barulah Nia
keluar dari kamar mandi, uh Nia hanya mengenakan selembar handuk untuk
membalut tubuhnya , tangan Nia menjinjing pakaian dan baju dalamnya.
“Awww…Bluggg…. “tubuh Nia terpeleset, pakaian dan baju dalamnya
terlempar keudara.
“Auhhhhhhh……glekk Heuhhh.!!!” wajahku tertutup sesuatu , tanpa
terduga celana dalam Nia terlempar kewajahku sedangkan Bh Nia tersangkut
dileherku.
Tarida dan Feilin memandangiku yang masih tergagap-gagap terkena
serangan celana dalam dan BH Nia, sebentar kemudian mereka menatap Nia
yang terjatuh dalam posisi sedikit mengangkang , mendadak mereka berdua
tertawa lepas tanpa beban.
“Makanya ati-ati kalo jalan… he he he” Feilin dan Tarida menghampiri
Nia dan membantu sahabatnya berdiri, mood Tarida dan Feilin mulai
kembali seperti biasanya.
“Aduh.. duh sakit nihhh…” Nia mengusap-ngusap pingulnya.
**************************
Tengah Malam.
Aku mengecupi kening ketiga gadisku yang tertidur pulas sehabis
kuhantarkan mereka kelautan birahi yang panas dan
bergejolak,perlahan-lahan aku bangkit dari ranjang, Kuletakkan sebuah
surat diatas meja belajar yang ada didalam kamar, dengan
mengendap-ngendap aku keluar dari dalam kamar dan kututupkan pintu kamar
itu. “Tarida… feilin… Nia… mang Dhani pergi dulu…mungkin agak lama
hhhh” aku menghela nafas panjang sambil memandangi rumah mewah itu dari
luar.
Hari itu sudah genap seminggu aku meninggalkan rumah Feilin ,Aku
menceritakan pemerkosaan yang dilakukan oleh sigemuk terhadap Feilin dan
Tarida kepada Rhoni
“Mereka… tidak terluka bukan ?” Rhoni mendadak bertanya, ia tampak kuatir dengan ketiga gadisku, terutama Tarida.
“Untungnya Enggak… Hhhh” Aku menghela nafas panjang.
“Aku rindu pada mereka Rhon…”Aku tertunduk lesu.
“Emmmm, kalo gitu besok malam , kita mengunjungi mereka !!! “Rhoni tampak bersemangat.
Rhoni tersenyum senang ketika aku mengangguk, ia menghampiri tubuh
seorang laki-laki bernama Doktor ijon kemudian “Plakkk… bukkk bukkkk
haduhhhh ampppphunnnn… amphuuuunnnn” Doktor ijon kesakitan ketika Rhoni
menjambak rambutnya.
“Sialannnn…!! Enak aja lu maen perkosa…!! Mau Gua penggal tuh isi kolor…!!! Hahhh?!!!” Rhoni membentak.
Nafasnya turun naik karena emosi… ehhhh Emosi maksudnya… he he he h ^ ^.
Beberapa orang yang terikat menjadi sasaran empuk , digampar, dijambak, ditonjok oleh Rhoni.
********************************
Malam Sabtu.. waktunya “Apel dan nempel..”
Rhoni menghentikan mobil tuanya, sekarang kurang lebih jam 7 malam, Aku turun dari mobil, Rhoni mengikutiku dari belakang.
“Dhani…!! Koqq rumahnya gelappp !!!!” Rhoni berbicara dengan nada
serius”Ehhhh !!! aku memandangi rumah Feilin yang megah, gelap tanpa
penerangan, keningku berkerut
“Mana kuncinya !!! cepattt…..!!!”Rhoni tampak kuatir
Aku buru – buru mengeluarkan kunci rumah dari saku-ku
“Sini…!!” Rhoni menambar kunci yang baru kukeluarkan dari saku celanaku.Dengan terburu-buru aku mengikuti langkah-langkah Rhoni.
“Clikkkkkk”bunyi suara lubang kunci.
Rhoni menerjang melompat masuk kedalam.
“Buk…bukkkkk…. Whadowwww… Dhuengggggggg…!! Gdombranggg!!” Rhoni menjerit kesakitan.
Aku buru-buru menyalakan lampu , dannn… Upsssss !!!!!!
Rhoni yang berbadan besar tengah ditindih oleh ketiga gadisku, Tarida
memegang Teflon, Nia memegang katel kecil, sedangkan Feilin memegang
tutup panic. Tangan Rhoni berusaha melindungi wajahnya ketika sebuah
Teflon ditangan Tarida melesat dengan cepat namun terlambat..!!!
“Bletakkkkk…. Whadowwwwww”, Rhoni Sahabatku terkapar sambil memegangi kepalanya.
“Ehhhh… Nia.. Tarida…. Feilin… jangan..!! dia teman mang Dhani…”Aku
berusaha meredakan pertempuran sengit didepanku. Gerakan Tarida , Nia
dan Feilin mendadak berhenti ketika mendengar suaraku.
“Manggg Dhaniiii….” Mereka bertiga berhamburan , memeluk tubuhku.
Aku menciumi mereka bertiga, berbagai pertanyaan terlontar dari bibir mungil ketiga gadisku.
“Sebentar….” Aku tersenyum – senyum, menghampiri Rhoni Sahabatku terkapar dilantai, ada benjolan sebesar telur angsa dijidatnya.
“Aduhh… aduhhhh ….”Rhoni memegangi kepalanya, Aku memapahnya agar duduk diatas sofa.
Ketiga gadisku tampak serba salah, Tarida berinisiatif mengambil
kotak P3K, “Ini manggg….” Tarida menunduk sambil memberikan obat gosok,
wajahnya tidak berani menatap Rhoni, apalagi melihat telur angsa hasil
karyanya dijidat Rhoni. Jam dinding menunjukkan pukul 7.15 malam, ketika
aku selesai mengobati Rhoni
“Rhonn… lu tidur dikamar gua aja ya…tuhh dibelakang….”
“Iya… gua tiduran dulu…. Pusing nihhh”Rhoni Bangkit dari duduknya.
Aku tersenyum ,setelah Rhoni berlalu tidak berapa lama ketiga gadisku
menarik-narik tanganku kedalam kamar, terjadilah peperangan hebat
didalam kamar, sampai akhirnya kami berempat tertidur kecapaian.
“Manggg…. Manggg Dhaniii….” Aku membuka mataku , rupanya Tarida membangunkanku.
“kenapa maniss… Mmmhhh…”Aku memeluk tubuhnya yang masih telanjang.
“Manggg…temenin yuk.. Tarida mau pipisss Takuttt….” wajah tarida tampak imut, lucu banget deh.
Aku bangkit dan tersenyum, dengan terburu-buru Tarida membalutkan
kain tipis mirip kimono ditubuhnya. Tarida memegangi tanganku erat-erat,
ketika kami melewati kamar tempat Rhoni berisitirahat, sepertinya
Tarida takut karena merasa bersalah pada Rhoni, setelah selesai buang
air kecil Tarida meminta diantar ke dapur , haus katanya. Aku dan Tarida
kembali menuju kamar Feilin, langkah kami berhenti , aku dan Tarida
saling berpandangan, ada sesosok tubuh hitam, tinggi besar dan gemuk
berlemak sedang asik mengintip dari lubang pintu.
“Ssstt…. Pelan-pelan” bisikku sambil menempelkan jari telunjuk
dibibir, Tarida mengangguk , kemudian dengan perlahan-lahan kami
melangkah mendekati seseorang yang sedang asik mengintip Feilin dan Nia
yang masih tidur telanjang bulat diatas ranjang.
“Dharrrrr…….. ” Aku berteriak keras-keras sambil menampar pantatnya orang itu.
“Dukkkkkkkk!! Wadowww…mampuss!!!” saking kagetnya Rhoni menyeruduk pintu kamar.
“Ha ha ha ha ha….” Aku terbahak-bahak melihatnya mengusap-ngusap telur angsa dikepalanya,
“Aduhhh… uhhhh Biyunggggg…. Tega amat lu…”
Rhoni duduk pasrah diatas lantai sambil meringis.
Tarida tidak kuasa menahan tawanya, suara merdunya bagaikan obat ajaib membuat Rhoni melupakan rasa sakit dikepalanya.
“Ngapain lu Rhonnnn….” Aku tersenyum cengengesan.
“Eeeeehhh iniiii… ituuuu…. Mmmmhhh maksudku… yaaaa begituuu… ngakkk…
ngapa-ngapain koqqq” Rhoni menceracau gugup karena ketahuan mengintip,
Rhoni menatap Tarida yang masih tertawa-tawa kecil, wajahnya benar-benar
memelas minta dikasihani.
“Tarida kamu temenin Rhoni ya…” Aku berbisik ditelinga Tarida.
“Enggak ahhhh… Tarida takuttt mangggg” Tarida menarik leherku dan berbisik ditelingaku.
Aku berlalu menuju pintu kamar, Tarida hendak mengikutiku namun aku buru-buru menutup dan mengunci pintu kamar dari dalam.
“Tok.., Tokkk…, Tokkk, Manggg… manggg Dhani.. buka mangggg” Tarida mengetuk-ngetuk pintu kamar.
Rhoni menghampiri Tarida, tangannya menepuk perlahan bahu Tarida,
Tarida membalikkan tubuhnya. Jantung Rhoni seakan-akan berhenti berdetak
, wajah yang cantik, cute, tubuh yang mungil, berdiri ketakutan
dihadapannya.
“Nama kamu Tarida ya…? “Rhoni bertanya dengan lembut
Tarida mengangguk, sikap Rhoni yang lembut membuat hati Tarida
sedikit tenang. Tangan Rhoni menggenggam tangan Tarida yang mungil,
ditarik tangan gadis itu agar mengikutinya.jika digambarkan mereka
berdua bagaikan “Seekor Gorila bertubuh tinggi besar
dan gemuk berwajah buruk tengah bergandengan tangan dengan seorang gadis
cantik bertubuh mungil“
Rhoni menutup pintu kamar itu, setelah menyalakan lampu kamar, Rhoni
menghampiri Tarida, gadis itu mundur kesudut kamar sampai punggungnya
tertahan ditembok, Wajah Rhoni yang rusak berat membuat Tarida semakin
ketakutan.
“Maaff..Mang Rhoni…,ngak sengaja…”tiba-tiba Tarida meminta maaf, sambil terisak-isak.
“Lhoo…malah nangiss ? koq minta maaff…? Oooo.. ini ya ?”Rhoni menunjuk benjolan sebesar telur angsa dijidatnya.
“Mang Rhoni jadi punya telur..nih. gara-gara ditabok ama Teflon he
he he” Rhoni sengaja bergurau agar Tarida tidak terlalu tegang.
Tarida terisak namun juga tidak sanggup menahan tawanya, mengingat
kejadian tadi ketika Rhoni menyeruduk pintu kamar. Dengan lembut Rhoni
menyeka air mata Tarida, tangan mungil Tarida menahan wajah Rhoni yang
mendekati wajahnya. Kedua tangan Rhoni meraih pinggang Tarida yang
ramping, tangan Rhoni menarik lepas ikatan simpul dipinggang Tarida.
Beberapa kali tangan Rhoni bergerak menyibakkan kain tipis mirip
kimono ditubuh Tarida, kini Tarida berdiri mematung, telanjang bulat
disudut ruangan, ia terkesima ketika Rhoni dengan berani
menelanjanginya.
Tarida memejamkan matanya ketika wajah Rhoni mendekati wajahnya dan
“Mmmmhhh Mhhhhh…….” bibir mungil Tarida tersumpal berkali-kali oleh
bibir Rhoni yang semakin rakus, mengecup-ngecup bibir Tarida. Tarida
mengalungkan kedua tangannya keleher Rhoni.
Rhoni menarik tubuh Tarida keranjang, didudukkannya tubuh mungil
Tarida dipinggiran ranjang, Tangan Rhoni bergerak melepaskan pakaiannya.
“Wuaaaahhhhh..?! apaan tuhh… mampus aku..!!”jerit Tarida dalam Hati, Tarida melotot tercekat melihat kemaluan Rhoni.
Sebuah kemaluan Hitam besar dihiasi urat-urat bertonjolan, , yang
membuat Tarida merinding ngeri ,Bulataan dan panjangnya batang kemaluan
Rhoni lebih gemuk besar dan panjang dari Dhani Anwar, besar
kepala kemaluan Rhoni hampir mirip seperti bola kasti, belum lagi
batang kemaluannya yang panjang dan tampak kokoh, Tarida mendadak
teringat situs-situs interracial yang sering dibukanya diinternet, Rhoni
tersenyum , lelaki berdarah Irian – arab itu kini bersujud dihadapan
Tarida, Tarida merinding memandangi Pemukul kasti diselangkangan Rhoni.
Mata Rhoni melotot melihat payudara Tarida, bulatan payudara yang indah
dihiasi oleh puting susu berwarna merah jambu. Tangan Rhoni
meremas-remas buah pinggul Tarida, Tangannya mengelus-ngelus paha Tarida
yang halus mulus. Mulut Rhoni mulai mendekati puting Susu Tarida,
lidahnya terjulur keluar.
“Ihhhhhh…. ” Tarida kegelian ketika lidah Rhoni dengan begitu ahli mengelitiki putting susunya, Tarida mendorong kepala Rhoni.
“Ahh Manggg Rhoni….” Tarida merintih lirih ketika Rhoni menggusur
tubuh mungilnya sambil menekan Bahu gadis itu agar tidur terlentang
diatas ranjang.
Rhoni berbaring disisi kanan Tarida, bibirnya mengecup-ngecup sekitar
leher dan payudara Tarida. Rintihan-rintihan lirih terdengar dari bibir
mungil Tarida bagaikan sedang menyanyikan sebuah lagu yang enak
terdengar.
Kini Rhoni mulai meneduhi tubuh Tarida, tubuh mungil Tarida tertutup
oleh tubuh Rhoni yang gemuk dan besar diatasnya. Rhoni menatap wajah
Tarida, Rhoni tersenyum meresapi kecantikan Tarida, Tangannya
membelai-belai kepala Tarida dan mengusap-ngusap pipi Tarida. Rhoni
semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Tarida.
“Hmmmm Mmmmmmhhh” Rhoni dengan rakusnya mengulum dan mengemut-ngemut
bibir Tarida, untuk beberapa saat Tarida masih diam dan pasrah.
Jantung Rhoni berdetak-detak kencang ketika Tarida mulai berani
membalas kulumannya, bibir mereka bertaut dengan rapat, suara berkecipak
terdengar berkali-kali “ckk Ckkk.. Ckkkk MMm Ckkkkkkk”
Tangan Rhoni menyibakkan kedua paha Tarida agar gadis itu
mengangkang, dengan ragu-ragu Tarida berusaha mengangkangkan kedua
kakinya lebar-lebar. Tubuh Rhoni terus berkutat berusaha mencelupkan
kepala kemaluannya yang terlalu besar bagi lubang Vagina Tarida yang
sempit dan seret, sampai akhirnya “Ha akkhhh Ufffhhhh….” Tarida menahan
pinggul Rhoni ketika merasakan sesuatu yang besar menekan memaksa hendak
melesat memasuki lubang Vaginanya, tangan mungil Tarida berusaha
mendorong tubuh “Rhoni Si Gorila berwajah buruk”
“Akknnnnnhhhh.. Ohhhhh besar amat MM MAnggg MmMMMMMHHH”
“AAAAAA jangan dipaksa manggg , ngakk… NGAKKKK MUATTT.. C..BU…TTTT !!
CABUTTT mangggg !!!Aduhhhhhh Ngilu HaaaUHHHHHHH !! WHOAWWW!!! “
Tarida tidak sanggup menahan kepala kemaluan Rhoni, yang seakan-akan hendak membelah dirinya.
“WHAAWWWHH” Satu teriakan Panjang Tarida kembali terdengar ketika
Rhoni dengan paksa menjejalkan kepala kemaluannya kelubang vagina gadis
itu, kepala Tarida terkulai kesebelah kiri, nafasnya yang terengah-engah
membuat payudaranya bergerak dalam irama yang membangkitkan birahi
Rhoni. Rhoni tersenyum, usahanya membuahkan hasil, kepala kemaluannya
kini tenggelam kedalam bibir vagina gadis itu yang mungil, Jantung Rhoni
berdetak kencang merasakan Himpitan bibir vagina Tarida dileher
kemaluannya. Tubuh Tarida sampai melenting-lenting dibawah tindihan
tubuh Rhoni, erangan demi erangan terdengar dari bibir mungil Tarida,
ketika Rhoni kembali menjejal-jejalkan kemaluannya, Tarida tambah
menggeliat-geliat tidak karuan. Rintihan-rintihan keras diiringi jeritan
kecil Tarida terdengar sampai keluar kamar. Wajah Tarida tampak semakin
cantik dan sensual, bibirnya yang mungil sedikit terbuka ketika Rhoni
berusaha menjebloskan Batang kemaluannya semakin dalam. Rhoni bertambah
nafsu, beberapa kali tubuh bagian bawahnya berkutat dengan kuat,
sehingga batang kemaluannya terbenam semakin dalam. Wajah Tarida bersemu
merah, berkali-kali Tarida meringis ketika Rhoni menusukkan kemaluannya
kuat-kuat. Rhoni tersenyum, merasakan kemaluannya kini terbenam sampai
mentok kedalam Vagina Tarida, denyutan-denyutan kuat serasa
meremas-remas Batang kemaluannya.
“Ahhhh…aahh!” Tarida menggeleng-gelengkan kepalanya ketika Rhoni
mulai memacu kemaluannya dengan kuat dan kencang, maju mundur, menggasak
lubang vagina gadis itu.
Kedua tangan Tarida terentang kesamping meremas – remas seprei,
sekali lagi jeritan panjang Tarida terdengar keras disertai
rengekan-rengekan yang terdengar menggairahkan ditelinga Rhoni.
“Aaaa. Owww… Crrrrrr Crrrrrrrrrr…Henngkkk… Ahhhhhh” Tubuh Tarida
melenting kemudian menggelepar-gelepar, Rhoni tersenyum merasakan
cairan-cairan Hangat mengguyur kemaluannya, sambil tersenyum Rhoni
menusukkan batang kemaluannya dalam-dalam, seakan akan ingin semakin
menenggelamkan Tarida kedalam lautan birahi. Untuk beberapa saat Rhoni
membiarkan Tarida meresapi kenikmatan yang baru diraihnya. Tangan Rhoni
mencengkram buah pantat Tarida. Tanpa melepaskan tubuh Tarida, Rhoni
merubah posisi, Rhoni duduk mengangkang sedangkan Tarida menduduki
kemaluan Rhoni, Tarida mengalungkan kedua tangannya keleher Rhoni,
sesekali nafasnya tertahan merasakan batang kemaluan Rhoni semakin dalam
merojok lubang vaginanya. Rhoni menciumi leher Tarida dengan lembut,
dijilatinya leher jenjang gadis itu. Berkali-kali tangan Rhoni meremas
buah pantat Tarida yang bulat dan padat. Pada Saat nafsu Rhoni sedang
memuncak ditingkat yang paling tinggi tiba-tiba…
“Bletakkk… Wadowwww….” Rhoni kesakitan ketika Tarida mendadak
menjitak jidatnya, hati Tarida masih kesal ketika Rhoni memaksa
memasukkan kemaluannya yang besar dan panjang , namun Rhoni malah
tersenyum-senyum cengengesan kedua matanya sengaja dijulingkan menggoda
Tarida.
“He he he…he… ” Entah kenapa Tarida tidak sanggup menahan tawanya ,
ketika Rhoni yang cengengesan menjulingkan mata sambil mengusap-ngusap
benjolan sebesar telur angsa dijidatnya , merasa diberi angin,
ciuman-ciuman Rhoni yang kasar kembali mendarat dipipi, bibir dan
dileher Tarida. Sedikit demi sedikit Tarida mulai terbiasa menerima
kehadiran kemaluan Rhoni yang besar dilubang vaginanya yang mungil dan
seret, lidah Tarida terjulur keluar namun ketika Rhoni hendak menghisap
lidah yang terjulur itu, Tarida menarik mundur kepalanya, Tarida
mencibirkan bibirnya, kemudian Tarida mengusap keringat didahinya,
keringat bercucuran ditubuhnya yang mungil. Dengan gemas Rhoni menyergap
dan mengulum bibir Tarida kini terjadilah perang lidah yang
sesungguhnya, lidah Roni dan lidah Tarida saling terjulur dan saling
mengait, Rhoni tampak asik menghisapi lidah Tarida. “Ckkk CKkkkkk CCkkk”
suara itu terdengar semakin keras, seiring semakin serunya pertarungan
lidah Rhoni dan Tarida. Kini pinggul Tarida mulai bergerak naik turun
diatas tubuh Rhoni, kedua tangan Rhoni membantu menaik turunkan pinggul
Tarida, Rhoni terbuai oleh liukan-liukan tubuh Tarida yang begitu
mempesona, indah, gemulai, bahkan kadang-kadang berubah liar dan binal.
Entah berapa lama terjadi pertarungan antara gadis mungil melawan Rhoni
yang gemuk dan besar didalam kamar itu, yang pasti Tarida kembali
mengejang , Tarida mengigil ketika merasakan sebuah ledakan kenikmatan
tiba-tiba disusul oleh ledakan kenikmatan yang datang bertubi-tubi.
Rhoni merem melek keenakan, terlalu enak malah…..ketika vagina Tarida
meremas-remas dengan kuat batang kemaluannnya. Tarida memandangi Rhoni,
matanya tampak sayu , gadis itu memejamkan matanya ketika Rhoni
mengecup keningnya dengan lembut. Berkali-kali Rhoni mengantarkan Tarida
ke gerbang kenikmatan , gadis itu kembali terkulai lemas, tubuhnya
mengigil ketika merasakan Cairan kenikmatan itu mendadak muncrat tanpa
dapat ditahan, tenaganya seakan-akan dikuras habis, Rhoni meleletkan
lidahnya ketika merasakan cairan hangat itu kembali mengguyur
kemaluannya, vagina Tarida seakan-akan sedang meremas-remas kemaluan
Rhoni dengan kuat. Setelah berusaha menguasai diri karena
remasan-remasan vagina Tarida, Rhoni mencabut kemaluannya dari lubang
vagina gadis itu. Tarida memandangi Rhoni dengan tatapan mata penuh
selidik, sepertinya Rhoni belum terpuaskan, kemaluannya masih berdiri
dengan gagah.
“Luar biasa…. Cantikk… mulussss…. Dannn ahhhhh ck ck ck…” Rhoni
dengan leluasa menikmati kecantikan dan lekuk liku tubuh Tarida yang
terlentang pasrah,Rhoni menelan ludah menatap selangkangan Tarida,
lubang vagina Tarida agak memar kemerahan.
Rhoni duduk mengangkang, ditekannya kepala Tarida keselangkangannya.
Mulut Tarida mencoba menelan kepala kemaluan Rhoni, bibirnya yang mungil
tampak kesulitan ketika hendak memasukkan kepala kemaluan Rhoni, mata
Rhoni terpejam-pejam merasakan emutan-emutan Tarida yang memuaskan,
Tangan Rhoni dengan lembut membelai-belai kepala siGadis yang sedang
mengemut-ngemut kepala kemaluannya, Tarida mengecup-ngecup Batang
kemaluan Rhoni, lidah gadis itu terjulur keluar dan mengulas-ngulas buah
pelir Rhoni
Rhoni mengambil Baby Oil dan melumasi batang kemaluannya sehingga
benda itu kini terlihat licin dan mengkilat. Rhoni membalikkan tubuh
Tarida, dibelai-belainya punggung Tarida kemudian tubuh Rhoni mulai
menindih tubuh Tarida, sambil menggesek-gesekkan batang kemaluannya ke
sela-sela pantat Tarida yang terasa halus dan lembut,
“Heeehhh.. Nggghhhhhhhhhh…..” Tarida mengeliat, ia berusaha menahan
beban tubuh Rhoni,ketika tubuh Rhoni yang berbulu lebat menimpa tubuh
mungil Tarida, Tarida merasakan tubuhnya seperti melesak kedalam kasur
empuk itu, kedua Tangan Rhoni menyelinap dari belakang meremas – remas
kedua payudara Tarida.
Tarida merengek manja ketika Rhoni mengigit-gigit lembut lehernya,
diciuminya daerah dibelakang telinga Tarida sambil berbisik lembut
“Tarida…kamu mulus, cantik sekali..he he he”
Ciuman-ciuman dan jilatan-jilatan Rhoni yang liar mulai menjelajahi,
punggung Tarida, perlahan-lahan ciumannya semakin turun,
diendus-endusnya belahan pantat Tarida dan dengan kasar dijilatinya
sela-sela pantat diantara dua buah pantat Tarida yang empuk dan bulat.
Rhoni mengambil posisi mengangkangi buah pantat Tarida yang halus,
kepala kemaluannya yang sudah dilumasi baby oil dijejal-jejalkan
kesela-sela pantat Tarida, ditekannya kuat-kuat batang kemaluannya
berusaha menjebol lubang anus Tarida, berkali-kali Rhoni terus
menyentak-nyentakkan kemaluannya kuat – kuat sampai suatu ketika..
“Hegggkkkkkk…….?!” Nafas Tarida tertahan, matanya melotot kemudian
terpejam ketika merasakan hantaman kuat dilubang anusnya, kepala
kemaluan Rhoni mejebol lubang anusnya dengan kasar.
“Emmmhhh Hkkk Hkkkkkk… Awwwww” Tarida terisak-isak, tubuhnya
menggeliat-geliat tidak karuan , Tarida merasakan lubang anusnya semakin
melar dan melebar, ada rasa perih akibat gesekan batang kemaluan Rhoni
yang semakin dalam memasuki dirinya.
Rhoni tersenyum , diusap-usapnya buah pantat Tarida yang kenyal dan
lembut, sambil memegangi pinggul Tarida, Rhoni semakin mendesakkan
batang kemaluannya sedalam-dalamnya kedalam lubang anus gadis itu.
“Shhhh Owwww Oww…aduhhh pedih mangg, ngiluuu… Hkk Khhhh” Tarida
merasakan linu pada lubang anusnya, isak tangisnya semakin keras
terdengar, Rhoni mengusap-ngusap Tarida membujuk supaya Tarida tidak
menangis.
“Sudahhh manggg dicabutt aja…sakitt aduhh Ahhh Awwww….”Tarida berusaha menelepaskan dirinya dari tindihan Rhoni
Rhoni menekan punggung Tarida kuat-kuat, tangan Kanannya mencengkram
pinggul Tarida kuat-kuat, Setelah beberapa lama berusaha melepaskan
diri Tarida akhirnya menyerah, ia kecapaian ,benar-benar sulit
melepaskan diri dari cengkraman Rhoni yang kuat dengan segudang tenaga
yang tidak pernah habis menikmati tubuh mungilnya. Tangan Rhoni
membelai-belai kepala Tarida, ia tersenyum, Tarida kini menyerah total
pada kekuasaannya. Tangan Rhoni kembali menyelinap dari belakang,
memelintir-melintir putting Susu Tarida, diremas-remasnya dengan lembut
buah dada Tarida.
Perlahan-lahan Rhoni mendaratkan tubuhnya menindih Tubuh Tarida yang
mulus , Seiring dengan semakin tenggelamnya batang kemaluan Rhoni
kedalam Anus Tarida, Badan Rhoni semakin rapat meneduhi tubuh mulus
gadis itu dan akhirnya tubuh Rhoni dengan sempurna menindih tubuh mungil
dibawahnya yang terengah-engah menahan kemaluan Rhoni yang mengait
lubang anusnya dengan sempurna dari belakang belum Lagi menahan berat
tubuh Rhoni yang dengan asik terus menekan-nekan tubuh mungil
dibawahnya. Rhoni mulai menarik batang kemaluannya kemudian dengan kasar
disentakkannya kembali memasuki lubang anus Tarida, gadis itu
berkali-kali meringis merasakan kemaluan Rhoni memaksa memasuki dirinya.
Tubuh Tarida terasa halus ketika bergesekan dengan tubuh Rhoni yang
berbulu lebat, Rhoni semakin sering menggesek-gesekkan tubuhnya
merasakan kemulusan tubuh Tarida. Tubuh gadis itu terlihat
tertekan-tekan dengan kuat dibawah tindihan tubuh Rhoni yang besarnya
sangat tidak seimbang dengan tubuh mungil Tarida yang halus mulus, Rhoni
menggeram dan kemudian
“ARggghh…uuuhh keluar nih!!” Rhoni meraung, kedua tangannya membelit
tubuh Tarida seakan-akan hendak meluluh – lantakkan tubuh mungil gadis
itu.
Setelah beberapa saat barulah Rhoni mencabut kemaluannya dari lubang
anus Tarida “Plopppp…..” bunyi keras itu terdengar nyaring ketika Rhoni
membetot ujung kemaluannya keluar dari lubang anus Tarida. Rhoni
tersenyum puas sambil memandangi Tarida, gadis itu membalikkan
tubuhnya,dengan terengah-engah ia menyeka keringat yang mengucur dengan
deras dikeningnya, sementara Tangan kirinya bergerak menyilang
melindungi buah dadanya dari Tatapan Rhoni, kedua kakinya yang mulus
merapat, tangan kanannya yang mungil menutupi wilayah selangkangannya
dari tatapan Rhoni. Rhoni mengecup kening Tarida dengan lembut,
tangannya masih belum puas merayapi lekuk liku tubuh Tarida,
berkali-kali tangan Rhoni meremas-remas lembut payudara Tarida.
Sementara mata Tarida terasa semakin berat, rasa lelah bercampur dengan
rasa mengantuk membuat mata sipitnya terpejam rapat. Walaupun Tarida
sudah tertidur pulas Rhoni tetap asik merayapi tubuh mulus Tarida.
************************
Keesokan paginya
Aku membuka pintu kamar dan melangkah menuju dapur, wah kayanya Rhoni lagi masak deh.
“Eeehhh yang itu buat Tarida….” Rhoni menyelamatkan potongan daging yang paling besar.
“Gimana kemaren malem “Aku menggoda Rhoni
“He he he” Rhoni cengengesan sambil menggaruk-garuk kepala.
Tidak berapa lama terdengar suara kamar terbuka, dari dalamnya muncul
Tarida, wajahnya menatap Rhoni kemudian tertunduk malu, jalannya
terlihat agak aneh , sedikit mengangkang.
“Rhonn apa lu yakin, semalam ngak ada yang ketinggalan waktu lu
entotan sama Tarida ?”Aku bertanya sambil tersenyum – senyum memandangi
Tarida yang masuk ke kamar Feilin.
Haahh…!!! apanya yang ketinggalan ?” Rhoni bengong menatapku.
“Tuh.. !!!! uler diselangkangan lu !!!, abis jalan Tarida sampe
ngangkang gitu Hua ha ha ha ha ha ha” Aku tertawa ngakak, jari
telunjukku menunjuk sesuatu diselangkangan Rhoni.
“Geloo siahhhhh….!!! HaHaHa…itu sih gara-gara gua giniin kemaren”
Rhoni menyelipkan jempolnya diatara jari telunjuk dan jari tengah.
“Makanya lu pangkas dulu tuh isi kolor.. biar ngak terlalu gede !! he he he” Aku tertawa terpingkal-pingkal
“Yeee, emangnya lu pikir taneman apa ? ha ha ha.. uhuk uhukk” Rhoni tertawa ngakak sampai terbatuk-batuk.
“Dhani bagaimana dengan si kunyuk Parto..?” tanya Rhoni dengan wajah serius.
“Dia bagianku Rhon… dialah awal dari segalanya, gara-gara Parto
mereka bertiga hampir hilangan nyawa” aku menjawab dengan nada dingin.
Rhoni tidak berani banyak tanya lagi melihat ekspresi Dhani yang
dingin. Sudah dua minggu wajah Parto tidak kelihatan disekolahan elite
itu, tidak ada seorangpun yang tahu dimana Parto berada sekarang. Pada
saat jam istirahat Tarida, Nia dan Feilin berkumpul disebuah sudut
sekolahan itu, dengan gugup Nia menunjukkan selembar surat pada teman –
temannya.
Mereka bertiga membaca isi surat itu dengan cemas….
————————————–
Dhani dan Rhoni ada ditanganku,
kedatangan kalian ditunggu dikantin sekolah jam 2 siang ,
jangan sampai terlambat!!!! Kalo enggak mereka berdua saya panggang jadi sate…..
salam hangat : Parto
—————————————
Selama pelajaran berlangsung Tarida, Nia dan Feilin tampak gelisah,
“Teng Teng Tengg” akhirnya suara bel sekolah terdengar nyaring.
Setelah pak Guru memberikan PR, ia langsung cek out dari ruangan
kelas kelas diikuti para murid yang berhamburan keluar. Satu demi satu
para guru dan murid melangkahkan kakinya keluar dari sekolahan itu,
kecuali…. Tarida , Nia dan Feilin. Dengan cemas mereka menuju kantin
sekolah, Feilin dan Tarida yang pemberani memimpin paling depan, yang
terakhir Nia yang penakut.
“Tarida… Feiiii” Nia merengek
Feilin dan Tarida menghentikan langkah mereka
“Aku takuttt….” Nia tampak cemas memandangi pintu kantin yang masih tertutup menyimpan seribu misteri.
Feilin dan Tarida berusaha menenangkan Nia, mereka mengerti , Nia memang seorang gadis yang penakut.
Dengan memberanikan diri Feilin mendorong pintu kantin
“Kreee kettttt…….”
Perlahan-lahan ketiga gadis itu masuk kedalam ruangann kantin bersih yang terawatt.
Sementara itu dari tempat yang tersembunyi, dua pasang mata yang
sudah lama mengawasi gerak gerik mereka bertiga tampak berbinar-binar,
dua sosok laki-laki yang masih bersembunyi tersenyum-senyum, dengan
mengendap-ngendap mereka berdua menghampiri ketiga gadis itu dari
belakang. Lalu…
“Dharrrrrrr” sebuah suara meledak tiba-tiba mengejutkan tiga sosok mulus dan mungil itu dari belakang.
“Wuahhhhhh…..” “Whouwwww… “Tarida dan Feilin terkejut sampai melompat
“AAAAAAAAAW.. CIAAATT” Nia yang penakut mendadak membalikkan tubuhnya
dan menendangkan kaki kanannya dan GOOOLLLLL..!!! OLEE… OLEEE OLEEE
OLEEE…!!
“Heggggkkkk………. AA Aduhhhhh” sebuah tendangan reflek dari Nia yang
mendarat diselangkanganku membuat mataku melotot dan nafasku sesak.
“Blukkkkkkkk…” aku langsung terkapar mendapatkan sebuah tendangan
keras ditempat yang paling berbahaya, dua buah bola diselangkanganku
terasa ngilu.
“Ha Ha Ha Ha Ha….” Rhoni tertawa terbahak-bahak melihatku yang
terduduk lemas diatas lantai kantin sambil mengusap-ngusap
selangkanganku.
“Ehhhhh….” Nia tampak terkejut, para gadisku saling berpandangan kemudian mereka tertawa lepas sambil membantuku berdiri.
Nia cengengesan sambil garuk-garuk kepala
“WAduhhhh….itunya ngak apa-apa kan ?”Feilin cekikikan
“He he he… duhh kaciannnn..Sosisnya sakit ya sayang…” Tarida menggodaku sambil mengelus bagian selangkanganku.
“Hmmmmm….. mang Dhani ngak apa-apa kan ?”Nia tersenyum senyum malu
“Euhhhh…Ehmmm ngakkk.. ngakkk apa-apa koqqq” Aku berusaha menegakkan tubuhku agar tidak terlalu malu.
“Wahhhhh ternyata Nia hebat juga bisa merobohkan seorang Dhani” Rhoni
menyindirku, suara gelak tawa kembali menggelegar dikantin sekolahan
itu.
“Ehhh… mangg Dhani…” Tiba-tiba Nia mengeluarkan sebuah kertas kumal
dan menunjukkannya kepadaku, wajahnya tampak serius, demikian juga wajah
Tarida dan Feilin.
Seminggu yang lalu
Aku mengintai sesosok tubuh tua dan kurus, hujan deras
disertai angin yang mengamuk membuat suasana jalanan itu menjadi sepi,
riak air terlihat bergelora dengan arusnya yang kuat, kucegat tubuh tua
itu.
“Hahhh… ” matanya melotot memandangiku dengan ketakutan
“Haii Pak tua masih ingat aku ?”
“Aa Uuu Eee ampunnn.. hekkkss” suara dikerongkongannya
tertahan ketika sebuah tangan mencekik lehernya, tubuh parto melayang
diudara dan……..
“Aaa Byurrrrrr”Tanpa ampun, Arus air di kali besar itu menelan sesosok tubuh yang kurus dan peot.
Kupungut sebuah dompet tua yang sempat terjatuh dari kantung
mahluk menjijikan itu dan “Plunnnnnggggg” kulemparkan dompet itu kedalam
kali besar yang sedang mengamuk agar dapat segera menyusul pemiliknya
“ini mah tulisannya si Rhoni…he he he”
Aku dan Rhoni tersenyum saling berpandangan.dan tersenyum-senyum
“Dengan bangga saya memperkenalkan diri saya sebagai satpam baru
disekolahan ini… tugas utama saya untuk naik keranjang bersama Tarida”
Rhoni membungkukkan tubuhnya yang besar.
“Aduhh.. duhhh duhhh” Rhoni memegangi perutnya yang terasa pedih karena dicubit Tarida.
“Taridaaa.. mangg Rhoni pengennnn” Rhoni memelas, sudah seminggu ini
Rhoni sibuk mengurus kebebasannya dari Lembaga Permasyarakatan dikota
itu.
Nafas Rhoni memburu kencang sambil memperhatikan Tarida, Tarida mundur ketika Rhoni menghampirinya.
“Eehh… sama Feilin dan Nia aja ya, mangg…Rhoni kan belum pernah main sama mereka….” Tarida mendorong Nia dan Feilin.
“Hupppp… asikkkkkk….” Rhoni memanggul Tubuh Feilin dan Nia dibahu kanan dan kirinya.
“Ehhh ngakk mauu..” Nia berontak menyadari apa yang diinginkan Rhoni.
“Ihhh… Mang Rhoni mau ngapainn lepasin ahhh” Feilin juga tampak berontak, Rhoni terkekeh-kekeh melangkahkan kakinya.
“Tarida…. Manggg Dhani pengennnn he he he” aku meniru permintaan Rhoni.
Tarida tersenyum sambil membalikkan tubuhnya, ia berjalan kearah meja
dan naik keatas meja dikantin sekolahan itu, kedua tangan Tarida
bergerak kebelakang dan bertumpu pada meja kantin, kedua kakinya
tertekuk dan bergerak mengangkang, Tarida tersenyum nakal seolah-olah
menantangku. Jantungku berdetak-detak dengan kencang melihat isi Rok
seragam Tarida yang tersibak menampakkan pangkal pahanya yang mulus.
Aku segera menghampirinya, kutekan bahu Tarida agar ia merebahkan
dirinya diatas meja, aku duduk diatas kursi, dihadapanku tubuh Tarida
menggeliat lembut, matanya yang sipit menatapku dengan pasrah, tanganku
merayapi pahanya yang terasa halus, Tanganku kananku semakin naik dan
kini menyelinap kebalik kain segitiga berwarna abu-abu diselangkangan
Tarida, kujejalkan jari tengahku kedalam lubang vagina Tarida yang
hangat dan berdenyut-denyut, bibir Vagina Tarida dengan kuat menggigit
jariku. Irama nafas Tarida mulai tak teratur ketika aku mengucek-gocek
lubang Vagina Tarida , Tangan kiriku meremas-remas buah dadanya yang
masih bersembunyi dibalik seragam sekolah gadis itu. Tanganku bergerak
semakin liar menelanjangi Tarida, kini Tarida terlentang diatas meja
kantin dalam keadaan telanjang bulat. Mata sipit Tarida terpejam-pejam
ketika aku mengesek-gesek clitoris mungil diselangkangannya,
rintihan-rintihan kecil mulai terdengar dari bibir Tarida. Kedua
tanganku kini meremas kedua buah dada Tarida, sebuah remasan kuatku pada
buah dadanya membuat Tarida mengeluh, tiba-tiba Tarida menepiskan
tanganku.
“Ngak mau ahhh… mang Dhani licik… masak Tarida doang yang
telanjang..” kedua tangan Tarida menutupi buah dadanya dari pandanganku,
kedua kakinya merapat.
“Habis malassss sih, ngak ada yang bukain…” Aku berdiri menantangnya,
Tarida turun dari atas meja, kedua tangannya melepaskan kancing-kancing
baju yang kukenakan, tangan mungilnya bergerak menyibakkan pakaianku
agar terlepas, kini Tarida berlutut dihadapanku, tangannya menarik
resleting celanaku, tanpa dapat kucegah celana panjang yang kukenakan
melorot kebawah. Tarida mengecup-ngecup bagian celana dalamku yang
menggembung, dengan cepat Tarida menarik celana dalamku turun, dengan
liar Tarida menjilati batang kemaluanku, kemudian lidahnya melingkari
kepala kemaluanku. Aku menatap kebawah, kubelai-belai kepalanya, Tarida
yang nakal kini begitu pandai melakukan jilatan dan hisapan-hisapan pada
kemaluanku. Aku harus mengakui kepandaian Tarida, Nia dan Feilin dalam
bercinta memang meningkat dengan pesat.
“Auhhh….. “Aku keenakan merasakan sedotan-sedotan rakus mulut Tarida
dikepala kemaluanku, lumayan lama kubiarkan Tarida mempermainkan
kemaluanku.
Kuangkat tubuh Tarida dan kuletakkan kembali diatas meja, kedua
kakinya menggantung dipingiran meja, Tarida merenggangkan kedua kakinya
lebar- lebar, kugosok-gosokkan kepala kemaluanku pada bibir vagina
Tarida , kutekan kepala kemaluanku , sedikit demi sedikit kepala
kemaluanku mulai terbenam kedalam lubang vagina Tarida yang sempit, satu
sentakan yang kuat membuat kepala kemaluanku melesat dan terjepit
dibibir vagina Tarida yang bentuknya seperti cincin .
Kedua tangan Tarida berpegangan kuat-kuat pada leherku ketika aku
mulai memaju-mundurkan kemaluanku “Krekett… Kreketttt…Cleppp clepppp
Cleppppp… Ahhhh Ahhhhhhh” suara derit meja diiringi dengan suara
rintihan-rintihan Tarida mulai menghiasi ruangan kantin itu.
“Esssttt Akhhh Manggg Dhanii Enakkkk… Ouuhhh terusss mangg lebih kuat…” Tarida memohon agar aku memperkuat seranganku.
Tanpa harus diminta duakali aku menuruti keinginan Tarida Aku semakin
kuat menusuk-nusukkan kemaluanku pada lubang Vagina Tarida yang seret
dan sempit. Rengekan-rengekan manja Tarida diiringi jeritan-jeritan
kecilnya terdengar begitu mengasikkan, wajah Tarida terangkat keatas ,
bibirnya mendesah dan merintih-rintih keenakan merasakan tusukan-tusukan
kemaluan Dhani yang semakin liar
“Akkkkk SHH Crrrrrrttt KCCCRRTTTTTTT” kedua kaki Tarida menjepit
pinggangku kuat-kuat ketika cairan kenikmatan itu meluap dari lubang
Vaginanya.
Kuangkat kedua kaki mulus Tarida keatas dan kuletakkan pada kedua
bahuku, sambil mengocok-ngocok lubang vaginanya kedua tanganku merayapi
permukaan pahanya yang halus mulus. Wajah Tarida semakin bersemu merah
ketika aku mengocok-ngocok lubang vaginanya dengan kuat, kemaluanku
mengocek-ngocek lubang vagina Tarida dengan lembut, kutekan kemaluanku
sedalam-dalamnya kemudian kutarik dengan perlahan dan kemudian
kusodokkan dengan cepat, Tarida mendesah-desah lembut, sesesekali
matanya yang sipit terpejam dengan rapat merasakan gesekan-gesekan
kemaluan Dhani Anwar diselangkangannya.
Tarida meronta , ia mendorong pinggulku kebelakang sehingga kemaluanku terlepas dari lubang Vaginanya.
“Sini manggg, dudukkkkk…..” Tarida merengek memintaku untuk duduk diatas kursi, aku menuruti keinginannya.
Tubuhnya yang mungil mengangkangiku, kuarahkan kepala kemaluanku pada
lubang vagina Tarida. Kepala kemaluanku terasa geli ketika kembali
menyelinap memasuki lubang vaginanya yang berlendir, Tarida menahan
gerakannya ketika merasakan kepala kemaluanku memasuki lubang vaginanya.
Aku mencengkram dan menekan pinggul Tarida kuat-kuat, memaksa gadis itu
menurunkan pinggulnya.
“Ahhhh Shhhh…Uhhh!!” nafas Tarida tersendat-sendat ketika kemaluanku terbenam semakin dalam.
Akhirnya Tarida berhasil menduduki kemaluanku secara sempurna, kedua
tangannya berpegangan pada bahuku , sedangkan kedua tanganku
menekan-nekan pinggulnya sambil menusukkan kemaluanku kuat-kuat keatas.
Tarida merintih-rintih, pinggulnya bergoyang-goyang, sesekali ia
mendesak-desakkan selangkangannya sehingga kemaluanku tenggelam semakin
dalam.
“Akhhhhh Aowwwwwwwwww Chrrrrr Crrrrrrrrrrtttt” Tarida memejamkan
matanya meresapi rasa nikmat yang melanda tubuhnya ,lidah Tarida sedikit
terjulur keluar ketika memuntahkan Cairan kenikmatannya kembali….
Pertarungan satu-lawan satu dikantin sekolahan itu masih berlangsung
dengan sengit, Dhani Anwar seakan-akan tidak pernah puas menikmati tubuh
Tarida yang mungil dan mulus.
****************************
Sementara itu…. Kita mundur yuk.. ke moment dimana Rhoni memanggul Tubuh Feilin dan Nia dikedua bahunya….. (red : Ehmm Nyam.. Nyamm… Nyammm… ^^ ). Rhoni
melangkahkan kakinya kesebuah ruangan, setelah menurunkan tubuh Feilin
dan Nia Rhoni segera menutup pintu itu dan menguncinya “Click”. Tanpa
malu-malu Rhoni melepaskan seragam Satpam ditubuhnya, dilanjutkan dengan
terjatuhnya Celana panjang miliknya dan yang terakhirrrr.
“Wuaaahhhh” “Idihhhhhh” Feilin dan Nia tercengang ketika melihat
sebuah “tongkat pemukul kasti” teracung dengan gagah diselangkangan
Rhoni , Feilin dan Nia bergidik ngeri , sebuah Pribahasa mengatakan
“diatas langit masih ada langit.”
Rhoni menghampiri Feilin dan Nia, Nia melangkah mundur dengan teratur
sedangkan Feilin diam ditempat sambil terus memperhatikan daerah
selangkangan Rhoni. Rhoni meraih tangan Feilin yang mungil kemudian
membimbing Tangan Feilin kearah selangkangannya. Rhoni tersenyum
merasakan elusan-elusan telapak Tangan Feilin yang halus dikepala
kemaluannya, tangan Feilin meremas-remas batang kemaluan Rhoni yang
lebih panjang dan lebih besar bulatannya dibandingkan milik Dhani Anwar.
“Addaaa Dawhhhh…..” Rhoni menjerit kesakitan ketika Tangan Feilin meremas dan menarik Batang kemaluannya kuat-kuat.
“Ehhhh… Emmmm Aslii ya ? ” Feilin buru-buru melepaskan kemaluan Rhoni.
“YAW ASLI DONNGGHH AHHH..”Rhoni bergaya seperti bencong sambil mencubit kecil hidung Feilin.
Kedua tangan Rhoni mulai mengelus-ngelus bahu Feilin sebelah kanan
dan kiri. Feilin diam tanpa berkata-kata, matanya yang sipit terus
memandangi selangkangan Rhoni. Tangan Rhoni dengan lincah mulai
mempreteli kancing baju seragam Feilin, satu demi satu kancing baju
seragam Feilin berguguran , Tangan Rhoni bergerak melepaskan baju
seragam gadis itu, sementara itu Tangan Feilin meraih kemaluan Rhoni dan
membelai-belai bagian kemaluan Rhoni yang bentuknya seperti helm. Rhoni
tersenyum kemudian memanggil Nia yang masih tersudut ketakutan
“Sini… Ayoo Siniiii….” Rhoni merayu Nia, perlahan-lahan Nia melangkah
mendekati, Nia memeluk pinggang Feilin dari belakang, dari balik bahu
Feilin, mata Nia mencuri-curi pandang memperhatikan kemaluan Rhoni ,
baru kali ini Nia melihat ada kemaluan laki-laki lebih besar dan lebih
panjang daripada milik Dhani Anwar. Feilin menoleh kebelakang , bibirnya
menciumi bibir Nia, Nia membalas ciuman Feilin, bibir mereka bertaut
rapat saling mengemut dan mengulum.
“Wahhhh… he heh ” Rhoni terkekeh-kekeh menatap kedua gadis Chinese
yang sedang asik saling melumat, tangan Nia melepaskan pengait Bra
Feilin, dengan lembut dan erotis tangan Nia melepaskan Bra yang
dikenakan Feilin.
Rhoni menahan nafas sambil meleletkan lidahnya, mata Rhoni mendelik
melihat payudara Feilin yang tampak menggumpal padat. Baru saja Rhoni
menjamah payudara Feilin , tangan pemilik buah dada itu menepiskan
tangan Rhoni yang sembarangan mencomot buah dada gadis dihadapannya.
“Dugg duggg dugggg…” Jantung Rhoni berdetak kencang ketika Feilin
menatap dengan tatapan mata yang tajam, Feilin merendahkan tubuhnya dan
berlutut dihadapan selangkangan Rhoni, tubuh Nia yang sedang memeluk
pinggang Feilin ikut terbawa turun.
“Glekkk… ” Rhoni menelan ludah ketika Feilin mulai mengendus-ngendus
kepala kemaluannya, Rhoni merem melek ketika tangan Feilin melakukan
kocokan-kocokan yang semakin kuat. Lidah Feilin mulai terjulur keluar,
lidahnya mengait – ngait “leher helm” Rhoni, sesekali dihisapnya lubang
kemaluan Rhoni.
“Fei. Nia mauuuu…..” Nia merengek pada Feilin yang tampak rakus dan serakah mempermainkan kemaluan Rhoni.
Feilin menggeser posisinya, Nia merangkak dan kini ia berlutut tepat
disamping Feilin, “Pemukul Kasti” milik Rhoni berada ditengah-tengah
diantara kepala Feilin dan Nia, kedua gadis Chinese itu mulai mengendus –
ngendus dan menciumi batang kemaluan Rhoni.
Sebuah “Duet” serangan Feilin dan Nia membuat Rhoni mengeluh
keenakan. Tangan Rhoni membelai-belai kepala Nia dan Feilin, mereka
berdua sedang asik dengan mainan barunya yang lebih besar dan panjang.
Lidah Nia dan Feilin bergerak bergantian menggelitiki kepala kemaluan
Rhoni. Rhoni mengangkat Tubuh Feilin, dibaringkannya tubuh Feilin diatas
kasur busa yang tampaknya sengaja disiapkan dipojok ruangan itu. Gadis
bermata sipit itu kini terlentang pasrah diatas kasur busa dengan hanya
mengenakan rok seragam sekolahnya. Nafsu Rhoni naik sampai keubun-ubun
menatap dua buah gundukan buah dada Feilin yang turun naik seirama
dengan nafas gadis itu. Rhoni menerkam dan menggeluti tubuh Feilin,
liar, rakus dan kasar sekali ciuman-ciumannya ketika mendarat dibibir,
dan dileher Feilin.
Feilin memejamkan kedua matanya yang sipit rapat-rapat, rasa was-was
dan ngeri mendadak menyiksa dirinya ketika ciuman, jilatan dan
hisapan-hisapan Rhoni semakin turun kearah dadanya.
“Auhhhhh… MMM HHHH AHHHHH” Feilin tersentak merasakan cumbuan Rhoni
yang begitu liar dan brutal, berkali-kali tubuh gadis itu
melenting-lenting merasakan kenyotan-kenyotan kuat dibagian puncak
payudaranya.
Rhoni begitu lahap menyantap dua buah gundukan susu dihadapan
wajahnya, berkali-kali Tangan Rhoni menepiskan tangan Feilin yang
berusaha mencegahnya menikmati payudara gadis itu. Ciuman-ciuman Rhoni
semakin turun dan kini tangan Rhoni menyibakkan rok seragam yang
dikenakan oleh Feilin, sepasang kaki yang halus dan mulus masih merapat
ketakutan, sebuah kain segitiga putih masih asik menempel menutupi
bagian vagina si kucing liar Feilin. Tangan Rhoni yang berbulu lebat
menarik kain segitiga yang menutupi wilayah vagina Feilin. Feilin
menekuk kedua lututnya kemudian mengangkangkan kedua kakinya kesamping
kiri dan kanan seolah-olah ingin memamerkan keindahan vaginanya dan
sepasang kakinya yang halus dan mulus. Kepala Rhoni bergerak menciumi
dan menjilati paha Feilin. Jilatan dan Ciuman Rhoni yang liar dan kasar
semakin naik sampai…
“Ahhhhhhhhhhhh…. SHHH” Feilin menggeliat liar ketika lidah Rhoni
menjilati bibir vaginanya, mulut Rhoni dengan rakus menghisap dan
mengenyot vagina gadis itu.
Kedua tangan Feilin mendekap kepala Rhoni, pinggul gadis itu
terangkat-angkat keatas, seakan-akan hendak memberikan seluruh
kenikmatan diselangkangannya untuk Rhoni yang rakus dan liar.
Jeritan-jeritan liar dan rengekan Feilin membuat jantung Rhoni
berdetak-detak tidak beraturan, ia semakin rakus menikmati vagina gadis
itu, lendir-lendir gurih yang meleleh diselangkangan Feilin membuat
Rhoni semakin betah menjilati dan mengemut-ngemut vaginanya. Rhoni kini
mulai bergerak mengangkangi Feilin, kepala kemaluan Rhoni yang mirip
bola kasti menempel dan menggesek-gesek bibir vagina Feilin. Nafas
Feilin tertahan-tahan merasakan tekanan-tekanan kuat diselangkangannya,
Rhoni terus berkutat menjejal-jejalkan kepala kemaluannya pada lubang
vagina Feilin yang sempit.
“Hhhuuaahh!!” mata Feilin yang sipit melotot, mulutnya terbuka lebar
merasakan vaginanya seakan-akan terkuak lebar ketika Rhoni dengan paksa
menjebloskan kepala kemaluannya kedalam vagina gadis itu.
“Akhhh aduhhh sakittt akkkkk tidakk….” tubuh Feilin mengeliat-geliat
tidak karuan, punggungnya terangkat, ia berusaha menggeser-geserkan
pinggulnya seperti hendak melepaskan diri dari kemaluan Rhoni yang
mengait lubang vaginanya yang mungil, Rhoni malah semakin dalam merojok
lubang vagina Feilin kemudian “Bluk” punggung Feilin kembali terjatuh
tanpa daya.
Feilin semakin sering meringis-ringis merasakan “sebuah tongkat Kasti” memasuki lubang vaginanya yang mungil.
“Echhhh Ahhhhhh Owwwwwwwww!” jeritan-jeritan liar Feilin menggema
ketika Rhoni dengan kasar memaju-mundurkan kemaluannya menggasak
lubangnya.
Bibir vagina Feilin terlipat kedalam ketika Rhoni menekan batang
kemaluannya masuk dan tertarik sampai monyong ketika Rhoni menarik
batang kemaluannya, Tubuh Rhoni mendesak-desak tubuh gadis yang
ditindihnya. Keringat mengucur dengan deras membasahi tubuh Feilin dan
“Aww Akhhhhhhh KccRRRTTT CRRRRRRRRttttTTT” mata sipit Feilin terpejam
rapat, bibirnya sedikit terbuka menikmati keluarnya cairan kenikmatan
itu di selangkangannya yang masih digasak oleh Rhoni dengan kasar.
“HmmmHH… sudahh manggg Akhhh… aku diatas saja…” Feilin merasa sesak
nafas ditindih oleh pria bertubuh tambun yang keasikan menindih-nindih
tubuh gadis yang ditindihnya.
Tanpa sudi untuk melepaskan kemaluannya yang mengait vagina Feilin
Rhoni merubah posisinya, posisi saling duduk berhadapan, Feilin
berpegangan pada kedua bahu Rhoni. Bibir Rhoni mengecupi bibir Feilin,
lidahnya terjulur keluar menjilati mulut Feilin yang masih tertutup
rapat. Tampaknya Feilin masih merasa risih berciuman dengan Rhoni.
Dengan cerdik Rhoni menyentakkan kemaluannya kuat-kuat keatas menghantam
lubang vagina Feilin sehingga mulutnya terbuka lebar diiringi desahan
panjang. “Ahhhhhhhww HMMMMM MMMMM HHHH”
Pada saat mulut Feilin terbuka itulah mulut Rhoni segera menyumpal
mulut sikucing liar Feilin, Tangan kanan Rhoni menekan kepala Feilin
dari belakang sehingga mulut mereka semakin rapat bertautan. “Aufffhhhh
HHH…” Feilin menarik bibirnya dari bibir Rhoni, matanya yang sipit
terlihat sayu memandangi Rhoni.
Perlahan-lahan Feilin membuka mulutnya, lidahnya terjulur keluar,
dengan gembira Rhoni menghisap-hisap lidah si kucing liar Feilin, lidah
mereka kini saling kait , sesekali Rhoni kembali mengulum bibir Feilin.
Tubuh Feilin kini mulai bergoyang diatas tubuh Rhoni, gerakan-gerakan
erotis tubuh Feilin membuat Rhoni melotot tanpa berkedip, tubuh Feilin
meliuk-liuk dengan liar dan binal. Rhoni semakin kuat dan cepat
menyentak-nyentakkan kemaluannya keatas yang disambut oleh goyangan
pinggul gadis itu.
“Uhhh gila nih cewe , bener kata si Dhani dia yang paling liarr… he
he he asikk.. Uttsss goyangannya muantebbb!!!” kata Rhoni dalam hati
sambil terus menghujam-hujamkankan kemaluannya keatas kuat-kuat.
“Awwww Akkkk Owwww…. CRRRTTT CRRRRTTTT” Entah sudah yang keberapa
kali Feilin memuntahkan cairan kenikmatannya dalam berbagai posisi sex,
yang jelas kini tubuhnya terkulai lemas ditindih tubuh gemuk diatasnya.
“He he he Floopppppppphh….” Rhoni terkekeh-kekeh kemudian mencabut
kemaluannya dari lubang vagina Feilin yang kini memar kemerahan, nafas
Feilin terengah-engah kecapaian.
Rhoni bangkit kemudian menghampiri Nia yang sedang duduk diatas sofa,
matanya yang sipit terpejam rapat-rapat, sedangkan tangan kirinya
sedang asik menggesek-gesek selangkangannya sendiri, pakaian seragam
sekolahnya sudar bersebaran diatas lantai. Dengan perlahan-lahan Rhoni
bersujud dihadapan Nia, saking asiknya, Nia sampai tidak menyadari kalau
kini Rhoni sedang menontonnya. Nia mendadak membuka matanya ketika
merasakan seseorang mengusap payudaranya, Nia menatap Rhoni dengan
tatapan mata yang sayu. Rhoni berdiri kemudian menarik kepala Nia kearah
kemaluannya.
“HMMM MHHHHHHH….” Nia tampak lahap menikmati kemaluan Rhoni, Rhoni berkacak pinggang sambil menyodorkan “Tongkat kastinya”
Beberapa saat kemudian Rhoni mencabut kemaluannya dari tangan Nia,
kini Rhoni kembali bersujud diantara kedua kaki Nia yang mengangkang.
Kemaluannya menekan-nekan berusaha memasuki lubang vagina Nia, tubuh Nia
tersentak-sentak dengan kuat ketika kepala kemaluan Rhoni berusaha
memasuki lubang vaginanya dengan satu sentakan yang sekuat tenaga
akhirnya Rhoni berhasil menjejalkan kepala kemaluannya.
“Waaahhh….uuuuhh!” Nia menggeliat-geliat ketika Rhoni semakin dalam menyodokkan kemaluannya.
Mata gadis itu yang sipit menatap Rhoni seakan-akan minta untuk
dikasihani, Rhoni terkekeh-kekeh dan kemudian dengan tanpa ampun
menghujam-hujamkan kemaluannya merojok vagina Nia dalam-dalam.
“Heeekkkkk Akkkkkkk Ohhhhh Waaaaaaaaaaa” Nia kewalahan menghadapi
“mainan barunya”, bahkan mainan barunya cenderung membuat lubang
vaginanya terasa ngilu diselingi oleh rasa nikmat yang tak tertahankan
“HAAA Akkkkkk CRRRRRTT CRRRRRR” Nia menggelepar-gelepar , kedua
kakinya yang mulus melejang-lejang, rasa nikmat mendera
diselangkangannya.
Rhoni meremas dan membelai-belai payudara Nia sebagai penambah rasa
nikmat, sambil tersenyum Rhoni mencengkram buah pantat Nia dann…
“Huppppp he he he” Rhoni bangkit berdiri, secara otomatis kedua kaki
Nia yang mulus melingkari pinggang Rhoni, kedua tangan gadis itu kini
berpegangan pada bahu Rhoni.
Rhoni meleletkan lidahnya dan kemudian ia mulai mengayunkan
kemaluannya, tubuh Nia kini terayun-ayun mengikuti helaan kemaluan
Rhoni. Rengekan-rengekan Nia terdengar dengan keras diiringi
jeritan-jeritan kecil. Sang Surya seakan akan sengaja berjalan dengan
lambat, ia masih ingin menonton pertarungan seru antara Rhoni dan kedua
gadis Chinese itu.
Hari sudah mulai gelap,mungkin sekitar jam 17.30, Aku duduk santai
diatas kursi, Tarida duduk dipahaku, kepalanya bersandar dibahuku, kedua
matanya yang sipit terpejam kecapaian, hampir setengah jam Tarida
tertidur dipangkuanku, perlahan-lahan ia menggeliatkan tubuhnya.
“MMMMHHH Hoooaahhhh… manggggg” Tarida menguap.
“Emmm cup cuppp” aku mengecupi keningnya sambil mengusap-ngusap
pahanya. Ia turun dari pangkuanku kemudian memakai kembali pakaian
seragamnya.
Tarida tersenyum sambil memperhatikanku yang sedang memakai pakaianku
kembali. Tidak berapa lama Rhoni muncul sambil menggandeng Nia dan
Feilin. Jalan kedua gadisku agak aneh.
“Liatt jalannya ngangkang he he he. persis kaya kamu dulu itu lohh” aku menyindir Tarida.
Tarida menyikutku, bibirnya manyun, aku langsung mencium bibirnya
yang monyong. Aku menggandeng pinggang Tarida menyusul Rhoni yang sudah
terlebih dahulu menuju mobil.
************************************
Beberapa bulan kemudian
Malam itu aku menanti dengan tidak sabaran, akhirnya terdengar suara
mesin mobil dari kejauhan mendekati tempatku menanti, aku tersenyum
tanpa banyak bicara aku naik , duduk disebelah depan, Rhoni dan Aku akan
menjalankan rencana yang sudah kami susun dengan rapi, satu rencana
terakhir. Rhoni memarkirkan mobilnya disebuah diskotik, disana kami
mengintai sampai subuh, sebuah penantian yang panjang. Rhoni dan Aku
saling berpandangan dan tersenyum ketika melihat sesosok tubuh gemuk
berlemak masuk kedalam mobil BMW. Mobil Rhoni segera mengekori mobil
didepannya sampai disebuah tempat yang sepi.
“Ciiiiiiieettttt…… “ Rhoni menyalip
mobil didepannya, Aku dan Rhoni segera turun lalu mengurung mobil BMW
itu. Dengan sebuah kampak aku memecahkan kaca mobil. “Prangggg…..”
“Heiii… !!!!” sosok gemuk itu membentak garang namun begitu melihat
tindakan kami yang beringas nyali sigemuk menciut, dengan paksa Rhoni
menyeretnya masuk kedalam mobil tua miliknya.
**********************************
Disebuah Rumah Tua dipinggiran kota.
” Bukkk… Bukkkk Bukkkk… Whuaaakkk… Akkkkkkkhhhh…” Sigemuk menjadi
sasaran Tinju-ku dan Rhoni , beberapa gigi sigemuk sudah tanggal
terhantam tinju kami berdua.
Aku semakin sebel melihat wajah sigemuk yang ketakutan, kuhampiri dia…
“Dhani !!! Jangann !!!” Rhoni mengingatkanku , ia memegangi tanganku yang sedang mengangkat kampak.
“Nahhh sekarang lu pilihhhh….!!! Tanda tangani document ini atau
Mau gue sodomi pake golok…Hah!!!” Rhoni mengancam sambil mengacungkan
sebilah golok.
Aku tersenyum, rupanya Rhoni lebih cerdik, ia sudah mempersiapkan
setumpukan document, dan surat-surat pembebasan tahanan karena
berkelakuan baik, didalamnya ada nama teman-temanku. Tanpa banyak
tingkah sigemuk menanda-tangangi document-dokument yang disodorkan oleh
Rhoni.
**********************************
Didepan sebuah Lembaga Permasyarakatan
Aku dan Rhoni menunggu didepan LP, dari sebuah pintu gerbang yang kokoh itu mulai bermunculan wajah teman-temanku.
“Ditttt…. Dittttt ” Rhoni membunyikan klakson mobil untuk menarik
perhatian mereka semua. Aku dan Rhoni mengantarkan mereka kesebuah
tempat dimana kami biasa berkumpul, sebuah rumah sederhana didekat
telaga, keadaan alam disana masih asri, pohon-pohon besar tumbuh tanpa
terganggu oleh tangan-tangan jahil manusia, rerumputan hijau bak
permadani menghiasi sekitar rumah tempat kami berkumpul jauh dari
keramaian dan hiruk pikuk masyarakat sekitar.
********************************
Hore Hari libur telah tiba.
Siang itu aku menggiring ketiga gadisku yang manyun. Mereka mengenakan atasan tank top dan rok mini ketat.
“Manggg kita ke dufan ajaaaa…” Tarida merengek
“Iya manggg…” “Manggg Dhaniiii… Huu Uhhh” demikian juga halnya Nia dan Feilin merengek-rengek.
Dengan tegas aku menyuruh mereka naik kemobil, Rhoni menggaruk-garuk
kepala, aku menghela nafas panjang ada perasaan bersalah mendera hati
kecilku.
———————————–
Beberapa hari yang lalu
“Ehhh Dhanni… bawa dong tiga gadis itu kesini…”Barli sibawel
tiba-tiba mengajukan sebuah permintaan , para sahabatku juga ribut
mengajukan permintaan yang sama.
“Ayooo Dhannni tolongg kami butuh sekali” Shad begitu memelas.
Aku dan Rhoni saling berpandangan tidak tahu harus menjawab apa…
“Udahhh gini aja… Ntar kita bawa kesini tapiiii…., kalian ngak boleh menyakiti mereka… kalau tidak…. Kami akan mengambil tindakan serius…” Rhoni mendadak menjadi sangar dan serius.
Para sahabatku tidak berani bersuara lagi kemudian mereka mengangguk setuju
“Tapi kami boleh kan kalau memberi mereka kenikmatan…”Sam ngakak
tertawa , selanjutnya terdengar suara tawa riuh rendah memecah
keheningan malam.
————————————
Aku membujuk ketiga gadisku untuk turun dari mobil, akhirnya satu
persatu mereka turun dari mobil. Dari dalam sebuah rumah muncul
wajah-wajah para sahabatku, tanpa malu-malu mereka sudah telanjang bulat
dihadapan ketiga gadisku, kemaluan-kemaluan yang besar – besar dan
panjang kini sudah lepas dari sangkarnya.
“Burung-burung nakal” berukuran 19 s/d 25 cm teracung-acung mengajak ketiga gadisku untuk berperang.dalam kenikmatan.
Ketiga gadisku bersembunyi ketakutan dibalik tubuhku dan Rhoni,
“Manggg Dhani siapa mereka ?” “Ihhh mangggg” “Uhhhhh…Mang Rhoni”
Berbagai pertanyaan terlontar dari mulut ketiga gadisku yang panik.
Kini mereka mulai mengurung ketiga gadisku, decak kagum begitu ramai
terdengar, kagum akan ketiga gadisku yang cantik, mulus , mungil,
pokoknya cute banget deh. Kayanya biar ngak susah nginget-nginget, kita
ulas dulu Profile mereka ya..
1.)Amin wajahnya yang dulu ganteng , suka bermain wanita kini berwajah hancur mengerikan akibat dibakar warga.
2.) Sam bermata picak, hanya memiliki satu kuping, kayaknya sih kuping yang satu lagi udah Alm.
3.) Fadil tubuhnya berotot mirip hulk, bibirnya kini dipenuhi bekas jahitan.
4.) Jo wajahnya tetap Jo,tapi cuma setengah, setengah lagi hancur tersiram air keras.
5.) Nick Botak, Brewokan, tubuhnya bertato.. berperut buncit kayak orang cacingan.
6.)Shad Ahli kunci, tubuhnya penuh bekas jahitan disana-sini, mirip Frankenstein.
7.) Barli sibawel, bibirnya sumbing.
8.) Agato, Tangannya kini Cuma sebelah kanan, hidungnya agak melesak kedalam..
Aku memperkenalkan mereka pada para sahabatku yang berebutan menyalami ketiga gadisku.
“Ehhhhhhh!!” Feilin kaget ketika Fadil meraih tubuhnya, dibopongnya
tubuh Feilin kedalam rumah, Jo, Shad dan Amin mengikuti Fadil dan
Feilin. Fadil , Jo, Shad dan Amin berebutan menelanjangi Feilin,
kemudian Fadil mendudukkan tubuh Feilin diatas ranjang, ia bersujud dan
langsung mengangkangkan kedua kaki gadis itu lebar-lebar.
“Ouchhh Owww.. Akkkk….” Feilin tersentak kaget merasakan
jilatan-jilatan Liar Fadil diselangkangannya, Jo meremas-remas buah dada
Feilin sebelah kiri, dan Shad meremas-remas buah dada Feilin sebelah
kanan, Amin menciumi Feilin dari belakang.
“AKhhhh Owwwww… Utssss” Kedua tangan Feilin menahan kemaluan Fadil yang hendak menyeruduk lubang vaginanya
Jo dan Shad menangkap tangan Feilin dan memegangi tangan gadis itu sehingga Fadil lebih leluasa melampiaskan nafsunya.
“Aowwww Whhhhhhhaa HMMMM MMMMMHHH” jeritan Feilin tersumpal oleh
mulut Amin, Tubuh Feilin tersentak-sentak ketika Fadil memaksa
menjejalkan kemaluannya memasuki lubang Vagina Feilin yang berukuran
mungil.
“Duh sempit amat.. seretttt assyikkk…baru kali ini gua ngerasain
memeknya amoy.. anak sekolahan lagi… HA HA HA” Fadil tertawa senang
merasakan jepitan sempit dikepala kemaluannya, tubuh Feilin
terguncang-guncang dengan kuat ketika Fadil menyodok-nyodokkan
kemaluannya.
Jo dan Shad menggelitiki putting susu Feilin, mulut Feilin sampai
kempot diemut oleh Amin yang rakus, Fadil menggasak lubang Vagina Feilin
kuat-kuat. Tubuh Feilin menggelinjang-gelinjang menghadapi serangan
dari empat orang laki-laki sekaligus
“Auuhhh… OHHHH AWWW CRRRTTT… CRRRTTTT” tanpa ampun Feilin terkapar
dalam kenikmatan ketika lubang Vaginanya berdenyut-denyut dan
memuncratkan cairan dari dalamnya.
“Awww. Aduhhhh duhhhhhhh NGGGHHH”Feilin mengerang ketika Fadil
menggunakan kemaluannya dengan kasar mengorek-ngorek lubang vaginanya.
“Kira.. kira lu…, jangan sampe sobek tu memek.”Shad menggoda Fadil.
“Emangnya lu pikir kertassss…”Fadil terkekeh-kekeh kemudian
melanjutkan mengocek-ngocek dengan lebih kuat sampai Feilin
merengek-rengek
Keempat laki-laki itu terkekeh-kekeh, Fadil mencabut kemaluannya dari
vagina Feilin. Shad tidur terlentang diatas ranjang, ketiga laki-laki
itu menggiring Feilin agar menduduki kemaluan Shad. Feilin pun bergoyang
dan menaik turunkan pinggulnya.
“Wueisssttt… gila!!!! panas amat goyangannya…”Jo memuji Feilin sambil menjamahi payudaranya.
Amin menahan gerakan Feilin, ia menjejalkan kemaluannya kelubang anus gadis itu.
“Owwww…” Jeritan Feilin mengiringi melesatnya kemaluan Amin merojok
lubang anusnya, Untuk sesaat Amin dan Shad membiarkan Feilin untuk
membiasakan diri menerima kemaluan mereka di lubang anus dan lubang
vaginanya, selanjutnya….
“Akhhh Owww… Uhhh…” Feilin merinding keenakan ketika lubang vaginanya dan lubang anusnya dikocok – kocok sekaligus.
Kedua tangannya melingkar kebelakang membelit leher Amin, secara
otomatis payudara Feilin membusung kedepan dan menjadi mainan yang
mengasikkan bagi Fadil dan Jo.
“He he he Hebat juga lo Moy…“Amin mencengkram pinggul Feilin sambil memacu kemaluannya lebih kuat,
Shad mengelusi paha Feilin sambil meyentak-nyentakkan kemaluannya
keatas. Jo dan Fadil meremas-remas payudara Feilin, mengusapi
payudaranya yang lembut dan kemudian memelintir-melintir putting susunya
yang lancip dan keras.
“Akhhhhh Oww Kecrotttt KCRRRTTT” Untuk yang kesekian kali Feilin
mengerang kenikmatan, matanya yang sipit terpejam rapat merasakan cairan
kenikmatan kembali membanjiri selangkangannya, Tubuhnya masih
terguncang-guncang karena sodokan Amin dan Shad, Jo masih asik
menjejal-jejalkan kemaluannya kemulut Feilin, sedangkan Fadil meremasi
payudara Feilin.
“Hu AkkkkkhHHH…” “HMMMRRRRHH” Amin dan Shad menusukkan kemaluan mereka dalam-dalam pada lubang anus dan lubang Vagina Feilin.
Hampir bersamaan mereka menembakkan sperma mereka kedalam tubuh gadis
itu. Tubuh Feilin tertindih diantara tubuh Amin dan Shad, namun itu
tidak begitu lama karena Fadil dan Jo merebut tubuh mulusnya dari
cengkraman kedua teman mereka yang sudah sukses memuaskan nafsu
bejatnya.
“Jo…bagi susunya….” Fadil sempat sewot karena Jo dengan rakus memonopoli kedua payudara Feilin.
Jo menggeser posisinya kesebelah kanan dan Fadil langsung merebahkan tubuhnya disebelah kiri.
“Tadi siapa nama lu moyy.. Hmm ?” Fadil bertanya sambil menciumi bibir gadis itu, tangan Fadil menggenggam payudara Feilin.
“Feilin Ennngg….” Gadis itu kembali memejamkan mata sipitnya ketika merasakan hisapan Jo diputing susunya.
Feilin membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya keluar. Fadil
terkekeh-kekeh menghisapi dan mengait-ngait lidah Feilin, sesekali
Bibirnya mengulum bibir Feilin yang mungil. Jo menarik dan menyuruh
Feilin agar menungging, Jo berusaha mencoblos lubang Vagina Feilin dari
belakang, sedangkan Fadil menarik kepala Feilin dan menjejalkan kepala
kemaluannya ke mulut gadis itu.
***********************
Sementara itu diluar sana
“Ihhhhh…jangan ahhh…Oww” Barli memeluk dan menciumi Tarida, Rhoni
merayapkan tangannya menjamah pinggul Tarida dan Nick bersujud dan
menyusupkan tangannya kedalam rok mini gadis itu. Pakaian yang dikenakan
oleh Tarida terlempar kesana kemari. Barli dengan paksa hendak
menidurkan tubuh Tarida diatas rerumputan.
“Eiiittt… tar dulu…. Lu ambil gih kasur busa didalem sana…” Rhoni merebut tubuh Tarida dari Barli.
“Waduhhh tanggung… ngak usah pake kasur segala…”Barli hendak merebut Tarida.
“Kotor tau !!! Kaga…boleh !! Napa sih lu rewel amat !!!” Wajah Rhoni berubah garang, ia begitu melindungi Tarida
Barli dan Nick tidak berani membantah mereka berdua masuk kedalam rumah dan membawa dua buah kasur busa keluar.
“Tolooongg Rhon, ngak kuatt…” Barli memohon-mohon, demikian juga Nick.
Dengan lembut Rhoni mendorong Tarida kearah Barli dan Nick. Mereka
segera membaringkan tubuh Tarida diatas kasur busa, kedua tangan Tarida
dipegangi terentang ke kiri dan kekanan, Barli dan Nick dengan bebas
menyusu dipayudara Tarida, Rhoni menerkam selangkangan Tarida dan
mengemut-ngemut cairan gurih diselangkangan gadis itu.
“Awww Akkksss UHHHH” Tarida menggelinjang-gelinjang ketika kenikmatan
yang diberikan oleh ketiga laki-laki membuatnya merinding panas dingin.
Nick tidur terlentang diatas kasur busa, Barli memberi komando agar
Tarida mengangkang naik kemedan pertempuran dalam posisi punggungnya
menghadap ke arah dada Nick dan “Jrebbbbb….. Jrebbbb” berkali-kali
kemaluan Nick berusaha memasuki lubang kecil imut dipantat Tarida.
Tangan Nick membantu mengangkat dan menurunkan pinggul Tarida, Rhoni dan
Barli menyodorkan kemaluannya pada Tarida, tangan mungil gadis itu
sibuk mengocok-ngocok kemaluan dua laki-laki yang terkekeh-kekeh
keenakan. Sesekali bergantian diemut-emutnya dan dijilatinya kepala
kemaluan Rhoni dan Barli.
“Uhhh Si Amoyy hebattt!!! Terus!” Barli menceracau keenakan.merasakan hisapan kuat Tarida dikepala kemaluannya.
“Hushhh… namanya bukan Amoyy Tapi TAAA.. RIII… DAAA” Rhoni protes sambil mengelusi kepala Tarida.
“Hee NNNGhhh CRRRt CRRRRT” kening Tarida berkerut matanya terpejam
rapat, tubuhnya roboh kebelakang ketika cairan kenikmatannya
berdenyut-denyut keluar.
Rhoni berbaring disisi dikanan dan Barli berbaring disisi kiri ,
mereka asik menonton geliatan-geliatan tubuh Tarida diatas tubuh nick
yang sedang asik memompa kemaluannya keatas merojok-rojok anus Tarida.
Barli mulai mengambil posisi, ia mengangkangkan kedua kaki Tarida
lebar-lebar kemudian kepala kemaluannya menusuk dan menekan-nekan
berusaha memasuki lubang vagina gadis itu yang sempit.
“Owww Akhhhhh” satu tusukan kuat SiBarli membuat Tarida membelakkan
matanya, dua Batang kemaluan yang besar dan panjang mengait lubang anus
dan lubang vagina Tarida yang mungil.
Rhoni mengecupi kening Tarida dan bertanya “Gimana ? enakk ?”
Tarida menatap Rhoni dan mengangguk, selanjutnya tubuh Tarida
terguncang-guncang karena sodokan-sodokan kuat dilubang anus dan lubang
vaginanya. Rhoni menyusu dibuah dada Tarida
“Ooooohhhh!!” Tarida kembali menggelepar-gelepar dilanda kenikmatan.
Ketiga laki-laki yang menggumuli Tarida terkekeh-kekeh menikmati
tubuhnya yang halus dan mulus. Beberapa saat kemudian Rhoni duduk
mengangkang diatas ranjang, Nick dan Barli mencabut kemaluannya dari
kedua lubang gadis itu. Nick menyerahkan Tarida pada Rhoni, Rhoni
mengarahkan kepala kemaluannya pada lubang Vagina Tarida, gadis itu
berusaha memasukkan kemaluan Rhoni dalam posisi duduk saling berhadapan.
Barli dan Nick sibuk membantu meremas dan menekan-nekan buah pantat
Tarida.
“Auhhhh….. jrebbbb” Tarida menahan gerakannnya ketika kepala kemaluan Rhoni melesat masuk kedalam lubang vaginanya.
Lidah Tarida terjulur keluar ketika Rhoni menyentakkan kemaluannya
menyelami lubang sempit diselangkangan gadis itu. Barli dan Jo menarik
punggung Tarida agar ia merebahkan punggungnya diatas kasur busa, mereka
berdua asik menyusu pada buah dada gadis itu. Rhoni yang masih dalam
posisi duduk menaikkan kedua kaki Tarida, kemaluannya yang besar dan
panjang masih mengait lubang vagina Tarida yang kini rebahan diatas
kasur itu.
“Teruuuss Rhonnnn Ha HA HA HA” Nick memberi semangat pada Rhoni.
“Ha HA HA liat susunya… Wahhhh bagus..!! Baguss!!” mata Barli melotot
melihat payudara tarida yang bergerak-gerak dengan kencang seirama
dengan sodokan-sodokan Rhoni.
“Awww KRRCCTTT KTCTTTRRRTTTTT” Tarida menatap sayu pada ketiga laki-laki yang sedang habis-habisan menikmati tubuhnya.
Tangan Barli dan tangan Nick mengelusi payudara Tarida,
dipelintir-pelintir dan ditarik-tariknya putting susu gadis itu dengan
lembut. Sesekali mereka menunduk untuk menghisapi dan menjilati buah
dada Tarida. Keringat meleleh ditubuh Tarida bagaikan keju yang terbakar
api kenikmatan.
*********************************
Sam dan Agato mulai mengelilingi Nia
“Ngakk ahh !! ngak mau…!! mang Dhani HMMM MHHH”Nia berontak ketika
Sam bersujud sambil meraih pinggangnya, Tangan kanannya merayapi Paha
Nia yang halus, Agato menjilati leher Nia dari belakang,sedangkan dari
belakang aku memegangi kedua tangan Nia dan menarik tangan Nia dengan
lembut kebelakang.
Lewat Tangan Agato yang Cuma sebelah menyusup masuk kedalam Tank Top
yang dikenakan oleh Nia. Agato tampak asik meremas-remas payudara Nia.
Sam menaikkan rok mini gadis itu dan menarik turun kain segitiga
berwarna merah diselangkangan gadis itu.
“HMMM… Wahhh…!!!” Sam melotot melihat garis tipis yang sedikit terbuka menampakkan isi Vagina Nia yang berwarna merah muda.
Sam mencelupkan telunjuknya kesela-sela diselangkangan Nia. Agato
menarik tangannya dan bersujud untuk ikut menonton vagina Nia, Agato
ikut mencelupkan jari telunjuknya dan kini berbarengan mereka berdua
asik mengocek-ngocek lubang sempit diselangkangan Nia. Nia menggeliat
geliat, aku menciumi dan menjilati lehernya dan turun mengecup-ngecup
bahu Nia. Nia memohon agar aku melepaskan kedua tangannya, aku menuruti
permintaannya sambil terus kedua tanganku kini mengelus ngelus pinggang
Nia yang ramping, kutarik baju tank top yang dikenakan Nia keatas agar
terlepas dari tubuh mulusnya yang putih.
Setelah melepaskan pengait bra, kulepaskan dan kulempar jauh-jauh bra berwarna putih itu.
”AWWW AKHHH CRUTTTT CRUTTTTTTTTT” Agato dan Sam berebutan menjilati lendir yang meleleh diselangkangan gadis itu.
Sam berdiri dan merendahkan tubuhnya, diemut-emutnya payudara Nia
bergantian yang kiri dan kanan, sementara Agato masih sibuk membersihkan
lendir meleleh dari sela-sela selangkangan Nia. Lidah Agato begitu
lincah mengait-ngait clitoris Nia. Aku menarik pinggul Nia dan mendorong
punggung gadis itu agar berdiri dengan posisi menungging, Agato menekan
kepala Nia kearah kemaluannya. Sam meraih payudara nia dari samping dan
kutekan kepala kemaluan memasuki lubang sempit diselangkangan Nia yang
kewalahan menerima masuknya kemaluanku.
“Awww…akhhhh mangggg aduhhh…” Nia menjerit-jerit kecil keenakan ketika kemaluanku memompa lubang vaginanya dari belakang.
“Uhhh Siiipppp…!!! Teruss sedottt…”Agato membelai-belai kepala Nia diselangkangannya,
Sementara Sam bersujud sambil terkekeh-kekeh mengusap dan
meremas-remas payudara Nia yang bergelantungan didada gadis itu,
sesekali mulutnya menjilati dan menghisapi payudara Nia dengan rakus.
“UUHHH Uhhh MMMMMHH MAngg Dhanii Akhhhh… CRRRTT CRRRT” Nia merengek
manja merasakan cairan kenikmatannya muncrat dari dalam tubuhnya.
“Dhann gentian doonng” Agato meminta lebih, aku terkekeh-kekeh sambil mencabut kemaluanku dari lubang Vagina Nia.
Agato bergerak kebelakang Nia dan sekali lagi Nia mengerang merasakan
kemaluan yang besar dan panjang berusaha memasuki lubang kecil di
vaginanya. Tubuhnya kembali tersentak-sentak maju mundur dengan kuat…
“Uttsss Eee EEEEHHHHH” tangan Agato yang cuma sebelah itu terpeleset dan tubuh Nia tersungkur kedepan.
“EitttTTT…” aku dan Sam buru-buru memegangi Nia yang hampir terjatuh.
Nia menolehkan kepalanya kebelakang, entah kenapa Nia merasa kasihan
melihat Agato yang merasa bersalah, atau juga merasa rendah diri
menyadari kondisi fisiknya yang kekurangan satu tangan dihadapan
Nia. Nia meronta kecil melepaskan dirinya dari peganganku dan Sam, ia
melangkah mendekati Agato. Tangan mungil Nia mengelus pipi Agato, Mata
Nia saling berpandangan dengan mata Agato, senyuman manis Nia membuat
agato melupakan rasa rendah dirinya. Kedua tangan Nia bergelantungan
dileher agato dan “Hmmm MMMHHHH MMMMHHHHHH” Agato menyambut ciuman Nia
yang panas.
Nia meminta Agato berbaring diatas rerumputan hijau, gadis itu
mengangkangi kemaluan Agato dan berusaha menjebloskan kemaluan Agato
yang berukuran besar memasuki lubang sempit diselangkangannya.
“NNNN NnnnggGGGGHHH” Nafas Nia tertahan – tahan ketika perlahan-lahan
kepala kemaluan Agato memasuki lubang sempit diselangkangannya.
Nia mulai bergoyang dan menaik turunkan pinggulnya diatas tubuh Agato
“Achhhhh Owww akhhhh Uhhhhh Mmmmmmhh” Sam menyumpal mulut Nia yang
mendesah-desah dengan kemaluannya. Aku meraih tangan Nia dan
membimbingnya untuk mengocok-ngocok kemaluanku.
“Ackkkk OWWW CRRRTT CRuuuttt CRRRUTttttttTTT” gerakan Nia tertahan, tubuhnya menggeletar keenakan.
“Hupppp HE he he he he” Sam mengangkat tubuh Nia sehingga kemaluan Agato terbetot lepas dari lubang Vagina gadis itu.
“Yeee!!! Elu Samm Ahh….he he he” Agato tampak kecewa
namun ia terkekeh-kekeh melihat Sam tengah mencumbui tubuh Nia sambil
berdiri.
Sam merendahkan kemaluannya dan kemaluannya berusaha mengait lubang
vagina Nia. Nia mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar berusaha
menerima kemaluan Sam yang ingin memberinya kenikmatan.
“OOchhhh Uhhhh” Nia tersentak begitu kemaluan Sam memasuki dirinya,
Sam mencengkram buah pantat Nia dan mengangkat tubuh gadis itu. Nia
mengalungkan kedua kakinya membelit pinggang Sam dan mengalungkan kedua
tangannya pada leher Sam. Tubuhnya segera terayun-ayun seperti sedang
bermain ayunan
“Clookkk Clopppp Plooopppp Cleepppp” Bunyi – bunyi itu terdengar dengan merdu.
Aku bergerak dan meremas-remas buah pantat Nia yang menggantung, kujejalkan Kepala kemaluanku kelubang anusnya dan…
“Ohhh MMM Mangggg Dhani… Akkkk….” Kini sebelah tangan Nia bergerak
kebelakang melingkari leherku, sedangkan yang satunya berpegangan pada
bahu Sam.
Aku dan Sam berlomba-lomba menghujani lubang Anus dan lubang Vagina
Nia. Agato bangkit berdiri, tangannya yang Cuma sebelah menarik kepala
Nia dan..
“Hmmmm MHHHH MHHHHH MHHHHHH” mulut Nia tersumpal oleh mulut Agato
****************************
Pada malam harinya
Malam itu aku terbangun, mataku mencari-cari dimana gerangan ketiga
gadisku, lewat kaca jendela aku melihat tiga sosok yang amat kukenal
sedang duduk berdampingan diatas kursi panjang menghadap kearah telaga.
Aku berjalan tertunduk menghampiri ketiga gadisku
“Kalian marah ya ? sama mang Dhani…”aku bersujud dihadapan mereka ,rasa bersalah semakin mendera hatiku
“Maafin yaaa….” tanganku mengelus-ngelus paha-paha mulus mereka bertiga.
“Tadinya sih marah banget….” Feilin membuka suara
“Tapi setelah dipikir-pikir….” Nia melanjutkan ucapan Feilin
“Kami ngerti koq…. Mang Dhani pasti ngerasa ngak enak ya menolak permohonan teman-teman mang Dhani” Tarida tersenyum manis.
“Tadi Mang Rhoni yang ngasih tahu…..” Feilin tersenyum manis
“Lagipula… setelah dirasa-rasa… enak juga pesta sex kaya tadi he he he” Feilin terkekeh-kekeh.
Aku menghela nafas lega melihat senyuman menghiasi wajah ketiga gadisku.
Ketiga gadisku berdiri, mereka menyuruhku duduk diatas kursi panjang menghadap kearah telaga.
“Gubraggg…. Byurrrrrrrrrr……….”
Seekor Katak tiba-tiba roboh dan tercebur kedalam telaga terkena serangan jantung menyaksikan
tiga orang gadis Chinese yang cantik mulus bersujud, menciumi dan
mengulum kemaluan Dhani Anwar. Aku menatap keatas langit, rembulan
terlihat begitu cantik…bintang bintang bertaburan menghiasi langit
malam, kedip-kedip nakal terlihat diatas sana, mengintip aku dan ketiga
gadisku yang sedang asik bergumul demi meraih kenikmatan.
The End