Recent Posts Widget

XXX STORY : Nona Majikanku dan Dua Temannya yang Polos

https://cerita-porno.blogspot.com/2012/07/xxx-story-nona-majikanku-dan-dua.html

Namaku Dhani Anwar, aku bekerja sebagai sopir sekaligus tukang kebun dikeluarga Chinese yang tergolong kaya raya, kerjaku tergolong mudah yaitu mengantar putri tunggal mereka, Feilin, ke sekolah. Feilin memiliki wajah yang cantik, agak nakal, genit dan galak, ia mempunyai dua orang teman akrab yang satu bernama Nia, ia bertubuh langsing dan pemalu dan yang satunya bernama Tarida yang sifatnya periang dan suka bercanda. Mereka juga cantik-cantik, putih dan mulus. Tadinya aku bersikap acuh terhadap kegiatan mereka bertiga namun lama kelamaan aku menjadi penasaran apa saja yang mereka bertiga lakukan di halaman belakang yang dengan kerasnya dilarang dimasuki olehku, rasa penasaran setiap hari semakin membesar dan aku berniat mengintip apa saja yang mereka bertiga lakukan. Pada Tanggal 2 Februari Nia dan Tarida bermain kerumah dan seperti biasanya mereka bermain dihalaman belakang rumah. Dengan hati-hati aku membuka pintu menuju halaman belakang dan melihat sesuatu yang menggetarkan kalbu.
Bagaikan tersambar petir disiang hari aku melihat Feilin, Nia dan Tarida sedang asik saling meraba dan berciuman satu sama lain, pakaian renang melekat ditubuh mereka. Otakku langsung menyala membara dengan nafsu yang bergejolak, rupanya ini yang selalu disembunyikan oleh mereka bertiga, entah sudah berapa lama mereka berdua menyimpan rahasia besar dihadapanku, namun dilihat dari cara mereka berciuman dan meraba sepertinya masih amatiran, pikiran kotorku langsung bekerja.
“Ehmmmm-ehem!” dengan sengaja aku muncul dan mengagetkan mereka bertiga.
“Awwww!!” ketiganya sangat terkejut, “Mang Dhani ngapain sihhhh… kan udah dibilang ngak boleh masuk!” Feilin tampak kesal dan cemberut.
“Gimana non enak yahhhh???”Aku dengan santai menghampiri mereka.
Feilin sepertinya akan membentakku lagi namun Tarida tiba-tiba menarik Feilin dan berbisik sesuatu ditelinga Feilin, “ihhhhhh ngakkk ahhh…” Feilin sepertinya keberatan entah apa yang dibisikkan ditelinganya. Tarida berbisik sesuatu lagi ditelinga Feilin. Kemarahan Feilin tiba-tiba seperti menghilang kini ia memandangiku dengan tatapan yang nakal. “Iya juga…. Hmmmm” Feilin seperti menimbang-nimbang sesuatu, kemudian ia mengangguk pada Tarida yang tersenyum dengan ceria. Tarida menghampiriku dan kemudian ia berkata “Karena mang Dhani sudah mengintip maka mang Dhani harus dihukum…” Tarida terkekeh-kekeh. “Dihukumm ?” Aku bertanya tidak mengerti. “Iya.. mulai sekarang Mang Dhani harus mau jadi boneka.. buat kami…”jawab Feilin.
Aku memandang tidak mengerti namun dengan memberanikan diri Tarida menjelaskan kepadaku tentang keingintahuan mereka terhadap anatomi laki-laki, sekata demi sekata diucapkan dengan terbata-bata.
“Hmmm maksudnya ingin lihat kemaluan pria begitu…?”Aku tersenyum , melihat wajah ketiga gadis Chinese dihadapanku merona merah.
Tanpa banyak berkata-kata aku segera mebuka baju dan celanaku dan terakhir kulepaskan celana dalamku dan kata-kata seperti “Wahh…..,Uhhhhh….dan Ihhhh” terdengar dari mulut ketia gadis Chinese dihadapanku yang memandangi kemaluanku sambil melotot. Oh iya aku lupa menyebutkan jati diriku , aku asli orang Irian, Usiaku 54 tahun, tinggi tubuhku 1,87 meter dan tubuhku gemuk dan besar, kulitku hitam legam dan rambutku ikal dan beruban, wajahku tadinya rada ganteng namun menjadi rusak tidak karuan karena terbakar demikian juga bagian tubuhku yang lain penuh dengan bekas luka bakar, Untungnya kemaluanku tidak ikut terbakar. Panjang kemaluanku 19.4 cm dengan dihiasi oleh otot-otot yang melingkar, makanya para amoy dihadapanku melotot melihat kemaluanku yang besar dan panjang.
“Mmmhhh Mang Dhani sekarang harus duduk disono…” Feilin mundur dan tampak gugup ketika kuhampiri.
Aku tersenyum , aku menuruti kemauannya dan duduk dikursi sofa. “Nahhh… sekarang terserah kalian ingin ngapain saya terima”Aku mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar. Tarida mendorong Feilin sambil berkata “Feilin maju gihhhh !! kan sopir kamu tuh….”, Feilin bertahan tidak mau maju sambil memandangi risih kemaluanku
“Ehhh ngakkk ahhh kamu dulu gihhh….” Feilin malah mandorong tubuh Tarida. Kedua gadis itu sibuk saling mendorong sambil tertawa-tawa kecil, namun kemudian mereka terdiam sambil memandangi Nia. “Kalo gitu si nia aja duluan… serbuuuuuuu” Feilin memberikan perintah dan mereka berdua mendorong Nia yang tampak gugup dan terkejut. “Ehhhhh lohhhh ??? ngakkk akkhhhh duhhhh Feilinnnn… Taridaaaaaa” Nia Protes, ia tampak ketakutan dan menghindar dari kedua temannnya. Kini Aku mengocok-ngocok kemaluanku sambil memandangi wilayah terpenting Tarida. “Ngapain sihhhh….” Tarida memandangiku dengan curiga, aku hanya tersenyum-senyum. “Yang ini lebih enak ketimbang ciuman.. he he he” Aku terus mengocok-ngocok kemaluanku. Feilin kini berusaha mendekatiku dan ia duduk bersujud sambil memperhatikanku yang sedang asik mengocok-ngocok kemaluanku. Tarida ikut bersujud didekat Feilin sedangkan Nia dengan malu-malu hanya berdiri disamping kedua temannya. “Emangnya dikocok-kocok gitu kayak apa enaknya sih?” Feilin bertanya sambil memperhatikan tanganku yang sedang mengocok-ngocok kemaluanku. “Wah yang pasti asik banget non… pokoknya sulit deh ngejelasinnya tapi kalo Feilin mau nyoba ngocok-ngocok kontol pasti ketagihan….soalnya asik berat deh”Aku mulai memasang jaring beracunku agar ketiga gadis dihadapanku mau mencoba memainkan kemaluanku.
“Nihhhh cobainn….”Aku menggeser tubuhku sambil menyodorkan kemaluanku. “Eehhhh ngak… ngakkkk……” Feilin malah mundur, aku jadi kecewa namun…
“Ehhh……”Aku sempat tersentak ternyata Nia yang tadinya pendiam kini ikut bersujud dan tanpa ragu-ragu berani mengelus batang kemaluanku bahkan ia berani menggenggamnya. Ternyata….hmmm…entah apa yang dikatakan Nia, tapi yang pasti ia meremas-remas batang kemaluanku.
“Efuhh…. Niaaaaa….”Tarida tampak kaget dengan keberanian Nia, sedangkan Feilin malah bertanya penuh selidik “Gimana ??”tampaknya Feilin penasaran. “Hangat…. Trusss kadang-kadang berdenyut-denyut… kayak hidup….” Nia menjelaskan.
Kini Tarida mulai mengelus-ngelus batang kemaluanku “Besar amattttt…. Ihh urat-uratnya gede…” Tarida mengomentari kemaluanku. Jari telunjuk Feilin kini menekan-nekan mulut kemaluanku sehingga kemaluanku berdenyut kencang, terlebih ketika Feilin menarik-narik kepala kemaluanku sambil berkata “hehehe kayak helm, cuma yang ini gak bisa dilepas”. Aku semakin mengangkangkan kedua kakiku agar tiga gadis Chinese yang bersujud dihadapanku dapat lebih leluasa memainkan kemaluanku. Hampir selama dua jam mereka bertiga mempermainkan kemaluanku , dan aku mulai merasakan tekanan yang besar di kepala kemaluanku dan ‘Crettt… Croottt’. Sesuatu tiba-tiba menyembur dengan kuat dari kepala kemaluanku.
“Aww…. Ikkkh…aduhhhhh apaaan nihhhh” Feilin yang berada ditengah-tengah memekik karena bahunya tersemprot air maniku. “Uhhh…. Lengkettt……bauuu” Tangannya berusaha membasuh air maniku yang sangat banyak berceceran dibahunya. Sementara Tarida cekikikan mentertawakan Feilin, Nia tersenyum-senyum kemudian menyusul tertawa terbahak-bahak. Semenjak hari itu aku memasuki sebuah masa yang sangat menyenangkan, aku menjadi mainan tiga orang gadis Chinese yang cantik dan mulus.
########################
Pada hari itu seperti biasa aku menunggu Feilin dan teman-temannya ditempat parkir sekolah yang sepi, mataku sudah lima watt karena mengantuk tiba-tiba…. “Tok-tok-tokkkk…”Aku mendengar suara kaca mobil diketuk seseorang. Segera kubuka kunci pintu mobil dan Feilin segera masuk kedalam.
“Mang buka cepet!” ia menyuruhku membuka celanaku.
“Hahhhh… nanti gimana kalau ketauan?” aku agak tidak leluasa bermain didalam mobil kijang.
“Ngak akan…. yang laen kan lagi jam isitirahat…ayo manggg buruan!” Feilin tidak sabaran mengulurkan tangannya dan memaksa membuka resleting celanaku.
Aku membiarkannya melakukan keinginannya dan mengeluarkan kemaluanku.
“Ayooo manggg keluarin yang putihnya….aku pengen liat lagi” tangan Feilin mengocok-ngocok kemaluanku, aku mengerti rupanya ia ingin agar aku mengeluarkan air maniku, otakku berpikir dengan cepat.
“Aduh… susahh Non, kecuali kalau mau membantu dengan….”aku tidak melanjutkan kata-kataku
“Dengan apa mang?” Feilin tidak mengerti dengan maksudku.
“Diisep Nonn… pake mulut.” aku memandanginya dengan tatapan meyakinkan.
Feilin menghentikan kegiatan mengocok-ngocok kemaluanku wajahnya merah padam namun bukan marah tapi malu. Aku mencoba mengambil inisiatif, tanganku bergerak kebelakang kepalanya dan aku menarik dan menekan kepala Feilin kearah kemaluanku,
“buka mulutnya Non!” aku memerintahkan Feilin, entah kenapa Feilin yang biasanya agak nakal dan galak ini tiba-tiba berubah menjadi penurut.
“Hhmmmm…” Feilin hendak menarik mulutnya ketika kepala kemaluanku mulai masuk kedalam mulutnya tapi aku menekan kepalanya lebih keras sehingga kemaluanku masuk lebih dalam kedalam mulut Feilin.
“Sedot Non… Ayoooo!” aku membujuk Feilin agar mau menyedot kemaluanku. “Mmmmmmhhh… Mmmmmmmm” Feilin mulai melakukan sedotan-sedotannya. Aku membelai-belai rambutnya kemudian belaianku turun kepundaknya Feilin dan perlahan-lahan turun mengelus-ngelus pinggul Feilin, aku tersenyum senang karena biasanya Feilin tidak mengizinkan Aku untuk menyentuh tubuhnya namun kini tanganku merayap perlahan-lahan ditubuhnya. Feilin mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya, matanya memandangi kepala kemaluanku dan “Ihhhh asinnn…”namun kemudian dengan lahapnya Feilin mengemut kepala kemaluanku, dikeluarkan dan kemudian diemutnya lagi berkali-kali.
“Tenggg… tenggg… tenggg!!” tiba-tiba bel berdentang sangat keras tanda jam istirahat sudah usai. Feilin mendesah panjang sepertinya ia kecewa
“Sudah nanti kita lanjutkan di rumah…. Pasti lebih asoyyy… dan kalau mau nanti mang ajarkan yang lebih seru.”Aku menarik pinggangnya dan “Hmmmm… mhhh” Feilin sedikit berontak ketika aku tiba-tiba mengulum bibirnya namun perlawanannya perlahan-lahan sirna dan “Auffff…. Sudah manggg aku sudah terlambatt…” Feilin mendorong bahuku kuat-kuat, kemudian ia keluar dari mobil dan berlari kecil menuju kelasnya. Aku tersenyum senang , dengan bersemangat aku menunggu Feilin dan teman-temannya sampai mereka selesai sekolah dan kemudian dengan mengebut aku menuju rumah Feilin.
Para gadis itu masuk kedalam, sedangkan aku buru-buru memarkir mobil kemudian menyusul masuk kedalam rumah dan menuju halaman belakang tempat dimana ketiganya sudah menungguku. Tanpa basa-basi aku melepaskan pakaian dan celana panjangku, kemudian duduk dibangku favoritku sedangkan mereka duduk bersujud dihadapanku, seperti biasa mereka berebutan mengelus-ngelus dan mengocok-ngocok kemaluanku.
“Feilin mau ngemut lagi kayak di lapangan parkir tadi nggak?” aku mulai memasang siasat baru.
“Ehhhh…. ” Feilin tampak terkejut dan terpaku diam sedangkan Tarida malah bertanya dengan polos, “Ngemut apaan Fei?” sedangkan Nia memandangi temannya, sepertinya ia masih tidak mengerti.
“Tadi Non Feilin di lapangan parkir ngemutin kontol Mang Dhani” aku menjelaskan.pada kedua temannya apa yang terjadi tadi sewaktu jam istirahat dilapangan parkirr.
“Haaahhh!” suara itu keluar hampir bersamaan dari mulut Nia dan Tarida. “Gilaaaa… lo Feii…. Ehhh rasanya gimana…..” Tarida bertanya pada temannya. “Ehhhh… it-ituu….” Feilin kesulitan menjawab.
Aku langsung memanas-manasi, “Kata Feilin siang tadi sih, rasanya enak bangett… trusss katanya mau dilanjutkan dirumah, malahan minta diajari berciuman dll…dan juga minta dijilati dirumah, terus diremas dan dielus juga teteknya” kusebutkan semua jenis pelajaran ngeres yang ada diotakku.
Feilin hanya menatapku, dia tidak tahu harus berkata apa tapi dia juga tidak membantah perkataanku.
“Ihhhh…Mang Dhani curang!” Tarida tiba-tiba ngambek.
“Lohhhh curang bagaimana Non?” aku tidak mengerti.
“Iyalah curang masak Feilin doing yang diajarin?” Nia yang agak pemalu membuka suara.
“Jadi…. Non Tarida dan Non Nia juga mau diajari sama mang Dhani?” aku tersenyum lebar.
“Tapi apa beneran enak?” Nia bertanya dengan ragu-ragu.
“Sini…. Huppppp!” kuraih tubuh Nia dan mendudukkannya dipahaku.
Nia berontak namun kutahan, kupeluk pinggangnya dan kusergap buah dadanya. “Ahhhh… ehhhhhh….. Mangggg” Nia merapatkan kedua kakinya ketika tanganku menyusup masuk kebalik rok seragam sekolahnya, namun itu semua tidak menjadi halangan bagiku untuk dapat menikmati kehalusan paha Nia. Ciuman-ciumanku mendarat dilehernya, pipinya dan juga dibibirnya yang lembut.
“Hmm…mhhh” kukulum bibir Nia sedangkan kedua tanganku kini dengan aktif meremas-remas lembut kedua buah dadanya yang masih ketakutan bersembunyi dibalik baju seragam sekolahnya.
“Whowwwww……. Wahhhh” Tarida memandangi temannya yang merem melek karena kuremas-remas buah dadanya.
“Jangannn ahhhh….” Nia mencegah tanganku yang hendak membuka kancing baju seragamnya
“Nggak apa-apa Non, lagian Non Feilin juga tadi kubuka baju seragamnya…..betul nggak Non Feilin? hehehe” aku berusaha menenangkan Nia.
Nia memandangi Feilin seolah-olah menanti jawaban, namun Feilin malah memandangi dengan tatapan kebingungan, pada saat itulah aku mengambil kesempatan emas, dengan cekatan aku membukai kancing baju seragam Nia kemudian bra putihnya juga aku lepaskan.
“Mang Dhani….aahhh!” Nia agak protes ketika aku dengan kasar meloloskan bra putihnya.
Kedua tangan Nia berusaha menutupi kedua buah dadanya dari tatapan mataku, ambil mengelus-ngelus pahanya aku melanjutkan permainanku, kujilati lehernya yang jenjang. Aku menarik tubuh Nia sehingga buah dadanya sejajar dengan mulutku kemudian kusibakkan rok seragamnya, jari tanganku mulai berkeliaran didaerah seputar selangkangannya.
“Uhhhh……” ia tersentak secara reflek kedua tangannya memegangi tangan kananku yang menyusup masuk kedalam celana dalamnya.
“Sssshhh…aahh….” Nia mendesah ketika tanganku menggesek-gesek bibir vaginanya.
Perlahan-halan kedua kakinya semakin mengangkang ketika aku semakin aktif menggesek-gesek bibir vaginanya dengan lembut.
“Aowww…akhh…Mang Dhani!” mata Nia sampai terpejam-pejam ketika aku memadukan seranganku dengan jilatan dan emutan dibuah dadanya yang ranum.
“Achhhh Crrrt…cccrrrttt!” tubuh Nia mengejang, kemudian tanganku yang masih asik menggesek-gesek bibir vaginanya merasakan ada sesuatu yang meleleh dan terasa sangat hangat membasahi tanganku.
“Basahhh non… dibuka aja yahh….”Aku berusaha menarik celana dalam itu agar terlepas namun kedua tangan Nia mempertahankan celana dalamnya, wajahnya seperti ketakutan, kukecup bibirnya yang setengah terbuka.
“Gimana Nia enak?” Feilin bertanya pada temannya, sedangkan Tarida yang tadinya ceria kini tertegun memandangiku.
Aku bangkit berdiri dan kemudian menarik tubuh Feilin agar duduk diatas sofa disebelah Nia dan berkata “lebih baik Non Feilin merasakannya sendiri daripada harus bertanya-tanya” Akupun berjongkok dihadapan nona majikanku itu.
Tanganku berusaha menyentuh bagian dada Feilin yang masih tertutup rapi oleh seragam sekolahnya namun kedua tangannya berkali-kali menepiskan kedua tanganku. Aku tersenyum kini wajahku yang mendekat kewajah Feilin.
“Kalau ciuman kayak tadi siang boleh kan Non?” aku berusaha mengingatkan Feilin pada kejadian tadi dilapangan parkir.
Dari tatapan matanya sepertinya ia sedang bimbang, dalam kamusku kebimbangan berarti kesempatan emas. Aku langsung mengulum bibirnya yang tipis itu.
“Hmmmm… Mmmmm” suara erangan tertahan Feilin, kedua tangannya kini melingkar ke leherku.
Tanganku bergerak perlahan-lahan, menyusup mengelus paha mulusnya, perlahan-lahan sambil terus berciuman aku menyibakkan seragam sekolahnya keatas sehingga kini kedua tanganku dapat bergerak lebih leluasa menikmati kemulusan dan kehangatan pahanya. Kedua tanganku bergerak dan kini sedikit demi sedikit celana dalam Feilin kutarik turun, dengan sekali sentakan kutarik celana dalam itu sampai merosot turun.
“Ihhhh!” kedua tangannya serentak mendorong bahuku sehingga ciuman kami lepas.
Feilin hendak mempertahankan celana dalamnya namun nafsuku sudah meledak-ledak, dengan kasar kutekan bahunya sedangkan tangan yang satunya menyentakkan celana dalam Feilin sampai robek
“Brtttt…. Owww…. Plak!” Feilin kaget setengah mati ketika celana dalamnya kurengut dengan paksa sehingga ia menamparku dengan keras.
Aku hanya tertawa kecil, kedua tanganku kini menangkap kaki kanan dan kaki kirinya, kuangkat dan kudorong kedua kaki mulus itu sampai tertekuk mengangkang, kemudian mulutku segera menciumi selangkangannya.
“Uhhhhh… heiiii Mang akkkhhh! ” Feilin menjambak rambutku dan mencakar-cakar namun itu semua tidak kupedulikan, lidahku bergerak liar menjilati bibir vagina yang merekah itu. Kedua temannya seperti terhipnotis hanya melihat saja, mereka tertegun kaget.
“Rida… Nia…to…tolong…aww!” Feilin memekik kecil ketika aku mengecup-necup kasar bibir vaginanya.
Kedua temannya seperti tersadar kemudian mereka berdua berusaha membantunya.
“Manggg Dhani sadarrr…mangggg! ” Tarida berusaha menarik bahuku.
“Feilinnnn… aduhhhhh….. gimana ini?” Nia kebingungan karena keganasanku.
Walaupun Nia dan Tarida berusaha keras namun apalah artinya tenaga dua orang gadis muda dalam melawan nafsuku, perlawanan Feilin yang terus menjambak dan mencakariku walaupun terasa sakit namun terobati karena aku dapat melampiaskan keinginanku. Aku melumat kuat-kuat bibir vagina nona majikanku, lidahku bergerak liar mengorek-ngorek sela-sela diantara bibir vaginanya, kemudian kujulurkan lidahku semakin dalam berusaha menerobos celah-celah diantara bibir vagina dan kukait-kait daging yang ada didalamnya.
“Achhhh… Mangggg Dhaniiii…jangan!” Feilin kini bersandar pasrah, kedua tangannya tidak lagi menjambak dan mencakariku.
Kedua tangan itu kini meremas-remas kepalaku, ia tampak pasrah.
Nia kini tidak menarik-narik bahuku lagi, demikian juga Tarida, keduanya saling bengong kebingungan. Aku melepaskan kedua kaki Feilin, kini tanganku terjulur, satu persatu kulepaskan kancing baju seragamnya, kedua matanya hanya dapat terpejam rapat ketika aku menarik cup branya sebelah kini dan mulutku mendekati buah dadanya yang kini terpampang begitu ranum dan segar dihadapan mulutku.
“Slllppppp…slllpphh…” kujilati bulatan buah dada Feilin.
Ia merintih kecil ketika lidahku menjilati puting susunya yang mulai mengeras. Kini cup bra sebelah kanan kutarik turun sehingga tersembullah buah dada sebelah kanannya. Dengan rakus kuhisapi buah dada itu sambil meremas-remas yang satunya secara bergantian. Setelah puas menciumi buah dadanya, ciumanku merambat turun, keperut dan kemudian sambil menghirup dalam-dalam aroma vagina Feilin aku menjilati vaginanya kembali.
Kedua tanganku bagaikan capit kepiting meremas-remas buah dada Feilin, sedangkan mulutku melumat dan lidahku menjilati lubang vaginanya.
“Akhhh…mmhh…nggghhh!” Feilin mengejang dan tubuhnya bergetar hebat, aku yang sudah tahu gejala ini menhisap kuat-kuat lubang vaginanya dan “Awww!!” SSrrrrrrr…cairan orgasme Feilin yang gurih tumpah kedalam mulutku, tanpa merasa jijik kutelan cairan bening itu, bahkan sisa dari cairan gurih itu aku jilati dan aku telan dengan rakus. Mataku memandangi Tarida, satu-satunya dari ketiga gadis itu yang masih berpakaian utuh.
“Ehhh… Oww!!” Tarida menghindar ketika aku akan menangkapnya, ia berlari ketakutan, kukejar dia. Tarida mencapai pintu dan akan keluar dari halaman belakang namun sayang sekali
“Aduhh lepasss…. Tidak!!” tangan kirinya berhasil kutangkap dan segera kupinting dan kutarik kembali ke halaman belakang, kuseret ia kehadapan Feilin dan Nia yang memandangi Tarida tanpa mampu berbuat apapun, rupanya mereka masih shock dengan apa yang kulakukan terhadap diri mereka. Kutekan bahu Tarida sambil terus memiting tangan kirinya, ia bersujud dengan gaya doggy style, tangannya yang satu menempel dilantai untuk menopang berat tubuhnya.
“Aduhhh mangg Dhani sakittt!” Tarida mengaduh, tapi aku tidak mempedulikannya.
Tangan kananku bergerak menyibakkan rok seragamnya dan kutarik turun celana dalam putih Tarida sampai sebatas lutut, tangan kananku meremas-remas dan mengelus-ngelus buah pantatnya dengan lembut. Tangan kananku kini bergerak melucuti kancing baju seragam Tarida. Dalam posisi dipiting tangannya Tarida tidak dapat berbuat apa-apa, ia hanya dapat memohon kepadaku agar melepaskannya.
“unngghhh!” mulutnya melenguh ketika tangan kananku menysup masuk kebalik branya.
Aku memiting tangannya lebih kuat dan “Aduhh ampunnn manggg! Aahhh!” Tarida kesakitan.
“Asal Non janji tidak lari aku akan melepaskan Non…gimana?” aku berbisik ditelinganya.
Tarida mengangguk, kemudian kulepaskan tangan kiri Tarida kini kedua tangan Tarida bertumpu dilantai, ia masih tidak berani bergerak, aku bergerak dibelakangnya , kugesek-gesekkan kemaluanku diantara sela-sela pantatnya yang terasa lembut dan hangat, masih dalam posisi doggy style kutarik pinggangnya sehingga posisinya lebih dekat dengan tubuhku, tanganku bergerak menelanjangi pakaian seragamnya dan juga melepaskan branya, dari belakang aku meraih kedua payudara montok itu. Tarida kemudian sambil bergerak maju mundur menggesek-gesekkan kemaluanku pada sela-sela pantatnya, aku meremas-remas lembut buah dadanya.
“Hhhhssshhh… Hhhhh….” nafas Tarida terdengar memburu.
Cukup lama aku memperlakukan Tarida seperti itu, kemudian kepalaku mendekati buah pantatnya yang sedang menungging, kuciumi pahanya dan terus naik keselangkangannya dari belakang mulutku menjilati vagina Tarida yang sesekali kulanjutkan dengan menjilati lubang anusnya, bahkan sesekali lubang anus Tarida aku emut-emut.
“Ahhhh manggg….”rintihan demi rintihan keluar dari dalam mulutnya.
Tarida tersungkur lemas ketika kenikmatan itu melanda dirinya. Telapak tangan kiriku bersiap-siap tepat dibawah vagina Tarida menerima lelehan air lengket yang hangat, dengan tangan kananku kukorek sisa-sisa air yang meleleh itu kemudian aku menumpahkan cairan lengket dan licin itu tepat disela-sela pantat Tarida.
“Ehhhhh…Mang!” Tarida yang masih menungging menengok kebelakang.
Aku tersenyum kemudian kuletakkan kepala kemaluanku diantara sela-sela pantat Tarida dan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku diantara sela-sela pantat Tarida yang sudah banjir oleh cairan orgasmenya sendiri, sesekali kutekankan kuat-kuat kepala kemaluanku disela-sela pantat Tarida. Sehingga dirinya tersungkur,
“Owwww duhhhhh…apa ituuuu kecrotttttt crooooootttt” Tarida merangkak menjauh kemudian ia membalikkan tubuhnya sambil duduk agak mengangkang diatas lantai, ia memandangi diriku, tangannya berusaha melap sesuatu milikku yang kini meleleh sangat banyak dari sela-sela pantatnya, kemudian Tarida merangkak lagi dan naik keatas sofa, ia duduk disebelah Feilin. Ketiga gadis Chinese itu kini memandangiku, aku balas memandangi mereka, entah berapa lama kami saling berpandangan tanpa bicara satu sama lain. Entah apa yang dipikirkan oleh ketiga gadis Chinese yang kini sudah bugil dihadapanku, sedangkan aku sudah pasti menikmati indahnya lekuk liku tubuh ketiganya. Aku kini bangkit dan menghampiri mereka.
“Mangg Dhaniii….diam ahh!!” Tarida menepiskan tanganku yang akan meraih buah dadanya. Aku kini bersujud dihadapan mereka
“Gimana…. Pelajaran dari mang Dhani? Asik kan.?” aku tersenyum. “nanti kita belajar lagiii… mang Dhani jamin bakal lebih asikkk!” aku memutuskan secara sepihak.
“Tapiii…jangan kayak tadi ahhhh….Kan takuttt” Nia protes
“Iya tanganku juga sakitkan manggg….dipelintir kaya gitu!” Tarida ikut protes, yang tidak protes Cuma Feilin.
“Iyaaa… nanti caranya agak beda… asal nurut… jangan lari.. apalagi melawan…he he” kupandangi ketiga pasang buah dada yang ranum dan segar dihadapanku.
“Plakkkkk!” aku tersentak ketika tiba-tiba Feilin menamparku, aku tidak mengerti megapa tiba-tiba ia melakukannya.
“Dasar brengsek!! Jangan kurang ngajar maen paksa segala….keluar sana!!” sumpah serapah keluar dari mulutnya.
Dengan hati yang pedih aku keluar dari halaman belakang
“Feilinn udah dong ahh… koq kasar gitu sih!!” terdengar suara Tarida dan Nia yang mengasihani diriku.
Hari itu merupakan sebuah kebahagiaan sekaligus sebuah kepedihan yang mendalam dihatiku. Harga diriku sebagai laki-laki sudah dicoreng oleh Feilin, namun ada kebahagiaan diantara kepedihan karena aku dapat menikmati kehangatan dan kemulusan tubuh ketiga gadis Chinese walaupun tidak sampai melakukan persetubuhan.
Eps. 2: Feilin, Si Kucing Liar
Kali ini Aku dan tiga gadis Chinese berada diruangan keluarga,
“Cuppp…. Cupp Cuppp”aku sedang asik menciumi Tarida, mereka bertiga masih berpakaian lengkap duduk dihadapanku, sedangkan aku bersujud dibawah kaki mereka. Tarida menggelinjang dan merintih lirih ketika ciumanku semakin turun kebawah dan mengendus-ngendus juga mengigit-gigit kecil bagian dadanya ang masih rapi terbungkus seragam sekolahnya, lidahku menyelinap liar dari sela-sela seragam sekolah Tarida   . “hmmm errrhh… Tarida semakin legit deh..”Aku memujinya. “Legitt ? emangnya ketan… he he he”Tarida terkekeh-kekeh, tangannya membelai kepalaku yang masih asik menggeluti bagian dada Tarida dengan lembut. “Feilin… titit mang Dhani berdiri tuhhh….  Kasiann sendirian berdirinya kayak lagi nunggu Angkot”Tarida tersenyum genit. Feilin cekikikan sedangkan Nia tertunduk malu dan pura-pura tidak melihat kemaluanku. Aku berdiri dihadapan Tiga Gadis Chinese, tanpa harus diperintah Tarida yang berada ditengah langsung menjilati kepala kemaluanku, Feilin dan Nina menciumi batang kemaluanku, Batang kemaluanku seperti piala bergilir , sebentar ditarik oleh Tarida, sebentar kemudian sudah ditarik kekanan Oleh  Feilin dan sebentar lagi ditarik kekiri dibelai-belai oleh  Nia, Sambil menciumi dan menjilati Kemaluanku ketiga  Gadis Chinese sesekali bercanda , tawa mereka berderai merdu, semakin lama nafsuku semakin naik keubun-ubun, aku kembali bersujud dihadapan ketiga  Chinese , kudorong bahu  Feilin agar ia bersandar kebelakang, Tanganku kini menyibakkan rok seragam  Feilin sehingga pahanya yang kuning langsat kini terpampang dihadapanku.

Aku memandangi wajah  Feilin, aku berusaha menarik turun celana dalam putihnya,  Feilin  hanya tertawa lepas sambil menepiskan kedua tanganku. “Mau ngapain hayooo… he he he” Tarida tertawa , suaranya terdengar begitu merdu dan menggoda. “Ngak boleh ahhh… Sono gih berobah dulu jadi siBleki…..Ayo menggongong….” Feilin menyuruhku. Terus terang aku sering tersinggung dengan permintaan  Feilin yang aneh-aneh dan berulang kali menyakiti perasaanku sebagai laki-laki, namun demi sedikit kenikmatan aku terpaksa mengorbankan harga diriku. Dengan menahan rasa sakit hati aku berusaha mengikuti permintaannya , aku merangkak dan menggongong “Guk… Gukkkk Grrrhh…..”Aku menggeram-geram dan menggongong layaknya seekor Anjing,  Feilin tertawa terbahak-bahak , Sedangkan kedua  Chinese Lainnya tampak prihatin dengan keadaanku.”Heh… sini… jilati nih!!!” Feilin memerintahku Sambil merangkak aku menghampiri kaki  Feilin aku menciumi dan menjilati betisnya , jilatanku terus naik-naik dan naik ,  Feilin mengangkangkan kedua kakinya seolah – olah memberi jalan bagiku. Tanpa membuang banyak waktu aku mengendus-ngendus selangkangan  Feilin. “Good Boyyy…. “tangan  Feilin menepuk-nepuk kepalaku, kedua kakinya naik kebahuku namun kemudian dengan kasar menendang bahuku sehingga aku terjengkang “Aduh…” Aku terjengkang kebelakang, aku semakin geram dengan perlakuan  Feilin yang semena-mena . “Feilin jangan gitu donggg kan kasihan Mang Dhani….” Nia membelaku. “Iya ihhh… koqq kamu tega… sihhh…” Tarida juga ikut membelaku,  Tarida dan  Nia memang baik hati berbeda sekali dengan  Feilin, Gadis Chinese yang satu ini memang bandel, genit, nakal, dan galak.

“Biar aja!!!! ” Feilin mendengus kesal kemudian ia duduk bersandar disofa.  Tarida dan  Nia membantuku berdiri “Mang Dhani ngak apa-apa kan ?” Nia bertanya dengan lembut. “Jangan dimasukkan dihati mang, Feilin memang seperti itu orangnya…. Nanti aku kasih yang lebih asik yah…” Tarida berbisik ditelingaku. Aku menelan ludahku ketika  Tarida menyuruhku agar menelanjanginya, namun aku ragu, aku hanya berdiri mematung menatap mata  Tarida. “Waduhhh tititnya Mang Dhani Koqq kempes kayak balon panjang  aja….. kena paku ya mang….? Kudu ditambal donggg supaya he he he he” Tarida mengodaku, terus terang aku masih geram dengan perlakuan  Feilin sehingga nafsu seksku turun.  Tarida meraih tanganku dan meletakkan tanganku pada buah dadanya “Terserah mang Dhani mau ngapain…..” Tarida memandangiku dengan tatapan matanya yang menggoda, aku seperti api yang hampir padam terkena guyuran minyak , kedua tanganku kini meremas-remas buah dada  Tarida, aku membalikkan tubuh  Tarida dan memeluknya dari belakang ” Tarida… “aku meremas-remas kedua dada  Tarida, sambil melakukan remasan-remasan tanganku melepaskan kancing baju seragam  Tarida, setelah selesai melepaskan pakaian seragam  Tarida , aku melepaskan pengait bra dan kemudian kuloloskan bra putih  Tarida. Kedua tanganku kini mengusap-ngusap dan meremas lembut buah dada bagian bawah yang sangat halus dan lembut.. Aku melirik  Nia, hatiku merasa tersentuh karena  Nia yang baik seperti kebingungan , aku menarik tangannya dan juga membalikkan tubuhnya kemudian melepaskan pakaian seragam sekolah  Nia dan juga Bra warna pink yang dikenakannya. “Ihhhhhh mang Dhani serakah amattt he he he Hmm Mmmmm” Tarida berkomentar, namun mulutnya kusekap dengan bibirku. Tanganku yang satu bergerilya meremas-remas buah dada  Nia sedangkan yang satunya asik meremas-remas buah dada  Tarida.  Tarida menarik wajahnya sehingga ciumanku terlepas, kedua tangannya kini menarik kepala kemaluanku, diselipkannya kepala kemaluanku pada sela-sela pantatnya yang hangat, kemudian  Tarida menggoyang-goyangkan pantatnya. “Uhhhh… belajar dari mana Non ? ” Aku bertanya pada  Tarida.  Tarida tidak menjawabku ia hanya tersenyum, kadang-kadang aku meringis kegelian karena himpitan buah pantat  Tarida. “Mang Dhani sendiri belajar dari mana ?” Tarida malah balik bertanya padaku.

*************** 
Lima belas tahun yang lalu
“Diam kau gadis tengik…..ha ha ha” Aku menodongkan pisau pada seorang gadis cantik, si cantik ketakutan, tanganku bergerak menjamahi buah dadanya dan kemudian.. 
“Jangan Bang ampunnn….”Sicantik memelas memohon kepadaku ketika aku meremas-remas buah dadanya, airmata mulai meleleh dari matanya yang indah

“Brak…… hajar…. Siram!!!! Bakar…”Aku dikejutkan ketika pintu tiba-tiba didobrak dari luar , segerombolan orang menyerbu masuk, mereka menghajarku, menyeretku kesuatu tempat, beberapa temanku sudah banjir darah babak-belur dihajar massa . Seseorang mengguyurku dengan bensin…. Dan…

************** 
“Lohhh….ditanya koq bengong sih mang ? “suara  Tarida tiba-tiba menyadarkan lamunanku. Aku mengecup bibir  Tarida,  Nia menggeliat melepaskan tubuhnya dari pelukanku, kemudian  Nia bersujud dihadapan  Tarida dan… “Uchhhh Niaaa….. enakk…”tubuh  Tarida menggelepar hebat ketika  Nia menjilati bibir Vagina  Tarida. Kedua tanganku mencengkram pinggul  Tarida kemudian aku menekan-nekankan kemaluanku dengan lembut, tubuh  Tarida bergerak terdorong perlahan kadang-kadang ia terdorong dengan kuat ketika aku melakukan tekanan yang kuat pada belahan pantatnya. Serangan  Nia dan seranganku membuat  Tarida meringis-ringis dan “Aaaa Ahh… Crrrr” tubuh  Tarida mengeliat indah dan terkulai lemas dalam pelukanku, setelah menciuminya dengan lembut Aku melepaskan  Tarida. Aku tidak dapat menahan nafsuku ketika melihat  Nia yang masih asik menjilati vagina  Tarida, Aku mengangkat tubuh  Nia, kudorong tubuhnya agar berpelukan dengan  Tarida dan mereka berciuman dengan lembut. Aku bersujud dihadapan buah pantat  Nia, tanganku meremas-remas buah pantatnya yang padat dan kencang kemudian lidahku terjulur memoles-moles sela-sela pantat  Nia,  Nia menggoyang-goyangkan pantatnya , rupanya dia kegelian. Aku menekan buah pantat  Nia dan kemudian lidahku menggeliat-geliat, lidahku semakin kuat menggeliat kedalam anus  Nia. “Auhhhh…. Mang Dhanii….”  Nia menarik pantatnya dan menepiskan tanganku yang mencengkram pinggulnya. “Ehhhh kenapa ?”  Tarida bertanya karena tiba-tiba ciumannya yang lagi hot-hotnya dengan Nia jadi terganggu. “Lidah mang Dhani… Euh.. “  Nia tidak melanjutkan kata-katanya, wajahnya merah padam. Aku merangkak dan menghampiri  Nia, lidahku terjulur menjilati Vagina  Nia, tubuh  Nia bergetar hebat, rintihan-rintihan  Nia. Membuatku ingin melakukan aktivitas yang lebih mengasikkan

“Non.. kalau dicelup gimana…? Mau ?” Aku bertanya pada  Nia.  Nia memandangiku tidak mengerti. “Maksud mang Dhani……….”  Nia tidak melanjutkan kata-katanya sepertinya dia baru tersadar maksudku. “Tapi… aku masih perawan manggg..” Nia tampak keberatan. “Ya ngak masalah… kan Cuma maen diluar aja…. Tapi nikmatnya wahhhh… 1000 x lebih nikmat ketimbang dijilat…..”kataku ambil mengusap-ngusap kedua pahanya, tanpa menunggu jawabannya aku menidurkan Nia diatas permadani bermotif bunga matahari . “Tapi…. Mang dhani yakin… ngak akan sampai itu…” Nia menggeser pantatnya ketika aku mencoba menggesekkan kepala kemaluanku menjilati Bagian bibir vaginanya .”Saya yakin Non… keperawanan letaknya kan didalam… jadi kalo sebatas kepala kemaluan sih masih aman-aman saja koqq”Aku menjawab keraguannya. “Hmmm berarti.. beneran yah yang ada dibuku pelajaran biologi….” Tarida memandangiku, aku hanya tersenyum sambil menangkap kedua kaki  Nia. Nafas  Nia terdengar sangat berat ketika aku mulai menggesek-gesekkan kepala kemaluanku pada gundukan mungilnya. “Hmmhh… “pinggangnya melenting keatas ketika aku berusaha mencelupkan kepala kemaluanku pada belahan diantara bibir Vaginanya. Aku menekan berkali-kali berusaha memelarkan bibir Vagina yang masih peret akhirnya menekan sekali lagi kali ini dengan disertai sentakan yang kuat dan “Crebbbb Slepppsss” kepala kemaluanku seperti melesat dan dijepit oleh bibir Vagina  Nia. “Akssssshhhh….. ” Nia terkejut dan mulutnya terbuka seperti huruf O, tubuhnya melenting-lenting berusaha melepaskan diri namun aku mencengkram pinggulnya kuat-kuat. “Hahhhhh gilaaa… Nia.. Mang Dhani aduhhhh….!!!”  Tarida terkejut, sementara nafas  Nia yang tadinya tersenggal-senggal kini mulai dapat mengatur nafasnya , keringat – keringat nakal mulai membasahi tubuhnya yang putih dan mulus. Tangan kirinya meraba-raba gundukan Vaginanya , matanya mulai berair “Mang Dhani… Hhhh… Hhhhhh”  Nia agak terisak, aku kebingungan,  Nia menjelaskan sambil terisak rupanya ia takut keperawanannya terrengut olehku.

 ”Tenang…kan ngak ngerasain sakit…itu artinya keperawanan masih aman…”Aku menjelaskan padanya, setelah kujelaskan secara rinci dan teliti  Nia berhenti terisak-isak. Aku memegang Batang kemaluanku, sesekali kugerakkan kemaluanku berputar dan sesekali kugoyangkan ke kanan dan ke kini, Bibir Vagina  Nia yang masih mengemut kepala kemaluanku juga ikut monyong keana kemari mengikuti gerakanku. Mata  Nia terpejam-pejam, bibirnya mendesah-desah ketika aku menggoyang kepala kemaluanku kekiri dan kekanan. “Achhhh… Unghh……..Crrrrrrttt ” Nia melenguh panjang, tubuhnya menggeliat dalam gerakan yang fantastis dan gemulai, keringat nakal tambah banyak dan kini menetes deras membasahi tubuhnya yang menggairahkan. “Aku mangg….” Tarida berbaring disisi  Nia dan ia mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar. Aku meneduhi tubuhnya dan menciumi buah dada  Tarida, aku senang banget sama Dada  Tarida karena dadanya lebih gede dibandingkan kedua temannya, ciumanku merambat turun, turun dan turun sampai hinggap digundukan mungil diantara selangkangannya, lidahku menggeliat-geliat liar , menyelinap diantara belahan bibir vagina  Tarida,  Tarida menekan-nekan kepalaku sambil sesekali mengangkat-angkat pinggulnya.

Aku mulai mengambil posisi, kutempelkan kepala kemaluanku pada Bibir Vaginanya, terus aku mulai mencongkel-congkel sampai  Tarida mendesis-desis dan merintih panjang. “Manggg…..” Tarida menarik pinggulnya sambil menutupi bagian Vaginanya dengan kedua belah tangannya, ia menarik pinggulnya kebelakang ketika kepala kemaluanku mulai mendesak bibir vaginanya rupanya ia ragu-ragu. Aku menyingkirkan kedua tangan  Tarida, dan sekali lagi kembali kutempelkan kepala kemaluanku pada bibir Vaginanya, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku lalu ku tekan kepala kemaluanku perlahan-lahan dan “Akhhhhhh Mangg…!!! ” Tarida menjerit kaget ketika kepala kemaluanku melesat masuk,  Tarida terkulai lemas, nafasnya memburu kencang, sesekali ia merintih keras ketika aku menggoyang kepala kemaluanku dengan liar. “Owww rrcckkk Crrrrr” Tarida memejamkan matanya rapat-rapat menikmati kenikmatan yang datang menerpanya.  Feilin menghampiriku namun aku tidak mempedulikannya , aku malahan  asik memainkan buah dada  Nia yang kini kembali mendesah-desah, sambil mendengus kesal  Feilin meninggalkan kami bertiga. “Sudah- sudah…. Sudah sore…..udah mau hujan…..” Feilin cemberut,  Nia dan  Tarida terkekeh-kekeh kemudian mereka berdua menolak keinginanku untuk melanjutkan permainan lebih lama lagi, aku kemudian mengantarkan  Nia dan  Tarida pulang.

************************
Seminggu Setelah aku menaklukkan “sikucing liar Feilin”
“Tolong jangan…. Kasihan mereka….”Feilin memohon belas kasihanku.
“Jangan banyak bacott!!! Lakukan perintahku ngertii!!!!”Aku membentak Feilin, Feilin ketakutan dan ia segera menjalankan perintahku. “Slllllrrrppppphhhhh…. Sllllllrrrrrrpppphhhh………..”

*************************
Setelah mengantarkan  Tarida dan  Nia, aku dipanggil oleh  Feilin kedalam kamarnya kemudian “Buka seluruh pakaianmu mang..” Feilin menatapku liar, dengan ogah-ogahan aku membuka seluruh pakaianku. “Auhhhh…”Aku agak terkejut ketika  Feilin menyambar kemaluanku, sambil bersujud dia mengocok-ngocok kemaluanku, aku meringis ketika merasakan sedotan yang kuat dikepala kemaluanku, mau tidak mau perlahan-lahan aku melirik kebawah, mulut  Feilin yang biasa dipakai untuk menyinggung perasaanku kini sedang sibuk mengemut-ngemut kemaluanku (ini adalah pertama kalinya aku berduaan dengan  Feilin, biasanya mereka selalu bertiga , menjadikanku objek seks mereka), diluar hujan mulai turun , mula-mula rintik-rintik namun semakin lama semakin lebat.

Selintas pikiran yang teramat jahat melintas dikepalaku, ekspresi wajahku semakin dingin, apalagi ketika  Feilin membuka pakaian seragamnya. “Tadi gimana mang… supaya.. itu….” Feilin rupana ingin merasakan hal yang sama,  Feilin menjerit kecil ketika aku menarik tubuhnya dan menidurkannya diatas ranjang. “Cuma kepalanya doang…. Inget baik-baik….”ia mengingatkanku. Aku tidak menggubris perkataannya kemudian aku mulai menekan-nekankan kepala kemaluanku. “Sebentarr… kamu yang dibawah…..”  Feilin tampak tidak percaya kepadaku , aku hanya tersenyum sinis kemudian aku tidur terlentang mengangkang. “Kalau beginikan kamu… ngak akan bisa macam-macam…..!!”sambil berkata begitu  Feilin naik keatas tubuhku. Buah pantatnya bergerak mencari posisi yang baik kemudian ia menekan pinggulnya turun, namun kemaluanku terpeleset kekiri dan kekanan ketika akan masuk kedalam lubang Vagina  Feilin , aku memegangi batang kemaluanku agar tidak terpeleset kesana-kemari,  Feilin menekan kembali pinggulnya dan “Ssssllllleepppp…. Akkkkkk”Diiringi jeritan kecil kepala kemaluanku akhirnya berhasil juga masuk dalam jepitan bibir Vaginanya yang sempit, nafas  Feilin terengah-engah seperti kecapaian, pinggul  Feilin mulai bergerak memutar. “Ohhhhh… ternyata enak…”matanya berbinar-binar dan terpejam-pejam. Kedua tanganku kini bergerak-meremas-remas pinggulnya, tidak ada lagi senyuman diwajahku dan…

“Heiiiii….Ngapain Akksss……… mampusss aku…….aduhh Akkkk!!!”Mata Feilin melotot seakan-akan tidak percaya, ketika aku menarik pinggulnya sambil menyentakkan kemaluanku keatas, sesuatu yang besar dan panjang menerobos semakin dalam dan akhirnya merobek-robek selaput daranya,Feilin mendadak lemas tubuhnya terjatuh diatas tubuhku nafasnya tersengal-senggal. Tanganku yang satu menekan buahpantatnya sedangkan yang satu menekan punggungnya erat-erat. Aku tertawa sinis “He he he segitu sih blon mampussss…. Tapi yang ini pasti bikin lo mampussssssss ha ha ha hihhhhh!!!!!!!!” Dengan sekuat tenaga aku menyentakkan kemaluanku sehingga kemaluanku amblas semakin dalam “Awwww sakittttt…..Ouggggg… Akkkss Ampunnnn….Owwww perihhhhh sakittttt”begitulah erangan dan jeritan Feilin, ia menangis terisak-isak tanpa daya sedikitpun. Aku bangkit dari posisi ku yang terlentang kini Feilin dan Aku dalam posisi duduk saling berhadapan dengan kemaluanku menancap dalam-dalam dilubang vaginanya, kusentak-sentakkan kemaluanku mengebor lubang yang masih seret dan sempit, mulut Feilin terbuka seperti huruf “A” dan matanya mendelik-delik kesakitan ketika aku mengeluar masukkan kemaluanku.

Wajahnya yang menyebalkan mendadak menjadi begitu mengasikkan untuk dipandang, biarpun feilin masih menangis ekspresi wajahnya sangat sensual dan seksi, mulutnya meringis-ringis ketika kukocok-kocok liang vaginanya yang sempit, kedua tangannya mencengkram bahuku kuat-kuat karena menahan sakit diliang vaginanya yang sedang kuaduk-aduk dengan kemaluanku yang besar dan panjang, sudah sangat lama sekali aku tidak merasakan hangatnya lubang Vagina, sambil mengajaknya berciuman aku terus memompa lubang Vagina Feilin, kedua tanganku meremas-remas buah pantatnya yang bulat dan kencang “Akhhh Crrrttt… crrrr” kedua tangannya semakin kuat mencengkram bahuku, air keringat mulai mengalir dari pori-porinya, lubang sempitnya . Aku mencopot kemaluanku dari lubang Vagina Feilin, kemudian kutidurkan tubuhnya yang lemas tidak berdaya diatas ranjang, air mata masih meleleh dari matanya yang kadang-kadang terpejam, untuk beberapa saat aku aku berbaring disisinya , tanganku menarik-narik putting susunya yang semakin lama semakin mengeras, beberapakali aku mengulum bibirnya dengan sangat kasar sampai terdengar bunyi berdecak-decak yang semakin keras, tangisannya mulai berhenti.

Pada saat aku menempelkan kepala kemaluanku pada bibir vaginanya Feilin memandangiku dengan tatapan mata yang kosong, tatapan matanya penuh keputusasaan. Sambil membelai-belai paha Feilin aku kembali menekankan kepala kemaluanku dengan kasar, sampai tubuhnya tersentak dengan kuat ketika aku menjebloskan kepala kemaluanku memasuki lubang Vaginanya yang kini terasa licin akibat air maninya yang menjadi pelumas, kemaluanku semula keluar masuk perlahan-lahan namun semakin lama gerakanku semakin liar, kupercepat kocokan-kocokanku mengocok lubang Vagina Feilin, tubuhnya terguncang-guncang akibat sodokanku, kuputar-putar gerakan pinggulku seolah-olah sedang mengaduk-ngaduk isi Vagina Feilin. Feilin memalingkan wajahnya kekanan, mulutnya terbuka disertai erangan tertahan “Ennghhh….” Tubuh nya meliuk dalam gerakan yang erotis, kemudian air panas itu kembali menyempot dari dalam Vagina Feilin, denyutan-denyutan yang kuat memberikan sensasi tersendiri pada kemaluanku yang masih asik berendam dan menjulur kelar masuk dengan kasar didalam lubang Vagina Feilin, Malam hari itu kulahap kenikmatan dari tubuh Feilin sepuas-puasnya, karena aku tahu orang tua Feilin tidak pulang selama seminggu.  

Keesokan paginya selesai mandi pagi , aku menuju kamar Feilin, pada saat itu jam didinding masih menunjukkan pukul 07.00, kubuka pintu kamar dengan perlahan, Feilin ternyata sudah sadar(kemarin malam Feilin sempat pingsan beberapakali) dan terbangun, ia sedang berusaha memakai bra, posisinya yang membelakangiku membuat kehadiranku tidak diketahui olehnya. “Oww…. “Feilin terkejut ketika aku memeluknya dari belakang, ia membalikkan tubuhnya , wajahnya menahan marah yang bergejolak penuh dendan membara. “Mahluk rendahh… apa lagi sih yang kamu mauu!!!” ia membentakku dengan kasar. “Plakkkkkk……!!!” dengan keras aku menamparnya hingga dia terhunyung kebelakang, tanganku menjambak rambutnya dan kemudian “plakkkkk… plakkkkkkkkk… Awwwww” Feilin meringis. “berani lu ngebentak-bentak gua hahhh!!! Plakkkkk….”Kudorong tubuhnya hingga dia tersungkur. Kakiku terangkat dan hendak menendangnya wajahnya  “Am Ampunn… Manggggg” Wajah Feilin pucat pasi kedua tangannya berusaha melindungi wajahnya. “Berani lagi lu ngebentak-bentak gua ?” aku bertanya dengan beringas, Feilin menggelengkan kepalanya. Aku duduk disisi ranjang “Sini lu…!!!” Feilin berdiri dan menghampiriku, tubuhnya bergetar ketakutan, “Buka tuh beha…. Gua mau nyusu” pikirku pagi-pagi begini pasti enak netek disusu Feilin. “Ouchhh…. ” tubuh Feilin seera kuraih dan dengan rakus aku menyusu didadanya, kedua tangannya bahkan tidak berani mencegahku bahkan ketika aku mengigit-gigit kecil buah dadanya yang ranum ia hanya mengerang ketika aku mengigit putting susunya keras – keras, aku tersenyum penuh kemenangan, kucing liar yang genit dan nakal ini telah sepenuhnya berhasil kutaklukkan, aku tahu  Feilin masih ketakutan , aku berusaha bersifat lunak.

“Sekarang lu jilatin kontol gua….”tanpa banyak bicara Feilin menuruti keinginanku, aku menekan kepalanya sampai terdengar suara ingin muntah dari mulut Feilin ketika kemaluanku masuk mendera tenggorokannya. “Uhukkk… uhukkk… “Feilin terbatuk-batuk karena tersedak. Aku ingin menjejalkan kemaluanku kembali kedalam mulut Feilin, namun tanpa kusangka Feilin malah menarik batang kemaluanku dan menghisapi kepala kemaluanku dan mengocok-ngocok batang kemaluanku, aku tersenyum mengerti rupanya Feilin berusaha memberikan servicenya agar tidak di Deep Throat olehku. “Bagus…bagus…Feilin memang pandai hehehe”Aku menepuk-nepuk kepalanya. “Hhmmmm Emmmm…..”Suara mulut Feilin yang sedang sibuk mengemut-ngemut kontolku. “karena kamu pintar… jadi kamu boleh pilih…. Mau diperkosa terus disodomi atau lu mau masukkin sendiri kontol gua ke bool lu…. He he he”, mendengar perkataanku Feilin memohon , wajahnya tampak pucat, ia terus memohon , aku menampar mulutnya agar ia diam. Aku menyuruhnya berdiri membelakangiku kemudian Tanganku menarik pinggulnya, kemudian aku selipkan telunjukku dibelahan pantatnya, telunjukku mencari – cari lubang Anus Feilin, setelah kurasakan pas aku menekan jari telunjukku berusaha memekarkan lubang anus Feilin dan “Oooohhh!!” Mulut Feilin terbuka seperti huruf O , kepalanya terangkat keatas , menahan rasa sakit dianusnya, aku terus menekan jari telunjukku sedalam-dalamnya , sesekali kugerakkan jari telunjukku memutar-mutar didalam lubang anus Feilin, Feilin meringis-ringis, agak lama juga aku memainkan lubang Anus Feilin.

Setelah melumasi kemaluanku dengan Baby Oil ,”Ayo kita masukkan” Aku menariknya naik keatas ranjang, tubuhku sudah siap terlentang mengangkang, kuperintahkan Feilin agar naik mengangkangi tubuhku, wajahnya tampak kuatir ketika aku menyuruhnya memasukkan kemaluanku pada lubang anusnya.  ”Hehhhh !!! koq diam sihh!!! Aku membentaknya, Feilin sampai tersentak kaget, perlahan-lahan pinggul Feilin turun , posisi Feilin seperti lagi jongkok mau buang air kecil, ditekankannya kepala kemaluanku pada lubang anusnya. Berkali-kali Feilin Gagal, sepertinya ia sengaja , lama-kelamaan aku mulai geram “Awas kalau sampe ngak masuk!!!”Aku mulai tidak sabaran, kali ini Feilin sepertinya mulai berusaha bersungguh-sungguh berkali-kali tubuhnya bergetar hebat ketika melakukan usaha keras yang mulai membuahkan hasil, Feilin menggigit bibirnya ketika kepala kemaluanku mulai melesak masuk kedalam lubang anusnya, Nafasnya terengah-engah, keringat mengucur dari lubang pori-porinya, membuat tubuhnya berkilauan dengan indah. Dengan sekali sentakan kuat kusodokkan kemaluanku keatas membobol lubang anusnya, akhirnya masuk juga biarpun baru ujungnya. “Hekkkkk… “Nafas Feilin tertahan, matanya mendelik, mulutnya terbuka lebar dan kemudian ia mulai terisak menangis menahan rasa sakit dianusnya,tangisan Feilin semakin keras ketika kusodok-sodokkan kemaluanku dengan kuat berusaha memasuki lubang anus Feilin yang terasa hangat dan seret. “Sakit… manggg pelan-pelan… okkkkhhh aduuw..owwhh”Feilin merintih, Aku tersenyum “Boleh saja… tapi kamu musti belajar….ngentot.. He he he.. Gimana ??” kusuruh Feilin menaik turunkan pinggulnya dan kuajarkan cara bermain diatas tubuhku, Feilin mengangguk pasrah.

Setelah beberapa saat, susu Feilin bergerak dalam irama yang teratur ketika ia berusaha untuk menaik-turunkan pinggulnya, gerakannya memang masih perlahan dan amatir namun cukup enak kurasakan ketika kemaluanku keluar masuk lubang anusnya yang seret namun sepertinya Feilin takut untuk memasukkan kemaluanku lebih dalam lagi kedalam anusnya, kedua tanganku bergerak memelintir-melintir dan menarik-narik putting Susu Feilin yang kini mengeras, sambil kukombinasikan permainanku, menggesek-gesek clitorisnya dengan jempolku, Aku meraih pinggulnya dan kutarik pinggulnya lebih turun lagi sehingga kemaluanku semakin dalam memasuki lubang anus Feilin,  kepala Feilin terangkat keatas, matanya terpejam rapat, kedua tangannya bertumpu didadaku, tubuhnya berkali – kali merinding seperti terkena sengatan listrik ketika kemaluanku semakin dalam terus masuk dan amblas dengan sempurna kedalam lubang anus Feilin .Feilin kini duduk dengan leluasa diatas kemaluanku kedua buah pantatnya yang empuk terasa Hangat menggesek-gesek tubuhku, pinggulnya berputar perlahan-lahan, jika ia memutarkan pinggulnya ke kanan maka aku memutar kemaluanku kearah kiri sehingga lubang anus Feilin seperti diaduk-aduk oleh kemaluanku.

Seranganku pada anusnya dan juga Serbuan jempolku yang semakin kuat menggesek-gesek Clitorisnya mulai membuat Feilin Gelisah “Akhhhhh… Crrrtttt.. Crrrrrrrr”Ekspresi Wajah Feilin tampak begitu renyah ketika badai kenikmatan menghantam dirinya, tubuhnya meliuk erotis diatas tubuhku.  Aku menyuruhnya menungging diatas ranjang, dan aku menggeser posisiku mendekati buah pantat Feilin yang menungging, Dalam posisi menungging seperti itu aku dapat melihat dua buah lubang, lubang anus Feilin yang merekah dan memar akibat kusodomi, kusentuh lingkaran anusnya perlahan. “Enhhh…”Feilin menarik pantatnya, sepertinya ia masih merasakan perih. Yang Satunya lubang Vagina yang baru kemarin malam kuperkosa, Tanganku mempermainkan lubang Vagina Feilin, kucari-cari daging kecil kesukaanku dan dengan lembut kusentil-sentil daging kecil itu yang membuat pemiliknya berkali-kali merintih tersentak keenakan. Aku mulai mempersiapkan serangan , kutempelkan kepala kemaluanku pada belahan bibir Vagina Feilindan dengan satu sentakan kuat melesatlah kemaluanku menjelajahi dunia kenikmatan dilubang Vagina Feilin, tidak ada lagi erangan dan keluhan kesakitan yang keluar dari mulut Feilin, yang ada hanya rintihan manja dan jeritan-jeritan kenikmatan yang terdengar liar namun mengasikkan “Akkkkkhhhh mangggg enakhh…. Mmm Akkhhh…. Ooow”. Semakin liar Feilin menjerit  semakin liar pula aku menyetubuhi tubuhnya yang mulus.

Berkali-kali Feilin meraih kenikmatan setelah kupacu lubang Vaginanya yang seret dalam posisi doggie style, akhirnya kutarik pinggulnya sambil kutusukkan kemaluanku kuat-kuat.
“Brrrccctt…brrcoott” sambil memeluk Feilin dari belakang kujatuhkan tubuhku menindihnya. Suasana hangar-bingar yang tadi terdengar kini mendadak hilang, yang ada hanya suara desahan nafas memburu yang semakin lama semakin perlahan – lahan terdengar teratur. Kucabut kemaluanku yang sudah bersenang-senang didalam lubang Vagina Feilin. Aku bangkit melangkahkan kakiku dengan gembira keluar dari kamar tidur Feilin, setelah kuambil segelas air dan sebutir pil pencegah kehamilan aku baru kembali kekamar Feilin.

Didalam kamar kulihat Feilin masih tidur dalam posisi terlentang mengangkang, kuciumi kupingnya dan kugigit-gigit kecil daun telinganya, matanya terbuka sedikit, mata sayunya memandangiku, kekecup keningnya sambil berkata dengan lembut “Bangunlah kucing kecilku… minum ini dulu….”Aku membantunya untuk duduk, kusodorkan segelas air dan kumasukkan  pil pencegah kehamilan kedalam mulutnya, dengan lahap Feilin menghabiskan air yang kubawa, sepertinya ia sangat kehausan,Aku memperhatikan jam didinding sudah pukul 10.30 berarti selama tiga setengah jam aku melahap kenikmatan dan kehangatan tubuh Feilin. Aku memperhatikan Feilin yang tertunduk memandangi lantai dengan tatapan kosong, Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkan olehnya, yang aku tahu betapa nikmatnya tubuh dihadapanku , tubuh Feilin yang mungil dan mulus. “Kringg…. Kring!!” Aku mendengar bunyi telepon diluar kamar, aku bergegas untuk mengangkat telepon.
“Halooo…” 

************************
Malam Harinya
Sambil memeluk dan mengelus-ngelus tubuh mulus sikucing liar Feilin, ia tertidur kelelahan setelah bergoyang dengan liarnya, tubuh Feilin yang mulus dan halus terkulai lemas diatas tubuhku yang cacat penuh luka bakar, Aku gelisah……
Terjadi pertentangan Batin yang hebat didalam hatiku, Nia dan Tarida merekalah yang aku pikirkan, apakah aku harus memperkosa mereka ?. Disatu sisi aku merasa tidak tega pada Nia dan Tarida karena mereka selama ini begitu baik padaku, yang satu cantik periang dan baik hati, yang satunya seksi , lembut, biarpun agak pendiam dan pemalu tapi kadang-kadang keberaniannya bisa meledak-ledak dan membuatku kagum.

Disisi lain……………. Binatang buas didalam diriku yang selama ini terkurung selama 15 tahun terus meronta-ronta…. Ingin memangsa Nia dan Tarida, Nafsu binatangku sebagai penjahat dan pemerkosa yang sadis.
************************** 
Eps. 3: The Fall of Three Virgins
Sudah seminggu berjalan semenjak aku dengan sukses merengut kegadisan Feilin, Tarida dan Nia masih belum tahu kalau temannya sudah bukan perawan lagi, dihadapan mereka berdua aku hanya main luarnya saja namun jika mereka berdua sudah pulang langsung kulahap habis-habisan kenikmatan dan kehangatan dari tubuh Feilin sampai ia terengah-engah dalam rintihan dan jeritan-jeritan birahi yang binal, dunia seks yang kukenalkan pada Si kucing liar Feilin rupanya membongkar sisi lain dari jati dirinya, keliaran dan kebinalan dalam bercinta. Malam itu udara terasa dingin , diluar hujan turun dengan begitu deras, disebuah rumah kontrakan inilah aku tinggal, dan selama seminggu ini pertarungan yang hebat selalu terjadi didalam hatiku, namun lama-kelamaan sisi baik didalam diriku semakin kabur , seperti matahari pagi yang hangat ditelan oleh gelapnya malam yang pekat , dingin tanpa sinar sedikitpun. Aku tersenyum dingin menanti datangnya hari esok, yang ada dalam pikiranku hanya kenikmatan, kenikmatan, dan kenikmatan. Pikiran-pikiran kotor dan mesum sudah memakan habis hati nuraniku, sambil menghela nafas aku membaringkan tubuhku, tanganku tidak henti-hentinya mengocok-ngocok batang kemaluanku, kesadaranku mulai hilang dan akupun jatuh dalam gelapnya malam.

Mataku mendadak terbuka, ada senyuman dibibirku, akhirnya hari yang kunantikan sudah tiba, dengan terburu-buru aku mandi, suasana hari itu mendung seperti mau hujan, sudah selama seminggu Aku selalu menjemput Feilin lebih awal, dengan mengendap-ngendap kubawa santapan pagiku kedalam mobil agar tidak ketahuan oleh orang rumah, santapan pagi yang mulus dan hangat.
“Jreng…jrengg…jrennggg….ada yang….benci dirinya ada yang….”seorang pengamen mendekati mobilku, ia bernyanyi sebuah lagu sikupu-kupu malam, “Ini hidup wanita sikupu-kupu mallllaa Uhukkk… uhukkkk…..”Sang pengamen terbatuk-batuk ketika tanganku menyibakkan rok seragam Feilin keatas, petikan gitarnya mendadak berhenti, mulutnya terbuka lebar, matanya melotot melihat kemulusan paha Feilin.
Feilin tercengang kaget dengan aksiku sampai-sampai ia lupa kalau rok seragamnya tetap tersibak memperlihatkan sepasang pahanya yang mulus , sementara lampu setopan berganti warna hijau, Aku segera menginjak gas meninggalkan sang pengamen yang masih bengong. “Ditttttt…Dittttt… Ditttt!!!” Bunyi klakson terdengar dibelakangku, lewat kaca mobil kulihat rupanya sang pengamen masih bengong ditengah jalan, sementara Feilin buru-buru merapihkan Rok seragamnya, ia mencubit lenganku. Aku melihat jam tanganku, masih menunjukkan jam 6.05 menit, seorang satpam tua memperhatikan kami dengan mata yang masih mengantuk disekolah,ia sepertinya tidak curiga dengan kedatangan kami yang terlalu pagi. Aku segera memarkir mobil dilapangan parkir yang masih sepi, baru juga aku mematikan mesin mobil sikucing liar Feilin menerkamku, mulutnya mengulum bibirku, aku membalas mengulum bibirnya yang mungil.

Feilin membuka kancing baju seragam sekolahnya, tersembullah sepasang buah dada yang ranum dihadapanku, sudah seminggu ini Feilin tidak memakai Beha dan juga celana dalam, Feilin menyodorkan buah dadanya yang ranum kewajahku, aku langsung melahap buah dadanya , kuhisap dan kujilati bulatan buah dadanya, tidak lupa aku emut-emut putting  susunya yang semakin runcing. “Ahhhhh… Ahhhhhhh Manggggg  Dhaniiii…. Ouhhhh manggggg”Feilin menjerit-jerit liat karena desakan birahi. “Sssssssttttt…. Jangan terlalu keras manissss… nanti kedengeran orang gimana….???” Kataku mengingatkan sambil menciumi bibir dan lehernya. Feilin tidak menjawab ia hanya mendesah-desah dengan nafas yang semakin memburu keras. Tangan Feilin memaksa membuka seleting celanaku dan menarik keluar isi celana dalamku, Feilin naik keatas tubuhku yang masih duduk dengan santai , dipagi hari yang dingin , kepala kemaluanku masuk kedalam lubang yang hangat dan seret, lubang Vagina Feilin, pinggulnya naik turun dengan liar, kepalanya terangkat-angkat keatas, jeritan kecil kadang-kadang terdengar dari mulutnya, aku tidak mau diam lagi kini kusentak-sentakkan kemaluanku dengan kuat kedalam lubang mungil dan seret, berulang kali tanganku meremas – remas buah pantatnya yang padat , “Akhhhhh Crrrrr… Crrrr”gerakan-gerakan Feilin yang liar berhenti , kedua tangannya memelukku kuat-kuat, sesekali kusentakkan kemaluanku untuk mengantar mengiringi badai dahsyat yang baru saja melemparkan Feilin kejurang kenikmatan, ciuman-ciuman kasarku berkali-kali hinggap didadanya yang turun naik seiring dengan desah nafasnya. Feilin turun dari tubuhku dan duduk dikursi sebelahku, setelah membersihkan cairan yang meleleh di pahanya Feilin merapihkan pakaiannya, aku menerkamnya
“Sudah manggg…. Hampir jam 07.00 kurang”

Aku tidak mempedulikan kata-kata Feilin , kusibakkan rok seragamnya sampai aku bisa melihat kembali gundukan mungil diselangkangannya, bibir Vagina Feilin masih terlihat basah, lidahku langsung menari-nari, kukait-kait clitoris Feilin sampai Feilin tersentak-sentak dan merintih-rintih, aku tidak peduli lidahku semakin liar memainkan daging kecil didalam lubang Vaginanya. “Auh… Crrrr….. Crrrrrr”Feilin merintih untuk kedua kalinya, mulutku dengan lahap menyedot cairan putih yang terasa asin dan gurih sampai habis. “Mangg…Manggg Dhani…”Feilin mendorong kepalaku keluar dari selangkangannya. Mataku melihat keadaan disekeliling rupanya satpam tua itu mulai mendekati mobil kami. Situa mendekati pintu mobil dan “tok… tokkk….”Pintu mobil diketuk, Feilin membuka jendela mobil dan “koq ngak turun Non?” Si tua Bangka bertanya, matanya memandangi kami berdua dengan tatapan matanya yang penuh selidik. “Koq baunya gini…”Hidungnya mengendus-ngendus, Wangi cairan yang keluar dari lubang Vagina Feilin menimbulkan  Aroma yang tidak asing lagi bagi penggemar seks. “Psstttt… Psttttt…….” Feilin menyemprotkan parfum , si tua bangka tampak kecewa sekaligus curiga, Feilin tertunduk ia seperti takut ketahuan oleh Situa bangka. “Hehhhh ngapain loh…. Minggir….”Aku turun dari mobil dan menghardiknya agar segera pergi menjauh dari Feilin, Si tua bangka segera ngacir pergi menjauh. Aku menenangkan Feilin yang masih ketakutan, sebelum ia keluar dari mobil aku masih sempat meremas buah dadanya, Feilin menatapku dengan manja dan kemudian sambil tertawa kecil ia menuju ruangan kelasnya, aku dengan tidak sabar menunggu ketiga gadis Chinese itu selesai sekolah, sang waktu berjalan lambat seolah-olah berusaha menyelamatkan Tarida dan Nia dari nafsu binatangku, dengan kelelahan sang waktu mengakhiri perlawanannya ketika bel sekolah berdentang dengan nyaring tanda jam sekolah telah usai, akhirnya penantian di hari Sabtu yang kutunggu berakhir juga.

“Feilin Haus nihh…” Tarida menatap Feilin dengan tatapan manja. “Ya… ambil sana dikulkas……..” Feilin menyahut “Minta Fantaaaaaaaaaaa”Tarida tambah manja , sambil sebelah tangannya menyusup kebalik rok seragam sekolah Feilin. Nina juga mulai ikut-ikutan ia merangkul Feilin dari belakang dan meremas-remas bagian buah dadana yang masih bersembunyi dibalik seragam sekolahnya, “Aku minta coca-cola yahhh… cuppp.. cupppp”Dikecupnya leher Feilin sampai Feilin keenakan. “Ya sudah kalian tunggu disini… aku ambilkan…..”Feilin membalas dengan meremas Susu Tarida dan Nia dengan lembut. “Awww…enak” “aduhhhhhhh… jangannnnnnnn” Tarida dan Nia menjerit manja, kemudian sambil tertawa lepas Feilin keluar dari kamar , Feilin mengambilkan minuman untuk kedua orang temannya. Aku mengikuti Feilin kedapur, Aku tersenyum ketika Feilin mulai mengisi Gelas-gelas kenikmatan itu dengan Fanta dan Coca Cola kesukaan Tarida dan Nia. Kupeluk Feilin dari belakang, kukeluarkan obat perangsang dosis tinggi,ambil menciumi dan menggigit-gigit kecil daun telinga Feilin aku berbisik “Masukkan ini sekalian manisku…”. Feilin menoleh menatapku , ia bertanya keheranan “Apa… ini manggg”. Aku tersenyum memeluk Feilin sambil melepaskan kancing baju sekolah dan beha Feilin dari belakang ” Itu Obat perangsang
“Tolong jangan…. Kasihan mereka….”Feilin memohon belas kasihanku.”Jangan banyak bacott!!! Lakukan perintahku ngertii!!!!”Aku membentak Feilin, Feilin ketakutan dan ia segera menjalankan perintahku, dimasukkannya obat perangsang pemberianku kedalam gelas kenikmatan rasa Fanta dan Coca Cola, Sambil bersujud kulepaskan rok seragam Feilin dan kutarik celana dalam Feilin. “Slllllrrrppppphhhhh…. Sllllllrrrrrrpppphhhh………..” kujilati belahan pantatnya yang lembut dan halus, kupeluk erat-erat pinggul Feilin sambil mencari-cari daging kecil didalam lubang Vaginanya, kutelan-tekan perlahan daging kecil itu dalam gerakan memutar, Feilin merintih kecil, Api birahi semakin besar menyala dalam dirinya, sambil merendahkan posisiku dari belakang kutusukkan kemaluanku pada lubang Vaginanya, kupacu Vagina Feilin kuat-kuat dan iapun bergoyang dengan binal, kedua tangannya bertumpu pada pinggir meja.

“Kamu jangan nakal manisku…Ayo berikan minuman ini pada Tarida dan Nia….agar aku dapat segera menikmati mereka!!” perintahku kepada Feilin. Feilin melangkah dengan pasti , sepertinya Api birahi yang berkobar dengan dashyat sudah membakar habis akal sehatnya. Sambil tertawa senang aku mengikuti langkah Feilin yang sudah lebih dulu sampai kedalam kamar, Hmm dikamar hanya ada Feilin yang terdiam memegang dua buah gelas ditangannya, diletakkannya gelas itu diatas meja belajarnya, Feilin menoleh kearahku, dilantai kulihat Pakaian seragam milik tarida, sedangkan dalam jarak yang agak jauh lagi kulihat pakaian seragam milik Nia, sambil memunguti Attribute ditubuh Tarida dan Nia yang tercecer ,aku mengikuti jejak yang sengaja ditinggalkan oleh santapanku yang pasti lezat dan mengenyangkan nafsu birahiku, Rok seragam, kemudian Beha dan yang terakhir celana dalam, semuanya kutemukan, sambil membungkuk kuambil celana dalam terakhir berwarna coklat muda dan…”Dharrrrrrr……..!!!!!!!” Sesuatu melompat dari tempat yang tersembunyi ,Mataku hampir melompat keluar dari tempatnya ketika melihat dua pasang buah dada yang segar dan ranum melompat kehadapanku. Dua sosok tubuh mulus yang kukenal tertawa lepas tanpa beban, sepertinya mereka tidak tahu kalau hari ini mereka wajib melepaskan dan dan menghidangkan  keperawanan mereka untukku Aku menerkam mereka berdua dan kuciumi mereka berdua, tanganku merayap. “Ihhhh mang Dhani… ihhhhhh” “Ahhhh geli mang!” Kata – kata seperti itulah yang keluar dari mulut tarida dan Nia. Kugiring Tarida dan Nia menuju kamar Feilin , kamar tempat aku akan menyantap keperawanan mereka. Didalam kamar tanpa basa-basi Tarida dan Nia meminum minuman yang sudah disediakan oleh Feilin, Feilin tertunduk, sepertinya ia merasa serba salah, aku memeluknya dari belakang sambil berbisik “Jangan kuatir… mereka berdua akan baik-baik saja…… hari ini kita berempat pasti akan bersenang-senang sampai puas….. apa kamu sudah melaksanakan perintahku…?” sambil meremas kedua susunya dalam gerakan memutar aku bertanya pada Feilin, Feilin mengangguk sambil mendesah resah. “Bagussss… ha ha ha ha…..” aku tertawa senang.

15 menit yang lalu
“Haloooo…. Siapa ini…?” suara yang terdengar dari gagang telepon bertanya. “Ini Feilin tante…. Tarida nginap dirumahku tante….”Feilin berusaha agar tidak gugup. “Ooooo Tarida mana ?”suara itu bertanya lagi. “Lagi…. Dikamar kecil tante, jadi aku bantuin ngasih tau supaya tante ngak kuatir…?”Feilin berbohong. “Ooo ya sudah kalau begitu….”Suara itu tampak lebih tenang. “Mari tante dha”Feilin kemudian menutup gagang telepon. Kemudian ia juga menghubungi orang tua Nia dan melakukan hal yang sama
           
Baru 10 menit aku meremas – remas Susu Felin, dihadapanku Tarida dan Nia mulai terlihat resah dan gelisah, aku tersenyum karena tahu kalau pengaruh dari obat perangsang pasti mulai bekerja, kubalikkan tubuh Feilin, kemudian aku masukkan kemaluanku  ke lubang Vaginanya kutusuk-tusukkan dengan cepat dan kuat sampai terdengar bunyi “Clepp.. Cleppp.. Clepppp” bunyi itu semakin kuat terdengar dan “Akhhhhhh…..Crrrrrrrrr” satu pekikan manja terdengar dari mulut Feilin. Kucopot kemaluanku dengan kasar, kemudian sambil menggoyang-goyangkan kemaluanku aku mendekati Tarida dan Nia, kedua gadis itu kini menggigil hebat karena berada dibawah pengaruh obat perangsang. Kudorong tubuh keduanya keatas ranjang yang empuk. Aku menerkam Tarida dan Nia kemudian menciumi mereka, ciumanku semakin liar dan kasar ketika aku menggeluti buah dada mereka. Tarida dan Nia menggelepar-gelepa, rintihan mereka semakin keras, kulepaskan tubuh Tarida kini aku mulai berkonsentrasi pada tubuh Nia, kulumat lembut putting susunya, Nia memekik kecil ketika aku merubah gaya bercintaku menjadi liar dan kasar, dengan rakus kulumat-lumat buah dadanya bergantian yang kiri dan yang kanan. Nia seperti merengek-rengek menahan nafsu birahi yang semakin tinggi, kugigit – gigit dengan gemas putting susunya yang semakin mengeras, rakus sekali mulutku ketika menjilati, mengemut, dan mengigit – gigit buah dadanya yang semakin mengeras. Ciumanku yang liar dan brutal semakin turun, keperut, dan…hinggaplah aku disebuah gundukan mungil yang aromanya sudah sangat kukenal.

 ”nggghh…ahhhh!!” tubuh Nia mengejang ketika aku melumat-lumat bibir Vaginanya dengan kasar,  kutekan dan kubuka bibir Vagina Nia dengan jari jempolku, tersembullah daging kecil dambaan setiap laki-laki , kukait-kait daging kecil mungil yang menggemaskan itu dengan lidahku sampai pemiliknya tersentak-sentak kenikmatan. Aku mulai menggesek-gesekan kepala kemaluanku pada lubang Vagina Nia, kutekan dan kucoblos lubang Vagina Nia dengan satu sentakan yang kuat “clepppppppp” bunyi lubang kecil itu ketika kepala kemaluanku merangkak masuk. Kutekan kemaluanku agar lebih dalam lagi memasuki lubang sempit yang berdenyut-denyut  meremas-remas kemaluanku dengan kuat, untuk sesaat aku tersentak…kuhentikan gerakanku, api kecil menyala didalam hati nuraniku,haruskan aku merampas kegadisan Nia yang baik hati dan pemaaf? Pada saat-saat yang kritis ini Nia menekuk dan mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, kemudian mengangkat-angkat pinggulnya keatas, api kecil itu mendadak padam bagaikan tertiup oleh angin badai yang dasyat, kusentakkan kemaluanku berkali-kali merobek-robek kegadisan Nia. “Aaaaahhh!! ” jeritan Nia terdengar menggema didalam kamar itu ketika aku dengan buas melahap keperawanannya, aku terus berkutat merojok-rojok  lubang Vagina Nia sampai kemaluanku tenggelam secara sempurna, kutarik dan kutekankan kemaluanku berkali-kali.

Si kucing Liar Feilin kini naik keranjang dan menghampiri Tarida yang mendesah-desah tidak karuan, Feilin memeluk Tarida dan mengulum bibir Tarida dengan rakus, kedua gadis itu saling melumat dan saling berpelukan, ciuman Feilin kini turun kebuah dada Tarida, mulut Feilin begitu rakus menggeluti buah dada Tarida, setelah puas menggeluti buah dada Tarida Feilin menarik tubuh Tarida agar bangkit duduk diatas ranjang, sedangkan Feilin duduk dibelakang Tarida, sambil memandangiku dengan tatapan matanya yang nakal Feilin meremas bagian bawah buah dada Tarida , kemudian dengan gerakan memutar kedua tangannya meremas-remas sepasang susu yang segar dan ranum, Tangan Feilin yang sebelah kiri dengan perlahan merayap semakin turun dan kini hinggap digundukan mungil milik Tarida, jari tangannya menggesek-gesek bibir Vagina Tarida sehingga Tarida semakin sering merintih lirih, sambil terus memacu kemaluanku menikmati Vagina Nia aku menonton “Live Show” yang semakin liar, mata ku merayapi tubuh Tarida, Feilin seperti mengerti keinginanku didorongnya tubuh Tarida kearahku,  kurengut dan kutarik tubuh Tarida agar posisi susunya pas dimulutku dan kulahap buah susu Tarida, sipemilik buah susu merintih-rintih ketika aku semakin liar melampiaskan nafsuku pada buah dadanya,lidahku mengait-ngait putting susu Tarida yang semakin keras, kuemut pentilnya dan kuhisap-hisap. Feilin menarik kepalaku sambil menyodorkan buah dadanya , aku tersenyum senang sambil menerima pemberian Feilin, kepala kemaluanku sibuk merojok-rojok lubang Vagina Nia, sedangkan kepalaku sibuk mengemut-ngemut empat buah susu ranum yang terhidang dihadapan wajahku,kupercepat kocokan-kocokan kemaluanku pada lubang Vagina Nia yang mulai terasa lancar karena membanjirnya cairan pelumas dari lubang kewanitaannya,sepertinya inilah yang disebut dengan istilah empat sehat lima sempurna.  

“Eeengghhh Achhh!!” Nia menjerit kecil, tubuhnya bergetar hebat dan Srrrr…crrrttt, semburan-semburan cairan hangat terasa menyemprot kemaluanku. Aku meneruskan acaraku “berpacu dalam melody” birahi. “Crep….crepp…plepp…slepp!”Entah apa judul lagu ini, kadang-kadang slow, kadang kadang nge-rock, kadang-kadang agak metal tergantung bagaimana cara aku mengayunkan kemaluanku. Feilin menerkam Tarida sehingga tubuh tarida yang mulus terlepas dari kekuasaanku, Sikucing liar Feilin menggeluti  tubuh Tarida, seperti binatang buas yang kelaparan, kubiarkan Feilin bermain dengan Tarida, kutarik pinggul Nia kemudian aku meneduhi tubuhnya dan memompa lubang Vaginanya dengan lebih kuat lagi, kupeluk erat-erat tubuh ramping Nia yang seksi, keringat sudah membanjir ditubuh kami berdua, permainan semakin basah, hangat dan mengasikkan, Nia yang sexy sudah  tiga kali menyemprotkan air maninya dalam posisi ditindih oleh tubuhku dan ini yang keempat kali… “Akkhhh…crrrtttt” Nia kembali terhempas dalam kenikmatan, Nia yang sexy dan cantik terkulai tanpa daya setelah kukalahkan dengan telak, Aku bangkit dan mencabut kemaluanku “Plooopppp” aku memperhatikan lubang Vagina Nia yang memar kemerahan, cairan putih kental meleleh keluar dari sela-sela Vaginanya bercampur dengan cairan berwarna merah, darah perawan, Nia terengah-engah kecapaian, matanya terpejam rapat-rapat, mulutnya sedikit terbuka. Aku merangkak mendekati Tarida dan Feilin, bersama-sama dengan Feilin Aku mengemuti Susu Tarida, Feilin mengemut Susu kanan dan Aku mengemut susu sebelah  kiri, lumayan lama juga kami berdua menyusu didada Tarida, Feilin mendorong tubuhku sampai aku terlentang diatas ranjang dengan posisi mengangkang, kemudian Feilin menaikkan Tarida keatas tubuhku,Feilin menekan pinggul Tarida turun, aku tidak menyia-nyiakan maksud baiknya, kuarahkan kepala kemaluanku pada lubang vagina Tarida yang mendekati kemaluanku, beberapa kali kepala kemaluanku terpeleset ketika akan masuk kedalam lubang Vagina Tarida yang licin, seret dan hangat, setelah kurasakan pas kali ini dengan satu sentakan keras kuhentakkan kemaluanku keatas “Cleppp…”suara itu begitu keras terdengar.terdengar, Feilin menekan pinggul Tarida , kurasakan kemaluanku semakin dalam terbenam menusuk Vagina Tarida. “Brettt… drrrrrrrrrtttt prrrrrrrrrttt……”terasa sekali enaknya ketika kepala kemaluanku merobek-robek keperawanan Tarida, sedangkan pemilik keperawanan meringis-ringis ketika aku merobek-robek miliknya yang berharga, sesuatu yang tidak akan pernah mungkin dapat kembali lagi, kucengkram pinggul Tarida sambil berkali-kali menghentakkan kemaluanku keatas, sedangkan Feilin mengangkangi wajahku, SiKucing liar menghidangkan Vaginanya yang beraroma harum menggairahkan. Aku langsung menjulurkan lidahku mencari-cari daging mungil kesukaanku , pinggul Feilin berulang kali menekan-nekan kebawah, sehingga lidahku semakin tenggelam ke dalam lubang Vaginanya, kukorek lubang Vagina Feilin, kuemut-emut Vagina Feilin dengan rakus.

“Akh….Hnngghh!!” Tarida memuntahkan cairan kenikmatannya, Tarida yang mulus memang lebih cepat mencapai kenikmatan jika dibandingkan kedua temannya. Feilin menekan-nekankan Vaginanya kemulutku, pinggulnya bergoyang kesana kemari “Aww…Crrrr” Feilin semakin kuat menekan pinggulnya kewajahku ketika aku dengan lahap menjilati cairan gurih yang meleleh dari selangkangannya. Feilin hendak mengangkat Vaginanya namun kutahan buah pantatnya dengan kedua tanganku, aku tidak akan membiarkan santapan yang lezat ini ,seenaknya berlalu dihadapanku, sambil terus menghentak-hentakkan kemaluanku merojok-rojok Tarida, aku melumat-lumat selangkangan Feilin, kadang-kadang Feilin memekik ketika aku mengigit-gigit kecil bibir Vaginanya dengan gemas. “Unghhh…crrrrrrr…” Tarida kembali mengeluh dan cairan hangat terasa menyemprot kemaluanku berkali-kali. Aku merasakan Tarida turun dari tubuhku “ploppppppppp….”Kemaluanku terlepas dari Vaginanya, Kuterkam sikucing liar  Feilin dan kugeluti tubuhnya, tembakan-tembakan gencar berulang kali kuarahkan untuk menghantarkannya berkali-kali kejurang kenikmatan,setelah itu sasaranku alihkan pada Tarida yang terkulai lemas diatas ranjang, kubalikkan tubuhnya kini Tarida dalam posisi menungging,bibir Vaginanya kini merekah dan agak terbuka, aku kembali menjejalkan kemaluanku kedalam lubang Vaginanya yang seret , kutekan kemaluanku sedalam mungkin, sampai buah pantatnya menggesek perutku, halus, begitu lembut, hangat dan ada perasaan serrrrr di jantungku. Kukocokan kuat-kuat kemaluanku sampai terdengar bunyi “Plokkk…” “Plokkk….” “Plokkk!” yang semakin lama semakin keras terdengar. Tubuh Tarida terdorong maju mundur, semakin cepat aku mengayuhkan kemaluanku semakin cepat pula tubuhnya terayun-ayun dalam posisi menungging, kemaluanku keluar masuk menelusuri lubang kenikmatan yang seret dan sempit, pada saat aku mendorongkan kemaluanku bibir vagina Tarida bagaikan amblas tertekan masuk, dan pada saat aku menarik kemaluanku bibir Vagina Tarida bagaikan tertarik keluar.

“Engggg Ahhhhh… Akh…ssshhttt!” Tarida menjerit tertahan ketika dirinya kembali tenggelam kedalam lautan kenikmatan. Tanpa melepaskan pinggul Tarida aku menjatuhkan diriku kebelakang, kini aku duduk diatas ranjang sedangkan  Tarida menduduki kemaluanku, tanganku meremas-remas Susunya , kocokan-kocokan kemaluanku semakin kuat menghujami lubang Vagina Tarida. “Uhhhhh…” Aku menghentikan gerakanku, Tubuh Tarida dan tubuhku sudah basah bagaikan habis kehujanan , keringat mengalir dengan deras dari tubuh Tarida dan tubuhku, sesekali kuayunkan kemaluanku keatas dengan gerakan yang santai sambil mengumpulkan kembali tenagaku yang terkuras,punggung Tarida bersandar didadaku kepalanya terkulai lemah kecapaian, gesekan buah pantat Tarida yang halus mulus menimbulkan sensasi yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata “Utssss…Crrrott” tanpa kuduga sesuatu yang sangat nikmat keluar dari dalam tubuhku ,nafasku seperti tertahan, kuremas lembut Susu Tarida dari belakang, tenggorokanku terasa panas, kulepaskan tubuh Tarida , aku berlalu keluar untuk mengambil minuman dingin dari kulkas, Kemaluanku yang besar kini terkulai, kubuka pintu kulkas dan kuraih sebotol Sprite untuk melepaskan dahagaku, , kugerakkan tubuhku untuk menghilangkan rasa pegal, beberapa saat kemudian tenagaku mulai pulih, ulat-ulat porno mulai menggeliat diotakku, kulangkahkan kakiku menuju kamar Feilin dan kubuka pintu kamar itu perlahan, diatas ranjang terbaring tiga sosok tubuh mulus yang terkulai lemah, kuhampiri tubuh mereka dan kini kubalikkan kembali tubuh Tarida dan tubuh Nia ,kujilati lubang anus Tarida kemudian lubang Anus Nia, perjalanan Tarida dan Nia masih panjang, kuarahkan kepala kemaluanku pada lubang anus Tarida dan…jeritan kesakitan Tarida kembali terdengar menggema didalam kamar…..setelah aku selesai kulepaskan tubuh Tarida tidak berapa lama kemudian terdengarlah jeritan kesakitan Nia, mereka berdua menangis terisak-isak , sepertinya pengaruh obat perangsang yang kuberikan mulai hilang, kesadaran mereka perlahan-lahan mulai pulih namun segalanya sudah terlambat, aku kembali menikmati kemulusan dan kehangatan tubuh mereka bertiga.

Beberapa bulan kemudian    
Dari dalam sel disebuah penjara, tepatnya diblok D terdengar suara gelak tawa para napi, mereka sedang mengerubuti tiga orang gadis yang seksi, cantik dan mulus, para napi itu seperti kesetanan tidak mempedulikan jeritan ketakutan yang keluar dari mulut ketiga gadis dihadapan mereka.
“Jangannnnn…. Ampunnnnn…… akkkkkkkkkkkkk” , “Aduhhhhhhhhhhh… Owwwwwwww…..” “ngakkkkkk….. uhhhhhhhhhhhhhhh” suara – suara yang keluar dari mulut ketiga gadis itu.
Tarida ?…. Nia ?………… Feilin ?…………… Huhh ????? Mau Ngapain mereka didalam sana ?
Eps. 4: The Gangbang
Hari demi hari berlalu , kemudian minggu demi minggu berlalu semenjak aku memperawani Tarida, Nia dan Feilin. Sikucing liar Feilin yang sudah terbius oleh nafsu birahi selalu memberikan servicenya yang selama ini belum pernah membuatku kecewa, Namun semenjak peristiwa pemerkosaan yang terjadi atas diri Tarida dan Nia, mereka berdua selalu menolak jika Feilin mengajak Tarida dan Nia untuk pulang besama-sama, tampaknya mereka berdua berusaha menjauhiku, padahal dimana salahku!! aku hanya mengajak mereka berkelana dilautan birahi, itu saja tidak lebih dan tidak juga kurang, hasratku untuk kembali menikmati tubuh Tarida dan Nia semakin menggebu-gebu, halusnya kulit mereka, mulusnya body mereka yang kencang, dan peretnya lubang Vagina mereka membuatku selalu tersiksa dalam khayalan yang semakin lama semakin berontak memintaku untuk segera mencetuskan dan merealisaskian “undang-undang” bercinta dalam kobaran nafsu.

Dengan langkah yang pasti aku menaiki anak tangga disekolahan itu, pada saat itu hanya ada beberapa anak sekolahan yang dengan terburu-buru ngacir pulang kerumah masing-masing, tujuanku adalah kelantai empat tempat dimana Tarida , Nia dan Feilin menuntaskan mata pelajaran praktikum fisika. semakin lama aku semakin mendekati lantai empat, suasana disana sepi dan hening, dari kejauhan aku melihat tiga sosok gadis cantik yang sudah sangat kukenal, perlahan-lahan aku mendekati mereka, baru saja aku hendak menampakkan diri tiba-tiba, pintu ruangan disisi mereka terbuka “Ehh… kalian belum pulang ?” Sosok pria itu menegur para gadisku, “Belum pak…. Lagi beres-beres dulu….” Tarida menjawab. “Ya sudah kalau begitu bapak pulang dulu….”sahut sipria yang sepertinya bertitel pak guru. Sebelum pak Guru melanjutkan langkahnya, mata Guru yang nakal melirik paha Nia yang pada saat itu duduknya sembarangan… kemudian pura-pura memandang kearah lain. “huh menyebalkan dasar kadal…” makiku dalam hati, kalau aku sih sudah kelas buaya, sukses memperawani ketiga siswi Chinese yang cantik dan mulus.
Setelah yakin keadaan aman aku menampakkan diriku “Halo manissku!”

Tarida dan Nia melotot kaget sedangkan Feilin tersenyum ketika aku melangkah menghampiri mereka. “Tarida…Mang Dhani.. mau ewean lagi sama kamu”Aku menghampiri Tarida, tarida melangkah mundur , ia tampak was-was dengan nasibnya. Tarida mundur sampai punggungnya menempel ketembok, aku segera menerkamnya “Aww….jangannn…. Tidakkk… ohhh!”Tarida berusaha melepaskan dirinya ketika tanganku menahan bahunya. “Ssssssssstttt… jangan keras-keras.. manisssku…? ” Aku berbisik ditelinganya. Tarida terus berontak tanganku segera bergerak kini aku meraih pinggangnya yang ramping, ciumanku mendarat bertubi-tubi dipipi, dileher dan dibibir Tarida. Kukulum kuat-kuat bibirnya yang mungil, tanganku berkeliaran mengerayangi tubuhnya, kini tanganku hinggap diSusu Tarida, Tarida berusaha mendorong tubuhku, kutampar Tarida “Plakkkkk……” ia terdiam Shock melihatku yang beringas ,kemudian sambil terus mengulum bibirnya tanganku semakin aktif meremas-remas Susu Tarida yang masih rapih tersimpan dibalik pakaian seragam sekolahnya.

Aku menarik turun resletingku dan kusibakkan rok seragam Tarida keatas , dari sela-sela celana dalamnya yang berwarna biru muda kemaluanku menyelinap berusaha mencari-cari lubang hangat yang nikmat dan seret. “Jlepppp….. “Suara itu terdengar dengan jelas ketika aku menjebloskan kepala kemaluanku, berkali-kali sentakan-sentakan kemaluanku menghujam lubang Tarida. Tarida merintih lirih mulutnya sedikit terbuka,air mata mulai menetes dari matanya yang indah, desahan-desahan nafasnya tiba-tiba memburu tubuhnya mengejang dan “Mmm…nhh…crrrrttt.. crrttt”mata Tarida terpejam rapat ketika cairan kenikmatannya muncrat tanpa dapat dikendalikan, wajah Tarida merona merah,  ia hanya memandangiku tanpa berkata apapun,sesekali ia terisak-isak ketika aku kembali menggenjot lubang Vaginanya, keputusasaan, dan juga ketidakberdayaan akhirnya membuat Tarida pasrah dalam ganasnya sodokan-sodokan kemaluanku sampai akhirnya ia kembali terkulai dalam terkaman gelombang kenikmatan yang dahsyat.

Kini aku beralih mendekati Nia, Nia terlihat panik ia membalikkan tubuhnya hendak menghindariku namun Feilin malah menghadang Nia dan dengan lembut dipeluknya tubuh Nia, kedua tangan Feilin merangkul pinggang Nia dalam posisi saling berhadapan, kutarik pinggulnya agar Nia berdiri dengan posisi sedikit menungging , kusibakkan rok seragam Nia dan kuturunkan celana dalamnya, “Tidakk…tidakk…okhhh, blepp…aahhh!” Nia tersentak ketika merasakan kemaluanku yang besar dan panjang memasuki dirinya. Kucengkram pinggulnya kuat-kuat sambil kusentak-sentakkan kemaluanku lebih dalam. “Ehhhh…akkk…Feiii…. Feiliinn……Ngggghh” Nia meronta-ronta dalam pelukan Feilin. “Kenapa Nia… enak yah?”Feilin mencium lembut pipi Nia, Nia hanya mengangguk perlahan, tusukan-tusukanku semakin kuat. “Pelann.. pelannn Ohhhhh manggggggg” Nia mengajukan permintaan. Aku menurutinya karena aku tahu kalau Nia adalah tipe seorang gadis yang lembut, kutarik perlahan kemudian kudorongkan lagi kemaluanku memasuki lubang Vaginanya dari belakang. Tarida mendekati kami bertiga. Aku meraih pinggang Tarida dan berbisik “Sini… kamu Bantu pegangi Nia…” dan Tarida menuruti perintahku, tangannya membantu tapi bukan untuk memegangi Nia, kedua tangan Tarida kini terjulur menggenggam kedua Susu Nia dari samping dan tangannya  meremas-remas Susu Nia, Nia semakin kuat merintih lirih dan “Akhhh…crrttt”tampaknya Nia pun tidak berdaya menahan keluarnya cairan kenikmatan dari dalam lubang Vaginanya, kucabut kemaluanku dan kemudian kugiring Para Siswi yang mulus kedalam mobil , tanpa buang waktu aku segera menuju rumah Feilin, sebuah rumah dimana api birahi dan nafsu selalu berkobar dengan dahsyatnya

Sementara itu dari lantai empat
——————————————————————————
Sepasang mata memandangi kepergian Dhani Anwar dan ketiga gadis bertubuh mulus itu, jakun ditenggorokannya turun naik, senyuman licik dan culas menghiasi wajahnya. Hmmmmmm…. Siapakah itu….? Apa yang dilakukannya disana…….Dan Apa yang hendak dilakukan oleh sosok misterius itu? Sesosok tubuh yang kurus dan tua renta itu kini perlahan-lahan menuju pintu gerbang sekolah ditangannya tergenggam sebuah Kamera murahan
——————————————————————————

“Mmmmmmmmmmmpppp……” dengan malas aku membuka mataku, tidurku terganggu oleh rasa menggelitik dikemaluanku, kesadaranku mulai memasuki tubuhku, perlahan-lahan dengan masih mengantuk aku membuka mataku, aku tersenyum ketika melihat ketiga gadis cantik mulus itu kini sedang asik menjilati kemaluanku, masih terasa olehku kenikmatan yang kuarungi semalam dan tampaknya dipagi hari yang indah ini akan dimulai sebuah perjalanan menjelajahi lautan api kenikmatan yang berkobar-kobar. Aku merasakan kemaluanku semakin tegang dan mengeras, Feilin sedang mengajarkan kedua temannya bagaimana cara memainkan kemaluanku, bagaikan seorang instruktur yang sedang memberikan instruksi kepada bawahannya, “Bukan begitu… begini….” “Nahhh betul ayoooo terusss kocokk” “Salahhh…. Agak di…” begitulah suara – suara yang keluar dari mulut si kucing liar Feilin. Aku merasakan kemaluanku semakin keras dan membengkak, mungkin karena sangking berkonsentrasi mereka bertiga tidak menyadari kalau mereka sudah membangunkanku dari tidurku dan itu artinya mereka harus siap menjadi santapanku dipagi hari ini.
           
Jilatan-jilatan lidah  terasa mengelus-ngelus kepala kemaluanku dengan perlahan-lahan, hisapan-hisapan lembut itu membawa sebuah sensasi tersendiri , kupejamkan mataku dan menikmati hisapan Nia yang sedang menungging kearah wajahku, Aku menatap nanar melihat buah pantat Nia yang menungging kearahku “Aww…..”Nia terkejut ketika aku menyambar pinggulnya dan menarik pinggulnya dengan kasar agar ia menduduki wajahku , mulutku langsung mencecar buah pantat Nia yang terasa lezat dan manis, lidahku menjilati sela-sela pantat Nia , kugelitiki lubang anusnya dengan lidahku yang terjulur menggeliat-geliat liar. “Hehehe….”Feilin terkekeh-kekeh melihat Nia yang keenakan. Uhh enak sekali emutan dan jilatan liar dikemaluanku, sepertinya ini jilatan khas Feilin, kudorong sedikit pinggul Nia keatas agar aku bisa melihat siapa yang menjilati kemaluanku, keningku berkerut ternyata Taridalah yang sedang asik menikmati kemaluanku, dalam hati aku memuji kelihaian Tarida, sepertinya ia memiliki bakat alami apalagi setelah diajarkan oleh sikucing liar Feilin.

Nia berontak dan melepaskan dirinya dari cengkramanku, aku hanya tersenyum memandangi Nia yang duduk dengan posisi kaki agak mengangkang, mataku merayapi lubang kecil elastis yang dapat menelan besarnya kemaluanku, Nia rupanya menyadari aku sedang asik memandangi lubang vaginanya, ia mengatupkan kedua kakinya, Tarida dan Nia bersujud disisi kanan dan disisi kiriku. Aku kini bangkit dari posisiku, aku pindah kebelakang Tarida , kupeluk erat-erat tubuh Tarida yang hangat dan mulus, hidungku mengendus-ngendus dan menghisap dalam-dalam aroma tubuh Tarida yang membuat api birahiku semakin membara., kedua tanganku merayap dan meremas-remas buah susu Tarida, Tarida mendesah-desah lirih, mulutku menyumpal bibirnya yang mungil “Hmm…Mmhhhhh….” hisapanku yang liar dan buas membuat Tarida kewalahan , “Ha uuhhh”Tarida menarik wajahnya, nafasnya terengah-engah, buah dadanya turun naik, kuremas-remas dan kutarik-tarik pentil susu Tarida, sesekali kupelintir-pelintir pentil Susunya yang semakin runcing mengeras. Kuselipkan kemaluanku kesela-sela pantat Tarida, perlahan namun pasti aku mulai menyodomi Tarida, ketika aku menyodominya dengan kasar Tarida meringis-ringis,wajahnya terlihat seperti minta dikasihani, aku tidak peduli apakah ia kesakitan atau tidak , yang pasti aku sangat keenakan, Feilin kini menyusu di buah dada Tarida sebelah kiri, Nia mulai merangkak dan kini ikut menyusu dibuah dada sebelah kanan., Nia menciumi bulatan buah dada Tarida , ciuman Nia semakin turun dan terus turun sampai akhirnya lidahnya terjulur-julur menjilati selangkangan Tarida yang masih dalam posisi bersujud “Aaaannnghhhhh… Crrrr” satu lenguhan panjang menghempaskan Tarida tanpa ampun kedalam lautan kenikmatan.

Kuterkam Nia yang sedang memandangi Vagina Tarida, “Ahhhhh… Uffffff!”Nia mengeliat-geliat kegelian ketika aku menggeluti buah dadanya yang putih dan mulus, mata Nia terpejam rapat ketika aku menjebloskan kemaluanku memaksa memasuki lubang Vaginanya yang masih peret dan sempit, kupompa lubang Vagina Nia dengan lembut karena aku tahu kalau Si Sexy Nia kurang bisa menikmati permainanku jika aku memompanya dengan kasar, beda banget dengan Feilin dan Tarida, mereka berdua sepertinya menyukai tipe hardcore. Perlahan-lahan aku memasuki lubang sempit lembut yang berdenyut-denyut , Vagina Nia seperti sedang mengurut-ngurut kemaluanku, perlahan-lahan kuaduk-aduk lubang mungil itu. “Ahhhh… Crrrrr ” Nia menjerit kecil, ketika sesuatu menyemprot batang kemaluanku, Feilin yang sudah tidak sabaran menarik tubuhku dan memintaku tidur terlentang diatas ranjang empuk, perasaan seperti sedang bernyanyi lagu “Medley” tapi Medley yang ini lebih asik didengarkan karena suara – suara “Pleppp… Plepppp… Plepppp…” “Ahhhhh….” “Uhhhhhhhh” yang dikeluarkan oleh Tarida, Nia dan Feilin. Feilin mengangkangi Kemaluanku, pinggulnya menekan turun dan “Sleppppppppp…….” Tenggelamlah kemaluanku berenang-renang ria didalam lubang sempit dan berdenyut milik Feilin, Goyangan Feilin Liar dan memukau seperti goyangan dewi persik, buah dadanya yang bulat dan keras seperti sedang meloncat-loncat, tanganku terjulur meremas-remas buah dada Feilin, berkali-kali Susu yang mengeras itu aku remas-remas, aku pilin-pilin putting susunya, kukocok kuat-kuat sampai Feilin tersentak-sentak keatas

“ahhhh… Ahhh… Ahh Ouhh manggg Dhaniii!!”Feilin histeris dalam amukan nafsu birahi, Tarida memeluk Feilin dari sebelah kiri sedangkan Nia memeluk Feilin dari sebelah kanan, mereka memberi semangat pada Feilin yang mengarungi lautan kenikmatan “Feilinnnn Ayoooo terussss… goyanggg” “Ayooo Feilinnn jangan kalah… hebat!!! Terusss… Wowww Goyangan kamuuu itu lohhh he he he” Tarida dan Nia memberikan semangat kepada Feilin yang sibuk menaik turunkan pinggulnya, kedua tanganku mencengkram pinggul Feilin, aku lebih kuat lagi menghujam-hujamkan kemaluanku pada lubang Vaginanya, Tarida dan Nia kini asik meremas-remas buah dada Feilin,bahkan berkali-kali Tarida dan Nia mengemut-ngemut Susu Feilin “Ahhh.. aduhhh Taridaaaa… Akkk Niaaa kalian koq bantuin mang Dhani Sihhh akhhhhh… mhalah ngeroyok akkkhuu Oww Crrrrrttt…..”Goyangan maut Feilin tiba-tiba berhenti , cairan panasnya bucatt !! muncrat… nafasnya terengah-engah, kupilin-pilin putting susu Feilin dengan gemas.

Feilin menaikkan Nia keatas tubuhku “Ehhh Feilinnn… ngakkk ahhh aku ngak bisaaa…”Nia menolak ketika ia disuruh Feilin untuk “bermain” diatas tubuhku. “Makanya kamu belajar.. jadi bisaa… nihhh pegangin senjata mang Dhani terus kamu masukin… ngak susah koqq” Feilin memberikan instruksi dengan serius pada Nia, Nia terlihat “malu-malu mau” tangan kanannya memegangi batang kemaluanku, diarahkannya kepala kemaluanku pada lubang Vaginanya , Nia meringis ketika ia menurunkan pinggulnya,bibir Vaginanya sedikit demi sedikit mulai terbuka berusaha menerima kepala kemaluanku yang extra big, sungguh tidak sebanding dengan lubang Vaginanya yang kecil mungil, perlahan – lahan Nia memasukkan kepala kemaluanku, pinggulnya menekan semakin kuat “Sssslllleeeeshh….” Kedua tangannya bertumpu pada bahuku, posisinya agak menungging ketika kemaluanku semakin dalam tertancap dilubang Vaginanya,sebentar pinggulnya menekan turun namun tiba-tiba tidak jadi trus terangkat lagi, wajah Nia penuh dengan keragu-raguan. Tanpa diduga Tarida menduduki pinggul Nia kuat-kuat “Hiaaaatttt…he he he “Tarida terkekeh-kekeh ,kemaluanku melesat tanpa ampun merojok kemaluan Nia sedangkan Nia menjerit kecil “Ouuuuuw… Hekkkkk” Nafasnya seperti tertahan, matanya melotot kemudian terpejam rapat

“Auhhhh Tarr… Taridaa Hhhhh”Nia terkulai dalam pelukanku, kedua tanganku menyambut tubuhnya yang terkulai lemah, nafasnya seperti sesak dan terdengar berat, kupeluk erat-erat tubuh Nia, Kemaluanku terbenam dengan sempurna, Nia perlahan-lahan mengeliat dalam pelukanku, ia mulai dapat menguasai dirinya kembali, Nia melirik Tarida kemudian ia mencibirkan bibirnya , duh lucu banget wajah sisexy Nia pada saat itu. “Ha ha ha ha…. Kalo ngak dipaksa gitu… bisa setaun baru masuk…”Tarida sigadis periang tertawa lepas. Tangan Nia kanan bertumpu dibahuku, sedangkan tangan kirinya diletakkan menyilang didepan dada , sisexy Nia berusaha menyembunyikan  buah Susunya dari tatapan mataku, kepalanya tertunduk kebawah, sepertinya ia sedang memeriksa kemaluanku yang kini tertancap dengan sempurna, kemaluan kami berdua bertaut dengan erat, kuhentakkan kemaluanku kuat-kuat menusuk-nusuk Vagina Nia dari bawah, “Ahhhh aduhhh pelhann… akk pelllaannnnhhh manggg…”Nia menahan gerakanku yang liar dan brutal, “Suda.. hhhh mangg akhuu Saja…Nnnnnnhh”sambil merengek-rengek Nia menahan gerakan-gerakan liarku, aku mengikuti keinginannya.

Nia menggerakkan pinggulnya Naik turun, wajah seksinya bertambah seksi ketika meringis-ringis , desahan dan juga rintihan silih berganti , sebuah irama baru tercipta disertai rengekan-rengekan manja Nia ketika Tarida menjulurkan lidahnya menjilati belahan pantat Nia, Feilin memeluk Nia dan memainkan buah dadanya, Nia menahan nafasnya ketika cairan kewanitaannya meledak tanpa ampun “brrrrrr… Kecrotttt…. Cruttt.. Uffff”Nia berusaha mengambil nafas , butiran-butiran keringat meleleh dari kulitnya yang putih mulus, Aku mencabut kemaluanku kemudian aku mengambil posisi dibelakang tubuh Nia yang masih menungging kecapaian, kuselipkan kepala kemaluanku pada sela-sela pantatnya dan satu sentakan kuat membuat tubuh Nia terdorong dan tersungkur, ia merintih-rintih , aku memakluminya Nia pasti belum terbiasa disodomi, begitu juga Tarida, beda banget dengan Feilin yang binal, ia sudah terbukti dapat kuandalkan dalam memuaskan nafsuku, depan oke belakang oke. Kutusukkan dan kutekan kemaluanku masuk lebih kedalam menelusuri Anus Nia yang berdenyut-denyut “Enhhh Owww sakit… mangg sakitttt….”Nia kesakitan ketika aku memompa anusnya kuat-kuat, Tarida dan Feilin menghibur Nia, mereka berdua membelai-belai rambut Nia yang meringis-ringis kesakitan, tubuh Nia terdorong-dorong maju-mundur, nafsu yang meledak-ledak didalam diriku membuat aku lupa diri, aku tidak mempedulikan Nia yang berulang kali mengeluh kesakitan , didalam kepalaku hanya ada keinginan untuk menikmati kehangatan dan kenikmatan tubuh Nia yang mungil dan mulus.

Lumayan lama kugenjot lubang anus Nia dan “Arggggg…. Gejroott…. Krrootttttt”Air Maniku meledak didalam lubang Anus Nia, Kutarik kemaluanku dengan kasar , Nia langsung merangkak menjauhiku Wajahnya terlihat menahan sakit, kemudian Nia tersungkur diatas ranjang, dari lubang anusna meleleh cairan putih dan kental, Sperma milikku, perlahan-lahan Nia membalikkan tubuhnya, Nia terlentang diatas ranjang, Aku kembali menerkamnya , Nia memohon supaya aku melepaskan dirinya , Ha ha ha mustahil aku melepaskan santapanku, aku semakin asik menggeluti buah dadanya yang putih dan kencang. Kumiringkan posisi Nia dan kuangkat kaki kanannya keatas,wajah Nia terlihat seperti kuatir ketika aku hendak menusukkan kemaluanku,Jleb…kutusukkan kemaluanku dengan lembut dan kemudian dengan hati-hati aku memompa Nia, sepertinya Nia sangat menikmati tusukan-tusukanku yang lembut, matanya yang sipit terpejam-pejam, bibirnya sedikit terbuka mendesah-desah “Nnnn Hhhhhhhh… Crrr Crrrr” belum begitu lama aku melakukan gerakan memompa Nia mengejan dan semprotan-semprotan cairan hangat mengguyur kemaluanku, kukalahkan Nia berjali-kali sampai ia terengah-engah tanpa daya, kuremas buah pantatnya dengan lembut kemudian kucabut kemaluanku dari lubang yang sudah banjir, cairan kenikmatan Nia meleleh sampai membasahi seprai bermotif Donald duck, Feilin mendorong tubuh tarida terlentang diatas ranjang

“Ayooo Manggg, kocok memeknya sampe lecetttt…. He he he” kemudian Feilin memaksa mengangkangkan kedua kaki Tarida lebar-lebar “Auhhhh tidakkk ehhh Feiiii ” Tarida ketakutan melihat wajahku yang beringas, Tarida hampir berhasil melepaskan kakinya namun “akkkk Niaaa!”Tarida gugup ketika Nia menangkap kaki kanannya sedangkan Feilin menangkap kaki kirinya, secara serentak Nia dan Feilin menarik kedua kaki Tarida keatas, sehingga kini Tarida dalam posisi mengangkang , tubuhnya menggeliat-geliat tidak berdaya, mulutnya terus memohon agar Feilin dan Nia melepaskan kedua kakinya. “Hekkkkkkkkkk….Ohhhhhhhhhhh” mata Tarida melotot ketika aku dengan kasar menjejalkan kemaluanku memasuki lubang Vaginanya yang sempit, mulutnya menceracau seperti orang yang sedang mengingau, kemudian Tarida seperti merengek-rengek ketika aku menggasak lubang Vaginanya kuat-kuat, kemudian tubuhnya menggeliat dalam liukan yang menggetarkan jantungku “Srrrr…Crrrrttt…crrrrrttt… Emmmmhhh”

Tarida tergeletak diatas ranjang, tubuhnya masih terguncang-guncang dengan kuat mengikuti sodokan-sodokanku yang semakin liar, Nia dan Tarida terkekeh- kekeh menertawakan temannya yang tergolek lemah. “Wooowww gilaaaaaa… Mang Dhani memek Tarida sampe merah gitu he he he…kayak punyaku waktu diperkosaaa”Feilin terkekeh-kekeh, Nia mengelusi paha Tarida , Feilin juga mengelus-ngelus paha Tarida, Tarida terdiam seribu bahasa terkadang memekik kecil, kemudian merintih-rintih dan “Auuffff…. Ssssshh Nggggg Crrrrr…. Crrrrrr” Tarida meregang ketika kenikmatan menghinggapi dirinya. Kuambil guling dan kuganjal pinggul Tarida dengan Guling, kusuruh Feilin dan Nia agar mereka menarik kaki tarida lebih keatas sehingga lubang anusnya ikut terangkat naik dan “Jrebbbbb akkhh” Tarida meringis menahan sodokanku “Owww!” satu jeritan panjang mengiringi melesatnya kemaluanku memasuki lubang anus Tarida. “Akkk Oww mangg Ammm phunnn achhhhhhhh”Tarida menggeleng-gelengkan kepalanya, rambutnya acak-acakan, jeritan-jeritan kecilnya sering terdengar diiringi oleh senandung rengekan-rengekan yang terdengar semakin manja, aku harus sering melatih Nia dan Tarida agar mereka dapat “Allll In” seperti teman mereka Si kucing liar Feilin, tusukan-tusukan yang cepat dan prima kutembakkan sedalam-dalamnya pada lubang Anus Tarida yang sempit, lubang anus Tarida tampak kewalahan menghadapi tusukan-tusukanku, lingkaran disekitar anus Tarida yang seperti cincin terlihat tertekan masuk kedalam ketika aku menusukkan kemaluanku kuat-kuat dan melejit tertarik keluar ketika aku menarik kemaluanku, mata Tarida mendelik-delik ketika aku semakin liar dan semakin kuat memompa anusnya, tiba-tiba tarida terisak-isak sepertinya ia kesal karena ketidak berdayaannya menghentikan aksiku yang brutal.

Tarida memang paling cengeng diantara tiga gadisku yang cantik, melihat Tarida yang menangis Feilin melepaskan sebelah kaki Tarida, kemudian ia menggeser posisinya dan membelai-belai rambut Tarida, bibir Feilin menyumpal bibir Tarida, hingga Tangisan Tarida agak teredam, Nia memeluk diriku dari belakang dan berbisik perlahan”Terusss manggg colokkk yang kuat…lampiaskanlah nafsu mang Dhani pada Tarida tapi kalau sama aku pelan-pelan aja, jangan keras gitu yah mang Dhani sayang”dikecupnya pipiku, aku tersenyum padanya kemudian mengangguk, Nia tampak tenang ia semakin erat memelukku. “Mmmm Mmmmm.. Hmmmm”Suara suara itulah yang selanjutnya terdengar dari mulut Tarida dan Feilin, bibir Feilin melumat-lumat bibir tarida dengan buas, tubuh Tarida tiba-tiba mengejang dan “Hnnnhhhh crrrr… crrrrrrrrrrrr” muncratlah cairan kewanitaan Tarida , cairan putih lengket yang beraroma harum itu seperti es yang mencair meleleh dari sela-sela bibir Vagina Tarida, kutarik kemaluanku lepas dari dalam anus Tarida, Nia dan Feilin menghampiri kemaluanku , lidah mereka membersihkan kemaluanku yang sudah basah kuyup , diemut-emutnya kepala kemaluanku, denyutan-denyutan kuat mulai terasa diujung kemaluanku dan “Keccrooootttt…. Krrrrrooooootttt… Srrrreeppphh… “

Bendungan Spermaku akhirnya jebol juga, Nia dan Feilin saling berebutan membersihkan Air maniku yang meleleh, setelah selesai dan puas Feilin dan Nia membaringkan tubuh mereka disamping Tarida yang sedang tertidur, ketiga gadisku yang cantik dan mulus menggeliat dengan malas ketika aku merangkul tubuh mereka, ciuman-ciumanku mampir dibibir mereka, kulumat lembut bibir-bibir mereka yang terasa manis, desahan-desahan nafas yang memburu perlahan-lahan mulai sirna , kehangatan dan kemulusan tubuh mereka bagaikan selimut terenak dipagi hari yang indah ini, mulutku masih belum puas , kuemut-emut enam pasang payudara dibawah pelukanku, ketiga gadisku yang cantik menggeliat-geliat kegelian, mata mereka terpejam kecapaian.
           
Setiap hari kulewatkan dengan hati senang, gembira dan puassssssss lahir batin, sampai pada suatu hari ketenanganku terganggu ketika aku sedang menunggu para gadisku yang hangat dan mulus. “duh lama amat padahal seharusnya mereka sudah keluar” kataku dalam hati,aku tersenyum lebar ketika dari kejauhan kulihat Tarida . Feilin dan Nia menghampiriku, namun bagaikan tersambar petir disiang hari aku dikagetkan oleh pengaduan Tarida, Feilin dan Nia. Dengan api kemarahan yang makin berkobar aku mendengarkan cerita mereka bertiga, kemudian aku mencari sibrengsek itu, pantesan aja mereka lama. Dari belakang perlahan-lahan kuhampiri sipeot yang kelihatannya tidak sabaran menunggu sesuatu, kujambak rambutnya “Wadowww… akkkk!” Sipeot kesakitan, kubanting dan kuinjak mahluk tidak tahu diri itu. “Hehhhh jangan kurang ajar lu… mana keluarin….”aku membentaknya. Dari dalam saku celananya ia mengeluarkan sesuatu… ternyata sebuah foto yang diprint diatas kertas HVS waduhhhh dasar amatirannn…!!!!!

Setelah selesai melampiaskan amarahku kutinggalkan tubuh peot menyebalkan itu. Sipeot tertatih-tatih matanya memandang geram “Awassss looooeee!!!!!!!!!! Bangsattttt… dasar Monster “sipeot hanya berani  bersumpah-serapah ria didalam hati. Huuhh… ada-ada saja, untung gadis-gadisku pandai dan cerdik, mereka menjanjikan sipeot bermain dibelakang sekolah.. kalau tidak entah apa yang akan terjadi..? kini aku tinggal pulang dan menikmati hidangan hangat diatas tempat tidur. Hari-hari selanjutnya kujalani dengan normal sampai pada suatu saat ketika aku sedang menunggu Tarida , Feilin dan Nia “Tok… Tokkk… tokkkkk”Aku membuka kaca mobil, tiga orang polisi berpakaian preman mengepung mobilku, mereka tampak sangar, setelah meminta KTP-ku, aku disuruh keluar dari mobil dan diangkut kemarkas mereka, aku dituduh memperkosa tiga orang gadis Chinese, dikantor ada sesosok tua renta yang sangat kukenali, keterangannya dan juga alat bukti yang dikeluarkan oleh sipeot Parto membuatku tak berdaya, rekaman pemerkosaan di lantai IV!!!!!!!!!!! Aku tidak dapat mengelak lagi, dengan lesu akhirnya aku digiring masuk sel tahanan, sipeot tersenyum senang melihat nasibku yang sudah tidak tertolong

========The End======
——————————————————————————————-
Tuamaaaaaaaaaaaaatttttttttttt!!!
Saddd Endingggg Storiessss!!!!!!!!!! Wakakakakakakaka……..2000X.

Waduhhh para mupengers jangan langsung loyo begitu duongg, he he he…. Sementara kita tinggalkan dulu si Dhani Anwar yang lagi ngeringkuk dibalik sel penjara. Nah…. Sepeninggalan si Dhani, Tarida&Feilin dan juga Nia kini terancam bagaikan binatang langka, tanpa ada yang melindungi sama sekali, tanpa ada yang Ehmmm… uhukkk… uhukkk bla… bla… Blaaaa. Trus Gimana dong nasib mereka…menghadapi sipeot Parto Satpam ngak tau diri disekolah itu yang sudah bersiap-siap menjalankan aksi bejatnya…. Selamatkah mereka dari cengkraman Parto ??????????? And Gimana nih Nasib  si Dhani selanjutnya ? selanjutna dikupas tuntas di liputan 6 petang , yang tajam, actual dan terpercaya. Ngomong-ngomong karena ceritanya rada-rada panjang dikit udah beli cemilan blonnnnn….. beli dulu gih…mupeng boleh lanjottt tapi perut jangan lupa pada diisi oceh ?, euhhhh….stoppppp… !!!!! Sebelon berdiri beli cemilan, yang bawah jangan lupa diturn off dulu…^^  ntar yang liat pada kaget….. !!
——————————————————————————————-

Sepeninggalan Dhani Anwar, Parto situa renta merasa dirinya bebas untuk melampiaskan hasrat bejatnya. Disuatu hari yang sepi karena para murid dan guru disekolah itu sudah berlarian pulang “He he he….” Sosok tua renta mencegat langkah Tarida, Feilin dan Nia, Ketiga gadis itu memandangi sesosok tua renta yang terkekeh-kekeh dihadapan mereka, mau ngapain lagi sih manusia peot bau tanah ini “Sudah ketemu tasnya ya ? wa ha ha ha” Situa bangka terbahak-bahak, rupanya mahluk peot inilah yang menyembunyikan tas Nia sampai-sampai ketiga gadis itu sibuk mencari-cari tas yang mendadak menghilang. Tanpa terlalu banyak basa-basi , siParto mengeluarkan beberapa lembar Foto yang kali ini tercetak diatas photo paper… lumayan mulai tau teknologi juga akhirnya…
           
Sipeot menghampiri Feilin dan dengan nafsu yang berkobar ia hendak menjamah buah dada Feilin. “Heeeiii…. Jangan kurang ajar pak.. parto….Nanti saya bilangin sama mang Dhani!!!!”Feilin membentak siParto. “Eee Ehhhh… jangan sok kalian ini….i Dhani mah udah tamat… udah dikurung kayaknya ngak akan keluar lagi….he he   Nanti saya sebarkan foto-foto ini baru tahu.. rasaaa!!!! Ayo masuk kedalam……..He he he” sipeot tambah ngelunjak, matanya berkedip-kedip dengan genit menatap bagian-bagian terpenting ketiga gadis Chinese yang masih terhalang oleh pakaian seragam mereka. Wajah Tarida, Feilin dan Nia mendadak pucat mereka tidak menduga akan mengalami kejadian seperti ini apalagi tanpa ada seorangpun yang dapat melindungi mereka, Dhani Anwar kini mati kutu didalam sel penjara, ketiga gadis Chinese yang cantik memandangi Parto dengan tatapan geram,pasti siParto inilah yang punya kerjaan, pantasan saja mang Dhani menghilang tanpa meninggalkan kabar berita ,Dengan mudah Parto menggiring ketiga gadis Chinese kedalam kelas, pintu kelas itu tertutup rapat namun didalam.
           
Situa bangka Parto terkekeh-kekeh menghampiri Nia, Nia terlihat serba – salah ketika tangan yang kurus kering itu terjulur dan mulai membuka kancing baju seragamnya satu persatu, Parto tersenyum ditariknya cup Bra Nia sebelah kiri dan kanan sekaligus, Boinnnnnkk… mata situa bangka melotot ketika buah dada Nia seperti melompat keluar dari sarangnya. Mulut parto dengan rakusnya menjilati buah Susu Nia, mulutnya yang sudah ompong mengigit-gigit buah dada Nia, Nia menatap Feilin dan Tarida, tatapannya seperti minta tolong pada kedua temannya , sungguh mengenaskan nasib Nia, Feilin dan Tarida hanya dapat memandangi teman mereka yang sedang dilahap susunya habis-habisan oleh situa bangka. Nia menolak ketika parto mengajaknya berciuman, ia jijik berciuman dengan siParto, dengan kasar situa bangka menjambak rambutnya dan “Hmmm… mmm”bibir parto mengulum bibir Nia dengan rakus, suara berdecak-decak keras mulai menghiasi ruangan kelas yang menjadi saksi bisu kebejatan Parto seorang satpam tua disekolahan itu, Mata nia terpejam rapat-rapat, ia tidak rela menjadi santapan situa bangka yang lebih pantas menjadi kakeknya, biarpun Parto sudah berupaya maksimal tetap saja nia tidak bergairah menghadapi mahluk kurus kering dihadapannya, Parto mengeluarkan sesuatu, Dhuennnnn !!!!!!! senjata pamungkas superrrrrrr wakkkkkkk!!!!!! , beda banget kemaluan Parto sama kemaluan Dhani anwar, duhhh paling Cuma 10 cm, ….. Nia merasa was-was, apalagi ketika Parto menekan bahunya agar dirinya bersujud dihadapan kemaluan Parto yang sudah tegang , “Setiap ada kamu….. mengapa jantungku…… berdetak lebih kencang……. seperti genderang mau perang…..” Senandung Lagu itu menghiasi kepala parto yang pening karena sudah lama menahan nafsu birahi.

Parto memaksa Nia menjilati kemaluannya, Lidah Nia terpaksa terjulur keluar menjilati kemaluan Parto, mata parto melotot ketika lidah Nia mengulas-ngulas batang kemaluannya. “uuuhhhhh… asiiikkkkkk…. Sedappppp….Auuhhhhh ayo hisappp!!!”mulut ompong itu menceracau tidak karuan. “Huaaa duhhhhh… Uhhhhh” Mata si parjo melotot ketika kepala kemaluannya diemut oleh Nia. Parto sudah tidak sabar ditariknya tubuh Nia dan dibaringkannya diatas meja dikelas itu,Nia mulai terisak-isak ia merasa tidak berdaya menghadapi kebejatan Parto, baru saja Parto menyibakkan rok seragam Nia, Parto dan ketiga gadis cantik mulus tersentak kaget, mereka mendengar suara langkah kaki mendekati ruangan kelas, dengan terburu-buru Nia merapikan pakain seragamnya begitu juga parto ia merapikan seragam satpam yang lusuh dan dekil.

Pintu kelas dibuka seseorang “Lohhhhh ?? kalian belum pulang….” Pak Diro bertanya keheranan, ternyata guru disekolah itu, “Ehhh eeee itu… tas sekolah Non Nia hilangg pak jadi saya membantu mencariii….” Parto dengan sedikit akal bulus mengakali pak Diro. “Ooooo…. Sekarang Tasnya sudah ketemu ?”Pak Diro bertanya tanpa merasa curiga. “Sud.. Sudahh pak”Nia menjawab dengan Gugup, Pak Diro memang terkenal sebagai guru paling galak disekolah itu. “Yaaa kalau sudah ketemu mau ngapain kalian disini… koq ngak pulang…Oo iya Pak Parto tolong bawakan tas saya yang tertinggal kemobil!! “dengan tegas Pak Diro memerintah Parto, kemudian Pak Diro melangkah keluar diikuti oleh Parto, mulut parto tampak monyong karena niat bejatnya terganggu. Tarida, Nia dan Feilin segera kabur meninggalkan parto yang memandangi ketiga Siswi yang hampir saja menjadi korbannya.       Nia yang terus terisak-isak menangis dihibur oleh kedua temannya. “Fei… kita ngak bisa begini teruss…”Tarida termanyun-manyun, namun wajahnya tetap saja cantik. “Iya… aku pikir juga begitu… huhhhh… untung saja kita selamat… kalo ngak entah gimana nasib kita”Nia cemberut. “Hmmmm gimana kalau…….” Si kucing liar Feilin tiba-tiba mempunyai sebuah akal bulus, sebuah akal bulus yang tanpa disadari oleh ketiga gadis itu akan membuat mereka semakin terperosok jatuh kedalam jurang keangkaramurkaan birahi. “Wahhhhh kamu cerdik sekali Feiiii…” Tarida dan Nia memeluk Feilin, mereka bertiga bersiap-siap menjalankan siasatnya menghadapi situa bangka Parto sekaligus mencari tahu dimana keberadaan Dhani Anwar..

Parto situa bangka melintas melewati kantin, matanya menatap Feilin, Tarida dan Nia yang sedang duduk-duduk dikantin, mereka tersenyum manis kepadanya, jantung Parto mendadak berhenti ketika ketiga gadis Chinese dihadapannya seperti sengaja menggoda Parto, mereka sedikit mengangkangkan kaki mereka, glek… Parto menelan ludah melihat kemulusan paha Tarida,Feilin dan Nia. Siang itu, Tarida, Feilin dan Nia seperti sengaja menunggu sekolah menjadi sepi, para murid dan para guru sudah pulang sedari tadi,Parto seperti seekor macan buas yang sedang mengincar mangsanya,ia berjalan mengendap-ngendap dari belakang mendekati ketiga gadis Chinese incarannya. “Hupppppp…. Nahhhhhh!!! Mau kemana kalian sekaranggg….” Tangannya menyambar pinggang Tarida. “Oww.. “Tarida menjerit kaget namun ia kemudian membalikkan tubuhnya dan tersenyum manis , kini Parto yang tersentak kaget, ketiga gadis dihadapannya tampak jinak, hal ini benar-benar diluar dugaannya. Feilin meraih dan meletakkan tangan parto pada buah dadanya, tangan kurus kering itu sampai gemetar ketika meremas buah susu Feilin. “Mang Parto mau liat susu ?” Feilin menjajakan buah dadanya yang sedang diremas-remas Parto, tanpa menunggu jawaban dari Parto Feilin membuka baju seragamnya, Feilin menarik Cup Bhnya kebawah sehingga kedua buah dadanya tersembul keluar, Lidah Parto terjulur-julur seperti seekor ular tua , kedua tangannya membelit pinggang Feilin , rakus sekali Parto ketika menikmati buah dada Feilin yang putih dan ranum, Feilin mendorong kepala yang sedang rakus-rakusnya menikmati kenikmatan buahsusu.

“Jangan disini pak… lebih baik kita kerumah pak parto aja..” Feilin tersenyum menggoda si tua Parto. Parto menelan ludahnya “Ngak usah… kita disini aja… kita terusin dikelas… kemarenkan sempet… kepotong he he he”Parto terkekeh-kekeh kemudian menggiring Tarida , Feilin dan Nia kedalam kelas. Feilin garuk-garuk kepala karena siasatnya gagal atau mungkin juga perlu pengorbanan terlebih dahulu untuk menjalankan siasat yang sudah tersusun dengan rapi ??, mereka berniat mendapatkan semua bukti-bukti yang digunakan Parto untuk menjalankan aksi bejatnya, berhasilkah mereka bertiga?  tapi yang pasti kini…tangan parto meremas-remas susu Tarida, Tarida merasa serba salah, mau lari sudah tidak mungkin, agar tidak terlalu menderita dirinya pasrah mencoba menikmati permainan lidah Parto yang mulai menjilati buah susunya yang lembut. Parto menarik Tarida dan membalikkan tubuh mulusnya, kedua tangannya meremas-remas pinggul Tarida , tangan keriput itu menurunkan resleting rok seragam sekolah Tarida, kemudian sambil berjongkok ditariknya kain segitiga berwarna putih sampai terlepas dari tubuh Tarida. Parto menarik kursi , diletakkannya kaki sebelah kiri Tarida keatas kursi,tubuh Tarida sedikit menungging, kedua tangan Tarida bertumpu pada tembok dihadapannya, sedangkan ia berjongkok dan mengendus-ngendus selangkangan Tarida. Tarida menahan nafas merasakan lidah Parto menjelajahi Vaginanya dari belakang, rasanya basah, hangat dan menjijikkan apalagi ketika mulut Parto dengan rakus mulai melahap kenikmatan dilubang Vaginanya.

Semakin lama Perasaan jijik semakin sirna, tubuh Tarida tidak dapat menyembunyikan cairan-cairan yang semakin lama semakin berontak ingin keluar “akkkk… Crrrrrr”nafas Tarida memburu , sesekali tubuhnya tersentak-sentak ketika merasakan mulut Parto yang menyedot-nyedot cairan gurih diselangkangannya. Parto duduk diatas kursi sambil menarik turun pinggul Tarida namun Tarida berontak melepaskan dirinya, Feilin dan Nia menghampiri parto, mereka berdua membujuk parto agar bersabar, buaian dan juga rayuan mulai membuat Parto lunak, apalagi ketika Feilin dan Nia menyodorkan buah dada mereka agar dihisap-hisap oleh mulut situa yang sudah keriput, Parto tambah terlena, Feilin bersujud dihadapan Parto, dengan menahan rasa jijik ia meraih kemaluan parto yang kecil, dijilatinya kemaluan Parto dan dihisap-hisapnya kepala kemaluan Parto.  Detik demi detik merayap perlahan, menit-demi menit berlalu, jam demi jam melangkah menuju sore hari ,salah satu pintu kelas disekolah mendadak terbuka , dari dalamnya keluar tiga orang gadis Chinese yang cantik dan mulus diikuti oleh Parto, wajah situa bangka terlihat puas. “Heee heee heeee… lain kali kita maen lagiii…”Tangannya dengan kurang ajar meremas buah pantat Nia. “Supaya lebih asik gimana kalau kita main dirumah mang Partoo ?”Feilin merengek manja. “Iya manggg… supaya lebih leluasa…..”Tarida dan juga Nia ikut merengek manja, Parto terkekeh-kekeh kemudian ia mengangguk tanda setuju. “Tapi ingettt janji kalian bertiga…. Kalau dirumah boleh ngewee…kalo enggak awas!!! “Parto mengeluarkan ultimatumnya., Feilin berusaha tersenyum manis dan mengangguk.  

Hari demi hari berlalu semenjak parto hampir berhasil memangsa tiga siswi disekolahan itu yang super cute dan mulus, jika diperhatikan seolah-olah tidak ada kejadian yang ganjil dan aneh namun pada suatu Siang ,wajah parto tampak ceria ketika pintu rumahnya yang terletak ditempat terpencil diketuk seseorang, dengan terburu-buru parto membuka pintu rumahnya, senyum diwajahnya tambah lebar ketika matanya melihat siapa yang datang….  ”masuk cepat !!!!” Parto buru-buru menggiring ketiga tamunya kedalam kamar, tangannya yang keriput menelanjangi Tarida, Nia dan Feilin, kemudian Parto melepaskan kain sarung yang dikenakan olehnya, dan Jrengggg kemaluannya yang pendek dan tidak tahu diri itu mulai unjuk gigi. “Eiiiittt ntar dulu manggg…”Nia menolak ketika Parto hendak memeluknya, “Lohhhh…. Kannn udah janjii !!! gimana sihhh….!!!”Parto tampak sewot karena keinginannya terbendung untuk yang kesekian kali. Feilin dan Tarida memeluk Parto kemudian berbisik “Mang Parto sayangg… sebelumnya… kami penasaran ingin tahu sejak kapan sih mang Parto mengetahui rahasia kami…trus dimana mang Dhani??”Feilin membelai – belai ujung kemaluan Parto yang bentuknya seperti helm, Tangan Tarida mengusap-ngusap buah pelir Situa Bangka.  

“Wadhhh kalo itu mah gampangggg…Si Dhani dipenjara di…… dan soal itu…..  ntar aja, kita entotan dulu…”Parto melepaskan diri dari pelukan Tarida dan Feilin , ia menerkam Nia yang berdiri gemetar ketakutan menghadapi monster tua dihadapannya, tangan Parto membelit pinggang Nia , kedua tangannya memeluk erat-erat tubuh Nia, mulutnya sudah sedari tadi menciumi Nia dengan nafas tuanya yang memburu. “Owww…. Blukkk…”Nia kaget ketika Parto mendorong tubuhnya jatuh keatas ranjang, belum juga hilang rasa kaget Nia, Parto menggeram dan menerkam tubuh Nia, Parto menggesek-gesekkan kemaluan kecilnya, pada belahan bibir Vagina Nia, tubuh Nia merinding ketika Parto hendak menyodok Vaginanya.

“Outssss….ouuuhh” Parto mengeluh keenakan ketika tiba-tiba Tarida menyambar kemaluannya dan “Sllllrppp… Sllllppppppp”Tarida menjilati kemaluan Parto. “Aduhh gimana sihhh !! baru juga mau masukk…. Duhhh Hmmmmmmm Mmmmm”Parto bersungut-sungut namun mulutnya segera disumpal oleh mulut Feilin, Tangan Parto bergerak liar mengusap-ngusap dan memeluki tubuh Feilin, bahkan tangan Parto yang keriput berulang kali meremas-remas Buah Susu Feilin. Nia menghela nafas panjang-panjang…. Untung saja Tarida dan Feilin bertindak menyelamatkannya, kalau tidak sudah pasti kenikmatan dan kemulusan tubuhnya akan menjadi santapan empuk Parto. “Hee ekkkkkkhhh… Kecrott… Kecrotttttt.. Blukk”Parto sampai terjengkang dan jatuh duduk diatas ranjang tuanya yang dekil, kemaluan Parto kian menciut. Feilin mendekap tubuh kering Parto dari belakang, Jantung Parto sampai loncat ketika merasakan buah Susu Feilin menempel dipungungnya, gesekan-gesekan halus membuai Parto, Feilin berbisik manja ditelinganya

“Ayoo Mangggg.. liatttt… jangan biarkan kami penasaran…sejak kapan mangggg…”Feilin tambah erat memeluk tubuh kering yang terkekeh-kekeh, kemudian Parto bercerita panjang lebar tentang kapan dan bagaimana caranya Parto mengabadikan rahasia ketiga gadis Chinese bersama Dhani Anwar. “Terusss ditaro dimana ? kita nongton yukkkkk” Tarida bergelayut dengan manja. “Ayooo manggggg…..”Nia ikut merengek. Jakun Parto turun naik, kemudian tubuhnya berdiri dan dari sebuah laci dikeluarkannya setumpukan Cd berisi rekaman persetubuhan Tarida, Nia dan Feilin, kemudian digiringnya tubuh bugil ketiga gadis Chinese itu menuju ruang tamu, diputarnya satu persatu sampai kelima CD itu selesai ditonton. “Nahh sekarang… “Parto mendesakkan tubuh Tarida kesudut dinding, ia mengarahkan kemaluannya pada lubang Vagina Tarida. “Ahhh… mangg Partooo… ngak seru ahhh!!!! masak rekamannya Cuma segini… tadi katanya banyak….”Tarida menolakkan tubuh kurus kering yang hendak menikmati lubang Vaginanya. Parto menarik nafas panjang akhirnya ia menuju sebuah lemari diruangan itu, dibukanya pintu lemari “Krettttt….”Suara pintu lemari yang sepertinya menyimpan banyak rahasia didalamnya. Feilin, Tarida dan Nia tersenyum ketika Parto mengeluarkan sebungkus Cd termasuk Kamera murahannya. “Ya sudahhh ini dikeluarkan semuanya!!!! tapi Ayoooo Dooooooonnnnnggg….”Parto merengek ingin segera mencicipi lubang kenikmatan para gadis Chinese dihadapannya. “Kalau gitu mang Partoo mandi dulu gihhhhh…”Tarida mengecup pipi Parto yang keriput. “Asiiiiikkkk……he he he”Parto terkekeh-kekeh senang, ia menuju kamar mandi yang terletak dibelakang rumah, baru saja ia menutup pintu kamar mandi tiba-tiba ia teringat , ia lupa mengambil handuk, Parto keluar lagi dan menuju kamarnya………………………

“Heiiiiii…. Kalian mau apa… lohhhh ???” Parto memergoki Tarida , Nia dan Feilin sedang terburu-buru memakai baju seragam mereka kembali, melihat mangsanya berusaha melarikan diri Parto bergerak secepat kilat menghadang mereka, Parto benar-benar gelap mata, kini seorang kakek Tua keriput dengan tubuh telanjang bulat tengah berusaha menangkap mangsanya yang mulus dan segar. Huppp… mangsanya yang pertama Tarida meloloskan diri disusul oleh Feilin mangsanya yang kedua, Parto mengamuk bagaikan macan tua yang terluka dan kini diterkamnya mangsanya yang ketiga Nia, waduhhhhh mampusssss dahhhhhhh ! ternyata mangsanya yang ketiga lolos juga… bahkan Nia masih sempat  melempar kain segitiga ajaib kearah wajahnya, Kain ajaib itu menutupi pandangan mata Parto… raungan terdengar mengerikan dari mulut Parto yang hanya tinggal geraham.
  
 ”Owww…….Gubrakkk” Ternyata keberuntungan berpihak pada Parto, mangsanya yang ketiga Nia, kurang hati-hati, ia terpeleset jatuh keatas lantai, belum juga hilang rasa sakit akibat terjatuh, parto menindih tubuh mulus Nia , Nia menjerit kecil… ia berusaha melepaskan diri dari Parto yang begitu buas menindihnya. “Sialannn luuu… Grrrrr… gua entot….lu Hiattttttt”Parto bagaikan seorang pendekar mesum berusaha menaklukkan Nia. “Ohhhhhh tidakkkk lepass…Tidakkkk…Nnnnnnnnhhhh”Nia melawan mati-matian ketika Parto menyibakkan rok seragam sekolahnya keatas, Tangan Parto mencekik batang leher Nia sampai Nia terkulai lemas kehabisan nafas, pandangan matanya agak gelap seperti mau pingsan. “He he he……Cd yang kalian bawa Cuma backup-an , semuanya ada didalam computer…kali ini lu yang gua sikat dulu, temen lu yang dua ntar pasti nyusul he he he ” Parto menggesek-gesekkan kemaluannya pada Vagina Nia, sepertinya kali ini ia bakal berhasil menyetubuhi Nia yang sexy, kemaluanya bergerak menekan dan perlahan namun pasti kepala kemaluan Parto mulai merasakan jepitan dilubang Vagina Nia yang seret, Parto tersenyum merasakan kepala kemaluannya mulai tengelam dilubang sempit yang hangat dan nikmat, ia hendak menjebloskan kemaluannya , Nia hanya dapat memandangi Parto yang terkekeh-kekeh diatas tubuhnya, pandangan matanya masih nanar akibat dicekik oleh Parto ,tubuh tua Parto mulai bergerak mengambil ancang-ancang untuk melakukan “peluncuran roketnya”  dan…!!”Jrebbbbbb…Wuadowww!!!!!!!”

Mata Parto melotot, Parto melolong kesakitan setengah mati ketika merasakan sesuatu menyerang tubuhnya dari belakang, bahkan bukan hanya itu serangan benda itu berlanjut dan menekan kedalam tubuhnya, sebatang bolpen kini tertancap dilubang anusnya, tubuhnya menggelepar-gelepar. Feilin dan Tarida menyingkirkan tubuh tua Parto dari atas tubuh Nia, Nia yang ketakutan dibantu berdiri oleh kedua temannya, “Niaaa cepet….mau ngapain ?” Tarida keheranan melihat Nia dengan terburu-buru membuka casing computer diruangan itu, Nia mencari-cari obeng kecil dilaci meja dan kemudian dengan terampil Nia membongkar Harddisk bermerek Seagate, Feilin menarik tangan Nia dan kabur dari rumah Parto, Parto mengerang kesakitan, menungging tanpa daya dengan sebatang bolpen tertancap dianusnya, matanya terpejam rapat……. Kayaknya sih kelenger deh macan tua kita yang hebat.

Sudah berhari-hari Parto tidak masuk kerja, sampai akhirnya simacan tua muncul kembali digerbang sekolah namun langkahnya masih agak….aneh. Feilin, Tarida dan Nia tersenyum – senyum kecil ketika melihat Parto berjalan dengan langkah yang agak mengangkang, akhirnya ketiga gadis super Cute dan mulus itu tidak dapat lagi menahan tawa mereka membayangkan sebuah bolpen yang menusuk Parto, tepat dilubang anusnya. Siang hari itu parto kembali mencegat Feilin, Tarida dan Nia, Parto mengertak mereka. “Saya berikan kesempatan terakhir…. Sebaiknya kalian menyerahkan diri…kalau tidakk!!! Saya akann…. “Pidato Parto mendadak terhenti ketika…….. “Pletak….” Feilin menjitak jidat Parto, “Ihhh Dasar…” Tarida mencibir kemudian berlalu meninggalkan parto “Tarida… Feiiii Tunggu” Nia berlari kecil mengikuti langkah kedua temannya, Nia menengok kebelakang, tubuhnya bergidik melihat mulut ompong Parto yang pernah melahap buah dadanya dengan rakus. Parto mengusap-ngusap jidatnya , Mulutnya yang ompong termanyun-manyun.
           
Siang Hari disebuah rumah mewah, Para Siswi Chinese yang mulus tengah mengadakan rapat penting, Tarida, Feilin dan juga Nia berniat membebaskan Dhani Anwar, mereka dengan sukarela menguras tabungan di Bank BCA demi membebaskan Dhani. Pada Hari Sabtu………… , disebuah Lembaga permasyarakatan, tiga gadis Chinese tampak gelisah menunggu seseorang, mendadak pintu ruangan itu terbuka dan masuklah seorang Pria bertubuh gemuk berlemak, dan berwajah garang, , mata sigemuk memandang Tarida, Nia dan Feilin dengan Tatapan menyelidik. “Ehmmmm nahhh adik-adik ada keperluan apa  mencari saya ?” Sigemuk membuka pembicaraan. “Mmmm begini pakkk.. apa benar Dhani ditahan disini….?” Feilin memberanikan diri bertanya pada Sigemuk  ”Betul… ada keperluan apa adik-adik menanyakan Dhani Anwar…?”dengan tanpa ekspresi sigemuk balik bertanya. “Begini Pakk… kami ingin menjamin Mang Dhani , ini uang jaminan sejumlah 50 juta rupiah….”Tarida mengeluarkan amplop coklat berisi uang sejumlah 50 juta rupiah. “Brakkk…!!!! Kalian pikir… saya ini seorang koruptor yang bisa disogok !!!! Selama 20 tahun lebih saya bekerja… saya belum pernah menerima uang haramm !!!!… Sebaiknya adik-adik pulang kerumah… belajarlah baik-baik agar berguna bagi masa depan adik-adik semua….nah silahkan….. saya masih banyak urusan”Sigemuk menasihati Tarida, Feilin dan Nia, mereka sangat kecewa mendengar kata-kata yang keluar dari mulut sigemuk, apalagi si gemuk sudah mempersilahkan mereka keluar dari ruangannya.
           
Tiba-tiba Tarida berbalik dan berkata “Kalau kurang…. Saya bisa memberikan lebih koqq pack”Tarida melangkah mendekati sigemuk. “Sayakan sudah bilang kalau saya tidak menerima sogokan dalam bentuk apapun….sebaiknya kalian… Glekkkkk”kata-kata sigemuk mendadak berhenti ketika Tarida duduk diatas meja dihadapan sigemuk, dengan sengaja tangannya menyibakkan rok seragamnya keatas, kurang lebih 5 cm diatas lutut. “Bukan pakai uang koq pakkk…”Feilin berbisik ditelinga sigemuk, dengan menahan rasa jijik Nia mencium pipi Sigemuk. “Ehmmmm Glekkk… Glekkk” Sigemuk kehabisan kata-kata, pikiran-pikiran kotor mulai memenuhi benaknya, selama ini ia sering mendengar cerita dari teman-teman sejawatnya tentang gadis-gadis sekolahan yang bisa dibooking, namun hanya sebatas mendengarkan saja. Mata sigemuk memandangi Paha tarida yang tampak mulus, Feilin tersenyum kecil kemudian ia membimbing Tangan sigemuk agar hinggap dipaha Tarida. Tangan sigemuk merayap dan mulai menikmati permukaan Paha Tarida, sigemuk menggeser kursi yang didudukinya agar lebih dekat kemeja, tangannya terus merayap-rayap, mulus dan halus, tangannya bergerak hendak menyibakkan rok seragam Tarida, Tarida menahan rok seragamnya “Gimana Pakkk… boleh ?”senyumannya menggoda sigemuk. “Ehmm… begini…. Mmm..  saya mungkin dapat membantu membebaskan karena berkelakuan baik… ya seperti pemotongan masa tahanan… itu saja….katakanlah 3 bulan saja didalam penjara….. Bagaimana ?”sigemuk mengajukan penawaran. Tarida Nia dan Feilin saling pandang kemudian mereka mengangguk tanda setuju. “Tapi…. Kalian harus janji dulu….. sering kemari…untuk he he he”

Sigemuk tidak melanjutkan kata-katanya, baginya aksi lebih penting daripada kata-kata, disibakkannya rok seragam Tarida keatas, Tarida diam kali ini ia membiarkan kemauan sigemuk,merasa diberi angin sigemuk semakin berani, ditariknya turun celana dalam tarida. Tarida mengangkangkan kedua belah pahanya lebar-lebar, sigemuk meleletkan lidahnya,matanya berbinar-binar menatap selangkangan Tarida, sambil meletakkan kedua kaki Tarida pada bahunya ,kini kepala sigemuk bergerak mendekati selangkangan Tarida yang terbuka lebar. “Sllllppp… Slllpppppp… Sllllllll”lidahnya bermain , rakus dan garang bermain digundukan mungil beraroma khas Vagina. Tubuh Tarida tersentak – sentak ketika sigemuk semakin garang , tubuh tarida agak miring kebelakang, kedua tangan Tarida bertumpu pada meja diruangan itu. “Esttt ouhhhh….”Kadang-kadang tangan Tarida menahan kepala sigemuk yang terlalu garang menikmati vaginanya, lidah sigemuk menggeliat liar mengait-ngait clitoris Tarida , sigemuk tidak menyia-nyiakan cairan – cairan yang semakin banyak meleleh membasahi Lubang Vagina Tarida, mulutnya berkali-kali menghisap-hisap cairan-cairan yang rasanya gurih dan  lezat.

Tiba-tiba sigemuk berdiri dan melepaskan Celana dinasnya. Senjata sigemuk +/- 12 cm , hmm ukuran standar , Sigemuk tersenyum lebar ketika Feilin bersujud dan meraih kemaluannya,lidah Feilin menyapu kesana kemari, bahkan dengan berani dikulumnya kepala kemaluan sigemuk yang bentuknya seperti helm, service Feilin yang liar menyenangkan hatinya, kedua tangan sigemuk bergerak lincah melepaskan kancing baju seragam sekolah yang dikenakan oleh Tarida, kemudian Bra Tarida dilucuti dan dilempar oleh segemuk, sepasang bra Tarida harus rela meninggalkan Buas Susu majikannya kini diremas-remas oleh siGemuk, beberapa saat kemudian  Sigemuk menarik kemaluannya dari mulut Feilin, tanpa permisi sigemuk menjebloskan kemaluannya kedalam lubang Vagina Tarida,tusukan sigemuk yang kasar membuat tubuh Tarida tersentak, tubuh Tarida terguncang-guncang ketika sigemuk mulai memacu kemaluannya dengan cepat, Mata sigemuk melotot melihat buah Susu Tarida yang bergerak-gerak terombang-ambing tanpa daya, Sssssshhh sigemuk harus mengakui memang benar kata-teman – temannya, lubang Vagina gadis sekolahan lebih seret dan lebih enak, begitu muda dan mulus.

Kalau soal ukuran penis jelas saja sigemuk kalah dengan Dhani Anwar, tapi soal ketahanan boleh juga rupanya, Tarida sampai kewalahan dibuatnya, besar tenaga besar pula nafsunya, sudah dua kali Tarida terkulai lemas, dikalahkan oleh segemuk, sigemuk mencabut kemaluannya, kini giliran Feilin yang maju, dijilatinya kemaluan sigemuk yang sudah basah kuyup, Feilin mendorong tubuh sigemuk agar ia duduk disofa , Feilin menurunkan pinggulnya perlahan-lahan, sigemuk yang sudah tidak sabaran menarik pinggul Feilin dan menyentakkan kemaluannya keatas, amblaslah kemaluan sigemuk memasuki lubang Feilin yang sempit, Feilin tersenyum kemudian menarik kepala sigemuk kearah buah dadanya , sigemuk tampak jinak dan kini mengemut-ngemut buah Susu Feilin, mendadak mata sigemuk melotot ketika Feilin memulai permainannya yang liar, pinggulnya bergerak-gerak  liar, bahkan berkali-kali Feilin memutar pinggulnya, gerakan-gerakan Feilin yang binal membuat sigemuk sering terperangah dan meringis keenakan, setelah beberapa saat sigemuk mulai dapat menguasai diri kembali, kemaluannya menyerang Vagina Feilin dengan garang dan sangar, ciumannya kasar dan rakus, “Plefff.. plepppp.. pppppeepphh….. pppppfff”

Suara-suara becek terdengar keras , sekeras Feilin dan sigemuk beraksi, Sigemuk tidak mau kalah begitu saja, jarinya merayap kebelakang, mencari-cari celah diantara himpitan buah pantat dan “Achhhh….” Tiba-tiba gerakan Feilin tertahan, jari segemuk menusuk lubang anusnya, sigemuk menikmati ekspresi Feilin yang tampak sensual,sigemuk kini kembali melakukan serangan yang kasar dan bertubi-tubi, karena lubang anusnya sudah dikuasai oleh sigemuk, gerakan Feilin menjadi terbatas, serangan demi serangan semakin membuatnya melayang-layang tinggi dan semakin tinggi , akhirnya disertai satu pekikan kecil Feilin seolah-olah dicampakkan kejurang yang paling dalam, keringat Feilin yang harum bercampur dengan keringat sigemuk, tangan sigemuk meremas dan mengelus kesana kemari seolah-olah sedang melukis ditubuh Feilin yang basah. Feilin turun dari tubuh sigemuk, Feilin manarik Nia yang sedang asik melakukan onani, “Masih sanggup pak ?” Feilin tersenyum seolah-olah menantang sigemuk.

Sigemuk tersenyum tanpa banyak bicara sigemuk menarik tubuh Nia kepangkuannya, kemudian tubuh berlemak itu menjatuhkan dirinya kebelakang, kini sigemuk  bersandar santai sambil memeluk Nia. Nia terlihat risih karena tubuh sigemuk sudah basah banjir keringat, tangan sigemuk mengelus-ngelus paha Nia,  kini jari sigemuk hinggap diselangkangan Nia, mulut Nia terbuka seperti mau mengucapkan huruf A, matanya terpejam-pejam ketika Clitorisnya digesek-gesek oleh sigemuk, kasar sekali sigemuk memainkan tubuh Nia. “Pelan-pelan pak Ahhhh”Nia kewalahan, sigemuk malah semakin garang dan galak, Nia tidak tahu apa dan bagaimana tapi permainan kasar sigemuk agak berbeda, bahkan bibir sigemuk menciumi bibirnya dengan liar , perlahan namun pasti Nia mulai terpengaruhi oleh permainan seks si gemuk, ternyata lebih enak yang hardcore pikir Nia.

Nia berusaha menyambut ciuman sigemuk, kini bibir Nia dan sigemuk bersatu erat, saling hisap dan saling mengulum. Tarida dan Feilin saling berpandangan, mereka mendekati Nia yang sedang sibuk melayani sigemuk “Hmmm Hmmmmm…”bibir Nia diemut-emut oleh sigemuk, tangan sigemuk meremas selangkangan Nia, sigemuk kini mendorong pinggul Nia keatas, ia hendak mengarahkan kemaluannya pada lubang Vagina Nia, namun Tarida malah mengarahkan kemaluan sigemuk pada lubang anus Nia, sigemuk menatap Nia dari belakang dengan tatapan mesum, selama ini sigemuk belum pernah melakukan sodomi, dengan penasaran sigemuk menarik pinggul Nia dan……….   

“Urrhhh…..Arrrrrrrggghhhhhh” Sigemuk, mengeluh merasakan kemaluannya memasuki lubang anus Nia, rasa nikmat terasa semakin menggerogoti kemaluannya, tangannya semakin kuat menekan pinggul Nia kebawah sampai akhirnya Nia dengan sempurna menduduki kemaluan sigemuk, kedua tangan bergerak menggerayangi Buah Susu Nia dari belakang, nafasnya mengeram-geram,gerakan-gerakan kemaluan sigemuk yang kasar menyentak-nyentakkan tubuh Nia keatas.”Ohhhhhhhhh……..” Nia membelakkan matanya yang sipit ketika jari tangan sigemuk kini mengait-ngait clitorisnya, sigemuk semakin barbar, Nia sampai menjerit-jerit kecil , Nia benar-benar tidak tahan ketika sigemuk melahap kehangatan dan kenikmatan dari tubuhnya yang mulus, feilin menutup mulut Nia dengan telapak tangannya agar suara Nia tidak terlalu keras, Tarida membelai-belai Nia, Tarida dan Feilin tersenyum kecil melihat sigemuk, tubuh besarnya bergerak liar, menikmati kehangatan dan mulusnya tubuh mereka “Aahhhhh….Crrrr… Crrrrrrrr”
“Arrgghhhhhhhh… kecrotttt… kecrotttttt” Nia dan sigemuk seperti berduet menyanyikan lagu kenikmatan, namun rupanya sigemuk belum puas ia masih ingin terus bertualang didunia barunya, dunia yang penuh kenikmatan, desahan dan juga rintihan yang membangkitkan birahi. Beberapa lama kemudian pintu kantor sigemuk baru terbuka, dari dalamnya keluar tiga orang gadis Chinese,  perjalanan didepan mereka masih jauh dan panjang.

Didalam ruangan sigemuk memandangi kepergian Tarida, Feilin dan Nia, bibirnya tersenyum puas, dimasukkannya surat pembebasan Dhani Anwar karena berkelakuan baik kedalam laci dimeja dinasnya,  ha ha ha tiga bulan yang menyenangkan… begitulah pikiran sigemuk, ide-ide porno mulai bermunculan dikepalanya. Hari demi hari terus berlanjut, semakin lama permintaan sigemuk semakin aneh, nari Striptease,belly dance, trus mulai permintaan yang tidak senonoh,pamer paha didepan anak buah sigemuk, pamer dada… telanjang bulat dan yang paling gila adalah permintaan dihari minggu (untuk saat ini),  telanjang dilorong sel penjara. Tarida, Nia dan Feilin protes, mereka menolak untuk melakukan hal-hal aneh yang semakin melecehkan mereka. Sigemuk hanya tersenyum sinis “Terserah kalian… tapi he he he surat ini ada ditangan saya” sigemuk mengacungkan surat pembebasan Dhani Anwar. Pada Hari minggu  Tarida, Feilin dan Nia pulang agak larut, setelah selesai memuaskan nafsu sigemuk……, namun kali ini wajah mereka tampak kusut memikirkan permintaan sigemuk yang semakin tidak masuk akal, Hari senin yang mengerikan tengah menanti tubuh mulus mereka bertiga, sesuai dengan semboyan sejati “I don’t like Monday”.
           
Senin siang, Tarida , Feilin dan Nia digiring oleh sigemuk, baru kali ini mereka masuk kedalam sel penjara, lorong yang panjang, jeruji besi yang kokoh Ohh..!! Entah apa yang menanti mereka disana. Sigemuk terkekeh-kekeh membuka pintu berjeruji didepannya, suara berderit terdengar memekakkan telinga, kini disebelah kiri dan kanan terpampang wajah-wajah sangar, manusia yang tampak liar, kulit mereka hitam karena terlalu sering dijemur , buas, bersorak-sorak nakal,kata-kata jorok dan kasar teerdengar riuh rendah. Sigemuk menyuruh Tarida, Nia dan Feilin agar segera melepaskan pakaian mereka, namun mana mau mereka melakukan hal segila itu, sigemuk terkekeh-kekeh dipeluknya tubuh Feilin dari belakang, Feilin meronta , “Ingat… kamu ingin membebaskan Dhani bukan…? He he he” sigemuk berbisik ditelinganya, Feilin terdiam, perasaan tidak berdaya , malu, dilecehkan bercampur didadanya, tangan sigemuk bergerak mulai melepaskan kancing baju seragam Feilin, satu-persatu kancing baju seragam Feilin terlepas tanpa daya, bahkan Bra Feilinpun dilucuti tanpa ampun oleh Sigemuk, buah Susu Feilin menjadi tontonan mahluk-mahluk kelaparan ,yang berteriak-teriak liar dari balik balik jeruji.

Pelecehan yang dilakukan sigemuk masih terus berlanjut. Tangan sigemuk menarik turun resleting rok seragam yang dikenakan Feilin,kemudian siemuk bersujud sambil menarik turun celana dalam Feilin, mata -mata haus seks, berbinar-binar menyaksikan tubuh Mulus dihadapan mereka, decak kekaguman berkumandang bersahutan, kini sigemuk mengeluarkan kemaluannya, ditariknya pinggul Feilin agar ia berdiri dalam  posisi agak menungging, Feilin tergagap-gagap memohon, menolak pelecehan yang dilakukan oleh sigemuk,  sesuatu yang hangat, dan keras mulai memasuki lubang anusnya, selanjutnya tubuhnya terayun mengikuti helaan kemaluan sigemuk yang semakin liar,entah kenapa Feilin merasakan suatu sensasi tersendiri ketika menyadari dirinya sedang ditonton oleh berpuluh-puluh napi yang kini sedang memandangi sekujur tubuhnya, tatapan mata mereka seolah-olah berteriak-teriak “We want sex” “We want sex”, atau mungkin juga ini akibat perasaan tidak berdaya yang semakin hebat melanda akal sehatnya ?, apakah  karena perasaan dilecehkan yang akhirnya justru berbuah kenikmatan ? , Feilin tidak sempat berpikir lebih jauh karena rasa nikmat yang tadi terbendung seakan – akan meledak dari dalam lubang Vaginanya. Kini pada saat sigemuk meremas-remas buah susunya , tanpa disadari kedua tangan Feilin terangkat kebelakang berkalung pada leher sigemuk, pinggulnya mulai bergerak-gerak menikmati permainan sigemuk yang semakin garang. Rintihan demi rintihan kini terdengar mengiringi teriakan-teriakan liar , kotor dan mesum, sigemuk tersenyum merasakan Feilin mulai menikmati permainan gilanya. Sigemuk membalikkan tubuh Feilin kini lidahnya terjulur keluar mengajak Feilin untuk berciuman

“‘Hmmm….mmmmmhhhh” suara Mulut Feilin tersumpal oleh mulut sigemuk yang mengemut-ngemut dengan kasar. “Nnnggghhh” Feilin meregangkan kedua kakinya agar kemaluan sigemuk dapat lebih mudah menusuk lubang Vaginanya, selanjutnya mereka berdua asik melakukan gerakan-gerakan liar yang membangkitkan birahi. Sigemuk mencabut kemaluannya kemudian mendorong tubuh Feilin kearah jeruji besi, entah berapa pasang tangan terjulur keluar dari sela-sela jeruji besi ,berebut mengelus dan membelai tubuh Feilin yang mulus dari belakang, sigemuk tertawa dan semakin menempelkan tubuh Feilin bersandar kearah jeruji besi, Feilin meronta merasakan tubuhnya mulai dinikmati oleh tangan-tangan nakal, membelai, mengelus dan meremasi buah pantat , dan juga ada yang menyelinap meremas-remas buah Susunya, seperti scenario dewi persik… percuma saja Feilin berusaha menepiskan tangan-tangan nakal yang bermain disekujur tubuhnya “Jangan…. Ohhh Tidakkk Achhhh” Feilin terus memohon, kedua tangannya kini dipegangi terentang kesamping, entah siapa yang melakukannya, Feilin menolehkan wajahnya ketika merasakan jilatan-jilatan ditelapak tangannya, sang pelaku balas menatap feilin dengan tatapan mesumnya.

Sigemuk menghampiri Nia , Nia tampak ketakutan ketika sigemuk mendorongnya, Tangan-tangan kelaparan segera menarik tubuh Nia, Nia meronta-ronta berusaha menarik tubuhnya yang semakin terseret merapat kejeruji besi yang dingin, kedua tangan Nia dipegangi kesamping, Mata Nia mendelik ketika merasakan beberapa tangan menyelinap kebalik rok seragam sekolahnya, mengelus paha Nia, membelai bahkan berani  menarik celana dalam Nia. Sigemuk terkekeh-kekeh , ia menekan bahu tarida agar Tarida bersujud dihadapannya kemudian sigemuk menjejalkan kemaluannya ke mulut Tarida. Mata Sigemuk berbinar-binar menyaksikan Feilin yang sedang meronta-ronta, tangan-tangan jahil berebutan merayap diselangkangannya , Nia tak berdaya ditelanjangi oleh Tangan-tangan Nakal, Sigemuk menarik bahu tarida kemudian dengan kasar didorongnya Tarida kearah jeruji besi, dimana telah menanti tangan-tangan yang menggapai-gapai berusaha meraih tubuh Tarida “Aww…” Tarida panic ketika menyadari dirinya sudah dipegangi oleh tangan-tangan liar yang merejang kedua tangan Tarida. Tangan – tangan liar itu berusaha menelanjanginya dengan kasar, Tarida merintih lirih ketika sebuah tangan merayap , mengobel-ngobel bibir Vagina Tarida.  “Ha ha ha ha ha…” sigemuk tertawa , ia mencelupkan kemaluannya pada lubang Vagina Nia, tersorot kegilaan disinar matanya, sinar mata manusia abnormal………
           
Tanpa Terasa waktu sudah memasuki bulan kedua, masa perjanjian dengan sigemuk hampir berakhir, Pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh sigemuk selama ini semakin membuat Tarida, Feilin dan Nia terperosok kedalam sebuah dunia baru, tanpa mereka sadari prilaku seks mereka semakin menyimpang, kini tanpa rasa malu mereka berani menarikan tarian Striptease dihadapan para napi yang haus seks, sorak-sorai para lelaki dibalik jeruji seolah-olah merupakan pujian bagi tarian mereka yang menggairahkan dan membangkitkan birahi., Feilin yang binal semakin liar, demikian pula prilaku  Tarida semakin nakal dan menggoda, Nia yang tadinya pemalu kini berubah total, keinginan untuk memamerkan kemolekan dan kemulusan tubuhnya selalu menggebu-gebu tanpa akhir, haus ingin melihat kemaluan-kemaluan berbagai ukuran yang masih terpenjara dibalik jeruji besi. Hari minggu siang, ruangan kantor sigemuk tampak sepi, “Kringgg….. Kringggg… Kringgggg…. Kringggg” bunyi suara telepon dari dalam ruangan yang selama 2 bulan ini sudah banyak menyimpan berbagai macam rahasia, terdengar langkah-langkah berat melangkah terburu-buru, “Hallo… Ya.. pak … sudah siapp… yaaa… sudah… sudahhh semuanya”sigemuk menjawab serius, rupanya ada telopon dari orang penting, sigemuk menghela nafas panjang-panjang. Tarida, Nia dan Feilin tidak ada didalam ruangan itu, apakah mereka cuti…?…………………  Hmmmmm sepertinya enggak mungkin dehhh…. Liat aja muka sigemuk yang cengengesan ngak puguh itu , dengan santai sigemuk melangkah menuju Blok F, tempat sigemuk memuaskan Fantasi seksnya yang paling liar.

Telinga sigemuk mulai mendengar, desahan nafas tertahan, dan juga bisikan-bisikan kotor, Feilin tengah bersujud didepan jeruji besi, mulutnya sibuk mengemut-ngemut kemaluan para pria yang tersembul dari sela-sela jeruji besi, kedua tangannya sibuk mengocok-ngocok kesana kemari, Nia yang pemalu semakin pandai, lidahnya terjulur liar menjilat kesana kemari, “Kecrooottt…” Nia buru-buru menghisap cairan sperma yang muncrat dari kemaluan disamping kepalanya, kemaluan yang baru terpuaskan itu terkulai dan mengecil, namun segera digantikan oleh kemaluan baru yang masih fresh milik napi lain, Tarida lagi asik menyusui para Napi, Susu Tarida menyelinap diantara sela-sela jeruji besi, dan langsung menjadi santapan mahluk-mahluk buas didalam sana.

“Utsss…..”Tangan Tarida menahan sebuah kemaluan nakal yang mencoba menusuk Vaginanya dari sela-sela jeruji besi, Tarida memundurkan pinggulnya kebelakang sehingga pemilik kemaluan itu menghela nafas kecewa. Tarida tersenyum menggoda kemudian menarik kemaluan nakal yang sedang kecewa itu, diremas dan dikocok-kocoknya, Tarida bersujud dihadapan pemilik kemaluan yang malang… lidahnya keluar terjulur menjilati dan mengelitik lubang dikepala kemaluan sang Napi malang, diemut, dikulum dan dihisapnya kuat-kuat, cukup lama Tarida berusaha menaklukkan ular besar didalam mulutnya dan “Srrrppp.. srrrppppp…….” Tarida menelan cairan yang menyemprot didalam mulutnya, semua itu disaksikan oleh sigemuk,    “He he he… sekarang kita bermain yang lain…..” sigemuk mengacung-ngacungkan kunci ditangannya, “Gimana kalau kalian sekalian masuk kedalam dan memuaskan mereka semua ha ha ha ha…. Gue pengen liat lu semua dientot rame-rame!!!!!! Diperkosaaaa rame-rame ha ha haha”Perutnya yang gemuk terguncang-guncang karena tertawa. “Setuju…!!! Masukin aja pak” “Asikkk……Amoy geulis” “Pakkkk ngak sabarrrr… pengen ngewe nihh!!!!!!” Para Napi berteriak riuh rendah. Feilin, Nia dan Tarida sampai pucat pasi ketika mendengar keinginan aneh sigemuk. Mereka memohon memelas, tampaknya biarpun Tarida, Nia dan Feilin  sudah ketagihan kemaluan Pria, mereka masih mempunyai harga diri, “diperkosa beramai-ramai……..” kata-kata itu bagaikan petir disiang bolong, sigemuk terkekeh-kekeh , mereka memohon agar sigemuk mau mengurungkan niatnya. “Ya udah gini aja…!!!! Gua udah sumputin I buah kunci disepanjang lorong sana… terserah nasib kalian… bisa lolos apa ngak!!!… nah 15 menit dari sekarang Saya buka semua pintu sel disini…!!!!!

Sigemuk memainkan sebuah permainan gila. “Jangan… pakkk” Nia ketakutan memohon pada sigemuk, Tarida dan Feilin merayu sigemuk, namun sigemuk malah membentak mereka “Gua udah baek ngasih lu semua kesempatan!!! Apa perlu gua buka sekarang hahhh!!!!!!!! ” sigemuk mendekati pintu sel berlagak hendak membuka pintu berjeruji besi dihadapannya. Nia, Tarida dan Feilin berlari tanpa selembar benangpun menutupi tubuh mereka yang mulus…. Mereka berusaha meloloskan diri dari permainan gila sigemuk,  diiringi jeritan – jeritan penuh nafsu birahi dibelakang mereka. Sang waktu seolah melangkah cepat mengejar , bergelora bagaikan amukan  waktu ………………………., mahluk-mahluk dibelakang mereka berteriak-teriak , tidak sabar ingin segera menerkam dan menikmati tubuh-tubuh mulus yang berusaha melarikan diri.
 **************************
 Fiuhhhh … Hossshhh Hooosssshhhhhh !!!!!, ceritanya…. Sampe disini dulu yah…….. gimanakah kelanjutan nasib Tarida, Nia dan Feilin ?…. akan berakhirkah penderitaan mereka ? selanjutnya di Ivestigasi….. Enggg…!!! Ingggggg….!!! Engggggg….!!!!!  The GangBang Continued…. sekilas beritanya dibawah ini…. ^^
Aku menoleh ketika seseorang menepuk pundakku, tanpa banyak bicara aku mengikuti orang itu,
“Rhon… biar bagaimanapun caranya aku harus berhasil…. Aku harus menyelamatkan mereka!!!!!” Dhani tampak panik, menyadari Tiga gadisnya dalam bahaya besar…. “Bagaimana…. Perintahku sudah kamu jalankan ?” Dhani Anwar menatap Rhoni, Ia terlihat gelisah. “Jangan kuatir …. Semuanya beres…. Pssstttt… Psssttttttt”Rhoni berbisik-bisik ditelinga Dhani, Dhani mengangguk-angguk, wajahnya berseri-seri, Dhani memandangi para sahabat lamanya , walaupun mereka sudah sulit dikenali dengan wajah dan fisik yang hancur tapi mereka tetap sahabat Dhani yang paling setia . Berhasilkah rencana Dhani& The Gang dalam menyelamatkan Tarida Nia dan Feilin dari kegilaan Sigemuk ? Jawabnya setelah pesan-pesan berikut….!!!!
---------------------------
Eps 5: The Prince of Freedom
Aku berjalan hilir mudik didalam jeruji besi, sudah berminggu-minggu aku susah tidur, isu-isu miring menyebar dari mulut para napi, tentang tiga orang gadis Chinese yang cantik, cute dan mulus, semula aku ikut bernafsu mendengarkan isu-isu miring ber-rated XXX, namun begitu aku mengetahui nama-nama ketiga gadis Chinese tersebut, kontan kemaluanku menciut lemas, selemas jantung dan tubuhku, waduh…!!! Apa yang dilakukan oleh ketiga gadisku didalam sini… kemarahanku membara ketika mendengarkan pelecehan-pelecehan seksual terhadap mereka, dasar gila !!! pamer paha , pamer dada, memangnya lagi musim pameran !!!!. Belum lagi ada isu panas terbaru , sigemuk merencanakan sebuah scenario kejam, para gadisku akan disuguhkan sebagai santapan empuk para napi yang kelaparan di Blok D. Aku tidak bisa tinggal diam, aku harus menghalangi rencana busuk sigemuk.
Oo iya, didalam penjara aku bertemu kembali dengan bekas gang-ku,walaupun secara fisik mereka sudah berbeda akibat penganiayaan yang dilakukan oleh warga sekampung waktu kami tertangkap dulu namun, mereka masih tetap sahabatku yang paling setia, mereka begitu kaget ketika melihat Aku masih hidup, karena pada saat kami ditangkap, aku dibakar massa ,kemudian diceburkan ke dalam sungai yang sedang mengamuk karena hujan deras. sekilas inilah Profile Para sahabatku:  
1.) Rhoni (bertubuh gemuk berlemak, tinggi, sekujur tubuhnya penuh bekas luka, karena dianggap tidak membahayakan Rhoni kini diangkat sebagai asisten tukang sapu diLP, duh kasian amat sih..) 
2.)Amin (wajahnya yang dulu ganteng , suka bermain wanita kini berwajah hancur mengerikan akibat dibakar warga) ,
3.) Sam (bermata picak, hanya memiliki satu kuping, kayaknya sih kuping yang satu lagi udah Alm. Waktu digerebek dan dianiaya oleh warga).
4.) Fadil (tubuhnya berotot mirip hulk, bibirnya kini dipenuhi bekas jahitan).
5.) Jo ( wajahnya tetap Jo,tapi Cuma setengah, setengah lagi hancur tersiram air keras ,)
6.) Nick (Botak, Brewokan, tubuhnya bertato.. berperut buncit kayak orang cacingan).
7.)Shad (Ahli kunci, tubuhnya penuh bekas jahitan disana-sini, mirip  Frankenstein).
8.) Barli sibawel, bibirnya sumbing.
9.) Agato, Tangannya kini Cuma sebelah kanan.

Para sahabatku bertubuh tinggi besar , Kuat, apalagi kalau sudah urusan sex…
           
Aku menoleh ketika seseorang menepuk pundakku, tanpa banyak bicara aku mengikuti orang itu, “Rhon…biar bagaimanapun caranya aku harus berhasil…Aku harus menyelamatkan mereka!!!!!” Dhani tampak panik, menyadari Tiga gadisnya dalam bahaya besar…. “Bagaimana…. Perintahku sudah kamu jalankan ?” Dhani Anwar menatap Rhoni, Ia terlihat gelisah. “Jangan kuatir …. Semuanya beres…. Pssstttt… Psssttttttt”Rhoni berbisik-bisik ditelinga Dhani, Dhani mengangguk-angguk, wajahnya berseri-seri, Dhani memandangi para sahabat lamanya, Shad terkekeh-kekeh kemudian tangannya mengacung-ngacungkan sesuatu dihadapan Dhani, mata Dhani berbinar-binar, “Shad.. bener-bener hebat lu…” Dhani langsung merebut kunci palsu dari tangan sahabatnya.
           
Aku mengikuti Rhoni dari belakang, Hmm petugas jaga sedang tertidur pulas, Rhoni Cengengesan “Tenang… udah gua beresin… he he he… sementara mereka ngak akan bangun”, perjalanan berlangsung mulus, tanpa halangan sedikitpun. Tepat dibawah tembok yang memisahkan antara Blok D dan Blok F Rhoni berjongkok, posisinya seperti orang mau buang air besar, “Hahhh…. Rhon ngapain lu… kita kan mau ke Blok D…Apa lu sakit perut? “aku kebingungan dengan kelakuan Rhoni. “Guobbbblokkkkk !!! Naek kepundak gua dodolllll….Gua angkat lu supaya nyampe..ha ha ha”Rhoni ngakak tertawa. “Abisnya, koq lu sampe ngeden segala…kaya mau ngelahirin”Jawabku sambil naik kepundaknya. “Heugggg…. Mampus gua. Cepetan !!!!, Dhan… berat amat sih lu…!!! makanya ilangin dikit tuh lemak dibadan lu ” Rhoni sekuat tenaga mengangkat tubuhku. Tanpa banyak kesulitan aku melompat dari atas tembok “Huppppp…..”.
 ******************
Sementara itu Tarida, Nia dan Feilin masih berusaha melarikan diri, nafas mereka terengah-engah kecapaian menyusuri lorong-lorong didalam penjara, mata mereka bersinar ketika melihat ada pintu jeruji besi yang sudah terbuka lebar , mendadak seperti ada semangat baru ditubuh mereka yang sudah keletihan, mereka segera bergegas berlarian keluar.
 ********************
Mataku melotot melihat tiga sosok telanjang yang berlari keluar dari jeruji besi yang sudah kubukakan, “Feilin..!! Tarida… Nia”pundakku terasa dingin, sangat dingin ketika melihat ekspresi wajah mereka yang ketakutan, kelelahan, tanpa selembar benangpun menutupi tubuh mereka yang halus dan mulus, “Mang Dhaniiii….” Hampir berbarengan mereka berteriak memanggil namaku, serentak mereka berlarian kearahku, memeluk erat-erat tubuhku, akupun balas memeluk mereka bertiga, ada sesuatu yang rasanya seperti tersayat-sayat didalam hatiku ketika mereka menangis terisak-isak dalam pelukanku. “Dhani… ngapain sih lo lama amat… Hahhhh” Rhoni tercekat melihat aku sedang memeluk tiga orang gadis Chinese, matanya melotot dan mulutnya terbuka lebar. “Lohhh koqqq lu bisa nangkring disitu…”Aku keheranan ketika melihat Rhoni yang tiba-tiba tersembul dari atas tembok. “Euhhhh.. Mmmmm ggu.. Ggua lupa, dipinggirkan udah gua sediain tangga… cepetan udah ngak ada waktu lagi… tutup pintunya dulu…”Rhoni mengingatkanku, Aku buru-buru mengunci pintu besi tua yang sudah agak berkarat, para gadisku menutupi bagian-bangian terpenting ditubuh mereka dari tatapan Rhoni. Hatiku sedih melihat para gadisku yang kini terisak-isak menangis, dari tatapan mata mereka aku bisa membaca betapa mengerikannya kejadian-demi kejadian yang telah mereka alami. “Lebih baik kalian pulang, jangan kembali lagi kesini…”Aku menasihati mereka bertiga, namun mereka tidak menjawabku.

“Dhani ayo cepattt….!!!” Rhoni kembali mengingatkanku, Sang waktu dengan kejam memisahkan Aku dengan ketiga gadisku, aku kembali melompati tembok pemisah antara Blok D dan Blok E. Sambil menghela nafas aku berjalan kembali ketempatku, Ehh.. mana si Rhoni , aku menoleh kebelakang. “Rhon… ngapain lu disitu.. buruan turun…!!!”kini aku balik mengingatkannya. “Iya.. ya … iyyy Whuaaaa” aneh banget siRhoni, ia membalikkan tubuhnya kemudian melangkah kedepan , tubuhnya yang gemuk dan berlemak meluncur deras dan “Gubrakkkkk !!!!!!!” terdengar bunyi yang sangat keras ketika Rhoni mendarat. “Gila lu Rhon.. emangnya lu superman…!!… jalan tu ditanah bukan diudara gitu” Aku buru – buru menghampirinya dan membantunya berdiri. “Aduh… duhhhh sakittt..!! Susu… ehh”Rhoni cengengesan , Aku pura-pura tidak mendengar kata terakhirnya, kayaknya Rhoni terkesima melihat kecantikan dan kemulusan para gadisku … apalagi tanpa selembar benangpun menutupi tubuh mereka.
Tarida, Feilin dan Nia masih terisak-isak menangis, mereka tampak kuatir dengan nasib Dhani, tapi mereka tidak dapat berpikir lebih lanjut karena dari kejauhan terdengar suara bergemuruh, disertai teriakan-teriakan penuh nafsu, mereka bertiga mundur ketakutan melihat tingkah laku para napi yang liar , tangan-tangan mereka terjulur keluar dari sela-sela jeruji besi berusaha menggapai Tarida, Nia dan Feilin, untung saja teralis besi itu cukup kuat menghadapi kekuatan para napi yang berubah liar dan sangar. “WAduhhh goblok… masa kalian kalah…. Sudah !! kembali ke sel masing-masing…”Sigemuk tampak geram karena rencananya gagal total. Para binatang buas telah kehilangan kesempatan untuk melampiaskan nafsu birahi mereka, sambil bersungut-sungut mereka kembali ketempat mereka masing-masing, sel yang dingin..!!, setelah selesai mengkandangkan para binatang buas itu kembali keselnya, Sigemuk melangkah dengan geram menuju pintu jeruji yang terkunci, kemudian sigemuk membuka pintu jeruji dihadapannya, dihampirinya Nia , kedua tangannya membalikkan tubuh Nia, ditariknya pinggul nia kemudian “Jrebbbbb…Jrebbb..” disentakkannya kemaluannya menusuk lubang anus Nia,  kedua tangannya meremas-remas kedua buah susu nia kuat-kuat. “Aduhh… duhhh sakit pak…” Nia mengeluh kesakitan ketika sigemuk meremas buah Susunya dengan kasar, (red: duh gimana sih sigemuk masa kaya lagi meres buah apel.. biar sama-sama buah tapikan beda cara meresnya..!!), sigemuk tidak mempedulikan Nia, malah kini ia semakin kasar, dijambaknya rambut nia, hingga wajahnya terangkat menatap langit-langit.

Feilin dan Tarida memeluk sigemuk dari kiri dan kanan, mereka berdua berusaha meredakan kemarahan sigemuk dengan belaian dan rayuan.. akhirnya reda juga kemarahan sigemuk, dilepaskannya jambakannya pada rambut Nia, remasannya mulai berubah, biarpun tusukan-tusukannya pada lubang anus Nia tetap kasar. Feilin dan Tarida menghela nafas lega ketika mendengar rintihan Nia yang kesakitan berubah menjadi rintihan kenikmatan, apalagi ketika tangan sigemuk kini merayap kearah selangkangan Nia dan mempermainkan daging kecil yang bentuknya seperti kacang tanah, tubuh Nia akhirnya bergetar hebat dan “Crrrrrrr.. Crrrrrrrrrr……” Air mani Nia muncrat dan meleleh dari selangkangannya. Sigemuk membalikkan tubuh Nia , kini keduanya berdiri berhadap-hadapan, sigemuk merendahkan tubuhnya dan “Crebbb… Crepppppppphhhh….” Kali ini disodoknya lubang Vagina Nia , tusukan-tusukan sigemuk semakin gencar dan kuat , bunyi-bunyi becek seperti Lumpur yang terijak-injak semakin kuat terdengar , berirama sesuai dengan irama kemaluan sigemuk memasuki lubang Vagina Nia yang seret dan sempit. “Ahhhh Ouuhhh….”Nia kewalahan menghadapi gaya bertempur sigemuk yang kasar bahkan cenderung brutal.

Sigemuk tambah erat memeluk tubuh Nia seakan akan hendak menghancurkan tubuh mulus dipelukannya, kemaluannya semakin kuat menghentak-hentak menyerang lubang Vagina Nia. “Auchh…Mmmhh Crrrrrr”Nia terkulai pasrah, kedua tangan sigemuk bergerak mencengkram buah pantat Nia agar pantat gadis yang sedang disetubuhinya tidak turun.  ”Pakkk… sama Fei aja yuk..” Feilin merasa kasihan melihat Nia yang sedang disetubuhi dengan brutal. “Udah… Berisik amat sih lu.. Gua pengen ngentot Nia… nihhh Hihhhh” Sigemuk malah membentak Feilin, sigemuk semakin kasar memompa kemaluannya, setelah Nia megap-megap kehabisan nafas barulah sigemuk melepaskan tubuh Nia. Feilin ketakutan ketika sigemuk menghampirinya, Feilin memandangi sigemuk tanpa diduga sigemuk menggerakkan tangannya dengan kasar sigemuk menekan kepala Feilin kearah kemaluannya. “Ketimbang lu banyak bacot ngatur-ngatur segala rupa, lebih baik lu telen kontol gua…he he he” Feilin membuka mulutnya dan diemutnya kemaluan sigemuk. Sigemuk menarik Tarida dan dikulumnya bibir Tarida “Mmmrrrrrhhh.. hua ha ha ha ha…uhh asikkk he he he “sigemuk senang ketika Feilin bersujud dan menservice kemaluannya.

Tangan Sigemuk membalikkan tubuh Tarida kemudian dari belakang diremas-remasnya buah susu Tarida, digoyang-goyangkan buah dada Tarida kemudian dipilin-pilinnya putting susu Tarida yang lancip dan berwarna pink, ciuman liar sigemuk mendarat dipundak, dileher, habis-habisan sigemuk menciumi Tarida. Sigemuk duduk ngangkang diatas lantai kemudian “sini… nahhhh betull masukin… yak goyang.. goyangghh terussss ha ha ha Feilin emang hebat” Sigemuk meremas-remas buah Susu Feilin yang sedang bergoyang diatas setumpukan lemak. “Owwww akkkkhhhh.. aduhh” Feilin mengaduh ketika tiba-tiba kepala sigemuk menyeruduk buah dadanya, gigitan sigemuk pada putting susu Feilin terasa menyakitkan, kedua tangan Feilin berusaha mendorong kepala sigemuk namun sigemuk semakin erat menekan punggung Feilin sehingga kini buah Susu Feilin menjadi bulan-bulanan sigemuk, diemut, diciumi, bahkan sekali-kali digigitnya dengan gemas gundukan buah dada Feilin yang mulus dan halus.

Dengan kasar Sigemuk mendorong tubuh Feilin yang sedang turun naik diatas tumpukan lemak sehingga Feilin terjengkang kebelakang, sebelum sigemuk memberikan perintah lebih lanjut dengan ketakutan Tarida mengangkangi sigemuk, dan berusaha memasukkan kemaluan sigemuk pada lubang Vaginanya. “Eittt… gua pengen lubang anus he he he” kata sigemuk sambil terkekeh-kekeh mesum, Tarida membalikkan tubuhnya agar sigemuk lebih leluasa, pinggul Tarida bergerak turun mendekati kemaluan sigemuk yang teracung seperti sebuah tombak tumpul. “Aaaaaaa!!” Tarida meringis ketika sigemuk menghentakkan kemaluannya dengan kasar, kedua tangan sigemuk manarik pinggul Tarida sehingga mau tidak mau lubang anus Tarida harus menerima kedatangan kemaluan sigemuk yang liar memasuki dirinya. Mata Tarida mendelik ketika sigemuk dengan paksa menarik bibir Vaginanya kekiri dan kekanan kemudian jari tangan sigemuk mengobel-ngobel “Kacang mungil”dilubang Vagina Tarida, sigemuk menggeram-geram keenakan, tubuh Tarida sampai tersentak-sentak keatas seperti bola basket, buah Susu Tarida bergoyang-goyang berirama dengan indahnya.
             
Setelah sore mulai menjelang barulah sigemuk selesai memuaskan nafsu bejatnya, sigemuk menyeka keringat yang masih asik berselancar dilehernya yang berlemak, matanya memperhatikan Tarida, Feilin dan nia mengenakan kembali pakaian seragam sekolahnya. Tanpa banyak bicara Tarida, Feilin dan nia mengikuti langkah sigemuk, sebelum sigemuk melepaskan mereka bertiga sigemuk berkata “Tar kita ewean lagi ” sambil cengengesan cengar-cengir , duh mimik wajah Sigemuk mesum amat.  Dengan wajah lesu Tarida, Feilin dan Nia meninggalkan tempat mengerikan itu, sebuah penjara tempat mereka berkali-kali dilecehkan oleh sigemuk, namun ada sedikit rasa senang dihati mereka, Dua bulan lagi Dhani akan dibebaskan dengan surat berkelakuan baik dari sigemuk. Sepeninggalan Tarida , Nia dan Feilin Sigemuk kembali ketempat durjana itu, matanya mencari-cari kunci cadangan yang sengaja disembunyikannya, keningnya berkerut , kunci cadangan itu masih rapi berada ditempat persembunyiannya, mendadak amarahnya meledak-ledak “Sialannnn… kerjaan siapa nihhh ?!!!Ganggu rencana Gua…..Huhhh..!! tapi ngak apa-apa… gua udah siapin kejutan… buat mereka he  he he he”, entah apa lagi keinginan manusia bejat bertubuh gembrot ini.
           
Hari ini Sigemuk terkekeh-kekeh senang, matanya memandangi Feilin, Tarida dan Nia dengan tatapan mata  nakal, penuh misteri yang sulit ditebak, Sigemuk mengumpulkan bawahannya , sepertinya ada sebuah upacara, entah upacara apa ?. 7 orang kini berhadapan dengan Tarida , Feilin dan Nia, dengan suara yang lantang Sigemuk memberi komando kepada para bawahannya agar segera melakukan aksi pelepasan pakaian, Feilin Nia dan Tarida tercengang melihat kemaluan-kemaluan para pria yang mengacung-ngacung dihadapan mereka, Sigemuk terkekeh-kekeh melihat para gadis cantik dan mulus yang tampaknya masih kebingungan, bahkan bisa dibilang salah tingkah dihadapan 7 tombak yang teracung – acung dan siap untuk melakukan penyerangan. Hmm ternyata sebuah upacara mesum akan digelar hari ini.       
Sepertinya para oknum kita bakalan senang hari ini, siapa sajakah para oknum kita?
  • 1. ) Anto petugas kantin dipenjara
  • 2. ) Karyo petugas bertubuh ceking.
  • 3. ) Ijon doctor jaga dipenjara
  • 4. ) Nono Asisten dokter jaga.
  • 5. ) Muklis situa peot.
  • 6. ) Darwin, berambut cepak, sok ganteng.
  • 7. ) Rana , bertubuh tegap sayang wajahnya ngak menunjang.
 ”Siappppppp Grakkkkkkk…..” “Istirahat ditempat Grakkkkkkkk” Sigemuk mengistirahatkan bawahannya , kini 7 orang dengan kemaluan mengacung berdiri dalam posisi mengangkang dihadapan Tarida, Feilin dan Nia. Sigemuk menarik Feilin dan memperkenalkan Feilin kepada para bawahannya “Nahhhhh…. Yanggg ini Tarida…… he he he… lawannya adalah anto… Ijon…. Toni dannnnn Darwin…….”tanpa banyak bicara keempat orang yang sudah disebut namanya oleh sigemuk mengelilingi Tarida, Tarida tampak gugup, seumur hidup baru kali ini dirinya dikelilingi oleh laki-laki dalam keadaan telanjang bulat, Tangan ijon terjulur, diremasnya Buah susu yang masih tersimpan rapi dibalik seragam sekolah Tarida, Tarida menepiskan tangan-tangan yang berulang kali mencolek, meremas, dan membelai-belainya namun tangan-tangan itu tidak pernah kapok berusaha menjamah tubuhnya. Bahkan kini kedua tangannya dipegangi “Ohhhhh… jangannn… “Tarida tampak panic ketika tangan-tangan itu berusaha menelanjanginya, satu persatu pakaian Tarida terlepas dari tubuhnya.

“Ohhhhhh….” Tarida menarik pingulnya kebelakang ketika merasakan jilatan kasar pada bibir Vaginanya. Darwin tengah asik menjilati bibir Vagina TArida, lidahnya mengait – ngait daging mungil berwarna pink, diemut-emutnya bibir Vagina Tarida , Tangan-tangan yang lain kini meremas-remas kedua buah Susunya, berkali-kali putting susu Tarida dipelintir-pelintir, Tarida menoleh kebelakang ketika merasakan daging Kenyal keras berusaha menyelinap disela-sela pantatnya, Toni tengah berusaha menyodomi Tarida. “Hennhhhh… Ennnnggghhhhhh….. ” Tarida menggelinjang, rintihan-rintihan kecil mulai terdengar merdu dari bibirnya yang mungil, Kedua tangan Tarida kini memegangi kemaluan Anto dan Ijon, sedangkan Anto dan Ijon membalas dengan meremas dan mengusap-ngusap bulatan buah Susu Tarida. Darwin manarik kepala tarida dan mengulum bibir Tarida, Toni menarik pinggul Tarida  kini Tarida dalam posisi berdiri menungging , Toni tersenyum ketika merasakan kepala kemaluannya sedikit demi sedikit mulai tenggelam kedalam anus Tarida, dengan satu sentakan yang kuat , kemaluan Toni melesat kedalam lubang sempit yang berdenyut-denyut kuat meremas-remas batang kemaluannya. “Ufffhhhhhhhh….. nnnnnnnnhh…” Tarida merintih ketika Toni mulai memaju mundurkan batang kemaluannya., hasilnya tentu sudah dapat ditebak “Pertempuran tidak seimbang 4 lawan satu” membuat Tarida berkali-kali merintih kecil dan akhirnya “Akhhhhhhh…. Crrrrrrrrrr ” Tarida merasakan ada sesuatu meluncur keluar dari dalam dirinya, kedua lututnya terasa lemas.

“Uhhhh…….” Tarida meringis-ringis keenakan ketika Anto menjilati dan menghisap-hisap vaginanya, rupanya anto tidak rela membiarkan cairan gurih itu terbuang percuma. Ijon menarik dan menekan kepala Tarida kebawah, Ijon memaksa Tarida mengoral kemaluannya. “Mmmmm… Mmmmmmm ” Suara mulut Tarida yang tersumpal kemaluan Ijon. Sigemukduduk diatas kursi Sofanya, ia tersenyum memandangi Feilin, Nia berdiri ketakutan dibelakang Feilin. “Niaaa !!!! sini…. ” entah kenapa sigemuk seperti terobsesi oleh siputih Nia, ia ingin agar Nia dapat sepandai Feilin dan Tarida. Sigemuk memerintahkan Nia agar bersujud diselangkangannya, sigemuk terkekeh-kekeh “kamu harus banyak belajar supaya semakin pintar.. kaya Tarida…. Sama Feilin….. ayo jilattt…” Nia mengenggam batang kemaluan sigemuk, lidah Nia terjulur keluar dan menjilati batang kemaluan sigemuk. Nia memang belum semahir Tarida atau Feilin namun jilatan-jilatannya membuat sigemuk merinding panas dingin, Sigemuk memaksa menjejalkan kemaluannya kemulut Nia, Tangannya memaksa kepala Nia untuk bergerak maju mundur, “Mmmhhh Huhh”

Nia menarik kepalanya ketika kemaluan sigemuk masuk terlalu dalam, sigemuk melotot sambil kembali menyodorkan kemaluannya kemulut Nia, melihat sorot mata sigemuk yang berubah galak Nia memaksakan diri untuk menuruti kemauan mahluk berlemak yang terkekeh-kekeh keenakan, mulut Nia kini tersumpal oleh kepala kemaluan sigemuk. Nia mulai melakukan hisapan-hisapan sambil memaju-mundurkan kepalanya, mata sigemuk berbinar-binar. “Ya… betulll he he he baguss..!! bagussss !!!” sigemuk memuji kemajuan Nia yang cukup menggembirakan. “Nono… Muklis dan Rana… lawannya adalah Feilin… he he he ” Sigemuk mulai memberikan perintah lebih lanjut, maka meloncatlah ketiga orang yang disebut oleh sigemuk mengurung Feilin. “Owwwww….Brengsek Plakkkkkkk ” Feilin menampar Rana yang berusaha memeluknya, biarpun ditampar tapi Rana tidak marah ia terkekeh-kekeh, tangannnya bergerak cepat mencomot buah dada Feilin, belum juga habis rasa marah Feilin karena buah keramatnya dicomot Rana, Nono dari belakang meremas buah pantatnya yang bulat dan padat. Mulut muklis hinggap dipipi Feilin “Cuppp…. Sialan…. Awwww” Feilin mendorong tubuh muklis, Feilin terus berusaha melakukan perlawanan, sementara Rana, Nono dan Muklis terus berusaha meremas, mencomot, dan mengelus tubuh sikucing liar Feilin Lama kelamaan aksi Rana , Nono dan Muklis membuat dua buah gunung didada Feilin semakin membuntal padat, mengeras ( red : Whoaaa!!! Kayak gunung mau meletus deh… ^^ ).

Tangan Muklis merangkul pinggangnya dari belakang dan “Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh………………..” Punggung Feilin kini bersandar pada muklis , nafasnya semakin memburu, apalagi ketika Muklis menciumi lehernya dari belakang, Mata Feilin menatap dengan tatapan sayu ketika sepasang tangan Rana kini meraih dan meremas buah dadanya. Feilin mengerang lirih ketika rok seragam sekolahnya disibakkan keatas, Tangan Nono mengelusi sepasang pahanya yang polos, kepala Nono menyusup kedalam rok seragam sekolah Feilin “Wuihhh… wangi amatttt… he he he” Nono memberikan komentar mengenai aroma yang tercium didalam rok seragam sekolah Feilin, ciuman-ciumannnya pun mulai gencar menciumi permukaan paha Feilin yang halus dan harum. Nono mulai giat mempereteli kancing baju seragam sekolah yang dikenakan Feilin, kemudian kedua tangannya menarik dua cup Bra Feilin, Nono menelan ludah melihat dua buah ranum tersembul keluar, Nono merendahkan kepalanya dan diemut-emutnya putting susu Feilin, sipemilik buah susu meringis dan menggeliat-geliat kegelian. “Ha ha ha ha ha….” Sigemuk tertawa ngakak, sinar matanya seperti orang tidak waras, penuh dengan kegilaan.

Tangannya meraih tubuh Nia, didudukkan Nia dipangkuannya “Kamu liat Feilin dan Tarida… he he he… Cantik… mulus.. pinter ngentot… kamu juga harus belajar kayak mereka… hmmm” Sigemuk merayapkan tangannya kedalam rok seragam Nia, rok seragam Nia semakin tersibak keatas , tangan sigemuk mengelus dan merayapi paha Nia yang mulus, kini jari telunjuk sigemuk menyelinap kedalam celana dalam nia yang tipis, tepat dibagian selangkangannya, tangannya menggesek-gesek dalam gerakan yang teratur, Tangan Nia memegangi dan menahan Tangan sigemuk ketika gerakan-gerakan sigemuk menjadi kasar. “Nakal !!! Saya sudah bilang kamu harus belajar…!!! ” sigemuk menarik tangan Nia kebelakang dan mengikat kedua tangannya dengan ikat pinggang. Jari tangan sigemuk kembali menyelinap kedalam celana dalam Nia, untuk sesaat sigemuk mencari-cari daging kecil penghuni lubang Vagina Nia, “Sippp ketemu…he he he” bibir Sigemuk tersenyum sinis dan “Ahhhh… Ahhhhh.. ” Nia tidak kuasa lagi menahan jeritannya ketika sigemuk menggesek dan menekan-nekan Clitoris Nia dengan kasar. Kedua kaki Nia melejang-lejang , matanya terpejam rapat “Sudahh akhhh owwwwwwwwwwwww… mmmmmhhh.. pelannnn Hhhhhhh”Nia memohon sigemuk agar tidak mengucek-ngucek Vaginanya dengan kasar, namun sigemuk malah semakin kasar mempermainkan Vagina Nia “Cppp… Kkpppppphhhh… Sssppphhhhh….”

Vagina Nia semakin sering berteriak nyaring, suara lubang Vagina Nia yang sedang diobok-obok oleh jari-jari sigemuk. “Akhhhh..” Tiba-tiba mata Nia mendelik, “Crrrrrtt…. Sruuuuuttttthhh” Air Mani Nia menyembur , kepala Nia terkulai kesebelah kiri, sesekali tubuhnya mengejang,ketika sigemuk menekan-nekan clitoris Nia. Satu demi satu kancing baju seragam Nia dipreteli oleh sigemuk, Tangan sigemuk menyelinap kebalik Bra dan meremas -remas buah Susu Nia. “Ahhhh.. sudahh pakkk jangann…” Nia merasa kesakitan ketika Sigemuk meremas buah susunya kuat-kuat. Sigemuk memaksa Nia menungging, beberapa kali ditamparnya buah pantat Nia sampai kedua buah pantat gadis itu memar kemerahan, “Gadis nakal… berani kamu melarang keinginanku..!! he he he.. plakk.. plakkk”Sigemuk mengekeh sedangkan Nia hanya meringis-ringis, ia tidak berani membuka mulutnya, Nia mulai belajar untuk memuaskan keinginan sigemuk,Nia menungging tanpa daya, kedua tangannya terikat kebelakang. Sigemuk mengarahkan kemaluannya kelubang Vagina Nia dan “Jrebbbb… Cllpppp… Plepp.. Pfffhhh” Tubuh Nia tersentak maju mundur , terdorong-dorong oleh tubuh sigemuk. “Heiii… Darwinnn !!! sini lu…”Sigemuk memanggil Darwin, Darwin berlari kecil menghampiri tempat pertarungan, kini Darwin menjejalkan kemaluannya kemulut Nia “Hmmm.. Mhhhhhhh….. Mhhhhhh” mulut Nia kini diisumpal oleh kemaluan Darwin,

Tangan Darwin meraih kepala Nia kemudian Darwin menggerakkan kemaluannnya maju mundur dengan kasar. “Uhuk… uhukkk… uhukkkk ” Nia terbatuk-batuk ketika kemaluan Darwin menusuk terlalu dalam, “Uhhh Akkk… Kecrotttt…. Crottttt…..” Sigemuk menggeram sambil menekankan kemaluannya sedalam-dalamnya, kemaluan sigemuk terlepas dari lubang Vagina Nia, Sigemuk bangkit berdiri, posisi sigemuk segera digantikan oleh Darwin dan “Ohhhhhh… Mmmmmm…” Nia merintih, ketika merasakan kemaluan Darwin memasuki lubang Vaginanya. “Wah.. sempit amat… he he he asssiikkkkkkk…”Darwin memacu kemaluannya sampai Nia terdorong-dorong maju-mundur. Darwin melepaskan ikatan pada tangan Nia, kemudian ditariknya nia berdiri dan kini sambil merendahkan posisi tubuhnya Darwin kembali menyentakkan kemaluannya , kedua tangan Nia berpegangan pada bahu Darwin, Sigemuk mulai mendekati Nia dari belakang dan kini kemaluan sigemuk menusuk Anus Nia. Nia kini terjepit ditengah-tengah, Tanpa ampun sigemuk dan Darwin menggempur lubang anus dan lubang Vagina Nia.

“Akhhhhh…. ” Tarida meringis ketika kemaluan Toni dengan kasar menusuk lubang Anusnya, posisi Tarida kini menduduki penis Toni yang terlentang dilantai, Anto kemaluannya kewajah Tarida, Tarida dipaksa mengoral kemaluan Anto dan Ijon dengan asik menyusu dibuah susu Tarida, sementara tubuhnya tersentak-sentak keatas ditusuk oleh Toni. Ijon kini mengangkangkan kedua kaki Tarida, ditusukkannya kemaluannya kelubang Tarida yang seret dan nikmat, Anto menyumpal mulut Tarida dengan kemaluannya, sedangkan Toni dan Ijon asik menggenjot lubang Anus dan lubang Vagina Tarida. “Hmmmm… Mmmmmhhhhh” Tarida kelelahan menghadapi nafsu ketiga orang laki-laki yang menyetubuhinya, tubuh Tarida sudah basah oleh keringatnya yang terus menetes. “Auhhh Owww Crrrrrr… kccppprtttt” Tubuh Tarida kembali terkulai lemas, namun tusukan-tusukan dilubang Vagina dan anusnya malah semakin gencar, Tarida merintih-rintih, kelelahan, ketiga orang yang mereguk kenikmatan dari tubuhnya malah tertawa lepas mendengar rintihan-rintihan Tarida yang terdengar manja.

Pesta seks terus berlanjut didalam kantor sigemuk sampai akhirnya pintu kantor itu terbuka lebar, dari dalamnya keluar 7 orang laki-laki, ada kepuasan yang tersirat dari wajah mereka yang tersenyum-senyum. Sementara didalam ruangan kantor itu segemuk terkekeh-kekeh, menyaksikan Tarida, Nia dan Feilin yang terkapar kelelahan, mata mereka terpejam rapat, Sigemuk duduk dikursi dan menyalakan sebatang rokok, matanya merayapi tubuh ketiga gadis Chinese yang mulus dan halus.

Tanpa terasa masa 3 bulan yang dijanjikan sudah tiba, berbagai macam penderitaan dan pelecehan sudah dialami oleh Tarida, Feilin dan Nia, termasuk digangbang habis-habisan oleh sigemuk dan 7 orang bawahannya, Ketiga gadis Chinese menagih janji sigemuk, sigemuk tersenyum sinis, dikeluarkannya sebuah document dari laci kerjanya, diberinya cap dan kemudian ditandatanganinya document itu, sigemuk melemparkan document itu kelantai sampai bersebaran, dengan hati yang pedih Tarida , Nia dan Feilin memunguti kertas document yang berceceran dilantai. “Ha ha ha… kalian ikut aku….”Sigemuk keluar dan memberikan perintah kepada bawahanya agar segera membebaskan Dhani Anwar.   

“15009″ Seorang petugas menanggil nomorku, Aku berdiri dari tempatku, “Kamu boleh keluar…heran ? demi orang jelek kaya kamu ha ha ha ?” Sipetugas cengengesan, aku heran mengapa wajahnya cengengesan begitu, aku juga tidak mengerti arti ejekannya. “Mang Dhani….” Aku mendengar suara yang tidak asing lagi ditelingaku, para gadisku menyambut kedatanganku dengan wajah gembira, mereka tampaknya sangat menrindukanku, kemudian setelah segala macam urusan administrasi aku dinyatakan bebas. “Kalian.. ikut aku… he he he”Sigemuk berwajah mesum sepertinya memberi perintah kepada Tarida, nia dan Feilin, Sigemuk hendak menghampiri Feilin namun aku menghadangnya. “Bapak mau apa ?!!” Aku menbentaknya, sigemuk terkesiap, beberapa petugas disana siap-siap mengurung posisiku. “Mangg ngak apa koqqq… Cuma.. Mmm Cuma urusan administrasi aja” Tarida berusaha menenangkanku. “Iya Mangg… mang Dhani tunggu diluar aja ya…”Nia menarik tanganku. “Ngak akan lama koq manggg he he he”Feilin berusaha tersenyum. Aku menghela kesal aku diantar keluar.

Sigemuk segera menggiring Tarida , Nia dan Feilin keblok D, disini tempat para napi yang sudah bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun mendekam, dan sudah dapat dipastikan, tidak akan pernah memperoleh kebebasan lagi, hukuman penjara seumur hidup. “Kita teruskan permainan kita yang sempat tertunda ha ha ha ha” Sigemuk membuka pintu sel disana satu persatu, wajah-wajah mengerikan menyerigai buas, Tarida Nia dan Feilin terkesiap melihat wajah-wajah mereka yang liar dan garang. “Pakkk… jangan ” “Ampunn pakkkk….” “Tolong lepaskan kami ” ketiga gadis cantik dan mulus itu memohon pada sigemuk, sigemuk hanya terkekeh-kekeh, melihat Tarida , Nia dan Feilin mulai menangis, mereka berlari ketakutan berusaha menjauhi para mahluk berwajah liar dan garang yang mulai keluar semakin banyak dari selnya mengejar mereka. Teriakan – teriakan liar mengiringi derap kaki para mahluk liar itu yang semakin lama semakin mendekati Tarida , Nia dan Feilin yang sudah terpojok, terdengar suara gelak tawa para napi, mereka sedang mengerubuti tiga orang gadis yang seksi, cantik dan mulus, para napi itu seperti kesetanan tidak mempedulikan jeritan ketakutan yang keluar dari mulut ketiga gadis dihadapan mereka.”Jangannn…. Ampunnnnn…akkkkk”, “Aduhhhh…Owww…”"ngakkk… uhhhhhh” suara – suara yang keluar dari mulut ketiga gadis itu, Tarida ditidurkan diatas lantai kedua tangannya dipegangi terentang kesamping, begitu pula kedua kakinya, Sesosok agak tua namun kekar mendekati selangkangannya, tanpa permisi situa menusukkan senjatanya kedalam lubang Vagina Tarida
“Ahhhh…”tubuh Tarida terguncang-guncang akibat tusukan-tusukan kasar dilubang Vaginanya, sementara itu beberapa tangan berebut mengelusi buah dadanya, pahanya bahkan menyelinap meremas buah pantat Tarida. Tidak begitu jauh dari tempat Tarida diperkosa Feilin dipaksa menunggging, kedua tangannya dipegangi kebelakang, tusukan kasar menghujam lubang anusnya sampai Feilin tersentak, kemudian yang seorang lagi duduk mengangkang dihadapan Feilin, sepasang tangan meraih dan menekan kepala Feilin “Mmmm… Mmmm”mulutnya tersumpal oleh kemaluan orang itu, buah dadanya jadi rebutan dielus dan kemudian diremas-remas oleh beberapa orang laki-laki yang mengerubutinya. Keadaan Nia tidak jauh berbeda dari kedua temannya, dalam posisi berdiri Nia dicumbu dan dijilati habis-habisan oleh para lelaki yang asik menyantap kehangatan dan kenikmatan dari tubuhnya yang mulus.

“Awwww…” Nia menjerit kesakitan ketika merasakan ada yang mengigit buah dadanya. “Aduhhh Aowwwwwwww… “tidak begitu lama terdengar jeritan kesakitan Feilin ketika seseorang meremas bukit kemaluannya dengan kasar, Feilin memekik ketika merasakan seseorang menarik bibir Vaginanya dengan kasar “Slllpp Slpppp Slppppppp” rakus sekali orang itu meneguk cairan-cairan lengket beraroma khas yang rasanya asin. Dua buah Susu Feilin digeluti oleh dua orang Pria sekaligus. Mulutnya di deep Throat sampai ia kehabisan nafas. Salah seorang dari mereka tidur terlentang, beramai-ramai mereka mendudukkan Nia diatas kemaluan Pria itu dan “Jrebbbb.. Jebbbbb…. Akhhhhh” kasar sekali kemaluan pria itu ketika menghantam Vagina Nia, Entah kemaluan Siapa mulai berusaha menyelinap diantara buah pantat Nia dan langsung menyodok anus gadis itu

“Aaahh Awww Crrrrrrr” Nia memekik ketika merasakan cairan kenikmatannya meledak dari dalam lubang Vaginanya , gelak tawa terdengar riuh rendah seolah-olah mengejek Nia yang mendadak terkulai. Feilin meronta-ronta ketika mereka merentangkan kedua tangan dan kakinya lebar-lebar, ciuman dan jilatan mendarat disekujur tubuhnya , Jeritannya yang malang tersumpal oleh mulut yang begitu rakus mengulum bibirnya, empat orang laki-laki seakan-akan sedang berbagi mengemut dan menjilati buah susunya. Beberapa pasang tangan berlomba menjamahi bukit mungil diselangkangannya. Nasib Tarida tidak kalah malang kedua kakinya dikangkangkan lebar-lebar dan sebatang kemaluan yang keras menghujami lubang Vaginanya, buah dadanya sudah memar kemerahan karena tangan-tangan liar yang kasar dan brutal meremas-remas buah Susunya. Semuanya itu disaksikan oleh sigemuk “Ayooo… hua ha ha ha ha terusss…. Lebih liar….”

Nia menangis memohon agar lelaki itu mau melepaskan dirinya namun sambil terkekeh-kekeh orang itu menerkam dan menggumulinya dengan liar, sosok-sosok lain bertepuk tangan menyaksikan pertarungan 1 Vs 1, “Hmmm… Mmmmmhhhh” mulut Nia yang sedang menangis tersumpal oleh orang itu, ciumannya turun keleher, kedada. “Ahhhhhhhhhhh…..” Nia memekik merasakan putting susunya terasa sakit, dan perih ketika gigi orang itu mengigit putting susunya. Tubuh Nia menggeliat-geliat ketika putting susunya terasa diemut oleh orang itu, dengan sebuah perlawanan yang kuat Nia mendorong tubuh orang itu, Nia meronta-ronta merasakan seseorang memeluknya dari belakang dan meremas-remas buah Susunya. Orang itu dengan paksa membalikkan tubuh Nia agar tengkurap dilantai, “Hekkkkkggg… Aaaa” kasar sekali orang itu menyodomi Nia.

Tubuh Feilin terguncang-guncang dengan kuat ketika seseorang menyetubuhinya dengan brutal, buah Susunya bergerak memutar – mutar , sesekali beberapa pasang tangan meremas dan mengelusi buah Susu yang bergerak dengan indah. “Hmmm.. Hmmmmmmm” Suara bibir Feilin yang sedang asik diemut dan dikulum oleh seorang napi bertubuh cebol. “Crrrrrrrrrr…. Kecrottt     Plopppp….” Kemaluan orang itu terlepas setelah puas memperkosa Feilin. Sicebol duduk santai, seorang napi lain memaksa Feilin mengangkang dan menduduki kemaluan sicebol yang terkekeh-kekeh keenakan, tangan sicebol memeluk erat-erat tubuh Feilin, mereka berdua duduk saling behadapan dengan kemaluan saling bertaut erat, Feilin dipaksa bergoyang untuk memuaskan sicebol , tidak berapa lama sicebol menggelepar dalam pelukan Feilin, Seseorang menarik Feilin dari pelukan sicebol, kedua kakinya diangkat keatas kemudian ditarik kekiri dan kekanan.

“Ahhhhhhhh…. ” Feilin menggeliat-geliat ketika kemaluan napi yang lain memasuki lubang Vaginanya. Tiga Orang Napi menyodorkan kemaluan mereka dihadapan Wajah Tarida, gadis itu kewalahan menjilati, menghisap dan mengemut kemaluan ketiga orang napi itu, sementara dua orang napi mengelus-ngelus buah pantatnya yang sedang menungging, dua orang lagi meremas dan menarik-narik buah Susu Tarida yang bergelantungan didadanya. “Ahhhh… aduh.. duh….. mmh”Seseorang menjambak rambut Feilin dan menjejalkan kemaluannya kemulut Feilin, putting susunya dipelintir-pelintir , beberapa orang asik mengelusi tubuh Feilin yang halus dan mulus, berkali-kali tubuh Feilin bergetar hebat dan “Mmmm.. Keccrrtttt… Crrtttt” akhirnya bobol juga pertahanannya. Nia memejamkan matanya ketika Orang yang menindihnya bangkit setelah puas menggenjot Nia, kini berganti wajah-wajah lain mulai meneduhi tubuh Nia, dua orang sekaligus berbaring disisi kanan dan kiri gadis itu, mulut mereka langsung menyedot-nyedot putting Susu Nia, seorang napi yang lain menyusupkan kepalanya diantara paha Nia, sambil mengelusi paha Nia mulut sang Napi mengemut-ngemut lubang Vagina Nia, berkali-kali lidahnya mengait daging kecil yang bentuknya mirip “kacang”.

“Akkhhhh ahhh” Tarida memekik-mekik , napi yang satu ini begitu kasar, rasa sakit mendera lubang anusnya yang dirojok-rojok oleh jari sang napi. “Aduhhhh aduhhhhhhh awwwww” Tarida semakin menderita , sedangkan napi yang mengorek-ngorek lubang anus Tarida malah tertawa lepas, dibaringkannya tubuh Tarida dan dengan sekali sentakan kasar dijebloskannya kemaluan hitam itu kelubang Vagina Tarida, selanjutnya tubuh Tarida terguncang guncang dengan kuat. “Ayo sini he he he” Sang Napi menyukai goyangan Feilin, kini Feilin dipaksa berdiri sementara beberapa orang memegangu tubuh Feilin, sebatang kemaluan mulai mendesak memasuki lubang Vagina Feilin, sambil berdiri Feilin dipaksa bergoyang, air mata mulai mengalir dimata Feilin.Tarida, Nia dan Feilin menangis dalam dekapan para Napi , Para lelaki liar itu seakan-akan tidak pernah habis, wajah-wajah baru selalu meneduhi tubuh mereka yang mulus, rasa putus asa, ketidak berdayaan semakin lama semakin terasa menyesakkan dada mereka, sedikitpun tidak pernah terpikirkan kalau mereka akan mengalami “Pemerkosaan Masal”

Aku menunggu diluar, detik demi detik terasa lama, menit demi menit seakan akan tidak pernah mau berlalu dariku, berkali-kali aku menanyakan pada petugas jaga didepan “Dimanakah para gadisku” namun mereka hanya cengengesan, beberapa orang petugas disana tersenyum mesum. Sinar matahari yang hangat kini berganti dengan gelapnya malah yang dingin, sesekali bunyi geledek terdengar seperti akan hujan lebat. Aku menunggu kedatangan seseorang , akhirnya kudengar suara mesin mobil, buru-buru kucegat “Rhoni….” Aku memanggil sahabatku.

Rhoni turun dari mobil Mitsubishi T120SS tahun1990 berwarna Biru Tua,ia baru disuruh belanja oleh tukang masak di LP itu, terburu-buru Rhoni menghampiriku, aku menjelaskan duduk permasalahannya, Rhoni mengangguk-anggguk, entah kenapa wajahnya juga terlihat cemas. “Bantu aku Rhon, cari mereka…!!!”Aku sangat mengharapkan bantuannya. “Tenang Sobat.. Aku pasti membantumu!!” Rhoni menatapkuku dengan yakin.

Kini aku hanya dapat menunggu, dinginnya malam menusuk tubuhku namun itu semua tidak kupedulikan, yang ada hanya rasa kuatir, dan rasa cemas. Akhirnya aku melihat Rhoni dari kejauhan, ia agak berlari-lari kecil, aku berlari menghampirinya. “Bagaimana Rhon… dimana mereka!!!” Aku mengguncang-guncangkan tubuh sahabatku, Rhoni hanya menundukkan kepalanya ia menggeleng-gelengkan kepala “Habiss… para napi diblok D memperkosa mereka seharian, mereka kini dibawa keruangan  doctor ijon.. entah masih hidup atau tidak…….”Rhoni tidak berani memandangiku. “Hahhhh….!!!!!” Mendadak tubuhku lemas, “Dimana ruangannya!! Dimana…!!!! Bajingan!!!! aku bunuhhh merekaaa semuaaaa!!!!!” Aku histeris dan hendak menerobos penjara terkutuk itu, namun Rhoni memegangi tubuhku. “Dhani… sabar!!!!… Dhani…. Jangan sia-siakan pengorbanan mereka…Bukkk” Dhani meninju wajahku, Aku tercekat, tersadar.
Aku mengikuti langkah Rhoni Dari belakang, Rhoni menarik kereta Dorong sedangkan aku membantu mendorong kereta dorong itu dari belakang. “Siapa dia ?” petugas jaga disana bertanya menyelidik. “Ohhh.. ini yang sekarang disuruh Bantu-bantu saya… pakaian kotornya mana pak ?” Rhoni mengalihkan topic pembicaraan. “Nihhh… “Sipetugas jaga melemparkan pakaian kotor dengan kasar. Tanpa banyak bicara Rhoni dan aku melewati petugas jaga disana. “Ingat Dhani…jangan gegabah…, yang itu ruangan Doktor Ijon…”Rhoni mengingatkanku sekaligus memberitahuku. Aku mengangguk kemudian dengan mengendap-ngendap kami mendekati pintu yang sedikit terbuka, aku mendorong pintu ruangan itu. “Keparat….” Aku memaki dalam hati, aku melihat Doktor Ijon dan 2 orang petugas disana tengah mengangkangi Tarida , Nia dan Feilin, tidak ada rintihan yang keluar dari mulut para gadisku, tubuh mereka diam tidak bergerak. Aku dan Rhoni berpandangan, kemudian mengangguk , Rhoni memadamkan lampu diruangan itu , terdengar bunyi Buk..!!! Bukkkkk… Bukkk!!! Didalam ruangan yang kini pencahayaannya sangat minim, hanya mendapat sedikit cahaya dari lampu diluar ruangan.

“Brukkkk….” Terdengar bunyi tiga sosok tubuh yang terjatuh keatas lantai, Rhoni menyalakan kembali lampu diruangan Doktor ijon. Tubuh bugil doctor ijon dan 2 orang petugas di LP itu roboh , “Rhoni Cepat..!!!” Aku memanggul Feilin dan Nia dibahuku, Rhoni seperti tersadar ia memanggul tubuh Nia , kami masukkan tubuh mereka bertiga kedalam kereta dorong, dengan rapi Rhoni menumpukkan baju-baju kotor , untuk menutupi Tarida , Nia dan Rhoni. Rhoni menarik kereta dorong itu dan aku membantu mendorong dari belakang, sepertinya situasi berjalan sukses sampai…deg… deggg deggggg…. Seorang petugas menghampiri kami ia hendak membuang kopi panas kedalam kereta dorong “Untuk saya saja pak..” aku maju menghadang sambil mengulurkan tanganku. “Mau Nihhh!!” “Byur..Arggghhhh”rasa panas menyengat dikulitku, kemudian petugas itu meludah dilantai dan berlalu dari hadapan kami. Rhoni memandangi petugas itu dengan geram, ia tidak terima aku diperlakukan seperti itu. “Ayo terus.. Rhon…”Aku mendorong kereta itu kembali.

Aku dan Roni mengangkat baju-baju kotor dari dalam kereta, kemudian aku masukkan Tarida dan Feilin kedalam Mobil Tua yang biasa dipakai Rhoni untuk membeli sayur mayor pesanan situkang masak didalam penjara itu, Loh……….. koq Nia ngakkk ada !!!!!!!!!!! apa ketinggalan ya??????!!! Aku panic dan bengong. “Rhoniiii… Nia ketinggalan….”

“Hahhh dimana ?” emangg ada empat ?” Rhoni ikut gugup. Aku menoleh kearah Suara Rhoni yang gugup , wajahku mendadak berseri-seri, aku melihat Rhoni tengah membopong tubuh Nia. “Ngak Cuma tiga he he he”Aku tertawa gembira.
 Rhoni yang kebingungan meletakkan Nia disamping kedua temannya, kemudian Rhoni duduk didepan untuk segera mengemudikan mobil tua itu sedangkan aku masuk kebelakang.”Tarida.. Niaaa… Feilin” Aku mengguncang-guncangkan tubuh mereka, wajahku mendadak pucat, tubuh mereka semakin dingin, nafas mereka bertiga semakin lama semakin lemah.

“Arggggg! Tidak!!” Jeritanku mengguncang malam dan rintik hujan semakin lama semakin lebat disertai bunyi geledek yang memekakkan telinga.
 ***************************
Aku memandangi rumah kosong itu, gelap, tidak ada canda tawa lagi didalamnya, tidak ada desahan – desahan manja Nia, ataupun jeritan Feilin yang liar, ataupun guyonan Tarida yang nakal. Dinginnya angin malam menerpa tubuhku. Rintik-rintik gerimis.. membuat hatiku pilu.
Eps 6 (Final): After School & Happy Holiday Bang.
 “Tarida” ” Nia” Feilin” aku terus menguncang-guncangkan tubuh mereka, aku panic karena mereka tidak bereaksi,  tubuh mereka semakin dingin, bibir mereka tampak pucat, nafas mereka lama semakin lemah…
“Rhoni.. cepat… Rhonn!!!” Aku menyuruh Rhoni menginjak gas mobil yang kami tumpangi.
Hujan semakin deras, disertai ledakan-ledakan bunyi geledek yang menggelegar. Rhoni dengan gugup mengemudikan mobil menuju Rumah Doktor Wahidin , salah seorang kolega kami , satu-satunya tempat yang dapat dijadikan tempat berlindung dan berobat jika aku dan kawan-kawanku tertembak atau terluka berat , tertolongkah mereka bertiga ????.
(Red : karena ini eps terakhir jawabnya langsung dibawah ini… hiks… hikss)
           
Aku mengintai dari kejauhan, disebuah pemakaman umum, tangisan keluarga yang sedang berduka cita terdengar begitu menyayat hati, tanah kuburanpun masih tampak merah, semerah dendamku yang  membara.
Tidak ada lagi yang dapat kulakukan, semuanya sudah terlambat. Perlahan-lahan sang waktu merayap dengan malas , siang hari yang panas berganti dengan dinginnya malam, aku melangkahkan kakiku, menuju sebuah rumah mewah dikawasan elite tersebut, dari kejauhan mataku memandangi rumah mewah itu, rumah itu kini gelap tanpa cahaya yang menerangi. Masih terbayang olehku betapa nikmatnya ketika dahulu aku merengut keperawanan Tarida, Feilin dan Nia, menikmati tubuh mereka yang hangat dan mulus.

*******************************
Tujuh minggu yang lalu      

“Hallo…..” Aku mencoba menghubungi nomor telepon Nyonya Fonny , orang tua Feilin.
“Ya… Haloo……..” suara itu menyahut.
“Eee… itu nyonya… Feilin ehhhh Non Feilin sakit… beratt!!” Aku ingin menjelaskan sesuatu tapi entah bagaimana  menjelaskannya.
“Lohhhhh koqqqq malah telepon ke saya… , saya tuh sibukkk bisnisss… suami saya juga… kalo sakit telepon doctor dong…. masa telepon kesaya sih..!!!Lagian Feilin kan udah gede… masa ngak bisa jaga diri sihh!!!… urusan sepele gini ngapain sih kamu interlokal ke Amrik segala.. mahallll” Nyonya Fonny malah ngomel panjang lebar.
“Hallo… Halllo…,Bego… Gebleggg.”Aku sewot naik darah karena Nyonya Fonny mendadak memutuskan telepon, udah mahal-mahal interlokal malah kena damprat.

Aku hanya dapat menghela nafas panjang, aku mulai dapat mengerti mengapa sifat Feilin nakal, galak, agak liar, rupanya selama ini ia kekurangan kasih sayang, orang tuanya hanya sibuk mengurus urusan bisnis tanpa memperhatikan anak mereka. Rumah yang sebesar ini, hanya ada seorang pembantu tua part-time, nyuci , masak terus pulang deh ke rumahnya di RT tetangga.  Nyonya Fonny dan Tuan Richard kadang-kadang pulang 3 minggu sekali, kadang sebulan sekali,  itupun hanya dua atau tiga hari saja mereka ada dirumah megah dan besar ini.
“mamah pulang… papahhh…”Feilin mengigau, dengan telaten Aku merawat Feilin, sudah dua hari ia menderita demam akibat perkosaan masal yang dialaminya, demikian juga dengan Tarida dan Nia, hanya bedanya mereka berdua dirawat dengan penuh kasih sayang oleh orang tua mereka masing-masing.

*****************************
Dirumah Tarida
“Tarida kamu kenapa…?” mamah Tarida terkejut melihat keadaan anaknya
“Tarida ketularan feilin deh.. mahhh.. kan kemaren sabtu ama minggu jagain dia yang lagi sakit.. demamm.. hhhh” Tarida berbohong padahal dua hari yang lalu ia dan Feilin sama- sama terkapar tanpa daya.

*****************************
Dirumah Nia
“Mamahhh…. Hkkk Hkkkk”begitu pulang Nia menangis sambil  memeluk mamahnya
“Hahhh… badan kamu koqq panass sayangg…” Mamah Nia memegang kening Nia dengan telapak Tangannnya.
“Duhhhh… anakk mamah sakittt… kita ke doctor ya..”mamah Nia memapah tubuh Nia.
“Sudahhh… sudahhhh… cuppp… anak mamah kalo sakit jadi manja dehh”dengan penuh kasih sayang mamah Nia mengecup kening Nia.

******************************************
Kini didalam rumah itu tidak ada lagi rengekan manja Nia, Tidak ada lagi jeritan kecil Feilin yang liar dan binal, Tidak ada Lagi Guyonan Tarida yang nakal. tidak ada lagi canda tawa diselingi oleh rengekan-rengekan manja.

Rintik-rintik gerimis semakin membuat hati pilu, air mataku mengalir deras membasahi pipiku, mengingat betapa malangnya nasib ketiga gadisku.

****************************************
Sebuah teriakan manja menghentikan lamunanku………..

 ”Mang Dhani… bawain donggg berat nehhhhh” aku menoleh kebelakang , kearah suara itu, Tarida protes.Aku tersenyum melihat mimik wajahnya yang imut rada cemberut, aku habis menemani ketiga gadisku Shoping diMall.
 ———————-
  • * Bikin kaget ya ? maap dehh ho ho ho, mo godain para mupenger…^^ (Red : Makanya rumahnya gelap , penghuninya lagi pada keluar semua, tuch mereka dah pada balik he he he….)
———————–
Sambil mengambil barang bawaan Tarida aku sempat mencomot buah dadanya.
“Mang.. nanti diliat orang..” Tarida buru-buru menepiskan tanganku. “Feilinnnn…. Niaaaaa… Ayo cepat.. gerimisnya makin gede” Aku memanggil Feilin dan Nia.
Feilin dan Nia berlari kecil menghampiriku “Hu.. uh.. Mang Dhani, masa Tarida doang yang dibawain…” Feilin dan Nia merengut manja.
“Ya sudah, ayo sini biar mang Dhani yang bawain…” Aku mengulurkan tanganku mengambil barang bawaan Mereka.
“Tapiii…, kalian juga tolong bawain yang mang Dhani ya.”
“Bawain apa mang ?” Feilin kebingungan, Nia dan Tarida saling berpandangan kemudian menatapku keheranan.
“Ini yang diselangkangan berat bawanya he he he” aku terkekeh-kekeh. “Abisnya kegedean sihhhhhh…..” Tarida seperti sengaja merapatkan pantatnya keselangkanganku.
Sontak saja kemaluanku membesar tanpa dapat dibendung,
“Ha ha ha.. duhhh kasian.. masih dikurung ya.? Dasar !!! Sosis Raksasa he he he” Nia dan Feilin tertawa lepas kemudian membelai-belai bagian celanaku yang menggembung.

Dari kejauhan terdengar suara mesin mobil yang semakin mendekat, ketiga gadisku menghentikan aksinya,aku mengikuti langkah mereka dari belakang sambil menatap buah pantat mereka yang bergoyang-goyang, menggodaku dari balik seragam sekolah yang mereka kenakan. Sudah 7 minggu lebih aku puasa lahir & batin, menunggu dan menunggu sampai ketiga gadisku pulih, tampaknya kondisi mereka kini sudah fit, aku menelan ludah membayangkan persetubuhan yang nikmat, lubang Vagina yang seret dan sempit, tubuh yang halus dan mulus !! OO YEAHHH!!!!
“Mangggg Dhani kesini…mau kemana he he he?”
“Lohhhhhhh koqqqqqq, malah lurus sih… ?”
Aku tersentak celingukan sambil menolehkan kepalaku kebelakang ,
Aduh !! malu rasanya ketika mereka menatapku dengan tatapan mata yang nakal
“Mmmm Abiss gelappp sih rumahnya…. ” aku mencari-cari alasan.
Tapi sepertinya mereka tahu apa yang kupikirkan, pikiran-pikiranku yang ngeres.
“Emm itu…nya kalian, sudah baik-baik saja kan?” Aku kesulitan mengemukakan isi hatiku.

“He he he… pasti mang Dhani udah kepengen ya ?masak rumah feilin sampe kelewat sih ? pasti gara-gara Mang Dhani mikirin yang ngeres-ngeres he he he” Feilin tersenyum kecil, sikucing liar Feilin menebak pikiranku.dengan tepat.
“Lohhhh ? koq tahu..?”Aku balik bertanya.
“Tuhhhh ! yang dibawah udah teriak-teriak…” Tarida menunjuk kearah celanaku yang menggembung.
“Sebenarnya, dari kemaren-kemaren juga udah ngak apa-apa sih…. Kami Cuma pengen godain mang Dhani” Nia akhirnya membuka rahasia mereka bertiga.
Aku buru-buru menggiring Tarida, Nia, dan Feilin. “Uhhh… Achhhh manggg” “Jangan ahhh, manggg akhhh” “Enakkkkkk Ouchhh”
Ketiga gadisku mendesah manja menggodaku kemudian setelah membuka pintu pagar, mereka berlari-lari kecil kedalam rumah. Aku buru – buru mengikuti ketiga gadisku, , setengah berlari aku mengejar mereka bertiga.
“Tunggu.. he he he”.
           
Dihadapanku, berdiri tiga gadis Chinese yang cantik, mulus dan mungil, mereka menggerak-gerakkan tubuh mereka dengan manja, kupeluk mereka bertiga , ciumanku mendarat kesana kemari.
“Hii… hii hii geli mangg stoppp” “Ahhhh… manggggg” “Awww… ha ha ha ha”para gadisku terkekeh-kekeh kegelian.
Lagi asik-asiknya aku menciumi mereka, tubuhku didorong dengan lembut. “Bentar mang, kami mandi dulu ya…” Nia mendorong dadaku.
“Ngak usah… kalian udah wangi koq..” Aku menelan ludah tidak sabaran. “Sabar mang Dhani sayanggg…,  mang Dhani juga harus mandi ya.., supaya bersih” Feilin menuntunku kekamar mandi, Tarida mengambilkan handuk untukku. Dengan terburu-buru aku mandi, setelah mengeringkan rambut dan tubuhku, aku keluar dari kamar mandi tanpa selembar benangpun yang menutupi tubuhku. Aku keluar mencari-cari makananku yang hangat dan nikmat. Telingaku mendengar bunyi – bunyi aneh dari kamar mandi lain tidak jauh dari tempatku, bunyi airkah itu ? sepertinya bukan…. Aku mendekati kamar mandi yang mengeluarkan suara aneh itu, Terdengar suara – suara rintihan kecil didalamnya.
“Tarida… Niaaaa… Feilinnnn… ayo buka manis…Tok… Tokkkk Tokkkkk”aku mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi. Berkali-kali aku mengetuk pintu itu , berulang kali aku memohon agar mereka yang didalam mau membukakan pintu untukku, sebuah pintu menuju kenikmatan.

Akhirnya terdengar bunyi “Klikk” kemudian pintu kamar mandi itu terbuka lebar, wajah Nia terlihat sexy dengan rambutnya yang basah. Feilin sedang duduk dipinggiran bak mandi dan Tarida sedang asik memeluk tubuh Feilin. Mereka bertiga terkekeh-kekeh nakal, memandangi selangkanganku. Aku menyergap dan mengangkat tubuh Nia sampai ia terpekik kaget, bibirku menyumpal bibirnya, Nia mengalungkan kedua kakinya kepinggangku, sedangkan aku mencengkram buah pantatnnya agar tubuh Nia tidak terjatuh. “Mmmm… Mmmmmmm” Bibirku dan bibir Nia Saling melumat, Aku menarik wajahku, kupandangi wajah Nia yang berada dekat sekali dengan wajahku. Nia membuka mulutnya, lidahnya terjulur keluar, aku tersenyum, kuemut-emut lidah Nia , lidahku dan lidah Nia terjulur saling mengait dan saling menghisap lidah. Bibir kami kembali bertautan, lidahku terjulur kedalam mulutnya, hisapan dan emutan mulutku semakin kuat “Hmmm Mhhhhhhh… Mhhhhh…nnnnnnhhhhh..”aku meremas buah pantatnya, aku berusaha memasukkan kemaluanku dalam posisi berdiri, Nia menggerak-gerakkan pinggulnya berusaha membantuku.
“Ahhhh Susahhh manggg….” Nia mendesah, ketika kemaluanku terpeleset untuk yang kesekiankalinya.

Feilin dan Tarida menghampiriku yang sedang asik berusaha memasukkan kemaluanku dalam posisi berdiri. Tarida membantu mengangkat pantat Nia sedangkan Feilin membimbing kemaluanku menuju lubang Vagina Nia yang kecil dan sempit. “Henngghhhh………… ” wajah Nia terangkat menatap langit-langit, ketika kepala kemaluanku mendesak lubang Vaginanya. “Slepppp……….Ouchhhh”
Dengan susah payah kepala kemaluanku menggeliat memasuki lubang sempit diselangkangan Nia, semakin dalam dan dalam. Aku mulai mengayunkan kemaluanku, kedua paha Nia semakin kuat menjepit pinggangku. “Ahhhh…oww, manggg enakkkk…mmmmhh mmhh” kuciumi bibir Nia dan kulumat -lumat dengan kasar, aku semakin kuat dan cepat menusuk-nusukkan kemaluanku.  
“Whowwwww….” “Uchhhhhh….” hampir bersamaan suara itu terdengar dari mulut Feilin dan Tarida.
“Cleppp… cleppppp Pleppppp… clopppppp…” Suara-suara becek semakin keras terdengar, wangi sabun mulai tercampur dengan harumnya cairan vagina Nia.
“Ahhhhhh… Akkkkkk Crrrtttt.. Crttttttt” Kedua kaki Nia menjepit pinggangku dengan kuat, pinggangnya melenting kebelakang, denyutan-denyutan kuat seakan – akan sedang memeras Cairan Nia yang harumnya mirip wangi daun pandan.

Perlahan-lahan aku menurunkan tubuh Nia, Feilin mengambil posisi berdiri menungging disisi bak mandi, kedua tangannya bertumpu pada pinggiran bak mandi, aku mendekati buah pantat Feilin, kuarahkan kepala kemaluanku menekan-nekan lubang anus Feilin, berkali-kali kusentak-sentakkan kepala kemaluanku untuk memaksa memasuki lubang anus Feilin yang mulai melebar dan…
“Ha akkkkkhhh… Uhhhh Mang Dhani…., aw!!!”Feilin terdorong kedepan, ia menjerit keras ketika aku berhasil menjebloskan kepala kemaluanku dengan satu sentakan yang sangat kuat, untuk beberapa saat aku membiarkan Feilin membiasakan diri.
Tarida mengambil posisi Duduk dipinggiran Bak Mandi, tepat disebelah Feilin yang sedang berdiri dengan sedikit menungging, Nia perlahan-lahan berlutut diantara selangkangan Tarida. “Ohhhh Nia… Enakk Banget…… akhssss kamu tambah pinter dehhhh… “Tarida memuji Nia yang asik mengemut-ngemut dan menjilati selangkangannya.
Tarida merintih manja, ketika Feilin mengelus payudaranya
“Ihhhh Susunya tambah bulet….hi hi hi” Feilin cekikikan, Pinggulnya bergoyang-goyang sehingga membuat tensi birahiku naik dan dengan satu sentakan kuat aku menjebloskan kemaluanku kelubang anusnya.
“Achhhh owwwwww…. Mmmm Mmmmhhhh” kini giliran Feilin yang merintih-rintih ketika aku memacu kemaluanku merojok-rojok lubang anusnya. “Plkkkk… Plllkkkkk… plokkkkk….” Terdengar bunyi mesra buah pantat Feilin beradu dengan daerah selangkanganku.

Tubuhnya tersentak-sentak dengan kuat dan semakin kuat seiring dengan semakin tingginya tensi birahiku, tanganku merayap keselangkangan Feilin mencari-cari daging kecil sebesar “kacang tanah yang mungil” jariku bergerak dengan lincah menggesek dan menekan-nekan daging mungil diselangkangannya. Setelah melalui sebuah perjalanan yang menyenangkan tiba-tiba “Aaaaa… Aaaaaaa Aaaaannhhhhh…Enggghhh Owww Ccrrtttt Crrtttttt” semburan hangat menyembur dari lubang Vagina Feilin, tubuhnya meliuk dalam satu gerakan indah , sensual dan erotic.
“Manggg Dhani, aku mauuuuu….” Tarida merengek manja, ia hendak turun dari bak mandi namun………………………..
“Awwwww…..Plesetttt Byurrrrrrrrr Haeeeepppp.. Glk.. Uhukk Uhukk” Tarida terpeleset dan terjungkal kedalam bak mandi.. Feilin dan Nia saling berpandangan kemudian terkekeh-kekeh , menertawakan Tarida yang terjungkal kedalam bak mandi.
“Ha ha ha ha ha…. Sini… manisssss” Aku mengangkat tubuhnya yang mungil dari dalam bak mandi. “Uhhh Dinginnnn… “Tubuh Tarida menggigil kedinginan, aku segera memeluk tubuhnya dari belakang sambil berbisik dibelakang telingannya
“Gimana, sudah hangat ?” dengan erat aku memeluk tubuhnya dan mengusap-ngusap buah dada Tarida.
Tarida tersenyum malu , ia mengangguk pelan ketika aku tambah erat memeluk tubuhnya. Aku menciumi lehernya terus merayap kepundaknya, kedua tanganku terus meremas-remas payudaranya yang semakin kenyal dan keras.

Berkali-kali tubuh Tarida menggelinjang -gelinjang kegelian, desahan dan rintihannya bertambah manja, kemudian Tarida menggeliat berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukanku, tapi mana mau aku melepaskan tubuh mungilnya yang halus dan mulus.
“He he he mangg dhani.. ha ha ha ha ha.. geli, Haa kkhh Sssstttttt uhhhhhh ” Tarida kegelian ketika aku memelintir-melintir putting susunya. Aku semakin rakus menciumi Tarida dan mengendus-ngendus tubuhnya yang harum. Nia bersujud disebelah kanan dan menarik kemaluanku, lidah Nia menari-nari melingkari kepala kemaluanku, diciuminya kemudian diemut-emutnya kepala kemaluanku yang bentuknya seperti Helm, Feilin bersujud disebelah kiri dan mengelus-ngelus buah pelirku, Tangannnya yang halus sesekali meremas buah pelirku. Tarida membalikkan tubuhnya kemudian menarik kepalaku kearah buah dadanya, aku menyusu didada Tarida, mulutku melahap buah dadanya yang ranum dengan rakus.
Mulutku mengemut payudara Tarida Bagaikan bayi raksasa  kelaparan yang sedang menyusu
“Mang Dhani aku mau coba yang seperti Nia tadi… Ayooo manggg.. Dhaniiiiii….” Tarida merengek manja, ia mengalungkan kedua tangannya keleherku.

Aku merendahkan kemaluanku, Tarida membantu dengan mengangkangkan kedua kakinya kemudian dengan susah payah kemaluanku menerobos lubang Tarida yang sempit, kutenggelamkan kemaluanku sampai amblas secara sempurna. Tanganku meraih kedua buah pantat Tarida, kuangkat tubuh mungil Tarida, kedua kaki Tarida langsung mengait pinggangku, jepitan pahanya yang mulus terasa sangat halus ketika bergesekan dengan pinggangku, kedua tangannya melingkar dileherku. Aku mulai menyentak-nyentakkan kemaluanku dengan lembut, perlahan-lahan kupercepat dan semakin cepat. ” Ahhhh… Mmmhnn Nnngggggg… “Tarida merintih-rintih, terkadang-kadang matanya terpejam rapat-rapat menikmati sodokan-sodokanku yang liar.
“Ahhh Aaaaa Awwww.. Crrrtttt.. Crrrttttt” Tarida merangkulku erat-erat ketika menahan badai kenikmatan yang melanda lubang vaginanya, tubuhnya menggelepar ketika berkali-kali vaginanya menyemprotkan cairan kental yang terasa hangat, sangat hangat !!
“Hatt-chii!” Feilin tiba-tiba bersin,aku tersenyum,
Setelah aku menurunkan tubuh Tarida aku menggiring ketiga gadisku kedalam kamar. Aku tidak mau mereka sampai masuk angin, kedinginan, lebih baik aku menggarap mereka didalam kamar, sungguh tidak kusangka kalau ketiga gadisku semakin nakal, liar, manja dan menggemaskan, kuambil handuk berwarna Coklat muda dan kukeringkan tubuh mereka dengan handuk.

“Nahhhh sudah….” aku menepuk pantat Nia dengan lembut.
 Feilin dan Tarida mendorong dan mendudukkanku diranjang, aku duduk sambil mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar seakan-akan sedang memamerkan kemaluanku yang panjangnya 19,4 cm. Nia, Tarida dan Feilin berjajar dihadapanku, tubuh mereka meliuk-liuk dengan indahnya, mataku melotot melihat mereka sedang menari erotis. Ahhh sulit untuk kuungkapkan dengan kata-kata, tubuh mereka yang mulus dan halus, bergerak dengan indahnya, tarian erotis yang disuguhkan oleh ketiga gadisku membuat kemaluanku semakin keras dan tegang. Aku bangkit berdiri Feilin kusuruh menungging ditengah ranjang, Nia kusuruh menungging diatas Feilin dan Tarida menungging diatas Nia. Kini dihadapanku tersusun buah pantat bertingkat tiga, mulus, halus bulat dan padat. Hotel tiga tingkat bertingkat berbintang lima…!! Ehh? Hmmm kayanya sih, lebih cocok tiga tingkat buah Pantat berbintang lima..ya ?  ^^
Kutusukkan jari kiriku kelubang vagina Feilin, kemudian Jari kananku perlahan-lahan memasuki lubang vagina Nia, kujulurkan lidahku menjilati vagina Tarida dari belakang sambil menggerak-gerakan jari-jari tanganku keluar masuk vagina Feilin dan Nia. Kini didalam ruangan kamar itu terdengar paduan suara dari tiga orang gadis Chinese yang cantik dan mulus, rintihan-rintihan kecil saling menyambung menciptakan sebuah melody birahi yang terdengar merdu bak buluh perindu. Cukup lama juga aku memainkan lubang-lubang sempit mereka bertiga, kugeser posisiku, kuarahkan kemaluanku pada tingkat pertama, vagina Feilin yang berwarna merah muda.

Satu tusukan yang kuat membuat Feilin menjerit kecil, selanjutnya tubuh Feilin terdorong maju mundur dengan kuat, tanganku sibuk memainkan Buah pantat Tarida ditingkat tiga dan mengelus-ngelus Paha Nia di tingkat dua, aku terus melakukan tusukan-tusukan gencar dilubang Vagina Feilin sampai pada satu waktu
“Achhhh Crrrrr… Crrrrrrrrrr” Feilin terengah-engah , cairan vaginanya menyemprot bagaikan gelombang disamudra birahi. Kuarahkan kemaluanku kini ketingkat dua, vagina Nia, Nia merintih lirih ketika tusukanku membuat tubuhnya terguncang-guncang, hmm biasanya sih Nia cepat keluar tapi kali ini tidak, rupanya Nia sudah banyak kemajuan, kupercepat irama sodokanku.
“Ahhhh.. Aaaaaaa… Aaaaaaaaaacchhhhh” lumayan lama juga aku berusaha menundukkan Nia, sampai akhirnya tubuh Nia mengejang “Akhhh..Aaaaaaaa… Crrrrr Kecrrrtt ” tertumpahlah cairan hangat dari dalam vagina Nia. Kucabut kemaluanku dan kulanjutkan ketingkat tiga , lubang vagina Tarida.

Karena terlalu bernafsu beberapa kali kemaluanku terpeleset ketika berusaha memasuki lubang kecil diselangkangan Tarida. “He enngggg… ahhh ahhhhhhh” tubuh Tarida terdorong kedepan ketika satu tusukan yang kuat menghantam lubang vaginanya, Tarida menoleh kebelakang, kuemut bibirnya dari belakang, jempolku menekan-nekan lubang anusnya ,Tarida tampak resah rupanya nafsu birahinya sudah memuncak, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk merobohkannya.
“Crrrrr… Crrrrrrrr Oahhhhhhhh” Tarida menggelepar-gelepar , tusukan-tusukanku semakin gencar “Argggggg….. Kecrotttt….. Kecrotttt… Crootttttttttttttttt” Air maniku muncrat, aku ambruk menindih tubuh Tarida.
“Mampus aku, manggg Dhani heggkhhhh….” Feilin yang berada dibawah mengeluh menahan berat badan kami bertiga, aku buru-buru bangkit, Tarida dan Nia segera menggeser tubuh mereka.
Feilin membalikkan tubuhnya, Tarida dan Nia berbaring kelelahan disisi sahabatnya. Mata ketiga gadisku terpejam rapat, mereka kecapaian setelah kugenjot dengan liar dan brutal, kuselimbuti tubuh mereka bertiga , kukecup lembut bibir ketiga gadisku yang kini tertidur pulas., kubaringkan tubuhku, tidak berapa lama akupun jatuh tertidur.

Pada pagi hari jam 6.11, aku sedang duduk-duduk santai diruang tamu, aku menoleh mendengar suara pintu kamar terbuka, Nia keluar dari dalam kamar.
“Hoaammm… manggg Dhani…lagi ngapain ” Nia merentangkan kedua tangannya keatas. Tampaknya Nia masih mengantuk, ia berjalan menghampiriku. Putting susu Nia tercetak jelas dari balik piyama tipis ,berwarna biru muda yang dikenakannya. Kutarik tubuh Nia agar duduk dipangkuanku, ia menggeliat kegelian ketika aku menciumi lehernya.
“Hi hi hi.. mang dhani, aduhhh, ihhhh tititnya nusuk…” Nia terkekeh-kekeh merasakan kemaluanku bangkit begitu bersentuhan dengan pahanya. Tanganku bergerak dengan lincah , kulepaskan baju piyama berwarna biru muda, kubuang jauh-jauh.
“Nia kamu ngak pake bh…”kataku sambil mengelus bagian bawah payudara Nia.
“Emang enggak.. pake , kan aku mau nyusuin mang Dhani supaya sehat, sini mang Minum Susu dulu he he he” Nia menarik kepalaku sambil menyodorkan buah dadanya. Nia memekik kecil ketika aku dengan rakus menetek disusunya. Tanganku menarik celana piyama Nia, Nia tersenyum duduk dipangkuanku. Kutusukkan jari telunjukku kelubang Nia, bibir Vagina Nia menjepit kuat-kuat jari telunjukku, rasanya sempit banget, hangat dan basah. Nia Turun dari pangkuanku, ditariknya turun resleting celanaku, kemudian Nia menarik celana panjang yang kukenakan, aku membantunya dengan menggeser-geserkan pinggulku.

Mata Nia berbinar-binar melihat sesuatu yang menggembung dibalik celana dalam yang kukenakan, dielusnya permukaan celana dalamku kemudian diremasnya dengan lembut, Nia tersenyum sambil terus menggoda isi celana dalamku. Tangan Nia menyelinap kebalik celana dalamku dan menarik keluar kemaluanku, lidah Nia menggelitik kepala kemaluanku. , lidahnya bergerak melingkar-lingkar dikepala kemaluanku. Nia membuka mulutnya lebar-lebar kemudian dimasukkannya kepala kemaluanku kedalam mulutnya. “Mmmm… Mmm” suara mulutnya yang sedang asik mengemut kepala kemaluanku, “Auhh..!!!” Aku tersentak kaget merasakan gigitan-gigitan kecil dikepala kemaluanku. Kedua tangannya dengan lincah mengocok-ngocok kemaluanku, sesekali mulutnya menciumi batang kemaluanku.
Ahh !!! aku kembali tersentak kaget ketika Nia dengan nakalnya menggigit batang kemaluanku, “he he he “Nia terkekeh-kekeh, Nia memasukkan kepala kemaluanku kedalam Mulutnya, lidahnya bergerak memutari kepala kemaluanku, Aku tersenyum sambil membelai-belai kepala Nia, Nia-ku yang sexy semakin pandai, sesekali aku meringis ketika Nia menggigit-gigit kepala kemaluanku dengan gemas.
“Ahhhhh… ja.. jangannn digigit gitu sayanggg Ouhhhhh… waduhhhh” Aku menahan kepalanya,  Nia menengok keatas memandangi wajahku, aku menundukkan wajahku, sambil menarik wajah Nia, kulumat bibirnya yang mungil.

Nia menarik bibirnya dari bibirku, ia tertawa kecil dan memandangiku dengan tatapan matanya yang nakal. Nia menekan bahuku agar aku bersandar kebelakang, ia berusaha menunggangiku. Pinggulnya menekan turun , sedangkan tangan kanannya mengarahkan kepala kemaluanku ke lubang vaginanya. “Ennhh…sllleepphhh” perlahan-lahan kepala kemaluanku mulai memasuki lubang vagina Nia, aku membantu menekan pingul Nia agar kemaluanku semakin dalam memasuki lorong sempit diselangkangannya, untuk sesaat Nia berusaha mengendalikan diri menerima kemaluanku yang besar diselangkangannya, wajahnya bersemu merah ketika tatapan mata kami saling beradu pandang. Nia mencoba mengangkat pinggulnya kemudian digerakkannya pinggulnya turun , gerakan itu dilakukan berulang kali, Nia mendesah dan merintih-rintih sambil terus memainkan pinggulnya Naik turun. Aku menggeser pinggulku agar dapat bergerak dengan lebih leluasa, kini aku mulai memacu kemaluanku keatas, kusentakkan berkali-kali sampai bunyi-bunyi becek terdengar dari kemaluan kami yang sedang berjuang meraih kenikmatan.
“Clepp Cleppp cllppp Cleppp Cleppp… Clepppp” , dipagi hari yang indah ini kembali terjadi saling serang menyerang antara kemaluanku dengan vagina Nia, jika aku menusukkan kemaluanku keatas Nia segera menyambutnya dengan goyangan pinggulnya,tubuhnya meliuk-liuk dengan indah sehingga tensi birahiku semakin tinggi, lumayan lama kami bertarung 
“Uhhhhh mang Dhani!!” Nia roboh dalam pelukanku, lubang vaginanya  memuntahkan cairan kental berwarna bening. Aku memeluk dan mengusap-ngusap punggungnya, aku belum merasa puas, kemudian sambil menyentak-nyentakkan kemaluanku keatas, kuremas dan kubelai lembut buah pantat Nia yang bulat dan padat, kupercepat irama tusukanku, Nia meringis-ringis keenakan, tubuhnya menggelepar-gelepar lembut dalam pelukanku.

Satu perjalanan yang panjang, akhirnya kembali membuahkan hasil yang memuaskan “Annnhhh Srrrtttttt… Rrrrtttt” Nia kembali terkulai untuk yang kedua kalinya, empat kali aku merobohkan Nia , tubuhnya bersimbah keringat ,pertarungan sengit selama 1 jam 45 menit membuat Nia terkulai kecapaian, ia  beristirahat diatas tubuhku.
“Nia lapar manggg….kita beli nasi padang yukk..”Nia mengalungkan kedua tangannya keleherku dengan manja, kemudian Nia turun dari tubuhku, tangannya membasuh lelehan air mani yang meleleh kesela-sela pahanya. Aku bangkit dan kembali berpakaian, Nia masuk kedalam kamar , tidak berapa lama ia sudah berpakaian, seksi banget, baju kaos ketat warna abu muda dan celana jeans pendek menutupi tubuhnya.
“Feilin sama Tarida sudah bangun ?” aku bertanya.
“Ngak, belum, he he he kecapaian, habisnya kemaren malam terus digenjot mang Dhani Sihhhh….” Nia terkekeh-kekeh menyindirku.
Aku tersenyum , mengakui, karena kemarin malam Feilin dan Tarida minta tambah beberapa ronde lagi, aku menggarap Tarida dan Feilin sampai mereka terkulai tanpa daya. Aku mencoba menyalakan mobil yang biasa kugunakan untuk mengantar ketiga gadisku kesekolah, waduh kenapa nih , sepertinya mogok deh..!!!
Nia menyarankan agar kami berjalan kaki saja. Sinar matahari pagi terasa hangat menerpa tubuh kami berdua, aku menuruti keinginan Nia yang katanya sambil berolah raga jalan pagi, aku berjalan agak jauh dibelakang Nia , agar orang-orang tidak curiga, kami menunggu angkutan kota setelah kelelahan berjalan kaki.

Akhirnya sampai juga kami kewarung nasi favorite ketiga gadisku yang letaknya agak jauh dari kompleks perumahan elite itu (+/- 40 menitan , naik angkot), Nia memesan empat bungkus nasi padang lengkap dengan lauk pauknya, wajah Nia tampak berseri-seri ketika menerima pesanannya. Pada saat perjalanan pulang, disebuah tempat yang sepi, sebuah mobil BMW meluncur melewati kami, wajah Nia mendadak pucat, mulutnya menceracau tidak karuan, jari telunjuknya menunjuk mobil BMW itu.
“Nia…!! Kamu kenapa ? Heiii” Aku menggguncang-guncangkan tubuhnya. Nia seperti tersentak kaget, Nia menjelaskan secara singkat apa saja yang harus mereka alami demi membebaskanku, Pelecehan, dan akhirnya pemerkosaan – pemerkosaan yang sangat brutal,dan kini otak pelakunya tengah menuju rumah Feilin.
 ”Manggg Ayoo!!! Kita harus menolong Tarida sama Feilin mangggg… hhk hhhkk”mata Nia berlinangan air mata, aku buru-buru mengikuti  Nia yang berlari-lari sekuat tenaga. “Hosssshhh. Hossshhhh aduhhh mangg… hhhh hhh”Nia kecapaian, sepertinya olah raga kecil yang kami lakukan dirumah sudah terlalu banyak menyita tenaganya.
“Nia.. Aku duluan..”
Nia mengangguk. “Iya manggg cepat selamatkan Tarida dan Feilin Hosh Hhh”

***************************

Feilin dan Tarida baru saja selesai mandi, mereka mengeluarkan sebuah kotak kardus yang nampaknya masih baru, dibukanya kardus itu dari dalamnya dikeluarkan beberapa pasang celana dalam model G-String yang sengaja mereka pesan lengkap dengan stocking berwarna lembut. Tarida dan Feilin memakai accesoris baru mereka untuk menggoda Dhani. Mereka tersenyum begitu mendengar suara pintu rumah dibuka seseorang, sambil mengendap-ngendap mereka menuju pintu kamar dan “Hiattttttt….aww” Tarida dan Feilin melompat dari dalam pintu kamar yang tiba-tiba terbuka, wajah mereka mendadak pucat pasi melihat sesosok tubuh berlemak yang sudah sangat mereka kenal
“Ha ha ha ha ternyata kalian sudah bersiap-siap menyambutku.. he he he” Sigemuk mengacung-ngacungkan sebuah dompet dan kunci milik Feilin yang dahulu sempat tertinggal.
Feilin dan Tarida ketakutan, bagaikan dikomado mereka segera meloncat masuk kembali kedalam kamar. Namun sebelum mereka berdua hendak menutup pintu kamar tangan Si gemuk dengan tangkas menahan pintu itu, terjadilah aksi dorong mendorong yang cukup seru, namun apalah artinya tenaga dua orang gadis mungil seperti mereka dibandingkan dengan tenaga sigemuk. “Brakkkk…!!!”
“Owww” “Aduhhhh” Satu terjangan yang kuat dari luar membuat Feilin dan Tarida terjengkang. Sosok gemuk berlemak dan bertampang sangar itu melangkah masuk kekamar, ditutupnya pintu kamar itu.

Sementara itu….
——————————————————————————–
Didalam angkutan kota aku gelisah, belum lagi jurus sakti angkot yang membuat aku dan para penumpang mati kutu ( red : jurus ngetem !!! mampus dah !!) , sebuah semboyan tertulis dikaca “Anda butuh waktu, kami butuh uang”. Aku semakin stress dan gelisah, ditambah lagi suasana kendaraan dijalanan yang mulai ramai berdesakan, sepertinya mulai macet total.

Sigemuk menutup pintu dibelakang tubuhnya, matanya memandangi Tarida dan Feilin yang hanya mengenakan celana dalam model Gstring, Stocking, dan kaos seksi yang minim dan ketat, bulatan buah dada kedua gadis itu tergambar dengan jelas, begitu menggoda dari balik kain kaos yang ketat dan tipis.
“Ha ha ha seksi.!!. cantik..!! cantik sekali!!! he he he”Sigemuk memuji Tarida dan Feilin, kedua gadis itu menyilangkan tangannya dibagian-bagian tubuh mereka yang sensitive. “Awww…. Lepasss… tidakkk” Tarida meronta-ronta ketika sigemuk menerkamnya, bibir sigemuk menciumi leher Tarida, Feilin berusaha menolong Tarida,
Sigemuk mengeram merasa terganggu, satu dorongan yang kuat membuat Feilin terpental dan terpelanting
“Dukkkkk… Aaaduhh… Ohhhhhhhhhhhh” kepala Feilin terbentur tembok, tubuhnya mendadak lemas, pandangan matanya berkunang-kunang.
“Fei… Feilinnn…”Tarida mengkhawatirkan kondisi Feilin yang terkapar dilantai. Sigemuk mendorong tubuh Tarida keatas ranjang, kemudian tubuh gemuk dan berlemak itu menindih tubuhnya.
“Hm..eeemm..mmm” bibir Tarida dilumat oleh sigemuk, air mata mulai mengalir dari sudut mata Tarida. Si gemuk terkekeh-kekeh. Tangannya menarik kaos minim yang dikenakan Tarida keatas, tersembullah buah dada Tarida. Tarida memekik kecil ketika sigemuk melahap payudaranya. Lidah sigemuk mengait-ngait putting susu Tarida, dijilati dan diemut-emutnya puncak bukit milik gadis itu. Tangan sigemuk menarik simpul celana dalam Tarida, Tubuh Tarida yang mungil diteduhi oleh tubuh gemuk berlemak , sigemuk menyentakkan kemaluannya dan  ”Ahhhh.. Ahhhhh… “tubuh Tarida tertekan-tekan dengan kuat ketika sigemuk memperkosanya dengan liar dan brutal.

Kedua tangan Tarida berusaha menahan gerakan pinggul sigemuk, segemuk mendengus kesal, dengan kasar sigemuk menepiskan kedua tangan Tarida dipinggulnya, diremas-remasnya payudara Tarida kuat-kuat
“Ahh auhhh….sakittt aowwww”Tarida kesakitan, air mata mengalir semakin deras dari mata Tarida yang sipit, buah dada Tarida tampak memar kemerahan ketika tangan sigemuk melepaskan buah dada Tarida, jari tangan sigemuk memelintir-melintir dan menarik-narik putting susu Tarida, sesekali dengan gemas sigemuk mencubit payudara Tarida sehingga Tarida memekik kesakitan, tangannya yang mungil berusaha mendorong-dorong tubuh gembrot yang terkekeh-kekeh keenakan, tangan mungil Tarida berkali-kali menepiskan tangan sigemuk, tubuhnya meronta-ronta.
“Duh Tarida, gemes gua ama susu lu… gimana ? enak ngak gua entot…He He He… pasti lu rindu ama gua”sigemuk semakin kasar menghujamkan batang kemaluannya. “Aaaa Ouhhhhh… Crrrt… Crrrrrrr” tangisan Tarida tertahan ketika cairan kenikmatan itu tiba-tiba saja meledak tanpa kompromi.
“He he he… bucat juga lu akhirnya…”sigemuk cengengesan. Ditariknya tubuh Tarida agar berdiri, tangan mungil Tarida memukul-mukul sigemuk yang terkekeh-kekeh.

Si gemuk tibat-tiba mengigit bahu Tarida sampai Tarida memekik kesakitan
dengan kasar dibalikkannya tubuh Tarida, diciuminya Tarida dari belakang , tangan sigemuk merayap menggenggam payudara Tarida, Tarida terus melakukan perlawanan berusaha melepaskan diri dari pelukan si gemuk, dari belakang sigemuk kembali meremas kuat-kuat payudara Tarida sampai Tarida memekik kesakitan.
“kalo lu ngak nurut gua bisa bikin lebih sakit!!!”si gemuk menjambak rambut Tarida dari belakang, sebuah ancaman dari sigemuk membuat perlawanan Tarida surut.
Kedua Tangan sigemuk mencengkram pinggul Tarida, sebuah tusukan kasar sigemuk membuat tubuh Tarida tersentak kedepan.
“Plookkk plokkkk plokkkk” suara itu terdengar semakin nyaring ketika sigemuk mulai memaju mundurkan batang kemaluannya.
Isakan tangis terdengar Tarida tersendat-sendat, sigemuk tampak asik terus memompa sambil sesekali memutar-mutarkan batang kemaluannya dengan liar didalam vagina gadis itu, isakan Tarida bagaikan sebuah harmony yang menambah tinggi nafsu birahi sigemuk.
“Nnnnggg…hhnnhhh…aaakkhh!” Tarida menjerit kecil merasakan kenikmatan itu melanda tubuhnya sekali lagi. Si gemuk mendudukkan Tarida dipinggiran ranjang, kedua tangannya mengangkangkan kaki Tarida lebar-lebar dan “Jrebbb… Awww… Ahhhh” kedua tangan Tarida bertumpu ke belakang, sigemuk menggenjot lubang vagina Tarida sekuat tenaga sehingga tubuh Tarida tersentak-sentak mengikuti irama sodokan sigemuk. “Aduhh Ahhhhhhhhhh crrrr.. Kcccrrtt….” Tubuh Tarida ambruk kebelakang, sigemuk mencabut kemaluannya.  

Puas memperkosa Tarida sigemuk menghampiri Feilin yang masih terkapar diatas lantai, diraihnya tubuh Feilin, Feilin melawan, beberapa cakaran mendarat di pipinya, sikucing liar Feilin tidak mempedulikan ancaman sigemuk. Si gemuk memiting kedua tangan Feilin kebelakang dan dengan ikat pinggang diikatnya kuat-kuat kedua tangan Feilin sampai Feilin kesakitan.
“Achhh…Awwww” Feilin menjerit kesakitan ketika sigemuk meremas buah pantatnya kuat-kuat, kemudian dengan kasar sigemuk menyodomi Feilin. Tangan kanan sigemuk menjambak rambut Feilin sampai wajahnya terangkat keatas, sedangkan tangan kiri si gemuk meremas-remas buah dada Feilin dengan kasar dan brutal.
“Ahhhh… Tol Toloonggg.. awww sakittttt” Feilin tidak sanggup menahan rasa sakit didadanya, Feilin semakin keras terisak-isak menangis. Dengan kasar dibalikkannya tubuh Feilin kemudian sigemuk menjejalkan kemaluannya kelubang vagina Feilin, Satu tusukan yang kuat dari sigemuk terpeleset dan menggesek clitoris Feilin, tubuh Feilin menggelinjang kegelian, sigemuk kembali menusuk kemaluan Feilin dan “Akhhhh… Crepppp” selanjutnya tubuh Feiiln terguncang-guncang dengan kuat. Sigemuk tidak mempedulikan Feilin yang meringis dan terisak-isak ketika kemaluan sigemuk mengocok lubang Vaginanya dengan kuat.
Sigemuk kembali menunggingkan tubuh Feilin dan “Aaaaaaaaa!!!” Jeritan Feilin membuat sigemuk semakin bersemangat menyodomi lubang anusnya.

*****************************
Nafasku terengah-engah ketika sampai didepan rumah Feilin yang letaknya agak terpisah dari rumah-rumah mewah lainnya, sebuah mobil BMW terparkir didepan pintu rumah. Aku masuk dan mencari-cari Tarida dan Feilin. Sayup-sayup aku mendengar suara-suara isakan tangis dan suara tawa terkekeh-kekeh, perlahan-lahan kubuka pintu kamar. Darahku mendidih menyaksikan Tarida sambil menangis, duduk dipinggiran ranjang, sedangkan Feilin menangis dalam keadaan terikat sedang disodomi oleh seseorang bertubuh gemuk berlemak.
“Bangsattt!!” Aku menerjang kedalam. Sigemuk kaget dan melepaskan tubuh Feilin. Terjadilah pertarungan sengit didalam kamar, saling pukul , saling dorong, dan saling menerjang. Tinju kananku melayang dalam gerakan yang tidak diduga oleh si gemuk.
“Unnngghhhh… Huaakkkkk Bukkk Bukkkk.. Bukkkkk” beberapakali tinjuku menghantam wajah dan perutnya dengan telak. “Gubrakkkkk…….” Sigemuk terjengkang, “Uuuuhhh Hhhhhhh” Sigemuk hendak bangkit namun tubuhnya segera limbung dan roboh kelantai.
“Sialan.. cuihhh!! gua masukin lagi kepenjara lu!!!”sigemuk meludah kelantai, ludahnya bercampur darah, ia mengancamku
“Bapak yang saya masukin kepenjara!!, karena Bapak sudah memperkosa mereka!!”
“Enak aja…. Mana buktinya !!!”sigemuk ngak mau kalah
“Mereka korban dan saya saksinya !!!”
“Anjing lu…!!!” sigemuk memakiku, dengan tangkas ia menyambar pakaian dinasnya dan melompat keluar kamar.

Aku hendak mengejarnya, namun erangan Feilin membuatku menahan diri, dengan hati-hati aku melepaskan ikatan ditangannya, terlihat memar dipergelangan Tangan Feilin akibat ikatan yang terlalu kuat. Kududukkan tubuh Feilin disebelah tubuh Tarida. Mereka berdua menangis dalam pelukanku, tidak berapa lama Nia datang, ia tampak panik sampai aku menenangkannya, Nia membantu memandikan kedua sahabatnya yang masih shock, habis diperkosa dengan brutal dan liar oleh sigemuk, selama berhari-hari Feilin dan Tarida berdiam diri. Setiap hari aku hanya dapat menghela nafas panjang, aku mengerti bagaimana perasaan mereka , berbagai cara sudah aku lakukan untuk menghibur mereka berdua, namun tampaknya tidak ada satupun yang berhasil.
“Tarida.. Feii, aku mandi dulu ya…”Nia berusaha memecah keheningan. disore hari itu, Tarida dan Feilin hanya mengangguk lemah.
Tidak berapa lama terdengar suara bunyi shower dari kamar mandi, aku menelan ludah membayangkan Nia yang sedang mandi, agak lama barulah Nia keluar dari kamar mandi, uh Nia hanya mengenakan selembar handuk untuk membalut tubuhnya , tangan Nia menjinjing pakaian dan baju dalamnya. “Awww…Bluggg…. “tubuh Nia terpeleset, pakaian dan baju dalamnya terlempar keudara.
“Auhhhhhhh……glekk Heuhhh.!!!” wajahku tertutup sesuatu , tanpa terduga celana dalam Nia terlempar kewajahku sedangkan Bh Nia tersangkut dileherku.
Tarida dan Feilin memandangiku yang masih tergagap-gagap terkena serangan celana dalam dan BH Nia, sebentar kemudian mereka menatap Nia yang terjatuh dalam posisi sedikit mengangkang ,  mendadak mereka berdua tertawa lepas tanpa beban.
“Makanya ati-ati kalo jalan… he he he” Feilin dan Tarida menghampiri Nia dan membantu sahabatnya berdiri, mood Tarida dan Feilin mulai kembali seperti biasanya.
“Aduh.. duh sakit nihhh…” Nia mengusap-ngusap pingulnya.

**************************
Tengah Malam.

Aku mengecupi kening ketiga gadisku yang tertidur pulas sehabis kuhantarkan mereka kelautan birahi yang panas dan bergejolak,perlahan-lahan aku bangkit dari ranjang, Kuletakkan sebuah surat diatas meja belajar yang ada didalam kamar, dengan mengendap-ngendap aku keluar dari dalam kamar dan kututupkan pintu kamar itu. “Tarida… feilin… Nia… mang Dhani pergi dulu…mungkin agak lama hhhh” aku menghela nafas panjang sambil memandangi rumah mewah itu dari luar.
Hari itu sudah genap seminggu aku meninggalkan rumah Feilin ,Aku menceritakan pemerkosaan yang dilakukan oleh sigemuk terhadap Feilin dan Tarida kepada Rhoni
“Mereka… tidak terluka bukan ?” Rhoni mendadak bertanya, ia tampak kuatir dengan ketiga gadisku, terutama Tarida.
“Untungnya Enggak… Hhhh” Aku menghela nafas panjang.
“Aku rindu pada mereka Rhon…”Aku tertunduk lesu.
“Emmmm, kalo gitu besok malam , kita mengunjungi mereka !!! “Rhoni tampak bersemangat.
Rhoni tersenyum senang ketika aku mengangguk, ia menghampiri tubuh seorang laki-laki bernama Doktor ijon kemudian “Plakkk… bukkk bukkkk haduhhhh ampppphunnnn… amphuuuunnnn” Doktor ijon kesakitan ketika Rhoni menjambak rambutnya.
“Sialannnn…!! Enak aja lu maen perkosa…!! Mau Gua penggal tuh isi kolor…!!! Hahhh?!!!” Rhoni membentak.
Nafasnya turun naik karena emosi… ehhhh Emosi maksudnya… he he he h ^ ^.
Beberapa orang yang terikat menjadi sasaran empuk , digampar, dijambak, ditonjok oleh Rhoni.

********************************
Malam Sabtu.. waktunya “Apel dan nempel..”

Rhoni menghentikan mobil tuanya, sekarang kurang lebih jam 7 malam, Aku turun dari mobil, Rhoni mengikutiku dari belakang.
“Dhani…!! Koqq rumahnya gelappp !!!!” Rhoni berbicara dengan nada serius”Ehhhh !!! aku memandangi rumah Feilin yang megah, gelap tanpa penerangan, keningku berkerut
“Mana kuncinya !!! cepattt…..!!!”Rhoni tampak kuatir
Aku buru – buru mengeluarkan kunci rumah dari saku-ku
“Sini…!!” Rhoni menambar kunci yang baru kukeluarkan dari saku celanaku.Dengan terburu-buru aku mengikuti langkah-langkah Rhoni.
“Clikkkkkk”bunyi suara lubang kunci.
Rhoni menerjang melompat masuk kedalam.
“Buk…bukkkkk…. Whadowwww… Dhuengggggggg…!! Gdombranggg!!” Rhoni menjerit kesakitan.
Aku buru-buru menyalakan lampu , dannn… Upsssss !!!!!!
Rhoni yang berbadan besar tengah ditindih oleh ketiga gadisku, Tarida memegang Teflon, Nia memegang katel kecil, sedangkan Feilin memegang tutup panic. Tangan Rhoni berusaha melindungi wajahnya ketika sebuah Teflon ditangan Tarida melesat dengan cepat namun terlambat..!!!
“Bletakkkkk…. Whadowwwwww”, Rhoni Sahabatku terkapar sambil memegangi kepalanya.
“Ehhhh… Nia.. Tarida…. Feilin… jangan..!! dia teman mang Dhani…”Aku berusaha meredakan pertempuran sengit didepanku. Gerakan Tarida , Nia dan Feilin mendadak berhenti ketika mendengar suaraku.

“Manggg Dhaniiii….” Mereka bertiga berhamburan , memeluk tubuhku.
Aku menciumi mereka bertiga, berbagai pertanyaan terlontar dari bibir mungil ketiga gadisku.
“Sebentar….” Aku tersenyum – senyum, menghampiri Rhoni Sahabatku terkapar dilantai, ada benjolan sebesar telur angsa dijidatnya.
“Aduhh… aduhhhh ….”Rhoni memegangi kepalanya, Aku memapahnya agar duduk diatas sofa.
Ketiga gadisku tampak serba salah, Tarida berinisiatif mengambil kotak P3K, “Ini manggg….” Tarida menunduk sambil memberikan obat gosok, wajahnya tidak berani  menatap Rhoni, apalagi melihat telur angsa hasil karyanya dijidat Rhoni. Jam dinding menunjukkan pukul 7.15 malam, ketika aku selesai mengobati Rhoni
“Rhonn… lu tidur dikamar gua aja ya…tuhh dibelakang….”
“Iya… gua tiduran dulu…. Pusing nihhh”Rhoni Bangkit dari duduknya.
Aku tersenyum ,setelah Rhoni berlalu tidak berapa lama ketiga gadisku menarik-narik tanganku kedalam kamar, terjadilah peperangan hebat didalam kamar, sampai akhirnya kami berempat tertidur kecapaian.
“Manggg…. Manggg Dhaniii….” Aku membuka mataku , rupanya Tarida membangunkanku.
“kenapa maniss… Mmmhhh…”Aku memeluk tubuhnya yang masih telanjang.
“Manggg…temenin yuk.. Tarida mau pipisss Takuttt….” wajah tarida tampak imut, lucu banget deh.

Aku bangkit dan tersenyum, dengan terburu-buru Tarida membalutkan kain tipis mirip kimono ditubuhnya. Tarida memegangi tanganku erat-erat, ketika kami melewati kamar tempat Rhoni berisitirahat, sepertinya Tarida takut karena merasa bersalah pada Rhoni, setelah selesai buang air kecil Tarida meminta diantar ke dapur , haus katanya. Aku dan Tarida kembali menuju kamar Feilin, langkah kami berhenti , aku dan Tarida saling berpandangan, ada sesosok tubuh hitam, tinggi besar dan gemuk berlemak sedang asik mengintip dari lubang pintu.
“Ssstt…. Pelan-pelan” bisikku sambil menempelkan jari telunjuk dibibir, Tarida mengangguk , kemudian dengan perlahan-lahan kami melangkah mendekati seseorang yang sedang asik mengintip Feilin dan Nia yang masih tidur telanjang bulat diatas ranjang.
“Dharrrrr……..  ” Aku berteriak keras-keras sambil menampar pantatnya orang itu.
“Dukkkkkkkk!! Wadowww…mampuss!!!” saking kagetnya Rhoni menyeruduk pintu kamar.
“Ha ha ha ha ha….” Aku terbahak-bahak melihatnya mengusap-ngusap telur angsa dikepalanya,
“Aduhhh… uhhhh Biyunggggg…. Tega amat lu…”
Rhoni  duduk pasrah diatas lantai sambil meringis.
Tarida tidak kuasa menahan tawanya, suara merdunya bagaikan obat ajaib membuat Rhoni melupakan rasa sakit dikepalanya.
“Ngapain lu Rhonnnn….” Aku tersenyum cengengesan.

“Eeeeehhh iniiii… ituuuu…. Mmmmhhh maksudku… yaaaa begituuu… ngakkk… ngapa-ngapain koqqq” Rhoni menceracau gugup karena ketahuan mengintip, Rhoni menatap Tarida yang masih tertawa-tawa kecil, wajahnya benar-benar memelas minta dikasihani.
“Tarida kamu temenin Rhoni ya…” Aku berbisik ditelinga Tarida.
“Enggak ahhhh… Tarida takuttt mangggg” Tarida menarik leherku dan berbisik ditelingaku.
Aku berlalu menuju pintu kamar, Tarida hendak mengikutiku namun aku buru-buru menutup dan mengunci pintu kamar dari dalam.
“Tok.., Tokkk…, Tokkk, Manggg… manggg Dhani.. buka mangggg” Tarida mengetuk-ngetuk pintu kamar.
Rhoni menghampiri Tarida, tangannya menepuk perlahan bahu Tarida, Tarida membalikkan tubuhnya. Jantung Rhoni seakan-akan berhenti berdetak , wajah yang cantik, cute, tubuh yang mungil, berdiri ketakutan dihadapannya.
“Nama kamu Tarida ya…? “Rhoni bertanya dengan lembut
Tarida mengangguk, sikap Rhoni yang lembut membuat hati Tarida sedikit tenang. Tangan Rhoni menggenggam tangan Tarida yang mungil, ditarik tangan gadis itu agar mengikutinya.jika digambarkan mereka berdua bagaikan Seekor Gorila bertubuh tinggi besar dan gemuk berwajah buruk tengah bergandengan tangan dengan seorang gadis cantik bertubuh mungil

Rhoni menutup pintu kamar itu, setelah menyalakan lampu kamar, Rhoni menghampiri Tarida, gadis itu mundur kesudut kamar sampai punggungnya tertahan ditembok, Wajah Rhoni yang rusak berat membuat Tarida semakin ketakutan.
“Maaff..Mang Rhoni…,ngak sengaja…”tiba-tiba Tarida meminta maaf, sambil terisak-isak.
“Lhoo…malah nangiss ? koq minta maaff…? Oooo.. ini ya ?”Rhoni menunjuk benjolan sebesar telur angsa dijidatnya.
“Mang Rhoni  jadi punya telur..nih. gara-gara ditabok ama  Teflon he he he” Rhoni sengaja bergurau agar Tarida tidak terlalu tegang.
Tarida terisak namun juga tidak sanggup menahan tawanya, mengingat kejadian tadi ketika Rhoni menyeruduk pintu kamar. Dengan lembut Rhoni menyeka air mata Tarida, tangan mungil Tarida menahan wajah Rhoni yang mendekati wajahnya. Kedua tangan Rhoni meraih pinggang Tarida yang ramping, tangan Rhoni menarik lepas ikatan simpul dipinggang Tarida.
Beberapa kali tangan Rhoni bergerak menyibakkan kain tipis mirip kimono ditubuh Tarida, kini Tarida berdiri mematung, telanjang bulat disudut ruangan, ia terkesima ketika Rhoni dengan berani menelanjanginya.
Tarida memejamkan matanya ketika wajah Rhoni mendekati wajahnya dan “Mmmmhhh Mhhhhh…….” bibir mungil Tarida tersumpal berkali-kali oleh bibir Rhoni yang semakin rakus, mengecup-ngecup bibir Tarida. Tarida mengalungkan kedua tangannya keleher Rhoni.  

Rhoni menarik tubuh Tarida keranjang, didudukkannya tubuh mungil Tarida dipinggiran ranjang, Tangan Rhoni bergerak melepaskan pakaiannya.
“Wuaaaahhhhh..?! apaan tuhh… mampus aku..!!”jerit Tarida dalam Hati, Tarida melotot tercekat melihat kemaluan Rhoni.
Sebuah kemaluan Hitam besar dihiasi urat-urat bertonjolan, , yang membuat Tarida merinding ngeri ,Bulataan dan panjangnya batang kemaluan Rhoni lebih gemuk besar dan panjang dari Dhani Anwar, besar kepala kemaluan Rhoni hampir mirip seperti bola kasti, belum lagi batang kemaluannya yang panjang dan tampak kokoh, Tarida mendadak teringat situs-situs interracial yang sering dibukanya diinternet,  Rhoni tersenyum , lelaki berdarah Irian – arab itu kini bersujud dihadapan Tarida, Tarida merinding memandangi Pemukul kasti diselangkangan Rhoni. Mata Rhoni melotot melihat payudara Tarida, bulatan payudara yang indah dihiasi oleh puting susu berwarna merah jambu. Tangan Rhoni meremas-remas buah pinggul Tarida, Tangannya mengelus-ngelus paha Tarida yang halus mulus. Mulut Rhoni mulai mendekati puting Susu Tarida, lidahnya terjulur keluar.
“Ihhhhhh…. ” Tarida kegelian ketika lidah Rhoni dengan begitu ahli mengelitiki putting susunya, Tarida mendorong kepala Rhoni.
“Ahh Manggg Rhoni….” Tarida merintih lirih ketika Rhoni menggusur tubuh mungilnya sambil menekan Bahu gadis itu agar tidur terlentang diatas ranjang.
Rhoni berbaring disisi kanan Tarida, bibirnya mengecup-ngecup sekitar leher dan payudara Tarida. Rintihan-rintihan lirih terdengar dari bibir mungil Tarida bagaikan sedang menyanyikan sebuah lagu yang enak terdengar.

Kini Rhoni mulai meneduhi tubuh Tarida, tubuh mungil Tarida tertutup oleh tubuh Rhoni yang gemuk dan besar diatasnya. Rhoni menatap wajah Tarida, Rhoni tersenyum meresapi kecantikan Tarida, Tangannya membelai-belai kepala Tarida dan mengusap-ngusap pipi Tarida. Rhoni semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Tarida.
“Hmmmm Mmmmmmhhh” Rhoni dengan rakusnya mengulum dan mengemut-ngemut bibir Tarida, untuk beberapa saat Tarida masih diam dan pasrah.
Jantung Rhoni berdetak-detak kencang ketika Tarida mulai berani membalas kulumannya, bibir mereka bertaut dengan rapat, suara berkecipak terdengar berkali-kali “ckk Ckkk.. Ckkkk MMm Ckkkkkkk”  
Tangan Rhoni menyibakkan kedua paha Tarida agar gadis itu mengangkang, dengan ragu-ragu Tarida berusaha mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar. Tubuh Rhoni terus berkutat berusaha mencelupkan kepala kemaluannya yang terlalu besar bagi lubang Vagina Tarida yang sempit dan seret, sampai akhirnya “Ha akkhhh Ufffhhhh….” Tarida menahan pinggul Rhoni ketika merasakan sesuatu yang besar menekan memaksa hendak melesat memasuki lubang Vaginanya, tangan mungil Tarida berusaha mendorong tubuh “Rhoni Si Gorila berwajah buruk”
“Akknnnnnhhhh.. Ohhhhh besar amat MM MAnggg MmMMMMMHHH”
“AAAAAA jangan dipaksa manggg , ngakk… NGAKKKK MUATTT.. C..BU…TTTT !! CABUTTT mangggg !!!Aduhhhhhh Ngilu HaaaUHHHHHHH !!  WHOAWWW!!! “
Tarida tidak sanggup menahan kepala kemaluan Rhoni, yang seakan-akan hendak membelah dirinya.

“WHAAWWWHH” Satu teriakan Panjang Tarida kembali terdengar ketika Rhoni dengan paksa menjejalkan kepala kemaluannya kelubang vagina gadis itu, kepala Tarida terkulai kesebelah kiri, nafasnya yang terengah-engah membuat payudaranya bergerak dalam irama yang membangkitkan birahi Rhoni. Rhoni tersenyum, usahanya membuahkan hasil, kepala kemaluannya kini tenggelam kedalam bibir vagina gadis itu yang mungil, Jantung Rhoni berdetak kencang merasakan Himpitan bibir vagina Tarida dileher kemaluannya. Tubuh Tarida sampai melenting-lenting dibawah tindihan tubuh Rhoni, erangan demi erangan terdengar dari bibir mungil Tarida, ketika Rhoni kembali menjejal-jejalkan kemaluannya, Tarida tambah menggeliat-geliat tidak karuan. Rintihan-rintihan keras diiringi jeritan kecil Tarida terdengar sampai keluar kamar. Wajah Tarida tampak semakin cantik dan sensual, bibirnya yang mungil sedikit terbuka ketika Rhoni berusaha menjebloskan Batang kemaluannya semakin dalam. Rhoni bertambah nafsu, beberapa kali tubuh bagian bawahnya berkutat dengan kuat, sehingga batang kemaluannya terbenam semakin dalam. Wajah Tarida bersemu merah, berkali-kali Tarida meringis ketika Rhoni menusukkan kemaluannya kuat-kuat. Rhoni tersenyum, merasakan kemaluannya kini terbenam sampai mentok kedalam Vagina Tarida, denyutan-denyutan kuat serasa meremas-remas Batang kemaluannya.
“Ahhhh…aahh!” Tarida menggeleng-gelengkan kepalanya ketika Rhoni mulai memacu kemaluannya dengan kuat dan kencang, maju mundur, menggasak lubang vagina gadis itu.

Kedua tangan Tarida terentang kesamping meremas – remas seprei, sekali lagi jeritan panjang Tarida terdengar keras disertai rengekan-rengekan yang terdengar menggairahkan ditelinga Rhoni.
“Aaaa. Owww… Crrrrrr Crrrrrrrrrr…Henngkkk… Ahhhhhh” Tubuh Tarida melenting kemudian menggelepar-gelepar, Rhoni tersenyum merasakan cairan-cairan Hangat mengguyur kemaluannya, sambil tersenyum Rhoni menusukkan batang kemaluannya dalam-dalam, seakan akan ingin semakin menenggelamkan Tarida kedalam lautan birahi. Untuk beberapa saat Rhoni membiarkan Tarida meresapi kenikmatan yang baru diraihnya. Tangan Rhoni mencengkram buah pantat Tarida. Tanpa melepaskan tubuh Tarida, Rhoni merubah posisi, Rhoni duduk mengangkang sedangkan Tarida menduduki kemaluan Rhoni, Tarida mengalungkan kedua tangannya keleher Rhoni, sesekali nafasnya tertahan merasakan batang kemaluan Rhoni semakin dalam merojok lubang vaginanya. Rhoni menciumi leher Tarida dengan lembut, dijilatinya leher jenjang gadis itu. Berkali-kali tangan Rhoni meremas buah pantat Tarida yang bulat dan padat. Pada Saat nafsu Rhoni sedang memuncak ditingkat yang paling tinggi tiba-tiba…
“Bletakkk… Wadowwww….” Rhoni kesakitan ketika Tarida mendadak menjitak jidatnya, hati Tarida masih kesal ketika Rhoni memaksa memasukkan kemaluannya yang besar dan panjang , namun Rhoni malah tersenyum-senyum cengengesan kedua matanya sengaja dijulingkan menggoda Tarida.

“He he he…he… ” Entah kenapa Tarida tidak sanggup menahan tawanya , ketika Rhoni yang cengengesan menjulingkan mata sambil mengusap-ngusap benjolan sebesar telur angsa dijidatnya , merasa diberi angin, ciuman-ciuman Rhoni yang kasar kembali mendarat dipipi, bibir dan dileher Tarida. Sedikit demi sedikit Tarida mulai terbiasa menerima kehadiran kemaluan Rhoni yang besar dilubang vaginanya yang mungil dan seret, lidah Tarida terjulur keluar namun ketika Rhoni hendak menghisap lidah yang terjulur itu, Tarida menarik mundur kepalanya, Tarida mencibirkan bibirnya, kemudian Tarida mengusap keringat didahinya, keringat bercucuran ditubuhnya yang mungil. Dengan gemas Rhoni menyergap dan mengulum bibir Tarida kini terjadilah perang lidah yang sesungguhnya, lidah Roni dan lidah Tarida saling terjulur dan saling mengait, Rhoni tampak asik menghisapi lidah Tarida. “Ckkk CKkkkkk CCkkk” suara itu terdengar semakin keras, seiring semakin serunya pertarungan lidah Rhoni dan Tarida. Kini pinggul Tarida mulai bergerak naik turun diatas tubuh Rhoni, kedua tangan Rhoni membantu menaik turunkan pinggul Tarida, Rhoni terbuai oleh liukan-liukan tubuh Tarida yang begitu mempesona, indah, gemulai, bahkan kadang-kadang berubah liar dan binal. Entah berapa lama terjadi pertarungan antara gadis mungil melawan Rhoni yang gemuk dan besar didalam kamar itu, yang pasti Tarida kembali mengejang , Tarida mengigil  ketika merasakan sebuah ledakan kenikmatan tiba-tiba disusul oleh ledakan kenikmatan yang datang bertubi-tubi.

Rhoni merem melek keenakan, terlalu enak malah…..ketika vagina Tarida meremas-remas dengan kuat batang kemaluannnya. Tarida memandangi Rhoni, matanya tampak sayu , gadis itu memejamkan matanya ketika Rhoni mengecup keningnya dengan lembut. Berkali-kali Rhoni mengantarkan Tarida ke gerbang kenikmatan , gadis itu kembali terkulai lemas, tubuhnya mengigil ketika merasakan Cairan kenikmatan itu mendadak muncrat tanpa dapat ditahan, tenaganya seakan-akan dikuras habis, Rhoni meleletkan lidahnya ketika merasakan cairan hangat itu kembali mengguyur kemaluannya, vagina Tarida seakan-akan sedang meremas-remas kemaluan Rhoni dengan kuat. Setelah berusaha menguasai diri karena remasan-remasan vagina Tarida, Rhoni mencabut kemaluannya dari lubang vagina gadis itu. Tarida memandangi Rhoni dengan tatapan mata penuh selidik, sepertinya Rhoni belum terpuaskan, kemaluannya masih berdiri dengan gagah.
“Luar biasa…. Cantikk… mulussss…. Dannn ahhhhh ck ck ck…” Rhoni dengan leluasa menikmati kecantikan dan lekuk liku tubuh Tarida yang terlentang pasrah,Rhoni menelan ludah menatap selangkangan Tarida, lubang vagina Tarida agak memar kemerahan.
Rhoni duduk mengangkang, ditekannya kepala Tarida keselangkangannya. Mulut Tarida mencoba menelan kepala kemaluan Rhoni, bibirnya yang mungil tampak kesulitan ketika hendak memasukkan kepala kemaluan Rhoni, mata Rhoni terpejam-pejam merasakan emutan-emutan Tarida yang memuaskan, Tangan Rhoni dengan lembut membelai-belai kepala  siGadis yang sedang mengemut-ngemut kepala kemaluannya, Tarida mengecup-ngecup Batang kemaluan Rhoni, lidah gadis itu terjulur keluar dan mengulas-ngulas buah pelir Rhoni

Rhoni mengambil Baby Oil dan melumasi batang kemaluannya sehingga benda itu kini terlihat licin dan mengkilat. Rhoni membalikkan tubuh Tarida, dibelai-belainya punggung Tarida kemudian tubuh Rhoni mulai menindih tubuh Tarida, sambil menggesek-gesekkan batang kemaluannya ke sela-sela pantat Tarida yang terasa halus dan lembut,
“Heeehhh.. Nggghhhhhhhhhh…..” Tarida mengeliat, ia berusaha menahan beban tubuh Rhoni,ketika tubuh Rhoni yang berbulu lebat menimpa tubuh mungil Tarida, Tarida merasakan tubuhnya seperti melesak kedalam kasur empuk itu,  kedua Tangan Rhoni menyelinap dari belakang meremas – remas kedua payudara Tarida.
 Tarida merengek manja ketika Rhoni mengigit-gigit lembut lehernya, diciuminya daerah dibelakang telinga Tarida sambil berbisik lembut
“Tarida…kamu mulus, cantik sekali..he he he”
Ciuman-ciuman dan jilatan-jilatan Rhoni yang liar mulai menjelajahi, punggung Tarida, perlahan-lahan ciumannya semakin turun, diendus-endusnya belahan pantat Tarida dan dengan kasar dijilatinya sela-sela pantat diantara dua buah pantat Tarida yang empuk dan bulat. Rhoni mengambil posisi mengangkangi buah pantat Tarida yang halus, kepala kemaluannya yang sudah dilumasi baby oil dijejal-jejalkan kesela-sela pantat Tarida, ditekannya kuat-kuat batang kemaluannya berusaha menjebol lubang anus Tarida, berkali-kali Rhoni terus menyentak-nyentakkan kemaluannya kuat – kuat sampai suatu ketika..
“Hegggkkkkkk…….?!” Nafas Tarida tertahan, matanya melotot kemudian terpejam ketika merasakan hantaman kuat dilubang anusnya, kepala kemaluan Rhoni mejebol lubang anusnya dengan kasar.

“Emmmhhh Hkkk Hkkkkkk… Awwwww” Tarida terisak-isak, tubuhnya menggeliat-geliat tidak karuan , Tarida merasakan lubang anusnya semakin melar dan melebar, ada rasa perih akibat gesekan batang kemaluan Rhoni yang semakin dalam memasuki dirinya.
Rhoni tersenyum , diusap-usapnya buah pantat Tarida yang kenyal dan lembut, sambil memegangi pinggul Tarida, Rhoni semakin mendesakkan batang kemaluannya sedalam-dalamnya kedalam lubang anus gadis itu.
“Shhhh Owwww Oww…aduhhh pedih mangg, ngiluuu… Hkk Khhhh” Tarida merasakan linu pada lubang anusnya, isak tangisnya semakin keras terdengar, Rhoni mengusap-ngusap Tarida membujuk supaya Tarida tidak menangis.
“Sudahhh manggg dicabutt aja…sakitt aduhh Ahhh Awwww….”Tarida berusaha menelepaskan dirinya dari tindihan Rhoni
 Rhoni menekan punggung Tarida kuat-kuat, tangan Kanannya mencengkram pinggul Tarida kuat-kuat, Setelah beberapa lama berusaha melepaskan diri Tarida akhirnya menyerah, ia kecapaian ,benar-benar sulit melepaskan diri dari cengkraman Rhoni yang kuat dengan segudang tenaga yang tidak pernah habis menikmati tubuh mungilnya. Tangan Rhoni membelai-belai kepala Tarida, ia tersenyum, Tarida kini menyerah total pada kekuasaannya. Tangan Rhoni kembali menyelinap dari belakang, memelintir-melintir putting Susu Tarida, diremas-remasnya dengan lembut buah dada Tarida.

Perlahan-lahan Rhoni mendaratkan tubuhnya menindih Tubuh Tarida yang mulus , Seiring dengan semakin tenggelamnya batang kemaluan Rhoni kedalam Anus Tarida, Badan Rhoni semakin rapat meneduhi  tubuh mulus gadis itu dan akhirnya tubuh Rhoni dengan sempurna menindih tubuh mungil dibawahnya yang terengah-engah menahan kemaluan Rhoni yang mengait lubang anusnya dengan sempurna dari belakang belum Lagi menahan berat tubuh Rhoni yang dengan asik terus menekan-nekan tubuh mungil dibawahnya. Rhoni mulai menarik batang kemaluannya kemudian dengan kasar disentakkannya kembali memasuki lubang anus Tarida, gadis itu berkali-kali meringis merasakan kemaluan Rhoni memaksa memasuki dirinya. Tubuh Tarida terasa halus ketika bergesekan dengan tubuh Rhoni yang berbulu lebat, Rhoni semakin sering menggesek-gesekkan tubuhnya merasakan kemulusan tubuh Tarida. Tubuh gadis itu terlihat tertekan-tekan dengan kuat dibawah tindihan tubuh Rhoni yang besarnya sangat tidak seimbang dengan tubuh mungil Tarida yang halus mulus, Rhoni menggeram dan kemudian
“ARggghh…uuuhh keluar nih!!” Rhoni meraung, kedua tangannya membelit tubuh Tarida seakan-akan hendak meluluh – lantakkan tubuh mungil gadis itu.

Setelah beberapa saat barulah Rhoni mencabut kemaluannya dari lubang anus Tarida “Plopppp…..” bunyi keras itu terdengar nyaring ketika Rhoni membetot ujung kemaluannya keluar dari lubang anus Tarida. Rhoni tersenyum puas sambil memandangi Tarida, gadis itu membalikkan tubuhnya,dengan terengah-engah ia menyeka keringat yang mengucur dengan deras dikeningnya, sementara Tangan kirinya bergerak menyilang melindungi buah dadanya dari Tatapan Rhoni, kedua kakinya yang mulus merapat, tangan kanannya yang mungil menutupi wilayah selangkangannya dari tatapan Rhoni. Rhoni mengecup kening Tarida dengan lembut, tangannya masih belum puas merayapi lekuk liku tubuh Tarida, berkali-kali tangan Rhoni meremas-remas lembut payudara Tarida. Sementara mata Tarida terasa semakin berat, rasa lelah bercampur dengan rasa mengantuk membuat mata sipitnya terpejam rapat. Walaupun Tarida sudah tertidur pulas Rhoni tetap asik merayapi tubuh mulus Tarida.

************************
Keesokan paginya

Aku membuka pintu kamar dan melangkah menuju dapur, wah kayanya Rhoni lagi masak deh.
“Eeehhh yang itu buat Tarida….” Rhoni menyelamatkan potongan daging yang paling besar.
“Gimana kemaren malem “Aku menggoda Rhoni
“He he he” Rhoni cengengesan sambil menggaruk-garuk kepala.
Tidak berapa lama terdengar suara kamar terbuka, dari dalamnya muncul Tarida, wajahnya menatap Rhoni kemudian tertunduk malu, jalannya terlihat agak aneh , sedikit mengangkang.
“Rhonn apa lu yakin, semalam ngak ada yang ketinggalan waktu lu entotan sama Tarida ?”Aku bertanya sambil tersenyum – senyum memandangi Tarida yang masuk ke kamar Feilin.
Haahh…!!! apanya yang ketinggalan ?” Rhoni bengong menatapku.
“Tuh.. !!!!  uler diselangkangan lu !!!, abis jalan Tarida sampe ngangkang gitu  Hua ha ha ha ha ha ha” Aku tertawa ngakak, jari telunjukku menunjuk sesuatu diselangkangan Rhoni.
“Geloo siahhhhh….!!! HaHaHa…itu sih gara-gara gua giniin kemaren” Rhoni menyelipkan jempolnya diatara jari telunjuk dan jari tengah.
“Makanya lu pangkas dulu tuh isi kolor.. biar ngak terlalu gede !! he he he” Aku tertawa terpingkal-pingkal

“Yeee, emangnya lu pikir taneman apa ? ha ha ha.. uhuk uhukk” Rhoni tertawa ngakak sampai terbatuk-batuk. 
“Dhani bagaimana dengan si kunyuk Parto..?” tanya Rhoni dengan wajah serius.
“Dia bagianku Rhon… dialah awal dari segalanya, gara-gara Parto mereka bertiga hampir hilangan nyawa” aku menjawab dengan nada dingin.
Rhoni tidak berani banyak tanya lagi melihat ekspresi Dhani yang dingin. Sudah dua minggu wajah Parto tidak kelihatan disekolahan elite itu, tidak ada seorangpun yang tahu dimana Parto berada sekarang. Pada saat jam istirahat Tarida, Nia dan Feilin berkumpul disebuah sudut sekolahan itu, dengan gugup Nia menunjukkan selembar surat pada teman – temannya.
Mereka bertiga membaca isi surat itu dengan cemas….
————————————–
Dhani dan Rhoni ada ditanganku,
kedatangan kalian ditunggu dikantin sekolah jam 2 siang ,
jangan sampai terlambat!!!! Kalo enggak mereka berdua saya panggang jadi sate…..
salam hangat : Parto
—————————————
Selama pelajaran berlangsung Tarida, Nia dan Feilin tampak gelisah, “Teng Teng Tengg” akhirnya suara bel sekolah terdengar nyaring.


Setelah pak Guru memberikan PR, ia langsung cek out dari ruangan kelas kelas diikuti para murid yang berhamburan keluar. Satu demi satu para guru  dan murid melangkahkan kakinya keluar dari sekolahan itu, kecuali…. Tarida , Nia dan Feilin. Dengan cemas mereka menuju kantin sekolah, Feilin dan Tarida yang pemberani memimpin paling depan, yang terakhir Nia yang penakut.
“Tarida… Feiiii” Nia merengek
Feilin dan Tarida menghentikan langkah mereka
“Aku takuttt….” Nia tampak cemas memandangi pintu kantin yang masih tertutup menyimpan seribu misteri.
Feilin dan Tarida berusaha menenangkan Nia, mereka mengerti , Nia memang seorang gadis yang penakut.
Dengan memberanikan diri Feilin mendorong pintu kantin
“Kreee kettttt…….”
Perlahan-lahan ketiga gadis itu masuk kedalam ruangann kantin bersih yang terawatt.

Sementara itu dari tempat yang tersembunyi, dua pasang mata yang sudah lama mengawasi gerak gerik mereka bertiga tampak berbinar-binar, dua sosok laki-laki yang masih bersembunyi tersenyum-senyum, dengan mengendap-ngendap mereka berdua menghampiri ketiga gadis itu dari belakang. Lalu…
“Dharrrrrrr” sebuah suara meledak tiba-tiba mengejutkan tiga sosok mulus dan mungil itu dari belakang.
“Wuahhhhhh…..” “Whouwwww… “Tarida dan Feilin terkejut sampai melompat
“AAAAAAAAAW.. CIAAATT” Nia yang penakut mendadak membalikkan tubuhnya dan menendangkan kaki kanannya dan GOOOLLLLL..!!! OLEE… OLEEE OLEEE OLEEE…!!
“Heggggkkkk………. AA Aduhhhhh” sebuah tendangan reflek dari Nia yang mendarat diselangkanganku membuat mataku melotot dan nafasku sesak.
“Blukkkkkkkk…” aku langsung terkapar mendapatkan sebuah tendangan keras ditempat yang paling berbahaya, dua buah bola diselangkanganku terasa ngilu.
“Ha Ha Ha Ha Ha….” Rhoni tertawa terbahak-bahak melihatku yang terduduk lemas diatas lantai kantin sambil mengusap-ngusap selangkanganku.
“Ehhhhh….” Nia tampak terkejut, para gadisku saling berpandangan kemudian mereka tertawa lepas sambil membantuku berdiri.
 Nia cengengesan sambil garuk-garuk kepala

“WAduhhhh….itunya ngak apa-apa kan ?”Feilin cekikikan
“He he he… duhh kaciannnn..Sosisnya sakit ya sayang…” Tarida menggodaku sambil mengelus bagian selangkanganku.
“Hmmmmm….. mang Dhani ngak apa-apa kan ?”Nia tersenyum senyum malu  
“Euhhhh…Ehmmm ngakkk.. ngakkk apa-apa koqqq” Aku berusaha menegakkan tubuhku agar tidak terlalu malu.
“Wahhhhh ternyata Nia hebat juga bisa merobohkan seorang Dhani” Rhoni menyindirku, suara gelak tawa kembali menggelegar dikantin sekolahan itu.
“Ehhh… mangg Dhani…” Tiba-tiba Nia mengeluarkan sebuah kertas kumal dan menunjukkannya kepadaku, wajahnya tampak serius, demikian juga wajah Tarida dan Feilin.

Seminggu yang lalu
Aku mengintai sesosok tubuh tua dan kurus, hujan deras disertai angin yang mengamuk membuat suasana jalanan itu menjadi sepi, riak air terlihat bergelora dengan arusnya yang kuat, kucegat tubuh tua itu.
“Hahhh… ” matanya melotot memandangiku dengan ketakutan  
“Haii Pak tua masih ingat aku ?”
“Aa Uuu Eee ampunnn.. hekkkss” suara dikerongkongannya tertahan ketika sebuah tangan mencekik lehernya, tubuh parto melayang diudara dan……..
“Aaa Byurrrrrr”Tanpa ampun, Arus air di kali besar itu menelan sesosok tubuh yang kurus  dan peot.
Kupungut sebuah dompet tua yang sempat terjatuh dari kantung mahluk menjijikan itu dan “Plunnnnnggggg” kulemparkan dompet itu kedalam kali besar yang sedang mengamuk agar dapat segera menyusul pemiliknya

“ini mah tulisannya si Rhoni…he he he”
Aku dan Rhoni tersenyum saling berpandangan.dan tersenyum-senyum

“Dengan bangga saya memperkenalkan diri saya sebagai satpam baru disekolahan ini… tugas utama saya untuk naik keranjang bersama Tarida” Rhoni membungkukkan tubuhnya yang besar.
“Aduhh.. duhhh duhhh” Rhoni memegangi perutnya yang terasa pedih karena dicubit Tarida.
“Taridaaa.. mangg Rhoni pengennnn” Rhoni memelas, sudah seminggu ini Rhoni sibuk mengurus kebebasannya dari Lembaga Permasyarakatan dikota itu.
Nafas Rhoni memburu kencang sambil memperhatikan Tarida, Tarida mundur ketika Rhoni menghampirinya.
“Eehh… sama Feilin dan Nia aja ya, mangg…Rhoni kan belum pernah main sama mereka….” Tarida mendorong Nia dan Feilin.
“Hupppp… asikkkkkk….” Rhoni memanggul Tubuh Feilin dan Nia dibahu kanan dan kirinya.
“Ehhh ngakk mauu..” Nia berontak menyadari apa yang diinginkan Rhoni.
“Ihhh… Mang Rhoni mau ngapainn lepasin ahhh” Feilin juga tampak berontak, Rhoni terkekeh-kekeh melangkahkan kakinya.
“Tarida…. Manggg Dhani  pengennnn he he he” aku meniru permintaan Rhoni.

Tarida tersenyum sambil membalikkan tubuhnya, ia berjalan kearah meja dan naik keatas meja dikantin sekolahan itu, kedua tangan Tarida bergerak kebelakang dan bertumpu pada meja kantin, kedua kakinya tertekuk dan bergerak mengangkang, Tarida tersenyum nakal seolah-olah menantangku. Jantungku berdetak-detak dengan kencang melihat isi Rok seragam Tarida yang tersibak menampakkan pangkal pahanya yang  mulus. Aku segera menghampirinya, kutekan bahu Tarida agar ia merebahkan dirinya diatas meja, aku duduk diatas kursi, dihadapanku tubuh Tarida menggeliat lembut, matanya yang sipit menatapku dengan pasrah, tanganku merayapi pahanya yang terasa halus, Tanganku kananku semakin naik dan kini menyelinap kebalik kain segitiga berwarna abu-abu diselangkangan Tarida, kujejalkan jari tengahku kedalam lubang vagina Tarida yang hangat dan berdenyut-denyut, bibir Vagina Tarida dengan kuat menggigit jariku. Irama nafas Tarida mulai tak teratur ketika aku mengucek-gocek lubang Vagina Tarida , Tangan kiriku meremas-remas buah dadanya yang masih bersembunyi dibalik seragam sekolah gadis itu. Tanganku bergerak semakin liar menelanjangi Tarida, kini Tarida terlentang diatas meja kantin dalam keadaan telanjang bulat. Mata sipit Tarida terpejam-pejam ketika aku mengesek-gesek clitoris mungil diselangkangannya, rintihan-rintihan kecil mulai terdengar dari bibir Tarida. Kedua tanganku kini meremas kedua buah dada Tarida, sebuah remasan kuatku pada buah dadanya membuat Tarida mengeluh, tiba-tiba Tarida menepiskan tanganku.

“Ngak mau ahhh… mang Dhani licik… masak Tarida doang yang telanjang..” kedua tangan Tarida menutupi buah dadanya dari pandanganku, kedua kakinya merapat.
“Habis malassss sih, ngak ada yang bukain…” Aku berdiri menantangnya, Tarida turun dari atas meja, kedua tangannya melepaskan kancing-kancing baju yang kukenakan, tangan mungilnya bergerak menyibakkan pakaianku agar terlepas, kini Tarida berlutut dihadapanku, tangannya menarik resleting celanaku, tanpa dapat kucegah celana panjang yang kukenakan melorot kebawah. Tarida mengecup-ngecup bagian celana dalamku yang menggembung, dengan cepat Tarida menarik celana dalamku turun, dengan liar Tarida menjilati batang kemaluanku, kemudian lidahnya melingkari kepala kemaluanku. Aku menatap kebawah, kubelai-belai kepalanya, Tarida yang nakal kini begitu pandai melakukan jilatan dan hisapan-hisapan pada kemaluanku. Aku harus mengakui kepandaian Tarida, Nia dan Feilin dalam bercinta memang meningkat dengan pesat.
“Auhhh….. “Aku keenakan merasakan sedotan-sedotan rakus mulut Tarida dikepala kemaluanku, lumayan lama kubiarkan Tarida mempermainkan kemaluanku.
Kuangkat tubuh Tarida dan kuletakkan kembali diatas meja, kedua kakinya menggantung dipingiran meja, Tarida merenggangkan kedua kakinya lebar- lebar, kugosok-gosokkan kepala kemaluanku pada bibir vagina Tarida , kutekan kepala kemaluanku , sedikit demi sedikit kepala kemaluanku mulai terbenam kedalam lubang vagina Tarida yang sempit, satu sentakan yang kuat membuat kepala kemaluanku melesat dan terjepit dibibir vagina Tarida yang bentuknya seperti cincin .

Kedua tangan Tarida berpegangan kuat-kuat pada leherku ketika aku mulai memaju-mundurkan kemaluanku “Krekett… Kreketttt…Cleppp clepppp Cleppppp… Ahhhh Ahhhhhhh” suara derit meja diiringi dengan suara rintihan-rintihan Tarida mulai menghiasi ruangan kantin itu.
“Esssttt Akhhh Manggg Dhanii Enakkkk… Ouuhhh terusss mangg lebih kuat…” Tarida memohon agar aku memperkuat seranganku.
Tanpa harus diminta duakali aku menuruti keinginan Tarida Aku semakin kuat menusuk-nusukkan kemaluanku pada lubang Vagina Tarida yang seret dan sempit. Rengekan-rengekan manja Tarida diiringi jeritan-jeritan kecilnya terdengar begitu mengasikkan, wajah Tarida terangkat keatas , bibirnya mendesah dan merintih-rintih keenakan merasakan tusukan-tusukan kemaluan Dhani yang semakin liar
“Akkkkk SHH Crrrrrrttt KCCCRRTTTTTTT” kedua kaki Tarida menjepit pinggangku kuat-kuat ketika cairan kenikmatan itu meluap dari lubang Vaginanya.
Kuangkat kedua kaki mulus Tarida keatas dan kuletakkan pada kedua bahuku, sambil mengocok-ngocok lubang vaginanya kedua tanganku merayapi permukaan pahanya yang halus mulus. Wajah Tarida semakin bersemu merah ketika aku mengocok-ngocok lubang vaginanya dengan kuat, kemaluanku mengocek-ngocek lubang vagina Tarida dengan lembut, kutekan kemaluanku sedalam-dalamnya kemudian kutarik dengan perlahan dan kemudian kusodokkan dengan cepat, Tarida mendesah-desah lembut, sesesekali matanya yang sipit terpejam dengan rapat merasakan gesekan-gesekan kemaluan Dhani Anwar diselangkangannya.

Tarida meronta , ia mendorong pinggulku kebelakang sehingga kemaluanku terlepas dari lubang Vaginanya.
“Sini manggg, dudukkkkk…..” Tarida merengek memintaku untuk duduk diatas kursi, aku menuruti keinginannya.
Tubuhnya yang mungil mengangkangiku, kuarahkan kepala kemaluanku pada lubang vagina Tarida. Kepala kemaluanku terasa geli ketika kembali menyelinap memasuki lubang vaginanya yang berlendir, Tarida menahan gerakannya ketika merasakan kepala kemaluanku memasuki lubang vaginanya. Aku mencengkram dan menekan pinggul Tarida kuat-kuat, memaksa gadis itu menurunkan pinggulnya.
“Ahhhh Shhhh…Uhhh!!” nafas Tarida tersendat-sendat ketika kemaluanku terbenam semakin dalam.
Akhirnya Tarida berhasil menduduki kemaluanku secara sempurna, kedua tangannya berpegangan pada bahuku , sedangkan kedua tanganku menekan-nekan pinggulnya sambil menusukkan kemaluanku kuat-kuat keatas. Tarida merintih-rintih, pinggulnya bergoyang-goyang, sesekali ia mendesak-desakkan selangkangannya sehingga kemaluanku tenggelam semakin dalam.
“Akhhhhh Aowwwwwwwwww Chrrrrr Crrrrrrrrrrtttt” Tarida memejamkan matanya meresapi rasa nikmat yang melanda tubuhnya ,lidah Tarida sedikit terjulur keluar ketika memuntahkan Cairan kenikmatannya kembali….
Pertarungan satu-lawan satu dikantin sekolahan itu masih berlangsung dengan sengit, Dhani Anwar seakan-akan tidak pernah puas menikmati tubuh Tarida yang mungil dan mulus.

****************************
Sementara itu…. Kita mundur yuk.. ke moment dimana Rhoni memanggul Tubuh Feilin dan Nia dikedua bahunya….. (red : Ehmm Nyam.. Nyamm… Nyammm… ^^ ). Rhoni melangkahkan kakinya kesebuah ruangan, setelah menurunkan tubuh Feilin dan Nia Rhoni segera menutup pintu itu dan menguncinya “Click”. Tanpa malu-malu Rhoni melepaskan seragam Satpam ditubuhnya, dilanjutkan dengan terjatuhnya Celana panjang miliknya dan yang terakhirrrr.
“Wuaaahhhh” “Idihhhhhh” Feilin dan Nia tercengang ketika melihat  sebuah “tongkat pemukul kasti” teracung dengan gagah diselangkangan Rhoni , Feilin dan Nia bergidik ngeri , sebuah Pribahasa mengatakan “diatas langit masih ada langit.”
Rhoni menghampiri Feilin dan Nia, Nia melangkah mundur dengan teratur sedangkan Feilin diam ditempat sambil terus memperhatikan daerah selangkangan Rhoni. Rhoni meraih tangan Feilin yang mungil kemudian membimbing Tangan Feilin kearah selangkangannya. Rhoni tersenyum merasakan elusan-elusan telapak Tangan Feilin yang halus dikepala kemaluannya, tangan Feilin meremas-remas batang kemaluan Rhoni yang lebih panjang dan lebih besar bulatannya dibandingkan milik Dhani Anwar.
“Addaaa Dawhhhh…..” Rhoni menjerit kesakitan ketika Tangan Feilin meremas dan menarik Batang kemaluannya kuat-kuat.
“Ehhhh… Emmmm Aslii ya  ? ” Feilin buru-buru melepaskan kemaluan Rhoni.  
“YAW ASLI DONNGGHH AHHH..”Rhoni bergaya seperti bencong sambil mencubit kecil hidung Feilin.

Kedua tangan Rhoni mulai mengelus-ngelus bahu Feilin sebelah kanan dan kiri. Feilin diam tanpa berkata-kata, matanya yang sipit terus memandangi selangkangan Rhoni. Tangan Rhoni dengan lincah mulai mempreteli kancing baju seragam Feilin, satu demi satu kancing baju seragam Feilin berguguran , Tangan Rhoni bergerak melepaskan baju seragam gadis itu, sementara itu Tangan Feilin meraih kemaluan Rhoni dan membelai-belai bagian kemaluan Rhoni yang bentuknya seperti helm. Rhoni tersenyum kemudian memanggil Nia yang masih tersudut ketakutan
“Sini… Ayoo Siniiii….” Rhoni merayu Nia, perlahan-lahan Nia melangkah mendekati, Nia memeluk pinggang Feilin dari belakang, dari balik bahu Feilin, mata Nia mencuri-curi pandang memperhatikan kemaluan Rhoni , baru kali ini Nia melihat ada kemaluan laki-laki lebih besar dan lebih panjang daripada milik Dhani Anwar. Feilin menoleh kebelakang , bibirnya menciumi bibir Nia, Nia membalas ciuman Feilin, bibir mereka bertaut rapat saling mengemut dan mengulum.
“Wahhhh… he heh ” Rhoni terkekeh-kekeh menatap kedua gadis Chinese yang sedang asik saling melumat, tangan Nia melepaskan pengait Bra Feilin, dengan lembut dan erotis tangan Nia melepaskan Bra yang dikenakan Feilin.
 Rhoni menahan nafas sambil meleletkan lidahnya, mata Rhoni mendelik melihat payudara Feilin yang tampak menggumpal padat. Baru saja Rhoni menjamah payudara Feilin , tangan pemilik buah dada itu menepiskan tangan Rhoni yang sembarangan mencomot buah dada gadis dihadapannya.

“Dugg duggg dugggg…” Jantung Rhoni berdetak kencang ketika Feilin menatap dengan tatapan mata yang tajam, Feilin merendahkan tubuhnya dan berlutut dihadapan selangkangan Rhoni, tubuh Nia yang sedang memeluk pinggang Feilin ikut terbawa turun.
“Glekkk… ” Rhoni menelan ludah ketika Feilin mulai mengendus-ngendus kepala kemaluannya, Rhoni merem melek ketika tangan Feilin melakukan kocokan-kocokan yang semakin kuat. Lidah Feilin mulai terjulur keluar, lidahnya mengait – ngait “leher helm” Rhoni, sesekali dihisapnya lubang kemaluan Rhoni.
“Fei. Nia mauuuu…..” Nia merengek pada Feilin yang tampak rakus dan serakah mempermainkan kemaluan Rhoni.
Feilin menggeser posisinya, Nia merangkak dan kini ia berlutut tepat disamping Feilin, “Pemukul Kasti” milik Rhoni berada ditengah-tengah diantara kepala Feilin dan Nia, kedua gadis Chinese itu mulai mengendus – ngendus dan menciumi batang kemaluan Rhoni.
Sebuah “Duet” serangan Feilin dan Nia membuat Rhoni mengeluh keenakan. Tangan Rhoni membelai-belai kepala Nia dan Feilin, mereka berdua sedang asik dengan mainan barunya yang lebih besar dan panjang. Lidah Nia dan Feilin bergerak bergantian menggelitiki kepala kemaluan Rhoni. Rhoni mengangkat Tubuh Feilin, dibaringkannya tubuh Feilin diatas kasur busa yang tampaknya sengaja disiapkan dipojok ruangan itu. Gadis bermata sipit itu kini terlentang pasrah diatas kasur busa dengan hanya mengenakan rok seragam sekolahnya. Nafsu Rhoni naik sampai keubun-ubun menatap dua buah gundukan buah dada Feilin yang turun naik seirama dengan nafas gadis itu. Rhoni menerkam dan menggeluti tubuh Feilin, liar, rakus dan kasar sekali ciuman-ciumannya ketika mendarat dibibir, dan dileher Feilin.

Feilin memejamkan kedua matanya yang sipit rapat-rapat, rasa was-was dan ngeri mendadak menyiksa dirinya ketika ciuman, jilatan dan hisapan-hisapan Rhoni semakin turun kearah dadanya.
“Auhhhhh… MMM HHHH AHHHHH” Feilin tersentak merasakan cumbuan Rhoni yang begitu liar dan brutal, berkali-kali tubuh gadis itu melenting-lenting merasakan kenyotan-kenyotan kuat dibagian puncak payudaranya.
Rhoni begitu lahap menyantap dua buah gundukan susu dihadapan wajahnya, berkali-kali Tangan Rhoni menepiskan tangan Feilin yang berusaha mencegahnya menikmati payudara gadis itu. Ciuman-ciuman Rhoni semakin turun dan kini tangan Rhoni menyibakkan rok seragam yang dikenakan oleh Feilin, sepasang kaki yang halus dan mulus masih merapat ketakutan, sebuah kain segitiga putih masih asik menempel menutupi bagian vagina si kucing liar Feilin. Tangan Rhoni yang berbulu lebat menarik kain segitiga yang menutupi wilayah vagina Feilin. Feilin menekuk kedua lututnya kemudian mengangkangkan kedua kakinya kesamping kiri dan kanan seolah-olah ingin memamerkan keindahan vaginanya dan  sepasang kakinya yang halus dan mulus. Kepala Rhoni bergerak menciumi dan menjilati paha Feilin. Jilatan dan Ciuman Rhoni yang liar dan kasar semakin naik sampai…
“Ahhhhhhhhhhhh…. SHHH” Feilin menggeliat liar ketika lidah Rhoni menjilati bibir vaginanya, mulut Rhoni dengan rakus menghisap dan mengenyot vagina gadis itu.
Kedua tangan Feilin mendekap kepala Rhoni, pinggul gadis itu terangkat-angkat keatas, seakan-akan hendak memberikan seluruh kenikmatan diselangkangannya untuk Rhoni yang rakus dan liar.

Jeritan-jeritan liar dan rengekan Feilin membuat jantung Rhoni berdetak-detak tidak beraturan, ia semakin rakus menikmati vagina gadis itu, lendir-lendir gurih yang meleleh diselangkangan Feilin membuat Rhoni semakin betah menjilati dan mengemut-ngemut vaginanya. Rhoni kini mulai bergerak mengangkangi Feilin, kepala kemaluan Rhoni yang mirip bola kasti menempel dan menggesek-gesek bibir vagina Feilin. Nafas Feilin tertahan-tahan merasakan tekanan-tekanan kuat diselangkangannya, Rhoni terus berkutat menjejal-jejalkan kepala kemaluannya pada lubang vagina Feilin yang sempit.
“Hhhuuaahh!!” mata Feilin yang sipit melotot, mulutnya terbuka lebar merasakan vaginanya seakan-akan terkuak lebar ketika Rhoni dengan paksa menjebloskan kepala kemaluannya kedalam vagina gadis itu.
“Akhhh aduhhh sakittt akkkkk tidakk….” tubuh Feilin mengeliat-geliat tidak karuan, punggungnya terangkat, ia berusaha menggeser-geserkan pinggulnya seperti hendak melepaskan diri dari kemaluan Rhoni yang mengait lubang vaginanya yang mungil, Rhoni malah semakin dalam merojok lubang vagina Feilin kemudian “Bluk” punggung Feilin kembali terjatuh tanpa daya.
Feilin semakin sering meringis-ringis merasakan “sebuah tongkat Kasti” memasuki lubang vaginanya yang mungil.
“Echhhh Ahhhhhh Owwwwwwwww!” jeritan-jeritan liar Feilin menggema ketika Rhoni dengan kasar memaju-mundurkan kemaluannya menggasak lubangnya.

Bibir vagina Feilin terlipat kedalam ketika Rhoni menekan batang kemaluannya masuk dan tertarik sampai monyong ketika Rhoni menarik batang kemaluannya, Tubuh Rhoni mendesak-desak tubuh gadis yang ditindihnya. Keringat mengucur dengan deras membasahi tubuh Feilin dan “Aww Akhhhhhhh KccRRRTTT CRRRRRRRRttttTTT” mata sipit Feilin terpejam rapat, bibirnya sedikit terbuka  menikmati keluarnya cairan kenikmatan itu di selangkangannya yang masih digasak oleh Rhoni dengan kasar.
“HmmmHH… sudahh manggg Akhhh… aku diatas saja…” Feilin merasa sesak nafas ditindih oleh pria bertubuh tambun yang keasikan menindih-nindih tubuh gadis yang ditindihnya.
Tanpa sudi untuk melepaskan kemaluannya yang mengait vagina Feilin Rhoni merubah posisinya, posisi saling duduk berhadapan, Feilin berpegangan pada kedua bahu Rhoni. Bibir Rhoni mengecupi bibir Feilin, lidahnya terjulur keluar menjilati mulut Feilin yang masih tertutup rapat. Tampaknya Feilin masih merasa risih berciuman dengan Rhoni. Dengan cerdik Rhoni menyentakkan kemaluannya kuat-kuat keatas menghantam lubang vagina Feilin sehingga mulutnya terbuka lebar diiringi desahan panjang. “Ahhhhhhhww HMMMMM MMMMM HHHH”
Pada saat mulut Feilin terbuka itulah mulut Rhoni segera menyumpal mulut sikucing liar Feilin, Tangan kanan Rhoni menekan kepala Feilin dari belakang sehingga mulut mereka semakin rapat bertautan. “Aufffhhhh HHH…” Feilin menarik bibirnya dari bibir Rhoni, matanya yang sipit terlihat sayu memandangi Rhoni.

Perlahan-lahan Feilin membuka mulutnya, lidahnya terjulur keluar, dengan gembira Rhoni menghisap-hisap lidah si kucing liar Feilin, lidah mereka kini saling kait , sesekali Rhoni kembali mengulum bibir Feilin. Tubuh Feilin kini mulai bergoyang diatas tubuh Rhoni, gerakan-gerakan erotis tubuh Feilin membuat Rhoni melotot tanpa berkedip, tubuh Feilin meliuk-liuk dengan liar dan binal. Rhoni semakin kuat dan cepat menyentak-nyentakkan kemaluannya keatas yang disambut oleh goyangan pinggul gadis itu.
“Uhhh gila nih cewe , bener kata si Dhani dia yang paling liarr… he he he asikk.. Uttsss goyangannya muantebbb!!!” kata Rhoni dalam hati sambil terus menghujam-hujamkankan kemaluannya keatas kuat-kuat.
“Awwww Akkkk Owwww…. CRRRTTT CRRRRTTTT” Entah sudah yang keberapa kali Feilin memuntahkan cairan kenikmatannya dalam berbagai posisi sex, yang jelas kini tubuhnya terkulai lemas ditindih tubuh gemuk diatasnya.
“He he he Floopppppppphh….” Rhoni terkekeh-kekeh kemudian mencabut kemaluannya dari lubang vagina Feilin yang kini memar kemerahan, nafas Feilin terengah-engah kecapaian.

Rhoni bangkit kemudian menghampiri Nia yang sedang duduk diatas sofa, matanya yang sipit terpejam rapat-rapat, sedangkan tangan kirinya sedang asik menggesek-gesek selangkangannya sendiri, pakaian seragam sekolahnya sudar bersebaran diatas lantai. Dengan perlahan-lahan Rhoni bersujud dihadapan Nia, saking asiknya, Nia sampai tidak menyadari kalau kini Rhoni sedang menontonnya. Nia mendadak membuka matanya ketika merasakan seseorang mengusap payudaranya, Nia menatap Rhoni dengan tatapan mata yang sayu. Rhoni berdiri kemudian menarik kepala Nia kearah kemaluannya.
“HMMM MHHHHHHH….” Nia tampak lahap menikmati kemaluan Rhoni, Rhoni berkacak pinggang sambil menyodorkan “Tongkat kastinya”
Beberapa saat kemudian Rhoni mencabut kemaluannya dari tangan Nia, kini Rhoni kembali bersujud diantara kedua kaki Nia yang mengangkang. Kemaluannya menekan-nekan berusaha memasuki lubang vagina Nia, tubuh Nia tersentak-sentak dengan kuat ketika kepala kemaluan Rhoni berusaha memasuki lubang vaginanya dengan satu sentakan yang sekuat tenaga akhirnya Rhoni berhasil menjejalkan kepala kemaluannya.
“Waaahhh….uuuuhh!” Nia menggeliat-geliat ketika  Rhoni semakin dalam menyodokkan kemaluannya.
Mata gadis itu yang sipit menatap Rhoni seakan-akan minta untuk dikasihani, Rhoni terkekeh-kekeh dan kemudian dengan tanpa ampun menghujam-hujamkan kemaluannya merojok vagina Nia dalam-dalam.
“Heeekkkkk Akkkkkkk Ohhhhh Waaaaaaaaaaa” Nia kewalahan menghadapi “mainan barunya”, bahkan mainan barunya cenderung membuat lubang vaginanya terasa ngilu diselingi oleh rasa nikmat yang tak tertahankan

“HAAA Akkkkkk CRRRRRTT CRRRRRR” Nia menggelepar-gelepar , kedua kakinya yang mulus melejang-lejang, rasa nikmat mendera diselangkangannya.
Rhoni meremas dan membelai-belai payudara Nia sebagai penambah rasa nikmat, sambil tersenyum Rhoni mencengkram buah pantat Nia dann…
“Huppppp he he he” Rhoni bangkit berdiri, secara otomatis kedua kaki Nia yang mulus melingkari pinggang Rhoni, kedua tangan gadis itu kini berpegangan pada bahu Rhoni.
Rhoni meleletkan lidahnya dan kemudian ia mulai mengayunkan kemaluannya, tubuh Nia kini terayun-ayun mengikuti helaan kemaluan Rhoni. Rengekan-rengekan Nia terdengar dengan keras diiringi jeritan-jeritan kecil. Sang Surya seakan akan sengaja berjalan dengan lambat, ia masih ingin menonton pertarungan seru antara Rhoni dan kedua gadis Chinese itu.

Hari sudah mulai gelap,mungkin sekitar jam 17.30, Aku duduk santai diatas kursi, Tarida duduk dipahaku, kepalanya bersandar dibahuku, kedua matanya yang sipit terpejam kecapaian, hampir setengah jam Tarida tertidur dipangkuanku, perlahan-lahan ia menggeliatkan tubuhnya.
“MMMMHHH Hoooaahhhh… manggggg” Tarida menguap.
“Emmm cup cuppp” aku mengecupi keningnya sambil mengusap-ngusap pahanya. Ia turun dari pangkuanku kemudian memakai kembali pakaian seragamnya.
Tarida tersenyum sambil memperhatikanku yang sedang memakai pakaianku kembali. Tidak berapa lama Rhoni muncul sambil menggandeng Nia dan Feilin. Jalan kedua gadisku agak aneh.
“Liatt jalannya ngangkang he he he. persis kaya kamu dulu itu lohh” aku menyindir Tarida.
Tarida menyikutku, bibirnya manyun, aku langsung mencium bibirnya yang monyong. Aku menggandeng pinggang Tarida menyusul Rhoni yang sudah terlebih dahulu menuju mobil.

************************************
Beberapa bulan kemudian

Malam itu aku menanti dengan tidak sabaran, akhirnya terdengar suara mesin mobil dari kejauhan mendekati tempatku menanti, aku tersenyum tanpa banyak bicara aku naik , duduk disebelah depan, Rhoni dan Aku akan menjalankan rencana yang sudah kami susun dengan rapi, satu rencana terakhir. Rhoni memarkirkan mobilnya disebuah diskotik, disana kami mengintai sampai subuh, sebuah penantian yang panjang. Rhoni dan Aku saling berpandangan dan tersenyum ketika melihat sesosok tubuh gemuk berlemak masuk kedalam mobil BMW. Mobil Rhoni segera mengekori mobil didepannya sampai disebuah tempat yang sepi.
Ciiiiiiieettttt…… “ Rhoni menyalip mobil didepannya, Aku dan Rhoni segera turun lalu mengurung mobil BMW itu. Dengan sebuah kampak aku memecahkan kaca mobil. “Prangggg…..”
“Heiii… !!!!” sosok gemuk itu membentak garang namun begitu melihat tindakan kami yang beringas nyali sigemuk menciut, dengan paksa Rhoni menyeretnya masuk kedalam mobil tua miliknya.

**********************************
Disebuah Rumah Tua dipinggiran kota.

” Bukkk… Bukkkk Bukkkk… Whuaaakkk… Akkkkkkkhhhh…” Sigemuk menjadi sasaran Tinju-ku dan Rhoni , beberapa gigi sigemuk sudah tanggal terhantam tinju kami berdua.
Aku semakin sebel melihat wajah sigemuk yang ketakutan, kuhampiri dia…
“Dhani !!! Jangann !!!” Rhoni mengingatkanku , ia memegangi tanganku yang sedang mengangkat kampak.
“Nahhh sekarang lu pilihhhh….!!! Tanda tangani document ini atau Mau gue sodomi pake golok…Hah!!!” Rhoni mengancam sambil mengacungkan sebilah golok.
Aku tersenyum, rupanya Rhoni lebih cerdik, ia sudah mempersiapkan setumpukan document, dan surat-surat pembebasan tahanan karena berkelakuan baik, didalamnya ada nama teman-temanku. Tanpa banyak tingkah sigemuk menanda-tangangi document-dokument yang disodorkan oleh Rhoni.

**********************************
Didepan sebuah Lembaga Permasyarakatan

Aku dan Rhoni menunggu didepan LP,  dari sebuah pintu gerbang yang kokoh itu mulai bermunculan wajah teman-temanku.
“Ditttt…. Dittttt ” Rhoni membunyikan klakson mobil untuk menarik perhatian mereka semua. Aku dan Rhoni mengantarkan mereka kesebuah tempat dimana kami biasa berkumpul, sebuah rumah sederhana didekat telaga, keadaan alam disana masih asri, pohon-pohon besar tumbuh tanpa terganggu oleh tangan-tangan jahil manusia, rerumputan hijau bak permadani menghiasi sekitar rumah tempat kami berkumpul jauh dari keramaian dan hiruk pikuk masyarakat sekitar.

********************************
Hore Hari libur telah tiba.

Siang itu aku menggiring ketiga gadisku yang manyun. Mereka mengenakan atasan tank top dan rok mini ketat.
“Manggg kita ke dufan ajaaaa…” Tarida merengek
“Iya manggg…” “Manggg Dhaniiii… Huu Uhhh” demikian juga halnya Nia dan Feilin merengek-rengek.
Dengan tegas aku menyuruh mereka naik kemobil, Rhoni menggaruk-garuk kepala, aku menghela nafas panjang ada perasaan bersalah mendera hati kecilku.

———————————–
Beberapa hari yang lalu

“Ehhh Dhanni… bawa dong tiga gadis itu kesini…”Barli sibawel tiba-tiba mengajukan sebuah permintaan , para sahabatku juga ribut mengajukan permintaan yang sama.
“Ayooo Dhannni tolongg kami butuh sekali” Shad begitu memelas.

Aku dan Rhoni saling berpandangan tidak tahu harus menjawab apa…
“Udahhh gini aja… Ntar kita bawa kesini tapiiii…., kalian ngak boleh menyakiti mereka… kalau tidak…. Kami akan mengambil tindakan serius…” Rhoni mendadak menjadi sangar dan serius.
Para sahabatku tidak berani bersuara lagi kemudian mereka mengangguk setuju
“Tapi kami boleh kan kalau memberi mereka kenikmatan…”Sam ngakak tertawa , selanjutnya terdengar suara tawa riuh rendah memecah keheningan malam.
————————————
Aku membujuk ketiga gadisku untuk turun dari mobil, akhirnya satu persatu mereka turun dari mobil. Dari dalam sebuah rumah muncul wajah-wajah para sahabatku, tanpa malu-malu mereka sudah telanjang bulat dihadapan ketiga gadisku, kemaluan-kemaluan yang besar – besar dan panjang kini sudah lepas dari sangkarnya.
“Burung-burung nakal” berukuran 19 s/d 25 cm teracung-acung mengajak ketiga gadisku untuk berperang.dalam kenikmatan.

Ketiga gadisku bersembunyi ketakutan dibalik tubuhku dan Rhoni,
“Manggg Dhani siapa mereka ?” “Ihhh mangggg” “Uhhhhh…Mang Rhoni”
Berbagai pertanyaan terlontar dari mulut ketiga gadisku yang panik. Kini mereka mulai mengurung ketiga gadisku, decak kagum begitu ramai terdengar, kagum akan ketiga gadisku yang cantik, mulus , mungil, pokoknya cute banget deh. Kayanya biar ngak susah nginget-nginget, kita ulas dulu Profile mereka ya..
1.)Amin wajahnya yang dulu ganteng , suka bermain wanita kini berwajah hancur mengerikan akibat dibakar warga.
2.) Sam bermata picak, hanya memiliki satu kuping, kayaknya sih kuping yang satu lagi udah Alm.
3.) Fadil tubuhnya berotot mirip hulk, bibirnya kini dipenuhi bekas jahitan.
4.) Jo wajahnya tetap Jo,tapi cuma setengah, setengah lagi hancur tersiram air keras.
5.) Nick Botak, Brewokan, tubuhnya bertato.. berperut buncit kayak orang cacingan.
6.)Shad Ahli kunci, tubuhnya penuh bekas jahitan disana-sini, mirip  Frankenstein.
7.) Barli sibawel, bibirnya sumbing.
8.) Agato, Tangannya kini Cuma sebelah kanan, hidungnya agak melesak kedalam..

Aku memperkenalkan mereka pada para sahabatku yang berebutan menyalami ketiga gadisku.
“Ehhhhhhh!!” Feilin kaget ketika Fadil meraih tubuhnya, dibopongnya tubuh Feilin kedalam rumah, Jo, Shad dan Amin mengikuti Fadil dan Feilin.  Fadil , Jo, Shad dan Amin berebutan menelanjangi Feilin, kemudian Fadil mendudukkan tubuh Feilin diatas ranjang, ia bersujud dan langsung mengangkangkan kedua kaki gadis itu lebar-lebar.
“Ouchhh Owww.. Akkkk….” Feilin tersentak kaget merasakan jilatan-jilatan Liar Fadil diselangkangannya, Jo meremas-remas buah dada Feilin sebelah kiri, dan Shad meremas-remas buah dada Feilin sebelah kanan, Amin menciumi Feilin dari belakang.
“AKhhhh Owwwww… Utssss” Kedua tangan Feilin menahan kemaluan Fadil yang hendak menyeruduk lubang vaginanya
Jo dan Shad menangkap tangan Feilin dan memegangi tangan gadis itu sehingga Fadil lebih leluasa melampiaskan nafsunya.
“Aowwww Whhhhhhhaa HMMMM MMMMMHHH” jeritan Feilin tersumpal oleh mulut Amin, Tubuh Feilin tersentak-sentak ketika Fadil memaksa menjejalkan kemaluannya memasuki lubang Vagina Feilin yang berukuran mungil.
“Duh sempit amat.. seretttt assyikkk…baru kali ini gua ngerasain memeknya amoy.. anak sekolahan lagi… HA HA HA” Fadil tertawa senang merasakan jepitan sempit dikepala kemaluannya, tubuh Feilin terguncang-guncang dengan kuat ketika Fadil menyodok-nyodokkan kemaluannya.

Jo dan Shad menggelitiki putting susu Feilin, mulut Feilin sampai kempot diemut oleh Amin yang rakus, Fadil menggasak lubang Vagina Feilin kuat-kuat. Tubuh Feilin menggelinjang-gelinjang menghadapi serangan dari empat orang laki-laki sekaligus
“Auuhhh… OHHHH AWWW CRRRTTT… CRRRTTTT” tanpa ampun Feilin terkapar dalam kenikmatan ketika lubang Vaginanya berdenyut-denyut dan memuncratkan cairan dari dalamnya.
“Awww. Aduhhhh duhhhhhhh NGGGHHH”Feilin mengerang ketika Fadil menggunakan kemaluannya dengan kasar mengorek-ngorek lubang vaginanya.
“Kira.. kira lu…, jangan sampe sobek tu memek.”Shad menggoda Fadil.
“Emangnya lu pikir kertassss…”Fadil terkekeh-kekeh kemudian melanjutkan mengocek-ngocek dengan lebih kuat sampai Feilin merengek-rengek
Keempat laki-laki itu terkekeh-kekeh, Fadil mencabut kemaluannya dari vagina Feilin. Shad tidur terlentang diatas ranjang, ketiga laki-laki itu menggiring Feilin agar menduduki kemaluan Shad. Feilin pun bergoyang dan menaik turunkan pinggulnya.
“Wueisssttt… gila!!!! panas amat goyangannya…”Jo memuji Feilin sambil menjamahi payudaranya.
Amin menahan gerakan Feilin, ia menjejalkan kemaluannya kelubang anus gadis itu.
“Owwww…” Jeritan Feilin mengiringi melesatnya kemaluan Amin merojok lubang anusnya, Untuk sesaat Amin dan Shad membiarkan Feilin untuk membiasakan diri menerima kemaluan mereka di lubang anus dan lubang vaginanya, selanjutnya….

“Akhhh Owww… Uhhh…” Feilin merinding keenakan ketika lubang vaginanya dan lubang anusnya dikocok – kocok sekaligus.
Kedua tangannya melingkar kebelakang membelit leher Amin, secara otomatis payudara Feilin membusung kedepan dan menjadi mainan yang mengasikkan bagi Fadil dan Jo.
“He he he Hebat juga lo Moy“Amin mencengkram pinggul Feilin sambil memacu kemaluannya lebih kuat,
 Shad mengelusi paha Feilin sambil meyentak-nyentakkan kemaluannya keatas. Jo dan Fadil meremas-remas payudara Feilin, mengusapi payudaranya yang lembut dan kemudian memelintir-melintir putting susunya yang lancip dan keras.   
“Akhhhhh Oww Kecrotttt KCRRRTTT” Untuk yang kesekian kali Feilin mengerang kenikmatan, matanya yang sipit terpejam rapat merasakan cairan kenikmatan kembali membanjiri selangkangannya, Tubuhnya masih terguncang-guncang karena sodokan Amin dan Shad, Jo masih asik menjejal-jejalkan kemaluannya kemulut Feilin, sedangkan Fadil meremasi payudara Feilin.
“Hu AkkkkkhHHH…” “HMMMRRRRHH” Amin dan Shad menusukkan kemaluan mereka dalam-dalam pada lubang anus dan lubang Vagina Feilin.
Hampir bersamaan mereka menembakkan sperma mereka kedalam tubuh gadis itu. Tubuh Feilin tertindih diantara tubuh Amin dan Shad, namun itu tidak begitu lama karena Fadil dan Jo merebut tubuh mulusnya dari cengkraman kedua teman mereka yang sudah sukses memuaskan nafsu bejatnya.

“Jo…bagi susunya….” Fadil sempat sewot karena Jo dengan rakus memonopoli kedua payudara Feilin.
Jo menggeser posisinya kesebelah kanan dan Fadil langsung merebahkan tubuhnya disebelah kiri.
“Tadi siapa nama lu moyy.. Hmm ?” Fadil bertanya sambil menciumi bibir gadis itu, tangan Fadil menggenggam payudara Feilin.
“Feilin Ennngg….” Gadis itu kembali memejamkan mata sipitnya ketika merasakan hisapan Jo diputing susunya.
Feilin membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya keluar. Fadil terkekeh-kekeh menghisapi dan mengait-ngait lidah Feilin, sesekali Bibirnya mengulum bibir Feilin yang mungil. Jo menarik dan menyuruh Feilin agar menungging, Jo berusaha mencoblos lubang Vagina Feilin dari belakang, sedangkan Fadil menarik kepala Feilin dan menjejalkan kepala kemaluannya ke mulut gadis itu.

***********************
Sementara itu diluar sana

“Ihhhhh…jangan ahhh…Oww” Barli memeluk dan menciumi Tarida, Rhoni merayapkan  tangannya menjamah pinggul Tarida dan Nick bersujud dan menyusupkan tangannya kedalam rok mini gadis itu. Pakaian yang dikenakan oleh Tarida terlempar kesana kemari.  Barli dengan paksa hendak menidurkan tubuh Tarida diatas rerumputan.
“Eiiittt… tar dulu…. Lu ambil gih kasur busa didalem sana…” Rhoni merebut tubuh Tarida dari Barli.
“Waduhhh tanggung… ngak usah pake kasur segala…”Barli hendak merebut  Tarida.
“Kotor tau !!! Kaga…boleh !! Napa sih lu rewel amat !!!” Wajah Rhoni berubah garang, ia begitu melindungi Tarida
Barli dan Nick tidak berani membantah mereka berdua masuk kedalam rumah dan membawa dua buah kasur busa keluar.
“Tolooongg Rhon, ngak kuatt…” Barli memohon-mohon, demikian juga Nick.
Dengan lembut Rhoni mendorong Tarida kearah Barli dan Nick. Mereka segera membaringkan tubuh Tarida diatas kasur busa, kedua tangan Tarida dipegangi terentang ke kiri dan kekanan, Barli dan Nick dengan bebas menyusu dipayudara Tarida, Rhoni menerkam selangkangan Tarida dan mengemut-ngemut cairan gurih diselangkangan gadis itu.
“Awww Akkksss UHHHH” Tarida menggelinjang-gelinjang ketika kenikmatan yang diberikan oleh ketiga laki-laki membuatnya merinding panas dingin.

Nick tidur terlentang diatas kasur busa, Barli memberi komando agar Tarida mengangkang naik kemedan pertempuran dalam posisi punggungnya menghadap ke arah dada Nick  dan “Jrebbbbb….. Jrebbbb” berkali-kali kemaluan Nick berusaha memasuki lubang kecil imut dipantat Tarida. Tangan Nick membantu mengangkat dan menurunkan pinggul Tarida, Rhoni dan Barli menyodorkan kemaluannya pada Tarida, tangan mungil gadis itu sibuk mengocok-ngocok kemaluan dua laki-laki yang terkekeh-kekeh keenakan. Sesekali bergantian diemut-emutnya dan dijilatinya kepala kemaluan Rhoni dan Barli.
“Uhhh Si Amoyy hebattt!!! Terus!” Barli menceracau keenakan.merasakan hisapan kuat Tarida dikepala kemaluannya.
“Hushhh… namanya bukan Amoyy Tapi TAAA.. RIII… DAAA” Rhoni protes sambil mengelusi kepala Tarida.
“Hee NNNGhhh CRRRt CRRRRT” kening Tarida berkerut matanya terpejam rapat, tubuhnya roboh kebelakang ketika cairan kenikmatannya berdenyut-denyut keluar.
Rhoni berbaring disisi dikanan dan Barli berbaring disisi kiri , mereka asik menonton geliatan-geliatan tubuh Tarida diatas tubuh nick yang sedang asik memompa kemaluannya keatas merojok-rojok anus Tarida. Barli mulai mengambil posisi, ia mengangkangkan kedua kaki Tarida lebar-lebar kemudian kepala kemaluannya menusuk dan menekan-nekan berusaha memasuki lubang vagina gadis itu yang sempit.

“Owww Akhhhhh” satu tusukan kuat SiBarli membuat Tarida membelakkan matanya, dua Batang kemaluan yang besar dan panjang mengait lubang anus dan lubang vagina Tarida yang mungil.
 Rhoni mengecupi kening Tarida dan bertanya “Gimana ? enakk ?”
Tarida menatap Rhoni dan mengangguk, selanjutnya tubuh Tarida terguncang-guncang karena sodokan-sodokan kuat dilubang anus dan lubang vaginanya. Rhoni menyusu dibuah dada Tarida
“Ooooohhhh!!” Tarida kembali menggelepar-gelepar dilanda kenikmatan.
Ketiga laki-laki yang menggumuli Tarida terkekeh-kekeh menikmati tubuhnya yang halus dan mulus. Beberapa saat kemudian Rhoni duduk mengangkang diatas ranjang, Nick dan Barli mencabut kemaluannya dari kedua lubang gadis itu. Nick menyerahkan Tarida pada Rhoni, Rhoni mengarahkan kepala kemaluannya pada lubang Vagina Tarida, gadis itu berusaha memasukkan kemaluan Rhoni dalam posisi duduk saling berhadapan. Barli dan Nick sibuk membantu meremas dan menekan-nekan buah pantat Tarida.
“Auhhhh….. jrebbbb” Tarida menahan gerakannnya ketika kepala kemaluan Rhoni melesat masuk kedalam lubang vaginanya.

Lidah Tarida terjulur keluar ketika Rhoni menyentakkan kemaluannya menyelami lubang sempit diselangkangan gadis itu. Barli dan Jo menarik punggung Tarida agar ia merebahkan punggungnya diatas kasur busa, mereka berdua asik menyusu pada buah dada gadis itu. Rhoni yang masih dalam posisi duduk menaikkan kedua kaki Tarida, kemaluannya yang besar dan panjang masih mengait lubang vagina Tarida yang kini rebahan diatas kasur itu.
“Teruuuss Rhonnnn Ha HA HA HA” Nick memberi semangat pada Rhoni.
“Ha HA HA liat susunya… Wahhhh bagus..!! Baguss!!” mata Barli melotot melihat payudara tarida yang bergerak-gerak dengan kencang seirama dengan sodokan-sodokan Rhoni.
“Awww KRRCCTTT KTCTTTRRRTTTTT” Tarida menatap sayu pada ketiga laki-laki yang sedang habis-habisan menikmati tubuhnya.
Tangan Barli dan tangan Nick mengelusi payudara Tarida, dipelintir-pelintir dan ditarik-tariknya putting susu gadis itu dengan lembut. Sesekali mereka menunduk untuk menghisapi  dan menjilati buah dada Tarida. Keringat meleleh ditubuh Tarida bagaikan keju yang terbakar api kenikmatan.

*********************************
Sam dan Agato mulai mengelilingi Nia

“Ngakk ahh !! ngak mau…!! mang Dhani HMMM MHHH”Nia berontak ketika Sam bersujud sambil meraih pinggangnya, Tangan kanannya merayapi Paha Nia yang halus,  Agato menjilati leher Nia dari belakang,sedangkan dari belakang aku memegangi kedua tangan Nia dan menarik tangan Nia dengan lembut kebelakang.
Lewat Tangan Agato yang Cuma sebelah menyusup masuk kedalam Tank Top yang dikenakan oleh Nia. Agato tampak asik meremas-remas payudara Nia. Sam menaikkan rok mini gadis itu dan menarik turun kain segitiga berwarna merah diselangkangan gadis itu.
“HMMM… Wahhh…!!!” Sam melotot melihat garis tipis yang sedikit terbuka menampakkan isi Vagina Nia yang berwarna merah muda.
Sam mencelupkan telunjuknya kesela-sela diselangkangan Nia. Agato menarik tangannya dan bersujud untuk ikut menonton vagina Nia, Agato ikut mencelupkan jari telunjuknya dan kini berbarengan mereka berdua asik mengocek-ngocek lubang sempit diselangkangan Nia. Nia menggeliat geliat, aku menciumi dan menjilati lehernya dan turun mengecup-ngecup bahu Nia. Nia memohon agar aku melepaskan kedua tangannya, aku menuruti permintaannya sambil terus kedua tanganku kini mengelus ngelus pinggang Nia yang ramping, kutarik baju tank top yang dikenakan Nia keatas agar terlepas dari tubuh mulusnya yang putih.
Setelah melepaskan pengait bra, kulepaskan dan kulempar jauh-jauh bra berwarna putih itu.
 ”AWWW AKHHH CRUTTTT CRUTTTTTTTTT” Agato dan Sam berebutan menjilati lendir yang meleleh diselangkangan gadis itu.

Sam berdiri dan merendahkan tubuhnya, diemut-emutnya payudara Nia bergantian yang kiri dan kanan, sementara Agato masih sibuk membersihkan lendir meleleh dari sela-sela selangkangan Nia. Lidah Agato begitu lincah mengait-ngait clitoris Nia. Aku menarik pinggul Nia dan mendorong punggung gadis itu agar berdiri dengan posisi menungging, Agato menekan kepala Nia kearah kemaluannya. Sam meraih payudara nia dari samping dan kutekan kepala kemaluan memasuki lubang sempit diselangkangan Nia yang kewalahan menerima masuknya kemaluanku.
“Awww…akhhhh mangggg aduhhh…” Nia menjerit-jerit kecil keenakan ketika kemaluanku memompa lubang vaginanya dari belakang.
“Uhhh Siiipppp…!!! Teruss sedottt…”Agato membelai-belai kepala Nia diselangkangannya,
Sementara Sam bersujud sambil terkekeh-kekeh mengusap dan meremas-remas payudara Nia yang bergelantungan didada gadis itu, sesekali mulutnya menjilati dan menghisapi payudara Nia dengan rakus.
“UUHHH Uhhh MMMMMHH MAngg Dhanii Akhhhh… CRRRTT CRRRT” Nia merengek manja merasakan cairan kenikmatannya muncrat dari dalam tubuhnya.
“Dhann gentian doonng” Agato meminta lebih, aku terkekeh-kekeh sambil mencabut kemaluanku dari lubang Vagina Nia.
Agato bergerak kebelakang Nia dan sekali lagi Nia mengerang merasakan kemaluan yang besar dan panjang berusaha memasuki lubang kecil di vaginanya. Tubuhnya kembali tersentak-sentak maju mundur dengan kuat…

“Uttsss Eee EEEEHHHHH” tangan Agato yang cuma sebelah itu terpeleset dan tubuh Nia tersungkur kedepan.
“EitttTTT…” aku dan Sam buru-buru memegangi Nia yang hampir terjatuh.
Nia menolehkan kepalanya kebelakang, entah kenapa Nia merasa kasihan melihat Agato yang merasa bersalah, atau juga merasa rendah diri menyadari kondisi fisiknya yang kekurangan satu tangan dihadapan Nia. Nia meronta kecil melepaskan dirinya dari peganganku dan Sam, ia melangkah mendekati Agato. Tangan mungil Nia mengelus pipi Agato, Mata Nia saling berpandangan dengan mata Agato, senyuman manis Nia membuat agato melupakan rasa rendah dirinya. Kedua tangan Nia bergelantungan dileher agato dan “Hmmm MMMHHHH MMMMHHHHHH” Agato menyambut ciuman Nia yang panas.
Nia meminta Agato berbaring diatas rerumputan hijau, gadis itu mengangkangi kemaluan Agato dan berusaha menjebloskan kemaluan Agato yang berukuran besar memasuki lubang sempit diselangkangannya.
“NNNN NnnnggGGGGHHH” Nafas Nia tertahan – tahan ketika perlahan-lahan kepala kemaluan Agato memasuki lubang sempit diselangkangannya.
Nia mulai bergoyang dan menaik turunkan pinggulnya diatas tubuh Agato
“Achhhhh Owww akhhhh Uhhhhh Mmmmmmhh” Sam menyumpal mulut Nia yang mendesah-desah dengan kemaluannya. Aku meraih tangan Nia dan membimbingnya untuk mengocok-ngocok kemaluanku.
“Ackkkk OWWW CRRRTT CRuuuttt CRRRUTttttttTTT” gerakan Nia tertahan, tubuhnya menggeletar keenakan.

“Hupppp HE he he he he” Sam mengangkat tubuh Nia sehingga kemaluan Agato terbetot lepas dari lubang Vagina gadis itu.
Yeee!!! Elu Samm Ahh….he he he” Agato tampak kecewa namun ia terkekeh-kekeh melihat Sam tengah mencumbui tubuh Nia sambil berdiri.
Sam merendahkan kemaluannya dan kemaluannya berusaha mengait lubang vagina Nia. Nia mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar berusaha menerima kemaluan Sam yang ingin memberinya kenikmatan.
“OOchhhh Uhhhh” Nia tersentak begitu kemaluan Sam memasuki dirinya, Sam mencengkram buah pantat Nia dan mengangkat tubuh gadis itu. Nia mengalungkan kedua kakinya membelit pinggang Sam dan mengalungkan kedua tangannya pada leher Sam. Tubuhnya segera terayun-ayun seperti sedang bermain ayunan
“Clookkk Clopppp Plooopppp Cleepppp” Bunyi – bunyi itu terdengar dengan merdu.
Aku bergerak dan meremas-remas buah pantat Nia yang menggantung, kujejalkan Kepala kemaluanku kelubang anusnya dan…
“Ohhh MMM Mangggg Dhani… Akkkk….” Kini sebelah tangan Nia bergerak kebelakang melingkari leherku, sedangkan yang satunya berpegangan pada bahu Sam.
Aku dan Sam berlomba-lomba menghujani lubang Anus dan lubang Vagina Nia. Agato bangkit berdiri, tangannya yang Cuma sebelah menarik kepala Nia dan..
“Hmmmm MHHHH MHHHHH MHHHHHH” mulut Nia tersumpal oleh mulut Agato
  
****************************
Pada malam harinya

Malam itu aku terbangun, mataku mencari-cari dimana gerangan ketiga gadisku, lewat kaca jendela aku melihat tiga sosok yang amat kukenal sedang duduk berdampingan diatas kursi panjang menghadap kearah telaga. Aku berjalan tertunduk menghampiri ketiga gadisku
“Kalian marah ya ? sama mang Dhani…”aku bersujud dihadapan mereka ,rasa bersalah semakin mendera hatiku
“Maafin yaaa….” tanganku mengelus-ngelus paha-paha mulus mereka bertiga.
“Tadinya sih marah banget….” Feilin membuka suara
“Tapi setelah dipikir-pikir….” Nia melanjutkan ucapan Feilin
“Kami ngerti koq…. Mang Dhani pasti ngerasa ngak enak ya menolak permohonan teman-teman mang Dhani” Tarida tersenyum manis.
“Tadi Mang Rhoni yang ngasih tahu…..” Feilin tersenyum manis
“Lagipula… setelah dirasa-rasa… enak juga pesta sex kaya tadi he he he” Feilin terkekeh-kekeh.
Aku menghela nafas lega melihat senyuman  menghiasi wajah ketiga gadisku.
Ketiga gadisku berdiri, mereka menyuruhku duduk diatas kursi panjang menghadap kearah telaga.

“Gubraggg…. Byurrrrrrrrrr……….”
Seekor Katak tiba-tiba roboh dan tercebur kedalam telaga terkena serangan jantung menyaksikan tiga orang gadis Chinese yang cantik mulus bersujud,  menciumi dan mengulum kemaluan Dhani Anwar. Aku menatap keatas langit,  rembulan terlihat begitu cantik…bintang bintang bertaburan menghiasi langit malam, kedip-kedip nakal terlihat diatas sana, mengintip aku dan ketiga gadisku yang sedang asik bergumul demi meraih kenikmatan.

The End




Copyright © 2015 CERITA DEWASA Design by bokep - All Rights Reserved